28
KERANGKA ACUAN KEGIATAN (Term of Reference) KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : Kementerian Perhubungan UNIT ORGANISAS : Direktorat Jenderal Perkeretaapian PROGRAM : Program Restrukturisasi dan Reformasi Kelembagaan Perkeretaapian SASARAN PROGRAM : Tersedianya Pedoman Teknis Bidang Prasarana Perkeretaapian USULAN SBK : Kegiatan / Sub Kegiatan/Detail Kegiatan KEGIATAN : Survey / Studi Kelayakan / Penyusunan Master Plan / DED / SID SUB KEGIATAN : Penyusunan Detail Desain DETAIL KEGIATAN : Detail Engineering Design Jembatan KA BH 06 di Kuta Blang Bentang > 150 Meter 1. PEDAHULUAN a. Latar Belakang 1.) Dasar Hukum a.) Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian; b.) Peraturan Pemeritah No. 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian; c.) Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2009 tentang lalulintas dan Angkutan Kereta Api; 1

Kerangka Acuan Kegiatan Jbtn Ka

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lkj

Citation preview

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

(Term of Reference)

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : Kementerian Perhubungan

UNIT ORGANISAS : Direktorat Jenderal Perkeretaapian

PROGRAM : Program Restrukturisasi dan Reformasi

Kelembagaan Perkeretaapian

SASARAN PROGRAM : Tersedianya Pedoman Teknis Bidang Prasarana

Perkeretaapian

USULAN SBK : Kegiatan / Sub Kegiatan/Detail Kegiatan

KEGIATAN : Survey / Studi Kelayakan / Penyusunan Master Plan

/ DED / SID

SUB KEGIATAN : Penyusunan Detail Desain

DETAIL KEGIATAN : Detail Engineering Design Jembatan KA BH 06 di

Kuta Blang Bentang > 150 Meter

1. PEDAHULUAN

a. Latar Belakang

1.) Dasar Hukum

a.) Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian;

b.) Peraturan Pemeritah No. 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian;

c.) Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2009 tentang lalulintas dan Angkutan Kereta Api;

d.) Peraturan-peraturan lain yang terkait.

2.) Gambaran Umum

................................................................................................................................................

................................................................................................................................................

................................................................................................................................................

................................................................................................................................................

................................................................................................................................................

................................................................................................................................................

................................................................................................................................................

................................................................................................................

b. Maksud Dan Tujuan

1

1.) Maksud Kegiatan

Kegiatan ini dilakukan dengan maksud untuk menyiapkan gambar detail desain, rencana

kerja & syarat – spesifikasi teknis termaksud BOQ dan RAB untu pembangunan jembatan

kereta api.

2.) Tujuan Kegiatan

a.) Tersedianya dokumen perencanaan (detailed design) yang berkualitas, yang dapat

dijadikan panduan secara teknis dalam proses pembanguan jembatan kereta api pada

jalur ini

b.) Dapat segera terlaksanakannya pekerjaan jembatan kereta api jalur ganda secara fisik

pada lintas ini.

2. LOKASI KEGIATAN

a. Peta Lokasi Kegiatan

b. Daftar Lokasi Jembatan

2

3. RUANG LINGKUP KEGIATAN

a. Pengumpulan Data Sekunder

1.) Instansional

a.) Lingkup kegiatan

Adapun lingkup dari kegiatan ini adalah pengumpulan data-data yang relevan berbagi

pihak/instansi yang terkait untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini.

b.) Ketentuan kegiatan

Dalam pengumpulan data sekunder, minimal konsultan mendapatkan dan atau

memiliki data-data sebagai berikut :

(1) Peta rupa bumi BIG ( Badan Informasi Geospasial) atau peta topografi Jantop

dalam skala 1 : 50.000 atau yang lebih besar;

(2) Peta Geologi skala 1 : 250.000 atau 1 : 100.000

(3) Data-data hidrologi seperti data curah hujan stasiun sekitar dan dan data banjir;

(4) Data sungai dan sistem drainase perkotaan/wilayah;

(5) Data Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

(6) Data/gambar/Laporan Akhir dari pekerjaan pembuatan desain yang pernah

dilakukan sebelumnya dan terkait dengan pekerjaan ini;

(7) Data gambar desain jembatan eksisting, baik struktur banguan atas maupun

struktur bangunan bawah jembatan (pangkal/pilar, daftar letak jembatan dan

sejarah RM pada saat awal pembangunan lintas yang bersangkutan);

(8) Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025;

3

(9) Rencana Induk Perkeretaapian Nasional

(10) Data lain yang bekaitan dan relevan serta diperlukan untuk menunjang

kebehasilan pelaksanaan kegiatan ini.

2.) Peninjauan Lapangan (Reconnaissance)

a.) Lingkup kegiatan

Adapun lingkup dari kegiatan ini adalah mengadakan peninjauan awal pendahuluan

ke lapangan untuk mengadakan evatuasi secara visual pada lokasi kegiatan.

b.) Ketentuan kegiatan

Hal-hal yang dilakukan pada kegiatan peninjauan awal pendahuluan, minimal

memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

(1) Survei Geodesi/Topografi

(a) Penentuan lokasi jembatan yang diperoleh dari data-data hasil pradesain

sebetumnya, baik posisi jembatan, jarak antar jembatan, posisi pangkal pilar

dan bentang jembatan termasuk memperhatikan batas-batas lahan yang ada;

(b) Mengamati kondisi topografi, dan mencatat daerah-daerah yang perlu

dilakukan pengukuran khusus atau lebih mendetail (bila diperlukan);

(c) Mencari titik tetap (BM = Bench Mark) hasil pradesain jembatan sebelumnya

atau yang terdekat dengan lokasi rencana jembatan;

(d) Membuat ringkasan/summary dan dokumentasi hasil peninjauan awal;

(e) Membuat rencana kerja untuk survey detail pengukuran topografi sampai

penggambaran.

(2.) Survei Geoteknik/Penyelidikan Tanah

(a) Mengamati secara visual kondisi lapangan yang berkaian dengan

karakteristik tanah di lokasi rencana jembatan yang mungkin/diperkirakan

akan berpengaruh terhadap konstruksi;

(b) Mengamati area-area khusus seperti lokasi yang diperkirakan rawan longsor

dan lain-lain;

(c) Memperkirakan posisi dan lokasi pelaksanaan pekerjaan bor mesin dan sondir

dengan memperhatikan hal-hal teknis termasuk akses kerja dan kernudahan

pelaksanaannya;

(d) Membuat ringkasan/summary dan dokumentasi hasil peninjauan awal;

(e) Membuat rencana kerja untuk survey detail geoteknik.

(3.) Survei Hidrologi - Hidrolika

(a) Mengamati secara visual kondisi lapangan yang berkaitan dengan

4

karakteristik sungai dan atau DAS setempat termasuk bangunan air yang ada,

yang mungkin/diperkirakan akan berpengaruh terhadap desain konstruksi,

baik pada jembatan eksisting maupun pada rencana jembatan baru;

(b) Melakukan wawancara dengan warga sekitar, terkait histori banjir yang

pemah terjadi;

(e) Membuat ringkasan/summery dan dokumentasi hasil peninjauan awal;

(d) Membuat rencana kerja untuk survey detail hidrologi.

(4.) Survei Geometrik/Alinyemen

(a) Mengamati secara visual kondisi lapangan yang berkaitan dengan alinyemen

horisontal dan vertikal jalan rel kereta api baik pada jembatan eksisting

maupun pada rencana jembatan baru, yang dapat menjadi pertimbangan

dalam pelaksanaan detail desain;

(b) Membuat ringkasan/summary dan dokumentasi hasil peninjauan awal

(5.) Survei Jembatan

(a) Memperkirakan tipe konstruksi, kelas pembebanan, total panjang dan lebar

jembatan dengan rnemperhatikan segi estetika;

(b) Memperkirakan ukuran dan tipe abutmen, pilar, pandasi serta bangunan

perkuatan/pengaman (bila diperIukan) dengan mempertimbangkan lebar

sungai, kedalaman sungai sifat tebing, sifat aliran termasuk penggerusan

(scouring), sedimentasi/ endapan pada sungai yang pemah terjadi;

(e) Membuat ringkasan/summary dan dokurnentasi hasil peninjauan awal;

(d) Membuat rencana kerja untuk detail desain jembatan.

(6.) Survei Lingkungan

(a) Mengamati kondisi aktual pada lokasi jembatan eksisting maupun pada

lokasi rencana jembatan baru, khususnya bila terjadi perubahan kondisi

lingkungan dilapangan yang cukup signifikan;

(b) Mengamati kondisi aktual pada wilayah sekitar jembatan termasuk

bangunan-bangunan yang mungkin ada serta tata guna lahan lainnya

dengan memperhatikan dengan rencana tata ruang wilayah pada lokasi

tersebut;

(e) Membuat ringkasan/summary dan dokumentasi hasil peninjauan awal.

b. Pengumpulan Data Primer

1.) Survei Geodesi /Topografi

Kegiatan ini meliputi pengukuran topografi secara mendetail pada lokasi kegiatan, yang

5

mana kegiatan topografi ini dlakukan dengan metode digital, baik dalam pelaksanaan

pengukuran di lapangan, pengolahan data sampai dengan proses penggambaran. Secara

umum ketentuan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut.

a.) Pengukuran di lapangan

(1) Pengukuran Situasi

Dengan batasan yang dilakukan terhadap daerah rencana jembatan :

(a) Pengukuran minimal harus mencakup 500 meter ke arah belakang masing-

masing pangkal jembatan (500 m + panjang bentang jembatan + 500 m).

(b) Pengukuran mininal harus mencakup 200 meter arah hilir sungai dan 300

meter arah hulu sungai.

(e) Bila dalam radius minimum 300 meter arah hulu hilir ada belokan sungai

atau bangunan air/sungai (misalnya ambang bendung dan sebagainya) atau

daerah longsor/gerusan, rnaka pengukuran harus mencakup lokasi-lokasi

tersebut,

(2) Pengukuran potongan memanjang

(a) Pada as sungai, dilakukan pada titik terdalam sepanjang sungai, termasuk

segala perubahan detail yang mencolok pada jalur pengukuran tersebut,

dengan batasan pengukuran sesuai penjelasan pengukuran situasi diatas.

(b) Pada as jalan rel, dilakukan sepanjang jalur kereta api di area jembatan, baik

pada as jaIur kereta eksisting maupun pada as jalur kereta api rencana,

dengan batasan pengukuran sesuai penjelasan pengukuran situasi diatas.

(3) Pengukuran potongan melintang

(a) Pengukuran potongan melintang sungai, dilakukan sepanjang 100 meter

arah hulu dan 100 meter arah hilir sungai, kecuali bila belokan sungai atau

bangunan air lainnya, maka pengukuran harus mencakup lokasi tersebut;

(b) Pengukuran potongan meIintang sungai, dilakukan selebar sungai, di

tambah 50 meter dari masing-masing tepi sungai;

(c) Pengukuran potongan melintang as jalur kereta api, dilakukan sepanjang as

jalur kereta api pada area jembatan, di tambah 100 meter ke arah belakang

masing-masing pangkal/tepi sungai;

(d) Pengukuran potongan melintang as jalur kereta api, dilakukan selebar 50

meter ke kiri dan kanan dari as jalur kereta api.

(e) Interval pengukuran potongan melintang adalah setiap 25 m.

b.) Referensi Pengukuran

6

(1) Untuk menentukan koordinat X dan Y, sedapatnya dilakukan pengikatan pada

titik GPS (orde 2 atau 3 dari BIG), orde 4 (BPN) atau titik referensi (BM) hasil

pekerjaan desain sebeIumnya yang berada paling dekat ke lokasi kegiatan;

(2) Untuk ketinggian (elevasi), sedapatnya dilakukan pengikatan kepada Titik

Tinggi (TTG) dari Badan Informasi Geospasial (BIG) atau titik referensi hasil

pekerjaan desain sebelumnya yang berada paling dekat ke lokasi kegiatan.

c.) Monumentasi Benchmark (BM)

(1) Pemasangan permanen Benchmark (BM) pada setiap rencana jembatan

sebanyak 2 (dua) buah BM yang saling terlihat diternpatkan dimasing-masing

pangkal jembatan yang tidak akan terganggu oleh pekerjaan konstruksi;

(2) Benchmark (BM) terbuat dari konstruksi beton bertulang ukuran 20 x 20 x 125

cm dan tertera logo Ditjen Perkeretaapian/Kementerian Perhubungan

menggunakan bahan marmer putih ukuran 12 x 15 cm, dilengkapi dengan

nornor urut serta kode/informasi lain yang diperlukan;

(3) Daftar/diskripsi Benchmark (BM) termasuk niIai koordinat (x,y,z), sketsa lokasi

dan photo/dokumentasi dibuat secara lengkap dalam satu buku tersendiri.

(4) Semua Benchmark (BM) dan atau titik-titik tetap lainnya harus dipasang terlebih

dahulu sebelum pengukuran dimulai.

d.) Penggambaran Hasil Pengukuran Topografi

(1) Skala gambar dan ukuran kertas

(a) Peta situasi dengan skala 1:1000 dan interval garis kontur 0,5m

(b) Profil memanjang dengan skala Horizontal 1:1000 dan skala Vertikal 1:100

(c) Profil melintang dengan skala 1: 100

(d) Gambar di cetak daIam kertas ukuran A3

(e) Untuk setiap gambar situasi dan profil memanjang dibuat dalam 1 lembar.

(2) Format gambar

(a) Format gambar dan tata letak disesuaikan dengan yang biasa digunakan

Ditjen Perkeretaapian;

(b) Grid beserta harganya harus tercantum dalam gambar, misalnya grid 100 m

untuk skala 1:1000, grid 200 m untuk skala 1: 2000 atau grid 500 m

untuk skala 1: 5000;

(c) Pada tiap lembar peta situasi harus dicantumkan tahun survei, skala garis,

arah utara dan legenda/keterangan lain yang diperlukan;

(d) Pada tiap lembar peta, harus dibuat daftar koordinat sernua titik triangulasi

7

75cm(Dibawah Tanah)

20cm20cm

125cm

50cm(Diatas Tanah)DITJEN

PERKERETAAPIAN

dan atau semua Benchmark yang terdapat pada lembar tersebut.

(e) Tiap interval 4 garis kontur dibuat 1 garis kontur tebal dengan angka

ketinggian yang bulat.

Contoh Konstruksi Benchmark (BM)

2.) Survei Geoteknik / Penyelidikan Tanah

Kegiatan ini meliputi pelaksanaan penyelidikan tanah secara mendetail pada lokasi-

lokasi yang telah ditentukan sebelurnnya. Secara umum ketentuan dalam kegiatan ini

adalah sebagai berikut :

a.) Bor Mesin

1.) Dilakukan pada sekitar lokasi pangkal jembatan dan atau pilar jembatan,

masing-masing minimal 1 titik;

2.) Dilakukan sampai kedalaman maksimum 30 m atau sampai didapat SPT nilai >

60 dengan kedalaman/ketebalan lapisan minimal 5 m;

3.) Pengujian Standart Penetration Test (SPT) setiap interval kedalaman 5 m

atau sampai ada perubahan lapisan tanah;

4.) Dilakukan diskripsi jenis tanah untuk setiap lokasi bor yang dibuat dalam suatu

8

borlog, memuat antara lain, jenis dan sifat tanah, kedalaman, muka air tanah,

dan nilai SPT;

5.) Pengambilan contoh asli minimal 6 (enam) sanple tiap titik lubang bor atau

sesuai perubahan jenis tanah.

6.) Semua perhitungan-perhitungan hasil analisis, interpretasi termasuk grafik yang

dibuat harus dilampirkan pada laporan.

b.) Sondir

1.) Dilakukan pada sekitar lokasi pangkal jembatan dan atau pilar jembatan,

masing-masing minimal 1 titik;

2.) Dilakukan menggunakan dutch cone penetration test type 2 ton sampai

kedalaman maksimum 30 meter atau sampai kedalaman lapisan tanah dengan

tekanan konus 200 kg/cm2 dengan pembacaan tekanan konus dan hambatan

lekat dilakukan setiap interval 20 cm;

3.) Dibuat photo dokumentasi dan sketsa setiap lokasi titik pekerjaan;

4.) Semua perhitungan-perhitungan hasil analisis, interpretasi termasuk grafik yang

dibuat harus diampirkan pada laporan.

c.) Pengujian Tanah

Dilaksanakan pada masing-masing sample dengan ketentuan/ kesetaraan standar

pengujian sebagai berikut :

Semua perhitungan-perhitungan hasil analisis, interpretasi termasuk grafik yang

dibuat harus dilampirkan pada laporan.

9

3.) Survei Hidrologi-Hidrolika

Survey ini dilakukan untuk melengkapi parameter-parameter dalam detail desain.

Adapun hal-hal yang perIu diperhatikan antara lain adalah:

(a) Karakteristik daerah aliran sungai

(1) Melakukan identifikasi/anaisa terhadap kondisi/situasi daerah aliran sungai,

dilokasi kegiatan, baik dari peta topografi maupun dari hasil pemeriksaan

langsung;

(2) Survei wawancara dengan warga sekitar terkait histori banjir yang pernah terjadi

pada lokasi kegiatan;

(3) Proses analisa juga harus memperhatikan data curah hujan dari BMKG,

intensitas curah hujan, kemiringan lahan, tata guna lahan, limpasan/runoff dan

hal-hal lain sebagai pertirnbangan dalam perencanaan desain.

(b) Analisa Data Curah Hujan

(1) Data curah hujan di peroIeh dari beberapa stasiun (pengamat) hujan yang

lokasinya paling mendekati dengan lokasi kegiatan.

(2) Data curah hujan yang diperoleh minimal data 10 tahun terakhir secara berturut-

turut, sebagai dasar perhitungan debit.

(3) Analisa hujan rata-rata dapat dilakukan dengan metode yang umum seperti

metode rata-rata hitung (aljabar), metode thiessen atau metode isohyet. Metode-

metode yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi lapangan

(4) Apabila terdapat kekosongan data pada salah satu stasiun hujan, maka

diperlukan suatu metode pendekatan untuk memperkirakan data hujan yang

kosong tersebut, dengan membandingkan dengan minimal dua stasiun hujan

terdekat pada tahun yang sarna, metode yang sering menggunakan antara lain

metode aljabar dan atau metode perbandingan normal.

(5) Data-data hujan dari stasiun hujan agar dilakukan pengujian konsistensi

(lengkung massa ganda), untuk mengetahui apakah terjadi perubahan

lingkungan atau perubahan cara menakar. Apabila terjadi ketidakkonsistenan,

maka data-data hujan tersebut harus dilakukan koreksi.

(c) AnaIisa Frekuensi Data Hidrologi

(1) Periode ulang yang digunakan adalah 50 tahun

(2) Distribusi frekuensi hujan diakukan dengan beberapa metode seperti metode

distribusi gumbel, metode distribusi log normal dan metode distribusi log

pearson tipe III;

10

(3) Uji kesesuaian distribusi dilakukan dengan cara uji smimov kolmogorof atau

cara uji chisquate.

(d) Analisa Debit Banjir Rencana

(1) Analisa debit banjir rencana dilakukan berdasarkan data curah hujan dan/atau

berdasarkan data debit aliran sungai;

(2) Metode yang digunakan daIam anaIisa debit banjir menggunakan metode yang

sudah umum seperti menggunakan metode empiris dan/atau metode hidrograf

satuan. Perhitungan agar dlakukan dengan beberapa metode dan diambil hasil

perhitungan debit banjir yang terbesar.

(e) AnaIisa Hidrolika

(1) AnaIisa hidrolika menggunakan program (software) dengan metode, parameter

serta asumsi berdasarkan data dan teori yang benar;

(2) Apabila sungai berada di dekat muara (laut), agar memperhitungkan back water

effect, yang mungkin terjadi;

(3) Hasil keluaran dari program (software), minimal memuat muka air normal.

muka air banjir dan limpasan/run off (baik pada kondisi eksisting dan pada

kondisi setelah normalisasi).

(f) Semua perhitungan-perhitungan hasil analisis, interpretasi termasuk grafik yang

dibuat harus dilampirkan pada laporan.

c. Kegiatan Desain

1.) Peraturan dan standar

Dalam kegiatan detail desain ini konsultan melakukan perhitungan-perhitungan teknis

yang mengacu dari refefensi dan peraturan yang ber1aku antara lain:

a.) Undang-Undang No. 23 tahun 2007, tentang Perkeretaapian;

b.) Peraturan Pemeritah No. 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian;

c.) Peraturan Menteri No. 60 tahun 2012, tentang persyaratan teknis jalur kereta api;

d.) Peraturan Menteri No. 36 tahun 2011, tentang perpotongan dan atau persinggungan

antar jalur kereta api dengan bangunan lain;

e.) Peraturan Menteri No. 10 tahun 2011, tentang persyaratan teknis peralatan

persinyalan perkeretaapian;

f.) Peraturan Dinas No.10 C, tentang Peraturan Bahan Jalan Rel Indonesia (PBJRI);

f.) Rencana Pembebanan 100 % RM. 1921;

g.) AVBP 1932;

11

h.) Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002).

i.) BMS 6 - M.21, Panduan Perencanaan Teknik Jembatan -26 Nov 1992;

j.) Peraturan dan standar lain yang terkait.

2.) Lingkup Rancangan Teknis

Berdasarkan hasil pekerjaan survey sekunder dan primer, selanjutnya penyedia jasa

mengevaluasi dan membuat desain awal mencakup beberapa alternatif lengkap dengan

perkiraan biaya secara kasar, kemudian didiskusikan dengan pemberi tugas. Setelah

disepakati alternatif yang paling rnenguntungkan, penyedia jasa melakukan perhitungan-

perhitungan teknis termasuk pembuatan gambar rancangan. Kegiatan rancangan teknis

mencakup hal-hal sebagai berikut :

a.) Analisa/Perhitungan struktur bangunan atas dan bangunan bawah jembatan kereta

api;

b.) Analisa/perhitungan struktur pendukung/ternbok penahan/perkuatan tanah (bilamana

diperlukan);

c.) Gambar detail desain/perencanaan.

3.) Ketentuan umum desain

a.) Kriteria Desain

(1) Desain jembatan direncanakan untuk lebar jalan rel 1435 mm , menggunakan

tipe rel R.60 dan beban gandar minimal 22,5 ton;

(2) Jenis Pembebanan meliputi beban mati, beban hidup (horisontal & vertikal)

termasuk beban sementara.

(3) Faktor Beban dan Kombinasi Pernbebanan untuk perhitungan desain struktur

menggunakan kombinasi pembebanan Allowable Strength Design dan/atau

Ultimate Strength Design.

(4) Penentuan dimensi dan elevasi dilakukan berdasarkan kajian dan perhitungan

hidrologi dan hidrolika.

(5) Struktur bangunan atas jembatan sedapat mungkin dipilih tipe yang

memerlukan pekerjaan pemeliharaan seminimal mungkin (misalnya struktur

beton).

(6) Bila terpaksa bangunan atas jembatan menggunakan struktur baja, pemilihan

tipe sedapat mungkin berdasarkan tipikal yang teIah digunakan di jaringan

jalan Kereta Api yang ada sekarang.

(7) Konstruksi penyanggaan sementara untuk pelaksanaan pekerjaan yang nantinya

dilaksanakan meIiputi pekerjaan analisis/perhitungan struktur konstruksi

12

penyangga sementara dan tata cara (contruction method) pelaksanaannya.

b.) Usulan alternatif desain:

(1) Usulan alternatif desain dibuat berdasarkan beberapa aspek teknis disertai

penjelasannya;

(2) UsuIan alternatif desain dibuat dalam bentuk matrik kelebihan/kekurangan

masing-masing usulan.

c.) Rekomendasi Desain

(1) Menentukan parameter penilaian;

(2) Membuat matrik penilaian;

(3) Menyampaikan rekomendasi mengenai;

(a) Bentang jembatan

(b) Jarak antar jembatan (Desain Double Track)

(c) Tipe bangunan atas jembatan

d.) Hasil Perencanaan Desain;

(1) Gambar Desain

(a) Peta situasi dengan skala 1: 1000 dan interval garis kontur 0,5m;

(b) ProfiI memanjang dengan skala Horizontal 1: 100 dan skala Vertikal 1: 50;

(c) Profil meIintang dengan skala 1: 100;

(d) Gambar detail struktur = 1: 20 dan 1 : 50;

(e) Gambar di cetak dalam kertas ukuran A3;

(f) Untuk setiap gambar situasi dan profil memanjang dibuat dalam 1 lembar;

(g) Format gambar dan tata letak disesuaikan dengan yang biasa digunakan

Ditjen Perkeretaapian;

(h) Grid beserta nilainya harus tercantum dalam gambar, misalnya grid 100 m

untuk skala 1: 1000, grid 200 m untuk skala 1: 2000 atau grid 500 m

untuk skala 1: 5000;

(i) Pada tiap lembar peta situasi harus dicantumkan tahun survey skala garis,

arah utara dan legenda/keterangan lain yang diperlukan;

(j) Pada tiap lembar peta, harus dibuat daftar koordinat semua titik triangulasi

dan atau semua Benchmark yang terdapat pada lembar tersebut;

(k) Tiap interval 4 garis kontur dibuat 1 garis kontur tebal dengan angka

ketinggian yang bulat.

(2) RKS dan Spesifikasi Teknis

(3) Perhitungan biaya pelaksanaan

13

(a) Volume Pekerjaan (BOQ)

(b) Rencana Anggaran Biaya (RAB)

(c) Analisa harga satuan upah dan bahan

4. TENAGA AHLI

Pelaksanan kegiatan ini dilakukan oleh tenaga ahli berpengalaman dibidangnya dengan

minimum kualifikasi pendidikan, pengalaman dan jumlah sebagai berikut:

5.

T

14

NO JABATANJUMLAH

ORANG

KUALIFIKASI

PENDIDIKAN

PENGALAMAN

(Tahun)

1 Team Leader 1 S1 – Teknik Sipil ≥ 13

2 Ahli Perkeretaapian 1 S1 – Teknik Sipil ≥ 9

3 Ahli Jembatan KA 1 S1 – Teknik Sipil ≥ 9

4 Ahli Geoteknik 1S1 – T. Geologi/T.

Sipil≥ 9

5 Ahli Teknik Sipil/Struktur 1 S1 – Teknik Sipil ≥ 9

6 Ahli Teknik Hidrologi/Hidrolika 1 S1 – Teknik Sipil ≥ 7

7 Ahli Cost Estimator 1 S1 – Teknik Sipil ≥ 7

8 Ahli Muda Teknik Jembatan KA 1 S1 – Teknik Sipil ≥ 5

9 Ahli Muda Teknik Sipil 1 S1 – Teknik Sipil ≥ 5

ENAGA PENDUKUNG

Pelaksanan kegiatan ini dibantu beberapa tenaga pendukung, antara lain :

6. KEBUTUHAN PERALATAN

Dalam pelaksanan kegiatan ini konsultan wajib menggunakan peralatan minimal sebagai

berikut:

7.

JADWAL KEGIATAN

a. Waktu Pelaksanaan

15

NO JABATANJUMLAH

ORANG

KUALIFIKASI

PENDIDIKAN

PENGALAMAN

(Tahun)

1 Operator Komputer 2 D3 - Komputer ≥ 2

2 Sekretaris 1 D3 - Sekretaris ≥ 2

3 Juru Gambar/CAD Operator 2 D3 – Teknik Sipil ≥ 4

NO PERALATAN JUMLAH

1 Alat Sondir 1 Unit

2 Alat Ukur 1 Unit

3 Bor Mesin 1 Unit

4 Rol Meter 5 Buah

5 Komputer 4 Unit

6 Printer 3 Unit

7 Projector 1 Unit

8 Kamera/Handycam 1 Unit

9 Kendaraan Roda 4 1 Unit

10 Kendaraan Roda 2 1 Unit

Jangka waktu pelaksanaan kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan ini maksimal 4 bulan

kalender, terhitung sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaaa.

b. Matrik Pelaksanaan

8. LAPORAN

a. Laporan Pendahuluan

Memuat hal-hal sebagai berikut :

1.) Uraian secara umum mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi, waktu

pelaksanaan termasuk gambaran lingkup pekerjaan;

2.) Struktur organisasi tim pelaksana;

3.) Hasil analisa terhadap studi yang pernah di laksanakan dan dari data sekunder;

4.) Hasil koordinasi dengan pihak-pihak terkait dengan perencanaan antara lain Ditjen

Perkeretaapian, PT KAI (Persero), PSDA, Bappeda, Dinas Tata Ruang, dan lain-lain;

5.) Identifikasi kendala yang mungkin terjadi dan rekomendasi;

6.) Pendekatan teknis terhadap hasil survey sekunder, metodologi pelaksanaan pekerjaan

termasuk identifikasi kendala yang mungkin dapat terjadi;

7.) Hasil kemajuan pekerjaan dibuat dalam bentuk Bar chart dan S Curve.

Laporan diserahkan sebanyak 2 (dua) rangkap Asli dan 8 (delapan) rangkap copy, selambat-

lambatnya 1 (satu) bulan sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaan. Sebelum laporan

diserahkan konsultan hendaknya melakukan diskusi dan expose hasil kerja dari laporan ini,

untuk waktu dan tempat expose dikoordinasikan dengan pihak Direktorat Jenderal

Perkeretaapian.

b. Laporan Antara

16

NO KEGIATANBULAN KE -

I II III IV

1 Laporan Pendahuluan

2 Laporan Antara

3 Konsep Laporan Akhir

4 Laporan Akhir

Memuat hal-hal sebagai berikut: s

1.) Hasil pelaksanaan pekerjaan termasuk hasil survey primer seperti, survey topografi,

survey hidrologi/hidrolika dan penyelidikan tanah;

2.) Hasil analisa survey sekunder maupun primer dan menentukan kriteria desain;

3.) Hasil koordinasi dengan pihak-pihak terkait antara lain Ditjen Perkeretaapian dan

instansi lain yang berkaitan;

4.) Identifikasi kendala yang mungkin terjadi dan rekomendasi.

5.) Hasil kemajuan pekerjaan dibuat dalam bentuk Bar chart dan S Curve.

Laporan diserahkan sebanyak 2 (dua) rangkap Asli dan 8 (delapan) rangkap copy, selambat-

lambatnya 2 (dua) bulan sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaan. Sebelum laporan

diserahkan konsultan hendaknya melakukan diskusi dan expose hasil kerja dari laporan ini,

untuk waktu dan tempat expose dikoordinasikan dengan pihak Direktorat Jenderal

Perkeretaapian.

c. Konsep Laporan Akhir

Memuat hal-hal sebagai berikut:

1.) Hasil detail desain;

2.) Hasil perhitungan volume dan biaya;

3.) Hasil kemajuan pekerjaan dibuat dalam bentuk Bar chart dan S Curve,

d. Laporan Akhir

Laporan Akhir memuat perbaikan/koreksi atas konsep laporan akhir sesuai dengan hasil

pembahasan dengan Pemberi Tugas termasuk buku-buku lampiran terkait pekerjaan ini.

Secara keseluruhan buku-buku yang harus di sampaikan, antara lain:

1.) Buku 1 Laporan Akhir;

2.) Buku 2 Ringkasan Eksekutif;

3.) Buku 3 Laporan Teknik Desain;

4.) Buku 4 Album Gamber Perencanaan;

5.) Buku 5 Spesifikasi Teknis dan RKS;

6.) Buku 6 BOQ, RAB dan AHS;

7.) Buku 7 Laporan Survei Hidrologi dan Hidrolika;

8.) Buku 8 Laporan Survei Topografi;

9.) Buku 9 Album Gambar Topografi;

10.) Buku 10 Laporan Survei Penyelidikan Tanah dan Laboratorium Test

17

Laporan diserahkan sebanyak @ 2 (dua) rangkap Asli dan @ 8 (delapan) rangkap copy,

selambat-lambatnya 4 (Empat) bulan sejak ditandatanganinya kontrak pekerjaan, termasuk

softcopy keseluruhan laporan, yang disimpan/direkam didalam flashdisk sebanyak 2 (dua)

buah/rangkap.

Sebelum laporan diserahkan konsultan hendaknya melakukan diskusi dan expose hasil kerja

dari laporan ini, untuk waktu dan tempat expose dikoordinasikan dengan pihak Direktorat

Jenderal Perkeretaapian.

9. ALIH PENGETAHUAN

Penyedia Jasa berkewajiban melakukan pembahasan, diskusi dan atau pelatihan (kursus singkat)

terkait dengan substansi pelaksanaan kegiatan termasuk peninjauan ke lapangan dalarn rangka

alih pengetahuan kepada Pemberi Tugas.

10. BIAYA

Kegiatan ini dibiayai dari dana APBN DIPA Tahun Anggaran 2015, Satuan Kerja

Pengembangan dan Peningkatan Prasarana Perkeretaapian.

11. LAIN-LAIN

a. Penjabaran lebih lanjut temadap pemahaman lingkup pekerjaan oleh Penyedia Jasa, harus

disampaikan untuk mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas pada saat pembahasan

Laporan Pendahuluan.

b. Pada tiap-tiap laporan dan program yang disampaikan, dan setelah diperiksa oleh Pemberi

Tugas temyata rnasih terdapat kekurangan atau diperlukan perbaikan/revisi, maka pada

setiap penambahan kekekurangan dimaksud ataupun perbaikan/revisi yang harus dilakukan,

masih merupakan tanggung jawab Penyedia Jasa.

c. Hal-hal yang bersangkutan dengan pekerjaan/kegiatan ini, yang belurn tercantum di dalam

Kerangka Acuan Kerja (KAK) akan dibahas dalam rapat koordinasi secara terjadwal, antara

Pemberi Tugas dan Penyedia Jasa.

18