26
1 Keutamaan Puasa Arafah, dan Kapan Dilaksanakan? Materi Kajian Hadits Oleh: Muhsin Hariyanto Masjid Margo Rahayu Namburan Kidul, Kelurahan Panembahan, Kecamatan Kraton, Yogyakarta Jumat, 12 September 2014

Keutamaan puasa ‘arafah, dan kapan dilaksanakan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Keutamaan puasa ‘arafah, dan kapan dilaksanakan

1

Keutamaan Puasa ‘Arafah, dan Kapan Dilaksanakan?

Materi Kajian Hadits

Oleh: Muhsin Hariyanto

Masjid Margo Rahayu Namburan Kidul, Kelurahan Panembahan,

Kecamatan Kraton, Yogyakarta

Jumat, 12 September 2014

Page 2: Keutamaan puasa ‘arafah, dan kapan dilaksanakan

2

Ada beberapa orang jamaah pengajian kami yang bertanya tentang Puasa ‘Arafah. Utamanya ke mengenai keutamaan dan waktu pelaksanaannya.

Berkaitan dengan pertanyaan itu, kami berupaya menjawabnya, sebatas pengetahuan kami tentang persolan itu.1

Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

“Puasa pada hari ‘Arafah, aku berharap kepada Allah agar menghapuskan (dengannya) dosa-dosa pada tahun lalu dan tahun yang akan datang”. Hadits Riwayat Muslim dari Abu Qatadah r.a., Shahîh Muslim, III/167, hadits no. no. 2803)2 Keutamaan Puasa ‘Arafah

An-Nawawiy rahimahullâh berkata :

1 Lihat, http://abul-jauzaa.blogspot.com. 2 Hadits ini juga diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Abu

Qatadah r.a., Sunan at-Tirmidzi, III/124, hadits no. 749 dan Ibnu Majah dari Abu Qatadah r.a., Sunan ibn Mâjah, II/627, hadits no. 1738.

Page 3: Keutamaan puasa ‘arafah, dan kapan dilaksanakan

3

: “

“Sabda beliau (Nabi) shallallâhu ‘alaihi wa sallam: ‘Puasa pada hari ‘Arafah, aku berharap kepada Allah agar menghapuskan (dengannya) dosa-dosa pada tahun lalu dan tahun yang akan datang’; maknanya adalah menghapuskan dosa-dosa bagi orang yang berpuasa pada hari itu selama dua tahun. Mereka (para ulama) berkata: Maksudnya adalah menghapus dosa-dosa kecil”.3

3 Syarh Shahîh Muslim, 8/50-51

Page 4: Keutamaan puasa ‘arafah, dan kapan dilaksanakan

4

“Sabda beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengenai hari ‘Arafah: ‘dapat menghapus dosa-dosa tahun lalu dan tahun yang akan datang’; berkata al-Mâwardiy dalam al-Hâwiy bahwasannya hadits ini mempunyai dua penafsiran. Pertama, Allah ta’âla mengampuni dosa-dosanya selama dua tahun; Kedua, Allah ta’âla menjaganya untuk tidak berbuat dosa selama dua tahun. As-Sarkhasiy berkata: ‘Adapun tahun pertama, maka dosa-dosanya akan diampuni’. Ia melanjutkan: ‘Para ulama berbeda pendapat mengenai makna penghapusan dosa di tahun selanjutnya (tahun depan). Sebagian mereka mengatakan, maknanya adalah bila seseorang melakukan maksiat pada tahun itu, Allah ta’ala akan menjadikan puasa di hari ‘Arafah yang ia lakukan di tahun lalu sebagai penghapus, sebagaimana ia menjadi penghapus dosa di tahun sebelumnya. Sebagian ulama lain mengatakan bahwa maknanya adalah Allah ta’alamenjaganya dari melakukan dosa di tahun depan”.4

Ash-Shan’aniy rahimahullah berkata :

.

“Sulit diterima penghapusan dosa yang belum terjadi, yaitu dosa tahun yang akan datang. Pendapat itu dibantah dengan

4 Al-Majmû’ Syarhul-Muhadzdzab, 6/381

Page 5: Keutamaan puasa ‘arafah, dan kapan dilaksanakan

5

alasan bahwa yang dimaksudkan adalah bahwa ia diberi taufiq pada tahun yang akan datang untuk tidak melakukan dosa. Hanya saja itu dinamai penghapusan untuk penyesuaian dengan istilah tahun lalu. Atau bahwa jika dia melakukan dosa tahun yang akan datang, maka ia diberi taufiq untuk melakukan sesuatu yang akan menghapuskannya”.5

Mengenai jenis dosa yang dihapuskan Allah ta’âla dari amalan puasa ‘Arafah, an-Nawawiy rahimahullâh berkata :

“Aku katakan : hadits-hadits ini mempunyai dua penafsiran : Pertama, menghapus dosa-dosa kecil dengan syarat ia tidak melakukan dosa besar. Jika ada dosa besar, maka tidak akan

5 Subulus-Salâm, 2/461

Page 6: Keutamaan puasa ‘arafah, dan kapan dilaksanakan

6

menghapus apapun, baik dosa besar ataupun dosa kecil. Kedua, – dan ini adalah pendapat yang lebih shahih/benar lagi terpilih – ia menghapus setiap dosa kecil. Jadi pengetiannya adalah (Allah) mengampuni semua dosanya, kecuali dosa besar. Telah berkata al-Qâdliy ‘Iyâdl rahimahullâhu ta’âla: ‘Apa yang disebutkan dalam hadits-hadits ini berbicara tentang pengampunan terhadap dosa-dosa kecil, selain dosa besar. Inilah madzhab Ahlus-Sunnah, karena dosa besar hanya bisa dihapus dengan taubat atau rahmat Allah ta’âla”.6

Disunnahkannya puasa ‘Arafah ini khusus bagi mereka yang tidak sedang melakukan wuquf di ‘Arafah. Adapun yang sedang wuquf di ‘Arafah, maka tidak disunnahkan.

“Dari Abu Najîh ia berkata : Ibnu ‘Umar pernah ditanya tentang puasa ‘Arafah, lalu ia menjawab: “Aku pernah berhaji bersama Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan beliau tidak berpuasa, bersama Abu Bakar dan ia tidak berpuasa, bersama ‘Umar dan ia tidak berpuasa, juga

6 Al-Majmû’ Syarhul-Muhadzdzab, 6/382

Page 7: Keutamaan puasa ‘arafah, dan kapan dilaksanakan

7

bersama ‘Utsmân dan ia tidak berpuasa. Adapun aku tidak berpuasa, tidak memerintahkannya, dan tidak pula melarangnya”.7

:

.

“Dari Ummul-Fadhl binti al-Hârits : Bahwasannya orang-orang berdebat di sisinya pada hari ‘Arafah tentang puasa Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Sebagian mereka berkata: “Beliau berpuasa”. Sebagian lain berkata: “Beliau tidak berpuasa”. Lalu aku (Ummul-Fadhl) mengirimkan pada beliau satu wadah yang berisi susu ketika beliau sedang wuquf di atas ontanya. Maka, beliau meminumnya”.8

.

7 Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi no. 751, Ahmad 2/47

dan 50, Ad-Dârimiy no. 1772, Abu Ya’lâ no. 5595, Ibnu Hibbân no. 3604, dan al-Baghawiy no. 1792; shahih

8 Diriwayatkan oleh al-Bukhâriy no. 1988 dan Muslim no. 1123.

Page 8: Keutamaan puasa ‘arafah, dan kapan dilaksanakan

8

“Dari Sa’îd bin Jubair, ia berkata : “Aku mendatangi Ibnu ‘Abbâs di ‘Arafah yang waktu itu sedang makan buah delima. Lalu ia berkata: ‘Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam berbuka di ‘Arafah. Ummul-Fadhl pernah mengirim susu, lalu beliau meminumnya”.9

Inilah pendapat shahih dari jumhur ulama.

At-Tirmidziy rahimahullâh berkata :

“Para ulama menyenangi puasa di hari ‘Arafah, kecuali jika berada di ‘Arafah (melaksanakan wuquf haji)”.10

An-Nawawiy rahimahullâh berkata :

)

“Adapun bagi orang yang melaksanakan haji di ‘Arafah, berkata asy-Syâfi’iy dan murid-muridnya dalam al-Mukhtashar: ‘Disunnahkan baginya untuk berbuka berdasarkan hadits Ummul-Fadhl. Dan berkata sekelompok

9 Diriwayatkan oleh an-Nasâ’iy dalam al-Kubrâ, no. 2828

dengan sanad shahih 10 Sunan at-Tirmidziy, 2/116.

Page 9: Keutamaan puasa ‘arafah, dan kapan dilaksanakan

9

dari shahabat kami: Dimakruhkan baginya untuk berpuasa”.11

Ibnu Bâz rahimahullâh pernah ditanya: “Apa hukum puasa di hari kesembilan bulan Dzulhijjah ?”. Maka beliau rahimahullâh menjawab :

.

“(Puasa di) hari kesembilan adalah sunnah. Hari ‘Arafah adalah sunnah bagi seluruh kaum muslimin untuk berpuasa di dalamnya. Nabi pernah ditanya mengenai hari ‘Arafah, maka beliau ‘alaihish-shalâtu was-salâm menjawab: ‘Allah mengampuni dengannya dosa-dosa pada tahun lalu dan tahun yang akan datang’. Oleh karena itu, pada hari ‘Arafah disunnahkan untuk berpuasa bagi laki-laki dan wanita kecuali bagi mereka yang melaksanakan haji, maka ia tidak berpuasa. Barangsiapa yang melaksanakan haji, maka pada hari ‘Arafah itu ia berbuka pada tahun ini. Adapun selain orang-orang yang berhaji, maka yang sunnah bagi mereka

11 Al-Majmû’, 6/380

Page 10: Keutamaan puasa ‘arafah, dan kapan dilaksanakan

10

adalah berpuasa jika merasa ringan/mudah melaksanakannya”.12

Namun ada keterangan dari beberapa orang salaf yang tetap berpuasa walaupun mereka berada di ‘Arafah melakukan wuquf.

“Dari Hisyaam bin ‘Urwah, dari ayahnya, ia berkata : “Tidaklah aku menyaksikan ayahku (‘Urwah bin Zubair) di ‘Arafah, kecuali ia sedang berpuasa”.13

“Dari Al-Qâsim bin Muhammad, ia berkata: “Aku pernah melihat ‘Aisyah pada waktu sore di ‘Arafah meninggalkan (memisahkan diri dari) imam (rombongan haji). Ia berhenti sebentar hingga orang-orang jauh darinya, lalu minta dibawakan minuman dan mulai berbuka puasa”.14

12 sumber: http://www.ibnbaz.org.sa/mat/19016. 13 Diriwayatkan oleh ath-Thabariy dalam Tahdzîbul-

Âtsâr no. 1057; shahih 14 Diriwayatkan oleh ath-Thabariy dalam Tahdzîbul-

Âtsâr, no. 1059; shahih

Page 11: Keutamaan puasa ‘arafah, dan kapan dilaksanakan

11

Hal itu sebagaimana diterangkan oleh Ibnu Qudamah rahimahullâh :

“Kebanyakan ulama menyenangi berbuka pada hari ‘Arafah ketika berada di ‘Arafah. Adalah ‘Aisyah dan Ibnu Zubair tetap berpuasa (saat di ‘Arafah). Qatâdah berkata : ‘Tidak mengapa dengannya jika tidak menyebabkan lemah untuk berdoa’. ‘Athâ’ berkata: ‘Aku berpuasa saat musim dingin, dan aku tidak berpuasa saat musim panas’. Kemakruhan berpuasa di waktu itu dikarenakan akan menyebabkan kelemahan untuk berdoa. Namun bila ia kuat melaksanakannya atau saat berada di musim dingin sehingga tidak membuat lemah, maka kemakruhan itu pun hilang”.15

Puasa ‘Arafah Menurut Negeri Masing-Masing atau Menurut Saudi?

15 Al-Mughniy, 3/58.

Page 12: Keutamaan puasa ‘arafah, dan kapan dilaksanakan

12

Permasalahan ini menjadi khilâf di kalangan ulama’. Sebagian ulama memahami bahwa ibadah ini (dan juga ‘Îdul-Adh-hâ)[3] tergantung pada sebab terlihatnya bulan Dzulhijjah, sebagaimana hal yang sama untuk permulaan Ramadhan dan Syawal. Sementara itu ulama lain berpendapat bahwa ibadah ini mengikuti ibadah haji di tanah Haram yang merupakan bentuk solidaritas (para) hujjâj. Dan dalam hal ini, kami mengikuti tarjîh ulama pada pendapat kedua. Hal itu didasari oleh beberapa alasan berikut :

1. Telah berlalu penjelasan bahwasannya puasa ‘Arafah disunnahkan hanya bagi mereka yang tidak melaksanakan wuquf di ‘Arafah. Ini mengandung pengertian bahwa puasa ‘Arafah ini terkait dengan pelaksanaan ibadah haji/wuquf. Jika (para) hujjâj telah wuquf, maka pada waktu itulah disyari’atkannya melaksanakan puasa ‘Arafah bagi mereka yang tidak melaksanakan haji.

2. Dalam nash-nash tidak pernah disebutkan puasa di hari kesembilan, namun hanya disebutkan puasa ‘Arafah. Berbeda halnya dengan puasa ‘Âsyûrâ’ yang disebutkan tanggalnya secara spesifik:

Page 13: Keutamaan puasa ‘arafah, dan kapan dilaksanakan

13

“Dari ‘Abdullah bin ‘Abbaas radliyallâhu ‘anhumâ, ia berkata: “Ketika Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam berpuasa di hari ‘Âsyûrâ’ dan memerintahkannya, para shahabat berkata : ‘Sesungguhnya ia adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nashrani’. Maka beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Tahun depan, insyâ Allah, kita akan berpuasa di hari kesembilan”. Ibnu ‘Abbas berkata: “Sebelum tiba tahun depan, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam telah wafat”.16

”Dari Ibnu ‘Abbâs ia berkata tentang (puasa) hari ‘Âsyûrâ’: “Selisihilah” orang-orang Yahudi dan berpuasalah di hari kesembilan dan kesepuluh”.17

Adapun perintah berpuasa ‘Arafah adalah :

16 Diriwayatkan oleh Muslim, no. 1134. 17 Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzâq, no. 7839 dan al-

Baihaqiy dalam al-Kubrâ, 4/287; shahih.

Page 14: Keutamaan puasa ‘arafah, dan kapan dilaksanakan

14

“Puasa pada hari ‘Arafah, aku berharap kepada Allah agar menghapuskan (dengannya) dosa-dosa pada tahun lalu dan tahun yang akan datang”.18

Jadi jelas perbedaannya bahwa puasa ‘Arafah tidak tergantung pada urutan hari dalam bulan Dzulhijjah, namun pada pelaksanaan wuquf di ‘Arafah.

3. Telah bersabda Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam :

“Berbuka kalian adalah hari kalian berbuka dan penyembelihan kalian adalah hari kalian menyembelih”.19

“Berbuka kalian adalah di hari kalian berbuka, penyembelihan kalian adalah di hari kalian menyembelih,

18 Hadits Riwayat Muslim dari ‘Umar ibn al-Khaththab 19 Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 2324, al-Baihaqiy

1/251, ad-Dâruquthniy 2/163; shahih. Lihat Shahîhul-Jâmi’, no. 4225.

Page 15: Keutamaan puasa ‘arafah, dan kapan dilaksanakan

15

dan ‘Arafah kalian adalah di hari kalian melakukan wuquf di ‘Arafah”.20

“Hari ‘Arafah, hari penyembelihan (‘Îdul-Adh-hâ), dan hari-hari tasyrîq adalah hari raya kita orang-orang Islam. Ia adalah hari-hari makan dan minum”.21

Makna ’ penyembelihan kalian adalah hari kalian menyembelih’ dan ‘Arafah kalian adalah di hari kalian melakukan wuquf di ‘Arafah’ adalah mengikuti dan menyesuaiakan pelaksanakaan hari menyembelih dan pelaksanaan wuquf orang-orang yang melaksanakan haji di Makkah.

An-Nawawiy rahimahullâh berkata :

20 Diriwayatkan oleh asy-Syâfi’iy dalam al-Umm 1/230

dan al-Baihaqiy 5/176; shahih dari ‘Athâ’ secara mursal. Lihat Shahîhul-Jâmi’ no. 4224.

21 Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 2419 dan at-Tirmidziy, no. 773; shahih.

Page 16: Keutamaan puasa ‘arafah, dan kapan dilaksanakan

16

“Telah berkata shahabat-shahabat kami (fuqahâ’ Syafi’iyyah): Tidaklah hari berbuka (‘Îdul-Fithri) itu (mempunyai pengertian) hari pertama bulan Syawal secara muthlaq. Ia adalah hari (saat) orang-orang berbuka padanya dengan dalil hadits sebelumnya (yaitu: ‘Berbuka kalian di hari kalian berbuka’). Begitu pula dengan hari penyembelihan (Yaumun-Nahr/’Îdul-Adh-hâ). Begitu pula dengan hari ‘Arafah, ia adalah hari yang nampak bagi orang-orang bahwasannya hari itu adalah hari ‘Arafah. Sama saja apakah itu hari kesembilan atau hari kesepuluh. Asy-Syaafi’iy berkata dalam Al-Umm saat berkomentar tentang hadits ini : Maka dengan inilah kami berpendapat…..”.22

Hari yang nampak sebagai hari ‘Arafah adalah hari ketika orang-orang yang melaksanakan ibadah haji wuquf di ‘Arafah.

4. Husain bin al-Harts al-Jadaliy pernah berkata :

22 Al-Majmû’’, 5/26.

Page 17: Keutamaan puasa ‘arafah, dan kapan dilaksanakan

17

“Bahwasanya Amîr kota Makkah pernah berkhutbah, lalu berkata: ‘Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam telah berpesan kepada kami agar kami (mulai) menyembelih berdasarkan ru’yah. Jika kami tidak melihatnya, namun dua orang saksi ‘adil menyaksikan (hilal telah tampak), maka kami mulai menyembelih berdasarkan persaksian mereka berdua….”.23

Âtsâr di atas menunjukkan ru’yah hilal yang dianggap/dipakai untuk melaksanakan ibadah penyembelihan (dan semua hal yang terkait dengan haji) adalah ru’yah hilal penduduk Makkah, bukan yang lain. Dengan demikian, maka hadits tersebut menunjukkan bahwa pada masa itu Amir Makkah-lah yang menetapkan pelaksanaan manasik haji, mulai dari wuquf di ‘Arafah, Thawaf Ifâdhah, bermalam di Muzdalifah, melempar Jumrah, dan seterusnya. Atau dengan kata lain, penguasa yang menguasai kota Makkah saat ini berhak menentukan wukuf di Arafah (9 Dzulhijjah), pelaksanaan penyembelihan hewan kurban (10 Dzulhijjah), dan rangkaian manasik haji lainnya. Hal itu berarti negeri-negeri Islam lainnya harus mengikuti penetapan hari wukuf di Arafah, yaumun nahar (hari penyembelihan hewan kurban pada tanggal 10 Dzulhijjah) berdasarkan keputusan Amir Makkah, atau penguasa yang saat ini mengelola kota Makkah.24

23 Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 2338; shahih. 24 Point ini saya mengambil faedah dari al-Akh Abu

Hannan di: http://salafyitb.wordpress.com/ 2007/01/24/al-

Page 18: Keutamaan puasa ‘arafah, dan kapan dilaksanakan

18

Puasa ‘Arafah merupakan puasa sunnah yang sangat dianjurkan, yang dikenal dengan sebutan “sunnah muakkadah”. Puasa ‘Arafah ini memiliki keutamaan yang luar biasa. Sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut:

“Rasulullah s.a.w. pernah ditanya tentang puasa hari ‘Arafah, beliau menjawab, “Puasa itu menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun berikutnya.” (Hadits Riwayat Muslim dari Abu Qatadah al-Anshari r.a., Shahîh Muslim, III/167, hadits no. 2804)25

Demikianlah keutamaan puasa Arafah, ia dapat menghapuskan dosa selama dua tahun. Yakni dosa satu tahun sebelumnya dan satu tahun sesudahnya.

Di antara keutamaan hari Arafah yang lain

adalah: “merupakan pembebas dari api neraka”. Sebagian ulama menjelaskan bahwa pembebasan dari neraka pada hari ‘Arafah diberikan Allah bukan hanya kepada jamaah haji yang sedang wukuf, melainkan juga untuk kaum muslimin yang tidak sedang menjalankan haji. Terlimpahkannya ampunan Allah

imam-ibnu-utsaimin-shaum-arafah-tidak-mengikuti-saudi/ — komentar tanggal 22 Pebruari 2007.

25 Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dari Abu Qatadah al-Anshari r.a., Musnad Ahmad ibn Hanbal, V/296, hadits no. 22590; An-Nasa-i dari Abu Qatadah al-Anshari r.a., Sunan an-Nasâi, III/224, hadits no. 2826 dan Al-Baihaqi dari Abu Qatadah al-Anshari r.a., As-Sunan al-Kubrâ, IV/282, hadits no. 8639;

Page 19: Keutamaan puasa ‘arafah, dan kapan dilaksanakan

19

terhadap dosa selama dua tahun melalui puasa ‘Arafah sangat terkait dengan keutamaan kedua ini.

Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari ‘Arafah. Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: “Apa yang diinginkan oleh mereka?”26

Mengenai apa macam dosa yang diampuni, terdapat beberapa hadis yang menyatakan bahwa yang bisa diampuni oleh beberapa jenis ibadah tersebut adalah dosa-dosa kecil. Hadis dimaksud adalah sebagai berikut,

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda: Shalat lima waktu dan Jumat ke Jumat menutup dosa-dosa dari shalat ke shalat berikutnya selama tidak

26 Hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Baihaqi dari

‘Aisyah r.a., As-Sunan ash-Shughrâ, IV/229, hadits no. 1665 dan Al-Hakim dari ‘Aisyah r.a., Al-Mustadrak, I/464, hadits no. 1705.

Page 20: Keutamaan puasa ‘arafah, dan kapan dilaksanakan

20

dilakukan dosa besar. [Hadits Riwayat Muslim dari Abu Hurairah, Shahîh Muslim, I/144, hadits no. 572)27

Mengenai dosa yang akan datang yang belum dikerjakan, dapat dikutipkan pernyataan Imam asy-Syaukani (w. 1255 H./1839 M.), dalam kitab Nail al-Authâr ketika menerangkan puasa ’Arafah akan menghapus dosa yang akan datang, bahwa dosa itu akan diampuni apabila seandainya terjadi, atau bisa juga berarti bahwa orang itu, karena puasa ’Arafahnya, akan terbimbing sehingga terhindar dan tidak akan melakukan dosa (Nailul-Authâr, 2000: 875). Alternatif kedua dari penjelasan asy-Syaukani ini lebih logis dan dapat diterima.

Keutamaan lain puasa ‘Arafah adalah ke-mustajâb-an doa. Secara umum doa orang yang berpuasa akan dikabulkan oleh Allah. Ditambah lagi dengan keutamaan waktu hari ‘Arafah yang merupakan sebaik-baik doa pada waktu itu, maka semakin kuatlah keutamaan terkabulnya doa orang yang berpuasa ‘Arafah pada hari itu.

27 Hadits ini juga diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Abu

Hurairah r.a., Sunan at-Tirmidzi, I/418, hadits no. 214; Ibnu Majah dari Abu Hurairah r.a., Sunan ibn Mâjah, II/187, hadits no. 1086; Ahmad bin Hanbal dari Abu Hurairah r.a., Musnad Ahmad ibn Hanbal, II/486, hadits no. 10290; Ibnu Khuzaimah dari Abu Hurairah r.a., Shahîh ibn Khuzaimah, I/162, hadits no. 314; Abu Ya’la dari Abu Hurairah r.a., Musnad Abî Ya’lâ, XI/371, hadits no. 6486; Al-Baihaqi dari Abu Hurairah r.a., As-Sunan al-Kubrâ, II/467, hadits no. 4625 dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah r.a., Shahîh ibn Hibbân, VI/176, hadits no. 2418)

Page 21: Keutamaan puasa ‘arafah, dan kapan dilaksanakan

21

“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari ‘Arafah. Dan sebaik-baik yang kuucapkan, begitu pula diucapkan oleh para Nabi sebelumku adalah ucapan “Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qadiir (Tidak ada Ilah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. MilikNyalah segala kerajaan dan segala pujian, Allah Maha Menguasai segala sesuatu).” (Hadits Riwayat At-Tirmidzi dari Abdullah bin 'Amru bin Al-'Ash bin Wa'il, Sunan at-Tirmidzi, V/572, hadits no. 3934) Puasa ‘Arafah, “Kapankah Dilaksanakan?”28

Sebagian kaum muslimin memahami bahwa pelaksanaan puasa Arafah mesti berbarengan dengan wukufnya jamaah haji di Arafah. Pemahaman ini benar dan berlaku bagi kaum muslimin yang berada di Makkah dan sekitarnya yang tidak melaksanakan ibadah haji. Yang demikian itu karena wukuf di Arafah dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah menurut ru’yah hilal (ru’yatul hilâl) yang dilakukan oleh penduduk Makkah.

28 Disampaikan dalam acara “Kajian Jumat Petang”,

Masjid Margo Rahayu, Namburan Kidul, Kelurahan Panembahan, Kecamatan Kraton, Yogyakarta, Jumat 12 September 2014.

Page 22: Keutamaan puasa ‘arafah, dan kapan dilaksanakan

22

Sedangkan kaum muslimin yang berada di daerah yang jauh dari Makkah, maka pendapat yang lebih kuat adalah melaksanakan puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah menurut ru’yah hilal yang mereka lakukan di negeri mereka. Dasar pijakan kesimpulan ini adalah sebagai berikut:

1. Sejarah Pensyariatan (târîkh tasyrî') Puasa ‘Arafah dan Shalat ‘Îdul Adh-hâ.

Puasa ‘Arafah disyariatkan pada tahun kedua — ada juga riwayat yang menyebutkan tahun pertama — setelah hijrah bersamaan dengan disyariatkannya shalat ‘Îdul Fithri dan Îdul Adh-hâ. Adapun wukuf di ‘Arafah sebagai bagian dari manasik haji, disyariatkan pada tahun keenam setelah hijrah.

Maknanya, pada tahun kedua, ketiga, keempat, dan kelima setelah hijrah, Rasulullah s.a.w. dan para sahabat telah melaksanakan puasa ‘Arafah tanpa ada seorang pun melaksanakan wukuf di ‘Arafah. Saat disyariatkan, puasa ‘Arafah tidak dikaitkan dengan peristiwa wukuf di ‘Arafah.29

2. Tiga Nama Puasa Arafah.

Puasa Arafah disebut dalam hadits dengan beberapa nama, yaitu:

a. Puasa Tis'a Dzuhijjah.

29 Lihat: Zâdul Ma'âd, II/101, Fathul Bârî, III/442;

Hâsyiyah al-Jumal, VI/203; dan Subulus Salâm, I/60.

Page 23: Keutamaan puasa ‘arafah, dan kapan dilaksanakan

23

“Salah seorang isteri Nabi s.a.w.. menyampaikan, "Rasulullah s.a.w.. biasa melaksanakan puasa pada hari kesembilan Dzulhijjah, hari 'Asyura, dan tiga hari setiap bulan (tanggal 13, 14, dan l5 bulan hijriyah)."30

b. Puasa al-'Asyru

"Empat perkara yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah s.a.w..: puasa ‘Asyura, puasa al-‘Asyru (sepuluh hari awal Dzulhijjah31, puasa tiga hari setiap bulan dan shalat dua rakaat sebelum shalat Subuh."32

30 Hadits Riwayat Abu Dawud, Sunan Abî Dâwud,

VI/418, hadits nomor 2439; Hadits Riwayat Ahmad ibn Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, hadits no. 21302 dan 25263; dan Hadits Riwayat Abu Bakr Ahmad ibn al-Husain ibn ‘Ali al-Bayhaqi, As-Sunan al-Kubrâ lil Bayhaqî, IV/285, hadits nomor 8651.

31 Penyebutan al-‘Asyru (sepuluh) oleh Rasulullah s.a.w. adalah kiasan, yang maksudnya adalah sembilan hari awal

Page 24: Keutamaan puasa ‘arafah, dan kapan dilaksanakan

24

c. Puasa ‘Arafah

“Abu Qatadah r.a. meriwayatkan bahwa Nabi s.a.w. pernah ditanya tentang puasa ‘Arafah. Beliau menjawab, "Puasa ‘Arafah menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang."33

Berdasarkan ketiga penamaan ini dapat dipahami bahwa puasa ‘Arafah adalah puasa pada tanggal sembilan Dzulhijjah. Sebab jika puasa ‘Arafah dikaitkan dengan peristiwa wukuf di ‘Arafah, tentunya puasa pada hari itu tidak disebut dengan nama lain.

3. Fatwa Para Ulama

Dzulhijjah, seperti perkataan “Ia beri’tikaf sepuluh hari terakhir Ramadhan”, meskipun faktanya kadang-kadang hanya sembilan hari. Lihat Murâ’atu al-Mafâtih Misykah al-Mashâbih, VI/401.

32 Hadits Riwayat Ahmad ibn Hanbal dari Hafshah binti ‘Umar ibn al-Khaththab, Musnad Ahmad ibn Hanbal, VI/287, hadits nomor 26521 dan Hadis Riwayat an-Nasâi dari Hafshah binti ‘Umar ibn al-Khaththab, Sunan an-Nasâ'i, II/238, hadits nomor 2416.

33 Hadits Riwayat Muslim, Shahîh Muslim, III/167, hadits nomor 2804.

Page 25: Keutamaan puasa ‘arafah, dan kapan dilaksanakan

25

a. Ibnu Taimiyyah berkata, "Hendaknya orang-orang melaksanakan puasa pada tanggal sembilan Dzulhijjah menurut kaum muslimin, meskipun sebenarnya itu adalah tanggal sepuluh Dzulhijjah."34

b. Ibnu Taimiyyah juga mengatakan, "Puasa pada hari yang diragukan, apakah itu tanggal sembilan ataukah sepuluh Dzulhijjah, tanpa diperselisihkan oleh para ulama adalah sah."35

c. Ketika Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin ditanya tentang puasa ‘Arafah, apakah dilaksanakan berdasarkan ru’yah di negeri tempat seseorang tinggal, ataukah ru’yah di tanah haram, beliau menjawab —yang ringkasnya—hendaklah puasa dilaksanakan berdasarkan ru’yah di negeri tempat seseorang tinggal.36

Pendapat ini diperkuat dengan realita belum majunya teknologi komunikasi dan transportasi pada masa Salaf. Pada masa mereka, perjalanan sehari hanya dapat menempuh jarak 40-50 km. Apabila ru’yah penduduk Makkah dikabarkan ke Madinah, maka kabar itu baru sampai pada tanggal 12 atau paling cepat 10 Dzulhijjah, karena jarak Makkah-Madinah adalah 498 km.

Maknanya, dapat dipastikan bahwa Rasulullah s.a.w. pun melaksanakan puasa ‘Arafah berdasarkan

34 Majmû' Fatâwâ, XXV/202. 35 Ibid., XXV/203. 36 Fatâwâ wa Rasâil Ibni Utsaimin, XX/47-48 dan

XIX/41.

Page 26: Keutamaan puasa ‘arafah, dan kapan dilaksanakan

26

ru’yah hilal penduduk Madinah, bukan ru’yah hilal penduduk Makkah.

Demikian tiga Keutamaan Puasa ‘Arafah yang telah dijelaskan oleh para ulama, Semoga semakin menguatkan motivasi kita untuk menjalankan Puasa ‘Arafah pada 9 Dzulhijjah 1435 H, terlepas dari kontroversi tentang kapan tepatnya hari itu dikatakan sebagai hari ‘Arafah, saat diri kita – umat Islam -- disunnahkan untuk berpuasa.

Karena, mengenai keutamaan Puasa ‘Arafah,

para ulama bersepakat. Namun, mengenai ‘kapan’ dilaksanakannya puasa itu, karena seringkali antara penentuan hari raya ‘Idul Adh-ha di beberapa belahan bumi dengan penentuan hari wukuf haji di ‘Arafah (berkenaan dengan penentuan hari raya ‘Idul Adh-ha di tanah suci) berbeda, persoalan ini menjadi perbincangan yang tak kunjung usai.

Kami, sebagai penulis -- yang pengetahuan kami

tentang masalah itu sangat terbatas, dan dalam proses belajar – mencoba untuk menuangkan hasil bacaan kami.

Atas perhatian, kritik dan saran dari siapa pun

yang telah mengapresiasi tulisan kami yang kami kutip dan (kami) selaraskan dari berapa tulisan yang telah kami baca, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Wallâhu A'lamu bish-Shawâb.