Upload
alim-sumarno
View
102
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : FATIMATUS ZAROH
Citation preview
Kesenian Kethek Ogleng Sanggar Suwita Laras Kabupaten Wonogiri
Oleh Fatimatus Zaroh/11020134211
Mahasiswa S1 Prodi Pendidikan Sendratasik Unesae-mail : [email protected]
Pembimbing: Dra. Jajuk Dwi Sasanadjati, M.Hum
Abstrak Kethek Ogleng merupakan seni pertunjukan yang berasal dari Desa Tokawi Kabupaten Pacitan. Kethek Ogleng merupakan salah satu kesenian yang sampai saat ini masih ada dengan kepopuleritasannya dan dapat dibuktikan dengan adanya persebaran di berbagai daerah seperti Kediri, Ponorogo, Madiun dan Wonogiri. Wonogiri menjadi daerah yang memiliki kepopuleritasan paling tinggi daripada Tokawi dan daerah yang lain. Persebaran tersebut akhirnya menjadikan bentuk pertunjukan kethek ogleng berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain. Begitu pula dengan bentuk kethek ogleng di Sanggar Suwita Laras Kabupaten Wonogiri sebagai daerah yang memiliki kepopuleritasan tinggi tersebut. Sanggar Suwito Laras mempunyai latar belakang sebagai kelompok penampil kethek ogleng yang telah menyebarkan kesenian tersebut hingga menjadi populer di masyarakat khususnya Kabupaten Wonogiri. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Kesenian Kethek Ogleng Sanggar Suwita Laras Kabupaten Wonogiri”.
Rumusan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk pertunjukan kethek ogleng di Sanggar Suwita Laras serta fungsi dan antusiasme masyarakat terhadap kesenian kethek ogleng tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode kualitatif. Sedangkan analisis data menggunakan metode taksonomi dari beberapa teori dan konsep disiplin ilmu. Pada proses validitas data penulis menggunakan triangulasi metode dan triangulasi sumber.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa kemunculan kethek ogleng di Sanggar Suwito Laras dibawa oleh pemimpin sanggar dan diajarkan di sanggar tersebut. Tujuan dimunculkannya kethek ogleng di Sanggar Suwita tidak hanya untuk melestarikan kesenian akan tetapi juga ingin mengembangkan bentuk tanpa merubah makna dan struktur sebagai ciri khas kethek ogleng. Kesenian kethek ogleng tidak akan dikenal oleh masyarakat luas tanpa adanya campur tangan seniman sebagai pelestari dan pegolah seni serta masyarakat sebagai pendukungnya.Kata Kunci : Kethek Ogleng, Bentuk Pertunjukan, Sanggar Suwita Laras
AbstractKethek Ogleng is an art performance originated from Tokawi Village in Pacitan
Regency. Kethek Ogleng is a well-known art performance and it is distributed in several regions such as Kediri, Ponorogo, Madiun, and Wonogiri. This art performance has the highest rate of performance in Tokawi and other regions in Wonogiri. Finally the distribution make form of Kethek Ogleng permorfance be different between one area with others. Same as with form of Kethek Ogleng in Suwita Laras Studio in Wonogiri District as the area have been high popularity. Suwito Laras Studio has background as group performance of Kethek Ogleng was shared that art until have the popularity in society especially in Wonogiri District. Therefore, researcher are interested in conducting research in entitled “Kethek Ogleng Art in Suwita Laras Studio Wonogiri District”.
This purpose of this study was to determine how to shape Kethek Ogleng show in Suwita Laras Studio as well as function and public enthusiasm for Kethek Ogleng art.
1
The method which is used qualitative method. The data analysis used is taxonomy method adopted from several theories and knowedge concepts. In the process of data validation, the researcher used triangulation method and source triangulation.
Based on the result of this research that the appear of Kethek Ogleng in Suwito Laras Studio was bought by leader of studio and theaced in that studio. The purpose of appear Kethek Ogleng in Suwito Laras not only for perpetuate thats art, but also want to make thats art be evolved without change the means and structure as characteristic of Kethek Ogleng. The art of Kethek Ogleng will never knows by everyone without intervention of artist as perpetuater and art processor and wide community as supported.Key words : Kethek Ogleng, Art Performance, Suwita Laras Studio
A. PENDAHULUAN
Kethek Ogleng merupakan salah
satu kesenian yang sampai saat ini masih
ada dengan kepopuleritasannya.
Kepopuleritasan dari Kethek Ogleng ini
dapat dibuktikan dengan adanya bentuk-
bentuk sajian baru yang muncul.
Sebagai contoh yaitu di daerah
Ponorogo, Kediri, Madiun, dan
Wonogiri. Misalnya di Ponorogo pernah
dipentaskan dalam perayaan HUT RI
dalam bentuk tari kolosal, di Kediri
Kethek Ogleng pernah dipentaskan
dengan bentuk kreativitas tari
kontemporer dan garapan baru, di
Madiun pernah dipentaskan di KOREM
Madiun sebagai isian acara, dan di
Wonogiri sering di pentaskan di acara
hajatan dan perayaan hari besar ataupun
digunakan dalam perlombaan kesenian
antar sekolah. Asal usul munculnya
kethek ogleng memang ada di buku
Cerita Rakyat Pacitan1 yang
menjelaskan alur cerita kethek ogleng.
Selain itu juga ada di buku Menelusuri
Asal Usul Kethek Ogleng2 yang
menjelaskan tentang siapa pencipta
Kethek Ogleng. Seiring perkembangan
jaman akhirnya Kethek Ogleng mulai
merambah ke beberapa daerah lain
dengan berbagai modifikasi sesuai cerita
daerah. Salah satu daerah persebaran
kethek ogleng tersebut adalah Wonogiri.
Wonogiri yaitu daerah dengan letak
bersebelahan dengan desa Tokawi
pemilik kethek ogleng. Kethek ogleng
menyebar ke Wonogiri dibawa oleh
salah satu seniman yang kemudian
dikembangkan dan diajarkan kepada
murid-muridnya. Seniman tersebut yaitu
Patmo Suwito pemilik Sanggar Suwita
Laras di Desa Tirtamaya Kabupaten
Wonogiri.
Cerita kethek ogleng merupakan
sajian dramatari yang identik
membawakan lakon cerita Panji. Tokoh
yang ada didalamnya antara lain Raden
Panji Asmarabangun, Dewi
1Bonari Nabonenar, Cerita Rakyat Pacitan Jawa Timur, ( Jakarta : Grasindo, 2007 ), p. 36 - 412Sukisno, Menelusuri Asal Usul Kethek Ogleng Cetakan ke-3, ( Pacitan : Disbudpar, 2014 ), p. 3 - 4
Candrakirana, para Emban, para Begal,
Endang Roro Tompe, dan Mbok Rondo.
Jalan cerita dari Kethek Ogleng dimulai
dari Dewi Candrakirana yang mencari
Raden Panji Asmarabangun yang sedang
pergi dari istana. Dewi Candrakirana
ditemani oleh para Emban dalam
perjalanannya, akan tetapi dalam
perjalanan tersebut Dewi Candrakirana
menyamar sebagai Endang Roro Tompe.
Di tengah perjalanannya Dewi
Candrakirana dan para Emban
beristirahat di rumah mbok Rondo,
sebagai tempat peristirahatan.
Menjelang keesokan harinya Dewi
Candrakirana dan para emban
melanjutkan perjalanan akan tetapi
dihadang oleh segerombolan begal.
Akhirnya muncul kethek dan mau
menolong Dewi Candrakirana dan para
Emban dengan persetujuan kalau saja
berhasil menolong maka Dewi
Candrakirana menjadi istrinya. Dewi
Candrakirana mengiyakan permintaan
kethek dengan syarat mengantarkan pula
mencari Raden Panji Asmarabangun.
Setelah semua begal lari dan kethek
mengantarkan hingga Dewi
Candrakirana bertemu Raden Panji
Asmarabangun kemudian kethek
tersebut mempersilakan Dewi
Candrakirana dan Raden Panji
Asmarabangun kembali ke istana.
Sanggar Suwita Laras yang
merupakan sanggar yang terletak di
daerah pedesaan mempunyai
karakteristik berbeda dengan sanggar
lain yang berada di Wonogiri. Sanggar
ini menampilkan bentuk pertunjukan
kethek ogleng yang hampir sama dengan
aslinya di Tokawi, akan tetapi lebih
lengkap dengan menggunakan lakon
Endang Roro Tompe. Tujuan dari Patmo
Suwito sebagai pemilik sanggar
menampilkan bentuk pertunjukan
hampir menyerupai aslinya yaitu untuk
menjaga nilai-nilai yang terkandung
didalam kesenian tersebut serta
menyesuaikan minat warga masyarakat
sekitar. Pernyataan di atas memunculkan
permasalahan terkait bagaimana bentuk
pertunjukan kethek ogleng di Sanggar
Suwita Laras Kabupaten Wonogiri.
B. Bentuk Pertunjukan Kesenian Kethek
Ogleng Sanggar Suwita Laras.
Bentuk adalah aspek yang secara
estetis dinilai oleh penonton. Penonton
tidak melihat setiap elemen tetapi
melalui kesan yang meningkat sampai
menyeluruh. Bentuk sesungguhnya
dapat didefinisikan sebagai hasil
pernyataan berbagai macam elemen
yang didapatkan secara kolektif melalui
vitalitas estetis, sehingga hanya dalam
pengertian inilah elemen-elemen
tersebut dihayati. Proses penyatuan
3
bentuk yang dicapai disebut dengan
komposisi.3 Bentuk yang dimaksudkan
dalam penelitian ini adalah bentuk
sajian dari kesenian yang dikemas untuk
sebuah pertunjukan.
Seni pertunjukan merupakan
segala bentuk seni yang dapat dinikmati
oleh indera mata (visual), indera telinga
(auditif), serta panca indera kita yang
lainnya. Seni pertunjukan meliputi seni
tari, musik, seni sastra dan seni rupa.
Untuk saat ini seni pertunjukan sudah
mulai diramaikan pula dengan media
elektronika sehingga ada beberapa
bentuk seni pertunjukan tradisional
yang dikolaborasikan dengan unsur
elektronik.
Unsur pendukung dalam seni
pertunjukan rata-rata terdiri dari tujuh
unsur yaitu :
a. Pelaku
b. Lakon
c. Pentas
d. Sutradara
e. Tata rias dan busana
f. Properti
g. Penonton4
C. Asal Usul Kesenian Kethek Ogleng
Saggar Suwita Laras
Kethek Ogleng mulai muncul di
Wonogiri pertama kali diperkenalkan
oleh Patmo Suwito. Patmo Suwito
merupakan murid pertama yang
merupakan generasi kedua dari Sutiman
sebagai pencipta kethek ogleng yang
berasal dari Desa Tirtamaya Kecamatan
Tirtamaya Kabupaten Wonogiri. Patmo
Suwito berlatih selama sekitar 6 bulan.
Motivasi dan gagasan yang dimiliki
akhirnya membawa PAtmo Suwito
kembali ke daerah asalnya yaitu Desa
Tirtamaya dan berniat mengembangkan
kesenian kethek ogleng tersebut di
daerahnya.
Patmo Suwito yang membawa
Kethek Ogleng ke Tirtamaya kemudian
mengembangkan bentuk sajian yang
dimasukkan kedalam sanggar miliknya
yaitu Sanggar Suwita Laras. Menurut
Patmo, kesenian kethek ogleng ini unik.
Tari bertemakan hewan biasanya hanya
diberikan kepada anak-anak dan dengan
geakan gampang. Tetapi kethek ogleng
ini meskipun terlihat mudah sebenarnya
susah untuk dilakukan.
Kemunculan kethek ogleng di
sanggar Suwita Laras dirasa membawa
untung karena banyak masyarakat yang
tertarik terhadap sajian pertunjukan
kethek ogleng. Seiring berjalannya
3Jacqueline Smith, Komposisi Tari, Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. Terjemahan Ben Suharto, (Yogyakarta : IKALASTI, 1985 ), p. 6
4Henricus Supriyanto, Penelitian Seni Pertunjukan Penerapan Metode Interdisipliner, Makalah disajikan dalam kepelatihan Penlitian Dosen FBS UNESA (Surabaya, 27 Maret 2008)
waktu, Patmo mengolah kembali bentuk
sajian dari yang beliau dapatkan dari
Sutiman. Bentuk sajian yang beliau
garap disesuaikan dengan minat
masyarakat sekitar Tirtamaya yaitu
terdapat lawakan pada pertunjukan.
Ketika sajian ini mulai sering
ditampilkan dan banyak yang menyukai
akhirnya banyak yang berlatih kepada
Patmo.
D. Struktur Pertunjukan Kesenian
Kethek Ogleng Sanggar Suwita Laras
Bentuk pertunjukan Kethek
Ogleng merupakan keseluruhan unsur
pertunjukan yang ditampilkan dalam
pementasan. Bentuk pertunjukan
tersebut merupakan hasil kolaborasi
yang baik antara penari dan pengiring.
1. Maju Gendhing
Gambar 1Kethek jalan masuk area pertunjukan
( Doc. Fatimatus )
Gerakan pada ragam maju gendhing
yaitu gerak kera berjalan menuju area
pertunjukan atau panggung yang telah
disediakan. Biasaya kera ini keluar dari
tempat make up yang telah disediakan oleh
penanggap.
Iringan :
Gangsaran
d t dh g2
. 2 6 2 6 2 6 g2
(iringan diulang beberapa kali
menyesuaikan aba-aba kendang)
2. Glangsaran
Gambar 2Kethek Makan
( Doc. Fatimatus )
Gerakan pada ragam gerak
glangsaran merupakan gerakan atraksi.
Gerakan atraksi ini antara lain:
menggelundung, bergelantung, memanjat,
makan dan lain-lain. Gerakan ini tidak
selalu runtut karena merupakan gerakan
5
improvisasi yang merupakan gerakan
kebiasaan dari kera.
Iringan:
Gangsaran
I. j23 j56 j66 . j53 j65 j55 . j36 j53 j33 . j65 j32 . g.
. 2 6 2 6 2 6 g2II. j66 j56 jjjjjjj65 j6. j53 j65 j53 j5.
j36 j53 j33 . j65 j32 . g. . 2 6 2 6 2 6 g2III. . . 6 6 . . 2 2
. . j56 j56 . . j32 j32 j56 j5j3j56 j5j3j56 j2j22 j56 j5j3j56 j1j3j56 j2j22
. 2 6 2 6 2 6 g2
IV. .6 j5j3j56 j5j56 j5j3j56 j22. . 2 6 2 6 2 6 g2
3. Blendrong
Gambar 3
Kethek lungguh jengkeng
( Doc. Fatimatus )
Gerakan pada ragam gerak blendrong
merupakan gerak pakem diantaranya
yaitu:
a. Sembahan
b. Junjungan
c. Laku maju
d. Trecet
e. Junjungan
f. Trisik
g. Junjungan
h. Egolan
i. Laku samping
j. Kebyok kepat sampur
k. Kebyok ulap-ulap
l. kebyok kepat sampur
m. Ukel suweng
n. Kebyok kepat sampur
o. Bumi langit
p. Junjungan
q. Trisik
r. Junjungan
4. Glangsaran
Gambar 4
Kethek duduk
( Doc. Fatimatus )
Gerakan pada ragam gerak
glangsaran merupakan gerakan atraksi.
Gerakan atraksi ini antara lain:
menggelundung, bergelantung, memanjat,
dan lain-lain. Gerakan ini tidak selalu runtut
karena merupakan gerakan improvisasi
yang merupakan gerakan kebiasaan dari
kera.
Iringan:
Gangsaran
I. j23 j56 j66 . j53 j65 j55 . j36 j53 j33 . j65 j32 . g.
. 2 6 2 6 2 6 g2II. j66 j56 jjjjjjj65 j6. j53 j65 j53 j5.
j36 j53 j33 . j65 j32 . g. . 2 6 2 6 2 6 g2III. . . 6 6 . . 2 2
. . j56 j56 . . j32 j32 j56 j5j3j56 j5j3j56 j2j22 j56 j5j3j56 j1j3j56 j2j22
. 2 6 2 6 2 6 g2IV. .6 j5j3j56 j5j56 j5j3j56 j22.
. 2 6 2 6 2 6 g2 5. Kudangan
Gambar 5
Kethek berinteraksi dengan Endang Roro
Tompe
( Doc. Fatimatus )
Kudangan merupakan percakapan
antara kethek dan Endang Roro Tompe.
Pada ragam kudangan tidak ada tariannya,
akan tetapi hanya terdapat percakapan yang
merupakan bagian lelucon pada bentuk
pertunjukan Kethek Ogleng tersebut. Salah
satu lelucon berwujud panyandra kethek
yang diucapkan oleh Endang Roro Tompe.
Percakapan antara kethek dan Endang Roro
Tompe bersifat improvisasi karena tidak
ada teks yang pakem. Inti dari percakapan
yaitu kethek ingin memperistri Endang
Roro Tompe, akan tetapi Endang Roro
Tompe tidak mau.
Iringan :
1265 2123 1232 312g6 (2x) 1265 2123 1232 312g6 (2x) 1265 2123 1232 312g6 (2x) 1265 2123 1232 312g6 (2x)
.612 5321 5653 235g6
6. Mundur Gending
Gambar 6
Kethek berinteraksi dengan Endang Roro
Tompe
7
( Doc. Fatimatus )
Gerakan pada ragam mundur
gendhing yaitu gerak kera berjalan
meninggalkan area pertunjukan atau
panggung.
Iringan :
Gangsaran
d t dh
g2 . 2 6 2 6 2 6 g2
(iringan diulang beberapa kali
menyesuaikan aba-aba kendang).
E. Fungsi Kesenian Kethek Ogleng
Sanggar Suwita Laras
Kesenian Kethek Ogleng
Wonogiri mempunyai fungsi dalam
pertunjukannya. Fungsi yang menonjol
terdapat pada fungsi sekunder antara
lain yaitu:
1. Sebagai hiburan
Kultur masyarakat
Kabupaten Wonogiri yang
dinamis dan heterogen
merupakan salah satu faktor
munculnya fungsi Kethek
Ogleng sebagai hiburan.
Kesenian Kethek Ogleng dalam
fungsi hiburan tentu tidak
terlepas dari minat masyarakat
sebagai penonton. Kethek
Ogleng disini biasa digunakan
dalam acara sunatan, nikahan,
atau acara-acara kemasyarakatan
yang lain. Tidak terlepas juga
acara sekolah dan acara pada
hari-hari peringatan hari besar.
Sebagai fungsi hiburan tentu saja
Kethek Ogleng ini menyesuaikan
bentuk pertunjukan dengan
lingkungan tempat pementasan
sehingga bentuk pertunjukan di
Kabupaten Wonogiri Nampak
beragam dengan berbagai
koreografi.
2. Sebagai pendidikan
Kesenian Kethek
Ogleng selain sebagai
hiburan juga difungsikan
sebagai media pendidikan.
Hal ini dapat dilihat dari
penari kethek ogleng yang
tidak hanya berasal dari
orang-orang dewasa saja,
aka tetapi juga anak-anak
sekolah. Hal ini berarti
kesenian Kethek Ogleng
diajarkan pada
ekstrakurikuler dan
diajarkan sebagai media
pendidikan tari.
3. Sebagai pelestarian
Fungsi media
pelestarian dalam kesenian
Kethek Ogleng adalah
dengan mengembangkan
kreatifitas dan koreografi
pada kesenian ini maka
peminat Kethek Ogleng
tidak akan hilang hanya
dikarenakan kesenian yang
monoton dan tidak ada
perubahan. Sehingga proses
pengembangan dan
perubahan ini diharapkan
agar kesenian ini mampu
bertahan dan tetap diminati
oleh masyarakat sehingga
tidak punah.
4. Sebagai media komersial
Kesenian Kethek
Ogleng di Kabupaten
Wonogiri lebih
diprioritaskan sebagai
media komersial atau media
mencari uang. Sebagai
contoh di sebuah acara
hajatan, maka biaya sewa
pementasan kethek ogleng
ditentukan oleh pengisi
acara. Akan tetapi karena
antusias dan minat
masyarakat terhadap
kesenian Kethek Ogleng
sangat besar, maka
masyarakat tidak pernah
mempermasalahkan berapa
nominal yang harus
dikeluarkan untuk
mempergelarkan Kethek
Ogleng. Hal ini selain
menguntungkan pelaku
kesenian, juga
menguntungkan pedagang
yang berdagang di sekitar
area pertunjukan kethek
ogleng. Karena banyaknya
penonton yang melihat,
pedagang tersebut mengaku
mendapatkan untung juga
dari dagangan yang dijual.5
F. Antusiasme Masyarakat Terhadap
Kesenian Kethek Ogleng Sanggar
Suwita Laras
Kesenian Kethek Ogleng
Sanggar Suwita Laras mempunyai
faktor-faktor yang menyebabkan
antusiasme masyarakat besar.
Adapun penyebab antusiasme
masyarakat dapat dilihat dari faktor
internal dan eksternal. Faktor
internal dan eksternal ini dapat
menjadi hubungan sebab akibat
terjadinya persebaran sebuah
kesenian yang dapat berdampak
juga terhadap perkembangan dan
pergeseran kesenian Kethek
Ogleng tersebut.
Faktor internal sebagai
penyebab antusiasme masyarakat
5 Wawancara dengan Suparman di Rumah kediaman Suparman, Wonogiri tanggal 17 Oktober 2014 pukul 10.00
9
dalam persebaran kesenian Kethek
Ogleng adalah pihak seniman dan
bentuk pertunjukan dari Kethek
Ogleng itu sendiri. Pihak seniman
ini meliputi penari dan personil
pengiring Kethek Ogleng.
Sedangkan faktor eksternal adalah
masyarakat penikmat kesenian.
G. Penutup
Kethek Ogleng mengalami
persebaran di beberapa daerah, akan
tetapi daerah yang memiliki antusiasme
masyarakat paling tinggi yaitu
Wonogiri. Salah satu persebaran
Kethek Ogleng yaitu di Sanggar Suwita
Laras. Pada masing-masing daerah
persebaran memiliki karakteristik yang
berbeda. Karakteristik inilah yang
membuat hasil karya cipta kesenian
Kethek Ogleng menjadi beragam dan
berkembang sesuai dengan bentuk
pertunjukan pada masing-masing
wilayah.
Antusiasme masyarakat
terhadap kesenian Kethek Ogleng
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal berasal dari pelaku
kesenian Kethek Ogleng yaitu pencipta
dan personil (penari dan pengrawit)
serta bentuk pertunjukan kesenian
Kethek Ogleng yang mempunyai
beberapa kelebihan. Faktor eksternal
berasal dari bentuk masyarakat pada
tiga wilayah yang menghasilkan bentuk
pertunjukan yang berbeda-beda yaitu di
Tokawi, Tirtamaya dan Pokoh.
Kesenian Kethek Ogleng Tokawi dapat
diterima pada masyarakat Kabupaten
Wonogiri karena masyarakat Kbupaten
Wonogiri memiliki unsur kebudayaan
yang hampir sama dengan masyarakat
Tokawi.
Saran yang dapat diberikan
melalui hasil penelitian diantaranya
yaitu dinas kebudayaan dan pariwisata
daerah Tokawi hendaknya lebih
memperhatikan keberadaan para
seniman kesenian Kethek Ogleng,
terutama pada daerah Tokawi sebagai
pemilik kesenian Kethek Ogleng,
sehingga kesenian yang dimiliki tidak
beralih atau di klaim oleh daerah lain
yang memiliki potensi lebih tinggi.
Selain itu, perkumpulan kesenian
Kethek Ogleng yang berada di Tokawi
seharusnya juga mengembangkan
kreativitas dari Kethek Ogleng sebab
saat ini kesenian Kethek Ogleng telah
mengalami persebaran ke berbagai
wilayah.
Saran untuk koreografer baru di
wilayah Wonogiri khususnya Sanggar
Suwita Laras seharusnya tidak
menghilangkan nilai-nilai yang
terkamdung dari kesenian Kethek
Ogleng yang merupakan kesenian
tradisi.
DAFTAR PUSTAKA
Nabonenar, Bonari. 2007. Cerita Rakyat Pacitan Jawa Timur, Jakarta : Grasindo
Sukisno. 2014. Menelusuri Asal Usul Kethek Ogleng Cetakan ke-3. Pacitan : Disbudpar
Smith, Jecqueline. 1985. Komposisi Tari Petunjuk Praktis Bagi Guru. Terjemahan oleh Ben
Suharto. Yogyakarta: Ikalasti Yogyakarta
Supriyanto, Henricus. 2008. Penelitian Seni Pertunjukan Penerapan Metode Interdisipliner.
Makalah disajikan dalam Kepelatihan Penelitian Dosen FBS UNESA. Surabaya 27
Maret 2008
11