112
i KERJASAMA MILITER TENTARA NASIONAL INDONESIA (TNI) DAN ARMED FORCES OF THE PHILIPPINES (AFP) DI DAERAH PERBATASAN MIANGAS-INDONESIA DAN DAVAO-FILIPINA ANDI SITI CHADIJAH FITRIAHNINGSIH E13111257 DiajukansebagaisyaratuntukmemperolehgelarsarjanapadaJurusanIlmuHubun ganInternasionalFakultasIlmuSosialdanIlmuPolitik UniversitasHasanuddin JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2015

KERJASAMA MILITER TENTARA NASIONAL INDONESIA (TNI) …

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

i

KERJASAMA MILITER TENTARA NASIONAL INDONESIA (TNI) DAN

ARMED FORCES OF THE PHILIPPINES (AFP) DI DAERAH

PERBATASAN MIANGAS-INDONESIA DAN DAVAO-FILIPINA

ANDI SITI CHADIJAH FITRIAHNINGSIH

E13111257

DiajukansebagaisyaratuntukmemperolehgelarsarjanapadaJurusanIlmuHubun

ganInternasionalFakultasIlmuSosialdanIlmuPolitik

UniversitasHasanuddin

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2015

ii

iii

iv

ABSTRAKSI

ANDI SITI CHADIJAH FITRIANINGSIH., E13111257 “Kerjasama Militer

Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan The Armed Forces of the Philippines

(AFP) Di Daerah Perbatasan Miangas Indonesia dan Davao Filipina”, di

bawah bimbingan J Salusu selaku pembimbing I dan Nur Isdah Selaku

pembimbing II, Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin, Makassar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peluang, tantangan dan dampak

pelaksanaan kerjasama militer Tentara Nasional Indonesia dan Armed Forces of

The Philippines di perbatasan Miangas Indonesia dan Davao Filipina.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)Kerjasama militer antara TNI dan

AFP menunjukan peluang dan manfaat sebagai berikut (a) Disepakatinya ZEE

antara Indonesia Filipina akan lebih meningkatkan kerjasama TNI dan AFP dalam

menangkal kejahatan transnasional, penyelundupan, illegal fishing, pelanggaran

perikanan maupun kelautan lainnya serta upaya melakukan konektifitas dan

eksplorasi sumber daya laut untuk dapat dilakukan dengan lebih baik (b)

Konsep First Island Chain dan Second Island Chain yang dijalankan Cina

berdasarkan sejarah kepemilikan wilayah Tiongkok tua menjadi penyebab

munculnya konflik di Laut Cina Selatan, bahkan ternyata garis parimeter yang

dibangun Cina menyentuh sejumlah wilayah laut Indonesia (2) Dampak dari

kerjasama militer TNI dan AFP, yaitu: (a) Situasi keamanan di perairan Davao

dan Laut Sulawesi dapat termonitor dengan baik sehingga memudahkan

melakukan tindakan antisipasi terjadinya pelanggaran wilayah di Indonesia dan

Philippina (b) Pelanggaran berupa peredaran narkoba di daerah perbatasan pada

tahun 2014 dapat ditekan hingga 70% dibanding pelanggaran di tahun 2010 (c)

Pelanggaran berupa pelintas batas tanpa dokumen resmi pada tahun 2014 dapat

ditekan hingga 75% dibanding pelanggaran di tahun 2010 (d) Terjadinya

penurunan pelanggaran yang signifikan pada illegal fishing (dari 10 kasus

menjadi 1 kasus) dan pelanggaran peraturan perikanan (dari 16 kasus menjadi 3

v

kasus) dalam 3 tahun terakhir (e) Dalam dua tahun terakhir tidak ada muslim

Moro yang lolos masuk ke Indonesia secara illegal.

vi

ABSTRACT

ANDI SITI CHADIJAH FITRIANINGSIH., E 13111257 “Millitary

Cooperation of The Indonesian National Defence Forces (TNI) and The

Armed Forces of the Philippines (AFP) at border area Miangas Indonesian

and Davao Philippines”, Under the guidance of J Salusu as advisor I and Nur

Isdah as Advisor II, Department of International Relations, Faculty of Social and

Political Sciences, Hasanuddin University.

This study was aimed to know the opportunity, threat and also the impact

of military The Indonesia National Defence Forces and The Armed Forces of The

Philippines in border area Miangas Indonesian and Davao Philippines .

The results of this study are: (1) The opportunity dan benefit of Millitary

cooperation between TNI and AFP are (a) ZEE understanding between Indonesia

and Philippina will be increase TNI-AFP cooperation in anticipating

transnastional crime, smuggling, illegal fishing, fishing and marine violation also

connectivity and exploration effort of marine source to be more better (b) First

island chain and second island chain concept that implemented by China based on

history of old Tiongkok territory is the cause of conflict at south China sea, even

the perimeter line whom claimed by China was touched several Indonesia

territory (2) The Impact of millItary cooperation TNI and AFP were: (a) Security

situation at Davao territorial and Sulawesi Sea will be monitored, so if there any

violation at Indonesia and Philippina territory the anticipation procedure will be

take by easily (b) The violation of narcotics distribution in border area at 2014

will be reduce until 70% than the violation at 2010 (c) The violation of border

crossing without document at 2014 will be reduce until 75% than the violation at

2010 (d) The significant violation reduce at illegal fishing (from 10 cases to 1

case) and the violation of fishing regulation (from 16 cases to 3 cases) in the last 3

years (e) There is no illegal entrance Moeslem of Moro to Indonesia at the last

two years.

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan keridhaan-

Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Salawat

dan salam juga penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya.

Penulis telah mengakhiri kegiatan akademiknya dan menyelesaikan penulisan skripsi ini

yang berjudul “Kerjasama Militer Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Armed Forces

of The Philippines (AFP) di Daerah Perbatasan Miangas Indonesia dan Davao Filipina

” guna memperoleh gelar sarjana dalam Jurusan Ilmu Hubungan Internasional di Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta

dukungan dari berbagai pihak. Dan juga bantuan kepada penulis saat masih berada di

bangku perkuliahan dalam menjalani proses pembelajaran. Maka dari itu penulis ingin

mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Untuk kedua orang tua terkasih Mayjend TNI H. Hasan Saleh, S.IP dan

Dra. Hj. Andi Darmawati yang telah mencurahkan segala kasih sayang dan

waktunya, yang tak henti-hentinya memberikan dukungan, doa, materi dan

nasihat kepada saya. Akhirnya anakmu ini sarjana ☺. Andi Muhammad

Ramadhan, adik tersayangnya kakak fitri yang ganteng terima kasih banyak

dek doanya, semoga kita berdua tetap kompak yah.

2. Semua keluarga, nenek, puang tati yang selalu buatkan penulis makanan

enak, selalu mengomel kalau saya pulang kemalaman, rajin sekali bikin kue

sehingga berat badan penulis selalu naik, terima kasih doa dan bantuannya,

Rahmat, sepupu yang selalu saya repotkan, teman selfie di rumah . Semoga

kuliahmu lancar. Fatwa, keponakan yang senantiasa mengantar kemana

viii

penulis pergi, sedia selalu, tidak pernah mengeluh. Semoga lulus di Akmil

yah.

3. Kepada kedua dosen pembimbing Prof.Dr. J. Salusu, MA selaku

pembimbing 1 terimakasih atas arahan dan bantuan bapak selama ini. Kepada

pembimbing II, Nur Isdah,S.IP, MA yang baik hati, terima kasih banyak

atas arahannya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsinya tepat

waktu. Seluruh dosen, staf Jurusan Ilmu Hubungan Internasional dan para

pejabat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Kepada Prof. Dr. H. Mappa

Nasrun, MA, Dr. Adi Suryadi B, MA. Muh. Nasir Badu Ph.D, H.

Darwis, MA, Ph.D, Seniwati PhD, Pusparida Syahdan, S.sos, M.si, Ishaq

Rahman, S.IP, M.si. Drs. Aspiannor Masrie, Agussalim, S.IP, MIRAP,

Drs.H. Husain Abdullah, M.si, Drs. Munjin Syafik Asy’ari, M.Si, Ashry

Sallatu, S.IP, M.Si, Burhanuddin S.IP, M.Si dan juga Drs. Partice

Lumumba, MA yang penulis hormati. Terima kasih bapak dan ibu dosen

telah membagi ilmunya hampir 4 tahun yang saya lewati di ruang kuliah.

Staff jurusan Hubungan Internasional, Bunda baik hati selalu sabar

mendengar curhahan hati penulis selama menulis skripsi, dan selalu

menberikan nasihat dan menyemangati penulis hingga selasai, terima kasih

banyak bunda,Kak Rahma, yang sangat rapih dan teratur, yang selalu

penulis repotkan dalam pengurusan berkas, terima kasih kak atas bantuannya

selama ini.

4. Omnivore, kumpulan mahasiswa ribut, tidak pernah berhenti mengoceh,

selalu gaduh dimanapun keberadaanya entah di dunia nyata ataupun di dunia

maya, paling kuat makan, paling pintar sulo, jago kanpas. Yang terdiri dari,

Danty Julianty (panjul/danjul/jamur), pliss selesaikan mi skripsi mu supaya

ix

terwujud keinginanmu nikah secepatnya dengan pujaan hati, paling jago edit

foto, biksus sekali tapi penulis sayang kok, partner makan sayap ayam,

partner kanpas anggota lain, Rismawati (ima, ina, wati) wanita yang paling

lama di tunggui kalau mau jalan, tidak mau keluar rumah kalau tidak catokan

, jago dandan, sekarang lagi fokus menjahit sampai-sampai skripsinya dia

lupakan, paling kuat makan durian, sekarang jadi partner pilates karena mau

skli kurus tapi sebenarnya bagus sekali mi badannya, Dwi Arie

Nugraha(Ari/ati) lelaki keprincess-an saingan lamanya di tunggu sama ima,

tidak pernah mau keluar kalau tidak pake pomade, suka menganiaya anggota

lain tapi kalau sama cewek lain sok lembut, Raja PHP cewek, Kurus sekali,

selalu mau di antar jemput, sekarang lagi suka sama ariana grande, agak

plinplan, Tiswan Tri Arisandi (tiswan/ wawan, Jackie) susah mu di dapat,

anti sosmed, mirip dengan rafael personil Smash, paling bisa mengeluarkan

kata-kata mutiara, jadi anak Briton mi sekarang, mau sekali ke Santorini,

agak kalem tapi menusuk hihihi. Terima kasih sekali yah sudah rela membagi

waktunya, terima kasih telah mau saya repotin selama ini,terima kasih telah

hadir dan membawa keceriaan,tanpa kalian apalah artinya saya, Love you

Omnivoreku semoga kita semua sukses yah.

5. Keluarga Besar SMA 21 Makassar, Dyah Auliah Rahma, cewek imut,kecil

menggemaskan, paling banyak gosipnya, sekarang pakai hijab mi tawwa, lagi

menunggu dilamar dengan pujaan hatinya, Dwi Agusdianti, always on,

rambut badai, putih sekali, pacarnya redit, sekarang lagi fokus nulis skripsi,

Ridha Astuti Rizal, cewek tomboy tapi suka sekali dengan Korea,

penggemar beratnya SUJU, agak rapuh setitik hihihi, Khairunnisa Amran,

cewek IPDN ku, yang jauh sekali keberadaannya sekarang, akhirnya punya

x

mi pacar sekarang, tinggi sekali, paling rapi tulisannya, teman duduk ku, ke

Makassar mi cepat saja , Eka mara Ananami Putra, Sang ketua osis yang

bercita-cita menjadi Presiden Indonesia tahun 2045, jago bicara, berhasil

taklukan UGM dengan kecetaran bibirnya. Muh.Fadel Fahmi, yang selalu

penulis repotkan, kalau ada gratisan pasti dia mi yang paling depan, banyak

mantannya, lelaki banyak gossip, sabar menghadapi penulis kalau lagi galau.

6. Kuat Harimau, sangat bersyukur dipertemukan dengan kalian pada saat

KKN, tanpa kalian kehidupanku pasti sepi dan suram. Nenek, wanita

pencinta suju, selalu mau kurus tapi banyak makan, tidak pernah menolak

kalau di suruh antar jemput, Mamdit, ini mi yang selalu bikin gagal move on

ka, calon Rektor Unhas, paling padat jadwalnya, tegar sekali menjadi wanita,

partner makan Oreo, Kakak Ayy, selalu bermimpi menjadi pacar Justin

Bieber, jago diet tapi gagal kurus, partner makan gelato sama sushi, sekarang

lagi suka pilates, Kakak Nabi, bagus suaranya, suka sekali juga sama suju,

Au, jago bawa mobil, Mbak dian, owner nya my laundry, sekarang lagi

sibuk kerja hingga melupakan skripsinya,Dina, si kecil yang satu ini sangat

pintar,lagi bertarung dengan skripsinya, pacarnya Hujan deras, Ila, paling

pertama lulus di Kuat Harimau,Lulusan Terbaik Unhas,Ida, Pintar Masak,

Pintar di pelajaran, Calon menteri, Sulli, doyan nge-gym, paling selalu

ingatkan soal arisan.

7. untuk Adriansyah Wijaya, yang selalu janji dirinnya sendiri,

kebanggaannya masyarakat Enrekang,akhirnya selesai ma weh, cepat mko

dapat kerja nah supaya kau yang teraktirka bukan saya terus hihihi , Basri

Hasanuddin Latief, kalau tidak ada basri tidak tau ka mau tulis apa di

skripsiku hahahaha, jago debat, selalu lapar, tidak pernah bilang tidak, rajin

xi

menolong, cepat sarjana yah bas.

8. Halo History , terima kasih banyak yah untuk 4 tahun yang sangat berkesan

ini, Sukses yah teman-teman. ☺

Makassar,19 September 2015

Andi Siti Chadijah Fitriahningsih

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………… ........................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………… ..................................................... ii

HALAMAN PENERIMAAN TIM EVALUASI …………………… ...................................... iii

ABSTRAKSI ……………………………………………………………………… ............................... iv

ABSTRACT ………………………………………………………………………… ............................. v

KATA PENGANTAR ………………………………………………… ............................................ vi

DAFTAR ISI ……………………………………………………………… .......................................... xiii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………… ................................ xv

DAFTAR TABEL ………………………………………………………… ........................................ xvi

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ………………………………… ............................................. 1

B. BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH ……………… ................................. 7

C. TUJUAN DAN PEMANFAATAN PENELITIAN …………… ........................... 9

D. KERANGKA KONSEPTUAL ……………………………………… ............................ 9

E. METODE PENELITIAN ………………………………………… ................................ 19

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KEPENTINGAN NASIONAL …… ......................................................................... .21

B. HUBUNGAN BILATERAL ……… .................................................................... 26

C. KERJASAMA MILITER ……… ............................................................................... 28

BAB III. GAMBARAN UMUM PERBATASAN MIANGAS- INDONESIA DAN

DAVAO- FILIPINA

A. KONDISI GEOGRAFI ………… ............................................................................... 34

B. POTENSI MIANGAS DAN DAVAO ………………… .......................................... 41

C. POTENSI KONFLIK/MASALAH ………………… .............................................. 42

D. BENTUK-BENTUK KERJASAMA MILITER TNI- AFP … ......................... 51

xiii

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PELUANG DAN TANTANGAN KERJASAMA MILITER TNI-AFP ........ 76

B. DAMPAK PELAKSANAAN KERJASAMA MILITER …… ........................... 88

BAB V. PENUTUP

A. KESIMPULAN ……………… ...................................................................................... 92

B. SARAN ………………………………………………………… .......................................... 92

DAFTAR PUSTAKA …………………… ..................................................................................... 94

xiv

Daftar Gambar

No. Teks Halaman

1 Peta Letak Pulau Miangas 36

2 Peta Wilayah dan Provinsi Filipina 39

3 Strukrur Philindo MC 58

4 First and Second Island of China 84

xv

Daftar Tabel

No. Teks Halaman

1 Jumlah Kasus Pelanggaran Narkoba di Perbatasan

Indonesia-Filipina

77

2 Pelintas Batas Moro yang masuk ke Indonesia 78

3 Pelanggaran Hukum di Laut Perairan Miangas 80

4 Titik Dasar dan Garis Pangkal Penetapan Median Line

Indonesia- Filipina

82

5 Jum;ah Personil yang Mengikuti Pelatihan / Pendidikan 83

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hubungan internasional (international relations) diartikan oleh Budiono

sebagai suatu hubungan antar bangsa (politik, hukum, ekonomi, diplomasi).1Salah

satu bentuk hubungan internasional adalah kerjasama militer. Kerjasama militer

adalah suatu kerjasama yang dimungkinkan apabila terdapat dua kekuatan yang

satu dengan lainnya memiliki kesamaan dalam masalah keamanan. Kerjasama

militer merupakan bentuk asosiasi mengikat yang dapat disesuaikan dengan

kepentingan-kepeningan suatu negara dalam menghadapi persoalan tersentu

sehingga dimungkinkan apabila dalam kerjasama ini akan melemah jika negara

bersangkutan dihadapkan dengan permasalahan baru.

Menurut Joshua, kerjasama atau aliansi merupakan koalisi dari beberapa

negara yang mengkoordinir tindakan mereka untuk memenuhi beberapa tujuan

akhir.2 Kerjasama atau aliansi militer memiliki bentuk yang berbeda. Menurut

Craig Synder dibagi dalam dua yaitu: (1) Collective Security dimana bentuk

perjanjian tidak memasukkan suatu perjanjian dimana satu negara akan diserang

oleh negara lain maka negara lain akan ikut melakukan pembelaan. (2) Collective

Defense yaitu kerjasama militer yang memasukkan perjanjian untuk menghadapi

musuh.

1 Budiono Kusumohamidjoyo, 1987. Hubungan Internasional Kerangka Studi Analisis. Bandung: Binacipta, halaman 78

2 Joshua S. Goldstein 1994. International Relations. Washington: Harper Collin College and Publisher, halaman 46

2

Jumlah perbatasan baik darat maupun laut yang cukup banyak dengan

negara lain menyebabkan adanya masalah yang tidak hanya mengenai tapal batas

tetapi juga lalu lintas manusia dan barang. Indonesia mempunyai 92 pulau yang

berbatasan langsung dengan negara tetangga.3Negara yang berbatasan darat

dengan NKRI yaitu Malaysia, Papua Nugini dan Timor Leste, sementara yang

berbatasan laut yaitu Malaysia, Singapura, Thailand, India, Singapura, Papua

Nugini, Republik Palau, Australia, Vietnam dan Filipina.

Filipina sebagai salah satu negara yang berbatasan laut dengan Indonesia

juga mengalami masa pasang surut permasalahan menyangkut perbatasan.

Permasalahan yang sempat mengemuka antara ke dua negara ini adalah mengenai

Pulau Miangas yang berada di perbatasan Indonesia dan Filipina, karena diakui

sebagai bagian wilayah Filipina. Orang Filipina menyebut pulau tersebut dengan

nama La Palmas.

Masyarakat Talaud juga mempunyai penamaan untuk Pulau Miangas,

yaitu juga disebut Tinonda. Pulau ini letaknya terpencil di tepi Samudera Pasifik

dan berhadapan langsung dengan Pulau Mindanao Filipina. Luasnya, pulau ini

hanya sekitar 3,5 kilometer persegi. Beberapa waktu yang lalu secara administratif

Pulau Miangas termasuk dalam wilayah Kecamatan Nanusa Kabupaten Sangihe

Talaud, sekarang Pulau Miangas sudah merupakan kecamatan sendiri yang

bersifat khusus karena hanya membawahi satu desa yakni Desa Miangas.

Luas Pulau Miangas, hanya sekitar 2,39 kilometer persegi, dan sejak

awal kemerdekaan terus didera kemiskinan. Tidak hanya itu, pulau yang berada

3Wanadri, 2014, Tepian tanah air II – 92 pulau terluar Indonesia: Indonesia bagian tengah. Kompas – Jakarta. Halaman 22

3

di Kecamatan Nanusa, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara (Sulut), ini

sangat berpotensi terhadap berbagai kejahatan antarnegara, seperti pencurian ikan

penyelundupan berbagai jenis barang seperti minuman keras, narkoba dan senjata

api, dari negara tetangga, Filipina.4Pulau Miangas memang sudah jadi biang

sengketa dua negara sejak kolonialisme Belanda. Dulu, sengketa tersebut sudah

dibawa ke Mahkamah Internasional Arbitrase dan Belanda memenangkan hak

wilayah atas daerah tersebut. Namun kemudian, pada 1979 Filipina kembali

mempermasalahkan status Miangas.

Berdasarkan dokumen perjanjianbatas-batas maritim Indonesia dan

Filipina sudah beberapa kali melakukan perundingan, khususnya mengenai garis

batas maritim di Laut Sulawesi dan sebelah selatan Mindanao (sejak 1973).5

Namun sampai sekarang belum ada kesepakatan karena salah satu pulau milik

Indonesia (Pulau Miangas) yang terletak dekat Filipina, diklaim miliknya. Hal itu

didasarkan atas ketentuan konstitusi Filipina yang masih mengacu pada treaty of

paris 1898. Sementara Indonesia berpegang pada wawasan nusantara (the

archipelagic principles) sesuai dengan ketentuan Konvensi PBB tentang hukum

laut (UNCLOS 1982).

Posisi Pulau Miangas yang lebih dekat ke Filipina (hanya 48 mil laut) dari

pada ke Manado (320 mil laut) ataupun ke Melonguane ibu kota Kabupaten

Talaud (110 mil laut).Posisi pulau ini yang terluar, kondisi perbatasan berupa

lautan serta jumlah personil penjaga perbatasan yang terbatas membuat

4 http://www.talaukab.bps.go.id (diakses 28 November 2014)

5 Samiyono. 2002. Penyelesaian masalah perbatasan Indonesia-filipina dan implikasinya

terhadap pemanfaatan sumber daya kelautan. Mabes TNI AL. Sekolah staf dan komando. Bumi Cipulir. Hal 47.

4

kemungkinan terjadinya pelanggaran (pelintas batas illegal maupun

penyelundupan barang) dapat dengan mudah terjadi. Adapun Davao merupakan

kota terbesar dan ibu kota utama di Pulau Mindanao. Kota ini merupakan pusat

regional Region Davao (Region XI). Kota ini memiliki luas wilayah 2.444 km²

dengan memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.464.301 jiwa (2010) atau 325.400

rumah tangga dengan memiliki angka kepadatan penduduk sebanyak 599

jiwa/km².

Berikut ini adalah beberapa kondisi yang membahayakan keutuhan

wilayah jika terjadi pada pulau-pulau terluar, diantaranya:6

1. Hilangnya pulau secara fisik akibat abrasi, tenggelam, atau karena

kesengajaan manusia.

2. Hilangnya pulau secara kepemilikan, akibat perubahan status kepemilikan

akibat pemaksaan militer atau sebagai sebuah ketaatan pada keputusan hukum

seperti yang terjadi pada kasus berpindahnya status kepemilikan Sipadan dan

Ligitan dari Indonesia ke Malaysia

3. Hilang secara sosial dan ekonomi, akibat praktek ekonomi dan sosial dari

masyarakat di pulau tersebut. Misalnya pulau yang secara turun temurun

didiami oleh masyarakat dari negara lain.

Faktor alam membuat Miangas menjadi pulau terisolasi. Tak heran

penduduknya sering kekurangan beras, dan bahan bakar. Solusinya masyarakat di

sana hanya makan kelapa yang dikeringkan. Di Miangas, lampu penerangan juga

6 http://www.geomatika.its.ac.id , pulau-pulau terluar dan batas NKRI (Diakses pada 27

November 2014).

5

terbatas, hanya menyala dari pukul 18.00 Wita hingga pukul 02.00 Wita, setelah

itu sampai pagi Miangas gelap gulita.

Saat ini Miangas termasuk ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) di mana penduduknya menggunakan bahasa Talaud sekalipun

begitu mereka juga mengerti bahasa Tagalog yang menjadi bahasa nasional

Filipina. Dalam hukum internasional dikenal istilah “uti possidetis juris” atau

wilayah suatu negara mengikuti wilayah kekuasaan penjajah atau pendahulunya.

Berdasarkan prinsip hukum internasional tersebut maka Indonesia mewarisi

wilayah nusantara yang sama dengan yang dikuasai oleh Belanda. Ini berarti

termasuk Pulau Miangas. Kepemilikan Belanda atas pulau Miangas ditetapkan

oleh Mahkamah Arbitrase Internasional di Den Haag pada tanggal 4 April 1928.

Keputusan tersebut mengakhiri sengketa antara Belanda dengan Amerika Serikat

terkait kepemilikan sah pulau Miangas. Keputusan ini pulalah yang menjadi dasar

hukum bahwa Miangas adalah milik Indonesia, sebagai penerus dari penguasaan

Belanda di wilayah nusantara. Dengan adanya dasar hukum internasional yang

kuat ini maka tindakan fisik negara lain seperti kunjungan, aktivitas bisnis,

memasukkan dalam peta dan sejenisnya, tidak akan berarti apa-apa terhadap

status kedaulatan Indonesia atas Pulau Miangas.

Klaim kepemilikan Indonesia atas Miangas telah tercantum dalam

Undang-Undang No. 4/Prp/1960, dan klaim tersebut tidak pernah mendapatkan

protes dari negara manapun, termasuk Filipina.Penegasan kepemilikan atas

Miangas lebih lanjut dinyatakan dalam Protokol Perjanjian Ekstradisi Indonesia-

Filipina mengenai definisi Wilayah Indonesia. Protokol perjanjian yang

6

ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Adam Malik dan

Menteri Luar Negeri Filipina, Carlos P. Romulo pada tanggal 10 Februari 1976

tersebut menegaskan bahwa Indonesia adalah pemilik tunggal dari pulau yang

dikenal dengan nama Pulau Miangas atau Las Palmas sebagai hasil putusan

Mahkamah Arbitrase Internasional pada tanggal 4 April 1928.

Status kepemilikan Miangas belum dianggap selesai oleh pemerintah

Filipina karena negara tetangga itu mengklaim Miangas sebagai bagian

teritorialnya. Adapun klaim itu mereka dasarkan pada Traktat Paris tahun 1898.

Indonesia dan Filipina belum mengikat perjanjian batas wilayah laut bilateral.

Menyadari permasalahan dan ancaman pada pulau terluar khususnya Pulau

Miangas, maka Tentara Nasional Indonesia (TNI) melaksanakan kerja sama

militer dengan Armed Forces of the Philippines (AFP). Kerja sama ini

berlangsung sejak tahun1975 melalui perjanjian kerjasama Indonesia Filipina

Border Crossing Agreement (RI-RP BC). Salah satu tujuan dari kerja sama

Philindo MC adalah mencakup kegiatan-kegiatan dan interaksi kedua negara

dengan membangun kapasitas, memelihara, mencegah konflik serta meningkatkan

kemakmuran masyarakat yang tinggal di perbatasan kedua negara.

Dalam kemiliteran Indonesia, maka kerjasama militer tersebut termasuk ke

dalam kategori Operasi Militer Selain Perang (OMSP). OMSP antara lain terdiri

dari:7

1. Mengatasi gerakan separatis bersenjata

2. Mengatasi pemberontakan bersenjata.

7 Kementerian Pertahanan dan Keamanan RI, 2004. Undang-Undang No. 34 tahun 2004 tentang

TNI hal 43.

7

3. Mengatasi aksi terorisme.

4. Mengamankan wilayah perbatasan.

5. Mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis.

6. Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini

sesuai dengan sistem pertahanan semesta.

7. Membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian

bantuan kemanusiaan.

8. Membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue).

Berdasarkan fakta-fakta diperbatasan Miangas-Davao, terdapat masalah-

masalah pokok, yaitu:8

1. Transit poin bagi teroris internasional dari Filipina ke Indonesia.

2. Penyelundupan barang, narkotik, dan manusia.

3. Pencurian ikan diwilayah perbatasan perairan Indonesia oleh nelayan Filipina.

4. Pelanggaran lintas batas tanpa izin.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Eksistensi Pulau Miangas sebagai pulau terluar dan posisinya sangat dekat

dengan Filipina dibanding dengan Indonesiaserta ditambah lagi kondisi

perbatasan adalah berupa laut, maka kondisi ini berpotensi untuk timbul masalah-

masalahyang berkaitan dengan penyelundupan, pencurian, penyusupan yang

merugikan dan mengancam kepentingan nasional.

8 Dwi Prasetyo, 2010. Konsepsi Pemberdayaan Pulau Miangas Guna Mendukung Tumpuan

Ketahanan Nasional Dalam Rangka Mewujudkan Wilayah Pertahanan Negara Bidang Maritim, Mabes Angkatan Laut Sekolah Staf dan Komando, hal 35.

8

Kondisi daerah perbatasan Indonesia Filipina yang luas dan berupa laut

sehingga dirasakan perlu untuk diadakan suatu kerjasama militer dalam hal ini

antara TNI dan AFP. Hal ini dilakukan agar alokasi sumber daya, waktu dan biaya

dapat dilakukan secara efektif dan efisien serta mencapai hasil yang optimal.

Penelitian ini membahas tentang kerjasama militer yang dilakukan antara

TNI dan AFPyang terdiri dari 3 bagian, yaitu:

1. Joint Intelligence Sub-Committee (JISC), merupakan kerjasama militer di

bidang intelijen.

2. Joint Operations and Exercise Sub-Committee (JOESC), merupakan

kerjasama militer di bidang operasi dan latihan.

3. Joint Training and Education Sub-Committee (JTESC), merupakan kerjasama

militer di bidang pelatihan dan pendidikan.

Pengamatan yang dilakukan pada ketiga bagian kerjasama militer ini

adalah mencakup pelaksanaan kerja sama militer dalam rentang waktu tahun 2009

sampai dengan 2014. Pengamatan yang dilakukan mencakup aspek pelaksanaan,

capaian serta dampak dari pelaksanaan masing-masing kerjasama militer.

Penelitian ini dilakukan untuk dapat membahas dan menjelaskan rumusan

masalah berikut ini:

1. Bagaimana peluang dan tantangan kerjasama militer antara TNI – AFP di

perbatasan Miangas-indonesia dan Davao-Filipina?

2. Bagaimana dampak dari kerjasama Militer TNI dan AFP terhadap wilayah

perbatasan Indonesia ?

9

C. Tujuan Dan ManfaatPenelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peluang dan tantangan kerjasama militer TNI - AFP.

2. Untuk mengetahui dampak dari kerjasama militer TNI - AFP.

2. Manfaat Penelitian:

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam pengembangan studi

Hubungan Internasional khususnya mengenai kerjasama militer TNI -

AFP.

2. Diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk pihak berwenang dalam

membuat kebijakan mengenai kerjasama militer TNI - AFP.

D. Kerangka Konseptual

Kerjasama yang melibatkan antar negara dinamakan hubungan

internasional, berikut ini penjelasan tentang Hubungan Internasional:

“ Hubungan Internasional meliputi seluruh aspek internasional dari

kehidupan sosial manusia dijabarkan kembali bahwa hubungan

internasional mencakup segala macam hubungan antar bangsa dan

kelompok-kelompok bangsa dalam dunia, kekuatan-kekuatan, tekanan-

tekanan, proses-proses yang menentukan cara hidup, cara bertindak, dan

cara berfikir dari manusia.” (Wiriadmadja, 1994:46) Hubungan Internasional menyangkut berbagai aspek

kehidupanmanusia.Pada hakekatnya akan membentuk tiga pola hubungan, yaitu:

kerjasama(cooperation), persaingan (competition) dan konflik (conflict) antar

10

negara yangsatu dengan negara yang lainnya.Indonesia sangat menghargai

kedaulatan negara lain dan mendukung terciptanya perdamaian dunia, seperti

ditegaskan dalampembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang

menyebutkan“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa

maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan … “9

dan pada bagian lainnya juga menyebutkan “… dan ikut melaksanakan ketertiban

dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial

…”10

Pemahaman inilah yang mengarahkan kebijakan pemerintah Indonesia

dalam mengatasi masalah terhadap negara tetangga dengan melakukan kerjasama,

negosiasi dan perundingan dari pada menempuh konfrontasi. Permasalahan yang

ada di perbatasan dengan Filipina diselesaikan melalui perundingan maupun

kerjasama militer (military cooperation).

Negara, menurut realisme menjadi aktor yang memainkan peran utama

pada panggung internasional.11 Kedaulatan menjadi simbol utama mengapa kaum

realis menolak adanya suprastate atau kekuasaan diatas negara. Oleh karena itu,

realisme memandang ranah hubungan internasional pada state centric approach.

Non-state actor seperti organisasi internasional dianggap hanya memiliki

pengaruh yang sangat kecil dalam sistem internasional, bahkan tidak ada sama

sekali.

9 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Edisi Revisi, Jakarta.

10 Kementerian Pendidikandan Kebudayaan, ibid, hal 45. 11 Suwardi Wiriadmadja, 1994. “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional”, (Surabaya: Pustaka Tinta Mas , hal 36.

11

Kedua, negara itu unitary dan rasional, yang berarti bahwa negara akan

senantiasa mengejar kepentingan nasional mereka dalam rangka survival dan terus

mencari power. Ketiga, negara adalah aktor prinsipal yang menjunjung tinggi

keamanan negara. Selain itu, negara juga bertindak sesuai dengan kepentingan

nasional dan salah satu tujuannya yang paling krusial ialah gaining power yang

digunakan sebagai modal mendapatkan interest dan secara potensial menjadi

negara yang mampu mempengaruhi negara lain. Keempat, perhatian dasar

realisme adalah survival yang merupakan kebutuhan paling mendasar bagi negara

untuk terus eksis.

Kekayaan laut Pulau Miangas maupun letak strategisnya adalah

merupakan kekayaan negara, kekayaan ini dapat berpindah kepada negara lain

jika tidak dijaga/dilindungi dengan sebaik-baiknya. Langkah upaya nyata yang

telah dijalankan oleh pemerintah Indonesia untuk menjaga pulau Miangas dan

kekayaan lautnya adalah dengan menempatkan Polsek, Pos Angkatan Laut

(POSAL) dan Pos Angkatan Darat (POSAD) dari Batalyon 712.

Menurut kaum realis radikal, segala hal akan masuk akal jika dilakukan

untuk memenuhi kepentingan nasional. Sebagaimana diungkapkan oleh

Machiavelli, kekuasaan (singa) dan penipuan (rubah) menjadi dua alat penting

dalam melaksanakan kebijakan luar negeri.12

Tanpa adanya saling pengertian dan kesepahaman yang baik dalam

menyelesaikan permasalahan perbatasan, maka pengaruh aspek kekuasaan dan

penipuan dalam pelaksanaan kebijakan luar negeri akan menjadi hal yang sangat

12

Jackson. R., &. Sorensen. G. 1999. Introduction to International Relations, Oxford University

Press, (terjemahan), hal 64.

12

mungkin terjadi. Oleh karena itu agar hal terebut tidak terjadi baik di Indonesia

maupun Filipina, maka dilakukan pendekatan melalui kerjasama militer yang

saling menghargai kedaulatan masing-masing.

Gangguan keamanan yang terjadi khususnya di perbatasan dapat

membawa dampak pada sikap politik suatu negara, dan sikap politik itu sendiri

akan membawa konsekuensi terhadap kegiatan ekonomi, konsep ekonomi politik

internasional sebagai dinamika interaksi global antara pengejaran kekuasaan

(politik) dan pengejaran kekayaan (ekonomi), yang mana dalam definisi ini

terdapat hubungan timbal balik antara politik dan ekonomi.13

Dari kerja sama yang dilakukan maka tidak terlepas dari keuntungan

relatif dan absolut yang diterima masing-masing negara, Negara tertarik untuk

meningkatkan kekuasaan dan pengaruhnya (keuntungan absolut) sehingga mereka

akan bekerja sama untuk meningkatkan kemampuannya.Negara juga tertarik

dengan berapa besar kekuasaan dan pengaruh yang diterima negara (keuntungan

relatif) dalam setiap kerjasama.14

Kerja sama Indonesia Filipina juga tidak terlepas dari hal tersebut, dengan

bekerja sama maka manfaat peningkatan kemampuan maupun pengaruh masing-

masing negara dapat meningkat sepanjang kerja sama tersebut dapat mencapai

hal-hal positif terkait masalah pada perbatasan negara.Menurut E.H Carr, mustahil

13

Robert Gilpin, 2001. “The Nature of Political Economy”, dalam Global Political Economy:

Understanding the International Economic Order. Princeton: Princeton University Press, hal 89.

14 Joseph M. Grieco and John Ikenberry, G. 2003. State power and world markets: the international political economy. New York: W. W Norton & Company, Inc, hal 112.

13

bagi liberalisme dalam mewujudkan perdamaian dunia yang disebutnya sebagai

harapan imajiner tanpa melihat realita yang ada di lapangan.15

Realisme yang memandang sistem internasional sebagai sebuah sistem

yang identik dengan hal-hal bersifat kompetitif dan konfliktual. Hal ini mendasari

pemikiran dan asumsi utamanya yakni adanya sistem anarki, negara rasional,

negara aktor prinsipal, survival, keterbatasan kepercayaan terhadap moralitas,

nilai relatif terhadap kemenangan mutlak, dan mementingkan politik

internasional.16

Upaya mempertahankan kedaulatan negara khususnya terhadap serangan

dari negara lain antara lain dengan memperkuat persenjataan dan personil militer.

Persaingan dalam memperkuat militer yang tak terkendali dapat dengan mudah

mengarah kepada terjadinya konflik antar negara. Padahal untuk memenuhi hal

tersebut menyerap biaya yang tidak sedikit, di sinilah kedewasaan dan

kebijaksanaan pemimpin negara diperlukan bukan hanya bermodal

power/kekuasaan saja.

Kenneth Waltz menjelaskan power lebih dari sekedar akumulasi sumber-

sumber militer dan kemampuan untuk menggunakan power untuk memaksa dan

mengontrol negara lain dalam sistem.Power adalah kemampuan gabungan dari

sebuah negara.Dalam sistem, negara dibedakan dari kekuasaannya, bukan

15 Scott Burchill & Andrew Linklater, 1996. Theories of International Relations, New York, St Martin Press, hal 93.

16 Wardhani, Baiq.L.S, 2013. Realism, materi disampaikan pada kuliah Teori Hubungan Internasional, Departemen Hubungan Internasional, Universitas Airlangga, hal 31.

14

fungsi.Power memberi sebuah negara tempat atau posisi dalam sistem

internasional dan membentuk perilaku negara.17

Lebih lanjut disebutkan bahwa bentuk dasar hubungan internasional ialah

struktur anarki yang tersebar di antara negara-negara. Negara–negara serupa

dalam semua hal atau seluruh aspek dasarnya yaitu mereka memiliki tugas-tugas

dasar yang sama baik itu tentang perbedaan budaya, konstitusi atau ideologi.

Seperti diketahu negara merupakan aspek yang sangat penting dalam menentukan

perubahan-perubahan dalam struktur internasional terutama negara-negara yang

memiliki kekuatan besar seperti Amerika Serikat, meskipun perimbangan-

perimbangan kekuatan dapat dicapai, tetapi tidak menutup kemungkinan akan

masih terjadinya perang karena memang dunia ini merupakan sistem yang anarki

yang tidak dapat dihindarkan.

Pada kerja sama militer TNI-AFP tidak saja akan menuju kepada

pembagian tugas masing-masing negara tetapi akan tercipta juga kondisi yang

saling mnelengkapi kekurangan yang ada. Krasner menyebut sistem hubungan

antar negara sebagai “Tectonic Plate”Pandangan alternatif ini menitik-beratkan

kepada interaksi antar negara yang berjumlah nol, atau dalam kalimat lain selalu

melengkapi satu sama lain dalam masalah distribusi power.

Apabila pada masa perang dingin,perkembangan pemikiran tentang

keamanan bertumpu pada masalah“kompetisi keamanan” berdasarkan

kepemilikan kapabilitas militer danpemikiran realis tentang dunia internasional

yang anarki (dampak dari strukturBipolar yang diwarnai dengan fenomena

17

Waltz Kenneth. 1979. Theory of International Politics, Reading: Addison-Wesley, hal 67.

15

persaingan adikuasa khususnya dalammasalah militer), maka pada masa pasca

perang dingin berkembang teori-teorikeamanan yang bertumpu pada Common

Security, Cooperative Security danComprehensive Security.18

Menurut Buzan dalam artikelnyaSecurity, keamanan menjadikonsep

yangdebatable karena konsepsi mengenainya berbeda-beda dari satu individuke

individu lainnya, dari satu kelompok ke kelompok lainnya.Apa yang disebut

amanbersifatrelatif dari satu kelompok ke kelompok lainnyasehingga

memunculkanpertanyaan, ‘security for whom ?’dengan kata lain, makna

keamanan berbeda-bedabagi aktor yang berbeda.19

Kerja sama militer Filipina Indonesia atau yang biasa dikenal dengan

sebutan The Philippines Indonesia Military Cooperation (Philindo MC) telah

dimulai sejak tahun 1975 dalam bentuk Border Crossing Agreement, tahun 1997

dalam bentuk Agreement on Cooperative Activities in the Field of Defense.

Teori Kepentingan Nasional (National Interest), dalam teori ini

menjelasakan bahwa untuk kelangsungan hidup suatu negara maka negara harus

memenuhi kebutuhan negaranya dengan kata lain yaitu mencapai kepentingan

nasionalnya. Dengan tercapainya kepentingan nasional makanegara akan berjalan

dengan stabil baik dari segi politik, ekonomi, sosial, maupun pertahanan

keamanan dengan kata lain jika kepentingan nasional terpenuhi maka negara akan

tetapsurvive. Kepentingan nasional merupakan tujuan mendasar dan faktor paling

18

Common David Dewitt, Comprehensive and Cooperative Security, The Pacific Review Vol 7 No.1 Tahun 1994, hal 72.

19 A. A. B. Perwita dan Y. M. Yani, 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional .Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 82.

16

menentukan yang memadu para pembuat keputusan dalam merumuskan politik

luar negeri.20

Teori Kepentingan Nasional (National Interest) Daniel S. Papp yang

mengatakan bahwa dalam kepentingan nasional terdapat beberapa aspek, seperti

ekonomi, ideologi, kekuatan dan keamanan militer, moralitas dan legalitas. Dalam

hal ini, aspek pertimbangan faktor ekonomi pada setiap kebijakan yang diambil

oleh suatu negara selalu berusaha untuk meningkatkanperekonomiannya sebagai

suatu kepentingan nasional. Suatu kepentingan nasional dalam aspek ekonomi

diantaranya adalah untuk meningkatkan keseimbangan kerjasama perdagangan

suatu negara dalam memperkuat sektor industri, dan sebagainya.21

Terjaminnya stabilitas keamanan maupun adanya peraturan yang kondusif

menunjang berkembangnya pengolahan potensi (khususnya di wilayah

perbatasan) yang dimiliki Indonesia Filipina. Untuk mencapai itu maka kerjasama

militer sangat dibutuhkan karena dalam kerjasama militer Filipina Indonesia

mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Intelligence

2. Border Patrol Cooperation

3. Opeations and Exercises

4. Training, education and courses

5. Service to service working group

6. Other matters as agreed upon by both parties

20 http://priska.p.ht/2013/01/kepentingan-nasional/Wibowo, P. Y. Indonesia Cerdas, from

Kepentingan Nasional (Diakses 27 November 2014). 21

Papp, D. S. 1988. "Contemporary International Relation": A Framework for Understanding,

Second Editions. New York: MacMillan Publishing Company, hal 68.

17

Suatu aliansi regional yang tidak betul-betul memenuhi kepentingan

negara yang ikut serta, tidak mungkin bertahan atau tidak akan efektif dalam

jangka panjang.Kepentingan nasional sering dijadikan tolok ukur atau kriteria

pokok bagi para pengambil keputusan (decision makers) masing-masing negara

sebelum merumuskan dan menetapkan sikap atau tindakan. Bahkan setiap

langkah kebijakan luar negeri (Foreign Policy) perlu dilandaskan kepada

kepentingan nasional.22

Kepentingan nasional Indonesia akan terancam dengan munculnya

masalah perbatasan seperti:23

1. Transit point bagi teroris internasional dari Filipina ke Indonesia

2. Penyelundupan barang, narkotik dan manusia

3. Pencurian ikan

4. Pelanggaran lintas batas

Didalam Hubungan Internasional, kerjasama yang terjadi di antara dua

negara yang sifatnya saling menguntungkan secara umum dikenal dengan

hubungan bilateral. Hubungan bilateral adalah keadaan yang menggambarkan

adanya hubungan yang saling mempengaruhi atau terjadinya timbal balik antara

dua pihak. Rangkaian pola hubungan aksi reaksi ini meliputi proses sebagai

berikut:24

1. Rangsangan atau kebijakan aktual dari negara yang memprakarsai.

22Rudy, T. 2002. Studi Strategis dalam transformasi sistem Internasional Pasca Perang dingin.

Bandung: Refika Aditama, hal 81. 23

Prasetyo, op.cit.halaman 63. 24

Perwita dan Yani. 2005. Pengantar Hubungan Internasional, Bandung: Remaja Rosda Karya,

hal 65.

18

2. Presepsi dari rangsangan tersebut oleh pembuat keputusan di negara

penerima.

3. Respon atau aksi timbal balik dari negara penerima.

4. Presepsi atau respon oleh pembuat keputusan dari negara pemrakarsa.

Hubungan bilateral merupakan perjanjian yang didalamnya terlibat dua

negara yang membicarakan kelanjutan masa depan dari hubungan perjanjian yang

telah disepakati oleh keduanya. Hubungan bilateral terjadi diantara state-to-state,

dimana didalamnya terdapat pula aktor-aktor negara sebagai pelayan pembuat

keputusan. Dalam perjanjian bilateral ini terdapat kesepakatan-kesepakatan yang

timbul antara lain meliputi bidang-bidang diantaranya bidang politik, ekonomi

perdagangan, kebudayaan, pendidikan, keamanan dan pertahanan.

Perjanjian yang dihasilkan dalam hubungan bilateral ini, memiliki peran

penting dan beberapa keuntungan didalam berbagai negosiasi dan dapat

memberikan sebuah pertukaran atas fasilitas-fasilitas yang dimiliki olehkedua

negara yang bersepakat tercapainya tujuan kedua Negara.25

Salah satu tujuan dari Philindo MC adalah mencakup kegiatan-kegiatan

dan interaksi kedua negara dengan membangun kapsitas, memelihara, mencegah

konflik serta meningkatkan kemakmuran masyarakat yang tinggal di perbatasan

kedua negara.

25

Josua S. Goldstein, 2007. International Relations: 2006-2007 edition. New York : Pearson

Longman, hal 49.

19

E. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Metode deskriptif analsis adalah metode yang menggambarkan

secarasistematik suatu peristiwa atau masalah menjadi topik kajian dan

mengandalkan analisa terhadap peristiwa-peristiwatersebut dari sudut sebab-

akibat dan penyusunan data. Dalam metodeini dipelajari masalah-masalah

yang berlaku dalam hubunganinternasional termasuk dalam hubungan,

kegiatan, sikap, pandanganserta proses yang sedang berlangsung. Dalamhal

ini menggambarkan dan menganalisis kerjasama militer TNI dan AFP di

perbatasan Miangas dan Davao.

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang penulis gunakan adalah data primer dan sekunder. Data

tersebut antara lain diperoleh dari wawancara maupun studi pustaka pada

berbagai literatur dan hasil olahan yang diperoleh dari berbagai sumber.

3. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini yaitu:

a. Studi pustaka (library research) adalah suatu pembahasan yang

berdasarkan pada buku-buku referensi yang bertujuan untuk memperkuat

materi pembahasan. Studi pustaka digunakan untuk memecahkan masalah

yang ada, baik untuk menganalisa hal-hal dan data pendukung untuk

memecahkan masalah yang ada dengan mempelajari dan menelaah data

dari dokumen-dokumen yang berkenaan dengan masalah penelitian seperti

20

buku-buku, dokumen, laporan maupun situs-situs internet. Bahan-bahan di

atas akan dikumpulkan dari tempat-tempat berikut:

1) Mabes TNI – AD Cilangkap

2) Kementerian Pertahanan Republik Indonesia

3) Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia

4) Lantamal VII Manado

5) Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin

6) Perpustakaan Fisip Universitas Hasanuddin

b. Wawancara, adalah tanya jawab antara dua pihak yaitu pewawancara dan

narasumber untuk memperoleh data, keterangan atau pendapat tentang

suatu hal.Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di

mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk

dijawab oleh orang yang diwawancarai.

4. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah analisis

data kualitatif dengan menganalisa kemudian disimpulkan, sedangkan data

kuantitatif digunakan sebagai data pelengkap untuk menjelaskan data

kualitatif.

5. Metode Penulisan

Metode penulisan yang penulis gunakan adalah metode deduktif, dimana

penulis terlebih dahulu akan menggambarkan permasalahan secara umum,

lalu kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus.

21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepentingan Nasional

Kepentingan nasional (National interest) sering digunakan sebagai bahan acuan

dasar untuk melakukan aktivitas dalam interaksi internasional. Menurut Nincic

terdapat tiga asumsi dasar yang harus dipenuhi dalam mendefinisikan kepentingan

nasional. Pertama, kepentingan itu harus bersifat vital sehingga pencapaiannya

menjadi prioritas utama dari pemerintah dan masyarakat. Kedua, kepentingan

tersebut harus berkaitan dengan lingkungan internasional. Ketiga, kepentingan

nasional haruslah bersifat partikularistik dari individu, kelompok, atau lembaga

pemerintahan sehingga menjadi kepedulian masyarakat secara keseluruhan.26

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, dengan dipertimbangkannya

ketiga hal utama tersebut maka aktor-aktor hubungan internasional baik state-

actor maupun non-state actors akan mempunyai tendensi untuk melakukan yang

terbaik demi mencapai tujuan negara dan tujuan-tujuan lain yang ada di dalamnya

melalui fokus perimbangan kepentingan nasional.

Pendapat selanjutnya dikemukakan oleh Lamy bahwa segala sesuatu yang

dibutuhkan oleh negara tersebut dirangkum dalam sebuah kebijakan yang di

dalamnya terdapat kepentingan nasional (national interest).27 Hal tersebut terkait

26Jemadu. Aleksius. 2008. Politik Global dalam Teori dan Praktik. Graha Ilmu: Yogyakarta.

halaman 21-22.

27 BJohn Baylis, and Steve Smith, 2001. The Globalization of World Politics, 2nd Edition.

London: Oxford University Press, hal 91.

22

dengan eksistensi negara dan bagaimana negara dapat melangsungkan

kehidupannya agar kesejahteraan umum tercakupi, dengan demikian segala

bidang yang mengambil bagian dalam berdirinya sebuah negara harus dicapai,

diseimbangkan, bahkan ditingkatkan agar keberadaannya diakui di kancah

internasional yang itu berarti juga memberi banyak pintu untuk kemudahan

interaksi-interaksi internasional yang selalu menjadi kebutuhan primer sebuah

negara.

Dalam buku Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi

karya Mochtar Mas’oed, Morgenthau berpendapat bahwa :

Kepentingan nasional merupakan kemampuan minimum Negara-negara untuk melindungi dan mempertahankan identitas fisik, politik dan kulturnya dari gangguan Negara-negara lain.28 Menurut Frankel, hakikat kepentingan nasional merupakan keseluruhan

nilai yang hendak ditegakkan oleh suatu bangsa.29 Kepentingan nasional tersebut

mampu menggambarkan aspirasi negara dan aplikasinya dapat dilihat melalui

kebijakan negara yang dituju. Namun dalam aplikasinya, kepentingan nasional

tersebut menjadi justifikasi dalam tindakan negara.

Daniel S. Papp mengatakan bahwa dalam national interest terdapat

beberapa aspek, seperti ekonomi, ideologi, kekuatan dan keamanan militer,

moralitasdan legalitas.30Adapun mengenai jenis-jenis kepentingan nasional juga

28

Mochtar Mas’oed. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta :

LP3ES.hal.141.

29Budiono Kusumohamidjojo. 1987. Hubungan Internasional kerangka studi Analisis. Bandung:

Bina Cipta.hal.35.

30 Daniel S. Papp, 1988. Contemporary International Relation: A Framework for Understanding,

2nd edn, MacMillan Publishing Company , New York, hal 122.

23

terdapat identifikasi yang beragam. Dalam pada itu K.J Holsti

mengidentifikasikan kepentingan nasional dalam 3 klasifikasi yaitu core values

atau sesuatu yang dianggap paling vital bagi negara dan menyangkut eksistensi

suatu negara, Middle-range objectives, biasanya menyangkut kebutuhan

memperbaiki derajat perekonomian. Long-range goals, merupakan sesuatu yang

bersifat ideal, misalnya keinginan mewujudkan perdamaian dan ketertiban

dunia.31 Menurut Padelford dan Lincoln jenis-jenis kepentingan nasional terdiri

dari Kepentingan keamanan nasional, Kepentingan pengembangan ekonomi,

Kepentingan peningkatan kekuatan nasional, Kepentingan prestise nasional.32

Kepentingan nasional diidentifikasikan ke dalam dua sifat yaitu, bersifat

primer dan sekunder.33 Kepentingan nasional yang berkaitan dengan pertahanan

suatu negara merupakan kepentingan nasional yang bersifat primer. Contohnya

adalah hal-hal yang berkaitan dengan batas wilayah negara. Sedangkan contoh

konkret mengenai kepentingan sekunder adalah jaminan dan perlindungan atas

para pelajar Indonesia yang sekolah di luar negeri.

Pada dasarnya ada 2 fungsi dari national interest. Yang pertama adalah

menentukan arah para pemimpin negara dalam politik luar negeri. Dan juga

sebagai ukuran keberhasilan pemimpin negara menjalankan politik luar

31 K.J. Holsti, 1992. Politik International: Suatu Kerangka Analisis. Bandung: Bina Cipta, hal 94.

32 Norman J. Padelford, 1960, International Politics. New York: The Macmillan Company, hal 80.

33 Michael G. Roskin, 1994. National Interest : From Abstraction to Strategy. USA : US Army

War College, hal 76.

24

negerinya.34 Fungsi lain dari national interest adalah agar negara bisa tetap

survive dan menjaga eksistensi negara. Dengan kepentingan nasional maka negara

akan mempunyai sebuah power, mempunyai bargaining position terhadap negara

lain. Sehingga dengan power yang dimiliki ini negara akan tetap terjaga

eksistensinya dalam kancah politik internasional.

Kepentingan nasional Indonesia diterjemahkan kedalam visi Departemen

luar negeri yang disebut sebagai “Sapta Dharma Caraka”, yaitu: (1) Memelihara

dan meningkatkan dukungan internasional terhadap keutuhan wilayah dan

kedaulatan Indonesia; (2) membantu pencapaian Indonesia sejahtera melalui kerja

sama pembangunan dan ekonomi, promosi dagang dan investasi, kesempatan

kerja dan alih tekonologi; (3) meningkatkan peranan dan kepemimpinan Indonesia

dalam proses integrasi ASEAN, peran aktif di Asia-Pasifik, membangun

kemitraan strategis baru Asia-Afrika serta hubungan antar sesama negara

berkembang; (4) memperkuat hubungan dan kerja sama bilateral, regional dan

internasional di segala bidang dan meningkatkan prakarsa dan kontribusi

Indonesia dalam pencapaian keamanan dan perdamaian internasional serta

memperkuat multilateralisme; (5) meningkatkan citra Indonesia di masyarakat

internasional sebagai negara demokratis, pluralis, menghormati hal asasi manusia,

dan memajukan perdamaian dunia; (6) meningkatkan pelayanan dan perlindungan

Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri serta melancarkan diplomasi

kemanusiaan guna mendukung tanggap darurat dan rekontruksi Aceh dan Nias

34 Anth Anthonius P. Sitepu, 2011. Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu, hal

115.

25

dari bencana gempa dan tsunami; (7) melanjutkan benah diri untuk peningkatan

kapasitas kelembagaan, budaya kerja dan profesionalisme pelaku diplomasi serta

peranan utama dalam koordinasi penyelenggaraan kebijakan dan hubungan luar

negeri.35

Dalam penelitian ini, penulis menekankan dua poin kepentingan nasional

yang dijabarkan dalam “Sapta Dharma Caraka” yakni pada poin pertama dan

keempat. Pada poin pertama yaitu memelihara dan meningkatkan dukungan

internasional terhadap keutuhan wilayah dan kedaulatan Indonesia. Indonesia

melalui lembaga militernya yakni TNI berusaha menjalin kerjasama dengan pihak

militer Filipina. Kerjasama ini berupa kerjasama dibidang perbatasan yang

berusaha memelihara dari berbagai ancaman yang kemungkinan mengganggu

stabilitas Indonesia maupun Filipina. Kerjasama ini juga mengindikasikan bahwa

kedaulatan Indonesia dalam hal penentuan batas khususnya batas dengan Filipina

telah diakui oleh Filipina sekaligus mengindikasikan bahwa kedaulatan Indonesia

ini mendapat dukungan internasional. Pada poin keempat yaitu memperkuat

hubungan dan kerja sama bilateral, regional dan internasional di segala bidang dan

meningkatkan prakarsa dan kontribusi Indonesia dalam pencapaian keamanan dan

perdamaian internasional serta memperkuat multilateralisme. Pada poin ini

penulis menekankan bahwa kerjasama yang terjalin antara kedua lembaga militer

yaitu Tentara Nasional Indonesia dan Armed Forces of the Philipines

menunjukkan adanya komunikasi aktif antara kedua negara yang diwakilkan oleh

lembaga militernya masing-masing untuk mencapai keamanan dan perdamaian

35

http://ditpolkom.bappenas.go.id. Diakses tanggal 21 april 2015.

26

bersama. Kerjasama dalam bidang militer ini menunjukkan kedua Negara telah

sepakat untuk saling menjaga stabilitas kedaulatan masing-masing dari berbagai

ancaman.

B. Hubungan Bilateral

Pola hubungan internasional tidak dapat dipisahkan dengan segala bentuk

interaksi yang berlangsung dalam pergaulan masyarakat internasional, baik oleh

pelaku negara-negara maupun oleh pelaku-pelaku non negara. Pola hubungan atau

interaksi dapat berupa kerjasama, persaingan, dan pertentangan. Hubungan antar

bangsa terbagi dua berdasarkan aktor yang terlibat yaitu hubungan bilateral (dua

negara), dan hubungan multilateral (beberapa negara). Dalam penelitian ini

penulis memfokuskan pada hubungan bilateral. Hubungan antara Indonesia dan

Filipina merupakan contoh dari hubungan bilateral.

Hubungan bilateral dalam hubungan internasional selalu berada dalam dua

konteks yaitu kerjasama dan konflik. Kedua konteks hubungan internasional ini

berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan dinamika hubungan internasional itu

sendiri. Kerangka pemahaman Holsti menjelaskan bahwa terbentuknya suatu

kerjasama berdasar pada:

“ Dalam kebanyakan kasus, sejumlah pemerintah saling mendekati dengan penyelesaian yang diusulkan atau membahas masalah, mengemukakan bukti-bukti teknis untuk menyetujui suatu penyelesaian atau lainnya dan

27

mengakhiri perundingan dengan perjanjian atau pengertian tertentu yang memuaskan kedua belah pihak. Proses ini disebut kerjasama”. 36 Pendapat Holsti tersebut memberikan batasan konsepsi yang jelas antara

dua bentuk interaksi dalam hubungan internasional, yaitu konflik dan kerjasama.

Apabila dalam menghadapi satu kasus atau lebih dan pihak-pihak yang terlibat

gagal mencapai kesepakatan, maka interaksi antar aktor tersebut akan berujung

konflik. Namun apabila kedua pihak yang terlibat berhasil mencapai suatu

kesepakatan bersama, maka interaksi antar aktor tersebut akan menghasilkan

suatu bentuk kerjasama.

Dari pendapat Holsti tersebut penulis memfokuskan hubungan bilateral

dalam pemaknaan kerjasama. Konsep hubungan bilateral digunakan untuk

memperkokoh kerjasama antara dua negara dengan menggunakan pengaruhnya

sehingga kepentingan nasionalnya dapat terpenuhi. Didi kresna dalam kamus

politik internasionalnya mengatakan bahwa: “hubungan bilateral adalah keadaan

yang menggambarkan adanya hubungan yang saling mempengaruhi atau terjadi

hubungan timbal balik antar dua pihak atau dua negara.”37 Pernyataan ini

mengandung arti bahwa hubungan bilateral merupakan hubungan timbal balik dan

saling mempengaruhi antara dua negara yang saling melakukan interaksi, dalam

hal ini hubungan tersebut terjalin antara Indonesia dan Filipina, terjalinnya

kerjasama di bidang militer sebagai bagian dari hubungan bilateral yang terjalin

antar keduanya.

36K.JHolsti,1998,Politik Internasional:Kerangka Untuk Analisis,Erlangga,jakarta.hal 209

37Didi Krisna,1993,Kamus Politik Internasional,Grasindo:Jakarta

28

Penggambaran tentang hubungan bilateral tersebut tidak terlepas dari

kepentingan nasional masing-masing negara untuk mengadakan hubungan dan

menjalin kerjasama antar kedua negara, dengan adanya tujuan-tujuan tertentu

untuk menciptakan perdamaian dan saling menopang dalam membangun

keamanan di negara masing-masing dengan tetap memperhatikan kerjasama

politik, kebudayaan, dan struktur ekonomi sehingga menghasilkan suatu

hubungan yang lebih harmonis di antara kedua negara.

Dalam perjanjian bilateralini, kesepakatan-kesepakatan yang timbul dapat

meliputi bidang-bidangdiantaranya bidang politik, ekonomi perdagangan,

kebudayaan, pendidikan,keamanan dan pertahanan. Perjanjian yang dihasilkan

dalam hubungan bilateralini, memiliki peran penting dan beberapa keuntungan

didalam berbagai negosiasidan dapat memberikan sebuah pertukaran atas fasilitas-

fasilitas yang dimiliki oleh kedua negara yang bersepakat tercapainya tujuan

kedua negara.38

Terselenggaranya hubungan bilateral juga tidak terlepas dari tercapainya

beberapa kesepahaman antara dua negara yang melakukan hubungan yang mana

mereka mengabdi pada kepentingan nasionalnya dalam usaha untuk

menyelenggarakan politik luar negerinya masing-masing. Dengan tujuan nasional

yang ingin dicapai suatu bangsa dapat terlihat dari kepentingan nasional yang

dirumuskan oleh elit suatu negara. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Plano

38Joshua S. Joshua 1999. International Relation. New York : Longman, hal 103.

29

dan Olton bahwa hubungan kerjasama yang terjadi antara dua negara didunia ini

pada dasarnya tidak terlepas dari kepentingan nasional masing-masing negara.39

c. Kerjasama Militer

Hubungan bilateral yang didasari atas kepentingan nasional menjadi prasyarat

agar negara bisa mencapai tujuan nasionalnya. Hubungan bilateral yang penulis

fokuskan adalah kerjasama. Dalam penelitian ini kerjasama yang dimaksud adalah

kerjasama militer. Sebelum mendefenisikan kerjasama militer, penulis perlu untuk

mendefenisikan kata perkata agar penjelasan lebih mudah.

Kerjasama pada hakekatnya mengindikasikan adanya dua pihak atau lebih

yang berinteraksi secara dinamis untuk mencapai suatu tujuan bersama. Dalam

pengertian itu terkandung tiga unsur pokok yang melekat pada suatu kerangka

kerjasama, yaitu unsur dua pihak atau lebih, unsur interaksi dan unsur tujuan

bersama. Jika satu unsur tersebut tidak termuat dalam satu obyek yang dikaji,

dapat dianggap bahwa pada obyek itu tidak terdapat kerjasama.40Unsur dua pihak,

selalu menggambarkan suatu himpunan yang satu sama lain saling mempengaruhi

sehingga interaksi untuk mewujudkan tujuan bersama penting dilakukan.

Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley, bahwa kerjasama

timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-

kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup

pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi

kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-

39Jack C Plano & Roy Olton. 1982. The International Relations Dictionary, Third Edition. Santa

Barbara: Western Michigan University, hal 77.

40Pamudji, 1985,Ekologi Administrasi Negara, Jakarta: Bina Aksara, Hal 83.

30

kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting

dalam kerjasama yang berguna. Beberapa bentuk kerjasama (cooperation) dapat

dibedakan menjadi:41

1. Kerjasama Spontan (Spontaneous Cooperation) : Kerjasama yang sertamerta

2. Kerjasama Langsung (Directed Cooperation) : Kerjasama yang merupakan

hasil perintah atasan atau penguasa

3. Kerjasama Kontrak (Contractual Cooperation) : Kerjasama atas dasar tertentu

4. Kerjasama Tradisional (Traditional Cooperation) : Kerjasama sebagai bagian

atau unsur dari sistem sosial.

Menurut Syahril Sabaini bentuk-bentuk kerjasama adalah sebagai berikut

:42

1. Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan

jasa antara dua organisasi.

2. Cooptation, yaitu proses penerimaan unsur baru dalam kepemimpinan suatu

organisasi guna menghindari goncangan stabilitas organisasi tersebut (saling

mendukung)

3. Coalition, yaitu kombinasi dari dua organisasi yang mempunyai tujuan sama,

sehingga bersifat kooperatif, jika kerja sama tresebut berdasarkan bagi hasil

disebut joint-venture.

Menurut Thomson dan Perry, kerjasama memiliki derajat yang berbeda, mulai

41Soleman, Taneko, 1990, Struktur Dan Proses Sosial: Suatu Pengantar Sosiologi

Pembangaunan, Jakarta : CV Raja Wali, Hal 124.

42Sarbaini, Syahril,2004.Sosiologi dan Politik. Bogor : Ghalia Indonesia.

31

dari koordinasi dan kooperasi (cooperation) sampai pada derajat yang lebih tinggi

yaitu collaboration. “Para ahli pada dasarnya menyetujui bahwa perbedaan

terletak pada kedalaman interaksi, integrasi, komitmen dan kompleksitas dimana

cooperation terletak pada tingkatan yang paling rendah. Sedangkan collaboration

pada tingkatan yang paling tinggi”.43

Pengamat hubungan sipil-militer dalam negeri seperti Letjen TNI (Purn)

Sayidiman Suryahardiprojo mendefinisikan militer berkaitan dengan kekuatan

bersenjata yaitu TNI sebagai organisasi kekuatan bersenjata yang bertugas

menjaga kedaulatan negara. Sedangkan Hardito membatasi pihak militer

ditekankan pada perwira professional.44

Dari pengertian yang dikemukakan diatas, dapat dikatakan bahwa pengertian

militer secara universal adalah institusi bukan sipil yang mempunyai tugas dalam

bidang pertahanan dan keamanan, dalam hal ini militer merupakan suatu lembaga,

bukan individu yang menduduki posisi dalam organisasi militer.

Dapat dicermati bahwa militer merupakan salah satu alat yang digunakan

negara untuk terus mempertahankan dan memperbesar pengaruh serta kekuatan

negara tersebut. Masalah militer sebagai bagian dari keamanan negara yaitu

militer digunakan sebagai kekuatan untuk menangkal atau mengalahkan serangan

dari pihak luar.

43 Keban, Y. T. 2009, Membangun Kerja Sama Pemerintah Daerah dalam Era Otonomi, Artikel

ilmiah dimuat di Buku “Pemerintahan Daerah di Indonesia”, Diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan MIPI, Jakarta.

44Sayidiman Suryohadiprojo, 1999,Hubungan-Sipil Militer di Indonesia: Suatu Pembahasan,

sebuah makalah yang disajikan dalam Seminar Nasional Mencari Format Baru Hubungan Sipil-Militer, Jakarta: FISIP UI, Hal 59.

32

Pada era globalisasi dewasa ini, ancaman dalam bidang keamanan menjadi

semakin kompleks dan berkembang, diantaranya: terorisme internasional,

pengembangan senjata pemusnah massal, kriminal terorganisasi, cybercrime,

kelangkaan energi, degradasi lingkungan dan berbagai resiko keamanan yang

terkait dengannya, bencana alam ataupun bencana yang disebabkan oleh manusia

sendiri, dan lain sebagainya.45

Untuk menghadapi ancaman-ancaman seperti tersebut di atas, akan

dibutuhkan interaksi dalam bentuk kerjasama yang luas dengan sinergisitas yang

mantap antar negara-negara di dunia, sehingga diharapkan mampu melakukan

langkah-langkah pendekatan terhadap isu-isu keamanan internasional melalui

kerjasama dalam bidang pertahanan keamanan. Berbicara tentang pertahanan dan

keamanan tentunya tidak dapat dilepaskan dari kekuatan militer sebagai subjek

pertahanan dan keamanan. Kerjasama militer merupakan bentuk pertahanan dan

keamanan dari sebuah bangsa yang berdaulat dalam penelitian ini merujuk kepada

Indonesia.

Kerjasama militer adalah suatu kerjasama yang dimungkinkan apabila terdapat

dua kekuatan yang satu dengan lainnya memiliki kesamaan dalam masalah

keamanan. Kerjasama militer merupakan bentuk asosiasi mengikat yang dapat

disesuaikan dengan kepentingan-kepeningan suatu negara dalam menghadapi

persoalan tersentu sehingga dimungkinkan apabila dalam kerjasama ini akan

melemah jika negara bersangkutan dihadapkan dengan permasalahan baru.

Kerjasama militer juga merupakan suatu cara yang paling umum dalam

45Buku Putih Pertahanan,Kementerian pertahanan, 2009, Hal 25.

33

mengembangkan kekuatan negara. Upaya tersebut merupakan upaya

pengembangan kekuatan yang dilakukan secara eksternal. Menurut M Waltz,

pengembangan kekuatan negara dilakukan dalam dua kategori yakni usaha

internal seperti meningkatkan kemampuan ekonomi, kekuatan militer,

mengembangkan strategi yang lebih pintar serta usaha eksternal seperti

memperkuat dan memperluas aliansi atau memperlemah dan membubarkan

aliansi musuhnya.

Kerjasama atau aliansi militer memiliki bentuk yang berbeda. Menurut Craig

Synder dibagi dalam dua yaitu: (1) Collective Security dimana bentuk

perjanjian tidak memasukkan suatu perjanjian dimana satu negara akan diserang

oleh negara lain maka negara lain akan ikut melakukan pembelaan. (2)

CollectiveDefense yaitu kerjasama militer yang memasukkan perjanjian untuk

menghadapi musuh. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada poin kedua

berdasarkan pendapat Craig Synder yaitu collective defense, dimana dilakukan

perjanjian untuk menghadapi musuh. Musuh yang dimaksud adalah hal yang

kemungkinan mengganggu kestabilan daerah perbatasan antara Indonesia dan

Filipina.

34

BAB III

PERBATASAN INDONESIA MIANGAS DAN DAVAO FILIPINA

A. Kondisi Geografi

Pulau Miangas merupakan salah satu pulau terluar yang ada di Sulawesi

Utara, disebut khusus karena posisinya terletak diujung paling utara dari wilayah

Negara Republik Indonesia yang berbatasan dengan Filipina sehingga pulau

Miangas disebut sebagai pulau perbatasan dan berfungsi sebagai pos pelintas

batas Indonesia dengan Filipina yang dikenal dengan sebutan Border Crossing

Agreement (BCA). Pulau ini mempunyai Titik Dasar (TD) No. TD. 056dan pilar

pendekat No. TR.056.

Secara geografis Pulau Miangas terletak pada 5033’15” LU /

126035’18”BT. Pulau Miangas adalah adalah salah satu pulau yang tergabung

dalam gugusan Kepulauan Nannusa dan merupakan pulau terluar di sebelah Utara

Indonesia, berbatasan dengan Filipina.Dalam administrasi Pemerintah Republik

Indonesia, Pulau Miangas hanya mempunyai 1 desa (Desa Miangas) dan

kecamatan khusus Miangas, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi

Utara.Pulau ini merupakan salah satu pulau terluar di Kabupaten Kepulauan

Talaud, Provinsi Sulawesi Utara.

Luas Miangas sekitar 3,15 km², dengan panjang keliling pulau adalah 6,0

Km, adapun sisi jarak terdekat Pulau Miangas dengan Filipina (Pulau Davao)

hanya 48 mil laut, bandingkan dengan ke Manado (Ibu Kota Provinsi Sulawesi

35

Utara) sekitar 320 mil laut, atau ke Melonguane (Ibu Kota Kabupaten Kepulauan

Talaud) ± 110 mil laut.

Secara geologi, Pulau Miangas tersusun dari batuan sedimen dan batuan

gunung api yang beralaskan batuan ultramafik dan mélange (bancuh). Batuan ini

terbentuk dari lapisan bumi yang terangkat karena tabrakan antara lempeng

Halmahera yang bergerak dari timur dengan lempeng Sangihe yang bergerak dari

barat. Sedang iklim di Pulau Miangas tergolong basah, dengan suhu rata-rata

sekitar 27°C.

Jumlah penduduk Miangas lebih dari 797 jiwa, yang terdiri laki-laki 409

jiwa dan perempuan sebanyak 388 jiwa, dan mayoritasnya adalah dari Suku

Talaud. Penduduk Pulau Miangas tersebar di tiga desa, yaitu Karutung Utara,

Karutung Tengan dan Karutung Selatan yang sebagian besar berpendidikan

Sekolah Dasar. 46Kondisi yang berdekatan dan seringnya interaksi dengan

penduduk di wilayah Filipina membuat perkawinan dengan warga Filipina tidak

bisa dihindarkan (faktor jarak), dan mata uang yang sering digunakan adalah Peso

(mata uang resmi Filipina).

Masyarakat Pulau Miangas pada umumnya mengandalkan hidup dari

penjualan hasil perkebunan dan hasil laut. Untuk mengisi waktu luang masyarakat

Pulau Miangas melakukan aktifitas industri kecil atau kerajinan rumah tangga,

yakni pembuatan kerajinan daun pandan (dapat dibuat topi, hiasan dinding, tikar,

dan hiasan lainnya).

46 BPS, 2010, Kabupaten Kepulauan Talaud Dalam Angka.

36

Gambar 3.1 Peta Letak Pulau Miangas

.

Sumber: Departemen Pertahanan Republik Indonesia, 2014.

125

125

5 5

GENERAL SANTOS

(PHILIPINA)

= Klaim ZEE Indonesia = Garis Pangkal Indonesia = Garis Batas Laut Teritorial Indonesia = ALKI

Jarak Kep. Sangihe (P. Tahuna) – General Santos = + 142 Mil Jarak Kep. Talaud (P. Karakelong) – General Santos = + 132 Mil Jarak P. Miangas – General Santos = + 90 Mil

37

Potensi sumber daya ikan tuna dan cakalang di perairan utara barat

Sulawesi dan Zone Ekonomi Ekseklusif (ZEE) Indonesia di utara Sulawesi sekitar

99.068 ton, akan tetapi pemanfaatannya hanya mencapai 12,4%. Cara

penangkapan ikan banyak menggunakan kapal pukat cincin, dan tangkapan ini

langsung didaratkan di Filipina. Perairan Miangas banyak ditemukan berbagai

jenis ikanlaut, cakalang, ikan kulit pasir, lobster, teripang dan ikan laut dalam.

Selain itu, juga ada ketang kenari (sejenis lepiting) yang secara ekonomi lebh

mahal dibandingkan lobster.47

Akses menuju Pulau Miangas dapat dilakukan dengan menggunakan kapal

angkutan dari Pelabuhan Karatung.Kapal ini melayani trayek Bitung-Karatung

sebanyak 2 kali sebulan dengan lama perjalanan 15 hari, melewati beberapa

pelabuhan seperti Tahuna, Siau dan Lirung.

Pelabuhan Karatung dapat dicapai melalui rute dari Manado (Bandara Sam

Ratulangi) ke Melonguane (Bandara Melonguane) dengan pesawat Merpati 2 kali

seminggu dengan lama perjalanan sekitar 3 jam. Selain itu dapat ditempuh

melalui jalur laut dari Pelabuhan Manado ke Pelabuhan Lirung atau Melonguane

dengan kapal reguler dan kapal angkut lainnya yang berangkat dengan frekuensi

pelayaran seminggu sekali dengan lama perjalanan 24 jam.

Perjalanan dari Pelabuhan Bitung ke Pelabuhan Lirung dapat

menggunakan kapal milik PT Pelni dengan melewati kota-kota besar seperti

Surabaya, Flores dan Buton. Fasilitas kapal ini sangat memadai seperti air bersih,

47Bachtiar Gafa, 1993,Penurunan hasil tangkapan ikan tuna dan cakalang di perairan Sulawesi

Utara dan factor-faktor yang mempengaruhi,Balai Penelitian Perikanan Laut, Jakarta, hal 48.

38

tempat tidur, kantin dan lain-lain. Dengan lama perjalanan 10 jam, karenanya

penumpang perlu membawa perbekalan yang cukup. Selama singgah di Lirung

ataupun Melonguane tersedia penginapan sederhana dan fasilitas terbatas.

Alternatif lainnya dengan pesawat dari Bandara Sam Ratulangi menuju

Melonguane (Talaud), dilanjutkan dengan menyewa perahu nelayan menuju Pulau

Miangas.

Walaupun pulau terluar, alam Miangas masih asri dan indah sebagai

potensi wisata yang bias dikembangkan. Pada beberapa tempat terdapat rawa-

rawa yang banyak ditumbuhi sejenis tanaman talas ataubentul (laluga) dan sagu.

Sebelum mengenal beras, tanaman alami ini menjadi makanan asli penduduk

Miangas. Laluga juga menjadi cadangan pangan saat kapal laut tidak dapat

mencapai Miangas karena cuaca buruk (September – Januari). Penduduk Miangas

juga mengonsumsi sagu tanah yang banyak tumbuh alami.

Kondisi alam Miangas pada sisi sebelah barat pada umunya berupa dataran

rendah dengan gundukan batu karang/kapur di beberapa tempat serta goa. Pada

daerah ini didominasi oleh tanaman kelapa sedangkan pada sisi sebelah timur

berupa dataran tinggi dan bukit dengan ketinggian antara 30 – 200 m dpl. Pada

sisi ini bagian pantainya langsung berhubungan dengan lereng bukit sehingga

keadaan pantainya pada umumnya berupa pantai berbatu karang. Bentuk Pulau

Miangas hamper bulat dan agak lonjong pada utara dan selatan.

Pos penjagaan di perbatasan tersebar di beberapa tempat baik Indonesia

maupun Philipina, gambarannya adalah sebagai berikut:

39

1. Indonesian Liaison Officer (ILO) merupakan pos TNI yang berada di lokasi

wilayah Philipina Selatan seperti di Batugandung dan Davao yang diawaki

oleh prajurit TNI berpangkat letnan kolonel sedangkan di Tibanban dan

Bungau diawaki oleh prajurit TNI berpangkat bintara.

2. Philippines Liaison Officer (PLO) merupakan pos AFP di wilayah Indonesia

seperti di Manado yang diawaki oleh prajurit AFP berpangkat letnan kolonel

sedangkan di Tarakan, Miangas dan Marore diawaki oleh prajurit AFP

berpangkat bintara.

Gambar 3.2 Peta Wilayah dan Propinsi Davao

Sumber: Konsulat Filipina di Manado, 2014.

Davao merupakan salah satu dari wilayah Filipina, Davao yang dalam

Bahasa Tagalog dikenal dengan nama Lungsod ng Dabaw merupakan kota

terbesar dan ibu kota utama di Pulau Mindanao. Kota ini merupakan pusat

40

regional Region Davao (Region XI). Kota ini memiliki luas wilayah 2.444 km²

dengan memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.464.301 jiwa (2010) atau 325.400

rumah tangga dengan memiliki angka kepadatan penduduk sebanyak 599

jiwa/km², kota ini didirikan pada tahun 1848. Secara administratif,Davao City

terdiri dari 182 barangay atau desa. Di kota ini terdapat Konsulat Jenderal

Republik Indonesia yang mana turut serta dalam mengatasi permasalahan WNI di

Filipina.

Salah satu daerah perbatasan antara Indonesia dan Filipina adalah Filipina

Selatan. Wilayah Filipina Selatan adalah sebagai wilayah akreditasi Konsulat

Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Davao City yang terdiri dari Pulau Mindanao,

Kepulauan Sulu dan Kepulauan Tawi-Tawi dengan luas daratan ± 102.043 km

atau 34% dari seluruh luas daratan Filipina.

Daerah perbatasan akreditasi KJRI Davao City adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Filipina Tengah (Visayas),

2. Sebelah Timur dibatasi oleh Samudera Pasifik sampai ke Kepulauan

Palau,

3. Sebelah Selatan dibatasi oleh Laut Sulawesi dan Kepulauan Miangas dan

Marore Indonesia, sedangkan,

4. Sebelah Barat dengan Laut Cina Selatan, Kepulauan Sulu dan Tawi-Tawi

yang mana merupakan kepulauan yang memanjang dari semenanjung

Zambonga, di Mindanao Barat ke arah Sabah, Malaysia dan Kalimantan

Timur, Indonesia.

41

B. Potensi Miangas dan Davao

Di perairan Pulau Miangas banyak ditemukan berbagai jenis ikan laut,

seperti ikan layar, cakalang, ikan kulit pasir, lobster, teripang, dan ikan laut dalam.

Selain itu juga ada ketang kenari (sejenis kepiting) yang secara ekonomi lebih

mahal dibandingkan lobster.

Pulau Miangas sebagai bagian dari NKRI dan sebagai salah satu pulau

terluar memegang peranan yang penting dalam menjaga keutuhan NKRI. Disebut

penting karena pulau ini menjadi dasar penentuan batas wilayah Indonesia

terhadap Filipina. Oleh karenanya pertahanan, keamanan, kesejahteraan

masyarakat dan pembangunan infrastrukturnya sangat perlu diperhatikan dan

ditingkatkan untuk mengejar keterisolasian dan keterbelakangan dengan daerah

lainnya.

Saat ini berbagai sarana pemerintahan telah ada di pulau ini seperti kantor

kecamatan, pos lintas batas, kantor apitalao, pos angkatan laut, pos angkatan

darat, pos polisis, koramil, imigrasi, bea cukai, puskesmas, distrik navigasi PLN,

SMA, SMP, SD, dermaga maupun jalan beton sepanjang 3 km.

Berbagai potensi dimiliki Pulau Miangas seperti perikan tangkap, karena

daerah ini di kelilingi oleh laut yang memiliki sumberdaya kelautan dan perikanan

yang sangat potensial serta pengembangan wisata bahari karena kondisi alamnya

yang indah.

Filipina ternyata memiliki keunggulan dalam pengembangan teknologi,

terutama di bidang teknologi informasi. Filipina sebenarnya sudah sejak dekade

1990an memiliki reputasi yang cukup baik di bidang teknologi informasi untuk

42

level internasional. Keunggulan tersebut mendorong didirikannya kawasan di

Davao City sebagai pusat pengembangan teknologi informasi di awal dekade

2000an. Terdapat sebanyak 11 perguruan tinggi yang terdiri atas 6 universitas dan

5 kolese yang dilibatkan. Mirip dengan Silicon Valley di Amerika Serikat, tetapi

Silicon Gulf di Davao City lebih difokuskan pada teknologi informasi.

Di kawasan Asia Tenggara bisa dikatatakan hanya Filipina yang memiliki

pusat pengembangan teknologi terpadu yang disebut Silicon Gulf. Malaysia dan

Thailand belum memiliki pemusatan pengembangan teknologi, seperti di Davao

City, sekalipun mereka telah menghasilkan cukup banyak produk teknologi

dengan orientasi ekspor.

Kota Davao merupakah sebuah kota yang pembangunan ekonominya

berfokus kepada keunggulan lokal seperti pada bidang-bidang pertanian, industri

perikanan, manajemen, perancangan kegiatan sampai pada kemampuan sumber

daya manusia. Sebagai contoh Davao lebih fokus dalam mengembangkan

komoditi unggulannya, terutama untuk ekspor. Seperti halnya pisang, durian dan

komoditi pertanian atau buah lainnya.

Selain itu keunggulan sumber daya manusia terhadap penguasaan bahasa

Inggris sebagai bahasa internasional atau bahasa Mandarin dihubungkan dengan

Cina sebagai penguasa perekonomian dunia saat ini.

C. Potensi Konflik / Masalah

1. Kelompok Pendatang.

Menurut sensus Filipina padatahun 2000, terdapat 43.871 WNI di

Filipina yang merupakan kelompokpendatang dari negara asing terbesar di

43

Filipina. Beberapa WNI datang keMindanao pada awal 1970, menetap dan

menikah dengan wanita lokal. Tetapipada awal 1980 status WNI mulai

menjadi ilegal, mereka diantaranya adalahnelayan dan pedagang kecil-

kecilan.

Para pendatang ini tetap mempertahankanidentitas mereka,

sehingga pemerintah Filipina pada awal 1999 mencobamembantu

menyelesaikan masalah ini. Pada tahun berikutnya atau pada tahun2000,

WNI yang ada di Mindanao Selatan terhitung berjumlah 7.200

orangtinggal atau menetap sebagai WNI ilegal. Dimana ditemukan hasil

beberapaingin melakukan naturalisasi menjadi warga negara Filipina tetapi

terdapat 30% - 35% yang berharap dapat dipulangkan ke Indonesia atau

menjadi WNI yanglegal.48

Pada tahun 2004 jumlah WNI yang berasal dari Sangir danTalaud

yang ada di Mindanao Selatan ini berkisar 7.946 orang.Para WNI ini

tersebar wilayah pantai danpulau, tetapi dari jumlah tersebut tidak

seluruhnya masih asli Sangir danTalaud, sebagian adalah keturunan

campuran sebagai hasil perkawinan denganwarga negara Filipina, baik

laki-laki maupun perempuan.

Keberadaanmasyarakat Indonesia asal Sangir dan Talaud di

Mindanao, Filipina Selatantelah berlangsung lama sebelum Perang Dunia

II sehingga diperkirakan saatini sudah generasi ketiga.Dari total jumlah

masyarakat Indonesia yangberdarah Sangir dan Talaud, menurut tempat

48 Konsulat Jenderal Republik Indonesia Davao City Filipina, 2006, Menyibak Tabir WNI II, Hal. 2.

44

kelahiran didapatkan data bahwa897 orang lahir di Indonesia, sedangkan

yang 7.049 lahir di Filipina.49

Kegiatan lintas batas di wilayah Border Crossing Area (BCA) pada

Border Crossing Station (BCS)-RI Tibanban ke Miangas maupun

sebaliknya masih sangat kecil, namun disinyalir banyak penyeberangan

yang dibantu oleh oknum tertentu tanpa menggunakan dokumen.

Informasi ini diperoleh dari penghubung Warga Negara Indonesia (WNI)

yaitu Ibu Liliana Bawole dan beberapa masyarakat Indonesia yang

berdomisili di Tibanban.

Penghubung WNI sangat diperlukan oleh petugas BCS RI karena

berfungsi sebagai jembatan antara petugas BCS RI dengan sebaran

masyarakat keturunan WNI yang berada di wilayahnya. Selain itu, dari

penghubung WNI ini juga dapat diketahui secara detail situasi, kondisi

sebaran WNI dan kerawanan lainnya termasuk kelompok garis keras di

wilayah Governor Generoso dan sekitarnya.

Isu mengenai ribuan warga Sulawesi Utara (Sulut) yang tinggal

secara ilegal di wilayah Filipina Selatan kembali mengemuka pada Tahun

2014. Status kewarganegaraan mereka tidak jelas. Data dari Konsulat

Jenderal RI di Davao menyebutkan bahwa sebanyak 5.300 warga Talaud

dan Sangihe, Sulut, selama bertahun-tahun telah tinggal secara ilegal di

Davao City dan General Santos City, wilayah Pulau Mindanao, Filipina

Selatan.

49ibid, hal. 34.

45

Konsulat Jenderal RI di Davao saat ini sedang melakukan

sosialisasi berkaitan dengan kewarganegaraan, karena terhitung Januari

2015 mereka harus menentukan sikap, menjadi warga negara Indonesia

atau Filipina. Warga yang status kewarganegaraan belum jelas umunya

berasal dari Kabupaten Kepulauan Talaud dan Sangihe. Mereka telah

mendiami Pulau Mindanao sejak puluhan tahun silam, bahkan ada yang

mengaku lahir di Mindanao, Filipina Selatan.

Selama ini warga yang status kewarga negaraan belum jelas itu

bekerja sebagai buruh, tani, dan nelayan. Pemerintah Filipinatidak akan

bertindak semena-mena melakukan deportasi, sebab ada kesepakatan

warga yang status kewarganegaraan belum jelas diberikan kesempatan

untuk menentukan sikap memilih menjadi warga negara Indonesia atau

Filipina. Diharapkan pada 2015 setelah tahap sosialisasi selesai, sudah ada

kejelasan tentang status kewarganeraan 5.300 warga tersebut.

2. Pelintas Batas

Pos lintas batas Indonesia berlokasi di Miangas (untuk kepulauan

Talaud), Marore (untuk kepulauan Sangihe) dan Tarakan (untuk kepulauan

Nunukan), sementara pos lintas batas Filipina berlokasi di Batuganding

pulau Balut merupakan reciprocal Marore, Bungao merupakan reciprocal

Tarakan dan Tibanban merupakan reciprocal Miangas. Hal ini sesuai

dengan kesepakatan Border Crossing Agreement, kedua negara

mendirikan reciprocal building dimana Indonesia memiliki 3 (tiga) pos

perbatasan di Filipina, yaitu di Bongao, Tawi-Tawi; Batu Ganding, Pulau

46

Balut; dan Tibanban. Sedangkan Filipina memiliki 3 (tiga) pos perbatasan

di Indonesia, yaitu di Tarakan, Marore dan Miangas.

Mobilitas penduduk di perbatasan Indonesia dan Filipina sudah

berlangsung sejak lama, berbagai faktor yang menyebabkan mereka

melakukan lintas batas seperti faktor berikut ini:50

a. Faktor Kekerabatan.

Alasan menjenguk keluarga yang tinggal/menetap di wilayah

Philipina Selatan (Balut, Sarangani, General Santos sampai Davao)

banyak diungkapkan oleh WNI yang tinggal di sekitar Miangas.

Meskipun secara admnistratif ada batas negara, umumnya penduduk

yang tinggal di wilayah perbatasan mempunyai hubungan kekerabatan

seperti penduduk Sangir yang mendiami perbatasan Indonesia –

Filipina di kepulauan Sangihe Talaud mempunyai ikatan kekerabatan

dengan penduduk di wilayah Filipina Selatan.

b. Faktor Jarak.

Jarak yang relatif dekat dari Miangas ke General Santos dibandingkan

harus ke Tahuna dan Manado adalah salah satu penyebab warga

perbatasan melakukan lintas batas. Selain jarak berbagai kemudahan

juga bisa di dapatkan di kota General Santos seperti rumah sakit, pusar

perbelanjaan serta harga yang relatif lebih murah.

c. Faktor Ekonomi.

50

Aswatini Raharto, 1995, Migrasi kembalo orang Sangir-Talaud dari pulau-pulau di wilayah

Philipina, PPT-LIPI, Jakarta, hal 85.

47

Warga dari Miangas dan pulau terdekat lainnya seperti Marore

membawa ikan atau sirip ikan hiu untuk dijual ke General Santos

maupun ditampung oleh para pemodal dari Philipina. Saat kembali

dari Filipina mereka (pelintas batas dari Indonesia) membawa

minuman ringan atau alat-alat elektronik untuk dijual kembali di

wilayah Marore dan sekitarnya.

3. Ancaman Teroris

Di daerah Balut Saranggani terdapat kelompok bersenjata, yaitu

Moro National Liberal Front (MNLF) dan Moro Islamic Liberal Front

(MILF). MNLF berdiam di daerah pegunungan di dusun Kawayan dan

Kepinggan Barangbay yang berjumlah sekitar 100 orang, sementara MILF

berbasis di wilayah Barangay Balibo dengan jumlah personil sekitar 500

orang.

Informasi dari Polda Sulawesi Utara pada masa kerusuhan di

Maluku dan juga rangkaian aksi bom di Bali dan Jakarta, diketahui

sejumlah orang yang diduga teroris kerap melintas di Filipina Selatan dari

Balut, Sarangani, General Santos, dan transit di sekitar Talaud seperti di

Pulau Miangas maupun Marore sebelum melanjutkan perjalanan ke

Maluku Utara dan Maluku. Jarak itu membentang sekitar 550 kilometer

atau setara Jakarta-Semarang di Pulau Jawa.Ada sejumlah orang yang

dicurigai yang kemudian menghilang dari Sangihe dan Talaud

pascarangkaian aksi teroris di Jawa dan Bali.

48

Aktifnya kegiatan lintas batas yang melalui Batuganding membuat

Pemerintah Filipina melakukan penambahan berkas kelengkapan yang

harus disiapkan oleh para pelintas batas dengan diadakannya security

clearance. Hal ini dilakukan karena kekhawatiran adanya penyimpangan

atau pemanfaatan kemudahan melintas bagi orang-orang yang memiliki

kepentingan family visit.

4. Illegal Fishing

Mengingat luasnya perbatasan wilayah laut antara Indonesia dan

Filipina serta berlimpahnya kekayaan laut di wilayah tersebut

menyebabkan sangat dimungkinkannya masuknya kapal asing di perairan

Indonesia untuk melakukan aktivitas illegal dalam mengambil hasil laut

Indonesia.

Beberapa pemilik kapal ikan / pump boat seperti Mr. Maymaygo

(KM Christa, KM Christa 02, dan KM Christa 03), Mr. Bibot Villaceram

(KM Grasio-01, KM Grasio-02, KM Grasio-05) dan Christin (KM.

Karisma Jaya) memberi penjelasan bahwa ketatnya aturan tentang

perikanan di Indonesia maka mereka masuk ke wilayah perairan Indonesia

lewat jalur illegal untuk mencuri ikan dan selanjutnya ikan hasil

tangkapannya dijual kepada General Santos (Gensan) di Filipina.51

Komandan Lantamal VIII TNI AL Laksma Sugiharto menjelaskan,

kapal-kapal di sekitar perbatasan Indonesia dan Filipina masih ada

pelanggaran-pelanggaran, mulai dari kapal kecil atau nelayan tradasional

51 Buku panduan delegasi RI, 2011.sidang tingkat ketua RI – RPBC XXX TA 2011 di Manado.

49

sampai kapal besar.52 Kapal-kapal kecil ini mendapat dukungan dari kapal

besar yang menjadi induknya. Setiap tahun Indonesia menderita kerugian

sekitar Rp. 300 triliun akibat kasus pencurian oleh kapal asing. Jumlah itu

sangat jauh dari pendapatan negara yang masuk dari sektor kelautan yang

hanya Rp300 miliar per tahun.Hitungan kerugian negara akibat illegal

fishing yang mencapai Rp300 triliun itu agaknya bukan sekedar isapan

jempol, sebab menurut laporan tidak kurang dari 5.400 kapal asing

beroperasi mencuri ikan di perairan laut Indoensia.

5. Penyelundupan

Ketatnya pengawasan terhadap masuknya narkoba melalui pintu

udara menyebabkan penyelundup banyak mengalihkan jalur distribusinya

melalui laut dengan menyamar sebagai kapal nelayan maupun kapal

dagang. Walaupun patroli laut dilakukan, namun tidak semua semua

wilayah laut dapat diawasi dengan baik karena kapal patrol yang terbatas.

Hal ini yang menyebabkan penyelundupan lewat laut memungkinkan

untuk dilakukan.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)

Ansyaad Mbai mengungkapkan, maraknya aksi teror di Indonesia

disebabkan daerah perbatasan Indonesia dengan negara tetangga, terutama

Filipina, tidak dijaga secara ketat. Longgarnya penjagaan daerah

perbatasan memudahkan para pemasok senjata dari daerah basis kelompok

Abu Sayyaf di Filipana untuk kegiatan teror di Indonesia tetap merajalela. 52

Hasil wawancara dengan Komandan Lantamal VIII TNI AL Laksmana Sugiharto,Manado, 7

Januari 2015.

50

Pasokan senjata untuk para teroris itu lewat perbatasan Indonesia. Tim

Gegana berhasil mengamankan sejumlah barang bukti yaitu tiga granat

nanas, manggis, dan asap, satu senjata api berjenis bareta dengan 17 butir

peluru, 2 senjata enggran jenis serbu dalam bentuk masih rangkaian, satu

alat peredam senjata, 50 butir peluru kaliber 9,9 mm, 30 butir peluru 2,2

mm buatan Pindad, dan 5 buah baterai 9 volt.Selain itu juga ditemukan 1

laptop, 1 telepon genggam, 6 switching dalam rangkaian, 6 buah paralon

1/4 inch sudah terisi peledak, bahan peledak jenis serbuk potassium, HP

ledak, detonator elektrik, kabel serabut tunggal, dan surat wasiat.

Kemiripan dengan kelompok Solo adalah adanya senjata api berjenis

Bareta.

6. Penetapan Batas Wilayah

Indonesia dan Filipina saling berbatasan laut, di sekitar perbatasan

ini terdapat beberapa pulau kecil milik Indonesia. Salah satu pulau tersebut

adalah Pulau Miangas. Berdasarkan argument masing-masing negara,

maka keberadaan pulau ini diakui sebagai milik dari masing-masing

negara.

Indonesia berpegang pada wawasan nusantara (the archipelagic

principles) sesuai dengan ketentuan Konvensi PBB tentang hukum laut

(UNCLOS 1982) sedangkan Filipina berpegang pada treaty of paris 1898.

D. Bentuk-Bentuk Kerjasama Militer TNI-AFP

51

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

dari 17.504 pulau (termasuk 9.634 pulau yang belum diberi nama dan 6.000

pulau yang tidak berpenghuni). Luas daerah perairan seluas 93 ribu km2 dan

panjang pantai sekitar 81 ribu km2 atau hampir 25% panjang pantai di dunia.53

Wilayah laut Indonesia sebelah utara berbatasan langsung dengan laut

lima negara, yaitu Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam dan Filipina.

Sebelah barat wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia berbatasan

langsung dengan samudera hindia dan perairan negara india. Wilayah timur

indonesia berbatasan langsung dengan daratan Papua New Guinea dan

perairan Samudera Pasifik. Indonesia sebelah selatan berbatasan langsung

dengan wilayah darat Timor Leste, perairan Australia dan Samudera Hindia.

Pulau-pulau Indonesia yang berbatasan dengan Filipina adalah Pulau

Bangkit, Batu Bawaikang, Dolangan, Intata, Kawalusu, Kawio, Makalehi,

Manterawu, Marampit, Marore, Salando, Kakarutan dan Miangas. Keberadaan

pulau-pulau ini sangat strategis karena menjadi dasar penetapan batas wilayah

Indonesia.

Salah satu wilayah yang menjadi fokus dari Indonesia adalah wilayah

Miangas. Wilayah ini menjadi fokus dikarenakan berbatasan langsung dengan

Filipina. Wilayah perbatasan merupakan wilayah yang dianggap cukup rawan

dan kemungkinan akan mengganggu kedaulatan dan keamanan

Indonesia.Morgenthau memandang kepentingan nasional merupakan

kemampuan minimum negara-negara untuk melindungi dan mempertahankan

53 Direktorat Wilayah Pertahanan, 2014,Pengelolaan Perbatasan Laut dan PPKT Ditinjau dari

Aspek Hankam, Ditjen Strahan Kemhan, hal 5.

52

identitas fisik, politik, dan kultur dari gangguan negara lain. Pendapat

Morgenthau ini selaras dengan kebijakan yang dikeluarkan Indonesia yang

fokus untuk menjaga wilayah perbatasan sesuai dengan kata Morgenthau

tentang “melindungi dan mempertahankan identitas fisik”.

Melindungi dan mempertahankan identitas fisik merupakan kewajiban

bagi negara berdaulat seperti Indonesia. Ada berbagai macam ancaman yang

dapat terjadi di wilayah perbatasan antara lain terorisme, illegal fishing,

people smuggling, dan perdagangan narkoba. Ancaman-ancaman ini menjadi

perhatian dari Indonesia dan Filipina.

Hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Dirjen Strategi

Pertahanan Kementerian Pertahanan Mayjen TNI Yoedhi Swastanto

menyatakan bahwa kerjasama militer yang dilaksanakan oleh pihak TNI

dengan negara manapun dimaksudkan untuk melindungi dan mempertahankan

kedaulatan NKRI, Yoedhi Swastanto juga menyatakan bahwa pihak Indonesia

mengusulkan diadakannya kerjasama militer dengan pihak Filipina guna

meningkatkan penjagaan keamanan di garis perbatasan Indonesia dan Filipina

dimana pada saat itu pihak Filipina mengklaim bahwa kepulauan Miangas

merupakan bagian dari Filipina oleh sebab itu pihak Indonesia mengadakan

kerjasama militer yang dilaksanakan oleh Pihak TNI dengan melindungi

wilayah NKRI dan menunjukkan eksistensi di kawasan serta mengawasi

perbatasan kedua negara.54

54 Wawancara dengan Direktorat jenderal Strategi pertahanan Kementerian pertahanan Mayjen

TNI Yoedhi Swastanto di Kementerin pertahanan, Medan Merdeka Barat, Jakarta, 27 Januari 2015.

53

Kepentingan Indonesia untuk melindungi wilayah NKRI dan

menunjukkan eksistensi dikawasan serta mengawasi perbatasan kedua negara

disambut baik oleh Pemerintah Filipina yang melihat wilayah perbatasan

sebagai hal yang penting juga. Kesamaan kepentingan ini yang membuat

Indonesia dan Filipina melakukan hubungan lebih intens terkait wilayah

perbatasan. Hal ini sesuai dengan konsep hubungan bilateral yang

menekankan bahwa kepentingan mendasari kesepakatan antar kedua negara

untuk berinteraksi dalam suatu bidang tertentu dengan cara dan tujuan yang

telah disepakati bersama. Maka dari itu Indonesia menjalin hubungan

kerjasama dengan Filipina di bidang pertahanan khususnya di garis perbatasan

kedua negara.

Kerjasama militer Filipina Indonesia dikenal dengan sebutan The

Philippines Indonesia Military Cooperation (Philindo MC), kerjasama ini

diawali pada tahun 1975 dalam bentuk Border Crossing Agreement. Hal ini

sesuai dengan Surat Keputusan Menhankam dan Pangab Nomor:

SKEP/1055/IX/1975 tanggal 29 September 1975.

Pada tanggal 27 Agustus 1997 menjadi Agreement between

Government of Republic of Indonesia and the Government of Republic of

Philippines on the activity of field Defence and Security.

Hasil rapat Steering Committee dan Vice Chairman BCA antara pihak

RI-RPBC pada tanggal 8-11 November 2010 di Davao Filipina, sebagai

berikut:

1. Usulan Republic Indonesia Boreder Crossing (RIBC):

54

a. Perluasan daerah operasi dan patroli perbatasan terkoordinasi (patkor)

Philindo (Sub komisi A).

b. Implementasi pelaksanaan operasi SAR dari latihan bersama pada saat

patkor Philindo (Sub komisi A).

c. Meningkatkan pertukaran informasi intelijen (Sub komisi B).

d. Melaksanakan pengawasan intensif para pelintas batas dan anak buah

kapal/ABK (Sub komisi B).

e. Permintaan salinan kartu pelintas batas Filipina dan biaya standar

(Sub komisi B).

2. Usulan Republic Filipina Border Crossing (RPBC):

a. Implementasi patroli udara yang terkoordinasi selama pelaksanan

patkor.

b. Permintaan salinan kartu pelintas batas Indonesia, kartu ABK dan

biaya standar bagi pelintas batas.

c. Meningkatkan pertukaran informasi intelijen.

d. Peraturan atas kepabeanan dan biaya bagi pelintas batas.

3. Kesepakatan RI-RPBC:

a. Peninjauan ulang daerah operasi patkor sesuai yang telah diatur dalam

perjanjian patrol perbatasan Philindo dan juga melihat serta

mempelajari kemungkinan untuk memperluas daerah operasi patrol

dalam menghadapi tantangan/ancaman potensial sepanjang perbatasan

maritim ke dua negara.

b. Pelaksanaan latihan SAR pada saat patkor.

55

c. Pelaksanaan patroli udara terkoordinasi pada saat pelaksanaan patkor,

sebagaimana konsep operasi patkor perbatasan pada Border Crossing

Area (BCA) yang telah disetujui pada pertemuan tanggal 31 Januari

1983 dalam rangka mencoba, mengevaluasi dan merevisi prosedur

operasional bagi kedua negara bila diperlukan.

d. Mengusulkan topik peningkatan petukaran intelijen sebagai agenda

bersama.

e. Menyebarluaskan informasi dan peraturan kepada petugas pos lintas

batas dalam upaya pengawasan intensif terhadap pelintas batas dan

ABK.

f. Filipina akan menyediakan kartu pelintas batas dan biaya standar bagi

pelintas batas Filipina dalam suatu penetapan.

g. Indonesia akan menyerahkan salinan kartu pelintas batas (jenis paspor

warna hijau), kartu ABK dan biaya standar bagi pelintas batas

Indonesia.

h. Kedua pihak sepakat untuk menduskusikan lebih lanjut tentang joint

area intelegence meeting (JAIM) sebagai upaya untuk meningkatkan

pertukaran informasi intelijen.

i. Pihak Filipina sepakat menyerahkan salinan contoh kartu deklarasi

kepabeanan yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia

kepada pihak Indonesia.

j. Kedua pihak sepakat saling tukar informasi terkait biaya keluar masuk

barang dan bawaan bagi pelintas batas.

56

Implementasi kerjasama militer dari MoU bidang pertahanan ke dua

negara dalam rangka meningkatkan kerjasama militer, maka pada tanggal 10

Desember 2012 di Davao Filipina telah ditandatangani The Joint

Understanding between the Indonesian National Defense Forces (TNI) and

the Armed Forces of the Philippines (AFP) on the Philippines-Indonesia

Military Cooperation (Philindo MC) oleh Panglima TNI Jend. Moeldoko

danGeneral Emanuel Trinidad Bautista kepala Angkatan Bersenjata kedua

Negara.

Adapun tujuan kerja sama militer Indonesia - Filipina adalah pihak TNI

dan AFP mendiskusikan, mengevaluasi, merekomendasikan dan melaksanakan

kerja sama di antara kedua angkatan bersenjata sebagai perwujudan dari

Agreement Between the Government of RP and RI on Cooperative Activities in

the Field of Defense and Security. Selain itu juga mencakup kegiatan-kegiatan

dan interaksi kedua negara yang membangun kapasitas, memelihara, mencegah

konflik serta meningkatkan kemakmuran masyarakat yang tinggal di

perbatasan kedua Negara.

Beberapa pelaksanaan kegiatan kerjasama militer TNI – AFP:55

1. Melaksanakan patroli bersama baik terjadwal maupun tidak dan upaya

memaksimalkan terhadap petugas perbatasan untuk menjadi contact person

bila ada operasi penangkapan.

55 Samiyono, op. cit, hal 68.

57

2. Mengikut sertakan taruna Akademi Maritim Bitung Sulawesi Utara untuk

praktek kerja lapangan selama 2 bulan di Akademi Maritim Davao City

dengan biaya pemerintah daerah Davao City.

3. Kerjasama menanggulangi perompakan meliputi patroli pantai, pertukaran

intelijen dan pertukaran siswa SESKO.

Hasil rapat Philindo MC pada tanggal 4-7 Februari 2014 yang

dilaksanakan di Davao Filipina, sebagai berikut:

1. Usulan Indonesia

a. Tersedianya pedoman yang berhubungan dengan jenis dan ukuran kapal

serta peralatan keamanan yang wajib dibawa di atas kapal pada saat

melintasi perbatasan.

b. Perluasan wilayah operasi patkor ke sekitar Border Crossing Station

(BCS) Tarakan dan Bongao dekat kepulauan Sulu.

c. Perubahan konsep operasi patroli bersama yaitu dengan diawali

pembentukan kelompok kerja teknis, baik dari pihak Indonesia maupun

Filipina dilanjutkan pertemuan pra-perencanaan yang disesuaikan

dengan jadwal pertemuan wakil ketua dan ketua.

d. Penyelarasan pos pelintas batas dan operasi pelayanan pelintas batas

antara Republik Indonesia dan Republik Philipina serta mengkaji ulang

aturan pelaksanaan dan peraturan perbatasan yang telah ada.

e. Penempatan personil bea cukai di pos perbatasan dan pelintas batas

untuk membatasi masuknya minuman keras melewati perbatasan.

2. Usulan Filipina

58

a. Terjaminnya jalur navigasi dan mengizinkan kapal ikan berbendera

Philipina untuk melintas, berlayar melalui laut ZEE Indonesia saat menuju

daerah tangkapan di laut Tinggi Padakantung 1 (laut bebas) untuk

menghemat waktu dan pengeluaran.

3. Kesepakatan kedua pihak

Mengesahkan penyusunan standard operating procedure (SOP) yang

berhubungan dengan jenis dan ukuran kapal serta peralatan keamanan yang

wajib dibawa di atas kapal pada saat melintasi perbatasan.

Berikut ini adalah beberapa hasil pelasanaan kerjasama antara TNI

dan AFP sampai tahun 2014:56

1. Area / daerah operasi patroli bersama yang semula sebatas wilayah laut

Sulawesi diperluas hingga di sekitar pulau Sulu.

2. Kedua pihak telah menggunakan sarana pesawat udara dalam patrol udara

dan mekanismenya diatur dalam SOP patkor Philindo.

3. Aksi pertukaran informasi/komunikasi menggunakan e-mail resmi yang

telah disepakati bersama sehingga seluruh aktifitas dapat tercatat dengan

baik.

4. Pelaksanaan kegiatan Tim Searh and Rescue (SAR) Indonesia-Filipina di

wilayah perbatasan berkoordinasi dan berkomunikasi dengan Basarnas.

5. Memperluas kegiatan latihan selama Corpat Philindo dengan memasukkan

bantuan kemanusiaan dan bantuan bencana pada scenario search and

rescue.

56Bastomi, 2014,Laporan kemajuan kerjasama militer Indonesia (TNI) dan Philipina (AFP) pada

tahun 2014, Jakarta, hal 59.

Sidang pertama

2014 di Jakarta. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Pan

Moeldoko dan delegasi

hal penting yang dibahas dalam sidang itu adalah membahas laporan kemajuan

pada badan-badan di bawah Philindo MC yaitu JISC, JOESC dan JTESC.

Gambar 4.1

Kerjasama militer (Philindo MC) di sekitar wilayah perbatasan.

Kerjasama militer yang dilakukan mencakup bidang

1. Joint Intelligence Sub

pertukaran informasi maupun analis intelijen,

2. Joint Operations and Exercises Sub Committee (JOESC), merupakan forum

kerja sama operasi dan latihan seperti aktifitas patrol perbatasan, dan

3. Joint Training and Education Sub

kerja sama untuk aspek pelatihan dan pendidikan.

pertama Philindo MC dilaksanakan pada tanggal 23

2014 di Jakarta. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Panglima TNI Jenderal TNI

Moeldoko dan delegasi Filipina oleh General Emanuel Trinidad Bautista. Hal

hal penting yang dibahas dalam sidang itu adalah membahas laporan kemajuan

badan di bawah Philindo MC yaitu JISC, JOESC dan JTESC.

Gambar 4.1 Struktur Philindo MC

erjasama militer (Philindo MC) di sekitar wilayah perbatasan.

Kerjasama militer yang dilakukan mencakup bidang-bidang sebagai berikut:

Joint Intelligence Sub-committee (JISC), merupakan forum kerja sama untuk

pertukaran informasi maupun analis intelijen,

Joint Operations and Exercises Sub Committee (JOESC), merupakan forum

kerja sama operasi dan latihan seperti aktifitas patrol perbatasan, dan

Joint Training and Education Sub-Committee (JTESC), merupakan forum

kerja sama untuk aspek pelatihan dan pendidikan.

59

Philindo MC dilaksanakan pada tanggal 23-24 April

glima TNI Jenderal TNI

oleh General Emanuel Trinidad Bautista. Hal-

hal penting yang dibahas dalam sidang itu adalah membahas laporan kemajuan

badan di bawah Philindo MC yaitu JISC, JOESC dan JTESC.

erjasama militer (Philindo MC) di sekitar wilayah perbatasan.

bidang sebagai berikut:

merupakan forum kerja sama untuk

Joint Operations and Exercises Sub Committee (JOESC), merupakan forum

kerja sama operasi dan latihan seperti aktifitas patrol perbatasan, dan

Committee (JTESC), merupakan forum

60

Jenis kegiatan dari kerjasama militer sebagaimana tersebut di atas

mencakup beberapa kegiatan seperti rapat, magang, latihan bersama dan patroli

bersama. Kegiatan-kegiatan ini rutin dilaksanakan tiap tahunnya.

Pada dokumen laporan kemajuan bersama JISC Tahun 2014 memuat hal-

hal sebagai berikut:57

1. Kegiatan yang telah dilaksanakan:

a. SINTEL TNI-J2 AFP, kegiatan ini dilaksankan di Manila berupa

pertemuan yang dilaksanakan secara back to back:

(1). Analyst to analyst exchange (ATAX) Sintel TNI-J2 AFP

membahas dua topik, yaitu “ Optimalisasi pertukaran intelijen

antara TNI-AFP guna mencegah berkembangnya terorisme di

wilayah perbatasan Indonesia-Filipina” dan “ Optimalisasi

pengawasan wilayah perbatasan Indonesia-Filipina melalui patrol

terkoordinasi TNI AL-AL AFP”.

(2). Pertemuan JISC ke-3, di mana pada pertemuan ini masing-masing

pihak menyampaikan dan membahas :

a) Delegasi J2 AFP menyampaikan topik “Recent developments

in the west Philippine sea”

b) Delegasi Sintel TNI menyampaikan topik “Dampak krisis

laut China Selatan terhadap rencana pembentukan ASEAN

community tahun 2015”.

57Departemen Pertahanan Republik Indonesia, 2014,Laporan kemajuan bersama Joint Intelligence

Sub Committee (JISC),Hal 69.

61

b. BAIS TNI-ISAFP dilaksanakan di Jakarta, topik yang dibahas adalah:

(1). BAIS TNI membawakan topik “Update on terrorism in Indonesia”

dan “Current deradicalization program in Indonesia”.

(2). ISAFP membawakan topik “Update on the terrorist threat in the

Philippines” dan “Intelligence support to the peace process in

south Philippines”.

2. Hasil yang telah dicapai:

SINTEL TNI-J2 AFP

(1). Pertemuan JISC:

a) Ke dua pihak memahami posisi negara masig-masing dalam

menyikapi permasalahan laut China Selatan/laut Filipina Barat dan

mendorong dikedepankannya upaya damai dalam penyelesaian

sengketa serta mendorong terwujudnya code of conduct guna

mencegah timbulnya konflik bersenjata di Laut China Selatan

sehingga rencana pembentukan ASEAN Community tahun 2015

dapat terwujud.

b) Pihak AFP mengapresiasi peran Indonesia dalam mendorong

terwujudnya perjanjian damai antara GPF-MILF di Filipina Selatan

melalui pengiriman personil TNI dalam International Monitoring

Team (IMT)

c) Kedua pihak sepakat untuk menuntaskan draft TOR yang mengatur

kerja sama di bidang intelijen seperti yang telah disepakati oleh

Panglima Angkatan Bersenjata kedua Negara.

62

(2). Kegiatan ATAX:

(a) Kedua pihak dapat menyetujui untuk meningkatkan pertukaran

informasi intelijen dalam rangka penanggulangan terorisme di

wilayah perbatasan ke dua Negara.

(b) Kedua pihak menyetujui pembentukan point of contact (POC)

sesuai tingkatan di angkatan bersenjata masing-masing J2 AFP

dengan Sintel TNI, Intelligence Service AFP (ISAFP) dengan

BAIS TNI, East Mindanao Command (EMC) dengan Kodam VII

Wirabuana dan Naval Fleet East Mindanao (NFEM) dengan

Lantamal VIII Manado.

(c) Ke dua pihak menyetujui untuk memperluas wilayah operasi

terkoordinasi kea arah barat dan meningkatkan menjadi dua kali

dalam setahun, serta memasukan kegiatan bantuan kemanusiaan

bagi masyarakat wilayah perbatasan dalam patkor tersebut.

3. BAIS TNI-ISAFP

(1). BAIS TNI menyampaikan tentang perkembangan terakhir kelompok

teroris di Indonesia ditinjau dari kepemimpinan, group yang ada dan

beroperasi saat ini, metode rekrutmen, struktur organisasi, strategi

dan taktik serta tantangan yang dihadapi.

(2). ISAFP menyampaikan permasalahan tentang adanta infitrasi teroris

melalui perbatasan dan serangan kelompok separatis di Mindanao.

63

(3). ISAFP juga menyampaikan tentang peran intelijen dalam proses

perdamaian di Filipina Selatan antara Government of the Philippines

(GPH) - Moro Islamic Liberation Front (MILF) yang ditandai

dengan panandatanganan Framework Agreement on the Bangsamoro

(FAB) pada tanggal 15 Oktober 2012 di Manila.

Dari apa yang telah diuraikan di atas terlihat bahwa kerja sama militer

di bidang intelijen menyepakati untuk dibentuknya code of conduct guna

mencegah konflik bersenjata di Laut Cina Selatan dan pengiriman personil TNI

dalam MIT dalam rangka terwujudnya kesepakatan damai antara GMF dan

MILF.

Bentuk kerjasama militer di bidang intelijen sama sekali tidak

mengarah kepada terbentuknya blok kekuatan baru ataupun masuk ke dalam

peraturan yang bersifat bawaan dari masing-masing Negara, melainkan

memposisikan ke dua Negara dalam posisi yang seimbang saling menghargai

kedaulatan masing-masing serta menjaga timbulnya konflik antara ke dua

Negara maupun hadirnya pihak ke tiga yang dapat berpotensi menyebabkan

terjadinya konflik antara Indonesia dan Filipina.

Kerjasama militer bidang intelijen berisi kegiatan-kegiatan yang pada

pokoknya berupa rapat, pertukaran informasi intelijen maupun pertukaran

perwira untuk pendidikan. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang intensitas

penekanannya tergantung dengan kondisi yang dihadapi. Informasi intelijen

perlu dikelola dan dijaga dengan baik.

64

Indonesia masih harus lebih meningkatkan keamanan akses data

intelijennya, kasus penyadapan terhadap Indonesia yang dilakukan oleh

Australia pada tahun 2014 yang lalu merupakan warning bagi Indonesia agar

dapat lebih meningkatkan keamanan data intelijennya. Peningkatan kemanan

data intelijen ini akan labih efektif bila sertai sikap yang tegas terhadap negara

yang melakukan penyadapan tersebut.

Kondisi Indonesia yang sebagian besar penduduknya beragama Islam

menjadi pertimbangan tersendiri bagi Filipina untuk menjadikannya sebagai

fasilitator dalam membantu terwujudnya perdamaian antara pemerintah Filipina

dan MILF. Indonesia senantiasa mendukung upaya Pemerintah Filipina

menciptakan perdamaian dengan masyarakat Moro di Filipina Selatan."

Terkait ini, Pemerintah Indonesia selama hampir 20 tahun telah

berperan sebagai fasilitator proses perdamaian antara Pemerintah Filipina

dengan MNLF. Implementasi dari kesepakatan itu adalah akan dibentuk

kawasan otonomi baru yang diberi nama Bangsamoro. Kawasan otonomi ini

akan meliputi lima provinsi termasuk sebagian wilayah Lanao del Norte dan

Utara Provinsi Cotabato.

Berikut ini adalah hasil-hasil kerjasama militer di bidang intelijen

dalam rangka JISC antara Indonesia dan Filipina:58

1. Tahun 2009:

58Ibid, hal 71.

65

a. Bahwa dengan mengetahui dan mengerti tentang sistem dan organisasi

pertahanan kedua Negara akan sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi

dan koordinasi lingkup kerja sama di masa yang akan datang.

b. Pihak Indonesia mengajukan Term of Refference (TOR) untuk Joint

Defense Security Coopration Committee (JDSCC) dan pihak Filipina

meminta waktu untuk mempelajari dan mengklarifikasi beberapa point

yang dituangkan dalam TOR meliputi komposisi, organisasi, fungsi dan

sasaran. Delegasi Filipina selanjutnya akan memberikan counter draft

terhadap usulan pihak Indonesia.

2. Tahun 2010:

a. Ke dua pihak sepakat untuk meningkatkan hubungan bidang pertahanan

melalui beberapa kegiatan praktis pada tingkat angkatan TNI maupun

antar Kementerian Pertahanan dengan membuka peluang seluas-luasnya

bagi peningkatan profesionalisme prajurit melalui pendidikan dan

pelatihan (intelijen).

b. Kedua pihak sependapat untuk memanfaatkan setiap pertemuan bilateral

maupun regional guna meningkatkan kerjasama antar sesama anggota

ASEAN maupun dalam konteks kerjasama regional untuk memelihara

stabilitas keamanan di kawasan.

c. Kedua sekretariat segera menyelesaikan TOR bagi penyelenggaraan

sidang JDSCC RI-GRP yang diperlukan dan disesuaikan dengan

kebutuhan organisasi dan perkembangan yang cukup pesat antara kedua

66

angkatan bersenjata dengan memasukan badan-badan baru terkait agar

diperoleh struktur kerjasama yang komprehensif.

3. Tahun 2011:

Kerjasama bilateral antara RI-RP dibicarakan dalam forum JDSCC dan

mengangkat isu-isu aktual dan mengakomodasi semua kepentingan kerjasama

di wilayah perbatasan kedua Negara.

4. Tahun 2012:

Kedua Negara telah menanda tangani The Joint Understanding Between The

Indonesia National Forces (TNI) and The Armed Forces of The Philippines

(AFP) oleh panglima angkatan bersenjata kedua negara lingkup bidang

intelijen, patkor perbatasan opslat dan diklat service to service group.

5. Tahun 2013:

Pihak TNI mengundang CoS AFP beserta delegasi AFP ke Jakarta dalam

rangka sidang pertama Philindo MC pada awal tahun 2014 termasuk

mengunjungi berbagai fasilitas di PMPP TNI khususnya dalam rangka

peningkatan kerjasama TNI-AFP di bidang anti terorisme (counter

terrorism) dan bantuan kemanusiaan.

6. Tahun 2014:

a. Mempertimbangkan kemungkinan penjadwalan kegiatan sub komite

selaras dengan penyelenggaraan Philindo MC khususnya yang terkait

dengan implementasi pertukaran informasi dan intelijen antara kedua

Negara.

67

b. Meningkatkan dan mengembangkan lingkup kerja sama bidang intelijen

seperti diskusi intelijen (ATAX), pertukaran intelijen yang bersifat day to

day dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan patroli terkoordinasi

Philindo dan operasi penanganan terorisme serta kunjungan timbal balik

antara komunitas intelijen kedua Negara.

c. Menyusun TOR untuk JISC dan kemudian menyelenggarakan pertemuan

JISC ke-4 secara berkelanjutan (back to back) dengan penyelenggaraan

sidang ke -2 Philindo MC Tahun 2015.

Satu hal yang mencolok adalah penyusunan TOR untuk JISC yang dimulai

sejak tahun 2009 hingga tahun 2014 ternyata belum tuntas, namun demikian

pertukaran informasi intelijen tetap berjalan dengan baik khususnya untuk patroli

terkoordinasi dan penanganan terorisme.

Bagian kedua dari Philindo MC adalah JOESC. Pada dokumen laporan

kemajuan bersama bidang operasi dan latihan (JOESC) di sidang I Philindo MC

Tahun 2014 juga memuat point-point yang ada pada hasil sidang tingkat ketua RI-

PHBC (Repbublic of Indonesia – Philippines Border Committee) XXXII TA 2013

pada tanggal 4-7 Februari 2014, yaitu:59

1. Kegiatan yang telah dilaksanakan:

a. Kegiatan pertemuan/rapat bidang operasi bersama tingkat Mabes TNI-

AFP (military to military) seperti pertemuan Republik Indonesia-

Philippines Border Committee (RI-PHBC) pada 4-7 Februari di Davao.

59Ibid, hal 83.

68

b. Kegiatan pertemuan/rapat bidang latihan bersama yang telah dilaksanakan

oleh tingkat Mabes angkatan (service to service) seperti rapat Indonesia-

Philippines Army working group (Indophil AWG) pada November 2013 di

Manila, Subject Matter Expert Exchange Humanitarian

Assistance/Disaster Relief (SMEE HA/DR) pada April 2014 di Bali dan

Initial Planning Conference Search and Rescue Training Activity (IPC

SARTA/SAREX) pada Januari 2014 di Davao.

c. Patroli terkoordinasi di perairan perbatasan ke dua negara dan latihan

bersama:

(1). Subject Matter Expert Exchange Humanitarian Assistance / Disaster

Relief (SMEE HA/DR) 2013 pada tanggal 1-5 Juli 2013 di Manila

Philipina.

(2). Latma Dolphine Training Activity TA 2013 pada tanggal 16-29

September 2013 di Difif-2 Kostrad Malang Jawa Timur.

(3). Patroli terkoordinasi Philindo XXVII/13.

2. Hasil yang telah dicapai:

a. Perkembangan situasi keamanan di perairan Davao dan Laut Sulawesi

dapat termonitor khususnya oleh ke dua angkatan laut, hal ini

memudahkan antisipasi terjadinya pelanggaran wilayah di Indonesia dan

Filipina.

b. Terjalinnya komunikasi taktis antar unsur dari ke dua belah pihak di

daerah operasi.

69

c. Meningkatnya rasa saling pengertian, persahabatan di antara ke dua

angkatan bersenjata.

d. Meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme prajurit ke dua angkatan

bersenjata.

3. Masalah yang dihadapi:

a. Belum adanya Standard Operting Procedure (SOP) patkor Philindo.

Patkor yang digunakan masih mengunakan SOP masing-masing negara.

Hal ini menjadi kendala pada pelaksanaan di lapangan.

b. Belum ada dokumen kesepakatan yang menjabarkan dan mengatur secara

terinci koordinasi badan-badan di bawah Philindo MC yaitu berupa

kerangka acuan kerjasama atau terms of reference tentang JOESC. Hal ini

menyebabkan koordinasi menjadi tidak optimal.

Berikut ini adalah hasil-hasil kerjasama militer di bidang operasi dan

latihan (JOESC) antara Indonesia dan Filipina tahun 2009 – 2014:60

1. Tahun 2009:

a. Mengkaji secara komprehensif kegiatan dan frekuensi sidang RI-PHBC

agar menjadi lebih fokus pada masalah-masalah lintas batas tradisional

dan kegiatan teknis operasional tentang patrol terkoordinasi Philindo

(Philindo Corpat) di lapangan sesuai dengan kesepakatan yang telah

dibuat dalam forum JOESC.

b. Merevisi SOP tentang Patkor Philindo sebagai pedoman bagi pelaksanaan

tugas di lapangan Angkatan Laut kedua Negara.

60ibid, hal 98.

70

c. Menyusun TOR tentang JOESC dan menyelenggarakan pertemuan

pertama JOESC secara berkelanjutan dengan sidang ke-2 Philindo MC.

2. Tahun 2010:

a. Mengkaji secara komprehensif kegiatan dan frekuensi sidang RI-PHBC

agar menjadi lebih fokus pada masalah-masalah lintas batas tradional dan

kegiatan teknis operasional tentang Philindo Corpat di lapangan sesuai

dengan kesepakatan yang telah dibuat dalam forum JOESC.

b. Menyelesaikan penyusunan TOR tentang JOESC

3. Tahun 2011:

a. Mengkaji secara komprehensif kegiatan dan frekuensi sidang RI-PHBC

agar menjadi lebih fokus pada masalah-masalah patroli di Laut Cina

Selatan, khusus TNI untuk aktif melaksanakan patroli kapal laut di

perairan blok A kepulauan Natuna.

b. Merevisi SOP tentang Patkor Philindo sebagai pedoman bagi pelaksanaan

tugas di lapangan bagi angkatan laut kedua Negara.

4. Tahun 2012:

a. Mengkaji secara komprehensif kegiatan dan frekuensi sidang RI-PHBC

agar menjadi lebih fokus pada masalah-masalah illegal loging dan illegal

fishing.

b. Merevisi SOP tentang Patkor Philindo sebagai pedoman bagi pelaksana

tugas di lapangan angkatan laut kedua Negara dan memedomani SOP

2012

71

c. Meningkatkan latihan di perairan masing-masing untuk mengantisipasi

kegiatan teroris di Indonesia (Poso) dan kegiatan gerilya Abusayaf di

Filipina.

5. Tahun 2013:

a. Mengkaji secara komprehensif kegiatan dan melaksanakan patrol di

wilayah masing-masing selanjutnya memberi laporan ke komando ataasan

masing-masing.

b. Merevisi SOP tentang Patkor Philindo sebagai pedoman bagi pelaksana

tugas.

6. Tahun 2014:

a. Mengkaji secara komprehensif kegiatan dan frekuensi sidang RI-PHBC

agar menjadi lebih fokus pada masalah-masalah lintas batas tardisional

dan kegiatan teknis operasional tantang patrol terkoordinasi Philindo

Corpat di lapangan sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat dalam

forum JOESC.

b. Menyusun TOR tentang JOESC.

Kerjasama di bidang operasi dan latihan secara garis besar dilaksanakan

dengan kegiatan rapat/pertemuan, patroli dan operasi bantuan kemanusiaan/sosial.

Kegiatan-kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Kondisi perbatasan

yang berupa lautan membuat kerjasama patroli merupakan hal yang sangat

dibutuhkan.

Keterbatasan kapal maupun personil kedua negara bukan menjadi

penghalang dalam mengamankan daerah perbatasan. Hal ini dapat dilihat dari

72

capaian hasil yang diperoleh dari kerjasama ini sebagaimana yang telah diuraikan

terdahulu.

Pelaksanaan kerjasama di bidang operasi dan latihan masih menggunakan

TOR masing-masing Negara. Kondisi ini sama seperti kerjasama di bidang

intelijen, yaitu penyelesaian TOR yang tak kunjung selesai sejak tahan 2009

hingga 2014, namun kegiatan yang berhubungan dengan operasi dan latihan

berjalan dapat berjalan dengan baik sebagaimana yang disepakati.

Pada bagian ketiga adalah JTESC. Pada dokumen laporan kemajuan

bersama bidang pendidikan joint training and education sub committee (JTESC)

pada sidang ke-1 Philindo MC tahun 2014 memuat garis besar kegiatan yang

dilaksanakan JTESC pada periode Maret 2013 – Maret 2014 sebagai berikut:61

1. Pendidikan:

a. Squadron officer course pada tanggal 21 Januari – 31 Mei 2013.

b. AFP command and general staf course pada tanggal 10 Maret – 17

Desember 2013.

c. Command and general staff course class pada 18 Maret – 17 Desember

2013.

d. The armed forces of the Philippines command and general staff course

class pada tanggal 18 Maret – 16 Desember 2013.

e. Infantry officer advanced course pada tanggal 3 November 2013 – 5 Maret

2014.

f. Basic airborne course pada tanggal 7 Juli – 17 Agustus2013.

61 Ibid, hal 115.

73

2. Program pertukaran personil:

a. Pertukaran personil dari TNI AD ke soldier development centre (SDC)

training and coctrine command (TRADOC) Philippine army pada tanggal

13 – 17 Mei 2013.

b. Pertukaran personil dari AD Philipina ke Kodam III siliwangi pada

tanggal 27 – 31 Mei 2013.

3. Program kunjungan Pa senior:

a. Kunjungan Pangdam V Brawijaya ke 3rd infantry division AD Philipina

pada /tanggal 4 – 7 Juni 2013.

b. Kunjungan commander 3rd infantry division AD Philipina ke Kodam V

Brawijaya pada tanggal 26 – 30 agustus 2013.

Berikut ini adalah hasil-hasil kerjasama militer di bidang training dan

pendidikan (JTESC) antara Indonesia dan Filipina tahun 2009 – 2014:62

1. Tahun 2009:

Memfokuskan kegiatan kerjasama di bidang pendidikan dan pelatihan

khususnya kursus-kursus di bidang teknis persenjataan yang dimiliki kedua

Negara, serta pertukaran para perwira muda sebagai generasi penerus kerja

sama militer.

2. Tahun 2010:

Memfokuskan kegiatan kerjasama di bidang pendidikan dan pelatihan

khususnya kursus-kursus di bidang teknis persenjataan yang dimiliki kedua

Negara, serta pertukaran para perwira muda sebagai generasi penerus kerja

62Ibid, hal 117

74

sama militer ke dua Negara dalam bentuk pendidikan Susiapa dan Seskoad

Angkatan di Indonesia dan Filipina.

3. Tahun 2011:

a. Memfokuskan kegiatan kerja sama di bidang pendidikan dan pelatihan

khususnya pelatihan tingkat bintara dan tamtama di kedua Negara dan

saling mengirimkan tenaga tehnisi yang bersifat pelatih ke daerah latihan

masing-masing.

b. Menyusun TOR tentang JTESC dan menyelenggarakan pertemuan

pertama JTESC secara back to back dengan sidang Philindo MC.

4. Tahun 2012:

a. Memfokuskan kegiatan kerja sama di bidang pendidikan dan pelatihan

khususnya kursus-kursus di bidang teknis persenjataan dan patrol kapal

laut di perairan masing-masing dan memantau perkembangan laut Cina

Selatan yang semakin memanas.

b. Menyusun TOR tentang JTESC.

5. Tahun 2013:

a. Mengevaluasi kegiatan kerja sama di bidang pendidikan dan pelatihan

khususnya kursus-kursus di bidang persenjataan yang dimiliki kedua

Negara serta pertukaran para perwira muda sebagai generasi penerus kerja

sama militer kedua Negara.

75

b. Menyusun TOR tentang JTESC dan menyelenggarakan pertemuan JTESC

secara back to back dengan sidang Philindo MC.

6. Tahun 2014:

a. Memfokuskan legiatan kerja sama di bidang pendidikan dan pelatihan

khususnya kursus-kursus di bidang teknis persenjataan yang dimiliki

kedua Negara serta petukaran para perwira muda.

b. Menyusun TOR tentang JTESC dan menyelenggarakan pertemuan JTESC

secara back to back dengan sidang Philindo MC.

Kerjasama di bidang pelatihan dan pendidikan berupa pendidikan,

pertukaran personil dan kunjungan perwira senior. Kegiatan pendidikan

dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan maupun wawasan personil kedua

negara.

Kerjasama di bidang ini cukup penting, karena cara pandang masing-

masing negara berbeda dalam hal militer. Ketagangan kerap terjadi manakala

masing-masing negara hanya memandang dari sudut pandangnya saja dan tidak

memahami cara pandang Negara lainnya.

76

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Peluang dan Tantangan Kerja sama Militer TNI dan AFP

Kerja sama militer Filipina Indonesia dikenal dengan sebutan The

Philippines Indonesia Military Cooperation (Philindo MC), kerjasama ini diawali

pada tahun 1975 dalam bentuk Border Crossing Agreement. Implementasi

kerjasama militer dari MoU bidang pertahanan ke dua negara dalam rangka

meningkatkan kerjasama militer, maka pada tanggal 10 Desember 2012 di Davao

Filipina telah ditandatangani The Joint Understanding between the Indonesian

National Defense Forces (TNI) and the Armed Forces of the Philippines (AFP)

on the Philippines-Indonesia Military Cooperation (Philindo MC).

Penandatanganan kesepakatan Zona Ekonomi Ekseklusif (ZEE) yang

dilakukan pada 22 Mei 2014 di Manila Filipina merupakan kemajuan baru bagi

Indonesia dan Filipina. Hal ini sangat penting mengingat Indonesia dan Filipina

memiliki perbatasan maritim di perairan sekitar Laut Sulawesi dan Samudera

Pasifik.

Kesepakatan ZEE ini merupakan peluang yang baik terhadap pelaksanaan

kerjasama militer TNI-AFP. Hal-hal yang dicapai akan dapat lebih ditingkatkan

dalam menangkal kejahatan transnasional, penyelundupan, illegal fishing,

pelanggaran perikanan maupun kelautan lainnya.

77

Penanggulangan Pengendalian Pencegahan Peredaran Gelap Narkoba

(P4GN) di perbatasan yang telah telah dapat meminimalisir dan dicapai hasil

penurunan pelanggaran sekitar 70% dibanding data pada tahun 2010. Hal ini

membuat badan narkotika Filipina tertarik untuk lebih mengintensifkan kerjasama

dengan P4GN.

Tabel 4.1

Jumlah Kasus Pelanggaran Narkoba

di Perbatasan Indonesia – Filipina

Tahun Jumlah Kasus Keterangan

2010 20 Penyelundupan (16) Penggunaan (4)

2011 18 Penyelundupan (11) Penggunaan (7)

2012 16 Penyelundupan (10) Penggunaan (6)

2013 15 Penyelundupan (8) Penggunaan (7)

2014 14 Penyelundupan (5) Penggunaan (9)

Sumber: Departemen Pertahanan RI, 2015.

Pelanggaran narkoba di perbatasan Indonesia Filipina menunjukan adanya

pergeseran dari segi jumlahnya, di mana kasus penyelundupan makin menurun

sedangkan kasus penggunaan justru makin meningkat. Jumlah kasus terbanyak

adalah pada tahun 2010 yaitu 20 kasus yang terdiri dari 16 kasus penyelundupan

dan 4 kasus penggunaan. Kasus penyelundupan yang terjadi adalah

penyelundupan kokain dan sabu dari Filipina ke Indonesia, sedangkan kasus

pengguna adalah pelanggaran dalam penggunaan maupun jual beli narkoba yang

terjadi di daerah perbatasan Indonesia Filipina.

78

Intensitas informasi intelijen dan patroli perbatasan praktis membuat ruang

gerak penyelundupan barang maupun manusia semakin sempit. Hal ini bukan

merupakan saat untuk berpuas diri dengan capaian yang ada, karena gembong

narkoba memiliki organisasi internasional yang rapih, tertutup dan memiliki dana

yang banyak untuk bekerjasama dengan aparat pemerintah maupun militer untuk

melancarkan bisnis narkoba. Besarnya pengaruh tersebut menyebabkan jika

seorang Bandar narkoba tertangkap, maka putusan hukuman yang diterima bukan

putusan maksimal bahkan di dalam penjarapun masih dapat dengan leluasa

mengatur peredaran narkoba.

Peningkatan pengawasan terhadap orang yang tidak memiliki dokumen

yang lengkap yang akan masuk ke Indonesia. Dapat dipastikan bahwa dalam

kurun waktu dua tahun terakhir ini tidak ada muslim Moro yang lolos masuk ke

Indonesia secara ilegal. Ketika kerusuhan tahun 1999 terjadi di Ambon dan Poso,

pelintas batas Moro di perbatasan Indonesia dan Filipina meningkat. Pada satu sisi

mereka ingin membantu sesama muslim yang ada di Ambon dan Poso dan di sisi

lain juga menyebabkan kerusuhan akan semakin berlarut-larut.

Tabel 4.2

Pelintas Batas Moro yang Masuk ke Indonesia

Tahun Jumlah Pelintas Keterangan

Legal Ilegal

2010 42 20 Ilegal (penyelundupan senjata)

2011 59 27 Ilegal (senjata rakitan)

2012 39 19 Ilegal (senjata& granat)

2013 42 0 Legal

2014 40 0 Legal

79

Sumber: Departemen Pertahanan RI, 2015.

Jumlah pelintas batas illegal Moro menunjukkan kecenderungan yang kian

menurun, di mana pelanggaran tertinggi terjadi pada tahun 2011 (27 orang) dan

yang terendah pada tahun 2013 dan 2014 (nihil). Peningkatan penjagaan

perbatasan dapat menekan secara efektif jumah pelintas batas illegal. Jumlah

pelintas batas legal justru menunjukan jumlah yang relatif stabil, jumlah pelintas

legal tertinggi terjadi pada tahun 2011 (59 orang) dan terendah tahun 2014 (40

orang).

Terwujudnya proses perdamaian di Filipina Selatan antara Government of

the Philippines (GPH) - Moro Islamic Liberation Front (MILF) yang ditandai

dengan panandatanganan Framework Agreement on the Bangsamoro (FAB) pada

tanggal 15 Oktober 2012 di Manila. Hal ini tidak lepas dari peran TNI sebagai

mediator antara GPH dan MILF.

Peluang lainnya yang dirasakan signifikan adalah perbaikan administrasi

untuk pelintas batas. Pihak imigrasi telah mengeluarkan ketentuan bahwa yang

diijinkan melaksanakan lintas batas adalah penduduk yang tinggal di 3 pulau yaitu

Nanusa, Bukide dan Kawio (Indonesia) sedangkan di Filipina yaitu Balut dan

Saranggani. Pelabuhan yang diijinkan untuk melakukan perdagangan (border

trade area) adalah Miangas dan Marore (Indonesia) Mabila Balut (Filipina).

Saat ini pelabuhan yang aktif melakukan kegiatan lintas batas adalah

Marore dan Batuganding yang ada di pulau Balut. Penduduk yang melakukan

kegiatan lintas batas juga terlihat dari pulau-pulau sekitar Marore seperti dari

Matutuang yang sering melakukan perdagangan ikan dengan pihak pembeli di

80

Filipina (General Santos). Pelintas batas diberi toleransi untuk membawa barang

bawaan senilai $ 250 per orang atau $ 1.000 per keluarga, namun dalam

kenyataannya pelintas batas sering membawa barang melebihi batas ketentuan

utamanya ikan yang dibawa ke General Santos.

Penetapan dua pelabuhan di Indonesia dan di Filipina menyebabkan fokus

dalam melakukan pengawasan terhadap pelintas batas resmi hanya pada

pelabuhan-pelabuhan tersebut saja, sehingga jika saat patroli ditemukan adanya

pelintas batas di luar dari pelabuhan-pelabuhan tersebut maka patut dapat

dicurigai sebagai pelintas batas illegal.

Penetapan dua pelabuhan di Indonesia membawa dampak bagi lokasi di

mana pelabuhan tersebut berada, karena fasilitas yang berhubungan dengan

kegiatan lintas batas seperti personil bea cukai, polisi, militer maupun sarana

prasarana perlu disiapkan dengan baik. Perputaran ekonomi dari keluar masuknya

barang membantu akselerasi perputaran ekonomi masyarakat setempat.

Imigrasi Filipina telah mengoptimalkan pemeriksaan di setiap pintu keluar

agar dapat meminimalisir pelintas batas tanpa dokumen resmi, hasilnya pada

tahun 2014 telah terjadi penurunan pelanggaran sampai 75% dibanding tahun

2010. Harga jual hasil perikanan di Filipina lebih tinggi dibanding dijual di

Indonesia. Petugas pelintas batas melakukan kampanye informasi tentang pos

pelintas batas Filipina – Indonesia dan sistem dan hukum yang berlaku serta

menjatuhkan denda bagi pelintas batas yang tertangkap tidak memiliki dokumen

yang lengkap.

81

Hal ini telah meningkatkan kesadaran pelintas batas bahwa setiap melintas

batas di kedua negara, maka mereka harus melapor kepada petugas di pos-pos

perbatasan bahkan lebih dari itu mereka juga menjadi tahu batas-batas wilayah

dari ke dua negara.Jarak yang lebih dekat dan jenis barang yang lebih banyak di

Filipina daripada di Manado menjadi daya tarik yang kuat bagi nelayan Indonesia.

Hal ini menyebabkan lebih banyak nelayan Indonesia ke Filipina untuk menjual

hasil perikanannya.Keterbatasan anggaran pemerintah Indonesia dalam

membangun daerah perbatasan menjadi salah satu penyebab kurang optimalnya

pergerakan ekonomi di daerah perbatasan.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Muhammad Kepala

Badan Pengelola Perbatasan Provinsi Sulawesi Utara Muhammad mokoginta

terungkap bahwa isu strategis wilayah perbatasan pada aspek pertahanan,

keamanan dan hukum meliputi lokasi yang terisolir, lemahnya pengawasan,

minimnya sarana dan prasarana pertahanan keamanan dan terbatasnya personil

maupun peralatan pendukung.63 Segala keterbatasan dan kekurangan itu dapat

dikurangi dengan melakukan kerja sama. Berikut ini hasil yang di dapat dengan

melakukan kerja sama seperti peningkatan pengawasan terhadap kapal asing

penangkap ikan (illegal fishing) yang memasuki wilayah perairan Indonesia,

kalaupun ada yang lolos hal ini disebabkan tidak terjangkau oleh sarana dan

prasarana yang dimiliki.

63Hasil Wawancara dengan Kepala Badan Pengelola Perbatasan Provinsi Sulawesi Utara

Muhammad Mokoginta, Manado,27 Juli 2015.

82

Tabel 4.3 Pelanggaran Hukum

di LautPerairan Miangas

Jenis Pelanggaran Tahun

2011 2012 2013 2014

Illegal Fishing 10 11 1 0

Pelanggaran Peraturan Perikanan 16 2 3 2

Penyelundupan Kayu 1 0 0 0

Penyelundupan Barang Tambang 1 1 1 0

Penyelundupan Barang Campuran 1 3 0 1

Sumber: Departemen Pertahanan Republik Indonesia, 2014.

Data pelanggaran hukum di laut di perairan Marore-Miangas dan Sulawesi

Utara dapat dilihat pada table di atas. Data pada tabel di atas menunjukan bahwa

jenis pelanggaran yang dominan pada Tahun 2011 adalah illegal fishing dan

pelanggaran peraturan perikanan masing-masing sebanyak 10 kejadian dan 16

kejadian. Berkat kerjasama militer yang baik, maka jumlah pelanggaran tersebut

menurun menjadi 1 kejadian untuk illegal fishing dan 3 kejadian untuk

pelanggaran peraturan perikanan.

Kesepakatan ZEE antara Indonesia dan Filipina juga berarti memberi

kepastian batas perbatasan ke dua negara, dengan demikian ekstensifikasi upaya

pengamanan perbatasan ke dua negara dapat dilakukan dengan lebih optimal.

Ekstensifikasi ini merupakan hal yang positif dalam menunjang pengamanan

kekayaan laut di perbatasan Indonesia dan Filipina, mengingat selama ini belum

terdapat kejelasan perbatasan sehingga dimanfaatkan oleh kapal penangkap ikan

untuk beraktifitas di daerah tersebut. Ekstensifikasi yang dilakukan adalahberupa

perluasan area / daerah operasi patroli bersama yang semula batas wilayah laut

Sulawesi diperluas hingga di sekitar pulau Sulu.

83

Kesepakatan ZEE antara TNI dan AFP terlihat dalam penentuan titik dasar

dan garis pangkal penetapan median line Indonesia Filipina.

Tabel 4.4 Titik Dasar dan Garis Pangkal

Penetapan Median Line Indonesia - Filipina

No. Perairan, Lintang bujur Data Petunjuk, Jenis Garis

Pangkal, dan Jarak

Nomor Peta, Skala dan Referensi

1. Laut : Sulawesi 00059’55”U 120012’50”T

Pulau Lingian Titik Dasar No.TD.043 Pilar Pendekat No.TR.043 Jarak TD.043-TD.044= 4021nm Garis Pangkal Lurus Kepulauan

No.487 1:200.000 WGS’84

2. Laut : Sulawesi 01020’16”U 120047’31T

Pulau Salando Titik Dasar No.TD.044 Pilar Pendekat No.TR.044 Jarak TD.044-TD.044A= 6,05nm Garis Pangkal Lurus Kepulauan

No.487 1:200.000 WGS’84

3. Laut : Sulawesi 01022’40”U 120053’04”T

Pulau Dolangan Titik Dasar No.TD.044A Pilar Pendekat No.TR.044A Jarak TD.044A-TD.044B Garis Pangkal Biasa

No.486, 487 1:200.000 WGS’84

4. Laut : Sulawesi 01022’41”U 120053’07T

Pulau Dolangan Titik Dasar No.TD.044 Pilar Pendekat No.TR.044A Jarak TD.044B-TD.045= 33,70nm Garis Pangkal Lurus Kepulauan

No.486, 487 1:200.000 WGS’84

5. Laut : Sulawesi 01018’48”U 121026’36T

Tg. Kramat Titik Dasar No.TD.045 Pilar Pendekat No.TR.045 Jarak TD.045-TD.046A= 60,10nm Garis Pangkal Lurus Kepulauan

No.486 1:200.000 WGS’84

Sumber: Departemen Pertahan Republik Indonesia, 2015.

Indonesia dan Filipina menyikapi kondisi ini dengan kerjasama militer,

yang diyakini akan membawa dampak yang lebih baik bagi msing-masing.

Pemahaman disertai dengan itikad yang baik dari ke dua negara membawa pada

disepakatinya lokasi yang mejadi titik dasar dan garis pangkal dari perbatasan ke

84

dua negara. Kesepakatan ini dilakukan dalam perundingan bilateral tanpa

melibatkan pihak lain.

Serangkaian pendidikan yang dilaksanakan baik oleh TNI maupun AFP

telah menambah pengetahuan, kemampuan maupun wawasan prajurit TNI

maupun AFP pada bidang (1) Squadron Officer (2) Infantry Officer (3) Basic

Airborne. Dampak yang dicapai pada kerjasama bidang intelijen, operasi dan

latihan tidak dapat dilepaskan dari pelaksanaan kegiatan kerjasama bidang

pendidikan dan pelatihan

Tabel 4.5

Jumlah Personil yang Mengikuti Pelatihan / Pendidikan

Tahun Jumlah Personil yg Dilatih

TNI AFP

2010 30 25

2011 42 40

2012 45 50

2013 50 55

2014 60 55

Sumber: Departemen Pertahanan RI, 2015.

Berdasarkan data pada tabel di atas terlihat bahwa setiap tahunnya jumlah

personil TNI maupun AFP dilatih semakin meningkat jumlahnya. Program

pertukaran personil dan kunjungan perwira senior dilaksanakan dengan harapan

agar TNI dan AFP menjadi saling memahami aturan, prosedur, persenjataan yang

dimiliki ke dua negara dan patroli kapal laut sehingga tingkat kesalahpahaman

dapat diminimalisir ataupun rasa ego masing-masing dapat ditempatkan

sebagaimana mestinya.

85

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Kasubag Prog Setum

TNI Letkol Caj Bastomi mendukung peningkatan sumber daya manusia di

manaSecretary of National Defense (SND) Filipina mengundang para Perwira

TNI atau komunitas pertahanan untuk mengikuti program S-2 di Philipina.

Sementara Indonesia menyiapkan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP

TNI) di Sentul Bogor, yang dilengkapi berbagai fasilitas yang dapat digunakan

bersama dalam rangka peningkatan kerja sama di bidang latihan kedua angkatan

bersenjata.64

Perkembangan konflik di Laut Cina Selatan merupakan tantangan terhadap

kerjasama militer TNI AFP. Cina terlihat agresif untuk memperluas klaim

teritorial mereka dan secara terang menyiapkan diri untuk berkonflik dengan

sejumlah Negara dalam beberapa tahun terakhir ini, dengan alasan sejarah

kepemilikan wilayah tiongkok tua, Cina mengklaim hampir 90 persen wilayah

Laut Cina Selatan yang kaya sumber daya alam.

Gambar 4.1 First & Second Island Chain of China

Sumber: mil.huanqiu.com

Dalam tahun tahun terakhir, strategi Angkatan laut Cina difokuskan untuk

menjelajahi daerah yang disebut first island chain, yang meliputi Laut Cina

64Hasil Wawancara dengan Kasubag Prog Setum TNI letkol Caj Bastomi, Jakarta, 5 agustus 2015.

86

Selatan hingga ke Selat Malaka, Laut Philipina di atas Okinawa, hingga ke Laut

Jepang.Adapun strategi second island chain lebih mengerikan lagi. Angkatan Laut

Cina memilliki dua tujuan strategis dari second island chain: Penyatuan /

reunifikasi dengan Taiwan dan membuat garis pertahanan di jalur perdagangan

laut.

Angkatan Laut Cina telah memperkuat kemampuan mereka, apabila pada

masa depan harus berkonflik dengan Amerika Serikat atas kasus Taiwan.

Angkatan laut Cina (PLA Navy) telah melakukan program anti-access and anti-

surface warfare dan secara simultan menyusun struktur “the command, control,

communications, computers, intelligence, surveillance, and reconnaissance

(C4ISR)”, untuk keperluan joint operation.

Jika kita perhatikan First Island Chain dan Second Island Chain di atas,

maka garis parimeter yang dibangun Cina masih menyentuh sejumlah wilayah

laut Indonesia. Untuk mengimbangi perkembangan ini maka Indonesia

menempatkan pangkalan untuk Apache di dekat Perairan Laut Cina Selatan.

Segala sumber daya yang dicurahkan untuk kerjasama militer TNI-AFP tentunya

akan teralihkan kepada konflik Laut Cina Selatan jika Cina terus menerus

melakukan aksi untuk memperluas wilayahnya.

Saat ini Cina belum secara frontal mengerahkan kekuatan militernya

khususnya pada wilayah perbatasan Indonesia Filipina yang masuk ke dalam

Second Island Chain, meskipun demikian kondisi ini setidaknya merupakan

ancaman potensial. Ancaman potensial ini disikapi dengan rutin melakukan

patroli bersama TNI dan AFP di perbatasan serta meningkat kerjasama bidang

87

intelijen terhadap sepak terjang Cina agar dapat disikapi dengan tepat khususnya

mengenai sistem persenjataan dan kekuatan personil Cina. Selain faktor

kemampuan persejataan, maka jenis dari negara perlu diperhitungkan oleh Cina.

Negara persemakmuran seperti Malaysia tentunya akan mendapat dukungan dari

Inggris apabila ada yang mencoba untuk mengganggu kedaulatannya. Hal ini

tentunya tidak bisa dianggap remeh oleh Cina karena Inggris mempunyai

kekuatan militer yang kuat.

Tantangan selanjutnya adalah adanya segelitir oknum TNI yang

seharusnya mengamankan perbatasan, namun justru membiarkan masuknya

barang secara illegal maupun terjadinya illegal fishing dengan kompensasi

sejumlah uang. Pelanggaran seperti ini disikapi dengan menjatuhkan hukuman

sesuai aturan militer dan meningkatkan sistem pengawasan dan koordinasi rantai

komando.

Tantangan lain dalam pelaksanaan kerjasama militer TNI-AFP antara lain

TOR pada masing-masing bidang kerja sama masih belum dapat dirampungkan

hingga saat ini. Saat ini dalam melaksanakan kerjasama masih menggunakan TOR

Negara masing-masing. Pentingnya untuk dapat digunakan TOR yang disepakati

ke dua negara adalah agar pelaksanaan kerjasama militer dilakukan dalam satu

prosedur dan cara yang sama sehingga kecepatan penanganan dapat ditingkatkan

serta kesalah pahaman dapat diminimalkan.

Tantangan lainnya yang dirasakan adalah jenis pelatihan/pendidikan dan

personil yang mengikuti pelatihan/pendidikan masih terbatas mengingat cukup

pentingnya pelatihan/pendidikan ini agar personil masing-masing dapat memiliki

88

wawasan dan pengetahuan yang memadai sehingga kerjasama militer yang

dilakukan dapat membawa manfaat yang lebih optimal lagi.

Saat penulis mengkonfirmasi tentang frekwensi pelatihan dan jumlah

personil yang dilibatkan dalam kerjasama militer TNI-AFP ini maka diperoleh

informasi dari Dirjen Strahan Kemhan Mayjen TNI Yoedhi Swastanto bahwa

jenis pelatihan serta jumlah personil yang diikutkan sesuai dengan kebutuhan

bukan karena kendala anggaran.65

B. Dampak Pelaksanaan Kerja Sama Militer

Kerja sama militer TNI-AFP dilakukan dengan memperhatikan hal-hal

berikut sebagaimana terungkap dari wawancara yang penulis lakukan. Letkol Laut

(KH) Yakobus menyebutkan bahwa kerjasama militer Indonesia - Filipina

merupakan hal yang positif dalam membantu penyelesaian permasalahan

perbatasan ke dua Negara.

Kerja sama militer dilakukan dengan prinsip kesetaraan dan untuk suatu

tujuan tertentu seperti penyelesaian permasalahan yang ada di perbatasan.

Demikian pula halnya dengan kerja sama militer TNI-AFP yang mana dalam

pelaksanaannya terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu JISC, JOESC dan JTESC.

Selama kerja sama militer antara TNI-AFP membawa manfaat bagi

kepentingan nasional masing-masing negara, maka keduanya akan bersungguh-

sungguh melaksanakan hal-hal yang disepakati dalam kerja sama militer tersebut.

Kerja sama militer hanya merupakan bagian dari kerja sama bilateral, apabila

65 Wawancara dengan Dirjen Strahan Kemhan Mayjen TNI Yoedhi Swastanto, Jakarta, 28 januari

2015

89

hubungan ke dua negara menegang, maka kerja sama bilateral termasuk kerja

sama militer akan terancam bubar.

Kerja sama militer dilakukan dengan lebih banyak mengeksplore

kesamaan dari pada perbedaan. Kesamaan yang dimaksud adalah kedua negara

menginginkan adanya kestabilan keamanan diperbatasan Indonesia Filipina

khususnya di pulau terdepan seperti Miangas. Posisi Miangas sangat penting baik

bagi Indonesia maupun Filipina, karena akan mempengaruhi garis perbatasan ke

dua negara. Keamanan di sini berarti keamanan dari adanya pelintas batas illegal,

pencurian ikan, penyelundupan narkoba dan penyusupan teroris bahkan bagi

Filipina keamanan di Filipina Selatan dari gejolak kelompok Moro merupakan hal

berarti dalam menjaga keutuhan Filipina.

Selain peluang yang telah disebut di atas, maka tantangan dalam

pelaksanaan kerjasama militer TNI-AFP dapat diidentifikasi sebagai berikut: (1)

teralihkannya sumber daya dalam pelaksanaan kerjasama militer TNI-AFP untuk

mengantisipasi perkembangan konflik Laut Cina Selatan (2) TOR pada seluruh

bidang kerjasama (JISC, JOESC dan JTESC) yang belum kunjung diselesaikan,

dan (3) Keterbatasan jenis pelatihan dan jumlah personil baik dari TNI maupun

AFP yang mengikuti pelatihan.

Sejauh ini peluang yang kondusif untuk dilanjutkannya kerjasama militer

TNI-AFP jauh lebih banyak dibandingkan tantangannya meskipun demikian

sinergitas dari ke tiga bidang kerja sama militer yaitu JISC, JOESC dan JTESC

perlu untuk lebih ditingkatkan baik dari segi dukungan peralatan militer maupun

kesempatan pendidikan dan pelatihan bagi personil ke dua negara. Hal ini

90

merupakan langkah antisipasi dalam menghadapi dinamika baik yang terjadi di ke

dua negara maupun di sekitar ke dua negara.

Berdasarkan yang telah diuaraikan di atas, maka kesepakatan ZEE antara

Indonesia dan Filipina memberi peluang yang baik terhadap kerjasama militer

TNI dan AFP. Adapun hal-hal yang mendukung kerjasama militer TNI-AFP

adalah sebagai berikut: (1) Penekanan peredaran gelap narkoba (2) Tidak ada

muslim Moro yang masuk ke Indonesia secara illegal (3) Perdamaian antara GPF

dan MILF (4) Penetapan dua pelabuhan di Indonesia dan di Filipina menyebabkan

fokus dalam melakukan pengawasan terhadap pelintas batas (5) Peningkatan

pengawasan terhadap kapal asing penangkap ikan (illegal fishing) (6)

Ekstensifikasi yang dilakukan adalah berupa perluasan area / daerah operasi

patroli bersama yang semula batas wilayah laut Sulawesi diperluas hingga di

sekitar pulau Sulu (7) Serangkaian pendidikan yang dilaksanakan baik oleh TNI

maupun AFP telah menambah pengetahuan, kemampuan maupun wawasan

prajurit TNI maupun AFP (8) Program pertukaran personil dan kunjungan perwira

senior dilaksanakan membuat TNI dan AFP menjadi saling memahami aturan,

prosedur, persenjataan yang dimiliki ke dua Negara. Adapun tantangan kerjasama

militer TNI-AFP adalah sebagai berikut: (1) Dinamika konflik Laut Cina Selatan

(2) TOR pada masing-masing bidang kerjasama (JISC, JOESC dan JTESC) masih

belum dapat dirampungkan (3) Terbatasnya jenis pelatihan/pendidikan maupun

personil yang mengikuti pelatihan/pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas, maka peluang kerjasama militer TNI-AFP

menunjukan hal-hal positif yang lebih banyak dibandingkan hal-hal yang

91

dimunculkan dari tantangan kerja sama militer TNI-AFP, oleh karena itu kerja

sama militer TNI-AFP perlu untuk dilanjutkan.

92

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan yang telah diuraikan pada

bab terdahulu adalah sebagai berikut:

1. Kerjasama militer antara TNI dan AFP menunjukan peluang dan tantangan,

yaitu : (a) Disepakatinya ZEE antara Indonesia Filipina akan lebih

meningkatkan kerjasama TNI dan AFP sesuai dengan kebutuhanke dua negara

(b) Konsep First Island Chain dan Second Island Chain yang dijalankan Cina

merupakan ancaman terhadap kerja sama TNI dan AFP.

2. Dampak kerja sama militer yang dilakukan oleh TNI dan AFP, yaitu: (a)

Adanya batas yang jelas bagi nelayan untuk menangkap ikan (b) Peningkatan

pengetahuan maupun keahlian prajurit ke dua Negara (c) Situasi keamanan di

perairan Davao dan Laut Sulawesi dapat termonitor dengan lebih baik (c)

Terjalinnya komunikasi taktis antar unsur dari kedua belah pihak di daerah

operasi (d) Terwujudnya proses perdamaian di Filipina Selatan antara

Government of the Philippines (GPH) - Moro Islamic Liberation Front

(MILF).

B. Saran

1. Kerjasama militer TNI-AFP agar tetap diteruskan dan segera melakukan

percepatan penyelesaian Term of Refference (TOR) masing-masing (JISC,

JOESC dan JTESC).

93

2. Perlu tindakan antisipasi strategis pada kerja sama militer TNI AFP dalam

menghadapi aksi Cina (first island chain and second island chain) di Laut

Cina Selatan.

94

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Baylis, John and Smith, Steve, 2001,The Globalization of World Politics, 2nd Edition, London: Oxford University Press.

BPS, 2010,Kabupaten Kepulauan Talaud Dalam Angka. Burchill, Scott, & Linklater, Andrew, 1996Theories of International Relations,

New York, St Martin Press Coplin, Willian D, 1992, Pengantar politik internasional: suatu telaah teoritis.

Bandung. Sinar Baru. --------------------- 2003 Pengantar Politik Internasional Suatu Telaah Teoritis.

Bandung : Sinar Baru Algensindo Didi Krisna,1993,Kamus Politik Internasional,Grasindo:Jakarta David Dewitt, 1994 Common, Comprehensive and Cooperative Security, The

Pacific Review Vol 7 No.1 Tahun 1994 Gilpin, Robert, 2001, “The Nature of Political Economy”, dalam Global Political

Economy: Understanding the International Economic Order. Princeton: Princeton University Press

Grieco, Joseph M. and Ikenberry, G. John, 2003. State power and world markets:

the international political economy. New York: W. W Norton & Company, Inc.

Holsti, K.J, 1992, Politik International: Suatu Kerangka Analisis. Bandung: Bina

Cipta. Jackson, R., &. Sorensen, G, 1999Introduction to International Relations, Oxford

University Press. Jemadu, Aleksius, 2008,Politik Global dalam Teori dan Praktik. Graha Ilmu:

Yogyakarta Josua S. Goldstein, 2007,International Relations: 2006-2007 edition. New York :

Pearson Longman

95

------------------------ 1994,International Relations. Washington: Harper Collin College and Publisher

----------------------- 1999,International Relation. New York : Longman. Kusumohamidjoyo, Budiono, 1987, Hubungan Internasional Kerangka Studi

Analisis, Bandung: Binacipta. Padelford, Norman J, 1960, International Politics. New York: The Macmillan

Company Pamudji, 1985, Ekologi Administrasi Negara. Jakarta: Bina Aksara Papp, D. S, 1988, "Contemporary International Relation": A Framework for

Understanding, Second Editions. New York: MacMillan Publishing Company.

Perwita dan Yani, 2005,Pengantar Hubungan Internasional, Bandung: Remaja

Rosda Karya. Plano, Jack C & Roy Olton, 1982,The International Relations Dictionary, Third

Edition. Santa Barbara: Western Michigan University. Raharto, Aswatini, 1995, Migrasi kembalo orang Sangir-Talaud dari pulau-pulau

di wilayah Philipina. PPT-LIPI. Jakarta. Roskin, Michael G, 1994,National Interest : From Abstraction to Strategy. USA :

US Army War College Rudy, T, 2002,Study Strategis dalam transformasi sistem Internasional Pasca

Perang dingin. Bandung: Refika Aditama Samiyono, 2002,Penyelesaian masalah perbatasan Indonesia-Filipina dan

implikasinya terhadap pemanfaatan sumber daya kelautan. Mabes TNI AL. Sekolah staf dan komando. Bumi Cipulir

Sarbaini, Syahril, 2004,Sosiologi dan Politik. Bogor : Ghalia Indonesia. Sitepu, Anthonius P, 2011, Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha

Ilmu Soeprapto, R, 1997, Hubungan Internasional : Sistem, Interaksi dan Pelaku.

Jakarta : Raja Wali Pers.

96

Soleman, Taneko, 1990,Struktur Dan Proses Sosial: Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan. Jakarta : CV Raja Wali

Suwardi Wiriadmadja, 1994, “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional”

(Surabaya: Pustaka Tinta Mas) Waltz Kenneth, 1979, Theory of International Politics, Reading: Addison-

Wesley.

Laporan

Raharto Aswinti, 1995, Migrasi Kembali orang Sangir Talaud dari Pulau-pulau di wilayah Filipina,PPT-LIPI,Jakarta.

Bastomi, Drs. MA. 2014. Laporan kemajuan kerjasama militer Indonesia (TNI) dan Philipina (AFP) pada tahun 2014, Jakarta.

Buku panduan delegasi RI, 2011 sidang tingkat ketua RI – RPBC XXX TA 2011

di Manado. Departemen Pertahanan Republik Indonesia, 2014,Laporan kemajuan bersama

Joint Intelligence sub committee (JISC). Departemen Pertahanan Republik Indonesia 2014, Laporan Kemajuan Bersama.

Joint Operations and Exercise Sub Committee (JOESC) Departemen Pertahanan Republik Indonesia, 2014,Laporan kemajuan bersama

Joint training and education sub committee (JTESC).

Departemen PertahananRepublik Indonesia, 2014, Laporan kemajuan kerjasama

militer Indonesia (TNI) dan Filipina (AFP) Tahun 2014. Gafa, Bachtiar, 1993,Penurunan hasil tangkapan ikan tuna dan cakalang di

perairan Sulawesi Utara dan factor-faktor yang mempengaruhi. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.

Keban, Y. T. , 2009,Membangun Kerja Sama Pemerintah Daerah dalam Era

Otonomi, Artikel ilmiah dimuat di Buku “Pemerintahan Daerah di Indonesia”, Diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan MIPI, Jakarta

Konsulat Jenderal Republik Indonesia Davao City Filipina, 2006, Menyibak Tabir

WNI II.

97

Prasetyo, Dwi, Mayor Laut, Konsepsi Pemberdayaan Pulau Miangas Guna

Mendukung Tumpuan Ketahanan Nasional Dalam Rangka Mewujudkan

Wilayah Pertahanan Negara Bidang Maritim, Mabes Angkatan Laut Sekolah Staf dan Komando, 2010.

Sayidiman Suryohadiprojo, 1999, Hubungan-Sipil Militer di Indonesia: Suatu

Pembahasan, sebuah makalah yang disajikan dalam Seminar Nasional Mencari Format Baru Hubungan Sipil-Militer, Jakarta: FISIP UI.

Wardhani, Baiq.L.S, 2013Realism, materi disampaikan pada kuliah Teori

Hubungan Internasional, Departemen Hubungan Internasional, Universitas Airlangga.

Website

http://ditpolkom.bappenas.go.id. (Diakses tanggal 21 april 2015.) http://www.talaukab.bps.go.id (diakses 28 November 2014)

http://www.geomatika.its.ac.id , pulau-pulau terluar dan batas NKRI (Diakses pada 27 November 2014).

Wawancara Hasil wawancara dengan Direktorat jenderal Strategi pertahanan Kementerian

pertahanan Mayjen TNI Yoedhi Swastanto di Kementerin pertahanan, Medan Merdeka Barat, Jakarta, Jam 09.30.

Hasil wawancara dengan Komandan Lantamal VIII TNI AL Laksmana

Sugiharto,Manado, 7 Januari 2015.

Hasil Wawancara dengan Letkol Laut Yacobus,Manado,13 januari 2015.

Hasil Wawancara dengan Kepala Badan Pengelola Perbatasan Provinsi Sulawesi

Utara Muhammad Mokoginta, Manado,27 Juli 2015.

Hasil Wawancara dengan Kasubag Prog Setum TNI letkol Caj Bastomi, Jakarta,

5 agustus 2015.

Wawancara dengan Dirjen Strahan Kemhan Mayjen TNI Yoedhi Swastanto, Jakarta, 28 januari 2015