83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN BLORA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh Raras Resthiningrum H0307068 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

  • Upload
    hadieu

  • View
    227

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN BLORA

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh

Raras Resthiningrum

H0307068

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN BLORA

yang dipersiapkan dan disusun oleh

Raras Resthiningrum

H0307068

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal : 12 Juli 2011

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Wiwit Rahayu, SP. MP NIP.197111091997032004

R. Kunto Adi, SP. MP NIP.197310172003121002

Dr. Ir. Sri Marwanti, MS. NIP.195907091983032001

Surakarta, Juli 2011

Mengetahui

Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 195602251986011001

Page 3: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

kasih karunia-Nya sehinggga penyusun dapat melaksanakan penelitian dan

menyusun skripsi dengan judul “Keragaan dan Peranan Sektor Pertanian

dalam Perekonomian Wilayah di Kabupaten Blora”

Pada kesempatan ini penyusun juga ingin mengucapkan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan

baik moril maupun materiil kepada penyusun dalam penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih ini penyusun tujukan terutama kepada :

1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, MS. selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial

Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP. selaku Ketua Komisi Sarjana

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta,

5. Bapak R. Kunto Adi, SP. MP selaku dosen Pembimbing Akademik dan dosen

Pembimbing pendamping, yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan

pengarahan dalam masa studi dan penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Wiwit Rahayu, SP. MP selaku dosen Pembimbing Utama yang telah

memberikan motivasi, bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

7. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, MS selaku Dosen Penguji yang telah memberikan

saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

8. Para dosen Agrobisnis yang telah memberikan nasehat, motivasi dan

bimbingan selama penulis menuntut ilmu.

9. Mbak Ira, staff TU Jurusan/Prodi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Universitas Sebelas Maret Surakarta dan seluruh karyawan Fakultas Pertanian

UNS, terima kasih atas bantuan dan pelayanan yang telah diberikan.

10. Bupati Kabupaten Blora yang telah memberikan ijin penelitian.

Page 4: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

11. Kepala Kantor Bakesbangpolinmas Kabupaten Blora beserta staf yang telah

membantu dalam perijinan penelitian.

12. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Blora beserta

staf yang telah membantu menyediakan data yang penulis butuhkan dalam

penyusunan skripsi ini.

13. Kepala Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Perikanan Kabupaten

Blora beserta staf yang telah membantu menyediakan data yang penulis

butuhkan.

14. BPS Kabupaten Blora yang telah membantu menyediakan data yang Penulis

butuhkan.

15. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Adi Suprapto dan Ibu Yuliana Maria

Murniati. Terimakasih untuk semua kasih sayang, doa dan semua semangat

hidup yang dicurahkan.

16. Saudara-saudaraku Mas Heru, Mas Antok, Tia, dan Hilda terimakasih untuk

support serta sukacita yang terus dibagi dan dirasakan bersama.

17. Ehud Rengkuh Riyantha, Ibu, Bapak, Dek Nindy, dan Dek Agnes untuk kasih

sayang, perhatian dan doa yang terus diberikan sampai detik ini.

18. Sahabat-sahabatku terkasih, Sara Verryca dan Lani Mara, terimakasih untuk

kasih sayang dan semua waktu yang telah dihabiskan bersama, aku belajar

tentang hidup melalui kalian dan waktuku empat tahun terasa begitu cepat

karena kalian disampingku.

19. Yunita Ratih, Ecy Kasih, Elisabet Endah, Nugroho, Rembulan Titi, Friska,

Christy, Meijelani, Sisca, dan semua keluarga besar PMK FP UNS. Semua

pengurus, alumnus, dan pendamping, serta semua anggota persekutuan dari

semua jurusan dan angkatan terimakasih untuk doa, dukungan dan keluarga

yang indah.

20. Anggota kos Jumadi Residence, Pak Jumadi dan Bu Jumadi, Mbak Yayuk,

Mbak Dara, Mbak Fitri, Ifa, Niken, Yuyun, Ratna, dan Tyas terimakasih buat

semangat dan semua dukungan yang buatku menikmati waktuku di Solo.

21. Teman-teman HIBITU terimakasih buat semua semangat dan kebersamaan

selama empat tahun ini.

Page 5: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

22. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat

penyusun sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca semua.

Surakarta, Juli 2011

Penulis

Page 6: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

RINGKASAN ................................................................................................. xii

SUMMARY ...................................................................................................... xiii

I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1 A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Perumusan masalah .............................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8 D. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 8

II. LANDASAN TEORI .............................................................................. 10 A. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 10 B. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 12

1. Pembangunan .................................................................................. 12 2. Pembangunan Ekonomi ................................................................... 14 3. Pembangunan Ekonomi Daerah ...................................................... 15 4. Pembangunan Pertanian .................................................................. 16 5. Peranan Sektor Pertanian ................................................................. 17 6. Teori Ekonomi Basis ....................................................................... 18 7. Komponen Pertumbuhan Wilayah .................................................. 20 8. Angka Pengganda ............................................................................ 22

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah .................................................. 23 D. Asumsi-asumsi ..................................................................................... 26 E. Pembatasan Masalah ............................................................................ 26 F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ...................... 26

III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 29 A. Metode Dasar Penelitian ...................................................................... 29 B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian .............................................. 29 C. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 29 D. Metode Analisis ................................................................................... 30

1. Analisis Penentuan Sektor Perekonomian dan Sub Sektor Pertanian Basis ................................................................................................ 30

Page 7: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

2. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah .................................... 31 3. Analisis Prioritas Pengembangan Sub Sektor Pertanian ................. 34 4. Analisis Peranan Sektor Pertanian dalam Perekonomian Wilayah

di Kabupaten Blora .......................................................................... 35

IV. KONDISI UMUM WILAYAH .................................................................... 36 A. Kondisi Umum Daerah ........................................................................ 36

1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif ................................... 36 2. Topografi ......................................................................................... 36 3. Curah Hujan..................................................................................... 37 4. Luas Penggunaan Lahan .................................................................. 37

B. Keadaan Penduduk dan Tenaga Kerja .................................................. 38 1. Jumlah dan Komposisi Penduduk ................................................... 38 2. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur ............................... 39 3. Keadaan Penduduk Menurut Ketenagakerjaan ............................... 40

C. Keadaan Pertanian .............................................................................. 41 1. Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan ............................................ 42 2. Sub Sektor Tanaman Perkebunan .................................................... 43 3. Sub Sektor Peternakan ..................................................................... 44 4. Sub Sektor Kehutanan ..................................................................... 46 5. Sub Sektor Perikanan ...................................................................... 47

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 49 A. Sektor Perekonomian dan Sub Sektor Pertanian Basis ........................ 49

1. Sektor Ekonomi Basis ..................................................................... 49 2. Sub Sektor Pertanian Basis .............................................................. 52

B. Komponen Pertumbuhan Wilayah ....................................................... 56 1. Komponen Pertumbuhan Nasional .................................................. 57 2. Komponen Pertumbuhan Proporsional............................................ 58 3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah ...................................... 61

C. Prioritas Pengembangan Sub Sektor Pertanian .................................... 64 D. Peranan Sektor Pertanian Dalam Perekonomian Wilayah di

Kabupaten Blora ................................................................................... 68 1. Angka Pengganda Pendapatan ........................................................ 68 2. Angka Pengganda Tenaga Kerja ..................................................... 69

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 71 A. Kesimpulan .......................................................................................... 71 B. Saran ..................................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 74 LAMPIRAN .................................................................................................... 76

Page 8: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 1. Nilai dan Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Blora Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 ADHK 2000 (Jutaan Rupiah)…………………………

2

Tabel 2. Nilai dan Kontribusi Produk Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Pertanian Kabupaten Blora Tahun 2005-2009 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Jutaan Rupiah)……………………………………………………..

3

Tabel 3. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Blora Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (%).................

5 Tabel 4. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Sub

Sektor Pertanian Kabupaten Blora Tahun 2005-2009 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (%)…………………….

6 Tabel 5. Jumlah dan Proporsi Tenaga Kerja Menurut Lapangan

Usaha Di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009 (Orang)…………….......................................................

7

Tabel 6. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Blora Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Pada Tahun 2009………………………………………………………...

29

Tabel 7. Jenis dan Sumber Data……………………………………. 30

Tabel 8. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009 (Hektar)………………………………...…………… 38

Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009…................. 39

Tabel 10. Komposisi Penduduk Kabupaten Blora Menurut Kelompok Umur Tahun 2005-2009..................................... 40

Tabel 11. Data Ketenagakerjaan Di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009 (Orang)………………….………………................... 40

Tabel 12. Jaringan Irigasi dan Pengairan di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009 (meter)............................................................... 41

Tabel 13. Luas Tanam dan Produksi Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Blora Tahun 2007 – 2009………... 42

Tabel 14. Luas Lahan dan Produksi Sub Sektor Tanaman Perkebunan Kabupaten Blora Tahun 2007-2009……………………… 44

Page 9: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

No. Judul Halaman

Tabel 15. Jumlah Populasi Ternak Sektor Peternakan Kabupaten Blora Tahun 2007-2009 (ekor)…………………………………….. 45

Tabel 16. Luas Lahan Sub Sektor Kehutanan Kabupaten Blora tahun 2005-2009 (hektar)............................................................. 46

Tabel 17. Produksi Kayu Menurut Wilayah Pemangkuan dan Jenisnya di KabupatenBlora Tahun 2007-2009 (M3)........................... 47

Tabel 18. Luas dan Produksi Ikan Hasil Budidaya Perairan Umum di Kabupaten Blora Tahun 2007-2009………………………... 48

Tabel 19 Nilai LQ Sektor Pertanian dan Sektor Perekonomian Lainnya di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009……………..

50

Tabel 20 Nilai LQ Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009………………………………………………….. 53

Tabel 21 Rata-Rata Nilai Komponen Pertumbuhan Wilayah Sektor Pertanian dan Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009…………………………………………....

57

Tabel 22 Nilai Rata-Rata Perubahan PDRB (∆Y) dan Komponen Pertumbuhan Regional Sektor Pertanian dan Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009…………....

58

Tabel 23 Nilai Rata-Rata Komponen Pertumbuhan Proposional Sektor Pertanian dan Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009…………………………………….

59 Tabel 24 Nilai Rata-Rata Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Sektor Pertanian dan Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009……………………………………...

62 Tabel 25 Prioritas Pengembangan Sub Sektor Pertanian di Kabupaten

Blora…………………………………………........................

64 Tabel 26 Pengganda Pendapatan Sektor Pertanian Terhadap Total

Pendapatan di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009 (jutaan rupiah)………………………………………………

68 Tabel 27 Pengganda Tenaga Kerja Sektor Pertanian terhadap Total

Tenaga Kerja di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009 (orang)………………………………………………………

69

Page 10: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

Gambar 1. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah Keragaan dan Peranan Sektor Pertanian di Kabupaten Blora…………....

25

Page 11: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

Lampiran 1. PDRB Kabupaten Blora Menurut Lapangan Usaha tahun 2005-2009 atas Dasar Harga Konstan 2000…………............................................................

76

Lampiran 2. PDRB Jawa Tengah Tahun Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 Atas Dasar Harga Konstan 2000......................................................................... 76

Lampiran 3. Hasil Analisis LQ Sektor Perekonomian Kabupaten Blora Tahun 2005-2009………………………............... 76

Lampiran 4. PDRB Kabupaten Blora Sub Sektor Pertanian Tahun 2005-2009 atas Dasar Harga Konstan 2000.................... 76

Lampiran 5 PDRB Jawa Tengah Sub Sektor Pertanian Tahun 2005-2009 atas Dasar Harga Konstan 2000.................... 77

Lampiran 6. Hasil Analisis LQ Sub Sektor Pertanian Kabupaten Blora Tahun 2005-2009……………………………...... 77

Lampiran 7 Rata-rata Komponen Pertumbuhan Wilayah Sektor Perekonomian Kabupaten Blora Tahun 2005-2009.... 77

Lampiran 8. Rata-rata Komponen Pertumbuhan Wilayah Sub Sektor Pertanian Kabupaten Blora Tahun 2005-2009............... 77

Lampiran 9. Prioritas Pengembangan Sub Sektor Pertanian Kabupaten Blora……………………………….............. 77

Lampiran 10. Angka Pengganda Pendapatan Sektor Pertanian Kabupaten Blora tahun 2005-2009................................ 78

Lampiran 11. Angka Pengganda Tenaga Kerja Sektor Pertanian Kabupaten Blora Tahun 2005-2009………………….... 78

Lampiran 12 Lampiran Data PSIPD Kabupaten Blora Tahun 2009… 79

Lampiran 13 Lampiran Data Blora Dalam Angka 2009……………… 83

Lampiran 14 Surat Ijin penelitian……………………………………... 102

Lampiran 15 PDRB Kabupaten Blora ADHK 2000 tahun 2005-2009…………………………………………………...... 103

Lampiran 16 Distribusi PDRB kabupaten Blora ADHK 2000 tahun 2005-2009……………………………………………... 105

Lampiran 17 PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 tahun 2005-2009…………………………………………………….. 107

Lampiran 18 Peta Kabupaten Blora…………………………………... 109

Page 12: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

RINGKASAN

Raras Resthiningrum. H0307068. Keragaan Dan Peranan Sektor

Pertanian Dalam Perekonomian Wilayah di Kabupaten Blora. Dibimbing oleh Wiwit Rahayu, SP. MP dan R. Kunto Adi, SP. MP. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji posisi sektor pertanian dan sub sektor pertanian dalam perekonomian di Kabupaten Blora, untuk mengkaji kecepatan pertumbuhan dan daya saing melalui komponen pertumbuhan (PP dan PPW) sektor pertanian dan sub sektor pertanian di Kabupaten Blora, untuk mengetahui prioritas pengembangan sub sektor Pertanian di Kabupaten Blora, dan untuk mengkaji peranan sektor pertanian dalam perekonomian wilayah Kabupaten Blora dilihat dari sisi pendapatan dan sisi tenaga kerja. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis, dengan menggunakan metode analisis data Location Quotient, Shift Share serta Angka pengganda tenaga kerja dan pendapatan.

Data yang digunakan adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Blora Atas Dasar Harga Konstan 2000 tahun 2005-2009, Kabupaten Blora dalam Angka 2010, Data dalam Pengembangan Sistem Informasi Profil Daerah Tahun 2009, dan RPJMD Kabupaten Blora tahun 2010-2015.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2005-2009 Sektor pertanian di Kabupaten Blora merupakan sektor basis, dan posisi sub sektor pertanian yang menjadi sektor basis di Kabupaten Blora adalah sub sektor tanaman perkebunan dan sub sektor kehutanan. Sektor pertanian di Kabupaten Blora memiliki rata-rata nilai PNij yang positif, memiliki pertumbuhan yang lambat (dengan nilai PP sebesar Rp.-12.728,48 juta) dan memiliki daya saing yang baik (nilai PPW sebesar Rp. 5.345,01 juta). Sub sektor pertanian memiliki nilai PNij positif. Sub sektor pertanian dengan pertumbuhan cepat adalah sub sektor Tanaman Perkebunan dan Peternakan (nilai PP sebesar Rp. 1.184,35 juta dan Rp. 2.565,27 juta), sub sektor pertanian dengan daya saing baik adalah sub sektor tanaman bahan makanan dan kehutanan (nilai PPW sebesar Rp. 18.133,14 juta dan Rp. 15.283,16 juta).

Prioritas pengembangan sub sektor pertanian di Kabupaten Blora adalah Sub sektor tanaman perkebunan termasuk kriteria prioritas pengembangan yang kedua, demikian pula dengan sub sektor kehutanan, Sub sektor peternakan merupakan sub sektor dengan prioritas pengembangan ketiga. Sub sektor dengan prioritas pengembangan keempat adalah sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor yang terakhir adalah sub sektor perikanan dengan prioritas kelima,

Rata-rata nilai angka pengganda pendapatan selama 2005-2009 adalah 1,85 artinya bahwa setiap pendapatan satu rupiah sektor pertanian menghasilkan pendapatan daerah sebesar Rp 1,85. Rata-rata nilai angka pengganda tenaga kerja selama tahun 2005-2009 adalah 1,52 artinya setiap perubahan 100 tenaga kerja sektor pertanian akan menghasilkan perubahan sebesar 152 total tenaga kerja wilayah Kabupaten Blora

Page 13: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

SUMMARY

Raras Resthiningrum. H0307068. Performance And the Role of

Agricultural Sector in the Regional Economy in Blora Regency. Guided by Wiwit Rahayu, SP. MP and R. Kunto Adi, SP. MP. Faculty of Agriculture. Sebelas Maret University. Surakarta.

The purpose of this study was to assess the position of the agricultural sector and sub sectors of agriculture in the economy in Blora regency, to assess the growth and competitiveness component (with PP and PPW component) of agriculture sector and agriculture sub sectors in Blora Regency, knowing the priority sub-sectors of agricultural development in Blora regency, and to assess the role of agriculture in regional economy Blora regency in terms of revenue and the workforce. The research method used is descriptive analytical method, using the methods of data analysis Location Quotient, Shift Share and employment rates and income multipliers.

This research takes the Gross Regional Domestic Product (GRDP) of Central Java Province and District Blora 2000 Constant Prices 2005-2009, Blora Regency in Figures 2010, Data in Information Systems Development Regional Profile of 2009, and RPJMD Blora regency in 2010-2015.

The results of this research shows that in the period 2005-2009, agricultural sector is a base sector in Blora Regency, and the based sub sectors of agriculture in Blora are sub sectors of plantation plants and sub sectors of forestry. The agricultural sector in Blora regency has an positive value of PNij, slow growth in agriculture with PPij value is Rp.-12.728,48 million and has a good competitiveness sector with PPWij value is Rp. 5.345,01 million. The agricultural sub sectors has a positive value of PNij, Sub sector with the rapid growth are Plantation Crops sub sector and Livestock sub sector with PP value are Rp. 1.184,35 million and Rp. 2.565,27 million. Sub-sector with good competitive are plant producing food sub sector, and forestry sub sector with PPW value are Rp. 18.133,14 million and Rp. 15.283,16 million.

Priority of the agricultural sub-sector development in Blora regency are: the second priority are plantation plants sub sector and forestry sub sector, the third development priority is livestock sub sector. The fourth priority is food crops sub-sectors and the fifth priority is fishery sub sector

The average value multiplier of income during 2005-2009 was 1.85 meaning that every Rp. 1,- of income of agricultural sector will generate are income in Blora Regency Rp. 1,85,- The average value of the labor multiplier for the year 2005-2009 is 1.52 meaning that any changes in the agricultural sector 100 workers will produce changes in the total workforce of 152 Blora Regency

Page 14: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum, pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan

kehidupan masyarakat dan warganya. Pembangunan menyangkut beberapa

sasaran, di antaranya meningkatnya ketersediaan dan memperluas distribusi

barang-barang kebutuhan pokok seperti pangan, sandang, papan, kesehatan,

dan perlindungan, serta meningkatnya taraf hidup masyarakatnya. Semua

upaya ini akan memperbaiki rasa percaya diri sebagai individu maupun

bangsa. Pembangunan dapat dikatakan sebagai perubahan yang terencana,

maka dari itu pembangunan harus berpijak pada perencanaan yang matang

melalui proses yang melibatkan segenap elemen strategis masyarakat.

Pembangunan harus didukung dengan adanya pembangunan ekonomi

yang terarah dan terencana. Kegiatan pembangunan ekonomi dipandang

sebagai bagian dari keseluruhan pembangunan yang dijalankan oleh suatu

masyarakat untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan mempertinggi

tingkat pendapatan masyarakat, sedangkan keseluruhan usaha-usaha

pembangunan meliputi juga pembangunan sosial, politik, dan kebudayaan.

Pembangunan ekonomi di Indonesia saat ini tidak terlepas dari pembangunan

masing-masing daerah karena pembangunan ekonomi daerah merupakan

bagian integral dalam upaya mencapai sasaran nasional.

Diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintah Daerah, yang menempatkan otonomi daerah secara

luas, nyata, dan bertanggung jawab menjadikan setiap daerah kabupaten

memiliki kewenangan dan keleluasaan untuk menyusun serta melaksanakan

kebijakan pembangunan daerah yang sesuai dengan kondisi, potensi, aspirasi

masyarakat dan sektor perekonomian yang ada di daerah tersebut (Anonim,

2010).

Demikian pula dengan Kabupaten Blora. Kabupaten ini memiliki

wewenang dalam memajukan perekonomian wilayahnya sendiri. Saat ini

pembangunan perekonomian daerah di Kabupaten Blora terus dilakukan

1

Page 15: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Blora. Maka

dari itu perlu adanya perencanaan pembangunan ekonomi daerah yang baik

atau dalam arti tepat dan sesuai dengan kondisi wilayah, sehingga diharapkan

kedepannya dapat meningkatkan perekonomian di Kabupaten Blora. Usaha

dalam mewujudkan pembangunan ekonomi yang tepat adalah dengan

memberikan penekanan terhadap sektor-sektor yang potensial dalam

perekonomian daerah tersebut. Penekanan atau prioritas pengembangan

terhadap sektor-sektor potensial ini berkaitan dengan perencanaan kedepan

dalam pembangunan daerah, dimana proses perubahan ini memerlukan

persiapan dalam fasilitas pembangunan sektoral tersebut.

Sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar

dalam PDRB Kabupaten Blora tahun 2005-2009. Hal tersebut dapat dilihat

pada Tabel 1 :

Tabel 1. Nilai dan Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Blora Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 ADHK 2000 (Jutaan Rupiah)

No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata 1

Pertanian 941.881,88

(54,40) 970.592,71

(53,38) 1.011.026,83

(53,67) 1.070.288,92

(54,07) 1.122.394,93

(54,01) 1.023.237,05

(53,99)

2 Pertambangan dan Penggalian

57.656,0 (3,33)

65.251,81 (3,62)

76.320,36 (4,05)

70.522,44 (3,56)

71.917,66 (3,46)

68.333,66 (3,61)

3 Industri Pengolahan

106.826,32 (6,17)

112.851,64 (6,26)

119.311,03 (6,33)

126.588,71 (6,39)

131.883,77 (6,35)

119.492,29 (6,31)

4 Listrik, Gas & Air Bersih

9.074,22 (0,52)

9.485,25 (0,53)

9.686,74 (0,51)

10.093,10 (0,51)

10.425,74 (0,50)

9.754,01 (0,51)

5 Bangunan 67.907,91 (3,92)

71.553,06 (3,97)

62.807,38 (3,33)

66.231,80 (3,35)

69.842,92 (3,36)

67.668,61 (3,57)

6 Perdagangan, Hotel & Restoran

248.814,95 (14,37)

261.674,21 (14,51)

274.249,62 (14,56)

288.283,40 (14,56)

302.933,50 (14,58)

275.191,13 (14,52)

7 Angkutan dan

Komunikasi 51.630,53

(2,98) 53.289,04

(2,96) 55.818,54

(2,96) 59.232,38

(2,99) 62.035,21

(2,99) 56.401,14

(2,97)

8 Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan

116.661,91 (6,74)

124.164,77 (6,89)

134.764,68 (7,15)

142.451,90 (7,20)

151.394,69 (7,29)

133.887,59 (7,06)

9 Jasa-Jasa

130.922,17

(7,56) 134.306,74

(7,45) 139.673,21

(7,41) 145.929,58

(7,37) 155.202,88

(7,47) 141.206,92

(7,45)

Jumlah 1.731.375,93 (100,00)

1.803.169,23 (100,00)

1.883.658,39 (100,00)

1.979.627,22 (100,00)

2.078.031,30 (100,00)

1.895.172,42 (100,00)

Sumber: BPS Kabupaten Blora Tahun 2009

Keterangan : ( ) dalam satuan %

Page 16: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Tabel 1 menunjukkan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009,

distribusi PDRB sektor pertanian mengalami angka yang berfluktuatif. Tahun

2005 sektor pertanian mencapai 54,40 % dari total PDRB Kabupaten Blora

atau senilai Rp. 941.881,88 juta. Namun menurun di tahun 2006 dan

meningkat kembali di tahun 2007 dan 2008. Dan di tahun 2009 mencapai

54,01% atau senilai Rp. 1.122.394,93 juta. Rata-rata persentase PDRB selama

tahun 2005-2009 adalah 53,99 % atau senilai Rp 1.023.237,05 juta.

Berdasarkan nilai rata-rata tersebut diketahui bahwa sektor pertanian menjadi

sektor penyumbang PDRB terbesar di Kabupaten Blora selama tahun 2005-

2009.

Sektor pertanian terdiri dari lima sub sektor penting didalamnya. Selama

lima tahun terakhir, sub sektor pertanian mengalami perubahan nilai PDRB

yang fluktuatif. Data dapat dilihat dalam Tabel 2 dibawah ini :

Tabel 2. Nilai dan Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Pertanian Terhadap Sektor Pertanian Kabupaten Blora Tahun 2005-2009 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Jutaan Rupiah)

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata 1. Tanaman Bahan

Makanan 526.187,48

(55,87) 548.559,28

(56,52) 601.368,70

(59,48) 634.536,39

(59,92) 674.801,46

(60,12) 597.090,66

(58,25)

2. Tanaman Perkebunan

97.652,61(10,37)

95.483,36(9,84)

98.472,23 (9,74)

106.615,66 (9,96)

110.560,40(9,85)

101.751,45 (9,95)

3. Peternakan

50.220,03(5,33)

51.123,81(5,27)

46.506,92 (4,60)

48.864,16 (4,57)

50.591,55(4,51)

49.461,29 (4,85)

4. Kehutanan

265.890,32(28,23)

273.415,09(28,17)

262.643,83 (25,98)

278.147,39 (25,99)

284.240,58(25,32)

272.867,44 (26,74)

5. Perikanan

1.931,44(0,21)

2.011,16(0,21)

2.035,15 (0,20)

2.125,32 (0,20)

2.200,95(0,20)

2.060,80 (0,20)

JUMLAH 941.881,88(100)

970.592,71(100)

1.011.026,83 (100))

1.070.288,92 (100)

1.122.394,93(100)

1.023.237,05 (100)

Sumber: BPS Kabupaten Blora Tahun 2009

Keterangan : ( ) dalam satuan %

Pada sektor pertanian, diketahui bahwa penyumbang PDRB terbesar

adalah dari sub sektor tanaman bahan makanan, yaitu mencapai

Rp. 674.801,46 juta di tahun 2009 atau 60,12% dari total PDRB Sektor

Pertanian. Nilai PDRB dari sub sektor tanaman bahan makanan ini cenderung

meningkat dari tahun 2005 sampai 2009, namun dengan persentase yang

fluktuatif, meningkat dari 2005 yaitu 55,87% menjadi 59,48% di tahun 2007

Page 17: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

dan mengalami penurunan di tahun 2008 namun meningkat lagi di tahun 2009

mencapai 60,12%. Nilai rata-rata PDRB sub sektor tanaman bahan makanan

dari tahun 2005-2009 adalah 58,25 % atau senilai Rp. 597.090,66 juta.

Berdasarkan nilai rata-rata tersebut maka sub sektor tanaman bahan makanan

merupakan sub sektor penyumbang PDRB terbesar pada sektor pertanian

selama Tahun 2005-2009 di Kabupaten Blora.

Sub sektor kedua yang memberikan kontribusi besar terhadap nilai

PDRB Sektor Pertanian adalah sub sektor kehutanan. Sub sektor kehutanan

memberikan sumbangan PDRB di tahun 2005 sebesar Rp. 265.890,32 juta

atau sebesar 28,23 %, kemudian terus mengalami penurunan di tahun 2006

menjadi 28,17 % atau Rp 273.415,09 juta dan 25,98 % di tahun 2007 atau

senilai Rp. 262.643,83 dan akhirnya di tahun 2009 menjadi Rp. 284.240,58

juta atau sebesar 25,32 %. Rata-rata nilai PDRB sub sektor kehutanan selama

tahun 2005-2009 adalah 26,74 % atau senilai Rp. 272.867,44 juta, angka ini

menjelaskan bahwa sub sektor ini memberikan sumbangan PDRB terbesar

kedua terhadap sektor pertanian di Kabupaten Blora selama tahun penelitian.

Sesuai dengan visi Kabupaten Blora untuk mewujudkan pemerintahan

yang bersih menuju masyarakat Blora yang sejahtera, Kabupaten Blora terus

berupaya untuk memajukan perekonomian daerahnya. Berkaitan dengan visi

tersebut maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan

sektor perekonomian potensial yang ada di Kabupaten Blora. Seperti yang

telah diuraikan bahwa salah satu sektor yang berpotensi dan memegang kunci

perekonomian di Kabupaten Blora adalah sektor pertanian, sektor ini terdiri

dari lima sub sektor di dalamnya. Sektor pertanian ini diharapkan mampu

memberikan peranan yang tinggi dalam penyerapan tenaga kerja dan

memberikan sumbangan yang tinggi terhadap pendapatan daerah sehingga

dapat meningkatkan perekonomian Kabupaten Blora. Pemerintah Kabupaten

Blora telah menuangkan dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah) Kabupaten Blora tahun 2010-2015 bahwa sektor pertanian

merupakan sektor yang harus dikembangkan, namun pemerintah belum

Page 18: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

menetapkan pengembangan sub sektor pertanian prioritas yang sesuai agar

rencana pemerintah daerah tersebut lebih terarah dan tepat sasaran nantinya.

Oleh karena itu diperlukan adanya analisis guna mengetahui posisi sektor

pertanian dan sub sektor pertanian dalam perekonomian wilayah Kabupaten

Blora. Selain itu juga diperlukan analisis tentang pertumbuhan dari sektor

pertanian dan sub sektor pertanian selama 5 tahun terakhir untuk menentukan

sub sektor pertanian prioritas di Kabupaten Blora yang dapat mendukung

perekonomian wilayah Kabupaten Blora menjadi lebih baik nantinya. Selain

itu, agar pemerintah mengetahui bagaimana peranan sektor pertanian dalam

perekonomian wilayah Kabupaten Blora dapat di analisis peranannya dari sisi

pendapatan dan tenaga kerja. Hal ini dapat dijadikan tambahan informasi dan

pertimbangan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Blora dalam menentukan

kebijakan yang akan ditempuh, karena sebagaimana diketahui suatu sektor

yang baik atau sektor basis dapat menyebabkan peningkatan pendapatan dan

menciptakan kesempatan kerja (Widodo, 2006).

B. Perumusan Masalah

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang tinggi bagi PDRB

Kabupaten Blora (Tabel 1). Sedangkan laju pertumbuhan PDRB sektor

pertanian di Kabupaten Blora dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 3. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Blora Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (%)

No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata

1 Pertanian 3,37 3,05 4,17 5,86 4,87 4,26 2 Pertambangan dan penggalian 12,75 13,17 16,96 -7,60 1,98 7,45 3 Industri Pengolahan 6,90 5,64 5,72 6,10 4,18 5,71 4 Listrik, gas dan air bersih 1,94 4,53 2,12 4,25 3,24 3,22 5 Bangunan 4,11 5,37 -12,22 5,45 5,45 1,63 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,40 5,17 4,81 5,12 5,08 5,12 7 Angkutan dan komunikasi 3,95 3,21 4,75 6,12 4,73 4,55 8 Keuangan, persewaan, dan jasa

perusahaan 3,83 6,43 8,54 5,70 6,28 6,16

9 Jasa-jasa 4,64 2,59 4,00 4,48 6,35 4,41

Sumber: BPS Kabupaten Blora Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa sektor Pertanian memiliki laju

pertumbuhan rata-rata yang menempati urutan ke tujuh dari sembilan sektor

Page 19: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

yang ada. Laju pertumbuhan rata-rata sektor pertanian adalah 4,26%. Jika

diperhatikan laju pertumbuhan sektor pertanian dari tahun 2005-2008

cenderung meningkat dari 3,37 % mencapai 5,86%, namun mengalami

penurunan pada Tahun 2009 menjadi 4,87%.

Sedangkan untuk laju pertumbuhan PDRB sub sektor pertanian selama

tahun 2005-2009 di Kabupaten Blora dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai

berikut :

Tabel 4. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Pertanian Kabupaten Blora Tahun 2005-2009 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (%)

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata 1. Tanaman Bahan Makanan 2. Tanaman Perkebunan 3. Peternakan 4. Kehutanan 5. Perikanan

2,67 5,20 3,08 3,97 7,97

4,25 -2,22 1,80 2,83 4,13

9,63 3,13 -9,03 -3,94 1,19

5,52 8,27 5,07 5,90 4,43

6,35 3,70 3,54 2,19 3,56

5,68 3,62 0,89 2,19 4,26

Sumber: BPS Kabupaten Blora Tahun 2009

Kelima sub sektor memiliki laju pertumbuhan yang fluktuatif dari tahun

2005-2009. Sub sektor tanaman bahan makanan dimulai dari laju sebesar 2,67

% di tahun 2005 dan meningkat di tahun 2007 menjadi 9,63 % namun

menurun kembali, dan akhirnya id tahun 2009 menjadi 6,35 %. Demikian pula

dengan sub sektor lainnya. Apabila dilihat dari laju pertumbuhan rata-rata

yang tertinggi adalah dari sub sektor tanaman bahan makanan yaitu 5,68%.

Sub sektor kedua adalah sub sektor perikanan yaitu mencapai 4,26%, dan sub

sektor dengan laju pertumbuhan rata-rata terendah adalah sub sektor

peternakan yaitu 0,89%.

Dilihat dari faktor ketenagakerjaan, jumlah tenaga kerja di sektor

pertanian merupakan yang paling besar dibanding sektor lainnya selama kurun

waktu 2005-2009. Hal tersebut dapat dilihat dalam Tabel 5 sebagai berikut :

Page 20: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Tabel 5. Jumlah dan Proporsi Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha Di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009 (Orang)

Lapangan usaha 2005 2006 2007 2008 2009

1. Pertanian

2. Pertambangan dan penggalian

3. Industri pengolahan

4. Listrik, gas dan air bersih

5. Bangunan

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

7. Angkutan dan komunikasi

8. Keuangan, persewaan & jasa perusahaan

9. Jasa - jasa

312.553 (70,58%)

2.446

(0,55%)

16.879 (3,81%)

1.156

(0,26%)

16.190 (3,65%)

49.936

(11,28%)

29.765 (2,21%)

2.744

(0,62%)

31.169 (7,04%)

377.001 (65,45%)

3.740

(0,65%)

26.041 (4,53%)

1.379

(0,24%)

24.088 (4,18%)

82.459

(14,32%)

14.999 (2,60%)

3.653

(0,63%)

42.652 (7,40%)

382.628 (67,21%)

3.554

(0,61%)

24.770 (4,27%)

1.086

(0,18%)

22.535 (3,89%)

81.788

(14,11%)

14.201 (2,45%)

3.169

(0,55%)

38.987 (6,73%)

418.554 (64,77%)

4.226

(0,65%)

29.630 (4,59%)

1.032

(0,16%)

26.193 (4,05%)

103.687

(16,04%)

16.911 (2,62%)

3.342

(0,52%)

42.682 (6,60%)

407.460 (62,16%)

4.554

(0,69%)

32.120 (4,90%)

888

(0,14%)

27.590 (4,21%)

119.122

(18,17%)

18.250 (2,78%)

3.194

(0,49%)

42.344 (6,46%)

Total 442.838 (100%)

576.012 (100%)

579.718 (100%)

646.257 (100%)

655.522 (100%)

Sumber: BAPPEDA Kabupaten Blora Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa jumlah tenaga kerja di sektor

pertanian selama tahun 2005-2009 adalah yang terbesar dibandingkan

lapangan usaha yang lainnya. Dari tahun 2005-2008 terjadi perubahan jumlah

penyerapan tenaga kerja yang terus meningkat dan mencapai 418.554 orang

pada sektor pertanian, namun terjadi penurunan jumlah tenaga kerja pada

tahun 2009 yaitu menjadi 407.460 orang. Persentase jumlah tenaga kerja di

tahun 2005 adalah 70,58 %, menurun di tahun 2006 menjadi 65,45 %.

Kemudian meningkat kembali menjadi 67,21 % di tahun 2007 dan terus

menurun menjadi 62,16 % di tahun 2009.

Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa di Kabupaten Blora, sektor

pertanian memberikan kontribusi yang lebih tinggi dibandingkan dengan

sektor lainnya dilihat dari PDRB Kabupaten Blora dan penyerapan tenaga

Page 21: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

kerja sektor pertanian. Namun selama kurun waktu 2005-2009 distribusi

PDRB, laju pertumbuhan PDRB sektor pertanian dan sub sektor pertanian,

dan penyerapan tenaga kerja cenderung berfluktuatif. Guna mendukung

rencana pembangunan daerah Kabupaten Blora dalam perekonomian, maka

dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah sektor pertanian dan sub sektor pertanian merupakan sektor dan

sub sektor basis di Kabupaten Blora?

2. Apakah sektor pertanian dan sub sektor pertanian di Kabupaten Blora

mempunyai pertumbuhan yang cepat dan mempunyai daya saing?

3. Bagaimana prioritas pengembangan sub sektor Pertanian di Kabupaten

Blora ?

4. Berapa besar peranan sektor pertanian dalam perekonomian wilayah

Kabupaten Blora dilihat dari sisi pendapatan dan sisi tenaga kerja?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengkaji posisi sektor pertanian dan sub sektor pertanian dalam

perekonomian di Kabupaten Blora.

2. Untuk mengkaji kecepatan pertumbuhan dan daya saing melalui

komponen pertumbuhan (PP dan PPW) sektor pertanian dan sub sektor

pertanian di Kabupaten Blora.

3. Untuk mengetahui prioritas pengembangan sub sektor Pertanian di

Kabupaten Blora.

4. Untuk mengkaji peranan sektor pertanian dalam perekonomian wilayah

Kabupaten Blora dilihat dari sisi pendapatan dan sisi tenaga kerja.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan tentang posisi sektor

pertanian dalam perekonomian dan kontribusi sektor pertanian di

Kabupaten Blora, serta sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Page 22: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Blora, sebagai bahan pertimbangan

dalam perencanaan maupun evaluasi pembangunan wilayah berdasarkan

prioritas pengembangan, untuk menetapkan kebijakan pembangunan di

wilayah Kabupaten Blora.

3. Bagi pihak lain dan pemangku kepentingan lain, sebagai bahan informasi

dan pertimbangan apabila berminat melaksanakan penelitian di bidang

yang sama atau sebagai acuan dalam melaksanakan program kegiatan.

Page 23: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian Pratomo (2003), dengan judul Keragaan Sektor

Pertanian dan Peranannya Dalam Perekonomian Wilayah di Kabupaten

Kebumen, diketahui dalam kurun waktu tahun 1996-2000 sektor Pertanian

tergolong sektor basis di Kabupaten Kebumen dengan nilai LQ 1,95.

Sementara sub sektor pertanian tanaman bahan makanan, tanaman

perkebunan, peternakan, dan kehutanan merupakan sektor basis, sedangkan

sub sektor perikanan merupakan sub sektor non basis. Berdasarkan analisis

Shift share, sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif (0,962%) yang

dihasilkan dari komponen pertumbuhan daerah (1,197%), komponen

pertumbuhan proporsional (-0,140%),dan komponen pertumbuhan diferensial

(-0,475%). Setelah digabungkan antara LQ dan shift share untuk menentukan

sektor prioritas, sektor pertanian merupakan prioritas alternatif. Peranan

pertanian dilihat dari angka pengganda pendapatan sebesar 2,53 yang berarti

bahwa setiap Rp. 1,00 pendapatan sektor pertanian akan menghasilkan

pendapatan wilayah di Kabupetan Kebumen sebesar Rp. 2,53.- Sementara itu,

dari sisi tenaga kerja melalui angka pengganda tenaga kerja sektor pertanian

menunjukkan angka 2,782 artinya sebanyak 66.474 orang yang akan

mengakibatkan perubahan jumlah tenaga kerja total di wilayah Kabupaten

Kebumen sebesar 170.070 orang.

Penelitian Bramasto (2004) dengan judul Peranan Sektor Pertanian

dalam Perekonomian Wilayah di Kabupaten Karanganyar, menunjukkan

bahwa peranan sektor pertanian terhadap perekonomian wilayah di Kabupaten

Karanganyar ditinjau dari sisi pendapatan melalui angka penggandanya

memiliki kecenderungan menurun. Peranan sektor pertanian terhadap

perekonomian wilayah di Kabupaten Karanganyar ditinjau dari sisi tenaga

kerja melalui angka penggandanya memiliki kecenderungan statis.

10

Page 24: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Muryani (2005) dalam penelitian berjudul Identifikasi dan Kontribusi

Sektor Pertanian Dalam Perekonomian Wilayah Kabupaten Semarang,

selama kurun waktu 1999-2003 menyimpulkan bahwa sektor pertanian

merupakan sektor non basis, sementara sub sektor perkebunan, peternakan,

dan kehutanan merupakan sub sektor basis, sedangkan sub Sektor tanaman

makanan dan perikanan termasuk dalam sub sektor non basis. Kontribusi

pertanian pada tahun 2002 dilihat dari angka pengganda pendapatan sebesar

4,71 artinya setiap Rp. 1,00,- pendapatan sektor pertanian akan menghasilkan

rata-rata pendapatan wilayah Kabupaten Semarang sebesar Rp. 471,

sedangkan kontribusi Sektor Pertanian dilihat dari angka pengganda tenaga

kerja tahun 2001 sebesar 2,24 artinya setiap perubahan 100 satuan kerja sektor

Pertanian akan berakibat merubah tenaga kerja di Kabupaten Semarang

sebesar 224 satuan.

Ropingi (2006) dalam penelitian berjudul Efek Alokasi dan Kontribusi

Sektor Pertanian Dalam Menghadapi Otonomi Daerah di Kabupaten Boyolali

menyebutkan bahwa berdasarkan nilai efek alokasi sektor perekonomian di

Kabupaten Boyolali dapat dikelompokkan menjadi sektor pertanian dan sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor yang mempunyai

keunggulan kompetitif dan terspesialisasikan, sektor listrik, gas, air bersih;

sektor bangunan dan kontruksi serta sektor jasa-jasa termasuk sektor yang

mempunyai keunggulan kompetitif namun tidak terspesialisasi, sektor

pertambangan, penggalian dan sektor industri pengolahan merupakan sektor

yang tidak memiliki keunggulan kompetitif dan juga tidak terspesialisasi.

Sedangkan nilai angka pengganda pendapatan (MS) yang relatif stabil dengan

nilai rata-rata selama lima tahun berkisar 3,11695, tertinggi pada tahun 2001

dengan nilai 3,211500297. Pada tahun 1998 itu juga dihasilkan nilai MS

3,108554259, artinya bahwa setiap investasi satu rupiah pendapatan sub sektor

pertanian menghasilkan pendapatan di sektor pertanian sekitar 3,108554259

rupiah pada tahun 1998.

Keempat penelitian terdahulu menjadi referensi dalam penelitian ini

dikarenakan penelitian tersebut memusatkan pada sektor pertanian yang

Page 25: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

memberikan kontribusi besar pada perekonomian daerah, selain itu Kabupaten

Kebumen, Kabupaten Semarang, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten

Boyolali berada dalam lingkup yang sama dengan Kabupaten Blora, yaitu di

wilayah Propinsi Jawa Tengah. Selain itu keempat penelitian terdahulu ini

menggunakan metodologi yang sama dalam menentukan posisi sektor

pertanian dan peranan sektor pertanian, dimana untuk mengetahui posisi basis

atau non basis dari sektor pertanian digunakan analisis LQ, sedangkan analisis

shift share digunakan untuk menentukan pertumbuhan sektor pertanian, dan

peranan sektor pertanian dapat diperlihatkan dengan adanya angka pengganda

pendapatan dan angka pengganda tenaga kerja.

B. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan

Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang

mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap

masyarakat dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar

akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan,

serta pengentasan kemiskinan. Proses pembangunan di semua masyarakat

paling tidak harus memiliki tiga tujuan inti sebagai berikut:

a. Meningkatkan ketersediaan dan memperluas distribusi berbagai

macam barang kebutuhan pokok seperti pangan, papan , kesehatan dan

perlindungan keamanan.

b. Meningkatkan taraf hidup yaitu selain meningkatkan pendapatan,

memperluas kesempatan kerja, pendidikan yang lebih baik, dan juga

perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya dan

kemanusiaan, yang keseluruhannya akan memperbaiki bukan hanya

kesejahteraan material tetapi juga menghasilkan rasa percaya diri

sebagai individu maupun sebagai suatu bangsa.

c. Memperluas pilihan ekonomi dan sosial yang tersedia bagi setiap

orang dan setiap bangsa dengan membebaskan mereka dari

perbudakan dan ketergantungan bukan hanya dalam hubungan dengan

Page 26: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

orang dan negara lain tetapi juga terhadap kebodohan dan

kesengsaraan manusia (Todaro,1999).

Secara umum, pembangunan diartikan sebagai usaha untuk

memajukan kehidupan masyarakat dan warganya. Seringkali kemajuan

yang dimaksud terutama adalah kemajuan material. Maka pembangunan

seringkali diartikan sebagai kemajuan yang dicapai oleh sebuah

masyarakat di bidang ekonomi. Tolak ukur pembangunan ada lima, yaitu:

a. Kekayaan rata-rata

Pembangunan disini diartikan sebagai jumlah kekayaan

keseluruhan sebuah bangsa atau negara.

b. Pemerataan

Bangsa dan negara yang berhasil melakukan pembangunan

adalah mereka yang disamping produktivitasnya, penduduknya juga

makmur dan sejahtera secara relatif merata.

c. Kualitas kehidupan

Pembangunan bukan sekedar pertambahan kekayaan materi saja

yang diukur secara makro, pengetahuan tentang adanya indeks PQLI

(Physical Quality of Life Index) dan PNB/kapita (Produk Nasional

Bruto/kapita) digunakan untuk mengetahui bahwa konsep

pembangunan sangat komplek.

d. Kerusakan lingkungan

Kriteria keberhasilan pembangunn yang paling baru, dimasukan

juga faktor kerusakan lingkungan sebagai faktor yang menentukan

sukses tidaknya pembangunan. Faktor-faktor ini digunakan sebagai

tolak ukur, daftar urut keberhasilan pembangunan dari negara-negara

yang ada di dunia ini akan mengalami perubahan.

e. Keadilan sosial dan kesinambungan

Dua faktor yang ditambahkan dalam menentukan keberhasilan

pembangunan, yakni faktor keadilan sosial (pemerataan pendapatan)

dan faktor lingkungan, berfungsi untuk melestarikan pembangunan ini

Page 27: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

suaya berlangsung secara terus menerus atau berkesinambungan

(Budiman, 1996)

Secara umum hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan

manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat. Hakikat

pembangunan ini mengandung makna bahwa pembangunan nasional

mengejar keseimbangan, keserasian, dan keselarasan antara kemajuan

lahiriah dan kepuasan batiniah. Pembangunan nasional yang

berkesinambungan diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa,

sehingga senantiasa mampu mewujudkan ketentraman dan kesejahteraan

hidup lahir dan batin (Lemhannas, 1995).

2. Pembangunan ekonomi

Pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan

kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka

panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Dari definisi itu

pembangunan ekonomi mempunyai pengertian :

a. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus menerus

b. Usaha untuk menaikan pendapatan perkapita

c. Kenaikan pendapatan per kapita itu harus berlangsung dalam jangka

panjang

d. Perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang (misalnya ekonomi,

politik, sosial, budaya)

Jadi pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses

di mana saling keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor

yang menyebabkan terjadinya pembangunan ekonomi tersebut dapat

diidentifikasikan dan dianalisis secara seksama. Dengan cara tersebut bisa

diketahui runtutan peristiwa yang timbul yang akan mewujudkan

peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari

satu tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya

(Arsyad, 2009).

Menurut Malthus, proses pembangunan adalah suatu proses naik

turunnya aktivitas ekonomi lebih dari sekedar lancar tidaknya aktivitas

Page 28: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

ekonomi. Konsep pembangunan Malthus tidak menganggap proses

pembangunan ekonomi terjadi dengan sendirinya. Bahkan proses

pembangunan ekonomi memerlukan usaha yang konsisten di pihak rakyat.

Malthus tidak memberikan gambaran adanya gerakan menuju keadaan

stasioner tetapi menekankan bahwa perekonomian mengalami

kemerosotan beberapa kali sebelum mencapai tingkat tertinggi dari

pembangunan. (Jhingan, 2007).

3. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah proses di mana pemerintah

daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada

dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan

sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan

merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi)

dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan daerah

adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan

pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan

(endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya

manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal (daerah)

(Arsyad, 2009).

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bukanlah perencanaan

dari suatu daerah, tetapi perencanaan untuk suatu daerah. Perencanaan

pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan untuk

memperbaiki penggunaan berbagai sumber daya publik yang tersedia di

daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam

menciptakan nilai sumber-sumber daya swasta secara bertanggungjawab.

Melalui perencanaan pembangunan ekonomi daerah, suatu daerah dilihat

secara keseluruhan sebagai suatu unit ekonomi yang didalamnya terdapat

berbagai unsur yang berinteraksi satu sama lain (Kuncoro, 2004).

Permasalahan dalam pembangunan ekonomi di daerah menyangkut

pada kebijakan ekonomi makro, kesenjangan, dan kemiskinan. Kebijakan

ekonomi makro selama ini (terutama yang berada di luar pulau Jawa) lebih

Page 29: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

difokuskan pada usaha ekstraksi hasil bumi (sumberdaya alam) seperti

pemberian konsesi pada perusahaan-perusahaan asing dan berskala besar.

Ini berarti kurangnya perhatian terhadap usaha masyarakat lokal yang

cenderung berskala kecil. Kesenjangan yang terjadi antar kelompok

pendapatan antara daerah perkotaan dan perdesaan telah memburuk sejak

dibukanya perekonomian perdesaan ke arah ekonomi pasar, karena hanya

mereka yang memiliki akses terhadap modal, kredit, informasi dan

kekuasaan yang dapat mengambil manfaat dari program-program

pembangunan (Wiranto, 2004).

4. Pembangunan Pertanian

Departemen Pertanian bersama stake holder pembangunan lainnya

merumuskan dan mengimplementasikan paradigma baru pembangunan

pertanian yakni “pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang

berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi”.

Karena kondisi dan perubahan yang ada adalah persoalan sistem, maka

strategi pemulihan maupun pembangunan kembali landasan pembangunan

tidak boleh sepotong-sepotong, melainkan harus dilakukan secara sistem,

yakni sistem agribisnis. Paradigma baru pembangunan pertanian tersebut

dalam 4 tahun terakhir ini diimplementasikan dengan kebijakan dasar

yakni kebijakan perlindungan dan promosi agribisnis (protection and

promotion agribusiness policy). Prinsip kebijakan ini adalah pemerintah

memfasilitasi dan membantu tumbuh kembangnya usaha agribisnis

khususnya petani di seluruh daerah dan sekaligus melindungi agribisnis

domestik dari praktek unfair-trade (dumping) dari negara lain

(Saragih, 2010).

Sebagai gambaran, sektor pertanian yang bertumpu pada potensi

sumber daya alam banyak mengalami pengurasan sehingga ketersediaan

dan kualitas sumber daya alam makin menurun. Akibatnya, setelah

hamper empat dasawarsa pembangunan berlangsung, kondisi pertanian

nasional masih dihadapkan pada berbagai masalah, antara lain:

1) menurunnya kesuburan dan produktivitas lahan,

Page 30: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

2) berkurangnya daya dukung lingkungan,

3) meningkatnya konversi lahan pertanian produktif,

4) meluasnya lahan kritis,

5) meningkatnya pencemaran dan kerusakan lingkungan,

6) menurunnya nilai tukar, penghasilan dan kesejahteraan petani,

7) meningkatnya jumlah penduduk miskin dan pengangguran di pedesaan,

8) terjadinya kesenjangan sosial di masyarakat.

Masalah tersebut muncul karena pembangunan selama ini

cenderung bias pada pemacuan pertumbuhan produksi, serta peran

pemerintah dan swasta sangat dominan. Masyarakat petani hanya berperan

sebagai objek, bukan sebagai subjek pembangunan. Sektor pertanian juga

tidak lagi ditempatkan sebagai fondasi ekonomi nasional, tetapi sebagai

penyangga untuk menyukseskan industrialisasi sebagai lokomotif

pertumbuhan ekonomi. Sebagai penyangga, sektor pertanian berperan

untuk mendongkrak produksi pangan dalam negeri secara cepat dan tidak

berisiko secara politik (Ashari, 2007).

Dalam kebijakan pembangunan ekonomi nasional, pembangunan

pertanian merupakan langkah awal dan mendasar bagi pertumbuhan

industri. Para pakar membuat skenario, yaitu degan sektor pertanian yang

tangguh dapat ditunjang perkembangan industri yang kuat. Sebagian besar

pakar ekonomi juga berpendapat baha keberhasilan sektor industri sangat

bergantung pada keberhasilan pembangunan pertanian (Daniel, 2004).

5. Peranan Sektor Pertanian

Sumbangan atau jasa sektor pertanian pada pembangunan ekonomi

terletak dalam hal:

1. menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk

yang kian meningkat

2. Meningkatkan permintaan akan produk industri dan dengan demikian

mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan tersier

Page 31: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

3. Menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-

barang modal bagi pembangunan melalui eksport hasil pertanian terus-

menerus

4. Meningkatkan pendapatan desa untuk dimobilisasi pemerintah

5. Memperbaiki kesejahteraan masyarakat.

Di Negara terbelakang produksi pangan mendominasi sector

pertanian. Jika output membesar lantaran meningkatnya produkstivitas,

maka pendapatan para petani akan meningkat. Kenaikan pendapatan

perkapita akan sangat meningkatkan permintaan pangan. Dalam

perekonomian seperti itu elastisitas pendapatan permintaan adalah sangat

tinggi yang bisanya bergerak antara 0,6 persen sampai 0,8 persen.

(Jhingan, 2007).

Peran nyata sektor pertanian sebagai tumpuan pembangunan

ekonomi nasional pada masa krisis dan selama pemulihan ekonomi, maka

sektor pertanian perlu diposisikan sebagai sektor andalan dan didukung

secara konsisten dengan mengembangkan ekonomi pedesaan yang

bersifat resource based (Simatupang, 1999). Atas dasar tersebut, potensi

perekonomian pedesaan diharapkan akan menjadi determinan dari

perekonomian nasional secara keseluruhan dan dengan demikian

perubahan yang terjadi pada struktur perekonomian pedesaan perlu

dicermati terutama dampaknya terhadap struktur kesempatan kerja dan

pendapatan di wilayah pedesaan (Zakaria, 2000).

6. Teori Ekonomi Basis

Aktifitas dalam perekonomian regional digolongkan dalaam dua

sektor yakni aktivitas Basis dan Non Basis. Kegitatan Basis merupakan

kegiatan yang melakukan aktifitas yang berorientasi ekspor (barang dan

jasa) keluar batas wilayah perekonomian yang bersangkutan. Aktifitas

Basis memiliki peranan penggerak utama (primer mover) dalam

pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah semakin

maju pertumbuhan wilayah. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor

basis menimbulkan efek ganda (multiplier effect) dalam perekonomian

Page 32: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

regional. Kegiatan non Basis adalah kegiatan yang menyediakan barang

dan jasa yang dibutuhkan masyarakat yang berada di dalam batas wilayah

perekonomian yang bersangkutan. Luas lingkup produksi dan pemasaran

adalah bersifat lokal.

Inti dari Model Ekonomi Basis (Economic Base Model) adalah

bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor

wilayah tersebut. Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah tehnik

yang digunakan adalah Kuosien lokasi (Location Quotient = LQ). LQ

digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor

basis atau unggulan (leading sector). Indikator yang digunakan adalah

Kesempatan Kerja (Tenaga Kerja) dan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) suatu wilayah Location Quotient (Emilia, 2006).

Metode locational quotient (LQ) merupakan perbandingan antara

pangsa relatife pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat wilayah

terhadap pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat nasional tehadap

pendapatan (tenaga kerja) nasional. Hal tersebut secara matematis dapat

dinyatakan sebagai berikut:

LQ = VtVivtvi

vi : Pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat wilayah

vt : Pendapatan (tenaga kerja) total wilayah

Vi : Pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat nasional

Vt : Pendapatan (tenaga kerja) total wilayah

Apabila LQ suatu sektor (pertanian) ≥ 1, maka sektor (pertanian)

tersebut merupakan sektor basis. Sedangkan jika nilai LQ suatu sektor

(pertanian) < 1, maka sektor (pertanian) tersebut merupakan sektor non

basis. Asumsi metode LQ ini adalah penduduk di wilayah bersangkutan

mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan nasional.

Asumsi lainya bahwa permintaan wilayah akan sesuatu barang akan

Page 33: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

dipenuhi terlebih dahulu oleh produksi wilayah, kekurangannya diimpor

dari wilayah lain (Budiharsono, 2005).

7. Komponen Pertumbuhan Wilayah

Analisis shift share ini menganalisis perubahan berbagai indikator

kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja, pada dua titik

waktu di suatu wilayah. Dari hasil analisis ini akan diketahui bagaimana

perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan secara

relatif dengan sektor-sektor lainnya, apakah bertumbuh cepat atau lambat.

Hasil analisis ini juga dapat menunjukan bagaimana perkembangan suatu

wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya, apakah cepat bertumbuh

atau lambat. Dalam analisis ini diasumsikan bahwa perubahan tenaga kerja

atau produksi di suatu wilayah antara tahun dasar dengan tahun analisis

dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan yaitu: komponen

pertumbuhan nasional (national growth component) atau disingkat PN,

komponen pertumbuhan proporsional (proportional or industrial mix

growth component) disingkat PP, komponen pertumbuhan pangsa wilayah

(regional share growth component) di singkat PPW. Rumus analisis shift

share ini adalah:

∆ Yij = PNij +PPij+PPWij

atau

Y’ij – Yij = Yij (Ra-1)+ Yij (Ri-Ra)+ Yij(ri-Ri)

Keterangan :

∆ Yij : Perubahan tenaga kerja/ produksi dari sektor i pada ke-j.

Yij : Produksi/ tenaga kerja dari sektor i pada wilayah ke-j pada

tahun dasar analisis.

Y’ij : Produksi/ tenaga kerja dari sektor i pada wilayah ke-j pada

tahun akhir analisis.

Page 34: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Y’i. : PDB atau tenaga kerja (nasional) dari sektor i pada tahun akhir

analisis.

Yi : PDB atau tenaga kerja (nasional) dari sektor i pada tahun dasar

análisis

Y.. : PDB atau tenaga kerja (nasional) pada tahun dasar analisis.

Y’.. : PDB atau tenaga kerja (nasional) pada tahun akhir analisis.

ri = Y’ij/Yij

Ri= Y’i./Yi

Ra= Y’../Y..

(Ra-1) = PNij : Persentase perubahan PDRB/ tenaga kerja yang

disebabkan oleh komponen pertumbuhan nasional.

(Ri-Ra)= PPij : Persentase perubahan PDRB/ tenaga kerja yang

disebabkan oleh komponen pertumbuhan

proporsional.

(ri-Ri) = PPWij : Persentase perubahan PDRB/ tenaga kerja yang

disebabkan oleh komponen pertumbuhan pangsa

wilayah (Budiharsono, 2005).

Dalam analisis Shift Share (SS) terdapat 4 kuadran yang dapat

digunakan untuk mengevaluasi kinerja sektor-sektor yang terdapat dalam

suatu wilayah, yaitu (1) kuadran I, sektor yang berada di daerah ini

mempunyai pertumbuhan yang cepat dan berdaya saing, (2) kuadran II;

sektor di daerah ini pertumbuhannya cepat, tetapi relatif tidak berdaya

saing (PP positif tetapi PPW negatif) (3) kuadran III, pertumbuhan

sektornya lambat dan relatif tidak berdaya saing (PP dan PPW sama-sama

negatif) dan (4) kuadran IV, sektor di daerah ini pertumbuhannya lambat,

tetapi daya saingnya relatif baik (PP bernilai negatif, tetapi PPW positif).

Terdapat 3 (tiga) kelemahan utama dalam analisis Shift Share (SS), yaitu

(1) persamaan Shift Share hanyalah identity equation yang tidak

Page 35: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

mempunyai implikasi keperilakuan, (2) komponen PN menyiratkan bahwa

laju pertumbuhan suatu wilayah hanya disebabkan oleh kebijakan nasional

tanpa memperhatikan faktor-faktor lainnya dan (3) baik komponen PP

maupun PPW mengasumsikan bahwa perubahan penawaran dan

permintaan, teknologi dan lokasi diasumsikan tidak berpengaruh terhadap

pertumbuhan wilayah. Di samping itu, diasumsikan juga bahwa semua

barang hanya dipasarkan di wilayah itu sendiri (Anonim, 2008).

8. Angka pengganda

Pengganda pendapatan merupakan penjumlahan pengaruh

langsung dan tak langsung. Menurut konsep ekonomi basis wilayah, pada

dasarnya pertumbuhan ekonomi dalam suatu wilayah terjadi karena

adanya efek pengganda dari pembelanjaan kembali pendapatan yang

diperoleh melalui penjualan barang dan jasa yang dihasilkan wilayah

tersebut yang dipasarkan ke luar wilayah. Besarnya kekuatan efek

pengganda tersebut yang mendorong pertumbuhan ekonomi ditunjukkan

oleh koefisien pengganda yang dihasilkan.

Pendapatan memiliki kelebihan sebagai alat ukur terutama apabila

model ekonomi basis digunakan untuk mengukur dampak potensial

wilayah sebagai pasar. Rumus perhitungan Pengganda pendapatan jangka

pendek (MS) adalah :

MS =

Rasio YN/Y menggambarkan proporsi dari Total pendapatan yang

dihasilkan oleh aktivitas lokal atau aktivitas penduduk dalam

perekonomian wilayah.

∆Y = MS x ∆YB

Keterangan :

Y : Pendapatan Total

YN : Pendapatan semua Sektor Non Pertanian

∆Y : perubahan pendapatan sektor pertanian

∆YB : perubahan Pendapatan Sektor Pertanian

Page 36: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Pengganda tenaga kerja adalah besarnya kesempatan kerja tersedia

pada sektor tersebut sebagai akibat penambahan permintaan akhir dari

sektor yang bersangkutan dalam satu satuan rupiah. Sedangkan untuk

menghitung angka pengganda tenaga kerja dengan rumus sebagai berikut :

k =

∆N = ∆ NB . k

Keterangan :

K : pengganda tenaga kerja

N : jumlah tenaga kerja total seluruh sektor

NB : jumlah tenaga kerja sektor basis

∆N : pertumbuhan tenaga kerja di dalam wilayah

∆NB : pertumbuhan tenaga kerja di sektor basis

Dari angka pengganda yang telah diperoleh dikalikan dengan

pertumbuhan tenaga kerja di sektor basis akan dihasilkan angka

pertumbuhan atau perluasan tenaga kerja dalam wilayah. Jumlah tenaga

kerja seluruhnya dalam wilayah itu adalah penjumlahan dari tenaga kerja

di sektor basis dengan tenaga kerja bukan basis ( Budiharsono, 2005).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Adanya otonomi daerah memberikan kewenangan bagi setiap daerah

untuk mengembangkan wilayahnya sesuai dengan potensi yang ada. Demikian

pula dengan Kabupaten Blora, adanya undang-undang tersebut mendorong

Pemerintah Daerah untuk merencanakan pembangunan wilayahnya sendiri.

Pembangunan wilayah ini di arahkan terhadap pembangunan ekonomi daerah.

Terdiri dari pembangunan wilayah di sektor-sektor ekonomi dan non ekonomi.

Dalam sektor ekonomi di Kabupaten Blora terdapat sektor pertanian yang

terdiri dari lima sub sektor didalamnya, yaitu sub sektor tanaman bahan

makanan, sub sektor perkebunan, sub sektor kehutanan, sub sektor perikanan

dan sub sektor peternakan. Agar proses pembangunan lebih terarah dan lebih

tepat maka pemerintah harus mengetahui sektor dan sub sektor pertanian yang

potensial dan bisa dikembangkan.

Page 37: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Untuk mengetahui posisi sektor pertanian dalam perekonomian

Kabupaten Blora dianalisis dengan analisis Locational Quotient. Sektor basis

suatu wilayah adalah sektor yang selain dapat memenuhi kebutuhan

wilayahnya, juga mampu memenuhi permintaan daerah lainnya, khususnya di

daerah dengan lokasi di sekitar daerah sektor basis, artinya dengan bertambah

basisnya suatu daerah maka dapat memberikan tambahan arus pendapatan ke

daerah yang bersangkutan, menambah permintaan barang dan jasa

didalamnya.

Selanjutnya melalui metode Shift Share dapat dianalisis mengenai

pergeseran struktur ekonomi daerah dalam hubungannya dengan sistem

perekonomian yang lebih tinggi. Fungsi dari analisis ini adalah untuk

mengetahui perkembangan sektor-sektor di suatu wilayah perencanaan yang

dipengaruhi perekonomian Propinsi. Selain itu akan diketahui pertumbuhan

sektor tersebut dan tingkat kekompetitfan dari sektor tersebut.

Kedua analisis di atas dapat digunakan sebagai analisis untuk

mengetahui sektor dan sub sektor pertanian mana yang diprioritaskan dan

dapat dikembangkan. Berdasarkan analisis Locational Quotient (LQ) dan

analisis Shift Share akan digabungkan kemudian dirangking sehingga sesuai

kriteria yang ada. Diharapkan dengan mengetahui sektor prioritas maka

mampu meningkatkan perekonomian yang lebih baik bagi kehidupan

masyarakat, dari segi penciptaan pendapatan maupun tenaga kerja.

Sebagaimana diketahui kontribusi sektor pertanian, perlu diketahui

peranan sektor ini. Peranan sektor pertanian dapat dilihat dari seberapa besar

sektor tersebut memberikan dampak terhadap perkembangan sektor atau

kegiatan ekonomi lainnya di wilayah tersebut, baik dari sisi pendapatan

ataupun tenaga kerjanya.

Kerangka teori pendekatan masalah penelitian ini akan diperjelas

dengan kerangka berpikir pendekatan masalah berikut :

Page 38: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Gambar 1. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah Keragaan dan Peranan

Sektor Pertanian di Kabupaten Blora

Perencanaan Pembangunan Wilayah Kabupaten Blora

Sektor Pertanian Sektor Non Pertanian

Metode LQ Analisis Shift Share

LQ ≥ 1 Basis

LQ<1 Non Basis

Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Pertumbuhan Proporsional

Pertumbuhan Ekonomi

Analisis gabungan LQ, PP dan PPW

Pembangunan Ekonomi

PP > 0 Pertumbuhan

cepat

PP < 0 Pertumbuhan

lambat

PPW > 0 Mampu Bersaing

PPW < 0 Tidak

mampu bersaing

Prioritas I LQ ≥1 PP +

PPW +

Prioritas II 1. LQ ≥ 1

PP +/PPW – PP -/PPW +

2. LQ < 1 PP +/PPW +

Prioritas III LQ < 1 PP - PPW +

Prioritas IV LQ < 1 PP + PPW -

Prioritas V LQ < 1 PP - PPW -

Prioritas VI LQ ≥ 1 PP - PPW -

Pengganda Pendapatan

Pengganda Tenaga Kerja

Peranan Sektor P

ertanian

Sektor Non Ekonomi Sektor Ekonomi

Sub Sektor Pertanian

Page 39: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

D. Asumsi-Asumsi

1. Penduduk di Kabupaten Blora memiliki pola permintaan yang sama

dengan pola permintaan di Propinsi Jawa Tengah

2. Permintaan wilayah Kabupaten Blora akan suatu barang dipenuhi terlebih

dahulu oleh produksi wilayah Kabupaten Blora dan kekurangannya

diimpor dari wilayah lain.

3. Perubahan penawaran dan permintaan, teknologi dan lokasi diasumsikan

tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan wilayah.

E. Pembatasan Masalah

1. Data yang dianalisis dalam penelitian ini merupakan data time series

berupa PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Blora,

Propinsi Jawa Tengah tahun 2005-2009 Atas Dasar Harga Konstan

(ADHK) tahun 2000, Data Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lapangan

Usaha Kabupaten Blora Tahun 2005-2009.

2. Peranan sektor yang dilihat dari nilai angka pengganda pendapatan dan

tenaga kerja hanya memusatkan pada sektor pertanian dan tidak termasuk

peranan tiap subsektor pertanian.

F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Keragaan sektor adalah penampilan (performance) atau keadaan sektor

yang bersangkutan selama kurun waktu tertentu. Keragaan yang

dimaksudkan dalam penelitian ini adalah posisi sektor pertanian dan sub

sektor pertanian di Kabupaten Blora (basis atau non basis), pertumbuhan

sektor pertanian dan subsektor pertanian dan peranan sektor pertanian

dilihat dari sisi angka pengganda pendapatan dan angka pengganda tenaga

kerjanya.

2. Sektor adalah suatu usaha atau kegiatan yang berhubungan dengan bidang

tertentu. Dalam penelitian ini sektor terdiri dari sektor pertanian,

pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik,

gas dan air bersih, sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel

dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan,

Page 40: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa yang terdapat di

Kabupaten Blora.

3. Sektor pertanian adalah sektor yang proses produksinya berhubungan

dengan proses pertumbuhan tanaman dan hewan.

4. Sektor pertanian terdiri dari sub sektor yaitu sub sektor tanaman bahan

makanan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor

kehutanan dan sub sektor perikanan.

5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai barang dan

jasa neto yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di dalam suatu

wilayah dalam jangka waktu tertentu dan dinyatakan dalam rupiah. Dalam

penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan produksi.

6. Sektor basis adalah sektor yang mampu memenuhi kebutuhan barang dan

jasa untuk masyarakat Kabupaten Blora dan mempunyai kemampuan

mengekspor barang dan jasa ke luar daerah Kabupaten Blora. Suatu sektor

dikatakan sektor basis jika memiliki nilai LQ ≥ 1. Sedangkan apabila nilai

LQ < 1 maka sektor tersebut merupakan sektor non basis.

7. Pertumbuhan nasional (Propinsi Jawa Tengah), yang menunjukan

bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi Propinsi terhadap

perekonomian Kabupaten Blora. Pertumbuhan ekonomi dilihat dari nilai

PNij.

8. Pertumbuhan proporsional merupakan perubahan relatif kinerja suatu

sektor di Kabupaten Blora terhadap sektor yang sama di Propinsi Jawa

Tengah. Pertumbuhan proporsional dilihat dengan nilai PPij. Jika nilai PPij

< 0 maka menunjukan bahwa sektor i pada wilayah Blora pertumbuhannya

lambat. Sedangkan apabila PPij > 0 menunjukan bahwa sektor i pada

wilayah Blora pertumbuhannya cepat.

9. Pertumbuhan Pangsa Wilayah adalah angka yang menunjukan tingkat

kekompetitifan suatu sektor tertentu di Kabupaten Blora terhadap wilayah

lainnya. Pergeseran diferensial ditunjukan dengan nilai PPWij. Apabila

nilai PPWij > 0, maka berarti bahwa wilayah Kabupaten Blora mempunyai

daya saing yang baik apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya untuk

Page 41: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

sektor i.sedangkan apabila nilai PPWij < 0, maka berarti bahwa sektor i

pada wilayah Kabupaten Blora tidak dapat bersaing dengan baik apabila

dibandingkan dengan wilayah lainnya.

10. Sektor prioritas adalah sektor yang menjadi prioritas pengembangan di

Kabupaten Blora. Dalam penelitian ini sektor prioritas utama (pertama)

adalah sektor yang memiliki nilai LQ ≥ 1, nilai PP positif dan nilai PPW

positif

11. Peranan sektor Pertanian dinilai dari seberapa besar sektor tersebut

memberikan dampak terhadap kegiatan-kegitan perekonomian lainnya di

suatu wilayah. Dalam penelitian ini peranan sektor pertanian dianalisis

melalui kontribusi sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja dan

sumbangannya terhadap pendapatan daerah.

Page 42: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analitis, yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan

masalah yang ada pada masa sekarang yang aktual kemudian data yang

dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis

(Surakhmad, 1990).

B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian

Daerah penelitian yang diambil adalah Kabupaten Blora, dengan

pertimbangan daerah tersebut sektor pertaniannya masih memegang peranan

penting. Hal ini dapat dilihat dari distribusi PDRB Kabupaten Blora. Sektor

pertanian memberikan kontribusi yang terbesar, dapat dilihat pada Tabel 6 :

Tabel 6. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Blora Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Pada Tahun 2009

Lapangan Usaha Nilai PDRB Persentase Pertanian 1.122.288,92 54,01 Pertambangan dan penggalian 71.917,66 3,46 Industri Pengolahan 131.883,77 6,35 Listrik, gas dan air bersih 10.425,74 0,50 Bangunan 69.842,92 3,36 Perdagangan, Hotel dan Restoran 302.933,50 14,58 Angkutan dan komunikasi 62.035,21 2,99 Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan

151.394,69 7,29

Jasa-jasa 155.202,88 7,47 Jumlah 2.078.031,30 100

Sumber : PDRB Kabupaten Blora 2009

Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa terdapat tiga sektor yang

memberikan kontribusi paling besar terhadap PDRB Kabupaten Blora. Sektor

pertanian menduduki peringkat pertama yaitu sebesar 54,01 %, kemudian

diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 14,58 % dan sektor jasa

sebesar 7,47 %.

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

tersebut diperoleh dari instansi yang ada di Kabupaten Blora. Jenis dan

29

Page 43: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat melalui tabel

dibawah ini :

Tabel 7. Jenis dan Sumber Data No Jenis Data Sumber Data

1. Distribusi PDRB Kabupaten Blora Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 ADHK 2000

BPS Kabupaten Blora

(PDRB Kabupaten Blora 2009)

2. Laju PDRB Kabupaten Blora Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

BPS Kabupaten Blora

(PDRB Kabupaten Blora 2009)

3. Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha Di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009

BAPPEDA Kabupaten Blora

(Pengembangan Sistem Informasi Profil Daerah Tahun 2009)

4. Luas Penguasaan Lahan, Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Ratio dan Umur, Jaringan Irigasi dan Pengairan di Kabupaten di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009

BAPPEDA Kabupaten Blora

(Pengembangan Sistem Informasi Profil Daerah Tahun 2009)

5. Luas Tanam dan Produksi Sub Sektor Tabama dan Tanaman Perkebunan, Luas dan Produksi Ikan Hasil Budidaya Perairan Umum, Jumlah Populasi Ternak Sektor Peternakan, Luas Lahan Sub Sektor Kehutanan, Produksi Kayu Menurut Wilayah Pemangkuan dan Jenisnya di Kabupaten Blora Tahun 2007 – 2009

BPS Kabupaten Blora

(Blora Dalam Angka 2010)

6. RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010-2015 BAPPEDA Kabupaten Blora

D. Metode Analisis Data

1. Analisis Penentuan Sektor Perekonomian Dan Sub Sektor Pertanian

Basis

a. Analisis Penentuan Sektor Perekonomian

Untuk mengetahui sektor pertanian di Kabupaten Blora

merupakan sektor basis atau non basis menggunakan formulasi

Location Quotien. Rumus LQ sebagai berikut :

LQ = VtVivtvi

Page 44: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Keterangan :

LQ : indeks Location Quotient

vi : PDRB sektor pertanian/sektor ekonomi lain Kabupaten Blora

vt : PDRB total/sektor pertanian Kabupaten Blora

Vi : PDRB sektor pertanian/sektor ekonomi lain Propinsi Jateng

Vt : PDRB total/sektor pertanian Propinsi Jawa Tengah

i :Sektor pertanian/sektor perekonomian lainnya

Apabila dalam perekonomian wilayah di Kabupaten Blora,

nilai LQ suatu sektor perekonomian ≥ 1, maka sektor pertanian/sektor

perekonomian lainnya tersebut merupakan sektor basis. Sedangkan

bila nilai LQ suatu sektor perekonomian < 1, berarti sektor

pertanian/sektor perekonomian lainnya tersebut merupakan sektor non

basis.

b. Analisis Penentuan Sub Sektor Pertanian

Sedangkan untuk mengeahui apakah sub sektor pertanian di

Kabupaten Blora merupakan sektor basis atau non basis menggunakan

formulasi Location Quotien. Rumus LQ sebagai berikut :

LQ = VtVivtvi

Keterangan :

LQ : indeks Location Quotient

vi : PDRB sub sektor pertanian Kabupaten Blora

vt : PDRB total sub sektor pertanian Kabupaten Blora

Vi : PDRB sub sektor pertanian Propinsi Jawa Tengah

Vt : PDRB total sub sektor pertanian Propinsi Jawa Tengah

i : Sub sektor pertanian

Apabila nilai LQ ≥ 1, maka sub sektor pertanian tersebut

merupakan sektor basis. Sedangkan bila nilai LQ < 1, berarti sektor

sub sektor pertanian tersebut merupakan sektor non basis.

Page 45: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

2. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah

Untuk mengetahui pertumbuhan sektor Pertanian dan subsektor

pertanian di Kabupaten Blora dapat di analisis dengan Analisis Shift Share.

Analisis shift share secara matematik dapat dinyatakan sebagai berikut :

∆ Yij = PNij +PPij+PPWij

atau

Y’ij – Yij = Yij (Ra-1)+ Yij (Ri-Ra)+ Yij(ri-Ri)

Dimana: ri = Y’ij/Yij

Ri= Y’i./Yi

Ra= Y’../Y..

Keterangan :

∆ Yij : Perubahan PDRB sektor/sub sektor pertanian i di wilayah

Kabupaten Blora.

PNij : Pertumbuhan nasional PDRB sektor/sub sektor pertanian i di

wilayah Kabupaten Blora.

PPij : Pertumbuhan proporsional PDRB sektor/sub sektor pertanian i

di wilayah Kabupaten Blora.

PPWij : Pertumbuhan pangsa wilayah PDRB sektor/sub sektor

pertanian i di wilayah Kabupaten Blora.

Y’ij : PDRB sektor/sub sektor pertanian i di wilayah Kabupaten

Blora pada tahun akhir analisis.

Yij : PDRB sektor/sub sektor pertanian i di wilayah Kabupaten

Blora pada tahun dasar analisis.

Y’i. : PDRB sub sektor pertanian di wilayah Propinsi Jawa Tengah

pada tahun akhir analisis.

Yi. : PDRB total sub sektor pertanian Propinsi Jawa Tengah pada

tahun dasar analisis.

Page 46: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Y’.. : PDRB total Propinsi Jawa Tengah pada tahun akhir analisis.

Y.. : PDRB total Propinsi Jawa Tengah pada tahun dasar análisis.

ri : PDRB sektor/sub sektor pertanian i di wilayah Kabupaten

Blora pada tahun akhir analisis dibagi dengan PDRB sektor/sub

sektor pertanian i di wilayah Kabupaten Blora pada tahun dasar

analisis.

Ri : PDRB sektor/sub sektor pertanian i di wilayah Propinsi Jawa

Tengah pada tahun akhir analisis dibagi dengan PDRB

sektor/sub sektor pertanian i di Wilayah Propinsi Jawa Tengah

pada tahun dasar analisis.

Ra : PDRB total Propinsi Jawa Tengah pada tahun akhir analisis

dibagi dengan PDRB total Propinsi Jawa Tengah pada tahun

dasar analisis.

(Ra-1) : Persentase perubahan PDRB yang disebabkan oleh komponen

pertumbuhan nasional.

(Ri-Ra) : Persentase perubahan PDRB yang disebabkan oleh komponen

pertumbuhan proporsional.

(ri-Ri) : Persentase perubahan PDRB yang disebabkan oleh komponen

pertumbuhan pangsa wilayah.

Apabila dalam perekonomian wilayah di Kabupaten Blora, nilai

PPij < 0, maka pertumbuhan sektor pertanian/sub sektor pertanian di

Kabupaten Blora lambat. Apabila nilai PPij > 0, maka pertumbuhan sektor

pertanian/sub sektor pertanian di Kabupaten Blora cepat.

Sedangkan apabila nilai PPWij < 0, maka sektor pertanian/sub

sektor pertanian di Kabupaten Blora tidak memiliki daya saing yang baik

dibandingkan dengan wilayah lainnya. Apabila nilai PPWij > 0, maka

sektor pertanian/sub sektor pertanian di Kabupaten Blora memiliki daya

saing yang baik dibandingkan dengan wilayah lainnya.

Page 47: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

3. Analisis Prioritas Pengembangan Sub Sektor Pertanian

Untuk menentukan sub sektor pertanian merupakan sektor

potensial atau tidak untuk dikembangkan dapat dilihat dengan melihat

kriteria-kriteria sebagai berikut :

Prioritas Location Quotient

Shift Share PP PPW

Pertama B + + Kedua B

B NB

+ - +

- + +

Ketiga NB + - Keempat NB - + Kelima NB - - Alternative B - -

Sumber : Pratomo,2004

Keterangan :

B : Sektor basis

NB : Sektor non basis

PP positif : Pertumbuhan sub sektor pertanian i di Kabupaten Blora

termasuk cepat

PP negatif : Pertumbuhan sub sektor pertanian i di Kabupaten Blora

termasuk lambat

PPW Positif : Sub sektor pertanian i di Kabupaten Blora mempunyai

daya saing (competitive advantage) yang baik

dibandingkan dengan sektor yang sama di wilayah lain di

Propinsi Jawa Tengah

PPW Negatif : Sub sektor pertanian i di Kabupaten Blora tidak

mempunyai daya saing (competitive advantage)

dibandingkan dengan sektor yang sama di wilayah lain di

Propinsi Jawa Tengah

Page 48: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

4. Analisis Peranan Sektor Pertanian dalam Perekonomian Wilayah Di

Kabupaten Blora

Untuk mengetahui peranan sektor pertanian maupun sub sektor

pertanian dalam perekonomian wilayah dilihat dari sumbangan pendapatan

dan tenaga kerjanya digunakan efek pengganda pendapatan maupun

tenaga kerja yang dirumuskan sebagai berikut :

a. Angka Pengganda Pendapatan

MS =

∆Y = MS x ∆YB

Dimana:

MS : Pengganda pendapatan pertanian

Y : Pendapatan total

YB : Pendapatan sektor pertanian

∆Y : Perubahan pendapatan wilayah

∆YB : Perubahan pendapatan sektor pertanian

b. Angka Pengganda Tenaga Kerja

K =

∆N = ∆ NB . k

Dimana :

K : Pengganda Tenaga Kerja

N : Jumlah Tenaga Kerja di Seluruh Sektor

NB : Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pertanian

∆N : Pertumbuhan Tenaga Kerja di dalam Wilayah

∆NB : Pertumbuhan Tenaga Kerja di Sektor Pertanian

Page 49: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

A. Kondisi Umum Daerah

1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif

Kabupaten Blora yang berslogan “Blora Mustika”, secara geografis

terletak di antara 111⁰ 16’ sampai dengan 111⁰ 338’ Bujur Timur dan

diantara 6⁰ 528’ sampai dengan 7⁰ 248’ Lintang Selatan, dengan jarak

terjauh dari barat ke timur sepanjang 87 km dan utara ke selatan sejauh 58

km. Secara administrasi Kabupaten Blora terletak di ujung paling Timur

Propinsi Jawa Tengah bersama Kabupaten Rembang. Batas administratif

Kabupaten Blora adalah:

Sebelah Utara : Kabupaten. Rembang dan Kabupaten Pati, Propinsi

Jawa Tengah

Sebelah Timur : Kabupaten Bojonegoro, Propinsi Jawa Timur

Sebelah Selatan : Kabupaten Ngawi, Propinsi Jawa Timur

Sebelah Barat : Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tengah

Kabupaten Blora terbagi dalam 16 kecamatan yang terdiri dari 271

desa dan 24 kelurahan, mencakup 941 dusun, 1.189 rukun warga dan

5.450 rukun tetangga.

2. Topografi

Luas wilayah Kabupaten Blora adalah sebesar 1.820,59 Km2, dengan

ketinggian terendah 25 meter dpl dan tertinggi 500 meter dpl. Diapit oleh

jajaran pegunungan Kendeng Utara dan pegunungan Kendeng Selatan.

Susunan tanah di Kabupaten Blora terdiri atas 56 persen tanah gromosol,

39 persen mediteran dan 5 persen aluvial. Ketinggian tanah Kabupaten

Blora berada pada 25 hingga 500 m dpl.

Topografi wilayah Kabupaten Blora secara umum terbagi menjadi

empat kategori ketinggian lahan, yaitu sebagai berikut:

1. Ketinggian lahan antara 25-100 m dpl, berada di Kecamatan Cepu.

2. Ketinggian lahan antara 25-500 m dpl, berada di Kecamatan

Kedungtuban dan Kecamatan Kradenan.

36

Page 50: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

3. Ketinggian lahan antara 40-500 m dpl, berada di Kecamatan Jati,

Randublatung, Sambong, Jiken, Jepon, Blora, Banjarejo, Tunjungan,

Japah, Ngawen, Kunduran dan Todanan.

4. Ketinggian wilayah antara 100-500 m dpl, berada di Kecamatan

Bogorejo.

Geologi wilayah Kabupaten Blora merupakan perbukitan yang telah

mengalami pengangkatan, pelipatan dan patahan serta proses erosi yang

intensif sehingga terjadi pendataran (peneplain). Landform di daerah ini

dapat dibagi tiga grup utama, yaitu Aluvial, Karst dan Tektonik/struktural.

Dari 3 landform utama ini dapat dibagi lagi berdasarkan bentuk

wilayahnya, menjadi bentuk wilayah datar seluas 57.814 ha, berombak

seluas 54.647 ha, bergelombang seluas 39.413 ha dan berbukit luas 38.629

ha. Bahan induk tanah di daerah Blora terdiri dari 6 jenis, yaitu aluvium

(endapan liat), aluvio-koluvium (bahan halus), batu gamping, napal, batu

liat dan batu pasir berkapur (Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, 2009).

3. Curah hujan

Kabupaten Blora memiliki perbedaan curah hujan yang nyata antara

musim penghujan dan kemarau, dengan curah hujan tahunan antara 1.496

mm sampai 2.506 mm. Curah hujan rata-rata di tahun 2005-2009 adalah

1.434,2 mm. Kabupaten Blora termasuk zona C3 dan D3 yang dicirikan

bulan kering 4 sampai 6 bulan dan bulan basah 4 sampai 5 bulan. Suhu

udara rata-rata bulanan berkisar antara 26,5oC sampai 28,4oC dan rata-rata

tahunan sebesar 27.5oC. Curah hujan ini sangat berpengaruh terhadap

kondisi pertanian di Kabupaten Blora, karena sebagian besar petani

melakukan usaha pertanian dengan mengandalkan air hujan.

4. Luas Penggunaan Lahan

Kabupaten Blora memiliki total lahan yang luas. Sebagian besar luas

lahan ini digunakan dalam sektor pertanian. Hal tersebut dapat dilihat pada

Tabel 8.

Page 51: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Tabel 8. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009 (Hektar)

Uraian 2005 2006 2007 2008 2009 1. Hutan 89.785,250

(49,32%) 89.785,250

(49,32%) 89.785,250

(49,32%) 89.785,250

(49,32%) 89.785,250

(49,32%) 2. Lahan

persawahan 46.129,921

(25,34%) 46.115,266

(25,33%) 46.104,869

(25,32%) 46.098,000

(25,32%) 46.088,794

(25,31%) 3. Lahan kering 28.663,536

(15,74%) 28.652,692

(15,74%) 28.644,855

(15,73%) 28.641,635

(15,73%) 28.631,385

(15,73%) 4. Pemukiman 16.791,857

(9,22%) 16.816,495

(9,23%) 16.834,737

(9,25%) 16.853,000

(9,26%) 16.872,447

(9,27%) 5. Lain-lain 688,233

(0,38%) 689,094

(0,38%) 692,086

(0,38%) 683,912

(0,37%) 683,921

(0,37%) Total 182.058,797

(100%) 182.058,797

(100%) 182.061,797

(100%) 182.061,797

(100%) 182.061,797

(100%)

Sumber : BAPPEDA Kabupaten Blora Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa luas lahan tertinggi di

Kabupaten Blora adalah lahan hutan. Jika dihitung dalam persentase di

tahun 2009 luas lahan hutan ini mencapai 49,32% dari luas lahan di

Kabupaten Blora. Luas lahan hutan tidak berubah selama kurun waktu 5

tahun, hal ini disebabkan adanya peraturan yang memberikan larangan

terjadi alih fungsi lahan hutan menjadi fungsi lainnya. Alih fungsi lahan

terjadi pada lahan sawah tadah hujan yang berubah menjadi pemukiman.

Selanjutnya luas lahan juga digunakan untuk lahan persawahan,lahan

kering dan yang terakhir adalah lain-lain. Lain-lain yang dimaksudkan

disini adalah pengggunaan lahan untuk waduk, kolam air tawar dan tanah

tidak diusahakan. Total luas lahan meningkat pada tahun 2007 menjadi

182.061,797 hektar, peningkatan ini disebabkan karena adanya

penambahan waduk di Kabupaten Blora.

B. Keadaan Penduduk dan Tenaga Kerja

1. Jumlah dan Komposisi Penduduk

Penduduk merupakan bagian terpenting dalam suatu daerah dan

menjadi aset bagi daerah tersebut. Keadaan penduduk di Kabupaten Blora

dapat dilihat di Tabel 9.

Page 52: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Sex Ratio

Laki-laki Perempuan Jumlah

2005 2006 2007 2008 2009

427.271 431.446 454.866 474.327 494.114

433.822 435.981 451.590 477.232 497.584

861.093 867.427 906.456 951.559 991.698

98,49 98,96

100,72 99,39 99,30

Sumber : BAPPEDA Kabupaten Blora Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa jumlah penduduk dalam kurun

waktu 2005-2009 terus meningkat dari 861.093 jiwa menjadi 991.698

jiwa, peningkatan ini dikarenakan jumlah kelahiran lebih tinggi daripada

jumlah kematian (BPS, 2010). Keadaan penduduk juga dapat dilihat dari

angka sex ratio. Data menunjukan nilai sex ratio tertinggi adalah tahun

2007 yang mencapai 100,72. Nilai terendah ditahun 2005 yaitu 98,49.

Tahun 2009 nilai sex ratio di Kabupaten Blora adalah 99,30. Artinya

diantara 100 orang laki-laki terdapat 99 orang perempuan. Nilai sex ratio

ini artinya kuantitas penduduk perempuan tidak berbeda jauh dengan

penduduk laki-laki.

2. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur

Komposisi penduduk di Kabupaten Blora menurut golongan umur

akan mempengaruhi keberhasilan pembangunan di wilayah tersebut.

Penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu penduduk usia non produktif dan penduduk usia produktif.

Penduduk usia non produktif yaitu penduduk yang berusia 0-14 tahun dan

penduduk yang berusia lebih dari 65 tahun, sedangkan penduduk usia

produktif yaitu penduduk yang berusia 15-64 tahun. Komposisi penduduk

Kabupaten Blora berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 10.

Page 53: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Tabel 10. Komposisi Penduduk Kabupaten Blora Menurut Kelompok Umur Tahun 2005-2009

Tahun Umur (tahun)

0 – 14 % 15 – 64 % ≥ 65 % 2005 2006 2007 2008 2009

119.586 164.418 189.749 196.054 207.512

13,89 18,96 20,43 20,60 20,92

642.247 630.410 660.847 673.265 698.288

74,59 72,68 71,16 70,75 70,41

99.260 72.599 78.128 82.240 85.897

11,53 8,37 8,41 8,64 8,66

Rata-rata 175.464 18,96 661.011 71,92 83.625 9,12

Sumber : BAPPEDA Kabupaten Blora Tahun 2009

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak

adalah penduduk dengan usia 15-64 tahun, dengan rata-rata 661.001 jiwa

atau 71,92%. Sedangkan jumlah penduduk terkecil adalah penduduk

dengan rentangan usia lebih dari 65 tahun. Data diatas menunjukkan

bahwa komposisi penduduk dengan usia produktif lebih banyak dibanding

usia non produktif. Artinya potensi penduduk usia produktif tidak

terhambat dengan penduduk dengan usia non produktif. Jika dihitung

dengan rumus :

% 100 XProduktifPenduduk

ProduktifNon Penduduk ABT =

Maka besarnya angka beban tanggungan rata-rata dari tahun 2005-2009

adalah 39,19 % artinya setiap 100 penduduk yang produktif menanggung

beban 39 penduduk yang tidak produktif.

3. Keadaan Penduduk Menurut Ketengakerjaan

Keadaan penduduk menurut ketenagakerjaan di Kabupetan Blora

dapat dilihat melalui Tabel 11.

Tabel 11. Data Ketenagakerjaan Di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009 (Orang)

No Uraian 2005 2006 2007 2008 2009

1 Penduduk 15 th keatas 688.316 626.987 635.976 646.257 655.523 2 Angk Kerja 10 th keatas 440.881 441.607 482.660 571.478 574.389 3 Setengah penganggur 30.405 32.761 34.378 36.506 37.142 4 Penganggur terbuka 36.250 39.308 39.706 46.534 40.717 5 TKI di luar negeri 115 0 48 13 2

Sumber : BPS Tahun 2009

Page 54: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa jumlah penduduk yang

menganggur meningkat dari tahun 2005-2009. Data ketanagakerjaan

tercatat jumlah penduduk yang menganggur cukup besar yakni 77.859

orang (7,85%) yang terdiri dari 37.142 orang setengah menganggur dan

40.717 orang pengangguran terbuka. Masalah pengangguran merupakan

masalah yang sangat penting untuk segera ditangani. Dari data diatas

terlihat bahwa jumlah angkatan kerja cenderung meningkat, namun tingkat

kesempatan kerja cenderung menurun, dengan demikian tingkat

pengangguran cenderung meningkat. Perlu adanya perhatian serius,

dengan cara merencanakan dan melaksanakan program pembangunan

yang bertumpu pada perluasan lapangan kerja yang mampu menyerap

banyak tenaga kerja.

C. Keadaan Pertanian

Sektor pertanian merupakan sektor unggulan yang banyak menyerap

tenaga kerja dan memberikan sumbangan yang tinggi terhadap PDRB.

Perkembangan pertanian di Kabupaten Blora sangat ditentukan oleh faktor-

faktor produksi. Salah satunya adalah air. Ketersediaan air menjadi masalah

konkrit dalam pertanian di Kabupaten Blora. Pertanian sangat perlu adanya

dukungan jaringan irigasi dan pengairan yang baik. Kondisi jaringan irigasi

dan pengairan di Kabupaten Blora dapat dilihat melalui Tabel 12.

Tabel 12. Jaringan Irigasi dan Pengairan di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009 (meter)

Uraian 2005 2006 2007 2008 2009 1. Teknis

a. Primer 7,844 7,844 7,844 7,844 7,844 b. Sekunder 107,326 107,326 107,326 107,326 107,326 c. Tersier 54,430 54,430 54,430 54,430 54,430

2. Non teknis 232,174 232,174 232,174 232,174 232,174

Sumber : BAPPEDA Kabupaten Blora 2009

Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa jaringan irigasi di Kabupaten

Blora terdiri dari jaringan teknis dan non teknis. Jaringan teknis terdiri dari

jaringan primer, sekunder, dan tersier. Sedangkan jaringan non teknis

merupakan jaringan yang paling banyak terdapat di Kabupaten Blora, yang

berarti kebutuhan air untuk pertanian belum sepenuhnya tercukupi dengan

Page 55: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

baik. Jaringan non teknis hanya mengandalkan adanya air dari hujan dan

sungai, serta sangat mudah terserap kedalam tanah.

Sektor pertanian didukung dengan adanya lima sub sektor penting di

dalamnya, terdiri dari sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor

tanaman perkebunan, sub sektor kehutanan, sub sektor perikanan dan sub

sektor peternakan.

1. Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan

Sub sektor tanaman bahan makanan merupakan sub sektor yang

memberikan sumbangan terbesar terhadap PDRB dibandingkan sub sektor

pertanian yang lainnya. Data dapat dilihat dari Tabel 13.

Tabel 13. Luas Tanam, Produksi dan Produktivitas Tanaman Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Blora Tahun 2007 – 2009

No Komoditas 2007 2008 2009 1 Padi Sawah * Luas (Ha) 61.607 73.303 71.974 * Produksi (Ton) 301.972 415.238 374.798 * Produktivitas (Ton /ha) 4,90 5,66 5,21

2 Padi Ladang * Luas (Ha) 1.906 1.056 1.507 * Produksi (Ton) 6.971 4.150 6.061 * Produktivitas (Ton /ha) 3,66 3,93 4,02

3 Jagung * Luas (Ha) 65.636 65.252 69.062 * Produksi (Ton) 284.730 298.932 392.539 * Produktivitas (Ton /ha) 0,43 4,58 5,68

4 Kedelai * Luas (Ha) 3.211 5.495 3.692 * Produksi (Ton) 3.874 11.577 4.482 * Produktivitas (Ton /ha) 1,21 2,11 1,21

5 Kacang Tanah * Luas (Ha) 3.910 3.953 4.573 * Produksi (Ton) 3.630 3.677 4.178 * Produktivitas (Ton /ha) 0,93 0,93 0,91

6 Kacang Hijau * Luas (Ha) 4.143 2.321 3.866 * Produksi (Ton) 4.156 2.308 3.780 * Produktivitas (Ton /ha) 1,00 0,99 0,98

7 Ubi Jalar * Luas (Ha) 354 422 259 * Produksi (Ton) 4.888 5.611 2.917 * Produktivitas (Ton /ha) 13,81 13,29 11,26

8 Ubi Kayu * Luas (Ha) 1.361 1.599 1.923 * Produksi (Ton) 17.987 21.083 25.413 * Produktivitas (Ton /ha) 13,21 13,18 13,22

Sumber : BPS Kabupaten Blora 2009

Page 56: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Berdasarkan Tabel 13 jumlah produksi tertinggi adalah dari tanaman

padi, diikuti tanaman jagung, singkong dan kedelai. Produksi tanaman padi

cenderung berfluktuatif, dengan produksi tertinggi pada tahun 2008 yaitu

mencapai 415.238 ton. Sedangkan tanaman jagung memiliki total produksi

tertinggi pada tahun 2009 yaitu mencapai 392.539 ton. Seperti halnya

tanaman padi, tanaman jagung juga mengalami produksi yang berfluktuaif

dalam kurun tahun 2007-2009. Demikian pula dengan tanaman lainnya.

Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh faktor musim, kondisi alam, serangan

hama dan penyakit tanaman yang menyerang.

Selain tanaman di atas, sub sektor ini juga menghasilkan berbagai

jenis buah dan sayuran. Jenis buah yang banyak dibudidayakan yaitu buah

mangga, pisang, nanas, papaya, jambu air, rambutan, durian, jeruk siam,

alpukat, belimbing, jambu biji, nangka, sawo, sukun dan sirsak. Produksi

tertinggi adalah buah mangga yang mencapai 1.119.697 ton di tahun 2009.

Tingginya produksi mangga ini di dukung karena kondisi alam yang sesuai

meliputi ketingggian daerah, curah hujan, dan kebutuhan sinar matahari

yang sesuai untuk budidaya tanaman mangga ini. Sedangkan sayuran yang

diproduksi di Kabupaten Blora adalah bawang merah, cabe besar, cabe

rawit, ketimun, tomat, kacang merah, kacang panjang, bayam, dan beberapa

jenis tanaman sayur dataran rendah. Produksi sayuran mengalami

penurunan drastis di tahun 2009 karena faktor iklim dan kondisi alam yang

menyebabkan penurunan produksi untuk semua tanaman sayuran. Faktor

iklim dan kondisi alam yang dimaksud adalah hujan yang tidak menentu

dan pergantian suhu yang cukup ekstrim. Sayuran yang di maksudkan

misalnya sayuran tomat, pada tahun 2007 produksi tomat di Kabupaten

Blora mencapai 24.040 ton namun menurun menjadi 8.638 ton di tahun

2009.

2. Sub Sektor Tanaman Perkebunan

Komoditi yang banyak dihasilkan dari sub sektor perkebunan adalah

hasil tanaman perkebunan rakyat, yaitu kelapa, kapuk, jambu mete, kapas,

tebu rakyat, tembakau dan jarak. Terdapat beberapa jenis tanaman

Page 57: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

perkebunan lainnya yang belum diusahakan secara optimal di Kabupaten

Blora. Misalnya jenis tanaman garut, kencur, empon-empon, yang sampai

saat ini produksinya relatif masih sedikit. Komoditi sub sektor perkebunan

di Kabupaten Blora dapat dilihat dari Tabel 14 :

Tabel 14. Luas Lahan dan Produksi Sub Sektor Tanaman Perkebunan Kabupaten Blora Tahun 2007-2009

No Uraian 2007 2008 2009

1 Kelapa · Luas lahan (ha) · Produksi (ton)

373.178 4.285,61

2.099,16 244,39

2.666,75 5.586,21

2 Tebu Rakyat · Luas lahan (ha) · Produksi (ton)

1.005,75 1.814,45

910,10 3.854,03

1.063,25 63.795,00

3 Tembakau · Luas lahan (ha) · Produksi (ton)

162,00 1.200,500

639,00 629,02

1.364,00 171,42

4 Kapuk · Luas lahan (ha) · Produksi (ton)

1.021,23 227,21

451,20 114,93

801,26 188,56

5 Kapas · Luas lahan (ha) · Produksi (ton)

87,90 7,58

139,42 25,27

311,00 37,56

6 Jambu Mete · Luas lahan (ha) · Produksi (ton)

1.118,04 327,73

656,24 191,35

1.066,82 311,36

7 Jarak · Luas lahan (ha) · Produksi (ton)

68,00 19,850

42,60 5,69

279,65 14,11

Sumber : BPS Kabupaten Blora 2009

Hampir seluruh tanaman perkebunan mengalami peningkatan

produksi di tahun 2009 kecuali tembakau yang mengalami penurunan

produksi. Tanaman tebu rakyat merupakan tanaman dengan produksi

tertinggi di tahun 2009 mencapai 63.795,00 ton. Tingginya produksi ini di

sebabkan meningkatnya luas tanam tanaman tebu rakyat. Peningkatan

produksi ini diharapkan mampu meningkatan pendapatan petani dan

membantu perekonomian petani.

3. Sub Sektor Peternakan

Sub sektor peternakan di Kabupaten Blora memproduksi atau

menghasilkan beberapa jenis hewan ternak. Populasi ternak di Kabupaten

Blora sebagian besar dimiliki oleh petani-petani di desa. Misalnya sapi yang

Page 58: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

digunakan sebagai ternak kerja yang membantu proses pengolahan tanah

ataupun digunakan sebagai investasi oleh petani. Masih banyak jenis hewan

ternak yang dipelihara oleh masyarakat Blora. Data tentang jumlah populasi

ternak ini dapat dilihat melalui Tabel 15.

Tabel 15. Jumlah Populasi Ternak Sektor Peternakan Kabupaten Blora Tahun 2007-2009 (ekor)

No Uraian 2007 2008 2009

1 Sapi Potong 215.687 216.051 217.128

2 Sapi Perah 28 28 33

3 Kambing 96.250 96.820 96.982

4 Domba 16.881 16.356 16.387

5 Babi 25 75 34

6 Kerbau 2.913 2.854 2.874

7 Kuda 159 125 125

8 Ayam Kampung 1.778.635 1.189.071 1.266.728

9 Ayam Petelur 145.000 145.000 175.000

10 Ayam Pedaging 616.235 994.000 1.122.000

11 Itik 58.017 58.011 58.026

12 Angsa 2.945 2.946 2.528

Sumber : BPS Kabupaten Blora 2009

Populasi ternak yang potensial di Kabupaten Blora terdiri dari sapi

potong, kambing, domba, ayam kampung, itik, dan ayam petelur.

Kabupaten Blora sebagai salah satu yang memiliki populasi ternak sapi

yang terbanyak yakni 217.128 ekor data tahun 2009. Namun jumlah

populasi sapi ini merupakan ternak yang dimiliki masyarakat sebagai ternak

kerja ataupun sebagai simpanan sehingga mayoritas tidak diupayakan pada

skala ekonomis atau pemeliharaan secara tradisional, maka apabila paceklik

banyak peternak yang menjual ternak sehingga harga turun. Oleh sebab itu

perlu upaya lebih serius dari pemerintah sehingga ternak juga sebagai salah

satu usaha yang menguntungkan. Sedangkan ternak unggas, populasi itik

juga cukup banyak yaitu 58.026 ekor sehingga hewan ternak unggas ini

layak untuk terus dikembangkan disamping ternak lainnya.

Page 59: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

4. Sub sektor kehutanan

Luasan kawasan hutan di Kabupaten Blora sebesar 89.785,250 ha atau

sebesar 49,32 % dari luasan Kabupaten Blora. Adapun data kondisi lahan di

Kabupaten Blora dapat dilihat dalam Tabel 16.

Tabel 16. Luas Lahan Sub Sektor Kehutanan Kabupaten Blora tahun 2005-2009 (hektar)

No Uraian 2005 2006 2007 2008 2009

1 Hutan Lindung 137,20 137,20 137,20 137,20 137,20 2 Hutan Suaka Alam 42,50 42,50 42,50 42,50 42,50 3 Hutan Produksi Tetap 89.605,55 89.605,55 89.605,55 89.605,55 89.605,55 4 Hutan Rakyat 1.005 1.005 1.005 1.005 1005

Sumber : BAPPEDA Kabupaten Blora 2009

Tabel 16 menunjukan data kondisi luas lahan kehutanan di Kabupaten

Blora. Kabupaten Blora memiliki lahan hutan yag terdiri dari hutan lindung,

hutan suaka alam, hutan produksi tetap dan hutan rakyat. Dari tahun 2005-

2009 luas hutan ini tidak mengalami perubahan. Luas tertinggi adalah hutan

produksi tetap yang mencapai 89.605,55 ha, sedangkan luas terendah adalah

hutan suaka alam yang hanya mencapai 42,5 ha.

Hutan negara atau hutan produksi tetap tersebar diseluruh kecamatan

di wilayah Kabupaten Blora. Di Kabupaten Blora terdapat tiga wilayah

pemangkuan hutan yaitu KPH Randublatung, KPH Cepu dan KPH Blora.

Ketiga KPH tersebut bertugas mengawasi lokasi hutan negara di kecamatan

yang menjadi tugasnya. Sebenarnya wilayah Kabupaten Blora juga cocok

dan cukup potensial untuk pengembangan hutan rakyat dikarenakan hutan

negara yang tidak/kurang produktif lagi sehingga kurang mampu

meningkatkan output di sub sektor kehutanan. Kecamatan yang memiliki

hutan rakyat antara lain Jiken, Bogorejo, Jepon, Blora, Japah, Ngawen,

Kunduran dan Todanan. Produksi kayu dari sub sektor kehutanan adalah

sebagai berikut:

Page 60: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Tabel 17. Produksi Kayu Menurut Wilayah Pemangkuan dan Jenisnya di KabupatenBlora Tahun 2007-2009 (M3)

Uraian 2007 2008 2009

KPH Randublatung · Jati Bundar · Kayu Rimba · Kayu Bakar

42.803,000 1.798,000 310,000

32.961,000 499,000 142,000

32.153,600 1.011,800 66,882

KPH Blora · Jati Bundar · Kayu Rimba · Kayu Bakar

5.998,993 314,525 67,500

6.122,236 76,237 57,500

6.569,137 475,139 93,500

KPH Cepu · Jati Bundar · Kayu Rimba · Kayu Bakar

43.999,39 477,20 -

36.853,00 235,00 368,00

30.720,00 184,889 576,08

TOTAL PRODUKSI · Jati Bundar · Kayu Rimba · Kayu Bakar

92.801,38 2.589,725 378

75.936,24 810 568

69.442,74 1.486,939 736

Sumber : BPS Kabupaten Blora 2009

Berdasarkan Tabel 17 diketahui produksi kayu menurut spesifikasi

berdasarkan jenis kayu jati bundar, kayu rimba (selain kayu jati), kayu bakar

(untuk bahan bakar). Data diperoleh dari tiga wilayah pemangkuan utama di

Kabupaten Blora. Kayu jati adalah produk kehutanan andalan dari

Kabupaten Blora. Produksi kayu jati bundar mengalami penurunan dari

tahun 2007-2009. Di tahun 2007 produksi kayu jati bundar mencapai

92.801,38 M3 namun menurun menjadi 69.442,74 M3 di tahun 2009.

Sedangkan kayu rimba produksinya fluktuatif, di tahun 2007 produksinya

sebesar 2.589,725 M3 menurun di tahun 2008 menjadi 810 M3 dan

meningkat kembali di tahun 2009 menjadi 1.486,93 M3. Peningkatan

produksi pada kayu bakar dari tahun 2007 sebesar 378 M3 menjadi 736 M3

di tahun 2009.

5. Sub Sektor Perikanan

Selama ini sub sektor perikanan di Kabupaten Blora disumbang oleh

budidaya perikanan kolam dan budidaya perikanan dari perairan umum,

yang meliputi sungai, cek dam dan embung. Sedangkan sumbangan dari

hasil budidaya perikanan dari waduk relatif masih sangat kecil karena hanya

Page 61: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

berasal dari Kecamatan Blora dan Tunjungan. Luas panen dan luas produksi

ikan di Kabupaten Blora dapat dilihat melalui tabel dibawah ini :

Tabel 18. Luas dan Produksi Ikan Hasil Budidaya Perairan Umum di Kabupaten Blora Tahun 2007-2009

Uraian 2007 2008 2009

1. Kolam * luas panen (ha) * produksi (kg)

17,00 102,384

17,22 80,362

17,22 80,362

2. Sungai * luas panen (ha) * produksi (kg)

1.046,00 250.891,00

1.026,00 148.320,00

1.026,00 148.320,00

3. Waduk * luas panen (ha) * produksi (kg)

70,00 63.909,00

70,00 27.000,00

70,00 27.000,00

4. Cek dam dan embung * luas panen (ha) * produksi (kg)

31,84 12.851,00

4,16 21.095,00

20,39 21.095,00

Sumber : BPS Kabupaten Blora 2009

Berdasarkan Tabel 18 diketahui bahwa produksi ikan paling banyak

adalah berasal dari sungai mencapai 148.320 kg di tahun 2008 dan 2009.

Produksi sebesar itu karena luas panen yang juga paling besar di antara yang

lain, mencapai 1.026 hektar. Selama ini Sentra budidaya ikan Lele, Nila dan

Tawes berada di Kecamatan Randublatung, Kedungtuban, Cepu, Blora, dan

Todanan. Produksi ikan tidak terlalu tinggi di Kabupaten Blora karena

kurang mendukungnya sumberdaya alam yang ada untuk mengembangkan

sub sektor ini.

Page 62: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sektor Perekonomian dan Sub Sektor Pertanian Basis

1. Sektor Ekonomi Basis

Teori ekonomi basis menyatakan bahwa faktor penentu untuk

pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan

permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah yang bersangkutan. Sektor

perekonomian regional dapat dibagi menjadi dua sektor yaitu sektor basis

dan sektor non basis. Sektor basis adalah sektor yang mampu menghasilkan

barang dan jasa untuk konsumsi lokal serta mampu mengekspor ke luar

wilayah yang bersangkutan. Sedangkan sektor non basis merupakan sektor

yang hanya mampu menghasilkan barang dan jasa untuk konsumsi lokal

serta belum mampu mengekspor ke luar wilayah yang bersangkutan.

Dengan metode LQ (Location Quotien) maka dapat diketahui posisi

suatu sektor dalam suatu perekonomian apakah basis atau tidak. Metode ini

membandingkan antara pangsa relatif pendapatan sektor i pada tingkat

wilayah terhadap pendapatan total wilayah dengan pangsa relatif pendapatan

sektor i pada tingkat nasional terhadap pendapatan total nasional. Apabila

dalam perekonomian wilayah, nilai LQ suatu sektor perekonomian lebih

atau sama dengan satu, maka sektor tersebut merupakan sektor basis.

Sedangkan bila nilai LQ suatu sektor perekonomian kurang dari satu,

berarti sektor perekonomian tersebut merupakan sektor non basis.

Perekonomian di Kabupaten Blora didukung oleh sembilan sektor

yang meliputi sektor Pertanian, sektor Pertambangan dan penggalian, sektor

Listrik, gas dan air bersih, sektor Bangunan, sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran, sektor Angkutan dan komunikasi, sektor Keuangan, persewaan,

dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Hasil dari analisis Location

Quotient untuk sektor perekonomian di Kabupaten Blora tahun 2005-2009

dapat dilihat dalam Tabel 19 berikut.

49

Page 63: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Tabel 19. Nilai LQ Sektor Pertanian dan Sektor Perekonomian Lainnya di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009

Lapangan usaha 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata 1. Pertanian 2,6006 2,6162 2,6803 2,7092 2,7151 2,6643 2. Pertambangan & galian 3,2758 3,2490 3,6159 3,2289 3,1135 3,2966 3. Industri pengolahan 0,1914 0,1957 0,1981 0,2018 0,2060 0,1986 4. Listrik,gas dan air

bersih 0,6354 0,6309 0,6102 0,6093 0,5945 0,6161 5. Bangunan 0,7048 0,7079 0,5858 0,5819 0,5732 0,6307 6. Perdagangan, hotel dan Restoran 0,6840 0,6873 0,6834 0,6859 0,6781 0,6837 7. Pengangkutan dan Komunikasi 0,6104 0,5976 0,5855 0,5799 0,5664 0,5880 8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 1,9020 1,9216 1,9738 1,9418 1,9099 1,9298 9. Jasa-jasa 0,7558 0,7268 0,7159 0,6972 0,6858 0,7163

Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 3)

Berdasarkan hasil nilai rata-rata Location Quotient diketahui bahwa

tiga dari sembilan sektor perekonomian tersebut selama tahun 2005-2009

merupakan sektor basis di Kabupaten Blora, yaitu sektor pertanian, sektor

pertambangan dan galian dan sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan dengan nilai rata-rata LQ ≥ 1, artinya sektor perekonomian

tersebut selain dapat memenuhi kebutuhan wilayah sendiri juga dapat

mengekpor produknya ke luar wilayah. Sedangkan untuk enam sektor

perekonomian yang lain yaitu sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas

dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran,

sektor pengakutan dan komunikasi dan sektor jasa-jasa merupakan sektor

non basis di Kabupaten Blora dengan nilai rata-rata LQ <1, artinya sektor

perekonomian tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan wilayah sendiri

dan belum mampu mengekspor produknya ke luar wilayah

Sektor pertanian di Kabupaten Blora selama kurun waktu 2005-2009

selalu menjadi sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Blora. Nilai LQ

juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Tahun 2005 nilai LQ

adalah 2,6006 dan meningkat di tahun 2009 menjadi 2,7151. Nilai yang

terus meningkat ini menandakan bahwa dalam kurun waktu 2005-2009

posisi sektor pertanian di Kabupaten Blora semakin kuat dalam

perekonomian wilayah di Kabupaten Blora. Peningkatan ini disebabkan

Page 64: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB juga selalu meningkat dari

tahun 2005-2009. Nilai rata-rata LQ pada tahun penelitian adalah 2,6634,

artinya sektor pertanian mampu menghasilkan produk dan memenuhi

kebutuhan di dalam Kabupaten Blora dan juga mampu mengekspor ke

daerah lainnya. Sektor pertanian merupakan sektor dengan nilai LQ ≥ 1

yang kedua dari nilai LQ sektor perekonomian yang lain, yaitu setelah

sektor pertambangan dan galian.

Tingginya nilai LQ ini dipengaruhi oleh kondisi pertanian di

Kabupaten Blora pada tahun penelitian dilakukan. Pertanian di Kabupaten

Blora didukung dengan luas lahan yang cukup tinggi, mencapai 25% luas

penggunaan lahan di Kabupaten Blora digunakan sebagai lahan persawahan.

Selain itu didukung dengan adanya kebijakan pemerintah yang

memperhatikan sektor pertanian untuk lebih dikembangkan sejak tahun

2005, yaitu adanya program P4MI (Program Peningkatan Pendapatan Petani

Melalui Inovasi). Melalui program ini petani dibantu dalam mengatasi

permasalahan pertanian, misalnya masalah kekeringan atau ketersediaan air.

Tujuan kegiatan ini adalah menginisiasi pembentukan desa agribisnis,

meningkatkan jiwa kewirausahaan petani dan menjadi wadah proses

pembelajaran bagi petani dari desa-desa P4MI yang lain yang ada diwilayah

Kabupaten Blora. Terbukti dengan adanya program tersebut sektor pertanian

terus meningkat kontribusinya terhadap PDRB dan berpengaruh terhadap

nilai LQ yang juga meningkat dari tahun 2005-2009.

Sektor lain yang merupakan sektor basis di Kabupaten Blora adalah

sektor pertambangan dan galian serta sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan. Sektor pertambangan dan galian menunjukan rata-rata nilai LQ

yang paling besar yaitu mencapai 3,2966. Nilai LQ yang tertinggi tersebut

menandakan sektor ini merupakan sektor unggulan di Kabupaten Blora.

Sektor pertambangan dan penggalian wilayah Kabupaten Blora, masih

mengandalkan pertambangan minyak di Kecamatan Cepu. Penambangan

minyak di Blora merupakan satu-satunya yang ada di Propinsi Jawa Tengah,

sehingga besaran nilai PDRB sub sektor ini untuk Propinsi Jawa Tengah

Page 65: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

sama besarnya dengan Kabupaten Blora. Maka dari itu nilai LQ dari sektor

ini tinggi. Dengan adanya blok Cepu yang sedang dalam proses

pembangunan, diharapkan ke depan prospek sub sektor pertambangan

minyak bumi sangat cerah, sehingga dapat menjadi primadona bagi

peningkatan kesejahteraan masyarakat Blora. Sedangkan sub sektor

penggalian sebenarnya masih sangat berpotensi untuk dikembangkan. Akan

tetapi saat ini hal tersebut belum dilaksanakan secara optimal. Komoditi

yang bisa di gali potensinya adalah kapur, batu, tanah liat (batulempung dan

pasir). Misalnya potensi batulempung yang belum dimanfaatkan di

Kabupaten Blora yaitu di Kecamatan Bogorejo berada di desa Gandu dan

desa Nglengkir. Masyarakat sekitar belum memanfaatkan potensi

batulempung di lokasi ini, hanya digunakan sebagai lahan pertanian dan dan

sebagai ladang.

Selanjutnya sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang

mempunyai nilai LQ rata-rata adalah 1,9298. Sektor ini terdiri dari beberapa

sub sektor yakni, sub sektor bank, sub sektor jasa penunjang keuangan, sub

sektor sewa bangunan dan sub sektor jasa perusahaan. Nilai LQ ≥1,

membuktikan makin membaiknya roda perekonomian di Kabupaten Blora

yang terlihat dari besaran kredit yang dikeluarkan oleh perbankan selalu

meningkat. Artinya sektor ini mampu menghasilkan barang atau jasa yang

dibutuhkan masyarakat dan mampu melakukan ekspor ke daerah lainnya.

2. Sub Sektor Pertanian Basis

Sektor pertanian merupakan sektor basis dalam perekonomian

Kabupaten Blora dalam kurun waktu 2005-2009. Sektor pertanian didukung

dengan adanya lima sub sektor pertanian yaitu sub sektor tanaman bahan

makanan, sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor

kehutanan dan sub sektor perikanan. Untuk menentukan sub sektor

pertanian basis maka dilakukan analisis LQ. Nilai LQ sub sektor pertanian

dapat dilihat melalui Tabel 20 :

Page 66: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Tabel 20. Nilai LQ Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009

Lapangan usaha 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata1. Tanaman Bahan Makanan 0,7773 0,7921 0,8485 0,8478 0,8612 0,8254 2. Tanaman Perkebunan 1,1291 1,0685 1,0203 1,0552 1,0253 1,0597 3. Peternakan 0,4847 0,4532 0,3633 0,3478 0,3379 0,3974 4. Kehutanan 12,1758 15,0491 14,2149 15,6605 15,2801 14,4761 5. Perikanan 0,0364 0,0348 0,0343 0,0340 0,0352 0,0349

Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 6)

Berdasarkan kriteria nilai LQ ≥ 1, maka sub sektor pertanian yang

menjadi sub sektor basis adalah sub sektor perkebunan dan sub sektor

kehutanan. Sedangkan sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor

peternakan dan sub sektor perikanan belum mampu menjadi sub sektor basis

di dalam perekonomian Kabupaten Blora. Nilai LQ terbesar adalah sub

sektor kehutanan yang mencapai nilai rata-rata 14,4761, dan nilai LQ

terkecil adalah sub sektor perikanan dengan nilai 0,0349.

Sub sektor kehutanan merupakan sub sektor dengan nilai LQ tertinggi.

Mencapai rata-rata nilai LQ sebesar 14,4761. Maka dari itu sub sektor ini

dikategorikan sebagai sub sektor basis dalam perekonomian wilayah

Kabupaten Blora, yang artinya sub sektor kehutanan mampu memenuhi

kebutuhan pasar lokal dan mampu mengeksport ke lain daerah. Nilai LQ

dari tahun 2005-2009 selalu basis, meskipun dengan nilai yang fluktuatif. Di

tahun 2005, nilai LQ adalah 12,1758. Meningkat di tahun 2006 menjadi

15,0491. Namun turun kembali di tahun 2007 dan akhirnya menjadi 15,2801

di tahun 2009. Nilai LQ dari sub sektor kehutanan sangat tinggi jika

dibandingkan sub sektor lainnya. Artinya sub sektor ini adalah sub sektor

basis utama dalam sektor pertanian di Kabupaten Blora. Nilai LQ yang ≥ 1

ini disebabkan oleh sumbangan PDRB dari sub sektor ini juga cukup tinggi,

mencapai Rp. 284.240,58 juta dengan nilai PDRB Jawa Tengah yang senilai

Rp. 579.230,53 juta. Selain itu, kehutanan di Kabupaten Blora didukung

dengan adanya luas lahan yang mencapai 49,32 % dari total luas lahan di

Kabupaten Blora dan menghasilkan jati bundar, kayu rimba dan kayu bakar.

Banyaknya hasil hutan yang terdapat di Kabupaten Blora, menyebabkan

industri mebel juga banyak berkembang di Kabupaten Blora.

Page 67: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Sub sektor tanaman perkebunan merupakan sub sektor basis di dalam

perekonomian Kabupaten Blora. Nilai rata-rata LQ dalam kurun waktu

2005-2009 adalah 1,0597. Nilai LQ lebih atau sama dengan 1, maka sub

sektor tanaman perkebunan merupakan sektor basis yang artinya bahwa

peranan relatif sub sektor tanaman perkebunan di Kabupaten Blora lebih

besar daripada peranan relatif sub sektor ini dalam perekonomian di

Provinsi Jawa Tengah atau dengan kata lain produk di sub sektor tanaman

perkebunan mampu memenuhi kebutuhan pasar lokal dan mengekspor

keluar daerah. Hal ini disebabkan sub sektor ini didukung dengan wilayah

pertanian yang luas dan iklim yang sesuai untuk tanaman perkebunan yang

di butuhkan masyarakat. Sub sektor tanaman perkebunan di Kabupaten

Blora menghasilkan tanaman potensial seperti kelapa, tebu, tembakau dan

jambu mete. Nilai LQ dari tahun 2005-2009 selalu berubah-ubah dan

fluktuatif. Tahun 2005 nilai LQ adalah 1,1291 dan menurun ditahun 2009

menjadi 1,0253. Perubahan ini berbeda dengan nilai PDRB dari sub sektor

tanaman perkebunan. Nilai PDRB untuk sub sektor ini cenderung

meningkat, namun nilai LQ justru menurun. Hal ini adalah pengaruh dari

nilai PDRB sub sektor tanaman perkebunan di Jawa Tengah yang terus

meningkat juga. Perlu dilakukan usaha yang terarah dan terencana agar sub

sektor perkebunan dapat terus menjadi sub sektor basis kedepannya, melihat

bahwa kondisi alam dan potensi daerah cocok untuk mengembangkan

tanaman perkebunan seperti tembakau, tebu dan kelapa.

Sub sektor tanaman bahan makanan memiliki nilai LQ rata-rata

selama kurun waktu 2005-2009 sebesar 0,8254. Nilai yang kurang dari satu

ini berarti bahwa sub sektor ini belum menjadi sektor basis di dalam

perekonomian Kabupaten Blora. Meskipun sumbangannya terhadap PDRB

Kabupaten Blora cukup tinggi, namun kenyataannya peranan relatif sub

sektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Blora lebih kecil daripada

peranan relatif sub sektor tanaman bahan makanan dalam perekonomian di

Provinsi Jawa Tengah atau dengan kata lain produk di sub sektor tanaman

bahan makanan produksinya belum mampu mencukupi kebutuhan pasar

Page 68: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

lokal sehingga diperlukan pasokan dari luar. Hal ini disebabkan karena

kebutuhan masyarakat akan bahan makanan lebih tinggi dari produksi yang

didapatkan. Kurang optimalnya produktivitas tanaman bahan makanan

antara lain disebabkan oleh belum optimalnya ketersediaan pupuk dan

sarana produksi pertanian. Maka dari itu perlu adanya impor dari daerah lain

untuk mencukupi kebutuhan masyarakat. Nilai LQ dari tahun 2005 sampai

2009 berkencederungan meningkat tiap tahunnya, meskipun ada sedikit

penurunan di tahun 2008 yaitu dari 0,8485 di tahun 2007 menjadi 0,8478

namun pada akhirnya nilai LQ adalah 0,8612 di tahun 2009.

Selanjutnya sub sektor peternakan, sub sektor peternakan memiliki

nilai LQ rata-rata tahun 2005-2009 sebesar 0,3974. Karena nilainya kurang

dari satu, maka sub sektor ini termasuk sub sektor non basis. Artinya dalam

memenuhi kebutuhan dalam pasar lokal harus mendapatkan suplai dari

daerah lainnya atau Kabupaten Blora belum mampu mencukupi

kebutuhannya sendiri. Hal ini disebabkan karena beberapa masalah

misalnya belum optimalnya pembinaan kepada petani peternak beserta

dukungan dana insentif dalam mengembangkan usaha peternakannya, masih

rendahnya pegawasan, pencegahan, dan penanggulangan penyakit ternak,

masih rendahnya produksi hasil ternak, ditandai dengan fluktuatifnya hasil

produksi peternakan, belum adanya laboratorium kesehatan hewan untuk

mengatasi penyebaran penyakit hewan, masih rendahnya kualitas dan

kuantitas pakan ternak terutama pada musim kemarau, masih banyak

penyakit ternak terutama jenis hewan ternak besar dan unggas, belum

optimalnya pelayanan inseminasi buatan pada sapi ternak potong dan

kambing, pos kesehatan hewan, rumah potong hewan dalam pelayanan

publik, dan belum optimalnya kualitas bibit ternak, terutama induk betina.

Nilai LQ sub sektor peternakan terus mengalami penurunan, dari

tahun 2005 yang mencapai 0,4847 menjadi 0,3379 di tahun 2009. Bila

dilihat dari kontribusi sub sektor peternakan dalam PDRB Kabupaten Blora

dan dibandingkan dengan PDRB Jawa Tengah, pada tahun 2009 Kabupaten

Blora hanya Rp. 50.591,55 juta sedangkan di Jawa Tengah nilainya

Page 69: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

mencapai Rp. 4.662.640,52 juta. Maka dari itu apabila dibandingkan maka

sub sektor peternakan hanya memberikan kontribusi yang sangat kecil. Sub

sektor peternakan menghasilkan ternak sapi potong, kambing, domba, ayam

kampung, itik, dan ayam petelur. Perlu adanya support agar sub sektor ini

bisa berkembang nantinya.

Sub sektor selanjutnya adalah sub sektor perikanan. Nilai LQ sub

sektor ini hanya mencapai nilai rata-rata 0,0349 pada kurun waktu 2005-

2009. Nilai LQ yang kurang dari 1 ini maka sub sektor ini termasuk sub

sektor non basis dalam perekonomian Kabupaten Blora. Artinya sub sektor

perikanan masih belum mampu memenuhi kebutuhan di pasar lokal,

sehingga butuh suplai dari luar daerah. Berdasarkan tabel 18 diketahui

bahwa sub sektor perikanan memiliki nilai LQ yang cenderung tetap. Tahun

2005 nilai LQ adalah 0,0364 dan di tahun 2009 mencapai 0,0352.

Kontribusi sub sektor ini masih kecil karena selama ini Kabupaten Blora

hanya mengandalkan perikanan dari waduk di Kecamatan Blora dan

Kecamatan Tunjungan saja. Maka dari itu kebutuhan masyarakat tidak dapat

dipenuhi dan membutuhan support dari daerah lainnya.

B. Komponen Pertumbuhan Wilayah

Analisis Shift Share merupakan teknik yang sangat berguna dalam

menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan

perekonomian nasional. Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja

dan produktifitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkan dengan

daerah yang lebih besar (regional atau nasional) (Arsyad, 2009).

Analisis shift share ini menganalisis perubahan berbagai indikator

kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja, pada dua titik waktu

di suatu wilayah. Dari hasil analisis ini akan diketahui bagaimana

perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan secara relatif

dengan sektor-sektor lainnya, apakah bertumbuh cepat atau lambat. Hasil

analisis ini juga dapat menunjukan bagaimana perkembangan suatu wilayah

dibandingkan dengan wilayah lainnya, apakah cepat bertumbuh atau lambat.

Page 70: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Hasil analisis shift share pada sektor pertanian dan sub sektor pertanian di

Kabupaten Blora dapat dilihat pada Tabel 21 berikut ini:

Tabel 21. Rata-Rata Nilai Komponen Pertumbuhan Wilayah Sektor Pertanian dan Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009 Sektor

PNij PPij PPWij

Rp (juta) Rp (juta) Rp (juta)

1. Pertanian 52.511,73 -12.728,48 5.345,01 a. Tanaman Bahan Makanan 23.134,58 -4.114,23 18.133,14 b. Tanaman Perkebunan 3.960,35 1.184,35 -1.911,00 c. Peternakan 1.932,99 2.565,27 -4.405,38 d. Kehutanan 10.674,61 -21.370,20 15.283,16 e. Perikanan 80,48 -5,82 -7,29

Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 7 dan 8)

Analisis shift share yang disajikan melalui tabel di atas menunjukan nilai

PNij (Komponen Pertumbuhan Nasional/Regional), nilai PPij (Pertumbuhan

Proporsional), dan nilai PPW (Pertumbuhan Pangsa Wilayah atau Pergeseran

Deferensial). Secara rincinya, penjelasan dari tabel 21 adalah:

1. Komponen Pertumbuhan Nasional

Pertumbuhan nasional (Provinsi Jawa Tengah), yang menunjukkan

bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah terhadap

perekonomian Kabupaten Blora. Perubahan kesempatan kerja ataupun

produksi sutu wilayah yang di sebabkan oleh perubahan kesempatan kerja

atau produksi nasional secara umum, perubahan kebijakan ekonomi

nasional, atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian

semua sektor dan wilayah. Misalnya adanya devaluasi, inflasi atau

kebijakan perpajakan. Di asumsikan tidak terdapat perbedaan karakteristik

ekonomi antar sektor dan antar wilayah, maka akibat dari perubahan ini

pada berbagai perubahan dan bertumbuh dengan laju yang hampir sama

dengan laju pertumbuhan nasional (Budiharsono, 2005).

Pertumbuhan ini diukur dengan cara menganalisis perubahan

pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada

sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan. Komponen

Pertumbuhan Nasional Sektor Pertanian dan Sub Sektor Pertanian dapat

dilihat pada Tabel 22:

Page 71: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Tabel 22. Nilai Komponen Pertumbuhan Nasional Sektor Pertanian dan Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009

Sektor

PNij Rp. (juta)

1. Pertanian 52.511,73 a. Tanaman Bahan Makanan 23.134,58 b. Tanaman Perkebunan 3.960,35 c. Peternakan 1.932,99 d. Kehutanan 10.674,61 e. Perikanan 80,48

Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 7 dan 8)

Berdasarkan Tabel 22 diketahui nilai rata-rata PNij dari tahun 2005-

2009 adalah Rp 52.511,73 juta. Nilai positif yang ditunjukan dalam PNij ini

berarti bahwa, kebijakan di tingkat Propinsi Jawa Tengah memberikan

pengaruh positif terhadap sektor pertanian di Kabupaten Blora.

Selanjutnya untuk sub sektor pertanian, nilai PNij yang dihasilkan

adalah nilai yang positif. Nilai PNij yang positif artinya perubahan yang

terjadi di tingkat Provinsi Jawa Tengah memberikan keuntungan bagi sub

sektor pertanian di Kabupaten Blora. Sub sektor dengan nilai PNij tertinggi

adalah sub sektor Tanaman Bahan Makanan, nilai PNij sub sektor ini adalah

Rp. 23.134,58 juta. Selanjutnya adalah sub sektor Kehutanan, dengan nilai

PNij sebesar Rp. 10.674,61 juta. Kemudian sub sektor Perkebunan dan sub

sektor Peternakan dengan nilai masing-masing Rp. 3.960,35 juta dan Rp.

1.932,99 juta. Sedangkan nilai PNij tertendah adalah sub sektor Perikanan.

Sub sektor ini memiliki nilai PNij sebesar Rp. 80,48 juta.

2. Komponen Pertumbuhan Proporsional

Komponen pertumbuhan proporsional tumbuh kerena perbedaan

sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan

mentah, perbedaan dalam kebijakan industri (misalnya, kebijakan

perpajakan, subsidi dan price support) dan perbedaan dalam stuktur dan

keragaman pasar (Budiharsono, 2005).

Pertumbuhan proporsional merupakan perubahan relatif kinerja suatu

sektor di Kabupaten Blora terhadap sektor yang sama di Provinsi Jawa

Page 72: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Tengah. Pertumbuhan proporsional tumbuh karena perbedaan sektor dalam

permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah,

perbedaan dalamkebijakan industri dan perbedaan dalam struktur dan

keragaan pasar. Pertumbuhan proporsional dilihat dengan nilai PPij. Jika

nilai PPij < 0 maka menunjukan bahwa sektor i pada wilayah Blora

pertumbuhannya lambat. Sedangkan apabila PPij > 0 menunjukan bahwa

sektor i pada wilayah Blora pertumbuhannya cepat.

Nilai komponen pertumbuhan proporsional sektor pertanian dan sub

sektor pertanian di Kabupaten Blora dapat dilihat pada Tabel 23 :

Tabel 23. Nilai Rata-Rata Komponen Pertumbuhan Proposional Sektor Pertanian dan Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009

Sektor

PPij Rp (juta)

1. Pertanian -12.728,48 a. Tanaman Bahan Makanan -4.114,23 b. Tanaman Perkebunan 1.184,35 c. Peternakan 2.565,27 d. Kehutanan -21.370,20 e. Perikanan -5,82

Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 7 dan 8)

Berdasarkan Tabel 23 diketahui bahwa nilai komponen pertumbuhan

proporsional sektor pertanian Kabupaten Blora adalah Rp. -12.728,48 juta.

Nilai PP < 0 artinya pertumbuhan Sektor Pertanian di Kabupaten Blora

lambat. Pertumbuhan sektor pertanian yang lambat tersebut karena

persentase kenaikan produksi dari tahun 2005-2009 yang lambat dimana

hal ini disebabkan semakin sempitnya lahan pertanian di Kabupaten Blora

(Tabel 8) dan semakin maraknya kegiatan ekonomi masyarakat di sektor

jasa-jasa yang pada akhirnya mengakibatkan sebagian besar penduduk

Kabupaten Blora lebih tertarik untuk bekerja pada sektor lainnya seperti

sektor jasa-jasa. Lahan pertanian semakin menyempit disebabkan karena

adanya alih fungsi lahan dari lahan yang seharusnya digunakan untuk

pertanian, tetapi malah digunakan untuk industri, dan perumahan atau

pemukiman.

Page 73: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Sektor pertanian didukung dengan lima sub sektor utama. Berdasarkan

Tabel 23 diketahui bahwa sub sektor tanaman bahan makanan memiliki

nilai komponen pertumbuhan proporsional Rp. -4.114,23 juta. Nilai PP < 0

artinya pertumbuhan sub sektor tanaman bahan makanan di Kabupaten

Blora lambat. Lambatnya pertumbuhan ini disebakan luas tanam dan

produksi tanaman bahan makanan selama tahun penelitian sangat fluktuatif

(Tabel 13), hal ini berarti bahwa mayoritas lahan pertanian sangat

tergantung kepada alam atau lahan tadah hujan sehingga sangat tergantung

pada curah hujan.

Sub sektor selanjutnya adalah sub sektor tanaman perkebunan. Nilai

komponen pertumbuhan proporsional sub sektor tanaman perkebunan

adalah Rp. 1.184,35 juta. Nilai PP > 0 maka sub sektor tanaman perkebunan

adalah sub sektor dengan pertumbuhan yang cepat. Cepatnya pertumbuhan

sub sektor tanaman perkebunan disebabkan selama tahun penelitian,

tanaman perkebunan banyak mengalami peningkatan produksi dan luas

tanam (Tabel 14). Petani banyak membudidayakan tanaman perkebunan

sebagai upaya peningkatan pendapatan, maka dari itu pertumbuhan sub

sektor ini cepat.

Sub sektor peternakan, nilai komponen pertumbuhan proposionalnya

adalah Rp. 2.565,27 juta. Nilai PP > 0, artinya sub sektor peternakan

pertumbuhannya cepat. Hal ini dikarenakan masyarakat banyak

membudidayakan ternak sebagai investasi ataupun sebagai usaha memenuhi

kebutuhan masyarakat itu sendiri. Dapat dilihat dari produksi sub sektor

peternakan mempunyai kecenderungan terus meningkat selama tahun

penelitian ini (Tabel 15), maka dari itu pertumbuhan sub sektor peternakan

ini cepat.

Selanjutnya sub sektor kehutanan. Sub sektor ini memiliki nilai

komponen pertumbuhan proporsional sebesar Rp. -21.370,20 juta. Nilai PP

yang < 0 berati sub sektor ini pertumbuhannya lambat. Lambatnya

pertumbuhan ini dikarenakan luas lahan dari hutan di Kabupaten Blora tetap

dan tidak mengalami peningkatan, sehingga pertumbuhan sub sektor ini

Page 74: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

lambat. Selain itu beberapa tahun terakhir ini, pemerintah masih

memperbaiki keadaan hutan Kabupaten Blora dengan lahan reboisasi dan

lahan penghijauan, maka dari itu produksi dari kehutanan tidak terlalu tinggi

atau cenderung mengalami penurunan (Tabel 16).

Sub sektor perikanan memiliki nilai komponen pertumbuhan

proporsional sebesar Rp. -5,82 juta. Nilai PP < 0 artinya pertumbuhan sub

sektor perikanan di Kabupaten Blora lambat. Lambatnya pertumbuhan ini

karena produksi dari sub sektor perikanan di Kabupaten Blora rendah,

dimana selama tahun penelitian luas panen dan produksinya menurun (Tabel

18). Penduduk di Kabupaten Blora tidak banyak membudidayakan ikan

karena potensi di Kabupaten Blora tidak memadai untuk melakukan hal

tersebut. Kabupaten Blora masih terkendala dengan ketersediaan air sebagai

modal utama dalam budidaya perikanan.

3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Pergeseran diferensial (differential shift) membantu kita dalam

menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan

perekonomian yang dijadikan acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran

diferensial dari suatu industri adalah positif, maka industri tersebut lebih

tinggi daya saingnya ketimbang industri yang sama pada perekonomian

yang dijadikan acuan (Arsyad, 2005).

Komponen pertumbuhan pangsa wilayah timbul karena peningkatan

atau penurunan PDRB dalam suatu wiayah dibandingkan dengan wilayah

lainnya. Cepat atau lambatnya pertumbuhan suatu wilayah dibandingkan

dengan wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses

pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial dan ekonomi serta kebijakan

ekonomi regional pada wilayah tersebut (Budiharsono, 2005)

Nilai Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Sektor Pertanian dan

Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Blora terlihat pada Tabel 24:

Page 75: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Tabel 24. Nilai Rata-Rata Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Sektor Pertanian dan Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009

Sektor

PPWij Rp (juta)

1. Pertanian 5.345,01 a. Tanaman Bahan Makanan 18.133,14 b. Tanaman Perkebunan -1.911,00 c. Peternakan -4.405,38 d. Kehutanan 15.283,16 e. Perikanan -7,29

Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 7 dan 8)

Sektor pertanian memiliki nilai PPW sebesar Rp. 5.345,01. Nilai

positif atau lebih dari nol ini berarti sektor pertanian memiliki daya saing

yang baik. Peningkatan PDRB dari tahun 2005-2009 menyebabkan sektor

pertanian memiliki daya saing yang baik. Peran serta pemerintah dalam

membangun sektor pertanian menyebabkan sektor ini menjadi memiliki

daya saing yang baik. Selain itu sektor pertanian didukung dengan adanya

luas lahan yang tinggi, sehingga sektor ini mampu memberikan keunggulan

tersendiri.

Selanjutnya sub sektor pertanian. Dari kelima sub sektor pertanian

yang ada, tiga di antaranya memiliki daya saing tidak baik, yaitu sub sektor

tanaman perkebunan, peternakan dan perikanan. Sub sektor tanaman bahan

makanan termasuk sub sektor dengan daya saing yang baik. Nilai PPW sub

sektor ini adalah Rp. 18.133,14 juta. Nilai PPW > 0 ini dikarenakan nilai

PDRB yang selalu meningkat dari tahun 2005-2009. Sub sektor ini

didukung dengan adanya banyaknya petani yang selalu membudidayakan

tanaman bahan makanan, hal tersebut dapat dilihat dari PDRB yang selalu

tertinggi di Kabupaten Blora. Artinya nilai produksi sub sektor tanaman

bahan makanan masih tinggi.

Sub sektor selanjutnya adalah sub sektor tanaman perkebunan. Sub

sektor tanaman perkebunan memiliki nilai PPW sebesar Rp. -1.911,00 juta.

Nilai PPW < 0 maka sub sektor tanaman perkebunan belum memiliki daya

saing yang baik. Hal ini dikarenakan PDRB sub sektor tanaman perkebunan

Page 76: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

selama kurun waktu 2005-2009 cenderung menurun., maka nilai PPW nya

menjadi kurang dari nol.

Sub sektor peternakan juga termasuk sub sektor yang tidak memiliki

daya saing yang baik. Hal tersebut ditunjukan dengan nilai PPW sub sektor

peternakan yang sebesar Rp. -4.405,38 juta. Penyebab nilai PPW kurang

dari nol adalah sub sektor peternakan ini cenderung selalu menurun

kontibusinya terhadap PDRB Kabupaten Blora dalam kurun waktu 2005-

2009. Masyarakat banyak membudidayakan ternak, namun sedikit yang

menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian sehingga sumbangan

terhadap PDRB tidak tinggi dan cenderung menurun.

Salah satu sub sektor yang termasuk sub sektor dengan daya saing

baik adalah sub sektor kehutanan. Sub sektor ini memiliki nilai PPW

sebesar Rp. 15.283,16 juta. Nilai PPW > 0, maka sub sektor ini termasuk

sub sektor dengan daya saing yang baik. Nilai PDRB dari sub sektor ini juga

terus meningkat dari tahun 2005-2009. Selain itu sub sektor kehutanan di

Kabupaten Blora didukung dengan luas lahan yang besar. Hampir setengah

dari luas lahan di Kabupaten Blora adalah lahan hutan. Jadi sudah

sepantasnya sub sektor ini menjadi sub sektor yang berdaya saing baik.

Sub sektor terakhir adalah sub sektor perikanan, sub sektor ini

termasuk sub sektor dengan daya saing tidak baik. Hal tersebut ditunjukan

dengan nilai PPW sebesar Rp. -7,29 juta. Penyebab rendahnya nilai PPW ini

adalah PDRB sub sektor perikanan cenderung menurun di tahun 2005-2009.

Selain itu Kabupaten Blora tidak memiliki potensi yang cukup baik untuk

mengembangkan sub sektor perikanan. Masih terdapat beberapa hambatan

misalnya :

a. Masih terbatasnya kapasitas produksi perikanan budidaya dan benih

ikan. Hal ini disebabkan terbatasnya sarana dan prasarana, ketersediaan

air, belum beragamnya jenis komoditas perikanan yang dibudidayakan,

dan tingginya ketergantungan pada pakan ikan buatan pabrik.

b. Masih rendahnya produksi perikanan tangkap di perairan umum

disebabkan masih keterbatasan alat penangkapan ikan.

Page 77: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

c. Keterbatasan sumber daya air dalam pembudidayaan ikan air tawar.

C. Prioritas Pengembangan Sub Sektor Pertanian

Kabupaten Blora terus berupaya dalam meningkatkan perekonomian

daerahnya. Seperti yang tertuang dalam visi pembangunan jangka menengah

Kabupaten Blora, yaitu terwujudnya pemerintahan yang bersih menuju

masyarakat Blora yang sejahtera. Masyarakat yang sejahtera, mengandung

maksud bahwa seluruh masyarakat Kabupaten Blora telah mampu memenuhi

kebutuhan dasarnya meliputi sandang, pangan, papan, pendidikan dan

kesehatan secara layak.

Sektor pertanian termasuk sektor unggulan dalam perekonomian

Kabupaten Blora. Terlihat dari posisi nya yang basis serta memiliki daya saing

yang baik. Sektor pertanian menjadi sektor yang kuat karena keberadaan lima

sub sektor di dalamnya. Berkaitan dengan visi Kabupaten Blora di atas, maka

perlu diketahui sub sektor pertanian prioritas untuk bisa dikembangkan di

Kabupaten Blora agar tindakan yang dilakukan tepat sasaran sehingga proses

perubahan akan semakin cepat dan tepat. Penentuan prioritas dilakukan dengan

menggunakan analisis LQ dan menggabungkan pertumbuhan proporsional dan

pertumbuhan pangsa wilayahnya.

Prioritas pengembangan sub sektor pertanian dapat dilihat dalam tabel

dibawah ini :

Tabel 25. Prioritas Pengembangan Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Blora No Sub Sektor Pertanian LQ PP PPW Prioritas

1 Tanaman Bahan Makanan NB - + KEEMPAT 2 Tanaman Perkebunan B + - KEDUA 3 Peternakan NB + - KETIGA 4 Kehutanan B - + KEDUA 5 Perikanan NB - - KELIMA

Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 9)

Berdasarkan Tabel 25, sub sektor tanaman perkebunan masuk kriteria

prioritas pengembangan yang kedua, karena sektor ini merupakan sektor basis,

dengan pertumbuhan sektor yang cepat walaupun dengan daya saing tidak

baik. Demikian pula dengan sub sektor kehutanan, sub sektor ini termasuk sub

sektor basis dan memiliki daya saing yang baik, meskipun dengan

Page 78: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

pertumbuhan yang lambat. Sesuai dengan RPJMD Kabupaten Blora tahun

2010-2015 maka pengembangan sub sektor kehutanan dapat dilakukan dengan

mengembangkan potensi hutan produksi tetap berupa luas total 55.325,7 ha

yang meliputi :

1. KPH Blora, seluas 7.303,4 Ha,

2. KPH Cepu, seluas 16.019 Ha,

3. KPH Kebonharjo, seluas 1.408,2 Ha,

4. KPH Mantingan, seluas 2.863,1 Ha,

5. KPH Randublatung, seluas 21.978,1 Ha,

6. KPH Ngawi seluas 5.753,9 Ha.

Kawasan hutan rakyat di Kabupaten Blora yang dapat dikonversi

memiliki luas 1.005 Hektar, yang terdistribusi di Kecamatan Jiken seluas 75

Ha, Kecamatan Bogorejo seluas 200 Ha, Kecamatan Jepon, seluas 125 Ha,

Kecamatan Blora, seluas 75 Ha, Kecamatan Japah seluas 40 Ha, Kecamatan

Ngawen, seluas 50 Ha, Kecamatan Kunduran seluas 30 Ha, dan Kecamatan

Todanan seluas 410 Ha.

Sedangkan wilayah yang potensial untuk pengembangan sub sektor

tanaman perkebunan yaitu :

1. Sentra tanaman tembakau di Kecamatan Randublatung, Kedungtuban,

Cepu, Banjarejo dan Kradenan;

2. Sentra tanaman kapuk di Kecamatan Jepon, Bogorejo, Blora, Tunjungan,

Banjarejo, Ngawen, Kunduran dan Todanan;

3. Sentra tanaman tebu di Kecamatan Blora, Tunjungan, Randublatung,

Banjarejo, Kunduran, Sambong, Kedungtuban, Kradenan, Jati dan Jiken;

4. Sentra tanaman mete di Kecamatan Todanan, Jepon, Bogorejo, dan Japah;

5. Sentra tanaman kapas berada di Kecamatan Jati dan Banjarejo;

6. Sentra tanaman jarak pagar di Kecamatan Japah, Tunjungan, Jepon, dan

Banjarejo; serta

7. Sentra tanaman empon-empon berada di Kecamatan Japah, Bogorejo,

Banjarejo, Randublatung, dan Jepon.

Page 79: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Keberadaan sub sektor kehutanan dan sub sektor tanaman perkebunan

diharapkan mampu meningkatkan perekonomian Kabupaten Blora karena

kondisi keduanya yang mendukung dalam upaya tersebut. Maka dari itu sub

sektor kehutanan dan sub sektor tanaman perkebunan menjadi prioritas

pengembangan kedua di Kabupaten Blora. Dengan prioritas ini diharapkan

tujuan yang akan dicapai oleh pemerintah akan lebih mudah terlaksana.

Selanjutnya sub sektor peternakan merupakan sub sektor dengan prioritas

pengembangan ketiga. Sub sektor peternakan merupakan sub sektor non basis

namun dengan pertumbuhan yang cepat, sehingga sub sektor ini layak untuk

dapat dikembangkan. Potensi kawasan yang peruntukannya untuk

pengembangan sub sektor peternakan meliputi :

1. Sentra ayam kampung di Kecamatan Jati, Randublatung, Kradenan,

Kedungtuban, Cepu, Jiken, Jepon, Bogorejo, Blora, Tunjungan, Banjarejo,

Ngawen, Japah, Kunduran dan Todanan.

2. Sentra ayam ras petelur berada di Kecamatan Cepu, dan Blora;

3. Sentra ayam ras pedaging di Kecamatan Cepu, Sambong, Jepon, dan

Blora;

4. Sentra kambing di Kecamatan Randublatung, Kradenan, Cepu, Jepon,

Bogorejo, Blora, Japah, Kunduran dan Todanan;

5. Sentra itik di Kecamatan Randublatung, Kradenan, Cepu, Blora, Ngawen,

Japah, Kunduran dan Todanan;

6. Sentra sapi potong di Kecamatan Randublatung, Jepon, Bogorejo, Blora,

Tunjungan, Banjarejo, Japah, Kunduran dan Todanan;

7. Sentra kerbau di Kecamatan Randublatung, Kradenan, Kedungtuban,

Cepu, Japah, Kunduran dan Todanan;

8. Sentra domba di Kecamatan Jati, Randublatung, Kedungtuban, Cepu, dan

Bogorejo;

9. Sentra angsa di Kecamatan Jati, Jepon, Bogorejo, Banjarejo, dan Todanan;

dan

10. Sentra kelinci di Kecamatan Cepu, Sambong, Jiken, Jepon, Banjarejo, dan

Kunduran

Page 80: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Sub sektor dengan prioritas pengembangan keempat adalah sub sektor

tanaman bahan makanan. Sub sektor ini merupakan sub sektor non basis

namun memiliki daya saing. Perlu ditingkatkan lagi pengembangan sub sektor

tanaman bahan makanan agar bisa menjadi lebih baik lagi Pengembangan sub

sektor tanaman bahan makanan didukung dalam RPJMD berupa :

1. Potensi kawasan peruntukan pertanian lahan sawah beririgasi teknis yang

ditetapkan menjadi kawasan lahan abadi pertanian pangan di Kabupaten

Blora terletak di Kecamatan Randublatung, Kradenan, Kedungtuban,

Cepu, Blora, Ngawen, Kunduran dan Todanan (Sentra padi), dan

Kecamatan Japah dan Todanan (Sentra padi gogo).

2. Sawah beririgasi ½ teknis dan sederhana untuk sentra tanaman jagung di

Kecamatan Randublatung, Jepon, Blora, Kunduran dan Todanan;

3. Sentra kedelai berada di Kecamatan Jati, Randublatung, Kradenan, Blora,

Japah dan Kunduran;

4. Sentra kacang tanah di Kecamatan Kedungtuban, Cepu, Jepon, Blora,

Japah dan Todanan;

5. Sentra kacang hijau di Kecamatan Kedungtuban, Cepu, Blora, Kunduran

dan Todanan;

6. Sentra kacang merah di Kecamatan Randublatung, Sambong, Blora, Japah,

dan Kunduran;

7. Sentra ubi jalar di Kecamatan Kedungtuban, Sambong, Blora dan Japah;

8. Sentra ketela pohon di Kecamatan Jati, Randublatung, Kradenan,

Sambong, Blora, dan Todanan;

9. Sentra cabai merah di Kecamatan Randublatung, Kradenan, Sambong,

Jepon, dan Bogorejo; dan

10. Sentra bawang merah berada di Kecamatan : Kedungtuban, Jepon,

Bogorejo, dan Todanan.

Sub sektor yang terakhir adalah sub sektor perikanan. Sub sektor ini

masuk prioritas ke lima, karena sub sektor ini termasuk sub sektor non basis

dengan pertumbuhan lambat dan daya saing rendah. Namun dalam RPJMD

telah ditetapkan bahwa kawasan yang diperuntukan untuk pengembangan

Page 81: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

perikanan di Kabupaten Blora meliputi perikanan tangkap, perikanan budi daya

air payau, dan perikanan budi daya air tawar. Sentra Lele, Nila dan Tawes

berada di Kecamatan Randublatung, Kedungtuban, Cepu, Blora, dan Todanan.

D. Peranan Sektor Pertanian Dalam Perekonomian Wilayah Di Kabupaten

Blora

Peranan sektor Pertanian dinilai dari seberapa besar sektor tersebut

memberikan dampak terhadap kegiatan-kegitan perekonomian lainnya di suatu

wilayah. Dalam penelitian ini peranan sektor pertanian akan dianalisis melalui

analisis angka pengganda tenaga kerja dan angka pengganda pendapatan.

1. Angka Pengganda Pendapatan

Untuk melihat kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian

dengan melihat kenaikan atau penurunan dari segi pendapatan digunakan

analisis angka pengganda pendapatan. Hasil analisis angka pengganda

pendapatan tahun 2005-2009 di Kabupaten Blora adalah sebagai berikut :

Tabel 26. Pengganda Pendapatan Sektor Pertanian Terhadap Total Pendapatan di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009 (jutaan rupiah)

Tahun Y YB MS ∆YB ∆Y 2005 1.731.375,93 941.881,88 1,838209 - - 2006 1.803.169,23 970.592,71 1,857802 28.710,83 71.793,30 2007 1.883.658,39 1.011.026,8 1,863114 40.434,12 80.489,16 2008 1.979.627,22 1.070.288,9 1,849619 59.262,09 95.968,83 2009 2.078.031,30 1.122.394,9 1,851426 52.106,01 98.404,08

Rata-rata 1.895.172,414 1.023.237,05 1,85 45.128,26 86.663,84

Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 10)

Angka pengganda pendapatan menggambarkan besarnya peranan

sektor terhadap perekonomian Kabupaten Blora di tahun 2005-2009. Angka

pengganda pendapatan pertanian (MS) di dapatkan dari pembagian

pendapatan total (Y) dengan pendapatan sektor pertanian (YB). Sedangkan

perubahan pendapatan wilayah (∆Y ) didapatkan dari angka pengganda

dikalikan perubahan pendapatan sektor pertanian (∆YB).

Dari Tabel 26 diketahui nilai angka pengganda pendapatan (MS)

tertinggi pada tahun 2007 sebesar 1,863 artinya bahwa setiap pendapatan

satu rupiah sektor pertanian menghasilkan pendapatan daerah sebesar Rp

Page 82: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

1,863. Pada tahun 2007 terjadi kenaikan pendapatan sektor pertanian yaitu

sebesar 40.434,12 juta rupiah dimana dengan adanya angka pengganda

pendapatan sebesar 1,863 maka akan mengakibatkan peningkatan

pendapatan total Kabupaten Blora sebesar 80.489,16 juta rupiah. Rata-rata

dari angka pengganda pendapatan sektor pertanian selama tahun 2005-2009

adalah 1,85 artinya bahwa setiap pendapatan satu rupiah sektor pertanian

menghasilkan pendapatan daerah sebesar Rp 1,85.

2. Angka Pengganda Tenaga Kerja

Angka pengganda tenaga kerja digunakan untuk mengukur pengaruh

suatu kegiatan ekonomi dalam penciptaan jumlah tenaga kerja.

Tabel 27. Pengganda Tenaga Kerja Sektor Pertanian terhadap Total Tenaga Kerja di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009 (orang)

Tahun N NB K ∆NB ∆ N 2005 442.838 312.553 1,416841 - - 2006 576.012 377.001 1,527879 64.448 98.468,76 2007 579.718 389.628 1,487876 12.627 18.787,41 2008 646.257 418.554 1,544023 28.926 44.662,41 2009 654.634 407.460 1,606622 -11.094 -17.823,9

Rata-rata 579.892 381.039 1,52 23.727 36.023,68

Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 11)

Tabel 27 memaparkan tentang peranan sektor pertanian dalam

penyerapan tenaga kerja. Angka pengganda tenaga kerja (K) didapatkan dari

pembagian jumlah tenaga kerja di seluruh sektor (N) dengan jumlah tenaga

kerja di sektor pertanian (NB). Sedangkan pertumbuhan tenaga kerja di

dalam wilayah didapatkan dari perkalian angka penggada dengan

pertumbuhan tenaga kerja di sektor pertanian (∆NB).

Peranan sektor pertanian di Kabupaten Blora dari tahun 2005-2009

sangat fluktuatif. Rata-rata nilai angka pengganda tenaga kerja selama tahun

2005-2009 adalah 1,52 artinya setiap perubahan 100 tenaga kerja sektor

pertanian akan mengakibatkan perubahan sebesar 152 total tenaga kerja

wilayah Kabupaten Blora. Nilai angka pengganda terkecil adalah pada tahun

2005 dengan nilai 1,42. Nilai angka pengganda terbesar adalah di tahun

2009 yaitu 1,61 dimana dengan angka tersebut justru terjadi penurun jumlah

tenaga kerja di sektor pertanian sebesar 11.094 jiwa dan menyebabkan

Page 83: KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

penurunan jumlah total tenaga kerja di Kabupaten Blora sebesar 17.833

orang. Penurunan penyerapan tenaga sektor pertanian di Kabupaten Blora

dikarenakan terbukanya lapangan usaha baru yang lebih baik. Hal tersebut

terlihat dari pertumbuhan jumlah tenaga kerja sektor pertanian yang terus

menurun dari tahun 2005 sampai tahun 2009, di tahun 2009 angka

pertumbuhan sektor pertanian adalah -2,61% ( adopsi tabel 5). Hal ini

disebabkan tenaga kerja sektor pertanian memilih bekerja di sektor non

pertanian. Sektor pertanian umumnya masih tradisional atau kurang

menguntungkan bagi mereka dalam arti ekonomi, sehingga bekerja diluar

sektor pertanian merupakan alternatif yang lebih baik untuk meningkatkan

pendapatan. Pertumbuhan tenaga kerja sektor pertanian menurun, sedangkan

sektor lainnya terus mengalami peningkatan yang positif sehingga nilainya

di tahun 2009 adalah : sektor pertambangan dan penggalian (0,04%),

sektor industri pengolahan (0,31%), sektor bangunan (0,16%), sektor

perdagangan hotel dan restoran (2,13%), dan sektor angkutan dan

komunikasi (0,16 %).