Upload
doandang
View
243
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT
MULTIKULTURAL DI KAMPUNG KUTOWINANGUN
KEC. SENDANG AGUNG KAB. LAMPUNG TENGAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Sosiologi (S.sos)
Oleh:
INTAN RESMANA UJIRAHAYU
NIM. 12720016
PRODI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016
S I R A T P E R N Y A T A A N K E A S L I A N
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Intan Resmana Ujirahayu
NIM : 12720016
Prodi : Sosiologi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Humaniora
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penelitian ini benar-benar
merupakan hasil karya saya dan bukan plagiasi dari karya atau penelitian orang
lain. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan karya plagiasi
maka saya bersedia untuk melakukan penelitian ulang. Demikian surat pernyataan
ini saya buat dengan sesungguhnya agar dapat diketahui oleh dewan penguji.
Yogyakarta 15 Juni 2016
Yang menyatakan,
Intan Resamana ujirahayu
NIM: 12720016
ii
N O T A DINAS P E M B I M B I N G
Hal : Skripsi
Kepada Yth:
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Assalamualaikum. Wr. Wb.
Setelah membaca, meneliti, memberi petunjuk, serta mengadakan perbaikan seperlunya, maka selaku pembimbing, saya menyatakan skripsi saudara:
Nama : Intan Resmana Ujirahayu
Nim :12720016
Fakultas/Prodi/Semester : Ilmu Sosial dan Humaniora/Sosiologi/VIII
Judul Skripsi : Kerukunan Antar Suku dalam Masyarakat Multikultural di Kampung Kutowinangun Kec. Sendang Agung Kab. Lampung Tengah.
Telah dapat diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana strata satu Sosiologi.
Harapan saya semoga saudara tersebut segera dipanggil untuk mempertanggungjawabkan skripsinya dalam sidang munaqosah. Demikan atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih .
Wassalamu'alaikum. Wr. Wb.
Yogyakarta, 28 Juni 2016
Pembimbing,
NIP: 19711207 200901 1003
iii
w KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA JI . Marsda Adisucipto Telp. (0274) 585300 Fax. (0274) 519571 Yogyakarta 55281
Tugas Akhir dengan judul
PENGESAHAN TUGAS AKHIR Nomor: UIN.02/ /PP.00.9/ V/ /2016
: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT MULTTKULTURAL DI KAMPUNG KUTOWINANGUN KEC. SENDANG AGUNG KAB. LAMPUNG TENGAH
yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Nama Nomor Induk Mahasiswa Telah diujikan pada Nilai ujian Tugas Akhir
INT AN RESMANA UJIRAHAYU 12720016 Selasa, 28 Juni 2016 A/B
dinyatakan telah diterima oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
TIM UJIAN TUGAS AKHIR
Ketua Sidang
Dr. Ahmad Nanria Permata, S.Ag., M.A. NIP. 19911207 200901 1 003
Penguji I Penguji ]
Yayan Suryana, M.Ag NIP. 19701013 199803 1 008
Dr. Achmad Zainal Arifin, M.A NIP. 19751118 200801 1013
Yogyakarta, 28 Juni 2016
1/1 11/07/2016
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. atas rahmat, hidayah dan inayah-Nya
kepada kita semua. Ssholawat beriring salam selalu dilantunkan kepada junjungan
kita Nabi agung Muhammad S.A.W. beserta keluarga, sahabat, dan tabiin-tabiat-
Nya, dan semoga sampai kepada kita semua selaku umat-Nya mendapatkan
safa’at dari-Nya, Aamiin.
Atas nikmat-Nya yang maha pengasih lagi maha penyayang, penulis bisa
menyelesaikan tugas akhir kuliah yakni skripsi. Penulisan skripsi ini tidak lepas
dari dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak yang selalu memberikan
masukan, kritik yang kontruktif demi tercapainya cita-cita maupun harapan
penulis. Maka dari itu, penulis mengucapkan terimkasih kepada:
1. Ibu Sulistyaningsih, S.sos,. M.SI., selaku kaprodi Sosiologi, UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Bapak Yayan Suryana, M.Ag., selaku dosen pembimbing akademik.
3. Bapak Dr. Phil. Ahmad-Norma Permata, M.A. selaku dosen
pembimbing, yang telah memberikan pengetahuan, pengarahan, kritik
konstruktif, dan saran terkait dengan skripsi ini.
4. Bapak Yayan Suryana, M.Ag.dan bapak Dr.Achmad Zainal Arifin,
M.A selaku dewan penguji, beserta bapak ibu Dosen Prodi Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora yang selama ini menjadi
fasilitator yang baik, sabar dan bijaksana dalam mentrasfer ilmu dan
pengalaman serta telah memberikan wawasan selama proses belajar.
Terimakasih atas segalanya.
5. Staf dan karyawan TU Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora yang telah
memberikan kemudahan dan kelancaran administrasi dalam
penyelesaian skripsi.
6. Almamater Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta, semoga segala sesuatunya
selalu berjalan dengan baik.
Bagaimanapun juga, penulis menyadari bahwa dalam karya ini masih jauh
dari kata sempurna. Karena di dalamnya masih banyak kesalahan dan kekurangan.
Oleh sebab itu, penulis berharap ada kritik ataupun saran serta perbaikan dari
pembaca untuk mengembangkan skripsi ini.
Intan Resmana Ujirahayu
NIM. 12720016
vii
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini merupakan karya yang memberikan kesan yang luar biasa bagi penulis,
atas segala proses yang telah dilalui dalam penulisan skripsi ini. Karya ini penulis
persembahkan untuk:
Papah tercinta Sartono, yang selalu aku rindukan, bahkan bau mu aku
rindukan pah. Kerja keras dan perjuangan mu tidak akan bisa terbalas oleh
apapun. Thanks pah.
Mamah Nur Hidayah, perempuan yang sangat luar biasa yang aku punya,
heroik, easy-going dan cantik. Thanks mah untuk doa dan dukunganya
selama ini.
Adik-adik ku, Panji duwi Prabowo, dan Sultan Aisy Zaidan Al-Qudsy
yang selalu memberikan semangat lewat lelucon-leluconnya, kalian
banyak memberikan inspirasi untuk hidup yang lebih baik. Thaks dek.
Mama Tua Suwarni dan Bapak Tua Hasan Asrori, yang telah
membesarkan ku, merawat penuh kasih sayang serta mendidikku dengan
cinta. Semoga cucu mu ini bisa membahagian dan tidak mengecewakan
kalian bahkan di kehidupan selanjutnya. Aamiin.
Tante dan om ku semua, tante eli, tante dede, tante isti, tante maya, tante
tina, om uki, om arman, om epong, om lis, om pendi dan seluruh ponakan-
ponakan ku, terimaksih atas dukungan dan doa nya.
Rekan-rekan Sosiologi angkatan 2012, terkhusus Sosiologi syanteek Esha,
Maul, Oci, Elis, Edah, Jeha, kalian adalah teman-teman terplekenyek yang
pernah aku punya, love you gaes. Uday dan Hendris kalian adalah sahabat
luar biasa, semoga persahabatan kita berempat tidak akan perbah habis
dimakan usia. Aamiin.
Rekan-rekan pengajar TPA Nurul Islam serta para santri yang luar biasa,
semoga segala bentuk perjuangan kita tidak sia-sia, semangat mengaji,
semangat untuk Cerdas.
ix
Rekan-rekan pengajar dan para santri TPA Ceria MBR periode 2012-2013,
kalian orang-orang yang sangat luar biasa. terimakasih atas kesempatanya
untuk bisa mengenal kalian.
Teman-teman KKN 86 Dusun Bedalo Gunung Kidul, terimkasih atas
pengalaman dan kesempatan hidup bersama.
My partner, sosok baru yang biasa aku panggil “Mas” , terimasih atas
bantuan dan segala bentuk dukungannya selama ini. Barangkali bisa
menyayangi dan disayangi oleh mu adalah hal yeng lebih dari cukup.
Thanks mas.
Teman-teman IKA Bustanul ‘Ulum yang menjadi keluaga, teman-teman
seperantauan.
Teman-teman kos andaliah pagar hijau, terikasih atas kebersamaanya
selama ini.
Kesbangpol Yogya, Prov Lampung, Kab. Lampung Tengah, Kec. Sendang
Agung serta kepala kampung Kutowinangun yang telah memberikan izin
atas penelitian ini.
Segenap informan dan seluruh warga kampung Kutowinangun yang telah
membantu penelitian ini.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................... ii
NOTA DINAS PEMBIMBING ........................................................................... iii
SURAT PENGESAHAN TUGAS AKHIR ........................................................ iv
MOTTO ................................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii
ABSTRAK ............................................................................................................ xiv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9
E. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 9
F. Kerangka Teori........................................................................................... 14
G. Metode Penelitian....................................................................................... 17
H. Sistematika Pembahasan ............................................................................ 19
BAB II. GAMBARAN UMUM KAMPUNG KUTOWINANGUN
A. Letak Geogrfis ............................................................................................ 21
B. Kondisi Demografis ................................................................................... 23
C. Kondisi Ekonomi ....................................................................................... 26
D. Tingkat Pendidikan .................................................................................... 29
E. Keadaan Sosial, Budaya dan Politik .......................................................... 30
F. Sejarah Kampung Kutowinangun .............................................................. 31
xi
G. Profil Suku Kampung Kutowinangun ........................................................ 32
1. Suku Jawa ............................................................................................ 33
2. Suku Sunda ......................................................................................... 34
3. Suku Lampung ..................................................................................... 35
BAB III. KERUKUNAN KAMPUNG KUTOWINANGUN
A. Faktor Terciptanya Kerukunan di Kampung Kutowinangun: Interaksi
Antar Suku ................................................................................................. 37
1. Peran Bahasa ........................................................................................ 38
2. Solidaritas Antar Suku ........................................................................ 40
3. Partisipasi Antar suku Dalam Kegiatan Kesukuan ............................. 43
4. Aktivitas dan Kegiatan Rutin Antar Suku ............................................ 44
B. Peran Petinggi Kampung dalam Menciptakan Kerukunan ........................ 46
1. Sikap Adil Petinggi Kampung ............................................................. 47
2. Membangun Persatuan dan Kegiatan Sosial ........................................ 52
3. Forum Musyawarah ............................................................................. 53
4. Menyelenggarakan Kegiatan Keagamaan ............................................ 57
C. PeranPemuda .............................................................................................. 58
1. Kegiatan Sosial .................................................................................... 59
2. Kegiatan Tahunan dan Harian ............................................................. 60
D. KesamaanKepentingan dan Kebutuhan Antar Suku .................................. 62
1. Kebutuhan Ekonomi............................................................................. 63
2. Kepentingan Politik .............................................................................. 64
3. Kepentingan Spiritual........................................................................... 65
E. Hambatan Terciptanya Kerukunan di Kampung Kutowinangun ............... 65
1. Sikap Enosentrisme ............................................................................. 66
2. Perbedaan Logat/Gaya Bicara ............................................................. 68
3. Sosial Ekonomi ................................................................................... 69
4. Kepentingan Politik ............................................................................. 71
BAB IV. ANALISIS: PEREDAM KONFLIK DAN FAKTOR KERUKUNAN
A. KeseharianIkatan Kewargaan Kampung Kutowinangun ........................... 76
1. Interaksi Antar Suku ............................................................................ 76
2. Partisipasi dalam Kegiatan Kesukuan ................................................. 82
3. Aktivitas keseharian ............................................................................. 83
B. Asosiasional IkatanKewargaan Kampung Kutowinangun......................... 83
a. Kebutuhan Spiritual ............................................................................. 85
b. KebutuhanEkonomidanPolitik ............................................................. 85
xii
C. Peran Petinggi Kampung Dalam Menciptakan Kerukunan ....................... 89
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 92
B. Saran ........................................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 94
LAMPIRAN – LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
1. TABEL 1: Jumlah Penduduk Menurut Usia Tenaga Kerja ....................... 26
2. TABEL 2: Jumlah Mata Pencaharian Penduduk ....................................... 27
3. TABEL 3: Jumlah Lulusan Menurut Pendidikan Umum .......................... 29
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1.1: Masjid Terbesar Kampung Kutowinangun ........................... 25
2. Gambar 1.2: Balai Kampung Kutowinangun ............................................. 25
3. Gambar 1.3: Situs Ekonomi Masyarakat Kampung Kutowinangun .......... 28
4. Gambar 1.4: Peringatan Hari Neton Salah Satu Warga ............................. 34
5. Gambar 2.1: Forum Musyawarah Umum Kampung Kutowinangun ......... 57
6. Gambar 2.2: Olahraga Kegiatan FKP ........................................................ 61
ABSTRAK
Kampung Kutowinangun merupakan salah satu kampung tujuan
transmigrasi pada masa lampau. Kampung tersebut di huni oleh tiga suku besar
yakni, suku Jawa, suku Sunda dan suku Lampung, suku Jawa mayoritas
trasnmigran dari Kebumen dan Yogyakarta, sedangkan suku Sunda mayoritas
transmigran dari Cimanuk dan suku Lampung sendiri merupakan transmigran dari
Lampung Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerukunan antar suku sebagai
masyarakat yang berdampingan, dan ingin mengetahui faktor yag melatar
belakangi kerukunan yang terjalin di kampung tersebut, serta untuk mengetahui
upaya dan usaha yang dilakukan oleh para petinggi kampung dalam mewujudkan
kerukunan antar suku yang terjalin di kampung Kutowinangun. Teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah ikatan kewargaan yang gagas oleh
Ashutosh Varsney. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bertujuan
untuk memperoleh gambaran dan data yang utuh mengenai permasalahan yang
diteliti. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara
dan dokumentasi dan kemudian dianalisis secara deskriptif.
Adapun hasil penelitian yang diperoleh adalah kerukunan antar suku yang
terjalin di kampung Kutowinangun dibangun melalui interkasi antar yang selalu
terjadi dan bersifat rutin. Melalui interaksi tersebut maka tumbuhlah keterbukaan
dan toleransi serta solidaritas antar suku. Selain itu kerukunan antar suku
dikampung Kutowinangun di dorong oleh kepentingan dan kebutuhan yang sama,
dalam mencapai kebutuhan serta kepentingan yang sama mereka membentuk
suatu perkumpulan atau asosiasi sesuai kepentingan yang akan mereka capai.
Peran para petinggi kampung juga sangat dimunculkan, dengan
menyediakan berbagai forum sebagai wadah antar suku untuk bertemu dan saling
mengenal serta mengerti satu sama lain . selain itu juga memperlakukan semua
suku dengan sama/adil. Sehingga kerukunan sebagai tujuan bersama bisa tercapai.
Key word: kerukunan antar suku, ikatan sosial, peran petinggi kampung
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari berbagai macam
suku bangsa, agama, kepercayaan, ras, bahasa daerah dan lain sebagainya.
Tingginya keberagaman itu lah lahir berbagai budaya ataupun adat istiadat dari
masing-masing suku, agama dan kepercayaan. Sehingga di negara Indonesia
sangat familiar istilah multietnis, plural dan multikultural.
Masyakarat multikultural merupakan suatu keadaan masyakarat yang di
dalamnya terdapat keaneka ragamaan budaya, termasuk di dalamnya terdapat
keaneka ragamaan bahasa, adat istiadat, dan pola-pola sebagai tatanan perilaku
anggota masyarakatnya.1 Multikulturalisme menjadi suatu kebutuhan bersama
apabila kita mengakui heterogenitas dalam masyarakat. Dalam konteks inilah,
peran serta masayarakat memainkan peran yang sangat penting untuk mendorong
agar kemajemukan di Indonesia dapat tampil sebagai suatu kekuatan untuk
membangun bangsa dan negara.2 Disisi lain, multikulturalisme dapat menjadi
sumber konflik dan persoalan sosial. Hal tersebut dikarenakan heterogenitas
belum diakuai dan difahami oleh semua lapisan masyarakat.
1 Elly M.Setiadi & Usman Kolip, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group, 2013) hlm. 552-553. 2http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kel
ompok_1/Referensi/Etnovisi_Vol__II_No__1_April_2006.pdf#page=7 diunduh pada tanggal 11 November 2015 pada pukul 17.35 Wib.
2
Terjadinya multikulturalisme dalam masyarakat salah satunya dikarenakan
adanya transmigrasi pada masa lampau. Baik dengan tujuan ekonomi atau
demografi. Salah satu daerah tujuan transmigrasi pada masa itu adalah Sumatra,
dan seluruh pelosok-pelosok Sumatra. Termasuk provinsi Lampung dan seluruh
bagian nya.
Tahun 1952 sampai dengan 1970 pada objek-objek transmigrasi daerah
Lampung telah ditempatkan sebanyak 53.607 KK, dengan jumlah sebanyak
222.181 jiwa, tersebar pada 24 (dua puluh empat) objek dan terdiri dari 13
jenis/kategori transmigrasi. Untuk Kabupaten Lampung Tengah saja antara tahun
itu terdiri dari 4 (empat) objek, dengan jatah penempatan sebanyak 6.189 KK atau
sebanyak 26.538 jiwa. Kampung paling dominan dihuni oleh masyarakat suku
Jawa dan suku Sunda, namun suku Sunda tidak sebanyak suku Jawa. Mereka
mulanya merupakan transmigran yang ditempatkan di wilayah kecamatan di
Lampung Tengah. Suku lainnya adalah suku Bali, namun sebagian besar mereka
mendiami beberapa kecamatan di wilayah timur, dan sisanya di Lampung
Tengah.3
Provinsi Lampung yang berada diujung timur pulau Sumatra ini merupakan
provinsi yang memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan provinsi
lainya yang berada di Sumatra. Provinsi ini berpenduduk 7.608.405 jiwa (sensus
2010), yang terdiri dari berbagai macam suku. Selain suku asli Lampung sendiri,
provinsi tersebut juga banyak penduduk atau suku yang berasal dari Sumendo
(Sumsel), Lombok, Jawa, Bali, Minang/Padang, Batak, Sunda, Madura, Bugis,
3 https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Lampung_Tengah diunduh pada tanggal 17
November 2015, pada pukul 16:45 Wib.
3
Banten, Palembang, Aceh, Makasar, warga keturunan, dan warga asing (China
dan Arab). 4
Suku merupakan salah satu identitas yang biasanya dijunjung tinggi oleh
bagian dari suku tertentu. Keberagaman suku dalam masyarakat akan membentuk
karakteristik yang berbeda-beda. Karna setiap suku memiliki kekhasan atau
unsur-unsur budaya yang dijungjung tinggi oleh kelompoknya. Kebudayaan yang
dimaksud adalah kebudayaan kemasyarakatan. Yakni kebudayaan yang
memberikan kepada anggotanya berbagai cara hidup yang penuh arti dalam segala
kegiatan manusia, termasuk kehidupan sosial, pendidikan, agama, hiburan dan
ekonomi, yang mencakup baik bidang publik maupun pribadi. Kebudayaan-
kebudayaan itu cenderung berkonsentrasi secara teritorial, berdasarkan bahasa
yang sama.5
Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) dalam sensus penduduk tahun 2010
tersedia 1331 kategori suku. Sejumlah 1331 kategori itu merupakan kode untuk
nama suku, nama lain/alias suatu suku.6 Keberagaman tersebut membuat
Indonesia sebagai negara kesatuan menjunjung tinggi 1 semboyan, yang
merupakan semboyan perdamaian, toleransi dan tenggang rasa yakni “Bhineka
Tunggal Ika” berbeda-beda tetapi tetap satu.
Berbagai konflik muncul yang disebabkan oleh kemajemukan etnik atau
suku banyak terjadi diberbagai daerah seperti di Sambas, Ambon,
4 http://www.lintasberita.web.id/perang-suku-di-Lampung-sebuah-dendam-lama/ 17
November 2015, pada pukul 13:18 Wib 5 Will Kymlicka, Kewargaan Multikultural (Jakarta: LP3ES, 2011)hlm.114.
6 https://www.bps.go.id/KegiatanLain/view/id/127 diunduh pada 9 Juni 2016 pada pukul
11.18 Wib.
4
Papua dan Aceh. Menurut penelitian, sudah sekian lama masing-masing etnis
memendam rivalitas satu sama lain yang bertumpang tindih dengan berbagai
kepentingan, yaitu ekonomi, sosial budaya, dan politik. Ditingkat makro,
simpulan yang diajukan adalah bahwa kasus Kupang berakar pada kompetisi
antara masyarakat asli dan pendatang atas sumber-sumber ekonomi: rusuh
Mataram berpangkal pada provokasi solidaritas Ambon, sementara rusuh Sambas
adalah akibat rivalitas dayak dan melayu dengan Etnis Madura yang sudah lama
terpendam.7
Kasus-kasus serupa juga kerap terjadi dibumi Lampung. Dan hal tersebut
merupakan salah satu keunikan sekaligus persoalan yang dihadapi oleh
masyarakat Lampung. Berikut adalah konflik yang terhitung besar yang pernah
terjadi diLampung:
Pembakaran pasar Probolinggo Lampung Timur oleh suku Bali
29 Desember 2010: perang suku Jawa/ Bali vs Lampung
September 2011: Jawa vs Lampung
Januari 2011: Sidomulyo Lampung Selatan vs Bali
Oktober 2012: Sidomulyo Lampung Selatan.8
Konflik-konflik diatas merupakan beberapa konflik antar suku yang diekpos oleh
media. Dan sebenarnya masih banyak sekali konflik antar suku yang berujung
kekerasan yang terjadi di Lampung.
7 Dr. Agus Salim, MS, Sratifikasi Etnik (Yogyakrta : Tiara Wacana, 2006). Hlm.1.
8http://www.lintasberita.web.id/perang-suku-di-Lampung-sebuah-dendam-lama/ 17
November 2015, pada pukul 13:18 Wib.
5
Banyak penyebab yang memicu terjadinya konflik yang berujung kekerasan
khususnya dikabupaten Lampung Tengah. Seperti sebuah kasus kerusuhan yang
terjadi di daerah Sukawaja Lampung Tengah. Hal tersebut dipicu oleh
dirampasnya (pembegalan) sepeda motor milik ST (31) yang merupakan warga
Sukawaja oleh tiga orang pemuda warga Gunung Sugih Baru Lampung Tengah.
Keributan bermula ketika ST (31) berteriak minta tolong, namun justru dikeroyok
oleh ketiga pemuda asal Gunung Sugih tadi. Warga yang melihat pengeroyokan
tesebut langsung menolong ST (31) dan menangkap ketiga pemuda tadi, namun
salah satu dari mereka berhasil lolos, dan kemudian kedua pemuda yang
tertangkap dipukuli beramai-ramai oleh warga Sukawaja, namun tiba-tiba ada
sebuah mobil berwarna hitam dan kemudian melepaskan tembakan ke udara, dan
meminta kedua pemuda tersebut dibebaskan (sambil mengancam), warga yang
takut akhirnya melepaskan kedua pemuda tersebut. Dan karna kejadian itulah
konflik berlanjut menjadi kekerasan, dan masing-masing desa bersiaga bila
sewaktu-waktu ada penyerarangan dari pihak luar.9
Kasus lain yang terjadi di daerah Bekri, yang merupakan perang antar
kampung, yakni kampung Kesumadadai Kec. Bekri dengan kampung Buyut Udik
Kec. Gunung Sugih. Bentrok ini dikarenakan tewasnya salah satu warga kampung
Buyut Udik yakni Khairil Anwar (29) tewas dibakar hidup-hidup oleh warga
kampung Kesumadadi karna diduga mencuri sapi. Setelah mengetahui salah satu
warganya dibakar oleh massa dari kampung Kesumadadi, warga kampung Buyut
Udik beramai-ramai menyerang kampung Kesumadadi dengan membawa
9 http://www.tribunnews.com/regional/2015/04/17/begal-berulah-dua-desa-siaga-perang-
di-Lampung-tengah/ diunduh pada tanggal 3 Februari 2016 pukul 09.00 Wib
6
berbagai senjata tajam, dan karna kejadian tersebut 13 rumah warga kampung
Kesumadadi hangus terbakar serta puluhan rumah lainya rusak.10
Berdasarkan pantauan komnas HAM, pascareformasi 1998 sampai 2015,
komnas HAM mencatat kurang lebih 1000 konflik terjadi di daerah Lampung.
Menurut sekretaris Daerah Provinsi Lampung, Arsinal Junaidi hal tersebut di
karenakan adanya beberapa indikasi yang menyebebkan konflik terus terjadi di
Lampung. Salah satunya mengenai ketimpangan pendapatan dan peran kelompok
sosial.11
Kutowinangun merupakan salah satu kampung kecil yang terletak di
kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Kampung ini terdiri dari 3 suku
besar, baik yang mayoritas maupun yang minoritas, yakni suku Jawa, Sunda dan
suku Lampung. Suku Jawa merupakan suku yang paling dominan di kampung ini,
yakni mencapai 60% dari total jumlah penduduk, sedangkan suku Sunda adalah
suku terbesar kedua setelah suku Jawa yang mencapai 30%, sedangkan suku
Lampung hanya mencapai 19% dan sisanya adalah suku kecil lainnya.12
Ketiganya hidup berdampingan dan harmonis dengan segala dinamika
kehidupanya. Selain 3 suku besar diatas,
masih ada beberapa suku kecil yang merupakan bagian dari warga kampung
Kutowinangun, seperti suku Madura, Palembang dan Bali.
10 http://sp.beritasatu.com/home/bentrok-antar-warga-di-Lampung-tengah-13-rumah-
terbakar/26681 diunduh pada tanggal 3 Februari 2016 pukul 10.00 Wib
11 http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-penyebab-konflik-horizontal-di-Lampung-terus-terjadi.html diunduh pada tanggal 3 Februari 2016 pukul 11.15 Wib.
12 Hasil wawancara dengan Ibu Nur Hidayah yang merupakan suku Jawa, pada tanggal 24 Maret 2016.
7
Keamanan dan kerukunan tentu menjadi prioritas utama bagi masyarakat
multikultural. Sebagai bukti kecil kerukunan yang terjalin di kampung tersebut
seperti, masing-masing suku saling membantu dan antusias dalam melaksanakan
adat atau kegiatanya masing-masing (suku). Gotong royong dalam menjaga
ketertiban dan keamanan kampungpun dilaksanakan bersama-sama, saling
membaur dan tanpa canggung, meskipun sebagaian tempat tinggal masing-masing
suku berkumpul menjadi satu atau ngeblok Meskipun di dalamnya terdapat
banyak perbedaan, baik perbedaan bahasa, budaya maupun adat istiadat.
Hal tersebut di daerah lain menjadi salah satu pemicu konflik antar suku.
Keharmonisan yang dimaksud tentu tidak lepas dari peran serta para petinggi suku
maupun kepala kampung, baik yang terdahulu hingga yang sekarang. Masing-
masing masa pemerintahan memiliki cara dan strategi sendiri dalam mengatur
masyarakatnya yang multikultural. Selain itu peran masyarakat sangat
menentukan atas terciptanya kerukunan yang ada di kampung Kutowinangun.
Terkait dengan kerukunan antar suku di kampung Kutowinangun
Kecamatan Sendang Agung Kabupaten Lampung Tengah, penulis sudah
melakukan penelitian terkait hal tersebut dengan batas waktu yang telah di
tentukan, serta mengikuti prosedur penelitian yang sudah di tentukan. Meskipun
banyak hal-hal yang melatar belakangi kerukunan di kampung Kutowinangun,
namun peneliti hanya berfokus pada hal-hal yang melatar belakangi terciptanya
kerukunan serta strategi yang dilakukan oleh pemerintah dalam mencapai
kerukunan tersebut.
8
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang masalah
yang telah dipaparkan adalah :
1. Faktor apa saja yang melatarbelakangi kerukunan yang terjalin
dikampung Kutowinangun?
2. Bagaimana ketiga suku (Jawa, Sunda dan Lampung) tersebut menjaga
keharmonisan dalam bermasyarakat?
3. Bagaimana peran petinggi kampung dalam menciptakan kerukunan di
kampung Kutowinangun ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan semua masalah diatas, serta
mengkaji secara mendalam. Sehingga data yang diperoleh nantinya dapat
dipertanggung Jawabkan. Adapun tujuan masalah secara spesifik adalah:
1. Untuk mengetahui keharmonisan ketiga suku (Lampung, Jawa,
Sunda) sebagai masyarakat yang berdampingan.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatar belakangi kerukunan
yang terjalin di kampung Kutowinangun.
3. Untuk mengetahui upaya-upaya atau strategi yang dilakukan oleh para
petinggi kampung dalam mencapai keadaan yang harmonis antar suku
di kampung Kutowinangun.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
9
Sebagai hasil karya ilmiah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna
dan berkontribusi terhadap perkembangan khusunya Sosiologi Politik
maupun ilmu sosial pada umumnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis, memberikan bekal pengalaman untuk mengaplikasikan
ilmu yang didapat selama duduk dibangku kuliah dalam kehidupan dan
karya yang nyata.
b. Bagi yang diteliti, memberikan saran atau masukan yang konstruktif
untuk kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.
c. Bagi almamater, sebagai tolak ukur daya serap mahasiswa yang
bersangkutan selama menempuh pendidikan dibangku kuliah dalam
merealisasikan ilmunya secara praktis.
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian yang saya ajukan bukanlah penelitian yang pertama kali (terkait
tema dan pembahasan). Penelitian sejenis sudah pernah dilakukan oleh para
peneliti terdahulu. Berikut adalah hasil review dari penelitian sejenis yang sudah
dilakukan oleh para peneliti terdahulu :
Pertama, adalah hasil penelitian yang berbentuk skripsi, yang berjudul
Kerukunan Pura Eka Dharma Kasihan Bantul (Studi Kerukunan Multikultural).
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan tekhnik atau
metode deskriptif kualitatif. Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan
10
sosiologis. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara,
dokumentasi dan penelitian pustaka.13
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor perekat
kerukunan multikultural, juga mengetahui peran Pura Eka Dharma dalam
menciptakan kerukunan. Penelitian ini adalah membahas tentang terciptanya suatu
faktor perekat kerukunan dilingkungan pura eka dharma. Terciptanya kerukunan
di Pura Eka Dharma dikarenakan adanya pemahaman dan pengalaman masing-
masing umat menurut ajaran dan kepercayaanya, kondisi keamanan dan ketertiban
yang kondusif dilingkungan pura, kondisi sosial dan ekonomi yang stabil
dimasyarakat sekitar, dan faktor pendidikan ikut pula mengambil peranan dalam
menciptakan kerukunan multikultural.
Selanjutnya mengenai peranan Pura Eka Dharma dalam menciptakan
kerukunan multikultural. Yaitu dengan mengadakan forum pertemuan antar
pemuka agama dengan umatnya, pembentukan kader kerukunan antar umat
beragama, membina serta memupuk sikap hidup rukun.
Penelitian diatas merupakan penelitian dengan tema yang serupa, namun
terdapat hal-hal yang menjadi pembeda yang signifikan antara penelitian diatas
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis.
Fokus yang akan penulis lakukan dalam penelitian ini adalah tentang hal-hal yang
melatar belakangi terciptanya kerukunan dikampung Kutowinangun. Juga
13
Susanti, Kerukunan Pura Eka Dharma Kasihan Bantul (Studi Kerukunan Multikultural) (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009)
11
mengenai peran dan strategi para petinggi kampung dalam menciptakan
kerukunan di kampung Kutowinangun.
Kedua, adalah penelitian yang berbentuk skripsi yang berjudul “Kerukunan
Antar Umat Beragama Islam, Kristen Katholik, dan Budha, Didesa Mendut
Kecamatan Munkid Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah”.14 Tujuan dari
penelitian ini adalah melakukan eksplanatif terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi interaksi sosial antar umat beragama, yang mampu menciptakan
hubungan yang rukun diantara pemeluk agama yang ada, dan juga untuk
menemukan serta mengeksplorasi terhadap cara masyarakat dalam menjaga dan
mempertahankan hubungan sosial antar umat beragama.
Penelitian ini membahas tentang sesuatu yang mempengaruhi kerukunan
dalam masyarakat plural di desa Mendut. Dan mengenai hal-hal yang menjadi
faktor yang membuat kerukunan antar agama berlangsung sangat lama. Praduga
yang melatarbelakangi kerukunan di desa Mendut adalah adanya faktor sosial
budaya yang melekat dan berkembang di dearah tersebut. Sosial budaya yang
dimaksud adalah sebuah norma-norma, nilai-nilai budaya atau moralitas umum
yang terbentuk dari nilai-nilai etika daerah.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berbentuk penelitian
lapangan (field research). Teori yang digunakan adalah teori Struktural
Fungsional yang di usung oleh Talcott Parsons. Metode pengumpulan data yang
14
Siti Jauharotul Mutmainah, Kerukunan Antar Umat Beragama Islam, Kristen Katholik, dan Budha, Didesa Mendut Kecamatan Munkid Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakrata, 2005)
12
digunakan adalah observasi, interview, dokumentasi. Metode analisis data yang
digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Penelitian diatas merupakan penelitian dengan tema serupa dan juga
memiliki latar belakang yang hampir semuanya sama, yakni tentang “bagaimana
terciptanya kerukunan”. Meskipun demikian, terdapat hal-hal yang menjadi
pembeda antara penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
penulis. Perbedaan secara garis besar terletak pada objek penelitian. Objek
penelitian penulis adalah “etnis/suku” sedangkan peneliti diatas adalah “agama”.
Ketiga, merupakan hasil penelitian yang berbentuk jurnal Antropologi
Sosial Budaya ETNOVISI yang ditulis oleh Muhammad Fedyani Syaifudin.
Volume II, No. 1: 3-11 tahun 2006. Yang berjudul Membumikan
Multikulturalisme Di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah agar masyarakat
Indonesia sebagai masyarakat yang sangat multikultural ini bisa hidup
berdampingan secara damai. Dengan menjunjung tinggi toleransi, menghargai
berbagai perbedaan yang ada dan mengutamakan kerukunan. 15
Fokus penelitian ini adalah menemukan konsep multikultural yang cocok
diterapkan di negara Indonesia. Konsep yang dimaksud tentu bukan hanya konsep
yang menekankan pada tujuan yang bersifat humanistic-individul, tetapi lebih
mengutamakan sosial-kolektif.
15http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Ke
lompok_1/Referensi/Etnovisi_Vol__II_No__1_April_2006.pdf#page=7. Jurnal Antropogi Budaya Vol II . No. 1. April 2006, diunduh pada tanggal 11 November 2015 pada pukul 17.35 Wib.
13
Konsep yang dirasa cocok diterapkan di Indonesia adalah konsep yang berbasis
pendidikan. Yakni pendidikan multikultural. Meskipun konsep ini masih
menimbulkan berbagai kontroversi pendapat, namun konsep ini diharapkan bisa
menjadi modal serta pengertingan hidup rukun dan damai dalam perbedaan.
Penelitian ditas merupakan penelitian serupa yang mengangkat isu yang
sama, yakni kerukunan-multikultural. Meskipun demikian, terdapat suatu
pembeda dalam penelitian yang akan dilakukan oleh penulis.
Yakni, tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis bukanlah rangkain konsep
untuk masyarakat multikultral supaya hidup berdampingan dengan damai,
melaikan ingin mengetahui apa hal-hal yang melatarbelakangi terciptanya
kerukunan di Kutowinangun (lokasi penelitian).
Keempat,merupakan hasil penelitian yang berupa Jurnal sosiologi, yang
ditulis oleh Deni Afero (alumni sarjana program Jurusan Sosiologi FISIP
Universitas Lampung) dan Hartoyo (Staf pengajar jurusan Sosiologi FISIP
Universitas Lampung), Vol. 1, No. 1: 60-71 hlm.62. Yang berjudul Keharmonisan
Hubungan Antara Etnis Bali Dengan Etnis Lampung (studi di Kabupaten
Lampung selatan). Fokus penelitian ini lebih menekankan pada konflik yang
terjadi antar Kabupaten Lampung Selatan terhadap etnis non-Bali di Kabupaten
Lampung Selatan. Dan juga melihat faktor penyebab konflik etnis Bali dengan
etnis Lampung cepet membesar di Kabupaten Lampung Selatan.16
16
http://pshi.fisip.unila.ac.id/jurnal/files/journals/5/articles/208/submission/original/208-631-1-SM.pdf Jurnal Sociologie, Vol. 1, No. 1:60-71. Yang diunduh pada tanggal 23 November 2015, pada pukul 16:12.
14
Penelitian diatas merupakan penelitian dengan tema serupa. Penelitian
diatas dengan fokus yang akan diteliti oleh penulis tentu ada perbedaan yang
signifikan. Penelitian diatas lebih menekankan pada pengungkapan atau melihat
sebab terjadinya konfik, sedangkan penulis lebih meihat kepada sebab terciptanya
kerukunan.
F. Kerangka Teori
Kerukunan, dalam bahasa Indonesia kata “rukun bererti mengatasi
perbedaan-perbedaan, kerjasama, saling menerima, hati tenang dan hidup
harmonis”. Dengan sesama warga komunitas, harus dapat seperti halnya anggota
keluarga, kangen dan menyenangkan. Sedangkan berlaku rukun sebagaimana
dikutip Franz Magnis Suseno dari Hildert Greetz, berarti menghilangkan tanda-
tanda ketegangan dalam masyarakat atau antara pribadi-pribadi. Sehingga
hubungan sosial tetap selaras dan terlihat baik-baik saja.17
Berbicara mengenai kerukunan maupun keharmonisan berarti juga harus
berani menyinggung tentang konflik ataupun kekerasan. Mengenai hal itu terdapat
pendekatan umum untuk menjelaskan mengapa kadang-kadang etnisitas menjadi
saluran perjuangan politik dan konflik. Pertama, pendekatan “Kontruktivisme”
menekankan kontek sosial dan sejarah yang membentuk, mentransformasi dan
menorehkan batas-batas etnis, serta basis konflik. Kedua, pendekatan
“instrumental” memusatkan pada peran elite dalam mobilisasi identitas. Ketiga,
pendekatan “primodialis”
17 Suseno, 1988: 39 dalam buku H. Haidlor Ali Ahmad(Ed), Revitalisasi Wadah
Kerukunan di Berbagai Daerah di Indonesia (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2009), hlm 5-6.
15
menekankan pada warisan watak-watak etnis bawaan dan kekekalan batasan-
batasan kelompok. Dalam versi paling murni dari perspektif ini, kelompok etnis
dilihat secara inheren rentan terhadap permusuhan karena watak perbedaan
kelompok mereka.18Pendekatan tersebut sedikit banyaknya sudah memberikan
gambaran umum mengenai terciptanya sebuah konflik suatu kelompok etnis.
Konflik ataupun kekerasan antar etnis tidak akan terjadi apabila di dalam
masyarakat hanya terdiri dari satu etnis saja.
Salah satu keindahan dari demokrasi adalah bahwa ada ruang untuk
kelompok yang tidak kita setujui, bahkan kelompok-kelompok yang kita anggap
menghina.19Pernyataan tersebut menunjukan bahwa sesama warga Indonesia
masing-masing memiliki hak yang sama, termasuk hak untuk menetap disuatu
wilayah. Hal ini terntunya merupakan salah satu penyebab terjadinya masyarakat
multi-kultural, multi-etnis, multi-bahasa dan lain sebagainya.
Harus diakui bahwa Indonesia merupakan sebuah konsep yang terdiri dari
keberagaman etnik, masing-masing etnik mengembangkan sifat komunalisme
secara otonom. Masing-masing etnis memiliki perilaku budayanya sendiri yang
hidup berkembang dengan wajar dan alamiah dalam bentuk-bentuknya yang
spesifik.20 Hal tersebut seringkali menimbulkan etnosentrisme masing-masing
etnis.
18 Jacques Bertrand, Nasionalisme dan Konflik Etnis di Indonesia ( Yogyakarta : Ombak,
2012), hlm. 8. 19
Sidney Jones,dkk, Sisi Gelap Demokrasi (Jakarta: (PUSAD) Pusat Studi Agama dan Demokrasi,2015), hlm. 5
20 DR.Agus Salim, MS, Stratifikasi Etnik (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), hlm. 3.
16
Mengingat Indonesia yang multietnis, multikultural dan multi akan
kepercayaan, tentu banyak sekali terjadi konflik yang berujung kekerasan. Seperti
yang sudah dijelaskan pada latar belakang diatas. Terlepas dari itu semua,
kampung Kutowinangun yang merupakan salah satu masyarakat muktikultural
tidak pernah terjadi konflik yang berujung kekerasan.
Organisasional dan keseharian (quodition), merupakan dua tipe yang
digunakan oleh Ashutosh Varsney untuk menjelaskan pertanyaan “mengapa
konflik etnis hanya terjadi disegelintir wilayah” di India. Varsney biasanya
menyebut bagian pertama sebagai asosiasional ikatan kewargaan sedangkan
menyebut yang kedua keseharian ikatan kewargaan. Apabila kedua bentuk ikatan
tersebut kuat, maka dapat mendorong terwujudnya perdamaian. Sebaliknya jika
kedua bentuk ikatan kewargaan itu tidak ada atau lemah, hal itu dapat membuka
ruang bagi munculnya kekerasan komunal. Kedua tipe diatas lebih dikenal
sebagai ikatan kewargaan.21
Dua ikatan tersebut dirasa cocok sebagai alat analisis dalam penelitian ini.
Mengingat kampung Kutowinangun merupakan salah satu kampung yang
multicultural dari berbagai suku yang berada di daerah rawan atau daerah yang
berpotensi tinggi terjadinya konflik etnis, yakni wilayah Lampung. Sebagai
contoh kecil dari kedua tipe tersebut yang juga dilakukan oleh warga kampung
Kutwonangun adalah penggemar club bola, kelompok tani, clup olahraga, clup
profesi bahkan partai politik berbasis kader,
21 Ashutosh Varsney, Konflik Etnis dan Peran Masyarakat Sipil (Jakarta: Balai Penelitian
dan Pengembangan Agama Jakarta Departemen Agama, 2009), hlm. 3.
17
club atau kelompok yang sudah disebutkan merupakan contoh dari ikatan
asisiasional. Bentuk contoh dari tipe yang kedua yakni ikatan keseharian seperti
saling mengunjungi tetangga antar suku, berpartisipasi bersama dalam acara-acara
perayaan, serta mengizinkan anak-anak mereka bermain bersama dilingkungan.
G. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Metode ini menekakankan analisis pada proses penyimpulan
deduktif dan induktif. Penelitian ini tentunya akan dilakukan dikampung
Kutowinangun, Kecamatan Sendang Agung, Kabupaten Lampung Tengah.
Adapun sumber-sumber data penelitian ini adalah sebagi berikut:
1. Sumber Data
Dalam melakukan pengumpulan data, penulis mengelompokan data
menjadi dua bagian yakni :
a. Data Primer
Data primer merupakan suatu objek atau data original, material mentah
dari perilaku yang disebut “First Hand Information”22. Mencakup segala
informasi, bahan materi yang menyangkut masyarakat kampung Kutowiangun.
22
Ulber Silalahi, Metode Peneleitian Sosial, (Bandung: PT Rafika Aditama, 2009). Hlm. 289. Dalam skripsi Nessy Ariana Fajrin. Mahasiswa Prodi Sosiologi Agama, Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta, hlm. 13.
18
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah segala sesuatu yang mencakup berbagai referensi,
maupun literature yang berkaitan dengan penelitian terkait.23
2. Metode Pengumpulan Data
Banyak hal yang dialami penulis dalam proses pengumpulan data, baik itu
berupa hambatan maupun berupa dukungan. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi merupakan langkah awal untuk memperoleh data awal, dengan
cara mengamati. Sehingga peneliti lebih faham dan mengerti keadaan objek yang
akan diteliti. Penulis sudah melakukan observasi di kampung Kutowinangun,
guna mencari informasi terkait. Seperti mengamati kegiatan harian maupun
kegiatan besar yang dilakukan oleh masing-masing suku, juga mengenai strategi
yang dilakukan oleh para petinggi kampung dalam mengupayakan kerukunan.
Mengetahui cara interaksi masing-masing suku dalam kehidupan sehari-hari juga
meruapakan salah satu hasil dari pengamatan yang sudah penulis lakukan.
b. Wawancara
Metode ini digunakan supaya penulis dapat berinteraksi secara langsung
dengan masyarakat yang akan diteliti. Penulis sudah melakukan wawancara
terhadap petinggi masing-masing suku,
23
Ulber Silalahi, Metode Peneleitian Sosial, (Bandung: PT Rafika Aditama, 2009). Hlm. 289. Dalam skripsi Nessy Ariana Fajrin. Mahasiswa Prodi Sosiologi Agama, Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta, hlm. 13.
19
masyarakat pada umumnya dan pemerintah desa. Target awal penulis adalah 15
informan, yang masing-masing 5 orang bagi setiap sukunya. Karena Jawaban dan
data yang diperlukan sudah terpenuhi sehingga penulis hanya mewawancari 15
orang namun lebih banyak para elit atau mantan elit kampung juga yang di
wawancarai yang terdiri dari petinggi masing-masing suku, mantan bagian
pemerintah kampung, tokoh agama dan anggota masyarakat pada masing-masng
suku.
c. Dokumentasi
Metode ini digunakan supaya data-data yang diperoleh dijamin kualitasnya
dan kevalidanya dan dapat dipertanggung Jawabkan. Dengan menelaah berbagai
dkumen (buku, makalah, arsip yang berkaitan dengan kerukunan dan lain
sebagainya).
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan ini akan sedikit memberi gambaran mengenai isi
dari masing-masing Bab yang semuanya adalah hasil dari penelitian kecuali Bab I,
karena Bab I merupakan proposal yang penulis ajukan. Dibawah ini adalah
bahasan dari Bab I sampai Bab V, yaitu:
BAB I Menjelaskan tentang pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, kerangkas teori, metode
penelitian dan metode pengumpulan data.
20
BAB II Gambaran umum masyarakata kampung Kutowiangun Kecamatan
Sendang Agung Kabupaten Lampung Tengah, mengenai letak geografis kampung
Kutowinangun, keadaan penduduk, dan interaksi antar suku.
BAB III ini akan menjelaskan tentang, faktor-faktor yang melatar belakangi
terciptanya kerukunan antar suku. Juga akan menjelaskan tentang cara masing-
masing suku dalam menjaga budaya dan menjalankan adat istiadat mereka tanpa
menimbulkan konflik yang berujung kekerasan dengan suku lainya.
BAB IV ini merupakan proses analisi yang akan dilakukan penulis menggunakan
teori terkait.
BAB V Kesimpulan, berisi tentang keseluruhan dari hasil penelitian. Adapun
kritik dan saran juga dimasukan dalam bab V.
92
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kondisi masyarakat yang damai dan harmonis seperti sekarang ini
merupakan hasil dari berbagai upaya yang dilakukan oleh para petinggi kampung.
Dua jenis hubungan ikatan sosial yang ada di kampung Kutowinangun setidak nya
mampu menJawab sebab kondisi masyarakat yang harmonis dan damai dapat
dicapai, dan berbagai ketegangan antar suku dapat diredam sehingga tidak pernah
terjadi konflik yang berujuang kekerasan antar suku di kampung Kutowinangun.
Temuan dari penelitian ini adalah bahwa:
1. Kerukunan yang ada dikampung kutowinangun dilatar belakangi oleh
interaksi antar suku yang selalu terjadi dan bersifat rutin, meskipun
interkasi tersebut merupakan interaksi yang sederhana. Aktivitas kesahrian
yang baik antar masyarakat akan melahirkan rasa solidaritas antar suku.
Diikat oleh kepentigan dan kebutuhan yang sama, seperti kepentingan-
kepentingan ekonomi, politik, sosial dan lain sebagainya.
2. Rasa saling menghargai dan toleransi antar suku membuat masing-masing
suku merasa nyaman dan tidak merasa terancam akan hilangnya budaya
ataupun kegiatan yang menjadi kekhasan mereka, seperti partisipasi
masing-masing suku dalam kegiatan suku lainya. Hal itulah yang membuat
mereka hidup berdampingan dengan harmonis.
3. Upaya menciptakan masyarakat yang rukun, petinggi kampung
menciptakan wadah ataupun forum untuk measyarakat saling bertemu dan
93
saling mengenal, seperti kegiatan sosial (kerja bakti, kelompok arisan,
kelompok tani dan lain sebagainya) dan kegiatan keagamaan. Baik
kepemimpinan dari masa lampau maupun yang sekarang.
B. Saran
Sebagai masyarakat yang terdiri dari berbagai macam suku tentu
keamananan dan perdamaian menjadi hak yang utama, mengingat masing-masing
suku membawa adat, budaya dan bahasannya masing-masing, dan hal itu
melahirkan berbagai perbedaan. Berbagai upaya sudah dilakukan baik oleh para
petinggi kampung yang meliputi kepala kampung (dan jajarannya), petinggi suku
tokoh agama dan sebagainya dan oleh masyarakat pada umumnya. Sebenarnya
ada beberapa hal yang seharusnya diperbaiki di kampung Kutowinangun guna
membuat kerukunan di kampung tersebut semakin erat. Adapun saran penulis
untuk kampung Kutowinangun adalah:
1. Menyelenggarakan kegiatan TPA (Taman Pendidikan Al-qur’an)
secara merata dan tidak terpusat seperti yang ada sekarang. Karena
denang terselenggaranya kegiatan tersebut secara merata diseluruh
masjid ataupun mushala yang ada maka pengertian untuk hidup damai
dan saling mengahrgai akan ditamankan kepada anak-anak sejak dini.
2. Menghidupkan organisasi kepemudaan seperti FKP di semua dusun
seperti yang sudah dirancang. Meratanya organisasi tersebut semua
pemuda bisa dimungkin kan terlibat, sehingga keributan-keributan
yang disebebkan oleh pemuda bisa minimalisir dan dikendalikan.
94
DAFTAR PUSTAKA
Asy Yusuf, Masyarakat Membangun Harmoni Resolusi Konflik dan Bina Damai Etnorelijius di Indonesia, Jakarta: Badana Litbang dan Diklat, Kementrian Agama RI, 3013.
Bertrand Jacques, Nasionalisme dan Konflik Etnis di Indonesia, Yogyakarta: Ombak, 2012.
Damsar, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta: Kencana Prenada Group, 2010.
Jones Sidney dkk., Sisi Gelap Demokrasi,Jakarta : PUSAD (Pusat Studi Agama dan Demokrasi, 2015.
Kymilcka Will, Kewargaan Multikultural, Jakarta: LP3ES, 2011 MacAndrews, Colin & Rahardjo, Pemukiman di Asia Tenggara
Transmigran di Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada Press, 1983.
Maliki Zainuddin, Rekonstruksi Sosial Modern, Yogyakarata: Gadjah Mada University Press, 2012.
M Setiadi, Elly & Kolip Usman, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta: Kencana Prenamedia Group, 2013.
Pasalong Harbini, Kepemimpinan Birokrasi, Bandung: Alfabeta, 2008.
Pudjiwati Sayogyo, Sayogyo, Sosiologi Pedesaan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005.
Nasikun, Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: Rajawali, 1992.
Salim Agus, Sreatifikasi Etnik, Yogyakarata: Tiara Wacana, 2006.
Shahab Kurnia, Sosiologi Pedesaan, Yogyakarta: AR-RUZZ Media, 2013.
Silalahi Ulber, Metode Penelitian Sosial, Bandang: PT Rafika Aditama, 2009.
Soekanto soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2012.
Srimulyono, Asal-Usul Wayang dan Masa Depanya, Jakarta: PT Intidayu Press, 1978.
Susanto S. Astrid, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bandung: Binacipta, 1979.
Ubaidillah A dkk., Pendidikan Kewargaan Demokrasi, Ham dan Masyarakat Madani, Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000.
Varsney Ashutosh, Konflik Etnik dan Peran Masyarakat Sipil, Jakarta: Yale University Press, 2002.
95
Winardi, Teori Organisasi dan Pengorganisasian, Jakarta: RaJawali Press, 2009.
Sumber Sripsi
Siti Jauharotul Mutmainah, Kerukunan Antar Umat Beragama Islam, Kristen Katholik, dan Budha, Didesa Mendut Kecamatan Munkid Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah, Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarat, 20
Susanti, Kerukunan Pura Eka Dharma Kasihan Bantul (Studi Kerukunan Multikultural), Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009.
Nanang Triadi, Pola Social Intersected Masyarakat Transmigran Jawa Dengan masyarakat Penduduk Lokal (studi Kasus Desa Marga Mulya dan Desa Ambunu, Kecamatan Bunku Barat, Kbupaten Morowali), Yogyakarta: Uin Sunan Kalijaga, 2015.
Sumber Internet http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_1/Referensi/Etnovisi_Vol__II_No__1_April_2006.pdf#page=7. http://www.lintasberita.web.id/perang-suku-di-Lampung-sebuah-dendam-lama/ https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Lampung_Tengah http://pshi.fisip.unila.ac.id/jurnal/files/journals/5/articles/208/submission/original/208-631-1-SM.pdf
http://www.tribunnews.com/regional/2015/04/17/begal-berulah-dua-desa-siaga-perang-di-Lampung-tengah
http://sp.beritasatu.com/home/bentrok-antar-warga-di-Lampung-tengah-13-rumah-terbakar/26681
http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-penyebab-konflik-horizontal-di-Lampung-terus-terjadi.html
https://www.bps.go.id/KegiatanLain/view/id/127
96
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Interview Guide
A. pedoman wawancara untuk masing-masing suku dan petinggi kampung
Kutowinangun
1. Bagaimana interaksi ketiga suku dikampung kutowinangun?
2. Bagaimana masing-masing suku menjaga budaya-adatnya ?
3. Seberapa besar kontribusi masing-masing suku terhadap kegiatan/hajat suku lainnya ?
4. Bagaimana membangun kerukunan antar suku ?
5. Apa saja yang dilakukan oleh masing-masing petinggi suku/orang yang dipercaya
dalam mengatur kelompoknya sehingga terciptanya kerukunan antar suku?
6. Seberapa besar partisipasi masing-masing suku di pemerintahan desa?
7. Apa yang dilakukan pemerintah desa sehingga terciptanya kerukunan antar suku ?
8. Bagaimana penyeesaian apabila terjadi fonflik antar suku supaya tidak berujung pada
kekerasan ?
9. Apakah ada sangsi yang diberikan oleh pemerintah terhadap suku yang berkonflik?
2. Daftar Informan
1. Nama : Ruslan
Usia : 36 Tahun
Pendidikan terakhir : STM /SMA Sederajat
Jabatan : Kepala Kampung Kutowiangun
Suku : Sunda
Agama : Islam
Perekajaan : Kepala Kampung dan Buruh Tani
2. Nama : Pulung
Usia : 66 Tahun
Pendidikan terakhir : Tidak Lulus SD
Jabatan : Petinggi suku Sunda dan Tokoh agama
Suku : Sunda
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh Tani
3. Nama : Ngadimin
Usia : 58 Tahun
Pendidikan terakhir : SR/ SD Sederajat
Jabatan : Petinggi Suku Jawa dan Bayan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
4. Nama : Faisol
Usia : 45 Tahun
Pendidikan terakhir : SMA
Jabatan : Saibatin/ Raja Lampung
Suku : Lampung
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
5. Nama : Nur Hidayah
Usia : 42 tahun
Pendidikan terakhir : MA /SMA Sederajat
Jabatan : Warga
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta dan Petani
6. Nama : Puji Winarni
Usia : 29 Tahun
Pendidikan terakhir : SMA
Jabatan : Warga
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. Nama : Jumini
Usia : 46 Tahun
Pendidikan terakhir : SMP
Jabatan : Mantan Kepala Kampung
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
8. Nama : Sidiq
Usia :71 Tahun
Pendidikan terakhir : SR /SD Sederajat
Jabatan : Mantan Carik / Sekretaris Desa
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh Tani
9. Nama : Sukirman
Usia : 50 Tahun
Pendidikan terakhir : SPG / SMA Sederajat
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru SD
10. Nama : Darsi Ah / Oyot
Usia : 62 Tahun
Pendidikan terakhir : Tidak Lulus SD
Jabatan : Warga
Suku : Sunda
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
11. Nama : Sirwanuddin / Iwong
Usia : 36 Tahun
Pendidikan terakhir : SMP
Jabatan : Warga
Suku : Sunda
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
12. Nama : Saidah
Usia : 40 tahun
Pendidikan terakhir : SD
Jabatan : Warga
Suku : Lampung
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh Tani
13. Nama : Ari Asih
Usia : 46 tahun
Pendidikan terakhir : S1
Suku : Jawa-Lampung
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
14. Nama : Sartono
Usia : 45 tahun
Pendidikan terakhir : STM /SMA Sederajat
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Suku : Jawa
15. Nama : Ruriyanto
Usia : 30 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Sekretaris desa
Suku : Jawa
Pendidikam terakhir : SMA
CURICULUM VITAE
Nama : Intan Resamana Ujirahayu
Tempat Tanggal Lahir : Lampung Tengah 19 Januari 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Asal :Kutowinangun Kec. Sendang Agung Kab.Lampung Tengah
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
Pendidikan Formal:
Tahun 2000-2006 : MI Nahdatul ‘Ulama Kalidadi Kec. Kalirejo Lam-teng
Tahun 2006-2009 : Mts Bustanul Ulum Jayasakti Kec. Anak Tuha Lam-teng
Tahun 2009-2012 : MA Bustanul Ulum Jayasakti Kec. Anak Tuha Lam-teng
Tahun 2012- 2016 : Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta
Pendidikan Non Formal:
1. Madrasah Diniyah Al-Hafidz Al-Mahfudziah 2. Madrasah Diniah Bustanul Ulum 3. Jogja Course Center (JCC)
Kegiatan Luar Kampus:
Pengajar TPA Nurul Islam Pedak Baru Yogyakarta