5
Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus: 4A (13–17), 2010 KERAGAMAN ARACEAE DI SEKITAR GUNUNG WILIS, JAWA TIMUR Ina Erlinawati Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jl. Raya Jakarta-Bogor Km 46, Cibinong 16911, Bogor, Indonesia Email: [email protected] ABSTRACT Colocasia esculenta Schismatoglottis javanica Pothos Raphidophora korthalsii Key words: Araceae, , East Java PENGANTAR Suku Araceae merupakan tumbuhan yang sangat dikenal dan bermanfaat. Anggota suku talas-talasan ini, yang berguna sebagai tanaman pangan yang paling penting adalah dari puak dan , seperti dan . Kebanyakan Araceae beracun ketika masih dalam keadaan segar tetapi dalam hampir semua kasus, jenis-jenis yang enak dimakan harus dimasak atau diproses dengan beberapa cara terlebih dahulu sebelum dimakan. Penggunaan suku Araceae sebagai obat, telah dilaporkan oleh Bown (1988), seperti untuk menyembuhkan dari sengatan luar, mengobati luka, radang kulit dan radang sendi, sebagai dan , kontrasepsi, insektisida, anti kanker, obat pereda rasa nyeri dan penenang. Akar dari Heteropsis dan digunakan sebagai serat di Amerika Selatan. Dalam penggunaan magis dan ritual, baru sedikit dipelajari. Penggunaan dan untuk mengusir roh jahat, banyak tersebar di Brasil. Suku Araceae yang paling terkenal adalah sebagai tanaman hias dan banyak sekali diperdagangkan secara komersial, sebagai contoh dan yang beberapa saat lalu sempat melejit namanya dan memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Keindahan bentuk daun dan teksturnya, menjadikan tanaman ini sangat digemari oleh setiap orang. Di daerah Tropis, tanaman ini banyak dijumpai baik di pekarangan rumah, di dalam rumah ataupun juga di taman-taman kota (Mayo 1997). Meskipun menurut Newman 1999, Indonesia merupakan negara terbesar ke lima dalam hal kekayaan biodiversitasnya, dengan lebih dari 38.000 jenis dan 55%- nya adalah , namun saat ini terdapat kekhawatiran akan hilangnya ekosistem hutan, baik di semua negara tropis maupun subtropis yang diakibatkan oleh adanya penebangan hutan yang mengubah penggunaan lahan. Luas lahan hutan di banyak daerah telah mengalami penurunan akibat banyak kerusakan yang terjadi. Polusi udara, kebakaran, iklim yang berfluktuasi merupakan dampak dari semua ini. Ketiadaan managemen hutan yang 2007). Setiap tahun 12 juta hektar hutan di seluruh dunia hilang. Sekitar 80% hutan di dunia terjaga, tetapi risiko kehilangan hutan menciptakan isolasi fragmen habitat, yang menjadikan keragaman tumbuhan dan hewan menjadi berkurang (Mackay, 2003). Di Jawa, penebangan hutan mencapai 0,42%. Meskipun angka ini masih di bawah Sulawesi, Kalimantan dan Papua yang hampir mencapai 1% (Badan Planologi Kehutanan, 2002), namun Pulau Jawa perlu mendapat perhatian khusus mengingat padatnya penduduk yang menghuni pulau ini. Berbagai kebutuhan, baik papan, pangan maupun sandang akan mampu mengubah penggunaan lahan yang ada. Gunung Wilis merupakan sebuah gunung non-aktif yang terletak di provinsi Jawa Timur dengan memiliki ketinggian 2.552 meter, serta puncaknya berada di perbatasan antara enam kabupaten yaitu kabupaten Kediri, Tulungagung, Nganjuk, Madiun, Ponorogo, dan Trenggalek (http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Wilis). Penelitian tumbuhan, termasuk juga suku talas-talasan ini belum pernah dilakukan di tempat tersebut. Penelitian Araceae dan aquatic di Jawa pernah dilakukan oleh Yuzammi pada tahun 2000. BAHAN DAN CARA KERJA Penelitian dilakukan di sekitar Gunung Wilis, Jawa Timur pada tanggal 22 Juli–5 Agustus 2009 dari ketinggian 1.000 hingga 1.500 m dpl. Eksplorasi yang dilakukan

KERAGAMAN ARACEAE DI SEKITAR GUNUNG WILIS, JAWA …

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KERAGAMAN ARACEAE DI SEKITAR GUNUNG WILIS, JAWA …

Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus: 4A (13–17), 2010

KERAGAMAN ARACEAE DI SEKITAR GUNUNG WILIS, JAWA TIMUR

Ina Erlinawati

Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Jl. Raya Jakarta-Bogor Km 46, Cibinong 16911, Bogor, Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRACT

Colocasia esculenta

Schismatoglottis javanica Pothos

Raphidophora korthalsii

Key words: Araceae, , East Java

PENGANTAR

Suku Araceae merupakan tumbuhan yang sangat

dikenal dan bermanfaat. Anggota suku talas-talasan ini,

yang berguna sebagai tanaman pangan yang paling penting

adalah dari puak dan , seperti

dan . Kebanyakan Araceae beracun

ketika masih dalam keadaan segar tetapi dalam hampir

semua kasus, jenis-jenis yang enak dimakan harus dimasak

atau diproses dengan beberapa cara terlebih dahulu sebelum

dimakan. Penggunaan suku Araceae sebagai obat, telah

dilaporkan oleh Bown (1988), seperti untuk menyembuhkan

dari sengatan luar, mengobati luka, radang kulit dan radang

sendi, sebagai dan , kontrasepsi,

insektisida, anti kanker, obat pereda rasa nyeri dan penenang.

Akar dari Heteropsis dan digunakan sebagai

serat di Amerika Selatan. Dalam penggunaan magis dan

ritual, baru sedikit dipelajari. Penggunaan

dan untuk mengusir roh jahat, banyak tersebar di

Brasil. Suku Araceae yang paling terkenal adalah sebagai

tanaman hias dan banyak sekali diperdagangkan secara

komersial, sebagai contoh dan yang

beberapa saat lalu sempat melejit namanya dan memiliki

nilai jual yang sangat tinggi. Keindahan bentuk daun dan

teksturnya, menjadikan tanaman ini sangat digemari oleh

setiap orang. Di daerah Tropis, tanaman ini banyak dijumpai

baik di pekarangan rumah, di dalam rumah ataupun juga di

taman-taman kota (Mayo 1997).

Meskipun menurut Newman 1999, Indonesia

merupakan negara terbesar ke lima dalam hal kekayaan

biodiversitasnya, dengan lebih dari 38.000 jenis dan 55%-

nya adalah , namun saat ini terdapat kekhawatiran

akan hilangnya ekosistem hutan, baik di semua negara

tropis maupun subtropis yang diakibatkan oleh adanya

penebangan hutan yang mengubah penggunaan lahan.

Luas lahan hutan di banyak daerah telah mengalami

penurunan akibat banyak kerusakan yang terjadi. Polusi

udara, kebakaran, iklim yang berfluktuasi merupakan

dampak dari semua ini. Ketiadaan managemen hutan yang

2007). Setiap tahun 12 juta hektar hutan di seluruh dunia

hilang. Sekitar 80% hutan di dunia terjaga, tetapi risiko

kehilangan hutan menciptakan isolasi fragmen habitat,

yang menjadikan keragaman tumbuhan dan hewan menjadi

berkurang (Mackay, 2003).

Di Jawa, penebangan hutan mencapai 0,42%. Meskipun

angka ini masih di bawah Sulawesi, Kalimantan dan Papua

yang hampir mencapai 1% (Badan Planologi Kehutanan,

2002), namun Pulau Jawa perlu mendapat perhatian khusus

mengingat padatnya penduduk yang menghuni pulau ini.

Berbagai kebutuhan, baik papan, pangan maupun sandang

akan mampu mengubah penggunaan lahan yang ada.

Gunung Wilis merupakan sebuah gunung non-aktif

yang terletak di provinsi Jawa Timur dengan memiliki

ketinggian 2.552 meter, serta puncaknya berada di

perbatasan antara enam kabupaten yaitu kabupaten Kediri,

Tulungagung, Nganjuk, Madiun, Ponorogo, dan Trenggalek

(http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Wilis). Penelitian

tumbuhan, termasuk juga suku talas-talasan ini belum

pernah dilakukan di tempat tersebut. Penelitian Araceae

dan aquatic di Jawa pernah dilakukan oleh

Yuzammi pada tahun 2000.

BAHAN DAN CARA KERJA

Penelitian dilakukan di sekitar Gunung Wilis, Jawa

Timur pada tanggal 22 Juli–5 Agustus 2009 dari ketinggian

1.000 hingga 1.500 m dpl. Eksplorasi yang dilakukan

Page 2: KERAGAMAN ARACEAE DI SEKITAR GUNUNG WILIS, JAWA …

Keragaman Araceae di Sekitar Gunung Wilis, Jawa Timur14

mengikuti metode Rugayah 2005. Kemudian anggota

suku Araceae yang dikoleksi dibuat spesimen herbariumnya

dengan cara dibungkus dengan kertas koran dan disimpan

dalam plastik serta disiram dengan alkohol 70%.

Selanjutnya kantong plastik yang telah penuh dengan

material, ujung yang terbuka ditutup dengan isolasi dan

dimasukkan dalam karung plastik sehingga spesimen

terbungkus dengan rapat dan rapi.

Parameter yang diamati meliputi perawakan tubuh,

morfologi batang, bentuk daun, ukuran daun, warna

permukaan atas dan bawah daun, tulang daun, tangkai

daun, bentuk dan warna bunga serta buah. Karakter-karakter

yang mudah hilang bila sudah menjadi herbarium, dicatat

di lapangan. Deskripsi morfologi mengikuti Veldkamp

tersimpan di Herbarium Bogoriense, selain juga dilakukan

studi pustaka guna kelengkapan informasi ilmiah pada

HASIL

Dari eksplorasi yang dilakukan di Gunung Wilis

dari ketinggian 1.000–1.500m dpl, didapatkan 5 jenis

Araceae yang termasuk dalam 5 marga. Kelima jenis

tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar

yaitu jenis dan jenis merambat. Adapun yang

termasuk kedalam kelompok pertama adalah

(L.) Schott., Engl., dan

Blume, sementara kelompok kedua

yang merupakan jenis memanjat, terdiri atas 2 jenis yaitu

sp. dan Schott. Berikut ini

adalah deskripsi masing-masing jenis.

Deskripsi

1. (L.) Schott. Gambar 1.

Herba, membentuk , membulat,

padat, berwarna putih kecoklatan, akar serabut, berwarna

kecoklatan; daun beberapa, 3–5 pada setiap rumpun, bentuk

memerisai, pangkal memata panah, ujung bertusuk, tepi

daun rata, permukaan atas daun hijau tua, licin, permukaan

bawah daun hijau keputihan, ukuran daun 8–10 cm ×

3–5 cm, tulang daun pada permukaan bawah daun terlihat

jelas, tulang daun primer menyirip, tulang daun tersier

dan sekunder menjala; tangkai daun panjang, 35–40 cm,

berpelepah agak panjang, panjang pelepah 20–22 cm, di

bagian ujung dekat daun berwarna keunguan, di bagian

pangkalnya hijau, membulat, licin, besar di bagian pangkal,

diameter 1,5–2 cm, mengecil di bagian ujungnya, diameter

0,5 cm; tangkai bunga lebih pendek daripada tangkai

daun, 10–15 cm; bunga memanjang, menggembung di

bagian pangkalnya ketika masih kuncup, berwarna hijau,

spatha dapat dibedakan antara bagian yang menggembung

(tabung) dan helaian spatha (seludang), tabung lebih pendek

daripada helaian spatha, panjang 8 cm, diameter 3,5–

4 cm, berwarna hijau tua, helaian spatha berwarna putih,

bentuk lonjong–lanset, ujung cirrose, (tongkol)

melekat, lebih pendek dari spatha, terdiri atas 3 bagian,

dari pangkal adalah bunga betina, bunga jantan steril dan

bunga jantan fertile, bunga , bunga betina di

bawah, pendek, panjang 4–5 cm, diameter 1–2 cm,

banyak, berwarna kuning, berlendir, dipisahkan dengan

bunga jantan oleh bunga jantan steril di bagian tengahnya,

bunga jantan silindris, panjang 12–13 cm, diameter 1–

2 cm, berwarna putih dengan polen berbentuk segienam,

.

Distribusi: merupakan tumbuhan tropis

dan diintroduksi ke subtropik sebagai tanaman pangan.

Kemungkinan secara alami, tumbuhan ini menyebar dari

Indochina ke Jepang, melalui Malesia dan Australia bagian

terganggu (Yuzammi, 2000).

Habitat: Daerah dekat aliran sungai, lereng gunung dan

sepanjang saluran irigasi di sawah (Backer and Bakhuizen,

1965).

pangan, daun dan batang yang muda juga dapat dijadikan

sayur yang lezat (Heyne, 1987).

Gambar 1. Colocasia esculenta (L.) Schott.

2. Engl. (Gambar 2).

Batang merayap, sayap pelepah daun mengelapai

( ), (gugus, merangas), seludang

(spatha) tegak membentuk kurva, , tongkal

( ) dengan ujung menirus ( ), terdapat daerah

steril, perbungaan 1–2 bersama-sama, bebas,

kurang dari setengah panjang .

Page 3: KERAGAMAN ARACEAE DI SEKITAR GUNUNG WILIS, JAWA …

Erlinawati 15

Distribusi: Malesia: Jawa dan tersebar luas di Jawa

(Hay and Yuzammi, 2000).

Habitat: Hutan sekunder, 150–1.300 m alt (Yuzammi,

2000).

Kegunaan:-

Gambar 2. Schismatoglottis javanica Engl.

3. Blume. Gambar 3.

Herba tegak, tinggi mencapai 120 cm; daun melanset

dengan pangkal membundar, tidak belang; tangkai bunga

panjangnya 2–6 cm, pada saat berbuah dapat mencapai

11 cm; (tongkol) tegak, 2,5–4 cm, panjang tangkai

0,5–1 cm. . Buah ellips, menumpul,

, 1,5–1,75 cm pada saat masak, berwarna

oranye hingga merah.

Distribusi: Myanmar bagian Selatan, Semenanjung Malaysia

melalui Sumatra, Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur),

Madura dan Bali, Kalimantan, Sulawesi, Pulau Sula, dan

Habitat: Hutan pegunungan rendah, di lantai hutan, di hutan

batu gamping dan di area taman (Backer and Bakhuizen,

1965). 90–1.200 m alt. (Yuzammi, 2000).

Kegunaan: secara umum ditanam sebagai tanaman hias.

Beberapa penggunaan medis telah banyak dilaporkan

(Yuzammi, 2000).

Gambar 3. Aglaonema simplex Blume.

Gambar 4. Pothos sp.

4. sp. Gambar 4.

Herba memanjat; batang berkayu, cabang bagian bawah

berakar, cabang bagian atas bebas dan menggantung; daun

tidak berbagi, bulat telur.

Distribusi: Jenis-jenis terdapat di Asia Selatan dan

Asia Tenggara, Australasia, Kepulauan Malaya:- Australia,

Bangladesh, Burma, Brunei, Kamboja, China, India,

Indonesia (Borneo, Irian Jaya, Jawa, Moluccas, Sulawesi,

Sumatra), Jepang, Laos, Madagaskar, Malaysia, Nepal,

Vanuatu, Vietnam (MayoMayo 1997).

Habitat: Hutan tropis, biasanya di hutan sekunder, jarang

tumbuh di bebatuan (Mayo 1997).

Page 4: KERAGAMAN ARACEAE DI SEKITAR GUNUNG WILIS, JAWA …

Keragaman Araceae di Sekitar Gunung Wilis, Jawa Timur16

Kegunaan: Batang dari banyak jenis-jenisnya digunakan

sebagai bahan pengikat yang kuat, daun dapat

digunakan sebagai obat asma (Heyne, 1987).

Gambar 5. Rapidophora korthalsii Schott.

5. Rapidophora korthalsii Schott. Gambar 5.

Herba memanjat; daun bercangap menyirip, berbentuk

bulat telur-melonjong, panjang daun 5–55 cm dan lebar 22–

35 cm, tangkai daun ramping 5–6,5 cm, tidak berpelepah;

spatha (seludang) meruncing, panjang 6–10 cm, diameter

0,5 cm; (tongkol) silinder, membulat pada

pangkalnya, panjang 7,5–10 cm, diameter 1,25 cm; putik

prismatik; kecil, membulat-ellips; benangsari cepat

berubah warna menjadi hitam.

Distribusi: -

Habitat: Hutan pada ketinggian 200–800 m dpl, juga

terdapat di hutan batu gamping (Backer and Bakhuizen,

1965). Di Gunung Wilis, jenis ini terdapat pada ketinggian

1300 m dpl.

Kegunaan: Batangnya dapat digunakan sebagai bahan

pengikat dan penjalin (Heyne, 1987).

PEMBAHASAN

Keragaman Araceae yang didapatkan pada eksplorasi

ini sangat rendah. Hal ini disebabkan karena lokasi

penelitian yang dilakukan sudah mencapai ketinggian

1.000 m dpl lebih. Araceae umumnya melimpah pada

daerah dengan ketinggian di bawah 700m dpl. Meskipun

demikian, penelitian ini menjadi menarik karena didapatkan

informasi baru bahwa ada juga anggota suku ini yang dapat

tumbuh pada ketinggian di atas 1.000 m dpl. Selain itu,

meskipun terdapat beberapa sungai yang mengalir di sekitar

Gunung Wilis, namun keadaan tanahnya relatif kering.

Padahal diketahui bahwa pertumbuhan Araceae sangat

tergantung kepada ketersediaan air dan menyukai daerah

yang lembab (Mayo

juga menjadi salah satu penyebab yang lainnya. Meskipun

Gunung ini masih tergolong bagus namun pada beberapa

tempat ada yang mengalami kerusakan akibat kebakaran

yang pernah terjadi, sehingga pada beberapa tempat tersebut

menjadi tinggal semak belukar dengan sedikit pohon yang

masih kecil.

Anggota suku Araceae yang paling umum dijumpai

di sepanjang perjalanan di sekitar Gunung Wilis ini adalah

dari jenis-jenis , sedangkan jenis merambat

umumnya sedikit. merupakan jenis

yang paling umum terdapat. Hal ini disebabkan karena

jenis ini banyak dimanfaatkan oleh orang sebagai tanaman

pangan terutama bagian umbi dan daunnya. Kemungkinan

di tempat tersebut, jenis ini ditanam orang, karena jenis

ini ada hingga ketinggian 1.480 m dpl.

banyak dijumpai pada daerah di sepanjang aliran

sungai atau pada tebing-tebing dekat air terjun, hingga

ketinggian 1.200 m dpl. Jenis ini merupakan jenisJenis ini merupakan jenis

dan tersebar luas di Jawa (Yuzammi, 2000). Sementara itu

banyak terdapat pada lantai hutan dan

menurut Backer and Bakhuizen (1965), jenis ini hanya

ditemukan pada hutan dataran rendah dengan ketinggian

tidak lebih dari 200 m dpl. Namun, menurut Yuzammi

(2000), ditemukan dari ketinggian 90 hingga

1.200 m alt. Di Gunung Wilis ini, jenis ini juga ditemukan

pada ketinggian 1.200 m alt.

lokasi penelitian ini. yang ditemukan belum dapat

ditemukan tidak dalam keadaan berbunga, sehingga sangat

dilaporkan dalam penelitian ini.

1. a. Herba .........................2

b. Herba memanjat ........................4

2. a. Batang tegak ..............................3.........33

b. Batang merayap, spatha (seludang) tegak

membentuk kurva, , (tongkol)

dengan ujung (menirus), terdapat

, perbungaan 1–2 bersama-sama,

bebas, kurang dari setengah panjang

Page 5: KERAGAMAN ARACEAE DI SEKITAR GUNUNG WILIS, JAWA …

Erlinawati 17

.......................

Engl.

3. a. , daun melanset dengan pangkal daun

membundar................ Blume

b. , daun berbentuk memerisai dengan

pangkal daun memata panah...........

(L.) Schott.

4. a. Daun tidak berbagi, bulat telur ..............................Daun tidak berbagi, bulat telur ..............................

.............. sp.

b. Daun bercangap menyirip, berbentuk bulat telur-Daun bercangap menyirip, berbentuk bulat telur-

memanjang .............

Schott.

Dari penelitian yang dilakukan di sekitar Gunung

Wilis, didapatkan 5 jenis Araceae. 3 jenis (

(L.) Schott., Engl. dan

Blume) merupakan jenis dan

2 jenis ( sp. dan Schott.)

merupakan jenis memanjat. Ditemukan jenis Jawa

yaitu Engl. Sedangkan jenis yang

dominan adalah (L.) Schott.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini sepenuhnya didanai oleh Hibah DIKTI.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Kepala Pusat

Penelitian Biologi LIPI beserta para stafnya, juga kepada

Ibu Purwaningsih sebagai pemimpin proyek kegiatan dan

semua anggota tim ini atas segala bantuannya.

KEPUSTAKAAN

Leyden: The Rijksherbaium.yden: The Rijksherbaium.

Badan Planologi Kehutanan, 2002. Statistik Badan Planologi

Kehutanan Tahun 2001. Departemen Kehutanan. Jakarta.karta.

Portland. Oregon. 256 pp.

www.

fao.org/forestry/webview/media?mediaId=12252&langId=

1 ; also available at: ftp://ftp.fao.org/ag/cgrfa/bsp/bsp36e.

pdf)

Hay A and Yuzammi, 2000. Schismatoglottideae (Araceae) inSchismatoglottideae (Araceae) in

Malesia I– Telopea: Volume 9(1).

Heyne K, 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I. Jakarta:

Badan Litbang Kehutanan.

Mackay R, 2003. The Atlas of Endangered Species. Earthscan

Publications Ltd. London. p.97.

Mayo JS, J Bogner, and PC Boyce, 1997. .

London: The Trustees, Royal Botanic Garden, Kew.

Nugini. In Sutarno, H. and A. Kartikasari (eds.) Bogor:In Sutarno, H. and A. Kartikasari (eds.) Bogor:

Yayasan Prosea.

Rugayah, EAWidjaja, and Praptiwi, 2005. Pedoman Pengumpulan2005. Pedoman Pengumpulan

Bogor: Pusat Penelitian

Biologi LIPI.

Yuzammi, 2000. A Taxonomic Revision of the Terrestrial and