38
KERAGAAN BENIH IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer )YANG DIPELIHARA PADA WARING APUNG DI TAMBAK DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA PADA FASE PENDEDERAN (SKRIPSI) Oleh Maolya Utami Tri Agustine FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

KERAGAAN BENIH IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer )YANG ...digilib.unila.ac.id/55131/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lihara hingga mencapai ukuran 15- 17 cm. Tahapan ini sangat

Embed Size (px)

Citation preview

KERAGAAN BENIH IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer )YANG

DIPELIHARA PADA WARING APUNG DI TAMBAK DENGAN PADAT

TEBAR BERBEDA PADA FASE PENDEDERAN

(SKRIPSI)

Oleh

Maolya Utami Tri Agustine

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

ABSTRACT

PERFORMANCE OF SEABASS SEED (Lates calcarifer) WHERE

REARING IN HAPPA WITH DIFFERENT DENSITY ON NURSERY

PHASE

By

Maolya Utami Tri Agustine

The main constraints in seabass fish farming is high mortality in nursery phase is

the high mortality in the seed maintenance phase due to cannibalism The aimed of

this research is to determine the optimal stocking density in nursery of seabass

which is maintained in where rearing in happa. The study used 4 densities (250,

500, 750 and 1000 fish/m3) and 3 replications. Seabass fingerling with length 4 –

5 cm for 30 days in rearing in happa sizzed 1 x 1 x 1,5. The feed used in the study

was commercial feed with ad libitum. The results showed that different stocking

densities affected the survival and growth of absolute length, but did not affect

feed conversion. The highest survival rate is 250 fish / m3 stocking density, the

absolute length is highest for 250 fish/ m3 stocking densities.

Keywords : seabass, cannibalism, stocking density

ABSTRAK

KERAGAAN BENIH IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer )YANG

DIPELIHARA PADA WARING APUNG DI TAMBAK DENGAN PADAT

TEBAR BERBEDA PADA FASE PENDEDERAN

Oleh

Maolya Utami Tri Agustine

Kendala utama dalam budidaya kakap putih pada fase pendederan adalah

tingginya mortalitas pada fase pemeliharaan benih karena adanya kanibalisme.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui padat tebar optimal pada pendederan

benih kakap putih yang dipelihara pada waring apung. Penelitian menggunakan 4

kepadatan (250, 500, 750, dan 1000 ekor/m3) dan 3 ulangan. Panjang rata – rata

benih kakap putih yang digunakan 4 – 5 cm, pemeliharaan selama 30 hari

dipelihara dalam waring berukuran 1 x 1 x 1,5 m3. Pakan yang digunakan dalam

penelitian adalah pakan komersil dengan pemberian secara ad libitum. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa padat tebar berbeda berpengaruh terhadap

kelangsungan hidup dan pertumbuhan panjang mutlak, tetapi tidak berpengaruh

terhadap konversi pakan. Kelangsungan hidup tertinggi pada padat tebar 250

ekor/m3, panjang mutlak tertinggi pada padat tebar 250 ekor/m

3.

Kata kunci : ikan kakap putih, kanibalisme, padat tebar

KERAGAAN BENIH IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer )YANG

DIPELIHARA PADA WARING APUNG DI TAMBAK DENGAN PADAT

TEBAR BERBEDA PADA FASE PENDEDERAN

Oleh

MAOLYA UTAMI TRI AGUSTINE

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Perikanan dan Kelautan

Fakultas Pertanian

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 9 Agustus 1996

anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak

Hatta Bastari dan Ibu Diana. Penulis menyelesaikan

pendidikan di TK Nurul Hasanah Bogor pada tahun 2002,

SDN Tonjong 2 Bogor pada tahun 2008, SMPN 1 Bojonggede

Bogor pada tahun 2011, dan SMAN 10 Bogor pada

tahun2014. Selanjutnya, pada tahun 2014 penulis diterima

sebagai mahasiswa Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung melalui Jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum Plankton

dan Tanaman Air 2016/2017. Penulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata

(KKN) di Desa Teluk Dalam Ilir Kecamatan Rumbia Kabupaten Lampung

Tengah pada bulan Januari - Febuari 2017, dan pada Juli-Agustus 2017 penulis

melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut

(BBPBL) Lampung dengan judul “Pembenihan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus

fuscoguttatus) di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung”.

Tahun 2018, penulis menyelesaikan tugas akhir dengan menulis skripsi yang

berjudul “Keragaan Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer )yang dipelihara

pada Waring Apung di Tambak dengan Padat Tebar Berbeda pada Fase

Pendederan”.

Persembahanku

Puji Syukur Kepada Allah SWT, Atas segala limpahan

Nikmat dan Karunia- Nya yang telah memberiku kesabaran,

kekuatan dan Ilmu yang bermanfaat. Tak Lupa ku

hanturkan sholawat serta salam kepada baginda Rasullah

Muhammad SAW.

Dengan mengucapkan Alhamdulillahirobil’alamin

Kupersembahkan sebuah karya sederhana ini sebagai

wujud tanggung jawab dan baktiku kepada :

Ayahanda tercinta Hatta Bastari dan Ibunda Diana yang

tanpa henti mendo’akan dan mendukungku

Teman-teman senasib seperjuangan yang menjadi

tempat keluh kesah semasa studi.

Almamater tercinta, Universitas Lampung.

Terima Kasih

MOTTO

“Rahasia kesuksesan adalah mengetahui yang orang lain

tidak ketahui.”

(Aristotle Onassis)

“Kebahagiaan itu bergantung pada dirimu sendiri”

(Aristoteles)

“Jangan membandingkan dirimu dengan siapa pun di

dunia ini. Kalau kau melakukannya, sama saja dengan

menghina dirimu sendiri.”

(Bill Gates)

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai

kesanggupannya.”

(QS. Al Baqarah ayat, 286)

“Waktu bagaikan pedang. Jika engkau tidak

memanfaatkannya dengan baik (untuk memotong), maka

ia akan memanfaatkanmu (dipotong).”

(HR. Muslim)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, hidayah,

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Keragaan

Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer )yang dipelihara pada Waring

Apung di Tambak dengan Padat Tebar Berbeda pada Fase Pendederan.”

Selama proses penyelesaian skripsi, penulis telah memperoleh banyak bantuan

dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

2. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan

Universitas Lampung.

3. Limin Santoso, S.Pi., M.Si., selaku Ketua Program Studi Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

4. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Hatta Bastari dan Ibu Diana. Terima kasih

atas ke ikhlasan, segala perjuangan dan kerja keras dalam mendidik dan

membesarkanku. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan dan

limpahan rahmat bagi kedua orang tua yang sangat kusayangi.

5. Ir. Mimid Abdul Hamid, M.Sc., selaku Kepala Balai Besar Perikanan Budidaya

Laut (BBPBL) Lampung yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian

di balai

6. Bapak Tarsim, S.Pi., M.Si., selaku dosen Pembimbing Utama dan dosen

Pembimbing Akademik yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dari

awal hingga selesainya skripsi ini dengan baik., serta memberikan nasihat, dan

motivasi selama menjalani studi di Jurusan Perikanan dan Kelautan.

7. Bapak Herno Minjoyo, M.Sc., selaku dosen Pembimbing Kedua yang

membimbing dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dengan baik.

8. Bapak Limin Santoso, S.Pi., M.Si., selaku dosen Penguji yang memberikan

saran dan masukan yang amat membangun.

9. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Perikanan dan Kelautan yang telah memberikan

motivasi dan saran selama menjalani studi di Jurusan Perikanan dan Kelautan.

10. Terimakasih kepada Annisa Husnul, Astri, Dona, Diana, Ratnasari, Bagus

Snatoso, Bang Triando, Bang Andhika Bayu telah menemani dan membantu

selama penelitian.

11. Teman-teman angkatan 2014 yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas

kebersamaan dan kerjasamannya selama ini.

12. Karyawan BBPBL Lampung (Bu Maya Meiyana, Pak Hidayat, Pak Hanung

Santoso, Pak Agus Soedarsono, Pak Sukadi, Pak Ayun, Pak Win, Pak Wahyu,

Pak Silvester, Pak Tohari, Pak Tukiran, Pak Luki, Pak Sugianto, Pak Lian,

Pak Adit, Bagus, Bang Ipoh, Bang Rusli, Bang Yokis) yang telah membantu

selama proses penelitian di Balai.

13. Laboran dan staf administrasi jurusan Perikanan dan Kelautan yang telah

membantu dalam memfasilitasi selama proses penyelesaian skripsi.

14. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

yang membaca, Amin.

Bandar Lampung, Desember 2018

Penulis

Maolya Utami Tri Agustine

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ...................................................................................................... .i

DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... v

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 2

1.3. Manfaat Penelitian ................................................................................... 2

1.4 Kerangka Penelitian ................................................................................ 2

1.5. Hipotesis ..................................................................................................5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan Kakap Putih ........................................................................ 6

2.1.1Taksonomi Ikan Kakap Putih .......................................................... 6

2.1.2 Morfologi Ikan Kakap Putih .......................................................... 6

2.2 Habitat dan Kebiasaan Hidup ................................................................... 7

2.3 Pakan dan Kebiasaan Pakan Ikan Kakap Putih ........................................ 7

2.4 Pengaruh Padat Penebaran Ikan Terhadap Kelangsungan Hidup ............ 8

2.5 Pengaruh Padat Tebar Terhadap Pertumbuhan ....................................... 10

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................ 12

3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................... 12

3.3 Rancangan Penelitian ............................................................................. 12

3.4 Prosedur Penelitian ................................................................................ 13

3.4.1 Persiapan Penelitian .................................................................... 13

a) Wadah Pemeliharaan ............................................................... 13

b) Ikan Uji.................................................................................... 14

c) Pakan ....................................................................................... 14

3.4.2 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 14

a) Penebaran Benih ............................................................................. 14

b) Pemberian Pakan ........................................................................... 15

c) Pengelolaan Kualitas Air ................................................................ 15

3.4.3 Pengumpulan dan Pengolahan Data .................................................... 15

a) Sampling ......................................................................................... 15

b) Kelangsungan Hidup ..................................................................... 16

c) Pertumbuhan Panjang Mutlak ......................................................... 16

d) Rasio Konversi Pakan .................................................................... 16

e) Analisis Data ................................................................................... 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kelangsungan Hidup .............................................................................. 18

4.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak ................................................................ 21

4.3 Rasio Konversi Pakan ........................................................................... 23

4.4 Kualitas Air ............................................................................................ 24

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesmpulan ................................................................................................ 26

5.2 Saran ......................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 27

LAMPIRAN ....................................................................................................... 30

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tata Letak Waring Apung Penelitian ............................................................... 13

2. Kualitas Air Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) di Tambak

Pemeliharaan dengan Padat Penebaran 250, 500, 750,1000 ekor/m3

selama 30

hari...... ............................................................................................................. 25

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ................................................................................. 4

2. Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) .................................................................. 6

3. Waring Apung Wadah Pemeliharaan Ikan ....................................................... 14

4. Kelangsungan Hidup (%) Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) yang

dipelihara dengan Padat Penebaran 250, 500, 750, dan 1000 ekor/m3 selama

30 hari ............................................................................................................. 18

5. Grafik Jumlah Ikan Mati pada Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) yang

dipelihara dengan Padat Penebaran 250, 500, 750, dan 1000 ekor/m3

selama

30 hari. ............................................................................................................ 19

6. Pertumbuhan Panjang Mutlak (cm) Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

yang dipelihara dengan Padat Penebaran 250, 500, 750 dan 1000 ekor/m3

selama 30 hari ................................................................................................. 22

7. Rasio Konversi Pakan Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) yang

dipelihara dengan Padat Penebaran 250, 500, 750 dan 1000 ekor/m3 selama 30

hari...... ............................................................................................................. 24

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Analisis Ragam Kelangsungan Hidup ............................................................. 31

2. Analisis Ragam Pertumbuhan Panjang Mutlak................................................ 35

3. Analisis Ragam Rasio Konversi Pakan ............................................................ 39

4. Jumlah Ikan Mati pada Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) yang

dipelihara dengan Padat Penebaran 250, 500, 750, dan 1000 ekor/m3

selama

30 hari. ............................................................................................................. 43

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch) memiliki nilai ekonomis serta nilai jual

yang tinggi, harga ikan kakap putih di tingkat pembudidaya di Teluk Lampung

berkisar Rp.75.000 – Rp.80.000/Kg (Yaqin et al., 2018). Menurut Hikmayani et

al., 2012). Permintaan pasar maupun ekspor ikan kakap putih cukup tinggi yaitu

98,86 ton/tahun. Ikan kakap putih memiliki pertumbuhan relatif cepat, mudah me-

nyesuaikan diri dengan lingkungan budidaya serta memiliki toleransi yang tinggi

terhadap salinitas yaitu berkisar 0 – 40 ppt (World Wild For Life, 2015).

Ketersediaan benih hasil alam yang memiliki ketahanan tinggi tidak tersedia dan

ukurannya tidak seragam (Priyono et al.,2013). Pendederan dan penggelondongan

adalah tahapan dimana benih ikan ukuran 3- 5 cm (benih lepas pembenihan) dipe-

lihara hingga mencapai ukuran 15- 17 cm. Tahapan ini sangat menentukan keber-

hasilan proses budidaya selanjutnya, yaitu pembesaran karena pada ikan ukuran

pendederan masih bersifat kanibal dan tingkat kematiannya tinggi (Prihaningrum

et al., 2015).

Pendederan merupakan suatu kegiatan pemeliharaan ikan untuk menghasilkan

benih yang siap ditebarkan di unit pembesaran atau benih yang siap jual (Effendi,

2004). Pada pendederan kakap putih, pemberian pakan erat sekali hubungannya

dengan kecepatan pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya karena, kakap putih

ukuran pendederan masih sangat bersifat kanibal. Kakap putih adalah jenis ikan

kanibal yang bersifat karnivora, di alam memangsa semua jenis ikan yang ber-

ukuran lebih kecil dari badannya, sifat demikianlah yang menunjukkan kalau

kakap putih termasuk ikan yang bersifat kanibal (Prihaningrum et al., 2015).

2

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada kegiatan pendederan meliputi sumber

benih, kepadatan, pakan dan pemberian pakan serta penggantian waring pemeli-

haraan (Prihaningrum et al., 2015). Padat tebar merupakan salah satu cara yang

dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil produksi benih kakap putih. Padat

tebar yang optimal sangat penting dalam keberhasilan budidaya kakap putih. Jika

padat tebar yang terlalu tinggi akan terjadi penurunan pemanfaatan makanan, per-

tumbuhan dan kelangsungan hidup. Jika padat tebar terlalu rendah pemanfaatan

ruang tidak maksimum dan produksi tidak optimum (Azhari et al, 2017).

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui padat tebar yang

optimal pada pendederan benih kakap putih (Lates calcarifer, Bloch) terhadap

pertumbuhan dan kelangsungan hidup.

1.2 Tujuan Penelitian

Mengetahui padat tebar yang optimal pada pendederan benih kakap putih yang

dipelihara pada waring apung.

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi praktisi budidaya

padat tebar yang optimal pada pendederan benih kakap putih dengan menggu-

nakan waring apung.

1.4 Kerangka Penelitian

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch) merupakan salah satu komoditas eks-

por yang mempunyai nilai ekonomis serta nilai jual tinggi, permintaan kakap pu-

tih sangat diminati karena memiliki keunggulan, serta permintaan pasar yang rela-

tif tinggi. Ikan kakap putih memiliki pertumbuhan relatif cepat, mudah menyesu-

aikan diri dengan lingkungan budidaya serta memiliki toleransi yang tinggi terha-

dap salinitas yaitu berkisar 0 – 40 ppt (World Wild For Life, 2015).

3

Dalam kegiatan budidaya ikan kakap putih, untuk mendapatkan benih yang siap

ditebar di produksi pembesaran, dibutuhkan benih yang mempunyai ketahanan

tinggi agar didapatkan ketersediaan benih yang kontinyu. Pendederan merupakan

kegiatan pemeliharaan ikan untuk menghasilkan benih yang siap ditebarkan di

unit produksi pembesaran atau benih yang siap jual (Effendi, 2004 ), namun penu-

runan pertumbuhan dan kanibalisme masih menjadi masalah terhadap produkti-

vitas ikan kakap putih.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi yaitu padat

tebar. Peningkatan padat tebar akan meningkatkan populasi ikan kakap putih pada

waktu panen sehingga dapat meningkatkan produksi tambak. Padat tebar yang ter-

lalu tinggi akan terjadi penurunan pemanfaatan makanan, pertumbuhan dan

kelangsungan hidup. Jika padat tebar terlalu rendah pemanfaatan ruang tidak mak-

simum dan produksi juga menurun. Padat tebar yang optimal sangat penting da-

lam keberhasilan budidaya kakap putih. Dalam hal ini dilakukan padat tebar ber-

beda, dengan kepadatan optimal yang diharapkan dapat meningkatkan produksi

benih kakap putih.

4

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Benih ikan kakap putih yang dipelihara pada

waring apung dengan padat tebar berbeda

Kepadatan

optimal

Kepadatan

tidak optimal

Pertumbuhan

baik

Kelangsungan

hidup baik

Produktivitas

tinggi

Kepadatan

sangat tinggi

Kepadatan

sangat rendah

Penurunan

pertumbuhan

Kanibalisme Pemanfaatan

ruang gerak

tidak

maksimum

Produksi

rendah

Produktifitas kurang

baik

5

1.5 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini:

H0 = 0

Padat tebar yang berbeda tidak mempengaruhi kelangsungan hidup, pertumbuhan

panjang mutlak, dan rasio konversi pakan.

H1 ≠ 0

Padat tebar yang berbeda mempengaruhi kelangsungan hidup, pertumbuhan pan-

jang mutlak dan rasio konversi pakan.

6

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Kakap Putih

2.1.1 Taksonomi Kakap Putih

Menurut Razi (2013) Ikan Kakap Putih diklasifikasikan sebagai berikut :

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Sub Kelas : Teleostei

Ordo : Percomorphi

Famili : Centropomidae

Genus : Lates

Spesies : Lates calcarifer (Bloch, 1790)

Gambar 2. Ikan kakap putih (Yaqin et al., 2018)

2.1.2 Morfologi Ikan kakap putih

Ikan kakap putih memiliki ciri – ciri morfologis sebagai berikut badan meman-

jang, gepeng, kepala lancip dengan bagian atas cekung, cembung di depan sirip

7

punggung dan batang sirip ekor lebar. Memiliki mulut lebar, gigi halus, dan

bagian bagian bawah preoperculum berduri kuat. Operculum memiliki duri kecil,

cuping bergerigi diatas pangkal gurat sisi (linea lateralis). Pada sirip punggung

berjari – jari keras 7 – 9 dan 10 – 11 jari – jari lemah. Sirip dada pendek dan

membulat, serta pada sirip punggung dan sirip dubur terdapat lapisan bersisik.

Sirip dubur berbentuk bulat, berjari keras 3 dan berjari lemah 7 – 8. Sirip ekor

berbentuk bulat, serta bertipe sisir besar. Pada ikan kakap putih dewasa bagian

atas tubuh memiliki warna kehijauan atau keabu – abuan dan pada bagian bawah

berwarna keperakan. Pada tubuh ikan kakap putih memiliki dua tingkatan warna

yaitu kecoklatan dengan bagian sisik dan perut berwarna keperakan untuk ikan

yang habitat nya di laut, dan pada ikan yang habitat nya di lingkungan tawar ber-

warna coklat keemasan (Razi, 2013).

2.2 Habitat dan Kebiasaan Hidup

Ikan kakap putih mempunyai kemampuan toleransi yang cukup luas terhadap ka-

dar garam (euryhaline) (Tarwiyah, 2001), sehingga dapat dibudidayakan di KJA,

tambak dan kolam air tawar di banyak negara Asia Tenggara (Philipose, 2010).

Ikan kakap putih bersifat katadorm (besar di air tawar dan kawin di air laut) yang

terdistribusi secara luas di wilayah Pasifik Indo Barat dari Teluk Persia, seluruh

negara-negara Asia Tenggara ke Australia. Ikan kakap putih mempunyai habitat di

sungai, danau, muara, dan perairan pesisir. Ikan kakap putih adalah predator opor-

tunistik, di alam ikan kakap putih memakan krustase dan ikan - ikan kecil. Ikan

kakap putih memijah di muara sungai, di hilir muara atau sekitar tanjung pesisir.

Kegiatan pemijahan bergantung dengan musim dan pasang surut air laut yang

membantu penyebaran telur dan larva ke muara (Schipp et al., 2007).

2.3 Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan Kakap Putih

Dalam kegiatan budidaya pakan sangat diperlukan untuk pertumbuhan, repro-

duksi, aktivitas, dan pemeliharaan kondisi tubuh. Pakan yang digunakan hendak-

nya mempunyai kandungan nutrisi yang sesuai untuk benih, serta dalam kondisi

baik. Salah satu pakan yang digunakan dalam pemeliharaan benih kakap putih

yaitu pakan komersil. Pakan yang diberikan selama pemeliharaan benih ikan

8

kakap putih harus sesuai dengan kebutuhan, baik dari segi jumlah, waktu, syarat

fisik (ukuran dan bentuk), dan kandungan nutrisi hal ini sesuai dengan pernyataan

Effendi (1997) dalam Priyadi et al., (2010) menyatakan bahwa faktor- faktor yang

menentukan jenis ikan memakan suatu organisme adalah ukuran, ketersediaan,

warna, rasa, tekstur makanan dan selera ikan terhadap makanan.

Kebutuhan nutrisi untuk benih kakap putih harus memiliki kadar protein yang

tinggi, karena tergolong hewan karnivora. Dosis pemberian pakan buatan pada

fase pendederan/ penggelondongan 7 - 10% dari biomas dan diberikan 3 – 5 kali/

hari (Prihaningrum et al.,, 2015). Kadar protein yang dibutuhkan untuk mendu-

kung pertumbuhan benih pada pakan buatan tidak kurang dari 40%. Pada fase

pendederan, pemberian pakan erat hubungannya dengan pertumbuhan dan kelang-

sungan hidup, karena jika kakap putih kekurangan pakan akan mengakibatkan

kanibalisme pada ikan (Prihaningrum et al., 2015). Faktor yang mempengaruhi

konversi pakan tergantung pada spesies ikan (tingkat tropik, kebiasaan makan,

ukuran/ stadia) yang dikulturkan, kadar oksigen, amonia serta suhu air, dan kuali-

tas maupun kuantitas pakan (Effendi, 2004).

Menurut Effendi (1997) dalam Priyadi et al., (2010), faktor yang mempengaruhi

kebiasaan makan (Food Habit) pada ikan yaitu jenis, kuantitas dan kualitas pakan

yang dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara memakan (feeding habits) ber-

hubungan dengan waktu, tempat dan bagaimana cara ikan memperoleh makanan-

nya. Ikan kakap putih lebih menyukai jenis - jenis ikan yang berukuran lebih kecil

dari pada ukuran tubuh ikan tersebut. Jenis - jenis makanannya antara lain

crustacean, gastropoda, dan berbagai jenis plankton namun lebih utamanya ada-

lah urochordata.

2.4 Pengaruh Padat Penebaran Ikan Terhadap Kelangsungan Hidup

Padat penebaran merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya. Padat

tebar adalah jumlah ikan yang ditebar dalam wadah budidaya persatuan luas atau

volume (Hickling, 1971). Untuk meningkatkan produktivitas lahan dalam penge-

lolaan budidaya dapat dilakukan dengan padat penebaran. Faktor - faktor yang

9

mempengaruhi padat penebaran antara lain adalah kualitas air, pakan, dan ukuran

ikan (Azhari et al., 2017). Tingkat kelangsungan hidup ikan yaitu nilai persentase

jumlah ikan yang hidup selama masa pemeliharaan tertentu. Faktor yang mempe-

ngaruhi kelangsungan hidup benih yaitu kualitas induk, kualitas telur, kualitas air,

serta perbandingan antara jumlah pakan dan kepadatannya (Effendi, 1997).

Apabila padat tebar terlalu tinggi dapat menurunkan tingkat kelangsungan hidup,

kualitas air dan pertumbuhan yang lambat, keragaman ukuran ikan. Padat tebar

yang rendah dapat mengakibatkan produksi rendah dalam kegiatan budidaya

(Slembrouck et al., 2005). Penyakit dan kekurangan oksigen dapat mengurangi

jumlah ikan, terutama ikan yang berukuran kecil (Hepher dan Pruginin, 1981).

Mortalitas dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, Faktor internal dipe-

ngaruhi oleh umur dan penyesuaian ikan terhadap lingkungan. Faktor eksternal

meliputi kondisi abiotik, kompetisi antar spesies, tingginya jumlah populasi dalam

ruang gerak yang sama, dan kurangnya pakan yang tersedia akibat adanya pena-

nganan yang kurang baik (Royce, 1973). Proses fisiologi dan tingkah laku ikan

terhadap ruang gerak akan terganggu, sebagai dampak dari peningkatan padat

penebaran sehingga pemanfaatan makanan, pertumbuhan, dan kelangsungan

hidup mengalami penurunan (Wedemeyer, 1996). Pada keadaan lingkungan yang

baik dan pakan mencukupi, peningkatan padat penebaran akan disertai dengan

peningkatan hasil (produksi) (Azhari et al., 2017).

Stres pada ikan juga dapat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan. Keti-

ka timbul stres dari luar, ikan mulai mengeluarkan energinya untuk bertahan dari

stres. Ketika proses bertahan dari stres, terjadi penurunan pertumbuhan. Ketika

batas daya tahan ikan telah tercapai atau terlewati, stres meningkat dengan cepat

yang mengakibatkan daya tahan tubuh ikan menurun dan selanjutnya terjadi

kematian. Ciri ikan sebelum mati yaitu warna tubuh menghitam, gerakan tidak

berorientasi dan mengeluarkan lender pada permukaan kulitnya.

10

2.5 Pengaruh Padat TebarTerhadap Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah perubahan ukuran pada periode waktu tertentu atau proses

perubahan biomass atau jumlah individu pada periode waktu tertentu. Terdapat

dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu faktor internal dan eksternal.

Faktor internal meliputi sifat genetik, umur, sex dan kondisi fisiologis ikan. Faktor

eksternal berhubungan dengan pakan dan lingkungan. Sebagian besar energi dari

makanan digunakan untuk metabolisme basal (pemeliharaan), sisanya untuk akti-

vitas, pertumbuhan, dan reproduksi (Fujaya, 2004). Faktor eksternal diantaranya

adalah komposisi kimia air dan tanah, suhu air, bahan buangan metabolit, keter-

sediaan oksigen dan ketersediaan pakan. Faktor kimia mempunyai pengaruh yang

besar terhadap pertumbuhan, bahkan dapat berakibat fatal diantaranya adalah

oksigen, karbondioksida, hidrogen sulfida, keasaman dan alkalinitas, yang pada

akhirnya mempengaruhi terhadap makanan (Effendi, 1997). Pertumbuhan dipe-

ngaruhi oleh faktor genetik, hormon, dan lingkungan. Salah satu faktor lingku-

ngan yang paling penting adalah zat hara (Fujaya, 2004).

Jika padat penebaran tinggi, maka laju pertumbuhan harian ikan rendah. Jika

disuatu perairan terdapat pakan alami yang tinggi serta padat tebar rendah maka

akan menghasilkan pertumbuhan ikan yang maksimal (Rachmansyah et al., 1993).

Daya dukung perairan setempat dapat mempengaruhi padat penebaran yang opti-

mum pada suatu ikan, sehingga dapat menghasilkan produksi yang maksimum.

Peningkatan padat penebaran dapat meningkatakan hasil jika dilakukan dengan

pengelolaan pakan dan lingkungan (Hepher dan Pruginin, 1981). Peningkatan

padat tebar dapat mempengaruhi penurunan pertumbuhan ikan, tetapi selama pen-

urunannya tidak terlalu besar dibandingkan peningkatan padat tebar maka, pro-

duksi akan tetap meningkat. Ketika penurunan pertumbuhan yang terjadi semakin

besar maka penurunan produksi akan terjadi hingga mencapai tingkat pertum-

buhan nol. Dapat diartikan bahwa hasil ikan yang ditebar telah mencapai nilai

carrying capacity atau daya dukung maksimum wadah budidaya. Jika padat pene-

baran yang tinggi tidak diimbangi dengan pemberian pakan yang diberikan serta

kualitas air terkontrol, akan menyebabkan penurunan laju pertumbuhan ikan dan

jika telah sampai pada batas tertentu maka pertumbuhannya akan berhenti sama

11

sekali (Hepher dan Pruginin, 1981). Jika ketersediaan pakan hanya cukup untuk

pemeliharaan tubuh, namun tidak mencukupi untuk pertumbuhan maka partum-

buhan akan terhenti. Untuk menjaga tingkat potensial pertumbuhan terhadap

jumlah pakan harus ditingkatkan atau dengan penambahan food supplement.

Meningkatnya laju konsumsi oksigen sejalan dengan meningkatnya laju meta-

bolisme (Zonneveld et al., 1991). Konversi pakan dan laju pertumbuhan juga ber-

gantung pada oksigen. Pakan yang memiliki gizi yang cukup dapat menghasilkan

pertumbuhan yang optimal. Oksigen dan amoniak dapat mempengaruhi stres pada

ikan. Kandungan oksigen yang rendah dapat menurunkan tingkat konsumsi pakan

ikan (nafsu makan), karena oksigen sangat dibutuhkan untuk respirasi, proses

metabolisme di dalam tubuh, aktivitas pergerakan dan aktivitas pengelolaan ma-

kanan.

Menurunnya nafsu makan pada ikan dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan.

Jika kadar amonia yang tinggi akibat hasil metabolisme pada media pemeliha-

raan dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan karena dapat menurunkan konsum-

si oksigen akibat kerusakan pada insang, penggunaan energi berlebih akibat stres

yang ditimbulkan, dan mengganggu proses peningkatan oksigen dalam darah,

yang dapat menyebabkan kematian (Boyd, 1990). Padat penebaran dapat mempe-

ngaruhi keagresifan ikan. Ikan yang dipelihara dalam padat penebaran yang ren-

dah lebih agresif, dibanding ikan yang dipelihara dalam padat penebaran tinggi

akan lambat pertumbuhannya karena tingginya tingkat kompetisi dan banyaknya

sisa - sisa metabolisme yang tertimbun di dalam air (Bardach et al., (1972).

12

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2018, bertempat di Tambak

Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung, yang beralamat di

Jalan Yos Sudarso, Desa Hanura, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten

Pesawaran, Provinsi Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu 3 unit keramba bahan

HDPE masing- masing berukuran (3 x 3 m2), waring pemeliharaan bahan

polyethylene (PE) ukuran (1 x 1 x 1,5 m3), seperangkat aerasi, timbangan digital,

penggaris, ember, wadah sampling, scoop net.

Adapun bahan yang digunakan benih ikan kakap putih, pelet, pakan buatan, bahan

pengkaya (Vitamin C, multivitamin, perekat pakan).

3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perla-

kuan dan tiga ulangan.

A= Padat tebar 250 ekor/m3

B= Padat tebar 500 ekor/m3

C= Padat tebar 750 ekor/m3

D= Padat tebar 1000 ekor/m3

Kepadatan yang digunakan mengacu pada SNI : 01 – 6493 - 2000 Produksi Pem-

besaran Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) Kelas Pembesaran dan SNI :

13

01 – 6147- 1999 Produksi Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) Kelas

Benih Sebar.

Susunan rancangan penelitian

A3 D3 B3 A1 D1 C3

B2 C1 D2 C2 A2 B1

Tabel 1 . Tata Letak Waring Apung Penelitian

Keterangan :

A1, A2, A3 : Perlakuan A ulangan 1, 2, dan 3

B1, B2, B3 : Perlakuan B ulangan 1, 2, dan 3

C1, C2, C3 : Perlakuan C ulangan 1, 2, dan 3

D1, D2, D3 : Perlakuan D ulangan 1, 2, dan 3

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Persiapan Penelitian

a) Wadah Pemeliharaan

Luas tambak yang digunakan untuk penelitian ini berukuran 4000 m2. Wadah

yang digunakan adalah 24 buah waring berwarna hitam berukuran (1 x 1 x 1,5 m)

yang terbuat dari bahan polyethylene (PE) 12 waring pemeliharaan dan 12 waring

pengganti, dengan ketinggian air pada waring 1 m. Pemasangan waring disusun

secara berurutan dalam satu petak keramba berbahan HDPE berukuran (3 x3 m)

berjumlah 3 keramba. Agar waring dapat tenggelam dalam air dan membentuk se-

suai ukurannya yang persegi, maka diberi pemberat yang diikatkan pada keempat

ujung waring di dasar. Pemberat yang digunakan terbuat dari gelas plastik bekas

yang diisi semen dan diberi tali pada bagian atasnya. Jumlah pemberat yang dipa-

kai sebanyak 4 buah/waring.

14

Gambar 3. Waring Apung Wadah Pemeliharaan Ikan

b) Ikan Uji

Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan kakap putih (Lates

calcarifer) berukuran berkisar 1-3 g dan panjang 4-5 cm. Benih ikan berasal dari

hatchery BBPBL (Balai Besar Perikanan Budidaya Laut) Lampung. Ikan yang

akan digunakan untuk penelitian benih digrading terlebih dahulu agar memiliki

ukuran yang sama.

c) Pakan

Pakan yang digunakan berupa pakan komersil dengan ukuran diameter 700 – 1000

mikron dan protein tidak kurang dari 40 %. Kandungan nutrisi pada pakan protein

46%, Lemak 12 – 14%, Serat kasar 2 %, kadar air 10. Pakan diperkaya dengan vi-

tamin C dengan dosis 1 g/ 4 kg pakan, bahan perekat dengan dosis 5 g/ kg pakan

dan multivitamin dengan dosis 2- 3 g dalam 1 kg pakan.

3.4.2 Pelaksanaan Penelitian

a) Penebaran Benih

Sebelum ditebar ke waring benih di aklimatisasi pada media pendederan dengan

cara, benih pada kantung benih dimasukan ke dalam waring dan biarkan selama 5

menit, setelah itu kantung benih dibuka dan ikan dimasukan ke dalam media pe-

meliharaan. Jumlah ikan yang ditebar pada wadah pemeliharaan disesuaikan ber-

dasarkan perlakuan yaitu 250; 500; 750; 1000 ekor/m3.

15

b) Pemberian Pakan

Selama masa pemeliharaan, benih diberi pakan berupa pakan komersil berdia-

meter 700 – 1000 mikron, pakan yang diberikan dengan kandungan protein 46%

dengan tingkat pemberian pakan (feeding rate) 7 - 10% dari biomas ikan dengan

frekuensi 3 – 5 kali/ hari (Prihaningrum et al., 2015). Pakan dicampur dengan vi-

tamin C 2 kali dalam seminggu.

c) Pengelolaan Kualitas Air

Waring diganti minimal 2 minggu sekali, atau apabila waring sudah terlihat kotor

(Sudjiharno, 1999). Untuk mengetahui parameter kualitas air dilakukan pengu-

kuran parameter kualitas air yaitu suhu, pH, DO, salinitas, nitrit, nitrat dan amo-

nia. Paramter kualitas air diukur seminggu sekali.

3.4.3 Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan selama penelitian meliputi kelangsungan hidup, pertum-

buhan panjang mutlak, rasio konversi pakan.

a) Sampling

Selama pemeliharaan dilakukan sebanyak 5 kali sampling setiap satu minggu

sekali. Jumlah ikan yang disampling sebanyak 72 ekor untuk kepadatan 250

ekor/m3, 83 ekor untuk kepadatan 500 ekor/m

3, 88 ekor untuk kepadatan 750

ekor/m3, 91 ekor untuk kepadatan 1.000/m

3. Jumlah ikan yang disampling ter-

sebut didapat dari rumus penarikan contoh dengan metode sampling acak (Umar,

1999)

S = N / (1 + N. e2)

Keterangan :

S = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Tingkat kesalahan yang diinginkan (10%)

16

b) Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup atau Survival Rate (SR) diperoleh berdasarkan per-

samaan yang dikemukakan oleh Zonneveld et al., (1991) yaitu:

SR =𝑁𝑡 / 𝑁𝑜𝑥 100%

Keterangan :

SR : Kelangsungan hidup (%)

Nt : Jumlah ikan akhir (ekor)

No : Jumlah ikan awal (ekor)

c) Pertumbuhan Panjang Mutlak

Pertumbuhan panjang mutlak merupakan selisih dari panjang rata-rata akhir deng-

an panjang rata - rata awal yang dihitung dengan menggunakan rumus berikut

(Effendi, 1997):

L= Lt – Lo

Keterangan:

L : Pertambahan panjang mutlak (cm)

Lt : Rataan panjang ikan pada hari ke - t (cm)

Lo : Rataan panjang ikan pada hari ke - 0 (cm)

d) Rasio Konversi Pakan

Menurut Effendi (1997), rasio konversi pakan atau food convertion ratio (FCR)

dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

FCR =

17

Keterangan :

F :Total jumlah pakan yang diberikan (g)

W0 :Biomassa ikan uji saat awal pemeliharaan (g)

Wt :Biomassa ikan uji saat akhir pemeliharaan (g)

D :Bobot ikan mati (g)

e) Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam (ANOVA) pada selang

kepercayaan 95%. Apabila didapatkan hasil yang berbeda nyata, maka dilakukan

uji lanjut duncan pada selang kepercayaan 95%.

26

penebaran 250 ekor/m3.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan kelangsungan hidup,

pertumbuhan panjang mutlak, dan konversi pakan yang lebih baik dalam peme-

liharaan benih ikan kakap putih disarankan menggunakan padat tebar dibawah

250 ekor/m3.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Padat tebar yang optimal bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan

kakap putih (Lates calcarifer) pada fase pendederan yaitu didapatkan pada padat

27

DAFTAR PUSTAKA

Azhari, A., A Muchlisin, Z., & Dewiyanti, I. (2017). Pengaruh Padat Penebaran

terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Seurukan

(Osteochilus vittatus). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan

Unsyiah, 2(1), 12 - 19.

Bardach, J. E., Ryther, J. H., McLarney, W.O. (1972). Aquaculture: The Farming

and Husbandry of Fresh Water and Marine Organism. John Wiley and

Sons, New York. 884 hlm.

Boyd, C. E. (1990). Water Quality in Ponds for Aquaculture. Auburn University,

Alabama. 482 hlm.

Effendi, I .(2004). Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya, Jakarta. 192 hlm.

Effendi, M. I. (1997). Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara,

Yogyakarta. 162 hlm.

Folnuari, S., El-Rahimi, S. A., & Rusydi, I. (2017). Pengaruh Padat Tebar yang

Berbeda terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Kerapu

Cantang (Epinephelus fuscoguttatus - lanceolatus) pada Teknologi KJA

HDPE. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah, 2(2). 310 –

318.

Fujaya, Y. (2004). Fisiologi Ikan. Rineke Cipta, Yogyakarta. 179 hlm.

Hepher, B., and Pruginin, Y. (1981). Commercial Fish Farming with Special

Reference to Fish Culture in Israel. John Willey and Sons, New York. 261

hlm.

Hickling, C. F. (1971). Fish Culture. Faber and Faber, London. 348 hlm.

Hikmayani, Y., Rismutia, H.D., Zahri N. (2013). Evaluasi Kebijakan Peningkatan

Produksi Perikanan Budidaya. Jurnal Evaluasi dan Strategi Peningkatan

Keberhasilan Program, 3(1), 47 - 65.

Kadarini, T. Sholichah, L. dan Gladiyakti, M. (2010). Pengaruh Padat Penebaran

terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Benih Ikan Hias Silver Dollar

(Metynnis hypsauchen) dalam Sistem Resirkulasi. Prosiding. Balai Riset

Budidaya Ikan Hias, Depok. 8 hlm.

28

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun. (2004) tentang

Baku Mutu Air Laut. Menteri Negara Lingkungan Hidup RI, Jakarta. 10

hlm.

Niazie, E.H.N., M. Imanpoor, V. Taghizade, V. Zadmajid. (2013). Effect of

density stress on growth indicase and survival rate of gold fish (Carasius

auratus). Global Veterinaria, 10(3), 365-371.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun (2001) Tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Sekretaris

Negara Republik Indonesia, Jakarta. 32 hlm.

Philipose, K. K., S. R. Krupesha Sharma, N. Sadhu, N. G. Vaidya And G. Syda

Rao. (2010) . Some Aspects Of Nursery Rearing Of The Asian Seabass (Lates

Calcarifer, Bloch) In Indoor Cement Tanks. Indian J. Fish. 57, 61- 64.

Prihaningrum, A., Aditya, T. W., Saputra, Y. (2015) Petunjuk Teknis Budidaya

Ikan Kakap Putih (Lates calcalifer, Bloch) Di Karamba Jaring Apung. Balai

Besar Perikanan Budidaya Laut, Lampung. 66 hlm.

Priyadi, A., Ginanjar, R., Permana, A., Slembrouck, J., & Hias, B. R. B. I. (2010).

Tingkat densitas larva botia (Chromobotia macracanthus) dalam satuan

volume air pada akuarium sistem resirkulasi. In Prosiding Forum Inovasi

Teknologi Akuakultur, 439 - 446.

Rachmansyah, D.S., Pongsapan dan E, Danakusumah (1993). Budidaya

Ikan Kerapu Kowak (Epinephelus merra) Dalam Keramba Jaring Apung

Pada Padat Penebaran Berbeda di Perairan Tual, Maluku Tenggara. Jurnal

Penelitian Budidaya Pantai. 9(3), 1993. Balai Penelitian Perikanan Budidaya

Pantai Maros

Razi, F. (2013). Penanganan Hama dan Penyaki pada Ikan Kakap

Putih. Kementrian Perikanan dan Kelautan. Pusat Penyuluhan

Kelautan dan Perikanan Press, Jakarta. 23 hlm.

Royce, W. F. (1973). Introduction to the Fishery Science. Academic Press, New

York. 362 hlm

Schipp., Glenn., Jerome Bosmans., and John., H. (2007). Northen Territory

Barramundi Farming Handbook. Department of Primary Industri,

Fisheries And Mines, Australia. 80 hlm.

Slembrouck J, Komarudin O, Maskur, Legendre M. (2005). Petunjuk Teknis

Pembenihan Ikan Patin Indonesia, Pangasius djambal. IRD-PRPB, Jakarta.

143 hlm.

SNI. (1999). Produksi Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) Kelas

Benih Sebar. Badan Standarisasi Nasional. SNI 01 – 6147- 1999

29

SNI. (2000). Produksi Pembesaran Ikan Kakap putih (Lates calcalifer) Kelas

Pembesaran. Badan Standarisasi Nasional. SNI 01- 64931 -2000.

Sudjiharno. (1999). Budidaya Ikan Kakap putih di Keramba Jaring Apung.

Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Perikanan Balai Budidaya Laut

Lampung. 65 hlm.

Tarwiyah. (2001). Pembesaran Ikan Kakap Putih (Lates calcalifer) di Keramba

Jaring Apung. Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian.

Jakarta. 5 hlm.

Umar. (1999). Riset Strategi Perusahaan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wedemeyer, G.A. (1996). Physiology of Fish in Intensive Culture System.

Chapman and Hall, USA. 226 hlm.

World Wide For Wild. (2015). Better Management Practices Seri Panduan

Perikanan Skala Kecil Budidaya Ikan Kakap Putih (Lates carcarifer).

WWF Indonesia, Jakarta.

Yaqin, M. A., Santoso, L., & Saputra, S. (2018). Pengaruh Pemberian Pakan

dengan Kadar Protein Berbeda terhadap Performa Pertumbuhan Ikan Kakap

Putih (Lates calcarifer) di Keramba Jaring Apung. Jurnal Sains Teknologi

Akuakultur, 2(1), 12-19.

Zonneveld, N., E. A. Huisman and J. H. Boon. (1991). Prinsip-Prinsip Budidaya

Ikan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 318 hlm.