147
KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN MASYARAKATPADA NORMA ADAT (Studi Kasus di Kasepuhan Sinar Resmi Desa Sirnaresmi Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi Jawa Barat) NURUL HAYAT SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN

MASYARAKATPADA NORMA ADAT (Studi Kasus di Kasepuhan Sinar Resmi Desa Sirnaresmi Kecamatan Cisolok

Kabupaten Sukabumi Jawa Barat)

NURUL HAYAT

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 2: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : Kepemimpinan

AdatDalamKepatuhanMasyarakatPada Norma Adat(Studi Kasus Di

Kasepuhan Sinar Resmi Desa Sirnaresmi Kecamatan Cisolok Kabupaten

Sukabumi Jawa Barat). Adalah karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan pada Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2012

Nurul Hayat

I353080111

Page 3: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

ABSTRACT

The study focus of this thesis was to explore issues of leadership in

indigenous communities in compliance with customary norms. With a case

studyincommunitydistrictsKasepuhanSinar Resmi atCisolokdistrict Sukabumi

regency. In this study,assessedthe historyandbackgroundon

thedynamicsleadership atKasepuhan,

divisionsandrestrukturasiinstitutionalcustomaryineveryeraof

AbahleadershipfollowingKasepuhaninvariousnationaland localeventsthat

influence thedynamics ofits lead. Changesleadershipdynamicsthat

occurinsocietyKasepuhanSinar Resmiwere also analyzedby looking ata variety

ofexternal and internal factorsthat influence it. This studyshowsthat

theinternalpolitical affairsin theinterests ofa Kasepuhan largefamily, the

introduction of educationalsoaffectedtheleadership ofAbah,a money

economyculture, lifestyle changes, the intensity ofinteractionwith the outside

world, becomeimportant factorsthat influence(directly or indirectly) toward the

changesandtransforms thetraditional valuesthat hadheldstronglyas theback of

theorderof sociallife. Alongwith thesocialtransformationthat occurred,a

leadershipstyleat KasepuhanSinar Resmi also changed. On the other hand,

variousfactors drivingsocialchangealso affectedthechanges incompliance

withthenorms andtraditionalvaluesand attitudesonleadershipstylesinthe

currentKasepuhanSinar Resmi.

Key Word: The leadership dynamics, Indigenous Peoples, adherence to

traditional norms, Kasepuhan Sinar Resmi, Sukabumi District,

West Java.

Page 4: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

RINGKASAN

Nurul Hayat. Kepemimpinan Adat Dalam Kepatuhan Masyarakat Pada

Norma Adat (Studi Kasus Di Kasepuhan SRI Desa Sirnaresmi Kecamatan

Cisolok Kabupaten Sukabumi Jawa Barat). Dibimbing oleh Nurmala K.

Pandjaitan dan Winati Wigna.

Penelitian ini mencoba melihat tentang dinamika kepemimpinan

masyarakat di kasepuhan, sejak Kasepuhan itu berdiri hingga saat ini. Dimana

dalam dinamika setiap kepempinan kebanyakan adanya intrevensi-intervensi

pemerintah dalam tatanan kehidupan di masyarakat kasepuhan, serta saat ini

kepemimpinannya justru pemerintah dijadikan mitra kelangsungan kehidupan

sehingga membawa dampak terhadap masyarakatnya karena dinilai telah

melanggar norma adat. Untuk itu beberapa pertanyaan penelitian diharapkan dapat

terjawab, adapun pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah : (1) bagaimana

kepemimpinan yang ada di Kasepuhan SRI?, (2) bagaimana norma-norma adat

yang ada di Kasepuhan SRI?, (3) bagaimana kepatuhan masyarakat terhadap

norma adat di Kasepuhan SRI?, (4) bagaimana peran pemimpin adat terhadap

pemeliharaan norma adat?.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan strategi pendekatan

studi kasus karena fokus yang di teliti adalah Abah sebagai pucuk kepemimpinan

di Kasepuhan sejak berdirinya kasepuhan hingga saat ini, dengan segala

dinamikanya, kasus yang menyoroti perilaku individu Abah sebagai pemimpin di

kasepuhan, serta masyarakat kasepuhan yang mendapatkan dampak dari

kepemimpinannya dari berbagai tingkatan peristiwa baik nasional maupun lokal.

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Februari sampai dengan bulan

Maret 2012, di Kasepuhan SRI, pemimpin dalam bahasa Kasepuhan di sebut

Abah, dan masyarakatnya di sebut incu-putu. Incu-putu kasepuhan tersebar di

Jawa Barat, Banten Hingga Lampung karena adat tidak mengenal batas wilayah

administrasi. Pusat pemerintahan kasepuhan Sinar Resmi secara adminstrasi

masuk kedalam Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi,

Provinsi Jawa Barat.

Secara umum penelitian ini mengasilkan bahwa gaya kepemimpinan

Kasepuhanditinjau dari sudut tinjauan historis sebelum terbitnya UU No. 5/1979

yang memaksa Kasepuhan untuk tidak lagi hidup berpindah-pindah dan mengakui

wilayah otoritas pemerintahan desa, masyarakat Kasepuhan SRI masih sangat

teguh didalam menjalankan aturan adat Kasepuhan. “Abah” sebagai patron dari

incu putunya, sangat teguh dan konsistennya “Abah” menjalankan norma-norma

adat. Kegiatan-kegiatan kemasyarakatan khususnya di dalam pengelolaan lahan

kolektif masyarakat kasepuhan beserta ritual yang menyertainya dilakukan oleh

masyarakat kasepuhan secara bersama-sama tanpa pembagian kerja yang ketat di

kalangan masyarakat Kasepuhan. Penananaman padi dengan jenis padi lokal yang

ditanam hanya sekali dalam setahun juga tetap dipertahankan. Sehingga

kelembagaan “leuit” berperan besar di dalam pemenuhan pangan seluruh

masyarakat Kasepuhan.

Dalam struktur kekuasaan dan pola kepemimpinan otokratik dari “Abah”

menuntut kesetiaan incu putunya terhadap Abah. Kesetiaan pengikut juga

Page 5: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

terpelihara karena “Abah” menciptakan jarak sosial yang sangat dekat antara

“Abah” dan “Incu Putunya”. Meskipun pola kepemimpinan “Abah” yang

cenderung mengambil keputusan tanpa melibatkan “incu putunya” dan kemudian

menuntut mereka untuk mematuhi keputusan “Abah”, namun karena konsistensi

“Abah” dan kecilnya jarak sosial diantara “incu putunya” menyebabkan timbulnya

rasa kesetiaan pengikut terhadap sang “Abah”.

Dinamika kepemimpinan adat Kesepuhan, bahwa gejolak sosial di

masyarakat Kasepuhan sendiri sesungguhnya muncul dari luar sistem sosial

Kasepuhan kemudian merembes ke dalam sistem sosial masyarakat Kasepuhan.

Titik awal dari gejolak sosial yang dialami oleh Kepemimpinan Kasepuhan SRI

melalui terbitnya UU No. 5/1979 memaksa tunduknya masyarakat Kasepuhan

terhadap tata aturan pemerintah. Melalui perundang-undangan tersebut, artinya

bahwa saat itu masyarakat Kasepuhan SRI tidak lagi berfikir dan bertindak secara

lokal. Misalnya, seperti yang telah disebutkan sebelumnya yakni tidak boleh lagi

hidup berpindah-pindah, dan harus mengakui legitimasi pemerintahan “desa”.

Dinamika kepemimpinan berubah pada tahun 1985, karena adanya

perpecahan kekuasaan kasepuhan hingga karena ketika salah satu anak dari abah

di jadikan kepala desa sehingga tumpang tindihnya (peran) kepentingan yang

diemban oleh “Abah” dan kepala desa. Tidak konsistennya Abah kemudian

membawa pada sifat keterbukaan “Abah” di dalam menerima program-program

pembangunan. Dan sekaligus akibat penerimaan terhadap pembangunan, juga

merubah sendi-sendi kehidupan masyarakat Kasepuhan antara lain di dalam

pengelolaan sumberdaya pertanian yang secara adat telah melanggar norma-

norma.

Perubahan kepemimpinan puncaknya adalah ketika kasepuhan mulai

hidup menetap, dan meningkatnya pendidikan, sehingga membawa pada

hubungan masyarakat kasepuahn dengan masyarakat luar begitu mudah, dan

merubahnya kehidupan di Imah-Gede, dan merubah gaya hidup serta

mendekatkan masyarakat Kasepuhan dengan ekonomi uang. Sehingga terjadi

perpecahan kasepuhan kembali di kasepuhan. Sehingga kini kasepuhan menjadi

tiga Kasepuhan SRI, CGR, dan CMA.

Dampak dari perubahan gaya kepemimpinan serta perpecahan kasepuhan

tersebut pada Incu-putu, adalah pada keyakinan yang membawa pada kepatuhan

terhadap Abah sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu

mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

tiap Abah. Sehingga akhirnya kompetisi “legitimasi“ diantara tiga kasepuhan yang

terpecah dibawah payung “pancar pangawinan”,guna mendapatkan keyakinan

dari para incu-putu yang ada, karena ketiga kasepuhan tersebut merasa memiliki

akan pancar pangawinan.

Kata Kunci : Dinamika kepemimpinan adat, norma adat, Kasepuhan

SRI, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat

Page 6: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

GLOSSARY

Abah : Pemimpin Adat kasepuhan

Ambu : Sebutan seorang istri Abah di kasepuhan

Amil Kasepuhan : Sekretaris Kasepuhan

Huma : Sawah lahan kering [ladang]

Huma Serang : Sawah lahan kering [ladang] milik kasepuhan dan

di kelola bersama

Imah Gede : Istana kasepuhan, serta sebagai pusat komunikasi

dan interaksi Abah dengan warganya [incu-putu]

Incu-putu: Warga masyarakat atau keturunan kasepuhan

Leuit : Lumbung padi

Kabendon: Hukuman [sanksi] yang ada di kasepuhan

Kabuyutan : Para leluhur [pendahulu] yang membuat peraturan

sebelum kasepuhan berdiri

Kokolot Lembur : Orang yang di beri tanggung jawab oleh Abah di

salah satu kampung yang ada di kasepuhan

Pancar Pangawinan : WasiatdanketurunandariPrabuSiliwangi

Panasehat kasepuhan : Mereka yang sudah ada garis keturunan secara

kuat dengan para Abah maka akan di angkat

menjadi penasehat Abah

Seren-taun : Ritual adat puncak kegiatan pertanian [huma]

Wangsit : Ilham atau amanat yang di berikan pada seseorang

yang akan menjadi pemimpin [Abah] di

kasepuhan, wangsit ini datangnya kebanyakan

melalui mimpi

Page 7: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

© Hak Cipta milik IPB Tahun 2012

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan lapora, penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar di IPB.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

Page 8: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN

MASYARAKAT PADA NORMA ADAT (Studi Kasus di Kasepuhan Sinar Resmi Desa Sirnaresmi Kecamatan Cisolok

Kabupaten Sukabumi Jawa Barat)

NURUL HAYAT

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Sosiologi Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 9: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

Terima Kasih Kepada Ir. Nuraini W. Prasodjo, M.Si

Sebagai penguji Luar Komisi, atas segala masukan, keritikan yang membangun

dan inspirasinya.

Page 10: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh
Page 11: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

PRAKATA

Klawan nybut Asmane Alloh SWT, Kang Murah Ing dalm Dun-ya Tur-kang Asih

Ing dalm Akhirat

Alhamdulillahirrabil’alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala

limpahan rahmat, nikmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam terhaturkan pada

junjungan Nabi Muhammad SAW, penulis bersyukur yang begitu dalam kepada

Allah SWT, karena mendapat kesempatan menimba Ilmu di Sekolah Pascasarjana

IPB, hingga akhirnya mampu menyelesaikan tanggung jawab akademik ini

dengan baik.

Dengan kerendahan hati penulis, dalam kesempatan yang mulia ini, penulis ingin

mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya khususnya kepada

dosen pembimbing, para dosen di Sosiologi Pedesaan IPB, teman-teman

seangkatan SPD 2008, para sahabat dan keluarga baik langsung maupun tidak

yang memberikan spirit bagi penyelesaian tesis ini, adapun mereka tersebut

adalah :

1. Dr. Nurmala K. Pandjaitan, MS., DEA., dan Dra. Winati Wigna, MDS.,

selaku pembimbing tesis. Terima kasih atas segala bimbingan dan

dedikasi, motivasi serta kesabaran yang teramat luar biasa kepada penulis

dalam proses panjang penulisan tesis ini. Kesempatan dalam memperoleh

bimbingan secara langsung dari beliau berdua adalah kesempatan belajar

yang teramat mulia dan luar biasa bagi penulis.

2. Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, Msc. Agr., selaku Ketua Program Studi

sosiologi Pedesaan dan Dr. Ir. Rilus Kinseng, selaku wakil Program Studi

Sosiologi Pedesaan yang selalu memberikan motivasi dan memacu penulis

untuk menyelesaikan studi di Mayor Sosiologi Pedesaan.

3. Ir. Nuraini W. Prasodjo, M.Si. Selaku dosen penguji Luar Komisi. Terima

kasih telah begitu murah hati dalam meluangkan waktu, memberikan

masukan, keritikan yang membangun dan motivasi kepada penulis hingga

memacu bagi penulis untuk memperbaiki tesis ini lebih baik.

4. Dosen-dosen dilingkungan Sosiologi Pedesaan; Prof. Dr. Endriatmo

Soetarto, Dr. Arif Satria, SP., M.Si. Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, Msc.

Agr. Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA. Dr. Nurmala K. Pandjaitan, MS., DEA.

Dra. Winati Wigna, MDS. Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS. Dr. Ir. Soeryo

Adi Wibowo, MS. Ir. Said Rusli, MA. Dr. Ir. Ekawati S.Wahyuni, MS. Dr.

Ir. Saharudin, M.Si.Ir. Melani A. Sunito, M.Sc. Ir. Nuraini W. Prasodjo

M.Si. Dr. Ir. Titik Sumarti, MS. Terima kasih atas segala ilmu dan

pengetahuan yang diberikan pada penulis semoga bermanfaat bagi penulis

kedepan.

5. Sahabat-sahabat perjuangan Sosiologi Pedesaan angkatan 2008;Nendah

Kurniasari, Eko Cahyono, Dian Ekowati,Favor A. Bacin, Gentini Ika

Lestari,Aldi Basir dan Usep Setiawan. Semoga pertalian ini tidak lekang

oleh waktu.

6. Para sahabat Sosiologi Pedesaan; Sofyan Sjaf, Sultan, Djaya Hendra,Yanti

dan Donny.

Page 12: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

7. Staff administrasi yang telah membantu memperlancar kegiatan akademik:

Ibu Anggra Irene Bondar, Ibu Hetty, Ibu Susi, beserta Staff Departemen

Sains dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekonomi Manusia.

8. Keluarga Besar Sajogyo Institute (SAINS), Prof. Sajogyo (Alm), Dr. Ir.

Gunawan Wiradi, Prof. M.P Tjondronegoro, terima kasih atas keteladanan

hidup dan inspirasinya.

9. Teman-teman Keluarga Mahasiswa Banten (KMB) Bogor;Kang Wawan,

Ahmad Hidayatullah, Suardi, Asep Badru Tamam, Rifqi, Mega

Natasya,Fazmi Nawafi serta saudara Ahmad Pudori (Untirta).

10. Persembahan khusus untuk Kasepuhan Sinar Resmi; Abah Asep Nugraha,

Uwa Ugis, Amil Bukhari, Kang Dede Mulyana, serta Incu-putu

Kasepuhan Sinar Resmi, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten

Sukabumi.

11. Tesis ini didedikasikan sebesar-besarnya untuk kedua orang tuaku; Bapak

Mad Seni, Ibu Siti Hayati yang senantiasa memberikan do’a dan spirit

yang diberikan kepada penulis serta teteh-teteh dan adik-adikku; Mareni,

Tati Yulyana, Mulyati, Siti Fatonah dan Rafiuddin.

Semoga Allah SWT, selalu melimpahkan Hidayah, Inayah, Magfirah dan

keberkahan (Rizki, kesehatan umur, ilmu) kepada kita semua, sehingga kita

mampu menjadi hamba-Nya yang berkualitas. Amin

Bogor, Agustus 2012

Nurul Hayat

Page 13: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di sebuah desa kecil bernama Nambo Kecamatan

Walantaka serta berjarak 10km dari Kabupaten Serang, Provinsi Banten pada

tanggal 05 Juni 1979dan merupakan anak ketiga dari enam bersaudara dari

Ayahanda Mad Seni dan Ibunda Siti Hayati. Penulis menempuh pendidikan di

sekolah dasar Negeri (SDN) di desa yang sama lulus pada tahun 1992, kemudian

melanjutkan di Pondok Pesantren “Daar El Qolam” Gintung, Balaraja, Tangerang

lulus pada tahun 1995. Penulis lulus dari Sekolah Teknik Menengah (STM)

Prisma. Kabupaten Serang pada tahun 1998.

Pada tahun 2000 penulis di terima di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten pada jenjang strata

I dimasa menjadi Mahasiswa penulis aktif di organisasi intra dan ekstra kampus

dan lulus pada tahun 2007. Kemudian bekerja sebagai konsultan padi hybrida di

HKTI di Subang dan Sumedang pada tahun 2007-2008.

Pada tahun 2008 penulis memutuskan melanjutkan studi jenjang strata II

di Program Studi Sosiologi Pedesaan Sekolah Pascasarjana IPB, serta pada tahun

2010 penulis aktif di Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) sebagai

Kepala Departemen Advokasi Pertanian hingga sekarang, dan pada tahun 2011

menjadi Staf Ahli Komisi III DPRD Kota Serang Provinsi Banten.

Page 14: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................ i

DAFTAR MATRIK.................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................

1.2 Rumusan Masalah................................................................................

1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................

1.4 Kegunaan Penelitian.............................................................................

1

4

5

6

BAB II TINJAUAN TEORITIS............................................................. 7

2.1. Kepemimpinan Adat ..........................................................................

2.1.1. Kepemimpinan Adat Dalam Pemeliharaan Norma Adat.........

2.1.2. Peranan Kepemimpinan Adat...................................................

2.2. KepatuhanAdatTerhadap Norma Adat .............................................

2.3. KekuasaanKepemimpinanAdat.........................................................

2.4. Kelembagaan Sosial di Masyarakat Adat............................................

2.5. Kerangka Pemikiran............................................................................

7

11

14

15

16

17

20

BAB III METODE PENELITIAN......................................................... 23

3.1. Batasan Penelitian............................................................................... 23

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 23

3.3.PendekatansertaTahapanPenelitian................................................. 24

3.4.TeknikPengumpulan Data................................................................. 25

3.5.TeknikPengolhan Data...................................................................... 27

BAB IV GAMBARAN UMUM KESEPUHAN SINAR RESMI......... 29

4.1. Lokasi Kasepuhan Sinar Resmi.......................................................... 29

4.2. Demografi........................................................................................... 30

4.2.1. Penduduk.................................................................................. 30

4.2.2. Mata Pencaharian...................................................................... 30

4.2.2.1. Pertanian Peladang...................................................... 30

4.2.2.2. Perkebunan dan Peternakan......................................... 33

4.2.2.3. Pengelolahan Hutan...................................................... 34

Page 15: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

4.3. Sistem Religi di Kasepuhan................................................................ 35

4.4. Sejarah Terbentuknya Kasepuhan....................................................... 36

4.4.1. Kabuyutan................................................................................. 36

4.4.2. Kasepuhan................................................................................. 38

4.5. Sumber kekuasaan kepemimpinan Kasepuhan Sinar Resmi.............. 41

4.5.1. Keturunan................................................................................. 41

4.5.2. Wangsit..................................................................................... 42

4.5.3. Mitos......................................................................................... 42

BAB V DINAMIKA KEPEMIMPINAN KESEPUHAN..................... 45

5.1. Periode Kepemimpinan di Kasepuhan................................................ 45

5.1.1. Kepemimpinan Abah JSN...................................................... 45

5.1.2. Kepemimpinan Abah RSD...................................................... 49

5.1.3. Kepemimpinan Abah AJ........................................................ 56

5.1.4. Kepemimpinan Abah UT......................................................... 60

5.1.5. Kepemimpinan Abah ASN......................................... 62

BAB VI KASEPUHAN SINAR RESMI DIBAWAH

KEPEMIMPINAN ABAH ASEP NUGRAHA....................................

63

6.1. KasepuhanSinarResmi................................................................. 63

6.2. StrukturKepemimpinan di Kasepuhan Sinar Resmi...................... 67

6.3. PerubahanKepemimpinan di Kasepuhan Sinar Resmi....................... 69

6.3.1. Leuit : SebagaiKekuatandalamKepemimpinanKasepuhan

SinarResmi.............................................................

69

6.3.2. ImahGede: PusatPolitikKepemimpinanKasepuhan Sinar

Resmi............................................................................

71

6.4. Faktor yang MempengaruhiPerubahanKepemimpinan di

KasepuhanSinarResmi………………………………………….

72

6.4.1. Pendidikan Formal…………………………………………. 72

6.4.2. InteraksiDenganMasyarakatLuarKasepuhan……………..... 73

BAB VII KELEMBAGAAN ADAT DIKASEPUHAN SINAR

RESMI.......................................................................................

75

7.1. TataliParantiKaruhunSebagaiSumber Norma……................... 75

7.2. Norma-normaSosialKasepuhanSinarResmi.................................... 76

Page 16: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

7.2.1. IbuBumi, BapakLangit, Tanah Ratu…………………….. 76

7.2.2. TiluSapamilu, DuaSakarupa, Nu Hiji Eta-Eta Keneh…… 77

7.2.3. PerubahanKepemimpinandalamMenjaga Norma Adat…. 80

7.2.4. PergeseranSumberKekuasaan…………………………….. 81

7.3. Pergeseran Kelembagaan Kasepuhan…...................................... 82

BAB VIII KEPATUHAN MASYARAKAT ADAT TERHADAP

NORMA ADAT KASEPUHAN…………………………..

83

8.1. KepatuhanIncu-PutuTerhadap Norma AdatKasepuhan............... 83

8.2. DampakPerubahanKepemimpinanTerhadapKehidupanIncu-

Putu........................................................................................

84

8.2.1. Berubahnya Gaya Hidup………………………………….. 84

8.2.2. MemudarnyaFungsiLeuit, ImahGededanTumbuhnya

EkonomiUang……………………………………………..

85

BAB IX PERNANAN PEMIMPIN DALAM PEMELIHARAAN

KEPATUHAN MASYARAKAT TERHADAP NORMA

ADAT................................................................................

87

9.1. PerananPemimpindalamMasyarakatAdatKasepuhan…........... 97

9.2. PerananPemmpindalamPemeliharaanSumberDayaAlam....... 98

9.3. PengaruhPerubahanKepemimpinanAdatTerhadapKepatuhan

MasyarakatPada Norma Adat……………………………………..

91

BAB X PENUTUP……………………………………………………… 95

10.1. Kesimpulan……………………………………………………….. 95

10.2. Saran……………………………………………………………… 96

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 97

LAMPIRAN

Page 17: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

DAFTAR MATRIKS

Matriks Judul Halaman

2.1. Perbandingan Rujukan Tentang Masyarakat Adat 10

3.1. Jenis Data dan Sumber Informasi dalam Penelitian 27

4.1. Rangkaian Ritual Kegiatan Huma di Kasepuhan Sinar Resmi 32

5.1. Peristiwa-peristiwa yang Terjadi pada Periode Abah Jasiun 48

5.2. Peristiwa-Peristiwa Nasional dan Lokal Kepemimpinan Abah

Rusdi

56

5.3. Peristiwa-Peristiwa Nasional dan Lokal Kepemimpinan Abah

Arjo

59

5.4. Peristiwa-Peristiwa Nasional dan Lokal Kepemimpinan Abah

Ujat

62

5.5. Struktur Kepemimpinan Kasepuhan Sinar Resmi 68

7.1. Pergeseran Norma Kasepuhan 80

7.2. Data pendidikan Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi 83

7.3. Pergeseran Sumber Kekuasaan, Kelembagaan Kasepuahn dan

dampaknya pada incu-putu

88

Page 18: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1. Perubahan Gaya Kepemimpinan dan Dampaknya Pada

Kepatuhan Masyarakat Terhadap Norma Adat

23

4.1. Susunan Genealogi Kabuyutan 39

4.2. Susunan Genealogi Kasepuhan 42

5.1. Perubahan Masa Kabuhunan ke Masa Kasepuhan 47

5.2. Intervensi pemerintah pada kepemimpinan Abah Rusdi 54

5.3. Susunan Genealogi Kasepuhan 65

6.1. landasan filosofis kehidupan kasepuhan dalam tatali Paranti

karuhun

73

6.2. Perubahan Kelembagaan pada tiap Kepemimpinan Kasepuhan 78

Page 19: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

LAMPIRAN

Page 20: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kepemimpinan masyarakat adat di Indonesia sangat berbeda

pelaksanaannya dengan praktik kepemimpinan modern pada saat sekarang ini,

serta model kepemimpinan masyarakat adat juga bervariasi dan disesuaikan

dengan tempat di mana mereka berada. Ada yang melegitimasi melalui dukungan

dari masyarakatnya ataupun juga dari kewibawaan dan kharisma seorang

pemimpin itu sendiri.

Dilihat dari ciri-ciri dan sifatnya, kepemimpinan masyarakat adat termasuk

ke dalam kepemimpinan tradisional. Menurut Kartono (2001), bahwa pimpinan

tradisional dapat berpengaruh pada masyarakat di dalam peranan sosialnya baik

yang sifatnya positif maupun negatif. Status sosial tersebut pada hakikatnya

kebanyakan didapat dari faktor keturunan, kekayaan, taraf hidup, pengalaman

hidup, kharisma ataupun jasanya terhadap masyarakat. Dengan demikian

pemimpin dan kepemimpinan tradisional tidak memiliki penunjukkan secara

formal legitimasi sebagai pemimpin, tetapi masyarakat menunjuk dan

mengakuinya sebagai pemimpinnya.

Dalam kepemimpinan tersebut terdapat sistem kepemimpinan adat dimana

di dalamnya terdapat komponen-komponen kepemimpinan (struktur) yang saling

terikat diantara satu dengan yang lainnya, dan aturan-aturan hukum yang berlaku

guna menjalankan kehidupan dalam masyarakat adat tersebut. Dalam sistem

kepemimpinan tradisional terdapat nilai individu yang sangat kuat (bathin/magis),

beserta norma-norma yang selalu dipegang dan dijaga untuk menjaga

kewibawaannya sebagai seorang pemimpin.

Pemimpin di dalam masyarakat adat adalah orang yang paling berpegang

teguh dalam memegang norma-norma, seperti terlihat di masyarakat Adat Baduy

Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Provinsi Banten di mana seorang

Puun1 diharuskan menjaga kewibawaan adat serta masyarakatnya dan pikeukeuh

2

1 Puun bahasa Sunda (lokal) Baduy yang artinya pemimpin adat di masyarakat Baduy yang

meliputi Baduy Panamping (Luar) maupun Baduy Kajeroan (Dalam), dan Puun bertempat di

Page 21: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

2

yang selalu menjadi pedoman dalam kehidupan masyarakat Baduy (Danasasmita

dan Djatisunda 1986), walaupun pada saat sekarang ini ada kecendrungan

pergeseran perilaku yang dilakukan oleh pengikut-pengikutnya seperti terlihat di

Baduy Luar yang mulai mengenal modernisasi terutama di Kampung Kadu Ketug.

Kepemimpinan adat di Indonesia mulai terusik/berubah pada waktu

penerapan Undang-undang nomor 5 tahun 1979 tentang penyeragaman

pemerintahan desa yang bertujuan untuk penataan administratif serta

menjembatani perbedaan struktur administratif dan sistem pemerintahan desa di

Jawa dan di luar Jawa. Masuknya ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus

berkembang serta kebijakan dari pemerintah yang mengharuskan adanya

modernisasi terhadap pedesaan praktis akan membawa dampak yang signifikan

terhadap sistem kepemimpinan adat yang ada di Indonesia.3

Menurut Surianingrat (1981), sebelum adanya regulasi tentang

penyeragaman sistem pemerintahan secara nasional, desa-desa yang telah lama

ada berbentuk kesatuan-kesatuan hukum adat baik yang bersifat teritorial maupun

genelogis, serta beraneka ragam bentuk dan coraknya tergantung di mana

kesatuan adat tersebut berada, seperti di Aceh (gampong), Sumatera Barat

(Nagari), Jawa Barat (Kampung), Makassar (Gaukay) dan seterusnya.

Pada masa reformasi saat ini Undang-undang nomor 5 tahun 1979 tersebut

diganti dengan Undang-undang nomor 22 Tahun 1999 serta disempurnakan

dengan Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yang di

dalamnya mengatur tentang sistem pemerintahan desa, dan memberikan

keleluasaan terhadap masing-masing daerah untuk menggunakan kembali tatanan

budaya lokal dalam sistem pemerintahannya, termasuk di Kecamatan Cisolok

Kabupaten Sukabumi. Masyarakat adat yang kita kenal dengan sebutan “Kesatuan

Adat Banten Kidul”, di dalamnya terdapat beberapa Kasepuhan yang salah

satunya adalah Kasepuhan SRI di desa Sirnaresmi.

Baduy Dalam. Terdapat tiga kapuunan di Baduy yaitu Puun Cibeo, Puun Cikeusik dan Puun

Cikartawana (Suhada, 2003). 2 Pikeukeuh bahasa Sunda (lokal) Baduy artinya aturan yang berlaku di masyarakat adat Baduy

dan tidak tertulis (konvensi), tetapi sudah menjadi pedoman di dalam mengisi kehidupan bagi

masyarakat Baduy; baik Baduy Luar maupun Baduy Dalam (Garna, 1993). 3 Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). Jurnal Mei 1999.

Page 22: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

3

Hasil penelitian Asep (2000), di Kesatuan Adat Banten Kidul menjelaskan

bahwa struktur organisasi pemerintahan Kasepuhan yang menempatkan Sesepuh

Girang sebagai pemimpin, serta yang mengatur tatanan kehidupan di Kasepuhan,

selalu berbenturan dengan adanya sistem peraturan desa yang dipimpin oleh

Kepala Desa. Hal ini berdampak pada nilai-nilai yang berlaku di Kasepuhan

Banten Kidul, seperti terdesaknya peranan (kewibawaan) Sesepuh Girang di

dalam melaksanakan Tatali paranti karuhun4, dengan masyarakat di Kasepuhan

SRI.

Peranan dari seorang pemimpin adat Kasepuhan di dalam pelaksanaan

kepemimpinannya. Dominasi peran dan fungsi dari kepala Desa yang telah

mempunyai aturan secara formal dari pemerintah untuk masyarakatnya, telah

mendesak. Guna mempertahankan eksistensi kepemimpinan di Kasepuhan SRI

peranan seorang pemimpin adat memerlukan elastisitas di dalam pelaksanakan

kepemimpinannya.

Pola kepemimpinan adat harus memperhatikan hubungan antara

masyarakat dengan pemimpinnya serta lingkungan di mana kepemimpinan

berada, serta kewewenangannya di dalam melaksanakan kepemimpinan tersebut

agar senantiasa terjadi pola hubungan yang baik antara pemimpin dengan

masyarakatnya. Gaya dan perilaku kepemimpinan berkaitan erat dengan bentuk

pendekatan yang digunakan pemimpin dalam mengarahkan, menggerakkan,

menggairahkan serta menciptakan suasana yang baik bagi masyarakatnya.

Kasepuhan SRI sampai dengan saat ini dipimpin oleh seorang Abah5.

Abah sebagai pemimpin bersama-sama masyarakatnya menjaga norma yang ada

di Kasepuhan. Di Kasepuhan SRI Pola hubungan masyarakat Kasepuhan dan

pemimpinnnya pada saat sekarang ini mulai bergeser karena sebagian

masyarakatnya telah mengikuti pendidikan secara formal, dan pemimpin adat

4 Tatali paranti karuhun adalah aturan adat di kasepuhan-kasepuhan yang tergabung dalam

Kesatuan Adat Banten Kidul, yang mengatur tentang pola hidup masyarakat Kasepuhan yang

telah ada sejak dahulu, baik yang mengatur pernikahan, bertani dan lain sebagainya dan harus di

taati oleh setiap warganya. 5 Panggilan Pemimpin di Kasepuhan SRI

Page 23: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

4

sendiri mengikuti pendidikan formal6 tersebut. Hal ini telah mempengaruhi gaya

kepemimpinan di Kasepuhan SRI.

Banyak situasi-situasi penting yang terjadi baik nasional maupun lokal

yang mendasari gaya kepemimpinan seseorang, sehingga menggambarkan suatu

dinamika kepemimpinan yang sejalan dengan peristiwa-peristiwa tersebut.

Dinamika gaya kepemimpinan inilah yang bisa menjadi fenomena cukup menarik

untuk dipelajari. Pemikiran modernisasi yang mulai masuk melalui pendidikan

dan adanya perubahan pada lingkungan masyarakat, telah membawa pengaruh

pada kepemimpinan di Kasepuhan SRI.

1.2. Rumusan Masalah

Salah satu ciri pemimpin adat adalah mempunyai kharisma yang sangat

kuat terhadap pengikutnya. Seorang pemimpin yang karismatik memiliki

kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi

orang lain, sehingga pengikutnya sangat besar. Kepemimpinan tradisional

mempunyai kekhasan/gaya di dalam melaksanakan kepemimpinannya, yaitu

adanya ikatan kekeluargaan yang dalam atau patron-klien.

Pemimpin adat berpegang teguh terhadap norma-norma yang ada di

masyarakatnya, hal tersebut agar kewibawaan sebagai pemimpin terus terjaga di

dalam masyarakat tradisionalnya, namun eksistensi kepemimpinan tradisional ini

telah mendapat tantangan saat sekarang ini, sehingga di perlukan elastisitas di

dalam melaksanakan kepemimpinan guna mempertahankan eksistensinya. Hal

tersebut yang dialami oleh Kasepuhan SRI di Desa Sirnaresmi Kecamatan Cisolok

Kabupaten Sukabumi. Kasepuhan SRI sampai saat ini berada pada gaya

kepemimpinan dari seorang pemimpin, Abah jabatan pemimpin yang diberikan

pada seorang pemimpin yang mendapatkan wangsit serta adanya turunan yang

mempunyai kekhasan di dalam melaksanakan kepemimpinanya.

Setiap fase-fase kepemimpinan mempunyai corak (gaya)

kepemimpinannya masing-masing, dan tidak akan sama satu sama lainnya karena

perbedaan waktu dan masalah yang dihadapi berbeda pula. Peristiwa-peristiwa

6 Abah ASNpemimpin Kasepuhan SRI sekarang adalah lulusan SMA dan anak-anak beliaupun

juga mengenyam pendidikan sampai dengan SMA.

Page 24: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

5

penting tersebut mendasari dinamika kepemimpinan di Kasepuhan SRI, baik

peristiwa nasional sebelum kemerdekaan, pada masa Orde Lama, sampai Orde

reformasi saat ini, serta tentunya peristiwa penting yang bersifat lokal yang ada di

Kasepuhan SRI sendiri.

Peristiwa-peristiwa besar yang terjadi baik nasional maupun lokal telah

berdampak pada gaya kepemimpinan yang di laksanakan oleh tiap Abah demi

eksitensi Kasepuhan SRI sebagai masyarakat adat, serta berdampak pada

kehidupan sosial serta norma-norma yang ada. Kepemimpinan di Kasepuhan juga

mengalami dinamika dengan norma-norma yang ada. Dengan batasan ruang

lingkup permasalah di atas, maka rumusan permasalahanan yang akan dikaji dari

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kepemimpinan yang ada di Kasepuhan SRI?

2. Bagaimana norma-norma adat yang ada di Kasepuhan SRI?

3. Bagaimana kepatuhan masyarakat terhadap norma adat di Kasepuhan SRI?

4. Bagaimana peran pemimpin adat terhadap pemeliharaan norma adat?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraikan pada latar belakang serta dalam rumusan masalah di

atas, maka tujuan penelitian adalah :

1. Mengetahui pola kepemimpinan adat di Kasepuhan SRI saat ini.

2. Mengetahui norma adat di Kasepuhan SRI.

3. Mengetahui kepatuhan masyarakat terhadap norma adat di Kasepuhan

SRI.

4. Mengetahui peran pemimpin adat terhadap pemeliharaan norma adat.

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

tentang dinamika kepemimpinan tradisional, pada masa sekarang yang dapat

memperkaya pengetahuan mengenai pola-pola kepemimpinan. Selain itu hasil

studi ini dapat dimanfaatkan juga oleh pengambil kebijakan dalam pemerintahan

Page 25: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

6

dalam rangka menyusun program pengembangan masyarakat agar dapat memiliki

pendataan yang lebih tepat.

Page 26: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Kepemimpinan Adat

Kepemimpinan merupakan bagaimana cara seseorang untuk

mempengaruhi orang lain, untuk melegalkan/tercapai segala hasrat tujuannya.

Beberapa ahli mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan yang di

miliki seseorang di dalam melaksanakan/mempengaruhi tindakan orang lain

dalam menentukan respons yang diinginkan, serta mereka di dalam

menjalankannya dengan senang hati (Dahama dan Bhatnager 1980).

Kepemimpinan sebagai pola hubungan yang kuat antara pemimpin dan yang di

pimpin, serta disesuaikan tempat dan situasi di mana mereka berada di dalam

melaksanakan kepemimpinannya (Nordholt. 1987).

Menurut Kartodirdjo (1984), akibat interaksi antara orang dengan

kepribadian yang kuat dengan faktor situasional akan menghasilkan pemimpin.

Secara terperinci lagi bahwa kepemimpinan adalah pertemuan antar berbagai

faktor yang diantaranya adalah : (1) Sifat golongannya, (2) Kepribadian dan (3)

Situasi atau kejadian. Ketiga faktor itu menunjukan sifat multidimensional gejala

kepemimpinan, yaitu aspek sosial-psikologis, sosiologis-antropologis, dan sosial-

historis. Pendekatan sosial-psikologis akan memusatkan perhatian kepada sistem

dan akan mengungkapkan banyak ciri-ciri kepemimpinan ataupun sifat

kepribadian yang menjadi indikator atau tolak-ukur kepemimpinan. Sebaliknya

dapat dikatakan bahwa kepemimpinan adalah fungsi dari sistem kepribadian. Pada

dimensi sosiologis-antropologis bisa dilihat dari pola interaksi pemimpin dengan

masyarakatnya, sedangkan dimensi sosial-historis dengan maksud agar konteks

sosial-historis lebih menekankan pada perbandingan tentang kepemimpinan,

waktu atau masa kepemimpinan.

Dewasa ini banyak pengertian tentang pemahaman masyarakat adat dari

berbagai pihak. Ada 3 (tiga) rujukan yang dapat digunakan untuk melakukan

pemahaman terhadap pengertian komunitas adat (diterjemahkan umumnya

sebagai traditional communities, atau juga disebut indigenous, yaitu menurut

Page 27: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

8

Pemerintah, menurut LSM Kongres Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), dan

menurut Bank Dunia.

Menurut Pemerintah Republik Indonesia memberi batasan pengertian

Komunitas Adat Terpencil adalah sebagaimana termaktub dalam Pasal 1 ayat (1)

Keppres No. 111 Tahun 1999 tentang Pembinaan Kesejahteraan Sosial Komunitas

Adat Terpencil sebagai berikut :

“Komunitas Adat Terpencil yang selama ini dikenal dengan

sebutan masyarakat terasing adalah kelompok sosial budaya

yang bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum

terlibat dalam jaringan dan pelayanan baik sosial, ekonomi

maupun politik.”

Menurut Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) hasil kongres pada

tahun 1999, menyatakan bahwa:

“Masyarakat adat adalah komunitas-komunitas yang hidup

berdasarkan asal-usul secara turun-temurun di atas satu

wilayah adat, yang memiliki kedaulatan atas tanah dan

kekayaan alam, kehidupan sosial budaya yang diatur oleh

hukum adat, dan lembaga adat yang mengelola

keberlangsungan kehidupan masyarakat.”

Sedangkan menurut Bank Dunia (Panduan Oprasional 2001), menyebut

Komunitas Adat Terpencil (KAT) dengan istilah Indigenous Vulnerable People

(IVP) mendefinisikan Masyarakat Adat sebagai berikut :

“Kelompok-kelompok yang memiliki identitas sosial dan

budaya yang berbeda dari kelompok dominan dalam

masyarakat dan menyebabkan mereka rentan dirugikan

dalam proses penanganan.”

Ada 2 (dua) point utama yang menunjukkan komunitas adat. Pertama

memiliki identitas sosial budaya berbeda (unique) dibanding kelompok dominan

masyarakat dan cenderung berada dalam posisi dirugikan. Karakteristik

masyarakat adat menurut Pemerintah berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Keppres No.

111 Tahun 1999 tentang Pembinaan Kesejahteraan Sosial Komunitas Adat

Terpencil adalah :

1. Berbentuk komunitas kecil, tertutup dan homogen

2. Pranata sosial bertumpu pada hubungan kekerabatan

3. Pada umumnya terpencil secara geografis dan relatif sulit dijangkau

Page 28: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

9

4. Pada umumnya hidup dengan ekonomi subsisten

5. Peralatan dan teknologinya sederhana

6. Ketergantungan kepada lingkungan hidup dan sumber daya alam setempat

relatif tinggi

7. Terbatasnya akses pelayanan sosial, ekonomi dan politik.

Sementara itu AMAN memberikan batasan karakteristik masyarakat adat

sebagai berikut :

1. Ketergantungan manusia dengan alam

2. Hak penguasaan dan/atau kepemilikan bersama komunitas (communal

property resources) atau kolektif yang dikenal sebagai wilayah adat

3. Sistem dan struktur pengaturan berdasarkan kelembagaan adat

memberikan kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang

mereka hadapi

4. Sistem alokasi dan penegakan hukum adat untuk mengamankan

sumberdaya milik bersama dari penggunaan berlebihan, baik oleh

masyarakat sendiri maupun oleh orang luar komunitas

5. Mekanisme pemerataan distribusi hasil panen sumberdaya alam milik

bersama.

Menurut Bank Dunia dalam Panduan Operasional Bank Dunia (2001),

tentang Masyarakat Adat, karakteristik yang diberikan bahwa kelompok

masyarakat dikatakan komunitas adat (indigenous) adalah sebagai berikut :

1. Keterikatan yang kuat atas tanah leluhur dan pada sumber daya alam di

area tersebut.

2. Mengidentifikasi diri sendiri dan diidentifikasi oleh lainnya sebagai

kelompok yang berbeda budaya.

3. Memiliki bahasa asli yang berbeda dari bahasa nasional

4. Adanya lembaga adat sosial dan politik

5. Produksi terutama untuk kebutuhan sendiri (subsisten)

Page 29: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

10

Matriks 2.1. Perbandingan Rujukan Tentang Pengertian Masyarakat Adat

Aspek Sumber Rujukan

Pemerintah AMAN World Bank

Ciri khas - Lokal

- Terpencar

- Turun temurun

- Wilayah adat

- Kepemilikan

kolektif

- Memelihara

lembaga Adat

- Berbeda

identitasnya

- Terikat akan

tanah leluhur

- Bahasa sendiri

(kelompok

minoritas)

Aksesibilitas - Terpencil,

kurang atau

belum

dilayani

- Terbatas

jaringan

pelayanan

sosial

ekonomi dan

politik

- -

Eksistensi - - Berdaulat

- Hukum dan

lembaga adat

- Hidup

subsisten

(rentan di

rugikan)

Weber (dalam Setiadi dan Kolip, 2011) membagi kepemimpinan tersebut

dari perspektif otoritas atas tiga bagian yaitu otoritas kharismatik, otoritas

tradisional dan otoritas rasional. Kepemimpinan tradisional didasarkan pada

otoritas berdasar pada pengakuan kultural. Biasanya, kepemimpinan yang

didasarkan kepada kepemimpinan tradisional (termasuk juga kepemimpinan

genealogic-hereditically atau keturunan dan kharismatik), sangat memudahkan

dalam mempengaruhi masyarakat.

Konsep kekuasaan atau otoritas karismatik di dalam masyarakat Indonesia

pada umumnya masyarakat Jawa khususnya, mempunyai denotasi pengertian

kesaktian. Menurut Anderson (dalam Kartodiredjo, 1984) bahwa konsep Jawa

mengenai kekuasaan berdimensi empat sesuai dengan konsep dalam pewayangan:

sakti-mandraguna, mukti-wibawa. Mandraguna menunjukan pada kecakapan,

kemampuan ataupun keterampilan dalam satu atau beberapa bidang, seperti olah-

senjata, kesenian, pengetahuan dan sebagainya. Mukti lebih berhubungan dengan

Page 30: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

11

kedudukan yang penuh kesejahteraan. Wibawa berarti kedudukan terpandang

(prestige) yang membawa pengaruh besar (Kartodiredjo.1984).

Dengan adanya komponen kekuasaan, dan wewenang berarti terdapat

bentuk hubungan simetris dan asimetris. Menurut Soekanto (1987), Pada

kenyataannya terdapat lebih banyak hubungan asimetris dari pada hubungan

simetris. Salah satu bentuk hubungan asimetris didasarkan pada daya tarik

(misalnya karena mempunyai kualitas tertentu), sedangkan bentuk hubungan

asimetris yang lain terjadi melalui tekanan (coercive) dari atas dan kepatuhan dari

bawah.

2.1.1. Kepemimpinan Adat Dalam Pemeliharaan Norma Adat

Masyarakat Adat merupakan suatu bentuk masyarakat kecil yang timbul

berdasarkan hubungan kekerabatan misalnya di dalam suku, terdapat ikatan sosial

yang kokoh di antara sesama anggotanya. Ikatan sosial ini ditandai dengan

keanggotaan yang relatif kecil, solidaritas di antara sesama anggota suku, serta

adanya kepemimpinan yang kharismatik yang timbul dari dalam hubungan

kekerabatan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan kekeluargaan

dalam suatu masyarakat tidak dapat dipisahkan dari tata susunan atau struktur

masyarakat adat yang bersangkutan, karena di antara keduanya ada hubungan

timbal balik dimana: (1) Tata susunan masyarakat memberikan corak pada sistem

kekeluargaan, (2) Hubungan kekeluargaan dapat memberikan corak pada tata

susunan masyarakat (Kartasapoetra, 1986).

Keeratan hubungan antara sesama anggota karena adanya solidaritas yang

kuat serta kepemimpinan yang sangat kharismatik yang tumbuh dalam masyarakat

adat sangat menentukan sifat elastisitas ikatan sosial pada masyarakat, yang pada

akhirnya sangat berpengaruh pada terbentuknya satuan sosial yang lebih besar

yang sangat tergantung pada elastisitas dalam masyarakat adat tersebut.

Menurut Garna (1992:96), yang terpenting dalam membahas masyarakat

adat adalah: pertama kelompok tersebut tidaklah statis seperti dianggap orang atau

memiliki alam pikiran bersahaja yang dipengaruhi oleh tradisi, ataupun tidak

memiliki kepercayaan. Kedua ialah tampak pada pengertian tentang masyarakat

terpencil sebagai konsep kerja atau oprasional para penyuluh masyarakat berubah

Page 31: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

12

dari waktu kewaktu. Kontak masyarakat luar memungkinkan suatu kelompok

masyarakat mengalami perubahan sosial, dalam waktu cepat atau melalui kurun

waktu yang panjang, tergantung dari berbagai aspek dorongan baik dari dalam

maupun dari luar masyarakat tersebut.

Menurut Havelock (dalam Dama, 1987). pemimpin yang sukses adalah

pemimpin yang dapat memodifikasi (menyesuaikan kondisi) diri dengan norma

yang baru yang di inginkan oleh masyarakatnya, serta di dalam melaksanakan

tugas kepemimpinannya harus memahami fungsi kepemimpinan yang di

antaranya:

1. Memahami situasi dan kondisi kehidupan masyarakatnya.

2. Mempertahankan dan memodifikasi norma dan tujuan masyarakatnya

sesuai kebutuhannnya.

3. Menumbuhkan peranan akan kelembagaan yang dapat menunjang

pemenuhan kebutuhan masyarakat

4. Mengharmoniskan pola-pola hubungan kerja dalam masyarakat.

Pemahaman pemimpin terhadap situasi/kondisi wilayahnya harus

mempunyai kelenturan di dalam melaksanakan sebuah aturan untuk kepentingan

masyarakatnya di tengah gempuran teknologi yang semakin maju dewasa ini,

tanpa menghilangkan identitas dari masyarakat tradisional tersebut.

Selanjutnya masyarakat adat yang ada di Indonesia telah dilegitimasi oleh

perundang-undangan yang berlaku, berhak menjalankan segala tata-aturan

(norma-norma) yang dimiliki oleh masyarakat adat masing-masing. Hal tersebut

diperkuat dengan Undang-undang otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 1999

mengakui masyarakat hukum adat yang di dalam undang-undang tersebut disebut

dengan kata desa. Pasal 1 huruf O memberikan pengertian tentang desa sebagai

berikut: Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa,

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di

daerah kabupaten.

Masyarakat adat dari setiap wilayah yang ada di Indonesia mempunyai

karakteristik sendiri-sendiri dan mempunyai norma-norma masing-masing pula

Page 32: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

13

dalam menjalankan segala kehidupannya, sehingga senantiasa menjaga

keseimbangan alam dan hubungan dengan pemimpinnya sampai dengan saat ini,

namun terdapat kelemahan dari masyarakat adat tersebut terutama terhadap tanah

(lahan) karena dalam masyarakat adat tanah dimiliki oleh adat atau kepemilikan

kolektif serta tidak memiliki surat maupun sertifikat perorangan, hal tersebut

banyak terjadi penyerobotan lahan adat oleh masyarakat luar7.

Masyarakat Adat mulai bergeser dari pola kehidupan tradisional menuju

ke pola kehidupan masyarakat modern, namun tidak seluruhnya meninggalkan

pola kehidupan tradisional. Hal ini menimbulkan perubahan-perubahan dalam

kehidupan masyarakat. Sebagai akibatnya timbul formalisme, yaitu adanya nilai-

nilai pengaturan yang diterbitkan secara teoritis yang dalam hal ini adalah

pemerintah yang dapat menerbitkan sebuah regulasi (aturan), tetapi pada

kenyataannya diabaikan dan masih cenderung menganut pola-pola lama (Louer,

1993). Proses ini yang disebut perubahan pola tradisional menuju modernisasi

telah melenyapkan atau setidaknya menghancurkan tradisi lama, seperti

perubahan pada norma-norma yang ada di masyarakat tradisional.

Dalam perspektif modernisasi masyarakat di pandang sebagai suatu entitas

yang dapat tumbuh dan berkembang. Mulai dari bentuk masyarakat yang sangat

sederhana, hingga masyarakat modern. Karena itu suatu masyarakat akan selalu

mengalami perubahan-perubahan, walaupun perubahan sosial tersebut berjalan

secara perlahan-lahan dan bertahap (Suwarsono 1991).

Menurut Talcott Parsons masyarakat selalu dilandasai dan diikat oleh

norma dan nilai yang telah disepakati sebagai landasan di dalam kehidupan.

Artinya masyarakat secara harmonis terikat dan berusaha mempertahankan nilai

dan norma tersebut dalam kestabilan bersama, maka dalam sudut pandang ini,

perubahan dan konflik berusaha diselesaikan sendiri di internal mereka agar tidak

merusak tatanan sosial yang sudah ada. Ini menunjukan unsur norma merupakan

hal yang penting di dalam masyarakat.

7 Salah satu kelemahan dari masyarakat adat adalah akan kepemilikan tanah (lahan) yang memang

tidak tertulis dan dimiliki secara kolektif. Contoh kelemahan tersebut adalah permasalahan lahan

di Baduy yang selalu diambil oleh masyarakat luar Baduy dengan alasan tapal batas dan surat

tanah (sertifikat) yang tidak dimiliki oleh masyarakat Baduy, serta perambahan hutan. Lihat di

http://feryfaturohman.blogspot.com/2009/08/keresahan-masyarakat-adat-baduy-dan.html

Page 33: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

14

Dalam proses perkembangannya dinamika proses masyarakat tradisional

dihadapkan pada dua permasalahan pokok, yakni perubahan yang terjadi karena

dinamika internal secara sadar harus dihadapi sesuai dengan perubahan

lingkungan sosial dan alamnya, khususnya yang disebabkan oleh tekanan

penduduk. Masalah kedua adalah perubahan-perubahan yang dipaksakan kepada

mereka oleh pemerintah resmi (nasional) dalam bentuk program pembangunan

desa (Dove, dalam Garna 1993).

Menanggapi tekanan dari dalam maupun dari luar, menurut Dove, norma

masyarakat tradisional Indonesia tidak statis melainkan merupakan suatu

penyesuaian dan perubahan terus menerus dalam suatu proses adaptasi (Dove,

1985). Berbagai bentuk strategi adaptasi di tempuh oleh masyarakat dalam

menyeimbangkan integrasi sosialnya yang terguncang karena tekanan struktur

tersebut (Salman, 1995).

2.1.2. Peranan Kepemimpinan Adat

Kepemimpinan adat tidak bisa dilepaskan dari kepemimpinan berbasis

genealogic-hereditically (keturunan) dan kharismatik, namun diantara dua

tipologi basis kepemimpinan ini, kepemimpinan berbasis kharismatik merupakan

peletak dasar setiap kepemimpinan adat di berbagai entitas sosial.

Peranan pemimpin adat mengacu kepada wewenang adat seperti yang

dikemukakan oleh Weber, di mana kepatuhan tidak diterima sebagai peranan

menurut aturan formal, akan tetapi kepada individu yang menduduki posisi

wewenang yang didasarkan kepada tradisi (Parsons dalam Ismady, 1992).

Dalam menjalankan perannya, pemimpin harus mempunyai pengaruh yang

dijadikan sebagai dasar kepemimpinan yang dilihat dari segala aspek. Dasar

sumber pengaruh ini erat kaitanya dengan ukuran atau kriteria yang digunakan

untuk menggolongkan masyarakat ke dalam lapisan-lapisan. Menurut Soekanto

(1987), penggolongan masyarakat ke dalam lapisan-lapisan tersebut biasanya

menggunakan ukuran atau kriteria: kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan ilmu

pengetahuan. Hal itu juga dapat dijadikan landasan bagi seorang pemimpin.

Menurut Prasadja (1986), kepemimpinan seseorang didasarkan pada kekuasaan

formal, kepercayaan, dan kekayaan, akan tetapi untuk pemimpin informal seperti

Page 34: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

15

halnya pemimpin adat, kepercayaan dan kekayaanlah yang paling utama

sedangkan kekuasaan legal tidak harus ada.

2.2. Kepatuhan Adat Terhadap Norma Adat

Kepatuhan merupakan adalah tingkat kesesuaian perilaku seseorang

terhadap norma atau kesepakatan dengan pihak lain. Dasar-dasar kepatuhan

menurut Bierstedt dalam Soekanto (1987), diantaranya adalah: a. Introduction, b.

Habituaion, c. Utulity, d. Group Identification. Adapun penjelasan mengenai

dasar-dasar kepatuhan, sebagai berikut:

a. Introduction

Alasan utama masyarakat mematuhi peraturan adalah karena dia telah

diindoktrinir untuk mematuhi peraturan dari sejak kecil.

b. Habitiation

Sejak kecil manusia mengalami sosialisasi maka lama kelamaan menjadi

suatu kebiasaan untuk memenuhi kaedah-kaedah yang berlaku. Memang

pada awalnya sukar untuk menerima peraturan itu tetapi karena setiap hari

ditemui, maka lama kelamaan menjadi sebuah kebiasaan.

c. Utility

Alasan utama masyarakat mematuhi peraturan di sini adalah karena satu

sama lain manusia itu berbeda. Apa yang pantas bagi dirinya, mungkin

bagi orang lain dianggap tidak pantas. Dengan demikian, maka salah satu

faktor masyarakat taat aturan karena kegunaan daripada peraturan tersebut,

maka perlu disadari bahwa hidup itu perlu ada yang menjamin

kehidupannya.

d. Group Identification

Seseorang mematuhi kaedah-kaedah yang berlaku dalam kelompoknya

bukan karena dia menganggap kelompoknya lebih dominan dari

kelompok-kelompok lainnya, akan tetapi justru karena ingin mengadakan

identifikasi dengan kelompoknya.

Page 35: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

16

Kepatuhan sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat adat, dengan

adanya kepatuhan maka peraturan-peraturan yang dibuat akan dijalankan sesuai

dengan ketentuan. Masyarakatpun akan hidup dengan tentram dan damai tanpa

adanya suatu permasalahan karena semua orang mematuhi peraturan.

Masyarakatnya telah menjadikan suatu aturan sebagai sebuah kebiasaan dan tidak

menjadikan aturan sebagai suatu beban karena masyarakat sadar akan manfaat

dari kepatuhan itu sendiri.

2.3. Kekuasaan Kepemimpinan Adat

Pola kepemimpinan dan struktur kekuasaan pada suatu masyarakat sangat

ditentukan oleh kondisi masyarakatnya. Struktur kekuasaan bukanlah hubungan

yang statis, akan tetapi berpotensi untuk mengalami perubahan. Pemahaman

terhadap perubahan sosial yang menjurus pada perubahan struktur kekuasaan pada

masyarakat Kasepuhan SRI akan dilakukan dengan pendekatan sejarah. Berawal

dari pemahaman bahwa sebuah struktur sosial dapat berubah karena terjadinya

perubahan pada komponen sosial lain dan sejarah menawarkan pendekatan untuk

memahami perubahan sosial.

Perubahan sosial secara umum sangat luas cakupannya dalam semua

institusi mulai dari agama, ekonomi, adat, politik, kekuasaan dan keluarga.

Pendekatan sejarah sangat dibutuhkan untuk mengkaji dinamika dalam

masyarakat Kasepuhan SRI. Realita yang dibutuhkan ialah gambaran dinamika

struktur kekuasaan dalam masyarakat Kasepuhan SRI.

Struktur kekuasaan pada setiap daerah berbeda-beda karena ada banyak

faktor yang mempengaruhinya, seperti kondisi sosial masyarakat, budaya dan

latar belakang sejarahnya. Menurut Almond dan Powell dalam Siregar (1999),

struktur kekuasaan mengacu pada tingkah laku para individu yang dapat diamati.

Konsep tersebut menjadi acuan dalam melihat struktur kekuasaan masyarakat

Kasepuhan SRI.

Menurut Weber dalam Wrong (2003), mengatakan bahwa kriteria utama

dari otoritas adalah kepatuhan sukarela. Secara destingtif, otoritas adalah system

keyakinan yang mendefinisikan pelaksanaan kontrol sosial sebagai sah, kemudian

Page 36: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

17

Weber membedakan otoritas atas tiga tipe berdasarkan keyakinan legitimasi yang

memvalidasikan mereka, yakni:

1. Otoritas yang dilegitimasikan oleh kesucian tradisi. Tatanan sosial saat

ini dipandang sebagai suci, abadi dan tidak bisa dilanggar dalam

“otoritas tradisional”. Orang atau kelompok dominan biasanya

didefinisikan oleh warisan, dianggap telah ditetapkan sebelumnya

untuk memerintah yang lain.

2. Otoritas kharismatis, dimana seorang pemimpin dan misinya sebagai

diilhami oleh Tuhan atau kekuatan supranatural. Ketaatan kepada

pemimpin dan keyakinan bahwa keputusannya meliputi semangat dan

cita-cita gerakan adalah sumber ketaatan kelompok pada perintah-

perintahnya.

3. Otoritas legal, yaitu otoritas yang dilegitimasi oleh keyakinan

formalitas pada supermasi hukum apapun isi spesifiknya, dalam

system ini kepatuhan tidak disebabkan oleh orang, akan tetapi oleh

seperangkat prinsip hukum yang berlaku.

Weber dalam teorinya juga mengemukakan tentang hal-hal yang

mendasari legitimasi terhadap kekuasaan penguasa yaitu, kesucian tradisi dan

faktor ketergantungan kepada penguasa. Ketergantungan yang lebih mendasar dari

rakyat terhadap penguasanya adalah ketergantungan ekonomi. Russel memandang

bahwa kekuasaan terdapat dalam bentuk kekayaan, tentara, pemerintahan, jasa

dan pengaruh. Kekayaan yang diperoleh dapat merupakan hasil dari kekuasaan

dengan mempergunakan kekuatan tentara dan pengaruh. Kekuasaan ekonomi

yang sekarang menjadi sumber kekayaan adalah sumber asal semua jenis dari

hasil kekuasaan yang lain, sedangkan kekayaan sendiri diartikan sebagai hak

untuk memiliki sesuatu sebagai sumber kesejahteraan yang dapat diatur,

dinikmati, dipindah untuk kesenangan pemiliknya.

2.4. Kelembagaan Sosial di Masyarakat Adat

Koentjaraningrat (1984), menyatakan bahwa kelembagaan atau pranata

sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada

aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam

Page 37: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

18

kehidupan masyarakat. Definisi tersebut menekankan pada sistem tata kelakuan

atau sistem norma untuk memenuhi kebutuhan. Polak dalam Kolopaking et al

(2003), Kelembagaan sosial atau social institution adalah “ suatu kompleks atau

sistem peraturan-peraturan dan adat istiadat yang mempertahankan nilai-nilai

yang penting”. Kelembagaan itu memiliki tujuan untuk mengatur antar hubungan

yang diadakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang paling penting.

Menurut Doorn dan Lammers dalam Kolopaking et al (2003),

Kelembagaan sosial pada dasarnya menyangkut seperangkat norma atau tata laku.

Konsisten dengan itu, maka fungsi kelembagaan sosial adalah:

1. Memberi pedoman berperilaku pada individu/masyarakat: bagaimana

mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi

masalah-malah dalam masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan-

kebutuhan,

2. Menjaga keutuhan: dengan adanya pedoman yang diterima bersama, maka

kesatuan dalam masyarakat dapat dipelihara,

3. Memberi pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan kontrol sosial

(social control): artinya pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku

anggotanya, dan

4. Memenuhi kebutuhan pokok manusia/masyarakat.

Menurut Uphoff dalam Kolopaking et al (2003), sampai sejauh ini

memang belum ada yang membedakan secara eksplisit antara institusi dan

organisasi. Uphoff menegaskan, bahwa kelembagaan dapat sekaligus berwujud

organisasi dan sebaliknya. Tetapi, jelas bahwa kelembagaan adalah seperangkat

norma dan perilaku yang bertahan dari waktu ke waktu dengan memenuhi

kebutuhan kolektif, sedangkan organisasi adalah struktur dari peran-peran yang

diakui dan diterima.

Pandangan lain melihat kelembagaan sosial sebagai kompleks peraturan-

peraturan dan peranan sosial yang mempengaruhi perilaku orang-orang di sekitar

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan penting. Terlepas dari perbedaan antara kedua

perspektif tersebut, kunci dalam memahami kelembagaan sosial terletak pada

tekanan akan kebutuhan pokok manusia. Ciri-ciri pokok yang membedakannya

Page 38: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

19

dari konsepsi-konsepsi lain seperti grup, asosiasi, dan organisasi adalah sebagai

berikut (Soekanto, 1990):

1. Merupakan pengorganisasian pola pemikiran dan perilaku yang terwujud

melalui aktivitas masyarakat dan hasil-hasilnya,

2. Memiliki kekebalan tertentu, pelembagaan suatu norma memerlukan

waktu yang lama karena itu cenderung dipertahankan,

3. Mempunyai satu atau lebih tujuan tertentu,

4. Mempunyai lambang-lambang yang secara simbolik menggambarkan

tujuan,

5. Mempunyai alat untuk mencapai tujuan tertentu, dan

6. Mempunyai tradisi tertulis atau tidak tertulis.

Proses perkembangan kelembagaan sosial tersebut dinamakan

pelembagaan sosial atau “institutionalization”. Proses ini meliputi lahirnya

peraturan dan norma-norma baru yang mengatur antarhubungan dan antar aksi,

yaitu suatu proses strukturalisasi antarhubungan melalui ankulturasi konsep-

konsep kebudayaan baru, misalnya nilai-nilai dan norma-norma baru. Proses-

proses seperti ini akan terjadi dimana-mana dan terus menerus dalam masyarakat,

sepanjang mengenai kebutuhan pokok manusia dan melahirkan sistem yang stabil

dan universal. Dengan kata lain, kelembagaan sosial dalam masyarakat

berkembang melalui prose pelembagaan sosial, yaitu suatu proses pengaturan dan

pembinaan pola-pola prosedur (tata cara) disertai beragam sanksi dalam

masyarakat. Proses pelembagaan dimulai dari masyarakat mengenal, mengakui,

mengahrgai, mentaati, dan menerima norma-norma dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah norma-norma diterima berlanjut sampai ke tahap mendarah-daging

(internalisation) atau menghargai norma-norma tersebut.

Tingkat internalisasi norma-norma tersebut dapat dinilai dengan

menggunakan tingkatan norma yang melembaga berdasarkan kuat atau lemahnya

ikatan yang dimiliki oleh norma tersebut. Tingkatan norma tersebut diukur

berdasarkan sanksi moral dan sanksi masyarakat atas pelanggaran yang dilakukan.

Sanksi moral merujuk kepada tingkat perasaan bersalah dari perilaku (individu

atau kelompok) atas pelanggaran yang dilakukannya atas tingkatan norma

tertentu. Sanksi masyarakat merujuk kepada hukuman yang diberikan oleh

Page 39: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

20

masyarakat yang mendukung suatu kelembagaan sosial tertentu terhadap pelaku

yang melakukan pelanggaran atas tingkatan norma tertentu.

2.5. Kerangka Pemikiran

Pada setiap periode kepemimpinan Abah mengalami peristiwa-peristiwa

penting baik nasional maupun lokal, dan peranan Abah di Kasepuhan SRI selaku

pemimpin Kasepuhan mengalami kegoyahan. Guna mempertahankan

kepemimpinannya membutuhkan keluwesan seorang pemimpin dalam memimpin

masyarakatnya.

Pada kepemimpinan Abah ASNdi Kasepuhan SRI Desa Sirnaresmi,

Kecamatan Cicolok, Kabupaten Sukabumi ini yang awalnya otokratis mulai

bergeser ke arah demokratis. Pergeseran ini mengakibatkan perubahan pada

norma-norma adat dalam masyarakat Kasepuhan SRI. Tatali paranti karuhun

sebagai aturan adat yang sangat kuat serta sudah menjadi pedoman hidup bagi

masyarakat Kasepuhan SRI sejak berabad yang silam telah mengalami perubahan

dalam kehidupan masyarakat seiring derasnya modernisasi yang masuk ke

Kasepuhan SRI. Hal tersebut di awali dengan masuknya pendidikan sebagai

gerbang pemikiran rasional, pendidikan tersebut membawa pada pola pikir Abah

sendiri yang semakin maju ditambah dengan keluarga serta incu-putunya

(masyarakat) yang menjadikan mereka mampu berfikir kritis sehingga merubah

cara pandang terhadap pemimpinya.

Kemudian dari dunia pendidikan tersebut mambawa pada interaksi dengan

masyarakat di luar Kasepuhan semakin intens, dan terbukanya akses ke

Kasepuhan semakin lebar yang tentunya bersamaan dengan masuknya jaringan

komunikasi dan infrastruktur ke Kasepuahan seperti akses transportasi, media

komunikasi sehingga merubah cara pandang masyarakat Kasepuhan terhadap

Tatali Paratni Karuhun yang diamanatkan, yang berpengaruh pada pola hidup

kepemimpinan dan incu-putunya di Kasepuhanan saat ini.

Salah satu perubahan di Kasepuhan adalah meningkatnya ekonomi uang

khususnya yang terjadi di kalangan Imah Gede yang nantinya akan mengubah

pada fungsi leuit sebagai pusat ketahanan pangan pada kehidupan di Kasepuhan

SRI. Selanjutnya adalah akan mengantarkan pada perubahan gaya hidup yang

Page 40: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

21

diawali di lingkaran Imah Gede, mengakibatkan pada berubahnya gaya

kepemimpinan Abah sebagai pemimpin di Kasepuhan SRI. Perubahan gaya hidup

tersebut berdampak pada perubahan gaya kepemimpinan Abah terhadap incu-

putunya (masyarakat) yang membawa pada persepsi incu-putu terhadap peranan

Abah selama memimpin di Kasepuhan SRI.

Persepsi tersebut adalah berupa pandangan dari incu-putu terhadap Abah

yang telah memimpin di Kasepuhan mulai dari era kepemimpinan Abah JSN yang

tidak mengenyam pendidikan secara formal sampai dengan era kepemimpinan

Abah ASN dan keluarganya yang telah mendapatkan pendidikan secara formal.

Perubahan gaya kepemimpinan di Kesepuhan Sinar Resmi secara otomatis

akan menumbuhkan sebuah konsekuensi (dampak) baik bagi Abah selaku

pemimpin maupun incu-putu (masyarakat) Kasepuhan SRI, serta kehidupan

antara masyarakat Kasepuhan dengan masyarakat Non-Kasepuhan yang ada.

Dampak dari perubahan kepemimpinan tersebut menyebabkan berkurangnya

kepatuhan masyarakat kepada Abah sebagai pemimpin di dalam menjalankan

kehidupan di Kasepuhan. Dengan perkataan lain bahwa terjadi memudarnya

norma-norma Kasepuhan yang sebabkan oleh berubahnya kepemimpinan adat

sehingga berdampak pada nilai kepatuhan incu-putu kepada pemimpinnya, lihat

Gambar 2.1.

Page 41: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

22

Gambar 2.1. Kepemimpinan Adat Dalam Kepatuhan Masyarakat Pada Norma

Adat

Peningkatan Pendidikan Kontak dengan dunia

luar kasepuhan

Meningkatnya Ekonomi

Uang Perubahan Gaya Hidup

elit Kasepuhan

Perubahan Gaya

Kepemimpinan

Persepsi Masyarakat

Kasepuhan pada Pemimpin

Kepatuhan Masyarakat

Kasepuhan pada Norma Adat

Page 42: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

23

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Batasan Penelitian

Batasan dalam penelitian ini adalah mengkaji, tentang persoalan peran

kepemimpinan. Seorang Abah (Pemimpin) dalam menjalankan kepemimpinannya

di Kasepuhan, sejak kasepuhan itu ada sampai saat ini, berdasar peristiwa yang

terjadi baik secara nasional maupun berskala lokal dalam hubungannya terhadap

apa kepatuhan masyarakat terhadap norma adat. Tujuan penelitian ini adalah : (1)

Bagaimana dinamika gaya kepemimpinan adat di Kasepuhan SRI di tengah

perubahan situasi dan peristiwa penting nasional dan lokal?; (2) Bagaimana gaya

kepemimpinan Kasepuhan SRI saat ini?; (3) Bagaimana dampak perubahan gaya

kepemimpinan adat terhadap tingkat kepatuhan masyarakat akan norma-norma

adat di Kasepuhan SRI?.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kasepuhan SRI, salah satu bagian

dari Kesatuan Adat Banten Kidul. Kasepuhan SRI secara administrasi masuk

dalam Desa Sirnaresmi Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa

Barat. Dipilihnya Kasepuhan SRI menjadi lokasi penelitian karena :

1. Memiliki historis tentang kepemimpinan Kasepuhan mulai dari

Kaepuhan berpindah-pindah tempat, sampai dengan Kasepuhan hidup

menetap, dan dinamika kepemimpinannya.

2. Kasepuhan SRI sebagai gerbang awal masuknya sarana dan prasarana

modern, serta bersinggungan langsung dengan masyarakat luar

Kasepuhan.

3. Meningkatnya pendidikan formal pada masyarakat Kasepuhan,

sehingga masyarakat Kasepuhan lebih kritis di dalam menyikapi

problematika kehidupan kepemimpinannya.

Masyarakat Kasepuhan SRI ini masih berpegang akan nilai-nilai

leluhurnya serta menerima akan masuknya arus modernisasi yang datang dari luar

Page 43: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

24

Kasepuhan SRI. Penelitian ini di laksanakan pada bulan Februari sampai dengan

Maret 2012.

3.3. Pendekatan serta Tahapan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif (qualitative approach),

di mana penekanan utamanya adalah agar melihat sedekat mungkin sasaran

penelitian. Pendekatan kualitatif bertujuan untuk lebih mendalam memahami

secara utuh realitas kondisi objek penelitian dalam keseharian, dengan informasi

yang bersifat subjektif dan historis (Moleong 1993).

Strategi pendekatan dalam penelitian ini adalah menggunakan studi kasus.

Studi kasus merupakan strategi penelitin kualitatif, dengan fokus kajian penelitian

yang mempelajari kasus tertentu, kasus (peristiwa) itu akan berlaku apabila suatu

pertanyaan penelitian “bagaimana” dan “mengapa” yang menyangkut dalam

sebuah peristiwa tertentu, Yin (1981) dalam Salim (2001). Studi kasus yang

menyoroti perilaku individu Abah sebagai pemimpin di Kasepuhan, serta

masyarakat Kasepuhan yang mendapatkan dampak dari kepemimpinannya dari

berbagai tingkatan peristiwa baik nasional maupun lokal.

Kegiatan penelitian ini menggunakan beberapa tahapan yang diantaranya

adalah :

1. Memahami kondisi Kasepuhan SRI itu terbentuk, hal ini penting guna

mengetahui gambaran secara utuh Kasepuhan itu terbentuk dan apa

yang melatarbelakanginya. Kondisi Kasepuhan dapat diperoleh

melalui kajian data primer maupun skunder. Data skunder diperoleh

dari studi literatur baik dari akademisi serta LSM yang terkait dengan

Kasepuhan, serta data primer dapat diperoleh dari wawancara

mendalam pada Abah Kasepuhan SRI, penasehat Kasepuhan, kokolot

lembur (tokoh kampung), maupun masyarakat Kasepuhan yang dinilai

mengetahui terhadap pembentukan Kasepuhan.

2. Memahami kepemimpinan Kasepuhan secara mendalam guna

mendapatkan informasi tentang; (1) Bagaimana dinamika

kepemimpinan di Kasepuhan SRI di tengah perubahan situasi dan

peristiwa penting nasional dan lokal?; (2) Bagaimana gaya

Page 44: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

25

kepemimpinan Kasepuhan SRI saat ini?; (3) Bagaimana dampak

perubahan gaya kepemimpinan adat terhadap tingkat kepatuhan

masyarakat akan norma-norma adat di Kasepuhan SRI?.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Creswell (1998), mengungkapkan bahwa apabila kita akan

memilih studi untuk suatu kasus, dapat dipilih sumber informasi yang meliputi:

observasi partisipan, wawancara, dokumentasi dan laporan. Dalam melaksanakan

observasi partisipan ini peneliti mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh Abah dan

masyarakat Kasepuhan SRI. Kegunaan dari observasi partisipan adalah peneliti

dapat melihat secara langsung objek penelitian, serta memungkinkan

pembentukan pengetahuan bersama antara peneliti dan tineliti.

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara

mendalam, yaitu salah satu bentuk wawancara tak terstruktur yang bertujuan

memperoleh data-data informasi dari semua responden yang dibutuhkan, serta

susunan kata dan urutan pertanyaannya disesuaikan dengan bidang dan

pengetahuan setiap responden. Wawancara mendalam juga dilakukan dengan

semua informan dengan cara dan suasana yang berbeda-beda. Peneliti

menyesuaikan gaya berdasarkan tingkat pemahaman informan, sehingga informan

mudah mengerti maksud dari pertanyaan yang diajukan. Wawancara mendalam

ini dengan menggunakan teknik bola salju dilakukan sampai pada titik jenuh

informasi pengetahuan tentang Kasepuhan SRI.

Sebuah kemudahan yang peneliti dapatkan dalam mendapatkan data primer

dari para informan ialah, karakter setiap informan yang cenderung berterus terang.

Hal ini peneliti rasakan dari ekspresi yang muncul ketika wawancara dilakukan.

Ketika informan menemukan suatu kebaikan dalam pemimpin yang ada di

Kasepuhan, maka mereka berbesar hati menyampaikannya, akan tetapi ketika

pemimpin yang ada di Kasepuhan itu ada cacatnya, dan itu dirasakan dalam

kehidupan sehari-hari, mereka tidak takut-takut membicarakannya.

Studi dokumentasi (literatur), dilakukan dengan melihat hasil dari peneliti

terdahulu yang terkait Kasepuhan SRI berupa skripsi, tesis, kepustakaan, LSM,

maupun tulisan yang diakses dari internet. Dengan menggunakan tiga teknik

Page 45: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

26

dalam pengumpulan data tersebut diharapkan dapat mengurangi kelemahan dari

setiap teknik yang dipakai melalui tambal sulam, sehingga kebenaran interpretasi

dari hasil penelitian ini dapat dipertanggung-jawabkan.

Data yang telah diperoleh dari lokasi penelitian diinterpretasikan kedalam

laporan, dan apabila kekurangan data maka dilakukan komunikasi dengan pihak

Kasepuhan yang telah menyanggupi apabila adanya kekuarangan dalam bentuk

data-data dikemudian hari hingga dianggap lengkap dan memadai. Hal ini

dimungkinkan karena keterbatasan waktu dalam penelitian serta adanya catatan

harian penelitian. Berikut disajikan pada Matriks. 3.1. Jenis data dan sumber

informasi penelitian yang dilakukan pada saat turun lapang.

Matriks 3.1. Jenis Data dan Sumber Informasi dalam Penelitian

No. Data Informasi Sumber Informasi Pendekatan

01. Sejarah Kasepuhan dan

para pemimpin

kasepuhan

Abah Kasepuhan SRI,

tokoh masyarakat adat

Dokumentasi, dan

wawancara

mendalam

02. Aturan-aturan (norma)

dalam kasepuhan

Abah Kasepuhan SRI,

tokoh masyarakat adat

Literatur, dan

wawancara

mendalam

03. Gaya Kepemimpinan

Kasepuhan SRI

Penasehat Abah

Kaspuhan Sinar Resmi

dan dukun serta Amil

Kasepuhan

Wawancara

mendalam

04. Gaya hidup

Kepemimpinan

Kasepuhan SRI

Penasehat Abah, dan 2

incu-putu (masyarakat)

kasepuhan

Wawancara

mendalam

05. Faktor perubahan

Kepemimpinan

Kasepuhan SRI

Penasehat Abah,

kokolot lembur dan

incu-putu (masyarakat)

kasepuhan

Wawancara

mendalam

06. Kelembagaan Kasepuhan Penasehat Abah, Amil

Kasepuhan Dukun,

pamakayaan

kasepuhan

Dokumentasi,

Observasi Partisipan,

Wawancara

Mendalam

07. Pola Hubungan

kepemimpinan dengan

masyarakat kasepuhan

dan non kasepuhan

Abah Kasepuhan SRI,

Kepala Desa

Sirnaresmi, Penasehat

Abah, dan 1 incu-putu

(masyarakat)

kasepuhan

Dokumentasi, dan

wawancara

mendalam

08. Dampak kepemimpinan

Kasepuhan SRI terhadap

Kepala Desa

Sirnaresmi, Penasehat

Wawancara

mendalam

Page 46: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

27

masyarakatnya Abah, dan 2 incu-putu

(masyarakat)

kasepuhan

3.5. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul kemudian diolah melalui analisis interpretatif

suatu penafsiran terhadap hasil pengumpulan data. Pengolahan data tersebut agar

menjadi ringkas dan sistematis, sehingga memudahkan dalam analisis data.

Selanjutnya pengolahan data dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menelaah seluruh data, yaitu dimulai dengan kegiatan mencatat,

membaca, mempelajari dan menelaah data yang tersedia dari berbagai

sumber, baik dari wawancara mendalam, observasi partisipan, studi

dokumentasi.

2. Meredukasi data, yaitu dilakukan dengan jalan membuat abstraksi.

Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan

pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga berada tetap di

dalamnya.

3. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data, yaitu memeriksa kebenaran

dari data yang di peroleh melalui-teknik pengecekan data.

4. Menyajikan data, yaitu mendeskripsikan data yang di peroleh secara

verbal melalui analisis data yang ditetapkan.

Page 47: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

28

BAB IV

GAMBARAN UMUM KESEPUHAN SINAR RESMI

4.1. Lokasi Kesepuhan Sinar Resmi

Secara administrasi lokasi Kasepuhan SRI berada di Kampung Sirnaresmi

Desa Sirnaresmi Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat.

Kasepuhan SRI juga berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional

Gunung Halimun Salak. Kasepuhan SRI berjarak 23 Km dari Kecamatan Cisolok

dan 33 km dari Kabupaten Sukabumi. Batasan wilayah Kampung Sirnaresmi

dibatasi oleh Sungai Cibareno di sebelah utara, Kampung Cibongbong di sebelah

selatan, kampung Cikaret di sebelah timur, dan Desa Cicadas di sebelah barat.

Menurut Pak Buhari kasepuhan Sirna Resmi tidak memandang pada

batasan wilayah yang telah ditetapkan oleh pemerintah secara administratif,

karena jumlah masyarakat (incu-putu) kasepuhan tersebar baik yang ada di desa

Sirnaresmi maupun yang ada di luar desa Sirnaresmi. Pegunungan Halimun yang

secara administrasi sudah dijadikan sebagai Taman Nasional Gunung Halimun

Salak oleh Kementrian Kehutanan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari

kawasan Masyarakat Adat Banten Kidul dan Kasepuhan SRI bagian dari

Masyarakat Adat Banten Kidul.

Kasepuhan SRI berada pada ketinggian 600-1200 meter di atas permukaan

laut, tepatnya berada di lereng selatan Gunung Halimun. Tempat tinggal

masyarakat Kasepuhan umumnya mengambil wilayah yang relatif datar sementara

lahan pertanian masyarakat pada umumnya berada di lereng-lereng bukit. Kondisi

lingkungan di kampung ini relatif alami dikarenakan berada di daerah pinggiran

hutan. Terdapat banyak tanaman keras di sela-sela persawahan atau ladang.

Kondisi cuaca relatif berubah-ubah dan hujan sering terjadi sehingga udara

cenderung dingin dan lembab.

Page 48: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

29

4.2. Demografi

4.2.1. Penduduk

Menurut Abah ASN bahwa karena lokasi Kasepuhan SRI memang berada

di desa Sirnaresmi akan tetapi untuk warga Kasepuhan tersebar mulai dari Desa

Sirnaresmi itu sendiri, Bogor, Banten hingga Lampung. Penulis dalam

mengidentifikasi penduduk dalam penelitian ini dibatasi hanya penduduk yang

berada di Kasepuhan saja bukan jumlah penduduk desa Sirnaresmi. Adapun

jumlah warga Kasepuhan SRI pada saat sekaranng ini berjumlah 8.320 jiwa.

4.2.2. Mata Pencaharian

4.2.2.1. Pertanian Berladang

Pada umumnya incu-putu (masyarakat) Kasepuhan SRI bertani ladang atau

dalam bahasa lokalnya huma yaitu bertani padi di kawasan hutan yang dilakukan

di kawasan pegunungan Halimun dengan sistim penanaman satu tahun sekali,

sesuai dengan norma-norma yang dianut di Kasepuhan. “Ibu Bumi, bapak langit”

adalah falsafah untuk Bumi di ibaratkan sebagai ibu yang melahirkan anak hanya

satu kali, maka perlakukanlah ibu dengan baik, dan langit yang memberikan

kehidupan kepada bumi berupa hujan guna menyuburkan tanaman terutama padi.

Adapun rangkain dalam sistim huma di Kasepuhan SRI berikut diuraikan dalam

matriks dibawah ini:

Matriks 4.1. Rangkaian Ritual Kegiatan Huma di Kasepuhan SRI

No. Kegiatan Uraian Pelaksanaan

01. Narawas Menandai ladang yang akan di

jadikan lahan humma

Juni

02. Nyacar Membersihkan lahan biasanya

selama seminggu

Juli

03. Ngahuru Membakar tanaman perdu yg

tdk brguna untuk dijadikan

pupuk organik

Agustus

04. Ngerukkan Membakar sisa-sisa perdu yang

belum di bakar

Agustus

05. Nyara Meremahkan (diolah agar tanah

gembur)

Agustus

06. Ngaseuk Merupakan kegiatan menanam

padi huma dengan memasukkan

September

Page 49: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

30

benih ke dalam lubang

menggunakan aseuk (tongkat

kayu). Dilakukan oleh Abah

pertama kalinya dan diteruskan

dengan incu-putu Kasepuhan

07. Ngored Menyiangi padi Oktober

08. Beberes Mager Ritual selametan dilakukan di

ladang yang diikuti oleh sebagai

tokoh Kasepuhan gunanya

adalah untuk menjaga padi dari

serangan hama. Kegiatan ini

dilakukan di huma serang

(ladang milik Kasepuhan),

kegiatan ini dilaksanakan sekitar

bulan Muharam (perhitungan

dalam kalender Islam).

Oktober

09. Ngarawunan Ritual untuk meminta isi padi

agar tumbuh dengan subur,

sempurna dan tidak ada

gangguan. Kegiatan ini

dilakukan oleh semua incu putu

untuk meminta doa kepada

Abah melalui bagian

pamakayaan (bagian pertanian).

Ngarawunan dilakukan setelah

padi berumur tiga bulan sampai

empat bulan.

November

10. Mipit Memanen padi huma yang

dilaksanakan di huma serang

(ladang milik kasepuhan), alat

yang digunakan untuk memanen

padi ini disebut ani-ani, dan

sebelum pemotongan padi

pertama dilakukan “pengawinan

padi” sebagai simbol rasa sukur

hal ini dilakukan oleh Abah dan

didampingi dengan bagian

Pamakayaan.

April

11. Ngalantayan Padi yang sudah di potong

kemudian dijemur dengan

menggunakan bambu atau

pohon, dan berjajar dijemur

selama satu bulan

April

12. Mocong dan

ngunjal

Mengikat padi yang kering

(dipilah) kembali untuk

diangkut ke lumbung

Mei

Page 50: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

31

13. Nutu dan

Nganyaran

Kegiatan menumbuk padi

pertama hasil panen, dilakukan

oleh para ibu-ibu Kasepuhan.

Sedangkan nganyaran memasak

nasi menggunakan padi hasil

panen pertama, dua bulan

setelah masa panen dan di

santap dengan cara bersama.

Juni

14. Seren taun Seren-taun merupakan puncak

dari ritual pertanian yang ada di

Kasepuhan yaitu memasukan

hasil panen ke lumbung (leuit si

jimat) dari hasil panen tersebut

tiap warga menyumbangkan

padi minimal 2-5 (dua sampai

lima) ikat (beungkeut) yang di

rata-ratakan dengan setandar

kilogram sebanyak 10-14,5 kg.

Juni

Sumber : data primer (diolah), 2012

Setiap rangkain kegiatan pelaksanaan huma di Kasepuhan SRI semuanya

diawali dengan ritual. Menurut Abah ASNmenta do’a ka Gusti Alloh lan

salametan ngirim-do’a ka para leluhur Kasepuhan menta kaberkahana, yang

artinya minta do‟a kepada Allah, serta mengirim do‟a kepada para leluhur

Kasepuhan minta keberkahannya dan pada ritual selametan tersebut diadakan di

Imah Gede yang dihadiri oleh para sesepuh serta incu-putu Kasepuhan SRI.

Dalam hal selamatan tersebut dijelaskan oleh Bapak Bahari selaku amil

Kasepuhan SRI sebagai berikut:

“Padi hasil panen dari incu-putu tersebut, akan di serahkan kepada

Abah sebanyak 2 sampai dengan 5 beungkeut (ikat) sebagai tatali.

Tatali dapat diartikan sebagai ikatan satu sama lain dalam incu-

putu Kasepuhan sebagai solidaritas sosial yang kuat. Padi yang

telah diserahkan kepada Abah tersebut akan di simpan di lumbung

kasepuhan disebut Leuit si Jimat, selain itu juga dikenakan zakat

sekitar 10 ikat/beungket padi. Zakat tersebut di gunakan untuk

keperluan (menggaji) para kelembagaan adat seperti Dukun, Paraji,

Pamaro, Kokolot Lembur dan lain sebagainya. Walaupun dalam

memberikan zakat tersebut tergantung hasil yang dicapai ketika

panen padi dari setiap incu-putu.”

Gabah yang telah di proses dengan cara di tumbuk menggunakan alat

penumbuknya disebut lesung kemudian menjadi beras. Dalam aturan Kasepuhan

SRI melarang setiap incu-putu (masyarakat Kasepuhan) untuk memperjualbelikan

Page 51: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

32

beras, karena gabah yang telah diproses menjadi beras dapat diartikan seperti

seorang perempuan, apabila telah terkupas gabah dengan kulitnya dan menjadi

beras dapat diumpamakan seperti perempuan yang tidak berbusana. Jadi

memperjualbelikan beras maka sama saja dengan memperjualbelikan seorang

perempuan.

Peraturan Kasepuhan SRI melarang dalam memperjualbelikan beras, akan

tetapi diperbolehkan untuk menjual padi, ketika akan melaksanakan menjual padi

menurut Abah ASNada beberapa syarat yang harus dilaksanakan, yang diantaranya

adalah :

1. Keluarga incu-putu yang akan menjual padi harus memiliki leuit

(lumbung padi) lebih dari satu dan terisi dengan padi semua,

2. Kebutuhan pangan dalam keluarga tercukupi setahun kedepan,

3. Yang dijual adalah bukan berbentuk beras,

4. Tidak boleh dilakukan penjualan berkelanjutan.

Apabila melanggar aturan tersebut, akan mendapat teguran (sanksi) dari

Abah serta mendapatkan kebendon berupa petaka yang akan menimpa pada

keluarga yang melanggar tersebut berupa gagal panen di tahun berikutnya, sakit

dan lain sebagainya, karena sang leluhur marah.

4.2.2.2. Perkebunan dan Peternakan

Pada prinsipnya kegiatan berkebun dan berternak ini dikalangan incu-putu

Kasepuhan sebagai nganunggu panen (menunggu panen padi huma) yang

dilaksanakan pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret, sehingga ada

aktivitas selama menunggu padi huma panen tersebut, kegiatan berkebun dan

berternak seperti:

1. Talun (palawija) atau kebun warga ditanami oleh tanaman pisang,

jagung, kacang, sayur-sayuran dan tanaman buah-buahan,

2. Menanam pohon tahunan seperti mahoni dan albasia untuk

keperluan kayu bakar dan membuat rumah, leuit (lumbung padi),

dan sarana ibadah,

3. Ternak ayam kampung, ternak ikan.

Page 52: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

33

Hasil kebun yang berupa buah-buahan dan sayuran dapat dijual untuk

memenuhi kebutuhan lainnya, seperti pakaian, namun untuk pohon kayu-kayuan

tidak boleh dijual, hanya untuk kebutuhan kayu bakar dan pembangunan sarana

dan prasarana seperti membangun rumah, leuit (lumbung padi), dan sarana

Ibadah.

4.2.2.3. Pengelolaan Hutan

Menurut Marina (2011), kearifan masyarakat adat Kasepuhan dalam

pengelolaan hutan diwujudkan dalam pembagian hutan menjadi tiga bagian,

Leuweung tutupan, Leuweung titipan, dan Leuweung bukaan. Leuweung tutupan

adalah kawasan hutan alam yang dititipkan oleh leluhur untuk generasi

mendatang, dan tidak boleh berubah keutuhannya, yang memiliki

keanekaragaman tumbuhan dan satwa yang tinggi dan termasuk dalam kawasan

lindung karena fungsinya sebagai daerah resapan air (leuweung sirah cai) dan

pusat keseimbangan ekosistem. Kawasan ini tidak boleh dimasuki oleh manusia,

karena menurut adat manusia bukan termasuk makhluk hidup yang tinggal di

hutan. Leuweung titipan adalah kawasan hutan yang boleh dimasuki oleh manusia

atas seizin Abah, dan dengan tujuan untuk pengambilan hasil hutan kayu untuk

kayu bakar dan membuat bangunan dan hasil hutan non-kayu berupa tanaman

obat-obatan, madu hutan, rotan dan sebagainya.

Jika ingin mengambil hasil hutan kayu dari hutan tutupan, masyarakat

harus menanam kembali pohon sebagai pengganti pohon yang ditebangnya sesuai

dengan jumlah pohon yang ditebang. Leuweung bukaan adalah kawasan hutan

yang telah dibuka sejak lama secara turun temurun dan digunakan untuk lahan

garapan masyarakat, baik berupa ladang (huma), sawah, maupun talun (kebun).

Lahan garapan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan papan

(kayu) masyarakat adat. Selain itu, adapula leuweung awisan yang dipersiapkan

untuk lokasi perpindahan pusat Kasepuhan yang merupakan usaha untuk

mendekati lebak cawane (tujuan akhir perpidahan Kasepuhan) yang didasarkan

pada petunjuk yang berkaitan dengan perubahan penting (uga) yang diperkirakan

terletak di antara Gunung Bengbreng, Beser, Suren, Talaga, Herang, Halimun,

Pangkulahan, Putri, Kasur, Salimbar, Bancet, Panyugihan, dan Surandil.

Page 53: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

34

4.3. Sistem Religi di Kasepuhan

Incu-putu (masyarakat) Kasepuhan SRI pada hakekatnya telah beragama

Islam sejak dahulu, tetapi dalam pelaksanaan ritual Kasepuhan masih

dicampurkan dengan sunda-wiwitan seperti adanya kemenyan, mengundang

leluhur guna keselamatan dalam kegiatan. Menurut Sulhi sebagai ustadz di

Kasepuhan yang di tugaskan oleh Kementrian Agama yang ada di Kabupaten

Sukabumi bahwa masyarakat Kasepuhan SRI dalam beragama mengaku

Slampangan dika Gusti Rasul. Slampangan dika Gusti Rasul diartikan sebagai

masyarakat Kasepuhan beragama Islam, mempercayai Nabi Muhammad sebagai

Rasul. Karena diharuskan masyarakat Kasepuhan SRI sampai saat ini beragama

Islam sebatas pengakuan dan keyakinan dalam hati, namun sangat sedikit dalam

pelaksanaan peribadatan.

Abah ASNsebagai pemimpin di Kasepuhan SRI ketika diskusi dengan

Bapak Ustadz Sulhi mengenai Incu-putu yang sangat jarang melaksanakan

peribadatan kecuali shalat Jum‟at, dan jawab Abah:

“Incu-putu mah tos pada gede, masa kudu disuruh-suruh ku

Abah, kan Abah geus nyontokeun ngiringan shalat Jum’at, cuman

incu-putu tacan ngarti mun solat Jum’at jeung solat lima waktu

teh wajib”.

Dalam tatanan kehidupan agama di Kasepuhan dikenal adanya Kiyai

Marhaba dan Kiyai Kamaitan. Kiyai Marhaba adalah berfungsi sebagai pemimpin

dalam pelaksanaan selamatan atau upacara adat yang ada di Kasepuhan SRI

dilaksanakan di dalam Imah Gede, Kiyai Marhaba adalah julukan bagi seseorang

yang biasa membacakan do‟a-do‟a dan orang tersebut adalah seorang Panghulu

atau juga Dukun Kasepuhan.

Kiyai Kamaitan juga sama fungsinya dengan Kiyai Marhaba namun

memimpin selametan dalam bidang pertanian (huma) dan hanya pelaksanaannya

juga di ladang tidak dilangsungkan dalam Imah Gede, serta langsung di pegang

oleh urusan Pamakayaan

Page 54: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

35

4.4. Sejarah Terbentuknya Kasepuhan

4.4.1. Kabuyutan

Sejarah adanya masyarakat Kasepuhan ini menurut Bapak Buhari8 dimulai

dari Sajira Banten, yang dipimpin oleh Buyut Agung dengan masa kepemimpinan

100 tahun. Kemudian diteruskan oleh Aki Buyut Bao Rosa, dan istrinya bernama

Ambu Buyut Sampih dan bertempat di Cipatat Bogor. Dari Cipatat berpindah ke

Maja, setelah beliau wafat, Kabuyutan diteruskan oleh anaknya yang bernama Aki

Buyut Warning dan istrinya bernama Ambu Buyut Samsiah, serta berpindah

tempat ke Lebak Larang.

Ketika Aki Buyut Warning meninggal di Lebak Larang, Kabuyutan

diteruskan oleh Aki Buyut Kayon dan kemudian berpindah tempat ke Lebak

Binong Banten selama 27 tahun. Ketika Aki Buyut Kayon meninggal, anak

pertamanya yang bernama Aki Buyut Ceboy belum dewasa, sehingga

kepemimpinan Kabuyutan diwarnen9 oleh Aki Buyut Santayan dan bertempat di

Pasir Talaga Sukabumi selama 23 Tahun. Setelah Aki Buyut Ceboy dewasa maka

diangkat menjadi Aki Buyut bertempat di Tegal Lumbu Banten hingga ke Bojong

Cisono selama 32 Tahun. Kemudian diteruskan oleh Uyut Jasiun lalu pindah ke

Cicemet.

Kabuyutan, sangat terkait dengan kerajaan Pajajaran karena masih

keturunan Prabu Siliwangi. Pada masa itu, kerajaan Sunda Pajajaran berperang

dengan Kesultanan Banten yang di pimpin oleh Sultan Maulana Yusuf. Akibat

dari kekalahan dalam peperangan tersebut, banyak dari keluarga raja dan

rakyatnya yang senantiasa loyal terhadap rajanya melarikan diri ke arah selatan

(kidul) di kawasan pegunungan, dan satu kelompok dari keturunan inilah

kemudian membentuk masyarakat Kabuyutan. (Adimihardja, 1992).

Menurut Djajadiningrat (1983), bahwa pada Tahun 1579 Masehi ketika

pengambilalihan kekuasaan dari Kerajaan Pakuan-Pajajaran ke Kesultanan Banten

yang di Pimpin oleh Sultan Maulana Yusuf, selain pengambilalihan kekuasaan

juga terjadi penyebaran Agama Islam pada masyarakat Pakuan (Pajajaran) serta

8 Pak Buhori adalah menjabat sebagai Amil atau juru-basa (sekretaris) di Kasepuhan SRI dimasa

kepemimpinan Abah ASN saat ini juga merangkap sebagai carik atau sekretaris desa di desa

Sirnaresmi kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi. 9 Warnen adalah orang yang diserahi menjadi Pemangku adat karena penerusnya belum dewasa

Page 55: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

36

penguasanya yang dipimpin Prabu Suryakencana atau yang di kenal dengan Prabu

Pucuk Umun

Sumber Banten yang ditulis oleh Tb. Roesjan (1954), mengemukakan

bahwa pada tahun 1579 Pakuan Pajajaran diambil kekuasaannya oleh Kesultanan

Banten yang dipimpin oleh Sultan maulana Yusuf, sebanyak 800 anggota kerajaan

Pakuan Pajajaran melarikan diri ke lereng gunung Cibodas dan lereng Gunung

Palasari dan ada yang menyingkir ke Jayanga (Jasinga) dan sekitar Bayah bahkan

ada yang melarikan diri ke daerah Sanghiyang Sirah dan Boros-hongora (Ujung

Kulon). Para Pandita melarikan diri ke daerah selatan tepatnya gunung Kendeng

di daerah selatan disebut dengan penghuni parahyangan yang memelihara sunda

wiwitan dan dikenal dengan masyarakat kanekes (baduy).

Menurut Uwa Ugis10

bahwa di masa kepemimpinan Aki Buyut Agung

sampai dengan Aki Buyut Ceboy adalah masa Kabuyutan dan kabuyutan

merupakan para leluhur dari masyarakat Kasepuhan yang saat ini ada, para buyut

juga yang membuat segala aturan-aturan (norma) tentang kehidupan masyarakat

Kasepuhan yang hingga kini terus dijaga. Penulis tidak membahas kepemimpinan

secara mendalam dari para Kabuyutan tersebut yang dikarenakan minimnya

informasi tenang Kabuyutan, namun penulis mengupas secara mendalam pada

masa Kasepuhan yang hingga kini masih ada.

10

Uwa Ugis adalah Penasehat Abah dari ketiga Kasepuhan yang ada di desa Sirnaresmi yaitu:

Kasepuhan SRI, Kasepuhan CGR dan Kasepuhan CMA. Serta bertempat tinggal (rumah) di

Kasepuhan SRI.

Page 56: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

37

Keterangan :

: Awal Kabuyutan Terbentuk / Buyut pertama

: Buyut Pemimpin Kabuyutan

: Ambu Kabuyutan

: Turunan

Gambar 4.1. Susunan Genealogi Kabuyutan

4.4.2. Kasepuhan

Kasepuhan berasal dari suku kata sepuh dan berasal dari bahasa Sunda

yang artinya tua atau dituakan, kemudian muncul pengertian sesepuh, yaitu orang

yang dituakan dan biasanya memimpin suatu organisasi. Kata Kasepuhan dalam

konteks tulisan ini, mengacu pada pemahaman terhadap suatu kelompok sosial, di

mana semua aktivitas warganya masih berazaskan pada adat-istiadat lama sebagai

warisan nenek moyang (buyut) yang antara lain tampak berupa tata cara menanam

Aki Buyut Agung Sajira Banten

Ambu Buyut Samsiah

Ambu Buyut Sampih Aki Buyut Bau Rosa

(Ciparai Bogor)

Aki Buyut Warning (Lebak Binong Banten)

Aki Buyut Santaian (Pasir Talaga Sukabumi)

Aki Buyut Ceboy (Tegal Lumbu – Gejeng cisono

Banten)

Aki Buyut Jasiun (Era Kasepuhan)

Page 57: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

38

dan memelihara padi di huma (ladang) dalam sistem pertanian tradisional

(Adimihardja, 1992).

Menurut Abah ASN bahwa nama Kasepuhan lahir ketika pada zaman

kepemimpinan Uyut/Buyut/Abah JSN pada tahun 1960 dan nama Kasepuhannya

adalah Cicemet yang disesuaikan dengan nama kampung dimana keberadaan

kasepuhan itu tinggal. Kasepuhan ini terbagi menjadi tiga wilayah adminstratif;

pertama yang terdapat di Kabupaten Lebak Provinsi Banten yaitu di kecamatan

Sajira, Bayah, Cikotok, Cibeber dan Sobang; kedua Kabupaten Bogor terdapat di

Kecamatan Jasinga dan Leuwi liang; ketiga di Kabupaten Sukabumi terdapat

Kecamatan Cisolok.

Pada Tahun 1977 Kasepuhan-Kasepuhan yang terdapat di wilayah Banten

dan Jawa Barat tersebut kemudian di persatukan dalam satu ikatan yang

diprakarsai oleh Gubernur Jawa Barat Solihin GP dan di setujui oleh semua Abah

atau Olot Kasepuhan. Peristiwa tersebut terjadi, di Kasepuhan Cikaret di bawah

kepemimpinan Abah RSD. Dengan nama ikatannya adalah KESATUAN ADAT

BANTEN KIDUL.

Memakai nama Banten Kidul karena berdasarkan historis keberadaan

Kabuyutan ini berada di Banten Kidul (Sajira) serta sehingga berubah menjadi

Kasepuhan. Kasepuhan-Kasepuhan juga terbanyak berada di wilayah Banten Kidul

(selatan) hal-hal itulah yang mendasari nama persatuan seluruh Kasepuhan. Setiap

pemimpin di Kasepuhan hakikatnya berdasarkan keturunan (lihat gambar 4.2.)

sehingga antara tiap Kasepuhan yang ada saat ini umumnya bersaudara satu

dengan yang lainnya.

Page 58: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

39

Keterangan

: Abah Pemimpin Kasepuhan

: Ambu (Istri)

: Ambu (Istri) Dicerai

: Anak Perempuan

: Anak Laki-laki

: Turunan

Gambar 4.2. Susunan Genealogi Kasepuhan

Bela Berlin Saragoza Gia Pilka

Ambu Yuyun Abah Asep Ambu Nunung

Erni Astri Leni Elen Meli

Nyai Sukinten

Abah Uum Sukmawijaya

Abah Ugis

Abah Anom

Iis Lia

Abah AJ Mintarsih Ambu Yayat

Ema Anat

Abah Jiun

Masa Kebuhunan

Nini Ane

Abah RSD

Ema Anom Lesmana

Abah UT Sujati Ambu Purminah Arsih

Page 59: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

40

4.5. Sumber Kekuasaan Kepemimpinan di Kasepuhan

4.5.1. Keturunan

Sumber-sumber kekuasaan didalam kepemimpinan Kasepuhan SRI dibagi

menjadi dua sumber kekuasaan; 1) Keturunan setiap anak laki-laki Abah

merupakan calon pemimpin kasepuhan untuk menggantikan Abah setelah wafat

dan terutama anak laki-laki pertama, 2) Pengikut (incu-putu), 3) Mitos; Pancar-

pangawinan merupakan amanat kepemimpinan yang datangnya dari Prabu

Siliwangi kerajaan Pajajaran, serta masyarakat kasepuhan selalu mengatakan

dirinya sebagai turunannya,

Faktor keturunan (ascribe status), merupakan kecenderungan yang terjadi

adalah jika sang ayah “abah” di Kasepuhan maka kecenderungan anaknya untuk

naik tahta menggantikan ayahnya yang telah mangkat akan lebih besar. Kemudian

incu-putu sebagai masyarakat yang tidak terpisahkan dari Kasepuhan serta

menjadi entitas kepatuhan terhadap Abah. Kemudian pancar pangawinan serta

wangsit sebagai sumber kekuasaan selanjutnya, dan tilu-sapamilu merupakan

sumber norma-norma kehidupan yang tertuang dalam Tatali Paranti Karuhun.

Keturunan anak pertama dari keluarga Abah secara otomatis dapat

menggantikan Abah. Bila telah wafat, namun apabila putra pertama tersebut

dinilai belum memumpuni dari segi usia, akan didahulukan dengan pemimpin

warnen (sela). Pemimpin sela adalah pemimpin pengganti sementara karena calon

pemimpin yang telah ada, belum memumpuni dilihat dari segi usia (baru usia 10-

16 tahun) dan di gantikan sementara kepada saudara Abah yang usianya telah

memenuhi syarat diatas 17 tahun berdasarkan musyawarah keluarga beserta

dukun. Akan tetapi setelah usia 17 tahun makan tampuk kepemimpinan tersebut

akan di serahkan kepada haknya kepada anak yang telah usia 17 tahun tersebut.

Yang kedua apabila seorang Abah tersebut memiliki anak laki-laki lebih dari satu

maka diantara anak-anak laki-laki tersebut memiliki tanda-tanda khusus. Hal ini

yang dapat melihat tanda-tanda pemimpin pengganti Abah berikutnya hanya

seorang Abah itu sendiri sejak anak-anaknya kecil juga Dukun dari Kasepuhan

SRI secara supernatural.

Page 60: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

41

4.5.2. Wangsit

Wangsit merupakan petunjuk secara supranatural yang ada diri pemimpin

atau calon pemimpin (Abah) yang datangnya dari leluhur. Biasanya terdapat tanda

pada calon pemimpin seperti tingka laku maupun simbol yang terdapat di bagian

tubuh calon pemimpin. Menurut Abah ASNwangsit tersebut datangnya secara tiba-

tiba kepada siapa saja yang akan menjadi calon pemimpin dalam sebuah

Kasepuhan, dan wangsit juga bukan hanya untuk mencari figur kepemimpinan

secara magis akan tetapi kepindahan Kasepuhan juga mencari cadangan

kehidupan serta menikah lagi bagi seorang Abah guna memperbanyak keturunan.

Wangsit sebagai sumber kekuasaan dalam kepemimpinan di Kasepuhan,

sebagai legitimasi kepemimpinan maka wangsit tidak bisa dilihat oleh semua

incu-putu, tetapi hanya orang-orang tertentu seperti Abah, dan Dukun, serta

sifatnya yang supranatural maka wangsit ini kebanyakan datangnya lewat mimpi

oleh Abah sebelumnya dan yang mendapatkan wangsit selanjutnya (pengganti)

Abah mempunyai ciri-ciri tertentu yang sesuai dengan mimpi yang dialami oleh

Abah dan akan di kabarkan melalui Dukun kepada incu-putu.

Hampir semua kepemimpinan Abah yang ada di Kasepuhan memperoleh

wangsit guna menjadi seeorang Abah mulai dari Abah JSN, Abah RSD, Abah AJ,

dan Abah Asep. Namun Abah UT yang mengaku dirinya mendapatkan wangsit,

karena sebelum menjabat menjadi Abah bapak Ujat terlebih dahulu menjadi

kepala desa, sehingga menurut beberapa incu-putu bahwa Abah UT hanya

mengaku mendapatkan wangsit guna menduduki Kasepuhan karena di intervensi

oleh pemerintah.

4.5.3. Mitos

Pancar Pangawinan: Klaim Otoritas Adat di Kasepuhan

Terdapat suatu kesadaran yang mendalam bahwa masyarakat Kasepuhan

merupakan keturunan secara langsung dari Prabu Siliwangi dari Kerajaan

Pajajaran yang bersumber dari apa yang mereka sebut pancer pangawinan

(Guillot, 2008). Berdasarkan keterangan beberapa orang sesepuh Kasepuhan serta

dari kokolot lembur bahwa masyarakat Kasepuhan selalu menyatakan dirinya,

Page 61: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

42

kami mah turunan pancer pangawinan_kami ini merupakan keturunan pancer

pangawinan.

Dalam bahasa Sunda, kata pancer berarti lulugu, yang dalam bahasa

Indonesia „asal usul‟ atau „sumber‟ kata pangawinan berasal dari kata ngawin

yang berarti membawa tombak pada saat upacara perkawinan. Kata pangawinan

dikalangan warga Kasepuhan, memiliki makna yang lebih luas. Dengan demikian

kata kawin tercermin makna mempersatukan dua batin yang berbeda, dua

pendapat yang berbeda, dua keinginan yang berbeda dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan menjadi satu tekad, satu jiwa, satu pendapat, satu keinginan,

satu rasa dan satu tujuan, yaitu membina kehidupan yang sejahtera, dan harmonis

lahir batin. Sikap dasar tersebut dinyatakan warga Kasepuhan dengan ungkapan

kata-kata ka cai jadi saleuwi kadarat jadi salebak atau membina suatu

kehidupan yang harmonis dalam satu kesatuan hidup rumah tangga (Adimihardja,

1992).

Pada hakikatnya bahwa dapat dipahami masyarakat Kasepuhan sebagai

keturunan pancer pangawinan. Mereka anggap sebagai suatu magis yang di

ungkapkan dengan kata-kata sing saha nu bisa ngawinkeun langit jeung bumi,

manusa jeung kamanusaanana, eta nu disebut pancer pangawinan. Barang siapa

yang bisa mengawinkan bumi dengan langit, manusia dengan kemanusiaannya,

itulah namanya pancer pangawinan. Abah adalah orang yang diamanatkan yang

harus memegang akan Pancar pangawinan serta dapat legitimasi akan

kepemimpinannya.

Menurut Safa‟at et al (2008), setiap kepemimpinan masyarakat adat

mempunyai pegangan secara mitos guna melanggengkan kekuasaanya dalam

masyarakat, serta bagaimana menjaga aturan-aturan adat yang berlaku sebagai

kekuatan sosial. Abah dinilai oleh kalangan masyarakat Kasepuhan yang menjadi

tuntunan karena memiliki (memegang) pancar pangawinan, sebagai sumber

otoritas kepemimpinan Kasepuhan juga diamanatkan untuk menjaga norma-

norma Kasepuhan. Pancar pangawinan merupakan prasyarat mutlak bagi setiap

pemimpin dan calon untuk memilikinya karena merupakan legitimasi

kepemimpinan terhadap incu-putunya.

Page 62: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

43

Pancar pangawinan dikonstruksi oleh setiap pemimpin adat sebagai

simbolisme kepemimpinan yang sifatnya sangat abstrak dan bersifat individual.

Konstruksi masyarakat bahwa pancar pangawinan merupakan “tanda” atau

“simbol” personal dari setiap individu untuk terpilih sebagai pemimpin dalam

sebuah Kasepuhan, dan fungsi dari Abah yang dapat membaca siapa anaknya

yang memiliki pancar pangawinan serta dibantu dengan Dukun untuk

membacanya secara magis. Sehingga secara historis, kepemimpinan Kasepuhan

dikondisikan untuk tidak terbentuk demokrasi di level bawah.

Pada perinsifnya bahwa pancar pangawinan adalah semua incu-putu

Kasepuhan adalah turunan dari pancar pangawinan, karena pancar pangawinan

ini adalah amanat dari Prabu Siliwangi untuk di incu-putu kasepuhan. Namun

yang menjaga dan memiliki pancar pangawinan adalah pemimpin dari

Kasepuhan, serta menurut Uwa Ugis11

dan Dukun Kasepuhan bahwa tidak semua

Abah memiliki pancar pangawinan, hanya para Abah pendahulu saja yang

memilikinya serta salah satu dari ketiga Kasepuhan yang ada di Desa Sirnaresmi

yang kini memiliki (memegang) pancar pangawinan. Tetapi ketika

dikonfirmasikan kepada Abah ASNsebagai pemimpin di Kasepuhan SRI, Abah

Ugis pemimpin di Kasepuhan CGR, serta Abah Hendrik pemimpin di Kasepuhan

CMA mereka mengakui (klaim) akan memegang pancar pangawinan.

Menurut beberapa sumber yang ada di kasepuhan bahwa walaupun pancar

pangawinan ada yang mengatakan adalah berwujud benda pusaka, serta ada di

pihak lain mengatakan bahwa hanya sebuah kharisma yang datang dari leluhur

yang dapat berpengaruh pada incu-putu akan kepatuhan pada Abah serta aturan-

aturan adat yang telah di tetapkan.

4.6. Pergeseran Sumber Kekuasaan

Sumber kekuasaan yang dipakai Abah AJ adalah keturunan, wangsit serta

mitos (Pancar Pangawinan) guna melegitimasi segala kekuasaanya tersebut Abah

AJ cenderung otorioter kepada incu-putu, tetapi justru dengan penerapan otokratis

tersebut incu-putu merasa senang dan adanya pengakuan kembali semua aturan-

11

Uwa Ugis dan Dukun tidak memberikan keterangan secara terperinci tentang siapa saja para

Abah yang memegang pancar pangawinan secara turun temurun diberikan kepada Abah

tersebut, hanya berupa merujuk pada pendahulu yang mendapatkannya serta kini ada di salah

satu kasepuhan.

Page 63: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

44

aturan adat yang ada. Sehingga kepatuhan incu-putu semakin kuat dan menaruh

kepercayaan yang maksimal kepada Abah AJ.

Legitimasi kekuasaan Abah UT selain faktor keturunan juga adanya pihak

luar Kasepuhan (pemerintah) sehingga di masa kepemimpinannya intrevensi dari

pemerintah terutama dalam pembangunan pertanian semakian kuat dan hal itu

mempunyai konsekuesi pada Incu-putu serta ekistensi kelembagaan leuit semakin

lemah dan itulah yang kemudian memporak-porandakan sistem Huma. Pada masa

kepemimpinannya politik praktis dengan pemerintah mulai menjamah di

kehidupan Kasepuhan. Aroma perpecahan Kasepuhan terjadi pada

kepemimpinannya.

Kepemimpinan Abah ASNini sumber kekuasaan yang mulanya adanya

keturunan, wangsit dan motos kini masuknya pendidikan yang membawa pada

nilai materialisme kebendaan yang pantang dimiliki oleh pemimpin adat, saat

kepemimpinan adat Abah ASNsudah tidak berlaku lagi. “Previlage” sang “Abah”

lebih kepada kehidupan modernisme, misalnya memiliki kendaraan beroda empat,

anak-anak Abah sendiri kurang mengikuti pola kehidupan Kasepuhan serta Abah

lebih mengedepankan relasi luar Kasepuhan kepentingan elit politik baik nasional

maupun lokal.

Page 64: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

45

BAB V

KEPEMIMPINAN DI KESEPUHAN

5.1. Periode Kepemimpinan di Kasepuhan

5.1.1. Kepemimpinan Abah JSN

Kepemimpinan Abah JSN (1937-1960) adalah fase transisi sebagai peletak

pertama didalam pembentukan Kasepuhan dari Kabuyutan. Kasepuhan Abah JSN

terletak di daerah Cicemet, namun akhirnya dipindahkan ke daerah Cikaret.

Pemindahan Kasepuhan ke Cikaret karena selain wangsit alasan lainnya yaitu

kemanan, karena pada waktu itu terjadi penjajahan belanda. Abah JSN memiliki

karakter yang keras dalam kepemimpinannya dan sangat memegang teguh adat

dalam menjalankan aturan Kasepuhan pada incu-putunya.

Di masa pemerintahannya cenderung menunjukkan pola-pola

kepemimpinan yang otokratis, dalam hal pengelolaan sumberdaya pertanian yang

menjadi urat nadi kehidupan masyarakat Kasepuhan. Misalnya saja, Abah JSN

dengan sangat konsisten menjaga aturan pengelolaan lahan adat (huma), dengan

kegiatan penanaman padi sekali dalam setahun dengan masih menggunakan

varietas lokal. Terlebih penyetoran hasil sawah dalam bentuk gabah kering bisa

masuk sepenuhnya ke dalam Leuit, serta mengatur agar pembagian hasil panen

berdasarkan aturan adat dengan mempertimbangkan lapisan sosial berdasarkan

pada jumlah kepemilikan lahan. Kecenderungan yang terjadi, Abah selalu tetap

mempertahankan pola hidup berpindah. Dan dalam permasalahan adat, ketegasan

Abah dan konsistensi Abah menjaga nilai-nilai luhur adat Kasepuhan menjaga

keluhuran nilai-nilai tatali paranti karuhun agar tetap mendarah daging pada

masyarakat Kasepuhan.

Abah JSN lemah ketika menghadapi kuatnya intervensi pemerintah

(Militer/TNI) terhadap masyarakat Kasepuhan. Sehingga pada tahun 1960 nama

Kabuyutan dirubah menjadi Kasepuhan, dan itu disetujui oleh incu-putunya, lihat

dalam gambar 5.1. Seperti yang telah dikemukankan oleh Abah ASNKasepuhan

SRI seperti berikut:

“Pergantian nama dari Kabuyutan menjadi kasepuhan, Abah JSN

mendapatkan wangsit dari leluhur guna menjaga keutuhan segala

aturan-aturan yang telah ditetapkan dari para buyut/leluhur. Hal

Page 65: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

46

tersebut diikuti dan ditaati oleh Incu-putu karena dinilai sebagai

amanat dari para buyut/leluhur.”

Ada dua versi dari perubahan nama Kabuyutan menjadi Kasepuhan karena

bertepatan dengan intervensi dari Militer/TNI di satu sisi dan di sisi lain bahwa

pergantian Kabuyutan ke Kasepuhan merupakan hasil dari wangsit yang datang

dari leluhur yang harus dilaksanakan oleh Abah JSN.

Keterangan :

: Intervensi

: Koordinasi

: Hasil

: Turunan

Gambar 5.1 Perubahan Masa Kabuhunan ke Masa Kasepuhan

Abah JSN bukan tanpa alasan mengubah nama Kabuyutan menjadi

Kasepuhan karena situasi bangsa Indonesia yang baru merdeka serta pemerintahan

Belanda sudah menginjakan kakinya di Kabuyutan (Agresi Belanda II) yang

dikhawatirkan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan bersama terutama

menyangkut kepercayaan (religi) yang di nilai oleh incu-putu (masyarakat)

kabuyutan tanah Kabuyutan adalah suci yang sangat sehingga tidak boleh

diduduki oleh orang asing.

Milter/TNI

Kabuyutan

Abah

Kasepuhan

Incu-Putu

Kasepuhan

Page 66: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

47

Disamping adanya Agresi Belanda perubahan nama Kabuyutan juga

adanya serangan dari DI/TII pada Tahun 1959 yang menghawatirkan

terganggunya keamanan incu-putu kabuyutan sehingga pemerintah (TNI) dinilai

sangat perlu menghawatirkan keselamatan incu-putu. Peragam peristiwa eksternal

itulah Kabuyutan dirubah menjadi Kasepuhan sangat dimungkinkan hingga

sekarang ini. Berikut ini disajikan dalam Matriks 5.1. beberapa peristiwa penting

yang terjadi saat kepemimpinan Abah JSN.

Matriks 5.1 Peristiwa-peristiwa yang Terjadi pada Periode Abah JSN

No Situasi/Kondisi Waktu Ruang

01. Agresi Militer Belanda Sebelum

kemerdekaan sampai

dengan Tahun 1955

pada masa Orde

Lama

Menyangkut

keyakinan terhadap

kepercayaan yang

dianut Kabuyutan

tabu (pantang)

terhadap orang luar

(diluar keyakinan

dan kepercayaan)

menduduki tanah

leluhur kabuyutan

02. Pemberontakan DI/TII Terjadi pada tahun

1959 masa orde lama

Keamanan incu-putu

yang terancam

karena ulah dari

kedatangan DI/TII ke

tanah Kabuyutan

yang sering membuat

konflik dengan incu-

putu

03. Intervensi pemerintah (TNI) Sejak terjadinya

agresi belanda dan

pemberontakan

DI/TII

Pemerintah

mengedepankan

aspek politik dan

keamanan terhadap

masyarakat lokal

Sumber : data primer (diolah) 2012

Terlepas dari segala peristiwa-peristiwa tersebut yang tersaji dalam

Matriks 5.1. itu bahwa pemerintahan Abah JSN menurut beberapa sumber yang

ada di Kasepuhan SRI, Abah JSN membuat Amanat buat Incu-putu yang harus

dijalankan dan ditaati. Adapun amanat tersebut adalah :

“Mipit kudu amit, ngala kudu menta, nganggo kudu

suci, mangan kedah nu halal, ngucap kudu kalawan

Page 67: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

48

sabenerna, kedah miara ucap, miara lampah, miara

tekad”

(Panen harus izin, ambil harus minta, menggunakan

harus suci, makan harus yang halal, berkata harus apa

yang sebenarnya, harus menjaga perkataan, menjaga

kelakuan, menjaga tekad)

“Nyaur kedah diukur, nyabda kedah diunggang-

unggang bilih bekasna nyalahan”

(Berbicara harus diukur, berkata harus ditimbang-

timbang takut berbekas kesalahan)

“Kudu hade catur kasadulur, hade carek kasaderek,

kandeu nyaur tinggal ngangsurn”

(harus memelihara persaudaraan dengan baik, bersikap

baik kepada teman, berbicara dengan merendah)

“Ulah paluhur-luhur tangtung, ulah pagirang-girang

tapiana”

(jangan bertinggi-tinggi berdiri, dan jangan saling

mendahului/berebut dalam kekuasaan)

Memaknai dari amanat Abah JSN tersebut menurut Uwa Ugis12

bahwa

dapat di bagi menjadi tiga hal yaitu:

1. Amanat yang berkaitan dengan sistem huma (pertaninan ladang)

“Mipit kudu amit, ngala kudu menta, nganggo kudu suci, mangan

kedah nu halal, ngucap kudu kalawan sabenerna, kedah miara ucap,

miara lampah, miara tekad” maksudnya adalah ketika panen padi

huma para incu-putu harus meminta izin untuk memetiknya kepada

bumi yang sering di injak-injak, dibuat bangunan , menanam tanaman

yang dibutuhkan oleh incu-putu sehingga untuk memetik hasilnya

para incu-putu harus minta izin kepada yang mempunyai dan

menciptakan bumi ini dan harus memberlakukannya seperti seorang

Ibu yang telah melahirkan manusia ke dunia ini maka di kenal dengan

“Ibu Bumi”, dan langit yang memberikan hujan (rejeki) buat

kelangsungan kehidupan serta memberi keberkahan buat hasil

pertanian “Bapak Langit” maka keduanya harus diberlakukan

12

Uwa Ugis adalah Penasehat Abah dari ketiga Kasepuhan yang ada di desa Sirnaresmi yaitu:

Kasepuhan SRI, Kasepuhan CGR dan Kasepuhan CMA. Serta bertempat tinggal (rumah) di

Kasepuhan SRI.

Page 68: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

49

layaknya sepertu “Ratu”. Sehingga di incu-putu (masyarakat)

kasepuhan dikenal dengan falsafah IBU BUMI BAPAK LANGIT

TANAH RATU. Dan harus menjaga layaknya kita menjaga lisan

(lampah) dan mempertanggung-jawabkan (tekad)

2. Berkaitan dengan pola hubungan antar manusia “Nyaur kedah diukur,

nyabda kedah diunggang-unggang bilih bekasna nyalahan. Kudu

hade catur kasadulur, hade carek kasaderek, kandeu nyaur tinggal

ngangsurn” setiap berhubungan dengan antar manusia dengan

manusia maka bagaimana incu-putu harus menjaga segala perkataan

dan perbuatan, karena dikhawatirkan salah ucap dan akan

menimbulkan ketidaksenangan yang akan mengakibatkan tali-

silaturahmi kurang harmonis.

3. “Ulah paluhur-luhur tangtung, ulah pagirang-girang tapiana” yang

ketiga inilah sangat penting bagi kehidupan masyarakat Kasepuhan,

karena berkaitan dengan politik dan kekuasaan; incu-putu keutuhan

Kasepuhan, jangan memperebutkan kekuasaan, karena kekuasaan

harus diberikan pada yang berhak dan dinilai mampu.

Perinsipnya segala aturan-aturan Kasepuhan yang telah digariskan oleh

para leluhur maupun aturan Agama harus ditaati dan dijaga dan dipertanggung-

jawabkan apabila melanggarnya. Keselamatan dalam kehidupan incu-putu

(masyarakat) Kasepuhan adalah bagaimana menjaga hubungan baik dengan

saudara dan masyarakat luar Kasepuhan.

5.1.2. Kepemimpinan Abah RSD

Kepemimpinan kasepuhan yang kedua di pegang oleh anak pertama dari

Abah JSN yaitu Abah RSD (1960-1982), dan pusat pemerintahan pada masa

kepemimpinan Abah RSD ini selalu berpindah-pindah, yang pada mulanya

berlokasi di Cimaja. Pada masa kepemimpinan Abah RSD ini mengalami

pergantian rezim pemerintahan Negara Republik Indonesia dari masa Presiden

Sukarno (Orde Lama) ke masa pemerintahan Presiden Soeharto (Orde Baru). Pada

masa orde lama nyaris tidak kentaran (tidak ditemukan) intervensi atau bentuk

penekanan dalam kehidupan di Kasepuhan. Namun dimasa Orde Baru intervensi

Page 69: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

50

pemerintah penekanan kehidupan di Kasepuhan justru banyak di temukan bentuk-

bentuk intervensi (penekanan) terhadap kehidupan masyarakat (incu-putu)

Kasepuhan.

Bentuk dari intervensi pemerintah tersebut seperti diterbitkannya Undang-

undang pemerintahan desa nomor 5 Tahun 1979. Menurut Surianingrat (1981),

bahwa sebelum diterbitkannya regulasi tentang penyeragaman sistem

pemerintahan secara nasional yang telah di terapkan (secara paksa) oleh

pemerintahan Presiden Suharto, desa-desa yang telah lama ada berbentuk

kesatuan-kesatuan hukum adat baik yang bersifat teritorial maupun genelogis,

serta beraneka ragam bentuk dan coraknya tergantung di mana kesatuan adat

tersebut berada, seperti di Aceh (gampong), Sumatera Barat (Nagari), Jawa Barat

(Kampung), Makassar (Gaukay) dan seterusnya. Petikan dari isi Undang-undang

nomor 5 Tahun 1979 adalah :

“Bahwa karena jumlah adat-istiadat serta suku-suku yang ada

di nusantara ini beranekaragam ditambah dengan nama-nama

wilayah terkecil setingkat desa (jawa) beraneka ragam pula,

maka Pemerintah merasa dinilai sangat perlu mengeluarkan

regulasi tentang pemerintahan desa tersebut adalah untuk

penataan administratif serta menjembatani perbedaan struktur

administratif dan sistem pemerintahan desa di Jawa dan di luar

Jawa.”

Pada prinsipnya adalah penerbitan Undang-undang pemerintahan desa

tersebut oleh pemerintah Orde Baru semata-mata adalah untuk menyeragamkan

nama desa dan kampung sebagaimana yang ada di Jawa dipakai juga di daerah-

daerah lain yang ada di Indonesia serta mengkerdilkan terhadap kesatuan-kesatuan

adat yang ada di Indonsia yang pada intinya adalah pemerintah justru tidak

menghargai falsafah Bangsanya sendiri yaitu BHINEKA TUNGGAL IKA, tetapi

hanya menginginkan kepentingan penguasa secara sempit. Sehingga tidak sedikit

dari kesatuan-kesatuan adat yang ada di Indonesia hilang akan identitasnya. Hasil

kajian dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN)13

bahwa akibat

penerapan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tersebut terjadi banyak benturan

antara pemerintahan desa dengan sistem yang di anut oleh suku-suku setempat.

13

Jurnal edisi Mei 1999. Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN)

Page 70: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

51

Berdasarkan Undang-Uudang Nomor. 5 Tahun 1979, desa adalah suatu

wilayah yang ditempati sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat

termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi

pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan berhak menyelenggarakan

rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hak

menyelenggarakan rumah tangganya dalam pengertian ini bukanlah merupakan

hak otonomi, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan UU No. 5 tahun 1979

administrasi desa dipisahkan dari hak adat istiadat dan hak asal usul. Desa

diharuskan mengikuti pola yang baku dan seragam sedangkan hak otonominya

yaitu hak untuk mengatur diri sendiri, ditiadakan. Desa sekedar satuan

administratif dalam tatanan pemerintah.

Akibat tekanan dari pemerintah, kegiatan hidup berpindah-pindah

kemudian terancam, Legitimasi Abah RSD sebagai pemimpin Kasepuhan sebagai

entitas sosial juga ikut terancam. Ini karena dampak dari penerapan undang-

undang nomor 5 Tahun 1979, nantinya Abah harus mengakui kekuasaan lainnya,

misalnya mengakui legitimasi kepala desa yang diangkat oleh pemerintah sebagai

perpanjangan tangan mereka (pemerintah), artinya kekuasaan Abah tidak akan

otonom kembali.

Kemudian pada tahun 1980 terjadi konflik dengan kementrian Agama

yang mempertanyakan tentang status Agama yang dianut oleh Kasepuhan, karena

pengakuan oleh pemerintah terhadap Agama di Indonesia hanya 5 (lima) Agama

yaitu Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Budha dan Hindu. Sementara yang

dianut oleh masyarakat Kasepuhan adalah Agama Islam namun masih memakai

tradisi-tradisi leluhur di dalam menjalankan ritual keagamaan. Pihak Kasepuhan

selalu mengakui bahwa kamimah tos-ti baheulana ngilu Agama Islam ku Nabi

Muhamad, (kami masyarakat Kasepuhan sudah sejak dulu menganut Agama

Islam yang di ajarkan Nabi Muhamad). Tetapi masyarakat Kasepuhan didalam

menjalankan kehidupan selalu selaras dengan adat istiadat yang kami junjung

tinggi. Sebagaimana ungkapan dari Bapak Punta sebagai Dukun Kasepuhan SRI

sebagai berikut:

“Pas eta Kasepuhan SRI di handap kepemimpinan Abah RSD

pihak Dinas Agama Kabupaten Sukabumi sering dongkap ka

Kasepuhan jeung selalu naroskeun tentang kayakinan ni dianut

Page 71: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

52

masyarakat Kasepuhan Agamana naon? Saha Pangerana

(tuhan)?. Urang masyarakat Kasepuhan sering nagajwab bahwa

urang teh Agamana Islam dan Gusti Alloh SWT eta Tuhan nu

urang bacakeun upami selametan. Teras saha nu ngabacakeun?,

teras dijawab, aya penghulu atawa dukun nu ngabacakeun

atawa pamakayaan lamun diladang, nu nyieun pihak Kasepuhan

tersinggung, tapi abah teu marah ka pemerintah. Malah

bertindak sareng memindahkeun Kasepuhan ka Cigana. Dan

sampe ayeuna, pihak Departemen Agama masih ngontrol

tentang peribadatan Kasepuhan, terbukti ngirikmkeun ustadz ti

Depag Kabupaten Sukabumi.” Artinya tuturan Dukun ketika

Kasepuhan SRI di bawah kepemimpinan Abah RSD pihak dinas

Agama Kabupaten Sukabumi sering datang ke kasepuhan dan

selalu menanyakan tentang keyakinan-kepercayaan yang dianut

masyarakat Kasepuhan Agamana naon? Saha pangerana (tuhan)

dan itu sering. Kami masyarakat Kasepuhan selalu menjawab

bahwa kami ini beragama Islam dan gusti Alloh SWT itu tuhan

Kami; tapi kemudian terus menekan hingga tentang kemenyan,

do‟a-do‟a yang kami bacakan setiap selametan. Terus siapa yang

membacakan lalu dijawab ada penghulu atau dukun yang

membacakan atau pamakayaan kalu di ladang, yang membuat

pihak Kasepuhan tersinggung, tapi Abah tidak marah kepada

pemerintah tersebut, melainkan bertindak dengan memindahkan

Kasepuhan ke Ciganas. Dan sampai dengan sekarang pihak

Agama masih mengontrol tentang peribadatan Kasepuhan

terbukti telah mengirim ustadz dari Depag Kabupaten Sukabumi.

Hasil dari kutipan wawancara dengan Bapak Punta sebagai Dukun

Kasepuhan SRI tersebut bahwa prinsipnya hanya perbedaan persepsi pada

pelaksanaan peribadatannya antara pihak kasepuhan dengan pemerintah, karena

tidak ada titik temu Abah RSD memindahkan pusat pemerintahan Kasepuhan ke

Ciganas/Cimaja, guna menghindari konflik (benturan) secara fisik dengan pihak

pemerintah.

Pemindahan pusat pemerintahan Kasepuhan tersebut selain faktor

eksternal juga adanya wangsit (ilham) dari leluhurnya agar memindahkan pusat

Kasepuhan tersebut, serta akan selalu dipatuhi oleh incu-putu. Incu-putu

Kasepuhan selalu memandang Abah sebagai panutan karena sebagai turunan dari

Abah JSN dan para leluhurnya serta orang yang selalu di beri ilham (wangsit)

setiap perjalanan kepemimpinan guna mempertahankan amanat yang telah di

gariskan untuk menjaga norma-norma Kasepuhan, keturunan dan wangsit itulah

Page 72: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

53

sebagai sumber kepemimpinan dari Abah RSD serta ditambah dengan kharisma

yang dimiliki oleh Abah RSD.

Maka incu-putu menilai dari faktor keturunan serta mempercayai Abah

RSD orang yang selalu mendapatkan wangsit untuk menjaga incu-putu itulah

kepatuhan incu-putu timbul dan meyakini menjadi mengkristal pada diri dari tiap

incu-putu. Bukti kepatuhan itu adalah ketika mengindari konflik (benturan) secara

fisik dengan pihak pemerintah, maka Abah RSD memutuskan untuk memindahkan

pusat pemerintahan kasepuhan ke Ciganas/Cimaja, dan incu-putu selalu mentaati

keputusan Abah tersebut, serta bagaimana untuk menjaga adat istiadat (amanat)

incu-putu selalu mengikuti (Abah) yang dipandang sebagai orang yang secara

langsung mendapatkan wangsit tersebut (lihat Gambar 5.2.).

Keterangan :

: Intervensi

: Koordinasi

: Instruksi

: Turunan

: Mempengaruhi

Gambar 5.2. Intervensi Pemerintah pada Kepemimpinan Abah RSD

Kelemahan dari Kasepuhan adalah tidak adanya hukum tertulis didalam

memiliki tanah adat dan mungkin semua masyarakat adat yang ada di seluruh

Indonesia, karena bagi mereka adalah bahwa tanah adat merupakan amanat dan

suatu wasiat yang harus dijaga oleh adat. Begitupun dengan tanah yang ada di

ABAH

Kasepuhan

Agresi Belanda II

Perum Perhutani TNGH

DEPAG

INCU-PUTU

UU No. 05 Tahun 1979

ABAH

Kasepuhan

Agresi Belanda II

Perum Perhutani TNGH

DEPAG

INCU-PUTU

UU No. 05 Tahun 1979

Page 73: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

54

Kasepuhan, terutama yang menyangkut tanah yang di atasnya ditumbuhi dengan

tanaman. Dalam hal kepemilikan tanah adat menurut Abah ASNKasepuhan SRI

sebagaimana hasil kutipan wawancara sebagai berikut:

“Pada Tahun 1981-1982 terjadi konflik dengan pihak perhutani

tentang tanah Adat dan sebagian tanah Kasepuhan dimiliki oleh

Ferum-perhutani sebagai bagian Taman Nasional Gunung

Halimun dengan merujuk pada Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Kehutanan, perbedaan dalam hal legalisasi

lahan Kasepuhan dengan pemahaman lahan versi pemerintah

(Perhutani). Pada saat itu masyarakat banyak yang ditangkap

karena dianggap mencuri kayu di lahan perhutani. Sehingga

Abah RSD kembali memindahkan Kasepuhan ke Cikaret.”

Bagi masyarakat Kasepuhan hutan merupakan sumber kehidupan yang

harus dijaga, maka fungsi hutan di bagi menjadi tiga zonasi yang diantaranya

adalah:

1. Leuweung Titipan (hutan titipan); merupakan hutan larangan atau

hutan warisan dari leluhur yang harus dijaga dan terlarang untuk

kegiatan apapun.

2. Leuweung Tutupan (hutan konservasi) adalah hutan yang boleh di

ambil kayunya untuk keperluan rumah tangga Kasepuhan

(membangun rumah) serta kegiatan Kasepuhan lainnya tetapi harus

di tanam kembali (tambal sulam).

3. Leuweung garapan (hutan garapan) hutan yang bisa dibuka untuk

lahan pertanian (huma).

Adapun peristiwa-peristiwa nasional dan lokal ketika kepemimpinan Abah

RSD seperti tertuang dalam Matriks 5.2. berikut ini.

Page 74: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

55

Matriks 5.2 Peristiwa-Peristiwa Nasional dan Lokal Kepemimpinan

Abah RSD

No Situasi/Kondisi Ruang/waktu Dampak pada Kasepuhan

01 Agresi Militer Belanda

II

Tahun 1960-1963.

Pada masa Orde

Lama

Kasepuhan menjadi tempat

bagi militer (TNI) juga.

Leuit sebagai lumbung

pangan kasepuhan, menjadi

perbekalan TNI atas

kebijakan Abah RSD

02 Isu PKI Tahun 1965-1966 TNI menuduh pihak

kasepuhan beraliran PKI

karena kaspuhan menerima

setiap tamu yang datang

termasuk PKI sehingga

terjadi kesalahpahaman

antara pihak TNI dan

Kasepuhan yang

mengakibatkan kasepuhan

mendapat tekanan secara

mental dari TNI. Walau pada

kepemimpinan korem

Cisarua yang baru meminta

maaf karena tuduhan

tersebut tidak mendasar.

03 Penetapan dan

pemberlakuan Undang-

Undang Pemerintahan

Desa Nomor 5 tahun

1979

Peralihan masa

pemerintahan dari

Orde lama ke masa

pemerintahan Orde

Baru.

Adanya dualisme

kepemimpinan di kampung

tempat bermukimnya

kasepuhan

04 Tekanan tentang

keyakinan dan

kepercayaan terhadap

Agama.

Tahun 1980 pada

masa pemerintahan

Orde Baru

1. Pihak kasepuhan

mndapatkan tekanan

mental dan psikologis

drai pihak Departemen

Agama Kantor wilayah

Kabupaten Sukabumi

2. Pemindahan Kasepuhan

dari Cikaret ke

Cimaja/Ciganas untuk

menghindari konflik

dengan pihak

pemerintah.

05 Konflik dengan Ferum-

Perhutani

Tahun 1981-1982

(masa Orde baru)

Tanah Adat yang di

klaim oleh pihak

Ferum perhutani, dan

dijadikan sebagai

Taman Nasional

1. Incu-putu banyak yang

ditangkap oleh pihak

Ferum-Perhutani karena

dituduh mencuri kayu

ditanah leluhurnya yang

di klaim menjadi Taman

Nasional Gunung

Page 75: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

56

Gunung Halimun

(TNGH)

Halimun (TNGH).

2. Kasepuhan dipindahkan

kembali dari Ciganas ke

Cikaret guna

menghindari konflik

terbuka dengan Ferum-

Perhutani.

Sumber data primer (diolah), 2012

5.1.3. Kepemimpinan Abah AJ

Dimasa pemerintahan Kasepuhan Abah AJ memimpin selama empat tahun

mulai dari tahun 1982 hingga 1985 dengan jumlah pengikut 28.000 jiwa lokasi

Kasepuhan yang awalnya di Cikelat, tetapi bergesekan dengan Kepala Desa

Cikelat Bapak Usep Nuryana, yang disebabkan berbenturannya peraturan desa

dengan sistem pemerintahan Kasepuhan sebagai imbas dari diberlakukannya

Undang-undang pemerintahan desa nomor 5 tahun 1979. Maka pusat

pemerintahan Kasepuhan dipindahkan ke Babakan Ciptarasa, sehingga Kasepuhan

bernama Ciptarasa.

Kepemimpinan Abah AJ dan setelah pindah ke Ciptarasa Di tempat baru

inilah Abah AJ memurnikan kembali nilai-nilai adat baik dalam hal pemerintahan

adat, pengelolaan sumberdaya, dan eksistensi hidup berpindah-pindah. Maka

bentuk otoritarianisme pemimpin Kasepuhan Abah AJ cenderung kurang pada

ranah konfrontasi melainkan lebih ke ranah pemurnian adat di dalam Kasepuhan

itu sendiri. Karena Abah AJ mempunyai dua orang istri dan diantaranya memiliki

keturunan laki-laki maka disinilah titik awal keretakan Kasepuhan terjadi.

Kepemimpinan Abah AJ ini berhasil mengembalikan kemurnian (norma)

Kasepuhan di bantu dengan peranan dari sistem kepemimpinannya baik itu

Dukun, Panasehat dan lainnya, masyarakat Kasepuhan selalu mentaati segala

ucapan yang telah tergariskan oleh Abah AJ. Sehingga kemurnian norma-norma

apa yang terkandung didalam Tatali Paranti Karuhun dapat ditanamkan kembali

di Kasepuhan, seperti dalam pemerintahan adat, pengelolaan sumberdaya, dan

eksistensi hidup berpindah-pindah. Maka bentuk otoritarianisme pemimpin

Kasepuhan Abah AJ cenderung kurang pada ranah konfrontasi melainkan lebih ke

ranah pemurnian adat di dalam Kasepuhan itu sendiri. Seperti yang telah

Page 76: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

57

diungkapkan oleh Bapak Dede Mulyana selaku panasehat Abah ASNKasepuhan

SRI sebagai berikut:

“Pas Abah AJ memimpin Kasepuhan segala aturan adat dikuatkan

kembali, dan incu-putupun merasa senang dengan hal itu, Abah AJ

sangat tegas pas memimpin. Dan Abah AJ mempunyai 2 (dua)

orang Istri, kedua-duanya dari kalangan kasepuhan.”

Awal Perpecahan Kasepuhan

Abah AJ mempunyai dua orang Ambu (istri). Pada umumnya para Abah

Kasepuhan memiliki lebih dari satu Ambu. Prinsip menikahi lebih dari satu istri

disamping untuk memperbanyak keturunan, juga untuk mencari pemimpin (Abah)

kelak. Sehingga sudah menjadi hal yang biasa dan tidak dilarang dalam aturan

Kasepuhan. Melaksanakan pernikahan lebih dari satu (buat Abah) yang penting

mendapat izin oleh Ambu agar tidak terjadi perselisihan dikemudian hari dan

reaksi dari incu-putu menilai bahwa memiliki istri dari satu tidak menjadi masalah

yang penting bagaimana bisa berlaku adil.

Demikin juga yang dilakukan oleh seorang Abah AJ yang mempunyai dua

Ambu (istri). Dari Ambu pertama dikaruniai bapak Uum Sukma Wijaya (kelahiran

tahun 1939), Ibu Nyai Sukinten dan Bapak Ujat Sudjati (kelahiran tahun 1945).

Serta dari Ambu yang kedua dikaruniai anak laki-laki bernama Bapak

Encup/Anom (lahir tahun 1966).

Kasepuhan yang dipimpin oleh Abah AJ yang begitu kuatnya memegang

teguh akan aturan-aturan adat terutama dalam pengelolahan sumber daya

(pertanian) dan bertepatan dengan program pemerintah BIMAS akan tetapi tidak

begitu mudah diterima dalam masyarakat Kasepuhan karena dinilai dalam

penanaman padi hanya dapat dilakukan sekali setahun. Hal tersebut sesuai dengan

falsafah dalam pengelolahan sumber daya pertanian di Kasepuhan “IBU BUMI,

BAPAK LANGIT, TANAH RATU”.

Pemerintah melalui Dinas Pertanian di Kabupaten Sukabumi tidak

kehilangan akal untuk merealisasikan program pembangunan dibidang pertanian

tersebut, sehingga pemerintah menarik anaknya Abah AJ untuk menjadi Kepala

Desa di Desa Sirnaresmi dan Bapak Ujat Sudjati menjadi Kepala Desa guna

memuluskan program pemerintah nantinya.

Page 77: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

58

Pada Tahun 1985 Abah AJ meninggal dunia. Pimpinan Kasepuhan

Ciptarasa digantikan oleh Bapak Encup. Pada tahun 1985 Abah Encup memimpin

Kasepuhan Ciptarasa karena memang mempunyai persyarakatan pemimpin di

Kasepuhan, serta mendapatkan wangsit, hal tersebut juga dapat disetujui (restui)

pula oleh Bapak Uum Sukmawijaya dan Bapak Ujat dari Istri pertama Abah AJ.

Ketika Kasepuhan dibawah pemerintahan Abah Encup Kasepuhan

berpindah tempat karena mendapatkan wangsit di kampung Cipta Gelar dan

Kasepuhan pun dinamakan Kasepuhan CGR. Selang beberapa bulan Bapak Encup

menjadi dinobatkan menjadi Abah, Bapak Ujat mendapatkan Wangsit (menurut

Bapak Ujat dan Saudaranya) mendeklarasikan untuk mendirikan Kasepuhan di

Sirnaresmi, maka beliau menjadi Abah di Kasepuhan Sirnaresmi. Lokasi

Sinaresmi sebagai pusat pemerintahan sebetulnya pernah di gunakan ketika

pemerintahan Abah RSD (Abah kedua). Dalam pandangan incu-putu Kasepuhan

bahwa tempat yang pernah dipakai seharusnya tidak boleh ditempati kembali

(karena akan mendapatkan musibah/kawalat/kabendon) dari para leluhurnya.

Menurut Kang Dede Mulyana sebagai Panasehat Abah ASNmanyatakan

bahwa Bapak Ujat menjadi Abah waktu itu karena adanya campur tangan

pemerintah untuk melanggengkan segala program-program dalam bidang

pembangunan pertanian yang ketika pada kepemimpinan Abah AJ kurang begitu

diterima. Sehingga mencari celah dari segi kekuasaan. Berikut disajikan dalam

Matriks 5.3. Peristiwa-peristiwa Nasional dan Lokal Kepemimpinan Abah AJ.

Matriks 5.3. Peristiwa-peristiwa Nasional dan Lokal Kepemimpinan Abah AJ

No Situasi/Kondisi Ruang/waktu Dampak pada Kasepuhan

01 Penerapan Undang-

undang Nomor 5 Tahun

1979 tentang

pemerintahan Desa

Tahun 1982 (masa

Orde baru) terjadi

konflik dengan

pemerintahan Desa

Cikelat dengan

kepala Desanya

bernama Usep

Nuryana

1. Adanya dualisme

kepemimpinan di

kampung tempat

bermukimnya Kasepuhan

2. Menghindari konflik

terbuka dengan pihak

Desa Cikelat, pusat

pemerintahan Kasepuhan

di pindahkan ke kampung

Babakan Ciptarasa

02 Penetapan Babakan

Ciptarasa menjadi

Sirnaresmi

Pada Tahun 1982,

terjadi di kampung

Sirnaresmi yang

disaksikan oleh pihak

-

Page 78: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

59

pemerintah

03. Intervensi pemerintah

melalui Dinas pertanian

Pada tahun 1983

guna mengubah

sistem pertaninan

lokal (penanaman

padi 1 kali dalam

setahun, akan

dijadikan 2 kali dalm

setahun dan

menggunakan pupuk

kimia)

1. Abah AJ menolak

dengan tegas karena

tidak sesuai dengan

tatali paranti karuhun.

2. Anak Abah AJ yang

kedua yaitu Bapak Ujat

diangkat dan didukung

oleh pemerintah menjadi

Kepala Desa Sirnaresmi.

03. Setelah wafatnya Abah

AJ pemerintahan

Kasepuhan di pegang

oleh Abah Encup

(anom)

Pada tahun 1985, dan

Abah Encup ini

adalah anak pertama

dari Ambu (istri)

kedua

Kasepuhan berpindah tempat

ke kampung Cipta Gelar dan

kasepuhan bernama Cipta

Gelar karena mendapatkan

wangsit

04. Bapak Ujat mengkliem

mendapatkan wangsit

guna mendirikan

kasepuhan baru

Pada tahun 1985

Abah UT meresa

mendapatkan

wangsit dari leluhur

untuk mendirikan

Kasepuhan/

meneruskan di

Kasepuhan Sirnarasa

tempat Abah AJ

dahulu.

1. Selama tiga tahun

(1983-1985) sebelum

menajdi Abah, Bapak

Ujat menjadi kepala

desa Sirnaresmi dan

ketika menjadi

Abahpun masih

menjabat kepala desa

yang mengakibatkan

terjadi dua peran

dalam kepemimpinan

antara desa dan

kasepuhan

2. Perpecahan tidak

dihindarkan di

Kasepuhan sehingga

incu-putu terbelah

akan panutan dan

kepatuhan terhadap

Abah

Sumber: data primer (diolah) 2012

Page 79: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

60

5.1.4. Kepemimpinan Abah UT

Pemerintahan Abah UT dimulai pada tahun 1985 sampai dengan 2000,

pusat pemerintahan Kasepuhan berlokasi di Kampung Sirnaresmi, dengan jumlah

pengikut sebanyak 14.200 jiwa. Abah UT sebelum menjadi Abah beliau adalah

seorang Kepala Desa Sinaresmi, yang nantinya sebagai kepanjangan tangan

pemerintah untuk mengintervensi Kasepuhan. Dan proses menjadi “Abah” di

Kasepuhan Bapak Ujat mendeklarasikan diri menjadi Abah karena merasa

mendapatkan wangsit.

Seperti yang telah di paparkan pada masa kepemimpinan Abah AJ tentang

Bapak Ujat sebelum menjadi Abah adalah seorang kepala desa di Sirnaresmi.

Layaknya seorang kepala desa yang berinteraksi langsung dengan pusat

kekuasaan baik lokal maupun nasional, baik berupa program-program pertanian,

maupun secara politik.

Kasepuhan di bawah kepemimpinan Abah UT norma-norma Kasepuhan

semakin mengendur yang disebabkan oleh :

1. Pemerintah berhasil memasuki sistem pertanian Kasepuhan untuk

mengintroduksi inovasi-inovasi pembangunan melalui program

“BIMAS” guna mengganti penanaman varietas padi lokal dengan bibit

unggul IR 63 dan 64, yang dipanen dua kali dalam satu tahun, serta

menggunakan pupuk kimia.

2. Kasepuhan membolehkan pemerintahan desa untuk membuat kartu

tanda penduduk (KTP) di wilayah Kasepuhan.

Serta adanya pelanggaran norma-norma Kasepuhan yang dilakukan oleh

Abah UT sendiri. Hasil kutipan wawancara dengan Uwa Ugis sebagai penasehat

Abah dari ketiga Kasepuhan yaitu: Kasepuhan SRI, Kasepuhan CGR dan

Kasepuhan CMA, serta di kuatkan dengan hasil wawancara dengan Bapak Martu

sebagai Kokolot Lembur Sinaresmi sebagai berikut:

“ bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh Abah UT adalah:

1. Menikahkan anak keduanya (perempuan bernama irna) dengan

orang cina (waktu itu belum beragama Islam dari pihak laki-

lakinya)

2. Dapat hadiah anjing pekking dari menantu (chinanya) kemudian

di pelihara di dalam Imah Gede.

3. Kawin lagi tanpa persetujuan dari istri pertama.”

Page 80: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

61

Abah UT mendapatkan sakit (struk) dan ketika sakit tersebut di rawat oleh

kakak pertamanya yang bernama Bapak Uum Sukmawidjaya, hingga akhir

usianya. Para incu-putu percaya bahwa Abah UT mendapatkan kabendon dari

leluhur Kasepuhan. Berikut peristiwa-peristiwa nasional dan lokal ketika

kepemimpinan Abah UT tersaji pada Matriks 5.4.

Matriks 5.4. Peristiwa-peristiwa Nasional dan Lokal Kepemimpinan Abah UT

No Situasi/Kondisi Ruang/waktu Dampak pada Kasepuhan

01. Terjadi perpecahan

kasepuhan

Antara Abah Encup

dan Abah UT pada

Tahun 1985

Incu-putu terbelah dan harus

memilih secara hati nurani

pada keyakinan dan

kepatuhan pada Abah

02. Intervensi Pemerintah

dalam bidang pertanian

Program BIMAS di

perbolehkan oleh

Abah UT tahun 1986

Penanaman padi selain padi

huma juga padi IR 63 dan 64

ditanam oleh incu-putu

Kasepuhan

03. Adanya peran ganda

antara kepala desa

dengan Kasepuhan

Abah UT memiliki

dua peran

kepemimpinan yaitu

kepala desa dan

Abah di kasepuhan

Sirnaresmi.

Kepemimpinan

berperan ganda

tersebut pada tahun

1985

Incu-putu menilai Abah UT

telah melanggar tatali paranti

karuhun karena memiliki

dua peran dalam

kepemimpinan dan

akibatnya Abah UT harus

melepaskan jabatan kepala

desanya oleh incu-putu

04. Dampak dari penerapan

Undang-undang desa

Tahun 1986 Abah

UT memperbolehkan

pihak desa untuk

membuat KTP pada

incu-putu kasepuhan

Incu-putu merasa dibatasi

akan wilayah oleh

pemerintah dengan

dilegalkannya KTP

05. Menikah lagi tanpa

persetujuan Ambu

pertama

Ambu kemudian

meminta cerai

Menyalahgunakan Imah

gede sebagai pusat sosial

Kasepuhan untuk

menikahkan anak perempuan

dari istri pertamanya dengan

orang Cina yang menurut

incu-putu tidak boleh karena

beda keyakinan

Sumber: data primer (diolah) 2012

Page 81: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

62

5.1.5. Kepemimpinan Abah ASN

Perpecahan Kasepuhan Sirnaresmi

Abah UT pada Tahun 2000 meninggal dunia, karena anak pertama bapak

Asep Nugraha Bapak Asep Nugraha masih ada di Jakarta terikat kontrak

pekerjaan dan Usia masih muda, maka untuk sementara pimpinan Kasepuhan

Sirnaresmi di pegang oleh mamang (Paman) Bapak Asep Nugraha yaitu Bapak

Uum diangkat menjadi Abah-warnen di Kasepuhan Sirnaresmi. Abah-warnen ini

apabila Anak Pertama yang pada saat sepeninggalnya Abah UT adalah Bapak

Asep Nugraha telah memenuhi kesanggupannya (memenuhi syarat) sebagai Abah

di Kasepuhan maka kepemimpinan harus diserahkan kepada yang berhak yaitu

Bapak Asep Nugraha. Sebagaimana hasil kutipan wawancara dengan Aki Ompi

penasehat Abah ASNKasepuhan SRI sebagai berikut:

“Pas Usia Bapak Asep tos cekap sareng tos dianggap siap jadi abah

di Kasepuhan Sirnaresmi, harita eta taun 2002, abah uum alim

ngalepasken kapamimpinan abah-wamena ka bapak asep, tapi

saterasna kaluar ti Kasepuhan Sirnaresmi sareng ngabawa

paralatan pusaka Kasepuhan teras ngadambel Kasepuhan anyar

nudi pasihan ngaran Kasepuhan CMA. Dina tanggal 20 Februari

2002 Bapak Asep Nugraha dijadiken Abah Kasepuhan Sirnaresmi,

ayapun Abah Uum Sukmawijaya ngadambel Kasepuhan CMA sareng

ngabawa pusaka Kasepuhan Abah ASNngaikhlaskeun . Menurut

Abah ASNbilih aya perselisihan sareng aya goyahna Kasepuhan,

teras Abah Uum Sukmawijaya diperbolehkan nyien pusat

pemerintahan Kasepuhan anyar nu dipasihan namina Kasepuhan

CMA. Artinya : pada Tahun 2002 ketika Usia Bapak Asep telah

mencukupi dan dianggap siap menjadi Abah di Kasepuhan

Sirnaresmi. Abah Uum tidak melepaskan kepemimpinan Abah-

warnennya untuk diserahkan kepada Bapak Asep, tapi justru keluar

dari Kasepuhan Sirnaresmi dan membawa peralatan pusaka

Kasepuhan serta membuat Kasepuhan baru yang diberi nama

Kasepuhan CMA. Pada tanggal 02 Februari 2002 Bapak Asep

Nugraha di nobatkan sebagai Abah di Kasepuhan Sirnaresmi dan

adapun Abah Uum Sukmawijaya telah membuat Kasepuhan CMA

serta membawa segala benda pusaka Kasepuhan Abah

ASNmengikhlaskan saja, karena menurut Abah ASNdi takutkan

adanya perselisihan dan mengakibatkan goyahnya Kasepuhan, dan

Abah Uum Sukmawijaya di perbolehkan membuat pusat

pemerintahan Kasepuhan baru yang diberi nama Kasepuhan Cipya

Mulya.”

Page 82: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

63

BAB VI

KASEPUHAN SRI DI BAWAH KEPEMIMPINAN

ABAH ASN

6.1. Kasepuhan SRI

Setelah di nobatkan sebagai Abah pada Tahun 2002, di Kasepuhan

Sirnaresmi. Menurut Abah ASNsesuai dengan tradisi leluhur apabila

kepemimpinannya Kasepuhan berganti maka kasepuhan harus berpindah tempat

atau ganti nama. Kasepuhan Sirnaresmi tersebut di ganti menjadi KASEPUHAN

SRI. Pergantian nama Kasepuhan menjadi Sinar Resmi bukan tanpa alasan Sinar

berarti bercahaya dan Resmi selalu bersemi. Jadi arti secara luas adalah

Kasepuhan SRI akan terus bercahaya dan harum bersemi sepanjang masa. Lokasi

pemerintahan Kasepuhan berpusat di desa Sirnaresmi, dengan jumlah pengikut

sebanyak 8.320 Jiwa. Kepemimpinan Abah ASNkehidupan berpindah-pindah

kemudian berhenti digantikan dengan hidup menetap

Menurut Amil Buhari Perkataan atau petuah Abah ASN setelah mengganti

nama Kasepuhan dari Sirnaresmi menjadi Kasepuhan SRI, dan tertanam hingga

sekarang di incu-putu (masyarakat) Kasepuhan adalah:

“Mangga bae arek make teknologi dan ikut modernisasi, asalkan teu

ngaganggu jeung ngarusak kana tatanen/pertanian (ngahuma) anu

puguh disakralkeun baheula sampe ayeuna, para karuhun nu heula

mah Ninggalnya heunteu ninggalkeun raga” artinya silahkan saja

menggunakan teknologi dan mengikuti modernisasi, yang penting

tidak mengganggu dan merusak pada pertanian yang sudah

disakralkan dari dulu sampai sekarang, karena para pendahulu

meninggalnya bukan meninggalkan raga tapi wangsiat”

Masa kepemimpinan Abah ASN sekarang ini selalu mengajak incu-putunya

menjaga akan keutuhan segala aturan Kasepuhan yang berlaku, serta bila ada

permasalahan di selesaikan dengan jalan musyawarah untuk mufakat, dan pada

awal kepemimpinannya selalu menerima masukan dari incu-putu serta lembaga

Kasepuhan SRI.

Page 83: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

64

Namun apabila menyangkut dengan aturan tentang pertanian Abah

ASNtidak kenal kompromi sesuai dengan aturan yang berlaku sejak zaman

leluhur/nenek moyang. Menurut Bapak Martu sebagai Kokolot Lembur Sinaresmi

dan Bapak Punta sebagai Dukun Kasepuhan SRI mengatakan bahwa:

“Abah ASNhanya tegas dalam urusan pertanian (huma) saja,

akan tetapi kurang transfaran apabila bersentuhan dengan

finansial seperti hasil kegiatan Mipit atau seren taun yang

biasanya dapat kucuran dana dari Pemerintah Kabupaten

Sukabumi dan sponsor. Serta dalam menegakan aturan adat

Kasepuhan di kalangan keluarga Abah justru yang sering

melanggar aturan yang ada, akan tetapi Abah ASNbelum

pernah menengurnya. Hal inilah yang membuat incu-putu

selalu bertanya pada Dukun atau Kokolot Lembur.”

Kemahiran berdiplomasi adalah salah satu bakat yang dimiliki oleh Abah

Asep, sehingga sangat berbeda dengan kepemimpinan yang dilakukan oleh para

Abah terdahulu. Kepemimpinan sebelum Abah ASNyang umumnya selalu

berbenturan dengan pemerintah, tapi pada kepemimpinan Abah ASNini justru

pemerintah dijadikannya sebagai mitra dalam bekerja (lihat Gambar 6.1.) Asep

dinilai oleh banyak kalangan termasuk incu-putunya sangat baik melakukan pola

hubungan dengan masyarakat luar kasepuhan di bandingkan dengan Kasepuhan

yang lain.

Page 84: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

65

Keterangan :

: Koordinasi

: Konflik Internal

: Hasil

: Turunan

: Mempengaruhi `

: Komunikasi

Gambar 6.1. Perubahan Kepemimpinan Abah ASN

Dalam Gambar 6.1. menjelaskan bahwa awal kepemimpinan Abah JSN

sampai Abah AJ Kasepuhan selalu berbenturan dan diintervensi oleh pemerintah.

Tapi pada periode Abah ASN ini justru pemerintah dijadikan mitra dalam

menjalankan sistem pemerintahan Kasepuhan SRI, seperti berhubungan dengan

Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang mempunyai tujuan ekonomi untuk

pembuatan girik (sertifikat tanah) buat incu-putu Kasepuhan, meningkatkan

hubungan politik dengan para pemimpin nasional maupun lokal, guna

meningkatkan pengakuan kekuasaan serta motif ekonomi seperti pada tahun 2009

kedatangan Sutioso untuk meminta restu menjadi calon Presiden Republik

Pemerintah

ElitPolitik Nasional/lokal

Swasta

LSM

Akademisi

Kasepuhan

Abah

Penasehat Abah

Incu Putu

ImahGede

Pembangkangan

Matrealisme

Gaya Hidup

Pendidikan

Page 85: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

66

Indonesia, dan moment tersebut juga sutioso dinobatkan sebagai kokolot lembur

di wilayah Jakarta. Serta bagaimana pemanfaatan pihak swasta untuk kegiatan

upacara mipit, dan Seren-taun sebagai pihak sponsor, serta dirangkulnya pihak

LSM dan Akademisi untuk meminta pendapat tentang segala yang berkaitan

dengan politik kebudayaan.

Pada periode kepemimpinan Abah JSN sampai dengan Abah AJ dikenal

dengan pola hidup yang berpindah-pindah (nomaden) sesuai dengan wangsit yang

didapat dari leluhurnya mereka (Abah). Hidup berpindah bukan hanya

diamanatkan oleh wangsit leluhur tapi lebih jauh dari itu adalah agar menambah

pengaruh dimana wilayah baru yang ditempati serta memang adanya tekanan

politik dari pihak luar Kasepuhan atau konflik.

Pada periode kepemimpinan Abah UT dan Abah ASNyang sudah menetap

di satu wilayah yaitu kampung Sirnaresmi sehingga nama Kasepuhan disesuaikan

dengan nama lokasi yang ditempati. Wilayah Sirnaresmi tersebut dahulunya

pernah dipakai pada kepemiminan Abah AJ, kalau melihat aturan leluhur pada

tatali paranti karuhun menurut Uwa Ugis hal tersebut tidak di bolehkan, berikut

dihasil kutipan wawancara dengan Uwa Ugis :

Kalau mengacu pada seluruh aturan para buyut tentang bagaimana

etika pemimpin dalam melaksanakan segala kepemimpinannya

harus sesuai dengan tatali paranti karuhun, karena didalamnya

mengatur bagaimana wangsit itu datang dan yang mengetahui

hanya Abah serta Dukun secara supranatural. Amanat Abah JSN

yang tentang jangan berebut dalam kekuasaan yang tertuang dalam

“Ulah paluhur-luhur tangtung, ulah pagirang-girang tapiana”

(jangan bertinggi-tinggi berdiri, dan jangan saling

mendahului/berebut dalam kekuasaan) hal itulah yang muali

terkikis mulai kepemimpinan Abah UT bagaimana beliau menjadi

Abahnya, serta Abah ASNyang mulai memudarkan segala aturan-

aturan yang ada kalau Abah ASNmengamalkan Amanat Abah JSN

“Kudu hade catur kasadulur, hade carek kasaderek, kandeu nyaur

tinggal ngangsurn” (harus memelihara persaudaraan dengan baik,

bersikap baik kepada teman, berbicara dengan merendah), mungkin

tidak mementingkan individu. Adapun tentang Kasepuhan

seharusnya tiap kepemimpinan ganti harusnya tempatpun harus

pindah beberapa tahun kemudian kembali lagi itu dibolehkan atau

mengganti nama Kasepuhan.

Page 86: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

67

Pada periode kepemimpinan Abah UT dan Abah ASNyang sudah menetap

di satu wilayah yaitu kampung Sirnaresmi sehingga nama kasepuhan disesuaikan

dengan nama lokasi yang ditempati. Wilayah Sirnaresmi tersebut dahulunya

pernah dipakai pada kepemimpinan Abah AJ, kalau melihat aturan leluhur pada

tatali paranti karuhun hal tersebut tidak diperbolehkan.

Pada saat sekarang ini yang perubahan begitu cepatnya dari berbagai hal

mulai dari teknologi, ilmu pengetahuan serta arus transportasi yang sudah

memandai, dan pegunungan halimun yang kini menjadi Taman Nasional Gunung

Halimun, semakain sempit gerak Kasepuhan.

6.2. Struktur Kepemimpinan di Kesepuhan Sinar Resmi

Pemimpin tertinggi dalam Kasepuhan SRI adalah Abah kemudian peranan

(tugas) Abah tersebut dibantu oleh beberapa lembaga Kasepuhan yang telah ada

sejak lama hingga saat ini masih ada. (lihat Gambar 6.2.), tentang struktur

kepemimpinan di Kasepuhan SRI serta peranannya:

Gambar 6.2. Struktur Kepemimpinan Kasepuhan SRI dan Peranan

Sumber : Data Sekunder Amil Kasepuhan SRI 2012

PARAJI

PAMAKAYAAN

PAMORO

DUKUN

PENGHULU

BENGKOK

EMA PANGBERANG

KEBERSIHAN DUKUN HEWAN

KEMIT TUKANG

BANGUNAN NGURUS

LEUIT

TUKANG DAPUR

PANDAY KOKOLOT LEMBUR

CANOLI TUKANG

PARA

KESENIAN

TUTUNGGUL(ABAH)ABAH

GANDEK

KOKOLOT LEMBUR

KOKOLOT LEMBUR

KOKOLOT LEMBUR

KOKOLOT LEMBUR

KOKOLOT LEMBUR

KOKOLOT LEMBUR

KOKOLOT LEMBUR

KOKOLOT LEMBUR

INCU PUTU

Page 87: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

68

Penjelasan masing-masing jabatan sebagai berikut :

1. Abah Sebagai pemimpin Kasepuhan SRI sejak dilantik pada tahun 2002

hingga sekarang Kasepuhan dipimpin oleh Abah ASN, dan berperan

menjaga eksistensi Kasepuhan serta menjaga akan keutuhan norma-

norma Kasepuhan dan incu-putunya.

2. Gandek adalah Staf Abah/ajudan dimanapun Abah bebergian Gandek

harus mendampingi kemanapun Abah melangkah. Saat ini Gandek di

pimpin oleh Bapak Omid.

3. Dukun selain Apabila ada warga yang mendapat musibah jika secara

medis tidak menunjukan sakit maka akan di obati secara tradisional oleh

seorang dukun. Dan yang paling penting adalah apabila Abah

berhalangan ada, maka tugas abah di gantikan oleh dukun, dan kini di

pimpin oleh Bapak Unta.

4. Panghulu yang saat ini di pimpin oleh Bapak Ijat berfungsi sebagai

pemimpin do‟a setiap kegiatan kasepuhan baik berupa salametan ataupun

yang ritual Kasepuhan lainnnya.

5. Bengkong bertugas melaksanakan sunatan terhadap anak-anak dari

masyarakat Kasepuhan. Di jabat oleh Aki Anuk

6. Paraji adalah Bidan kasepuhan yang bertugas sebagai bidan apabila

diantara warga ada yang akan melahirkan, saat ini Paraji di pimpin oleh

Mak Ancah.

7. Pamakayaan adalah seseorang yang mendapat tanggung jawab untuk

mengelola huma-serang serta mengatur pelaksanaan berhuma di

Kasepuhan, dan adapun Pamakayaan saat ini di pimpin oleh bapak Olis

Sunarja.

8. Pamaro yang kini di pimpin oleh Bapak saidi, mengatur keperluan padi

huma yang akan di bagi antara incu-putu dengan Abah untuk

kepentingan bersama dan akan disimpan di leuit.

9. Kemit di pimpin oleh bapak Sunarja penanggung jawab dalam keamanan

lingkungan Kasepuhan.

Page 88: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

69

10. Tukang Bangunan bertugas membuat bangunan baik rumah atau yang

berkaitan dengan rancang bangun rumah gede di kasepuhan, dan kini di

pimpin oleh bapak Marthu.

11. Tukang leuit bertugas sebagai mengelola keluar dan masuknya padi dari

leuit (lumbung padi) kini di pimpin oleh bapak Suharman.

12. Ema Bangberang bertugas sebagai menjaga terhadap lingkungan secara

fisik Imah Gede (istana kasepuhan), kini di pimpin oleh bapak Martu.

13. Kabersihan bertugas menjaga kebersihan lingkungan Imah Gede,

dibawah pimpinan Bapak Junaedi.

14. Dukun Hewan bertugas sebagai memelihara hewan Kasepuhan atau

warga yang ingin memiliki hewan harus izin dan sepengetahuan dukun

hewan, dan saat ini dipimpin oleh Bapak Jaja.

15. Canoli bertugas sebagai mengatur ketersediaan beras yang ada di Imah

Gede di bawah pimpinan Ibu Rumsih.

16. Tukang Para bertugas sebagai mengatur segala makanan buat upacara

yang ada di Kasepuhan, dipimpin oleh Bapak Urna.

17. Tukang Dapur di pimpin oleh Mak Omah bertugas sebagai yang

mengatur dapur di Imah Gede mulai membuat makanan dan

menghidangkannya baik buat Abah dan keluarganya maupun buat tamu

dan atau masyarakat bila ada yang kekurangan.

18. Panday bertugas sebagai yang mengatur semua peralatan baik

pakarangan maupun peralatan pertanian di buat oleh panday (panday

besi) saat ini dipimpin oleh Bapak Asta.

19. Kokolot Lembur dipimpin oleh Bapak Martu bertugas apabila adanya

tamu maka diwajibkan melalui kokolot lembur, serta bertanggung jawab

terhadap incu-putu yang ada di tiap lembur Kasepuhan.

6.3. Perubahan Kepemimpinan di Kasepuhan SRI

Dalam pandangan kepemimpinan Kasepuhan bahwa leuit sangat berperan

dalam penjamin keberlangsungan pangan yang ada di Kasepuhan SRI. Maka dari

itu pada kepemimpinan terdahulu sistim huma yang diterapkan di Kasepuhan

masih begitu kuat dengan segala aturan-aturan leluhur, seperti penanaman padi

Page 89: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

70

hanya sekali dalam setahun, serta tidak memakai pupuk kimia. Akan tetapi pada

saat sekarang ini telah terjadi pergeseran seperti setelah menanampadi huma

kemudian incu-putu dapat diperbolehkan menanam padi IR 63-64 padi

pemerintah dan dengan sistem penanamannya di sawah serta mulai mengenal

pupuk kimia.

Pergeseran tersebut dapat di mengerti mengingat Abah sudah begitu kuat

menjalin hubungan dengan pihak pemerintah (dinas Pertanian) yang sangat

bertanggung jawab terhadap pembangunan pertanian pada saat sekarang ini.

Pemerintah (Dinas Pertanian) selalu membantu dalam menyediaan benih padi

serta pupuk hal inilah yang menjadi magnet bagi kepemimpinan Kasepuhan,

sehingga menggeser dominasi padi lokal (huma) yang ada di Kasepuhan. Maka

fungsi leuit yang biasa menampung padi lokal sangat besar terutama leuit Si-Jimat

mulai berkurang karena lahan huma (ladang) sudah dijadikan sawah untuk

penanaman padi IR 63-63 yang pada gilirannya nanti akan mengalami perubahan.

6.4. Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Kepemimpinan di Kasepuhan

SRI

6.4.1 Pendidikan Formal

Masuknya pendidikan sebagai salah satu sumber kekuasaan justru

membawa perubahan kepemimpinan yang berimplikasi pada peningkatan

wawasan, pengetahuan, kemampuan dan jaringan sosial-ekonomi-politik.

Peningkatan jenjang pendidikan, khususnya yang mampu ditempuh oleh elit dan

pimpinan Kasepuhan SRI telah membawa semangat perubahan dan pemikiran

baru dalam pengembangan dan kemajuan masyarakat. Abah ASNketika

mengikuti pendidikan Perguruan tinggi (di Bogor) menurut Bapak Dede selaku

penasehat Abah menyatakan bahwa :

“Ketika melanjutkan pendidikan di Bogor (perguruan tinggi)

Bapak Asep (belum menjadi Abah) kemudian tidak sampai lulus

di perguruan tinggi tersebut, tetapi pemikiran bapak Asep sangat

baik (cerdas) dalam tingkat Kasepuhan dan desa Sirnaresmi.

Sehingga beliau banyak menjalin hubungan dengan para politisi

Kabupaten Sukabumi (lokal) dan hubungan dalam urusan

ekonomi.”

Page 90: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

71

Kemudian pendidikan formal di Kasepuhan SRI ini, memberi ruang

terhadap masyarakat lebih berinteraksi dengan non-Kasepuhan mulai dari

pengalaman ilmu dan pengetahuanya masing-masing dan membawa pada pola

pemikiran masyarakat Kasepuhan SRI lebih kritis dan membawa perubahan akan

pandangannya terhadap Abah sebagai pemimpin.

Sekarang ini masyarakat Kasepuhan SRI menilai bahwa menjalankan

Pendidikan formal itu boleh dilakukan sebagaimana Abah dan keluarganya dan

saat ini masyarakat Kasepuhan yang sedang menjalankan pendidikan dari usia

dini hingga Perguruan Tinggi berjumlah 2445 orang dan jumlah yang sampai

lulus pendidikannya 1763 data ini di peroleh dari desa Sinaresmi sebagai pusat

pemerintahan Kasepuhan SRI seperti tersaji dalam Matriks 6.1.

Matriks 6.1. Data pendidikan Masyarakat Kasepuhan SRI

No. Tingkat Pendidikan Sedang Studi Jumlah lulusan

01. TK 350 199

02. SD 1.876 1.300

03. SMP 177 186

04. SMA 38 69

05. S1 4 9

Jumlah Total 2445 1763

Sumber: Data Skunder diolah, 2012

6.4.2. Interaksi Dengan Masyarakat Luar Kasepuhan

Hubungan sosial antara incu-putu (masyarakat) masyarakat luar Kasepuhan

sebagai bentuk dari sikap keterbukaan incu-putu Kasepuhan (positive-thanking)

terhadap masyarakat luar Kasepuhan yang didasari oleh aturan-aturan yang ada

leluhur yang tertuang dalam Tatali Paranti Karuhun dan tidak bisa dijabarkan

karena bersifatnya supranatural, atau amanat Abah JSN sebagai landasanya “Kudu

hade catur kasadulur, hade carek kasaderek, kandeu nyaur tinggal ngangsurn”

(harus memelihara persaudaraan dengan baik, bersikap baik kepada teman,

berbicara dengan merendah) sehingga masyarakat luar Kasepuhan apabila

berkunjung (tamu) seperti bagian dari incu-putu Kasepuhan.

Setiap masyarakat luar Kasepuhan yang akan berkunjung ke Kasepuhan ini

harus bertemu secara resmi dengan Abah sebagai pemimpin Kasepuhan untuk

meminta izin maksud dan tujuannya berkunjung ke Kasepuhan. Pola interaksi

antara pemimpin (abah) dengan masyarakat luar Kasepuhan ternyata membawa

Page 91: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

72

perubahan bagi individu Abah (pemimpin) maupun keluarga Abah. Perubahan-

perubahan tersebut seperti ketika kepemimpinan Abah RSD telah menjalin

interaksi dengan Gubernur Jawa Barat (Solihin Gautama Prawira) pada tahun

1972 yang membawa perubahan terhadap Kasepuhan-Kasepuhan yang ada di

Banten (masih bagian Jawa Barat) dan yang ada di Sukabumi untuk dipersatukan

menjadi KESATUAN ADAT BANTEN KIDUL. Perubahan hal tersebut

membawa interaksi-interaksi yang mengikat antara incu-putu dengan masyarakat

luar Kasepuhan.

Hubungan antara masyarkat luar Kasepuhan dengan incu-putu Kasepuhan

adalah diakibatkan semakin tingginya pendidikan di Kasepuhan seperti yang

dialami oleh Abah ASNsendiri serta anak-anaknya. Pendidikan formal dapat

meningkatkan pola fikir tiap individu manusia dan membawa pada hubungan

interaksi dengan masyarakat luar Kasepuhan. Anak-anak laki-laki Abah ASNyaitu

Saragoza Gia, dan Pilka setelah menamatkan pendidikan dari SMA justru bekerja

di sebuah perusahaan di Korea Selatan akibat dari hubungan baik antara Abah

ASNdengan Mahasiswa Korea yang melaksanakan penelitian di Kasepuhan SRI.

Page 92: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

73

BAB VII

KELEMBAGAAN ADAT DI KASEPUHAN SRI

7.1. Norma Adat

7.1.1. Tatali Paranti Karuhun Sebagai Sumber Norma

Keyakinan incu-putu (masyarakat) terhadap kebendon (sanksi) dalam

norma-norma yang telah mengikat disetiap sendi-sendi kehidupan Kasepuhan SRI

begitu dijunjung tinggi secara turun temurun yang telah diwariskan oleh para

leluhur. Norma (aturan) kasepuhan tersebut tertuang dalam tatali paranti karuhun.

Menurut Asep (2000), secara harfiah makna dari Tatali Paranti Karuhun

adalah mengikut, mentaati, mematuhi tuntutan rahasia hidup seperti yang telah

dilakukan oleh leluhur (karuhun). Adapun kata Tatali Paranti berasal dari tali

yang dalam pemahaman masyarakat Sunda, seutas tali yang dapat dipergunakan

untuk mengikat dan untuk mengukur serta bimbingan dalam hidup. Rikin dalam

Asep (2000), makna mendalam dari tatali paranti merupakan berkaitan erat

dengan falsafah kehidupan orang Sunda, yang memaknai kehidupan sebagai

suatu lingkaran; akhir jalan kehidupan manusia itu adalah pulang ka asal. Tali

Paranti dalam hal ini adalah suatu bentuk lingkaran yang kedua ujungnya

bertemu kembali; dalam lingkaran tersebut penuh dengan simpul-simpul yang

merupakan upacara tuntutan hidup yang harus dilakukan tiap orang dari

permulaan sampai kembali keasal. Namun menurut Bapak Punta selaku Dukun

Kasepuhan SRI seperti dikutip dibawah ini :

“Tatali Paranti itu aturan adat nu aya di kasepuhan yang

harus ditaati oleh incu-putu yang telah digariskan oleh leluhur

serta incu-putu wajib mengetahui, tatali paranti itu

menyangkut beberapa aspek seperti tata-cara huma (pertanian

ladang kering), kehidupan beragama, serta bermasyarakat

semuanya telah tertuang dalam Tatali Paranti. Tatali Paranti

dapat dimaknai seperti tetali atau ikat yang selalu dipakai

pada kepala incu-putu Kasepuhan dan apabila telah dipakai di

kepala antara ujung ikat tersebut bertemu dan diikit kembali

melingkar di kepala dan tidak akan ketemu ujungnya lagi. Jadi

artinya segala aturan adat Kasepuhan itu harus dijunjung

tinggi seperti ikat yang ada di kepala, karena itu adalah

aturan yang telah ditetapkan oleh leluhur.”

Page 93: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

74

Dengan demikian barang siapa yang tidak menjalankan dan mentaati

Tatali Paranti Karuhun akan dianggap oleh incu-putu sebagai perbuatan yang

tercela dan akan mendapatkan Kebendon. Kebendon merupakan sebuah sanksi

atau hukuman yang datang dari leluhur (dapat malapetaka) seperti sakit atau gagal

panen serta keluarganya kuarng baik (tidak harmonis) dan lain sebagainya.

Kabendon ini sifatnya magis atau supranatural, oleh karena itu incu-putu

yang mendapatkan kabendon (hukuman) ini biasanya dapat dilihat dari ciri-ciri

yang tidak pernah keluar rumah atau mendadak aneh dalam perilaku keseharian.

Dalam kehidupan kasepuhan kabendon yang sifatnya supranatural itu sebagai

hukuman, dan hukuman secara nyatanya itu berupa teguran saja, tidak adanya

hukuman secara nyata. Menurut Merina et al. (2008), seluruh masyarakat

kesatuan Adat Banten Kidul yang di dalamnya bernaung seluruh Kasepuhan-

Kasepuhan dalam penegakan hukumannya hanya berupa kabendon yang bersifat

magis, serta tidak adanya ketegasan secara nyata.

Aturan-aturan Kasepuhan SRI pada prinsipnya bersifat tidak tertulis akan

tetapi telah mengikat pada setiap individu-individu incu-putu (masyarakat)

Kasepuhan SRI di dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, yang tertuang dalam

Tatali paranti karuhun. Tatali paranti karuhun ini akan dijabarkan sesuai dengan

fungsinya masing-masing.

7.1.2. Ibu Bumi, Babak Langit, Tanah Ratu

IBU BUMI, BABAK LANGIT, TANAH RATU, artinya adalah IBU

BUMI: Bumi itu diibaratkan seperti seorang ibu, BAPAK LANGIT: langit dan

menurut tafsiran masyarakat Kasepuhan seperti Laki-laki yang memberikan

kesuburan terhadap Ibu, dan TANAH RATU: Tanah (Bumi) tersebut harus di

berlakukan seperti seorang Ratu.

Maksudnya adalah manusia harus tunduk terhadap alam semesta, karena

manusia sangat tergantung terhadap alam seperti anak yang tergantung pada

ibunya, dari alam manusia biasa hidup, membangun rumah, mencari makan dan

lain sebagainya. Aturan Ibu Bumi, Bapak Langit Tanah Ratu, dipakai dalam

pengelolahan sumber daya alam khususnya bidang pertanian (huma). Pertanian

sebagai urat nadi di dalam kehidupan Kasepuhan, sehingga incu-putu Kasepuhan

Page 94: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

75

mengenal penanaman padi (huma) hanya melakukannya sekali dalam setahun

mengacu pada Ibu Bumi. Menurut kepercayaannya incu-putu Kasepuhan bahwa

seorang ibu hanya melahirkan satu kali dalam setahun, tidak akan melahirkan dua

kali atau lebih, karena apabila melahirkan lebih dari satu dalam setahun akan

merusak rahim dari Ibu tersebut, begitupun juga dalam penanaman padi huma.

Maka perlakukan alam (Ibu) tersebut seperti seorang ratu yang harus dijaga oleh

incu-putu Kasepuhan.

7.1.3. Tilu Sapamilu, Dua Sakarupa, Nu Hiji Eta-Eta Keneh

Gambar 7.1. landasan filosofis kehidupan kasepuhan dalam tatali

Paranti karuhun

Tilu-sapanulu

Tekad Ucap lampah (niat, ucapan, tindakan/perilaku).

Tilu Sapamilu

Dua Sakarupa

Nu Hiji eta-eta Keneh

Ruh Raga Pakean

Raga Pakean Ruh

Ruh Pakean Raga

Ruh Raga Pakean

Tekad Ucap Lampah

Syara Nagara Buhun

Pakean Raga Ruh

Page 95: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

76

Buhun Nagara Syara (aturan adat, Pamarentahan, Agama)

Ruh Raga Papakean (nyawa, raga, pakean)

Dua Saka Rupa;

Buhun/mukaha, Nagara, Syara (aturan adat, pemerintah dan agama).

Nu Hiji Eta Keneh;

Nyawa/ruh, Raga, Pakean. Manusia harus memiliki ketiga-tiganya

sehingga memiliki kamanusiaan. Jika tidak akan disebut manusiawi

karena manusia tanpa nyawa berarti mayat, manusia tanpa raga

berarti makluk gaib (tidak terlihat) dan manusia tanpa pakaian

diibaratkan makluk hidup yang telanjang (hewan).

Tilu sapamulu, (tiga dalam satu artian yang sama atau satu wajah), dua

sakarupa (dua yang satu rupa), nu- hiji eta-eta keneh (dan satu akan kmbali ke

satunya juga/ pada tilu-sapamilu). Tata nilai ini mengandung pengertian bahwa

hidup hanya dapat berlangsung dengan baik dan tenteram bila dipenuhi tiga

syarat, yaitu :

1. Tekad, ucap dan lampah, (niat atau pemikiran, ucapan dan

tindakan) harus selaras dan dapat dipertanggung jawabkan

kepada incu-putu (keturunan warga Kasepuhan) dan sesepuh

(para orang tua dan nenek moyang)

2. Jiwa, raga dan perilaku, harus selaras dan berakhlak

3. Kepercayaan adat sara, nagara, dan mokaha harus selaras,

harmonis dan tidak bertentangan satu dengan lainnya.

Manusia yang mempunyai segala maksud dan tujuan di dalam

menjalankan hidup, maka harus mempunyai pedoman didalam hidupnya (hukum)

sebagai pedoman agar tidak salah langkah atau dalam bahasa incu-putu

(masyarakat) Kasepuhan “Patokan Nyangkulu ka hukum” yang lebih tinggi dari

kepala adalah hukum; hukum kedudukannya diatas segala-galanya sehingga

hukum harus asli baik hukum Agama maupun hukum Adat, dan ditaati oleh

masyarakat. Manusia jika ingin teratur maka harus mengikuti aturan yang dibuat

Page 96: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

77

oleh pencipta manusia. Serta “Nunjang ka Nagara” norma yang harus dipatuhi

oleh anggota komunitas adalah ketundukan pada peraturan negara (Hukum

Indonesia), dan didalam masyarakat Kasepuhan dikenal dengan “Mupakat jeng

balarea” apabila didalam melaksanakan segala sesuatu di awali dengan

musyawarah untuk mufakat, termasuk terdapat masalah apabila terjadi di

kalangan masyarakat adat (incu-putu) diselesaikan dengan musyawarah.

Kandungan dalam tatali paranti karuhun ini selalu di laksanakan dengan

baik oleh incu-putu Kasepuhan SRI dalam berbagai bidang kehidupan keseharian

seperti ketika mencari nafkah (bertani-huma) sebagai urat nadi Kasepuhan,

pembuatan rumah sampai dengan hubungan dengan masyarakat luar Kasepuhan.

Karena pengertian yang menurut incu-putu Kasepuhan bahwa tatali paranti

karuhun sangat luas cakupannya, keyakinan tersebut seperti di ucapkan oleh Abah

ASN:

”Setiap incu-putu wajib mentaati segala aturan yang ada di

tatali paranti karuhun, karena merupakan aturan yang dibuat

oleh para leluhur (adat-syara-nagara serta mukoha). Patokan

hukum yang ada di tatali paranti karuhun tersebut agar selaras

dengan hukum Agama (syara) dan menghargai pada hukum

Negara (nagara) sehingga terjadi keselarasan dalam penegakan

hukum (tidak terjadi tumpang tindih). Serta jangan sampai

melanggarnya karena pasti akan mendapatkan kabendon.”

Kabendon inilah yang menjadi pagar bagi incu-putu agar jangan sampai

keluar jalur hukum seperti yang telah di gariskan oleh tatali paranti karuhun yang

telah di wariskan oleh para leluhur Kasepuhan SRI sampai dengan saat ini.

Kabendon merupakan sanksi yang tidak tertulis, namun incu-putu meyakini

bahwa kabendon tersebut ada dan datang secara tiba-tiba bagi mereka (incu-putu)

yang melanggar norma-norma Kasepuhan.

Page 97: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

78

7.2. Kelembagaan Adat

7.2.1. Leuit ; Sebagai Ketahanan Pangan

Pada umumnya setiap incu-putu Kasepuhan memiliki leuit (lumbung)

sebagai tempat penyimpanan padi huma, juga sebagai penyediaan pangan

keluarga untuk persediaan pangan di masa yang akan datang. Selain leuit individu

juga terdapat lumbung umum milik semua warga Kasepuhan. Lumbung umum itu

biasa pula disebut leuit kasatuan atau leuit paceklik. Lumbung umum itu

merupakan cadangan pangan dikalangan warga Kasepuhan pada saat paceklik

(Adimihardja, 1992). Kasepuhan SRI mempunyai leuit (lumbung) komunal yang

berada di Kampung Gede (pusat kegiatan sosial dan keagamaan semua anggota

Kasepuhan). Menurut Abah ASNLeuit Si-Jimat tersebut bisa menampung gabah

yang telah dipanen sekitar 7.850 pocong/beungkeut (ikat), dan cerita turun

temurun nama Leuit komunal tersebut “leuit-paceklik“ namun ketika musim

paceklik kemudian tiba-tiba pada malam harinya terdapat gabah yang di

beungkeut yang cukup untuk keperluan incu-putu Kasepuhan dan bersifat magis

maka kemudian di ganti nama leuit-Paceklik menjadi Leuit Si Jimat.

Leuit Si-Jimat berfungsi sebagai pusat pangan (cadangan pangan)

Kasepuhan SRI apabila pada tahun-tahun mendatang adanya musim

paceklik dimana padi (huma) mengalami kegagalan dalam panen. Menurut

Uwa Ugis Leuit Si-Jimat tersebut selain menyedia pangan, juga dapat

dipergunakan sebagai peminjaman incu-putu Kasepuhan SRI apabila

dalam rumah tangganya kekurangan padi untuk keperluan makan, dan

harus dibayar berupa padu lagi setelah panen tiba.

Setiap peminjam dari Leuit Si-Jimat dicatat oleh Juru Amil

(sekretaris) Kasepuhan SRI, sebagai bahan laporan pada saat upacara

serah tarima ponggokan (upacara pengakuan kesalahan tiap incu-putu,

dan memohon tobat pada sang pencipta; pada acara tersebut di saksikan

oleh Abah, Dukun dan dilaksanakan di Imah Gede sebelum pelaksanaan

Seren-taun). Peminjaman padi itu tidak hanya terbuka bagi warga

Kasepuhan, tetapi juga terbuka bagi warga masyarakat desa Sirnaresmi

yang tinggal di sekitar Kampung Gede Kasepuhan SRI.

Page 98: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

79

7.2.2. Imah Gede: Pusat Politik Kepemimpinan Kasepuhan SRI

Imah Gede sebagai pusat interaksi antara incu-putu dengan Abah serta

tamu yang datang dari luar Kasepuhan. Imah Gede ini adalah sebagai Istana

Kasepuhan yang dibuat berdasarkan gotong royong oleh incu-putu Kasepuhan.

Serta dalam kegiatan gotong-royong tersebut incu-putu memberikan bantuan

sesuai dengan kemampuanya seperti ada yang memberikan kayu, ijuk (untuk atap)

dan lain sebagainya. Imah Gede ini adalah milik Kasepuhan atau incu-putu untuk

kepentingan incu-putu.

Sebagai pusat interaksi ini adalah dimaksudkan untuk pusat kegiatan

keagamaan, upacara adat, selametan serta musyawarah Kasepuhan sehingga Imah

Gede ini sebagai pusat komunikasi Kasepuhan, dan boleh di tempati Abah dan

keluarganya serta mentaati segala aturan yang ada di Imah Gede, sebagaimana

yang tertuang dalam tatali paranti karuhun.

Sebagai pusat komunikasi dan interaksi Kasepuhan, maka keberadaan

Imah Gede juga untuk menerima tamu-tamu penting yang datang dari luar

Kasepuhan. Beberapa tamu tersebut diantaranya: akademisi, lembaga swadaya

masyarakat (LSM) serta tokoh politik yang sengaja datang untuk berbagai

keperluan.

Para tokoh politik (elit nasional maupun lokal) yang datang ke Abah dan

senantiasa ditempatkan di Imah Gede menurut beberapa sumber yang berhasil di

himpun kebanyakan untuk menarik simpati dari incu-putu Kasepuhan serta tidak

jarang dari para elit politik lokal tersebut meminta pada Abah untuk “keberkahan

secara magis” seperti dapat dimudahkan dalam memimpin suatu wilayah dan lain

sebagainya. Maka keberadaan Imah Gede mulai berubah fungsi yang pada

awalnya sebagai pusat segala aktivitas Kasepuhan secara komunal, pada

ssekarang ini berubah menjadi kepentingan individu Abah.

Page 99: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

80

7.3. Perubahan Kepemimpinan dalam Menjaga Norma Adat

Dari pemetaan tiap kepemimpinan Abah tersebut maka dapat dilihat

pergeseran nilai kepatuhan terhadap norma-norma Kasepuhan berikut terlihat

dalam Matrik 7.1.

Matriks 7.1. Pergeseran Norma Kasepuhan

Abah Norma kasepuhan

1 2

Arjo Menjaga dan

mempertahankan aturan

yang telah di wariskan dari

leluhur

Mengembalikan memurnikan nilai-

nilai adat

Ujat Menjaga dan

mempertahankan aturan

yang telah di wariskan dari

leluhur

Telah mengaburkan akan niat, ucap

lampah

balas budi dengan pemerintah

1.

Asep Menjaga dan

mempertahankan aturan

yang telah di wariskan dari

leluhur

Telah mengaburkan akan niat, ucap

lampah

- tidak tegas dalam penerapan sanksi

Sumber : data Primer (diolah), 2012

Keterangan :

1. Norma Ibu Bumi bapak langit, tanah ratu

2. Tilu sapamilu dua sakarupa nu hiji eta-eta keneh

Dari analisis Matriks 7.1. tersebut bahwa kepemimpinan Abah AJ

memurnikan kembali norma-norma Kasepuhan yang terdapat di tilu sapamilu

pada masa kepemimpinan sebelumnya yang banyak penekanan dari pihak luar

Kasepuhan (masa kepemimpinan Abah RSD). Dimasa Abah UT, norma-norma

Kasepuhan adat kemudian mulai semakin mengendur. Ini tidaklah mengherankan

karena sebelum memperoleh gelar Abah di Kasepuhan, peran sebagai

perpanjangan tangan pemerintah sebagai kekuatan supra lokal yang ditolak oleh

masyarakat yakni sebagai Kepala Desa pernah Ia duduki selama dua tahun. Abah

UT memagang dua peran penting kepemimpinan, baik sebagai Abah di

Kasepuhan dan Kepala Desa. Akibat tumpang tindih fungsi tugas dan tanggung

jawab, maka banyak pelanggaran norma-norma adat Kasepuhan yang juga

dilanggar oleh Abah, antara lain melakukan poligami tanpa sepengetahuan istri

Page 100: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

81

pertama, selain juga mulai memperluas pintu bagi inovasi pertanian yang di

amanatkan oleh pemerintah.

Kepemimpinan Abah ASN norma-norma yang terdapat di tilu-sapamilu

semakin mengendur seperti kehidupan berpindah-pindah kemudian berhenti

digantikan dengan hidup menetap. Kepemimpinan Abah ASNkemurnian nilai-nilai

Kasepuhan kemudian semakin melemah yang berdampak pada kelembagaan

Kasepuhan.

7.3. Pergeseran Kelembagaan di Kasepuhan

Kelembagaan Kasepuhan yang di buat oleh para leluhur untuk ditaati baik

oleh Abah maupun oleh incu-putunya, namun Abah juga dapat mempengaruhi

dan menggeser kelembagaan seiring berkembangnya waktu terutama fungsi dan

nilai dari sebuah lembaga adat yang ada di Kasepuhan. Abah memiliki sumber

kekuasaan dalam memimpin Kasepuhan, sehingga masyarakat (incu-putu) patuh

pada Abah, tetapi apabila salah satu sumber kekuasaan tersebut hilang maka incu-

putu akan meninggalkannya kepatuhan pada Abah, karena Abah dinilai sudah

melanggar tatali paranti karuhun sebagai falsafah kehidupan Kasepuhan, lihat

Gambar 7.2.

Kelembagaan Kasepuhan

Kep

atuhan

Mas

yar

akat

Kep

emim

pin

an

Sumber kekuasaan Keterangan : Mempengaruhi

Situasi

Gambar 7.2. Perubahan Kelembagaan pada tiap Kepemimpinan Kasepuhan

Tatali Paranti Karuhun sebagai falsafah hidup masyarakat Kasepuhan tidak

mempunyai sanksi yang tegas secara langsung apabila ada incu-putu yang

Page 101: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

82

melanggar hanya berupa teguran. Menurut Marlina (2007) bahwa dalam

masyarakat Kasepuhan melanggar norma hanya mendapatkan sanksi berupa

teguran oleh pemimpin (abah) hal tersebut berlaku di seluruh Kasepuhan yang

tergabung dalam Kasepuhan Adat Banten Kidul. Kasepuhan SRI adalah bagian

yang tidak terpisahkan dari Kesatuan adat Banten Kidul sehingga segala norma-

norma yang ada tidaklah berbeda.

Page 102: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

83

BAB VIII

KEPATUHAN MASYARAKAT ADAT TERHADAP NORMA ADAT

KASEPUHAN

8.1. Kepatuhan Incu-putu Terhadap Norma Adat Kasepuhan

Menyangkut kesetiaan dapat dilihat dari perilaku dan sikap incu-putu

terhadap norma maupun pada pemimpin, sebagaimana tertuang pada: IBU BUMI,

BABAK LANGIT, TANAH RATU, yang selalu dijalankan pada setiap kehidupan

baik yang menyangkut pertanian maupun dalam kehidupan keseharian, bagaimana

incu-putu kasepuhan menjaga akan segala aturan-aturan tersebut serta tilu-

sapamilu, dua sakarupa, nu hiji eta-eta keneh yang selalu di junjung tinggi.

Begitupun juga sebaliknya seorang Abah untuk mendapat kesetiaan atau

ketaatan dari incu-putu (masyarakat), maka pemimpin harus menjaga segala

norma-norma adat :

1. Ibu Bumi, Bapak Langit, Tanah Ratu

2. Tilu-sapamilu Dua-sakarupa, Nu hiji eta-eta keneh

3. Menjaga Pancar pangawinan

4. Amanat Abah JSN Ulah paluhur-luhur tangtung, ulah pagirang-girang

tapiana” (jangan bertinggi-tinggi berdiri, dan jangan saling

mendahului/berebut dalam kekuasaan)

5. Menjaga Imah-gede

Nilai kesetiaan incu-putu terhadap pemimpinnya ini dapat digambarkan

bagaimana kesetiaan Abah terhadap tatali paranti karuhun yang selalu diamalkan

oleh setiap Abah; karena menjadi seorang Abah selain dari faktor keturunan, juga

bagaimana mengerti mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam tatali paranti

karuhun. Nilai kesetiaan tentu tidak dipaksakan, tapi berasal dari hati yang paling

dalam (keyakinan) tiap individu incu-putu terhadap pemimpinnya. Untuk

mendapat kesetiaan seperti ini maka orang yang disetiakan harus memiliki sifat-

sifat mulia sebagaimana tertuang dalam Tatali Paranti Karuhun, juga harus bersih

dari perbuatan ternoda, mampu menghilangkan hal-hal yang kotor, mampu

mengayomi incu-putu, berprilaku baik, lemah-lembut dalam perkataannya dan

berwibawa.

Page 103: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

84

Bentuk kesetiaan masyarakat terhadap pemimpinnya dapat dilihat dari

ketaatan masyarakat dalam menjalankan aturan-aturan Kasepuhan (Tatali Paranti

Karuhun) dan keputusan-keputusan yang dibuat oleh Abah, dan ada perasaan

malu dari setiap incu-putu apabila melanggar segala aturan adat Kasepuhan yang

menyimpang dan takut terkena kabendon.

Kepatuhan atau kesetiaan incu-putu (masyarakat) terhadap norma-norma

adat Kasepuhan serta pemimpinnya akan terus terjaga selama pemimpin tidak

menyimpang dari Tatali Paranti Karuhun. Hal ini terbukti masih kuatnya dengan

menjalankan keputusan Abah sebagai pemimpin di Kasepuhan. Serta tercermin

dalam membangun rumah, harus meminta izin kepada Abah terlebih dahulu,

serta masih berbentuk rumah panggung. Pembangunan rumah panggung tersebut

dipercaya oleh incu-putu bahwa mereka sudah melaksanakan prinsip tilu

sapanulu, yang mana siku penyangga rumah berbentuk segitiga.

8.2. Dampak Perubahan Kepemimpinan Terhadap Kehidupan Incu-Putu

8.2.1. Berubahnya Gaya Hidup

Dampak dari masuknya pendidikan dalam legitimasi kekuasaan Abah

ASNadalah arus modernisasi telah masuk dalam lingkungan Kasepuhan melalui

teknologi yang mempengaruhi gaya hidup yang dilakukan oleh para elit

Kasepuhan datang dari kalangan keluarga Abah yang sudah tidak memakai

pakaian adat Kasepuhan kecuali ketika upacara adat seren-taun dan lebih memilih

berpakaian modern, anak-anak Abah sangat minim mendapatkan pengetahuan

tentang pertanian urat nadinya masyarakat Kasepuhan, dan sampai sekarang ini

tidak melaksanakan pola hidup bertani (huma) sebagaimana yang telah di

amanatkan oleh para leluhurnya, serta lebih memilih keluar dari Kasepuhan

setelah menamatkan pendidikan di tingkat SMA dan kuliah guna mendapatkan

pengalaman hidup.

Perubahan gaya hidup dari aras teknologi adalah kepemilikan 1 (satu)

buah mobil, motor serta yang paling mencolok adalah kepemilikan Hand Phone

(HP) yang diawali dikalangan keluarganya, kemudian di tirukan oleh incu-putu

sebagai tumbuhnya nilai-nilai materialisme kebendaan yang pantang dimiliki oleh

pemimpin adat, saat kepemimpinan adat Abah ASNsudah tidak berlaku lagi.

Page 104: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

85

“Previlage” sang “Abah” lebih kepada kehidupan modernisme. Menurut Bapak

Punta selaku Dukun Kasepuhan di Sinar Resmi bahwa :

“Dalam Tatali paranti karuhun semua yang dilakukan oleh Abah

dengan keluarganya tersebut jelas melanggar norma-norma yang

ada yang akan membawa hal buruk bagi eksistensi Kasepuhan itu

sendiri. Abah juga mulai berpolitik di luar pemerintahan

Kasepuhan, dan berelasi dengan tokoh-tokoh elit politik di pusat.

Kepemimpinan Abah juga dipertanyakan ketika terjadi pengalihan

bantuan pupuk sebanyak 40 ton kepada “incu putunya”, kemudian

dijual kembali untuk alasan kepemilikan kendaraan roda empat

milik Abah dan keluarganya.”

Konflik internal kepemimpinan juga tidak dapat dihindari. Kebebasan cara

berfikir Abah ASNmisalnya terlihat saat dukun berdiskusi dengan Abah mengenai

permasalahan masyarakat yang ada yang melanggar adat dan meminta ketegasan

Abah, namun jawaban abah “engke oge karaseun kumanehna” (nanti juga akan

mendapatkan musibah oleh yang melanggar). Pernyataan tersebut dinilai sangat

wajar karena yang melanggar norma-norma Kasepuhan diawali dari kalangan

keluarganya sendiri, Selain itu juga Abah yang cenderung hibridisasi antara

leizzer feire dan demokratis ini kemudian tidak lagi memaksakan pengelolaan

lahan pertanian digarap hanya sekali dalam setahun. Karena sang Abah lebih

sebagai perpanjangan tangan pemerintah untuk memudahkan introduksi pertanian.

8.2.2. Memudarnya Fungsi Leuit, Imah Gede dan Tumbuhnya Ekonomi Uang

Fungsi Leuit yang senantiasa menjadi pusat ketahanan pangan

Kasepuhan mengalami pergeseran sejalan dengan dapat diperjual belikannya padi

huma secara berkelanjutan sehingga masuknya ekonomi pasar yang nantinya

incu-putu ketergantungan terhadap ekonomi modern. Lunturnya nilai leuit sebagai

pusat ketahanan pangan dan lambang kemakmuran dalam individu incu-putu

Kasepuhan.

Masuknya budaya ekonomi uang dalam kehidupan masyarakat Kasepuhan

SRI, menggeser nilai-nilai ikatan sosial yang di dasarkan pada bentuk pertukaran

sosial maupun akibat kontak dan komunikasi langsung dengan masyarakat umum

(non Kasepuhan) dengan beragam pengaruh akulturasi budaya yang terus terjadi

hingga kini. (termasuk didalamnya adalah para elit dan pimpinan di Kasepuhan

Page 105: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

86

Sinar `Resmi di Kasepuhan) yang lebih kompleks dan telah mulai mengenal

budaya modernitas.

Imah Gede yang seharusnya menjadi simbol Kasepuhan kini dijadikan

sebagai ajang komersialisasi untuk menghasilkan ekonomi uang yang

dikendalikan oleh Ambu (gelar Istri Abah), seperti adanya masyarakat luar

Kasepuhan yang mengunjungi bila menempati Imah Gede maka terjadi transaksi

guna menempati Imah Gede tersebut. Serta padi sebagai hasil panen (dalam

bentuk gabah kering) apabila masyarakat luar Kasepuhan yang menginginkannya

diperbolehkan dengan catatan transaksi yang baik, seperti yang diungkapkan oleh

Ambu “teu nanaon nu penting mah sami-sami ikhlas keneh bae” (tidak apa-apa

yang penting sama-sama ikhlas saja).

Perubahan Imah Gede sebagai pusat interaksi sosial Kasepuhan dan

keagamaan serta padi sebagai lambang dari IBU BUMI yang harus di jaga tapi

kini telah di komersialisasi oleh Ambu sebagai individu. Perubahan nilai tersebut

menurut Parson (1986) dalam Nasikun (1992), sebagai pergeseran nilai-nilai

sosial budaya, individu dimana orang perorangan memiliki sistem kepribadian,

persepsi dan sikap.

Page 106: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

87

BAB IX

PERANAN PEMIMPIN DALAM PEMELIHARAAN KEPATUHAN

MASYARAKAT TERHADAP NORMA ADAT

9.1. Peranan Pemimpin Dalam Masyarakat Adat Kasepuhan

Pemimpin (Abah) didalam masyarakat Kasepuhan merupakan orang yang

sangat dihormati, disegani serta berpengaruh yang luar biasa terhadap masyarakat

(incu-putu) karena menurut kepercayaan incu-putu Kasepuhan bahwa segala

ucapan, perbuatannya adalah nasehat atau perintah yang harus dilaksanakan dan

ditaati oleh incu-putu hal tersebut tercipta karena Abah merupakan representasi

dari para leluhur yang telah membuat segala aturan Kasepuhan. Serta

diturunkannya kepada Abah hingga saat ini.

Maka terdapat faktor keturunan abah tersebut dapat berkuasa dan

memerintah di Kasepuhan hingga akhir hayatnya, disamping itu Abah juga

memiliki wangsit yang dipercaya adalah sebagai ilham yang datang dari para

leluhur. Wangsit tersebut seperti bagaimana pemindahan Kasepuhan dari satu

tempat ketempat yang berikutnya yang dinilai sesuai untuk ditempati, atau juga

dalam pengelolahan/pemanfaatan sumberdaya alam.

Abah atau pemimpin harus berpedoman atau taat menjalankan syariat

agama, bertanggung jawab (mengurus dan mengayomi incu-putunya), bersifat

sosial (suka memberikan bantuan), tidak ingkar janji, mencegah terjadinya

malapetaka, adil karena Abah dinilai mempunyai pengetahuan yang lebih oleh

incu-putunya. tekad-ucap-lampah yang terkandung dalam tilu-sapamilu

merupakan kewajiban mutlak bagi seorang pemimpin (Abah) untuk selalu di

junjung dalam setiap kehidupannya.

Seorang Abah (pemimpin) Kasepuhan harus menjadi suri tauladan bagi

masyarakat yang dipimpinnya (incu-putu), baik dalam menjalankan agama,

bertindak maupun berperilaku. Abah dalam mengadakan hubungan dengan incu-

putu atau masyarakat luar Kasepuhan juga harus memakai pedoman-pedoman

yang terkandung dalam tatali paranti karuhun serta amanat Abah JSN Kudu hade

catur kasadulur, hade carek kasaderek, kandeu nyaur tinggal ngangsurn,

amanat tersebut bagaimana Abah (pemimpin) serta incu-putu harus menjaga

Page 107: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

88

hubungan dengan masyarakat luar Kasepuhan, dan bagaimana menjaga ucapan

(omongan) sehingga pada hubungan sosial tersebut tidak ada yang sakit hati,

apalagi hubungan dengan incu-putunya.

Kepemimpinan Kasepuhan yang telah sesuai dengan Tatali Paranti

Karuhun yang sejalan dengan konsep kepemimpinan Jawa Menurut Anderson

(dalam Kartodiredjo, 1984) bahwa konsep Jawa mengenai kekuasaan berdimensi

empat sesuai dengan konsep dalam pewayangan: sakti-mandraguna, mukti-

wibawa. Mandraguna menunjukan pada kecakapan, kemampuan ataupun

keterampilan dalam satu atau beberapa bidang, seperti olah- senjata, kesenian,

pengetahuan dan sebagainya. Mukti lebih berhubungan dengan kedudukan yang

penuh kesejahteraan. Wibawa berarti kedudukan terpandang (prestige) yang

membawa pengaruh besar (Kartodiredjo,1984). Maka seorang pemimpin juga

harus mempunyai sifat ing ngarso sung tulada, seorang pemimpin harus mampu

bersikap sehingga perilakunya dapat menjadikan dirinya sebagai panutan bagi

orang-orang yang dipimpinnya, juga mempunyai sifat ing madya mangun karsa.

Seorang pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan

berkreasi pada orang-orang yang dipimpinnya, serta “tut wuri handayani”,

seorang pemimpin harus mampu mendorong orang-orang yang diasuhnya agar

berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab atau dalam bahasa tatali

paranti karuhun yang tertuang dalam tilu-sapamilu adalah tekad-ucap lampah.

9.2. Peranan Pemimpin dalam Pemeliharaan Sumber Daya Alam

Sumberdaya alam bagi masyarakat kasepuhan merupakan hal yang sangat

vital karena itu menjaga guna masa depan anak-anak mereka (generasi penerus)

merupakan hal yang sangat berharga. Dalam masyarakat Kasepuhan sumberdaya

yang sangat penting tersebut adalam hutan atau dalam masyarakat Kasepuhan

disebut dengan leuweung. Menurut Adimihardja (1992), bahwa masyarakat

Kasepuhan dikenal dengan aturan-aturan didalam pengelolahan hutan yang sudah

di wariskan dari leluhur dan harus dijaga kelestariannya.

Demikian sangat vitalnya fungsi Leuweung terhadap kehidupan

masyarakat kasepuhan maka didalam pemenfaatan hutan (leuweung) tersebut

incu-putu membagai fungsi hutan menjadi tiga zonasi hutan yaitu Leuweung

tutupan, Leuweung titipan, dan Leuweung Bukaan. (1) Leuweung-titipan atau

Page 108: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

89

dapat disebut dengan leuweung karamat atau leuweung kolot harus dijaga tidak

boleh dirusak (ditebang) pohonnya karena terdapat sumber mata air sebagai

kelangsungan hidup incu-putu Kasepuhan atau Leuweung sirah cai dan pusat

keseimbangan ekosistem, (2) Leuweung titipan adalah kawasan hutan yang boleh

dimasuki oleh manusia (incu-putu) atas seizin Abah, dan dengan tujuan untuk

pengambilan hasil hutan kayu untuk kayu bakar dan membuat bangunan atau hasil

hutan non-kayu berupa tanaman obat-obatan, madu hutan, rotan dan sebagainya.

Serta yang terakhir adalah Leuweung Sampalan (garapan) adalah jenis hutan yang

dapat dipergunakan (dieksploitasi) oleh incu-putu Kasepuhan. Leuweung

Sampalan tersebut dapat dijadikan (dimanfaatkan) sebagai tempat berladang

(huma), berkebun, talun, untuk menggembala hewan peliharaan serta

pengambilan kayunya untuk membuat rumah. Namun kesemuanya itu ada aturan

yang mengikat seperti didalam pembukaan hutan garapan (leuwueng sampalan)

untuk keperluan apapun harus mengadakan ritual selametan untuk meminta izin

agar diberkahi oleh para leluhur.

Incu-putu Kasepuhan memiliki indigenous knowledge, sehingga untuk

menjaga keseimbangan alam mereka melakukannya dengan upaya pengawasan

dan pelestarian agar hutan agar tidak rusak. Sesuai dengan keyakinan yang telah

ada dalam Tatali Paranti Karuhun, seperti yang telah dikemukakan oleh Abah

ASN“gunung teu meunang dilebur, lebak teu meunang diruksak, ulah ngaruksak

bangsa jeung nagara”. Hal tersebut dapat membuktikan bahwa adanya aturan

adat yang menguatkan agar leuweung (hutan) jangan sampai disalahgunakan

apalagi di ekspoitasi besar-besaran untuk kepentingan individu sangat dilarang,

dan apabila membutuhkan kayu atau lahan dalam hutan untuk kepentingan incu-

putu ada aturannya, karena aturan itu dibuat untuk dipatuhi bukan untuk

dilanggar.

Berdasarkan hal tersebut maka Abah mempunyai peranan penting guna

menjaga serta melestaraikan leweung (hutan) untuk kepentingan incu-putu dimasa

yang akan datang, yang sesuai dengan wangsit dari leluhur. Amanat tersebut harus

dijalankan dan mengarahkan pada incu-putu untuk memanfaatkan hutan

sebagaimana mestinya.

Page 109: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

90

Kawasan hutan (hutan garapan) tersebut dapat dimanfaatkan oleh incu-

putu kapan saja dan berapa luasan lahan tergantung kemampuan tenaga yang

dimilikinya, terutama untuk berladang (huma). Adapun dalam penggarapan huma

tersebut terdapat huma-serang yaitu huma bersama untuk kepentingan

Kasepuhan.

Pada saat ini Abah dalam menjaga hutan untuk kepentingan Kasepuhan

adalah hanya sebatas dengan aturan adat Tatali Paranti Karuhun, dan dari ketiga

Kasepuhan juga telah mendatangi pihak pemerintah Kabupaten Sukabumi agar

mengeluarkan peraturan daerah tentang perlindungan tanah ulayat tersebut yang

sampai dengan saat ini belum ada titik temu.

Berbeda dengan masyarakat Adat Baduy yang ada di Banten, oleh

pemerintah Kabupaten Lebak yaitu dengan mengeluarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Lebak Nomor 32 Tahun 2001 (Bab 1 Pasal 1) seperti berikut

penjelasannya:

“Bahwa Perlindungan Atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy,

Desa Kanekes ditetapkan sebagai tanah hak ulayat yang berarti

kewenangan yang menurut hukum adat dimiliki oleh masyarakat

hukum adat. Peraturan tersebut cukup menguatkan kepemilikan

tanah ulayat Baduy dan merupakan salah satu solusi dalam

penyelesaian konflik, di samping pemagaran dan pematokan

batas tanah ulayat Baduy yang tidak permanen oleh Pemerintah

Kabupaten Lebak. Upaya masyarakat adat Baduy dalam

penyelesaian konflik adalah membuat perjanjian dengan warga

luar Baduy untuk tidak mengulangi penyerobotan lagi.

Perjanjian ini ditandatangani oleh pihak yang terlibat konflik,

serta pelaporan kepada pihak kepolisian.”

Kasepuhan dinilai sangat penting untuk membuat pengakuan atas hak

tanah ulayat seperti masyarakat adat Baduy, agar tidak terjadi kembali konflik-

konflik tentang tanah adat dengan pemerintah seperti dahulu serta penyerobotan

oleh masyarakat luar Kasepuhan yang lebih mengetahui tentang sertifikasi yang

nantinya mengklaim kepemilikan beberapa lahan garapan yang dimiliki oleh adat

Kasepuhan.

Sebagai pembanding adalah hasil penelitian dari Sardi (2010), yang terjadi di

orang rimba (Suku Anak Dalam) menunjukan bahwa pola pemanfaatan

sumberdaya hutan di tingkat orang rimba dan warga desa sudah mengalami

Page 110: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

91

pergeseran, dari pemanfaatan hutan yang berbasis akses pemanfaatan hutan yang

berbasis akses penguasaan. Dalam hal ini, pergeseran pola pemanfaatan dan akses

penguasaan dipandang sebagai produk situasi yang diciptakan oleh kelompok

yang mempersempit akses kelompok sub ordinat terhadap sumberdaya hutan.

Uraian diatas tentang peranan Abah didalam pemeliharaan sumberdaya

alamnya menurut Peneliti berpendapat bahwa Abah harus melindungi akses

pemanfaatan sumberdaya alam sebagai komponen penting di dalam kehidupan di

Kasepuhan SRI, serta pada dasarnya incu-putu membutuhkan legitimasi (berupa

perda atau regulasi yang menyangkut hak-hak tanah ulayat) dari Pemerintah.

Karena legitimasi tersebut nantinya agar dapat menjamin pemanfaatan

sumberdaya alam bagi kepentingan incu-putu Kasepuhan serta manfaatnya akan

dirasakan oleh masyarakat yang ada di luar Kasepuhan.

9.3. Pengaruh Perubahan Kepemimpinan Adat Terhadap Kepatuhan

Masyarakat Pada Norma Adat

Keretakan hubungan antara Abah dan Incu Putunya semakin dalam ketika

masa kepemimpinan Abah Asep. Keretakan hubungan terbukti dengan

terpecahnya kembali Kasepuhan SRI menjadi dua bagian antara lain : (1)

Kasepuhan SRI; (2) Kasepuhan CMA. Abah Asep, dengan mudah ditunggangi

oleh urusan-urusan politik pemerintah. Karena besarnya pengaruh Abah terhadap

Incu Putunya maka Abah untuk meningkatkan populeritas elit-elit politik. Seperti

yang telah diungkapkan sebelumnya, bahwa Abah ASNjuga menggunakan saluran

ekonomi di dalam menjalankan kepemimpinannya. Abah kemudian memonopoli

pembagian dan perdagangan saprodi kepada Incu Putunya. Kepemilikan barang-

barang yang datang dari luar Kasepuhan (modern) juga dimiliki oleh “Abah

Asep”, sehingga jarak sosial antara “Abah” dan “Incu putunya” semakin lebar.

Akibat nilai-nilai materialime yang telah merembes ke sistem sosial

Kasepuhan mengakibatkan runtuhnya rasa kebersamaan yang dibangun oleh

pemerintahan Kasepuhan sebelumnya. Serta kemudian digantikan oleh sifat yang

individual yang mulai tumbuh di Kasepuhan.

Lemahnya solidaritas antara Abah dengan Incu Putunya nampak pada saat

Incu-Putu di Kasepuhan SRI sering mengadakan rariungan (diskusi) ketika

Page 111: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

92

bertani maupun pada waktu berada di rumah salah seorang panasehat Abah,

mereka selalu menanyakan tentang segala kehidupan yang dilakukan oleh Abah

serta keluarganya, yang dinilai sudah banyak keluar dari norma-norma Kasepuhan

yang ada. Abah ASNjuga sudah jarang mendatangi para incu-putunya tiap rumah

berbeda dengan Abah sebelumnya guna mengetahui keberadaan Incu-Putunya,

tapi justru lebih intens berhubungan dengan para elit politik lokal/nasional.

Kasepuhan tidak adanya hukuman/sanksi secara langsung apabila ada yang

melanggar cuma teguran dari Abah apabila yang melakukan adalah incu-putu.

Tapi justru saat ini adalah bukan incu-putu yang hanya membuat pelanggaran

akan tetapi Abah dan keluarganya yang melakukan pelanggaran tersebut. Sekali

lagi, dampak dari bergesernya kepentingan Abah dan gaya kepemimpinannya

berdampak pada renggangnya solidaritas sosial dan kepatuhan incu-putu

kasepuhan kepada Abah. Kepatuhan menjadi indikator penting di dalam melihat

dampak perubahan dari gaya kepemimpinan Abah. Melemahnya kepatuhan incu

putu kepada Abah ditunjukkan dengan penurunan jumlah pengikut Kasepuhan.

Dampak lainnya dari perubahan gaya kepemimpinan Abah selanjutnya

adalah banyak incu-putu menyeberang ke Kasepuhan lain seperti Kasepuhan

CGR maupun Kasepuhan CMA. Walaupun keyakinan terhadap Abah berpindah,

akan tetapi tempat tinggal dibolehkan berada di kawasan Kasepuhan SRI,

sehingga akhirnya kompetisi legitimasi diantara tiga Kasepuhan terpecah dibawah

payung pancar pangawinan, guna mendapatkan keyakinan dari Incu-putu yang

ada, karena ketiga Kasepuhan tersebut merasa memiliki akan pancar

pangawinan.

Ikatan yang sangat kuat yang sudah terbangun sejak leluhur (Kasepuhan)

maka hubungan Incu-putu antar ketiga Kasepuhan yang ada di desa Sirnaresmi

ini, yakni Kasepuhan SRI, Kasepuhan CGR maupun Kasepuhan CMA adalah

saling menghargai karena bagi incu-putu tidak ada perbedaan yang mendasar

terhadap Kasepuhan tersebut kecuali keyakinan dan kepatuhannya terhadap Abah

sebagai pemimpin itu yang menjadi legitimasi di masyarakat (incu-putu)

Kasepuhan (lihat Gambar 9.1.).

Page 112: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

93

keterangan : : Klaim memiliki sumber kekuasaan : Instruksi : Turunan : Kepatuhan/keyakinan : Klaim kyakinan Incu-putu thp Abah

memiliki sumber kekuasaan : Koordinasi

Gambar 9.1. Keyakinan Incu-putu Terhadap Abah (pemimpin) di

Kasepuhan

Pada gambar 9.1. tersebut bahwa ketika Abah telah berubah didalam

melaksanakan kepemimpinannya (ketidaksesuaian) dengan norma adat

Kasepuhan yang disebabkan oleh peningkatan pendidikan dari seorang pemimpin

yang akan membawa pada perubahan gaya hidup seperti yang telah di jabarkan

pada sub-bab sebelumnya maka incu-putu berhak menilai Abah dan membawa

pada keyakinan dan kepatuhan terhadap pemimpinnya apakah masih memiliki

sumber-sumber kekuasaan terutama wangsit dan pancar-pangawinan dan incu-

putu kemudian mencari Abah di Kasepuhan CGR dan Kasepuhan CMA demikian

juga sebaliknya, yang dinilai memiliki kedua sumber kekuasan tersebut.

Abah

Incu Putuh Incu Putuh Incu Putuh

Kasepuhan Cipta Mulya

Kasepuhan Cipta Gelar

Kasepuhan Sinar Resmi

SUMBER KEKUASAAN

*Keturunan

*Wangsit

*Pancerpangawinan

Abah Abah

Page 113: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

94

Jika berpijak pada pemikiran Weber dalam Martin (1990), mengenai

sumber legitimasi seorang pemimpin antara lain kharisma, tradisional, dan

rasional, maka kekuasaan Kasepuhan pada masa hidup Abah AJ dan Ujat

cenderung didominasi oleh legitimasi yang sifatnya kharismatik dan tradisional,

namun pada masa kepemimpinan pada Abah ASN (Kasepuhan mulai menetap),

serta masuknya pendidikan dalam kekuasaan, maka tipe legitimasinya cenderung

legal rasional. Pada akhirnya, dinamika tersebut membawa pada perubahan sosial

kemasyarakatannya. Solidaritas sosial kemudian semakin memudar karena Abah

sebagai pemimpin Kasepuhan berubah orientasinya bukan lagi kecenderungan

penuh di dalam perlindungan Incu Putunya tetapi lebih pada kepentingan dirinya

sendiri, lihat Matriks 7.3.

Matrik 9.1. Pergeseran Sumber Kekuasaan, Kelembagaan Kasepuahn dan

Dampaknya pada incu-putu

Abah Sumber

kekuasaan Kelembagaan Adat Dampak

Imah Gede Leuit Individu Incu-putu Arjo

Dari dalam

Kasepuhan

berdasarkan

“turunan”

wangsit dan

“pancar

pangawinan”

Sebagai

pusat,

keagamaan,

interaksi

sosial antara

Abah

dengan incu

putu

Sebagai

tempat

ketahanan

pangan

kasepuhan

Karena merasa

berkewajiban

dari leluhur

untuk

dijalankan

diakui sampai

meninggal dunia

Ujat Keturunan, Keyakinan

individu, luar

Kasepuhan

dan “pancar

pangawinan”

Pusat

keagamaan

dan

Terbukanya

untuk

kepentingan

luar

kasepuahan

Memudarnya

keutuhan

fungsi leuit

Karena merasa

berkewajiban

dari leluhur

untuk

dijalankan

Kepatuhan

mulai terkikis

Asep Dari dalam

Kasepuhan

berdasarkan

“keturunan,

dan wangsit”

Masuknya

pendidikan

Pusat

keagamaan

pusat politik

Masuknya

kepentingan

ekonomi

uang

Karena merasa

berkewajiban

dari leluhur

untuk

dijalankan

Kepatuhan

mulai terkikis

Terjadi

pembangkangan

Sumber: Data Primer (diolah), 2012

Page 114: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

95

BAB X

PENUTUP

10.1. Kesimpulan

Kepemimpinan adat Kasepuhan sesungguhnya berpijak pada nilai-nilai

dan norma yang terkandung di dalam Tatali Paranti Karuhun Dinamika

kepemimpinan yang terjadi bertitik tolak pada perubahan di dalam pelaksanaan

norma tersebut oleh setiap “Abah” sebagai pemimpin Kasepuhan, maka

kesimpulan yang dapat diambil adalah :

1. Kepemimpinan Kasepuhan SRI tidak lagi berpijak pada aturan/norma-

norma lokal. Hanya Abah AJ dan para Abah sebelumya yang konservatif,

sementara Abah UT, mulai mengendur akan ikatan norma. Serta

kepemimpinan Abah ASNyang cenderung lebih memudarkan nilai-nilai

tatai paranti karuhun,

2. Kepemimpinan yang terjadi bertitik tolak pada perubahan di dalam

pelaksanaan norma tersebut oleh setiap Abah sebagai pemimpin

Kasepuhan, serta adanya intervensi dari pemerintah terhadap sistem

kepemimpinan Kasepuhan.

3. Perubahan kepemimpinan yang Akibat dari masuknya pendidikan dalam

legitimasi kekuasaan sehingga menciptakan gejolak perubahan

kepemimpinan sekaligus perpecahan di dalam solidaritas sosial

masyarakat Kasepuhan SRI, pelunturan nilai-nilai Tatali Paranti Karuhun

baik di dalam peran pengelolaan sumberdaya pertanian, sistem

pemerintahan adat, hingga masalah adat Kasepuhan.

Page 115: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

96

10.2. Saran

Walaupun modernisasi masuk kedalam kehidupan Kasepuhan SRI namun

masih perlu mempertahankan adat istiadat yang sudah sekian lama di wariskan

oleh leluhur. Meskipun pemimpin adat tidak hanya kehilangan pendukungnya

dalam hal ini masyarakat Sinar. Pergeseran kepemimpinan Abah membawa

dampak besar terhadap pola interaksi dalam masyarakat Kasepuhan. Selain

perubahan gaya kepemimpinan, masyarakat di Kasepuhan juga dihadapkan pada

masuknya nilai-nilai luar yang mendorong perubahan dalam Kasepuhan

sendiri.

Page 116: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

97

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Adimihardja, K. (1999). Mendayagunakan Kearifan Tradisi dalam Pertanian yang

Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan dalam Petani: Merajut

Tradisi Era Globalisasi Bandung: Humaniora.

Suryaningrat, Bayu. (1981). Pemerintahan dan Administrasi Desa. Penerbit

Aksara Baru, Jakarta.

Burke, Peter. (2001), Sejarah dan Teori Sosial. Yayasan Obor Indonesia

Dahama dan Bhatnager. OP. (1980). Education and Communication for

Devalopment. Oxford of IBH Publishing. Co. New Delhi.

Danasasmita, Saleh dan Anis Djatisunda. (1986). Kehidupan Masyarakat

Kanekes, Bandung : Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan

Sunda (Sundanologi), Direktorat Jendral Kebudayaan Depdikbud.

Evres, Hans, Dieters. 1980 Sociology Of South East Asia. Reading on Social

Chang and Development. Oxford University Press

Garna. Yudistira. (1992). Teori – teori Perubahan Sosial. Bandung. Penerbit

Program Pascasarjana. Universitas Padjadjaran.

Garna, Judistira, “Orang Baduy di Jawa: Sebuah Studi Kasus Mengenai Adaptasi

Suku Asli Terhadap Pembangunan“ dalam Lim Teek Ghee dan Alberto G.

Gomes (peny.), Suku Asli dan Pembangunan di Asia Tenggara, Yayasan

Obor Indonesia, Jakarta, 1993

Gidden, Anthony (1986). Kapitalisme dan Teori sosial Modern, Suatu Analisis

Karya-tulis Marx, Durkheim, Max Weber. UI Pers, Jakarta

Hayami, Y. Dan M. Kikuchi. 1987. Dilema Ekonomi Desa. Yayasan Obor

Indonesia. Jakarta.

Kartodirjo, Sartono. (1984), Kepemimpinan dalam Dimensi Sosial, LP3ES,

Jakarta.

Kartasapoetra, et al. (1986) Desa dan Daerah dengan Tata Pemerintahannnya.

Bina Aksara Jakarta

Kartono. K. (2001). Pemimpin dan Kepemimpinan. Apakah Kepemimpinan

Abnormal itu? Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Kolopaking, Lala et al (2003). Sosiologi Umum “Tim Editor Sosiologi Umum

IPB”. Pustaka Wirausaha Muda. Bogor

Page 117: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

98

Louer H. Robert (1993). Perspektif Tentang Prubahan Sosial. PT. Rineka Cipta.

Jakarta.

Moleong. J. Lexy. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif; Remaja Rosdakarya.

Bandung

Nordholt Schulte. Nico (1987). Ojo Dumeh Kepemimpinan Lokal Dalam

Pembangunan Pedesaan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta

Salim, Agus. (2001). Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. PT Tiara Wacana,

Yogyakarta.

Setiadi, M Elly dan Kolip, Usman (2011). Pengantar Sosiologi “Pemahaman

Fakta dan Gejala Sosial Teori, Aplikasi dan Pemecahannya”. Prenada

Media group. Jakarta

Simandjuntak A. Bungaran, (2002). Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak

Toba. Jendela,YogyakartaSoemardjan. Selo. (1981). Perubahan Sosial Di

Yogjakarta. UGM Press. Yogyakarta

Soekanto, Soerjono (1987). Sosiologi Suatu pengantar. Raja Grafindo prsada.

Jakarta

Suwarsono, dan Alvin, So. Alvin Y. (1991). Perubahan Sosial dan Pembangunan.

LP3ES, Jakarta.

Siregar E. Amir, (1999). Arus Pemikiran Ekonomi Politik. Tiara Wacana,

Yogyakarta

Suhada, (2003). Masyarakat Baduy Dalam Rentang Sejarah. Dinas Pendidikan

Propinsi Banten.

Parson, Talcott and Henderson A.M (1947) . Max Weber The Teory of Social

and Economic Organization. The Free Pess, New York.

Ritzer, George dan Goodman, Dounglas J, (1994). Teori Sosiologi Modern, Edisi

Keenam, Jakarta: Kencana.

Wrong, Dennis (2003), Max Weber Sebuah Khasanah. Ikon Teralitera,

Yogyakarta

Page 118: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

99

Skripsi dan Tesis

Asep. (2000). Kesatuan Adat Banten Kidul “Dinamika Masyarakat dan Budaya

Sunda Kasepuhan di Kawasan Gunung Halimun Jawa Barat”. Tesis.

Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Dama, Nurdin. (1987). Peranan Kepemimpinan Desa dalam Perubahan Struktural

Masyarakat Pedesaan. Tesis Fakultas Pascasarjana IPB.

Dosineang. Herman Hawang. (1991). Kepemimpinan suku Dalam Pemerintahan

desa: Studi Kasus Dalam Masyarakat Suku Ekagi di Desa Mauwa,

Kecamatan Kamu, Kabupaten Daerah Tingkat II Paniai Propinsi daerah

Tingkat I Irian Jaya. Tesis Fakultas Pascasaraja IPB

Ismady, Idal Bahri. (1992). Peranan Pemimpin tradisional Dalam LKMD dan

Peranan kecamatan Dalam pembinaan LKMD. “Studi Kasus di

Kecamatan Darussalam Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Besar D.I.

Aceh” Tesis Program Pascasarjana IPB.

Jabar, Aryuni Salpiana (2007). Perilaku Politik Etnis Tolaki Dalam Pemilihan

Gubernur Sulawesi Tenggara Tahun 2007 “kasus: kubu NUSA dalam

Pemilihan Gubernur Sulawesi Tenggara 2007” tesis sekolah Pascasarjana

IPB.

Mardiyaningsih, I. Dyah (2010). Perubahan Sosial di Desa Pertanian Jawa:

Analisis Terhadap Sistem Penghidupan Masyarakat Tani. Tesis, Sekolah

Pascarasjana IPB.

Marina, Ina (2011). Analisis Konflik Sumberdaya Hutan di Kawasan Konservasi

(Studi kasus Kampung Sinar Resrni), Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok

Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Skripsi FEMA IPB

Sandjaja, Palar Paradi (1990) Karakteristik dan Gaya kepemimpinan Ketua KUD

Dalam Aktivitas Komunikasi Organisasi “kasus jawa Barat”. Tesis

Fakultas Pascasarjana IPB

Sardi, Idris (2010). Konflik Sosial dalam Pemanfaatan Sumberdaya Hutan: Studi

Kasus di Taman Nasional Bukit Duabelas Propinsi Jambi.

Page 119: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

100

Jurnal

Anonimus. (1999). Aaliansi Masyarakat Adat Nusantara: Suara Baru Masyarakat

Adat di Indonesia. Down to earth no. 41, mei 1999

Marina, Nina et al. (2007). Kepercayaan Masyarakat Kasepuhan Cicarucup dalam

Aktivitas Pertanian. Bandung: BPSNT

Rahmawati, Rita. et al. (2008). Pengetahuan Lokal Masyarakat Adat Kasepuhan:

Adaptasi, Konflik dan Sosio-ekologis. Solodarity; Jurnal Transdisiplin,

Komunikasi dan Ekologi Manusia. FEMA IPB.

Undang-undang/Peraturan

Undang-undang Pokok Pemerintahan di Daerah dan Pemerintahan Desa Nomor 5

Tahun 1979. Pustaka Tinta Mas. Surabaya

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Kehutanan

Undang-undang nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah

Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 32 Tahun 2001

tentang Perlindungan Atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy

Page 120: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

Lampiran 1. CATATAN HARIAN PENELITIAN

Di Kasepuhan Sinar Resmi Februari s/d Maret 2012

Sketsa Kasepuhan berdiri

Pada Tahun 611 sampai dengan tahun 1937 masih mengikat dengan menggunakan nama kabuyutan kabuyutan berarti leluhur atau yang membuat segala aturan (norma) yang ada buat incu putu (pengikut) di kabuyutan tersebut dan kabuyutan itu di pimpin oleh seorang buyut. Menurut Uwa Ugis bahwa di masa kepemimpinan Aki Buyut Agung sampai dengan Aki Buyut Ceboy adalah masa “Kabuyutan” dan kabuyutan merupakan para leluhur dari masyarakat kasepuhan yang saat ini ada, para Buyut juga yang membuat segala aturan-aturan (norma) tentang kehidupan masyarakat kasepuhan yang hingga kini terus dijaga.

Menurut Abah Asep Nugraha bahwa nama Kasepuhan lahir ketika pada zaman kepemimpinan Uyut/Buyut/Abah Jasiun pada tahun 1960 dan nama Kasepuhannya adalah Cicemet yang disesuaikan dengan nama kampung dimana keberadaan kasepuhan itu tinggal. Kasepuhan ini terbagi menjadi tiga wilayah adminstratif; pertama yang terdapat di Kabupaten Lebak Provinsi Banten yaitu di kecamatan Sajira, Bayah, Cikotok, Cibeber dan Sobang; kedua Kabupaten Bogor terdapat di Kecamatan Jasinga dan Leuwi liang; ketiga di Kabupaten Sukabumi terdapat Kecamatan Cisolok.

Sedangkan Asal usul Kesatuan Adat Banten Kidul yang merupakan cikal bakal dari kasepuhan Sinar Resmi menurut Buchori Muhaemin (amil kasepuhan) yang dicatat sejak tahun 1978 adalah sebagai berikut:

No. Tahun Kabuyutan Wilayah 01. 611-807 Sadjra Lebak Banten 02. 807-1001 Seni/Kembang Kuning Lebak –Banten 03. 1001-

1181 Djasinga Bogor

04. 1181-1381

Lebak Binong Bogor

05. 1381-1558

Cipatat Urug Bogor

06. 1558-1720

Lebak Larang Banten

07. 1720-1797

Lebak Binong Banten

08. 1797-1834

Pasir Talaga Sukabumi

09. 1834-1900

Tegal Umbu Banten

10. 1900-1937

Bodjong Tjisono Banten

Kasepuhan (1960) 11. 1937- Tjitjemat Priangan Sukabumi

Page 121: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

1960 (Abah Jasiun) 12. 1960-

1982 Tjikaret (lokasi Sinar Resmi/Abah Rusdi)

Sukabumi

13. 1982-1985

Cipta Rasa (Abah Arjo) Sukabumi

14. 1985-2000

Cipta Rasa (Abah Ujat) Cipta Gelar (Abah Anom) Sukabumi

15. 2002-2010

Sinar Resmi (Abah Asep Nugraha)

Cipta Gelar (Abah Ugis)

Cipta Mulya (Abah Uum-Abah Hendrik)

Sukabumi

Pada awalnya sebelum terbentuknya kasepuhan itu ada, bermula

kabuyutan dan hal tersebut karena buyut berarti leluhur atau para orang tua yang telah membuat segala aturan akan kasepuhan ini kelak. Dan menurut Abah Asep Nugraha kabuyutan tersebut selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, dan berawal dari sadjira yang ada di Lebak Banten kemudian ke Bogor hingga Sukabumi sekarang ini.

Pada masa kabuyutan para Abahnya (pemimpin) Abah Asep tidak bersedia menyebutkan pada masyarakat luar kasepuhan, karena menurut beliau hal itu tabu serta akan mendapat musibah atau dalam bahasa Kasepuhan Kebendon bagi Abah Asep sendiri maupun bagi incu-putu (pengikutnya).

Dan menurut Bapak Dede (penasehat Abah Asep) bahwa silsilah dari Kasepuhan sinar resmi itu ditunjukan pada gambar dibawah ini atau lebih tepatnya asal-usulnya:

Page 122: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

Susunan ngaran-ngaran luluhur Banten Kidul

Sampai saat ini kasepuhan selalu berpindah-pindah tempat namun

lokasinya masih di kawasan pegunungan halimun, alasan lokasi kasepuhan selalu pindah-pindah karena disamping dengan adanya wangsit juga untuk memperluas daerah/cadangan kehidupan/memperbanyak keturunan.

Lahirnya kasepuhan pada tahun 1960 ketika dipimpin oleh abah Djasioen dan nama kasepuhannya Tjitjemet yang disesuaikan dengan nama tempat atau kampung itu berada. Serta situasi politik di negara Indonesia pada waktu itu atau adanya intervensi dari Negara. Hingga Abah Djasiun pun memakai peci karena disesuaikan dengan pemimpin bangsa (bung Karno) tidak memakai Ikat Kepala

Kibuyut Rembang Kuning Sukma Sakti Kuda Alas Kandang Dewa

Kibuyut Rosa Sukma Sakti Kuda Alas Kandang Dewa

Kibuyut Warni Sukma Sakti Kuda Alas Kandang

Kibuyut Santayan Kibuyut Kayon

Kibuyut Ceboy Ki Eoh

Ki Sanam

Kibuyut Manik Nyai Saleha Kibuyut Inay Uyut Jasiun Kibuyut Anca

Tilem-timbul

Wilayah Lebak Binong Larang

Lembur Cipatat Urug

Lembur Lebak Larang

Page 123: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

khas kasepuhan jadi ketika Abah Djasioen norma tentang berpakaianpun mulai berubah walau hanya pemimpinnya saja.

kepindahan lokasi juga dipengaruhi karena adanya konflik atau diserang oleh DII/TII pada tahun 1959 dan pindah ke cikaret yang sekarang Namanya Menjadi sinar resmi, pada tahun 1980, terjadi konflik dengan pihak kementrian keagamaan dan pindah ke ciganas/cimaja, dan terjadi konflik kembali dengan pihak perhutani sehingga pindah kembali ke cikaret. Dan pada tahun 1965-1966 dengan isu PKI. Sistem dan Kelembagaan Sosial Kasepuhan Sinar Resmi

Masyarakat kasepuhan Sinar Resmi pada prinsifnya dalam menjalankan kehidupan keseharian sesali bergotong royong karena telah di sesuaikan dengan falsafah hidup yang telah tertuang dalm “tatali paranti karuhun” namun seiring berjalannya waktu serta pergantian kepemimpinan yang ada otomatis pola hidup masyarakatnya berubah di tambah dengan masuknya ilmu dan pengetahuan yang datang dari luar kasepuhan.

Menurut Pak Buhari kasepuhan Sirna Resmi tidak memandang pada batasan wilayah yang telah ditetapkan oleh pemerintah secara administratif, karena jumlah masyarakat (incu-putu) kasepuhan tersebar baik yang ada di desa Sirnaresmi maupun yang ada diluar desa Sirnaresmi. Abah Asep Nugraha juga menambahkan bahwa karena lokasi Kasepuhan Sinar Resmi memang berada di desa Sirnaresmi akan tetapi untuk warga kasepuhan tersebar mulai dari desa Sirnaresmi itu sendiri, Bogor, Banten hingga lampung. Adapun jumlah warga kasepuhan Sinar Resmi pada saat sekarang ini berjumlah 8.320 jiwa.

Jumlah warga kasepuhan tersebut, menurut Abah Asep Nugraha adalah pengikut kasepuhan Sinar Resmi yang didalamnya terdapat laki-laki dan perempuan. Dan didalam pencatatannya adalah laporan berupa data kelahiran yang didapat dari paraji serta kematian dari kokolot lembur kepada Amil kasepuhan Sinar Resmi yang dijabat oleh Bapak Buhori kemudian dilaporkan kepada Abah Asep Nugraha.

Falsafah yang tertuang dalam “tatali partanti karuhun” tersebuta adalah “IBU BUMI BAPAK LANGIT DAN TANAH RATU”. Falsafah tersebut dalam artian harfiahnya adalah ibu bumi: bumi itu diibaratkan seperti seorang ibu, bapak langit : langit diibartakan orang tua laki-lai yang memberikan kesuburan terhadap ibu, dan tanah ratu: tanah bhumi tersebut harus di berlalkukan seperti seorang ratu.

Maksudnya adalah manusia harus tunduk terhadap alam berarti bahwa manusia tergantung dengan alam seperti anak yang tergantung pada ibunya, karena alam kita biasa untuk berjalan, membuang sesuatu yang sifatnya jasad manusia, tempat untuk mendirikan bangunan dan lain sebagainya; namun yang paling penting adalah alam atau bumi itu untuk menanam padi karena masyarakat kasepuhan pertanian adalah sebagai pangkuan dalam hidupnya (sistim humma) maka alam/bumi tersebut sebagai tempat untuk bercocok tanam padi (humma) oleh masyarakat kasepuhan, dan langit yang memberikan akan kesuburan berupa hujan maka berlakukanlah bumi seperti seorang ratu yang harus dijaga oleh segenap warga kasepuhan dan bagi masyarakat kasepuhan dimanapun tempat tinggalnya harus selalu menghormati alam dimanapun berada.

Page 124: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

Sehingga didalam bercocok tanam padi (huma) masyarakat kasepuhan hanya melakukannya sekali dalam setahun karena diibaratkan seorang ibu tidak akan melahirkan anaknya setahun dua kali atau lebih yang akan merusak dari perempuan itu sendiri (ibu). Setiap rangkaian kegiatan pelaksanaan huma di kasepuhan Sinar Resmi semuanya diawali dengan ritual. Menurut Abah Asep menta do’a ku Gusti Alloh lan salametan ngirim-do’a ku para laluhur kasepuhan menta kaberkahana, yang artinya minta do’a kepada Allah, serta mengirim do’a kepada para leluhur kasepuhan minta keberkahannya” dan pada ritual selametan tersebut diadakan di Imah Gede yang dihadiri oleh para sesepuh serta incu-putu kasepuhan Sinar Resmi.

Menurut Bapak Buhari bahwa padi hasil panen dari incu-putu tersebut, akan di serahkan kepada Abah sebanyak 2 sampai dengan 5 beungkeut (ikat) sebagai tatali. Tatali dapat diartikan sebagai ikatan satu sama lain dalam incu-putu kasepuhan sebagai solidaritas sosial yang kuat. Padi yang telah diserahkan kepada Abah tersebut akan di simpan di lumbung kasepuhan disebut Leuit si Jimat, selain itu juga dikenakan zakat sekitar 10 ikat/beungket padi. Zakat tersebut di gunakan untuk keperluan (menggaji) para kelembagaan adat seperti Dukun, Paraji, Pamaro, Kokolot Lembur dan lain sebagainya. Walaupun dalam memberikan zakat tersebut tergantung hasil yang dicapai ketika panen padi dari setiap incu-putu.

Pada umumnya setiap incu-putu kasepuhan memiliki leuit (lumbung)

sebagai tempat penyimpanan padi huma, juga sebagai penyedia pangan keluarga untuk persediaan dikemudian hari. Selain leuit individu juga terdapat lumbung umum milik semua warga kasepuhan. Lumbung umum itu biasa pula disebut leuit kasatuan atau leuit paceklik. Menurut Abah Asep Leuit Si-Jimat tersebut bisa menampung gabah yang telah dipanen sekitar 7.850 pocong/beungkeut (ikat), dan cerita turun temurun nama Leuit komunal tersebut “leuit-paceklik“ namun ketika musim paceklik kemudian tiba-tiba pada malam harinya terdapat gabah yang di beungkeut yang cukup untuk keperluan incu-putu kasepuhan dan bersifat magis.

Leuit Si-Jimat berfungsi sebagai pusat pangan (cadangan pangan) kasepuhann Sinar Resmi apabila pada tahun-tahun mendatang adanya musim paceklik dimana padi (huma) mengalami kegagalan dalam panen. Menurut Uwa Ugis Leuit Si-Jimat tersebut selain menyedia pangan, juga dapat dipergunakan sebagai peminjaman incu-putu kasepuhan Sinar Resmi apabila dalam rumah tangganya kekuarangan padi untuk keperluan makan, dan harus dibayar berupa padu lagi setelah panen tiba.

Konsep pilosofis masyarakat Kasepuhan dalam tatali paranti karuhun: 1. Tilu sapamilu

Tilu sapamilu Tekad Ucap Lampah Buhun Nagara Syara Ruh Raga Papakean

Page 125: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

2. Dua sakarupa Ruh + Raga-papakean = mahluk hidup yang tidak berpakean adalah binatang Raga +Papakean-Ruh = mahluk yang sudah tidak bernyawa atau mayat Ruh + Papakean-raga = mahluk gaib

3. Nu hiji eta-eta keneh= ruh+raga+papakean = Mahluk hidup yang harus berpakean = manusia

Keterangan: 1. Tilu-sapanulu

Tekad ucap lampah (niat, ucapan, tindakan/perilaku). Buhun Nagara Syara (aturan adat, Pamarentahan, Agama) Ruh Raga Papakean (nyawa, raga, pakean)

2. Dua saka rupa; buhun/mukaha, nagara, syara (aturan adat, pemerintah dan agama).

3. Nu hiji eta keneh; nyawa/ruh, raga, pakain. Manusia harus memiliki ketiga-tiganya sehingga memiliki kamanusiaan. Jika tidak akan disebut manusiawi karena manusia tanpa nyawa berarti mayat, manusia tanpa raga berarti makluk gaib (tidak terlihat) dan manusia tanpa pakaian diibaratkan makluk hidup yang telanjang (hewan).

Kasepuhan Sinar Resmi. Sebagaimana tertuang dalam gambar 1. Bahwa pondasi dari tatali paranti karuhun sebagai falsafah adalah Tilu-sapanulu: Tekad ucap, Lampah (niat, ucapan, tindakan/perilaku).

Buhun Nagara Syara (aturan adat, Pamarentahan, Agama)

Tilu Sapamilu

Dua Sakarupa

Nu Hiji eta-eta Keneh

Tekad Ucap Lampah

Syara Nagara Buhun

Pakean Raga Ruh

Ruh Raga Pakean

Raga Pakean Ruh

Ruh Pakean Raga

Ruh Raga Pakean

Page 126: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

Ruh Raga Papakean (nyawa, raga, pakean); Dua saka rupa buhun/mukaha, nagara, syara (aturan adat, pemerintah dan agama);

Nu hiji eta keneh, nyawa/ruh, raga, pakain. artinya Manusia yang mempunyai segala maksud dan tujuan harus mempunyai pedoman di dalam hidupnya (norma)

Incu-putu (Masyarakat) kasepuhan Sinar Resmi pada hakekatnya telah beragama Islam sejak dahulu, tetapi dalam pelaksanaan ritual kasepuhan masih dicampurkan dengan sunda-wiwitan seperti adanya kemenyan, mengundang leluhur guna keselamatan dalam kegiatan. Menurut Sulhi sebagai ustadz di kasepuhan yang di tugaskan oleh Kementrian Agama yang ada di Kabupaten Sukabumi bahwa masyarakat kasepuhan Sinar Resmi dalam beragama mengaku Slampangan dika Gusti Rasul. “Slampangan dika Gusti Rasul adalah kami beragama Islam, mempercayai Nabi Muhammad sebagai Rasul”.

Manusia yang mempunyai segala maksud dan tujuan di dalam menjalankan hidup, maka harus mempunyai pedoman didalam hidupnya (hukum) sebagai sandara agar tidak salah langkah atau dalam bahasa masyarakat kasepuhan “Patokan Nyangkulu ka hukum” yang lebih tinggi dari kepala adalah hukum; hukum kedudukannya diatas segala-galanya sehingga hukum harus asli baik hukum Agama maupun hukum Adat, dan ditaati oleh masyarakat. Manusia jika ingin teratur maka harus mengikuti aturan yang dibuat oleh pencipta manusia (Gusti Alloh). Serta “Nunjang ka nagara” norma yang harus dipatuhi oleh anggota komunitas adalah ketundukan pada peraturan negara (Hukum Indonesia), dan didalam masyarakat kasepuhan di kenal dengan “Mupakat jeng balarea” apabila didalam melaksanakan segala sesuatu di awali dengan musyawarah untuk mufakat, termasuk terdapat masalah apabila terjadi di kalangan masyarakat adat (incu-putu) diselesaikan dengan musyawarah.

Dari hal tersebut kemudian di refresentasikan pada kelembagaan kasepuhan yang telah ada sejak lama hingga saat ini masih ada.. berikut kelembagaan kasepuhan serta peranannya:

No. Lembaga Kasepuhan

Pemimpin Peran

01. Abah Asep Nugraha (sekarang)

Sebagai pemimpin kasepuhan Sinar Resmi sejal dilantik pada tahun 2002 hingga sekarang, dan berperan menjaga eksistensi kasepuhan serta menjaga akan keutuhan norma-norma kasepuhan dan incu-putunya.

02. Gandek 0mid Staf Abah dimanapun abah bebergian gandek harus mendampingi jikalau terdapat masalah atau hal yang sanagt penting di jalan.

03. Dukun Pa unta Apabila ada warga yang mendapat musibah jika secara medis tidak menunjukan sakit maka akan di obati secara tradisional oleh seorang dukun.

Page 127: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

Dan yang paling penting adalah apabila aabah berhalangan ada, maka tugas abah di gantikan oleh dukun.

04. Panghulu Pa Ijat Setiap kegiatan kasepuhan baik berupa salametan ataupun yang lainnya dilaksanakan secara adat, dan ritualnya untuk doanya dipimpin oleh panghulu.

05. Bengkong Aki Anuk Melaksanakan perayaan sunatan terhadap anak-anak dari masyarakat Kasepuhan.

06. Paraji Ma Ancah Bidan buat para istri dari warga yang mau melahirkan atau yang berkaitannya.

07. Pamakaan 08. Pamoro Pa Saidi 09. Kemit Sunarja Penanggung jawab dari keamanan

Kasepuhan serta warga harus ikut menjaga keamanan lingkungan kasepuhan dengan mengikuti ronda setiap malam secara bergiliran dengan dipimpin oleh petugas kelembagaan kasepuhan

10. Tukang Bangunan

Pa Marhu Membuat bangunan baik rumah atau yang berkaitan dengan rancang bangun rumah gede di kasepuhan.

11. Ngurus Leuit Pa Suarman segala persiapan dan perawatan yang berkaitan dengan pemeliharaaan leuit

12. Ema Pangberang

Pa Marhu Menjaga dan pemeliharaan keadaan fisik lingkungan Imah Gede

13. Kabersihan Pa Junaedi lingkunan sekitar Imah Gede harus terjaga dan dikontrol kebesihan kasepuhan.

14. Dukun Hewan Pa Jaja Apabila warga kasepuhan yang akan memelihara hewan maka di wajibkan meminta izin padanya serta jika hewan terkena penyakit maka akan diurusi oleh dukun hewan

15. Canoli 16. Tukang Para Pa Urna 17. Kasenian 18. Tukang Dapur Mak Omah Mak Omah ini hanya sebagai

koordinator bagaian dapur di Imah Gede mulai membuat makanan dan menghidangkannya baik buat Abah dan keluarganya maupun buat tamu dan atau masyarakat bila ada yang

Page 128: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

kekurangan. 19. Panday Pak Asta Pande, semua peralatan yang baik

pakarangan maupun peralatan pertanian di buat oleh panday.

20. Kokolot Lembur

Pa Martu Apabila ada tamu maka harus melalui kokolot lembur, serta bertanggung jawab akan warga yang ada di lembur yang di dalam otoritasnya.

Kepemimpinan di Kasepuhan Sinar Resmi

Para Abah yang ada di kasepuhan ini mempunyai karakteristik masing-masing, karena beda lingkungan dan situasi yang memungkinkan menerapkan gaya kepemimpinannya berikut ini para Abah dimasa kepemimpinannya masing-masing :

1. Kepemimpinan Abah Djasioen (1937-1960) Abah Djasioen sebagai pemimpin memiliki karakter yang keras dan sangat

memegang teguh adat karena semasa kepemimpinan beliau bertepatan dengan penjajahan Belanda yang masuk ke daerah kasepuhan. Dalam menjalankan kepemimpinan fase transisi dari kabuhunan ke kasepuhan Abah Djasioen memiliki sangat watak keras (otoriter) didalam menjalankan segala aturan kabuhunan pada incu-putunya.

Selain peristiwa penjajahan Belanda, terjadi peristiwa yang membuat masyarakat kasepuhan geger yaitu diserang oleh DII/TII pada tahun 1959 yang memang belung diketahui maksudnya, hingga Abah Djasioen memindahkan lokasi kasepuhan dari cicemet ke cikaret karena selain wangsit dan sifat nomaden juga untuk mempertahankan kasepuhan dari penjajah Belanda. Kasepuhan ke cikaret karena alasan politik dan keamanan, dan di jaman Abah Djasioen pula adanya nama Kasepuhan yang awalnya kabuyutan.

Dan pada tahun 1960 “kabuyutan tersebut berubah nama menjadi Kasepuhan” adapun nama kasepuhannya tergantung dari nama kampung yang ada (ditempati sebagai pusat pamarentahan kasepuhan) dan tidak banyak yang

Page 129: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

mengetahui apakah ada intervensi pemerintah Soekarno didalam perubahan nama tersebut. Seperti yang telah dikemukankan oleh Abah Asep kasepuhan Sinar Sesmi seperti berikut:

Pergantian nama dari “kabuyutan” menjadi “kasepuhan”, Abah Jasiun mendapatkan wangsit dari leluhur guna menjaga keutuhan segala aturan-aturan yang telah ditetapkan dari para buyut/leluhur. Hal tersebut diikuti dan ditaati oleh Incu-putu karena dinilai sebagai amanat dari para buyut/leluhur.

Amanat yang di tetapkan abah jasiun dan mungkin juga semua pemimpin

kasepuhan sebelum beliau diantaranya sebagai berikut:

“Mipit kudu amit, ngala kudu menta, nganggo kudu suci, mangan kedah nu halal, ngucap kudu kalawan sabenerna, kedah miara ucap, miara lampah, miara tekad” (Panen harus izin, ambil harus minta, menggunakan harus suci, makan harus yang halal, berkata harus apa yang sebenarnya, harus menjaga perkataan, menjaga kelakuan, menjaga tekad) “nyaur kedah diukur, nyabda kedah diunggang-unggang bilih bekasna nyalahan” (berbicara harus diukur, berkata harus ditimbang-timbang takut berbekas kesalahan) “kudu hade catur kasadulur, hade carek kasaderek, kandeu nyaur tinggal ngangsurna” (Harus memelihara persaudaraan dengan baik, bersikap baik kepada teman, berbicara dengan merendah) “ulah paluhur-luhur tangtung, ulah pagirang-girang tapiana” (jangan bertinggi-tinggi berdiri, dan jangan saling mendahului/berebut dalam kekuasaan)

Memaknai dari amanat tersebut menurut Wa Ugis di bagi menjadi beberapa hal yaitu:

1. Amanat yang berkaitan dengan sistem huma (pertaninan ladang) “Mipit kudu amit, ngala kudu menta, nganggo kudu suci, mangan kedah nu halal, ngucap kudu kalawan sabenerna, kedah miara ucap, miara lampah, miara tekad” maksudnya adalah ketika panen padi huma para incu-putu harus meminta izin untuk memetiknya kepada bumi yang sering di injak-injak, dibuat bangunan , menanam tanaman yang dibutuhkan oleh incu-putu sehingga untuk memetik hasilnya para incu-putu harus minta izin kepada yang mempunyai dan menciptakan bumi ini dan harus memberlakukannya seperti seorang Ibu yang telah melahirkan manusia ke dunia ini maka di kenal dengan

Page 130: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

“Ibu Bumi” , dan langit yang memberikan hujan (rejeki) buat kelangsungan kehidupan serta memberi keberkahan buat hasil pertanian “Bapak Langit” maka keduanya harus diberlakukan layaknya sepertu “Ratu”. Sehingga di incu-putu (masyarakat) kasepuhan dikenal dengan falsafah IBU BUMI BAPAK LANGIT TANAH RATU. Dan harus menjaga layaknya kita menjaga lisan (lampah) dan mempertanggung-jawabkan (tekad)

2. Berkaitan dengan pola hubungan antar manusia “Nyaur kedah diukur, nyabda kedah diunggang-unggang bilih bekasna nyalahan. Kudu hade catur kasadulur, hade carek kasaderek, kandeu nyaur tinggal ngangsurn” setiap berhubungan dengan antar manusia dengan manusia maka bagaimana incu-putu harus menjaga segala perkataan dan perbuatan, karena dikhawatirkan salah ucap dan akan menimbulkan ketidaksenangan yang akan mengakibatkan tali-silaturhaim kurang harmonis.

3. “Ulah paluhur-luhur tangtung, ulah pagirang-girang tapiana” yang ketiga inilah sangat penting bagi kehidupan masyarakat kasepuhan, karena berkaitan dengan politik dan kekuasaan; incu-putu keutuhan kasepuhan, jangan memperebutkan kekuasaan, karena kekuasaan harus diberikan pada yang berhak dan dinilai mampu.

2. Abah Roesdi (1960-1982)

Setelah meninggalnya abah Jasiun berdasarkan wangsit bahwa pimpinan kasepuhan harus di pegang oleh Abah Rusdi (1960-1982), Abah Rusdi merupakan sosok yang berbicara seperlunya dan aturan adat agak melemah dari segi perpakaian dan prilaku masyarakatnya. Karena di masa Abah Roesdi bertepatan dengan masa revolusi dan agresi militer ke 2 (serangan Belanda).

Ketika agresi militer II Belanda pada tahun 1960-1963, peranan Abah Roesdi serta masyarakat kasepuhan dalam hal ini adalah memberikan perbekalan (logistik) untuk TNI yang berjuang melawan belanda. Akan tetapi masyarakat Kasepuhan belum diperkenankan ikut berperang melawan Agresi belanda tahap II tersebut, Pasokan logistik dari Kasepuhan tersebut dibawa oleh Bapak Ompi dengan warga Kasepuhan yang lain berjalan kaki dari kasepuhan Tjitjemet sampai ke arah bogor tepatnya di Batalion Cisarua yang dipimpin oleh Jend. Isak Korem Bogor, dengan melakukan penyamaran sebagai pengembala kerbau dimana setiap menggembala kerbau mereka membawa perbekalan beras dan lainnya untuk TNI.

Peranan masyarakat kasepuhan pada masa agresi Belanda tersebut tidak bisa dilepaskan oleh peran Abah Roesdi karena telah tertuang dalam aturan Adat di Kasepuhan itu sendiri agar membela terhadap Nagara. Pada tahun 1965-1966 dengan merebaknya isu PKI di tanah air, justru masyarakat kasepuhan yang telah bersahabat dengan militer (TNI) di tuduh beraliran PKI oleh TNI nya Soeharto sehingga kasepuhan sangat terpukul akan isu PKI. Walau pada akhirnya TNI merasa bersalah telah menuduh akan hal tersebut, dan bila Negara yang bersalah akhirnya tanpa adanya permohonan maaf pada Kasepuhan, dan peranan Abah yang selalu mendinamiskan akan keresahan dari masyarakat Kasepuhan akan tuduhan tersebut.

Di masa Abah Roesdi pula mengalami masa Orde Baru atau masa dimana pergantian kepemimpinan Negara Republik Indonesia dan mengalami tekanan

Page 131: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

dari pemerintahannya Soeharto tentang pengakuan Agama di Indonesa hanya 5 (lima) Agama yaitu Islam, Kristen Katolik, Kisten Protestan, Budha dan Hindu; yang pada masa itu pemerintah mempertanyakan akan status Agama yang dianut oleh masyarakat Kasepuhan hingga puncaknya terjadi pada tahun 1980, terjadi konflik dengan pemerintah melalui Kementrian Agama, walau pihak Kasepuhan selalu mengakui bahwa kamimah geus ti baheulana ngilu Agama Islam ku Nabi Muhamad, (kami masyarakat Kasepuhan sudah sejak dulu menganut Agama Islam yang di ajarkan Nabi Muhamad). Akan tetapi masyarakat kasepuhan didalam menjalankan kehidupan selalu selaras dengan adat istiadat yang kami junjung tinggi. Dan karena tidak ada titik temu dengan pemerintah, Abah Roesdi memindahkan pusat pemerintahan Kasepuhan ke Ciganas/Cimaja, guna menghindari konflik (benturan) secara fisik dengan pihak pemerintah.

Di tahun 1981-1982 terjadi konflik dengan pihak perhutani tentang tanah Adat dan sebagaian tanah Adat di klaim b oleh Ferum-perhutani sebagai bagian Taman Nasional Gunung Halimun dengan berjibaku pada regulasi kehutanan, sehingga Abah Roesdi kembali memindahkan Kasepuhan ke Cikaret. Walau Abah Roesdi memimpin Kasepuhan dengan tangan dingin sehingga beberapa aturan Adat mulai mengendur terutama tentang pola prilaku kehidupan, karena situasi politik dan bebrapa peristiwa yang etrjadi hingga hal tersebut ada, akan tetapi didalam aturan pertanian selalu kuat, serta hal yang lainnya selalu bersikap keras (otoriter).

Menurut Abah Asep Pada Tahun 1981-1982 terjadi konflik dengan pihak perhutani tentang tanah Adat dan sebagian tanah kasepuhan dimiliki oleh Ferum-perhutani sebagai bagian Taman Nasional Gunung Halimun dengan merujuk pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria; Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan, perbedaan dalam hal legalisasi lahan kasepuhan dengan pemahaman lahan versi pemerintah (Perhutani). Pada saat itu masyarakat banyak yang ditangkap karena dianggap mencuri kayu di lahan perhutani. Sehingga Abah Rusdi kembali memindahkan Kasepuhan ke Cikaret.

3. Kepemimpinan Abah Arjo (1982-1985) Setelah meninggalnya Abah Roesdi berdasarkan wangsit dari Kasepuhan

kepemimpinan harus dipegang kemudian diserahkan kepada Abah Arjo (1982-1985), walau pada masa kepemimpinan Abah Arjo ini relatif singkat hanya 4 (empat) tahun namun di masa kepemimpinan Abah Arjo ini gaya kepemimpinan yang dianut sangat otoriter yang menginginkan akan kemurnian norma (tatali paranti karuhun) itu dimurnikan dari pengaruh pemerintah ketika di zaman Abah Roesdi memimpin.

Kepemimpinan Abah Arjo ini berhasil mengembalikan kemurnian (norma) tersebut dibantu dengan peranan dari sistem kepemimpinannya baik itu Dukun dan lain sebagainya sehingga masyarakat Kasepuhanpun mengamini akan kemurnian segala norma-norma apa yang terkandung didalam Tatali Paranti Karuhun di Kasepuhan pemimpin yang sangat berpegang teguh pada kemurnian adat kasepuhan. Maka bentuk otoritarianisme pemimpin kasepuhan Abah Arjo cenderung kurang pada ranah konfrontasi melainkan lebih ke ranah pemurnian

Page 132: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

adat di dalam Kasepuhan itu sendiri. Seperti yang telah diungkapkan oleh Bapak Dede selaku panasehat Abah Asep kasepuhan Sinar Resmi

Pas Abah Arjo mimpin segala aturan adat dikuatkan kembali dan para incu-putupun merasa senang dengan hal itu, Abah arjo sangat tegas pas memimpin. Dan abah arjo mempunyai 2 (dua) orang Istri, kedua-duanya dari kalangan kasepuhan (wawancara tanggal 26 Februari 2012)

Dalam kepemimpinan Abah Arjo terjadi konflik dengan Kelurahan Cikelat yang pada waktu itu kepala Desanya Bapak Usep Nuryana, tentang sistim pemerintahan Desa dengan sistem pemerintahan Kasepuhan sehingga selalu berbenturan, maka pusat pamarentahan Kasepuhan pindah ke Babakan Ciptarasa dan Kasepuhan dinamai Kasepuhan Ciptarasa.

Terjadinya konflik dengan Desa tersebut karena pada masa pemerintahan Presiden Suharto menerapkan Undang-undang nomor 5 tahun 1979 tentang pemerintahan Desa dan terjadi pemaksaan dari regulasi pemerintah tersebut penyetaraan semua wilayah di Indonesia agar mengikuti segala keinginan pemerintah, sehingga terjadi pengkikisan norma di Kasepuhan.

Pada tahun 1982 nama Ciptarasa diganti menjadi Sinaresmi (nama desanya saja) oleh Abah Arjo dan di saksikan oleh Korem 01 Bogor dan tempat IMAH GEDE. Sampe pemerintahan Abah Ujat berikutnya nama Kasepuhan Cipta Rasa bertempat di Desa Sinaresmi.

4. Kepemimpinan Abah Ujat (1985-2000) Sebelum meninggal Abah Arjo mendapat wangsit yang waktu itu

diantarkan oleh Karuhun Kutamane di Sukabumi dan itu harus diambil langsung dengan berjalan kaki. Dan wangsit itu jatuh kepada Abah Ujat. Namun ketika pulang Abah Arjo suasana di kasepuhan sedang gempar dengan perebutan kekuasaan oleh Abah Uum yang ingin menjadi Kesepuhan.

Pada waktu pemerintahan Abah Arjo, dan Abah Ujat sebelum menjadi Abah, beliau menjadi kepala Desa Sinaresmi Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi, sehingga Abah Ujat memimpin dua pemerintahan disatu sisi memegang pemerintahan formal sebagai Kepala Desa disisi lain harus memegang amanat wangsit sebagai Abah di Kasepuhan Sirnaresmi. Menurut Kang Dede sebagai Panasehat Abah Asep menyatakan bahwa Bapak Ujat menjadi Abah waktu itu karena adanya campur tangan pemerintah untuk melanggengkan segala program-program dalam bidang pembangunan pertanian yang ketika pada kepemimpinan Abah Arjo kurang begitu diterima.

Karena dalam tatali paranti karuhun tidak mengenal akan dualisme kepemimpinan maka diantara anak almarhum Abah Arjo ini mempermasalahkan akan pengangkatan bapak Ujat sebagai Abah di Kasepuhan sehingga kekisruhan di Kasepuhan terjadi; maka guna meredam kekisruhan tersebut ditetapkanlah Abah Ujat sebagai pemegang kasepuhan Cipta Rasa dan Abah Encup yang menjabat sementara Kasepuhan Ciptarasa keluar dari Ciptarasa dan membuat Kasepuhan lagi dengan nama Cipta Mulya.

Abah Ujat kemudian melepaskan jabatan sebagai Kepala Desa di Desa Sinaresmi dan lebih memilih sebagai Abah di Kasepuhan Cipta Rasa dan

Page 133: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

kemudian mengubah nama pusat pamarentahannya menjadi Kasepuhan Cipta Gelar. Namun Abah Arjo yang pada Waktu itu membiarkan perpecah itu terjadi karena biarlah karena kedua-duanya toh anak abah Arjo.

Sepeninggal Abah Ujat Sujati terjadi kekosongan pimpinan kasepuhan karena Abah Asep Nugraha yang berhak memimpin Kasepuhan berdasarkan wangsit/ mimpi dari penasehat kasepuhan yaitu aki Armad. Sementara waktu itu Usia abah Asep masih muda dan menempuh pendidikan sekaligus kerja di jakarta. Maka untuk sementara pimpinan kasepuhan diserahkan (diwarnen) kepada abah Uum (2000-2002) kakak dari Abah Asep.

Pancar Pangawinan; Klaim Otoritas Adat di Kasepuhan

Terdapat suatu kesadaran yang mendalam bahwa masyarakat Kasepuhan merupakan keturunan secara langsung dari Prabu Silih-wangi dari Kerajaan Padjadjaran yang bersumber dari apa yang mereka sebut pancer pangawinan (Guillot, 2008). Bahwa masyarakat Kasepuhan selalu menyatakan dirinya, kami mah turunan pancer pangawinan_kami ini merupakan keturunan pancer pangawinan.

Dalam bahasa Sunda, kata pancer berarti lulugu, yang dalam bahasa Indonesia berarti ‘asal usul’ atau ‘sumber.’ Kata pangawinan berasal dari kata ngawin yang berarti ‘membawa tombak pada saat upacara perkawinan.’ Kata pangawinan dikalangan warga kasepuhan, memiliki makna yang lebih luas.

Dengan demikian kata ’kawin’ tercermin makna mempersatukan dua batin yang berbeda, dua pendapat yang berbeda, dua keinginan yang berbeda dari seorang laki-laki dan seorang perempuan menjadi satu tekad, satu jiwa, satu pendapat, satu keinginan, satu rasa dan satu tujuan, yaitu membina kehidupan yang sejahtera, dan harmonis lahir batin. Sikap dasar tersebut dinyatakan warga kasepuhan dengan ungkapan kata-kata ka cai jadi saleuwi kadarat jadi salebak atau ‘membina suatu kehidupan yang harmonis dalam satu kesatuan hidup rumah tangga

Pada hakikatnya bahwa dapat dipahami masyarakat Kasepuhan sebagai keturunan pancer pangawinan. Mereka anggap sebagai suatu ‘wangsit’ yang di ungkapkan dengan kata-kata sing saha nu bisa ngawinkeun langit jeung bumi, manusa jeung kamanusaanana, eta nu disebut pancer pangawinan.’ Barang siapa yang bisa mengawinkan bumi denga langit, manusia dengan kemanusiaannya, itulah namanya pancer pangawinan. Dan yang diamanatkan adalah Abah yang harus memegang akan Pancar pangawinan serta dapat legitimasi akan kepemimpinannya.

Abah dinilai oleh kalangan masyarakat Kasepuhan yang menjadi tuntunan karena memiliki (memegang) pancar pangawinan, tonggak kepemimpinan di kalangan masyarakat kasepuhan adalah bagaimana menjaga akan segala aturan (norma-norma). Yang menjadi kekuatan dalam masyarakat Adat adalah bagaimana menjaga akan aturan-aturan Adat yang berlaku sebagai kekuatan sosial

Pancar pangawinan pada saat sekarang ini menjadi klaim setiap kasepuhan yang ada, karena dari ketiga kasepuhan semuanya memerasa memiliki pancar pangawinan sehingga sangat mempengaruhi situasi lokal karena terjadi persaingan dalam kepemimpinan untuk mempengaruhi setiap masyarakatnya dan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan.

Page 134: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

5. Abah Asep Nugraha (2002-sekarang) Ketika Abah asep sudah siap dan matang pada tahun 2002 karena

memang beliaulah yang berhak memimpin kasepuhan berdasarkan wangsit. Menurut Aki Ompi sebagai penasehat kasepuhan bahwa : Pas Usia Bapak Asep tos cekap sareng tos dianggap siap jadi abah di kasepuhan sirnaresmi, harita eta taun 2002, abah uum alim ngalepasken kapamimpinan abah-wamena ka bapak asep, tapi saterasna kaluar ti kasepuhan sirnaresmi sareng ngabawa paralatan pusaka kasepuhan teras ngadambel kasepuhan anyar nudi pasihan ngaran kasepuhan Cipta Mulya. Dina tanggal 20 Februari 2002 bapak asep nugraha dijadiken abah kasepuhan sirnaresmi, ayapun abah uum sukmawijaya ngadambel kasepuhan cipta mulya sareng ngabawa pusaka kasepuhan abah asep ngaikhlaskeun . Menurut abah asep bilih aya perselisihan sareng aya goyahna kasepuhan, teras abah uum sukmawijaya diperbolehkan nyien pusat pemerintahan kasepuhan anyar nu dipasihan namina kasepuhan cipta mulya. Artinya : pada Tahun 2002 ketika Usia Bapak Asep telah mencukupi dan dianggap siap menjadi Abah di Kasepuhan Sirnaresmi. Abah Uum tidak melepaskan kepemimpinan Abah-warnennya untuk diserahkan kepada Bapak Asep, tapi justru keluar dari kasepuhan Sirnaresmi dan membawa peralatan pusaka kasepuhan serta membuat kasepuhan baru yang diberi nama kasepuhan Cipta Mulya. Pada tanggal 02 Februari 2002 Bapak Asep Nugraha di nobatkan sebagai Abah di kasepuhan Sirnaresmi dan adapun Abah Uum Sukmawijaya telah membuat kasepuhan Cipta Mulya serta membawa segala benda pusaka kasepuhan Abah Asep mengikhlaskan saja, karena menurut Abah Asep di takutkan adanya perselisihan dan mengakibatkan goyahnya kasepuhan, dan Abah Uum Sukmawijaya di perbolehkan membuat pusat pemerintahan kasepuhan baru yang diberi nama kasepuhan Cipya Mulya.

Namun abah Uum belum mau menyerahkan kepada abah asep. Abah Uum pindah ke atas atau cipta mulya dengan membawa semua peninggalan/pakayaan abah Ujat. Namun abah Asep legowo itu diterimanya.

Abah Asep Nugraha dilantik secara adat untuk menjadi pemimpin kasepuhan pada tanggal 02 Februari 2002. Dimasa kepemimpinan Abah Asep Nugraha sejak tahun 2002 beliau dilantik dan karena telah mewariskan akan perpecahan (pada kepemimpinan abah Ujat); namun di zaman Abah Asep tersebut Kasepuhan terpecah menjadi 3 (tiga) kasepuhan yang di antaranya Kasepuhan Sinar Resmi, Kasepuhan Cipta kelar, dan Kasepuhan Cipta Mulya. Untuk adat yang telah terpengaruhi oleh teknologi dan arus modernisasi atu menerima perubahan itu dimulai sejak abah Ujat memimpin kasepuhan sedangkan untuk para pemimpin kasepuhan sebelum Abah Ujat, para abah masih menjaga kemurnian adat kasepuhan.

Proses terjadinya perpecaan ini ketika zaman Abah Ujat sudah ada dua kasepuhan dan di masa Abah Asep ini menjadi tiga karena pas waktu muda Abah Asep berada di bogor melaksanakan kuliah (tidak menamatkan) lalu bekerja di Jakarta serta tergolong masih muda walau menapatkan wangsit guna menggantikan Abah Ujat (setlah Abah Ujat Wafat) namun ketika itu Abah Asep masih tergolong muda (belum memenuhi usia guna menjadi Abah). Sehingga terjadi kepemimpinan sela, akan tetapi ketika Usia Abah Asep sudah memenuhi syarat tapi Abah Uum tidak melepaskan jabatan Abahnya tapi kemudian keluar dari kasepuahan Sirnaresmi dan kemudian membuat kasepuahan Cipta Mulya.

Page 135: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

Pada periode kepemimpinan Abah Ujat dan Abah Asep yang sudah menetap di satu wilayah yaitu kampung Sirnaresmi sehingga nama kasepuhannya disesuaikan dengan nama lokasi yang ditempati. Wilayah Sirnaresmi tersebut dahulunya pernah dipakai pada kepemiminan Abah Arjo, kalau melihat aturan leluhur pada tatali paranti karuhun menurut Uwa Ugis hal tersebut tidak di bolehkan, berikut dihasil kutipan wawancara dengan Uwa Ugis :

Kalau mengacu pada seluruh aturan para buyut tentang bagaimana etika pemimpin dalam melaksanakan segala kepemimpinannya harus sesuai dengan tatali paranti karuhun, karena didalamnya mengatur bagaimana wangsit itu datang dan yang mengetahui hanya Abah serta Dukun secara supranatural. Amanat Abah Jasiun yang tentang jangan berebut dalam kekuasaan yang tertuang dalam “Ulah paluhur-luhur tangtung, ulah pagirang-girang tapiana”

(jangan bertinggi-tinggi berdiri, dan jangan saling mendahului/berebut dalam kekuasaan) hal itulah yang muali terkikis mulai kepemimpinan Abah Ujat bagaimana beliau menjadi Abahnya, serta Abah Asep yang mulai memudarkan segala aturan-aturan yang ada kalau Abah Asep mengamalkan Amanat Abah Jasiun “Kudu hade catur kasadulur, hade carek kasaderek, kandeu nyaur tinggal ngangsurn” (harus memelihara persaudaraan dengan baik, bersikap baik kepada teman, berbicara dengan merendah), mungkin tidak mementingkan individu. Adapun tentang kaepuhan seharusnya tiap kepemimpinan ganti harusnya tempatpun harus pindah beberapa tahun kemudian kembali lagi itu dibolehkan atau mengganti nama kasepuhannya.

Walau Abah asep mengikhlaskan adanya kasepuhan baru karena ditakutkan adanya perselisihan yang akan mengakibatkan goyahnya eksistensi Kasepuhan maka Abah Uum diperbolehkan mendirikan Kasepuhan tersebut. Dan Kasepuhan Sirnaresmi di rubah namanya menjadi Sinar Resmi oleh Abah Asep Nugraha. Perkataan (petuah Abah Asep) yang tertanam di masyarakat adalah:

“Mangga bae arek make teknologi dan ikut modernisasi, asalkan teu ngaganggu jeung ngarusak kana tatanen/pertanian (ngahuma) anu puguh disakralkeun baheula sampe ayeuna” kata aki Amil.

“ silahkan saja menggunakan teknologi dan mengikuti modernisasi, yang penting tidak mengganggu dan merusak pada pertanian yang sudah disakralkan dari dulu sampai sekarang”

Berdasarkan kesaksian aki Ompi semasa beliau mengalami dipimpin oleh

pemimpin kasepuhan berdasarkan wangsit yaitu Abah Jasiun-Abah Rusdi-Abah Ujat-Abah Asep. Untuk pemimpin kasepuhan sebelum abah Jasiun belum

Page 136: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

didapatkan informasi yang akurat, dimungkinkan sebelum dan sampai dengan tahun 1937 belum ada teknologi yang memadai kalaupun ada sangat berbenturan dengan adat yang masih sangat kental sehingga sulit mendapatkan gambar ataupun raganya. Selain itu untuk saksi sejarah diwaktu itu sekarang telah tiada untuk menceritakan kepada turunannya. Dan menurut abah Asep N bahwa “para karuhun nu heula mah Ninggalnya heunteu ninggalkeun raga”

Masa kepemimpinan Abah Asep Nugraha saat ini selalu mengajak incu-putuhnya menjaga akan keutuhan segala aturan yang berlaku, serta bila ada permasalahan selalu di selesaikan dengan jalan musyawarah untuk mufakat, karena selalu menerima masukan dari masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi.

Namun apabila menyangkut dengan aturan tentang pertanian Abah Asep tidak kenal kompromi harus seperti yang telah ada (sejak zaman nenek moyang) serta meurut masyarakatnya Abah Asep cenderung kurang transfaran didalam yang bersentuhan dengan finansial (hasil kegiatan) dan pada aturan prilaku masyarakat di kalangan keluarga Abah justru yang sering melanggar aturan yang ada, akan tetapi Abah Asep belum pernah menengurnya.

Pada masa kepemimpinan Abah Asep Nugraha selalu berkaitan dengan adat adapun persitiwa-peristiwa penting tersebut :

Peristiwa Reformasi Otda Pemilu Lokal

Terjadi pergulatan dengan perum perhutani tentang hak tanah hulayat.

BPN memberikan sertifikat tanah pada masyarakat Desa Sirnaresmi dan yang di utamakan untuk incu-putuh kasepuhan, sebanyak 40 sertifikat tanah.

Banyak para tokoh politik mendatangi abah untuk meminta dukungan masyarakat kasepuhan agar menjadi pemimpin baik daerah maupun pusat.

Kasepuhan Sinar Resmi pecah menjadi 3 (tiga) kasepuhan, jadi kasepuhan Sinar Resmi, Cipta Mulya dan Cipta Gelar

Pertobatan incu-putuh Kasepuhan ketika seren

Page 137: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

taun.

Tantangan dan Harapan Kepemimpinan “Abah” di Kasepuhan Sinar Resmi Masyarakat Kasepuahan Sinar Resmi menilai setiap kepemimpinan para

Abah selalu bervariasi semenjak kepemimpinan Abah Djasiun sampai pada masa kepemimpinan Abah Ardjo segala norma-norma Kasepuhan masih sangat kuat hal tersebut karena arus moderenisasi yang masih minim serta kondisi Bnagsa Indonesia yang baru merdeka.

Namun ketika kepemipminan Abah Udjat Aturan Adat sudah mulai kendur. Karena sebelum jadi Abah di Kasepuhan, bapak Udjat pernah menjadi Kepala Desa Sirnaresmi selama 2 (dua) tahun. Dan di masa tersebut politik mulai menjamah di kehidupan Kasepuhan, dan pada masa kepemimpinan Abah Asep Nugraha nuansa politik itu kian mengental. Sebenarnya incu putuh harus mengetahui sedikitnya tentang saikat sabeungkeutkan yang artinya atau mengikat segala aturan dan tuturan yang ada di kasepuhan. Dukun sering berdiskusi dengan abah mengenai permasalahan masyarakat yang ada yang melanggar adat dan meminta ketegasan abah, namun jawaban abah “engke oge karasaan kumanehna” dan dimana adanya 40 usulan/ laporan dari orang yang berbeda akan disetujui sebagi aturan yang akan diterapkan dikasepuhan.

Tantangan kasepuhan pada saat sekarang ini adalah bagaimana menjaga eksistensi kasepuhan, dan peran pemerintah yang terkait kebudayaan, untuk memotivasi masyarakat adat khususnya kasepuhan sebagai pemimbing karena melihat potensi yang ada dari kasepuhan serta memfungsikan dengan benar undang-undang tentang adat.

Terhadap Abah yang harus dipertegas dalam hal budaya seperti kekhasan adat lebih ditekankan misalnya setiap orang yang berkunjung ke kasepuhan harus minimal menggunakan ikat kepala. Dan kedisiplinan pihak keluarga abah mencontohkan menggunakan menggunkaan pakaian adat yang diharuskan adat.

SEJARAH PERPECAHAN KASEPUHAN

(ciptarasa/ciptagelar-sinaresmi-cipta mulya) Diawali ketika kepemimpinan Abah Ardjo (1982-1985), dan Abah Ardjo tersebut mempunyai 2 (dua) orang istri serta dari kedua orang istri ini masing-masing mempunyai keturunan anak laki-laki lalu ketika Abah Ardjo (meninggal) mangkat/pupus Ardjo telah mengangkat Abah Entjup (lahir tahun 1966) anak pertama dari istri yang kedua menjadi pengganti Abah Ardjo karena memang mempunyai persyarakatan pemimpin di kasepuhan. Dan serta dapat disetujui (restui) pula oleh bapak Uum (kelahiran tahun 1939) dan Bapak Ujat (kelahiran tahun 1945) dari istri pertama Abah Ardjo. Pada tahun 1985 Abah Encup (anom) menjadi Abah di Ciptarasa menggantikan Abah Ardjo. Ketika kasepuhan di bahwa pemerintahan Abah Encup maka mencari tempat kasepuhan kembali (berpindah) ke daerah yang di anggap pas sesuai dengan wangsit. Dan di namai dengan Kasepuhan Cipta Gelar. Dan selang

Page 138: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

beberapa bulan Bapak Ujat yang ketika Abah Ardjo masih hidup menjadi kepala Desa di Sinaresmi mendapatkan wangsit (menurut bapak Ujat dan sodaranya) untuk mendirikan kasepuhan di Sinaresmi, maka beliau menjadi Abah di Kasepuhan Sinaresmi1

1. Menikahkan anak keduanya (perempuan bernama irna) dengan orang china (waktu itu belum islam lalki-laki cinanya)

. Selama memimpin di Kasepuhan Sirnaresmi Abah Ujat banyak melanggar norma-norma Kasepuhan yang telah ada, adapun pelanggarannya adalah:

2. Dapat hadiah Anjing pekking dari menantu (chinanya) kemudian di pelihara di dalam imah Gede.

3. Kawin lagi tanpa persetujuan dari istri pertama. Sehingga beliau mendapatkan sakit (struk) dan ketika sakit tersebut di rawat oleh kakak pertamanya yang bernama Bapak Uum2

Sistem pertanian pada perinsifnya tidak ada perubahan yang signipikan, akan tetapi ketika perum perhutani memberlakukan gunung halimun sebagai taman nasional maka, ruang gerak Adat mulai terusik terutama di bidang pertanian (pemerintahan ini terjadi ketika abah Rusdi) dan pihak perum perhutani membuat keputusan sepihak dengan cara pihak Adat boleh saja menggarap tanah di kawasan gunung halimun tapi ketika panen harus membayar cukai sebesar 15% (keputusan KRPH kecamatan cisolok) 15% tersebut dari 100%. Contoh apabila hasil panennya 100 bengkeut maka 15 bengket harus disetorkan ke pihak KRPH

hingga akhir usianya. Karena anak pertama Abah Ujat masih kecil (Asep Nugraha) yang pada waktu itu belum mengerti akan arti Kasepuhan secara utuh. Sepeninggal Abah Ujat 2000 di gantikan Kasepuhan Sirnaresmi tersebut oleh Abah Uum, karena anak pertama Abah Ujat bapak Asep Nugraha masih ada di jakarta dan usia masih muda. Abah Uum sebagai pemimpin sela akan tetapi bila Abah Asep di anggap cukup usia maka kepemimpinan tersebut di serahkan ke pada anak pertama dari Abah Ujat yaitu Bapak asep Nugraha. Namun ketika tahun 2002 Abah Uum tidak bisa menyerahkan jabatan (jabatan sela) ke abah Asep maka Abah uum membuat kasepuhan sendiri yang di namai kasepuhan Cipta Mulya. Dan bapak Asep pada tahun 2002 tersebut dinobatkan sebagai Abah di Kasepuhan Sirnaresmi. Lalu sesuai dengan tradisi apabila kepemimpinannya berganti maka kasepuhan harus berpindah tempat atau ganti nama. Dan kasepuhan Sirnaresmi tersebut di ganti menjadi KASEPUHAN SINAR RESMI. Hingga sekarang. Wawancara dengan wa ugis (21 mei 2012)

SISTEM PERTANIAN DI KASEPUHAN

1 Nama sinaresmi sebetulnya pernah di pakai dlokasi tersebut ketika pemerintahan Abah Roesdi

(Abah kedua) di tanah Kasepuahan tersebut di desa sinaresmi. Dalam prspektif masyarakat Kasepuhan bahwa tempat yang pernah dipakai seharusnya tidak boleh ditempati kembali (karena akan mendapatkan musibah/kawalat/kabendon) dari para leluhurnya.

2 Kelak akan mempunyai kasepuahan

Page 139: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

perum perhutani Cisolok. Dan masyarakat Kasepuhan hanya bisa pasrah. Hal ini tidak berlangsung lama ketika di awal pemerintahan Abah Arjo di setop karena katahuan oleh pihak pusat (perum perhutani). Namun di saat pemerintahan Abah Arjo ada intervensi lagi dari pemerintah pusat melalui dinas pertanian yang pada waktu itu ada program BIMAS dan INMAS. Pemerintah dengan segala cara memaksakan masyarakat adat agar memakai padi IR 63-64 karena di anggap lebih baik dari PADI lokal (padi kasepuhan) dan pola penanamannya pun dua kali serta menggunakan PUPUK KIMIA. Pada mulanya program pembangunan pertanian ini mendapatkan tantangan karena dinilai melanggar NORMA-NORMA ADAT tapi pemerintah tidak kehilangan akal dan membentuk KELOMPOK-KELOMPOK TANI di kasepuhan (kelompencapir) dan program pemerintah tersebut berhasil sehingga masyarakat tani kasepuhan ketergantungan terhadap pupuk kimia dan telah banyak membuat sawah (pola tanam di sawah bukan di humma/lahan darat) di jaman Abah arjo hanya 5% padi sawah dan di zaman Abah Asep sudah 30%. Sistem huma Huma merupakan bahasa lokal (bahasa sunda) artinya bertani padi di kawasan hutan (padi darat) yang hanya dilakukan penanamannya satu tahun sekali, karena sesuai dengan norma-norma yang ada di Kasepuhan agar menanam hanya satu kali yang didalam falsafahnya IBU BUMI, BAPAK LANGIT atau bumi di ibaratkan sebagai ibu yang hanya melahirkan anak hanya satu kali, maka berlakukanlah ibu dengan baik, dan langit yang bebberikan kehidupan kepada bumi berupa hujan guna menyuburkan tanaman terutama padi. Adapun di dalam sistem humma tersebut adalah sebagai berikut: No. Deskripsi Uraian dan pelaksanaan 01. Ngaseuk merupakan kegiatan menanam padi dengan

memasukkan benih ke dalam lubang dengan menggunakan aseuk (tongkat).

02. Beberes Mager ritual untuk menjaga padi dari serangan hama. Kegiatan ini dilakukan oleh pemburu di ladang Abah (ladang milik Kasepuhan) dengan membaca doa. Kegiatan ini dilaksanakan sekitar bulan Muharam

03. Ngarawunan ritual untuk meminta isi padi agar tumbuh dengan subur, sempurna dan tidak ada gangguan. Kegiatan ini dilakukan oleh semua incu putu untuk meminta doa kepada abah melalui bagian pamakayaan. Ngasrawunan dilakukan setelah padi berumur tiga bulan sampai empat bulan.

04. Mipit kegiatan memanen padi yang dilakukan lebih dulu oleh Abah sebagai pertBapak/Ibu masuknya musim panen

05. Nutu kegiatan menumbuk padi pertama hasil panen 06. Nganyaran: memasak nasi menggunakan padi hasil panen

pertama, dua bulan setelah masa panen.

Page 140: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

07. Seren taun Seren-tahun merupakan puncak dari ritual pertanian

yang ada di kasepuhan yaitu memasukan hasil panen ke lumbung. (leuit si jimat) dari hasil panen tersebut tiap warga menyumbangkan padi minimal 2-5 (dua sampai lima) ikat (beungkeut) yang di rata-ratakan dengan setandar kilogram sebanyak 10-14,5 kg.3

Padi hasil panen dari masyarakat Adat tersebut selain buat di simpan di LEUIT SI JIMAT tersebut, juga ada yang namanya zakat 10%. (sekitar 10 ikat/beungket padi) Zakat tersebut di gunakan (seperti menggaji) para kelembagaan adat seperti dukun, paraji, maro, amil kampung dan lain sebagainya. Peraturan adat melarang masyarakat untuk memperjualbelikan beras sebagai makanan pokok, dan hasil olahan lainnya. Peraturan adat menganalogikan padi sebagai seorang wanita, yang apabila telah dikupas kulit padinya maka akan terlihat seperti seorang wanita yang tidak berpakaian. Jika beras diperjualbelikan, maka akan sama dengan memperjualbelikan harga diri seorang perempuan. Walaupun masyarakat dilarang untuk memperjualbelikan beras dan hasil olahannya, masyarakat masih diperbolehkan untuk menjual padi. Namun ada ritual khusus yang harus dijalankan, dan dengan syarat kebutuhan keluarga sudahm terpenuhi sampai panen padi Menurut abah :

“Beras tabu untuk diperjualbelikan, dan ini sudah ada di dalam peraturan adat. Kecuali, ada keluarga yang memiliki lumbung padi lebih dari satu, dan kebutuhan keluarganya telah tercukupi hingga panen berikutnya, maka keluarga tersebut dapat menjual padi, bukan beras. Keluarga tersebut harus melakukan ritual khusus jika ingin menjual padi, dan tidak dapat dilakukan secara terus menerus.”

Mata pencaharian selain peladang (huma) Masyarakat adat Kasepuhan, selain hidup dari pertanian padi, mereka juga hidup dari berkebun dan berternak. Talun atau kebun warga ditanami oleh tanaman pisang, jagung, kacang, sayur-sayuran dan tanaman buah-buahan. Selain itu, warga juga menanan pohon kayu-kayuan seperti mahoni dan albasia untuk keperluan kayu bakar dan membuat rumah, leuit (lumbung padi), dan sarana ibadah. Hasil kebun yang berupa buah-buahan dan sayuran dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan lainnya, seperti pakaian. Namun, untuk pohon kayu-kayuan tidak boleh dijual, hanya untuk kebutuhan kayu bakar dan pembangunan sarana

3 Sebelum diadakan seren-taun masyarakat kasepuhan mendatangi IMAH GEDE untuk

mengadakan ritual serah-ponggokan adalah melakukan tobat yang mempunyai salah ketika satu tahun hidup yang disesuaikan dengan mulai nanam sampai panen. Apa yang telah dilakukan masyarakat kasepuhan dan ritual ini dipimpin oleh Abah serta Dukun.

Page 141: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

dan prasarana seperti membangun rumah, leuit (lumbung padi), dan sarana ibadah. Selain berkebun, masyarakat juga beternak ayam. Hampir semua warga memiliki kBapak/Ibung ayam di depan rumahnya.

Pengelolahan hutan. Kearifan masyarakat adat Kasepuhan dalam pengelolaan hutan diwujudkan dalam pembagian hutan menjadi tiga bagian, Leuweung tutupan, Leuweung titipan, dan Leuweung Bukaan. Leuweung tutupan adalah kawasan hutan alam yang dititipkan oleh leluhur untuk generasi mendatang, dan tidak boleh berubah keutuhannya, yang memiliki keanekaragaman tumbuhan dan satwa yang tinggi dan termasuk dalam kawasan lindung karena fungsinya sebagai daerah resapan air (Leuweung sirah cai) dan pusat keseimbangan ekosistem. Kawasan ini tidak boleh dimasuki oleh manusia, karena menurut adat manusia bukan termasuk makhluk hidup yang tinggal di hutan. Leuweung titipan adalah kawasan hutan yang boleh dimasuki oleh manusia atas seizin Abah, dan dengan tujuan untuk pengambilan hasil hutan kayu untuk kayu bakar dan membuat bangunan dan hasil hutan non-kayu berupa tanaman obat-obatan, madu hutan, rotan dan sebagainya. Jika ingin mengambil hasil hutan kayu dari hutan tutupan, masyarakat harus menanam kembali pohon sebagai pengganti pohon yang ditebangnya sesuai dengan jumlah pohon yang ditebang. Leuweung Bukaan adalah kawasan hutan yang telah dibuka sejak lama secara turun temurun dan digunakan untuk lahan garapan masyarakat, baik berupa ladang (huma), sawah, maupun talun (kebun). Lahan garapan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan papan (kayu) masyarakat adat. Selain itu, adapula leuweung awisan yang dipersiapkan untuk lokasi perpindahan pusat Kasepuhan yang merupakan usaha untuk mendekati lebak cawane (tujuan akhir perpidahan Kasepuhan) yang didasarkan pada petunjuk yang berkaitan dengan perubahan penting (uga) yang diperkirakan terletak di antara Gunung Bengbreng, Beser, Suren, Talaga, Herang, Halimun, Pangkulahan, Putri, Kasur, Salimbar, Bancet, Panyugihan, dan Surandil.

Page 142: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh
Page 143: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

Hasil Wawancara di Kasepuhan Snar Resmi

1. “Padi hasil panen dari incu-putu tersebut, akan di serahkan kepada Abah sebanyak 2 sampai dengan 5 beungkeut (ikat) sebagai tatali. Tatali dapat diartikan sebagai ikatan satu sama lain dalam incu-putu Kasepuhan sebagai solidaritas sosial yang kuat. Padi yang telah diserahkan kepada Abah tersebut akan di simpan di lumbung kasepuhan disebut Leuit si Jimat, selain itu juga dikenakan zakat sekitar 10 ikat/beungket padi. Zakat tersebut di gunakan untuk keperluan (menggaji) para kelembagaan adat seperti Dukun, Paraji, Pamaro, Kokolot Lembur dan lain sebagainya. Walaupun dalam memberikan zakat tersebut tergantung hasil yang dicapai ketika panen padi dari setiap incu-putu.” (wawancara tentang hasil panen, sumber Bapak Bahari selaku amil Kaepuhan Sinar Resmi).

2. “Incu-putu mah tos pada gede, masa kudu disuruh-suruh ku Abah, kan Abah geus nyontokeun ngiringan shalat Jum’at, cuman incu-putu tacan ngarti mun solat Jum’at jeung solat lima waktu teh wajib”. (wawancara tentang Incu-putu yang sangat jarang melaksanakan peribadatan, sumber Bapak Ustadz Sulhi).

3. “Pergantian nama dari Kabuyutan menjadi kasepuhan, Abah Jasiun mendapatkan wangsit dari leluhur guna menjaga keutuhan segala aturan-aturan yang telah ditetapkan dari para buyut/leluhur. Hal tersebut diikuti dan ditaati oleh Incu-putu karena dinilai sebagai amanat dari para buyut/leluhur.” (wawancara tentang pergantian Kabuyutan menjadi Kaepuhan, sumber Abah Asep Nugraha).

4. “Mipit kudu amit, ngala kudu menta, nganggo kudu suci, mangan kedah nu halal, ngucap kudu kalawan sabenerna, kedah miara ucap, miara lampah, miara tekad” (Panen harus izin, ambil harus minta, menggunakan harus suci, makan harus yang halal, berkata harus apa yang sebenarnya, harus menjaga perkataan, menjaga kelakuan, menjaga tekad) “Nyaur kedah diukur, nyabda kedah diunggang-unggang bilih bekasna nyalahan” (Berbicara harus diukur, berkata harus ditimbang-timbang takut berbekas kesalahan) “Kudu hade catur kasadulur, hade carek kasaderek, kandeu nyaur tinggal ngangsurn” (harus memelihara persaudaraan dengan baik, bersikap baik kepada teman, berbicara dengan merendah) “Ulah paluhur-luhur tangtung, ulah pagirang-girang tapiana” (jangan bertinggi-tinggi berdiri, dan jangan saling mendahului/berebut dalam kekuasaan) (wawancara tentang amanat Abah Jasiun kepada Incu-Putu, sumber Uwa Ugis).

Page 144: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

5. “Pas eta kasepuhan Sinar Resmi di handap kepemimpinan Abah Rusdi pihak Dinas Agama Kabupaten Sukabumi sering dongkap ka Kasepuhan jeung selalu naroskeun tentang kayakinan ni dianut masyarakat Kasepuhan Agamana naon? Saha Pangerana (tuhan)?. Urang masyarakat Kasepuhan sering nagajwab bahwa urang teh Agamana Islam dan Gusti Alloh SWT eta Tuhan nu urang bacakeun upami selametan. Teras saha nu ngabacakeun?, teras dijawab, aya penghulu atawa dukun nu ngabacakeun atawa pamakayaan lamun diladang, nu nyieun pihak Kasepuhan tersinggung, tapi abah teu marah ka pemerintah. Malah bertindak sareng memindahkeun Kasepuhan ka Cigana. Dan sampe ayeuna, pihak Departemen Agama masih ngontrol tentang peribadatan Kasepuhan, terbukti ngirikmkeun ustadz ti Depag Kabupaten Sukabumi.” Artinya tuturan Dukun ketika Kasepuhan Sinar Resmi di bawah kepemimpinan Abah Rusdi pihak dinas Agama Kabupaten Sukabumi sering datang ke kasepuhan dan selalu menanyakan tentang keyakinan-kepercayaan yang dianut masyarakat Kasepuhan Agamana naon? Saha pangerana (tuhan) dan itu sering. Kami masyarakat Kasepuhan selalu menjawab bahwa kami ini beragama Islam dan gusti Alloh SWT itu tuhan Kami; tapi kemudian terus menekan hingga tentang kemenyan, do’a-do’a yang kami bacakan setiap selametan. Terus siapa yang membacakan lalu dijawab ada penghulu atau dukun yang membacakan atau pamakayaan kalu di ladang, yang membuat pihak Kasepuhan tersinggung, tapi Abah tidak marah kepada pemerintah tersebut, melainkan bertindak dengan memindahkan Kasepuhan ke Ciganas. Dan sampai dengan sekarang pihak Agama masih mengontrol tentang peribadatan Kasepuhan terbukti telah mengirim ustadz dari Depag Kabupaten Sukabumi. (Wawancara tentang keyakinan/kepercayaan yang dianut oleh Kasepuhan, sumber Bapak Punta sebagai Dukun Kasepuhan Sinar Resmi).

6. “Pada Tahun 1981-1982 terjadi konflik dengan pihak perhutani tentang tanah Adat dan sebagian tanah Kasepuhan dimiliki oleh Ferum-perhutani sebagai bagian Taman Nasional Gunung Halimun dengan merujuk pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria; Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan, perbedaan dalam hal legalisasi lahan Kasepuhan dengan pemahaman lahan versi pemerintah (Perhutani). Pada saat itu masyarakat banyak yang ditangkap karena dianggap mencuri kayu di lahan perhutani. Sehingga Abah Rusdi kembali memindahkan Kasepuhan ke Cikaret.” (wawancara tentang kepemilikan tanah adat, sumber Abah Asep Nugraha).

7. “Pas Abah Arjo memimpin Kasepuhan segala aturan adat dikuatkan kembali, dan incu-putupun merasa senang dengan hal itu, Abah arjo sangat tegas pas memimpin. Dan abah arjo mempunyai 2 (dua) orang Istri, kedua-duanya dari kalangan kasepuhan.”

Page 145: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

(wanwancara tentang bentuk otoritarianisme pemimpin Kasepuhan Abah Arjo, sumber Bapak Dede Mulyana selaku panasehat Abah Asep Kasepuhan Sinar Resmi).

8. “ bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh Abah Ujat adalah: a. Menikahkan anak keduanya (perempuan bernama irna)

dengan orang cina (waktu itu belum beragama Islam dari pihak laki-lakinya)

b. Dapat hadiah anjing pekking dari menantu (chinanya) kemudian di pelihara di dalam Imah Gede.

c. Kawin lagi tanpa persetujuan dari istri pertama.” (wawancara tentang pelanggaran norma-norma Kasepuhan yang dilakukan oleh Abah Ujat, sumber Bapak Martu sebagai Kokolot Lembur Sinaresmi).

9. Pas Usia Bapak Asep tos cekap sareng tos dianggap siap jadi abah di Kasepuhan Sirnaresmi, harita eta taun 2002, abah uum alim ngalepasken kapamimpinan abah-wamena ka bapak asep, tapi saterasna kaluar ti Kasepuhan Sirnaresmi sareng ngabawa paralatan pusaka Kasepuhan teras ngadambel Kasepuhan anyar nudi pasihan ngaran Kasepuhan Cipta Mulya. Dina tanggal 20 Februari 2002 Bapak Asep Nugraha dijadiken Abah Kasepuhan Sirnaresmi, ayapun Abah Uum Sukmawijaya ngadambel Kasepuhan Cipta Mulya sareng ngabawa pusaka Kasepuhan Abah Asep ngaikhlaskeun . Menurut Abah Asep bilih aya perselisihan sareng aya goyahna Kasepuhan, teras Abah Uum Sukmawijaya diperbolehkan nyien pusat pemerintahan Kasepuhan anyar nu dipasihan namina Kasepuhan Cipta Mulya. Artinya : pada Tahun 2002 ketika Usia Bapak Asep telah mencukupi dan dianggap siap menjadi Abah di Kasepuhan Sirnaresmi. Abah Uum tidak melepaskan kepemimpinan Abah-warnennya untuk diserahkan kepada Bapak Asep, tapi justru keluar dari Kasepuhan Sirnaresmi dan membawa peralatan pusaka Kasepuhan serta membuat Kasepuhan baru yang diberi nama Kasepuhan Cipta Mulya. Pada tanggal 02 Februari 2002 Bapak Asep Nugraha di nobatkan sebagai Abah di Kasepuhan Sirnaresmi dan adapun Abah Uum Sukmawijaya telah membuat Kasepuhan Cipta Mulya serta membawa segala benda pusaka Kasepuhan Abah Asep mengikhlaskan saja, karena menurut Abah Asep di takutkan adanya perselisihan dan mengakibatkan goyahnya Kasepuhan, dan Abah Uum Sukmawijaya di perbolehkan membuat pusat pemerintahan Kasepuhan baru yang diberi nama Kasepuhan Cipya Mulya.” (wawancara tentang kesanggupan Bapak Asep Nugraha sebagai Abah di Kasepuhan, sumber Aki Ompi penasehat Abah Asep Kasepuhan Sinar Resmi).

10. “Mangga bae arek make teknologi dan ikut modernisasi, asalkan teu ngaganggu jeung ngarusak kana tatanen/pertanian (ngahuma) anu puguh disakralkeun baheula sampe ayeuna, para karuhun nu heula mah Ninggalnya heunteu ninggalkeun raga” artinya silahkan saja menggunakan teknologi dan mengikuti modernisasi, yang penting tidak mengganggu dan merusak pada pertanian yang sudah disakralkan dari

Page 146: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

dulu sampai sekarang, karena para pendahulu meninggalnya bukan meninggalkan raga tapi wangsiat” (wawancara tentang Perkataan atau petuah Abah Asep Nugraha setelah mengganti nama Kasepuhan dari Sirnaresmi menjadi Kasepuhan Sinar Resmi, sumber Amil Buhari).

11. “Abah Asep hanya tegas dalam urusan pertanian (huma) saja, akan tetapi kurang transfaran apabila bersentuhan dengan finansial seperti hasil kegiatan Mipit atau seren taun yang biasanya dapat kucuran dana dari Pemerintah Kabupaten Sukabumi dan sponsor. Serta dalam menegakan aturan adat Kasepuhan di kalangan keluarga Abah justru yang sering melanggar aturan yang ada, akan tetapi Abah Asep belum pernah menengurnya. Hal inilah yang membuat incu-putu selalu bertanya pada Dukun atau Kokolot Lembur.” (wawancara tentang pertanian Abah Asep, sumber Bapak Martu sebagai Kokolot Lembur Sinaresmi dan Bapak Punta sebagai Dukun Kasepuhan Sinar Resmi).

12. Kalau mengacu pada seluruh aturan para buyut tentang bagaimana etika pemimpin dalam melaksanakan segala kepemimpinannya harus sesuai dengan tatali paranti karuhun, karena didalamnya mengatur bagaimana wangsit itu datang dan yang mengetahui hanya Abah serta Dukun secara supranatural. Amanat Abah Jasiun yang tentang jangan berebut dalam kekuasaan yang tertuang dalam “Ulah paluhur-luhur tangtung, ulah pagirang-girang tapiana” (jangan bertinggi-tinggi berdiri, dan jangan saling mendahului/berebut dalam kekuasaan) hal itulah yang muali terkikis mulai kepemimpinan Abah Ujat bagaimana beliau menjadi Abahnya, serta Abah Asep yang mulai memudarkan segala aturan-aturan yang ada kalau Abah Asep mengamalkan Amanat Abah Jasiun “Kudu hade catur kasadulur, hade carek kasaderek, kandeu nyaur tinggal ngangsurn” (harus memelihara persaudaraan dengan baik, bersikap baik kepada teman, berbicara dengan merendah), mungkin tidak mementingkan individu. Adapun tentang Kasepuhan seharusnya tiap kepemimpinan ganti harusnya tempatpun harus pindah beberapa tahun kemudian kembali lagi itu dibolehkan atau mengganti nama Kasepuhan. (wawancara tentang kepemimpinan Abah Ujat dan Abah Asep yang sudah menetap di satu wilayah menurut aturan leluhur pada tatali paranti karuhun tidak di bolehkan, sumber Uwa Ugis).

13. “Ketika melanjutkan pendidikan di Bogor (perguruan tinggi) Bapak Asep

(belum menjadi Abah) kemudian tidak sampai lulus di perguruan tinggi tersebut, tetapi pemikiran bapak Asep sangat baik (cerdas) dalam tingkat Kasepuhan dan desa Sirnaresmi. Sehingga beliau banyak menjalin hubungan dengan para politisi Kabupaten Sukabumi (lokal) dan hubungan dalam urusan ekonomi.” (wawancara tentang Abah Asep ketika mengikuti pendidikan Perguruan tinggi, sumber Bapak Dede selaku penasehat Abah).

Page 147: KEPEMIMPINAN ADAT DALAM KEPATUHAN … · sehingga kasepuhan mana yang menurut keyakian dari incu-putu mempunyai “pancar pangawinan” sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki oleh

14. “Tatali Paranti itu aturan adat nu aya di kasepuhan yang harus ditaati oleh incu-putu yang telah digariskan oleh leluhur serta incu-putu wajib mengetahui, tatali paranti itu menyangkut beberapa aspek seperti tata-cara huma (pertanian ladang kering), kehidupan beragama, serta bermasyarakat semuanya telah tertuang dalam Tatali Paranti. Tatali Paranti dapat dimaknai seperti tetali atau ikat yang selalu dipakai pada kepala incu-putu Kasepuhan dan apabila telah dipakai di kepala antara ujung ikat tersebut bertemu dan diikit kembali melingkar di kepala dan tidak akan ketemu ujungnya lagi. Jadi artinya segala aturan adat Kasepuhan itu harus dijunjung tinggi seperti ikat yang ada di kepala, karena itu adalah aturan yang telah ditetapkan oleh leluhur.” (wawancara tentang Tali Paranti,sumber Bapak Punta selaku Dukun Kasepuhan Sinar Resmi).

15. ”Setiap incu-putu wajib mentaati segala aturan yang ada di tatali paranti karuhun, karena merupakan aturan yang dibuat oleh para leluhur (adat-syara-nagara serta mukoha). Patokan hukum yang ada di tatali paranti karuhun tersebut agar selaras dengan hukum Agama (syara) dan menghargai pada hukum Negara (nagara) sehingga terjadi keselarasan dalam penegakan hukum (tidak terjadi tumpang tindih). Serta jangan sampai melanggarnya karena pasti akan mendapatkan kabendon.” (wawancara tentang Kandungan dalam tatali paranti karuhun, Abah Asep Nugraha).

16. Dalam Tatali paranti karuhun semua yang dilakukan oleh Abah dengan keluarganya tersebut jelas melanggar norma-norma yang ada yang akan membawa hal buruk bagi eksistensi Kasepuhan itu sendiri. Abah juga mulai berpolitik di luar pemerintahan Kasepuhan, dan berelasi dengan tokoh-tokoh elit politik di pusat. Kepemimpinan Abah juga dipertanyakan ketika terjadi pengalihan bantuan pupuk sebanyak 40 ton kepada “incu putunya”, kemudian dijual kembali untuk alasan kepemilikan kendaraan roda empat milik Abah dan keluarganya.” (wawancara tentang Perubahan gaya hidup, sumber Bapak Punta selaku Dukun Kasepuhan di Sinar Resmi).