19
Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah Bab-bab sebelumnya mendeskripsikan apa yang dikerjakan guru ketika mereka merencanakan dan menyampaikan pelajaran serta mengelola seting kelas yang kompleks. Akan tetapi , memimpin dan pengajaran kepada siswa di kelas bukan satu-satunya aspek  pekerjaan guru. Guru juga menjadi anggota organisasi yang disebut sekolah dan diminta menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinan penting di tingkat sekolah, termasuk bekerja secara kooperatif dengan rekan-rekan sejawat, menjadi anggota komite dan bekerja bersama administrator dan orangtua siswa. Bagaimana aspek-aspek pekerjaan guru ini dijalankan akan menciptakan perbedaan dalam komunitas propesional sekolah dan bagaimana siswa  beerperilaku dan apa yang mereka pelajari. Bagaimana guru menjalankan fungsinya juga menciptakan perbedaan yang signifikan dalam karier mereka sendiri. Bab ini mendesripsikan lingkungan pekerjaan di sekolah dan budaya pengajaran yang terkait dengannya. Penekanannya adalah pada ide bahwa sekolah bukan hanya tempat siswa datang untuk belajar, tetapi juga tempat orang-orang dewasa bekerja. Setelah memberikan kerangka kerja konseptual untuk melihat sekolah sebagai tempat kerja, kami merangkum dasar pengetahuan tentang sifat perilaku kerja guru dan apa yang membutat sebagian sekolah lebih efektif dibanding yang lain. Perspektif tentang Sekolah sebagai Tempat Kerja Banyak orang melihat sekolah terutama dari pengalaman bertahun-tahun sebagai pelajar. Sebagai mantan siswa cukup familiar dengan peran guru di kelas, dengan peran siswa, dan dengan cara guru dan siswa berinteraksi di seputar tugas-tugas akademis. Tetapi sebagai mantan siswa sebagian besar tidak tahu atau tidak memiliki banyak kesempatan untuk mengobservasi atau merefleksikan sekolah dari meja guru atau sebagai organisasi sosial atau aspek-aspek nonkelas dalam pekerjaan guru. Faktanya, banyak orang termasuk mereka yang  bekerja di media sekolah atau media luar sekolah yang jarang melihat sekolah dari  perspektif organisasi sosial kompleks seperti apa adanya. Hal ini p atut disa yangkan, karena  pandangan tentang sekolah yang hanya didasarkan pada pengalaman sebagai siswa, menyebabkan kesalah pahaman pada banyak pihak ;guru, orangtua, dan pembuat kebijakan-tetang usaha-usaha perbaikan sekolah. Selain itu, pandangan yang tidak realistis telah menimbulkan kekecewaan pada banyak guru pemula. Sekolah adalah Sistem Manusia Dalam mendeskripsikan sekolah, kita mengambil perspektif bahwa sekolah adalah system manusia yang dipengaruhi bukan hanya oleh orang-orang yang belajar dan bekerja di dalamnya tetapi juga oleh komunitas dan masyarakat dan masyarakat yang lebih luas . sekolah adalah tempat-tempat individu-individu tidak bertindak dengan bebas-lepas sepenuhnya, tetapi dengan cara yang sedikit banyak interpenden dan dapat diprediksi . meskipun individu-individu datang bersama di sekolah untuk mempromosikan pembelajaran yang purposeful, tetapi masing-masing orang tidak merencanakan perjalanannya sendiri dan tidak ada tindakan masing-masing orang yang hanya berakibat pada orang itu sendiri. Selain itu, seperti yang diseskripsikan nanti, sinergi yang dikembangkan oleh guru yang bertindak secara serempak dapat memiliki konsekuensi penting bagi pembelajaran siswa. Untuk 

Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx

  • Upload
    8aso

  • View
    29

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

richard aren

Citation preview

7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx

http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 1/19

Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah

Bab-bab sebelumnya mendeskripsikan apa yang dikerjakan guru ketika mereka

merencanakan dan menyampaikan pelajaran serta mengelola seting kelas yang kompleks.

Akan tetapi , memimpin dan pengajaran kepada siswa di kelas bukan satu-satunya aspek 

 pekerjaan guru. Guru juga menjadi anggota organisasi yang disebut sekolah dan diminta

menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinan penting di tingkat sekolah, termasuk bekerja

secara kooperatif dengan rekan-rekan sejawat, menjadi anggota komite dan bekerja bersama

administrator dan orangtua siswa. Bagaimana aspek-aspek pekerjaan guru ini dijalankan

akan menciptakan perbedaan dalam komunitas propesional sekolah dan bagaimana siswa

 beerperilaku dan apa yang mereka pelajari. Bagaimana guru menjalankan fungsinya juga

menciptakan perbedaan yang signifikan dalam karier mereka sendiri.

Bab ini mendesripsikan lingkungan pekerjaan di sekolah dan budaya pengajaran yang

terkait dengannya. Penekanannya adalah pada ide bahwa sekolah bukan hanya tempat siswa

datang untuk belajar, tetapi juga tempat orang-orang dewasa bekerja. Setelah memberikankerangka kerja konseptual untuk melihat sekolah sebagai tempat kerja, kami merangkum

dasar pengetahuan tentang sifat perilaku kerja guru dan apa yang membutat sebagian

sekolah lebih efektif dibanding yang lain.

Perspektif tentang Sekolah sebagai Tempat Kerja

Banyak orang melihat sekolah terutama dari pengalaman bertahun-tahun sebagai pelajar.

Sebagai mantan siswa cukup familiar dengan peran guru di kelas, dengan peran siswa, dan

dengan cara guru dan siswa berinteraksi di seputar tugas-tugas akademis. Tetapi sebagai

mantan siswa sebagian besar tidak tahu atau tidak memiliki banyak kesempatan untuk 

mengobservasi atau merefleksikan sekolah dari meja guru atau sebagai organisasi sosial atau

aspek-aspek nonkelas dalam pekerjaan guru. Faktanya, banyak orang termasuk mereka yang

 bekerja di media sekolah atau media luar sekolah yang jarang melihat sekolah dari

 perspektif organisasi sosial kompleks seperti apa adanya. Hal ini patut disayangkan, karena

 pandangan tentang sekolah yang hanya didasarkan pada pengalaman sebagai siswa,

menyebabkan kesalah pahaman pada banyak pihak ;guru, orangtua, dan pembuat

kebijakan-tetang usaha-usaha perbaikan sekolah. Selain itu, pandangan yang tidak realistis

telah menimbulkan kekecewaan pada banyak guru pemula.

Sekolah adalah Sistem ManusiaDalam mendeskripsikan sekolah, kita mengambil perspektif bahwa sekolah adalah system

manusia yang dipengaruhi bukan hanya oleh orang-orang yang belajar dan bekerja di

dalamnya tetapi juga oleh komunitas dan masyarakat dan masyarakat yang lebih luas .

sekolah adalah tempat-tempat individu-individu tidak bertindak dengan bebas-lepas

sepenuhnya, tetapi dengan cara yang sedikit banyak interpenden dan dapat diprediksi .

meskipun individu-individu datang bersama di sekolah untuk mempromosikan pembelajaran

yang purposeful, tetapi masing-masing orang tidak merencanakan perjalanannya sendiri dan

tidak ada tindakan masing-masing orang yang hanya berakibat pada orang itu sendiri. Selain

itu, seperti yang diseskripsikan nanti, sinergi yang dikembangkan oleh guru yang bertindak 

secara serempak dapat memiliki konsekuensi penting bagi pembelajaran siswa. Untuk 

7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx

http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 2/19

memahami pandangan sistem manusia tentang sekolah.

Dibawah ini beberapa tindakan interpenden yang dibutuhkan untuk mewujudkan pengajaran

yang bermakna untuk siswa:

1. pensil, kertas, meja, bangku;

2. Ruangan,listrik sudah dipersiapkan;

3. Pedoman kurikulum dan textbook dan sudah dipersiapkan;

4. Ortu sudah siap mengirimkan anak-anaknya ke sekolah;

5. Guru sudah dilatih secara professional;

6. Bis sekolah, sarapan dan makan siang sudah dipersiapkan;

7.Jadwal sudah disiapkan dan anak-anak sudah ditempatkan di kelas-kelas;

8. Perencanaan kesehatan bagi siswa sudah direncanakan dan dikelola.

Daftar ini bisa dilanjutkan, namun yang perlu diperhatikan adalah sekolah kontemporer 

adalah suatu sistem manusia yang kompleks, yang mengharuskan para anggotanya untuk 

menjalankan berbagai fungsi penting secara interpenden.

Sekolah Memiliki Sejarah dan Budaya

Sekolah , sama dengan organisasi-organisasi lainnya, mempunyai sejarah dan budaya berupa

nilai-nilai, keyakinan dan ekspektasi yang telah berkembang dan tumbuh dari waktu ke

waktu. Sejarah sekolah menciptakan tradisi dan banyak rutinitas  – sebagian baik dan

sebagian kurang baik- yang diterima begitu saja oleh para anggota organisasinya. Budaya

sekolah menciptakan pengaturan organisasi yang mempersatukannya dan memberikannya

kekuatan sebagai entitas/wujud sosial. Lortie (1975) menyebut budaya itu sebagai “cara para

anggota sebuah kelompok memikirkan tentang tindakan sosial; budaya meliputi berbagai

alternative untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan kolektif” (hlm.216).

yang lain memberikan definisi yang serupa, meskipun kadang-kadang mereka menggunakan

label yang berbeda. Ruth dan rekan-rekan sejawatnya (1979), misalnya, menyebut nilai-nilai,

keyakinan dan cara melakukan berbagai hal, yang sama itu sebagai ethos sekolah,;Glass

(1981) menyebutnya tone; Joyce dan rekan-rekan sejawatnya (1993) dan Sergiovanni (1996)

lebih menyukai kata community (komunitas). Terlepas dari labelnya, budaya sekolah sangat

memengaruhi yang terjadi di sekolah dan menentukan ekspektasi serta peran bagi guru

 pemula.

Sekolah Ada dalam Konteks

Konteks adalah cara lain untuk melihat sekolah dan apa yang terjadi di dalamnya. Ide

konteks itu diilustrasikan dalam Gambar 1.1. Perhatiakan bagaimana setiap kegiatan dalam

lingkaran-lingkaran konsentris itu melekat dalam seperangkat hubungan yang saling bertaut

atau resiprokal. Tugas belajar tertentu-misalnya,tugas yang ditemukam di lingkaran yang

lebih dalam, dipengaruhi guru dan pelajarannya. Hal ini, pada gilirannya, dipengaruhi kepala

sekolah dan sekolah dan oleh fitur-fitur masyarakat yang lebih luas.

7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx

http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 3/19

 

Gambar 1.1 Sekolah Ada dalam Konteks

Sekolah mempunyai Fitur-fitur yang sama dengan Organisasi-organisasi yang Lain

Dalam beberapa hal, sekolah serupa dengan organisasi-organisasi lain di masyarakat.

Sebagai contoh, seperti dalam organisasi  – organisasi lain, para anggotanya diarahkan pada

 pencapaian tugas tertentu. Tujuan sekolah adalah memberikan pengalaman belajar dengan

maksud tertentu dan mengembangkan pelajaran-pelajaran yang self-regulated. Para anggota

sekolah- kepala sekolah,guru dan siswa- mendapat reward, seperti halnya para nggota di

organisasi-organisasi lain, bila mereka berusaha dan berhasil mencapai tujuan organisasional

 bersama. Mereka juga dihukum bila gagal. Salah satu contoh reward adalah eksperimen di

 beberapa Negara bagian yang para pedagangnya diberi kenaikan gaji bila, mereka sebagai

kelompok, mereka dapat mengangkat prestasi di sekolahnya hingga diatas kritorion tertentu.

Salah satu contoh hukuman adalah guru akan diberhentikan bila mereka tidak dapat

memberikankegiatan-kegiatan belajar yang purposeful bagi siswa

Sekolah memiliki fitur-fitur yang unik 

Selain memiliki fitur-fitur yang sama dengan organisasi-organisasi lain, sekolah juga

memiliki fitur-fitur yang unik. Fitur-fitur khusus sekolahanlah yang paling penting kita pahami.

Tujuan-tujuan yang Ambigu dan Saling Bertentangan

Tujuan sekolah adalah memfasilitasi pembelajaran yang purposif bagi siswa dan

mengembangkan pelajar-pelajar yang  self-regulated . Ambiguitas tujuan daqpat

diilustrasikan dengan acuan pendidikan kewarganegaraan. Kebanyakan orang di masyarakat

Barat percaya bahwa sekolah mestinya mensosialisasikan siswanya sebagai warga negara

yang baik, yang menerima nilai-nilai sistem politik demokratis dan yang memiliki

kebebasan dengan tingkat tertentu dalam kegiatan ekonomi mereka sendiri. Orang

tua,misalnya, tidak pernah yakin bahwa anaknya berpegang pada nilai-nilai yang mereka

harapkan. Guru jarang yang tahu bagaimana perilaku mantan siswanya setelah menjadi

7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx

http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 4/19

orang dewasa. Apakah mereka mau menggunakan hak suara nya, dan apakah mereka

menjadi anggota masyarakat yang partisipatif ?

Di pihak lain, sudut pandang yang lain melihat pendekatan pen didikan kewarganegaraan

tersebut adalah indoktrinasi semata-mata dan menghasilkan pandangan yang sempit dan

konformitas. Warga negara yang baik, dari sudut pandang ini, mungkin adalah pemikiran

kritis yang mempertanyakan nilai dan struktur yang sudah ada dan berusaha

memodifikasinya.

Wajib Sekolah

Fitur khusus sekolah yang kedua adalah klien mereka (siswa) wajib berada di sana. Sekolah

dengan sejumlah besar siswa yang tidak termotivasi secara akademis sering kali adalah

sekolah-sekolah yang guru-gurunya memilih untuk tidak bekerja. Inovasi-inovasi mutakhir 

di beberapa sistem sekolah, seperti diciptakannya sekolah alternatif atau magnet school ,

 berusaha menangkal sifat wajib sekolah dengan memberikan lebih banyak pilihan kepada

siswa dan orangtua mereka dalam hal tipe sekolah yang diikuti siswa.

Sekolah dan KomunitasDalam beberapa hal, sekolah lebih mirip komunitas atau masyarakat daripada organisasi

modern. Sekolah merupakan organisasi yang diatur oleh struktur pengendali hierarkis dan

sistem pengawasan formal, Sergiovanni mengatakan bahwa sekolah adalah komunitas yang

dibangun berdasarkan maksdu yang sama dan sikap yang saling menghargai.

Sergiovanni juga mengatakan bahwa lebih dari seratus tahun lalu, organisasi-organisasi

modern di bidang bisnis, militer, dan kesehatan dikonstruksikan lebih di seputar tatanan

formal dan kontraktual daripada kondisi nilai-nilai bersama seperti yang ditemukan di

masa-masa sebelumnya.

Sergiovanni percaya bahwa sekolah-sekolah lebih dekat dengan karakter keluarga,

neighborhood , dan kelompok-kelompok sosial sukarela- semua jenis organisasi yang

memiliki nilai-nilai, rasa memiliki, dan komunitas yang sama.

Norma, Peran, dan Budaya Mengajar

Cara lain untuk memikirkan tentang sekolah adalah memikirkan tentang norma, peran, dan

tatanan organisasional yang keberadaannya dimaksudkan untuk menyelesaikan pekerjaan.

Hal ini akan memiliki pengaruh yang kuat pada pengalaman yang dimiliki pada guru pemula

selama masa magang dan selama tahun pertama mengajarya.

1.  Norma

 Norma adalah ekspektasi yang saling dimiliki orang terhadap satu sama lain dalam

 setting   sosial tertentu. Mereka menentukan tentang perilaku sosial yang diperbolehkan

dalam situasi tertentu. Sebagian norma bersifat informal, seperti norma tentang

 pemakaian baju renang dan bukan gaun pesta di pantai. Akan tetapi sebagian bersifat

formal. Sebagai contoh, seseorang mungkin tidak akanditahan bila mengenakan tuksedo

7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx

http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 5/19

di pantai, tetapi ia akan ditahan bila melanggar peraturan setempat yang melarang mandi

telanjang.

 Di sekolah, banyak norma formal dan infromal yang memengaruhi guru dan siswa.

Sebagai contoh, di beberapa sekolah, guru-guru pemula akan menemukan norma-norma

 yang mendukung keramahtamahan dan keterbukaan yang akan membuat mereka merasa

disambut baik. Di sekolah-sekolah lain, orang-orang mungkin bertindak dengan cara

 yang lebih tertutup dan formal. Di sebagian sekolah, normanya mendiring 

eksperimentasi yang membuat guru-guru pemula merasa nyaman untuk mengujicobakan

ide-ide baru, sementara di sebagian sekolah lain para guru didorong untuk tidak terlalu

mengambil resiko. Hal ini mempengaruhi kehidupan para guru. Ada 2 norma yang 

 penting yang terkait, yaitu: 

a. Atonomi norm  

Ekspektasi bahwa pendidik bebas mengajar sesuka hatinya dalam batas-batas ruang

kelasnya dikenal sebagai atonomi norm (norma atonomi). Dalam beberapa hal, guru

memiliki kekuasaan dan pengaruh yang relatif kecil di dalam sistem sekolah yang

lebih besar. Akan tetapi, mereka memiliki bangak pengaruh di kelasnya sendiri, yang

didukung oleh apa yang disebut atonomi norm (norma atonomi).

b. The Hand-Off Norm  

 Hands-off norm adalah ekspekstasi bahwa guru tidak akan mengganggu/mencampuri

 pekerjaan guru-guru lain. Guru bukan hanya diberi otonomi di kelasnya, tetapi juga

diberi sangksi bila mengganggu.mencampuri pekerjaan guru-guru lain, di tingkat

 paling superfisial sekalipun. Menurut Lortie (1975), tidak pantas bagi guru untuk 

meminta bantuan, misalnya, permintaan bantuan itu menunjukkan bahwa guru yang

 bersangkutan gagal. Serupa dengan itu, guru tidak diizinkan untuk memberitahu apa

yang haris dilakukan oleh sesama guru arau menunjukkan bahwa ia mengajarkan

sesuatu dengan cara yang berbeda.

2.  Peran

Organisasi dan budaya organisasional juga mendeskripsikan peran seorang guru. Perang

guru, misalnya, termasuk norma-norma tentang bagaimana guru seharusnya berperilaku

terhadap siswa dan bagaimana siswa berperilaku terhadap guru, bagaimana guru-guru

7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx

http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 6/19

saling berinteraksi satu sama lain dan dengan kepala sekolah, dan seberapa banyak guru

seharusnya berpartisipasi dalam pangatasan masalah dan pengambilan keputusan di

tingkar sekolah. Orang-orang di sekolah mempelajari berbagai peran melalui interaksi

satu sama lain.

Beberapa aspek peran guru jelas dan tidak rumit. Sebagai contoh, jelas bahwa guru

mestinya mengajarkan materi akademis kepada siswa dan mengevaluasi kemajuan siswa.

Akan tetapi, sebagian peran guru tidak begitu jelas dan kadang-kadang memiliki

ekspektasi yang kontradiktif. Kontradiksi dalam ekspektasi peran menyebabkan

kecemasan dan masalah bagi pera guru pemula ketika mereka memasuki sekolah di tahun

 pertama.

Salah satu kontradiksi yang paling mendasar dalam peran guru berasal dari adanya

ekpektasi yang kuat bahwa guru mestinya memperlakukan setiap anak sebagai seorang

individu meskipun sekolah diorganisasikan sedemikian rupa sehingga guru harus

menangani siswa sebagai kelompok. Konflik ini terutama akut pada guru-guru sekolah

menegah, yang mengahadapi 150 samapi 180 siswa per hari untuk jangka waktu yang

cukup pendek. Konflik peran ini, menurut Lieberman dan Miller (1992) dan Little dan

McLaughlin (1993), adalah yang membuat mengajar menjadi begitu personal, karena

untuk menangani tuntutan-tuntutan kontradiktif antara individualisasi dan pengajaran

kelompok membutuhkan pengmbangan gaya mengajar yang “individual dan personal”. 

 Kontradiksi mendasar yang kedua dalam peran guru melibatkan seberapa jauh jarak 

antara guru dan siswa. Di satu pihak, guru diharapkan untuk menjaga jarak sosial 

tertentu dengan siswa agar otoritas dan kedisiplinan terpelihara. Faktanya, kontrol 

 sering menjadi masalah bagi guru-guru pemula,karena mereka tahu bahwa mereka

benyak dinilai untuk hal ini. Di pihak lain, kebanyakan guru tahu bahwa mereka harus

membentuk semacam ikatan dengan siswa untuk memotifasi dan membantu mereka

belajar. Para guru pemula memanifestasikan ketegangan kontradiksi peran ini dengan

 sejumlah cara. Mereka mengakhawatirkan tentang apakah mereka seharusnya

memperbolehkan siswa untuk memanggil mereka dengan nama kecil atau seberapa

bersahabatkah mereka seharisnya dengan siswa-siswa yang benar-benar mereka sukai,

dan lain-lain. Ketegangan-ketegangan ini cukup normal dan tampaknya hanya

7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx

http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 7/19

 pengalamanlah yang dapat memberikan cara untuk menangani banyak kontradiksi di

dalam peran guru.

a.  Struktur Organisasi Seluler

Organisasi sekolah disebut seluler karena guru-guru bertanggung jawab secara

independen untuk mengorganisasikan fungsi-fungsi kepemimpinan dan pengajaran

dalam “sel-sel” (ruang kelas)-nya masing-masing. Dibandingkan dengan kebanyakan

kebanyakan organisasi lain, organisasi sekolah agak datar. Di sekolah dasar, biasanya

hanya ada guru-guru dan kepala sekolah, dan dikebanyakan sekolah menegah ada satu

 peran tambahan, departement chair  (Ketua Bagian). Beberapa orang (Joyce et al.,

1993; Lortie, 1975) menyebut tatanan ini “seluler”, artinya, setiap kelas dapat

dianggap sebagai sebuah sel yang di dalamnya gur bertanggung jawab untuk 

mengorganisasikan siswa, menangani kedisiplinan, dan mengajarkan materi akademis.

Tatanan ini, yang dilengkapi dengan hands-off norm, sering menciptakan situasi kerja

yang terisolasi bagi guru. Mereka mengambil berbagai keputusan independen tentang

kapan dan bagaimana mengajarkan setiap subjek, dan mereka tidak meminta bantuan

guru-guru lain. Joyce dan rekan-rekan sejawatnya (1993) melihat bahwa situasi ini

telah membuat kepala sekolah terbiasa berhubungan dengan guru satu per satu

daripada sebagai dewan pengajar yang terorganisasi yang memiliki tanggungjawab

kolektif.

b. Loosely Couped Structure

Stuktur seluler sekolah juga mengakibatkan tatanan organisasional yang disebut

loosely coupled structure (Bohman & Deal, 1991; Weick, 1976). Hal ini berarti

 bahwa apa yang terjadi di kelas-kelas tidak begitu erat terkait dengan apa yang terjadi

di bagian-bagian lain di sekolah. Guru dapat dan memeang melaksanakan

kegiaran-kegiatan instsionalnya sendiri, terlepas dari para administrator dan

 pihak-pihak lain di sekolah. 

(+) Loose coupling memungkinkan banyak ruang bagi individu guru untuk mengambil

keputusan dalam situasi-situasi yang pengetahuan substansialnya tentang praktik 

mengajar “terbaik” tidak ada.

7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx

http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 8/19

(-) Loose coupling dapat menghalangi upaya-upaya untuk menetapkan tujuan bersama

dan kegiatan-kegiatan yang terkoordinasi, yang penting bagi sekolah efektif, seperti

yang nanti akan Anda lihat.

Dukungan Teoritis dan Empiris

Selama bertahun-tahun, para pendidik berpikir bahwa sekolah merupakan sebuah

organisasi formal. Faktanya Waller pada 1932 di dalam bukunya menulis tentang sosiologi

 pengajaran memberikan banyak insight penting tentang sifat sekolah dan pengajaran. Akan

tetapi, baru tiga dekade terakhir ini para pendidik dan peneliti pendidikan mulai menyoroti

 pentingnya sekolah sebagai tempat bekerja dan pentingnya aspek-aspek organisasional 

 pengajaran. Bagian ini memberikan contoh dari penelitian-penelitian yang cukup mutakhir 

tentang sifat pekerjaan yang dilakukan guru di sekolah dan bagaimana pekerjaan ini

dilakukan dapat memengaruhi apa yang dipelajari siswa.

1.  Sifat Pekerjaan Guru

 Kadang-kadang orang berpikir bahwa jam kerja guru sama dengan jam belajar siswa

 yang mereka ajar. Sebagian yang lain berpikir bahwa pekerjaan guru terutama berupa

bekerja bersama siswa. Guru-guru berpengalaman tidak sepakat dengan kedua persepsi

ini. Mereka tahu bahwa guru melakukan banyak banyak hal lain di luar bekerja secara

langsung dengan siswa. Mereka juga tahu bahwa tuntutan waktu mengajar cukup besar.

Selama bertahun-tahun berbagai studi mendukung pandangan ini.

Sejak tahun 1961, National Education Association (NEA) mensurvei para guru setiap

lima tahun dan meminta mereka untuk melaporkan jumlah jam per minggu yang mereka

gunakan untuk berbagai tanggungjawab mengajar. Selama lebih dari tiga puluh tahun,

temuan laporan-laporan ini tetap konsisten. Para guru sekolah dasar melaporkan bahwa

mereka melaporkan bekerja antara empa puluh lima sampai empat puluh sembilan jam

 per minggu, sementara guru-guru sekolah menengah mengatakan bahwa mereka bekerja

antara empat puluh enam sampai lima puluh jam per minggu (Metropolitan Live, 1995).

Untuk memvalidasi temuan-temuan ini dan mencegah pelaporan-diri yang melebihi

kenyataan, para peneliti “membuntuti” para guru untuk menemukan apa persisnya

7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx

http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 9/19

 pekerjaan yang mereka lakukan dan untuk berapa lama. Dalam salah satu studi yang

sangat menarik pada lima orang guru sekolah menengah, mereka menemukan bahwa

secara rata-rata mereka menghabiskan waktu 48,5 jam per minggu.

2.  Penelitian Efektifitas Sekolah

Ada keyakinan yang semakin besar bahwa budaya dan etos kerja sekolah secara

keseluruhan dan segala yang dilakukan oleh para guru secara serempak memberikan

konstribusi pada apa yang dipelajari siswa sebanyak konstribusinya pada kinerja para

guru secara individual.

Jumlah Tahun Tipe Sekolah Lokasi SekolahPengalaman Mengajar 

Total Kurang

dari 10

Tahun

10 Tahun

atau

Lebih

SD SMP SMA KOTA Pinggiran Desa

Kurang

dari 40

9 8 12 12 8 9 10 10 8

41-45 12 10 12 11 15 9 17 10 11

46-50 30 30 30 31 28 29 30 28 32

51-55 14 15 13 16 9 14 13 15 11

Lebih

dari 55

35 38 34 40 39 29 37 38

Median 50 54 50 30 51 55 50 55 51

Selama dua dekade terakhir, para peneliti mulai memasok bukti-bukti empiris

untuk perspektif ini. Kadang-kadang penelitian ini disebut school effectiveness

research (penelitian efektifitas sekolah); kadang-kadang disebut organizational 

context research (penelitian konteks organisasional).

Penelitian efektifitas sekolah adalah penelitian yang berusaha mengungkap

fitur-fitur yang membuat sebagia sekolah lebih efektif dibanding sekolah-sekolah

lainnya.

Apapun labelnya, penelitian ini secara cukup konsisten menunjukkan bahwa

 budaya dan komunitas sekolah, dan perilaku kolektif para gurum administrator, dan

orang tua dapat menciptakan perbedaan penting pada seberapa banyak siswa belajar.

7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx

http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 10/19

 Penelitian tersebut menunjukkan pentingnya para partisipan untuk bersatu dan membuat 

membuat berbagai kesepakatan tingkat sekolah tentang apa yang seharusnya diajarkan,

bagaimana hal itu diajarkan, dan bagaimana orang-orang seharusnya saling 

berhubungan satu sama lain. Tampaknya ada sinergi   tertentu yang bekerja di sekolah,

 yang membuahkan hasil-hasil yang tidak dapat dicapai bila para guru berusaha

mencapai tujuan-tujuan partikularistik secara sendiri-sendiri.

Kegiatan Total Waktu Dalam

Menit

Persentase Waktu

Pengajaran

Pengajaran Langsung 95,4 20,6Mengorganisasikan 15,9 3,4

Mereview 21,0 4,5

7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx

http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 11/19

 

Selain itu, penelitian ini menekankan aspek orang-orang di sekolah. Kualitas

mengajardan komunitas profesional yang ada di sekolah ditemukan lebih penting 

dari banyaknya uang yang digunakan untuk membeli beton, buku, atau kertas. Hal 

ini bukan berarti bahwa sumberdaya itu tidak dibutuhkan oleh sekolah yang baik,

hanya saja banyaknya uang yang dihabiskan untuk koleksi perpustakaan sekolah

atau bangunan fisik kurang penting dibanding komunitas yang diciptakan

orang-orang yang ada di dalamnya.

Beberapa studi rintisan di akhir tahun 1970-an memberikan bukti-bukti pertama

tentang pentingnya berbagai fitur dan proses oraganisasional. Salah satu studi yang

dilakukan oleh seorang psikiater-anak dari Inggris dan rekan-rekan sejawatnya yang

meneliti dua belas sekolah mengengah di London (Rutter et al., 1979). Selama

 beberapa tahun, Ruther dan rekan-rekan sejawatnya mengumpulkan informasi

tentang perilaku dan prestasi siswa dan proses-proses organisasional dari sampel

SMA yang diambilnya. Para peneliti menemukan bahwa perilaku dan prestasi siswa

sangat bervariasi dari sekolah ke sekolah, tetapi siswa-siswa di sebagian sekolah

Monitoring 23,8 5,1

Pekerjaan Lain Dengan

Siswa

Study Hall Supervision 17,4 3,8Assemblies and Clubs 5,9 1,3

Kontrol dan pengawasan 12,7 2,7

Interaksi degnan Kolega

dna orang lain

Pertemuan yang sudah

direncanakan

2,7 1,0

Pertemuan yang tidak 

direncanakan

46,5 10,0

Tukar Pikiran 67,5 14,6

Pekerjaan di belakang

Meja dna Pekerjaan Rutin

89,8 20,0

Waktu bepergian 24,6 5,3

Waktu pribadi 16,2 3,5

7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx

http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 12/19

lebih banyak menunjukkan perilaku baik dan prestasi tinggi daripada di sekolah-sekolah

lain. Perilaku yang lebih baik dan prestasi tinggi itu berhubungan erat dengan berbagai

aspek organisasi sosial sekolah, sepetri sebarapa jauh etos yang sama ada di sekolah,

sejauh mana memiliki sikap-sikap yang sama, dan seberapa jauh mereka berperilaku

secara konsisten terhadap siswa-siswanya.

Keterampilan – Keterampilan Organisasi Guru

Perspektif dan penelitian tentang konteks organisasional dan sekolah-sekolah efektif 

 penting bagi para guru pemula untuk beberapa alasan. Mereka dapat membantu

menyempurnakan pemahaman anda tentang sekolah sebagai organisasi sosial, dan kedua,

mereka dapat berfungsi sebagai remainder bahwa kelas anda sendiri akan menjadi bagian

upaya yang lebih besar di tingkat sekolah.

Bekerja dengan Rekan-Rekan Sejawat

Membangun hubungan kerja yang baik adalah tantangan penting bagi guru-guru pemula.

Kesuksesan dalam usaha ini membutuhkan pemahaman tentang norma-norma penting yang

mengatur kolegalitas dan tindakan- tindakan khusus yang diambil.

Norma. 

Ketika guru pemula memasuki sekolah pertamanya, mereka harus menyadari akan

 banyaknya norma-norma yang akan mengatur hubungan diantara mereka sendiri dan

hubungan dengan rekan-rekan sejawatnya. Hands- off norm memungkinkan para kolega di

sekolah untuk bersikap bersahabat dan suportif, tetapi tidak didorong untuk memberikan

saran- saran tertentu tentang praktik mengajar.

Struktur seluler kebanyakan sekolah berarti bahwa guru-guru pemula diharapkan untuk 

 bekerja sendiri. Mereka tidak akan diobservasi oleh guru-guru lain, atau diundang untuk 

mengobservasi rekan-rekan sejawatnya. Kesuksesan guru hanya akan diketahui oleh siswa,

 pasangan hidupnya, atau teman dekatnya. Kegagalan cenderung dirahasiakan.

Tindakan-Tindakan yang Mungkin Diambil. Sebagian sekolah mungkin memiliki

norma-norma yang mendukung kolegialitas profesional, dan situasi ini menjadi semakin

lazim bila para guru dan administrator menyadari bahwa pembelajaran siswa dapat

ditingkatkan bila semua orang bekerja bersama  – sama. Bagaimanapun situasinya, guru

 pemula memiliki beberapa keluasaan untuk bekerja bersama teman-teman sejawatnya

7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx

http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 13/19

dengan cara yang terbuka dan konstruktif.

Mengobservasi Guru-guru Lain.

Proses ini seharusnya terus dilanjutkan oleh para guru tahun pertama. Faktanya,

 banyak jadwal observasi yang ada dapat digunakan berulang-ulang selama pengalaman

lapangan awal, selama mengajar siswa, dan selama tahun-tahun pertama.

Guru-guru pemula yang ingin mengobservasi guru lain seharusnya mencari tahu

sejak awal apakah kunjungan dan observasi ke kelas lain adalah praktik yang dapat

diterima di sekolahnya.kunjungan ini harus diatur kepala sekolah atau oleh spesialin

kurikulum tingkat-sistem karena akan dibutuhkan guru pengganti.

Bekerja dengan Administrator dan Personel Kepemimpinan

Kelompok orang-orang kedua yang perlu berhubungan dengan para guru pemula

adalah personel kepemimpinan di sekolah. Norma sekolah mengatur hubungan ini juga,

dan tindakan-tindakan tertentu yang dipersyaratkan untuk itu.

 Norma. Para pengamat paling cermat terhadap hubungan guru dengan kepala

sekolah dan pemimpin sekolah lain mengatakan bahwa norma-norma yang mengatur 

hubungan ini agak ambigu (Carlson, 1996; Walcott, 1973). Di satu pihak, etos

 professional sekolah mendukung konsep kepala sekolah bertindak sebagai pemimpin

instruksional sekolah dan role model (panutan) bagi guru. Di lain pihak, hands-off norm 

 berlaku pada kepala sekolah dan personel kepemimpinan lain maupun guru-guru lain.

Sering kali, norma ini membatasi partisipasi langsung kepala sekolah dalam berbagai

masalah kurikulum atau strategi pengajaran.

Tindakan-Tindakan yang Mungkin Diambil.

Tampaknya, kepala sekolah memihki keyakinan pendidikan dan gaya manajemen

yang sangat beragam. Sebagian bersikap sangat suportif, dan sebagian lainnya tidak.

Beberapa tindakan tertentu dapat diambil oleh guru pemula untuk mendapatkan

dukungan kepala sekolah dan untuk membangun hubungan kerja yang positif.

Memprakarsai pertemuan mingguan dengan kepala sekolah selama

 beberapa minggu pertama untuk mendiskusikan berbagai ekspektasi tentang

 perilaku guru dan siswa, tujuan-tujuan akademik, dan fitur-fitur sekolah lainnya.

7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx

http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 14/19

  Berikan informasi tertulis kepada kepala sekolah tentang sesuatu yang Anda

lakukan di kelas Anda, khususnya tentang topik-topik seperti kesuksesan khusus yang

telah Anda capai, misalnya pelajaran yang berjalan baik.

Undang kepala sekolah ke kelas Anda, khususnya untuk pelajaran yang unik 

atau istimewa.

Tulis catatan pujian untuk kepala sekolah kalau ia melakukan sesuatu yang

Anda sukai atau sesuatu yang sangat membantu bagi Anda atau siswa Anda.

Peminpin-Pemimpin Sekolah Lainnya.

Di banyak sekolah, guru pemula bekerja bersama pemimpin-pemimpin sekolah lain

selain dengan kepala sekolah, termasuk dengan konselor, spesialis membaca, guru

 pendidikan khusus, pustakawan, spesialis media, dan spesialis kurikulum.

Guru pemula seharusnya berusaha, pada minggu-minggu paling awalnya di sekolah,

untuk membangun hubungan kerja yang positif dengan para pemimpin spesialis di sekolah

karena beberapa alasan.  Pertama, berbeda dengan sesama guru, personel kepemimpinan

sering diharapkan untuk membantu para guru pemula dan memberikan bantuan secara

rahasian dan bebas evaluasi.  Kedua, kebanyakan konselor dan resource teachers mencapai

kedudukannya saat ini karena mereka pernah menjadi guru-guru kelas yang yang menerima

 pelatihan khusus.  Ketiga, resource personnel  memiliki lehih banyak waktu untuk 

memberikan bantuan dan dukungan disbanding kepala sekolah atau guru-guru lain di

sekolah.

Bekerja dengan Orangtua Siswa

Orangtua adalah kelompok penting lain dalam pekerjaan dan kehidupan professional

guru. Ens1und dan rekan-rekan sejawatnya (2004) menemukan bukti kuat bahwa

keterlibatan dan ekspektasi orangtua merniliki efek jangka pendek maupun panjang pada

 prestasi siswa di kelas-kelas awal SD.

Akan tetapi, bekerja bersama orangtua dan orang-orang lain di masyarakat tidak mudah

karena beberapa alasan.  Pertama, norma-norma tradisional yang mengatur hubungan

orangtua dan guru agak kontradiktif.

7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx

http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 15/19

Guru ingin hubungan mereka dengan orangtua siswa termasuk perhatian pada anak 

dan dukungan atas program pengajaran mereka. Pada saat yang sama, banyak guru tidak 

ingin para orangtua mencampuri urusan mereka di kelas.

 Kedua, banyak sekolah terletak di tengah masyanakat yang sangat berbeda

keadaannya dengan seabad yang lalu, ketika sekolah-sekolah itu didirikan masyarakat.

 Ketiga, seperti dideskripsikan di Bab 2 (Buku Satu), sering ada

ketidaksinambungan antara sekolah dan rumah. Sering kali sekolah merepresentasikan

sebuah latar belakang kultural yang sangat berbeda dengan latar belakang kultural

orangtua siswa.

Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat digunakan oleh guru pemula untuk 

membangun hubungan positif dan suportif dengan onangtua atau orang dewasa lain

yang memiliki peran signifikan dalam kehidupan anak.

Tindakan-Tindakan yang Mungkin Diambil. 

Interaksi antara guru dan orangtua dapat memiliki beberapa bentuk, termasuk 

memberikan laporan kepada orangtua, menyelenggarakan pertemuan dengan orangtua,

dan meminta bantuan orangtua di sekolah maupun di rumah.

Melaporkan kepada Orangtua

Orangtua siswa di usia berapa pun ingin tahu bagaimana keadaan anak-anaknya di

sekolah. Rapor tradisional adalah salah satu cara untuk memberikan informasi ini

kepada orangtua.

Sarana lain untuk berkomunikasi dengan orangtua  –  yang bekerja dengan baik 

untuk guru-guru SMP dan SMA yang memiliki banyak siswa  –  adalah penggunaan

newsletter mingguan dan bulanan.

Berikut ini adalah beberapa saran untuk memandu pembuatan dan sirkulasi

newsletter kelas atau sekolah untuk orangtua yang diadaptasi dari Bluestein (1982),

Epstein (1988), dan Henderson, Marburgaer,dan Ooms (1986):

a)   Newsletter Anda dapat bersifat formal atau informal.

 b)  Bahasa newsletter  seharusnya cocok dengan komunitasnya dan dipilih dengan

mempertimbankan latar belakang orangtua.

c)   Newsletter seharusnya dikirim ke rumah secara konsisten.

7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx

http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 16/19

d)   Newsletter  seharusnya dirancang untuk memberikan informasi yang menarik bagi

orangtua.

e)  Salah satu porsi newsletter mestinya digunakan untuk memberikan pengakuan, misalnya

untuk siswa atau tim siswa yang meraih prestasi.

f)   Newsletter  seharusnya berisi contoh-contoh hasil karya siswa, misalnya tulisan, puisi,

atau proyek.

g)   Newsletter  dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk melibatkan orangtua dengan

mengundang mereka untuk berpartisipasi di berbagai kegiatan kelas atau bertindak 

sebagai helpers untuk kelas atau sekolah.

Menyelenggarakan Pertemuan dengan Orangtua.

Kebanyakan guru pemula akan terlibat dalam pertemuan dengan orangtua.

Menyelenggarakan pertemuan dengan orangtua adalah salah satu fungsi organisasional

 penting pengajaran dan dapat memberikan pengalaman yang berharga bagi guru dan

orangtua bila diselenggarakan dengan baik.

Menggunakan informasi dan New Mexico Institute for Parent Involvement, Jane

Bluestein (1982) dan Fuller dan Olsen (1998) mengusulkan strategi-strategi berikut yang

dapat digunakan guru untuk pertemuan dengan orangtua:

 Persiapan sebelum pertemuan termasuk :

1.  Pemberitahuan: Maksud, tempat, waktu, lamanya pertemuan.

2.  Persiapan: Lakukan reviu terhadap folder anak, kumpulkan contoh-contoh hasil karya,

dan siapkan bahan-bahan yang dibutuhkan.

3.  Agenda: Buat daftar butir-butir diskusi dan/atau presentasi.

4.  Mengatur lingkungannya: penataan tempat duduk yang nyaman, mengeliminasi

distraksi.

 Pertemuan aktualnya termasuk :

1.  Menyambut: Membangun rapport .

2.  Menyatakan: Maksud, keterbatasan waktu, membuat catatan, opsi-opsi untuk 

ditindaklanjuti.

3. 

Memberi dorongan: Berbagi informasi, komentar, pertanyaan.

7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx

http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 17/19

4.  Mendengarkan: Kadang-kadangberhentilah. Carilah isyarat-isyarat verbal dan

nonverbal.

5.  Merangkum.

6.  Mengakhiri dengan catatan positif.

 Langkah-langkah dan rekomendasi usai-pertemuan termasuk :

1.  Mereviu pertemuan dengan anak, bilamana perlu.

2.  Sampaikan informasi itu kepada personel sekolah lain, bilamana perlu.

3.  Menandai kalender untuk tindak-lanjut yang direncanakan.

Mendapatkan Bantuan Orangtua di Sekolah dan di Rumah. 

Cara terakhir yang dapat digunakan guru pemula untuk bekerja bersama orangtua

adalah dengan melibatkan orangtua sebagai guru dan asisten, baik di sekolah maupun di

rumah.

a)  Membantu menangani kelompok-kelompok kecil.

 b)  Membantu penyelenggaraan field trip dan even-even khusus lain

c)  Sebagai teacher aids

d)  Membantu pengerjaan PR 

e)  Bekerja untuk Perbaikan Sekolah

Membantu memperbaiki sekolah, seperti halnya aspek-aspek lain dalam

kepemimpinan dan kolaborasi sekolah, tidak akan menjadi kekhawatiran para guru

 pemula.

Mengapa Perlu Perbaikan?

Sekolah, seperti yang ada saat ini, mengambil desain dasamya dari sekolah-sekolah

tahun 1800-an.

Pola penduduk yang berubah telah menjadikan komunitas beragam dan

multikultural sebagai normanya dan telah membawa peningkatan besar dalam kepekaan

sosial. Teknologi-teknologi informasi baru, termasuk satelit telekomunikasi, word 

 processor , mikrokomputer, dan Internet telah mengubah secara substansial bagaimana

informasi dipikirkan dan dipergunakan.

Perubahan-perubahan sosial juga disertai perubahan-perubahan pada masa

kanak-kanak dan remaja. Kaum muda matang lehih cepat daripada di masa sebelumnya,

7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx

http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 18/19

dan setiap generasi dihadapkan pada_sejumlah pertanyaan dan prioritas yang berbeda.

Beberaps tahun yang lalu, seorang sosiolog Amerika, James Coleman (1972),

mengilustrasikan masalah ini dalam sebuah artikel yang berjudul “The Children Have

Outgrown the Schools”. Dalam artikel ini, ia mengatakan bahwa sekolah membuat siswa

gagal karena mereka mengejar tujuan yang salah melalui pengalaman-pengalaman yang

tidak tepat.

Coleman mengusulkan agar kurikulum modern mengharuskan lebih banyak kesempatan

untuk pembelajaran dan keterlibatan aktif dan bukan sekadar memberikan paparan informasi

yang semakin menggunung.

Tindakan-Tindakan yang Mungkin Diambil. 

Sebagai seorang guru pemula yang berhadapan dengan kelas pertama Anda,

kemungkinan besar Anda akan dihadapkan pada banyak dilema dan pertanyaan yang takt

erjawab.

Menjadi Siswa bagi Pengajarannya Sendiri.

Kegiatan ini sering disebut action research, dan berfungsi sebagai cara bagi guru untuk 

terlibat dalam penyelidikan kritis dan refleksi tentang berbagai proses mengajar.

Bekerja di Tingkat Sekolah. 

Peran seorang guru pemula dalam usaha perbaikan tingkat sekolah mula-mula

melibatkannya sebagai partisipan yang ikut mencurahkan pikiran dalam mengkaji proposal

usulan yang berasal dan pihak lain.

Menunjukkan Kepemimpinan.

Kesan pertama memengaruhi bagaimana guru pemula dipersepsi oleh kolega-kolega

 profesional, di dalam maupun di luar sekolah. Salah satu cara agar guru pemula dikenal di

kalangan koleganya dan dihargai adalah dengan menunjukkan potensi kepernimpinannya

dalam sekolah.

Penutup

Sekolah adalah organisasi sosial yang merupakan tempat orang-orang dewasa bekerja dan

tempat siswa datang untuk belajar. Sebagai sebuah oraganisasi sekolah mengatur orang

orang yang ada di dalamya untuk tidak bertindak dengan bebas. Sekolah memiliki budaya

7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx

http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 19/19

dan sejarah masing masing yang melatar belakanginya. Norma penting yang mengatur 

 budaya dan perilaku di dalam sekolah adalah norma otonomi dan norma sanksi