73
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL) TERMINAL TERPADU GEDEBAGE PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN Oleh: Ahmad Mulyasir 15311029 Aghnia Qinthari 15311049 Faldi Ahmad 15311051 Annisa Athifah 15311053

Kerangka Acuan Isi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

amdal

Citation preview

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN(KA-ANDAL)TERMINAL TERPADU GEDEBAGE

Oleh:Ahmad Mulyasir15311029Aghnia Qinthari15311049Faldi Ahmad15311051Annisa Athifah15311053Fadya Syifa15311055Desi Wulandhari15311057

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGANINSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG2015

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangBandung merupakan salah satu pusat kota metropolitan yang ada di Indonesia yang mengalami perkembangan sangat pesat. Perkembangan tersebut diikuti dengan pertumbuhan penduduk, perkembangan kota dan bertambahnya aktivitas kota. Pada sisi lain, perkembangan kota ini ternyata hanya terjadi pada Bandung bagian Barat saja. Kondisi ini mengakibatkan meningkatnya kesenjangan antar wilayah terutama dengan Bandung Bagian Timur. Di sisi lain, beban Bandung Bagian Barat semakin berlebih dan mengakibatkan penataan kota kurang terpelihara baik (RTRW kota Bandung, 2004). Atas dasar tesebut, pemerintah kota Bandung merencanakan pengembangan pusat primer kedua di Gedebage. Pengembangan Pusat Primer Gedebage adalah salah satu prioritas kebijakan pengembangan Pemerintah Kota Bandung yang dituangkan dalam RTRW Kota Bandung 2004-2013. Pengembangan Kawasan Gedebage harus juga diiringi dengan suatu moda transportasi massal yang dapat memudahkan akses warga dalam melakukan aktivitas ekonomi di Gedebage. Saat ini warga kota Bandung dilayani oleh dua terminal utama yaitu terminal bus Cicaheum yang melayani kedatangan dari arah timur Kota Bandung dan Terminal bus Leuwi Panjang yang melayani kedatangan dari arah Barat Kota Bandung.Lokasi terminal yang ada di pusat perkotaan ternyata menimbulkan kemacetan, idealnya terminal bus antar kota dan provinsi berada agak jauh dari pusat kota untuk menghindari kepadatan. Oleh karena itu pembangunan terminal terpadu di Kawasan Gedebage merupakan solusi untuk mengatasi kesenjangan di Bandung Timur dan untuk mengurangi beban lalu lintas di Bandung Barat. Hal tersebut mengingat Gedebage memiliki luas 2.809 ha, baru termanfaatkan sebanyak 41.74%. Rencana pengembangan terminal terpadu Gedebage telah ditetapkan didalam SK Walikota Bandung No. 593/Kep.298-Bag Huk /2001, tanggal 12 juni 2001 yang terletak di Kelurahan Cisaranten Kidul, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung. Penetapan rencana ini pun merupakan amanat PERDA No.2 tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung 2013.Rencana kegiatan pembangunan terminal terpadu Gedebage diperkirakan dapat menimbulkan perubahan yang mendasar terhadap lingkungan hidup seperti pencemaran udara yang berasal dari emisi kendaraan, kebisingan, limbah dari aktivitas domestik,operasional dan pemeliharaan kendaraan, sehingga sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku khususnya PERMENLH NO. 15 Tahun 2012tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, kegiatan pembangunan terminal terpadu Gedebage ini wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL).Adapun pendekatan studi AMDAL terminal terpadu Gedebage yang sesuai PP 27 tahun 2012 adalah Pendekatan studi kawasan dimana pemrakarsa merencanakan untuk melakukan lebih dari 1 (satu) Usaha dan/atau Kegiatan yang perencanaan dan pengelolaannya saling terkait, terletak dalam satu kesatuan zona rencana pengembangan kawasan, yang pengelolaannya dilakukan oleh pengelola kawasan.

1.2 Maksud dan Tujuan Rencana Kegiatan Mengembangkan kawasan Gedebage melalui pembangunan terminal terpadu Mengurangi beban Lalu lintas di Bandung Barat Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan terminal terpadu Gedebage Meratakan kesenjangan sosial dan pusat kegiatan di Bandung Barat dan Timur Pemerataan beban wilayah Bandung Barat dan Timur Menyediakan sarana transportasi yang aman dan nyaman. Memperkecil kemacetan kendaraan yang diakibatkan oleh penggunaan kendaraan bermotor milik pribadi yang sudah berlebihan. Melayani keberangkatan dan kepergian penumpang antar regional, kota dan provinsi

1.3 Pelaksanaan Studi a. Pemrakarsa dan Penanggung JawabPemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.Nama Perusahaan: PT. Wija Podomoro Alamat: Jln. Jaluran No. 63 BandungTelepon: 022-15311053

b. Pelaksana Studi AmdalSusunan pelaksana studi Amdal adalah sebagai berikut:

1. Tim Penyusun AmdalTim penyusun Amdal terdiri atas:Ketua Tim: Ahmad Mulyasir, ST, MT.Anggota Tim: Fadya Syifa Hani, ST, MT. Aghnia Qintari Nabilah, ST, MT. Desi Wulan Dhari, SE, M.Si.2. Tenaga Ahli Adapun teanga ahli untuk menyiapkan, mengkaji, dan menjalankan proyek ini disusun dengan para ahli pada bidang masing-masing dan bekerja sinergis satu sama lain untuk membentuk proyek yang baik secara menyeluruh pada tiap aspeknya. Tenaga ahli dalam pembangunan terminal terpadu Gedebage terdiri dari: Ahli sosiologi Ahli yang berperan dalam mempelajari serta memberikan informasi ke pelaksana proyek mengenai dampak yang ditimbulkan proyek terhadap masyarakat dan kegiatan yang berada di sekitar wilayah proyekNama: Annisa Athifah, SH, S.Sos. Ahli hukumUntuk membantu masalah perizinan dan segala bentuk permasalahan hukum yang dapat terjadi selama proses perencanaan dan pelaksanaan proyekNama: Annisa Athifah, SH, S.Sos. Ahli geodesiAhli yang berperan dalam menganalisis kontur tanah yang berada di sekitar wilayah proyekNama: Ahmad Mulyasir, ST, MT. Ahli mekanika tanah Ahli dalam mengenali struktur tanah wilayah proyek serta memberikan pertimbangan beban, baik dari bangunan hingga ke volume kendaraan, yang sesuai dengan sifat tanahNama: Ahmad Mulyasir, ST, MT. Ahli konstruksi sipil Ahli yang berperan dalam pembangunan konstruksi gedung stasiun dan bangunan pendukung sesuai analisis faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembangunan tersebutNama: Ahmad Mulyasir, ST.MT. Ahli transportasi Ahli yang berperan dalam penataan dan perencanaan sistem transportasi serta menganalisis dampak terhadap transportasi lain akibat pembangunan proyek ini Nama: Faldi Ahmad Nugraha, ST. MT. Ahli manajemenAhli yang berperan dalam mengatur sistem manajerial keselurahan proyek dari awal hingga akhir Nama: Desi Wulan Dhari, SE, M.Si. Ahli lingkungan Ahli yang berperan dalam menganalisis dampak hipotetik lingkungan akibat berlangsungnya proyek Nama: Fadya Syifa Hani, ST, MT. Ahli arsitektur Ahli yang berperan dalam mendesain suatu bangunan yang memiliki estetika tinggiNama: Aghnia Qintari Nabilah, ST, MT. Ahli BiologiAhli yang berperan dalam menganalisis dampak lingkungan terhadap biodiversitas flora dan fauna.Nama: Fadya Syifa Hani, ST, MT.

3. Asisten Penyusun AmdalAsisten penyusun Amdal yaitu orang yang dapat menjadi asisten penyusun amdal adalah setiap orang yang telah mengikuti dan lulus pelatihan penyusunan amdal di LPK yang telah teregistrasi/terakreditasi di KLH, antara lain:Faldi Ahmad Nugraha, ST, MT.Annisa Athifah, SH, S.Sos.

BAB 2PELINGKUPAN2.1. Deskripsi Rencana Kegiatan2.1.1. Lokasi KegiatanTerminal Terpadu Gedebage akan didirikan di Kelurahan Rancanumpang, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung diatas tanah seluas 15 ha. Batas-batas lokasi kegiatan adalah sebagai berikut : Sebelah utara: Jalan Soekarno Hatta Sebelah barat: Jalan Gedebage Sebelah selatan: Tol Padaleunyi Sebelah timur: Jalan Cimencrang

2.1.2. Uraian KegiatanKegiatan ini merupakan proyek pengembangan terminal baru di kawasan Bandung. Terminal Terpadu Gedebage menjadi pertimbangan lokasi pembangunan terminal karena baru sebesar 41,74% yang digunakan di kawasan tersebut. Terminal Terpadu Gedebage merupakan terminal provinsi sehingga bus yang keluar-masuk adalah bus antar kota. Dikatakan terpadu dikarenakan terminal ini akan diintegrasikan dengan Tol Padaleunyi sebagai akses jalannya. Adapun fasilitas terminal yang terdiri dari dua lantai antara lain: Lantai 1Area yang melayani kegiatan kendaraan di dalam terminal yang meliputi area kedatangan, area keberangkatan, parkir kendaraan pribadi, umum dan penunjang (seperti toilet umum), serta ruang tunggu penumpang di area keberangkatan. Lantai 2Area yang melayani jalur sirkulasi yang menghubungkan antara area parkir kendaraan pribadi, area kedatangan dan keberangkatan, serta pusat perbelanjaan.Mengenai kebutuhan listrik, Terminal Terpadu Gedebage akan mengonsumsi listrik sebagai berikut:1. Areal terminal (meliputi toilet umum): 15000 KVA2. Pusat perbelanjaan: 15000 KVATotal: 30000 KVAMengenai pengelolaan limbah, air buangan (grey water) yang dihasilkan dari Terminal Terpadu Gedebage akan dibuang langsung ke Sungai Cinambo dan air buangan black water akan dialirkan ke IPAL Kota Bandung. diolah di kawasan kondominium yang memiliki bangunan pengolah air buangan terpadu. Sedangkan limbah B3 yang dihasilkan dari tumpahan minyak atau oli bekas akan dikelola oleh PT. PPLI.

2.1.3. Rencana KegiatanKegiatan pembangunan Terminal Terpadu Gedebage secara garis besar dapat dipilah dalam tahapan kegiatan yang meliputi tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, dan tahap operasi, dan tahap pasca-operasi.

2.2. Deskripsi Rona Lingkungan HidupRona lingkungan hidup menggambarkan komponen-komponen lingkungan hidup yang berpotensi terkena dampak dari rencana usaha dan/atau kegiatan di wilayah studi rencana usaha dan/atau kegiatan. Rona lingkungan awal juga merupakan langkah awal pada studi AMDAL. Faktor-faktor yang dipertimbangkan adalah fisik, kimia, biologi, budaya, sosial-ekonomi, dan masyarakat. Tidak semua rona lingkungan awal perlu dicari datanya, hanya yang berhubungan dengan proyek yang akan dicari datanya. Pengumpulan data dapat berupa data primer dan sekunder dengan mempertimbangkan waktu, tenaga dan biaya. Tujuan dari rona awal sendiri adalah untuk Mengidentifikasi faktor lingkungan penting, membuat suatu daftar tentang perubahan lingkungan kritis, prediksi dan penilaian. Rona lingkungan yang dibahas mencakup komponen-komponen lingkungan hidup yang berkaitan dengan, atau berpotensi terkena dampak penting dan uraian usaha dan/atau kegiatan yang ada di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan. Adapun komponen-komponen lingkungan hidup yang berkaitan dengan, atau berpotensi terkena dampak pentingmeliputi komponen geo-fisik-kimia, biologi, sosio-ekonomi-budaya, dan komponen kesehatan masyarakat.

2.2.1 Lokasi Proyek dan Akses MasukLokasi proyek berada di 656'13.9 LS 10741'28.7 BT, tepatnya di Jalan Rancanumpang. Bagian utara dibatasi oleh Jalan Soekarno Hatta, bagian selatan dibatasi oleh Jalan Tol Padaleunyi, bagian barat dibatasi oleh Jalan Gedebage, dan bagian timur dibatasi oleh Jalan Cimencrang.. Akses jalan untuk proyek yang akan berlangsung melibatkan Jalan Tol Padaleunyi dengan pertimbangan lokasinya paling dekat dengan proyek ditunjukkan pada Gambar 2.1. Akses masuk proyek melewati Jalan Tol Padaleunyi menuju Jalan Gedebage dirancang supaya tidak mengganggu lalu lintas jalan arteri yaitu Jalan Soekarno Hatta dan permukiman penduduk yang berada di sekitar Jalan Gedebage.

Gambar 2.1 Akses Masuk Proyek

2.2.2 Data Lingkungan FisikData lingkungan fisik terdiri dari data iklim, kualitas udara dan kebisingan, kualitas air permukaan, topografi, kemiringan, dan struktur tanah.

1. IklimCurah hujan wilayah Gedebage ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Curah Hujan Wilayah GedebageBulanHujanKelembaban (%)Penyinaran Matahari (%)

mmhari

Januari18.327.782.341.7

Februari18.228.480.455

Maret1828.681.952.8

April17.928.88355.6

Mei17.528.680.459.5

Juni17.528.678.562.6

Juli16.228.376.668.2

Agustus16.128.672.674

September16.928.976.157.5

Oktober1729.373.962.4

November17.828.980.448.6

Desember17.828.481.649

Sumber: Kompilasi Data Rencana Detail Tata Ruang Kota, Meteorologi dan Geofisika (2006)Iklim yang terbentuk di Wilayah Gedebage tidak jauh berbeda dengan iklim wilayah lainnya yang berada di Kota Bandung. Iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh pegunungan di sekitarnya sehingga cuaca yang terbentuk sejuk dan lembab. Temperatur rata-rata yaitu 23,40C dan mencapai suhu tertinggi pada bulan september yaitu 30,90C. Sedangkan rata-rata curah hujan di Kota Bandung pada tahun 2012 adalah 209,23 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 18 hari per bulan. Iklim Kota Bandung ditunjukkan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Iklim Kota BandungTekanan Udara923.1 mb

Kelembaban Nisbi76%

Temperatur23.4 C

Curah Hujan209.23 mm

Hari Hujan18 hari

Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun BandungArah dan kecepatan angin yang berhembus di daerah Gedebage akan mempengaruhi penyebaran debu yang dihasilkan oleh pembangunan terminal terpadu Gedebage. Arah angin dominan bertiup dari arah Barat menuju ke Timur Laut, dengan kecepatan angin berkisar antara 0,2 1,5 m/s. Kecepatan angin tertera pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Arah Kecapatan Angin

2. Kualitas Udara dan KebisinganKualitas udara ditentukan oleh tingkat pencemaran udara, semakin tinggi tingkat pencemaran semakin rendah kualitas udara tersebut dan sebaliknya semakin rendah tingkat pencemaran udara semakin tinggi kualitas udara tersebut. Zat-zat pencemar udara dapat dikelompokkan menjadi parameter gas parameter partikulat/debu, dan parameter kebisingan. Kualitas udara untuk masing-masing parameter berdasarkan perhitungan laju pertumbuhan penduduk dan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup kota Bandung tahun 2006 untuk parameter gas tertera pada Gambar 2.3 sampai 2.7 dan parameter partikulat/debu tertera pada Gambar 2.8 dan 2.9. Titik pengukuran parameter kualitas udara dan kebisingan terdapat pada Gambar 2.1. Pengambilan sampel dilakukan di empat titik yaitu Jalan Hasan (1), Komplek Panyileukan (2), Komplek Griya Cempaka Arum (3), dan Komplek Adipura. Lokasi dipilih berdasarkan pertimbangan arah angin dan banyaknya reseptor di lokasi. Adapun metode analisis parameter kualitas udara terdapat pada Tabel 2.3.Tabel 2.3 Metode Pengujian Parameter Kualitas UdaraParameterMetode AnalisisPeralatan

SO2PararosanilinSpektrofotometer

CONDIRNDIR Analyzer

NO2SaltzmanSpektrofotometer

O3ChemiluminescentSpektrofotometer

HCFlame IonizationGas Chromatografi

SPMGravimetric Hi-Vol

PbGravimetric Hi-Vol

Gambar 2.3 Parameter Kualitas Udara CO

Gambar 2.4 Parameter Kualitas Udara SO2

Gambar 2.5 Parameter Kualitas Udara HC

Gambar 2.6 Parameter Kualitas Udara NO2

Gambar 2.7 Parameter Kualitas Udara O3

Gambar 2.8 Parameter Kualitas Partikulat Pb

Gambar 2.9 Parameter Kualitas Partikulat SPMFaktor lain yang perlu diperhatikan untuk memperoleh kenyamanan dan kesehatan penghuni perumahan adalah tingkat kebisingan. Data hasil pengukuran tingkat kebisingan tertera pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Tingkat KebisinganSumber: BPLH Kota Bandung (2006)

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Sumber kebisingan di sekitar lokasi rencana pembangunan terminal berasal dari kendaraan yang lalu lalang seperti sepeda motor, angkot, sedan, truk, pick up, bus, pembangunan gedung dan rel, dan banyak kegiatan lainnya. 3. Kualitas Air PermukaanHidrologi air permukaan yang terdapat di Wilayah Gedebage terbagi atas air tanah dangkal (bebas) dan air tanah dalam. Air tanah dangkal (bebas) berupa sumur pantek dan sumur gali, dimana ketersediaan dan kualitas airnya relatif baik, karena dapat diperoleh pada kedalaman kurang dari 5 10 meter dari permukaan. Sedangkan kondisi air tanah dalam secara umum mengikuti pola air tanah cekungan Bandung secara keseluruhan, yakni arah aliran air bertekanan ke selatan dengan kedalaman akuifer terbagi dalam 3 kelompok, yaitu : Kurang dari 40 m. Antara 40 150 m. Lebih dari 150 m.

Bentuk akuifer berupa pasir tufa setempat dengan debit air antara 2 liter/detik hingga 10 liter/detik dan kualitas umumnya sedang. Pada kawasan perencanaan terdapat beberapa sungai yang melaluinya diantaranya: Sungai Cipamokolan, Sungai Cidurian, Sungai Cikapundung, dan Sungai Cikapundung Kolot. Sungai-sungai ini umumnya kering pada musim kemarau, namun pada musim hujan pada beberapa sungai sering terjadi banjir. Kualitas air sungai ditunjukkan pada Tabel 2.4. Pengambilan sampel dilakukan di dua titik Sungai Cinambo dengan pertimbangan sungai tersebut melewati proyek. Titik pertama berada di bagian hulu dimana terdapat kawasan industri tekstil dan bangunan. Titik kedua berada di hilir yang merupakan perumahan penduduk. Penentuan titik ini berpengaruh terhadap kualitas air yang dihasilkan.

Tabel 2.4 Data Kualitas Air Sungai ParameterSatuanKualitas Titik (1)Kualitas Titik (2)Baku Mutu Lingkungan Kelas III

FISIKA

TemperaturC22.625Deviasi 3

Zat terlarutmg/l2244421000

Zat tersuspensimg/l40336400

KIMIA

Amoniak Totalmg/l NH3-N0.0250.68-

Detergenug/l9040200

Fenolug/l211

Fosfat Totalug/l PO4-P0.050.051

BODmg/l16.7814.216

CODmg/l102.1156.4350

Minyak-lemakug/l100010001000

Nitratmg/l NO3-N1.111.0720

Nitritmg/l NO2-N0.050.050.06

DOmg/l O22.663.033

Ph-7.357.46-9

Air raksamg/l Hg0.00020.00020.002

Sianidamg/l0.010.010.02

Khlorinmg/l0.020.020.03

Sulfidamg/l0.170.0130.002

BIOLOGI

Koli tinjaJml./100 ml700030002000

Koli totalJml./100 ml11000500010000

Sumber: BPLH Kota Bandung (2006)

4. Topografi LahanWilayah Gedebage terdiri dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan Buahbatu, Kecamatan Rancasari dan Kecamatan Gedebage. Masing-masing kecamatan memiliki topografi masing-masing. Secara topografi Kecamatan Buahbatu berada di 700 meter diatas permukaan laut. Kecamatan Buahbatu terletak di bagian selatan Kota Bandung yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bandung. Kecamatan Buahbatu memiliki fungsi yaitu pemukiman. Secara topografi Kecamatan Rancasari berada di 700 meter diatas permukaan laut. Sedangkan Kecamatan Gedebage berada di dataran rendah dengan ketinggian tanah 627 meter diatas permukaan laut.

5. Kemiringan TanahKemiringan lahan sebagai bentuk alami permukaan tanah, merupakan salah satu faktor dalam penentuan kemampuan tanah untuk menampung kegiatan-kegiatan di atasnya. Kemiringan lahan antara 2 5 % merupakan kemiringan yang sangat dominan di lokasi wilayah perencanaan, dimana kondisi semacam ini merupakan kendala bagi saluran drainase kota. Untuk itu perlu penanganan khusus bagi Wilayah Gedebage yang rawan terhadap banjir terutama pada saat musim hujan.

6. Struktur TanahKawasan Gedebage terletak pada daerah dengan kondisi tanah berupa lapisan tanah lunak sangat tebal dan terletak pada cekungan danau purba Bandung yang mempengaruhi besarnya respon gempa dipermukaan tanah. Berdasarkan SNI-03-1726-2002 dan Uniform Building Code, tanah di kawasan Gedebage diklasifikasikan dalam kelas SE (tanah lunak) dan SF (tanah khusus) sehingga memerlukan evaluasi respons gempa lokal. Adapun sebaran batuan dan tanah di wilayah perencanaan terdiri dari: lempung lanauan, lapisan gambut, lapisan pasir dan lempung berpasir. Sedangkan Jenis tanah di wilayah ini berupa tanah alluvial sehingga membutuhkan kontruksi yang spesifik dan khusus untuk bangunan berat dan tinggi.

2.2.3 Ekologi

1. Keanekaragaman FaunaBerbagai spesies kelompok fauna yang dapat ditemui di kawasan Gedebage adalah sebagai berikut Bubalus bubalis (kerbau) dari taksa mamalia. Taksa insekta terdapat Dissosteira carolina (belalang, Neurothenis sp. (capung) dan Gryllus asimilis (jangkrik). Taksa amfibi Fejervarya cancrivora (katak sawah) dan dari taksa pisces terdapat Monopterus albus (belut). Selain itu terdapat hewan yang dilindungi yaitu burung kuntul kerbau (Bubulcus ibis)dan burung blekok (Ardeola speciosa). 2. Keanekaragaman FloraKeaneka ragaman pembentuk tipe vegetasi Kota Gedebage berupa ekosistem sawah, baik teresterial maupun air. Berikut diantaranya kelompok flora teresterial Oryza sativa (padi), Zea mays (jagung), Bambusa glaucescens (bambu pagar) dan Imperata cylindrica (ilalang). Sedangkan yang termasuk ke dalam kelompok biota air adalah Ipomoea aquatic (kangkung) dan Eichornia crassipas (eceng gondok).

2.2.4Demografi1. Jumlah PendudukKecamatan Gedebage terdiri dari empat kelurahan yaitu Cimincrang, Cisaranten Kidul, Rancanumpang, dan Rancabolang. Total jumlah penduduk Kecamatan Gedebage ialah 26940 jiwa dengan rincian 13628 laki-laki dan 13312 perempuan. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin tertera di Gambar 2.11.

Gambar 2.11 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis KelaminSumber: Badan Pusat Statistik (2014)

2. Tata Guna LahanTotal luas wilayah Gedebage adalah 2809,39 Ha. Penggunaan lahan dikawasan ini di dominasi oleh persawahan seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Fungsi lainnya adalah perdagangan, industri, perumahan terencana maupun tidak terencana dan perkantoran pemerintah. Fungsi sarana dan prasarana yang dikembangkan yaitu permukiman, industri, jasa dan perkantoran serta pusat pengembangan ekspor-impor.

3. EkonomiBerdasarkan tata guna lahan, pemanfaatan lahan Bandung Timur didominasi oleh permukiman dan ruang terbuka berupa persawahan dan tegalan. Kegiatan perdagangan dan jasa atau industri hanya sedikit sekali jumlahnya tidak melebihi 10% dari total keseluruhan lahan. Indikasi pola pemanfaatan ruang tersebut adalah belum optimalnya sektor industri, perdagangan, dan jasa. Pada umumnya, peranan industri sangat besar dalam hal meningkatkan perekonomian wilayah, salah satunya adalah melalui kas daerah dan penciptaan lapangan kerja.

Aktivitas perekonomian yang terdapat di wilayah Gedebage terdiri dari sarana perdagangan, indutri, dan jasa pemerintahan/swasta. Lokasi industri bagi wilayah Gedebage berpusat di sekitar Jalan Gedebage terutama di Jalan Gedebage bagian utara karena daerah itu merupakan daerah strategis untuk pengiriman dan pengangkutan barang serta dekat dengan akses Jalan Soekarno Hatta dan Terminal Peti Kemas. Sebagian industri yang berada di wilayah ini adalah industri besar seperti industri tekstil dan industri bahan bangunan sedangkan industri rumah tangga berupa industri kerajinan.

4. TransportasiWilayah Gedebage diapit dua jalan arteri yaitu jalan tol Padalarang-Cileunyi dan jalan Sukarno Hatta yang menyebabkan lokasi wilayah relatif strategis. Wilayah Gedebage memiliki jaringan jalan khususnya jalur regional sepanjang jalan Soekarno-Hatta, jalan Terusan Kiaracondong, Terusan Buahbatu yang berpotensi untuk pengembangan kawasan dengan skala regional, jalan Margacinta jalan Ciwastra dan jalan Gedebage yang berfungsi sebagai jalan kolektor dan berpotensi untuk dikembangkan guna menopang pengembangan pusat primer Gedebage. Di kelurahan Cisaranten Kidul terdapat terminal peti kemas Gedebage dan rencana pembangunan sarana olah raga. Hal ini berdampak positif pada wilayah Gedebage antara lain terhadap naiknya nilai tanah, nilai komersial kawasan yang tinggi dan mudahnya aksesibilitas keluar dan masuk wilayah, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi pengembangan wilayah Gedebage secara menyeluruh. Di lokasi proyek terdapat permukiman penduduk sehingga akses jalan akses proyek cukup ramai. Jumlah kendaraan yang melintasi jalan akses proyek terdapat pada Tabel 2.5. Sampel kendaraan diukur pada saat pagi, siang, dan sore dengan pertimbangan di waktu tersebut penduduk sekitar memiliki mobilitas yang tinggi.

Tabel 2.5 Jumlah KendaraanJenis KendaraanWaktuJumlah Kendaraan

Mobil06.30-07.0039

12.00-12.3014

16.30-17.0031

Motor07.00-07.3053

12.00-12.3034

16.30-17.0048

5.Konsumsi AirTerminal Terpadu Gedebage yang akan dibangun membutuhkan pasokan air bersih. Terminal ini nantinya akan mempengaruhi tingkat konsumsi air masyarakat. Tingkat konsumsi air masyarakat sangat berhubungan dengan jumlah penduduk. Kebutuhan akan air masyarakat biasanya diperuntukkan untuk kebutuhan sehari-hari pada sambungan rumah dan fasilitas-fasilitas umum kota. Berikut adalah tabel kebutuhan air masyarakat Gedebage pada tahun 2011. Seperti ditunjukkan pada Tabel 2.6, kebutuhan air bersih untuk fasilitas umum dan rekreasi adalah sebesar 332180 l/s.Tabel 2.6 Kebutuhan Air Bersih tahun 2011Sambungan umum (l/detik)7775153.01

Hidran Umum (l/detik)1318740

Fasilkitas Pendidikan (l/detik)1276800

Fasilitas Peribadatan (l/detik)1360500

Fasilitas Kesehatan (l/detik)515400

Fasilitas Perdagangan dan Jasa (l/detik)411420

Fasilitas Umum dan Rekreasi (l/detik)332180

Fasilitas Olahraga (l/detik)105000

Kegiatan Industri (l/detik)2386900

Hidran Kebakaran (l/detik)1548209.3

Tata Kota (l/detik)774104.651

TOTAL (l/detik)17804407

Sumber: Karlinda (2014)

6.Tingkat PendidikanUraian mengenai penduduk menurut tingkat pendidikan berkaitan erat dengan kualitas dari penduduk dan potensi pemenuhan lapangan pekerjaan yang ada. Penilaian terhadap kesejahteraan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilakukan berdasarkan asumsi bahwa makin tinggi tingkat pendidikan makin tinggi pula tingkat kesejahteraannya. Gambar 2.12 menunjukkan tingkat pendidikan masyarakat Gedebage tahun 2014.

Gambar 2.12 Tingkat Pendidikan Penduduk GedebageSumber: Badan Pusat Statistik (2014)

7. Jenis PekerjaanMata pencaharian masayarakat Gedebage berdasarkan Badan Pusat Statistik (2014) paling dominan adalah sebagai pegawai swasta. Hal ini berkaitan dengan banyaknya industri di wilayah tersebut. Rincian mata pencaharian masyarakat Gedebage tertera pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13 Mata Pencaharian Penduduk GedebageSumber: Badan Pusat Statisik (2014)8.KesehatanJenis sarana kesehatan yang terdapat di Wilayah Gedebage adalah Rumah Sakit, Poliklinik, Puskesmas, Pos Kesehatan/Pos Yandu, Dokter, Bidan, Mantrim Kesehatan, Apotik dan lainnya. Rincian sarana kesehatan di wilayah Gedebage tertera pada Gambar 2.14.

Gambar 2.14 Sarana Kesehatan di GedebageSumber: Badan Pusat Statistik (2014)

9. AgamaSecara umum sarana peribadatan yang ada di wilayah Gedebage adalah Mesjid, Langgar, Gereja, sedangkan tidak terdapat Pura, Vihara dan Kuil. Adapun agama yang dominan dianut adalah Islam seperti ditunjukkan pada Gambar 2.15.

Gambar 2.15 Agama yang Dianut Penduduk GedebageSumber: Badan Pusat Statisik (2014)10. UsiaDilihat dari struktur usianya, penduduk wilayah Gedebage didominasi oleh penduduk usia muda, dimana penduduk usia balita jumlahnya mencapai 11.449 jiwa (9,98%). Penduduk usia kerja, yaitu antara usia 10 14 tahun sampai 50 54 tahun mencapai jumlah 95.492 jiwa atau sebesar 83,20%. Sedangkan penduduk yang bukan usia kerja berjumlah 33.571 jiwa. Dari data ini diperoleh angka/jumlah ketergantungan di wilayah perencanaan adalah sebesar 29,25%. Dengan demikian komposisi penduduk antara usia kerja dan non usia kerja cukup seimbang.

2.2.3Karakteristik Sarana dan Prasarana KotaUnsur-unsur yang tergolong dalam utilitas umum dan prasarana sanitasi lingkungan dapat diuraikan sebagai berikut :- Utilitas umum yang meliputi pelayanan air bersih, jaringan listrik serta jaringan telepon dan gas.- Prasarana sanitasi lingkungan meliputi drainase, pengelolaan pembuangansampah dan pengelolaan air limbah.

Berikut akan dibahas mengenai beberapa utilitas yang berkaitan dengan lingkungan.a. Air bersihAir bersih merupakan kebutuhan pokok bagi suatu lingkungan perumahan, oleh sebab itu kawasan perumahan harus mendapat distribusi air bersih yang cukup. Jenis sumber air yang ditemui di Wilayah Gedebage umumnya menggunakan sumur pompa dan sumur terbuka, sebagian telah memanfaatkan jaringan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

b. DrainaseSistem drainase merupakan prasarana sanitasi lingkungan yang harus dipenuhi pada setiap lingkungan perumahan maupun perkotaan yang berfungsi untuk mengeringkan air hujan dan harus mempunyai kapasitas tampung yang cukup agar suatu lingkungan terbebas dari genangan banjir. Di beberapa tempat di wilayah perencanaan sering terkena banjir akibat kondisi wilayah berada di bawah ketinggian jalan terutama jalan arteri dan regional (Jl. Raya Soekarno-Hatta dan Jl. Tol Padalarang Cileunyi), saluran drainase yang belum sempurna maupun saluran yang tersumbat oleh sampah atau buangan limbah industri.

c. Pengelolaan Air LimbahPengelolaan air limbah merupakan komponen yang sangat penting bagi suatu lingkungan perumahan, yang mana pengelolaan air limbah mempunyai fungsi utama sebagai saluran yang membuang limbah air kotor ke tempat pembuangan akhir. Sistem pembuangan air limbah di wilayah perencanaan masih menggunakan selokan dan sebagian menggunakan septik tank, namun cenderung menggunakan sungai sebagai pembuangan air limbah terutama dari rumah tanggga dan industriindustri. Pada umumnya industri di wilayah perencanaan belum mempunyai tempat pengolahan air limbah, sehingga dialirkan ke sungai-sungai yang ada di wilayah Gedebage.

d. Sarana PendidikanPada gambar di bawah ini fasilitas yang paling banyak adalah fasilitas untuk TK dan RA sedangkan penduduk dengan rentang diatas 15 tahun sangatlah banyak. Fasilitas untuk SD hingga SMA yang ada jumlahnya kurang memadai untuk jumlah penduduk wilayah Gedebage. Jika terjadi perkembangan penduduk maka fasilitas sekolah pun akan meningkat jumlahnya terutama tingkat pendidikan SD hingga SMA. Sarana pendidikan di wilayah Gedebage terdapat pada Gambar 2.16.

Gambar 2.16 Sarana Pendidikan di Wilayah GedebageSumber: Badan Pusat Statisik (2014)

e. Sarana KesehatanBerdasarkan Gambar 2.14 terlihat bahwa fasilitas kesehatan yang paling banyak adalah posyandu, sedangkan fasilitas kesehatan yang jumlahnya sangat sedikit adalah balai pengobatan dan puskesmas. Jika penduduk berkembang pesat maka diperkirakan orang yang akan jatuh sakit pun akan semakin banyak, untuk itu diperlukan peningkatan fasilitas kesehatan di Wilayah Gedebage.

f. Sarana PeribadatanBerdasarkan Gambar 2.17 terlihat bahwa fasilitas Peribadatan yang paling banyak adalah masjid, hal ini sesuai dengan mayoritas agama di wilayah Gedebage adalah agama Islam. Tetapi, untuk pura dan vihara tidak ada sama sekali.

Gambar 2.17 Sarana Peribadatan di Wilayah GedebageSumber: Badan Pusat Statistik (2014)

g. Sarana Umum dan RekreasiBerdasarkan Gambar 2.18 terlihat bahwa sarana umum dan rekreasi sangatlah kurang. Berdasarkan RTRW Kota Bandung , Wilayah Gedebage akan dijadikan pusat kota kedua setelah Alun-alun. Dengan dijadikannya Gedebage sebagai pusat kota kedua maka sarana umum dan rekreasi akan meningkat pula. Kondisi sebelum menjadi pusat kota, wilayah Gedebage sangatlah minim sarana umum dan rekreasi.

Gambar 2.18 Sarana Umum dan Rekreasi di Wilayah Gedebage(Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014)

2.3. Hasil Pelibatan MasyarakatProses pembuatan dokumen AMDAL terdiri dari beberapa tahapan. Kesempatan partisipasi masyarakat dalam membuat dokumen tersebut dapat dilibatkan melalui tahap pelingkupan, penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL, serta keputusan kelayakan atas ANDAL, RKL, dan RPL.Pelibatan masyarakat dimulai dari pemrakarsa mengajak diskusi dan menyelenggarakan pertemuan dengan para tokoh masyarakat setempat. Diskusi awal dibahas mengenai rencana kegiatan proyek serta kegiatan studi AMDAL. Pemrakarsa juga mengumumkan mengenai kegiatan proyek ini melalu surat kabar dan kantor pemerintah setempat. Adapun hasil keefektifannya pengumuman ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yang disebar ke masyarakat mengenai pengetahuan dan persetujuan tentang proyek. Dari 10 responden, 90% masyarakat menyatakan mengetahui akan diadakannya proyek Terminal Terpadu Gedebage dan 80% masyarakat menyatakan setuju dibangunnya Terminal Terpadu Gedebage.Adapun pendapat dan tanggapan yang diberikan masyarakat melalui konsultasi dan partisipasi tokoh masyarakat adalah sebagai berikut:1. Dengan adanya pembangunan Terminal Terpadu Gedebage dapat menurunkan mata pencaharian warga disebabkan ekosistem sawah rusak.2. Lalu lintas menjadi padat sejak masa konstruksi Terminal terpadu Gedebage.Sedangkan saran yang diberikan masyarakat adalah sebagai berikut:1. Melibatkan masyarakat sekitar dalam perekrutan tenaga kerja proyek2. Membuat akses jalan khusus untuk lalu lintas proyek

2.4. Dampak Penting HipotetikDalam perumusan dampak penting hipotetik perlu dilakukan dengan menggunakan serangkaian proses sebagai berikut:- Identifikasi dampak potential- Evaluasi dampak potensial, klasifikasi dan prioritas dampah penting hipotetik

2.4.1. Identifikasi Dampak Potensial Kegiatan pelingkupan pada tahap ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi segenap dampak lingkungan (primer atau sekunder) yang secara potensial akan timbul akibat adanya kegiatan Terminal Terpadu Gedebage.Identifikasi dampak potensial diperoleh melalui serangkaian aktifitas yaitu pemahaman mengenai komponen-komponen kegiatan, pengamatan lapangan dan hasil konsultasi serta diskusi dengan para pakar, dan masyarakat yang berkepentingan terutama mereka yang tinggal di wilayah tapak proyek.Metode identifikasi dampak potensial dilakukan dengan menggunakan Metode Alir memalui hubungan sebab akibat antara bentuk kegiatan dengan komponen lingungan. Selain itu, untuk generalisasi digunakan juga Metode Matrik melalui interaksi antara komponen kegiatan dan komponen lingkungan yang terkena dampak pada setiap tahapan kegiatan, mulai dari tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi Terminal Terpadu Gedebage.

1. Tahap Pra KonstruksiPada tahap pra konstruksi, kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak potential terhadap komponen lingkungan adalah:1. Survey lapanganDari kegiatan survey lapangan ini diperkirakan akan menimbulkan beberapa dampak isu sosial berupa keresahan masyarakat (gangguan kamtibmas) dan keresahan/persepsi masyarakat1. Pembebasan lahanKegiatan pembebasan lahan ini diperkirakan menimbulkan beberapa dampak diantaranya: Kesesuaian ganti rugi lahan, kegiatan ini dapat menimbulkan dampak keresahan/persepsi dari pemilik lahan. Perubahan kepemilikan lahan (alih fungsi lahan), kegiatan ini dapat menimbulkan dampak pada kondisi ekonomi masyarakat sekitar yaitu berupa perubahan mata pencaharian dan pekerjaan masyarakat setempat. Dari adanya peralihan mata pencaharian penduduk sekitar akan mengakibatkan tingkat pendapatan penduduk sekitar.Secara keseluruhan dampak yang ditimbulakan dari kegiatan pra-konstruksi ini dapat dilihat pada bagan alir berikut.Tahap Pra KonstruksiSigi lapanganPembebasan lahanIsu sosialKeresahan/persepsi masyarakatKesesuaian ganti rugiPerubahan kepemilikan lahanKeresahan/persepsi pemilik lahanPerubahan mata pencaharian

Gambar 2.19. Bagan alir identifikasi dampak pembangunan Terminal Terpadu Gedebage tahap pra-konstruksi

1. Tahap KonstruksiPada tahap konstruksi, kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak potential terhadap komponen-komponen lingkungan adalah:1. Pengosongan lahan Pada tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Pembersihan/pengosongan lahan Dampak yang mungkin terjadi dengan adanya kegiatan pembersihan lahan adalah rusaknya ekosistem di sekitar lokasi proyek, yaitu persawahan. Hal ini mengakibatkan flora dan fauna di lokasi tersebut mengalami penurunan baik jumlah maupun keanekaragaman. Penggalian dan penimbunan tanah untuk keperluan penyiapan lokasi bangunan Dampak yang mungkin terjadi dengan adanya kegiatan ini adalah peningkatan debu dan partikulat sehingga mengakibatkan menurunnya kualitas udara. Akibat turunnya kualitas udara ini, adalah gangguan kesehatan pada flora dan fauna serta masyarakat sekitar pun dapat terjadi. Perataan lahan secara parsial Seperti halnya di atas, dampak potensial yang terjadi akibat adanya kegiatan ini adalah peningkatan debu dan partikulat sehingga mengakibatkan menurunnya kualitas udara. Akibat turunnya kualitas udara ini, gangguan kesehatan pada flora dan fauna serta masyarakat sekitar pun dapat terjadi. Penyiapan tapak untuk pembangunan Pada kegiatan penyiapan tapak untuk pembangunan, dampak yang mungkin terjadi adalah timbulnya keresahan masyarakat karena pada tahap ini masyarakat mulai sadar bahwa adanya proyek pembangunan yang sudah pasti yang kemungkinan besar dapat mempengaruhi kehidupan mereka.

1. Mobilisasi alat berat dan materialDampak yang ditimbulkan dengan adanya kegiatan ini adalah peningkatan getaran dan kebisingan akibat keluar masuknya alat berat dan kendaraan yang membawa material bangunan. Akibat adanya getaran ini, kerusakan prasarana jalan dapat terjadi. Selain itu peningkatan bising juga dapat ditimbulkan karena alasan tersebut. Dampak lain yang ditimbulkan dengan adanya kegiatan ini adalah gangguan lalu lintas dan kerusakan pada ekosistem sawah sekitar proyek.

1. Pembangunan terminal terpaduDampak yang terjadi akibat pembangunan terminal terpadu merupakan dampak yang paling banyak dan besar pada tahap konstruksi proyek. Hal ini dikarenakan pada kegiatan ini, terjadi peningkatan debu dan partikulat yang mengakibatkan penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan. Penurunan kualitas udara ini akan menyebabkan gangguan pada flora dan fauna serta kesehatan masyarakat sekitar. Meningkatnya jumlah limpasan air hujan juga ditimbulkan karena lahan yang tadinya terbuka sekarang dibangun bangunan-bangunan yang tidak dapat menyerap air hujan. Selain itu, peningkatan getaran dan kebisingan juga jelas akan terjadi akibat adanya pembangunan ini.

1. Tahap OperasiPada tahap operasi, kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak potential terhadap komponen lingkungan adalah:

1. Mobilisasi bus dan angkutan umumDampak yang mungkin dapat terjadi dengan adanya kegiatan mobilisiasi bus dan angkutan umum adalah penyebaran emisi gas dari knalpot kendaraan tersebut. Adanya penyebaran emisi gas ini dapat berpengaruh pada kualitas udara di sekitar lokasi Terminal Terpadu Gedebage dan berujung pada penurunan kualitas udara. Penurunan kualitas udara juga akan berpengaruh pada kondisi flora dan fauna di sekitar lokasi. Untuk fauna seperti burung akan kemungkinan menjauh dari lokasi sedangkan untuk flora diprediksi akan menambah beban dalam pengaturan sirkulasi udara secara alami. Tidak hanya flora dan fauna, manusia akan terganggu kondisi kesehatannya dengan adanya penurunan kualitas udara dan bisa memicu timbulnya penyakit pada manusia seperti sesak napas atau yang lebih parah. Hal ini tentunya menimbulkan keresahan dan ketidaknyamanan masyarakat di lokasi.Selain penyebaran emisi, dampak lainnya pada kegitan ini adalah dari bunyi klakson bus dan transportasi umum lainnya di lokasi. Bunyi klakson ini akan memicu peningkatan kebisingan di lokasi Terminal Terpadu Gedebage. Kebisingan ini akan kengurangi kenyamanan masyarakat di lokasi terutama para penumpang.Aktifitas mobilisasi bus dan angkutan umum ini jika tidak dikelola dengan baik juga akan berdampak pada terganggunya aktivitas lalu lintas di sekitar kawasan. Kesemerawutan tempat parkir mobil juga mungkin terjadi bahkan lebih parahnya lagi bisa memungkinkan terjadinya kerusakan prasarana jalan.1. Naik turun penumpangKegiatan naik turun penumpang haruslah diperhatikan oleh pihak pengelola. Kemungkinan dampak buruk yang terjadi adalah gangguan lalu lintas karena kurangnya pemahaman para penumpang mengenai jalur mobilisasi penumpang yang baik di lokasi. Selain itu kegiatan ini tentunya tidak lepas dengan keramaian sehingga memuka peluang bagi para pedagang asongan khususnya untuk memanfaatnya. Walaupun hal ini menjadi keuntungan bagi para pedagang tetapi kurang baik bagi kenyamanan para penumpang.1. Administrasi penumpangPada kegiatan administrasi penumpang yang mungkin menimbulkan dampak adalah pada antrian pembelian karcis. Jika tidak dilakukan pengelolaan dengan baik akan menimbulkan ketidaknyamanan penumpang. Selain itu ada kemungkinan sperti ruang tunggu penumpang yang penuh akan menimbulkan keresahan dan ketidaknyamanan penumpang juga.1. Pengerahan Tenaga KerjaAdanya kegiatan baru di lokasi terminal akan mengundang bagi masyarakat sekitar ataupun masyarakat luar daerah untuk berkesempatan meraih keuntungan secara ekonomi. Masyarakat dapat berkesempatan bekerja sebagi petugas terminal dan juga memicu kegiatan perdagangan di sekitar lokasi karena tingkat keramaian pada terminal yang tinggi. Namun adanya kegiatan perdagangan juga memungkinkan terjadinya gangguan lalu lintas dan perusakan prasarana jalan jika tidak dikelola dan ditertibkan secara baik. Ditambah lagi sistem berdagang yang lebih aktif seperti pedagang asongan akan memicu ketidaknyamanan dari para penumpang.

1. Pengelolaan persampahan dan fasilitas air bersihPengelolaan persampah dan fasilitas air bersih haruslah dilakukan dengan baik. Jika tidak tentunya akan berdampak bagi aktifitas di terminal terutama menyangkut kenyamanan masyarakat di lokasi. Ketersedian air bersih untuk sanitasi yang sering terganggu, sampah yang menumpuk merupakan contoh pengelolaan yang buruk yang mungkin terjadi.Secara keseluruhan identifikasi dampak dari kegiatan operasi dapat dilihat di bagan alir pada Gambar 2.2 di bawah.1. Tahan Pasca OperasiPada tahap Pasca Operasi, kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak potential terhadap komponen lingkungan adalah:1. Pengerahan Tenaga KerjaDalam proses pembongkaran terminal akan dilakukan perekrutan tenaga kerja yang melibatkan warga sekitar yang dapat memicu peningkatan taraf hidup dan produktifitas masyarakat sekitar. Tersedianya lapangan kerja dapat juga meningkatan aktivitas ekonomi di sekitar terminal seperti perdagangan yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

1. Pembongkaran dan perapihan lokasi kegiatanProses pembongkaran dan perapihan lokasi pasca operasi terminal akan menimbulkan kebisingan dari proses penghancuran bangunan. Adapun proses pembongkaran dapat meningkatkan jumlah debu atau partikulat yang terbang ke udara. Hal ini juga akan menimbulkan keresahan masyarakat akibat ketidaknyamanan masyarakat dalam beraktivitas di sekitar terminal.

1. Demobilisasi alat berat dan materialPada proses demobilisasi alat berat dan material akan menimbulkan penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan yang membuat gangguan kenyamanan masyarakat. Proses pengangkutan ini juga dapat menyebabkan kerusakan sarana dan prasarana seperti jalan apabila tidak dilakukan penertiban dengan baik. Selain itu, transportasi material dari pembongkaran terminal menyebabkan kemacetan lalu lintas.

1. Pelepasan Tenaga kerjaKetika terminal telah selesai beroperasi, para pekerja dan warga sekitar yang memiliki kesempatan bekerja dalam proses pembongkaran dan perapihan terminal akan kehilangan pekerjaannya. Hal ini akan menimbulkan keresahan pada masyarakat, karena penurunan kesempatan bekerja pada masyarakat akan berdampak pada penurunan pendapatan ekonomi mereka. Selain itu warga yang melakukan usaha disekitar terminal seperti berdagang akan kehilangan tempat usaha mereka dan mencari daerah lain yang berpotensi dalam meningkatkan pendapatan mereka.Secara keseluruhan identifikasi dampak dari kegiatan pasca operasi dapat dilihat di bagan alir pada Gambar 2.22 di bawah.

Gambar 2.20. Bagan alir identifikasi dampak pembangunan Terminal Terpadu Gedebage tahap operasi

Tahap Operasi

Pengelolaan Persampahan dan Fasilitas Air BersihPengerahan Tenaga KerjaAdministrasi PenumpangNaik Trun PenumpangMobilisasi dan Bus dan Angkutan Umum

Tenaga Kerja ResmiPedagang kaki lima dan asonganPenumpukan sampahAir Bersih Terganggu

Emisi Gas Knalpot KendaraanBunyi Klakson Kendaraan

KebisinganAntrian Penumpang Penuh Gangguan Lalu LintasPenurunan Kualitas Udara

Rusaknya Fasilitas JalanPeningkatan ekonomi

Gangguan Kesehatan ManusiaGangguan Flora dan FaunaKetidaknyamanan Masyarakat

Gambar 2.21. Bagan alir identifikasi dampak pembangunan Terminal Terpadu Gedebage tahap operasi

Pasca OperasiPengerahan Tenaga KerjaPembongkaran dan Perapihan Lokasi KegiatanDemobilisasi Alat berat dan materialPelepasan Tenaga KerjaPerekrutan Tenaga kerjaPeningkatan Pendapatan wargaKebisinganPeningkatan Jumlah Debu dan PartikulatKetidaknyamanan MasyarakatKebisinganKerusakan Sarana PrasaranaPenurunan Kualitas UdaraKemacetan Lalu LintasPenurunan Pendapatan MasyarakatKeresahan Masyarakat

Gambar 2.22. Bagan alir identifikasi dampak pembangunan Terminal Terpadu Gedebage tahap pasca operasi

Tabel 2.7. Identifikasi Dampak Potensial Pembangunan Terminal Terpadu GedebageNoKomponen LingkunganKomponen Kegiatan

Tahap Pra KonstruksiTahap KonstruksiTahap OperasiTahap Pasca Operasi

Sigi lapangan (Isu sosial)Pembebasan lahan (kesesuaian ganti rugi)Pengosongan LahanMobilisasi Alat Berat dan MaterialPembangunan Terminal TerpaduMobolisasi bus dan Angkutan UmumNaik Turun PenumpangKegiatan Administrasi PenumpangPeluang Usaha LokalPengerahan Tenaga KerjaPengelolaan persampahan dan limbahPengerahan Tenaga KerjaPembongkaran dan Perapihan LokasiDemobilisasi Alat Berat dan Material Pelepasan Tenaga Kerja

I Fisik-Kimia

1Penurunan kualitas udara

2Peningkatan kebisingan

3Peningkatan limpasan air hujan

4Penurunan kualitas air

5Kerusakan sawah/tanah

6Gangguan lalu lintas

7Kerusakan prasarana jalan

8Peningkatan getaran

II Biologi

1Flora

2Fauna

3Biota air

IIISosian Ekonomi Budaya

1Keresahan masyarakat

2Keresahan pemilik lahan

3Penurunan pendapatan

4Peningkatan aktifitas ekonomi local

IVKesehatan

1Gangguan kesehatan masyarakat

2Gangguan kenyamanan masyarakat

2.4.2. Evaluasi Dampak Potensial dan Klasifikasi Dampak Penting HipotetikPada langkah ini, evaluasi dampak potensial dan pemusatan dampak penting ditempuh sekaligus mengingat eratnya kaitan kedua proses pelingkupan tersebut. Evaluasi dampak potensial bertujuan untuk menghilangkan atau meniadakan dampak yang dipandang tidak terlalu relevan atau tidak penting sehingga diperoleh seperangkat dampak penting hipotetik. Untuk klasifikasi dan prioritas yang dimaksud untuk mengorganisasi dampak penting hipotetik yang terkait dengan rencana kegiatan ke dalam beberapa kelompok (Peraturan Menteri Negara Lingkungan, 2006).Evaluasi dampak potensial serta pemusatan dampak penting hipotetik disusun berdasarkan hasil diskusi dengan para pakar dan institusi terkait serta saran dan masukan melalui wawancaradengan masyarakat.1. Tahap Pra KonstruksiEvaluasi dampak potensial beberapa kegiatan pada tahap pra konstruksi adalah sebagai berikut:1. Survey lapanganDari kegiatan survey lapangan ini diperkirakan akan menimbulkan beberapa dampak isu sosial berupa keresahan masyarakat (gangguan kamtibmas) dan keresahan/persepsi masyarakat. Keresahan masyarakat ini desebabkan karena adanya isu pembangunan proyek. Hal ini dapat ditanggulangi dengan mengadakan sosialisasi tentang akan diadakannya proyek kepada masyarakat dan pengumuman di media massa. 1. Pembebasan lahanKegiatan pembebasan lahan ini diperkirakan menimbulkan beberapa dampak diantaranya: Kesesuaian ganti rugi lahan, kegiatan ini dapat menimbulkan dampak keresahan/persepsi dari pemilik lahan. Adanya keresahan pemilik lahan disebabkan karena kekhawatiran warga mengenai ganti rugi lahan miliknya oleh pihak pemilik proyek. Namun keresahan ini dapat ditanggulangi dengan adanya penggantian kesesuaian ganti rugi sehingga lahan dapat berpindah kepemilikan kepada pihak pemilik proyek. Perubahan kepemilikan lahan (alih fungsi lahan), kegiatan ini dapat menimbulkan dampak pada kondisi ekonomi masyarakat sekitar yaitu berupa perubahan mata pencaharian dan pekerjaan masyarakat setempat. Sebelum diadakan pembebasan lahan, mata pencaharian warga sekitar adalah dengan bertani di sawah. Setelah sawah tersebut dibebaskan maka warga memperoleh ganti rugi lahan yang dapat digunakan sebagai modal untuk membuka atau mencari mata pencaharian baru. Dari adanya peralihan mata pencaharian penduduk sekitar akan mengakibatkan tingkat pendapatan penduduk sekitar. . Sehingga dapat disimpulkan tidak ada dampak penting hipotetik dari kegiatan pra konstruksi pembangunan Terminal Gedebage Kota Bandung.

1. Tahap KonstruksiEvaluasi dampak potensial beberapa kegiatan pada tahap konstruksi adalah sebagai berikut:0. Pengosongan LahanDari kegiatan pengosongan lahan ini dapat menimbulkan dampak kerusakan ekosistem karena disebabkan oleh penggalian dan perataan tanah. Hal ini mengakibatkan rusaknya sawah di sekitar lokasi proyek sehingga dapat menurunkan jenis (keanekaragaman) dan jumlah flora dan fauna di lingkungan tersebut. Selain itu, kegiatan ini juga dapat menimbulkan dampak menurunnya kualitas udara. Penurunan kualitas udara ini disebabkan karena peningkatan debu dan partikulat akibat kegiatan pengosongan lahan. Hal ini selain dapat menggangu flora dan fauna juga kesehatan masyarakat sekitar. Dampak lain yang dapat ditimbulkan dari kegiatan ini adalah keresahan masyarakat. Keresahan masyaraat ini dapat timbul saat dimulai pembangunannya tapak. Hal ini menandakan proyek akan segera dimulai.

0. Mobilisasi Alat Berat dan MaterialMobilisasi alat berat dan material yang akan digunakan pada tahap konstruksi ini dapat menimbulkan gangguaan lalu lintas. Akibat adanya keluar masuk kendaraan lalu lintas di sekitar proyek dapat terganggu apabila tidak ada SOP yang mengatur mengenai akses ini. Kegiatan ini juga menimbulkan dampak terhadap peningkatan getaran dan kebisingan di wilayah sekitar proyek. Getaran yang ditimbulkan akibat keluar masuknya proyek dapat mengakibatkan rusaknya eksosistem sekitar. Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktivitas ini dapat menggangu kehidupan masyarakat sekitar.

0. Pembangunan TerminalAdanya pembangunan Terminal Terpadu Gedebage dapat mempengaruhi kualitas lingkungan sekitar, diantaranya: Meningkatnya limpasan air hujan. Meningkatnya limpasan air hujan dikarenakan ruang yang tadinya terbuka sekarang dibangun terminal sehingga limpasan air hujan meningkat. Penurunan kualitas udara. Penurunan kualitas udara ini disebabkan karena peningkatan debu dan partikulat akibat kegiatan pengosongan lahan. Hal ini selain dapat menggangu flora dan fauna juga kesehatan masyarakat sekitar. Peningkatan getaran. Getaran yang ditimbulkan dari kegiatan ini dikarenakan aktivitas dari pembangunan proyek pembangunan. Hal ini dapat mengganggu aktivitas warga sekitar proyek bahkan kalau getarannya melebihi baku mutu properti di sekitar proyek dapat rusak, misalnya rumah warga. Peningkatan kebisingan. Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktivitas pembangunan ini dapat menggangu kehidupan masyarakat sekitar.Sehingga dampak penting hipotetik yang dihasilkan dari evaluasi beberapa dampak potensial pada proses konstruksi di Terminal Terpadu Gedebage adalah sebagai berikut: Kerusakan ekosistem dan penurunan kualitas udara di daerah proyek dan sekitar proyek pada saat pengosongan lahan. Penurunan kualitas udara apda saat proses pembangunan Terminal Terpadu Gedebage

1. Tahap OperasiEvaluasi dampak potensial beberapa kegiatan pada tahap pra konstruksi adalah sebagai berikut:0. Mobilisasi Bus dan Angkutan UmumKegiatan ini dapat menimbulkan dampak penurunan kualitas udara. Penyebaran emisi gas dari knalpot kenadaraan dapat berpengaruh pada kualitas udara di sekitar lokasi Terminal Terpadu Gedebage dan berujung pada penurunan kualitas udara. Penurunan kualitas udara juga akan berpengaruh pada kondisi flora dan fauna di sekitar lokasi. Selain itu juga akan berpengaruh pada kesehatan manusia. Dampak lain yang dapat ditimbulkan adalah kebisingan seperti bunyi klakson yang dapat memicu peningkatan kebisingan di lokasi Terminal Terpadu Gedebage. Gangguan lalu lintas juga dapat ditimbulkan deri kegiatan ini. Aktifitas mobilisasi bus dan angkutan umum ini jika tidak dikelola dengan baik juga akan berdampak pada terganggunya aktivitas lalu lintas

0. Naik Turun Penumpang Kegiatan ini dapat menimbulkan dampak berupa gangguan lalu lintas. Gangguan lalu lintas ini terjadi karena kurangnya pemahaman para penumpang mengenai jalur mobilisasi penumpang yang baik di lokasi.

0. Administrasi PenumpangAdanya kegiatan administrasi penumpang dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi penumpang itu sendiri, seperti Antrian pembelian karcis yang tidak terkelola dengan baik. 0. Pengerahan Tenaga KerjaPengerahan tenaga kerja dapat menimbulkan dampak terhadap rusaknya fasilitas jalan. Pengaturan pedagang yang beroperasi di kawasan terpadu yang kurang baik mengenai perannya untuk menjaga lingkungan akan memicu rusaknya fasilitas tempat mereka berjualan. Pengaturan posisi pedagang yang beroperasi di kawasan terpadu akan memicu gangguan lalu lintas. Akan tetapi, dampak positif dari kegiatan ini adalah meningkatnya pendapatan masyarakat sekitar sehingga dapat meningkatkan peluang usaha bagi penduduk lokal maupun dari luar. Namun harus dikelola dengan baik jangan sampai terjadi keresahan masyarakat lokal akan tidak dapat peluang pekerjaan.

0. Pengelolaan Fasilitas Persampahan dan Fasilitas Air BersihPengelolaan sampah yang tidak teratur sehingga memungkin terjadinya penumpukan sampah yang pada akhirnya akan menyebabkan keresahan pada masyarakat masyarakat sekitar terutama penumpang. Dan pengelolaan fasilitas air yang tidak baik bisa memungkinkan terjadinya kebutuhan air yang tidak tercukupi sehingga menimbulkan ketidaknyamanan bagi masyarakat terutama penumpang.

Sehingga dampak penting hipotetik yang dihasilkan dari evaluasi beberapa dampak potensial pada proses operasi di Terminal Terpadu Gedebage adalah sebagai berikut. Penurunan kualitas udara akibat emisi kendaraan di Terminal Terpadu Gedebage. Terjadinya Gangguan lalu lintas jika pengelolaan mobilisasi kendaraan, mobilisasi penumpang dan pedagang kaki lima dan asongan di lokasi Terminal Terpadu Gedebage tidak baik. Ketidakpuasan penduduk lokal jika peluang kerja dan peluang usaha tidak didapatkan. Ketidaknyamanan penumpang terjadi jika meningkatnya tingkat kebisingan, buruknya pengelolaan administrasi, pengelolaan persampahan dan fasilitas umum di Terminal Terpadu Gedebage.

1. Tahap Pasca OperasiEvaluasi dampak potensial beberapa kegiatan pada tahap pasca operasi adalah sebagai berikut:0. Pengarahan Teanaga KerjaDengan tersedianya lahan pekerjaan yang baru diprediksi akan menambah pendapatan ekonomi masyarakat sekitar. Dengan begitu akan terjadi perubahan nilai sehingga masyarakat akan cenderung menuju masyarakat menengah keatas atau masyarakat yang lebih mapan.

0. Pembongkaran dan Perapihan Lokasi KegiatanKegiatan ini dapat menimbulkan dampak terhadap kebisingan dan peningkatan jumlah debu serta partikulat. Kebisingan merupakan bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Partikulat dan debu dalam jumlah yang banyak akan membahayakan kesehatan manusia. Partikulat yang terhirup dalam jumlah dan konsentrasi yang banyak akan memberikan dampak yaitu dapat mengakibatkan gangguan bronkhitis, gangguan emphysema dan penyakit kardiovaskuler.

0. Demobilisasi Alat Berat dan MaterialAdanya demobilisasi alat berat dan material dapat menimbulkan dampak terhadap kualitas lingkungan sekitar, diantaranya: Penurunan kualitas udara. Kegiatan mobilisasi peralatan dan material dapat menyebababkan adanya lalu lalang kendaraan-kendaraan berat di lokasi proyek untuk pengangkutan material yang mengeluarkan emisi kendaraan dalam jumlah banyak sehingga dapat menurunkan kualitas udara ambient dilokasi. Kemacetan lalu lintas. Kemacetan lalu lintas mengakibatkan emisi yang dikeluarkan kendaraan di sekitar lokasi semakin besar dalam waktu tertentu.Kendaraan besar banyak menghasilkan asap dari buangan knalpotnya, buangan yang dihasilkan banyak mengandung gas CO, CO2, NO2, SO2,, dan gas-gas lainnya. Banyaknya kendaraan yang berlalu lalang akan memberikan dampak yang buruk baik kondisi udara di daerah tersebut. Kandungan gas SO2 ,NO2, CO2, dan CO dapat berakibat buruk bagi kesehatan terutama pernapasan, paparan serta konsentrasi dalam jumlah tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru, lemas, dan kematian. Kerusakan sarana dan prasarana. Pengangkutan alat dan material hasil pembongkaran akan memberikan beban yang lebih besar terhadap kendaraan pengangkut yang apabila melebihi kapasitasnya dapat merusak jalan disekitar lokasi. Meningkatnya kebisingan. Kebisingan merupakan bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Dengan naikknya tingkat kebisingan kemungkinan akan menaikkan tingkat stress masyarakat, sehingga akan berakibat menurunnya produktivitas masyarakat dalam bekerja dan bersosialisasi.

0. Pelepasan Tenaga KerjaPelepasan Tenaga kerja menyebabkan warga kehilangan pekerjaannya,sehingga akan menurunkan pendapatan ekonomi warga dan menimbulkan warga mencari pekerjaan lain untuk menambah penghasilan

Sehingga dampak penting hipotetik yang dihasilkan dari evaluasi beberapa dampak potensial pada pasca operasi di Terminal Terpadu Gedebage adalah sebagai berikut: Keresahan masyarakat akibat masa operasi terminal sudah selesai sehingga masyarakat kehilangan kesempatan kerja dan melakukan usaha di sekitar terminal sehingga pendapatan menurun Kebisingan yang bersumber dari demobilisasi alat berat dan material serta penghancuran bangunan di terminal Penurunan Kualitas udara yang bersumber dari emisi yang dikeluarkan pengangkut alat berat dan material serta debu dan partikulat yang dihasilkan dari proses pembongkaran bangunan di terminal Kemacetan Lalu lintas yang diakibatkan oleh demobilisasi alat berat dan material dari proses pembongkaran

2.5. Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian Penentuan lingkup wilayah studi harus disesuaikan dengan karakteristik suatu kegiatan proyek, berupa besarnya dampak yang akan terjadi dan jangkauan penyebarannya. Lingkup wilayah studi sangat ditentukan oleh batas proyek, administratif, ekologi, dan sosial.

2.5.1 Batas Wilayah Studi2.5.1.1 Batas ProyekBatas proyek meliputi batas lokasi kegiatan Terminal Terpadu Gedebage dengan luas total 15 Ha, yang meliputi batas antara lain: Utara berbatasan dengan Jalan Soekarno Hatta Selatan berbatasan dengan Tol Padaleunyi Barat berbatasan dengan Jalan Gedebage Timur berbatasan dengan Jalan Cimencrang

Gambar 2.23. berikut adalah peta batas proyek.

Gambar 2.23. Peta Batas Proyek

2.5.1.2. Batas AdministratifBatas administrasi wilayah studi adalah ruang dimana masyarakat secara leluasa melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya meliputi lingkup sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di dalam ruang tersebut. Batas ini ditentukan dengan berdasarkan nilai administratif yang membawahi lokasi proyek, batas administratif yaitu Kecematan Gedebage. Berikut adalah peta batas administrative Terminal Terpadu Gedebage.

Gambar 2.24. Peta Batas Administratif

2.5.1.3. Batas EkologiBatas ekologi adalah ruang persebaran dampak dari rencana kegiatan menurut media transportasi limbah (air dan udara). Dampak terhadap berbagai komponen lingkungan yang akan timbul akibat berbagai aktivitas pembangunan proyek terminal ini secara ekologi akan berlangsung di dalam daerah pengaliran Sungai Cinambo (untuk air) dan udara di sekitar Kecamatan Gedebage. Berikut adalah peta batas ekologi Terminal Terpadu Gedebage. Gambar 2.25 Peta Batas Ekologi

2.5.1.4. Batas SosialBatas sosial adalah ruang disekitar kegiatan TPA yang merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai budaya tertentu yang sudah mapan, yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar. Yang menjadi batas sosial adalah permukiman penduduk yang berhubungan langsung dengan proyek terminal yaitu permukiman di kawasan Kecamatan Gedebage. Berikut adalah peta batas sosial Terminal Terpadu Gedebage.

Gambar 2.26. Peta Batas Sosial

2.5.1.5. Batas Wilayah StudiDari batas-batas yang telah dipaparkan di atas sebelumnya, berikut adalah rangkuman batas wilayah studi AMDAL Terminal Terpadu Gedebage.

Gambar 2.27. Peta Batas Wilayah Studi2.5.2. Batas Waktu KajianDalam proses pembuatan dokumen AMDAL dibutuhkan batas waktu mengingat kegiatan operasi harus segera dijalankan. Berikut adalah batasan waktu dari tiap tahap kegiatan proyek.Tabel 2.8. Batas Waktu Kajian AMDALKegiatanTahapan Waktu Kajian

Survey LapanganPra Konstruksi1 bulan, diharapkan survey lapangan sudah mencakup pengukuran luas tanah dan harga tanah.

Pembebasan Lahan2 bulan, mengingat perizinan serta negosiasi kepada warga cukup sulit.

Pengosongan LahanKonstruksi2 bulan, termasuk penggalian lahan, pembersihan lahan, serta pemasangan tapak.

Mobilisasi Alat Berat dan Material1 tahun (bersamaan dengan pembangunan terminal)

Pembangunan Terminal1 tahun

Mobilisasi Bus dan Angkutan UmumOperasi50 tahun (umur terminal)

Naik Turun Penumpang50 tahun (umur terminal)

Administrasi Penumpang50 tahun (umur terminal)

Pengerahan Tenaga Kerja50 tahun(umur terminal)

Pengelolaan Fasilitas Persampahan dan Fasilitas Air Bersih50 tahun (umur terminal sehingga perawatan dilakukan secara berkala selama durasi ini)

Pengerahan Tenaga KerjaPasca Operasi1 bulan, termasuk perekrutan tenaga kerja

Pembongkaran dan Perapihan Lokasi Kegiatan6 bulan

Demobilisasi Alat Berat dan Material3 bulan

Pelepasan Tenaga Kerja1 bulan, meliputi pemberhentian tenaga kerja

BAB 3METODOLOGIDalam penyusunan dokumen Analisis Dampak Lingkungan, ditentukan metode-metode untuk mengkaji prakiraan dampak dari usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan. Dari prakiraan tersebut, diperoleh informasi tentang sebaran dan besaran dampak yang dihasilkan pada komponen-komponen lingkungan dan sosial yang terpengaruh. Metode studi yang digunakan dalam memprediksi prakiraan ini, antara lain:

3.1. Metode Pengumpulan dan Analisis DataMetode pengumpulan data, yang dibedakan atas sumber data yang dianalisis yaitu: primer dan sekunder. Data primer merupakan data hasil pengukuran sendiri sedangkan data sekunder berasal dari lembaga atau pustaka luar yang relevan dengan bidang studi. Pengambilan data primer diantaranya:1. Melalui observasi, yaitu pengamatan langsung untuk mengetahui kondisi eksisting di lapangan, terutama mengetahui hal-hal yang tidak tercantum dalam data sekunder yang didapat; dan 2. Wawancara kepada masyarakat sekitar yang diperkirakan terkena dampak dengan fokus pertanyaan mengenai perencanaan serta operasional proyek yang akan diberlangsungkan. Untuk data sekunder diambil dari sumber-sumber berikut:1. BPS; berupa data demografi wilayah perencanaan proyek, yang meliputi antara lain: jumlah penduduk beserta jenis kelamin, rentang usia, agama, mata pencaharian, serta tingkat pendidikan dan sarana-prasarana yang tersedia (sarana umum dan rekreasi, sarana kesehatan, sarana peribadatan, dan tata ruang wilayah)2. BPLH; berupa data yang mencakup aspek biogeofisik dan kimia dari wilayah perencanaan proyek. Data yang tercakup antara lain: kualitas air, kualitas udara, struktur tanah, data mengenai iklim, data kebisingan, dan topografi lahan.3. Jurnal Penelitian; berisikan data penunjang lainnya yang tidak dapat ditemui dari BPS dan BPLH, seperti: flora dan fauna, konsumsi air, dan kondisi prasarana jalan raya, drainase, air bersih, serta pengelolaan air limbah.Metode analisis data, yaitu interpretasi dari data yang diperoleh. Dari lingkup biogeofisik dan kimia, digunakan uji laboratorium untuk mengetahui kandungan parameter-parameter yang diukur pada lokasi perencanaan. Pada segi dampak secara sosial, digunakan metode kuantitatif dan kualitatif sehingga bentuk data berupa angka diterjemahkan dalam bentuk kata-kata sesuai standar yang ditetapkan. Bentuk interpretasi data yang dilakukan dari hasil pengumpulan data yang diperoleh adalah melalui tampilan grafik trendline dari masing-masing parameter yang terukur. Trendline ini ditujukan untuk melihat bagaimana perubahan kondisi setiap parameter dari suatu tahun pengukuran ke tahun pengukuran berikutnya.3.2. Metode Prakiraan Dampak PentingMetode prakiraan dampak penting untuk memprakirakan besaran dan sifat dampak penting untuk masing-masing dampak penting hipotetik. Metode yang digunakan dalam memprakirakan besaran dampak, antara lain: metode perhitungan matematis (modeling) yaitu proyeksi sebaran dampak seperti jumlah penduduk dan sebaran pencemar, metode simulasi visual dan peta berupa penggambaran dari data yang diperoleh, penilaian ahli sebagai acuan suatu aspek dari perencanaan yang dirincikan oleh tenaga ahli aspek tersebut, dan metode analogi dengan menggunakan studi-studi terdahulu yang relevan dengan problema yang dihadapi dari perencanaan yang akan dilakukan.

3.3. Metode Evaluasi Dampak LingkunganTahap evaluasi terhadap dampak besar dan penting dilakukan dengan menggunakan metode-metode berikut :1. Metode MatriksDengan bentuk matriks maka dapat ditentukan hubungan antara kegiatan proyek dengan komponen-komponen lingkungan di sekitar lokasi, atau dapat diketahui penyebab-penyebab terjadinya dampak penting tersebut.2. Diagram alirPenggunaan diagram alir berfungsi untuk menunjukkan aliran dampak yang diakibatkan dari suatu aktivitas proyek.

DAFTAR PUSTAKA

Keterlibatan Masyarakat dalam AMDAL,2010, Kementrian Lingkungan Hidup dan The World BankPERTAMINA Konsep Laporan Akhir, 2006, Kerangka ANDAL Pembangunan Terminal Transit di Depot Bau-Bau, Sulawesi Tenggara Unit Pemasaran VII MakassarPERTAMINA Laporan Akhir, 21009, Kerangka Acuan ANDAL Pembangunan Proyek Lapangan uap dan Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi Karaha Bodas Kabupaten garut dan Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat

[Online]https://www.academia.edu/5461273/Bab_3_Jadi Diakses pada 8 Februari 2015[Online]https://www.dropbox.com/s/j2riawcjxhz3yuu/167438855-Rencana-Induk-Kawasan-Gedebage.pdf?dl=0 Diakses pada 8 Februari 2015[Online]http://bandung.go.id/images/Perda_RTRW_2011-2031/Lampiran_Perda_RTRW_Kota_Bandung.pdf Diakses pada 8 Maret 2015