14
1 KERAGAMAN FENOTIPIK PLASMA NUTFAH JAGUNG LOKAL SULAWESI BARAT DAN SULAWESI TENGAH DENGAN JAGUNG ASAL CIMMYT UNTUK SELEKSI JAGUNG PROVIT - A PHENOTYPIC DIVERSITY OF LOCAL CORN GERMPLASM WEST SULAWESI AND CENTER SULAWESI WITH CORN FROM CIMMYT FOR SELECTION OF PROVIT- A OF CORN Juhriah 1 , Baharuddin 2 , Yunus Musa 3 & Marcia B. Pabendon 4 1. Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin 2 Jurusan Hama & Penyakit Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin 3 Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin 4 Kelti Pemuliaan Tanaman Balitsereal Maros Alamat Korespondensi: Dra Juhriah, M.Si Jurusan Biologi fakultas MIPA Universitas Hasanuddin Makassar: 90245 HP: 081342455659 Email: [email protected]

KERAGAMAN FENOTIPIK PLASMA NUTFAH JAGUNG LOKAL.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    KERAGAMAN FENOTIPIK PLASMA NUTFAH JAGUNG LOKAL SULAWESI BARAT DAN SULAWESI TENGAH DENGAN

    JAGUNG ASAL CIMMYT UNTUK SELEKSI JAGUNG PROVIT - A

    PHENOTYPIC DIVERSITY OF LOCAL CORN GERMPLASM WEST SULAWESI AND CENTER SULAWESI WITH

    CORN FROM CIMMYT FOR SELECTION OF PROVIT- A OF CORN

    Juhriah1, Baharuddin2, Yunus Musa3 & Marcia B. Pabendon 4

    1. Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin 2 Jurusan Hama & Penyakit Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin 3 Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin 4 Kelti Pemuliaan Tanaman Balitsereal Maros

    Alamat Korespondensi: Dra Juhriah, M.Si Jurusan Biologi fakultas MIPA Universitas Hasanuddin Makassar: 90245 HP: 081342455659 Email: [email protected]

  • 2

    ABSTRACT

    Plant germplasm as a source of specific gen can be used as for improving plant character in a plant breeding. Plant germplasm have a function as gene and bio-resources and become a supporting of life, conservable, however it will not recovery if the gene itself losses. Collection of Germplasm must to conservation and characterication especially agronomic ,and phenotypic characters. One of the important characters of maize that is associated with specific high content of carotenoids (provitamin- A) The research about phenotypic diversity at Local Corn germplasm from Central Sulawesi dan West Sulawesi with Provit A of Corn from CIMMYT was carried out from June until October 2011. Preparation and planting was carried out in the experimental farm of Balitsereal Maros. There were 11 corn germplasm planted in a single row of 5 m length, arranged in Randomized block design with 3 block. Similarity and clustering using NTSYST program, kuantitatif data were analysis ANOVA. The results of the research showed that many characters phenotypic are significant with corn from CIMMYT but some character not significant.. The coefficient similarity based on all morphological characters from 0.52 until 0.84. Local gemplasm corn from West Sulawesi (Biralle Cella) have coefficient similarity 0.75 with Carotenoid Syn 3 (CIMMYT). Dendrogram based on phenotypic similarity showed that varieties Srikandi Kuning 1 and Lamuru very similar (similarity 0.84). Key words : germplasm, local corn, phenotypic, West Sulawesi, Central Sulawesi, CIMMYT

    ABSTRAK

    Plasma nutfah sebagai sumber gen spesifik dapat digunakan untuk memperbaiki karakter yang diinginkan dalam pemuliaan tanaman. Plasma nutfah tanaman berfungsi sebagai sumberdaya hayati, sumber gen dan menjadi penyangga kehidupan, dapat dilestarikan akan tetapi jika telah musnah maka tidak akan ditemukan kembali. Koleksi plasma nutfah harus dikarakterisasi khususnya karakter agronomi dan Fenotipik. Salah satu karakter penting tanaman jagung berkaitan dengan kandungan khusus yaitu adanya karoteniod (provitamin-A) yang tinggi. Penelitian tentang keragaman fenotipik plasma nutfah jagung lokal Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah dengan jagung provit A asal CIMMYT telah dilaksanakan sejak bulan Juni sampai oktober 2011. Penyiapan dan penanaman benih jagung dilaksanakan di Kebun Penelitian Balitsereal Maros. Sebanyak 11 entri plasma nutfah jagung ditanam satu baris sepanjang 5 m, disusun dalam Rancangan Acak Kelompok, 3 kelompok. Kesamaan fenotipe dan pengelompokan menggunakan program NTSYS, analisis data kuantitatif dengan ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan kebanyakan karakter fenotipik jagung lokal berbeda dengan jagung CIMMYT. Koefisien kesamaan seluruh karakter morfologi dari 0,52 sampai 0,84.Plasma nutfah jagung lokal Sulawesi barat memiliki koefisien kesamaan 0,75 dengan Carotenoid Syn 3 (CIMMYT) Dendrogram berdasarkan kesamaan fenotipik menunjukkan bahwa varietas Srikandi kuning 1 dan Lamuru sangat mirip (kesamaan 0,84).

    Kata kunci: plasma nutfah, jagung lokal, fenotipik, Sulawesi Barat, Sulawesi tengah, CIMMYT

  • 3

    PENDAHULUAN

    Penduduk dunia mengalami peningkatan populasi sangat cepat. Menurut

    perkiraan, di akhir tahun 2050, populasi dunia akan mengalami peningkatan dua kali

    lipat yaitu mendekati 12 milyar yang berarti membutuhkan produk bahan pangan dua

    kali lebih banyak dari saat ini, selain itu lebih dari 2 miliar penduduk dunia diduga

    mengalami defisiensi vitamin dan mineral, terutama vitamin A, iodium, besi dan

    Zink. Kebanyakan hidup di negara dengan pendapatan rendah dan mengalami

    difisensi lebih dari satu mikronutrien (WHO dan UNICEF, 2007) Penduduk Afrika

    mengkonsumsi jagung sekitar 100 gr/hari. Sekitar 32 % penduduk Afrika mengalami

    defisiensi vitamin A. Peningkatan kandungan provitamin A beberapa kultivar jagung

    diharapkan dapat menutupi kekurangan nutrisi bagi jutaan penduduk Afrika.

    Sebanyak 50 juta penduduk dunia saat ini mengalami defisiensi vitamin A

    yang berakibat pada gangguan penglihatan, serta meningkatkan angka kematian anak

    dan wanita hamil (WHO, 2010). Sekitar 250.000 sampai 500.000 anak-anak kurang

    gizi di negara berkembang menjadi buta setiap tahun akibat kekurangan vitamin A,

    dengan prevalensi tertinggi di Asia Tenggara dan Afrika, kira-kira setengahnya

    meninggal dan lainnya menjadi buta dalam waktu satu tahun, ( Wikipedia, 2010)

    Defisiensi mikronutrien merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

    berkaitan langsung dengan proses perkembangan ekonomi. Defisieni vitamin A,

    iodium dan besi sangat penting dalam kesehatan masyarakat secara global. Bank

    dunia memperkirakan bahwa $180 milliar kehilangan produktivitas secara global

    seharusnya dicegah dengan hanya menginvestasikan $4 sampai $5 dalam pencegahan

    defisiensi dengan menggunakan tehnologi yang tersedia. Biofortifikasi atau

    suplementasi merupakan cara intervensi secara tradisional ( Unnevehr, Pray, &

    Paarlberg , 2007).

    CIMMYT bekerjasama dengan berbagai Negara di dunia sedang

    mengembangkan pembentukan varitas jagung provitamin A (Provit A) dan

    diperkirakan akan dapat meningkatkan tingkat kecukupan gizi manusia di bumi ini

  • 4

    mengingat sekitar 1,2 miliar orang didunia ini mengkonsumsi jagung sebagai

    makanan pokok sementara jagung yang dihasilkan kekurangan vitamin dan mineral

    esensial yang dibutuhkan oleh tubuh. Jagung putih yang banyak dikonsumsi oleh

    manusia khususnya di benua Afrika tidak mengandung provitamin A. Jagung kuning

    mengandung sekitar 2 mikrogram per gram, masih jauh dibawah angka kecukupan

    nutrisi

    Plasma nutfah merupakan sumber gen yang dapat dimanfaatkan untuk

    meningkatkan keragaman tanaman, sehingga ada peluang untuk memperbaiki

    karakter suatu populasi dan membentuk varietas jagung. Indonesia miskin plasma

    nutfah jagung, sehingga dalam pemuliaan perlu menjalin kerja sama dengan negara

    lain untuk memperkaya plasma nutfah. Tanpa plasma nutfah yang mengandung gen-

    gen yang baik, pemuliaan tanaman tidak akan menghasilkan varietas unggul yang

    diinginkan. Untuk memperbesar keragaman genetik perlu adanya introduksi

    varietas/galur dari luar negeri dan koleksi dari pusat-pusat produksi di dalam negeri.

    Koleksi ini perlu dilestarikan dan dilakukan karakterisasi sehingga sewaktu-waktu

    dapat digunakan dalam program pemuliaan. CIMMYT (Meksico) merupakan sumber

    utama plasma nutfah jagung di dunia (Mejaya, Azrai, dan Iriany 2004).

    Peneliti di Balitsereal Maros sejak tahun 2008 telah melakukan uji multi

    lokasi beberapa populasi dan galur asal CIMMYT untuk seleksi jagung provitamin A,

    Program untuk merilis jagung Provit-A sebagai Varietas Unggul Nasional sedang

    digalakkan dengan target penyebaran diarahkan pada wilayah rawan pangan seperti

    di NTT, NTB, NAD, Bali, Jatim, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.

    Pembentukan varietas unggul provit-A akan memperkaya bahan pangan non-beras

    dan non-gandum sehingga masyarakat memiliki banyak alternative pilihan sumber

    karbohidrat, protein, asam amino, dan beta-caroten. Disamping itu ketersediaan beta-

    caroten dalam bentuk jagung dapat menambah bahan konsumsi untuk kesehatan

    masyarakat. Hasil penelitian Yasin (2008) menunjukan bahwa sejumlah populasi

    jagung Provit-A benih asal CIMMYT dapat beradaptasi baik untuk lingkungan

  • 5

    dataran rendah tropis mempunyai peluang untuk menghasilkan varietas unggulan

    baru jagung provit-A yang kaya beta carotene

    Giuliano dkk (2008) memanfaatkan variasi genetik dan biokimia alami dalam

    koleksi plasma nutfah jagung untuk mengidentifikasi potensi titik kontrol transkripsi

    yang mempengaruhi akumulasi karotenoid endosperm, karena kontrol transkripsi

    memainkan peran besar dalam karotenogenesisPlasma nutfah adalah sumber gen

    yang hanya bermanfaat jika dilakukan pengkajian dan penelitian guna mengungkap

    sifat-sifat unggulnya agar dapat dikembangkan guna menjawab masalah yang sedang

    dihadapi bangsa ini. Salah satu sifat penting jsgung adalah adanya kandungan

    karotenoid pada endosperm .Karotenoid merupakan kelompok yang memiliki lebih

    dari 750 struktur ditemukan pada bakteri, jamur, ganggang, dan tanaman (Britton et

    al., 2004.). Pada tumbuhan tingkat tinggi, pigmen ini memiliki banyak peran

    biologis. Misalnya, sebagai pigmen aksesori dalam fotosintetik yang berfungsi

    dalam fiksasi cahaya dan photoprotection (Niyogi, 2000). Toleransi panas dan stres

    ringan dimediasi oleh karotenoid antioksidan yang melindungi dari peroksidasi

    membran lipid (Davison, 2002; Havaux et al, 2007;. Johnson et al, 2007). Nambara

    and Marion-Poll,(2005) menyatakan bahwa karotenoid juga merupakan prekursor

    untuk pembelahan produk, seperti asam absisik apocarotenoid (ABA), yang

    mengatur pertumbuhan tanaman, perkembangan embrio, dormansi, dan respon

    terhadap stres (Li , Vallabhaneni , Yu , Rocheford , dan Wurtzel , 2008b)

    Plasma nutfah hanya dapat diberdayakan apabila tersedia informasi yang

    cukup tentang sifat-sifat morfologi dan agronomi, evaluasi ketahanan dan toleransi

    terhadap cekaman serta perbaikan gizi. Salah satu kekayaan yang tersedia adalah

    plasma nutfah jagung kuning lokal Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah yang telah

    dikoleksi dan disimpan di Balitsereal Maros. yang kemungkinan mengandung

    karoten yang tinggi (provitamin A) yang pada endosperm.

    Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian untuk mengkaji seberapa besar

    kereagaman fenotipik antara jagung lokal Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah

  • 6

    dengan jagung provit A asal CIMMYT, demikian juga Srikandi kuning 1 dan Lamuru

    berdasarkan karakter fenotipiknya organ vegetatif maupun generatif sebagai langkah

    awal untuk seleksi calon Provit A lokal.

    BAHAN DAN METODE

    Lokasi dan Rancangan Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di Kebun Pnelitian (KP) Balitsereal Maros pada bula

    Juni sampai Oktober 2011. Desain penelitian adalah Rancangan Acak Kelompok

    dengan 3 kelompok. Masing-masing entri ditanam satu baris pada panjang plot 5,0

    m. jarak tanam 75 x 20 cm satu tanaman per lubang.jarak antar kelompok 1,0 m.

    Populasi dan Sampel

    Populasi yang digunakan adalah 11 nomor entri jagung koleksi Balitsereal

    Maros, terdiri dari 3 nomor entri plasma nutfah jagung lokal Sulawesi Barat, 4

    nomor entri asal Sulawesi Tengah, 2 nomor entri jagung calon varietas provit A asal

    CIMMYT yang telah dilakukan uji multi lokasi (UML) dan 2 varietas yang telah

    dirilis. Daftar nomor, nama dan asal entri yang digunakan disajikan pada Tabel 1.

    Penelitian dipupuk dengan urea, SP36 dan KCl (300-200-100) kg/ha. Setelah

    tanaman berumur tujuh hari akan diberi pupuk Urea sepertiga bagian serta seluruh

    takaran SP36 dan KCl, selanjutnya saat umur 42-45 hst diberi pupuk kedua yaitu

    Urea sebanyak duapertiga bagian. Pupuk diberikan secara tugal disamping tanaman

    kemudian ditutup diikuti pembumbunan dan penyiangan.

    Metode pengumpulan data

    Karakterisasi dilakukan berdasarkan pedoman International Union For the Protection

    of New Varieties of Plants (UPOV) 1994 yang dilengkapi dengan Baru Unik

    Seragam Stabil (BUSS) dan Panduan Karakterisasi Tanaman Pangan (Jagung dan

    Sorgum) Deptan, Badan Litbang Pertanian, Komisi Nasional Plasma Nutfah (2004).

    Parameter morfologi yang diamati (masing-masing 10 individu setiap baris), antara

    lain adalah:

  • 7

    1. Warna dan bentuk daun pertama

    2. Warna akar

    3. Warna, ukuran, posisi daun

    4. Tinggi tanaman, tinggi tongkol, panjang tongkol, diameter tongkol

    dan rachis , diameter dan warna janggel

    5. Panjang, tipe, warna sekam, dan kepadatan spikelet

    6. Warna anthera dan rambut

    7. Warna, tipe, jumlah biji, jumlah baris biji

    8. Penutupan klobot

    9. Umur berbunga jantan maupun betina

    10. Bobot 1000 biji, dll

    Bunga jantan maupun bunga betina disungkup agar tidak terjadi penyerbukan

    silang . Penyerbukan dilakukan dengan cara selfing .

    Analisis data

    Data kuantitatif faktor dilakukan analisis variansi (ANOVA), untuk data yang

    berbeda nyata dilakukan uji lanjut (BNT 5 %)

    Semua data baik kualitatif maupun kuantitatif diubah menjadi data biner

    untuk analisis data morfologi dan penyusunan dendogram untuk melihat

    kekerabatannya dengan menggunakan program NTSYS ((Numerical Taxonomy

    System; Rohlf, 2000). Kesamaan antara 2 operational taksonomi unit (OTU)

    dihitung dengan metode simple machine coefficient (SMC) dan clustering dengan

    UPGMA. (Unweighted Pair Group Aritmhatics Analysis)

    a + d SMC = ------------------

    a + b + c + d dimana

    a = ciri yang muncul pada kedua OTU (1,1)

    b = ciri yang muncul pada OTU 1 dan tidak muncul pada OTU2 (1,0)

  • 8

    c = ciri yang tidak muncul pada OTU 1 dan muncul pada OTU2 (0,1)

    d = ciri tidak muncul pada kedua OTU (0,0)

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil pengamatan morfologi sejak awal pertumbuhan sampai pasca panen

    pada 11 entri jagung dan dari 33 karakter yang diamati setelah dilakukan analisis

    variansi menunjukkan bahwa beberapa parameter fenotipik yang berbeda

    nyata.diantaranya tinggi tanaman, tinggi tongkol, lebar daun, panjang tangkai

    tongkol, panjang tongkol, jumlah baris pertongkol, jumlah biji perbaris, dan

    parameter malai. Uji lanjut beberapa faktor produksi disajikan pada tabel 2.

    Tabel 2 menunjukkan bahwa panjang tongkol Biralle Maridi Polmas dan

    Lokal Jole 2 tidak berbeda nyata dengan kedua pembanding, Lokal Dale (Sulawesi

    Tengah) dan Srikandi kuning 1 dan Lamuru memiliki tongkol yang lebih panjang

    dari jagung CIMMYT, sedangkan entri lainnya lebih pendek. Diameter tongkol

    semua entri berbeda nyata dengan salah satu atau kedua pembanding CIMMYT,

    Biralle Maridi, Srikandi kuning 1 dan Lamuru diameter tongkolnya lebih besar dari

    kedua jagung CIMMYT. Biralle Maridi Polmas dan dua varitas yang diuji memiliki

    jumlah baris per tongkol lebih banyak dari jagung CIMMYT, entri lainnya jumlahnya

    lebih sedikit. Lokal Dale memiliki jumlah baris biji pertongkol lebih banyak dari

    jagung CIMMYT demikian juga Srikandi Kuning dan Lamuru.. Jumlah biji perbaris

    pada entri 5 entri tidak berbeda dengan CIMMYT sedangkan bobot 1000 biji pada

    entri jagung lokal Majene, Biralle Cella Polewali, Lokal Dale,Srikandi kuning 1 dan

    Lamuru tidak berbeda dengan jagung CIMMYT. Biralle maridi Polmas memiliki

    bobot biji yang lebih tinggi (berat) dari jagung CIMMYT demikian juga dua varietas

    yang diteliti. Hasil uji lanjut beberapa parameter produksi selengkapnya disajikan

    pada tabel 2.

    Semua data fenotipik baik pada organ vegetatif maupun generatif dibuat

    dalam bentuk data biner. Koefisien kesamaan antar entri menunjukkan nilai

  • 9

    bervariasi dari terendah 0,52 (pasangan Biralle Maridi Polmas dan lokal Tongo) dan

    tertinggi 0,84 (Srikandi Kuning 1 dan Lamuru). Hasil selengkapnya disajikan pada

    tabel 3.

    Berdasarkan koefisien kesamaan fenotipik kemudian dibuat dendrogram

    untuk menunjukkan kekerabatan 11 entri jagung asal Sulawqesi Barat, Sulawesi

    tengah, Srikandi kuning 1, lamuru dan 2 jagung provit A asal CIMMYT ( Kui

    Karotenoid syn dan carotenoid syn 3)

    Pada koefisien kesamaan 0.70 maka 11 entri tersebut membentuk 3 kelompok

    yaitu kelompok 1 beranggotakan 6 entri, kelompok 2 beranggotakan 2 entri (Biralle

    Cella dari Sulawesi Barat dan Carotenoid Syn 3 dari CIMMYT) dan kelompok 3

    beranggotakan 3 entri (Sidondo miu, Jole 2 dan Tongo) ketiganya dari Sulawesi

    Tengah. Dua varietas yaitu Srikandi kuning 1 dan Lamuru secara fenotipik sangat

    berkerabat dengan derajat kesamaan 0,84. Hal ini berarti bahwa Biralle Cella dari

    Sulawesi Barat berkerabat dekat dengan carotenoid Syn 3 asal CIMMYT, sedang

    Lokal Dale lebih berkerabat dengan jagung asal CIMMYT lainnya yaitu Kui

    Karotenoid Syn. Hasil selengkapnya disajikan pada dendrogram (gambar 1).

    KESIMPULAN

    Biralle maridi Polmas (Sulawesi Barat) memiliki lebih unggul dari jagung

    CIMMYT pada karakter diameter tongkol, jumlah baris dan bobot 1000 biji.

    Srikandi Kuning 1 dan lamuru memiliki karakter produksi yang lebih unggul

    dari jagung asal CIMMYT

    Biralle Cella Polewali (Sulawesi Barat) secara fenotipik sangat berkerabat

    dengan jagung CIMMYT (Carotenoid Syn 3) dengan derajat kesamaan 0,75.

    Sedangkan Lokal Dale lebih berkerabat dengan Kui Carotenoid syn Varitas Srikandi

    kuning 1 dan Lamuru berkerabat dengan Kui carotenid Syn dengan derajat kesamaan

    sekitar 0,74.

  • 10

    DAFTAR PUSTAKA

    Britton, G., Liaaen-Jensens, Pfander H., (Editors), 2004. Carotenoid Hand Book. Birkhauser Verlay, Basel.

    Davidson, P.A. 2002. Overexpression of beta-caroten hydroxylase enhances stress tolerance in Arabidopsis. Nature 418: 203-206

    Giuliano G, Tavazza R, Diretto G, Beyer P, Taylor MA (2008) Metabolic engineering of carotenoid biosynthesis in plants. Trends Biotechnol 26: 139145

    Havaux, M., Dall osto I, and Bassi R., 2007. Zeaxanthin has enhanced antioxidant Capacity with respect to all other Xanthophylls in Arabidopsis leaves and functions independentof binding to PSI antennae. Plant Physiol. 145: 1506-1520.

    Li F, Vallabhaneni R, Wurtzel ET (2008a) PSY3, a new member of the phytoene synthase gene family conserved in the Poaceae and regulator of abiotic-stress-induced root carotenogenesis. Plant Physiol 146: 13331345

    Li F, Vallabhaneni R, Yu J, Rocheford T, Wurtzel ET (2008b) The maize phytoene synthase gene family: overlapping roles for carotenogenesis in endosperm, photomorphogenesis, and thermal stress-tolerance. Plant Physiol 147: 13341346

    Mejaya, M.J. Azrai, M. dan Iriany R.N. 2004. Pembentukan Varietas Unggul Jagung Bersari Bebas. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros, Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan.

    Nambara E, and Marion-Poll A. (2005). Abscisic acid biosynthesis and catabolism. Annu Rev. Plant Biol 56: 165-185

    Niyogi, KK., 2000. Safety Valves for photosynthesis. Curr Opin plant Biol 3 : 455-460

    Rohlf, F.J. 2000. NTSYSpc Numerical Taxonomy and Multivariate Analysis System Version 2.1.Applied Biostatistic Inc.

    Unnevehr, L., Pray, C., & Paarlberg, R. (2007). Addressing micronutrient deficiencies: Alternative interventions and technologies. AgBioForum, 10(3), 124-134. Available on the World Wide Web: http://www.agbioforum.org. diakses 24 Oktober 2010.

    UPOV, 1994. Union Internationale Four la Des Obstention vegetales . Maize (Zea mays L.) Union For the Protection of New Varieties of Plants. .

    WHO, World Food Programme, & UNICEF. (2007). Preventing and controlling micronutrient deficiencies in populations affected by an emergency. Geneva,

  • 11

    Switzerland: WHO. Retrieved on December 20, 2007, from http://www.who.int/nutrition/publications/WHO_WFP_UNICEFstatement.pdf

    WHO, 2010. Micronutrient deficiencies. (Vitamin A Deficiency). http://www.who.int/nutrition/topics/vad/en/index.html diakses 28 Okt ober 2010

    Wikipedia, 2010 http://en.wikipedia.org/wiki/Vitamin_A_deficiency diakses 28 okt 2010.

    Yasin, H.G., 2008. Pembentukan dan Pemurnian Jagung Khusus Provit-A. Laporan Akhir RPTP 2008. Balai penelitian Tanaman Serealia (BALITSEREAL) Maros.

  • 12

    Tabel 1. Daftar nomor, nama dan asal Plasma nutfah Jagung

    No Entri Nama Entri Asal 1 Jg Majene Malanmuja Mamuju Sulawesi Barat 2 Biralle Cella Polewali Polewali Sulawesi Barat 3 Biralle Mariidi Polmas Campalagian Sulawesi Barat 4 Lokal. Sidondo miu Palu Sulawesi Tengah 5 Loka Tongo Palu Sulawesi Tengah 6 L.okaDale Sigi Palu Sulawesi Tengah 7 Lokal Jole 2 Donggala Sulawesi tengah 8 Kui carotenoid syn (a) CIMMYT 9 Carotenoid syn 3 (b) CIMMYT

    10 Srikandi Kuning 1 INDONESIA 11 Lamuru INDONESIA

    Tabel 2. Hasil Uji Lanjut (BNT) plasma nutfah jagung Lokal Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah

    Nama Entri Parameter Pjg Tgkl

    (cm) Diameter tgkl (cm)

    Jumlah baris /tgkl

    Jumlah biji/baris

    Bobot 1000 biji (g)

    Jg Majene 17,20 a 4.05a 12,43 ab 27,70 297.13 Biralle Cella Polewali 16,33 a 3.72a 11,35ab 19,97a 294.90 Biralle Mariidi Polmas 17,67 4.48b 13,90b 24,03 318.50b Lokal. Sidondo miu 16,22 a 3.59ab 12,04ab 22,78a 240.27ab Lokal Tongo 15.53 ab 3.77a 12,27ab 25,23 253.50ab Lokal Dale 18,87 b 3.98a 12,67ab 29,37b 300.53 Lokal Jole 2 17,47 3.70a 12,43ab 26,77 229.23ab Srikandi Kuning 1 19,57 b 4.67b 14,77ab 32,47b 314.17b Lamuru 19.05 b 4.64b 14,17ab 30,60b 315.07b Pembanding Kui carotenoid syn (a) 18,85 4.40 13,70 28,63 306.13 Carotenoid syn 3 (b) 17,03 3.97 13,23 24,03 286.57 KK (%) 6,97 6,14 3,21 15,20 5.71 BNT (5%) 1,47 0,30 0,50 4,85 19.73

  • 13

    Tabel 3: Matriks Kesamaan Fenotipik Plasma nutfah jagung Lokal Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Srikandi Kuning 1 dan Lamuru dengan jagung Provit A asal CIMMYT

    Nomor & Nama

    Entri

    1.Jg.

    Majene

    2.B.cella

    (Polw)

    3.B.Maridi

    (Polm)

    4.L.Sidondo

    Miu

    5.Lokal

    Tongo

    6.Lokal

    Dalle

    7.Lokal

    Jole2

    8.Kui

    Car.Syn

    9.Car.

    Syn3

    10.Srikandi

    Kng1

    11.

    Lamuru

    1.Jg.Majene 1.00

    2.B.cella(Polw) 0.73 1.00

    3.B.Maridi(Polm) 0.80 0.73 1.00

    4.L.SidondoMiu 0.64 0.59 0.59 1.00

    5.L.Tongo 0.61 0.64 0.52 0.70 1.00

    6.L.Dalle 0.59 0.59 0.66 0.64 0.68 1.00

    7.Jole2 0.73 0.59 0.64 0.80 0.70 0.73 1.00

    8.Kui Car.Syn 0.73 0.64 0.77 0.59 0.66 0.70 0.68 1.00

    9.Car.Syn3 0.68 0.75 0.64 0.57 0.70 0.68 0.66 0.66 1.00

    10.SrikandiKng1 0.66 0.68 0.75 0.57 0.61 0.80 0.64 0.75 0.73 1.00

    11.Lamuru 0.70 0.77 0.77 0.57 0.61 0.70 0.61 0.77 0.70 0.84 1.00

  • 14

    Gambar 1. Dendrogram kekerabatan berdasarkann kesamaan fenotipik 11 entri

    plasma Nutfah jagung lokal jagung Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah, Srikandi Kuning 1, Lamuru dan Jagung CIMMYT