92
KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, DAN PERANAN WANITA

KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, - … · Web viewSesuai dengan yang telah digariskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN 1983), dalam Repelita IV akan ditingkatkan upaya

Embed Size (px)

Citation preview

KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL,DAN PERANAN WANITA

BAB XVIII

KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, DAN PERANAN WANITA

A. KESEHATAN

1. Pendahuluan

Sesuai dengan yang telah digariskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN 1983), dalam Repelita IV akan di-tingkatkan upaya pelayanan kesehatan yang makin merata dan terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah, sebagai sa-lah satu usaha untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat sekali-gus menunjang peningkatan kualitas sumber daya manusia. Demi-kian pula ditetapkan bahwa arah dan kebijaksanaan pembangunan bidang kesehatan meliputi: (i) pengembangan suatu Sistem Ke-sehatan Nasional (SKN); (ii) upaya mendekatkan pelayanan ke-sehatan kepada rakyat melalui pusat-pusat kesehatan masyara-kat dan rumah-rumah sakit serta penyediaan obat-obatan yang lebih merata dan terjangkau oleh rakyat; (iii) upaya mening-katkan pemberantasan penyakit menular, perbaikan keadaan gizi rakyat, pengadaan air minum serta kebersihan dan kesehatan lingkungan.

2. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah

Dalam Repelita IV pembangunan kesehatan lebih diarah-kan pada upaya pelayanan kesehatan untuk mendukung usaha

XVIII/3

pembinaan, pengembangan dan pemanfaatan sumber daya manusia. Dengan demikian pembangunan bidang kesehatan bersama-sama dengan pembangunan bidang-bidang lainnya diharapkan dapat menunjang terciptanya kerangka landasan yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang terus pada tahap-tahap pembangunan berikutnya.

Sejalan dengan itu pembangunan kesehatan diselenggarakan melalui lima karya kesehatan yang disebut Panca Karya Husada, yang meliputi:

a. Peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan;

b. Pengembangan tenaga kesehatan;

c. Pengendalian, pengadaan, dan pengawasan obat, makanan dan bahan berbahaya bagi kesehatan;

d. Perbaikan gizi dan peningkatan kesehatan lingkungan;

e. Peningkatan dan pemantapan manajemen dan peraturan per-undang-undangan (hukum).

Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi, dalam Re-pelita IV program pembangunan bidang kesehatan lebih dipadu-kan dengan program pembangunan lainnya, antara lain dengan keluarga berencana, pendidikan, industri, pertanian, transmi-grasi dan lain-lain. Selain itu keterpaduan program juga di-tingkatkan dan disempurnakan baik dalam kegiatan-kegiatan di lingkungan Departemen Kesehatan maupun dalam kegiatan-kegiat-an yang diselenggarakan bersama swasta.

Program-program pembangunan kesehatan dalam Repelita IV terdiri dari: (1) pelayanan kesehatan; (2) pencegahan dan pemberantasan penyakit; (3) penyuluhan kesehatan; (4) pendi-dikan, pelatihan dan pendayagunaan tenaga kesehatan; (5) pe-ngendalian, pengadaan dan pengawasan obat, makanan, kosmeti-ka, alat kesehatan, dan bahan berbahaya; (6) perbaikan gizi; (7) penyediaan air bersih; dan (8) peningkatan kesehatan lingkungan. Selain itu dilaksanakan kegiatan-kegiatan penun-jang lainnya, antara lain: (i) penyempurnaan efisiensi apara-tur kesehatan; (ii) penyempurnaan prasarana fisik kesehatan; (iii) penelitian dan pengembangan kesehatan; (iv) peran serta generasi muda dalam pembangunan kesehatan; dan (v) peningkat-an peranan wanita dalam pembangunan kesehatan.

XVIII/4

3. Pelaksanaan Program Pembangunan

a. Program Pelayanan Kesehatan

1) Pelayanan melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Pelayanan kesehatan melalui Puskesmas diarahkan untuk meningkatkan dan memperluas jangkauan pelayanan kesehatan se-cara merata, dengan meningkatkan peran serta masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi kesejahteraan rakyat.

Dalam Repelita III hampir setiap kecamatan telah memili-ki Puskesmas, sehingga dalam Repelita IV lebih diutamakan pada upaya perbaikan, perluasan dan peningkatan prasarana serta lebih memfungsikan Puskesmas yang telah ada. Pembangunan Pus-kesmas baru hanya dilakukan untuk daerah kecamatan yang mem-punyai penduduk padat (lebih dari 30.000 penduduk) dan keca-matan yang mempunyai wilayah yang sangat luas. Selain itu, untuk lebih memperluas jangkauan pelayanan Puskesmas selama Repelita IV dilaksanakan penambahan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.

Hal tersebut terlihat dengan bertambahnya jumlah Puskes-mas dari 5.353 buah Puskesmas, 13.636 buah Puskesmas Pembantu, dan 2.479 buah Puskesmas Keliling pada akhir Repelita III, menjadi 5.639 buah Puskesmas, 17.413 buah Puskesmas Pembantu dan 3.479 buah Puskesmas Keliling pada akhir Repelita IV, yang berarti terjadi penambahan 286 buah Puskesmas, 3.777 buah Puskesmas Pembantu dan 1.000 Puskesmas Keliling (Tabel XVIII-2). Dalam dua tahun terakhir Repelita IV, yaitu pada tahun 1987/88 dan 1988/89, tidak dibangun Puskesmas baru te-tapi diadakan peningkatan atas 3 buah Puskesmas menjadi Pus-kesmas Perawatan, masing-masing di Aceh, Jambi dan Timor Timur. Sedang untuk Puskesmas Pembantu pada tahun 1988/89 di-tambah sebanyak 41 buah (Tabel XVIII-1 dan Grafik XVIII-1). Di samping itu peningkatan peran serta masyarakat terlihat melalui terbesarnya pelaksanaan Posyandu hampir di seluruh desa dan sampai akhir Repelita IV telah terbentuk lebih dari 200.000 buah Posyandu.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan di Puskes-mas dan Rumah Sakit Dati II, melalui program bantuan Inpres Saran Kesehatan disediakan bantuan obat-obatan. Bantuan ini pada akhir Repelita III besarnya Rp 250,-/penduduk dan pada akhir Repelita IV ditingkatkan menjadi Rp 450,-/penduduk.

XVIII/5

TABEL XVIII – 1

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN SARANA KESEHATAN1983/84 – 1988/89 1)

1) Angka tahunan2) Angka sementara (sampai dengan Desember 1988)

XVIII/6

TABEL XVIII - 2

PERKEMBANGAN JUMLAH PUSKESMAS,

1983/84 – 1988/89 ¹)

Repelita IV

Fasilitas Kesehatan 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1988/89 2)

1. Puskesmas 5.353 5.453 5.553 5.639 5.642 5.6423)

2. Puskesmas Pembantu 13.636 15.136 16.636 17.302 17.372 17.413

3. Puskesmas Keliling 2.479 2.979 3.479 3.521 3.521 3.521

1) Angka kumulatif2) Angka diperbaiki3) Tidak termasuk yang dibangun oleh Pemerintah Daerah dan tambahan peningkatan dari Puskesmas Pembantu

GRAFIK XVIII - 1PERKEMBANGAN JUMLAH PUSKESMAS

1983/84 - 1988/89

XVIII/7

Dengan adanya pertambahan penduduk dan telah tersedianya sarana kesehatan maka berbagai langkah dilakukan untuk meme-nuhi kebutuhan tenaga dokter dan paramedis. Tenaga dokter te-lah meningkat dari 17.647 orang pada akhir Repelita III men-jadi 24.070 orang pada akhir Repelita IV. Jumlah tenaga para-medis meningkat dari 44.651 orang pada akhir Repelita III menjadi 89.281 orang pada akhir Repelita IV, di antaranya 2.130 orang ditingkatkan menjadi Perawat Mahir, termasuk 1.515 orang Bidan. Dengan demikian selama Repelita IV jumlah tenaga dokter dan paramedis telah bertambah dengan sebanyak 6.423 orang dokter dan 44.630 orang paramedis. Khusus untuk tahun 1988/89 terdapat penambahan tenaga dokter sebanyak 1.300 orang dan paramedis 14.549 orang (Tabel XVIII-7).

Dari 5.639 Puskesmas yang ada, sekitar 90% telah dipim-pin oleh seorang dokter. Puskesmas yang belum mendapat pela-yanan dokter akan terus diupayakan pengisiannya, baik melalui program Inpres maupun Non Inpres. Dalam rangka menunjang ke-lancaran penempatan dan pemindahan para dokter untuk Puskes-mas, pembangunan rumah dokter pada akhir Repelita IV diting-katkan menjadi 1.841 buah dari jumlah 1.270 buah pada akhir Repelita III. Dengan demikian selama Repelita IV terdapat pe-nambahan 571 buah rumah dokter, termasuk penambahan sejumlah 30 buah pada tahun 1988/89 (Tabel XVIII-1). Selain itu kepada para dokter Puskesmas yang telah selesai bertugas diberikan prioritas untuk mengikuti pendidikan keahlian.

2) Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA)

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak, yang keberhasilannya dapat diukur melalui penurunan angka ke-matian bayi dan anak balita, pelayanan kesejahteraan ibu dan anak (KIA) terus diperbaiki. Dalam Repelita IV cakupan pela-yanan KIA secara nasional meningkat menjadi 64,2% ibu hamil, 55% persalinan, 50% ibu menyusui dan 30% balita. Untuk me-ningkatkan cakupan pelayanan KIA telah dikembangkan kegiatan kelompok peminat KIA di 5 propinsi, yaitu di Jawa Barat, Su-matera Barat, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Dewasa ini telah terdapat sebanyak 228 kelom-pok peminat KIA di ke 5 propinsi tersebut.

Pelayanan KIA dilaksanakan terutama oleh tenaga bidan dan dukun bayi yang terlatih. Oleh karena itu dalam pening-katan pelayanan KIA, jumlah dukun bayi yang telah dilatih bertambah dari 80.000 orang pada akhir Repelita III menjadi 103.000 orang pada akhir Repelita IV. Khusus dalam tahun

XVIII/8

1988/89 telah dilatih 2.500 dukun dan dibina 5.000 dukun di 5 propinsi tersebut di atas dalam rangka mengembangkan ke-giatan kelompok peminat KIA. Agar kegiatan KIA makin merata dan lebih efektif dan efisien, dalam Repelita IV pelayanannya di tingkat desa dipadukan dengan kegiatan perbaikan gizi, ke-luarga berencana dan imunisasi, dalam suatu pelayanan terpadu yang dikenal dengan "pos pelayanan terpadu" (Posyandu). Pos-yandu merupakan bentuk nyata peran serta masyarakat dalam usaha pelayanan kesehatan ibu dan anak yang meliputi: (1) pelayanan kesehatan ibu dan anak balita; (2) pelayanan gizi sebagai bagian dari kegiatan UPGK; (3) imunisasi; (4) penang-gulangan diare; dan (5) pelayanan KB di tingkat desa. Untuk mengimbangi perkembangan kebutuhan terus diusahakan penambah-an jumlah dan kemampuan para petugas kesehatan (bidan). Di samping itu, agar mampu memberi pertolongan, terutama perto-longan persalinan di luar Puskesmas, mereka juga dilengkapi dengan peralatan persalinan.

3) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) terutama ditujukan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kehidupan anak sekolah, khususnya tingkat SD, SMTP dan SMTA termasuk Pergu-ruan Agama. Usaha kesehatan sekolah meliputi kegiatan: (1) pemeriksaan berkala untuk menemukan gejala-gejala penyakit secara dini serta pemberian pengobatan tahap pertama kepada anak-anak yang memerlukannya; (2) pemberian imunisasi dan pe-ningkatan pengetahuan tentang pencegahan penyakit, pembinaan kesehatan lingkungan, perbaikan gizi, dan lain-lainnya.

Selama Repelita IV pembinaan pelayanan kesehatan sekolah telah diberikan oleh semua Puskesmas kepada semua SD, sekitar 95% SMTP dan kepada sekitar 85% SMTA. Dalam tahun 1988/89 UKS dilaksanakan melalui rujukan di 2.020 Puskesmas dengan sasaran 8.080 Sekolah.

4) Pelayanan Rumah Sakit

Pelayanan kesehatan melalui Rumah Sakit (RS) merupakan bagian dari suatu jaringan pelayanan kesehatan yang mencakup peningkatan sarana dan upaya rujukan medik untuk menunjang usaha peningkatan pelayanan kesehatan melalui Puskesmas. Pe-layanan tersebut dilakukan dalam berbagai tingkatan atau ke-las, yaitu RS kelas D, yang memiliki 25 - 100 tempat tidur; RS kelas C, yang memiliki 100 - 400 tempat tidur dan 4 (empat)

XVIII/9

dokter ahli dasar (ahli penyakit dalam, ahli bedah, ahli kan-dungan/kebidanan dan ahli kesehatan anak); RS kelas B yang memiliki 400 - 1.000 tempat tidur dan dokter di semua bidang keahlian, serta RS kelas A yang memiliki lebih dari 1.000 tempat tidur dan dokter-dokter sub-spesialis.

Dalam Repelita IV pengembangan pelayanan kesehatan mela-lui RS lebih ditekankan pada peningkatan mutu, cakupan efi-siensi pelaksanaan rujukan medik dan rujukan kesehatan secara terpadu. Untuk mencapai hal tersebut kegiatan yang dilaksana-kan lebih diarahkan pada penambahan dan peningkatan mutu te-naga media, termasuk tenaga dokter ahli dan paramedis, dan tambahan bantuan obat dan biaya operasional dan pemeliharaan. Di samping itu juga diusahakan adanya peningkatan dan per-baikan manajemen Rumah Sakit melalui pendidikan dan pelatihan tambahan bagi para pengelolanya.

Selama Repelita IV telah dibangun sebanyak 83 buah Ru-mah Sakit Umum (RSU), terdiri dari 3 RSU Pusat, 23 RSU Pro-pinsi/Kabupaten/Kotamadya, 1 RSU ABRI, 52 RSU Swasta dan 4 RSU lainnya. Sedang jumlah Rumah Sakit Khusus (RSK) yang di-bangun berjumlah 134 buah, terdiri dari 4 RSK Pusat, antara lain RSK Ibu dan Anak dan RSK Jantung, dan 130 RSK Swasta yang sebagian besar merupakan RSK Bersalin. Pada tahun 1988/89 tidak ada pembangunan baru, kecuali penyelesaian pembangunan yang telah dimulai pada tahun-tahun sebelumnya (Tabel XVIII-3 dan XVIII-4).

Dengan penambahan RSU dan RSK di atas maka pada tahun 1988/89 secara keseluruhan terdapat 1.481 Rumah Sakit terdiri dari 749 RSU dan 732 RSK, masing-masing dengan tempat tidur sebanyak 23.680 buah dan 13.820 buah (Tabel XVIII-4).

Dari Tabel XVIII-4 tersebut terlihat bahwa sebagian be-sar dari tambahan yang ada merupakan hasil RS Swasta, yaitu 182 RS dan 5.910 tempat tidur. Hal tersebut menunjukkan pe-ranan yang besar dari usaha Swasta di dalam pelayanan kese-hatan. Untuk membantu meningkatkan pelayanan di RS Swasta, dalam Repelita IV setiap tahun diberikan bantuan berupa obat-obatan, peralatan dan ambulans kepada sebanyak 70 - 90 RS Swasta, khususnya RS Swasta yang lebih banyak melayani ma-syarakat berpenghasilan rendah.

Sementara itu jumlah Rumah Sakit yang telah diperbaiki dan ditingkatkan mutu pelayanannya selama Repelita IV ber-jumlah 585 buah RS, termasuk 174 buah Rumah Sakit yang

XVIII/10

TABEL XVIII - 3

HASIL USAHA PENINGKATAN PELAYANAN KESEHATAN MELALUI RUMAH SAKIT (RS),

1983/84 - 1988/89

Repelita IV

Jenis Usaha Satuan 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1988/89 2)

1. Pembangunan Rumah Sakit Umum gedung 34 2 1 8 - -

2. Pembangunan Rumah Sakit Khusus gedung 11 3 1 - - -

3. Penempatan dokter- 4 keahlian pokok orang 320 28 38 36 12 37

4. Rehabilitasi fis ik, prasarana rumahdan peralatan sakit 1.274 123 121 132 35 174

5. Bantuan kepada RS Swasta (obat- rumahobatan, peralatan, ambulans) sakit 547 76 94 72 6 21

6. Bantuan obat-obatan:- RSU Propinsi Rp/hari/TT 250 300 350 350 350 350- RSU Kabupaten dengan dokter ahli Rp/hari/TT 200 250 300 300 300 300- RSU Kabupaten mendapat rujukan Rp/hari/TT 100 150 200 200 200 200

7.

dokter ahli

RSU Prop/Kab./Kodya diberi Subsidi rumahBantuan Biaya Operasional (SBBO) sakit 30 30 30 334 334 334

8. Pemanfaatan Tempat Tidur BS Person 56,7 58,8 58,9 60,1 63,7 65,1

1) Angka tahunan, kecuali tahun 1983/84 angka kumulatif2) Angka sementara sampai dengan December 1988)

XVIII/11

TABEL XVIII – 4

PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (RS) DAN TEMPAT TIDUR (TT)1983/84 – 1988/89 1)

1) Angka kumulatif2) Angka diperbaiki, kecuali jumlah tempat tidur (TT) RSK Pusat tahun 1988/89

XVIII/12

perbaikan dan peningkatan pelayanannya dilakukan pada tahun 1988/89 (Tabel XVIII-3).

Selain itu dalam Repelita IV telah berhasil ditingkatkan sebanyak 8 RS kelas C menjadi RS kelas B dan sebanyak 49 RS kelas D menjadi kelas C. Peningkatan kelas RS tersebut antara lain dilaksanakan dengan menempatkan sejumlah dokter ahli tertentu dan menambah peralatan medis yang sesuai dengan ke-butuhan dokter ahli yang ada. Jumlah dokter ahli yang ditem-patkan di Rumah-rumah Sakit tersebut selama Repelita IV terus meningkat. Selama Repelita IV sebanyak 151 orang dokter ahli baru ditempatkan di RS, termasuk 37 orang yang ditempatkan pada tahun 1988/89 (Tabel XVIII-3). Di samping itu pelayanan rujukan oleh dokter ahli dasar telah dilaksanakan di 603 Rumah Sakit Umum. Khusus pada tahun 1988/89 dilaksanakan ru-jukan dokter ahli di 109 Rumah Sakit.

5) Pelayanan Kesehatan Gigi

Salah satu upaya yang telah dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kesehatan gigi dan mulut, terutama dalam usaha pencegahan dan pengobatan gangguan kesehatan gigi, adalah pe-nyuluhan di sekolah-sekolah melalui pelaksanaan Usaha Kese-hatan Gigi Sekolah (UKGS).

Selama Repelita IV telah dilaksanakan pelayanan UKGS di 546 Sekolah Dasar (SD), pengadaan klinik gigi basis di 19 Ru-mah Sakit kelas D, dan pengadaan unit bedah mulut sederhana di 10 Rumah Sakit kelas C. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa dilaksanakan di 843 desa. Selain itu dalam rangka pe-ningkatan pelayanan kesehatan gigi juga dilaksanakan peng-adaan peralatan kesehatan gigi, antara lain berupa peralatan kesehatan gigi standar, dental X-Ray standar, peralatan bedah mulut, dan instrumen pelengkap lainnya. Dalam tahun 1988/89 upaya yang dilaksanakan adalah melanjutkan pengadaan peralat-an standar kedokteran gigi, dental unit, dental chair, serta penyediaan obat-obatan dan bahan habis pakai.

6) Pelayanan Kesehatan Jiwa

Selama Repelita IV telah ditingkatkan saran pelayanan kesehatan jiwa, antara lain dengan membangun dan merehabili-tasi Rumah Sakit Jiwa. Dengan demikian pada tahun 1988/89 se-cara keseluruhan di Indonesia terdapat 43 Rumah Sakit Jiwa dengan 7.353 tempat tidur di 24 Propinsi. Propinsi yang belum memiliki RS Jiwa adalah Kalimantan Tengah, Timor Timur dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

XVIII/13

Selain itu peningkatan mutu pelayanan kesehatan jiwa dilakukan dengan memperluas pelayanan yang diintegrasikan dengan RS dan Puskesmas. Integrasi ini dimaksudkan untuk mengurangi arus penderita ke RS Jiwa dalam rangka pembinaan RS Jiwa dan Puskesmas.

(7) Laboratorium Kesehatan

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan laboratorium, selama Repelita IV telah dilakukan penambahan 3 gedung Balai Laboratorium Kesehatan. Di samping itu telah dilaksanakan pu-la perluasan dan rehabilitasi gedung, penambahan peralatan, tenaga listrik dan sarana air bersih bagi 15 Balai Laborato-rium Kesehatan. Dengan demikian pada tahun 1988/89 dari 27 Balai Laboratorium Kesehatan Propinsi, 25 buah di antaranya telah memiliki gedung yang cukup memadai.

Untuk melengkapi dan memfungsikan Laboratorium Kesehat-an, selama Repelita IV secara bertahap telah dilaksanakan pe-nambahan peralatan dan perbaikan sarana laboratorium di 182 laboratorium RS Kabupaten. Di samping itu, untuk memenuhi ke-butuhan tenaga dokter pengelola laboratorium RSU kelas C, te-lah dilaksanakan pendidikan untuk 8 orang ahli patologi dan pelatihan teknis di dalam negeri untuk 1.767 orang tenaga laboratorium dan di luar negeri untuk 68 orang.

b. Program Pemberantasan Penyakit Menular

Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dilaksana-kan secara terpadu melalui Puskesmas dan rujukan serta upaya lainnya. Prioritas utama ditujukan pada penyakit-penyakit yang antara lain mempunyai ciri-ciri: (a) angka kesakitan dan atau angka kematian tinggi, (b) dapat menimbulkan wabah, (c) menyerang bayi, anak dan penduduk golongan usia produktif, terutama di antara penduduk daerah pedesaan dan penduduk ber-penghasilan rendah di perkotaan, (d) untuk pemberantasannya tersedia metode dan teknologi yang efektif, (e) termasuk dalam ikatan perjanjian internasional, seperti International Health Regulation (IHR), atau disebutkan dalam Undang-undang Wabah dan Karantina.

Sebagai kelanjutan dan peningkatan upaya pemberantasan penyakit menular pada tahun-tahun sebelumnya, dalam Repe-lita IV prioritas utama masih ditujukan pada pencegahan dan pemberantasan penyakit diare, malaria, TB-Paru, demam ber-darah, schistosomiasis serta surveilans epidemiologi.

XVIII/14

1) Penyakit Malaria

Pemberantasan penyakit malaria dititikberatkan pada usaha untuk menurunkan jumlah penderita dan menanggulangi wabah yang terjadi. Usaha tersebut dilaksanakan terutama di daerah-daerah rawan, khususnya daerah di luar pulau Jawa dan Bali, dengan diprioritaskan daerah transmigrasi dan pemukiman baru. Selain itu perlindungan bagi penduduk yang telah "kebal" terhadap penyakit malaria dan atau yang berpindah tempat tinggal dari pulau Jawa dan Bali tetap ditingkatkan.

Kegiatan pemberantasan dan pencegahan meliputi penyem-protan rumah, pengumpulan sediaan darah, dan pengobatan pen-derita di daerah endemis.

Selama Repelita IV kegiatan penyemprotan rumah telah di-lakukan secara bertahap di 7,8 juta rumah sedangkan pengum-pulan dan pemeriksaan darah mencakup sebanyak 31,1 juta se-diaan. Dalam tahun 1988/89 penyemprotan dilakukan di 534,5 ribu rumah sedangkan pengumpulan dan pemeriksaan darah telah menghasilkan lebih dari 3,35 juta sediaan (Tabel XVIII-5).

2) Penyakit Diare dan atau Kholera

Penyakit diare dan atau kholera (muntaber) merupakan pe-nyakit endemis dan merupakan wabah yang banyak menyebabkan kematian. Oleh sebab itu upaya pemberantasannya masih tetap ditujukan untuk sejauh mungkin mencegah kematian penderita- nya. Dalam usaha itu telah ditingkatkan upaya penemuan dan pengobatan penderita sedini mungkin. Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan terdepan telah ditingkatkan dan dileng-kapi dengan peralatan agar dapat berfungsi sebagai pusat rehidrasi dalam mengatasi kasus-kasus muntaber. Selain itu penyebaran garam oralit (larutan gula-garam) dan penyuluhan kesehatan ditingkatkan melalui Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) dan Posyandu yang telah menyebar secara merata di desa-desa.

Selama Repelita IV telah ditemukan dan diobati sebanyak 13,2 juta penderita diare dan atau kholera, termasuk 2,5 juta penderita pada tahun 1988/89. Selain itu pada tahun 1988/89 sebanyak 4.336 Puskesmas telah melaksanakan Program Pengem-bangan Pemberantasan Penyakit Diare (P4D).

XVIII/15

TABEL XVIII – 5

PERKEMBANGAN USAHA PEMBERANTASAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR,1983/84 – 1988/89 1)

(dalam ribuan)

1) Angka tahunan2) Angka sementara (sampai dengan Desember 1988)3) Hanya ibu hamil, tidak termasuk anak

Angka untuk anak dimasukkan pada vaksinasi lainnya

XVIII/16

3) Penyakit Demam Berdarah (Arbovirosis)

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit demam ber-darah selama Repelita IV telah ditingkatkan melalui penyuluhan kesehatan tentang kebersihan lingkungan dan pembasmian sarang-sarang nyamuk pembawa penyakit demam berdarah. Upaya itu dilaksanakan dengan mengikutsertakan peran aktif masyarakat.

Pemberantasan jentik nyamuk dengan menggunakan racun se-rangga abate dibatasi di daerah rawan atau daerah wabah dan pelaksanaannya menurun dari tahun ke tahun. Selama Repeli-ta IV penyemprotan dengan abate dilakukan di lebih dari 2,7 juta rumah. Dalam dua tahun terakhir Repelita IV tidak dila-kukan aplikasi abate; dalam tahun-tahun itu lebih diutamakan kegiatan penyuluhan tentang kebersihan lingkungan dan pening-katan peran serta masyarakat dalam pembasmian sarang-sarang nyamuk pembawa penyakit demam berdarah.

4) Penyakit Tuberculosa Paru

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit TB Paru se-lama Repelita IV tetap ditingkatkan dan dilaksanakan melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan vaksinasi BCG pada anak-anak. Jumlah cakupan anak yang divaksinasi selama Repelita IV telah melebihi 15,3 juta anak, termasuk 2,7 juta anak yang vaksinasinya dilaksanakan pada tahun 1988/89 (Tabel XVIII-5). Sementara itu pemeriksaan bakteriologi dan pengobatan dilaku-kan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) dan Rumah Sakit. Upaya pemberian pengobatan makin diutamakan bagi ke-lompok masyarakat berpenghasilan rendah. Dalam Repelita IV juga telah dilaksanakan pemeriksaan bakteriologi yang mencakup lebih dari 766 ribu orang dan pemberian pengobatan kepada 73,5 ribu orang.

5) Penyakit Kaki Gajah dan Demak Keong

Pencegahan dan pemberantasan penyakit Kaki Gajah (Fila-riasis) dan demam keong (Schistosomiasis) pelaksanaannya di-utamakan di daerah-daerah yang tergolong sangat rawan terha-dap penyakit tersebut. Kegiatan pemberantasan filariasis, se-perti survai darah dan pengobatan masal, semakin menurun, bahkan khususnya pada tahun 1987/88 dan 1988/89 tidak dilak-sanakan. Dengan demikian survai darah yang dilakukan selama Repelita IV telah mencakup lebih dari 487 ribu sediaan, se-dangkan pengobatan masal yang dilakukan selama itu menjangkau lebih dari 576 ribu orang.

XVIII/17

Pemberantasan penyakit demam keong terutama dilakukan di daerah fokus, seperti danau Lindu di Sulawesi Tengah, melalui pelaksanaan survai dan pemeriksaan tinja. Di samping itu di-upayakan pencegahan terhadap penyebarannya ke tempat-tempat lain di luar Sulawesi Tengah. Survai tinja yang dilaksanakan selama Repelita IV telah meliputi sekitar 285,7 ribu sediaan dan selama itu telah diberikan pengobatan selektif kepada 28,3 ribu orang penderita. Di samping itu telah dilakukan pemberantasan keong di 332 lokasi.

6) Imunisasi

Upaya pemberantasan penyakit menular terutama yang dapat dicegah dengan imunisasi, dilaksanakan melalui peningkatan program pemberian kekebalan (imunisasi) kepada bayi, anak dan ibu hamil. Berbagai jenis vaksinasi telah ditingkatkan pelak-sanaannya untuk mencegah timbulnya penyakit menular, seperti dipteri, batuk rejan, tetanus dan tetanus neonatorum, polio, campak dan TB-Paru.

Cakupan vaksinasi (BCG, TFT/TT, DPT, Polio, DT dan Cam-pak) telah meningkat dari tahun ke tahun seperti terlihat dari jumlah anak dan ibu hamil yang divaksinasi yang ditun-jukkan di Tabel XVIII-5. Selama Repelita IV jumlah anak dan ibu hamil yang telah divaksinasi mencapai lebih dari 77,9 ju-ta, termasuk 15,2 juta yang vaksinasinya dilaksanakan pada tahun 1988/89 (Tabel XVIII-5).

Melalui Posyandu sejak awal Repelita IV peningkatan cakupan imunisasi dilaksanakan dengan memadukan pelayanan imunisasi dengan upaya-upaya perbaikan gizi, penanggulangan diare, kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana. Pela-yanan terpadu ini telah menunjukkan dampak positif terhadap penurunan angka kematian bayi dari 90,3 per seribu kelahiran hidup pada awal Repelita IV menjadi 58 per seribu kelahiran hidup pada tahun terakhir Repelita IV.

7) Penyakit Kusta

Upaya pemberantasan penyakit kusta dilaksanakan melalui berbagai kegiatan. Oleh karena penyakit kusta merupakan pe-nyakit menahun, maka di beberapa daerah tertentu dengan angka kesakitan tinggi antara lain dilakukan pemeriksaan terhadap orang yang mempunyai hubungan dekat atau kontak pribadi de-ngan penderita kusta dalam waktu lama, pemeriksaan anak Se-kolah Dasar, dan pengobatan dan evaluasi teratur terhadap

XVIII/18

penderita. Selain itu dilakukan pengobatan jalan serta peng-obatan dan perawatan di Rumah Sakit Kusta. Jumlah kontak dan anak sekolah yang diperiksa selama Repelita IV masing-masing sekitar 1,2 juta kontak dan 10,4 juta anak sekolah. Dalam ta-hun 1988/89 upaya pemberantasan penyakit kusta merupakan ke-lanjutan dari tahun-tahun sebelumnya.

8) Penyakit Gila Anjing (Rabies) dan Pes

Upaya pemberantasan penyakit rabies dalam Repelita IV tetap dilaksanakan dan ditingkatkan melalui pengumpulan dan pemeriksaan sediaan tersangka rabies dan juga pengobatan bagi orang yang digigit oleh hewan tersangka rabies. Untuk peme-riksaan atas sediaan tersangka rabies selama Repelita IV te-lah dikumpulkan sekitar 4.507 sediaan, sedangkan pengobatan bagi penderita yang digigit hewan tersangka rabies meliputi sekitar 41,3 ribu orang.

Dalam Repelita IV upaya pengamatan (surveilans) terhadap penyakit pes terus ditingkatkan, terutama karena masih adanya kuman pes yang ditemukan pada tikus di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Pengumpulan sediaan telah menghasilkan sebanyak 1.041 sediaan dan pengobatan penderita tersangka pes telah diberikan kepada sebanyak 579 orang. Dalam tahun 1988/89 pe-ngumpulan sediaan menghasilkan sebanyak 544 sediaan dan peng-obatan penderita tersangka pea telah diberikan kepada seba-nyak 129 orang.

9) Penyakit Cacing Tambang dan Parasit-parasit lainnya

Upaya pemberantasan penyakit ini dilakukan melalui ke-giatan pemeriksaan tinja dan darah serta pengobatan masal. Selama Repelita IV telah dilakukan pemeriksaan atas tinja dan darah dari 45,4 ribu orang serta diberikan pengobatan masal kepada 499,1 ribu orang. Khusus pada tahun 1988/89 telah di-lanjutkan kegiatan-kegiatan pemberantasan penyakit dengan le-bih banyak melibatkan peran serta aktif dari masyarakat.

10) Penyakit Anthrax

Upaya pemberantasan penyakit Anthrax selama Repelita IV antara lain telah dilaksanakan melalui pengumpulan sebanyak 819 sediaan dan pengobatan bagi sebanyak 617 orang penderita. Dalam tahun 1988/89 upaya pemberantasan di daerah-daerah endemis dengan cara tersebut dilanjutkan.

XVIII/19

11) Penyakit Kelamin

Pemberantasan penyakit kelamin dalam Repelita IV telah dilakukan melalui pemeriksaan STS (Serological Test for Si-philis) atas sekitar 423 ribu orang, pemeriksaan GO atas se-kitar 157,7 ribu orang, dan pemberian pengobatan secara ter-atur kepada 147,9 ribu orang Wanita Tuna Susila. Seperti ta-hun-tahun sebelumnya, pada tahun 1988/89 pemeriksaan darah tetap dilaksanakan.

12) Penyakit Frambusia

Dalam rangka pemberantasan penyakit frambusia telah di-laksanakan pemeriksaan penduduk dan pengobatan penderita. Da-lam Repelita IV telah diperiksa sebanyak 8,9 juta orang, ser-ta pemberian pengobatan kepada 243,4 ribu orang penderita. Dengan makin digalakkannya pemeriksaan dan pengobatan atas para penderita frambusia selama Repelita IV, maka jumlah pen-derita cenderung terus menurun.

13) Karantina dan Kesehatan Pelabuhan

Upaya kesehatan pelabuhan dilakukan melalui kegiatan karantina; titik berat diberikan pada pengembangan kesehatan lingkungan dan pengamatan penyakit di pelabuhan. Selain itu pengembangan karantina kesehatan juga diarahkan agar sesuai dengan pengembangan pelabuhan dan teknologi di bidang perhu-bungan serta memenuhi persyaratan "International Health Regu-lation (IHR)". Selama Repelita IV telah dilaksanakan pembe-rantasan vektor yang mencakup wilayah seluas 3.222 ha, terma-suk pemberantasan yang dilaksanakan di wilayah seluas 500 ha pada tahun 1988/89.

Dalam rangka isolasi penderita penyakit menular, telah dilaksanakan pembinaan perawatan penderita penyakit menular di Rumah-rumah Sakit. Untuk tujuan itu dalam Repelita IV te-lah dibina sebanyak 87 RS.

c. Program Perbaikan Gizi

Program perbaikan gizi merupakan kelanjutan dari tahun-tahun sebelumnya. Tujuannya adalah menunjang upaya penurunan angka kematian bayi dan balita serta peningkatan kemampuan masyarakat untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Program tersebut terutama dilaksanakan melalui peningkatan status gizi golongan rawan gizi, seperti bayi, balita, ibu

XVIII/20

hamil dan ibu menyusui serta kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, baik di kota maupun di desa.

Upaya peningkatan status gizi masyarakat dilaksanakan melalui usaha mengatasi penyakit-penyakit kurang gizi, se-perti Kurang Kalori Protein (KKP), Kurang Vitamin A (KVA), Kurang Zat Besi (Anemia Gizi) dan Gangguan Akibat Kurang Zat Iodium (GAKI) yang menyebabkan penyakit Gondok Endemik dan Kretin.

Dalam Repelita IV Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) terus ditingkatkan dan diperluas pelaksanaannya. Peningkatan usaha itu dimaksudkan untuk mempercepat penanggulangan masa-lah kekurangan gizi dan untuk mendukung upaya penganekaragam-an serta perbaikan konsumsi pangan dan pengembangan kualitas hidup anak. Sebagian kegiatan UPGK, yaitu penimbangan anak balita, penyuluhan gizi, suplementasi Vitamin A dan tablet bead. serta pemberian oralit, dipadukan dengan pelayanan kese-hatan lainnya di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Posyandu merupakan pengembangan dari Pos Penimbangan dan Taman Gizi di pedesaan yang dalam Repelita IV telah bertambah dan tumbuh dengan pesat. Posyandu dibentuk dan dikelola sebagai suatu kegiatan nyata peran serta masyarakat dengan dibantu oleh te-naga profesional kesehatan dari Puskesmas. Kegiatan utama yang dipadukan di Posyandu adalah: (1) pelayanan gizi sebagai bagian dari UPGK, (2) imunisasi, (3) kesehatan ibu dan anak, dan (4) keluarga berencana.

Selain melalui kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu di Posyandu, UPGK dilaksanakan melalui kegiatan lain yang di-laksanakan di masyarakat, seperti penyuluhan gizi untuk ke-luarga dan peningkatan pemanfaatan pekarangan dalam rangka penganekaragaman dan perbaikan konsumsi pangan keluarga. Ke-giatan ini merupakan kegiatan yang dipadukan dengan program-program pertanian, pendidikan dan agama. Pelaksanaannya didu-kung oleh pemerintah daerah dan swadaya masyarakat.

Selama Repelita IV kegiatan UPGK telah dilaksanakan di sebanyak 52.694 desa binaan UPGK dan di 26.822 desa yang baru dimulai pengembangan UPGK-nya. Dengan demikian anak balita yang terjangkau oleh pelayanan UPGK selama itu sudah melebihi 16 juta anak sehingga prevalensi KKP sedang dan berat, yang diukur berdasarkan berat dan tinggi badan anak, telah turun dari 29,1% pada awal Repelita III menjadi sekitar 10,8% pada akhir Repelita IV.

XVIII/21

Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit kekurangan vitamin A pada anak balita terutama dilaksanakan melalui pe-nyuluhan gizi dan pemberian vitamin A dosis tinggi. Sampai dengan tahun terakhir Repelita IV anak balita yang telah mem-peroleh vitamin A dosis tinggi berjumlah sekitar 13,8 juta anak balita. Selain itu juga ditingkatkan perintisan fortifi-kasi vitamin A dalam bumbu penyedap makanan. Pemberian vita-min A selain melindungi anak dari kebutaan juga mempunyai pe-ranan dalam mempercepat penurunan angka kematian bayi dan ba-lita.

Pencegahan dan penanggulangan anemia gizi dilaksanakan melalui pemberian suplementasi tablet zat besi kepada ibu ha-mil, anak sekolah dan pekerja berpenghasilan rendah. Tablet zat besi tersebut diberikan melalui Puskesmas dan Posyandu. Selama Repelita IV jumlah wanita yang mendapat tablet zat be-si berjumlah kurang lebih 5 juta wanita hamil dan lebih dari 1,5 juta wanita pekerja berpenghasilan rendah.

Penanggulangan gondok endemik dilakukan melalui program jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek ditang-gulangi dengan pemberian suntikan preparat minyak beriodium. Selama Repelita IV lebih dari 5,6 juta penduduk di daerah gondok endemik telah memperoleh suntikan minyak beriodium. Dengan demikian rata-rata tiap tahunnya sekitar 1,1 juta orang diberi suntikan minyak beriodium tersebut. Untuk jangka panjangnya penanggulangan gondok, endemik dilakukan melalui perbaikan konsumsi zat iodium dalam makanan yakni dengan iodisasi garam.

Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) merupakan upaya pemantauan untuk memperoleh informasi dini mengenai keadaan pangan dan perkembangan atau perubahan pola konsumsi pangan penduduk di tingkat pedesaan. Kegiatan SKPG sampai dengan tahun terakhir Repelita IV telah menjangkau 11 propinsi.

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan gizi masyarakat, terus ditingkatkan pelatihan tenaga gizi, baik melalui pendidikan tambahan di perguruan-perguruan tinggi di dalam atau di luar negeri maupun melalui pelatihan-pelatihan di la-pangan bagi petugas-petugas gizi di Puskesmas. Di samping itu dilakukan pelatihan bagi tenaga gizi di Rumah-rumah Sakit dan lembaga-lembaga lainnya.

XVIII/22

d. Program Penyediaan Air Bersih Pedesaan

Penyediaan sarana air bersih dengan jumlah dan mutu yang memenuhi syarat kesehatan merupakan salah satu faktor utama dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang optimal. Seba-gian besar penyediaan air bersih, terutama di pedesaan, dila-kukan melalui Inpres Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan. Sebagian lagi melalui program-program air bersih bukan Inpres dan oleh masyarakat sendiri.

Dalam Repelita IV melalui Inpres Bantuan Pembangunan Sa-rana Kesehatan telah dibangun 154 buah penampungan mata air dengan perpipaan (PP), 67 buah sumur artesis, 14.943 buah pe-nampungan air hujan (PAH), 163.531 buah sumur pompa tangan dangkal (SPTDK), lebih dari 27.232 sumur pompa tangan dalam (SPTDL) dan 46.953 sumur gali. Khusus pada tahun 1988/89 te-lah dibangun 29 buah penampungan mata air dengan perpipaan, 4.001 buah PAH, 7.290 SPTDK, 1.729 SPTDL dan 320 sumur gali (Tabel XVIII-1).

e. Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman

Kegiatan penyehatan perumahan dan lingkungan dalam Repe-lita IV dilaksanakan melalui penyehatan perumahan, penyehatan cara pembuangan kotoran manusia dan pembangunan sarana pem-buangan air limbah. Pembangunannya terutama dilaksanakan melalui Inpres Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan.

Untuk jamban keluarga, seperti halnya pembangunan sarana air bersih pedesaan, dalam Repelita IV tidak ditekankan pada pembangunan fisik tetapi lebih ditekankan pada penyuluhan ke-sehatan. Selama Repelita IV jumlah jamban yang dibangun seba-nyak 68.587 jamban, termasuk sebanyak 8.335 buah yang diba-ngun pada tahun 1988/89. Di samping itu juga telah dibangun sebanyak 53.774 buah sarana pembuangan air limbah, termasuk 760 buah yang dibangun pada tahun 1988/89 (Tabel XVIII-1).

Pengawasan mutu lingkungan pada akhir Repelita IV dilak-sanakan melalui kegiatan-kegiatan: (a) pemeriksaan terhadap sekitar 22.758 lokasi tempat umum, tempat pembuatan, penyim-panan dan penjualan penyajian makanan dan minuman (TP2M) ser-ta tempat penyimpanan, penggunaan dan peredaran pestisida, (b) pengawasan terhadap lebih dari 108 kejadian keracunan ma-kanan, (c) peningkatan sanitasi dari 279 lokasi perumahan dan lingkungan, (d) pengendalian sekitar 45 kejadian pencemaran

XVIII/23

pestisida, dan (f) pengawasan terhadap 11.191 lokasi pembuang-an sampah, sanitasi industri dan sanitasi tempat pengelolaan pestisida.

Pemeriksaan sediaan kesehatan lingkungan tetap dilaksa-nakan oleh Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan terus di-tingkatkan mutunya.

f. Program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

Upaya penyuluhan kesehatan masyarakat dilakukan melalui pendekatan perorangan, kelompok dan media massa. Upaya ini terutama bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dengan melaksanakan hidup sehat dan ikut berperan aktif dalam upaya kesehatan. Dalam tahun 1988/89 telah dilakukan penyebaran in-formasi kesehatan melalui radio sebanyak 9.967 kali, melalui televisi sebanyak 333 kali, melalui media cetak sebanyak 841.325 lembar dan melalui film sari dokumenter satu kali. Penyuluhan kesehatan masyarakat juga dilaksanakan melalui Puskesmas dan RS dengan pendekatan kelompok, terutama kelom-pok potensial, yaitu wanita, pemuda, dan kelompok keagamaan serta peningkatan peran serta dan swadaya masyarakat.

g. Program Pengendalian, Pengadaan dan Pengawasan Obat, Makanan dan sebagainya

Untuk memenuhi kebutuhan obat dan alat kesehatan dalam Repelita IV telah diupayakan peningkatan produksi dan mutu alat kesehatan serta obat dalam negeri yang terjangkau oleh masyarakat luas. Selain itu beberapa bahan baku obat esensial telah dapat diproduksi di dalam negeri, antara lain paraseta-mol, etambutol, salisilamida, kanamisina, trimetoprin, asam asetilsalisilat dan berbagai bahan baku obat yang berasal da-ri alam. Untuk kemasan obat tersebut, kapsul kosong juga te-lah dapat diproduksi di dalam negeri dengan kapasitas sekitar 3,0 milyar kapsul per tahun.

Upaya peningkatan distribusi obat secara teratur dan berkesinambungan telah dilaksanakan melalui penambahan gu-dang penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan. Jumlah gudang yang telah dibangun sampai dengan tahun terakhir Repelita IV berjumlah 188 gudang farmasi di tingkat kabupaten atau kota-madya; telah terjadi peningkatan sebanyak 89 buah dibanding-kan keadaan pada tahun terakhir Repelita III.

XVIII/24

Di samping itu selama Repelita IV terjadi pula penambah-an sebanyak 169 buah Apotek, sehingga secara keseluruhan pada tahun 1988/89 terdapat 2.332 buah Apotek (Tabel XVIII-6).

Dalam rangka pengamanan obat dan makanan secara lebih intensif, telah dilakukan upaya pemeriksaan sarana produksi dan distribusi obat dan makanan atas sekitar 1.500 unit pro-duksi dan distribusi, serta pengambilan lebih dari 3.500 sam-pel obat, makanan dan perbekalan farmasi lainnya. Sementara itu telah dilakukan registrasi obat yang beredar di masyara-kat. Sampai dengan tahun kelima Repelita IV telah terdaftar sebanyak 13.850 macam obat jadi, termasuk yang terdaftar ulang. Sedangkan produk makanan dan minuman yang terdaftar sampai dengan tahun kelima Repelita IV meliputi 19.128 macam. Jumlah ini meningkat sekitar 9.600 macam dibanding tahun ter-akhir Repelita III.

TABEL XVIII - 6

PERKEMBANGAN INDUSTRI FARMASI DAN SARANA DISTRIBUSI OBAT-OBATAN,1983/84 - 1988/89 1)

1) Angka tahunan, kecuali tahun 1983/84 angka kumulatif2) Angka sementara (sampai dengan Desember 1988)

XVIII/25

Dalam rangka peningkatan kemampuan pengujian terhadap produk-produk yang beredar di masyarakat telah dilakukan peng-adaan peralatan laboratorium sebanyak 373 buah di 27 propinsi dan pusat Pengawasan Obat dan Makanan (POM).

Upaya peningkatan mutu dan pengamanan hasil produksi te-lah dilakukan melalui berbagai pengaturan dalam bidang pro-duksi dan distribusi obat, makanan dan perbekalan lainnya. Untuk itu antara lain telah disusun dan dicetak buku-buku Ma-teri Medika, Kodeks Kosmetika Indonesia, Pemanfaatan Tanaman Obat Senarai Tumbuhan Obat Indonesia, Cara Pembuatan Simpli-sia, Tanaman Obat Keluarga, Buku Panduan dan Penyuluhan Bahan Berbahaya, dan Pengkajian Monografi Farmacopy Indonesia III. Sejalan dengan itu telah dikeluarkan Peraturan Menteri Kese-hatan tentang bahan berbahaya, tentang zat warna yang diizin-kan untuk kosmetika, tentang obat keras tertentu, tentang pe-manis buatan, tentang pengganti air susu ibu (ASI), tentang zat warna yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya dan tentang makanan kadaluwarsa.

Agar kegiatan pengawasan produksi dan distribusi obat, makanan dan perbekalan farmasi lainnya dapat ditingkatkan dan dilaksanakan dengan baik, telah dilaksanakan pendidikan dan pelatihan di bidang pengawasan. Sampai dengan tahun terakhir Repelita IV telah dididik dan dilatih 151 orang Polisi Khusus dan atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan 106 orang Penilik Obat dan Makanan.

h. Program Pendidikan, Pelatihan dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan

Program Pendidikan, Pelatihan dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan jumlah dan mutu tenaga kesehatan agar sesuai dengan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan perkembangan pembangunan kesehatan bagi seluruh masyarakat.

Dalam Repelita IV jumlah keseluruhan tenaga kesehatan ada sebanyak 191.066 orang, terdiri dari 24.070 dokter, 89.281 orang perawat kesehatan (termasuk bidan), 68.963 orang paramedis non perawatan dan pekarya kesehatan, dan 8.752 orang tenaga akademis bidang kesehatan. Khusus pada tahun 1988/89 terdapat penambahan sebanyak 1.300 dokter, 14.549 pe-rawat kesehatan, 6.051 orang paramedis non perawatan, dan 710 orang tenaga akademis bidang kesehatan (Tabel XVIII-7). Rasio dokter dan tenaga perawat terhadap penduduk yang pada akhir

XVIII/26

TABEL XVIII - 7

PERKEMBANGAN JUMLAH BEBERAPA JENIS TENAGA KESEHATAN,1983/84 - 1988/89 1)

1) Angka tahunan, kecuali tahun 1983/84 angka kumulatif2) Angka sementara (sampai dengan Desember 1988)

XVIII/27

Repelita III masih 1 : 9.100 untuk dokter dan 1 : 3.600 untuk tenaga perawat kesehatan, masing-masing menjadi 1 : 7.300 dan 1 : 2.500 pada akhir Repelita IV.

Untuk mewujudkan tujuan utama program pendidikan dan pe-latihan tenaga kesehatan dalam meningkatkan mutu dan jumlah tenaga kesehatan, maka daya tampung institusi pendidikan te-naga kesehatan telah ditingkatkan dan ditambah dari 248 buah pada tahun terakhir Repelita III menjadi 390 buah pada tahun kelima Repelita IV. Selain itu, dalam Repelita IV telah mulai dikembangkan sekolah dan akademi kesehatan secara bertahap menjadi Sentra Pengembangan Pendidikan Tenaga Kesehatan. Sen-tra tersebut merupakan institusi pendidikan tenaga kesehatan yang bukan saja dikembangkan untuk menghasilkan tenaga ke-sehatan yang terampil, tetapi juga sebagai sumber informasi dan pendukung peningkatan IPTEK bidang kesehatan.

Sampai dengan akhir Repelita IV telah dilatih 120.037 orang tenaga kesehatan yang meliputi 66.174 orang untuk pela-tihan teknis kesehatan, 13.769 orang untuk pelatihan adminis-trasi dan manajemen, 3.369 orang untuk pelatihan pelatih, 16.370 orang untuk pelatihan pekarya kesehatan dan 20.355 orang untuk pelatihan prajabatan. Selain itu telah dibangun sebanyak 15 buah Balai Latihan Kesehatan Masyarakat (BLKM).

i. Program Penyempurnaan Efisiensi Aparatur Kesehatan

Selama Repelita IV telah dilatih 49 orang tenaga peren-cana untuk meningkatkan kemampuan perencanaan dan penilaian pembangunan bidang kesehatan. Upaya lain yang dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan program ini ialah penyusunan rencana tahunan termasuk rencana anggaran pembangunan bidang kesehat-an dan penyelesaian modul pelatihan perencanaan kesehatan di Daerah Tingkat II. Di samping itu dalam kurun waktu yang sama telah dilakukan pemeriksaan atas lebih dari 80 proyek pemba-ngunan dan sekitar 150 satuan kerja per tahun. Dari hasil pe-meriksaan tersebut tampak bahwa jumlah kasus penyimpangan yang ditemukan cenderung menurun.

Upaya peningkatan Pusat Data Kesehatan dalam Repelita IV tetap dilanjutkan dengan melakukan perbaikan komputerisasi Sistem Informasi Kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit di 8 kabupaten panduan. Upaya peningkatan ini kegiatannya mencakup pengembangan dan pembinaan sistem pengumpulan dan pengolahan data pelaporan terpadu.

XVIII/28

Dalam rangka penyesuaian dan penyederhanaan sistem peng-amatan yang mencakup pencatatan dan pelaporan yang ada, telah dilakukan penyusunan formulir pencatatan dan pelaporan baru, dan telah dilaksanakan uji cobs di DKI Jakarta meliputi 9 Puskesmas, 5 Rumah Sakit, 6 Sekolah/Akademi dan 2 unit admi-nistrasi.

B. KESEJAHTERAAN SOSIAL

1. Pendahuluan

Sejalan dengan Garis-garis Besar Haluan Negara 1983 yang dijabarkan lebih jauh dalam Repelita IV, usaha-usaha pembina-an dan pelayanan kesejahteraan sosial ditujukan kepada masya-rakat yang kurang beruntung. Dengan memperoleh pembinaan dan pelayanan ini diharapkan mereka dapat memperoleh kesempatan dan kemampuan untuk bersama-sama dengan golongan-golongan ma-syarakat lainnya ikut serta dalam proses pembangunan dan de-ngan demikian dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Terma-suk ke dalam golongan masyarakat yang kurang beruntung ini adalah para penyandang cacat (termasuk cacat veteran), fakir miskin, lanjut usia tidak mampu, anak-anak terlantar, yatim piatu, keluarga pejuang kemerdekaan yang tidak mampu, golong-an masyarakat yang hidupnya terasing dan terbelakang, para tuna sosial, gelandangan dan pengemis, korban bencana alam, dan korban penyalahgunaan narkotika.

Selama Repelita IV pembangunan di bidang kesejahteraan sosial dikonsentrasikan kepada kegiatan-kegiatan yang bersi-fat perbaikan, peningkatan dan perluasan pelayanan dengan me-libatkan sebanyak mungkin masyarakat, termasuk organisasi-or-ganisasi atau lembaga-lembaga sosial yang ada, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut dituangkan ke da-lam 2 program utama, yaitu: (a) Program Pembinaan Kesejahte-raan Sosial dan (b) Program Bantuan Penyantunan dan Pengen-tasan Sosial. Di samping itu terdapat 6 program penunjang, masing-masing: (c) Program Pembinaan Generasi Muda, (d) Pro-gram Peranan Wanita, (e) Program Pendidikan dan Latihan Tenaga Kesejahteraan Sosial, (f) Program Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, (g) Program Penyempurnaan Efisiensi Aparatur Pemerintah dan Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan, dan (h) Program Penyempurnaan Prasarana Fisik Pemerintah. Program-program tersebut dalam pelaksanaannya dituangkan ke dalam proyek-proyek.

XVIII/29

2. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah

Sama halnya dengan Repelita-repelita sebelumnya, pe-nanganan masalah kesejahteraan sosial dalam Repelita IV selalu dilaksanakan dengan mengikutsertakan masyarakat dan lembaga-lembaga sosial yang ada, karena pada hakekatnya usaha-usaha pembangunan itu, lebih-lebih pembangunan di bidang kesejahte-raan sosial, harus merupakan hasil partisipasi dari seluruh anggota masyarakat. Usaha-usaha untuk mengikutsertakan masya-rakat sebanyak mungkin dalam menangani masalah kesejahteraan sosial ditempuh antara lain dengan meningkatkan kegiatan-ke-giatan penyuluhan kepada masyarakat, pembinaan terhadap orga-nisasi-organisasi atau lembaga-lembaga sosial yang ada, dan pembentukan serta pembinaan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) sebagai pekerja sosial sukarela.

Selain itu, karena pada hakekatnya usaha-usaha mening-katkan kesejahteraan sosial itu merupakan usaha yang bersifat multi-sektoral, pembangunan bidang kesejahteraan sosial di-usahakan secara terkoordinasikan dan terpadu dengan melibat-kan berbagai instansi yang terkait.

Dalam rangka usaha untuk melibatkan masyarakat sebanyak mungkin dalam menangani permasalahan bidang kesejahteraan so-sial, di samping kegiatan-kegiatan penyuluhan dan pembinaan, segala sumber kesejahteraan sosial yang berasal dari dan ber-ada di masyarakat digerakkan, diarahkan dan didayagunakan se-cara optimal untuk meningkatkan daya mampu dan daya jangkau penanggulangan permasalahan kesejahteraan sosial.

Selanjutnya, dalam hal melaksanakan fungsi pelayanan dan rehabilitasi sosial, sistem pelayanan dalam panti tetap di-lanjutkan dan dikembangkan dengan tekanan pada usaha-usaha untuk meningkatkan mutu pelayanannya dan kelengkapan sarana-nya. Sehubungan dengan ini, usaha-usaha untuk meningkatkan keterampilan para pengelola panti terus dilaksanakan.

Kegiatan-kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial di luar panti, seperti penanganan dan pembinaan terhadap masyarakat terasing, para korban bencana alam, para korban penyalahgunaan narkotika, fakir miskin, para pemuda putus sekolah dan seba-gainya, terus dilanjutkan dan sejauh mungkin diperbaiki pola penanganannya agar lebih berdaya guna dan berhasil guna. Sa-rana dan prasarana yang dibutuhkan untuk ini terus diusahakan pengadaannya secara bertahap sesuai dengan kemampuan yang ada.

XVIII/30

3. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan

a. Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial

Dalam pelaksanaannya program ini banyak melibatkan peran serta organisasi-organisasi sosial, pekerja-pekerja sosial, generasi muda dan kaum wanita, sebagai realisasi dari kebi-jaksanaan untuk melibatkan masyarakat sebanyak mungkin dalam usaha-usaha pembangunan kesejahteraan sosial. Dengan cara ini di kalangan masyarakat sendiri dapat terwujud prasarana dan sarana serta mekanisme pembangunan kesejahteraan sosial yang sejalan dan terpadu dengan prasarana, sarana dan mekanisme yang diselenggarakan Pemerintah.

Pembinaan kesejahteraan sosial diberikan dalam bentuk bimbingan mental, sosial dan motivasi, pelatihan keterampilan, pemberian stimulan dalam bentuk paket-paket kelompok usaha bersama serta pembinaan lanjut untuk peningkatan taraf kese-jahteraan sosialnya, terutama bagi kelompok-kelompok atau go-longan-golongan masyarakat yang menghadapi masalah-masalah kerawanan sosial ekonomi.

Program tersebut di atas meliputi kegiatan-kegiatan utama sebagai berikut:

(1) Pembinaan Potensi Kesejahteraan Sosial dan SwadayaMasyarakat dalam Masalah Perumahan dan Lingkungan

Melalui kegiatan dan usaha swadaya masyarakat dalam ma-salah perumahan dan lingkungan telah ditumbuhkan dan dikem-bangkan semangat gotong royong guna memugar rumah-rumah mereka sendiri dengan memanfaatkan sepenuhnya potensi sosial maupun alam lingkungan yang tersedia di daerahnya. Kegiatan ini telah berhasil meningkatkan penataan dan mutu perumahan serta ling-kungan yang sehat dan teratur yang memenuhi syarat-syarat ke-sejahteraan sosial di kalangan keluarga binaan.

Bentuk bimbingan yang telah dilakukan selama ini adalah memberikan bantuan stimulan berupa antara lain peralatan kerja produktif yang bersifat mendorong dan meningkatkan swadaya dan swakarya. Dengan bantuan LKMD, usaha ini sedikit banyak dapat mengatasi masalah perumahan yang mereka hadapi.

Sejak tahun pertama Repelita IV penanganan pemugaran atau perbaikan perumahan desa dan lingkungan dilaksanakan secara terpadu yang melibatkan berbagai instansi terkait yang juga

XVIII/31

menangani masalah perumahan desa. Secara kelembagaan kegiatan ini dikoordinasikan oleh Kantor Menteri Negara Perumahan Rak-yat. Dengan cara penanganan bersama ini, selama lima tahun Repelita IV (1984/85 - 1988/89) telah dapat dibantu pemugaran sekitar 107.580 rumah yang tersebar di 7.172 desa (Tabel XVIII-8). Khusus dalam tahun 1988/89 jumlah rumah yang telah berhasil dipugar adalah sebanyak sekitar 37.590 rumah di 2.506 desa. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya (1987/88), berarti terjadi peningkatan sebanyak kurang lebih 106,9%. Sesuai dengan keadaan yang memungkinkan usaha ini berantai, dengan bantuan LKMD dan swadaya masyarakat sendiri selama lima tahun Repelita IV kegiatan pemugaran rumah tersebut telah berkembang ke sekitar 9.400 desa.

(2) Penyuluhan Sosial dan Pembinaan Pekerja Sosial Masya-rakat (PSM)

Penyuluhan sosial sebagai gerak dasar usaha kesejahteraan sosial dilakukan dalam rangka menciptakan kondisi sosial ma-syarakat yang memungkinkannya dapat menerima dan mendukung nilai-nilai pembaharuan seirama dengan kebutuhan pembangunan. Penyuluhan sosial ini dilaksanakan bagi kelompok-kelompok atau kesatuan-kesatuan masyarakat tertentu yang menjadi sa-saran program ini.

Dalam pelaksanaannya kegiatan penyuluhan sosial dilaksa-nakan oleh para pekerja sosial masyarakat (PSM). Para PSM ini diharapkan dapat mendukung usaha kesejahteraan sosial masya-rakat pada lapisan paling bawah, terutama di pedesaan. Di ka-langan masyarakat pedesaan peranan PSM telah dirasakan benar manfaatnya karena telah mampu melaksanakan peranannya tidak saja sebagai pendorong, tetapi juga sebagai penggerak, pem-bimbing dan pengarah berbagai upaya kesejahteraan sosial ma-syarakat di lingkungan desanya.

Adapun kegiatan-kegiatan penyuluhan sosial yang dilakukan baik secara lisan, tertulis maupun melalui berbagai media massa, pada hakekatnya merupakan upaya awal persiapan kondisi sosial dasar bagi pelaksanaan program pembangunan bidang ke-sejahteraan sosial.

Dalam tahun 1988/89 telah berhasil dibina sebanyak 10.020 orang PSM. Jumlah ini meningkat kurang lebih 47,0% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Selama lima tahun Repe-lita IV (1984/85 - 1988/89) jumlah tenaga PSM yang telah ber-hasil dibina adalah sebanyak 71.665 orang (Tabel XVIII-9).

XVIII/32

TABEL XVIII - 8PELAKSANAAN PEMBINAAN SWADAYA MASYARAKAT BIDANG PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN

MENURUT DAERAH TINGKAT I,1983/84- 1988/89

(kepala keluarga/rumah)

1) Angka diperbaiki2) Dengan rata-rata 15 KK untuk satu desa

XVIII/33

TABEL XVIII - 9

PEMBINAAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT (PSM)MENURUT DAERAH TINGKAT I,

1983/84 - 1988/89 1)( orang )

No. Daerah Tingkat I/1983/84

Repelita IV

1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1988/89Propinsi

1. DKI Jakarta 1.027 130 130 130 150 270

2. Jawa Barat 940 1.300 2.210 570 540 690

3. Jawa Tengah 966 2.290 3.060 420 780 720

4. DI Yogyakarta 616 180 270 180 120 330

5. Jawa Timur 1.048 3.060 2.690 450 840 720

6. DI Aceh 802 850 1.020 1.740 210 540

7. Sumatera Utara 710 1.360 1.800 2.400 390 390

8. Sumatera Barat 1.074 900 1.110 1.200 300 360

9. Riau 600 390 300 420 212 300

10. Jambi 460 300 330 870 120 420

11. Sumatera Selatan 718 580 720 750 240 540

12. Bengkulu 652 420 210 210 90 210

13. Lampung 790 820 270 870 90 270

14. Kalimantan Barat 514 1.120 1.560 450 243 360

15. Kalimantan Tengah 422 210 330 180 120 420

16. Kalimantan Selatan 594 300 510 420 240 210

17. Kalimantan Timur 506 600 150 600 120 330

18. Sulawesi Utara 674 390 270 90 120 300

19. Sulawesi Tengah 626 510 210 450 90 210

20. Sulawesi Selatan 1.112 660 330 180 510 390

21. Sulawesi Tenggara 518 630 90 510 90 210

22. Maluku 582 540 330 300 90 240

23. Bali 645 50 420 120 210 480

24. Nusa Tenggara Beret 1.150 100 240 150 120 270

25. Nusa Tenggara Timur 990 750 510 600 270 270

26. Irian Jaya 687 1.050 480 360 210 330

27. Timor Timur 780 510 450 210 300 240

Jumlah 20.203 20.000 20.000 14.830 6.815 10.020

1) Angka tahunan

XVIII/34

Dalam pada itu melalui program khusus telah dilatih dan dibina pula para pemuda potensial, umumnya lulusan SLTA, yang ditugaskan sebagai PSM Satuan Tugas Sosial (PSM SATGASOS). Mereka ditempatkan di daerah-daerah terpencil untuk membantu mempercepat gerak pembangunan di pedesaan. Jumlah tenaga PSM SATGASOS yang telah dibina selama lima tahun ini ada sebanyak 1.832 orang, tersebar di DI Aceh, propinsi-propinsi Riau, Bengkulu, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Irian Jaya, dan Timor Timur.

(3) Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing

Usaha yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah pembinaan dan pelayanan kepada kelompok-kelompok masyarakat yang hidup-nya terasing dan terbelakang di daerah-daerah pedalaman, di samping kelompok atau kesatuan masyarakat yang rawan sosial ekonomi dan politis di daerah perbatasan. Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka meningkatkan taraf dan cara hidup mereka untuk mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang layak sesuai dengan martabat manusia di dalam satu pemukiman yang lebih baik dan teratur.

Kebijaksanaan penanganan kelompok-kelompok masyarakat ini lebih ditekankan pada upaya pembinaan nilai-nilai sosial bu-daya yang positif sebagai modal dasar dalam pembinaan kese-jahteraan sosial bagi kelompok masyarakat tersebut.

Dalam tahun 1988/89 telah berhasil dibina dan dimukimkan di tempat pemukiman baru sejumlah 1.023 Kepala Keluarga (KK) masyarakat terasing. Secara kumulatif sejak tahun terakhir Repelita III jumlah masyarakat terasing yang telah berhasil dibina adalah sebanyak 10.068 KK (Tabel XVIII-10 dan Grafik XVIII-2). Mereka yang telah dimukimkan itu telah dapat hidup secara lebih layak dan teratur. Sebagian besar dari tugas-tugas pembinaan selanjutnya telah dialihkan kepada Pemerintah Daerah setempat, dengan melibatkan berbagai dinas ataupun instansi Daerah yang menangani pembangunan daerahnya masing-masing.

(4) Pembinaan Kepahlawanan dan Keperintisan Kemerdekaan

Tujuan kegiatan ini adalah penyebarluasan nilai-nilai kepahlawanan dan keperintisan para Pahlawan dan Pejuang Ke-merdekaan, serta perbaikan kehidupan keluarga Pahlawan dan Perintis Kemerdekaan yang tidak mampu.

XVIII/35

TABEL XVIII - 10PEMBINAAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT TERASING

MENURUT DAERAH TINGKAT I,1983/84 - 1985/8

(kepala keluarga) ¹)

No. Daerah Tingkat I/Propinsi 1983/84

Repelita IV

1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1988/89

1. Jawa Barat - - 50 2) 50 2) 100 100

2. DI Aceh 140 140 215 215 215 215

3. Sumatera Utara 100 100 100 100 100 145

4. Sumatera Barat 170 270 370 370 370 370

5. Riau 165 340 400 480 480 630

6. Jambi 115 115 190 190 190 190

7. Sumatera Selatan 50 50 105 105 105 105

8. Bengkulu 100 200 275 275 275 275

9. Kalimantan Barat 75 75 340 2) 340 340 540

10. Kalimantan Tengah 125 275 315 315 315 315

11. Kalimantan Selatan 115 115 115 160 160 207

12. Kalimantan Timur 150 325 450 2) 450 450 495

13. Sulawesi Utara 125 125 125 125 125 175

14. Sulawesi Tengah 215 440 680 2) 680 680 751

15. Sulawesi Selatan 190 390 500 2) 500 500 500

16. Sulawesi Tenggara 125 275 375 425 425 425

17. Maluku 210 510 660 660 660 710

18. Nusa Tenggara Barat 115 265 365 365 365 365

19. Nusa Tenggara Timur 125 300 400 400 400 450

20. Irian Jaya 340 1.440 2.540 2.615 2.790 3.105

Jumlah 2.750 5.750 8.650 8.820 9.045 10.068

1) Angka kumulatif2) Angka diperbaiki

XVIII/36

GRAFIK XVIII - 2

PEMBINAAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT TERASINGMENURUT DAERAH TINGKAT I,

1983/84 - 1988/89

XVIII/37

Di samping itu dilakukan pula kegiatan pemugaran dan pembangunan Taman-taman Makam Pahlawan dan Makam-makam Pahla-wan Nasional. Pada tahun 1988/89 telah diperbaiki atau dipugar 11 buah Taman Makam Pahlawan dan pemindahan kerangka jenazah pahlawan sebanyak 348 buah. Dengan demikian selama Repe-lita IV (1984/85 - 1988/89) telah dapat diperbaiki dan disem-purnakan sekitar 147 buah Taman Makam Pahlawan, 13 buah Makam Pahlawan Nasional, dan 59 buah Makam Perintis Kemerdekaan yang tersebar di berbagai daerah.

Berkaitan dengan kegiatan ini telah diterbitkan berbagai buku sari kepahlawanan dan pejuang kemerdekaan. Melalui ke-giatan tersebut diharapkan agar generasi muda sebagai generasi penerus dapat menghargai, menghayati dan melanjutkan per-juangan, pengorbanan dan pengabdian para pahlawan, perintis dan pejuang kemerdekaan.

Selama pelaksanaan Repelita IV telah diberikan bantuan perbaikan rumah kepada sekitar 400 keluarga pahlawan dan pe-rintis kemerdekaan. Kecuali itu telah diberikan pula bantuan usaha produktif kepada 208 keluarga pahlawan dan perintis ke-merdekaan.

(5) Pembinaan Partisipasi Sosial Masyarakat

Sesuai dengan kebijaksanaan yang ditempuh, pembinaan partisipasi sosial masyarakat dimaksudkan untuk dapat mening-katkan, mengembangkan, menyebarluaskan dan melembagakan par-tisipasi masyarakat dalam pembangunan bidang kesejahteraan sosial khususnya dan berbagai bidang pembangunan lain pada umumnya.

Dalam beberapa tahun terakhir Repelita IV hasil dari pembinaan tersebut telah mulai nampak, antara lain dengan se-makin banyaknya organisasi-organisasi, yayasan, atau lembaga-lembaga sosial masyarakat yang lit-at berpartisipasi bersama Pemerintah dalam menangani masalah-masalah kesejahteraan sosial.

Usaha-usaha kesejahteraan sosial yang dilakukan selama ini antara lain adalah usaha meningkatkan mutu dan kemampuan organisasi-organisasi sosial yang ada dengan memberikan pela-tihan bagi para pengurusnya dan bantuan sarana pelayanan bagi mereka yang benar-benar membutuhkannya.

Dalam tahun 1988/89 jumlah organisasi sosial (Orsos) yang telah mendapatkan pembinaan dan perbantuan adalah sebanyak

XVIII/38

kurang lebih 600 Orsos yang tersebar di seluruh propinsi. Se-cara kumulatif, selama Repelita IV (1984/85 - 1988/89) telah berhasil dibimbing dan dibina serta dikembangkan sekitar 7.203 Orsos yang bergerak dalam bidang usaha kesejahteraan sosial.

b. Program Bantuan Penyantunan dan Pengentasan Sosial

Program ini dimaksudkan untuk memberikan pelayanan, ban-tuan penyantunan dan pengentasan kepada para penyandang masa-lah sosial yang mengalami kecacatan, ketunaan dan keterlan-taran, serta musibah bencana alam dan bencana-bencana lainnya. Kegiatan program ini meliputi pemeliharaan, pemulihan, pembi-naan, pelatihan keterampilan dan peningkatan kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia, anak terlantar, penyandang ca-cat, anak nakal korban narkotika, tuna sosial dan para korban bencana alam. Pokok-pokok kegiatan dari program ini adalah:

(1) Penyantunan Lanjut Usia, Keluarga dan Pengentasan Anak Terlantar

Penyantunan bagi para lanjut usia dilakukan baik melalui sistem panti maupun sistem di luar panti, dengan tetap berpe-gang kepada kebijaksanaan yang selama ini diberikan, yaitu pelayanan dalam panti kepada para lanjut usia dan jompo ter-lantar adalah merupakan upaya terakhir. Prinsip dasar yang dianut adalah bahwa pelayanan kesejahteraan sosial yang ter-baik bagi para lanjut usia dan jompo, adalah di dalam ling-kungan keluarga sendiri, sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia.

Penyantunan terhadap lanjut usia yang dilakukan di luar panti adalah dengan menitipkan para lanjut usia tersebut ke-pada keluarga-keluarga yang mau dan mampu menyantunnya. Selama lima tahun pelaksanaan Repelita IV (1984/85 - 1988/89) usaha penyantunan dalam dan luar panti mencakup kurang lebih 130.450 orang lanjut usia. Khusus dalam tahun 1988/89 jumlah yang disantun adalah sebanyak 11.250 orang (Tabel XVIII-11). Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah lanjut usia yang disantun meningkat sebanyak 108,3%, tetapi bila dibandingkan dengan tahun pertama dan kedua, jumlahnya banyak menurun. Hal ini disebabkan karena mulai tahun 1986/87 dan tahun-tahun berikutnya kegiatan lebih banyak ditekankan kepada perbaikan bangunan atau rehabilitasi fisik dari panti-panti atau Sasa-na-sasana Tresna Werdha yang ada.

Dalam pada itu melalui panti-panti yang dikelola oleh Pemerintah Daerah dan swasta telah pula diberikan santunan

XVIII/39

TABEL XVIII – 11

PELAKSANAAN PENYANTUNAN KEPADA PARA LANJUT USIADENGAN SISTEM DALAM DAN LUAR PANTI

MENURUT DEARER TINGKAT I,1983/84 - 1988/89 1)

( orang )

No. Daerah Tingkat I/Repelita IV

Propinsi1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 2) 1987/8

81988/8

9

1. DKI Jakarta 46500 1.800 1.800 _ 300 300

2. Jawa Barat 4.500 3.100 3.600 _ 600 1.000

3. Jawa Tengah 4.800 3.100 3.600 _ 750 1.000

4. DI Yogyakarta 2.100 2.100 1.500 _ 200 350

5. Jawa Timur 4.800 3.100 3.600 _ 700 1.200

6. DI Aceh 2.250 2.100 2.100 _ 470 500

7. Sumatera Utara 2.400 3.600 3.200 _ 300 1.200

8. Sumatera Barat 2.400 3.000 2.300 _ 200 500

9. Riau 1.500 2.400 1.600 _ 200 400

10. Jambi 1.500 1.500 1.400 _ _ 200

11. Sumatera Selatan 2.100 3.000 2.300 _ 300 250

12. Bengkulu 1.800 1.800 1.000 _ _ 300

13. Lampung 1.700 2.100 2.800 _ 200 300

14. Kalimantan Barat 1.800 2.100 2.100 _ _ 40015. Kalimantan Tengah 2.100 2.400 1.500 _ _ 300

16. Kalimantan Selatan 2.100 2.100 1.500 _ 200 250

17. Kalimantan Timur 2.200 1.800 1.000 _ _ 200

18. Sulawesi Utara 2.400 3.000 2.000 _ _ 200

19. Sulawesi Tengah 2.100 2.100 1.900 _ _ 200

20. Sulawesi Selatan 3.900 3.600 2.400 _ _ 300

21. Sulawesi Tenggara 1.500 1.500 1.000 _ _ 300

22. Maluku 2.100 2.100 1.400 _ 200 200

23. 1.800 1.800 2.200 _ 300 300BaliNusa Tenggara Barat24. 2.100 1.500 2.500 _ 280 350

25. Nusa Tenggara Timur 1.500 1.500 2.500 _ 200 350

26. Irian Jaya 1.200 1.800 1.000 _ _ 400

27. Timor Timur _ _ _ _ _ 200

Jumlah 34.650 30.600 28.000 _ 4.020 7.200

1) Angka tahunan2) Khusus pada tahun 1986/87 kegiatan penyantunan lanjut usia ditiadakan karena diutamakan pada

rehabilitasi dan perbaikan bangunan-bangunan Panti/Sasana Tresna Werdha

XVIII/40

terhadap para lanjut usia, rata-rata sekitar 8.000 orang per tahunnya (3.400 orang dalam Panti-panti Pemerintah Daerah dan 4.600 orang dalam Panti-panti swasta). Dengan demikian jumlah lanjut usia yang telah disantun selama lima tahun pelaksanaan Repelita IV mencapai lebih kurang 138.450 lanjut usia.

Pengentasan anak terlantar adalah usaha untuk memberikan perasaan terlindungi, kasih sayang keluarga dan pembinaan ke-terampilan kepada anak yang dientaskan guna mengembangkan ke-pribadiannya. Penyantunan yang dilakukan dalam panti meliputi pembinaan mental dan sosial, pemberian pelatihan keterampilan dan bantuan paket peralatan usaha kepada anak-anak terlantar yang putus sekolah. Sedangkan penyantunan di luar panti di-laksanakan melalui asuhan keluarga masing- masing anak dengan bimbingan mental, sosial, dan bantuan paket berupa pakaian seragam serta kebutuhan alat-alat perlengkapan sekolah, ter-utama bagi anak yang terlantar tidak mampu.

Dalam tahun 1988/89 jumlah anak terlantar yang telah di-bantu dan disantun melalui sistem dalam dan luar panti adalah sebanyak 15.900 orang. Selama lima tahun pelaksanaan Repelita IV telah berhasil disantun tidak kurang dari 197.310 anak (Tabel XVIII-12).

Di samping itu melalui panti-panti asuhan baik milik Pe-merintah Daerah maupun panti-panti asuhan milik swasta telah dilakukan penyantunan terhadap anak terlantar dan yatim piatu sebanyak lebih kurang 49.700 anak yang tertampung di 792 buah panti asuhan. Dengan demikian jumlah anak terlantar yang telah disantun selama lima tahun pelaksanaan Repelita IV mencapai sekitar 247.000 anak.

Sehubungan dengan penyantunan dan pengentasan anak ter-lantar selama Repelita IV telah pula dibangun dan diperbaiki panti dan sasana penyantunan anak sebanyak 67 buah panti/sa-sana.

(2) Penyantunan dan Pengentasan Para Cacat

Usaha ini bertujuan untuk mempersiapkan dan mengentaskan penyandang cacat agar mereka mempunyai harga diri dan dapat hidup mandiri dan sekaligus mampu mengatasi kecacatannya se-hingga tidak merupakan hambatan dalam melaksanakan fungsi so-sialnya secara wajar dan layak. Sasaran santunan ini meliputi para cacat tubuh, tuna netra, cacat mental, tuna rungu wicara dan bekas penyandang penyakit kronis, termasuk pula di dalam-nya para cacat veteran.

XVIII/41

TABEL XVIII – 12

PELAKSANAAN PENYANTUNAN ANAK TERLANTARDENGAN SISTEM DALAM DAN LUAR PANTI

MENURUT DAERAH TINGKAT I,1983/84 - 1988/89 1)

(orang)

No. Daerah Tingkat I/Propinsi

1983/84

Repelita IV

1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 2) 1988/89

1. DKI Jakarta 2.700 2.400 2.100 2.000 960 500

2. Jawa Barat 3.000 4.500 4.000 3.600 1.400 1.400

3. Jawa Tengah 3.000 4.500 4.200 3.500 1.800 1.800

4. DI Yogyakarta 1.200 1.400 1.600 .1.200 500 5005. Jawa Timur 3.000 4.500 4.200 3.500 1.800 1.800

6. DI Aceh 1.200 1.800 1.800 1.700 800 800

7. Sumatera Utara 1.800 3.500 3.000 2.000 700 7508. Sumatera Barat 1.800 1.900 2.100 1.800 500 600

9. Riau 1.500 1.600 1.600 1.300 450 15010. Jambi 1.500 1.400 1.400 1.000 450 60011. Sumatera Selatan 1.500 2.000 2.000 1.800 1.000 1.00012. Bengkulu 1.500 1.400 1.500 1.300 400 330

13. Lampung 1.500 2.800 2.800 1.800 650 700

14. Kalimantan Barat 900 2.100 1.800. 1.200 450 400

15. Kalimantan Tengah 1.200 1.200 1.500 1.200 400 380

16. Kalimantan Selatan 1.200 1.500 1.800 1.500 450 450

17. Kalimantan Timur 1.200 1.500 1.600 1.200 500 50018. Sulawesi Utara 1.800 1.600 1.200 1.600 300 300

19. Sulawesi Tengah 1.800 1.200 3.600 1.200 450 450

20. Sulawesi Selatan 2.100 3.600 1.000 1.800 400 50021. Sulawesi Tenggara 1.200 1.000 2.100 1.500 400 39022. Maluku 1.200 1.600 2.600 1.600 300 300

23. Bali 2.400 2.600 3.000 1.600 550 400

24. Nusa Tenggara Barat 1.800 3.500 2.550 1.700 200 35025. Nusa Tenggara Timur 1.800 3.400 2.500 1.700 350 35026. Irian Jaya 1.500 1.500 1.500. 1.700 200 200

Jumlah 45.300 60.000 59.050 46.000 16.360 15.900

1)Angka tahunan2)Angka diperbaiki

XVIII/42

Dalam rangka kegiatan penyantunan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang cacat, telah dilakukan peningkatan kemampuan panti-panti rehabilitasi sosial dalam bentuk perbaikan pe-nyempurnaan prasarana dan saran fisik, penyediaan alat-alat perlengkapan panti, dan pelatihan-pelatihan tenaga instruktur.

Penanganan para cacat sebagian kecil dilakukan melalui sistem dalam panti sebagai perangkat rehabilitasi sosial. Sa-saran santunan yang terbanyak dilakukan adalah melalui sistem luar panti. Kegiatan penyantunan dan pengentasan para cacat meliputi motivasi, bimbingan fisik, mental, sosial dan pela-tihan keterampilan untuk berusaha serta bimbingan lanjut. Ke-giatan penyantunan dengan sistem luar panti dilaksanakan me-lalui Loka Bina Karya (LBK), Unit Rehabilitasi Sosial Keliling (URSK), Praktek Belajar Kerja (PBK) dan bantuan Kelompok Usaha Produktif Penca (KUP).

Dalam tahun 1988/89 telah disantun dan dientaskan melalui sistem dalam dan luar panti sebanyak 13.226 orang penyandang cacat. Dengan demikian selama lima tahun pelaksanaan Repe-lita IV secara kumulatif telah dapat disantun dan dientaskan melalui sistem dalam dan luar panti mencapai tidak kurang da-ri 84.783 orang penyandang cacat (Tabel XVIII-13). Sementara itu dalam kegiatan ini juga dilaksanakan bantuan pengasramaan bagi murid-murid SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa) yang tidak mampu sekitar 4.544 murid pada 119/buah SDLB yang tersebar di berbagai kabupaten.

Dalam hubungan ini pada tahun 1988/89 telah dapat dise-lesaikan penyempurnaan dan perbaikan panti atau sasana seba-nyak 18 buah. Dengan demikian selama pelaksanaan Repelita IV telah diperbaiki 33 buah panti dan sasana rehabilitasi sosial.

(3) Penyantunan dan Pengentasan Tuna Sosial (Gelandang-an, Pengemis, Tuna Susila dan Bekas Narapidana)

Usaha rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis di-arahkan pada perbaikan mental, sosial, motivasi dan pelatih-an-pelatihan keterampilan praktis guna mengangkat harga diri-nya sehingga mereka mampu memperoleh pekerjaan yang layak dan tetap dengan penghasilan yang memadai.

Dalam tahun 1988/89 telah berhasil direhabilitasi dan diresosialisasi sebanyak lebih kurang 1.400 orang gelandangan dan pengemis. Selama Repelita IV, jumlahnya mencakup lebih kurang 22.350 orang. Dengan semakin meningkatnya usaha-usaha

XVIII/43

TABEL XVIII – 13

PELAKSANAAN PENYANTUNAN DAN PENGENTASAN PARA CACATDENGAN SISTEM DALAM DAN LUAR PANTI

MENURUT DAERAH TINGKAT I.1983/84 - 1988/89 1)

(orang)

No. Daerah Tingkat I/ Repelita IV

Propinsi 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 2) 1988/89

1. DKI Jakarta 2.000 2.235 2.000 200 725 650

2. Jawa Barat 1.000 2.450 2.000 200 968 1.716

3. Jawa Tengah 2.600 4.240 2.000 880 1.079 1.709

4. DI Yogyakarta 100 730 500 180 295 434

5. Jawa Timur 1.000 750 2.000 500 843 2.131

6. DI Aceh 500 800 500 300 122 86

7. Sumatera Utara 1.000 1.500 1.500 240 534 930

8. Sumatera Barat 1.200 1.390 1.000 337 172 230

9. Riau 300 625 500 320 95 114

10. Jambi 400 390 500 160 110 172

11. Sumatera Selatan 1.600 2.236 500 300 415 441

12. Bengkulu 200 200 500 80 159 215

13. Lampung 500 895 500 100 225 349

14. Kalimantan Barat 300 300 500 160 150 179

15. Kalimantan Tengah 300 560 500 60 160 154

16. Kalimantan Selatan 1.000 1.290 1.000 360 325 214

17. Kalimantan Timur 300 240 500 200 55 55

18. Sulawesi Utara 800 890 1.200 500 325 394

19. Sulawesi Tengah 1.100 1.305 1.200 100 325 280

20. Sulawesi Selatan 2.800 2.400 2.000 200 361 602

21. Sulawesi Tenggara 200 105 500 200 225 269

22. Maluku 800 865 1.000 400 195 359

23. Bali 1.100 1.035 1.000 40 184 350

24. Nusa Tenggara Barat 600 1.119 1.000 200 288 462

25. Nusa Tenggara Timur 800 850 1.000 100 320 47026. Irian Jaya 200 550 500 340 170 186

27. Timor Timur - 50 - 75 100 75

Jumlah 22.700 30.000 25.900 6.732 8.925 13.226

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki

XVIII/44

pembangunan di daerah-daerah khususnya di pedesaan, dalam Re-pelita V jumlah gelandangan dan pengemis di kota-kota diha-rapkan akan semakin berkurang.

Upaya rehabilitasi dan resosialisasi gelandangan dan pengemis di kota-kota dilaksanakan antara lain dengan meng-upayakan mereka untuk bertransmigrasi dan dengan membina me-reka melalui Lingkungan Pondok Sosial (LIPOSOS). Upaya pe-nanganan melalui LIPOSOS terutama ditujukan kepada mereka yang mempunyai potensi untuk bekerja, seperti tukang becak, kuli bangunan, dan lain-lain yang tidak bertempat tinggal se-cara tetap. Kepada mereka diberikan bekal pengetahuan praktis yang dapat dijadikan bekal usaha mandiri baik dalam lingkung-an LIPOSOS maupun di luar lingkungan pondok tersebut. Untuk menunjang kegiatan tersebut di atas selama Repelita IV telah dibangun dan disempurnakan fasilitas dan prasarana LIPOSOS di berbagai daerah, seperti di Bekasi, Serpong, Cimahi, Semarang, Kediri, Mataram, Binjai dan Bandar Lampung.

Usaha rehabilitasi sosial terhadap tuna susila pada umumnya dilaksanakan dalam panti. Kepada mereka diberikan bimbingan mental dan sosial serta pelatihan keterampilan yang sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian para tuna susila disiapkan untuk dapat memperoleh pekerjaan dan menciptakan lapangan kerja yang layak dan wajar di dalam masyarakat sesuai dengan norma-norma sosial yang berlaku.

Dalam tahun 1988/89 telah berhasil direhabilitasi dan dientaskan sekitar 1.000 orang tuna susila dan selama lima tahun pelaksanaan Repelita IV jumlahnya mencapai sekitar 5.850 orang tuna susila.

Usaha resosialisasi terhadap bekas narapidana terutama dimaksudkan untuk memulihkan kembali pada diri mereka rasa harga diri dan kepercayaan pada diri sendiri untuk dapat mengembangkan kemampuan hidup mandiri yang layak dan wajar dalam lingkungan masyarakat. Selama Repelita IV jumlah bekas narapidana yang telah berhasil dibina ada sebanyak 4.000 orang, dan khusus dalam tahun 1988/89 telah dientaskan sekitar 500 orang.

(4) Penyantunan dan Pengentasan Anak Nakal dan Korban Penyalahgunaan Narkotika

Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan dan mengen-taskan anak nakal dan remaja korban penyalahgunaan narkotika

XVIII/45

agar mereka dapat mengembangkan bakat dan pribadinya secara lebih baik dan wajar sebagai generasi penerus bangsa. Sasaran kegiatan ini adalah anak-anak nakal yang melakukan tindakan melanggar norma-norma kehidupan keluarga dan masyarakat yang tidak dalam proses penggugatan pengadilan. Selain itu para remaja korban penyalahgunaan narkotika yang telah usai menda-patkan perawatan medik.

Dengan menggunakan sistem rujukan di rumah-rumah sakit, kepolisian dan lembaga-lembaga pendidikan agama, panti-panti rehabilitasi sosial melakukan penyantunan, rehabilitasi dan resosialisasi bagi anak nakal dan bekas korban narkotika atau minuman keras, terutama dari kalangan remaja. Melalui penyan-tunan dalam panti mereka dibina dan diarahkan agar dapat kem-bali kepada keluarga dan masyarakat serta mampu mengembangkan bakat dan pribadinya secara lebih baik dan wajar. Di dalam panti mereka diberi bimbingan sosial mengenai sikap dan tang-gung jawab sosial serta pelatihan keterampilan yang mereka ingini sebagai bekal usaha mandiri dalam menyongsong masa de-pan mereka.

Dalam tahun 1988/89 jumlah anak nakal dan korban penya-lahgunaan narkotika yang telah disantun berjumlah 1.145 anak, termasuk bekas korban penyalahgunaan narkotika yang dibina oleh Pondok Pesantren Suralaya (Jawa Barat). Selama Repelita IV sebagai keseluruhan telah berhasil disantun sebanyak 6.994 orang anak nakal dan korban penyalahgunaan narkotika.

Selain itu dalam tahun 1988/89 telah pula dilakukan per-baikan, perluasan dan penyempurnaan beberapa panti rehabili-tasi sosial anak nakal dan korban narkotika; antara lain di Bambu Apus (Jakarta), Cileungsi (Cibinong, Bogor), Semarang, Surabaya, Medan, dan Palembang.

(5) Penyantunan dan Pengentasan Fakir Miskin

Sasaran yang dituju oleh kegiatan ini adalah masyarakat berpenghasilan sangat rendah yang benar-benar tidak dapat mencukupi kebutuhan dasarnya secara layak, atau keluarga fakir miskin baik yang tinggal di daerah pedesaan maupun di daerah rawan sosial ekonomis di perkotaan. Mereka dibina melalui ke-luarga binaan sosial.

Usaha peningkatan taraf kesejahteraan sosial keluarga fakir miskin ini diarahkan pada usaha meningkatkan keteram-pilan para keluarga binaan sosial dan pemberian bantuan paket

XVIII/46

usaha produktif bersama dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang terdiri dari 10 KK yang disesuaikan dengan keadaan dan potensi desa mereka.

Dalam tahun 1988/89 jumlah keluarga fakir miskin yang disantun adalah sebanyak 2.710 KK tersebar pada 53 desa di 17 Propinsi. Dengan demikian selama lima tahun pelaksanaan Repe-lita IV jumlah keluarga fakir miskin yang disantun dan dien-taskan adalah sebanyak 19.540 KK tersebar pada 296 desa (Ta-bel XVIII-14).

(6) Bantuan dan Rehabilitasi Korban Bencana Alam

Penanggulangan korban bencana alam diarahkan pada pe-ningkatan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi kemung-kinan terjadinya bencana alam, pemberian bantuan pertama se-bagai tindakan darurat, dan bantuan rehabilitasi sosial seba-gai tindak lanjutan. Sasaran utama usaha ini adalah para ke-luarga yang menjadi korban bencana alam ataupun musibah lain-nya.

Kepada korban bencana alam diberikan bantuan berupa bahan bangunan untuk merehabilitasi rumah-rumah yang rusak; pelak-sanaannya dilakukan secara gotong royong. Di samping itu ban-tuan dari masyarakat tidak kurang besarnya dalam usaha mengu-rangi penderitaan dan kerugian anggota masyarakat yang meng-alami musibah bencana alam.

Dalam usaha peningkatan kesiapsiagaan di beberapa daerah yang rawan bencana telah diberikan pula perangkat peralatan penyelamatan korban bencana alam dan pelatihan kepada Satgasos Penanggulangan Bencana Alam.

Perlu dikemukakan pula bahwa dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan aparatur Pemerintah dan masyarakat dalam meng-hadapi bencana, dalam Repelita IV telah diadakan kerja sama antara Pemerintah RI dan beberapa badan internasional seperti UNDRO, UNDP dan USAID dalam bidang penanggulangan bencana.

Dalam tahun 1988/89 telah diberikan bantuan rumah dan rehabilitasi rumah kepada 2.845 KK yang terdiri dari 600 unit rumah baru dan 2.245 unit rumah rehabilitasi. Dengan demikian selama Repelita IV korban bencana yang telah diberi bantuan berjumlah sekitar 18.802.KK yang terdiri dari 7.516 unit rumah baru dan 11.286 unit rumah rehabilitasi (Tabel XVIII-15).

XVIII/47

TABEL XVIII – 14

PENYANTUNAN DAN PENGENTASAN FAKIR MISKINMENURUT DAERAH TINGKAT I,

1983/84 – 1988/89(desa dan keluarga)

XVIII/48

TABEL XVIII – 15

BANTUAN RUMAH DAN REHABILITASI RUMAHKEPADA KORBAN BENCANA ALAMMENURUT DAERAH TINGKAT I,

1983/34 1908/89(unit rumah)

XVIII/49

c. Program Pembinaan Generasi Muda

Program ini terdiri dari dua kegiatan, yaitu pembinaan. Karang Taruna dan pembinaan Kesejahteraan Sosial Remaja.

(1) Pembinaan Karang Taruna

Pembinaan Karang Taruna dilaksanakan melalui kegiatan penumbuhan dan pengembangan Karang Taruna sehingga dihasilkan Karang Taruna yang mampu melaksanakan tugas dan fungsinya se-bagai wadah pembinaan generasi muda di pedesaan atau kelurah-an. Pelaksanaan pembinaan Karang Taruna dikaitkan dengan pro-gram Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dan terutama diarahkan pada penanaman pengertian dan kesadaran akan P4, pencegahan kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkotika serta pengembangan pembauran bangsa terutama di kalangan generasi muda.

Sampai dengan tahun 1988/89 secara kumulatif telah tum-buh dan berkembang sebanyak 64.497 Karang Taruna yang ter-dapat hampir di seluruh desa dalam wilayah tanah air (Tabel XVIII-16 dan Grafik XVIII-3). Dengan jumlah tersebut sasaran pembinaan dan penumbuhan Karang Taruna dalam Repelita IV, yaitu sebanyak 30.000 Karang Taruna, telah jauh dilampaui. Oleh karena itu sejak tahun 1986/87 kegiatan pembinaan Karang Taruna dititikberatkan pada penataan organisasi, peningkatan mutu kader pengurus dan pemantapan peranan serta fungsi Karang Taruna sebagai wadah pembinaan generasi muda dalam rangka usaha pembinaan kesejahteraan sosial di tingkat desa ataupun kelurahan.

(2) Pembinaan Kesejahteraan Sosial Remaja

Remaja yang ditangani adalah para remaja yang mengalami hambatan dalam kehidupan social atau proses sosialisasinya sebagai akibat dari permasalahan sosial di lingkungan keluar-ganya. Kegiatan yang dilaksanakan diarahkan untuk mengembali-kan fungsi sosial dan meningkatkan kesejahteraan sosial para remaja yang bersangkutan.

Dalam lima tahun pelaksanaan Repelita IV (1984/85 - 1988/89) telah dapat dibina sebanyak 8.415 orang remaja yang menghadapi permasalahan sosial.

d. Program Peranan wanita

Melalui program ini, dalam rangka meningkatkan peran serta kaum wanita dalam usaha-usaha kesejahteraan sosial, te-

XVIII/50

TABEL XVIII – 16

PENUMBUHAN DAN PEMBINAAN KARANG TARUNAMENURUT DAERAH TINGKAT I,

1983/84 - 1988/89 1

No. Daerah Tingkat I/ Repelita IV

Propinsi 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1988/89

1. DKI Jakarta 236 236 236 236 236 2362. Jawa Barat 1.825 2.003 7.045 7.045 7.045 7.0653. Jawa Tengah 1.767 2.697 8.447 8.447 8.447 8.447

4. DI Yogyakarta 176 235 438 438 438 438

5. Jawa Timur 1.689 3.177 8.359 8.359 8.359 8.3596. DI Aceh 123 458 2.811 5.463 5.463 5.4637. Sumatera Utara 452 794 5.632 5.632 5.632 5.6608. Sumatera Barat 409 835 3.529 3.529 3.529 3.5399. Riau 227 258 1.104 1.104 1.104 1.104

10. Jambi 353 494 1.342 1.342 1.342 1.34211. Sumatera Selatan 839 1.361 2.371 2.371 2.371 2.37112. Bengkulu 420 672 1.065 1.065 1.065 1.065

13. Lampung 774 774 1.501 1.501 1.501 1.50114. Kalimantan Barat 181 437 1.288 1.288 2.929 2.92915. Kalimantan Tengah 135 231 1.129 1.129 1.129 1.12916. Kalimantan Selatan 815 1.426 2.363 2.363 2.363 2.36317. Kalimantan Timur 113 316 1.080 1.080 1.080 1.080

18. Sulawesi Utara 266 352 1.270 1.270 1.270 1.270

19. Sulawesi Tengah 340 450 1.278 1.278 1.278 1.27820. Sulawesi Selatan 496 513 1.189 1.189 1.189 1.189

21. Sulawesi Tenggara 226 601 720 720 720 746

22. Maluku 24 192 1.694 1.694 1.694 1.694

23. Bali 85 374 594 594 594 59424. Nusa Tenggara Barat 351 476 565 565 565 56525. Nusa Tenggara Timur 243 441 1.723 1.723 1.723 1.72326. Irian Jaya 84 227 694 699 905 905

27. Timor Timur 5 24 442 442 442 442

Jumlah 12.654 20.054 59.909 62.566 64.413 64.497

1) Angka Kumulatif (tiap desa satu Karang Taruna)

XVIII/51

GRAFIK XVIII – 3

PENUMBUHAN DAN PEMBINAAN KARANG TARUNAMENURUT DAERAH TINGKAT 1,

1983/84 - 1988/89

XVIII/52

lah dilaksanakan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan peranan wanita dalam pembangunan dengan tidak mengurangi peranannya dalam pembinaan kesejahteraan keluarga di rumah tangga ma-sing-masing. Sehubungan dengan itu telah dilaksanakan bim-bingan dan pelatihan kepemimpinan sosial bagi para tokoh wa-nita dan pengurus sosial wanita. Hasil-hasil bimbingan dan latihan tersebut kemudian difungsikan untuk memberikan bim-bingan keterampilan bagi wanita dari keluarga rawan sosial ekonomi. Selanjutnya para wanita yang bersangkutan dapat mem-bantu meningkatkan kesejahteraan keluarganya dengan meman-faatkan keterampilan yang mereka peroleh untuk berbagai usaha.

Dalam tahun 1988/89 telah dapat dibina sebanyak 615 orang pemimpin wanita, dan selama lima tahun Repelita IV telah ber-hasil dibina 12.540 wanita miskin untuk berswadaya dan 3.665 orang pemimpin wanita.

e. Program Pendidikan dan Latihan Tenaga Kesejahteraan Sosial

Program ini bertujuan untuk meningkatkan keahlian dan keterampilan para tenaga pelaksana yang ditugasi untuk me-nanggulangi setiap permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dalam masyarakat secara lebih profesional. Sasaran kegiatan ini terutama adalah para tenaga pelaksana lapangan, baik yang langsung menggarap kasus-kasus masalah sosial maupun mereka yang bertanggung jawab untuk mengorganisasikan dan mengendalikan pelayanan kesejahteraan sosial di lapangan.

Selama lima tahun Repelita IV (1984/85 - 1988/89) telah dididik dan dilatih melalui Latihan Penjenjangan Administrasi sebanyak 725 orang, Latihan Penyesuaian Profesi Pekerjaan So-sial sebanyak 1.165 orang dan Latihan Teknis fungsional seba-nyak 861 orang.

Dalam hubungan ini berdasarkan keputusan Departemen Pen-didikan dan Kebudayaan telah diberikan persetujuan program pendidikan Diploma IV pada Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) yang berlokasi di Bandung.

f. Program Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial

Program penelitian dan pengembangan kesejahteraan sosial dilaksanakan dalam rangka lebih meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha-usaha kesejahteraan sosial yang langsung

XVIII/53

dapat menunjang peningkatan mutu kesejahteraan sosial secara lebih baik.

Untuk itu telah dilakukan berbagai penelitian seperti: penelitian masalah kesejahteraan sosial, penelitian evaluatif proyek-proyek kesejahteraan sosial dan penelitian eksperimen-tasi melalui percontohan di beberapa daerah tertentu. Peneli-tian tersebut terakhir ini dimaksudkan untuk menemukan suatu pola penanganan permasalahan kesejahteraan sosial yang lebih berhasil guna dan berdaya guna.

Selama Repelita IV kegiatan penelitian yang telah di-laksanakan seluruhnya berjumlah 34 judul penelitian, terdiri atas 30 judul penelitian masalah kesejahteraan sosial dan 4 judul penelitian percontohan (eksperimentasi) termasuk per-contohan tentang pemukiman masyarakat terasing di Irian Jaya.

g. Program Penyempurnaan Efisiensi Aparatur Pemerintah dan Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan

Program ini dilaksanakan untuk meningkatkan dan meman-tapkan kegiatan pengendalian pelaksanaan pembangunan, sehingga program pembangunan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana, serta dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna yang didu-kung oleh aparatur yang bersih dan berwibawa. Adapun kegiat-an-kegiatan yang telah dilaksanakan meliputi perencanaan ta-hunan, pembinaan dan pengendalian operasional serta pengawas-an, baik pengawasan melekat oleh setiap atasan langsung mau-pun pengawasan fungsional intern Departemen, terhadap pelak-sanaan proyek-proyek pembangunan.

Sejalan dengan itu dilaksanakan pula kegiatan penunjang lainnya seperti peningkatan administrasi kepegawaian serta penyusunan berbagai peraturan dan perundang-undangan kesejah-teraan sosial guna memberikan landasan hukum yang mantap bagi setiap upaya penanggulangan permasalahan kesejahteraan sosial.

h. Program Penyempurnaan Prasarana Fisik Pemerintah

Di bidang penyempurnaan prasarana fisik, telah dilaksa-nakan pembangunan, perluasan, dan rehabilitasi berbagai pra-sarana fisik kesejahteraan sosial, berupa pembangunan gedung kantor baik di Pusat maupun di Daerah Tingkat I dan II, peng-adaan sarana mobilitas dan perlengkapan kantor, termasuk per-lengkapan perintisan otomatisasi data. Selama Repelita IV te-lah dibangun Kantor Pusat Departemen Sosial di Jakarta,

XVIII/54

3 Kantor di Daerah Tingkat I, 5 kantor di Daerah Tingkat II, di samping kegiatan rehabilitasi terhadap beberapa kantor di daerah.

C. PERANAN WANITA

1. Pendahuluan

Kebijaksanaan dan usaha-usaha yang telah dilaksanakan dalam Repelita IV untuk meningkatkan peranan wanita dalam pembangunan bangsa, pada dasarnya merupakan kelanjutan, pe-ningkatan, pengembangan serta perluasan usaha-usaha yang te-lah dimulai sejak Repelita III.

Dalam upaya meningkatkan peranan wanita dalam pembangun-an nasional di berbagai bidang, dalam Repelita IV telah di-tempuh kebijaksanaan pokok sebagai berikut:

a. Meningkatkan peranan wanita sebagai ibu rumah tangga da-lam mewujudkan keluarga sehat dan sejahtera,

b. Meningkatkan peranan wanita sebagai angkatan kerja mela-lui perluasan kesempatan kerja di berbagai sektor pem-bangunan,

c. Meningkatkan dan mengembangkan secara lebih terintegrasi (terpadu) peranan wanita di berbagai bidang pembangunan melalui antara lain usaha-usaha peningkatan pendidikan dan keterampilan,

d. Meningkatkan kemampuan wanita dan menumbuhkan iklim so-sial budaya yang lebih memungkinkan wanita berperan serta dalam pembangunan,

e. Meningkatkan dan mengembangkan secara lebih terintegrasi (terpadu) peranan wanita di berbagai bidang pembangunan dalam rangka meningkatkan kemampuan bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatannya sendiri menuju masyarakat adil, makmur dan sejahtera berdasarkan Pancasila.

2. Pelaksanaan kegiatan pembangunan

Selama pelaksanaan Repelita IV usaha-usaha untuk mening-katkan peranan wanita dalam pembangunan bangsa makin diper-luas, khususnya di daerah pedesaan dan desa-desa nelayan. Berbagai usaha telah ditingkatkan dalam rangka mewujudkan ke-luarga sehat dan sejahtera, khususnya melalui gerakan Pembi-

XVIII/55

naan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan Program Pembinaan Wani-ta menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS) yang terpadu. Kedua program ini antara lain mencakup penyuluhan tentang Undang-undang Perkawinan, pemasyarakatan P-4 dengan metode simulasi di kalangan wanita di pedesaan/kelurahan, pemberan-tasan tiga buta (buta Aksara Latin, buta Bahasa Indonesia dan buta Pendidikan Dasar) di kalangan wanita, penyuluhan aneka usaha tani terutama untuk pemanfaatan tanah pekarangan, pe-nyelenggaraan taman gizi, penyuluhan kesehatan, imunisasi dan keluarga berencana, pemugaran atau perbaikan perumahan dan lingkungan pemukiman, penyediaan air bersih dan perbaikan ke-sehatan lingkungan, perkoperasian, bimbingan keagamaan, dan penerangan melalui berbagai media tentang peranan dan fungsi wanita dalam pembangunan.

Melalui gerakan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) telah terbentuk satuan-satuan penggerak PKK di 27 propinsi dan jumlah kader PKK telah mencapai sebanyak 1.407.207 kader biasa dan 2.335.316 kader khusus atau terampil dalam berbagai bidang keterampilan di seluruh Indonesia. Melalui Program Pembinaan Wanita menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS), sebagai kelompok kegiatan terpadu dan lintas sektoral, dalam Repelita IV telah dikembangkan Kelompok (wanita) Usaha Ber-sama (KUB) dalam rangka usaha peningkatan pendapatan keluarga di daerah pedesaan.

Di samping itu dalam Repelita IV telah ditingkatkan pro-duktivitas tenaga kerja wanita melalui peningkatan kesejah-teraan terpadu yang mencakup sekitar 7.900 tenaga kerja wani-ta di 132 perusahaan/industri, dan dikembangkan 691 koperasi wanita yang beranggotakan 429.978 orang. Juga dilanjutkan pengembangan Bina Keluarga dan Balita di 1.201 desa di 27 propinsi, termasuk di 759 desa yang dilaksanakan pada tahun 1988/89. Sementara itu telah diperluas kesempatan untuk mem-peroleh pelayanan kesehatan melalui lebih dari 200.000 Posyandu (Pas Pelayanan Terpadu) yang tersebar di 52.695 desa.

Khusus di bidang industri selama Repelita IV telah ter-bentuk 521 Kelompok Usaha Bersama (KUB) di 521 desa dengan 6.100 anggota dan 198 motivator, termasuk 79 KUB yang diben-tuk pada tahun 1988/89. Di samping itu telah dilaksanakan pembinaan dan peningkatan mutu design bagi 4.431 orang. Se-dangkan di sektor perdagangan telah dibina, dan ditingkatkan kemampuan dan keterampilan 4.231 pedagang golongan ekonomi lemah dari 25 propinsi, termasuk 540 orang yang dibina pada

XVIII/56

tahun 1988/89. Di samping itu telah dilaksanakan Usaha Pe-ningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA) di 23 propinsi dengan menjangkau 870.652 orang yang tergabung dalam 18.455 kelompok. Juga diadakan kegiatan pelatihan kepemimpinan di bidang kesejahteraan sosial bagi 3.665 wanita di 27 propinsi, termasuk 615 wanita yang pelatihannya diberikan pada tahun 1988/89. Berbagai kegiatan kerja sama internasional terus dikembangkan melalui ASEAN Women's Programme (AWP) sebagai wadah kerja sama regional untuk wanita dari negara-negara ASEAN.

Dalam Repelita IV Program Peranan Wanita juga meningkatkan kegiatannya di berbagai bidang pembangunan lainnya dengan hasil sebagai berikut.

a. Sektor Pertanian

Di bidang pertanian upaya peningkatan peranan wanita di-laksanakan melalui kelompok-kelompok tani wanita, khususnya kelompok Wanita Tani Nelayan. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain meningkatkan kegiatan para ibu dalam pemanfaatan lahan pekarangan untuk aneka usaha tani yang meliputi tanaman pangan, ternak kecil, ikan dan tanaman obat-obatan. Kegiatan ini dalam Repelita IV mendapatkan bimbingan penyuluhan per-tanian dari 1.506 buah Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang tersebar di 27 propinsi. Pada akhir Repelita IV secara kese-luruhan terdapat sebanyak 4.471 kelompok Wanita Tani di selu-ruh Indonesia.

b. Sektor Koperasi

Di bidang koperasi upaya peningkatan peranan wanita ter-utama ditujukan kepada kaum wanita yang terlibat dalam ke-giatan di daerah binaan P2WKSS, wanita yang bekerja di pede-saan dan yang bekerja di perusahaan. Usaha-usaha peningkatan peranan tersebut dilaksanakan antara lain dalam bentuk bim-bingan dan pelatihan kerja koperasi bagi pengurus, pemeriksa, manajer, karyawan dan anggota koperasi wanita.

Dalam Repelita IV sebanyak 4.860 wanita dari 27 propinsi telah memperoleh pelatihan kerja koperasi, termasuk 810 wani-ta yang pelatihannya diberikan pada tahun 1988/89. Pelatihan kerja koperasi juga telah dimanfaatkan oleh 2.083 tenaga ker-ja wanita dari berbagai perusahaan, termasuk 225 tenaga kerja wanita yang memanfaatkan kesempatan itu pada tahun 1988/89.

XVIII/57

c. Sektor Transmigrasi

Pembinaan peranan wanita di daerah transmigrasi dituju-kan pada peningkatan peran serta wanita untuk membangun daerah transmigrasinya, khususnya di lingkungan keluarga mereka. Pem-binaan yang dilaksanakan dalam Repelita IV mencakup pening-katan pengetahuan dan pemberian keterampilan baru mengenai kesejahteraan dan kesehatan keluarga yang berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari, seperti apotek hidup, cara hidup yang sehat dan bersih, makanan bergizi, penggunaan air bersih, ke-bersihan lingkungan, pemanfaatan tanah pekarangan, keteram-pilan menjahit dan pengolahan hasil pertanian.

Selama Repelita IV telah diadakan pelatihan bagi 979 orang transmigran wanita yang mencakup 1.114 paket keteram-pilan baru di 12 propinsi daerah transmigrasi. Dalam tahun 1988/89 pelatihan keterampilan dilaksanakan bagi 184 transmi-gran wanita di 6 daerah transmigrasi, yaitu di DI Aceh, Jambi, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Sula-wesi Tengah.

d. Sektor Agama

Di sektor agama upaya yang telah dilaksanakan dalam Re-pelita IV bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan pe-ranan wanita dalam pembangunan melalui jalur motivasi agama, selaras dengan perkembangan tanggung jawab dan peranannya dalam usaha mewujudkan keluarga sehat sejahtera.

Dalam Repelita IV dilanjutkan berbagai kegiatan, antara lain, penataran dan penyuluhan mengenai materi Undang-undang Perkawinan dengan penyediaan buku-buku pedomannya dan motiva-si keluarga bahagia sejahtera di tingkat pusat, di tingkat propinsi dan di desa, termasuk yang dilaksanakan bagi para santri putri di pondok-pondok pesantren. Selama Repelita IV peserta penataran dan penyuluhan Undang-undang Perkawinan mencapai 42.277 orang. Untuk kegiatan ini dilakukan pengadaan buku pedoman sebanyak 50.000 eksemplar. Selain itu juga dila-kukan penataran motivasi keluarga bahagia dan sejahtera ter-utama di daerah pedesaan dan di pondok pesantren bagi 350 orang wanita. Di samping itu dalam rangka meningkatkan kese-jahteraan ibu dan anak balita telah pula dilaksanakan penyu-luhan perihal manfaat imunisasi dan pencegahan diare melalui jalur berbagai agama. Upaya ini dilaksanakan oleh sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang anggotanya sebagian besar terdiri dari wanita. Kegiatan tersebut dilaksanakan di

XVIII/58

11 propinsi, yaitu di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumate-ra Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Su-lawesi Selatan.

f. Sektor Pendidikan

Upaya peningkatan peranan wanita di sektor pendidikan dilaksanakan melalui berbagai usaha yang berkaitan dengan bi-dang pendidikan masyarakat. Dalam Repelita IV upaya tersebut antara lain mencakup pelatihan keterampilan dan pengetahuan bagi wanita agar mereka mampu menyesuaikan diri dengan kema-juan pembangunan. Selama Repelita IV kegiatan yang telah di-laksanakan antara lain ialah: pelatihan bagi 15.320 penggerak P2WKSS, pendidikan mata pencaharian di desa binaan P2WKSS kepada sebanyak 42.450 orang disertai dengan pemberian buku penunjangnya, pengembangan menuju wiraswasta bagi sebanyak 810 orang wanita, pendidikan Kejar Paket A dan Kejar Usaha untuk 8.219 orang wanita, orientasi program P2WKSS bagi 2.180 orang, pengadaan 48 set alat praktek, penyediaan buku mengenai keluarga sehat sejahtera dan buku pelajaran P2WKSS sebanyak 408.100 eksemplar dan pengadaan buku Paket A beserta keleng-kapannya sebanyak 89.000.000 eksemplar.

d. Sektor Kesehatan

Di bidang kesehatan upaya peningkatan peranan wanita bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kaum wa-nita dalam pemeliharaan kesehatan dan peningkatan gizi ke-luarga. Keberhasilan program ini dalam Repelita IV antara lain berupa partisipasi aktif PKK dalam membentuk POSYANDU yang mempunyai peranan penting dalam keberhasilan menurunkan angka kematian bayi dan balita di Indonesia. Bila pada akhir Repelita III angka kematian bayi mencapai 90,3 bayi per 1.000 kelahiran hidup, maka pada akhir Repelita IV angka tersebut menurun menjadi sekitar 58,0 bayi per 1.000 kelahiran hidup.

Selama Repelita IV telah dilaksanakan penyebarluasan informasi kesehatan bagi wanita. Dalam hubungan itu telah diselenggarakan perlombaan keluarga sehat antar keluarga bi-naan kesehatan di POS-POSYANDU. Di samping itu diberikan pula pembinaan dan penyuluhan kepada tenaga kerja wanita, penyu-luhan anti narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba) di 13 propinsi dengan melibatkan para tokoh agama dan masyara-kat, termasuk para guru. Dalam bidang KB dan perbaikan gizi keluarga juga telah dilaksanakan peningkatan pelatihan bagi

XVIII/59

para kader dan penyuluhan-penyuluhan langsung kepada berbagai kelompok wanita.

e. Sektor Kesejahteraan Sosial

Upaya peningkatan peranan wanita di bidang kesejahteraan sosial antara lain dilaksanakan melalui bimbingan dan pela-tihan kepemimpinan sosial bagi para tokoh wanita dan pengurus organisasi-organisasi sosial wanita. Hasil-hasil bimbingan dan pelatihan tersebut kemudian difungsikan untuk memberikan bimbingan dan keterampilan kepada wanita dari keluarga rawan sosial ekonomi.

Dalam Repelita IV telah dilaksanakan pelatihan kepemim-pinan bagi 3.665 wanita yang mempunyai potensi sebagai kader pimpinan wanita di bidang usaha kesejahteraan sosial. Setelah mengikuti pelatihan tersebut diharapkan mereka mampu melaksa-nakan usaha-usaha kesejahteraan sosial di lingkungannya ma-sing-masing dan mampu membina dan membimbing organisasi-orga-nisasi wanita setempat lainnya.

Di samping itu selama Repelita IV telah dibimbing dan dilatih sebanyak 12.540 wanita dari keluarga yang kurang mampu sebagai warga binaan sosial dalam berbagai jenis kete-rampilan khusus bagi wanita. Selanjutnya dilaksanakan pula kegiatan pengembangan lingkungan sosial budaya yang bertujuan untuk lebih mengembangkan wawasan wanita dalam pembangunan, seperti penyuluhan mengenai Undang-undang Ketenagakerjaan dan Undang-undang Perkoperasian di 27 propinsi, dan penyebar-luasan informasi tentang Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita yang telah diratifikasi oleh Indonesia melalui Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984.

h. Sektor Penerangan

Upaya yang dilaksanakan di sektor penerangan merupakan upaya yang menunjang kegiatan peningkatan peranan wanita di sektor-sektor pembangunan lainnya, seperti P2WKSS dan Ke-luarga Kecil Bahagia dan Sejahtera. Dalam hubungan ini telah dilaksanakan siaran dengan acara "Wanita dan Pembangunan" yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Da-lam Repelita IV dilanjutkan kegiatan dan usaha-usaha untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara bagi wanita, khususnya di daerah pedesaan. Usaha-usaha tersebut ditunjang dengan penyebarluasan pesan-pesan pembangunan yang mencakup pemasyarakatan P-4 dan pengetahuan tentang UUD 1945 melalui

XVIII/60

siaran RRI dan TVRI. Wanita juga telah diikutsertakan dalam Kelompencapir dengan tujuan agar pengetahuan umum dan kete-rampilan teknis mereka di bidang pertanian meningkat.

Dalam rangka meningkatkan mutu acara "Wanita dan Pem-bangunan" dalam siaran RRI dan TVRI, dalam Repelita IV di-laksanakan pelatihan keterampilan bagi produsen dan penulis naskah serta diadakan Temu Karya Bersama antara para warta-wan, penulis, penyair dan pengelola media massa. Selain itu telah pula dilaksanakan lokakarya bagi Kepala Siaran Stasiun RRI dan TVRI, khusus tentang meta acara Siaran Wanita. Demi-kian pula telah disiarkan acara-acara mengenai pembangunan bagi dan oleh wanita, seperti mata acara Majalah Udara, Ruang Wanita dan Majalah Udara Wanita Tani. Masing-masing acara itu berisi informasi tentang gizi, kesehatan keluarga, ke-luarga berencana dan rencana-rencana sektor pembangunan yang relevan dengan peningkatan peranan wanita.

Dalam Repelita IV, melalui kegiatan Penerangan Wanita Pedesaan (PWP), antara lain telah diterbitkan 202.450 eksem-plar buletin PWP, 70.000 eksemplar majalah Wanita dalam Pem-bangunan dan 44.000 eksemplar majalah Balita. Di samping itu telah dididik dan dilatih 672 juru penerang wanita dan dise-barluaskan informasi mengenai P2WKSS/PKK sebanyak 675 kali di tingkat propinsi dan sebanyak 6.534 kali di tingkat kecamatan dan desa. Kegiatan itu ditunjang dengan 9.250 paket siaran RRI dan 102 paket siaran TVRI yang berjudul "Wanita dan Pem-bangunan".

i. Kerja mama Internasional

Untuk menjalin kerja mama regional, dalam Repelita IV telah dilakukan berbagai kegiatan oleh organisasi-organisasi wanita di negara-negara ASEAN melalui ASEAN Women's Programme (AWP) dan ASEAN Confederation of Women's Organization (ACWO). Di samping itu dilakukan pula berbagai kegiatan regional lainnya seperti pembentukan pusat informasi tentang wanita dalam pembangunan dan lain-lain.

Selain di tingkat regional, dalam Repelita IV wanita Indonesia juga telah berperan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi wanita Internasional, antara lain sebagai anggota ataupun anggota ahli dalam:(1) Komisi PBB mengenai Kedudukan Wanita (1982 - 1986);

(2) Board of Trustees dari UN International Research and Training Institute for the Advancement of Women (INSTRAW)

XVIII/61

(1984 - 1987) yang keanggotaannya diperpanjang hingga tahun 1987 - 1990;

(3) UN Committee on the Elimination of Discrimination Against Women (CEDAW) untuk masa bakti 1986 - 1989;

(4) Partisipasi sebagai Voting member dari International Council of Women (ICW);

(5) Diangkatnya Ketua Umum Tim Penggerak PKK Pusat menjadi anggota senior Women's Adviser dari Executive Board UNEP;

(6) Menghadiri Interregional Seminar on Women and the Eco-nomic Crisis Impact, Policies and Prospects di Wina, Austria, yang diselenggarakan oleh UN Centre for Social Development and Humanitarian Affairs (UNCSDHA);

(7) Menghadiri International Consultative Meeting on Commu-nication for Women in Development di Roma, Italia yang diselenggarakan oleh UN International Research and Training Institute for the Advancement of Women (INSTRAW);

(8) Menghadiri pertemuan para ahli untuk membahas "The Draft of the First Regular Update of the World Survey on the Role of Women in Development" di Wina, Austria, yang diselenggarakan oleh Kantor Pusat Pembangunan Sosial dan Masalah-masalah Kemanusiaan PBB;

(9) Menghadiri Sidang ke IX Board of Trustees INSTRAW di Santo Domingo, Republic Dominica;

(10) Menghadiri sidang ke XIII Committee on the Elimination of Discrimination Against Women (CEDAW).

XVIII/62