Kerangka Acuan Kerja Biomassa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KAK biomassa

Citation preview

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)KEGIATAN PELAYANAN INFORMASI STATUS KERUSAKAN LAHAN DAN/ATAU TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA TAHUN ANGGARAN 2015

1. Latar Belakang Tanah sebagai salah satu sumberdaya alam, wilayah hidup, media lingkungan dan faktor produksi termasuk produksi biomasa yang mendukung kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestariannya. Disisi lain, kegiatan produksi biomassa yang tidak terkendali dapat mengakibatkan kerusakan tanah untuk produksi biomasa, sehingga dapat menurunkan mutu dan fungsinya, pada akhirnya dapat mengancam kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 150 tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomasa, Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, mengatur dengan jelas bahwa propinsi dan kabupaten mempunyai mandat antara lain melakukan pengawasan atas pengendalian kerusakan lahan/tanah. Mandat ini dipertegas dengan keluarnya Permen Lingkungan Hidup No. 19 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Lingkungan Hidup Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 20 Tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis SPM Bidang Lingkungan Hidup Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 150 tahun 2000 telah ditetapkan kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa, termasuk di dalamnya parameter-parameter yang harus ditetapkan serta metodologi pengukurannya. Sedangkan tatacara pengukuran kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomasa telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 07 tahun 2006. Kedua produk perundangan ini menjadi acuan dalam penetapan status kerusakan tanah.

Penetapan status kerusakan tanah untuk produksi biomassa perlu dilakukan sebagai salah satu upaya pengendalian kerusakan tanah. Kerusakan tanah untuk produksi biomassa dapat disebabkan oleh sifat alami tanah, dapat pula disebabkan oleh kegiatan manusia yang menyebabkan tanah tersebut terganggu/rusak hingga tidak mampu lagi berfungsi sebagai media untuk produksi biomassa secara normal.

Tata cara pengukuran kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa ini hanya berlaku untuk pengukuran kerusakan tanah karena tindakan manusia di areal produksi biomassa maupun karena adanya kegiatan lain di luar areal produksi biomassa yang dapat berdampak terhadap terjadinya kerusakan tanah untuk produksi biomassa. Kriteria baku yang digunakan untuk menentukan status kerusakan tanah untuk produksi biomassa didasarkan pada parameter kunci sifat dasar tanah, yang mencakup sifat fisik, sifat kimiawi dan sifat biologi tanah. Sifat dasar tanah ini menentukan kemampuan tanah dalam menyediakan air dan unsur hara yang cukup bagi kehidupan (pertumbuhan dan perkembangan) tumbuhan. Dengan mengetahui sifat dasar suatu tanah maka dapat ditentukan status kerusakan tanah untuk produksi biomassa.

Karakteristik lahan daerah Pelalawan dicirikan oleh iklim tropika basah dengan tanah-tanah yang berkembang dari bahan induk batuan sedimen, aluvial, dan bahan organik. Lahan-lahan tersebut dicirikan oleh biodiversitas (keragaman hayati) yang khas dengan kekayaan flora dan fauna yang merupakan sumberdaya genetik yang amat berharga.Meskipun demikian, karena kebutuhan ruang untuk pembangunan lebih besar maka pemanfaatan lahan-lahan tersebut menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari. Di Kabupaten Pelalawan misalnya dalam 5-10 tahun terakhir diperkirakan telah terjadi konversi hutan gambut ke lahan pertanian terutama perkebunan kelapa sawit sekitar 5.000 hektar per tahun. Alih fungsi lahan pada ekosistem tersebut dapat menyebabkan terjadinya perubahan kondisi fisik, kimia, dan biologi tanah terutama pada tahap pembukaan lahan (land clearing).

Penetapan status kerusakan tanah untuk produksi biomasa (pertanian, perkebunan, kehutanan, dan lain-lain) perlu dilakukan sebagai salah satu upaya pengendalian kerusakan tanah di Kabupaten Pelalawan

2. Tujuan 1. Untuk mengetahui tingkat kerusakan tanah akibat penggunaan lahan pertanian, perkebunan, kehutanan, dan lain-lain serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. 2. Untuk memberikan pedoman bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Pelalawan (Badan Lingkungan Hidup Daerah) dalam menentukan kondisi dan status kerusakan tanah akibat produksi biomasa berdasarkan kriteria baku kerusakan tanah nasional.

3. Sasaran Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah Desa dan Kecamatan yang ada di Kabupaten Pelalawan

4. Lokasi Kegiatan Lokasi Kegiatan Pelayanan Informasi Status Kerusakan Lahan dan/atau Tanah UntukProduksi Biomassa ini adalahWilayah Kabupaten Pelalawan

5. Sumber Pendanaan Kegiatan ini dibiayai dari APBD Kabupaten Pelalawan Tahun Anggaran 2015 dengan Pagu Anggaran sebesar Rp. 504.040.000,- (lima ratus empat juta empatpuluh ribu rupiah) dengan HPS Rp. 497.860.000 (Empat ratus sebilan puluh tujuh juta delapan ratus enam puluh ribu rupiah).

6. Data Dasar Data-data diperoleh langsung oleh konsutan di lapangan baik bersumber dari Data Instansi yang terkait atau berdasarka hasil survey dan pengukuran langsung di lokasi/wilayah kajian.

7. Standar Teknis Standar teknis mengacu kepada standar nasional Indonesia dan pedoman/petunjuk teknis yang dikeluarkan Pemerintah Republik Indonesia

8. Literatur dan Studi-studi terdahulu Literatur, referensi dapat diambil dari berbagai sumber yang terkait dengan kajian, atau dapat juga dari studi-studi terdahulu, dan lain-lain.

9. Referensi Hukum Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah RI Nomor 150nTahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa Peraturan Menteri Negara Ligkunagn Hidup Nomor 19 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Kementrian Negara LingkungannHidup RI Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Peta Status Kerusakan

10. Lingkup Kegiatan Lingkup Kegiatan ini meliputi : A. Penyusunan Peta Kondisi awal Pada prinsipnya peta kondisi awal menyajikan informasi dugaan potensi kerusakan tanah berdasarkan analisis peta dan data-data sekunder. Proses penyusunan peta kondisi awal terdiri dari : Penyaringan areal kerja efektif Skoring potensi kerusakan lahan pada peta-peta tematik Overlay beberapa peta tematik Penentuan potensi kerusakan tanah Hasil pemetaan ini digunakan sebagai peta kerja untuk verifikasi lapangan

B. Verifikasi Lapangan Verifikasi lapangan adalah untuk membuktikan benar tidaknya indikasi atau potensi kerusakan tanah yang telah disusun, yang berdasarkan kepada : Metode Pengamatan Tanah Identifikasi Kerusakan Tanah Inventarisasi Informasi Pendukung Peta Tatus Kerusakan Tanah Perhitungan kebutuhan sampel menggunakan versi 4 Real Time, yaitu : Tanah 2 kategori (Gambut dan Mineral) Land use 5 kategori (hutan alam, hutan tanaman, perkebunan, permukiman dan pertanian) Kelerengan 6 kategori (0-3%, 3-8%, 8-15%, 15-25%, 25%-40% dan 40% Curah Hujan 3 kategori (2000-2500, 2500-3000, 3000-3500)

C. Penyusunan Peta kondisi Tanah Peta kondisi tanah ini memberikan gambaran tentang sifat-sifat tanah pada wilayah yang disurvey. Peta kondisi tanah disusun berdasarkan hasil identifikasi dan inventarisasi sifat tanah di lapagan dan selanjutnya disempurnakan dengan data-data hasil analisis laboratorium.

D. Penyusunan Peta Status Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa Pada tahap ini merupakan output akhir yang berisi informasi tentang status, sebaran dan luasan kerusakan tanah pada wilayah yang dipetakan.

E. Penetapan Status Kerusakan Lahan dan/atau Tanah Untuk Produksi Biomassa oleh Bupati Pelalawan Setelah diketahui hasil akhir dari kegiatan ini selanjut ditetapkan Status Kerusakan Lahan dan/atau Tanah Untuk Produksi Biomassa melalui Surat Keputusan Bupati Pelalawan.

F. Parameter Kerusakan Tanah Parameter kerusakan tanah akibat produksi biomasa di Kabupaten Pelalawan, meliputi:1) Erosi, 2) Ketebalan Solum, 3) Kebatuan Permukaan, 4) Porositas Total, 5) Tipologi Luapan atau Kedalaman air tanah 6) Vegetasi penutup 7) Komposisi Fraksi atau Kematangan gambut 8) Subsiden 9) Daya memegang air 10) Berat volume (g/cm3) 11) Substratum 12) pH tanah 13) DHL (mS) 14) Redoks (mV) 15) Jumlah Mikroba Tanah.

Tabel 1. Kriteria Baku Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi

Tabel 2. Kriteria Baku Kerusakan Tanah di Lahan Kering

Tabel 3. Kriteria Baku Kerusakan Tanah di Lahan Basah

11. Keluaran Perumusan hasil kajian berupa informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa.

12. Persyaratan Penyedia Jasa Penyedia memiliki surat dukungan dari laboratorium pemerintah, atau swasta yang terakreditasi.

13. Peralatan dan Material Peralatan yang digunakan antara lain : Alat-alat pengukur parameter kerusakan tanah sesuai dengan Permen Nomor 7 Tahun 2006 GPS, Kompas dan klinometer/abney meter Camera Komputer/Laptop dan Infocus Printer Bor Tanah Meteran Kendaraan roda empat dan roda dua

14. Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa Kewenangan penyedia jasa melingkupi metode penyusunan kajian dan progran software yang digunakan

15. Jangka Waktu Penyelesaian Kegiatan Jangka waktu penyelesaian kegiatan ini adalah 120 (seratus dua puluh) hari kalender terhitung sejak Surat Perintah Mulai Kerja diterbitkan. 16. Personil

Kebutuhan tenaga profesional dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut :Posisi

Pendidikan Minimum

Kualifikasi Pengalaman

Jumlah

OrgBln

Tenaga Ahli

Team Leader/ Teknik Ahli Lingkungan

S3, Ilmu Lingkungan

Pengalaman minimal 8 tahun pada pekerjaan sejenis/ SKA 14

Ahli Teknik Lingkungan

S2, Teknik Ilmu Lingkungan

Pengalaman minimal 5 tahun pada pekerjaan sejenis/SKA 14

Ahli Kehutanan

S2, Kehutanan

Pengalaman minimal 5 tahun pada pekerjaan sejenis 14

Ahli Pertanian

S2, Pertanian

Pengalaman minimal 5 tahun pada pekerjaan sejenis 14

Tenaga Pendukung/ Asisten Tenaga Ahli

Asisten Ahli Pemetaan

S1, Geografi

Pengalaman minimal 3 tahun pada pekerjaan sejenis 14

Asisten Ahli Lingkungan

S1, Lingkungan

Pengalaman minimal 3 tahun pada pekerjaan sejenis 14

Asisten Ahli Kehutanan

S1, Kehutanan

Pengalaman minimal 3 tahun pada pekerjaan sejenis 14

Asisten Ahli Pertanian

S1, Pertanian

Pengalaman minimal 3 tahun pada pekerjaan sejenis

14

Tenaga Komputer

D3 Komputer

Pengalaman minimal 2 tahun pada pekerjaan sejenis 13

Surveyor/petugas sampling

SMU/sederajat

21

17. Jadwal Tahapan Pelaksanaan Kegiatan NoKegiatanUraian KegiatanJangka Waktu

1Persiapan

Mempersiapkan Administasi, SK dan legalitas lainnya Mengumpulkan data sekunder1 Minggu

2Ekspose Tim Pelaksana

Diskusi untuk mendapat masukan: Ekspose gambaran wilayah Penjabaran maksud dan tujuan, metode pekerjaan secara lebih detil Program kerja: urutan kegiatan, jadwal dan organisasi pekerjaan, penyediaan tenaga ahli, penyediaan perlengkapan kerja. Daftar kebutuhan data, rencana survei lapangan, dan formulir-formulir (kuesioner/checklist). 2 Hari

3Identifikasi Kondisi Awal

Mengumpulkan data sekunder untuk informasi awal sifat-sifat dasar tanah yang terkait dengan parameter kerusakan tanah, peta tanah, dan peta lahan kritis Mengumpulkan data sekunder terkait dengan kondisi iklim, topografi, penggunaan lahan dan potensi sumber kerusakan Mengumpulkan data sekunder yang mendukung penetapan kondisi tanah, seperti citra satelit, foto udara, data kependudukan, sosial ekonomi dll, yang kemudian dituangkan dalam peta dasar skala 1:100.000. Melakukan overlay atau superimpose atas beberapa peta tematik. 3 Minggu

4Analisis Sifat Data Tanah

Pengamatan dan pengambilan contoh tanah Analisa contoh tanah 6 Minggu

5Evaluasi

Menentukan rusak tidaknya lahan dan/atau tanah Membandingkan hasil analisis sifat dasar tanah dengan kriteria baku kerusakan tanah 4 Minggu

6Seminar

Diskusi Hasil dan Penyempurnaan Hasil Penelitian 2 Hari

7Formulasi Rekomendasi Menyusun Laporan Akhir Rekomendasi kebijakan 3 Hari

18. Laporan a. Laporan Pendahuluan (15 eksemplar) Pada tahap pelaporan ini Penyedia Jasa Konsutansi memahami KAK yang diberikan serta merumuskan metodologi pendekatan yang dilakukan. Laporan ini merupakan laporan yang sangat penting karena dalam tahap ini perlu ada suatu ketetapan di dalam memilih metode yang akan digunakan sebagi dasar pekerjaan tahap selanjutnya.

Berisikan data baku dan informasi dasar berdasarkan kemajuan pekerjaan serta metode analisis, Gambaran Umum Kegiatan, Batasan kegiatan, Metodologi Tata Cara Pengukuran dan Identifikasi Kondisi Awal Tanah beserta hasil Analisis Sifat Dasar Tanah yang diserahkan setelah 14 (empat belas) hari sejak diterimanya SPMK dan dipresentasikan.

b. Laporan Draft Akhir (15 eksemplar) Laporan draft akhir akan mendiskusikan kepada tim teknis dari instansi untuk memberikan masukan yang dibutuhkan dan dalam rangka perbaikan sebelum final untuk laporan akhir.

c. Laporan Akhir (15 eksemplar). Pada tahap ini diharapkan Penyedia Jasa Konsultansi telah menyempurnakan substansi pekerjaan dalam bentuk Konsep Laporan Akhir sesuai dengan arahan Tim Supervisi dan masukan-masukan dalam pembahasan laporan, terutama berkaitan dengan kegiatan penelitian. Seluruh hasil kerja disampaikan dalam bentuk Laporan Akhir disertai Peta Dasar Status dan Kondisi Kerusakan Tanah 1: 50.000 dan diserahkan kepada pemberi tugas. Laporan akhir diserahkan setelah 120 (Seratus dua puluh) hari sejak diterimanya SPMK dan dipresentasikan.

d. Laporan Pelaksanaan SPM (4 eksemplar) Laporan ini merupakan salah satu tugas dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Pelalawan sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota e. Peta dan CD/DVD softcopy Laporan (sebagai arsip)