77
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR MANUSIA DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. KAYU LAPIS INDONESIA DI SEMARANG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Oleh Ludiana Dwi Novialinda NIM 6450404018 JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2008

Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

Embed Size (px)

DESCRIPTION

vhbfc

Citation preview

Page 1: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR MANUSIA DENGAN TERJADINYA

KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI

PT. KAYU LAPIS INDONESIA DI SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

Ludiana Dwi Novialinda

NIM 6450404018

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2008

Page 2: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

“………Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu

dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dengan beberapa derajat” (Q. S.

Al Mujadalah: 11).

Banyak orang-orang yang mencapai sukses berkat banyaknya kesulitan dan

kesukaran yang mereka hadapi (Burn).

Kesulitan apapun tak tahan terhadap keuletan dan ketekunan, tanpa keuletan

orang yang paling pintar dan paling berbakat sekalipun sering gagal dalam

hidupnya (D. J. Sch wartz).

Pendidikan mempunyai akar yang pahit, tetapi buahnya manis (Aristoteles).

Persembahan:

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Bapak, Ibu, dan keluargaku tercinta sebagai

darma bakti ananda.

Almamaterku.

v

Page 3: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-

Nya, sehingga skripsi yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA FAKTOR MANUSIA

DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN

PRODUKSI PT. KAYU LAPIS INDONESIA DI SEMARANG”, dapat

terselesaikan. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Semarang.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari partisipasi dan bantuan dari berbagai

pihak, dengan rendah hati disampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Drs. H. Harry

Pramono, M. Si., atas bantuan dalam proses pelaksanaan ujian.

2. Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Negeri Semarang, Drs. Moh Nasution, M. Kes., atas ijin penelitiannya.

3. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang, dr. Mahalul Azam, M. Kes., atas persetujuan

penelitiannya dan dilaksanakannya sidang ujian skripsi.

4. Pembimbing I, Ibu Dra. ER. Rustiana, M. Si., atas arahan, bimbingan, dan

masukannya dalam penyusunan skripsi ini.

vi

Page 4: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

5. Pembimbing II, Bapak dr. Mahalul Azam, M. Kes., atas arahan, bimbingan, dan

masukannya dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Agus Muryanto, SH., atas nama Pimpinan PT. Kayu Lapis Indonesia,

atas pemberian ijin penelitian, serta kerjasama dan bantuannya selama

pelaksanaan penelitian.

7. Segenap karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia, atas

partisipasinya dalam penelitian ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat, atas ilmu yang telah diberikan

selama kuliah.

9. Bapak dan Ibuku tercinta atas semua yang telah diberikan. Kasih sayang,

motivasi, dan do’a sungguh berarti bagiku hingga akhirnya skripsi ini dapat

terselesaikan.

10. Ruli Silo Prabowo atas do’a, motivasi, perhatian, bantuan, dan dukungannya

selama penyusunan skripsi ini.

11. Teman-teman IKM’ 04, atas bantuan dan motivasinya dalam penyelesaiaan

skripsi ini, kalian semua adalah teman-teman yang takkan pernah kulupakan.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan dalam

penyusunan skripsi ini.

Semoga semua amal baik dari semua pihak mendapatkan imbalan yang berlipat

ganda dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

vii

Page 5: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

Disadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk

itu dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran guna

menyempurnakan skripsi ini.

Semarang, Desember 2008

Penulis

viii

Page 6: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

ABSTRAK

Ludiana Dwi Novialinda. 2008. Hubungan Antara Faktor Manusia dengan Terjadinya

Kecelakaan Kerja Pada Karyawan Bagian Produksi PT. Kayu Lapis Indonesia di Semarang. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: I. Dra. ER. Rustiana, M. Si., II. dr. Mahalul Azam, M. Kes.

Kata Kunci : Faktor Manusia, Kecelakaan Kerja.

Kecelakaan kerja timbul karena keterkaitan beberapa faktor, antara lain peralatan, lingkungan, dan pekerja. Hasil penelitian menunjukkan 80-85% kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia. Di PT. Kayu Lapis Indonesia tingkat kecelakaan kerja dari tahun ke tahun meningkat. Jumlah kecelakaan pada tahun 2004, 2005, 2006, 2007 sebagai berikut 226, 286, 294, 232.Permasalahan penelitian ini adalah adakah hubungan antara faktor manusia dengan terjadinya kecelakaan kerja pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara faktor manusia dengan terjadinya kecelakaan kerja pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.

Jenis penelitian ini penelitian penjelasan dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi dalam penelitian ini 6000 tenaga kerja bagian produksi, dan sampelnya 98 tenaga kerja diperoleh dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Data dianalisis menggunakan uji chi square. Instrumen penelitian adalah kuesioner, teknik pengambilan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Dari hasil penelitian didapatkan hasil analisis antara kemampuan fisik dengan kecelakaan kerja, p value 0,186 (p value > 0,05). Tidak ada hubungan antara kemampuan fisik dengan kecelakaan kerja. Dari hasil analisis antara kemampuan psikologis dengan kecelakaan kerja, p value 0,027 (p value < 0,05). Ada hubungan antara kemampuan psikologis dengan kecelakaan kerja. Dari hasil analisis antara pegetahuan dengan kecelakaan kerja, p value 0,199 (p value > 0,05). Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kecelakaan kerja. Dari hasil analisis antara ketrampilan dengan kecelakaan kerja, p value 0,311 (p value > 0,05). Tidak ada hubungan antara ketrampilan dengan kecelakaan kerja. Dari hasil analisis antara stres dengan kecelakaan kerja, p value 0,549 (p value > 0,05). Tidak ada hubungan antara stres dengan kecelakaan kerja. Dari hasil analisis antara motivasi dengan kecelakaan kerja, p value 0,002 (p value < 0,05). Ada hubungan antara motivasi dengan kecelakaan kerja.

Simpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara kemampuan fisik dengan kecelakaan kerja, ada hubungan antara kemampuan psikologis dengan kecelakaan kerja, tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kecelakaan kerja, tidak ada hubungan antara ketrampilan dengan kecelakaan kerja, tidak ada hubungan antara stres dengan kecelakaan kerja, ada hubungan antara motivasi dengan kecelakaan kerja. Saran yang dianjurkan adalah diperlukan adanya peningkatan kemampuan psikologis dengan cara penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan para pekerja guna mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja. Para pekerja perlu mengetahui bagaimana melakukan pekerjaannya secara baik dan efisien guna mengurangi sikap yang negatif yang disebabkan kemampuan psikologis pekerja. Diperlukan adanya peningkatan motivasi para pekerja dengan cara memberikan umpan balik, memberikan pujian kepada para pekerja, memberikan hadiah guna mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja.

ii

Page 7: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

ABSTRACT

Ludiana Dwi Novialinda. 2008. The Relation Between Human Factor with The

Happening of Accident of Work At Employee of PT. Kayu Lapis Indonesia Production Division in Semarang. Final Project. Public Health Science, Sport Science Faculty, Semarang State University. The Advisor: Ist. Dra. ER. Rustiana, M. Si., IInd. dr. Mahalul Azam, M. Kes.

Keyword : Human Factor, Work Accident.

Accident of work arisings from interrelationship some factors, for example equipments, area, and worker. Result of research shows 80-85% accident because of human factor. In PT. Kayu Lapis Indonesia work accident rate increases from year to year. Number of accidents in the year 2004, 2005, 2006, 2007 as follows 226, 286, 294, 232. Problems in this research is there any relation between human factor with the happening of accident of work at employee part of produce of PT. Kayu Lapis Indonesia. Purpose of this research to know the relation between human factor with the happening of accident of work at employee part of produce of PT. Kayu Lapis Indonesia.

This research type research explanation of with approach of cross sectional. Number of populations in this research 6000 labours part of production, and the sample 98 labours is obtained with sampling technique simple random sampling. Data is analysed to applies test chi square. instrument of Research is questionaire, retrieval technique of data with observation, interview, and documentation.

From result of research is got result of analysis between abilities of physical of with work accident, p value 0,186 (p value > 0,05). There is no relation between ability of physical with work accident. From result of analysis between psychological abilities with work accident, p value 0,027 (p value < 0,05). There is any relation between psychological ability with work accident. From result of analysis between knowledge with work accident, p value 0,199 (p value > 0,05). There is no relation between knowledge with work accident. From result of analysis between skills with work accident, p value 0,311 (p value > 0,05). There is no relation between skilled with work accident. From result of analysis between stress with work accident, p value 0,549 (p value > 0,05). There is no relation between stres with work accident. From result of analysis between motivation with work accident, p value 0,002 (p value < 0,05). There is relation between motivation with work accident.

The conclusion from this research is there is no relation between ability of physical with work accident, there is relation between psychological ability with work accident, there is no relation between knowledge with work accident, there is no relation between skilled with work accident, there is no relation between stres with work accident, there is relation between motivation with work accident. Suggestion is required existence of improvement of psychological ability by the way of investigation of psychological patterns the workers to lessen risk the happening of accident of worker shalls have knowledge how doing the work is well and efficient to lessen negative position caused by psychological ability of worker. Required existence of improvement of motivation of the workers by the way of giving feedback, gives praise to worker, gives present to lessen risk the happening of work accident.

iii

Page 8: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL .................................................................................................................... i

ABSTRAK ............................................................................................................. ii

ABSTRACT.......................................................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN.........................................................................v

KATA PENGANTAR.......................................................................................... vi

DAFTAR ISI......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................4

1.4 Manfaat Hasil Penelitian ................................................................................5

1.5 Keaslian Penelitian .........................................................................................6

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................................7

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori ...............................................................................................8

2.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja..............................................................8

ix

Page 9: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

2.1.2 Klasifikasi Kecelakaan Kerja..............................................................9

2.1.3 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja ..................................................11

2.1.4 Pencegahan Kecelakaan Kerja..........................................................11

2.1.5 Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja..................................................14

2.1.6 Faktor Manusia .................................................................................17

2.1.6.1 Kemampuan Fisik...............................................................18

2.1.6.2 Kemampuan Psikologis ......................................................18

2.1.6.3 Pengetahuan........................................................................19

2.1.6.4 Ketrampilan ........................................................................19

2.1.6.5 Stres ....................................................................................19

2.1.6.6 Motivasi ..............................................................................20

2.2 Kerangka Teori .............................................................................................21

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep .........................................................................................22

3.2 Hipotesis Penelitian ......................................................................................23

3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian....................................................................23

3.4 Variabel Penelitian .......................................................................................24

3.5 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ................................................25

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian....................................................................26

3.7 Sumber Data Penelitian ................................................................................28

3.8 Instrumen Penelitian .....................................................................................28

3.9 Teknik Pengambilan Data ............................................................................29

3.10 Teknik Pengolahan dan Analisis Data..........................................................29

x

Page 10: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Data ..............................................................................................31

4.2 Identitas Responden......................................................................................31

4.3 Hasil Penelitian.............................................................................................35

4.3.1 Analisis Univariat...........................................................................35

4.3.2 Analisis Bivariat .............................................................................41

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum .........................................................................................48

5.2 Hubungan Antara Faktor Manusia dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja ...48

5.3 Keterbatasan Penelitian ................................................................................59

BAB VI PENUTUP

6.1 Simpulan.......................................................................................................60

6.2 Saran .............................................................................................................61

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................62

LAMPIRAN..........................................................................................................64

xi

Page 11: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Keaslian Penelitian .........................................................................................6

3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ................................................25

4.1 Identitas Responden Berdasarkan Umur ......................................................31

4.2 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .........................................32

4.3 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan..............................................33

4.4 Identitas Responden Berdasarkan Status Marital .........................................34

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Fisik ................................35

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Psikologis........................36

4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan .........................................37

4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Ketrampilan..........................................38

4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Stres......................................................39

4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi ...............................................40

4.11 Analisis Bivariat Kemampuan Fisik dengan Kecelakaan Kerja...................42

4.12 Analisis Bivariat Kemampuan Psikologis dengan Kecelakaan Kerja ..........43

4.13 Analisis Bivariat Pengetahuan dengan Kecelakaan Kerja............................44

4.14 Analisis Bivariat Ketrampilan dengan Kecelakaan Kerja ............................45

4.15 Analisis Bivariat Stres dengan Kecelakaan Kerja ........................................46

4.16 Analisis Bivariat Motivasi dengan Kecelakaan Kerja ..................................47

xii

Page 12: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Teori ...............................................................................................21

3.1 Kerangka Konsep............................................................................................22

4.1 Identitas Responden Berdasarkan Umur.........................................................32

4.2 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...........................................33

4.3 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan ................................................34

4.4 Identitas Responden Berdasarkan Status Marital............................................35

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Fisik...................................36

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Psikologis ..........................37

4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan............................................38

4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Ketrampilan ............................................39

4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Stres ........................................................40

4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi .................................................41

xiii

Page 13: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Tugas Pembimbing..............................................................................64

2. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ................................................................66

3. Surat Ijin Penelitian dari Tempat Penelitian.................................................67

4. Instrumen Penelitian .....................................................................................68

5. Uji Validitas dan Reliabilitas .......................................................................74

6. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ..........................................104

7. Data Sampel Penelitian...............................................................................105

8. Data Hasil Penelitian ..................................................................................126

9. Dokumentasi ..............................................................................................134

xiv

Page 14: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia merupakan aset nasional yang

sangat berharga. Upaya peningkatan mutu tenaga kerja serta upaya untuk

meningkatkan produktivitas tenaga kerja sangat penting artinya dalam

pembangunan nasional kita. Sehubungan hal tersebut, keselamatan dan kesehatan

kerja (K3) yang menjadi segi penting mutu tenaga kerja dan sangat menentukan

tingkat produktivitas perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya. Dengan

meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan setiap tenaga kerja

dapat dibina menjadi sumber daya manusia yang sehat, selamat, sejahtera, dan

produktif (Stam, 1989 ).

Dalam setiap bidang kegiatan manusia selalu terdapat kemungkinan

terjadinya kecelakaan, tidak satu bidang kerjapun yang dapat memperoleh

pengecualian. Kecelakaan dalam industri sesungguhnya merupakan hasil akhir

dari suatu kondisi kerja yang tidak aman. Kecelakaan biasanya timbul karena

keterkaitan beberapa faktor, tiga faktor yang utama adalah faktor-faktor peralatan

teknis, lingkungan, dan pekerja (ILO, 1989:15).

Dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan dan

pencegahan kecelakaan dijelaskan bahwa perusahaan wajib melindungi

keselamatan pekerja yaitu dengan memberi penjelasan kepada tenaga kerja

tentang kondisi dan bahaya tempat kerja, alat pelindung diri yang diharuskan

1

Page 15: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

2

dalam tempat kerja, alat pelindung diri bagi tenaga kerja serta cara dan sikap yang

aman dalam melaksanakan pekerjaannya (Suma’mur P.K.,1987:29).

Kecelakaan kerja selain menimbulkan kerugian secara ekonomis juga

menimbulkan kerugian non ekonomis yang sulit dinilai. Kerugian ekonomis

antara lain kerusakan mesin dan bahan, hari kerja yang hilang, produksi yang

hilang dan biaya-biaya kesehatan. Kerugian yang bersifat non ekonomis sulit

dinilai seperti penderitaan korban kecelakaan, anggota tubuh yang hilang atau

anggota keluarga yang meninggal akibat kecelakaan. Oleh karena itu manajemen

berkewajiban agar selalu meningkatkan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan

kerja di tempat kerja yang dipimpinnya (Syukri Sahab, 1997:59).

Berdasarkan data yang diperoleh di PT. Kayu Lapis Indonesia banyak

terjadi kecelakaan kerja yang terus meningkat. Tenaga kerja yang mengalami

kecelakaan kerja di bagian produksi tahun 2004 sebanyak 226 tenaga kerja atau

sebesar 3,77% kecelakaan kerja, tahun 2005 kecelakaan kerja terjadi sebanyak

286 tenaga kerja atau sebesar 4,77% kecelakaan kerja, tahun 2006 kecelakaan

kerja terjadi sebanyak 294 tenaga kerja atau sebesar 4,9% kecelakaan kerja, dan

tahun 2007 kecelakaan kerja terjadi sebanyak 232 tenaga kerja atau sebesar 3,87%

dari jumlah keseluruhan tenaga kerja bagian produksi 6000 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh

faktor manusia. Unsur-unsur tersebut antara lain, ketidakseimbangan fisik atau

kemampuan fisik tenaga kerja, ketidakseimbangan kemampuan psikologis tenaga

kerja, kurangnya pengetahuan, kurangnya ketrampilan, stres mental, stres fisik,

motivasi menurun (Gempur Santoso, 2004:11).

Page 16: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

3

PT. Kayu Lapis Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

industri. Kecelakaan kerja di perusahaan tersebut sering sekali terjadi, ini dapat

dilihat dari data yang diperoleh dari tahun ke tahun selalu meningkat. Rata-rata

kecelakaan kerja yang terjadi tiap bulan mencapai 24 tenaga kerja.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai

hubungan karakteristik tenaga kerja dengan terjadinya kecelakaan kerja sehingga

peneliti mengambil judul “HUBUNGAN ANTARA FAKTOR MANUSIA

DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN

BAGIAN PRODUKSI PT. KAYU LAPIS INDONESIA DI SEMARANG”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut :

1.2.1 Rumusan Masalah Umum

Rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan

antara faktor manusia dengan terjadinya kecelakaan kerja pada karyawan bagian

produksi PT. Kayu Lapis Indonesia?

1.2.2 Rumusan Masalah Khusus

1) Adakah hubungan antara kemampuan fisik dengan terjadinya kecelakaan kerja

pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia?

2) Adakah hubungan antara kemampuan psikologis dengan terjadinya kecelakaan

kerja pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia?

3) Adakah hubungan antara pengetahuan dengan terjadinya kecelakaan kerja pada

karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia?

Page 17: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

4

4) Adakah hubungan antara ketrampilan dengan terjadinya kecelakaan kerja pada

karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia?

5) Adakah hubungan antara stres dengan terjadinya kecelakaan kerja pada

karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia?

6) Adakah hubungan antara motivasi dengan terjadinya kecelakaan kerja pada

karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara faktor manusia dengan terjadinya

kecelakaan kerja pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan fisik dengan terjadinya

kecelakaan kerja pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.

2) Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan psikologis dengan terjadinya

kecelakaan kerja pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.

3) Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan terjadinya

kecelakaan kerja pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.

4) Untuk mengetahui hubungan antara ketrampilan dengan terjadinya

kecelakaan kerja pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.

5) Untuk mengetahui hubungan antara stres dengan terjadinya kecelakaan kerja

pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.

Page 18: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

5

6) Untuk mengetahui hubungan antara motivasi dengan terjadinya kecelakaan

kerja pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

1.4.1 Bagi Instansi

Manfaat penelitian bagi instansi adalah sebagai masukan tentang adanya

aspek-aspek yang berhubungan dengan praktek pekerja dalam melaksanakan

upaya pencegahan kecelakaan kerja dan mengetahui alternatif pemecahannya.

1.4.2 Bagi Lembaga Pendidikan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi, bahan pembanding,

dan bahan referensi untuk diadakan penelitian selanjutnya.

1.4.3 Bagi Penulis

Manfaat penelitian bagi penulis adalah memberi pengalaman langsung bagi

penulis dalam melaksanakan penelitian serta penerapan dan pengembangan ilmu

yang seteoritik didapat di perkuliahan.

Page 19: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

6

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Judul/ Peneliti/ Lokasi Penelitian

Tahun Desain Variabel Hasil

1. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Pekerja Seksi Paper Cone dengan Praktek Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. Puri Nusa Eka Persada Semarang/Bambang Lestari/PT.Purinusa Eka Persada Semarang

2006 Cross sectional

Variabel Terikat : praktek pencegahan kecelakaan kerja Variabel Bebas : pengetahuan, sikap

Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan praktek pencegahan kecelakaan kerja

2. Analisis Penyebab Kecelakaan Kerja (Studi Kualitatif di Wilayah Kerja PT. JAMSOSTEK (PERSERO) Kantor Cabang Ungaran/Dita Artika Ayuningtyas/PT. JAMSOSTEK Ungaran

2007 Cross sectional

Variabel Terikat : kecelakaan kerja Variabel Bebas : kecocokan mental, suasana kerja, pelaksanaan K3, waktu kerja, kecocokan fisik, konsentrasi kerja, kemampuan pekerja, suhu ruangan, penerangan, disiplin kerja

Ada hubungan antara kecocokan mental, suasana kerja, pelaksanaan K3, waktu kerja, kecocokan fisik, konsentrasi kerja, kemampuan pekerja, suhu ruangan, penerangan, disiplin kerja dengan kecelakaan kerja

Page 20: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

7

Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian

sebelumnya adalah :

1) Penelitian mengenai “Analisis faktor manusia yang berhubungan dengan

terjadinya kecelakaan kerja pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis

Indonesia” belum pernah dilakukan.

2) Variabel Independent yang diduga berhubungan dengan kecelakaan kerja

dalam penelitian ini lebih banyak. Variabel yang berbeda dengan penelitian

terdahulu yaitu, kemampuan fisik, kemampuan psikologis, ketrampilan,

stres, motivasi.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Kayu Lapis Indonesia.

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15-26 September 2008.

1.6.3 Ruang Lingkup Materi

Penelitian ini termasuk dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat, dengan kajian

bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Page 21: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan

(Suma’mur P.K., 1987:5) tak terduga, oleh karena di belakang peristiwa itu tidak

terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan.

Kecelakaan menurut M. Sulaksmono (1997) adalah suatu kejadian tak

diduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktifitas yang telah

diatur.

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan

kerja pada perusahaan (Suma’mur P.K., 1987:5). Hubungan kerja disini dapat

berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu

melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat 2 permasalahan penting,

yaitu :

1) Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan.

2) Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan

akibat dari kerja (Sukidjo Notoatmodjo, 2003:192). Dalam perkembangannya

ruang lingkup kecelakaan diperluas hingga mencakup kecelakaan-kecelakaan

tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau transport ke dan dari tempat

kerja.

8

Page 22: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

9

Dapat disimpulkan bahwa kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang tidak

dapat diduga yang terjadi di perusahaan pada waktu melakukan pekerjaan.

2.1.2 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), kecelakaan akibat

kerja ini diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yaitu :

2.1.2.1 Klasifikasi Menurut Jenis Kecelakaan

1) Terjatuh

2) Tertimpa benda

3) Tertumbuk atau terkena benda-benda

4) Terjepit oleh benda

5) Gerakan-gerakan melebihi kemampuan

6) Pengaruh suhu tinggi

7) Terkena arus listrik

8) Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi

2.1.2.2 Klasifikasi Menurut Penyebab

1) Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik, mesin penggergaji kayu

dan sebagainya.

2) Alat angkut, alat angkut darat, udara, dan alat angkut air.

3) Peralatan lain, misalnya : dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin,

alat-alat listrik, dan sebagainya.

4) Bahan-bahan, zat-zat, dan radiasi, misalnya : bahan peledak, gas, zat-zat

kimia, dan sebagainya.

Page 23: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

10

5) Lingkungan kerja (di luar bangunan, di dalam bangunan, dan di bawah

tanah).

6) Penyebab lain yang belum masuk tersebut di atas.

2.1.2.3 Klasifikasi Menurut Sifat Luka atau Kelainan

1) Patah tulang

2) Dislokasi (keseleo)

3) Regang otot (urat)

4) Memar dan luka dalam yang lain

5) Amputasi

6) Luka dipermukaan

7) Gegar dan remuk

8) Luka bakar

9) Keracunan-keracunan mendadak

10) Pengaruh radiasi

11) Lain-lain

2.1.2.4 Klasifikasi Menurut Letak Kelainan atau Luka di Tubuh

1) Kepala

2) Leher

3) Badan

4) Anggota atas

5) Anggota bawah

6) Banyak tempat

7) Letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut

Page 24: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

11

2.1.3 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja

Tiap kecelakaan adalah kerugian, kerugian ini terlihat dari adanya dan

besarnya biaya kecelakaan. Biaya untuk kecelakaan ini sering sangat besar,

padahal biaya itu menjadi beban Negara dan rakyat seluruhnya. Biaya ini dapat

dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tersembunyi. Biaya langsung adalah

biaya atas PPPK, pengobatan, dan perawatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan,

upah selama pekerja tak mampu bekerja, kompensasi cacat, dan biaya atas

kerusakan bahan-bahan, alat-alat dan mesin. Biaya tersembunyi meliputi segala

sesuatu yang tidak terlihat pada waktu dan beberapa waktu setelah kecelakaan

terjadi (Suma’mur P.K., 1994:213).

Menurut Suma’mur P.K., (1987:5) kecelakaan menyebabkan 5 jenis

kerugian, yaitu :

1) Kerusakan

2) Kekacauan organisasi

3) Keluhan dan kesedihan

4) Kelainan dan cacat

5) Kematian

2.1.4 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Menurut Bennet NBS (1995) teknik pencegahan kecelakaan harus didekati

dengan 2 aspek, yaitu :

1) Aspek perangkat keras (peralatan, perlengkapan, mesin, letak, dan

sebagainya)

2) Aspek perangkat lunak (manusia dan segala unsur yang berkaitan)

Page 25: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

12

Menurut Julian B. Olishifski (1985) aktivitas pencegahan kecelakaan dalam

keselamatan kerja profesional dapat dilakukan dengan beberapa hal berikut :

1) Memperkecil (menekan) kejadian yang membahayakan dari mesin, cara

kerja, material, dan struktur perencanaan.

2) Memberikan alat pengaman agar tidak membahayakan sumber daya yang ada

dalam perusahaan tersebut.

3) Memberikan pendidikan (training) kepada tenaga kerja atau karyawan

tentang kecelakaan dan keselamatan kerja.

4) Memberikan alat pelindung diri tertentu terhadap tenaga kerja yang berada

pada area yang membahayakan.

Menurut Suma’mur P.K., (1987:11), kecelakaan-kecelakaan akibat kerja

dapat dicegah dengan 12 hal berikut :

1) Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai

kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan

dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri,

tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, PPPK, dan

pemeriksaan kesehatan.

2) Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau tak

resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat

keselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek

keselamatan dan higene umum, atau alat-alat perlindungan diri.

3) Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan

perundang-undangan yang diwajibkan.

Page 26: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

13

4) Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan yang

berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat

pelindung diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu, atau

penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk tambang-

tambang pengangkut peralatan pengangkut lainnya.

5) Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis

dan patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan keadaan-keadaan

fisik yang mengakibatkan kecelakaan.

6) Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang

menyebabkan terjadinya kecelakaan.

7) Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang

terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa sebab-

sebabnya.

8) Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum

teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.

9) Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga

kerja yang baru, dalam keselamatan kerja.

10) Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain

untuk menimbulkan sikap untuk selamat.

11) Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan

misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh pengusaha, jika

tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.

Page 27: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

14

12) Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yang merupakan ukuran utama

efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja pada perusahaanlah kecelakaan-

kecelakaan terjadi, sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan

sangat tergantug kepada tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua

pihak yang bersangkutan.

Pencegahan kecelakaan akibat kerja diperlukan kerjasama aneka keahlian

dan profesi seperti pembuat undang-undang, pegawai pemerintah, ahli-ahli teknik,

dokter, ahli ilmu jiwa, ahli statistik, guru-guru, pengusaha, dan buruh.

2.1.5 Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Untuk analisa sebab-sebab kecelakaan akibat kerja hanya ada 2 golongan

penyebab. Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan, yang

meliputi segala sesuatu selain manusia. Golongan kedua adalah manusia itu

sendiri, yang merupakan sebab kecelakaan (Suma’mur P.K., 1994:212).

Dari penyelidikan-penyelidikan, ternyata faktor manusia dalam timbulnya

kecelakaan sangat penting. Selalu ditemui dari hasil-hasil penelitian, bahwa 80-

85% kecelakaan disebabkan oleh kelainan atau kesalahan manusia. Bahkan ada

suatu pendapat, bahwa akhirnya langsung atau tidak langsung semua kecelakaan

adalah dikarenakan faktor manusia (Suma’mur P.K., 1987:9).

Secara umum ada dua penyebab terjadinya kecelakaan kerja yaitu penyebab

langsung dan penyebab dasar (Sugeng Budiono, 2003:172) sebagai berikut :

2.1.5.1 Penyebab Langsung

Penyebab langsung kecelakaan kerja adalah suatu keadaan yang biasanya

bisa dilihat dan dirasakan langsung, yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu

Page 28: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

15

tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) dan kondisi-kondisi yang tidak aman

(unsafe condition) (Sugeng Budiono, 2003:172). Penjelasan lebih rinci adalah

sebagai berikut :

Tindakan tidak aman yaitu tingkah laku atau perbuatan yang akan

menyebabkan kecelakaan. Tindakan itu adalah sebagai berikut :

1) Mengoperasikan alat atau peralatan tanpa wewenang

2) Gagal untuk memberi peringatan

3) Gagal untuk mengamankan

4) Bekerja dengan kecepatan yang salah

5) Menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi

6) Memindahkan alat-alat keselamatan

7) Menggunakan alat yang rusak

8) Menggunakan alat dengan cara yang salah

9) Kegagalan memakai alat pelindung atau keselamatan diri secara benar

10) Membongkar secara salah

11) Menempatkan atau menyusun secara salah

12) Mengangkat secara salah

13) Mengambil posisi yang salah

14) Memperbaiki alat atau peralatan yang sedang jalan atau hidup atau bergerak

15) Bersenda gurau di tempat kerja

16) Mabuk karena minuman beralkohol atau obat keras lainnya

Kondisi yang tidak aman adalah keadaan yang akan dapat menyebabkan

kecelakaan. Kondisi itu adalah sebagai berikut :

Page 29: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

16

1) Peralatan pengaman atau pelindung atau rintangan yang tidak memadai atau

tidak memenuhi syarat

2) Bahan, alat-alat atau peralatan rusak

3) Terlalu sesak atau sempit

4) Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang memadai

5) Bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan

6) Kerapihan atau tata letak (house keeping) yang jelek

7) Lingkungan berbahaya atau beracun ; gas, debu, asap, uap, dan lain-lain

8) Bising

9) Paparan radiasi

10) Ventilasi dan penerangan yang kurang

Berdasarkan uraian di atas, maka jawabannya akan mengarah kepada

pengontrolan yang lebih efektif. Untuk mengatasi masalah ini, kita harus

mendapatkan atau mengetahui penyebab dasar.

2.1.5.2 Penyebab Dasar

Penyebab dasar kecelakaan kerja menurut Sugeng Budiono (2003:174)

terdiri dari 2 faktor yaitu faktor manusia atau pribadi (personal factor) dan faktor

kerja atau lingkungan kerja (job/work environment factor).

Faktor manusia atau pribadi yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja,

antara lain karena :

1) Kurangnya kemampuan fisik, dan mental

2) Kurangnya atau lemahnya pengetahuan dan ketrampilan atau keahlian

3) Stres

Page 30: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

17

4) Motivasi yang cukup atau salah

Faktor kerja atau lingkungan yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja,

antara lain karena :

1) Tidak cukup kepemimpinan dan atau pengawasan

2) Tidak cukup rekayasa (engineering)

3) Tidak cukup pembelian atau pengadaan barang

4) Tidak cukup perawatan (maintenance)

5) Tidak cukup alat-alat, perlengkapan, dan barang-barang atau bahan-bahan

6) Tidak cukup standar-standar kerja

7) Penyalahgunaan

2.1.6 Faktor Manusia

Faktor manusia dalam kecelakaan merupakan konsepsi klasik dalam usaha

keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan akibat kerja (Suma’mur P. K.,

1987:44). Pada pelaksanaannya, terdapat beberapa pendekatan sebagai berikut :

1) Pendekatan pertama berkaitan dengan ciri-ciri psikologis.

2) Pendekatan kedua berhubungan dengan faktor-faktor rasa atau emosi.

3) Pendekatan ketiga dan merupakan pendekatan akhir-akhir ini bersangkutan

dengan faktor-faktor manusiawi yang dikaitkan terhadap situasi pekerjaan.

4) Pendekatan keempat cenderung untuk menilai bagaimana tingkat keserasian

tenaga kerja terhadap proses pekerjaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh

faktor manusia. Unsur-unsur tersebut menurut buku “Management Losses”

Page 31: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

18

(Gempur Santoso, 2004:11) Bab II tentang “The Causes and Effects of Loss”

antara lain :

2.1.6.1 Kemampuan Fisik

Kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan

tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan ketrampilan kerja

(Ni Ketut Sariyathi, 2007:61).

Penyebab kecelakaan yang berkaitan dengan kemampuan fisik menurut

Gempur Santoso (2004:11) antara lain :

1) Tidak sesuai berat badan, kekuatan dan jangkauan

2) Posisi tubuh yang menyebabkan mudah lemah

3) Kepekaan tubuh

4) Kepekaan panca indera terhadap bunyi

5) Cacat fisik

6) Cacat sementara

2.1.6.2 Kemampuan Psikologis

Kemampuan psikologis adalah kemampuan pekerja dalam menerima dan

melakukan pekerjaan (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:191).

Penyebab kecelakaan yang berkaitan dengan kemampuan psikologis

menurut Gempur Santoso (2004:11) tersebut anatara lain :

1) Rasa takut atau phobia

2) Gangguan emosional

3) Sakit jiwa

4) Tingkat kecakapan

5) Tidak mampu memahami

Page 32: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

19

6) Sedikit ide (pendapat)

7) Gerakannya lamban

8) Ketrampilan kurang

2.1.6.3 Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah individu

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Soekidjo Notoatmodjo,

2003:127).

Penyebab kecelakaan yang berkaitan dengan pengetahuan menurut Gempur

Santoso (2004:12) antara lain :

1) Kurang pengalaman

2) Kurang orientasi

3) Kurang latihan memahami tombol-tombol (petunjuk lain)

4) Kurang latihan memahami data

5) Salah pengertian terhadap suatu perintah

2.1.6.4 Ketrampilan

Ketrampilan adalah pengetahuan tentang cara kerja dan prakteknya serta

pengenalan aspek-aspek pekerjaan secara terperinci sampai kepada hal-hal kecil

(Suma’mur P. K., 1987:48).

Penyebab kecelakaan yang berkaitan dengan ketrampilan menurut Gempur

Santoso (2004:12) antara lain :

1) Kurang mengadakan latihan praktik

2) Penampilan kurang

3) Kurang kreatif, dan salah pengertian

Page 33: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

20

2.1.6.5 Stres

Stres adalah respon adaptif terhadap ketidaksesuaian antara kemampuan

individu dengan tuntutan situasi eksternal (Tulus Winarsunu, 2008:75).

Penyebab kecelakaan yang berkaitan dengan stres menurut Gempur Santoso

(2004:12) antara lain :

1) Kurang istirahat

2) Beban mental berlebihan

3) Pendiam dan tertutup

4) Problem dengan sesuatu yang tidak dipahami

5) Frustasi

6) Sakit

2.1.6.6 Motivasi

Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong

keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai

suatu tujuan (Syukri Sahab, 1997:131).

Penyebab kecelakaan yang berkaitan dengan motivasi menurut Gempur

Santoso (2004:13) tersebut antara lain :

1) Mau bekerja bila ada penguatan atau hadiah (reward)

2) Tidak ada umpan balik (feed back)

3) Tidak mendapat insentif produksi

4) Tidak mendapat pujian dari hasil kerjanya

5) Terlalu tertekan

Page 34: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

21

2.2 Kerangka Teori

Gambar 2.1: Kerangka Teori

Sumber : Gempur Santoso (2004:11) dan Sugeng Budiono (2003:174)

Sosial

Fisik Lingkungan Kerja

Peralatan mesin yang diabaikan

Penggunaan APD

Peralatan Kerja Kecelakaan Kerja

Kemampuan fisik

Kemampuan psikologis

Pengetahuan

Ketrampilan

Stres

Faktor Manusia

Motivasi

Page 35: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Variabel Terikat Kecelakaan Kerja

Variabel Bebas Faktor Manusia:

− Kemampuan fisik

− Kemampuan psikologis

− Pengetahuan

− Ketrampilan

− Stres

− Motivasi

Variabel Pengganggu

1. Lingkungan kerja

− Sosial

− Fisik

2. Peralatan kerja

− Peralatan mesin

− Penggunaan APD

Gambar 3.1: Kerangka Konsep

22

Page 36: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

23

3.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka hipotesis dari

penelitian ini adalah :

1) Ada hubungan antara kemampuan fisik dengan terjadinya kecelakaan kerja

pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.

2) Ada hubungan antara kemampuan psikologis tenaga kerja dengan terjadinya

kecelakaan kerja pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.

3) Ada hubungan antara pengetahuan dengan terjadinya kecelakaan kerja pada

karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.

4) Ada hubungan antara ketrampilan dengan terjadinya kecelakaan kerja pada

karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.

5) Ada hubungan antara stres dengan terjadinya kecelakaan kerja pada karyawan

bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.

6) Ada hubungan antara motivasi dengan terjadinya kecelakaan kerja pada

karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia.

3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan hubungan dua variabel yaitu

variabel bebas dan variabel terikat. Jenis penelitian ini adalah “explanatory

research” (Penelitian penjelasan) dengan pendekatan “cross sectional” yaitu suatu

Page 37: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

24

penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan

efek, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada

suatu saat (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:145).

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel terikat (Sugiyono, 2005:30). Variabel bebas dalam penelitian

ini adalah faktor manusia yang meliputi kemampuan fisik, kemampuan

psikologis, pengetahuan, ketrampilan, stress, dan motivasi.

3.4.2 Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2005:3). Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah kecelakaan kerja.

3.4.3 Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah lingkungan kerja dan

peralatan kerja. Variabel lingkungan kerja dikendalikan dengan menggunakan

kuesioner, karena dianggap sudah masuk dalam kategori kemampuan psikologis.

Peralatan kerja dapat dikendalikan karena pekerja telah memiliki pengetahuan

yang sama dan telah diberi training sebelum masuk kerja.

Page 38: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

25

3.5 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

No Variabel Definisi Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Kriteria Skala

1 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan yang dialami pekerja saat bekerja

Data sekunder

Laporan angka kejadian kecelakaan

Celaka jika skor ≥ x, Tidak celaka < x (Agus Irianto, 2004)

Ordinal

2 Kemampuan fisik Kemampuan psikologis Pengetahuan

Kemampuan untuk melakukan suatu perbuatan fisik yang meliputi posisi tubuh, kepekaan tubuh, panca indera Kemampuan untuk mengatur kondisi emosi, rasa takut, ketrampilan individu, memahami instruksi Hasil tahu dari tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya

Wawancara Wawancara Wawancara

Kuesioner Kuesioner Kuesioner

Sesuai jika skor ≥ rata-rata hasil skoring, Tidak sesuai jika skor < rata-rata hasil skoring (Agus Irianto, 2004) Sesuai jika skor ≥ rata-rata hasil skoring, Tidak sesuai jika skor < rata-rata hasil skoring Baik jika skor ≥ rata-rata hasil skoring , Kurang baik jika skor < rata-rata hasil skoring

Ordinal Ordinal Ordinal

Page 39: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

26

Ketrampilan Stres Motivasi

Kemampuan/keahlian untuk mengaplikasikan pengetahuan pekerja Tekanan, ketegangan, atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri pekerja Dorongan yang terdapat dalam diri pekerja yang dapat menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah lakunya

Wawancara Wawancara Wawancara

Kuesioner Kuesioner Kuesioner

Trampil jika skor ≥ rata-rata hasil skoring, kurang trampil jika skor < rata-rata hasil skoring Stres jika skor < rata-rata hasil skoring, Tidak stres jika skor ≥ rata-rata hasil skoring Ya jika skor ≥ rata-rata hasil skoring, Tidak jika skor < rata-rata hasil skoring

Ordinal Ordinal Ordinal

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

3.6.1 Populasi Penelitian

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2002:79) populasi (universe) adalah

keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja bagian

produksi PT. Kayu Lapis Indonesia yang berjumlah 6000 orang.

Page 40: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

27

3.6.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:79).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik simple random sampling, dimana setiap anggota dari populasi mempunyai

kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Soekidjo Notoatmodjo,

2002:85). Dalam cara ini dihitung terlebih dahulu jumlah subjek dalam populasi

yang akan dipilih sebagai sampel. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

N = besar populasi

n = besar sampel

d = tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1)

(Soekidjo Notoatmodjo, 2002:92)

Jadi perhitungannya adalah :

n =

=

=

=

= 98,36 = 98 orang

Page 41: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

28

Dengan menggunakan rumus di atas didapatkan jumlah sampel minimal

sebesar 98 orang.

3.7 Sumber Data Penelitian

Sumber data yang digunakan berasal dari :

3.7.1 Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan kegiatan langsung atau

wawancara terhadap responden atau tenaga kerja. Data yang diambil berupa data

mengenai faktor manusia .

3.7.2 Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara pengambilan data yang

diperoleh dari PT. Kayu Lapis Indonesia, bagian P2K3 mengenai kecelakaan

kerja.

3.8 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data dari suatu

penelitian. Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner. Kuesioner adalah

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal yang diketahui

(Suharsimi Arikunto, 2002:128). Kuesioner ini mengacu pada buku Gempur

Santoso, Sugeng Budiono, dan Suma’mur P. K.

Penelitian dilakukan pada 30 responden dengan nilai uji validitas 0,361.

Kuesioner terdiri dari 30 pertanyaan, dengan uji reliabilitas kecelakaan kerja

0,666, kemampuan fisik 0,686, kemampuan psikologis 0,749, pengetahuan 0,780,

ketrampilan 0,850, stres 0,757, motivasi 0,664.

Page 42: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

29

3.9 Teknik Pengambilan Data

3.9.1 Observasi

Observasi digunakan untuk melihat secara langsung keadaan PT. Kayu

Lapis Indonesia dan untuk mendapatkan data yang dilakukan pada para pekerja di

PT. Kayu Lapis Indonesia antara lain tentang prosedur keamanan, sikap pekerja

pada waktu bekerja, peralatan kerja yang digunakan, kemampuan praktek pekerja,

pengalaman kerjanya, waktu istirahat pekerja.

3.9.2 Wawancara

Wawancara ditujukan kepada tenaga kerja bagian produksi PT. Kayu Lapis

Indonesia. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data tentang identitas

responden, kecelakaan kerja, dan faktor manusia.

3.9.3 Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mengetahui gambaran umum PT. Kayu

Lapis Indonesia dan mendapatkan data sekekunder. Data sekunder dalam

penelitian ini diperoleh dari data P2K3 tentang kecelakaan kerja di PT. Kayu

Lapis Indonesia.

3.10 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.10.1 Pengolahan Data

Pengolahan data menggunakan komputer dilakukan melalui suatu proses

dengan tahapan sebagai berikut:

3.10.1.1 Editing

Page 43: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

30

Editing adalah pekerjaan memeriksa validitas yang masuk seperti

memeriksa kelengkapan pengisian kuesioner, kejelasan jawaban, konsistensi antar

jawaban, relevansi jawaban dan keseragaman suatu pengukuran.

3.10.1.2 Coding

Coding adalah kegiatan untuk mengklasifikasikan data dan jawaban

menurut kategori masing-masing sehingga memudahkan dalam mengelompokkan

data.

3.10.1.3 Entry

Entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah didapat ke dalam

program komputer yang telah ditetapkan.

3.10.1.4 Tabulating

Tabulating adalah mengelompokkan data kebentuk tabel dan dilakukan

perhitungan.

3.10.2 Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah:

3.10.2.1 Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan terhadap tiap variabel hasil penelitian. Pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan prosentase dari

tiap variabel (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:188). Dari hasil penelitian

didistribusikan dalam bentuk tabel, grafik, dan narasi, untuk mengevaluasi

besarnya proporsi masing-masing variabel yang diteliti.

3.10.2.2 Analisis Bivariat

Page 44: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

31

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat pada penelitian. Dalam penelitian ini digunakan uji chi

square dengan bantuan SPSS versi 12 for windows (Sugiyono, 2005:104).

Page 45: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Data

Penelitian dengan judul hubungan antara faktor manusia dengan terjadinya

kecelakaan kerja pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia di

Semarang. Penelitian ini melibatkan enam variabel bebas yaitu kemampuan fisik,

kemampuan psikologis, pengetahuan, ketrampilan, stres, dan motivasi, dengan

satu variabel terikat yaitu kecelakaan kerja. Jumlah sampel dalam penelitian ini

sebanyak 98 tenaga kerja yang bekerja di bagian produksi. Data sekunder

diperoleh dari data di bagian P2K3 PT. Kayu Lapis Indonesia, sedangkan data

primer diperoleh dengan observasi, wawancara dengan instrument kuesioner, dan

dengan dokumentasi di lokasi penelitian yaitu di PT. Kayu Lapis Indonesia.

4.2 Identitas Responden

4.2.1 Umur Responden

Identitas responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 4.1 di

bawah ini.

Tabel 4.1 Identitas Responden Berdasarkan Umur

No. Kelompok Umur Jumlah % 1. 21-25 tahun 1 1.0 2. 26-30 tahun 14 14.3 3. 31-35 tahun 28 28.6 4. 36-40 tahun 26 26.5 5. 41-45 tahun 17 17.4 6. 46-50 tahun 10 10.2 7. 51-55 tahun 2 2.0 Jumlah 98 100.0 (Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

31

Page 46: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

32

Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa responden yang terbanyak

berada pada rentang umur 31-35 tahun yaitu sebanyak 28 orang atau sebesar

28,6% dan pada rentang umur 36-40 tahun yaitu sebanyak 26 orang atau sebesar

26,5%. Sedangkan pada rentang umur 41-45 tahun sebanyak 17 orang atau

sebesar 17,4%, untuk rentang umur 26-30 tahun sebanyak 14 orang atau sebesar

14,3%, rentang umur 46-50 tahun sebanyak 10 orang atau sebesar 10,2%. Pada

rentang umur 51-55 tahun sebanyak 2 orang atau sebesar 2,0%, dan responden

yang sedikit pada rentang umur 21-25 tahun sebanyak 1 orang atau sebesar 1,0%.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 4.1 : Identitas Responden Berdasarkan Umur

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

4.2.2 Jenis Kelamin Responden

Identitas responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.2 di

bawah ini.

Tabel 4.2 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah %

1. Laki-laki 94 95.9

2. Perempuan 4 4.1

Jumlah 98 100.0

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

Page 47: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

33

Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa mayoritas responden berjenis

kelamin laki-laki yang berjumlah 94 orang atau sebesar 95,9%, dan responden

yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 4 orang atau sebesar 4,1%.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 4.2 : Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

4.2.3 Pendidikan Responden

Identitas responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.3 di

bawah ini.

Tabel 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah % 1. SD 9 9.2 2. SMP 19 19.4 3. SMA 27 27.6 4. STM 32 32.7 5. D3 9 9.2 6. S1 2 2.0 Jumlah 98 100.0 (Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

Page 48: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

34

Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki

latar belakang pendidikan STM yang berjumlah 32 orang atau sebesar 32,7%,

diikuti dengan latar belakang pendidikan SMA yang berjumlah 27 orang atau

sebesar 27,6%, kemudian latar belakang pendidikan SMP yang berjumlah 19

orang atau sebesar 19,4%. Selanjutnya latar belakang pendidikan D3 yang

berjumlah 9 orang atau sebesar 9,2%, latar belakang pendidikan SD yang

berjumlah 9 orang atau sebesar 9,2%, dan latar belakang pendidikan S1 yang

berjumlah 2 orang atau sebesar 2,0%.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 4.3 : Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

4.2.4 Status Marital Responden

Identitas responden berdasarkan status marital dapat dilihat pada tabel 4.4 di

bawah ini.

Tabel 4.4 Identitas Responden Berdasarkan Status Marital

No. Status Marital Jumlah %

1. Lajang 10 10.2

2. Menikah 88 89.8

Jumlah 98 100.0

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

Page 49: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

35

Berdasarkan tabel 4.4, dapat diketahui bahwa responden yang telah menikah

sebanyak 88 orang atau sebesar 89,8%, dan responden yang belum menikah atau

masih lajang sebanyak 10 orang atau sebesar 10,2%.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 4.4 : Identitas Responden Berdasarkan Status Marital

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Analisis Univariat

4.3.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Fisik

Gambaran tentang kemampuan fisik tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 4.5

di bawah ini.

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Fisik

No. Kemampuan Fisik Jumlah %

1. Mampu 52 53.1

2. Tidak Mampu 46 46.9

Jumlah 98 100.0

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

Page 50: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

36

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja yang

kemampuan fisiknya telah mampu sebanyak 52 orang atau sebesar 53,1%, dan

tenaga kerja yang kemampuan fisiknya tidak mampu sebanyak 46 orang atau

sebesar 46,9%.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 4.5 : Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Fisik

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

4.3.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Psikologis

Gambaran tentang kemampuan psikologis tenaga kerja dapat dilihat pada

tabel 4.6 di bawah ini.

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Psikologis

No. Kemampuan Psikologis Jumlah %

1. Mampu 40 40.8

2. Tidak Mampu 58 59.2

Jumlah 98 100.0

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja yang

kemampuan psikologisnya telah mampu sebanyak 40 orang atau sebesar 40,8%,

Page 51: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

37

dan tenaga kerja yang kemampuan psikologisnya tidak mampu sebanyak 58 orang

atau sebesar 59,2%.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 4.6 : Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Psikologis

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

4.3.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Gambaran tentang pengetahuan tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 4.7 di

bawah ini.

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

No. Pengetahuan Jumlah %

1. Baik 68 69.4

2. Kurang Baik 30 30.6

Jumlah 98 100.0

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden

sebanyak 68 orang atau sebesar 69,4% berpengetahuan baik, sedangkan

responden yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 30 orang atau sebesar

30,6%.

Page 52: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

38

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 4.7 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

4.3.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Ketrampilan

Gambaran tentang ketrampilan tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 4.8 di

bawah ini.

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Ketrampilan

No. Ketrampilan Jumlah %

1. Trampil 59 60.2

2. Kurang Trampil 39 39.8

Jumlah 98 100.0

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden

sebanyak 59 orang atau sebesar 60,2% trampil, sedangkan responden yang kurang

trampil sebanyak 39 orang atau sebesar 39,8%.

Page 53: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

39

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 4.8 : Distribusi Responden Berdasarkan Ketrampilan

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

4.3.1.5 Distribusi Responden Berdasarkan Stres

Gambaran tentang stres tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah

ini.

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Stres

No. Stres Jumlah %

1. Stres 43 43.9

2. Tidak Stres 55 56.1

Jumlah 98 100.0

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden

sebanyak 55 orang atau sebesar 56,1% tidak stres, sedangkan responden yang

stres sebanyak 43 orang atau sebesar 43,9%.

Page 54: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

40

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 4.9 : Distribusi Responden Berdasarkan Stres

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

4.3.1.6 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi

Gambaran tentang motivasi tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 4.10 di

bawah ini.

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi

No. Motivasi Jumlah %

1. Ya 44 44.9

2. Tidak 54 55.1

Jumlah 98 100.0

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden

sebanyak 54 orang atau sebesar 55,1% tidak termotivasi, sedangkan responden

yang termotivasi sebanyak 44 orang atau sebesar 44,9%.

Page 55: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

41

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 4.10 : Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

4.3.2 Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat pada penelitian, yaitu untuk mengetahui hubungan antara

faktor manusia dengan terjadinya kecelakaan kerja. Hubungan yang digunakan

adalah uji chi square dengan bantuan SPSS versi 12 for windows (Sugiyono, 2005

: 104). Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program SPSS versi 12 for

windows.

Hasil analisis bivariat antara faktor manusia dengan terjadinya kecelakaan

kerja pada karyawan bagian produksi PT. Kayu Lapis Indonesia, dapat dilihat dari

hasil uji chi square pada tabel berikut.

Page 56: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

42

Tabel 4.11 Analisis Bivariat Kemampuan Fisik dengan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan Kerja

Celaka Tidak Celaka

Total No Kemampuan

Fisik

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

P.

Value

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Tidak Mampu 34 73,9 12 26,1 46 100

2 Mampu 45 86,5 7 13,5 52 100

Total 79 80,6 19 19,4 98 100

0,186

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

Berdasarkan tabel 4.11, terlihat bahwa responden yang kemampuan fisiknya

tidak mampu dan pernah celaka sebanyak 34 orang atau 73,9%. Sedangkan

responden yang kemampuan fisiknya tidak mampu dan tidak celaka sebanyak 12

orang atau 26,1%. Responden yang kemampuan fisiknya mampu dan pernah

celaka sebanyak 45 orang atau 86,5%. Sedangkan responden yang kemampuan

fisiknya mampu dan tidak celaka sebanyak 7 orang atau 13,5%.

Dari hasil analisis antara kemampuan fisik dengan kecelakaan kerja, dengan

menggunakan uji chi square didapat nilai p value 0,186 (p value > 0,05). Dasar

pengambilan keputusan ini adalah jika p value kurang dari 0,05 maka Ho ditolak

dan Ha diterima (Sugiyono, 2005: 104). Pada uji tersebut didapatkan p value =

0,186. P value ini lebih besar dari alpha (5% = 0,05) sehingga Ho diterima. Hal

ini berarti tidak ada hubungan antara kemampuan fisik dengan kecelakaan kerja.

Page 57: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

43

Tabel 4.12 Analisis Bivariat Kemampuan Psikologis dengan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan Kerja

Celaka Tidak Celaka

Total No Kemampuan

Psikologis

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

P.

Value

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 TidakMampu 42 72,4 16 27,6 58 100

2 Mampu 37 92,5 3 7,5 40 100

Total 79 80,6 19 19,4 98 100

0,027

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

Berdasarkan tabel 4.12, terlihat bahwa responden yang kemampuan

psikologisnya tidak mampu dan pernah celaka sebanyak 42 orang atau 72,4%.

Sedangkan responden yang kemampuan psikologisnya tidak mampu dan tidak

celaka sebanyak 16 orang atau 27,6%. Responden yang kemampuan

psikologisnya mampu dan pernah celaka sebanyak 37 orang atau 92,5%.

Sedangkan responden yang kemampuan psikologisnya mampu dan tidak celaka

sebanyak 3 orang atau 7,5%.

Dari hasil analisis antara kemampuan psikologis dengan kecelakaan kerja,

dengan menggunakan uji chi square didapat nilai p value 0,027 (p value < 0,05).

Dasar pengambilan keputusan ini adalah jika p value kurang dari 0,05 maka Ho

ditolak dan Ha diterima (Sugiyono, 2005: 104). Pada uji tersebut didapatkan p

value = 0,027. P value ini lebih kecil dari alpha (5% = 0,05) sehingga Ho ditolak.

Hal ini berarti ada hubungan antara kemampuan psikologis dengan kecelakaan

kerja.

Page 58: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

44

Tabel 4.13 Analisis Bivariat Pengetahuan dengan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan Kerja

Celaka Tidak Celaka

Total No Pengetahuan

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

P.

Value

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Kurang Baik 27 90 3 10 30 100

2 Baik 52 76,5 16 23,5 68 100

Total 79 80,6 19 19,4 98 100

0,199

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

Berdasarkan tabel 4.13, terlihat bahwa responden yang pengetahuannya

kurang baik dan pernah celaka sebanyak 27 orang atau 90%. Sedangkan

responden yang pengetahuannya kurang baik dan tidak celaka sebanyak 3 orang

atau 10%. Responden yang pengetahuannya baik dan pernah celaka sebanyak 52

orang atau 76,5%. Sedangkan responden yang pengetahuannya baik dan tidak

celaka sebanyak 16 orang atau 23,5%.

Dari hasil analisis antara pegetahuan dengan kecelakaan kerja, dengan

menggunakan uji chi square didapat nilai p value 0,199 (p value > 0,05). Dasar

pengambilan keputusan ini adalah jika p value kurang dari 0,05 maka Ho ditolak

dan Ha diterima (Sugiyono, 2005: 104). Pada uji tersebut didapatkan p value =

0,199. P value ini lebih besar dari alpha (5% = 0,05) sehingga Ho diterima. Hal

ini berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kecelakaan kerja.

Page 59: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

45

Tabel 4.14 Analisis Bivariat Ketrampilan dengan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan Kerja

Celaka Tidak Celaka

Total No Ketrampilan

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

P.

Value

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Kurang Trampil 29 84,7 10 15,3 39 100

2 Trampil 50 74,4 9 25,6 59 100

Total 79 80,6 19 19,4 98 100

0,311

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

Berdasarkan tabel 4.14, terlihat bahwa responden yang trampil dan pernah

celaka sebanyak 50 orang atau 84,7%. Sedangkan responden yang trampil dan

tidak celaka sebanyak 9 orang atau 15,3%. Responden yang kurang trampil dan

pernah celaka sebanyak 29 orang atau 74,4%. Sedangkan responden yang kurang

trampil dan tidak celaka sebanyak 10 orang atau 25,6%.

Dari hasil analisis antara ketrampilan dengan kecelakaan kerja, dengan

menggunakan uji chi square didapat nilai p value 0,311 (p value > 0,05). Dasar

pengambilan keputusan ini adalah jika p value kurang dari 0,05 maka Ho ditolak

dan Ha diterima (Sugiyono, 2005: 104). Pada uji tersebut didapatkan p value =

0,199. P value ini lebih besar dari alpha (5% = 0,05) sehingga Ho diterima. Hal

ini berarti tidak ada hubungan antara ketrampilan dengan kecelakaan kerja.

Page 60: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

46

Tabel 4.15 Analisis Bivariat Stres dengan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan Kerja

Celaka Tidak Celaka

Total No Stres

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

P.

Value

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Stres 33 76,7 10 23,3 43 100

2 Tidak Stres 46 83,6 9 16,4 55 100

Total 79 80,6 19 19,4 98 100

0,549

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

Berdasarkan tabel 4.15, terlihat bahwa responden yang stres dan pernah

celaka sebanyak 33 orang atau 76,7%. Sedangkan responden yang stres dan tidak

celaka sebanyak 10 orang atau 23,3%. Responden yang tidak stres dan pernah

celaka sebanyak 46 orang atau 83,6%. Sedangkan responden yang tidak stres dan

tidak celaka sebanyak 9 orang atau 16,4%.

Dari hasil analisis antara stres dengan kecelakaan kerja, dengan

menggunakan uji chi square didapat nilai p value 0,549 (p value > 0,05). Dasar

pengambilan keputusan ini adalah jika p value kurang dari 0,05 maka Ho ditolak

dan Ha diterima (Sugiyono, 2005: 104). Pada uji tersebut didapatkan p value =

0,549. P value ini lebih besar dari alpha (5% = 0,05) sehingga Ho diterima. Hal

ini berarti tidak ada hubungan antara stres dengan kecelakaan kerja.

Page 61: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

47

Tabel 4.16 Analisis Bivariat Motivasi dengan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan Kerja

Celaka Tidak Celaka

Total No Motivasi

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

P.

Value

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Tidak 50 92,6 4 7,4 54 100

2 Ya 29 65,9 15 34,1 44 100

Total 79 80,6 19 19,0 98 100

0,002

(Sumber : Data Hasil Penelitian Tahun 2008)

Berdasarkan tabel 4.16, terlihat bahwa responden yang tidak termotivasi dan

pernah celaka sebanyak 50 orang atau 92,6%. Sedangkan responden yang tidak

termotivsi dan tidak celaka sebanyak 4 orang atau 7,4%. Responden yang

termotivsi dan pernah celaka sebanyak 29 orang atau 65,9%. Sedangkan

responden yang termotivasi dan tidak celaka sebanyak 15 orang atau 34,1%.

Dari hasil analisis antara motivasi dengan kecelakaan kerja, dengan

menggunakan uji chi square didapat nilai p value 0,002 (p value < 0,05). Dasar

pengambilan keputusan ini adalah jika p value kurang dari 0,05 maka Ho ditolak

dan Ha diterima (Sugiyono, 2005: 104). Pada uji tersebut didapatkan p value =

0,002. P value ini lebih kecil dari alpha (5% = 0,05) sehingga Ho ditolak. Hal ini

berarti ada hubungan antara motivasi dengan kecelakaan kerja.

Page 62: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum

Gambaran tentang faktor manusia, khususnya faktor tenaga kerja di PT.

Kayu Lapis Indonesia ini adalah sebagai data pendukung pada penelitian ini.

Penelitian tentang faktor manusia yaitu pada kemampuan fisik, kemampuan

psikologis, pengetahuan, ketrampilan, stres, dan motivasi yang dilakukan pada

beberapa tenaga kerja bagian produksi di PT. Kayu Lapis Indonesia. PT. Kayu

Lapis Indonesia di bagian produksi yang paling banyak terjadi kecelakaan kerja

yang diakibatkan karena faktor manusia tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan

wawancara pada beberapa tenaga kerja yang bekerja di bagian produksi. Tenaga

kerja yang sering mengalami kecelakaan kerja adalah tenaga kerja yang berjenis

kelamin laki-laki, dengan usia 31-35 tahun. Sebagian tenaga kerja berpendidikan

STM, dan rata-rata tenaga kerja tersebut telah menikah.

5.2 Hubungan Antara Faktor Manusia dengan Terjadinya Kecelakaan

Kerja

5.2.1 Hubungan Antara Kemampuan Fisik dengan Terjadinya Kecelakaan

Kerja

Hasil yang didapatkan dari penelitian hubungan antara kemampuan fisik

dengan terjadinya kecelakaan kerja diperoleh p value adalah 0,186 lebih besar dari

0,05 (p=0,186 > 0,05) sehingga Ho diterima yang berarti bahwa tidak ada

hubungan antara kemampuan fisik dengan terjadinya kecelakaan kerja.

Seorang tenaga kerja dikatakan sesuai dengan pekerjaannya ditinjau dari

sudut biomekanika. Biomekanika adalah ilmu tentang gerakan dan sikap badan.

Dengan ergonomi juga, kecepatan persepsi dan pengambilan keputusan dapat

48

Page 63: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

49

dipermudah, tekanan mental, kelelahan, gangguan kewaspadaan, gangguan fatal

dan kesalahan-kesalahan dapat dicegah sehingga produktivitas dapat dipelihara

(Suma’mur P. K., 1996:174).

Kesesuaian ukuran tubuh dengan peralatan yang dipergunakan (ergonomi)

mempengaruhi produktivitas sumber daya manusia juga sangat terhadap

keselamatan dan kesehatan kerja, manusia mempunyai kemampuan dan

keterbatasan baik dari segi fisik, fisiologik, maupun psikologik. Anthropometri

berkaitan dengan ukuran tubuh manusia sangat bervariasi. Peralatan pribadi

seseorang bisa meminta desain khusus sesuai dengan dirinya. Peralatan yang

sesuai dengan ukuran tubuh manusia akan memberikan sikap tubuh yang wajar

dalam bekerja untuk menunjang efisiensi. Dalam bekerja hendaknya dihindarkan

sikap paksa sehingga cepat menimbulkan kelelahan (Syukri Sahab, 1997:22).

Menurut penelitian Ni Ketut Sariyathi, kemampuan fisik tidak ada

hubungan dengan kecelakaan kerja karena karyawan mempunyai kemampuan

yang cukup dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan, maka pekerjaan

tersebut akan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Kemampuan fisik pekerja di PT. Kayu Lapis Indonesia relatif sama, ini

dapat dilihat dari data umur pekerja, rata-rata pekerja umur 30 tahun dan dapat

dilihat dari data jenis kelamin, bahwa sebagian besar pekerjanya laki-laki. Dapat

dikatakan bahwa sebagian besar pekerja memiliki kemampuan fisik yang baik.

Hal ini dikarenakan antara lain prosedur keamanan (safety procedure).

Prosedur keamanan mutlak harus dipatuhi oleh semua pekerja di suatu perusahaan

tanpa terkecuali. Prosedur keamanan ini telah dirancang sedemikian rupa oleh

bagian SMK3 dengan tujuan untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja di

suatu perusahaan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, prosedur keamanan

di PT. Kayu Lapis Indonesia telah berjalan dengan baik. Individu yang memiliki

Page 64: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

50

kemampuan fisik yang baik sekalipun, apabila tidak mematuhi prosedur

keamanan tidak menutup kemungkinan untuk mengalami kecelakaan kerja. Ini

dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa pekerja yang kemampuan fisiknya baik

dan mengalami kecelakaan kerja sebanyak 86,5% sedang pekerja yang

kemampuan fisiknya baik dan tidak mengalami kecelakaan kerja sebanyak 13,5%.

Selain prosedur keamanan, sikap kurang hati-hati juga dapat menyebabkan

kecelakaan. Dari hasil wawancara dengan pekerja, sikap yang kurang hati-hati ini

karena pekerja selalu dikejar target jika hasil pekerjaannya belum memenuhi.

Apabila pekerja melakukan suatu pekerjaan, tetapi ia ceroboh dan kurang berhati-

hati maka tidak menutup kemungkinan untuk terjadi kecelakaan kerja. Namun

sikap kurang hati-hati ini jarang terjadi pada pekerja di PT. Kayu Lapis Indonesia

karena hasil pekerjaannya selalu memenuhi target. Ini dapat dilihat dari hasil

analisis bivariat bahwa 52 pekerja kemampuan fisiknya baik, tetapi 45 pekerja

diantaranya mengalami kecelakaan dan 7 pekerja tidak mengalami kecelakaan.

Terkadang kecelakaan kerja yang dialami tidak datang dari sikap atau

perbuatan para pekerja, melainkan dapat berasal dari luar pekerja. Keberadaan alat

yang tidak aman dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Alat kerja yang tidak aman

disini adalah alat yang tidak dilengkapi dengan adanya pengaman mesin. Sebaik

apapun sikap kita dalam bekerja, tetapi tanpa dilengkapi dengan peralatan kerja

yang mendukung tetap dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Dari hasil survei

yang telah dilakukan, bahwa alat kerja di PT. Kayu Lapis Indonesia dalam

keadaan baik, namun menjadi tidak aman karena tidak dilengkapi dengan alat

pengaman.

Page 65: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

51

5.2.2 Hubungan Antara Kemampuan Psikologis dengan Terjadinya

Kecelakaan Kerja

Hasil yang didapatkan dari penelitian hubungan antara kemampuan

psikologis dengan terjadinya kecelakaan kerja diperoleh p value adalah 0,027

lebih kecil dari 0,05 (p=0,027 < 0,05) sehingga Ho ditolak yang berarti bahwa ada

hubungan antara kemampuan psikologis dengan terjadinya kecelakaan kerja.

Perasaan bosan dikarenakan rutinitas pekerjaan yang kesehariannya hanya

berkutat pada pekerjaan yang sama, dan perasaan takut/jengkel pada waktu

melakukan pekerjaan, serta seringnya terjadi kesulitan dalam memahami perintah

atasan, kerap terjadi pada karyawan serta karyawati di PT. Kayu Lapis Indonesia.

Menurut Suma’mur P. K., (1996:215) kemampuan psikologis merupakan

faktor manusia yang harus diperhatikan sebagai penyebab kecelakaan kerja karena

kemampuan psikologis yang terutama perlu diatasi ialah kelelahan mental yang

berupa kejenuhan, sifat pemarah yang hebat dan mudah tersinggung.

Studi awal menyimpulkan tidak ada korelasi antara tingkat intelegensia

dengan tingkat kekerapan kecelakaan pada pekerja magang pada suatu dock.

Namun ada anggapan bahwa tingkat intelegensi berpengaruh terhadap terjadinya

kekeliruan dalam pekerjaan yang membutuhkan pertimbangan (judgment), tapi

tidak berpengaruh pada ketrampilan manual. Pada penelitian lain ternyata ada

perbedaan yang berarti antara kecelakaan yang memerlukan kemampuan mental

pada pekerja yang kemampuan mentalnya dibawah rata-rata dibandingkan dengan

yang tingkat intelegensianya sekitar rata-rata. Intelegensia penting pada pekerjaan

tertentu, tetapi kurang berperan pada pekerjaan yang tidak membutuhkan

kemampuan mental. Ada tingkat intelegensia minimum yang diperlukan untuk

perilaku yang aman untuk semua pekerjaan. Program pencegahan kecelakaan

Page 66: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

52

perlu menyertakan penentuan kebutuhan kemampuan mental (Syukri Sahab,

1997:32).

Pekerjaan apapun akan menimbulkan reaksi psikologis bagi yang

melakukan pekerjaan itu. Reaksi ini dapat bersifat positif dan juga bersifat negatif.

Salah satu faktor yang sering terjadi mengapa karyawan atau perkerja ini

melakukan pekerjaannya dengan sikap yang negatif adalah karena tidak

mengetahui bagaimana melakukan pekerjaannya secara baik dan efisien (Soekidjo

Notoadmodjo, 2003:191).

Suatu gangguan psikologis dalam pekerjaan adalah kejemuan. Pekerjaan

yang berulang-ulang biasanya merupakan sebab kejemuan yang besar. Faktor

psikologis juga memainkan peranan besar dalam menimbulkan kelelahan.

Seringkali pekerja-pekerja tidak mengerjakan apapun juga, tetapi mereka merasa

lelah. Sebabnya ialah adanya konflik mental. Konflik mental mungkin didasarkan

atas pekerjaannya sendiri, mungkin kepada teman-teman sekerjanya atau

atasannya, mungkin kepada kejadian-kejadian di rumah tangga atau dalam

pergaulan hidupnya di masyarakat. Seseorang yang terpaksa bekerja akan cepat

menjadi lelah. Kekhawatiran juga menjadi sebab kelelahan-kelelahan.

Ketidakserasian akan teman-teman sekerja atau atasan mengakibatkan pula

kelelahan-kelelahan itu dengan dasar konflik mental (Suma’mur P. K., 1996:210).

5.2.3 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja

Hasil yang didapatkan dari penelitian hubungan antara pengetahuan dengan

terjadinya kecelakaan kerja diperoleh p value adalah 0,199 lebih besar dari 0,05

(p=0,199 > 0,05) sehingga Ho diterima yang berarti bahwa tidak ada hubungan

antara pengetahuan dengan terjadinya kecelakaan kerja.

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

Page 67: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

53

indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni:

tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis

(analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation) (Soekidjo Notoatmodjo,

2003: 127).

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses

seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif,

maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu

tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama

(Soekidjo Notoatmodjo, 2003: 128).

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Budioro, 2002 bahwa

perilaku bukan hanya dipahami tentang apa dan bagaimana perilaku terbentuk,

tapi bagaimana ia berkembang serta bagaimana ia bisa berubah atau dengan apa

dia bisa berubah, karena perubahan perilaku bersifat naluriah (instinctive)muncul

karena timbul dorongan dari dalam (innerdrive) pada diri individu yang

bersangkutan (Budioro, 2002:29).

Pengetahuan pekerja di PT. Kayu Lapis Indonesia relatif sama, ini dapat

dilihat dari data pendidikan pekerja yang rata-rata sebagian besar 32,7% pekerja

berpendidikan STM. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar pekerja

pengetahuannya baik.

Dalam teori L. Green, pengetahuan adalah predisposing perilaku namun

tidak selalu pengetahuan menjadi praktek. Jadi, walaupun pengetahuan pekerja

tinggi tidak selalu kemampuan prakteknya juga tinggi. Sebagai contoh adalah

penggunaan APD. Mereka tidak hanya tahu bahwa APD itu perlu digunakan

untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, namun juga dipraktekkan. Dari

Page 68: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

54

contoh di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang baik belum tentu dapat

terhindar dari kecelakaan kerja. Dari data yang telah diperoleh dapat dilihat bahwa

kemampuan praktek para pekerjanya kurang.

Prosedur keamanan juga berpengaruh dalam terjadinya kecelakaan kerja.

Para pekerja di PT. Kayu Lapis Indonesia telah mengetahui prosedur yang ada di

perusahaan tersebut. Walaupun para pekerja telah mengetahui prosedur yang ada

di perusahaan tersebut, tetapi banyak yang tidak menerapkannya. Sebagai contoh

mesin gergaji yang sudah waktunya untuk diganti mata gergajinya, tetapi tidak

ada yang mau mengganti, akhirnya yang terjadi adalah pekerja yang

menggunakan mesin tersebut celaka.

Terkadang kecelakaan kerja yang dialami oleh pekerja dikarenakan juga

oleh kurangnya pengalaman. Jika individu tersebut pengetahuannya baik tetapi ia

kurang pengalaman kerja pada bidang yang ia geluti, maka dapat terjadi

kecelakaan kerja. Data yang didapat, 76,5% pengetahuan baik dan mengalami

kecelakan kerja dan 23,5% tidak mengalami kecelakaan kerja.

5.2.4 Hubungan Antara Ketrampilan dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja

Hasil yang didapatkan dari penelitian hubungan antara ketrampilan dengan

terjadinya kecelakaan kerja diperoleh p value adalah 0,311 lebih besar dari 0,05

(p=0,311 > 0,05) sehingga Ho diterima yang berarti bahwa tidak ada hubungan

antara ketrampilan dengan terjadinya kecelakaan kerja.

Ketrampilan kerja meliputi pengetahuan tentang cara kerja dan prakteknya

serta pengenalan aspek-aspek pekerjaan secara terperinci sampai kepada hal-hal

kecil termasuk keselamatannya. Tingkat ketrampilan kerja yang tinggi berkaitan

dengan praktek keselamatan yang diharapkan dan mengecilnya kemungkinan

terjadi kecelakaan sebaliknya kecelakan-kecelakaan mudah sekali terjadi pada

tenaga kerja yang tidak trampil (Suma’mur P. K., 1987:48).

Page 69: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

55

Ketrampilan dan keselamatan adalah proses belajar. Keduanya berkembang

sejalan. Dengan meningkatkan ketrampilan atas pengalaman kerja bahaya-bahaya

kecelakaan mendapatkan perhatian dari tenaga kerja yang bersangkutan.

Ketrampilan yang tinggi adalah cermin koordinasi yang efisien di antara pikiran,

fungsi alat indera dan otot-otot tubuh. Efisiensi fungsi otot-otot tubuh seperti itu

serasi dengan usaha keselamatan kerja (Suma’mur P. K., 1987:48).

Ketrampilan pekerja di PT. Kayu Lapis Indonesia relatif sama, ini dapat

dilihat dari data pendidikan pekerja yang rata-rata sebagian besar 32,7% pekerja

berpendidikan STM. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar pekerja

ketrampilannya baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara ketrampilan

dengan terjadinya kecelakaan kerja. Ketrampilan pada karyawan di PT. Kayu

Lapis Indonesia sebenarnya sudah cukup baik. Namun dari hasil penelitian, justru

karyawan dengan ketrampilan yang baik yang sering mengalami kecelakaan kerja.

Ini dapat dilihat dari data yang diperoleh, bahwa pekerja yang trampil 59 pekerja

dengan kejadian kecelakaan kerja 50 orang dan pekerja yang kurang trampil 39

pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja 29 orang.

Dalam melakukan suatu pekerjaan, ketrampilan sangat dibutuhkan.

Ketrampilan yang baik menunjang para pekerja untuk bekerja lebih rajin dan

cepat. Karena ketrampilan yang baik itu pula akhirnya para pekerja terbiasa

dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Karena sudah terbiasa maka mereka

cenderung ceroboh dan mengabaikan keselamatan diri mereka.

Dengan ketrampilan yang baik pekerja dengan mudah menyelesaikan suatu

pekerjaan, karena pekerja sudah terbiasa dengan tugas yang mereka lakukan. Hal

tersebut dapat membuat pekerja lalai dan mudah celaka. Prosedur keamananpun

biasanya dilupakan karena pekerja sudah merasa trampil. Data menunjukkan

Page 70: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

56

84,7% pekerja yang trampil mengalami kecelakaan kerja, sedangkan 15,3% tidak

celaka.

5.2.5 Hubungan Antara Stres dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja

Hasil yang didapatkan dari penelitian hubungan antara stres dengan

terjadinya kecelakaan kerja diperoleh p value adalah 0,549 lebih besar dari 0,05

(p=0,549 > 0,05) sehingga Ho diterima yang berarti bahwa tidak ada hubungan

antara stres dengan terjadinya kecelakaan kerja.

Tingkat stres yang dialami pekerja di PT. Kayu Lapis Indonesia relatif

sama, ini dapat dilihat dari data status marital pekerja yang 89,8% pekerja telah

menikah. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara

stres dengan terjadinya kecelakaan kerja. Data penelitian menunjukkan bahwa

83,6% pekerja yang tidak stres tapi mengalami kecelakaan kerja dan 76,7%

pekerja stres tapi mengalami kecelakaan kerja.

Kecelakaan kerja yang terjadi akibat stres bukan terjadi karena stres yang

datang dari lingkungan kerja melainkan stres dari luar lingkungan kerja

(lingkungan keluarga). Hal tersebut dapat terlihat dari mayoritas pekerja yang

sudah menikah.

Stres yang terjadi pada lingkungan kerja di PT. Kayu Lapis Indonesia sangat

minim sekali untuk terjadi. Hal tersebut dikarenakan waktu istirahat yang

diberikan oleh para pekerja di PT. Kayu Lapis Indonesia cukup. Selain itu kondisi

lingkungan kerja yang kondusif sangat mendukung para pekerja untuk terhindar

dari stres.

Stres terjadi pada hampir semua pekerja, baik tingkat pimpinan maupun

pelaksana. Memang di tempat kerja, lebih-lebih tempat kerja yang lingkungannya

tidak baik sangat potensial untuk menimbulkan stres bagi karyawannya, namun

lain halnya dengan PT. Kayu Lapis Indonesia. Lingkungan kerja di PT. Kayu

Page 71: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

57

Lapis Indonesia sangat kondusif, sehingga meminimalisir terjadinya gejala stres

pada karyawannya. Stres di lingkungan kerja memang tidak dapat dihindarkan,

yang dapat dilakukan adalah bagaimana mengelola, mengatasi atau mencegah

terjadinya stres tersebut, sehingga tidak mengganggu pekerjaan. Untuk dapat

mengelola stres, pertama sekali yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi

sumber atau penyebab stres atau stressor (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:191).

Segala macam bentuk stres pada dasarnya disebabkan oleh kekurangan

pengertian manusia akan keterbatasannya sendiri. Ketidakmampuan untuk

melawan keterbatasan inilah yang akan menimbulkan frustasi, konflik, gelisah,

dan rasa bersalah yang merupakan tipe-tipe dasar stres (Pandji Anoraga,

2006:108).

Secara sederhana stres sebenarnya merupakan suatu bentuk tanggapan

seseorang, baik secara fisik maupun mental, terhadap suatu perubahan di

lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam

(Pandji Anoraga, 2006:108).

Stres mungkin positif atau negatif bagi seseorang. Reaksi tubuh terhadap

stres membantu kita untuk konsentrasi dan untuk melakukan sesuatu. Beberapa

orang bekerja lebih baik dibawah kondisi tekanan. Jadi tidak benar jika

digambarkan bahwa semua stres adalah berbahaya (Tulus Winarsunu, 2008:78).

5.2.6 Hubungan Antara Motivasi dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja

Hasil yang didapatkan dari penelitian hubungan antara motivasi dengan

terjadinya kecelakaan kerja diperoleh p value adalah 0,002 lebih kecil dari 0,05

(p=0,002 < 0,05) sehingga Ho ditolak yang berarti bahwa ada hubungan antara

motivasi dengan terjadinya kecelakaan kerja.

Suatu penghargaan tidak harus selalu berwujud barang. Sebuah pujian sudah

lebih dari cukup untuk memberikan penghargaan kepada orang lain. Jarangnya

Page 72: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

58

mendapatkan pujian dari atasan membuat karyawan dan karyawati di PT. Kayu

Lapis Indonesia sering merasa tidak bersemangat, sehingga pekerjaan yang

mereka lakukan tiap harinya tidak berkesan sama sekali. Seorang karyawan

mungkin menjalankan pekerjaan yang dibebankan kepadanya dengan baik,

mungkin pula tidak. Jika bawahan sudah melaksanakan tugas-tugas yang

diberikan kepadanya dengan baik, maka hal ini yang diharapkan pimpinan.

Akan tetapi, jika tugas-tugas tidak dapat dilaksanakan dengan baik, maka

kita perlu mengetahui sebab-sebabnya. Dalam hal ini kemungkinan karyawan

yang diberikan tugas tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya atau karyawan

tersebut tidak memiliki dorongan (motivasi) untuk bekerja dengan baik. Hal ini

menjadi tugas seorang pimpinan untuk dapat memberikan motivasi kepada

karyawannya agar bisa bekerja sesuai dengan arahan yang diberikan (Ni Ketut

Sariyathi, 2007:62).

Pada umumnya orang yang dibutuhkan oleh organisasi adalah orang yang

bekerja dengan motivasi yang tinggi. Orang yang bekerja dengan motivasi yang

tinggi adalah orang yang merasa senang dan mendapatkan kepuasan dalam

pekerjaannya. Ia akan lebih berusaha untuk memperoleh hasil yang maksimal

dengan semangat yang tinggi, serta selalu berusaha mengembangkan tugas dan

dirinya (Pandji Anoraga, 2006:36).

Dalam organisasi bisnis motivasi sangat erat kaitannya dengan upaya

peningkatan produktivitas. Sering suatu perusahaan gagal dalam melaksanakan

misinya karena gagal memotivasi para pelaku di dalam perusahaan, termasuk para

manager dan pekerjanya. Begitu juga dalam menjalankan misi keselamatan dan

kesehatan kerja, kegagalan juga dapat terjadi karena kurangnya motivasi untuk

bekerja dengan selamat. Sering terjadi motif bekerja dengan selamat kurang kuat

dibandingkan motif lain seperti motif untuk mencapai jumlah produksi yang besar

Page 73: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

59

untuk mendapat imbalan dengan mangambil resiko yang besar, terburu-buru

sehingga tidak memasang kembali pengaman mesin setelah suatu perbaikan, atau

pekerja yang tidak mau menggunakan alat pelindung perorangan karena

mengganggu dalam bekerja (Syukri Sahab, 1997:131).

Oleh karena itu dalam menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja, para

manager perlu sekali memahami ilmu tentang perilaku dan cara memotivasi

manusia. Pada akhirnya perilaku manusia di dalam perusahaanlah yang

menentukan apakah tujuan perusahaan akan dapat dicapai atau tidak. Motivasi

merupakan suatu penggerak perilaku dan hubungan antar manusia dalam

perusahaan. Motivasi yang menjadi salah satu fungsi manajemen sangat besar

peranannya dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. Motivasi

berkaitan dengan menggerakkan kegiatan organisasi. Motivasi adalah suatu

keadaan dalam diri manusia yang mengarahkan manusia kepada tujuan dan

sasaran tertentu. Karena itu setiap manajemen, agar bisa meningkatkan

keselamatan dan kesehatan kerja mendukung produktivitas harus mampu

memotivasi bawahannya (Syukri Sahab, 1997:132).

5.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih memiliki banyak keterbatasan, antara lain:

1. Adanya kesibukan dan aktivitas responden yang tinggi, sehingga dalam

melakukan penelitian harus sesuai dengan kesibukan responden.

2. Penelitian ini dilakukan hanya pada satu bagian di PT. Kayu Lapis

Indonesia.

3. Waktu penelitian yang terbatas, sehingga tidak bisa menjelaskan secara

rinci tentang kemampuan fisik, kemampuan psikologis, pengetahuan,

ketrampilan, stres, dan motivasi dengan terjadinya kecelakaan kerja.

Page 74: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

BAB VI

PENUTUP

6.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil simpulan

sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara kemampuan psikologis dengan terjadinya kecelakaan

kerja. Dengan menggunakan uji chi square didapat nilai p value 0,027 (p

value < 0,05).

2. Ada hubungan antara motivasi dengan terjadinya kecelakaan kerja. Dengan

menggunakan uji chi square didapat nilai p value 0,002 (p value < 0,05).

3. Tidak ada hubungan antara kemampuan fisik dengan terjadinya kecelakaan

kerja. Dengan menggunakan uji chi square didapat nilai p value 0,186 (p

value > 0,05).

4. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan terjadinya kecelakaan

kerja. Dengan menggunakan uji chi square didapat nilai p value 0,199 (p

value > 0,05).

5. Tidak ada hubungan antara ketrampilan dengan terjadinya kecelakaan kerja.

Dengan menggunakan uji chi square didapat nilai p value 0,311 (p value >

0,05).

6. Tidak ada hubungan antara stres dengan terjadinya kecelakaan kerja.

Dengan menggunakan uji chi square didapat nilai p value 0,549 (p value >

0,05).

60

Page 75: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

61

6.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang diberikan antara lain:

1. Diperlukan adanya peningkatan kemampuan psikologis para pekerja dengan

cara penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya

kecelakaan guna mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja.

2. Para pekerja perlu mengetahui bagaimana melakukan pekerjaannya secara

baik dan efisien guna mengurangi sikap yang negatif yang disebabkan

kemampuan psikologis pekerja.

3. Diperlukan adanya peningkatan motivasi para pekerja dengan cara

memberikan umpan balik, memberikan pujian kepada para pekerja,

memberikan hadiah guna mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja.

4. Perlu adanya penelitian lanjutan tentang pengaruh faktor manusia terhadap

terjadinya kecelakaan kerja.

Page 76: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

DAFTAR PUSTAKA

Agungpia, 2007, Stres Kerja Pengertian dan Pengenalan, http://agungpia.multiply.com/journal/item/35/Stres Kerja pengertian dan pengenalan. PDF, diakses 28 November 2008.

Agus Irianto, 2004, Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta : Kencana.

Bhisma Murti, 1997, Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Yogyakarta : Fakultas Kedokteran UGM.

Bidang Urusan Fire dan Safety, Keselamatan Kerja dalam Industri, Palembang : PT. Pupuk Sriwidjaja.

Budioro, 2002, Pengantar Pendidikan (Penyuluhan) Kesehatan Masyarakat, Semarang : Badan Penerbit Undip.

Eko Nurmianto, 2003, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Surabaya : PT. Guna Widya.

Gempur Santoso, 2004, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta : Prestasi Pustaka.

International Labour Office Geneva, 1989, Pencegahan Kecelakaan Kerja, Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo.

Modul Pelatihan Bagi Fasilitator Kesehatan Kerja, 2003, Kesehatan Kerja, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Muhammad Azinar, 2007, Uji Statistik dengan Program SPSS Versi 12, Semarang : IKM UNNES.

Ni Ketut Sariyathi, 2007, Prestasi Kerja Karyawan, (Online), Vol. 12, No. 1, 2007, (http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/sariyati.pdf), diakses 28 November 2008.

Pandji Anoraga, 2006, Psikologi Kerja, Jakarta : PT. Rineka Cipta.

62

Page 77: Kesehatan Masy_kecelakaan Kerja

63

Soekidjo Notoatmodjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta : PT. Rineka Cipta.

---------------------------, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Sopiyudin Dahlan, 2005, Besar Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta : PT. ARKANS.

------------------------, 2004, Statistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta : PT. ARKANS.

Stam, 1989, Keselamatan dan Kesehatan di Tempat Kerja, Terjemahan oleh Djadjang Madya Patriana. Jakarta : Katalis.

Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismael, 2002, Dasar-dasar Metodologi Penelitian, Jakarta : Sagung Seto.

Sudjana, 2002, Metoda Statistika, Bandung : Tarsito.

Sugeng Budiono, 2003, Bunga Rampai Hiperkes dan Kecelakaan Kerja, Semarang : Universitas Diponegoro.

Sugiyono, 2005, Statistik untuk Penelitian, Bandung : CV. Alfabeta.

Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta.

Suma’mur P.K, 1996, Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakart : PT. Gunung Agung.

------------------, 1987, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Jakarta : CV. Haji Masagung.

Syukri Sahab, 1997, Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta : PT. Bina Sumber Daya Manusia.

Tulus Winarsunu, 2008, Psikologi Keselamatan Kerja, Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.

UNNES, 2007, Pedoman Penyusunan Skripsi Mahasiswa Program Strata 1, Semarang : UNNES Press.