40
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Kesehatan Dan Keselamatan Kerja-print

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Modul Perkuliahan

Citation preview

  • KESEHATAN DAN

    KESELAMATAN KERJA

  • Konsep Dasar

    Kesejahteraan pekerja/buruh adalah suatu

    pemenuhan kebutuhan dan/atau keperluan

    yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik

    di dalam maupun di luar hubungan kerja,

    yang secara langsung atau tidak langsung

    dapat mempertinggi produktivitas kerja

    dalam lingkungan kerja yang aman dan

    sehat.

  • Hak Pekerja

    Setiap pekerja/buruh mempunyai hak

    untuk memperoleh perlindungan atas :

    keselamatan dan kesehatan

    kerja;

    moral dan kesusilaan;

    dan

    perlakuan yang sesuai dengan harkat dan

    martabat manusia serta nilai-nilai agama.

  • Untuk melindungi keselamatan

    pekerja/buruh guna mewujudkan

    produktivitas kerja yang

    optimal diselenggarakan upaya keselamatan

    dan kesehatan kerja.

    Setiap perusahaan wajib menerapkan

    sistem manajemen keselamatan dan

    kesehatan kerja yang terintegrasi dengan

    sistem manajemen perusahaan.

  • Pengaturan Kesehatan Kerja

    Larangan anak-anak menjalankan

    pekerjaan

    Pekerjaan bagi penyandang cacat

    Pekerjaan bagi orang wanita

    Waktu kerja dan Waktu Istirahat

    Tempat kerja

  • Larangan anak-anak

    menjalankan pekerjaan Anak adalah Anak adalah setiap orang yang

    berumur dibawah 18 (delapan belas) tahun.

    Setiap pengusaha dilarang mempekerjakan anak. Yang dimaksud pekerjaan disini adalah: pekerjaan yang dijalankan oleh pekerja untuk pengusaha dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah.

    Ketentuan tersebut dikecualikan bagi anak yang berumur antara 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial.

  • Pengusaha yang mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan harus memenuhi persyaratan :

    izin tertulis dari orang tua atau wali;

    perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali;

    waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam;

    dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah;

    keselamatan dan kesehatan kerja;

    adanya hubungan kerja yang jelas; dan

    menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

    Ketentuan sebagaimana ini dikecualikan bagi anak yang bekerja pada usaha keluarganya.

    Anak dapat melakukan pekerjaan di tempat kerja yang merupakan bagian dari kurikulum pendidikan atau pelatihan yang disahkan oleh pejabat yang berwenang. Anak sebagaimana dimaksud di sini paling sedikit berumur 14 (empat belas) tahun.

  • Pekerjaan sebagaimana dimaksud di sini

    dapat dilakukan dengan syarat :

    diberi petunjuk yang jelas tentang cara

    pelaksanaan pekerjaan serta bimbingan

    dan pengawasan dalam melaksanakan

    pekerjaan; dan

    diberi perlindungan keselamatan dan

    kesehatan kerja.

  • Anak dapat melakukan pekerjaan untuk mengembangkan bakat dan minatnya. Pengusaha yang mempekerjakan anak wajib memenuhi syarat :

    di bawah pengawasan langsung dari orang tua atau wali;

    waktu kerja paling lama 3 (tiga) jam sehari; dan

    kondisi dan lingkungan kerja tidak mengganggu perkembangan fisik, mental, sosial, dan waktu sekolah.

  • Dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama

    dengan pekerja/buruh dewasa, maka tempat

    kerja anak harus dipisahkan dari tempat

    kerja pekerja/buruh dewasa. Anak dianggap

    bekerja bilamana berada di tempat kerja,

    kecuali dapat dibuktikan sebaliknya. Siapapun

    dilarang mempekerjakan dan melibatkan

    anak pada pekerjaan-pekerjaan yang

    terburuk

  • Pekerjaan-pekerjaan yang terburuk meliputi :

    segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya;

    segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno, atau perjudian;

    segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; dan/atau

    semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak.

  • Pendapat/persepsi berkaitan dengan

    pekerjaan anak Pertama mereka yang berperinsip bahwa

    pekerja anak harus dihapuskan (abolition).

    Kedua, mereka yang berpendapat pekerja

    anak harus dilindungi (protection).

    Ketiga, mereka yang berpendapat bahwa

    pekerja anak harus diberdayakan

    (empowerment).

  • Persyaratan mempekerjakan anak pada

    pekerjaan ringan

    izin tertulis dari orang tua atau wali;

    perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali;

    waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam;

    dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah;

    keselamatan dan kesehatan kerja;

    adanya hubungan kerja yang jelas; dan

    menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

  • Pekerjaan bagi penyandang

    cacat Tenaga Kerja Penyandang Cacat ialah

    Penduduk / Seseorang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan bagi yang melakukan kegiatan secara selayaknya.

    Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikan perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya.

  • Dasar Hukum

    Pasal 27 ayat (2) UUD 1945: Setiap warga

    negara berhak atas pekerjaan dan

    penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

    Pasal 28 D ayat (2) UUD 1945: Setiap

    orang berhak untuk bekerja serta

    mendapat imbalan dan perlakuan yang adil

    dan layak dalam hubungan kerja.

  • UU No. 4 Tahun 1997 Tentang

    Penyandang Cacat Pasal 13 : Setiap Penyandang Cacat mempunyai kesamaan

    kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan jenis derajat kecacatannya.

    Pasal 14 : Perusahaan Negara dan Swasta memberikan Kesempatan dan perlakuan yang sama kepada Penyandang Cacat dengan mempekerjakan Penyandang Cacat diperusahaannya dengan jenis dan derajat kecacatan, pendidikan dan kemampuannya yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah karyawan dan atau kwalifikasi perusahaan.

    Pasal 27 : Pemerintah memberikan penghargaan kepada perusahaan yang mempekerjakan Penyandang Cacat.

    Bab VII : KETENTUAN PIDANA

    Pasal 28 : Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran Pasal 14 diancam dengan pidana kurungan selama 6 Bulan dan atau pidana denda setinggitingginya Rp. 200.000.000,-

  • UU No. 13 Tahun 2003 tentang

    Ketenagakerjaan Pasal 5 : Setiap tenaga kerja memiliki

    kesempatan yang sama tanpa

    diskriminasi untuk memperoleh

    pekerjaan

    Pasal 6: Setiap pekerja/buruh berhak

    memperoleh perlakuan yang sama tanpa

    diskriminasi dari pengusaha

  • Pasal 19 : Pelatihan Kerja bagi Tenaga Kerja Penyandang Cacat dilaksanakan dengan memperhatikan jenis, derajat kecacatan, dan kemampuan tenaga kerja penyandang Cacat yang bersangkutan

    Pasal 31 : Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri

    Pasal 67 : Pengusaha yang mempekerjakan Tenaga Kerja Penyandang Cacat wajib memberikan perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya yang mengacu pada peraturan Perundangan yang berlaku

    Pasal 187: Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam (antara lain pasal 67), dikenakan sangsi pidana kurungan paling singkat satu bulan dan paling lama dua belas bulan dan atau denda paling sedikit Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 100.000.000,- (Seratus juta rupiah)

  • PP No. 43 Tahun 1998 tentang Upaya

    Peningkatan Kesejahteraan Penca Pasal 26 : Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang sama kepada

    tenaga kerja penyandang cacat yang memenuhi persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan untuk memperoleh pekerjaan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya.

    Pasal 27 : Pengusaha wajib memberikan perlakuan yang sama kepada pekerja penyandang cacat

    Pasal 28 : Perusahaan harus mempekerjakan sekurang-kurangnya 1 (satu orang penyandang cacat yang memenuhi persyaratan jabatan dan kwalifikasi pekerjaan sebagai pekerja pada perusahaannya untuk setiap 100 (seratus) orang pekerja perusahaannya.

    Pasal 29 ayat (1) : Pengusaha harus mempekerjakan sekurang kurangnya 1 (satu) orang penyandang cacat yang memenuhi persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan sebagai pekerja pada perusahaannya, bagi yang memiliki pekerjaan kurang dari 100 (seratus) orang tetapi usaha yang dilakukannya menggunakan tehknologi tinggiayat (2) : Penggunaan teknologi tinggi dalam usaha dan jumlah rasio pekerjaan sebagian dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh menteri yang bertanggung jawab dibidang ketenaga kerjaan setelah mendapat persetujuan dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang perindustrian.

  • KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR : KEP-205/MEN/1999 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN

    PENEMPATAN TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT

    Pasal 4

    Ayat (1) Untuk setiap 100 (seratus) orang pekerja, maka pengusaha wajib mempekerjakan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang tenaga kerja penyandang cacat sesuai dengan persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan.

    Ayat (2) Pengusaha yang menggunakan teknologi tinggi dan mempekerjakan tenaga kerja kurang dari 100 (seratus) orang wajib mempekerjakan satu atau lebih tenaga kerja penyandang cacat.

  • Pekerjaan bagi orang wanita

    Dasar Hukum:

    UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Kepmennaker No.224/Men/2003 tentang Kewajiban

    Pengusaha yang Mempekerjakan Perempuan pada Malam Hari

    Konvensi ILO No.100 (diratifikasi dengan UU No.80/57) tentang Pengupahan yang sama bagi Laki-laki dan Wanita untuk Pekerjaan yang Sama Nilainya

    Konvensi ILO No.111 (diratifikasi dengan UU No.21/99) tentang Diskriminasi Dalam Pekerjaan & Jabatan

    Konvensi PBB (diratifikasi dengan UU No.7/84) tentang Penghapusan Diskriminasi Terhadap Perempuan

  • Latar belakang

    1. Pekerja Perempuan (PP) mempunyai peran ganda baik sebagai Tenaga Kerja yang harus dilindungi hak-haknya , maupun sebagai Ibu RT yang harus dilindungi fungsi reproduksinya karenanya PP perlu mendapat perlindungan khusus agar fungsi reproduksinya tidak terganggu.

    2. PP memiliki jumlah yang cukup besar dan mereka mempunyai peran yang sangat penting dalam mengisi pembangunan, karenanya PP mempunyai hak yang sama tanpa diskriminasi dalam pekerjaan , agar mereka tetap eksis dapat berpartisipasi dalam mengisi pembangunan.

    3. Kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan merupakan salah satu tujuan pembangunan Millenium yg tertuang dalam Program MDGs (Millennium Development Goals) butir 3, yg perlu dilakukan upaya percepatannya oleh berbagai Instansi terkait termasuk Kemenakertrans.

  • Perlindungan Khusus Pekerja

    Perempuan : Protective Kebijakan yang diarahkan

    pada perlindungan fungsi reproduksi

    Corrective Kebijakan yang diarahkan pada peningkatan kedudukan pekerja perempuan (pemberdayaan pekerja perempuan)

    Non Diskriminatif Kebijakan yang diarahkan pada kesetaraan hak & kewajiban ditempat kerja.

  • Protective,meliputi:

    1. Perlindungan Pada Masa Haid

    Pekerja perempuan tdk diwajibkan bekerja pd hari

    pertama & kedua pd waktu haid, dg ketentuan :

    - Merasakan sakit

    - Memberi tahu Pengusaha

    - Pelaksanaan diatur dlm PK, PP, PKB

    2. Perlindungan Sebelum & Sesudah Melahirkan

    Pekerja perempuan berhak istirahat 1,5 bln sebelum

    saatnya melahirkan & 1,5 bln sesudah melahirkan

    (berdasarkan perkiraan dokter/bidan)

  • 3. Perlindungan sesudah gugur kandung

    Pekerja perempuan diberi waktu istirahat 1,5 bln sesudah gugur kandung (berdasarkan surat keterangan dokter kandungan atau Bidan)

    4. Kesempatan untuk menyusui bayi Pekerja perempuan yang anaknya masih menyusu,

    harus diberi kesempatan yang patut untuk menyusui anaknya jika hal tersebut harus dilakukan selama waktu kerja.

    Lamanya waktu yang diberikan dengan memperhatikan tersedianya tempat yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan perusahaan yang diatur dlm PP atau PKB.

  • Protektif

    5. Larangan Kerja Malam bagi PP yg Hamil Pekerja perempuan hamil dilarang bekerja

    antara pukul 23.00 s/d 7.00 WIB jika menurut keterangan dokter hal itu berbahaya bagi dirinya dan kandungannya.

    6. Larangan mempekerjakan perempuan

    pada malam hari usia dibawah 18 tahun. Pekerja perempuan usia dibawah 18 tahun

    (anak perempuan) dilarang bekerja pada malam hari.

  • Corektive

    1. Larangan PHK bagi pekerja perempuan karena hamil,

    melahirkan dan menyusui.

    2. Perlindungan pada saat bekerja dimalam hari:

    Pengusaha yang mempekerjakan pekerja perempuan pada

    malam hari berkewajiban utk:

    a. Memberikan makan dan minum yang bergizi (1400 kalori)

    b. Menjaga kesusilaan dan keamanaan

    c. Menyediakan angkutan antar jemput

    d. Usia pekerja 18 tahun keatas

    3. Adanya peluang bagi PP hamil utk bekerja pada malam hari,

    sepanjang ada surat keterangan dokter yg menyatakan hal

    tsb tidak berbahaya bagi pekerja dan kandungannya.

  • KEBIJAKAN PEMBERIAN ASI

    KEBIJAKAN PEMBERIAN ASI DITEMPAT KERJA :

    1. Pasal 83 UU No.13 Tahun 2003 ttg Ketenagakerjaan :

    - Pekerja perempuan yg anaknya masih menyusu harus diberi

    kesempatan sepatutnya , utk menyusui anaknya jika hal itu harus

    dilakukan selama waktu kerja.

    - Kesempatan sepatutnya adalah waktu yg diberikan utk menyusui

    bayi dg memperhatikan tersedianya tempat yg sesuai dg kondisi dan

    kemampuan perusahaan (diatur dalam PP atau PKB).

    2. Peraturan Bersama Meneg PP, Menakertrans dan Menkes

    No.48/Men.PP/XII/2008, No.Per.27/Men/XII/2008 dan

    No.1177/Menkes/PB/XII/2008 ttg Peningkatan Pemberian ASI Selama

    Waktu Kerja Di Tempat Kerja.

  • Non Diskriminatif

    Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita dilapangan pekerjaan meliputi:

    a. Hak utk bekerja (sbg hak azasi)

    b. Hak atas kesempatan kerja yg sama termasuk kriteria seleksi dalam penerimaan pegawai

    c. Hak utk memilih profesi dan pekerjaan, hak promosi,

    jaminan pekerjaan serta memperoleh pelatihan kejuruan

    d. Hak utk menerima upah yg sama dgn pekerja laki-laki atas

    pekerjaan yang sama nilainya

    e. Hak atas jaminan sosial,khususnya dalam hal

    pensiun, pengangguran, sakit, cacat, lanjut usia dan cuti yg

    dibayar

    f. Hak atas perlindungan K3 termasuk fungsi reproduksi

  • Waktu kerja dan Waktu Istirahat

    Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja.

    Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :

    7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau

    8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

    Ketentuan waktu kerja tersebut tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu.

  • Pengusaha yang mempekerjakan

    pekerja/buruh melebihi waktu kerja harus

    memenuhi syarat :

    ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan; dan

    waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari

    dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu)

    minggu.

  • Pengusaha yang mempekerjakan

    pekerja/buruh melebihi waktu kerja wajib

    membayar upah kerja lembur. Ketentuan

    waktu kerja lembur tidak berlaku bagi

    sektor usaha atau pekerjaan tertentu.

    Ketentuan mengenai waktu dan Upah

    Lembur diatur dalam Kepmenakertrans

    no.102/MEN/VI/2004 mengenai Waktu dan

    Upah Kerja Lembur

  • Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja/buruh. Waktu istirahat dan cuti meliputi :

    istirahat antara jam kerja, sekurang kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja;

    istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu;

    cuti tahunan, sekurang kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus; dan

    istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi pekerja/buruh yang telah bekerja selama 6 (enam) tahun secara terus-menerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun.

  • Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya kepada pekerja/ buruh untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya.

    Pekerja/buruh perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit dan memberitahukan kepada pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua pada waktu haid.

    Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan.

    Pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan.

    Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusu harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja.

  • Setiap pekerja/buruh yang menggunakan hak waktu istirahat berhak mendapat upah penuh.

    Pekerja/buruh tidak wajib bekerja pada hari-hari libur resmi. Pengusaha dapat mempekerjakan pekerja/buruh untuk bekerja pada hari-hari libur resmi apabila jenis dan sifat pekerjaan tersebut harus dilaksanakan atau dijalankan secara terus- menerus atau pada keadaan lain berdasarkan kesepakatan antara pekerja/buruh dengan pengusaha. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan pada hari libur resmi wajib membayar upah kerja lembur.

  • Tempat kerja

    Peraturan yang berkenaan dengan tempat kerja adalah Peraturan menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja.

    Dalam mempergunakan aturan tersebut diperkecualikan tempat kerja-tempat kerja sebagai berikut: Di dalam tempat kerja untuk pengangkutan orang atau

    barang.

    Tempat kerja untuk pemeliharaan kesehatan. Tempat kerja di bawah Departemen Angakatan

    Bersenjata.

    Tempat kerja lain yang perlu dikecualikan.

  • Perusahaan yang diharuskan memenuhi syarat-syarat kesehatan adalah bangunan-bangunan yang terhindar dari kemungkinan:

    Terjadinya kebakaran/kecelakaan. Terjadi keracunan/penularan penyakit/timbulnya penyakit. Punya penerangan yang cukup Mendapatkan suhu yang layak dan peredaran udara yang cukup Terhindar dari gangguan debu, gas, uap dan bau-bauan yang tidak

    menyenangkan.

    Contoh bangunan yang baik adalah bangunan dengan:

    Volume udara: sedikit-dikitnya 10 m3 dan sebaiknya 15 m3 Tinggi langit-langit: 3 m dari lantai (tinggi langit-langit yang

    melebihi 4 m tidak boleh dipergunakan untuk menghitung volume udara)

    Sinar : luas dinding baik kaca/pintu/lubang pada dinding 1/6 atau 1/10 dari luas dinding

  • KESELAMATAN KERJA

    Dasar Hukum : UU No. 1 Tahun 1970

    tentang Keselamatan Kerja

    UU ini dibentuk atas dasar pertimbangan

    bahwa:

    Tenaga kerja berhak perlindungan atas keselamatannya pada waktu menjalankan

    pekerjaan.

    Orang lain yang berada di tempat kerja perlu juga mendapat perlindungan atas keselamatannya.

    Setiap sumber produksi perlu dipergunakan secara aman dan effisien.

  • Kewajiban majikan dalam kaitannya dengan keselamatan kerja: Memeriksakan kesehatan tenaga kerja yang

    diterimanya atau dipindahkan di bagian lain.

    Khusus bagi tenaga kerja baru perlu dijelaskan tentang: Keadaan/bahaya yag mungkin timbul ditempat kerja. Cara atau sikap yang aman dalam menjalankan pekerjaan Alat perlindungan diri yang diwajibkan.

    Pengusaha wajib mengadakan pembinaan menaggulangi kebakaran dan pertolongan pertama pada kecelakaan.

    Wajib memasang di tempat kerja selembar UU No. 1 Tahun 1970 dan semua gambar keselamatan kerja.

  • Kewajiban tenaga kerja berkaitan dengan keselamatan kerja:

    Memberikan keterangan yang benar jika diminta oleh Pegawai Pengawas/ahli keselamatan kerja

    Mentaati semua syarat kesehatan kerja Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan.

    Hak-hak tenaga kerja kaitannya dengan keselamatan kerja:

    Meminta kepada pengusaha/pengurus tempat kerja agar dipenuhi semua syarat kesehatan kerja

    Menyatakan keberatan kerja jika syarat keselamatan kerja belum dipenuhi/alat perlindungan diri yang diwajibkan olehnya.

    Syarat orang lain yang memasuki tempat kerja:

    Mentaati semua syarat kesehatan kerja Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan.