75
Tim penyusun Panduan PANDUAN ANALISIS PENGEMBANGAN KSPN [Type the document subtitle] Toshiba [Pick the date]

KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

Tim penyusun Panduan

PANDUAN ANALISIS PENGEMBANGAN KSPN

[Type the document subtitle]

Toshiba[Pick the date]

Page 2: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

1 ANALISIS KETERKAITAN DAN INTEGRASI

Analisis keterkaitan dan integrasi kebijakan pada setiap wilayah, yang digunakan untuk melihat kedudukan KSPN terhadap kebijakan rencana tata ruang nasional/ provinsi /kabupaten/ kota untuk menyesuaikan perencanaan yang dibuat dengan kebijakan pembangunan daerah dengan tujuan agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan.

1.1 KETERKAITAN KSPN DENGAN RENCANA TATA RUANG WILAYAHPenyusunan Rencana Tata Ruang (RTR) suatu kawasan harus mengacu pada Rencana/ Kebijakan Tata Ruang di atasnya. Rencana Tata Ruang (RTR) suatu KSPN disusun berdasarkan isu-isu kebijakan, antara lain :

Peraturan Pemerintah no 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang menetapkan sejumlah Kawasan Strategis Nasional.

Contoh : Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang menetapkan sejumlah Kawasan Strategis Nasional, diantaranya KSN Sarbagita ( Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan)

Peraturan Daerah tentang RTRW Provinsi yang menjelaskan mengenai detail dari Kawasan Strategis Nasional yang masuk dalam wilayah administratif provinsi tersebut.

Contoh : Pada Perda no 16 tahun 2009 mengenai RTRW Provinsi Bali menetapkan kawasan Sanur yang juga merupakan bagian dari KSN Sarbagita, sebagai kawasan strategis provinsi dengan fungsi utama sebagai Kota Pariwisata Internasional yang berjati diri budaya Bali

Peraturan Daerah tentang RTRW Kota/ Kabupaten yang menjelaskan mengenai Kawasan Strategis Provinsi yang masuk dalam wilayah administratif Kota/ Kabupaten tersebut.

Contoh : RTRW Kota Denpasar menetapkan Kawasan Sanur sebagai salah satu Kawasan Strategis Kota Denpasar mencakup wilayah Desa Sanur Kaja, Kelurahan Sanur dan Desa Sanur Kauh

Berdasarkan isu-isu kebijakan di atas, maka kedudukan RTR KSPN Sanur dengan Rencana Tata Ruang Wilayah adalah sebagai berikut :

Page 3: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

1.2 KETERKAITAN KSPN DENGAN RENCANA PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

Pembentukan KSPN merupakan bagian dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS). Berdasarkan Ripparnas, KSPN merupakan kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup serta pertahanan dan keamanan.

Penetapan KSPN-KSPN di Indonesia merupakan bentuk pembangunan kepariwisataan nasional pada aspek destinasi yang diawalai dengan Perwilayahan pembangunan DPN (Destinasi Pariwisata Nasional). DPN merupakan kawasan geografis dengan cakupan wilayah propinsi dan/ atau lintas provinsi yang di dalamnya terdapat Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional, yang diantaranya berupa KSPN, dimana pengembangan pariwisata untuk kawasan yang menjadi KSPN langsung ditangani oleh pemerintah pusat.

KSPN berdasarkan RIPPARNAS ditentukan dengan kriteria:

a. memiliki fungsi utama pariwisata atau potensi pengembangan pariwisata;

b. memiliki sumber daya pariwisata potensial untuk menjadi Daya Tarik Wisata unggulan dan memiliki citra yang sudah dikenal secara luas;

c. memiliki potensi pasar, baik skala nasional maupun khususnya internasional

d. memiliki posisi dan peran potensial sebagai penggerak investasi;

e. memiliki lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan dan keutuhan wilayah;

f. memiliki fungsi dan peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;

g. memiliki fungsi dan peran strategis dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset budaya, termasuk didalamnya aspek sejarah dan kepurbakalaan;

h. memiliki kesiapan dan dukungan masyarakat;

i. memiliki kekhususan dari wilayah;

j. berada di wilayah tujuan kunjungan pasar wisatawan utama dan pasar wisatawan potensial nasional; dan memiliki potensi kecenderungan produk wisata masa depan.

Sedangkan untuk pembangunan KSPN dilakukan secara bertahap dengan kriteria prioritas yang memiliki :

a. komponen destinasi yang siap untuk dikembangkan;

b. posisi dan peran efektif sebagai penarik investasi yang strategis;

c. posisi strategis sebagai simpul penggerak sistemik Pembangunan Kepariwisataan di wilayah sekitar baik dalam konteks regional maupun nasional;

d. potensi kecenderungan produk wisata masa depan;

e. kontribusi yang signifikan dan/atau prospek yang positif dalam menarik kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara dalam waktu yang relatif cepat;

f. citra yang sudah dikenal secara luas;

g. kontribusi terhadap pengembangan keragaman produk wisata di Indonesia; dan keunggulan daya saing internasional

Page 4: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

1.3 INTEGRASI PARIWISATA DENGAN SEKTOR LAIN

Pengembangan pariwisata harus dikaitkan dengan pengembangan ekonomi baik nasional, wilayah, maupun lokal. Sektor pariwisata harus berperan sebagai prime mover dan secara interaktif terkait dengan pengembangan sektor sektor lainnya. Peningkatan keterkaitan antara sektor pariwisata dengan sektor lainnya akan meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi wilayah.

Pariwisata mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi, karena dapat menyediakan lapangan kerja, menstimulasi berbagai sektor produksi, serta memberikan kontribusi secara langsung bagi kemajuan-kemajuan dalam usaha-usaha pembuatan dan perbaikan pelabuhan, jalan raya, pengangkutan, serta mendorong pelaksanaan program kebersihan dan kesehatan, proyek tempat kesenian dan budaya, pelestarian lingkungan hidup dan sebagainya yang dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik kepada masyarakat setempat maupun wisatawan dari luar.

Penilaian seberapa baik integrasi pariwisata dengan sektor lainnya dapat dilihat dari angka penyerapan tenaga kerja di sektor lainnya dengan membandingkan pada angka pertumbuhan kedatangan wisatawan, PDRB dari sektor pariwisata maupun proyek proyek pembangunan terkait kepariwisataan.

No Variabel Sumber Data Metode Kondisi Penilaian

1Angka Pertumbuhan Wisatawan dalam 3 tahun terakhir

Data Sekunder

2

Besarnya penerimaan PDRB dari sektor pariwisata dalam 3 tahun terakhir

Data Sekunder

3

Jumlah investasi terkait pariwisata dalam 3 tahun terakhir

Data Sekunder

4

Angka penyerapan tenaga kerja pada sektor transportasi dan komunikasi dalam 3 tahun terakhir

Data Sekunder

5

Angka penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian dalam 3 tahun terakhir

Data Sekunder

Page 5: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

No Variabel Sumber Data Metode Kondisi Penilaian

6

Angka penyerapan tenaga kerja pada sektor bangunan dalam 3 tahun terakhir

Data Sekunder

7

Pelaksanaan program kebersihan dan kesehatan dalam 3 tahun terakhir

Data Sekunder

2 ANALISIS PERWILAYAHAN

2.1 STRUKTUR DAN POLA TAPAK Sebuah tapak secara administratif merupakan lokasi yang seluruh boleh dibangun, namun pada prakteknya, terdapat sejumlah batasan yang harus dipertimbangkan. Analisa struktur dan pola tapak merupakan proses penilaian terhadap kualitas tapak yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor, sebagai kebutuhan dalam melakukan perencanaan tatanan fisik fasilitas/ fungsi/ bangunan dalam tapak yang meliputi pengolahan dan sistem utilitas tapak, site entrance, sistem sirkulasi serta penentuan posisi, komposisi, orientasi maupun konfigurasi massa dan ruang terbuka.

Faktor faktor yang mempengaruhi kualitas tapak terdiri atas, faktor fisik, biologi dan sosial budaya, dimana tiap faktor tersebut memiliki sejumlah variabel pembentuknya

1. Faktor Fisik

No Variabel Sumber Data Metode Aspek penilaian Kondisi Penilaian

1 Dimensi tapak Data Primer Observasi Bentuk

Ukuran

2Kondisi Keadaan tanah

Data Primer Observasi Porositas

Daya Dukung

Keasaman

3 Topografi Data Primer Observasi Elevasi

Kemiringan

Ketinggian

Bentang alam/

Page 6: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

No Variabel Sumber Data Metode Aspek penilaian Kondisi Penilaian

morfologi

4 Hidrologi Data Primer ObservasiPermukaan air tanah

Arah aliran air hujan

Kualitas air tanah

5 Geologi Data Primer Observasi Bahaya seismik

Kedalaman tanah

Kondisi batuan

6 Iklim Data Primer Observasi Curah hujan

Intensitas hujan

Kecepatan arah angin

Arah penyinaran cahaya matahari

2. Faktor Biologi

No Variabel Sumber Data Metode Aspek penilaian Kondisi Penilaian

1 Vegetasi Data Primer ObservasiKeragaman tanaman

2 Habitat Data Primer ObservasiKeragaman di dalam site

Keragaman di lingkungan sekitar site

3. Faktor Sosial Budaya

No Variabel Sumber Data Metode Aspek penilaian Kondisi Penilaian

1Peruntukan tanah

Data Primer, Data sekunder

Observasi

2 Regulasi lokal Data SekunderKetinggian bangunan

(RTBL) Kepadatan dan tipe

Page 7: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

No Variabel Sumber Data Metode Aspek penilaian Kondisi Penilaian

bangunan

Peruntukan dan ijin bangunan

3Utilitas di dalam dan sekitar tapak

Data Primer Observasi Kondisi Sanitasi

Kondisi Drainase

Kondisi Air bersih

Listrik

4Sirkulasi sekitar site

Data Primer Observasi Kelas Jalan

Kepadatan jalan (traffic volume)

Jalur pejalan kaki

Jenis angkutan

5 Area Historis Data Primer Observasi Landmark

Situs arkeologis, purbakala

6 Sensory Visual

Sumber BisingDari hasil analisis di atas, maka akan dirumuskan konsep struktur dan tapak KSPN yang menjelaskan pengolahan bentang tapak, penentuan tata letak massa bangunan dan orientasinya, penentuan fungsi ruang terbuka baik aktif maupun pasif, penentuan jalur sirkulasi yang terdiri atas main entrance, side entrance dan sidewalk, penentuan zonasi serta penentuan sistem utilitas.

Terdapat ketentuan dalam membentuk konsep struktur dan tapak di setiap perencanaan yang akan dilakukan.

1. Pengolahan bentang tapak, penentuan tata letak massa bangunan, penentuan fungsi ruang terbuka, penentuan sistem utilitas

No Kemiringan Ketentuan

1 < 1 % (terlalu datar)

Aliran secara umum tidak bagus, tidak direkomendasikan untuk eksterior dengan fungsi tertentu kecuali untuk wetland preserve atau ruang terbuka lain yang memungkinkan adanya genangan air ( ruang terbuka pasif)

2 1-5 % (datar) Kemiringan yang ideal untuk ruang terbuka aktif dan bangunan masif

3 5-10 % (landai) Kemiringan masih ideal untuk fungsi ruang terbuka aktif dan

Page 8: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

No Kemiringan Ketentuan

penempatan bangunan masif, tetapi perlu dipertimbangkan tata letak terhadap arah kemiringan. Kemiringan ini juga masih ideal untuk drainase namum perlu dikontrol agar tidak terjadi erosi

410-15 % (agak curam)

Kemiringan agak curam untuk fungsi ruang terbuka aktif dan bangunan masif. Kemiringan ini eprlu dipertahankan untuk menghindari erosi

5 15% (curam)Kondisi kemiringan curam tidak ideal untuk hampir semua penggunaan dan fungsi

2. Zonasi

Zonasi untuk bangunan masif dan ruang terbuka direncanakan dengan memenuhi beberapa pertimbangan berikut :

a. Kondisi, bentuk tapak dan kontur

b. Hirarki ruang

c. Fungsi fasilitas

d. Prinsip desain : efisiensi, kenyamanan, keselamatan

e. Regulasi lokal terkait dimensi massa, sempadan, KDB, dan KLB

3. Sirkulasi

Sirkulasi direncanakan dengan memenuhi beberapa pertimbangan berikut :

a. Kondisi tapak dan kontur

b. Keberadaan jalur jalur di luar tapak

c. Bentuk tapak

d. Layanan yang merata pada seluruh fungsi pada tapak sesuai dengan jenis sirkulasinya

No Jenis Sirkulasi Ketentuan

1 Jalan raya dua arahDimanfaatkan sebagai titik masuk ke tapak, sirkulasi langsung ke bangunan masif sebagai fungsi utama fasilitas

2Jalur kendaraan dalam tapak

Jalur ini diakumulasi di daerah bising

3 Jalur Pejalan kakiJalur ini dibuat sebagai perpanjangan jalur yang tidak bising untuk menghubungkan semua fungsi dalam tapak

2.2 PENETAPAN KAWASAN INTI DALAM KSPN Penunjukan kawasan inti dikelompokkan berdasarkan tema-tema kegiatan yang dapat dilakukan di kawasan tersebut serta hasil konsep pola tapak yang menetapkan pengembangan ruang pariwisata seperti apa yang akan dilakukan. Selanjutnya, pada setiap kawasan inti perlu dilakukan analisis

Page 9: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

kesesuaian lahan untuk aktivitas pariwisata yang akan dilakukan di sana serta analisis daya dukung kawasan inti.

2.2.1 Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Ruang sebagai Kawasan Inti

Analisis kesesuaian pemanfaatan ruang merupakan analisis yang melihat pada potensi kawasan untuk menjadi kawasan inti berdasarkan kriteria-kriteria teknis kegiatan pemanfaatan ruang yang direncanakan. Analisis ini menggunakan metode overlay peta untuk setiap variabel fisik, sosial, ekonomi dan budaya berdasarkan kriteria kegiatan.

Dari analisis ini akan dihasilkan kesesuaian lahan untuk pemanfaatan ruang dalam bentuk peta kesesuaian pemanfaatan ruang yang meliputi kesesuaian untuk kawasan inti. Berdasarkan tema kawasan inti yang telah dibentuk, maka kriteria yang dibutuhkan utnuk penentuan kawasan inti sesuai temanya adalah sebagai berikut :

a. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kawasan Inti dengan Tema Budaya Bahari

No ParameterS1 (sangat

sesuai)S2 (sesuai)

S3 (sesuai bersyarat)

N (tidak sesuai)

Kondisi Eksisting

1 Kecerahan perairan (meter)

15 – 20 10 –15 5 – 10 <5

2 Tutupan terumbu karang hidup (%)

>75 50 – 75 25 – 50 < 25

3 Jenis hewan karang dan biota yang berasosiasi (spesies)

Sangat beragam

( > 100)

Beragam

( 75 – 100)

Sedang

( 20 – 75)

Sedikit

( <10)

4 Jenis ikan karang (spesies)

Sangat beragam

( > 70)

Beragam (50 – 70)

Sedang

( 20 – 30 )

Sedikit

( < 20 )

5 Kecepatan arus (m/dtk)

0 – 0,17 0,17 – 0,34 0,34 – 0,51 > 0,51

6 Kedalaman perairan

10 – 20 5 – 10 2 – 5 < 2

A. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kawasan Inti dengan Tema Budaya

No ParameterS1 (sangat

sesuai)S2 (sesuai)

S3 (sesuai bersyarat)

N (tidak sesuai)

Kondisi Eksisting

1

2

3

4

5

Page 10: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

B. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kawasan Inti dengan Tema Ecovillage

No ParameterS1 (sangat

sesuai)S2 (sesuai)

S3 (sesuai bersyarat)

N (tidak sesuai)

Kondisi Eksisting

1

2

3

4

5

6

Setelah ditentukan lokasi spesifik yang akan menjadi kawasan inti berdasarkan kriteria kesesuaian lahan yang dibutuhkan untuk tiap tema, selanjutnya pada tiap kawasan inti tersebut diperlukan identifikasi terhadap :

1. kegiatan sebagai daya tarik utama 2. kegiatan sebagai daya tarik pendukung 3. kebutuhan sarana dan prasarananya yang sesuai dengan kondisi lokasi tersebut.

2.2.2 Analisis Daya Dukung Kawasan Inti

Analisis daya dukung yang digunakan merupakan analisis daya dukung fisik untuk menilai kesesuaian antara sumber daya fisik yang terdapat pada kawasan tersebut dengan kemampuan memberi toleransi terhadap kunjungan wisatawan sehingga keaslian sumber daya fisik dari kawasan tersebut tetap terjaga.

A. Kriteria Tingkat Daya Dukung untuk Kawasan Inti dengan Tema Budaya Bahari

No ParameterPenilaian Kondisi

EksistingTinggi Sedang Rendah

1Tipe Pantai

Terjal, karang, berpasir

Terjal, karang, berpasir, sedikit

berlumpur

Sangat landai, berlumpur

2 Bentuk Teluk terbuka Teluk terbuka Teluk tertutup

3 Tipe Garis Pantai Stabil Stabil Labil

4 Arus Sungai (m/dtk)

> 1,5 0,5 – 1,5 < 0,5

5 Amplitudo Rataan (m)

1,1 – 2,10,7 – 1,1

2,1 – 2,9< 0,7 dan > 0,9

6Posisi Hamparan Lahan

Dapat diairi dan

dikeringkan

Dapat diairi dan dikeringkan

Di bawah rataan surut

terendah

7 Kualitas Tanah Liat berpasir, Liat berpasir, tidak Lumpur/pasir

Page 11: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

No Parameter

Penilaian Kondisi Eksisting

tidak bergambut,

tidak berpyrit

bergambut, pyrit rendah

bergambut’ berpyritt

8Air Tanah

Dekat sungai dan mencukupi

Dekat sungai dan mencukupi

Dekat sungai dan tingkat siltasi tinggi

9Salinitas (ppt) 15 – 18

10 – < 15

> 18 – 30< 10 dan > 30

10 Jalur Hijau (m) > 100 50 – 100 < 50

11 Curah Hujan (mm/thn)

< 2.000 2.000 – 2.500 > 2.500

B. Kriteria Tingkat Daya Dukung untuk Kawasan Inti dengan Tema Budaya

No ParameterPenilaian Kondisi

EksistingTinggi Sedang Rendah

C. Kriteria Tingkat Daya Dukung untuk Kawasan Inti dengan Tema Ecovillage

No ParameterPenilaian Kondisi

EksistingTinggi Sedang Rendah

2.3 EKONOMI REGIONAL Analisis perekonomian dilakukan dengan tujuan untuk melihat karakteristik ekonomi wilayah dan struktur aktivitas perekonomian di kawasan perencanaan saat ini sehingga dapat diketahui sektor utama yang dapat dijadikan sebagai motor penggerak ekonomi kawasan perencanaan yang dalam pelaksanaannya dapat berfungsi sebagai salah satu sektor prioritas dalam program program

Page 12: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

maupun alokasi dana pembangunan dan juga sebagai tempat investasi dari kalangan swasta yang ingin berusaha di kawasan tersebut.

Data-data yang dibutuhkan untuk mengetahui gambaran kondisi ekonomi dan sektor-sektor perekonomian di kawasan perencanaan adalah sebagai berikut :

NoLapangan

UsahaBesarnya

PDRBBanyaknya penyerapan

Tenaga Kerja/ tahunBesarnya Investasi

1

2

3

4

5

6

2.4 KEPENDUDUKANDalam usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka dibutuhkan identifikasi terhadap gambaran potensi penduduk sehingga dapat ditentukan perencanaan pengembangan/ pemberdayaan masyarakat yang sesuai serta perencanaan pembangunan fasilitas yang akan mendukung pemebrdayaan tersebut.

Variabel yang dibutuhkan dalam menilai kondisi potensi penduduk adalah sebagai berikut

No Variabel Sumber Data Metode Kondisi Eksisting

1 Kelompok Usia Data Sekunder

2 Jenis Kelamin Data Sekunder

3 Tingkat Pendidikan Data Sekunder

4 Angka Partisipasi sekolah

Data Sekunder

5 Angka Angkatan kerja

Data Sekunder

6 Angka bukan angkatan kerja

Data Sekunder

3 ANALISIS PASAR

Kegiatan pemasaran ini pada intinya berfokus pada 3 hal yaitu pengembangan pariwisata sesuai target, menciptakan produk turunan wisata yang meningkatkan kualitas pengalaman wisata serta menciptakan strategi promosi yang tepat. Untuk mencapai tujuan di atas, dibutuhkan

Page 13: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

1. penilaian terhadap karakteristik pasar yang terjadi sebagai dasar segmentasi, targeting serta perencanaan pengembangan produk wisata dan promosi yang tepat

2. penilaian terhadap persepsi wisatawan maupun masyarakat lokal sebagai dasar menciptakan branding kawasan;

3. penilaian terhadap tren pasar.

4. Penilaian terhadap upaya promosi yang dilakukan

3.1 KARAKTERISTIK PASARPerilaku pasar dalam konteks kepariwisataan merupakan bagaimana sejumlah faktor mempengaruhi keputusan wisatawan dalam usaha pemenuhan keseluruhan pengalaman wisatanya. Analisis perilaku pasar mencoba mengelompokkan wisatawan berdasarkan karakteristiknya serta mengidentifikasi hubungan karakteristik satu dengan karakteristik lainnya.

1. Pengelompokan Wisatawan

Pengelompokan wisatawan sesuai dengan perilaku wisatanya merupakan usaha untuk menentukan/memilih segmen wisatawan mana yang akan menjadi target utama promosi serta bentuk promosi seperti apa yang paling sesuai untuk setiap segmen yang akan disasar tersebut. Hasil pengelompokan wisatawan ini juga dapat dikombinasikan dengan dengan hasil analisis pengganda pendapatan lokal.

Dari hasil pengelompokan ini, akan diperoleh segmen wisatawan yang memilih klasifikasi akomodasi tertentu , dan klasifikasi akomodasi tersebut dapat menunjukkan besar pengganda yang dihasilkan.

Pengelompokan wisatawan dilakukan dengan menggunakan analisis cluster yang terbentuk berdasarkan variabel di bawah ini:

Variabel Sumber Data Metode Instrumen

Demografi Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan

Tujuan Kunjungan Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan

Lama Tinggal Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan

Jenis Akomodasi Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan

Tingkat Pengeluaran Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan

Preferensi daya tarik Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan

Partner Kunjungan Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan

Page 14: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

Variabel Sumber Data Metode Instrumen

Kawasan wisata lain yang dikunjungi selain KSPN tersebut

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan

Hasil rekapitulasi pengelompokan berupa tabel di bawah ini

Karakteristik Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3

Asal Negara

Demografi

Tujuan Kunjungan

Lama Tinggal

Jenis Akomodasi

Tingkat pengeluaran

Partner Kunjungan

Preferensi daya tarik

Kawasan wisata lain yang dikunjungi selain KSPN tersebut

2. Hubungan antara Tujuan Kunjungan dengan Lama Tinggal Dari data kedua hubungan tersebut, maka dapat ditentukan aktivasi kegiatan apa yang paling sesuai untuk dikembangkan. Data yang dibutuhkan untuk menganalisa kedua hubungan tersebut antara lain :

Variabel Sumber Data Metode Instrumen

Tujuan Kunjungan Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawa n

Lama Tinggal Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan,

Data ini ditampilkan dalam cross tabel sebagai berikut :

Page 15: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

Tujuan KunjunganTotal

Wisatawan

Lama Tinggal (malam) Rata-rata Lama Tinggal1-2 3-8 > 8

Liburan

Ziarah

Bisnis

Penelitian/pendidikan

Mengunjungi teman/saudara

MICE

Lainnya

3. Hubungan antara Lama tinggal dengan Akomodasi Data yang digunakan untuk menganalisa hubungan tersebut dapat diperoleh dari pengisian kuesioner wisatawan maupun kuesioner akomodasi maupun dengan membandingkan data yang diperoleh dari hasil pengisian pada kedua kuesioner tersebut.

Variabel Sumber Data Metode Instrumen

Asal Wisatawan Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawa n

Lama Tinggal Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan, Kuesioner Akomodasi

Akomodasi Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan, Kuesioner Akomodasi

Data ini ditampilkan dalam cross tabel sebagai berikut :

Jenis AkomodasiRata-rata Lama Tinggal (malam)

Wisatawan Asing Wisatawan Lokal

Hotel Bintang

Hotel Non Bintang

Bungalow

Vila

4. Karakteristik Perencanaan Kunjungan Pengalaman wisata tidak hanya dimulai saat wisatawan berada di destinasi namun saat mereka merencanakan keseluruhan perjalanan wisata, untuk itu diperlukan juga identifikasi terhadap bentuk perencanaan yang dilakukan oleh wisatawan agar dapat merencanakan pengembangan promosi yang tepat serta berapa lama promosi tersebut perlu dilakukan.

Page 16: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

Variabel Sumber Data Metode Instrumen

Bentuk Perencanaan Data Primer Penyebaran Kuesioner Kuesioner Wisatawa n

Sumber Informasi Data Primer Penyebaran Kuesioner Kuesioner Wisatawan,

Partner Kunjungan Data Primer Penyebaran Kuesioner Kuesioner Wisatawan,

Lamanya persiapan sebelum kunjungan (minggu)

Data Primer Penyebaran Kuesioner Kuesioner Wisatawan,

3.2 PERSEPSI WISATAWANPenilaian terhadap persepsi wisatawan sangat berguna dalam membentuk citra/branding terhadap kawasan wisata tersebut. Maka hal pertama yang perlu diketahui dari persepsi wisatawan adalah alasan utama mengapa mereka memilih kawasan tersebut untuk dikunjungi. Variabel yang dibutuhkan untuk mengetahui alasan utama tersebut adalah

Variabel Sumber Data Metode Instrumen

Daya tarik yang menjadi pilihan untuk dikunjungi

Data Primer Penyebaran Kuesioner Kuesioner Wisatawa n

Alasan memilih KSPN untuk dikunjungi

Data Primer Penyebaran Kuesioner Kuesioner Wisatawa n

Pengalaman yang paling disukai

Data Primer Penyebaran Kuesioner Kuesioner Wisatawa n

Pengalaman yang paling tidak disukai

Data Primer Penyebaran Kuesioner Kuesioner Wisatawa n

Selain itu, persepsi wisatawan juga dapat diukur berdasarkan penilaian mereka terhadap variabel pembentuk kualitas destinasi, karena melalui penilaian terhadap variabel tersebut, maka dapat diketahui variabel mana yang paling berperan terhadap kepuasan dalam pengalaman wisata secara keseluruhan.

Analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui nilai pengaruh tiap tiap variabel tersebut adalah analisis multiple regresi, dimana analisis tersebut menjelaskan persamaan hubungan antara penilaian kepuasan pengalaman wisata secara keseluruhan sebagai variabel dependen dan nilai masing-masing variabel pembentuk kualitas destinasi sebagai variabel independen seperti contoh persamaan di bawah ini:

y = a X1 + b X2 + c X3 + C

dimana,

y = nilai variabel dependen

X1 - X3 = variabel independen

a, b, c = nilai dari tiap variabel independen

Page 17: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

Berdasarkan persamaan nilai terbesar dari tiap variabel independen akan memberikan pengaruh paling besar terhadap variabel dependen.

Variabel variabel dari kualitas destinasi yang merupakan variabel independen yang digunakan dalam analisis ini antara lain

Variabel Sub VariabelSumber

DataMetode Instrumen

Penilaian terhadap daya tarik wisata

Kemudahan perolehan informasi daya tarik wisata

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawa n

Kondisi keindahan daya tarik

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan,

Kondisi parkir Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan,

Kondisi tempat pembuangan sampah

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawa n

Kondisi keamanan daya tarik

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan,

Kondisi pelayanan daya tarik

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan,

Kesesuaian harga dengan pengalaman yang diharapkan

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan,

Aksesibilitas Ketersediaan moda transportasi

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawa n

Keberagaman pilihan moda transportasi

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan,

Kualitas dari pelayanan transportasi

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan,

Keamanan dari pelayanan

Data Primer Observasi, Penyebaran

Kuesioner Wisatawa n

Page 18: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

Variabel Sub VariabelSumber

DataMetode Instrumen

transportasi Kuesioner

Harga Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan,

Kondisi jalan di dalam area KSPN

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan,

Kondisi jalan menuju area KSPN

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan,

Kondisi Trotoar Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawa n

Aksesibilitas untuk penyandang kekurangan fisik

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan,

Masyarakat Lokal KSPN

Keramahan masyarakat lokal

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan,

Kemampuan komunikasi masyarakat lokal dalam bahasa asing

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawa n

Kejujuran masyarakat lokal

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan,

Fasilitas dan pelayanan umum

Ketersediaan informasi pusat kesehatan

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan,

Pelayanan pusat kesehatan

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan,

Ketersediaan pelayanan telekomunikasi

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawa n

Jaminan Data Primer Observasi, Kuesioner Wisatawan,

Page 19: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

Variabel Sub VariabelSumber

DataMetode Instrumen

keselamatan Penyebaran Kuesioner

Jaminan keamanan Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan,

Fasilitas Pariwisata (Akomodasi, restoran, Shop)

Jumlah ketersediaan

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawa n

Kualitas pelayanan Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan,

Keberagaman Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan,

Kebersihan Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan,

Harga Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawa n

Ketersediaan keberagaman cara pembayaran

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan,

Fasilitas Lainnya Ketersediaan ATM Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan,

Ketersediaan pusat informasi

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawa n

Ketersediaan signage

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan,

Ketersediaan peta pariwisata

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan,

Page 20: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

Variabel Sub VariabelSumber

DataMetode Instrumen

Ketersediaan informasi untuk keadaan darurat

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Wisatawan,

Sedangkan variabel dependen yang digunakan dalam analisis ini antara lain

Variabel Sumber Data Metode Instrumen

Penilaian pengalaman wisata yang di dapatkan

Data Primer Penyebaran Kuesioner Kuesioner Wisatawa n

Keputusan merekomendasikan kawasan wisata

Data Primer Penyebaran Kuesioner Kuesioner Wisatawa n

Keputusan untuk kembali berkunjung

Data Primer Penyebaran Kuesioner Kuesioner Wisatawa n

Hasil penilaian terhadapvariabel variabel di atas selanjutnya ditampilkan dalam tabel sebagai berikut :

Daya tarik yang paling

banyak diminati

Alasan utama memilih

KSPN untuk dikunjungi

Pengalaman paling disukai

Pengalaman paling tidak

disukai

Penilaian kepuasan secara

keseluruhan

Keputusan rekomendasi

Keputusan berkunjung

kembali

Variabel kualitas

destinasi yang paling

mempengaruhi

3.3 EFEKTIFITAS PROMOSIPromosi merupakan bagaimana cara mengkomunikasikan produk/jasa kepada masyarakat agar dapat dikenal dan pada akhirnya, masyarakat memutuskan untuk membeli produk/jasa tersebut. Begitu juga, dengan kegiatan pariwisata, masyarakat perlu mengenal dengan baik untuk selanjutnya tertarik dengan pengalaman wisata yang dijelaskan dalam kegiatan promosi dan kemudian dilanjutkan dengan melakukan perencanaan menuju destinasi tersebut.

Efektivitas promosi ingin mengukur seberapa jauh usaha promosi yang dilakukan suatu usaha dapat meningkatkan jumlah konsumen membeli produk atau menggunakan jasanya. Sehingga variabel yang digunakan untuk mengukur efektivitas promosi adalah sebagai berikut :

Variabel Sumber Data Metode Instrumen

Media Promosi yang digunakan

Data Primer Pengisian Kuesioner Kuesioner pelaku usaha (Akomodasi, restoran, daya tarik)

Besarnya pengeluaran untuk promosi

Data Primer In depth interview Interview guideline

Page 21: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

Variabel Sumber Data Metode Instrumen

Klasifikasi Akomodasi Data Primer Pengisian Kuesioner Kuesioner Akomodasi

Range Harga Data Primer Pengisian Kuesioner Kuesioner pelaku usaha (Akomodasi, restoran, daya tarik)

Jumlah kunjungan wisatawan pada tahun terakhir

Data Primer Pengisian Kuesioner Kuesioner pelaku usaha (Akomodasi, restoran, daya tarik)

Target Promosi

Profil Pengunjung

4 ANALISIS SUPLAI KEPARIWISATAAN

4.1 DESTINASIAnalisis destinasi merupakan penilaian terhadap sumber daya destinasi pariwisata baik yang berupa sumber daya eksisting maupun sumber daya yang masih menjadi potensi untuk dikembangkan dalam rangka menciptakan pengalaman wisata, meliputi :

1. Perwilayahan2. Daya Tarik3. Aksesibilitas4. Fasilitas dan Prasaranan Umum5. Fasilitas Pariwisata6. Masyarakat Lokal7. Investasi

4.1.1 Daya Tarik

A. Pengelompokan Daya Tarik

A.1 Pengelompokan Berdasarkan Jenis

Daya tarik dikelompokkan berdasarkan jenisnya yaitu daya tarik alam, daya tarik buatan dan daya tarik budaya. Pengelompokan berdasarkan jenis ini berfungsi untuk memetakan perbedaan karakteristik yang terdapat pada tiap jenis, sehingga perencanaan yang dibutuhkan pada tahap pengembangan daya tarik tersebut telah sesuai dengan kebutuhannya.

Untuk mengetahui karakteristik dari tiap jenis daya tarik, maka perlu diidentifikasi variabel sebagai berikut :

No Variabel Sumber Data Metode Instrumen

1 Bentuk Kepemilikan Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Daya

Page 22: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

No Variabel Sumber Data Metode Instrumen

Kuesioner Tarik

2 Musim teramai Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Daya Tarik

3 Musim terbaik Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Daya Tarik

4 Asal Wisatawan Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Daya Tarik

5 Sub Atraksi yang terdapat di daya tarik

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Daya Tarik

6 Media Promosi Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Daya Tarik

Hasil pengelompokan daya tarik berdasarkan jenisnya berupa tabel di bawah ini :

Karakteristik Daya Tarik Alam Daya Tarik BudayaDaya Tarik

Buatan

Bentuk Kepemilikan

Musim teramai

Musim terbaik

Asal Wisatawan

Sub Atraksi

Media Promosi

A.2 Pengelompokan Berdasarkan Lokasi

Identifikasi daya tarik berdasarkan wilayah administratif dilakukan untuk mengetahui pola persebaran daya tarik, sehingga dapat ditentukan perencanaan kawasan inti yang tepat. Variabel yang perlu diidentifikasi untuk mengetahui kelompok daya tarik berdasarkan lokasinya adalah sebagai berikut :

No Variabel Sumber Data Metode Instrumen

1 Jenis Daya Tarik Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Daya Tarik

2 Lokasi Daya Tarik Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Daya Tarik, Peta KSPN

Hasil pengelompokan daya tarik berdasarkan persebaran lokasi berupa tabel di bawah ini :

Page 23: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

Jenis Daya Tarik Wilayah Administratif

Desa A Desa B Desa C

Daya Tarik Alam

Daya Tarik Buatan

Daya Tarik Budaya

Untuk mengetahui konsentrasi persebaran daya tarik, maka harus digambarkan pada peta KSPN.

B. Kematangan Daya Tarik Wisata

Daya tarik wisata merupakan komponen supply yang utama dari suatu destinasi. Dalam usaha mempertahankan kualitas daya tarik wisata agar tetap menjadi tujuan utama wisatawan berkunjung ke suatu destinasi, maka diperlukan pemahaman mengenai pengembangan seperti apa yang memang diperlukan oleh daya tarik tersebut. Jenis pengembangan dapat ditentukan jika tingkat kematangan daya tarik tersebut diketahui.

Parameter yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kematangan dari suatu destinasi adalah kondisi pertumbuhan daya tarik sebagai bagian dari penawaran wisata dan keadaan pasar wisata sebagai bagian dari permintaan yang selanjutnya akan dipetakan ke dalam matriks BCG (Boston Consulting Group) seperti bagan di bawah ini.

1. Star

Daya tarik memiliki peluang pertumbuhan dan profitabilitas jangka panjang terbaik. Daya tarik dengan kondisi ini perlu melakukan integrasi ke depan, integrasi ke belakang, penetrasi pasar, serta pengembangan produk.

2. Cash Cows

Daya tarik ini memiliki posisi pangsa pasar relatif yang tinggi tetapi kemampuan bersaingnya rendah dengan tingkat pertumbuhan yang rendah.  Disebut cash cows karena daya tarik menghasilkan pendapatan melebihi kebutuhannya. Daya tarik dengan kondisi ini harus dikelola untuk mempertahankan posisi kuatnya selama mungkin, salah satunya melalui diversifikasi.

3. Problem Child

Page 24: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

Daya tarik memiliki posisi pangsa pasar relatif yang rendah, namun kemampuan bersaing cukup tinggi dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Disebut problem child  karena pengelola daya tarik harus memutuskan apakah hendak memperkuat bisnis dengan strategi yang intensif atau menjualnya.

4. Dog

Daya tarik memiliki posisi pangsa pasar relatif yang rendah dengan kemampuan bersaing dengan pertumbuhan produk yang juga rendah.  Kondisi ini dapat disebabkan oleh karena posisi internal dan eksternal yang lemah.

Masing-masing parameter memiliki variabel dan kriteria penilaian sebagai berikut :

1. Parameter Kondisi Pertumbuhan Daya Tarik Wisata

No VariabelSumber

DataMetode Instrumen Kriteria Skor

1 Keberagaman sub atraksi yang dimiliki

Data Primer

Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Daya Tarik

1 =2 =3 =

memiliki 1-2 sub atraksimemiliki 3-4 sub atraksimemiliki lebih dari 4 sub atraksi

2 Keunikan yang ditawarkan

Data primer

Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Daya Tarik

1 =

2 =

3 =

Memiliki kesamaan dengan daya tarik lain tingkat lokalMemiliki kesamaan dengan daya tarik lain di tingkat provinsi sampai nasionalHanya memiliki kesamaan dengan daya tarik di tingkat dunia dengan jumlah maksimal 3 daya tarik

3 Tata kelola Data Primer

Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Daya Tarik

1 =

2 =

3 =

Jumlah SDM kurang dan belum ada SOP yang jelasJumlah SDM kurang namun sudah ada SOP mengenai kepengelolaanJumlah SDM cukup dan sudah ada SOP mengenai kepengelolaan

4 Ketersediaan fasilitas pendukung

Data Primer

Observasi, penyebaran kuesioner

Kuesioner Daya Tarik

1 =

2 =

3 =

Memiliki sedikit fasilitas pendukung dan kurang berfungsi dengan baikMemiliki sedikit fasilitas pendukung dan berfungsi dengan baikMemiliki fasilitas lengkap

Page 25: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

No VariabelSumber

DataMetode Instrumen Kriteria Skor

dan seluruhnya berfungsi dengan baik

5 Media Promosi yang digunakan

Data Primer

Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Daya Tarik

1 =

2 =

3 =

Belum ada media promosi yang digunakanMenggunakan 1-3 media promosiMenggunakan lebih dari 3 media promosi pariwisata yang ada

6 Ketersediaan Moda Transportasi

Data primer

Observasi, Penyebaran kuesioner

Kuesioner daya tarik

1 =

2 =

3 =

Tidak terdapat moda transportasi langsung menuju daya tarikHanya ada 1- 2 jenis moda transportasi yang langsung menuju daya tarikTerdapat lebih dari 2 jenis moda transportasi yang langsung menuju daya tarik

7 Waktu Operasional

Data primer

Observasi, penyebaran kuesioner

Kuesioner daya tarik

1 =2 =

3 =

Hari beroperasi tidak tentuTerdapat 1-3 hari beroperasi dalam semingguSetiap hari beroperasi

8 Ketersediaan Fasilitas pendukung di sekitarnya

Data primer

Observasi, penyebaran kuesioner

Kuesioner daya tarik

1 =

2 =

3 =

Tidak ada fasilitas pendukung di sekitar daya tarikHanya terdapat 1-2 fasilitas pendukung di sekitar daya tarikTerdapat lebih dari 2 fasilitas pendukung di sekitar daya tarik

Klasifikasi Skor :Tingkat Pertumbuhan Produk Tinggi : Tingkat Pertumbuhan Produk Rendah :2. Parameter Kondisi Pasar Wisata

No VariabelSumber

DataMetode Instrumen Kriteria Skor

1 Tingkat Data Observasi, Kuesioner 1 = Mengalami penurunan

Page 26: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

No VariabelSumber

DataMetode Instrumen Kriteria Skor

Pertumbuhan Pengunjung

Primer Penyebaran Kuesioner

Daya Tarik2 =

3 =

dalam 3 tahun terakhirMengalami kenaikan dan penurunan dalam 3 tahun terakhir (tidak stabil)Mengalami kenaikan setiap tahunnya dalam 3 tahun terakhir

2 Tingkat pendapatan

Data Primer

Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Daya Tarik

1 =

2 =

3 =

Mengalami penurunan dalam 3 tahun terakhirMengalami kenaikan dan penurunan dalam 3 tahun terakhir (tidak stabil)Mengalami kenaikan setiap tahunnya dalam 3 tahun terakhir

3 Tingkat Partisipasi Wisatawan dalam kegiatan di daya tarik

Data Primer

Observasi, penyebaran kuesioner

Kuesioner Daya Tarik

1 =

2 =

3 =

Tidak ada kegiatan aktif yang dapat dilakukan wisatawanHanya sedikit sub atraksi yang memiliki kegiatan aktif denga wisatawanSeluruh sub atraksi yang tersedia merupakan kegiatan aktif dengan wisatawan

4 Perbandingan jumlah wisawatawan dengan daya tarik sejenis lainnya

Data Primer

Penyebaran kuesioner

Kuesioner daya tarik

1 =

2 =

3 =

Memiliki jumlah kunjungan terendah dibanding daya tarik sejenis lainnyaMemiliki jumlah kunjungan rata-rata/ hampir sama dengan daya tarik sejenis lainnyaMemiliki jumlah kunjungan tertinggi dibanding dengan daya tarik sejenis lainnya

Klasifikasi Skor :Tingkat Pangsa Pasar Tinggi : Tingkat Pangsa Pasar Rendah :

Page 27: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

4.1.2 Aksesibilitas

Analisis aksesibilitas dilakukan untuk menentukan kebutuhan jaringan pergerakan dan fasilitas penunjangnya menurut struktur dan pola tapak kawasan, sehingga tercipta ruang yang lancar, aman, nyaman, dan terpadu, berdasarkan pertimbangan distribusi penduduk, tenaga kerja, daya dukung lahan, daya dukung lingkungan jalan, daya dukung prasarana yang ada.

A. Kebutuhan Pengembangan Sarana Transportasi

Dalam merencanakan kebutuhan sarana transportasi yang akan mendukung pergerakan baik wisatawan maupun masyarakat saat menuju maupun berada di dalam kawasan pariwisata, maka dibutuhkan penilaian terhadap komponen komponen di bawah ini

No VariabelSumber

DataMetode Instrumen Penilaian Kondisi Eksisting

1 Moda Transportasi

2 Halte dalam kawasan

3 Jalur angkutan publik

4 Kapasitas tiap trayek

5 Kondisi Pelayanan

6 Kondisi keamanan

7 Model pengelolaan transportasi

B. Kebutuhan Pengembangan Prasarana Transportasi

Analisis ini bertujuan untuk menilai kemngkinan pengembangan prasarana transportasi yang meliputi jaringan jalan dan kebutuhan pendukungnya mulai dari jaringan jalan yang menjadi pintu gerbang kawasan pariwisata sampai ke tingkat jalan lokal dengan mempertimbangkan jaringan jalan yang sudah atau yang sedang direncanakan. Analisis ini membutuhkan penilaian terhadap sejumlah komponen, antara lain :

No VariabelSumber

DataMetode Instrumen Penilaian Kondisi Eksisting

1 Entry Gate Kawasan

2 Titik kemacetan

Page 28: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

No VariabelSumber

DataMetode Instrumen Penilaian Kondisi Eksisting

dan trouble spot lainnya

3 Ketersediaan signage

4 Prasarana untuk pejalan kaki (trotoar, halte)

5 Kondisi Penataan Parkir

6 Manajemen Lalu lintas

4.1.3 Fasilitas dan Prasarana Umum

A. Kebutuhan Sarana dan Prasarana Umum

Tujuan kegiatan ini adalah untuk menghitung perkiraan jumlah kebutuhan fisik di kawasan perencanaan berdasarkan daya dukungnya. Untuk memperkirakan kebutuhan fasilitas dan utilitas pada kawasan perencanaan, digunakan beberapa model kebutuhan fasilitas dan utilitas yang bersumber dari :

1. Standar Pelayanan Kebersihan Air Limbah

Perkiraan kebutuhan fasilitas dan utilitas pada kawasan akan mencakup kebutuhan jenis, jumlah, serta kebutuhan ruang. Perkiraan dilakukan dengan mengaplikasikan standar kebutuhan yang ada untuk desa-desa yang ada di KSPN, serta dapat mengacu pada berbagai studi dan standar perencanaan yang ada.

Secara garis besar, standar perencanaan dibagi menjadi 3, yaitu:

Standar Internasional , merupakan bakuan yang didasarkan atas ketentuan umum dan diterapkan di banyak negara sebagai suatu kebutuhan dan persyaratan.

Standar Nasional , yang menjadi pedoman umum yang digunakan di Indonesia. Standar ini hanya memberikan patokan umum, sesuai dengan karakteristik serta tingkat kebutuhannya

Standar lokal yakni ketentuan yang berlaku khusus untuk suatu wilayah atau kota tertentu. standar ini disusun berdasarkan situasi dan kondisi khusus dari wilayah atau kota tersebut yang di dalamnya dipertimbangkan ketentuan khusus lain, seperti tradisi dan tata nilai budaya yang berlaku.

2. Standar Penyediaan Air Bersih

Page 29: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

Terdapat 5 (lima) komponen yang akan digunakan sebagai dasar pengembangan sistem penyediaan air bersih di masa yang akan datang. Komponen rencana tersebut antara lain sebagai berikut :

a. Kebutuhan Air

b. Rencana Tingkat Pelayanan

c. Rencana Pengembangan Sumber

d. Rencana Pengembangan Transmisi/distribusi

e. Pengendalian Kebocoran Air.

PDAM telah menyediakan suatu standar bagi pengadaan air bersih dimana standar tersebut didasarkan pada pedoman Direktorat Air Bersih yang telah memperhitungkan standar kebutuhan air bersih untuk industri dan rumah tangga. Ketentuannya ialah 125 ltr/orang/hari untuk konsumsi umum dan 10 lt/pekerja/hari bagi kawasan industri..

Suatu kebijakan lain telah ditetapkan pula bahwa perbandingan antara sambungan langsung ke rumah tangga dan kran umum berkisar antara 50% : 50% hingga 80% : 20%, tergantung pada situasi lingkungan permukimannya. Setiap kran umum diasumsikan melayani 200 orang, sedangkan sambungan rumah tangga untuk 5 – 10 orang. Jumlah penduduk yang ingin dilayani oleh PDAM berdasarkan informasi ialah sekitar 75% dari jumlah keseluruhan penduduk yang ada atau yang direncanakan, dengan asumsi kebutuhan air minum dihitung sebesar 150 lt/orang/hari.

3. Standar Penyediaan Listrik

Berdasarkan standar kebijaksanaan, kebutuhan konsumsi listrik yang ditetapkan untuk masing-masing kelompok pelanggan sebagai berikut :

a. Rumah Tangga mengkomsumsi listrik sebesar 170 Watt/jiwa.

b. Industri mengkomsumsi listrik sebesar 250 KVA/Ha.

c. Perdagangan dan jasa mengkomsumsi listrik sebesar 80 KVA/Ha.

d. Sosial/Fasilitas Umum mengkomsumsi listrik sebesar 80 KVA/Ha

4. Standar Penyediaan Komunikasi

Untuk melayani kebutuhan telepon, dibutuhkan pengembangan sistem jaringan distribusinya yang meliputi fasilitas Sentral Telepon Otomat (STO), Rumah Kabel (RK) dan Distribution Point (DP). Perkiraan kebutuhan RK dan DP dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Untuk 1 RK memiliki kapasitas antara 1.200 – 1.400 SST

b. Untuk 1 DP memiliki kapasitas antara 10 – 20 SST

4.1.4 Fasilitas Pariwisata

A. Persebaran Akomodasi

Identifikasi akomodasi berdasarkan wilayah administratif dan tipe wilayah (pantai dan nonpantai) dilakukan untuk mengetahui pola persebaran dan konsentrasi akomodasi, sehingga dapat ditentukan perencanaan serta kebijakan (termasuk pengendalian ) yang tepat bagi tiap wilayah

Page 30: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

tersebut. Variabel yang perlu diidentifikasi untuk mengetahui kelompok akomodasi berdasarkan lokasinya adalah sebagai berikut :

No Variabel Sumber Data Metode Instrumen

1 Lokasi Akomodasi Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Akomodasi, Peta Akomodasi KSPN

2 Klasifikasi Akomodasi

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner, in depth interview

Kuesioner Akomodasi

3 Bentuk dan status kepemilikan

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner, in depth interview

Kuesioner Akomodasi

4 Harga Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner, in depth interview

Kuesioner Akomodasi

5 Jumlah Kamar/ Kapasitas

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Akomodasi

Hasil pengelompokan akomodasi berdasarkan persebaran lokasi berupa tabel di bawah ini :

Karakteristik Akomodasi (Jumlah)

Wilayah Administratif Tipe Wilayah

Desa A Desa B Desa C Pantai Non Pantai

Klasifikasi Akomodasi

Bintang

Non Bintang

Vila

Pondok Wisata

Bentuk kepemilikan

Harga

Jumlah Kamar/

Page 31: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

Karakteristik Akomodasi (Jumlah)

Wilayah Administratif Tipe Wilayah

Desa A Desa B Desa C Pantai Non Pantai

Kapasitas

B. Kesesuaian Klasifikasi dengan PP

Usaha Akomodasi merupakan salah satu usaha pariwisata yang klasifikasi telah diatur dalam PP no 52 tahun 2012. Dimana dalam PP tersebut terdapat penjelasan detail mengenai fasilitas yang minimal harus dimiliki oleh tiap kelas hotel. Untuk mengidentifikasi apakah karakteristik dari tiap kelas usaha akomodasi tersebut sudah sesuai dengan klasifikasi pada PP, maka dilakukan pengelompokan dengan menggunakan analisis cluster. Variabel yang dibutuhkan dalam analisis cluster usaha akomodasi ini antara lain :

No Variabel Sumber Data Metode Instrumen

1 Klasifikasi Akomodasi

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner, in depth interview

Kuesioner Akomodasi

2 Fasilitas yang dimiliki

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner, in depth interview

Kuesioner Akomodasi

3 Jumlah Kamar yang tersedia

Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner, in depth interview

Kuesioner Akomodasi

Hasil pengelompokan akomodasi berdasarkan klasifikasi pada PP no 52 tahun 2012 berupa tabel di bawah ini :

Karakteristik AkomodasiKlasifikasi Akomodasi

Bintang Non Bintang Pondok Wisata Vila

Fasilitas yang dimiliki

Jumlah Kamar yang tersedia

C. Persebaran Usaha Informal Pariwisata

Pertumbuhan usaha informal yang terdapat di suatu destinasi tidak dapat dihindari sebagai dampak dari adanya kegiatan pariwisata. Identifikasi terhadap persebaran usaha informal yang terdapat di kawasan wisata ini penting dilakukan untuk merencanakan penanganan yang tepat agar usaha

Page 32: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

informal tersebut tetap dapat mengakomodir kepentingan pelakunya dan tanpa memberi dampak negatif terhadap kegiatan pariwisata. Variabel yang dibutuhkan dalam mengidentifikasi kondisi usaha informal antara lain :

No Variabel Sumber Data Metode Instrumen

1 Lokasi Data Primer Observasi

2 Jenis Usaha Data Primer Observasi, Interview Interview guideline

3 Profil tenaga Kerja Data Primer Observasi, Interview Interview guideline

4 Pendapatan Data Primer Observasi, Interview Interview guideline

5 Permasalahan yang dihadapi dalam menjalankan usaha

Data Primer Observasi, Interview Interview guideline

6 Harapan untuk pengembangan usaha

Data Primer Observasi, Interview Interview guideline

D. Pengelompokan UKM

Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dalam membangun perekonomian daerah. Dalam kegiatan pariwisata,  UKM dapat dijadikan andalan untuk menyediakan kebutuhan wisatawan untuk melengkapi pengalaman wisatanya. Pengembangan UKM ini harus didukung dengan kebijakan-kebijakan yang kondusif, serta pemberdayaan-pemberdayaan pelakunya. Sehingga diperlukan adanya pengelompokan terhadap UKM-UKM yang terdapat di kawasan wisata untuk membuat kebijakan yang tepat serta keputusan pemberian bantuan baik dalam bentuk modal usaha, kemudahan akses pembiayaan, maupun pemberdayaan yang sesuai dengan kebutuhan.

No Variabel Sumber Data Metode Instrumen

1 Lokasi Data Primer Observasi

2 Jenis Usaha Data Primer Observasi, Interview Interview guideline

3 Profil tenaga Kerja Data Primer Observasi, Interview Interview guideline

4 Pendapatan Data Primer Observasi, Interview Interview guideline

5 Pengeluaran tiap hari/bulan/ tahun

Data Primer Observasi, Interview Interview guideline

6 Asal Wisatawan/ Konsumen

Data Primer Observasi, Interview Interview guideline

7 Permasalahan yang dihadapi dalam menjalankan usaha

Data Primer Observasi, Interview Interview guideline

8 Bentuk dukungan pemerintah terhadap

Data Primer Observasi, Interview Interview guideline

Page 33: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

No Variabel Sumber Data Metode Instrumen

usaha

9 Bentuk Kerjasama dengan usaha lain

Data Primer Observasi, Interview Interview guideline

10 Harapan untuk pengembangan usaha

Data Primer Observasi, Interview Interview guideline

4.1.5 Masyarakat Lokal

Perencanaan Pengembangan Kawasan Pariwisata berbasis peran masyarakat (community-based tourism) adalah perencanaan pembangunan dengan orientasi yang optimal pada pendayagunaan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, masyarakat diberikan kesempatan aktif beraspirasi dan berkontribusi untuk merumuskan program-program pengembangaan, baik konsep perancangan kawasan maupun aktivasi aktivasi kegiatan di dalamnya yang sesuai tata nilai yang berlaku di masyarakat.

A. Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya merupakan dasar suatu kelompok masyarakat dalam menjalankan kehidupannya. Analisis ini bertujuan untuk melihat keberadaan warisan budaya yang digunakan masyarakat dalam mengelola kehidupan sosial dan lingkungannya serta peran dari pranata sosial di suatu kawasan, sehingga perencanaan suatu kawasan nantinya tidak akan bertentanagn dengan budaya maupun adat istiadat yang berlaku.

Variabel yang dibutuhkan untuk menilai kondisi sosial budaya suatu kawasan antara lain

No Variabel Sumber Data Metode Kondisi Eksisting

1 Keberagaman suku Data Sekunder

2 Bahasa lokal Data Sekunder

3 Modal Sosial Data Sekunder

4 Keberadaan situs bersejarah

Data Sekunder

5 Keberadaan desa adat Data Sekunder

6 Nilai, norma yang berlaku

Data Sekunder

B. Tingkat Partisipasi Masyarakat Lokal

Bentuk partisipasi masyarakat lokal terhadap perencanaan pengembangan KSPN terdiri dari sejumlah keikutsertaan yang mereka lakukan baik dalam kegiatan pariwisata itu sendiri maupun dalam tahapan perencanaan partisipatif yang terdiri dari :

1. Tahap Persiapan yaitu pengenalan program perencanaan pengembangan KSPN penyusunan tujuan, kebutuhan, dan kepentingan semua pihak, pelibatan seluruh pemangku kepentingan

Page 34: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

(stakeholders), penciptaan dan sosialisasi mekanisme, serta analisis kebutuhan dan sumber daya pengembangan kawasan.

2. Tahap Perumusan Strategi Perencanaan dan Publikasi yang berupa perencanaan tahapan, monitoring dan evaluasi, persetujuan legal, strategi kerja sama dengan wakil-wakil komunitas, penyebaran informasi dan publikasi program

3. Tahap Pelaksanaan dimana pada tahap ini akan dilakukan peninjauan dan review/ monitoring bersama dengan seluruh stakeholder dan masyarakat lokal.

Variabel yang dibutuhkan untuk menilai tingkat partisipasi masyarakat lokal adalah sebagai berikut :

Variabel Sumber Data Metode Instrumen

Bentuk partisipasi masyarakat lokal dalam tahap perencanaan kawasan

Data Primer Penyebaran Kuesioner Kuesioner Masyarakat lokal

Bentuk partisipasi masyarakat lokal dalam kegiatan pariwisata

Data Primer Penyebaran Kuesioner Kuesioner Masyarakat lokal

C. Potensi Masyarakat Lokal

Potensi masyarakat lokal merupakan modal dasar dalam menggerakkan Progran Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Inti kegiatan PNPM Mandiri di masyarakat kelurahan/desa adalah proses menumbuhkembangkan kemandirian dan keberlanjutan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan dari, oleh dan untuk masyarakat, melalui proses pembelajaran dan pelembagaan nilai-nilai universal kemanusiaan (value based development), prinsip-prinsip universal kemasyarakatan, serta prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Pelaksanaan PNPM Mandiri adalah kegiatan yang dilaksanakan sepenuhnya oleh masyarakat di desa/kelurahan setempat melalui kelembagaan masyarakat. Peran pendampingan pihak luar (Fasilitator, Korkot, Pemda, dll), hanyalah sebagai pendamping pembelajaran agar inisiatif, prakarsa, komitmen, kepedulian, motivasi, keputusan dan usaha dari masyarakat berbasis pada kebutuhan masyarakat.

Salah satu tahapan awal dalam pelaksanaan PNPM Mandiri ini adalah pemetaan swadaya yang merupakan potensi maupun permasalahan yang ada di masyarakat. Pemetaan swadaya ini memetakan variabel variabel di bawah ini

Variabel Sumber Data Metode Instrumen

Keberadaan lembaga masyarakat ( Fungsi dan Kinerja)

Data Sekunder

Usaha Lokal Data Sekunder

Page 35: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

Variabel Sumber Data Metode Instrumen

Produk lokal Data Sekunder

Kegiatan pemberdayaan yang eksisting

Data Sekunder

Tingkat Pendidikan masyarakat lokal

Data Sekunder

D. Dampak Pariwisata terhadap Masyarakat Lokal

Masyarakat lokal merupakan tuan rumah bagi kegiatan wisata di wilayahnya, sehingga sangat penting untuk melakukan penilaian terhadap persepsi masyarakat lokal berkaitan dengan kegiatan pariwisata di wilayahnya. Masyarakat lokal yang paling dapat menilai apa yang sesuai maupun tidak sesuai dengan kegiatan pengembangan kepariwisataan di wilayahnya serta penting untuk mengetahui harapan mereka terhadap adanya kegiatan kepariwisataan. Variabel yang dibutuhkan untuk mengetahui persepsi masyarakat lokal antara lain :

Variabel Sumber Data Metode Instrumen

Penilaian terhadap dampak positif pariwisata

Data Primer Penyebaran Kuesioner Kuesioner Masyarakat lokal

Penilaian terhadap dampak negatif pariwisata

Data Primer Penyebaran Kuesioner Kuesioner Masyarakat lokal

Harapan dari adanya kegiatan pariwisata

Data Primer Penyebaran Kuesioner Kuesioner Masyarakat lokal

Hasil penilaian dan harapan tersebut selanjutnya direkap dalam bentuk tabel yang akan dapat menjelaskan aspek apa saja yang harus diperbaiki dan dipertahankan dalam kegiatan pengembangan kepariwisataan guna mengakomodir kepentingan masyarakat lokal.

Dampak Positif yang paling banyak dirasakan

Dampak Negatif yang paling banyak dirasakan

Harapan dari adanya kegiatan pariwisata

Selanjutnya untuk mengetahui dampak apa yang paling mempengaruhi tingkat dukungan masyarakat terhadap adanya kegiatan pariwisata di daerah, dilakukan analisis multiple regresi dengan bentuk persamaan

y = a X1 + b X2 + c X3 + C

dimana,

y = nilai variabel dependen

X1 - X3 = variabel independen

a, b, c = nilai dari tiap variabel independen

dimana, variabel independen yang diukur antara lain

Page 36: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

Variabel Sumber Data Metode Instrumen

Penilaian terhadap masing –masing dampak positif pariwisata

Data Primer Penyebaran Kuesioner Kuesioner Masyarakat lokal

Penilaian terhadap masing-masing dampak negatif pariwisata

Data Primer Penyebaran Kuesioner Kuesioner Masyarakat lokal

Sedangkan variabel dependen yang digunakan dalam analisis ini adalah

Variabel Sumber Data Metode Instrumen

Tingkat dukungan terhadap adanya kegiatan pariwisata

Data Primer Penyebaran Kuesioner Kuesioner Masyarakat lokal

4.1.6 Investasi

A. Iklim Investasi

Untuk menciptakan realisasi investasi yang berkesinambungan diperlukan sebuah iklim investasi yang kondusif. Iklim investasi yang kondusif dalam perekonomian merupakan harapan bagi masyarakat, investor, pelaku usaha dan pemerintah. Menurut Bank Dunia (2005), iklim investasi didefinisikan sebagai suatu kumpulan faktor-faktor lokasi tertentu yang membentuk kesempatan dan dorongan bagi badan usaha untuk melakukan investasi secara produktif, menciptakan pekerjaan dan perkembangan kegiatan usaha.

Berdasarkan Tata Kelola Ekonomi Daerah (TKED), untuk menilai iklim investasi di KSPN, maka diperlukan penilaian terhadap variabel yang antara lain terdiri dari

VariabelSumber

DataMetode Instrumen

Indikator Penilaian

Kondisi Eksisting

Klasifikasi Nilai Kondisi

Akses Lahan Usaha dan Kepastian Usaha

Data Primer

In depth interview

Interview guideline

Wakti yang dibutuhkan untuk pengurusan status tanah

0-25%=Akses lahan dan kepastian berusaha sangat buruk

Persepsi kemudahan perolehan lahan

26-50%=Akses lahan dan kepastian berusaha buruk

Persepsi tentang penggusuran

51-75%=Akses lahan dan kepastian

Page 37: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

VariabelSumber

DataMetode Instrumen

Indikator Penilaian

Kondisi Eksisting

Klasifikasi Nilai Kondisi

lahan oleh Pemda

berusaha baik

Persepsi tentang keseluruhan permsalahan lahan usaha

76-100%=Akses lahan dan kepastian berusaha sangat baik

Perizinan Usaha

Data Primer

In depth interview

Interview guideline

Persentase usaha yang memiliki Tanda Daftar Perusahaan

0-25%=Perizinan usaha sangat buruk

Persepsi kemudahan perolehan TDP dan rata-rata waktu perolehan TDP

26-50%=Perizinan usaha buruk

Persepsi bahwa pelayanan izin usaha

51-75%=Perizinan usaha baik

Persepsi tingkat hambatan izin usaha

76-100%=Perizinan usaha sangat baik

Interaksi Pemda dan Pelaku Usaha

Data Primer

In depth interview

Interview guideline

Tingkat dukungan Pemda terhadap pelaku usaha

0-25%=Interaksi pemda dengan pelaku usaha sangat buruk

Tingkat kebijakan Pemda terkait usaha

26-50%=Interaksi pemda dengan pelaku usaha buruk

Tingkat pemecahan masalah dunia usaha oleh Pemda

51-75%=Interaksi pemda dengan pelaku usaha

Page 38: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

VariabelSumber

DataMetode Instrumen

Indikator Penilaian

Kondisi Eksisting

Klasifikasi Nilai Kondisi

baikAdanya forum komunikasi antara Pemda dengan pelaku usaha

76-100%=Interaksi pemda dengan pelaku usaha sangat baik

Program Pengembangan UKM

Data Primer

In depth interview

Interview guideline

Kondisi dan bentuk Program pengembangan usaha eksisting

0-25%=Program pengembangan UKM sangat buruk

Tingkat kepuasan terhadap program pengembangan usaha

26-50%= Program pengembangan UKMburuk

51-75%=Program pengembangan UKM baik

76-100%=Program pengembangan UKM sangat baik

Pajak Daerah, Retribusi dan Biaya Transaksi Lainnya

Data Primer

In depth interview

Interview guideline

Tingkat kesesuaian pajak / biaya transaksi lain yang diberikan dengan pelayanan yang diperoleh

0-25%=Kebijakan pajak dan biaya transaksi lainnya sangat buruk

26-50%= Kebijakan pajak dan biaya transaksi lainnyaburuk

Page 39: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

VariabelSumber

DataMetode Instrumen

Indikator Penilaian

Kondisi Eksisting

Klasifikasi Nilai Kondisi

51-75%=Kebijakan pajak dan biaya transaksi lainnya baik

76-100%=Kebijakan pajak dan biaya transaksi lainnya sangat baik

Lembaga Pembiayaan

Data Sekunder

Jumlah lembaga pembiayaan

0-25%=Kondisi keberadaan lembaga pembiayaan sangat buruk

Tingkat kepuasan terhadap peranan lembaga pembiayaan

26-50%= Kondisi keberadaan lembaga pembiayaanburuk

Tata Cara Penanganan Pembiayaan

51-75%=Kondisi keberadaan lembaga pembiayaan baik

76-100%=Kondisi keberadaan lembaga pembiayaan sangat baik

Keamanan Data Primer, Data

Tingkat kejadian yang mengganggu keamanan

0-25%=Kondisi keamanan

Page 40: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

VariabelSumber

DataMetode Instrumen

Indikator Penilaian

Kondisi Eksisting

Klasifikasi Nilai Kondisi

Sekunder (kriminal, terorisme, demonstrasi dll) yang terjadi

sangat buruk

Kualitas penanganan masalah keamananan (kriminal, terorisme, demonstrasi dll)

26-50%= Kondisi keamananburuk

51-75%=Kondisi keamanan baik

76-100%=Kondisi keamanan sangat baik

B. Potensi Investasi

Penilaian potensi investasi merupakan salah satu dasar dalam melakukan perencanaan investasi. Rencana investasi merupakan rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk menghitung kelayakan investasi dan pembiayaan suatu penataan atau pun menghitung tolok ukur keberhasilan investasi, sehingga tercapai kesinambungan pentahapan pelaksanaan perencanaan pembangunan kawasan. Rencana investasi ini memiliki strategi sebagai berikut :

1. Penetapan paket kegiatan pada tiap jangka waktu pentahapan dan penyiapan rincian sumber2. Perencanaan pembiayaan meliputi perhitungan prospek ekonomi, besaran investasi yang

dibutuhkan, keuntungan setiap paket3. penyiapan pelibatan dan pemasaran paket pembangunan untuk masing-masing pelaku

pembangunan4. Penyiapan detail investasi tahunan sebagai pengendalian selama pelaksanaanAgar dapat melakukan strategi perencanaan investasi, maka dibutuhkan penilaian variabel yang merupakan potensi investasi sebagai berikut

Variabel Sumber Data Metode

Profil Investasi yang sedang berjalan

Data Sekunder Survei Instansional

Profil Invetasi yang akan datang Data Sekunder Survei Instansional

Investasi yang dibutuhkan Data Primer Survei Instansional

Page 41: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

4.2 INDUSTRIAnalisis Industri merupakan penilaian terhadap kemampuan usaha pariwisata dalam memenuhi permintaan pasar wisata dan memberikan pemasukan ekonomi terhadap kawasan tersebut serta penilaian terhadap kondisi persaingan yang terjadi antar usaha. Analisis industri ini meliputi :

1. Peta Industri

2. Struktur Industri

3. Income Multiplier / Pengganda Pendapatan Lokal

4. Daya Saing SDM Kepariwisataan

5. Peta Kemitraan usaha

6. Peta usaha penguatan UKM

4.2.1 Peta Industri

Peta Industri menunjukkan hubungan keterkaitan antara satu sektor usaha pariwisata dengan sektor-sektor usaha lainnya. Keterkaitan ini dapat berupa keterkaitan ke depan (forward linkage) maupun keterkaitan ke belakang (backward linkage). Keterkaitan ke depan menggambarkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkan. Sedangkan keterkaitan ke belakang menggambarkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input.

Data –data yang harus diperoleh dagar dapat menggambarkan peta industri adalah sebagai berikut :

Data Sumber Data Metode Instrumen

Kerjasama sektor X dalam hal pembelian/ penyediaan bahan baku sebagai kebutuhan usahanya

Data Primer In depth interview, penyebaran kuesioner

Interview guideline, kuesioner pelaku usaha

Kerjasama sektor X dalam hal penjualan output hasil usahanya

Data Primer In depth interview, penyebaran kuesioner

Interview guideline, kuesioner pelaku usaha

4.2.2 Struktur Industri

Struktur Industri menunjukkan atribut industri yang mempengaruhi sifat persaingan. Elemen struktur industri antara lain pangsa pasar, konsentrasi dan hambatan.

1. Pangsa pasar persentase pasar yang ditentukan dalam ukuran unit maupun pendapatan.

a. Hotel

Variabel Sumber Data Metode Instrumen

Tingkat isian kamar Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner Akomodasi

Page 42: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

Variabel Sumber Data Metode Instrumen

Kuesioner

Jumlah kamar Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Akomodasi

Lama tinggal Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Akomodasi

Harga Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner Akomodasi

b. Restoran

Variabel Sumber Data Metode Instrumen

Tingkat isian kursi Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner F&B

Kapasitas kursi Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner F&B

Harga Data Primer Observasi, Penyebaran Kuesioner

Kuesioner F&B

Untuk lebih jelasnya, maka besarnya pendapatan untuk tiap sektor usaha dijabarkan dalam tabel di bawah ini

Nama Usaha Akomodasi

Pendapatan/ tahun Nama Usaha F&B Pendapatan/ tahun

Akomodasi 1 F&B 1

Akomodasi 2 F&B 2

Akomodasi 3 F&B 3

Akomodasi .... F&B ....

Akomodasi n F&B n

Total Total

2. Konsentrasi pasar Ditentukan dengan CR4 (Concentration Ratio for The Biggest Four). Menurut Cramer (2009), CR4 merupakan penjumlahan pangsa pasar empat perusahaan terbesar dari suatu wilayah pasar. Nilai ini akan menunjukkan kondisi struktur industri, apakah berada pada pasar monopoli, oligopoli, monopolistik atau persaingan sempurna, seperti dijelaskan pada tabel di bawah ini :

Struktur Pasar KondisiMonopoli

(Pure Monopoly)

1. Terdapat satu perusahaan yang menguasai 100 persen pangsa pasar

2. Tidak ada pesaing yang dapat masuk kedalam pasar3. Harga tidak elastis

Page 43: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

Struktur Pasar KondisiPerusahaan Dominan(Dominant Firm)

1. Terdapat satu perusahaan yang menguasai 50-100 persen pangsa pasar.

2. Tidak memiliki pesaing terdekatOligopoli Ketat(Tight Oligopoy)

1. Terdiri dari empat perusahaan yang menguasai pangsa pasar.

2. Empat perusahaan yang menguasai 60-100 persen pangsa pasar.

Oligopoli Longgar(Loose Oligopoly)

1. Terdapat empat perusahaan yang menguasai pangsa pasar tidak lebih dari 40 persen.

Persaingan Monopolistik(Monopolistic Competition)

1. terdapat cukup banyak pesaing2. Pangsa pasar tertinggi dari masing-masing perusahaan

tidak lebih dari 10 persenPersaingan Sempurna 1. Terdapat lebih dari 50 pesaing dalam suatu industri

2. Tidak ada perusahaan yang berpotensi menguasai pasar3. Tingkat elastisitas harga cukup tinggi

3. Hambatan untuk masuk pasarSegala sesuatu yang memungkinkan terjadinya penurunan kesempatan atau kecepatan masuknya pesaing baru merupakan hambatan untuk masuk pasar. Salah satu proyeksi yang dapat digunakan untuk mengukur ini adalah MES (Minimum Efficiency of Scale).

MES=Rata−rata pendapatan4 perusahaan terbesarTotal Pendapatan

Nilai ini menunjukkan apakah terdapat hambatan bagi pendatang baru untuk memiliki kesempatan yang baik untuk tetap bersaing secara sehat untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar.Menurut Comanor dan Wilson (1967), Nilai MES lebih dari 10% hambatan untuk masuk pasar cukup tinggi.

4.2.3 Pengganda Pendapatan Lokal

Kegiatan pariwisata, selain harus dapat memenuhi kebutuhan wisatawan, juga harus dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal dan pendapatan daerah. Untuk mengetahui berapa pendapatan dari usaha pariwisata yang menghasilkan pemasukan untuk masyarakat lokal, maka dibutuhkan identifikasi mengenai jenis pengeluaran operasional suatu usaha dan berapa persen dari tiap pengeluaran tersebut yang menggunakan sumber daya lokal.

Variabel Sumber Data Metode Instrumen

Klasifikasi Hotel Data Primer, Data Sekunder (Daftar hotel )

Wawancara, Survei instansional ( Dinas Pariwisata

Interview guideline

Total Pengeluaran Operasional

Data Primer In depth Interview Interview guideline

Total Pengeluaran Tenaga Kerja

Data Primer In depth Interview Interview guideline

Total Pengeluaran Non Data Primer In depth Interview Interview guideline

Page 44: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

Variabel Sumber Data Metode Instrumen

Tenaga Kerja

Total Tenaga Kerja lokal Data Primer In depth Interview Interview guideline

Total Sumber daya lokal yang digunakan

Data Primer In depth Interview Interview guideline

Setiappengeluaran usaha yang berdampak pada pengganda pendapatan lokal di atas dijelaskan pada ilustrasi di bawah ini.

Sehingga jumlah jenis usaha pariwisata dengan multiplier yang dihasilkannya dapat diketahui pada tabel sebagai berikut :

Jenis Usaha Multiplier Rendah Multiplier Tinggi

Hotel Bintang

Hotel Non Bintang

Pondok Wisata

Vila

Restoran

Toko Souvenir

Usaha Wisata Tirta

Usaha Biro Perjalanan Wisata

Usaha Transportasi

4.2.4 Daya Saing SDM Kepariwisataan

Keberadaan SDM kepariwisataan berperan penting dalam pengembangan pariwisata karena dalam industri pariwisata, dimana perusahaan memiliki hubungan langsung yang bersifat intangible (tak berwujud) dengan konsumen (wisatawan) yang sangat bergantung pada kemampuan individu

Page 45: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

karyawan dalam membangkitkan minat dan menciptakan kesenangan serta kenyaman kepada para konsumennya (Lynch, 2000).

Menurut WEF, daya saing SDM pariwisata ditentukan variabel di bawah ini :

Variabel Sumber Data Metode Instrumen Kriteria Skor

Jumlah Keikutsertaan dalam pendidikan formal

Data Primer, Data Sekunder ( Data kependudukan/ pendidikan)

In depth interview, Survei Instansional (BPS)

Interview guideline

Jumlah Keikutsertaan dalam lembaga pendidikan informal

Data Primer, Data Sekunder ( Data kependudukan/ pendidikan)

In depth interview,Survei Instansional (BPS)

Interview guideline

Kualitas sistem pendidikan

Data Primer, Data sekunder ( Data IPM/Indeks Pembangunan Manusia)

In depth interview, Survei Instansional (BPS)

Interview guideline

Ketersediaan lembaga pelatihan dan penelitian

Data Primer, Data sekunder ( Daftar Fasilitas Pendidikan, Lembaga pariwisata)

Observasi, Survei instansional (Dinas Pendidikan Kota, Direktori LSM)

Interview guideline

Penerapan rekrutmen dan pelepasan karyawan

Data Primer In depth interview pelaku usaha

Interview guideline

Kemudahan perekrutan tenaga asing

Data Primer In depth interview pelaku usaha

Interview guideline

Jumlah tenaga kerja yang tersertifikasi

Data Primer, Data Sekunder (Data ketenagakerjaan)

In depth interview, Survei Instansional (BPS)

Interview guideline

Standar kerja Data Primer, Data In depth Interview

Page 46: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

Variabel Sumber Data Metode Instrumen Kriteria Skor

yang diberlakukan

Sekundr (Data SKKNI pariwisata)

interview, surei instansional (Dinas Pariwisata

guideline

4.2.5 Peta Kemitraan Usaha

Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/ besar (perusahaan mitra) disertai denga pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar sehingga terbentuk hubungan yang saling menguntungkan, memperkuat dan membutuhkan. Pemetaan terhadap kemitraan usaha ini penting dilakukan untuk menilai sejauh mana usaha-usaha yang ada di KSPN mampu menjalin kerjasama dengan usaha lainnya serta potensi apa yang dapat dikembangkan dari kerjasama tersebut.

Variabel yang dibutuhkan dalam memetakan kemitraan usaha, antara lain :

Variabel Sumber Data Metode Instrumen

Profil Perusahaan Mitra-Kelompok Mitra

Data Primer In depth interview, FGD

Bidang Usaha Kemitraan antara Perusahaan – Kelompok Mitra

Data Primer In depth interview, FGD

Pola Kemitraan antara Perusahaan-Kelompok Mitra

Data Primer In depth interview, FGD

Manfaat yang diperoleh baik oleh perusahaan maupun kelmpok mitra

Data Primer In depth interview, FGD

4.2.6 Peta Usaha Penguatan UKM

Selain pemetaan UKM pariwisata yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya sebagai profiling data yang dimiliki Pemerintah Daerah untuk membantu mengembangan UKM-UKM pariwisata tersebut, juga diperlukan pemetaan terhadap usaha penguatan UKM pariwisata. Usaha penguatan UKM adalah usaha/ program/ proyek/ kegiatan/ aktivitas untuk menguatkan usaha kecil menengah yang dapat diwujudkan dalam berbagai jenis kegiatan, antara lain :

1. Permodalan, melalui pemberian kredit2. Pelatihan3. Pendampingan dan fasilitator4. Bantuan teknis dan konsultasi5. Penyediaan informasi6. Penelitian

Page 47: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

Tujuan dari pemetaan usaha-usaha ini adalah untuk memberi acuan awal kepada berbagai lembaga dan masyarakat yang menaruh perhatian pada pengembangan UKM pariwisata, dalam rangka melengkapi dan melanjutkan usaha penguatan serta menghindari tumpang tindih upaya dan tumpang tindih sasaran penerima manfaat. Selain itu profiling usaha penguatan ini juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan oleh UKM pariwisata yang telah dipetakan sebelumnya, agar dapat terjalin kemitraan antara UKM pariwisata dan lembaga yang akan memberikan bantuan tersebut.

Informasi yang menjadi acuan utama ini digali dari lembaga dan individu yang mempunyai peran yang signifikan dalam usaha penguatan UKM pariwisata, yaitu meliputi:

1. lembaga pemerintah2. lembaga non-pemerintah3. perusahaan swasta nasional maupun asing, BUMN, dan koperasi4. lembaga perbankan pemerintah maupun swasta5. lembaga donor6. lembaga atau individu lainnya.

dengan memetakan variabel- variabel di bawah ini :

Variabel Sumber Data Metode Instrumen

Lembaga pelaksana Data Primer In depth interview, FGD

Nama Usaha Penguatan Data Primer In depth interview, FGD

Jenis Usaha Data Primer In depth interview, FGD

Tujuan dan Sasaran Usaha Data Primer In depth interview, FGD

Status pelaksanaan Usaha penguatan saat ini

Data Primer In depth interview, FGD

Masalah yang dihadapi Data Primer In depth interview, FGD

Potensi Usaha penguatan Data Primer In depth interview, FGD

5 ANALISIS DAMPAK KEPARIWISATAAN

Dalam perencanaan pariwisata, dampak pembangunan kepariwisataan yang perlu diperhatikan adalah dampak lingkungan, sosial ekonomi, dan sosial-budaya (sosio-budaya).

Analisis dampak lingkungan erat kaitannya dengan upaya pelestarian lingkungan termasuk penggunaan lahan, kualitas air, pemandangan alam,dan pembuangan limbah. Tujuan penting dari perencanaan pariwisata harus melindungi alam dan menghindari eksploitasi sumber daya alam. Selain itu analisis aspek

Page 48: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

lingkungan erat kaitannya dengan analisis kapasitas destinasi yang mendefinisikan batas-batas lingkungan dan fisik dan kemampuan destinasi untuk mengakomodasi kunjungan wisatawan yang minimal pada kerusakan alam

Analisis dampak sosial-budaya menyangkut dampak tekanan dan perubahan penduduk yang hidup dan tinggal di wilayah destinasi, baik positif maupun negatif sebagai akibat dari pemanfaatan budaya sebagai obyek wisata dan kontak langsung antara penduduk setempat dan wisatawan.

6 ANALISIS SWOT

Analisis keterkaitan antar aspek merupakan analisis potensi dan masalah serta peluang dan tantangan dilakukan dengan menggunakan Metode Analisis SWOT. Model analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan tantangan/ancaman (Threats).

Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis adalah Matrik SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi wilayah pulau-pulau kecil. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis, seperti disajikan pada gambar berikut ini.

Faktor Internal

Faktor

Eksternal

STRENGTHS (KEKUATAN)

(S)

Tentukan faktor-faktor Kekuatan Internal.

WEAKNESSES (KELEMAHAN)

(W)

Tentukan faktor-faktor Kelemahan Internal.

OPPORTUNITIES

(PELUANG)

(O)

Tentukan faktor-faktor Peluang Eksternal.

STRATEGI (SO)

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang

STRATEGI (WO)

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan

untuk memanfaatkan peluang

THREATS

(ANCAMAN)

(T)

Tentukan faktor-faktor Ancaman Eksternal.

STRATEGI (ST)

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk

mengatasi ancaman

STRATEGI (WT)

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Strategi (SO). Strategi dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

Strategi (ST). Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.

Strategi (WO). Strategi ini ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

Strategi (WT). Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Page 49: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

6.1 ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL

Analisis lingkungan internal digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana kekuatan dan kelemahan wilayah yang didasarkan pada aspek fisik kawasan, kebijakan terkait kawasan, kondisi infastruktur dan sarana di kawasan, kondisi sosial ekonomi maupun sumber daya destinasi. Penilaian lingkungan internal ini berupa matriks faktor lingkungan internal di bawah ini

Faktor-faktor Strategi Internal

Bobot Rating Bobot x Rating

Kekuatan

1

n

Kelemahan

1

2

N

Cara Penilaian

(1) Bobot masing-masing faktor, berskala mulai dari 1 (tidak penting) sampai dengan 100 (sangat penting).

(2) Rating masing-masing faktor kekuatan, berskala mulai dari 1 (kurang mendukung) sampai dengan 4 (sangat mendukung).

(3) Rating masing-masing faktor kelemahan, berskala mulai dari 1 (kurang menghambat) sampai dengan 4 (sangat menghambat).

6.2 ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNALAnalisis lingkungan eksternal digunakan untuk menginventarisasi adanya peluang dan tantangan/ancaman yang dihadapi oleh kawasan, seperti kemunculan pesaing, dampak keberadaan wisatawan, kebijakan yang berasal dari pemerintah pusat maupun isu global, seperti politik, ancaman teroris, dan lain lain. Penilaian terjadap lingkungan eksternal ini digambarkan pada matriks faktor lingkungan ekternal di bawah ini :

Page 50: KerangkaAnalisisPengembanganKepariwisataan v1.0

Faktor-faktor Strategi Eksternal

Bobot Rating Bobot x Rating

Peluang

1

n

Ancaman

1

2

N

Cara Penilaian

(1) Bobot masing-masing faktor lingkungan, berskala mulai dari 1 (tidak penting) sampai dengan 100 (sangat penting).

(2) Rating masing-masing faktor peluang, berskala mulai dari 1 (peluangnya kecil) sampai dengan 4 (peluangnya sangat besar).

(3) Rating masing-masing faktor tantangan/ ancaman, berskala mulai dari 1 (pengaruhnya kecil) sampai dengan 4 (pengaruhnya sangat besar).