Upload
lycong
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
Kata Pengantar
Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dijelaskan bahwa tujuan
Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai
tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
serta mengatur dan mengawasi bank.
Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum otonomi daerah, setiap Kantor Bank
Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut berperan sebagai
”economic intelligent and research unit” yang diharapkan mampu memberikan informasi
ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan
masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan kebijakan moneter
yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun
dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Utara, yang berisi kajian dan
analisis meliputi tingkat inflasi, PDRB, dan kinerja produksi kegiatan dunia usaha, perbankan
dan sistem pembayaran serta keuangan daerah secara triwulanan.
Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui
penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder
maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti
pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di
daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas
dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.
Manado, 30 September 2008
BANK INDONESIA MANADO
UJeffrey KairupanU
Pemimpin
2
Daftar Isi
RINGKASAN EKSEKUTITF halaman 4
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 12
Sisi Permintaan halaman 12
Sisi Penawaran halaman 22
Analisis LQ (Location Quatient) halaman 33
Boks. 1 World Ocean Conference (WOC) Tahun 2009 dan Dampaknya Bagi
Perekonomian Sulampua (Sulawesi, Maluku dan Papua)
halaman 35
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 38
Inflasi Tahunan (Y.o.Y) halaman 38
Inflasi Bulanan (M.t.M) halaman 39
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 43
Fungsi Intermediasi halaman 43
Risiko Kredit halaman 54
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat halaman 58
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 61
Keuangan Daerah di Tingkat Provinsi halaman 62
Keuangan Daerah Sulawesi Utara (Kab/Kota/Provinsi) halaman 65
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 69
Perkembangan Aliran Uang Kartal halaman 69
Penemuan Uang Palsu halaman 73
Perkembangan Kliring Lokal (Tunai) halaman 74
RTGS (Real Time Gross Settlement) halaman 74
Boks. 2 Pola Aliran Uang Kartal di Wilayah Kerja KBI Manado
Menjelang dan Saat Perayaan Hari Raya Idul Fitri 1429 H
halaman 76
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
halaman 78
Pengangguran halaman 78
Kemiskinan halaman 80
Rasio Gini halaman 82
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) halaman 83
3
PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI halaman 85
Prospek Pertumbuhan Ekonomi halaman 85
Prakiraan Inflasi halaman 93
LAMPIRAN halaman 95
Daftar Istilah dan Singkatan halaman 97
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56 Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431-866933 Email : [email protected]
4
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan Makro Ekonomi Regional
Triwulan III - 2008 diwarnai oleh problematika yang terjadi di pasar
keuangan global serta dampaknya pada perekonomian Indonesia.
Perlambatan ekonomi dunia, saat ini telah dirasakan di beberapa
negara industri maju, dan mulai merambat pada negara emerging
markets termasuk Indonesia. Terlepas dari masih kuatnya
fundamental ekonomi Indonesia, sentimen negatif yang
ditimbulkan dari krisis telah mendorong pelarian modal asing
keluar. Hal ini memberi tekanan pada bursa saham dan nilai tukar
rupiah. Indeks harga saham mencatat penurunan tajam dan nilai
tukar rupiah melemah. Walaupun secara nasional dampak krisis
keuangan AS mulai dirasakan namun khusus Sulawesi Utara
pengaruhnya belum terlalu besar. Hal ini tercermin dari laju
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III – 2008
yang tumbuh 7,06% (y.o.y).
Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan ekonomi terutama
didorong oleh kegiatan ekspor dan investasi. Membaiknya kinerja
ekspor khususnya ekspor antar negara didorong oleh
meningkatnya permintaan terhadap komoditas pertanian antara
lain bungkil serta CNO/CCO (minyak mentah dari kopra).
Sedangkan meningkatnya kegiatan investasi terutama didorong
oleh terus meningkatnya aktivitas permbangunan berbagai sarara
dan prasarana fisik penunjang World Ocean Conference (WOC)
baik dilakukan oleh pihak pemerintah maupun swasta.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi disumbangkan oleh
seluruh sektor yang ada bahkan melebihi kinerja pada triwulan
yang sama tahun sebelumnya kecuali sektor pertanian. Tercatat,
sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR)
Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III – 2008 tumbuh 7,06% (y.o.y)...
Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh kegiatan ekspor dan investasi...
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada...
5
dan sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan andil yang
dominan dalam struktur perekonomian Sulawesi Utara.
Dibandingkan periode-periode sebelumnya, struktur ekonomi
Sulawesi Utara dalam triwulan laporan sedikit mengalami
pergeseran dimana sebelumnya sektor pertanian selalu menjadi
tulang punggung perekonomian namun dalam triwulan ini
pertumbuhannya relatif terbatas yaitu hanya 1,72% (y.o.y).
Perlambatan pertumbuhan sektor ini terutama disebabkan oleh
kontraksi sub sektor tanaman perkebunan yang kemudian menarik
ke bawah laju pertumbuhan sektor pertanian secara keseluruhan.
Perkembangan Inflasi Daerah
Secara umum, tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado
selama triwulan III - 2008 memperlihatkan peningkatan
dibandingkan periode sebelumnya. Pada September 2008, inflasi
Kota Manado tercatat 13,15% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan
akhir triwulan lalu yang tercatat sebesar 11,03% (y.o.y) serta
periode yang sama tahun lalu sebesar 7,97% (y.o.y). Demikian pula
bila dibandingkan dengan laju inflasi Nasional sebesar 12,14%
(y.o.y) maka angka inflasi Kota Manado masih jauh lebih tinggi.
Secara akumulasi, hingga Septmber 2008 inflasi Kota Manado
tercatat sebesar 9,52% (y.t.d) lebih tinggi dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 6,42% (y.t.d).
Berdasarkan sumber tekananannya, laju inflasi selama triwulan
laporan terutama didorong oleh menguatnya permintaan domestik
berkenaan dengan persiapan perayaan hari raya keagamaan Idul
Fitri dan Lebaran Ketupat. Berdasarkan kelompok barang dan jasa,
laju inflasi terutama disumbangkan oleh kelompok perumahan, air,
listrik, gas, dan bahan bakar; serta kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau. Beberapa komoditas yang
mengalami kenaikan harga selama triwulan laporan di antaranya
adalah : semen, air kemasan, tomat sayur, mujair, daging ayam ras
Tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado memperlihatkan peningkatan...
...struktur perekonomian Sulawesi Utara mengalami pergeseran...
Berdasarkan sumber tekanannya, laju inflasi didorong oleh menguatnya permintaan domestik...
6
dan telur ayam ras. Khusus untuk harga daging ayam ras dan telur
ayam ras, peningkatannya lebih disebabkan oleh faktor kenaikan
harga jagung dan kedelai di pasar internasional sebagai bahan
baku pakan ternak.
Perkembangan Perbankan Daerah
Likuiditas perbankan nasional mengalami tekanan yang disebabkan
oleh sulitnya mendapatkan pinjaman dana di pasar keuangan. Hal
ini dipicu oleh bergugurannya beberapa lembaga pembiayaan
dunia sebagai dampak krisis subprime mortgage di AS sehingga
perbankan semakin hati-hati dalam memberikan pembiayaan.
Kondisi serupa juga tercermin pada perbankan Sulawesi Utara
tercermin dari meningkatnya persaingan bank-bank dalam
merebut dana dengan berusaha menawarkan tingkat bunga yang
lebih tinggi kepada masyarakat. Berdasarkan dana yang ada, trend
kenaikan suku bunga simpanan sudah dimulai sejak April 2008.
Untuk posisi September 2008, tingkat rata-rata suku bunga
deposito 1 bulan tercatat sebesar 6,53% per tahun. Kondisi
likuiditas perbankan yang ketat juga tercermin dari mulai
melambatnya pertumbuhan kredit pada posisi September 2008
walaupun masih tetap tumbuh positif.
Namun demikian, secara umum kinerja perbankan di Sulawesi
Utara masih cukup baik tercermin dari peningkatan total aset,
kredit dan dana pihak ketiga, dengan disertai membaiknya
berbagai rasio fungsi intermediasi (LDR) dan kualitas kredit (NPL).
Total aset perbankan di Sulawesi Utara hingga akhir triwulan
laporan mencapai Rp 11.222 milliar naik 13,29% (y.o.y). Kenaikan
total aset ini terutama disebabkan oleh meningkatnya jumlah
kredit yang berhasil disalurkan dari Rp6.079 milliar di akhir Q3 –
2007 menjadi Rp8.258 milliar pada Q3 -2008 atau naik 35,85%
(y.o.y).
...fungsi intermediasi dan kualitas kredit mengalami perbaikan...
Likuiditas perbankan nasional mengalami tekanan...
Kinerja perbankan di Sulawesi Utara masih cukup baik....
7
Sementara itu, total dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil
dihimpun mencapai Rp7.765 milliar atau naik 20,65% (y.o.y)
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan
dana ini lebih lambat dibandingkan triwulan lalu. Salah satu
faktornya adalah terus meningkatnya biaya hidup akibat kenaikan
harga BBM yang memaksa masyarakat untuk mengurangi saving
yang selama ini dilakukannya. Sementara itu, fungsi intermediasi
perbankan berjalan baik tercermin dari peningkatan rasio LDR
(Loan to Deposit Ratio) dari dari 93,46% di triwulan III – 2007
menjadi 108,04% pada triwulan III – 2008. Peningkatan rasio LDR
ini lebih disebabkan oleh laju pertumbuhan kredit yang lebih
significant dibandingkan pertumbuhan dana. Seiring dengan
membaiknya fungsi intermediasi perbankan, kualitas kredit juga
mengalami perbaikan tercermin dari penurunan rasio NPL (Non
Performing Loan) dari 6,29% di triwulan III – 2007 menjadi 3,88%
pada triwulan III – 2008.
Kinerja BPR cukup baik tercermin dari meningkatnya total aset
mencapai jumlah Rp191,4 milliar, DPK mencapai Rp142,5 milliar,
dan kredit mencapai Rp150,2 milliar serta membaiknya kualitas
kredit tercermin dari menurunnya rasio NPL dari 4,2% di triwulan
III – 2007 menjadi 3,2% pada triwulan III – 2008. Membaiknya
kinerja BPR diiringi pula dengan peningkatan fungsi intermediasi
tercermin dari rasio LDR yang naik dari 109,3% di triwulan III -
2007 menjadi 111,1% pada triwulan III – 2008.
Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)
Alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke
kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara terus meningkat. Secara
total, jumlah alokasi dana dari pemerintah pusat ke provinsi,
kabupaten dan kota di Sulawesi Utara pada Tahun 2008 mencapai
Rp4,33 Triliun atau naik 16,54% dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada tingkat provinsi, target penerimaan APBD di Tahun 2008
ditetapkan sebesar Rp847,28 milliar sedangkan target pengeluaran
Kinerja BPR cukup baik tercermin dari peningkatan total aset, DPK dam kredit serta membaiknya NPL dan LDR..
Alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara terus meningkat...
8
sebesar Rp885,58 milliar. Sampai dengan Q2 – 2008, kinerja
keuangan daerah di tingkat provinsi menunjukkan hasil yang
menggembirakan tercermin dari peningkatan persentase realisasi
penerimaan dan pengeluaran dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya. Realisasi penerimaan daerah sampai dengan
Q3–2008 mencapai Rp667,55 milliar atau 78,79% dibandingkan
target awal Tahun 2008. Pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan
periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar 74,11%.
Sedangkan realisasi pengeluaran daerah sampai dengan Q3 – 2008
mencapai jumlah Rp559,79 milliar atau 63,27% dibandingkan
target awal tahun. Pencapaian ini juga masih lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar
55,90%.
Perkembangan Sistem Pembayaran
Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado
pada triwulan III - 2008 berada pada kondisi net outflow sebesar
Rp268 milliar yang berarti aliran uang keluar dari khasanah lebih
besar dibandingkan aliran uang masuk. Hal ini merupakan salah
satu indikasi bahwa perekonomian Sulut kembali bergairah
walaupun di akhir Mei 2008 lalu pemerintah mengeluarkan
kebijakan untuk menaikkan harga BBM rata-rata sebesar 28%.
Beberapa faktor yang mendorong meningkatnya penggunaan
uang kartal selama triwulan laporan adalah (1) Berlangsungnya
masa liburan sekolah dan dimulainya tahun ajaran baru bagi para
siswa/mahasiswa di awal triwulan laporan yang mendorong
peningkatan permintaan secara umum, (2) Berlangsungnya bulan
suci puasa yang diikuti dengan perayaan Idul Fitri 1 Syawal 1429 H
pada akhir triwulan laporan. Hal ini juga turut mendorong
meningkatnya permintaan masyarakat. Meningkatnya permintaan
masyarakat (aggregat demand) selama triwulan laporan
selanjutnya ditransmisikan pada meningkatnya kebutuhan
masyarakat akan kebutuhan uang kartal. Mengacu pola aliran
Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado selama triwulan III – 2008 berada pada kondisi net outflow...
9
uang kartal pada tahun-tahun sebelumnya, kondisi net outflow
selama triwulan laporan merupakan suatu pola musiman.
Sementara itu, Bank Indonesia berupaya memelihara kualitas uang
kartal yang diedarkan, melakukan kegiatan Pemberian Tanda Tidak
Berharga (PTTB) dalam bentuk pemusnahan terhadap uang yang
sudah tidak layak edar. Selama triwulan laporan, rasio PTTB
terhadap aliran uang kartal masuk tercatat sebesar 114,74%, lebih
tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang
tercatat sebesar 60,02%. Secara nominal, jumlah uang yang diberi
tanda tidak berharga selama triwulan laporan sebesar Rp118 milliar
atau naik 87,30% dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya.
Kegiatan liring lokal (tunai) dan RTGS (Real Time Gross Settlement)
menunjukkan perkembangan yang menggembirakan dari waktu ke
waktu. Sampai dengan triwulan III – 2008, jumlah rata-rata harian
lembar warkat yang dikliringkan tercatat 1.386 lembar atau turun
1,84% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Namun demikian, secara nominal terjadi peningkatan jumlah rata-
rata harian kliring dari Rp25,39 milliar di triwulan III – 2007 naik
menjadi Rp28,63 milliar pada triwulan III – 2008 atau meningkat
12,76% (y.o.y). Sama halnya dengan perkembangan kliring lokal,
RTGS sebagai salah satu sarana penyelesaian transaksi non tunai
juga memperlihatkan peningkatan aktivitas transaksi. Selama
triwulan I - 2008, perkembangan total volume transaksi melalui
RTGS (dari/ke/dalam Kota Manado) mencapai 16.233 lembar atau
meningkat 18,38% (y.o.y). Demikian pula dengan nilai nominal
penyelesaiannya yang secara tahunan tumbuh 29,50% mencapai
jumlah Rp26,2 Triliun. Peningkatan jumlah nominal dan volume
transaksi melalui kliring dan RTGS tersebut semakin menegaskan
bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan
yang positif.
Kegiatan kliring lokal (tunai) dan RTGS (Real Time Gross Settlement) memperlihatkan peningkatan aktivitas...
10
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan
Kesejahteraan Masyarakat
Perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada posisi
Maret 2008 tidak mengalami perbedaan dibandingkan periode
Agustus 2007 sebagaimana tercermin dari rasio TPT (Tingkat
Pengangguran Terbuka) sebesar 12,35% mencapai jumlah
129.302 orang atau sama dengan rasio TPT periode Agustus 2007.
Namun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya,
terdapat sedikit penurunan TPT yaitu dari 13,0% menjadi 12,35%.
Menurut sebarannya, TPT penduduk perkotaan lebih tinggi
dibandingkan TPT penduduk pedesaan. Membaiknya angka
ketenagakerjaan ini ternyata diiringi pula oleh menurunnya angka
kemiskinan untuk posisi Maret 2008 yang tercatat 10,10% atau
berjumlah 223,5 ribu orang. Angka kemiskinan ini lebih rendah
dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 11,42%.
Berdasarkan lokasinya, sebagian besar masyarakat miskin di
Provinsi Sulawesi Utara (67,51%) berdomisili di daerah pedesaan
sedangkan sisanya berada di perkotaan. Beberapa sektor/lapangan
usaha yang banyak digeluti dan menyerap banyak tenaga kerja
diantaranya adalah sektor pertanian, perdagangan dan angkutan.
Outlook Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Sulawesi Utara Tahun 2008 diprakirakan masih
dapat tumbuh tinggi di kisaran 7,0 - 7,2% (y.o.y). Faktor
pendorong utama adalah ekspor yang mencatat kinerja yang tinggi
selama semester pertama didorong oleh meningkatnya harga
komoditas serta tetap tingginya pertumbuhan ekonomi negara
berkembang dan konsumsi rumah tangga yang masih cukup kuat.
Dampak kenaikan harga BBM terhadap konsumsi swasta ternyata
tidak sedalam prakiraan semula. Pertumbuhan investasi
diprakirakan mengalami peningkatan terutama didorong oleh
investasi bangunan seiring dengan kuatnya pertumbuhan konsumsi
swasta dan ekspor. Dari sisi penawaran, sektor PHR serta sektor
...TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) di Sulawesi Utara pada Maret 2008 mengalami penurunan...
Perekonomian Sulawesi Utara Tahun 2008 diperkirakan tumbuh 7,0 – 7,2% (y.o.y)...
11
pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tumbuh tinggi seiring
dengan konsumsi swasta yang lebih kuat.
Outlook Inflasi Regional
Prospek inflasi hingga akhir Tahun 2008 diprakirakan berada pada
kisaran 9,0 – 11,0% (y.o.y). Namun demikian tekanan inflasi pada
triwulan mendatang diperkirakan akan sedikit lebih rendah
dibandingkan saat ini. Sumber tekanan inflasi pada triwulan
mendatang terutama didorong oleh meningkatnya permintaan
masyarakat menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2009.
Namun demikian, peningkatan permintaan masyarakat tersebut
diperkirakan akan segera diantisipasi oleh pemerintah daerah
dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan bersama-sama
dengan Bank Indonesia dan instanasi lainnya yang tergabung
dalam Forum Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Sementara itu,
para pelaku usaha khususnya distributor kebutuhan pokok, dalam
beberapa kesempatan / pertemuan mengatakan bahwa stok
barang yang berada di gudang mereka sanggup memenuhi
kebutuhan masyarakat hingga 3-4 bulan yang akan mendatang.
Selain itu, kecenderungan penurunan harga-harga komoditas
internasional yang diikuti oleh turunnya inflasi di negara-negara
mitra dagang diprakirakan akan berdampak positif terhadap
turunnya inflasi domestik.
Prospek inflasi hingga akhir Tahun 2008 diprakirakan berada pada kisaran 9,0 – 11,0% (y.o.y)...
12
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Triwulan III - 2008 diwarnai oleh problematika yang terjadi di pasar keuangan global serta
dampaknya pada perekonomian Indonesia. Perlambatan ekonomi dunia, saat ini telah
dirasakan di beberapa negara industri maju, dan mulai merambat pada negara emerging
markets termasuk Indonesia. Gejolak yang terjadi di pasar global, tidak dapat dihindari
terasa mengalir dan menyebar pada ekonomi Indonesia. Terlepas dari masih kuatnya
fundamental ekonomi Indonesia, sentimen negatif yang ditimbulkan dari krisis telah
mendorong pelarian modal asing keluar. Hal ini memberi tekanan pada bursa saham dan
nilai tukar Rupiah. Indeks harga saham mencatat penurunan tajam dan nilai tukar rupiah
melemah.
Di tengah gejolak keuangan global dan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia,
perekonomian Indonesia pada triwulan III - 2008 masih mencatat pertumbuhan yang tinggi.
PDB triwulan III-2008 diprakirakan akan tumbuh sebesar 6,3% (y.o.y), setelah mencatat
pertumbuhan sebesar 6,4% (y.o.y) pada triwulan II - 2008. Kegiatan konsumsi rumah
tangga diperkirakan menjadi motor pertumbuhan tersebut. Masih tingginya pertumbuhan
konsumsi tersebut ditopang oleh masih kuatnya daya beli dan meningkatnya sumber
pembiayaan konsumsi. Komponen permintaan domestik lainnya, yaitu investasi, juga
menunjukkan pertumbuhan yang tinggi, terutama pada investasi non bangunan. Namun,
melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia berimbas pada melemahnya pertumbuhan
ekspor Indonesia walaupun masih dalam level yang tinggi. Sementara itu, impor
diperkirakan tumbuh tinggi sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik dan
kebutuhan ekspor. Walaupun secara nasional dampak krisis keuangan AS mulai dirasakan
namun khusus Sulawesi Utara pengaruhnya belum terlalu besar. Hal ini tercermin dari laju
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang tumbuh 7,06% (y.o.y), lebih tinggi
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,53% (y.o.y).
A. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III - 2008
terutama didorong oleh kegiatan ekspor dan investasi. Membaiknya kinerja ekspor
khususnya ekspor antar negara diakibatkan oleh meningkatanya permintaan terhadap
komoditas pertanian antara lain bungkil serta CNO/CCO (minyak mentah dari kopra).
13
Sedangkan meningkatnya kegiatan investasi terutama didorong oleh terus meningkatnya
aktivitas permbangunan berbagai sarara dan prasarana fisik penunjang World Ocean
Conference (WOC) baik dilakukan oleh pihak pemerintah maupun swasta.
Tabel 1.1. Pertumbuhan dan Kontribusi PDRB Provinsi Sulawesi Utara
Menurut Jenis Penggunaan (%)
Q3 Kontribusi Q3*) KontribusiKonsumsi 2.40 2.56 2.44 1.74 2.91 2.00
Konsumsi Swasta 2.19 2.85 2.47 1.20 2.30 1.07Konsumsi Pemerintah 2.80 2.01 2.37 0.55 4.20 0.93
PMTB 14.70 19.08 24.75 5.05 12.10 2.89
Stok 81.72 15.35 113.08 0.99 50.24 0.88
Ekspor 19.46 5.76 -1.14 -0.55 72.87 32.54
Impor 21.54 5.23 1.71 0.70 80.00 31.25
PDRB 6.18 6.47 6.53 6.53 7.06 7.06
Jenis Penggunaan 2006 20072007 2008
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
1. Konsumsi
Gejolak perekonomian global yang berimbas pada perekonomian nasional dan regional
diperkirakan akan membawa dampak pada penurunan kegiatan konsumsi akibat
menurunnya daya beli masyarakat. Belum hilang dari ingatan dampak kebijakan pemerintah
untuk menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) akhir Mei 2008 lalu, saat ini masyarakat
dihadapkan pada potensi penurunan daya beli akibat menurunnya pendapatan serta
tingginya tekanan inflasi. Walaupun demikian, hingga akhir triwulan laporan, kegiatan
konsumsi di Sulawesi Utara masih tumbuh 2,91% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 2%
terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum. Beberapa even yang mendorong
meningkatnya aktivitas konsumsi masyarakat selama triwulan laporan diantaranya adalah
berlangsungnya masa liburan sekolah dan tahun ajaran baru serta persiapan perayaan hari
raya Idul Fitri 1429 H yang jatuh pada awal Oktober 2008. Selain itu meningkatnya realisasi
belanja pemerintah daerah yang hingga triwulan III – 2008 telah mencapai 63,27% dari
target awal tahun juga turut memberikan andil bagi peningkatan kegiatan konsumsi
khususnya konsumsi pemerintah.
Menurut komponen pembentuknya, peningkatan konsumsi terjadi baik pada kegiatan
konsumsi swasta (masyarakat dan perusahaan) maupun konsumsi pemerintah yang masing-
masing tumbuh 2,30% (y.o.y0 dan 4,20% (y.o.y). Hal ini antara lain dapat dikonfirmasi
melalui hasil Survey Konsumen (SK) Kota Manado yang menunjukkan indeks kondisi
ekonomi saat ini kembali berada pada level optimis (indeks > 100) yaitu 105,33 setelah
14
sebelumnya sejak Mei hingga Agustus 2008 selalu berada pada level pesimis ( indeks <
100). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden yaitu
masyarakat Kota Manado menilai bahwa kondisi perekonomian saat ini lebih baik
dibandingkan 3-6 bulan yang lalu. Namun demikian walaupun indeks kondisi ekonomi
mengalami perbaikan, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, posisi indeks
pada September 2008 relatif masih lebih rendah. Menurut komponen pembentuknya,
indeks penghasilan saat ini dan indeks pembelian barang tahan lama mencatat kenaikan
dan telah berada pada level optimis sedangkan indeks ketersediaan lapangan kerja masih
berada pada kondisi pesimis.
.
2. Investasi
Di tengah-tengah keterbatasan infrastruktur, pasokan energi, dan meningkatnya tekanan
inflasi, kegiatan investasi selama triwulan III – 2008 masih tetap tumbuh positif. Kegiatan
investasi yang tercermin dari nilai tambah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh
12,10% (y.o.y) dengan kontribusi 2,89% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara
umum. Perkembangan kegiatan investasi antara lain dapat dikonfirmasi dengan
perkembangan indeks bahan bangunan berdasarkan hasil Survey Penjualan Eceran (SPE)
Kota Manado yang memperlihatkan trend kenaikan dari 187,1 pada September 2007
meningkat menjadi 239,6 atau tumbuh 28%.
Grafik 1.1. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 1.2. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado
nado
Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado
80
90
100
110
120
130
140
150
J FM A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J FM A M J J A S O N D J FM A M J J A S
2005 2006 2007 2008
Indeks Keyakinan KonsumenKondisi Ekonomi Saat Ini
Ekspektasi Konsumen
40
60
80
100
120
140
160
J F M A M J J A S O N D J FM A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S
2005 2006 2007 2008
Kondisi Ekonomi Saat Ini Penghasilan Saat Ini
Pembelian Barang Tahan Lama Ketersediaan Lap. Kerja
15
Grafik 1.3. Pertumbuhan Indeks Bahan Bangunan dan Kredit Konstruksi
(20)
-
20
40
60
80
100
120
140
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S
2006 2007 2008
Pertumbuhan Indeks Bahan Bangunan (y.o .y)
Pertumbuhan Kredit Konstruksi (y.o .y)
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado
Sementara itu, berbagai persiapan terkait dengan penyelenggaraan World Ocean
Conference (WOC) di Tahun 2009 antara lain berupa pembangunan berbagai proyek jalan,
jembatan, lapangan udara dan infrastruktur lainnya juga turut andil mendorong laju
pertumbuhan kegiatan investasi selama triwulan laporan. Melalui penyelenggaraan WOC
diperkirakan Sulawesi Utara akan mampu menyerap dana ± Rp 5 – 6 Triliun baik yang
berasal dari dana APBN, APBD dan investor swasta, dengan rincian sebagai berikut :
1. Alokasi dana APBD kabupaten/kota/provinsi bagi suksesnya penyelenggaraan WOC
yang jumlahnya ± Rp 1,2 Triliun.
2. Alokasi dana APBN melalui beberapa instansi vertikal seperti departemen pekerjaan
umum, departemen perhubungan, departemen kesehatan, dll, yang total jumlah
dananya hampir mencapai Rp 859 milliar, dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
Tabel 1.2.
Pembangunan Infrastruktur Penunjang WOC K E G I A T A N TARGET Rencana Biaya
(dlm Milliar Rp)Pekerjaan UmumPembangunan Jln Manado-Mapanget 11.8 km 66.0 Pembangunan Jembatan Soekarno 491 m 180.0 Pengembangan Air Minum 40 ltr/det 15.0 Pembangunan Jalan Boulevard II 4 km 40.0 Pembangunan Drainase dalam kota 25 km 19.5 Normalisasi dan Perkuatan Tebing Sungai 1 km 7.5 Pembangunan Jalan Ring Road II 7,7 km 146.4 Pembangunan Jembatan Sario 25 m 7.5 Saringan Sampah Hidrolik 3 lokasi 70.0 Pembangunan RS Taraf Internasional 1 unit 150.0 Perhubungan Perluasan Apron Bandara Sam Ratulangi 29.622 M2 50.0 Perluasan Terminal Penumpang Bandara 9.000 M2 73.4 Perluasan Lapangan Parkir Bandara 8.500 M2 6.7 Pengadaan Garbarata 2 unit 8.0 Pemasangan Eskalator 2 unit 3.0 Pembangunan Dermaga Penyeberangan Bunaken 6.0 Pembangunan Dermaga Penyeberangan Manado 6.0 Pengadaan Kapal Penyeberangan Manado-Bunaken 5.0
859.99 TOTAL
16
3. Dana yang bersumber dari masuknya investor swasta untuk berinvestasi di Provinsi
Sulawesi Utara diantaranya dengan melakukan pembangunan delapan hotel baru
dengan nilai investasi sebesar Rp 968 milliar serta proses pembangunan Grand
Kawanua International City dengan nilai investasi ± Rp1,25 trillun yang peletakan batu
pertamanya dilaksanakan pada awal Tahun 2008 dan saat ini sedang dalam proses
pengerjaan. Pembangunan Grand Kawanua International City tersebut nantinya akan
mengambil konsep hunian di tengah kota dengan berbagai sarana dan prasarana
pendukung diantaranya adalah rumah sakit internasional, gedung convention centre
yang mampu menampung lebih dari 3000 orang, lapangan golf 18 hole, pusat bisnis
serta Hotel Accord (berbintang 5). Semuanya ini diperkirakan akan memberikan nilai
tambah yang cukup besar bagi kegiatan investasi.
Tabel 1.3. Pembangunan Hotel – Hotel Baru Pendukung WOC
Dari sisi pembiayaan, jumlah kredit produktif yang disalurkan guna mendukung kegiatan
investasi masih relatif kecil. Namun, trend yang ada menunjukkan perkembangan yang
positif di mana pada akhir triwulan laporan kredit produktif (modal kerja dan investasi) yang
berhasil disalurkan mencapai Rp4,32 Triliun atau meningkat 51,07% dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan kegiatan investasi juga tercermin dari struktur
impor Sulawesi Utara dimana hampir seluruhnya merupakan jenis barang modal antara lain
dalam bentuk mesin, perkakas dan peralatan lain. Sejak Januari s.d. Agustus 2008, nilai
impor barang modal tercatat sebesar USD 8,72 juta dengan volume sebesar 6,18 ribu ton.
No. Nama Hotel Investasi Kapasitas Kamar
Ket Alamat
1 Sintesa Peninsula Rp 150 Milliar 300 * 5 Jl. Sudirman 2 Novotel Rp 98 Milliar 250 * 5 Jl. A. Maramis Kayuwatu3 Swiss Bell Maleosan Rp 91 Milliar 250 * 4 Jl. Sudirman4 Aston Hotel Rp 30 Milliar 110 * 4 Jl. Sudirman 5 Accord Ibis/Formula I Rp 360 Milliar 200 * 5 Jl. Boelevard6 Gran Central 2/Travello Rp 30 Milliar 100 * 4 Jl. Sudirman7 Sutan Radja Rp 200 Milliar 250 * 5 Kalawat Minut8 Lucky Inn Rp 9 Milliar 40 Melati Jl. Monginsidi
Rp 968 Milliar 1,500 Total
17
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum
3. Ekspor – Impor
Nilai tambah kegiatan ekspor Sulawesi Utara pada triwulan III - 2008 tumbuh significant
sebesar 72,87% (y.o.y), meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang justru
mengalami kontraksi 1,14% (y.o.y). Berdasarkan komponen penyusunnya, membaiknya
kinerja ekspor terutama disumbangkan oleh ekspor antar negara yang meningkat 115,97%
(y.o.y), sedangkan ekspor antar pulau/provinsi hanya tumbuh 13,71% (y.o.y). Tercatat total
ekspor pada periode Januari – Agustus 2008 sebesar USD 514,9 Juta atau meningkat
44,78% (y.o.y) dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2007.
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Agustus 2008
Berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri terutama dalam bentuk kelompok
bahan makanan dan kelompok minyak nabati dan hewani (animal or vegetable fats and
Grafik 1.4. Pertumbuhan Kredit Produkif (%)
Grafik 1.5. Nilai Transaksi Impor Barang Modal (USD)
Grafik 1.6. Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Sulawesi Utara
Sumber : Direktorat Statistik Moneter Bank Indonesia *) s.d. Agustus 2008
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008*
Vo lume (Ribu Ton) Nilai (Juta USD)
-
200
400
600
800
1,000
1,200
Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08*
Volume (Ribu Ton)
Nilai (Juta USD)
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
(%)
5
0
-
-
951
-
4,046
6,238
36,907
60,821
8,676
44
119
6
180
- 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000
2004
2005
2006
2007
2008*)
M anufaktur / Barang M odal
Pertambangan dan Penggalian
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
18
oils) antara lain kopra, minyak kelapa (Virgin Coconut Oil (VCO) dan ikan dengan negara
tujuan utama adalah Belanda, Amerika Serikat, dan China. Krisis keuangan yang terjadi di
Amerika Serikat diperkirakan akan menurunkan kinerja perekonomian negara tersebut yang
berimbas pada menurunnya permintaan akan produk impor termasuk produk yang berasal
dari Indonesia. Namun, dominasi AS sebagai negara tujuan utama ekspor Sulawesi Utara,
sedikit demi sedikit mulai bergeser ke Australia dan pasar negara berkembang seperti
China, Korea Selatan dan India. Sehingga dampak krisis keuangan AS diharapkan tidak
berpengaruh significant pada kinerja ekspor Sulawesi Utara. Hal yang perlu diantisipasi dan
mendapat perhatian adalah perkiraan meluasnya dampak krisis keuangan di AS yang tidak
hanya memukul kinerja perekonomian AS namun juga negara lainnya.
Tabel 1.4. Komoditi Utama Ekspor Sulawesi Utara
(dalam ribu USD)
KELOMPOK 2003 2004 2005 2006 2007 2008*)
Food & Live Animals 59,488 95,367 112,762 68,547 128,552 104,683
Beverages & Tobacco - 39 - 6 - -
Crude Materials, Inedible 4,757 7,624 13,127 4,280 2,107 1,382
Mineral Fuels, Lubricants, etc - - - - - -
Animal & Vegetable Oils & Fats 69,520 142,611 245,181 186,296 421,595 399,475
Chemical 420 165 2,436 2,492 4,211 3,032
Manufactured Goods 500 1,999 1,094 1,611 566 292
Machinery & Transport Eqp 56 125 25 87 145 81
Misc. Manufactured Articles 253 225 378 234 182 223
Commodities & Transaction Nes - - 7,290 9,810 - 5,772
TOTAL 134,995 248,155 382,294 273,363 557,359 514,940 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
*) s.d. Agustus 2008
Grafik 1.7. Negara Tujuan Utama Ekspor Sulawesi Utara
Tujuan 2005 2006 2007 2008*)
Nilai Ekspor 382,294 273,363 557,359 514,940
Belanda 22.61 15.98 38.52 31.70
Amerika Serikat 25.41 17.18 14.93 14.90
China 17.91 28.61 12.98 10.14
Korea Selatan 2.00 4.68 9.52 12.12
India 3.58 5.49 4.81 7.83
Negara Lainnya 28.50 28.06 19.23 23.31
Total 100.00 100.00 100.00 100.00
Pangsa Pasar
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
*) s.d. Agustus 2008
Sementara itu, kegiatan impor tumbuh 80% (y.o.y), naik tajam dibandingkan periode yang
sama tahun lalu yang hanya tumbuh 1,71% (y.o.y). Menurut komponen penyusunnya,
19
impor antar pulau/provinsi merupakan penyumbang utama tercermin dari laju
pertumbuhannya sebesar 91,02% (y.o.y) sedangkan impor antar negara cenderung turun
bahkan kontraksi. Secara netto, neraca perdagangan berada pada kondisi surplus yang
berasal dari transaksi perdagangan luar negeri. Sedangkan untuk transaksi perdagangan
antar provinsi umumnya masih berada pada kondisi defisit. Hal ini disebabkan karena
hampir 70% barang konsumsi masih harus didatangkan dari luar provinsi terutama dari
Kota Makasar dan Kota Surabaya (seperti beras, bawang merah dan cabe).
Selama periode Januari s.d Agustus 2008, nilai impor luar negeri tercatat USD 8,72 juta
dengan total volume 6,18 ribu ton. Pencapaian ini jauh lebih rendah dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD 53,93 juta. Di satu sisi, besarnya
nilai impor mencerminkan masih tingginya tingkat ketergantungan terhadap barang/jasa
yang berasal dari negara lain namun berdasarkan strukturnya, ternyata sebagian besar
barang yang diimpor tersebut merupakan barang modal yang diperlukan dalam kegiatan
investasi.
-
10
20
30
40
50
60
70
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008*)
Nilai (Juta USD)
Volume (Ribu Ton)
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
*) s.d. Agustus 2008
Berdasarkan strukturnya, kegiatan impor sejak Januari 2006 s.d Agustus 2008 memiliki
perbedaan yang significant dibandingkan periode sebelum Tahun 2006. Pada periode
sebelum Tahun 2006 kegiatan impor lebih didominasi oleh kelompok komoditi bahan
makanan yaitu gula dan produk olahannya (sugars dan sugar confectionery) sedangkan
untuk periode awal Tahun 2006 hingga Agustus 2008 lebih didominasi oleh barang-barang
modal (mesin, perkakas, alat transportasi, dlsb-nya). Meningkatnya komposisi barang impor
dalam bentuk mesin, peralatan dan material ini mengindikasikan terus meningkatnya
kegiatan investasi di Sulawesi Utara.
Grafik 1.8. Nilai dan Volume Impor Sulawesi Utara
20
16.47
10.61
7.81 59.46
3.392.25
China
Thailand
Australia
Filipina
Singapore
Negara Lainnya
Tabel 1.5.
Komoditi Utama Impor Sulawesi Utara Berdasarkan SITC (dalam USD)
KELOMPOK KOMODITI 2003 2004 2005 2006 2007 2008*)
Food and Live Animals 6,201 2,411 5,035 5,061 6,401 1,458 Beverages and Tobacco 0 - - - 1 - Crude Materials, Ineble 26 114 0 6 964 44 Mineral Fuels, Lubricants etc - - - - - - Animal & Vegetable Oil & Fats 1,194 15 160 717 - - Chemical 445 340 166 975 1,347 578 Manufactured Goods 1,842 297 101 7,678 349 333 Machinery & Transport Eqp 1,475 803 715 21,833 52,472 5,872 Misc. Manufactured Articles 179 185 65 643 418 435 Commodities & Transaction Nes - - - - - -
TOTAL 11,363 4,165 6,242 36,912 61,952 8,719 Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
*) s.d.Agustus 2008
Berdasarkan negara asal barangnya, impor sepanjang Tahun 2008 terutama berasal dari
negara China dan Thailand, sedikit berbeda dibandingkan tahun sebelumnya dimana impor
lebih banyak berasal dari negara Amerika Serikat, Perancis, dan Vietnam. Secara netto, nilai
perdagangan luar negeri berada pada kondisi surplus yang berarti nilai ekspor masih jauh
lebih besar dibandingkan nilai impor. Selama periode Januari s.d. Agustus 2008, total
surplus perdagangan (net ekspor) tercatat sebesar USD506,2 juta.
Grafik 1.9.
Negara Asal Impor Sulawesi Utara
‘
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia
*) s.d. Agustus 2008
Tahun 2006
31.01%
13.84%
4.58%3.45%
1.72%
45.40%
Filipina
M alaysia
Vietnam
Australia
Jerman
Negara Lainnya
Tahun 2007
68.21%
12.98%
6.42%
3.89%
2.36% 6.13%
Amerika Serikat
Perancis
Vietnam
Thailand
Singapore
Negara Lainnya
Total USD 36,91 juta Total USD 61,95 Juta
Total USD 8,72 juta
21
Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Agustus 2008
Perkembangan kegiatan perdagangan antara lain juga dapat dikonfirmasi dengan aktivitas
ekspor - impor serta kegiatan bongkar muat barang melalui pelabuhan Bitung yang
walaupun sepintas menunjukkan perkembangan yang melambat namun ternyata hal ini
lebih disebabkan periode pengamatan yang baru berjalan 2 (dua) bulan. Secara umum,
aktivitas perdagangan hingga akhir triwulan laporan diperkirakan akan mengalami
peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Tabel 1.6.
Neraca Perdagangan Dalam dan Luar Negeri di Pelabuhan Bitung 2007 2008
Q2 Q2*)
1 Perdagangan Luar Negeri
a. Impor Ton 57,180 51,368 28,807 25,002
b. Ekspor Ton 447,500 413,285 144,217 106,766
Jumlah Ton 504,680 464,653 173,024 118,446
2 - a. Bongkar Ton 2,310,395 2,698,362 730,104 869,745
b. Muat Ton 803,014 950,690 216,884 209,388
Jumlah Ton 3,113,409 3,649,052 946,988 1,066,940
3,618,089 4,113,705 1,120,012 1,185,386 Total
Perdagangan Dalam Negeri
No. 20072006Jenis Kegiatan
Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung *)Angka Sementara
Berdasarkan strukturnya, terlihat bahwa untuk perdagangan luar negeri lebih didominasi
oleh kegiatan ekspor sedangkan kegiatan impor relatif kecil pangsanya. Sedangkan untuk
perdagangan dalam negeri, intensitas kegiatan bongkar lebih tinggi dibandingkan dengan
kegiatan muat yang berarti lebih banyak barang-barang yang masuk ke wilayah Sulawesi
Utara dibandingkan barang yang keluar. Dengan demikian, benar adanya bahwa tingkat
Grafik 1.10.Nilai Ekspor dan Impor Luar Negeri Provinsi Sulawesi
-
100
200
300
400
500
600
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008*-
10
20
30
40
50
60
70
Nilai Ekspor
Nilai Impor
22
ketergantungan Sulawesi Utara terhadap daerah/provinsi lainnya di luar Sulawesi Utara
masih cukup tinggi.
B. SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III - 2008 disumbangkan oleh
seluruh sektor yang ada bahkan melebihi kinerja pada triwulan yang sama tahun
sebelumnya kecuali sektor pertanian. Berdasarkan sektornya, sebagian besar sektor selama
triwulan laporan menunjukkan perkembangan yang lebih baik dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya. Tercatat, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan
restoran (PHR) dan sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan andil yang dominan
dalam struktur perekonomian Sulawesi Utara. Dibandingkan periode-periode sebelumnya,
struktur ekonomi Sulawesi Utara dalam triwulan laporan sedikit mengalami pergeseran
dimana sebelumnya sektor pertanian selalu menjadi tulang punggung perekonomian
namun dalam triwulan ini pertumbuhannya relatif terbatas yaitu hanya 1,72% (y.o.y).
Perlambatan pertumbuhan sektor ini terutama disebabkan oleh kontraksi sub sektor
tanaman perkebunan yang kemudian menarik ke bawah laju pertumbuhan sektor pertanian
secara keseluruhan.
Tabel 1.7.
Laju Pertumbuhan Masing-Masing Sektor Dalam Perekonomian Sulawesi Utara
Q3 Kontribusi Q3 Kontribusi
Pertanian 4.70 6.80 5.27 1.41 1.72 0.38
Pertambangan & Penggalian 7.32 8.93 9.04 0.48 10.67 0.58
Industri Pengolahan 6.86 6.33 6.59 0.53 7.84 0.63
Listrik, Gas & Air Bersih 5.28 6.31 6.43 0.05 6.68 0.05
Bangunan 7.82 7.89 8.01 1.32 11.29 1.88
PHR 6.72 6.92 7.39 1.08 10.06 1.44
Pengangkutan & Komunikasi 5.56 6.30 8.98 0.65 10.17 1.06
Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 10.28 6.25 6.69 0.46 6.81 0.47Jasa-Jasa 4.31 3.68 3.51 0.56 3.68 0.57
PDRB 6.18 6.47 6.53 6.53 7.06 7.06
Lapangan Usaha 2006 20072007 2008
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
1. Pertanian
Sektor pertanian tumbuh terbatas selama triwulan laporan sebesar 1,72% (y.o.y). Kinerja
tersebut merupakan yang terendah selama kurun waktu beberapa triwulan sebelumnya.
Berdasarkan sub sektornya, perlambatan pertumbuhan terutama disumbangkan oleh sub
sektor tanaman perkebunan yang mengalami kontraksi sebesar 1,46% (y.o.y) dan
perlambatan sub sektor tabama (tanaman bahan makanan) yang hanya tumbuh 3,47%
(y.o.y). Terkontraksinya sub sektor perkebunan sebagai akibat dari hampir tidak adanya
23
panen komoditi cengkeh dan menurunnya produksi kelapa yang tidak sebanyak tahun lalu
sebagai akibat terserang hama dan banyaknya tanaman yang sudah tua. Sementara
melambatnya pertumbuhan sub sektor tabama disebabkan menurunnya produktivitas padi
palawija walaupun dari sisi luas panen masih tetap mengalami peningkatan. Sedangkan sub
sektor perikanan yang dikhawatirkan akan menurun produksinya sebagai efek kenaikan
BBM, masih tetap tumbuh walaupun melambat. Hal ini disebabkan adanya program
pemberian subsidi BBM bagi nelayan oleh pemerintah daerah.
Perkembangan sub sektor tabama juga dapat dikonfirmasi dengan data produksi beras dan
jagung. Pada Q3 – 2008, jumlah produksi beras diperkirakan mengalami kenaikan sebesar
98% (y.o.y) bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya atau mencapai
jumlah 159 ribu ton. Demikian pula halnya dengan komoditi jagung yang selama triwulan
laporan mengalami peningkatan produksi sebesar 98,83% (y.o.y) mencapai jumlah 266 ribu
ton.
Tabel 1.8. Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan Produksi Beras
2007 2008
Q3 Q3Luas Panen (Ha) 94,946 90,717 103,189 27,702 42,570 53.67 Produksi Gabah (Ton) 432,624 454,903 494,950 140,368 241,496 72.05
Produksi Beras (Ton) 268,227 282,038 276,604 80,280 159,748 98.99
2007 Y.o.Y20062005
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 1.9. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Pipilan Kering Jagung
2007 2008Q3 Q3
Luas Panen (Ha) 71,644 82,185 121,716 38,112 58,327 53.04
Produksi Pipilan Kering (Ton) 195,305 242,711 403,127 134,270 266,973 98.83
2007 Y.o.Y2005 2006
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara
Dari sisi pembiayaan, peran perbankan untuk membiayai sektor pertanian masih relatif
terbatas sebesar Rp530 milliar atau hanya 6,27% dari total kredit yang disalurkan. Belum
terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain disebabkan masih relatif
tingginya resiko usaha di sektor tersebut. Walaupun demikian, laju pertumbuhan kredit di
sektor pertanian masih cukup tinggi yaitu mencapai 101,13% (y.o.y) pada posisi September
2008.
24
-20
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
(%)
Sumber : Lapoaran Bulanan Bank Umum (LBU)
2. Sektor Bangunan
Perkembangan sektor bangunan secara konsisten terus menunjukkan perkembangan yang
menggembirakan. Selama triwulan laporan sektor bangunan tumbuh 11,29% (y.o.y)
dengan kontribusi sebesar 1,88% terhadap laju pertumbuhan secara umum atau yang
tertinggi dari seluruh sektor ekonomi yang ada. Perkembangan sektor ini tercermin dari
meningkatnya aktivitas pembangunan sektor properti antara lain Mal Manado Town
Square, Mal Boulevard, ITC (Pusat Penjualan Elektronika), perhotelan, ruko dan komplek
perumahan. Perkembangan sektor bangunan antara lain dapat dikonfirmasi dengan
pertumbuhan indeks penjualan bahan bangunan berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran
(SPE) Kota Manado. Berdasarkan trendnya, pertumbuhan indeks penjualan bahan bangunan
masih terus bergerak naik walaupun sempat melambat pada Agustus 2008. Tercatat indeks
penjualan bangunan pada akhir triwulan berada pada level 239,6 atau naik sebesar 28%
dibandingkan akhir triwulan yang sama tahun sebelumnya. Dari sisi pembiayaan,
penyaluran kredit di sektor bangunan mencapai Rp423 milliar atau meningkat 58,36%
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, alokasi kredit sektor
bangunan ini relatif kecil bila dibandingkan dengan fakta perkembangan sektor bangunan
di Sulawesi Utara. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan sektor-sektor
properti di Sulawesi Utara sebagian besar lebih didominasi oleh pembiayaan di luar sektor
perbankan bahkan ada diantaranya yang menggunakan pembiayaan mandiri.
Grafik 1.11.Pertumbuhan Kredit Pertanian
25
(20)
-
20
40
60
80
100
120
140
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S
2006 2007 2008
Pertumbuhan Indeks Bahan Bangunan (y.o .y)
Pertumbuhan Kredit Konstruksi (y.o .y)
Sumber : Survei Penjualan Eceran dan Laporan Bulanan Bank Umum
3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor PHR merupakan salah satu sektor yang konsisten mencatat laju pertumbuhan yang
cukup tinggi. Pada triwulan III - 2008, laju pertumbuhan sektor ini tercatat sebesar 10,06%
(y.o.y) dengan kontribusi 1,44% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum (kedua
terbesar setelah sumbangan sektor bangunan). Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan
sektor ini disumbangkan oleh seluruh sub sektor yang ada dengan kontribusi tertinggi
diberikan oleh sub perdagangan besar dan eceran, berikutnya adalah sub sektor hotel dan
sub sektor restoran. Perkembangan sub sektor perdagangan besar dan eceran, antara lain
dapat dikonfirmasi dengan indeks penjualan eceran dari hasil Survey Penjualan Eceran yang
terus memperlihatkan kenaikan indeks yaitu dari indeks 143,9 di akhir triwulan III – 2007
naik menjadi 175,8 di akhir triwulan III – 2008 atau meningkat sebesar 22,2% (y.o.y).
Berdasarkan komponen pembentuknya seluruh kelompok mengalami kenaikan yaitu
kelompok bangunan, tekstil, alat tulis, kendaraan, dan makanan terkecuali kelompok rumah
tangga yang justru mengalami kontraksi.
Grafik 1.12. Perkembangan Indeks Penjualan Bahan Bangunan
dan Pertumbuhan Kredit Konstruksi (%)
26
Grafik 1.13. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kota Manado
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S
2006 2007 2008
Sumber : Survey Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado
Perkembangan sub sektor hotel antara lain dapat dikonfimasi melalui data kunjungan
wisatawan. Berdasarkan data yang bersumber dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan,
sampai dengan triwulan III - 2008, tercatat jumlah kunjungan wisatawan manca negara
(wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnu) mencapai 170.674 orang atau telah
mencapai 48,80% dari pencapaian tahun lalu dan diperkirakan akan terus meningkat
seiring gencarnya promosi yang dilakukan pemerintah daerah khususnya menjelang
pelakasanaan World Ocean Conference (WOC) Tahun 2009 serta maraknya
penyelenggaraan berbagai kegiatan/even pada tingkat nasional maupun internasional di
Provinsi Sulawesi Utara. Sementara itu, perkembangan sub sektor restoran antara lain
sejalan dengan banyak bermunculannya restoran, rumah makan, ruko serta mal khususnya
di pusat Kota Manado.
Tabel 1.10.
Perkembangan Jumlah Wisatawan Asing ke Sulawesi Utara
2006 2007 2008*)Pencapaian
2008 vs 2007
Wisatawan Manca Negara 22,328 25,141 9,519 37.86
Wisatawan Nusantara 316,542 324,587 161,155 49.65
Total 338,870 349,728 170,674 48.80 Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Utara
Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran juga dapat dikonfirmasi melalui
peningkatan aktivitas perdagangan dalam negeri berupa kegiatan bongkar muat di
pelabuhan Bitung. Tercatat, aktivitas bongkar dan muat mengalami peningkatan frekuensi
selama triwulan II – 2008 menjadi 1,06 juta kegiatan dari sebelumnya 946 ribu kegiatan di
triwulan yang sama tahun sebelumnya atau terdapat peningkatan sebesar 12,67% (y.o.y).
27
Tabel 1.10. Perkembangan Aktivitas Perdagangan Dalam Negeri
Di Pelabuhan Bitung – Provinsi Sulawesi Utara
2007 2008Q2 Q2*)
Bongkar Ton 2,310,395 2,698,362 730,104 869,745 Muat Ton 803,014 950,690 216,884 209,388
3,113,409 3,649,052 946,988 1,066,940
20072006Jenis Kegiatan
Jumlah Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung
*) s.d. Juni 2008
Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan sektor terbesar kedua (setelah sektor
konsumsi) yang mendapat alokasi pembiayaan dari perbankan yaitu sebesar Rp2,59 triliun
atau meningkat 42,71% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini
mengindikasikan bahwa penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran
cukup berperan bagi perkembangan ekonomi Sulawesi Utara.
Grafik 1.14.
Perkembangan Kredit Sektor PHR
-
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
(%)
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan III - 2008 tumbuh 10,17% (y.o.y)
dengan kontribusi sebesar 1,06% terhadap laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara.
Pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu yang tumbuh
8,98% (y.o.y). Menurut sub sektornya, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi
didukung baik oleh sub sektor pengangkutan maupun sub sektor komunikasi yang masing-
masing tumbuh 8,85% (y.o.y) dan 17,88% (y.o.y). Perkembangan sub sektor pengangkutan
antara lain terindikasi dari meningkatnya penjualan kendaraan bermotor selama triwulan
laporan yang mencapai jumlah 52.580 unit kendaraan atau meningkat 12,52% (y.o.y)
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
28
Tabel 1.11. Perkembangan Kendaraan Bermotor di Provinsi Sulawesi Utara
No Rincian Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08*)
A RODA 4
1 Milik Instansi Pemerintah 334 495 408 332 299 443
2 Milik Pribadi/Perorangan 11,103 10,955 11,406 13,034 12,292 12,128
3 Milik Perusahaan Swasta 2,254 2,363 2,475 2,468 2,386 2,501
Jumlah Roda 4 13,691 13,813 14,289 15,834 14,977 15,073
B RODA 2 dan 3
1 Milik Instansi Pemerintah 622 877 984 722 504 711
2 Milik Pribadi/Perorangan 28,661 32,037 33,147 32,802 32,919 36,797
3 Milik Perusahaan Swasta - - - 6 1
Jumlah Roda 2 dan 3 29,283 32,914 34,131 33,530 33,424 37,507
42,974 46,727 48,420 49,364 48,401 52,580 Total Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara
Perkembangan sub sektor angkutan ini juga dapat dikonfirmasikan dengan indeks
penjualan kendaraan melalui Survey Penjualan Eceran (SPE) dimana terjadi kenaikan indeks
walaupun masih tetap dalam kondisi pesimis yaitu dari 42,7 di akhir triwulan III - 2007 naik
menjadi 54,9 pada akhir triwulan III – 2008 atau mengalami kenaikan sebesar 28,7%
(y.o.y).
Grafik 1.15. Indeks Penjualan Kendaraan
(100)
(50)
-
50
100
150
200
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S
2006 2007 2008
Pertumbuhan Indeks Kendaraan (y.o.y)
Pertumbuhan Kredit Angkutan (y.o.y)
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado
Perkembangan sektor pengangkutan juga dapat dikonfirmasi dengan jumlah pemakaian
bahan bakar minyak (BBM) khususnya jenis non industri. Selama triwulan laporan, tercatat
penggunaan BBM non industri sebesar 136,55 ribu Kilo Liter (KL) meningkat sebesar
74,87% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar
78,08 ribu Kilo Liter (KL). Berdasarkan jenisnya, peningkatan konsumsi BBM tertinggi
dialami oleh jenis solar yaitu sebesar 121,17% (y.o.y) sedangkan yang terendah adalah jenis
minyak tanah 41,26% (y.o.y).
29
Tabel 1.12. Jumlah Pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) Non Industri
(dalam KL)
Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08 Y.o.Y
1 Premium 43,741 46,261 33,011 51,919 48,437 51,123 52,823 60.02 2 Minyak Tanah 26,979 28,013 19,987 31,219 29,098 28,817 28,234 41.26 3 Solar 38,273 54,729 25,091 60,356 51,102 58,296 55,495 121.17
108,993 129,003 78,089 143,494 128,637 138,236 136,551 74.87 Total
Jenis
Sumber : PT. Pertamina Cabang Manado, Sulawesi Utara
Sementara itu, relatif tingginya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan
terutama disebabkan oleh pesatnya penggunaan sarana telepon selular (Mobile Phone) oleh
masyarakat yang didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan. Hal ini antara lain
tercermin dari bermunculannya pemain baru dalam provider telekomunikasi yaitu Fren dan
Esia serta pesatnya pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di
beberapa lokasi pada daerah yang sebelumnya terisolir hingga meningkatkan kenyamanan
pelanggan dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan berbagai macam fasilitas dan
fitur-futur baru semakin memudahkan dan memanjakan para pengguna jasa
telekomunikasi.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
(%)
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan sektor angkutan dan telekomunikasi ternyata didukung
pula oleh penyaluran kredit di sektor tersebut yang dari waktu ke waktu terus menunjukkan
peningkatan. Tercatat jumlah kredit yang disalurkan pada sektor angkutan dan
telekomunikasi mencapai Rp85,6 milliar, meningkat 26,46% (y.o.y) dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya. Namun, jumlah ini masih relatif kecil dibandingkan total
kredit yang berhasil disalurkan sampai akhir triwulan laporan yang mencapai jumlah Rp8,45
triliun.
Grafik 1.16. Perkembangan Kredit Sektor Transportasi
30
5. Sektor Jasa-jasa
Sektor jasa-jasa tumbuh 3,68% (y.o.y) selama triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan
triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 3,51% (y.o.y). Menurut komponen
pembentuknya, sub sektor jasa pemerintah tumbuh 1,95% (y.o.y) sedangkan sub sektor
jasa swasta tumbuh 7,66% (y.o.y). Perkembangan sub sektor jasa pemerintahan seiring
dengan meningkatnya persentase realisasi PAD hingga akhir triwulan laporan yang
mencapai 99,47% dari target awal tahun atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya yang hanya sebesar 77,27%. Sementara itu, pertumbuhan sub sektor
jasa swasta antara lain tercermin dari meningkatnya aktivitas hiburan dan rekreasi seiring
dengan berlangsungnya musim liburan sekolah selama triwulan laporan.
6. Sektor Lainnya
Dampak kenaikan harga minyak mentah dunia yang diikuti oleh pergerakan harga Bahan
Bakar Minyak (BBM) industri di dalam negeri ternyata tidak terlalu berdampak terhadap
perkembangan sektor industri pengolahan. Selama triwulan III – 2008, sektor industri
pengolahan tumbuh 7,84% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang tumbuh 6,59% (y.o.y). Pertumbuhan sektor industri pengolahan antara
lain didukung oleh berkurangnya beban pelaku usaha seiring dengan terus menurunnya
harga BBM Industri. Perkembangan sektor industri pengolah khususnya industri pengolahan
non migas tercermin dari meningkatnya volume ekspor Sulawesi Utara hingga akhir
triwulan laporan (periode Januari s.d. Agustus 2008) telah mencapai 514,9 ribu ton.
Tabel 1.13.
Jumlah Pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) Industri (dalam KL)
Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08 Y.o.Y
1 Premium 93 92 73 125 106 120 114 56.162 Minyak Tanah 35 35 185 145 69 164 132 -28.653 Solar 27,965 11,839 19,200 11,910 12,041 15,042 14,057 -26.79
28,093 11,966 19,458 12,179 12,216 15,326 14,303 -26.49
Jenis
Total Sumber : PT. Pertamina Cabang Manado, Sulawesi Utara
Perkembangan sektor indutri pengolahan tak lepas pula dari dukungan pembiayaan oleh
perbankan. Sejak awal tahun 2007 hingga akhir triwulan laporan, penyaluran kredit pada
sektor industri memperlihatkan trend peningkatan dengan laju pertumbuhan pada akhir
triwulan laporan sebesar 51,18% (y.o.y) dengan jumlah realisasi sebesar Rp208,43 milliar.
31
Grafik 1.17. Perkembangan Kredit Sektor Industri
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
(%)
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Sementar itu, sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh 6,68% (y.o.y) selama triwulan
laporan. Hal ini tak terlepas dari mulai beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
(PLTPB) Lahendong berkapasitas 20 MW pada pertengahan Desember 2007. Menurut sub
sektor pembentuknya, laju pertumbuhan ini disumbangkan baik oleh sub sektor listrik
maupun sub sektor air bersih yang masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 6,93%
(y.o.y) dan 5,76% (y.o.y). Perkembangan sub sektor listrik, antara lain dapat dikonfirmasi
melalui data konsumsi listrik yang selama triwulan II – 2008 mencapai 178 MW (Mega
Watt) atau meningkat 8,75% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Namun demikian, peningkatan konsumsi ini tidak seiring dengan data perkembangan
pelanggan yang justru mengalami penurunan rata-rata sebesar 20% (y.o.y) dibandingkan
triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Grafik 1.18.
Konsumsi Listrik di Provinsi Sulawesi Utara (dalam Mega Watt)
135
140
145
150
155
160
165
170
175
180
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
2006 2007 2008
Sumber : PT. PLN Kanwil Sulutenggo
32
Tabel 1.14. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik di Provinsi Sulawesi Utara
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)
Sosial, RT dan Publik (dlm ribu) 1,052 1,058 1,160 1,361 1,364 1,366 1,068 1,072 1,078 1,080
Bisnis dan Industri 37,028 36,990 40,691 48,334 48,645 48,917 37,994 38,353 38,642 38,916
2006 2007 2008
Sumber : PT. PLN Kanwil Sulutenggo
Secara umum, pemenuhan kebutuhan listrik oleh masyarakat dan berbagai perusahaan/unit
bisnis belumlah mampu seluruhnya dipenuhi oleh PT. PLN Sulutenggo. Hal ini antara lain
tercermin dari tingginya daftar tunggu penyambungan dan penambahan daya aliran listrik
yang hingga akhir Desember 2007 masih tercatat sebesar 31,85 MW. Ketidakmampuan PLN
untuk memenuhi permintaan masyarakat/unit usaha tersebut disebabkan masih terbatasnya
pembangunan infrastruktur kelistrikan baru yang diperkirakan baru akan dipenuhi pada
Tahun 2009 y.a.d. Di sisi lain, rata-rata biaya pokok penyedian listrik adalah sebesar
Rp1.771/kwh (selama Tahun 2006) atau jauh lebih tinggi dibandingkan harga jualnya yang
hanya sebesar 611/kwh. Hal ini menyebabkan kurang tertariknya investor baru untuk
menanamkan modalnya khususnya di sektor kelistrikan. Selain itu, rata-rata beban puncak
yang mampu dilayani oleh PLN untuk wilayah Sulawesi Utara sebesar 80-90 MW padahal
kebutuhan yang ada melebihi jumlah tersebut sehingga menyebabkan terjadinya
pemadaman bergilir di beberapa tempat. Kondisi ini akan menyebabkan meningkatnya
biaya produksi barang akibat penggunaan mesin-mesin diesel yang relatif ongkos yang
dikeluarkan menjadi lebih tinggi.
Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 10,67% (y.o.y) selama triwulan laporan
dengan kontribusi sebesar 0,48%.. Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini
disumbangkan oleh seluruh sub sektor yang ada yaitu sub sektor minyak dan gas,
pertambangan tanpa migas dan penggalian. Khusus untuk sub sektor penggalian,
berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh
penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala besar.
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh 6,81% (y.o.y) selama triwulan
laporan meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,69%
(y.o.y). Berdasarkan sub sektornya, percepatan pertumbuhan dialami oleh sub sektor bank
dan sub sektor sewa bangunan sedangkan sub sektor lembaga keuangan bukan bank dan
sub sektor jasa perusahaan justru mengalami perlambatan pertumbuhan walupun masih
tetap positif. Perkembangan sub sektor bank antara lain tercermin dari maraknya
33
pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan antara lain : pembukaan kantor
cabang baru, penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk
baru yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam
bertransaksi.
C. Analisis LQ (Location Quatient)
Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu wilayah diantaranya dapat
dilakukan dengan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi sekaligus memperkuat struktur
perekonomian wilayah tersebut. Percepatan laju pertumbuhan dan penguatan struktur
perekonomian suatu wilayah pada gilirannya akan dapat dilakukan lebih efektif dengan cara
penekanan pembangunan pada sektor yang memiliki keunggulan komparatif dan
kompetitif dalam wilayah tersebut. Pendekatan Analisis LQ (Location Quatient) merupakan
salah satu dari alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan sektor basis dan
kecenderungan pertumbuhan sektor basis tersebut dalam struktur perekonomian di suatu
wilayah. Sektor basis yang pendekatan perhitungannya dilakukan dengan rasio kontribusi
sektor pada salah satu bagian wilayah terhadap kontribusi sektor yang sama dalam wilayah,
pada hakekatnya tidak terlepas dari aspek kontribusi.
Tabel 1.15.
Share Sektor dalam PDRB Sulsel, Sulut, Gorontalo dan Sulampua Periode Tahun 2007
S E K T O RSulawesi Selatan
Sulawesi Utara
Gorontalo Sulampua
Pertanian 30.25 21.68 30.58 28.80
Pertambangan & Penggalian 10.03 5.20 0.96 17.62
Industri Pengolahan 14.10 7.60 8.80 9.13
Listrik, Gas & Air Bersih 0.96 0.75 0.59 0.68
Bangunan 4.67 15.71 7.45 6.50
Perdagangan, Hotel & Restoran 14.98 14.71 13.79 13.05
Pengangkutan & Komunikasi 7.63 11.79 10.33 7.61
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.01 6.59 9.90 4.76
Jasa-Jasa 11.37 15.97 17.59 11.84
T O T A L 100.00 100.00 100.00 100.00
Data yang bersumber dari Biro Pusat Statistik (BPS) se-provinsi Sulawesi, Maluku, dan Papua
(SULAMPUA) menunjukkan bahwa pada Tahun 2007, kontribusi utama PDRB SULAMPUA
berasal dari sektor pertanian (28,94%), diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian
(17,62%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (13,05%), sektor jasa-jasa (11,84%) dan
sektor-sektor lainnya. Struktur perekonomian ini tentunya akan berbeda-beda di masing-
masing wilayah sesuai dengan karakteristik masing-masing provinsi.
34
Tabel 1.16. Nilai LQ Sektor-Sektor Unggulan Provinsi Sulawesi Utara
Terhadap Zona Sulampua (Basis Tahun 2007)
Lapangan UsahaSulawesi Selatan
Sulawesi Utara
Gorontalo
Pertanian 1.04 0.75 1.08 Pertambangan & Penggalian 0.57 0.29 0.06 Industri Pengolahan 1.56 0.83 0.89 Listrik, Gas & Air Bersih 1.44 1.11 0.84 Bangunan 0.71 2.42 1.15 Perdagangan, Hotel & Restoran 1.15 1.16 1.06 Pengangkutan & Komunikasi 1.03 1.57 1.40 Keu, Sewa Bangunan & Jasa Perusahaan 1.25 1.31 1.77 Jasa-Jasa 0.97 1.32 1.59
Selanjutnya dengan melakukan perbandingan terhadap masing-masing sektor dalam PDRB
ketiga provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Gorontalo dengan sektor-
sektor dalam PDRB Zona Sulampua sebagai acuan, maka akan diperoleh nilai koefisien LQ.
Berdasarkan hasil tersebut, diperolah hasil bahwa terdapat 5 (lima) sektor yang merupakan
sektor basis (rasio LQ>1) di Provinsi Sulawesi Utara yaitu (1) sektor bangunan, (2) sektor
pengangkutan dan komunikasi, (3) sektor jasa-jasa, (4) sektor keuangan, sewa bangunan
dan jasa perusahaan serta (5) sektor listrik, gas dan air bersih. Dari 5 (lima) sektor basis
tersebut terdapat 3 (tiga) sektor yang secara dominan lebih tinggi dibandingkan sektor basis
yang sama di provinsi lainnya yaitu Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Gorontalo yaitu
sektor bangunan, sektor PHR dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Dengan demikian,
upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara diharapkan dapat
lebih diarahkan pada sektor-sektor tersebut yang secara umum memiliki keunggulan
komparatif dan kompetitif dibandingkan provinsi lainnya di Zona Sulampua.
35
BOX 1. WORLD OCEAN CONFERENCE (WOC) TAHUN 2009 DAN
DAMPAKNYA BAGI PEREKONOMIAN SULAMPUA (SECARA UMUM)
Pengantar
World Ocean Conference (WOC) atau Konferensi Kelautan Dunia merupakan ajang pertemuan antar
negara untuk membahas masalah-masalah kelautan dan maritim. Pertemuan ini rencananya akan
dihadiri oleh ± 150 perwakilan kepala negara, para menteri dan pemimpin dunia lainnya dengan
jumlah peserta mencapai 3.000 orang, berlangsung mulai tangga 11 – 15 Mei 2009.
Latar Belakang Penyelenggaraan WOC
1. Bentuk keinginan politik di dalam menghasilkan keputusan mengenai persoalan laut dunia.
Pelaksanaan WOC 2009 akan menghasilkan plat form dimana para pemimpin dunia dan
stakeholders kelautan akan menyatukan komitmen bagi pengembangan sumber daya laut
sekaligus memberikan fakta bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar dengan
biodiversitas hayati laut yang tinggi dimana pelaksanaan WOC 2009 sekaligus memantapkan
peranan Indonesia baik dipentas regional maupun forum internasional.
2. Penurunan gradual sumber daya laut akibat over-fishing, polusi, dan perubahan ikilm dunia telah
menjadi perhatian baik nasional maupun Internasional. Dukungan pun datang dari Presiden
Republik Indonesia dan Kabinet Indonesia Bersatu, UNEP, Un Habitat Unesco, Global Forum On
Oceans, Coasts, And Islands, WWF. TNC, CL, NOAA, NSF, ADB, ONR and L’deo-University Of
Columbia, dll.
Sasaran Penyelenggaraan WOC 2009
Memposisikan Indonesia sebagai "Pemain Dunia" di bidang kebaharian
Indonesia menjadi center of excellence untuk penelitian kebaharian
Indonesia dapat menjadi tuan rumah World Summit Rio Tahun 2012
Menjadikan Sulawesi Utara Indonesia sebagai tempat pertemuan kelautan tingkat Internasional
pasca 2009
Sulawesi Utara dikenal dunia dan nasional sebagai salah satu tujuan wisata bahari.
Peningkatan industri pariwisata sebagai salah satu sektor penggerak ekonomi daerah dan
nasional melalui MICE (Meeting, Incentive, Convention dan Exhibition) yang dapat memberikan
kesejahteraan bagi masyarakat Sulut.
36
Multiplier Efek Penyelenggaraan WOC Terhadap Perekonomian Sulawesi Utara
Penyelenggaraan WOC diperkirakan akan mampu menyerap dana ± Rp 5 – 6 Triliun masuk ke
Provinsi Sulawesi Utara baik yang berasal dari dana APBN, APBD dan investor swasta, dengan rincian
sebagai berikut :
1. Alokasi dana APBD kabupaten/kota/provinsi di Sulawesi Utara bagi suksesnya penyelenggaraan
WOC (World Ocean Conference) yang jumlahnya ± Rp 1,2 Triliun.
2. Alokasi dana APBN ke Provinsi Sulawesi Utara melalui beberapa instansi vertikal seperti
departemen pekerjaan umum, departemen perhubungan, departemen kesehatan, dll, yang total
jumlah dananya hampir mencapai Rp 859 milliar, dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
Tabel 1.2.
Pembangunan Infrastruktur Penunjang WOC
K E G I A T A N TARGET Rencana Biaya (dlm Milliar Rp)
Pekerjaan UmumPembangunan Jln Manado-Mapanget 11.8 km 66.0 Pembangunan Jembatan Soekarno 491 m 180.0 Pengembangan Air Minum 40 ltr/det 15.0 Pembangunan Jalan Boulevard II 4 km 40.0 Pembangunan Drainase dalam kota 25 km 19.5 Normalisasi dan Perkuatan Tebing Sungai 1 km 7.5 Pembangunan Jalan Ring Road II 7,7 km 146.4 Pembangunan Jembatan Sario 25 m 7.5 Saringan Sampah Hidrolik 3 lokasi 70.0 Pembangunan RS Taraf Internasional 1 unit 150.0 Perhubungan Perluasan Apron Bandara Sam Ratulangi 29.622 M2 50.0 Perluasan Terminal Penumpang Bandara 9.000 M2 73.4 Perluasan Lapangan Parkir Bandara 8.500 M2 6.7 Pengadaan Garbarata 2 unit 8.0 Pemasangan Eskalator 2 unit 3.0 Pembangunan Dermaga Penyeberangan Bunaken 6.0 Pembangunan Dermaga Penyeberangan Manado 6.0 Pengadaan Kapal Penyeberangan Manado-Bunaken 5.0
859.99 TOTAL
3. Dana yang bersumber dari masuknya investor swasta untuk berinvestasi di Provinsi Sulawesi
Utara diantaranya dengan melakukan pembangunan delapan hotel baru dengan nilai investasi
sebesar Rp 968 milliar serta proses pembangunan Grand Kawanua International City dengan nilai
investasi ± Rp1,25 trillun yang peletakan batu pertamanya dilaksanakan pada awal Tahun 2008
dan saat ini sedang dalam proses pengerjaan. Pembangunan Grand Kawanua International City
tersebut nantinya akan mengambil konsep hunian di tengah kota dengan berbagai sarana dan
prasarana pendukung diantaranya adalah rumah sakit internasional, gedung convention centre
yang mampu menampung lebih dari 3000 orang, lapangan golf 18 hole, pusat bisnis serta Hotel
Accord (berbintang 5). Semuanya ini diperkirakan akan memberikan nilai tambah yang cukup
besar bagi kegiatan investasi.
37
Tabel 1.3. Pembangunan Hotel Baru Dalam Rangka WOC
No. Nama Hotel Investasi Kapasitas Kamar
Ket Alamat
1 Sintesa Peninsula Rp 150 Milliar 300 * 5 Jl. Sudirman 2 Novotel Rp 98 Milliar 250 * 5 Jl. A. Maramis Kayuwatu3 Swiss Bell Maleosan Rp 91 Milliar 250 * 4 Jl. Sudirman4 Aston Hotel Rp 30 Milliar 110 * 4 Jl. Sudirman 5 Accord Ibis/Formula I Rp 360 Milliar 200 * 5 Jl. Boelevard6 Gran Central 2/Travello Rp 30 Milliar 100 * 4 Jl. Sudirman7 Sutan Radja Rp 200 Milliar 250 * 5 Kalawat Minut8 Lucky Inn Rp 9 Milliar 40 Melati Jl. Monginsidi
Rp 968 Milliar 1,500 Total
Aktifitas WOC 2009 Topik Pembahasan WOC 2009
• Seminar and Workshop • Dampak Perubahan Iklim Dunia
• Working Group Discussion • Mega biodiversity Sumber Daya Laut
• Senior Official Meeting • Industri and Jasa Kelautan
• Exhibition • Penanggulangan Bencana Alam Laut
• Side Event • Laut sebagai masa depan
• Excursion
38
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Secara umum, tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado selama triwulan III - 2008
memperlihatkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Pada September 2008,
inflasi Kota Manado tercatat 13,15% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan akhir triwulan lalu
yang tercatat sebesar 11,03% (y.o.y) serta periode yang sama tahun lalu sebesar 7,97%
(y.o.y). Demikian pula bila dibandingkan dengan laju inflasi Nasional sebesar 12,14% (y.o.y)
maka angka inflasi Kota Manado masih jauh lebih tinggi. Secara akumulasi, hingga
Septmber 2008 inflasi Kota Manado tercatat sebesar 9,52% (y.t.d) lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 6,42% (y.t.d).
A. INFLASI TAHUNAN (Y.O.Y)
Sepanjang triwulan III - 2008, laju inflasi bulanan cenderung meningkat terutama
disebabkan oleh menguatnya permintaan domestik serta faktor musiman hari raya
keagamaan Idul Fitri dan penyelenggaraan Lebaran Ketupat. Secara tahunan, laju inflasi
pada akhir triwulan III - 2008 mencapai 13,15% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang mencapai 11,03% (y.o.y). Namun demikian, pada September
2008 inflasi bulanan Kota Manado tercatat sebesar 0,03% (m.t.m) atau terendah
dibandingkan angka inflasi 66 kota di Indonesia yang menjadi objek survei. Sementara itu,
berdasarkan kelompok barang dan jasa, perkembangan inflasi pada triwulan III - 2008
terutama disumbangkan oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; serta
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
14.0
16.0
18.0
2007 2008
% (mtm)
-2.0
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0% (yoy)
M .t.M M anadoY.o.Y M anado
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
14.0
16.0
18.0
2007 2008
% (mtm)
-2.0
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0% (yoy)
M .t.M Nasional
Y.o.Y Nasional
Grafik 2.2. Laju Inflasi Nasional
Grafik 2.1. Laju Inflasi Kota Manado
39
Laju inflasi IHK Kota Manado disebabkan oleh faktor non fundamental berupa
meningkatnya tekanan inflasi volatile food dan administered prices, serta faktor
fundamental berupa inflasi inti yang terdiri dari ekspektasi inflasi, tekanan sisi permintaan
dan ouput gap. Tekanan dari volatile food sejalan dengan masih tingginya harga komoditas
pangan internasional serta pola musiman puasa dan lebaran. Sementara itu, tekanan inflasi
yang berasal dari faktor fundamental seperti tercermin pada perkembangan laju inflasi inti
juga masih tinggi.
Tabel 2.1. Inflasi Menurut Kelompk Barang/Jasa (Y.o.Y)
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep1 Bahan Makanan 13.33 12.89 14.05 21.14 13.58 27.35 26.692 Makanan Jadi 7.90 6.62 7.75 4.52 2.33 3.45 5.293 Perumahan 2.94 2.38 4.78 5.34 6.89 13.01 11.774 Sandang 3.59 2.19 3.92 7.39 10.31 9.13 8.025 Kesehatan 7.39 8.87 10.13 12.12 10.08 13.32 13.136 Pendidikan 2.18 1.70 1.61 3.15 2.34 1.83 2.027 Transportasi 0.90 1.16 1.17 1.18 0.52 9.91 9.95
6.98 6.97 7.82 10.13 7.68 13.18 13.15
2008
Umum
KelompokNo. 2007
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama triwulan laporan di antaranya
adalah : semen, air kemasan, tomat sayur, mujair, daging ayam ras dan telur ayam ras.
Khusus untuk harga daging ayam ras dan telur ayam ras, peningkatannya lebih disebabkan
oleh faktor kenaikan harga jagung dan kedelai di pasar internasional sebagai bahan baku
pakan ternak. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga adalah : cabe rawit,
cabe merah, deho, cakalang, daun bawang, kangkung, minyak goreng, tude, kacang
panjang dan bawang merah. Khusus untuk kelompok bumbu-bumbuan (bawang merah,
cabe merah, tomat sayur) yang mengalami deflasi sehubungan dengan masih tercukupinya
pasokan. Sementara itu, meskipun panen raya telah berakhir, harga beras realtif stabil,
terkait dengan terjaganya stok beras Bulog yang siap melalukan operasi pasar apabila
kenaikan harga di luar batas yang wajar.
B. INFLASI BULANAN (M.t.M)
Sama halnya dengan perkembangan harga secara tahunan (y.o.y). Laju perubahan harag
secara bulanan (m.t.m) Kota Manado selama triwulan III - 2008 juga masih berada pada
level yang cukup tinggi walaupun terdapat kecenderungan menurunan. Dampak putaran
kedua (Second Round Effect) dari kenaikan harga BBM oleh pemerintah pada akhir Mei
2008 lalu mulai dirasakan oleh masyarakat Sulawesi Utara tercermin dari meningkatnya
40
tekanan inflasi pada kelompok barang dan jasa non transportasi, khususnya pada Bulan Juli
dan Agustus 2008. Sementara itu, tekanan harga pada Bulan September 2008 cenderung
menurun walaupun dibayang-bayangi oleh meningkatnya permintaan masyarakat
berkenaan dengan berbagai persiapan berkaitan dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri pada
awal Oktober 2008. Hal ini tak terlepas dari sinergitas upaya yang dilakukan oleh
pemerintah provinsi, kabupaten/kota dan pelaku usaha dalam menjamin ketersediaan stok
dan mengamankan jalur distribusi.
Tabel 2.2. Inflasi Bulanan Kota Manado
Jul Ags Sep Jun Jul Ags Sep1 Bahan Makanan 0.77 3.79 2.72 3.62 7.70 1.82 -2.892 Makanan Jadi 0.03 0.46 0.69 1.33 0.82 0.24 2.053 Perumahan 0.32 2.23 0.06 1.12 0.47 0.59 1.374 Sandang 0.41 1.02 0.49 -0.06 0.71 -1.31 1.815 Kesehatan 0.76 0.94 -0.10 2.07 0.74 0.45 0.376 Pendidikan 0.09 0.14 0.00 -0.14 0.27 0.05 0.007 Transportasi 0.04 0.00 0.00 14.21 0.00 0.10 0.00
0.40 1.93 1.09 3.63 2.33 0.65 0.03
2008No. Kelompok
Umum
2007
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Inflasi Juli 2008
Tekanan harga pada Juli 2008 masih berada pada level yang cukup tinggi walaupun
menunjukkan kecenderungan menurun bila dibandingkan Bulan Juni lalu. Tercatat
inflasi bulanan Kota Manado pada Juli 2008 sebesar 2,33% (m.t.m), lebih rendah
dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 3,66% (m.t.m). Berdasarkan kelompok barang
dan jasa, kenaikan harga tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar
7,70% (m.t.m) sedangkan kenaikan terendah terjadi pada kelompok pendidikan sebesar
0,27% (m.t.m). Satu-satunya kelompok barang dan jasa yang tidak mengalami
perubahan harga adalah kelompok transportasi. Masih berlanjutnya tekanan harga
setelah kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM akhir Mei 2008 lalu menunjukkan
bahwa dampak putaran kedua (Second Round Effect) dari kenaikan BBM sudah mulai
dirasakan oleh masyarakat terbukti dari tingginya laju inflasi pada kelompok bahan
makanan selama bulan laporan sedangkan pada kelompok transportasi cenderung tidak
mengalami perubahan harga. Second Round Effect dari kenaikan harga BBM ini
diperkirakan akan masih berlanjut dan dirasakan hingga 2-3 bulan mendatang.
41
Inflasi Agustus 2008
Laju inflasi Kota Manado pada Agustus 2008 menunjukkan kecenderungan menurun
walaupun pada level yang masih cukup tinggi. Tercatat laju inflasi bulanan Kota
Manado pada Agustus 2008 sebesar 0,65% (m.t.m), jauh lebih rendah dibandingkan
bulan lalu yang sebesar 2,33% (m.t.m). Berdasarkan kelompok barang dan jasa,
kenaikan harga tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 1,82% (m.t.m)
sedangkan kenaikan terendah terjadi pada kelompok pendidikan sebesar 0,05%
(m.t.m). Satu-satunya kelompok barang dan jasa yang mengalami penurunan harga
(deflasi) adalah kelompok sandang sebesar 1,31% (m.t.m). Penurunan tekanan harga
selama Agustus 2008 menunjukkan bahwa dampak putaran kedua (second round
effect) dari kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) akhir Mei 2008 lalu mulai
melemah bila dibandingkan bulan sebelumnya, tercermin dari semakin kecilnya tekanan
harga pada kelompok bahan makanan dan makanan jadi. Beberapa komoditas yang
mengalami kenaikan harga selama Agustus 2008 diantaranya adalah : beras, cabe rawit,
minyak goreng, daging ayam ras, cabe merah, kangkung, cakalang asap, tomat sayur,
pisang, dan mujair. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga
diantaranya adalah : deho, emas perhiasan, bawang merah, malalugis, telur ayam ras,
nike, tude, buncis, jahe dan gula pasir.
Inflasi September 2008
Tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado pada September 2008 menunjukkan
kecenderungan menurun di tengah-tengah meningkatnya permintaan masyarakat
berkenenaan dengan persiapan perayaan hari raya Idul Fitri. Tercatat laju inflasi bulanan
pada September 2008 sebesar 0,03% (m.t.m), lebih rendah dibandingkan bulan lalu
sebesar 0,65% (m.t.m). Berdasarkan kelompok barang dan jasa, kenaikan harga
tertinggi terjadi pada kelompok makanan jadi sebesar 2,05% (m.t.m) sedangkan
kenaikan terendah terjadi pada kelompok kesehatan sebesar 0,37% (m.t.m). Kelompok
barang dan jasa yang tidak mengalami perubahan harga adalah kelompok pendidikan
dan kelompok transportasi. Sementara satu-satunya kelompok yang mengalami
penurunan harga (deflasi) adalah kelompok bahan makanan. Penurunan tekanan harga
selama September 2008 selain disebabkan oleh semakin kecilnya dampak putaran
kedua (second round effect) dari kenaikan harga BBM juga cukup efektifnya upaya
pemerintah provinsi/kab/kota bersama-sama dengan pelaku usaha dalam
mengamankan jalur distribusi dan menjamin ketersediaan pasokan barang khususnya
42
bahan kebutuhan pokok menjelang hari raya idul fitri pada awal Oktober 2008.
Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada September 2008
diantaranya adalah : semen, air kemasan, tomat sayur, mujair, telur ayam ras, martabak,
bahan bakar rumah tangga, sepatu dan cakalang asap. Sedangkan komoditas yang
mengalami penurunan harga diantaranya adalah : cabe rawit, cabe merah, deho,
cakalang, daun bawang, kangkung, minyak goreng, tude, kacang panjang, dan bawang
merah.
43
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III - 2008 (posisi Agustus 2008)
masih cukup baik tercermin dari peningkatan total aset, kredit dan dana pihak ketiga yang
berhasil dihimpun, disertai membaiknya berbagai rasio fungsi intermediasi (LDR) dan
kualitas kredit (NPL). Peningkatan rasio LDR ini disebabkan oleh laju pertumbuhan kredit
yang lebih significant dibandingkan pertumbuhan dana sedangkan membaiknya kualitas
kredit lebih didorong oleh meningkatnya realisasi kredit baru selain upaya restrukturisasi
kredit bermasalah. Sementara itu, walaupun tetap tumbuh positif selama triwulan III - 2008,
namun pertumbuhan dana tidak lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Salah satu
faktor pemicunya adalah terus meningkatnya biaya hidup seiring dengan dampak kenaikan
harga BBM pada akhir Mei 2008 yang lalu yang memaksa masyarakat untuk mengurangi
saving yang selama ini dilakukan. Selain itu, meningkatnya realisasi belanja pemerintah
daerah juga mendorong penurunan dana khususnya yang disimpan dalam bentuk giro.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
Total Aset 8,958 9,319 9,905 10,548 10,793 11,691 11,222
Tumbuh Y.o.Y (%) 20.76 17.76 21.67 19.59 20.48 25.45 13.29 DPK (Rp Miliar) 5,985 6,436 6,504 7,070 7,189 7,765 7,644
Tumbuh Y.o.Y (%) 18.14 20.88 19.34 17.49 20.12 20.65 17.52
Kredit (Rp Miliar) 5,179 5,638 6,079 6,577 6,823 7,852 8,258
Tumbuh Y.o.Y (%) 20.25 22.04 26.85 29.70 31.74 39.27 35.85 LDR (%) 86.53 87.61 93.46 93.02 94.90 101.13 108.04
NPL (%) 5.12 4.91 6.29 3.77 4.86 4.88 3.88
Share UMKM 62.19 64.42 63.86 61.79 63.09 64.68 64.61
NPL UMKM (%) 8.23 7.62 7.11 5.67 6.01 5.69 4.91
2008Komponen
2007
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
A. FUNGSI INTERMEDIASI
1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter
Periode Q3-2008 diwarnai oleh problematika yang terjadi di pasar keuangan AS yang
menyebar secara global serta berdampak pada perekonomian Indonesia. Perlambatan
ekonomi dunia, saat ini telah dirasakan di beberapa negara industri maju, dan mulai
merambat pada negara emerging markets termasuk Indonesia. Gejolak yang terjadi di pasar
global, tidak dapat dihindari terasa mengalir dan menyebar pada ekonomi Indonesia.
Terlepas dari masih kuatnya fundamental ekonomi Indonesia, sentimen negatif yang
Tabel 3.1. Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara
44
ditimbulkan dari krisis telah mendorong pelarian modal asing keluar. Hal ini memberi
tekanan pada bursa saham dan nilai tukar Rupiah. Indeks harga saham mencatat penurunan
tajam hingga ke level 1.800 pada akhir triwulan serta nilai tukar rupiah yang terdepresiasi
hingga pada level Rp9.378 per USD atau turun 1,66% dibandingkan akhir triwulan
sebelumnya. Kedua hal tersebut berujung pada sebuah gambaran pesimis tentang prospek
perekonomian domestik.
Sumber : HTUhttp://finance.yahoo.com/ UTH Sumber : www.bi.go.id
Selain itu, likuiditas perbankan nasional juga mengalami tekanan yang disebabkan oleh
sulitnya mendapatkan pinjaman dana di pasar keuangan. Hal ini dipicu oleh bergugurannya
beberapa lembaga pembiayaan dunia sebagai dampak krisis sub prime mortgage di AS
sehingga perbankan semakin hati-hati dalam memberikan pembiayaan. Kondisi serupa juga
tercermin pada perbankan Sulawesi Utara tercermin dari meningkatnya persaingan bank-
bank dalam merebut dana dengan berusaha menawarkan tingkat bunga yang lebih tinggi
kepada masyarakat. Berdasarkan dana yang ada, trend kenaikan suku bunga simpanan
sudah dimulai sejak April 2008. Untuk posisi September 2008, tingkat rata-rata suku bunga
deposito 1 bulan tercatat sebesar 6,53% per tahun. Kondisi likuiditas perbankan yang ketat
juga tercermin dari mulai melambatnya pertumbuhan kredit pada posisi September 2008
(walaupun masih tetap tumbuh positif). Tercatat total kredit yang berhasil disalurkan di
Provinsi Sulawesi Utara pada September 2008 mencapai Rp8,45 Triliun atau naik sebesar
39,08% (y.o.y). Sementara itu, laju pertumbuhan dana relatif tidak terlalu bervariasi yaitu
pada kisaran 15 – 22% (y.o.y). Pada September 2008, jumlah dana yang berhasil dihimpum
tercatat Rp7,93 Triliun.
8800
8900
9000
9100
9200
9300
9400
9500
9600
Grafik 3.2. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
Grafik 3.1. Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
45
Perilaku berjaga-jaga perbankan dalam menghadapi peningkatan permintaan uang kartal
menjelang hari raya keagamaan dan masih rendahnya ekspansi rekening pemerintah
semakin menambah ketatnya kondisi likuiditas perbankan. Namun, keketatan likuiditas
tersebut diperkirakan lebih bersifat temporer. Keketatan kondisi likuiditas ini diperkirakan
akan berkurang setelah berakhirnya periode lebaran yang ditandai dengan kembalinya uang
kartal ke sistem perbankan dan cenderung ekspansinya rekening pemerintah di triwulan IV-
2008. Guna mengatasi permasalahan ketatnya kondisi likuiditas tersebut, Bank Indonesia
telah melakukan berbagai upaya diantaranya melalui penyempurnaan pelaksanaan operasi
moneter.
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Selain itu, Bank Indonesia dan Pemerintah terus menerus melakukan koordinasi kebijakan
serta senantiasa memonitor perkembangan perekonomian dari waktu ke waktu. Dalam
kondisi yang masih diselimuti berbagai permasalahan tersebut, inflasi dan stabilitas ekonomi
-
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
8.0
9.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2007 2008
12.0
13.0
14.0
15.0
16.0
17.0
18.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2007 2008
Modal KerjaInvestasiKonsumsi
-
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
14.0
16.0
18.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2007 2008
Grafik 3.3. Perkembangan Tingkat Suku Bunga Kredit 1 Bulan
Grafik 3.4. Perkembangan Tingkat Suku Bunga Deposito 1 Bulan
Grafik 3.5. Tingkat Suku Bunga Kredit Menurut
Jenis Penggunaan
46
tetap menjadi fokus utama Bank Indonesia. Upaya untuk menyeimbangkan antara
pengendalian inflasi dan risiko ketidakstabilan di pasar uang secara umum terus menerus
dilakukan. Untuk mengendalikan inflasi, Bank Indonesia mengambil kebijakan pengetatan
moneter dengan menaikkan BI Rate sebesar 75 bps selama triwulan III-2008 menjadi 9,25%
serta mengoptimalkan seluruh instrumen kebijakan moneter yang tersedia.
2. Penyerapan Dana Masyarakat
Kebijakan Bank Indonesia untuk menaikkan BI rate dari Juli s.d September 2008 yaitu
masing-masing sebesar 25 bps menjadi 9,25%, ternyata belum terlalu berdampak pada
peningkatan dana yang dihimpun perbankan khususnya di Sulawesi Utara. Hingga periode
triwulan III - 2008, total dana yang berhasil dihimpun oleh perbankan mencapai Rp7.644
milliar atau naik 17,52% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan
jenis simpanannya, kenaikan dana terutama terjadi pada jenis tabungan yang meningkat
26,52%(y.o.y), berikutnya adalah jenis deposito sebesar 13,47% (y.o.y) dan jenis giro yang
peningkatannya relatif terbatas sebesar 4,09% (y.o.y).
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih tetap didominasi
oleh jenis simpanan tabungan sebesar 49,62% dari total keseluruhan DPK (dana pihak
ketiga) yang berhasil dihimpun, disusul deposito (31,79%) dan giro (18,58%). Secara
umum, selama triwulan laporan, preferensi masyarakat dalam menggunakan sistem
perbankan tidak mengalami perubahan yang significant. Hal ini dikarenakan masyarakat
Grafik 3.6. Perkembangan Dana Pihak Ketiga
(Persen)
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
2007 2008
Tabungan Deposito Giro
47
menganggap sistem perbankan sudah sangat baik dan memiliki resiko yang paling kecil
dibandingkan jenis instrumen investasi lainnya.
Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap hampir 62,76% dari total DPK
sedangkan sisanya dihimpun oleh bank swasta (37,24%). Berdasarkan laju
pertumbuhannya, dana di bank pemerintah tumbuh 15,45% (y.o.y) sedangkan dana di
bank swasta tumbuh lebih tinggi yaitu sebesar 21,17% (y.o.y). Hal ini tak lepas dari
gencarnya promosi yang dilakukan perbankan swasta di Manado dalam menjaring para
nasabah baru. Berdasarkan kepemilikannya, dana yang dimiliki pemerintah daerah baik
provinsi/kota/kabupaten tercatat sebesar Rp743 milliar atau turun sebesar 20,72% (y.o.y)
dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan dana milik swasta justru
mengalami peningkatan mencapai jumlah Rp6.900 milliar atau naik sebesar 23,96% (y.o.y).
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga
yang dihimpun, sebesar 76,12% atau Rp5.472 milliar berasal dari dari bank-bank yang
berlokasi di Kota Manado, selanjutnya adalah Kota Bitung (7,92%), Kabupaten Minahasa
(6,35%), Kabupaten Bolaang Mongondow (5,33%) dan Kabupaten Sangihe – Talaud
(4,28%). Tingginya penghimpunan dana masyarakat di Kota Manado terkait dengan
jaringan kantor bank yang sebagian besar terkonsentrasi di Kota Manado, disamping itu
sentra pertumbuhan ekonomi daerah berada di Manado tercermin dari maraknya aktifitas
pembangunan daerah yang lebih terfokus di sekitar Manado.
Grafik 3.7. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp.
Milliar)
Grafik 3.8. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kepemilikan
(Rp. Milliar)
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
2007 2008
Bank SwastaBank Pemerintah
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
2007 2008
SwastaPemerintah
48
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan wilayah administratifnya, sebagian besar kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi
Utara mengalami pertumbuhan yang positif dengan kenaikan tertinggi dialami oleh Kota
Manado sebesar 21,64% (y.o.y) mencapai jumlah Rp5.939 milliar. Berikutnya adalah
Kabupaten Minahasa yang tumbuh 19,94% (y.o.y) dengan jumlah Rp536 milliar.
Pertumbuhan dana terendah terjadi di Kabupaten Bitung yang hanya tumbuh 4,03%
(y.o.y). Sementara itu, wilayah yang mengalami penurunan dana pihak ketiga adalah
Kabupaten Sangihe Talaud dan Kabupaten Bolmong yang turun masing-masing sebesar
6,57% (y.o.y) dan 1,67% (y.o.y).
3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor
Fungsi intermediasi perbankan di Sulawesi Utara dari waktu ke waktu terus mencatat
kemajuan, tercermin dari terus meningkatnya kredit yang berhasil disalurkan. Hingga
triwulan III - 2008, jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp8.258 milliar atau tumbuh
35,85% (y.o.y). Berdasarkan jenis penggunaannya, perkembangan kredit paling significant
dialami oleh kredit modal kerja yang sejak awal Tahun 2007 hingga saat ini terus
mengalami peningkatan mencapai jumlah Rp3.347 milliar atau naik lebih dari 49,11%. Hal
ini seiring pula dengan membaiknya kinerja kredit investasi dan kredit konsumsi yang
masing-masing tumbuh pada kisaran 36% dan 26% (y.o.y).
Grafik 3.9. Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan
Kabupaten/Kota (%)
Grafik 3.10. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan
Kabupaten/Kota (%)
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08
M inahasa BolmongSangihe Talaud M anadoBitung
37.51
21.37
28.99
25.83
12.38
-0.15
19.94
-1.67
4.03
19.95
17.10
29.05
21.43
-6.57
21.64
-10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Minahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
Manado
BitungQ3-08*)
Q2-08
Q3-07
\
49
Grafik 3.11. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
(Persen)
0
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2007 2008
gKredit gInvestasi
gM K gKonsumsi
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit modal kerja baru sebesar 40,53% dari total kredit
yang disalurkan, atau masih lebih kecil dibandingkan kredit konsumtif yang pangsanya
mencapai 49,22%. Belum lagi melihat fakta kecilnya pangsa kredit investasi yang hanya
10,25% dari total kredit yang disalurkan.
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian
besar ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) mencapai jumlah Rp2.498
milliar dengan pangsa sebesar 30,26% dari total kredit. Disusul penyaluran kredit pada
sektor pertanian dan sektor konstruksi masing-masing dengan pangsa 6,44% dan 5%.
Dominasi penyaluran kredit pada sektor PHR, selain didorong oleh tingginya tingkat
Grafik 3.12. Panyaluran Kredit di Provinsi Sulawesi Utara
(Rp. Milliar)
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
2007 2008
Konsumsi Investasi M odal Kerja
50
konsumsi masyarakat juga meningkatnya minat wisatawan asing dan domestik untuk
berkunjung ke Sulawesi Utara (tercermin dari tingginya tingkat hunian hotel dan terus
berlangsungnya pembangunan hotel-hotel baru) sehingga pihak perbankan sangat tertarik
untuk membiayai sektor ini.
Sementara itu, berdasarkan pencapaiannya, peningkatan kredit paling significant terjadi di
pertambangan yang tumbuh 788% (y.o.y) mencapai jumlah Rp32 milliar. Berikutnya adalah
sektor jasa sosial/kemasyarakatan yang tumbuh 276% (y.o.y) dengan outstanding kredit
sebesar Rp57 milliar. Sementara itu, penyaluran kredit di sektor PHR dan sektor pertanian
pada akhir triwulan laporan tumbuh masing-masing sebesar 37,64% dan 101,69%.
Meningkatnya penyaluran kredit di sektor pertanian merupakan bentuk keberhasilan
program revitalisasi pertanian yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara pada
Tahun 2007 lalu yang mendapat dukungan perbankan. Tercatat hingga akhir Tahun 2007,
jumlah kredit revitalisasi pertanian yang berhasil disalurkan oleh perbankan selama Tahun
2007 mencapai jumlah Rp11 milliar. Di samping sektor-sektor yang mengalami peningkatan
jumlah kredit, terdapat pula beberapa sektor yang pembiayaannya justru mengalami
kontraksi yaitu sektor listrik, gas dan air sebesar 22,49% (y.o.y).
174 199 264 309 307 402 532210 250 267 294 309 397 413
542 501 510584 653
756 735
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
2007 2008
Pertanian KonstruksiPHR Sektor Produktif LainnyaLainnya (Konsumsi)
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan laporan, bank umum pemerintah
masih terus mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan bank umum swasta
nasional. Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan Rp5.984 milliar atau mencapai
pangsa pasar 72,46% sedangkan kelompok bank swasta menyalurkan Rp2.274 milliar
dengan pangsa pasar 27,54%. Selain itu, dominasi pembiayaan oleh bank umum
Grafik 3.13.Panyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
(Rp Milliar)
51
pemerintah terlihat semakin kuat ditinjau dari laju pertumbuhan kreditnya yang tumbuh
sebesar 36,26% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh
kelompok bank swasta sebesar 34,80% (y.o.y).
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
2007 2008
Bank SwastaBank Pemerintah
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar R8.258 milliar, sebesar
67,21% atau sebesar Rp5.550 milliar disalurkan di wilayah Kota Manado hal ini tidak lepas
dari banyaknya jaringan kantor perbankan yang berada di Kota Manado sebagai sentra
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara. Selanjutnya, diikuti oleh Kabupaten Minahasa
dengan pangsa pasar sebesar 11,68% (Rp964 milliar), Kabupaten Bolaang Mongondow
sebesar 8,96% (Rp740 milliar), Kota Bitung 6,40% (Rp529 milliar) dan Kabupaten Sangihe –
Talaud sebesar 5,75% (Rp475 milliar). Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, sebagian
besar kabupaten dan kota mencatat pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan posisi
akhir triwulan sebelumnya. Wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi dialami Kota
Manado yaitu sebesar 41,58% (y.o.y) sedangkan yang terendah adalah Kota Bitung sebesar
9,82% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan kredit selama triwulan laporan terjadi
sehubungan dengan ketatnya kondisi likuiditas perbankan saat ini sehingga bank
cenderung menahan ekspansi kreditnya. Salah satu upaya yang dilakukan oleh perbankan
untuk menjamin kecukupan likuiditasnya adalah dengan berusaha menarik dana
masyarakat sebesar-besar melalui penawaran bunga yang menggiurkan. Akibatnya perang
tarif bunga simpanan pada saat ini tak dapat dihindarkan.
Grafik 3.14.Panyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
(Rp. Milliar)
52
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Fungsi intermediasi perbankan berjalan baik tercermin dari rasio Loan to Deposit Ration
(LDR) yang naik dari 93,46% di triwulan III – 2007 menjadi 108,04% di triwulan III - 2008.
Membaiknya rasio LDR ini disebabkan karena peningkatan kredit yang jauh lebih significant
dibandingkan pertambahan dana. Berdasarkan wilayah administrasinya, rasio LDR tertinggi
dialami oleh Kabupaten Bolmong sebesar 250,53%, disusul oleh Kabupaten Minahasa
sebesar 179,88%. Adapun wilayah dengan rasio LDR terendah dialami oleh Kota Manado
yaitu sebesar 93,44%.
162.2
155.4
122.8
80.3
96.9
175.0
167.9
141.5
88.3
94.5
179.9
205.5
163.1
93.4
102.3
- 50 100 150 200 250
M inahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
M anado
BitungQ3-08Q2-08Q3-07
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Namun demikian, membaiknya fungsi intermediasi perbankan belum sepenuhnya
terdistribusi secara merata untuk seluruh sektor ekonomi yang ada. Hal ini merupakan
Grafik 3.15. Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
Grafik 3.16. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
Grafik 3.17. Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan
Kabupaten/Kota (%)
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08
M inahasa BolmongSangihe Talaud M anadoBitung
27.2
20.2
22.1
28.0
29.1
30.7
33.8
29.9
42.7
38.2
33.0
30.1
24.0
41.6
9.8
- 10 20 30 40 50
M inahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
M anado
Bitung
Q3-08
Q2-08Q3-07
53
konsekuensi dari sikap kehati-hatian perbankan dalam menyalurkan kredit serta faktor risiko
yang cukup tinggi di beberapa sektor.
4. Kredit UMKM
Perkembangan kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) memperlihatkan perkembangan
yang cukup baik bahkan dengan laju pertumbuhannya yang lebih tinggi dibandingkan laju
pertumbuhan kredit secara umum. Sampai dengan triwulan III - 2008, jumlah kredit MKM
yang berhasil disalurkan mencapai Rp5.336 milliar dengan laju pertumbuhan sebesar
37,46% (y.o.y). Pencapaian ini sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit secara
umum yang di akhir triwulan laporan tumbuh 35,85% (y.o.y).
Grafik 3.18.
Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2007 2008
(%)
gKredit gUM KM
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Menurut pangsanya, sebagian besar atau 62,51% dari total kredit MKM merupakan jenis
kredit menengah sedangkan sisanya 32,06% merupakan jenis kredit kecil dan baru
sebagian kecil atau hanya 5,43% merupakan jenis kredit mikro. Kecilnya porsi kredit mikro
dan kecil terutama disebabkan oleh cukup tingginya rasio kredit bermasalah untuk kedua
jenis kredit tersebut yaitu masing-masing sebesar 17,32% dan 6,18%, jauh dari batas
toleransi Bank Indonesia sebesar 5% sedangkan kualitas kredit menengah relatif cukup baik
yaitu sebesar 3,18%.
54
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Berdasarkan penyebarannya, penyaluran kredit MKM masih belum merata dan lebih banyak
terfokus pada daerah-daerah tertentu. Tercatat Kota Manado menyerap 68,36% dari total
kredit MKM yang disalurkan, diikuti kota dan kabupaten lainnya yang rata-rata memiliki
pangsa pada kisaran 6,4% – 9,3%. Berdasarkan laju pertumbuhannya, perkembangan
kredit MKM di Kabupaten Minahasa merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 61,39% (y.o.y)
sedangkan wilayah dengan laju pertumbuhan kredit MKM terendah adalah Kota Manado
yang tumbuh 41,87% (y.o.y).
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
B. RISIKO KREDIT
1. Rasio Kelonggaran Tarik Kredit
Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada triwulan III - 2008
memperlihatkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat rasio
Grafik 3.19. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(Rp. Milliar)
Grafik 3.20. Non Performing Loan Kredit Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (Rp. Milliar)
Grafik 3.21. Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Kabupaten/Kota
(Persen)
Grafik 3.22. Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan Kabupaten/Kota
(Persen)
216 372 237 248 261 279 289-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
2007 2008
M enengahKecilM ikro
47 49 50 46 48 49 50
112 114
222
99119 106 106
106 114
105
86
106 104 106
-
50
100
150
200
250
300
350
400
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
2007 2008
M enengahKecilM ikro
]
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08
M inahasa BolmongSangihe-Talaud M anadoBitung
29.67
50.57
34.62
41.91
32.61
24.27
27.93
88.82
23.09
46.46
36.00
49.41
61.39
41.87
48.94
0 20 40 60 80 100
M inahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
M anado
Bitung
Q3-07 Q2-08 Q3-08
(%)
55
kelonggaran tarik pada triwulan laporan sebesar 9,89% meningkat dibandingkan triwulan
lalu yang hanya sebesar 9,03%. Hal ini menunjukkan bahwa perbankan telah menjalankan
fungsi intermediasi perbankannya dengan baik namun masih sedikit terkendala oleh kondisi
sektor riil yang belum juga kondusif khususnya berkaitan dengan masih terdapatnya
beberapa peraturan daerah yang tumpang tindih dan birokrasi yang berbelit-belit. Tercatat
jumlah kredit yang telah diambil dan dipergunakan oleh debitur hingga triwulan laporan
mencapai 90,11% dari total plapond kredit yang disetujui sebesar Rp8.460 milliar. Adapun
dari dari total plapond tersebut baru sebesar Rp326 milliar dilunasi.
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000M illiar
-
2
4
6
8
10
12%
Plafond 5,745 6,045 6,603 7,328 7,774 8,460 9,478
Outstanding 5,179 5,638 6,079 6,577 6,823 7,297 7,297
Rasio UL (%) 7.64 6.96 6.70 6.70 9.03 9.89 9.89
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
2007 2008
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
2. Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) adalah varial yang mengukur saldo bersih pendapatan bunga
dikurangi biaya bunga. Pada awal tahun nilai NIM akan kembali menurun dan terus
meningkat hingga akhir tahun. Pada akhir triwulan III - 2008, total NIM tercatat sebesar
Rp377 milliar atau sedikit mengalami penurunan bila dibandingkan triwulan yang sama
tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp416 milliar. Namun demikian secara umum, nilai
NIM masih tetap positif yang menunjukkan bahwa pendapatan bunga (antara lain dalam
bentuk kredit dan penempatan antar bank) lebih besar dibandingkan dengan biaya bunga
(antara lain dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito). Hal ini seiring dengan
peningkatan kredit yang relatif lebih significant dibandingkan peningkatan dana sehingga
berdampak pada peningkatan pendapatan bunga. Pada sisi yang lain, repons penurunan
suku bunga acuan (BI rate) hingga akhir 2008 yang lalu ternyata lebih cepat diikuti oleh
pergerakan suku bunga simpanan dibandingkan suku bunga kredit sehingga beban bunga
yang ditanggung bank relatif menurun lebih cepat. Dengan demikian, dampak kebijakan
Grafik 3.23.Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum
(milliar)
56
moneter lebih dinikmati oleh bank dari pada masyarakat karena penurunan suku bunga
kredit relatif lambat.
-
200
400
600
800
1,000
1,200
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
2007 2008
NIMBiaya Bunga
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
3. Rasio BOPO
Tingkat efisiensi perbankan yang antara lain diukur dengan rasio BOPO mengalami sedikit
penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Rasio BOPO adalah perbandingan antara
biaya operasional dengan pendapatan operasional. Sampai dengan akhir triwulan III - 2008,
tingkat efisiensi operasional perbankan sedikit mengalami penurunan tercermin dari rasio
BOPO bank umum yang turun menjadi 72,54% dibandingkan triwulan yang sama tahun
sebelumnya yang tecatat sebesar 76,60%.
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
4. Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk
menghasilkan laba dengan asset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan III - 2008, rasio
Grafik 3.24. Net Interest Margin Bank Umum
Grafik 3.25. Rasio Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional Bank Umum
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400M iliar
64
66
68
70
72
74
76
78%
BO 210 436 637 850 231 571 686
PO 281 569 874 1,188 316 831 931
Rasio 74.81 76.60 72.83 71.56 73.21 68.71 73.66
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
2007 2008
57
ROA bank umum tercatat sebesar 1,33%, lebih rendah bila dibandingkan triwulan yang
sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,41%. Penurunan rasio ROA ini disebabkan
oleh lebih tingginya persentase kenaikan total aset dibandingkan kemampuan bank untuk
menghasilkan laba.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
Aset (Rp Juta) 8,958 9,319 9,905 10,548 10,793 11,691 11,222
L/R (Rp Juta) 72 132 244 221 79 174 234
ROA (Persen) 0.81 1.41 2.46 2.09 0.73 1.49 2.09
20082007
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
5. Sensitivitas Resiko Pasar
Sensitivitas terhadap resiko pasar adalah tingkat kepekaan aset (aktiva produktif seperti
ABA, Surat Berharga dan Kredit) maupun liabilities terhadap volatilitas suku bunga. Aset
dan liabilities dimaksud adalah aktiva maupun passiva yang sensitive terhadap perubahan
suku bunga. Tingkat sensitivitas dipengaruhi oleh struktur on/off balance sheet antara lain :
jenis, karakteristik, jangka waktu, besaran dan rating instrument. Tingkat sensitivitas yang
tinggi dapat dilihat dari besarnya perubahan yang diakibatkan oleh volatilitas suku bunga
dan nilai tukar. Pendekatan yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat sensitivitas
tersebut adalah pendekatan melalui perhitungan Net Portofolio Value (NPV), yaitu
mengetahui perubahan economic value dari suatu portofolio. Pendekatan lain yang dapat
digunakan adalah pendekatan earning, yaitu pendekatan untuk menghitung potensial profit
dan loss dari suatu portofolio. Mengingat dalam perhitungan sensitivitas terhadap resiko
pasar juga menetapkan potensial loss terhadap ekses modal maka pendekatan yang relevan
untuk mengukur tingkat sensitivitas adalah pendekatan earning.
Dalam hal ini diperlukan identifikasi secara tepat atas aset, kewajiban, dan rekening
administratif yang mengandung risiko suku bunga dan nilai tukar baik aktivitas fungsional
tertentu maupun aktivitas bank secara keseluruhan. Setelah itu dilakukan perhitungan gap
position suku bunga maupun nilai tukar. Semakin besar bank memelihara gap position
maka semakin tinggi potensial profit dan loss bank. Oleh karena itu diperlukan besaran gap
yang sesuai dengan strategi yang diambil dikaitkan dengan perkiraan arah suku bunga
(interest rate forecast), tingkat keyakinan manajemen terhadap perkiraan yang dimaksud
(degree of confidential) dan preferensi tingkat resiko yang akan diambil (risk appetite).
Sensitivitas asets dan liabilities ditunjukkan oleh perubahan NIM bank akibat perubahan
Tabel 3.2. ROA (Return On Asset) Bank Umum
58
suku bunga, sedangkan perubahan NIM dipengaruhi oleh posisi gap bank. Tingkat
sensitivitas NIM bank terhadap perubahan suku bunga sangat tergantung kepada
karakterisitik instrumen keuangan yang membentuk portofolio bank tersebut, antara lain
jatuh tempo (maturity) dan karakteristik suku bunga bank (floating atau fixed).
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
1 Penempatan pada Bank Indonesia 875,527 695,867 594,361 335,133 495,073 285,011 268,989
2 Penempatan pada Bank Lain 218,982 179,788 325,513 537,735 303,272 514,885 736,439
3 Surat Berharga yang Dimiliki 9,995 21,515 20,964 20,000 9,406 47,065 30,503
4 Kredit yang Diberikan 5,178,783 5,638,381 6,078,692 6,576,952 6,572,753 7,852,343 8,454,101
5 Tagihan Lainnya 2,829 2,777 2,823 2,846 2,773 1,255 1,437
6,286,116 6,538,328 7,022,353 7,472,666 7,383,277 8,700,559 9,491,469 RSA
No. Aktiva2007 2008
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
1 Giro 2,144,720 1,311,101 1,364,753 1,189,195 1,282,087 1,536,988 1,383,487
2 Tabungan 2,738,769 2,994,238 2,998,019 3,724,885 3,564,430 4,021,549 3,803,628
3 Simpanan Berjangka 2,144,720 2,130,479 2,141,467 2,156,324 2,208,649 2,206,430 2,742,030
4 Kewajiban kepada Bank Indonesia 4,991 5,091 5,102 4,812 4,774 4,779 4,491
5 Kewajiban kepada Bank Lain 118,066 176,283 217,312 697,268 275,456 482,334 620,490
6 Surat Berharga yang Diterbitkan 208,094 208,732 211,454 170,124 169,434 171,530 168,801
7 Pinjaman yang Diterima 11,621 12,265 12,062 11,242 11,329 9,430 9,589
8 Kewajiban Lainnya 66,914 62,041 54,701 67,661 50,643 70,695 87,197
9 Setoran Jaminan 11,871 9,950 10,368 13,357 10,833 10,586 12,364
7,449,766 6,910,180 7,015,238 8,034,868 7,577,635 8,514,321 8,832,077
-1,163,650 -371,852 7,115 -562,202 -194,358 186,238 659,392
RSL
GAP
No. Passiva2007 2008
Sumber : Laporan Bank Umum (LBU)
Perilaku perbankan di Sulawesi Utara hingga triwulan III - 2008 berada pada kondisi positif
gap yang berarti RSA > RSL. Dengan demikian, bila diasumsikan pada triwulan mendatang
terjadi kenaikan BI rate maka diperkirakan pendapatan bank akan meningkat, hal ini
disebabkan oleh peningkatan interest income yang lebih besar dari pada peningkatan
interest expense.
C. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
Secara kelembagaan, jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang beroperasi di wilayah kerja
Bank Indonesia Manado sebanyak 20 BPR yang seluruhnya merupakan bank konvensional
dengan rincian sebanyak 17 BPR dengan jumlah kantor 37 unit beroperasi di Sulawesi Utara
sedangkan 4 BPR dengan jumlah kantor 9 unit beroperasi di Gorontalo.
Tabel 3.3. Portofolio Interest Instrument Perbankan
di Sulawesi Utara
59
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)
Aset 144.7 148.8 152.3 170.6 177.2 186.6 191.4 25.7
DPK 102.4 111.2 116.0 125.9 132.8 135.5 142.5 22.8
Deposito 76.4 80.8 82.9 86.5 96.0 95.4 100.9 21.7
Tabungan 26.0 30.4 33.1 39.5 36.8 40.1 41.6 25.5
Kredit 110.6 121.7 126.9 130.8 139.8 157.8 158.2 24.7
Jenis Penggunaan
Modal Kerja 25.8 25.7 28.7 29.1 32.5 35.4 36.8 28.3
Investasi 11.1 11.8 11.7 12.0 12.2 12.4 14.5 23.3
Konsumsi 73.7 84.2 86.5 89.8 95.1 110.1 107.0 23.7
Sektoral
Pertanian 1.9 2.3 2.7 3.1 3.0 2.9 3.4 26.1
Perindustrian 0.8 0.7 0.6 0.6 0.6 0.4 0.4 -27.5
PHR 19.3 18.9 20.5 21.0 24.3 26.9 27.5 34.4
Jasa-jasa 12.8 12.5 13.1 11.5 10.8 11.3 12.2 -7.1
Lain-lain 75.8 87.3 90.0 94.7 101.0 116.3 114.7 27.4
LDR (Persen) 108.0 109.4 109.3 103.9 105.3 116.5 111.1
NPL (Persen) 4.3 4.5 4.2 3.4 3.5 3.1 3.2
Y.o.YKomponen2007 2008
Sumber : Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
Kinerja BPR selama triwulan III - 2008 cukup menggembirakan tercermin dari meningkatnya
total asset, DPK, kredit serta membaiknya kualitas kredit. Total asset BPR tercatat Rp191,4
milliar atau naik 25,7% (y.o.y) dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, DPK yang berhasil dihimpun naik sebesar 22,8% (y.o.y) mencapai jumlah
Rp142,5 milliar dan kredit naik 24,7% (y.o.y) mencapai Rp158,2 milliar. Berdasarkan
jenisnya, sebagian besar DPK tersebut disimpan dalam bentuk deposito dengan pangsa
70,80% atau sebesar Rp100,9 milliar, sedangkan sisanya dalam bentuk tabungan.
Berdasarkan jenisnya, kredit yang disalurkan sebagian besar merupakan kredit konsumsi
dengan pangsa 75,08%, selanjutnya kredit modal kerja dengan pangsa 25,81% dan
sisanya kredit investasi 10,16%.
Dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya, jenis kredit modal kerja mencatat
pertumbuhan tertinggi sebesar 28,3% (y.o.y) berikutnya kredit konsumsi (23,7%) dan kredit
invetasi (23,3%). Peningkatan kredit modal kerja hingga akhir triwulan laporan ini sangat
menggembirakan, mengingat besarnya porsi kredit konsumsi oleh BPR selama ini. Namun
demikian kenaikan kredit konsumsi ini juga merupakan suatu konsekuensi logis dari
dominannya kegiatan konsumsi pada PDRB Provinsi Sulawesi Utara yang didukung oleh
berbagai kemudahan yang diberikan oleh BPR dalam pengajuan kredit dibandingkan bank
umum walaupun bunga yang ditawarkan relatif lebih tinggi. Sementara itu, fungsi
Tabel 3.4. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Di Sulawesi Utara (Rp Milliar)
60
intermediasi berjalan cukup baik, tercermin dari rasio LDR (Loan To Deposit Ratio) BPR yang
mencapai 111,1%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang
berada pada kisaran 109%. Membaiknya performa fungsi intermediasi BPR diimbangi pula
dengan membaiknya kualitas kredit tercermin dari menurunnya rasio NPL (Non Performing
Loan) dari 4,2% pada triwulan III - 2007 menjadi 3,2% pada triwulan III - 2008.
61
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat bagi Provinsi Sulawesi Utara dari waktu ke
waktu menunjukkan trend peningkatan. Hampir seluruh kabupaten/kota/provinsi di Tahun
2008 ini mengalami kenaikan alokasi anggaran dibandingkan tahun sebelumnya terkecuali
Kab. Minsel, Kab. Bolmong dan Kab. Sangihe. Persentase kenaikan terbesar terjadi di
tingkat provinsi yaitu sebesar 33,77% mencapai jumlah Rp604,70 milliar, sedangkan
persentase penurunan terendah dialami oleh Kab. Sangihe sebesar 20,50%. Berdasarkan
komponen pembentuknya, dana perimbangan ini meliputi Dana Alokasi Umum (DAU),
Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH). Secara agregat, jumlah alokasi dana
dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai Rp4,33
Triliun atau mengalami kenaikan sebesar 16,54%.
Tabel 4.1 Dana Perimbangan ke Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2008
*) Daerah Pemekaran Tahun 2007
Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun
2008, pangsa terbesar terjadi pada tingkat provinsi yaitu sebesar 13,97% dengan jumlah
Rp604 milliar naik dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 12,17%. Berikutnya
adalah Kota Manado sebesar 11,65% dan Kota Bitung sebesar 7,57%. Alokasi dana
terendah diperoleh oleh Kab. Bolmut (Bolaang Mongondow Utara) dengan pangsa 2,14%
dari total dana perimbangan di Sulawesi Utara atau sebesar Rp92 milliar.
Total Dana Perimbangan
(J t R )
Naik/Turun (Persen)
Pemprov 608.33 33.77Manado 504.13 10.52Bitung 327.74 2.84Tomohon 293.07 16.67Minahasa 459.47 14.52Minsel 316.74 -12.94Minut 361.32 14.52Bolmong 406.96 -16.88Talaud 326.03 11.65Sangihe 297.18 -20.50Kotamobagu *) 94.66 n.a.Bolmut*) 92.74 n.a.Sitaro*) 120.89 n.a.Mitra*) 122.79 n.a.TOTAL 4,332.07 16.54
62
Grafik 4.1. Grafik 4.2. Alokasi Dana Perimbangan Tahun 2007 Alokasi Dana Perimbangan Tahun 2008
A. KEUANGAN DAERAH DI TINGKAT PROVINSI
Pada tingkat provinsi, target penerimaan dalam APBD di Tahun 2008 ditetapkan sebesar
Rp847,37 milliar atau meningkat sebesar 7,01% dibandingkan tahun lalu. Sedangkan dari
sisi pengeluaran ditetapkan sebesar Rp884,71 milliar atau meningkat 7,75% dibandingkan
sebelumnya. Sampai dengan triwulan III – 2008, kinerja keuangan daerah di tingkat
provinsi menunjukkan hasil yang menggembirakan dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya tercermin dari peningkatan persentase realisasi baik dari sisi penerimaan
maupun pengeluaran. Dari sisi penerimaan, jumlah realisasi anggaran sampai dengan
triwulan III - 2008 mencapai Rp667,55 milliar atau 78,79% dari target penerimaan sebesar
Rp847,28 milliar. Pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang hanya sebesar Rp586,75 milliar atau 74,11% dari target penerimaan
sebesar Rp791,77 milliar. Sedangkan dari sisi pengeluaran, jumlah realisasi anggaran
mencapai Rp559,79 milliar atau 63,27% dari total rencana pengeluaran sebesar Rp884,71
milliar. Pencapaian ini pun lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
yang hanya sebesar Rp458,99 milliar atau 55,90% dari total rencana pengeluaran sebesar
Rp821,06 milliar.
13.97%
11.65%
7.57%
6.77%
10.62%7.32%
8.35%
9.40%
7.53%
6.87%
2.14%
2.19%
2.79%
2.84%
Pemprov
Manado
Bitung
Tomohon
Minahasa
Minsel
Minut
Bolmong
Talaud
Sangihe
Kotamobagu
Bolmut
Sitaro
Mitra
12.28%
8.58%
6.76%
10.80%9.80%
8.49%
13.18%
7.86%
10.06% 12.17%Pemprov
Manado
Bitung
Tomohon
Minahasa
Minsel
Minut
Bolmong
Talaud
Sangihe
Total : Rp 3,71 Triliun Total : Rp 4,33 Triliun
63
Tabel 4.2. Kinerja Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Utara
s.d. 30 September 2008 (Dalam Milliar Rp)
Nominal % Nominal % A. Penerimaan 791.77 586.75 74.11 847.28 667.55 78.79
Pendapatan Asli Daerah (PAD) 240.20 185.59 77.27 238.95 237.68 99.471. Pajak Daerah 199.79 149.76 74.96 199.60 213.37 106.902. Retrebusi 5.31 3.51 66.18 4.99 3.93 78.843. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 26.87 26.91 100.16 27.00 12.90 47.794. Lain-lain 8.23 5.41 65.68 7.35 7.47 101.52Dana Perimbangan 488.57 393.66 80.57 608.33 429.88 70.661. Bagi Hsl. Pajak dan Bkn Pajak 41.57 21.13 50.83 46.52 21.27 45.722. Dana Alokasi Umum 447.00 372.53 83.34 532.92 399.69 75.003. Dana Alokasi Khusus 0.00 0.00 28.08 8.42 30.004. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 0.00 0.00 0.82 0.50 61.12Lain-Lain Pendapatan yang Sah 63.00 7.50 11.90 0.00 0.50
B. Pengeluaran 821.06 458.99 55.90 884.71 559.79 63.27Konsumsi Pemerintah 669.27 408.89 61.10 738.65 495.31 67.061. Belanja Pegawai 311.99 207.93 66.65 373.02 271.36 72.752. Belanja Barang dan Jasa 205.33 98.56 48.00 187.17 104.92 56.063. Belanja Bantuan Sosial 64.98 45.49 70.01 53.95 38.73 71.784. Belanja Bagi Hasil 70.95 48.08 67.77 90.50 62.49 69.055. Belanja Bantuan Keuangan 11.00 6.00 54.55 20.00 12.00 60.006. Belanja Tidak Terduga 5.02 2.82 56.22 6.00 0.34 5.627. Belanja Hibah 0.00 0.00 8.00 5.47 68.41Pembentukan Modal Tetap Bruto 151.80 50.10 33.00 146.06 64.48 44.14
D. Surplus / Defisit -29.29 127.76 -37.43 107.76C. Pembiayaan Daerah 29.29 37.43 -59.00D. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
(SILPA)0.00 0.00 48.76
U R A I A NAPBD-P
2007
Realisasi s.d. 30 Sep 2008
Realisasi s.d. 30 Sep 2007 APBD 2008
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara
1. Penerimaan Daerah
Realisasi penerimaan daerah sampai dengan triwulan III – 2008 mencapai Rp667,55 milliar.
Berdasarkan komponennya, realisasi penerimaan daerah ini terutama berasal dari dana
perimbangan dengan pangsa 64,39%, Penerimaan Asli Daerah (PAD) dengan pangsa
35,61% serta sisanya yang merupakan penerimaan lain-lain. Kinerja pemerintah provinsi
dalam melakukan berbagai pemanfaatan aset-aset yang dimiliki menunjukkan
perkembangan yang cukup baik. Hal ini tercermin dari pencapaian realisasi Penerimaan Asli
Daerah (PAD) yang hingga triwulan laporan persentase realisasinya telah lebih dari 75%
atau sebesar 99,47% dari target di Tahun 2008 sebesar Rp238,95 milliar. Namun demikian,
target PAD tersebut masih relatif kecil bila dibandingkan kebutuhan dana pembangunan
tercermin dari masih realatif rendahnya rasio kemandirian fiskal daerah atau perbandingan
PAD terhadap total belanja (hanya sebesar 27,01%) yang berarti kegiatan ekonomi dan
sosial sebagian besar masih digerakkan oleh dana perimbangan yang berasal dari pusat.
64
2. Pengeluaran Daerah
Realisasi pengeluaran daerah sampai dengan triwulan III - 2008 mencapai jumlah Rp559,79
milliar. Jumlah tersebut diperkirakan masih akan lebih besar dikarenakan masih terdapatnya
pengeluran yang belum sempat dipertanggungjawabkan dan dilaporkan. Menurut
komponen pembentuknya, realisasi pengeluaran daerah terutama berasal dari konsumsi
pemerintah sebesar 88,48% sedangkan sisanya merupakan belanja modal. Walaupun
secara umum kinerja pengeluaran daerah hingga triwulan laporan masih lebih baik
dibandingkan periode yang sama tahun lalu namun sama halnya seperti periode-periode
sebelumnya, pangsa belanja modal di Tahun 2008 masih relatif kecil yaitu hanya sebesar
16,51% selain proses realisinya sering kali terhambat. Hal antara lain disebabkan oleh masih
terdapatnya kekhawatiran pejabat pelaksana proyek di daerah berkenaan dengan
penegakan hukum yang dirasa berlebihan oleh aparat menyebabkan proses pelaksanaan
proyek berjalan lambat. Dengan demikian sebagian besar belanja daerah masih
diperuntukkan bagi belanja pegawai semata berupa pembayaran gaji, tunjangan, dlsbnya.
3. Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar
Realisasi APBD di tingkat provinsi khususnya realisasi belanja daerah sedikit banyak telah
memberikan kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian. Dengan melakukan identifikasi
terhadap pos-pos dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel
PDRB sisi permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB) diperoleh hasil bahwa realisasi komsumsi pemerintah memberikan kontribusi
sebesar 2,61% terhadap nilai tambah PDRB Provinsi Sulawesi Utara sedangkan realisasi
belanja modal memberikan kontribusi sebesar 0,34%. Relatif rendahnya dampak stimulus
fiskal terhadap sektor riil tersebut disebabkan penyajiaan data APBD secara detail dan
lengkap baru dapat diperoleh pada tingkat provinsi. Sedangkan di tingkat kabupaten dan
kota relatif sulit untuk diperoleh sehingga hanya besaran-besaran pokok saja yang dimiliki.
Secara total, realisasi anggaran belanja dan modal dalam APBD provinsi hanya memberikan
kontribusi sebesar 2,95% terhadap nilai tambah PDRB Sulawesi Utara. Sementara itu,
dampak realisasi APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar sampai dengan Q3 –
2008 berada pada kondisi kontraksi yang berarti jumlah penerimaan pemerintah lebih besar
dibandingkan pengeluarannya.
65
Tabel 4.3. Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar
s.d. 30 September 2008 (Dalam Milliar Rp)
Nominal % Realisasi % thd PDRB
A. PENERIMAAN RUPIAH 667.55 78.79 3.52Pendapatan Asli Daerah 237.68 99.47 1.251. Pajak Daerah 213.37 106.90 1.122. Retrebusi 3.93 78.84 0.023. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 12.90 47.79 0.074. Lain-lain 7.47 101.52 0.04Dana Perimbangan 429.88 70.66 2.271. Bagi Hsl. Pajak dan Bkn Pajak 21.27 45.72 0.112. Dana Alokasi Umum 399.69 75.00 2.113. Dana Alokasi Khusus 8.42 30.00 0.044. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 0.50 61.12 0.00Lain-Lain Pendapatan Sah 0.50 0.00
B. PENGELUARAN RUPIAH 559.79 63.27 2.95Konsumsi Pemerintah 495.31 67.06 2.611. Belanja Pegawai 271.36 72.75 1.432. Belanja Barang dan Jasa 104.92 56.06 0.553. Belanja Bantuan Sosial 38.73 71.78 0.204. Belanja Bagi Hasil 62.49 69.05 0.335. Belanja Bantuan Keuangan 12.00 60.00 0.066. Belanja Tidak Terduga 0.34 5.62 0.007. Belanja Hibah 5.47 68.41 0.03Pembentukan Modal Tetap Bruto 64.48 44.14 0.34
D. SURPLUS/ (DEFISIT) 107.76 -287.89
C. PEMBIAYAAN DAERAH -59.00 -157.61E. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) 48.76
Realisasi APBD s.d. 30 Sep 2008URAIAN
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara
B. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH SELURUH KABUPATEN/KOTA/PROVINSI
DI SULAWESI UTARA
Perkembangan kinerja keuangan daerah di seluruh kabupaten/kota/provinsi di Sulawesi
Utara mencakup 3 kotamadya, 6 kabupaten dan 1 provinsi yaitu Kota Manado, Kota
Bitung, Kota Tomohon, Kab. Minahasa, Kab. Minahasa Selatan, Kab. Minahasa Utara, Kab.
Bolaang Mongondow, Kab. Kep. Talaud, Kab. Kep. Tahuna dan Provinsi Sulawesi Utara.
1. Kinerja APBD Seluruh Kabupaten/Kota/Provinsi Tahun 2006
Dari sisi penerimaan, realisasi penerimaan daerah sampai dengan akhir Tahun 2006 telah
mencapai Rp 3.643 milliar atau 99,13% terhadap target awal tahun yang ditetapkan
sebesar Rp3.675 milliar (untuk seluruh kab/kota/provinsi). Adapun target penerimaan
daerah tertinggi berasal dari Provinsi Sulawesi Utara sebesar Rp644 milliar sedangkan yang
terendah adalah Kota Tomohon sebesar Rp221 milliar.
66
Berdasarkan pencapaiannya, dari seluruh kab/kota/provinsi yang ada, rasio realisasi
penerimaan daerah tertinggi sampai dengan akhir Tahun 2006 dicapai oleh Kab. Minahasa
yaitu sebesar 101,31% dari target yang ditetapkan di awal tahun. Sementara itu, Kab.
Bolmong tercatat sebagai daerah dengan pencapaian penerimaan terendah yaitu hanya
sebesar 88,85%.
Grafik 4.3. Target dan Realisasi Penerimaan dalam APBD Tahun 2006
Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara
-100200300400
500600700800
Prov
. Sul
ut
Kot
a M
anad
o
Kot
a Bi
tung
*)
Kot
a To
moh
on *
)
Kab
. Min
ahas
a
Kab
. Min
sel *
)
Kab
. Min
ut
Kab
. Bol
mon
g
Kab
. Tal
aud
*)
Kab
. San
gihe
*)
Miliar Rp
80
85
90
95
100
105
110%Target Realisasi %
Sumber: Biro Keuangan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara Dari sisi pengeluaran, jumlah realisasi sampai dengan akhir Tahun 2006 untuk seluruh
kab/kota/provinsi di Sulawesi Utara diperkirakan telah mencapai Rp 3.505 milliar atau
92,61% dari target pembelanjaan yang ditetapkan di awal tahun yaitu sebesar Rp3.785
milliar. Belanja daerah ini meliputi belanja aparatur daerah, belanja pelayanan publik,
belanja bagi hasil dan batuan keuangan, serta belanja tidak tersangka. Tercatat, Provinsi
Sulawesi Utara memiliki rencana belanja tertinggi yaitu sebesar Rp677 milliar sedangkan
yang terendah adalah Kota Tomohon sebesar Rp224 milliar.
Grafik 4.4.
Target dan Realisasi Pengeluaran dalam APBD Tahun 2006 Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara
-
100200
300400
500
600700
800
Prov
. Sul
ut
Kot
a M
anad
o
Kot
a Bi
tung
*)
Kot
a To
moh
on *
)
Kab
. Min
ahas
a
Kab
. Min
sel *
)
Kab
. Min
ut
Kab
. Bol
mon
g
Kab
. Tal
aud
*)
Kab
. San
gihe
*)
Miliar Rp
-
20
40
60
80
100
120%Target Realisasi %
Sumber: Biro Keuangan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara
67
2. Target APBD Kabupaten/Kota/Provinsi Tahun 2007
Dari tahun ke tahun jumlah dana pembangunan di wilayah Provinsi Sulawesi Utara
memperlihatkan peningkatan. Hal ini cukup menggembirakan sebab di satu sisi
mengindikasikan terus bertambahnya jumlah alokasi dana (baik yang berasal dari pusat
maupun daerah) bagi kepentingan masyarakat Sulawesi Utara. Namun di sisi yang lain
menuntut seluruh komponen masyarakat Sulawesi Utara untuk lebih bertanggung jawab
dalam pemanfaatan dana-dana tersebut.
Berdasarkan hasil rekapitulasi data APBD seluruh kabupaten/kota/provinsi di Sulawesi Utara,
dibandingkan Tahun 2006 yang lalu, target penerimaan dan belanja daerah untuk Tahun
2007 secara total mengalami kenaikan masing-masing sebesar 19,28% dan 18,60%.
Berdasarkan wilayah administratifnya, persentase kenaikan anggaran penerimaan tertinggi
dialami oleh Kabupaten Talaud dan Kabupaten Minahasa masing-masing sebesar 41,02%
dan 23,88%, sedangkan yang terendah dialami pada tingkat provinsi sebesar 13,82% dan
Kab. Bolmong sebesar 12,20%. Dari sisi belanja daerah, persentase kenaikan anggaran
belanja tertinggi tercatat pada kabupaten minahasa dan kabupaten Talaud masing-masing
sebesar 28,28% dan 27,37% sedangkan yang terendah dialami oleh Kabupaten Bolmong
dan Kabupaten Sangihe masing-masing sebesar 14,15% dan 14,67%. Dengan
membandingkan seluruh target penerimaan dan belanja daerah di tingkat kab/kota/provinsi
untuk Tahun 2007 dan Tahun 2006, Kabupaten Talaud dan Kabupaten Sangihe tercatat
sebagai daerah yang dengan performance APBD yang terbaik. Hal ini dilandasi oleh
besarnya laju kenaikan penerimaan yang jauh lebih tinggi dibandingkan laju peningkatan
belanja daerah untuk kedua daerah tersebut. Secara gabungan (seluruh kab/kota/provinsi),
besarnya target penerimaan APBD Sulawesi Utara di Tahun 2007 mencapai Rp4,38 Triliun
dengan target belanja sebesar Rp4,49 Trilliun. Dengan demikian terdapat selisih kekurangan
sebesar Rp110 milliar yang akan dibiayai melalui pos pembiayaan daerah.
68
Tabel 4.4. Target Penerimaan dalam APBD Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara
(dalam Milliar Rp)
2006 2007
1 Prov. Sulut 644.08 733.08 13.82
2 Kota Manado 468.69 546.52 16.61
3 Kota Bitung 270.42 322.29 19.18
4 Kota Tomohon 221.81 267.79 20.73
5 Kab. Minahasa 358.98 444.71 23.88
6 Kab. Minsel 339.6 407.17 19.9
7 Kab. Minut 290.47 342.7 17.98
8 Kab. Bolmong 481.59 540.35 12.2
9 Kab. Talaud 249.59 351.97 41.02
10 Kab. Sangihe 350.37 427.56 22.03
3,675.58 4,384.14 19.28
APBDPenerimaan
% Kenaikan
Total Sumber: Biro Keuangan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara
Tabel 4.5.
Rencana Belanja dalam APBD Seluruh Kab/Kota/Provinsi di Sulawesi Utara (dalam milliar Rp)
Sumber: Biro Keuangan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara
2006 2007
1 Prov. Sulut 677.21 778.84 15.01
2 Kota Manado 470.11 546.52 16.26
3 Kota Bitung 264.77 321.23 21.33
4 Kota Tomohon 224.98 269.82 19.93
5 Kab. Minahasa 360.18 458.76 27.37
6 Kab. Minsel 340.26 407.17 19.67
7 Kab. Minut 299.37 354.96 18.57
8 Kab. Bolmong 496.98 567.33 14.15
9 Kab. Talaud 276.97 355.31 28.28
10 Kab. Sangihe 375.07 430.1 14.67
3,785.89 4,490.04 18.60Total
APBDBelanja
% Kenaikan
69
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
A. Perkembangan Aliran Uang Kartal
Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III - 2008
berada pada kondisi net outflow yang berarti aliran uang keluar dari khasanah lebih besar
dibandingkan aliran uang masuk. Hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa
perekonomian Sulut kembali bergairah walaupun di akhir Mei 2008 lalu pemerintah
mengeluarkan kebijakan untuk menaikkan harga BBM rata-rata sebesar 28%. Beberapa
faktor yang mendorong meningkatnya penggunaan uang kartal selama triwulan laporan
adalah (1) Berlangsungnya masa liburan sekolah dan dimulainya tahun ajaran baru bagi
para siswa/mahasiswa di awal triwulan laporan yang mendorong peningkatan permintaan
secara umum, (2) Berlangsungnya bulan suci puasa yang diikuti dengan perayaan Idul Fitri 1
Syawal 1429 H pada akhir triwulan laporan. Hal ini juga turut mendorong meningkatnya
permintaan masyarakat. Meningkatnya permintaan masyarakat (aggregat demand) selama
triwulan laporan selanjutnya ditransmisikan pada meningkatnya kebutuhan masyarakat
akan kebutuhan uang kartal. Mengacu pola aliran uang kartal pada tahun-tahun
sebelumnya, kondisi net outflow selama triwulan laporan merupakan suatu pola musiman.
Secara historis, jumlah aliran uang masuk dan keluar ke/dari khasanah Bank Indonesia
Manado khususnya sejak awal Tahun 2007 sampai dengan saat ini mengalami penurunan.
Hal ini dikarenakan sejak Desember Tahun 2006, Bank Indonesia telah
mengimplementasikan kebijakan Focus Group dimana hanya uang lusuh dan tidak layak
edar saja yang dapat ditukarkan ke Bank Indonesia, sedangkan uang yang masih layak edar
dikelola oleh beberapa bank dalam sebuah group. Hal ini dengan harapan akan terjadi
interaksi yang intens antar bank sehingga mendorong efesiensi dan efektifitas manajemen
pengedaran uang baik di bank umum maupun di Bank Indonesia.
Jumlah aliran uang masuk turun dibandingkan triwulan sebelumnya dan periode yang sama
tahun lalu, sedangkan aliran uang keluar meningkat significant. Aliran uang masuk turun
1,90% (y.o.y) atau sebesar Rp2 milliar sebaliknya aliran uang keluar naik lebih dari 120%
(y.o.y) atau sebesar Rp202 milliar. Secara netto, aliran uang kartal selama triwulan laporan
berada pada kondisi outflow sebesar Rp268 milliar jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan
yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp63 milliar. Secara bulanan, net outflow
70
tertinggi terjadi di Bulan September 2008 sebesar Rp217 milliar, berikutnya di Bulan Juli
2008 sebesar Rp81 milliar. Sedangkan di Bulan Agustus 2008, aliran uang kartal di
khasanah Bank Indonesia berada pada kondisi net inflow sebesar Rp31 milliar.
-1,000
-800
-600
-400
-200
0
200
400
600
800
1,000 Inflow
Outflow
Net Flow
Inflow 428 129 105 253 592 119 103
Outflow -29 -453 -168 -928 -87 -337 -370
Net Flow 400 -324 -63 -676 505 -218 -268
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2007 2008
IN F LOW
OUT F LOW
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Dalam upaya memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan, Bank Indonesia melakukan
kegiatan berupa Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) dalam bentuk pemusnahan
terhadap uang yang sudah tidak layak edar. Selama triwulan laporan, rasio PTTB terhadap
aliran uang kartal masuk tercatat sebesar 114,74%, lebih tinggi dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 60,02%. Secara nominal, jumlah uang yang
diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan sebesar Rp118 milliar atau naik
87,30% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Selanjutnya, untuk memenuhi
kebutuhan likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat setempat (fit to
transaction) yang lokasinya jauh dari Manado, Kantor Bank Indonesia Manado secara
berkala melaksanakan kegiatan kas titipan di Gorontalo dan Tahuna bekerjasama dengan
salah satu bank umum di wilayah tersebut.
Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado
(Rp Milliar)
71
Grafik 5.2. Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow
(Persen)
-
100
200
300
400
500
600
700
M iliar
-
20
40
60
80
100
120
140
160
% Inflow PTTB Rasio
Inflow 428 129 105 253 592 119 103
PTTB 255 118 63 4 305 169 118
Rasio 59.56 91.75 60.02 1.48 51.44 142.50 114.74
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2007 2008
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Sama halnya dengan kondisi perkasan di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado maka
kondisi perkasan di Provinsi Gorontalo yang diwakilkan oleh keberadaan kas titipan di salah
satu bank umum juga mengalami net outflow sebesar Rp53 milliar yang berarti aliran uang
kartal keluar lebih besar dibandingkan aliran uang kartal masuk. Kondisi tersebut sama
halnya dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang juga mengalami net out flow
sebesar Rp28 milliar. Net outflow yang terjadi selama triwulan laporan mengindikasikan
bahwa even liburan sekolah dan tahun ajaran baru di awal triwulan laporan serta persiapan
perayaan idul fitri pada akhir triwulan laporan telah mendorong peningkatan aktivitas
ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan peningkatan penggunaan uang kartal.
-800
-600
-400
-200
0
200
400
600
800
Inflow 366 413 437 549 533 516 702
Outflow -284 -404 -466 -557 -463 -672 -755
Netflow 82 9 -28 -8 70 -156 -53
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2007 2008
.
IN FLOW
OUT FLOW
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo
(Rp Milliar)
72
Selain di Provinsi Gorontalo, keberadaan kas titipan juga terdapat di salah satu bank umum
di Kota Tahuna - Kabupaten Sangihe (wilayah terluar Provinsi Sulawesi Utara yang
berbatasan dengan negara tetangga yaitu Filipina). Keberadaan kas titipan di wilayah terluar
tersebut merupakan upaya Bank Indonesia untuk melaksanakan kebijakan Clean Money
Policy khususnya di wilayah yang jauh dari jangkauan Kantor Bank Indonesia. Secara
historis, kegiatan kas titipan Tahuna cenderung mengalami net outflow (kecuali pada awal
tahun). Selama triwulam laporan, kas titipan Tahuna mengalami net outflow sebesar Rp32
milliar atau turun 5,88% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sama halnya
dengan kondisi perkhasan di Provinsi Gorontalo, net outflow yang terjadi di khasanah
titipan di Tahuna mengindikasikan cukup bergairahnya perekonomian di daerah tersebut
antara lain tercermin dari meningkatnya realisasi belanja pemerintah dan swasta.
-120
-100
-80
-60
-40
-20
0
20
40
60
Inflow 48 12 28 37 51 19 21
Outflow -34 -74 -62 -107 -31 -67 -53
Netflow 14 -62 -34 -69 20 -48 -32
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2007 2008
IN FLOW
OUT FLOW
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Posisi kas gabungan Kantor Bank Indonesia Manado sampai dengan akhir triwulan laporan
tercatat sebesar Rp595 milliar atau turun dibandingkan posisi kas gabungan pada akhir
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1.152 milliar. Penurunan posisi kas gabungan
ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan uang kartal di masyarakat seiring dengan
meningkatnya aktivitas perekonomian selama triwulan laporan. Berdasarkan perhitungan
rata-rata outflow dan kegiatan PTTB selama Tahun 2007 dan dengan mengambil asumsi
tidak ada remise masuk ke Kantor Bank Indonesia Manado, posisi kas gabungan tersebut
diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan likuiditas antara 1 sampai 2 bulan mendatang.
Grafik 5.4. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Tahuna
(Rp Milliar)
73
B. Penemuan Uang Palsu
Bila pada triwulan sebelumnya, jumlah penemuan uang palsu yang dilaporkan kepada Bank
Indonesia mengalami peningkatan yang significant akibat terungkapnya jaringan pembuat
dan pengedar uang palsu beberapa waktu lalu, maka selama jumlah penemuan uang palsu
selama triwulan laporan relatif kecil. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke
Bank Indonesia Manado pada Q3-2008 sebanyak 33 lembar, dimana menurut jenis
pecahannya, pecahan Rp100.000,- dan Rp50.000,- merupakan jenis pecahan yang paling
banyak dipalsukan. Meningkatnya temuan uang palsu dalam beberapa waktu terakhir ini
patut diwaspadai seiring dengan maraknya penyelenggaraan Pilkada (pemilihan kepada
daerah) di beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara serta persiapan
penyelenggaraan pesta demokrasi yaitu pemilu Tahun 2009. Untuk itu, berbagai upaya
telah dan terus dilakukan oleh Bank Indonesia untuk meminimalisir pergerakan pelaku
pemalsuan uang diantara dengan cara meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap
ciri-ciri keaslian uang rupiah melalui kegiatan sosialisasi. Selain itu, peran serta aktif
masyarakat bersama dengan pihak kepolisian telah berhasil membongkar sejumlah kasus
pemalsuan uang di Sulawesi Utara. Berkaitan dengan komitmen untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah, Bank Indonesia Manado
telah secara berkala melaksanakan kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah.
Kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan masyarakat perbankan, dunia pendidikan, instansi pemerintah, pelaku usaha
dan masyarakat umum terhadap ciri-ciri keaslian uang Rupiah sehingga diharapkan memiliki
kemampuan untuk membedakan mana uang rupiah asli dan yang dipalsukan. Melalui
kontinuitas pelaksanaan kegiatan tersebut di tahun-tahun mendatang, diharapkan tingkat
peredaran uang palsu semakin rendah. Selain itu, berkaitan dengan proses penanganan
hukumnya, Bank Indonesia Manado juga menjalin kerjasama dengan instansi penegak
hukum antara lain dengan Kepolisian Daerah Sulawesi Utara.
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Tabel 5.1. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado
(Lembar)
Q1 Q2 Q3
- Rp100.000,- 3 16 529 44 36 2 1,014 14
- Rp50.000,- 9 73 480 87 162 17 19 16
- Rp20.000,- 4 6 10 74 31 6 - 1
- Rp10.000,- - - 4 13 15 - 2 2
- Rp5.000,- - - 1 2 1 - - -
- Rp1.000,- - - - - - - - -
Total 16 95 1,024 220 245 25 1,035 33
20082003 200720052004Pecahan 2006
74
C. Perkembangan Kliring Lokal (Tunai)
Perkembangan kliring lokal (tunai) terus menunjukkan perkembangan yang
menggembirakan dari waktu ke waktu. Jumlah rata-rata harian lembar warkat yang
dikliringkan selama triwulan III - 2008 tercatat sebesar 1.386 lembar atau turun sebesar
1,84% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian secara
nominal terjadi peningkatan jumlah rata-rata harian kliring dari Rp25,39 milliar di triwulan III
– 2007 naik menjadi Rp28,63 milliar pada triwulan III – 2008 atau meningkat 12,76%
(y.o.y). Peningkatan rata-rata harian jumlah nominal kliring tersebut semakin menegaskan
bahwa perekonomian Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif.
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar bilyet cek dan Bilyet Giro (BG) kosong selama
triwulan laporan tercatat 0,75% dari total lembar warkat yang dikliringkan atau naik
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 0,29%. Demikian
pula dari segi jumlah nominalnya terdapat kenaikan dari 0,38% pada Q3 - 2007 menjadi
0,70% pada Q3 – 2008 dari total nominal cek dan BG yang dikliringkan.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Lembar 75,010 84,817 90,390 75,426 76,386 85,075 87,329
Nominal (Rp Milliar) 1,354 1,428 1,625 1,425 1,634 1,704 1,804
Lembar 1,209 1,368 1,412 1,347 1,273 1,350 1,386
Nominal (Rp Milliar) 21.88 23.02 25.39 25.45 27.24 27.04 28.63
Lembar (%) 0.37 0.29 0.29 0.49 0.53 0.56 0.75
Nominal (%) 0.35 0.28 0.38 0.54 0.88 0.86 0.70
Perputaran Kliring
Rata-Rata Penolakan Cek dan BG Kosong
Rata-Rata Harian
20082007KETERANGAN
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
D. RTGS (Real Time Gross Settlement)
RTGS sebagai salah satu sarana penyelesaian transaksi non tunai, menunjukkan
perkembangan yang cukup pesat sejak pertama kali diperkenalkan. Hal ini disebabkan BI -
RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi (seketika) dan resiko
settlement-nya dapat diperkecil. Berdasarkan data terakhir yang dimiliki, selama triwulan I -
2008, perkembangan total volume transaksi melalui RTGS (dari/ke/dalam Kota Manado)
mencapai 16.233 lembar atau meningkat 18,38% (y.o.y) bila dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya. Demikian pula dengan nilai nominal penyelesaian transaksi RTGS
yang secara tahunan tumbuh sebesar 29,50% mencapai jumlah Rp26,2 Triliun.
Tabel 5.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di KBI Manado
75
Tabel 5.3. Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement
(Milliar)
Sumber : Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP) KP Bank Indonesia
2008
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Nilai 11,738 13,437 11,565 13,433 15,976 36.10
Volume 6,770 7,478 8,731 14,251 7,225 6.72
Nilai 4,846 6,615 7,549 7,046 6,369 31.42
Volume 5,007 5,944 7,175 12,356 6,481 29.44
Nilai 3,648 4,971 5,615 4,682 3,856 5.71
Volume 1,936 2,553 3,077 7,681 2,527 30.53
NIlai 20,232 25,023 24,729 25,161 26,200 29.50
Volume 13,713 15,975 18,983 34,288 16,233 18.38
TOTAL TRANSAKSI
2007Y.o.Y
Dalam Kota
Ke Manado
Dari Manado
76
BOX 2 Pola Aliran Uang Kartal di Wilayah Kerja KBI Manado Menjelang
dan Saat Perayaan Hari Raya Idul Fitri 1429 H
Selama Bulan September 2008, perkembangan sistem pembayaran tunai yang tercemin dari aliran
uang kartal melalui khasanah dan kas titipan Bank Indonesia Manado untuk wilayah Provinsi Sulawesi
Utara dan Gorontalo berada pada posisi net outflow sebesar Rp343,06 milliar berbeda dibandingkan
bulan sebelumnya yang justru mengalami net inflow. Net outflow berarti lebih banyak uang yang
keluar dari khasanah BI Manado dibandingkan uang yang masuk ke khasanah BI Manado sedangkan
net inflow sebaliknya. Menurut rinciannya, uang kartal yang keluar dari sistem perbankan tercatat
sebesar Rp602,44 milliar dan hanya Rp259,38 milliar masuk ke dalam sistem perbankan. Beberapa
even yang mendorong meningkatnya kebutuhan masyarakat Sulawesi Utara akan uang kartal selama
Bulan September ini adalah datangnya Bulan Suci Ramadhan dan persiapan mejelang hari raya idul
fitri pada awal Oktober. Selain itu persiapan penyelenggaraan pesta lebaran ketupat di beberapa
wilayah (umumnya dilaksanakan 1 (satu) minggu setelah perayaan idul fitri) turut pula memberikan
andil bagi peningkatan kebutuhan masyarakat akan uang kartal.
Tabel 1.
Perkembangan Aliran Uang Kartal di Wilayah Sulawesi Utara dan Gorontalo (dalam milliard Rp)
Khasanah BI Manado
Kas Titipan Gorontalo
Kas Titipan Tahuna
Total
Setoran 30.40 221.18 7.80 259.38
Bayaran 248.04 315.28 39.13 602.45
Net Outflow 217.64 94.09 31.33 343.06
Khusus untuk aliran uang kartal yang melalui khasanah Bank Indonesia Manado, selama September
2008 tercatat mengalami net outflow sebesar Rp217,64 milliar dengan rincian sebanyak Rp248,04
milliar keluar dan hanya sebesar Rp30,40 milliar masuk ke dalam khasanah. Fenomena meningkatnya
kebutuhan masyarakat akan uang kartal tercermin pula di Provinsi Gorontalo dan Kabupaten Tahuna
tempat keberadaan kas titipan Bank Indonesia di salah satu bank umum nasional di wilayah tersebut.
Tercatat, kas titipan Bank Indonesia di Provinsi Gorontalo selama September 2008 berada pada posisi
net outflow Rp94,09 milliar dengan rincian Rp315,27 milliar keluar dari khasanah kas titipan di
Gorontalo dan Rp221,18 milliar kembali masuk ke dalam khasanah. Demikian pula halnya dengan
kondisi kas titipan Bank Indonesia salah satu bank umum nasional di Kabupaten Tahuna yang
mengalami net outflow sebesar Rp31,32 milliar.
Dibandingkan tahun sebelumnya, kebutuhan masyarakat akan uang kartal menjelang hari raya idul
fitri tahun ini ternyata memperlihatkan peningkatan. Hal ini terindikasi dari data perkembangan
77
bayaran bank seminggu menjelang lebaran yang mencapai jumlah Rp236,56 milliar pada tahun ini
atau meningkat sebesar 38,51% dibandingkan kondisi yang sama tahun lalu yang hanya sebesar
Rp170,79 milliar. Menurut jenisnya, uang pecahan nominal Rp10.000,- mengalami peningkatan
permintaan yang significant sebanyak 1467%, berikutnya adalag pecahan Rp5.000,- yang naik
145,87% dan pecahan Rp1.000 yang meningkat 215,55%.
Tabel 2
Perkembangan Bayaran Bank Seminggu Menjelang Lebaran (dalam Jutaan Rupiah)
2007 2008 NOMINAL %100,000 65,361 54,018 (11,342) -17.35%50,000 103,142 180,071 76,929 74.59%20,000 1,942 881 (1,061) -54.65%10,000 52 820 767 1467.75%
5,000 214 526 312 145.87%1,000 80 253 173 215.55%
SUB JUMLAH 170,791 236,569 65,778 38.51%
PECAHANPERIODE DEVIASI
Sementara itu, perkembangan sistem permbayaran non tunai menjelang lebaran juga
memperlihatkan peningkatan, tercemin dari kenaikan jumlah lembar dan nominal warkat yang
kliringkan. Tercatat jumlah lembar warkat selama September 2008 sebanyak 29 ribu dengan nilai
nominal sebesar Rp609 milliar, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya sebesar 28
ribu lembar warkat dengan nilai nomial Rp582 milliar. Tingginya kebutuhan masyarakat Sulawesi
Utara akan uang kartal sebelum dan saat hari raya idul fitri tahun ini ternyata benar-benar telah
diantisipasi oleh perbankan dan Bank Indonesia Manado. Beberapa langkah antisipasi yang dilakukan
oleh Bank Indonesia Manado diantaranya adalah :
(1) Tetap buka dan beroperasinya perbankan pada saat libur lebaran tanggal 29 September 2008
lalu.
(2) Tetap dibukanya loket penukaran uang di Kantor Bank Indonesia Manado pada tanggal 29
September 2008.
(3) Meningkatkan frekuensi kegiatan kas keliling oleh KBI Manado di samping beroperasinya
Perusahaan Penukaran Uang Pecahan Kecil (PPUPK) yang selama September 2008 tercatat
sebanyak 8 kali dengan rincian 7 kali dilaksanakan di dalam kota dan 1 kali dilaksanakan di luar
kota (Gorontalo).
78
BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada Maret 2008 tidak
mengalami perbedaan dibandingkan periode Agustus 2007 sebagaimana tercermin dari
rasio TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) sebesar 12,35% atau sama dengan periode
Agustus 2007. Namun, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terdapat
sedikit penurunan TPT yaitu dari 13,0% menjadi 12,35%. Menurut sebarannya, TPT
penduduk perkotaan lebih tinggi dibandingkan TPT penduduk pedesaan. Membaiknya
angka ketenagakerjaan ini ternyata diiringi pula oleh menurunnya angka kemiskinan untuk
posisi Maret 2008 yang tercatat 10,10% atau berjumlah 223,5 ribu orang. Pencapaian ini
lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 11,42%.
Berdasarkan lokasinya, sebagian besar masyarakat miskin di Provinsi Sulawesi Utara
(67,51%) berdomisili di daerah pedesaan sedangkan sisanya berada di perkotaan.
A. PENGANGGURAN
Struktur ketenagakerjaan pada periode Februari 2008 tidak terlalu berbeda bila
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dari seluruh penduduk usia 15+,
jumlah angkatan kerja tercatat 1,04 juta orang (63,12%) masih lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah bukan angkatan kerja sebanyak 611 ribu orang. Jumlah angkatan kerja ini
turun sedikit yaitu sebesar 3,65% (y.o.y) atau sebanyak 39.616 orang dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya.
. Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan
Periode Februari 2006 – Februari 2008
Kota Desa LK PR
Penduduk 15 Thn ke atas 1,621,331 1,654,863 1,658,299 635,024 1,023,275 845,795 812,504
Angkatan Kerja 990,759 1,086,281 1,046,665 409,668 636,997 731,869 314,796
Bekerja 855,300 944,635 917,363 340,517 576,846 680,349 237,014
Mencari Kerja 135,459 141,646 129,302 69,151 60,151 51,520 77,782
Bukan Angkatan Kerja 630,572 568,582 611,634 225,356 386,278 113,926 497,708
Sekolah 134,119 126,474 127,274 69,121 58,153 60,094 67,180
Mengurus Rumah Tangga 407,173 359,201 406,055 118,417 287,638 10,741 395,314
Lainnya 89,280 82,907 78,305 37,818 40,487 43,091 35,214
TPAK (persen) 61.10 65.60 63.12 64.51 62.25 86.53 38.74
TPT (persen) 13.70 13.00 12.35 16.88 9.44 7.04 24.71
Setengah Pengangguran 296,780 269,657 214,237 57,385 156,852 125,654 88,583Setengah Pengangguran Terpak 138,683 125,402 124,522 18,418 71,297 47,567 42,148
Setengah Pengangguran Sukare 158,097 144,255 89,715 38,967 85,555 78,087 46,435
Feb-06 Feb-08Feb-07Jenis KelaminDaerah
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
79
Menurut komponen penyusunnya, jumlah penduduk yang bekerja berdasarkan data
terakhir (Februari 2008) mengalami penurunan. Tercatat jumlah penduduk yang bekerja
berjumlah 917 ribu orang, turun 2,89% (y.o.y) atau sebanyak 27 ribu orang dibandingkan
periode yang sama tahun lalu. Namun pada sisi yang lain, jumlah pengangguran mengalami
penurunan yaitu dari 141 ribu orang pada Februari 2007 turun 8,71% (y.o.y) menjadi 129
ribu orang pada Februari 2008.
.
Menurunnya jumlah angkatan kerja selama periode Februari 2007 – Februari 2008
mengakibatkan TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) di Provinsi Sulawesi Utara
mengalami penurunan dari 65,6% menjadi 63,12%. TPAK sebesar 63,12% tersebut dapat
diartikan bahwa sekitar 63 penduduk Provinsi Sulawesi Utara aktif bekerja dan mencari
pekerjaan dari sebanyak 100 orang penduduk yang termasuk ke dalam penduduk usia
kerja. Sementara itu, TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) pada Februari 2008 sebesar
12,35%, merupakan yang terendah selama periode Februari 2006 – Februari 2008. Hal ini
menunjukkan bahawa dari sekitar 100 orang penduduk yang termasuk dalam angkatan
kerja hanya 12 – 13 orang yang menganggur, selebihnya sudah mempunyai perkerjaan.
Berdasarkan lokasinya, pada periode Februari 2008, TPT penduduk perkotaan tercatat
sebesar 16,88% lebih besar dibandingkan TPT penduduk pedesaan yang hanya sebesar
9,44%. Jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia di daerah perkotaan tidak sebanding
dengan jumlah orang pencari kerja yang datang dari daerah di luar perkotaan, sehingga
menyebabkan angka TPT perkotaan lebih tinggi daripada TPT pedesaan. Bila dilihat dari sisi
gender, TPAK perempuan (38,74%) cenderung lebih rendah dari TPAK laki-laki (86,53%).
Penduduk perempuan lebih banyak masuk ke dalam kategori bukan angkatan kerja yang
sebagian besar kegiatan utamanya adalah mengurus rumah tangga, keadaan ini
menyebabkan angka TPAK perempuan biasanya lebih rendah dari pada TPAK laki-laki.
Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utara
Periode Februari 2006 – Februari 2008
Kota Desa LK PR
Pertanian 403,179 378,631 363,771 36,389 327,382 291,553 72,218
Pertambangan 4,756 18,229 14,806 3,040 11,766 14,336 470
Industri 49,813 65,290 61,270 28,100 33,170 45,051 16,219
Listrik, Gas & Air Bersih 3,123 2,872 3,223 2,321 902 2,071 1,152
Konstruksi 40,168 54,819 56,406 33,608 22,798 54,826 1,580
Perdagangan 154,952 174,127 144,155 87,856 56,299 60,259 83,896
Angkutan 73,350 89,220 136,047 72,023 64,024 130,568 5,479
Keuangan 12,254 12,900 10,127 5,564 4,563 6,930 3,197
Jasa 113,705 148,547 127,558 71,616 55,942 74,755 52,803
TOTAL 855,300 944,635 917,363 340,517 576,846 680,349 237,014
Feb-08Feb-06 Feb-07Daerah Jenis Kelamin
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
80
Komposisi penduduk yang bekerja menurut sektor lapangan pekerjaan utama pada Februari
2008 relatif sama bila dibandingkan Februari 2007. Sektor lapangan pekerjaan utama
penduduk yang bekerja masih paling banyak di sektor pertanian yaitu sebanyak 363 ribu
orang (39,7%). Namun bila dibandingkan dengan keadaan Februari 2007, mengalami
penurunan sebanyak 14 ribu orang. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh banyak petani
penggarap yang berpindah lapangan pekerjaan ke sektor angkutan sebagai tukang ojek.
Sektor lain yang mengalami penurunan adalah sektor industri, konstruksi, perdagangan,
keuangan dan jasa. Sedangkan sektor yang mengalami kenaikan adalah sektor
pertambangan, listrik-air-gas, dan angkutan. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya
peningkatan maupun penurunan penduduk yang bekerja di masing-masing sektor lebih
disebabkan oleh siklus atau perputaran perekonomian penduduk.
Seperti terlihat pada tabel 6.2, lapangan pekerjaan utama penduduk daerah pedesaan lebih
didominasi oleh sektor pertanian (56,8%). Daerah pedesaan merupakan daerah lahan
pertanian sehingga lapangan pekerjaan utama penduduknya lebih banyak diwarnai sektor
pertanian. Berbeda dengan penduduk daerah pedesaan, penduduk di daerah perkotaan
lapangan pekerjaan utamanya lebih banyak terkonsentrasi di sektor perdagangan (25,8%)
dan sektor jasa (21,0%).
B. KEMISKINAN
Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode 2004 – 2008 di Provinsi Sulawesi
Utara berfluktuasi dari tahun ke tahun. Terjadi peningkatan dari periode Februari 2004 –
Maret 2007 dan terjadi penurunan dari periode Maret 2007 – Maret 2008.
Tabel 6.3. Sebaran Penduduk Miskin di Kota dan Desa
Periode Februari 2004 – Maret 2008
Kota Desa Total Kota Desa Total
Sulawesi Utara 36 156,3 192 4.37 11.76 8.93
Indonesia 11,369 24,778 36,147 12.13 20.11 16.66
Sulawesi Utara 46,6 155 202 4.96 12.70 9.34
Indonesia 13,297 23,505 36,801 12.48 20.63 16.69
Sulawesi Utara 61,2 171 233 6.52 14.01 10.76
Indonesia 13568,4 23,821 37,389 12.68 20.84 16.90
Sulawesi Utara 79 171 250 8.31 13.80 11.42
Indonesia 13559,3 23,609 37,168 12.52 20.37 16.58
Sulawesi Utara 73 151 224 7.56 12.04 10.10
Indonesia 12,769 22,195 34,963 11.65 18.93 15.42
Jumlah Penduduk Miskin (000 orang)
Persentase Penduduk MiskinTahun
Maret 2008
Februari 2004
Juli 2005
Juli 2006
Maret 2007
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
81
Jumlah penduduk miskin pada Maret 2008 sebesar 223,5 ribu (10,10%). Terjadi penurunan
jumlah maupun persentase penduduk miskin baik di perkotaan maupun pedesaan.
Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2007 yang berjumlah 250,1 ribu
(11,42%), berarti jumlah penduduk miskin menurun sebesar 26,6 ribu orang. Selama
periode Maret 2007 – Maret 2008, penduduk miskin di daerah perkotaan terjadi penurunan
sekitar 6,3 ribu orang, sementara di daerah pedesaan terjadi penurunan sekitar 20,2 ribu
orang.
Secara nasional, juga terjadi penurunan jumlah penduduk miskin dari 36,14 juta orang di
Tahun 2004 menjadi 34,96 juta orang pada Maret 2008. Dari periode Februari 2004 sampai
Juli 2006 terus terjadi peningkatan penduduk miskin, baik jumlah maupun persentasenya.
Namun dari periode Juli 2006 – Maret 2008 terus terjadi penurunan jumlah dan persentase
penduduk miskin. Persentase penduduk miskin di Indonesia pada Juli 2006 sebesar 16,9%
dan terus menurun hingga mencapai 15,42% pada Maret 2008.
Tabel 6.4.
Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Provinsi Sulawesi Utara
Periode Maret 2007 – Maret 2007
MakananBukan
MakananTotal
PERKOTAAN
Maret 2007 122,841 42,983 165,824 79.00 8.31
Maret 2008 131,456 44,173 175,628 72.70 7.56
PERDESAAN
Maret 2007 117,516 31,924 149,440 171.00 13.80
Maret 2008 128,498 33,935 162,433 150.90 12.04
KOTA & DESA
Maret 2007 119,827 36,723 156,550 250.10 11.42
Maret 2008 129,781 38,378 168,160 223.50 10.10
Jumlah Penduduk Miskin
Persentase Penduduk Miskin
TahunGaris Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena
penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per
bulan di bawah Garis Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak
penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2007 – Maret
2008, garis kemiskinan naik sebesar 7,41% yaitu dari Rp.156.550,- per kapita per bulan
pada Maret 2007 menjadi Rp168.160,- per kapita per bulan pada Maret 2008. Dengan
memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan
komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan
82
(perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada Maret 2007, sumbangan GKM
terhadap GK sebesar 76,54%, tetapi pada Maret 2008, peranannya meningkat sampai
77,18%. Meningkatnya peranan GKM terhadap GK ini sebagian besar akibat naiknya harga
barang-barang kebutuhan pokok yang juga digambarkan oleh inflasi umum selama periode
Maret 2007 – Maret 2008.
Selanjutnya penduduk miskin dapat dibedakan menjadi dua yaitu miskin kronis (chronic
poor) dan miskin sementara (transient poor). Miskin kronis adalah penduduk miskin yang
berpenghasilan jauh di bawah garis kemiskinan dan biasanya tidak memiliki akses yang
cukup terhadap sumber daya ekonomi, sedangkan miskin sementara adalah penduduk
miskin yang berada dekat garis kemiskinan. Jika terjadi sedikit saja perbaikan dalam
ekonomi, kondisi penduduk yang termasuk kategori miskin sementara ini bisa meningkat
dan statusnya berubah menjadi penduduk tidak miskin.
C. Rasio Gini
Rasio gini merupakan ukuran kemerataan tingkat pendapatan yang dihitung dengan
membagi luas antara garis diagonal dan kurva lorent dengan luas segi tiga di bawah garis
diagonal. Nilai Rasio Gini terletak antara 0 dan 1, nilai rasio Gini yang mendekati 0 maka
tingkat ketimpangan pendapatan sangat rendah, artinya distribuso pendapatan merata dan
apabila nilainya mendekati 1 maka tingkat ketimpangan pendapatan tinggi.
Perkembangan angka rasio gini Sulawesi Utara dalam 3 (tiga) tahun terakhir relatif tetap.
Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,32, relatif tidak berubah dibandingkan indeks gini
Tahun 2005 lalu yang juga sebesar 0,32. Namun demikian berdasarkan strukturnya,
persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan tertinggi
menjadi semakin meningkat dari 40,70% menjadi 41,24%. Faktor yang mempengaruhi
peningkatan kesenjangan ini adalah dampak kenaikan harga BBM yang menyebabkan
kelompok 40% penduduk berpenghasilan rendah terpukul. Fenomena yang menarik adalah
terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok 40% menengah ke 40% ke bawah
dan 20% teratas.
83
Tabel 6.5. Rasio Gini Provinsi Sulawesi Utara
40% populasi dengan pendapatan terendah
40% populasi dengan pendapatan moderat
20% populasi dengan pendapatan tertinggi
Rasio Gini 40% populasi dengan pendapatan terendah
40% populasi dengan pendapatan moderat
20% populasi dengan pendapatan tertinggi
Rasio Gini
Sulawesi Utara 20.03 39.27 40.70 0.32 21.19 37.57 41.24 0.32
Provinsi 2005 2007
D. IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sulawesi Utara sampai Tahun 2006 adalah
sebesar 74,4, meningkat 0,2 poin dari angka IPM 2005 yang sebesar 74,2. Peningkatan ini
ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 71,7 tahun menjadi 71,8 tahun dan rata-
rata pengeluaran riil per kapita dari Rp616.100,- menjadi Rp616.900,-. Adapun komponen
penyusun IPM terdiri dari angka harapan hidup, angka melek hurup, rata-rata lama sekolah
dan rata-rata pengeluaran riil per kapita.
Tabel 6.6.
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sulawesi Utara
Komponen IPM 2002 2004 2005 2006
Angka Harapan Hidup 70.9 71.0 71.7 71.8
Angka Melek Huruf 98.8 99.1 99.3 99.3
Rata-Rata Lama Sekolah 8.6 8.6 8.8 8.8
Pengeluaran Riil/Kapita (000 Rp) 587.9 611.9 616.1 616.9
IPM 71.3 73.4 74.2 74.4
Peringkat Nasional 2 2 2 2
Berdasarkan wilayah administrasinya, perkembangan komponen IPM di kota/kabupaten di
Sulawesi Utara dapat dijelaskan sebagai berikut :
Kota Manado memiliki angka harapan hidup tertinggi yaitu 72 tahun sedangkan
terendah di Kota Bitung yang tercatat 69,6 tahun.
Persentase angka melek hurup hampir merata di seluruh daerah dengan rata-rata
99,08%. Namun terdapat 3 (tiga) daerah dengan persentase melek huruf berada di
bawah rata-rata di Provinsi Sulawesi Utara yaitu Kabupaten Bolmong, Sangihe dan
Talaud.
Kabupaten Bolmong memiliki rata-rata lama sekolah terendah yaitu selama 7,3 tahun
sedangkan tertinggi di Kota Manado dengan rata-rata sekolah selama 10,5 tahun.
Rata-rata jumlah pengeluaran per kapita riil tertinggi di Kota Manado sebesar Rp623
ribu dan terendah di Minahasa Selatan sebesar Rp587 ribu.
84
Dibandingkan dengan daerah lainnya di tingkat nasional, IPM Provinsi Sulawesi Utara
kondisinya lebih baik khususnya pada komponen angka harapan hidup, persentase angka
melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Selama kurun waktu 2004 – 2005, IPM Provinsi
Sulawesi Utara menduduki peringkat 2 (dua) di tingkat nasional.
Tabel 6.7.
Sebaran IPM Sulawesi Utara Tahun 2004-2005
2004 2005 2004 2005
Bolaang Mongondow 70.7 71.6 121 105
Minahasa 73.5 74.0 47 46
Minahasa Selatan 71.2 71.5 96 113
Minahasa Utara 72.7 73.7 69 57
Kepulauan Sangihe 72.8 73.4 67 64
Kepulauan Talaud 71.8 72.3 80 87
Manado 75.9 76.3 8 12
Bitung 73.2 73.6 56 59
Tomohon 72.9 73.3 63 67
Sulawesi Utara 73.4 74.2 2 2
Indonesia 68.7 69.6
KAB/KOTAIPM Ranking Nasional
85
BAB VII PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI
Perekonomian Sulawesi Utara Tahun 2008 diprakirakan masih dapat tumbuh tinggi di
kisaran 7,0 - 7,2% (y.o.y). Faktor pendorong utama adalah ekspor yang mencatat kinerja
yang tinggi selama semester pertama didorong oleh meningkatnya harga komoditas serta
tetap tingginya pertumbuhan ekonomi negara berkembang dan konsumsi rumah tangga
yang masih cukup kuat. Dampak kenaikan harga BBM terhadap konsumsi swasta ternyata
tidak sedalam prakiraan semula. Pertumbuhan investasi diprakirakan mengalami
peningkatan terutama didorong oleh investasi bangunan seiring dengan kuatnya
pertumbuhan konsumsi swasta dan ekspor. Dari sisi penawaran, sektor PHR serta sektor
pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tumbuh lebih tinggi dari prakiraan semula
seiring dengan konsumsi swasta yang lebih kuat. Untuk Tahun 2009, perekonomian
Sulawesi Utara diprakirakan tumbuh lebih rendah. Perlambatan pertumbuhan terutama
disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan ekspor barang dan jasa sejalan dengan kondisi
eksternal yang kurang kondusif. Sementara itu, sisi permintaan domestik tetap kuat.
Konsumsi swasta diprakirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun 2008 yang
didorong oleh berlangsungnya kegiatan Pemilu, inflasi yang menurun, serta kebijakan
pemerintah di bidang pajak penghasilan.
Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi diprakirakan dimotori oleh sektor pertanian,
sektor bangunan dan sektor PHR. Dari sisi harga, inflasi tahun 2008 diprakirakan mencapai
9,0 - 11,0% (y.o.y). Tekanan inflasi diprakirakan menurun pada Triwulan IV-2008.
Menurunnya tekanan inflasi terkait dengan tingginya pengadaan beras Bulog yang
diharapkan dapat membawa inflasi volatile food lebih rendah dibandingkan rata-rata
historisnya. Selanjutnya di tahun 2009, inflasi IHK diprakirakan menurun berkisar 6,5-7,5%
(y.o.y). Menurunnya inflasi antara lain sebagai dampak dari pelaksanaan kebijakan moneter
serta kebijakan Pemerintah yang diprakirakan akan cenderung melakukan stabilisasi harga
terkait pelaksanaan Pemilu.
A. Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara diprakirakan sekitar 7,0 - 7,2% (y.o.y) pada 2008.
Pertumbuhan ekonomi didorong oleh kinerja ekspor karena mencatat pertumbuhan yang
signifikan hingga Agustus 2008 yang diprakirakan memberi kontribusi lebih tinggi
86
dibandingkan dengan kontribusi konsumsi swasta dan investasi. Kinerja ekspor hingga
triwulan III - 2008, didorong oleh kenaikan harga komoditas non migas. Sementara itu,
konsumsi swasta diprakirakan tumbuh tinggi seiring dengan dampak kenaikan harga BBM
terhadap konsumsi swasta yang tidak sedalam prakiraan semula. Selain hal tersebut,
rangkaian proses Pemilu yang telah dimulai pada pertengahan 2008 juga akan memberi
multiplier effect ke konsumsi swasta untuk tumbuh meningkat pada triwulan terakhir 2008.
Selanjutnya pada 2009, pertumbuhan ekonomi diprakirakan lebih rendah dari 2008
didorong oleh lebih rendahnya pertumbuhan ekspor karena perkembangan harga
komoditas non migas yang melambat serta menurunnya permintaan berkaitan dengan
menurunnya pertumbuhan ekonomi dunia (khususnya negara tujuan ekspor Sulawesi
Utara). Dari sisi domestik, konsumsi swasta akan kembali menjadi motor pertumbuhan
seiring dengan meningkatnya daya beli masyarakat dan berlanjutnya multiplier effect
kegiatan Pemilu. Faktor lainnya yang diprakirakan memberi dampak positif terhadap
konsumsi swasta adalah penurunan Pendapatan Tidak Kena Pajak, pengurangan tarif pajak
bagi UMKM, Wajib Pajak Pribadi dan Badan, serta pajak deviden, dan peningkatan gaji
PNS/TNI/POLRI. Kuatnya konsumsi swasta akan mendorong investasi untuk tetap tumbuh
tinggi pada 2009, walaupun sedikit menurun dibanding tahun 2008 karena melambatnya
pertumbuhan ekspor.
Prospek Permintaan Agregat
Konsumsi rumah swasta tahun 2008 diprakirakan tumbuh pada kisaran 2,8 - 3,0% (y.o.y),
lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 2007. Pertumbuhan konsumsi swasta yang lebih tinggi
ini didorong oleh beberapa faktor. Pertama, pertumbuhan ekspor barang dan jasa yang
lebih tinggi dari prakiraan memberikan income effect lebih tinggi ke konsumsi swasta.
Kedua, tingkat suku bunga yang relatif rendah mendorong peningkatan kredit konsumsi.
Ketiga, pengaruh kenaikan harga BBM pada Mei 2008 terhadap perlambatan pertumbuhan
konsumsi swasta ternyata tidak sedalam prakiraan semula.
87
Tabel 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
Q4 Kontribusi Q4*) Kontribusi
Konsumsi 2.40 2.56 3.95 2.67 3.96 2.59 3.2 - 3.4Konsumsi Swasta 2.19 2.85 4.37 1.90 4.38 1.85 2.8-3.0
Konsumsi Pemerintah 2.80 2.01 3.20 0.77 3.20 0.74 3.9 - 4.1PMTB 14.70 19.08 23.35 4.59 23.35 5.28 13.0 - 15.0Stok 81.72 15.35 88.02 0.55 11.28 0.12 11.0 - 13Ekspor 19.46 5.76 0.43 0.21 0.43 0.19 45.0 - 47.0Impor 21.54 5.23 2.14 0.77 2.14 0.74 54.0 - 56.0
PDRB 6.18 6.47 7.25 7.25 7.45 7.45 7.0 - 7.2
2008Jenis Penggunaan 2006 20072007 2008
*) Perkiraan Bank Indonesia Manado menggunakan Metode Smoothing
Dampak kenaikan harga BBM pada Mei 2008 terhadap perlambatan pertumbuhan
konsumsi swasta berbeda dibanding saat kenaikan harga BBM Oktober 2005. Masih
kuatnya konsumsi swasta antara lain didukung oleh beberapa indikator diantaranya adalah
perkembangan kredit. Pada triwulan III-2008, penyaluran kredit konsumsi masih
menunjukkan tren yang meningkat. Pada September 2008, kredit konsumsi di Sulawesi
Utara tumbuh sebesar 28,4% (y.o.y). Selain itu aktivitas konsumsi swasta khususnya rumah
tangga antara lain juga dapat dikonfirmasi melalui hasil Survey Ekspektasi Konsumen (SEK)
Kota Manado yang menunjukan trend peningkatan rasa optimisme terhadap
perkembangan perekonomian pada triwulan mendatang. Tercatat pada September 2008,
indeks ekspektasi konsumen berada pada level 109 (optimis) atau mengalami peningkatan
dibandingkan 5 bulan terakhir yang berada pada level pesimis. Menurut komponen
pembentuknya, hal yang masih dinilai pesimis oleh responden adalah menyangkut
ketersediaan lapangan pekerjaan dimana sebagian besar responden merasa bahwa jumlah
lapangan pekerjaan di triwulan mendatang tidak lebih baik dibandingkan saat ini.
Grafik 7.1.
Indeks Ekspektasi Konsumen Kota Manado
Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado
40
60
80
100
120
140
160
180
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S
2005 2006 2007 2008
Ekspektasi Konsumen Ekspektasi Penghasilan
Ekspektasi Ekonomi Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja
88
Sementara itu, konsumsi pemerintah pada 2008 diprakirakan tumbuh pada kisaran 3,9-
4,1% (y.o.y), atau lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan konsumsi
pemerintah seiring dengan bertambahnya jumlah alokasi dana pusat ke daerah (dana
perimbangan) seiring dengan munculnya wilayah administratif baru di Sulawesi Utara.
Investasi pada 2008 diprakirakan tumbuh 13,0 - 15,0% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan
tahun 2007 maupun proyeksi sebelumnya. Peningkatan kegiatan investasi seiring dengan
terus berjalannya pembangunan infrastuktur fisik terkait dengan persiapan
penyelenggaraan WOC Tahun 2009 yang dilakukan oleh pemerintah daerah maupun pihak
swasta (berupa pembangunan hotel dan pusat perbelanjaan baru). Pertumbuhan konsumsi
swasta yang kuat ini diharapkan akan mendorong pertumbuhan investasi non bangunan.
Dari sisi pembiayaan, sumber pembiayaan investasi selain bersumber dari dana mandiri juga
berasal dari pemerintah baik melalui APBN dan APBD, kredit perbankan, lembaga keuangan
non bank, eksternal, serta sumber pembiayaan lainnya. Mengacu Dana Alokasi Khusus yang
disalurkan oleh pemerintah pusat ke Sulawesi Utara di Tahun 2008, jumlah dana yang
dialokasikan untuk pembangunan sarana dan prasana di Sulawesi Utara mencapai jumlah
Rp673 milliar atau meningkat 15,56% (y.o.y) dibandingkan alokasi tahun sebelumnya.
Sementara itu, terus meningkatnya pangsa kredit produktif yaitu kredit modal kerja dan
investasi yang rata-rata pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan kredit konsumsi juga
cukup memberikan optimisme bahkan kegiatan investasi di waktu mendatang akan lebih
baik.
Tabel 7.2. Dana Alokasi Khusus Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2007 dan 2008
No. Jenis Penggunaan 2007 2008 Share
1 Pendidikan 144.25 202.48 30.06
2 Kesehatan 99.09 107.75 16.00
3 Kependudukan - 11.03 1.64
4 Jalan 93.92 128.97 19.15
5 Irigasi 43.05 65.88 9.78
6 Air Minum & Penyehatan Lingkunga 27.28 32.18 4.78
7 Kelautan dan Perikanan 30.78 30.77 4.57
8 Pertanian 46.94 46.94 6.97
9 Prasarana Pemerintahan 7.67 34.81 5.17
10 Lingkungan Hidup 8.65 8.63 1.28
11 Kehutanan - 4.08 0.61
501.63 673.50 100.00 Total Sumber : DPJPKPD, Depkeu
Dari sisi eksternal, ekspor barang dan jasa diprakirakan tumbuh 45,0 - 47,0% (y.o.y) pada
2008, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2007. Kinerja ekspor yang menggembirakan
tersebut didorong oleh perkembangan harga komoditas internasional yang tinggi pada
89
paling tidak hingga triwulan III - 2008 dan upaya diversifikasi negara tujuan ekspor Sulawesi
Utara ke negara-negara berkembang, khususnya di Asia. Komoditas ekspor yang tumbuh
tinggi diprakirakan berbasis komoditas primer. Sementara itu, impor barang dan jasa pada
2008 diprakirakan tumbuh sekitar 54,0 - 56,0% (y.o.y). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi
dibandingkan tahun 2007 maupun prakiraan terdahulu. Kenaikan impor tersebut sejalan
dengan kenaikan pertumbuhan permintaan domestik dan ekspor.
Prospek Penawaran Agregat
Pertumbuhan sisi sektoral pada 2008 diprakirakan tetap didorong oleh tiga sektor utama,
yaitu sektor pertanian, sektor bangunan dan sektor PHR. Sektor pertanian diprakirakan
tumbuh mencapai 6,2-6,4% (y.o.y) pada 2008. Di sektor pertanian, peran subsektor
tanaman bahan makanan - khususnya padi – sangat besar. Angka Ramalan II-BPS
memprakirakan adanya peningkatan baik dari produksi, luas panen maupun produktivitas.
Kebijakan pemerintah daerah berupa program revitalisasi pertanian menjadi pendorong
penting pertumbuhan sub sektor tanaman bahan makanan. Untuk mendukung kebijakan
tersebut Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara mendapatkan kenaikan alokasi pupuk
bersubsidi dari 20.077 ton di Tahun 2008 menjadi 24.000 ton di Tahun 2009.
Tabel 7.3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
Q4 Kontribusi Q4*) Kontribusi
Pertanian 4.70 6.80 7.47 1.51 6.35 1.29 6.2 - 6.4
Pertambangan & Penggalian 7.32 8.93 9.30 0.49 10.47 0.56 9.2 - 9.4
Industri Pengolahan 6.86 6.33 8.45 0.61 5.88 0.43 5.3 - 5.5
Listrik, Gas & Air Bersih 5.28 6.31 6.58 0.05 7.47 0.05 6.5 - 6.7
Bangunan 7.82 7.89 8.92 1.40 8.32 1.33 7.7 - 7.9
PHR 6.72 6.92 8.03 1.33 9.00 1.50 9.4 - 9.6
Pengangkutan & Komunikasi 5.56 6.30 6.63 0.87 8.91 1.17 7.2 - 7.4
Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 10.28 6.25 6.69 0.42 7.29 0.46 6.5 - 6.7
Jasa-Jasa 4.31 3.68 3.79 0.56 4.68 0.67 2.8 - 3.0
PDRB 6.18 6.47 7.25 7.25 7.45 7.45 7.0 - 7.2
2008Lapangan Usaha 2006 20072007 2008
*) Perkiraan Bank Indonesia Manado menggunakan Metode Smoothing dan Arima
90
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara
Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi I Sumber : Dinas Pertanian dan Peternaskan Provinsi Sulut
Selain itu, meningkatnya peran dan perhatian pemerintah di sektor pertanian di Tahun 2008
tercermin pula dari meningkatnya alokasi dana bagi pembangunan dan perbaikan sarana
irigasi yang mencapai jumlah Rp102,74 milliar baik yang bersumber dari APBN maupun
APBD. Secara rinci, penanganan irigasi melalui APBN terbagi 2 (dua) yaitu pembangunan
dengan alokasi dana Rp28,35 milliar untuk 10 daerah irigasi dan rehabilitasi jaringan
sebanyak 6 lokasi dengan dana Rp8,51 milliar. Sedangkan penanganan irigasi melalui APBD
kabupaten, kota dan provinsi se-Sulawesi Utara mencapai jumlah Rp65,87 milliar.
Jenis Tanaman 2006 2007 Y.o.Y ARAM 2008 Y.o.Y
Produksi (Ton)
Padi Sawah 441,573 473,940 7.33 484,477 2.22
Padi Ladang 13,329 21,010 57.63 21,630 2.95
Padi (Sawah + Ladang) 454,902 494,950 8.80 506,107 2.25
Jagung 242,714 406,759 67.59 462,565 13.72
Kedelai 4,875 4,562 -6.42 6,222 36.39
Kacang Tanah 7,205 7,553 4.83 8,232 8.99
Kacang Hijau 2,078 2,153 3.61 2,057 -4.46
Ubi Kayu 82,416 74,406 -9.72 81,163 9.08
Ubi Jalar 37,345 35,485 -4.98 40,790 14.95
Jenis Tanaman 2006 2007 Y.o.Y ARAM 2008 Y.o.Y
Produktivitas (Ku/Ha)
Padi Sawah 49.53 50.14 1.23 50.44 0.60
Padi Ladang 23.98 24.24 1.08 24.49 1.03
Padi (Sawah + Ladang) 48.03 47.97 -0.12 48.26 0.60
Jagung 29.53 35.17 19.10 35.35 0.51
Kedelai 14.68 17.14 16.76 13.91 -18.84
Kacang Tanah 12.38 13.12 5.98 13.14 0.15
Kacang Hijau 13.8 13.34 -3.33 13.31 -0.22
Ubi Kayu 136.86 130.33 -4.77 130.38 0.04
Ubi Jalar 99.45 98.08 -1.38 98.08 0.00
Tabel 7.4. Perkembangan Jumlah Produksi Padi dan Palawija
di Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 7.5. Tingkat Produktivitas Produksi Padi dan Palawija
Tabel 7.6. Rencana Alokasi Pupuk Bersubsidi Tahun 2009
No. Kabupaten/Kota Alokasi (Ton)
1 Minahasa 4,2302 Minut 1,8293 Minsel 4,1144 Minteng 2,1315 Bolmong 4,7986 Bolmut 2,3997 Sangihe 8268 Talaud 3069 Sitaro 34410 Manado 16611 Bitung 40312 Tomohon 1,35613 Kotamobagu 1,098
24,000Jumlah
1 Noongan 1286 Langowan 438 2 Lahendong 1059 Ratahan 94 3 Ranoyapo 2059 Tompaso Baru 650 4 Ranombolay 1157 Tombatu 430 5 Talawaan-Meras 1705 Minut 400 6 Buyat 769 Buyat-Ratatotok 190 7 Katulidan Sintakan 650 Passi-Kotamobagu 170 8 Tombolikat Sita 1076 Kotabunan 250 9 Pusian Molong 1171 Dumoga Timur 150 10 Lolak-Pinogaluman-Monanow 2040 Lolak 200 11 Tangaton-Tumubui-Pangai-Yuyag 1476 Lolayan 250
1 Buko Tuntung 1166 Pinogaluman 342 3,564
LokasiLuas (Ha) Volume (Ha)No.
Total
Rehabilitasi
Peningkatan
Kegiatan
Tabel 7.7. Penanganan Irigasi Provinsi Melalui DAK (Dana Alokasi Umum)
91
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
Jan Feb M ar Apr M ei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Kebutuhan M asyarakatProyek SwastaProyek Pemerintah
Pertumbuhan sektor bangunan diprakirakan meningkat di 2008, mencapai 7,9 - 8,1%
(y.o.y). Pertumbuhan sektor ini seiring dengan terus berjalannya aktivitas pembangunan
infrastuktur fisik terkait dengan rencana penyelenggaraan WOC baik yang dilaksanakan
oleh pemerintah daerah maupun pihak swasta. Proses pembangunan 8 hotel berbintang 3-
5 di Kota Manado merupakan salah satu contoh kontribusi pihak swasta dalam mendukung
kesuksesan pelaksanaan even internasional tersebut. Belum lagi maraknya pembangunan
properti residential akhir-akhir ini tentunya semakin menambah tingginya permintaan
masyarakat dan pelaku usaha akan komoditi semen. Berdasarkan prognosa yang dibuat
oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Utara diperkirakan tingkat
kebutuhan semen tertinggi terjadi pada Juni, Juli dan Agustus.
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Utara Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado
Namun demikian, perkembangan sektor bangunan ini diperkirakan akan sedikit mengalami
hambatan sehubungan dengan meningkatnya harga material bangunan yang menyebabkan
margin keuntungan kontraktor kian menipis, bahkan mulai banyak yang merugi. Selain itu,
kebijakan Bank Indonesia dengan menaikan BI Rate pada besaran 9,25% pada September
2008 guna meredam tekanan inflasi inflasi diperkirakan akan mendorong bergerak naiknya
tingkat suku bunga kredit yang akan membebani pelaku usaha. Kondisi ini dipertegas lagi
dengan hasil Survey Ekspektasi Konsumen Kota Manado dimana sebagian responden
pesimis bahwa suku bunga kredit pada 3 s.d. 6 bulan mendatang akan mengalami
penurunan (level indeks > 100 berarti suku bunga optimis naik).
Sektor PHR diprakirakan tumbuh sekitar 9,4 - 9,6% (y.o.y) pada tahun 2008. Membaiknya
daya beli masyarakat memberikan dorongan positif terhadap kinerja di sektor-sektor
penghasil barang. Hal tersebut pada gilirannya berdampak pada peningkatan aktivitas
Grafik 7.2. Prognosa Kebutuhan Semen Sepanjang Tahun 2008
(dalam ton)
Grafik 7.3. Ekspektasi Suku Bunga Kredit 3 dan 6 Bulan y.a.d
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
180
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S
2007 2008
3 bulan yad 6 bulan yad
92
perdagangan besar dan eceran. Kegiatan ini akan semakin meningkat manakala kegiatan
terkait Pemilu mulai dilakukan. Meningkatnya aktivitas bisnis masyarakat akan mendorong
nilai tambah subsektor hotel dan restoran.Perkembangan sektor PHR ini antara lain dapat
dikonfirmasi melalui indeks ekspektasi penjualan dalam 3 - 6 bulan y.a.d dimana masih
memperlihatkan tingkat optimisme (level indeks > 100), bahkan cenderung meningkat bila
dibandingkan triwulan sebelumnya (khususnya untuk indeks ekspektasi penjulan 3 bulan
yang akan datang).
Grafik 7.4. Ekspektasi Penjualan 3 dan 6 Bulan y.a.d
80
100
120
140
160
180
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S
2007 2008
3 bln yad 6 bln yad
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado
Sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tetap tumbuh tinggi berkisar 7,2 -7,4%
(y.o.y) pada 2008. Sektor pengangkutan dan komunikasi mampu tumbuh relatif tinggi
terutama didorong oleh kinerja subsektor komunikasi. Daya beli yang memadai didukung
oleh layanan selular yang makin luas dan murah. Meskipun tumbuh tetap tinggi, namun
tren pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi berpotensi melambat. Hal tersebut
terjadi karena persaingan di industri selular semakin ketat seiring dengan meningkatnya
pelaku bisnis di sektor tersebut. Dengan semakin banyak pelaku bisnis di sektor tersebut,
margin yang dinikmati setiap pelaku bisnis lambat laun menurun. Sektor industri
pengolahan pada 2008 diprakirakan tumbuh pada kisaran 5,3 - 5,5% (y.o.y). Kegiatan
dalam rangka persiapan Pemilu diprakirakan akan mendorong aktivitas subsektor industri
makanan dan minuman, kertas dan barang cetakan, serta tekstil, barang kulit dan alas kaki.
Meningkatnya pertumbuhan subsektor industri makanan dan minuman tersebut
dikonfirmasi oleh pertumbuhan impor bahan baku untuk industri makanan dan minuman
yang cenderung meningkat.
Kinerja sektor keuangan pada tahun 2008 diprakirakan tumbuh sebesar 6,5-6,7% (y.o.y).
Saat ini perbankan menghadapi likuiditas yang ketat. Untuk dapat menarik dana pihak
93
Grafik 7.5. Ekspektasi Harga Menurut Penjual
Grafik 7.6. Ekspektasi Harga Menurut Konsumen
ketiga, bank-bank berlomba-lomba menaikkan suku bunga simpanannya, yang akhirnya
memperkecil selisih antara bunga pinjaman dan simpanan. Dengan kondisi likuiditas yang
ketat, perbankan akan lebih selektif dalam menyalurkan kreditnya, sehingga ekspansi
perbankan menjadi terbatas.
B. PRAKIRAAN INFLASI
Prospek inflasi hingga akhir Tahun 2008 diprakirakan berada pada kisaran 9 – 11% (y.o.y).
Namun demikian tekanan inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan akan sedikit lebih
rendah dibandingkan saat ini. Sumber tekanan inflasi pada triwulan mendatang terutama
didorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat menjelang perayaan Natal dan Tahun
Baru 2009. Namun demikian, peningkatan permintaan masyarakat tersebut diperkirakan
akan segera diantisipasi oleh pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Perindustrian dan
Perdagangan bersama-sama dengan Bank Indonesia dan instanasi lainnya yang tergabung
dalam Forum Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Sementara itu, para pelaku usaha
khususnya distributor kebutuhan pokok, dalam beberapa kesempatan / pertemuan
mengatakan bahwa stok barang yang berada di gudang mereka sanggup memenuhi
kebutuhan masyarakat hingga 3 - 4 bulan yang akan mendatang. Selain itu, kecenderungan
penurunan harga-harga komoditas internasional yang diikuti oleh turunnya inflasi di negara-
negara mitra dagang diprakirakan akan berdampak positif terhadap turunnya inflasi
domestik. Kecenderungan menurunnya tekanan inflasi sejalan dengan hasil survei yang
dilaksanakan oleh Kantor Bank Indonesia Manado, dimana sebagian besar penjual atau
konsumen optimis bahwa harga barang/jasa pada 3 - 6 bulan mendatang akan mengalami
kenaikan namun dengan level yang lebih sama / lebih rendah dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya.
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado Sumber : Survei Konsumen (SK) Kota Manado
80
100
120
140
160
180
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S
2007 2008
3 bulan yad 6 bulan yad 80
100
120
140
160
180
200
220
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S
2007 2008
3 bulan yad 6 bulan yad
94
Selanjutnya untuk 2009, inflasi diprakirakan menurun mencapai kisaran 6,5%-7,5%.
Pendorong utama inflasi masih tetap berasal dari inflasi inti dan administered. Dari sisi inflasi
inti, tekanan inflasi dari sisi permintaan yang cukup besar dari 2008 diprakirakan masih
berlanjut di 2009, terkait proses penyiapan Pemilu. Tekanan inflasi dari sisi administered
diprakirakan masih akan tinggi, terkait konversi minyak tanah ke LPG dan kemungkinan
kenaikan barang administered lainnya setelah dibentuknya pemerintahan baru. Di tahun
2009, tekanan inflasi dari sisi volatile food diprakirakan minimal. Dari sisi komponen
pembentuk inflasi, ekspektasi inflasi diprakirakan cenderung menurun meskipun masih
cukup tinggi. Membaiknya ekspektasi inflasi masyarakat terutama sejalan dengan
kecenderungan inflasi yang cenderung menurun. Membaiknya ekspektasi inflasi tersebut
terutama terjadi pada konsumen dan pedagang. Dari sisi interaksi permintaan dan
penawaran, terdapat indikasi peningkatan permintaan walaupun dampaknya terhadap
inflasi ditengarai masih relatif minimal. Namun demikian, tingginya pertumbuhan investasi
sejak Q3-2007 diharapkan dapat merespon peningkatan permintaan sehingga dampaknya
terhadap inflasi diprakirakan minimal.
Tekanan inflasi dari sisi eksternal diprakirakan akan mereda. Meredanya tekanan inflasi dari
sisi eksternal dipicu oleh turunnya harga minyak dan harga komoditas lainnya. Penurunan
harga-harga komoditas internasional tersebut berakibat pada lebih rendahnya tekanan
inflasi di negara-negara mitra dagang yang pada gilirannya diprakirakan akan mengurangi
tekanan inflasi di dalam negeri melalui harga-harga barang impor. Tekanan inflasi dari sisi
administered diprakirakan masih akan tinggi. Tingginya inflasi administered terutama terkait
program konversi minyak tanah ke LPG yang masih akan berlanjut sampai 2009. Di luar hal
tersebut, pemerintah diprakirakan tidak akan meningkatkan harga barang-barang
administered sampai dengan terbentuknya pemerintah baru pada Triwulan III - 2009.
Sementara itu, tekanan inflasi dari sisi volatile food diprakirakan minimal. Kecenderungan
penurunan harga minyak dan komoditas lainnya akan berdampak positif terhadap
terkendalinya inflasi volatile food. Di tahun 2009, tingginya produksi bahan makanan di
dalam negeri diharapkan dapat berlanjut sejalan dengan program peningkatan produktivitas
pertanian melalui pemberian benih hibrida, pupuk bersubsidi, dan perbaikan infrastruktur
pertanian.
95
LAMPIRAN I TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)MAKRO EKONOMI
IHK Kota Manado 99.09 98.64 101.64 105.01 105.01 106.51 111.64 115.01 Laju Inflasi Kota Manado (Y.o.Y) 6.98 6.97 7.82 10.13 10.13 7.68 13.18 13.15
PDRBADHK (Milliar Rp) 3,189 3,507 3,563 4,148 14,407 3,411 3,760 3,814 Pertumbuhan Ekonomi (y.o.y %) 5.46 6.41 6.53 7.25 6.47 6.96 7.19 7.06
Jenis Penggunaan-Konsumsi 2,098 2,358 2,450 2,712 9,619 2,187 2,408 2,522
- Konsumsi RT 1,300 1,486 1,546 1,631 5,963 1,351 1,507 1,581 - Konsumsi Lembaga Swasta Non Profit 98 111 116 120 444 103 108 118 - Konsumsi Pemerintah 700 761 789 961 3,212 733 793 822
- Pembentukkan Modal Tetap Bruto 633 731 851 939 3,154 681 797 954 - Perubahan Stok 47 56 62 45 211 54 91 94 - Ekpor 1,424 1,600 1,591 1,878 6,493 2,173 2,674 2,750 - Impor 1,013 1,237 1,392 1,426 5,069 1,686 2,210 2,505
Sektoral- Pertanian 676 796 783 843 3,098 712 851 797 - Pertambangan & Penggalian 169 190 194 222 775 180 209 215 - Industri Pengolahan 257 264 286 303 1,110 277 278 308 - Listrik, Gas, & Air Bersih 26 26 27 29 108 27 28 29 - Bangunan 513 536 594 663 2,307 547 583 661 - Perdagangan, Hotel & Restoran 417 503 509 690 2,119 471 551 560 - Pengangkutan & Komunikasi 380 390 372 543 1,685 415 423 410 - Keuangan, Persewaan & Jasa 215 234 243 259 951 230 250 260 - Jasa 536 568 554 595 2,253 551 586 574 Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 9.23 16.06 388.98 143.09 557.36 143.57 257.20 114.17 Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 13.61 22.46 703.56 194.62 934.25 175.22 282.50 105.86 Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 0.03 52.13 4.43 2.33 58.92 1.98 1.28 4.11 Volume Impor Non Migas (ribu ton) 0.00 0.15 11.30 15.41 26.87 3.72 1.23 1.23
2007 2008INDIKATOR 2007
96
LAMPIRAN II TABEL INDIKATOR PERBANKAN TERPILIH
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)PERBANKAN
Bank Umum :Total Aset (Rp Triliun) 8,958 9,319 9,905 10,548 10,548 10,793 11,691 11,222 DPK (Rp Triliun) 5,985 6,436 6,504 7,070 7,070 7,189 7,765 7,644
- Tabungan (Rp Triliun) 2,739 2,994 2,998 3,725 3,725 3,594 4,022 3,793 - Giro (Rp Triliun) 1,102 1,311 1,365 1,189 1,189 1,305 1,537 1,421 - Deposito (Rp Triliun) 2,145 2,130 2,141 2,156 2,156 2,291 2,206 2,430
Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan Bank Pelapor 5,179 5,638 6,079 6,577 6,577 6,823 7,852 8,258 - Modal Kerja 1,883 2,014 2,245 2,540 2,540 2,734 3,274 3,347 - Konsumsi 2,742 3,024 3,215 3,363 3,363 3,420 3,777 4,065 - Investasi 554 601 619 674 674 669 802 846
LDR 86.52 87.61 93.46 93.02 93 95 101 108 NPL Gross (%) 5.12 4.91 6.29 3.77 3.77 4.86 4.88 3.88 Kredit UMKM (Rp Triliun) 3,221.01 3,632.38 3,881.77 4,063.91 4,064 4,305 5,079 5,336 Kredit Mikro ( < Rp50 juta) 216.24 372.20 237.45 248.10 248 261 279 289 Kredit Kecil ( Rp50 juta < X ≤ Rp500 Juta) 1,026.16 1,116.48 1,355.41 1,344.45 1,344 1,445 1,600 1,711 Kredit Menengah (Rp500 Juta < X ≤ Rp5 millia 1,978.61 2,143.70 2,288.91 2,471.35 2,471 2,599 3,201 3,336 NPL UMKM Gross (%) 5.12 4.91 6.29 3.77 3.77 6.34 5.11 4.91
BPR :Total Aset (Rp Triliun) 145 149 152 171 171 177 187 191 DPK (Rp Triliun) 102 111 116 126 126 133 136 142
- Tabungan (Rp Triliun) 26 30 33 39 39 37 40 42 - Deposito (Rp Triliun) 76 81 83 86 86 96 95 101
Kredit (Rp Trilun) 111 122 127 131 131 140 158 158 - Modal Kerja 26 26 29 29 29 33 35 37 - Konsumsi 74 84 86 90 90 95 110 107 - Investasi 11 12 12 12 12 12 12 14
Kredit UMKM (Rp Triliun) 111 122 127 131 131 131 131 131 Rasio NPL Gross (%) 4.27 4.52 4.18 3.38 3.38 3.46 3.13 3.18 LDR 108.03 109.39 109.34 103.88 103.88 105.27 116.47 111.06
2008INDIKATOR 2007 2007
97
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan
hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu M.t.M Month to Month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. Q.t.Q Quarter to Quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan
sebelumnya. Y.o.Y Year on Year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.
Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.
Volatile Food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
Administered Price
Salah satu disagregasi inflasi , yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.
M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral
M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).
Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat dibank sentral.
Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.
Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.
NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.
NPLs Singkatan dari non performing loan disebut juga kredit bermasalah, dengan
98
kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI. Restrukturisasi kredit
Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.
UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikri, Kecil Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.
UYD
Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartalyang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.
Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.
Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.
Netflow Selisih antara outflow and inflow. PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik
uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalm kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.