31
 Kesalahan dan Pertanggungjawaban Pidana KULIAH 6

Kesalahan dan Pertanggungjawaban Pidana

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Seputar Pidana Yang Perlu Kamu Tahu

Citation preview

KULIAH 6

Kesalahan dan Pertanggungjawaban Pidana

KULIAH 6PengantarKesalahan merupakan unsur yg melekat pada pelaku tindak pidana4 pengertian kesalahan Bentuk-bentuk kesalahanAsas penting dalam pertanggung jawaban pidanaPengertian KesalahanAda 4 pengertian kesalahan (Utrecht):Kesalahan sebagai unsur delik; dalam arti kumpulan (nama generik) yang mencakup dolus dan culpaKesalahan dalam arti pertanggungjawaban pidana: ketercelaan (verwijtbaarheid) seseorang atas perbuatan melawan hukum yang telah dilakukannya333. Kesalahan dalam arti bentuk khusus, yang hanya berupa culpa4. Kesalahan yang digunakan dalam rumusan delik untuk menetapkan bahwa pidana dapat diancamkan pada pelaku yang bersalah karena telah melakukan tindakan tertentu; mis. Barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain dipidana karena bersalah melakukan pembunuhan44Kesalahan sebagai Unsur DelikDolusCulpa55Dolus/ opzet/ sengaja Apakah sengaja itu ? Sengaja = willen (menghendaki) en weten (mengetahui) (MvT- 1886)

Teori2 sengaja :(a) teori kehendak (wils theorie) opzet ada apabila perbuatan & akibat suatu delik dikehendaki si pelaku(b) teori bayangan (voorstellings-theorie) opzet ada apabila si pelaku pada waktu mulai melakukan perbuatan, ada bayangan yg terang bahwa akibat yg bersangkutan akan tercapai, maka dari itu ia menyesuaikan perbuatannya dengan akibat itu

66Dolus/ opzet/ sengaja istilah2 dalam rumusan tindak pidanaDengan sengaja : Ps 338 KUHPMengetahui bahwa : Ps 220 KUHPtahu tentang : Ps 164 KUHPdengan maksud : Ps 362, 378, 263 KUHPniat : Ps 53 KUHPdengan rencana lebih dahulu : Ps 340, 355 KUHP- dengan rencana : (a) saat pemikiran dg tenang ; (b) berpikir dg tenang; ( c ) direnungkan lebih dahulu. - ada tenggang waktu antara timbulnya niat dengan pelaksanaan delik

77Bentuk-Bentuk Dolus1. Dolus sebagai maksud /tujuan (als oogmerk) 2. Dolus dengan kesadaran/keinsyafan kepastian (noodzakelijkheidsbewustzijn)Dolus dengan kesadaran/keinsyafan kemungkinan (opzet met waarschijnlijkheids bewustzijn/ awareness of probability)Dolus eventualis (kesengajaan bersyarat; opzet met mogelijkheidsbewustzijn/voorwaardelijk opzet/awareness of possibility) Kesengajaan bersyarat: dengan mengetahui dan menghendaki menerima risiko yang besar

88Ada sarjana yang membedakan bentuk-bentuk dolus menjadi 3 macam,yaitu: sebagai maksud, berkeinsyafan kepastian dan berkeinsyafan kemungkinan (misalnya PAF Lamintang, Tresna, Moeljatno)Mereka menyamakan dolus eventualis dengan kesengajaan dengan keinsyafan kemungkinanDolus eventualis merupakan perkembangan dalam hukum pidana, khususnya dalam hal bentuk-bentuk kesengajaan dan HR Belanda baru menerima kesengajaan bentuk ini setelah PD II lanjutan ..99Bentuk-bentuk kesengajaanSengaja sebagai maksud/ tujuan :- apabila pembuat menghendaki perbuatan dan/akibat perbuatannya;tidak dilakukan perbuatan itu jika pembuat tahu akibat perbuatannya tidak terjadi Sengaja sebagai keinsyafan kepastian :- pembuat yakin bahwa akibat yg dimaksudkannya tidak akan tercapai tanpa terjadinya akibat yg tidak dimaksudSengaja sebagai keinsyafan kemungkinan: pembuat sadar bahwa mungkin akibat yg tidak dikehendaki akan terjadi untuk mencapai akibat yg dimaksudnyaKesengajaan berkeinsyafan kepastian dan kemungkinan tidak dapat berdiri sendiri. Selalu bersifat accesoir terhadap kesengajaan sebagai maksud1010Dolus eventualisPelaku dengan kehendak dan kesadaran menerima kemungkinan munculnya akibat yang buruk. Di Jerman disebut billigend in Kauf nehmen: menerima penuh risiko terwujudnya sesuatu kemungkinanContoh: metro mini maut di Jakarta Utara, naik kuda di jalan ramai di kota London, memainkan pistol meletus DOOR! dan mengenai org1111Arti dan diantara unsur dengan sengaja & unsur melawan hukum

Van Hamel, simons, pompe : perbedaan itu mempunyai arti. Mis. Ps 406 KUHP : dengan sengaja dan melawan hukum ; Ps 333 KUHP : dengan sengaja melawan hukum

Vos, zevenbergen, langemeijer :tiadanya kata dan tidak berarti apa2, semuanya mesti dibaca dengan sengaja dan melawan hukum

Remelink, van Bemmelen :kata penghubung dan tidak mempunyai arti, jadi istilah dengan sengaja meliputi pula melawan hukum. Culpa Istilah2- culpa - schuld - nalatigheid - sembrono - teledor istilah 2 yg digunakan dalam rumusan :- kelalaian - kealpaan- kesalahan - seharusnya diketahuinya - sepatutnya diketahuinya

1313Pengertian, Jenis, SyaratKUHP : tidak ada definisi ttg culpaMvT : kealpaan di satu pihak berlawanan benar2 dg kesengajaan dan di pihak lain dengan hal yg kebetulanPada culpa, unsur menghendaki selalu tidak ada; sedangkan unsur mengetahui sering tidak adaMacam2 Culpa : (a) culpa levis ; culpa lata(b) culpa yg disadari (bewuste) : culpa yg tidak disadari (on bewuste) Syarat adanya kealpaan :(a) Hazewinkel-Suringa : 1) kekurangan menduga-duga; 2) kekurangan berhati-hati(b) van Hamel : 1) tidak menduga-duga sebagaimana diharuskan hukum; 2) tidak berhati-hati sebagaimana diharuskan hukum( c) Simons : pada umumnya kealpaan mempunyai 2 unsur : 1) tidak berhati-hati; 2) dapat diduganya akibat.

1414CulpaUntuk menentukan ada atau tidaknya culpa pada seseorang, maka harus digunakan tolok ukur yang normal (upaya dan kehati-hatian dari orang yang sama kemampuan dan kecerdasannya dengan pelaku). Apabila pada situasi dan kondisi yang sama dengan pelaku, orang yang sama kemampuan dan kecerdasannya dengan pelaku pada umumnya tidak melakukan perbuatan seperti yang dilakukan oleh pelaku; berarti pelaku culpa telah melakukan culpa lata (Kelalaian yang besar/berat)1515CulpaCulpa Levis (Kelalaian yang kecil/ringan)--- apabila tolok ukurnya adalah upaya dan kehati-hatian yang luar biasaCulpa yang disadari (bewuste culpa) : Apabila pelaku sudah membayangkan kemungkinan timbulnya suatu akibat yang dilarang, dan karena itu ia juga sudah berupaya agar tidak timbul akibat tsb. (dia tidak menghendaki akibat), namun akibat tetap terjadiCulpa yang tidak disadari (onbewuste culpa): Pelaku sama sekali tidak pernah membayangkan kemungkinan timbulnya akibat yang dilarang; tetapi ternyata terjadi akibatYang dapat dipidana adalah Culpa Lata, baik yang disadari maupun tidak disadari

1616Asas penting dalam masalah pertanggungjawabanGeen straf zonder schuldTiada Pidana tanpa kesalahan : meskipun seseorang telah melakukan perbuatan yang melawan hukum; namun tanpa adanya kesalahan maka dia tidak dapat dipidana1717Dapat dipersalahkan sehingga dapat dipertanggungjawabkan3 syarat yang harus dipenuhi:Kemampuan bertanggungjawabAda hubungan psikis antara pelaku dan perbuatannya , dalam bentuk dolus atau culpaTidak ada dasar penghapus kesalahan1818Kemampuan Bertanggungjawab (toerekeningsvatbaarheid)Dengan menggunakan penafsiran a-contrario dari MVT tentang tidak mampu bertanggungjawab; maka mampu bertanggungjawab artinya:- pelaku melakukan perbuatannya dengan bebas; tanpa paksaan- pelaku menginsyafi bahwa perbuatannya melawan hukum dan ia mengerti akibat perbuatannyaDalam praktik, setiap pelaku dianggap mampu bertanggungjawab ; kecuali dapat dibuktikan bahwa pelaku sakit jiwa atau tidak sempurna pertumbuhan akalnya atau cacat dlm pertumbuhan jiwanya.

1919Ajaran KAUSALITASUtrecht hal. 381Von Buri - Jerman(Teori Equivalensi Teori Conditio Sine Quanon)Semua syarat yang turut serta menyebabkan suatu akibat dan yang tidak dapat dihilangkan dari rangkaian faktor-faktor ybs, harus dianggap causa dari akibat, dan diberi nilai sama (Equivalen)Van Hamel juga menganut teori yg mirip.

Ajaran Conditio Sine Qua NonSemua faktor yaitu semua syarat, yang turut serta menyebabkan suatu akibat dan yang tidak dapat dihilangkan dari rangkaian faktor-faktor ybs. Harus dianggap causa (sebab) akibat itu.Semua syarat nilainya sama (ekuivalensi)Ada beberapa sebabSyarat = sebab21Pembatasan Ajaran Von BuriPembatasan ajaran Von Buri oleh Van Hamel [dibatasi dg ajaran kesalahan (dolus/culpa)] - hal 384 Utrecht I.Pengkesampingan semua sebab yang terletak di luar dolus atau culpa; dalam banyak kejahatan dolus atau culpa merupakan unsur-unsur perumusan delik.

Pembatasan Teori Von BuriTeori Restriksi(Pembatasan)Teori-teori yang mengindividualisasi:Dari rangkaian faktor-faktor yang oleh Von Buri diterima sebagai suatu causa, diambil satu, dan faktor yang diambil itu dianggap menjadi kausa (sebab) yang paling berpengaruh atas terjadinya akibat ybs (sebab terjadinya delik)Teori-teori yang menyamaratakan:Dari rangkaian faktor-faktor yang ada oleh Von Buri diterima sebagai kausa, diambil satu, dan faktor yang diambil itu menurut pengalaman boleh dianggap umumnya menjadi kausa (pengalaman orang pada umumnya)Teori-teori Individualisasi/ Causa ProximaBirkmeyer : Teori ini berpangkal dari teori Conditio Sine Qua Non . Di dalam rangkaian syarat-syarat yang tidak dapat dihilangkan untuk timbulnya akibat, lalu dicari syarat manakah yang dalam keadaan tertentu itu, yang paling banyak membantu untuk terjadinya akibat.G.E Mulder :Sebab adalah syarat yang paling dekat dan tidak dapat dilepaskan dari akibat.

25Teori-teori yang mengindividualisasi

Birkmeyer,Dari rangkaian faktor-faktor yang oleh Von Buri diterima sebagai suatu kausa, diambil satu, dan faktor yang diambil itu dianggap menjadi kausa yaitu faktor yang paling berpengaruh atas terjadinya akibat ys (terjadinya delik)Teori-teori menggeneralisasiVon Bar : teori ini tidak menyoal tindakan mana atau kejadian mana yang in concreto (pada kenyataannya) memberikan pengaruh (fisik/psikis) paling menentukan. Yang dipersoalkan adalah apakah satu syarat yang secara umum dapat dipandang mengakibatkan terjadinya peristiwa seperti yang bersangkutan mungkin ditemukan dalam rangkaian kausalitas yang ada27Teori-teori menggeneralisasiVon Kries (Teori Adequat Subjectif) : Sebab adalah keseluruhan faktor positif & negatif yang tidak dapat dikesampingkan tanpa sekaligus meniadakan akibat. Namun pembatasan demi kepentingan penetapan pertanggungjawaban pidana tidak dicari dalam nilai kualitatif/kuantitatif atau berat/ringannya faktor dalam situasi konkret, tetapi dinilai dari makna semua itu secara umum, kemungkinan dari faktor-faktor tersebut untuk memunculkan akibat tertentu. Sebab = syarat-syarat yang dalam situasi dan kondisi tertentu memiliki kecenderungan untuk memunculkan akibat tertentu, biasanya memunculkan akibat itu, atau secara objectif memperbesar kemungkinan munculnya akibat tersebut. Apakah suatu tindakan memiliki kecenderungan memunculkan akibat tertentu hanya dapat diselesaikan apabila kita memiliki 2 bentuk pengetahuan :(a) hukum umum probabilitas dalam peristiwa yg terjadi / pengetahuan Nomologis yg memadai(b) situasi faktual yg melingkupi peristiwa yg terjadi/ pengetahuan Ontologis/ pemahaman fakta (empirik)

Teori-teori menggeneralisasiRumelin (Teori Adequat Objectif) :Faktor yang ditinjau dari sudut objektif , harus (perlu) ada untuk terjadinya akibat. Ihwal probabilitas tidak berdasarkan pada apa yang diketahui atau mungkin diketahui pada waktu melakukan tindakannya, melainkan pada fakta yang objektif pada waktu itu ada, entah diketahuinya atau tidak jadi pada apa yang kemudian terbukti merupakan situasi dan kondisi yang melingkupi peristiwa tersebut.Simons :Sebab adalah tiap-tiap kelakuan yang menurut garis-garis umum pengalaman manusia dapat menimbulkan akibatPompe : Sebab adalah hal yang mengandung kekuatan untuk dapat menimbulkan akibat

29Teori-teori yang menyamaratakan(Generalisasi)Faktor yang menurut pengalaman manusia dapat menimbulkan akibat.Von Kries - Adequate Theory Subjective Pragnose(sesuai, seimbang):Hanya ada satu perbuatan yang dapat menimbulkan akibat perbuatan itu, sebelumnya telah dapat diketahui oleh yang melakukan perbuatan tsb, dapat diterima sebagai suatu kausa;Rumelin Objective Pragnose:Dalam rangkaian faktor-faktor yang dapat dihubungkan dengan terjadinya delik, hanya 1 yg menjadi kausa, yaitu faktor yang berdasarkan sudut obyektif harus (perlu) ada utk terjadinya delik tsb. Apakah pembuat harus tahu/tidak akan hal tsb ? Bukan syarat yg harus dipenuhi.Teori RelevansiVan Hamel: teori von Buri dibatasi dg ajaran kesalahan (dolus/culpa)Pengkesampingan semua sebab yang terletak di luar dolus atau culpa; dalam banyak kejahatan dolus atau culpa merupakan unsur-unsur perumusan delik. Jika hal itu bukan merupakan unsur delik, maka solusinya harus dicari dengan bantuan alasan atau dasar-dasar yang meniadakan pidana. LangemeijerTeori ini ingin menerapkan ajaran von Buri dengan memilih satu atau lebih sebab dari sekian yang mungkin ada, yang dipilih sebab-sebab yang relevan saja , yakni yang kiranya dimaksudkan sebagai sebab oleh pembuat undang-undang.

31