Upload
8aso
View
29
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
richard aren
Citation preview
7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx
http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 1/19
Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah
Bab-bab sebelumnya mendeskripsikan apa yang dikerjakan guru ketika mereka
merencanakan dan menyampaikan pelajaran serta mengelola seting kelas yang kompleks.
Akan tetapi , memimpin dan pengajaran kepada siswa di kelas bukan satu-satunya aspek
pekerjaan guru. Guru juga menjadi anggota organisasi yang disebut sekolah dan diminta
menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinan penting di tingkat sekolah, termasuk bekerja
secara kooperatif dengan rekan-rekan sejawat, menjadi anggota komite dan bekerja bersama
administrator dan orangtua siswa. Bagaimana aspek-aspek pekerjaan guru ini dijalankan
akan menciptakan perbedaan dalam komunitas propesional sekolah dan bagaimana siswa
beerperilaku dan apa yang mereka pelajari. Bagaimana guru menjalankan fungsinya juga
menciptakan perbedaan yang signifikan dalam karier mereka sendiri.
Bab ini mendesripsikan lingkungan pekerjaan di sekolah dan budaya pengajaran yang
terkait dengannya. Penekanannya adalah pada ide bahwa sekolah bukan hanya tempat siswa
datang untuk belajar, tetapi juga tempat orang-orang dewasa bekerja. Setelah memberikankerangka kerja konseptual untuk melihat sekolah sebagai tempat kerja, kami merangkum
dasar pengetahuan tentang sifat perilaku kerja guru dan apa yang membutat sebagian
sekolah lebih efektif dibanding yang lain.
Perspektif tentang Sekolah sebagai Tempat Kerja
Banyak orang melihat sekolah terutama dari pengalaman bertahun-tahun sebagai pelajar.
Sebagai mantan siswa cukup familiar dengan peran guru di kelas, dengan peran siswa, dan
dengan cara guru dan siswa berinteraksi di seputar tugas-tugas akademis. Tetapi sebagai
mantan siswa sebagian besar tidak tahu atau tidak memiliki banyak kesempatan untuk
mengobservasi atau merefleksikan sekolah dari meja guru atau sebagai organisasi sosial atau
aspek-aspek nonkelas dalam pekerjaan guru. Faktanya, banyak orang termasuk mereka yang
bekerja di media sekolah atau media luar sekolah yang jarang melihat sekolah dari
perspektif organisasi sosial kompleks seperti apa adanya. Hal ini patut disayangkan, karena
pandangan tentang sekolah yang hanya didasarkan pada pengalaman sebagai siswa,
menyebabkan kesalah pahaman pada banyak pihak ;guru, orangtua, dan pembuat
kebijakan-tetang usaha-usaha perbaikan sekolah. Selain itu, pandangan yang tidak realistis
telah menimbulkan kekecewaan pada banyak guru pemula.
Sekolah adalah Sistem ManusiaDalam mendeskripsikan sekolah, kita mengambil perspektif bahwa sekolah adalah system
manusia yang dipengaruhi bukan hanya oleh orang-orang yang belajar dan bekerja di
dalamnya tetapi juga oleh komunitas dan masyarakat dan masyarakat yang lebih luas .
sekolah adalah tempat-tempat individu-individu tidak bertindak dengan bebas-lepas
sepenuhnya, tetapi dengan cara yang sedikit banyak interpenden dan dapat diprediksi .
meskipun individu-individu datang bersama di sekolah untuk mempromosikan pembelajaran
yang purposeful, tetapi masing-masing orang tidak merencanakan perjalanannya sendiri dan
tidak ada tindakan masing-masing orang yang hanya berakibat pada orang itu sendiri. Selain
itu, seperti yang diseskripsikan nanti, sinergi yang dikembangkan oleh guru yang bertindak
secara serempak dapat memiliki konsekuensi penting bagi pembelajaran siswa. Untuk
7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx
http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 2/19
memahami pandangan sistem manusia tentang sekolah.
Dibawah ini beberapa tindakan interpenden yang dibutuhkan untuk mewujudkan pengajaran
yang bermakna untuk siswa:
1. pensil, kertas, meja, bangku;
2. Ruangan,listrik sudah dipersiapkan;
3. Pedoman kurikulum dan textbook dan sudah dipersiapkan;
4. Ortu sudah siap mengirimkan anak-anaknya ke sekolah;
5. Guru sudah dilatih secara professional;
6. Bis sekolah, sarapan dan makan siang sudah dipersiapkan;
7.Jadwal sudah disiapkan dan anak-anak sudah ditempatkan di kelas-kelas;
8. Perencanaan kesehatan bagi siswa sudah direncanakan dan dikelola.
Daftar ini bisa dilanjutkan, namun yang perlu diperhatikan adalah sekolah kontemporer
adalah suatu sistem manusia yang kompleks, yang mengharuskan para anggotanya untuk
menjalankan berbagai fungsi penting secara interpenden.
Sekolah Memiliki Sejarah dan Budaya
Sekolah , sama dengan organisasi-organisasi lainnya, mempunyai sejarah dan budaya berupa
nilai-nilai, keyakinan dan ekspektasi yang telah berkembang dan tumbuh dari waktu ke
waktu. Sejarah sekolah menciptakan tradisi dan banyak rutinitas – sebagian baik dan
sebagian kurang baik- yang diterima begitu saja oleh para anggota organisasinya. Budaya
sekolah menciptakan pengaturan organisasi yang mempersatukannya dan memberikannya
kekuatan sebagai entitas/wujud sosial. Lortie (1975) menyebut budaya itu sebagai “cara para
anggota sebuah kelompok memikirkan tentang tindakan sosial; budaya meliputi berbagai
alternative untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan kolektif” (hlm.216).
yang lain memberikan definisi yang serupa, meskipun kadang-kadang mereka menggunakan
label yang berbeda. Ruth dan rekan-rekan sejawatnya (1979), misalnya, menyebut nilai-nilai,
keyakinan dan cara melakukan berbagai hal, yang sama itu sebagai ethos sekolah,;Glass
(1981) menyebutnya tone; Joyce dan rekan-rekan sejawatnya (1993) dan Sergiovanni (1996)
lebih menyukai kata community (komunitas). Terlepas dari labelnya, budaya sekolah sangat
memengaruhi yang terjadi di sekolah dan menentukan ekspektasi serta peran bagi guru
pemula.
Sekolah Ada dalam Konteks
Konteks adalah cara lain untuk melihat sekolah dan apa yang terjadi di dalamnya. Ide
konteks itu diilustrasikan dalam Gambar 1.1. Perhatiakan bagaimana setiap kegiatan dalam
lingkaran-lingkaran konsentris itu melekat dalam seperangkat hubungan yang saling bertaut
atau resiprokal. Tugas belajar tertentu-misalnya,tugas yang ditemukam di lingkaran yang
lebih dalam, dipengaruhi guru dan pelajarannya. Hal ini, pada gilirannya, dipengaruhi kepala
sekolah dan sekolah dan oleh fitur-fitur masyarakat yang lebih luas.
7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx
http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 3/19
Gambar 1.1 Sekolah Ada dalam Konteks
Sekolah mempunyai Fitur-fitur yang sama dengan Organisasi-organisasi yang Lain
Dalam beberapa hal, sekolah serupa dengan organisasi-organisasi lain di masyarakat.
Sebagai contoh, seperti dalam organisasi – organisasi lain, para anggotanya diarahkan pada
pencapaian tugas tertentu. Tujuan sekolah adalah memberikan pengalaman belajar dengan
maksud tertentu dan mengembangkan pelajaran-pelajaran yang self-regulated. Para anggota
sekolah- kepala sekolah,guru dan siswa- mendapat reward, seperti halnya para nggota di
organisasi-organisasi lain, bila mereka berusaha dan berhasil mencapai tujuan organisasional
bersama. Mereka juga dihukum bila gagal. Salah satu contoh reward adalah eksperimen di
beberapa Negara bagian yang para pedagangnya diberi kenaikan gaji bila, mereka sebagai
kelompok, mereka dapat mengangkat prestasi di sekolahnya hingga diatas kritorion tertentu.
Salah satu contoh hukuman adalah guru akan diberhentikan bila mereka tidak dapat
memberikankegiatan-kegiatan belajar yang purposeful bagi siswa
Sekolah memiliki fitur-fitur yang unik
Selain memiliki fitur-fitur yang sama dengan organisasi-organisasi lain, sekolah juga
memiliki fitur-fitur yang unik. Fitur-fitur khusus sekolahanlah yang paling penting kita pahami.
Tujuan-tujuan yang Ambigu dan Saling Bertentangan
Tujuan sekolah adalah memfasilitasi pembelajaran yang purposif bagi siswa dan
mengembangkan pelajar-pelajar yang self-regulated . Ambiguitas tujuan daqpat
diilustrasikan dengan acuan pendidikan kewarganegaraan. Kebanyakan orang di masyarakat
Barat percaya bahwa sekolah mestinya mensosialisasikan siswanya sebagai warga negara
yang baik, yang menerima nilai-nilai sistem politik demokratis dan yang memiliki
kebebasan dengan tingkat tertentu dalam kegiatan ekonomi mereka sendiri. Orang
tua,misalnya, tidak pernah yakin bahwa anaknya berpegang pada nilai-nilai yang mereka
harapkan. Guru jarang yang tahu bagaimana perilaku mantan siswanya setelah menjadi
7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx
http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 4/19
orang dewasa. Apakah mereka mau menggunakan hak suara nya, dan apakah mereka
menjadi anggota masyarakat yang partisipatif ?
Di pihak lain, sudut pandang yang lain melihat pendekatan pen didikan kewarganegaraan
tersebut adalah indoktrinasi semata-mata dan menghasilkan pandangan yang sempit dan
konformitas. Warga negara yang baik, dari sudut pandang ini, mungkin adalah pemikiran
kritis yang mempertanyakan nilai dan struktur yang sudah ada dan berusaha
memodifikasinya.
Wajib Sekolah
Fitur khusus sekolah yang kedua adalah klien mereka (siswa) wajib berada di sana. Sekolah
dengan sejumlah besar siswa yang tidak termotivasi secara akademis sering kali adalah
sekolah-sekolah yang guru-gurunya memilih untuk tidak bekerja. Inovasi-inovasi mutakhir
di beberapa sistem sekolah, seperti diciptakannya sekolah alternatif atau magnet school ,
berusaha menangkal sifat wajib sekolah dengan memberikan lebih banyak pilihan kepada
siswa dan orangtua mereka dalam hal tipe sekolah yang diikuti siswa.
Sekolah dan KomunitasDalam beberapa hal, sekolah lebih mirip komunitas atau masyarakat daripada organisasi
modern. Sekolah merupakan organisasi yang diatur oleh struktur pengendali hierarkis dan
sistem pengawasan formal, Sergiovanni mengatakan bahwa sekolah adalah komunitas yang
dibangun berdasarkan maksdu yang sama dan sikap yang saling menghargai.
Sergiovanni juga mengatakan bahwa lebih dari seratus tahun lalu, organisasi-organisasi
modern di bidang bisnis, militer, dan kesehatan dikonstruksikan lebih di seputar tatanan
formal dan kontraktual daripada kondisi nilai-nilai bersama seperti yang ditemukan di
masa-masa sebelumnya.
Sergiovanni percaya bahwa sekolah-sekolah lebih dekat dengan karakter keluarga,
neighborhood , dan kelompok-kelompok sosial sukarela- semua jenis organisasi yang
memiliki nilai-nilai, rasa memiliki, dan komunitas yang sama.
Norma, Peran, dan Budaya Mengajar
Cara lain untuk memikirkan tentang sekolah adalah memikirkan tentang norma, peran, dan
tatanan organisasional yang keberadaannya dimaksudkan untuk menyelesaikan pekerjaan.
Hal ini akan memiliki pengaruh yang kuat pada pengalaman yang dimiliki pada guru pemula
selama masa magang dan selama tahun pertama mengajarya.
1. Norma
Norma adalah ekspektasi yang saling dimiliki orang terhadap satu sama lain dalam
setting sosial tertentu. Mereka menentukan tentang perilaku sosial yang diperbolehkan
dalam situasi tertentu. Sebagian norma bersifat informal, seperti norma tentang
pemakaian baju renang dan bukan gaun pesta di pantai. Akan tetapi sebagian bersifat
formal. Sebagai contoh, seseorang mungkin tidak akanditahan bila mengenakan tuksedo
7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx
http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 5/19
di pantai, tetapi ia akan ditahan bila melanggar peraturan setempat yang melarang mandi
telanjang.
Di sekolah, banyak norma formal dan infromal yang memengaruhi guru dan siswa.
Sebagai contoh, di beberapa sekolah, guru-guru pemula akan menemukan norma-norma
yang mendukung keramahtamahan dan keterbukaan yang akan membuat mereka merasa
disambut baik. Di sekolah-sekolah lain, orang-orang mungkin bertindak dengan cara
yang lebih tertutup dan formal. Di sebagian sekolah, normanya mendiring
eksperimentasi yang membuat guru-guru pemula merasa nyaman untuk mengujicobakan
ide-ide baru, sementara di sebagian sekolah lain para guru didorong untuk tidak terlalu
mengambil resiko. Hal ini mempengaruhi kehidupan para guru. Ada 2 norma yang
penting yang terkait, yaitu:
a. Atonomi norm
Ekspektasi bahwa pendidik bebas mengajar sesuka hatinya dalam batas-batas ruang
kelasnya dikenal sebagai atonomi norm (norma atonomi). Dalam beberapa hal, guru
memiliki kekuasaan dan pengaruh yang relatif kecil di dalam sistem sekolah yang
lebih besar. Akan tetapi, mereka memiliki bangak pengaruh di kelasnya sendiri, yang
didukung oleh apa yang disebut atonomi norm (norma atonomi).
b. The Hand-Off Norm
Hands-off norm adalah ekspekstasi bahwa guru tidak akan mengganggu/mencampuri
pekerjaan guru-guru lain. Guru bukan hanya diberi otonomi di kelasnya, tetapi juga
diberi sangksi bila mengganggu.mencampuri pekerjaan guru-guru lain, di tingkat
paling superfisial sekalipun. Menurut Lortie (1975), tidak pantas bagi guru untuk
meminta bantuan, misalnya, permintaan bantuan itu menunjukkan bahwa guru yang
bersangkutan gagal. Serupa dengan itu, guru tidak diizinkan untuk memberitahu apa
yang haris dilakukan oleh sesama guru arau menunjukkan bahwa ia mengajarkan
sesuatu dengan cara yang berbeda.
2. Peran
Organisasi dan budaya organisasional juga mendeskripsikan peran seorang guru. Perang
guru, misalnya, termasuk norma-norma tentang bagaimana guru seharusnya berperilaku
terhadap siswa dan bagaimana siswa berperilaku terhadap guru, bagaimana guru-guru
7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx
http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 6/19
saling berinteraksi satu sama lain dan dengan kepala sekolah, dan seberapa banyak guru
seharusnya berpartisipasi dalam pangatasan masalah dan pengambilan keputusan di
tingkar sekolah. Orang-orang di sekolah mempelajari berbagai peran melalui interaksi
satu sama lain.
Beberapa aspek peran guru jelas dan tidak rumit. Sebagai contoh, jelas bahwa guru
mestinya mengajarkan materi akademis kepada siswa dan mengevaluasi kemajuan siswa.
Akan tetapi, sebagian peran guru tidak begitu jelas dan kadang-kadang memiliki
ekspektasi yang kontradiktif. Kontradiksi dalam ekspektasi peran menyebabkan
kecemasan dan masalah bagi pera guru pemula ketika mereka memasuki sekolah di tahun
pertama.
Salah satu kontradiksi yang paling mendasar dalam peran guru berasal dari adanya
ekpektasi yang kuat bahwa guru mestinya memperlakukan setiap anak sebagai seorang
individu meskipun sekolah diorganisasikan sedemikian rupa sehingga guru harus
menangani siswa sebagai kelompok. Konflik ini terutama akut pada guru-guru sekolah
menegah, yang mengahadapi 150 samapi 180 siswa per hari untuk jangka waktu yang
cukup pendek. Konflik peran ini, menurut Lieberman dan Miller (1992) dan Little dan
McLaughlin (1993), adalah yang membuat mengajar menjadi begitu personal, karena
untuk menangani tuntutan-tuntutan kontradiktif antara individualisasi dan pengajaran
kelompok membutuhkan pengmbangan gaya mengajar yang “individual dan personal”.
Kontradiksi mendasar yang kedua dalam peran guru melibatkan seberapa jauh jarak
antara guru dan siswa. Di satu pihak, guru diharapkan untuk menjaga jarak sosial
tertentu dengan siswa agar otoritas dan kedisiplinan terpelihara. Faktanya, kontrol
sering menjadi masalah bagi guru-guru pemula,karena mereka tahu bahwa mereka
benyak dinilai untuk hal ini. Di pihak lain, kebanyakan guru tahu bahwa mereka harus
membentuk semacam ikatan dengan siswa untuk memotifasi dan membantu mereka
belajar. Para guru pemula memanifestasikan ketegangan kontradiksi peran ini dengan
sejumlah cara. Mereka mengakhawatirkan tentang apakah mereka seharusnya
memperbolehkan siswa untuk memanggil mereka dengan nama kecil atau seberapa
bersahabatkah mereka seharisnya dengan siswa-siswa yang benar-benar mereka sukai,
dan lain-lain. Ketegangan-ketegangan ini cukup normal dan tampaknya hanya
7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx
http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 7/19
pengalamanlah yang dapat memberikan cara untuk menangani banyak kontradiksi di
dalam peran guru.
a. Struktur Organisasi Seluler
Organisasi sekolah disebut seluler karena guru-guru bertanggung jawab secara
independen untuk mengorganisasikan fungsi-fungsi kepemimpinan dan pengajaran
dalam “sel-sel” (ruang kelas)-nya masing-masing. Dibandingkan dengan kebanyakan
kebanyakan organisasi lain, organisasi sekolah agak datar. Di sekolah dasar, biasanya
hanya ada guru-guru dan kepala sekolah, dan dikebanyakan sekolah menegah ada satu
peran tambahan, departement chair (Ketua Bagian). Beberapa orang (Joyce et al.,
1993; Lortie, 1975) menyebut tatanan ini “seluler”, artinya, setiap kelas dapat
dianggap sebagai sebuah sel yang di dalamnya gur bertanggung jawab untuk
mengorganisasikan siswa, menangani kedisiplinan, dan mengajarkan materi akademis.
Tatanan ini, yang dilengkapi dengan hands-off norm, sering menciptakan situasi kerja
yang terisolasi bagi guru. Mereka mengambil berbagai keputusan independen tentang
kapan dan bagaimana mengajarkan setiap subjek, dan mereka tidak meminta bantuan
guru-guru lain. Joyce dan rekan-rekan sejawatnya (1993) melihat bahwa situasi ini
telah membuat kepala sekolah terbiasa berhubungan dengan guru satu per satu
daripada sebagai dewan pengajar yang terorganisasi yang memiliki tanggungjawab
kolektif.
b. Loosely Couped Structure
Stuktur seluler sekolah juga mengakibatkan tatanan organisasional yang disebut
loosely coupled structure (Bohman & Deal, 1991; Weick, 1976). Hal ini berarti
bahwa apa yang terjadi di kelas-kelas tidak begitu erat terkait dengan apa yang terjadi
di bagian-bagian lain di sekolah. Guru dapat dan memeang melaksanakan
kegiaran-kegiatan instsionalnya sendiri, terlepas dari para administrator dan
pihak-pihak lain di sekolah.
(+) Loose coupling memungkinkan banyak ruang bagi individu guru untuk mengambil
keputusan dalam situasi-situasi yang pengetahuan substansialnya tentang praktik
mengajar “terbaik” tidak ada.
7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx
http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 8/19
(-) Loose coupling dapat menghalangi upaya-upaya untuk menetapkan tujuan bersama
dan kegiatan-kegiatan yang terkoordinasi, yang penting bagi sekolah efektif, seperti
yang nanti akan Anda lihat.
Dukungan Teoritis dan Empiris
Selama bertahun-tahun, para pendidik berpikir bahwa sekolah merupakan sebuah
organisasi formal. Faktanya Waller pada 1932 di dalam bukunya menulis tentang sosiologi
pengajaran memberikan banyak insight penting tentang sifat sekolah dan pengajaran. Akan
tetapi, baru tiga dekade terakhir ini para pendidik dan peneliti pendidikan mulai menyoroti
pentingnya sekolah sebagai tempat bekerja dan pentingnya aspek-aspek organisasional
pengajaran. Bagian ini memberikan contoh dari penelitian-penelitian yang cukup mutakhir
tentang sifat pekerjaan yang dilakukan guru di sekolah dan bagaimana pekerjaan ini
dilakukan dapat memengaruhi apa yang dipelajari siswa.
1. Sifat Pekerjaan Guru
Kadang-kadang orang berpikir bahwa jam kerja guru sama dengan jam belajar siswa
yang mereka ajar. Sebagian yang lain berpikir bahwa pekerjaan guru terutama berupa
bekerja bersama siswa. Guru-guru berpengalaman tidak sepakat dengan kedua persepsi
ini. Mereka tahu bahwa guru melakukan banyak banyak hal lain di luar bekerja secara
langsung dengan siswa. Mereka juga tahu bahwa tuntutan waktu mengajar cukup besar.
Selama bertahun-tahun berbagai studi mendukung pandangan ini.
Sejak tahun 1961, National Education Association (NEA) mensurvei para guru setiap
lima tahun dan meminta mereka untuk melaporkan jumlah jam per minggu yang mereka
gunakan untuk berbagai tanggungjawab mengajar. Selama lebih dari tiga puluh tahun,
temuan laporan-laporan ini tetap konsisten. Para guru sekolah dasar melaporkan bahwa
mereka melaporkan bekerja antara empa puluh lima sampai empat puluh sembilan jam
per minggu, sementara guru-guru sekolah menengah mengatakan bahwa mereka bekerja
antara empat puluh enam sampai lima puluh jam per minggu (Metropolitan Live, 1995).
Untuk memvalidasi temuan-temuan ini dan mencegah pelaporan-diri yang melebihi
kenyataan, para peneliti “membuntuti” para guru untuk menemukan apa persisnya
7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx
http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 9/19
pekerjaan yang mereka lakukan dan untuk berapa lama. Dalam salah satu studi yang
sangat menarik pada lima orang guru sekolah menengah, mereka menemukan bahwa
secara rata-rata mereka menghabiskan waktu 48,5 jam per minggu.
2. Penelitian Efektifitas Sekolah
Ada keyakinan yang semakin besar bahwa budaya dan etos kerja sekolah secara
keseluruhan dan segala yang dilakukan oleh para guru secara serempak memberikan
konstribusi pada apa yang dipelajari siswa sebanyak konstribusinya pada kinerja para
guru secara individual.
Jumlah Tahun Tipe Sekolah Lokasi SekolahPengalaman Mengajar
Total Kurang
dari 10
Tahun
10 Tahun
atau
Lebih
SD SMP SMA KOTA Pinggiran Desa
Kurang
dari 40
9 8 12 12 8 9 10 10 8
41-45 12 10 12 11 15 9 17 10 11
46-50 30 30 30 31 28 29 30 28 32
51-55 14 15 13 16 9 14 13 15 11
Lebih
dari 55
35 38 34 40 39 29 37 38
Median 50 54 50 30 51 55 50 55 51
Selama dua dekade terakhir, para peneliti mulai memasok bukti-bukti empiris
untuk perspektif ini. Kadang-kadang penelitian ini disebut school effectiveness
research (penelitian efektifitas sekolah); kadang-kadang disebut organizational
context research (penelitian konteks organisasional).
Penelitian efektifitas sekolah adalah penelitian yang berusaha mengungkap
fitur-fitur yang membuat sebagia sekolah lebih efektif dibanding sekolah-sekolah
lainnya.
Apapun labelnya, penelitian ini secara cukup konsisten menunjukkan bahwa
budaya dan komunitas sekolah, dan perilaku kolektif para gurum administrator, dan
orang tua dapat menciptakan perbedaan penting pada seberapa banyak siswa belajar.
7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx
http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 10/19
Penelitian tersebut menunjukkan pentingnya para partisipan untuk bersatu dan membuat
membuat berbagai kesepakatan tingkat sekolah tentang apa yang seharusnya diajarkan,
bagaimana hal itu diajarkan, dan bagaimana orang-orang seharusnya saling
berhubungan satu sama lain. Tampaknya ada sinergi tertentu yang bekerja di sekolah,
yang membuahkan hasil-hasil yang tidak dapat dicapai bila para guru berusaha
mencapai tujuan-tujuan partikularistik secara sendiri-sendiri.
Kegiatan Total Waktu Dalam
Menit
Persentase Waktu
Pengajaran
Pengajaran Langsung 95,4 20,6Mengorganisasikan 15,9 3,4
Mereview 21,0 4,5
7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx
http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 11/19
Selain itu, penelitian ini menekankan aspek orang-orang di sekolah. Kualitas
mengajardan komunitas profesional yang ada di sekolah ditemukan lebih penting
dari banyaknya uang yang digunakan untuk membeli beton, buku, atau kertas. Hal
ini bukan berarti bahwa sumberdaya itu tidak dibutuhkan oleh sekolah yang baik,
hanya saja banyaknya uang yang dihabiskan untuk koleksi perpustakaan sekolah
atau bangunan fisik kurang penting dibanding komunitas yang diciptakan
orang-orang yang ada di dalamnya.
Beberapa studi rintisan di akhir tahun 1970-an memberikan bukti-bukti pertama
tentang pentingnya berbagai fitur dan proses oraganisasional. Salah satu studi yang
dilakukan oleh seorang psikiater-anak dari Inggris dan rekan-rekan sejawatnya yang
meneliti dua belas sekolah mengengah di London (Rutter et al., 1979). Selama
beberapa tahun, Ruther dan rekan-rekan sejawatnya mengumpulkan informasi
tentang perilaku dan prestasi siswa dan proses-proses organisasional dari sampel
SMA yang diambilnya. Para peneliti menemukan bahwa perilaku dan prestasi siswa
sangat bervariasi dari sekolah ke sekolah, tetapi siswa-siswa di sebagian sekolah
Monitoring 23,8 5,1
Pekerjaan Lain Dengan
Siswa
Study Hall Supervision 17,4 3,8Assemblies and Clubs 5,9 1,3
Kontrol dan pengawasan 12,7 2,7
Interaksi degnan Kolega
dna orang lain
Pertemuan yang sudah
direncanakan
2,7 1,0
Pertemuan yang tidak
direncanakan
46,5 10,0
Tukar Pikiran 67,5 14,6
Pekerjaan di belakang
Meja dna Pekerjaan Rutin
89,8 20,0
Waktu bepergian 24,6 5,3
Waktu pribadi 16,2 3,5
7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx
http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 12/19
lebih banyak menunjukkan perilaku baik dan prestasi tinggi daripada di sekolah-sekolah
lain. Perilaku yang lebih baik dan prestasi tinggi itu berhubungan erat dengan berbagai
aspek organisasi sosial sekolah, sepetri sebarapa jauh etos yang sama ada di sekolah,
sejauh mana memiliki sikap-sikap yang sama, dan seberapa jauh mereka berperilaku
secara konsisten terhadap siswa-siswanya.
Keterampilan – Keterampilan Organisasi Guru
Perspektif dan penelitian tentang konteks organisasional dan sekolah-sekolah efektif
penting bagi para guru pemula untuk beberapa alasan. Mereka dapat membantu
menyempurnakan pemahaman anda tentang sekolah sebagai organisasi sosial, dan kedua,
mereka dapat berfungsi sebagai remainder bahwa kelas anda sendiri akan menjadi bagian
upaya yang lebih besar di tingkat sekolah.
Bekerja dengan Rekan-Rekan Sejawat
Membangun hubungan kerja yang baik adalah tantangan penting bagi guru-guru pemula.
Kesuksesan dalam usaha ini membutuhkan pemahaman tentang norma-norma penting yang
mengatur kolegalitas dan tindakan- tindakan khusus yang diambil.
Norma.
Ketika guru pemula memasuki sekolah pertamanya, mereka harus menyadari akan
banyaknya norma-norma yang akan mengatur hubungan diantara mereka sendiri dan
hubungan dengan rekan-rekan sejawatnya. Hands- off norm memungkinkan para kolega di
sekolah untuk bersikap bersahabat dan suportif, tetapi tidak didorong untuk memberikan
saran- saran tertentu tentang praktik mengajar.
Struktur seluler kebanyakan sekolah berarti bahwa guru-guru pemula diharapkan untuk
bekerja sendiri. Mereka tidak akan diobservasi oleh guru-guru lain, atau diundang untuk
mengobservasi rekan-rekan sejawatnya. Kesuksesan guru hanya akan diketahui oleh siswa,
pasangan hidupnya, atau teman dekatnya. Kegagalan cenderung dirahasiakan.
Tindakan-Tindakan yang Mungkin Diambil. Sebagian sekolah mungkin memiliki
norma-norma yang mendukung kolegialitas profesional, dan situasi ini menjadi semakin
lazim bila para guru dan administrator menyadari bahwa pembelajaran siswa dapat
ditingkatkan bila semua orang bekerja bersama – sama. Bagaimanapun situasinya, guru
pemula memiliki beberapa keluasaan untuk bekerja bersama teman-teman sejawatnya
7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx
http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 13/19
dengan cara yang terbuka dan konstruktif.
Mengobservasi Guru-guru Lain.
Proses ini seharusnya terus dilanjutkan oleh para guru tahun pertama. Faktanya,
banyak jadwal observasi yang ada dapat digunakan berulang-ulang selama pengalaman
lapangan awal, selama mengajar siswa, dan selama tahun-tahun pertama.
Guru-guru pemula yang ingin mengobservasi guru lain seharusnya mencari tahu
sejak awal apakah kunjungan dan observasi ke kelas lain adalah praktik yang dapat
diterima di sekolahnya.kunjungan ini harus diatur kepala sekolah atau oleh spesialin
kurikulum tingkat-sistem karena akan dibutuhkan guru pengganti.
Bekerja dengan Administrator dan Personel Kepemimpinan
Kelompok orang-orang kedua yang perlu berhubungan dengan para guru pemula
adalah personel kepemimpinan di sekolah. Norma sekolah mengatur hubungan ini juga,
dan tindakan-tindakan tertentu yang dipersyaratkan untuk itu.
Norma. Para pengamat paling cermat terhadap hubungan guru dengan kepala
sekolah dan pemimpin sekolah lain mengatakan bahwa norma-norma yang mengatur
hubungan ini agak ambigu (Carlson, 1996; Walcott, 1973). Di satu pihak, etos
professional sekolah mendukung konsep kepala sekolah bertindak sebagai pemimpin
instruksional sekolah dan role model (panutan) bagi guru. Di lain pihak, hands-off norm
berlaku pada kepala sekolah dan personel kepemimpinan lain maupun guru-guru lain.
Sering kali, norma ini membatasi partisipasi langsung kepala sekolah dalam berbagai
masalah kurikulum atau strategi pengajaran.
Tindakan-Tindakan yang Mungkin Diambil.
Tampaknya, kepala sekolah memihki keyakinan pendidikan dan gaya manajemen
yang sangat beragam. Sebagian bersikap sangat suportif, dan sebagian lainnya tidak.
Beberapa tindakan tertentu dapat diambil oleh guru pemula untuk mendapatkan
dukungan kepala sekolah dan untuk membangun hubungan kerja yang positif.
Memprakarsai pertemuan mingguan dengan kepala sekolah selama
beberapa minggu pertama untuk mendiskusikan berbagai ekspektasi tentang
perilaku guru dan siswa, tujuan-tujuan akademik, dan fitur-fitur sekolah lainnya.
7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx
http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 14/19
Berikan informasi tertulis kepada kepala sekolah tentang sesuatu yang Anda
lakukan di kelas Anda, khususnya tentang topik-topik seperti kesuksesan khusus yang
telah Anda capai, misalnya pelajaran yang berjalan baik.
Undang kepala sekolah ke kelas Anda, khususnya untuk pelajaran yang unik
atau istimewa.
Tulis catatan pujian untuk kepala sekolah kalau ia melakukan sesuatu yang
Anda sukai atau sesuatu yang sangat membantu bagi Anda atau siswa Anda.
Peminpin-Pemimpin Sekolah Lainnya.
Di banyak sekolah, guru pemula bekerja bersama pemimpin-pemimpin sekolah lain
selain dengan kepala sekolah, termasuk dengan konselor, spesialis membaca, guru
pendidikan khusus, pustakawan, spesialis media, dan spesialis kurikulum.
Guru pemula seharusnya berusaha, pada minggu-minggu paling awalnya di sekolah,
untuk membangun hubungan kerja yang positif dengan para pemimpin spesialis di sekolah
karena beberapa alasan. Pertama, berbeda dengan sesama guru, personel kepemimpinan
sering diharapkan untuk membantu para guru pemula dan memberikan bantuan secara
rahasian dan bebas evaluasi. Kedua, kebanyakan konselor dan resource teachers mencapai
kedudukannya saat ini karena mereka pernah menjadi guru-guru kelas yang yang menerima
pelatihan khusus. Ketiga, resource personnel memiliki lehih banyak waktu untuk
memberikan bantuan dan dukungan disbanding kepala sekolah atau guru-guru lain di
sekolah.
Bekerja dengan Orangtua Siswa
Orangtua adalah kelompok penting lain dalam pekerjaan dan kehidupan professional
guru. Ens1und dan rekan-rekan sejawatnya (2004) menemukan bukti kuat bahwa
keterlibatan dan ekspektasi orangtua merniliki efek jangka pendek maupun panjang pada
prestasi siswa di kelas-kelas awal SD.
Akan tetapi, bekerja bersama orangtua dan orang-orang lain di masyarakat tidak mudah
karena beberapa alasan. Pertama, norma-norma tradisional yang mengatur hubungan
orangtua dan guru agak kontradiktif.
7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx
http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 15/19
Guru ingin hubungan mereka dengan orangtua siswa termasuk perhatian pada anak
dan dukungan atas program pengajaran mereka. Pada saat yang sama, banyak guru tidak
ingin para orangtua mencampuri urusan mereka di kelas.
Kedua, banyak sekolah terletak di tengah masyanakat yang sangat berbeda
keadaannya dengan seabad yang lalu, ketika sekolah-sekolah itu didirikan masyarakat.
Ketiga, seperti dideskripsikan di Bab 2 (Buku Satu), sering ada
ketidaksinambungan antara sekolah dan rumah. Sering kali sekolah merepresentasikan
sebuah latar belakang kultural yang sangat berbeda dengan latar belakang kultural
orangtua siswa.
Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat digunakan oleh guru pemula untuk
membangun hubungan positif dan suportif dengan onangtua atau orang dewasa lain
yang memiliki peran signifikan dalam kehidupan anak.
Tindakan-Tindakan yang Mungkin Diambil.
Interaksi antara guru dan orangtua dapat memiliki beberapa bentuk, termasuk
memberikan laporan kepada orangtua, menyelenggarakan pertemuan dengan orangtua,
dan meminta bantuan orangtua di sekolah maupun di rumah.
Melaporkan kepada Orangtua
Orangtua siswa di usia berapa pun ingin tahu bagaimana keadaan anak-anaknya di
sekolah. Rapor tradisional adalah salah satu cara untuk memberikan informasi ini
kepada orangtua.
Sarana lain untuk berkomunikasi dengan orangtua – yang bekerja dengan baik
untuk guru-guru SMP dan SMA yang memiliki banyak siswa – adalah penggunaan
newsletter mingguan dan bulanan.
Berikut ini adalah beberapa saran untuk memandu pembuatan dan sirkulasi
newsletter kelas atau sekolah untuk orangtua yang diadaptasi dari Bluestein (1982),
Epstein (1988), dan Henderson, Marburgaer,dan Ooms (1986):
a) Newsletter Anda dapat bersifat formal atau informal.
b) Bahasa newsletter seharusnya cocok dengan komunitasnya dan dipilih dengan
mempertimbankan latar belakang orangtua.
c) Newsletter seharusnya dikirim ke rumah secara konsisten.
7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx
http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 16/19
d) Newsletter seharusnya dirancang untuk memberikan informasi yang menarik bagi
orangtua.
e) Salah satu porsi newsletter mestinya digunakan untuk memberikan pengakuan, misalnya
untuk siswa atau tim siswa yang meraih prestasi.
f) Newsletter seharusnya berisi contoh-contoh hasil karya siswa, misalnya tulisan, puisi,
atau proyek.
g) Newsletter dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk melibatkan orangtua dengan
mengundang mereka untuk berpartisipasi di berbagai kegiatan kelas atau bertindak
sebagai helpers untuk kelas atau sekolah.
Menyelenggarakan Pertemuan dengan Orangtua.
Kebanyakan guru pemula akan terlibat dalam pertemuan dengan orangtua.
Menyelenggarakan pertemuan dengan orangtua adalah salah satu fungsi organisasional
penting pengajaran dan dapat memberikan pengalaman yang berharga bagi guru dan
orangtua bila diselenggarakan dengan baik.
Menggunakan informasi dan New Mexico Institute for Parent Involvement, Jane
Bluestein (1982) dan Fuller dan Olsen (1998) mengusulkan strategi-strategi berikut yang
dapat digunakan guru untuk pertemuan dengan orangtua:
Persiapan sebelum pertemuan termasuk :
1. Pemberitahuan: Maksud, tempat, waktu, lamanya pertemuan.
2. Persiapan: Lakukan reviu terhadap folder anak, kumpulkan contoh-contoh hasil karya,
dan siapkan bahan-bahan yang dibutuhkan.
3. Agenda: Buat daftar butir-butir diskusi dan/atau presentasi.
4. Mengatur lingkungannya: penataan tempat duduk yang nyaman, mengeliminasi
distraksi.
Pertemuan aktualnya termasuk :
1. Menyambut: Membangun rapport .
2. Menyatakan: Maksud, keterbatasan waktu, membuat catatan, opsi-opsi untuk
ditindaklanjuti.
3.
Memberi dorongan: Berbagi informasi, komentar, pertanyaan.
7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx
http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 17/19
4. Mendengarkan: Kadang-kadangberhentilah. Carilah isyarat-isyarat verbal dan
nonverbal.
5. Merangkum.
6. Mengakhiri dengan catatan positif.
Langkah-langkah dan rekomendasi usai-pertemuan termasuk :
1. Mereviu pertemuan dengan anak, bilamana perlu.
2. Sampaikan informasi itu kepada personel sekolah lain, bilamana perlu.
3. Menandai kalender untuk tindak-lanjut yang direncanakan.
Mendapatkan Bantuan Orangtua di Sekolah dan di Rumah.
Cara terakhir yang dapat digunakan guru pemula untuk bekerja bersama orangtua
adalah dengan melibatkan orangtua sebagai guru dan asisten, baik di sekolah maupun di
rumah.
a) Membantu menangani kelompok-kelompok kecil.
b) Membantu penyelenggaraan field trip dan even-even khusus lain
c) Sebagai teacher aids
d) Membantu pengerjaan PR
e) Bekerja untuk Perbaikan Sekolah
Membantu memperbaiki sekolah, seperti halnya aspek-aspek lain dalam
kepemimpinan dan kolaborasi sekolah, tidak akan menjadi kekhawatiran para guru
pemula.
Mengapa Perlu Perbaikan?
Sekolah, seperti yang ada saat ini, mengambil desain dasamya dari sekolah-sekolah
tahun 1800-an.
Pola penduduk yang berubah telah menjadikan komunitas beragam dan
multikultural sebagai normanya dan telah membawa peningkatan besar dalam kepekaan
sosial. Teknologi-teknologi informasi baru, termasuk satelit telekomunikasi, word
processor , mikrokomputer, dan Internet telah mengubah secara substansial bagaimana
informasi dipikirkan dan dipergunakan.
Perubahan-perubahan sosial juga disertai perubahan-perubahan pada masa
kanak-kanak dan remaja. Kaum muda matang lehih cepat daripada di masa sebelumnya,
7/16/2019 Kepemimpinan dan Kolaborasi Sekolah.docx
http://slidepdf.com/reader/full/kepemimpinan-dan-kolaborasi-sekolahdocx 18/19
dan setiap generasi dihadapkan pada_sejumlah pertanyaan dan prioritas yang berbeda.
Beberaps tahun yang lalu, seorang sosiolog Amerika, James Coleman (1972),
mengilustrasikan masalah ini dalam sebuah artikel yang berjudul “The Children Have
Outgrown the Schools”. Dalam artikel ini, ia mengatakan bahwa sekolah membuat siswa
gagal karena mereka mengejar tujuan yang salah melalui pengalaman-pengalaman yang
tidak tepat.
Coleman mengusulkan agar kurikulum modern mengharuskan lebih banyak kesempatan
untuk pembelajaran dan keterlibatan aktif dan bukan sekadar memberikan paparan informasi
yang semakin menggunung.
Tindakan-Tindakan yang Mungkin Diambil.
Sebagai seorang guru pemula yang berhadapan dengan kelas pertama Anda,
kemungkinan besar Anda akan dihadapkan pada banyak dilema dan pertanyaan yang takt
erjawab.
Menjadi Siswa bagi Pengajarannya Sendiri.
Kegiatan ini sering disebut action research, dan berfungsi sebagai cara bagi guru untuk
terlibat dalam penyelidikan kritis dan refleksi tentang berbagai proses mengajar.
Bekerja di Tingkat Sekolah.
Peran seorang guru pemula dalam usaha perbaikan tingkat sekolah mula-mula
melibatkannya sebagai partisipan yang ikut mencurahkan pikiran dalam mengkaji proposal
usulan yang berasal dan pihak lain.
Menunjukkan Kepemimpinan.
Kesan pertama memengaruhi bagaimana guru pemula dipersepsi oleh kolega-kolega
profesional, di dalam maupun di luar sekolah. Salah satu cara agar guru pemula dikenal di
kalangan koleganya dan dihargai adalah dengan menunjukkan potensi kepernimpinannya
dalam sekolah.
Penutup
Sekolah adalah organisasi sosial yang merupakan tempat orang-orang dewasa bekerja dan
tempat siswa datang untuk belajar. Sebagai sebuah oraganisasi sekolah mengatur orang
orang yang ada di dalamya untuk tidak bertindak dengan bebas. Sekolah memiliki budaya