11
PRITHA APRIANOOR 21040111140106 KETIMPANGAN KERUANGAN DI KABUPATEN BANDUNG Tahun 2006 - 2010 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu isu permasalahan ekonomi adalah kemiskinan. Rumah tangga yang miskin adalah suatu rumah tangga yang total pendapatannya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup minimumnya (O’ Sullivian, 2003: 354). Kemiskinan terbagi menjadi 2 jenis, yaitu: (1) Kemiskinan absolut; rumah tangga yang hanya dapat mencukupi kebutuhan hidup untuk bertahan hidup, (2) Kemiskinan Relatif; rumah tangga yang hanya dapat mencukupi kebutuhan standart hidup minimal (Ricahrdson, 1978: 204-205). Kemiskinan ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah spatial disparity atau ketimpangan keruangan. Spatial disparity adalah ketimpangan atau ketidakrataan pendapatan perkapita di wilayah yang satu dengan wilayah lainnya. Spatial disparity ini dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode, antara lain: Gini Coefisient, kurva Lorenz dan Indeks Williamson. Laporan ini akan membahas mengenai spatial disparity yang terjadi di Kabupaten Bandung dalam kurun waktu 2006-2010. Spatial disparity ini akan diukur menggunakan indeks Williamson. Dengan menggunakan indeks Williamson ini dapat diketahui sektor mana yang memiliki pengaruh cukup besar bagi spatial disparity. Data-data yang dibutuhkan untuk menghitung atau mengukur spatial disparity adalah PDRB total Kabupaten Bandung tahun 2006-2010, PDRB menurut lapangan usaha (sektor) Kabupaten Bandung per kecamatan tahun 2006-2010, jumlah 4

Ketimpangan Wilayah di Bandung

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ketimpangan wilayah diukur menggunakan indeks williamson

Citation preview

KETIMPANGAN KERUANGAN DI KABUPATEN BANDUNG Tahun 2006 - 2010BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSalah satu isu permasalahan ekonomi adalah kemiskinan. Rumah tangga yang miskin adalah suatu rumah tangga yang total pendapatannya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup minimumnya (O Sullivian, 2003: 354). Kemiskinan terbagi menjadi 2 jenis, yaitu: (1) Kemiskinan absolut; rumah tangga yang hanya dapat mencukupi kebutuhan hidup untuk bertahan hidup, (2) Kemiskinan Relatif; rumah tangga yang hanya dapat mencukupi kebutuhan standart hidup minimal (Ricahrdson, 1978: 204-205). Kemiskinan ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah spatial disparity atau ketimpangan keruangan. Spatial disparity adalah ketimpangan atau ketidakrataan pendapatan perkapita di wilayah yang satu dengan wilayah lainnya. Spatial disparity ini dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode, antara lain: Gini Coefisient, kurva Lorenz dan Indeks Williamson. Laporan ini akan membahas mengenai spatial disparity yang terjadi di Kabupaten Bandung dalam kurun waktu 2006-2010. Spatial disparity ini akan diukur menggunakan indeks Williamson. Dengan menggunakan indeks Williamson ini dapat diketahui sektor mana yang memiliki pengaruh cukup besar bagi spatial disparity. Data-data yang dibutuhkan untuk menghitung atau mengukur spatial disparity adalah PDRB total Kabupaten Bandung tahun 2006-2010, PDRB menurut lapangan usaha (sektor) Kabupaten Bandung per kecamatan tahun 2006-2010, jumlah penduduk total Kabupaten Bandung tahun 2006-2010, jumlah penduduk per kecamatan di Kabupaten Bandung tahun 2006-2010.

1.2 Perumusan MasalahIndonesia belum bisa dikatakan lepas dari kemiskinan. Kemiskinan masih terjadi dimana-mana. Bahkan di kota-kota besar sekalipun. Salah satu penyebab dari kemiskinan ini adalah ketimpangan keruangan atau spatial disparity. Tingkat kemiskinan di Kabupaten Bandung terbilang masih cukup tinggi. Apakah ketimpangan keruangan di Bandung juga tinggi?

1.3 Tujuan1.3.1 Mengetahui tingkat ketimpangan keruangan di Kabupaten Bandung1.3.2 Mengetahui pengaruh dari beberapa sektor usaha terhadap ketimpangan keruangan di Kabupaten Bandung

1.4 SasaranSasaran ini merupakan langkah-langkah untuk mencapai tujuan. Berikut sasaran untuk mencapat tujuan tersebut:1.4.1 Mengumpulkan data PDRB total Kebupaten Bandung, PDRB total dan sektoral per kecamatan di Kabupaten Bandung1.4.2 Mengolah data dan menghitung indeks Williamson1.4.3 Menarik kesimpulan

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Konsep Ketimpangan KeruanganKetimpangan keruangan atau spatial disparity adalah ketimpangan pendapatan perkapita antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya. Ketimpangan ini merupakan salah satu penyebab kemiskinan karena adanya ketidakmerataan pendapatan di masyarakat. Adanya jurang yang semakin tajam antara si kaya dan si miskin. Ketimpangan keruangan merupakan salah satu hasil ukuran pembangunan. Suatu pembangunan dikatakan berhasil apabila bisa mngentaskan kemiskinan. Tingginya ketimpangan keruangan di suatu wilayah menunjukan belum meratanya hasil pembangunan yang berarti pembangunan tersebut belum berhasil. kesenjangan antar wilayah akan memberikan pengaruh negatif pada kelangsungan pertumbuhan ekonomi (Williamson)Menurut Williamson ketersediaan sumber daya alam yang berbeda akan menimbulkan pertumbuhan wilayah yang tidak seimbang pada tahap awal pembangunan. Menurutnya ketimpangan pendapatan antar regional merupakan konsekuensi dari pembangunan dan akan hilang dengan sendirinya sejalan dengan kedewasaan pembangunan itu sendiri.

2.2 Indeks WilliamsonIndeks Williamson mrupakan suatu besaran angka yang menunjukkan disparitas spatial pada suatu ruang. Indeks Williamson ini bergerak dari 0 sampai dengan 1. Semakin mendekati angka 1 maka semakin besar ketimpangan keruangan yan terjadi di wilayah tersebut (Safrizal, 1997). Selain indeks Williamson ada beberapa metode lain yang dapat digunakan untuk mengetahui spatial disparity, antara lain: (1) Kurva Lorenz; kurva ini menunjukan tingkat distribusi pendapatan penduduk di suatu wilayah, semakin menjauhi garis normal berarti ketimpangan keruangan atau spatial disparity semakin besar dan begitupun sebaliknya. (2) Gini Coefisient; merupakan upaya untuk mengangkakan kurva Lorenz, gini coefisient ini bergerak dari 0 sampai dengan 1, semakin mendekati 1 maka ketimpangan keruangan semakin besar.Indeks Williamson menghitung ketimpangan keruangan dengan menggunakan PDRB daerah yang akan diamati. Berikut rumus untuk menghitung indeks Williamson:IW =

IW= Indeks WilliamsonYi= Pendapatan perkapita pada masing-masing regionY= Pendapatan perkapita nationfi= Jumlah penduduk pada masing-masing regionn= Jumlah penduduk nationDengan menggunakan indeks Williamson ini dapat diketahui sektor mana yang membuat ketimpangan disuatu daerah semakin besar. Dalam laporan ini sektor yang diuji kontribusinya dalam ketimpangan keruangan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi.

2.3 Hasil dan InterpretasiTabel 2.1Tingkat Ketimpangan Keruangan Di Kabupaten BandungTahun 2006 2010No.TahunIndeks Williamson

Semua SektorTanpa Sektor PertanianTanpa Sektor Listrik, Air Bersih dan Gas

120060.7390.7540.736

220070.7350.7580.735

320080.7010.7210.701

420090.6840.7060.684

520100.7090.7280.708

Sumber: Hasil Analisis

Hasil perhitungan ketimpangan keruangan di Kabupaten Bandung menunjukan bahwa tingkat ketimpangan keruangan di Kabupaten Bandung masih tinggi. Hal ini menjadi salah satu penyebab tingkat kemiskinan di Kabupaten Bandung. Belum meratanya pembangunan disetiap kecamatan di Kabupaten Bandung ini mungkin merupakan salah satu faktor utama dari tingginya tingkat ketimpangan ini. Hal ini diindikasikan oleh perbedaan pendapatan perkapita yang sangat besar antar wilayah kecamatan. Contohnya perbedaan pendapatan perkapita antara Kecamatan Dayeuhkolot dan Kecamatan Cimenyan. Kecamatan Dayeuhkolot memiliki pendapatan perkapita sebesar Rp. 54.310.000,00. Sedangkan Kecamatan Cimenyan hanya memiliki pendapatan perkapita sebesar Rp. 4.240.000,00. Selain belum meratanya pembangunan diantara kecamatan ini, perbedaan sumber daya bisa menjadi salah satu penyebab timpangnya pendapatan perkapita tersebut.Dari hasil perhitungan tersebut dapat terlihat bahwa ketimpangan keruangan yang dihitung dari seluruh sektor mengalami penurunan dari tahun 2006 2009. Namun kembali mengalami kenaikan di tahun 2010. Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa sektor pertanian memiliki pengaruh terhadap rendahnya tingkat ketimpangan keruangan di Kabupaten Bandung. Apabila sektor pertanian dihilangkan akan berdampak pada meningkatnya ketimpangan keruangan di Kabupaten Bandung. Sedangkan sektor listrik, gas dan air bersih tidak memiliki pengaruh yang kuat terhadap tingkat ketimpangan keruangan di Kabupaten Bandung. Hal ini dapat terlihat dari tidak adanya perbedaan tingkat ketimpangan antara angka indeks Williamson dengan seluruh sektor dan tanpa sektor listrik, gas dan air bersih.Fakta bahwa sektor pertanian mengurangi tingkat ketimpangan keruangan di Kabupaten Bandung dapat menjadi pertimbangan bagi pemerintah untuk mengintensifkan sektor pertanian. Membuka lahan-lahan pertanian baru, memberi modal bagi para petani dapat meningkatkan pendapatan perkapita di sektor pertanian. Kesejahteraan petani meningkat, ketimpang keruangan pun berkurang. Untuk membangun suatu daerah tidak harus selalu mengandalkan sektor

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanDari hasil perhitungan indeks Williamson di Kabupaten Bandung tahun 2006 2010 dapat diketahui bahwa tingkat ketimpangan keruangan di Kabupaten Bandung cukup tinggi. Namun mengalami penurunan dari tahun 2006 sampai tahun 2009 dan mengalami penaikan lagi di tahun 2010. Miningkatnya angka indeks Williamson tanpa sektor pertanian mengindikasikan bahwa sektor pertanian dapat membuat ketimpangan keruangan di Kabupaten Bandung menurun.

3.2 SaranSetiap wilayah yang baru memulai pembangunan pasti mengalami ketimpangan. Untuk mengatasai atau mengurangi ketimpangan ini pemerintah hendaknya mengambil kebijakan-kebijakan tertentu seperti kebijakan fiskal dengan meredistribusikan pendapatan agar lebih merata. Selain itu, pemerintah dapat memperkuat sektor-sektor yang dapat menurunkan tingkat ketimpangan keruangan. Dari hasil perhitungan indeks Williamson di Kabupaten Bandung, sektor usaha yang dapat mengurangi angka ketimpangan adalah sektor pertanian.

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN11.1Latar Belakang11.2Perumusan Masalah11.3Tujuan21.4Sasaran2BAB II PEMBAHASAN32.1Konsep Ketimpangan Keruangan32.2Indeks Williamson32.3Hasil dan Interpretasi4BAB III PENUTUP63.1Kesimpulan63.2Saran6DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

LAPORANANALISI KETIMPANGAN KERUANGAN DI KABUPATEN BANDUNG DAN BEBERAPA SEKTOR YANG MEMPENGARUHINYA MENGGUNAKAN INDEKS WILLIAMSONDisusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi Wilayah dan KotaTKP (345)

Oleh:Pritha Aprianoor21040111140106

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2012

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta: Graha Ilmu.Hartono, Budiantoro. 2008. Analisis Ketimpangan Pembangunan Ekonomi Di Provinsi Jawa Tengah Tesis Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Diponegoro Semarang.PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2006 2011Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2006 2011