Kerlinger Bab 22

Embed Size (px)

DESCRIPTION

riset keperilakuan

Citation preview

Quasi-Experimental and N = 1 Design of ResearchRiset Desain Eksperimen Semu dan N = 1 (Kerlinger & Lee, Chapter 22)

Beberapa poin penting di dalam bab ini adalah: Salah satu tujuan utama sains adalah untuk menemukan hubungan sebab-akibat. Eksperimen sesungguhnya dapat menjawab kebutuhan ini di dalam sains keperilakuan. Eksperimen sesungguhnya yang diatur dan dilaksanakan dengan benar dapat menghasilkan pernyataan sebab-akibat kepada peneliti berdasarkan hubungan X (variabel independen) terhadap Y (variabel dependen). Satu atau lebih dari komponen dari eksperimen sesungguhnya dapat hilang atau dilemahkan oleh kondisi penelitian, atau perencanaan yang jelek. Dua desain riset yang satu atau lebih komponennya telah dikompromikan yang dibahas dalam bab ini adalah:1. Desain yang dikompromikan atau desain eksperimen semu

Eksperimen sesungguhnya membutuhkan manipulasi minimal 1 variabel independen, penugasan random untuk partisipan grup, dan penugasan random untuk perlakuan pada grup. Sedangkan, desain yang dikompromisasikan merupakan desain yang di dalamnya tidak terdapat salah satu atau lebih syarat untuk eksperimen yang sesungguhnya.

Cook & Campbell (1979) mengutarakan 2 klasifikasi besar untuk desain eksperimen semu, yaitu:

a. Desain Grup Kontrol Non-ekuivalen (Nonequivalent Control Group Design) Desain ini merupakan desain berpola grup eksperimental-grup kontrol yang tidak memberikan jaminan jelas bahwa grup eksperimen setara dengan grup kontrol.

Delapan variasi pada desain ini yang dianggap dapat diinterpretasikan menurut Cook & Campbell adalah:

(i) Desain Grup Kontrol Tanpa Perlakuan (no-treatment control group designs)

(ii) Desain Variabel Dependen Tak Setara (nonequivalent dependent variables designs)

(iii) Desain Grup Perlakuan yang Dihilangkan (removed treatment group designs)

(iv) Desain Perlakuan Berulang (repeated treatment designs)

(v) Desain Grup Kontrol Tak Setara dengan Perlakuan Berbalik (reversed treatment nonequivalent control group designg)

(vi) Desain Pengikut (cohort designs)

(vii) Desain dengan Hanya Posttest (posttest only designs)

(viii)Desain Berkelanjutan Regresi (regression continuity designs)

Desain Grup Kontrol Tanpa Perlakuan (no-treatment control group designs)

Berikut adalah desain grup kontrol dengan pretes dan postes, yaitu:

Desain 22.1: No-treatment control group design

YbXYa(Eksperimental)

Yb~XYa(Control)

Dalam desain ini, tidak ada penugasan acak pada partisipan di dalam grup, serta tidak ada pemasangan partisipan dan penugasan acak.

Desain ini ditujukan untuk kemungkinan kurangnya kesetaraan antara kelompok dalam variabel selain X. Menyetarakan grup dengan pemilihan acak atau penugasan acak, atau pemasangan kadang-kadang merupakan hal yang sulit atau tidak mungkin. Solusi jika keduanya tidak mungkin dilakukan adalah dengan memakai sampel dari populasi yang sama atau sampel dibuat semirip mungkin, perlakuan eksperimental harus dilakukan secara random.

Usaha peneliti yang dapat digunakan untuk meningkatkan validitas internal adalah:

Kemiripan grup harus diuji menggunakan informasi yang tersedia (jenis kelamin, umur, kelas sosial, dan lain sebagainya).

Kesetaraan grup harus diverifikasi menggunakan mean dan standar deviasi dari pretes dengan t-test dan F-test. Distribusinya juga harus diuji.

Pemilihan (selection) masih dianggap sulit dalam riset keperilakuan. Solusinya adalah dengan memperhatikan pemilihan dan penugasan acak. Jika eksperimen hanya menggunakan sukarelawan dan dikelompokkan pada grup eksperimental dan grup kontrol secara acak, kesulitan dalam pemilihan dapat ditekan, namun validitas eksternal atau kepresentatifan dapat menurun. Tanpa melakukan penugasan acak, peneliti dapat melakukan usaha-usaha yang dapat mengeliminasi hipotesis yang berkebalikan, misalnya dengan melakukan pretes. Prestes dapat menyediakan data pada seberapa setarakah grup-grup sebelum pemberian perlakuan tertentu pada grup eksperimen. Ada beberapa kemungkinan dari interpretasi yang berbeda pada kausalitas, tergantung hasil yang manakah yang diperoleh peneliti, yaitu sebagai berikut: (a) Pengancam validitas internal terbesar adalah selection maturation interaction. Hal ini dapat terjadi saat:

Dua grup berbeda mulai diukur oleh pretes.

Salah satu grup berpengalaman dalam perubahan diferensial yang lebih besar, misalnya menjadi lebih berpengalaman, lebih akurat, lebih lelah, dan lain sebagainya, daripada grup lainnya.Untuk mendeteksi selection maturation interaction, ada 2 metode yang diajukan, yaitu:

(1) Hanya melihat data grup eksperimental (Grup E). Selection maturation interaction terdeteksi jika pada varian antargrup untuk postes lebih besar daripada varian antargrup untuk pretes.

(2) Mengembangkan 2 alur dan garis regresi yang berhubungan dengan masing-masing plot. Satu plot untuk grup eksperimental (Grup E). Variabel skor pretes diplot terhadap variabel maturasi (misalnya umur atau pengalaman). Plot kedua sama, kecuali untuk kelompok kontrol (Grup C). Jika kemiringan garis regresinya untuk tiap plot berbeda dengan yang lainnya, maka ada bukti untuk tingkat pertumbuhan rata-rata diferensial atau dengan kata lain terdapat selection maturation interaction (figure 22.2).Dalam gambar di atas, selection maturation interaction dapat dijelaskan sebagai berikut:

Dalam sebuah riset yang membandingkan 2 strategi atau metode problem-solving. Grup E memiliki kecerdasan yang lebih tinggi daripada Grup C. Skor pretes Grup E lebih tinggi daripada Grup C. Skor postes setelah pemberian perlakuan untuk Grup E mengalami kenaikan, sedangkan pada Grup C mengalami sedikit kenaikan. Selection maturation interaction terletak pada peningkatan pada grup E yang mungkin diakibatkan oleh level kecerdasan mereka yang lebih tinggi, sehingga prosesnya lebih cepat dan tumbuh lebih cepat daripada Grup C. (b) Penjelasan keduanya adalah instrumentation (penginstrumenan). Skala yang digunakan untuk mengukur variabel dependen mungkin lebih sensitif pada level tertentu daripada yang lainnya. Contohnya percentile / persentil yang memiliki keunggulan pada nilai mentah karena membawa makna langsung tanpa melihat detail informasinya, namun distribusinya sarat makna. Perubahan pada skor mentah di dekat pusat distribusi merefleksikan perubahan persentil yang lebih besar pada ekornya. Oleh karena itu, pengukuran persentil Grup C mungkin tidak banyak berubah karena pengukurannya tidak cukup sensitif untuk mendeteksi perubahannya. Grup E mungkin akan menunjukkan nilai yang lebih besar dari perubahan karena persentilnya terjadi pada bagian yang lebih sensitif pada skala pengukuran.(c) Penjelasan ketiganya adalah regresi statistik. Misalkan grup E dan C ternyata berasal dari populasi yang berbeda, dan Grup C adalah kelompok yang berkepentingan. Peneliti ingin memperkenalkan sebuah rencana edukasi untuk membantu menaikkan fungsi kecerdasan pada partisipan. Partisipan ini dipilih karena mereka memiliki skor rendah pada tes kecerdasan. Peneliti menciptakan sebuah perbandingan atau grup kontrol dari murid berskor normal, yaitu Grup E, yang berisi murid yang memiliki skor menengah ke bawah, tapi tak serendah Grup C. Analisis regresi menjadi penjelasan alternatif. Peningkatan skor pada Grup E dikarenakan pemilihan pada dasar skor ekstrim. Pada postes, skornya akan naik karena mereka akan mencerminkan populasi.(d) Penjelasan keempat adalah interaksi antara sejarah dan pemilihan. Cook & Campbell (1979) merujuk hal ini pada efek sejarah lokal. Pada situasi ini, sesuatu lain di luar variabel independen akan mempengaruhi salah satu dari grup (Grup E) dan bukan yang lainnya (Grup C). Peneliti pasar ingin menentukan keefektifan sebuah iklan untuk soup starters. Data penjualan dikumpulkan sebelum dan setelah pengiklanan. Dua grup digunakan dari negara bagian berbedaCalifornia Selatan dan Midwest. Peningkatan penjualan pada Grup E mungkin bukan dikarenakan oleh iklan. Kedua grup mungkin memiliki perilaku pembelian yang samaselama musim semi dan panas. Namun daerah yang lebih hangat, yaitu California Selatan, mungkin memesan dengan jumlah sama selama musim gugur, sedangkan pesanan di Midwest meningkat.b. Desain Time-Series yang Diinterupsi (Interrupted Time Series Design)

Desain waktu merupakan varian penting pada desain eksperimental semu. Bentuk desain 20.6 dapat diubah untuk menyertakan rentang waktu, yaitu sebagai berikut:

YbXYa

Yb~XYa

XYa

~XYa

Ya pada baris ketiga dan keempat adalah pengamatan untuk variabel terikat pada tanggal yang ditentukan kemudian.

Penelitian untuk individu dan grup yang menggunakan waktu sebagai sebuah variabel disebut penelitian longitudinal. Penelitian memiliki desain (desain 22.2) sebagai berikut:

Y1Y2Y3Y4XY5Y6Y7Y8

Pemakaiannya memungkinkan untuk memisahkan efek pengukuran reaktif dari efek dari X. Sehingga kita dapat menentukan jika pengukuran memiliki efek reaktif dan apakah X cukup kuat untuk mengatasi efek tersebut. Efek reaktif tampil saat membandingkan Y3 terhadap Y4, yang dapat kontras terhadap Y5. Jika ada sebuah peningkatan pada Y5 di atas ataupun di bawah peningkatan Y4 terhadap Y3, hal ini dapat diatributkan terhadap X. Salah satu kesulitan dengan studi waktu atau longitudinal adalah semakin panjang waktunya, semakin besar masalahnya.

Salah satu metode untuk menentukan apakah perlakuan eksperimental memiliki sebuah efek adalah dengan melihat alur data sepanjang waktu. Uji yang dilakukan adalah tes signifikansi, salah satunya adalah ARIMA (autoregressive, integrated, moving average). Metode ini menentukan apakah ada perbedaan antara pola pengukuran posrespon dengan pola pengukuran prarespon. Peneliti yang mengeksplor studi waktu harus memiliki sebuah studi spesial untuk masalah statistik dan berkonsultasi dengan ahli statistik.

Desain Multiple Time Series Desain ini merupakan perluasan dari desain interrupted time series yang kelebihannya adalah mengeliminasi efek sejarah dengan menyertakan grup kontrol yang terdiri dari sebuah grup partisipan yang tidak menerima perlakuan, yang setara atau minimal dapat diperbandingkan. Desain ini menghasilkan tingkat yang lebih besar untuk mengontrol sumber penjelasan alternatif atau hipotesis rival. Desain ini digambarkan sebagai berikut:

Y1Y2Y3Y4XY5Y6Y7Y8(Eksperimental)

Y1Y2Y3Y4Y5Y6Y7Y8(Kontrol)

Desain Eksperimental dengan Subyek Tunggal Desain ini memungkinkan peneliti untuk menggunakan sedikit partisipan, dan merujuk pada desain N = 1. Desain subyek tunggal merupakan perluasan desain interrupted time series, yang mempelajari masing-masing partisipan secara individual dan ekstensif. Karakteristiknya adalah: Hanya satu atau sedikit partisipan yang digunakan di dalam studi.

Masing-masing subyek berpartisipasi pada sejumlah percobaan (pengukuran berulang).

Pengacakan prosedur (yaitu penugasan acak dan/atau pemilihan acak) hampir tidak pernah digunakan.Pengulangan pengukuran atau interval waktu malah ditugaskan secara acak dengan kondisi perlakuan yang berbeda.

Pengamatan dibuat sebelum dan setelah pemberian perlakuan, dengan menjadikan dasar pengukuran pada sebelum pemberian perlakuan. Beberapa manfaat melakukan studi subyek tunggal adalah:

1. Menghindari nilai rata-rata yang menyesatkan seperti pada riset berorientasi grup.

2. Meningkatkan ukuran efek daripada mencoba menurunkan kesalahan varians.3. Studi ini dapat menentukan keefektifan atau tidaknya intervensi sebuah perlakuan tanpa mengikutkan partisipan dalam jumlah besar, yang akan berpengaruh pada biayanya.

4. Menghindari beberapa masalah etika yang dihadapi saat melakukan riset berbasis grup, seperti pada kasus grup kontrol yang tak diberi perlakuan (dengan catatan partisipan tersebut merupakan penderita, dan perlakuan yang dimaksud adalah bantuan).5.Ukuran populasinya kecil sehingga mengatasi kesulitan dalam menentukan partisipan yang cukup untuk studi.

Beberapa kekurangan pada studi subyek tunggal adalah:

1. Validitas eksternalnya rendah. Sebagian orang sulit percaya bahwa temuan dari suatu studi dengan menggunakan satu subyek (mungkin juga 3 sampai 4 subyek) dapat digeneralisasi pada populasi keseluruhan.

2. Percobaan yang diulang pada 1 partisipan memunculkan pertanyaan apakah perlakuan akan setara efektivitasnya dengan partisipan yang tidak berpengalaman pada perlakuan sebelumnya.

3. Studi ini mungkin lebih sensitif untuk penyimpangan pada eksperimenter dan partisipan. Studi ini hanya efektif jika peneliti dapat menghindari bias dan partisipan termotivasi dan kooperatif. Peneliti cenderung mencari efek tertentu dan mengabaikan yang lain. Solusinya adalah membuat sistem untuk check and balances untuk menghindari jebakan ini.4. Beberapa studi memang tidak cocok untuk menggunakan desain subyek tunggal.

Beberapa sudut pandang riset subyek tunggal adalah:

1. Dasar acuan yang stabil: sebuah tujuan penting.

Pada riset dengan subyek tunggal, peneliti harus membandingkan perilaku yang terjadi sebelumnya, terhadap perilaku yang terjadi setelah pendahuluan intervensi eksperimen. Perilaku sebelum intervensi perlakuan harus diukur dalam waktu yang lama, untuk memastikan dasar acuan (baseline) yang digunakan stabil. Hal ini penting dilakukan karena dasar acuan inilah yang akan dibandingkan dengan perilaku setelah perlakuan.

2. Desain yang menggunakan penarikan perlakuan.

(a) Desain ABA

Desain ini meliputi 3 langkah utama yaitu: (i) menciptakan dasar acuan yang stabil, (ii) memberikan intervensi eksperimental pada partisipan, (iii) untuk menentukan apakah intervensi perlakuan menyebabkan perubahan pada perilaku, peneliti kembali pada dasarnya.

Masalah utamanya adalah efek intervensinya mungkin tak sepenuhnya dapat dikembalikan. Lalu, ada pertimbangan etika tentang mengembalikan organisme kembali pada tempat aslinya jika kondisinya merupakan perilaku yang tak diinginkan.

(b) Desain ABAB (Pengulangan Perlakuan)

Ada 2 versi desain ini, yaitu: (i) sama dengan ABA namun tanpa pengenalan ulang perlakuan kepada partisipan dan partisipan meninggalkan studi setelah mencapai tingkat yang menguntungkan, (ii) disebut desain alternating treatments, dengan tak menggunakan dasar acuan apapun, yang bertujuan mengevaluasi efektivitas relatif pada intervensi 2 perlakuan.Desain dengan Menggunakan Dasar Acuan Multipel (Lebih Dari Satu) Desain ini merupakan bentuk lain dari riset dengan subyek tunggal yang menggunakan lebih dari satu dasar acuan. Beberapa dasar acuan berbeda dimunculkan sebelum perlakuan diberikan pada partisipan. Tipe desain ini dapat memeliki acuan multipel pada: antarperilaku, antarpartisipan, dan antarlingkungan.

Kegunaan riset ini adalah untuk menguji efektivitas perlakuan pada perubahan perilaku. Jika intervensi perlakuan efektif dalam merubah tingkat respon dari tiap perilaku, maka dapat dikatakan perlakuannya efektif.