20
Keterkaitan Pertumbuhan Ekonomi, Ketenagakerjaan dan Investasi di Indonesia Tahun 2011-2015 (Lapangan Usaha Pertanian, Pertambangan dan Penggalian serta Industri Pengolahan) Pardomuan Robinson Sihombing, SST Statistisi Pertama Badan Pusat Statistik Latar Belakang Proses pembangunan ekonomi suatu negara merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sesuai dengan amanat UUD 1945 di Indonesia dimana bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai salah satu indikator makro ekonomi dalam hal melihat output dan nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu negara. Selama lima tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menurun dari tahun 2011 sebesar 6,17 persen dan tahun 2015 sebesar 4,79 persen. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi pemerintah berupaya meningkatkan output produksi dalam negeri. Menurut teori ekonomi untuk menghasilkan output produksi dibutuhkan input. Input dalam faktor produksi dapat dibagi atas input alam (seperti tanah dan sumber daya alam), input sumber daya manusia (labor), input modal (capital) dan input kemampuan/manajeman dalam mengelola baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia (skill dan goodwill). Sumber daya manusia dalam hal ini tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi memegang peranan penting dalam peningkatan produksi karena tenaga kerja adalah subjek dari pada pembangunan. Oleh karena itu dibutuhkan tenaga kerja yang berkualitas sehingga menghasilkan output yang lebih baik. Di Indonesia pada bulan Agustus tahun 2015 jika dilihat berdasarkan pendidikannya sekitar 11 persen penduduk yang bekerja sudah menamatkan pendidikan minimal akademi/ diploma dan masih ada 16,84 persen penduduk yang bekerja belum menamatkan pendidikan sekolah dasar. Sedangkan persentasi jumlah yang bekerja dengan angkatan kerja sudah mencapai 93,82 persen.

Keterkaitan Pertumbuhan Ekonomi, Ketenagakerjaan dan ... Pertumbuhan... · Keterkaitan Pertumbuhan Ekonomi, Ketenagakerjaan dan Investasi di Indonesia Tahun 2011-2015 ... Statistisi

  • Upload
    vonga

  • View
    243

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Keterkaitan Pertumbuhan Ekonomi, Ketenagakerjaan dan Investasi di Indonesia

Tahun 2011-2015

(Lapangan Usaha Pertanian, Pertambangan dan Penggalian serta Industri Pengolahan)

Pardomuan Robinson Sihombing, SST

Statistisi Pertama Badan Pusat Statistik

Latar Belakang

Proses pembangunan ekonomi suatu negara merupakan upaya yang dilakukan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sesuai dengan amanat UUD 1945 di Indonesia dimana bumi,

air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai salah satu indikator

makro ekonomi dalam hal melihat output dan nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu negara. Selama

lima tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menurun dari tahun 2011 sebesar 6,17

persen dan tahun 2015 sebesar 4,79 persen. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi pemerintah

berupaya meningkatkan output produksi dalam negeri.

Menurut teori ekonomi untuk menghasilkan output produksi dibutuhkan input. Input dalam

faktor produksi dapat dibagi atas input alam (seperti tanah dan sumber daya alam), input sumber daya

manusia (labor), input modal (capital) dan input kemampuan/manajeman dalam mengelola baik

sumber daya alam maupun sumber daya manusia (skill dan goodwill).

Sumber daya manusia dalam hal ini tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi memegang

peranan penting dalam peningkatan produksi karena tenaga kerja adalah subjek dari pada

pembangunan. Oleh karena itu dibutuhkan tenaga kerja yang berkualitas sehingga menghasilkan output

yang lebih baik. Di Indonesia pada bulan Agustus tahun 2015 jika dilihat berdasarkan pendidikannya

sekitar 11 persen penduduk yang bekerja sudah menamatkan pendidikan minimal akademi/ diploma

dan masih ada 16,84 persen penduduk yang bekerja belum menamatkan pendidikan sekolah dasar.

Sedangkan persentasi jumlah yang bekerja dengan angkatan kerja sudah mencapai 93,82 persen.

Tabel 1. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan

Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu Tahun 2015

Pendidikan Tertinggi yang

Ditamatkan

2015 Agustus

Angkatan Kerja (AK)

Bekerja Pengangguran Jumlah AK % Bekerja / AK

Tidak/belum pernah sekolah 4.387.904 55.554 4.443.458 98,75

Tidak/belum tamat SD 14.951.112 371.542 15.322.654 97,58

SD 31.487.578 1.004.961 32.492.539 96,91

SLTP 20.698.644 1.373.919 22.072.563 93,78

SLTA Umum/SMU 19.813.373 2.280.029 22.093.402 89,68

SLTA Kejuruan/SMK 10.837.249 1.569.690 12.406.939 87,35

Akademi/Diploma 3.086.444 251.541 3.337.985 92,46

Universitas 9.556.895 653.586 10.210.481 93,60

Tak Terjawab - - - -

Total 114.819.199 7.560.822 122.380.021 93,82

Selain tenaga kerja faktor modal (investasi) juga dibutuhkan dalam peningkatan produksi.

Dengan adanya investasi dapat dijadikan modal bagi suatu negara untuk meningkatkan pembangunan

infrasuktur dalam hal sarana dan prasarana. Indonesia adalah salah satu tujuan investasi yang

menjanjikan. Potensi-potensi yang menjadi kekuatan daya saing dengan negara lain yaitu sumber daya

alam yang melimpah, tenaga kerja muda dan terampil, pasar domestik yang besar dan terus tumbuh,

serta dukungan pemerintah meningkatkan iklim investasi dan peran Indonesia di tingkat internasional.

Dengan stabilitas politik yang terjaga selama 17 tahun pemerintahan demokrasi, perekonomian

Indonesia telah siap untuk lepas landas.

Indonesia sebagai negara agraria dengan sumber daya alam yang melimpah baik yang biotik

(sumberdaya alam pertanian, peternakan, perikanan) maupun yang abiotik (sumber daya mineral

pertambangan dan penggalian) diharapkan mampu dikelolah dengan baik. Selain dibutuhkan sumber

daya manusia yang terampil dibutuhkan juga investasi terutama pada bidang pertambangan dan

penggalian yang membutuhkan modal yang cukup besar untuk menyangkut sumber daya mineral

tersebut. Hasil-hasil sumber daya alam yang telah diambil dari alam perlu dikelolah lebih lanjut agar

mendapat nilai tambah yang lebih tinggi maka diperlukannya Lapangan Usaha Industri Pengolahan

yang memanfaatkan input alam menjadi bernilai yang lebih tinggi. Indonesia dalam tahap menuju

negara berkembang di bidang industri. Hal ini terlihat dari share Lapangan Usaha Industri Pengolahan

merupakan lapangan usaha yang kontribusinya terbesar dalam PDB yaitu rata-rata di atas 20 persen per

tahun. Lapangan Usaha Industri pengolahan juga membutuhkan investasi karena membutuhkan modal

dalam penggunaan bahan baku dan pembelian barang modal terutma pembelian teknologi dalam hal

efisiensi.

Berdasarkan permasalahan di atas dapat disimpulkan bahwa faktot tenaga kerja dan

investasi(modal) memegang peranan penting dalam penciptaan output ekonomi suatu negara. Bertitik

tolak dari gambaran tersebut maka pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian yang diajukan adalah:

(1) Bagaimana perkembangan pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja dan Investasi Indonesia menurut

Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri

Pengolahan tahun 2011-2015 (2) Seberapa besar elastistas tenaga kerja dan Investasi Indonesia

menurut Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha

Industri Pengolahan tahun 2011-2015 (3) Seberapa besar kontribusi Lapangan Usaha Pertanian,

Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan terhadap

perekonomian nasional tahun 2011-2015.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan hasil

dari penelitian yang dilakukan, dengan menggunakan data sekunder jumlah tenaga kerja, PDB, PMA,

PMDN di Indonesia secara time series dari tahun 2011-2015 yang diperoleh dari instansi atau pihak

yang mempunyai kaitan dan wewenang secara langsung. Antara lain data didapatkan dari website

Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia.

Kajian Teori

1. Produk Domestrik Bruto

Untuk menghitung angka-angka PDB ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, yaitu :

a. Menurut Pendekatan Produksi

PDB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi

di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu triwulan atau satu tahun).

Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 17 lapangan usaha

(industri) dari Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian,

Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas, Pengadaan Air dan Pengolahan Limbah,

Kontruksi, Perdagangan hingga jasa-jasa.

b. Menurut Pendekatan Pendapatan

PDB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta

dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas

jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan

keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.

c. Menurut Pendekatan Pengeluaran

PDB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari : pengeluaran konsumsi rumah

tangga dan lembaga swasta nirlaba, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap

domestik bruto, perubahan inventori,dan ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi

impor).

2. Investasi/ penanaman modal

Niilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai

investasi (atau pembentukan modal atau penanaman modal) meliputi pengeluaran/perbelanjaan

yang berikut:

a. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk

mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.

b. Perbelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan

bangunan-bangunan lainnya.

c. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih

dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan pendapatan nasional.

3. Tenaga Kerja

Penduduk suatu negara dibagi dua golongan yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Yang

tergolong sebagai tenaga kerja ialah penduduk yang berada pada batas usia kerja. Tenaga kerja

dibagi kedalam dua kelompok yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk

angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai

pekerjaan umum, untuk sementara sedang tak bekerja dan yang mencari pekerjaan. Sedangkan

bukan angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak

mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan yakni orang-orang yang kegiatannya

bersekolah, mengurus rumah tangga, serta menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan

langsung atas jasa kerjanya (pensiun, penderita cacat). Angkatan kerja dapat dibagi lagi kedalam dua

sub kelompok yaitu pekerja dan penganggur. Pekerja ialah orang-orang yang mempunyai pekerjaan

mencakup orang-orang yang mempunyai pekerjaan dan pada saat disensus atau disurvei memang

sedang bekerja, serta orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan

tidak sedang bekerja.

Metode Analisis Data

1. Untuk menganalisis jumlah tenaga kerja baik secara total Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian,

Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan tahun 2011-

2015 digunakan model “rata-rata ukur sebagai pengukur pertumbuhan” dengan rumus (Dajan,

1995:252):

Keterangan:

L0 = besar laju pertumbuhan jumlah tenaga kerja

Lt = jumlah tenaga kerja pada tahun t

Lt-1 = jumlah tenaga kerja pada tahun t-1

2. Untuk menganalisis jumlah investasi/penanaman modal baik asing (PMA) maupun domestik

(PMDN) baik secara total Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan

dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan tahun 2011-2015 digunakan model “rata-rata

ukur sebagai pengukur pertumbuhan” dengan rumus (Dajan, 1995:252):

Keterangan:

C0 = besar laju pertumbuhan investasi

Ct = jumlah investasi PMA/PMDN pada tahun t

Ct-1 = jumlah investasi PMA/PMDN pada tahun t-1

3. Untuk menghitung laju pertumbuhan nilai produksi baik secara total Indonesia, Lapangan Usaha

Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan

tahun 2011-2015 digunakan model rata-rata ukur dengan rumus (Dajan, 1995:252)

Keterangan:

Q0 = besar laju pertumbuhan ekonomi/produksi

Qt = jumlah NTB ADHK pada tahun t

Qt-1 = jumlah NTB ADHK pada tahun t-1

4. Untuk mengetahui besarnya penyerapan tenaga kerja baik secara total Indonesia, Lapangan Usaha

Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan

tahun 2011-2015, menggunakan elastisitas kesempatan kerja. Dengan menggunakan rumus :

5. Untuk mengetahui besarnya penyerapan investasi (penanaman modal) baik secara total Indonesia,

Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha

Industri Pengolahan tahun 2011-2015, menggunakan elastisitas investasi. Dengan menggunakan

rumus :

Keterangan:

ηL= Elastisitas Kesempatan kerja

ηc= Elastisitas Investasi

L0 = laju pertumbuhan tenaga kerja (%)

C0 = laju pertumbuhan investasi (%)

Q0 = laju pertumbuhan NTB ADHK (%)

Kriteria :

E = 1 Unitary Elasticity, artinya apabila nilai output naik 1% maka tenaga kerja/investasi yang terserap

naik 1%, sebaliknya apabila nilai output turun 1% maka tenaga kerja/investasi yang terserap akan

turun 1%

E > 1 Elasticity, artinya apabila nilai output naik 1% maka jumlah tenaga kerja/investasi yang terserap

akan naik lebih dari 1%, sebaliknya apabila nilai output turun 1% maka tenaga kerja/investasi yang

terserap akan naik 1%

E < 1 Inelasticity, artinya apabila nilai output naik 1% maka jumlah tenaga kerja/investasi yang

terserap akan naik kurang dari 1%, sebaliknya apabila output turun sebesar 1% maka jumlah

tenaga kerja/investasi yang terserap akan turun kurang dari 1%

6. Untuk mengukur besarnya kontribusi Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan

dan Penggalian serta Lapangan Usaha Industri Pengolahan terhadap PDB digunakan metode

analisis proporsi (Djarwanto, 2001:155) dengan rumus:

Keterangan:

S = Nilai proporsi Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian,

serta Lapangan Usaha Industri Pengolahan terhadap PDB

X = Nilai produksi Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian,

Lapangan Usaha Industri Pengolahan

Y = PDB Indonesia

Untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap variabel-variabel, maka perlu diberikan

batasan definisi operasional sebagai berikut :

Berikut ini adalah definisi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu

barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau

setengah jadi dan atau barang yang rendah nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan

sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir.

2. Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja usia 15 tahun ke atas yang terserap selama periode 2011-

2015 yang dinyatakan dalam orang atau jiwa per tahun;

3. PDB adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh suatu lapangan usaha yang

ditetapkan berdasarkan harga konstan tahun 2010 yang dinyatakan dalam satuan Rupiah pada

tahun 2011 sampai dengan tahun 2015

4. Investasi adalah penempatan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau

keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut.

a. Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah

negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan

modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri (Pasal

1 angka 3 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal)

b. Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di

wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan

menggunakan modal dalam negeri (Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007

tentang Penanaman Modal)

Hasil dan Pembahasan

1.Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi

Grafik 1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha

Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015

Grafik 1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha

Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015

Dari grafik di atas terlihat perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 2011-2015

cenderung menurun. Terlihat pada tahuh 2011 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,17 persen

dan menurun tahun 2015 sebesar 4,79 persen. Hal ini sejalan dengan perkembnagan perkembangan

kondisi global yang lesu. Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertanian dan Industri Pengolahan cenderung

berfluktuatif. Sedangkan Lapangan Usaha Pertambangn dan Penggalian mengalami penurunan yang

cukup tajam pada tahun 2015 hingga terkontraksi sebesar 5,08 persen. Hal ini disebabkan penurunan

harga komoditas seperti minyak bumi dan batubara, selain itu adanya kebijakan pengetatan ekspor hasil

tambang turut andil dalam penurunan pertumbuhan lapangan usaha ini.

3,95 4,59 4,20 4,24 4,02 4,29 3,02

2,53

0,72

(5,08)

6,26 5,62 4,37 4,61 4,25

6,17 6,03 5,56 5,02 4,79

(6,00) (5,50) (5,00) (4,50) (4,00) (3,50) (3,00) (2,50) (2,00) (1,50) (1,00) (0,50)

- 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00 5,50 6,00 6,50 7,00

2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

2.Perkembangan Pertumbuhan Tenaga Kerja

Grafik 2. Pertumbuhan Tenaga Kerja Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha

Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015

Grafik 2. Pertumbuhan Tenaga Kerja Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha

Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015

Dari grafik di atas terlihat perkembangan pertumbuhan tenaga kerja Indonesia dari tahun 2011-

2015 cenderung berfluktuatif. Terlihat pada tahun 2011 pertumbuhan tenaga kerja Indonesia mencapai

6,19 persen dan menurun tahun 2015 sebesar 0,002 persen. Hal ini sejalan dengan penurunan

pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertanian dan Industri Pengolahan

cenderung berfluktuatif. Sedangkan Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami

penurunan yang cukup tajam pada tahun 2013 terkontraksi hingga 11,00 persen dan tahun 2015

terkontraksi hingga 8,07 persen. Hal ini disebabkan penurunan harga komoditas seperti minyak bumi

dan batubara selain itu adanya kebijakan pengetatan ekspor hasil tambang.

(5,80)

1,28 (0,93) (0,63)

(3,14)

14,39

11,69

(11,00)

0,70

(8,07)

5,19

7,38

(4,20)

1,97 0,00

(14,00) (12,00) (10,00)

(8,00) (6,00) (4,00) (2,00)

- 2,00 4,00 6,00 8,00

10,00 12,00 14,00 16,00

2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

3.Perkembangan Pertumbuhan PMA

Grafik 3. Pertumbuhan PMA Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha

Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015

Grafik 3. Pertumbuhan PMA Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha

Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015

Dari grafik di atas terlihat perkembangan pertumbuhan PMA Indonesia dari tahun 2011-2015

cenderung berfluktuatif menurun. Terlihat pada tahun 2011 pertumbuhan PMA Indonesia mencapai

20,10 persen dan menurun tahun 2015 hanya sebesar 2,62 persen. Hal ini menunjukkan belum

banyaknya investasi yang masuk ke Indonesia, hal ini mengindikasikan masih kurangnya kepercayaan

investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Hal senada juga dialami oleh Lapangan

Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian serta Lapangan Usaha Industri

Pengolahan yang mengalami penurunan pertumbuhan investasi. Terutama Lapangan Usaha Industri

Pengolahan yang pada tahun 2014 dan 2015 mengalami kontraksi pertumbuhan. Hal ini

mengindikasikan kurang tertariknya investor asing untuk menanamkan modalnya pada Lapangan

Usaha Industri Pengolahan di Indonesia.

51,67

32,73

(1,32)

40,51

(4,60)

64,47

17,58 13,18

(3,14) (13,89)

103,45

73,35

34,74

(17,90) (9,65)

20,10 26,14

16,50

(0,31) 2,62

(25,00)

(15,00)

(5,00)

5,00

15,00

25,00

35,00

45,00

55,00

65,00

75,00

85,00

95,00

105,00

2011 2012 2013 2014 2015Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan Total

4.Perkembangan Pertumbuhan PMDN

Grafik 4. Pertumbuhan PMDN Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha

Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015

Grafik 4. Pertumbuhan PMDN Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha

Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015

Dari grafik di atas terlihat perkembangan pertumbuhan PMDN Indonesia dari tahun 2011-2015

cenderung berfluktuatif menurun. Terlihat pada tahun 2011 pertumbuhan PMDN Indonesia mencapai

25,36 persen dan menurun tahun 2015 hanya sebesar 14,95 persen. Hal ini menunjukkan belum

banyaknya warga negara Indonesia yang mau menginvestasikan dananya untuk pembangunan.

Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertanian dan Industri Pengolahan cenderung berfluktuatif. Lapangan

Usaha Pertambangan dan Penggalian tahun 2014 dan 2015 mengalami kontraksi pertumbuhan. Hal ini

mengindikasikan kurang tertariknya investor domestik untuk menanamkan modalnya pada Lapangan

Usaha Pertambangan dan Penggalian di Indonesia.

6,30 2,71

-29,68

92,42

-2,00

124,36

51,91

79,01

-83,26

25,67 50,45 29,47

2,57 15,37

50,84

25,36 21,29

39,02

21,83 14,95

-100-90-80-70-60-50-40-30-20-10

0102030405060708090

100110120130140

2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan Total

5. Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja

Tabel 1. Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha

Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015

Lapangan Usaha Tahun Growth

PDB TK_Aug Elastisitas

Rata-rata

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

2011 3,95 (5,80) (1,47)

-0,47

2012 4,59 1,28 0,28

2013 4,20 (0,93) (0,22)

2014 4,24 (0,63) (0,15)

2015 4,02 (3,14) (0,78)

Pertambangan dan Penggalian

2011 4,29 14,39 3,35

1,09

2012 3,02 11,69 3,87

2013 2,53 (11,00) (4,35)

2014 0,72 0,70 0,97

2015 (5,08) (8,07) 1,59

Industri Pengolahan

2011 6,26 5,19 0,83

0,32

2012 5,62 7,38 1,31

2013 4,37 (4,20) (0,96)

2014 4,61 1,97 0,43

2015 4,25 0,00 0,00

Total PDB

2011 6,17 1,35 0,22

0,21

2012 6,03 2,58 0,43

2013 5,56 0,23 0,04

2014 5,02 1,66 0,33

2015 4,79 0,17 0,03

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan elastisitas penyerapan tenaga kerja Indonesia, Lapangan

Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan

tahun 2011-2015 mengalami pertumbuhan elastisitas kesempatan kerja yang variatif dimana kenaikkan

tertinggi terjadi pada tahun 2012 untuk Lapangan Usaha Pertanian sebesar 0,28 persen artinya setiap

nilai pendapatan PDB 1 % akan diikuti dengan pertumbuhan jumlah tenaga kerja pertanian sebesar

0,28 %. Hal ini diakibatkan karena pada tahun tersebut hasil pendapatan mengalami perkembangan

yang cukup baik dengan permintaan yang meningkat yang juga diikuti oleh perkembangan jumlah

tenaga kerja yang terserap. Hal senada juga terjadi pada Lapangan Usaha Industri Pengolahan dan

secara nasional elastisitas tertinggi terjadi pada tahun 2012. Sedangkan Lapangan Usaha Pertambangan

dan Penggalian mengalami elastisitas tertinggi pada tahun 2011 sebesar 14,39 persen dimana pada saat

itu harga komoditas pertambangan masih tinggi dan belum ketatnya pelarangan ekspor.

Secara rata-rata elastisitas penyerapan tenaga kerja Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian,

Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-

2015 mengalami pertumbuhan elastisitas kesempatan kerja yang variatif. Lapangan Usaha Pertanian

mengalami in elastis tenaga kerja sebesar -0,47 persen artinya nilai output naik 1% maka jumlah

tenaga kerja yang terserap akan turun dari 0,47%. Hal berarti Lapangan Usaha Pertanian kurang elastis

terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja. Hal ini senada dengan hukum pertambahan hasil yang

semakin menurun (The Law of Diminishing Returns) yang dikemukakan oleh David Ricardo. dimana

perluasan produksi yang dilakukan dalam suatu bidang produksi dibatasi input tenaga kerja. Pada

dasarnya hukum ini menjelaskan bahwa di bidang pertanian, penambahan tenaga kerja pada sebidang

tanah mula-mula akan memberikan tambahan hasil yang semakin meningkat, tetapi setelah mencapai

titik tertentu pertambahan tenaga kerja lagi memberikan tambahan semakin berkurang.

Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami elastisitas sebesar 1,09 persen artinya

nilai output naik 1% maka jumlah tenaga kerja yang terserap akan naik dari 1,09%. Hal ini

mengindikasikan bahwa Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian masih menggunakan faktor

produksi tenaga kerja yang banyak karena perannya cukup besar dilihat dari elastisitasnya.

Lapangan Usaha Industri Pengolahan mengalami in elastisitas sebesar 0,32 persen artinya nilai

output naik 1% maka jumlah tenaga kerja yang terserap akan naik dari 0,32%. Hal ini mengindikasikan

bahwa Lapangan Usaha Industri Pengolahan belum maksimal menggunakan faktor produksi tenaga

kerja yang banyak karena perannya cukup besar dilihat dari elastisitasnya. Hal senada jga terlihat dari

elastisitas nasional yang hanya sebesar 0.21 persen

5. Elastisitas Penyerapan Investasi PMA

Tabel 2. Elastisitas Penyerapan Invetasi PMA Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha

Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015

Lapangan Usaha Tahun Growth PDB PMA Elastisitas Rata-rata

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

2011 3,95 51,67 13,08

5,66

2012 4,59 32,73 7,13

2013 4,20 (1,32) -0,31

2014 4,24 40,51 9,55

2015 4,02 (4,60) -1,14

Pertambangan dan Penggalian

2011 4,29 64,47 15,03

4,89

2012 3,02 17,58 5,82

2013 2,53 13,18 5,21

2014 0,72 (3,14) -4,36

2015 (5,08) (13,89) 2,73

Industri Pengolahan

2011 6,26 103,45 16,53

6,27

2012 5,62 73,35 13,05

2013 4,37 34,74 7,95

2014 4,61 (17,90) -3,88

2015 4,25 (9,65) -2,27

Total

2011 6,17 20,10 3,26

2,21

2012 6,03 26,14 4,33

2013 5,56 16,50 2,97

2014 5,02 (0,31) -0,06

2015 4,79 2,62 0,55

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan elastisitas penyerapan investasi PMA Indonesia, Lapangan

Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan

Tahun 2011-2015 mengalami pertumbuhan elastisitas investasi PMA yang variatif dimana kenaikan

tertinggi terjadi pada tahun 2011 untuk Lapangan Usaha Pertanian sebesar 13,08 persen artinya setiap

nilai pendapatan PDB 1 % akan diikuti dengan pertumbuhan investasi PMA pertanian sebesar 13,08

%. Hal senada juga terjadi pada Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian serta Lapangan Usaha

Industri Pengolahan dan secara nasional elastisitas tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu masing –

masing sebesar 15,03 persen; 16,25 persen dan 16,53 persen.

Secara rata-rata elastisitas penyerapan investasi PMA Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian,

Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-

2015 mengalami pertumbuhan elastisitas investasi PMA yang elastis (>1). Secara nasional elastisitas

investasi PMA sebesar 2,21 persen. Lapangan Usaha Industri Pengolahan mengalami pertumbuhan

elastisitas terbesar sebesar 6,27 persen artinya nilai output naik 1% maka jumlah penyerapan investasi

PMA yang terserap akan naik dari 6,27%. Hal ini mengindikasikan bahwa Lapangan Usaha Industri

Pengolahan memiliki daya tarik tersendiri untuk investor menanamkan modalnya.

6. Elastisitas Penyerapan Investasi PMDN

Tabel 3. Elastisitas Penyerapan Invetasi PMDN Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan

Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015

Lapangan Usaha Tahun Growth PDB

PMDN Elastisitas Rata-rata

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

2011 3,95 6,30 1,60

3,28

2012 4,59 2,71 0,59

2013 4,20 -29,68 -7,07

2014 4,24 92,42 21,80

2015 4,02 -2,00 -0,50

Pertambangan dan Penggalian

2011 4,29 124,36 28,99

-8,66

2012 3,02 51,91 17,19

2013 2,53 79,01 31,23

2014 0,72 -83,26 -115,64

2015 (5,08) 25,67 -5,05

Industri Pengolahan

2011 6,26 50,45 8,06

5,84

2012 5,62 29,47 5,24

2013 4,37 2,57 0,59

2014 4,61 15,37 3,33

2015 4,25 50,84 11,96

Total

2011 6,17 25,36 4,11

4,43

2012 6,03 21,29 3,53

2013 5,56 39,02 7,02

2014 5,02 21,83 4,35

2015 4,79 14,95 3,12

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan elastisitas penyerapan investasi PMDN Indonesia,

Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri

Pengolahan Tahun 2011-2015 mengalami pertumbuhan elastisitas investasi PMDN yang variatif.

Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2014 untuk Lapangan Usaha Pertanian sebesar 21,80 persen

artinya setiap nilai pendapatan PDB 1 % akan diikuti dengan pertumbuhan investasi PMDN pertanian

sebesar 21,80%. Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak investor yang meninvestasikan dananya

ke Lapangan Usaha Pertanian. Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami

pertumbuhan elastisitas tertinggi pada tahun 2011 dimana tingkat produksi masih tinngi dan belum

ketatnya pelarangan ekspor hasil pertambangan dan penggalian. Lapangan Usaha Industri Pengolahan

tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesar 50,84 persen hal ini mengindikasikan bahwa sektor sekunder

semakin diminati oleh para investor.

Secara rata-rata elastisitas penyerapan investasi PMDN Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian,

dan Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015 mengalami pertumbuhan elastisitas

investasi PMDN yang elastis (>1). Secara Nasional elastisitas investasi PMA sebesar 4,43 persen.

Lapangan Usaha Industri Pengolahan mengalami pertumbuhan elastisitas terbesar sebesar 4,43 persen

artinya nilai output naik 1% maka jumlah penyerapan investasi PMDN yang terserap akan naik dari

4,43%. Sedankan Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami in elastis sebesar -8,66

persen. Hal ini mengindikasikan bahwa Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian belum menjadi

daya tarik bagi investor domestik yang dikarenakan membutuhkan biaya investasi yang besar dan harga

komoditas yang tidak stabil.

7. Kontribusi Lapangaan Usaha

Tabel 4. Kontribusi Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian, serta

Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015

LAPANGAN USAHA 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

956119 993857,3 1039441 1083142 1129053 1174457

Pertambangan dan Penggalian 718128,6 748956,3 771561,6 791054,4 796711,6 756239,2

Industri Pengolahan 1512761 1607452 1697787 1771962 1853688 1932457

PRODUK DOMESTIK BRUTO 6864133 7287635 7727083 8156498 8566271 8976932

Kontribusi Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

13,93 13,64 13,45 13,28 13,18 13,08

Kontribusi Pertambangan dan Penggalian

10,46 10,28 9,99 9,70 9,30 8,42

Kontribusi Industri 22,04 22,06 21,97 21,72 21,64 21,53

Pengolahan

Pada tabel 4. Menunjukkan perkembangan kontribusi Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha

Pertambangan dan Penggalian, serta Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015 dimana

terlihat perkembangan kontribusi Lapangan Usaha Industri Pengolahan dan Lapangan Usaha Pertanian

cenderung stabil/flat. Kontribusi tertinggi adalah Lapangan Usaha Industri Pengolahan secara rata-rata

di atas 20 persen diikuti Lapangan Usaha Pertanian di atas 13 persen. Sementara Lapangan Usaha

Pertambangan dan Penggalian mengalami penurunan dari tahun 2011 sebesar 10,46 dan tahun 2015

sebesar 8,42 persen.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

1. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 2011-2015 cenderung menurun, tahun 2011

pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,17 persen dan menurun tahun 2015 sebesar 4,79

persen.

2. Pertumbuhan tenaga kerja Indonesia dari tahun 2011-2015 cenderung berfluktuatif. Lapangan

Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami penurunan yang cukup tajam pada tahun 2013

terkontraksi hingga 11,00 persen dan tahun 2015 terkontraksi hingga 8,07 persen.

3. Pertumbuhan PMA Indonesia dari tahun 2011-2015 cenderung berfluktuatif menurun. Terlihat

pada tahun 2011 pertumbuhan PMA Indonesia mencapai 20,10 persen dan menurun tahun 2015

hanya sebesar 2,62 persen.

4. Pertumbuhan PMDN Indonesia dari tahun 2011-2015 cenderung berfluktuatif menurun. Terlihat

pada tahun 2011 pertumbuhan PMDN Indonesia mencapai 25,36 persen dan menurun tahun 2015

hanya sebesar 14,95 persen.

5. Lapangan Usaha Pertanian mengalami in elastis tenaga kerja sebesar -0,47 persen. Lapangan

Usaha Pertambangan dan Penggalian mengalami elastisitas sebesar 1,09 persen dan Lapangan

Usaha Industri Pengolahan mengalami in elastisitas sebesar 0,32 persen.

6. Elastisitas penyerapan investasi PMA Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, Lapangan Usaha

Pertambangan dan Penggalian, Lapangan Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015 mengalami

pertumbuhan elastisitas investasi PMA yang elastis (>1). Lapangan Usaha Industri Pengolahan

mengalami pertumbuhan elastisitas terbesar sebesar 6,27 persen.

7. Elastisitas penyerapan investasi PMDN Indonesia, Lapangan Usaha Pertanian, dan Lapangan

Usaha Industri Pengolahan Tahun 2011-2015 mengalami pertumbuhan elastisitas investasi PMDN

yang elastis (>1). Lapangan Usaha Industri Pengolahan mengalami pertumbuhan elastisitas

terbesar sebesar 4,43 persen. Sedangkan Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian

mengalami in elastis sebesar -8,66 persen.

Saran

1. Peningkatan kualitas SDM sehingga mampu bersaing terutama dalam masa perdagangan bebas

(MEA) dan pembukaan lapangan usaha yang padat karya sehingga mampu menyerap tenaga kerja

yang lebih banyak.

2. Peningkatan investasi PMA dengan mempermudah birokrasi dan penciptaan kondisi politik-hukum

yang stabil serta kondusif sehingga para investor asing tertarik untuk menanamkan modalnya di

Indonesia pembangunan infrastruktur.

3. Sosialisasi terkait PMDN terhadap masyarakat Indonesia sehingga pembangunan tidak hanya

dibiayai oleh kekuatan asing tetapi juga kekuatan domestik.

4. Pemerintah serta dunia usaha bekerja secara sinergis dalam menciptakan harga komoditas yang

baik sehingga terjadi keseimbangan pasar yang menguntungkan semua pihak.

Daftar Pustaka

Dajan, A. 1995. Pengantar Statistik Jilid 1. Jakarta : LP3ES

Djojohadikusumo, S. 1994. Dasar Teori Pertumbuhan Ekonomi dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta :

LP3ES.

Sukirno Sadono. 1983. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LP Universitas Indonesia.

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

http://www.bkpm.go.id/id/investasi-di-indonesia/statistik

http://www.bps.go.id/Subjek/view/id/169#subjekViewTab3|accordion-daftar-subjek2