22
Keterkaitan nilai, normadan moral merupakan suatu keyataan yang seharusnya tetap terpelihara di setiap waktu pada hidup dan kehidupan manusia. Keterkaitan itu mutlak digarisbawahi bila seorang individu, masyarakat, bangsa dan Negara menghendaki fondasi yang kuat tumbuh dan berkembang. Sebagaimana tersebut diatas maka nilai akan berguna menuntun sikap dan tingkah laku manusia bila dikonkritkan dan diformulakan menjadi lebih obyektif sehingga memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalam aktivitas sehari-hari. dalam kaitannya dengan moral maka aktivitas turunan dari nilai dan norma akan memperoleh integritas dan martabat manusia. Derajat kepribadian itu amat ditentukan oleh moralitas yang mengawalnya. Sementara itu hubungan antara moral dan etika seringkali disejajarkan arti dan maknanya. Namun demikian, etika dalam pengertiannya tidak berwenang menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan seseorang. Wewenang itu dipandang berada di tangan pihak yang memberikan ajaran moral. http://makalah-download.blogspot.com/2011/10/hubungan-nilai-norma-dan- moral.html HAKIKAT NILAI MORAL abad ke-20 telah ditandai oleh tiga perkembangan penting politik yang besar: Pertumbuhan demokrasi, pertumbuhan daya perusahaan, dan pertumbuhan propaganda korporasi sebagai sarana untuk melindungi kekuasaan korporasi terhadap demokrasi (Alex Carey). Negara saya adalah dunia, dan agama saya adalah untuk berbuat baik. (Thomas Paine) Pendahuluan Tidak ada yang mampu melepaskan diri dari esensi dari sifat manusia sebagai makhluk yang dapat dididik dan belajar sepanjang hayat (berpendidikan manusia), sehingga perubahan dinamis atas kehidupan masa.Pengalaman manusia (pengalaman hidup) adalah pengalaman belajar manusia waktu / Kondisi / waktu arahkan ke / kondisi / tempat mengembangkan potensi diri dan kehidupan kita baik dalam arus posiitif saat ini dan negatif. Lain sifat manusia tidak bisa dihindari sebagai manusia sosial dan politik, di mana kita hidup lahir "dalam kelompok" dalam keluarga dan masyarakat bangsa ahirnya - state (Zoon politicon, manusia politik terorganisir). Lembaga berada di samping wadah / rumah bagi manusia juga merupakan pembangun institusi - penegakan dan pengembang sangat ipoleksosbudag potensial. Tapi sekarang ketiga lembaga itu semakin kurang dan kurang kerja (longgar) dan ada kecenderungan bahkan dihilangkan. Orang itu adalah Potensi Ilahi yang membawa setiap manusia termasuk potensi fisik dan spiritual. Melalui berbagai pakar penilaian pendidikan dan psikologis, potensi spiritual dikategorikan menjadi tiga potensi dasar Sumber Daya Intelektual / Nalarr (dengan 6 potensi), daya afektual (8 potensi afektual) dan Psikomtorik (8 potensi), sehingga total meliputi 22 potensi .

Keterkaitan nilai

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ini buku

Citation preview

Page 1: Keterkaitan nilai

Keterkaitan nilai, normadan moral merupakan suatu keyataan yang seharusnya tetap terpelihara di setiap waktu

pada hidup dan kehidupan manusia. Keterkaitan itu mutlak digarisbawahi bila seorang individu, masyarakat,

bangsa dan Negara menghendaki fondasi yang kuat tumbuh dan berkembang.

Sebagaimana tersebut diatas maka nilai akan berguna menuntun sikap dan tingkah laku manusia bila dikonkritkan

dan diformulakan menjadi lebih obyektif sehingga memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalam aktivitas

sehari-hari. dalam kaitannya dengan moral maka aktivitas turunan dari nilai dan norma akan memperoleh integritas

dan martabat manusia. Derajat kepribadian itu amat ditentukan oleh moralitas yang mengawalnya. Sementara itu

hubungan antara moral dan etika seringkali disejajarkan arti dan maknanya. Namun demikian, etika dalam

pengertiannya tidak berwenang menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan seseorang. Wewenang itu

dipandang berada di tangan pihak yang memberikan ajaran moral.

http://makalah-download.blogspot.com/2011/10/hubungan-nilai-norma-dan-moral.html

HAKIKAT NILAI MORAL

abad ke-20 telah ditandai oleh tiga perkembangan penting politik yang besar: Pertumbuhan demokrasi, pertumbuhan daya perusahaan, dan pertumbuhan propaganda korporasi sebagai sarana untuk melindungi kekuasaan korporasi terhadap demokrasi (Alex Carey). Negara saya adalah dunia, dan agama saya adalah untuk berbuat baik. (Thomas Paine)

Pendahuluan Tidak ada yang mampu melepaskan diri dari esensi dari sifat manusia sebagai makhluk yang dapat dididik dan belajar sepanjang hayat (berpendidikan manusia), sehingga perubahan dinamis atas kehidupan masa.Pengalaman manusia (pengalaman hidup) adalah pengalaman belajar manusia waktu / Kondisi / waktu arahkan ke / kondisi / tempat mengembangkan potensi diri dan kehidupan kita baik dalam arus posiitif saat ini dan negatif.

Lain sifat manusia tidak bisa dihindari sebagai manusia sosial dan politik, di mana kita hidup lahir "dalam kelompok" dalam keluarga dan masyarakat bangsa ahirnya - state (Zoon politicon, manusia politik terorganisir). Lembaga berada di samping wadah / rumah bagi manusia juga merupakan pembangun institusi - penegakan dan pengembang sangat ipoleksosbudag potensial. Tapi sekarang ketiga lembaga itu semakin kurang dan kurang kerja (longgar) dan ada kecenderungan bahkan dihilangkan.

Orang itu adalah Potensi Ilahi yang membawa setiap manusia termasuk potensi fisik dan spiritual. Melalui berbagai pakar penilaian pendidikan dan psikologis, potensi spiritual dikategorikan menjadi tiga potensi dasar Sumber Daya Intelektual / Nalarr (dengan 6 potensi), daya afektual (8 potensi afektual) dan Psikomtorik (8 potensi), sehingga total meliputi 22 potensi .

Dalam Dunia Pendidikan (terutama pendidikan formal) dalam perumusan kurikulum harus sepenuhnya menyatakan sosok putaran output (jasmani dan rohani), namun secara programatik - output prosedural dan realitas (hasil) menjadi parsial. Totalitas siswa itu sendiri hampir tidak pernah di kaffah dibelajarkan. Target penyelesaian bahan ajar konseptual teoritis - ilmiah / normatif atau disiplin struktural dan menargetkan jumlah nilai (menandai) atau disertai dengan ketidaktahuan NEM tinggi / profesionalan guru parsial pendidikan lahir dan pembelajaran. Potensi masalah dan fisik - norma dan moral hampir tidak pernah dimasukkan dalam hitungan program khusus MKU (PKN, PAI, dll). Tidak guru profesional, serta pola belajar - keterampilan yang pelatihan profesional terutama karena kurangnya penyediaan formal dan sistem seperti al harus mengajar minimal 19 jampel di satu sekolah, sistem penempatan guru, guru SD yang guru kelas (lihat "Guru 7 mata pelajaran"!). Jadi karena itu adalah mungkin untuk mengedepankan apa McLuhan (teori Pendulum) lusa akan menampakkan diri, yaitu, seorang yang cerdas, tapi otaknya tumpul emosi. Potret ini sudah mulai muncul di beberapa tempat. Proses emoting - keberatan, spiritualizing, menilai dan round trip mental yang dikalahkan oleh proses berpikir dan rasionalisasi. Belajar didasarkan pada nilai-nilai moral normatif / ditinggikan / sakral / religius kalah dengan belajar teori - konseptual dan rasional berbasis biaya-manfaat perhitungan - atau ilmu yuridis dan formal. Potret ini juga tampak dalam pendidikan informal cq. kehidupan keluarga, perkembangan anak dan pendidikan (termasuk agama dan bangsawan) dari kurang diabaikan dan sepenuhnya diserahkan kepada instansi lain cq. Guru dan sekolah. Rumah dan keluarga mulai mengikis status dan peran perilaku default (agama & budaya) dan hanya "simbol dari perakitan terminal sumber dan status sosial - ekonomi" bagi warganya. Bagi keluarga yang telah memasuki "super dikembangkan / nuklir - family" perkawinan hanya dimaksudkan sebagai lembaga / media untuk memenuhi kebutuhan biologis saja ekonomi dan sosial. Demikian pula, di negara dan bangsa, harus dipertimbangkan hanya otomatis (opinio necesitatic) tanpa disertai dengan rasa emosional lainnya (rasa integritas, patriotisme dan proudnes, dll). Allohuma Nauzubillahi min zaalik!.

Page 2: Keterkaitan nilai

Dalam kehidupan generasi melewati usia 50/60 tahun ke atas, apa yang diuraikan di atas boleh dibilang "tabu" dalam pendidikan keluarga, seluruh nilai pesanan - norma moral dan agama (budaya dan agama), budaya tradisional (budaya warisan) dan bahkan moralitas metafisik dengan semua "pro & contranya" datang secara keseluruhan untuk tunduk pada semua ketentuan tonggak dan beruwjud dalam berbagai bentuk (materi - imateriil, personal, dan perilaku bersyarat / seremonial). Formalpun pendidikan (kursus, buku, guru, manajer, sistem dan kondisional) juga menegaskan kehidupan sebelumnya. IPS buku teks ("Sunrise") dan seni budaya (Panyungsi Bahasa, Didi - Yoyo; Rusdi Misnem dll) serta membawa misi dan pesan bangsawan (adat dan agama). Hari ini, ilmu pengetahuan semakin gejolak kekerasan melalui media elektronik beberapa - cetak dengan segala "keindahan - mewah dan kemudahan" semua "Whoa" permintaan berikut materiilnya cukup tinggi, melahirkan kehidupan keluarga yang penuh hasrat dan aktivitas sebagai pola " hidup (life style) modern "di ahirnya secara perlahan tapi pasti membawa ke arah rasionalisme, sekularisme adalah materialistis dan egois, dan mulai bergeser dan mengikis standar yang ada untuk, termasuk dalam kehidupan keluarga kami!

Norma acuan, dan Dimensi Sistem kehidupan manusia

Gambar dari sifat sifat manusia (Ilahi / Alam dan Sospol) dalam uraian sebelumnya, menggambarkan sifat manusia yang terlalu penuh potensi dan keterbatasan. Dalam kehidupan sebagai makhluk sosial diperkaya dengan seperangkat sifat sosial sesuai dengan status dan peran harapan perilaku (perilaku peran yang diharapkan), Beberapa sifat alami dari makhluk sosial adalah al selalu dalam kelompok (group basis), kontekstual / kondisional, adalah mono multipleks / pluralistik, makhluk politik terorganisir (zoon politicon, manusia politik terorganisir), makhluk yang terikat dalam lingkaran kehidupan (siklus hidup) adalah aspek multi, multi-waktu. John Locke, berpendapat sifat alami 5 manusia dalam posisinya sebagai orang politik yang terorganisir, yaitu: seperti rasa hormat, cinta kekuasaan, merasa baik, ingin bertahan hidup dan hidup selamanya. Kasus kelima ditunjukkan setiap manusia normal dalam hidupnya, dan jika tidak dikontrol lima dari hal-hal ini akan menampakkan diri ke: sombong, gila kekuasaan, sok pintar, mencari takut aman / aman (anti-risiko) dan kematian. (Silakan merenungkan / memeriksa diri).

Kedua sifat alam harus diintervensi oleh tempat - waktu dan kondisi, berinteraksi / berinteradiasi dan memimpin proses pembangunan manusia dan pengiriman produk hal yang nyata manusia / manusia. Proses pembangunan itu tidak terjadi normless, namun terikat dan dikendalikan oleh perintah set atau norma-referensi (norma refrences). Di Indonesia ada orang / norma referensi berlaku 6 dasar membimbing / mengendalikan / mengharus sendiri dan kehidupan manusia nroma / Islam agama, budaya, agama, budaya, adat istiadat / tradisi, hukum negara / positif, norma-norma ilmiah, dan norma-norma metafisis (melampaui kisaran ihwal kemampuan manusia, supernatural - kepercayaan). Untuk enam referensi terakhir normatif yang ada dalam setiap lingkaran dan aspek kehidupan manusia dan sistem. Dan masing-masing melahirkan norma referensi dan nilai-nilai moral. Norma adalah ketentuan / hukum / arahan, dia bisa datang dari luar (eksternal) sebagai Tuhan / Agama, negara / hukum, masyarakat / adat dan juga dapat (yang terbaik) berasal dari dalam diri kita sendiri atau jantung / qolbu kita sendiri. Norma yang telah menjadi bagian dari hati nurani (! Nurani = qolbu) Apakah norma-norma dan nilai-nilai - yang memiliki moralitas bersatu olahraga (pribadi) dan keyakinan diri atau prinsip atau dalil diri dan kehidupan kita. Nilai (value = Valere) adalah harga kualifikasi atau isi dari pesan yang disampaikan / eksplisit / implisit dalam norma-norma TSB (agama norma al beban nilai / harga haram - halal - dosa -, dll) dan melekat pada semua instrumen manusia masukan (yng hal materi / imateriil, personal / impersonal, kondisional, behavioral). Sedangkan Moral / Moralita adalah tuntutan sikap - perilaku yang diminta oleh norma-norma dan nilai-nilai sebelumnya. Jadi karena itu norma sumber dapat berisi nilai - angka moral dan positif dan negatif sangat banyak, dan relatif / subjektif - yang mungkin berperan juga bertentangan satu sama lain. Contoh sederhana seperti agama Norma "dilarang untuk mencuri" termasuk nilai al dosa, haram, neraka, dll; moralita menuntut tinggal jauh dari, hindari, jangan lakukan itu.

Sementara kita maksud sistem dalam hidup adalah apa yang diusulkan oleh Parson Talcot, di mana dia tinggal setiap organisme (manusia, hewan, tumbuhan, dll) memiliki sistem 5, yaitu: sistem nilai (value system), sistem budaya (sistem budaya ), sistem sosial (sistem sosial), sistem pribadi (personal system) dan sistem organik (sistem organik). Kemudian Man Diri dan Astagatra kehidupan karena manusia adalah organisme hidup tidak luput dari sistem lima sebelumnya dan setiap sistem referensi mengacu pada enam norma yang ada / berbagi / diyakni orang / masyarakat / kehidupan.

Dari gambar jelas bahwa diri dan kehidupan manusia yang penuh / padat norma - dan nilai-nilai moral, tidak ada kehidupan "bebas nilai" (bebas nilai). Potret diri dan kehidupan di atasnya matematis jika kita menggambarkan akan muncul sebagai berikut: Siklus kehidupan manusia = 5 (diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa / negara dan dunia) Aspek kehidupan = 5 dimensi / aspek (Ipoleksosbudag) Norma referensi sumber terdapat 6

Dari ketiga dimensi saja, nilai perangkat - Moral - Norma (NMNr) mengikat / control & jumlah kehidupan manusia (5 x 5) x 6 = 150. 150 NMNr masih akan dihubungkan (dikalikan) dengan keberadaan 5 sistem dalam kehidupan organisme (150 x 5 = 750) dan berhubungan lebih dengan status dan peran perilaku manusia yang mono n nomor pluralistik. Sebuah bahkan lebih kuat adalah bahwa antara komponen di atas (siklus kehidupan, aspek, norma dan sumber daya sistem) tidak selalu mengacu dan sering / lebih atau kontras / paradoks. Potret diri dan kehidupan manusia

Page 3: Keterkaitan nilai

dengan perangkat NMNr sangat kompleks, dimuat tuntutan paradoksal dan kontekstual adalah bahwa kehadiran Pendidikan Nilai Moral, sehingga manusia masih berdasarkan nilai sebagai tidak bermoral (moral orang dewasa atau orang yang sehat) dan hidupnya di bawah kontrol (AC). Dalam diri dan kehidupan moral (berahllak mulia) seluruh sistemnya (5 sistem) selalu mengacu pada kebijakan NMNr seluruh pesanan / percaya diri & hidupnya, memiliki pengalaman yang relevan belajar (pengalaman belajar) dan kemampuan (kompetensi) bagaimana dan kapan harus mengoptimalkan dan meminimalkan perangkat NMNr telah berjasa / kontekstual dan keseimbangan. Makhluk bermoral (berahlak mulia) selain menggunakan kemampuan intelektual mereka (kecerdasan intelektual) juga selalu melakukan emoting, spiritualisasi (spiritualizing) dan menghargai semua dimensi norma acuan yang ada (diyakini bersangkutan dan atau kehidupan) sebelum membuat Keputusan (mengambil posisi). Proses ini sekarang semakin lebih rendah (atau nilai dimensi referencesnya basesnya norma), dan hanya menempatkan proses analisis - penilaian (daripada menilai Mengevaluasi) intelektual - rasional - konseptual saja. Dimensi cenderung referensi norma ilmiah (umumnya ekonomi saja) dan atau hukum formal. Ekonomi perhitungan "murah - mahal" jumlah hanya sebagai perbedaan harga yang rasional dan "legal - ilegal" itu juga rasional "sebagai pelanggaran formal / mematuhi hukum" tanpa suara hati / qolbu (kasihan, penyesalan, rasa bersalah / dosa dll).

Ini harus jelas, orang-orang yang tidak tahu NMNr order dan tidak / jarang dibelajarkan potensi afektualnya (8 potensi) sulit untuk diminta menjadi manusia bermoral. Visi Nilai - selain moral untuk mendorong, mengembangkan dan menegakkan NMNr urutan luhur (6 sumber Nr) juga pencerahan diri dan kehidupan manusia berharga dan berahlak kaffah dan kehidupan masyarakat Madaniah (Civil Society). NMNr pendidikan misi untuk membawa: a. Memelihara / melestarikan dan membina NMNr sampai 5 sistem yang kait mengkait hidup. b. Memperjelas dan merevitalisasi sub.a sebagai "perilaku moral" diri kita sendiri dan kehidupan manusia / masyarakat / bangsa / dunia yang bersangkutan. c. Memanusiakan (memanusiakan), membudayakan (membudayakan) dan memberdayakan (empowering) manusia dan hidupnya secara keseluruhan (kaffah) dan beradab (norma / nilai berdasarkan), Insan / Komunitas bermoral (orang moral dewasa / sehat) dan kepribadian bangsa. d. Menetapkan dan menegakkan "hukum dan Ketertiban" dan tatanan kehidupan manusia - demokrasi - prinsip ketaatan. e. Penginapan di negara kita, selain hal-hal di atas juga membawa misi pembinaan dan pengembangan manusia / masyarakat / bangsa modern tetapi masih kepribadian Indonesia (sebagai kualiifikasi UUSPN 2003). Laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang menjadi semakin cepat dan agresif (melalui elektronik dan media cetak yang penuh ilmu pengetahuan dan teknologi produk nilai tambah, mudah dan menyenangkan) mulai mengurangi dan mengikis keberadaan / kelengkapan perangkat sumber dan di norma acuan yang sama juga mengikis nilai - moral. Normatif sumber Tuhan / Allah (agama), Alam dan budaya / adat dan metafisis mulai digeser atau diubah oleh kerja hukum sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sains dan Modernitas secara inheren membawa nilai - moral (karakteristik): nilai tambah, kemudahan, menikmati, rasionalisme, sekulerism, materislism, individualisme, persaingan dan konflik, spesialisasi, dll. Sebaliknya Jadi karena NMNr - meningkatkan paradoksal dan sering melahirkan "celah" atau kesenjangan dan kehidupan negara / manusia yang tidak bisa seimbang terhadap berbagai keanehan muncul, stres dan strook. Generasi kesenjangan, rumah gesekan dan kehidupan masyarakat, gaya hidup (life style) yang "aneh", dll adalah buah dari Hippie pendidikan parsial meninggalkan nilai pendidikan - moral. Di sini kami mengambil beberapa pernyataan dari ahli yang mengungkapkan esensi Nilai Pendidikan Diknil: "Nilai Pendidikan atau tidak sama sekali" (Phlips Sisir) "Pendidikan Nilai adalah pusat manusia" (Piaget, Aristoteles, dll) "Jangan berpikir sebelum iman iman, dan dan tidak bertindak sebelum berpikir" (Imam al-Ghazali). "Negara saya adalah dunia, dan agama saya adalah untuk berbuat baik" (Thomas Paine) Dan sebagai orang yang religius, kami percaya bahwa rukun iman Islam dan diyakini akan diminta ...

Sifat Kewarganegaraan NEGARA PENDIDIKAN (PKN)

PKN atau Civic Education adalah program pendidikan / pembelajaran programatik - upaya prosedural untuk memanusiakan (memanusiakan) dan (memberdayakan) membudyakan (membudayakan) dan pemberdayaan masyarakat / mahasiswa (diri dan kehidupan) menjadi warga negara yang baik sebagai tuntutan kebutuhan / yuridis konstitusi bangsa / negara yang bersangkutan. Referral warga negara yang baik dalam Konstitusi adalah Homeland 1945/2003 yang jabarannya termuat dalam MPR dan UU (al UUSPN menjadi pusat seluruh program dan sistem pendidikan). Menurut landasan konstitusional di atas, visi kelahiran manusia Homeland kehidupan PKN / warga dan komunitas Homeland ness, agama cerdas, demokratis dan halal, kedamaian bangsa - perdamaian - Indonesia yang sejahtera, modern dan berkeribadian. Misinya adalah program pendidikan, yang membelajarkan dan melatih siswa secara demokratis - humanistik - fungsional.

Membelajarkan pembekalan harus ditafsirkan untuk memberikan pengetahuan melek politik - hukum, membina identitas warga kepribadian / budaya Indonesia, untuk melatih diri kita pelakonan / warga melek politik yang hidup dan budaya Indonesia dalam tatanan hukum masyarakat - bangsa - a yang modern negara. Dari uraian di atas, target yang jelas dari harapan belajar dari PKN Homeland, yaitu:

A. Dalam Programatik mengandung bahan ajar kaffah / utuh (CAP) dalam bentuk saham pengetahuan untuk melek politik dan hukum yang ada / kebijakan / penting dalam kehidupan masyarakat - nasional dan negara sistem

Page 4: Keterkaitan nilai

demokrasi perwakilan Homeland - konstitusional. Bahan ajar Kaffah mutlak harus menampilkan politik - sebuah Homeland hukum faktual - teoritiik mengikuti konten konseptual dan normatif dari pesan (nilai - moral) dan peraturan dan prosedur pelaksanaan. Dan sebagai bekal pengetahuan tidak mutlak tapi semuanya agak disampaikan diurutkan dan dipilih berdasarkan tiga kriteria dasar, yaitu: tingkat esensinya, kegunaannya dan apakah atau tidak kritis. PKN Hakkekat pesan bahwa program utama (lihat UUSPN 2003) harus memuat al: a. Dan manusia hidup dalam semua kehidupan Relgius Gatra IMTAQ b. Melek politik - hukum tahu / mengerti kejadian harus berkehdiupan bangsa - negara baik secara konstitusional maupun dalam praktek / realitas (kemarin - hari ini dan besok) Ketertiban dan kehidupan Politik - Hukum Indonesia dan Masyarakat. c. Manusia dan demokrasi kehidupan keabsahan dalam Homeland / Pancasila / Indonesia berbudaya d. Makhluk cerdas dan kehidupan, damai dan sejahtera e. Makhluk dan kehidupan cinta dari negara bangsa, Patriotik: mencintai dan membela negara bangsa (hak berdaulat dan martabat negara bgs) f. Asosiasi dunia / sama antar bangsa dan perdamaian

2. Oleh target pembelajaran Prosedural adalah pengiriman pilihan materi pengajaran - arah fungsional untuk membina, mengembangkan dan membangun potensi diri siswa di kaffah dan kehidupan siswa dan lingkungan (fisik - non-fisik), seperti yang diharapkan / keharusan (sumber normatif 6 di Indonesia ) serta pelatihan pelakonan pemberdayaan itu di dunia nyata astagatranya demokratis, humanis dan fungsional.

Tersirat dalam semua uraian di atas sejumlah hal yang secara konseptual dan praksis paradoks / tabrakan dengan sifat globalisme dan Modernitas. Dan ini berarti bahwa tantangan nyata yang dihadapi sulit bagi guru PKN, PAI bahasa dan budaya dan daerah tersebut. Ketika kita menyerahkan berarti kita mengorbankan esensi dari alam / ilahi dan kehidupan sosial siswa dan politik Bangsa Negara kita. Jawabannya ada di tangan Anda! Globalisme adalah era ilmu pengetahuan dan teknologi superdeveloped, Modernitas adalah Geopolitik Neo dunia maya / di seluruh dunia dan Sekuler

Temuan ilmu pengetahuan dan teknologi melahirkan konsep / proposisi dan semua produk elektronik baru - massal meninggalkan ketergantungan manusia pada tenaga kerja manusia dan kehidupan, hewan dan alam, serta memperpendek kesenjangan waktu antara ruang. Banyak hal yang mulai menjadi "tidak mungkin atau ya" sekarang tersedia dan terbukti. Bahkan mulai mencoba menundukkan ilmu pengetahuan alam dan sifat alami manusia, semua ini adalah apa yang menyebabkan orang "arogan" dan menyanjung dia, dan melahirkan proposisi "I` m tidak ada tapi setiap hal "(I adalah segalanya - lain) . Industri teknologi sepenuhnya rasional dan modal dasar yang melahirkan tuntutan ilmu kehidupan - rasional, sekuler, materialistik, kapitalisme kompetitif dan mendorong pola individualistis meningkatnya keadaan dan Utilitas - menguntungkan - universal / global / seluruh dunia. Pola Universalisme kompetitif adalah tuntutan kebutuhan (opinio necessitatic) modern teknologi produksi massal. Produksi massal membutuhkan modal dan pasar (bahan dan produk) yang meluas ke sindikat kompitisi tingkat semakin tajam dan industri pengiriman gabungan (negara) yang secara konseptual paradoks raksasa dengan karakter Modernitas. Raksasa industri yang dikombinasikan dan negara-negara maju yang dikenal dengan berbagai label, adalah al Dunia Dragons, IGGI, Euro / Nato, AFTA, negara adidaya, dunia polisi dll. Pangsa pasar mereka adalah dunia tanpa batas (Wilayah Planetary, Cyber space), politik kebangsaan (bangsa) dan bahkan kedaulatan terkikis oleh pola kehidupan sosial-politik Demokrasi Modern, Neo Geopolitik, Dunia Damai dan wealthfare, Multy National Corporation, transnasionalisme, Kapitalisme Global, Wilayah Planetary dll semua yang memaksa orang / bangsa / negara agar global untuk membuat norma baru dalam internet disebut Globalism Normatif berpolakan ipoleksosbud dengan teknologi Super maya dikembangkan dalam kehidupan posting terkontrol Modernitas & dunia naga negara super power sebelumnya. Suka atau tidak, semua orang dan negara-bangsa menyebabkan dunia baru. Paradigma baru dari sebuah negara baru muncul dalam argumen dari Demokrasi Baru, demokrasi baru bahwa cq seluruh dunia. Barat liberal demokrasi dan ekonomi kapitalistik di mana kepentingan sudut dan primadonanya semua hal ..

Dalam tulisan ini kita termasuk bagian awal artikel Alex Carey, yang menyatakan ada tiga kekuatan besar yang muncul di era Modernitas pos, yaitu pengembangan demokrasi dan kekuatannya korporasisnya, tingkat korporasi pasukan propaganda kamp demokrasi termasuk perlindungan demokrasi terhadap prinsip-prinsip kubu kubu yang berbeda (al tradisionalis Despotisme budaya atau Oriental, nasionalisme yang sempit, demokrasi dan lainnya tidak demokratis). Kemudian melalui berbagai dalih dan argumen (terutama dalih terorisme dan obat-obatan), dunia-wilah diwilah dan menciptakan "berbagai konflik" dan ada berbagai "perang" (perang), dari Panama Perang, Vietnam sampai Perang Teluk, Afghanistan, Irak dll ujung-ujungnya menyelebungi liberalisasi dan kepentingan ekonomi demokrasi dan ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi (bahan baku dan pangsa pasar). Korporasis terakhir kubu demokrasi dalam mewujudkan tujuannya, yaitu Cyber Politik / Ekonomi dan Modernisasi (sistem dan gaya hidup) dengan menggunakan berbagai cara dan kekuasaan, khususnya kekuasaan ekonomi (dan bantuan atau embargo), pembentukan Hukum / Lembaga Internasional ( WTO, NATO, Euro, dll) serta sindikat kekuangan (IMF, Bank Dunia, IGGI, dll) yang menunjukkan puncak utama yang menuju ilmu pengetahuan dan teknologi edge kekuatan militer. Semua ini adalah "memaksa" orang menerima negara-negara berkembang / mengadopsi dan atau memasuki kubu baru mereka. Dan ironisnya, karakter ilmu pengetahuan dan teknologi - ketika memasuki modernisasi kehidupan manusia / masyarakat yang bersangkutan memiliki awal yang tidak memiliki akhir tapi akan! Geo politik lama (ditentukan oleh kekuatan wilayah / negara berdaulat) diubah menjadi Neo Geopolitik,

Page 5: Keterkaitan nilai

dimana "kepentingan sejumlah / politik negara" (yang merupakan kepentingan ekonomi bangsa / negara yang bersangkutan) menjadi pusat daya dengan "menghilangkan batas-batas sempit nasionalisme dan kekuasaan / kedaulatan teritorial tua". Semua harus segera dibuka, itu kembali berbicara teknologi dalam bentuk teknologi militer, media cetak - dan elektronik industri.

Elektronik cetak menjadi pendobrak untuk budaya tradisional dan gaya hidup. Melalui budaya dan pendidikan (dan bahan sumber serta media pembelajaran) generasi muda (yang umumnya mayoritas penduduk dalam keadaan pikiran dan inovatif - kreatif dan "zaman revolusi") menciptakan generasi baru dan modern yang mencintai / gila Modernitas, gaya dan lebar dunia baru yang demokratis.

Dalam generasi hidup dan keberadaan urutan norma dengan nilai - moral yang luhur goyah, sejajar atau pengungsi. Rem adalah normatif direktiva (perilaku moral) diri mereka sendiri dan kehidupan "ketegangan" dan menciptakan proses erosi dan dehumanisasi, dimana martabat diri dan alam itu sendiri "dijual dan dikorbankan" untuk kesenangan, kenikmatan dan kenyamanan, dan nilai -tambah dunia saja. Datang kehidupan generasi dan masyarakat yang terlalu rasional, sekuler, materialistik, individualis - berbeda dengan sejumlah utilitas dan mulia NMNr berlaku / tidak / standar dan menyebut diri mereka "hidup baru yang modern"

Harapan kami dari manusia saja, negara-bangsa dan kehidupan Indonesia ke dalam kategori manusia - bangsa - negara modern super canggih, tapi harus tetap bangsa manusia dan berbudi luhur yang masih mampu tampil pada manusia kepribadian / Bangsa Indonesia. Kami tidak mengharapkan kehadiran manusia / masyarakat & kehidupan modern namun kufur dan dolim diri, NMNr mulia dan warisan budaya (warisan budaya) Indonesia.

Bagaimana kita, bangsa Indonesia mampu membinanya? Pertanyaan ini harus menjadi kesadaran semua orang, terutama orang tua, tokoh masyarakat dan negara dan tentu saja, pendidik dan guru. Melihat tren "pergeseran status dan fungsi peran keluarga" (di kota-kota dan desa) sekarang tampaknya semua terserah dan biaya bisa terpikul oleh para guru dan pendidik cq. Sekolah dengan sisa masukan instrumental. Progaramtik pembelajaran institusional, kurikuler dan prosedural harus Kaffah dan nilai base.Ini diatur dalam batu untuk pemenuhan kelahiran manusia dan harapan bangsa yang religius, cerdas, dan berahlak mulia yang harus disertai dengan sistem dan mekanisme kerja berbasis profesionalisme dalam pendidikan. Keterbatasan dan kemerosotan ekonomi sosial dan politik, seharusnya tidak menjadi alasan korupsi dan prostitusi pendidikan.

Sama kita harus menyadari bahwa dunia saat ini lebih terbuka, dan ilmu pengetahuan dan teknologi guru - elektronik - mencetak sekarang menjadi membelajarkan pengalaman hidup merajalela dan pelatihan / pembelajaran generasi berikutnya dari negara ini.

Ras (Musabaqoh) pembaharuan kurikulum dan buku teks harus dinilai bukan lebih serius (bukan hanya mengejar target waktu / tahun / proyek) dan harus disertai dengan peningkatan kehadiran dan menjunjung tinggi profesionalisme pendidik, guru dan pendidikan eksekutif . Sekolah harus kita fungsionalkan menjadi "agen perubahan" dan keluarga membelajarkan dan masyarakat, sehingga tercipta revitalisasi fungsi peran keluarga / masyarakat. Besok bangsa dan negara kita berada di generasi kami berikutnya muda. Kemudian proposisi benar nilai Phillip Combs pendidikan atau tidak sama sekali!

Daftar Bacaan: Koleksi HO dan Internet (Editor Prof.A.Kosasih Djahiri, 2004, Prodi PU PPS UPI): Nilai Pendidikan dan Humaniora Belajar Teori Globalisme dan Etika - Moralitas Koperasi / Kelompok Belajar Collaburative A.Kosasih Djahiri, 1990; menelusuri Dunia Affective; Lab.PPKN UPI A.Kosasih Djahiri, 2004, Foster dan meningkatkan peran Tugas Pendidik Profesionalisme, Prodi PU PPS UPI. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/05/essence-of-moral-values.html

Etika adalah penyelidikan filosofis, berkaitan dengan moralitas. Tapi apa adalah moralitas? Pada pandangan pertama, jawabannya mudah. Hampir semua orang akan menyampaikan bahwa, antara lain, namun di tempat pertama, moralitas adalah sistem norma, yang kita harus tetap dalam hubungan sosial kita jika kita ingin melakukan perbuatan baik dan menjadi orang yang baik. Sebuah kesulitan tak terduga muncul ketika kita meminta contoh yang jelas dari norma moral. Secara spontan, kita akan berpikir aturan seperti 'Jangan pernah berbohong', 'Jangan mencuri', 'Hormati orang tua', 'Jaga baik-baik anak-anak Anda', 'Jangan menipu istri atau suami', dll Tapi tunggu menit. Dipikir-pikir, semua aturan ini juga peraturan hukum dan, bagi umat beragama, mereka adalah perintah Allah. Ini sama sekali tidak mudah untuk menemukan norma-norma yang murni moral dan tidak ada tetapi aturan moral. Itulah sebabnya, di tempat pertama, kita harus menganalisis satu pertanyaan yang lebih umum, yaitu: Apa arti dari 'norma' kata?

Page 6: Keterkaitan nilai

APA NORMA?

Norma adalah suatu pola perilaku, yang harus diterapkan dalam situasi yang berbeda. Norma Setiap model, abstrak ideal jenis tertentu tindakan, yang meninggalkan mengesampingkan aspek disengaja dan tidak signifikan dari pengaturan sosial, untuk menekankan hal-hal yang tidak dapat diubah dan penting yang harus dilakukan atau harus dihindari. Ini mungkin berlaku, tapi itu tidak cukup. Kita harus menambahkan beberapa spesifikasi sebelum menyatakan definisi yang diterima dari norma.

Pertama, meskipun mempraktikkan norma untuk waktu yang lama melahirkan kebiasaan tertentu, pola normatif harus diasumsikan secara sadar oleh individu, yang sengaja mengikuti aturan. Dengan demikian, refleks otomatis, stereotip, dan segala jenis kebiasaan - baik atau buruk - yang telah diperoleh kentara dan enggan oleh individu tidak akan dianggap sebagai yang bersifat normatif. Kera dapat dilatih untuk berjabat tangan atau untuk meningkatkan topi, tetapi hewan ini tidak mengikuti kebiasaan sosial. Beberapa orang selalu memberikan jabat tangan erat tetapi mereka tidak semua mengikuti aturan sosial, mereka hanya mengekspresikan karakter mereka yang sebenarnya. Saya selalu menempatkan di lengan kiri saya yang pertama, tapi saya tidak pernah memutuskan untuk melakukannya, dan tidak ada yang pernah mengatakan kepada saya untuk bertindak seperti ini - itu hanya masalah habituasi.

Kedua, norma adalah pola perilaku individu, tetapi memiliki makna, umum superindividual dan validitas. Mari kita mengatakan bahwa salah satu mungkin memutuskan untuk dirinya sendiri: "Saya tidak akan pernah minum anggur merah ', karena menurutnya hal itu bisa berbahaya bagi kondisi hatinya. Orang lain tidak pernah mengambil tindakan yang penting pada hari Selasa, karena dia takhayul. Orang ketiga adalah dalam kebiasaan bermain tenis rumput tiga kali seminggu, untuk menjaga dirinya dalam kondisi fisik yang baik. Setiap orang memiliki aturan sendiri perilaku, namun tidak satupun dari aturan pribadi adalah norma, karena mereka tidak dihitung sebagai pola sosial dari perilaku, diadopsi dan diikuti oleh sekelompok besar orang.

Akhirnya, seseorang secara sadar dapat menyesuaikan diri dengan standar sosial dari perilaku hanya jika aturan tindakan secara eksplisit dinyatakan sebagai pola superindividual perilaku. Keseragaman statistik sederhana dari stereotip sosial, dimana individu memperoleh dengan cara imitasi atau pelatihan sosial, tidak ada kesamaan dengan aksi normatif. Sebagian besar orang pada minum bir pantai dan bola bermain. Para penggemar bersorak tim sepak bola dengan sukacita kemenangan berhala mereka, dan boo dengan kemarahan kekalahan mereka. Perilaku mereka adalah seragam, tetapi hanya sebagai akibat dari sikap mimesis - masalah psikologi sosial.

Untuk meringkas: norma adalah aturan perilaku, memiliki validitas superindividual, secara eksplisit dinyatakan oleh kesadaran kolektif sebagai standar perilaku, sengaja diterima dan diikuti oleh individu.

NORMA DAN KEBEBASAN

Sebuah norma akan masuk akal jika itu menuntut perilaku tidak mungkin, seperti: 'Gelombang tangan Anda dan terbang' atau 'Berjalan di atas air', karena tidak ada yang bisa melakukan hal-hal seperti. Norma A juga akan masuk akal dan tidak rasional jika meminta perilaku tak terelakkan, seperti 'Jangan berhenti bernapas' atau 'Berjuanglah untuk kebahagiaan', asalkan setiap orang, oleh alam nya, spontan melakukan hal-hal seperti. Setiap norma mengandaikan agen bebas, yang dapat melakukan sesuatu, tetapi tidak harus melakukannya. Oleh karena itu, norma rasional dimaksudkan untuk menentukan agen bebas untuk menyesuaikan diri dengan pola tertentu perilaku, karena pola ini secara sosial diinginkan, tetapi tidak selalu spontan dimasukkan oleh semua orang dalam praktek. Akibatnya, kebebasan manusia adalah dasar ontologis normativitas.

Kebebasan kehendak adalah masalah yang sangat rumit, yang selalu menyiksa pikiran filsuf, ilmuwan, dan teolog. Tapi kita tidak harus menyelesaikan masalah sekarang ini metafisis rumit, tentang bagaimana kebebasan mungkin di alam semesta ini. Sebagai soal fakta, kita semua lakukan mengalami kebebasan kehendak, setiap kali kita memiliki kemungkinan nyata untuk memilih antara alternatif praktis. Kadang-kadang, hasil dari pilihan kita secara sosial penting atau acuh tak acuh. Ini adalah bisnis tidak ada yang jika saya menghabiskan holyday musim panas di pegunungan atau di tepi pantai. Tak ada yang peduli jika saya memilih antara memiliki anjing atau kucing, dan aku selalu dapat memutuskan pada pagi hari apakah saya minum kopi, teh atau susu.

Namun demikian, banyak pilihan lain yang memiliki konsekuensi serius pada beberapa orang lain, dan pilihan-pilihan ini tidak secara sosial penting atau acuh tak acuh. Ini adalah urusan semua orang jika saya menghabiskan holyday musim panas saya mencuri mobil atau menembaki orang-orang di jalan. Anda mungkin akan setuju bahwa semua orang harus peduli jika saya ingin menyiksa anjing dan kucing atau jika saya menikmati makan manusia lainnya. Dan orang tidak akan setuju bahwa saya selalu dapat memutuskan di malam hari untuk mengalahkan istriku atau untuk menganiaya anak-anak saya. Seperti Aristoteles sais, manusia adalah binatang sosial, yang secara alami hidup di antara nya, dan bersama-sama dengan, orang lain. Kehidupan sosial memerlukan sistem perilaku individu seragam, tanpa mana koherensi dan kontinuitas masyarakat tidak akan mungkin. Di sisi lain, pola perilaku berkonsentrasi pengalaman yang sangat panjang praktis kolektif, yang tidak dapat menular, seperti naluri, melalui keturunan, tetapi hanya melalui pendidikan. Dengan demikian, fungsi yang paling penting dari norma adalah sosialisasi individu. Sebagai aturan tindakan, norma-norma yang dimaksudkan untuk membangun keseragaman tertentu dari perilaku individu, menentukan individu untuk memerintah secara sadar dan

Page 7: Keterkaitan nilai

rela hidup mereka sesuai dengan standar sosial 24424t1923y, dibuktikan dengan sejarah panjang sebagai mampu menjamin koherensi tertentu dan stabilitas kehidupan sosial. Sebagai psikolog sosial telah eksperimental terbukti, ada dalam diri kita semua dorongan yang kuat untuk menyesuaikan diri dengan mayoritas. Sebuah pola normatif membutuhkan lebih dari kesesuaian sederhana, yang dipaksakan oleh mekanisme perilaku sadar, karena menempatkan di tempat kerja pikiran manusia dan pemahaman. Atau, pemahaman menyiratkan fungsi aktif bahasa.

LAPORAN NORMATIF

Sebagai soal pikiran, kita dapat menyadari pola perilaku melalui pernyataan normatif - kombinasi dari kata-kata, yang berarti bahwa kita harus melakukan sesuatu. Sebuah kalimat dikatakan normatif ketika mengandung setidaknya satu istilah normatif - kata yang tidak mengacu pada suatu objek material atau ideal, proses atau karakteristik, tetapi dengan cara tertentu untuk melakukan kami atau tidak melakukan sesuatu. Istilah normatif yang paling umum dan penting diperhitungkan dalam klasifikasi laporan normatif.

        Harus dan harus. "Dia harus melakukan ini 'atau' Dia harus melakukan itu 'adalah kewajiban atau tugas. Saya harus memberi ceramah kepada mahasiswa saya, mereka harus belajar, ia harus memperlakukan orang tuanya dengan hormat, dan kita semua harus mengemudi di sisi kanan di Eropa, dan di sisi kiri di Inggris.

        Dalam bentuk negatif mereka, harus dan harus yang dikandung oleh larangan-larangan atau forbiddances, seperti 'Dia tidak harus melakukan ini' atau 'Dia tidak harus melakukan itu'. Saya seharusnya tidak mengambil suap, siswa saya tidak harus menyalin saat mengambil tes tertulis, dan merokok di dalam kelas dilarang untuk semua orang.

        Akhirnya, kalimat seperti: "Dia mungkin melakukan ini 'atau' Dia diizinkan untuk melakukan itu 'disebut izin. Dalam arti yang lemah, perilaku tertentu diperbolehkan bila tidak mengganggu dengan kehendak bebas dari seorang individu. Saya dapat berjalan atau menangkap bus, Anda dapat minum soda, jus jeruk atau kopi, ia dapat menulis dengan pensil, pulpen atau pena bola. Dalam arti yang lebih kuat, seseorang dikatakan diizinkan untuk melakukan sesuatu ketika otoritas menjamin hak orang untuk melakukan sesuatu. Saya dapat berbicara terus terang karena saya memiliki hak konstitusional untuk kebebasan berbicara - tapi aku tidak dapat menggunakan kata-kata kotor di depan umum atau membuat tuduhan palsu. Saya mungkin memiliki mobil, rumah atau perusahaan karena konstitusi kita melindungi (sayangnya belum menjamin) milik pribadi - tapi aku tidak mungkin memiliki orang lain dll

Hal ini dimungkinkan untuk menentukan hubungan logis tertentu antara jenis kalimat normatif, yang dipelajari oleh logika disebut deontic.

STRUKTUR NORMA

Norma A tidak dapat direduksi menjadi pernyataan normatif. Setiap norma nyata dan fungsional adalah hubungan sosial yang kompleks, yang mengandaikan suatu elemen yang diperlukan beberapa.

1 Kewenangan normatif adalah kekuatan sosial yang menetapkan pola perilaku tertentu, mampu menerapkannya, dan untuk membuat orang mengikuti aturan. Sebagai contoh, negara atau pemerintah adalah otoritas dari semua peraturan hukum dan administrasi, Allah dan Gereja Kudus adalah sumber dari semua tugas agama dan forbiddances, para ahli dan kompetensi mereka mengeluarkan instruksi teknis, opini publik dan tradisi menegakkan kebiasaan spesifik suatu bangsa.

2 Subyek norma terdiri dalam kategori orang, yang tunduk pada otoritas dan seharusnya sesuai dengan aturan. Kadang-kadang, subjek didefinisikan secara jelas. Misalnya, semua warga negara Rumania harus mematuhi undang-undang Rumania, semua driver di dunia harus mengikuti aturan yang sama, semua siswa harus lulus ujian mereka, dll Dalam kasus lain, subyek tidak jelas. Ada norma-norma yang berlaku untuk semua orang, seperti 'Tidak merokok', 'Jangan mencuri', 'Jangan bunuh diri', 'Bayar utang Anda', dan sebagainya. Akhirnya, ada norma-norma yang harus diterima oleh semua orang yang ingin menyelesaikan tugas-tugas tertentu atau menjadi milik komunitas tertentu. Ini adalah kasus petunjuk teknis, seperti 'Jika perangkat berhenti, tekan tombol merah', 'Ambil dua pil setelah makan', dll atau kasus kebiasaan tradisional.

3 Bidang penerapan norma adalah kelas situasi dan konteks praktis di mana kewenangan menuntut subjek untuk mengikuti aturan tertentu. 'Jangan membunuh' adalah aturan berlaku di masa damai, tetapi tidak berlaku untuk militer berperang. 'Ambil peluru ke dada Anda' adalah aturan kehormatan bagi seorang penjaga tubuh, tetapi hanya ketika ia bertugas dan target peluru adalah bosnya, sedangkan seorang dokter harus memberikan kehadiran medis untuk siapa pun yang membutuhkan, bahkan jika ia tidak bertugas.

4 Aturan tindakan atau isi dari norma adalah pola perilaku tertentu yang diminta oleh otoritas.

Page 8: Keterkaitan nilai

5 Setiap norma yang efektif diberlakukan oleh otoritas normatif dengan cara hukuman tertentu dan manfaat, sebagai konsekuensi dari tindakan subyek, yang layak hadiah jika ia sesuai dengan standar yang ditetapkan perilaku atau hukuman jika ia melanggar aturan.

MORAL YANG NORMA DAN PERINTAH-PERINTAH AGAMA

Membuat daftar norma-norma moral yang tampaknya menjadi tugas yang mudah, karena moralitas mengandung banyak kalimat normatif. Tapi, seperti yang saya katakan sebelumnya, menemukan norma-norma moral murni - atau, dengan kata lain, aturan perilaku yang secara eksklusif dimiliki oleh bidang moralitas - itu sama sekali tidak mudah. Ini tidak terjadi dengan bidang normatif lainnya. 'Jaga Sabbath', 'Menerima Ekaristi', 'Akui dosa anda pada pengakuan ayahmu', 'Berdoalah lima kali sehari, mengubah wajah Anda ke Mekah', dll semua perintah murni agama. "Bayar pajak Anda ',' Jangan mengambil suap ',' Tidak ada pencarian rumah diperbolehkan tanpa surat perintah ',' Selalu menghentikan mobil di lampu merah ', dll semua peraturan hukum yang jelas. 'Jauhkan produk ini dalam dingin, tempat kering', 'Jangan tekan «Hidupkan» tombol jika perangkat unplugged', 'Jangan berdiri di bawah pohon-pohon tinggi kapan gemuruh', dll semua petunjuk teknis. 'Break botol champaigne ketika kapal diluncurkan', 'Selalu memakai hitam di pemakaman', 'Carry pengantin Anda dalam pelukan Anda accross ambang setelah upacara pernikahan', dll semua kebiasaan tradisional.

Bagaimana dengan norma-norma seperti: "Jangan mencuri ',' Jangan membunuh ',' Jangan berbohong '? Tidak diragukan lagi, mereka semua norma moral, tetapi, pada saat yang sama, mereka semua termasuk dalam Sepuluh Perintah Perjanjian Lama, dan mereka juga norma-norma hukum. Oleh karena itu, kita harus mengajukan pertanyaan ini: Manakah karakteristik yang membuat perbedaan antara moral, agama, dan norma hukum?

'Jangan mencuri', misalnya, adalah norma agama bagi orang-orang yang percaya bahwa mencuri dilarang oleh kehendak Allah. Seperti perintah ilahi bersumber pada Yang Mahatinggi, yang jauh melampaui dunia ini dan di atas individu. Norma-norma agama yang didirikan oleh otoritas transenden, diberkahi dengan kekuatan magis untuk hadiah atau untuk menghukum orang percaya, baik dalam hidupnya - dihabiskan di sini, di bumi - dan setelah kematian materinya, memutuskan nasib jiwa yang abadi itu. Norma-norma agama yang heteronom - karena individu mendapat perintah dari luar hati nuraninya, dia diberitahu oleh kekuatan yang terpisah apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari dalam perilakunya, dan satu-satunya pilihan yang bebas adalah antara kepatuhan atau ketidakpatuhan. Kita semua tahu ada pencuri yang setia banyak - orang yang beriman kepada Allah dan mengetahui dengan sempurna forbiddance Nya pencurian, namun, mereka terus mencuri, dan berharap bahwa, mendengarkan doa-doa mereka dan pengakuan, Allah akan mengampuni mereka pada akhirnya. Tapi bagaimana dengan orang-orang - dan mereka jauh saat ini - yang telah kehilangan iman mereka pada Tuhan? Sebagian besar dari mereka masih menerima dan mengikuti aturan 'Jangan mencuri', meskipun mereka tidak memiliki perasaan diawasi oleh mata tak terlihat dari Tuhan Yang Maha Esa.

MORAL YANG NORMA DAN PERATURAN HUKUM

Orang mungkin mengatakan bahwa semua orang tidak mencuri karena mereka takut melanggar hukum, setelah semua, sebelum menjadi suatu pelanggaran kepada Allah, pencurian adalah pelanggaran hukum. Tapi yang pasti klaim ini tidak berdiri. Setiap orang dari kita pasti pernah mengalami setidaknya sekali situasi di mana ia bisa mencuri sesuatu, menjadi benar-benar yakin bahwa dia tidak bisa ditangkap dan dihukum secara hukum, tetapi ia tidak mencuri. Pengalaman tersebut menunjukkan kepada kita perbedaan antara norma hukum dan moral. Hukum jelas heteronom, seperti perintah-perintah agama, kecuali dua aspek penting. Pertama, kewenangan hukum tidak transenden, melainkan milik dunia ini, dan itu disebut Parlemen, Pemerintah, Presiden, Administrasi, Pengadilan, dll Kedua, hukuman yang diberikan oleh sistem hukum tidak ada kesamaan dengan kehidupan setelah - mereka semua terjadi di dunia ini.

Sebuah norma moral yang tulus selalu otonom: aturan tindakan yang diterima dan diikuti oleh individu karena hati nuraninya, bertindak sebagai kekuatan internal, memberitahu dia untuk melakukannya. Saya tidak harus mencuri bukan (hanya) karena Allah melarang pencurian (setelah semua, mungkin Allah akan mengampuni dosa saya atau mungkin saya tidak percaya pada Tuhan), dan bukan (hanya) karena saya takut hukuman hukum (mari kita katakan saya cukup yakin bahwa tak seorang pun akan tahu bahwa saya telah dicuri). Saya tidak harus mencuri karena saya percaya pencurian yang salah, dan yang salah lakukan akan membuat saya menjadi orang yang buruk, dan ini berlaku tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk semua orang. Otoritas yang menetapkan dan memberlakukan norma-norma moral adalah hati nurani yang disebut moral - kemampuan manusia yang kompleks untuk menilai apa yang baik atau buruk, apa yang benar atau salah, membimbing kehendak bebas kita terhadap perbuatan baik dan benar. Kita akan bahas nanti bagaimana teori-teori etika yang berbeda mencoba untuk menjelaskan asal-usul, pengembangan, kekuasaan, dan batas-batas kesadaran moral. Untuk saat ini, mari kita tekankan sekali lagi ini karakteristik yang sangat penting: norma-norma moral yang ditegakkan oleh otoritas (tapi tidak semata-mata subyektif) internal: hati nurani.

Subyek dari setiap peraturan hukum adalah warga negara dari negara tertentu atau anggota sebuah organisasi tertentu. Setiap orang dari kita harus mematuhi undang-undang Rumania selama kita hidup di negara kita, dan setiap orang dari kita harus sesuai dengan hukum negara asing ketika dia di luar negeri. Aku harus menjaga kode deontologis dari profesi saya, tapi saya tidak memiliki tugas khusus dari seorang dokter, seorang petugas pemadam

Page 9: Keterkaitan nilai

kebakaran atau penjaga pantai. Saat ini, tidak ada hukum universal karena tidak ada otoritas universal yang mampu menegakkan mereka. Subyek dari setiap norma moral yang tulus adalah setiap manusia, sebuah norma moral mengaku berlaku untuk semua orang. Sebagai tugas moral, 'Jangan pernah berbohong', 'Jangan menipu', 'Jangan mencuri', 'Jangan membunuh', dll tidak ditujukan kepada sekelompok orang tertentu, tetapi untuk setiap pria dan wanita di dunia. Ini tidak berarti bahwa semua norma-norma moral yang benar-benar universal. Kami tahu ada tugas moral yang banyak dan forbiddances khusus untuk konteks sosial, budaya, dan sejarah tertentu. Kita juga tahu ada, namun, setidaknya beberapa norma-norma moral yang dapat ditemukan di hampir semua budaya dunia. Lagi pula, kita harus menekankan bahwa norma-norma moral yang mengklaim sebagai berlaku untuk semua orang. Karakteristik ini disebut universalisabilitas dan didirikan oleh kesadaran moral, yang juga mengklaim untuk menjadi otoritas universal.

Perbedaan yang sama antara hukum dan moralitas dapat ditemukan sejauh bidang penerapan norma-norma yang bersangkutan. Norma hukum selalu berlaku untuk keadaan tertentu, dan apa yang tidak dilarang oleh hukum yang permited. Norma-norma moral yang mengklaim akan berlaku dalam keadaan apapun. Di Amerika Serikat, seorang pria dituntut di pengadilan dapat menolak untuk berbicara menentang dirinya sendiri jika ia memanggil Koreksi Kelima Konstitusi Amerika, moral berbicara, dia harus mengatakan yang sebenarnya, tidak peduli konsekuensi untuk dirinya sendiri. Jika seorang pria memiliki anak haram, ia tidak memiliki kewajiban hukum terhadap anak bahwa jika pengadilan tidak bisa membuktikan bahwa ia adalah ayah alami, dari sudut pandang moral, bagaimanapun, dia harus mengurus anak dan ibunya anak. Ada banyak saat-saat dalam kehidupan kita ketika hukum tidak memberitahu kita apa yang harus dilakukan atau apa yang harus dihindari dalam perilaku kita. Tetapi tidak ada situasi seperti tanpa makna moral dan konsekuensi. Setiap saat dalam hidup kita berarti sesuatu untuk diri kita sendiri atau kepada orang lain, dan segala sesuatu yang kita lakukan atau tidak lakukan mengarah ke hasil tertentu, yang bisa membuat manusia lebih baik atau lebih buruk.

Perbedaan paling jelas antara hukum dan moralitas muncul ketika kita menganalisis aturan tindakan - kalimat normatif yang menuntut pola tertentu perilaku. Norma-norma moral dan hukum yang baik afirmatif (kewajiban atau tugas) atau negatif (forbiddances atau larangan-larangan). Sangat sering, namun, kami melihat bahwa hukum hanya melarang, sedangkan moralitas melarang dan mendesak untuk melakukan sesuatu. Berbohong dilarang baik oleh hukum dan moralitas, tetapi hanya moralitas mendesak kita semua untuk mengatakan yang sebenarnya, meskipun jujur dapat merugikan pribadi kita kepentingan pribadi. Mari kita mengatakan bahwa saya tahu bahwa tetangga saya adalah seorang pencuri atau bahwa ia adalah dalam kebiasaan menganiaya anak-anaknya ketika datang mabuk di rumah. Jika ditanya di pengadilan, berada di bawah sumpah, saya harus memberitahu semua yang saya tahu tentang perilaku tetangga saya, tetapi sebaliknya saya tidak secara hukum seharusnya berbicara. Sebagai orang yang bermoral, tugas saya adalah untuk mengganggu, mencoba untuk menentukan tetangga saya untuk berhenti mencuri atau menganiaya anak-anaknya - jika perlu, dengan memanggil polisi dan melaporkan perilaku buruknya. Baik hukum dan moralitas melarang pencurian, tetapi hanya di bidang moral, kita dapat menemukan norma yang memberitahu kita tidak hanya 'Jangan mencuri', tapi 'Jadilah murah hati, berikan kepada rekan Anda yang membutuhkan dari banyak Anda'. Jika saya mencuri sesuatu dan jika saya terbukti menjadi pencuri, saya akan baik secara legal dan moral bertanggung jawab, tapi aku tidak akan pernah dituntut, diadili, dan dihukum, oleh pengadilan di dunia, karena tidak memberi kepada tetangga saya uang yang saya miliki, dan dia harus membayar sekolah anak-anaknya pajak atau operasi mendesak istrinya, mutlak diperlukan untuk menyelamatkan hidupnya. Secara hukum bersih, saya harus merasa bersalah secara moral, baik untuk keserakahan dan egoisme. Baik hukum dan klaim moralitas: 'Jangan membunuh', tetapi hanya moralitas mendesak: 'Simpan hidup jika Anda bisa, bahkan mengambil risiko untuk orang sendiri'. Saya tidak diizinkan untuk membunuh siapa pun, dan jika saya seorang pembunuh Saya harus diadili dan dihukum, tetapi jika seorang pria, wanita atau anak berada dalam bahaya - tenggelam atau tertutup di sebuah rumah terbakar - tidak hukum saya tugas untuk mempertaruhkan nyawa saya sendiri mencoba untuk menyelamatkan korban potensial, tapi itu adalah kewajiban moral saya untuk melakukannya.

Hal ini membawa kita kepada perbedaan penting mengenai fungsi sosial hukum dan moralitas. Norma-norma hukum yang dimaksudkan untuk membangun sosialisasi minim, menegakkan aturan-aturan yang mengendalikan permusuhan kita terhadap sesama kita. Tanpa aturan hukum yang kuat, masyarakat akan cukup banyak medan pertempuran atau hutan - negara Hobbes alam. Norma-norma moral yang mencoba untuk membangun maksimal sosialisasi, menegakkan aturan yang merangsang solidaritas dan kasih sayang dengan sesama kita. Norma-norma moral yang kuat akan membuat dunia kita menjadi tempat yang lebih baik untuk hidup masuk Singkatnya, norma-norma hukum mendorong kita untuk menahan diri dari yang berbahaya, merugikan atau merugikan orang lain, sedangkan norma-norma moral yang melakukan hal yang sama, tetapi mereka juga mendesak kita untuk menjadi baik, ramah dan membantu orang lain.

Sejarah membuktikan bahwa masyarakat dapat bertahan hidup tanpa norma-norma moral yang kuat dan efektif, negara kita, saat ini, adalah contoh menyedihkan dari masyarakat moral bingung dan tidak koheren. Tapi tidak ada masyarakat, kompleks historis berevolusi pernah bisa bertahan tanpa kekuatan hukum. Itulah mengapa ada perbedaan penting antara hukum dan sanksi moral. Pertama, sistem hukum ditegakkan oleh hukuman, tetapi tidak memiliki penghargaan - jika kita tidak mempertimbangkan fakta tidak dihukum sebagai hadiah, dan mengesampingkan bahwa hidup dalam sebuah masyarakat yang dilindungi oleh hukum jauh lebih baik daripada selalu menjadi potensi korban penjahat. Moralitas menimbulkan hukuman untuk perbuatan salah - malu, menyesal, menyalahkan, penghinaan, isolasi, dll - tapi juga menawarkan hadiah untuk perilaku yang benar - seperti pujian, syukur, kepuasan, dan sukacita. Kedua, hukuman hukum bersifat eksternal dan material, sanksi bahkan fisik:

Page 10: Keterkaitan nilai

penjara, dan segala macam hukuman, kompensasi kerusakan, penyitaan, dll hukuman yang ditimbulkan oleh kekuatan eksternal, yang kendala narapidana untuk membayar hukumannya, tidak peduli apakah ia merasa bersalah dan menyesal kejahatannya atau tidak. Senjata paling ampuh hukum adalah kekuatan fisik eksternal. Norma hukum harus dipelajari dan ditaati, belum tentu disetujui oleh subjek. Meskipun aku mungkin tidak setuju satu norma hukum atau yang lain, karena saya merasa bodoh atau tidak adil, selama aku tetap aturan saya secara hukum tidak bersalah. Tetapi jika saya melanggar hukum, meskipun saya mungkin menyetujui itu, saya bersalah dan saya harus membayar. Moralitas memiliki sanksi sendiri eksternal, yang diberikan oleh orang lain: menyalahkan, penghinaan, isolasi atau bahkan pengecualian dari komunitas. Namun sanksi moral yang paling penting dan karakteristik bersifat internal dan spiritual, yang diberikan oleh otoritas batin yang sama, yang merupakan kesadaran moral: malu, menyesal, menyesal. Selama aku mematuhi aturan moral karena kesadaran moral saya menyetujui itu, sendiri 'inner court' saya mengutuk saya ketika saya melanggar hukum moral, melupakan tugas-tugas saya.

Yang ni kagak lengkap… abis error websitenya

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.scritube.com/limba/engleza/sociology/MORAL-NORMS-AND-VALUES1242419238.php

BAB IIIPANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKAA. PENGANTARNilai, norma, dan moral adalah konsep-konsep yang saling berkaitan.Dalam hubungannya dengan Pancasila maka ketiganya akan memberikanpemahaman yang saling melengkapi sebagai sistem etika.Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakansuatu nilai yang menjadi sumber dari segala penjabaran norma baik normahukum, norma moral maupun norma kenegaran lainnya. Di samping itu,terkandung juga pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional,sistematis dan komprehensif. Oleh karena itu, suatu pemikiran filsafat adalahsuatu nilai-nilai yang bersifat mendasar yang memberikan landasan bagimanusia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis ataukehidupan nyata dalam masyarakat, bangsa dan negara maka diwujudkandalam norma-norma yang kemudian menjadi pedoman. Norma-norma itumeliputi :1. Norma MoralYang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur darisudut baik maupun buruk, sopan atau tidak sopan, susila atau tidak susila.2. Norma HukumSuatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatutempat dan waktu tertentu dalam pengertian ini peraturan hukum. Dalampengertian itulah Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala sumberhukum.Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya bukan merupakan suatupedoman yang langsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakansuatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber norma.PENGERTIAN ETIKAEtika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahasbagaimana manusia bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi duakelompok. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentangajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah ilmu yangmembahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajarantertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagaiajaran moral. Kedua kelompok etika itu adalah sebagai berikut :1. Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiaptindakan manusia.2. Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam hubungannyadengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etikaindividual) maupun mahluk sosial (etika sosial)B. PENGERTIAN NILAI, NORMA DAN MORAL1. Pengertian NilaiNilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatubenda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkanmenarik minat seseorang atau kelompok. Jadi nilai itu pada hakikatnya adalahsifat dan kualitas yang melekat pada suatu obyeknya. Dengan demikian, makanilai itu adalah suatu kenyataan yang tersembunyi dibalik kenyataan-kenyataanlainnya.Menilai berarti menimbang, suatu kegiatan manusia untukmenghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain kemudian untuk selanjutnya

Page 11: Keterkaitan nilai

diambil keputusan. Keputusan itu adalah suatu nilai yang dapat menyatakanberguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, danseterusnya. Penilaian itu pastilah berhubungan dengan unsur indrawi manusiasebagai subjek penilai, yaitu unsur jasmani, rohani, akal, rasa, karsa dankepercayaan.Dengan demikian, nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna,memperkaya bathin dan menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya.Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan(motivator) sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai suatu sistem merupakansalah satu wujud kebudayaan di samping sistem sosial dan karya. Oleh karenaitu, Alport mengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupanmasyarakat pada enam macam, yaitu : nilai teori, nilai ekonomi, nilai estetika,nilai sosial, nilai politik dan nilai religi.2. Hierarkhi NilaiHierarkhi nilai sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandangindividu – masyarakat terhadap sesuatu obyek. Misalnya kalangan materialismemandang bahwa nilai tertinggi adalah nilai meterial. Max Scheler menyatakanbahwa nilai-nilai yang ada tidak sama tingginya dan luhurnya. Menurutnya nilainilaidapat dikelompokan dalam empat tingkatan yaitu :1. nilai kenikmatan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan indra yangmemunculkan rasa senang, menderita atau tidak enak,2. nilai kehidupan yaitu nilai-nilai penting bagi kehidupan yakni : jasmani,kesehatan serta kesejahteraan umum,3. nilai kejiwaan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan kebenaran,keindahan dan pengetahuan murni,4. nilai kerohanian yaitu tingkatan ini terdapatlah modalitas nilai dariyang suci.Sementara itu, Notonagoro membedakan menjadi tiga, yaitu :1. nilai material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmanimanusia,2. nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untukmengadakan suatu aktivitas atau kegiatan,3. nilai kerokhanian yaitu segala sesuatu yang bersifat rokhani manusiayang dibedakan dalam empat tingkatan sebagai berikut :a. nilai kebenaran yaitu nilai yang bersumber pada rasio, budi, akalatau cipta manusia.b. nilai keindahan/estetis yaitu nilai yang bersumber pada perasaanmanusiac. nilai kebaikan atau nilai moral yaitu nilai yang bersumber padaunsur kehendak manusiad. nilai religius yaitu nilai kerokhanian tertinggi dan bersifat mutlakDalam pelaksanaanya, nilai-nilai dijabarkan dalam wujud norma, ukurandan kriteria sehingga merupakan suatu keharusan anjuran atau larangan, tidakdikehendaki atau tercela. Oleh karena itu, nilai berperan sebagai pedoman yangmenentukan kehidupan setiap manusia. Nilai manusia berada dalam hati nurani,kata hati dan pikiran sebagai suatu keyakinan dan kepercayaan yang bersumberpada berbagai sistem nilai.3. Pengertian MoralMoral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan kesusilaan,tabiat atau kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yangmenyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia.Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dannorma yang berlaku dalam masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak benarsecara moral. Jika sebaliknya yang terjadi maka pribadi itu dianggap tidakbermoral.Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau prinsipprinsipyang benar, baik terpuji dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan,kepatuhan terhadap nilai dan norma yang mengikat kehidupan masyarakat,bangsa dan negara.4. Pengertian NormaKesadaran manusia yang membutuhkan hubungan yang ideal akanmenumbuhkan kepatuhan terhadap suatu peraturan atau norma. Hubungan idealyang seimbang, serasi dan selaras itu tercermin secara vertikal (Tuhan),horizontal (masyarakat) dan alamiah (alam sekitarnya)Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk budaya,sosial, moral dan religi. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhuryang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh karena itu, norma dalamperwujudannya dapat berupa norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan,norma hukum dan norma sosial. Norma memiliki kekuatan untuk dipatuhi karenaadanya sanksi.5. Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksisa. Nilai DasarSekalipun nilai bersifat abstrak yang tidak dapat diamati melalui panca

Page 12: Keterkaitan nilai

indra manusia, tetapi dalam kenyataannya nilai berhubungan dengan tingkahlaku atau berbagai aspek kehidupan manusia dalam prakteknya. Setiap nilaimemiliki nilai dasar yaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau makna yangdalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar itu bersifat universal karenamenyangkut kenyataan obyektif dari segala sesuatu. Contohnya : hakikat Tuhan,manusia, atau mahluk lainnya. Apabila nilai dasar itu berkaitan dengan hakikatTuhan maka nilai dasar itu bersifat mutlak karena Tuhan adalah kausa prima(penyebab pertama). Segala sesuatu yang diciptakan berasal dari kehendakTuhan. Bila nilai dasar itu berkaitan dengan hakikat manusia maka nilai-nilai ituharus bersumber pada hakikat kemanusiaan yang dijabarkan dalam normahukum yang diistilahkan dengan hak dasar (hak asasi manusia). Apabila nilaidasar itu berdasarkan kepada hakikat suatu benda ((kuantitas, aksi, ruang danwaktu) maka nilai dasar itu dapat juga disebut sebagai norma yang direalisasikandalam kehidupan yang praksis, namun nilai yang bersumber dari kebendaantidak boleh bertentangan dengan nilai dasar yang merupakan sumberpenjabaran norma itu. Nilai dasar yang menjadi sumber etika bagi bangsaIndonesia adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.b. Nilai InstrumentalNilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan darinilai dasar. Nilai dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila belummemiliki formulasi serta parameter atau ukuran yang jelas dan konkrit. Apabilanilai instrumental itu berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam kehidupansehari-hari maka nilai itu akan menjadi norma moral. Namun jika nilaiinstrumental itu berkaitan dengan suatu organisasi atau negara, maka nilaiinstrumental itu merupakan suatu arahan, kebijakan, atau strategi yangbersumber pada nilai dasar sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilaiinstrumental itu merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar.Dalam kehidupan ketatanegaraan Republik Indonesia, nilai-nilaiinstrumental dapat ditemukan dalam pasal-pasal undang-undang dasar yangmerupakan penjabaran Pancasila.c. Nilai PraksisNilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumentaldalam kehidupan yang lebih nyata dengan demikian nilai praksis merupakanpelaksanaan secara nyata dari nilai-nilai dasar dan nilai-nilai instrumental. Olehkarena itu, nilai praksis dijiwai kedua nilai tersebut diatas dan tidak bertentangandengannya. Undang-undang organik adalah wujud dari nilai praksis, dengan katalain, semua perundang-undangan yang berada di bawah UUD sampai kepadaperaturan pelaksana yang dibuat oleh pemerintah.6. Hubungan Nilai, Norma dan MoralKeterkaitan nilai, norma dan moral merupakan suatu kenyataan yangseharusnya tetap terpelihara di setiap waktu pada hidup dan kehidupan manusia.Keterkaitan itu mutlak digarisbawahi bila seorang individu, masyarakat, bangsadan negara menghendaki fondasi yang kuat tumbuh dan berkembang.Sebagaimana tersebut di atas maka nilai akan berguna menuntun sikapdan tingkah laku manusia bila dikongkritkan dan diformulakan menjadi lebihobyektif sehingga memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalam aktivitassehari-hari. Dalam kaitannya dengan moral maka aktivitas turunan dari nilai dannorma akan memperoleh integritas dan martabat manusia. Derajat kepribadianitu amat ditentukan oleh moralitas yang mengawalnya. Sementara itu, hubunganantara moral dan etika kadang-kadang atau seringkali disejajarkan arti danmaknanya. Namun demikian, etika dalam pengertiannya tidak berwenangmenentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan seseorang. Wewenangitu dipandang berada di tangan pihak yang memberikan ajaran moral.C. PANCASILA SEBAGAI NILAI FUNDAMENTAL BAGI BANGSA DANNEGARA REPUBLIK INDONESIA1. Dasar FilosofisPancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidupbangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai yang bersifatsistematis. Oleh karena itu sila-sila Pancasila merupakan suatu kesatuan yangbulat, hirarkhis dan sistematis. Dalam pengertian itu maka Pancasila merupakansuatu sistem filsafat sehingga kelima silanya memiliki esensi makna yang utuh.Dasar pemikiran filosofisnya adalah sebagai berikut : Pancasila sebagaifilsafat bangsa dan negara Republik Indonesia mempunyai makna bahwa dalamsetiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan serta kenegaraan harusberdasarkan nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan danKeadilan. Titik tolaknya pandangan itu adalah negara adalah suatu persekutuanhidup manusia atau organisasi kemasyarakatan manusia.Nilai-nilai obyektif Pancasila dapat dijelaskan sebagai berikut :a.Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri sebenarnya, hakikatnya,maknanya yangterdalam menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum,universal dan abstrak, karena merupakan suatu nilai.b.Inti dari nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalamkehidupan bangsa Indonesia dan mungkin juga pada bangsa lain dalam

Page 13: Keterkaitan nilai

adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan maupun dalam kehidupankeagamaan.c.Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, menurut ilmuhukum memenuhi syarat sebagai pokok kaidah negara yang fundamentalsehingga merupakan suatu sumber hukum positif di Indonesia. Oleh karenaitu, dalam hierarkhi tata tertib hukum Indonesia berkedudukan sebagaitertib hukum tertinggi dan tidak dapat diubah secara hukum sehinggaterlekat pada kelangsungan hidup negara.Sebaliknya nilai-nilai subyektif Pancasila dapat diartikan bahwakeberadaannya bergantung dan atau terlekat pada bangsa Indonesia sendiri. Halitu dijelaskan sebagai berikut :a. Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsaIndonesia sebagai kausa materialis. Nilai-nilai itu sebagai hasil pemikiran,penilaian kritik serta hasil refleksi filosofis bangsa Indonesia.b. Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsaIndonesia sehingga merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagaisumber nilai atas kebenaran, kebaikan, keadilan dan kebijaksanaandalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.c. Nilai-nilai Pancasila didalamnya terkandung ketujuh nilai-nilaikerokhanian yaitu nilai-nilai kebenaran, keadilan, kebaikan,kebijaksanaan, estetis dan religius yang manifestasinya sesuai denganbudi nurani bangsa Indonesia karena bersumber pada kepribadianbangsa.Nilai-nilai Pancasila tersebut bagi bangsa menjadi landasan, dasar sertamotivasi atas segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalamkehidupan kenegaraan. Dengan kata lain, bahwa nilai-nilai Pancasila merupakandas sollen atau cita-cita tentang kebaikan yang harus diwujudkan menjadi suatukenyataan atau das sein.2. Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Nilai Fundamental NegaraNilai-nilai Pancasila bersifat universal yang memperlihatkan nafashumanisme. Oleh karena itu, Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapasaja. Meskipun Pancasila mempunyai nilai universal tetapi tidak begitu sajadengan mudah diterima oleh semua bangsa. Perbedaannya terletak pada faktasejarah bahwa nilai Pancasila secara sadar dirangkai dan disahkan menjadisatu kesatuan yang berfungsi sebagai basis perilaku politik dan sikap moralbangsa. Dengan kata lain, bahwa Pancasila milik khas bangsa Indonesia dansekaligus menjadi identitas bangsa berkat legitimasi moral dan budaya bangsaIndonesia.Nilai-nilai Pancasila terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 secarayuridis memiliki kedudukan sebagai pokok kaidah negara yang fundamental.Adapun Pembukaan UUD 1945 yang didalamnya memuat nilai-nilai Pancasilamengandung empat pokok pikiran yang merupakan derivasi atau penjabarandari nilai-nilai Pancasila itu sendiri.Pokok pikiran pertama menyatakan bahwa negara Indonesia adalahnegara persatuan, yaitu negara yang melindungi segenap bangsa dan seluruhtumpah darah Indonesia, mengatasi segala paham golongan maupunperseorangan. Hal ini merupakan penjabaran sila ketiga.Pokok pikiran kedua menyatakan bahwa negara hendak mewujudkansuatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam hal ini negaraberkewajiban mewujudkan kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat Indonesia,mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban duniaberdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pokok pikiran ini adalahpenjabaran dari sila kelima.Pokok pikiran ketiga menyatakan bahwa negara berkedaulatan rakyat,berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan. Pokok pikiranini menunjukkan bahwa negara Indonesia demokrasi, yaitu kedaulatan ditanganrakyat. Hal ini sesuai dengan sila keempat.Pokok pikiran keempat menyatakan bahwa negara berdasarkan atasKetuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.Pokok pikiran ini sebagai penjabaran dari sila pertama dan kedua.Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa Pancasila danPembukaan UUD 1945 dapat dinyatakan sebagai pokok-pokok kaidah negarayang fundamental, karena di dalamnya terkandung pula konsep-konsep sebagaiberikut.a. Dasar-dasar pembentukan negara, yaitu tujuan negara, asas politiknegara (negara Indonesia republik dan berkedaulatan rakyat) dan asaskerohanian negara (Pancasila).b. Ketentuan diadakannya Undang – Undang Dasar 1945, yaitu,”.....maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia.” Hal ini menunjukkan adanya sumber hukum.Nilai dasar yang fundamental dalam hukum mempunyai hakikat dankedudukan yang tetap kuat dan tidak berubah, dalam arti dengan jalan hukumapa pun tidak mungkin lagi untuk diubah. Berhubung Pembukaan UUD 1945

Page 14: Keterkaitan nilai

memuat nilai-nilai dasar yang fundamental, maka Pembukaan UUD 1945 yangdidalamnya terdapat Pancasila tidak dapat diubah secara hukum. Apabila terjadiperubahan berarti pembubaran Negara Proklamasi 17 Agustus 1945.Dalam pengertian seperti itulah maka dapat disimpulkan bahwaPancasila merupakan dasar yang fundamental bagi negara Indonesia terutamadalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara. Di samping itu, nilai-nilaiPancasila juga merupakan suatu landasan moral etik dalam kehidupankenegaraan. Hal itu ditegaskan dalam pokok pikiran keempat yang menyatakanbahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa berdasar ataskemanusiaan yang adil dan beradab. Konsekuensinya dalam penyelenggaraankenegaraan antara lain operasional pemerintahan negara, pembangunannegara, pertahanan-keamanan negara, politik negara serta pelaksanaandemokrasi negara harus senantiasa berdasarkan pada moral ketuhanan dankemanusiaan.3. Makna Nilai-Nilai Setiap Sila PancasilaPancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Republik Indonesiamerupakan nilai yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masingsilanya. Hal ini dikarenakan apabila dilihat satu per satu dari masing-masing sila,dapat saja ditemukan dalam kehidupan bangsa lain. Makna Pancasila terletakpada nilai-nilai dari masing-masing sila sebagai satu kesatuan yang tidak dapatdiputarbalikkan letak dan susunannya. Namun demikian, untuk lebih memahaminilai-nilai yang terkandung dalam masing-masing sila Pancasila, maka berikut inikita uraikan :a. Ketuhanan Yang Maha EsaSila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwaikeempat sila lainnya. Dalam sila ini terkandung nilai bahwa negara yangdidirikan adalah pengejawantahan tujuan manusia sebagai mahluk Tuhan YangMaha esa.Konsekuensi yang muncul kemudian adalah realisasi kemanusiaanterutama dalam kaitannya dengan hak-hak dasar kemanusiaan (hak asasimanusia) bahwa setiap warga negara memiliki kebebasan untuk memelukagama dan menjalankan ibadah sesuai dengan keimanan dan kepercayaannyamasing-masing. Hal itu telah dijamin dalam Pasal 29 UUD. Di samping itu, didalam negara Indonesia tidak boleh ada paham yang meniadakan ataumengingkari adanya Tuhan (atheisme).b. Kemanusiaan Yang Adil dan BeradabKemanusian berasal dari kata manusia yaitu mahluk yang berbudayadengan memiliki potensi pikir, rasa, karsa dan cipta. Potensi itu yangmendudukkan manusia pada tingkatan martabat yang tinggi yang menyadarinilai-nilai dan norma-norma. Kemanusiaan terutama berarti hakikat dan sifat-sifatkhas manusia sesuai dengan martabat. Adil berarti wajar yaitu sepadan dansesuai dengan hak dan kewajiban seseorang. Beradab sinonim dengan sopansantun, berbudi luhur, dan susila, artinya, sikap hidup, keputusan dan tindakanharus senantiasa berdasarkan pada nilai-nilai keluhuran budi, kesopanan, dankesusilaan. Dengan demikian, sila ini mempunyai makna kesadaran sikap danperbuatan yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalamhubungan dengan norma-norma dan kesusilaan umumnya, baik terhadap dirisendiri, sesama manusia, maupun terhadap alam dan hewan.Hakikat pengertian diatas sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 AlineaPertama :”bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa danoleh sebab itu, penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuaidengan perikemanusiaan dan perikeadilan ...”. Selanjutnya dapat dilihatpenjabarannnya dalam Batang Tubuh UUD.c. Persatuan IndonesiaPersatuan berasal dari kata satu artinya tidak terpecah-pecah. Persatuanmengandung pengertian bersatunya bermacam-macam corak yang beranekaragam menjadi satu kebulatan. Persatuan Indonesia dalam sila ketiga inimencakup persatuan dalam arti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dankeamanan. Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami seluruhwilayah Indonesia. Yang bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupankebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat.Persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsaIndonesia dan bertujuan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darahindonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupanbangsa, serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham kebangsaanIndonesia yang dijiwai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa, serta kemanusiaan yangadil dan beradab. Oleh karena itu, paham kebangsaan Indonesia tidak sempit(chauvinistis), tetapi menghargai bangsa lain. Nasionalisme Indonesia mengatasipaham golongan, suku bangsa serta keturunan. Hal ini sesuai dengan alineakeempat Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi, ” Kemudian daripada itu untukmembentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenapbangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia...”. Selanjutnya dapat

Page 15: Keterkaitan nilai

dilihat penjabarannya dalam Batang Tubuh UUD 1945.d. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaaan dalamPermusyawaratan/PerwakilanKerakyatan berasal dari kata rakyat yaitu sekelompok manusia yangberdiam dalam satu wilayah negara tertentu. Dengan sila ini berarti bahwabangsa Indonesia menganut sistem demokrasi yang menempatkan rakyat diposisi tertinggi dalam hirarki kekuasaan.Hikmat kebijasanaan berarti penggunaan ratio atau pikiran yang sehatdengan selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentinganrakyat dan dilaksanakan dengan sadar, jujur dan bertanggung jawab sertadidorong dengan itikad baik sesuai dengan hati nurani. Permusyawaratan adalahsuatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk merumuskan ataumemutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat sehingga tercapaikeputusan yang bulat dan mufakat. Perwakilan adalah suatu sistem, dalam arti,tat cara mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalamkehidupan bernegara melalui lembaga perwakilan.Dengan demikian sila ini mempunyai makna bahwa rakyat dalammelaksanakan tugas kekuasaanya ikut dalam pengambilan keputusankeputusan.Sila ini merupakan sendi asas kekeluargaan masyarakat sekaligussebagai asas atau prinsip tata pemerintahan Indonesia sebagaimanadinyatakan dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi :”...maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yang berkedaulatanrakyat ...”e. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat IndonesiaKeadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segalabidang kehidupan, baik materiil maupun spiritual. Seluruh rakyat Indonesiaberarti untuk setiap orang yang menjadi rakyat Indonesia.Pengertian itu tidak sama dengan pengertian sosialistis ataukomunalistis karena keadilan sosial pada sila kelima mengandung maknapentingnya hubungan antara manusia sebagai pribadi dan manusia sebagaibagian dari masyarakat. Konsekuensinya meliputi :1. Keadilan distributif yaitu suatu hubungan keadilan antara negara danwarganya dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalambentuk keadilan membagi, dalam bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidiserta kesempatan dalam hidup bersama yang didasarkan atas hak dankewajiaban.2. Keadilan legal yaitu suatu hubungan keadilan antara warga negara terhadapnegara, dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilandalam bentuk mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dalamnegara3. Keadilan komutatif yaitu suatu hubungan keadilan antara warga atau denganlainnya secara timbal balik. Dengan demikian, dibutuhkan keseimbangan dankeselarasan diantara keduanya sehingga tujuan harmonisasi akan dicapai.Hakikat sila ini dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu :”danperjuangan kemerdekaan kebangsaan Indonesia ... Negara Indonesia yangmerdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”.

gatot_sby.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/.../BAB++III.pdf