Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KM 219 TAHUN 2020
TENTANG
TATA CARA ADMINISTRASI PELAKSANAAN ANGGARAN
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan transparansi dan
meningkatkan akuntabilitas penggunaan anggaran
di lingkungan Kementerian Perhubungan, perlu mengatur
kembali tata cara administrasi pelaksanaan anggaran
di Lingkungan Kementerian Perhubungan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri
Perhubungan tentang Tata Cara Administrasi
Pelaksanaan Anggaran di Lingkungan Kementerian
Perhubungan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
- 2 -
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4400);
4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
5. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang
Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);
6. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 203);
7. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 73) sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Presiden Nomor 72 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 92);
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 60/PMK.02/2018
tentang Persetujuan Kontrak Tahun Jamak oleh Menteri
Keuangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 775);
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 39/PMK.02/2020
tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2020
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
383);
10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 122 tahun
2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 1756);
- 3 -
Menetapkan :
PERTAMA
KEDUA
MEMUTUSKAN:
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG TATA CARA
ADMINISTRASI PELAKSANAAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN.
Menetapkan tata cara administrasi pelaksanaan anggaran
di lingkungan Kementerian Perhubungan yang selanjutnya
disebut pedoman pelaksanaan anggaran sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.
Tata cara pelaksanaan administrasi anggaran sebagaimana
dimaksud dalam Diktum PERTAMA digunakan sebagai
Pedoman bagi setiap unit kerja di Lingkungan Kementerian
Perhubungan dalam pelaksanaan anggaran.
- 4 -
KETIGA : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 11 Agustus 2020
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BUDI KARYA SUMADI
SALINAN Keputusan Menteri ini disampaikan kepada:
1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;
2. Menteri Keuangan;
3. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;
4. Sekretaris Jenderal;
5. Inspektur Jenderal;
6. Para Direktur Jenderal di lingkungan Kementerian Perhubungan; dan
7. Para Kepala Badan di Lingkungan Kementerian Perhubungan.
- 5 -
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR KM 219 TAHUN 2020
TENTANG
TATA CARA ADMINISTRASI PELAKSANAAN
ANGGARAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
PERHUBUNGAN
PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangPesatnya perkembangan teknologi memunculkan tantangan tersendiri
dalam mewujudkan sistem pengelolaan anggaran belanja dan
pendapatan negara dengan efektif, efisien, dan memperhatikan asas
kepatuhan. Dalam menjawab tantangan tersebut diterapkan perubahan
kebijakan terhadap peraturan perundang-undangan dengan
memanfaatkan teknologi ke dalam sistem pelaksanaan anggaran di
Kementerian Perhubungan. Perubahan peraturan pelaksanaan anggaran
tersebut merupakan penyempurnaan dari peraturan sebelumnya dengan
mengakomodir peraturan terkait Kontrak Tahun Jamak dan Pelaporan
menggunakan sistem Aplikasi Pelaksanaan Anggaran yang
dikembangkan oleh Kantor Pusat Kementerian Perhubungan. Peraturan
terkait Pelaksanaan Anggaran tersebut harus dipahami dan dijadikan
pedoman untuk mewujudkan kinerja dan efektifitas pengelolaan
anggaran di Lingkungan Kementerian Perhubungan.
B. Maksud dan TujuanMaksud ditetapkan Tata Cara Pelaksanaan Anggaran di Lingkungan
Kementerian Perhubungan ini adalah sebagai pedoman bagi seluruh unit
kerja di Lingkungan Kementerian Perhubungan dalam penyelenggaraan
pelaksanaan anggaran.
- 6 -
Tujuan ditetapkan Tata Cara Pelaksanaan Anggaran di Lingkungan
Kementerian Perhubungan ini adalah dalam rangka tersusunnya
administrasi pelaksanaan anggaran yang tertib, efisien, efektif, dan
sistematis dengan memperhatikan rasa kepatutan dan kepatuhan.
C. PengertianDalam Keputusan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disingkat
APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
2. Revisi Anggaran adalah perubahan rincian anggaran yang telah
ditetapkan berdasarkan APBN tahun berjalan dan disahkan dalam
DIPA tahun berjalan.
3. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah Menteri
yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan anggaran di
Kementerian Perhubungan.
4. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah
pegawai Kementerian Perhubungan yang memperoleh kuasa dari PA
untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab
penggunaan anggaran pada Kementerian Perhubungan.
5. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DIPA
adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang digunakan sebagai
acuan Penggunaan Anggaran dalam melaksanakan kegiatan
pemerintahan sebagai pelaksanaan APBN.
6. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga yang selanjutnya
disingkat RKA-K/L adalah dokumen rencana keuangan tahunan
Kementerian/Lembaga yang disusun menurut bagian anggaran
Kementerian / Lembaga.
7. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Kementerian Negara/Lembaga
yang selanjutnya disingkat APIP K/L adalah Inspektorat Jenderal
yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern yang
bertanggung jawab langsung kepada menteri pimpinan lembaga.
8. Surat Berharga Syariah Negara yang selanjutnya disingkat SBSN atau
dapat disebut Sukuk Negara adalah surat berharga negara yang
diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian
penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing.
- 7 -
9. Pinjaman Luar Negeri adalah setiap pembiayaan melalui utang yang
diperoleh Pemerintah dari pemberi pinjaman luar negeri yang diikat
oleh suatu perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk surat berharga
negara, yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.
10. Satuan Kerja yang selanjutnya disebut Satker adalah unit kerja di
lingkungan Kementerian Perhubungan yang melaksanakan kegiatan
Kementerian Perhubungan dan memiliki kewenangan serta tanggung
jawab penggunaan anggaran.
11. Tahun Anggaran adalah meliputi masa satu tahun mulai 1 Januari
sampai dengan 31 Desember.
12. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang transportasi.
13. Sekretaris Jenderal adalah Sekretaris Jenderal Kementerian
Perhubungan.
14. Pejabat Eselon I adalah Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal,
Direktur Jenderal, dan Kepala Badan di lingkungan Kementerian
Perhubungan.
15. Pejabat Eselon II adalah Kepala Biro, Sekretaris Inspektorat Jenderal,
Inspektur, Sekretaris Direktorat Jenderal, Direktur, Sekretaris Badan,
Kepala Pusat, dan Ketua di lingkungan Kementerian Perhubungan.
16. Kontrak Tahun Jamak adalah kontrak pengadaan barang/jasa yang
membebani lebih dari 1 (satu) Tahun Anggaran.
- 8 -
BAB IIPELAKSANAAN ANGGARAN
A. Dokumen Pelaksanaan AnggaranDokumen Pelaksanaan Anggaran terdiri dari DIPA dan Petunjuk
Operasional Kegiatan.
1. DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh
PA/KPA. DIPA disusun berdasarkan Keputusan Presiden mengenai
rincian anggaran belanja pemerintah pusat. DIPA berfungsi
sebagai dasar pelaksanaan anggaran setelah mendapat
pengesahan dari menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan negara. DIPA terbagi menjadi 2
(dua), yaitu:
a. DIPA Induk merupakan akumulasi dari DIPA per Satker yang
disusun menurut masing-masing unit eselon I;
b. DIPA Petikan merupakan DIPA per Satker yang dicetak otomatis
melalui sistem, yang berisi mengenai informasi kinerja, rincian
pengeluaran, rencana penarikan dana dan perkiraan
penerimaan, dan catatan, yang berfungsi sebagai dasar dalam
pelaksanaaan kegiatan Satker;
2. Petunjuk Operasional Kegiatan yang selanjutnya disebut POK
adalah dokumen yang memuat uraian RKA-K/L dan biaya yang
diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan. POK disusun oleh KPA
sesuai peraturan perundangan yang berlaku dan ditandatangani
oleh KPA yang kemudian salinannya diunggah melalui aplikasi
elektronik paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak terbitnya
DIPA.
B. Persiapan Pelaksanaan AnggaranDalam persiapan pelaksanaan anggaran, setelah DIPA diterima
KPA/PPK melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. meneliti atas kesesuaian rencana anggaran yang telah disusun
dengan DIPA yang telah diterima;
2. meneliti kebenaran akun untuk belanja dan jenis belanja;
3. meneliti target penerimaan;
4. meneliti sasaran dan volume yang hendak dicapai dalam DIPA/POK;
5. meneliti atas struktur Pejabat Perbendaharaan Negara;
- 9 -
6. membuat Rencana Penarikan Dana (RPD), grafìk batang (Barchart)
dan Kurva S, untuk kegiatan fisik Belanja Barang dan atau Belanja
Modal yang menggambarkan hubungan kegiatan dengan waktu
pelaksanaan rencana dan realisasi;
7. menyusun rencana kegiatan sesuai RKA-K/L dan anggaran yang
telah ditetapkan dalam DIPA/POK; dan
8. menetapkan data kegiatan strategis dan melaporkannya kepada
Eselon I.
KPA setelah melakukan hal-hal sebagaimana tersebut diatas wajib
melaporkan kepada Pejabat Eselon I terkait selambat-lambatnya 10
(sepuluh) hari kerja setelah diterimanya DIPA. Pejabat Eselon I wajib
menyampaikan Rekapitulasi Laporan Persiapan Pelaksanaan
anggaran di lingkungan masing-masing kepada Sekretaris Jenderal
selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja setelah diterimanya
DIPA. Dalam hai terdapat kesalahan atau kekeliruan yang bersifat
administratif pada DIPA/POK dan terdapat hal-hal yang tidak sesuai
dengan kebutuhan teknis operasional, sehingga diperlukan perubahan
atau pergeseran kegiatan/biaya dalam DIPA/POK setelah dilakukan
penelitian maka dapat segera dilakukan proses Revisi Anggaran sesuai
dengan kewenangan yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
- 10 -
BAB IIIREVISI ANGGARAN
Dalam pelaksanaan anggaran apabila terdapat hal-hal yang tidak sesuai
dengan aspek administrasi dan kebutuhan teknis operasional, maka KPA
dapat melakukan Revisi Anggaran sesuai dengan kewenangan yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan.
A. Jenis Revisi AnggaranRevisi Anggaran meliputi Revisi Anggaran dalam hai Pagu Anggaran
berubah, Revisi Anggaran dalam hai pagu anggaran tetap, dan Revisi
Administrasi.
1. Revisi Anggaran dalam hai pagu anggaran berubah merupakan
perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau
pengurangan pagu belanja Kementerian Perhubungan;
2. Revisi Anggaran dalam hai pagu anggaran tetap merupakan
perubahan rincian belanja yang dilakukan dengan pergeseran
rincian anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar
program yang tidak menyebabkan penambahan atau pengurangan
pagu belanja Kementerian Perhubungan; dan
3. Revisi Administrasi merupakan revisi yang disebabkan oleh
kesalahan administrasi dan/atau revisi lainnya yang ditetapkan
sebagai revisi administrasi;
Revisi Anggaran diproses sesuai kewenangan pada Direktorat Jenderal
Anggaran, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dan/atau KPA dengan
batasan dan kewenangan penyelesaian Revisi Anggaran mengacu
pada Tata Cara Revisi Anggaran sesuai dengan kewenangan yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Revisi Anggaran yang diproses sesuai kewenangan pada Direktorat
Jenderal Anggaran diusulkan melalui Sekretaris Jenderal dan
ditetapkan sebagai berikut:
1. revisi yang dilaksanakan pada Direktorat Pelaksanaan Anggaran
diusulkan melalui masing-masing Eselon I;
2. revisi yang dilaksanakan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan diusulkan oleh masing-masing Satker sesuai
ketentuan yang berlaku dan wajib dilaporkan kepada masing-
masing Eselon I terkait, paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak
Revisi Anggaran disetujui; dan
- 11 -
3. kedua Revisi Anggaran tersebut ditembuskan kepada Sekretaris
Jenderal c.q. Kepala Biro Keuangan, paling lambat 5 (lima) hari
kerja sejak Revisi Anggaran disetujui;
Revisi Anggaran yang diproses sesuai kewenangan KPA wajib
dilaporkan kepada masing-masing Eselon I terkait, paling lambat
5 (lima) hari kerja sejak Revisi Anggaran disetujui.
Terhadap revisi Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) di Lingkungan
Sekretariat Jenderal, masing-masing KPA terkait mengusulkan kepada
Biro Keuangan, dan selanjutnya Biro Keuangan melakukan
penelaahan atau penelitian terhadap POK yang disampaikan untuk
diajukan kepada Sekretaris Jenderal guna mendapat pengesahan.
B. Mekanisme Revisi AnggaranTata cara revisi anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran adalah
sebagai berikut:
1. KPA menyampaikan usulan Revisi Anggaran kepada Pejabat Eselon
I disertai kelengkapan data dukung;
2. Pejabat Eselon I mengusulkan kepada Sekretaris Jenderal usulan
Revisi Anggaran dengan disertai kelengkapan data dukung yang
dibutuhkan dengan mengunggah pada aplikasi elektronik
pelaporan pelaksanaan anggaran yang dikembangkan oleh Kantor
Pusat KementerianPerhubungan;
3. Unit Eselon I akan menerima menerima bukti pengiriman usulan
revisi yang dicetak secara otomatis melalui aplikasi;
4. Biro Keuangan akan meneliti kelengkapan data dukung sesuai
usulan Revisi Anggaran;
5. Dalam hai usulan Revisi Anggaran yang disampaikan memerlukan
penelitian lebih lanjut, Biro Keuangan dapat melaksanakan
pembahasan dengan unit Eselon I terkait;
6. Apabila setelah pembahasan terdapat dokumen yang diperlukan
untuk melengkapi usulan Revisi Anggaran, Unit Eselon I dapat
menyampaikan kembali kekurangan/perbaikan data dukung
paling lama 5 (lima) hari kerja setelah rapat pembahasan.
7. Dalam hai data dukung yang disampaikan telah lengkap, Biro
Keuangan membuat Catatan Hasil Penelitian dan selanjutnya
Kepala Biro Keuangan menyampaikan usulan Revisi Anggaran yang
telah diteliti kepada Inspektur terkait untuk dilakukan reviu oleh
- 12 -
APIP;
8. Berdasarkan hasil reviu yang dilakukan oleh APIP, Biro Keuangan
dapat memproses lebih lanjut atau mengembalikan usulan Revisi
Anggaran kepada Unit Eselon I terkait; dan
9. Sekretaris Jenderal mengusulkan Revisi Anggaran kepada Direktur
Jenderal Anggaran dengan melampirkan kelengkapan data dukung
melalui aplikasi elektronik Revisi Anggaran yang dikembangkan
oleh Kementerian Keuangan.
Tata cara Revisi Anggaran pada Direktorat Pelaksanaan Anggaran,
Direktorat Jenderal Perbendaharaan ditetapkan sebagai berikut:
1. KPA menyampaikan usulan Revisi Anggaran kepada Pejabat Eselon
I terkait disertai kelengkapan data dukung sesuai Peraturan
Menteri Keuangan dan Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan terkait Tata Cara Revisi Anggaran yang berlaku;
2. Pejabat Eselon I terkait mengusulkan kepada Direktur Jenderal
Perbendaharaan usulan Revisi Anggaran dengan disertai
kelengkapan data dukung;
3. Tata cara Revisi Anggaran pada Kantor Wilayah Ditjen
Perbendaharaan yaitu KPA menyampaikan usulan Revisi Anggaran
kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
dengan tembusan Sekretaris Jenderal dan Eselon I terkait disertai
kelengkapan data dukung sesuai Peraturan Menteri Keuangan dan
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan terkait Tata Cara
Revisi Anggaran yang berlaku; dan
4. Tata cara Revisi Anggaran oleh KPA (revisi Petunjuk Operasional
Kegiatan) dapat dilakukan sesuai dengan kewenangannya yang
diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan dan
melakukan pemutakhiran data pada Kantor Wilayah Ditjen
Perbendaharaan.
Usulan Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran paling
sedikit disertai data dukung:
1. matriks semula-menjadi;
2. Arsip Data Komputer (ADK) revisi, yang divalidasi oleh sistem
aplikasi;
3. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang
ditandatangani oleh Pejabat Eselon I;
- 13 -
4. justifikasi atau penjelasan usulan Revisi Anggaran;
5. Kerangka Acuan Kerja (KAK)/Terms Of Reference (TOR) yang
ditandatangani oleh KPA dan Pejabat Eselon II direktorat teknis
terkait;
6. Rincian Anggaran Biaya (RAB) yang ditandatangani oleh KPA yang
bersangkutan dan diketahui minimal oleh Pejabat Eselon III
direktorat teknis terkait;
7. referensi harga satuan;
8. perubahan spesifikasi teknis atau desain yang ditandatangani oleh
Pejabat Eselon II direktorat teknis terkait;
9. kurva S dan Rencana Penarikan Dana (RPD) kegiatan yang
diusulkan;
10. rincian realisasi dan sisa dana PHLN yang ditandatangani oleh KPA
dan Kepala KPPN setempat serta Annual Work Pian (AWP) atau
dokumen yang telah disetujui pemberi pinjaman/donor untuk
usulan revisi perubahan anggaran belanja yang bersumber dari
Pinjaman dan hibah luar negeri berupa lanjutan pelaksanaan
kegiatan tahun-tahun sebelumnya dan percepatan penarikan;
11. rincian realisasi tahun sebelumya yang ditandatangani oleh KPA
dan Kepala KPPN setempat untuk usulan revisi penggunaan sisa
dana penerbitan SBSN yang tidak terserap pada tahun
sebelumnya; dan
12. dokumen lainnya yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
- 14 -
BAB IVKONTRAK TAHUN JAMAK
Kontrak Tahun Jamak dapat dilakukan terhadap pekerjaan yang
penyelesaiannya lebih dari 12 (dua belas) bulan atau lebih dari 1 (satu)
Tahun Anggaran, termasuk pekerjaan yang penyelesaiannya kurang dari
12 (dua belas bulan) tetapi membebani lebih dari 1 (satu) Tahun Anggaran.
Kontrak Tahun Jamak juga dapat dilakukan dengan pertimbangan dapat
memberikan manfaat lebih apabila dikontrakkan untuk jangka waktu lebih
dari 1 (satu) Tahun Anggaran dengan jangka waktu paling lama 3 (tiga)
Tahun Anggaran. Kontrak Tahun Jamak dapat dilakukan setelah
mendapat persetujuan dari:
1. Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
transportasi; dan
2. Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan negara.
Batasan dan kewenangan Persetujuan Kontrak Tahun Jamak mengacu
pada peraturan menteri keuangan tentang Tata Cara Pengajuan
Persetujuan Kontrak Tahun Jamak yang berlaku.
A. Usulan Persetujuan Kontrak Tahun JamakUsulan persetujuan Kontrak Tahun Jamak disampaikan oleh:
a. KPA kepada pejabat Eselon I terkait; dan
b. Pejabat Eselon I kepada Menteri dengan tembusan Sekretaris
Jenderal, Kepala Biro Keuangan, dan Kepala Biro Perencanaan.
Kelengkapan data dukung atas usulan persetujuan Kontrak Tahun
Jamak dilakukan penelitian oleh Sekretariat Jenderal. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut, Sekretariat Jenderal c.q. Biro Keuangan
menindaklanjuti proses persetujuan Kontrak Tahun Jamak dengan
menyiapkan:
a. konsep surat penetapan Menteri kepada Pejabat Eselon I untuk
persetujuan Kontrak Tahun Jamak yang menjadi kewenangan
Menteri;
b. konsep surat pengajuan usulan Menteri kepada Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara
untuk persetujuan Kontrak Tahun Jamak yang menjadi kewenangan
dari Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan negara.
- 15 -
B. Perpanjangan atas Persetujuan Kontrak Tahun JamakPerpanjangan atas persetujuan Kontrak Tahun Jamak dapat diusulkan
dengan ketentuan:
a. terjadi keadaan kahar, yaitu suatu keadaan yang terjadi di luar
kehendak para pihak dalam kontrak dan tidak dapat diperkirakan
sebelumnya, sehingga kewajiban yang telah ditentukan dalam
kontrak tidak dapat dipenuhi;
b. terjadi gagal lelang/tender dengan alasan yang dapat
dipertanggungawabkan; atau
c. memberikan manfaat lebih apabila jangka waktu Kontrak Tahun
Jamak dapat diperpanjang.
Tata cara pengajuan usulan perpanjangan atas persetujuan Kontrak
Tahun Jamak adalah sebagai berikut:
a. KPA menyampaikan usulan perpanjangan atas persetujuan
Kontrak Tahun Jamak kepada pejabat Eselon I terkait; dan
b. Pejabat Eselon I mengusulkan kepada Menteri dengan tembusan
antara lain Sekretaris Jenderal, Kepala Biro Keuangan, dan Kepala
Biro Perencanaan.
Pekerjaan yang akan diusulkan perpanjangan atas persetujuan Kontrak
Tahun Jamak harus dilakukan reviu dengan ketentuan oleh:
a. Inspektorat Jenderal untuk permohonan perpanjangan atas
persetujuan Kontrak Tahun Jamak dalam hai usulan perpanjangan
tidak disertai dengan perubahan nilai persetujuan Kontrak Tahun
Jamak; dan
b. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk
permohonan perpanjangan persetujuan Kontrak Tahun Jamak
dalam hai usulan perpanjangan disertai dengan perubahan nilai
persetujuan Kontrak Tahun Jamak.
Kelengkapan data dukung atas usulan persetujuan Kontrak Tahun
Jamak yang diusulkan oleh Pejabat Eselon I mengusulkan kepada
Menteri dilakukan penelitian oleh Sekretariat Jenderal. Berdasarkan
hasil penelitian, Sekretariat Jenderal c.q. Biro Keuangan
menindaklanjuti proses perpanjangan atas persetujuan Kontrak Tahun
Jamak dengan menyiapkan:
a. konsep surat penetapan Menteri kepada Pejabat Eselon I untuk
perpanjangan atas persetujuan Kontrak Tahun Jamak yang menjadi
kewenangan Menteri; dan
- 16 -
b. konsep surat usulan Menteri kepada menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan
negara, untuk perpanjangan atas persetujuan Kontrak Tahun
Jamak yang menjadi kewenangan dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan
negara.
Permohonan perpanjangan persetujuan Kontrak Tahun Jamak diajukan
kepada Menteri paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum
periode persetujuan Kontrak Tahun Jamak berakhir.
C. Penambahan nilai pagu persetujuan Kontrak Tahun JamakPenambahan nilai pagu persetujuan Kontrak Tahun Jamak dapat
diusulkan dengan ketentuan:
a. terjadi keadaan kahar, yaitu suatu keadaan yang terjadi di luar
kehendak para pihak dalam kontrak dan tidak dapat diperkirakan
sebelumnya, sehingga kewajiban yang telah ditentukan dalam
kontrak tidak dapat dipenuhi;
b. terjadi gagal lelang/tender dengan alasan yang dapat
dipertanggungawabkan; atau
c. memberikan manfat lebih apabila jangka waktu Kontrak Tahun
Jamak dapat diperpanjang.
Tata cara pengajuan usulan penambahan nilai pagu atas persetujuan
Kontrak Tahun Jamak adalah sebagai berikut:
a. KPA menyampaikan usulan penambahan nilai pagu atas
persetujuan Kontrak Tahun Jamak kepada pejabat Eselon I terkait;
b. Pejabat Eselon I mengusulkan kepada Menteri dengan tembusan
antara lain Sekretaris Jenderal, Kepala Biro Keuangan, dan Kepala
Biro Perencanaan.
Pekerjaan yang akan diusulkan penambahan nilai pagu atas
persetujuan Kontrak Tahun Jamak harus dilakukan reviu dengan
ketentuan:
a. permohonan penambahan nilai pagu dimaksud telah sesuai dengan
hasil audit oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;
b. penambahan nilai pagu persetujuan Kontrak Tahun Jamak telah
sesuai dengan ketentuan mengenai pengadaan barang/jasa
pemerintah; dan
- 17 -
c. alasan dan dasar pertimbangan penambahan nilai pagu persetujuan
atas Kontrak Tahun Jamak yang dapat dipertanggungawabkan
beserta dokumen pendukungnya.
Kelengkapan data dukung usulan penambahan nilai pagu atas
persetujuan Kontrak Tahun Jamak yang diusulkan oleh Pejabat Eselon
I kepada Menteri dilakukan penelitian oleh Sekretariat Jenderal.
Berdasarkan hasil penelitian, Sekretariat Jenderal c.q. Biro Keuangan
menindaklanjuti proses usulan penambahan nilai pagu atas
persetujuan Kontrak Tahun Jamakdengan menyiapkan:
a. konsep surat penetapan Menteri kepada Pejabat Eselon I untuk
usulan penambahan nilai pagu atas persetujuan Kontrak Tahun
Jamak yang menjadi kewenangan Menteri;
b. konsep surat usulan Menteri kepada menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan
negara, untuk usulan penambahan nilai pagu atas persetujuan
Kontrak Tahun Jamak yang menjadi kewenangan dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan
negara.
Permohonan usulan penambahan nilai pagu atas persetujuan Kontrak
Tahun Jamak diajukan kepada Menteri paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kalender sebelum periode persetujuan Kontrak Tahun Jamak berakhir.
D.Perubahan Komposisi Pendanaan Antartahun Kontrak Tahun JamakPerubahan komposisi pendanaan antartahun dalam periode Kontrak
Tahun Jamak ditetapkan oleh Menteri. Tata cara pengajuan usulan
perubahan komposisi pendanaan antartahun dalam periode Kontrak
Tahun Jamak adalah sebagai berikut:
a. KPA menyampaikan usulan Perubahan komposisi pendanaan
antartahun dalam periode Kontrak Tahun Jamak kepada pejabat
Eselon I terkait;
b. Pejabat Eselon I mengusulkan kepada Menteri dengan tembusan
antara lain Sekretaris Jenderal, Kepala Biro Keuangan, dan Kepala
Biro Perencanaan.
Kelengkapan data dukung usulan perubahan komposisi pendanaan
antartahun dalam periode atas persetujuan Kontrak Tahun Jamak yang
diusulkan oleh Pejabat Eselon I mengusulkan kepada Menteri dilakukan
penelitian oleh Sekretariat Jenderal. Penetapan perubahan komposisi
- 18 -
pendanaan antartahun dalam periode Kontrak Tahun Jamak digunakan
sebagai dasar Revisi Anggaran sesuai ketentuan.
E. Data Dukung Kontrak Tahun JamakUsulan persetujuan, perpanjangan, penambahan nilai pagu, dan
perubahan komposisi pendanaan antartahun atas persetujuan Kontrak
Tahun Jamak dilengkapi data dukung antara lain:
a. rekomendasi teknis dari Unit Kerja teknis yang berwenang;
b. alokasi anggaran sudah tercantum dalam RKA-K/L dan anggaran
atau DIPA Satker bersangkutan;
c. rencana pelaksanaan tahunan pekerjaan yang
dicantumkan dalam prakiraan maju;
d. justifikasi yang memuat alasan dan dasar pertimbangan Kontrak
Tahun Jamak;
e. Kerangka Acuan Kerja/ Terms Of Reference (TOR) dan Rincian
Anggaran Biaya (RAB) yang telah disahkan;
f. gambar /design (spek teknis) secara menyeluruh yang telah
disahkan oleh pejabat yang berwenang; dan
g. dokumen lainnya yang dipersyaratkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
- 19 -
BAB VTATA CARA PELAPORAN PELAKSANAAN ANGGARAN
KPA wajib menyampaikan laporan monitoring pelaksanaan anggaran
melalui aplikasi elektronik yang dikembangkan oleh Kantor Pusat
Kementerian Perhubungan. Laporan monitoring pelaksanaan anggaran
yang dilaporkan/diinput antara lain:
1. data pejabat perbendaharaan;2. pagu anggaran;3. realisasi anggaran sesuai Surat Perintah Membayar dan realisasi
capaian fisik;4. rencana penarikan dana;5. kegiatan yang dikontrakkan terdiri dari:
a. rencana lelang/tender;b. posisi lelang/tender;c. posisi kontrak/tender;d. realisasi kontrak (keuangan dan fisik), nilai kontrak, nomor
kontrak, nama kontraktor, alamat kontraktor, tanggal mulai, dan selesai kegiatan;
e. foto-foto kemajuan kegiatan;f. koordinat kegiatan; dang. Kerangka Acuan Kerja (KAK)/Terms Of Reference (TOR), Rincian
Anggaran Biaya (RAB), dan dokumen pendukung lainnya.6. Dokumen DIPA dan POK (awal dan revisi) termasuk Arsip Data
Komputer (ADK); dan
7. data kelengkapan administrasi lainnya.
Kepatuhan pelaporan pelaksanaan anggaran melalui aplikasi elektronik
merupakan salah satu faktor penilaian kinerja Satker. Eselon I wajib
memonitor dan melaporkan pelaksanaan anggaran kepada Sekretaris
Jenderal c.q. Biro Keuangan, meliputi:
1. realisasi anggaran dan Rencana Penarikan Dana;2. Kegiatan Kontraktual meliputi rencana lelang/tender, proses
lelang/tender, dan sudah kontrak;3. prognosa akhir Tahun Anggaran dan mencantumkan prediksi
anggaran yang tidak dapat terserap;4. kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan hingga akhir Tahun Anggaran;5. tunggakan hingga tahun berjalan;6. kegiatan yang masih menjadi catatan halaman IV DIPA (blokir); dan7. kegiatan Kontrak Tahun Jamak.
- 20 -
Pelaporan pelaksanaan anggaran tersebut disampaikan paling lambat
tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan berikutnya.
Sekretaris Jenderal mengawasi pelaksanaan anggaran dan dapat
memberikan teguran tertulis terhadap ketidakpatuhan pelaporan
pelaksanaan anggaran. masing-masing Satker wajib melakukan
pemutakhiran laporan monitoring pelaksanaan anggaran setiap ada
perubahan.
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BUDI KARYA SUMADI