23
BAB I 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung sebagai kota yang memiliki potensi luar biasa dalam sosial politik dan ekonomi menjadi daya tarik baik bagi kalangan domestik maupun internasional. Catatan sejarah membuat nama Bandung kian berpengaruh besar, tidak hanya memengaruhi kondisi sosial ekonomi hingga menjadi tonggak sejarah kemerdekaan negara-negara di asia dan afrika. Fakta bisu ini menorehkan prestasi gemilang pemerintah dan masyarakat Bandung kala itu. Tidak berhenti sampai disana, kondisi sosial ekonomi masyarakat Bandung telah menempatkan corak khusus dalam perekonomian Indonesia. Banyak ide-ide kreatif yang diinisiasi oleh anak muda menjadi tren yang diakui secara nasional bahkan global. Lebih lanjut, Bandung juga dikenal sebagai pencetak akademisi yang mampu mengarahkan berbagai kebijakan bahkan arah berdirinya bangsa ini. Perkembangan kota Bandung terbilang pesat, banyak hal yang telah berubah di kota ini. Mulai dari alih fungsi bangunan hingga penggusuran dan pengrusakan ruang terbuka hijau. Berbagai kebijakan telah dikeluarkan oleh pemerintah kota. Beberapa kali mengalami perubahan estafet kepemimpinan membuat Bandung kian terlihat abstrak dan tidak bertujuan. Slogan Bandung sebagai kota kembang bergeser pada kondisi masyarakat yang memiliki mental yang tidak dewasa, seringkali terjadi permasalahan yang dibiarkan tanpa menemukan solusi kongkrit. 1 | Bandung.

Kepemimpinan

  • Upload
    pikpes

  • View
    70

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kepemimpinan menjadi kunci dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dalam tulisan kali ini kami menyoroti kepemimpinan seorang Ridwal Kamil

Citation preview

Page 1: Kepemimpinan

BAB I

1.1 LATAR BELAKANG

Kota Bandung sebagai kota yang memiliki potensi luar biasa dalam sosial politik dan

ekonomi menjadi daya tarik baik bagi kalangan domestik maupun internasional. Catatan

sejarah membuat nama Bandung kian berpengaruh besar, tidak hanya memengaruhi kondisi

sosial ekonomi hingga menjadi tonggak sejarah kemerdekaan negara-negara di asia dan

afrika. Fakta bisu ini menorehkan prestasi gemilang pemerintah dan masyarakat Bandung

kala itu. Tidak berhenti sampai disana, kondisi sosial ekonomi masyarakat Bandung telah

menempatkan corak khusus dalam perekonomian Indonesia. Banyak ide-ide kreatif yang

diinisiasi oleh anak muda menjadi tren yang diakui secara nasional bahkan global. Lebih

lanjut, Bandung juga dikenal sebagai pencetak akademisi yang mampu mengarahkan

berbagai kebijakan bahkan arah berdirinya bangsa ini.

Perkembangan kota Bandung terbilang pesat, banyak hal yang telah berubah di kota ini.

Mulai dari alih fungsi bangunan hingga penggusuran dan pengrusakan ruang terbuka hijau.

Berbagai kebijakan telah dikeluarkan oleh pemerintah kota. Beberapa kali mengalami

perubahan estafet kepemimpinan membuat Bandung kian terlihat abstrak dan tidak bertujuan.

Slogan Bandung sebagai kota kembang bergeser pada kondisi masyarakat yang memiliki

mental yang tidak dewasa, seringkali terjadi permasalahan yang dibiarkan tanpa menemukan

solusi kongkrit.

Kawasan hostoris dan industri tidak terpetakan dengan baik sehingga tidak dapat dibedakan

secara pola. Pembangunan infrastruktur yang ditunjang dengan pemetaan yang buruk akan

mengakibatkan banyaknya permasalahan infrastruktur yang tidak terselesaikan terutama di

daerah remote. Kebijakan yang diambil seharusnya mampu mengatasi permasalahan

mendasar demi terciptanya keselarasan antara permasalahan dan rencana yang dibuat.

Pembangunan Infrastruktur yang pada hakekatnya merupakan derivasi dari perencanaan

nasional seharusnya mampu mengarahkan dan memetakan pergerakan suatu pemerintahan,

dalam hal ini adalah kota Bandung. Dengan perencanaan yang jelas memungkinkan adanya

integrasi yang linier dengan berbagai pihak baik masyarakat ataupun pihak swasta. Hal ini

pula diharapkan mampu membuat alur perkembangan yang semakin lama tidak dapat

diprediksikan dengan pasti karena frekuensi yang cepat.

1 | B a n d u n g .

Page 2: Kepemimpinan

Langkah kebijakan yang diambil oleh elit politik pun seharusnya linier dengan tujuan yang

telah ditetapkan sebelumnya agar tercipta kondisi yang harmonis dan tidak terkesan tumpang

tindih. Banyaknya peraturan pemerintah daerah yang dicabut oleh Kementrian Dalam Negeri

merupakan indikasi bahwa banyaknya pemerintah daerah mengabaikan aturan dan prosedur

yang berlaku menurut undang-undang.

Lebih jauh, kota yang telah menginjak usia 202 tahun ini masih memiliki banyak pekerjaan

rumah khususnya pemerataan infrastruktur. Salah satu elemen penting pembangunan ini kini

telah menjadi kajian serius semua sektor baik pemerintah maupun pihak swasta, karena selain

pembangunan manusia pembangunan infrastruktur menjadi sarat utama dalam akselerasi

pembangunan.

Maka dari itu, sangatlah penting mengkaji sebuah kota dari perencanaan pembangunan

infrastruktur nya yang dikeluarkan berdasarkan Kebijakan walikota dalam hal ini Dada

Rosada. Melalui pengembangan dari visi misi pemimpin, perencanaan dijabarkan melalui

Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dengan itu diharapkan adanya kesinambungan

pembangunan berkelanjutan dalam upaya pemerataan akses dan pemberian ruang bagi sektor

swasta yang bertujuan untuk kemakmuran rakyat.

2 | B a n d u n g .

Page 3: Kepemimpinan

1.2 IDENTIFKASI MASALAH

Diusianya yang semakin matang Bandung diharapkan mampu membuka potensi, daya tarik,

dan peluang masyarakat baik di bidang sosial budaya hingga sektor perekonomian. Selama

ini Bandung dikenal sebagai kota produktif yang menghasilkan banyak kreasi dan terobosan.

Kota ini juga mampu menjadi industri yang menjadi role model, tidak hanya bagi kota-kota

besar di Indonesia namun juga hingga mancanegara. Berbagai produk yang mampu pasar

internasional banyak dihasilkan disini. Disamping itu, target pertumbuhan ekonomi yang

mencapai 13 % dimana Dada Rosada diharapkan linier dengan atmosfer usaha yang didukung

dengan berbagai penunjang terlebih di bidang infrastruktur.

Dibalik rencana pembangunan berkelanjutan yang diharapkan dapat membentuk kota yang

dijuluki dengan paris van java ini menjadi pusat perdagangan yang diakui secara

Internasional, masih diselimuti berbagai permasalahan yang dapat menghambatnya

perkembangan infrastruktur kota Bandung. Dalam polling independen yang diinisiasi oleh

MNC Media Research pada tanggal 10-12 Januari 2013 terhadap 307 responden usia 17-45

tahun keatas mengenai problem terbesar yang dihadapi kota Bandung saat ini, jawabannya

mereka yang berpendapat problem terbesar kota Bandung itu kemacetan (34,5%), sampah

(31,3%), banjir (13,7%), infrastruktur jalan (12,1%), dan ekonomi (2%), selain itu

berdasarkan data Ditlantas Polda Jabar 2012, tingkat kemacetan lalu lintas di Kota Bandung

tergolong terparah dan tersulit dikendalikan. Ditambah dengan jumlah kendaraan yang tidak

terkendalo, infrastruktur jalan juga tak memadai secara kuantitas maupun kualitas. Belum

lagi pertambahan penduduk yang pesat.

Menurut pakar tata ruang kota, Sri Hidayati Djoeffan, dalam menghadapi pertambahan

jumlah penduduk dan transportasi di Kota Bandung yang semakin semrawut, pemerintah

(Dada Rosada) harus semakin menggiatkan rekayasa pengaturan arus lalu lintas. Salah satu

alternatifnya adalah dengan adanya pembangunan underpass di bawah. Lebih lanjut iya

menjelaskan bahwa dengan terbatasnya lahan di Bandung  akan sulit membuat pelebaran

jalan. Sementara jumlah kendaraan semakin akan bertambah.

Selain itu, menurut data bahwa di Kota Bandung terdapat 336 persimpangan dan putaran

utama, dan setidaknya terdapat 64 kawasan yang rawan terjadinya kemacetan. Dari ke-64

kawasan itu, 34 kawasan berupa   pasar tumpah dan PKL , 11 kawasan pertokoan dan mal, 5

3 | B a n d u n g .

Page 4: Kepemimpinan

kawasanpendidikan, 5 kawasan factory outlet (FO), 4 kawasan tempat rekreasi, dan 10

kawasan wisata kuliner. Jika kita melihat lebih lanjut mengenai kawasan mal dan pertokoan

di Kota Bandung yang rawan kemacetan yakni Jalan Gatot Subroto (TSM), Cicadas (BTM),

Purnawarman (BEC), Mohamad Toha (ITC), Dewi Sartika (Kings, Yogya, dll.), Merdeka

(BIP, Gramedia,), Otto Iskandar Di Nata (Pasar Baru), Setiabudi (Rumah Mode), Cihampelas

(Ciwalk), Ujungberung, sampai Dr. Djundjunan BTC (Sri Hidayati Djoeffan,2013). 

Sementara 10 kawasan wisata kuliner yang menjadi titik rawan kemacetan cukup signifikan

adalah kawasan Jalan L.L.R.E. Martadinata, Ir. H. Djuanda (Dago), Pelajar Pejuang

'45/Laswi, Pasteur, Banda, Aceh, Taman Pramuka, Trunojoyo, Sukajadi, Burangrang, dan

kawasan Sudirman, Gardujati, Cibadak. Menurut pakar tata kota ini beberapa penyebab

terjadinya kemacetan di lokasi-lokasi tersebut, karena kapasitas parkir yang kurang. Jumlah

kendaraan berbanding terbalik dengan lahan parkir yang tersedia. 

Sebagai contoh, akses jalan dan parkir di sentra sepatu Cibaduyut dan sentra kain

Cigondewah yang tergolong tidak memadai. Padahal, sentra industri bisa menjadi tujuan

wisata yang bisa meningkatkan perputaran uang. Itulah sederet permasalahan Kota Bandung

yang belum efektif dalam mengadakan pembangunan infrastruktur yang merata. Berbagai

solusi yang ditawarkan pemerintah seakan belum menunjukan keberpihakan atas

permasalahan yang sedang berlangsung di dalam masyarakat.

Peran pembangunan Infrastruktur yang dapat mendorong perkembangan ekonomi baik di

bidang industri kreatif hingga jasa, seharusnya menjadi prioritas serius pemerintah jika ingin

mencapai kondisi dimana Bandung dapat menjadi kota yang mampu menjadi percontohan

dan pusat industri kreatif, dengan kebijakan yang tepat bukan tidak mungkin rencana

pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu menciptakan masyarakat madani ini

menembus angka 13%.

4 | B a n d u n g .

Page 5: Kepemimpinan

1.3 PERUMUSAN MASALAH

Setelah melihat dan mengkaji mengenai permasalahan yang sedang menjangkiti Kota

Bandung hari ini, ada beberapa hal yang dapat dirumuskan yang dinilai menjadi

permasalahan yang harus dipetakan secara objektif sehingga mampu menerjemahkan

berbagai kebutuhan yang sedang dirasakan oleh masyarakat, diantaranya :

a. Bagaimana seharusnya pemimpin menjalankan fungsinya berdasarkan teori yang

berlaku?

b. Bagaimana cara kepemimpinan Dada Rosada dalam menjalankan pemerintahan ?

c. Apa langkah yang diambil oleh pemerintah kota Bandung dalam hal ini Dada Rosada

untuk mengatasi berbagai permasalahan infrastruktur?

Itu merupakan beberapa permasalahan yang dapat dipetakan sehingga nantinya dapat

ditemukan permasalahan riil yang dialami oleh masyarakat pada umumya, lebih lanjut

permasalahan diatas juga meruapakan representasi dari berbagai pertanyaan terkait perencaan

yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah.

5 | B a n d u n g .

Page 6: Kepemimpinan

BAB II

LANDASAN TEORI

Sebelum melakukan analisis terhadap kepemimpinan seseorang, pengertian kepemimpinan

merupakan faktor kunci dalam suksesnya suatu organisasi serta manajemen. Kepemimpinan

adalah entitas yang mengarahkan kerja para anggota organisasi untuk mencapai tujuan

organisasi. Kepemimpinan yang baik diyakini mampu mengikat, mengharmonisasi, serta

mendorong potensi sumber daya organisasi agar dapat bersaing secara baik.

Konsep kepemimpinan telah banyak ditawarkan para penulis di bidang organisasi dan

manajemen. Kepemimpinan tentu saja mengkaitkan aspek individual seorang pemimpin

dengan konteks situasi di mana pemimpin tersebut menerapkan kepemimpinan. 

Kepemimpinan juga memiliki sifat kolektif dalam arti segala perilaku yang diterapkan

seorang pimpinan akan memiliki dampak luas bukan bagi dirinya sendiri melainkan seluruh

anggota organisasi.

Sebelum memasuki materi kepemimpinan, perlu terlebih dahulu dibedakan konsep pemimpin

(leader) dengan kepemimpinan (leadership). Pemimpin adalah individu yang mampu

mempengaruhi anggota kelompok atau organisasi guna mendorong kelompok atau organisasi

tersebut mencapai tujuan-tujuannya. Pemimpin menunjuk pada personal atau individu

spesifik atau kata benda. Sementara itu, kepemimpinan adalah sifat penerapan pengaruh oleh

seorang anggota kelompok atau organisasi terhadap anggota lainnya guna mendorong

kelompok atau organisasi mencapai tujuan-tujuannya. 

Definisi Kepemimpinan

Cukup banyak definisi kepemimpinan yang ditawarkan para ahli di bidang organisasi dan

manajemen. Masing-masing memiliki perspektif dan metodelogi pembuatan definisi yang

cukup berbeda, bergantung pada pendekatan (epistemologi) yang mereka bangun guna

menyelidiki fenomena kepemimpinan.

Stephen Robbins, misalnya mendefinisikan kepemimpinan sebagai “ ... the ability to

influence a group toward the achievement of goals.”[1] Kepemimpinan adalah kemampuan

6 | B a n d u n g .

Page 7: Kepemimpinan

untuk mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai serangkaian tujuan. Kata

“kemampuan”, “pengaruh” dan “kelompok” adalah konsep kunci dari definisi Robbins.

Definsi lain, yang cukup sederhana, diajukan oleh Laurie J. Mullins.[2] Menurut Mullins,

kepemimpinan adalah “ ... a relationship through which one person influences the behaviour

or actions of other people.” Definisi Mullins menekankan pada konsep “hubungan” yang

melaluinya seseorang mempengaruhi perilaku atau tindakan orang lain. Kepemimpinan

dalam definisi yang demikian dapat berlaku baik di organisasi formal, informal, ataupun

nonformal. Asalkan terbentuk kelompok, maka kepemimpinan hadir guna mengarahkan

kelompok tersebut.

Definisi kepemimpinan, cukup singkat, diajukan Peter G. Northouse yaitu “ ... is a process

whereby an individual influences a group of individuals to achieve a common goal.”[5] [“ ...

adalah proses dalam mana seorang individu mempengaruhi sekelompok individu guna

mencapai tujuan bersama.”] Lewat definisi singkat ini, Northouse menggarisbawahi sejumlah

konsep penting dalam definisi kepemimpinan yaitu:

1. kepemimpinan merupakan sebuah proses;

2. kepemimpinan melibatkan pengaruh;

3. kepemimpinan muncul di dalam kelompok;

4. kepemimpinan melibatkan tujuan bersama.

Pendekatan Gaya Kepemimpinan

Pendekatan gaya kepemimpinan menekankan pada perilaku seorang pemimpin. Ia berbeda

dengan pendekatan sifat yang menekankan pada karakteristik pribadi pemimpin, juga

berbeda dengan pendekatan keahlian yang menekankan pada kemampuan administratif

pemimpin. Pendekatan gaya kepemimpinan fokus pada apa benar-benar dilakukan oleh

pemimpin dan bagaimana cara mereka bertindak. Pendekatan ini juga memperluas kajian

kepemimpinan dengan bergerak ke arah tindakan-tindakan pemimpin terhadap anak buah di

dalam aneka situasi.

Pendekatan ini menganggap kepemimpinan apapun selalu menunjukkan dua perilaku umum :

(1) Perilaku Kerja, dan (2) Perilaku Hubungan. Perilaku kerja memfasilitasi tercapainya

tujuan: Mereka membantu anggota kelompok mencapai tujuannya. Perilaku

hubunganmembantu bawahan untuk merasa nyaman baik dengan diri sendiri, dengan orang

lain, maupun dengan situasi dimana mereka berada. Tujuan utama pendekatan gaya

7 | B a n d u n g .

Page 8: Kepemimpinan

kepemimpinan adalah menjelaskan bagaimana pemimpin mengkombinasikan kedua jenis

perilaku (kerja dan hubungan) guna mempengaruhi bawahan dalam upayanya mencapai

tujuan organisasi.

Pendekatan gaya kepemimpinan secara singkat direpresentasikan oleh tiga riset yang satu

sama lain berbeda. Pertama, riset Ohio State University yang diadakan di akhir 1940-an

lewat karya Stogdill (1948), yang memberi perhatian yang lebih dari sekadar sifat dalam

mengkaji kepemimpinan. Kedua, riset yang diadakan di University of Michigan yang

mengeksplorasi bagaimana kepemimpinan menjalankan fungsinya di dalam kelompok

kecil.Ketiga, riset yang diawali oleh Blake dan Mouton di awal 1960-an yang mengeksplorasi

bagaimana manajer menggunakan perilaku kerja dan hubungannya dalam konteks

organisasi. 

1. Blake and Mouton Grid (Kisi-kisi Blake dan Mouton)

Robert R. Blake and Jane S. Mouton tahun 1991 mengembangkan suatu grid (kisi-kisi)

kepemimpinan guna menunjukkan bahwa pemimpin dapat membantu organisasi mencapai

tujuannya lewat dua orientasi, yaitu : (1) Perhatian atas Produksi dan (2)Perhatian atas

orang.[8] Kedua orientasi ini mencerminkan kembali perilaku kerja danperilaku

hubungan seperti terjadi di riset Ohio State University.

Dengan menggunakan grid (kisi-kisi), Blake dan Mouton menciptakan 5 gaya

kepemimpinan. Gaya-gaya tersebut adalah:[9]

1) Gaya Taat Otoritas (Authority-Compliance)

Gaya ini menggambarkan pemimpin yang dikendalikan oleh pencapaian hasil atau target,

dengan sedikit atau bahkan tidak ada perhatian pada manusia kecuali dalam rangka

keterlibatan mereka dalam menyelesaikan pekerjaan. Komunikasi pemimpin dengan

pengikutnya terbatas dan diadakan sekadar untuk memberi instruksi pekerjaan. Pemimpin-

pemimpin ini bercorak pengendali, pengarah, terlalu kuat, dan penuntut. Mereka bukan

kolega kerja yang menyenangkan. Sejumlah penelitian menunjukkan tingkat keluar-masuk

karyawan yang tinggi dengan gaya kepemimpinan semacam ini.

2) Gaya Country-Club

Gaya country-club menggambarkan pemimpin dengan perhatian tinggi pada orang tetapi

rendah perhatiannya pada hasil atau produksi. Pemimpin ini fokus pada pemenuhan

8 | B a n d u n g .

Page 9: Kepemimpinan

kebutuhan pekerja sebagai manusia dan penciptaan lingkungan yang kondusif dalam

pekerjaan. Keluar-masuk karyawan menurun di bawah pemimpin bergaya ini.

3) Gaya Lemah (Impoverished Management)

Gaya lemah menggambarkan pimpinan yang punya sedikit perhatian baik atas orang ataupun

produksi. Pemimpin bergaya ini berlaku sebagai pemimpin tetapi sesungguhnya terasing dan

tidak melibatkan diri dalam organisasi. Pemimpin ini kerap punya sedikit hubungan dengan

pengikut dan dapat saja dianggap tidak peduli, tidak tegas, pasrah, dan bersikap masa bodoh.

Umumnya kita mengenalnya dengan laissez faire.

4)  Gaya Middle-of-the-Road (Gaya Jalan Tengah)

Gaya jalan tengah menggambarkan pemimpin yang kompromistik, yang punya perhatian

menengah atas pekerjaan dan perhatian tengah atas orang-orang yang melakukan pekerjaan.

Pemimpin menghindari konflik dan menekankan pada tingkat produksi serta hubungan

personal yang moderat. Gaya kepemimpinan ini kerap digambarkan sebagai orang yang

bijaksana, lebih suka berada di tengah, samar pendirian dalam minat atas kemajuan

organisasi, dan sulit menyatakan ketidaksetujuannya di hadapan pekerja.

5) Gaya Manajemen Tim

Gaya manajemen tim memberi tekanan seimbang, baik pada pekerjaan ataupun hubungan

antarpersonal. Gaya ini mendorong derajat partisipasi dan kerja tim yang tinggi di dalam

organisasi sehingga mampu memuaskan kebutuhan dasar pekerja agar mereka tetap merasa

terlibat dan punya komitmen kuat dalam pekerjaannya. Kata yang dapat menggambarkan

pemimpin yang menerapkan gaya manajemen tim adalah : menstimulir, partisipatif, penentu

tindakan, pembuka isu, penjelas prioritas, pembuat terobosan, bersikap terbuka, dan penikmat

pekerjaan. 

6) Paternalistik/Maternalistik

Gaya manajemen tim mengintegrasikan perhatian tinggi atas pekerja sekaligus dan pekerjaan.

Namun, mungkin pula ada pemimpin yang menerapkan secara sekaligus, baik perhatian

tinggi pada orang maupun perhatian tinggi pada produksi, tetapi tidak dengan cara yang

integratif. Pemimpin seperti ini berpindah dari gaya taat otoritas menjadi gaya country-

club bergantung pada situasi. Mereka biasa disebutdiktator yang murah hati, karena mereka

bertindak ramah pada pekerja hanya agar pekerjaan selesai, untuk kemudian berpindah

9 | B a n d u n g .

Page 10: Kepemimpinan

kembali menjadi diktator yang sesungguhnya. Gaya ini disebut paternalistik/maternalistik,

dan pemimpin bergaya ini melakukannya karena memandang pekerja tidak terkait dengan

pencapaian tujuan organisasi. “Orang ya orang, kerjaan ya kerjaan. Beda.”

7)       Oportunis

Gaya oportunis merujuk pada pemimpin yang secara oportunistik menggunakan aneka

kombinasi dari 5 gaya “resmi” (nomor 1 sampai dengan 5) guna meningkatkan karier

mereka. 

Black and Mouton menandaskan bahwa pemimpin biasanya punya satu gaya yang dominan

dan satu gaya cadangan. Pemimpin berpindah ke gaya cadangan tatkala gaya dominan tidak

efektif dan mereka tengah berada di bawah tekanan berat.

10 | B a n d u n g .

Page 11: Kepemimpinan

BAB III

PEMBAHASAN

LATAR BELAKANG DADA ROSADA

Pria lulusan S2 STIA LAN-RI, kelahiran Ciparay, Bandung, 29 April 1947, ini terpilih

kembali menjadi Walikota Bandung periode 2008-2013 berpasangan dengan Ayi Vivananda

(lahir di Bandung, 19 Juni 1967) sebagai Wakil Walikota. Pasangan yang dicalonkan Partai

Golkar dan PDI-P dan didukung puluhan partai lainnya, di antaranya Partai Demokrat dan

PBB, Pada periode kedua ini juga Dada Rosada menang mutlak.

Bagi masyarakat kota Bandung, nama dan sosok H. Dada Rosada, SH, MSi, sangat populer.

Berdasarkan hasil dua kali suvei opini publik yang diadakan Lingkaran Survei Indonesia

(LSI) untuk kepentingan Pemilihan Kepala Daerah Kota Bandung secara langsung yang akan

dilaksanakan 10 Agustus 2008, dinamika popularitas Dada Rosada sebagai calon Wali Kota

Bandung periode 2008-2013 (periode kedua) masih bertengger di atas 90 % dari kandidat

lainnya.

Beberpa partai besar di kota Bandung pun melirik dia. Partai Golkar dan PDI-P didukung

Partai demokrat dan Partai Bulan Bitang mencalonkan kembali Dada Rosada, untuk Pilkada

kota Bandung 2008. Dia berpasangan dengan Ayi Vivananda sebagai Calon Wakil Walikota

Bandung. Pencalonan kembali Dada, didorong derasnya aspirasi dari berbagai lapisan

masyarakat kota Bandung atas keberhasilannya memimpin kota Bandung yang berakhir pada

Juni 2008. Berbagai elemen masyarakat menginginkan kesediaannya maju kembali.

Pada kepemimpinannya terselenggarakannya event internasional momentum peringatan 50

tahun Konferensi Asia- Afrika (KAA) 2005, yang menjadikan kota berjuluk Paris Van Java

ini memiliki akses dan infrastruktur yang lebih berkualitas. Dimulainya pembangunan flay

over Pasupati, Tol Cipularang, perluasan bandara dan rehabilitasi lingkungan.

11 | B a n d u n g .

Page 12: Kepemimpinan

Sebuah visi yang jelas dan terukur yang dituangkannya ke dalam 7 program prioritas

pembangunan. Yakni bidang Pendidikan dengan target Bandung Cerdas 2008. Kesehatan

dengan target Bandung Sehat 2007. Kemakmuran, Bandung Makmur 2008, Lingkungan,

Bandung Hijau 2006. Seni Budaya, Bandung Kota Seni 2008. Olah Raga Bandung Kota

Berprestasi 2008, dan Agama, Bandung Kota Agamis 2008. Bermuara untuk menggapai Kota

bandung sebagai Kota Jasa Bermartabat (Bersih, Makmur, Taat dan Bersahabat).

Kehendak dari visi tersebut diimplementasikan dalam penjabaran misinya. Yaitu

menegmbangkan sumber daya manusia yang amdal dan religius. Kemudian mengembangkan

perekonomian kota yang adil dan tangguh. Mengembangkan sosial budaya kota yang ramah

dan berkesadaran tinggi beserta berhati nurani. Perwujudan visi yang dijabarkan dalam misi

juga mencakup perihal peningkatan penataan kota agar lebih baik serta dibarengi dengan

peningkatan kinerja pemerintah kota yang profesional. efektif, akuntabel, dan transparansi,

serta mengembangkan keuangan kota. Strateginya, Dada melakukan perkuatan-perkuatan

melalui implementasi konsep yang sumbernya dibiayai oleh APBD. Disamping penggalian

potensi lain dari swasta.

Untuk pendapatan, pada tahun 2003-2006, yang direncanakan sebesar Rp.4,47 triliun dapat

direalisasikan sebesar Rp.4,60 triliun atau mencapai 102,99 %. Lalu pada 2007, dari rencana

Rp.1,61 triliun atau 104,30 %. Pada 2008, dari rencana pendapatan sebesar Rp.1,87 triliun

hingga bulan Maret telah mencapai 19,89 % atau sebesar Rp.0,37 triliun. Bidang Bandung

Hijau, telah menghijaukan dari luas kota Bandung 6.91 % diperuntukan untuk ruang terbuka

hijau (RTH) Gebrakan lulusan S2, program pasca sarjana STIA LAN-RI, ini memang

membawa angin segar bagi Kota Bandung. Simak saja dalam Laporan Pertanggungjawaban

Wali Kota Bandung di akhir Masa jabatan 2003 – 2008 yang disampaikan pada Rapat

Paripurna di DPRD Kota Bandung, Jum'at (9/5/o8). Pemkot Bandung dalam 7 program

prioritas pembangunan yang diusungnya, dalam bidang pendidikan telah mampu

merealisasikan Bandung Cerdas 2008, yang ditandai dengan meningkatnya angka partisipasi

murni dan kasar pada setiap strata pendidikan. Menurunnya angka putus sekolah pada setiap

strata pendidikan prasekolah dasar dan menengah, serta berbagai indikator lainnya. Juga

ditandai dengan diterimanya berbagai piagam, piala dan plakat penghargaan baik tingkat

regional, nasional maupun internasional. .

12 | B a n d u n g .

Page 13: Kepemimpinan

Di samping ke 7 program, Dada juga punya 5 gerakan. Yaitu gerakan penghijauan, hemat dan

menambung air dengan membuat sumur resapan. Gerakan Cikapundung bersih, gerakan

sejuta bunga, gerakan udara bersih dan gerakan P4LH (Pembibitan, Penanaman,

Pemeliharaan dan Pengawasan Lingkungan Hidup). Selain itu 15 sasaran pembangunan

infrastruktur sosial dan ekonomi kota yang diantaranya terdapat kegiatan monumental.

Seperti pembangunan Sarana Olah raga (SOR) Gedebage, Pembangunan Listrik Tenaga

Sampah (PLTSa).

Rivitalisasi lima sentra perdagangan. Penataan Moda transportasi, pembangunan kawasan

seni Ujung Berung, pariwisata dan Saung Angklung Mang Udjo, rivitalisasi pasar tradisional,

penataan Puncrut, Serta optimalisasi bantuan Peningkatan kemakmuran (PBPK) dibidang

pendidikan, kesehatan dan kemakmuran. (Sumber : Koleksi Tokoh Indonesia)

STRUKTUR EKONOMI KOTA BANDUNG 

Nilai PDRB Kota Bandung pada tahun 2007 adalah sebesar Rp.51,3 trilyun dengan tingkat

PDRB per kapita sebesar Rp.22.640.000,-. Tingkat pendapatan perkapita ini tergolong tinggi

bila dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Aktivitas ekonomi Kota Bandung, sebagian

besar bersumber dari dari sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memberikan

kontribusi sekitar 36,4% dari seluruh kegiatan ekonomi di Kota Bandung, disusul oleh sektor

industri pengolahan sekitar 29,8%. Sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan

kontribusi sekitar 10,8% demikian juga dengan sektor jasa-jasa. Pembentukan investasi di

Kota Bandung pada tahun 2007 mencapai Rp.5,4 trilyun, meningkat dari tahun sebelumnya

Rp.4,2 trilyun.

Sebagai pusat perekonomian Jawa Barat dan sekaligus sebagai kota tujuan wisata dan

pendidikan, aktivitas ketenagakerjaan di Kota Bandung pada umumnya adalah pada sektor

jasa dan perdagangan. Pada tahun 2007, 36,7% penduduk Kota Bandung bekerja pada sektor

perdagangan, hotel, dan restoran. Sebanyak 24,9% tenaga kerja Kota Bogor bekerja di sektor

jasa yang meliputi jasa pemerintahan umum dan swasta. Walaupun menyerap tenaga kerja

dalam jumlah terbesar, namun bila dibandingkan dengan jumlah produksi ekonomi, maka

produktivitas tenaga kerja di sektor jasa-jasa jauh lebih rendah dibandingkan sektor lainya.

Kondisi ini menunjukkan pekerja sektor jasa yang di dalamnya meliputi jasa pemerintahan

umum dan sosial kemasyarakatan relatif mendapat tingkat pendapatan atau kesejahteraan

yang relatif rendah atau distribusi pendapatan di sektor ini tidak merata. Selain itu ada

13 | B a n d u n g .

Page 14: Kepemimpinan

kemungkinan sektor jasa-jasa menampung banyak tenaga kerja kurang produktif, sehingga

ada potensi pengangguran semu cukup besar pada sektor ini.

BAB IV

KESIMPULAN

Pentingnya pembangunan infrastruktur suatu kota guna mengingkatkan kualitas sosial budaya

ekonomi masyarakatnya harus ditunjang dengan kebijakan pembangunan yang linier dengan

permasalahan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat tersebut. Kepemimpinan Sebagai

faktor utama dalam menentukan dan menjalankan rencana pembangunan dinilai sangat

penting. Melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), pemimpin

daerah sudah seharusnya memiliki pandangan kedepan yang terintegrasi dengan kebijakan

pemerintah pusat. Namun, lagi-lagi dalam pelaksanaannya perencanaan ini akan sangat

ditentukan dengan Gaya kepemimpinan kepala daerah tersebut.

Berdasarkan teori dan berbagai kasus yang telah dijelaskan diatas dapat kita simpulkan

bahwa dalam pembangunan infrastruktur yang dijalankan di kota Bandung, Dada Rosada

dikendalikan oleh pencapaian hasil atau target, dilihat dari cara-caranya komunikasi dengan

pengikutnya terbatas dan diadakan sekadar untuk memberi instruksi pekerjaan. Dapat dilihat

bahwa kepemimpinananya bercorak pengendali, pengarah, terlalu kuat, dan penuntut. Dada

Rosada bukan orang yang senang terlibat langsung melainkan melakukan penunjukan untuk

menyelesaikan permasalahan. Selain itu, jika kita klasifikasikan kedalam penelitian Mouton

mengenai gaya kepemimpinannya, Dada Rosada termasuk menggunakan cara opportunis

dengan mengabungkan beberapa gaya seperti kompromistik dimana ia selalu berkompromi

dengan pihak-pihak swasta meskipun mengurangi kepentingan orang banyak dan juga

mengambil jalan tengah agar termankan dari nama baik yang telah ia jaga.

Terbukti dengan ditetapkannya ia sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK), citra dan prestasi yang tidak berkelanjutan yang didasarkan oleh gaya dan sifat

14 | B a n d u n g .

Page 15: Kepemimpinan

kepemimpinannya membawa ia terperangkap dalam bui dan membawa Bandung menjadi

kota yang tidak teratur dengan pembangunan yang tidak merata. Jadi, dalam pembangunan

Infrastruktur yang berorientasi terhadap kesejahteraan rakyat gaya kepemimpinan sangat

berpengaruh.

DAFTAR PUSTAKA

Siswanto, H.B. 2005. Pengantar Manajemen. Bandung: Bumi Aksara.

Silalahi, Ulbert. 1996.Pemahaman Praktis Asas-Asas Manajemen. Bandung: Mandar Maju.

Winardi, DR. 2006. Asa-Asas Manajemen. Yogyakarta: Alumni

Pakar tata ruang kota & dosen Jurusan Planologi Universitas Islam Bandung (Unisba), Sri

Hidayati Djoeffan , 2013, Bandung

DR. Anang Muftiadi Analisis Ekonomi Dan Sosbud Kota Bandung

15 | B a n d u n g .

Page 16: Kepemimpinan

BAPPEDA Kota Bandung

Pemerintahan Umum Kota Bandung

Website Pemerintah Kota Bandung www.Bandung.go.id

16 | B a n d u n g .