67
KESANTUNAN BERBAHASA SISWA SMP NEGERI 1 BESUKI KABUPATEN TULUNGAGUNG (KAJIAN SOSIOLINGUISTIK) S K R I P S I Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh SIGIT WAHYUDI 08.073045.2110.0111 SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP PGRI) TRENGGALEK JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STATUS TERAKREDITASI TAHUN 2012

Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Skripsi

Citation preview

Page 1: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

KESANTUNAN BERBAHASA

SISWA SMP NEGERI 1 BESUKI KABUPATEN TULUNGAGUNG

(KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)

S K R I P S I

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh

SIGIT WAHYUDI

08.073045.2110.0111

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP PGRI) TRENGGALEK

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

STATUS TERAKREDITASI

TAHUN 2012

Page 2: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Bahasa menunjukkan pribadi seseorang. Karakter, watak, atau pribadi

seseorang dapat diidentifikasi dari perkataan yang ia ucapkan. Penggunaan

bahasa yang lemah lembut, sopan, santun, sistematis, teratur, jelas dan lugas

mencerminkan pribadi penuturnya berbudi. Sebaliknya, melalui penggunaan

bahasa yang tidak santun akan mencitrakan pribadi yang tidak berbudi.

Kesantunan memperlihatkan sikap yang mengandung nilai sopan santun

atau etiket dalam pergaulan sehari-hari. Kesantunan sangat kontekstual, artinya

berlaku dalam masyarakat, tempat, atau situasi tertentu, tetapi belum tentu

berlaku bagi masyarakat, tempat, atau situasi lain. Kesantunan selalu memiliki

dua kutub, seperti antara anak dan orang tua, antara tuan rumah dan tamu,

antara pria dan wanita, antara murid dan guru, antara mahasiswa dan dosen,dan

sebagainya (Muslich, 2006:1).

Bahasa santun merupakan alat yang paling tepat dipergunakan dalam

berkomunikasi. Anak perlu dibina dan dididik berbahasa santun, sebab anak

merupakan generasi penerus yang akan hidup sesuai dengan zamannya. Bila anak

dibiarkan berbahasa tidak santun maka tidak mustahil bahasa santun yang sudah

adapun bisa hilang dan selanjutnya lahir generasi yang arogan, kasar, dan kering

dari nilai-nilai etika.

Pengamatan sementara menunjukkan bahwa akibat dari ungkapan bahasa

yang tidak santun sering sekali menyebabkan perselisihan dikalangan pelajar.

Page 3: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Sebaliknya, mereka yang terbiasa berbahasa santun dan sopan pada umumnya

mampu menjadi teladan bagi siswa yang lain.

Dalam tuturan siswa SMP Negeri 1 Besuki penulis sering menemukan siswa

yang menggunakan kata-kata kasar dalam bertindak tutur, sehingga melanggar

prinsip-prinsip kesantunan leech.

Salah satu fenomena kebahasaan yang penulis dapatkan adalah tuturan yang

diucapkan oleh siswa SMP Negeri 1 Besuki:

Siswa 1 : Piye ujianmu maeng?

Siswa 2 : Beres, sing tak sinauni metu kabeh, la naanmu piye?

Siswa 1 : Ra iso blas aku. awakmu kok pinter timen.

Siswa 2 : Halah andak garap ngono ae gak iso, kenemenen lakmu goblok.

Fenomena kebahasaan di atas adalah penggalan beberapa kalimat

penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa yang diucapkan oleh siswa SMP

Negeri 1 Besuki, dalam tuturan tersebut siswa 2 tidak mematuhi maksim

kerendahan hati, yaitu kurangi pujian pada diri sendiri dan tambahi cacian pada

diri sendiri, dengan kata lain siswa II telah melanggar maksim kerendahan hati.

Dalam penelitian ini penulis akan meneliti fenomena kebahasaan yang terjadi

pada bahasa Jawa, karena komunikasi sehari-hari siswa SMP Negeri 1 Besuki

sering menggunakan bahasa Jawa. Ketidaksantunan kadang bisa memancing

kemarahan siswa yang dituju, tapi kadang juga tidak berpengaruh karena itu sudah

menjadi hal yang wajar untuk keduanya.

Ucapan dan perilaku santun tersebut merupakan salah satu gambaran dari

manusia yang utuh sebagaimana tersurat dalam tujuan pendidikan umum, yaitu

Page 4: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

manusia yang berkepribadian (Dahlan, 1988: 14). Dalam kondisi ini, pendidikan

di sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan mendidik dan mengembangkan

etika berbahasa santun agar siswa dapat berkomunikasi lebih baik.

Sepengetahuan penulis, ada beberapa yang sudah meneliti tentang kesantunan

berbahasa, diantaranya Ida Luthfiyatin (2007) dengan judul “Kesantunan

Berbahasa di Lingkungan Podok Pesantren Sunan Drajat Banjaranyar Paciran

Lamongan”. Hasil penelitian ini membahas tentang wujud pemakaian kesantunan

imperatif dalam interaksi antar santri putri.

Kesantunan dan ketidak santunan didalam berbahasa sangat perlu untuk dikaji,

karena kegiatan berbahasa tidak luput dari kehidupan manusia. Oleh karena itu

penulis akan meneliti lebih dalam tentang ”Kesantunan Berbahasa Siswa SMP

Negeri 1 Besuki Kabupaten Tulungagung”. Dari pengamatan penulis penelitian

tentang kesantunan berbahasa masih jarang dilakukan, maka penulis tertarik

untuk menelitinya.

Page 5: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

1.2. Ruang Lingkup Masalah

Leech mendefinisikan prinsip kesantunan yaitu dengan cara meminimalkan

ungkapan yang kita yakini tidak santun. Ada enam maksim dalam prinsip

kesantunan Leech, yakni: (1) Maksim Kebijaksanaan, (2) Maksim Penerimaan,

(3) Maksim Kemurahan, (4) Maksim Kerendahan Hati, (5) Maksim Kesepakatan,

(6) Maksim Kesimpatian. (Leech, 1993:132).

1.3. Batasan Masalah

Melihat luasnya permasalahan kesantunan bahasa, maka perlu diadakan

pembatasan masalah. Hal ini dilakukan supaya penelitian lebih terarah dan tidak

menyimpang dari pokok permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai, untuk itu

penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :

1) Penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang melanggar maksim kerendahan

hati pada tuturan siswa SMP Negeri 1 Besuki Kabupaten Tulungagung.

2) Penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang melanggar maksim

kesepakatan pada tuturan siswa SMP Negeri 1 Besuki Kabupaten

Tulungagung.

3) Penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang melanggar maksim

kesimpatian pada tuturan siswa SMP Negeri 1 Besuki Kabupaten

Tulungagung.

Page 6: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini secara lebih khusus dapat

dirumuskan:

1) Bagaimanakah wujud penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang

melanggar maksim kerendahan hati pada tuturan siswa SMP Negeri 1 Besuki

Kabupaten Tulungagung?

2) Bagaimanakah wujud penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang

melanggar maksim kesepakatan pada tuturan siswa SMP Negeri 1 Besuki

Kabupaten Tulungagung?

3) Bagaimanakah wujud penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang

melanggar maksim kesimpatian pada tuturan siswa SMP Negeri 1 Besuki

Kabupaten Tulungagung?

1.5. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini mempunyai tujuan untuk memperoleh gambaran

kesantunan berbahasa siswa SMP Negeri 1 Besuki Kabupaten Tulungagung.

Secara khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) pelanggaran maksim

kerendahan hati dan (2) pelanggaran maksim kesepakatan dan (3) pelanggaran

maksim kesimpatian, pada tuturan siswa SMP Negeri 1 Besuki kabupaten

Tulungagung.

Page 7: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

1.6. Asumsi

Asumsi atau anggapan dasar rumusan berdasarkan kenyataan atau hal-hal

yang logis terkait dengan obyek penelitian. Anggapan dasar ini akan membantu

memberi arahan dan pedoman bagi pelaksanaan penelitian. Asumsi yang

berkaitan dengan penelitian ini adalah :

1) Penggunaan bahasa yang baik dan benar mencerminkan kesantunan dan

kepribadian siswa.

2) Penggunaan bahasa yang baik dan benar mencerminkan tingkat

kesantunan yang dimiliki siswa.

3) Penggunaan bahasa yang baik, benar, dan santun memudahkan siswa

berinteraksi dan bekerja sama.

1.7. Kegunaan Penelitian

Manfaat teoretis yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah mendapatkan

bukti penerapan teori tindak tutur dan teori pragmatik, selain itu dapat juga untuk

membantu penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kesantunan

berbahasa, khususnya kesantunan tuturan. Selain itu dapat dijadikan sebagai

bahan acuan bagi pelaksanaan kesantunan dalam tuturan di sekolah-sekolah

sehingga upaya pembinaan kepribadian siswa dapat lebih praktis melalui aspek

bahasa.

Manfaat praktis yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah memberikan

masukan sebagai bahan pembelajaran tentang pragmatik dan kesantunan dalam

tuturan kepada pihak SMP Negeri 1 Besuki. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk

Page 8: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

memecahkan masalah praktik kesantunan tuturan yang dihadapi sekolah-sekolah

umum, serta memberikan jalan keluar yang jelas dalam bentuk pengembangan

prinsip kesantunan dalam tindak tutur.

Dari penelitian ini terkumpul berbagai ragam bahasa yang secara praktis

digunakan oleh siswa dan dapat dianalisis dari aspek norma yang dipegang oleh

masyarakat sehingga pendidik dapat memiliki gambaran nyata prinsip kesantunan

dalam tuturan di kalangan para siswanya. Di samping itu, penelitian ini dapat

melahirkan strategi pendidikan prinsip kesantunan dalam tuturan yang dapat

dimanfaatkan secara praktis oleh pendidik maupun pengelola pendidikan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat

berupa materi, metode, dan bahan pembelajaran prinsip kesantunan. Semakin

santun siswa dalam bertutur kata di sekolah dan di masyarakat, maka akan

semakin aman dan nyaman kehidupan di masyarakat. Sebaliknya, apabila siswa

semakin tidak santun di sekolah dan di masyarakat, maka akan semakin kacau

kehidupan masyarakat.

1.8. Penegasan Istilah

Penegasan istilah merupakan penjabaran definisi atau istilah-istilah yang

digunakan dalam sutau penelitian. Hal ini dilakukan untuk menghindari

kesalahpahaman dari pembaca. Istilah-istilah tersebut disajikan sebagai berikut:

1) Kesantunan berbahasa adalah cara menyampaikan ungkapan/berbicara dalam

bertutur kata dengan halus, baik dan sopan dalam interaksi komunikasi

verbal.

Page 9: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

2) Prinsip kesantunan adalah prinsip yang terdapat dalam ilmu Pragmatik yang

di dalamnya terdapat enam maksim yaitu, maksim kebijaksanaan, maksim

penerimaan, maksim kemurahan, maksim kerendahan hati, maksim

kecocokan dan maksim kesimpatian oleh Leech.

3) Sosiopragmatik adalah cabang ilmu linguistik yang mengkaji bahasa dengan

pendekatan sosial dan pragmatik.

4) SMP Negeri 1 Besuki adalah sekolah menengah pertama yang ada di desa

Tanggulwelahan, Kecamatan besuki, Kabupaten Tulungagung.

5) Siswa adalah seseorang yang sedang menuntut ilmu pada lembaga pendidikan

formal maupun non formal.

Page 10: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Teori yang digunakan dalam penelitian ini bersifat elastis, artinya penelitian

ini tidak bertumpu pada satu teori tertentu, tetapi berpegang pada beberapa teori

yang dianggap cocok dan sejalan dengan penelitian ini. Adapun teori-teori yang

dijabarkan dari kajian pustaka dan ditinjau oleh penelitian sebagai landasan teori

dalam memecahkan masalah.

2. 1. Sosiopragmatik

Sosiopragmatik merupakan telaah mengenai kondisi-kondisi atau kondisi-

kondisi ‘lokal’ yang lebih khusus ini jelas terlihat bahwa Prinsip Kerjasama dan

Prinsip Kesopanan berlangsung secara berubah-ubah dalam kebudayaan yang

berbeda-beda atau aneka mayarakat bahasa, dalam situasi sosial yang berbeda-

beda dan sebagainya. Dengan perkataan lain, sosiopragmatik merupakan tapal

batas sosiologis pragmatik. Jadi, jelas disini betapa erat hubungan antara

sosiopragmatik dengan sosiologi (Tarigan, 1990:26).

Pragmatik dan sosiolinguistik adalah dua cabang ilmu bahasa yang muncul

akibat adanya ketidakpuasan terhadap penanganan bahasa yang terlalu bersifat

formal yang dilakukan oleh kaum strukturalis. Dalam hubungan ini pragmatik dan

sosiolinguistik masing-masing memiliki titik sorot yang berbeda di dalam melihat

kelemahan pandangan kaum strukturalis. (Wijana, 1996: 6).

Page 11: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

2.2. Sosiolinguistik

Fishman (1976:28 dalam Chaer dan Agustina 2004:27) menyebut

“masyarakat tutur adalah suatu masyarakat yang anggota-anggotanya setidak-

tidaknya mengenal satu variasi bahasa beserta norma-norma yang sesuai dengan

penggunaannya”. Dengan pengertian terhadap kata masyarakat itu, maka setiap

kelompok orang yang karena tempat dan daerahnya, profesinya, hobinya, dan

sebagainya, menggunakan bentuk bahasa yang sama, serta mempunyai penilaian-

penilaian yang sama terhadap norma-norma pemakaian bahasa itu, mungkin

membentuk suatu masyarakat tutur.

Sosiologi mempelajari antara lain struktur sosial, organisasi kemasyarakatan,

hubungan antaranggota masyarakat, tingkah laku masyarakat. Objek utama

sosiologi bukan bahasa melainkan masyarakat. Tujuannya mendeskripsikan

masyarakat dan tingkah laku (Sumarsono dan Partara, 2004:5).

2.3. Pragmatik

Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa

secara eksternal, yakni bagaimana satuan bahasa itu digunakan di dalam

komunikasi. Pragmatik yang menjadi latar kajian ini adalah pragmatik tradisi

kontinental. Dasar pertimbangannya adalah bahwa analisis pragmatik kontinental

yang memiliki jangkauan kajian, yakni mencakup tindakan dan konteks

(Ruhendi, 2003 dalam artikel artikulasi).

Pragmatik adalah ilmu yang mengkaji makna tuturan, sedangkan semantik

adalah ilmu yang mengkaji makna kalimat; pragmatik mengkaji makna dalam

hubungannya dengan situasi ujar (Leech, 1993:21). Tujuan utama pragmatik

Page 12: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

adalah menjawab semua persoalan tentang interpretasi ujaran yang tak dapat

dijawab dengan pengkajian makna kalimat semata-mata; segala yang implisit di

dalam tuturan tidak dapat diterangkan oleh semantik, tetapi berhasil dijelaskan

oleh ilmu pragmatik.

Pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang

merupakan dasar bagi suatu catatan/laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain:

telaah mengenai kemampuan bahasa menghubungkan serta menyerasikan kalimat-

kalimat dan konteks-konteks secara tepat (Levinson dalam Tarigan, 1990:33).

Konteks merupakan segenap informasi yang berada di sekitar pemakaian

bahasa, bahkan termasuk juga pemakaian bahasa yang ada di sekitarnya. Dengan

demikian hal-hal seperti situasi, jarak, tempat, dan sebagainya merupakan konteks

pemakaian bahasa. Fungsi konteks sangat penting di dalam bahasa. Konteks dapat

menentukan makna dan maksud ujaran (Supardo,1988:46).

2.4. Kesantunan (Politenes)

Kesantunan (politeness) atau etiket adalah tata cara, adat, atau kebiasaan yang

berlaku dalam masyarakat. Kesantunan merupakan aturan perilaku yang

ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu sehingga

kesantunan sekaligus menjadi prasyarat yang disepakati oleh perilaku sosial. Oleh

karena itu, kesantunan ini biasa disebut "tata krama".

Prinsip kesantunan menurut Leech (1993) menyangkut hubungan antara

peserta komunikasi, yaitu penutur dan pendengar. Oleh sebab itulah mereka

menggunakan strategi dalam mengajarkan suatu tuturan dengan tujuan agar

kalimat yang dituturkan santun tanpa menyinggung pendengar.

Page 13: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Prinsip kesantunan adalah peraturan dalam percakapan yang mengatur

penutur (penyapa) dan petutur (pesapa) untuk memperhatikan sopan santun dalam

percakapan. Setiap kali berbicara dengan orang lain, dia akan membuat

keputusan-keputusan menyangkut apa yang ingin dikatakannya dan bagaimana

menyatakannya. Hal ini tidak hanya menyangkut tipe kalimat atau ujaran apa dan

bagaimana, tetapi juga menyangkut variasi atau tingkat bahasa sehingga kode

yang digunakan berkaitan tidak saja dengan apa yang dikatakan, tetapi juga motif

sosial tertentu yang ingin menghormati lawan bicara atau ingin

mengidentifikasikan dirinya sebagai anggota golongan tertentu.

Secara umum, santun merupakan suatu yang lazim dapat diterima oleh

umum. Santun tidak santun bukan makna absolut sebuah bentuk bahasa. Karena

itu tidak ada kalimat yang secara inheren santun atau tidak santun, yang

menentukan kesantunan bentuk bahasa ditambah konteks ujaran hubungan antara

penutur dan petutur. Oleh karena itu, situasi varibel penting dalam kesantunan.

2.4.1. Prinsip Kesantunan Leech

Leech (1993) membahas teori kesantunan dengan menitikberatkan atas dasar

nosi, (1) biaya/cost dan keuntungan/benefit, (2) kesetujuan/agreement, (3)

pujian/approbation, (4) simpati/antipati. Leech sendiri mendefinisikan prinsip

kesantunan yaitu dengan cara meminimalkan ungkapan yang kita yakini tidak

santun (Tarigan, 2009:36).

Page 14: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Ada enam maksim dalam prinsip kesantunan Leech yakni:

1) Maksim Kebijaksanaan (Tact Maxim)

a. Kurangi kerugian orang lain.

b. Tambahi keuntungan orang lain.

2) Maksim Penerimaan/ Penghargan (Approbation Maxim)

a. Kurangi keuntungan diri sendiri.

b .Tambahi kerugian diri sendiri.

3) Maksim Kemurahan (Generosity Maxim)

a. Kurangi cacian pada orang lain.

b. Tambahi pujian orang lain.

4) Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim)

a. Kurangi pujian pada diri sendiri.

b. Tambahi cacian pada diri sendiri.

5) Maksim Kesepakatan/Kecocokan (Agreement Maxim)

a. Kurangi ketidakcocokan antara diri sendiri dengan orang lain.

b. Tingkatkan kecocokan antara diri sendiri dengan orang lain.

6) Maksim Simpati (Sympath Maxim)

a. Kurangi antipati antara diri sendiri dengan orang lain.

b. Perbesar simpati antara diri sendiri dengan orang lain.

Maksim yang berskala dua kutub karena berhubungan dengan

keuntungan/kerugian diri sendiri dan orang lain (Wijana, 1996: 55-60).

Page 15: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

1) Maksim yang berpusat pada orang lain.

a. Maksim Kebijaksanaan (Tact Maxim)

b. Maksim Kemurahan (Generosity Maxim)

2) Maksim yang berpusat pada diri sendiri.

a. Maksim Penerimaan/Penghargaan (Approbation Maxim)

b. Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim).

3) Maksim yang berskala satu kutub karena berhubungan dengan penilaian

buruk bagi penutur terhadap dirinya sendiri/orang lain.

a) Maksim Penerimaan (Approbation Maxim)

b) Maksim Kesimpatian (Sympath Maxim)

2.4.2. Pematuhan dan Pelanggaran Prinsip Kesantunan

2.4.2.1. Maksim Kebijaksanaan (Tact Maxim)

Setiap peserta pertuturan meminimalkan kerugian orang lain atau

memaksimalkan keuntungan bagi orang lain.

Contoh pematuhan:

+ : Mari saya bawakan buku Anda.

- : Jangan tidak usah (Wijana, 1996: 56)

Dengan perkataan lain, menurut maksim ini, kesantunan dalam bertutur dapat

dilakukan apabila maksim kebijaksanaan dilaksanakan dengan baik.

Page 16: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

2.4.2.2. Maksim Penerimaan (Approbation Maxim)

Diutarakan dengan kalimat komisif dan impositif. Agar setiap penutur

sedapat mungkin menghindari mengatakan sesuatu yang tidak mengenakan orang

lain, terutama kepada orang yang diajak bicara (lawan tutur).

Contoh pematuhan :

+ : Saya mengundangmu ke rumah untuk makan malam.

- : Terima kasih (Wijana, 1996; 57)

Dengan perkataan lain, menurut maksim ini, bahwa orang dianggap santun

dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada orang lain.

Dengan maksim ini, diharapkan agar peserta pertuturan tidak saling mengejek,

saling mencaci, atau saling merendahkan pihak yang lain.

2.4.2.3. Maksim Kemurahan (Generosity Maxim)

Dengan maksim kemurahan ini, para peserta pertuturan diharapkan dapat

menghormati orang lain. Penghormatan ini akan terjadi apabila orang dapat

mengurangi keuntungan bagi dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan

bagi pihak lain. Tidak hanya dalam menyuruh dan menawarkan sesuatu seseorang

harus berlaku santun, tetapi di dalam mengungkapkan perasaan, dan menyatakan

pendapat ia tetap diwajibkan berperilaku demikian (Wijana, 1996: 55-60).

Contoh Pematuhan :

+ : Permainan Anda sangat bagus.

- : Ah, biasa saja. Terima kasih. (Wijana, 1996: 58)

Page 17: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

2.4.2.4. Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim)

Diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan asertif. Bila kemurahan hati

berpusat pada orang lain, maksim ini berpusat pada diri sendiri. Maksim ini

menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada

diri sendiri, dan meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri.

Contoh Pematuhan :

+ : Kamu ternyata jago masak ya!

- : Ah, biasa aja, tadi cuma iseng coba-coba kok. (Wijana, 1996:59).

2.4.2.5 Maksim Kesepakatan/Kecocokan (Agreement Maxim)

Maksim kesetujuan atau kecocokan (agreement maxim). Pusatnya pada orang

lain (other centred maxim). Ditujukan untuk menyatakan pendapat dan ekspresif.

memaksimalkan kesetujuan pada orang lain dan meminimalkan ketidaksetujuan

pada orang lain.

Contoh Pematuhan:

+ : Wah cantik banget wanita itu.

- : Iya cantik banget wanita itu. (Wijana, 1996:60)

2.4.2.6. Maksim Simpati (Sympath Maxim)

Jika lawan tutur mendapatkan kesuksesan atau kebahagiaan, penutur wajib

memberikan ucapan selamat. Bila lawan tutur mendapatkan kesusahan atau

musibah, penutur layak berduka cita, atau mengutarakan ucapan belasungkawa

sebagai tanda kesimpatian, yakni memaksimalkan rasa simpati kepada lawan

Page 18: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

tuturnya yang mendapatkan kebahagiaan dan kedudukan.

Contoh Pematuhan :

+ : Tadi siang Huda jatuh dari sepeda saat pulang dari kampus.

- : Apakah dia baik-baik saja sekarang? Kalau dia butuh obat merah aku punya di

lemari, (Wijana, 1996:61)

Page 19: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif bersifat deskriptif. Data yang

dihasilkannya berupa kata-kata dan kalimat-kalimat yang termasuk kategori tidak

santun yang diucapkan oleh siswa SMP Negeri 1 Besuki Tulungagung.

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini mengkaji bentuk pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa,

yang meliputi: (a) pelanggaran maksim kerendahan hati, (b) pelanggaran maksim

kesepakatan, dan (c) pelanggaran maksim kesimpatian. Untuk mencapai tujuan

tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan dua ancangan,

yaitu (1) rancangan pragmatik dan (2) etnografi komunikasi. Penggunaan kedua

rancangan ini didasarkan pada alasan bahwa deskripsi bentuk tuturan siswa tidak

dapat dilepaskan dari unit-unit komunikasi yang oleh Hymes (1972) disebut

dengan hierarki lingkar. Unit-unit komunikasi tersebut adalah situasi tutur,

peristiwa tutur, dan tindak tutur.

Pendekatan kualitatif memiliki ciri-ciri (a) berlatar alamiah, (b) bersifat

deskriptif, (c) lebih mengutamakan proses daripada hasil, dan (d) analisis data

bersifat induktif (Bogdan dan Biklen, 1982:27-29). Berlatar alamiah, maksudnya

data penelitian bersumber dari peristiwa komunikasi dan situasi alamiah yang

berlangsung di SMP Negeri 1 Besuki. Tidak ada upaya dari peneliti untuk

mengendalikan subjek, baik di dalam maupun di luar kelas. Karena itu, strategi

pengumpulan data diusahakan tidak mencolok dan tidak diketahui oleh siswa.

Page 20: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Bersifat deskriptif, maksudnya data dikumpulkan berbentuk deskripsi wacana

antar siswa. Data dilengkapi dengan konteks terjadinya interaksi. Pendeskripsian

konteks diupayakan hingga menyentuh hal-hal kecil, seperti waktu, tempat, dan

kedudukan partisipan. Hasil analisis data dilaporkan dalam bentuk deskripsi

fenomenologis, artinya hasil analisis dipaparkan sesuai dengan temuan di

lapangan tanpa dihubungkan dengan variabel-variabel tertentu.

Lebih mengutamakan proses daripada hasil, maksudnya dalam pelaksanaan

penelitian ini, khususnya kegiatan pengumpulan lebih diorientasikan pada proses.

Pengorientasian tersebut, misalnya pengupayaan waktu pelaksanaan pengumpulan

data yang bersifat fleksibel. Karena itu, jadwal tidak dijadikan target. Demikian

hal-nya dengan perolehan data, baik jenis maupun jumlahnya tidak didasarkan

pada perencanaan atau target tertentu.

Analisis data bersifat induktif, maksudnya penelitian ini tidak diarahkan

untuk memperkuat atau menolak hipotesis tertentu. Karena itu, paparan hasil

analisis penelitian yang berkaitan dengan pelanggaran prinsip kesantunan

berbahasa di SMP Negri 1 Besuki lebih didasarkan pada data alamiah yang

terkumpul di lapangan.

3.2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif ini peneliti bertindak sebagai instrumen utama.

Peneliti sekaligus berperan sebagai pengumpul data dan penganalisis data. Selanjutnya

peneliti membuat laporan hasil penelitian dalam bentuk skripsi. Dengan peneliti

bertindak sebagai partisipan dan pengamat penuh.

Page 21: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

3.3. Sumber Data

Data dalam penelitian ini berupa data verbal. Data verbal tersebut berupa

wujud pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa siswa di SMP Negeri 1 Besuki.

Sumber data dalam penelitian ini adalah (1) percakapan antar siswa, (2) konteks

tuturan yang diperoleh melalui pengamatan dan pencatatan lapangan secara

langsung, (3) pengisian kuisioner yang dilakukan oleh siswa dan guru.

Konteks tuturan diperoleh peneliti dengan mengadakan pencatatan lapangan

setiap mengadakan perekaman. Konteks ini dimasukkan dalam sumber data

karena konteks tuturan berpengaruh terhadap pemaknaan sebuah tuturan.

Subjek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah seluruh siswa saat

berada di ruang tata usaha, ruang kelas, perpustakaan, kopsis, kantin dan

lapangan. Semua siswa dianggap memiliki kedudukan yang sama sebagai subjek

penelitian. Pengisian lembar kuisioner oleh siswa bertujuan untuk mengetahui

data yang sebenarnya tentang tuturan yang melanggar prinsip kesantunan

berbahasa sehari-hari.

3.4 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data

3.4.1. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah (1) observasi partisipasi

(2) pencatatan lapangan, dan (3) perekaman. Observasi partisipan digunakan

untuk mengetahui masalah yang berhubungan langsung dengan bentuk

pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa siswa SMP Negeri 1 Besuki.

Sesuai dengan fokus penelitian tersebut, kegiatan penelitian ini berfokus pada

pelanggaran maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan dan maksim

Page 22: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

kesimpatian. Teknik observasi partisipan dilakukan dengan mengamati perilaku

subjek dalam bertindak tutur. Dengan menggunakan teknik observasi partisipasi,

peneliti lebih leluasa bergaul dengan subjek penelitian dengan latar alami.

Teknik pencatatan lapangan digunakan untuk mencatat konteks tuturan yang

berguna untuk memaknai data yang diperoleh, sedangkan teknik perekaman

dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data yang

sebenarnya, berupa bentuk pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa siswa di

SMP Negeri 1 Besuki. Perekaman dilakukan dengan menggunakan ponsel. Alat

perekam ini cukup peka sehingga mampu merekam data secara memadai dan

memenuhi syarat. Data hasil rekaman selanjutnya dipilih dan dipotomg untuk

mencari tuturan yang sesuai dengan masalah penelitian, alat untuk memotong

hasil rekaman berupa mp3 digunakan software sofonica mp3 cutter, software

tersebut bisa didownload pada :

http://koskomputer.blogspot.com/2011/10/sofonica-mp3-cutter-software-

pemotong.html .

3.4.2. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti

itu sendiri, atau dengan bantuan orang lain yang merupakan alat pengumpul data

utama (Moleong, 1995). Hal ini dikarenakan peneliti dalam penelitian kualitatif

dipandang sebagai pencari tahu alami dalam pengumpulan data.

Peneliti sebagai instrumen, ada beberapa prasyarat yang harus diperhatikan,

yaitu: (1) peneliti ada jarak dengan objek terteliti, (2) tetap objektif, (3)

Page 23: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

berorientasi pada tujuan penelitian, (4) tetap setia pada data penelitian, dan (5)

menyelesaikan sesuai dengan disiplin ilmu serta paradigma.

3.4.2.1 Pengumpulan Data Dengan Perekaman

Selain peneliti sebagai instrumen utama, penelitian ini menggunakan

instrumen bantu, yaitu ponsel dan catatan lapangan. Ponsel digunakan untuk

merekam tuturan siswa, sedangkan catatan lapangan yang disajikan dalam kartu

data yang digunakan untuk mencatat dan menganalisis konteks tuturan.

Tabel 3.1Kartu data Penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang melanggar maksim

kerendahan hati dalam tuturan siswa SMP Negeri 1 Besuki KabupatenTulungagung.

Identifikasi

Konteks Data

Kode dataAnalisis :12.

Tabel 3.2Kartu data Penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang melanggar maksim

kesepakatan dalam tuturan siswa SMP Negeri 1 Besuki KabupatenTulungagung.

Identifikasi

Konteks Data

Kode data

Analisis :12.

Page 24: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Tabel 3.3Kartu data Penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang melanggar maksim

kesimpatian dalam tuturan siswa SMP Negeri 1 Besuki KabupatenTulungagung.

Identifikasi

Konteks Data

Kode dataAnalisis :12.

3.4.2.2 Pengumpulan Data Dengan Kuisioner

Selain dengan menggunakan perekaman, pengumpulan data juga

menggunakan kuisioner. Sample data akan diambil dari 50 responden siswa SMP

dan 4 guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Besuki Tulungagung. Format

kuisioner dapat dilihat pada tabel 3.4 dan 3.5 :

Tabel 3.4Format Kuisioner Siswa

Pertanyaan

JawabanNo

Page 25: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Tabel 3.5Format Kuisioner Guru

NO PERTANYAAN RESPONDEN JAWABAN

Guru 1

Guru 2

1

Guru 3

3.5 Analisis Data

Penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang tidak

dimaksudkan untuk menguji hipotesis berdasarkan teori tertentu. Dengan

demikian analisa yang dilakukan dalam pengolahan data kualitatif dilakukan

melalui alur analisis dengan fokus pada pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa

siswa SMP Negeri 1 Besuki. Analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif

dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh.

Aktifitas dalam analisis data yaitu (1) reduksi data, (2) penyajian data (3)

penarikan kesimpulan sementara, dan (4) penarikan kesimpulan akhir (Miles dan

Hubermen dalam Sugioyo, 2012:91).

Page 26: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Berikut ini adalah gambaran alur analisis data.

Sumber Data

Percakapan siswa pencatatan lapangan

Reduksi Data

Identifikasi Klasifikasi Pengkodean(seleksi data) (pengelompokkan) (pemberian identitas)

Penyajian Data

Wujud Pelanggaran prinsip kesantunan berbahasadengan menggunakan tabel

Penyimpulan

Didasarkan pada Expert opinion dan Depenability

Temuan Penelitian

Pelanggaran maksim kerendahan hati Pelanggaran maksim kesepakatan Pelanggaran maksim kesimpatian

Gambar 3.1. Alur analisis data model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012:92)

Page 27: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Penjelasan gambar 3.1 :

Tahap pertama pengambilan sumber data dari tuturan siswa SMP Negeri 1

Besuki yang telah direkam melalui ponsel kemudian dilakukan pencatatan

lapangan untuk mencatat konteks dan data yang diperoleh.

Tahap kedua adalah mereduksi data yang telah didapat dari sumber data, data

diseleksi menurut batasan masalah kemudian data dikelompokkan menurut

pelanggaran prinsip kesantunan leech, setelah itu data diberi kode agar lebih

mudah dikenali.

Tahap Ketiga penyajian data, setelah data direduksi maka langkah selanjutnya

adalah menyajikan data kedalam bentuk tabel supaya data tersusun menurut

pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa yang menjadi batasan masalah sehingga

akan semakin mudah difahami.

Tahap Keempat setelah data disajikan penulis mengamati lagi untuk menarik

simpulan. Agar simpulan memiliki keabsahan didasarkan pada Exepert opinion

dan Dependability.

Setelah melalui tahap analisis diatas dapat ditemukan pokok masalah dalam

penelitian ini yaitu penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa yang melanggar

maksim kerendahan hati, penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa yang

melanggar maksim kesepakatan dan penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa

yang melanggar maksim kesimpatian.

Page 28: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

3.6 Pengecekan Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada uji validitas

dan reliabilitas. Dalam penelitian kuantitatif, kriteria utama terhadap data hasil

penelitian penelitian adalah, valid, reliabel dan obyektif. Validitas merupakan

derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang

dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data "yang

tidak berbeda" antar data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang

sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian (Sugioyo, 2012:117-127). Uji

keabsahan data dalam penelitian ini adalah:

a) Expert opinion, yaitu pengecekan terhadap temuan-temuan penelitian oleh

pakar yang profesional di bidang ini, yakni Dosen Pembimbing. Pada tahapan ini

dapat dilakukan perbaikan, modifikasi, atau penghalusan berdasarkan arahan atau

opini pembimbing, selanjutnya analisis yang dilakukan akan meningkatkan derajat

kepercayaan penelitian yang dilakukan.

Gambar 3.2. Expert opinion

Data Temuan

Arahan Pakar/DosenPembimbing

Revisi

Skripsi

Page 29: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

b) Depenability

Dalam penelitian kuantitatif, depenability disebut reliabilitas. Suatu penelitian

yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses

penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji depenability dilakukan dengan

melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak

melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti

seperti ini perlu diuji depenabilitynya. Kalau proses penelitian tidak dilakukan tetapi

datanya ada, maka penelitian tersebut tidak reliabel atau dependable. Untuk itu

pengujian depenability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan

proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen, atau

pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan

penelitian. Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah atau fokus, memasuki

lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji

keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh

peneliti. Jika peneliti tak mempunyai dan tak dapat menunjukkan "jejak aktivitas

lapangannya", maka depenbabilitas penelitiannya patut diragukan. Sanafiah

(Sugiyono2012: 131).

Page 30: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Paparan data dan temuan penelitian merupakan tahapan untuk menjelaskan

mencatat hasil data yang diperoleh dari hasil rekaman. Inti dari semua yang akan

dibahas disini adalah berupa tuturan siswa yang melanggar prinsip kesantunan

berbahasa. Hasil dari rekaman adalah sebagai berikut.

4.1 Paparan Data

Paparan data merupakan tahapan untuk memaparkan data yang diperoleh

setelah diadakannya penelitian dan pengumpulan data di lapangan secara

langsung. Dalam mengumpulkan data penulis harus membaur dengan siswa SMP

Negeri 1 Besuki selama beberapa hari, penulis mengamati kejadian yang ada

dengan melakukan observasi, perekaman dan pembagian kuisioner kepada siswa

dan guru Bahasa Indonesia.

4.2 Pemaparan data hasil rekaman

Teknik perekaman dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk

memperoleh data yang sebenarnya, berupa bentuk data dalam tuturan antar siswa

dengan siswa dan siswa dengan guru/karyawan. Perekaman ini dilakukan dengan

menggunakan alat ponsel. Untuk lebih jelasnya maka penulis memaparkan hasil

rekaman tuturan siswa yang masuk kedalam kategori pelanggaran prinsip

kesantunan berbahasa dalam bentuk tabel 4.1 :

Page 31: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Tabel 4.1 Tuturan siswa pada alat perekam

NO TANGGAL TUTURAN

1 3 Maret 2012 Siswa 1 : Wingi aku eruh Bambang numpak satria Fanyar.Siswa 2 : Gek opo kuat tuku kae, paling yo lak nyilih,kene sing numpak mobil ae ra sombong kok….

2 3 Maret 2012 Siswa 1 : Piye ujianmu maeng?Siswa 2 : Beres, sing tak sinauni metu kabeh, lanaanmu piye?Siswa 1 : Ra iso blas aku. awakmu kok pinter timen.Siswa 2 : Halah andak garap ngono ae gak iso,kenemenen lakmu goblok.

3 3 Maret 2012 Siswa 1 : Engko tugase IPA gawanen nek ruang guruyo ?Siswa 2 : Karo kowe lo, aku ra iso gowo dewe.Siswa 1 : Aku arep nek UKS, awakku ra penak.Siswa 2 : Halah, bocah kok penyakiten.

4 5 Maret 2012 Siswa 1 : Piye lakmu melok olimpiade wingi?Siswa 2 : Pesertane pinter-pinter, aku ora oleh nomer.Siswa 1 : Kapok, goblok kemlelet melok olimpiade.Mbendino bimbingan gur bati kesel we.

5 7 Maret 2012 Siswa 1 : Bukumu ki mbok disampul, mosok lencretngono arep kok balekne.Siswa 2 : Sanguku kurang lek karo tak ngge tukusampul.Siswa 1 : Andak Sampul regane 300 ae to, jan kere…lak ra kuat tuku tak tukokne po piye?

6 9 Maret 2012 Siswa 1 : Nyapo kok metu keri?Siswa 2 : Wong pinter yo ngene iki, ra koyok kowe.Goblok metu disek, nggenah lek ngawut!

7 10 Maret 2012 Siswa 1 : Pak Mu lak ngulang jan ndak menakne,garai ngantuk.Siswa 2 : Jarene sopo? Cah gonmu pancen goblok-goblok, lak neng kelasku malah akeh guyone.

8 13 Maret 2012 Siswa 1 : Isekno tinta ne,Siswa 2 : Sik tak nek perpus balekne buku terus ngisitinta.Siswa 1 : Tintamu isinen disek nyuk, kui selak digae.

Page 32: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

9 14 Maret 2012 Siswa 1 : Ayo nek kantine pak kiman.Siswa 2 : Cegeh, Koyok ra mbondo ae, mending nekkopsis karo golek coca cola.

10 14 Maret 2012 Siswa 1 : Hoe cah cilik, ki ra enek jujule, tak ngeipermen yo?Siswa 2 : Halah, enek-enek…. Panggah kok jujulipermen ae, sesok lak tuku dwitku tak ganti permenlo.Siswa 1 : Ojo ngewes ae, arep opo emoh?

11 15 Maret 2012 Siswa 1 : Soal matematika jan garai pusing.Siswa 2 : Bocah lak ra gelem mikir yo ngongo kui,aku garap nyantai gene yo lancar jaya.Siswa 1 : Ngono ki yo pener tenan?Siswa 2 : Ngenyek, aku pinter ora koyok kowe.

12 17 Maret 2012 Siswa 1 : Om… Jaluk dungane.Satpam : Engko yo, sik repot.Siswa 1: Jan sombong, metek dosamu, dijaluki dungoae gak gelem. Paling yo ora mandhi dongomu!

13 19 Maret 2012 Siswa 1 : Melu neng MCK njoh.Siswa 2 : Gah, cegeh mlaku aku.Siswa 1: Asem, titenono lak ngongkon aku sok.Siswa 2 : Andak rono ae ra gelem dewe. Jan koyokcah cilik ngompolo ae.

14 21 Maret 2012 Siswa : Mbak, mbalekne turahan daftar absen.Karyawan : Ora iso boso to? Kekno nek tempate.Siswa : Kesusu mbak, aku ape ulangan tak keknekene yo?

15 27 Maret 2012 Siswa 1 : Sepatumu kok apik.Siswa 2 : Lak nukone masku iki.Siswa 1 : Gek piro regane ngono ki?Siswa 2 : Yo mesti larang, palingno mbokmu yorakuat nukokne… hahhah.

16 2 April 2012 Siswa 1 : Wes mbayar daftar ulang?Siswa 2 : Ki arep mbayar.Siswa 1 : Titip yo!Siswa 2 : Cegeh, ra iso mlaku dewe mbrangkango.Cacat po pie!Siswa 1 : Tak mbayar dewe leknu.Siswa 2 : mbok yow ngunuw ra nyusahne koncone.

Page 33: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

17 11 April 2012 Siswa 1 : Heh, hape ku anyar!Siswa 2 : Engko eroh pak Mul lo, disita engko.Siswa 1 : Bene pameri pisan, disita paling melekhapeku. Wonge kan ra kuat tuku hape ngene ki.

18 12 April 2012 Siswa 1 : Wingi Cahyadi tibo pas mulih sekolah.Siswa 2 : Ben dirasakne numpak motor ugal-ugalanyo ngono kui.

19 19 April 2012 Siswa 1 : Nyapo gae sandal?Siswa 2 : Sepatuku durung garing kudanan wingi.Siswa 1 : Makane tuku sepatu neh kono, ancensepatu kok mek sitok, elek pisan.

4.3 Pengumpulan Data dengan Kuisioner

4.3.1. Penyajian Data tentang Pelanggaran Prinsip Kesantunan Berbahasa

pada Tuturan Siswa Berdasarkan Jawaban Siswa.

Dalam penelitian ini, penulis membagikan kuisioner kepada 50 responden

dari siswa SMP Negeri 1 Besuki. Responden adalah siswa yang sering melanggar

tata tertib sekolah yang tertulis pada buku pelanggaran sekolah. Setiap responden

diwajibkan menjawab 6 pertanyaan yang telah disediakan.

Pada tabel 4.2 dapat diketahui jawaban responden berdasarkan dari

pertanyaan pernah mengeluarkan kata cacian di sekolah. Hasil dari jawaban

responden dapat dilihat pada tabel 4.2 :

Tabel 4.2 Jawaban responden berdasarkan pernah mengeluarkan kata-kata kasardisekolah

No. Jawaban Responden JumlahResponden

Persentase (%)

1 Sering 16 32 %

2 Pernah 28 56 %

3 Tidak pernah 6 12 %

Jumlah 50 100 %

Page 34: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa 50 siswa yang dijadikan responden, siswa

mengatakan sering berkata kasar disekolah sebanyak 28 siswa, siswa yang pernah

berbicara kasar sebanyak 16 siswa dan yang tidak pernah sebanyak 6 siswa.

Pada tabel 4.3 dapat diketahui jawaban responden berdasarkan dari

pertanyaan pernah mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan kepada guru di

sekolah. Hasil dari jawaban responden dapat dilihat pada tabel 4.3 :

Tabel 4.3 Jawaban responden berdasarkan pernah mengeluarkan kata-kata yangtidak sopan kepada guru di sekolah

No. Jawaban Responden JumlahResponden

Persentase (%)

1 Sering - -

2 Pernah 3 6 %

3 Tidak pernah 47 94 %

Jumlah 50 100 %

Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa 50 siswa yang dijadikan responden, tidak

ada siswa yang menjawab sering berkata kasar kepada guru/karyawan disekolah, 3

siswa pernah berbicara kasar dan 47 siswa tidak pernah berbicara kasar kepada

guru.

Pada tabel 4.4 dapat diketahui jawaban responden berdasarkan dari pertanyaan

pernah mengucapkan kata yang tidak santun diluar lingkungan sekolah.

Tabel 4.4 Jawaban responden berdasarkan pernah mengucapkan kata yang tidaksantun diluar lingkungan sekolah

No. Jawaban Responden JumlahResponden

Persentase (%)

1 Sering 45 90 %

2 pernah 5 10 %

3 Tidak pernah - -

Jumlah 50 100 %

Page 35: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa 50 siswa yang dijadikan responden, 45

siswa mengatakan sering berkata kasar diluar lingkungan sekolah, 5 siswa pernah

berbicara kasar dan tidak ada siswa yang tidak pernah berbicara kasar.

Pada tabel 4.5 dapat diketahui jawaban responden berdasarkan dari

pertanyaan apakah marah jika teman kamu mengucapkan kata kasar terhadapmu.

Hasil dari jawaban responden dapat dilihat pada tabel 4.5 :

Tabel 4.5 Jawaban responden berdasarkan marah jika teman kamu mengucapkankata kasar

No. Jawaban Responden JumlahResponden

Persentase (%)

1 Marah 47 94 %

2 Biasa Saja 3 6 %

Jumlah 50 100 %

Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa 50 siswa yang dijadikan responden, siswa

yang akan marah jika temannya mengucapkan kata kasar terhadapnya sebanyak

47 dan 3 siswa memberi jawaban biasa saja.

Pada tabel 4.6 dapat diketahui jawaban responden berdasarkan dari

pertanyaan pernah mendengar teman mengucapkan kata kasar atau cacian. Hasil

dari jawaban responden dapat dilihat pada tabel 4.6 :

Tabel 4.6 Jawaban responden berdasarkan pernah mendengar teman mengucapkankata kasar atau cacian

No. Jawaban Responden JumlahResponden

Persentase (%)

1 Sering 39 78 %

2 pernah 10 20 %

3 Tidak pernah 1 2 %

Jumlah 50 100 %

Page 36: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa 50 siswa yang dijadikan responden, siswa

sering mendengar temannya mengucapkan kata kasar sebanyak 39 siswa, 10 siswa

pernah mendengar dan 1 siswa mengaku tidak pernah mendengar temannya

berbicara kasar.

Pada tabel 4.7 dapat diketahui jawaban responden berdasarkan dari

pertanyaan ada pelajaran mengenai kesantuanan berbahasa di kelas. Hasil dari

jawaban responden dapat dilihat pada tabel 4.7 :

Tabel 4.7 Jawaban responden berdasarkan ada pelajaran mengenai kesantuananberbahasa di kelas

No. Jawaban Responden JumlahResponden

Persentase (%)

1 Ada 2 4 %

2 Tidak ada 48 96 %

Jumlah 50 100 %

Pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa 50 siswa yang dijadikan responden, 2

siswa menyatakan ada pelajaran tentang kesantunan berbahasa dikelas. 48 siswa

mengatakan belum pernah ada pelajaran kesantunan.

Gambar 3.2 Pembagian Kuisioner

Page 37: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

4.3.2. Penyajian Data tentang Pelanggaran Prinsip Kesantunan Berbahasa

pada Tuturan Siswa Berdasarkan Jawaban Guru Bahasa Indonesia

Dalam penelitian ini, penulis membagikan lembar kuisioner kepada 4 orang

guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Besuki. Dimana setiap responden

diwajibkan menjawab 5 pertanyaan. Tujuan penulis membagikan lembar kuisioner

kepada guru Bahasa Indonesia mengenai kesantunan berbahasa siswa SMP Negeri

1 Besuki adalah untuk mengetahui bagaimana reaksi mereka mengenai tuturan

siswa tentang kesantunan berbahasa yang siswa di lingkungan sekolah.

Tabel 4.8 respon guru Bahasa Indonesia terhadap tuturan siswa yang melanggarprinsip kesantunan.

NO PERTANYAAN RESPONDEN JAWABAN

Drs. Sirat Pernah

Murtiningsih, S.Pd. Pernah

Agus Suyuti, S.Pd. Pernah

1 Apakah Anda

pernah mendengar

tuturan kasar

siswa disekolah?

Malik Khoiriyah, S.Pd. Pernah

Drs. Sirat Tidak

Murtiningsih, S.Pd. Sering

Agus Suyuti, S.Pd. Tidak

2 Apakah sering

Anda mendengar

tuturan siswa

yang kurang

santun? Malik Khoiriyah, S.Pd. Sering

Drs. Sirat Ada

Murtiningsih, S.Pd. Ada

Agus Suyuti, S.Pd. Ada

3 Apakah ada siswa

yang

mengucapkan

tuturan tidak

santun terhadap

guru?Malik Khoiriyah, S.Pd. Ada

Page 38: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Drs. Sirat Semuanya terutama yanglaki-laki

Murtiningsih, S.Pd. Kelas VII dan VIII

Agus Suyuti, S.Pd. Kelas VIII

4 Kelas berapa yang

biasanya sering

mengucapkan

tuturan tidak

santun? Malik Khoiriyah, S.Pd. Kelas IX

Drs. Sirat Belum ada

Murtiningsih, S.Pd. Belum ada

Agus Suyuti, S.Pd. Belum ada

5 Apakah sudah ada

guru yang

menerapkan

pelajaran

mengenai

kesantunan

berbahasa di

sekolah ini?

Malik Khoiriyah, S.Pd. Belum ada

Dari hasil jawaban responden terhadap guru bahasa Indonesia ternyata

semuanya pernah mendengar tuturan kasar yang diucapkan siswa SMP Negeri 1

Besuki termasuk bertutur kata yang tidak santun terhadap guru. Menurut mereka

kelas VII, VIII dan IX sering menggunakan bahasa yang tidak santun dalam

bertutur kata terutama yang laki-laki. Meskipun demikian, menurut mereka belum

ada yang mencoba menerapkan pelajaran tentang kesantunan berbahasa untuk

meminimalkan tuturan yang tidak santun siswa.

4.4 Temuan Penelitian

Dalam temuan penelitian, data yang dipaparkan akan dikelompokkan sesuai

dengan maksim dan akan diberikan kode data untuk mempermudah pada

pembahasan. Pada tabel 4.1 tuturan siswa yang menggandung pelanggaran

maksim akan dianalisa.

Page 39: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Tabel. 4.1 Temuan data hasil rekaman

NO TANGGAL KODEDATA MAKSIM TUTURAN

1 3 Maret 2012 PMKH 1 KerendahanHati

Siswa 1 : Wingi aku eruh Bambangnumpak satria F anyar.Siswa 2 : Gek opo kuat tuku kae,paling yo lak nyilih, kene singnumpak mobil ae ra sombongkok….

2 3 Maret 2012 PMKH 2 KerendahanHati

Siswa 1 : Piye ujianmu maeng?Siswa 2 : Beres, sing tak sinaunimetu kabeh, la naanmu piye?Siswa 1 : Ra iso blas aku. awakmukok pinter timen.Siswa 2 : Halah andak garap ngonoae gak iso, kenemenen lakmugoblok.

3 3 Maret 2012 PMS 1 Kesimpatian Siswa 1 : Engko tugase IPAgawanen nek ruang guru yo ?Siswa 2 : Karo kowe lo, aku ra isogowo dewe.Siswa 1 : Aku arep nek UKS,awakku ra penak.Siswa 2 : Halah, bocah kokpenyakiten.

4 5 Maret 2012 PMS 2 Kesimpatian Siswa 1 : Piye lakmu melokolimpiade wingi?Siswa 2 : Pesertane pinter-pinter,aku ora oleh nomer.Siswa 1 : Kapok, goblok kemleletmelok olimpiade. Mbendinobimbingan gur bati kesel we.

5 7 Maret 2012 PMKH 3 KerendahanHati

Siswa 1 : Bukumu ki mbokdisampul, mosok lencret ngonoarep kok balekne.Siswa 2 : Sanguku kurang lek karotak ngge tuku sampul.Siswa 1 : Andak Sampul regane300 ae to, jan kere… lak ra kuattuku tak tukokne po piye?

Page 40: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

6 9 Maret 2012 PMKH 4 KerendahanHati

Siswa 1 : Nyapo kok metu keri?Siswa 2 : Wong pinter yo ngene iki,ra koyok kowe. Goblok metu disek,nggenah lek ngawut!

7 10 Maret2012

PMKS 1 Kesepakatan Siswa 1 : Pak Mu lak ngulang janndak menakne, garai ngantuk.Siswa 2 : Jarene sopo? Cah gonmupancen goblok-goblok, lak nengkelasku malah akeh guyone.

8 13 Maret2012

PMKS 2 Kesepakatan Siswa 1 : Isekno tinta ne,Siswa 2 : Sik tak nek perpusbalekne buku terus ngisi tinta.Siswa 1 : Tintamu isinen diseknyuk, kui selak digae.

9 14 Maret2012

PMKS 3 Kesepakatan Siswa 1 : Ayo nek kantine pakkiman.Siswa 2 : Cegeh, Koyok ra mbondoae, mending nek kopsis karo golekcoca cola.

10 14 Maret2012

PMKS 4 Kesepakatan Siswa 1 : Hoe cah cilik, ki ra enekjujule, tak ngei permen yo?Siswa 2 : Halah, enek-enek….Panggah kok jujuli permen ae,sesok lak tuku dwitku tak gantipermen lo.Siswa 1 : Ojo ngewes ae, arep opoemoh?

11 15 Maret2012

PMKS 5 Kesepakatan Siswa 1 : Soal matematika jan garaipusing.Siswa 2 : Bocah lak ra gelem mikiryo ngongo kui, aku garap nyantaigene yo lancar jaya.Siswa 1 : Ngono ki yo pener tenan?Siswa 2 : Ngenyek, aku pinter orakoyok kowe.

12 17 Maret2012

PMKS 6 Kesepakatan Siswa 1 : Om… Jaluk dungane.Satpam : Engko yo, sik repot.Siswa 1: Jan sombong, metekdosamu, dijaluki dungo ae gakgelem. Paling yo ora mandhidongomu!

Page 41: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

13 19 Maret2012

PMKS 7 Kesepakatan Siswa 1 : Melu neng MCK njoh.Siswa 2 : Gah, cegeh mlaku aku.Siswa 1: Asem, titenono lakngongkon aku sok.Siswa 2 : Andak rono ae ra gelemdewe. Jan koyok cah cilikngompolo ae.

14 21 Maret2012

PMKS 8 Kesepakatan Siswa : Mbak, mbalekne turahandaftar absen.Karyawan : Ora iso boso to? Keknonek tempate.Siswa : Kesusu mbak, aku apeulangan tak kekne kene yo?

15 27 Maret2012

PMKH 5 KerendahanHati

Siswa 1 : Sepatumu kok apik.Siswa 2 : Lak nukone masku iki.Siswa 1 : Gek piro regane ngonoki?Siswa 2 : Yo mesti larang, palingnombokmu yo rakuat nukokne…hahhah.

16 2 April 2012 PMKS 9 Kesepakatan Siswa 1 : Wes mbayar daftar ulang?Siswa 2 : Ki arep mbayar.Siswa 1 : Titip yo!Siswa 2 : Cegeh, ra iso mlaku dewembrangkango. Cacat po pie!Siswa 1 : Tak mbayar dewe leknu.Siswa 2 : mbok yow ngunuw ranyusahne koncone.

17 11 April2012

PMKH 6 KerendahanHati

Siswa 1 : Heh, hape ku anyar!Siswa 2 : Engko eroh pak Mul lo,disita engko.Siswa 1 : Bene pameri pisan, disitapaling melek hapeku. Wonge kan rakuat tuku hape ngene ki.

18 12 April2012

PMS 3 Kesimpatian Siswa 1 : Wingi Cahyadi tibo pasmulih sekolah.Siswa 2 : Ben dirasakne numpakmotor ugal-ugalan yo ngono kui.

Page 42: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

19 19 April2012

PMS 4 Kesimpatian Siswa 1 : Nyapo gae sandal?Siswa 2 : Sepatuku durung garingkudanan wingi.Siswa 1 : Makane tuku sepatu nehkono, ancen sepatu kok mek sitok,elek pisan.

Page 43: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

BAB V

PEMBAHASAN

Berbicara tidak selamanya berkaitan dengan masalah yang bersifat tekstual,

tetapi seringkali pula berhubungan dengan persoalan yang bersifat interpersonal.

Prinsip Kesantunan memiliki sejumlah maksim, yakni maksim kebijaksanaan,

maksim penerimaan, maksim kemurahan, maksim kerndahan hati, maksim

kecocokan dan maksim kesimpatian.

Pada keenam maksim di atas terdapat bentuk ujaran yang digunakan untuk

mengekspresikannya. Bentuk-bentuk ujaran yang dimaksud adalah bentuk ujaran

impositif, komisif, ekspresif, dan asertif. Bentuk ujaran komisif adalah bentuk

ujaran yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran. Ujaran impositif

adalah ujaran yang digunakan untuk menyatakan perintah atau suruhan. Ujaran

ekspresif adalah ujaran yang digunakan untuk menyatakan sikap psikologis

pembicara terhadap sesuatu keadaan. Ujaran asertif adalah ujaran yang lazim

digunakan untuk menyatakan kebenaran proposisi yang diungkapkan.

Berkaitan dengan penelitian yaitu pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa

pada tuturan siswa SMP Negeri 1 Besuki Kabupaten Tulungagung telah

memberikan beberapa data. Berdasarkan data yang telah diambil dari hasil

observasi melalui perekaman dan kuisioner yang disebarkan kepada responden,

maka dapat dijabarkan jika siswa sering dan pernah menuturkan kata yang tidak

sopan di lingkungan sekolah. Berikut ini adalah pembahasan mengenai tuturan

siswa dikelompokkan sesuai pelanggaran maksim yang menjadi batasan masalah

dalam penelitian ini.

Page 44: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

5. 1. Pelanggaran Maksim Kerendahan Hati

Maksim Kerendahan Hati menuntut penutur untuk selalu mengurangi pujian

pada dirinya sendiri dan memaksimalkan cacian pada dirinya sendiri. Pelaku

komunikasi yang menaati maksim ini akan dianggap sebagai seorang yang rendah

hati dan tidak sombong.

Pelanggaran terhadap maksim kerendahan hati secara terus menerus akan

membentuk stigma kepada si pelaku sebagai orang yang sombong, bersikap anti

sosial, dan bahkan yang terburuk penutur seperti itu akan dijauhi lawan tuturnya,

karena bagaimanapun bertransaksi komunikasi dengan orang yang selalu

melanggar maksim kerendahan hati akan sangat tidak nyaman. Seperti tuuran

berikut ini:

Hari/Tanggal : Sabtu, 3 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki

Siswa yangmembicarakantemannya yangmempunyai sepedamotor baru.

Siswa 1 : Wingi aku eruh Bambangnumpak satria F anyar.Siswa 2 : Gek opo kuat tuku kae,paling yo lak nyilih, kene singnumpak mobil ae ra sombong kok….PMKH 1

1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada gengsi.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip

kesantunan dengan maksim kerendahan hati, karena telahmeminimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, danmemaksimalkan rasa hormat pada diri sendiri.

Pembahasan :

Tuturan yang diucapkan oleh kedua siswa di atas kurang enak didengar

karena mengandung sindiran. Saat siswa pertama memberitahukan bahwa ada

temannya yang mengendarai motor baru kepada siswa tapi jawaban siswa kedua

malah menyindir temannya dengan mengatakan “Gek opo kuat tuku kae” setelah

Page 45: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

itu siswan kedua menyombongkan diri dengan mengatakan “kene sing numpak

mobil ae ra sombong kok”. Tuturan ini termasuk ke dalam Pelanggaran Prinsip

Kesantunan dengan Maksim Kerendahan Hati, karena telah meminimalkan

ketidakhormatan pada diri sendiri, dan memaksimalkan rasa hormat pada diri

sendiri.

Hari/Tanggal : Sabtu, 3 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki

Siswa yangmembicarakan hasilujian yang baru sajaselesai dikerjakan.

Siswa 1 : Piye ujianmu maeng?Siswa 2 : Beres, sing tak sinaunimetu kabeh, la naanmu piye?Siswa 1 : Ra iso blas aku. awakmukok pinter timen.Siswa 2 : Halah andak garap ngonoae gak iso, kenemenen lakmu goblok.

PMKH 2

1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada prestasi.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip

kesantunan dengan maksim kerendahan hati, karena telahmeminimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, danmemaksimalkan rasa hormat pada diri sendiri.

Pembahasan :

Tuturan yang diucapkan oleh salah satu siswa di atas kurang enak didengar

karena mengandung olok-olok. Saat siswa pertama bertanya kepada siswa kedua,

ia bertutur dengan santun dan baik-baik. Tetapi ternyata jawaban dari siswa kedua

tidak mengenakan karena ia menyombongkan diri, sebab dirinya sudah merasa

mampu mengerjakan soal dengan lancar. Akhirnya tuturan selanjutnya yang

dituturkan oleh siswa pertama sangatlah kasar. “kenemenen lakmu goblok!”. Dari

tuturan siswa pertama tersebut telihat sekali bahwa ia kesulitan mengerjakan soal

ujian. Lebih menyakitkan lagi, ternyata siswa kedua bukannya memberikan

Page 46: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

semangat kepada temannya, tapi justru mengolok-olok dan menyombongkan diri.

Tuturan tersebut dikategorikan tuturan yang melanggar Maksim Kerendahan Hati.

Hari/Tanggal : Rabu, 7 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki

Siswa yang menyuruhtemannya supayamemberi sampul padabuku yang dipinjamdari perpustakaan.

Siswa 1 : Bukumu ki mbokdisampul, mosok lencret ngono arepkok balekne.Siswa 2 : Sanguku kurang lek karotak ngge tuku sampul.Siswa 1 : Andak Sampul regane 300ae to, jan kere… lak ra kuat tuku taktukokne po piye?

PMKH 3

1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada gengsi.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip

kesantunan dengan maksim kerendahan hati, karena telahmeminimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, danmemaksimalkan rasa hormat pada diri sendiri.

Pembahasan :

Tuturan yang diucapkan oleh siswa di atas kurang enak didengar karena

mengandung olok-olok dan sindiran. Tuturan siswa pertama yang mengomentari

buku siswa kedua dijawab oleh siswa kedua dengan rendah hati tetapi siswa

pertama malah menyombongkan diri dan mengatakan bahasa yang tidak sopan

“Andak Sampul regane 300 ae to, jan kere”. Seharusnya siswa pertama kalau

mempunyai keinginan membelikan sampul siswa kedua tidak perlu

menyombongkan diri dan mengolok-olok.

Tuturan ini termasuk ke dalam Pelanggaran Prinsip Kesantunan dengan

Maksim Kerendahan Hati, karena telah meminimalkan ketidakhormatan pada diri

sendiri, dan memaksimalkan rasa hormat pada diri sendiri.

Page 47: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Hari/Tanggal : Jum’at, 9 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki

Siswa yang tanyakenapa temannya keluarkelas belakangan waktuulangan harian.

Siswa 1 : Nyapo kok metu keri?Siswa 2 : Wong pinter yo ngene iki,ra koyok kowe. Goblok metu disek,nggenah lek ngawut!PMKH 4

1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada gengsi.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip

kesantunan dengan maksim kerendahan hati, karena telahmeminimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, danmemaksimalkan rasa hormat pada diri sendiri.

Pembahasan :

Ketika siswa pertama menanyakan kepada siswa kedua kenapa dia keluar

kelas belakangan waktu ulangan harian, dengan nada sombong siswa kedua

menjawab pertanyaan siswa pertama dengan kalimat “Wong pinter yo ngene iki”

dan mengucapkan kalimat yang tidak enak didengar yaitu “ra koyok kowe!

Goblok”.

Seharusnya siswa kedua tidak boleh mengucapkan hal yang demikian, karena

sangat menyakitkan hati siswa pertama apalagi dengan mengeluarkan kata

“goblok” yang sangat mengarah kepada prestasi.

Dari tuturan itu terlihat siswa kedua agak merendahkan temannya, bahwa

temannya tersebut tidak sepintar dirinya. Tuturan ini termasuk ke dalam

Pelanggaran Prinsip Kesantunan dengan Maksim Kerendahan Hati, karena telah

meminimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, dan memaksimalkan rasa

hormat pada diri sendiri.

Page 48: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Hari/Tanggal : Selasa, 27 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki

Siswa yangmengomentari sepatubaru temannya.

Siswa 1 : Sepatumu kok apik.Siswa 2 : Lak nukone masku iki.Siswa 1 : Gek piro regane ngono ki?Siswa 2 : Yo mesti larang, palingnombokmu yo rakuat nukokne…hahhah.

PMKH 5

1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada gengsi.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip

kesantunan dengan maksim kerendahan hati, karena telahmeminimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, danmemaksimalkan rasa hormat pada diri sendiri.

Pembahasan :

Dalam tuturan di atas jelas sekali melanggar maksim kerendahan hati, karena

siswa pertama berusaha memaksimalkan lawan tuturnya. Namun yang terjadi

justru si lawan tutur yaitu siswa kedua justru berlaku tidak sopan.

Siswa pertama dalam tuturan di atas seharusnya berterima kasih telah dipuji

oleh siswa kedua, bukan malah mencela dengan mengatakan “Yo mesti larang,

palingno mbokmu yo rakuat nukokne”. Disini jelas terlihat bahwa ada

pelanggaran prinsip kesantunan Leech yaitu dalam maksim kerendahan hati.

Hari/Tanggal : Rabu, 11 April 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki

Siswa yangmemperlihatkan hapebarunya kepadatemannya.

Siswa 1 : Heh, hape ku anyar!Siswa 2 : Engko eroh pak Mul lo,disita engko.Siswa 1 : Bene pameri pisan, disitapaling melek hapeku. Wonge kan rakuat tuku hape ngene ki.

PMKH 6

1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada gengsi.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip

kesantunan dengan maksim kerendahan hati, karena telahmeminimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, danmemaksimalkan rasa hormat pada diri sendiri.

Page 49: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Pembahasan :

Tuturan yang diucapkan oleh salah satu siswa di atas mengandung

kesombongan. Saat siswa pertama memamerkan hape barunya kepada siswa

kedua, siswa kedua memberi peringatan kalau ketahuan gurunya bisa disita

dengan nada baik-baik tapi jawaban siswa pertama malah menyombongkan diri

dengan mengatakan bahwa gurunya tidak mampu membeli hape seperti miliknya.

Tuturan tersebut dikategorikan tuturan tidak santun dan melanggar prinsip

kesantunan maksim kerendahan hati.

5.2. Pelanggaran Maksim Kesepakatan.

Bila komunikasi dalam maksim ini diharuskan untuk meminimalkan

ketidaksesuaian antara dirinya dengan yang lain. Pelaku yang menaati maksim ini

akan dicap sebagai seorang yang santun dan selalu perhatian terhadap topik yang

dibicarakan. Dalam konteks umum atau kontroversial pelaku pelanggaran

terhadap maksim ini akan mendapat cap sebagai seorang yang tidak santun dan

tidak berwawasan luas. Yang terburuk, lawan tutur akan merasa enggan

berkomunikasi dengannya.

Page 50: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Hari/Tanggal : Sabtu, 10 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki

Siswa yangmembicarakan caramengajar gurunya.

Siswa 1 : Pak Mu lak ngulang janndak menakne, garai ngantuk.Siswa 2 : Jarene sopo? Cah gonmupancen goblok-goblok, lak nengkelasku malah akeh guyone.

PMKS 1

1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip

kesopanan dengan maksim kesepakatan, karena telahmeminimalkan kesepakatann di antara mereka,danmemaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.

Pembahasan :

Saat siswa pertama mengeluh tentang cara mengajar seorang guru. Siswa

kedua justru menjawab dengan menghina “Cah gonmu pancen goblok-goblok”.

Tuturan tersebut kurang enak didengar. Sasaran ujarannya mengarah kepada

prestasi. Seharusnya siswa kedua, tidak boleh mengucapkan hal yang demikian,

karena sangat menyakitkan hati.

Tuturan antara siswa tesebut melanggar maksim kesepakatan, karena telah

meminimalkan kesepakatan diantara mereka, dan memaksimalkan

keidaksepakatan diantara mereka. Maksim kesepakatan menggariskan setiap

penutur dan lawan tutur untuk memaksimalkan kesepakatan diantara mereka, dan

meminimalkan ketidaksepakatan diantara mereka. Maksim kesepakatan

diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan asertif.

Page 51: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Hari/Tanggal : Selasa, 13 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki

Siswa yang menyuruhtemannya untuk segeramengisi tinta.

Siswa 1 : Isekno tinta ne,Siswa 2 : Sik tak nek perpus baleknebuku terus ngisi tinta.Siswa 1 : Tintamu isinen disek nyuk,kui selak digae.

PMKS 2

1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip

kesopanan dengan maksim kesepakatan, karena telahmeminimalkan kesepakatann di antara mereka,danmemaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.

Pembahasan :

Tuturan siswa pada tuturan di atas merupakan tuturan yang kurang enak

didengar dan mengandung olok-olok. Saat siswa pertama meminta bantuan

kepada siswa kedua untuk mengisikan tinta yang akan segera dipakai untuk

menulis dipapan tulis. Siswa kedua menjawab ingin mengembalikan buku

keperpustakaan terlebih dahulu. Mendengar jawaban siswa kedua, siswa pertama

merasa kata-katanya tidak di dengarkan oleh siswa kedua. Akhirnya siswa

pertama melontarkan nada kasar dan mengolok-olok dengan menyebut siswa

pertama dengan panggilan “nyuk”. Panggilan itu sama dengan hewan munyuk

yang berarti kera. Panggilan yang diucapkan oleh siswa pertama tersebut sangat

tidak memiliki kemanusiaan, karena menyamakan antara manusia dengan hewan.

Karena itu, tuturan diatas dikategorikan sebagai tuturan yang sangat tidak santun.

Page 52: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Hari/Tanggal : Rabu, 14 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki

Siswa yang megajaktemannya membelijajanan di kantin.

Siswa 1 : Ayo nek kantine pakkiman.Siswa 2 : Cegeh, Koyok ra mbondoae, mending nek kopsis karo golekcoca cola.

PMKS 3

1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada ekonomi.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip

kesopanan dengan maksim kesepakatan, karena telahmeminimalkan kesepakatann di antara mereka,danmemaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.

Pembahasan :

Saat siswa pertama mengajak siswa kedua untuk membeli jajanan ke salah

satu kantin yang ada di sekolah. Siswa kedua justru menjawab dengan sombong

dan ucapan yang menghina “koyok ra mbondo ae”. Tuturan tersebut kurang enak

didengar karena mengandung sindiran. Sasaran ujarannya mengarah kepada

ekonomi yang seolah-olah temannya tidak memiliki uang untuk membeli jajanan

yang lebih mahal. Seharusnya siswa kedua tidak boleh mengucapkan hal yang

demikian, karena sangat menyakitkan hati siswa pertama apalagi dengan

mengeluarkan kata ‘ra mbondo’ yang sangat mengarah kepada ekonomi seseorang

yang menyatakan dia miskin.

Tuturan antara siswa pertama dan siswa kedua tesebut melanggar maksim

kesepakatan, karena telah meminimalkan kesepakatan di antara mereka, dan

memaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka. Maksim kesepakatan

menggariskan setiap penutur dan lawan tutur untuk memaksimalkan kesepakatan

di antara mereka, dan meminimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.

Page 53: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Hari/Tanggal : Rabu, 14 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki

Tuturan siswa yangmenjadi pengurusdengan siswa yangmembeli barang dikoperasi.

Siswa 1 : Hoe cah cilik, ki ra enekjujule, tak ngei permen yo?Siswa 2 : Halah, enek-enek….Panggah kok jujuli permen ae, sesoklak tuku dwitku tak ganti permen lo.Siswa 1 : Ojo ngewes ae, arep opoemoh?

PMKS 4

1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip

kesopanan dengan maksim kesepakatan, karena telahmeminimalkan kesepakatann di antara mereka,danmemaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.

Pembahasan :

Kejadian diatas terjadi di koperasi siswa saat seorang siswa sedang menjadi

petugas koperasi siswa yang melayani siswa lainnya. Saat siswa pertama

memberikan kembalian kepada siswa kedua dengan mengganti permen. Siswa

kedua tidak mau menerima permen tersebut karena sering menerima kembalian

dengan permen. Tapi jawaban siswa pertama malah sedikit tidak sopan “ojo

ngewes ae” padahal dia sedang berhadapan dengan pembeli yang seharusnya

lebih dihormati walaupun pembeli itu adik kelasnya.

Page 54: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Hari/Tanggal : Kamis, 15 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki

Siswa yang mengeluhkarena tidak bisamengerjakan soal ujian.

Siswa 1 : Soal matematika jan garaipusing.Siswa 2 : Bocah lak ra gelem mikiryo ngongo kui, aku garap nyantaigene yo lancar jaya.Siswa 1 : Ngono ki yo pener tenan?Siswa 2 : Ngenyek, aku pinter orakoyok kowe.

PMKS 5

1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip

kesopanan dengan maksim kesepakatan, karena telahmeminimalkan kesepakatann di antara mereka,danmemaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.

Pembahasan :

Ketika siswa pertama mengeluarkan unek-uneknya kepada siswa kedua

tentang soal matematika yang membuatnya menjadi pusing ternyata siswa kedua

justru menjawab dengan ucapan yang menghina dan kurang enak didengar karena

mengandung sindiran. Karena mendengar ucapan siswa kedua maka membuat

siswa pertama menjadi tersindir oleh ucapan siswa pertama. Karena itu siswa

pertama menjawab dengan ucapan yang menyindir hasil pekerjaan siswa pertama

“ngono ki yo pener tenan?”. Karena mendengar ucapan yang bernada sindiran

siswa pertama, maka siswa kedua menjawab dengan nada sindiran dan sombong

“ngenyek, aku pinter ora koyok kowe”.

Page 55: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Hari/Tanggal : Kamis, 17 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki

Siswa yang minta do’apada seorang satpammenjelang ujiannasional.

Siswa 1 : Om… Jaluk dungane.Satpam : Engko yo, sik repot.Siswa 1: Jan sombong, metekdosamu, dijaluki dungo ae gakgelem. Paling yo ora mandhidongomu!

PMKS 6

1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip

kesopanan dengan maksim kesepakatan, karena telahmeminimalkan kesepakatann di antara mereka,danmemaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.

Pembahasan :

Seorang siswa yang akan mengikuti ujian meminta do’a kepada satpam

disekolahnya. Ketika dia meminta do’a restu malah satpam itu menolak karena

masih sibuk. Mendengar ucapan satpam, siswa itu menjadi sangat kecewa dengan

mengucapkan “Jan sombong, metek dosamu, dijaluki dungo ae gak gelem” dan

kesal sehingga mengucapkan kalimat “Paling yo ora mandhi dongomu!.

Seharusnya siswa bersikap sopan, karena yang ia hadapi saat berbicara adalah

orang yang lebih tua yang seharusnya dihormati.

Page 56: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Hari/Tanggal : Senin, 19 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki

Siswa yang memintatemannya menemani kekamar mandi.

Siswa 1 : Melu neng MCK njoh.Siswa 2 : Gah, cegeh mlaku aku.Siswa 1: Asem, titenono lakngongkon aku sok.Siswa 2 : Andak rono ae ra gelemdewe. Jan koyok cah cilik ngompoloae.

PMKS 7

1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip

kesopanan dengan maksim kesepakatan, karena telahmeminimalkan kesepakatan di antara mereka,danmemaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.

Pembahasan :

Tuturan yan diucapkan oleh kedua siswa diatas kurang sopan dan kurang

enak didengar. Saat siswa pertama meminta siswa kedua untuk mengantarkan ke

kamar kecil dengan nada menolak siswa kedua tidak mau mengantarkan. Karena

sangat kecewa dengan jawaban siswa kedua maka siswa pertama merasa marah

dan mengancam siswa kedua. Siswa kedua pun tidak terima dengan ancaman

siswa pertama maka siswa kedua mengucapkan kalimat sindiran “Jan koyok cah

cilik”. Seandainya siswa kedua menolak dengan menggunakan bahasa yang lebih

sopan maka tidak akan terjadi olok-olokan diantara mereka.

Page 57: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Hari/Tanggal : Rabu, 21 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki

Siswa yang sedangmengembalikan daftarabsensi siswa padasalah satu karyawan tatausaha.

Siswa : Mbak, mbalekne turahandaftar absen.Karyawan : Ora iso boso to? Keknonek tempate.Siswa : Kesusu mbak, aku apeulangan tak kekne kene yo?

PMKS 8

1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip

kesopanan dengan maksim kesepakatan, karena telahmeminimalkan kesepakatann di antara mereka,danmemaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.

Pembahasan :

Tutuan diatas terjadi antara siswa dan salah satu karyawan di sekolah. Siswa

yang merasa karyawan masih muda maka dia seenaknya berbicara seperti dengan

temannya sendiri. Tuturan siswa diatas sangat tidak sopan karena lawan bicara dia

adalah orang yang lebih tua darinya. Seharusnya siswa tersebut mengatakan

dengan bahasa yang lebih sopan.

Tuturan siswa tesebut melanggar maksim kesepakatan, karena telah

meminimalkan kesepakatan di antara siswa dan karyawan, dan memaksimalkan

ketidaksepakatan di antara mereka. Maksim kesepakatan menggariskan setiap

penutur dan lawan tutur untuk memaksimalkan kesepakatan di antara mereka, dan

meminimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.

Page 58: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Hari/Tanggal : Senin, 2 April 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki

Siswa yang menitipkanbayaran untuk daftarulang kepada siswalainnya.

Siswa 1 : Wes mbayar daftar ulang?Siswa 2 : Ki arep mbayar.Siswa 1 : Titip yo!Siswa 2 : Cegeh, ra iso mlaku dewembrangkango. Cacat po pie!Siswa 1 : Tak mbayar dewe leknu.Siswa 2 : mbok yow ngunuw ranyusahne koncone.

PMKS 9

1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip

kesopanan dengan maksim kesepakatan, karena telahmeminimalkan kesepakatann di antara mereka,danmemaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.

Pembahasan :

Dalam tuturan di atas jelas sekali melanggar maksim kesepakatan, karena

siswa pertama berusaha memaksimalkan lawan tuturnya. Namun yang terjadi

justru si lawan tutur yaitu siswa kedua justru berlaku tidak sopan.

Siswa kedua dalam tuturan di atas seharusnya tidak mengucapkan kata yang kasar

“ra iso mlaku dewe mbrangkango” dan menyebut temannya “cacat”. Tuturan

siswa kedua pasti menyakitkan siswa pertama.

5.3. Pelanggaran Maksim Kesimpatian.

Penutur yang senantiasa selalu menaati maksim ini akan dianggap sebagai

seorang yang santun dan tahu akan pentingnya sebuah hubungan antarpersonal

dan sosial. Penutur akan dianggap sebagai seorang yang pandai memahami

perasaan orang lain.

Simpati adalah suatu model kesantunan dimana setiap pelaku tutur

diwajibkan untuk ikut memahami perasaan lawan tuturnya, terutama disaat lawan

Page 59: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

tuturnya sedang sedih karena suatu persoalan. Dengan pemahaman rasa seperti ini

diharapkan lawan tutur menjadi sedikit terhibur atau merasa nyaman saat

melakukan transaksi komunikasi sosial bersama sang pelaku tutur.

Hari/Tanggal : Sabtu, 3 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki

Siswa yang memintatolong kepadatemannya untukmembawakan tugasIPA ke ruang guru.

Siswa 1 : Engko tugase IPA gawanennek ruang guru yo ?Siswa 2 : Karo kowe lo, aku ra isogowo dewe.Siswa 1 : Aku arep nek UKS,awakku ra penak.Siswa 2 : Halah, bocah kokpenyakiten.

PMS 1

1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip

kesopanan dengan maksim kesimpatian, karena pesertapertuturan meminimalkan rasa simpati, dan memaksimalkanrasa antipati kepada lawan tuturnya.

Pembahasan :

Ketika siswa pertama minta tolong kepada siswa kedua untuk membawakan

tugas dari gurunya dikarenakan dia tidak enak badan dan mau ke UKS. Tapi

jawaban dari siswa kedua malah tidak enak didengar dan tidak ada rasa simpati ke

temannya yang sedang sakit dia justru mengatakan “Halah, bocah kok

penyakiten”.

Tuturan siswa kedua tersebut melanggar maksim kesimpatian, karena peserta

pertuturan meminimalkan rasa simpati, dan memaksimalkan rasa antipati kepada

lawan tuturnya. Seharusnya siswa kedua tersebut memaksimalkan rasa simpati

dan meminimalkan rasa antipati saat siswa kedua mengatakan tidak enak badan.

Page 60: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Hari/Tanggal : Senin, 5 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki

Siswa yang menayakankepada temannyatentang hasil olimpiadedi SMPN 1Sumbergempol.

Siswa 1 : Piye lakmu melokolimpiade wingi?Siswa 2 : Pesertane pinter-pinter, akuora oleh nomer.Siswa 1 : Kapok, goblok kemleletmelok olimpiade. Mbendinobimbingan gur bati kesel we.

PMS 2

1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada prestasi.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip

kesopanan dengan maksim kesimpatian, karena pesertapertuturan meminimalkan rasa simpati, dan memaksimalkanrasa antipati kepada lawan tuturnya.

Pembahasan :

Ketika siswa pertama menanyakan hasil olimpiade kepada siswa kedua.

Siswa kedua menjawab kalau dirinya tidak berhasil mendapatkan juara. Namun,

siswa pertama malah menghina dan mengolok-olok dengan sebutan “goblok”

bukannya bersimpati kepada temannya. Kata goblok merupakan salah satu kata

kasar yang sangat tidak enak didengar.

Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan dan prestasi. Tuturan

yang dituturkan oleh siswa pertama tersebut melanggar maksim kesimpatian.

Maksim ini diungkapkan dengan tuturan asertif dan ekspresif. Maksim

kesimpatian ini mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk memaksimalakn

rasa simpati, dan meminimalkan ras antipati kepada lawan tuturnya. Tuturan

siswa pertama tersebut justru sebaliknya. Yakni meminimalkan rasa simpati dan

memaksimalkan rasa antipati kepada lawan tuturnya.

Page 61: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Hari/Tanggal : Kamis, 12 April 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki

Siswa yang memberikabar kepada temannyaada siswa yangkecelakaan.

Siswa 1 : Wingi Cahyadi tibo pasmulih sekolah.Siswa 2 : Ben dirasakne numpakmotor ugal-ugalan yo ngono kui.PMS 3

1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip

kesopanan dengan maksim kesimpatian, karena pesertapertuturan meminimalkan rasa simpati, dan memaksimalkanrasa antipati kepada lawan tuturnya.

Pembahasan :

Tuturan dua siswa diatas kurang enak didengar. Saat siswa pertama bercerita

kepada siswa kedua tentang temannya yang kecelakaan. Namun siswa kedua

justru tidak bersimpati dan mengatakan “Ben dirasakne numpak motor ugal-

ugalan yo ngono kui”.

Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan. Tuturan yang dituturkan

oleh siswa kedua tersebut melanggar maksim kesimpatian. Maksim ini

diungkapkan dengan tuturan asertif dan ekspresif. Maksim kesimpatian ini

mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk memaksimalakn rasa simpati, dan

meminimalkan ras antipati kepada lawan tuturnya. Tuturan siswa tersebut justru

sebaliknya. Yakni meminimalkan rasa simpati dan memaksimalkan rasa antipati

kepada lawan tuturnya.

Page 62: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Hari/Tanggal : Kamis, 19 April 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki

Siswa yang heranmelihat temannyamemakai sandal disekolah.

Siswa 1 : Nyapo gae sandal?Siswa 2 : Sepatuku durung garingkudanan wingi.Siswa 1 : Makane tuku sepatu nehkono, ancen sepatu kok mek sitok,elek pisan.

PMS 4

1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip

kesopanan dengan maksim kesimpatian, karena pesertapertuturan meminimalkan rasa simpati, dan memaksimalkanrasa antipati kepada lawan tuturnya.

Pembahasan :

Tuturan diatas tidak enak didengar seharusnya siswa pertama tidak

mengatakan “ancen sepatu kok mek sitok, elek pisan” karena tidak semua siswa

mampu memiliki sepatu lebih dari satu. Seharusnya siswa pertama bersimpati

kepada temannya yang datng ke sekolah hanya dengan memakai sandal.

Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan. Tuturan yang dituturkan

oleh siswa pertama tersebut melanggar maksim kesimpatian. Maksim ini

diungkapkan dengan tuturan asertif dan ekspresif. Maksim kesimpatian ini

mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk memaksimalakn rasa simpati, dan

meminimalkan rasa antipati kepada lawan tuturnya. Tuturan siswa pertama

tersebut justru sebaliknya. Yakni meminimalkan rasa simpati dan memaksimalkan

rasa antipati kepada lawan tuturnya.

Page 63: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Setelah melakukan observasi terhadap tuturan langsung di SMP Negeri 1

Besuki, penulis menarik beberapa simpulan sebagai berikut :

1) Wujud penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang melanggar maksim

kerendahan hati yang diucapkan oleh siswa SMP Negeri 1 Besuki meliputi

kata-kata yang kurang sopan mengarah kepada kesombongan dan prestasi.

Siswa sering kali berbicara seakan dirinya yang lebih baik dari pada siswa

lainnya. Maksim Kerendahan Hati menuntut penutur untuk selalu mengurangi

pujian pada dirinya sendiri dan memaksimalkan cacian pada dirinya sendiri.

Pelaku komunikasi yang menaati maksim ini akan dianggap sebagai seorang

yang rendah hati dan tidak sombong.

2) Wujud penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang melanggar maksim

kesepakatan yang diucapkan oleh siswa SMP Negeri 1 Besuki, kebanyakan

siswa menyatakan ketidaksepakatannya dengan tuturan yang kurang enak

didengar. Bila komunikasi dalam maksim kesepakatan diharuskan untuk

meminimalkan ketidaksesuaian antara dirinya dengan yang lain. Pelaku yang

menaati maksim kesepakatan akan dicap sebagai seorang yang santun dan

selalu perhatian terhadap topik yang dibicarakan. Dalam konteks umum atau

kontroversial pelaku pelanggaran terhadap maksim ini akan mendapat cap

Page 64: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

sebagai seorang yang tidak santun dan tidak berwawasan luas. Yang terburuk,

lawan tutur akan merasa enggan berkomunikasi dengannya.

3) Wujud penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang melanggar maksim

kesimpatian yang diucapkan oleh siswa SMP Negeri 1 Besuki adalah ketika

siswa mengetahui temannya mendapatkan musibah bukannya bersimpati tapi

malah mengeluarkan tuturan yang bernada kurang simpati. Penutur yang

senantiasa selalu menaati maksim ini akan dianggap sebagai seorang yang

santun dan tahu akan pentingnya sebuah hubungan antarpersonal dan sosial.

Penutur akan dianggap sebagai seorang yang pandai memahami perasaan

orang lain.

4) Berdasarkan data dari 50 siswa yang mengisi pada lembar kuisioner

menjawab pernah mengeluarkan kata kasar di sekolah sebanyak 56 %, 92 %

siswa tidak pernah mengucapkan kata tidak santun kepada guru disekolah, 90

% siswa sering mengucapkan kata yang kurang sopan dilingkungan luar

sekolah, 94 % akan marah jika ada temannya mengucapkan kata kasar kepada

dirinya, siswa yang sering mendengarkan temannya mengucapkan kata yang

kurang sopan sebanyak 78 % dan 96 % tidak pernah mendapatkan pelajaran

kesantunan berbahasa di kelas.

Page 65: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

6. 2. Saran

Berdasarkan hasil analisis data dan simpulan yang telah penulis kemukakan

di atas, pada bagian ini penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1) Penulis berharap ada penelitian lanjutan yang lebih spesifik terhadap realisasi

kesantunan berbahasa di lingkungan terminal, dengan kajian yang menarik,

sample yang lebih besar, dan teknik analisis yang lebih mendalam untuk

mendapatkan hasil kajian yang sempurna.

2) Seiring dengan masih jarangnya penelitian mengenai kesantunan berbahasa,

maka penelitian ini perlu mendapatkan perhatian dari para ahli bahasa.

Terutama dosen Bahasa Indonesia dari STKIP PGRI Trenggalek memberikan

bantuan demi melancarkan penelitian.

3) Berharap jika ada penelitian lanjutan, peneliti selanjutnya lebih berani

mengungkapkan fakta-fakta yang sebenarnya terjadi di lapangan, tidak

terpaku pada apa yang dilihat dan didengar saja.

Page 66: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

DAFTAR RUJUKAN

Bogdan, R.C. dan Biklen, S.K.1982. Riset Kualitatif untukPendidikan. Terjemahan oleh Munandir. Jakarta: Depdikbud.

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.

Dahlan, M.D. 1992. Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalamKeluarga, di Sekolah dan di Masyarakat. Bandung : Diponegoro.

Dhieni. 1989. Politik Bahasa dan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Harras, Kholid A. Santun Berbahasa. Bandung : Universitas PendidikanIndonesia.

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung : Angkasa.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta : PT. Gramedia.

Lutfiah, Ida. 2007. Kesantunan Berbahasa di Lingkungan Podok Pesantren SunanDrajat Banjaranyar Paciran Lamongan dalamhttp://kesantunanberbahasa.wordpress.com/bab-i-pendahuluan/. Diaksespada 1 Maret 2012.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Terjemahan oleh M.D.D. Okadari judul asli The Principles of Pragmatics. Jakarta: Penerbit UniversitasIndonesia.

Mahsun, 2005. Metode penelitian bahasa: tahapan strategi, metode dantekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Muslich, Masnur. 2006. Kesantunan Berbahasa Indonesia Sebagai PembentukKepribadian Bangsadalam http//researchengingnes.com/1006masnur2.html. Diakses padatanggal 28 Maret 2012.

Moleong, L. J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja RosdaKarya.

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistilk Kualitatif. Bandung: Tarsito

Page 67: Kesantunan berbahasa siswa SMPN 1 Besuki

Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik, Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.Jakarta : Erlangga.

Ruhendi Saefullah, Aceng. 2003. Pragmatik Dari Morris Sampai Van Dijk DanPerkembangannya Di Indonesia. Jurnal @rtikulasi volume 3. Bandung :FPBS.

Sumarsono, dan Paina Partama. 2004. Sosiolinguistik. Yogyakarta : PustakaPelajar dan Sabda.

Supardo, Susilo. (1988). Bahasa Indonesia dalam Kontelcs. DepartemenPendidikan dan Kebudayaan Dinas Pendidikan Tinggi: Jakarta.

Sugiyono, 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Wicaksana, Muhlis Fajar. 2011. Pembinaan Bahasa Indonesia Pada MahasiswaMelalui Pengimplementasian Kesantunan Berbahasa Indonesia Yang BaikDan Benar Guna Memajukan Bahasa Persatuan Bangsa dalamhttp://muhlis-ikippgri-madiun.blogspot.com/2011/03/pembinaan-bahasa-indonesia-pada.html. diakses pada tanggal 28 Maret 2012.

Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.