26
BAB I PENDAHULUAN 1.2.Latar Belakang Memotret situasi politik Indonesia pasca reformasi 1998 ibarat memotret karnaval yang meriah dan penuh warna, sementara di pinggir jalan raya sepanjang karnaval rakyat miskin menonton untuk melupakan pahitnya penderitaan hidup mereka, seolah rakyat diajak melupakan penderitaannya. Sebuah karnaval hakikatnya adalah sebuah hiburan massal. Tapi hiburan massal secanggih apa pun sebenarnya takkan pernah benar-benar mampu mengajak rakyat untuk melupakan lapar yang menggigit, panas yang membakar, atau dingin yang menusuk tulang. Perjalanan sembilan tahun reformasi memang telah membuahkan beberapa langkah maju di dunia politik Indonesia, sebut misalnya kebebasan pers dan kebebasan berekspresi. Lalu ada juga kemajuan dalam upaya pemberantasan korupsi, tentu dengan segala kekurangan dan catatan kaki. Dan kenyatanya di negeri ini kita masih banyak mendengar segudang berita korupsi yang terus bermunculan para aktornya. Baik yang dilakukan oleh anggota parlemen daerah maupun birokratnya. Atau

Kewarganegaraan makalah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

oke

Citation preview

Page 1: Kewarganegaraan makalah

BAB I

PENDAHULUAN

1.2.Latar Belakang

Memotret situasi politik Indonesia pasca reformasi 1998 ibarat memotret

karnaval yang meriah dan penuh warna, sementara di pinggir jalan raya sepanjang

karnaval rakyat miskin menonton untuk melupakan pahitnya penderitaan hidup

mereka, seolah rakyat diajak melupakan penderitaannya. Sebuah karnaval

hakikatnya adalah sebuah hiburan massal. Tapi hiburan massal secanggih apa pun

sebenarnya takkan pernah benar-benar mampu mengajak rakyat untuk melupakan

lapar yang menggigit, panas yang membakar, atau dingin yang menusuk tulang.

Perjalanan sembilan tahun reformasi memang telah membuahkan

beberapa langkah maju di dunia politik Indonesia, sebut misalnya kebebasan pers

dan kebebasan berekspresi. Lalu ada juga kemajuan dalam upaya pemberantasan

korupsi, tentu dengan segala kekurangan dan catatan kaki. Dan kenyatanya di

negeri ini kita masih banyak mendengar segudang berita korupsi yang terus

bermunculan para aktornya. Baik yang dilakukan oleh anggota parlemen daerah

maupun birokratnya. Atau menemukan sekian ragam peraturan yang justru

bertentangan dengan semangat demokrasi.

Tipologi korupsi pasca-reformasi mengalami pergeseran baik secara

vertikal maupun horizontal. Bila dulu korupsi hanya jadi barang mainan para

kroni dan kerabat Soeharto, kini korupsi telah menyebar rata di partai-partai serta

lapis-lapis politisi baru dan para birokrat dari pusat hingga daerah. Sepertinya

korupsi sudah menjadi hal yang wajar dan bahkan “mendarah daging” di negeri

ini. Tak heran jika Indonesia menjadi salah satu negara yang terkorup di dunia.

Hal-hal seperti itu tidak mencerminkan indonesia yang berdasarkan pada

Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila, yang menjadi dasar dan ideologi

bangsa Indonesia.

Page 2: Kewarganegaraan makalah

Mungkin dalam pandangan masyarakat luas para koruptor seharusnya

dihukum dengan hukuman seberat-beratnya, karena atas apa yang dilakukannya.

Seperti halnya memakan uang rakyat, bermiliar bahkan bertriliun yang bukan

haknya. Dan berapa banyak undang-undang dan hak rakyat yang dirampas oleh

para koruptor tanpa kompensasi. Sudah selayaknya mereka dihukum dengan

seberat-beratnya tanpa kompensasi, dan tidak ada hak spesial atas apa yang telah

mereka perbuat.

Namun Indonesia adalah negara hukum. Segala sesuatunya diatur oleh

hukum yang berlaku, serta peraturan-peraturan yang ada yang tentunya masih

dalam undang-undang yang berlaku. Begitupun dengan para koruptor tersebut,

mereka dihukum berdasarkan pada hukum yang ada dan yang berlaku sesuai

undang-undang, memiliki hak-hak yang sesuai dengan hukum dan lain sebagainya

yang kesemuanya masih diatur oleh undang-undang. Jikapun ada perubahan, pasti

ada polemik dan juga tujuan dalam perubahan tersebut.

Oleh karena itu, dalam kesempatan ini akan mencoba mengulas tentang

polemik-polemik yang terjadi dalam hal-hal yang berkaitan dengan perketatan

remisi para koruptor, dalam hal ini adalah penundaan atau penangguhan atau yang

lebih dikenal dengan moratorium dalam meremisi para koruptor yang masih

hangat untuk menjadi topik pembicaraan saat ini.

Page 3: Kewarganegaraan makalah

BAB II

PERMASALAHAN

Polemik pasca pergantian Menkuham dan pengangkatan wakil menteri

yang kemudian mengeluarkan kebijakan moratorium remisi koruptor, belakangan

kebijakan ini ditentang oleh para politisi-politisi yang menilai kebijakan itu

menyalahi aturan.

Indonesia adalah negara hukum, dan negara hukum itu menjunjung tinggi

asas legalitas. Artinya tidak ada tindakan dari aparatur negara boleh dilakukan

tetap berdasarkan norma hukum yang berlaku, lalu bagaimana dengan

Moratorium Remisi Untuk Koruptor, Legal atau Melanggar Hukum yang berlaku.

Page 4: Kewarganegaraan makalah

BAB III

PEMBAHASAN

I. Apa

Dalam suatu bidang hukum, moratorium (dari Latin, morari yang berarti

penundaan) adalah otorisasi legal untuk menunda pembayaran atau kewajiban

tertentu selama batas waktu yang ditentukan. Istilah ini juga sering digunakan

untuk mengacu ke waktu penundaan itu sendiri, sementara otorisasinya disebut

sebagai undang-undang moratorium. Undang-undang moratorium umumnya

ditetapkan pada saat terjadinya tekanan berat secara politik atau komersial.

Kemudian juga moratorium adalah keputusan berdaulat dari sebuah pemerintahan

untuk menunda kewajiban atau hak tertentu, jika hal tersebut dapat

mengakibatkan kerugian terhadap kesejahteraan rakyatnya.

Sadangkan remisi adalah pengurangan masa hukuman yang didasarkan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Yang menurut Pasal 1

Ayat 1 Keputusan Presiden Republik Indonesia No.174 Tahun 1999, remisi

adalah pengurangan masa pidana yang diberikan kepada narapidana dan anak

pidana yang telah berkelakuan baik selama menjalani pidana

Jadi moratorium remisi koruptor atau yang belakangan disebut

pengetatan remisi koruptor merupakan penangguhan atau penundaan dalam hal

pengurangan masa hukuman kepada para koruptor. Atau singkatnya penundaan

remisi kepada para koruptor, yang merugikan bagi para koruptor tersebut, dan

bagi pihak-pihak tertentu. Yang akhirnya menimbulkan polemik-polemik saat ini.

Page 5: Kewarganegaraan makalah

II. Kenapa

Tidak bisa dipungkiri, pemberantasan korupsi belakangan ini terasa

makin sulit. Pengadilan tindak pidana korupsi (tipikor) yang seharusnya menjadi

lembaga penjera bagi tersangka korupsi malah jadi ”penyelamat”. Sejumlah

koruptor dibebaskan. Meski ada koruptor divonis, aspek penjeraannya ternyata

kurang sekali menimbulkan efek. Pasalnya, ada fasilitas pengurangan masa

hukuman (remisi). Dengan remisi, para pengerat uang negara tak perlu meringkuk

lebih lama dalam penjara.

Mungkin karena kurang melahirkan efek jera, Menteri Hukum dan HAM

yang baru dilantik, Amir Syamsuddin dan wakilnya Deny Indrayana langsung

mengumumkan dengan cepat rencana moratorium remisi bagi koruptor.

Menghentikan sementara pemberian remisi bagi terdakwa korupsi.

Adanya keringanan hukuman bagi tahanan kasus korupsi dan terorisme

dinilai sejumlah kalangan tidak efektif dalam pemberantasan kasus korupsi dan

terorisme. Pemerintah pun diminta untuk meninjau ulang keringanan hukuman

untuk tahanan kasus tersebut.

Selain dengan tidak memberlakukan lagi pembebasan bersyarat bagi

tahanan kasus korupsi dan terorisme, Kementerian Hukum dan HAM juga telah

mencanangkan moratorium (pembekuan) pemberian remisi atau pengurangan

hukuman bagi para koruptor dan pelaku teroris, Remisi akan dimoratorium dan

akan dikaji ulang. Rencana penghentian pemberian remisi ini untuk memberikan

efek jera kepada pelaku tindak pidana korupsi dan terorisme karena tergolong

sebagai kejahatan luar biasa.

Sebelumnya, pemerintah memang telah lama mengkaji pengentian

pemberian remisi kepada para koruptor. Kemenkumham telah membentuk tim

untuk mengkaji hal itu sewaktu masih dipimpin Patrialis Akbar. Rencana

moratorium remisi ini pun kini dibebankan kepada Menkumham yang baru saja

dilantik, Amir Syamsuddin dan wakilnya Deny Indrayana.

Page 6: Kewarganegaraan makalah

Adanya remisi diharapkan KPK bisa memberikan efek jera kepada para

koruptor setelah KPK berupaya keras untuk memberikan penindakan. Sayangnya,

selama ini penindakan KPK terbentur pada tidak maksimalnya masa hukuman

yang dijalani para koruptor. Karena selama ini, rata-rata tahanan kasus korupsi

mendapat vonis selama 5 - 7 tahun penjara. Masa penahanan ini dianggap tidak

memberikan efek jera, apalagi dengan adanya remisi maka masa penahanan bisa

berkurang menjadi hanya selama 3 - 5 tahun. Adapun, vonis terberat yang

diberikan kepada pelaku tindak pidana korupsi adalah 20 tahun. Vonis ini

diberikan kepada jaksa senior, Urip Tri Gunawan, yang didakwa kasus

penyuapan, melibatkan Artalyta Suryani. Artalyta sendiri dikenai vonis 5 tahun.

Di dalam penjarapun bag surga bagi para koruptor yang semestinya

penjara adalah neraka. Bagaimana tidak Asal mampu membayar, banyak fasilitas

bisa didapat. Kamar khusus lengkap dengan pendingin ruangan dan kulkas. Bisa

pula leluasa menggunakan telepon seluler. Jika ingin menyantap makanan

kesukaan pun ada yang siap melayani. Masih ada yang lain? Tentu saja.

Pengurangan hukuman alias remisi pun mudah diperoleh. Koruptor bisa mendapat

remisi terkait hari raya keagamaan, HUT kemerdekaan, dan juga kegiatan sosial di

penjara, misalnya menjadi donor darah. Koruptor juga mendapatkan pembebasan

bersyarat. Artinya, sudah bisa keluar dari penjara sebelum berakhir masa

hukuman.

Hak-hak narapidana diatur dalam UU No 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan. Khusus Pasal 14 di antaranya menyebutkan narapidana berhak

mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi), mendapatkan kesempatan

berasimilasi mengunjungi keluarga, mendapatkan pembebasan bersyarat, dan

mendapatkan cuti menjelang bebas. Bagi koruptor, teroris, maupun bandar dan

pengedar narkotika. Terhadap pelaku tiga kejahatan ini mestinya diberlakukan

hukuman maksimal tanpa ada remisi, tanpa pembebasan bersyarat, pun tanpa

asimilasi serta cuti menjelang bebas.

Page 7: Kewarganegaraan makalah

Namun, kita ingatkan bahwa semua itu harus dilakukan di bawah payung

hukum yang jelas agar tidak muncul tuduhan diskriminasi dan sikap otoriter.

Perintah lisan seorang pemangku jabatan tidak boleh menjadi pegangan yang

menggugurkan keputusan yang sudah diambil berdasarkan peraturan perundang-

undangan.

III. Bagaimana

Kontra

Dalam Pasal 14 UU Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan,

disebutkan salah satu hak terpidana adalah mendapatkan remisi. Bagi terpidana

korupsi, berlaku ketentuan khusus. Pasal 34 ayat 3 PP 28/2006 mengatur bahwa

remisi baru dapat diberikan setelah menjalani 1/3 (satu per tiga) masa hukuman

pidana.

Rencana pemerintah untuk melakukan moratorium remisi kepada para

pelaku kejahatan luar biasa dinilai tidak tepat. Karena dalam Undang-Undang

Permasyarakatan, remisi merupakan hak setiap terpidana dan pembekuan remisi

itu justru dianggap melanggar Hak Asasi Manusia. Kritik terhadap moratorium

remisi terhadap koruptor dan teroris bahkan diungkapkan Kalau Undang-Undang

menyatakan bisa remisi, maka salah kalau Menteri tidak laksanakan pemberian

remisi itu.

Kepada seluruh narapidana harus diperlakukan sama tanpa membedakan

jenis kejahatan dilakukan. Lembaga Pemasyarakatan bukan lagi penjara, hanya

hak-hak kebebasan diambil. Jadi kalau remisi diambil sama saja dengan telah

merampas hak mereka sebagai masyarakat Indonesia.

Kemudian bila seorang napi yang memenuhi syarat remisi 'dicabut' hak

remisinya karena latar belakang kasusnya bukan karena persyaratan yang harus

dipenuhi, maka sama saja memberikan hukuman dua kali. Bagi napi yang telah

diperlakukan berbeda akibat kebijakan formal dan bukan karena tidak memenuhi

Page 8: Kewarganegaraan makalah

syarat, maka yang bersangkutan bisa menggugat. Sebab, napi bersangkutan punya

hak hukum, tetapi tidak diberikan bukan karena kesalahannya melainkan karena

ada perubahan kebijakan yang tidak melalui revisi UU.

Kebijakan moratorium remisi dan bebas bersyarat bagi koruptor itu juga

berpotensi menimbulkan kekacauan dalam penjara. Sebab, kebijakan tersebut

sangat diskriminatif. Contoh, pada Lebaran lalu napi yang beragama Islam

mendapat remisi. Tetapi Natal mendatang, napi Kristiani tidak memperoleh remisi

karena kebijakan ini. Ini bisa mengadu domba umat Islam dan Kristiani.

Kemudian juga akan membuat mental para narapidana menjadi jatuh. Para napi di

LP juga tidak akan lagi ada yang berbuat baik. Karena kalau perbuatannya di

penjara baik, maka haknya mendapat remisi, tetapi kalau perbuatannya tidak baik,

maka tidak mendapat remisi. Prinsipnya, reward and punishment tetap harus ada

dari seorang napi saat di penjara. Kalau dihapus, lalu untuk apa napi berbuat baik?

Yang ada malah justru akan hancur-hancuran di dalam LP.

Kenapa pengadilan tidak menghukum koruptor dengan hukuman

maksimal. Kenapa pengadilan tidak memiskinkan dia, kalaupun semua korupsi

merugikan negara. Kemenkum HAM, berfungsi memenuhi hak-hak para

narapidana sebagaimana amanat undang-undang. Meski demikian ia menyarankan

pelaksanaan remisi haruslah transparan dan sesuai prosedur yang sudah

ditetapkan.

Page 9: Kewarganegaraan makalah

PRO

Kita terjebak pada orientasi penegakan hukum yang tidak bermuara pada

rasa keadilan rakyat, namun hanya untuk politik pencitraan. Muncullah ide-ide

untuk menekan koruptor; lalu malah pemaafan, hukuman berat, hingga hukuman

mati; dan kembali ke ide klasik penghapusan remisi. Lalu apa artinya dihukum

berat hingga hukuman mati, jika para koruptor diselamatkan oleh remisi? Apa

artinya remisi jika para koruptor dimanjakan oleh vonis-vonis ringan, bahkan

pembebasan? Ditahan atau dipenjara pun masih nyaman ketika ruangan sel

disulap seperti hotel.

Pemerintah bukan meniadakan remisi bagi koruptor, tetapi melakukan

pengetatan. Koruptor itu harus dihukum berat, mereka itu sungguh merusak masa

depan bangsa dan tega memiskinkan jutaan rakyat. Hukumnya memang bisa

diperdebatkan, tapi tak ada isi UU yang secara terang-terangan dilanggar oleh

kebijakan itu.

Moratorium remisi sekedar membatasi hak manusia yang memang

berdasarkan undang-undang ada yang dapat dibatasi. Dan hak napi itu adalah hak

yang bisa dibatasi. Karena penjara itu memang pembatasan (HAM), justru tidak

adil kalau tidak ada pembatasan. Kemudian juga pengetatan pemberian remisi

pada koruptor dilakukan untuk memberikan rasa keadilan kepada terpidana kasus

lain yang lebih ringan. Dicontohkan, antara kasus pencurian kakao oleh seorang

nenek, yang jelas tidak bisa disamakan dengan kasus korupsi yang merugikan

rakyat dalam jumlah besar.

Koruptor tidak pantas mendapatkan remisi karena tindakannya jauh lebih

berdampak negatif daripada seorang teroris. Korupsi berdampak destruktif lebih

berat bagi bangsa. Korupsi memiskinkan bangsa, merontokkan moralitas dan

budaya bangsa, sehingga sebagai imbalannya koruptor tidak perlu diberi remisi.

moratorium yang dikeluarkan akan mampu memberi efek jera lebih bagi terpidana

korupsi dan terorisme. Dengan tidak diberikannya remisi dan pembebasan

bersyarat, mereka akan segan mengulangi perbuatannya.

Page 10: Kewarganegaraan makalah

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Moratorium remisi koruptor berdasarkan sudut pandang publik dalam hal

ini saya sebagai warga negara, merupakan penangguhan atau penundaan remisi

terhadap koruptor. Polemik muncul ketika pasca pergantian Menkumham Amir

Syamsuddin dan pengangkatan Deny Indrayana sebagai wakil menteri yang

kemudian mengeluarkan kebijakan moratorium remisi koruptor, belakangan

kebijakan ini ditentang oleh para politisi. Lantas apa yang salah dengan kebijakan

moratorium remisi koruptor, bukan dalam rangka membela kemenkumham jika

saya katakan yang salah adalah koruptor yang dihukum terlalu ringan. Jika

moratorium dianggap melanggar undaang-undang dan hak koruptor, berapa

banyak undang-undang dan hak rakyat dirampas tanpa kompensasi.

Dan tidak lepas dari landasan hukum bahwa berdasarkan Pasal 1 Ayat (3)

UUD 1945, Indonesia adalah negara hukum. Artinya, penyelenggara negara

dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya tidak boleh melanggar hukum.

Tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Dan demikian

pula penerapan moratorium remisi berangkat dari semangat pemberantasan

korupsi, juga menangkap aspirasi dan rasa keadilan bagi masyarakat, menegakkan

keadilan. Jika merupakan pencitraan, yang dilakukannya adalah pencitraan bagi

penegakan hukum Indonesia. Menjadikan penjara seperti neraka bagi koruptor,

bukannya surga.

Page 11: Kewarganegaraan makalah

Saran

Berdasarkan Pasal 1 Ayat (3) UUD 1945, Indonesia adalah negara hukum.

Artinya, penyelenggara negara dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya tidak boleh melanggar hukum. Tidak boleh bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan. Aturan pemberian remisi yang

diatur dalam PP Nomor 28 Tahun 2006 menyatakan bahwa remisi

diberikan kepada koruptor apabila memenuhi dua syarat. Telah menjalani

1/3 dari masa pidana dan berkelakuan baik. Ketentuan  ini harus diubah

terlebih dahulu. Presiden SBY sebagai kepala pemerintahan harus

menerbitkan PP perubahan untuk menghapus ketentuan yang mengatakan

”telah menjalani 1/3 masa pidana”. Lebih baik lagi, jika pemerintah

mengusulkan perubahan UU Nomor 12 Tahun 1995 yang memuat remisi

sebagai hak narapidana tipikor. Hak remisi perlu dihapuskan bagi

koruptor, mengingat ini adalah bagian dari usaha luar biasa untuk

memberantas kejahatan luar biasa.

Jika perubahan PP dan UU membutuhkan waktu yang lama, maka

Menhukham bisa mengambil langkah lain. Dalam PP Nomor 28 Tahun

2006 disebutkan, remisi bagi koruptor diberikan oleh menteri dengan

memperhatikan pertimbangan dari dirjen pemasyarakatan. Menhukham

bisa menerbitkan surat edaran kepada setiap dirjen agar lebih ketat

memberikan pertimbangan atas napi koruptor

Pemerintah melakukan revisi terhadap peraturan perundang-undangan

yang mengatur mengenai remisi, pembebasan bersyarat, sebelum

melakukan moratorium apabila tidak ingin melanggar hukum yang ada.

harus dirumuskan mendetil, melibatkan semua pemangku kepentingan

serta aspirasi masyarakat. Harus dirumuskan pula, jenis-jenis kejahatan

apa saja (yang layak dan pantas tak mendapatkan remisi). Lebih dari itu,

koruptor pun boleh dibedakan berdasarkan jumlahnya (volume uang serta

kerugian negara)

Page 12: Kewarganegaraan makalah

Medai indonesiaSegera Terbit Aturan Moratorium Remisi Koruptor Penulis : Amahl Sharif AzwarSelasa, 01 November 2011 23:03 WIB     

Ilustrasi--MI/Tiyok/rjJAKARTA--MICOM: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia mengklaim penghentian sementara pemberian remisi serta pembebasan bersyarat bagi narapidana kasus korupsi akan segera memiliki landasaran hukum.

Menurut juru bicara Direktorat Jenderal Lembaga Pemasyarakata Kemenkum dan HAM Akbar Hadi Wibowo, moratorium itu merupakan kebijakan yang akan segera dibuat dalam bentuk peraturan menteri dan perundang-undangan (peraturan pemerintah/PP).

"Moratorium itu kebijakan, makanya dalam waktu dekat akan terbit aturan berupa PP dan Permen," ujar Akbar melalui pesan singkat, Selasa (1/11).

Lebih jauh, Akbar menekankan Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menghentikan sementara pemberian remisi dan pembebasan bersyarat bagi koruptor untuk memberikan efek jera bagi para koruptor. (SZ/OL-2)

Cara Bikin Koruptor Takut, Miskinkan!  

Page 13: Kewarganegaraan makalah

Rochmanuddin

Liputan6.com, Jakarta: Koruptor telah merampas hak orang banyak. Hukumannya pun tak boleh tanggung-tanggung. Jika perlu miskinkan saja, karena korutor takut miskin.

Cara-cara itu diyakini dapat memberikan efek jera kepada para koruptor."Jadi menurut saya berikan hukuman seberat-beratnya, tidak memberikan remisi,

miskinkan koruptor. Itu yang akan membuat mereka takut, karena semua orang takut miskin. Orang korupsi itu kan karena nggak mau miskin," ujar Praktisi hukum senior,

Todung Mulya Lubis, saat ditemui wartawan di sela-sela seleksi calon anggota LPSK di hotel Sahid, Jakarta, Senin (31/10).

Selain itu, Todung juga mendukung kebijakan pembebasan bersyarat kepada koruptor. Hukuman untuk koruptor juga jangan ringan karena tidak sebanding dengan dampak

yang telah dilakukanya. Seperti pengalaman sebelumnya, banyak koruptor yang sudah bebas dari hukumannya. Sementara hasil korupsi masih dapat mereka nikmati.

"Setuju 100 persen. Karena menurut saya akan memberikan rasa takut untuk melakukan korupsi, efek jera. Karena ada kecenderungan hukuman semakin lunak, dibebaskan, dan

hukumnya diperingankan," Todung menambahkan, selain rendahnya hukuman koruptor, juga terdapat masalah lain

yang selama ini meringankan hukuman bagi koruptor seperti lemahnya tututan jaksa, hakim terlalu toleran terhadap korupsi, dan kecurangan hakim.

"Saya juga sepakat dengan hukuman koruptor minimal lima tahun, memang korupsi tersangka tidak sama skalanya. Ada yang 100 miliar, 200 miliar, bahkan ada yang

triliunan," ujarnya mencontohkan.

Page 14: Kewarganegaraan makalah

TUGAS KEWARGANEGARAAN

MAKALAH POLITIK

MORATORIUM REMISI KORUPTOR

Oleh :

Restu Andri Setiyanto

25010111110223

R1-B

Fakultas Kesehatan Masyarakat

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2011

Page 15: Kewarganegaraan makalah

SUARA MERDEKA

02 Nopember 2011 | 17:46 wibBerita Aktual » Nasional

Moratorium Remisi Koruptor Diskriminatif

Jakarta, CyberNews. Moratorium remisi seyogyanya tidak dilakukan terlebih dahulu, sebelum melakukan perubahan UU Pemasyarakatan. Sebab, produk hukum berupa kebijakan pemerintah dalam bentuk peraturan di bawah UU, hanya akan menimbulkan diskriminasi.

"Sebelum ada revisi UU, maka setiap narapidana dengan latar belakang apapun kasusnya berhak mendapatkan perlakuan yang sama," kata praktisi hukum, Taufik Basari, dalam pesan singkatnya, Rabu (2/11).

Sebab, bila seorang napi yang memenuhi syarat remisi 'dicabut' hak remisinya karena latar belakang kasusnya bukan karena persyaratan yang harus dipenuhi, maka sama saja memberikan hukuman dua kali.

"Bagi napi yang telah diperlakukan berbeda akibat kebijakan formal dan bukan karena tidak memenuhi syarat, maka yang bersangkutan bisa menggugat," ujarnya. Sebab, napi bersangkutan punya hak hukum, tetapi tidak diberikan bukan karena kesalahannya melainkan karena ada perubahan kebijakan yang tidak melalui revisi UU.

Dalam kesempatan itu dia membantah bila kalangan yang keberatan dengan moratorium adalah tidak mendukung pemberantasan korupsi. Sebab, ada hal yang berbeda antara hak napi, keadilan reparatif dan sistem pemidanaan modern.

"Itu berbeda dengan upaya pemberantasan korupsi. Adanya hak napi atas remisi tidak lantas bisa dituding seolah-olah menjadi penghambat dari efek jera yang ditimbulkan pemberantasan korupsi," tegasnya.

Menurutnya, kuncinya lebih ke soal penegakan hukum dan pemberian sanksi atau hukuman yang sepadan dengan kerugian dan perbuatan yang dilakukan. "Setelah menjalani pidana, timbul soal lain yakni hak napi dan hak untuk diperlakukan sama di depan hukum," imbuhnya.

( Saktia Andri Susilo / CN31 / JBSM )

Page 16: Kewarganegaraan makalah

Kementerian hukum dan HAM moratorium remisi koruptorSabtu, 29 Oktober 2011 19:06 WIB

Banjarmasin (ANTARA News) - Kementerian Hukum dan HAM melakukan moratorium pemberian remisi atau keringanan waktu hukuman untuk koruptor dan teroris.

Hal tersebut disampaikan Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana pada pidato pembukaan bedah buku karangannya "Indonesia Optimis" di Aula Rektorat Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu.

Menurut Denny, moratorium tersebut telah diberlakukan kecuali kepada koruptor yang membantu pengungkapan kasus-kasus korupsi yang lebih besar.

"Seperti Agus Condro masih bisa diberikan remisi karena banyak membantu KPK dan aparat penegak hukum dalam pengungkapkan berbagai kasus korupsi yang besar," katanya.

Hal tersebut, kata dia, sebagai salah satu bukti bahwa masyarakat yang bersedia membantu aparat hukum akan mendapatkan keringanan hukuman sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.

Tentang syarat dan aturannya, kata dia, sedang dalam proses penyusunan tetapi moratoriumnya sudah diberlakukan.(U004)

Editor: Aditia Maruli

Maruli A.2011. Judulnya apa.diakses dari www apa.pukul 21.00 WIB

Page 17: Kewarganegaraan makalah

Menteri Amir Akan Moratorium Remisi Koruptor

Pembahasan moratorium remisi koruptor sudah dibahas sejak zaman Menteri Patrialis Akbar.

Rabu, 19 Oktober 2011, 18:24 WIB

VIVAnews - Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin menegaskan akan melakukan moratorium terkait wacana pemberian remisi bagi koruptor."Kemungkinan besar kami akan lakukan moratorium," kata Amir di Kantor Kemenkumham, Jakarta, Rabu 19 Oktober 2011.

Menurut Amir wacana pemberian remisi bagi koruptor sebelumnya sudah dilakukan kajian oleh Patrialis Akbar dengan membentuk tim. Hanya saja tugas tim tersebut belum rampung, namun Menteri sudah lebih dulu diganti. "Memang Pak Patrialis sudah melakukan kajian sambil menunggu kita lakukan moratorium," ujarnya.

Sementara itu Wakil Menkumham Denny Indrayana menambahkan bahwa penerapan moratorium ini berangkat dari semangat pemberantasan korupsi, sekaligus juga dalam rangka menangkap aspirasi dan rasa keadilan bagi masyarakat. "Di sana pasti akan ada perlawanan tentu kita hadapi, kita perhatikan tapi aspirasi juga akan kita pertimbangkan," kata Denny.

• VIVAnews

Page 18: Kewarganegaraan makalah

BAB V

REFERENSI

mediaindonesia.com

liputan6.com

suaramerdeka.com

antaranews.com

vivanews.com