103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA (SUATU KAJIAN PRAGMATIK) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun oleh EKO PURNOMO C0108027 JURUSAN SASTRA DAERAH FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

KESANTUNAN BERBAHASA JAWASISWA SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA

(SUATU KAJIAN PRAGMATIK)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratanguna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni RupaUniversitas Sebelas Maret

Disusun oleh

EKO PURNOMO

C0108027

JURUSAN SASTRA DAERAHFAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA

2012

Page 2: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

MOTTO

Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal

yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah sekali.

Ingat hanya pada Allah apapun dan di manapun kita berada kepada Dia-lah tempat

meminta dan memohon.

“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu Sebagai

penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Al-Baqarah:

153)

Page 5: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PERNYATAAN

Nama : Eko Purnomo

NIM : C0108027

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Kesantunan Berbahasa

Jawa Siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta (Suatu Kajian Pragmatik) adalah

betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-

hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan

ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademis berupa pencabutan skripsi dan gelar yang telah

diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, Juli 2012

Yang membuat pernyataan,

Eko Purnomo

Page 6: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk:

1. Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu menjadi penyemangat bagiku,

mengalirkan doanya untukku, dan membimbingku untuk mencapai

kebahagiaan.

2. Adikku yang kusayangi Sigit Sutrisno yang selalu menghiburku.

3. Alm. Mbah Mawintana yang selalu mendoakanku untuk jadi orang yang

sukses.

4. Untuk dhik Ita yang selalu menemani diwaktu suka dan duka. Waktu kita

sangat berharga.

Page 7: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah kepada Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul

Kesantunan Berbahasa Jawa Siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta ini

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Jurusan

Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Proses penyusunan skripsi ini tidak bisa lepas dari bantuan berbagai pihak.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima

kasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni

Rupa yang memberikan kesempatan untuk menyusun skripsi ini.

2. Drs. Supardjo, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra

dan Seni Rupa yang telah memberikan ilmunya serta kesempatan kepada

penulis untuk menyusun skripsi ini.

3. Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa, pembimbing akademik, dan pembimbing

kedua yang telah berkenan untuk memberikan kesempatan kepada penulis

untuk menyusun skripsi ini, mencurahkan perhatian, memberikan bekal ilmu,

memberikan nasihat kepada penulis selama studi di Jurusan Sastra Daerah,

dan membimbing penulisan skripsi ini sampai selesai.

4. Drs. Sri Supiyarno, M.A., selaku Koordinat Bidang Linguistik Jurusan Sastra

Daerah yang telah berkenan untuk mencurahkan perhatian dan memberikan

bekal ilmu.

5. Prof. Dr. Sumarlam, M.S., selaku pembimbing pertama yang telah berkenan

memberikan bimbingan kepada penulis dengan penuh perhatian dan

kebijaksanaannya, serta selalu membantu penulis untuk menyelesaikan

skripsi.

6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah

memberikan bekal ilmu yang berharga.

Page 8: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

7. Kepala dan staf Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa maupun Pusat

Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kemudahan dalam

pelayanan kepada penulis, khususnya selama menyelesaikan skripsi ini.

8. Kakek dan Nenek di Adiwarno dan Rangkah, terima kasih atas doa dan

harapannya kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini dan meraih

cita-cita.

9. Dhik Ita yang selalu membantu, menemani, dan memberi dukungan untuk

terselesaikannya skripsi ini. Semoga kita bisa sukses bersama.

10. Semua anggota SMP Muhammadiyah 1 Surakarta yang sangat baik sehingga

mempermudah penulis dalam memperoleh data, dan semua pihak yang telah

berjasa dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan ilmu

dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis berharap saran dan kritik

yang dapat membangun guna penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

Page 9: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................... i

PERSETUJUAN ................................................................................................... ii

PENGESAHAN ................................................................................................... iii

MOTTO ............................................................................................................... iv

PERNYATAAN .................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xiii

ABSTRAK ......................................................................................................... xiv

SARI PATHI ....................................................................................................... xv

ABSTRACT ...................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Pembatasan Masalah .................................................................................. 6

C. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6

D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7

E. Manfaat Penelitian ................................................................................... 7

F. Sistematika Penulisan .............................................................................. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 10

Page 10: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

A. Pragmatik ................................................................................................ 10

B. Tindak Tutur ............................................................................................ 11

D. Prinsip Kerjasama ................................................................................... 13

E. Prinsup Kesantunan ................................................................................ 16

F. Skala Kesantunan Leech .......................................................................... 19

G. Faktor Penentu Kesantunan dan Ketaksantunan ..................................... 21

H. SMP Muhammadiyah 1 Surakarta .......................................................... 28

I. Kerangka Pikir .......................................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 33

A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 33

B. Lokasi Penelitian ...................................................................................... 34

C. Data dan Sumber Data ............................................................................ 34

D. Populasi dan Sampel ............................................................................... 35

E. Alat Penelitian ......................................................................................... 35

F. Metode dan Teknik Penyediaan Data ..................................................... 36

G. Metode Analisis Data .............................................................................. 37

H. Metode Penyajian Data ........................................................................... 43

BAB IV HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ............................. 44

A. Analisis Data ........................................................................................... 44

1. Bentuk Kesantunan dan Ketaksantunan .............................................. 44

a. Bentuk Kesantunan Berbahasa Jawa ............................................. 45

1) Pemenuhan Maksim Kebijaksanaan .......................................... 45

Page 11: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

2) Pemenuhan Maksim Penerimaan ............................................... 47

3) Pemenuhan Maksim Kemurahan .............................................. 49

4) Pemenuhan Maksin Kerendahhatian ......................................... 52

5) Pemenuhan Maksim Kecocokan ............................................... 52

6) Pemenuhan Maksim Kesimpatian ............................................. 54

b. Bentuk Ketaksantunan Berbahasa Jawa ........................................ 55

1) Pelanggaran Maksim Kebijaksanaan ........................................ 56

2) Pelanggaran Maksim Penerimaan ............................................. 58

3) Pelanggaran Maksim Kemurahan ............................................. 60

4) Pelanggaran Maksim Kerendahhatian ....................................... 63

5) Pelanggaran Maksim Kecocokan .............................................. 65

6) Pelanggaran Maksim Kesimpatian ............................................ 67

2. Faktor Penentu Kesantunan ................................................................. 68

a. Faktor Kebahasaan ......................................................................... 69

1) Pemakaian Diksi yang Tepat ..................................................... 69

2) Pemakaian Gaya Bahasa yang Santun ....................................... 71

3) Pemakaian Struktur Kalimat yang Benar dan Baik ................... 71

4) Aspek Intonasi ........................................................................... 73

5) Aspek Nada Bicara .................................................................... 75

b. Faktor Nonkebahasaan ................................................................... 76

1) Pranata Sosial ............................................................................ 76

3. Fungsi Kesantunan Berbahasa Jawa .................................................... 77

Page 12: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

a. Menolak Secara Tidak Langsung ................................................... 68

b. Menghormati Mitra Tutur .............................................................. 69

c. Menguntungkan Mitra Tutur .......................................................... 81

d. Memberi Perintah Secara Tidak Langsung .................................... 82

B. Pembahasan ............................................................................................. 84

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 89

A. Simpulan ................................................................................................. 89

B. Saran ........................................................................................................ 90

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 91

LAMPIRAN ........................................................................................................ 93

Page 13: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR SINGKATAN DAN GAMBAR

A. Daftar Singkatan

MT : Mitra tutur

O1 : Orang ke-1

O2 : Orang ke-2

O3 : Orang yang dibicarakan

SM : SMP Muhammadiyah 1 Surakarta

P : Penutur

B. Daftar Tanda

Cetak miring : menandai data

Cetak miring tebal : menandai data yang dianalisis

Tanda kurung (.....) : menandai keterangan

Tanda petik tunggal ‘.....’ : menandai makna dari satuan linggual danterjemahan

Tanda petik “.....” : menandai kutipan langsung

Tanda garis miring /...// : menandai keterangan jeda pembicaraan

C. Daftar Gambar

Gambar .1. : Kerangka Pikir

Page 14: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam hidup bermasyarakat tidak lepas dari kegiatan berkomunikasi.

Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti

Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi yang arbitrer yang

dipergunakan oleh masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan

mengidentifikasi diri. Oleh karena itu bahasa merupakan hal yang hakiki (Aslinda

dan Syafyahya, 2007: 2). Menurut Revhing Koen (dalam Aslinda dan Syafyahya,

2007: 2) hakikat bahasa bersifat (a) mengganti, (b) individual, dan (d) sebagai alat

komunikasi. Dalam hal berkomunikasi bahasa mempunyai peranan yang sangat

penting. Bahasa berfungsi sebagai media perantara dalam berkomunikasi antar

manusia.

Komunikasi antarmanusia sangat menarik untuk dicermati ataupun untuk

dijadikan bahan penelitian. Dari penelitian akan ditemukan fenomena kebahasaan

yang beraneka ragam yang menghiasi kasanah kebahasaan. Hal ini terbukti

dengan banyaknya peneliti bahasa yang mengkaji bahasa secara mendalam

sehingga melahirkan ilmu bahasa dan juga cabangnya. Selain sebagai media

komunikasi bahasa juga berfungsi sebagai identitas masyarakat penggunanya.

Misalnya Suku Jawa mempunyai bahasa Jawa, Suku Sunda memiliki bahasa

Sunda dan masih banyak suku lainnya. Bahasa ibu masyarakat Jawa berupa

bahasa Jawa. Bahasa Jawa masih dipakai dalam kehidupan sehari-hari begitu pula

Page 15: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta sebagian besar berkomunikasi dengan

bahasa Jawa.

Dalam komunikasi antara penutur dan mitra tutur akan sama-sama

melakukan proses penerjemahan pesan tuturan baik dari penutur maupun mitra

tutur. Menurut Leech untuk membantu penerjemahan pesan sebuah tutran

diperlukan adanya tingkat pengalaman yang sama agar pesan yang disampaikan

oleh penutur maupun mitra tutur dapat diterima dengan baik (Leech, 1993: 20).

Untuk menjalin hubungan yang baik perlu menjaga perkataan, seperti yang

dikatakan pepatah Jawa yang berbunyi ajining dhiri dumunung ana ing lathi yang

artinya harga diri seseorang tergantung pada ucapannya. Oleh karena itu, kita

perlu memperhatikan sopan atau tidaknya ucapan kita. Kejadian semacam ini

dipelajari dalam cabang ilmu bahasa yang disebut pragmatik.

Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari maksud dari

sebuah tuturan. Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh

penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca) (Yule, 2006:

3). Selain itu, Kunjana Rahardi (2005: 49) berpendapat bahwa pragmatik adalah

ilmu bahasa yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia yang pada

dasarnya sangat ditentukan oleh konteks yang mewadahi dan melatar belakangi

bahasa itu. Jadi, pragmatik mempelajari maksud dari tuturan yang terikat konteks.

Konteks adalah siapa yang menuturkan, mengatakan kepada siapa, tempat

dan waktu yang diujarkan di dalam suatu kalimat, anggapan-anggapan mengenai

sesuatu yang terlibat di dalam tindakan menuturkan kalimat (Kaswanti Purwo,

1990: 5). Selain itu, konteks merupakan pengalaman yang sama yang dimiliki

Page 16: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

oleh penutur dan mitra tutur untuk membantu menafsirkan makna tuturan (Leech,

1993: 20). Jadi, konteks merupakan unsur luar bahasa yang digunakan untuk

membantu memaknai sebuah tuturan.

Dalam pragmatik dikenal dengan adanya Prinsip Kerja Sama yang

dikemukakan oleh Grice (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 44) dan juga Leech

pada tahun 1983 dalam bukunya yang diterjemahkan oleh M. D. D. Oka

mengemukakan Prinsip Kesantunan (PS) yang melengkapi PK (Prinsip Kerja

Sama) Grice. Siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta memakai bahasa Jawa

sebagai alat komunikasi yang utama untuk berkomunikasi dengan sesama teman-

temannya, contohnya pada tuturan berikut.

(data 1)O1 : “Sapa sing wis tau weruh wit kambil?”

‘Siapa yang sudah pernah melihat pohon kelapa?’O2 : “Aku Pak.”

‘Saya Pak.’O1 : “Neng ndi?”

‘Di mana?’O2 : “Neng Grand Mall pak.”

‘Di Grand Mall Pak.’(SM/21-01-2012)

Tuturan tersebut berlangsung pada situasai yang resmi di dalam kelas 7G

saat proses belajar mengajar pda tanggal 21 Januari 2012. O1 pada tuturan

tersebut adalah guru SMP Muhammadiyah 1 Surakarta, sedangkan O2 adalah

siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta. Tuturan yang dituturkan oleh O2 Yang

mengatakan “Aku Pak” ‘Saya Pak’ bila dilihat dari prinsip kerjasama yang

dikemukakan oleh Grice, tuturan tersebut sudah baik karena telah memenuhi

maksim kualitas. Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta percakapan

mengatakan hal yang nyata dan sesuai dengan fakta yang sebenarnya, walaupun

Page 17: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

pada faktanya pohon kelapa di Grand Mall tidak ada hanya replikanya. Akan

tetapi, bila dilihat dari skala kesantunan Leech yakni Authority scale atau skala

keotoritasan menunjuk kepada hubungan status sosial antara penutur dan mitra

tutur yang terlibat dalam pertuturan, tuturan tersebut terjadi antara guru dan siswa

sehingga tuturan tersebut dikatakan tidak santun hal ini jarak sosial antara O2 dan

O1 kurang jauh. Melihat fenomena di atas, kesantunan berbahasa sangatlah

penting dalam berkomunikasi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti

kesantunan berbahasa.

Peneliti lain yang telah melakukan penelitian mengenai kesantunan bahasa

antara lain:

1. Asim Gunarwan (1994) (dalam pelba 7: 1994: 814) dengan judul

“Kesantunan Negatif di kalangan Dwibahasawan Indonesia-Jawa di

Jakarta”. Penelitian tersebut bertujuan; (a) Menyebarluaskan aliran

fungsionalisme di dalam linguistik kepada mahasiswa-mahasiswa yang

berminat; (b) Mencari bukti apakah memang ada kesejajaran, seperti yang

tersirat di dalam teori Brown dan Levison (1978), di antara

Ke(tak)langsungan dan kesantunan; (c) Membuktikan setidak-tidaknya

mencari petunjuk, apakah dwibahasawan itu bikultural ataukah hanya

monokultural.

2. Harun Joko Prayitno (2011) dengan judul “Kesantunan Sosiopragmatik

Studi Pemakaian Tindak Direktif di Kalangan Andik SD Berbudaya

Jawa”. Dalam penelitian tersebut memaparkan realisasi kesantunan

direktif andik (anak didik) SD berlatar belakang budaya Jawa, dan strategi

Page 18: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

dan teknik kesantunan direktif andik (anak didik) SD menurut latar budaya

daerah.

3. Nurul Masfufah (2010) dengan judul “Kesantunan Bentuk Tuturan

Direktif di Lingkungan SMA N 1 Surakarta (Kajian Sosiopragmatik).

Dalam penelitian tersebut mengkaji bentuk kesantunan dan ketaksantunan,

prinsip dan strategi kesantunan bentuk tuturan direktif yang digunakan

dilingkungan SMA N 1 Surakarta, urutan atau peringkat berbahasa

menurut persepsi siswa, dan faktor yang mementukan kesantunan

berbahasa.

4. Dyah Ayu Nur Ismayawati (2009) dengan judul “Kesantunan berbahasa

Jawa oleh Keturunan Arab di Pasar Benteng Surakarta (Suatu Kajian

Pragmatik). Mengkaji tentang wujud, faktor penentu, dan fungsi

kesantunan berbahasa Jawa pedagang Arab di Pasar Beteng Surakarta.

5. Wiji Nurkayati (2010) dengan judul “Kesantunan Berbahasa Jawa Kuli

Panggul di Pasar Legi Surakarta ((suatu kajian Pragmatik)” dalam

penelitian tersebut mengkaji tentang wujud kesantunan berbahasa Jawa

para kuli panggul di pasar legi Surakarta, prinsip kerjasama yang

dilakukan, dan daya pragmatik tindak tutur bahasa Jawa.

Berdasarkan penelitian yang sudah pernah dilakukan maka penelitian

tentang kesantunan berbahasa Jawa siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta

belum pernah dilakukan dan masih perlu dilakukan. Oleh karena itu, penelitian

ini mengambil judul Kesantunan Berbahasa Jawa Siswa SMP Muhammadiyah

1 Surakarta (Suatu Kajian Pragamtik). Adapun alasannya adalah:

Page 19: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

1. SMP Muhammadiyah 1 Surakarta merupakan salah satu sekolah yang ada

di Surakarta yang mayoritas siswanya menggunakan bahasa Jawa sebagai

alat komunikasi yang utama.

2. SMP Muhammadiyah 1 Surakarta, merupakan SMP Muhammadiayah

terbaik di Solo, sehingga dimungkinkan kesantunan berbahasa yang

digunakan oleh siswanya memiliki tingkat kesantunan yang tinggi.

3. Penelitian kesantunan berbahasa belum pernah dilakukan terutama dalam

ranah pendidikan terutama di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.

B. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pada kesantunan

berbahasa Jawa yang digunakan siswa di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta,

dalam analisis akan dikaji bentuk kesantunan suatu ujaran yang dipandang dari

segi kaidah sosial, fungsi prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan yang

digunakan dalam sebuah ujaran dan faktor penentu kesantunan dari ujaran yang

digunakan siswa untuk berkomunikasi.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, penelitian ini

mengajukan tiga masalah, yaitu:

a. Bagaimanakah bentuk kesantunan dan ketaksantunan tuturan bahasa Jawa

yang digunakan siswa di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta?

b. Apakah faktor penentu kesantunan tuturan bahasa Jawa yang digunakan

siswa di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta?

Page 20: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

c. Bagaimanakah fungsi kesantunan tuturan bahasa Jawa yang digunakan

siswa di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta?

D. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian haruslah jelas mengingat penelitian harus mempunyai

tujuan tertentu dengan sasaran yang terarah. Perumusan tujuan haruslah

disesuaikan dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian. Adapun tujuan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Mendeskripsikan bentuk kesantunan dan ketaksantunan tuturan bahasa

Jawa yang digunakan siswa di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.

b. Mendeskripsikan faktor penentu kesantunan tuturan bahasa Jawa yang

digunakan siswa di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.

c. Menjelaskan fungsi kesantunan tuturan bahasa Jawa yang digunakan siswa

di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dibedakan menjadi dua macam yakni manfaat

teoritis dan manfaat praktis.

a. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya teori

linguistik khususnya teori pragmatik Jawa.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat:

Page 21: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

1. Memberi informasi tentang kesantunan berbahasa Jawa yang digunakan

oleh siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.

2. Memberikan sumbangan terhadap pengembangan dan pembinaan bahasa

Jawa.

3. Sebagai tambahan materi pengajaran bahasa terutama kesantunan

berbahasa di sekolah-sekolah.

4. Digunakan sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya.

F. Sistematika Penulisan

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, pembahasan dalam

penelitian ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, dalam pendahuluan meliputi latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II Kajian pustaka, dalam kajian teori meliputi pengertian pragmatik, tindak

tutur, prinsip kerjasama, prinsip kesantunan, skala kesantunan, faktor penentu

kesantunan, juga SMP Muhammadiyah 1 Surakarta, dan kerangka pikir.

Bab III Metode Penelitian, dalam metode penelitian meliputi jenis penelitian,

lokasi, data dan sumber data, populasi dan sampel, alat penelitian, metode

penyediaan data, metode analisis data, dan metode penyajian hasil analisis.

Ban IV Analisis Data dan pembahasan meliputi deskripsi bentuk kesantunan

berbahasa Jawa yang digunakan Oleh siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta,

penjelasan mengenai faktor penentu keantunan yang digunakan oleh siswa SMP

Page 22: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Muhammadiyah 1 Surakarta, dan fungsi kesantunan berbahasa Jawa siswa SMP

Muhmmadiyah 1 Surakarta. Pembahasan merupakan sebuah diskusi mengenai

hasil analisis data yang memaparkan adanya perbedaan antra teori yang digunakan

dengan aplikasi di lapanagn yang mecakup topik-topik yang ada pada rumusan

masalah.

Bab V Penutup, dalam penutup berisi simpulan, dan saran.

Page 23: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pragmatik

Kridalaksana (2008: 198) mendefinisikan pragmatik sebagai syarat-syarat

yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi dan

aspek-aspek pemakaian bahasa atau konteks luar bahasa yang memberikan

sumbangan kepada makna ujaran. Parker mendefinisikan pragmatik sebagai

berikut, Pragmatics is distinct for study of the internal structure of language.

Pragmatics is the study of how language. Pragmatics is the study of how language

is used to communicate dapat diartikan "pragmatik berbeda dengan pengajaran

tata bahasa. Pragmatik mempelajari bagaimana bahasa itu digunakan untuk

berkomunikasi" (dalam Rahardi 2005: 49).

Menurut definisi di atas, segi penggunaan bahasa menjadi utama dalam

pragmatik, bagaimana penggunaan bahasa dalam tuturan dan dalam konteks

bagaimana tuturan itu digunakan. Yang dimaksud dengan konteks adalah siapa

yang menuturkan, mengatakan pada siapa, tempat dan waktu yang diujarkannya

suatu kalimat, anggapan-anggapan mengenai sesuatu yang terlibat di dalam

tindakan menuturkan kalimat (Kaswanti Purwo, 1990: 5).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pragmatik adalah cabang ilmu yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal,

yaitu berkaitan dengan bagaimana satuan bahasa itu digunakan dalam komunikasi.

Page 24: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Pragmatik pada dasarnya menyelidiki bagaimana makna di balik tuturan yang

terikat pada konteks yang melingkupinya di luar bahasa, sehingga dasar dari

pemahaman terhadap pragmatik adalah hubungan antara bahasa dengan konteks.

B. Tindak Tutur

Tindak tutur atau speech act menurut Kridalaksana (2008: 191) adalah

pengujaran kalimat untuk menyatakan agar sesuatu maksud dari pembicaraan

diketahui pendengar. Menurut Searle di dalam bukunya Speech Acts An Essay in

The Philosophy of Language (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 21)

mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan

yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi, ilokusi, dan

perlokusi. (1) tindak tutur lokusi, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata

dan kalimat sesuai dengan makna di dalam kamus dan menurut kaidah

sintaksisnya. (2) tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur yang mengandung maksud;

berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan, dan di mana tindak tutur itu

dilakukan,dsb. (3) tindak tutur perlokusi, yaitu tindak tutur yang pengujarannya

dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur.

a. Tindak Lokusi

Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur

ini sering disebut sebagai The Act of Saying Something. Sebagai contoh tindak

lokusi adalah kalimat berikut:

(data 2)O1 : “Ayo jajan.”

‘Ayo beli jajan.’O2 : “Jajan apa?”

Page 25: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

‘Jajan apa?’(SM/2-03-2012)

Kedua kalimat di atas diutarakan oleh penuturnya semata-mata untuk

menginformasikan sesuatu tanpa ada tendensi untuk melakukan sesuatu, apalagi

untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak lokusi merupakan tindakan yang

paling mudah diindentifikasi, karena dalam pengidentifikasian tindak lokusi tidak

memperhitungkan konteks tuturannya.

b. Tindak Ilokusi

Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau

mengintormasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak

ilokusi disebut sebagai The Act of Doing Something. Sebagai contoh pada kalimat

berikut:

(data 3)O1 : “Eh, kowe ngelak ora?”

‘Eh, kamu haus tidak?’O2 : “Ora.”

‘Tidak.’(SM/21-02-2012)

Waktu terjadinya tuturkan di atas ketika jam istirahat kedua kurang lebih jam

setengah dua belas siang dan udara sedang sangat panas. Tuturan tersebut bukan

hanya menginformasikan bahwa O1 kehausan tetapi mempunyai maksud lain

yaitu mengajak untuk membeli es atau air minum. Tindak ilokusi sangat sulit

diidentifikasi karena harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tuturnya.

c. Tindak Perlokusi

Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan

untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak perlokusi disebut sebagai The Act of

Page 26: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Affecting Someone. Sebuah tuturan yang diutarakan seseorang sering kali

mempunyai daya pengaruh (perlocutionary force) atau efek bagi yang

mendengarnya. Efek yang timbul ini bisa sengaja maupun tidak sengaja. Sebagai

contoh dapat dilihat pada kalimat berikut:

(data 4)O1 : “Ayo melu futsal tantangan lho!”

‘Mari ikut futsal tanding lho!’O2 : “Mangkato dhitku entek.”

‘Berangkat saja angku habis.’(SM/21-01-2012)

Data (4) terliahat jelas bentuk ilokusi dari tuturan O2 diatas adalah untuk

meminta maaf karena tidak dapat ikut, dan perlokusinva adalah agar orang yang

mengajaknya harap maklum. Tindak perlokusi juga sulit dideteksi, karena harus

melibatkan konteks tuturnya. Dapat ditegaskan bahwa setiap tuturnya dari seorang

penutur memungkinkan sekali mengandung lokusi saja, dan perlokusi saja.

Namun tidak menutup kemungkinan bahwa satu tuturan mengandung kedua atau

ketiganya sekaligus.

C. Prinsip Kerjasama

Prinsip kerjasama adalah persetujuan tersirat di antara penutur bahasa

untuk mengikuti seperangkat konversi yang sama dalam bertutur. Prinsip

kerjasama dikemukakan oleh Grice (1975) dalam Wijana dan Rohmadi (2009:

44). Grice mengemukakan bahwa dalam rangka melaksanakan prinsip kerjasama

itu, setiap penutur harus memetuhi 4 maksim peercakapan, yakni maksim

kauntitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan.

Page 27: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

a. Maksim Kuantitas

Maksim ini mewajibkan seorang penutur diharapkan dapat memberikan

informasi yang cukup, relatif memadai, dan seinformatif mungkin. Informasi

demikian itu tidak boleh melebihi yang sebenarnya yang dibutuhkan oleh mitra

tutur. Tuturan yang tidak mengandung informasi yang sungguh-sungguh

diperlukan mitra tutur, dikatakan melanggar maksim kuantitas.

(data 5)O1 : “Yen bocah-bocah 7A iku pada manut-manut ora ana sing nakal ya ta?”

‘Kalau anak-anak 7A itu, semua baik-baik tidak ada yang nakal ya kan?’O2 : “Salok pak, kuwi ngarep dhewe.”

‘Sebagian Pak, itu yang paling depan.’(SM/21-01-2012)

Tuturan di atas terjadi ketika pelajaran bahasa Jawa pada kelas 7A, O1 adalah

guru bahasa Jawa sedangkan O2 salah satu murid yang memberikan informasi

yang sesuai dibutuhkan oleh O1, dengan demikian O2 telah memenuhi Maksim

Kuantitas.

b. Maksim Kualitas

Maksim ini mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan hal yang

nyata dan sesuai dengan fakta yang sebenarnya. Dalam bertutur fakta-fakta itu

harus didukung dan didasarkan pada bukti-bukti yang jelas.

(data 6)O1 : “Sapa sing wis tau weruh wit kambil?”

‘Siapa yang sudah pernah melihat pohon kelapa?’O2 : “Aku Pak.”

‘Saya Pak.’O1 : “Neng ndi?”

‘Di mana?’O2 : “Neng Grand Mall pak.”

‘Di Grand Mall Pak.’

Page 28: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

(SM/21-01-2012)

Tuturan di atas terjadi di dalam kelas 7G tanggal 21 januari 2012, tuturan O2

memberikan informasi bahwa dia pernah melihat pohon kelapa di Grand Mall,

walupun hanya berbentuk replika pohon kelapa.

c. Maksim Relevansi

Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan

kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan.

(data 7)O1 : “Anak gajah apa?”

‘Anak gajah apa?’O2 : “Bledug.”

‘Bledug.’O1 : “Anak kebo?”

‘Anak kebo?’O2 : “Belo.”

‘Belo.’(SM/21-01-2012)

Tuturan tersebut terjadi pada tanggal 21 Januari 2012 di kelas 7G, O1 adalah guru

bahasa Jawa, O2 semua siswa 7G. Tututran O2 terlihat jelas bahwa memenuhi

maksim relevansi, karena memberikan informasi yang relevan.

d. Maksim Pelaksanaan

Maksim pelaksanaan mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara

secara langsung, tidak kabur, tidak taksa, dan tidak berlebihan serta runtut. Selain

itu, seorang penutur juga harus menafsirkan kata-kata yang digunakan lawan

bicaranya secara taksa (ambigu) berdasarkan konteksnya.

(data 8)

Page 29: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

O1 : “Fikri iku cah ksatria.”‘Fikri itu anak Ksatria.’

O2 : “Oh, pantes maine apik.”‘Oh, pantas mainnya bagus.’

(SM/15-02-2012)

Dari tuturan di atas kata ksatria bukan berarti seorang ksatria pemberani

melainkan salah satu nama sebuah sekolah sepak bola yang ada di Solo.

D. Prinsip Kesantunan

Sebagai retorika interpersonal pragmatik membutuhkan prinsip

kesantunan. Prinsip kesantunan ini menurut Wijana dan Rohmadi (2009: 54)

berhubungan dengan dua peserta percakapan yakni diri sendiri (self) dan orang

lain (other). Diri sendiri adalah penutur, dan orang lain adalah lawan tutur dan

orang ketiga yang dibicarakan penutur dan lawan tutur. Menurut Wijana dan

Rohmadi prinsip kesantunan memiliki sejumlah maksim, yakni maksim

kebijaksanaan, makasim kemurahan, maksim penerimaan, maksim kerendahan

hati, maksim kecocokan, dan maksim kesimpatian.

1. Maksim Kebijaksanaan

Maksim ini diungkapkan dengan tuturan impositif dan komisif.

Menggariskan peserta tutur untuk meminimalkan kerugian orang lain atau

memaksimalkan keuntungan bagi orang lain.

(data 9)O1 : “Pengen es ra? Tak tukoke ya?”

‘Mau es tidak? Saya belikan ya?’(SM/3-03-2012)

Tuturan tersebut sangat jelas terlihat dengan adanya penawaran kepada mitra tutur

yang pada prinsipnya merugikan diri sendiri.

Page 30: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

2. Maksim Penerimaan

Maksim ini diutarakan dengan komisif dan impositif. Mewajibkan setiap

peserta tindak tutur untuk memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri dan

meminimalkan keuntungan diri sendiri.

(data 10)O1 : “Ying, maying, aku tukoke es teh karo kwaci mengko tak kei.”

‘Ying, maying, saya belikan es teh dan kwaci nanti saya kasih.O2 : “Ndi dhuwite.”

‘Mana uangnya.’(SM/23-01-2012)

Tuturan O1 di atas kurang sopan hal ini dikarenakan O1 ingin meraih untung

sebanyak-banyaknya, namun dengan memberi imbalan yakni dengan memberi

sebagian dari jajannya masih bisa dianggap santun.

3. Maksim Kemurahan

Maksim Kemurahan diutarakan dengan kalimat ekspresif dan kalimat

aserti. Dengan demikian jelaslah bahwa tidak hanya dalam menyuruh dan

menawarkan sesuatu seseorang harus berlaku sopan, tetapi di dalam

mengungkapkan perasaan dan menyatakan pendapat pun harus sopan. Maksim

kemurahan menuntut setiap peserta pertuturan memaksimalkan rasa hormat

kepada orang lain dan meminimalkan rasa tidak hormat. Maksim kemurahan ini

terlihat pada wacana berikut.

(data 11)O1 : “Her, Heri bocah kok badhog thok.”

‘Her, Heri orang kok makan saja.’O2 : “Apa?” (karo mesem).

‘Apa? (sambil tersenyum).’(SM/3-03-2012)

Page 31: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Tuturan O1 pada rekan tuturnya O2 memaksimalkan rasa tidak hormat terlihat

dari kata badhog ‘makan yang berarti kasar’, namun kedekatan antra O1 dan O2

sangat dekat sehingga O2 tidak tersinggung.

4. Maksim Kerendahhatian

Maksim kerendahan hati diungkapkan dengan kalaimat ekspresif dan

asertif. Bedanya, maksim ini berpusat pada diri sendiri. Sementara maksim

kemurahan berpusat pada orang lain. Maksim ini menuntut peserta pertuturan

memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri dan meminimalkan rasa

hormat pada diri sendiri.

(data 12)O1 : “We/ fisika bijine dhuwur dhewe.”

‘We/ fisika nilainya tertinggi.’O2 : “Mesthi no, mase ok.”

‘Jelas dong, abang.’(SM/27-04-2012)

Tuturan di atas yang dikemukakan oleh O2 yang memaksimalkan rasa hormat

pada diri sendiri sehingga tuturan O2 dianggap tidak sopan.

5. Maksim Kecocokan

Maksim ini diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan asertif. Maksim ini

menggariskan setiap penutur dan lawan tutur untuk memaksimalkan kecocokan di

antara mereka dan meminimalkan ketidakcocokan diantara mereka.

(data 13)O1 : “Ayo mulih.”

‘Mari pulang.’O2 : “Yakin mulih? Ora sida dolan?”

‘Yakin pulang? Tidak jadi main?(SM/3-03-2012)

Page 32: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Tuturan O2 menunjukan ketidaksetujuan nemun dengan cara yang halus sehingga

tercipta kesantunan berbahasa.

6. Maksim Kesimpatian

Maksim ini diungkapkan dengan tuturan asertif dan ekspresif. Maksim ini

mengharuskan setiap peserta pertuturan memaksimalkan rasa simpati dan

meminimalkan rasa antipati kepada lawan tuturnya. Jika lawan tutur mendapat

kesuksesan atau kebahagiaan, penutur wajib memberikan ucapan selamat. Bila

lawan tutur mendapat kesusahan atau musibah, penurut layak turut berduka atau

mengutarakan ucapan belasungkawa sebagai tanda simpati.

(data 14)O1 : “Sukur len, ditendang len.”

‘Sukur len, ditendang len.’O2 : “Sing tak tendang kowe, nganti boroke padha metu.”

‘Yang saya tendang kamu, sampai boroknya pada keluar.’O1 : “Apa!”

‘Apa!’(SM/22-02-2012)

Tuturan O1 yang tidak menyatakan belasungkawa atau kasihan sehingga

melanggar maksim kesimpatian sehingga O2 merasa tersinggung kemudian

marah.

E. Skala Kesantunan Leech

Di dalam skala kesantunan Leech (1993: 194) setiap maksim interpersonal

itu dapat dimanfaatkan untuk menentukan peringkat kesantunan sebuah tuturan.

Berikut skala kesantunan yang disampaikan Leech.

Page 33: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

a. Cost-benefit scale atau skala kerugian dan keuntungan, menunjuk kepada

besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah

tindak tutur pada sebuah pertuturan. Semakin tuturan tersebut merugikan

diri penutur, akan semakin dianggap santunlah tuturan itu. Demikian

sebaliknya, semakin tuturan itu menguntungkan diri penutur akan semakin

dianggap tidak santunlah tuturan itu. Apabila hal yang demikian itu dilihat

dari segi mitra tutur dapat dikatakan bahwa semakin menguntungkan diri

mitra tutur, akan semakin dipandang tidak santunlah tuturan itu. Demikian

sebaliknya, semakin tuturan itu merugikan diri si mitra tutur, akan

dianggap semakin santunlah tuturan itu.

b. Optionality scale atau skala pilihan, menunjuk kepada banyak atau

sedikitnya pilihan (options) yang disampaikan si penutur kepada si mitra

tutur di dalam kegiatan bertutur. Semakin pertuturan itu memungkinkan

penutur atau mitra tutur menentukan pilihan yang banyak dan leluasa,

akan dianggap semakin santunlah tuturan itu. Sebaliknya, apabila

pertuturan itu sama sekali tidak memberikan kemungkinan memilih bagi

si mitra tutur, tuturan tersebut akan dianggap tidak santun. Berkaitan

dengan pemakaian tuturan imperatif dalam bahasa Indonesia, dapat

dikatakan bahwa apabila tuturan imperatif itu menyajikan banyak pilihan

tuturan akan menjadi semakin santunlah pemakaian tuturan imepratif itu.

c. Indirectness scale atau skala ketidaklangsungan menunjuk kepada

peringkat langsung atau tidak langsungnya maksud sebuah tuturan.

Semakin tuturan itu bersifat langsung akan dianggap semakin tidak

Page 34: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

santunlah tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin tidak langsung,

maksud sebuah tuturan, akan dianggap semakin santunlah tuturan itu.

d. Authority scale atau skala keotoritasan menunjuk kepada hubungan status

sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan.

Semakin jauh jarak peringkat sosial (rank rating) antara penutur dengan

mitra tutur, tuturan yang digunakan akan cenderung semakin santun.

Sebaliknya, semakin dekat jarak peringkat status sosial di antara

keduanya, akan cenderung berkuranglah peringkat kesantunan tuturan

yang digunakan dalam bertutur itu.

e. Social distance atau skala jarak sosial yang menunjuk kepada peringkat

hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam sebuah

pertuturan. Ada kecenderungan bahwa semakin dekat jarak peringkat

sosial antara di antara keduanya, akan menjadi semakin kurang santunlah

tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin jauh jarak peringkat sosial

antara penutur dengan mitra tutur, akan semakin santunlah tuturan itu.

Dengan perkataan lain, tingkat keakraban hubungan antara penutur

dengan mitra tutur sangat menentukan peringkat kesantunan tuturan yang

digunakan dalam bertutur.

G. Faktor Penentu Kesantunan dan Ketaksantunan Berbahasa

Menurut Pranowo (dalam Masfufah 2010: 47) faktor penentu kesantunan

adalah segala hal yang dapat mempengaruhi pemakaian bahasa menjadi santun

atau tidak. Berdasarkan identitifikasi terhadap bentuk kesantunan dan

ketaksantunan ada beberapa faktor yang menyebabkan tuturan tersebut santun

Page 35: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

maupun tidak santun. Menurut Pranowo (dalam Masfufah 2010: 47) faktor

penentu kesantunan berbahasa meliputi dua hal pokok, yaitu faktor kebahasaan

dan nonkebahasaan. Faktor kebahasaan mencakup lima aspek yaitu pemakaian

diksi yang tepat, pemakaian gaya bahasa bahasa yang santun, pemekaian struktur

kalimat yang benar dan baik, aspek intonasi, aspek nada bicara. Sedangkan faktor

non kebahasaan mencakuptopik pembicaraan, konteks situasi komunikasi, pranata

sosial masyarakat.

a. Faktor Kebahasaan

Faktor kebahasaan tersebut adalah segala unsur yang berkaitan dengan

masalah bahasa, baik bahasa verbal maupun bahasa nonverbal.

1. Pemakaian Diksi yang Tepat

Pemakaian diksi atau pilihan kata yang tepat saat bertutur dapat

mengakibatkan tuturan menjadi santun. Ketika penutur sedang bertutur, kata-kata

yang digunakan dipilih sesuai dengan topik yang dibicarakan, konteks

pembicaraan, suasana mitra tutur, pesan yang disampaikan, dan sebagainya.

Kebenaran suatu tuturan tidak hanya ditentukan oleh keteraturan bagian-

bagiannya sebagai satuan pembentuk tuturan, tetapi juga ditentukan oleh bentuk

dan pilihan kata atau diksi yang mengisi bagian-bagian itu, dengan demikian

kesalahan dimungkinkan juga oleh adanya pemakaian bentuk dan pilihan kata

yang tidak benar atau tidak tepat.

Menurut Pranowo (dalam Masfufah, 2010: 48) pemakaian diksi yang

berkadar santun tinggi memiliki beberapa agrumentasi di antaranya; nilai rasa kata

bagi mitra tutur akan terasa lebih halus, persepsi mitra tutur merasa bahwa dirinya

Page 36: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

diposisikan dalam posisi terhormat, penutur memiliki maksud untuk menghormati

mitra tutur, dan akan menciptakan komunikasi yang santun dengan menjaga

harkat dan martabat penutur.

2. Pemakaian Gaya Bahasa yang Santun

Menurut Hardjoprawiro (dalam Masfufah, 2010: 48) Berbahasa itu tidak

hanya sekedar dapat memahami ucapannya sebab kalu berbahasa asal mengerti

atau dipahami saja, tidak ada seninya. Dalam berbahasa juga diperlukan suatu

gaya bahasa karena gaya bahasa dapat juga menimbulkan pemakaian bahasa yang

santun. Seperti yang dikatakan Pranowo (dalam Masfufah, 2010: 48) gaya bahasa

tersebut merupakan optimalisasi pemakaian bahasa dengan cara-cara tertentu

untuk mengefektifkan komunikasi.

Pemakaian gaya bahasa untuk mencapai komunikasi yang santun tidaklah

mudah. Memang dibutuhkan pemahaman mengenai berbagai gaya bahasa. jika

seseorang mahir menggayakan bahasa dengan berbagai jenis majas, seperti

peronifikasi, metafora, perumpamaan, litotes, eufemisme, dan sebagainya ternyata

dapat meredam tuturan yang sebenaranya cukup keras. Dengan pemakaian gaya

bahasa yang santun, penutur telah menunjukan sebagai orang yang bijaksana

menyampaikan pesan atau maksud kepada mitra tutur. Gaya ini juga merupakan

salah satu cara untuk memperkecil kesenjangan antara “apa yang dipikirkan”

dengan “apa yang dituturkan”, tetapi dengan memenfaatkannya secara baik dan

tepat.

Page 37: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

3. Pemakaian Struktur Kalimat yang Benar dan Baik

Pemakaian Struktur kalimat yang benar dan baik pada saat bertutur,

khususnya pada situasi formal atau resmi dapat mengakibatkan atau

menimbulakan pemakaian bahasa menjadi santun. Pemakaian struktur kalimat

yang benar dan baik ini meliputi; kelengkapan konstruksi kalimat, keefektifan

kalimat, dan penggunaan bentuk kebahasaan, tentu saja penggunaan bentuk

bahasa yang santun yang sesuai dengan konteks tuturan.

4. Aspek Intonasi

Aspek intonasi dalam bahasa lisan sangat menentukan santun tidaknya

pemakaian bahasa. Ketika penutur menyampaikan maksud kepada mitra tutur

dengan menggunakan intonasi keras padahal jarak mitra tutur berada jarak yang

sangat dekat dengan penutur, penutur akan dinilai tidak santun. Sebaliknya, kija

penutur menyampaikan intonasi dengan lembut, penutur akan dinilai sebagai

orang yang santun. Namun, intonasi kadang-kadang dipengaruhi oleh latar

belakang budaya masyarakat. Misalnya lembutnya intonasi orang Jawa berbeda

dengan orang Batak ataupun orang Bugis.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “lemah lembut” didefinisikan

sebagai ‘baik hati, tidak pemarah, peramah’. Adapun “lembut” itu sendiri

diartikan sebagai ‘halus dan enak didengar, tidak kasar; tidak keras atau tidak

nyaring (tentang suara, bunyi); baik hati (halus bahasanya), tidak bengis, tidak

pemarah, lembut hati’. Dalam praktiknya deskripsi ini tercermin pada bagaimana

seseorang mengekspresikan tututran dalam pengaturan intonasi. Karena intonasi

mengandung unsur nada (tone), tekanan (stress), dan tempo (duration), maka

Page 38: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

pengaturan ini bisa di arahkan pada bagaimana mengatur keras-lemah, tinggi-

rendah, dan panjang-pendek suara dalam tuturan. Unsur-unsur ini mengandung

makna tersirat yang mengiringi tuturan yang berlangsung yang dinamakan

“makna emosi’ penutur.

5. Aspek Nada Bicara

Aspek nada dalam bertutur lisan dapat juga mempengaruhi kesantunan

berbahasa seseorang. Nada adalah naik turunnya ujaran yang menggmbarkan

suasana hati penutur ketika sedang bertutur. Jika suasana hati sedang senang, nada

bicara penutur menaik dengan ceria sehingga terasa menyenangkan. Sebaliknya

jika suasana hati sedang sedih, nada bicara penutur menurun dengan datar

sehingga terasa tidak menyenagkan atau menyedihkan. Jika sedang marah atau

emosinya tinggi, nada bicara penutur akan menaik dengan keras dan kasar

sehingga terasa menakutkan. Nada bicara tersebut tidak dapat disembunyikan dari

tuturan.

Dengan kata lain, nada bicara penutur selalu berkaitan dengan suasana hati

si penutur. Namun, bagi penutur yang selalu ingin bertutur secara santun, dapat

mengendalikan diri agar suasana yang negatif tidak terbawa dalam bertutur

dengan mitra tuturnya.

b. Faktor Nonkebahasaan

Pada saat berkomunikasi, penutur tidak hanya melibatkan faktor

kebahasaan. Namun, penutur juga melibatkan faktor-fakor nonkebahasaan yang

akan menentukan kesantunan bertutur. Berikut penjelasan secara singkat ketiga

hal tersebut.

Page 39: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

1. Topik Pembicaraan

Suwandi berpendapat bahawa topik pembicaraan adalah pokok masalah

yang diungkapkan ketika terjadinya komunikasi antara penutur dan mitra tutur.

Pada dasarnya topik dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu (a) topik

yang bersifat formal (misalnya; kedinasan, keilmuan, dan kependidikan) dan (b)

topik yang bersifat informal (misalnya; masalah kekeluargaan, persahabatan).

Topik (a) biasanya diungkapkan dengan bahasa baku, sedangkan topik (b)

diungkapkan dengan bahasa nonbaku dan santai (dalam Masfufah, 2010: 51).

Sementara menurut Pranowo (dalam Masfufah, 2010: 52), topik

pembicaraan dalam suatu komunikasi sering mendorong seseorang untuk

berbahasa secara santun atau tidak santun. Misalnya, topik pembicaraan yang

dapat mengancam posisi si penutur dapat memuncalkan tuturan yang tidak santun.

Hal ini memang bersifat kodrati karena setiap orang atau penutur ingin martabat

dirinya tidak dilanggar oleh orang lain. Bahkan, penutur yang salah sekalipun, jika

merasa dipermalukan di dihadapan orang lain pasti dia akan membela diri dengan

mengucapkan tuturan yang tidak santun.

2. Konteks Situasi Komunikasi

Pranowo (dalam Masfufuah, 2010: 52) mengatakan faktor nonkebahasaan

yang berupa konteks situasi ini adalah segala keadaan yang melingkupi terjadinya

komunikasi. Hal ini dapat berhubungan dengan tempat, waktu, dan kondisi

psikologis penutur, respon lingkungan terhadap tuturan, dan sebagainya.

Komunikasi antarpenutur dapat terjadi di berbagai tempat (misalnya; di kelas, di

Page 40: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

kantin, di kantor, di jalan), dalam berbagai waktu (misalnya, pagi, siang, sore),

dan sebagainya.

Konteks tersebut dapat berupa konteks linguistik dapat pula berupa

konteks ekstralinguistik. Pengguna bahasa atau penutur harus memperhatikan

konteks tersebut agar dapat menggunakan bahasa secara tepat dan dapat

menentukan makna secara tepat pula. Dengan kata lain, penutur senantiasa terikat

konteks dalam menggunakan bahasa (Masfufah, 2010: 52).

3. Pranata Sosial

Anan berpendapat, tujuan lain komunikasi adalah untuk menjalin

hubungan sosial (social relationship) antara pembicara dan lawan bicara. Dalam

menjalin hubungan sosial ini tujuan komunikasi menjadi sangat kompleks.

Kompleksitas ini disebabkan tidak hanya oleh faktor-faktor linguistik (linguistic

factors) yang harus dipertimbangkan oleh pembicara dan lawan bicara, tetapi

faktor-faktor nonlinguistik (non-linguistic factors) juga memegang peranan

penting (dalam Masfufah, 2010: 53). Seseorang pembicara tidak cukup memilih

formulasi gramatikal dan pilihan kata yang tepat untuk berbicara, tetapi aspek

sosio kultural juga harus menjadi pertimbangan.

Pranata sosial budaya masyarakat sebagai penentu kesantunan berbahasa

dari aspek nonkebahasaan memang perlu diperhatikan bagi penutur. Misalnya,

aturan anak kecil atau anak muda yang harus selalu hormat kepada orang yang

lebih tua, berbicara tidak boleh sambil makan, perempuan tertawa terbahak-bahak,

tidak boleh bercanda ria di tempat orang yang sedang berduka, dan sebagainya.

Page 41: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Berdasarkan dari teori kesantunan dan faktor penentu kesantunan, dalam

penelitian ini fungsi kesantunan berbahasa Jawa siswa SMP Muhammadiyah 1

Surakarta dapat diklasifikasikan menjadi empat fungsi kesantunan. Keempat

fungsi kesantunan tersebut meliputi (1) menolak secara tidak langsung, (2)

menghormati MT, (3) menguntungkan MT, dan (4) memberi perintah secara tidak

langsung.

H. SMP Muhammadiyah 1 Surakarta

SMP Muhammadiyah 1 Surakarta berada di Jl. Flores No.1, Kampung

Baru Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta Telp.(0271) 636273.

a. Sejarah Berdirinya SMP Muhammadiyah 1 Surakarta

Pada tanggal 1 Agustus 1952 dengan syarat keputusan Muhammadiyah

bagian pengajaran cabang Surakarta No: E–1/I –01/1978 SLTP Muhammadiyah I

Surakarta secara resmi berdiri dengan berstatus swasta penuh dan berlokasi

sebagian di komplek perguruan Simpon dan sebagian di Kemlayan, dengan kepala

sekolah Bapak Hadi Sumarno. Di komplek perguruan Simpon pada waktu itu

ditempati tiga sekolah yakni SMP Muhammadiyah 1 dan SMP Muhammadiyah 3

masuk pagi, serta SPG Muhammadiyah 1 masuk sore.

Di tahun 1995, SMP Muhammadiyah mendapatkan status yakni swasta

berbantuan dengan kepala sekolah Bapak Kirmadi Hendrosisiwarno dimutasikan

ke SMA Muhammadiyah 1 Surakarta, maka yang menjabat sebagai kepala

sekolah adalah Bapak Hardiyanto. Selanjutnya pada bulan Agustus 1965 berstatus

swasta bersubsidi penuh No. SK 5440/B.S/B.1 dengan Bapak Kepala Sekolah

Bapak Soeyoto yang berstatus guru negeri diperbantukan, pada tahun 1960 beliau

Page 42: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

dimutasikan ke SMP Negeri 4 Surakarta, maka ditunjuk menjabat kepala sekolah

yang baru yakni Bapak Soekirno, BA. Tahun 1960 Bapak H. Abdul Azis

Markumi, BA ditunjuk sebagai kepala sekolah difinitif dengan SK:

E.6313.IISP/Sep/68. Bapak Soekiryo, BA ditunjuk sebagai kepala sekolah SMP

Muhammadiyah 3 Surakarta. Kemudian pada tahun 1972 Pimpinan

Muhammadiyah Majelis Pendidikan dan Kebudayaan Kodya Surakarta

mengambil keputusan memadatkan SMP Muhammadiyah 1 dan 3 Surakarta

dipadatkan menjadi satu dengan nama SMP Muhammadiyah 1 bersubsidi di

Surakarta, selanjutnya SMP Muhammadiyah 3 dengan status perbantuan

diberikan kepada SMP Muhammadiyah yang berlokasi di pasar Kliwon Surakarta

(dulu SMP Wustho). Sedang Bapak Soekirno pindah tugas di SPG

Muhammadiyah 1 Surakarta. Mulai saat itu SMP Muhammadiyah 1 mulai

berkembang baik dan melangkah dengan kelengkapan sarana dan prasarana

maupun mutu dan kualitasnya.

Dalam akreditasi sekolah yang dilaksanakan oleh pemerintah pada tanggal

27 Maret 1985, SMP Muhammadiyah mendapatkan status disamakan dengan SK

No. 359 / 103 / H. 1985. tahun 1990 mengajukan akreditasi yang kedua dan dapat

mempertahankan status disamakan dengan SK No. 4055 / 103 / 1990 pada tahun

1996 mengajukan akreditasi dengan hasil disamakan serta tahun 2005

terakreditasi dengan nilai A (amat baik).

Kepala sekolah SMP Muhammadiyah 1 Surakarta, yaitu Bapak Abdul

Azis, BA, meninggal dunia pada tanggal 28 Sepetmber 1988, kemudian

digantikan oleh Bapak Marsudi, BA pada tahun 1990. Kemudian pada tahun 1996

/ 1997 beliau digantikan Bapak H.M. Dahlan Adi Susilo, BA dengan SK Majelis

Page 43: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Dikdasmen PDM kota Surakarta. Pada tanggal 7 November 1998 jabatan kepala

sekolah diserahkan kepada Bapak Drs. Mokh Akhsan. Tanggal 10 Januari 2001

beliau mendapat SK definitive Depdikbud. Untuk menjadi kepala sekolah selama

1 periode yaitu 4 tahun. Pada tanggal 1 Agustus 2005 dengan SK dari Majelis

terjadi rotasi kepala sekolah yang mana Bapak Drs. Mokh Akhsan dipindah

tugaskan ke SMP Muhammadiyah 4 Surakarta, sedangkan untuk SMP

Muhammadiyah 1 diserahkan kepada Bapak Drs. H. M. Joko Riyanto,

SH.MM sebelumnya menjabat Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 7 Surakarta

dan mulai tahun 2005 sampai sekarang beliau masih menjabat sebagai kepala

sekolah di SMP Muhammadiyah 1

b. Visi SMP Muhammadiyah 1 Surakarta

Sekolah yang terkenal dengan The Favourite school SMP Muhammadiyah

1 Simpon Surakarta mempunyai visi "ILMU YANG AMALIAH, DAN AMAL

YANG ILMIAH" yang mengandung arti Ilmu yang dapat diamalkan baik secara

akademik maupun dalam kehidupan sehari-hari, sebaliknya dapat diamalkan

secara keilmuan atau dapat diterima secara agama dan ilmiah keilmuan.

c. Misi SMP Muhammadiyah 1 Surakarta

"DAKWAH ISLAMIAH DENGAN MEWUJUDKAN SOSOK PELAJAR

MUSLIM YANG BERAKHLAK MULIA, CERDAS, PERCAYA DIRI,

BERGUNA BAGI NUSA, BANGSA, DAN AGAMA", dari misi yang di tulis

didepan intinya mengandung arti bahwa setiap peserta didik diharapkan mampu

mengaplikasikan pelajaran yang diperoleh ke dalam kehidupan sehari-hari, dan

tentunya mempunyai akhlak yang baik terhadap Guru, orang tua, dan masyarakat,

Page 44: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

yang akhirnya mempunyai tujuan mencapai cita-cita yang berguna bagi Nusa,

Bangsa dan Agama.

H. Kerangka Pikir

Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah yang masih dipakai oleh

penggunanya. Pengguna bahasa Jawa tersebar di berbagai penjuru tanah air selain

itu, juga digunakan oleh berbagai macam usia mulai dari anak-anak, remaja

sampai dewasa. Bahasa yang digunakan oleh remaja sangat bervariasi sehingga

menarik untuk dicermati. Begitu pula dengan siswa SMP Muhammadiyah 1

Surakarta yang meyoritas siswanya adalah pengguna bahasa Jawa. Penggunaan

bahasa Jawa lisan yang digunakan oleh siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta

untuk berkomunikasi sehari-hari sangat menarik untuk dicermati.

Untuk menjalin komunikasi yang baik perlu mempertimbangkan

bagaimana tingkat kesantunan berbahasa kita, agar orang lain tidak tersinggung

atau merasa terancam. Begitu pula dengan siswa SMP Muhammadiyah 1

Surakarta yang pastinya menggunakan kesantunan berbahsa untuk berkomunkasi

dengan sesama temannya, guru/ staf karyawan, penjaga kantin, pedagang dan lain-

lain. Kesantunan berbahasa dilakukan bukan tanpa sebab dan tujuan, melainkan

kesantunan berbahasa mempunyai fungsi yang sangat menentukan dalam

pembicaraan. Selain itu, kesantunan berbahasa juga dipengaruhi oleh beberapa

faktor yang akan menentukan bagaimana kadar kesantunan yang digunakan oleh

siswa utnuk berinterakasi dengan semua elemen sekolah SMP Muhammadyah 1

Surakarta.

Page 45: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Gambar .1.

Bahasa Jawa

Siswa SMP Muhammadiyah 1Surakarta

Lisan

PrinsipKerjasama

Grice

SkalaKesantunan

Leech

KesantunanBerbahasa Jawa

PrinsipKesantunan

Leech

FungsiKesantunan

BentukKesantunan

FaktorKesantunan

Page 46: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini metodologi penelitian akan dibicarakan mengenai jenis

penelitian, lokasi penelitian, data dan sumber data, populasi dan sampel, metode

penyediaan data, metode analisis data, dan metode penyajian hasil analisis.

A. Jenis Penelitian

Penelitian tentang “Kesantunan Berbahasa Jawa Siswa SMP

Muhammadiyah 1 Surakarta (Suatu Kajian Pragmatik)” dapat dikategorikan

sebagai penelitian kasus, karena berupaya mencari kebenaran ilmiah dengan

meneliti objek penelitian secara mendalam untuk memperoleh hasil yang cermat.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Deskriptif artinya

mendeskripsikan aspek-aspek kebahasaan secara cermat dan teliti berdasarkan

fakta-fakta kebahasaan yang sebenarnya (Sumarlam, 2010: 169). Sedangkan

kualitatif menurut Strauss dan Corbin artinya temuan-temuannya tidak diperoleh

melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya (dalam Syamsuddin, 2009:

73). Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengungkapkan informasi kualitatif

sehingga lebih menekankan pada proses dan makna dengan cara mendeskripsikan

sesuatu masalah (Sutopo, 2002: 38). Penelitian deskriptif kualitatif dalam

penelitian ini yaitu mendeskripsikan kesantunan berbahasa Jawa siswa SMP

Muhammadiyah 1 Surakarta yang berupa kata-kata dan tidak menggunakan

statistik.

Page 47: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah SMP Muhammadiyah 1 Surakarta yang

terletak di Jl. Flores No.1, Kampung Baru Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta.

SMP Muhammadiyah 1 Surakarta terletak di pusat kota sehingga memudahkan

untuk berkumpulnya semua siswa dari seluruh kota Solo, sehingga banyak siswa

yang menggunakan bahasa Jawa untuk komunikasi sehari-hari.

C. Data dan Sumber Data

Data adalah bahan penelitian (Sudaryanto, 1993: 3). Jenis data pada

penelitian ini berupa data lisan. Data lisan merupakan data kebahasaan yang

digunakan oleh siswa untuk berinteraksi dengan guru, penjaga kantin, pedagang,

sesama siswa dan yang lainnya di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta secara

alamiah dan wajar dalam kegiatan bertutur. Data dalam penelitian ini berupa

tuturan berbahasa Jawa yang dipakai oleh siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta

yang mengandung kesantunan berbahasa dan ketaksantunan berbahasa yang

dipengaruhi faktor kebahasaaan dan nonkebahasaan.

Sumber data dalam penelitian ini berasal dari informan yang terpilih.

Kriteria informan yang terpilih dalam penelitian ini, yaitu: (1) siswa SMP

Muhammadiyah 1 Surakarta, (2) sehat jasmani dan rohani, (3) memiliki alat ucap

sempurna. Informan yang tepat akan diperoleh data: (1) alamiah, maksudnya

bahasa yang dipakai tidak direkayasa/ diciptakan secara mendadak tetapi sudah

ada dalam kehidupan masyarakat, (2) lisan, kehadirannya yaitu berupa bunyi, (3)

normal, maksudnya bahasa tersebut kehadirannya secara normal baik dalam

Page 48: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

pemakaian maupun kejiwaan pemakaiannya sehingga sempurna kemaknaannya,

dan (4) wajar, maksudnya situasi pemakaian dipakai wajar oleh penutur.

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah objek penelitian. Populasi pada umumnya ialah

keseluruhan individu dari segi-segi berbahasa (Subroto, 1992: 32). Populasi dalam

penelitian ini adalah keseluruhan tuturan bahasa Jawa yang digunakan oleh siswa

SMP Muhammadiah 1 Surakarta baik tuturan di luar kelas maupun di dalam kelas

yang terdapat pada sumber data.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dilakukan oleh peneliti

langsung (Subroto, 1992: 32). Sampel dalam penelitian ini adalah tuturan yang

mengandung kesantunan berbahasa Jawa yang digunakan oleh siswa SMP

Muhammadiyah 1 Surakarta baik di dalam kelas maupun di luar kelas yang

mewakili populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini secara

purposive sampling. Teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel secara

selektif dan benar-benar memenuhi kepentingan dan tujuan penelitian berdasarkan

data yang ada. Pengambilan sampel pada penelitian ini pada bulan Desember

2011 sampai bulan April tahun 2012.

E. Alat Penelitian

Alat penelitian dibagi menjadi dua yaitu alat utama dan alat bantu. Dalam

penelitian kualitatif, kekdudukan peneliti sangat rumit karena menjadi segalanya

dalam keseluruhan proses penelitian. Peneliti dalam penelitian ini merupakan

seorang perencana, pelaksana penyediaan data, analisis, penafsir data, dan pada

akhiranya menjadi pelapor hasil penelitian Lexy J. Moeleong (2010: 168). Alat

Page 49: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

bantunya adalah alat tulis, tape recorder/ handphone, komputer, informan, kertas

HVS, dan lain-lainnya yang dapat memperlancar penelitian.

F. Metode dan Teknik Penyediaan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dengan menggunakan metode

simak, dengan menyimak penggunaan bahasa Jawa oleh siswa SMP

Muhammadiyah 1 Surakarta. Disebut metode simak karena pengumpulan data

dengan menyimak penggunaan bahasa. Teknik dasar dengan menggunakan teknik

sadap, yaitu mendapat data dengan cara menyadap (Sudaryanto, 1993: 133).

Teknik lanjutan menggunakan: (1) Teknik Simak Libat Cakap, peneliti

terlibat langsung dalam pengambilan data. (2) Teknik Bebas Libat Cakap,

maksudnya pengambilan data tanpa mengikutsertakan peneliti untuk terllibat

langsung dalam percakapan. (3) Teknik rekam, teknik ini bisa secara terbuka yaitu

perekaman diketahui oleh pihak informan dan tertutup yaitu perekaman tidak

diketahui oleh pihak informan untuk mendapatkan data secara wajar. (4) Teknik

catat, pencatatan dipergunakan untuk data yang diperkirakan memerlukan

perhatian dan keterangan khusus, seperti waktu dan tempat terjadinya tuturan,

identitas penutur dan mitra tutur, situasi dan tujuan tuturan.

Teknik Simak Libat Cakap digunakan untuk memperoleh data dengan cara

peneliti melakukan penyadapan dengan ikut berpartisipasi dalam pembicaraan

sambil menyimak pembicaraan informan. Peneliti terlibat langsung dalam dialog.

Teknik Simak Bebas Libat Cakap digunakan untuk memperoleh data dengan cara

peneliti hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa oleh informan.

Page 50: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Peneliti tidak terlibat langsung dalam dialog atau tuturan bahasa yang diteliti

hanya menyimak dialog antar informan yang dipilh.

Teknik rekam digunakan utnuk memperoleh data yang telah direncana

oleh peneliti dengan cara merekam tuturan informan. Selain teknik rekam peneliti

menggunakan teknik catat unuk mencatat data yang tidak terncana dengan cara

mencatat tuturan yang terucap oleh informan.

G. Metode Analisis Data

Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan metode menggunakan

metode padan. Metode padan yaitu analisis data dengan alat penentunya di luar

bahasa yang merupakan konteks sosial terjadinya peristiwa penggunaan bahasa

dalam masyarakat (Sudaryanto, 1993: 13). Berdasarkan alat penentunya metode

padan dapat dibedakan menjadi lima subjenis. Pertama, alat penentunya berupa

kenyataan yang ditunjuk oleh bahasa atau referent yang disebut metode padan

referensial. Kedua, alat penentunya organ pembentuk bahasa atau organ wicara

yang disebut metode padan fonetis artikulatoris. Ketiga, alat penentunya bahasa

lain atau langue lain yang disebut dengan metode padan translasional. Keempat,

alat penentunya adalah tulisan metode ini disebut dengan metode padan

ortografis. Kelima, alat penentunya mitra wicara yang disebut juga dengan metode

padan pragmatik.

Dalam penelitian ini metode yang cocok untuk menganalisis data adalah

metode padan pragmatik dengan alat penentunya adalah penutur dan mitra tutur.

Menurut Sudaryanto (1993: 9) metode adalah cara yang harus dilaksanakan,

sedangkan teknik adalah cara untuk melaksanakan metode. Jadi, singkatnya

Page 51: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

teknik adalah jabaran metode yang ditentukan oleh alat yang dipakai. Seperti

halnya metode analisis lain, metode padan mempunyai teknik dasar dan teknik

lajutan. Teknik dasar metode padan adalah teknik pilah unsur penentu atau PUP.

Teknik pilah unsur penetu (PUP) alat yang digunakan untuk menentukan unsur

penentu adalah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh peneliti.

Sedangkan teknik lanjutannya adalah teknik hubung banding menyamakan

(HBS), taknik hubung banding memperbedakan (HBB), dan teknik hubung

banding menyamakan hal pokok (HBSP).

Dalam penelitian ini teknik dasar yang digunakan adalah teknik PUP atau

teknik pilah unsur penentu. Teknik pilah unsur penentu pada penelitian ini untuk

memilah tuturan berdasarkan unsur penentu. Metode padan digunakan untuk

mengetahui kesantunan yaitu efek yang ditimbulkan tuturan oleh mitra tutur dan

digunakan untuk mengetahui reaksi yang dilakukan oleh mitra tutur.

Adapun penerapan metode padan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut.

(data 15)O1 : “Zak, Zaki, gelem tak kongkon?”

‘Zak, Zaki, mau aku suruh?O2a : “Apa?”

‘Apa?’O1 : “Jupuke tisu neng kono ndang.”

‘Segera ambilkan tisu di situ.’O2b : “Jupuk dhewe.”

‘Ambil sendiri.’O2c : “Alah biasane ngelap nganggo kudung we.”

‘Alah biasanya ngelap pakai kudung we.’O2d : “Ora nganggo klambi.”

‘Tidak, pakai baju.’(SM/5-04-2012)

Page 52: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Tuturan tersebut terjadi pada tanggal 5 april 2012 di kantin sekolah yang

terlibat dalam tuturan adalah siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta. Tuturan O1

yang mengatakan “Zak, Zaki, gelem tak kongkon?” ‘Zak, Zaki, mau aku suruh?’

tuturan tersebut masuk ke dalam bentuk kesantunan dengan pemenuhan maksim

penerimaan, secara sepintas terlihat seperti menguntungkan mitra tutur, karena O1

mengatakan gelem tak kongkon? ‘mau aku suruh?’ secara harfiah ini akan

memberikan beban kepada mitra tutur. Tetapi dari konteks yang ada saat tuturan

tersebut berlangsung posisi duduk O2 memang dekat dengan tempat tisu seperti

yang diminta oleh O1. Selain dari segi tempat yang dekat O1 juga mematuhi tiga

skala kesantunan yakni cost-benefit scale atau skala kerugian dan keuntungan,

optionality scale atau skala pilihan, authority scale atau skala keotoritasan

menunjuk kepada hubungan status sosial antara penutur dan mitra tutur yang

terlibat dalam pertuturan. Skala kerugian dan keuntungan (cost-benefit scale)

terlihat dari konteks terjadinya tuturan yang pada saat itu posisi O2 dekat dengan

tempat tisu yang diminta oleh O1, sehingga O2 tidak perlu jauh-jauh untuk

menjangkau tisu yang diminta oleh O1. Penutur atau O1 juga mempertimbangkan

skala pilihan (optional scale) skala ini bisa langsung terlihat dari tuturannya yang

menggunakan kata gelem ‘mau’ yang mengisyaratkan kepada mitra tutur adanya

pilihan untuk memilih menerima ataupun menolak. Begitu pula dengan skala

selanjutnya yakni skala keotoritasan (authority scale) skala ini menunjuk kepada

hubungan status sosial antara O1 dan O2 yang sama-sama siswa SMP

Muhammadiyah 1 Surakarta yang setingkat atau setara. Hal tersebut terlihat dari

penggunaan bahasa yang sedang mereka gunakan yang lebih cenderung

menggunakan bahasa yang santai dan ragam bahasa ngoko.

Page 53: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Faktor penentu kesantunan, menurut Pranowo (dalam Masfufah 2010: 47)

ada dua hal pokok yang menjadi faktor penentu kesantunan, yaitu faktor

kebahasaaan dan faktor non kebahasaan. Faktor kebahasaan mencakup lima aspek

yaitu pemakaian diksi yang tepat, pemakaian gaya bahasa yang santun, pemakaian

struktur kalimat yang benar dan baik, aspek intonasi, dan aspek nada bicara.

Sedangkan faktor nonkebahasaan mencakup topik pembicaraan, konteks situasi

komunikasi, dan pranata sosial. Dari uraian tersebut, tuturan di atas dapat

dianalisis faktor penentu kesantunan sebagai berikut.

A. Faktor kebahasaan

1. Aspek pemakaian diksi yang tepat

Dalam kegiatan bertutur pemilihan diksi yang tepat dapat mengakibatkan

tuturan menjadi santun, atau sebaliknya akibat salah pemakaian diksi bisa

mengakibatkan tuturan menjadi tidak santun misalnya pada tuturan seperti yang

dituturkan oleh O1 pada data (15) di atas. Pemilihan diksi yang dipilih O1

merupakan diksi yang baik, dengan harapan MT (mitra tutur) bersedia mengikuti

apa yang di inginkan oleh O1. Berkebalikan dengan tuturan O2 yang memilih

diksi yang kurang tepat sehingga tuturan yang dihasilkan tidak santun dan

memiliki rasa kata yang kasar.

2. Pemakaian gaya bahasa yang santun

Di dalam penelitian ini penggunaan gaya bahasa yang santun tidak

ditemukan. Hal tersebut dimungkinkan peserta tutur berada pada suasana santai

atau informal. Selain itu, ada juga kemungkinan bahwa peserta tutur tidak

mempunyai atau mengetahui bagaimana penggunaan gaya bahasa yang santun.

Page 54: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

3. Pemakaian struktur kalimat yang benar dan baik

Pemakaian struktur kalimat meliputi; kelengkapan konstruksi, kefektifan

kalimat, dan penggunaan bentuk bahasa yang santun, tentu saja penggunan bentuk

bahasa yang santun sesuai dengan konteks tuturan. Pada tuturan di atas, pemakain

struktur kalimat yang benar dan baik tercermin dari tuturan O1 yang memenuhi

syarat struktur kalimat. Analisa pemakaian struktur kalimat yang benar dan baik

sebagai berikut.

Zak, Zaki gelem tak kongkon? ‘Zak, Zaki, mau aku suruh?S P

Kalimat yang benar dan baik terlihat jelas dari tuturan O1 kalimat tersebut

memenuhi bentuk kalimat minimal, yakni terdiri dari satu subjek dan satu

predikat. Berkebalikan dengan O2 yang menggunakan tuturan yang tidak

menggunakan struktur kalimat yang baik dan benar.

Jupuk dhewe. ‘Ambil sendiri.’P

Kalimat tersebut tidak memenuhi struktur kalimat yang benar dan baik, karena

dalam kalimat tersebut belum memenuhi kerangka kalimat yang daik dan benar

yang minimal terdiri dari subjek dan predikat.

1. Aspek intonasi dan aspek nada bicara

Kedua aspek ini hampir sama, namun bila dicermati akan berbeda. Aspek

intonasi berhubungan dengan nada (tone), tekanan (stress), dan tempo (duration).

Sedangkan nada bicara berhubungan dengan suasana hati P (penutur) atau MT

(mitra tutur). Misalnya orang yang sedang senang nada bicaranya menaik dengan

Page 55: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

ceria sehingga enak didengar. Sebaliknya, bila seseorang sedang sedih nada bicara

akan menurun dan tidak enak didengar.

Pada data (15) tuturan O1 intonasi dan juga nada bicaranya strandar dan

juga berusaha mengenakan MT dengan tujuan MT atau O2 mau dibebani.

Berbalik dengan O2 walaupun nada bicara yang dikeluarkan saat pertuturan

menggunakan nada biasa namun intonasi yang diutarakan oleh O2 agak tinggi

sehingga tuturan tidak santun.

B. Faktor nonkebahasaan

Topik pembicaraan

Topik pembicaraan adalah pokok masalah yang diungkapkan ketika

terjadinya komunikasi antara P dan MT. Pada dasarnya topik pembicaraan dapat

digolongkan menjadi dua yaitu topik yang bersifat formal, dan topik yang bersifat

informal. Melihat situasi terjadinya tuturan di atas yaitu berada di kantin, berarti P

dan MT barada pada situasi informal. Dalam situasi yang seperti ini hendaknya

menggunakan bahasa nonbaku atau bahasa yang santai.

Tuturan pada data (15) terlihat bila semua yang terlibat pertuturan

menggunakan bahasa yang santai, dan juga ada topik yang diangkat dalam tuturan

topik yang ringan. Hal tersebut terlihat dari tuturan yang di tuturkan oleh O2c dan

O2d yang menggunakan tutururan mereka untuk bercanda. Tuturan O2c dan O2d

pada data 15 seolah-olah seperti mengejek temannya, namun hal tersebut

dimaksudkan untuk bercanda dan mencarikan suasana. Dan dari hal tersebut topik

yang dibicarakan menjadi ringan.

Page 56: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Dalam kegiatan bertutur setiap tuturan pasti mempunyai fungsi tersendiri.

Misalnya bercanda, memberi keuntungan kepada orang lain dan sebagainya.

Tuturan pada data (15) terlihat seakan mengancam muka (face) O1 akan tetapi O1

tahu bahwa itu bertujuan untuk bercanda sehingga O1 tidak berusaha melindung

diri dengan berkata kasar ataupun yang lainnya.

H. Metode Penyajian Data

Metode penyajian analisis data pada penelitian ini adalah metode

penyajian formal dan informal. Metode penyajian formal adalah perumusan

dengan tanda-tanda dan lambang-lambang. Khusus mengenai penggunaan tanda

dan lambang dalam metode penyajian formal, disebut teknik dasar. Metode

penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa, walaupun dengan

terminologi yang teknis sifatnya (Sudaryanto, 1993: 145).

Teknik formal diuraikan dengan perumusan tanda, seperti tanda hubung (-

), tanda kurung ( ), tanda titik (.), tanda koma (,), dan garis miring (/). Sementara

perumusan lambang yang dimaksudkan diantaranya lambang huruf sebagai

singkatan. Teknik informal berupa perumusan dengan bentuk uraian berupa

kalimat-kalimat.

Page 57: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. ANALISIS DATA

Dalam analisis penelitian ini mencakup tiga hal yaitu, (1) bentuk

kesantunan dan ketaksantunan tuturan bahasa Jawa yang digunakan siswa di SMP

Muhammadiyah 1 Surakarta, (2) faktor-faktor penentu kesantunan tuturan bahasa

Jawa yang digunakan siswa di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta, dan (3) fungsi

kesantunan tuturan bahasa Jawa yang digunakan siswa di SMP Muhammadiyah 1

Surakarta.

1. Bentuk Kesantunan dan Ketaksantunan Tuturan Bahasa Jawa yang

Digunakan Siswa di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta

Bentuk kesantunan berbahasa dalam penelitian ini merupakan bentuk

tuturan yang memenuhi prinsip kesantunan berbahasa yang dikemukakan oleh

Leech. Prinsip kesantunan mencakup maksim kebijaksanaan, maksim penerimaan,

maksim kerendahaan, maksim kerendahan hati, maksim kecocokan, dan maksim

kesimpatian. Dalam penelitian ini, kesantunan berbahasa Jawa yang digunakan

oleh siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta ditemukan lima bentuk kesantunan.

Berikut analisis kesantunan berbahasa Jawa siswa SMP Muhammadiyah 1

Surakarta.

Page 58: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

a. Bentuk Kesantunan Berbahasa Jawa

1) Kesantunan Berbahasa Jawa dengan Pemenuhan Maksim

Kebijaksanaan

Bentuk kesantunan berbahasa Jawa yang memenuhi maksim

kebijaksanaan yang digunakan oleh siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta dapat

dilihat pada data berikut.

(data 21)Bentuk Tuturan : O1 : “Jah/ Jah/ iki ese.”

‘Jah/ Jah/ ini esnya.’O2 : “Oh/ ya, makasih ya.”

‘Oh/ ya, terima kasih ya.’Penanda Nonlingual : - Percakapan dua orang siswa di depan koperasi.

- O1 memberikan es yang telah dipesan oleh O2.Maksud : Penutur memberikan es yang telah dipesan oleh

mitra tutur.Status Sosial : O1 dan O2 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1

Surakarta.Waktu Terjadi : SM/ 3-3-2012

Data (21) di atas diambil pada waktu istirahat. O1 dan O2 adalah siswa

SMP Muhammadiyah 1 Surakarta. Pada data (21), O1 dan O2 sedang duduk

setelah membeli minuman di kantin. O1 baru saja membelikan minuman untuk

O2. Dalam tuturan tersebut, O1 bertutur “iki ese” ‘ini esnya’. Tampak bahwa

penutur (O1) menguntungkan mitra tutur (O2) dengan membelikan minuman. Hal

tersebut sejalan dengan teori kesantunan yakni dengan pemenuhan maksim

kebijaksanaan yang mewajibkan setiap peserta tutur untuk meminimalkan

kerugian kepada orang lain, dan meminimalkan keuntungan pada diri sendiri.

Selain itu, tuturan O1 juga memenuhi skala kesantunan yakni Cost-benefit scale

Page 59: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

atau skala keuntungan dan kerugian. Tampak jelas tuturan O1 yang mengatakan

“iki ese” ‘ini esnya’ yang berarti menguntungkan pihak mitra tutur.

Adapun data lain yang masuk ke dalam kesantunan berbahasa yang

memenuhi maksim kebijaksanaan dalam penelitian ini, sebagai berikut.

(data 22)Bentuk Tuturan : O1 : “Sra! mreneo.”

‘Sra! sini.’O2 : “Apa?”

‘Apa?’O1 : “Kowe apa wae?”

‘kamu apa saja?’O2 : “Padha kowe.”

‘Sama sepertimu.’Penanda Nonlingual : - Percakapan dua orang siswa di halaman sekolah.

- O1 berada di dekat penjual tempura, sedangkanO2 sedang bermain sepak bola.

Maksud : O1 ingin membelikan tempura yang telah dipesanoleh O2.

Status Sosial : O1 dan O2 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1Surakarta.

Waktu Terjadi : SM/ 3-3-2012

Tuturan tersebut terjadi ketika tidak ada kegiatan belajar mengajar. O1

yang mempunyai status sebagai teman satu kelas O2 bertutur “Kowe apa wae?”

‘Kamu apa saja?’ menunjukan bahwa O1 akan membelikan apa yang diinginkan

oleh O2, hal ini menunjukan bahwa O1 menjalankan maksim kebijaksanaan.

Selain terpenuhinya maksim kebijaksanaan, tuturan O1 “Kowe apa wae?” ‘Kamu

apa saja?’ juga memenuhi prinsip kerjasama yakni maksim kuantitas yaitu

memberikan informasi seinformatif mungkin dan tidak bertele-tele. Tuturan

tersebut juga dapat digolongkan ke dalam tuturan yang santun dikarenakan tuturan

tersebut memenuhi salah satu skala kesantunan yaitu Optionality scale atau skala

pilihan.

Page 60: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

2) Kesantunan Berbahasa Jawa dengan Pemenuhan Maksim

Penerimaan

Bentuk kesantunan dengan pemenuhan maksim penerimaan yang

digunakan oleh siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta dapat dilihat sebagai

berikut.

(data 23)Bentuk Tuturan : O1 : “Sel, misel, amit, amit, kowe kono seg, aku

tak omong karo yosi.”‘Sel, misel, permisi, kamu di situ dulu, sayamau berbicara sama yosi.’

Penanda Nonlingual : - Tuturan tersebut terjadi dalam ruang kelas katikajam hampir selisai.

Maksud : Penutur akan berbicara dengan teman sebangkuMisel, oleh karena itu, agar mitra tutur atau Miselmau dipinjam tempat duduknya penuturmemberikan tempat duduk lain sebagai gantinya.

Status Sosial : O1 dan O2 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1Surakarta.

Waktu Terjadi : SM/ 22-2-2012

Kesantunan berbahasa dengan pemenuhan maksim penerimaan mewajibkan

penutur maupun mitra tutur memaksimalkan kerugian pada diri sendiri dan

memaksimalkan keuntungan pada orang lain. Pada tuturan di atas, O1 berusaha

membuat keuntungan tinggi kepada O2 dengan cara menawarkan kursi yang telah

dia sediakan dengan maksud dan tujuan agar dapat berbicara dengan teman

sebangku O2. Selain itu, tuturan O1 memenuhi tiga skala kesantunan yakni Cost-

benefit scale atau skala kerugian dan keuntungan, menunjuk kepada besar

kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur pada

sebuah pertuturan. Tampak bahwa O2 merasa tidak dirugikan, karena O1

memberikan tempat duduk lain. Selain itu tuturan yang dituturkan oleh O1 juga

memenuhi skala Indirectness scale atau skala ketidaklangsungan menunjuk

Page 61: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya maksud sebuah tuturan.

Melihat tuturan yang dituturkan oleh O1, secara gamblang bisa diartikan

mengusir, akan tetapi dengan pemilihan diksi dan pilihan kata yang tepat, maka

tuturan O1 kepada O2 tidak terkesan mengusir. Selain dua skala kesantunan di

atas, terdapat tuturan P (O1) yang juga memenuhi skala Social distance atau skala

jarak sosial yang menunjuk kepada peringkat hubungan sosial antara penutur dan

mitra tutur yang terlibat dalam sebuah pertuturan. Walaupun mereka adalah teman

satu kelas, akan tetapi dari tuturan di atas terlihat O1 menjaga jarak sosialnya

sehingga tuturan tersebut santun. Selain skala kesantunan tuturan P juga

memenuhi prinsip kerjasama yakni maksim kuantitas, P bertutur dengan tidak

bertele-tele dan seinformatif mungkin.

Adapun tuturan lain yang termasuk dalam kesantunan berbahasa dengan

pemenuhan maksim penerimaan dapat dilihat dibawah ini.

(data 24)Bentuk Tuturan : (O2 ngekekna dhuwit)

O1 : “Iki apa?”‘Ini apa?’

O2 : “Aku tukoke mi karo es teh.”‘Saya belikan mi dan es teh.’

O1 : “Oh, ya.. susuke go aku ya.”‘Oh, ya.. Kembalinya buat saya ya.’

O2 : “Ya aja.”‘Ya jangan.’

Penanda Nonlingual :- Tuturan tersebut terjadi di luar kelas.-Waktu tuturan ketika istirahat.

Maksud : Penutur secara tidak langsung memberikanmemberikan tempat duduk lain sebagai gantinya.

Status Sosial : O1 dan O2 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1Surakarta.

Waktu Terjadi : SM/ 14-3-2012

Page 62: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Dari tuturan di atas O1 bertutur “Iki apa?” ‘Ini apa?’. Berdasarkan tuturan

tersebut secara tidak langsung O1 memaksimalkan kerugian pada diri sendiri dan

meminimalkan kerugian kepada orang lain. O1 juga memenuhi skala kesantunan

yakni skala Optionality scale atau skala pilihan, menunjuk kepada banyak atau

sedikitnya pilihan (options) yang disampaikan si penutur kepada si mitra tutur di

dalam kegiatan bertutur. Hal tersebut tampak jelas dari tuturan O1 yang bertanya

“Iki apa?” ‘Ini apa?’ yang memberikan kebebasan O2 untuk memilih makanan

yang akan dibeli. Tutruran O1 juga memenuhi prinsip kerjasama yakni maksim

kuantitas. Maksim ini ditandai dengan tuturan O1 yang bertutur sangat informatif

sehingga maknanya dapat langsung dimengerti oleh mitra tutur.

3) Kesantunan Berbahasa Jawa dengan Pemenuhan Maksim

Kemurahan

Bentuk kesantunan yang ketiga adalah bentuk kesantunan berbahasa Jawa

dengan pemenuhan maksim kemurahan. Maksim kemurahan mewajibkan setiap

pesarta tutur memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain dan meminimalkan

rasa tidak hormat kepada orang lain. Pengaplikasian maksim kemurahan pada

tuturan yang digunakan oleh siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta sebagai

berikut.

(data 25)Bentuk Tuturan : O1 : “Pak aku dereng angsal LKS Pak.”

‘Pak saya belum dapat LKS Pak.’O2 : “Oh ya sesuk ya.”

‘Oh ya besok ya.’Penanda Nonlingual : - Tuturan tersebut terjadi di luar kelas.

- Waktu tuturan ketika istirahat.Maksud : O1 adalah Siswa memberitahukan kepada O2

Page 63: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

(guru bahasa Jawa) bahwa O1 belum mendapatkanLKS.

Status Sosial : O1 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1Surakartadan O2 adalah guru bahasa Jawa SMPMuhammadiyah 1 Surakarta.

Waktu Terjadi : SM/ 18-2-2012

Sesuai dengan maksim kemurahan, O1 meninggikan rasa hormat kepada

O2 mengingat status sosial O2 lebih tinggi dari pada O1. Hal tersebut tampak dari

O1 menggunakan ragam bahasa krama lugu. Hal tersebut bertujuan untuk

menghormati MT dan membuat tuturan lebih santun. Selain memenuhi maksim

kemurahan, tuturan O1 memenuhi prinsip kerjasama yakni maksim kuantitas. Hal

tersebut tampak jelas dengan O1 bertutur “Pak aku dereng angsal LKS Pak.”

‘Pak saya belum mendapat LKS Pak.’ tuturan P (O1) dapat langsung dimengerti

maksud dan tujuannya serta tidak bertele-tele. Selain prinsip kerjasama, P juga

memenuhi skala pragmatik yakni skala Social distance atau skala jarak sosial

yang menunjuk kepada peringkat hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur

yang terlibat dalam sebuah pertuturan. O1 dalam tuturan tersebut sangat menjaga

jarak sosial terlihat dari adanya penggunaan ragam bahasa. Selain bertujuan untuk

menghormati O2 yang berstatus sebagai guru SMP Muhammadiyah 1 Surakarta,

juga berfungsi untuk menjaga jarak sosial.

Selain data di atas pengaplikasian kesantunan berbahasa Jawa dengan

pemenuhan maksim kemurahan tampak pada data berikut.

(data 26)Bentuk Tuturan : O1 : “Sebentar, mas kemarin aku lihat kok ada

bathiknya itu gimana?”O2 : “Oh niku menonjolkan ciri khas Solo

mbak,bathik.”‘Oh itu menonjolkan ciri khas Solo mbak,bathik.’

Page 64: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

O1 : “Oh, berarti kaligrafine didamel bathik?”‘Oh, bararti kaligrafinya dibuat bathik?’

O2 : “Mboten, sing didamel bathikbackgroundne.”‘Tidak, yang dibuat bathik backgrounnya.’

Penanda Nonlingual : - Tuturan tersebut terjadi di kantin sekolah.- Waktu tuturan ketika jam pelajaran akan tetapi

siswa baru pulang mengikuti lomba kaligrafi.Maksud :O2 menjelaskan kepada O1 yang menanyakan

kenapa dalam kaligrafinya ada bathiknya.Status Sosial : O1 adalahpenjual di kantin SMP Muhammadiyah

1 Surakartadan O2 adalah siswa SMPMuhammadiyah 1Surakarta.

Waktu Terjadi : SM/ 18-2-2012

Tidak jauh berbeda dengan data kesantunan berbahasa dengan pemenuhan

makasim kemurahan yang mewajibkan setiap peserta pertuturan memaksimalkan

rasa hormat kepada orang lain dan meminimalkan rasa tidak hormat. Tuturan O2

yang mengatakan “Oh niku menonjolkan ciri khas Solo mbak, bathik.” ‘Oh itu

menonjolkan ciri khas Solo mbak, bathik.’ dan “Mboten, sing didamel bathik

backgroundne.” ‘Tidak, yang dibuat bathik backgrounnya.’ Dari tuturan tersebut

O2 menggunakan bahasa Jawa krama yang dicampur dengan bahasa Indonesia

dengan tujuan menghormati O1. Pada konteks sosial terlihat O2 derajatnya lebih

rendah karena umur O2 lebih muda, sedangkan umur O1 lebih tua sehingga ada

kecenderungan untuk lebih menghormati kepada O1. Seian itu, tuturan yang

dituturkan oleh O2 memenuhi skala kesantunan yakni skala Authority scale atau

skala keotoritasan menunjuk kepada hubungan status sosial antara penutur dan

mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan. Tuturan O2 terlihat menjaga hubungan

status sosial antara P dan MT, hal tersebut terlihat dari adanya penggunaan ragam

bahasa krama yang berfungsi menjaga jarak sosial. Tuturan O2 bila dilihat dari

prinsip kerjasama memenuhi dua maksim yakni maksim kuantitas dan maksim

Page 65: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

kualitas. Hal tersebut terlihat dari tuturan O2 yang menginformasikan kepada O1

seinformatif mungkin dan tidak bertele-tele, sedangkan pemenuhan maksim

kualitas yang memberikan informasi berdasarkan fakta yang ada.

4) Kesantunan Berbahasa Jawa dengan Pemenuhan Maksim

Kerendahhatian

Dalam penelitian ini kesantunan berbahasa Jawa dengan pemenuhan

maksim Kerendahhatian tidak ditemukan. Hal tersebut dikarenakan mayoritas

siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta mempunyai rasa ego yang tinggi

sehingga suatu ketika ada seseorang memuji pasti tidak akan merasa rendah hati,

tetapi sebaliknya yakni merasa memang dirinya yang paling benar ataupun paling

pintar. Selain dari tingkat ego yang masih tinggi, tingkat kedewasaan siswa SMP

Muhammadiyah 1 Surakarta juga berpengaruh dalam tuturannya.

5) Kesantunan berbahasa Jawa dengan Pemenuhan Maksim Kecocokan

Bentuk kesantunan berbahasa Jawa dengan pemenuhan maksim

kecocokan yang digunakan oleh siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta dapat

dilihat pada data berikut.

(data 27)Bentuk Tuturan : O1 : “Sing gawe gawang kae piye ta?”

‘Yang membuat gawang itu bagaimanasih?’

O2a : (Karo nyoba gawe) “ngene?”‘(Sambil mencoba membuat) begini?’

O1 : “Ho’o ngono, aku ngono gawene ok.”‘Iya seperti itu, aku membuatnya sepertiitu.’

O2b : “Nyah gawekna Feb.”

Page 66: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

‘Ini Buatkan Feb.’O1 : “Ngono aku kae ok. Aku diajari kancaku

Johar kae lho. Johar kae ya ngono okyonan.”‘Dulu aku seperti itu. Aku diberitahutemanku Johar. Johar juga seperti itu.’

Penanda Nonlingual : - Tuturan tersebut terjadi di ruang kelas.- Waktu tuturan ketika jam istirahat.

Maksud :O1 menyetujui hasil pembuatan gawang yangdilakukan oleh O2, sekaligus membenarkangawang yang dibuat

Status Sosial : O1, O2a, O2b adalah tman satu kelas.Waktu Terjadi : SM/ 22-2-2012

Dari data di atas terlihat tuturan O1 yang mengatakan “Ho’o ngono, aku

ngono gawene ok.” ‘Iya seperti itu, aku membuatnya seperti itu.’ dan “Ngono

aku kae ok. Aku di ajari kancaku Johar kae lho. Johar kae ya ngono ok

yonan.” ‘Dulu aku seperti itu. Aku diberitahu temanku Johar. Johar juga seperti

itu.’ memenuhi maksim kecocokan. Maksim kecocokan mewajibkan setiap

peserta tutur memaksimalkan kecocokan dan meminimalkan ketidakcocokan.

Tuturan O1 tersebut tampak memaksimalkan kecocokan dan meminimalkan

ketidakcocokkan. Tuturan O1 tersebut juga memenuhi prinsip kerjasama yakni

maksim relevansi. Maksim relevansi mewajibkan setiap peserta tutur memberikan

kontribusi yang relevan. Selain itu, tuturan O1 juga mengandung maksim kualitas

dengan mengatakan fakta-fakta untuk mendukung pernyataannya. Tuturan O1

dalam tuturan tersebut tidak memenuhi skala kesantunan manapun.

Bentuk lain dari kesantunan berbahasa Jawa dengan maksim kecocokan

sebagai berikut.

(data 28)Bentuk Tuturan : O1 : “Ndrat ayo, ndrat rono.”

‘Ndrat ayo, Ndrat kesitu’O2 : “Ya mengko seg.”

Page 67: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

‘Ya nanti dulu.’Penanda Nonlingual : - Tuturan tersebut terjadi di halaman sekolah.

- Waktu tuturan ketika jam istirahat.Maksud :O2 menyetujui permintaan O1 yang mengajak

pergi ketampat yang lebih enak untuk duduk.Status Sosial : O1, O2, adalah teman satu kelas dan memiliki

kedekatan yang cukup dekat.Waktu Terjadi : SM/ 14-3-2012

Kesantunan berbahasa Jawa pada data (28) di atas O2 bertututr “Ya

mengko seg.” ‘Ya nanti dulu.’. Tuturan O2 mengisyaratkan O2 menyetujui

permintaan O1. Hal tersebut sejalan dengan prinsip kesantunan berbahasa dengan

pemenuhan maksim kecocokan. Maksim tersebut mewajibkan setiap peserta tutur

untuk memaksimalkan kecocokan di antara mereka dan meminimalkan

ketidakcocokan diantara mereka. Selain memenuhi maksim kecocokan, tuturan

O2 juaga memenuhi salah satu maksim dari prinsip kerjasama yakni maksim

kuantitas. Maksim ini mewajibkan setiap peserta tutur memberikan informasi

seinformatif mungkin. Hal tersebut terlihat dari tuturan O1 yang menggunakan

kata yang padat dan cepat dimengerti oleh O1. Tuturan O2 pada tuturan di atas

tidak memenuhi skala kesantunan.

6) Kesantunan Berbahasa Jawa dengan Pemenuhan Maksim

Kesimpatian

Bentuk kesantunan berbahasa Jawa dengan pemenuhan maksim

kecocokan yang digunakan oleh siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta dapat

dilihat pada data berikut.

(data 29)Bentuk Tuturan : (O3 sedang dianiyaya oleh O2)

O1 : “Heh, wis mesake le, aja padu!”‘Hei, sudah kasihan, jangan berkelahi!’

Page 68: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

O2 : “Aku ora padu, ki aku gojeg.”‘Saya tidak berkelahi, ini saya hanyabercanda.’

Penanda Nonlingual : - Tuturan tersebut terjadi di dapan ruang kelas.- Waktu tuturan ketika jam istirahat.

Maksud :O1 simpati terhadap kondisi O3 yang sedangterlihat seperti dianiyaya oleh O2.

Status Sosial : O1 adalah kakak kelas dan O2 adalah adikkelasnya.

Waktu Terjadi : SM/ 13-3-2012

Pada data (29) di atas tampak bahwa O1 bersimpati dengan O3 yang

sedang dianiyaya oleh O2. O1 mengecam dan menghentikan perbuatan O2

dengan menggunakan kata-kata yang kasar. Tuturan O2 tersebut melanggar skala

kesantunan yakni skala Indirectness scale atau skala ketidaklangsungan menunjuk

kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya maksud sebuah tuturan. Hal

tersebut terlihat dari tuturan O1 “wis mesake le” ‘Hei, sudah kasihan, jangan

berkelahi!’. Tuturan tersebut bermaksud untuk mencegah perbuatan O2. Selain

skala tersebut O1 juga melanggar Authority scale atau skala keotoritasan

menunjuk kepada hubungan status sosial antara penutur dan mitra tutur yang

terlibat dalam pertuturan. Tampak dari tuturan O1 yang bertutur “aja padu!”

‘jangan berkelahi!’, tuturan tersebut jelas merendahkan O2 yang sedang terlihat

menganiyaya O3.

b. Bentuk Ketaksantunan Berbahasa Jawa

Bentuk ketaksantunan berbahasa Jawa merupakan bentuk penyimpangan

dari prinsip dan skala kesantunan yang ada. Dalam penelitian ini bentuk

ketaksantunan ditemukan ada enam pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa

yang meliputi penyimpangan maksim kebijaksanaan, pentyimpangan maksim

penerimaan, penyimpangan maksim kerendahaan, penyimpangan maksim

Page 69: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

kerendahan hati, penyimpangan maksim kecocokan, dan penyimpangan maksim

kesimpatian. Bentuk ketaksantunan berbahasa siswa SMP Muhammadiyah 1

Surakarta dapat dilihat pada data-data berikut.

1) Ketaksantunan Berbahasa Jawa Pelanggaran Maksim Kebijaksanaan

Bentuk ketaksantunan berbahasa Jawa pelanggaran maksim

kebijakasanaan yakni kebalikan dari maksim kebijaksanaan. Apabila maksim

kebijaksanaan meminimalkan kerugian orang lain atau memaksimalkan

keuntungan bagi orang lain, sedangkan pelanggarannya yakni memaksimalkan

kerugian orang lain atau meminimalkan keuntungan bagi orang lain. Bentuk

pelanggaran maksim kebijaksanaan tampak pada data berikut.

(data 30)Bentuk Tuturan : (O2 ngekekna dhuwit)

O1 : “Iki apa?”‘Ini apa?’

O2 : “Aku tukoke mi karo es teh.”‘Saya belikan mi dan es teh.’

O1 : “Oh, ya.. susuke go aku ya.”‘Oh, ya.. Kembalinya buat saya ya.’

O2 : “Ya aja.”‘Ya jangan.’

Penanda Nonlingual :- Tuturan tersebut terjadi di luar kelas.-Waktu tuturan ketika istirahat.

Maksud : penutur meminta kepada O1 membelikan jajananyang diinginkan oleh O2

Status Sosial : O1 dan O2 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1Surakarta.

Waktu Terjadi : SM/ 22-2-2012

Dari tuturan di atas O2 jelas terlihat merugikan O1 dengan memberi

perintah untuk membeli makanan. Selain itu, tuturan O2 juga melanggar skala

kesantunan yakni Cost-benefit scale atau skala kerugian dan keuntungan, dan

Page 70: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Indirectness scale atau skala ketidaklangsungan. Tuturan O2 bila dilihat dari

Cost-benefit scale atau skala kerugian dan keuntungan jelas merugikan O1, selain

karena membebani, kata yang digunakan oleh O2 juga kurang sopan. Apabila

dilihat dari Indirectness scale atau skala ketidaklangsungan, kata-kata yang

digunakan oleh O2 bersifat langsung sehingga menguurangi kada kesopanan.

Akan tetapi, tuturan O2 memenuhi salah satu maksim prinsip kerjasama yakni

maksim kuantitas. Pada maksim ini, setiap peserta tutur diwajibkan memberikan

informasi yang cukup, relatif memadai, dan seinformatif mungkin. Hal tersebut

dapat dilihat dari pemakaian kata-kata yang digunakan oleh O2 langsung dapat

ditangkap oleh O1.

Bentuk ketaksantunan berbahasa Jawa dengan pelanggaran maksim

kebijaksanaan yang lain tampak pada data berikut.

(data 31)Bentuk Tuturan : O1 : “Richardku piye? Kolarovku ndi he? Yaya

Toureku ndi he? Ndi-ndi? Kompany kuwiditata.”‘Richardku bagaimana? Kolarovku manawoi? Yaya Toureku mana woi? Mana-mana? Kompany itu ditata.’

Penanda Nonlingual :- Tuturan tersebut terjadi di dalam kelas.-Waktu tuturan ketika istirahat.

Maksud : P meminta kepada MT untuk mempersiapkanpemain bola buatannya agar disusun yang rapisesuai formasi permainan bola.

Status Sosial : P adalah siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakartasedangkan MT adalah teman satu kelas P.

Waktu Terjadi : SM/ 22-2-2012

Berdasarkan data (31) O1 membebankan O2 untuk melakukan apa yang

diinginkan oleh P (O1). Hal tersebut tentu bertentangan dengan pirinsip

kesopanan yakni maksim kebijaksanaan. Selain itu, O1 juga melanggar semua

Page 71: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

skala kesantunan berbahasa, dari segi skala untung rugi O1 tampak jelas

merugikan O2, kemudian dari segi pilihan, P (O1) tidak memberi pilihan kepada

MT (O2), kemudian dari skala ketidaklangsungan tuturan P langsung memberi

perintah kepada MT. Dilihat dari skala status sosial tuturan P tampak

merendahkan MT. Hal tersebut terlihat dari cara P memanggil MT. P memanggil

dengan sebutan He ‘woi’. Sementara dari segi peringkat hubungan sosial,

walaupun hubungan sosial P dan MT dekat seharusnya P memperhatikan jarak

sosialnya agar tidak terkesan merendahkan MT. Namun, dilihat dari teori prinsip

kerjasama tuturan O1 memenuhi maksim kuantitas. Pada maksim ini mewajibkan

setiap peserta tutur untuk memberikan informasi seinformati mungkin dan tidak

bersifat ambigu.

2) Ketaksantunan Berbahasa Jawa Pelanggaran Maksim Penerimaan

Ketaksantunan berbahasa Jawa dengan pelanggran maksim penerimaan

adalah bentuk kebalikan dari maksim penerimaan yakni meminimalkan kerugian

bagi diri sendiri dan memaksimalkan keuntungan diri sendiri. Berikut data

ketaksantunan berbahasa Jawa dengan pelanggran maksim penerimaan.

(data 32)Bentuk Tuturan : O1 : “Eh, ndi aku njaluk markunine.”

‘ Eh, mana markuninya aku minta.’O2 : “Njupuka dhewe.”

‘Ambil sendiri.’O1 : “Jupuke.”

‘Ambilkan.’Penanda Nonlingual :- Tuturan tersebut terjadi di luar kelas.

-Waktu tuturan ketika istirahat.Maksud : P meminta kepada MT untuk memberikan markuni

milik MT dan menyuruh untuk mengambilkan.Status Sosial : P adalah siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta

sedangkan MT adalah teman satu kelas P.

Page 72: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Waktu Terjadi : SM/ 9-3-2012

Tuturan di atas tampak O1 menguntungkan dirinya sendiri. Keadaan

tersebut melanggar maksim penerimaan yang mewajibkan setiap peserta tutur

untuk memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri dan meminimalkan keuntungan

diri sendiri. Hal tersebut terlihat dari dari tuturan O1 “Eh, ndi aku njaluk

markunine.” ‘ Eh, mana markuninya aku minta.’ dan “Jupuke.” ‘Ambilkan.’.

Terlihat jelas O1 berusaha menguntungkan diri sendiri dan merugikan orang lain.

Selain melanggar maksim penerimaan tuturan O1 juga melanggar skala

kesantunan berbahasa yakni Cost-benefit scale atau skala kerugian dan

keuntungan,Indirectness scale atau skala ketidaklangsungan, Authority scale atau

skala keotoritasan menunjuk kepada hubungan status sosial antara penutur dan

mitra tutur. Apabila dilihat dari skala untung-rugi MT sangat dirugikan karena P

menyuruh dengan bahasa yang kurang santun. Tuturan P yang dituturkan juga

langsung menohok MT dengan mengatakan “Eh, ndi aku njaluk markunine.”

‘Eh, mana markuninya aku minta.’. P secara langsung meminta tanpa disertai

pemakaian bahasa yang lebih santun. Akan tetapi, tuturan O1 memenuhi maksim

kuantitas dengan mengatakan yang tidak bertele-tele dan seinformatif mungkin.

Selain data di atas, data lain yang menunjukan ketaksantunan berbahasa

Jawa siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta dapat dilihat pada uraian berikut

ini.

(data 33)Bentuk Tuturan : O1 : “Eh, tekke aku njaluk.”

‘ Eh, otaknya aku minta’O2 : “Apa seg! (karo ngekei).”

‘Apa dulu! (sambil memberi)’Penanda Nonlingual :- Tuturan tersebut terjadi di luar kelas.

Page 73: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

-Waktu tuturan ketika istirahat.Maksud : P meminta dengan kasar kepada MT untuk

memberikan jajan MT, sebelum itu O2memberikan pertanyaan tetapi belum dijawab,sehingga O2 memberikan jajanannya denganmeminta jawaban dari pertanyaan yang diajukannya.

Status Sosial : P adalah siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakartasedangkan MT adalah teman satu kelas P.

Waktu Terjadi : SM/ 3-3-2012

Tidak jauh berbeda dengan data (32), tuturan yang diucapkan oleh O1

bersifat memaksa untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Hal tersebut

melanggar maksim penerimaan. Tampak dari tuturan O1 “Eh, tekke aku njaluk.”

‘Eh, pikirannya aku minta’, tersirat bahwa O1 memaksa O2 memberikan

makanannya. Selain melanggar maksim penerimaan, tuturan O2 juga melanggar

semua skala kesantunan. Dilihat dari untung rugi yang ditimbukan oleh tuturan

O1, O2 dirugikan dengan berkurangnya makanannya dan digunakannya kata-kata

yang kasar kepadanya. Dilihat dari skala pilihan, O1 tidak memberi pilihan

kepada O2, dengan cara memaksa, kemudian dilihat dari skala ketaklangsungan

tuturannya, tuturan O1 secara langsung menohok O2 dengan mengatakan kata

“njaluk” ‘minta’. Pemilihan kata tersebut secara jelas bertentangan dengan skala

ketaklangsungan yang merujuk kepada ketaklangsungan maksud dan tujuan

tuturan. Dua skala yang terakhir yakni skala keotoritasan dan skala jarak sosial,

tuturan O1 merendahkan posisi O2 sebagai teman satu kelas, sedangkan dari skala

jarak sosial O1 terlalu dekat sehingga jaraknyapun tidak ada.

3) Ketaksantunan Berbahasa Jawa Pelanggaran Maksim Kemurahan

Bentuk ketaksantunan berbahasa Jawa yang mengandung pelanggaran

maksim kemurahan dapat dilihat pada data berikut.

Page 74: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

(data 34)Bentuk Tuturan : O1 : “Her, Heri bocah kok badhog thok.”

‘Her, Heri orang kok makan saja.’O2 : “Apa? (karo mesem).”

‘Apa? (sambil tersenyum).’Penanda Nonlingual :- Tuturan tersebut terjadi di luar kelas.

-Waktu tuturan ketika istirahat.Maksud : O1 mengejek O2 dengan mengatakn bocah kok

badhog thok. O2 memberikan jajanannya denganmeminta jawaban dari pertanyaan yang diajukannya.

Status Sosial : O1 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakartasedangkan O2 adalah teman satu kelas P.

Waktu Terjadi : SM/ 3-3-2012

Tampak tuturan O1 di atas melanggar maksim kemurahan. O1 bertutur

“Her, Heri bocah kok badhog thok.” ‘Her, Heri orang kok makan saja.’ Kata

badhog yang berarti makan merupakan kata yang tidak santun. Berdasarkan hal

tersebut terlihat O1 meminimalkan rasa hormat kepada orang lain dan

memaksimalkan rasa tidak hormat. Tuturan tersebut melanggar maksim

kemurahan dan melanggar dua skala kesantunan yakni skala Authority scale atau

skala keotoritasan menunjuk kepada hubungan status sosial antara penutur dan

mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan. Pada tuturan di atas, O1 menaruh

ranking O2 rendah sekali dangan mengatakan badhog yang berarti makan tetapi

sangat kasar. Skala yang kedua yaitu Social distance atau skala jarak sosial yang

menunjuk kepada peringkat hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur yang

terlibat dalam sebuah pertuturan. Berdasarkan tuturan di atas, jarak sosial O1

terhadap O2 sangat dekat dan bahkan terlalu dekat sehingga tuturannya menjadi

tidak terbatas aturan. Akan tetapi, tuturan O1 memenuhi prinsip kerjasama yakni

maksim pelaksanaan yang bertutur secara langsung, tidak kabur, dan tidak

ambigu.

Page 75: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Selain data di atas, bentuk ketaksantunan dengan pelanggaran maksim

kemurahan juga dapat dilihat pada data berikut.

(data 35)Bentuk Tuturan : O1 : “Pak tempura!!”

‘Pak tempura!!’O2 : “Apa?”

‘Apa?’O1 : “Kui pak, pangsit, bakso, karo sing kui.”

‘itu pak, bakso, dan yang itu.’Penanda Nonlingual :- Tuturan tersebut terjadi di luar kelas.

-Waktu tuturan ketika istirahat.Maksud : O1 bermaksud membeli tempura dari seorang

pedagang tempura yang ada di SMPMuhammadiyah 1 Surakarta.

Status Sosial : O1 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakartasedangkan O2 adalah penjual tempura.

Waktu Terjadi : SM/ 3-3-2012

Tuturan O1 yang ingin membeli tempura dengan cara berteriak kepada

penjual tempura melanggar maksim kemurahan. Sikap berteriak bukan untuk

menghormati orang lain, tetapi merendahkan orang lain. Hal tersebut berkebalikan

dengan maksim kemurahan. Selain melanggar maksim kemurahan, tuturan O1

juga melanggar skala kesantunan yakni skala keotoritasan yang mengacu kepada

peringkat sosial, tampak pada tuturan O1 yang berteriak “Pak tempura!!” ‘Pak

tempura!!’ yang merendahkan peringkat sosial MT atau O2. Tuturan O1 di atas

juga melanggar dua skala kesantunan yakni skala Authority scale atau skala

keotoritasan menunjuk kepada hubungan status sosial antara penutur dan mitra

tutur yang terlibat dalam pertuturan. O1 menaruh ranking O2 rendah sekali

dangan bertetiak “Pak tempura!!” ‘Pak tempura!!’ dengan maksud ingin membeli

tempura. Skala yang kedua yaitu Social distance atau skala jarak sosial yang

menunjuk kepada peringkat hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur yang

terlibat dalam sebuah pertuturan. Berdasarkan tuturan di atas jarak sosial O1

Page 76: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

terhadap O2 sangat dekat dan bahkan terlalu dekat sehingga tuturan O1 tidak ada

unsur menghormati dalam rangka menjaga jarak sosial. Akan tetapi, tuturan O1

memenuhi prinsip kerjasama yakni maksim pelaksanaan yang bertutur secara

langsung, tidak kabur, dan tidak ambigu.

4) Ketaksantunan Berbahasa Jawa Pelanggaran Maksim

Kerendahhatian

Bentuk ketaksantunan berbahasa Jawa yang mengandung pelanggaran

maksim kerendahanhatian yakni kebalikan dari pemenuhan maksim kerendahan

hati yaitu menuntut peserta pertuturan meminimalkan ketidakhormatan pada diri

sendiri dan memaksimalkan rasa hormat pada diri sendiri. Bentuk ketaksantunan

berbahasa Jawa yang mengandung pelanggaran maksim kerendahanhatian dapat

dilihat pada data berikut ini.

(data 36)Bentuk Tuturan : O1 : “Nyah, dadi gawang nyah-nyah.”

‘Nih, jadi gawang nih-nih.O2 : “Kaya ngono thok?”

‘Hanya seperti itu?’O1 : “Aku ok elek, kandani nggone Fernandika

elek ya? Kandani gawang ki ngene.”‘Saya kok jelek, saya kasih tahu punyaFernandika jelek ya? Saya kasih tahugawang itu seperti ini.

O2 : “Ra isa. Ho Fikri wi.”Tidakbisa. Ho Fikri wi.

O1 : “Elek ya? Nggone Fernandika i ketoknggilani.”‘Jelek ya? Punya Fernandika i kelihatanmenjijikan.’

Penanda Nonlingual :- Tuturan tersebut terjadi di dalam kelas.-Waktu tuturan ketika istirahat.

Maksud : P mengatakan bahwa gawang buatannya baik,`bahkan lebih baik dari buatan Fernandika.

Status Sosial : P adalah siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta

Page 77: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

sedangkan MT adalah teman satu kelas P.Waktu Terjadi : SM/ 22-2-2012

Tuturan O1 yang mengatakan “Aku ok elek” ‘Saya kok jelek’ jelas

melanggar maksim kerendahatian. Dalam maksim ini mewajibkan setiap peserta

tutur untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri dan meminimalkan

rasa hormat pada diri sendiri. Selain maksim kerendahanhatian tuturan O1 juga

melanggar skala kesantunan Indirectness scale atau skala ketidaklangsungan

menunjuk kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya maksud sebuah

tuturan. Tuturan O1 tersebut langsung merujuk bahwa buatannya lebih baik dari

O2. Akan tetapi, tuturan tersebut memenuhi prinsip kerjasama yakni maksim

kuantitas. Pada maksim ini mewajibkan setiap peserta tutur bertutur seinformatif

mungkin.

Selain data di atas, ketaksantunan berbahasa Jawa dengan pelanggaran

maksim kerendahanhatian dapat dilihat pada data berikut.

(data 37)Bentuk Tuturan : O1 : “We/ fisika bijine dhuwur dhewe.”

‘We/ fisika nilainya tertinggi.’O2 : “Mesthi no, mase ok.”

‘Jelas dong, abang.’Penanda Nonlingual :- Tuturan tersebut terjadi di luar kelas.

-Waktu tuturan ketika pembagian nilau midsemester.

Maksud : O1 memuji dirinya sendiri ketika dirinya mendapatnilai tertinggi fisika.

Status Sosial : P adalah siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakartasedangkan MT adalah teman satu kelas P.

Waktu Terjadi : SM/ 4-4-2012

Terlihat dari tuturan O2 yang mengatakan “Mesthi no, mase ok.” ‘Jelas

dong, abang.’, melanggar maksim kerendahatian yang mewajibkan setiap peserta

Page 78: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

tutur memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri dan meminimalkan rasa

hormat pada diri sendiri. Pada tuturan O2, mempunyai makna memuji diri sendiri.

Selain itu, O2 juga melanggar skala kesantunan berbahasa yakni skala Authority

scale atau skala keotoritasan menunjuk kepada hubungan status sosial antara

penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan. Tuturan O2 yang

demikian, terkesan mempunyai derajat lebih tinggi. Namun, tuturan O2 memenuhi

prinsip kerjasama yakni maksim kuantitas dan maksim kualitas.

5) Ketaksantunan Berbahasa Pelanggaran Maksim Kecocokan

Bentuk ketaksantunan berbahasa Jawa pelanggaran maksim kecocokan

yaitu meminimalkan kecocokan di antara mereka dan memaksimalkan

ketidakcocokan diantara mereka. Bentuk ketaksantunan berbahasa Jawa

pelanggaran maksim kecocokan dapat dilihat pada data berikut.

(data 38)Bentuk Tuturan : O1 : “Yuh diwaca (karo nduding salah siji

muride), ndang diwaca.”‘Ayo dibaca (sambil menunjuk) salah satumuridnya.’

O2 : “Gah pak, aja aku.”‘Tidak mau pak, jangan saya’

O1 : “Kowe wae, kowe wae.”‘Kamu saja, kamu saja.’

Penanda Nonlingual :- Tuturan tersebut terjadi di dalam kelas kelas.-Waktu tuturan ketika pelajaran bahasa Jawasedang berlangsung.

Maksud : O2 menolak dengan tegas ketika disurahmembaca.

Status Sosial : O1 adalah guru bahasa Jawa SMP Muhammadiyah1 Surakarta, sedangkan O2 adalah siswa SMPMuhammadiyah 1 Surakarta.

Waktu Terjadi : SM/ 21-1-2012

Page 79: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Terlihat jelas tuturan O2 yang mengatakan “Gah pak, aja aku.” ‘Tidak

mau pak, jangan saya’ merupakan ketidakcocokan antara O1 dan O2, dengan kata

lain tuturan O2 melanggar maksim kecocokan. Selain itu, tuturan O2 juga

melanggar tiga skala kesantunan berbahasa. Skala yang pertama Indirectness

scale atau skala ketidaklangsungan menunjuk kepada peringkat langsung atau

tidak langsungnya maksud sebuah tuturan. Hal ini terlihat dari tuturan O2 yang

menolak secara langsung kepada O1 dengan mengatakan “Gah pak, aja aku.”

‘Tidak mau pak, jangan saya’. Skala kesantunan yang kedua Authority scale atau

skala keotoritasan menunjuk kepada hubungan status sosial antara penutur dan

mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan. Dilihat dari status sosial, O2

memperlakukan O1 lebih rendah dari status sosial yang seharusnya lebih tinggi.

Skala yang terakhir Social distance atau skala jarak sosial yang menunjuk kepada

peringkat hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam

sebuah pertuturan. Akan tetapi tuturan O2 memenuhi prinsip kerjasama yakni

maksim kuantitas, yang mewajibkan setiap peserta tutur untuk berbicara

seinformatif mungkin dan maksim pelaksanaan, yang mewajibkan setiap penutur

berbicara tidak ambigu dan runtut.

Data lain yang menunjukan ketaksantunan berbahasa Jawa dengan

pelanggaran maksim kecocokan dapat dilihat sebagai berikut.

(data 39)Bentuk Tuturan : O1 : “Ayo munggah.”

‘Ayo naik.’O2 : “Mengko seg, kene wae.”

‘Nanti dulu, sini aja.O1 : “Ayo to, aku urung sinau.”

‘Kamu saja, kamu saja.’Penanda Nonlingual :- Tuturan tersebut terjadi di luar kelas kelas.

-Waktu tuturan ketika istirahat.

Page 80: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Maksud : O2 menolak ajakan O1 untuk kembali ke kelasnyauntuk belajar.

Status Sosial : O1 dan O2 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1Surakarta.

Waktu Terjadi : SM/ 9-3-2012

Tidak jauh berbeda data (38), O2 menolak ajakan untuk kembali

kekelasnya yang berada di lantai atas. Tuturan tersebut berkebalikan dengan

maksim kecocokan. Selain maksim kecocokan, tuturan O2 melanggar skala

kesantunan yakni Indirectness scale atau skala ketidaklangsungan menunjuk

kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya maksud sebuah tuturan.

Tuturan O2 tersebut menolak secara langsung sehingga melanggar skala tersebut.

Akan tetapi tuturan O2 memenuhi Optionality scale atau skala pilihan, menunjuk

kepada banyak atau sedikitnya pilihan (options) yang disampaikan si penutur

kepada si mitra tutur di dalam kegiatan bertutur. Terlihat dari tuturan O2 yang

memberikan pilihan kepada O1 untuk tetap di tempat. Selain memenuhi skala

pilihan, tuturan O2 juga memenuhi prinsip kerjasama yakni maksim kuantitas dan

juga maksim pelaksanaan.

6) Ketaksantunan Berbahasa Pelanggaran Maksim Kesimpatian.

Bentuk ketaksantunan dengan pelanggaran maksim kesimpatian pada

penelitian ini berupa penyimpangan maksim kesimpatian. Pada maksim

kesimpatian mewajibkan setiap peserta tutur untuk memaksimalkan rasa simpati

dan meminimalkan rasa antipati kepada lawan tuturnya, sedangkan bentuk

ketaksantunannya meminimalkan rasa simpati dan memaksimalkan rasa antipati

kepada lawan tuturnya dapat dilihat pada tuturan berikut.

Page 81: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

(data 40)Bentuk Tuturan : O1 : “Sokur len ditendhang len.”

‘Sukurin ditendang.’O2 : “Sing tak tendang kowe!”

‘Yang saya tendang kamu!’Penanda Nonlingual : - Percakapan dua orang siswa di dalam kelas.

- O1 berada di sebelah O2 yang letaknya kuranglebih satu meter dari O1.

- Waktu tuturan ketika jam hampir istirahat.Maksud : O1 mengejek O2 yang ditendang temannya.Status Sosial : O1 dan O2 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1

Surakarta.Waktu Terjadi : SM/ 3-3-2012

Dari tuturan O1 tersebut terlihat jelas bahwa tuturan O1 tidak memenuhi

maksim kesimpatian. Terlihat dari tuturan O1 yang mengatakan “Sokur len

ditendhang lenI.” ‘Sukurin ditendang.’, tuturan O1 yang tampak senang O2

ditendang oleh temannya merupakan pelanggaran maksim kesimpatian. Selain

melanggar maksim kesimpatian, tuturan O1 juga melanggar skala kesantunan

berbahasa yakni Indirectness scale atau skala ketidaklangsungan menunjuk

kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya maksud sebuah tuturan. Sangat

jelas tuturan yang diucapkan oleh O1 secara langsung menohok O2 sehingga O2

merasa tersakiti dan membalas dengan menggunakan kata-kata kasar. Akan tetapi

tuturan O1 di atas memenuhi prinsip kerjasama yakni maksim kuantitas yang

mewajibkan setiap peserta tutur memberikan seinformatif mungkin. Terlihat dari

tuturan tersbut O2 langsung mengetahui maksud dan tujuan dari tuturan O1.

2. Faktor Penentu Kesantunan Berbahasa

Faktor-faktor penentu kesantunan berbahasa meliputi dua hal pokok, yaitu

faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Faktor kebahasaan mencakup lima aspek

yaitu pemakaian diksi yang tepat, pemakaian gaya bahasa bahasa yang santun,

Page 82: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

pemekaian struktur kalimat yang benar dan baik, aspek intonasi, aspek nada

bicara. Sedangkan faktor nonkebahasaan mencakup topik pembicaraan, konteks

situasi komunikasi, pranata sosial masyarakat. Pada penelitian ini faktor penentu

kesantunan berbahasa siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta yang mencakup

faktor kebahasaan ditemukan ada empat faktor. Faktor tersebut yaitu faktor

pemakain diksi yang tepat, struktur kalimat yang benar dan baik, aspek intonasi,

dan aspek nada bicara. Sementara yang mencakup faktor nonkebahasaan hanya

ditemukan satu yaitu faktor pranata sosial.

a. Faktor Kebahasaan

Faktor kebahasaan tersebut adalah segala unsur yang berkaitan dengan

masalah bahasa, baik bahasa verbal maupun bahasa non verbal.

1) Pemakaian Diksi yang Tepat

Ketika penutur sedang bertutur, pemilihan kata merupakan faktor yang

sangat penting yang akan membuat tuturan memiliki kadar kesantunan tinggi.

Efek yang ditimbulkan tuturan yang dituturkan akan membuat mitra tutur akan

merasa diposisikan ditempat yang lebih tinggi. Untuk lebih jelasnya lihat data

berikut.

(data 15)Bentuk Tuturan : O1 : “Zak, Zaki, gelem tak kongkon?”

‘Zak, Zaki, mau aku suruh?O2a : “Apa?”

‘Apa?’O1 : “Jupuke tisu neng kono ndang.”

‘Segera ambilkan tisu di situ.’O2a : “Jupuk dhewe.”

‘Ambil sendiri.’O2c : “Alah biasane ngelap nganggo kudung

we.”

Page 83: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

‘Alah biasanya ngelap pakai kudung we.’O2d : “Ora nganggo klambi.”

‘Tidak, pakai baju.’Penanda Nonlingual : - Percakapan beberapa siswa di kantin.

- O1 berada di meja yang bersebrangan denganO2a, sedangkan O2b dan O4c berada di sebelahkanan

- Waktu tuturan ketika jam istirahat.Maksud : O1 memnita tolong utntuik mengambilkan tisu

yang berada di dekat O2.Status Sosial : O1, O2a, O2b, dan O2c adalah siswa SMP

Muhammadiyah 1 Surakarta.Waktu Terjadi : SM/ 5-4-2012

Tuturan yang digunakan oleh O1 pada data 41 pilihan diksi yang

digunakan untuk meminta tolong merupakan plihan diksi yang tepat. Dari tuturan

terasebut O2 yang dimitai tolong akan merasa tidak seperti diperintah sengan cara

yang langsung. Dari tuturan O1 di atas, P atau O1 menggunkan kata gelem ‘mau’

yang memberi kebebasan menolak jika keberatan, berbeda dengan data berikut.

(data 42)Bentuk Tuturan : O1 : “Eh, teke aku njaluk.”

‘ Eh, otaknya aku minta’O2 : “Apa seg! (karo ngekei).”

‘Apa dulu! (sambil memberi)’Penanda Nonlingual : - Percakapan beberapa siswa di halaman sekolah .

- O1 melihat MT yang membeli jajan kesukaannya.- Waktu tuturan ketika jam istirahat.

Maksud : O1 meminta secara paksa jajan yang dimiliki olehO2

Status Sosial : O1, dan O2 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1Surakarta.

Waktu Terjadi : SM/ 3-3-2012

Terlihat berbeda sekali, antara tuturan O1 dengan yang sebelumnya, pada

tuturan tersebut O1 menggnakan kata-kata kasar terlihat dari tuturan O1 yang

mengatakan tekke (utekke) ‘otaknya’, plilihan diksi yang digunakan sangat sangat

buruk dengan demikian tuturan berdampak tidak menempatkan posisi O2 tidak

Page 84: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

berada pada posisi yang tinggi sehingga respon dari O2 juga menggunakan nada

tinggi.

2) Pemakaian Gaya Bahasa yang Santun

Siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta belum menguasai kemampuan

untuk menggunakan gaya bahasa yang sopan. Hal tersebut dikarenakan tingkat

penguasaan kebahasaan mereka masih rendah. Selain itu, jiwa egoisme siswa

SMP Muhammadiyah 1 Surakarta masih tinggi sehingga dalam tuturan yang

mereka tuturkan, banyak mengandung tuturan yang tidak santun. Terlebih posisi

pemakaian gaya bahasa yang santun memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi

yang mungkin hanya bisa dijangkau oleh orang yang telah belajar tentang

penggunaan majas dan dapat mempergunakan dengan baik dalam kegiatan

bertutur. Sehingga dalam tuturan yang dihasilkan mampu menciptakan tuturan

yang santun

3) Pemakaian Struktur Kalimat yang Benar dan Baik

Penggunaan struktur kalimat yang benar dan baik saat bertutur, khususnya

situasi formal, atau resmi dapat mengakibatkan atau menimbulkan pemakaian

bahasa menjadi santun. Namun, pada prakteknya penggunaan kalimat yang benar

dan baik pada situasi informalpun dapat membuat tuturan menjadi santun.

Pemakaian struktur kalimat yang baik dan benar meliputi; kelengkapan konstruksi

kalimat, keefektifan kalimat, dan penggunaan bentuk kebahasaan, tentu saja

penggunaan bentuk bahasa yang santun yang sesuai dengan konteks tuturan.

Untuk lebih jelasnya lihat data berikut.

Page 85: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

(data 43)Bentuk Tuturan : O1 : “Riko, Riko, sing ndhelike jaketku

kowe?”Riko, Riko, yang menyembunyikan jaketkukamu?’

O2 : “Ngapa ndhelike jaketmu!”‘Ngapain menyembunyikan jaketmu!’

Penanda Nonlingual : - Percakapan beberapa siswa di halaman sekolah .- O1 dan O2 adalah teman satu kelas.- Waktu tuturan ketika jam istirahat.

Maksud : O1 menanyakan kepada O2 apakah dia yangmenyembunyikan jaket miliknya.

Status Sosial : O1, dan O2 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1Surakarta.

Waktu Terjadi : SM/ 9-3-2012

O1 : Riko, Riko, sing ndhelike jaketku kowe?S P pel

‘Riko, Riko, yang menyembunyikan jaketku kamu?’O2 : Ngapa ndhelike jaketmu!

‘Ngapain menyembunyikan jaketmu!’

Dari tuturan O1 di atas, tuturan O1 memenuhi struktur kalimat yang benar,

terlihat dari syarat-syarat sebuah kalimat, yang minimal terdiri dari subjek dan

predikat. Pada data 43 kalimat yang digunakan oleh O1 berupa kalimat yang baik

karena sudah mempunyai subjek dan predikat. Selain itu, tuturan O1 yang

menggunakan kalimat tanya membuat terkesan tuduhan yang ditujukan oleh O1

menjadi kabur atau samar. Berbeda dengan data berikut yang tidak menggunakan

kalimat secara baik dan benar.

(data 44)Bentuk Tuturan : O1 : “Heh, PR IPS.”

‘Heh, PR IPS.’O2 : “Apa? kene sewu!”

‘Apa? Sini seribu!’O1 : “Apa mbayar? ra sudi.”

‘Apa, Mbayar? tidak sudi.’Penanda Nonlingual : - Percakapan dua siswa di dalam kelas .

- O1 adalah siswa laki-laki dan O2 siswaperempuan.

Page 86: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

- Waktu tuturan ketika jam istirahat.Maksud : O1 meminta secara paksa PR IPS O2.Status Sosial : O1, dan O2 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1

Surakarta.Waktu Terjadi : SM/ 25-2-2012

O1 : Heh, PR IPS.S P

‘Heh, PR IPS.’O2 : Apa? kene sewu!

‘Apa? Sini seribu!’O1 : Apa mbayar? ra sudi.

‘Apa, Mbayar? tidak sudi.’

Berbeda dengan data 43 O1 yang sebelumnya kelengkapan kalimat

sebelumnya yang memenuhi kelengkapan struktur kalimat yang benar dan baik,

tuturan O1 di atas, tidak memenuhi kelengkapan kalimat yang baik dan benar,

sehingga tuturan O1 tersebut tidak santun sehingga akan menjalin komunikasi

yang tidak baik. Hal tersebut terlihat dari tuturan O2 yang meminta bayaran

dengan nada tinggi sebagai reaksi balasannya.

4) Aspek Intonasi

Aspek intonasi dalam bahasa lisan sangat menentukan santun tidaknya

pemakaian bahasa. Ketika penutur menyampaikan maksud kepada mitra tutur

dengan menggunakan intonasi keras padahal jarak mitra tutur berada jarak yang

sangat dekat dengan penutur, penutur akan dinilai tidak santun. Sebaliknya, kija

penutur menyampaikan intonasi dengan lembut, penutur akan dinilai sebagai

orang yang santun. Untuk lebih jelasnya lihat data berikut.

(data 45)Bentuk Tuturan : O1 : “Pak aku dereng angsal LKS pak.”

‘Pak saya belum dapat LKS pak.’O2 : “Oh ya sesuk ya.”

‘Oh ya besok ya.’

Page 87: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Penanda Nonlingual : - Percakapan antara siswa dengan guru .- Waktu tuturan ketika jam istirahat.

Maksud : O1 meminta LKS kepada MTStatus Sosial : O1 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1

Surakarta, sedangkan O2 adalah guru SMPMuhammadiyah 1 Surakarta.

Waktu Terjadi : SM/ 8-2-2012

Tuturan di atas waktu istirahat, tempat terjadi tuturan di lobi dekat ruang

guru. Terlihat tuturan O1 menggunkan intonasi yang halus untuk menghormati

O2, meskipun menggunakan pilihan diksi yang kurang santun. Kurangnya

kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa Jawa krama, mempengaruhi

pilihan diksi dalam berbahasa, tetapi tidak mengubah maksud tuturan yang

bertujuan menghormati O2, berbeda dengan data berikut ini.

(data 46)Bentuk Tuturan : O1 : “Pak tempura!!!!”

‘Pak tempura!!!!’O2a : Apa?

‘Apa?’O2b : Kui pak, pangsit, bakso, karo sing kui.

‘Itu pak, pangsit, bakso, sama yang itu.’Penanda Nonlingual : - Percakapan antara siswa dengan sesama siswa .

- Waktu tuturan ketika jam istirahat.Maksud : O1 ingin membeli tempura O2.Status Sosial : O1 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1

Surakarta, sedangkan O2 adalah penjual tempura.Waktu Terjadi : SM/ 3-3-2012

Tuturan O1 tersebut terjadi ketika istirahat, seorang siswa datang dan dari

jarak yang sangat dekat berteriak untuk membeli tempura hal tersebut t tidak

sopan. Intonasi yang digunkan sangat tinggi terkesan orang marah-marah. Padahal

tujuan dari O1 adalah membeli tempura. Untuk menjaga tuturan tetap santun

hendaknya menggunkan intonasi yang lembut agar tuturan menjadi santun.

Page 88: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Dengan menggunakan intonasi yang lembut akan membuat rasa kata yang halus

dan enak didengar.

5) Aspek Nada Bicara

Aspek nada dalam bertutur lisan dapat juga mempengaruhi kesantunan

berbahasa seseorang. Nada adalah naik turunnya ujaran yang menggmbarkan

suasana hati penutur ketika sedang bertutur. Misalnya ketika seorang penutur

emosinya sedang tidak stabil, maka tuturannya akan menaik dan kasar, sehingga

akan terasa menohok bagi MT, untuk lebih jelasnya lihat data berikut.

(data 47)Bentuk Tuturan : O1 : “Ndang barisa Le! ben ndang mlebu.”

‘Segeralah baris! agar segera masuk.’O2 : “Apa kowe? (karo ngece-ngece)”

‘Apa kamu?(sambil mengejek)’O1 : “Heh! ngajak padu kowe le!”

‘Heh! ngajak berantem kamu!’Penanda Nonlingual : - Percakapan antara siswa dengan sesama siswa .

- Waktu tuturan ketika jam istirahat.Maksud : O1 ingin membeli tempura O2.Status Sosial : O1 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1

Surakarta, sedangkan O2 adalah penjual tempura.Waktu Terjadi : SM/ 3-3-2012

Terlihat sangat jelas emosi O1 yang sedang meledak karena diejek oleh

O2, tuturan O1 yang semula sudah emosi, sehingga tuturan O1 menjadi menaik

dan kasar dan tidak enak didengar. Sehingga kontrol emosi dalam peristiwa tutur

sangatlah penting untuk menjaga tuturan agar tetap santun. Karena dengan

menggunakan kontrol emosi nada bicara, intonasi dan pilihan kata dapat dibuat

secantun mungkin. Oleh karena itu, kontrol emosi dalam kegiatan bertutur sangat

penting dibutuhkan unuk menjaga tuturan tetap santun.

Page 89: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

a. Faktor nonkebahasaan

Faktor Pranata Sosial

Seseorang pembicara tidak cukup memilih formulasi gramatikal dan

pilihan kata yang tepat untuk berbicara, tetapi aspek sosio kultural juga harus

menjadi pertimbangan. Misalnya, orang Jawa mengenal adanya unggah-ungguh

untuk menghormati orang yang lebih tua atau yang belum akrab, lihat data

berikut.

(data 48)Bentuk Tuturan : O1 : “Pak niki pripun Pak?”

‘Pak ini bagaimana?’O2 : “Sing angel diliwati seg wae, sing

gampang digarap seg.”‘Yang susah diewati saja dulu, yang mudahdikerjakan dulu.’

O1 : “Oh, nggih Pak.”‘Oh, ya Pak.’

Penanda Nonlingual : - Percakapan antara siswa dengan guru .- Waktu tuturan ketika jam KBM.

Maksud : O1 bertanya O2 mengenai soal yang diberikanoleh O2.

Status Sosial : O1 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1Surakarta, sedangkan O2 adalah guru.

Waktu Terjadi : SM/ 3-3-2012

Tuturan tersebut terjadi ketika proses belajar mengajar terlihat jelas bahwa

tuturan O1 yang menggunakan ragam madya untuk menghormati O2 yang

mempunyai status sosial yang lebih tinggi, sehingga akan terjalin suatu

komunikasi yang harmonis antra O1 dan O2. Walaupun tuturan O1 tidak

menggunakan ragam krama tetapi karena penguasaan kebahasaan siswa SMP

Muhammadiyah 1 Surakarta masih kurang sehingga tuturan tersebut masuk dalam

kategori tuturan yang santun. Berbeda dengan tuturan yang tidak memenuhi aspek

pranata sosial seperti data berikut.

Page 90: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

(data 49)Bentuk Tuturan : O1 : “Kowe ki ngapa ta pak? ndang kana wae,

neng kene mung ngece-ngece thok.”‘Kamu itu ngapain sih Pak? segera kesanasaja di sini hanya mengejek-ngejek saja.’

Penanda Nonlingual : - Percakapan antara siswa dengan guru .- Waktu tuturan ketika jam istirahat.

Maksud : O1 mengusir O2 yang melihat O1 dan temantemannya sedang membuat puisi.

Status Sosial : O1 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1Surakarta, sedangkan O2 adalah guru.

Waktu Terjadi : SM/ 22-2-2012

Tuturan tersebut sangatlah tidak santun, karena tuturan O1 tersebut di ucapkan

kepada O2 yang berstatus sosial yang lebih tinggi. sehasrusnya banyak aspek

yang harus diperhatikan. oleh karena itu pranata sosial memiliki peranan penting

dalam peristiwa tutur terutama untuk masyarakat Jawa. Faktor yang

mempengaruhi kesantunan berbahasa yakni faktor topik pembicaraan dan kontek

situasi komunikasi merupakan faktor yang belum dikuasai oleh anak setingkat

SMP terutama SMP Muhammadiyah 1 Surakarta. Hal tersebut dikarenakan siswa

SMP belum begitu paham arti dari sebuah tuturan sehingga tuturan yang

dihasilkan akan cenderung seenaknya dan semaunya.

3. Fungsi Kesantunan Berbahasa Jawa Siswa SMP Muhammadiyah 1

Surakarta

Ketika kegiatan bertutur langsung, P dan MT saling memberi dan

menerina tuturan. Tuturan pada saat kegiatan bertutur tidak semata-mata hanya

untuk diutarakan atau disampaikan oleh P atau MT. Akan tetapi, tuturan yang

disampaikan mempunyai maksud tuturan, hal tersebut dapat dilihat dari ilmu

pragmatik yang mempelajari maksud atau konteks tuturan. Dalam penelitian ini

analisis fungsi kesantunan berbahasa siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta

Page 91: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

dapat dilkasifikasikan menjadi empat yang terdiri dari (1) menolak secara tidak

langsung, (2) menghormati MT, (3) menguntungkan mitra tutur, dan (4) memberi

perintah secara tidak langsung.

a. Menolak Secara Tidak Langsung

Salah satu fungsi kesantunan berbahasa yang digunakan oleh siswa SMP

Muhammadiyah 1 Surakarta yakni menolak secara tidak langsung. Pada fungsi ini

siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta menggunakan bahasa yang santun untuk

menolak permintaan atau ajakan yang diajukan, agar tidak membuat mitra tutur

kecewa maka dalam menolak permintaan perlu menggunnakan kalimat yang

santun untuk menolaknya. Untuk lebih jelasnya lihat data berikut ini.

(data 50)Bentuk Tuturan : O1 : “Tuku mi Har!”

‘Tuku mi Har!’O2 : “Ra ndhedhit mangatus.”

‘Tidak punya uang limaratus?’Penanda Nonlingual : - Percakapan antara siswa dengan siswa .

- Waktu tuturan ketika jam istirahat.Maksud : O2 menolak untuk diajak membeli mi goreng.Status Sosial : O1 dan O2 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1

Surakarta.Waktu Terjadi : SM/ 22-2-2012

Dari tuturan O2 di atas, terlihat bahasa yang digunakan untuk menolak O1

tergolong santun. Hal tersebut dikarenakan tuturan yang digunakan merupakan

tuturan yang mempunyai maksud tersirat yakni menolak diajak dan harap maklum

karena uangnya telah habis. Tuturan yang diucapkan juga tidak langsung menolak

dengan menggunakan kata emoh atau wegah ‘tidak mau’ tetapi O2 menggunakan

kalimat berita untuk menolak ajakan dari O1.

Page 92: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

(data 51)Bentuk Tuturan : O1 : “Ayo jajan.”

‘Ayo jajan.’O2 : “Ngapa jajan? Kene wae.”

‘Buat apa jajan? Sini saja.’Penanda Nonlingual : - Percakapan antara siswa dengan siswa .

- Waktu tuturan ketika waktu istirahat, tempatterjadinya tuturan berada di halaman sekolah.

Maksud : O1 menolak untuk diajak jajan dan menyarankanuntuk tetap di tempat.

Status Sosial : O1 dan O2 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1Surakarta.

Waktu Terjadi : SM/ 10-3-2012

Tidak jauh berbeda dengan data 50, tuturan O2 yang bermaksud untuk

menolak O1 secara halus. O2 menolak O1 dengan cara mengubah bentuk kalimat

yang bersifat langsung menjadi kalimat tanya dengan mengatakan “Ngapa jajan?

Kene wae.” ‘Buat apa jajan? Sini saja.’ yang mempunyai maksuid tersirat

menolak dan menyarankan untuk tetap berada di tempat tersebut. Intonasi yang

digunakan O2 juga merupakan intonasi yang santun sehingga tuturan yang

digunakan untuk menolak merupakan tuturan yang santun.

b. Menghormati Mitra Tutur

Fungsi kesantunan yang kedua adalah untuk menghormati mitra tutur,

sebagai orang yang berlatar belakang budaya Jawa menghormati orang yang lebih

tua adalah suatu yang harus dilakukan. Misalnya dengan menggunakan bahasa

yang santun yakni menggunkan unggah-ungguh atau tingkat bahasa. Siswa SMP

Muhammadiyah 1 Surakarta juga menggunakan bahasa yang santun untuk

menghormati MT yang lebih tua misalnya guru, penjual kantin, dan yang lain-

lain. Pada penelitian ini, penggunaan fungsi kesantunan berbahasa untuk

menghormati dapat dilihat pada data berikut.

Page 93: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

(data 52)Bentuk Tuturan : O1 : “Pak bakune niku napa ta Pak?”

‘Pak kata bakune artinya apa Pak?’O2 : “Diliwati seg karo kancane dienteni.”

‘Lewati dulu sambil temannya ditunggu.’Penanda Nonlingual : - Tuturan tersebut terjadi di dalam kelas.

- Waktu tuturan ketika kegiatan belajar mengajar.Maksud : O1 bertanya kepada O2 arti kata dari bakune.Status Sosial : O1 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1

Surakarta dan O2 adalah guru bahasa Jawa SMPMuhammadiyah 1 Surakarta.

Waktu Terjadi : SM/ 22-2-2012

Terlihat dari tuturan di atas, O1 berusaha menghormati mitra tutur dengan

cara menggunakan bahasa ragam madya. Walaupun menggunakan ragam madya

tuturan O1 pada data 52 merupakan tuturan yang santun sesuai dengan maksud

dari tuturan tersebut yang bertujuan menghormati O2. Selain dari tuturan yang

digunakan intonasi O1 dalam mengucapkan tuturan merupakan intonasi yang

santun sehingga menambah kadar kesantunan tuturan O1.

Penggunaan kesantunan yang berfungsi menghormati mitra tutur dapat

dilihat pada data di bawah ini.

(data 53)Bentuk Tuturan : O1 : “Pak, mangke tugase nek diketik

pripun?”‘Pak, nanti kalau tugasnya diketikbagaimana?’

O2 : “Oh ya sip.. isa ngetik ta kowe?”‘Oh ya bagus.. kamu bisa mengetik?

O1 : “Saged pak.”‘Bisa pak.’

Penanda Nonlingual : - Tuturan tersebut terjadi di dalam kelas.- Waktu tuturan ketika jam KBM.

Maksud : O1 adalah Siswa menanyakan kepada O2apaboleh tugasnya diketik.

Status Sosial : O1 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1Surakartadan O2 adalah guru bahasa Jawa SMPMuhammadiyah 1 Surakarta.

Waktu Terjadi : SM/ 22-2-2012

Page 94: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Tidak jauh berbeda dengan data 52, O1 menggunakan bahasa krama utnuk

menghormati mitra tutur yang mempunyai status sosial yang lebih tinggi. Dari

segi faktor kebahasaan tuturan yang digunakan telah memenuhi aspek

penggunaan struktur kalimat yang benar dan baik, intonasi, dan nada aspek,

sedangkan aspek nonkebahasaaan memenuhi aspek pranata sosial. Oleh karena

itu, tuturan O1 termasuk tuturan yang dianggap santun dan mempunyai fungsi

untuk menghormati MT.

c. Menguntungkan Mitra Tutur

Dalam penelitian ini fungsi yang ketiga yakni menguntungkan mitra tutur

adalah benruk kesantunan yang bertujuan utnuk memberi keuntungan kepada

mitra tutur. Fungsi ini ada kecenderungan pemenuhan maksim kebijaksanaan

untuk lebih jelasnya lihat data berikut ini.

(data 54)Bentuk Tuturan : O1 : “Pengen es ora? Kene tak tukoke.”

‘Mau es tidak? Sini saya belikan.’Penanda Nonlingual : - Percakapan dua orang siswa di halaman sekolah.

- Tuturan terjadi ketika waktu istirahat.Maksud : O1 ingin membelikan es yang O2.Status Sosial : O1 dan O2 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1

Surakarta.Waktu Terjadi : SM/ 3-3-2012

Data lain yang merupakan fungsi kesanrunan berbahasa yang

bertujuan untuk menguntungkan MT dapat dilihat sebagai berikut.

(data 55)Bentuk Tuturan : O1 : “Sapa sing nduwe permen?”

‘Siapa yang punya permen?’O2 : “Nyah, iki aku nduwe.”

‘Ini saya punya.’Penanda Nonlingual : - Percakapan beberapa siswa di depan ruang kelas.

- O1 dan O2 adalah teman satu kelas.

Page 95: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

- Waktu tuturan ketika jam istirahat.Maksud : O1 meminta permen kepda semua teman

temannya.Status Sosial : O1, dan O2 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1

Surakarta.Waktu Terjadi : SM/ 9-3-2012

Tidak jauh berbeda dari data 54, tuturan O2 yang mengatakan “Nyah, iki

aku nduwe.” ‘Ini saya punya.’ menggunakan pilihan kata, intonasi, dan nada

bicara yang digunakan termasuk tuturan yang santun. Dari maksud yang

terkandung dalam tuturan O2 menandakan bahwa O2 ingin menguntungkan O1

yakni dengan cara mau memberikan yang diminta kepada O1 padahal O2 tidak

meminta secara langsung.

d. Memberi Perintah Secara Tidak Langsung

Fungsi kesantunan berbahasa yang keempat yakni fungsi memberi

perintah secara tidak langsung. Fungsi ini digunakan oleh P dengan harapan MT

tidak merasa keberatan dengan perintah yang diberikan oleh P. Penggunaan fungsi

ini biasanya berkaitan dengan penyimpangan maksim penerimaan, untuk lebih

jelasnya lihat data berikut.

(data 56)Bentuk Tuturan : O1 : “He.. panggonku ndi cah?”

‘He.. teman tempatku mana?’O2 : “Ngapa.. apa iki panggonmu? Ra isa.”

‘Kenapa?.. apa ini tempatmu? ’Penanda Nonlingual : - Percakapan beberapa siswa di depan ruang kelas.

- O1 baru kembali membeli makanan.- Waktu tuturan ketika jam istirahat.

Maksud : O1 memnita tempat duduknya yang baru saja ditanggalkannya.

Status Sosial : O1dan O2 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1Surakarta.

Waktu Terjadi : SM/ 3-3-2012

Page 96: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Tuturan yang di tuturkan Oleh O1 yang mengatakan “He.. panggonku ndi

cah?” ‘He.. teman tempatku mana?’ mempunyai maksud dan tujuan O1

memerintahkan O2 untuk pindah dari tempat yang duduki. Dari tuturan di atas

tuturan O1 menggunakan bahasa yang santun untuk meminta tempatnya. Hal

tersebut terlihat dari tuturan O1 yang merubah tuturan untuk meredam

ketaksantunan maka O1 mengubah kalimat dari kalimat perintah menjadi tuturan

dengan kalimat tanya. Efek yang ditimbulkan dari pemakaian perubahan kalimat

tersebut adalah tuturan berubah menjadi tuturan yang tidak langsung sehingga

terasa lebih halus. Data lain yang merupakan fungsi kesantunan untuk memeberi

perintah yang halus dapat dilihat pada data berikut.

(data 57)Bentuk Tuturan : O1 : “Fir/Fira/ jare tuku permen?”

‘Fir.. Fira/ katanya beli permen?’Penanda Nonlingual : - Percakapan antar siswa di depan ruang kelas.

- Waktu tuturan ketika jam istirahat.Maksud : O1 memnita O1 meminta permen kepada O2.Status Sosial : O1 dan O2 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1

Surakarta.Waktu Terjadi : SM/ 9-3-2012

Tidak jauh berbeda dengan data sebelumnya, tuturan yang dituturkan

oleh O1 tersebut spintas melanggar maksim penerimaan. Akan tetapi nada bicara,

pilihan kata yang diucapkan oleh O1 tersebut merupakan bahasa yang santun.

Terlihat dari pemenuhan skala ketaklangsungan dari tuturan yang disampaikan

oleh O1. Skala ketaklangsungan terihat dari tuturan O1 yang menanyakan kepada

temannya kalau temannya itu membeli permen, padahal maksud dari tuturan O1

tersebut adalah meminta permen dari O2. Tuturan O1 tersebut nada, intonasi, dan

diksi merupakan bentuk tuturan yang sopan. Sehingga tuturan yang melanggar

maksim penerimaan dapat disamarkan dengan bentuk tuturan yang santun.

Page 97: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

B. PEMBAHASAN

Kesantunan berbahasa Jawa siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta

memiliki variasi yang berbeda dengan kesantunan yang ada pada teori kesantunan

pada umumnya. Berbeda dengan kesantunan berbahasa Jawa yang mempunyai

kadar kesantunan tinggi yang tercermin dari bentuk struktur kalimat yang

lengkap, pemilihan diksi yang tepat, gaya bahasa yang santun, intionasi dan nada

yang santun akan menciptakan tuturan yang mempunyai kadar kesantunan yang

tinggi. Kesantunan berbahasa siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta memiliki

karakteristik yang didominasi dengan bentuk tuturab yang mempunyai maksud

santun, sehingga bentuk tuturan yang terbentuk sepintas tidak santun, untuk lebih

jelasnya lihat data berikut.

(data 58)Bentuk Tuturan : O1 : “Sapa sing nduwe permen?”

‘Siapa yang punya permen?’O2 : “Nyah, iki aku nduwe.”

‘Ini saya punya.’Penanda Nonlingual : - Percakapan beberapa siswa di depan ruang kelas.

- O1 dan O2 adalah teman satu kelas.- Waktu tuturan ketika jam istirahat.

Maksud : O1 meminta permen kepda semua temantemannya.

Status Sosial : O1, dan O2 adalah siswa SMP Muhammadiyah 1Surakarta.

Waktu Terjadi : SM/ 9-3-2012

Tuturan O1 pada data (58) di atas mempunyai tujuan atau maksud untuk meminta

permen kepada temannya. Tuturan semacam itu apabila dilihat dari prinsip

kesantuna yang dikemukakan oleh Leech tuturan O1 tersebut melanggar maksim

penerimaan, yang artinya menguntungkan diri sendiri dan memaksimalkan

kerugian orang lain. Akan tetapi, apabila dilihat lebih dalam lagi tuturan O1 tidak

Page 98: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

menggunakan kata-kata yang bersifat langsung ternyata O1 menggunakan bentuk

kalimat tanya sehingga tuturan O1 tersebut menjadi santun. Selain dilihat dari

bentuk katanya tuturan O1 juga memenuhi skala kesantunan yakni skala

ketaklangsungan yang bisa membuat tuturan yang dinilai kurang santun menjadi

santun dengan cara mengubah bentuk kalimat perintah menjadi kalimat tanya.

Peristiwa tutur yang hampir sama juga tampak pada tuturan antar siswa dan juga

guru sebagai berikut.

(data 59)Bentuk Tuturan : O1 : “Pak mangke tugase nek diketik pripun?”

‘Pak nanti kalau tugasnya diketikbagaimana?’

O2 : “Oh y sip..bisa ngetik ta kowe?”‘Oh ya bagus.. kamu bisa mengetik ya?.’

O1 : “Saged Pak.”‘Bisa Pak.’

Penanda Nonlingual : - Percakapan beberapa siswa di dalam ruang kelas.- Waktu tuturan ketika kegiatan belajar mengajarsedang berlangsung.

Maksud : O1 meminta penjelasan kepada gurunya tentangarti kata bakune.

Status Sosial : O1 adalah siswa SMP Muahmmadiyah 1Surakarta, sedangkan O2 adalah guru bahasa Jawa.

Waktu Terjadi : SM/ 22-2-2012

Dari data di atas terlihat bentuk tuturan yang digunakan oleh O1 adalah bentuk

tuturan yang tujuan sebenarnya adalah untuk menghormati mitra tutur yang

mempunyai status sosial yang lebih tinggi. Akan tetapi, O1 pada tuturan nya

tersebut menggunakan ragam ngoko alus. Hal tersebut dikarenakan sebagian

besar siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta kurang mampunya penguasaan

undha-usuk bahasa Jawa sehingga dalam pemakaiannya terjadi bentuk yang salah

kaprah. Selain dari penguasaan undha-usuk bahasa Jawa masih tergolong kurang,

faktor lain yang mempengaruhi hal tersebut adalah pendidikan kesantunan

Page 99: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

berbahasa pada lingkungan keluarga, masyarakat, dan pengajaran kesantunan di

sekolah tidak mecapai hasil yang maksimal karena tingkat kedewasaan siswa

SMP Muhammadiyah yang baru menginjak usia belasan sehingga tuturan yang

dihasilkan cenderung tidak santun.

Ketiga faktor tersebut yang menjadi alasan utama mengapa pemakaian

kesantunan berbahasa Jawa siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta mengalami

pergeseran dengan teori yang dicetuskan oleh Leech. Sehingga untuk melihat

kesantunan berbahasa Jawa siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta bukan

semata-mata dilihat dari segi bentuk tuturan.

Selain penggunaan diksi dan penggunaan ragam bahasa yang baik,

penggunaan gaya bahasa yang santun juga perlu dikuasai oleh para siswa SMP

Muhammadiyah 1 Surakarta sehingga akan tercipta tuturan yang halus karena

dengan adanya penggunaan gaya bahasa yang santun sanggup meredam tuturan

yang bersifat keras menjadi tersamar. Akan tetapi, pada penelitian ini siswa SMP

Muhammadiyah 1 Surakarta belum menguasai kemampuan menggunakan gaya

bahasa yang santun. Hal tersebut terbukti dengan tidak ditemukannya tuturan

yang menggunakan gaya bahasa yang santun juga banyaknya tuturan yang bersifat

langsung dan keras, tuturan tersebut dapat dilihat sebagai berikut.

(data 60)Bentuk Tuturan : O1 : “Le, sewu le.”

‘Hey, seribu hey.’O2 : “Ndhasmu!”

‘Kepalamu!’Penanda Nonlingual : - Percakapan beberapa siswa di halaman sekolah.

- Waktu tuturan ketika waktu istirahat.Maksud : O1 meminta uang seribu rupiah kepada MT.Status Sosial : O1 dan O2 siswa SMP Muahmmadiyah 1

Surakarta.

Page 100: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Waktu Terjadi : SM/ 3-3-2012

Tuturan di atas terlihat bentuk tuturan yang memiliki kadar kesantunan

yang rendah bentuk tuturan yang dituturkan oleh O1 juga tuturan yang langsung

menohok dan juga sangat merugikan MT sehingga MT yang mukanya merasa

terancam langsung bereaksi dengan menggunakan kata-kata kasar. Dari data di

atas sebenarnya dapat diredam dengan menggunakan penggunaan gaya bahasa

yang santun. Misalnya saja O1 memang sangat membutuhkan uang untuk

membeli makanan O1 bisa menggunakan bentuk gaya bahasa metafofa,

personifikasi atau yang lainnya untuk menggambarkan kondisi keuangannya dan

menyampaikan pesan untuk meminjam atau yang lainnya dengan bahasa yang

lebih santun.

Kesantunan berbahasa Jawa Siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta

didomonasi tindak tutur tidak langsung. Tindak tutur tidak langsung ditunjukan

dengan mengubah fungsi jenis kalimat, misalnya untuk menyatakn perintah dapat

digunakan kalimat berita atau tanya. Fungsi kesantunan siswa SMP

Muhammadiyah 1 Surakarta dominasi tindak tutur yang tidak langsung seperti

member perintah secara tidak langsung dan menolak secara tidak langsung. Hal

tersebut tampak pada data berikut ini.

(data 61)Bentuk Tuturan : O1 : “Fir… Fira… jare tuku permen?”

‘Fir.. Fira… Katanya membeli permen?’Penanda Nonlingual : - Percakapan antarsiswa di depan ruang kelas.

- Waktu tuturan ketika waktu istirahat.Maksud : O1 meminta Permen kepada O2.Status Sosial : O1 dan O2 siswa SMP Muahmmadiyah 1

Surakarta.Waktu Terjadi : SM/ 9-3-2012

Page 101: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Dari data tuturan (60) tuturan O1,memberi perintah kepada MT yang

bernama Fira utnuk memberikan permen yang dia beli, namun bentuk tuturan

yang di ucapkan oleh O1 yang berbentuk dasar kalimat perintah diubah menjadi

kalimat Tanya sehingga tuturan yang terbentuk menjadi tuturan yang santun dan

tidak berupa kalimat yang bersifat langsung ditujukan kepada mitra tutur. Data

lain yang menunjukan bahwa fungsi kesantunan menolak secara halus dapat

ditunjukan pada data berikut.

(data 62)Bentuk Tuturan : O1 : “Ayo munggah.”

‘Ayo naik.’O2 : “Mengko seg,kene wae.”

‘Nanti dulu, di sini saja.’O1 : “Ayo ta.. aku during sinau.”

‘Ayo lah.. saya belum belajar.’Penanda Nonlingual : - Percakapan beberapa siswa di halaman sekolah.

- Waktu tuturan ketika waktu istirahat.Maksud : O1 mengajak MT untuk naik ke kelasnya untuk

belajar.Status Sosial : O1 dan O2 siswa SMP Muahmmadiyah 1

Surakarta.Waktu Terjadi : SM/ 9-3-2012

Tidak berbeda jauh dengan fungsi kesantunan memberi perintah secara tidak

langsung, tuturan O2 yang menolak ajakan O1 juga menggunakan bentuk bahsaa

yang tidak langsung dan memanfaatkan kalimat yang menawarkan pilihan yang

lain. Hal tersebut sejalan dengan skala kesantunan yakni tuturan akan santun

apabila semakan banyak pilihan yang digunakan.

Page 102: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab empat, maka

dalam penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Dalam penelitian ini, ditemukan lima bentuk kesantunan berbahasa Jawa

yaitu kesantunan berbahasa pemenuhan maksim kebijaksanaan, maksim

penerimaan, maksim kemurahan, maksim kecocokan, dan maksim

kesimpatian. Maksim kerendahanhati tidak ditemukan. Hal ini disebabkan

oleh kebanyakan tingkat emosi dan kedewasaan siswa SMP

Muhammadiyah 1 Surakarta masih kurang hal tersebut terlihat dari segi

umur yang baru ber umur belasan tahun. Bentuk ketaksantunan barbahasa

siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta dalam penelitian ini ditemukan

ada enam pelanggaran yakni pelanggran maksim kebijaksanaan, maksim

penerimaam, maksim kemurahan, maksim krendahanhati, maksim

kecocokan, dan maksim kesimpatian.

2. Faktor penentu kesantunan berbahasa dalam penelitian ini meliputi faktor

kebahasaan dan nonkebahasaan. Faktor kebahasaan yang menjadi penentu

kesantunan berbahasa siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta yaitu

pemakaian diksi yang tepat, pemakaian struktur kalimat yang benar dan

baik, aspek intonasi, dan aspek nada bicara. Pemakaian gaya bahasa yang

santun dalam penelitian ini tidak ditemukan karena penguasaan gaya

bahasa utnuk meredam tuturan agar menjadi tidak keras belum dikuasai

Page 103: KESANTUNAN BERBAHASA JAWA SISWA SMP …... · Dalam berkomunikasi sarana yang digunakan adalah bahasa. Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 24) bahasa adalah sisitem lambang bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

oleh siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta. Dari faktor nonkebahasaaan

hanya ditemukan faktor pranata sosial. Dua faktor lainnya tidak ditemukan

dalam penelitian ini karena faktor konteks situasi komunikasi dan faktor

topik pembicaraan tidak dikuasai oleh siswa SMP Muhammadiyah 1

Surakarta sehingga tuturan siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta

banyak yang kurang santun.

3. Dalam penelitian ini fungsi kesantunan berbahasa Jawa siswa SMP

Muhammadiyah 1 Surakarta diklasifikasikan menjadi empat yang terdiri

dari (1) menolak secara tidak langsung, (2) menghormati MT, (3)

menguntungkan mitra tutur, dan (4) memberi perintah secara tidak

langsung.

B. Saran

Sebagaian besar siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta didominasi oleh

keturunan orang Jawa. Kemampuan berbahasa Jawa siswa SMP Muhammadiyah

1 Surakarta sangat bervariasi. Dalam penelitian ini, peneliti hanya membahas

bentuk, faktor penentu kesantunan, dan fungsi kesantunan melalui pendekatan

pragmatik. Oleh karena itu, akan lebih baik apabila penelitian ini dilakukan

dengan lebih mendalam lagi dengan disiplin ilmu yang berbeda seperti melalui

pendekatan sosiolinguistik yang meneliti alih kode, campur kode, interferensi,

atau yang lainnya.