Upload
krisna-nugraha
View
222
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
nurse
Citation preview
Sindrom guillain barre merupakan sindrom klinis yang di tunjukan oleh onset akut dari gejala – gejala yang mengenai saraf perifer dan kranial. Proses penyakit mencakup demielinasi dan degenerasi selaput mielin dari saraf perifer dan kranial (Sylvia A.Price dan Lorraine M.Wilson,1995)
Etiologinya tidak diketahui, tetapi respon alergi atau respon autoimun sangat mungkin sekali. Beberapa peneliti berkeyakinan bahwa sindrom tersebut berasal dari virus. Akan tetapi tidak ada virus yang dapat diisolasi sejauh ini. Sindrom guillain barre paling banyak ditimbulkan oleh adanya infeksi (pernafasan atau gastrointestinal ) 1 sampai 4 minggu sebelum terjadi serangan penurunan neurologis. Pada beberapa keadaan dapat terjadi setelah vaksinasi atau pembedahan. Hal ini juga dapat diakibatkan oleh infeksi virus primer, reaksi imun dan beberapa proses lain atau sebuah kombinasi proses. Salah satu hipotesis menyatakan bahwa infeksi virus menyebapkan reaksi auto imun yang menyerang saraf perifer. Mielin merupakan substansi yang ada di sekitar atau menyelimuti akson – akson saraf dan berperan penting pada transmisi impuls saraf.
Patofisiologi
Akson bermielin mengonduksi impuls saraf lebih cepat dibanding akson tidak bermielin. Sepanjang perjalanan serabut bermielin tejadi gangguan dalam selaput ( nodus ranvier ) tempat kontak langsung antara membran sel akson dengan cairan ekstra selular. Membran sangat permiabel pada nodus tersebut sehingga konduksi menjadi baik. Gerakan ion masuk dan keluar akson dapat terjadi dengan cepat banyak pada nodus ranvier, sehingga impuls saraf sepanjang serabut bermielin dapat melompat dari satu nodus ke nodus yang lain (konduksi saltatori) dengan cukup kuat. Kehilangan selaput mielin pada sindrom guillain barre membuat konduksi saltatori tidak mungkin terjadi dan transmisi impuls saraf dibatalkan.
Anamnesis
Pengkajian terhadap komplikasi sindrom guillain barre meliputi pemantauan terus menerus terhadap ancaman gangguan gagal nafas akut yang mengancam kehidupan. Komplikasi lain mencakup disritmia jantung, yang terlihat melalui pemantauan EKG dan mengobservasi klien terhadap tanda trombosis vena profunda dan emboli paru – paru yang sering mengancam klien imobilisasi dan paralisis.
Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien meminta pertolongan kesehatan berhubungan dengan kelemahan otot baik kelemahan fisik secara umum maupun lokal seperti melemahnya otot – otot pernafasan.
Riwayat penyakit sekarang
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk menunjang keluhan utama klien. Tanyakan dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah buruk. Pada pengkajian klien guillain barre sindrom (GBS) biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan demielinisasi. Keluhan tersebar diantaranya gejala – gejala neurologis, diawali dengan parestesia ( kesemutan kebas ) dan kelemahan otot kaki, yang dapat berkembang ke ekstremitas atas, batang tubuh, dan otot wajah. Kelemahan otot dapat diikuti dengan cepat adanya paralisis yang lengkap.
Keluhan yang paling sering ditemukan pada klien GBS adalah gagal nafas. Melemahnya otot pernafasan membuat klien dengan gangguan ini berisiko lebih tinggi terhadap hipoventilasi dan infeksi pernafasan berulang. Disfagia juga dapat timbul, mengarah pada aspirasi. Keluhan kelemahan ekstremitas atas dan bawah hampir sama seperti keluhan klien yang terdapat pada klien stroke. Keluhan lainnya adalah kelainan dari fungsi kardiovaskular yang memungkinkan terjadinya gangguan sistem saraf otonom pada klien GBS yang dapat mengakibatkan disritmia jantung atau perubahan drastis yang mengancam kehidupan dalam tanda – tanda vital.
Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian penyakit yang ernah dialami klien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi, pernahkah klien mengalami ispa, infeksi gastrointestinal, dan tindakan bedah saraf. Pengkajian pemakaian obat – obat yang sering digunakan klien, seperti pemakaian obat kortikosteroid, pemakaian jenis – jenis antibiotik dan reaksinya ( untuk menilai resistensi pemakaian antibiotik ) dapat menambah komprehensifnya pengkajian. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien sindrom Guillain barre meliputi beberapa penilaian yang memeungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari – harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan, cemas, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh)
3. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Infeksi Sistem Saraf Pusat
Faktor-faktor predisposisi terjadi 2-3 minggu sebelum onset, meliputi adanya ISPA, infeksi gastrointestinal, dan tindakan bedah saraf
Selaput mielin hilang akibat dari respons alergi, respons autoimun, hipoksemia, toksik kimia , dan insulfiensi vaskular
Proses dimielinasi
Konduksi salfatori tidak terjadi dan tidak ada transmisi impuls saraf
Gangguan fungsi saraf perifer dan kranial
Gangguan fungsi saraf kranial : III, IV, V, VI, VII, IX, dan X Gangguan saraf perifer dan neuromuskular Difungsi otonom
Paralisis pada okular, wajah dan otot orofaring, kesulitan berbicara, mengunyah, dan
menelan
Parestesia (kesemutan kebas) dan kelemahan otot kaki,
yang dapat berkembang ke ekstremitas atas, batang tubuh, dan otot wajah
Paralis lengkap, otot pernapasan terkena,
mengakibatkan insufiensi pernapasan
Kurang bereaksinya sistem saraf simpatis
dan parasimpatis, perubahan sensori
Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan
Kelemahan fisik umum, paralisis otot wajah
Resiko tinggi gagal pernapasan (ARDS),
penurunan kemampuan batuk, peningkatan sekresi
mukus
Gangguan frekuensi jantung dan ritme, perubahan
tekanan darah (hipertensi transien, hipotensi
ortostatik), dan gangguan vasomotor
4. resiko tinggi defisit cairan tubuh
5. resiko tinggi pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
Penurunan tonus otot seluruh tubuh, perubahan
estetika wajah
6. gangguan pemenuhan ADL
7. kerusakan mobilitas fisik
8. gangguan konsep diri (gambaran diri)
Penurunan curah jantung ke otak dan jantung
1. Ketidakefektfan bersihan jalan napas
Sekresi mukus masuk lebih ke bawah jalan napas
Resiko tinggi infeksi saluran napas bawah dan parenkim
paru
pneumonia
Prognosis penyakit kurang baik Gawat kardiovaskuler
kematian
koma
Gagal fungsi pernapasan
2. ketidakefektifan pola napas
3. resiko tinggi penurunan perfusi perifer
Penurunan curah jantung ke ginjal
Penurunan filtrasi glomerulus
anuna
Gagal ginjal akut9.kecemasan keluarga