Upload
nguyendan
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (2011) 37(3): 383-396 ISSN 0125 – 9830
KERAGAMAN JENIS SPONS
PADA EKOSISTEM TERUMBU KARANG
DI GUGUS PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU
oleh
TRI ARYONO HADI
Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI
Received 20 December 2010, Accepted 8 August 2011
ABSTRAK
Spons adalah hewan bentos yang mempunyai nilai ekonomis penting
karena senyawa bioaktif yang dimilikinya. Indonesia yang terletak di daerah
tropis mempunyai biodiversitas spons yang tinggi dan tersebar di seluruh perairan. Penelitian spons ini dilakukan di Gugus Pulau Pari pada bulan Juni
2010. Tujuan penelitian kali ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis fauna spons
dan tipe substrat yang dominan pada delapan stasiun penelitian dengan menggunakan peralatan selam SCUBA. Metode yang digunakan adalah belt
transect sejauh 100 m pada kedalaman antara 5-10 m. Spons yang ada dicatat
mengenai jenis dan tipe substrat serta diambil sebagian sampel untuk
diidentifikasi lebih lanjut di laboratorium. Hasil penelitian dari delapan stasiun ditemukan 37 jenis yang terbagi kedalam sepuluh ordo. Keragaman jenis
tertinggi ada di sebelah timur Pulau Pari. Jenis Petrosia nigricans dan Chalinula
nematifera terdistribusi di semua lokasi penelitian. Substrat karang mati paling banyak ditempati oleh sebagian besar jenis spons.
Kata kunci : spons, gugus Pulau Pari, keragaman jenis, substrat.
ABSTRACT
SPECIES DIVERSITY OF SPONGES ON CORAL REEFS
ECOSYSTEM IN PULAU PARI GROUP, SERIBU ISLANDS. Sponges are
benthic animals that have important economic value because of their bioactive
compounds. Indonesia is located in the tropic area in which has a high biodiversity of sponges which spread across the waters. The study was
HADI
384
conducted at Pari Island Group on June 2010. The purposes of this research are
to investigate the types of sponge fauna and to know the types of dominant substrate at eight research stations using SCUBA diving equipment. The method
was belt transect as far as 100 meters at depths between 5 to 10 meters. Sponges
were recorded on the type and the typically substrat presence, even sampling
was also conducted for further identification in the laboratory. The result of eight stations found 37 spesies, divided into ten orders. The highest species
diversity was in the eastward of Pari Island. Petrosia nigricans and Chalinula
nematifera were distributed in all sites. The dead coral substrate was most occupied by almost all species.
Keywords : sponges, Pari Island Group, species diversity, substrate.
PENDAHULUAN
Spons merupakan hewan multiseluler paling primitif yang hidup di
berbagai tipe perairan mulai dari tawar, payau dan laut. Mereka hidup di dasar
perairan dan biasanya menancapkan diri pada substrat keras seperti batu atau karang dan berkompetisi dengan organisme penempel lainnya untuk
memperoleh ruang dan makanan (Cheng et al., 2008). Spons termasuk ke dalam
Phylum Porifera yang dicirikan memiliki banyak pori-pori di sepanjang tubuhnya. Pori-pori ini memungkinkan spons menyaring air untuk memperoleh
makanan dan oksigen dari lingkungan sekitarnya. Hal ini membuat spons disebut
sebagai filter feeder animal (Hooper, 2000). Kawasan perairan Indo-Malayan adalah daerah yang mempunyai
keragaman biota laut yang paling tinggi di dunia (Mora et al., 2003). Spons yang
berhasil diinventarisasi di perairan Indonesia masih belum maksimal meskipun
telah ditemukan sekitar 850 spesies (De Voogd & Van Soest, 2002). Masalah ini tentu saja menimbulkan banyak hambatan terutama pada studi ekologi,
biodiversitas dan ilmu terkait lainnya (De Voogd, 2005). Menurut Rachmat
(2007), masalah yang dihadapi saat ini adalah banyaknya eksplorasi spons dengan kuantitas pengambilan yang tinggi, sedangkan jenis-jenis yang ada
sekarang belum diinventarisir secara keseluruhan sehingga dikhawatirkan suatu
saat akan ada jenis yang punah. Untuk dapat melindungi dan memanfaatkan secara berkelanjutan perlu diinventarisasi keragaman, distribusi, kelimpahan
serta prospek bioaktif metabolitnya.
Penelitian mengenai spons perlu dilakukan yaitu selain untuk
mengetahui keragaman jenis yang ada, juga dapat digunakan untuk mengetahui
KERAGAMAN JENIS SPONS
385
potensi dari perairan tersebut berdasarkan spons yang diketemukan. De Voogd
(2005), menyatakan spons mempunyai potensi senyawa bioaktif yang saat ini banyak digunakan oleh industri farmasi, diantaranya adalah sebagai obat anti
kanker seperti KRN-7000 dari Agelas mauritiana (Indonesia) dan IPL-576092
dari Petrosia hoeksemai (Indo-Pacific).
Gugus Pulau Pari merupakan bagian dari Kepulauan Seribu wilayah selatan. Menurut Kiswara & Suharsono (1990) rataan terumbu karang di pantai
Pulau Pari mempunyai bentuk yang landai dengan lebar antara 180-900 m.
Struktur dasar dari pantai ke arah tubir adalah pasir, pasir berbatu karang mati, bongkahan karang-karang masif, parit terumbu, dinding terumbu yang umumnya
karang mati dan berakhir dengan lereng terumbu (tubir) dengan kemiringan
antara 30-60o. Penelitian spons kali ini dilakukan di Gugus Pulau Pari sebagai
bagian dari Kepulauan Seribu yang mempunyai daerah rataan terumbu yang
luas. Penelitian spons kali ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis fauna spons
dan tipe substrat yang paling dominan pada ekosistem terumbu karang di Gugus
Pulau Pari.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan pada delapan stasiun di Gugus Pulau Pari yaitu
pada Juni 2010 pada daerah-daerah tubir terutama bagian Timur dan Selatan
Pulau Pari, di bagian Barat Pulau Burung dan di bagian Utara Pulau Tikus (Gambar 1). Lokasi-lokasi tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda,
dibagian Timur Pulau Pari dan Utara Pulau Tikus arusnya relatif kuat sedangkan
di dua lokasi berikutnya arusnya cenderung stabil karena lokasinya agak
terlindung. Pengambilan data spons dilakukan dengan menggunakan peralatan
selam. Metode yang digunakan adalah belt transect (Eleftheriou & Mclntyre,
2005; Bertin & Callahan, 2008). Tali transek ditarik sejajar garis pantai sepanjang 100 meter pada kedalaman antara 5-10 m. Setiap koloni fauna spons
yang ditemukan pada 1m kiri dan kanan garis transek, dicatat jenisnya (bila
langsung diketahui), morfologi dan tipe substrat. Selain itu, ada pengambilan foto dan potongan kecil sampel spons untuk di uji lebih lanjut di laboratorium.
Identifikasi spons dilakukan dengan merujuk kepada referensi Colin & Arneson
(1995), Levi et al. (1998), Hooper (2000) serta Hooper & Van Soest (2002).
HADI
386
Gambar 1. Lokasi penelitian spons di Gugus Pulau Pari, Juni 2010 (Google
Teleatlas, 2010).
Figure 1. Research location of sponges in Pari Island Group, June 2010
(Google Teleatlas, 2010).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran umum perairan Gugus Pulau Pari terdiri dari lima buah pulau kecil yaitu Pulau Kongsi,
Pulau Tengah, Pulau Burung, Pulau Tikus dan Pulau Pari. Penelitian kali ini
dilakukan pada delapan stasiun pada daerah tubir dengan kemiringan berkisar antara 30-60
o. Tubir berada kira-kira 500 m dari pantai terdekat. Arus pada saat
penelitian mengalir dari arah timur. Substrat umumnya didominasi oleh karang
mati, karang hidup, patahan karang dan pasir. Adapun karang yang mendominasi
yaitu Porites sp., Montipora sp., Acropora sp., Favia sp., Favites sp., Pachyseris sp., Fungia sp. dan Lobophyllia sp. Dominasi substrat labil (karang mati dan
hidup) terjadi pada semua stasiun kecuali stasiun 4 yang didominasi oleh
pecahan karang (rubble).
Fauna Spons di Gugus Pulau Pari
Hasil penelitian di delapan lokasi transek, diperoleh sembilan ordo spons dengan jumlah spesiesnya mencapai 37 jenis (Tabel 1). Ordo yang mempunyai
KERAGAMAN JENIS SPONS
387
spesies paling banyak adalah Haplosclereida yaitu 14 spesies sedangkan Ordo
Agelas, Dendroceratyda, Spirophorida dan Verongida hanya mempunyai satu spesies. Hadromerida, Poecilosclerida dan Haplosclerida tersebar hampir
diseluruh lokasi transek. Menurut Ereskovskii (1999), Haplosclerida terdistribusi
secara luas di seluruh perairan mulai dari air tawar, payau maupun air asin.
Selain itu, distribusinya tidak hanya di kawasan tropis tetapi juga sub tropis. Dalam beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ekstrim, Haplosclerida
mengembangkan cara untuk selalu bertahan hidup dengan gemmulogenesis,
yaitu proses pembentukan gemmule yang merupakan struktur komplek berbentuk bulat dilapisi dua lapisan berbeda, sebagian besar isinya adalah sel-sel
archaeocytes dan cadangan energi (yolk) yang akan menetas bila kondisi
lingkungan mendukung. Hal ini memungkinkan mereka dapat bertahan hidup meskipun kondisi perairan mengering, membeku atau faktor fisika-kima yang
ekstrim yang terjadi dalam jangka periode lama.
A B
Gambar 2. A. Petrosia nigricans pada stasiun 6 (Foto: Agus, B.);
B. Chalinula nematifera pada stasiun 4 (Foto: Agus, B.).
Figure 2. A. Petrosia nigricans on the sixth station (Photo: Agus, B.);
B. Chalinula nematifera on the fourth station (Photo: Agus, B.).
Dua spesies dari Ordo Haplosclerida yaitu Petrosia nigricans dan
Chalinula nematifera tersebar di setiap lokasi penelitian (Gambar 2). P. nigricans merupakan salah satu dari genus Petrosia yang terdistribusi secara
luas di perairan Indo-Australia dan umumnya hidup pada kedalaman antara 3-45
m. Spesimen yang kecil mampu tumbuh dan menancapkan diri dengan stabil pada substrat karang maupun patahannya, sementara spesimen yang berukuran
besar mampu tumbuh pada lereng-lereng pasir (De Voogd, 2005). Hooper &
Van Soest (2002) menyatakan Chalinid sponges (C. nematifera) bersifat vivipar
dengan larva yang bercilia yang mampu menghasilkan senyawa kimia beracun. Adanya cilia membantu mereka menempel pada substrat karang yang baru dan
melakukan penetrasi dengan senyawa kimia yang dihasilkan. Chalinidae hidup
pada semua perairan laut, namun kebanyakan ditemukan pada wilayah tropis.
HADI
388
Tabel 1. Daftar fauna spons yang ditemukan dari 8 lokasi penelitian, Juni
2010.
Table 1. List of sponge fauna found at the 8 research locations, June 2010.
No Ordo/Species
Location
St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 6 St 7 St 8
I Agelasida
1 Agelas sp. - - - - - + - -
II Astrophorida
2 Rhabdastrella sp. - - - - - + - -
3 R. globostellata - - - - - + - -
III Dendroceratida 4 Chelonaplysilla sp. - - - - - - - +
IV Dyctioceratida
5 Dactylospongia elegans - - - - - - + -
6 Dysidea sp. - - - - - - + -
7 Dysidea sp 2 - - - - - - + -
8 Ircinia ramosa + - + - + - - +
V Hadromerida
9 Aaptos suberitoides + + + - + + + +
10 Spheciospongia sp - - - - - - - +
VI Halichondrida
11 Axinyssa sp. - - - - - - + +
12 Axinyssa sp 2 - - - - - - - +
13 Liosina paradoxa + - - - - - - -
14 Stylissa carteri - - - - - - - +
VII Haplosclerida 15 Petrosia nigricans + + + + + + + +
16 Xestospongia sp. + + + + + + - -
17 Niphates sp. + - + - - - - -
18 Chalinula nematifera + + + + + + + +
19 Neopetrosia sp. - - - - - + - -
20 Haliclona sp. - + - - - + - -
21 Haliclona (Reniera) sp. - - - - + - - -
22 H.(Gellius) amboinensis + + + + - - + +
23 Callyspongia sp. - - - - - - + -
24 Callyspongia aerizusa + + + + - + - -
25 Callyspongia sp2 - - + - - - - -
26 Callyspongia joubini + - - - - + - - 27 Oceanapia ramsayi - - + + + + + +
28 Cribrochalina sp. - - - - + - - -
VIII Poecilosclerida
29 Clathria sp. + + - + - + - -
30 Clathria sp 2 + + + + + + + -
31 Clathria sp 3 - + - - - - + +
32 Clathria reinwardti - + + + + + - -
KERAGAMAN JENIS SPONS
389
Continued Table 3
No Ordo/Species Location
St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 6 St 7 St 8
33 Clathria sp 4 - - + - - - - -
34 Lissodendory sp. + - - - - - - -
35 Monanchora sp. - - - - - + - -
IX Spirophorida
36 Cinachyrella
australiensis
- - - - - + + +
IX Verongida 37 Aplysinella strongylata - - - - - - - +
Total spesies 13 11 13 9 10 17 13 14
Jumlah spesies yang ditemukan dari delapan stasiun mencapai 37 spesies
(Tabel 1). Jumlah ini berbeda dengan hasil penelitian Amir (1991) yang
melakukan penelitian di Pulau Genteng Besar (Kep. Seribu) yang menemukan 23 jenis dari sembilan ordo. Kebanyakan spons tersebut ditemukan pada
kedalaman 6-10 meter. Timotius (2006), pada tahun 2005 di Kepulauan Seribu
berhasil menginventarisasi 48 spesies spons dari sembilan ordo. Meskipun jumlah dan hasil identifikasi spesies berbeda, namun secara umum berasal dari
sembilan ordo yang sama dengan penelitian sebelumnya. Gugus Pulau Pari
hanya bagian kecil dari Kepulauan Seribu sehingga jumlah spesies yang didapat tidak sebanyak dengan penelitian sebelumnya. Karakteristik perairan yang
berbeda antara pulau-pulau di Kepulauan Seribu juga memungkinkan perbedaan
fauna spons yang ada.
Tabel 1 menunjukkan bahwa keragaman tertinggi ada pada Stasiun 6 yaitu dengan total spesies 17. Karakter habitat yang didominasi oleh substrat
stabil yaitu karang baik mati maupun hidup memungkinkan banyak jenis fauna
spons dapat menempel dengan baik pada Stasiun 6. Selain itu arus yang langsung mengalir dari arah timur juga turut membantu mensuplai nutrisi dan
membersihkan permukaan spons dari sedimen. Bell & Smith (2004),
menyatakan faktor fisika yang membatasi pertumbuhan spons salah satunya
adalah sedimentasi. Sedimentasi dapat mengakibatkan penutupan pori-pori sehingga mengurangi tingkat pertukaran air dalam tubuh spons. Adanya arus
yang baik dan kontinyu dapat membersihkan pori-pori spons dari sedimentasi.
Fromont (2004), melakukan penelitian tentang distribusi dan habitat spons di Dampier Archipelago dan hasilnya menunjukkan bahwa kelimpahan jenis spons
tertinggi ada pada daerah subtidal (<10m). Pada daerah ini didominasi oleh
substrat-substrat keras untuk perlekatan spons dan cenderung memiliki arus yang relatif kuat. Pada daerah ini juga banyak ditemukan Gorgonian, Soft coral dan
Coelenterata.
HADI
390
Gambar 3. Analisis Bray Curtis Similarity berdasarkan kehadiran pada
delapan stasiun penelitian di Gugus Pulau Pari, Juni 2010.
Figure 3. Bray Curtis Similarity based on presence of sponges at eight
research stations in Pari Island Group, June 2010.
Hasil analisis cluster berdasarkan kehadiran spons menunjukkan ada dua
grup yaitu Stasiun 7 dan 8 berada dalam grup dua dengan tingkat kesamaan hampir mencapai 60%. Hal ini kemungkinan disebabkan di lokasi tersebut
kondisi terumbu karangnya lebih baik dibandingkan dengan lokasi lain meskipun
saat pengamatan tutupan karang hidup kurang dari 50%. Adanya karang tersebut
memungkinkan spons-spons dapat berlindung dari arus yang terlalu kuat yaitu dengan menempati ruang-ruang kosong diantarannya (Lampiran 1, Gambar e &
f) . Kondisi ini berbeda dengan grup satu terutama Stasiun 1-4, dimana kondisi
perairannya keruh (banyak sedimen menutupi permukaan spons (Lampiran 1, Gambar a,b,c dan d)) dan didominasi oleh karang mati, patahan karang dan
pasir. Selain itu, arus yang didominasi dari arah timur-tenggara juga
mempengaruhi persebaran larva spons sehingga jenis spons yang sama banyak diketemukan di lokasi tersebut. Menurut Carballo et al. (1994), faktor ekologi
yang memegang peranan penting dalam penyebaran fauna spons adalah arus.
Arus membawa banyak material organik yang merupakan sumber energi dan
membantu dalam persebaran larva spons. Anonim (2009), menyatakan arah arus di Kepulauan Seribu dipengaruhi oleh pola angin yang terjadi. Arah arus di
Kepulauan Seribu dominan dari timur laut sampai tenggara. Adanya dominasi
arah arus ini menyebabkan Stasiun 7 dan 8 mempunyai beberapa jenis spesies yang berbeda dengan yang lain karena berada di sebelah barat yang banyak
dipengaruhi oleh arus dari barat laut.
KERAGAMAN JENIS SPONS
391
Kondisi lingkungan seperti kecerahan, diduga turut mempengaruhi
keanekaragam jenis spons yang ada. Kecerahan yang rendah menandakan bahwa
daerah tersebut keruh karena adanya partikel sedimen ataupun senyawa lain
yang terlarut. Hal ini dapat mengakibatkan penyumbatan pada pori-pori spons sehingga mengganggu proses filtrasi. Berdasarkan data LAPAN (2005), kondisi
perairan bagian Barat Pulau Pari adalah suhu 30,5oC, salinitas 29,5 ppt, pH 7,
kecerahan 7 m dan kedalaman 55 m. Kondisi bagian Selatan Pulau Pari adalah suhu 31
oC, salinitas 25 ppt, pH 8, kecerahan 4,3 m dan kedalaman 53,8 m.
Dalam hal ini, Stasiun 7 dan 8 mempunyai kecerahan yang tinggi karena berada
di bagian barat dan akan berbeda keragamannya dengan stasiun-stasiun yang berada pada bagian selatan yang mempunyai kecerahan yang rendah.
Tabel 4. Penyebaran fauna spons berdasarkan tipe substrat yang ada di
delapan stasiun penelitian di Gugus Pulau Pari, Juni 2010.
Table 4. Distribution of sponges based on the type of substrates available at
the eight research stations in Pari Island Group, June 2010.
No Species
Substrate types
Sand Rubble Dead
corals
Live
corals
1 Aaptos suberitoides - + + +
2 Agelas sp. - - - +
3 Aplysinella strongylata - - + -
4 Axinyssa sp. - - + +
5 Axinyssa sp 2 - - + -
6 Callyspongia sp. - - - +
7 Callyspongia aerizusa + + + +
8 Callyspongia sp2 - - + -
9 Callyspongia joubini - - + +
10 Chalinula nematifera - - - +
11 Chelonaplysilla sp. - - + -
12 Cinachyrella
australiensis + + + -
13 Clathria sp. - - + -
14 Clathria sp 2 - + + -
15 Clathria sp 3 - - + -
16 Clathria reinwardti - + + -
17 Clathria sp 4 - - - +
18 Cribrochalina sp. - + - -
19 Dactylospongia elegans - - - +
20 Dysidea sp. - + - -
HADI
392
Continued Table 4.
No Species
Substrate types
Sand Rubble Dead
corals
Live
corals
21 Dysidea sp 2 - + - -
22 Haliclona sp. - - + -
23 Haliclona (Reniera) sp. - + - -
24 Haliclona (Gellius)
amboinensis - + + -
25 Lissodendoryx sp. - - + -
26 Ircinia ramosa - + + -
27 Liosina paradoxa - - + -
28 Monanchora sp. - + - -
29 Neopetrosia sp. - - - +
30 Niphates sp. - - + -
31 Oceanapia ramsayi - + + +
32 Petrosia nigricans - + + +
33 Spheciospongia sp. - - + -
34 Rhabdastrella sp. - - + -
35 R. globostellata - - + -
36 Stylissa carteri - - + -
37 Xestospongia sp. - + + +
Pada Tabel 4, terlihat bahwa spons di Gugus Pulau Pari cenderung lebih
banyak ditemukan pada substrat karang mati. Beberapa jenis karang hidup tidak
memungkinkan untuk ditempati spons. Beuck et al., (2007) menyatakan bahwa
koral mempunyai respon tersendiri terhadap invasi spons pengebor (boring sponge) diantaranya adalah dengan mensekresi aragonit tambahan untuk
menghambat senyawa kimia yang dihasilkan spons pengebor. Fromont (2004)
menyatakan bahwa beberapa jenis karang yang dominan seperti Porites kurang memungkinkan untuk dijadikan substrat tempat spons menempel karena terlalu
keras. Spons banyak tumbuh pada bagian bawah karang ataupun ruang-ruang
diantaranya. Substrat patahan karang memberikan sedikit tempat bagi spons
untuk menempel dan cenderung labil bila arus terlalu kuat.
KERAGAMAN JENIS SPONS
393
KESIMPULAN
Spons yang ada di Gugus Pulau Pari didominasi oleh Haplosclerida
dengan jumlah jenis mencapai 14 dari 37 jenis yang ditemukan. Jenis Petrosia
nigricans adalah tersebar di seluruh lokasi penelitian. Stasiun 6 yang mewakili
Gugus Pulau Pari bagian timur, mempunyai biodiversitas fauna spons yang paling tinggi diantara stasiun-stasiun yang lain. Karang mati yang mendominasi
sangat berperan menjadi substrat bagi sebagian besar fauna spons di Gugus
Pulau Pari.
PERSANTUNAN
Penulis mengucapkan terimakasih kepada saudara Agus Budiyanto
atas bantuannya dan semua foto spons yang diperoleh dari penelitian ini. Terimakasih juga disampaikan pada rekan-rekan yang berada di UPT Pulau Pari
yang telah menyediakan sarana dan prasarana. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada Pusat Penelitian Oseanografi LIPI yang telah menghibahkan dana penelitian bagi para peneliti baru sehingga dapat meningkatkan kompetensi
di bidangnya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, I. 1991. Fauna spons (porifera) dari terumbu karang Genteng Besar,
Pulau-Pulau Seribu. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 24: 41-
54.
Anonim. 2009. Pulau Tidung. http://seandy-lautbiru.blogspot.com/2009/08/
pulau-tidung.html.
Bell, J.J. & D.Smith. 2004. Ecology of sponges (porifera) in the Wakatobi
Region; South-Eastern Sulawesi, Indonesia: Richness and Abundance.
J. Mar. Biol., 84: 1-11.
HADI
394
Bertin, M. & M. Callahan. 2008. Distribution, abundance and volume of
Xestospongia muta at selected sites in the Florida Keys National Marine Sanctuary. In : Proceedings of The 11th International Coral
Reefs Symposium. 7-11 July 2008, Florida: 686-690.
Beuck, L., A. Vertino, E. Stepina, M. Karolczak & O. Pfannkuche. 2007. Skeletal response of Lophelia pertusa (Scleractinia) to bioeroding
sponge infestation visualised with micro-computed tomography. Faces,
53: 157–176.
Carballo, J. L., J. E. Sanchez-Moyano & J. L. Garcia-Gomez. 1994. Taxonomic
and ecological remarks on boring sponge (Clionaidae) from the Straits of Gibaltar (Southern Spain) : Tentative bioindicator ?. Zoological
Journal of the Linnean Society, 112: 407–424.
Cheng, L. S. , N. J. De Voogd & T. K. Siang. 2008. A guide to sponge of Singapore. Science Center, Singapore: 173 pp.
Colin, P. L. & C. Arneson. 1995. Tropical Pacific invertebrates. Coral Reefs Press, California: 296 pp.
De Voogd, N. J. 2005. Indonesian sponges “Biodiversity and mariculture potential”.The Royal Netherlands Academy of Sciences, Amsterdam:
174 pp.
De Voogd, N. J. & R. W. M. Van Soest. 2002. Indonesian sponges of the genus Petrosia Vosmaer (Demospongiae: Haplosclerida). Zoologische
Mededelingen, 76: 193-209.
Eleftheriou, A. & A. Mclntyre. 2005. Methods for the study of marine benthic 3
rd
Edition. Blackwell Publishing Company, UK. 409 pp.
Ereskovskii, A. V. 1999. Development of sponges of the order Haplosclerida. Russian Journal of Marine Biology, 25: 361-371.
Fromont, J. 2004. Porifera (sponges) of the Dampier Archipelago, Westren Australia: Habitats and distributions. Records of the Westren
Australian Museum Supplement, 66: 69-100.
Hooper, J.N.A. 2000. “Spongeuide”. Guide to Sponge Collection and
Identification.http://www.qm.qld.gov.au/organisation/sections/Sessile
MarineInvertebrates/spong.pdf.
KERAGAMAN JENIS SPONS
395
Hooper, J.N.A. & R.W.M.Van Soest. 2002. Systema Porifera. Second edition.
Kluwer Academic/Plenum Publisher, New York. 1708 pp.
Kiswara, W. & Suharsono. 1991. Sebaran karang batu di rataan terumbu pantai
Pulau Pari, Pulau-Pulau Seribu, Teluk Jakarta. Oseanologi dan
Limnologi di Indonesia, 24: 1-14.
LAPAN 2005. Sosialisasi dan Survey Lapangan; Pemanfaatan Data Inderaja dan
Sistem Informasi Geografis untuk Pengembangan Budidaya laut. http://www.docstoc.com/docs/24842678/LAPAN-SOSIALISASI-
DAN-SURVEI-LAPANGAN-PEMANFAATAN-DATA-INDERAJA
Levi, C., P. Laboute, G. Bargibant & J.L. Menou. 1998. Sponges of the New
Caledonian Lagoon. Ostrum editions, Paris. 214 pp.
Mora, C., P.M. Chittaro, P. F. Sale, J. P. Kritzer & S. A. Ludsin. 2003. Patterns and processes in reef fish diversity. Nature, 421: 933-936.
Rachmat, R. 2007. Spons Indonesia Kawasan Timur (keragaman, distribusi, kelimpahan dan kandungan metabolit sekundernya). Oseanologi dan
Limnologi di Indonesia, 33: 123-128.
Timotius, S. 2006. Pelatihan pengenalan dan identifikasi filum Porifera. Dalam :
M. I. Yosephine & S. Soemodihardjo. Ekosistem Terumbu Karang di
Kepulauan Seribu. Monitoring dan Evaluasi Tiga Dasawarsa. LIPI
Press, Jakarta: 71-73.
HADI
396
Lampiran 1. Foto beberapa jenis spons yang ditemukan di Gugus Pulau
Pari (Foto: Agus, B.).
Appendix 1. Picture of some species of sponges found at Pari Island Group
(Photo: Agus, B.).
a) Xestospongia sp. b) Callyspongia aerizusa
c) Liosina sp. d) Clathria reinwardti
e) Cinachyrella australiensis f) Axinyssa sp.