16
Wartini. Kewajiban Negara Untuk Menerima Bantuan Kemanusiaan Dalam... Kewajiban Negara Untuk Menerima Bantuan Kemanusiaan Dalam Hal Terjadinya Internal Displaced Persons Dalam Perspektif Hukum Intemasional Sri Wartini Abstrak A State as one of International law subjects has rights and obligations based on interna tional law. One of the international obligations of a State is to assist andprotect the right oflDP'sin its territory. If a State is inability and unwillingness to assist and protect the IDP's rights, itmeans the State has already violated its international obligation. In this condition, is the humanity assistance ofinternational organization can bejustified as an obligation that must be accepted based on international law perspective?. Consequently, the refusal to accept assistance can be classified asa violation of international law, and itraises state responsibility. Pendahuiuan Dahsyatnya akibat badai tsunami yang dialami masyarakat di Aceh rhengundang perhatian dan simpati seluruh kekuatan negeri in! bersama-sama memulihkan kehidupan bum! serambi Mekkah. Banyak anak-anak yang kehilangan orang tuanya maupun orang tua yang kehilangan anak-anaknya dan pengungsi yang bingung mencari bantuan. Badai tsunami yang membawa gelombang air bah maha dahsyat berkecepatan 800 km per jam, menggulung apa saja yang tergelar di bumi Aceh. Di daerah bencana tersebut kini tiada iagi makna kekuasaan, tidak berarti lagi kemewahan, ketika batas hidup dan kematian begitu tipis, saat kematian merenggut cepat kehidupan.^ Warga yang berhasi! selamat dari bencana tersebut, telah disiapkan beberapa tempat pengungsian untuk korban bencana alam ini. Berbagai bantuan balk itu berupa bahan makanan, obat-obatan maupun pakai- an mengalir begitu banyak, hanya saja distribusinya yang belum dapat dilakukan sebagaimana mestinya, sehingga masih banyak pengungsi yang belum menerima bantuan. Solidaritas Internasionalpun muncul begitu terjadi bencana besar di Aceh. Mulai Kamis 6 Januari 2005, negara-negara ASEAN menggelar Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa untuk membahas sejumlah agenda penting berkaitan dengan bencana ini. Di tempat pengungsian tersebut, banyak anak-anak yang kehilangan orang tuanya, ' Abdul Munir Mulkan, Tatwa Jihad bagi Pemulihan Korban Tsunami," Republika, 5 Januari 2005. 19

Kewajiban Negara Untuk Menerima Bantuan Kemanusiaan Dalam

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kewajiban Negara Untuk Menerima Bantuan Kemanusiaan Dalam

Wartini. Kewajiban Negara Untuk Menerima Bantuan Kemanusiaan Dalam...

Kewajiban Negara Untuk Menerima BantuanKemanusiaan Dalam Hal Terjadinya Internal Displaced

Persons Dalam Perspektif Hukum Intemasional

Sri Wartini

Abstrak

AState as oneofInternational law subjects has rights and obligations basedon international law. One ofthe international obligations of a State is to assist andprotect the rightoflDP'sin its territory. Ifa State is inabilityand unwillingness to assist andprotect the IDP'srights, itmeans the State has already violated its international obligation. In this condition,is the humanity assistance ofinternational organization can bejustified as an obligationthat must beaccepted based on international law perspective?. Consequently, the refusalto accept assistance can beclassified asa violation of international law, and itraises stateresponsibility.

Pendahuiuan

Dahsyatnya akibat badai tsunami yangdialami masyarakat di Aceh rhengundangperhatian dan simpati seluruh kekuatan negeriin! bersama-sama memulihkan kehidupanbum! serambi Mekkah. Banyak anak-anakyang kehilangan orang tuanya maupun orangtua yang kehilangan anak-anaknya danpengungsi yang bingung mencari bantuan.Badai tsunami yang membawa gelombangair bah maha dahsyat berkecepatan 800 kmper jam, menggulung apa saja yang tergelardi bumi Aceh. Di daerah bencana tersebut kini

tiada iagi makna kekuasaan, tidak berarti lagikemewahan, ketika batas hidup dan kematianbegitu tipis, saat kematian merenggut cepatkehidupan.^

Warga yang berhasi! selamat daribencana tersebut, telah disiapkan beberapatempat pengungsian untuk korban bencanaalam ini. Berbagai bantuan balk itu berupabahan makanan, obat-obatan maupun pakai-an mengalir begitu banyak, hanya sajadistribusinya yang belum dapat dilakukansebagaimana mestinya, sehingga masihbanyak pengungsi yang belum menerimabantuan. Solidaritas Internasionalpun munculbegitu terjadi bencana besar di Aceh. MulaiKamis 6 Januari 2005, negara-negara ASEANmenggelar Konferensi Tingkat Tinggi LuarBiasa untuk membahas sejumlah agendapenting berkaitan dengan bencana ini.

Di tempat pengungsian tersebut, banyakanak-anak yang kehilangan orang tuanya,

'Abdul Munir Mulkan, TatwaJihad bagi Pemulihan Korban Tsunami," Republika, 5 Januari 2005.

19

Page 2: Kewajiban Negara Untuk Menerima Bantuan Kemanusiaan Dalam

menggugah banyak orang untuk melakukanpengadopsian terhadap anak-anak malangtersebut, namun banyak juga orang yangmemancing di air keruh dengan berkedokadopsi, mereka berusaha untuk menjualanak-anak tersebut tidak ubahnya sepertibarang dagangan saja. Penanganan anak-anak Aceh korban gempa dan stunami makinpenting. Pemerintah punya tanggung jawabterhadap anak-anak Aceh untuk melindungihak-hak mereka, sebagaimana anak-anakyang lain. Anak-anak merupakan penerusgenerasi, jangan sampai hak-hak merekaterampas aklbat bencana ini. Pengungsl yangdisebabkan oleh bencana alam sebagaimanayang terjadi di Aceh ini, menurut ketentuanhukum intemasional dlsebut Internal DisplacedPersons flDPsJ, selanjutnya akan disebut IDPs.^

Sebagian besar pengungsi domestik yangada di dunia adalah pengungsi domestik yangtimbul aklbat adanya konfiik bersenjata, baikkonflik bersenjata intemasional maupun non-internasional seperti yang terjadi di Indonesia.Beberapa sengketa bersenjata non-intemasionalyang terjadi di berbagai negara tersebut mulaiawal tahun 1990 hingga sekarang masihmenimbulkan berbagai masalah terutamamengenai perllndungan bag! pengungsidomestik akibat konfiik bersenjata non-internasional. Di Indonesia telah terjadi

pengungsi domestik yang berasal dari beberapawilayah di Indonesia yang disebabkan olehkonfiik bersenjata internal seperti diAmbon danMaluku Utara, Sambasdan di Aceh,^ orang Acehmenjadi pengungsi domestik akibat konfiikbersenjata antara pemerintah Indonesia dengantentara Gerakan Aceh Merdeka (GAM).Pengungsi Aceh yang semula hanya disebabkanoleh konfiik bersenjata sekarang bertambahdengan pengungsi yang disebabkan olehbencana alam. Beban pemerintah Indonesiasemakin berat untuk memberikan perlindungandan bantuan kepada para pengungsi ini.

Masalah yang dihadapi IDPs aklbatkonfiik non-lnternasional maupun akibatbencanaalam adalah masih minimnya perlindungan atas hak-haknya, diantaranya keadaanpengungsi yang kacau balau, terpisahnyaanggota keluarga yang satu dengan yang lain,kurangnya makanan, sarana air bersih, sertasaranasanitasi yang kurang layak, jugateijadinyawabah penyakit dantekanan batin yang merekaalam! mengakibatkan meningkatnya angkakematian para pengungsi.

Berdasarkanperspektif hukum Intemasional,negara bertanggung jawab untuk melindungidan memberikan bantuan kepada pengungsidomestik (IDPsj, karena ini didasarkan padaprinsip kedaulatan negara dan prinsip non-intervensi.^ Bagi negara-negara maju, mereka

^Istilah IDPs (pengungsi domestik) ini pertama kali muncul padasaatterjadinya konfiik senjata internal diSudan pada tahun 1972, dimana konfiik internal tersebut mengakibatkan banyak rakyat Sudan harusmeninggalkan kampung halamannya untuk mencari tempat yang lebih aman tetapi masih di wilayah Sudan.Padatahun 1990-an danperiode berakhimya perang dingin banyak terjadi konfiik internal dinegara-negaradidunia yang mengakibatkan sejumlah orang diAfrika, Asia, Eropa danAmerika Latin terpaksa meninggalkantempat tinggalnya sebagaiakibat konfiik bersenjata, kerusuhan internal, danpelanggaran hakasasimanusia.Lihat Achmad Romsan. et.al., Pengantar Pengungsi Intemasional (Jakarta: UNHCR, 2003), him. 32.

^Dahlan, "Pengungsi Domestik diAceh (Peta Permasalahan danAltematif Penyelesaian secaraSimultan)Makalah disampaikan diHotel Bumikarsa Jakarta, 6-7 Februari 2001 dalam, Achmat Romsan, et. al., cp.cit.,him. 195.

20 JURNAL HUKUM. No. 29 VOL 12. MEI2005:19 - 34

Page 3: Kewajiban Negara Untuk Menerima Bantuan Kemanusiaan Dalam

Wartini. Kewajiban Negara Untuk Menerima Bantuan Kemanusiaan Dalam...

akan berusaha untuk meiindungi danmenyediakan bantuan bagi IDPs, akan tetapikarena terjadinya IDPs di suatu negara selaindisebabkan oleh bencana alam, juga dise-babkan oleh karena terjadinya konflik bersen-jata internal, atau karena pelanggaran hakasasi manusia secara slstematls, makakadang-kadang negara tidak berkehendakdan tidak mampu untuk memberikan bantuanmaupun perlindungan, bahkan menolakbantuan kemanusiaan berasal dari organisasiinternasional, seperti UNHCR atau Red-Crossdemi mempertahankan kedaulatan negaranya.

Dengan adanya bencana yang menimpamasyarakat Aceh dan juga pengungsi yangdisebabkan oleh konflik antar suku dl Kalimantan

Barat, konflik antar agama dl Poso, yangmenyebabkan terjadinya IDPs di Indonesia,membuat penulis terlarik untuk menganallsissampai sejauh mana negara harus bertang-gung jawab terhadap pengungsi domestik(IDPs) berdasarkan perspektif hukum internasional balk yang disebabkan oleh bencanaalam atau bencana yang dibuat oleh manusiaseperti adanya konflik internal. Adakahkewajiban negara untuk menerima bantuankemanusiaan atas terjadinya IDPs tersebut?Periukah persetujuan negara yang bersang-kutan untuk menerima bantuan internasional?

Pengertian Pengungsi Domestik (InternalDisplaced Persons)

Pengertian pengungsi domestik (IDPs)atauorang-orang yang terlantar digunakan olehPBB dan United Nations High CommissionerRefugees (UNHCR) pertama kali pada tahun

1972. Sejak tahun 1975, UNHCR dan PBBmemakai istilah displaced persons untukmenunjuk orang-orang yang meninggalkankampung halamannya untuk pergi ke tempatlain yang dirasanya aman, sebagai akibatterjadinya konflik bersenjata di negara asalnya,tetapi yang sudah berada di luar perbatasannegara asalnya. Untuk Displaced Personsdalam pengertian semula (tetap berada dalamwilayah negara yang sama), Uf^HCR memakaiIstilah Internally Displaced Persons (IDPs)untuk menyebut pengungsi domestik.^

Guiding Principles oninternal Displacementmemberikan perlindungan terhadap pengungsi domestik termasuk hak dan kewajiban parapengungsi beserta kewajiban negara yangbersangkutan untuk meiindungi para pengungsi domestik tersebut. Selain itu jugaadajaminan hak bagi pengungsi domestik untukmeminta bantuan intemasional, dan hak bagimasyarakat internasional untuk memberikanbantuan, serta kewajiban bagi pemerintah yangbersangkutan untuk menerima bantuan.Dalam angka 2 Guiding Principles on InternalDisplacement tentang pengantar, memuatpengertian istilah Internally Displaced Personsatau pengungsi Domestik sebagai berikut:

"...internailydisplacedpersons are personsorgroupsofpersons who havebeen forcedorobliged tofleeor to leave theirhomesorplaces ofhabitual residence, in particularas a result ofor in order to avoid the effects

ofarmedconflict, situations ofgeneraiizedvioience, violations of human rights ornatural or human made disasters, and whohave notcrossedanintemationallyrecognizedState border".^

*Geoff Gilbert, ed, Artikel dalamInternational JournalofRefugeeLaw, Vol. 15. No. 4 (Human RightsCenter University ofEssex, Oxford Universirty Press,2000), him. 681.'

®Achmad Romsan, at. a!., loo.cit.

21

Page 4: Kewajiban Negara Untuk Menerima Bantuan Kemanusiaan Dalam

Berdasarkan definisi tersebut, istilah IDPsatau pengungsi domestik timbul karena adanyabahaya yang mengancam keselamatanpenduduk. Seperti adanya pertikaian bersenjata,atau karena banyaknyaterjadi pelanggaran hakasasi manusia atau karena terjadi bencanaalam seperti banjir, gempa bum!, gunungmeletus, kekeringan, atau karena bencanabuatan manusia.

Pengungsi domestik, terdiri dari beberapakategori menurut latar belakang terjadinyapengungsian tersebut, dan masing-masingjenis pengungsi domestik in! memiliki pena-nganan yang berbeda-beda. Beberapa kategori pengungsi tersebut iaiati: Pertama,pengungsi yang disebabkan oleh peristiwaaiami atau natural disaster seperti gunungmeletus, gempa bumi, banjir, dan kekeringan.Bagi pengungsi akibat natural disaster inipenangannannya lebih sederhana, mengingatbahwa kebutuhan utama mereka adaiah dapattinggai untuk sementara di tempat menyela-matkan diri dan untuk dapat hidup daiam waktusingkat sampai tiba saatnya kembali kekampung tiaiamannya. Pertoiongan yangdiutamakan ialati makanan, air, pakaian,sanltasi, dan kesehatan.

Kedua, Pengungsi yang disebabkan oiehperbuatan manusia atau seringdisebut humanmade disaster, seperti konfiik bersenjata,penindasan atau gangguan terus-menerusyang diiakukan oleh penguasa atau sekelom-pok orang di suatu negara terhadap golonganorang tertentu di negara yang bersangkutan,misalnya karena, ras, warna kulit, etnis,agama, golongan sosial, atau opini politik or-ang-orang yang menjadi sasaran penindasan

atau gangguan terus menerus tersebut. Bagipengungsi akibat human made disaster initerutama korban gangguan terus-menerusterhadap pribadi atau kebebasan fundamen-tai mereka atau kekerasan terhadap jiwa danfisik, penanganannya iebih suiit karena tidakhanya membutuhkan pertoiongan danbantuan bagi keiangsungan hidup, akantetapi,mereka membutuhkan periindungan dariancaman human disarter yang memerlukanperiindungan hukum intemasional. Oleh karenaitu, pengungsi domestik akibat bencana aiamdi suatu negara dan juga pengungsi karenakonfiik etnis dan konfiik agama seperti yangterjadi di indonesia dapat dimasukkan sebagaipengungsi domestik, sehingga berhak untukmemperoieh periindungan atas hak-hak dankeselamatannya selama masa pengungsian.

Hak-Hak IDPs

IDPs sebagaimana pengungsi yangmeiewati batas-batas negara, juga berhakuntuk memperoieh periindungan hak-haknyaberdasarkan hukum nasionai maupun hukuminternasionai. Hak-hak pengungsi dimuatdaiam prinsip 1 angka 1 Guiding Principleson internal Displaced Persons yangmenyatakan:1. internaiiy dipiaced persons shall enjoy in

full equality, the same rights and freedomsunder international and domestic law as do

otherpersonsintheir country. Theyshallnotbe discriminatedagainst intheenjoyment ofany rights and freedom on the groundthatthey are intemaily displaced.

2. These principles are without prejudice to

®Kate Jastram dan Marilyn Achiron, Refugee Protection:AGuide toInternational Refugee Law (UNHCR,2001), him. 26.

22 JURNAL HUKUfi4. No. 29 VOL. 12. MEI2005:19 - 34

Page 5: Kewajiban Negara Untuk Menerima Bantuan Kemanusiaan Dalam

Wartini. Kewajiban Negara Untuk Menerima Bantuan Kemanusiaan Dalam...

individual criminai responsibility underintermational law, in particular relating togenocide, crimes against humanity andwarcrimes.^

Berdasarkan prinsip tersebut ditegaskanbahwa pengungsi domestik (Internal DisplacedPersons) akan menikmati, dengan persamaanpenuh, hakdan kebebasan yangsama menu-rut hukum internasional dan hukum nasional

sebagaimana orang-orang di negaranya.Mereka tidak boleh dibedakan dengan alasanbahwa mereka pengungsi domestik. Akantetapi tidak meniadakan pertanggungjawabankriminal menurut hukum internasional,terutama berkenaan dengan ketentuangenocida, kejahatan perang dan kemanusiaan.

Dengan demikian pemerintah suatu negaramempunyai tugasdan kewajiban untuk membe-rikan perlindungan dan bantuan kemanusiaankepada orang-orang yang dipindahkan secarainternal dalam wilayah teritorial suatu negara.Orang-orang yang dipindahkan secara internalmemiliki hak untuk meminta dan menerima

perlindungan serta bantuan kemanusiaan daripemerintah mereka. Setiap pengungsi domestikmenikmati hakyang sama, tanpa diskriminasidalam bentuk apapun. Hal ini dipertegasdalam prinsip 4 angka 1 yang menyatakan "...shallbe applied without discrimination of anykind, such as race, colour, sex, language, religion or belief, political, or other opinion, national, ethnic or social origin, legal or socialstatus, age, disability, property, birth, or anyother similar criteria". ®

Perlindungan terhadap pengungsidomestik meliputi perlindungan terhadap hak-haknya sebagal pengungsi domestik antaralain:

Pertama, hak yang melekat untuk hidupyang terdapat dalam prinsip 10angkal sebagalberikut:

"Every humanbeinghas the inherent rightto life which shallbe protected bylaw. Noone shall be arbitrarily deprived of his orher life. Intemally displaced persons shallbe protected inparticular against:a. Genocida;b. Murder;c. Summary or arbitrary executions; and

Enforced disappearances, includingabduction or unacknowledge detention,treatening orresulting indeath. Threatsand incitement to commit any of theforegoing acts shall be prohibited.'̂

Berdasarkan ketentuan pasal tersebut,pengungsi domestik tidak dibedakan apakahkarena bencana alam atau karena human

disturbance dilindungi dari kejahatan genocida, pembunuhan, hukuman mati yang dija-tuhkan dengan sewenang-wenang atau tanpalandasan hukum, dan penghilangan paksayang mengakibatkan kematian. Yang dilarangtidak hanya tindakan-tindakan aktual yangmerampas hak hidup para pengungsi domestik tersebut, tetapi juga ancaman-ancamandan hasutan-hasutan untuk melakukan

tindakan-tindakan seperti itu. '̂'Kedua, hak dan martabat dan integritas

diri, pengungsi domestik akan dilindungi dariperbudakan, termasuk penjualan orang,

' Prinsip 1Guiding Principles onInternal Displacement.®Pasal4 ayat(1) Guiding Principles onInternal Displaced Person.®Pasal10angka 1Guiding Principles on Internal Displaced Person.

23

Page 6: Kewajiban Negara Untuk Menerima Bantuan Kemanusiaan Dalam

eksploitasi seksual, dan kerja paksa anak-anak. Ancaman-acaman serta hasutan-

hasutan untuk itu juga dilarang. Mereka jugamendapatkan perlindungan dari penangkapandan perlindungan sewenang-wenang. Dalamhal Ini, berarti pemerintah tidak bolehmenagkap atau menahan orang dengansewenang-wenang, seperti menangkap danmenahan pengungsi domestik hanya karenadiatelah mengungsi atau karena alasan-alasanlain, seperti tidak mempunyai dokumen dansurat menyurat yang dibutuhkan, kebebasanbergerak dan kebebasan kemerdekaan dankeamanan diri."

Ketiga, berhak untuk memiiih sendiri tempattinggalnya, dilindungi dari pemulangan paksa,dliindungi dari perekrutan militer secarapaksa,'̂hak untuk mengetahui keadaan keiuargapengungsi yang hiiang dan hak untukmemperoleh standar hidup yang memadai, hakatasperlindungan terhadap harta kekayaannnya,hak atas pendidikan.

Kewajiban Negara terhadap IDPs

Negara sebagai saiahsatu subjek hukuminternasional mampu untuk mengembankewajiban internasionai dan memiliki hak-hakberdasarkan hukum internasional. Salah satu

kewajiban utama suatu negara adalah untukmemberlakukan semua orang yang berada diwilayahnya secara baik dengan memberikanperlindungan terhadap hak-hak asasimanusia.'^ Dalam hal terjadinya IDPs dl

SusanForbes Martin, Pegangan untukPenerapan Prinsip-Prinsip Panduan bagiPengungsian Internal,(Jakarta: UN-OCHA. 2002), him. 29.

" Ibid.

Prinsip 13Guiding Principles onInternal Displacement." Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional (Jakarta: Rajawali Press, 1991), him. 39." Prinsip 3Guiding Principles onInternal Displacement.

wilayah suatu negara, mengakibatkan negaraberkewajiban untuk mellndungi hakasasi IDPsini, karena IDPs merupakan warga negarasendiri, sehingga berdasarkan hukum internasional negara memlliki kewajiban untukmelindungi semua orang yang berada diwiiayah negaranya. Apalagi IDPs jugamerupakan warga negara dari negara yangbersangkutan. Jadi sudah seharusnya kaiaunegara memiliki kewajiban untuk meiindungihak asasi para IDPs ini.

Kewajiban pemerintah negara tempatterjadinya iDPs dlatur daiam Pasai 3 GuidingPrinciples on Internal Displacement yangmenyatakan: "National authorities have theprimary duty and responsibilities to provideprotection and humanitarian assistance tointernally displaced persons wifhin theirjurisdiction".'̂ * Berdasarkan ketentuan pasaiini, jeias disebutkan bahwa pemerintahmemiliki kewajiban untuk memberikanperlindungan dan bantuan kemanusiaankepada pengungsi domestik daiam batasyurisdiksi mereka.

Bagian II Guiding Principles on InternalDisplacement (prinsip 5-9) menyebutkanbahwa semua pejabat dan pelaku internasionalharus menghormati dan menjamin penghor-matan terhadap kewajiban mereka menurut hukum intemasional, termasuk hukum humaniterdan hukum hak asasi manusia, dalam keadaanapapun, untuk mencegah dan menghindarikeadaan-keadaan yangdapat merugikan orang-orang yang dipindahkan.'®

24 JURNAL HUKUM. No. 29 VOL 12. MB 2005:19 - 34

Page 7: Kewajiban Negara Untuk Menerima Bantuan Kemanusiaan Dalam

Wartini. Kewajiban Negara Untuk Menerima Bantuan Kemanusiaan Dalam...

Prinsip 7 mengatur kewajiban negarauntuk menjamin penampungan yangmemadai dengan kondisi yang memuaskanatau layak tentang keselamatannya, gizi,kesehatan daii kebersihan, selain itu anggotakeluarga yang sama tidak boleh dipisahkan.Secarajelas disebutkan dalam prinsip 7angka2 sebagal berikut;

"the authorities undertakingsuchdisplacementshall ensure, to the greatest practicableextent, thatproperaccomodatlon Is providedto the displaced persons, that suchdisplacement are effected in satisfactoryconditions of safety, nutrition, health andhygiene, and that members of the samefamily are not separated".'̂Prinsip 25 mengatur bahwa pihak-pihak

yang berwenang di tingkat nasionai memllikitanggung jawab dan kewajiban yang palingutamaterhadap pengungsi domestik (ayat (1)).Organisasi-organisasi internasionai danpeiaku-peiaku lain di bidang kemanusiaanmemiiiki hak untuk menawarkan jasa-jasamereka dalam upaya membantu pengungsidomestik, dan pihak berwenang tidak bolehmenunda persetujuan tawaran bantuan tersebutdengan sewenang-wenang (ayat (2)). Pihakberwenang juga harus mengijinkan orang-orangyang teriibat dalam penyediaan bantuansemacam itu akses yang cepat dan tanpahambatan kepada para pengungsi.^^

Aspek Hak Asasi Manusia dalam IDPs

Pengungsi domestik (IDPs) merupakansegoiongan manusia yang sangat rentanterhadap periakuan sewenang-wenang oiehpara penguasa maupun oieh masyarakat ditempat mereka mengungsi. Sebagai individu,keiompok masyarakat dan sebagai manusia,mereka berhak mendapat periakuan yangmanusiawi. Setiap pengungsi berhak menda-patkan perlindungan baik oieh hukum nasionaimaupun hukum internasionai, sekaiipuninstrumen hukum intemasional yang mengaturmengenai perlindungan IDPs bukaniahmerupakan ketentuan hukum yang mengikat,karena hanya berupa pedoman saja. Akantetapi, IDPs sebagai manusia juga berhakmemperoieh perlindungan berdasarkaninstrumen hukum hak asasi manusia.

Secara garis besarhak-hak yang meiekatkepada diri seorangIDPs adaiah hak-hak yangmenyangkut hak-hak sipii, politik, ekonomi,sosiai dan budaya, yang beriaku untuk semuaorang baik warga negara maupun bukanwarga negara. Semua hak-hak tersebutdituangkan dalam the International Bill ofHumanRights yangXeidm dari the Universal DeclarationofHuman Rights, the Intematlonal covenant onCivil and political Rights, dan the IntemationalCovenant on Economic, Social, and CulturalRights.'̂ Beberapa Konvensi internasionai laindalam bidang Hak Asasi Manusia yangberkaitan dengan IDPs juga memberikanperlindungan kepada pengungsi adaiah:

Prinsip 5-9 Guiding Principles onInternal Displacement.Prinsip 7angka 2 Guiding Principles onInternal Displaced Persons.Prinsip 25ayat (1) - (2) Guiding Principles oninternal Displaced Persons.Pasai 2 Declaration ofHumanRights.Martin Dixon. MA, IntemationalLMwiLondon: Blackstone Press Limited,Third Edition, 1996), him. 313-314.

25

Page 8: Kewajiban Negara Untuk Menerima Bantuan Kemanusiaan Dalam

1. Konvensi Internasional tentangPenghapusan Segala BentukDiskriminasi Rasial (United NationsConvention on Elimination of Racial

Discrimination)

Dalam Konvensi in! istilah "diskriminasi

ras" diartikan sebagai segala bentukpembedaan, pengecuaiian, pembatasan, ataupengutamaan berdasarkan ras, warna kulit,keturunan atau kebangsaan atau suku bangsa,yang mempunyai maksud atau dampakmeniadakan atau merusak pengakuan,pencapaian atau peiaksanaan, atas dasarpersamaan,hak asasi manusiadan kebebasandasar dalam bidang poiitik, ekonomi, sosialbudaya atau bidang kehidupan masyarakatiainnya.^° Periindungan terhadap IDPs daiamKonvensi ini berkaitan dengan hak sipii dan hakekonomi.

Konvensi ini selain mengatur hak-haktersebut di atasjugamengatur tentang hak ataskeamanan dan periindungan pribadisebagaimana yang dituangkan daiam Pasai 5bKonvensi intemasionai tentang PenghapusanSegala Bentuk Diskriminasi Rasial sebagai berikut:

"The right tosecurityofperson andprotedionby the state against violence or bodilyharm, whether Inflicted by governmentofficials or by any Individual, group orInstitution."

Dengan demikian, setlap orang (termasukiDPs) tanpa diskriminasi menikmati hakkeamanan dan periindungan pribadi dari negaraterhadap pelanggaran yang membahayakantubuh, baik yang disebabkan oieh pejabatpemerlntah atau individu, kelompok ataulembaga.

Konvensi ini juga mewajibkan negarapeserta untuk menjamin setiaporangdldaiamwiiayahnya memperoieh periindungan danupaya penyeiesaian yang efektif terhadaptindakan diskriminasi ras yangmelanggar hakasasi manusia dan kebebasan dasar maupunhak untuk memperoieh perbaikan danpenggantian yang adii dan iayak.

2. Konvensi Anti Penyiksaan

Konvensi ini secara iengkap berjudul 'TheConvention Against torture and OtherInhumanor Degrading Treatment orpunishment 1984."Elemen inti dari periindungan intemasionaidaiam Konvensi tentang Anti Penyiksaanadaiah hak untuk tidak dipuiangkan secarapaksa ke tempatyang dapat mengancam jiwaatau kemerdekaan seseorang. Pasai 3Konvensi Anti Penyiksaan menyatakan:1. No StatePartyshallexpel, retum (refouler)

or extradite a person to another Statewherethere are substancial grounds forbelieving that they would be In danger ofbeingsubjected to torture.

2. Forthepurpose todetermining whetheriherearesuchgrounds, thecompetent authoritiesshall take Into account all relevant

considerations Including, where applicable,the existance in the State concerned of a

consistentpattern ofgross, flagrant ormassviolations ofhumanrights.

3. Konvensi mengenai PenghapusanSegala Bentuk Diskriminasi terhadapWanita (Convention on the Eliminationof all Forms of Discrimination AgainstWomen) 1979

Pasai 1Konvensi Intemasionai tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial.Pasai 6Konvensi intemasionai tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial.

26 JURNAL HUKUf^. No. 29 VOL. 12. MEI2005:19 - 34

Page 9: Kewajiban Negara Untuk Menerima Bantuan Kemanusiaan Dalam

Wartini. Kewajiban Negara Untuk Menerima Bantuan Kemanusiaan Dalam...

Konvensi ini dalam pembukaannyamenyebutkan "...that the State Parties in theinternational Covenants on Human Rights havethe obligation to ensure the equal rights ofmenandwomen to enpyall economic, social, cultural,civil and political rights." ^a6\ ada persaitiaanderajat antara laki-laki dan wanita dalammenlkmati hak ekonomi, sosial, budaya, sipildan politik. Kemudlan yang dimaksud denganistilah diskriminasi terhadap wanita adalah;

"...anydistinctions, exclutions orrestrictionsmade on the basis of sex which has the

effect orpurpose ofimpairing ornullifyingthe recognition, enjoyment or exercice bywomen, inrespective oftheir marital status,onthebasisofequalityofmenandwomen,ofhuman rights andfundamental freedomsinpolitical, economic, social, cultural, civilor any other field." ^Berdasarkan ketentuan ini dilarang

adanya suatu pembedaan atau pembatasan-pembatasan yang didasarkan padaperbedaanjenis kelamin; antara laki-laki dan wanitamemiliki kedudukan yang samadalam hal hakasasi manusia dan dalam hal kebebasan yangbersifat fundamental dalam bidang politik,ekonomi, sosial , budaya, civil dan dalambidang-bidang yang lainnya.

Ketentuan Konvensi yang berkaitandengan kewajiban negara peserta, dalam halmelindungi dan menghormati hak asasimanusia (wanita pengungsi atau wanita yangsedang dalam pengungsian ) dituangkandalam Pasal 6 sebagai berikut: "State Partiesshall take all appropriate measures, includinglegislation, to suppress all forms of trafic inwomen and exploitation of prostitution of

^Achmad Romsan, et. al., op.cit., him. 146.^ Pasal2 ayat (1) Konvensi Hak-Hak Anak.

women." Dengan demikian negara-negarapeserta harus mengambll langkah-langkahyang tepat, termasuk dl bidang perundang-undangan untuk memberantas dan meme-rangi semua bentuk perdagangan wanita daneksploitasi terhadap pelacuran wanita. Karenapengungsi wanita (IDPs wanita) sangat rentanterhadap perdagangan wanita dan eksploitasipelacuran. Oleh sebab Itu negara-negara yangmemberi toleransi atas keberlangsungan •segala bentuk pelacuran yang eksploitatif danpraktik-praktik berbau perbudakan lainnyajelas merupakan pelanggaran terhadapketentuan pasal ini.'

4. Konvensi tentang Hak Anak

Konvensi tentang Hak-Hak Anak(Convention on the Rights of Child) diterimaMajelis Umum PBB pada 20 Nopember 1989.Kemudlan pada 2 September 1990 Konvensiini mulai berlaku. Perhatian dan Perlindunganyang serius terhadap anak-anak secarainternasional dilatarbelakangi oleh kenyataanbahwa anak-anak merupakan kelompok rawanakan tindakan kejahatan, eksploitasi danpelecehan seksual. Konvensi Ini memuatkewajiban negara-negara peserta untukmemberikan perlindungan terhadap anak.Oleh karena itu dimuat prinslp non-diskiimlnasianak, di mana anak-anak menikmati hak-hakmereka, tanpa memandang ras, wama kulit, Jeniskelamin, bahasa, agama, pendapat politik ataupendapat lainnya, kewarganegaraan, asal-usulkebangsaan atau sosial, kekayaan, kecacatan,kelahlran atau status lain dari orang tua.^^

Dimuatnya prlnsip "non-diskriminasi" ini,selain meletakkan standar-standar yang sama.

27

Page 10: Kewajiban Negara Untuk Menerima Bantuan Kemanusiaan Dalam

juga memperhatikan realita adanya perbedaanbudaya, sosial, ekonomi dan politik dari setiapnegara, sehingga setiap negara dapat menen-tukan caranya masing-masing untuk menerap-kan hak yang sama pada semua anak.

Dalam Konvensi ini terdapat empatprinsip umum yang harus ditaati dandihormati,termasuk prinsip non diskriminasi. Keempatprinsip tersebut dimuat daiam Pasa! 2, 3, 6,dan 12 Konvensi Hak-Hak Anak. Pertama,prinsip "non-diskriminasi" dimuat dalam Rasa!2 yang intinya menyatakan:

"Negara-negara peserta harus memasti-kan bahwa semua anak dalam wilayahnyamenikmati hak mereka. Tidak seoranganakpun akan menderita mengalami

' diskriminasi. Hal ini berlaku untuk semua

anak, tanpa memandang ras, warna kulit,jenis kelamin, bahasa, agama, pendapatpolitik atau pendapat lainnya, kewargane-garaan dan, asal-usul kebangsaan, sosial,kekayaan, kecacatan, kelahiran atau status lain dari orang tua atau wali yang sahdari anak tersebut."

Hal penting dalam pasa! ini iaiahpersamaan kesempatan antara semua anak.Anak-anak perempuan harus diberikan'kesempatan yang sama sepertl halnya anaklaki-laki. Pengungsi anak, anak-anak yangberasal dari negara lain, anak-anak kelompokpenduduk asli atau kelompok minoritas harusmemperoleh kesempatan yang sama untukmenikmati standar kehidupan yang memadai.

Kepentingan terbaik bagi anakdirumuskandalam Pasal 3yaltu jika penguasa suatu negaramengambil keputusan yang mempengaruhianak-anak, pertimbangan pertama haruslahdidasarkan pada kepentingan yang terbaik

Pasal 6 Konvensi Hak-Hak Anak.

bagi anak. Prinsip Ini berkenaan dengankeputusan pengadilan, pejabat administrasi,badan-badan legislatif dan juga lembaga-lembaga kesejahteraan sosial pemerintahmaupun swasta.

Hak untuk hidup, kelangsungan hidup danmengembangkan diri diatur dalam Pasal 6.Pasalmengenai hak untuk hidup ini mencakuprumusan mengenai hak untuk bertahan dan hakuntuk mengembangkan diri yang harus dijaminsemaksimal mungkin. Istilah mengembangkandiridalam konteks ini harus ditafsirkan dalam arti

luas, dengan menambahkan tidak hanyadimaksudkan untuk jasmanj, akan tetapi jugaperkembangan mental, emosional kognitif, sosialdan budaya.2^

Sebetulnya masih banyak lagi hak-hakanak yang diatur dalam Konvensi ini, akantetapi dalam kesempatan ini hanya beberapasaja yang diuraikan, salah satunya iaIah hak-hak anak yang berkaitan dengan pengungsianak. Anak daiam pengertian ini iaIah anakyang ikut orang tuanya mengungsi atau anakyang lahir dari orang tua yang mengungsi.Ditentukan bahwa anak yang lahir di tempatpengungsian harus segera didaftarkan, dansejak kelahirannya berhak untuk memperolehsebuah nama, untuk memperoleh kewarga-negaraan, dan sedapat'mungkin untuk menge-tahui orang tuanya dan dibesarkan oleh orangtuanya. Selain itu negara-negara peserta harusmenjamin penerapan hak ini, sesuai denganhukum nasional dan kewajiban mereka menurutinstrumen internasional yang.relevan dalambidang ini, khususnya apabila anak menjaditanpa kewarganegaraan.

Konvensi-konvensi yang sudah diuraikantersebut dapat dijadikan sebagai suatu

28 JURNAL HUKUM. No. 29 VOL 12. MEI2005:19 - 34

Page 11: Kewajiban Negara Untuk Menerima Bantuan Kemanusiaan Dalam

Wafiini. Kewajiban Negara Untuk Menerima Bantuan Kemanusiaan Dalam ...

landasan hukum untuk memberikan suatujustifikasi apakah suatu negara wajib untukmenerima bantuan kemanusiaan dariorganisasi internasionai atau tidak akan sangattergantung kepada kemauan dan kemampuansuatu negara dalam memberikan perllndungandan bantuan kepada IDPs yang ada dl wilayahnegaranya.

Tanggung Jawab Negara Terhadap IDPs

IDPs merupakan persoalan klasik yangtimbul dalam peradaban umat manusiasebagai akibat adanya rasa takut yang sangatmengancam keselamatan mereka. Ancamanitu dapat berupa bencana alam atau bencanaakibat buatan manusia. Perpindahan pendu-duk dalam skalabesar ini padaawalnya hanyamerupakan persoalan domestik suatu negara,sehingga tidak banyak menarik perhatianmasyarakat internasionai. Masalah pengungsidomestik (IDPs) meluas menjadi persoalannegara-negara di kawasan tertentu saja danterakhir dianggap merupakan masalahbersama umat manusia.

Bertillk tolak pada ketentuan internasionaiterhadap para pengungsi, dirasa perlu adanyabidang hukum baru dalam hukum internasionai.Hukum pengungsi adalah sekumpulanperaturan yang diwujudkan dalam beberapainstrumen-instrumen intemasional dan regionalyang mengatur tentang standar baku perlakuanterhadap para pengungsi. Suatu negara yangbukan merupakan peserta atau tidak meratifikasiKonvensi Pengungsi Tahun 1951 dan Protokoltahun 1967 ataupun Instrumen pengungsiyang lain, tidak berarti bahwa negara itu dapatmelepaskan diri dari tanggung jawabnya

25 Achmad Romsan, et. al.,op.cit, him. 87-8t

sebagai anggota masyarakat internasionaidalam menyelesaikan masalah pengungsi.^^Akan tetapi kedua instrumen tersebut belummengatur tentang IDPs. Ketentuan tentangIDPs tertuang dalam bentuk Guiding Principleson Internal Displaced Persons.

Berkaitan dengan hak dan kewajibannegara sebagai anggota masyarakat internasionai, maka penanganan masalah IDPssebagaimana sudah diuraikan sebelumnya,akan dapat menimbulkan tanggung jawabnegara. Dalam hukum internasionai masalahtanggung jawab negara akan muncul, jikanegara melakukan perbuatan melawan kukum,atau melanggar kewajiban internasionai baikyang' muncul dalam Konvensi Internasionaimaupun yang muncul dalam hukum kebiasaaninternasionai. Yang menjadi permasaiahaniaiah apakah kegagalan suatu negara untukmembantu dan melindungi hak-hak IDPs yang ^ada. dl wilayah negaranya merupakanpelanggaran hukum internasionai dan memun-culkan tangung jawab negara, mengingatketentuan-ketentuan yang mengatur tentang hak-hak IDPs dan Kewajiban Negara hanya tertuangdalam suatu Guidance. Untuk menjawabpermasaiahan ini ada beberapa argumen yangdapat dimunoulkan.

Pertama, untuk menjawab persoalantersebut harus dilihat bagaimana ketentuanhukum internasionai yang mengaturnya.Berdasarkan ketentuan yang termuat dalamGuiding Pnnciples onInternal Dispaced Personsdisebutkan bahwa negara di mana terdapatIDPs memiiiki kewajiban untuk memberikanbantuan dan perlindungan kepada IDPs,^®sehingga kalau suatu negara misalnya tidakmampu atau tidak berkehendak untuk

29

Page 12: Kewajiban Negara Untuk Menerima Bantuan Kemanusiaan Dalam

membantu dan meiindungi hak-hak IDPsseperti hak untuk hidup, untuk memperolehfasilitas kesehatan, pendidikan, sanitasi danIain-Iain sebagaimana yang diatur dalam Guidingprinciples on Internal Dispaced Persons tersebut,maka negara berkewajiban untuk menerimabantuan internasionai tersebut. Kalau suatunegara tidak menerima bantuan internasionaiberarti negara yang bersangkutan akan tidakmampu untuk meiaksanakan kewajiban untukmembantu dan meiindungi hak-hak IDPs dinegaranya. Kegagaian dalam meiaksanakankewajiban, sebagaimana yang sudah tertuangdaiam Guiding principles on Internal DispacedPersons akan menimbuikan pertanggungjawaban negara, jika sebagian ketentuan-ketentuan yang termuat di daiamnya merupakansu'atu jus Cogens.^^

Kedua, ketidakmampuan atau kegagaiansuatu negara untuk memberikan bantuan danmeiindungi hak-hak IDPs jika dikaitkan denganprinsip-prinsip umum suatu tindakan yangdapat menimbuikan tanggung jawab negaraberdasarkan International Law Commission'sDraft Article 1 dan 2 sebagai berikut:1. Every intentionally wrongful actofa State

entails the International responsibility ofthat State;

2. There is an intemationally wrongful act ofa State when conduct concisting ofan actor omission:

a. is attributable to the State under

international law;b. andconstituteabreachofanintemational

obligation of thestate.^^Berdasarkan prinsiptersebut, periama, negara

bertanggungjawab atas suatu tindakan yangsengaja melanggar hukum internasionai, kedua,negara melanggar kewajiban internasionai,sehingga kalau pembetian bantuan dan perlin-dungan hak-hak pengungsi diasumsikan sebagai kewajiban intemasionai, maka pelanggarandalam artian ketidakmampuan atau keengganansuatu negara untuk meiindungi IDPs di negaranya merupakan pelanggaran kewajibanintemasionai dan memunculkan tanggung jawabnegara.

Kewajiban internasionai ini dapat munculdalam Konvensi internasionai maupun daiamHukum Kebiasaan internasionai, sehinggakalau ketentuan-ketentuan yang termuat dalamIDPs sebagian isinya adalah kewajibaninternasionai yang sudah merupakan hukumkebiasaan dan bahkan merupakan juscogens, seperti hakIDPs untuk hidup dan hakuntuk tidak diperbudak,^^ maka sudah jeias inimerupakan suatu kewajiban internasionaiyang harus diiakukan oieh suatu negara.

Kewajiban internasionai yang tertuangdaiam Perjanjian internasionai, misainyatanggung jawab negara untuk meiindungi hakasasi manusia sebagaimana yang tertuang

httD://Ddm.medlcjne.wisc.edu/leus.pdf/lntemally. "Displaced Persons," diakses 6Juni2005.I.A. Shearer, Starke'slntemationalLaw{lon6on: Butterworths, 1994), him. 49-50, menyatakan lus Cogens

include the fudamental rules concerning the safeguardingofpeace... fundamental rules ofahumanitarian nature(prohibition ofgenocide, slaveryandracial discrimination, protection ofessentialrights ofthe human person inpeace and war) the rulerprohibitinganyInfringements ofthe independence andsovereign equality ofStates,the rules which ensure to all the members ofthe international community the enjoyment ofcertain commonresources (high seas, outerspace, etc). Lihat juga Art/cfe 53of the Vienna Convention onthe LawofTreaties.

28 Ibid.

2® Ibid.

30 JURNAL HUKUM. No. 29 VOL. 12. MEI2005:19 - 34

Page 13: Kewajiban Negara Untuk Menerima Bantuan Kemanusiaan Dalam

Wartini. Kewajiban Negara Untuk Menerima Bantuan Kemanusiaan Da/am....

dalam Declaration ofHuman Rights, Konvensitentang pengungsi dan Konvensi Anti Penyik-saan, Konvensi tentang Hak-Hak Anak, danKonvensi tentang Segala Bentuk Diskriminasiterhadap Wanita sebagaimana sudahdiuraikan sebelumnya. Akan tetapi, kadangkendala yang dihadapi oleh para IDPs lalahIDPs tidak termasuk pengertian pengungsi yangdilindungi oleh Konvensi Tahun 1951 maupunProtokol Tahun 1967. Ketentuan tentang IDPsini hanya diatur dalam suatu Guiding Principleson Internal Displaced Persons yang tidakmemiliki kekuatan hukum yang mengikat,karena memang bukan merupakan perjanjianinternasional. Namun, karena prinsip-prinsipyang termuat dalam Guiding tersebut sangatmanusiawl dan universal, beberapa ketentu-annya merupakan jus copen yang diadopsidari berbagai Konvensi Internasional dapatdikatakan bahwa prinsip-prinsip yang adamerupakan pervvujudan dari kebiasaaninternasional.^"

Kedaulatan Negara dan AksesKemanusiaan

Banyak teori dan argumen yang telahdikemukakan dalam rangka melegitimasibantuan kemanusiaan tanpa persetujuan negarapenerima. Richard Plender, berpendapat bahwa

penolakan bantuan yang ditujukan kepadaIDPs di suatu negara adalah pelanggarah^h'akasasi manusia.^^ Dengan lain perkataanbahwa ketidakmampuan negara uritukmelindungi hak asasi manusia yang kemudianmenimbulkan pelanggaran hak asasi manusia, maka akan merupakan legitimasi bagi ikutcampurnya suatu negara untuk mengatasimasalah tersebut. Kegagalan suatu negarauntuk melaksanakan kewajiban internasionaldapat menyebabkan kehilangan kedaulatannegara.^2

Masalah pengungsi dalam ^negerlsebetulnya adalah masalah Intern suatu negara,hal ini berkaitan dengan masalah kedaulatan danprinsip non inten/ensi. Satu-satunya alasan untukmemasukkan IDPs dalam perlindungan^ hukuminternasional ialah masalah kemanusiaan.Berkaitan dengan masalah periindungan IDPssebetulnya merupkan masalah kedaulatannegara untuk dapat melindungi dan menye-diakan kebutuhan pokok IDPs dan menjaminperiindungan hak asasi manusia yang fundamental, seperti hak untuk hidup. Akan tetapikalau negara tersebut tidak mampu untukmelaksanakan kewajibannya, maka negaratersebut berhak untuk memlnta bantuan

Organisasi internasional, misalnya memohonbantuan kepada UNHCR. Permasalahanmuncul jika negara tidak mau memlnta bantuan

^ Mark EVillager, Customary International Law[Boston: Martinus Nijhoff Publishers, 1985), him. 34-36.Geoff Gilbert, op.oil, him. 684.

^ I. Brwonlie, Principle ofInternational Laiv(Fith Edition, Clarendon University Press, 1998), him. 446 -448. sebagaimana dikutif oleh Geoff Gilbert, op. cit,him. 684.

33. Martin Dixon menyatakan; "Humanitarian Inten/ention "underdoctrine ofhumanitarian intervention isanallegedgeneral right to intervene with force for humanitarian purposes without the consentofthe territorialsovereign, aswhere agovernment issystematicallymurdering whole sections ofpopulation. Certain conditionhave postulated for the lawful exercise ofthis right, for example, that the inten/ention must beauthorizedpyacompetent organization andthat the use ofarmed forced islegitimate oniy in casesofextreme deprivation offundamental human rights, suchasgenocide."Uha[ Martin Dixon, op. cit., him. 291.

31

Page 14: Kewajiban Negara Untuk Menerima Bantuan Kemanusiaan Dalam

dan tidak mau dibantu, hal ini akan menimbul-kan suatu j'ustifikasi bagi masyarakat intemasio-nal untuk mengintervensi, misalnya karenaadanya genocida terhadap IDPs di suatunegara.^^

Perlindungan terhadap IDPs merupakanperwujudan pertanggungjawaban negara.Dengan demikian berkaitan dengan hukum hakasasi manusia, negara memiliki kewajiban untukmelakukan suatu remeoy atau tindakan hukumkalau terjadi pelanggaran hak asasl manusia diwilayah negara tersebut. Hal ini berkaitan denganprinsip kedaulatan teritorial dalam hukumInternasional publik. Berdasarkan hukum hakasasi manusia negara diwajibkan- untukmenggunakan local remedy terlebih dahulu,karena di wiiayah teritorial tersebut terdapat bukti-buktl atas pelanggaran tersebut.^

Beberapa ahli hukum memberikan suatuargumen bahwa norma hakasasl manusia telahmemberikan suatu perubahan besar dalamhukum internasional. Berhubungan denganperlindungan hak asasi IDPs yang fundamentalseperti,^ hak untuk hidup norma-norma hakasasi manusia telah membentuk suatu hukum

internasional yang temporer. Lebih lanjut lagi,telah diinterpretasikan bahwa kedaulatannegara yang kontemporer telah menggantikanarti kedaulatan negara yang tradlslonai.^®Sehingga, campur tangan pihak asing dalampenegakan demokrasi di suatunegara bukanlahmerupakan pelanggaran kedaulatan negara.Bahkan beberapa ahli berpendapat bahwa

kedaulatan negara adalah suatumitos. Terutamadalam kaitannya dengan penegakan hak asasimanusia, maka kedaulatan negara itu sudahbegitu kabur, karena masalah pelanggaran hakasasi manusia di suatu negara merupakanmasalah negara lain juga.

Namun demikian intervensi yang dilakukanoleh suatu negara berdasarkan pernyataansepihak bukanlah merupakan justifikasi untukmembenarkan intervensi suatu negara kenegaralain, sebagaimana dalam kasus NIkaragua.Sehingga tindakan yang dilakukan oleh suatunegara yang didasarkan pada ketidaksenanganterhadap ideologi tertentu tidak dapat dijadikansebagai suatu justifikasi.^® Lagi pula, MajelisUmum PBB telah merekomendasikan adanyapenghormatan terhadap kedaulatan negara,bantuan dalam bidang hak asasi manusiakhususnyatetfiadap IDPs harus ataspersetujuandari negara penerima. Menurut Jennings,kedaulatan teritorial merupakan suatu faktoryangesensial dalam hukum internasional. Masalah

yang muncul sekarang Ini iaiah adanya pemerin-tah suatu negara yang tidak mempunyaikedaulatan yang nyata.®' Dalam level yangpragmatis, ketika bantuan intemasional diberikankepada IDPs di suatu negara, banyak negarayang mensyaratkan adanya persetujuan darinegara penerima dan penghormatan kedaulatan. Bahkan bagi negara yang mendukungadanya bantuan kemanusiaan terhadap IDPs,sangat berhati-hati dalam menyikapi isukedaulatan seoara langsung.

®^John O'Brien, International Law{London: Cavendish Publishing Limited, 2001), him. 476.L. Henkin, "An Agenda for the Next Century: The Myth and Mantra of State Souvereignty," Virginia

JournaioflntemationalLaw,Vo\. 35 (1994), him. 115sebagalmanadikutlp oleh Geoff Gilbert, op. c//., him. 682.'Military and Paramilitary Activities In and Against Nicaragua (Nicaragua vUnited States of America),

Merits, Judgment, 1986 iCJ Reports 14, paras. 262 - 263, sebagaimana dikutip oleh Geoff Gilbert, Ibid.Sir Robert Jennings, "Sovereignty and International Law," in G. Kreijer (ed). Sfafe, Souvereignty. and

International Governance (Oxford Universitry Press, 2002), him. 27,31 dan 35.

32 JURNAL HUKUM. No. 29 VOL. 12. MB 2005:19 - 34

Page 15: Kewajiban Negara Untuk Menerima Bantuan Kemanusiaan Dalam

Wartini. Kewajiban Negara Untuk Menerima Bantuan Kemanusiaan Dalam...

Dalam kondisi yang spesifik, laranganintervensi harus mengesampingkan tentangcampur tangan dalam hak asasi manusia.^®Kalau suatu negara tidak dapat menunjukkanadanya suatu keseriusan tanggung jawabpemerintah untuk menangani masalahpengungsi dalam negeri (IDPs) dalam situasikonflik, komunitas internasional harusmenjamin bahwa pihak korban telahmemperoleh bantuan dan perlindungan untukmenyelamatkan hidupnya. Aksi seperti in!harus tidak diartikan sebagai suatu Intervensidalam keadaan konflik bersenjata. Lebih lanjutlagi, ICJ telah memutus perkara Nikaraguabahwa bantuan kemanusiaan tidak dapatdiartikan sebagai suatu campur tangan yangmelawan hukum, sepanjang sesuai dengantujuan Palang Merah Internasional untukmengurangi dan mencegah penderitaanmanusia dan untuk melindungi kehidupan dankesehatan manusia, serta jaminan terhadaphak' asasi manusia dan diiaksanakan tanpadiskriminasi.^®

Kewajiban untuk Menerima BantuanKemanusiaan menurut Hukum

Internasional

Negara tidak hanya memiliki kewajibanuntuk menghormati hak asasi manusia tetapijuga untuk menjamin dan melindungi hakasasi manusia. Hak untuk hidup mungkinmerupakan suatu argumen yang paling kuat

^ R. Piender, "The Legal Basis of International Jurisdiction to Act with Regard to the internally Displaced,"6 URL 345,1994, sebagaimana dikutip oieh Geoff Gilbert, op. oil, him. 683.

Nicaragua v. United states,supranote 36.Pasal 70 Protokol Tambahan I Konvensi Genewa 1949.Y. Sandoz, C. Swinarski &B. Zimmermann (eds), Commentary ontheAdditional Protokois of8June

1997tothe Geneva Conventions of12August 1949, ICRC (Martlnus Nijhoff Publishers, 1987), him. 817-818sebagaimana dikutip oieh Geoff Gilbert, op. cit,him. 687.

dalam hal menerima bantuan asing dalamperlindungan hak asasi manusia. Penyebabterjadinya internal IDPs, dapat disebabkankarena adanya konflik bersenjata, kekejamaninternal atau karena adanya bencana alam.

Dalam hal terjadi konflik bersenjata internalataupun bencana alam, jika pemerintah tidakmampu untuk memberikan perlindungan danmemberikan bantuan makanan atau dan

bantuan kesehatan, berdasarkan Article 70Protokol Tambahan I Konvensi Genewa 1949mewajibkan kepada negara yang telahmeratifikasi untuk menerima bantuan yang adildan tidak diskriminatif dari masyarakatinternasional.*'" Tindakan seperti ini juga tidakdiartikan sebagai tindakan tidak bersahabat.Karakteristik dari hukum humaniter iaiah

tindakan untuk memenuhl suatu kewajibandalam rangka pemenuhan kebutuhan pihakkorban. Tindakan tersebut harus bersifat adil,proporsionai dan tidak diskriminatif.*" Suatuklausul dapat dicantumkan dalam perjanjianpara pihak dalam rangka untuk melindungikedaulatan nasional negara penerima bantuan.

SImpulan

Negara sebagai salah satu subjek hukuminternasional memiliki hak dan kewajiban yangharus diembannya, sehingga kalau suatu negaragagal meiaksanakan kewajiban intemasionalnyabaik itu yang muncui dalam peijanjian internasional maupun dalam hukum kebiasaan

33

Page 16: Kewajiban Negara Untuk Menerima Bantuan Kemanusiaan Dalam

internasional akan mengkibatkan negarabertanggung jawab.

Berkartan dengan kewajiban negara untukmembantu dan melindungi IDPs di wilayahnegaranya akan msmunculkan tanggung jawabnegara jika negara gagal untuk membantu danmelindungi IDPs yang berada di wilayahnegaranya. Dalam situasi seperti itu, munculnyabantuan yang berasal dari organisasi internasional untuk membantu suatu negara agar dapatmelaksanakan kewajibannya merupakan suatukeharusan, dan penolakan bantuan yang berasaldari organisasi Internasional merupakan pelang-garan kewajiban intemasional..Namun demikian,pemberian bantuan yang berasal dari organisasiseharusnya atas persetujuan (consent) darinegara penerima bantuan, hal Ini dalam rangkauntuk mempertahankan dan menghormatiprinsip non-intervensi dan prinsip kedaulatannegara.

Daftar, Pustaka

Achmad Romsan, et. al, PengantarPengungsiInternasional, Jakarta , UNHCR, 2003

Declaration of Human FlightsDixon Martin, Internationai Law, London,

Blackstone Press Limited, Third Edition,1996

E Villager Mark, Customary International Law,Boston, Martinus Nijhoff Publishers, 1985

Forbes Martin Susan, Pegangan untukPenerapan Prinsip-Prinsip Panduanbagi Pengungsian Internal, UN-OCHA,Jakarta, 2002

Geoff Gilbert, ed. International Journal OfRefugee Law, Human Rights CenterUniversity ofEssex, Oxford UniversirtyPress, Vol. 15, No.4,2000

Guiding Principles on internal Displacement.Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara dalam

Hukum Internasional, Rajawali Press,Jakarta, 1991

Jastram Kate dan Marilyn Achiron, RefugeeProtection: A Guide to International

Refugee Law, UNHCR, 2001Kreijer. G. (ed). S/afe, Sovereignty, and

International Governance, London,Oxford University Press, 2002

O'Brien John, International Law, London.Cavendish Publishing Limited, 2001

Shearer I. A., Starke's International Law, London,Butterworths, 1994

http://pdm.medicine.wisc.edu/leus.pdf/lntemaily."Displaced Persons," diakses 6 Juni2005

Konvensi Internasional tentang Penghapusansegala Benrtuk Diskriminasl Rasial.

Konvensi Anti Penyiksaan.Konvensi Hak-Hak Anak.

Protokol Tambahan I Konvensi Genewa 1949.

Repubiika, 5 Januari, 2005.

34 JURNAL HUKUM. No.29 VOL. 12. MEI2005:19 - 34