Kepemimpinan Perguruan Tinggi · tanggung jawab yang jelas untuk mekanisme pengendalian dan penjaminan mutu. 5. ... 5. kepemimpinan dan pemilihan pemimpin perguruan tinggi.!!!!!kementerian!riset,

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN TINGGI Oleh: Tim Pengembang SPMI Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Penjaminan Mutu Februari 2016

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi


KONSEP UMUM BUDAYA MUTU PT

TATA KELOLA SUMBERDAYA BERPRINSIP GUG

KEPEMIMPINAN DALAM PERGURUAN TINGGI

CATATAN : GUG – GOOD UNIVERSITY GOVERNANCE


PESERTA MEMILIKI KEMAMPUAN DALAM MEMAHAMI KEPEMIMPINAN DALAM PERGURUAN TINGGI UNTUK MENDORONG TERWUJUDNYA BUDAYA MUTU INTERNAL

PESERTA MEMILIKI KEMAMPUAN / KOMPETENSI UNTUK MENJELASKAN : •  KONSEP UMUM BUDAYA MUTU PADA PT. •  TATA KELOLA SUMBERDAYA BERPRINSIP GUG •  KEPEMIMPINAN [LEADERSHIP] DALAM PT.


PENGKONDISIAN / PENYAMAAN PERSEPSI

PENYAMPAIAN MATERI

RANGKUMAN DAN KESIMPULAN


•  UNDANG-UNDANG NO.12 TAHUN 2012 – PENDIDIKAN TINGGI •  PERMENDIKBUD NO. 50 TAHUN 2014 – SISTEM PENJAMINAN

MUTU PENDIDIKAN TINGGI

•  PERATURAN PEMERINTAH NO. 4 TAHUN 2014 –

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN

PERGURUAN TINGGI


PENYELENGGARAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI UNTUK MENDAPATKAN PENDIDIKAN YANG BERMUTU.


SPMPT BERTUJUAN MENJAMIN PEMENUHAN STANDAR PENDIDIKAN TINGGI SECARA SISTEMIK DAN BERKELANJUTAN, SEHINGGA TUMBUH DAN BERKEMBANG BUDAYA MUTU


1.  STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI

2.  SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI •  SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

•  SISTEM PENJAMINAN MUTU EKSTERNAL

•  PANGKALAN DATA PENDIDIKAN TINGGI


SISTEM PENJAMINAN MUTU ADALAH INSTRUMEN (TOOLS)

UNTUK PENGEMBANGAN INSTITUSI PERGURUAN TINGGI.

IMPLEMENTASI SISTEM INI MERUPAKAN TANGGUNG JAWAB SETIAP PT.

& YANG JUGA SEBAGAI FONDASI/DASAR DALAM PEMBENTUKAN

BUDAYA MUTU (QUALITY CULTURE) DAN TERBANGUNNYA KREATIVITAS,

SERTA INOVASI-INOVASI YANG ADA DALAM PT. TERSEBUT.


VROEIJENSTIJN (1995) “THE CONCEPT OF QUALITY IS NOT NEW,

IT HAS ALWAYS BEEN PART OF THE ACADEMIC TRADITION”

MCCONVILLE (1999) “THERE IS NO DEFINITION OF QUALITY,

YOU KNOW IT WHEN YOU FIND IT”


KARAKTERISTIK SISTEM PENJAMINAN MUTU YANG BAIK :

•  SPESIFIKASI PERAN, TANGGUNG JAWAB & PROSEDUR YANG JELAS

•  KEMAMPUAN DALAM PENCAPAIAN TUJUAN & SASARAN INSTITUSI

•  MEMBERIKAN INFORMASI YANG VALID UNT PENGAMBILAN KEPUTUSAN

•  BEBAS DARI BIAS KEPENTINGAN INDIVIDU

•  MERUPAKAN SIKLUS YANG BERULANG (BERKELANJUTAN)

•  MELIBATKAN SEMUA CIVITAS AKADEMIKA

•  TERDAPAT SPESIFIKASI STANDAR

•  FOKUS PADA CONTINUOUS QUALITY IMPROVEMENT


BUDAYA MUTU ADALAH SISTEM NILAI ORGANISASI YANG

MENGHASILKAN SUATU LINGKUNGAN YANG KONDUSIF BAGI

PEMBENTUKAN DAN PERBAIKAN MUTU SECARA TERUS MENERUS

[GOETSCH D.L. & DAVIS D.L – 2002]

WATSON M.A., DAN GRYNA, F.M., (2001) MENGEMUKAKAN

“QUALITY CULTURE IS THE PATTERN OF HABITS, BELIEFS, AND

BEHAVIOUR CONCERNING QUALITY”


HARDJOSOEDARMO (2004), MEMAPARKAN BUDAYA MUTU ADALAH

POLA NILAI-NILAI, KEYAKINAN DAN HARAPAN YANG TERTANAM DAN

BERKEMBANG DI KALANGAN ANGGOTA ORGANISASI MENGENAI

PEKERJAANNYA UNTUK MENGHASILKAN PRODUK DAN JASA

YANG BERKUALITAS.

BUDAYA MUTU TERDIRI DARI FILOSOFI, KEYAKINAN, SIKAP,

NORMA, TRADISI, PROSEDUR, DAN HARAPAN YANG

MENINGKATKAN KUALITAS.


1.  KOMITMEN YANG KUAT DAN MENERIMA SECARA TERHADAP KUALITAS PADA SEMUA LEVEL PIMPINAN.

2.  KESEDIAAN UNTUK MENERAPKAN PRINSIP EVALUASI DIRI DALAM SISTEM PENJAMINAN MUTU.

3.  ADANYA REGULASI DAN KEBIJAKAN YANG MENAUNGI IMPLEMENTASI SISTEM PENJAMINAN MUTU, TERMASUK PROSEDUR YANG SISTEMATIK DAN KONSISTEN.

4.  TANGGUNG JAWAB YANG JELAS UNTUK MEKANISME PENGENDALIAN DAN PENJAMINAN MUTU.

5.  MEMBERIKAN PERHATIAN YANG PENUH TERHADAP MASUKAN DAN UMPAN BALIK DARI SEMUA STAKEHOLDERS.

6.  KOMITMEN YANG JELAS UNTUK MENGIDENTIFIKASI DAN MENDISEMINASIKAN SEMUA BENTUK-BENTUK PRAKTIK BAIK (GOOD PRACTICES).

7.  LANGKAH-LANGKAH MANAJERIAL YANG TEPAT DAN SESUAI SERTA PEKA TERHADAP PEMECAHAN PERMASALAHAN DENGAN DIDUKUNG OLEH INFORMASI YANG MEMADAI.

SUMBER: EU COMMISSION ON HIGHER EDUCATION ON QUALITY CULTURE, 1994


1.  SISTEM PENDIDIKAN TINGGI DAN KEDUDUKAN PERGURUAN

TINGGI.

2.  HARKAT PERGURUAN TINGGI.

3.  GOOD GOVERNANCE DAN KERANGKA AKUNTABILITAS

PERGURUAN TINGGI.

4.  ORGANISASI DAN TATA KELOLA.

5.  KEPEMIMPINAN DAN PEMILIHAN PEMIMPIN PERGURUAN TINGGI.


SISTEM PENDIDIKAN TINGGI MERUPAKAN SUB SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL (SISDIKNAS) YANG PADA DASARNYA MERUPAKAN SISTEM YANG MENGATUR PROSES PENGELOLAAN PENDIDIKAN TINGGI DALAM MEWUJUDKAN TUJUAN PENDIDIKAN TINGGI. DALAM SISTEM PENDIDIKAN TINGGI, TELAH DIRANCANG INSTITUSI PENGELOLA PENDIDIKAN TINGGI (PERGURUAN TINGGI) BESERTA UNSUR-UNSUR YANG TERKAIT, YAITU: KEDUDUKAN, FUNGSI, TUGAS, KEWENANGAN, TANGGUNG JAWAB DAN MEKANISME KOORDINASI. PERANCANGAN PROSES PENDIDIKAN TINGGI DILAKUKAN SECARA EFEKTIF GUNA MEWUJUDKAN TUJUAN SESUAI DENGAN SISTEM NILAI (DASAR, AZAS) DAN PRINSIP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI.


PRINSIP PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI:

•  AKUNTABILITAS

•  TRANSPARANSI

•  NIRLABA

•  PENJAMINAN MUTU

•  EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI


1.  FOKUS PADA TUJUAN PT DAN MANFAATNYA KEPADA MASYARAKAT LUAS.

2.  PENYELENGGARAAN INSTITUSI DENGAN EFEKTIF MELALUI FUNGSI DAN PERAN YANG SECARA JELAS TELAH DITETAPKAN.

3.  MEMPROMOSIKAN ATAUPUN MENYEBARKAN NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM PT TERSEBUT, DAN MEMPRAKTEKKANNYA NILAI-NILAI “GOOD UNIVERSITY GOVERNANCE” MELALUI CONTOH-CONTOH PERILAKU DAN SIKAP.

4.  PENGAMBILAN KEPUTUSAN SECARA TRANSPARAN DAN PENGELOLAAN RESIKO DENGAN DIDASARI PADA DATA DAN INFORMASI YANG VALID.

5.  PENGEMBANGAN KAPASITAS DAN KEMAMPUAN SDM PERGURUAN TINGGI AGAR LEBIH EFEKTIF.

6.  MENGIKUTSERTAKAN PARA PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKEHOLDERS) DAN PEMBUATAN PERTANGGUNGJAWABAN YANG RIIL.


1.  TRANSPARANSI

2.  AKUNTABILITAS KEPADA STAKEHOLDERS

3.  RESPONSIBILITY (TANGGUNG JAWAB)

4.  INDEPENDENSI DALAM PENGAMBILAN

KEPUTUSAN

5.  FAIRNESS (ADIL)

6.  PENJAMINAN MUTU DAN RELEVANSI

7.  EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI

8.  NIRLABA


PRINSIP TRANSPARANSI DAPAT DIIMPLEMENTASIKAN MELALUI MEKANISME CHECKS AND BALANCES DAN

SELALU BERPEGANG PADA SIKAP DISIPLIN UNTUK

MENGHINDARI CONFLICT OF INTERESTS DAN JABATAN

RANGKAP.

SEBAGAI CONTOH, SENAT AKADEMIK PERGURUAN TINGGI

DAN SENAT FAKULTAS MELAKUKAN KONTROL TERHADAP

KINERJA REKTOR/DIREKTUR ATAUPUN DEKAN.


IMPLEMENTASI PRINSIP AKUNTABILITAS DICIRIKAN : •  ADANYA KEJELASAN MISI DAN TUJUAN PT, SEJALAN DENGAN MANDAT

PEMERINTAH ATAUPUN MASYARAKAT (STAKEHOLDERS), •  ADANYA IZIN PENDIRIAN PERGURUAN TINGGI DAN PENYELENGGARAAN

PROGRAM STUDI SEBAGAI LEGAL ASPECT UNTUK OPERASIONALNYA PT. •  BERFUNGSINYA SISTEM PENJAMINAN MUTU PT, PENGEMBANGAN SPMI,

BERJALANNYA SPME DAN PD DIKTI. •  TERCAPAINYA INDIKATOR KINERJA YANG DIJANJIKAN DALAM RENCANA

STRATEGIS DAN RENCANA OPERASIONAL PT. •  ADANYA SATUAN PENGAWAS INTERNAL (SPI) DI BAWAH REKTOR/

DIREKTUR DAN JUGA SATUAN AUDIT INTERNAL. •  DITERAPKANNYA SISTEM AKUNTANSI DAN PENGELOLAAN KEUANGAN

YANG DAPAT DIAUDIT. •  LAPORAN TAHUNAN AKADEMIK DAN LAPORAN TAHUNAN KEUANGAN

YANG DIAUDIT OLEH AKUNTAN PUBLIK DAN DIUMUMKAN KEPADA MASYARAKAT.


BENTUK TANGGUNG JAWAB (RESPONSIBILITY) KEPEMIMPINAN DALAM PT. MELALUI STATUTA YANG

DIMILIKI PT. TERSEBUT YANG MELINGKUPI; PENJABARAN

KEDUDUKAN, FUNGSI, TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN

KEWENANGAN SETIAP UNSUR ORGANISASI, ADANYA JOB DESCRIPTION PERSONEL DAN STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) YANG JELAS.


INDEPENDENSI DALAM PENGAMBILAN

KEPUTUSAN. PENGAMBILAN KEPUTUSAN DI

LINGKUNGAN PT. PERLU TERPISAH DARI

PEMERINTAH ATAU BADAN HUKUM NIRLABA

YANG MEMILIKINYA. PERLU DIINGAT BAHWA PT

BUKAN KEPANJANGAN TANGAN BIROKRASI.


CONTOH BAIK IMPLEMENTASI FAIRNESS (ADIL) DALAM PENGELOLAAN DAN TATA KELOLA PT., MISALNYA;

PENGANGKATAN PEGAWAI DAN PEJABAT YANG

DIDASARKAN PADA KOMPETENSI DAN TRACK RECORD.

CONTOH LAIN; PENERAPAN MERIT SYSTEM MELALUI MEKANISME INSENTIF DAN DIS-INSENTIF YANG TEPAT

DALAM PENGELOLAAN SDM.


SISTEM PENJAMINAN MUTU PT. DAN RELEVANSI KAITANNYA DENGAN PENGELOLAAN DAN TATA KELOLA DIINDIKASIKAN MELALUI MEKANISME IMPLEMENTASI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) DAN SISTEM PENJAMINAN MUTU EKSTERNAL (SPME), BAIK DI LEVEL PT. MAUPUN PRODI. INDIKATOR LAINNYA IMPLEMENTASI SPM PT DAPAT DICONTOHKAN ANTARA LAIN; SERTIFIKASI PROFESI DOSEN, FEED BACK MAHASISWA, TRACER STUDY BAGI LULUSAN, DAN SIGNAL MARKET ATAU SURVEI KEPADA PENGGUNA.


EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PENGELOLAAN DAN

TATA KELOLA PT. DAPAT DINILAI DARI

KEMAMPUAN PIMPINAN DALAM MEMBANGUN

SISTEM PERENCANAAN JANGKA PANJANG,

MENENGAH DAN PENDEK (TAHUNAN).


PRINSIP NIRLABA PT. PADA DASARNYA SUATU

KONDISI DIMANA SELURUH ANGGARAN SISA

KEGIATAN TIDAK DIPERBOLEHKAN DIBAGI-

BAGIKAN, NAMUN HARUS DIINVESTASIKAN

KEMBALI UNTUK PENINGKATAN MUTU DAN

PENGEMBANGAN PERGURUAN TINGGI.


PEMIMPIN ADALAH SESEORANG ATAU PIHAK YANG MEMPUNYAI KEMAMPUAN UNTUK MEMPENGARUHI PERILAKU ORANG LAIN DI DALAM KERJANYA DENGAN MENGGUNAKAN KEKUASAAN. PEMAHAMAN TENTANG KEKUASAAN ADALAH KEMAMPUAN UNTUK MENGARAHKAN DAN MEMPENGARUHI PIHAK LAIN SEHUBUNGAN DENGAN TUGAS-TUGAS YANG HARUS DILAKSANAKAN. PEMIMPIN DIHARAPKAN DAPAT MEMPENGARUHI ORANG LAIN UNTUK MENCAPAI TUJUAN YANG TELAH DITETAPKAN. JADI, SEORANG PEMIMPIN TIDAK HANYA DIHARAPKAN MAMPU UNTUK MELAKUKAN PERENCANAAN DAN PENGORGANISASIAN SUATU INSTITUSI, TETAPI JUGA MAMPU MEMPENGARUHI PIHAK LAIN.


KEPEMIMPINAN ADALAH KESELURUHAN

AKTIVITAS UNTUK MEMPENGARUHI SERTA

MEMBERIKAN MOTIVASI KEPADA SEMUA PIHAK

DALAM INSTITUSI TERSEBUT UNTUK MENCAPAI

TUJUAN YANG DIINGINKAN.


•  KEPEMIMPINAN PRIBADI (PERSONAL LEADERSHIP), SEGALA AKTIVITAS UNTUK MEMPENGARUHI PIHAK LAIN DILAKUKAN DENGAN MENGADAKAN KONTAK PRIBADI, MELALUI LISAN ATAU LANGSUNG DILAKUKAN SECARA PRIBADI.

•  KEPEMIMPINAN NON PRIBADI (NON PERSONAL LEADERSHIP), SEGALA SESUATUNYA (RENCANA, PERINTAH DAN JUGA PENGAWASAN) DILAKUKAN MELALUI PIHAK LAIN (BAWAHAN), ATAU MEDIA NON PRIBADI.

•  KEPEMIMPINAN OTORITER (AUTORITOTIAN LEADERSHIP), DIKERJAKAN DENGAN MENGIKUTI PERATURAN-PERATURAN YANG BERLAKU SECARA KETAT DAN HARUS DIIKUTI.

•  KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS (DEMOCRATIS LEADERSHIP), PEMIMPIN MENJADI BAGIAN DARI KELOMPOKNYA, DAN BERSAMA-SAMA BERTANGGUNG JAWAB UNTUK MENCAPAI ATAU MEWUJUDKAN TUJUAN YANG DITETAPKAN.

•  KEPEMIMPINAN PATERNALISTIS (PATERNALISTIS LEADERSHIP), KEPEMIMPINAN INI DICIRIKAN OLEH ADANYA PENGARUH YANG BERSIFAT KEBAPAKAN DALAM HUBUNGAN PEMIMPIN DAN KELOMPOK, DENGAN TUJUAN UNTUK MELINDUNGI DAN MEMBERIKAN ARAH SEPERTI HALNYA HUBUNGAN ANTARA ANAK DAN BAPAK.

•  KEPEMIMPINAN MENURUT BAKAT (INDOGENIOUS LEADERSHIP), BIASANYA TIMBUL DARI KELOMPOK-KELOMPOK INFORMAL, YANG KEMUDIAN BERLATIH MELALUI ADANYA SISTEM KOMPETISI.

SUMBER : G.R. TERRY, 2002


4 GAYA KEPEMIMPINAN, YAITU; •  MEMBERITAHUKAN, MENUNJUKKAN,

MEMIMPIN, MENETAPKAN (TELLING – DIRECTING)

•  MENJELASKAN, MEMPERJELAS, MEMBUJUK (SELLING – COACHING)

•  MENGIKUTSERTAKAN, MEMBERI SEMANGAT, KERJA SAMA (PARTICIPATING – SUPPORTING)

•  MENDELEGASIKAN, PENGAMATAN, MENGAWASI, PENYELESAIAN (DELEGATING)

SUMBER: PAUL HERSEY DAN KEN BLANCHARD, 2004


KEPEMIMPINAN PADA INSTITUSI PERGURUAN TINGGI DAPAT DIBEDAKAN KE DALAM 2 PENGERTIAN, YAITU; •  MANAGERS : MEKANISME PENETAPAN SEORANG MANAJER

MELALUI PENGANGKATAN, DAN KEWENANGAN YANG DIBERIKAN UNTUK MELAKSANAKAN FUNGSI DAN TUGAS SESUAI YANG TELAH DITETAPKAN OLEH ORGANISASI/INSTITUSI.

•  LEADERS ATAU PEMIMPIN, KEPEMIMPINANNYA DIDAPATKAN MELALUI SUATU MEKANISME PEMILIHAN, SEHINGGA OTORITASNYA DIAKUI KARENA TELAH DIPERCAYA (TRUST) OLEH KOMUNITASNYA.


KEPEMIMPINAN EKSEKUTIF DALAM PERGURUAN TINGGI, SEBAGAI CONTOH; REKTOR, DIREKTUR, ATAUPUN DEKAN MERUPAKAN PENGGABUNGAN ANTARA PEMIMPIN AKADEMIK (ACADEMIC LEADER) DAN MANAJER. SALAH SATU PRASYARAT PENTING UNTUK MENJADI PEMIMPIN EKSEKUTIF ADALAH JAMINAN KOMPETENSI, MEMILIKI KEMAMPUAN DALAM MEMIMPIN.


…terima kasih...

Documents

Kepemimpinan Perguruan Tinggi · tanggung jawab yang jelas untuk mekanisme pengendalian dan penjaminan mutu. 5. ... 5. kepemimpinan dan pemilihan pemimpin perguruan tinggi.!!!!!kementerian!riset,