31
PERMASALAHAN KESEHATAN PEREMPUAN DALAM DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA MENGATASINYA KELOMPOK: 3 REFI KARMILA FELLA PUTRI ZAIRI VIVI VERONICA SISKA ELLIANI DP: FANY JESSICA, S.ST

kespro dimensi sosial

  • Upload
    fanny

  • View
    35

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dimensi sosial wanita

Citation preview

PERMASALAHAN KESEHATAN PEREMPUAN DALAM DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA MENGATASINYA

KELOMPOK: 3REFI KARMILAFELLA PUTRI ZAIRIVIVI VERONICASISKA ELLIANI DP: FANY JESSICA,

S.ST

A.      Pengertian Pernikahan pernikahan adalah lambang disepakatinya suatu

perjanjian (akad) antara seorang laki-laki dan perempuan (dalam masyarakat tradisional hal itu juga merupakan perjanjian antar keluarga) atas dasar hak dan kewajiban yang setara antara kedua belah pihak.Penyerahan diri total seorang perempuan kepada laki-laki.Peristiwa saat seorang ayah secara resmi menyerahkan anak perempuannya kepada laki-laki untuk “dipakai” sesuka hati laki-laki itu.

Tujuan Pernikahan adalah untuk secara hukum mengesahkan hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan. untuk secara hukum mengatur hak dan kewajiban masing-masing termasuk di dalamnya pelarangan atau penghambatan terjadinya poligami.untuk pendataan dan kepentingan demografi.

Perkawinan bukanlah hal yg mudah, di dalamnya terdapat banyak konsekuensi yang harus dihadapi sebagai suatu bentuk tahap kehidupan baru individu dewasa dan pergantian status lajang menjadi seorang istri ygmenuntut adanya penyesuaian diri terus menerus sepanjang perkawinan (Hurlock, 1993).

.        Perkawinan Muda Di Indonesia pernikahan dini sekitar 12-20%

yang dilakukan oleh pasangan baru. Biasanya, pernikahan dini dilakukan oleh pasangan usia muda yang rata-rata umurnya antara 16-20 tahun. Secara nasional pernikahan dini dengan pasangan usia di bawah 16 tahun sebanyak 26,95%.

Padahal pernikahan yang ideal untuk perempuan adalah 21-25 tahun sementara laki-laki 25-28 tahun.

1)             Perkawinan Usia Muda Adalah Pernikahan yang dilakukan oleh

remaja di bawah umur (antara 13-18 tahun) yang masih belum cukup matang baik fisik maupun psikologis, karena berbagai faktor antara lain faktor ekonomi, sosial, budaya, penafsiran agama yang salah, pendidikan, dan akibat pergaulan bebas. Individu yang menikah pada usia muda akan cenderung bergantung pada orangtua secara finansial maupun emosional.

a.       Resiko Perkawinan Usia Muda Konflik dalam perkawinan usia muda : 1.      Masalah kesehatan reproduksi 2.      Segi ekonomi 3.      Kurangnya kesabaran atau belum

matang secara emosi. 4.      Kurangnya persiapan untuk hamil

dalam usia muda,  juga berkaitan dengan defisiensi asam folat dalam tubuh

Akibat kekurangan asam folat. janin dapat menderita spina bifida atau janin tidak memiliki batok kepala.

Ibu usia muda kemungkinan untuk memiliki anak dengan :

1.      berat bayi rendah. 2.      kurang gizi. 3.      dan anemia.  Ibu muda ini kemungkinan untuk menderita kanker

servik nantinya. Istri usia muda sering mengalami kebebasan dan otonomi

yg terbatas dan tidak mampu kompromi mengenai : 1.      relasi seksual, 2.      penggunaan kontrasepsi, 3.      kehamilan, dan 4.       bhal-hal lain di kehidupan berkeluarga

b.      Kelebihan pernikahan usia muda 1.      Terhindar dari perilaku seks bebas,

karena kebutuhan seksual terpenuhi. 2.      Menginjak usia tua tidak lagi

mempunyai anak yang masih kecil. c.       Kekurangan pernikahan usia muda 1.        Meningkatkan angka kelahiran

sehingga pertumbuhan penduduk semakin meningkat.

2.        Ditinjau dari segi kesehatan, perkawinan usia muda meningkatkan angka kematian bayi dan ibu, risiko komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas

3.         Kematangan psikologis belum tercapai sehingga keluarga mengalami kesulitan mewujudkan keluarga yang berkualitas tinggi.

4.         Dituijau dari segi sosial, dengan perkawinan mengurangi kebebasan pengembangan diri, mengurangi kesempatan melanjutkan pendidikan jenjang tinggi.

5.         Adanya konflik dalam keluarga membuka peluang untuk mencari pelarian pergaulan di luar rumah sehingga meningkatkan risiko penggunaan minum alcohol, narkoba dan seks bebas.

6.         Tingkat perceraian tinggi. Kegagalan keluarga dalam melewati berbagai macam permasalahan meningkatkan risiko perceraian

d.      Dampak Perkawinan muda 1.      Dampak biologis   Anak secara biologis alat-alat reproduksinya

masih dalam proses menuju kematangan sehingga belum siap untuk melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya, apalagi jika sampai hamil kemudian melahirkan

2.      Dampak psikologis Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti

tentang hubungan seks, sehingga akan menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit disembuhkan. Anak akan murung dan menyesali hidupnya yang berakhir pada perkawinan yang dia sendiri tidak mengerti atas putusan hidupnya

3.      Dampak sosial Fenomena sosial ini berkaitan dengan

faktor sosial budaya dalam masyarakat patriarki yang bisa gender, yang menempatkan perempuan pada posisi yang rendah dan hanya dianggap pelengkap seks laki-laki saja

4.      Dampak perilaku seksual menyimpang

Adanya prilaku seksual yang menyimpang yaitu prilaku yang gemar berhubungan seks dengan anak-anak yang dikenal dengan istilah pedofilia

5.      Dampak terhadap suami Tidak bisa dipungkiri bahwa pada

pasangan suami istri yang telah melangsungkan perkawinan di usia muda tidak bisa memnuhi atau tidak mengetahui hak dan kewajibannya sebagai suami istri.

a.       Perkawinan usia tua Perkawinan usia tua adalah perkawinan yang dilakukan

bila perempuan berumur lebih dari 35 tahun. b.      Kekurangan pernikahan usia tua a.         Meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu

dan bayi. Kemungkinan / risiko terjadi ca mamae meningkat.

b.         Meningkatnya risiko kehamilan dengan anak kelainan bawaan.

 

c.         Faktor yang Menyebabkan Pernikahan Tua

1.      Belum bekerja 2.      Belum lulus 3.      Belum cocok 4.      Belum mantap

2. Wanita Di Tempat Kerja Alasan wanita bekerja a.    Aktualisasi diri. Wanita yang bekerja akan memperoleh pengakuan

dari lingkungan  karena produktifitas dan kreatifitas yang telah dihasilkan.

b.    Mata pencaharian. Penghasilan yang diperoleh dalam rangka mencukupi kebutuhan sehari-hari agar meningkat kualitas hidup keluarga, baik untuk memenuhi kebutuhan primer seperti pangan, sandang, papan, atau kebutuhan sekunder seperti perabot rumah tangga, mobil, jaminan kesehatan, dll.

c.    Relasi positif dalam keluarga. Pengetahuan yang luas dan pengalaman rnengambil keputusan saat bekerja dalam memecahkan suatu masalah ditempat kerja, pola pikir terbuka memungkinkan jalinan saling mendukung dalam keluarga.

d.    Pemenuhan kebutuhan sosial. Wanita bekerja akan menjumpai banyak relasi, Leman sehingga dapat memperkaya wawasan bagi wanita.

e.    Peningkaan keterampilan/kompetensi. Dengan bekerja wanita terns terpacu untuk selalu meningkatkan keterampilan atau kompetensi sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan prestasi yang lebih sebagai karyawan.

f.     Pengaruh lingkungan. Lingkungan mayoritas wanita banyak yang bekerja akan memberikan motivasi bagi wanita lain untuk bekerja.

Dampak wanita bekerja a.    Terpapar zat-zat kimia yang mempengaruhi

kesehatan dan infertilitas. Asap rokok, bahan radiologi, bahan organik, bahan organo fosfat dan organo Morin untuk racun hewan perusak.

b.    Resiko pelecehan seksual. Pelaku pelecehan seksual bisa Leman sejawat, supervisor, manager atau atasan. Adaptor wanita terkadang tidak kuasa menolak karena ketakutan atau ancaman di PHK.

c.    Penundaan usia nikah. Wanita yang sibuk mengejar prestasi kariemya menyebabkan tidak mempunyai banyak waktu Luang untuk memperhatikan pernikahannya.

d.    Keharnionisan rumah tangga terpengaruh. Kesibukan aktifitas yang berlebilian memungkinkan wanita tidak mempunyai banyak waktu untuk keluarga karena pusat perhatiannya pada kesuksesan kanernya, sehingga bisa menelantarkan peran sebagai istri dan sebagai ibu.

Upaya pemecahan a.    Bekerja menggunakan proteksi, seperti masker,

sarung Langan, baju khusus untuk proteksi radiasi. b.    Cek kesehatan secara berkala. c.    Melakukan aktifitas bekerja tidak hanya dengan

satu pria misalnya bila lembur, divas luar. d.    Tidak nebeng kendaraan tanpa ditemani orang

lain, sekalipun ditawari oleh atasan. e.    Jangan ragu mengatakan 'tidak' walaupun pada

atasan. Tidak perlu takut pada ancaman di pecat.

f.     Menetapkan target menikah. g.    Menjaga komunikasi dengan

keluarga. Mencurahkan perhatian khusus pada keluarga pada hari libur dengan kualitas yang maksimal, mengagendakan kegiatan bersarna keluarga, memenuhi hak-hak suami dan anak, berbagi peran dengan suami dan selalu menghargai suami.

3.    Incest   Incest adalah hubungan seksual yang terjadi antar

anggota keluarga. Anggota keluarga yang dimaksud adalah anggota keluarga yang mempunyai hubungan pertalian darah. Batas pertalian darah paling atas adalah kakek, paling bawah adalah cucu, batas kesamping adalah keponakan. Keluarga diluar itu bukan termasuk incest. Pelaku biasanya adalah orang yang lebih dewasa (lebih kuasa) dan korban lebih banyak adalah anak-anak. Sering terjadi pada anak tiri oleh bapak tiri, menantu oleh mertua, cucu oleh kakeknya.

Gambaran incest di luar ikatan perkawinan a.    Pelaku kebanyakan orang yang kerap

berinteraksi dengan korban, tinggal dalam satu rumah.

b.    Korban mayoritas anak-anak sehingga tidak kuasa melakukan perlawanan diri. Biasanya dibawah tekanan karena ancaman pelakusehingga ketakutan atau diberi imbalan atau dengan bujuk rayu misalnya diberi uang atau makanan.

c.    Sering berakibat trauma fisik dan psikis.  

4.    Home Less Home less atau tuna wisma atau gelandangan

adalah orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma di masyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap diwilayah tertentu dan hidup ditempat umum. Home less banyak terdapat di kota- kota besar. Kedatangan mereka ke kota besar tanpa didukung oleh pendidikan dan ketrampilan yang memadai.

Penyebab Home Less a.    Kemiskinan b.    Bencana Alam c.    Yatim Piatu d.    Kurang Kasih Sayang e.    Tinggal di Daerah Konflik

Dampak Home Less a.    Kebersihan dan Kesehatan b.    Pengguna Narkoba c.    Gizi Kurang d.    Tindak Kekerasan Sesama Home

Less e.    Dimanfaatkan f.     Pelecehan Seksual

Penanggulangan Pencegahan dilakukan dengan : a.    Penyuluhan dan konseling. b.    Pendidikan pelatihan keterampilan. c.    Pengawasan serta pembinaan

lanjut.

Penghentian / Peniadaan a.    Penertiban oleh aparat

pemerintah. b.    Penampungan. c.    Pelimpahan.

Rehabilitasi a.    Pembangunan perumahan sangat

sederhana. b.    Pengadaan rumah singgah dan

diberikan berbagai pelatihan dan pendidikan.

c.    Transmigrasi.