1
3. Keratitis Virus Keratitis Herpes Simpleks Keratitis herpes simpleks ada dua bentuk: primer dan rekurens. Keratitis ini adalah penyebab ilkus kornea paling umum dan penyebab kebutaan kornea paling umum di Amerika. Bentuk keratitis epitelialnya merupakan kelainan mata yang sebanding dengan herpes labialis, yang memiliki ciri-ciri imunologik dan patologik sama, demikian pula waktu terjadinya. Perbedaan satu-satunya adalah bahwa perjalanan klinis keratitis dapat berlangsung lala karena storma kornea yang avascular menghambat migrasi limfosit dan inakrofag ke lokasi lesi. Infeksi ocular Herpes Simplex Virus (HSV) pada pejamu imunokompeten biasanya sembuh sendiri; pada pejamu yang lemah imun, termasuk pasien yang diobati dengan kortikosteroid topical, perjalannya dapat kronik dan merusak. Penyakit stroma dan endotel tadinya diduga hanyalah sebagai respons imunologik terhadap partikel virus atau perubahab selular akibat virus. Namun, sekarang makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa infeksi virus aktif dapat timbul di dalam stroma dan mungkin juga dalam sel-sel endotel, selain di jaringan-jaringan lain dalam segmen anterior, seperti iris dan endotel trabekula. Ini menekankan pada kebutuhan untuk menilai peranan relative replikasi virus dan respons imun hospes sebelum dan selama pengobatan penyakit herpes. Kortikosteroid topical dapat mengendalikan peradangan yang merusak, tetapi memberi peluang terjadinya replikasi virus. Jadi, setiap kali menggunakan kortikosteroid topical, harus ditambahkan obat antiviral. Setiap pasien yang memakai kortikosteroid topical dalam pengobatan penyakit mata akitab herpes harus berada dalam pengawasan seorang dokter mata.

Keratitis Virus 131

Embed Size (px)

DESCRIPTION

xc

Citation preview

Page 1: Keratitis Virus 131

3. Keratitis Virus

Keratitis Herpes Simpleks

Keratitis herpes simpleks ada dua bentuk: primer dan rekurens. Keratitis ini adalah penyebab ilkus kornea paling umum dan penyebab kebutaan kornea paling umum di Amerika. Bentuk keratitis epitelialnya merupakan kelainan mata yang sebanding dengan herpes labialis, yang memiliki ciri-ciri imunologik dan patologik sama, demikian pula waktu terjadinya. Perbedaan satu-satunya adalah bahwa perjalanan klinis keratitis dapat berlangsung lala karena storma kornea yang avascular menghambat migrasi limfosit dan inakrofag ke lokasi lesi. Infeksi ocular Herpes Simplex Virus (HSV) pada pejamu imunokompeten biasanya sembuh sendiri; pada pejamu yang lemah imun, termasuk pasien yang diobati dengan kortikosteroid topical, perjalannya dapat kronik dan merusak. Penyakit stroma dan endotel tadinya diduga hanyalah sebagai respons imunologik terhadap partikel virus atau perubahab selular akibat virus. Namun, sekarang makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa infeksi virus aktif dapat timbul di dalam stroma dan mungkin juga dalam sel-sel endotel, selain di jaringan-jaringan lain dalam segmen anterior, seperti iris dan endotel trabekula. Ini menekankan pada kebutuhan untuk menilai peranan relative replikasi virus dan respons imun hospes sebelum dan selama pengobatan penyakit herpes. Kortikosteroid topical dapat mengendalikan peradangan yang merusak, tetapi memberi peluang terjadinya replikasi virus. Jadi, setiap kali menggunakan kortikosteroid topical, harus ditambahkan obat antiviral. Setiap pasien yang memakai kortikosteroid topical dalam pengobatan penyakit mata akitab herpes harus berada dalam pengawasan seorang dokter mata.