Upload
indah-waluyaning-putri
View
5
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
KF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 VKF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 VKF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 VKF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 VKF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 VKF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 VKF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 VKF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 VKF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 VKF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 VKF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 VKF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 VKF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 VKF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 VKF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 VKF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 VKF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 VKF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 VKF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 VKF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 VKF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 VKF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 VKF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 VKF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 VKF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 VKF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 VKF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 VKF_KsetimbSistem_27 Juni 2015 V
Citation preview
KESEIMBANGAN SISTEM
Keseimbangan Sistem Heterogen
Pada sistem heterogen, reaksi berlangsung antara dua fasa atau
lebih. Jadi pada sistem heterogen dapat dijumpai reaksi antara padat dan
gas, atau antara padat dan cair, dan seterusnya. Cara yang paling
mudah untuk menyelesaikan persoalan pada sistem heterogen adalah
dengan menganggap komponen-komponen dalam reaksi bereaksi pada
fasa yang sama.
Jadi pada sistem padat/gas, komponen reaksi yang berbentuk padat
diasumsikan membentuk uap melalui sublimasi, semua padatan
diasumsikan menyublim dan uap padatan ini kemudian bereaksi dengan
komponen lain yang sudah berada dalam fasa gas.
Sama halnya dengan cairan, tekanan uap padat akan selalu tetap
bila suhu tetap dan besarnya tekanan uap zat padat ini tidak bergantung
pada jumlah zat padat yang ada. Jadi dapat dianggap bahwa tekanan
uap zat padat disebabkan oleh sejumlah konsentrasi zat padat yang tetap
bila suhunya tetap.
Sebagai contoh pada disosiasi CaCO3 atau batu kapur (limestone):
CaCO3(s) CaO(s) + CO2 (g) pada T oC,
Batu kapur kapur Tohor
Pada kesetimbangan dapat ditulis:
Tekanan CO2 pada keseimbangan (PCO2)disebut tekanan disosiasi
kalsium karbonat pada suhu T OC. terlihat apabila CO2 ditambahkan ke
dalam sistem yang bervolume tetap, tekanan disosiasi akan terlewati dan
keseimbangan akan bergeser ke kiri sampai tekanan CO2 kembali sama
dengan tekanan disosiasi. Perhatikan bahwa penambahan atau
pengurangan padatan (pengurangan tidak dilakukan sampai habis,
artinya dalam sistem selalu terdapat sejumlah padatan) tidak ada
pengaruhnya terhadap tekanan keseimbangan.
Kenyataan di atas sangat berguna pada pembuatan kapur Tohor
dari batu kapur. Pada pembakaran batu kapur, ketika batu kapur
dipanaskan sampai suhu yang tinggi, udara dilewatkan pada permukaan
batu kapur sehingga tekanan CO2 tidak dapat mencapai tekanan
keseimbangan, dengan jalan ini reaksi pembentukan kapur Tohor akan
terus berlangsung karena keseimbangan tidak akan pernah dapat
dicapai, sehingga akhirnya semua batu kapur akan diubah menjadi kapur
Tohor.
LARUTAN DARI SOLUTE YANG NON VOLATILE
Bila dalam suatu larutan biner hanya salah satu komponen yang
volatile maka theori perhitungan-perhitungan menjadi lebih sederhana.
Misalnya : larutan gula dalam air. Tekanan partiel dari air menjadi tekanan
total dari larutan sebab gula tidak menguap.
Dengan adanya solute maka tekanan uap dari solvent akan berkurang
sehingga mengakibatkan kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan
terjadinya tekanan osmose.
Penurunan Tekanan Uap
Bila larutan ideal maka menurut Raoult, berlaku rumus :
Psolv = Xsolv x p0 solv
Rumus ini berlaku pula bagi larutan yang tidak ideal tetapi dalam keadaan
yang sangat encer, karena pada larutan yang sangat encer sifat-sifat larutan
dapat dianggap sama dengan sifat-sifat dari solvent. Bila solute adalah zat
yang tidak volatile maka p solvent ini merupakan p larutan.
p = X1p0 = (1)
p = tekanan uap larutan
x1 = mol fraksi solvent
n1 = jumlah mole solvent
n2 = jumlah mole solute
p0 = tekanan uap solvent murni
Dari rumus (1) di atas diperoleh :
(2)
Penurunan tekanan uap relatif adalah sama dengan mole fraksi dari solute
dalam larutan.
Penentuan Berat Molekul
Penurunan tekanan uap dapat pula dipergunakan untuk menentukan
berat mole suatu persenyawaan :
Untuk larutan yang sangat encer n2 sangat kecil bila dibandingkan dengan n1,
sehingga rumus ini dapat disederhanakan :
(3)
Kenaikan Titik Didih
Sebagai akibat dari penurunan tekanan uap dari larutan solute yang
non volatile, maka titik didih (temperatur dimana tekanan uap =
tekanan luar) dari larutan tersebut akan lebih tinggi dari pada titik didih
solvent murni. Hal ini digambarkan dengan grafik seperti berikut :
Titik didih solvent murni : Ts dan titik
didih larutan T1. T1-Ts = Td.
(kenaikan titik didih)
Menurut persamaan : Clausius
Claplyron :
Untuk larutan encer pada titik didihnya dapat ditulis :
Td =
1 atm
solv
Tek.
lar.
TS
T1
T1
Temp. 0C TS Td
Td = (4)
Pada larutan yang encer maka n2 sangat kecil bila dibandingkan dengan n1,
sehingga n2 dapat diabaikan terhadap n1
Persamaan menjadi :
Td = (5)
Pada penentuan kenaikan titik didih, konsentrasi dari solute biasa dinyatakan
dengan molalitas = m, ialah jumlah mole solute dalam 1000 gr solvent.
M1 = B.M. solvent
Rumus (5) akan menjadi :
Td =
Td = hv = = panas penguapan per gram
Td = Kd x m (6) Td = Kd x
Kd = konstante kenaikan titik didih molal
Penentuan berat molekul :
Dari rumus (7) diperoleh berat mol sulute :
M2 = Kd x (8)
Contoh : Berapa t.d dari larutan yang mengandung 5 gr urea dalam 75 gr air.
Panas penguapan air = 540 cla/gram.
Kd =
Td = Kd x
Titik didih larutan = 100 + 0,57 = 100.570C.
Harga Kd untuk beberapa solvent.
Air 0,513 Asam asetat 3,14
Ethanol 1,20 Khloroform 3,85
Aseton 1,72
Benzena 2,63 Khlorida 5,02
Penurunan Titik Beku
Akibat lain dari pada penurunan tekanan uap ialah titik beku dari larutan lebih
rendah dari pada solvent murni. Hubungan antara titik beku solvent murni
dan titik beku larutan dapat diterangkan dengan kurve seperti berikut.
A titik beku solvent (pd.temperatur
Ts).
B titik beku larutan (pd.temperatur
T1).
Ts-T1 = Tb
Jarak AC = P0-p dan karena p0
adalah suatu konstan, maka AC
berbanding lurus dengan penurunan
tekanan uap relatif
Untuk larutan-larutan yang sangat encer maka kurve-kurve tekanan uap
dapat dianggap garis lurus yang sejajar sehingga perbandingan AC dan BC
merupakan suatu konstan atau dapat dikatakan : penurunan titik beku ( Tb)
akan berbanding lurus dengan penurunan tekanan relatif atau dengan mol
fraksi solute X2
Tb = Kb X2 (1)
PS D
T
padat
Tekananuap
B
Ap0
CP
lar.
Temperatur
Menurut Clausius – Clapayron maka :
slope dari kurve, Tb = titik beku solvent.
Bila BC dianggap sebagai garis lurus maka :
(2)
Rumus Clausius Clapayron ini berlaku pula pada peristiwa sublimasi :
Hs = panas sublimasi molar dari solvent padat.
Bila AB merupakan garis lurus maka :
(4)
Dari (3) dan (4) : (5)
(5) – (2) :
Hs-Hv = Hf
panas pencairan molar
Tb =
Tb =
atau : Tb = Kb xm = Kb x (7)
Kb = (8) hf = panas pencairan per gr.
Persamaan (7) dapat dipergunakan untuk menghitung B.M.
M2 =
Harga Kb untuk beberapa solvent :
Air : 1,86 Nitro benzena
: 6,90
As. Asetat : 3,90 Naftalena : 7,00
Benzena : 5,12 Bromoform : 14,30