9
Defini Asfiksia merupakan penyebab kematian paling tinggi, kurang lebih 23% dari sekitar 4 juta kematia neonatus diseluruh dunia setiap tahunnya. Di indonesia, asfiksia merupakan penyebab kematian paling tinggi 27% dari seluruh kematian neonatal. Asfiksia perinatal dapat terjadi selama anterpartum, intrapartum maupun postpartum. Asfiksia selain dapat menyebabkan kematian juga dapat mengakibatkan kecacatan. Penyebab asfiksia 1. Penyakit kronis (TBC, jantung, kekurangan gizi, ginjal) 2. Penyakit selama kehamilan (preeklamsia dan eklamsia) 3. Penyakit genetik 4. Persalinan patologis (presentasi bokong, letak lintang, partus lama atau partus macet, demam selama dan sebelum persalinan, vakum ekstraksi, foreps). 5. Infeksi berat (malaria, sifilis,TBC,HIV) 6. Kehamilan lebih bulan (lebih 42 minggu kehamilan) Faktor keadaan tali pusat 1. Insersio velamentosa Adalah insersi tali pusat pada selaput janin. Jenis insersi tali pusat ini sangat penting dari segi praktik, karena pembuluh-pembuluh umbilikus, diselaput tuban, terpisah jauh dari tepi plasenta, dan mencapai keliling tepi plasenta dengan hanya dilapisi oleh satu lipatan amnion. 2. Prolapsus vuniculi (prolapsus tali pusat) Yaitu ketika tali pusat keluar dari uterus mendahului bagian presentasi. Berikut adalah pembagian prolaps tali pusat

keperawatan anak dengan asfeksia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asuhan keperwatan asfeksia

Citation preview

Defini Asfiksia merupakan penyebab kematian paling tinggi, kurang lebih 23% dari sekitar 4 juta kematia neonatus diseluruh dunia setiap tahunnya. Di indonesia, asfiksia merupakan penyebab kematian paling tinggi 27% dari seluruh kematian neonatal. Asfiksia perinatal dapat terjadi selama anterpartum, intrapartum maupun postpartum. Asfiksia selain dapat menyebabkan kematian juga dapat mengakibatkan kecacatan.Penyebab asfiksia 1. Penyakit kronis (TBC, jantung, kekurangan gizi, ginjal)2. Penyakit selama kehamilan (preeklamsia dan eklamsia)3. Penyakit genetik4. Persalinan patologis (presentasi bokong, letak lintang, partus lama atau partus macet, demam selama dan sebelum persalinan, vakum ekstraksi, foreps).5. Infeksi berat (malaria, sifilis,TBC,HIV)6. Kehamilan lebih bulan (lebih 42 minggu kehamilan)Faktor keadaan tali pusat 1. Insersio velamentosa Adalah insersi tali pusat pada selaput janin. Jenis insersi tali pusat ini sangat penting dari segi praktik, karena pembuluh-pembuluh umbilikus, diselaput tuban, terpisah jauh dari tepi plasenta, dan mencapai keliling tepi plasenta dengan hanya dilapisi oleh satu lipatan amnion.2. Prolapsus vuniculi (prolapsus tali pusat)Yaitu ketika tali pusat keluar dari uterus mendahului bagian presentasi. Berikut adalah pembagian prolaps tali pusat a. Tali pusat menumbung disebut juga prolapsus funikuli adalah jika tali pusat teraba keluar atau berada disamping dan melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir, tali pusat dapat prolaps kedalam vagina atau bahkan diluar vagina setelah ketuban pecah. Tali pusat menumbung (prolapsus funikuli) secara langsung tidak mempengaruhi keadaan ibu, sebaliknya membahayakan janin karena tali pusat dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan lahir yang dapat mengakibatkan gangguan oksigenasi janin.b. Tali pusat terdepan disebut juga tali pusat terkemuka yaitu jika tali pusat berada disamping bagian besar janin dapat teraba pada kanalis servikalis, atau lebih rendah dari bagian bawah janin sedang ketuban masih intak (utuh) atau belum pecah. Pali tali pusat terdepan, sebelum ketuban pecah, ancaman terhadap janin tidak seberapa besar, tetapi setelah ketuban pecah, bahaya kematian janin sangat besar.3. Torsi tali pusatYaitu terjadi akibat gerakan janin, sehingga tali pusat terpilin.4. Tali pusat pendek Yaitu tali pusat yang sangat pendek membuat abdomen janin berhubungan dengan plasenta, keadaan ini selalu diikuti hernia umbilikalis. Normalnya panjang tali pusat 50-55 cm. Tali pusat yang terlalu pendek dapat menimbulkan hernia umbilikalis, solusio plasenta, persalinan tidak maju karena tali pusat tertarik mungkin bunyi jantung menjadi buruk, dan inversion uteri. 5. Lilitan tali pusat Biasanya terdapat pada leher bayi. Lilitan tali pusat menyebabkan talipusat menjadi relatif pendek dan mungkin juga menyebabkan letak defleksi. Setelah kepala anak lahir, liltan perlu segera dibebaskan melalui kepala atau digunting antara 2 kocher. 6. Simpul tali pusat Simpul tali pusat ada dua macam, yaitua. Simpul palsu, dibentuk oleh penumpukan selai wharton atau variks dari vena umbilikalis. b. Simpul benar, kadang dapat tertarik sedemikian eratnya hingga menyebabkan kematian janin. Faktor plasenta 1. Infark plasenta Yaitu terjadinya pemadatan plasenta, nuduler dan keras sehingga tidak berfungsi dalam pertukaran nutrisi.2. Solusio plasenta Adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir. Biasanya terjadi pada trimester III, walaupun dapat pula terjadi pada setiap saat dalam kehamilan.3. Plasenta previa Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak dibagian atas uterus.

Faktor janin 1. Kelainan genetika 2. Kelainan kromosom3. Kelainan pertumbuhan 4. Malnutrisi janin Bila mal nutrisi terjadi di awal kehamilan, maka bayi bisa lahir mati, dapat juga terjadi pertumbuhan lambat, sehingga terjadi apa yang disebut SGA (Small for Gestational Age) atau bayi lebih kecil dari yang seharusnya sesuai umur.

Faktor keadaan bayi1. Bayi prematur (kehamilan kurang 37 minggu)2. Persalinan patologis (presentasi bokong, gemeli, distosia bahu, ekstraksi vakum, foreps) 3. Kelainan kongenital yang memberi dampak pada pernafasan bayi.4. Aspirasi mekonium pada air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) Adapun keadaan ibu yang harus diwaspadai untuk terjadinya asfiksia, karena ada kemungkinan mengancam keselamatan ibu dan bayi (high risk pregnancy). Bila kita bertemu dengan kasus ini, maka harus dipikirkan bahaya yang akan dijumpai. Berikut adalah yang termasuk kedalam tanda-tanda bahaya. 1. Tinggi badan ibu < 148 cm2. Tekanan darah sistole >130 mmHg 3. Albuminuria 4. Edema kaki yang tidak hilang dengan istirahat 5. Keluar darah pervaginam 6. Anemia (35 tahun) 9. Ibu dengan riwayat persalinan buruk10. Ibu bersalin dengan kesakitan yang luar biasa (skor nyeri >7)(skor nyeri terlampir)Pada keadaan-keadaan penyebab asfiksia tersebut, dapat menyebabkan aliran darah dari ibu kejanin melalui plasenta berkurang, sehingga menurunkan aliran oksigen dan glukosa dan glukosa kejanin, akibatnya terjadi gawat janin yang menyebabkan asfiksia BBL.Gawat janin terjadi bila sirkulasi tidak adekuat. Gawat janin dapat diketahui dengan tanda:.1. Frekuensi detak jantung janin kurang 100 atau lebih 180 kali per menit.2. Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari 10 kali per menit)3. Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan (pada bayi dengan presentasi kepala, meconium stained).

Jika terdapat tanda gawat janin, tindakan pertama yang harus dilakukan adalah dengan meningkatkan asupan oksigen pada janin dengancara :1. Mengubah posisi tidur ibu (anjurkan ibu hamil in-partu berbaring miring kesisi kiri dengan tujuan meningkatkan aliran oksigen ke janin. Bila posisi miring kekiri tidak membantu coba posisi yang lain seperti miring kekanan, posisi sujud).2. Memberikan cairan kepada ibu secara oral dan atau IV (Intravena)3. Berikan oksigen pada ibu4. Periksa kembali denyut jantung janin setelah 10-15 menit, jika frekuensi jantung masih tidak normal, lakukan rujukan. Bila rujukan tidak mungkin dilakukan, bersiaplah untuk menolong BBL dengan asfiksia.Langkah promotif dan preventiv 1. Pemeriksaaan selama kehamilan secara teratur yang berkualitas, sehingga skrining kejadian gawat janin saat kehamilan dan ibu hamil resikotinggi, ketika persalinan nani bayinya terjadi asfiksia dapat dirujuk dengan cepat dan tepat. 2. Meningkatkan status nutrisi ibu 3. Manajemen persalinan yang baik dan benar4. Melaksanakan pelayanan neonatal esensial terutama dengan melakukan resusitasi yang baik dan benar yang sesuai standar Perubahan napas pada bayi baru lahir Setiap bayi baru lahir akan mengalami hipoksia ringan. BBL akan mengatasi keadaan dengan segera ataupun secara berangsur-angsur tanpa menimbulkan komplikasi dan penyakit baru/ iaterogenic disease.. tindakan resusitasi harus membantu usaha bayi mengatasi hipoksia ini secepat mungkin supaya tidak terjadi hipoksia lanjutan. Setelah bayi lahir ia harus menghirup nafas pertama, hal ini terjadi dalam - menit (first gasps). Kadang, setelah tarikan napas pertama tidak dilanjutkan dengan pernapasan teratur, tetapi disusul dengan periode apnea dan hal ini masih dianggap normal bila periode ini tidak lebih dari menit (primary apnea). Pernapasan tidak teratur, gelisah/ exaltasi serta menangis hebat akan berlangsung dalam 10-15 menit kemudian. Lalu diikuti dengan pernapasan yang mulai teratur dan menangis kuat. Selama 2 jam berikutnya bayi akan tidur tenang dengan disusul beberapa kali bangun dan menangis. Pernapasan adalah tanda vital pertama yang berhenti ketika BBL kekurangan oksigen. Pada periode awal BBL mengalami napas cepat (rapid breathing) yang disebut dengan primary gasping. Setelah periode awal ini akan diikuti dengan keadaan bayi tidak bernafas (apnea) yang disebut primary apnea. Frekuensi jantung mulai menurun, namun tekanan darah masih tetap bertahan.Kemudian BBL akan melakukan usaha napas megap-megap yang disebut dengan secondary gasping kemudian masuk keperiode secondary apnea. Frekuensi jantung dan tekanan darah makin menurun dan bisa menyebabkan kematian. Kelainan- kelainan yang dapat terjadi pada pernapasan bayi. 1. Pengaruh narkose yang terlalu lama dalam operasi/ tindakan terhadap ibu, maka periode primary apnea dapat diperpanjang, meskipun bayi sudah mulai bernapas teratur mungkin bayi belum bisa menangis (keterlambatan menangis). 2. Pada trauma kepala, first gasp akan menghilang, kemudian pernapasan lambat, letragi, tidak menangis atau merintih.3. Pada bayi prematur, setelah jam lahir mungkin akan timbul secondary apnea.4. Pada bayi dismatur (small for gestational age) dapat saja terjadi pernapasan yang tidak pernah teratur, irregular, dan merintih.5. Pada bayi diabethic mother, respiratory distress dapat timbul 24-36 jam kemudian.6. Pada bayi dengan kelainan paru-paru, pernapasan akan cepat, pendek-pendek disertai grunting (megap-megap)Setiap kasus dengan apnea, segera dilakukan resusitasi Patofisiologi dan akibat asfiksia Transisi dari kehidupan janin intrauterin ke kehidupan bayi ekstrauterin menunjukkan perubahan. Alveoli paru janin dalam uterus berisi cairan paru. Sebelum lahir, seluruh oksigen yang digunakan janin berasal dari difusi darah ibu ke darah janin melewati membran plasenta. Hanya sebgaian kecil darah janin yang mengalir ke paru-paru janin (sekitar 4%). Paru janin tidak berfungsi sebagai jakur transportasi oksigen ataupun untu ekskresi karbondioksida. Aliran darah ke paru-paru belum mempunyai peran penting untuk oksigenasi maupun untuk keseimbangan asam basa pada janin.Paru janin mengembang dalam uterus akan tetapi kantung-kantung udara yang akan menjadi alveoli berisi cairan, bukan udara. Sebagian besar darah dari sisi kanan jantung tidak dapat memasuki paru karena resistansi pembuluh paru janin ysng mengkerut masih tinggi, sehingga sebagian besar aliran darah ini mengambil jalur yang mempunyai resistansi yang lebih rendah yaitu melewati duktus arteriosus menuju aorta. Pada saat lahir bayi mengambil napas pertama, udara memasuki alveoli paru dan cairan paru diabsorbsi oleh jaringan paru. Pada napas kedua dan berikutnya, udara yang masuk dalam alveoli bertambah banyak dan cairan paru diabsorbsi sehingga kemudian seluruh alveoli berisi udara yang mengandung oksigen. Aliran darah paru meningkat secara dramatis. Hal ini disebabkan aliran ekspansi paru yang membutuhkan tekana puncak inspirasi dan tekanan akhir ekspirasi yang lebih tinggi.Ekspansi paru dan peningkatan tekanan oksigen alveoli, keduanya menyebabkan penurunan resistansi vaskuler paaru dan peningkatan aliran darah dari arteri pulmonalis paru setelah lahir. Aliran intrakardial dan ekstrakardial mulai beralih arah, yang kemudian duktus arteriosus tidak berfungsi lagi. Kegagalan penurunan resistansi vaskuler paru menyebabkan hipertensi pulmonal persisten (PPH) pada BBL, sehingga duktus arteriosus botalli tetap berfungsi lagi (menuju aorta) aliran darah keparu menjadi adekuat dan hipoksemia terulang kembali. Ekspansi paru yang inadekuat menyebabkan gagal napas.Pemeriksaan fisik (Segera setelah lahir)1. Bayi cukup bulan atau tidak (berat badan, panjang badan, tanda-tanda bayi cukup bulan).2. Bayi tidak bernapaas atau napas megap-megap (grunting), retraksi dinding dada.3. Tonus otot menurun (lumpuh ekstasnsi-flaccid)