Upload
trinhhanh
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KEPUASAN ANAK ASUH TERHADAP PELAYANAN SOSIAL
BAGI ANAK YATIM DAN DHUA’FA DI PANTI ASUHAN ISLAM
RATNA JAYA DESA MANGUN JAYA KECAMATAN TAMBUN
KABUPATEN BEKASI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikas
untuk memenuhi Syarat-syarat
Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Isam
Oleh:
Zilyusraini
Nim 104054002106
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M / 1431 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul ”KEPUASAN ANAK ASUH TERHADAP
PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAK YATIM DAN DHUA’FA DI
PANTI ASUHAN ISLAM RATNA JAYA DESA MANGUN JAYA
KECAMATAN TAMBUN KABUPATEN BEKASI” telah diujikan
dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 15 Maret 2010. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Komunikasi Islam (S. Kom. I) pada jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam
Jakarta, 15 Maret 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Dr. Arief Subhan, MA Wati Nilamsari, M. Si.
NIP.196601101993031004 NIP.197105201999032002
Anggota
Penguji I Penguji II
Nurul Hidayati, S.Ag.M.Pd Dra. Mahmudah Fitriyah ZA,M.Pd
NIP.196903221996032001 NIP.196402121997032001
Pembimbing
Drs. Helmi Rustandi, M. Ag. NIP. 196012081988031005
KEPUASAN ANAK ASUH TERHADAP PELAYANAN SOIAL
BAGI ANAK YATIM DAN DHUA’FA
DI PANTI ASUHAN ISLAM RATNA JAYA
DESA MANGUN JAYAKECAMATAN TAMBUN
KABUPATEN BEKASI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
untuk memenuhi Syarat-syarat
Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam
Oleh:
Zilyusraini
Nim 104054002106
Di Bawah Bimbingan
Drs. Helmi Rustandi, M. Ag.
NIP. 196012081988031005
JURUSAN
PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M / 1431 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana
Starata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 1 April 2010
Zilyusraini
ABSTRAK Zilyusraini Kepuasan Anak Asuh Terhadap Pelayanan Sosial Bagi Anak Yatim dan Dhua’fa di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya Desa Mangun Jaya Kecamatan Tambun Kabupaten Bekasi Kepuasan adalah persepsi pelanggan bahwa harapannya telah terpenuhi dan merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dia rasakan di bandingkan dengan harapannya. Jadi, tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Pelayanan Sosial adalah proses kegiatan pelayanan yang ditujukan untuk membantu individu, keluarga, organisasi dan masyarakat yang membutuhkan atau mengalami permasalahan sosial, baik yang bersifat pencegahan, pemberdayaan, pelayanan dan rehabilitasi sosial, maupun pengembangan guna mengatasi permasalahan yang dihadapi dan atau memenuhi kebutuhan secara memadai, sehingga mereka mampu melaksanakan fungsi sosial.
Masalah anak yatim dan dhua’fa merupakan permasalahan yang terkait dengan keberadaan masa depan anak secara umum sebagai generasi penerus bangsa. Untuk mengatasi masalah anak yatim dan dhua’fa tersebut, maka panti asuhan islam ratna jaya menyediakan 9 pelayanan sosial untuk anak-anak asuh disini, yaitu: pelayanan pengasraman, pelayanan permakanan, pelayanan pendidikan, pelayanan pemeriksaaan kesehatan, pelayanan konsultasi, pelayanan keagamaan, pelayanan keterampilan, pelayanan hiburan dan rekreasi, dan juga pelayanan transportasi. Pelaksanaan pelayanan sosial disini belum sepenuhnya baik atau memuaskan untuk anak-anak asuh disini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial bagi anak yatim dan dhua’fa di Panti asuhan Islam Ratna Jaya. Pengumpulan data melalui wawancara dan observasi secara langsung tentang kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial bagi anak yatim dan dhu’afa dan juga pelayanan apa saja yang ada di panti asuhan islam ratna jaya ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penulis menggunakan metode kualitatif dengan menuju data kualitatif deskriptif. Temuan di lapangan menunjukkan bahwa kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial bagi anak yatim dan dhu’afa yang dilakukan di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya bahwa pelayanan sosial yang sudah baik yang ada dipanti asuhan islam ratna jaya adalah: pelayanan keagamaan, pelayanan pendidikan, pelayanan pengasramaan, pelayanan pemeriksaan kesehatan dan pelayanan transportasi, sedangkan pelayanan yang belum baik adalah: pelayanan permakanan, pelayanan keterampilan, pelayanan konsultasi, dan pelayanan hiburan dan rekreasi.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT, yang telah
memberikan nikmat islam, iman, dan kemudahan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tidak lupa tercurahkan
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan
pengikutnya. Ada beberapa hambatan yang penulis temukan di dalam
penyusunan skripsi ini, namun berkat bimbingan, dorongan, dan bantuan
dari berbagai pihak, alhamdulillah semua dapat teratasi.
Dengan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd, selaku Ketua Jurusan
Pengembangan Islam.
3. Ibu Wati Nilamsari M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam.
4. Pembimbing Skripsi, Bapak Drs. Helmi Rustandi, M.Ag, walaupun
dalam kesibukan yang sedemikian padatnya namun senantiasa
menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan serta petunjuk
yang berharga kepada penulis sampai selesainya skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah
memberikan Ilmu Pengetahuan kepada penulis selama menjalankan
perkuliahan.
6. Kepada Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Perpustakaan Dakwah dan Komunikasi dan Perpustakaan Nasional.
7. Kepada Ayahanda Tercinta H. Suhelmi Nawawi, S. Ag dan Ibunda
Tersayang Zetti Zuhermi, yang telah memberikan segalanya dengan
ikhlas baik moril maupun materil hingga terselesainya kuliah dan
skripsi ini.
8. Untuk Kakak dan Adikku Tersayang Ramzil Majdi dan Ahmad
Rasyidi yang telah membantu dan perhatiannya.
9. Untuk Agus Sunandar yang selaku mendukung dan mensupport serta
setia meluangkan waktunya hingga selesainya skripsi ini.
10. Semua Sahabatku di Pengembangan Masyarakat Islam Angkatan
2004 khususnya kelompok KKN Sumedang Utara terima kasih atas
pengalamannya.
11. Semua Sahabatku di Pengembangan Masyarakat Islam: Najah dan
teman-teman ku yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu.
12. Pengurus Panti Asuhan Islam Ratna Jaya Desa Mangun jaya
Kecamatan Tambun Kabupaten Bekasi terima kasih atas bantuan dan
informasi dan data-data yang diperlukan penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
Jakarta, 1 April 2010
ZILYUSRAINI
DAFTAR ISI
PENGESAHAN PANITIA UJIAN............................................................i
PENGESAHAN PEMBIMBING.............................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN......................................................................iii
ABSTRAK.................................................................................................iv
KATA PENGANTAR................................................................................v
DAFTAR ISI.............................................................................................vi
DAFTAR TABEL....................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………….………………….......................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………...……………..9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………….10
D. Metodologi Penelitian…………………………...................11
E. Tinjauan Pustaka………………….……………………......17
F. Sistematika Penulisan…………………………...................18
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Teori Kepuasan.....................................................................21
B. Anak Yatim dan Dhua’fa......................................................22
1. Anak Yatim...........................................................................22
a) Definisi Anak .................................................................22
b) DefinisiYatim..................................................................23
2. Dua’fa......................................................................................31
a) Definisi Dhua’fa..............................................................31
b) Ruang Lingkup Kaum Dhua’fa......................................33
c) Langkah-langkah Pengembangan Kaum Dhua’fa..........35
C. Pelayanan Sosial dan Panti Asuhan......................................40
1. Pelayanan Sosial ............................................................40
a) Definisi Pelayanan Sosial.........................................40
2. Panti Asuhan...................................................................42
a) Definisi Panti Asuhan ..............................................42
b) Sifat-sifat Pelayanan Panti Asuhan...........................44
c) Fungsi Panti Asuhan.................................................46
d) Pelayanan Sosial Panti Asuhan Islam Ratna Jaya....47
BAB III GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN ISLAM RATNA
JAYA
A. Latar Belakang Berdirinya Panti ..........................................49
B. Visi dan Misi.........................................................................51
C. Tujuan Didirikannya dan Program Kerja Panti Asuhan Islam
Ratna Jaya.............................................................................52
D. Struktur Organisasi Pengurus Panti......................................55
E. Sarana dan Prasarana yang dimiliki Panti.............................56
BAB IV ANALISIS KEPUASAN ANAK ASUH TERHADAP
PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAK YATIM DAN
DHUA’FA
A. Program Pelayanan Sosial Panti Asuhan Islam Ratna
Jaya.......................................................................................57
B. Kepuasan Anak Asuh Terhadap Pelayanan
Sosial.....................................................................................59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................84
B. Saran........................................................................................85
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................86
LAMPIRAN .............................................................................................91
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1: Subjek Penelitian....................................................................12
Tabel 1.2: Pelayanan Pengasramaan........................................................61
Tabel 1.3: Pelayanan Permakanan...........................................................64
Tabel 1.4: Pelayanan Pendidikan.............................................................66
Tabel 1.5: Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan.........................................69
Tabel 1.6: Pelayanan Konsultasi..............................................................71
Tabel 1.7: Pelayanan Keagamaan............................................................75
Tabel 1.8: Pelayanan Keterampilan.........................................................77
Tabel 1.9: Pelayanan Hiburan dan Rekreasi............................................80
Tabel 1.10: Pelayanan Transportasi...........................................................82
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia, dampaknya mulai terasa
sejak awal tahun 1998; selain langsung pada kehidupan ekonomi bangsa,
juga berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat. Krisis
ekonomi juga menyebabkan turunnya pendapatan nyata penduduk akibat
hilangnya kesempatan kerja. Dampak lanjutan adalah kerawanan yang
menyangkut berbagai hal, salah satunya ialah bidang ekonomi dan sosial.1
Kemiskinan merupakan faktor utama munculnya anak terlantar
(yatim dan dhu’afa) yang keadaannya makin diperparah oleh krisis
ekonomi sejak tahun 1997 yang akibat berupa keterlantaran pada anak.
Sebagai catatan, pada tahun 2004, jumlah penduduk miskin mencapai
32.339.445 jiwa atau 17,42 persen dari 214.374.096 jiwa penduduk
Indonesia (Pusdatin 2004).2
Kemiskinan dan kemerosotan moral maupun spritual merupakan
petunjuk dan ketidakberdayaan anak-anak, termasuk anak yatim dan
dhua’fa beserta keluarganya akibat tidak terpenuhinya kebutuhan pokok
kehidupannya.3
Jumlah penduduk miskin yang berada dibawah garis kemiskinan
Indonesia pada bulan maret 2006 sebesar 39,05 juta (17,75 persen).
1 Kasnodiharjo, Rahmalina S. Prajoso SP Manalu, artikel tanggal 3 November 2008 Http://www.Kalbefarma. Com//files 17.151. Dinamika Pelacuran di Wilayah Jakarta dan Surabaya dan Faktor Sosio Demografi yang Melatarbelakanginya, (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Republik Indonesia).
2 Pedoman Pelayanan Sosial Anak Terlantar Melalui Pengembangan Usaha Ekonomi Keluarga.
3 Triyanti, Maria April Astuti Anny. Pemberdayaan Anak di DKI Jakarta. (Universitas Indonesia Program Studi Sosiologi 2000),
Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan februari 2005 yang
berjumlah 35,10 juta jiwa (15,97 persen), berarti jumlah penduduk miskin
meningkat sebesar 39,5 juta. Persentase penduduk miskin antara daerah
perkotaan dan pedesaan tidak banyak berubah. Pada bulan maret 2006
sebagian besar (63,41 persen) penduduk miskin berada daerah pedesaan.4
Dampak krisis yang dialami bangsa Indonesia sejak tahun 1997,
terus bertambah terasa dalam berbagai sektor kehidupan diantaranya yaitu:
harga-harga kebutuhan bahan pokok yang terus semakin mahal, biaya
pendidikan dasar yang juga bertambah tinggi, tenaga kerja produktif yang
harus berhenti dari pekerjaanya, secara umum pendapatan masyarakat
menurun.5
Beberapa contoh nyata adanya dampak krisis ekonomi adalah
bertambah lebarnya kesenjangan antara golongan kaya dan miskin, biaya
kesehatan yang sangat tinggi, murid sekolah wajib belajar 9 tahun yang
terpaksa harus putus sekolah karena mereka tidak mampu lagi membiayai
sekolahnya, bertambahnya jumlah PHK, pengangguran yang frustasi nekat
berbuat kriminal, kuantitas dan kualitas makanan keluarga menurun,
kepercayaan menurun, kepercayaan terhadap pemerintah menurun.6
Situasi ini mengakibatkan berkembangnya dampak buruk terhadap
anak, yaitu tidak terpenuhinya berbagai hak dan kebutuhan anak untuk
dapat berkembang secara wajar sehingga banyak anak yang terpaksa
menjadi yatim piatu, putus sekolah dan mencari nafkah sendiri di jalan.
4 Http://www. Tempo.co.id. Anton Sudjadi, Tolak Ukur dan Jumlah Orang
Miskin, (Jakarta: Internet 3 November 2008). 5 Pelatihan Pengembangan Masyarakat-Strata Pemula Untuk Tenaga Pendamping
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri. 6 Ibid, hal.2.
Akibatnya, dalam 10 tahun terakhir persoalan anak-anak dan remaja di
Indonesia tidak banyak yang dapat diselesaikan. Maka pada kenyataannya
anak-anaklah yang pertama menjadi korban dari masalah rumah tangga
dan kemiskinan yang mempengaruhi ekonomi keluarga.
Orang tua (keluarga) memegang peranan penting dalam pengasuhan
anak agar anak mendapat perhatian dan terpenuhinya hak-hak anak
sehingga terhindar dari keterlantaran. Keterlantaran pada anak bukan saja
berdampak pada keberadaan anak itu sendiri tetapi juga terkait dengan
masa depan bangsa dan dampak sosial yang ditimbulkannya.7
Keluarga sebagai unit terkecil dalam tatanan masyarakat merupakan
unsur penentu pertama dan utama keberhasilan pembinaan anak sebagai
generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa. Posisi strategis ini hanya
dapat diwujudkan apabila keluarga mampu melaksanakan fungsi dan
perannya secara serasi dalam kehidupan keluarga dan sebagai unsur yang
aktif partisipatif dalam usaha pembinaan lingkungan sosial yang tentram
dan sejahtera.
Seorang anak sangat mendambakan perhatian dan sentuhan kasih
sayang dari kedua orang tuanya dan mendapat kehidupan yang layak bagi
mereka. Akan tetapi, ketika salah satu dari mereka (orang tua) anak
terutama seorang ayah meninggal, maka si anak merasa ada sesuatu yang
kurang dan merasa kehilangan seorang sosok bapak yang menjadi figuran
dan teladan baginya. Apa lagi jika kedua orang tuanya meninggal, maka ia
akan merasa kesepian dan hidup sebatang kara tanpa adanya lagi perhatian
7 Modul Pelayanan Sosial Anak Terlantar Luar Panti Melalui Penguatan ekonomi
Kaluarga Dalam Bentuk Kelompok Usaha Bersama (KUBE).
dan kasih sayang dari orang tuanya, serta mereka tidak akan lagi
mendapat kehidupan yang layak bagi mereka yang harus kita penuhi.
Maka disini anak mempunyai hak adalah mendapatkan nama yang bagus
dan baik mendapatkan pendidikan, pembiayaan serta pemenuhan
kebutuhan dan dinikahkannya.
Dengan demikian jelas bahwa letak persoalan bukan pada korban
yakni pada kaum dhuafa dan anak yatim melainkan sistem rilesasi sosial
dan budaya yang membawa akibat pada kemiskinan terjadi pada
kebijakan-kebijakan pemerintah tidak memihak pada kaum dhuafa.8
Anak-anak dhu’afa dan anak yatim yang ada di Indonesia merupakan
bagian dari komponen masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban
yang sama dengan komponen masyarakat yang lainnya yang tidak boleh
termarjinalkan, karena hal tersebut merupakan tindakan dokumentasi
masalah yang timbul seputar anak-anak kaum dhu’afa dan anak yatim
yang merupakan tanggung jawab kita bersama sebagai sesama makhluk
sosial terlebih lagi negara sebagai institusi yang mengatur hubungan
manusia yang satu dengan yang lainnya dalam konteks hidup bernegara
dan bermasyarakat.
Anak yatim dan dhu’afa merupakan permasalahan yang terkait
dengan keberadaan masa depan anak secara umum sebagai penerus
generasi bangsa. Oleh karena itu penanganan anak yatim dan dhu’afa
(terlantar) menjadi tanggung jawab bersama agar di dapatkan upaya yang
8 Abul Laits Assamrqondi, H. Salim Bahreis, Tanbihul Ghofilin, (Jakarta:
Sa’diyah Putra, 1984), Jilid 2, h. 543.
lebih efektif dan optimal. Anak yatim dan dhu’afa merupakan masalah
sosial yang banyak ditemukan di masyarakat.9
Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan
sosial, material maupun spritual yang diliputi rasa keselamatan,
kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi
setiap warga negara untuk mengadakan suatu pemenuhan kebutuhan
jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri sendiri,
keluarga serta masyarakat dengan menjujung tinggi hak-hak asasi serta
kewajiban manusia sesuai dengan falsafah kita, yaitu pancasila.10.
Hakikat pembangunan kesejahteraan sosial sebagai bagian tak
terpisahkan dari pembangunan nasional, bertujuan untuk meningkatkan
taraf kesejahteraan sosial baik individu, maupun kelompok dalam
masyarakat.11
Sistem pelayanan kesejahteraan sosial melalui sistem panti maupun
sistem non panti atau berbasiskan pada keluarga atau masyarakat tidak
dapat memenuhi kebutuhan anggotanya. Pelaksanaan pelayanan
kesejahteraan sosial menuntut profesionalisme dan akuntabilitas, sehingga
memerlukan standar pelayanan.12
Pelayanan sosial pada prinsipnya mempunyai 3 unsur utama, yaitu:
13 1). Pelayanan sosial merupakan akitivitas profesi pekerjaan sosial
9 Modul Pelayanan Sosial Anak Terlantar Dalam Panti (PSBR). 10 Syarif Muhidin. Pengantar Kesejahteraan Sosial, (Bandung: Sekolah Tinggi
Kesejahteraan Sosial, 1997).Cet.Ke-VII.h.5. 11 Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial (BPPKS), Standarisasi
Panti Sosial, (Jakarta: 2005),h.3. 12 Ibid,h.3-4. 13 Dr. Soetarso, MSW, Kesejahteraan Sosial, Pelayanan Sosial, dan Kebijakan
Sosial (Bandung: Koperasi Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, 1993), h.103.
bersama dengan profesi lain (bukan monopoli pekerja sosial ), 2).
Pelayanan sosial ditujukan untuk membantu orang agar seseorang dapat
mengembangkan diri, tidak bergantung, memperkuat relasi keluarga dan
juga memperbaiki individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, 3).
Pelayanan sosial diberikan agar penerima pelayanan dapat berfungsi sosial
dengan baik.
Peraturan pemerintah yang mengatur tentang Perekonomian
Nasional dan Kesejahteraan Sosial yaitu:
a) Yang tercantum dalam Amandemen Undang-undang Dasar 1945 yaitu
pasal 34 Ayat (1) yang berbunyi, fakir miskin dan anak-anak terlantar
di pelihara oleh Negara.
b) Amandemen Undang-undang Dasar 1945 yaitu pasal 33 Ayat (2) yang
berbunyi, negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan.
c) Rancangan Undang-undang Dasar 1945 tentang kemiskinan, yang
disusun oleh Tim Pokja Setditjen Bantuan dan Jaminan Sosial
Departemen Sosial Direktorat Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial.14
Oleh karena itu salah satu sarana yang dilakukan dalam
memberikan kesejahteraan sosial kepada anak yatim, piatu dan dhuafa
adalah melalui sistem panti ini adalah merupakan salah satu bentuk usaha
kesejahteran sosial dalam hal ini yatim, piatu dan dhuafa, dimana mengacu
pada program pelayanan dan berbagai kegiatan yang secara konkrit
14 Http://www.depsos.gi.id/kfm. Tim Pokja Setditjen Bantuan dan Jaminan Sosial (Departemen Sosial Direktorat Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial, RUU Kemiskinan, (Jakarta: Internet 14 September 2008)
(nyata) berusaha menjawab kebutuhan atau masalah yang dihadapi
anggota masyarakat.15
Panti Asuhan Islam Ratna Jaya merupakan salah satu lembaga sosial
masyarakat yang ada di wilayah tambun bekasi yang peduli terhadap nasib
anak-anak kurang mampu, seperti: yatim, piatu dan dhuafa. Panti ini juga
memiliki ciri-ciri panti pada umumnya yaitu: adanya visi, misi lembaga,
program pengurus, serta anak asuh yang ditangani, kemudian sarana dan
prasarana yang mendukung pelayanan sosial dipanti ini dirasakan cukup.
Dalam ajaran Agama Islam aturan dan kewajiban untuk memberi
perhatian, pengawasan dan santunan terhadap anak yatim merupakan satu
perintah yang terdapat dalam Al-qur’an Surat Al-Maa’un ayat 1-7
sebagaimana Firman Allah SWT yang berbunyi:
⌧
☺ ☺
⌧
☺ ☺
Artinya: ”Tahukah kamu orang mendustakan agama, itulah orang yang menolak anak yatim, dan tidak menganjurkan (manusia) untuk memberi makan orang miskin, maka kecelakaanlah bagi orang yang shalat, (yaitu) mereka yang melalaikan shalat mereka, yang berbuat riya (pamer), dan enggan memberikan pertolongan (kepada orang lain)”. (Q.S. Al-Maa’un: 1-7)
Secara konseptual dapat dikatakan bahwa Panti Asuhan adalah suatu
lembaga yang memberikan pelayanan sosial kepada anak-anak terlantar
15 Drs. Isbandi Rukminto Adi, MPH, Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu
Kesejahteraan Sosial, Dasar-dasar Pemikiran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), 1994),h.7.
(yatim dan dhu’afa), memberikan pelayanan pengganti perwakilan anak-
anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial pada anak asuh,
sehingga anak asuh mendapat kesempatan yang luas dan memadai bagi
perkembangan kepribadian sesuai dengan yang diharapkan sebagian dari
penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang aktif dalam pembangunan
sosialnya.16
Panti asuhan adalah sebagai salah satu sarana yang sangat efektif
dalam menjawab permasalahan yang terjadi dalam proses program
pelayanan sosial, karena melalui pelayanan sosial yang ada di panti asuhan
juga dapat mengetahui bagaimana proeses pelayanan sosial yang dapat
berguna buat anak-anak yang ada dipanti.
Panti asuhan sebagai tempat tinggal bagi anak-anak kurang mampu
dan terlantar serta yatim piatu sebagai tempat bimbingan. Panti asuhan
juga bergerak dalam pembinaan dan melahirkan sumber daya manusia
yang baik dan berkualitas dengan sifat-sifat pelayanan yang ada di Panti
Asuhan.
Maka dengan adanya Panti Asuhan disini sangat membantu mereka
dalam menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi di dalam
kehidupan ini sehingga mereka dapat menjalani hidup yang tidak
dibedakan dengan anak-anak yang taraf ekonominya lebih baik dan yang
masih punya orang tua.
Disini peneliti berusaha mempelajari sejauh mana Kepuasan anak
asuh terhadap pelayanan sosial bagi anak yatim dan dhuafa di Panti
16 Depsos RI. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penyantunan dan Pengentasan Anak
Terlantar Melalui Panti Asuhan Anak, (Jakarta: Binkesos, 1989), h.3.
Asuhan Islam Ratna Jaya yang berada di daerah Tambun-Bekasi bagi
anak-anak Indonesia khususnya anak-anak kurang mampu atau anak yatim
dan dhuafa. Penulis menganggap bahwa mereka pun layak mendapatkan
pelayanan sosial yang bai seperti: terpenuhinya kebutuhan mereka sehari-
hari, mendapatkan pendidikan yang layak anak-anak yang lain pada
umumnya.
Oleh sebab itu peneliti, tertarik untuk memperdalam pembahasan
skiripsi ini yang berjudul: ”Kepuasan Anak Asuh Terhadap Pelayanan
Sosial Bagi Anak Yatim dan Dhu’afa di Panti Asuhan Islam Ratna
Jaya Desa Mangun Jaya Kecamatan Tambun Kabupaten Bekasi”.
Dengan menempatkan Panti Asuhan Islam Ratna Jaya, yang
beralamat di Jl. Pendidikan 2 No. 30 Kp. Siluman Mangun Jaya Tambun-
Bekasi sebagai lembaga sosial yang membantu anak-anak fakir miskin,
yatim piatu, sarana dan prasarana yang dimilikinya panti sangat
menunjang dalam masalah yang diteliti, tempatnya tidak terlalu jauh,
keterbatasan waktu, biaya dan tenaga.
B. PEMBATASAN dan PERUMUSAN MASALAH
1. Pembatasan masalah
Dengan mengetahui program-program apa saja dan kepuasan anak
asuh terhadap pelayanan-pelayanan sosial yang ada di Panti Asuhan Islam
Ratna Jaya dan untuk mempermudah dan memperjelas permasalahan yang
akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, maka penulis membatasi
masalah pada “Program-program pelayanan apa saja dan kepuasan anak
asuh terhadap pelayanan-pelayanan tersebut dipanti”.
2. Perumusan Masalah
Adapun masalah yang perlu dirumuskan dalam pembahasan skripsi
ini adalah:
a) Program apa saja yang dilakukan oleh Panti Asuhan Islam Ratna Jaya?
b) Bagaimana kepuasan anak asuh terhadap program pelaksanaan
pelayanan sosial bagi anak yatim dan dhuafa di Panti Asuhan Islam
Ratna Jaya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian.
a) Untuk mengetahui program-program pelayanan sosial apa saja
yang ada di Panti.
b) Untuk mengetahui bagaimana kepuasan anak asuh terhadap
pelayanan-pelayanan sosial yang ada di Panti.
2. Manfaat Penelitian.
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mampu memberikan
kontribusi bagi pengembangan ilmu sosial kemasyarakatan yang
bersifat praktis dan jelas.
b. Penelitian ini diharapkan dapat membantu Panti Asuhan Islam
Ratna Jaya dalam melaksanakan program-programnya.
c. Penelitian ini dapat memberi pengetahuan yang berguna bagi
peneliti dan para pembaca.
D. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah alat uji dan analisa yang digunakan
untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid, reliable dan objektif. 17
1. Pendekatan Penelitian.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya, prilaku, motivasi, tindakan, secara holistik dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagi metode alamiah.18
Pendekatan kualitatif dapat digunakan untuk mempelajari dan mengerti
apa yang telah terjadi di belakang setiap fenomena atau kenyataan yang
baru sedikit dimengerti.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif untuk
mendapatkan gambaran yang konkrit tentang pelayanan sosial bagi anak
yatim da dhuafa yang dilakukan di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya.
Menurut Bogdan dan Taylor mengenai definisi metodologi
penelitian kualitatif yaitu sebagai prosedur penelitian data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.19
17 Dra. Hj. Ipah Fatimah, Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, h.34. 18 Moleong, lexy J. 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya),h.6. 19 Ibid, h.4.
Dengan demikian data pada penelitian ini adalah mengenai
Kepuasan Anak Asuh Terhadap Pelayanan Sosial Bagi Anak Yatim dan
Dhua’fa di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya.
2. Teknik Pemilihan Subjek dan Informan Penelitian.
Teknik yang digunakan untuk penentuan subjek dalam penelitian ini
adalah teknik purpose (bertujuan) dimana informan dipilih berdasarkan
pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orang-orang yang tepat dalam
memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.20
Menurut Neuman konsep sampel dalam penelitian kualitatif berkaitan erat
dengan bagaimana memilih informan atau situasi sosial tertentu yang
dapat memberikan informasi yang mantap dan terpercaya mengenai
elemen-elemen yang ada. Tidak ada ketentuan baku tentnag jumlah
informan minimal yang harus dipenuhi pada suatu penelitian kualitatif.
Bila data yang dikumpulkan telah dianggap mendalam dan memenuhi
tujuan penelitian, maka dapat diambil jumlah sampel kecil.21
Penelitian ini akan menggali data seluas-luasnya dari pihak-pihak
yang terlibat dalam kepuasan anak anak asuh terhadap pelayanan sosial di
Panti Asuhan Islam Ratna Jaya. Pihak-pihak tersebut antara lain adalah
Ketua atau pengurus pengasuh dan anak-anak asuh yang ada di panti
asuhan ini.
20 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,2004),h.63.
21 Lawrence W. Neuman, Social Research Methods: Qualitative dan Quantitative Approaches (Needham, Heights: Allyn dan Bacon, 200), h. 20-21.
Sedangkan informan yang digunakan adalah anak-anak asuh yang
memberikan informasi tentang kegiatan pelayanan sosial yang ada di Panti
Asuhan Islam Ratna Jaya.
Tabel 1: Sumber Penelitian
No. Informan Informasi yang Dicari Jumlah Peneliti
1. Ketua atau pengurus atau pengasuh
Gambaran lembaga, anak asuh dan pelayanan sosial yang ada di panti ini
1
2 Anak asuh Perihal pelayanan sosial yang diterima
20
3. Sumber Data
Sumber data penelitian dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Sumber Data Primer, merupakan data yang belum tersedia sehingga
untuk menjawab masalah penelitian, data harus diperoleh dari
sumber aslinya.22
Data primer dibagi menjadi 2 sumber data yaitu:
1. Data Utama data yang diperoleh secara langsung dari partisipan
atau sasaran penelitian, yaitu kepala atau pengurus atau pengasuh
Panti Asuhan Islam Ratna Jaya Bapak Zuhri.
2. Data Umum yaitu data yang diperoleh dari anak yatim dan
dhuafa yang bertemu langsung dipanti dan yang menjadi sampel
berjumlah 20 anak panti.
b. Sumber Data Sekunder, merupakan data-data yang diperoleh dari
catatan-catatan dan dokumen yang berhubungan dengan penelitian
ini. Catatan dan dokumen tersebut berupa internet tentang gambaran
22 Jaenal Arifin, Teknik Penarikan Sampel dan Pengumpulan Data, disampaikan
pada Pelatihan Penelitian Mahasiswa FDI Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Sabtu 23 April 2005, h. 17.
umum Panti Asuhan Islam Ratna Jaya berupa buku panduan dan
proposal.
4. Lokasi Penelitian.
Penelitian dilaksanakan di lokasi Panti Asuhan Islam Ratna Jaya
yang beralamat di Jl. Pendidikan, No.30. Kp. Siluman Mangunjaya
Tambun-Bekasi.
5. Waktu Penelitian.
Penelitian ini berlangsung sejak bulan november 2008, namun
efektif waktu pelaksanaanya pada bulan april sampai juli 2009.
6. Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:
a. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya
jawab yang sistematis tatap muka.23
Penelitian ini menggunakan wawancara langsung dengan
narasumber kepala atau pengurus atau pengasuh panti asuhan Bapak
Zuhri dan anak-anak asuh yang ada di panti asuhan islam ratna jaya
dengan cara mengajukan pertanyaan yang tidak terikat dan
berdasarkan pedoman pertanyaan dari penulis untuk memperoleh
data, dengan demikian dapat memperluas informasi yang
dibutuhkan. Pertanyaan pokok bagi narasumber adalah bagaimana
pelayanan sosial bagi anak yatim dan dhuafa yang ada di panti
asuhan islam ratna jaya.
23 Sapari Imam asyari, Metode Penelitian Sosial, h. 87.
Wawancara pertama dilakukan pada tanggal 4 Juni 2009 pada
jam 11.00 WIB, dengan kepala atau pengurus atau pengasuh panti
asuhan islam ratna jaya Bapak Zuhri, kemudian dilanjutkan dengan
anak-anak asuh yang ada di panti asuhan ini . Penelitian wawancara
ini dilakukan hanya untuk pelengkap data yang dibutuhkan,
sedangkan wawancara untuk anak asuh menggunakan angket atau
selebaran kertas yang diisi satu persatu oleh anak-anak asuh dengan
10 pertanyaan yang berisi tentang bagaimana kepuasan anak asuh
terhadap pelayanan sosial dan pelayanan-pelayanan apa saja yang di
panti asuhan islam ratna jaya ini.
b. Dokumentasi yaitu mencari data yang tertulis baik berupa buku,
jurnal, ataupun lainnya.24 Teknik ini dilakukan dengan cara
mengklasifilasikan dan mempelajari bahan-bahan yang tertulis yang
berkaitan dengan penelitian, dan mengambil data atau informasi
yang dibutuhkan pada sumber berupa dokumen, buku, majalah,
koran, dll.
Penelitian ini selain menggunakan observasi dan wawancara
langsung ke tempat sasaran atau tujuan, penelitian ini juga perlu
menggunakan data-data dokumentasi tertulis dari panti asuhan islam ratna
jaya yang berupa buku-buku atau catatan-catatan dokumentasi panti agar
untuk melengkapi semua data-data yang diambil oleh penulis disini.
7. Teknik Pencatatan Data.
24 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial Agama, (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2004),172.
Pencatatan data dilakukan dengan cara pencatatan lapangan yang
berisi hasil wawancara dan pengamatan atau observasi. Pengamatan secara
cermat terhadap kegiatan pelayanan sosial bagi anak yatim dan dhu’afa
secara langsung di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya.
Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan keterangan
tentang Kepuasan Anak Asuh Terhadap Pelayanan Sosial Bagi Anak
Yatim dan Dhu’afa dalam hal ini, penulis mengajukan beberapa
pertanyaan yang telah peneliti siapkan kepada responden, lalu di jawab
oleh pemberi data dengan bebas terbuka. Penelilitian ini menggunakan
wawancara langsung dengan narasumber kepala atau pengurus atau
pengasuh Panti Asuhan Islam Ratna Jaya Bapak Zuhri dan anak-anak asuh
panti dengan cara mengajukan pertanyaan yang tidak terikat dan
berdasarkan pedoman pertanyaan dari penulis untuk memperoleh data,
dengan demikian dapat memperluas informasi yang dibutuhkan peryataan
pokok bagi narasumber adalah pelayanan-pelayanan sosial apa saja dan
bagaimana kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial bagi anak yatim
dan dhuafa yang ada di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya.
8. Teknik Analisis Data.
Setelah data yang diperlukan terkumpul, selanjutnya disusun secara
sistematis dan diklasifikasikan dengan melakukan analis sesuai dengan
perumusan masalah dan tujuan penelitian.
Analisis data adalah suatu proses pengumpulan data agar bisa
ditafsirkan, dan memberikan makna pada analisis. Hal ini di dasarkan atas
pertimbangan bahwa sasaran penelitian ini adalah kegiatan analisis dan
meliputi kegiatan reduksi data. Menganalisis secara keseluruhan kepada
bagian-bagiannya atau menjelaskan tahap akhir dari proses perkembangan
sebelumnya yang sederhana.25
Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku ”Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis dan disertasi, UIN Syarief Hidayatullah Jakarta
2002” yang diterbitkan UIN Pers, cet.ke-2, tahun 2002.
9. Keabsahan Data
Kredibilitas (Derajat Kepercayaan) dengan menggunakan tehnik
triangulasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan :
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara,
misalnya untuk mengetahui program pelayanan-pelayanan sosial apa
saja dan bagaimana kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial
bagi anak yatim dan dhu’afa yang dilakukan Panti Asuhan Islam Ratna
Jaya.
b. Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang lain, misalnya dalam hal ini peneliti
membandingkan jawaban yang diberikan oleh Panti Asuhan Islam
Ratna Jaya dengan jawaban yang diberikan oleh Kepala Panti Asuhan
Islam Ratna Jaya yaitu Bapak. Zuhri, S. Ag, MM
c. Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang
berkaitan dengan masalah yang diajukan. Peneliti memanfaatkan
dokumen atau data
25 Pius A. Partanto M, Dahlan Al-Bahry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya:
Arkola, 1994), cet.k3-1.h.658.
E. Tinjauan Pustaka
Untuk membandingkan maka peneliti memaparkan skirpsi peneliti
dengan skripsi yang berjudul ”Pelayanan Sosial Bagi Anak Yatim dan
Dhuafa di Panti Asuhan Anak An-najah, Pertukangan Selatan, Jakarta
Selatan”.
Disusun Oleh: Aan Saputra
Fakultas : Dakwah dan Komunikasi / Kesejahteraan Sosial
Lulusan : 2008 / 1429 H
Skripsi ini jelas berbeda dengan skripsi yang saya buat ada letak
perbedaannya antara lain pada:
a. Subjek: Yatim, Piatu dan dhuafa di panti non pemerintah
b. Adapun masalah yang dibahas oleh skripsi adalah jenis pelayanan.
Dengan melihat beberapa skripsi terdahulu, maka skripsi walau
hampir sama dengan skripsi diatas namun berbeda materi yang dibahas,
yaitu: tentang ”Kepuasan Anak Asuh terhadap Pelayanan Sosial Bagi
AnakYatim dan Dhuafa di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya Desa Mangun
Jaya Kecamatan Tambun Kabupaten Bekasi”.
Adapun masalah yang penulis bahas adalah:
a. Program apa saja ynag dilakukan oleh Panti Asuhan Islam Ratna Jaya
Desa Mangun Jaya Kecamatan Tambun Kabupaten Bekasi?
b. Bagaimana kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial bagi anak
yatim dan dhuafa di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya Desa Mangun
Jaya Kecamatan Tambun Kabupaten Bekasi?
F. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari 5 bab, yaitu tentang pendahuluan, kerangka
pemikiran, profil lembaga, analisa kasus dan penutup. Secara garis besar
isi dari tiap bab adalah sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN yang meliputi: Latar belakang masalah,
Perumusan dan Pembatasan masalah, Tujuan dan Manfaat
penelitian, Metodologi penelitian, Tinjauan pustaka dan
Sistematika penulisan.
BAB II: LANDASAN TEORI yang meliputi: Teori Kepuasan, Anak
Yatim dan Dhua’fa (Definisi anak dan Definisi anak yatim),
Dhu’afa (Pengertian dhu’afa, Ruang lingkup dhu’afa dan
langkah-langkah pengembangan kaum dhu’afa). Pelayanan
Sosial dan Panti Asuhan (Definisi pelayanan sosial,
Penyelenggara pelayanan sosial, Prinsip-prinsip pelayanan
sosial). Panti Asuhan (Pengertian panti asuhan, Sifat-sifat
pelayanan panti asuhan dan Fungsi dan tujuan panti asuhan,
serta Pelayanan Sosial di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya).
BAB III: GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN yang meliputi:
Latar belakang berdirinya panti asuhan, Visi dan misi,
Tujuan dan program kerja panti asuhan, Struktur organisasi
kepengurusan panti asuhan serta Sarana dan prasarana
BAB IV: ANALISIS KEPUASAN ANAK ASUH TERHADAP
PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAK YATIM & DHUAFA
di PANTI ASUHAN ISLAM RATNA JAYA yang meliputi:
Program pelayanan-pelayanan dan kepuasan anak asuh
terhadap pelayanan sosial yaitu: (Pelayanan Sosial
Pengasramaan, Pelayanan Sosial Permakanan, Pelayanan
Sosial Pendidikan, Pelayanan Sosial Pemeriksaan Kesehatan,
Pelayanan Sosial Konsultasi, Pelayanan Keagamaan,
Pelayanan Sosial Keterampilan, Pelayanan Sosial Hiburan &
Rekreasi serta Pelayanan Sosial Transportasi).
BAB V: PENUTUP yang meliputi: Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Kepuasan
1. Pengertian Teori Kepuasan
Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan pada awalnya muncul
ditahun 1940 dan mengalami kemunculan kembali dan penguatan di tahun
1970an dan 1980an. Para teoritis pendukung Teori Penggunaan dan
Pemenuhan Kepuasan berargumentasi bahwa kebutuhan manusialah yang
mempengaruhi bagaimana mereka menggunakan dan merespon saluran
media. Zillman sebagaimana dikutip Mc Quail telah menunjukkan
pengaruh mood seseorang saat memilih media yang akan ia gunakan, pada
saat seseorang merasa bosan maka ia akan memilih isi yang lebih menarik
dan menegangkan dan pada saat seseorang merasa tertekan ia akan
memilih isi yang lebih menenangkan dan ringan. Kepuasan adalah
persepsi pelanggan bahwa harapannya telah terpenuhi.26
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan
kinerja (atau hasil) yang dirasakan dia bandingkan dengan harapannya.27
Kepuasan bisa bersifat infinite dan definite. Selama kepuasan itu belum
tercapai, maka manusia akan terus-menerus mengejarnya, bahkan ketika
manusia tersebut sudah mendapat kepuasan tersebut, ia akan berusaha
untuk meraih kepuasan yang lebih tinggi lagi.
26 Richard F. Gerson. Mengukur Kepuasan Pelanggan. (Jakarta: Penerbit PPM,
2002), cet,ke-2,hal.11. 27 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran: Analisis Perencanaan, Implementasi dan
Pengendalian .(Jakarta: Salemba Empat Prentice Hall, 1995), terj. Ancella Anitawati Hermawan, edisi ke-8,hal.46.
Jadi kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang
dirasakan dengan harapan.
B. Anak Yatim dan Dhu’afa
1. Anak Yatim
a. Definisi Anak
Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esayang
diberikan pada setiap manusi ynag senantiasa harus kita pelihara dengan
baik, karena dalam dirinya terdapat harkat, martabat serta kedudukan
sebagai hak untuk hidup layak seperti anak-anak lainnya.
Anak adalah manusia biasa yang berbentuk kecil, tetapi anak adalah
makhluk yang masih lemah dalam seluruh jiwa dan jasmaninya maupun
kehidupan fisik dan psikis anak berbeda dengan orang dewasa karena ia
sedang masa pertumbuhan yang mengikuti hukum genesa, secara
individual berbeda dengan yang lain.28
Anak juga sebagai potensi dan generasi penerus cita-cita perjuangan
bangsa dan agama, yang memiliki potensi sangat strategis dalam
menjamin kelangsungan eksistensi dimasa depan. Dengan demikian
seharusnya anak-anak harus terpenuhi segala kebutuhannya baik
kebutuhan fisik, sosial maupun mental rohaniahnya, maka mereka akan
tumbuh menjadi generasi penerus yang berkualitas dimasa depan. 29
Anak juga berhak atas peluang dan dukungan untuk mewujudkan
dan mengembangkan potensi diri dan kemampuan, namun tidak semua
28 Agus Sujanto, Psikologis Perkembangan, (Jakarta: Aksara Baru, 1996), Cet-Ke-
7, h.35. 29 Jurnal Informasi Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial
(Jakarta: Pusat Pelatihan Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, Departemen Sosial Republik Indonesia, 2005) volume10,h.42.
keluarga dapat memneuhi seluruh hak dan kebutuhan anak. Anak adalah
belahan jiwa yang sangat didambakan kehadirannya oleh orang tua dan
anak merupakan titipan ilahi yang harus dijaga kesucian (fitrah)nya serta
anak pun merupakan sebagai pelengkap perhiasan dunia serta harta benda,
sebagaimana firman-Nya dalam Surat Al-Kahfi ayat 46 yang berbunyi:
☺
⌧ Seperti dalam bukunya Hasan Langgulung, menurut pandangan
AL_Ghazali mengatakan bahwa anak merupakan amanant dan tanggung
jawab ditangan orang tua, jiwanya yang suci dan murni merupakan
permata mahal dan bersahaja yang bebas dari ukiran siapa saja yang ia
cenderungkan kepadanya.30
Setelah kita mengetahui pengertian anak diatas maka penulis sedikit
menyimpulkan anak adalah makhluk yang diamanatkan oleh Allah SWT
kepada manusia atau orang tua untuk dapat dibimbing menjadi manusia
seutuhnya sebab jiwa dan jasmani anak belum penuh berdiri dengan
kokoh, karena ia masih dalam perkembangan dan pertumbuhan.
b. Definisi Yatim
Secara umum yatim terbagi menjadi dua yaitu:
a. Yatim adalah anak yang ditinggal wafat bapaknya, sedangkan ia
belum berusia baligh.
30 Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 1985), Cet-Ke-3,h.19.
b. Piatu adalah anak yang ditinggal ibunya sedangkan ia belum
berusia baligh.31
Untuk lebih jelasnya kata yatim berasal dari bahasa Arab, yaitu dari
kata:
Dimana artinya: telah menyendiri, sedang يتم- يتيم – يتما –يتما
menyendiri, menyendiri.
Sedangkan pada kamus Al-Munjib yatim adalah:
جالالر يبلغ ولم اباه فقفد من
Artinya: adalah ” Anak yang kehilangan ayahnya sedangkan ia belum sampai pada batas orang dewasa ”.32
Adapun pengertian yatim menurut istilah adalah tidak berbapak atau
tidak beribu, atau tidak beribu bapak, tetapi sebagian orang memakai kata
yatim untuk anak yang bapaknya meninggal dunia.33 Kemudian dipertegas
lagi oleh Hasan Shadaly bahwa yatim adalah anak yang belum dewasa dan
yang tidak berbapak lagi. 34
Sedangkan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, makna yatim
adalah anak yang tidak beribu atau tidak berbapak, sebagian orang
memakai kata yatim untuk anak yang bapaknya meninggal. Sedangkan
piatu adalah anak yang tidak yatim saja, juga tidak ada yang
memeliharanya.35
31 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN.
Balai Pustaka, 1985), 1153. 32 Luis al_Ma’luf, Al-Munjid Fill Lughat Wal-A’lam, (Jakarta: Moderen English,
1991), h.1727. 33 Petersalin dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta:
Moderen English, 1991),h.1727. 34 Hasan Shadaly, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ikhtisar Baru Van Hoeve,
1984), Jilid 7,h. 3977. 35 W.J.S.Poerwadarminta, Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia, Loc.Cit.,h.1152
Para ahli dan ulama berbeda pendapat tentang pengertian yatim piatu
diantaranya sebagai berikut:
a) Hasan Ayub mengatakan bahwa: ”anak yatim adalah anak yang telah
ditinggalkan ayah dan ibunya sebelum mencapai kedewasaanya, dan
jika sudah dewasa maka tidak disebut yatim piatu”.36
b) Sri Suhadjadi mengatakan bahwa: ”yatim piatu adalah anak yang
ditinggal mati ayah dan ibunya”.37
c) H. Ahmad Zurzani Djunaedi mengatakan bahwa: ”anak yatim adalah
seorang anak yang masih kecil, lemah dan belum mampu berdiri
sendiri yang ditinggalkan oleh orang tua mereka yang menanggung
biaya penghidupannya”.38
d) Rudi Setiadi mengatakan bahwa: ”anak yatim adalah anak yang
ditinggal mati ayah dan ibunya selagi belum mencapai umur baligh”.
39 e) Drs. Moh. Ngajean berpendapat bahwa: ”yatim adalah yang ayahnya
sudah meninggal ketika ia masih kecil. Piatu adalah anak yang tidak
beribu”.40
f) Syeikh Othman Bin Syeikh Salim, B.A. mengemukakan bahwa:
”yatim adalah anak yang kematian kedua orang tuanya, sedang piatu
adalah tidak beribu tidak berbapak, atau tiada sanak saudara”.41
36 Hasan Ayub, Etika Islam: Menurut Islam yang Hakiki, (Bandung: Trigenda
Karya, 1994). Cet-Ke-1,h.362. 37 Sri Sudjadi Sukri, “ Menyantuni Anak Yatim Psikologis” Dalam Suara Merdeka,
21 November 2003,h.1. 38 Ahmad Zurzani Djunaedi dan Ismail Maulan Syarif, Sepuluh Inti Perintah
Allah, (Jakarta: PT. Fikhati Aneska, 1991), Cet-Ke-3,h.19. 39 Rudi Setiadi, “Menyantuni Anak Yatim“, Dalam Renungan Jum’at, 10
Desember 2004,h.1992), Cet-Ke-3,h.1. 40 Mohammad Ngajean, Kamus Etimologi Bahasa Indonesia, (Semarang: Dahara
Prize, 1992), Cet. Ke-3,h.139.
Dengan demikian, anak yatim adalah anak yang ditinggal wafat
ayahnya sedangkan ia masih berada dalam usia baligh dan belum dapat
mengurus dirinya dengan baik. Dalam ajaran islam, baligh adalah batas
usia dari masa anak-anak kepada masa dewasa. Untuk dapat mengetahui
tanda baligh dan batas umur seorang anak yang disebut yatim adalah
sebagai berikut:
1) Telah berumur 15 tahun
2) Telah keluar mani
3) Telah haid bagi anak perempuan 42
Pandangan Islam Tentang Anak Yatim Anak yatim adalah anak yang patut diperhatikan dan disayangi,
terutama mereka yang keluarganya kurang mampu, sebab mereka telah
kehilangan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya yang telah
meninggal. Selain itu, mereka membutuhkan bimbingan dan pengawasan
untuk kemajuan bagi masa depannya. Karena kedudukan anak yatim
mendapatkan tempat yang sangat istimewa di dalam ajaran agama Islam,
ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadits-hadits Nabi Muhammad SAW.
Banyak yang menyinggung dan mencontohkan tentang bagaimana cara
memperlakukan dan menyantuni anak yatim. Memperlakukan dan
menyantuninya akan mendapatkan pahala yang sangat besar.
Menurut Prof. Dr. Mutawali As-Sya’rowi dalam bukunya yang
berjudul “Dosa-Dosa Besar” mengemukakan bahwa anak yatim adalah
41 Md. Nor. Bin Hj. Ab. Ghani, B.A., Kamus Dewan Edisi Baru, (Slangor Darul Ehsan: Dewan Bahasa dan pustaka Lot 1037, 1991), Cet. Ke-1. 1469.
42 Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Batu Al-Gensindo, 1994), Cet. Ke-27,h.316.
individu yang kehilangan keluarganya dan oleh karena itu dikatakan
sebagai “Durratun Yatiimah”, yang artinya seseorang yang sendirian.
Dengan demikian, anak yatim merupakan simbol dari kelemahan dalam
kehidupan manusia yang perlu mendapatkan pertolongan. Maka dari itu,
kita harus menyayangi mereka, harus memperhatikan dan menyayangi
anak yatim karena mereka merupakan titipan kepada umat yang harus
diberikan santunan, diurus, dan dididik dengan baik, sehingga mereka
dapat merasakan yang sama sewaktu orang tua mereka masih ada.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW :
“Orang yang paling baik kepada anak yatim laki-laki atau
perempuan, maka saya dengan orang itu dikemudian hari dalam syurga
seperti ini (seperti jari telunjuk dan jari tengah)”. (H.R. Hakim dari
Anas)43
Dari hadits di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa agama Islam
begitu besar perhatiannya terhadap anak-anak yatim, sehingga Nabi
Muhammad SAW sendiri menyatakan bahwa orang yang menyantuni dan
melindungi anak-anak yatim mereka akan masuk syurga bersama beliau,
dan kedekatannya bagaikan jari telunjuk dan jari tengah. Artinya tidak
akan terpisahkan. Jadi, demikian besar penghargaan Nabi terhadap mereka
yang menyantuninya.
Permasalahan ekonomi adalah salah satu faktor yang akan
mempengaruhi kehidupan bagi anak-anak yatim di dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari di samping faktor-faktor yang lain yang
43 As-Sayyid Ahad Al-Hasyimiy, Terjemahan Mukhtarul Hadits, Hikamil
Muhammadiyah. (Bandung: Alma’arif,1996) Cet. Ke-6, h 734
dapat mempengaruhinya. Oleh karena itu, Al-Qur’an sangat mengecam
keras orang yang berusaha untuk menghabiskan harta anak yatim.
Sebagaimana dijelaskan dalam surat An-Nisaa ayat 2 :
☺
⌧ ⌧ Artinya : “Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah baligh)
harta mereka, jangan kamu, menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu adalah dosa yang besar” (Q.S. An-Nisaa : 2)44
Kutipan ayat di atas menunjukkan betapa besar perhatian Allah SWT
kepada anak yatim dan tentunya merupakan tuntunan yang harus dipatuhi
oleh umat manusia. Betapa pun beratnya menyantuni dan menyayangi
anak yatim, tetapi lebih berat lagi bahaya yang ditimbulkan akibat
membiarkannya hidup terlantar tanpa ada seorang pun yang
mempedulikannya. Maka dari itu kita harus bertanggung jawab untuk
menyantuni, menyayangi, mengasihi, dan lebih tepatnya lagi sebagai
pengganti orang tua mereka yang telah tiada. Karena menyantuni anak
yatim identik dengan membangun masa depan bangsa secara nyata, yaitu
dengan menanamkan harapan pada anak yatim di masa kini agar dapat
menuai masa depan mereka yang cerah. Selain itu, pemerintah pun harus
bertanggung jawab terhadap nasib-nasib mereka karena bagaimanapun
pemerintah adalah bagian yang tak dapat dipisahkan dari anggota
44 Al Qur’an dan terjemahannya, h.2.
masyarakat di suatu Negara. Sebagaimana yang tertera dalam UUD 1945
yang berbunyi : “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
Negara”.45
a. Pola Pemeliharaan Anak Yatim
Adapun beberapa hal yang pokok dalam memelihara anak yatim
yang penulis dapat kemukakan di antaranya adalah: Menjamin makan dan
minum
Makan dan minum adalah kebutuhan pokok bagi kehidupan
manusia. Dalam hadits Nabi Muhammad SAW dijelaskan mengenai
balasan bagi orang yang memberi makan dan minum bagi anak yatim,
yaitu :
“Apakah engkau menyukai supaya hatimu lunak dan engkau memperoleh keinginan. Kalau begitu, kasihilah anak-anak yatim dan usaplah kepalanya dan beri makanlah daripada makananmu, nanti hatimu akan lunak dan engkau akan mencapai kehendakmu.” (H.R. Thabrani dari Abi Darada).46
Hadits di atas menjelaskan bahwa orang yang berbuat baik kepada
anak-anak yatim, dikasihinya, diusap kepalanya dengan maksud disantuni,
diberi makan danminum, pakaian, nanti hati orang tersebut menjadi lunak,
mau menerima nasehat, dan apa-apa yang dicita-citakannya Insya Allah
tercapai. Demikian janji Allah terhadap orang yang mengasihi anak yatim.
1. Memelihara Hartanya
Adakalanya anak yatim yang ditinggal wafat bapaknya
meninggalkan harta warisan untuk anak tersebut, baik harta itu banyak
atau sedikit, haruslah dijaga dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
45 UUD 1945, Pasal 34 ayat 2 46 Assyid Ahmad Al-Hasimiy, Op. Cit h 52
hidupnya. Hal ini, bila anak yatim tersebut masih kecil atau dewasa tapi
belum dapat mengurus hartanya sendiri sedangkan orang yang mengurus
hartanya bias mempergunakannya dengan maksud yang baik atau wajar.
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an :
Artinya : “Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan maksud yang baik”.(Al-An’Aam: 152)47
2. Memberi Kasih Sayang
Sebagaimana kita ketahui, anak yatim adalah anak yang
kehilangan kasih sayang dari orang tuanya karena meninggal dunia. Oleh
karena itu patutlah kita sayangi seperti anak kita sendiri, sebagai pengganti
orang tua mereka yang telah tiada. Hal ini diperlukan agar mereka tidak
merasa rendah diri dan putus asa dalam hidupnya.
3. Memberikan Pendidikan
Selain memberikan kasih sayang dan memberikan nafkah kepada
anak yatim, kita juga wajib memberikan pendidikan kepada mereka yang
berorientasi pada agama dan akhlak, di antaranya adalah mengajarkan tata
cara shalat kepada mereka, dan lain-lain. Ini merupakan salah satu
program utama yang dilaksanakan Yayasan Yatim Piatu / Pondok
Pesantren Al-Mukhlishin.
Melihat sekarang ini, pola pemberdayaan anak yatim terbagi dua,
yaitu :
47 Al Qur’an dan terjemahannya, h 214
(1) Model Panti
Pemeliharaan anak yatim model panti adalah anak yatim yang
dipelihara di tempat yang khusus seperti yayasan panti asuhan
yang menjamin kebutuhan anak yatim secara menyeluruh, mulai
dari tempat tinggalnya, makan dan minumnya, pakaian sampai
pendidikannya.
(2) Model Non panti
Pemeliharaan anak yatim model non panti ini hanya sekedar
membantu anak yatim dan tidak menyediakan sarana khusus atau
tempat tinggal, seperti santunan berupa uang, beasiswa, pakaian,
makanan pada peringatan hari-hari besar Islam atau mengajak
mereka ke tempat rekreasi dan tempat-tempat bersejarah.
Dalam hal ini pemberdayaan anak yatim piatu yang dilaksanakan
Yayasan Yatim Piatu / Pondok Pesantren Al-Mukhlishin sebagian
menggunakan model panti yaitu bagi anak yatim piatu yang
mukim/mondok. Dan sebagian lagi menggunakan model non panti bagi
mereka yang tidak mukim/tidak mondok di Yayasan Yatim Piatu / Pondok
Pesantren Al-Mukhlishin.
2. Dhua’fa
a. Definisi Dhua’fa
Dhua’fa merupakan bentuk jamak dari kata “dhaif” dari akar kata
“dha’ufa-yadh’ufu-dha’fan”. Dalam kamus bahasa Arab kata dhaif sering
kali berartikan dengan (lemah, hina, bertambah atau berlipat ganda).
Dari segi kata dha’if mempunyai dua arti pertama berarti lemah
kedua berarti berlipat ganda seperti contoh ayat yang mengandung arti
bertambah atau berlipat ganda yaitu dalam surat An-Nisaa ayat 28, yaitu :
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia
dijadikan bersifat lemah”. Surat Al-Ahzab ayat 30 :
⌧
⌧ ⌧ ⌧
“Hai isteri-isteri Nabi, siapa-siapa di antaramu yang mengerjakan
perbuatan keji yang nyata, niscaya akan dilipat gandakan siksaan kepada mereka dua kali lipat. Dan adalah yang demikian itu mudah bagi Allah”.
Bentuk jamak dari kata dhua’fa adalah dhiafun yang digunakan
dalam Al’Quran, seperti dalam surat An-Nisaa ayat 9 :
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.
Berdasarkan beberapa ayat di atas dan makna yang tersirat di
dalamnya dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan dhua’afa
adalah orang yang lemah atau tertindas baik lemah sebab dirinya sendiri
atau dari luar.
b. Ruang Lingkupan Kaum Dhu’afa
Timbulnya komunitas dhu’afa bukan timbul sendirinya dengan
fenomena ini merupakn pengejawaan dari sunnatullah, layaknya
sunatullah seperti adanya siang dan malam seperti dalam firman Allah
SWT dalam surat Al-Baqoroh ayat :164 :
☺
☺ ⌧
☺
⌧
☺ ☺
“Sesungguhnya dalam openciptaan lagit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di bawah laut membawa apa yang berguna bagi manusia,dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air. Lalu dengan air itu dia hidupkan bumi yang sudah mati (kering)-Nya dan Dia sebarkan itu di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang di kendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”.
Kondisinya ini yang kerap mendapatkan perlakukan tak layak di
kalang masyarakat bukanlah suatu yang hina dan ajang berputus asa
karena boleh jadi yang kita benci sekarang akan membawa ke bahagiaan.
Al-Qur’an ketika menyinggung masalah ini menyebutkan beberapa
kelompok yang tergolong orang-orang yang lemah atau dhu’afa, yaitu :
a. Orang Kafir ( Surat Al-Qoshas ayat 24, surat Al-Baqoroh ayat 273 )
b. Orang Miskin ( Surat Al-Baqoroh ayat 83 )
c. Anak Yatim ( Surat An-Nisaa ayat 2 )
d. Ibnu Sabil ( Surat At-Taubah ayat 60 )
e. Kaum Manula ( Surat Ar-Rum ayat 54 )
f. Tawanan perang ( Surat An-Nisaa ayat 61 )
g. Kaum Cacat ( Surat An-Nur ayat 61 )
h. Al-Gharim/orang-orang yang berhutang ( Surat Al-Baqoroh ayat 61 )
i. Al-Abdu wa Al-Riqad hamba sahaya dan budak ( Surat An-Nisaa ayat
92 )
Pada dasarnya setiap individu yang lahir ke dunia tidak ingin tidak
mau di lahirkan dalam keadaan miskin atau lemah maupun keduanya akan
melalui seretan sebab musabab.
Secara garis besar faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kemiskinan dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
a. Faktor internal manusia, yaitu faktor yang muncul dari manusia itu
sendiri, seperti : sifat malas, kurang disiplin, lemah etos kerja dan lain-
lain.
b. Faktor non-individu, yaitu kemiskinan dari faktor luar individu seperti
penyelenggaraan pemerintah yang korup dan sejenisnya atau sistem
ekonomi yang otoriter yang hanya menguntungkan pemilik modal
saja.
c. Faktor visi teologi atau refresif, faktor ini terlihat berkembang luas di
tengah masyarakat yang beragama yaitu adanya kecenderungan umat
beragama memperlakukan kemiskinan sebagai suratan takdir dari
Tuhan48.
Harus dipahami bahwa kaum Dhu’afa bukanlah orang-orang
diciptakan untuk menderita. Tetapi Allah SWT menciptakan manusia
untuk menjadi khalifah dimuka bumi ini untuk mewujudkan
kesejahteraan. Derita kaum dhu’afa beraneka ragam bentuk dan coraknya
mulai yang ringan sampai yang berat. Namun sekurang-kurangnya
penderitaan mereka menyangkut beberapa hal, yaitu :
1. Kelaparan akibat tingkat ekonomi yang lemah
2. Kekurangan akibat berbagai kesulitan dan kurang pangan
3. Kebodohan karena tidak mendapat pendidikan yang cukup
4. Keterbelakangan karena lemahnya posisi mereka di masyarakat 49
c.Langkah-Langkah Membantu Pengembangan Kaum Dhu’afa
Kaum dhu’afa adalah orang yang benar-benar dalam keadaan lemah,
menderita sengsara tak berdaya bahkan tertindas, mereka yang lemah
dalam ekonomi, sosial, politik, hukum, pendidikan, kebudayaan bahkan
agama. Akibatnya mereka mudah didzolimi, diperdaya, dieksploitasi dan
diperlakukan sewenang-wenang.
Mereka membutuhkan bantuan, perhatian, pertolongan, perlindungan
dan pembelaan. Prinsip-prinsip yang diperlukan dalam mencegah dalam
masalah dan membantu kaum dhu’afa agar kehidupan mereka tidak lemah,
48 Syahri Harahap, Islam: Konsep dan Implementasi Pemberdayaan (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1999, h 86
49 Ibid
sengsara dan menderita. Secara global Islam mengajarkan cara
memberikan bantuan antara lain: memberikan pendidikan, bantuan sosial,
memberikan perlindungan pemberdayaan dan jaminan sosial.
a. Memberikan Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi manusia demikian
juga bagi kaum dhu’afa untuk menanggulangi kebodohan dan
keterbelakangan mereka. Mengenai kewajiban menuntut ilmu yaitu dalam
Surat At-Taubah ayat 122 :
⌧ ☺
⌧ ⌧ ⌧
⌧ “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi
semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka ke beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepada-Nya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.
Al-Qur’an telah menjelaskan kewajiban orang-orang yang memiliki
kelebihan dan kelapangan harta untuk memberikan pendidikan termasuk
kepada kaum dhu’afa.
b. Bantuan Sosial
Bantuan sosial ini merupakan salah satu aktifitas yang kongkrit dan riil
dalam masyarakat, bangsa dan Negara. Bantuan sosial ini dapat dilakukan
perorangan, kelompok atau Negara untuk membantu meringankan beban
hidup kaum dhu’afa. Bantuan sosial bagi kaum dhu’afa dapat berupa
pemberian harta, makanan, obat-obatan, pakaian dan lain-lain sesuai
dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Ma’arij ayat 24-25 :
☺
“Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)”. c. Jaminan Sosial
Jaminan sosial merupakan salah satu cara mengurangi kemiskinan
kaum dhu’afa yang telah direalisasikan sejak zaman Rasulullah yaitu
ketika seorang janda datang kepada beliau mengadukan keyatiman anak-
anaknya memberikan jaminan sosial, sebagaimana pernyataan beliau
berikut “Tanggungan keluarga yang engkau takutkan atas diri mereka itu,
padahal akulah penanggung jawab mereka di dunia dan akhirat”.50
Ahmad Zaki Yamani mantan menteri keminyakan Kerajaan Arab
Saudi mengemukakan pendapat mengenai jaminan sosial dalam Islam, ia
menyatakan bahwa langkah pertama yang mengarah kepada jaminan
sosial dalam Islam tertitik tolak dari atas wajib dan larangan atas
pengangguran meminta-minta, kecuali bagi kaum lemah, orang yang
membutuhkan dan tidak memiliki jalan untuk berusaha.51
Adapun dana yang digunakan untuk memberikan jaminan sosial
berasal dari sumber-sumber yang digariskan dari Allah SWT dan
Rasululloh SAW, serta kebijakan-kebijakan pemerintah yang diambil dan
50 Yamani, Ahmad Zaki, Syariat Islam Kekal Dan Persoalan Masa Kini (Jakarta:
Lembaga Studi Ilmu-ilmu Kemasyarakatan, 1978) h. 77 51 Ibid, h.73.
tidak memberatkan seperti: zakat, infak, shadaqah, ritaz, washiyah dan
lain-lain.
d. Perlindungan
Bantuan perlindungan yang diperlukan oleh kaum dhu’afa adalah
bantuan dalam bentuk perlindungan jiwa, harta, harga diri, hal-hal dan
masa depan. Jiwa mereka perlu mendapat perlindungan adalah tidak ada
orang lain yang melakukan tindakan-tindakan yang mengakibatkan diri
mereka terganggu dan menjadi korban. Seperti dalam firman Allah SWT
dalam Surat Adh-Dhuha ayat 9-10 :
⌧
⌧ “Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku
sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang minta-minta maka janganlah kamu menghardiknya”.
Hak-hak kaum dhu’afa juga perlu mendapat perlindungan. Jika hak-
hak mereka tidak mendapat perlindungan maka dikhawatirkan akan
dirampas oleh orang lain yang bukan haknya, padahal Allah SWT telah
mengingatkan dalam surat Ar-Ruum ayat 38 :
☺
☺
“Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah dan mereka itulah orang-orang beruntung”.
e. Pemberdayaan
Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa Inggris
yaitu: empowerment, yang berasal dari kata “power” yang berarti
kemampuan berbuat, mencapai melakukan atau memungkinkan. Awalan
“em” berasal dari bahasa latin yunani yang berarti di dalamnya. Karena itu
pemberdayaan berarti kekuatan dalam diri manusia.52
Bantuan pemberdayaan perlu diberikan bagi kaum dhu’afa agar
mereka dapat keluar dari masalah kehidupan yang mereka hadapi. Ada
beberapa manfaat yang akan mereka peroleh, yaitu :
1) Menjadikan mereka hidup mandiri, sehingga tidak tergantung
kepada orang lain dan belas kasih orang lain. Dengan kemandirian
mereka dapat mengatasi masalahnya sendiri.
2) Mengurangi bahkan jika menghilangkan kelemahan, penderitaan,
kesengsaraan, ketidakberdayaan dan keterbatasan mereka.
3) Agar mereka menjadi orang yang berguna dan manfaat bagi orang
lain bahkan mereka dapat memberikan bantuan kepada yang
membutuhkan.53
Oleh karena itu, pemberdayaan kaum dhu’afa perlu dilakukan dalam
bentuk kegiatan-kegiatan yang riil dan kongkrit sehingga dapat dirasakan
secara langsung. Bentuk-bentuk kegiatan yang kongkrit dan riil antara lain
sebagai berikut :
1) Membangkitkan harga diri mereka (Dhu’afa) yaitu dengan
mendekatkan diri dan pergaulan dengan mereka seperti
52 Lili Bariadi, et all, Zakat Dan Wirausaha (Jakarta: CV. Pustaka Amri, 2005) h.
53 53 M. K. Muhsin, Menyayangi Dhuafa (Jakarta: Gema Insani Press, 2004) h. 146
memberikan perhatian, pujian, kegembiraan, do’a, kasih sayang
dan lain-lain.
2) Memberikan motivasi. Motivasi diberikan kepada kaum dhu’afa
untuk memancing dan memacu untuk berusaha dan bekerja seperti
mereka yang kelaparan, sengsara, kesulitan, sakit agar diberikan
motivasi agar meminta pertolongan dengan sabar dan shalat serta
do’a kepada Allah SWT.
3) Memberikan pekerjaan agar kaum dhu’afa keluar dari masalah
yang dihadapi terutama kemiskinan, kesulitan dan kelaparan tidak
cukup dengan memberikan motivasi tetapi juga memberikan
pekerjaan sesuai dengan kemampuan mereka dan pengetahuan
yang mereka miliki.
C. Pelayanan Sosial dan Panti Asuhan
1. Pelayanan Sosial
a) Definisi Pelayanan Sosial
Pelayanan adalah ”Usaha pemberian bantuan / pertolongan kepada
orang lain, baik berupa materi maupun non-materi agar orang itu dapat
mengatasi masalahnya sendiri.54
The Social Work Dictionary, (1999), kamus tersebut menyebutkan
sebagai berikut: ”Pelayanan Sosial merupakan aktivitas pekerja sosial dan
profesi lain dalam rangka membantu orang agar berkecukupan, mencegah
54 Depertemen Sosial Republik Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesejahteraan Sosial, Istilah Usaha Kesejahteraan Sosia, (Jakarta: 1997),h.119.
ketergantungan, memperkuat relasi keluarga, memperbaiki keberfungsian
sosial individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.55
Sedangkan Alfred J. Kahn dala bukunya memberikan pengertian
Pelayanan sosial sebagai berikut: ”Pelayanan sosial terdiri dari program-
program yang diadakan tanpa mempertimbangkan kriteria pasar untuk
menjamin suatu tingkatan dasar dalam penyedian fasilitas pemenuhan
kebutuhan akan kesehatan pendidikan, dan kesejahteraan, untuk
melaksanakan
b) Jenis-jenis Pelayanan Sosial
Secara empirtik lembaga pelayanan sosial sebagai salah satu wujud
organisasi pelayanan manusia (Human Service Organization), mempunyai
berbagai jenis pelayanan sosial yang diberikan kepada anak asuh. Jenis-
jenis pelayanan sosial tersebut antara lain adalah:
1) Pelayanan Pengasramaan yaitu: pelayanan pemberian tempat tinggal
sementara anak asuh. Dengan pelayanan ini anak asuh sudah dapat
menginap, tidur dan menyimpan miliknya.
2) Pelayanan Permakanan yaitu: pelayanan pemberian makan dan
minum berdasarkan menu yang telah ditetapkan agar tingkat gizi
anak asuh terjamin kualitasnya.
3) Pelayanan Konsultasi yaitu: pelayanan bimbingan untuk
meningkatkan kemauan dan kemampuan berinteraksi dengan orang
lain, menjalankan peranan sosial, memenuhi kebutuhan dan
memecahkan masalah.
55 Dwi Heri Sukoco, Kemitraan Dalam Pelayanan Sosial, (Jakarta: Badan
Pelatihan dan Pengembangan Sosial, Departemen Sosial Republik Indonesia),h.102.
4) Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan yaitu: pelayanan pengontrolan
dan pengecekan kesahatan anak asuh tenaga medis, agar diketahui
tingkat kesehatan anak asuh.
5) Pelayanan Pendidikan yaitu: pelayanan pemberian kesempatan
kepada anak asuh untuk mengikuti pendidikan formal.
6) Pelayanan Keterampilan yaitu: pelayanan bimbingan keterampilan
kerja, seperti: pertukangan, perbengkelan, sablon, menjahit kerajinan
tangan, perbaikan jam, TV, computer, dan sebagainya.
7) Pelayanan Keagamaan yaitu: pelayanan bimbingan mental, spritual
dengan menjalankan aktivitas agama masing-masing anak asuh dan
mengikuti ceramah-ceramah keagamaan.
8) Pelayanan Hiburan & rekreasi yaitu: pelayanan yang ditujukan untuk
memberikan rasa gembira, dan senang melauli permainan, musik,
media, entertaiment, dan kunjugan ke suatu tempat.
9) Pelayanan Transportasi yaitu: pelayanan untuk mempercepat daya
jangkau anak asuh baik ke keluarga, pusat-pusat pelayaan atau lokasi
rekreasi.56
Tidak semua lembaga pelayanan sosial memberikan semua jenis
pelayanan diatas kepada anak asuhnya. Kesadaran dan keterbatasan
sumber daya yang dimiliki hasrat untuk memberikan pelayanan yang
optimal, maka banyak lembaga-lembaga sosial melakukan kemitraan
sebagai pelibatan dua lembaga atau lebih dalam suatu pekerjaan untuk
mencapai minat dan tujuan bersama (Involes Two or More Parties
56 Sukoco, Kemitraan Dalam Pelayanan Sosial, h.106-107.
Working to Achieve Common Interest and Goals)57 dengan pihak lain,
baik sesama lembaga pelayanan sosial maupun lembaga lainnya.
2. Panti Asuhan
a) Definisi Panti Asuhan
Panti secara etismologi berarti rumah, tempat (kediaman), sedangkan
asuhan berarti bimbingan atau didikan, jadi panti asuhan tempat / rumah
untuk membimbing. Sedangkan panti asuhan secara terminologi adalah
rumah tempat mengasuh, membimbing, merawat anak yatim, piatu, yatim
piatu dan sebagainya.58
Secara konseptual dapat dikatakan bahwa Panti Asuhan adalah suatu
lembaga yang memberikan pelayanan sosial kepada anak-anak terlantar
(yatim dan dhu’afa), memberikan pelayanan pengganti perwakilan anak-
anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial pada anak asuh,
sehingga anak asuh mendapat kesempatan yang luas dan memadai bagi
perkembangan kepribadian sesuai dengan yang diharapkan sebagian dari
penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang aktif dalam pembangunan
sosialnya.59
Dalam kamus bahasa Indonesia ”panti” berarti tempat kediaman dan
”asuhan” berasal dari kata ”asuh” yang berarti menjaga, merawat dan
mendidik anak kecil, sedangkan asuhan berarti bimbingan atau didikan.60
57 Ibid,h.107. 58 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Putaka, 1996), Cet.Ke-7ed2,h.727. 59 Depsos RI. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penyantunan dan Pengentasan Anak
Terlantar Melalui Panti Asuhan Anak, (Jakarta: Binkesos, 1989), h.3.. 60 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-1, h.54.
Dari pengertian panti asuhan diatas terlihat bahwa panti asuhan
merupakan salah satu bentuk panti sosial sebagai tempat yang
menyelenggarakan bimbingan, usaha kesejahteraan sosial bagi anak
terlantar (yatim dan dhu’afa) guna memperoleh kesempatan yang sama
dengan yang lainnya bagi perkembangan sebagai bagian generasi bangsa
ke arah pemebangunan.
Panti asuhan adalah sebagai salah satu sarana yang sangat efektif
dalam menjawab permasalahan yang terjadi dalam proses program
pelayanan sosial, karena melalui pelayanan sosial yang ada di Panti
Asuhan juga dapat mengetahui bagaimanan proeses pelayanan sosial yang
dapat berguna buat anak-anak yang ada di panti.
Panti asuhan sebagai tempat tinggal bagi anak-anak kurang mampu
dan terlantar serta yatim piatu sebagai tempat bimbingan. Panti asuhan
juga bergerak dalam pembinaan dan melahirkan sumber daya manusia
yang baik dan berkualitas dengan sifat-sifat pelayanan yang ada di Panti
Asuhan.
Jadi bisa dikatakan panti asuhan merupakan lembaga sosial bukan
komersial yang membantu memberikan pelayanan kesejahteraan sosial
bagi anak yang terlantar dalam memenuhi kebutuhan, membimbing
mental, fisik dan sosial bagi anak asuh.
Anak terlantar yaitu anak yang kebutuhan fisik, mental dan sosialnya
kurang dapat terpenuhi dengan baik oleh keluarga. Anak tersebut dapat
terpenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosialnya dan ia tumbuh dan
berkembang dengan baik melalui panti asuhan.
b) Sifat-sifat Pelayanan Panti Asuhan
Adapun sifat-sifat pelayan panti asuhan adalah:
1) Bersifat Preventif yaitu: bahwa panti asuhan berusaha memberikan
tindakan preventif atau pencegahan berbagai masalah yang ada pada
anak sehingga masalah tersebut tidak menambah persoalan baru bagi
lingkungan anak.
2) Bersifat Kuratif dan Rehabilitatif yaitu: bahwa panti asuhan
mengusahakan penyembuhan dan pemecahan masalah yang dialami
oleh anak asuh, dengan mengikuti sertakan anak asuh dalam
pemecahan masalah tersebut.
3) Bersifat Suportif yaitu: panti asuhan berusaha memperkuat karakter
anak, membantu vitalitas keluarga untuk mengurus anaknya sehingga
dapat meningkatkan pelayanannya.
4) Bersifat Promotif yaitu: bahwa panti asuhan mengusahakan kegiatan-
kegiatan yang dapat membantu dan mengembangkan anak-anak
menjadi kepribadian yang mantap, setia dengan nilai-nilai agama dan
pancasila.
5) Bersifat Development yaitu: panti asuhan mengembangkan atau
menggali sumber-sumber yang baik di dalam maupun di luar panti
asuhan semaksimal mungkin dalam jangka yang lebih luas yakni,
pembangunan kesejahteraan anak.61
Dengan melihat sifat-sifat pelayanan panti asuhan maka kiranya
dapat dikatakan bahwa kehadiran panti asuhan sangat dibutuhkan di dalam
61 Ibid.
masyarakat khususnya bagi masyarakat kurang mampu dan bagi anak-
anak terlantar lainnya.
Selain panti asuhan sebagai tempat tinggal bagi anak-anak kurang
mampu dan terlantar serta yatim piatu sebagai tempat bimbingan. Panti
asuhan juga bergerak dalam pembinaan dan melahirkan sumber daya
manusia yang baik dan berkualits dengan sifat-sifat pelayanan yang ada
pada panti asuhan.
Kehadiran panti asuhan akan membantu dan menyelesaikan
masalah-masalah yang mereka hadapi daam kehidupan ini sehingga
mereka dapat kembali menjalani hidup yang tidak dibedakan dengan anak-
anak yang taraf ekonominya lebih baik.
c). Fungsi Panti Asuhan
Adapun fungsi panti asuhann itu dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu:
1. Fungsi Panti Asuhan Sebagai Pengganti Fungsi Keluarga
Dalam UU No.4? 1979 disebutkan bahwa anak yang terlantar karena
suatu sebab orang tuanya melalaikan kewajibannya sehingga kebutuhan
anak tidak terpenuhi dengan wajar baik secara rohani, jasmani, maupun
sosial. Dan kondisi itulah diperlukan insitusi yang dapat mengaanti orang
tua / keluarga sehingga anak diharapkan dapat berkembang secara wajar.
Insitusi ini disebut dengan panti asuhan.62
Anak sebagai bagian dari keluarga yang di harapkan agar seluruh
kebutuhan baik fisik, mental maupun sosial termasuk pendidikan
62 Hasbullah, Praktek Pengasuhan Anak di Panti Sosial Anak. Kajian Pada Beberapa Panti Sosial Asuhan Anak di Kalimantan Selatan, Tesis Sarjana (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1997),h.19-20.
terpenuhi dengan baik akan tetapi dengan keterbatasan orang tua misalnya
faktor ketidakmampuan ekonomi, kecekcokan, perceraian rumah tangga
dan sebagainya sehingga perkembangan anak menjadi terhambat.
2. Fungsi Panti Asuhan sebagai Kesejahteraan Sosial Anak
Melaksanakan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak atas dasar
pendekatan pekerjaan sosial. Atas dasar ini, maka fungsi panti asuhan
adalah:
a).Mengembangkan yang menitik beratkan pada keefektifan
pelaksanaan peranan panti asuhan, tanggung jawab kepada anak
asuh dan orang lain. Fungsi menitik beratkan pada pengembanagn
fungsi potensi dan kemampuan anak itu sendri.
b).Perlindungan yang ditujukan untuk mengembalikan da menanamkan
fungsi sosial anak dengan membentuk kelompok-kelompok antara
anak asuh dan lingkungan sekitranya.
d). Pelayanan Sosial di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya
Pelayanan sosial yang diberikan oleh panti asuhan islam ratna jaya
untuk anak-anak asuh mereka adalah:
1) Pelayanan Pengasramaan yaitu: pelayanan pemberian tempat
tinggal sementara anak asuh. Dengan pelayanan ini anak asuh
sudah dapat menginap, tidur dan menyimpan miliknya.
2) Pelayanan Permakanan yaitu: pelayanan pemberian makan dan
minum berdasarkan menu yang telah ditetapkan agar tingkat gizi
anak asuh terjamin kualitasnya.
3) Pelayanan Pendidikan yaitu: pelayanan pemberian kesempatan
kepada anak asuh untuk mengikuti pendidikan formal.
4) Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan yaitu: pelayanan pengontrolan
dan pengecekan kesehatan anak asuh tenaga medis, agar diketahui
tingkat kesehatan anak asuh.
5) Pelayanan Konsultasi yaitu: pelayanan bimbingan untuk
meningkatkan kemauan dan kemampuan berinteraksi dengan orang
lain, menjalankan peranan sosial, memenuhi kebutuhan dan
memecahkan masalah.
6) Pelayanan Keagamaan yaitu: pelayanan bimbingan mental, spritual
dengan mejalankan aktivitas agama masing-masing anak asuh dan
mengikuti ceramah-ceramah keagamaan.
7) Pelayanan Keterampilan yaitu: pelayanan bimbingan keterampilan
kerja, seperti: pertukangan, perbengkelan, sablon, menjahit
kerajinan tangan, perbaikan jam, TV, computer, dan sebagainya.
8) Pelayanan Hiburan & rekreasi yaitu: pelayanan yang ditujukan
untuk memberikan rasa gembira, dan senang melalui permainan,
musik, media, entertaiment, dan kunjungan ke suatu tempat.
9) Pelayanan Transportasi yaitu: pelayanan untuk mempercepat daya
jangkau anak asuh baik ke keluarga, pusat-pusat pelayanan atau
lokasi rekreasi.
BAB III
GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN ISLAM RATNA JAYA
A. Latar Belakang Berdirinya Panti
Panti Asuhan Islam Ratna Jaya didirikan pada tanggal 17 Juli 1997
berdiri di atas tanah Armahum Hashym suas 500 M². Ketika itu atas
prakarsa Ibu Ny.Ratna Maida Ning dan Drs.H.M Nadjmi Yaqin S.H, Panti
Asuhan Islam Ratna Jaya diresmikan oleh Kepala Dinas Sosial Kabupaten
Bekasi dengan menunjuk Ustad Zuhri.S.Ag selaku pimpinan dan pengasuh
panti ini dan Saryono S.Ag selaku wakil ketua dan Nur Baiti Elviana S.Ag
selaku bendahara. Panti Asuhan tersebut berlokasi di Jl. Pendidikan II
no.30 Kp. Siluman, Mangun Jaya, Tambun-Bekasi 17510.
Pada awalnya kami hanya tinggal menempati sebuah bangunan tua
bekas Yayasan Mastina milik Bu Ratna Maida Ning. Beliau pun
mempercayakan kami untuk menempati dan mempergunakan bangunan
yang sudah ada. Bangunan tersebut kami beri nama PANTI ASUHAN
ISLAM RATNA JAYA, sesuai dengan nama pemilik bangunan tersebut.
Saat itu, panti tersebut ditempati oleh 17 anak.
Tahun 1997-2000 merupakan tahun tersulit dalam sejarah
perkembangannya. Tahun krisis ekonomi yang melanda Negeri Indonesia
sangat dirasakan oleh Panti ini. Begitu sulitnya kadang anak-anak dan
pengurus hanya makan nasi dan garam. Ditambah lagi lokasi panti yang
jauh di perkampungan tepatnya di Kampung Siluman Mangun Jaya
Tambun Bekasi dan jarang dikenal orang menjadi semakin sempurna
penderitaan panti ini. Dapat dibayangkan dalam 2 tahun lebih tak satu pun
tamu datang ke Panti.
Pada saat itu, banyak kendala yang dialami kami diantaranya: hidup
yang masih serba kekurangan dan tempat yang masih belum layak untuk
ditempati karena bangunan tua tersebut belum direnovasi. Sulitnya
ekonomi, dikarenakan panti tersebut belum diketahui banyak orang, lokasi
jauh dan belum ada yang mempromosikan.
Alhamdulillah dengan niat yang tulus ikhlas untuk menegakkan
agama Allah. Ketabahan dan kesabaran dari pengurus Panti tak pernah
surut, do’a anak-anak panti terus bergemuruh menenmbus langit. Pada
tahun ketiga (tahun 200) datang wartawan RCTI meliput keadaan panti
untuk ditayangkan di Seputar Indonesia. Setelah ditayangkan barulah
orang mengenal Panti ini dan mulailah babak baru perkembangan panti
tersebut mulai dikenal banyak orang dan segala kekurangan bisa diatasi
sedikit demi sedikit. Sehingga sampai sekarang sudah 10 tahun jalan, kami
masih mengurus panti tersebut dengan jumlah 56 anak dan telah
meluluskan 30 anak.
Pada tanggal 5 april 2000 sejarah baru untuk mulai pembenahan
secara administratif. Hal ini dilakukan karena selama 3 tahun tak sehelai
kertas pun mendirikan Yayasan dengan nama Yayasan Pondok Pesantren
Yatim Piatu An-Nuriyyah dengan kantor sekretariat di Jl. Pendidikan No.
30 Kp. Siluman-Mangunjaya-Tambun 100 meter dari Panti Asuhan Islam
Ratna Jaya. Disinilah Yayasan An-Nuriyyah (Panti Asuhan khusus bagi
anak-anak terlantar penghafal Qur’an).
Pada tanggal 15 Februari 2007, kami membangun gedung B dengan
nama Yayasan Tahfidzul Qur’an An-Nuriyyah yang berorientasi
menjadikan generasi-genarasi Qur’ani. Yang menempati Yayasan ini usia
SMP ke bawah karena di usia-usia seperti itu, anak-anak mudah
menghafal al-qur’an.
B. Visi & Misi
1. Visi
Adapun visi Panti asuhan Islam Ratna Jaya adalah ”Dengan
menjadikan Panti Asuhan Yatim Piatu dan Dhua’fa sebagai tempat tinggal
mereka yang kurang mampu untuk mencetak generasi bangsa yang
berkualitas”.
2. Misi
Adapun misi dari Panti Asuhan Islam Ratna Jaya adalah:
a) Mencerdaskan kehidupan bangsa dengan melalui pendidikan
formal dan non-formal.
b) Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah dengan melalui dakwah,
ceramah dan pengajian-pengajian.
c) Menyelamatkan Aqidah Islamiyah dan masa depan anak-anak
terlantar dan putus sekolah sehingga dapat melanjutkan sekolah
yang lebih tingggi.
d) Mengembangkan dan meningkatkan mutu sumber daya manusia
melalui pelatihan skill dan wiraswasta sehingga mampu hidup
mandiri di tengah masyarakat.
e) Mengembangkan ekonomi kerakyatan di daerah terpencil
sekaligus merangsang masyarakat untuk berwiraswasta.
C. Tujuan Didirikannya Panti & Program Kerja Panti Asuhan Islam
Ratna Jaya
Panti Asuhan Islam Ratna Jaya didirikan dengan maksud dan tujuan
ingin berbuat sesuatu demi orang lain, yaitu keinginan untuk
meningkatkan derajat, harkat dan martabat yatim piatu dan dhuafa pada
umumnya serta mencerdaskan kehidupan bangsa.
Hal ini sejalan dengan usaha pemerintah dalam rangka usaha
mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan cara berlomba-lomba dalam
kebajikan. Panti Asuhan Islam Ratna Jaya juga bertujuan untuk
mengembangkan potensinya di bidang usaha yaitu: penyantunan anak
terlantar di dalam panti dan lanjut usia di luar panti, mengadakan
pendidikan diluar sekolah dan pemberdayaan masyarakat miskin. Maka
dengan adanya kegiatan dibidang usaha tersebut panti asuhan islam ratna
jaya diharapkan dapat membantu warga masyarakat di sekitar panti asuhan
dan anak yatim dan dhuafa.
Panti asuhan islam ratna jaya juga ikut berpatisipasi dalam
pembangunan khususnya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa yang
berdasarkan Pancasila. Dan UUD 1945, disamping karena dorongan rasa
keterharuan dan ingin menolong orang lain.
Pola kerja yayasan ini adalah merupakan hasil pemikiran masa kini
yang diambil berdasarkan pengalaman-pengalaman masa lalu yang
diarahkan pada cita-cita bangsa.
Program kerja Panti Asuhan Islam Ratna Jaya memerlukan penilaian
khusus sesuai dengan perkembangan politik, ekonomi, sosial budaya dan
perubahan-perubahan yang dihayati oleh generasi muda bangsa.
Program kerja Yayasan An-Nuriyyah atau Panti Asuhan Islam Ratna
Jaya pada garis besarnya didasarkan pada program kerja sebagaimana
tercantum dalam Akte Notaris Ny. H. Nazli Alida Lubis S.H nomor 8
tanggal 5 april 2000. Berdasarkan program kerja tersebut, maka Yayasan
Waqaf An-Nuriyyah akan melaksanakan serta membina dan
mengembangkan sekaligus menyelamatkan masa depan dan cita-cita
generasi penerus bangsa.
Dalam pembinaan jasmani dikembangkan sistem pemberdayaan
sumber daya manusia yang berkualitas, sedangkan dalam pembinaan
rohani mencakup jalur pendidikan dakwah serta bidang sosial, sehingga
hal tersebut akan muncul kader-kader pembangunan yang bermoral dan
berakhlak mulia, bermental kuat serta beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT. Dasar ini semata untuk melahirkan generasi muda harapan bangsa
yang dicita-citakan dan mampu membangun serta menciptakan lapanagan
pekerjaan.
Pokok Kebijaksanaan Yayasan An-Nuriyyah atau Panti Asuhan Islam
Ratna Jaya adalah sebagai berikut :
1) Merangsang masyarakat dan instansi Pemerintah maupun swasta untuk
menyediakan sarana pendidikan pondok pesantren, majlis ta’lim yang
cukup memadai di bawah naungan Yayasan An-Nuriyyah.
2) Merangsang masyarakat dan lembaga-lembaga pemerintah maupun
swasta untuk membentuk dan menyelenggarakan sarana sosial kepada
orang-orang du’afa dan terlantar.
3) Membentuk kader-kader bangsa yang berwawasan ilmu pengetahuan
dan teknologi dengan tetap berlandaskan Iman dan Taqwa kepada Allah
SWT.
Dalam melaksanakan program kerja yang akan dilaksanakan oleh
Yayasan agar tercipta suasana yang diinginkan maka akan dilaksanakan
tiga tahap program kerja.
a) PROGRAM KERJA JANGKA PENDEK (1997-2007), yaitu:
1) Mengadakan koordinasi dengan pengurus Yayasan An-Nuriyyah
untuk menyesuaikan tugas dan fungsinya masing-masing.
2) Mengadakan pembenahan administrasi Yayasan dan Lembaga yang
berada dibawah naungan Yayasan An-Nuriyyah.
3) Mengadakan hubungan kerja sama dengan pemerintah dan pihak
swasta dalam menunjang sarana dan prasarana Yayasan.
4) Mengadakan sarana ke sekretariatan pendidikan, pelatihan dan
wirausaha.
5) Membangun sarana ibadah yang layak.
6) Membangun tempat tinggal anak-anak panti yang layak huni.
b) PROGRAM KERJA JANGKA MENENGAH (2007-2017), yaitu:
1) Mengadakan atau membangun tambahan ruang belajar, sarana asrama
serta MCK siswa atau siswi atau anak asuh Yayasan.
2) Menambah atau memperluas lokasi Yayasan.
3) Membangun asrama Ustadz atau Ustadzah.
4) Membangun gudang koperasi, dan memperluas usaha ekonomi
Yayasan atau Panti.
c) PROGRAM KERJA JANGKA PANJANG, yaitu:
1) Membangun gedung sekolah tingkat SD, SLTP, dan SLTA Islam.
2) Membangun Mesjid khusus untuk belajar di lingkungan Yayasan.
3) Membangun auditorium, laboratorium, dan perpustakaan.
4) Membangun gedung kesehatan siswa dan masyarakat.
5) Mendirikan sekolah tinggi.
6) Mengembangkan usaha ekonomi pada setiap link yayasan baik
warung, swalayan dengan pola koperasi.
D. Struktur Pengurus Panti Asuhan Islam Ratna Jaya 63
1) Ketua Panti Asuhan Islam Ratna Jaya: Zuhri. S.Ag. M.M.
2) Wakil Ketua : Saryono S.Ag.
3) Bendahara : Nurbaiti Eviana S.Ag.
4) Sekretaris : Anita
5) Sie. Perlengkapan : Nursyarifuddin
6) Sie. Humas : Alex suparman
7) Sie. Pendidikan : Uswatun
8) Sie. Rohani : Subhan Cholil
63 Dokumentasi Panti Asuhan Islam Ratna Jaya.
9) Sie. Dapur : Siti Khasanah
10) Sie. Usaha : Imdadurrahman
E. Sarana & prasarana yang tersedia di Panti Asuhan Islam Ratna
Jaya
1) Bangunan Permanen
2) Dua buah sarana ibadah yaitu Mushola
3) Satu ruang kantor kepala atau pengurus atau pengasuh panti
4) Sepuluh kamar tidur yaitu terdiri daari tujuh untuk anak asuh putra dan
tiga kamar tidur untuk anak asuh putri, setiap kamar tidur untuk anak
asuh disediakan enam tempat tidur bertingkat, satu buah lemari, dan
satu buah rak buku dan rak sepat, serta disediakan pula dua kipas
angin setiap kamar tidur baik di kamar tidur putra maupun di kamar
tidur putri, dan disediakan pula satu televisi berwarna di setiap kamar
tidur anak asuh putra dan putri
5) Dua komputer dan laptop
6) Dua ruangan gudang dan kamar pengasuh atau bagian permakanan
7) Dua ruangan dapur
8) Dua gudang untuk usaha
9) Tujuh belas kamar mandi ukuran sedang
10) Dua ruangan aula
BAB IV
ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN
Sesuai dengan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan
peneliti kepada kepala panti dan anak asuh yang menjadi sampel, maka
dapat dianalisa berbagai kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial
bagi anak yatim dan dhuafa di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya sebagai
lembaga pengganti orang tua atau tempat tinggal mereka kedua selain
orang tua kandung mereka yang menjalankan fungsi keluarga bagi anak-
anak asuh dipanti ini serta berupaya memberikan atau meningkatkan
pelayanan-pelayanan sosial yang berupa pelayanan sosial pengasramaan,
pelayanan sosial permakanan, pelayanan sosial pendidikan, pelayanan
sosial pemeriksaan kesehatan, pelayanan sosial konsultasi, pelayanan
sosial keagamaan, pelayanan sosial keterampilan, pelayanan sosial hiburan
dan rekreasi, serta pelayanan trasportasi.
Seperti wawancara penulis kepada kepala panti: ”Lembaga Panti Asuhan Islam Ratna Jaya, merupakan lembaga yang sejak awal didirikan bertujuan untuk tempat tinggal anak-anak yang kurang mampu, anak yatim, dan anak dhuafa serta untuk mencetak generasi yang berkualitas. Panti asuhan ini memberikan pelayanan sosial untuk anak asuh disini, pelayanan tersebut: pelayanan keagamaan, pelayanan pendidikan, pelayanan pengasramaan, pelayanan permakanan, pelayanan periksaan kesehatan, pelayanan konsultasi, pelayanan keterampilan, pelayanan transportasi, serta pelayanan hiburan dan rekreasi”.64 A. Pelayanan Sosial yang dilakukan oleh Panti Asuhan Islam Ratna
Jaya.
64 Bapak Ustad Zuhri, S.Ag. M.M (Kepala Panti Asuhan Islam Ratna Jaya),
Wawancara pribadi. Tanggal 12 Mei 2009 di Kantor Panti Asuhan Islam Ratna Jaya.
Pelayanan sosial yang dilakukan oleh Panti Asuhan Islam Ratna Jaya
seperti apa yang telah Bapak Ustad Zuhri sampaikan bahwa: Dipanti
Asuhan Islam Ratna Jaya ini ada 9 pelayanan yang diberikan oleh anak-
anak asuh disini diantaranya yaitu: pelayanan sosial pengasramaan,
pelayanan sosial permakanan, pelayanan sosial pendidikan, pelayanan
sosial pemeriksaan kesehatan, pelayanan sosial konsultasi, pelayanan
keagamaan, pelayanan sosial keterampilan, pelayanan sosial transportasi,
dan pelayanan sosial huburan dan rekreasi.
Adapun penjelasan atau pengertian dari kesembilan pelayanan sosial
tersebut yaitu:
1) Pelayanan Pengasramaan yaitu: pelayanan pemberian tempat
tinggal sementara anak asuh. Dengan pelayanan ini anak asuh
sudah dapat menginap, tidur dan menyimpan miliknya.
2) Pelayanan Permakanan yaitu: pelayanan pemberian makan dan
minum berdasarkan menu yang telah ditetapkan agar tingkat gizi
anak asuh terjamin kualitasnya.
3) Pelayanan Pendidikan yaitu: pelayanan pemberian kesempatan
kepada anak asuh untuk mengikuti pendidikan formal.
4) Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan yaitu: pelayanan pengontrolan
dan pengecekan kesahatan anak asuh tenaga medis, agar diketahui
tingkat kesehatan anak asuh.
5) Pelayanan Konsultasi yaitu: pelayanan bimbingan untuk
meningkatkan kemauan dan kemampuan berinteraksi dengan orang
lain, menjalankan peranan sosial, memenuhi kebutuhan dan
memecahkan masalah.
6) Pelayanan Keagamaan yaitu: pelayanan bimbingan mental, spritual
dengan mejalankan aktivitas agama masing-masing anak asuh dan
mengikuti ceramah-ceramah keagamaan.
7) Pelayanan Keterampilan yaitu: pelayanan bimbingan keterampilan
kerja, seperti: pertukangan, perbengkelan, sablon, menjahit
kerajinan tangan, perbaikan jam, TV, computer, dan sebagainya.
8) Pelayanan Hiburan & rekreasi yaitu: pelayanan yang ditujukan
untuk memberikan rasa gembira, dan senang melalui permainan,
musik, media, entertaiment, dan kunjugan ke suatu tempat.
9) Pelayanan Transportasi yaitu: pelayanan untuk mempercepat daya
jangkau anak asuh baik ke keluarga, pusat-pusat pelayaan atau
lokasi rekreasi.
B. Kepuasan Anak Asuh Terhadap Pelayanan Sosial
1. Kepuasan Anak Asuhan Terhadap Pelayanan Sosoal Pengasramaan
Adapun sarana dan prasarana yang ada dipanti, diantaranya yaitu:
a) Bangunan permanen
b) Dua buah sarana ibadah, yaitu: mushola
c) Satu ruang kantor kepala atau pengurus atau pengasuh panti
d) Sepuluh kamar tidur yaitu terdiri daari tujuh untuk anak asuh putra dan
tiga kamar tidur untuk anak asuh putri, setiap kamar tidur untuk anak
asuh disediakan enam tempat tidur bertingkat, satu buah lemari, dan
satu buah rak buku dan rak sepat, serta disediakan pula dua kipas
angin setiap kamar tidur baik di kamar tidur putra maupun di kamar
tidur putri, dan disediakan pula satu televisi berwarna di setiap kamar
tidur anak asuh putra dan putri
e) Dua komputer dan laptop
f) Dua ruangan gudang dan kamar pengasuh atau bagian permakanan
g) Dua ruangan dapur
h) Dua gudang untuk usaha
i) Tujuh belas kamar mandi ukuran sedang
j) Dua ruangan aula
Seperti yang dikatakan oleh Bapak Ustad Zuhri. S.Ag.M.M, yang
mengatakan bahwa :
”Adapun sarana dan prasarana yang disediakan oleh panti asuhan ini, yaitu: Bangunan permanen, Dua buah sarana ibadah, yaitu: mushola, Satu ruang kantor kepala atau pengurus atau pengasuh panti, Sepuluh kamar tidur yaitu terdiri dari tujuh untuk anak asuh putra dan tiga kamar tidur untuk anak asuh putri, setiap kamar tidur untuk anak asuh disediakan enam tempat tidur bertingkat, satu buah lemari, dan satu buah rak buku dan rak sepat, serta disediakan pula dua kipas angin setiap kamar tidur baik di kamar tidur putra maupun di kamar tidur putri, dan disediakan pula satu televisi berwarna di setiap kamar tidur anak asuh putra dan putri, Dua komputer dan laptop, Dua ruangan gudang dan kamar pengasuh atau bagian permakanan, Dua ruangan dapur, Dua gudang untuk usaha, Tujuh belas kamar mandi ukuran sedang, Dua ruangan aula”
Bentuk dari program pelayanan permakanan ini, yaitu: memberikan
anak-anak asuh tempat tinggal yang nyaman dan tentram, seperti:
memberikan kamar tidur, tempat tidur, lemari pakaian, dan alat-alat
kebutuhan sehari-hari. Tujuan program ini adalah untuk membantu anak-
anak asuh yang ada di panti dalam menjalankan kegiatan sehari-hari
mereka baik didalam panti maupun kegiatan diluar panti, supaya mereka
bisa betah dan nyaman tinggal panti, karena panti adalah tempat tinggal
atau rumah mereka ke dua.
Menurut hasil penelitian penulis bahwa pelayanan pengasramaan ini
belum sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan sebelumnya oleh
panti asuhan islam ratna jaya, misalnya: jumlah anak asuh yang ada
dipanti asuhan ini melebihi jumlah kapasitas kamar tidur yang sudah
direncanakan dan diproses sebelumnya, sehingga ada sebagian anak asuh
yang tidur di lantai atau tidak memakai tempat tidur asrama atau kamar
tidur yang dimaksud disini kamar tidur asrama putri untuk tingkat SD dan
SLTP.
Tabel 1: Pelayanan Pengasramaan.
1) Baik: %75%100201515 == x
2) Cukup: %25%1002055 == x
3) Kurang: .....................= 0%
Keterangan:
a) 75 persen prosentase atau 15 orang dari 20 orang anak asuh yang
menyatakan bahwa pelayanan pengasramaan ini adalah baik atau
memuaskan.
b) 25 persen prosentase atau 5 orang dari 20 orang anak asuh yang
menyatakan bahwa pelayanan pengasramaan ini adalah cukup.
c) Tidak ada yang menyatakan kurang.
Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh
penulis mengatakan bahwa: panti ini menyediakan 4 gedung asrama putra
dan putri dengan jumlah anak asuh 65 orang. Dalam perencanaan dan
proses pelaksanaan tersebut, panti asuhan islam ratna jaya dalam bidang
pengasramaannya kurang memiliki hasil yang optimal atau sempurna,
dikarenakan jumlah arama yang dimiliki panti ini lebih sedikit
dibandingkan dari jumlah anak asuh yang ada, sehingga melebihi
perencanaan sebelumnya atau yang sudah ada.
Sehingga pelayanan pengasramaan menurut beberapa anak asuh
yang telah penulis teliti menyatakan bahwa: 75 persen pelayanan
pengasramaan ini sudah baik atau memuaskan, 25 persen pelayanan
pengasramaan ini sudah cukup, dan tidak yang menyatakan kurang. Jadi,
pelayanan pengasramaan dipanti asuhan islam ratna jaya ini 75 persen
sudah dinyatakan baik atau memuaskan untuk anak-anak asuh yang ada
dipanti asuhan ini, walaupun dari beberapa anak asuh menyatakan bahwa
pelayanan pengaramaan ini sudah cukup baik buat mereka.
Jadi, menurut penulis kepuasan anak asuh terhadap pelayanan soial
pengasramaan ini harus lebih ditingkatkan lagi dan diperbaiki lagi sarana
dan prasarananya agar anak-anak asuh bisa nyaman dan betah tinggal
dipanti, serta mereka merasa tinggal seperti di kamar tidur mereka sendiri
atau rumah mereka sendiri, karena buat mereka panti asuhan ini sebagai
rumah mereka ke dua atau tempat tinggal mereka sementara dan panti
asuhan ini buat mereka adalah tempat tinggal untuk menuntut ilmu dan
masa depan mereka, karena dipanti asuhan ini mereka didik dan
disekolahkan dengan baik sampai ke Perguruan Tinggi.
Menurut wawancara dari kepala atau pengurus atau pengasuh panti asuhan islam ratna jaya mengatakan bahwa: Untuk asrama pihak panti sudah menyediakan 4 gedung asrma dan cukup, karena latar belakang anak-anak berasal dari anak-anak jalanan terkadang mereka tidur bukan diasramanya tetapi tidur di mushola. 65
2. Kepuasan Anak Asuh Terhadap Pelayanan Sosial Permakanan
Pelayanan permakanan ini merupakan pelayanan yang dilaksanakan
dipanti setiap hari, yaitu dari hari senin sampai minggu dan dilaksanakan 3
kali sehari dalam sehari, yaitu: pagi, siang, dan malam hari. Tujuan dari
pelayanan permakanan ini untuk menjadikan anak-anak asuh sehat, karena
mereka mendapatkan makanan yang bergizi.
Makanan yang disediakan untuk anak-anak asuh yang ada dipanti
berupa makanan 4 sehat 5 sempurna. Seperti: nasi, lauk-pauk, sayur-
sayuran, buah-buahan, dan susu. Makanan ini hanya diberikan 2 kali
dalam sehari karena untuk mendapatkan makanan 4 sehat 5 sempurna
Panti Asuhan Islam Ratna Jaya kekurangan dana karena untuk belanja
harian saja panti asuhan ini harus mengeluarkan dana sebesar Rp 350.000
perbulannya telah mencapai dana Rp 36 Juta perbulannya.
Semua anak-anak yang ada dipanti asuhan ini mendapat makanan
yang sehat dan bergizi, walaupun anak-anak asuh dipanti ini tidak
mendapatkan makanan 4 sehat 5 sempurna tiap hari, namun anak-anak
asuh disini tetap bersyukur, karena mereka bisa makan 3 kali sehari.
65 Ibid.
Anak-anak asuh disini mendapatkan makanan sama rata, sehingga anak-
anak asuh disini tidak merasa iri pada anak-anak asuh lainnya.
Pelayanan permakanan merupakan pelayanan penting dan harus ada
dalam kehidupan sehari-hari, karena tanpa pelayanan permakanan ini
anak-anak asuh yang ada dipanti ini tidak dapat hidup sehat. Pada
pelaksanaan pelayanan permakanan ini tidak mempunyai hambatan yang
berat, karena kegiatan ini sering dilaksanakan setiap hari dan wajib ada
dipanti asuhan islam ratna jaya.
Jenis makanan yang diberikan oleh anak-anak asuh yang ada dipanti
asuhan ini sesuai dengan kegemaran dan kesukaan mereka. Selain anak-
anak asuh mendapatkan makanan 4 sehat 5 sempurna juga mendapatkan
makanan ringan atau jajanan, seperti: bakso, mie ayam, dan lain-lainnya.
Agar anak-anak asuh yang ada dipanti ini tidak merasa jenuh dan bosan,
karena mendapatkan makanan yang itu-itu saja.
Tabel 2: Pelayanan Permakanan
1. Baik: %60%100201212 == x
2. Cukup: %40%1002088 == x
3. Kurang: .....................= 0%
Keterangan:
a) 60 persen prosentase atau 12 orang dari 20 orang anak asuh yang
menyatakan bahwa pelayanan permakanan ini adalah baik atau
memuaskan.
b) 40 persen prosentase atau 8 orang dari 20 orang anak asuh yang
menyatakan bahwa pelayanan permakanan ini adalah cukup.
c) Tidak ada yang menyatakan kurang.
Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh
penulis, menyatakan bahwa: panti ini menyediakan pelayanan makanan 4
sehat 5 sempurna dengan 3 kali sehari, yaitu: pada pagi, siang, dan malam
hari.
Dalam perencanaan dan proses pelaksanaan tersebut, panti asuhan
islam ratna jaya dalam bidang pelayanan permakanannya sudah memiliki
hasil yang optimal atau sempurna, walaupun menurut anak asuh yang ada
dipanti asuhan ini bahwa pelayanan permakanan yang ada dipanti asuhan
ini masih belum 100 persen dinyatakan baik atau memuaskan.
Sehingga pelayanan permakanan meurut beberapa anak asuh yang
telah penulis teliti menyatakan bahwa: 60 persen dinyatakan baik atau
memuaskan, 40 persen pelayanan permakanan ini sudah dinyatakan cukup
dan tidak ada dinyatakan kurang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa 60 persen
pelayanan permakanan ini sudah baik atau memuaskan untuk anak-anak
asuh yang ada dipanti asuhan islam ratna jaya ini.
Jadi, menurut penulis kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial
permakanan udah baik tapi harus lebih ditingkatkan menjadi lebih baik
dengan menambahkan menu makanan anak asuh menjadi 4 sehat 5
sempurna sekurangnya seminggu 3 kali, agar anak asuh yang ada dipanti
ini tidak merasa bosan karena mendapatkan makanan yang itu-itu saja.
Menurut analisis kepala atau pengurus atau pengasuh panti asuhan islam ratna jaya mengatakan bahwa: untuk permakanan terbentur masalah
pendanaan, sebab untuk operasional panti perbulannya telah mencapai Rp 36 juta perbulan, untuk belanja harian dana yang harus disiapkan sebesar Rp 350 ribu, belanja ini masih jauh dari 4 sehat 5 sempurna. 66
3. Kepuasan Anak Asuh Terhadap Pelayanan Sosial Pendidikan.
Pelayanan pendidikan ini sangat penting dan berguna untuk anak-
anak asuh yang ada dipanti ini.
Drs. M. Natsir Ali mengemukakan bahwa pendidikan adalah segala
usaha mengembangkan nilai untuk dipakai oleh anak sehingga menjadi
pintar, baik, mampu hidup dan berguna bagi masyarakat, yaitu: baik usaha
sendiri mengejar nilai ataupun meminta bantuan orang lain.67
Perlu diketahui salah satu tujuan utama didirikannya panti adalah
untuk memberikan kesempatan pendidikan yang seluas-luasnya kepada
mereka yang kurang mampu sehingga mereka mampu merasakan
pendidikan selayaknya anak-anak yang lainnya setara dengan mereka.
Panti Asuhan Islam Ratna Jaya memberikan pelayanan pendidikan
dari TK sampai ke perguruan tinggi di luar lingkungan panti. Anak-anak
asuh panti disini diserahkan kepada sekolah-sekolah yang ada diluar panti,
terkecuali pendidikan agama, karena panti asuhan islam ratna jaya tidak
mengadakan program pelayanan pendidikan didalam panti melainkan
diluar panti, karena keterbatasan biaya dan tempat yang kurang memadai
atau tidak ada tempat untuk membangun sarana sekolah di lingkungan
panti, maka anak-anak asuh yang ada dipanti melaksanakan program
pelayanan pendidikan ini diluar panti asuhan islam ratna jaya, karena jarak
antara sekolah dan panti tidak terlalu jauh. Bentuk dari program ini yaitu:
66 Ibid. 67 M.Natsir Ali, Dasar-dasar Ilmu Mendidik (Jakarta: Kalam Mulia 1992), cet.ke-
4,h.25.
memberikan pendidikan sejak dari TK, SD, SLTP, SLTA dan bahkan
sampai ke Perguruan Tinggi.
Tabel 3: Pelayanan Pendidikan
a). Baik: %95%100201919 == x
b). Cukup: %5%1002011 == x
c). Kurang: .......................= 0%
Keterangan:
a) 95 persen prosentase atau 19 orang dari 20 orang anak asuh yang
menyatakan bahwa pelayanan pendidikan ini adalah baik atau
memuaskan.
b) 5 persen prosentase atau 1 orang 20 orang dari anak asuh yang
menyatakan bahwa pelayanan pendidikan ini adalah cukup.
c) Tidak ada yang menyatakan kurang.
Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh
penulis dari 20 anak asuh yang ada dipanti asuhan islam ratna jaya ini
menyatakan bahwa panti ini memberikan pelayanan pendidikan untuk
anak-anak asuhnya mulai dari TK sampai ke Perguruan Tinggi, untuk
menjadi anak-anak asuh yang pintar dan sukses. Dalam perencanaan
tersebut panti asuhan islam ratna jaya dalam bidang pendidikan sudah
memliliki hasil yang optimal atau sempurna, walaupun pelayanan
pendidikan dipanti ini dilaksanakan diluar panti.
Sehingga pelayanan pendidikan menurut beberapa anak asuh yang
telah penulis teliti menyatakan bahwa 95 persen pelayanan pendidikan ini
sudah baik atau memuaskan, 5 persen pelayanan pendidikan dinyatakan
cukup, dan tidak ada yang menyatakan kurang. Jadi, pelayanan pendidikan
yang ada dipanti asuhan ini 95 persen sudah dinyatakan baik atau
memuaskan untuk anak-anak asuh yang ada dipanti asuhan islam ratna
jaya ini.
Jadi, menurut penulis kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial
pendidikan ini harus lebih ditingkatkan lagi walaupun pelayanan
pendidikan ini sudah baik untuk anak-anak asuh yang ada dipanti asuhan
ini.
Menurut kepala atau pengurus atau pengasuh panti asuhan islam ratna jaya ini menyatakan bahwa: pendidikan semua anak sekolah di lembaga formal dari TK sampai Perguruan Tinggi, pihak panti hanya memfasilitasi biaya sekolah mereka dan biaya hidup mereka dan anak-anak dibebaskan untuk sekolah yang mereka sukai. Didalam panti sistem pendidikan menggunakan sistem pesantren modern dengan titik fokus pada Tahfidzul Qur’an dan pendalaman bahasa. Pelayanan pendidikan diberikan sampai perguruan tinggi atau sarjana, dan syarat anak untuk lulus sarjana harus telah menguasai hafalan Al-Qru’an sampai Khatam. 68 4. Kepuasan Anak Asuh Terhadap Pelayanan Sosial Pemeriksaan
Kesehatan
Pelayanan pemeriksaan kesehatan merupakan hal yang sangat
penting dan perlu diperhatikan. Kesehatan yang kurang baik akan
menghambat aktivitas atau kegiatan anak asuh mereka sehari-hari, maka
tujuan dari pelayanan pemeriksaan kesehatan ini adalah untuk dapat
mengetahui bagaimana kesehatan semua anak-anak asuh yang ada dipanti
asuhan ini.
68 Ibid.
Jika ada anak-anak asuh panti ini ada yang sakit pihak panti
langsung secepat mungkin mengambil tindakan dengan memberi anak-
anak asuhnya obat atau juga anak asuh mereka mengalami sakit yang
parah maka pihak panti segera membawa anak-anak asuh mereka ke
rumah sakit atau klinik tempat langganan panti asuhan islam ratna jaya ini.
Alhamdulillah anak-anak asuh yang ada dipanti asuhan ini kalau ada yang
sakit demam atau batuk biasanya hanya minum obat saja mereka sudah
langsung sembuh dan sehat seperti biasanya.
Dalam pelayanan pemeriksaan kesehatan tidak melalui hambatan
sedikit pun, walaupun pelayanan pemeriksaan kesehatan tidak
dilaksanakan atau dilakukan setiap hari, karena anak-anak asuh yang ada
dipanti ini alhamdulillah jarang ada yang sakit, mereka semua sehat
walafi’at, karena pihak panti sangat teliti dalam menjaga kesehatan anak-
anak asuh disini.
Tabel 4: Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan
a). Baik: %25%1002055 == x
b). Cukup: %70%100201414 == x
c). Kurang: %5%1002011 == x
Keterangan:
a) 25 persen prosentase atau 5 orang anak asuh yang menyatakan bahwa
pelayanan pemeriksaan kesehatan ini adalah baik atau memuaskan.
b) 70 persen prosentase atau 14 orang dari 20 orang anak yang
menyatakan bahwa pelayanan pemeriksan kesehatan ini adalah cukup.
c) 5 persen prosentase atau 1 orang dari 20 orang anak yang menyatakan
bahwa pelayanan pemeriksaan kesehatan kurang.
Dari hasil wawancara dan obervasi yang telah dilakukan oleh penulis
menyatakan bahwa: pelayanan pemeriksaan kesehatan ini sangat berguna
untuk anak-anak asuh. Dalam perencanaan tersebut, panti asuhan islam
ratna jaya dalam bidang pemeriksaan kesehatan sudah memiliki hasil yang
optimal atau sempurna.
Sehingga pelayanan pemeriksaan kesehatan ini menurut anak asuh
yang telah penulis teliti menyatakan bahwa: 25 persen pelayanan
pemeriksaan kesehatan sudah baik atau memuaskan, 70 persen pelayanan
pemeriksaan kesehatan sudah dinyatakan cukup, dan 5 persen pelayanan
pemeriksaan kesehatan dinyatakan kurang.. Jadi, pelayanan pemeriksaan
kesehatan di panti asuhan islam ratna jaya 70 persen adalah sudah
dinyatakan cukup untuk anak-anak asuh yang ada dipanti ini, wlaupun
anak-anak asuh dipanti ini alhamdulillah belum pernah mengalami sakit
yang begitu parah.
Jadi, menurut penulis kepuasan anak terhadap pelayanan sosial
pemeriksaan kesehatan ini sebenarnya hasilnya sudah cukup. Namun,
harus lebih ditingkatkan lagi potensi pelayanannya agar kesehatan anak-
anak asuh yang ada dipanti asuhan islam ratna jaya ini baik dan sehat
semuanya.
Menurut analisis kepala panti asuhan islam ratna jaya mengatakan bahwa: untuk kesehatan pihak panti sudah berhubungan langsung olah
empat dokter yang siap menangani anak-anak, hanya kesempatan ini kadang tidak dipergunakan oleh anak-anak asuh disini.69 5. Kepuasan Anak Asuh Terhadap Pelayanan Sosial Konsultasi
Pelayanan konsultasi memang sangat diperlukan pada setiap
lembaga lembaga sosial pada umumnya, guna memberikan ruang kepada
kliennya untuk merasakan kenyamanan, dimana mereka bisa berkonsultasi
dikala mereka menghadapi segala permasalahan.
Panti asuhan islam ratna jaya melalui pelayanan konsultasi secara
khusus belum berjalan dengan baik disebabkan karena kurang terbukanya
anak-anak asuh yang ada dipanti asuhan ini kepada pengurus atau
pengasuh-pengasuh yang ada dipanti asuhan ini, kalau mereka mempunyai
masalah baik itu masalah sekolah, pribadi maupun masalah-masalah
lainnya, sehingga konsultasi ini menjadi kurag berjalan atau memuaskan.
Bentuk pelaksanaan dari pelayanan konsultasi ini yaitu untuk
memberikan semangat atau motivasi kepada anak-anak asuh mereka jika
mempunyai maslah pribadi maupun masalah sekolah tidak boleh
menyerah atau putus asa dalam menyelesaikan masalah pribadi maupun
masalah sekolah tidak boleh menyerah atau putus asa dalam
menyelesaikan masalah tersebut, semua masalah pasti ada jalan keluarnya
yang lebih baik.
Tabel 5: Pelayanan Konsultasi
a). Baik: %20%1002044 == x
69 Ibid
b). Cukup: %60%100201313 == x
c). Kurang: %15%1002033 == x
Keterangan:
a) 20 persen prosentase atau 4 orang anak asuh yang menyatakan bahwa
pelayanan konsultasi ini adalah baik atau memuaskan.
b) 60 peren prosentase atau 13 orang dari 20 orang anak asuh yang
menyatakan bahwa pelayanan konsultasi ini adalah cukup.
c) 15 persen prosentase atau 3 orang dari 20 orang anak asuh yang
menyatakan bahwa pelayanan konultasi ini adalah kurang.
Dari hasil awancara dan observasi yang dilakukan oleh penulis
menyatakan bahwa panti asuhan islam ratna jaya ini sebenarnya
menyediakan pelayanan konsultasi. Dalam perencanaan dan proses
pelaksanaan panti asuhan ini belum memiliki hasil yang optimal atau
sempurna, dikarenakan anak-anak asuh disini tidak memanfaatkan
kesempatan ini dan kurang terbukanya anak-anak asuh pada pengasuh
mereka dan juga belum adnya ruangan khusus untuk pelayanan konsultasi
ini.
Sehingga pelayanan konsultasi ini menurut sebagian anak asuh atau
20 orang anak asuh menyatakan bahwa pelayanan konsultasi yang ada
dipanti asuhan ini 20 persen dinyatakan sudah baik atau memuaskan, 60
persen pelayanan konsultasi ini dinyatakan sudah cukup dan 15 persen
pelayanan lonsultasi ini dinyatakan kurang baik untuk anak-anak asuh
yang dipanti asuhan ini. Jadi, pelayanan konsultasi ini sudah dinyatakan
sudah cukup untuk anak-anak asuh dipanti ini.
Jadi, menurut penulis kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial
konsultasi ini sudah cukup dan sudah sesuai dengan rencana sebelumnya,
namun karena dari anak-anak asuhnya saja yang tidak bisa memanfaatkan
kesempatan ini dengan baik, sehingga konsultasi ini kurang jadi kurang
optimal atau sempurna.
Menurut analisis kepala atau pengurus atau pengasuh panti asuhan islam ratna jaya mengatakan bahwa: konsultasi melebihi dari yang diharapkan anak-anak karena setiap hari setiap 10 anak didampingi dan diawasi oleh satu ustadz atau pembimbing, karena belum adanya kantor khusus untuk bimbingan dan konseling dianggapnya masih kurang.70 6. Kepuasan Anak Asuh Terhadap Pelayanan Sosial Keagamaan
Pembinaan keagamaan adalah usaha dan cara untuk memperbaiki
dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, memperbaiki dan
meningkatkan wawasan serta keimanan sesorang pengetahuan amal
ibadah seseorang, sehingga mereka dapat mengatasi permasalahan yang
dihadapi.
Berdasarkan tujuan yang akan dicapai program ini dapat dikatan
telahberhasil dilaksanakan dengan baik. Dengan adanya program ini
akhlak, aqidah dan fiqih anak-anak asuh disini menjadi lebih bertambah.
Pelayanan sosial dibidang keagamaan yang dilakukan oleh panti
asuhan islam ratna jaya terhadap anak-anak asuh, diantaranya yaitu:
pertama: Pengajian Qira’at dan Al-Qur’an, yasinan da dzikiran) salah satu
kewajiban kaum muslimin adlah belajar membaca Al-qur’an. Oleh karena
70 Ibid.
itu, para pengasuh panti asuhan sangat menekankan kepada anak-anaknya
agar bisa membaca Al-qur’an. Disini para pengasuh memberikan
bimbingan dan mengenalkan kepada mereka menghafal lafaz-lafaz huruf
hijaiyah, mempelajari tajwid, mengenal berbagai ragam lagu Al-qur’an.
Pengajian ini dilakukan setiap hari, yaitu pada sore hari atau habis selesai
sholat ashar tepatnya jam 16.00 WIB, sholat magrib dan sholat subuh.71
Kecuali setiap malam jum’at diadakan pengajian yasinan secara bersama-
sama. Setiap pengajian kami terkadang hanya mendengarkan ceramah dari
Pak Ustadz Zuhri, dan yang menentukan jadwal pengajian adalah Utadz
Zuhri. Para pengasuh berharap ilmu yang telah mereka berikan kepada
anak-anak mereka dapat bermanfaat bagi anak-anak asuh mereka dan para
pengasuh berharap ilmu yang telah mereka dapat bermanfaat dan mereka
dapat mengamalkannya kepada masyarakat setelah keluar dari panti nanti.
Kedua latihan Muhadoroh (berpidato) yang dilakukan setiap malam
minggu ynag dimulai setelah sholat isya. Kegiatan ini tidak hanya belajar
berpidato atau ceramah saja akan tetapi didalamnya juga sering diadakan
selajar bernyanyi, membaa puii, MC, kreasi seni dan hiburan lainnya
sebagai ajang membina kepercayaan diri pada anak-anak asuh.
Ketiga, memperingati hari-hari besar agama islam. Peringatan hari-
hari besar agama yang dilaksanakan oleh Panti Asuhan Islam Ratna Jaya
selain diikuti oleh anak-anak asuh, biasanya juga terbuka untuk umum
atau masyarakat sekitar. Diacara ini anak-anak asuh bisa menunjukkan dan
mengeluarkan bakat-bakat mereka masing-masing yang sudah terpendam
71 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Zuhri (Kepala atau pengurus atau pengasuh
Panti Asuihan Islam Ratna Jaya), Bekasi 16 Mei 2009).
dengan melalui pertujukan membaca puisi dan sebagainya. Adapun hari-
hari besar agama yang dirayakan oleh Panti Asuhan Islam Ratna Jaya
yaitu:
1) Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada tanggal 1 Syawal .
2) Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada tanggal 12
Rabiul’awal .
3) Isra Mi’raj yang jatuh pada tanggal 27 Rajab.
4) Peringatan 10 Muharram.
5) Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah.
Tabel 6: Pelayanan Keagamaan
a). Baik: %100%100202020 == x
b). Cukup: .......................= 0%
c). Kurang:.......................= 0%
Keterangan:
a) 100 persen prosentase atau 20 orang dari 20 orang anak asuh yang
menyatakan bahwa pelayanan konsultasi ini adalah baik atau
memuaskan.
b) Tidak ada yang menyatakan cukup.
c) Tidak ada yang menyatakan kurang.
Dari hasil wawancara yang peneliti dapat dari bebrapa anak asuh
bahwa pelayanan keagamaan di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya ini 100
persen pelayanan keagamaan sudah baik atau meuaskan, pelayanan
keagamaan ini tidak ada yang menyatakan cukup dan tidak yang
menyatakan kurang. Jadi, pelayanan keagamaan dipanti asuhan islam ratna
jaya ini 100 persen sudah baik atau memuaskan bagi anak-anak asuh
dipanti ini.
Jadi, menurut penulis kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial
keagamaan ini telah tercapai dan berjalan dengan baik sehingga dapat
mendukung kegiatan pelayanan-pelayanan sosial yang ada dipanti asuhan
ini. Panti asuhan islam ratna jaya telah berhasil mendidik dan mengajarkan
anak-anak asuh tentang ilmu-ilmu agama yaitu khususnya agama islam,
diantaranya ialah belajar mengaji, ceramah, memperingati hari-hari besar
agama Islam.
Menurut analais kepala atau pengurus atau pengasuh mengomentari dari kelebihan dan kekurangan ari hasil angket yang telah penulis teliti bahwa Panti Asuhan Islam Ratna Jaya dari awal sudah dibentuk menjadi panti asuhan Tahfidzul Qur’an atau Penghafal Al-qur’an sehingga kelebihan yang paling menonjol pada bidang pelayanan keagamaan.72 7. Kepuasan Anak Asuh Terhadap Pelayanan Sosial Keterampilan
Pelayanan keterampilan ini merupakan pelayanan yang sangat bagus
buat anak-anak yang dipanti asuhan ini supaya mereka bisa
mengembangkan kreativitas mereka masing-masing, namun sayangnya
program ini sudah tidak berjalan lagi dengan baik, karena kurangnya
peralatan dan tempat keterampilan yang memadai serta kurangya tenaga
pengajar, tapi walaupun pelayanan keterampilan dipanti ini sudah berjalan
lagi panti asuhan islam ratna jaya selain beusaha memberikan yang terbaik
untuk anak-anak asuhnya, diantara uaha-usaha yang dilakukan adalah
memberikan keterampilan pada anak-anak asuh selepas mereka lulus dari
sekolah atau pun keluar dari panti pihak panti masih terus memberikan
72 Ibid.
bimbingan kepada anak-anak asuh yaitu pelayanan bimbingan
keterampilan kerja.
Panti asuhan islam ratna jaya tidak banyak keterampilan yang
diberikan kepada anak-anak asuh yang ada dipanti asuhan ini hanya
memberikan keterampilan agama, seperti: Muhadaoroh (latihan ceramah)
yang didalamnya diselingi dengan latihan membasa puisi, menjadi MC
dan juga menyanyi, walaupiun dipanti asuhan ini pelayanan keterampilan
umumnya sudah tidak berjalan lagi, namun pelayanan keterampilan yang
masih berjalan pada sat ini hanya keterampilan agama saja, anak-anak
asuh panti ini tetap semangat dan berkreasi dalam melaksanakan
keterampilan ini, seperti: mengisi suatu acara-acara penting umat islam,
yaitu: Acara Maulid Nabi, Isra’Mi’raj, Marawis Baca puisi serta menjadi
Qori dan Qori’ah serta membaca Sari Tilawah Al-qur’an.
Tabel 7: Pelayanan Keterampilan
a). Baik: %15%1002033 == x
b). Cukup: %60%100201212 == x
c). Kurang: %25%1002055 == x
Keterangan:
a) 15 persen prosentase atau 3 orang dari 20 orang anak asuh yang
menyatakan bahwa pelayanan keterampilan ini adalah baik atau
memuaskan.
b) 60 persen prosentase atau 12 orang dari 20 orang anak asuh yang
menyatakan bahwa pelayanan keterampilan ini adalah cukup.
c) 25 peren prosentase atau 5 orang dari 20 orang anak asuh yang
menyatakan bahwa pelayanan keterampilan ini adalah kurang.
Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh penulis
mengatakan bahwa panti asuhan ini sebenarnya sudah menyediakan
pelayanan keterampilan, tapi hanya keterampilan agama saja. Dalam
perencanaan dan proses pelaksanaan tersebut panti asuhan islam ratna jaya
dalam bidang pelayanan keterampilan agama.
Sehingga pelayanan keterampilan menurut sebagian anak asuh 20
orang anak asuh menyatakan bahwa pelayanan keterampilan yang ada
dipanti asuhan ini 15 persen sudah baik atau meuaskan, 60 persen cukup,
dan 25 persen pelayanan keterampilan ini dinyatakan kurang baik untuk
anak-anak asuh yang ada dipanti asuhan ini. Jadi, pelayanan keterampilan
yang ada dipanti asuhan ini 60 persen sudah dinyatakan cukup untuk anak-
anak asuh disini.
Jadi, menurut penulis kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial
keterampilan ini masih harus lebih ditingkatkan lagi agar bisa mencapai
100 persen agar anak-anak asuh disini bisa mempunyai keterampilan
umum dan bisa mengembangkan bakat-bakat yang terpendam dari anak-
anak asuh disini.
Menurut analisis kepala atau pengurus atau pengasuh panti asuhan islam ratna jaya mengatkan bahwa: terhadap pelayanan keterampilan dari panti lebih mengutamakan pembekalan keterampilan dengan menyerahkan anak kepada pihak sekolah. Anak-anaka yang sudah pendidikan SLTA semua bersekolah di SMK atau SMEA, dari panti tidak menyiapkan bekal atau keterampilan lainnya, karena sudah cukup keterampilan disekolah
waktunya juga habis untuk menghafal Al-qur’an setelah anak pulang dari sekolah.73
8. Kepuasan Anak Asuh Terhadap Pelayanan Sosial Hiburan dan Rekreasi
Pelayanan hiburan dan rekreasi merupakan hal yang sangat penting
bagi kehidupan masyarakat pada umumnya, guna menghilangkan rasa
stress dan jenuh setelah melaksanakan berbagai aktivitas setiap harinya.
Hiburan dan rekreasi tidak kala pentingnya bagi anak-anak, dimana
hiburan dan rekreasi juga dapat memberikan hal yang positif dalam
perkembangan anak-anak yang masih dalam proses pertumbuhan.
Pelayanan hiburan atau rekreasi merupakan suatu program yang
harus dilaksanakan atau dijalankan setahun sekali yaitu pas liburan anak-
anak sekolah. Adapun tujuan dari pelaksanaannya program ini adalah
berguna untuk menghilangkan stress dan jenuh setelah melakukan
berbagai aktivitas setiap harinya. Pada pelaksanaan program ini Panti
Asuhan Islam Ratna Jaya tidak mempunyai hambatan yang berarti karena
kegiatan tersebut sering dilaksanakan pas akhir tahun atau pas liburan
anak-anak sekolah. Pada pelaksanaan program ini segenap pengurus dan
anak-anak asuh yang ada dipanti ikut terlibat dalam menyukseskan
berkembangnya program pelayanan hiburan dan rekreasi.
Adapun hiburan yang ada dipanti asuhan islam ratna jaya yaitu
menonton TV rame-rame setiap malam minggu dan hari minggu.
Terkadang juga panti asuhan islam ratna jaya mengisi liburan sekolah
dengan jalan-jalan ke luar panti seperti: jalan-jalan ke taman wisata yang
berada didaerah jakarta. Pelayanan hiburan dan rekreasi ini biasanya
73 Ibid.
dilakukan setiap satu tahun sekali minimal dua kali mengadakan rekreasi
dan rekreasi, tapi kalau panti panti asuhan islam ratna jaya tidak ada biaya
mereka tidak mengadakan hiburan dan rekreasi, mereka hanya mengisi
liburan dipanti saja dengan menonton TV saja dan bermain-main disekitar
panti saja atau mereka ada yang juga yang pulang ke rumah orang tua
kandung mereka masing-masing. Panti asuhan islam ratna jaya sering
mengadakan rekreasi dahn liburan ke tempat-temapat wisata yang berada
didaerah di jakarta yaitu ke Ancol, Dufan, Taman Mini Indonesia Indah,
dan lain-lain Yang sesuai dengan keinginan anak-anak asuh yang ada
dipanti asuhan islam ratna jaya. Terkadang adapula dari para donatur
mengajak anak-anak asuh yang ada dipanti berekreasi, para donatur
tersebut mengajak anak-anak dengan biaya sendiri atau pribadi. Panti
asuhan islam ratna jaya mengadakan acara hiburan dan rekreasi untuk
menghilangkan rasa jenuh dan bosen yang dirasakan oleh anak-anak asuh
selama mereka melakukan aktivitas ataupun kegiatanan dipanti.
Tabel 8 : Pelayanan Hiburan dan Rekreasi
a). Baik: %15%1002033 == x
b). Cukup: %45%1002099 == x
c). Kurang: %40%1002088 == x
Keterangan:
a) 15 persen prosentase atau 3 orang dari 20 orang anak asuh yang
menyatakan bahwa pelayanan hiburan dan rekreasi ini adalah baik
atau memuaskan.
b) 45 persen prosentase atau 9orang dari 20 orang anak asuh yang
menyatakan bahwa pelayanan hiburan dan rekreasi ini adalah cukup.
c) 40 peren prosentase atau 8 orang dari 20 orang anak asuh yang
menyatakan bahwa pelayanan hiburan dan rekreasi ini adalah kurang.
Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh penulis
mengatakan bahwa panti asuhan ini kurang menyediakan pelayanan
hiburan dan rekreasi, sehingga pelayanan hiburan dan rekreasi kurang
berjalan karena panti asuhan ini lebih mengutamakan pelayanan
keagamaan dibandingkan dengan pelayanan hiburan dan rekrasi ini.
Sehingga pelayanan hiburan dan rekreasi ini menurut beberapa anak-
anak asuh bahwa pelayanan hiburan dan rekreasi dipanti asuhan islam
ratna jaya ini 15 persen pelayanan hiburan dan rekreasi sudah baik atau
memuaskan, 45 persen pelayanan hiburan dan rekreasi sudah cukup dan
40 persen pelayanan hiburan dan rekreasi kurang. Jadi, pelayanan hiburan
dan rekreasi dipanti asuhan islam ratna jaya 45 persen dinyatakan sudah
cukup bagi anak-anak asuh yang ada dipanti ini.
Jadi, menurut penulis kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial
hiburan dan rekreasi ini kurang berjalan dengan baik, karena waktu
hiburan dan rekreasi anak-anak asuh dipanti ini dipakai untuk menghafal
al-qur’an pada sore harinya, karena panti asuhan ini lagi banyak kegiatan
dibidang agama dibandingkan dengan acara hiburan dan rekreasi. Maka
pelayanan hiburan dan rekreasi ini harus lebih ditingkatkan lagi
pelayanannya supaya anak asuh yang ada dipanti ini tidak merasa jenuh
dan bosan menjalankan liburan sekolah baik itu liburan hari minggu
maupun liburan-liburan sekolah lainnya.
Menurut hasil wawancara dari kepala atau pengurus atau pengasuh panti asuhan islam ratna jaya mengatakan bahwa, yang dianggap kurang seperti: liburan dan rekreasi, karena sengaja diciptakan agar anak-anak seharinya lebih banyak untuk menghafal Al-Qur’an dari pada menonton TV atau hiburan lainnya. Anak-anak hanya diperbolehkan menonton TV pada hari minggu atau liburan sekolah, hal ini dilakukan karena untuk menghafal Al-Qur’an dibutuhkan ketenangan dan jauh dari hura-hura.74 9. Kepuasan Anak Asuh Terhadap Pelayanan Sosial Transportasi
Pelayanan transportasi merupakan sarana yang sangat penting yang
harus dimiliki oleh setiap lembaga-lembaga sosial. Oleh karena itu setiap
lembaga-lembaga sosial harus mempunyai alat transportasi seperti motor
atau mobil guna untuk memberikan kelancaran dan kemudahan dalam
menjalankan aktivitas kelembagaannya.
Panti asuhan islam ratna jaya sampai saat ini alhamdulillah sudah
mempunyai alat transportasi diantaranya yaitu: dua buah motor dan satu
buah mobil, tapi alat transportasinya hanya dipakai untuk jarak yang
dekat-dekat saja dan tidak diperbolehkan dipakai untuk jarak jauh.
Tabel 9: Pelayanan Transportasi
a). Baik: %10%1002022 == x
b). Cukup: %80%100201616 == x
74 Ibid
c). Kurang: %10%1002022 == x
Keterangan:
a) 10 persen prosentase atau 2 orang dari 20 orang anak asuh yang
menyatakan bahwa pelayanan trasportasi ini adalah baik atau
memuaskan.
b) 80 persen prosentase atau 16 orang dari 20 orang anak asuh yang
menyatakan bahwa pelayanan transportasi ini adalah cukup.
c) 10 peren prosentase atau 2 orang dari 20 orang anak asuh yang
menyatakan bahwa pelayanan transportasi ini adalah kurang.
Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh penulis
mengatakan bahwa panti asuhan ini kurang menyediakan pelayanan
transpotrasi, karena jarak antara sekolah dengan panti ini tidak terlalu
jauh, jadi anak asuh disini kalau kesekolah dengan berjalan kaki.
Sehingga pelayanan transportasi ini menurut beberapa anak asuh
bahwa pelayanan transportasi dipanti asuhan islam ratna jaya ini yang
peneliti dapat bahwa 10 persen pelayanan transportasi ini dinyatakan
sudah baik atau memuaskan, 80 persen pelayanan transportasi sudah
cukup dan 10 persen dinyatakan kurang. Jadi, pelayanan transportasi
dipanti asuhan islam ratna jaya ini 80 persen dinyatakan cukup untuk
anak-anak asuh yang ada dipanti ini.
Jadi, menurut penulis bahwa kepuasan anak asuh terhadap pelayanan
sosial transportasi dinyatakan sudah cukup baik dan sesuai dengan teori
yang penulis kemukakan dan terangkan sebelumnya, walaupun pada
dasarnya masih terdapat kekurangan pada masing-masing pelayanan sosial
yang diberikan.
Menurut hasil wawancara dari kepala, atau pengurus, atau pengasuh panti asuhan islam ratna jaya mengatakan bahwa: masalah kurangnya transportasi karena anak-anak asuh disini kesekolah dengan berjalan kaki, karena jarak dari sekolah cukup dekat.75
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil kesimpulan yang telah diteliti oleh penulis melalui
kepuasan anak asuh terhadap pelayanan-pelayanan sosial bagi anak yatim
dan dhu’afa maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil dari penelitian
yang telah dilakukan oleh penulis belum semuanya pelayanan-pelayanan
sosial yang ada dipanti asuhan ini dinyatakan sudah baik atau memuaskan
untuk anak-anak asuh dipanti asuhan islam ratna jaya ini, diantara ke 9
pelayanan-pelayanan sosial yang ada dipanti ini hanya dua pelayanan saja
yang sudah dinyatakan baik atau memuaskan yaitu: pelayanan sosial
keagamaan dan pelayanan sosial pendididikan saja, karena 2 pelayanan
sosial ini sangat penting dan berguna banget buat anak-anak asuh dipanti
ini dan sudah jelas bahwa dari awal tujuan didirikannya panti asuhan ini
adalah untuk mencetak generasi muda yang akan datang agar mempunyai
ilmu dan berwawasan yang tinggi serta mempunyai akhlak dan aqidah
yang bagus dikemudian hari, dan bisa mengamalkan 2 pelayanan sosial ini
75 Ibid
dimasyarakat umum jika mereka ke luar dari pani asuhan islam ratna jaya
ini.
Adapun hasil dari penelitian yang telah diteliti oleh penulis melalui
20 anak-anak asuh dinyatakan bahwa: pelayanan-pelayanan sosial yang
sudah baik yang ada dipanti asuhan islam ratna jaya adalah: pelayanan
sosial keagamaan, pelayanan sosial pendidikan, pelayanan sosial
pengasramaan, pelayanan sosial pemeriksaan kesehatan dan pelayanan
sosial transportasi, sedangkan pelayanan-pelayanan sosial yang belum
baik adalah: pelayanan sosial permakanan, pelayanan sosial keterampilan,
pelayanan sosial konsultasi, dan pelayanan sosial hiburan dan rekreasi.
B. SARAN
Menurut penulis saran dari penelitian yang telah dilakukan oleh
penulis disini yaitu harus diperbaiki dan ditingkatkan lagi proses
pelaksanaan pelayanan-pelayanan sosial yang ada dipanti asuhan ini agar
sesuai dengan rencana sebelumnya, cara untuk memperbaiki dan
meningkatkan pelayanan-pelayanan sosial yang ada dipanti asuhan ini
yaitu dengan memperbaiki sarana dan prasarana yang ada dipanti asuhan
ini agar pelayanan-pelayanan sosial dipanti asuhan ini semuanya bisa
berjalan dengan baik atau memuaskan untuk anak-anak asuh yang ada
dipanti asuhan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abul Laits Assamrqondi. H. Salim Bahreis. Tanbihul Ghofilin. (Jakarta:
Sa’diyah Putra. !984).Jilid 2.
Agus Sujanto. Psikologis Perkembangan. (Jakarta: A Lisara Baru.
1996).cet-ke-7.
Ahmad Zurzani Djunaedi dan Ismail Maulana Syarif. Sepuluh Inti
Perintah Allah. (Jakarta: PT. Fikhati Aneska. 1991). cet-ke-3.
Alfred J. Kahn. Theory and Practice of Social Planning (New York:
Russel Sage Foundation 1069).
Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial (BPPKS).
Standarisasi Panti Sosial. (Jakarta: 2005).
Bapak Zuhri. S. Ag. M.M. (Kepala Panti Asuhan Islam Ratna Jaya).
Wawancara Pribadi Tanggal 14 Mei 2009. Dikantor Panti Asuhan
Islam Ratna Jaya.
Kesejahteraan Sosial. Istilah Usaha Kesejahteraan Sosia. (Jakarta: 1997).
Depsos RI. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penyantunan dan Pengentasan
Anak Terlantar Melalui Panti Asuhan Anak. (Jakarta: Binkesos.
1989).
Dokumentasi Panti Asuhan Islam Ratna Jaya.
Dr. Soetarso. MSW. Kesejahteraan Sosial. Pelayanan Sosial. Dan
Kebijakan Sosial. (Bandung: Koperasi Mahasiswa Sekolah Tinggi
Kesejahteraan Sosial.1993).
Dra. Hj. Ipah Fatimah. Buku Panduan Penelitian UIN Syarief
Hidayatullah Jakarta.
Drs. Isbandi Rukminto Adi. MPH. Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu
Kesejahteraan Sosial. Dasar-dasar Pemikiran. (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. 1994).
Drs. Isbandi Rukminto Adi. Pemberdayaan. Pengembangan Masyarakat
dan Intervensi Komunitas Penghantar Pada Pemikiran dan
Pendekatan Praktis. (Jakarta: FEUI Press). Cet-3. Edisi Revisi.
Dwi Heri Sukoco. Kemitraan Dalam Pelayanan Sosial. (Jakarta: Badan
Pelatihan dan Pengembangan Sosial. Departemen Sosial Republik
Indonesia).
Hamid Nasuhi. Dkk. Pedoman-pedoman Karya Ilmiah (Skripsi. Tesis dan
Disertasi). (Jakarta: Center for Quality Development and
Assurance). UIN Syarief Hidayatullah Jakarta.
Hasan Ayub. Etika Islam: Menurut Islam yang Hakiki. (Bandung:
Triganda Karya. 1994).cet-ke-1.
Hasan Shadaly. Ensiklopedia Indonesia. (Jakarta: Ikhtisar Baru Van
Hoeve.1984). Jilid 7.
Hasbullah. Praktek Pengasuhan Anak di Panti Asuhan Sosial Anak:
Kajian Pada Beberapa Panti Sosial Asuhan Anak di Kallimantan
Selatan. Tesis Sarjana. (Jakarta: Perpustakaan Nasional. 1997).
H.D. Sudjana. Manajemen Program Pendidikan Luar Sekolah dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia. (Bandung: Falah
Production. 2000).
Http://www. Tempo.co.id. Aton Sudjadi. Tolak Ukur dan Jumlah Orang
Miskin. (Jakarta: Internet 3 November 2098).
Http://www.depsos.gi.id/kfm. Tim Pokja Setditjen Bantuan dan Jaminan
Sosial. RUU Kemiskinan. (Jakarta: Internet 14 September 2008).
Imam Suprayogo dan Tobroni. Metode Penelitian Sosial Agama.
(Bandung: Remaja Rosda Karya. 2004).
Irawan Soehartono. Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian
Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya. 2004).
Jaenal Arifin. Teknik Penarikan Sampel dan Pengumpulan Data.
Disampaikan pada Pelatihan Penelitian Mahasiswa FDI Universitas
Islam Negri Syarief Hidayatullah Jakarta). Sabtu 23 April 2005.
Jurnal Informasi Kajian Pemasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan
Sosial (Jakarta: Pusat Pelatihan Permasalahan Sosial dan Usaha
Kesejahteraan Sosial Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial.
Departemen Sosial Republik Indonesia. 2005). Volume 10.
Kasnodihardjo. Rahmalina S. Prajoso SP Manalu. Artikel Tanggal 3
November 2008. Http://www . Kalbefarma. Com//Files17.151.
Dinamika Pelacuran di Wilayah Jakarta dan Surabaya dan Faktor
Sosio Demografi yang Melatarbelakanginya. (Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Republik
Indonesia). Jakarta.
Lawrence W. Neuman. Sosial Research Methods: Qualitative dan
Quantitave Approaches (Needham Heights: Allyn dan Bacon. 2000).
Lexy. J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya. 2000).cet-ke-3.
Lili Bariadi. Et all. Zakat dan Wirausaha. (Jakarta: CV. Pustaka Amri.
2005).
M.K. Muhsin. Menyayangi Dhua’fa. (Jakarta: Gema Insani Press. 2004).
Md. Nor, Bin Hj. Ab. Ghani. B.A. Kamus Dewan Edisi Baru. (Slangor
Darul Ehsan: Dewan Bahasa dan Pustaka. Lot 1037. 1993. 1991).
Cet-ke-1.
Modul Pelayanan Sosial Anak Terlantar Luar Panti Melalui Penguatan
Ekonomi Keluarga Dalam Bentuk Kelompok Usaha Bersama
(KUBE).
Modul Pelayanan Sosial anak Terlantar Dalam Panti (PSBR).
Richard F. Gerson. Mengukur Kepuasan Pelanggan. (Jakarta: Penerbit
PPM. 2002). Cet.ke-2.
Philip Kotler. Manajemen Pemasaran: Analisis Perencanaan.
Implementasi dan Pengendalian .(Jakarta: Salemba Empat Prentice
Hall.1995). terj. Ancella Anitawati Hermawan. edisi ke-8.
Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka. 1996). Cet-
ke-7ed2.
Triyanti. Maria April Astuti Anny. Pemberdayaan Anak di DKI Jakarta.
(Universitas Indonesia Program Studi Sosiologi 2000).
W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta:
PN. Balai Pustaka. 1985).
Yamani. Ahmad Zaki. Syariat Islam Kekal dan Persoalan Masa Kini.
(Jakarta: Lembaga Studi Ilmu-ilmu Kemasyarakatan. 1978).