3
NAMA : DEWI LESTARI NIM : 2013.02.02.020 PRODI : PKN KERUKUNAN HIDUP BERAGAMA DI WILAYAH MAUMERE Azizah, gadis dari pantai Sikka itu bukan hanya sekedar memperkenalkan Maumere dan Flores atau NTT dari sisi budaya, tetapi kehadirannya menjadi simbol kerukunan beragama di wilayah timur negeri ini. Imbauan dukunganpun terus mengalir dari media sosial. Azizah yang muslimah juga mendapat dukungan dari Uskup Maumere. Beberapa pastor menyerukan umat di paroki dan gereja tempat mereka memimpin untuk memberikan dukungan kepada siswi kelas II SMK Yohanes XIII Maumere itu. Dari kelompok muslim, dukungan serupa juga diberikan melalui imbauan majelis ulama setempat. Walaupun seorang muslim, gadis 17 tahun ini merupakan anggota paduan suara gereja, bahkan dia mahir melantunkan Mazmur. Tak pelak, semua masyarakat Flores, NTT, apa pun latar belakang agamanya, terus mendukung Azizah hingga akhirnya mampu tampil di posisi puncak. Maka, tak berlebihan, jika banyak pihak mendukung Azizah menjadi Duta Kerukunan Beragama NTT. Dari kisah Azizah ini, tergambar bagaimana masyarakat NTT sesungguhnya, yang mampu bersatu tanpa mempersoalkan masalah perbedaan agama.

Kerukunan Hidup Beragama Di Wilayah Maumere

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KERUKUNAN HIDUP BERAGAMA DI WILAYAH MAUMERE

Citation preview

Page 1: Kerukunan Hidup Beragama Di Wilayah Maumere

NAMA : DEWI LESTARI

NIM : 2013.02.02.020

PRODI : PKN

KERUKUNAN HIDUP BERAGAMA DI WILAYAH MAUMERE

Azizah, gadis dari pantai Sikka itu bukan hanya sekedar memperkenalkan Maumere dan Flores

atau NTT dari sisi budaya, tetapi kehadirannya menjadi simbol kerukunan beragama di wilayah

timur negeri ini.

Imbauan dukunganpun terus mengalir dari media sosial. Azizah yang muslimah juga mendapat

dukungan dari Uskup Maumere. Beberapa pastor menyerukan umat di paroki dan gereja tempat

mereka memimpin untuk memberikan dukungan kepada siswi kelas II SMK Yohanes XIII

Maumere itu. Dari kelompok muslim, dukungan serupa juga diberikan melalui imbauan majelis

ulama setempat.

Walaupun seorang muslim, gadis 17 tahun ini merupakan anggota paduan suara gereja, bahkan

dia mahir melantunkan Mazmur. Tak pelak, semua masyarakat Flores, NTT, apa pun latar

belakang agamanya, terus mendukung Azizah hingga akhirnya mampu tampil di posisi puncak.

Maka, tak berlebihan, jika banyak pihak mendukung Azizah menjadi Duta Kerukunan Beragama

NTT.

Dari kisah Azizah ini, tergambar bagaimana masyarakat NTT sesungguhnya, yang mampu

bersatu tanpa mempersoalkan masalah perbedaan agama.

Anwar Pua Geno, Ketua DPRD NTT, mengakui kerukunan beragama merupakan tradisi kuat

yang mengakar di masyarakat NTT. Tidak hanya terjadi pada kelompok elite, tetapi juga

masyarakat di perdesaan.

Masyarakat sudah terbiasa saling membantu secara bergantian untuk kelancaran perayaan

keagamaan, baik Natal, Paskah, maupun Lebaran. Demikian juga dalam acara sambut baru

ataupun khitanan. Semua melebur saling membantu dalam ikatan kekerabatan. Hal inilah yang

menurut Anwar, nyaris tidak pernah terjadi dan meluasnya konflik berbau agama di NTT. Sejak

Page 2: Kerukunan Hidup Beragama Di Wilayah Maumere

dulu, sekolah-sekolah Muhammadiyah di wilayah NTT, menerima siswa/siswi serta mahasiswa

nonmuslim untuk menempuh pendidikan di lembaga pendidikan Muhammadiyah.

Pelajaran Agama Islam serta Kemuhammadiyahan juga diberikan kepada siswa nonmuslim.

Demikian juga sekolah-sekolah Kristen, membuka kesempatan kepada siswa mus lim untuk

mengenyam pendidikan di sana.

Tak heran pula, meski seorang muslim, Anwar berhasil terpilih menjadi Ketua DPRD NTT

untuk periode 2014—2019. Menurut mantan Ketua HMI cabang Kupang ini, masyarakat NTT

tidak terlalu menyoal apapun latar belakang agama seseorang. Ketika seseorang dianggap

mampu untuk memimpin, maka mereka dengan suka cita mendukung.

Ya, begitulah kehidupan sesungguhnya masyarakat NTT. Kendati sampai kini NTT masih lekat

dengan kemiskinan, korupsi, dan ketertinggalan secara ekonomi, tetapi masyarakat di wilayah ini

patut dijadikan panutan, terutama dalam hal kerukunan beragama.

Berbeda dengan itu, masih banyak masyarakat di negeri ini menghabiskan energinya dengan

percuma, baik secara langsung maupun melalui media sosial, hanya untuk saling hujat dan

mencari-cari kekurangan seseorang karena dia berbeda soal keyakinan.

Siapa saja bisa dengan gamblangnya melemparkan opini dan merasa paling benar sehingga

menghakimi pihak lain yang beda keyakinan adalah kelompok sesat. Pada akhirnya, sikap ini

hanya menimbulkan permusuhan tidak hanya bagi mereka yang beda agama, bahkan dengan

sesamanya yang satu keyakinan.

Sebagai penganut agama tertentu, kita memang harus yakin bahwa keyakinan agama kita benar,

tetapi kita juga harus sadar keyakinan atau agama lain juga mengajarkan tentang kebaikan.

Kalau seluruh masyarakat di Bumi ini, khususnya di Tanah Air tercinta ini orang-orangnya

memiliki kesadaran akan hal itu, tentu tidak akan lagi yang mempersoalkan perbedaan tentang

keyakinan orang lain. Justru yang dicari adalah nilai-nilai kesamaan dari keragaman dan dan

perbedaan tersebut, sehingga kita bisa bersama-sama membangun negeri ini, tidak hanya

terfokus pada masalah agama saja.