Kestabilan Suhu Tubuh Manusia

  • Upload
    jokond

  • View
    75

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

materi tentang termoregulasi suhu tubuh

Citation preview

  • Kestabilan Suhu Tubuh Manusia

    Kestabilan suhu tubuh manusia dapat ditinjau dari bidang fisika, biologi, teknologi

    dan kesehatan. Materi ini erat kaitannya dengan materi kalor dan suhu. Untuk

    pembahasan lebih lanjut, perlu dibedakan antara pengertian kalor dengan suhu.

    a. Suhu

    Suhu adalah tingkat panas atau dinginnya suatu benda (Sugiyarto &

    Ismawati, 2008: 10). Suhu harus diukur secara kuantitatif dengan alat ukur suhu yang

    disebut termometer. Besarnya kalor yang diterima atau dilepaskan suatu benda

    bergantung pada beberapa faktor, antara lain massa benda, jenis benda, dan

    perubahan suhu pada benda tersebut.

    b. Kalor

    Kalor adalah suatu bentuk energi yang secara alamiah dapat berpindah dari

    benda yang suhunya tinggi menuju suhu yang lebih rendah saat bersinggungan

    (Sugiyarto & Ismawati, 2008: 98). Pengertian ini mengandung 2 komponen dasar

    dari kalor, yaitu adanya perpindahan energi dan perbedaan suhu. Bila dua benda

    memiliki suhu yang sama maka tak mungkin terjadi perpindahan energi (kalor)

    diantara keduanya.

    Sebagai bentuk energi, dalam Satuan Internasional (SI) kalor bersatuan Joule

    (J), dengan simbol kalor adalah Q. Satuan kalor yang populer (sering digunakan di

    bidang gizi) adalah kalori dan kilokalori. Satu kalori adalah jumlah energi panas

    yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram air hingga naik sebesar 1oC.

    1 kalori = 4,2 joule

    1 joule = 0,24 kalori

    Kalor yang diberikan pada suatu benda dapat mengakibatkan perubahan

    suhu dan perubahan wujud benda.

    1) Kalor Menaikkan Suhu Benda

    Untuk jenis benda yang sama tetapi massanya berbeda, kalor yang

    diperlukan untuk menaikkan suhu yang sama besarnya juga berbeda. Jumlah kalor

    yang diperlukan sebanding dengan massa benda, artinya makin besar massa benda,

    semakin besar pula kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda tersebut.

    Kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu dengan massa sama tetapi jenis

    benda berbeda, besar kalornya juga berbeda. Semakin besar perubahan suhu yang

  • diinginkan, maka kalor yang diperlukan juga semakin besar. Hal ini menunjukkan

    bahwa jumlah kalor yang diberikan suatu benda besarnya sebanding dengan

    kenaikan (perubahan) suhu benda.

  • Q = m . c . t

    Keterangan:

    c = kalor jenis benda (J/kg oC)

    Q = energi kalor (J)

    m = massa benda (kg)

    t = perubahan suhu (oC)

    2) Kalor Mengubah Wujud Benda

    Perubahan wujud benda dapat berupa mencair, menguap, membeku,

    mengembun, menyublim. Skema proses perubahan wujud tersebut dapat dilihat

    pada gambar 1.

    .

    Gambar 1. Perubahan Wujud Zat (Rudiono, 2012)

    Perubahan wujud yang melepaskan kalor, yaitu: membeku (perubahan

    wujud dari cair menjadi padat), mengembun (perubahan wujud dari gas menjadi

    cair), mengkristal atau disposisi (perubahan wujud gas menjadi padat). Perubahan

    wujud yang membutuhkan kalor yaitu: mencair atau melebur (perubahan wujud

    padat menjadi cair), menguap (perubahan wujud dari cair menjadi gas), menyublim

    (perubahan wujud dari padat menjadi gas).

  • 3) Perpindahan Kalor

    Secara alamiah, kalor berpindah dari benda bersuhu lebih tinggi ke benda

    bersuhu lebih rendah. Ada tiga cara perpindahan kalor, yaitu konduksi, konveksi

    dan radiasi.

    a) Konduksi

    Konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai

    perpindahan partikel-partikel zat. Zat yang dapat menghantarkan kalor

    dengan baik disebut konduktor sedangkan penghantar kalor yang buruk

    disebut isolator.

    b) Konveksi

    Konveksi adalah perpindahan kalor disertai dengan perpindahan

    partikel- partikel zat tersebut karena perbedaan massa jenis.

    (1) Konveksi pada Zat Cair

    Air yang dipanaskan akan memuai sehingga massa jenisnya

    berkurang, karena massa jenisnya berkurang, air bergerak naik, tempatnya

    digantikan oleh air yang suhunya lebih rendah.

    (2) Konveksi pada Zat Gas

    Konveksi pada gas, seperti udara, terjadi ketika udara panas naik dan

    udara yang lebih dingin turun. Konveksi udara menyebabkan terjadinya

    angin darat dan angin laut di pantai. Pada siang hari, daratan lebih cepat

    panas sehingga udara di atas daratan naik dan udara sejuk di atas laut

    bergerak ke daratan karena tekanan udara di atas permukaan laut lebih

    besar. Dengan demikian, terjadilah angin laut yang bertiup dari permukaan

    laut ke daratan. Sebaliknya, pada malam hari daratan lebih cepat dingin

    daripada laut, sehingga udara panas di atas permukaan laut bergerak naik

    dan udara sejuk diatas daratan bergerak ke lautan karena tekanan udara di

    atas daratan lebih besar. Oleh karena itu, terjadi angin darat yang bertiup

    dari daratan ke permukaan laut.

    c) Radiasi (Pancaran)

    Perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara disebut radiasi. Besarnya

    radiasi kalor yang dipancarkan ataupun yang diserap oleh suatu benda

    bergantung pada warna benda. Benda berwarna terang dan mengkilap

    merupakan penyerap sekaligus pemancar kalor yang buruk, sedangkan benda

  • berwarna gelap merupakan penyerap sekaligus pemancar kalor yang baik.

    c. Keseimbangan Suhu Tubuh

    Suhu tubuh merupakan pencerminan dari panas tubuh. Suhu tubuh

    merupakan hasil perimbangan antara pembentukan panas di dalam tubuh dengan

    kehilangan panas tubuh. Pembentukan panas (heat production) dalam tubuh

    manusia bergantung pada tingkat metabolisme yang terjadi dalam jaringan tubuh

    tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh: 1). Kecepatan metabolisme basal (BMR),

    terutama terkait dengan sekresi hormon tiroid; 2) Aktivitas otot, terjadi penggunaan

    energi menjadi kerja dan menghasilkan panas; 3) Termogenesis menggigil

    (shivering thermogenesis); aktivitas otot yang merupakan upaya tubuh untuk

    mempertahankan suhu tubuh selama terpapar dingin. 4) Termogenesis tak-

    menggigil (non-shivering thermogenesis) Hal ini terjadi pada bayi baru lahir.

    Sumber energi pembentukan panas ini ialah brown fat.

    Pengaturan suhu tubuh pada tubuh manusia diatur oleh hipotalamus yang

    terletak pada otak. Hipotalamus mengatur keseimbangan yang tepat antara panas

    yang dihasilkan dan panas yang hilang dari tubuh. Panas yang terdapat dalam tubuh

    dihasilkan oleh proses metabolik aktivitas ott dan hati (Wiarto, 2013: 105).

    Pengaturan suhu tubuh manusia memenuhi dua kaidah, yaitu kaidah fisik dan

    kaidah metabolisme. Kedua kaidah pengaturan panas tubuh dibantu oleh sistem

    koordinasi. Proses pengeluaran panas dari tubuh ke lingkungan atau sebaliknya

    berlangsung melalui proses fisika. Pengeluaran panas melalui beberapa proses fisika

    yaitu konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi (Wiarto, 2013: 112). Pengeluaran

    panas tubuh dipengaruhi oleh luas permukaan badan, perbedaan suhu tubuh dan

    suhu lingkungan serta kelembapan udara.

    d. Cara Pembuangan Panas Tubuh

    Pengeluaran panas (heat loss) dari tubuh ke lingkungan atau sebaliknya

    berlangsung secara fisika. Permukaan tubuh dapat kehilangan panas melalui

    pertukaran panas secara radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi air.

    Pembuangan panas tubuh secara radiasi pada suhu lingkungan sekitar 21oC

    meliputi 60% dari seluruh pembuangan panas tubuh. Pembuangan panas tubuh

    menurun pada suhu 24-33oC. Bila suhu lingkungan meningkat (melebihi suhu

    tubuh) maka pembuangan panas secara radiasi tidak terjadi (Giriwijoyo & Sidik,

    2013:256).

  • Pembuangan panas tubuh secara konduksi berlangsung kecil, yaitu pada

    selapis tipis udara yang melekat ke tubuh (Giriwijoyo & Sidik, 2013:256).

    Pembuangan panas tubuh secara konveksi terjadi terjadi ketika ada aliran udara di

    sekitar tubuh.

    Pembuangan panas tubuh secara evaporasi (penguapan) ditentukan oleh

    banyaknya keringat yang berhasil diuapkan. Ada beberapa faktor yang

    mempengaruhi banyaknya keringat yang diuapkan antara lain: 1) suhu tubuh; 2)

    suhu lingkungan; 3) jumlah keringat yang dihasilkan; 4) besar aliran udara; serta 5)

    kelembapan udara lingkungan.

    Olahraga merupakan salah satu aktivitas meningkatkan suhu tubuh.

    Peningkatan suhu tubuh ketika berolahraga diikuti dengan pembuangan panas tubuh

    untuk menjaga keseimbangan suhu tubuh. Tabel 8 menunjukkan pembagian

    pembuangan panas tubuh pada berbagai suhu lingkungan sewaktu melakukan

    olahraga.

    Tabel 1. Pembuangan Panas Tubuh pada Berbagai Suhu Lingkungan

    Suhu Udara Radiasi Konduksi Konveksi Evaporasi

    20oC 50% 50%

    25 oC 35% 65%

    30 oC 20% 80%

    35 oC 0% 100%

    (Giriwijoyo & Sidik, 2013:256).

    e. Bahaya Berolah Raga pada Suhu Tinggi

    Olah raga pada suhu tinggi membahayakan tubuh kita. Bahaya atau

    gangguan yang dialami dapat berupa syok srikulasi dan kekurangan cairan. Suhu

    tubuh normal manusia berkisar antara 36,5oC sampai 37oC. Dalam kondisi tertentu

    suhu tubuh dapat mengalami peningkatan. Secara alami, peningkatan suhu tubuh

    akan diturunkan agar tetap normal dengan cara pengeluaran keringat melalui kulit.

    Peningkatan suhu tubuh yang tidak segera diimbangi dengan penggantian cairan

    yang keluar melalui keringat dapat mengakibatkan suhu tubuh berada pada tingkat

    bahaya. Peningkatan suhu tubuh antara 39oC-40oC akan mengakibat heatstoke.

  • Heatstroke adalah kenaikan suhu tubuh secara tiba-tiba dan tidak dapat dikendalikan

    yang disebabkan oleh ketidakmampuan sel pengatur suhu tubuh di dalam otak untuk

    meningkatkan mekanisme tubuh untuk membuang panas. Gejala heatstroke meliputi

    pusing, kelelahan, keluar banyak keringat, bingung, gaya berjalan sempoyongan,

    rasa tidak enak di perut, muntah, kolaps bahkan dapat kehilangan kesadaran

    (Wiarto, 2013: 113)