113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG BATIK (Studi di Kampung Wisata Batik Kauman Kota Surakarta) Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh: VINA SEPTI ARFIANI NIM. E0008082 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA

KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG BATIK

(Studi di Kampung Wisata Batik Kauman Kota Surakarta)

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna

Memperoleh Derajat Sarjana S1 Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

VINA SEPTI ARFIANI

NIM. E0008082

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA

KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG BATIK (Studi di Kampung Wisata

Batik Kauman Kota Surakarta)

Oleh:

Vina Septi Arfiani

NIM. E0008082

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, Juli 2012

Dosen Pembimbing Skripsi

Pembimbing I Pembimbing II

(Djuwityastuti, S.H,M.H) (Munawar Kholil , S.H, M.Hum)

NIP. 195405111980032001 NIP. 196810171994031003

Page 3: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA

KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG BATIK

(Studi di Kampung Wisata Batik Kauman Kota Surakarta)

OlehVina Septi Arfiani

NIM. E0008082

Telah diterima dan dipertahankan di hadapan

Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 1 Agustus 2012

DEWAN PENGUJI

1. Pranoto,S.H.,M.H (...................................................)NIP . 196412 19198903 1 002

2. Munawar Kholil , S.H, M.Hum (....................................................) NIP. 19681017 19940 3 1003

3. Djuwityastuti, S.H,M.H (.....................................................) NIP. 19540511 19800 3 2001

MengetahuiDekan,

Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum NIP. 19570203 198503 2 001

Page 4: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Vina Septi Arfiani

NIM : E0008082

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul:

KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA

KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG BATIK (Studi di Kampung Wisata

Batik Kauman Kota Surakarta) adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang

bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan

ditunjukan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan

saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa

pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan

hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 19 Juli 2012

yang membuat pernyataan

Vina Septi Arfiani

NIM. E0008082

Page 5: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Vina Septi Arfiani. E0008082. 2012. KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG BATIK (Studi di Kampung Wisata Batik Kauman Kota Surakarta).Fakultas Hukum UNS.

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana kesadaran hukum pendaftaran merek para pengusaha kecil dan menengah dibidang batik di Kampung Wisata Batik Kauman Kota Surakarta dan faktor- faktor apa yang mempengaruhi kesadaran hukum pendaftaran merek para pengusaha kecil menengah dibidang batik di Kampung Wisata Batik Kauman Kota Surakarta.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian empiris yang bersifat deskriptif. Jenis data pada penelitian ini adalah data primer yang diperoleh secara langsung dari lapangan dan data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari kajian pustaka yang berkaitan dengan masalah penelitian ini. Teknik pengumpulan data primer adalah observasi, wawancara, kuisioner, sedangkan teknik pengumpulan data sekunder adalah kajian pustaka. Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan teknik statistik Chi Square.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesadaran hukum pendaftaran merek para pengusaha kecil dan menengah di bidang batik di Kampung Wisata Batik Kauman tergolong rendah. Hal ini dikarenakan pengusaha yang mengetahui bahwa merek diatur di dalam UU No 15 Tahun 2001 hanya 4%, pengusaha yang memahami hal-hal yang diatur dalam UU No 15 Tahun 2001 hanya 38%, pengusaha yang sudah mendaftarkan merek dagangnya hanya 30%, terdapat 53% pengusaha yang menganggap mendaftarkan merek itu penting, dan terdapat 50% pengusaha yang sudah memiliki merek dagang sendiri. Kemudian Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum pendaftaran merek para pengusaha kecil dan menengah di bidang batik di Kampung Wisata Batik Kauman Kota Surakarta adalah kurangnya pengetahuan mengenai pendaftaran merek, anggapan bahwa merek tidak perlu didaftarkan, mahalnya biaya pendaftaran merek, budaya masyarakat di Kampung Wisata Batik Kauman Surakarta yang mempunyai rasa sungkan untuk mendaftarkan merek sendiri, dan rendahnya peran pemerintah.

Kata kunci : kesadaran hukum, pendaftaran merek, pengusaha kecil dan menengah, batik,

Page 6: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Vina Septi Arfiani. E0008082. 2012. LEGAL AWARENESS OF BRAND REGISTRATION OF LOW AND MEDIUM TRADERS IN BATIK SECTOR. (Research in Kampung Wisata Batik Kauman in Surakarta). Law Faculty of Sebelas Maret University.

The aims of the research are to know about legal awareness of brand registration of low and medium trades in Kampung Wisata Batik Kauman in Surakarta and the factors which influence legal awareness of brand registration of low and medium trades in Kampung Wisata Batik Kauman in Surakarta.

The research is a kind of law research called empirical research which has the quality of descriptive. The types of primary data in the research are directly gotten from the research place but the secondary data are gotten from literature review related to the problem of the research. The technique to collect the primary data uses observation, interview, questioners, but to collect the secondary data uses literature review. Data analytical technique is done by quantitative with statistic Chi Square.

Based on the result of the research legal awareness of brand registration of low and medium trades in Kampung Wisata Batik Kauman is low. It happens because the entrepreneurs who know that brand is regulated in UU no 15 in 2001 are just 4%, entrepreneurs who understand the things which are regulated in UU no 15 in 2001 are 38%, entrepreneurs who have registered their own brands are just 30%, there are 53% entrepreneurs who assume that to register the brand is important, and there are 50% entrepreneurs have their own brand. Then the factors which influence the legal awareness of brand registration of low and medium trades in Kampung Wisata Batik Kauman in Surakarta are the lack of understanding of brand registration, the high-priced of brand registration cost, the culture of hesitate to register their own brands, and the lack of government participation.

Keywords: legal awareness, brand registration, low and medium traders, batik.

Page 7: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Maka, apabila kamu selesai

(dari suatu urusan), kerjakanlah urusan (yang lain) dengan sungguh-sungguh.

(Q.S. Al Insyirah: 6-7)

Barangsiapa bersungguh-sungguh pasti dia akan berhasil

Tidak ada cara yang cepat untuk meraih kesuksesan dan kesuksesan itu berawal

dari sebuah mimpi

Bersyukur untuk hari ini, karena setiap apa yang kita terima itulah yang terbaik

untuk kita (Nasihat Sahabat)

Page 8: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama ALLAH yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

segala puji bagi ALLAH Tuhan Semesta Alam, Penulis mempersembahkan karya

ini kepada :

Orang tua tercinta Penulis, (alm) Maryanto, S.H. dan Ernani, S.H. dengan segala

kasih sayang dan perhatiannya mengajarkan penulis untuk memahami arti kerja

keras, pengorbanan serta tanggung jawab

Saudara Penulis tercinta, Vika Astried Permatasari yang telah mengajarkan

penulis bagaimana menjadi kakak yang lebih baik dari yang sebelumnya

Teman spesial Penulis, Aditya Prabowo yang telah mengisi hari-hari Penulis

dalam keadaan suka maupun duka

Kepada Almamater Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret tercinta yang telah

memberikan pelajaran serta pengalaman yang tidak mungkin penulis lupakan

Page 9: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang tak pernah

berhenti melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan hukum dengan judul “KESADARAN HUKUM

PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN

MENENGAH DI BIDANG BATIK (Studi di Kampung Wisata Batik

Kauman Kota Surakarta)”.

Penulisan hukum ini membahas tentang bagaimana kesadaran hukum

pendaftaran merek para pengusaha kecil dan menengah di bidang batik di

Kampung Wisata Batik Kauman Surakarta dan faktor-faktor apa yang

mempengaruhi kesadaran hukum pendaftaran merek para pengusaha kecil dan

menengah di bidang batik di Kampung Wisata Batik Kauman Surakarta

Pada masa penulisan hukum ini Penulis banyak sekali menerima bantuan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini Penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hartiniwingsih S.H, M.Hum, selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan izin

serta kesempatan bagi penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan

hukum ini.

2. Bapak Dr. Hari Purwadi, S.H., M.Hum selaku Pembantu Dekan I

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan izin

penelitian;

3. Bapak Mohammad Adnan, S.H, M.Hum, selaku Pembimbing

Akademik;

4. Ibu Djuwityastuti, S.H., M.H., dan Bapak Munawar Kholil S.H,

M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia dengan teliti

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini,

sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum ini;

5. Para pengusaha kecil dan menengah di bidang batik di Kampung

Wisata Batik Kauman Kota Surakarta, selaku responden yang telah

Page 10: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

bersedia membantu penulis dalam melakukan penelitian untuk penulisan

hukum ini.

Akhirnya sembari mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi Penulis sendiri maupun

bagi para pembaca yang budiman.

Surakarta, 18 Juli 2012

Vina Septi Arfiani

Page 11: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................. v

ABSTRACT................................................................................................ vi

MOTTO ………………………………………………………………….. vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. viii

KATA PENGANTAR ................................................................................ ix

DAFTAR ISI............................................................................................... xi

DAFTAR TABEL....................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Perumusan Masalah............................................................... 6

C. Tujuan Penelitian................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian................................................................. 7

E. Metode Penelitian .................................................................. 8

F. Sistematika Penulisan Hukum............................................... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 18

A. Kerangka Teori ...................................................................... 18

1. Tinjauan umum tentang Hak Kekayaan Intelektual

(HKI) ............................................................................... 18

2. Tinjauan umum tentang Hukum Merek........................... 24

3. Tinjauan umum tentang Kesadaran Hukum .................... 47

Page 12: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

4. Tinjauan umum tentang Usaha Kecil Menengah ............ 53

5. Tinjauan umum tentang Efektifitas Hukum Merek......... 53

B. Kerangka Pemikiran............................................................... 59

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................ 61

A. Deskripsi Singkat Kampung Wisata Batik Kauman

Surakarta…. ........................................................................... 61

B. Hasil Penelitian ...................................................................... 68

1. Kesadaran Hukum Pendaftaran Merek Para Pengusaha

Kecil dan Menengah di Bidang Batik di Kampung

Wisata Batik Kauman Kota Surakarta ............................ 68

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Hukum

Pendaftaran Merek Para Pengusaha Kecil dan

Menengah di Bidang Batik di Kampung Wisata Batik

Kauman Kota Surakarta.................................................. 77

C. Pembahasan............................................................................ 79

1. Kesadaran Hukum Pendaftaran Merek Para Pengusaha

Kecil dan Menengah di Bidang Batik di Kampung

Wisata Batik Kauman Kota Surakarta ............................ 79

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Hukum

Pendaftaran Merek Para Pengusaha Kecil dan

Menengah di Bidang Batik di Kampung Wisata Batik

Kauman Kota Surakarta.................................................. 91

BAB IV PENUTUP ................................................................................... 97

A. Simpulan ................................................................................ 97

B. Saran....................................................................................... 98

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 99

LAMPIRAN............................................................................................... 102

Page 13: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Anggota Pengusaha Batik Paguyuban Kampung

Wisata Batik Kauman (PKWBK) Surakarta .................................... 65

Tabel 2. Nilai Score Data Responden ……………………………………… 69

Tabel 3. Tingkat Pengetahuan dan Pemahaman Responden tentang

Hukum Merek …………………………………………………….. 71

Tabel 4. tingkat Sikap Hukum Responden ………………………………… 73

Tabel 5. Tingkat Pola Perilaku Hukum Responden ……………………….. 73

Tabel 6. Hasil Nilai Responden …………………………………………….. 74

Tabel 7. Daftar Biaya Pendaftaran Merek …………………………………. 82

Page 14: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Tahapan Analisis Data ………………………………… 16

Gambar 2. Kerangka Pemikiran …………………………………………. 58

Page 15: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran II Daftar Kuisioner

Lampiran III Jawaban Kuisioner Responden

Lampiran IV Daftar Nama UKM Anggota Paguyuban Kampung Wisata Batik

Kauman Surakarta

Page 16: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia bisnis saat ini tumbuh dengan pesat, baik itu bisnis

besar maupun bisnis usaha kecil dan menengah. Salah satu dari bisnis yang

berkembang cepat tersebut adalah batik. Hal ini karena batik merupakan karya

yang menunjukan budaya asli Indonesia. Batik merupakan karya seni dan budaya

warisan leluhur bangsa Indonesia yang dikagumi dunia. Batik bukan hanya

digunakan pada acara-acara formal saja, namun sesuai perkembangannya batik

sudah menjadi mode masa kini bagi masyarakat indonesia sehingga setiap orang

memakai batik disetiap kesempatan apa saja. Semakin melonjaknya permintaan

terhadap batik, maka semakin banyak juga pengusaha-pengusaha yang

memproduksi maupun menjual batik baik secara eceran maupun grosiran.

Kota Surakarta merupakan salah satu tempat wisata belanja batik terkenal

di Indonesia. Di kota ini terdapat sentra kain batik yang terkenal, antara lain

kawasan Kampung Batik Laweyan dan kawasan Kampung Wisata Batik Kauman.

Keunikan Kampung Batik Kauman dibandingkan dengan yang lain adalah cara

yang ditawarkan kepada para wisatawan adalah kemudahan transaksi sambil

melihat-lihat rumah produksi tempat berlangsungnya kegiatan membatik. Artinya,

pengunjung memiliki kesempatan luas untuk mengetahui secara langsung proses

pembuatan batik. Bahkan untuk mencoba sendiri mempraktekkan kegiatan

membatik. Batik adalah salah satu produk kota dan telah menjadi andalan kota

Surakarta. Batik Surakarta sudah di kenal di seluruh Indonesia dan menjadi

produk andalan ekspor.

Batik Surakarta terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya batik dalam

proses cap maupun dalam batik tulisnya. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk

pewarnaan masih tetap banyak memakai bahan-bahan dalam negeri seperti soga

Jawa yang sudah terkenal sejak dari dahulu. Polanya tetap antara lain terkenal

dengan Sidomukti dan Sidoluruh (http://solobatik.athost.net/ diakses tanggal 30

1

Page 17: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

November 2011 pukul 17.55). Dalam perkembangannya, seni batik yang ada di

Kampung Batik Kauman dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu batik klasik

motif pakem (batik tulis), batik murni cap dan model kombinasi antara tulis dan

cap. Batik tulis bermotif pakem yang banyak dipengaruhi oleh seni batik Keraton

Kasunanan merupakan produk unggulan Kampung Batik Kauman. Produk-produk

batik kampung kauman dibuat menggunakan bahan sutra alam dan sutra tenun,

katun jenis premisima dan prima,rayon (http://www.surakarta.go.id/id/news/

kampung.batik.html. diakses tanggal 1 Desember 2011 pukul 20.35). Batik

Indonesia secara resmi diakui UNESCO dengan dimasukkan ke dalam Daftar

Representatif sebagai Budaya Tak-benda Warisan Manusia (Representative List of

the Intangible Cultural Heritage of Humanity) dalam Sidang ke-4 Komite Antar-

Pemerintah (Fourth Session of the Intergovernmental Committee) tentang Warisan

Budaya Tak-benda di Abu Dhabi. Depbudpar menyatakan masuknya Batik

Indonesia dalam UNESCO Representative List of Intangible Cultural Heritage of

Humanity merupakan pengakuan internasional terhadap salah satu mata budaya

Indonesia, sehingga diharapkan dapat memotivasi dan mengangkat harkat para

pengrajin batik dan mendukung usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat

(http://www.antaranews.com/berita/1254491066/batik-indonesia- resmi- diakui

unesco diakses tanggal 4 Agustus 2012 Pukuln23.50)

Pertumbuhan ekonomi di suatu negara sangat bergantung pada sektor

perdagangannya, yang pada akhirnya ditentukan pula oleh keunggulan komparatif

yang dimilikinya. Keunggulan komparatif sangat tergantung kepada kemampuan

teknologinya., yang salah satu unsurnya adalah pada bidang Hak Kekayaan

Intelektual. Dengan demikian Hak Kekayaan Intelektual menjadi bagian yang

sangat penting dalam kegiatan ekonomi suatu negara. Pembicaraan mengenai

batik sebagai salah satu komoditi perdagangan yang memiliki nilai ekonomi,

maka tidak bisa dilepasakan dari merek dagang yang merupakan salah satu dari

kekayaan intelektual.

Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual berupa pembajakan, pemalsuan

dalam konteks merek dagang, jelas merugikan secara signifikan bagi pelaku

ekonomi, terutama akan melukai si pemilik sah dari hak kekayaan intelektual

Page 18: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

tersebut. Begitu juga konsumen dan mekanisme pasar yang sehat juga akan

terganggu dengan adanya tindak pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual.

Indonesia di kenal di dunia memiliki beragam karya seni, seperti batik.

Era perdagangan global hanya dapat dipertahankan jika terdapat iklim

persaingan usaha yang sehat. Disini merek memegang peranan yang sangat

penting yang memerlukan sistem pengaturan yang lebih memadai. Berdasarkan

pertimbangan tersebut dan sejalan dengan perjanjian- perjanjian internasional

yang telah diratifikasi Indonesia serta pengalaman melaksanakan administrasi

merek, diperlukan penyempurnaan Undang- Undang Merek yaitu Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 1992 sebagai mana diubah dengan Undang- Undang

Nomor 14 Tahun 1997 dan diubah lagi dengan Undang- Undang Nomor 15 Tahun

2001 tentang Merek. Sejalan dengan Hak kekayaan inteektual yang pada intinya

adalah hak eksklusif yang diberikan kepada pemegang hak tersebut, maka merek

dagang juga memberikan hak eksklusif kepada pemiik merek tersebut saah

satunya berupa hak ekonomi.

Merek merupakan suatu tanda pembeda atas barang atau jasa bagi suatu

perusahaan satu dengan yang lainnya. Sebagai tanda pembeda maka merek dalam

satu klasifikasi barang atau jasa tidak boleh memiliki persamaan antara satu

dengan yang lainnya, baik pada keseluruhan maupun pada pokoknya.

Merek dagang yaitu merek yang digunakan atau ditempelkan pada barang

yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang atau badan hukum.

Merek sebagai salah satu wujud karya intelektual memiliki peranan penting bagi

kelancaran dan peningkatan perdagangan barang atau jasa dalam kegiatan

perdagangan dan investasi. Merek dapat memenuhi kebutuhan konsumen akan

tanda pengenal atau daya pembeda yang teramat penting dan merupakan jaminan

kualitas produk atau jasa dalam suasana persaingan bebas. Oleh karena itu, merek

adalah aset ekonomi bagi pemiliknya, baik perorangan maupun perusahaan (badan

hukum) yang dapat menghasilkan keuntungan besar, tentunya bila didayagunakan

dengan memperhatikan aspek bisnis dan proses manajemen yang baik. Demikian

pentingnya peranan merek ini, maka terhadapnya dilekatkan perlindungan hukum,

yakni sebagai objek terhadap terkait hak- hak perseorangan atau badan hukum.

Page 19: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Secara tradisional, Merek dagang merupakan cara pertama bagi pengusaha

untuk menembus rantai perdagangan grosir dan eceran serta untuk membuat

ikatan monopoli langsung dengan pelanggan eceran mereka. Di dunia yang

semakin kompleks sekarang ini, Merek dagang digunakan oleh penyedia ,

pelayanan, pengecer, dan lain sebagainya. Merek dagang juga untuk menetapkan

nilai terhadap produk- produk bermerek milik mereka sendiri (Adrian

Sutedi,2009:108).

Merek dagang merupakan sisi yang sah dari strategi pembuatan merek dan

pemasaran barang- barang bermerek, yang terletak pada akar dari banyaknya

pengembangan bisnis. Setiap pengusaha mencoba membedakan mereknya.

Dengan membuat merek untuk suatu produk, hal ini memungkinkan untuk

mendapatkan keuntungan atas tingginya mutu. Hal ini tentu saja dimungkinkan

dengan mengiklankan dan mempromosikan mutu yang reputasinya sudah baik.

(Adrian Sutedi,2009:108). Merek memberi sejumlah keuntungan pada produsen

maupun konsumen. Simamora menyebutkan dengan adanya merek, masyarakat

mendapat jaminan tentang mutu suatu produk yaitu dengan memperoleh informasi

yang berkaitan dengan merek tersebut. Dikenalnya merek oleh masyarakat

membuat pihak perusahaan meningkatkan inovasi produk untuk menghadapi

persaingan. Sedangkan bagi produsen, merek tentunya bermanfaat untuk

melakukan segmentasi pasar, menarik konsumen untuk membeli produk dari

merek tersebut serta memberikan perlindungan terhadap produk yang dihasilkan

(Fajrianti.2005:2).

Uraian di atas dapat mencerminkan betapa pentingnya peran merek dalam

lalu lintas perdagangan. Oleh karena itu diperlukan perlindungan terutama dari

perlindungan hukum bagi pemegang hak merek atau merek dagang terhadap

iktikad tidak baik para pelaku usaha lain. Di Indonesia, perlindungan hukum yang

diberikan bagi pemegang hak merek sesungguhnya telah diatur dalam Undang-

Undang No 15 Tahun 2001 tentang Merek, khususnya dalam pendaftaran merek.

Pendaftaran merek pun secara teknis juga telah diatur dalam berbagai peraturan

perundang undangan Pengaturan tentang merek diatur dalam Undang- Undang

Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek serta Peraturan Pemerintah Republik

Page 20: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Indonesia Nomor 23 Tahun 1993 tentang Tata Cara Permintaan Pendaftaran

Merek, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1993 tentang

Kelas Barang atau Jasa Bagi Pendaftaran Merek, Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang susunan organisasi, tugas dan fungsi

Komisi Banding Merek Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2009 tentang

Jenis Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak, Keputusan Presiden No.

17 Tahun 1997 tentang Pengesahan Trademark Law Treaty, Keputusan Presiden

No 85 Tahun 2003 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Pemeriksa Paten dan

Merek , dan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.03-

HC.02.01 Tahun 1991 tanggal 2 Mei 1991 tentang Penolakan Permohonan

Pendaftaran Merek Terkenal atau Merek yang Mirip Merek Terkenal Milik Orang

Lain atau Milik Badan Lain.

Meskipun telah diatur sedemikian rupa, segala peraturan perundang-

undangan yang mengatur tentang merek tersebut, termasuk yang memberikan

perlindungan tidak akan berjalan secara efektif tanpa adanya kesadaran hukum

oleh produsen. Kesadaran hukum yang dimaksud diantaranya adalah kesadaran

untuk mendaftarkan merek dagang mereka demi mendapatkan perlindungan

hukum dari pemerintah dan menghindari adanya tindakan yang merugikan

mereka. Kesadaran hukum merupakan salah satu faktor penting yang perlu

didorong. Idealnya untuk mencapai kondisi yang kondusif bagi tumbuh

berkembangnya kegiatan inovatif dan kreatif dalam skala nasional, para

pengusaha setidaknya memiliki informasi yang cukup untuk mengetahui

bagaimana hukum mengatur tentang merek. Kesadaran hukum adalah bagaimana

orang berfikir tentang hukum, tentang norma- norma umum dari hukum, tentang

praktik setiap hari, dan tentang cara yang umum digunakan dalam berhubungan

dengan hukum atau permasalahan hukum (Achmad Ali,2009:338).

Pada penelitian ini akan diketahui kesadaran hukum pendaftaran merek

para pengusaha kecil dan menengah di bidang batik di Kampung Wisata Batik

Kauman Surakarta dan apabila sudah diketahui bagaimana kesadaran hukum

pendaftaran merek tersebut, maka akan diketahui faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi kesadaran hukum pendaftaran merek. Pada penelitian sebelumnya

Page 21: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

juga terdapat penelitian mengenai kesadaran hukum mengenai merek, pada tahun

2008 oleh Sinta Mayandari dengan judul Kesadaran Hukum Pengusaha Terhadap

Undang-Undang No 15 Tahun 2001 tentang Merek di Kampung Batik Laweyan

Surakarta dan hasilnya adalah kesadaran hukum pendaftaran merek pengusaha

batik tersebut rendah. Sedangkan penulis memilih lokasi Kampung Wisata Batik

Kauman Surakarta karena di tempat ini merupakan tempat yang semua

pengusahanya dikategorikan sebagai pengusaha kecil dan menengah serta tempat

ini merupakan tempat yang merupakan daerah wisata batik di Surakarta dimana

pengusaha batik mempunyai showroom khusus untuk memasarkan batiknya yang

sebagian besar menjadi satu dengan rumah pengusaha tersebut sehingga

memudahkan penulis untuk bertemu secara langsung dengan para pengusaha.

Tetapi ada juga pengusaha yang tidak dapat ditemui oleh penulis karena alasan

kesibukan.

Bertitik tolak dari uraian yang dikemukakan oleh penulis sebelumnya

maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan menuangkannya dalam

suatu penulisan hukum dengan judul: KESADARAN HUKUM

PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN

MENENGAH DI BIDANG BATIK (Studi di Kampung Wisata Batik

Kauman Kota Surakarta).

B. Rumusan MasalahRumusan masalah dimaksudkan untuk penegasan masalah- masalah yang

akan diteliti sehingga memudahkan dalam pekerjaan serta pencapaian sasaran.

Dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana kesadaran hukum pendaftaran merek para pengusaha kecil dan

menengah di bidang batik di Kampung Wisata Batik Kauman Kota

Surakarta?

2. Faktor- faktor apa yang mempengaruhi kesadaran hukum pendaftaran merek

para pengusaha kecil dan menengah di bidang batik di Kampung Wisata

Batik Kauman Kota Surakarta.

Page 22: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian pasti mempunyai tujuan. Tujuan penelitian diperlukan

untuk memberikan arah yang tepat dalam proses penelitian agar penelitian itu

berjalan sesuai dengan apa yang dikehendaki. Definisi dari penelitian menurut

Soerjono Soekanto yaitu suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,

sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau

beberapa gejala hukum tertentu dengan proses analisis. (Mukti Fajar,2009:23)

Penulis membagi tujuan penelitian menjadi 2, yaitu:

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui bagaimana kesadaran hukum pendaftaran merek para

pengusaha kecil dan menengah di bidang batik di Kampung Wisata Batik

Kauman Kota Surakarta.

b. Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum

pendaftaran Merek para pengusaha kecil dan menengah di bidang batik di

Kampung Wisata Batik Kauman Kota Surakarta.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama dalam

menyusun karya ilmiah guna memenuhi persyaratan yang diwajibkan

dalam meraih gelar kesarjanaan di bidang ilmu Hukum pada Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Untuk menambah, memperluas, mengembangkan pengetahuan dan

pengalaman bagi penulis di dalam teori dan praktek lapangan hukum yang

sangat berarti bagi penulis.

D. Manfaat Penelitian

Di dalam setiap penelitian sangat diharapkan adanya manfaat dan

kegunaan yang dapat diambil dari penelitian tersebut. Adapun yang menjadi

manfaat dari penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Manfaat teoritis

Page 23: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

a. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis pribadi di bidang

ilmu hukum khususnya Hukum Perdata mengenai Hak Kekayaan

Intelektual.

b. Memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum

khususnya Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia.

c. Untuk mendalami teori- teori yang telah penulis peroleh selama menjalani

kuliah strata satu di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

dan untuk memberikan landasan untuk penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a. Mengembangkan daya penalaran dan membentuk pola pikir dinamis

penulis serta mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu

yang diperoleh.

b. Hasil penulisan ini diharapkan dapat membantu dan memberi masukan

serta tambahan pengetahuan bagi para pihak yang terkait dengan masalah

yang diteliti, dan berguna bagi para pihak yang berminat pada masalah

yang sama, serta mampu menjawab masalah yang diteliti.

E. Metode Penelitian

Suatu penelitian memiliki arti ilmiah apabila menggunakan metodologi

yang sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Metode penelitian

merupakan bagian yang terpenting dari suatu penelitian, karena metode penelitian

ini akan menjadi arah dan petunjuk bagi suatu penelitian. (Mukti Fajar,2009:104).

Pengertian metode penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk

memecahkan masalah yang ada dengan cara mengumpulkan, mengembangkan,

atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. Metode penelitian merupakan suatu

unsur mutlak yang harus ada dalam penelitian. Metode penelitian sangat

menentukan dalam suatu penelitian ilmiah, karena mutu nilai validitas dari hasil

penelitian ilmiah sangat ditentukan oleh pemilihan metode penelitiannya secara

tepat. Metode penelitian meliputi hal- hal sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Page 24: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian hukum ini termasuk

jenis penelitian empiris, yaitu penelitian yang mengkaji hukum dalam realitas

atau kenyataan di dalam masyarakat. Penelitian ini mencakup penelitian

terhadap identifikasi hukum(Mukti Fajar,2009:153).

2. Sifat Penelitian

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksud untuk

memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-

gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama mempertegas hipotesa- hipotesa,

agar dapat membantu memperkuat teori- teori lama atau di dalam kerangka

penyusun teori baru. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yaitu

memaparkan dan menjelaskan data yang ditemukan dalam penelitian.

Penelitian ini tidak memberikan justifikasi hukum seperti halnya penelitian

hukum normatif, mengenai apakah sesuatu peristiwa itu salah atau benar

menurut hukum, tetapi hanya memaparkan fakta- fakta secara sistematis.

Pemaparan fakta- fakta empiris yang disampaikan bisa dilakukan dengan

pendekatan kualitatif maupun kuantitatif. Pendekatan kualitatif adalah metode

yang mengungkap fakta- fakta secara mendalam berdasar karakteristik ilmiah

dari individu atau kelompok untuk memahami dan mengungkap sesuatu

dibalik fenomena. Sedangkan pendekatan kuantitatif adalah metode analisis

yang mendasar pada angka statistik atau bentuk hitungan lainnya sebagai

pembuktian kebenaran (Mukti Fajar,2009: 53).

Di dalam penelitian deskriptif, kegiatan tidak hanya terbatas pada

pengumpulan data dan penggunaannya tetapi yang lebih penting adalah

analisis dan interprestasi atas data yang telah didapat tersebut agar diketahui

maksudnya. Sedangkan dari sudut pelaksanaannya penelitian ini termasuk

dalam penelitian lapangan yang ditunjang dengan studi kepustakaan.

3. Pendekatan Penelitian

Penulisan hukum ini menggunakan pendekatan konstruksivisme, yaitu

upaya untuk memahami realitas pengalaman manusia, dan realitas itu sendiri

dibentuk oleh kehidupan sosial dengan cara mengembangkan sebuah pola

makna secara induktif selama proses berlangsung.

Page 25: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ditetapkan dengan tujuan agar lingkup pemasalahan

yang diteliti lebih sempit dan terfokus, sehingga penelitian yang dilakukan

lebih terarah. Penulis memilih lokasi penelitian di sentra Kampung Batik

Kauman Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta.

5. Populasi

Populasi adalah keseluruhan unit atau manusia yang mempunyai ciri-

ciri yang sama. Penentuan populasi ini harus sesuai dengan topik penelitian

(Mukti Fajar,2009:171). Dalam penelitian ini jumlah populasi yang diterima

peneliti dari pengurus Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman Kota

Surakarta berjumlah 49 pengusaha batik yang dikategorikan pengusaha kecil

menengah.

6. Teknik Pengambilan Sampling

Sampel adalah contoh dari suatu populasi yang cukup besar jumlahnya

dan sampel harus dapat mewakili populasi (Mukti Fajar,2009:172). Dalam

penelitian ini pemilihan sampel dilakukan dengan teknik Random Sampling,

yaitu dengan menentukan sampel secara acak, artinya setiap sampel dalam

suatu populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi

anggota sampel. Pengambilan sampel yang demikian dapat dilakukan apabila

tingkat homogenitas sampel dalam populasi tinggi, sehingga akan mudah

untuk diambil sampel yang dapat mewakili populasi. Dalam penelitian ini

peneliti akan mengambil sampling sebanyak 53% dari jumlah populasi,

sehingga 26 orang responden dianggap cukup untuk mewakili jumlah populasi

yang ada.

7. Jenis Data

Data adalah suatu fakta atau keterangan dari obyek yang diteliti.

Dalam penelitian hukum terdapat dua jenis data yang diperlukan, yaitu data

primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh terutama dari hasil

penelitian empiris, yaitu penelitian yang dilakukan langsung di dalam

Page 26: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

masyarakat (Mukti Fajar,2009: 156). Adapun data primer dari penelitian

ini yaitu diperoleh secara langsung dari lapangan atau lokasi penelitian

yaitu di Kampung Wisata Batik Kauman Kota Surakarta.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelaahan

kepustakaan atau penelaahan terhadap berbagai literatur atau bahan

pustaka yang berkaitan dengan masalah atau materi penelitian yang sering

disebut sebagai bahan hukum (Mukti Fajar,2009:156). Adapun data

sekunder dari penelitian ini diperoleh dari studi kepustakaan berbagai

buku, arsip, tulisan ilmiah, dokumen, peraturan perundang- undangan,dan

sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

8. Sumber Data

Sumber data adalah tempat ditemukan data. Sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data

sekunder.

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

lokasi penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi narasumber adalah

para pengusaha kecil menengah batik di Kampung Wisata Batik Kauman

Kota Surakarta. Permasalahan yang diteliti berupa data-data, fakta atau

keterangan yang diperoleh secara langsung di lapangan mengenai

permasalahan yang diteliti.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh tidak secara

langsung dari masyarakat melainkan dari bahan dokumen, peraturan

perundang-undangan, laporan, arsip, literatur, dan hasil penelitian lainnya

yang mendukung sumber data primer. Sumber data sekunder yang akan

digunakan dalam peneitian ini adalah:

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer menurut Peter Mahmud Marzuki bersifat

otoritatif, artinya mempunyai otoritas, yaitu merupakan hasil dari

Page 27: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh lembaga yang berwenang

untuk itu (Mukti Fajar,2009:157). Bahan hukum primer yang

digunakan dalam penelitian ini berupa:

a) Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek;

b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1993

Tanggal 31 Maret 1993 tentang Tata Cara Permintaan Pendaftaran

Merek;

c) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1993

Tanggal 31 Maret 1993 tentang Kelas Barang atau Jasa Bagi

Pendaftaran Merek;

d) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005

tentang susunan organisasi, tugas dan fungsi Komisi Banding

Merek;

e) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2009 tentang Jenis Tarif

Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak;

f) Keputusan Presiden No. 17 Tahun 1997 tentang Pengesahan

Trademark Law Treaty

g) Keputusan Presiden No 85 Tahun 2003 tentang Tunjangan Jabatan

Fungsional Pemeriksa Paten dan Merek

h) Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.03-

HC.02.01 Tahun 1991 tanggal 2 Mei 1991 tentang Penolakan

Permohonan Pendaftaran Merek Terkenal atau Merek yang Mirip

Merek Terkenal Milik Orang Lain atau Milik Badan Lain.

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat

memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, yang dapat

berupa rancangan perundang- undangan, hasil penelitian, buku- buku

teks, jurnal ilmiah, koran, pamflet, brosur, dan berita internet (Mukti

Fajar,2009:159).

3) Bahan Hukum Tersier

Page 28: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat

menjelaskan baik bahan hukum primer maupun bahan hukum

sekunder, yang berupa:

a) Kamus Besar Bahasa Indonesia; dan

b) Kamus Hukum.

9. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara- cara yang dilakukan untuk

memperoleh data dalam suatu penelitian. Untuk memperoleh data- data dalam

penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data

sebagai berikut:

a. Teknik Pengumpulan Data Primer

Dengan mengadakan penelitian langsung di lapangan maka akan

didapatkan data- data yang dipercaya keasliannya. Teknik yang digunakan

dalam pengumpulan data primer adalah:

1) Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan yang dilakukan

oleh peneliti dalam rangka pengumpulan data dengan cara mengamati

fenomena suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu pula. Dalam

observasi ini peneliti menggunakkan banyak catatan seperti daftar

check, daftar isian, daftar angket, daftar kelakuan dan lain-lain yang

harus dilakukan sendiri oleh peneliti (Mukti Fajar,2009:167). Dalam

penelitian ini peneliti mengadakan pengamatan segala sesuatu yang

ada hubungannya dengan obyek yang akan diteliti yakni dengan

mengadakan pengamatan terhadap kesadaran hukum pendaftaran

merek para pengusaha kecil dan menengah di bidang batik di

Kampung Wisata Batik Kauman Kota Surakarta.

2) Wawancara

Wawancara dimaksudkan melakukan tanya jawab secara

langsung antara peneliti dengan responden atau narasumber atau

informan untuk mendapatkan informasi. wawancara ini dapat

menggunakan panduan dafta pertanyaan atau tanya jawab dilakukan

Page 29: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

secara bebas. Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan

komunikasi. Hasil dari wawancara ini akan ditentukan oleh kualitas

dari beberapa faktor yang saling mempengaruhi dan berkaitan satu

sama lainnya. Faktor- faktor tersebut adalah pewawancara, responden

atau narasumber atau informan, daftar pertanyaan, dan situasi

wawancara. Dalam penelitian ini penulis mengadakan wawancara

dengan pengusaha batik kecil dan menengah yang dijadikan sample

dalam penelitian ini yang berasal dari para pengusaha batik di

Kampung Batik Kauman Kota Surakarta.

3) Kuisioner

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

menyebarkan atau membagikan daftar pertanyaan yang telah dibuat

sebelumnya oleh peneliti kepada responden, narasumber atau

informan. Kuisioner bertujuan untuk mendapatkan informasi yang

relevan dengan tujuan penelitian, memperoleh informasi sedetail dan

seakurat mungkin (Mukti Fajar,2009:164).

b. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Untuk mendapatkan data sekunder, penulis melakukannya dengan

studi pustaka yang merupakan pendukung dan pelengkap penelitian

dilapangan. Studi pustaka ini dilakukan dengan identifikasi literatur buku-

buku, peraturan perundang- undangan, surat kabar, serta artikel yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti.

10. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis data

kuantitatif. Teknik analisis data penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memusatkan perhatiannya pada gejala-gejala yang

mempunyai karakteristik tertentu dalam kehidupan manusia yang dinamakan

variabel. Sasaran kajian pendekatan kuantitatif adalah gejala-gejala yang ada

dalam kehidupan manusia itu tidak terbatas banyaknya dan tidak terbatas pula

kemungkinan-kemungkinan variasi dan tingkatannya, maka diperlukan

pengetahuan statistik (Burhan Ashshofa,2010: 20).

Page 30: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Analisis data kuantitatif yaitu dengan melalui beberapa proses yang

terdiri atas Pengkodean Data (Data Coding), Pemindahan Data ke Komputer

(Data Entering), Pembersihan Data (Data Cleaning), Penyajian Data (Data

Output), Penganilisisan Data (Data Analizing). Serangkaian proses tersebut

bertujuan untuk mengintepretasikan data kuantitati yang telah diperoleh.

a. Pengkodean Data (Data Coding)

Data Coding merupakan suatu proses penyusunan secara sistematis

(yang ada dalam kuesioner) ke dalam bentuk yang mudah dibaca. Huruf-

huruf yang ada dalam kuesioner diubah menjadi kode angka. Pemberian

kode ini didasarkan pada asumsi mengenai perilaku masyarakat.

Sedangkan untuk pertanyaan terbuka, jawaban yang diperoleh dari

responden harus diiventarisir terlebih dahulu untuk kemudian diberikan

kode sesuai dengan kepentingan peneliti. Kode jawaban harus baku dan

konsisten (tidak berubah-ubah) agar hasil penelitian ketika dilakukan

indeks atau skala memiliki validitas tinggi.

b. Pemindahan Data ke Komputer (Data Entering)

Data Entering merupakan kegiatan memindahkan data yang telah

diubah menjadi kode ke dalam komputer.

c. Pembersihan Data (Data Cleaning)

Kegiatan dalam tahap data cleaning memastikan bahwa seluruh

data yang telah dimasukkan ke dalam komputer sudah sesuai dengan yang

sebenarnya. Sehingga pada tahapan ini memerlukan ketelitian dan akurasi

data.

d. Penyajian Data (Data Output)

Hasil pengolahan data kemudian disajikan dalam bentuk yang

mudah dipahami, seperti : numerik atau dalam betuk angka (data disajikan

dalam bentuk tabel-tabel); grafik atau dalam bentuk gambar (data disajikan

dalam bentuk histogram, steam and leat plot, polygon, atau pie chart).

e. Penganalisisan Data (Data Analyzing)

Tahapan ini merupakan proses lanjutan dari proses pengolahan

data untuk melihat bagaimana mengintepretasikan data kemudian

Page 31: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

menganalisis data dari hasil yang telah ada pada tahap hasil pengolahan

data. Tahapan-tahapan analisis data kuantitatif dapat digambarkan

(Bambang Prasetyo, 2005 : 169) sebagai berikut :

Data Coding

Data Entering

Tidak ada kesalahan Ada kesalahan

Gambar. 1 Bagan Tahapan Analisis Data

(Bambang Prasetyo, 2005 : 169)

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh tentang sistematika

penulisan hukum yang sesuai dengan aturan penulisan hukum, maka penulis

menggunakan sistematika penulisan hukum yang terdiri dari empat bab yaitu

pendahuluan, tinjauan pustaka, pembahasan, dan penutup. Selain itu ditambah

dengan daftar pustaka. Adapun sistematika yang terperinci adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan mengemukakan tentang latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metodologi penelitian dan sistematika penulisan hukum.

Data Cleaning

Data Output

Data Analyzing

Page 32: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dikemukakan tentang kerangka teori yang

meliputi tentang, tinjauan umum tentang Hak Kekayaan Intelektual

(HKI), tinjauan umum tentang Hukum Merek, tinjauan umum tentang

Kesadaran Hukum , tinjauan umum tentang Usaha Kecil Menengah,

tinjauan umum tentang Efektivitas Hukum Merek. Bab ini juga

dikemukakan tentang kerangka pemikiran.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

Dalam bab ini penulis hendak menguraikan pembahasan dan hasil

perolehan dari penelitian yang dilakukan. Berpijak dari rumusan

masalah yang ada, maka dalam bab ini penulis akan membahas yaitu

kesadaran hukum pendaftaran merek para pengusaha kecil dan

menengah dibidang batik di Kampung Wisata Batik Kauman kota

Surakarta dan faktor- faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum

Merek para pengusaha kecil dan menengah dibidang batik di

Kampung Wisata Batik Kauman kota Surakarta.

BAB IV : PENUTUP

Dalam bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dari hasil

penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab

sebelumnya serta memberikan saran yang relevan terhadap

kekurangan-kekurangan yang ditemukan dan sekiranya perlu adanya

perbaikan dalam penelitian dan agar bermanfaat dan relevan dengan

penelitian terhadap pihak-pihak yang terkait dengan penelitian

tersebut.

Page 33: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum tentang Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

a. Definisi HKI

Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disingkat HKI) adalah

terjemahan resmi dari Intellectual Property Rights. Meskipun substansinya

jelas, mencari sebuah definisi yang tepat untuk HKI yang bersifat

komprehensif dan mencakup semua aspek bukanlah sebuah pekerjaan

yang mudah. Banyak ahli hukum menemui kesulitan ketika mengkaji HKI

di luar dari sekumpulan cabang- cabang yang melingkupinya sehingga

definisi yang dirumuskan selalu difokuskan pada cabang- cabang HKI

daripada merumuskan sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alasan

pembenar terhadap perlindungan HKI. WIPO sebuah lembaga

internasional di bawah PBB yang menangani masalah HKI mendefiniskan

HKI sebagai kreasi yang dihasilkan dari pikiran manusia yang meliputi:

invensi, karya sastra dan seni, simbol, nama, citra dan desain yang

digunakan di dalam perdagangan (Tomi Suryo Utomo,2010:1).

Definisi juga dikemukakan oleh Jill Mc-Keough dan Andrew

Stewart yang mendefinisikan HKI sebagai sekumpulan hak yang diberikan

oleh hukum untuk melindungi investasi ekonomi dari usaha -usaha yang

kreatif (Tomi Suryo Utomo,2010:2). Mahadi mendefinisikan HKI sebagai

hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja

otak, hasil kerja rasio. Hasil dari pekerjaan rasio manusia yang menalar

dan hasil kerjanya itu berupa benda immateriil (Hery Firmansyah,2011:4).

Hak Kekayaan Intelektual merupakan hak yang timbul dari hasil

olah pikir otak yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna

untuk kehidupan manusia (Rudi Agustian Hassim,2009:3). Apa pun yang

dirumuskan oleh para ahli, HKI selalu dikaitkan dengan tiga elemen

penting yaitu:

18

Page 34: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

1) Adanya sebuah hak eksklusif yang diberikan oleh hukum;

2) Hak tersebut berkaitan dengan usaha manusia yang didasarkan pada

kemampuan intelektual; dan

3) Kemampuan intelektual tersebut memiliki nilai ekonomi (Tomi Suryo

Utomo,2010:2).

b. Sistem Perlindungan Hukum HKI

Hak Kekayaan Intelektual merupakan hak yang mendapat

perlindungan dari undang- undang, dan barang siapa yang melanggarnya

akan dapat dikenakan sanksi. Perlindungan hukum dimaksudkan sebagai

upaya yang diatur oleh undnag- undang guna mencegah terjadinya

pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual oleh orang yang tidak berhak. Jika

terjadi pelanggaran, maka pelanggar tersebut harus diproses secara hukum,

dan bila terbukti bersalah, maka dapat dijatuhi hukuman sesuai peraturan

yang berlaku dengan ancaman hukuman baik yang sifatnya pidana maupun

perdata. Tujuan perlindungan HKI itu sendiri adalah untuk memberikan

kejelasan hukum mengenai hubungan antara kekayaan intelektual dengan

pencipta atau penemu, pemilik atau pemegang, dan pemakai yang

menggunakan HKI (Hery Firmansyah,2011:11).

Perlindungan hukum tersebut bertujuan untuk pengakuan atau hasil

karya manusia, juga dimaksudkan agar mereka dapat menggunakannya

tanpa gangguan pihak- pihak lain. Perlindungan hukum HKI merupakan

suatu sistem hukum yang terdiri dari unsur- unsur sistem sebagai berikut :

1) Subjek perlindungan

Subjek yang dimaksud adalah pihak pemilik atau pemegang

hak, aparat penegak hukum, pejabat pendaftaran, dan pelanggar

hukum;

2) Objek perlindungan

Objek yang dimaksud adalah semua jenis produk HKI yang

diatur oleh undang- undang, seperti Merek, Hak Cipta, Hak Paten,

Page 35: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Desain Industri, Rahasia Dagang, Tata Letak Sirkuit Terpadu,

Perlindungan Varietas Tanaman;

3) Pendaftaran perlindungan

HKI yang dilindungi hanyalah yang sudah terdaftar dalam

Daftar Umum Merek dan dibuktikan dengan sertifikat pendaftaran,

kecuali apabila undang- undang mengatur lain;

4) Jangka waktu perlindungan

Jangka waktu yang dimaksud adallah lamanya HKI itu

dilindungi oleh Undang- Undang Merek 10 (sepuluh) tahun, Hak Cipta

selama hidup ditambah 50 (lima puluh) tahun sesudah meninggal, Hak

Paten 20 (dua puluh) tahun, Desain Industri 10 (sepuluh) tahun,

Varietas Baru Tanaman 20-25 (dua puluh sampai dua puluh lima)

tahun; dan

5) Tindakan hukum perlindungan

Apabila terbukti terjadi pelanggaran HKI, maka pelanggara

harus dihukum baik secara pidana maupun perdata (Hery

Firmansyah,2011:13).

c. Masuknya HKI dalam Sistem Hukum di Indonesia

HKI secara tradisional dipisahkan dalam dua rumpun, yaitu Hak

Cipta (copyright) dan Hak Kekayaan Industri (industrial property), yang

terdiri dari paten, merek, desain produk industri, penanggulangan

persaingan curang (Adi Sulistiyono,2010: 18). Persoalan HKI pada

mulanya berada di bawah pengaturan sejumlah perjanjian multilateral

yang diadministrasikan oleh WIPO (World Intellectual Property Rights).

WIPO didirikan dengan dua misi, yaitu meningkatkan atau

mempromosikan perlindungan HKI diseluruh dunia dan

mengadmisnitrasikan perjanjian- perjanjian internasional di bidang HKI

dan negara- negara anggota pesertanya. Untuk merealisir misi yang

pertama WIPO usaha yang dilakukan adalah memprakarsai pembuatan

perjanjian internasional, memberikan informasi- informasi tentang

Page 36: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

perkembangan dan masalah- masalah HKI kepada negara peserta, dan

memberikan bantuan teknik kepada negara- negara berkembang.

Sejak tanggal 15 April 1994 tidak kurang dari 124 negara,

termasuk Indonesia, telah menandatangani GATT- Putaran Uruguay.

Disamping disepakatinya berdirinya WTO (World Trade Organization),

melalui Agreement Estabilishing The World Trade Organization untuk

menggantikan GATT. Salah satu kesepakatan yang dihasilkan dalam

GATT-PU adalah berkaitan dengan Agreement on Trade Related Aspects

of Intellectual Property Rights (TRIPs), dimana didalamnya mengatur

materi tentang HKI (Adi Sulistiyono,2010: 19).

Pemerintah Indonesia telah menandatangani kesepakatan GATT-

PU. Dengan diberlakukannya WTO membawa implikasi masuknya HKI

dalam sistem hukum nasional. Hal ini disebabkan setiap negara yang telah

menyepakati GATT-PU memiliki kewajiban untuk menyesuaikan

instrumen- instrumen hukum nasionalnya dengan ketentuan –ketentuan

yang terdapat dalam TRIPs.

Sesuai kesepakatan, implementasi perdagangan yang terkait

dengan HKI telah mulai secara efektif pada tanggal 1 Januari 1995, namun

khusus negara- negara berkembang termasuk Indonesia perjanjian tersebut

berlaku mulai 1 Januari 2000. Hal ini mengandung makna mulai pada

tanggal tersebut Dewan TRIPs akan mengawasi pelaksanaan dan

pemenuhan kewajiban negara anggota pada persetujuan ini. Dalam kondisi

demikian, kedaulatan Pemerintah Indonesia untuk membuat materi suatu

peraturan perundang- undangan berdasarkan urgensi atau budaya

masyarakatnya menjadi tidak berlaku, karena semua komponen sistem

hukum nasional yang terkait dengan HKI wajib mengacu dan tidak boleh

bertentangan dengan ketentuan TRIPs (Adi Sulistiyono,2010: 27).

Pada tahun 1997 Pemerintah Indonesia bersama DPR telah

melakukan perubahan undang- undangnya di bidang HKI yaitu Undang-

undang No 12 Tahun 1997 tentang perubahan Undang- undang Hak

Cipta, Undang-undang No 13 Tahun 1997 tentang Perubahan Undang-

Page 37: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

undang Paten, Undang- undang 14 Tahun 1997 tentang Perubahan

Undang- undang Merek. Seteah itu pada tahun 2000-an, pemerintah juga

telah mengundangkan Undang- undang No 29 Tahun 2000 tentang

Perlindungan Varietas Tanaman; Undang- undang No 30 Tahun 2000

tentang Rahasia Dagang; Undang- undang No 31 Tahun 2000 tentang

Desain Industri; Undang- undang No 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata

Letak Sirkuit Terpad. Sedangkan pada tahun 2001, pemerintah telah

berhasil menyempurnakan lagi Undang- undang No 14 Tahun 2001

tentang Paten, Undang- undang No 15 Tahun 2001 tentang Merek, dan

Undang- undang No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (Adi

Sulistiyono,2010: 28).

Selain itu pemerintah juga mengeluarkan Keputusan Presiden

(Keppres). Keppres itu merupakan keputusan politik bangsa Indonesia

untuk meratifikasi sejumlah konvensi dan perjanjian internasional di

bidang HKI. Kelima Keppres itu adaah: Keppres No 15 Tahun 1997

tentang Pengesahan Paris Convention for The Protection of Industrial

Property dan Convention Establishing The World Intellectual Property

Organization, Keppres No 16 tahun 1997 tentang Pengesahan Patent

Coperation Treaty (PCT) and Regulations Under The PCT, Keppres No

17 Tahun 1997 tentang Pengesahan Trademark Law Treaty, Keppres No

18 tahun 1997 tentang Pengesahan Berne Convention for The Protection of

Literary and Artistic Works, Keppres No 19 Tahun 1997 tentang

Pengesahan WIPO Copyrights Treaty (Adi Sulistiyono,2010: 28).

d. Ruang Lingkup HKI

Hak Kekayaan Intelektual terdiri dari:

1) Hak Cipta (copyrights)

Hak Cipta, yaitu hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak

cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau

memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-

Page 38: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

pembatasan menurut peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Diatur di dalam UU No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

2) Hak Kekayaan Industri (industrial property right), yang terdiri dari:

a) Perlindungan Varietas Tanaman, yaitu perlindungan khusus yang

diberikan negara, yang dalam hal ini diwakili oleh pemerintah dan

pelaksanaannya dilakukan oleh kantor PVT, terhadap varietas

tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan

pemuliaan tanaman. Diatur di dalam UU No 29 Tahun 2000

Tentang Perlindungan Varietas Tanaman.

b) Rahasia dagang, yaitu informasi yang tidak diketahui oleh umum

di bidang teknologi dan/atau bisnis. Diatur di dalam UU No 30

Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang;

c) Desain industri, yaitu suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau

komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan

daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang

memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam poa tiga

dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan

suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan

Diatur di dalam UU No 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri;

d) Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, yaitu kreasi berupa rancangan

peletakan tiga dimensi dari berbagai elemen, sekurang- kurangnya

satu dari elemen tersebut adalah aktif, serta sebagian atau semua

interkoneksi dalam suatu sirkuit terpadu dan peletakan tiga dimensi

tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan sirkuit terpadu.

Diatur di dalam UU No 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak

Sirkuit Terpadu;

e) Paten, yaitu hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada

inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk

selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut

atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk

Page 39: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

meaksanakannya. Diatur di dalam UU No 14 Tahun 2001 tentang

Paten;

f) Merek, yaitu tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf, angka-

angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur- unsur tersebut

yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan

perdagangan barang atau jasa. Diatur di dalam UU No 15 Tahun

2001 tentang Merek;

g) Indikasi geografis, dilindungi sebagai suatu tanda yang

menunjukkan daerah asal suatu barang yang karena faktor

lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau

kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas

tertentu pada barang yang dihasilkan. Diatur di dalam Pasal 56 ayat

(1) UU No 15 Tahun 2001 tentang Merek.

2. Tinjauan tentang Hukum Merek

a. Definisi Merek

Definisi mengenai merek dapat kita temukan di dalam Pasal 1 ayat

(1) Undang- Undang Merek No 15 Tahun 2001, yaitu :

“Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf, angka- angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur- unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”.

Hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara

kepada pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk

jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau

memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.

Merek dikatakan berbeda apabila tidak memiliki unsur- unsur

persamaan dengan merek lainnya untuk barang dan jasa sejenis yang

sudah terdaftar. Unsur- unsur persamaan merek itu bisa keseluruhan atau

pada pokoknya yaitu adanya kemiripan yang disebabkan oleh unsur- unsur

yang menonjol antara merek yang satu dengan merek yang lainnya.

Page 40: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Beberapa sarjana memberikan pendapatnya mengenai definisi

merek, yaitu antara lain:

1) H.M.N. Purwo Sutjipto, S.H.

“Merek adalah suatu tanda, dengan mana suatu benda tertentu dipribadikan sehingga dapat dibedakan dengan benda lain yang sejenis”(OK Saidin,2004:343).

2) Prof. R. Soekardono, S.H.

“Merek adalah sebuah tanda dengan mana dipribadikan sebuah barang tertentu, dimana perlu juga dipribadikan asalnya barang atau menjamin kualitetnya barang dalam perbandingan dengan barang-barang sejenis yang dibuat atau diperdagangkan oleh orang-orang atau badan- badan perusahaan lain” (OK Saidin,2004:344).

3) Drs. Iur Soeryatin

“Suatu merek dipergunakan untuk membedakan barang yang bersangkutan dari barang sejenis lainnya oleh karena itu barang yang bersangkutan dengan diberi merek tadi mempunyai tanda asal, nama, jaminan terhadap mutunya” (OK Saidin,2004:344).

4) David A. Aaker“Merek adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap, atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang penjual tertentu, dengan demikian membedakannya dari barang-barang dan jasa yang dihasilkan para kompetitor” (Mahrinasari.2006:36).

b. Perkembangan Hukum Merek di Indonesia

Sebelum tahun 1961, UU Merek Kolonial tahun 1912 tetap berlaku

sebagai akibat dari penerapan pasal- pasal peralihan dalam UUD 1945 dan

UU RIS 1949 serta UU Sementara 1950. UU Merek 1961 kemudian

menggantikan UU Merek Kolonial. Namun UU 1961 tersebut sebenarnya

hanya merupakan ulangan dari UU sebelumnya. Tahun 1992 UU Merek

baru diundangkan dan berlaku mulai tanggal 1 April 1993, menggantikan

UU Merek tahun 1961. Dengan adanya UU baru tersebut surat keputusan

administratif yang terkait dengan prosedur pendaftaran merek pun dibuat.

Page 41: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Berkaitan dengan kepentingan reformasi UU Merek, Indonesia turut serta

meratifikasi Perjanjian Internasional Merek WIPO (Lindsey, 2005:131).

Tahun 1997, UU Merek 1992 diubah dengan mempertimbangkan

pasal- pasal dari perjanjian internasional Tentang Aspek-aspek yang

dikaitkan dengan perdagangan dari Hak Kekayaan Intelektual (TRIPs)-

GATT. Pasal-pasal tersebut memuat perlindungan atas indikasi asal dan

geografis. UU tersebut juga mengubah ketentuan dalam UU sebelumnya

dimana pengguna merek pertama di Indonesia berhak untuk mendaftarkan

merek tersebut sebagai merek. Pada tahun 2001, UU Merek baru berhasil

diundangkan oleh pemerintah. UU tersebut berisi tentang berbagai hal

yang sebagian besar sudah diatur dalam UU terdahulu. Beberapa

perubahan penting yang tercantum dalam UU No 15 Tahun 2001 adalah

penetapan sementara pengadilan, perubahan delik biasa menjadi delik

aduan, peran Pengadilan Niaga dalam memutuskan sengketa merek,

kemungkinan menggunakan alternatif penyelesaian sengketa dan

ketentuan pidana yang diperberat (Lindsey, 2005:132).

c. Sejarah Merek

Menurut Duane E. Knapp pemberian tanda pada barang sebagai

merek bukanlah fenomena baru. Zaman prasejarah dan setelah sejarah

ditulis telah membuktikan hal ini. Para pemburu pada zaman itu telah

memberi tanda atau ukir-ukiran pada senjata buruan mereka sebagai bukti

kepemilikan. Pembuat tembikar pada masa Yunani dan Romawi kuno

telah memberi identitas dengan memberi tanda pada dasar pot ketika

masih basah,yang akan menimbulkan relief ketika kering. Hal lain lagi

adalah menuliskan nama diri pada beberapa barang, seperti pada pahatan

batu yang dimaksudkan sebagai identifikasi pembuatnya. Pada abad

pertengahan, penggunaan tanda-tanda seperti cap pada hewan ternak juga

sudah dilakukan. Para pedagang Eropa pada abad itu juga telah

menggunakan merek dagang untuk meyakinkan konsumen dan memberi

perlindungan hukum terhadap produsen. Jauh setelah Revolusi Industri

Page 42: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

banyak muncul merek-merek baru seperti Levi’s sekitar tahun 1830, Coca

Cola tahun 1886, dan lain sebagainya (http://catatansuryaibrahim.

blogspot.com/2011/04/peninjauanpermasalahanhaki-tentang.html diakses

tanggal 19 Juni 2012 Pukul 13.10).

Pada zaman modern seperti saat ini merek bisa menjadi aset bagi

pemiliknya, karena dapat mendatangkan keuntungan dan dijadikan sarana

promosi bagi usahanya. Bagi sebagian masyarakat merek adalah gaya

hidup. Artinya merek dapat dijadikan sarana untuk menunjukkan bahwa

seseorang tidak ketinggal jaman, dan selalu mengikuti mode yang sedang

trend. Pada perkembangannya merek juga menjadi citra. Orang-orang

yang menggunakan merek-merek tertentu merasa lebih percaya diri

(http://catatansuryaibrahim.blogspot.com/2011/04/peninjauanpermasalaha

n haki -tentang.html diakses tanggal 19 Juni 2012 Pukul 13.10).

Konsep dasar pemberian hak atas merek adalah bahwa merek

termasuk obyek hak kekayaan intelektual di bidang industri. Merek,

sebagai hak milik yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual

manusia melalui daya cipta dan karsa, yang untuk menghasilkannya

memerlukan pengorbanan tenaga, pikiran, waktu dan biaya, menjadikan

karya yang dihasilkan mempunyai nilai. Nilai ekonomi yang melekat pada

hak milik itu menimbulkan konsepsi kekayaan (property). Dengan konsep

kekayaan, maka HKI perlu diberi perlindungan hukum dan hak. Dan, oleh

si pemilik hak itu perlu dipertahankan eksistensinya terhadap siapa saja

yang menggunakannya tanpa ijin. Merek tanpa sertifikat pendaftaran tidak

akan dilindungi oleh undang-undang HKI.(http://catatansuryaibrahim.

blogspot.com/ 2011/ 04/peninjauan- permasalahan haki -tentang.html

diakses tanggal 19 Juni 2012 Pukul 13.10).

d. Dasar Hukum Merek di Indonesia

1) UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek;

2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1993

tentang Tata Cara Permintaan Pendaftaran Merek;

Page 43: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1993

tentang Kelas Barang atau Jasa Bagi Pendaftaran Merek;

4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005

tentang susunan organisasi, tugas dan fungsi Komisi Banding Merek;

5) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2009 tentang Jenis Tarif Atas

Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak;

6) Keputusan Presiden No. 17 Tahun 1997 tentang Pengesahan

Trademark Law Treaty

7) Keputusan Presiden No 85 Tahun 2003 tentang Tunjangan Jabatan

Fungsional Pemeriksa Paten dan Merek; dan

8) Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.03-

HC.02.01 Tahun 1991 tanggal 2 Mei 1991 tentang Penolakan

Permohonan Pendaftaran Merek Terkenal atau Merek yang Mirip

Merek Terkenal Milik Orang Lain atau Milik Badan Lain.

e. Jenis Merek

1) Merek dagang, yaitu merek yang digunakan pada barang yang

diperdagangkan oleh sesorang atau beberapa orang secara bersama-

sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang- barang

sejenis lainnya.

2) Merek jasa, yaitu merek yang digunakan pada jasa yang

diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-

sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa- jasa sejenis

lainnya.

3) Merek Kolektif adalah merek yang digunakan pada barang dan/ atau

jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh

beberapa orang atau badan hukum secara bersama- sama untuk

membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.

Page 44: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

f. Fungsi Merek

Berdasarkan definisi merek, fungsi utama dari suatu merek adalah

untuk membedakan barang- barang atau jasa sejenis yang dihasilkan oleh

suatu perusahaan lainnya sehingga merek dikatakan mempunyai fungsi

pembeda. Selain fungsi pembeda juga mempunyai fungsi sebagai berikut :

1) Menjaga persaingan usaha yang sehat

Hal ini berlaku dalam hal menjaga keseimbangan antar

kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum dengan

menumbuhkan iklim usaha yang kondusif melalui terciptanya

pesaingan usaha yang sehat dan menjamin kepastian kesempatan

berusaha yang sama bagi setiap orang dan mmencegah persaingan

usaha tidak sehat yang ditimbulkan pelaku usaha dengan menciptakan

efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

2) Melindungi konsumen

Berdasarkan Undang- undang No 15 Merek Tahun 2001 di

dalam konsiderannya menyebutkan bahwa salah satu tujuan

diadakannya undang- undang ini adalah untuk melindungi khalayak

ramai terhadap peniruan barang- barang. Dengan adanya merek, para

konsumen tidak perlu lagi menyelidiki kualitas dan barangnya.

Apabila merek telah dikenal baik kualitasnya oleh para konsumen dan

membeli barang tersebut, konsumen akan yakin bahwa kualitas dari

barang itu adalah baik sebagaimana diharapkannya.

Merek dagang sangat bernilai bagi produsen dan konsumnen.

Hal ini diuraikan dalam On International Trademark and The Internet:

The Lanham Acts’s Long Arms yaitu :

The value of trademarks to producers and other trademark owners lies in a mark’s capability to lower the search costs for consumers, thus generating value in the form of what has been termed “information capital.”. Information capital is a value embodied by the message or reputation conveyed by the trademark. Trademarks perform a filtering function for consumers, wherein they are able to lower the time and cost expended searching for a product based on the trustworthiness

Page 45: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

of a producer’s mark. Without the safeguard of law offered to a trademark, the utility of this filtering function is rendered into what amounts to “lame duck” protection, both for the consumer and the producer. A producer who properly maintains quality and service standards for its mark will be able to take advantage of the economic benefits resulting from the maxim of a consumer’s willingness to pay higher prices for the assurances that come with a familiar and reputable mark (Joshua Clowers, 2006 :2).

3) Sebagai sarana pengusaha untuk memperluas bidang usahanya

Merek dari barang- barang yang sudah dikenal oleh

konsumen sebagai tanda untuk barang yang bermutu tinggi akan

memperlancar usaha pemasaran barang yang bersangkutan.

4) Sebagai sarana untuk dapat menilai kualitas suatu barang

Kualitas barang tentunya tidak selalu baik atau dapat

memberikan kepuasan bagi setiap orang yambg membelinya. Baik

atau buruknya kuallitas suatu barang tergantung dari produsen

sendiri dan penilaian yang diberikan oleh masing- masing pembeli.

Suatu merek dapat memberi kepercayaan kepada pembeli bahwa

semua barang yang memakai merek tersebut, minimal mempunyai

mutu yang sama seperti yang telah ditentukan oeh pabrik yang

mengeluarkannya.

5) Untuk memperkenalkan barang atau nama barang

Merek mempunyai fungsi pula sebagai saran untuk

memperkenalkan barang ataupun nama barangnya kepada khalayak

ramai. Para pembeli yang telah mengenal nama merek tersebut, baik

karena pengalamannya sendiri ataupun karena telah mendengarnya

dari pihak lain, pada saat membutuhkan barang tersebut cukup dengan

mengingat nama mereknya saja. Merek dagang juga memudahkan

konsumen untuk mengenal suatu barang, hal ini dikarenakan

konsumen tidak perlu membuat membuat suatu produk yang sama

yang dihasilkan oleh merek tertentu. Misalnya saja seseorang

membutuhkan sabun untuk mandi, orang tersebut tidak perlu membuat

Page 46: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

sabun, ia cukup membeli di toko sabun dengan merek yang terkenal,

yaitu misalnya merek “Lux”. Hal ini dijelaskan dalam A Brand Theory

of Trademark Law yaitu :

“Trademark law relies on the singular idea that trademarks are about economic efficiency. From this perspective, trademarks enhance the economic efficiency of the marketplace by lessening consumer search costs by making products and producers easier to identify in the marketplace, and encourageing producers to invest in quality by ensuring that they, and not their competitors, reap the reputation-related rewards of that investment” (Deven R. Desai, 2009:5).

6) Untuk memperkenalkan identitas perusahaan

Ada kalanya suatu merek digunakan untuk

memperkenalkannama perusahaan yang menggunakan mereknya.

Misalnya, merek dagang Djarum, Djarum adalah merek yang

digunakan oleh perusahaan rokok Djarum.

g. Pendaftaran Merek

1) Pemeriksaan substantif

Direktorat Jenderal melakukan pemeriksaan substantif terhadap

permohonan dan diselesaikan dalam waktu paling lama sembilan

bulan. Pemeriksaan substantif tersebut dilaksanakan berdasarkan

ketentuan Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6 Undang- Undang Merek, yaitu

apakah merek tersebut diajukan oleh pemohon yang beriktikad baik

atau merek tersebut memenuhi unsur yang mengharuskan merek

ditolak pendaftarannya atau merek tersebut memang tidak dapat

didaftarkan, dan apabila berdasarkan ketentuan tersebut merek yang

didaftarkan ternyata memenugi unsur Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6,

pendaftaran terhadap merek tersebut tidak akan dilakukan.

Pemeriksaan substantif dilaksanakan oleh pemeriksa pada Direktorat

Jenderal, yaitu pejabat yang karena keahliannya diangkat dan

Page 47: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

diberhentikan sebagai pejabat fungsional oleh menteri berdasarkan

syarat dan kualifikasi tertentu.

2) Pengumuman permohonan

Setelah suatu permohonan disetujui untuk didaftar adalah

dalam waktu paling lama sepuluh hari terhitung sejak tanggal

disetujuinya permohonan untuk didaftar, Direktorat Jenderal

mengumumkan permohonantersebut dalam Berita Resmi Merek.

Pengumuman tersebut berlangsung selama tiga bulan, dimana tanggal

mulai diumumkannya permohonan dicatat oleh Direktorat Jenderal

dalam Berita Resmi Merek.

3) Keberatan dan Sanggahan

Selama jangka waktu pengumuman, setiap pihak dapat

mengajukan keberatan secara tertulis kepada Direktorat Jenderal atas

permohonan yang bersangkutan dengan dikenai biaya. Kebertan

tersebut dapat diajukan apabila terdapat alasan yang cukup disertai

bukti bahwa merek yang dimohonkan pendaftarannya adalah merek

yang berdasarkan Undang- Undang Merek tidak dapat didaftar atau

harus ditolak.

Dalam hal terdapat keberatan terhadap pengumuman

pendaftaran merek, pemohon atau kuasanya berhak mengajukan

sanggahan terhadap keberatan tersebut kepada Direktorat Jenderal

yang diajukan secara tertulis dalam waktu paling lama dua bulan

terhitung sejak tanggal penerimaan salinan keberatan yang

disampaikan oleh Direktorat Jenderal. Sanggahan ini paling tidak

harus berisi alasan bahwa merek yang didaftarkan oleh pemohon

tersebut belum pernah dipakai dan/ atau didaftarkan sebelumnya oleh

pihak lain atau wujud merek tersebut layak dijadikan merek (tidak

bertentangan dengan Undang- Undang Merek).

4) Pemeriksaan kembali

Pemeriksaan kembali bukan merupakan tahapan yang mutlak

dilalui dalam proses pendaftaran merek, karena diadakan atau tidaknya

Page 48: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

pemeriksaan kembali bergantung pada ada tidaknya keberatan yang

diajukan oleh pihak lain pada saat pengumuman atas merek yang

dimohonkan pendaftarannya, baik keberatan ini disanggah maupun

tidak. Pemeriksaan kembali terhadap permohonan tersebut diselesaikan

dalam jangka waktu paling lama dua bulan terhitung sejak berakhirnya

jangka waktu pengumuman dan Direktorat Jenderal memberitahukan

secara tertulis kepada pihak yang mengajukan keberatan atas hasil

pemeriksaan kembali.

5) Jangka waktu perlindungan merek terdaftar

Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka

waktu sepuluh tahun sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu

perlindungan itu dapat diperpanjang jika memenuhi syarat

perpanjangan.

6) Permohonan Banding

Permohonan banding dapat diajukan terhadap penolakan

permohonan yang berkaitan dengan alasan dan dasar pertimbangan

mengenai hal- hal yang bersifat substantif. Permohonan banding hanya

terbatas pada alasan atau pertimbangan yang bersifat substantif, yang

menjadi dasar penolakan pendaftaran merek. Permohonan banding

diajukan tersebut menguraikan secara lengkap keberatan serta alasan

terhadap penolakan permohonan sebagai hasil pemeriksaan substansi.

7) Komisi Banding Merek

Komisi Banding Merek adalah badan yang secara khusus

dibentuk dilingkungan departemen yang lingkup tugas dan

tanggungjawabnya meliputi bidang merek. Dalam melaksanakan

tugasnya, Komisi Banding bekerja secara mandiri berdasarkan

keahlian dan tidak dapat dipengaruhi oleh pihak mana pun. Dalam

melaksanakan tugas untuk memeriksa permohonan banding, Komisi

Banding Merek membentuk majelis yang berjumlah ganjil sekurang-

kurangnya tiga orang.

8) Perpanjangan Jangka Waktu Perlindungan Merek Terdaftar

Page 49: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Permohonan perpanjangan jangka waktu perlindungan merek

terdaftar diajukan secara tertulis oleh pemilik merek atau kuasanya

dalam jangka waktu dua belas bulan sebelum berakhirnya jangka

waktu perlindungan bagi merek terdaftar tersebut. Permohonan

perpanjangan disetujui apabila memenuhi syarat:

a) Merek yang bersangkutan masih digunakan pada barang atau jasa

sebagaimana disebut dalam Sertifikat Merek tersebut;

b) Barang atau jasa tersebut masih diproduksi dan diperdagangkan.

Permohonan perpanjangan perlindungan merek akan ditolak

apabila tidak memenuhi persyaratan perpanjangan merek sebagai

berikut:

a) Permohonan diajukan secara tertulis oleh pemilik merek atau

kuasanya dalam jangka waktu dua belas bulan sebelum

berakhirnya jangka waktu perlindungan bagi merek terdaftar;

b) Merek yang bersangkutan masih digunakan pada barang atau jasa

sebagaimana disebut dalam Sertifikat Merek tersebut;

c) Barang atau jasa yang menggunakan merek sebagaimana nomor 2

diatas masih diproduksi dan diperdagangkan; dan

d) Tidak memiliki persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya

dengan merek terkenal milik orang lain.

9) Perubahan Nama dan/atau Alamat Pemilik Merek Terdaftar

Sebuah merek dapat saja beralih atau dialihkan kepada orang

lain sehingga nama pemilik merek tersebut berubah. Dengan demikian,

agar pemilik merek yang baru tersebut mendapat perlindungan hukum

sebagaimana pemilik pertama, perubahan nama atas pemilik merek

tersebut harus diubah dalam Daftar Umum Merek.

Untuk dapat mengajukan pendaftaran atas sebuah merek, maka

setiap pemohon harus memenuhi persyaratan dan tata cara

permohonan serta lampiran yang harus dipenuhi dalam setiap

pengajuan permohonan pendaftaran merek. Permohonan diajukan

Page 50: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Jenderal

dengan mencantumkan:

a) Tanggal, bulan, dan tahun;

b) Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon;

c) Nama lengkap dan alamat kuasa apabila permohonan diajukan

mealui kuasa;

d) Warna- warna apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya

menggunakan unsur- unsur warna;

e) Nama negara dan tanggal permintaan merek yang pertama kali

dalam hal permohonan diajukan dengan hak prioritas (Hery

Firmansyah,2011:39).

Permohonan sebagaimana dimaksud diatas ditandatangani

Pemohon atau Kuasanya dan dilampiri dengan bukti pembayaran

biaya. Pemohon dapat terdiri dari satu orang atau beberapa orang

secara bersama atau badan hukum. Namun dalam hal permohonan

diajukan oleh lebih dari satu Pemohon yang secara bersama- sama

berhak atas Merek tersebut, semua nama Pemohon dicantumkan

dengan memilih salah satu alamat sebagai alamat mereka.

Permohonan tersebut ditandatangani oleh salah satu dari

Pemohon yang berhak atas Merek tersebut dengan melampirkan

persetujuan tertulis dari para Pemohon yang mewakilkan. Apabila

diajukan melalui Kuasanya (Konsultan Hak Kekayaan Intelektual),

surat kuasa untuk itu ditandatangani oleh semua pihak yang berhak

atas Merek tersebut. Ketentuan mengenai syarat- syarat untuk dapat

diangkat sebagai Konsultan Hak Kekayaan Intelektual diatur dengan

Peraturan Pemerintah, sedangkan tata cara pengangkatannya diatur

dengan Keputusan Presiden (Hery Firmansyah,2011:38). Terhadap

surat permohonan pendaftaran merek perlu dilampiri :

1) Fotocopi KTP yang didelegasi, bagi Pemohon yang berasal dari

luar negeri sesuai dengan ketentuan undang- undang harus memilih

Page 51: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

tempat kedududkan di Indonesia biasanya dipilih pada alamat

kuasa hukumnya.

2) Fotocopi akta pendirian badan hukum yang telah disahkan oleh

notaris apabila permohonan diajukan atas nama badan hukum.

3) Fotocopi akta peraturan pemilikan bersamna apabila permohonan

diajukan atas nama lebih dari satu orang (merek kolektif).

4) Surat kuasa khusus apabila permohonan pendaftaran dikuasakan.

5) Tanda pembayaran biaya permohonan.

6) 20 (dua puluh) helai tiket merek ukuran maksimal 9x9 cm,

minimal 2x2 cm.

7) Surat pernyataan bahwa merek yang dimintakan pendaftaran

tersebut adalah miliknya.

Penghapusan dan pembatalan pendaftaran merek diatur dalam

Pasal 61 sampai dengan 72 UU No 15 Tahun 2001 tentang Merek.

Ada dua cara untuk penghapusan pendaftaran merek tersebut, yaitu :

a) Atas prakarsa Direktorat Jenderal HKI

b) Atas prakarsa sendiri, yaitu berdasarkan permintaan pemilik merek

yang bersangkutan.

Untuk penghapusan pendaftaran merek atas prakarsa sendiri

undang- undang tidak menentukan persyaratannya. Tetapi jika dalam

perjanjian lisensi ada suatu klausul yang secara tegas menyampingkan

adanya persetujuan tersebut maka persetujuan semacam itu tidak perlu

dimintakan sebagai syarat kelengkapan untuk penghapusan

pendaftaran merek tersebut.

Penghapusan pendaftaran merek berdasarkan prakarsa

Direktorat Jenderal HKI dapat pula diajukan oleh pihak ketiga.

Pengajuan permintaan tersebut dilakukan dengan gugatan melalui

Pengadilan Jakarta Pusat atau Pengadilan Niaga. Terhadap putusan

Pengadilan Negeri tersebut tidak dapat diajukan permohonan banding.

Penghapusan hanya dapat dilakukan apabila terdapat bukti yang cukup

bahwa merek yang bersangkutan:

Page 52: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

1) Tidak dipakai berturut- turut selama tiga tahun atau lebih dalam

perdagangan barang atau jasa terhitung sejak tanggal pendaftaran

atau pemakaian terakhir. Namun demikian apabila ada alasan yang

kuat, mengapa merek itu tidak digunakan, Ditjen HKI dapat

mempertimbangkan untuk tidak dilakukan penghapusan atas merek

tersebut.

2) Dipakai untuk jenis barang atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis

barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya atau tidak

sesuai dengan merek yang didaftar.

Permintaan penghapusan pendaftaran merek dapat dilakukan

seluruhnya atau sebagian jenis barang atau jasa yang termasuk dalam

satu kelas. Permintaanpenghapusan itu diajukan kepada Direktorat

Jenderal HKI untuk kemudian dicatat dalam Daftar Umum Merek dan

diumumkan dalam Berita Resmi Merek (OK Saidin,2004:393).

h. Permohonan Pendaftaran Merek dengan Hak Prioritas

Hak Prioritas adalah hak pemohon untuk mengajukan permohonan

yang berasal dari negara yang tergabung dalam Paris Convention for the

Protection of Industrial Property atau Agreement Estabilishing the World

Trade Organization untuk memperoleh pengakuan bahwa tanggal

penerimaan di negara asal merupakan tanggal prioritas di negara tujuan

yang juga anggota salah satu dari kedua perjanjian itu selama pengajuan

tersebut dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditentukan berdasarkan

Paris Convention for the Protection of Industrial Property.

Permohonan dengan menggunakan hak prioritas harus diajukan

dalam waktu paling lama enam bulan terhitung sejak tanggal penerimaan

permohonan pendaftaran merek yang pertama kali diterima di negara lain,

yang merupakan anggota Paris Convention for the Protection of Industrial

Property atau Agreement Estabilishing the World Trade Organization.

Selain harus memenuhi ketentuan tersebut, permohonan dengan

menggunakan hak prioritas wajib dilengkapi dengan bukti tentang

Page 53: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

penerimaan permohonan pendaftaran merek yang pertama kali yang

menimbulkan hak prioritas tersebut. Bukti hak prioritas berupa surat

permohonan pendaftaran beserta tanda penerimaan permohonan tersebut

juga memberikan penegasan tentang tanggal penerimaan permohonan.

Dalam hal yang disampaikan berupa salinan surat atau tanda penerimaan

tersebut diberikan oleh Direktorat Jenderal apabila permohonan diajukan

untuk pertama kali.

Lalu Direktorat Jenderal melakukan pemeriksaan terhadap

kelengkapan persyaratan pendaftaran merek, yaitu persyaratan

administratif. Dalam hal terdapat kekurangan dalam kelengkapan

persyaratannya, Direktorat Jenderal meminta agar kelengkapan

persyaratan itu dipenuhi dalam waktu paling lama 2 bulan terhitung sejak

tanggal pengiriman surat permintaan untuk memenuhi kelengkapan

persyaratan tersebut, sedangkan yang dimaksud dengan tanggal

pengiriman adalah tanggal pengiriman berdasarkan stempel pos.

Dalam hal kekurangan tersebut menyangkut persyaratan

pendaftaran berdasarkan hak prioritas, jangka waktu pemenuhan

kekurangan persyaratan tersebut paling lama tiga bulan terhitung sejak

berakhirnya jangka waktu pengajuan permohonan dengan menggunakan

hak prioritas.

Dalam hal seluruh persyaratan administratif telah dipenuhi, maka

terhadap permohonan diberikan tanggal penerimaan yang dikenal dengan

filling date, yang dicatat oleh Direktorat Jenderal. Filling date tersebut

merupakan tanggal dimuainya perhitungan jangka waktu perlindungan atas

merek terdaftar apabila permohonan pendaftaran merek diterima. Tanggal

penerimaan mungkin sama dengan tanggal pengajuan permohonan apabila

seluruh persyaratan dipenuhi pada saat pengajuan permohonan. Penentuan

tanggal penerimaan sangat penting karena tanggal penerimaan itu

merupakan tanggal awal perhitungan perlindungan hak merek. Hal ini

berarti bahwa tanggal mulai berlakunya perlindungan hak merek (jika

permohonannya diterima) juga mundur sama dengan tanggal

Page 54: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

dilengkapinya persyaratan, apabila pemohon tidak melengkapi persyaratan

pendaftaran bersamaan dengan waktu pengajuan permohonan

pendaftarannya (Ahmadi Miru, 2005:36).

Perubahan atas permohonan hanya diperbolehkan terhadap

penggantian nama dan / atau alamat pemohon atau kuasanya. Hal ini

berarti perubahan yang terkait dengan substansi merek tidak

dimungkinkan tapi perubahan itu hanya meliputi identitas pemohon

pendaftaran merek tersebut. Undang-Undang Merek memberikan hak

kepada pemohon atau kuasanya untuk membatalkan atau menarik kembai

permohonan pendaftaran merek yang telah diajuakan (Ahmadi Miru,

2005:32).

i. Pengalihan Hak atas Merek Terdaftar

Hak atas merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan karena:

1) Pewarisan;

2) Wasiat;

3) Hibah;

4) Perjanjian; atau

5) Sebab- sebab lain yang dibenarkaan oleh peraturan perundang-

undangan (Ahmadi Miru, 2005:59).

Pengalihan hak atas merek wajib dimohonkan pencatatannya

kepada Direktorat Jenderal untuk dicatat dallam Daftar Umum Merek, dan

permohonan pencatatan pengalihan hak atas merek tersebut disertai

dengan dokumen yang mendukungnya. Dokumen yang dimaksud antara

lain Serifikat Merek dan bukti lainnya yang mendukung pemilikan hak

tersebut.

Pengalihan hak atas merek terdaftar yang telah dicatat dalam

Daftar Umum Merek diumumkan dalam Berita Resmi Merek. Pentingnya

pendaftaran terhadap pengalihan merek terdaftar tersebut karena

pengalihan hak atas merek terdaftar yang tidak dicatat dalam Daftar

Umum Merek tidak berakibat hukum pada pihak ketiga.

Page 55: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Pemilik merek terdaftar berhak memberikan lisensi kepada pihak

lain dengan perjanjian bahwa penerima lisensi akan menggunakan merek

tersebut untuk sebagian atau seluruh jenis barang atau jasa yang telah

terdaftar menggunakan merek tersebut. Lisensi adalah izin yang diberikan

oleh pemilik merek terdaftar kepada pihak lain melalui suatu perjanjian

berdasarkan pada pemberian hak untuk menggunakan merek tersebut, baik

untuk seluruh atau sebagian jenis barang dan/atau jasa yang didaftarkan

dalam jangik merekka waktu syarat tertentu.

Pemberian lisensi kepada pihak lain merupakan suatu hal yang

dapat menguntungkan bagi pemilik merek karena tanpa investasi dia dapat

memperluas usahanya. Perjanjian isensi wajib dimohonkan pencatatannya

pada Direktorat Jenderal dengan dikenai biaya dan akibat hukum dari

pencatatan perjanjian lisensi berlaku terhadap pihak- pihak yang

bersangkutan dan terhadap pihak ketiga. Pada dasarnya lisensi hanya

berlaku terhadap penerimaan lisensi, tetapi dalam perjanjian lisensi dapat

ditentukan bahwa penerima llisensi bisa memberi lisensi lebih lanjut pada

pihak ketiga. Penggunaan merek terdaftar di Indonesia oeh penerima

lisensi dianggap sama dengan penggunaan merek tersebut di Indonesia

oleh pemilik merek.

j. Merek yang tidak dapat didaftarkan

Menurut UU Merek Indonesia hal-hal yang tidak dapat didaftarkan

sebagai merek adalah:

1) Merek yang permohonannya diajukan atas dasar itikad tidak baik

(Pasal 4)

2) Merek yang bertentangan dengam moral, perundang- undangan dan

ketertiban umum (Pasal 5(a))

3) Merek yang tidak memiliki daya pembeda (Pasal 5 (b))

4) Tanda- tanda yang telah menjadi milik umum (Pasal 5 (c))

5) Merek yang semata-mata menyampaikan keterangan yang

berhubungan dengan barang atau jasa (Pasal 5 (d)).

Page 56: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Permohonan merek juga harus ditolak jika:

1) Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan merek

yang sudah terdaftar milik orang lain dan digunakan dalam

perdagangan barang atau jasa yang sama (Pasal 6 (1.a))

2) Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan merek

terkenal milik pihak lain untuk barang dan/ atau jasa sejenis (Pasal 6

(1.b))

3) Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan

indikasi geografis yang sudah dikenal (Pasal 6 (1.c))

4) Nama dan foto dari orang terkenal tanpa izin darinya (Pasal 6 (3.a))

5) Lambang- lambang negara, bendera tanpa izin dari pemerintah (Pasal 6

(3.b))

6) Tanda atau cap atau stempel resmi tanpa persetujuan tertulis dari pihak

berwenang (Pasal 6 (3.c)) (Lindsey, 2005:134).

k. Merek Jasa

Merek jasa, yaitu merek yang digunakan pada jasa yang

diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama- sama

atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa- jasa sejenis lainnya.

Jika sebuah Jasa tidak dapat diklasifikasikan dengan bantuan Daftar

Kelas, maka berlaku kriteria sebagai berikut:

1) Jasa pada prinsipnya diklasifikasikan sesuai dengan cabang

kegiatan yang ditentukan dalam pos kelas Jasa.

2) Jasa Rental pada prinsipnya diklasifikasikan dalam kelas yang

sama dengan layanan yang diberikan melalui obyek sewa

(misalnya, Sewa telepon, Kelas 38). Jasa leasing analog dengan

jasa penyewaan dan karena itu harus diklasifikasikan dengan cara

yang sama. Namun sewa, pembiayaan-sewa-beli diklasifikasikan

di Kelas 36 sebagai layanan keuangan.

3) Pelayanan yang memberikan saran, informasi atau konsultasi pada

prinsipnya diklasifikasikan dalam kelas yang sama dengan layanan

Page 57: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

yang sesuai dengan subyek informasi, saran atau konsultasi,

misalnya, konsultasi transportasi (Kelas 39), konsultan bisnis

manajemen ( Kelas 35)., konsultasi keuangan (Kelas 36),

konsultasi kecantikan (Kelas 44). Pengubahan dari informasi, saran

atau konsultasi melalui sarana elektronik (misalnya, telepon,

komputer) tidak mempengaruhi klasifikasi layanan ini.

4) Pelayanan yang diberikan dalam rangka waralaba yang pada

prinsipnya diklasifikasikan dalam kelas yang sama dengan layanan

tertentu yang disediakan oleh pemilik waralaba (misalnya, bisnis

konsultan yang berkaitan dengan waralaba (Kelas 35), jasa

pembiayaan yang berkaitan dengan waralaba (Kelas 36), layanan

hukum yang berkaitan dengan waralaba (Kelas 45).

l. Merek Kolektif

Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang dan/atau

jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa

orang atau badan hukum secara bersama- sama untuk membedakan dnegan

barang dan/atau jasa sejenis lainnya. Ketentuan penggunaan merek

kolektif tersebut paling sedikit memuat:

1) Sifat, ciri umum, atau mutu barang atau jasa yang akan diproduksi dan

diperdagangkan;

2) Pengaturan bagi pemilik merek kolektif untuk melakukan pengawasan

yang efektif atas penggunaan merek tersebut; dan

3) Sanksi atas pelanggaran peraturan penggunaan merek kolektif

(Ahmadi Miru, 2005:69).

m. Penyelesaian Pelanggaran Hukum terhadap Merek yang Telah

Terdaftar

Terhadap sengketa antara pemegang merek dengan pihak lain yang

sama- sama mendaftarkan merek yang sama akan diberikan perlindungan

Page 58: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

hukum dengan menempuh mekanisme upaya hukum untu memberikan

perlindungan terhadap pemilik merek yang sah.

1) Perlindungan hukum atas merek secara preventif

Perlindungan hukum preventif merupakan sebuah bentuk

perlindungan yang mengarah pada tindakan yang bersifat pencegahan.

Tujuannya adalah meminimalisasi peluang terjadinya pelanggaran

merek dagang. Langkah ini difokuskan pada pengawasan pemakaian

merek, perlindungan terhadap hak eksklusif pemegang hak atas merek

dagang terkenal asing, dan anjuran- anjuran kepada pemilik merek

untuk mendaftarkan mereknya agar haknya terlindungi.

2) Perlindungan hukum atas merek secara represif

Pengertian perlindungan hukum represif adalah perlindungan

yang dilakukan untuk menyelesaikan atau menanggulangi suatu

peristiwa yang telah terjadi, yaitu berupa pelanggaran hak atas merek.

Tentunya dengan demikian peranan lebih besar berada pada lembaga

peradilan dan aparat penegak hukum lainnya seperti kepolisian,

Pejabat Pegawai Negeri Sipil, dan kejaksaan untuk melakukan

penindakan terhadap pelanggaran merek. Perlu diketahui bahwa pada

umumnya sebuah pelanggaran atas HKI dapat dianggap sebagai kasus-

kasus kriminal maupun perdata, namun di Indonesia penekanan

pelanggaran lebih sititikberatkan pada hukum kriminal.

Dalam perlindungan hukum yang sifatnya reprsesif, maka

pemberian sanksi yang jelas dan tegas bagi pelaku pelanggaran merek

sesuai dengan Undang-Undang Merek, juga harus dilaksanakan oleh

aparat penegak hukum secara konsisten. Konsistensi ini akan

memberikan jaminan kepastian hukum khususnya bagi pemegang hak

atas merek dagang terkenal di Indonesia (Hery Firmansyah, 2011, 67).

n. Merek Terkenal

Salah satu persoaalan berkenaan dengan ini adalah apakah merek

terkenal tidak dapat ditiru oleh orang lain dan tidak dipakai untuk barang

Page 59: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

sejenis saja atau juga untuk barang lainnya, karena statusnya sebagai

merek yang sudah terkenal. Berkenaan dengan merek terkenal ini ada

Ketetapan dari Menteri Kehakiman Nomor M.02-H.G.01.01.1987.

menurut peraturan ini dipandang sebagai merek terkenal apabila di

Indonesia terkenal merek itu dan juga sudah dipakai selama jangka waktu

yang cukup lama. Akan ditolak pendaftaran dari merek yang terkenal itu

oleh pihak lain kecuali oleh pihak si pemilik (Sudargo Gautama,2002:61).

Sebelum tahun 1987 maka merek terkenal hanya dilindungi untuk

barang-barang yang sejenis, dan perkembangannya adalah kemudian

bahwa tidak boleh didaftarkannya merek serupa ini juga berkenaan dengan

barang-barang yang tidak sejenis. Berkenaan dengan ini maka adanya

keputusan Menteri Nomor M.03-H.G.02.01 tanggal 2 Mei 1991 yang

mengatur “Penolakan permohonan pendaftaran merek terkenal atau merek

yang mirip merek terkenal milik orang lain atai badan lain” (Sudargo

Gautama,2002: 61).

Tanda- tanda yang dipakai sebagai merek dagang menurut

Undang-Undang Merek Baru tahun 2001, sejalan dengan Undang-Undang

Merek Indonesia terdahulu, maka perumusannya adaah “serupa suatu

tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan

warna atau kombinasi dari unsure-unsur tersebut”. tetapi harus memiliki

daya pembeda juga dipakai dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa

(Pasal 1 sub 1 Undang-Undang no 15 Tahun 2001 tentang Merek).

dikatakan dalam undang-undang tersebut bahwa susunan warna dapat

dianggap sebagai merek dan diberikan perlindungan (Sudargo

Gautama,2002:63).

Kombinasi dari warna jika telah disusun sedemikian rupa hingga

mempunyai suatu tanda pembedaan tertentu, dapat juga dianggap sebagai

merek yang boleh didaftarkan. Untuk lebih memperinci tinjauan:

1) Mengenai merek kata-kata berdiri sendiri, seperti KFC ini dapat

didaftarkan

Page 60: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

2) Merek yang merupakan kata-kata berkenaan dengan tulisan-tulisan

nama barang dalam bentuk khusus dapat dilakukan pendaftaran.

3) Merek- merek yang merupakan kombinasi

4) Merek tidak dapat didaftar jika menjadi milik umum.

5) Merek tidak dapat didaftar jika bertentangan dengan kesusilaan

(Sudargo Gautama,2002:63).

Pada Pasal 6 ayat (1) Undang-Undnag Nomor 15 Tahun 2001

tentang Merek dinyatakan bahwa permohonan pendaftaran ditolak jika

mempunyai persamaan dalam pokoknya atau keseluruhannya dengan

merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan jasa sejenis.

Kemudian dalam ayat (2) ketentuan sebagai dimaksud dalam ayat (1)

huruf b ini dapat diberlakukan barang atau jasa tidak sejenis sepanjang

memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan

Peraturan Pemerintah (Sudargo Gautama,2002:67).

Sementara bagaimana dalam praktek pembuktian pengadilan

bahwa suatu barang adalah terkenal. Terkenal dalam arti kata bukan saja di

dalam wilayah republic Indonesia tetapi juga dalam kenyataan di luar

negeri. Misalnya apakah merek ini sudah lama dipakai dan dipromosikan

secara luas dalam berbagai terbitan seperti adpertensi dan juga di dalam

majalah-majalah serta didaftarkan diberbagai Negara. Inilah yang sekarang

menjadi pegangan dalam perkara-perkara di hadapan Pengadilan negeri

Jakarta Pusat. Pada saat ini yang ditekankan ialah terkenalnya merek ini

sudah didaftarkan misalnya lebih dari sepuluh Negara termasuk bukan

Negara asal dan diberikan bukti mengenai pendaftaran ini. (Sudargo

Gautama,2002: 68).

Disamping itu juga diperhatikan pula reputasi merek terkenal yang

diperoleh karena promosi yang gencar dan besar-besaran, investasi

dibeberapa Negara di dunia yang dilakukan oleh pemiliknya dan disertai

bukti pendaftaran merek tersebut diberbagai Negara, apabila hal-hal ini

diatas belum dianggap cukup Pengadilan Niaga menurut Memori

Penjelasan ini yang dimasa mendatang akan memeriksa perkara

Page 61: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

merek.dapat memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri untuk

melakukan survey guna memperoleh kesimpulan mengenai merek terkenal

atau tidaknya yang menjadi dasar penolakan (Sudargo Gautama,2002: 69).

Jika suatu merek sudah memperoleh predikat terkenal, maka

bentuk perlindungan hukum yang diperlukan agar terhadap tersebut

terhindar dari peniruan atau pemalsuan oleh orang lain, adalah ada bentuk

perlindungan hukum yang bersifat prepentif dan reprepentif dititik

beratkan pada upaya untuk mencegah agar merek terkenal tersebut tidak

dipakai orang lain secara salah. Upaya ini dapat berupa :

a) Kepastian Pengaturan Tentang Merek Terkenal

b) Pendaftaran terhadap Merek

c) Penolakan Pendaftaran Oleh Kantor Merek

d) Pembatalan Merek Terdaftar (www. pps.unud.ac.id/ thesis/pdf_thesis/

unud-414-bab4.pdf diakses tanggal 19 Juni 2012 pukul 11.25).

o. Perlindungan Hukum Hak atas Merek

Perlindungan hukum atas merek semakin menjadi hal yang penting

mengingat pesatnya perdagangan dunia dewasa ini. Imbasnya menjadi

sulit untuk dapat membedakan satu produk dengan produk yang lainuntuk

diberikan perlindungan merek dengan perlindungan desain produk.

Di Indonesia hak atas merek didasarkan atas pemakaian pertama

dari merek tersebut. Bagi mereka yang mendaftarkan mereknya dianggap

oleh undang- undnag sebagai pemakai merek pertama dari merek tersebut

kecuali kalau dapat dibuktikan lain dan dianggap sebagai yang berhak atas

merek yang bersangkutan. Tujuan dari pendaftaran merek adalah

memberikan perlindungan untuk pendaftaran merek tersebut yang oleh

undang- undang dianggap sebagai pemakai pertama terhadap pemakaian

tidak sah oleh pihak- pihak lain.

Keberhasilan penegakan hukum merek tidak akan dapat

tercapaidengan hanya mengandalkan undang- undang yang mengatur

permasalahan merek semata. Keberhasilan penegakan hukum merek

Page 62: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

memerlukan dukungan dari unsur- unsur lain, khususnya lembaga atau

badan yang bergerak dalam bidang merek. Perlindungan hukum terhadap

merek dagang terdaftar mutlak diberikan oleh pemerintah kepada

pemegang dan pemakai hak atas merek untuk menjamin:

1) Kepastian berusaha bagi para produsen, dan

2) Menarik investor bagi merek dagang asing sedangkan perlindungan

hukum yang diberikan kepada merek dagang loka diharapkan agar

pada suatu saat dapat berkembang secara meluas di dunia

internasional.

3. Tinjauan tentang Kesadaran HukumLaura Nielsen mendefinisikan kesadaran hukum sebagai bagaimana

orang berfikir tentang hukum, tentang norma- norma umum dari hukum,

tentang praktik setiap hari, dan tentang cara yang umum digunakan dalam

berhubungan dengan hukum atau permasalahan hukum. Kesadaran hukum

adalah kajian yang tidak hanya sekedar tentang bagaimana orang berfikir

tentang hukum, tetapi juga mencakup kajian tentang bagaimana ide- ide yang

sebagian besar merupakan ide yang 'tidak sadar hukum’, justru mempengaruhi

keputusan, perilaku, sikap. Kesadaran hukum mempresentasikan pentingnya

pengembangan dan peningkatan teoretis dan metode kajian tentang sikap

hukum (Laura Nielsen dalam buku Achmad Ali,2009:338).

Kesadaran hukum muncul dari satu tradisi teoretis, dimana hukum dan

masyarakat dilihat sebagai sesuatu yang ada pada diri masing- masing, hukum

ada dalam masyarakat dan masyarakat ada dalam hukum. Pendekatan

konstitutif seperti ini,memperlakukan hukum sebagai satu dari banyak

kekuatan pesaing yang mempengaruhi dan membentuk kehidupan sosial serta

menyatu di dalam sistem normatif, institusi sosial, dan gerakan sosial yang

menggunakannya. Penelitian kesadaran hukum melakukan pengujian terhadap

peran hukum, yang secara luas dipahami dalam membangun pemahaman-

pemahaman, mempengaruhi tindakan dan membentuk berbagai aspek

kehidupan sosial. Perkembangan teoretis ini menyajikan suatu pengujian

Page 63: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

batasan kultur dan norma- norma sosial dimana mempengaruhi hukum serta

sebaliknya.hubungan timbal balik ini berarti bahwa kesadaran hukum di antara

aturan- aturan dan kerangkan enterpretatifnyalah yang mendefinisikan serta

memolakan kehidupan (Achmad Ali,2009:338).

Kesadaran hukum adalah suatu kajian formal dan informal tentang

hukum dalam arti bahwa hukum formal atau praktik dan prosedur informal

yang menjelma menjadi legalitas, dapat mempengaruhi kesadaran hukum

warga negara. Kesadaran hukum bersifat contingent (bergantung pada sesuatu)

yang bermakna bahwa dia dapat berubah tergantung pada area hukum atau

masalah sosial yang dipersoalkan. Lebih dari itu, kesadaran hukum bersifat

contingent (bergantung pada sesuatu) dari waktu ke waktu, yang berarti bahwa

pemahaman seorang individu tentang hukum adalah berubah dari waktu ke

waktu. Kesadaran hukum seseorang pun mungkin saja saling berlawanan

tentang sesuatu fenomena hukum. Kesadaran hukum dapat diubah atau

disamaratakan kepada banyak situasi berbeda, yang bermakna bahwa sikap

dan pemahaman tentang hukum, dpat datang dari pengalaman berhubungan

dengan hukum maupun pengalaman berhubungan dengan para aktor hukum,

dimana mungkin saja seseorang tersebut tidak menyadari hubungannya itu

(Achmad Ali,2009:340).

Studi tentang kesadaran hukum juga mengkaji bagaimana pengetahuan

seseorang tentang hukum, dapat ditransfer ke dalam tindakan dan keputusan

yang diambil setiap orang. Lebih dari sekadar sikap hukum dan opini

seseorang, maka sebaliknya kajian tentang kesadaran hukum juga menyelidiki

seberapa jauh konsep hukum yang diketahui seseorang, ikut mempengaruhi

tujuan, pilihan, dan permasalahan yang dialami setiap orang. Dengan cara ini,

para pakar kajian tentang kesadaran hukum juga mengkaji faktor- faktor yang

menyebabkan seseorang memilih bersikap apakah berada dihadapan hukum

atau bertindak sesuai hukum atau malah melanggar hukum (Achmad

Ali,2009:342).

Kesadaran hukum timbul pada mulanya adalah sehubungan dengan

usaha mencari dasar daripada sahnya suatu peraturan hukum sebagai akibat

Page 64: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

daripada berbagai masalah yang timbul dalam rangka penerapan suatu

ketentuan hukum tertulis. Kemudian hal ini berkembang menimbulkan suatu

problema apakah yang menjadi dasar sahnya hukum itu berupa komando atau

pengendalian dari pihak penguasa ataukah berupa kesadaran daripada

masyarakat. Permasalahan yang demikian menjadi timbul oleh karena

kenyataan dalam masyarakat banyak ketentuan- ketentuan hukum yang tidak

ditaati oleh masyarakat. Jadi masalahnya sudah menyangkut efektif atau

tidaknya suatu peraturan hukum. Masalah ini akan membawa kita kepada

bagaimana peranan hukum dalam masyarakat. Mengapa suatu ketentuan

hukum tidak dapat berperan di dalam masyarakat adalah tidak lain oleh karena

disebabkan peraturan hukum tersebut tidak sesuai atau bertentangan dengan

kesadaran hukum masyarakat (Radisman F.S. Sumbayak, 1985:52).

Banyak faktor- faktor yang mempengaruhi sehingga hukum tidak

efektif. Kendati begitu kita harus ingat bahwa unsur utama yang harus

diperhitungkan dalam mengusahakan berfungsinya hukum secara efektif

dalam masyarakat ialah kesadaran hukum sangat penting bagi seluruh lapisan

masyarakat demi berfungsinya hukum di dalam masyarakat dan akhirnya kita

dapat merasakan bahwa hukum itu benar- benar berwibawa (Radisman F.S.

Sumbayak, 1985:54).

Dalam batasan pengertian yang luas, kesadaran hukum ialah potensi

memasyarakat dan membudaya dengan kaidah- kaidah mengikat dan dapat

dipaksakan. Dalam masyarakat selalu terjadi perkaitan kerjasama dan

perbenturan sistem nilai dan kepentingan karena itu juga kesadaran

hukumnya. Kesadaran hukum bersifat relatif dalam isinya maupun

kekuatannya terhadap waktu dan tempat, ia berlangsung dalam proses

pembentukannya, perkembangan dan kestabilannya untuk kemudian berubah

dengan pembaharuan lagi. (Ahmad Sanusi, 2002:227).

Sebagai batasan yang khusus dapat diartikan tentang kesadaran hukum

itu sebagai potensi atau daya yang mengandung:

a. Persepsi, pengenalan, pengetahuan, ingatan, dan pengertian tentang

hukum, termasuk konsekuensi- konsekuensinya;

Page 65: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

b. Harapan, kepercayaan bahwa hukum dapat memberi sesuatu kegunaan

serta memberi perlindungan dan jaminannya dengan kepastian dan rasa

keadilan;

c. Perasaan perlu dan butuh akan jasa- jasa hukum, dan karena itu harus

menghormatinya;

d. Perasaan khawatir dan takut melanggar hukum, karena jika dilanggar

maka sanksi- sanksinya dapat dipaksakan; dan

e. Orientasi, perhatian, kesanggupan, kemauan baik sikap dan kesediaan serta

keberanian menaati hukum dalam hak maupun kewajibannya karena

kebenaran, keadilan, dan kepastian hukum itu adalah kepentingan umum

(Ahmad Sanusi, 2002:227).

Sumber satu- satunya dari hukum dan kekuatan mengikatnya adalah

kesadaran hukum masyarakat. Dikatakan kemudian bahwa perasaan hukum

dan keyakinan hukum individu di dalam masyarakat yang merupakan

kesadaran hukum individu, merupakan pangkal daripada kesadaran hukum

masyarakat. Kesadaran hukum masyarakat adalah jumlah terbanyak daripada

kesadaran- kesadaran hukum individu mengenai sesuatu peristiwa yang

tertentu (Soerjono Soekanto,2001:147).

Kesadaran hukum mempunyai korelasi positif dengan ketaatan

hukum. Makin tinggi kesadaran hukum seseorang, apakah ia selau pribadinya

atau pejabat negeri, maka makin tinggi juga ketaatan hukumnya. Dengan

begitu dapat diharapkan kepentingan- kepentingan pribadi, kelompok,

masyarakat, dan negara akan terjamin menurut hukum. Sebaliknya kesadaran

hukum yang rendah cenderung pada pelanggaran hukum, dengan berbagai

kemungkinan korban dan kerugian yang dideritanya. Makin rendah kesadaran

hukum, makin banyak pelanggaran dan makin besar korbannya (Ahmad

Sanusi, 2002:229).

Sedangkan menurut Soerjono Soekanto, masalah kesadaran hukum

rakyat banyak sebenarnya menyangkut faktor- faktor apakah suatu ketentuan

hukum tertentu diketahui, diakui, dihargai dan ditaati atau dipatuhi (Radisman

F.S. Sumbayak,1985:52).

Page 66: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Salah satu hasil penelitian tentang kesadaran hukum, menunjukkan

bahwa berbagai organisasi sosial, dan faktor- faktor institusional yang

bermain, mempengaruhi keputusan seseorang untuk tidak menggunakan

hukum. Beberapa faktor yang salah satunya menjadi fokus pilihan dalam

kajian tentang kesadaran hukum adalah :

1) Penekanan bahwa hukum sebagai otoritas, sangat erat kaitannya dengan

lokasi di mana suatu tindakan hukum terjadi;

2) Studi tentang kesadaran hukum tidak harus mengistimewakan hukum

sebagai sebuah sumber otoritas atau motivasi untuk tindakan; dan

3) Studi tentang kesadaran hukum memerlukan observasi, yang tidak hanya

pada apa yang individu katakan kepada peneliti dan juga tidak sekadar

terhadap apa yang mereka pikirkan tentang permasalahan sosial dan

peranan hukum dalam memperbaiki kehidupan mereka, tetapi juga apa

yang mereka lakukan (Achmad Ali,2009:342).

Kesadaran hukum berkaitan dengan nilai-nilai yang tumbuh dan

berkembang dalam suatu masyarakat. Dengan demikian masyarakat menaati

hukum bukan karena paksaan, melainkan karena hukum itu sesuai dengan

nilai-nilai yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Terdapat empat indikator

kesadaran hukum yang masing-masing merupakan suatu tahapan bagi tahapan

berikutnya, yaitu:

a) Pengetahuan hukum adalah pengetahuan seseorang mengenai beberapa

perilaku tertentu yang diatur oleh hukum. Sudah tentu bahwa hukum yang

dimaksud di sini adalah hukum tertulis dan hukum tidak tertulis.

Pengetahuan tersebut berkaitan dengan perilaku yang dilarang atupun

perilaku yang tidak diperbolehkan oleh hukum.

b) Pemahaman hukum adalah sejumlah informasi yang dimiliki seseorang

mengenai isi peraturan dari suatu hukum tertentu. Dengan perkataan lain

pemahaman hukum adalah suatu pengertian terhadap isi dan tujuan dari

suatu peraturan dalam suatu hukum tertentu, tertulis maupun tidak tertulis,

serta manfaatnya bagi pihak-pihak yang kehidupannya diatur oleh

peraturan tersebut.

Page 67: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

c) Sikap hukum adalah suatu kecenderungan untuk menerima hukum karena

adanya penghargaan terhadap hukum sebagai sesuatu yang bermanfaat

atau menguntungkan jika hukum itu ditaati.

d) Pola perilaku hukum adalah hal yang utama dalam kesadaran hukum,

karena disini dapat dilihat apakah suatu peraturan berlaku atau tidak dalam

masyarakat. Dengan demikian sampai seberapa jauh kesadaran hukum

dalam masyarakat dapat dilihat dari pola perilaku suatu masyarakat (Otje

Salman,2008:56).

Apabila indikator-indikator dari kesadaran hukum dipenuhi, maka

derajat kesadaran hukumnya tinggi, dan apabila kesadaran hukum tidak

dipenuhi, maka derajat kesadaran hukumnya rendah. Tingginya kesadaran

hukum warga masyarakat mengakibatkan para warga masyarakat menaati

ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku, apabila derajat kesadarn hukumnya

rendah, maka derajat krtaatan terhadap hukumnya juga rendah. Apabila

dipandang secara sempit, konsepsi kesadaran hukum seakan mensyaratkan

terdapatnya peraturan-peraturan hukum terlebih dahulusebelum kesadaran

hukum timbul. Pemikiran tersebut tentu tidak salah apabila memang suatu

peraturan telah ada sebelumnya. Dalam sudut pandang yang lebih luas,

konsepsi ini dapat diterapkan dari dua titik pusat. Apabila titik pusat kesadaran

hukum adalah peraturan-peraturan hukum, melalui konsepsi ini dapat dilihat

sampai sejauh mana efektivitas peraturan-peraturan hukum tersebut dalam

masyarakat. Sementara bila titik pusat kesadaran hukum adalah fakta-fakta

sosial, melaui konsepsi ini dapat dilihat proses pembentukan hukum dari

fakta-fakta sosial tersebut (Otje Salman,2008:60).

4. Tinjauan tentang Usaha Kecil Menengah

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah

atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil.

Page 68: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,

atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha

Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan

tahunan.

Menurut Pasal 6 ayat (1) UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah kriteria Usaha Kecil adalah memiliki kekayaan bersih

lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling

banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah.

Menurut Pasal 6 ayat (2) UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut

memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah)

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil

penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh

milyar rupiah).

5. Tinjauan tentang Efektivitas Hukum Merek

Apabila membicarakan efektivitas hukum dalam masyarakat berarti

membicarakan daya kerja hukum itu dalam mengatur dan/ atau memaksa

masyarakat untuk taat kepada hukum. Efektivitas hukum dimaksud, berarti

mengkaji kaidah hukum yang harus memenuhi syarat, yaitu berlaku secara

yuridis, berlaku secara sosiologis, dan berlaku secara filosofis. Maka dari itu

faktor- faktor yang dapat mempengaruhi hukum itu berfungsi dalam

masyarakat, yaitu:

a. Kaidah hukum

Page 69: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Di dalam teori-teori ilmu hukum, dapat dibedakan menjadi 3

macam hal mengenai berlakunya hukum sebagai kaidah, yaitu kaidah

hukum berlaku secara yuridis, kaidah hukm berlaku secara sosiologis,

kaidah hukum berlaku secara filosofis. Jika dikaji secara mendalam, agar

hukum itu berfungsi maka setiap kaidah hukum harus memenuhi ketiga

macam unsur tersebut karena apabila kaidah hukum hanya berlaku secara

yuridis, ada kemungkinan kaidah itu merupakan kaidah mati, jika hanya

berlaku secara sosiologis dalam arti teori kekuasaan, maka kaidah itu

menjadi aturan pemaksa, apabilla hanya berlaku secara filosofis

kemungkinannya kaidah itu hanya merupakan hukum yang dicita-citakan.

b. Penegak hukum

Penegak hukum atau orang yang bertugas menerapkan

hukummencakup orang lingkup yang sangat luas, sebab menyangkut

petugas pada strata atas, menengah dan bawah. Artinya, di dalam

melaksanakan tugas-tugas penerapanhukum, petugas seyogyanya harus

memiliki sebuah pedoman, diantaranya peraturan tertulis tertentu yang

mencakup ruang lingkup tugas- tugasnya.

c. Sarana atau fasilitas yang digunakan oleh penengak hukum

Fasilitas atau sarana sangat penting untuk mengefektifkan suatu

aturan tertentu. Ruang lingkup sarana yang dimaksud, terutama secara

fisik yang berfungsi sebagai faktor pendukung. Memang sering terjadi

bahwa suatu peraturan sudah difungsikan, padahal fasilitasnya belum

tersedia lengkap. Peraturan yang semula bertujuan untuk memperlancar

proses, malahan mengakibatkan terjadinya kemacetan.

d. Kesadaran masyarakat

Salah satu faktor yang mengefektifkan suatu peraturan adalah

warga masyarakat. Maksudnya adalah kesadarannya untuk mematuhi

suatu peraturan perundang-undangan, yang sering disebut derajat

kepatuhan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa derajat kepatuhan

Page 70: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

masyarakat terhadap hukum merupakan salah satu indikator berfungsinya

hukum yang bersangkutan (Zainudin Ali,2010: 62).

Suatu peraturan perundang- undangan dapat dikeluarkan oleh

badan yang tertinggi dalam suatu Negara, maupun oleh suatu badan yang

dalam suatu sistem politik mempunyai kedududkan yang lebih rendah,

peraturan perundang-undangan mana biasanya merupakan peraturan

pelaksanaan daripada peraturan yang lebih tinggi derajatnya. Suatu

penelitian terhadap efek suatu perundang- undangan di dalam masyarakat

merupakan salah satu usaha untuk mengetahui apakah hukum tersebut

benar-benar berfungsi atau tidak. Suatu perundang-undangan yang

dikatakan baik, belum cukup apabila hanya memenuhi persyaratan-

persyaratan filosofis atau ideologis dan yuridis saja, secara sosiologis

peraturan tadi juga harus berlaku. Hal ini bukanah berarti bahwa setiap

peraturan perundang- undangan harus segera diganti apabila ada gejala-

gejala bahwa peraturan tadi tidak hidup. Peraturan perundang-undangan

tersebut harus diberi waktu agar meresap dalam diri warga-warga

masyarakat. Apabila sering terjadi pelanggaran-pelanggaran tertentu

terhadap suatu peraturan perundang-undangan, maka ha itu belum tentu

berarti bahwa peraturan tersebut secara sosiologis tidak berlaku di dalam

masyarakat. Mungkin para pelaksana peraturan tadi kurang tegas dan

kurang bertanggung jawab di dalam pekerjaannya, ini perlu

diperhitungkan dalam menilai apakah suatu peraturan itu baik atau kurang

baik (Soerjono Soekanto,1988:18).

Menurut Soerjono Soekanto, secara konseptual terdapat lima faktor

yang mempengaruhi proses penegakan hukum antara lain :

1) Aturan Hukum atau Undang-Undang

Aturan hukum atau Undang-Undang sering merupakan faktor

penghambat sehingga mempengaruhi proses penegakan hukum, karena

rumusan normanya tidak jelas menimbulkan penafsiran yang kadang-

kadang merugikan atau tidak adil.

2) Aparatur penegak hukum

Page 71: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Aparatur penegak hukum yang merupakan salah satu pilar

penting dalam proses penegakan hukum, sering melakukan berbagai

tindakan yang bertentangan dengan ketentuan hukum sehingga

menimbulkan berbagai masalah.

3) Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana pendukung yang kurang memadai sudah

tentu akan mempengaruhi ruang gerak aparatur penegak hukum dan

juga anggota masyarakat sebagai pencari keadilan.

4) Budaya Hukum

Budaya hukum masyarakat yang merupakan suatu proses

internalisasi nilai-nilai dalam rangka memahami hukum dan berupaya

untuk menerapkannya secara baik demi kepentingan bersama, ternyata

belum dipraktekan secara baik.

5) Masyarakat

Masyarakat sering menjadi penyebab dalam proses penegakan

hukum, karena mempunyai uang, sering didorong oleh keinginan

untuk menang sendiri tanpa memperhatikan aspek-aspek yang sifatnya

objektif dari hukum untuk mewujudkan tujuannya yakni keadilan.

Sebagai contoh ; seseorang ketika berhadapan dengan kasus hukum

perdata ( masalah tanah ) dan secara objektif sebenarnya yang

bersangkutan tidak mempunyai alat bukti yang kuat, berupa sertifikat

atau keteranga lainnya sebagai alas haknya, tetapi karena yang

bersangkutan mempunyai uang yang banyak maka ia tetap bersikeras

untuk membawa kasus tersebut ke pengadilan. Jadi yang penting

masuk ke Pengadilan nanti di atur kemudian, tanpa

mempertimbangkan secara matang dari aspek positif atau negatifnya,

Soerjono Soekanto:1988 (http://fhukum-unpatti .org/artikel/hukum -

tata-negara/103-peran-civil-society-dalam- proses-penegakan -hukum-

dan-hak-asasi-manusia.html diakses tanggal 19 Juni 2012 pukul

13.55).

Page 72: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Karakteristik yang mencolok dalam pembicaraan mengenai

sosiologi penegakan hukum adalah bahwa penegakan hukum itu bukan

merupakan suatu tindakan yang pasti, yaitu menerapkan hukum terhadap

suatu kejadian, yang dapat diibaratkan menarik garis lurus antara dua titik.

Penegakan hukum adalah suatu proses logis yang mengikuti kehadiran

suatu peraturan hukum. Apa yang harus terjadi menyusul kehadiran

peraturan hukum hamper sepenuhnya terjadi melalui pengolahan logika.

Penegakan hukum dapat juga dilihat sebagai proses yang melibatkan

manusia di dalamnya. Pada pengamatan terhadap kenyataan penegakan

hukum, faktor manusia sangat terlibat dalam usaha menegakkan hukum

tersebut. penegakan hukum dilakukan oleh institusi yang diberi wewenang

untuk itu, seperti polisi, jaksa, dan pejabat pemerintahan. Sejak hukum itu

mengandung perintah dan pemaksaan, maka sejak semula hukum

membutuhkan bantuan untuk mewujudkan perintah tersebut (Satjipto

Rahardjo,2002:173).

Keterlibatan anggota masyarakat dalam penegakan hukum terjadi

baik dalam bidang pidana maupun perdata. Dalam bidang hukum perdata

peranan anggota masyarakat lebih besar, oleh karena munculnya kasus

hukum sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat. Negara hanya

menyediakan fasilitas bagi terjadinya penegakan hukum, sedang atau

selebihnya diserahkan kepada rakyat untuk bertindak dengan

menggunakan fasilitas yang disediakan tersebut. kendatipun tidak ada

diskriminasi dalam penggunaan fasilitas atau hukum tersebut ., tetapi

dalam kenyataan di lapangan, tidak semua orang berada pada posisi yang

sama untuk menikmati fasilitas yang disediakan oleh hukum. Para pelaku

yang memiliki kekuasaan lebih besar akan mendominasi penegakan

hukum. Kekuasaan tersebut berupa pengetahuan, status, hubungan-

hubungan social dan kemampuan ekonominya (Satjipto

Rahardjo,2002:178).

Hukum Merek akan efektif apabila faktor-faktor yang

mempengaruhi hukum tersebut berfungsi di dalam masyarakat terpenuhi,

Page 73: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

yaitu aturan hukum harus jelas, maksudnya rumusan Undang-Undang No

15 Tahun 2001 tentang Merek dan peraturan pelaksanaannya tidak

menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda antar masyarakat. Selain itu

kata-kata dalam peraturan tersebut mudah dipahami oleh semua

masyarakat. Faktor yang kedua adalah aparatur penengak hukum yang

khusus berkonsentrasi di bidang HKI. Hal ini dikarenakan agar masyarakat

yang masih belum jelas mengenai HKI khususnya mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan merek dapat bertanya secara langsung dengan

aparatur tersebut dan mereka mendapatkan penjelasan. Aparatur tersebut

tidak boleh melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan

hukum, misalnya melakukan pungutan liar apabila ada masyarakat yang

ingin mendaftarkan merek mereka dan jumlah biayanya tidak sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan.

Faktor yang ketiga adalah sarana dan prasarana. Apabila saran dan

prasarana belum memadai, maka Hukum Merek tersebut tidak akan

berjalan efektif. Misalnya Kantor Dirjen HKI yang mudah dijangkau oleh

seluruh lapisan masyarakat yang ingin mendaftarkan merek usahanya

merupakan hal yang sangat penting. Apabila kantor tersebut tidak mudah

dijangkau, maka akan timbul ketidaktahuan dari masyarakat mengenai di

mana tempat mendaftarkan merek. Faktor yang keempat adalah budaya

hukum, apabila masyarakat belum memahami hukum dan menerapkan

hukum Merek tersebut di dalam prakteknyam maka Hukum Merek tidak

akan berjalan efektif. Faktor yang kelima adalah masyarakat, kesadaran

masyarakat untuk mematuhi peraturan perundang-undangan tentang merek

merupakan faktor yang penting. Hal ini disebabkan karena tanpa

masyarakat menyadari bahwa mendaftarkan merek usahanya merupakan

suatu tindakan yang penting, maka Hukum Merek yang dibuat oleh

pemerintah tidak akan berjalan efektif.

Page 74: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Keterangan:

Kota Surakarta merupakan salah satu kota penghasil batik di Indonesia. Di

daerah Kota Surakarta terdapat suatu sentra industri penghasil batik yang sangat

terkenal dan menjadi salah satu daerah tujuan wisata, yaitu Kampung Wisata

Batik Kauman. Disana terdapat banyak pengusaha batik yang usahanya masih

dikategorikan sebagai usaha kecil menengah. Pembicaraan mengenai batik yang

menjadi komoditas perdagangan tidak lepas dari merek dagang yang melekat ke

dalam produk batik tersebut.

Untuk mendapatkan hak merek atas merek dagang batik tersebut harus

didaftarkan terlebih dahulu. Namun, pengusaha kecil dan menengah batik di

Dirjen HKI di bawah

naungan

KemenkumhamUU No 15 Tahun 2001

tentang Merek dan

Peraturan Pelaksananya

Pendaftaran merekPengusaha kecil dan

menengah di bidang batik

Faktor-faktor yang

mempengaruhi kesadaran

hukum pendaftaran merek

Page 75: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Kampung Wisata Batik Kauman Kota Surakarta dalam pendaftaran merek tidak

terdapat kewajiban bagi seseorang untuk mendaftarakan merek yang mereka

miliki, akan tetapi jika ingin mendapatkan perlindungan hukum berdasarkan

hukum merek, maka harus terdaftar terebih dahulu. Maka dari itu pemilik merek

dagang batik harus mendaftarkan merek miliknya. Semua peraturan perundang-

undangan yang mengatur tentang merek tersebut bertujuan untuk meindungi

merek dari hal-hal yang merugikan pemilik.

Pendaftaran merek dilakukan di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan

Intelektual atau disingkat Dirjen HKI di bawah naungan Kementrian Hukum dan

HAM. Tata cara pendaftaran merek di atur didalam peraturan perundang-

undangan Indonesia, yaitu Undang-Undang No 15 Tahun 2001 tentang Merek dan

Peraturan pelaksananya. Undang-Undang No 15 Tahun 2001 tentang Merek dan

Peraturan pelaksananya juga telah memberikan pengetahuan bagi pengusaha kecil

dan menengah di Kampung Wisata Batik Kauman Surakarta mengenai merek

khususnya pendaftaran merek.

Akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pengusaha mengetahui

keberadaan hukum. Dalam hal ini adalah Undang-undang No 15 Tahun 2001

tentang Merek dan peraturan pelaksanaannya. Para pengusaha yang memiliki

merek dagang memiliki tingkat kesadaran hukum yang berbeda-beda terhadap

keberadaan hukum merek yang sesungguhnya dibuat untuk melindungi hak- hak

mereka. Dalam kaitannya dengan tingkat kesadaran hukum tersebut, apabila dikaji

secara mendalam maka akan diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

kesadaran hukum mengenai pendaftaran merek.

Page 76: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Singkat Kampung Wisata Batik Kauman Surakarta

Kauman merupakan sebuah nama kampung yang hampir dikenal di masyarakat

Jawa Tengah. Kampung Kauman terletak di tengah-tengah kota dan berdekatan

dengan masjid agung jami' dan Alun-alun. Kampung Kauman di Kota Surakarta

terletak di sebelah barat laut Masjid Agung dan memiliki keterkaitan dengan

keberadaan Keraton Kasunanan Surakarta. Kampung Kauman berdiri bersamaan

dengan pembangunan Masjid Agung Surakarta Oleh Paku Buwono III pada tahun

1757. Keraton Kasunanan Surakarta yang merupakan kelanjutan dari Kerajaan

Mataram Islam dan berujung pada Kerajaan Surakarta Hadiningrat dipimpin oleh

seorang raja dan dibantu oleh seorang penghulu yang bertugas sebagai ahli agama

yang ditempatkan di masjid tersebut.

Lahirnya kampung Kauman dimulai dengan adanya penempatan abdi dalem

pamethakan yang bertugas dalam bidang keagamaan dan kemasjidan, yaitu Kanjeng

Kyai Penghulu Muhammad Thohar hadiningrat yang bermukim di sekitar masjid

agung. Penghulu membawahi tanah disekitar masjid yang warganya terdiri dari abdi

dalem pamethakan dan ulama sebagai pembantu atau mewakili tugas Penghulu

apabila penghulu berhalangan. Tanah yang beliau tempati adalah pemberian dari

Sunan PB III dengan status tanah anggaduh yang berarti hanya berhak menempati dan

tidak punya hak milik. Oleh keraton, tanah yang ditempati penghulu dan para abdi

dalem mutihan tersebut diberi nama Perkauman, artinya tanah tempat tinggal para

kaum, dan menjadi Kauman. Keberadaan kampung Kauman karena memang

dikehendaki oleh keraton sebagai bagian dari empat komponen pola kota

pemerintahan kerajaan Mataram Islam yang terdiri dari Keraton, Alun- alun, Masjid

dan pasar. Dan para abdi dalem pamethakan inilah yang mencitrakan Kauman sebagai

kampung yang didominasi oleh para priyayi dari golongan ulama atau santri yang

ditempatkan oleh para kerajaan yang mengemban tugas mulia untuk mengislamkan

masyarakat. Mereka menempati tanah disekitar masjid kerajaan.

61

Page 77: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Keberadaan Kauman dari sejak awal memang tidak bisa dilepaskan dari

keberadaan keraton, yang sejak awal memang telah menempatkan Kauman dalam

sebuah bingkai sistem sosial. Keraton sebagai muara dari sistem sosial, dan Kauman

adalah salah satu subsistemnya. Realitas pemenuhan kebutuhan sehari- hari pun juga

menjadi salah satu bagian yang disediakan oleh pihak keraton. Pada mulanya

penduduk Kauman hanya bermata pencaharian sebagai abdi dalem ulama saja. Akan

tetapi kemudian berkembang juga menjadi pengusaha batik, profesi rangkap ini

berhasil mengangkat perekonomian masyarakat Kauman. Sebagai bagian dari abdi

dalem keraton, yaitu abdi dalem pamethakan atau ulama pihak keraton tetap

memenuhi kebutuhan para abdi dalem tersebut. Mereka mendapat gaji dan jaminan

hidup dari keraton, akan tetapi keahlian membatik yang diajarkan oleh pihak keraton

merangsang tumbuhnya iklim wirausaha di Kauman. Dinamika masyarakat pada

perubahan ruang teknologi yang dilakukan oleh kaum kolonial juga mempengaruhi

terhadap berkembangnya peluang dalam bentuk perdagangan. Peluang ini dianggap

sangat dinamis seiring dengan perkembangan dan semakin beragamnya kebutuhan

yang disediakan oleh pasar.

Seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan, keraton tidak mungkin

dapat memenuhi semua kebutuhan para abdi dalem secara keseluruhan. Para abdi

dalem pamethakan di Kauman pun juga melakukan aktifitas yang sifatnya produktif.

Batik adalah alternative yang memungkinkan bagi mereka. Dengan pola pembagian

kerja yang menempatkan para suami pada tempat- tempat publik dalam bentuk

mengajar atau meberi materi agama. Sementara para istri mengisi waktunya dengan

memproduksi batik yang ilmunya diperoleh lewat media pembelajaran antara sesame

kerabat yang pada awalnya memang berasal dari kerabat kebangsawanan keraton.

Dan pada perkembangannya keterampilan tersebut secara intensif dikembangkan oleh

para kaum perempuanistri abdi dalem pamethakan tersebut.

Dengan mengembangkan keterampilan ini, sebagian besar warga Kauman

memiliki kemampuan untuk menghasilkan kain batik dalam jumlah besar. Ditambah

dengan pola kekerabatan yang mereka miliki pada akhirnya mampu mengakumulasi

jumlah produksinya sebanyak mungkin untuk kemudian dikomersilkan. Busana adat

Jawa sebagian besar menggunakan kain batik, dengan motif, corak dan warna

Page 78: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

tradisional yang memiliki perbedaan dengan produk- produk tekstil buatan pabrik.

Batik merupakan warisan para leluhur yang sampai sekarang masih abadi. Sebenarnya

batik tidak hanya terpusat di Kota Solo, Yogyakarta, dan Pekalongan saja. Tetapi

hampir di semua daerah Indonesia memiliki produk batiknya. Kita mengenal

kekhasan motif dan warna batik Cirebonan, motif dan warna Pekalongan, batik

Lasem.

Karena pada saat itu kain batik menjadi pakaian wajib atau resmi, bagi penduduk

seluruh masyarakat Indonesia dimana yang perempuan memakai kain batik dan laki-

laki memakai baju batik maka sangat diperlukan segala usaha untuk melestarikannya.

Para abdi dalem Keraton yang mengembangkan usaha batik antara lain Khotib

Trayem IV, Khotib Trayem V, Khotib Arum, Khotib Anom. Dalam buku Zaman

Bergerak (Ma’mun Pusponegoro,2007:71) diterangkan bahwa perkembangan batik

pada pertengahan abad IX memasuki era baru yaitu dengan dibukanya pasar- pasar

baru dan adanya inovasi teknis dalam membatik, terjadi transformasi industry batik

yang berjalan melalui dua tahap.

Tahap pertama terjadi pada tahun 1850-an dimana saat itu metode membatik yang

baru dari Semarang diperkenalkan oleh seorang pedagang batik di Kauman. Metode

baru ini menggunakan cap yang terbuat dari garis- garis tembaga, yang ditempelkan

pada sebuah alas dan diberi pegangan, sebuah alat yang mampu membuat batik dalam

jumlah banyak dengan tenaga kerja sedikit. Pada tahun 1950-an pengusaha batik yang

menggunakan metode cap semakin banyak jumlahnya dan mendirikan tempat kerja

untuk membuat batk yang akan dipasarkan. Pada saat itu modal swasta Belanda mulai

mengalir ke daerah Vorstenladen (wilayah kerajaan). Perkebunan Belanda membawa

uang tunai yang siap pakai untuk para petani dalam bentuk upah dan sewa, para petani

itu beralih ke pasar setempat untuk memenuhi kebutuhan, salah satunya kain batik

yang murah. Maka dari itu kebutuhan batik semakin meningkat.

Tahap kedua terjadi pada tahun 1870-an dimana pasar mulai meluas dengan

makin hebatnya penetrasi perkebunan Belanda ke daerah pedesaan. Jalur kereta api

mulai dibuka, yang menghubungkan daerah kerajaan dengan kota lain seperti

Semarang, Surabaya, dan Bandung. Keadaan itu semakin membuka pasar baru bagi

industri batik di Surakarta. Metode cap juga terus berkembang.

Page 79: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Usaha batik di Kauman pada masa lalu begitu majunya sehingga dapat menaikkan

taraf hidup penduduk Kauman. Seluruh masyarakat Kauman ikut berperan serta saling

bekerja sama dalam usaha batik ini, yang kaya menjadi pengusaha yang lainnya

menjadi pegawainya, sebagian lagi berjualan alat-alat membatik seperti malam,

wedel, mori. Selain menjadi produsen batik, warga Kauman yang lain banyak yang

berprofesi sebagai pedagang batik. Warga Kauman yang menjadi saudagar batik dapat

membangun rumah- rumah yang indah dan megah yang sampai saat ini masih asli dan

banyak dijumpai di Kauman. Bangunan rumah- rumah kuno yang megah dan indah

milik para pengusaha batik Kauman menunjukkan angka pembuatan antara tahun

1800 sampai 1950an.

Batik yang berkembang di Kauman, bukanlah sekedar batik sebagai barang

dagangan atau produk industri. Tetapi batik Kauman adalah batik pakem yang bercita

rasa seni sangat tinggi. Batik pakem adalah motif batik klasik yang mempunyai

makna filosofi pada setiap motifnya, pemakaiannya pun harus disesuaikan dengan

situasi dan kondisi, bahkan dengan syarat-syarat tertentu. Contoh batik pakem adalah

motif parang, yang pada saat itu konon hanya boleh dipakai oleh raja. Lalu motif

truntum diciptakan oleh Ratu Kencono Beruk permaisuri PB II di Kartasura.

Sedangkan motif yang khas dari batik Kauman adalah motif semen-semenan. Pada

awal abad 20, perkembangan batik Kauman tidak hanya menampilkan motif- motif

klasik saja, tetapi telah memasuki era modifikasi yang bersifat kontemporer. Tetapi

hal ini tidak menjadikan nilai seninya berkurang, justru karya- karya mereka menjadi

semakin bervariasi yang pada akhirnya menjadikan ciri khas dari batik Kauman.

Diantara seniman batik Kauman yang terkenal antara lain Nyai H. Kalil yang terkenal

dengan sebutan tanah Khalilan, H. Bakri dengan tanah Braken yang kemudian

menurunkan pengusaha batik terkenal Danar Hadi. Dunia tekstil pada era 1800

sampai 1950-an benar- benar dikuasai oleh batik. Semua wanita pribumi

menggunakan kain batik dan yang laki- aki menggunakan sarung batik. Jenis kain

batik yang diproduksi pada saat itu adalah kain jarik, sarung, dodot, iket dan

selendang.

Menurut cerita dari para sesepuh Kauman dari keturunan pengusaha batik dan

sekaligus pelaku usaha batik mengatakan bahwa hampir semua masyarakat Kauman

Page 80: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

pada zaman dahulu itu memproduksi batik. Bekas- bekas peninggalan rumah batiknya

pun sampai saat ini masih dapat dilihat. Loteng dan tratag untuk menjemur kain

batiknya pun sampai saat ini masih berdiri kokoh. Rumah pengusaha batik Kauman

selain sebagai tempat tinggal, juga sebagai tempat produksi sekaligus untuk

showroomnya sehingga ukuran bangunan rumah- rumah tersebut tergolong besar.

Untuk produksi batik, biasanya diletakkan pada sisi rumah di bagian belakang

baik untuk nyorek, ngecap, medel, nyoga (mewarnai), mlabar dan menjemur. Proses

produksi batik ini memerlukan waktu dua bulan. Namun hal ini berbeda dengan batik

cap. Batik cap waktu untuk produksinya relative lebih cepat. Proses produksi antara

batik tulis dengan batik cap memiliki urutan kerja yang hampir sama. Bahan baku

yang paling tepat untuk membuat kain batik adalah kapas, sutera, rayon. Pada masa

berikutnya digunakan mori sebagai bahan baku membuat kain batik. Selain mori

sebagai bahan baku, pembuatan kain batik juga menggunakan bahan pembantu berupa

malam atau lilin batik sebagai bahan perintang dan pewarna. Ada tiga jenis lilin batik,

yaitu lilin klowong untuk nglowong dan ngisen- ngiseni, lilin tembokan untuk

nembok, dan lilin biron untuk mbironi. Untuk batik tulis digunakan alat yang disebut

canthing tulis, sedangkan untuk batik cap digunakan canthing cap.

Bahan pewarna pada proses pewarnaan bias terbuat dari bahan alami dan buatan.

Bahan alami, misalnya daun nila untuk pewarna biru, akar pohon mengkudu untuk

warna merah, kayu kunyit untuk warna kuning. Sedangkan untuk bahan pewarna

buatan sampai saat ini masih di impor dari Jerman (Hoechst), Inggris (ICI), Swiss

(CIBA), Prancis (Francolor), Amerika (Du Point) dan Italia (ACNA).

Proses pemasaran produk batik dilakukan dengan membuka toko sendiri dirumah

maupun dilakukan dengan pengiriman. Toko- toko batik di Kauman pada zaman

dahulu tersebar hampir merata di seluruh rumah warga Kauman. Bahkan di pinggir

jalan Slamet Riyadi dan Nonongan dulunya dikelilingi oleh toko- toko batik semua.

Namun, setelah tentara Jepang masuk ke kota Solo, toko- toko tersebut banyak yang

ditutup oleh pemiliknya karena takut barang- barangnya disita oleh tentara Jepang.

Berdasarkan data yang di dapat penulis dari pengurus Paguyuban Kampung Wisata

Batik Kauman Surakarta terdapat 49 usaha batik yang tercatat di dalam daftar anggota

Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman Surakarta yang masing-masing yang

Page 81: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

dikategorikan sebagai usaha kecil terdapat 47 anggota dan usaha menengah terdapat 2

anggota, yaitu Batik Gunawan Setiawan dan Batik Soga. 49 nama usaha batik batik

tersebut akan disebutkan di dalam tabel berikut ini.

Tabel 1

Daftar Anggota Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman (PKWBK)

Surakarta

NO NAMA ALAMAT

1 Batik Anggrek Jl. Cakra No 12

2 Batik Ratu Batik Jl. Dr. Radjiman No 6

3 Batik Bagas Jl. Wijaya Kusuma 5 No 6

4 Batik Batok& T-Shirt Jl. Trisula No 32

5 Batik Berlian Jl. Trisula No 3

6 Batik Bintang Kembar Jl. Wijaya Kusuma 1 No 2

7 Batik Cakra Kembang Jl. KH Hasyim Asy’ari No 44

8 Batik Canthing Solo Jl. Wijaya Kusuma 2 No 8

9 Batik Dakon Mas Jl. Cakra No 11

10 Batik Damar Kencono Jl. Wijaya Kusuma No 1

11 Batik Danny Jl. Masjid Besar No 6

12 Batik Delima Jl. Cakra no 19

13 Batik Dian Jl. Wijaya Kusuma III No 10

14 Batik Domas Jl. Cakra No 6

15 Batik Farrel Jl. Wijaya Kusuma 3 No 10

16 Batik Fatika Jl. Cakra No 34

17 Batik Fazha Jl. Cakra I No 3

18 Batik Fitri Jl. Wijaya Kusuma No 21

19 Batik Griya Jawi Jl. Cakra No 16

20 Batik Gunasti Jl. Wijaya Kusuma No 2

21 Batik Gunawan Setiawan Jl. Cakra No 21

22 Batik Indonesia Jl. KH. Hasyim Asy’ari No 19

Page 82: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

23 Batik Kaoeman Jl. Wijaya Kusuma No 17

24 Batik Kawoeng Indah Jl. Trisula II No 8

25 Batik Kembar Asih Jl. KH Hasyim Asy’ari No 53

26 Batik Kiara Jl. Wijaya Kusuma 1 No 16

27 Batik Kunthi Jl. Cakra No 20

28 Batik Lumbung Jl. Wijaya Kusuma 5/4

29 Batik Mahkota Jl. Hasyim Asy’ari No 52

30 Batik Mutiara Timur Jl. Trisula No 43

31 Batik Naval Jl. Wijaya Kusuma 3 No 7

32 Batik Nora Jl. Wajaya Kusuma 5/5

33 Batik Prada Noer Jl. Cakra No 33

34 Batik Pratama Jl. Wijaya Kusuma 1 No 1

35 Batik Qisty Mas’adi Jl. Wijaya Kusuma 1 No 28

36 Batik Roeshda Jl. Dr Radjiman No 28

37 Batik Sabrina& Nadia Jl. Hasyim Asy’ari No 11

38 Batik Sangaji Jl. Cakra No 14A

39 Batik Sekar Galuh Jl. Cakra No 6

40 Batik Sekar Tadji Jl. Cakra No 14 B

41 Batik Sekar Tanjung Jl. Cakra No 14C

42 Batik SOGA Jl. Trisula VI No 2

43 Batik Somokartono Jl. Cakra No 2

44 Batik Sukandar Jl. Wijaya Kusuma 5 No 3

45 Batik Timur Permai Jl. Trisula No 41

46 Batik Yudhia j. Wijaya Kusuma 3 No 1

47 Griya Sulistya Jl. Wijaya Kusuma 5 No 7

48 Rumah Batik Abdilla Jl. Wijaya Kusuma 5/8

49 Griya Wiro Hartjono Jl. Wijaya Kusuma 2 No 4

Sumber: Pengurus PKWBK Surakarta, tahun 2011

Page 83: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

B. Hasil Penelitian

1. Kesadaran Hukum Pendaftaran Merek Para Pengusaha Kecil dan

Menengah di bidang Batik di Kampung Wisata Batik Kauman Kota

Surakarta

Dalam penelitian hukum ini yang dilakukan oleh penulis terhadap

kesadaran hukum pendaftaran merek pengusaha batik kecil dan menengah di

Kampung Wisata Batik Kauman di Surakarta adalah melakukan pengamatan

di lapangan secara langsung dan wawancara terhadap para pengusaha tersebut

disertai dengan kuisioner sebagai data pendukungnya. Menurut data yang

didapat dari pengurus paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman Surakarta,

maka total jumlah pengusaha yang tercatat ada 62 anggota. Namun tidak

semua merupakan pengusaha batik. Adapun jumlah pengusaha batik disana

ada 49 pengusaha yang perinciannya telah disebutkan pada tabel di atas.

Sedangkan 1 pengusaha, merek usahanya yang terdaftar dalam daftar anggota

sudah menjadi satu dengan Batik Sekar Galuh. Sedangkan sebanyak 12

pengusaha tersebut merupakan pengusaha non batik yang antara lain

pengusaha konveksi, busana muslim, souvenir, makanan, serta penginapan.

Pengusaha non batik dapat bergabung ke dalam paguyuban tersebut. Hal ini

dikarenakan untuk menjalin kerja sama antara pengusaha di Kauman tersebut

yang tidak semua pengusahanya bergerak di bidang batik. Namun demikian

penulis tetap memfokuskan penelitian penulisan hukum ini kepada pengusaha

batik saja yang berjumlah 49 pengusaha.

Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan sebanyak 49 pengusaha

batik tersebut ada yang memproduksi batik sendiri dan memasarkan secara

langsung, hanya memasarkan produk lain tanpa memproduksi batik dan ada

juga yang hanya memproduksi batik dan tidak memasarkan secara langsung.

Dari 49 pengusaha batik yang tercatat dalam daftar anggota sejumlah 5

pengusaha untuk sementara ini tidak berproduksi. Dari total 49 pengusaha

tersebut peneliti melakukan penelitian kepada 26 pengusaha kecil menengah

sehingga total responden yang diteliti ada 53%.

Page 84: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Dalam penulisan hukum ini peneliti dalam menyajikan data yang

diperoleh secara langsung dari lapangan maka peneliti menggunakan indikator

kesadaran hukum menurut pendapat Soerjono Soekanto sebagai

pendeskripsian mengenai kesadaran hukum pendaftaran merek. Dalam

menganalisa data penulis menggunakan perhitungan dengan rumus sebagai

berikut:

p = f : N x 100%

Keterangan : p = persentase

f = frekuensi pada klasifikasi yangbersangkutan

N=jumlah frekuensi dari seluruh klasifikasi (Soerjono

Soekanto,1986:268)

Apabila pekerjaan untuk mengumpulkan data di lapangan telah selesai,

maka peneliti harus meneliti kembali informasi yang telah diterimanya itu.

Jika peneliti mempekerjakan beberapa orang pengumpul data di lapangan

(mungkin pewawancara atau pengamat), maka peneliti harus memeriksa

kembali mengenai kelengkapan jawaban yang diterima, kejelasannya,

konsistensi jawaban atau informasi, relevansinya bagi penelitian maupun

keseragaman data yang diterima oleh peneliti. Semua pekerjaan itu dinamakan

pekerjaan editing. Dengan melakukan pekerjaan tersebut, diharapkan bahwa

kelengkapan atau kebaikan informasi akan terjamin. Tidak jarang bahwa

seorang peneliti melakukan prakoding atau koding. Artinya, dia berusaha

untuk membuat klasifikasi jawaban-jawaban, dengan memberikan kode-kode

tertentu pada jawaban tersebut agar nantinya mempermudah kegiatan analisa

Nilai Score Data Responden dalam penelitian ini terinci sebagai berikut :

Page 85: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Tabel 2

Nilai Score Data Responden

Pertanyaan Pilihan

jawaban

Score

Apakah anda mengetahui pendaftaran merek

diatur di dalam UU No 15 Tahun 2001?

ya 2

tidak 1

Apakah anda mengetahui tujuan dari pendaftaran

merek ?

ya 2

tidak 1

Apakah anda mengetahui tata cara pendaftaran

merek?

ya 2

tidak 1

Apakah anda mengetahui hal-hal yang tidak dapat

didaftarkan sebagai merek?

ya 2

tidak 1

Apakah anda mengetahui jangka waktu

perlindungan merek terdaftar?

ya 2

tidak 1

Apakah anda mengetahui biaya pendaftaran

merek?

ya 2

tidak 1

Apakah anda mengetahui bahwa merek yang

sudah didaftarkan dapat dibatalkan?

ya 2

tidak 1

Apakah anda mengetahui arti dari merek? ya 1

tidak 1

Apakah usaha batik anda sudah memiliki merek

sendiri?

sudah 2

belum 1

Apakah anda sudah mendaftarkan merek usaha

anda?

sudah 2

belum 1

Apakah anda mengetahui jika anda mendaftarkan

merek dagang usaha anda maka belum tentu

diterima?

ya 2

tidak 1

Apakah menurut anda mendaftarkan merek itu

penting?

ya 2

tidak 1

Catatan : jawaban “ya” score 2, “tidak” score 1

Page 86: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Dari score tersebut dapat diambil skala kesadaran hukum pengusaha.

Dalam penelitian ini, diambil dua skala, didasarkan pada nilai tertinggi dan

nilai terendah. Nilai tertinggi diperoleh dari hasil akumulasi dari 2 + 2 + 2 + 2

+ 2 + 2 + 2 + 2 + 2 +2 + 2 + 2 = 24 . Nilai terendah diperoleh dari hasil

akumulasi 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 = 12. Sehingga dapat

ditetapkan skala kesadaran hukum sebagai berikut :

1. Kesadaran hukum rendah, dengan skala score 12- 18

2. Kesadaran hukum tinggi, dengan skala score 18 – 24 (Bambang

Prasetyo,2005: 110).

Penentuan tingkat kesadaran hukum dalam penulisan ini didasarkan

pada indikator kesadaran hukum yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto

yang meliputi:

1. Pengetahuan hukum

2. Pemahaman hukum

3. Sikap hukum

4. Pola perilaku hukum (Otje Salman,2008:56).

Pada hasil penelitian ini akan dibahas mengenai kesadaran hukum

pendaftaran merek para pengusaha kecil dan menengah di bidang batik

berdasarkan indikator kesadaran hukum menurut Soerjono Soekanto, yaitu

antara lain

a. Pengetahuan dan Pemahaman Hukum

Dalam indikator kesadaran hukum ini mengenai pengetahuan

hukum yang artinya seseorang mengetahui perilaku-perilaku tertentu yang

diatur oleh hukum, baik hukum yang tertulis maupun tidak tertulis, maka

pertanyaan dari hasil wawancara dari 26 responden yaitu apakah mereka

mengetahui bahwa pendaftaran merek diatur di dalam UU No 15 Tahun

2001 tentang Merek. Pemahaman hukum adalah suatu pengertian terhadap

isi dan tujuan dari suatu peraturan dalam suatu hukum tertentu, tertulis

maupun tidak tertulis, serta manfaatnya bagi pihak-pihak yang

kehidupannya diatur oleh peraturan tersebut.Berikut adalah tabel tingkat

Page 87: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

pengetahuan responden mengenai pendaftaran merek diatur dalam UU No

15 Tahun 2001 tentang Merek dari hasil wawancara dengan responden.

Tabel 3

Tingkat Pengetahuan dan Pemahaman Responden tentang Hukum Merek

No Pertanyaan

Ya Tidak

Jumlah

p = f : N x

100%

Jumlah

p = f : N x

100%

1 Apakah anda mengetahui

pendaftaran merek diatur

di dalam UU No 15 Tahun

2001?

1(4%) 25 (96%)

2

Apakah anda mengetahui

arti dari merek?

19(73%) 7 (27%)

3 Apakah anda mengetahui

tujuan dari pendaftaran

merek?

16 (57%) 10 (43%)

4 Apakah anda mengetahui

tata cara pendaftaran

merek?

13 (50%) 13 (50%)

5 Apakah anda mengetahui

hal-hal yang tidak dapat

didaftarkan sebagai

merek?

8 (30%) 18 (70%)

6 Apakah anda mengetahui

jangka waktu

perlindungan merek

terdaftar?

6(23%) 20 (77%)

Page 88: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

7 Apakah anda mengetahui

biaya pendaftaran merek?

5 (19%) 21 (81%)

8 Apakah anda mengetahui

bahwa merek yang sudah

didaftarkan dapat

dibatalkan?

6 (23%) 20 (77%)

9 Apakah anda mengetahui

jika anda mendaftarkan

merek dagang usaha anda

maka belum tentu

diterima?

9 (34%) 17 (66%)

Rata-rata (%)

(%) jawaban : jumlah soal

313% : 9=

34,7%

Berdasarkan hasil kuisioner dari tabel di atas maka jumlah rata-rata

pengetahuan dan pemahaman pengusaha batik di Kauman mengenai

pendaftaran merek adalah sebesar 34%.

b. Sikap Hukum

Sikap merupakan suatu keadaan internal atau keadaan yang masih

ada dalam dari manusia. Keadaan internal tersebut berupa keyakinan yang

diperoleh dari proses akomodasi dan asimilasi pengetahuan yang mereka

dapatkan, sebagaimana pendapat Piaget’s tentang proses perkembangan

kognitif manusia (http://psikologi-unnes.blogspot.com/2008/08/pengertian

-sikap-dan-perilaku.html diakses tanggal 19 Juni 2012 pukul 11.40). Sikap

hukum adalah suatu kecenderungan untuk menerima hukum karena

adanya penghargaan terhadap hukum sebagai sesuatu yang bermanfaat

atau menguntungkan jika hukum itu ditaati. Berikut ini disajikan tabel

mengenai pertanyaan kuisioner yang berkaitan dengan indikator ketiga

kesadaran hukum, yaitu sikap hukum.

Page 89: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Tabel 4

Tingkat Sikap Hukum Responden

No Pertanyaan Ya(Jumlah)p = f : N x

100%

Tidak(Jumlah)p = f : N x

100%

1 Apakah menurut anda

mendaftarkan merek itu penting?

14 (53%) 13 47%)

Berdasarkan hasil kuisioner dari tabel di atas maka secara umum

pengusaha batik di Kauman yang bersikap menganggap mendaftarkan

merek tersebut penting adalah sebesar 53%.

c. Pola Perilaku Hukum

Skiner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku

merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan

dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus

terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut

merespon(http://www.infoskripsi.com/Free-Resource/Konsep-Perilaku-

Pengertian-Perilaku-Bentuk-Perilaku-danDomain-Perilaku.html/ diakses

tanggal 19 Juni 2012 pukul 12.10). Dari data yang diperoleh langsung dari

hasil wawancara dan dilengkapi dengan kuisioner, maka pertanyaan yang

diberikan oleh penulis untuk para responden berdasarkan indikator ke

empat ini disajikan dakam bentuk tabel berikut ini.

Tabel 5

Tingkat Pola Perilaku Hukum Responden

No Pertanyaan Sudah

Jumlah

p = f : N x

100%

Belum

Jumlah

p = f : N x

100%

Page 90: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

1 Apakah usaha batik anda sudah

memiliki merek sendiri?

13 (50%) 13 (50%)

2 Apakah anda sudah mendaftarkan

merek usaha anda?

8 (30%) 18 (70%)

Rata-rata (%)

(%) jawaban : jumlah soal

80% : 2 =

40%

Berdasarkan hasil kuisioner dari tabel di atas maka jumlah rata-rata

pola perilaku pengusaha batik di Kauman mengenai pendaftaran merek

adalah sebesar 40%.

Dari hasil penelitian mengenai kesadaran hukum pendaftaran

merek pengusaha batik kecil menengah di Kampung Wisata Batik Kauman

Surakarta dengan jumlah responden sebanyak 26 responden, maka akan

disajikan tabel mengenai tingkat kesadaran hukum pendaftaran merek

berdasarkan indikator kesadaran hukum yaitu pengetahuan hukum,

pemahaman hukum, sikap hukum, dan pola perilaku hukum.

Tabel 6

Hasil Nilai Responden

Pertanyaan Jumlah

responden

nilai

Mengetahui pendaftaran merek diatur di dalam UU

No 15 Tahun 2001

ya

tidak

1 2

25 25

Mengetahui tujuan dari pendaftaran merek

ya

tidak

16 32

10 10

Mengetahui tata cara pendaftaran merek

Page 91: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

ya

tidak

13 26

13 13

Mengetahui hal-hal yang tidak dapat didaftarkan

sebagai merek

Ya

Tidak

8 16

18 18

Mengetahui jangka waktu perlindungan merek

terdaftar

Ya

Tidak

6 12

20 20

Mengetahui biaya pendaftaran merek

Ya

Tidak

5 10

21 21

Mengetahui bahwa merek yang sudah didaftarkan

dapat dibatalkan

Ya

Tidak

6 12

20 20

Mengetahui arti dari merek

Ya

Tidak

19 38

7 7

usaha batik anda sudah memiliki merek sendiri

ya

tidak

13 26

13 13

Apak sudah mendaftarkan merek usaha anda?

Ya

Tidak

8 16

18 18

Mengetahui jika anda mendaftarkan merek dagang

usaha anda maka belum tentu diterima

Ya

Tidak

9 18

17 17

Page 92: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Merek itu penting

Ya

Tidak

14 28

12 12

Total Nilai 430

Tingkat Kesadaran hukum Total nilai: jumlah

responden

430:26 = 16,54

Berdasarkan data dari hasil penelitian, maka kesadaran hukum

pengusaha batik kecil dan menengah di Kampung Wisata Batik Kauman

Surakarta tergolong rendah.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Hukum Pendaftaran

Merek Para Pengusaha Kecil dan Menengah di bidang Batik di

Kampung Wisata Batik Kauman Surakarta

Dari hasil penelitian penulis mengenai kesadaran hukum pendaftaran

merek para pengusaha batik kecil dan menengah di Kampung Wisata Batik

Kauman Surakarta, maka penulis juga meneliti mengenai tingkat pendidikan

terakhir responden. Berdasarkan hasil wawancara dengan Muhammad Soim

sebagai pengurus Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman Surakarta maka

beliau mengatakan bahwa rata- rata pendidikan terakhir para responden adalah

30% SMA/Sederajat dan 70% responden adalah Perguruan Tinggi.

Dari hasi penelitian dan pengamatan responden maka tingkat

pendidikan responden ternyata tidak mempengaruhi mereka untuk

mendaftarkan merek dagang usahanya. Hal ini disebabkan adanya beberapa

faktor yang mempengaruhi responden belum mendaftarkan merek dagang

mereka. Faktor- faktor tersebut antara lain:

a. Faktor kurangnya pengetahuan mengenai pendaftaran merek

Page 93: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Kurangnya pengetahuan para pengusaha mengenai pendaftaran

merek disebabkan karena mereka kurang tertarik untuk mencari informasi

secara terperinci mengenai pendaftaran merek dan kurangnya sosialisasi

dari pemerintah.

b. Faktor anggapan bahwa merek tidak perlu didaftarkan

Mereka berpendapat bahwa walaupun merek usaha mereka tidak

didaftarkan, usaha mereka tetap berjalan dengan lancar. Yang terpenting

bagi mereka adalah mendapatkan keuntungan dan usahanya tetap dikenal

oleh masyarakat.

c. Faktor mahalnya biaya pendaftaran merek

Para responden menganggap bahwa biaya pendaftaran merek

masih mahal. Hal ini disebabkan karena mereka masih tergolong

pengusaha kecil dan menengah yang keuntungannya tidak terlalu besar.

d. Faktor budaya masyarakat di Kampung Wisata Batik Kauman Surakarta

yang mempunyai rasa sungkan untuk mendaftarkan merek sendiri

Dalam hal pendaftaran merek usahanya, mereka masih mempunyai

rasa sungkan untuk mendaftarkan merek sendiri sedangkan pengusaha

lainnya yang berada disekitar tempat usahanya tidak mendaftarkan. Para

pengusaha yang belum mendaftarkan merek usahanya menginginkan

mendaftarkan merek apabila bersama- sama dengan pengusaha lain tanpa

mendahului. Karena sikap mendahului adalah sikap yang tidak etis

menurut mereka.

e. Faktor rendahnya peran pemerintah

Peran pemerintah dalam memberikan pemahaman mengenai

pendaftaran merek masih sangat rendah. Hal ini terjadi karena pemerintah

baru sekali dalam memberikan sosialisasi mengenai pendaftaran merek,

yaitu pada bulan Oktober 2011 di Gedung Iwapi Surakarta. Permasalahan

yang kedua adalah peserta sosialisasi tersebut dibatasi karena peserta

sosialisasi tidak hanya berasal dari pengusaha batik Kampung Wisata

Batik Kauman saja, tetapi berasal dari pengusaha lain.

Page 94: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

C. Pembahasan

1. Kesadaran Hukum Pendaftaran Merek Para Pengusaha Kecil dan

Menengah di bidang Batik di Kampung Wisata Batik Kauman Kota

Surakarta

Penentuan tingkat kesadaran hukum dalam penulisan ini didasarkan

pada indikator kesadaran hukum yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto

yang meliputi :

a. Pengetahuan hukum

Pengetahuan hukum adalah pengetahuan seseorang mengenai

beberapa perilaku tertentu yang diatur oleh hukum. Sudah tentu bahwa

hukum yang dimaksud di sini adalah hukum tertulis dan hukum tidak

tertulis. Pengetahuan tersebut berkaitan dengan perilaku yang dilarang

atupun perilaku yang tidak diperbolehkan oleh hukum.

b. Pemahaman hukum

Pemahaman hukum adalah sejumlah informasi yang dimiliki

seseorang mengenai isi peraturan dari suatu hukum tertentu. Dengan

perkataan lain pemahaman hukum adalah suatu pengertian terhadap isi dan

tujuan dari suatu peraturan dalam suatu hukum tertentu, tertulis maupun

tidak tertulis, serta manfaatnya bagi pihak-pihak yang kehidupannya diatur

oleh peraturan tersebut.

c. Sikap hukum

Sikap hukum adalah suatu kecenderungan untuk menerima hukum

karena adanya penghargaan terhadap hukum sebagai sesuatu yang

bermanfaat atau menguntungkan jika hukum itu ditaati.

d. Pola perilaku hukum

Pola perilaku hukum adalah hal yang utama dalam kesadaran

hukum, karena disini dapat dilihat apakah suatu peraturan berlaku atau

tidak dalam masyarakat. Dengan demikian sampai seberapa jauh

kesadaran hukum dalam masyarakat dapat dilihat dari pola perilaku suatu

masyarakat (Otje Salman,2008:56).

Page 95: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Setiap indikator menunjuk pada tingkat kesadaran hukum tertentu

mulai dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi. Apabila indikator-

indikator dari kesadaran hukum dipenuhi, maka derajat kesadaran hukumnya

tinggi, begitu pula sebaliknya. Tingginya kesadaran hukum warga masyarakat

mengakibatkan para warga masyarakat menaati ketentuan-ketentuan hukum

yang berlaku, begitu pula sebaliknya apabila derajat kesadaran hukumnya

rendah maka derajat ketaatan terhadap hukum juga rendah (Otje

Salman,2008:59).

Pada pembahasan ini akan dibahas secara mendalam mengenai

kesadaran hukum pendaftaran merek para pengusaha kecil dan menengah di

bidang batik berdasarkan indikator kesadaran hukum menurut Soerjono

Soekanto, yaitu antara lain :

1) Pengetahuan tentang Peraturan- Peraturan Hukum

Pengetahuan hukum erat kaitannya dengan asumsi bahwa

masyarakat dianggap mengetahui isi suatu peraturan dimana peraturan

tersebut telah diundangkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan

responden, maka responden mengatakan bahwa mereka mengetahui bahwa

pendaftaran merek diatur di dalam sistem perundang- undangan dan diatur

di daam UU No 15 Tahun 2001 tentang Merek sebanyak 4%.

Pengetahuan mengenai hal tersebut didapat dari sosialisasi yang

diadakan oleh pemerintah pada tahun 2011. Namun pengetahuan mereka

mengenai pendaftaran merek hanya sebatas pendaftaran merek diatur di

dalam sistem perundang-undangan hukum di Indonesia. Tidak ada yang

mengetahui secara pasti perundang-undangan yang mana yang mengatur

mengenai pendaftaran merek. Hal ini dikarenakan mereka tidak ingat atau

sudah lupa. Padahal mereka sudah mendapatkan sosialisasi mengenai

pendaftaran merek yang diadakan oleh pemerintah. Selain mendapatkan

sosialisasi dari pemerintah, pengetahuan mengenai perundang-undangan

yang mengatur masalah pendaftaran merek juga dapat diketahui melalui

kerabat ataupun media cetak dan media elektronik.

Page 96: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Dari hasil wawancara dengan 26 responden mengenai pengetahuan

hukum tentang pendaftaran merek yang tercantum di dalam Undang-

Undang No 15 Tahun 2001 tentang Merek maka yang mengetahui tentang

adanya peraturan hukum tertulis mengenai pendaftaran merek adalah

sebanyak 16 responden, dan yang mengetahui secara pasti bahwa

pendaftaran merek diatur di dalam Undang-Undang No 15 Tahun 2001

tentang Merek adalah 1 responden. Responden yang mengetahui bahwa

pendaftaran merek diatur di dalam Undang-Undang No 15 Tahun 2001

tentang Merek adalah Diah Rifiana, pengusaha dengan merek “Griya Batik

Cokro Kembang”. Hal ini dikarenakan latar belakang pendidikannya yang

merupakan lulusan sarjana hukum dari Universitas Islam Indonesia.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hanya 4% dari total jumlah responden

yang mengetahui secara pasti mengenai hal tersebut.

2) Pemahaman Hukum

Berdasarkan hal-hal yang diatur dalam UU No 15 Tahun 2001

tentang Merek maka akan muncul pertanyaan apakah para responden

mengetahui hal-hal yang diatur di dalam UU No 15 Tahun 2001 tentang

Merek. Berdasarkan hasil kuisioner maka jumlah rata-rata pengetahuan

dan pemahaman pengusaha batik di Kauman mengenai pendaftaran merek

adalah sebesar 34%.

Pemahaman hukum tidak disyaratkan seseorang harus terlebih

dahulu mengetahui adanya suatu aturan tertulis yang mengetur sesuatu hal.

Akan tetapi yang dilihat disini adalah bagaimana persepsi mereka dalam

menghadapi berbagai hal, dalam kaitannya dengan norma-norma yang ada

dalam masyarakat. Persepsi ini biasanya diwujudkan melaui sikap mereka

terhadap tingkah laku sehari-hari. Pemahaman hukum ini dapat diperoleh

apabila peraturan tersebut dapat atau mudah dimengerti oleh warga

masyarakat. Maka demikian hal ini tergantung pula bagaimana perumusan

pasal-pasal dari peraturan perundang-undangan tersebut. Menurut hasil

wawancara langsung dan didukung dengan kuisioner, terdapat 19

responden yang mengetahui pengertian dari merek. Pengertian dari merek

Page 97: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

sendiri menurut Pasal 1 angka 1 UU No 15 Tahun 2001 tentang Merek

adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,

susuanan warna, atau kombinasi dari unsure-unsur tersebut yang memiliki

daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau

jasa. Walaupun para responden tersebut tidak mendefinisikan merek sama

persis dengan pengertian merek berdasarkan undang-undang, tetapi

mereka mengetahui inti pengertian dari merek tersebut. Sehingga jumlah

responden yang mengetahui pengertian merek adalah 73 %.

Selanjutnya terdapat 50% yang mengetahui tata cara pendaftaran

merek. Jumlah yang mengetahui sama dengan jumlah yang tidak

mengetahui hal ini dikarenakan sebanyak 6 responden pernah

mendapatkan sosialisasi mengenai pendaftaran merek pada bulan Oktober

2011 yang diselenggarakan oleh pemerintah. Namun, tidak semua

responden mengikuti kegiatan sosialisasi yang diadakan Pemerintah Kota

Surakarta tersebut. Responden yang mengetahui tata cara pendaftaran

merek selain dari sosialisasi, sebanyak 7 responden mengetahui dari

kerabat maupun media cetak. Hal ini dikarenakan, dari pihak Pemerintah

Kota Surakarta membatasi jumlah peserta sosialisasi. Maka dari itu tidak

semua anggota Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman Surakarta

selaku responden mengikuti kegiatan sosialisasi mengenai pendaftaran

merek. Alasan dari Pemerintah Kota Surakarta membatasi jumlah peserta

sosialisasi, karena peserta sosialisasi tidak hanya berasal dari anggota

Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman Surakarta saja, tetapi juga

berasal dari beberapa komunitas lain seperti komunitas batik di wilayah

Laweyan dan komunitas pengusaha lain yang bukan berasal dari

pengusaha batik. Mereka dikumpulkan menjadi satu untuk mendapatkan

sosialisasi mengenai pendaftaran merek.

Selain hal tersebut responden yang tidak mengetahui tata cara

pendaftaran merek selain tidak mengikuti sosialisasi ternyata terdapat

alasan lain, yaitu belum adanya kesadaran dari beberapa anggota untuk

mengikuti kegiatan sosialisasi mengenai pendaftaran merek dan tidak

Page 98: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

adanya rasa untuk ingin mengetahui tata cara pendaftaran merek

(wawancara dengan Muhammad Soim,pengurus PKWBK,4 April 2012).

Misalnya pengusaha batik merek “A” mendapatkan kesempatan

untuk mengikuti sosialisasi yang diadakan Pemerintah Kota Surakarta.

Namun pengusaha batik merek “A” tersebut tidak mau mengikuti kegiatan

sosialisasi tersebut, sehingga kesempatan tersebut diberikan oleh

pengusaha lain yang mau mengikuti sosialisasi tentang pendaftaran merek.

Mengenai jangka waktu perlindungan merek terdaftar hanya 6

responden yang mengetahui jangka waktu perlindungan merek terdaftar,

yaitu selama sepuluh tahun sejak tanggal penerimaan, menurut ketentuan

isi Pasal 28 Undang-Undang No 15 Tahun 2001 tentang Merek. Hal ini

disebabkan karena jumlah responden yang baru mendaftarkan merek

mereka sebanyak 8 responden sehingga yang mengetahui jangka waktu

perlindungan merek terdaftar lebih sedikit daripada yang tidak mengetahui

jangka waktu perlindungan merek. Selain hal tersebut, juga dikarenakan

tidak semua responden yang sudah mendaftarkan merek dagang mereka

mengetahui bahwa merek dagang mereka yang sudah terdaftar dilindungi

selama sepuluh tahun terhitung sejak tanggal penerimaan.

Mengenai biaya pendaftaran merek menurut Peraturan Pemerintah

Nomor 38 Tahun 2009 tentang Jenis Tarif atas Jenis Penerimaan Negara

Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Hukum dan Hak Asasi

Manusia dijelaskan pada tabel berikut ini :

Tabel 7

Daftar Biaya Pendaftaran Merek

NoJenis Penerimaan

Negara Bukan PajakSatuan Tarif

a. Permohonan pendaftaran merek dan permintaan perpanjangan perlindungan merek terdaftar :1) Permohonan pendaftaran merek dagang natau jasa untuk

PerPermohonan

Rp. 600.000,00

Page 99: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

maksimum 3 macam barang/ jasa per kelas2) Tambahan permohonan pendaftaran merek dagang/jasa untuk lebih dari 3 macam barang/jasa

PerPermohonan

per kelasRp. 50.000,00

3) Permohonan pendaftaran indikasi geografis

PerPermohonan

per kelasRp. 500.000,00

4) Permohonan pendaftaran merek dagang/jasa kolektif untuk 3 macam barang/jasa

PerPermohonan

per kelasRp. 600.000,00

5) Tambahan permohonan pendaftaran merek dagang/jasa kolektif untuk lebih dari 3 macam barang/jasa

PerPermohonan

per kelasRp. 50.000,00

6) Perpanjangan jangka waktu perlindungan merek :1). UKM2). Non UKM

Per kelas Per kelas

Rp. 1000.000,00 Rp. 2.000.000,00

7) Permpohonan perpanjangan perlindungan kolektif

Per kelas Rp. 1.500.000,00

b. Pengajuan keberatan atas Permohonan merek

PerPermohonan

per kelasRp. 500.000,00

c. Pengajuan keberatan atas Permohonan indikasi geografis

PerPermohonan

per kelasRp. 500.000,00

d. Permohonan banding merek PerPermohonan

per kelasRp. 2.000.000,00

e. Permohonan banding indikasi geografis

PerPermohonan

per kelasRp. 2.000.000,00

f. Biaya (Jasa) penerbitan Sertifikat Merek

Per sertifikat Rp. 100.000,00

g. Biaya (Jasa) penerbitan Sertifikasi Indikasi geografis

Per sertifikat Rp. 100.000,00

h. Biaya pencatatan dalam daftar umum merek :1) Pencatatan perubahan nama dan atau almat pemilik merek

Per permohonanper nomor

Rp. 300.000,00

2) Pencatatan pengalihan hak/penggabungan perusahan (merger) atas merek terdaftar

Per permohonanper nomor

Rp. 500.000,00

3) Pencatatan perjanjian lisensi Per permohonan Rp. 500.000,00

Page 100: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

per nomor4) Pencatatan penghapusan pendaftaran merek

Per permohonanper nomor

Rp. 150.000,00

5) Pencatatan perubahan peraturan penggunaan merek kolektif

Per permohonanper nomor

Rp. 300.000,00

6) Pencatatan pengalihan hak atas merek kolektif terdaftar

Per permohonanper nomor

Rp. 500.000,00

7) Pencatatan penghapusan pendaftaran merek kolektif

Per permohonanper nomor

Rp. 300.000,00

i. Permohonan petikan resmi dan Permohonan keterangan tertulis mengenai merek :1) Permohonan petikan resmi pendaftaran merek

Per permohonanper nomor

Rp. 150.000,00

2) Permohonan keterangan tertulis mengenai daftar umum merek

Per permohonanper nomor

Rp. 200.000,00

3) Permohonan keterangan tertulis mengenai pertanyaan persamaan pada pokoknya suatu merek dengan merek yang sudah terdaftar

Per permohonanper nomor

Rp. 200.000,00

j. Biaya Permohonan petikan resmi pendaftaran indikasi geografis

Per permohonanper nomor

Rp. 100.000,00

k. Biaya salinan bukti prioritas permohoan merek

Per permohonanper nomor

Rp. 250.000,00

l. Permohonan pemeriksaan Indikasi Geografis

Per permohonan Rp. 500.000,00

m. Pencatatan Perubahan buku persyaratan Indikasi Geografis

Per permohonan Rp. 100.000,00

n. Pencatatan pemakaian Indikasi Geografis

Per permohonan Rp. 500.000,00

o. Pendaftaran Konsultasi Hak Kekayaan Intelektual

Per Orang Rp. 5.000.000,00

Sumber:http://www.dgip.go.id/ebscript/publicportal.cgi?.ucid=376&ctid=3&type

=0&id=122

Berdasarkan tabel di atas biaya pendaftaran Merek adalah sebesar

Rp 600.000,00. Dari hasil penelitian penulis maka jumlah responden yang

mengetahui biaya pendaftaran Merek adalah 5 responden. Para pengusaha

mengetahui biaya Merek sebesar Rp 2.500.000,00. Mereka pernah

Page 101: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

mendapatkan penawaran oleh sebuah biro jasa untuk membantu

mendaftarkan Merek usahanya, tetapi dengan biaya sebesar Rp

2.500.000,00. Maka dari itu, mereka mengurungkan niatnya untuk

mendaftarkan Merek dagang usahanya karena dirasa cukup mahal. Para

pengusaha tersebut baru mengetahui bahwa biaya pendaftaran Merek Rp

600.000,00 pada saat penulis mengadakan wawancara penelitian

(wawancara dengan Indri, pemilik batik Indonesia, 29 Maret 2012). Pihak

yang menginformasikan pada mereka mengenai biaya pendaftaran Merek

adalah pihak yang tidak bertanggung jawab dan yang mengambil

keuntungan dari pihak yang ditawarkan untuk dibantu dalam mendaftarkan

merek mereka, sehingga dapat merugikan pihak pengusaha yang ingin

mendaftarkan merek dagangnya.

Para pengusaha juga sudah mengetahui bahwa apabila ada suatu

merek dari suatu pengusaha yang sudah didaftarkan dan sudah diterima

maka merek tersebut sudah tidak dapat lagi digunakan oleh pengusaha

lain. Sejak awal mendirikan usaha batik, usaha tersebut diberi nama

“Lumbung Batik Solo”. Belum sempat mendaftarkan merek usahnya,

sekitar tahun 2008 terpaksa mengganti nama usahanya menjadi “Batik

Lumbung Desa”. Hal ini dikarenakan ada pengusaha lain yang

menggunakan mereknya, dan merek tersebut telah didaftarkan pengusaha

itu ke Kantor Dirjen HKI walupun sebenarnya ia terlebih dahulu

menggunakan merek tersebut. Untuk mengantisipasi terjadinya

permasalahan antara usahanya dengan pihak ketiga yang menggunakan

nama usaha tersebut, maka terpaksa mengganti nama usahanya menjadi

“Batik Lumbung Desa “ (wawancara dengan Kusyah, pemilik Toko Batik

Lumbung Desa, 22 Maret 2012).

Penggunaan suatu merek tanpa izin terhadap merek yang sudah

terdaftar itu dilarang dan akan mendapat sanksi apabila dilanggar

sebenarnya para responden mengetahui hal tersebut. Namun mengenai

sanksi apa yang diberikan para responden tidak mengetahuinya secara

pasti. Mengenai sanksi tersebut sebenarnya sudah dijelaskan pada isi UU

Page 102: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

No 15 Tahun 2001 tentang Merek yaitu terdapat pada Bagian Ke XIII,

yaitu pada Pasal 72.

3) Sikap Hukum

Sikap hukum adalah suatu kecenderungan untuk menerima hukum

karena adanya penghargaan terhadap hukum sebagai sesuatu yang

bermanfaat atau menguntungkan jika hukum itu ditaati. Sebagaimana

terlihat bahwa kesadaran hukum berkaitan dengan nilai-nilai yang terdapat

dimasyarakat. Suatu sikap hukum akan melibatkan pilihan warga terhadap

hukum yang sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam dirinya sehingga

akhirnya warga masyarakat menerima hukum berdasarkan penghargaan

terhadapnya (Otje Salman,2008:58). Berdasarkan hasil kuisioner maka

secara umum pengusaha batik di Kauman yang bersikap menganggap

mendaftarkan merek tersebut penting adalah sebesar 53%.

Jumlah responden yang menganggap bahwa mendaftarkan merek

itu penting adalah 14 responden, sedangkan yang menganggap bahwa

mendaftarkan merek itu tidak penting adalah 13 responden. Penulis

mengadakan wawancara langsung dengan responden yang menyatakan

bahwa mendaftarkan merek itu penting karena adanya kewaspadaan

bahwa merek dagang tersebut akan ditiru oleh pengusaha lain. Pengusaha

mempunyai pengalaman, merek dagangnya yaitu ditiru oleh pengusaha

lain, sehingga segera mendaftarkan merek dagangnya yaitu pada tahun

2011 dengan cara meminta bantuan dari pengurus Paguyuban untuk

mendaftarkan. Namun ia tidak mempunyai niat untuk menuntut ke

pengadilan pengusaha yang juga menggunakan merek dagangnya. Ia

hanya menegur agar merek dagangnya tidak ditiru (wawancara dengan

Icha, pemilik toko batik Mahkota, 20 April 2012).

Selain agar tidak ditiru oleh pengusaha lain, pengusaha

mengatakan bahwa mendaftarkan merek itu penting karena alasan untuk

menunjukkan identitas mereka dan membedakan dengan merek yang

lainnya. Apabila konsumen itu sudah mengenal merek suatu produk, maka

konsumen tersebut akan mencermati kualitas barang dari merek tersebut,

Page 103: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

sehingga pengusaha tersebut akan berusaha untuk menjaga kualitas barang

agar tetap dipilih konsumen sehingga apabila pengusaha mendaftarkan

mereknya, maka akan mempengaruhi kenaikan penjualannya (wawancara

dengan Yudhi, pemilik Toko Batik Yudhia, 29 april 2012).

Untuk mendapatkan perlindungan hukum juga salah satu alasan

mengapa para pengusaha berpendapat bahwa mendaftarkan merek itu

penting. Para pengusaha mendaftarkan merek dagangnya agar

mendapatkan perlindungan hukum, sehingga tidak aka ada pihak yang

merugikan dirinya, misalnya saja dengan mempergunakan merek

dagangnya tanpa izin (wawancara dengan Supriyadi, pemilik toko Batik

Dian, 29 April 2012).

Ada pengusaha yang mengatakan bahwa mendaftarkan merek itu

penting. Namun ada juga pengusaha yang mengatakan bahwa

mendaftarkan merek itu tidak penting. Jumlah responden yang mengatakan

bahwa mendaftarkan merek itu tidak penting berjumlah 12 responden. Ada

beberapa alasan mengapa mereka berpendapat bahwa mendaftarkan merek

itu tidak penting. Mendaftarkan merek tidak penting karena tidak

mempengaruhi penjualan produk mereka. Tanpa mendaftarkan merek,

produk mereka tetap laku dipasaran dan yang terpenting menurut mereka

adalah mendapatkan keuntungan. Selain alasan tersebut, pengusaha yang

beranggapan bahwa mendaftarkan merek itu tidak penting dikarenakan

mereka tidak mempermasalahkan bahwa merek dagang mereka akan ditiru

oleh pengusaha lain. Mereka tidak berkeberatan apabila merek dagangnya

ditiru oleh pengusaha lain dan merek tersebut didaftarkan oleh pihak lain.

Hal ini dikarenakan tanpa mendaftarkan merek dagangnya, usahanya

masih tetap berjalan dengan lancar sampai saat ini, sehingga tidak tertarik

untuk mendaftarkan merek dagangnya (wawancara dengan Eni, pemilik

Batik Roesda, 24 Maret 2012).

4) Pola-Pola Perikelakuan Hukum

Pola perilaku hukum merupakan hal yang utama dalam kesadaran

hukum, karena disini dapat dilihat apakah suatu peraturan berlaku atau

Page 104: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

tidak dalam masyarakat. Dengan demikian sampai seberapa jauh

kesadaran hukum dalam masyarakat dapat dilihat dari pola perilaku suatu

masyarakat (Otje Salman,2008:58). Berdasarkan hasil kuisioner maka

jumlah rata-rata pola perilaku pengusaha batik di Kauman mengenai

pendaftaran merek adalah sebesar 40%.

Pada indikator yang keempat ini, yaitu pola-pola perikelakuan

hukum, maka perikelakuan hukum yang diharapkan adalah dengan adanya

Undang-Undang No 15 Tahun 2001 tentang Merek adalah dapat

mempengaruhi tingkat pemakaian merek pada batik yang dihasilkan dan

disertai dengan pendaftaran merek tersebut ke Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual. Adapun merek yang didaftarkan haruslah merek

sendiri yang bukan merupakan merek milik pihak lain. Hanya orang yang

didaftarkan sebagai pemilik yang dapat memakai dan memberikan orang

lain hak untuk memakai (dengan sistem lisensi). Namun, tidak mungkin

orang lain memakainya. Jika tidak didaftarkan, tidak ada perlindungan

sama sekali karena tidak ada hak atas merek.

Dari hasil penelitian penulis maka ada 13 responden yang

menggunakan merek sendiri pada produknya. Hal ini dikarenakan mereka

ingin menunjukkan merek mereka agar lebih dikenal oleh konsumen.

Terlebih lokasi tempat usaha mereka merupakan tempat wisata yang

dikenal sebagai tempat wisata batik. Mereka yang belum mempunyai

merek sendiri berjumlah 13 responden. Hal ini dikarenakan mereka hanya

memasarkan produk dari merek lain.

Jumlah responden yang sudah mendaftarkan merek usaha mereka

ke Dirjen Hak Kekayaan Intelektual ada 8 responden. Alasan mengapa

lebih banyak responden yang belum mendaftarkan merek usaha mereka

dikarenakan bahwa mereka tidak mengetahui cara mendaftarkan merek.

Para responden tidak mengetahui cara mendaftarkan merek karena mereka

tidak mengikuti sosialisasi dari pemerintah serta kurangnya informasi dari

surat kabat ataupun dari kerabat. Selain itu mereka juga tidak mempunyai

keinginan untuk mencari tahu mengenai cara mendaftarkan merek. Alasan

Page 105: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

lain mengapa para pengusaha tidak mendaftarkan merek usahanya karena

mereka berpendapat bahwa merek tidak perlu didaftarkan. Tanpa

mendaftarkan merek para konsumen sudah datang sendiri ke tempat

usahanya dikarenakan tempat usahanya merupakan daerah wisata batik.

Mereka tidak mempermasalahkan apabila merek usaha mereka ditiru atau

digunakan oleh pihak lain. Yang terpenting bagi mereka adalah mereka

tetap memperoleh keuntungan dan usahanya tetap berjalan. Selain itu

adanya rasa sungkan diantara mereka untuk mendaftarkan merek. Rasa

sungkan tersebut dikarenakan para pengusaha melihat pengusaha yang

lainnya yang lokasi usahanya memang saling berdekatan juga tidak

mendaftarkan merek usahanya, sehingga mereka sungkan untuk

mendaftarkan merek sendiri sedangkan responden yang berada

disekitarnya tidak mendaftarkan merek usahanya.

Selain alasan tersebut masih ada alasan lain mengapa belum

mendaftarkan merek usahanya. Alasannya bahwa mereka belum sempat

untuk mendaftarkan merek mereka, padahal mereka sangat ingin

mendaftarkannya. Kesibukan dalam membuka tempat usaha dikarenakan

mereka tidak dapat meninggalkan pekerjaannya. Setiap hari mereka harus

turun tangan langsung dalam mengelola usahanya dan tidak dapat

ditinggalkan. Hal ini dikarenakan Kampung Wisata Batik Kauman

semakin lama semakin dikenal oleh para wisatawan, sehingga mereka

tidak dapat meninggalkan tempat usahanya. Mereka tidak mengetahui

bahwa mendaftarkan merek itu dapat diwakilkan. Sehingga dapat

dikatakan bahwa alasan para responden belum mendaftarkan merek karena

kurangnya pengetahuan para responden mengenai pendaftaran merek.

Berdasarkan data dari hasil penelitian, maka kesadaran hukum

pengusaha batik kecil dan menengah di Kampung Wisata Batik Kauman

Surakarta tergolong rendah. Hal ini dikarenakan jumlah skala nilai sebesar

16,54. Selain hal tersebut kesadaran hukum pendaftaran merek pada

penelitian ini tergolong rendah hal ini dikarenakan jumlah responden yang

Page 106: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

mendaftarkan merek dagang mereka hanya 8 responden dari total 26

responden atau hanya 30%.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Hukum Pendaftaran

Merek Para Pengusaha Kecil dan Menengah di bidang Batik di

Kampung Wisata Batik Kauman Surakarta

Dari hasil penelitian penulis mengenai kesadaran hukum pendaftaran

merek para pengusaha batik kecil dan menengah di Kampung Wisata Batik

Kauman Surakarta, maka penulis juga meneliti mengenai tingkat pendidikan

terakhir responden. penulis mencoba mengaitkan antara tingkat pendidikan

terakhir responden dengan kesadaran hukum mereka untuk mendaftarkan

merek dagangnya. Dari hasil penelitian disebutkan bahwa pendidikan terakhir

para responden tergolong tinggi, yaitu 30% lulusan SMA/sederajat dan 70%

merupakan lulusan perguruan tinggi. Hal ini disebabkan karena para

responden merupakan penduduk asli Kauman yang wilayahnya merupakan

wilayah strategis, yaitu dekat dengan jantung Kota Surakarta yaitu Jalan

Slamet Riyadi yang rata-rata penduduknya dikategorikan sebagai penduduk

yang mampu dan menurut Muhammad Soim selaku pengurus Paguyuban

Kampung Wisata Batik Kauman Surakarta penduduk Kauman sangat

mengedepankan pendidikan. Walaupun para responden tidak semua lulusan

perguruan tinggi yang khusus mempelajari mengenai bisnis, tetapi mereka

lebih tertarik untuk menjadi pengusaha daripada bekerja sebagai pegawai. Hal

ini dikarenakan tradisi turun temurun dari orang tuanya yang merupakan

pengusaha batik.

Latar belakang pendidikan responden yang tergolong tinggi ternyata

tidak mempengaruhi mereka terhadap kesadaran mereka untuk mendaftarkan

merek dagangnya. Hal ini terbukti hanya 8 responden yang sudah

mendaftarkan merek dagang mereka, serta berdasarkan hasil kuisioner dan

wawancara kesadaran hukum pendaftaran merek para responden tergolong

rendah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum

pendaftaran merek para pengusaha kecil dan menengah di Kampung Wisata

Batik Kauman Surakarta yang masih tergolong rendah. Faktor- faktor tersebut

Page 107: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

di dapatkan berdasarkan hasil dari penelitian penulis mengenai pendaftaran

merek dari para responden. faktor- faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Faktor kurangnya pengetahuan mengenai pendaftaran merek

Para pengusaha yang belum mendaftarkan merek usahanya salah

satunya dikarenakan karena faktor kurangnya pengetahuan mengenai

pendaftaran merek. Berdasarkan hasil penelitian maka tidak ada yang

mengetahui bahwa tata cara pendaftaran merek itu diatur di dalam UU No

15 Tahun 2001 tentang Merek Mereka hanya mengetahui bahwa merek itu

diatur di dalam suatu sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia.

Kurangnya pengetahuan para pengusaha mengenai pendaftaran merek

disebabkan karena mereka kurang tertarik untuk mencari informasi secara

terperinci mengenai pendaftaran merek. Para pengusaha belum

mempunyai kesadaran untuk lebih aktif dalam mencari tahu hal-hal yang

berkaitan dengan pendaftaran merek, seperti tata cara pendaftaran merek

secara lengkap ataupun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam

mendaftarkan merek. Hal ini berakibat jumlah pengusaha yang belum

mendaftarkan merek usahanya lebih banyak daripada yang sudah

mendaftarkan.

b. Faktor anggapan bahwa merek tidak perlu didaftarkan

Para pengusaha yang belum mendaftarkan merek usahanya

menganggap bahwa merek itu tidak perlu didaftarkan. Walaupun 53%

responden menganggap bahwa merek itu penting, tetapi faktanya mereka

menganggap bahwa merek itu tidak perlu didaftarkan. Bagi 53%

responden yang penting bagi mereka adalah merek dagang mereka, bukan

pendaftaran merek. Mendaftarkan merek merupakan suatu tindakan yang

belum begitu penting bagi mereka. Kawasan Kampung Wisata Batik

Kauman telah dikenal sebagai kawasan tempat produksi dan juga

penjualan batik. Sudah banyak para wisatawan yang mengetahui hal

tersebut, sehingga setiap harinya selalu ramai dikunjungi oleh banyak

wisatawan yang ingin berbelanja batik dengan cara yang berbeda. Maksud

dari cara yang berbeda adalah mereka dapat berbelanja batik tidak seperti

Page 108: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

berbelanja dikawasan pertokoan, tetapi mereka dapat berbelanja di

kawasan pemukiman yang penduduknya sebagian membuka showroom

khusus menjual batik. Para wisatawan juga dapat melihat secara langsung

proses pembuatan batik seperti yang terdapat pada “Batik Kaoeman”.

Namun, para pengusaha batik Kauman masih tergolong pengusaha kecil

dan pengusaha menengah. Hal ini disebabkan karena produksinya maih

digolongkan ke dalam home industry serta tidak menggunakan teknologi

yang canggih untuk memproduksi kain batik. Selain hal tersebut, juga

terbatasnya modal untuk mengembangkan usahanya. Walaupun demikian

usaha batik di kawasan Kampung Wisata Batik Kauman terus berkembang

dari waktu ke waktu. Maka dari itu mereka berpendapat bahwa walaupun

merek usaha mereka tidak didaftarkan, usaha mereka tetap berjalan dengan

lancar. Yang terpenting bagi mereka adalah mendapatkan keuntungan dan

usahanya tetap dikenal oleh masyarakat.

c. Faktor mahalnya biaya pendaftaran Merek

Biaya pendaftaran merek menurut para responden masih dirasakan

terlalu mahal. Walaupun hanya 19% responden yang mengetahui secara

pasti biaya pendaftaran merek, yaitu sebesar Rp 600.000,00 tetapi para

responden menganggap bahwa biaya pendaftaran merek masih mahal. Hal

ini disebabkan karena mereka masih tergolong pengusaha kecil dan

menengah yang keuntungannya tidak terlalu besar. Pada saat penulis

member informasi kepada para responden yang belum mendaftarkan

merek dagangnya yang berhasil penulis wawancarai mengenai biaya

pendaftaran merek sebesar Rp 600.000,00 maka mereka memberi

komentar bahwa biaya sebesar Rp 600.000,00 masih dikatakan mahal

untuk pengusaha seperti mereka.

d. Faktor budaya masyarakat di Kampung Wisata Batik Kauman Surakarta

yang mempunyai rasa sungkan untuk mendaftarkan merek sendiri

Kauman adalah salah satu kampung tua di Kota Surakarta dimana

keberadaannya tidak lepas dari kebijakan keraton. Inilah yang menjadikan

Kauman mempunyai karakteristik sendiri yang menghadirkan Kauman

Page 109: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

sebagai kampung para santri dan priyayi. Batik adalah sumber ekonomi

utama yang menjadikan Kauman secara fisik terlihat sebagai kampung

yang elit pada zaman dahulu. Pada awalnya batik Kauman dikenal sebagai

batik pakem yang khusus digunakan oleh bangsawan keraton dan dibuat

oleh para istri abdi dalem keraton. Dalam perkembangannya batik menjadi

industri yang sangat dominan di Kauman. Kondisi masyarakat di

Kampung Wisata Batik Kauman Surakarta merupakan paguyuban dimana

rasa kekeluargaan dan rasa kebersamaan yang selalu dipelihara dan tetap

dijaga kelestariannya sampai saat ini. Mereka lebih mengutamakan

kepentingan bersama daripada kepentingan pribadinya. Rasa sungkan

masih mendominasi pada sifat masyarakatnya. Maka dari itu dalam hal

pendaftaran merek usahanya, mereka masih mempunyai rasa sungkan

untuk mendaftarkan merek sendiri sedangkan pengusaha lainnya yang

berada disekitar tempat usahanya tidak mendaftarkan. Para pengusaha

yang belum mendaftarkan merek usahanya menginginkan mendaftarkan

merek apabila bersama- sama dengan pengusaha lain tanpa mendahului.

Karena sikap mendahului adalah sikap yang tidak etis menurut mereka.

Selain itu apabila ada pengusaha lain melakukan persaingan usaha yang

tidak sehat, seperti menggunakan mereknya tanpa izin, maka hal yang

akan dilakukan adalah hanya membiarkan saja dan memaklumi perbuatan

yang dilakukan oleh pengusaha yang menggunakan mereknya tanpa izin

itu karena menurut mereka rezeki sudah ada yang mengatur dan mereka

meraqsa tidak terganggu dalam hal tersebut. Selain membiarkan ada juga

yang akan bersikap hanya menegur atau memberi peringatan saja agar

tidak menggunakan mereknya dan diselesaikan dengan cara kekeluargaan,

tidak dengan jalur hukum.

e. Faktor rendahnya peran pemerintah

Peran pemerintah dalam memberikan pemahaman mengenai

pendaftaran merek masih sangat rendah. Hal ini terjadi karena pemerintah

baru sekali dalam memberikan sosialisasi mengenai pendaftaran merek,

yaitu pada bulan Oktober 2011. Permasalahan yang kedua adalah peserta

Page 110: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

sosialisasi tersebut dibatasi karena peserta sosialisasi tidak hanya berasal

dari pengusaha batik Kampung Wisata Batik Kauman saja, tetapi berasal

dari pengusaha lain. Jumlah responden yang mendapatkan sosialisasi dari

pemerintah hanya berjumlah 6 responden. Pemerintah tidak memberikan

kesempatan yang sama kepada seluruh pengusaha batik Kampung Wisata

Batik Kauman untuk mengikuti kegiatan sosiallisasi tersebut. Padahal

sosialisasi tersebut sangat penting bagi para pengusaha. Kegiatan

sosialisasi tersebut meliputi penyuluhan mengenai bantuan pemerintah

untuk membantu para pengusaha dalam mendaftarkan merek usahanya.

Pemerintah membantu mendaftarkan merek para pengusaha yang

mengikuti kegiatan sosialisasi dengan cara kolektif. Maksudnya para

pengusaha bersama-sama mendaftarkan merek usahanya ke Kantor Dirjen

Hak Kekayaan Intelektual dengan dibantu oleh pemerintah. Namun sampai

sekarang belum ada keputusan dari Kantor Dirjen Hak Kekayaan

Intelektual apakah merek tersebut diterima atau ditolak. Pihak pemerintah

tidak memberikan informasi dari Kantor Dirjen Hak Kekayaan Intelektual,

apakah kelengkapan syarat untuk mendaftarkan merek tersebut sudah

lengkap atau belum. Hal ini mengakibatkan kerugian pihak pengusaha

karena tidak mendapat kepastian.

Para pengusaha belum mengetahui apa pentingnya mendaftarkan

merek. Informasi yang didapatkan para pengusaha mengenai pendaftaran

merek hanya sebatas mengetahui dari media cetak maupun elektronik dan

dari kerabat. Tentu saja pengetahuan dari sumber tersebut tidak lengkap

dibandingkan dengan informasi berasal dari sosialisasi. Rendahnya peran

pemerintah dalam mengadakan sosialisasi mengenai pendaftaran merek

jelas sangat merugikan para pengusaha walaupun para pengusaha tidak

menyadari hal tersebut. Rendahnya sosialisasi dari pemerintah berarti

pemerintah tidak mendukung para pengusaha untuk mendaftarkan merek

usahanya agar merek mereka memperoleh hak untuk dilindungi oleh

negara. Apabila para pengusaha di Kampung Wisata Batik Kauman

mengalami suatu masalah terhadap merek usaha mereka, maka mereka

Page 111: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

hanya bertanya kepada pengusaha lain yang belum tentu memahami hal-

hal yang berkaitan dengan pendaftaran merek. Mereka juga dapat bertanya

kepada pengurus organisasi Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman

tanpa melibatkan pendampingan langsung dari pemerintah.

Page 112: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kesadaran hukum para pengusaha kecil dan menengah di bidang batik di

Kampung Wisata Batik Kauman Surakarta tergolong rendah. Penentuan

tingkat kesadaran hukum dalam penulisan ini didasarkan pada indikator

kesadaran hukum yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto yang meliputi

pengetahuan hukum, pemahaman hukum, sikap hukum, dan pola perilaku

hukum. Pengusaha yang mengetahui bahwa merek diatur di dalam Undang-

Undang No 15 Tahun 2001 hanya 4%, pengusaha yang memahami hal-hal

yang diatur dalam UU No 15 Tahun 2001 hanya 38%, pengusaha yang sudah

mendaftarkan merek dagang hanya 30%, terdapat 53% pengusaha yang

menganggap mendaftarkan merek itu penting, dan terdapat 50% pengusaha

yang sudah memiliki merek dagang sendiri. Jumlah pengusaha yang sudah

mendaftarkan merek dagangnya hanya 30% dikarenakan bahwa pengusaha

tidak mengetahui cara mendaftrakan merek, pengusaha tidak mempunyai

keinginan untuk mencari tahu mengenai cara mendaftarkan merek, serta

pengusaha menganggap bahwa merek tidak perlu didaftarkan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum pendaftaran merek para

pengusaha kecil dan menengah di bidang batik di Kampung Wisata Batik

Kauman Kota Surakarta adalah :

a. Kurangnya pengetahuan mengenai pendaftaran merek

b. Anggapan bahwa merek tidak perlu didaftarkan

c. Mahalnya biaya pendaftaran merek

d. Budaya masyarakat di Kampung Wisata Batik Kauman Surakarta yang

mempunyai rasa sungkan untuk mendaftarkan merek sendiri

e. Rendahnya peran pemerintah

97

Page 113: KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA …... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESADARAN HUKUM PENDAFTARAN MEREK PARA PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH DI BIDANG

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

B. Saran

1. Para pengusaha perlu mendaftarkan mereknya untuk mendapatkan

perlindungan hukum karena merek memegang peranan penting dalam suatu

perdagangan dan penting bagi pengusaha demi berlangsungnya usahanya agar

tidak dirugikan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

2. Pemerintah Kota Surakarta perlu memberikan sosialisasi secara rutin

mengenai Hak Kekayaan Intelektual khususnya mengenai merek agar para

pengusaha kecil dan menengah di Kota Surakarta, khususnya untuk para

pengusaha batik kecil dan menengah di Kampung Wisata Batik Kauman

Surakarta mendapatkan informasi yang jelas betapa pentingnya merek bagi

usaha mereka serta memberikan bantuan berupa keringanan biaya bagi para

pengusaha tersebut untuk mendaftarkan merek mereka.

3. Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman Kota Surakarta perlu membentuk

pengurus yang menangani HKI yang khususnya di bidang merek agar dapat

membantu pengusaha batik yang ingin mendaftarkan merek usahanya dengan

mudah.