136
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat merupakan kehendak dan idaman semua lapisan masyarakat, guna mewujudkan hal tersebut maka banyak hal yang perlu dilakukan dan salah satu hal yang cukup penting ialah berupaya menyelenggarakan suatu pelayanan kesehatan yang baik, berkualitas, menyeluruh dan terpadu (comprehensive and integrated health services) yakni suatu pelayanan yang memadukan berbagai upaya kesehatan baik pelayanan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan, selain itu berupaya untuk menciptakan suatu pelayanan kesehatan yang menerapkan pendekatan secara menyeluruh (holistic approach), jadi tidak hanya memperhatikan keluhan penderita saja tetapi juga memperhatikan berbagai aspek dari latar belakang sosial ekonomi, sosial budaya, sosial psikologi dan lain sebagainya (Fahrizal Z, 2008). Sektor industri merupakan sektor andalan utama bagi Indonesia karena sektor ini mampu memberikan peluang kerja bagi penduduk Indonesia. Selain itu, sektor industri menggunakan berbagai input baik dari sektor pertanian maupun sektor-sektor lainnya termasuk sektor industri itu sendiri. Keterkaitan 1

KIK toksikologi industri

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KIK toksikologi industri

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sehat merupakan kehendak dan idaman semua lapisan masyarakat,

guna mewujudkan hal tersebut maka banyak hal yang perlu dilakukan dan

salah satu hal yang cukup penting ialah berupaya menyelenggarakan suatu

pelayanan kesehatan yang baik, berkualitas, menyeluruh dan terpadu

(comprehensive and integrated health services) yakni suatu pelayanan yang

memadukan berbagai upaya kesehatan baik pelayanan peningkatan dan

pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit serta

pemulihan kesehatan, selain itu berupaya untuk menciptakan suatu pelayanan

kesehatan yang menerapkan pendekatan secara menyeluruh (holistic

approach), jadi tidak hanya memperhatikan keluhan penderita saja tetapi juga

memperhatikan berbagai aspek dari latar belakang sosial ekonomi, sosial

budaya, sosial psikologi dan lain sebagainya (Fahrizal Z, 2008).

Sektor industri merupakan sektor andalan utama bagi Indonesia karena

sektor ini mampu memberikan peluang kerja bagi penduduk Indonesia. Selain

itu, sektor industri menggunakan berbagai input baik dari sektor pertanian

maupun sektor-sektor lainnya termasuk sektor industri itu sendiri. Keterkaitan

antar sektor yang cukup besar ini menjadi hal yang cukup baik karena

kemajuan sektor industri akan mendorong pertumbuhan sektor lainnya yang

pada gilirannya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi (Aliasuddin, 2005).

Struktur perekonomian Indonesia mengalami perubahan yang

signifikan melalui pola normal pembangunan ekonomi seperti pola yang

dijelaskan oleh ilmu ekonomi. Perubahan struktur ini ditandai oleh pergeseran

kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian. Kontribusi sektor

pertanian mengalami penurunan sedangkan kontribusi sektor industri terus

mengalami peningkatan, sehingga menjadikan sektor industri menjadi

kontributor utama dalam perekonomian Indonesia.

Kemajuan sektor industri berarti kemajuan ekonomi Indonesia dan

sebaliknya. Peranan sektor industri ini tidak hanya terbatas pada besarnya

kontribusi sektor ini terhadap perekonomian, tetapi lebih luas lagi, termasuk di

dalamnya kemampuan sektor ini dalam menciptakan peluang kerja bagi

1

Page 2: KIK toksikologi industri

sebagian masyarakat Indonesia. Menurut laporan Statistik Indonesia atau BPS

tahun 2001, dapat dijelaskan bahwa sektor industri menyerap tenaga kerja

sebanyak 4.234.983 orang di seluruh Indonesia. Jumlah ini hanya untuk

industri besar dan sedang saja. Sementara itu, industri kecil mampu membuka

peluang pekerjaan sebanyak 2.004.590 orang dan industri rumah tangga

sebanyak 4.502.183 orang dalam perekonomian Indonesia, sedangkan nilai

output yang dihasilkan oleh industri besar dan sedang sebanyak Rp 582.863

miliar, industri kecil sebanyak Rp 15.392 miliar, industri rumah tangga sebesar

Rp 24.741 miliar. Semua angka-angka ini memperlihatkan bahwa betapa

besarnya peranan sektor industri dalam perekonomian Indonesia. Angka-

angka ini juga dengan jelas memperlihatkan bahwa sektor industri merupakan

sektor andalan dalam perekonomian Indonesia. Kemajuan sektor industri

berarti kemajuan ekonomi Indonesia dan sebaliknya (Aliasuddin, 2002).

Era globalisasi harus dijadikan agenda baru bagi kesehatan masyarakat,

ketika Indonesia memasuki abad 21 globalisasi akan memberikan dampak

yang sangat luas kepada Indonesia. Dampak globalisasi diperkirakan dapat

memberikan pengaruh baik terhadap penggunaan teknologi kesehatan, sistim

pelayanan, macam penyakit baru, hingga kondisi sosial kemasyarakatan

lainnya. Dengan kata lain mau tidak mau, dampak globalisai harus menjadi

salah satu prioritas dalam bidang kesehatan di Indonesia (FKM undip, 2010).

Aspek penting dalam perlindungan kesehatan masyarakat dan pekerja

di industri ialah pencegahan dan pengurangan paparan bahan-bahan (kimia)

yang dapat memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak

langsung terhadap peningkatan timbulnya penyakit, ketidaknyamanan atau

kecacatan bahkan laju kematian (Pusat K3, 2008).

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek yang penting

dalam aktivitas dunia industri. Relativitas kadar penting tidaknya akan

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ini tergantung pada seberapa besar

pengaruhnya terhadap subjek dan objek itu sendiri. Resiko adalah kesempatan

untuk terjadinya kecelakaan atau kerugian, juga kemungkinan dari akibat dan

kemungkinan bahaya tertentu (Pararaja Arifin, 2008).

Pesatnya perkembangan industri beserta produknya memiliki dampak

positif terhadap kehidupan manusia berupa makin luasnya lapangan kerja,

kemudahan dalam komunikasi dan transportasi yang akhirnya berdampak pada

2

Page 3: KIK toksikologi industri

peningkatan sosial ekonomi masyarakat. Disisi lain dampak negatif yang

terjadi adalah timbulnya penyakit akibat pajanan bahan-bahan selama proses

industri atau dari hasil produksi itu sendiri. Timbulnya penyakit akibat kerja

telah mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia, berdasarkan Surat

Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 telah ditetapkan 31 macam

penyakit yang timbul karena kerja. Berbagai macam penyakit yang timbul

akibat kerja, organ paru dan saluran nafas merupakan organ dan sistem tubuh

yang paling banyak terkena oleh pajanan bahan-bahan yang berbahaya di

tempat kerja. Penyakit paru akibat kerja merupakan penyakit atau kelainan

paru yang terjadi akibat terhirupnya partikel, kabut, uap atau gas yang

berbahaya saat seseorang sedang bekerja. Tempat tertimbunnya bahan-bahan

tersebut pada saluran pernafasan atau paru dan jenis penyakit paru yang terjadi

tergantung pada ukuran dan jenis yang terhirup. Beberapa jenis partikel yang

di antaranya bisa menyebabkan penyakit paru yaitu partikel organik dan

anorganik. Selain itu gas dan bahan aerosol lain seperti gas dari hidrokarbon,

bahan kimiawi insektisida, serta gas dari pabrik plastik dan hasil pembakaran

plastik (Krishna Oka, 2010).

penyakit paru akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh

partikel, uap gas atau kabut berbahaya yang menyebabkan kerusakan paru

jika terinhalasi selama bekerja. Saluran nafas dari lubang hidung sampai

alveoli menampung 14.000 liter udara ditempat kerja selama 40 jam kerja

dalam satu minggu. American lung Association menmbagi penyakit paru

menjadi dua kelompok besar, yaitu ; Pneumoconiasis yang disebabkan debu

yang masuk kedalam paru-paru, dan hipersensitivitas seperti asma yang

disebabkan karena reaksi yang berlebihan karena polutan udara. Sebagai

tambahan beberapa kasus yang sering sebagai penyakit paru akibat kerja.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut :

a. Bagaimana strategi penanganan masalah kesehatan dalam bidang industri

makanan dan minuman?

b. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam menangani toksikologi bidang

industri ?

3

Page 4: KIK toksikologi industri

1.3 Manfaat

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penulis mengharapkan penelitian

ini dapat memberikan manfaat untuk :

Bagi perusahaan :

o Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam membuat keputusan

untuk mengatasi permasalahan mengenai faktor resiko timbulnya

masalah kesehatan di berbagai bidang industri

Bagi akademis :

o Sebagai kesempatan bagi penulis untuk menambah wawasan mengenai

faktor-faktor yang menjadi penyebab penyakit akibat kerja pada

karyawan berbagai bidang industri.

o Sebagai salah satu sumber informasi dan pembanding bagi peneliti lain

khususnya mengenai faktor-faktor yang menjadi penyebab penyakit

akibat kerja pada karyawan berbagai bidang industri.

4

Page 5: KIK toksikologi industri

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dokter Keluarga

2.1.1 Definisi Dokter Keluarga dan Konsep Pelayanan Dokter Keluarga

Dokter keluarga adalah dokter yang menyelenggarakan upaya

pemeliharaan kesehatan dasar paripurna untuk memecahkan masalah

kesehatan yang dihadapi oleh individu dalam keluarga dan oleh setiap

keluarga didalam kelompok masyarakat yang memilihnya sebagai mitra untuk

pemeliharaan kesehatan (JPKM, 2004)

Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran menyeluruh,

memusatkan pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit, tanggung jawab

dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi golongan umur atau jenis

kelamin pasien, tidak juga oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu (The

America Academy of Family Physician, 1996).

Pelayanan dokter keluarga melibatkan dokter umum sebagai penyaring

di tingkat primer, dokter spesialis ditingkat pelayanan sekunder, rumah sakit

rujukan dan pihak pendana yang kesemuanya bekerjasama dibawah naungan

peraturan dan perundang-undangan. Pelayanan diselenggarakan secara

komprehensif, kontinu,integrative, holistik, koordinatif, denagn

mengutamakan pencegahan, menimbang peran kelurga dan lingkungan serta

kerjaannya. Pelayanan diberikan pada semua pasien tanpa memandang jenis

kelamin, usia ataupun jenis penyakitnya (IDI, 2004).

2.1.2 Tugas dan wewenang Dokter Keluarga

Tugas dokter keluarga dalammemberikan layanan kesehatan meliputi

berbagai aspek holistical, diantaranya :

1. menyelenggerakan pelayanan primer secara paripurna menyeluruh dan

bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan.

2. mendiagnosa secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat.

3. memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat

sehat dan sakit.

4. memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya.

5

Page 6: KIK toksikologi industri

5. membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan

taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobtan dan rehabilitasi.

6. menangani penyakit akut dan kronik.

7. melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah

sakit.

8. tetap bertangung jawab atas pasien yang dirujukkan ke dokter spesialis

atau dirawat di rumah sakit.

9. memantau pasien yang telah dirujuk atau dikonsultasikan.

10. bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya.

11. mengkoordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien.

12. menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar.

13. melakukan penelitian untuk mengembangkan ilmu kedokteran secara

umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus.

Adapun wewenang dokter keluarga, meliputi :

1. menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar.

2. melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat.

3. melaksanakan tindak pencegahan penyakit.

4. mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer.

5. mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal.

6. melakukan tindak pra bedah, bedah minor, rawat pasca bedah di unit

pelayanan primer.

7. melakukan perawatan sementara.

8. menerbitkan surat keterangan medis.

9. memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap.

10. memberikan perawatan di rumah untuk keadaan khusus (JPKM, 2004).

2.1.3 Kompetensi Dokter Keluarga

Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari

pada seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi khusus

inilah yang perlu dilatihkan melalui program pelatihan dokter keluarga. Yang

dicantumkan disini hanyalah kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap

dokter keluarga secara garis besar. Rincian mengenai kompetensi ini yang

dijabarkan dalam bentuk tujuan pelatihan akan tercantum dibawah judul setiap

6

Page 7: KIK toksikologi industri

modul pelatihan yang terpisah dalam berkas tersendiri karena akan lebih

sering disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran :

1. menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran

keluarga.

2. menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan keterampilan klinik

dalam pelayanan kedokteran keluarga.

3. menguasai keterampilan berkomunikasi, menyelenggarakan hubungan

profesional dokter-pasien untuk :

a. secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota

keluarga dengan perhatian khusus terhadap perab dan risiko kesehatan

keluarga

b. secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk bekerjasama

menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan

dan penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko

kesehatan keluarga

c. dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim

pada penyelenggaraan pelayanan kedokteran/ kesehatan

4. memiliki keterampilan manajemen pelayanan klinik :

a. dapat memanfaatkan sumber pelayanan primer dengan

memperhitungkan potensi yang dimiliki pengguna jasa pelayanan

untuk menyelesaikan masalahnya

b. menyelenggarakan pelayanan kedokteran keluarga yang bermutu

sesuai dengan standar yang ditetapkan

5. memberikan pelayanan kedokteran berdasarkan etika moral dan spiritual

6. memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang pengelolaan pelayanan

kesehjatan termasuk system pembiayaan (asuransi kesehatan)

(Dinkes Walikota Jakarta Utara, 2005).

2.1.4 Klinik Dokter keluarga

Klinik dokter keluarga adalah pelayanan medis yang diselenggarakan

oleh dokter keluarga, bercirikan pelayanan yang komprehensif, kontinu,

mengutamakan pencegahan, koordinatif, kolaboratif dan berorientasi pada

individu, keluarga dan komunitasnya.

7

Page 8: KIK toksikologi industri

Komprehensif :

Dokter harus mengarahkan seluruh kepiawaiannya dan memanfaatkan

fasilitas yang ada dan diperlukan untuk sebesar-besarnya kepentingan

pasien, kontinu, bersinambung, pasien selalu dalam pantauannya.

Koordinatif dan kolaboratif :

Bekerjasama dengan berbagai pihak untuk mengatur seefisien mungkin

segenap keperluan pasien.

Mengutamakan pencegahan :

Dengan menyelenggarakan ceramah kesehatan, vaksinasi, KIA, dan KB

Mempertimbangkan bahwa pasien merupakan bagian integral dari keluarga

dan masyarakatnya.

Untuk melaksanakan semua itu tentu saja memerlukan upaya khusus

dimana dokter keluarga harus berpraktik secara paripurna memberikan

pelayanan selama 24 jam sehari dan 7 hari sepekan, tidak ada hari libur untuk

melayani pasien. Untuk itu dokter keluarga haruslah praktik berkelompok,

paling tidak 3 orang dalam sebuah klinik (JPKM, 2004).

2.1.5 Sistem Pelayanan Dokter Keluarga

Untuk menunjang tugas dan wewenang dokter keluarga diperlukan

system pelayan dokter keluarga yang terdiri atas komponen :

1. dokter keluarga yang menyelenggarakan pelayanan primer di klinik dokter

keluarga

2. dokter spesialis yang menyelenggarakan pelayanan sekunder di klinik

dokter spesialis rumah sakit rujukan

3. asuransi kesehatan/ system pembiayaan

4. seperangkat peraturan penunjang

Dalam sistem ini kontak pertama pasien dengan dokter akan terjadi di

klinik dokter keluarga yang selanjutnya akan menentukan dan

mengkoordinasikan keperluan pelayanan sekunder jika dipandang perlu sesuai

dengan standar operating procedure (SOP) yang disepakati. Pasca pelayanan

sekunder, pasien segera dirujuk balik ke klinik dokter keluarga untuk

pemantauan lebih lanjut. Tatalaksana pelayanan sepertiini akan diperkuat oleh

ketentuan yang diberlakukan dalam skema asuransi (Wijono, 2000).

2.2 Tuberculosis Paru

8

Page 9: KIK toksikologi industri

2.2.1 Definisi

Tuberkulosis paru adalah sutu penyakit menular yang disebabkan oleh

basil Mikobakterium tuberkulosis. Tuberkulosis paru merupakan salah satu

penyakit saluran pernapasan bagian bawah (Alsagaff, 2006).

2.2.2 Epidemiologi

Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia tapi sampai saat

TB masih tetap mejadi problem kesehatan dunia yang utama. Pada bulan

Maret 1993 WHO mendeklarasikan TB sebagai global health emergency. TB

dianggap sebagai masalah kesehatan dunia yang penting karena lebih kurang

1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh mikobakterium TB. Pada tahun 1998 ada

3.617.047 kasus TB yng tercatat diseluruh dunia.

Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia

China dan India. Perkiraan kejadian BTA di sputum yang positif di Indonesia

adalah 266.000 tahun 1998. Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga 1985

dan survei kesehatan nasional 2001, TB menempati ranking nomor 3 sebagai

penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Prevalensi nasional terakhir TB

Paru diperkirakan 0,24%.

Alasan utama munculnya atau meningkatnya beban TB secara global

antara lain disebabkan :

1. kemiskinan pada berbagai penduduk, tidak hanya pada negara yang sedang

berkembang tetapi juga pada penduduk perkotaan tertentu dinegara maju

2. adanya perubahan demografik dengan meningkatnya penduduk dunia dan

perubahan dari struktur usia manusia yang hidup

3. perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi pada penduduk di

kelompok yang rentan terutama dinegeri-negeri miskin

4. tidak memadainya pendidikan mengenai TB di antara para dokter

5. terlantar dan kurangnya biaya untuk obat, sarana diagnostik dan

pengawasan kasus TB dimana terjadi deteksi dan tatalaksana kasus yang

tidak adekuat

6. adanya epidemi HIV terutama di Afrika dan Asia (Sudoyo, 2007).

2.2.3 Cara Penularan

9

Page 10: KIK toksikologi industri

Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang

mengandung droplet nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru

dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam

(BTA).

Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis, sejenis

kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um.

Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin

(dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman

berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit

kembali dan menjadikan penyakit tuberkulosis menjadi aktif lagi. Sifat lain

kuman ini adalah aerob (Sudoyo, 2007).

2.2.4 Patogenesis

2.2.4.1 Tuberkulosis Primer

Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel ini

dapat menetap dlm udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya

sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Bila partikel infeksi ini

terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran napas atau jaringan

paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5 mikrometer.

Kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang

tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau fokus Ghon. Dari

sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus

(limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus

(limfadenitis regional). Sarang primer limfangitis lokal + limfadenitis regional

= kompleks primer (Ranke). Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu.

Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi :

sembuh sama sekali tanpa meinggalkan cacat.

sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,

kalsifikasi di hilus

berkomplikasi dan menyebar secara :

a) per kontinuitatum, menyebar ke sekitarnya

b) secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di

sebelahnya

10

Page 11: KIK toksikologi industri

c) secara limfogen, ke organ tubuh lain-lainnya

d) secara hematogen, ke organ tubuh lainnya (Sudoyo, 2007).

2.2.4.2 Tuberkulosis Pasca Primer (Tuberkulosis Sekunder)

Bentuk keradangan tuberkulosis paru post primer dapat terjadi melalui

proses:

keradangan endogen : berasal dari fokus lama (dormant) di dalam paru

yang mengalami kekambuhan

keradangan eksogen : karena infeksi ulang pada tubuh yang pernah

menderita tuberkulosis

Tuberkulosis paru post primer sebagian besar berasal dari infeksi

ulang, hal ini ditunjukkan dengan permulaan keradngan di daerah sub

klavikula dan bukan pada puncak paru (apex pulmonum) (Alsagaff, 2006).

2.2.5 Klasifikasi Tuberkulosis

WHO 1991 berdasarkan terapi membagi TB dalam 4 kategori yakni :

Kategori I, ditujukan terhadap :

o kasus baru dengan sputum positif

o kasus baru dengan bentuk TB berat

Kategori II, ditujukan terhadap :

o kasus kambuh

o kasus gagal dengan sputum BTA positif

Kategori III, ditujukan terhadap :

o kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

o kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I

Kategori IV, ditujukan terhadap : TB kronik

2.2.6 Gejala-gejala klinis

Batuk / Batuk darah

Sesak napas

Nyeri dada

Wheezing

Demam

11

Page 12: KIK toksikologi industri

Menggigil

Keringat malam

Anoreksia

Badan lemah

Gangguan menstruasi

(Alsagaff, 2006).

2.2.7 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin

ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu

demam (subfebris), badan kurus atau berat badan menurun.

Pada pemeriksaan fisis pasien sering tidak menunjukkan suatu kelainan

pun terutama pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara

asimptomatik. Demikian juga bila sarang penyakit terletak di dalam, akan sulit

menemukan kelainan pada pemerikaan fisik, karena hantaran getaran/suara

ymg lebih dari 4 cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi, perkusi dan

auskultasi.

Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian

apeks (puncak) paru. Bila dicurigai adanya infiltrat yang agak luas,maka

didapatkan perkusi yang redup dn auskultasi suara napas bronkial. Akan

didapatkan jug suara napas tambahan berupa ronki basah, kasar dan nyaring.

Tetapi bila infiltrat ini di liputi oleh penebalan pleura,suara napasnya menjadi

vesikular melemah. Bila terdapat kavitas yng cukup besar,perkusi memberikan

suara hipersonor atau timpani dnauskultasi memberikan suara amforik

(Sudoyo, 2007).

2.2.8 Pemeriksaan Radiologi

Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-aneh, terutama

gambaran radiologis, sehingga dikatakan tuberculosis is the greatest imitator.

Oleh sebab itu untuk diagnostik radiology sering dilakukan juga foto

lateral,top lordotik, oblik, tomografi dan foto dengan proyeksi densitas keras.

Pemeriksaan khusus yang kadang-kadng juga diperlukan adalah

bronkografi, yakni untuk melihat kerusakan bronkus atau paru yang

disebabkan oleh tuberkulosis.

12

Page 13: KIK toksikologi industri

Gambaran radiologist yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah :

Gambaran pneumonia, berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan

batas-batas yang tidak tegas

Gambaran proses menahun

Gambaran milier

Atelektasis

Efusi pleura / empiema, massa cairan di bagian bawah paru

Pembesaran kel hilus

2.2.9 Laboratorium

1. Darah:

Pada saat tuberculosis baru mulai(aktif) akan didapatkan jumlah

leukosit sedikit meningkat dengan hitung jenis pergeseran ke kiri dan

LED meningkat.

Hasil pemeriksaan darah lain didapatkan juga: 1). Anemia ringan

dengan gambarn normokrom dan normositer 2). Gama globulin

meningkat 3). Kadar natrium darah menurun.

2. Dahak / sputum

Pemeriksaan ini mudah dan murah

Sputum dapat diambil dari dahak secara langsung, kerokan laring,

kumbah lambung, kumbah saluran pernapasan dengan bantuan alat

bronskoskopi dan dari cairan pleura.

Untuk pewarnaan dianjurkan memakai Tan Thiam Hok merupakan

modifikasi gabungan cara pulasan Kinyoun dan Gabbet

Cara pemeriksaan sputum yang dilakukan adalah:

pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop biasa

pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop fluoresens

(pewarnaan khusus).

pemeriksaan dengan biakan (kultur)

pemeriksaan terhadap resistensi obat

Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya

ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan.

3. Uji tuberkulin

13

Page 14: KIK toksikologi industri

Dipakai tes Mantoux dgn menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin P.P.D

intrakutan berkekuatan 5 T.U

Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan, akan timbul reaksi berupa

indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrat limfosit

Hasil tes mantoux dibagi dalam : 1). Indurasi 0-5 mm (diameternya) :

mantoux negatif 2). Indurasi 6-9 mm : hasil meragukan = low grde

sensitivity 3). Indurasi 10-15 mm : mantoux positif 4). Indurasi > 15

mm : mantoux positif kuat = golongan hypersensitivity (Sudoyo, 2007).

2.2.10 Komplikasi

Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan

menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan.

Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, Poncet’s

arthropathy

Komplikasi lanjut : obstruksi jalan napas → SOFT (Sindrom Obstruksi

Pasca Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat → SOPT/ fibrosis paru,

kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa

(ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.

2.2.11 Penatalaksanaan TB Paru

Non Farmakologis :

Memperbaiki keadaan umum seperti : diet, keseimbangan cairan,

istirahat, stop merokok, hindari polusi, tatalaksana komorbiditas,

nutrisi dan vitamin

Pengadaan sarana pemukiman yang memadai misal: ventilasi yang

cukup untuk memungkinkan sinar matahari yang masuk

Farmakologis :

Tabel 1 . Resimen Pengobatan Saat ini

14

Page 15: KIK toksikologi industri

Kategori Pasien TBResimen Pengobatan

Fase awal Fase lanjut

1

oTBP sputum BTA

positif baru Bentuk TBP

berat

oTB ekstra paru (berat)

o TBP BTA negatif

2 HRZS (E)

2 HRZS (E)

2 HRZS (E)

6 HE

4 HR

4 H3R3

2

Relaps

Kegagalan Pengobatan

Kembaki ke default

2 HZES/ 1HRZE

2 HZES/ 1HRZE

5 H3R3E3

5 HRE

3

TBP sputum BTA negatif

TB ekstra paru

(menengah berat)

2 HRZ atau 2 H3R3Z3

2 HRZ atau 2 H3R3Z3

2 HRZ atau 2 H3R3Z3

6 HE

2 HR/ 4 H

2 H3R3/ 4 H

4

Kasus kronis (masih BTA

positif setelah

pengobatan ulang yang

disupervisi)

Tidak dapat diaplikasikan

(mempertimbangkan menggunakan obat-

obatan barisan kedua)

2.2.12 Dosis Obat

15

Page 16: KIK toksikologi industri

Tabel 2. Dosis Obat yang Dipakai di Indonesia

Nama ObatDosis Harian Dosis Berkala 3 x

semingguBB < 50 Kg BB > 50 Kg

Isoniazid

Rifampisin

Pirazinamid

Streptomisin

Etambutol

Etionamid

PAS (Para-Amino

salicylic acid)

300 mg

450 mg

1000 mg

750 mg

750 mg

500 mg

99

400 mg

600 mg

2000 mg

1000 mg

1000 mg

750 mg

600 mg

600 mg

2-3 g

1000 mg

1-1,5 g

2.2.13 Efek Samping Obat

Tabel 3. Efek Samping Obat

INH

Rifampisin

Streptomisin

Etambutol

Etionamid

PAS (Para-Amino salicylic acid)

Cycloserin :

neuropati perifer dapat dicegah dengan pemberian

vitamin B6, hepatotoksik

sindrom flu, hepatotoksik

nefrotoksik, gangguan nervus VIII kranial

neuritis optika, nefrotoksik, skin rash/ dermatitis

hepatotoksik, gangguan pencernaan

hepatotoksik, gangguan pencernaan

seizure/ kejang, depresi, psikosis

2.2.1.4 Pencegahan

Pencegahan infeksi tuberkulosis paru meliputi :

a. Terhadap infeksi tuberculosis :

1. Pencegahan terhadap sputum yang infeksius

1.1 Case finding :

- X-foto toraks yang dikerjakan secara masal

- Uji tuberkulin secara Mantoux

1.2 Isolasi penderita dan mengobati penderita

1.3 Ventilasi harus baik

16

Page 17: KIK toksikologi industri

2. pasteurisasi susu sapi dan membunuh hewan yang terinfeksi oleh

Mikobakterium bovis akan mencegah tuberkulosis bovin pada

manusia

b. Meningkatan daya tahan tubuh:

1. Memperbaiki standar hidup

- Makan makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna

- Lengkapi perumahan dengan ventilasi yang cukup

- Usahakan setiap hari tidur cukup dan teratur

- Lakukanlah olahraga di tempat-tempat yang mempunyai udara

segar

1. Usahakan peningkatn kekebalan tubuh dengan vaksinasi BCG

c. Pencegahan dengan mengobati penderita yang sakit dengan obat anti

tuberkulosis (Alsagaff, 2006).

2.3 Tentang Kebijakan Pemerintah Dalam Penanggulangan TB paru di

tempat kerja

Penyakit Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit yang mudah

menular dimana dalam tahun-tahun terakhir memperlihatkan peningkatan

dalam jumlah kasus baru maupun jumlah angka kematian yang disebabkan

oleh TBC.

Pada tahun 1993, WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit

TBC, karena di sebagian besar negara di dunia, penyakit TBC tidak terkendali.

Hal ini disebabkan banyaknya penderita TBC yang tidak berhasil

disembuhkan.

WHO melaporkan adanya 3 juta orang mati akibat TBC tiap tahun dan

diperkirakan 5000 orang tiap harinya. Tiap tahun ada 9 juta penderita TBC

baru dan 75% kasus kematian dan kesakitan di masyarakat diderita oleh orang-

orang pada umur produktif dari 15 sampai 54 tahun. Dinegara-negara miskin

kematian TBC merupakan 25% dari seluruh kematian yang sebenarnya dapat

dicegah. Daerah Asia Tenggara menanggung bagian yang terberat dari beban

TBC global yakni sekitar 38% dari kasus TBC dunia. Dengan munculnya

HIV/AIDS di dunia, diperkirakan penderita TBC akan meningkat.

17

Page 18: KIK toksikologi industri

Di Indonesia hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

tahun 1995 menunjukan bahwa penyakit TBC merupakan penyebab kematian

nomor tiga (3) setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran

pernafasan pada semua kelompok umur, dan nomor satu (1) dari golongan

penyakit infeksi. WHO 1999 memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000

kasus baru dengan kematian sekitar 140.000.

Penyakit TBC tidak hanya merupakan persoalan individu tapi sudah

merupakan persoalan masyarakat. Kesakitan dan kematian akibat TBC

mempunyai konsekuensi yang signifikan terhadap permasalahan ekonomi baik

individu, keluarga, masyarakat, perusahaan dan negara.

Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan melalui Program

TBC Nasional, telah bekerjasama dengan Rumah Sakit (RS), Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM), Dokter praktek pribadi, organisasi keagamaan

dan ingin meningkatkan kerjasama dengan kelompok masyarakat pekerja dan

pengusaha. Peningkatan perhatian dari pengusaha terhadap penyakit TBC di

sektor dunia usaha sangat diperlukan. Guna mensukseskan aktivitas

pengawasan TBC, pengobatan yang teratur sampai terjadi eliminasi TBC di

tempat keja.

Setiap tempat kerja mempunyai risiko untuk terjangkit penyakit TBC

pada pekerjanya terutama pada blue collars (karena pendidikan rendah,

higiene sanitasi perumahan pekerja, lingkungan sosial pekerja, higiene

perusahaan). Pengusaha diharapkan ber partisipasi aktif terhadap

penanggulangan TBC di tempat bekerja pada saat seleksi pekerja, higiene

sanitasi di perusahaan, gotong royong perbaikan perumahan pekerja

bekerjasama dengan puskesmas setempat.

Pengawasan TBC ditempat bekerja memberikan keuntungan yang

nyata kepada perusahaan dan masyarakat. Pekerja yang menderita TBC selain

akan menularkan ke teman sekerjanya juga akan mengakibatkan menurunnya

produktifitas kerja, sehingga akan mengakibatkan hasil kerja menurun dan

pada akhirnya mengakibatkan kerugian bagi perusahaan tempat penderita

18

Page 19: KIK toksikologi industri

bekerja. Penemuan penderita baru dan pengobatan dini akan memberikan

keuntungan bagi penderita, perusahaan dan program pemberantasan TBC

Nasional.

Untuk menanggulangi masalah TBC di Indonesia, strategi DOTS

(Directly Observed Treatment, Shourtcourse chemotherapy) yang

direkomendasikan oleh WHO merupakan pendekatan yang paling tepat saat

ini dan harus dilaksanakan secara sungguh-sungguh. Pelaksanaan DOTS di

klinik perusahaan merupakan peran aktif dan kemitraan yang baik dari

pengusaha dan masyarakat pekerja untuk meningkatkan penanggulangan TBC

di tempat kerja.

2.3.1 Dasar kebijakan program penanggulangan TBC di tempat kerja

1. Undang-undang no.23 tahun 1992, pasal 23 tentang Kesehatan Kerja

2. Kebijakan teknis program kesehatan kerja

3. Evaluasi program TBC yang dilaksanakan bersama oleh Indonesia dan

WHO pada April 1994 (Indonesia –WHO joint evaluation on National TB

Program)

4. Lokakarya Nasional Program P2TB pada September 1994

5. Dokumen Perencanaan (Plan of action) pada bulan September 1994

6. Rekomendasi “Komite Nasional Penanggulangan Tuberkulosis” 24 Maret

1999

2.3.2 Visi

Tuberkulosis tidak lagi menjadi masalah kesehatan di tempat kerja

2.3.3 Misi

1. Menetapkan kebijakan, memberikan panduan serta membuat evaluasi secara

tepat, benar dan lengkap

2. Menciptakan iklim kemitraan dan transparansi pada upaya penanggulangan

penyakit TBC di tempat kerja.

3. Mempermudah akses pelayanan penderita TBC untuk mendapatkan

pelayanan yang sesuai dengan standar mutu

19

Page 20: KIK toksikologi industri

2.3.4 Tujuan

Secara umum kegiatan penanggulangan TBC ini diharapkan dapat

menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit TBC pada pekerja untuk

mencapai peningkatan kemampuan hidup sehat agar tercapai produktivitas

yang optimal. Dan hasil yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan tersebut

secara khusus adalah :

1. Tercapainya angka kesembuhan minimal 85% dari semua penderita baru

BTA positip yang ditemukan ditempat kerja.

2. Tercapainya cakupan penemuan penderita baru secara bertahap sehingga

pada tahun 2005 dapat mencapai 70% dari perkiraan semua penderita baru

BTA positip.

3. Tercapainya pelayanan kesehatan yang paripurna, terjangkau, adil & merata

mencakup 80%

2.3.5 Kerangka Pengendalian Tbc Di Tempat Kerja

Komponen kunci suatu kerangka pengendalian TBC di tempat kerja

yang menyertakan mitra adalah sebagai berikut:

Adanya kebijakan yang berdasarkan suatu komitmen yang

disepakati

Dalam mengembangkan kebijakan secara tertulis melalui interaksi dan

koordinasi dengan pengambil keputusan dalam forum tripartite. Dalam

menghadapai penanggulangan TBC di tempat kerja dibentuk suatu forum

untuk mengembangkan mekanisme, menterjemahkan kebijakan dalam

perencanaan nasional, propinsi, kabupaten. Kebijakan tersebut mencakup

adanya komitmen dari para pengambil keputusan terhadap program

penanggulangan TBC sebagai bagian dari aktivitas kesehatan di tempat

kerja. Komitmen tersebut mendorong adanya mobilisasi dan alokasi dana

untuk pelaksanaan intervensi yang direncanakan.

Adanya suatu strategi komunikasi

Strategi komunikasi ada beberapa kegiatan :

20

Page 21: KIK toksikologi industri

o Advokasi kepada pengusaha, organisasi pekerja

o Mengefektifkan pelaksanaan penanggulangan TBC termasuk

penanggulangan TBC di tempat kerja

o Menggerakan peran sektor-sektor terkait & kemitraan

Adanya suatu strategi untuk implementasi

Sebagai dasar dari strategi implementasi meliputi :

Pelatihan tenaga kesehatan.

Penemuan kasus, termasuk identifikasi suspek TBC dan rujukan

pemeriksaan sputum secara mikroskopis.

Penanganan kasus, membutuhkan dorongan bagi pasien TBC agar taat

pada pengobatan yang diberikan. (pengawasan langsung pemberian

obat di tempat kerja/PMO).

2.3.6 Kebijakan

Kebijakan dalam penanggulangan TBC di tempat kerja mengacu pada

kebijakan nasional

A. Kebijakan operasional penanggulangan TBC nasional :

1. Penanggulangan TBC di Indonesia dilaksanakan dengan desentralisasi

sesuai dengan kebijaksanaan Departemen Kesehatan

2. Penanggulangan TBC dilaksanakan oleh seluruh Unit Pelayanan

Kesehatan, meliputi Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah dan swasta, BP4

serta Praktek Dokter Swasta, poliklinik umum, poliklinik perusahaan

dengan melibatkan peran serta masyarakat secara paripurna dan terpadu.

3. Peningkatan mutu pelayanan, penggunaan obat yang rasional dan

kombinasi obat yang sesuai dengan strategi DOTS.

4. Target program adalah konversi pada akhir pengobatan tahap intensif

minimal 80%, angka kesembuhan minimal 85% dari kasus baru BTA

posistip, dengan pemeriksaan sediaan dahak yang benar (angka kesalahan

maksimal 5%).

21

Page 22: KIK toksikologi industri

5. Pemeriksaan uji silang (cross check) secara rutin oleh balai Laboratorium

Kesehatan (BLK) dan laboratorium rujukan yang ditunjuk Untuk

mendapatkan pemeriksaan dahak yang bermutu.

6. Penangulangan TBC Nasional diberikan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

kepada penderita secara cuma-cuma dan dijamin ketersediaannya.

7. Pengembangan sistem pemantauan, supervisi dan evaluasi program untuk

mempertahankan kualitas pelaksanaan program

8. Menggalang kerjasama dan kemitraan dengan program terkait, sektor

pemerintah dan swasta.

B. Kebijakan penanggulangan TBC di tempat kerja :

1. Meningkatkan advokasi sosialisasi Program Pemberantasan TBC di tempat

kerja pada seluruh pimpinan perusahaan.

2. Meningkatkan pengendalian sistem kerja & perilaku hidup sehat pekerja di

tempat kerja.

3. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yg profesional di setiap unit

pelayanan kesehatan di tempat kerja.

4. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk penangulangan TBC diberikan kepada

penderita secara cuma-cuma dan dijamin ketersediaannya khususnya untuk

pekerja di sektor informal/ industri kecil, sedangkan untuk sektor formal/

industri besar OAT disediakan oleh pengusaha.

2.3.7 Strategi Penanggulangan TBC di tempat kerja sesuai dengan Strategi

Nasional

Paradigma Sehat

1. Meningkatkan penyuluhan untuk menemukan penderita TB sedini mungkin,

serta meningkatkan cakupan Promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan

perilaku hidup sehat

2. Perbaikan perumahan serta peningkatan status gizi, pada kondisi tertentu

Strategi DOTS, sesuai rekomendasi WHO

1. Komitmen politis dari para pengambil keputusan (tripartite), termasuk

dukungan dana.

22

Page 23: KIK toksikologi industri

2. Diagnosis TBC dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

3. Pengobatan dengan panduan OAT jangka pendek dengan pengawasan

langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) Kesinambungan persediaan

OAT jangka pendek dengan mutu terjamin.

4. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TBC

Peningkatan mutu pelayanan

1. Pelatihan seluruh tenaga pelaksana

2. Mengembangkan materi pendidikan kesehatan tentang pengendalian TBC

mengunakan media yang cocok untuk tempat kerja

3. Ketepatan diagnosis TBC dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik

4. Kualitas laboratorium diawasi melalui pemeriksaan uji silang (cross check)

5. Untuk menjaga kualitas pemeriksaan laboratorium, dibentuk KPP

(Kelompok Puskesmas Pelaksana) terdiri dari 1 (satu) PRM (Puskesmas

Rujukan Mikroskopik) dan beberapa PS (Puskesmas Satelit). Untuk daerah

dengan geografis sulit dapat dibentuk PPM (Puskesmas Pelaksana mandiri).

6. Ketersediaan OAT bagi semua penderita TBC yang ditemukan

7. Pengawasan kualitas OAT dilaksanakan secara berkala dan terus menerus.

8. Keteraturan menelan obat sehari-hari diawasi oleh Pengawas Menelan Obat

(PMO).

9. Pencatatan pelaporan dilaksanakan dengan teratur lengkap dan benar.

10. Pengembangan program dilakukan secara bertahap

11. Advokasi sosialisasi kepada para pimpinan perusahaan , organisasi pekerja

mengenai dasar pemikiran dan kebutuhan untuk TBC kontrol yang efektif,

mencakup kontribusinya dalam pengendalian TBC di tempat kerja.

12. Kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program meliputi :

perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta mengupayakan

sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana).

13. Membuat peta TBC sehingga ada daerah-daerah yang perlu di monitor

penanggulangan bagi para pekerja.

14. Memperhatikan komitmen internasional.

23

Page 24: KIK toksikologi industri

2.3.8 KEGIATAN

Kegiatan penanggulangan TBC di tempat kesja meliputi upaya promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif.

UpayaPromotif

Peningkatan pengetahuan pekerja tentang penanggulangan TBC di tempat

kerja melalui pendidikan & pelatihan petugas pemberi pelayanan kesehatan di

tempat kerja, penyuluhan, penyebarluasan informasi, peningkatan kebugaran

jasmani, peningkatan kepuasan kerja, peningkatan gizi kerja

Upaya preventif

Adalah upaya untuk mencegah timbulnya penyakit atau kondisi yang

memperberat penyakit TBC.

Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan upaya yang dilaksanakan untuk mencegah

timbulnya penyakit pada populasi yang sehat.

1. Pengendalian melalui perundang-undangan (legislative control)

Undang-Undang No. 14 tahun 1969 Tentang ketentuan-

ketentuan pokok tenaga kerja.

Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan kerja

Undang-Undang No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan

Peraturan Menteri Kesehatan tentang hygiene dan saniasi

lingkungan

2. Pengendalian melalui administrasi/organisasi (administrative control)

Pesyaratan penerimaan tenaga kerja

Pencatatan pelaporan

Monitoring dan evaluasi

3.Pengendalian secara teknis (engineering control), antara lain :

24

Page 25: KIK toksikologi industri

Sistem ventilasi yang baik

Pengendalian lingkungan keja

4. Pengendalian melalui jalur kesehatan (medical control), antara lain :

Pendidikan kesehatan : kebersihan perorangan, gizi kerja,

kebersihan lingkungan, cara minum obat dll.

Pemeriksaan kesehatan awal, berkala & khusus (anamnesis,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium rutin, tuberculin

test)

Peningkatan gizi pekerja

Penelitian kesehatan

Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalan upaya untuk menemukan penyakit TBC sedini

mungkin mencegah meluasnya penyakit, mengurangi bertambah beratnya

penyakit, diantaranya :

Pengawasan dan penyuluhan untuk mendorong pasien TBC bertahan

pada pengobatan yang diberikan (tingkat kepatuhan) dilaksanakan oleh

seorang “Pengawas Obat” atau juru TBC

Pengamatan langsung mengenai perawatan pasien TBC di tempat kerja

Case-finding secara aktif, mencakup identifikasi TBC pada orang yang

dicurigai dan rujukan pemeriksaan dahak dengan mikroskopis secara

berkala.

Membuat “Peta TBC”, sehingga ada gambaran lokasi tempat kerja

yang perlu prioritas penanggulangan TBC bagi pekerja

Pengelolaan logistik

Upaya Kuratif dan Rehabilitatif

25

Page 26: KIK toksikologi industri

Adalah upaya pengobatan penyakit TBC yang bertujuan untuk

menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan

menurunkan tingkat penularan.Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi

dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis yang tepat selama 6-8

bulan dengan menggunakan OAT standar yang direkomendasikan oleh WHO

dan IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease).

Pelaksanaan minum obat & kemajuan hasil pengobatan harus dipantau.

Agar terlaksananya program penanggulangan TBC ditempat kerja perlu

adanya komitmen dari pimpinan perusahaan / tempat kerja dan kerjasama

dengan semua pihak terkait untuk melaksanakan Program Penanggulangan TBC

didukung dengan ketersediaan dana, sarana dan tenaga yang professional.

Keberhasilan pengobatan TBC tergantung dari kepatuhan penderita

untuk minum OAT yang teratur. Dalam hal ini, PMO di tempat kerja akan

sangat membantu kesuksesan Penanggulangan TBC di tempat kerja.

2.4 Sistem jaminan sosial nasional (SJSN)

Penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial ( Social Security ),

sebagaimana pertama kali dirintis oleh Otto von Bismarck ( 1883 ), sebagai

upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat, dewasa ini telah berkembang

diseluruh dunia dengan berbagai modifikasi, sesuai dengan keadaan ,

kebutuhan dan bahkan sistem politik dan ekonomi di setiap Negara.

Prinsip – prinsip yang menjadi ciri program jaminan sosial.:

1. Pertama, bahwa program jaminan sosial itu tumbuh dan berkembang sejalan

dengan pertumbuhan ekonomi sebuah Negara.

2. Kedua, ada peran peserta untuk ikut membiayai program jaminan sosial,

melalui mekanisme asuransi, baik sosial / komersial atau tabungan.

3. Ketiga, dimulai dari kelompok formal, non – formal dan baru kelompok

masyarakat mandiri.

26

Page 27: KIK toksikologi industri

4. Keempat, kepesertaan yang bersifat wajib, sehingga hukum “ the law of

large numbers cepat terpenuhi.

5. Kelima, peran Negara yang besar.

6. Keenam bersifat “ not for profit” dan

7. Ketujuh , ternyata merupakan instrumen mobilisasi dana masyarakat yang

besar, sehingga mampu membentuk tabungan nasional yang juga besar,

sehingga memberi dampak ekonomi/ pembangunan pada umumnya. Sistem

Jaminan Sosial Sosial merupakan “ engine of development”., mesinnya

pembangunan sebuah bangsa.

Peran Negara, tidak hanya dalam bentuk regulasi, tetapi juga sebagai

penyelenggara, pemberi kerja yang harus ikut membayar iuran, dan bahkan

juga sebagai penanggung – jawab kelangsungan hidup program jaminan

sosial, termasuk memberi subsidi, apabila diperlukan. Bagi masyarakat yang

tidak mampu membayar iuran program jaminan sosial, negara dapat

menyelenggarakan program bantuan sosial ( social assistance ) atau pelayanan

sosial ( social services ), yang penyelengaraannya dapat “ dititipkan” pada

penyelenggaraan program Jaminan Sosial.

Pembukaaan undang-undang dasar 1945 dengan tegas menyebutkan

bahwa terbentuknya suatu negara kesatuan kesatuan republik indonesia adalah

untuk mensejahterakan masyarakat yang telah menjadi tanggung jawab negara

dalam mengelola jaminan sosial masyarakat agar rakyat merasa nyaman dalam

menjalani hidup, maka menjelang akhir tahun 2004 pemerintah menerbitkan

undang-undang No 4 tahun 2004, tentang sistem jaminan sosial nasional yang

secara garis besar UU tersebut dirancang untuk:

1. memenuhi amanat UUD 1945, khususnya pasal 34 ayat 2 ”negara

mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan

memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan

martabat kemanusiaan.

27

Page 28: KIK toksikologi industri

2. meningkatkan jumlah peserta program jaminan sosial di indonesia. Hal ini

oleh karena sejauh ini peserta program jaminan sosial di indonesia masih

sangat kurang.

3. meningkatkan cakupan, manfaat/ benefit yang dapat dinikmati oleh peserta

program jaminan sosial. Oleh karena manfaat program jaminan sosial

belum dapat sepenuhnya dinikmati oleh sebagian besar rakyat indonesia.

Bagi pegawai negeri sipil belum meliputi program jaminan kecelakaan

kerja, sementara bagi kelompok pekerja formal swasta belum memiliki

program jaminan kesehatan dan jaminan pensiun.

4. meningkatkan kualitas manfaat yang dapat dinikmati oleh peserta program

jaminan sosial agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak.

5. terselenggaranya keadilan sosial dalam pelaksanaan program jaminan

sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Dengan pengembangan SJSN

diharapkan dapat terselenggara program jaminan sosial secara terpadu

melalui pendekatan sistem yang berlaku bagi semua penduduk indonesia.

6. terselenggaranya prinsip-prinsip penyelenggaraan program jaminan sosial

dengan prinsip-prinsip universal yang dikenal, misalnya prinsip gotong

royong, prinsip nirlaba, prinsip keterbukaan atau transparansi, kehati-

hatian, akuntabilitas, portabilitas, prinsip kepesertaan bersifat wajib,

prinsip dana amanat, dan prinsip hasil pengelolaan dana.

7. dilaksanakan secara bertahap, baik aspek jenis program maupun

kepesertaan dengan memperhatikan kelayakan program. Dengan

mengantisipasi implementasi SJSN sesuai dengan UU N0 40/2004,

diperkirakan sedikitnya diperlukan waktu 20-25 tahun untuk dapat

mencakup seluruh rakyat indonesia.

Adapun badan penyelenggara untuk program jaminan sosial menurut

UU N0 40/2004, sementara adalah badan penyelenggara jaminan sosial yang

sudah ada (PT Jamsostek, PT ASKES, PT TASPEN, PT ASABRI) dengan

tidak menutup kemungkinan pembentukan badan penyelenggara lain yang

dibentuk dengan UU. Badan jaminan sosial tersebut diwajibkan menyesuaikan

diri dengan UU No 40/2004 antara lain menjadi lembaga yang not for profil,

khususnya yang terkait dengan besarnya iuran dan manfaat, sistem pendanaan

28

Page 29: KIK toksikologi industri

dan mekanisme pemberian pelayanan, khususnya dalam penyelenggaraan

program jaminan kesehatan.

Dalam UU No 40/2004 , jenis jaminan sosial yang hendak

diselenggarakan meliputi:

1. jaminan kesehatan

2. jaminan kecelakaan kerja

3. jaminan hari tua

4. jaminan pensiun

5. jaminan kematian (Sembiring,2006).

2.4.1 Asuransi Kesehatan Tenaga Kerja

2.4.1.1 Pengertian Asuransi

Pengertian asuransi dari pandangan pengetahuan ekonomi banyak

dikemukakan. Menurut The New Websters Dicyionary, ”The Practice by with

an individual secures financial compensation for aspecified loss or damaged”.

Pada umumnya yang dimaksud dengan asuransi adalah suatu cara atu

alatpemindahan resiko apabila pada waktu akan dating diderita kerugian-

kerugian akibat resiko yang dihadapi maka kerugian tersebut akan dialihkan

kepada pihak lain. Asuransi dapat diartikan sebagai upaya mengalihkan

tanggung jawab resiko yang mungkin dihadapi kepada pihak lain dengan

membayar premi. Walaupun tidak diharapkan dalam kehidupannya, manusia

sering dihadapkan pada suatu resiko. Untuk itumereka selalu berusaha

mengurangi atau bahkan menghindari sama sekali dari resiko yang mungkin

menimpanya (Wijono,2000).

2.4.1.2 Manfaat Asuransi

Apabila asuransi kesehatan dapat dilakukan akan diperoleh beberapa

manfaat yang secara sederhana dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Membebaskan peserta dari kesulitan menyediakan dana tunaikarena pada

asuransi kesehatan telah ada yang menjamin biaya kesehatan, maka para

peserta tidak perlu harus menyediakan dana tunai setiap kali berobat.

2. Biaya kesehatandapat diawasi, pengawasan yang dimaksud berupa

diberlakukannya berbagai peraturan yang membatasi jenis pelayanan

kesehatan yang dapat diberikan oleh penyedia pelayanan dan yang dapat

29

Page 30: KIK toksikologi industri

dimanfaatkan oleh peserta. Dengan adanya pembatasan ini penggunaan

yang berlebihan akan dapat dicegahyang apabila berhasil dilakukan pada

gilirannya akan mampu mengawasi biaya kesehatan.

3. Mutu pelayanan dapat diawasi, pengawasan yang dimaksud adalah melalui

penilaian berkala terhadap terpenuhi atau tidaknya standar minimal

pelayanan. Dengan dilakukannya penilaian ini akan dapat dihindari

pelayanan kesehatan yang bermutu rendah.

4. Tersedianya data kesehatan yang lengkap, data ini diperlukan untuk

merencanakan dan menilai kegiatan berbagai macam program kesehatan

lainnya yang dilaksanakan di Indonesia (Azwar,1996).

2.4.1.3 Unsur-Unsur dan prinsip Asuransi

Dari pengertian asuransi diatas dapat dikemukakan beberapa unsur

asuransi sebagai berikut:

1. Adanya Premi

2. Adanya penggantian kerugian

3. Adanya pihak tertanggung dan penanggung

4. Adanya peristiwa yang tidak dapat ditentukan sebelumnya

5. Adanya resiko yang mungkin menimpa kepentingan tersebut

Prinsip-prinsip asuransi.

1. Prinsip interest terhadap yang diasuransikan (Priciple of insurable

interest). Seseorang hanya boleh dan berhak mengasuransikan sesuatu

apabila ia mempunyai kepentingan terhadap sesuatu yang diasuransikan

tersebut.

2. Prinsip kepercayaan yang baik sepenuhnya (Prinnciple of utmost good

faith.) dalam hubungan perasuransian, selalu berdasarkan kepercayaan

sepenuhnya terhadap keterangan-keterangan atau dokumen-dokumen yang

diberikan, oleh karenanya bila kemudian ternyata keterangan atau

dokumen tidak benar, maka pihak penanggung dapat menolak klaim atau

tidak bertanggung jawab.

3. Prinsip Ganti rugi (Principle of Indemnity) maksud seseorang

mengasuransikan adalah untuk untuk memperoleh ganti rugi apabila

terjadi kerugian, kerusakan, atau kehilangan. Ganti rugi ini pada dasarnya

30

Page 31: KIK toksikologi industri

setinggi-tingginya sama besarnya dengan harga kerugian yang

sesungguhnya didierita oleh tertanggung.

4. Prinsip Subrogasi (Principle Of Subrogation) yaitu hak untuk menuntut

dari pihak ketiga berpindah dari tuntutan kepada tertanggung pindah

kepada penanggung dengan diselesaikannya kliam kepada tertanggung

oleh penanggung. Prinsip ini berkaitan dengan prinsip ganti rugi. Sebagai

contoh pengiriman barang dengan kapal laut yang diasuransilkan. Banyak

pihak dapat terlibat tentang kerusakan barang baik itu bagian pergudangan,

bagian kapal dan pihak asuransi. Bila pihak asuransi telah membayar ganti

rugi kepada tertanggung atas kerusakan barang, maka secara otomatis hak

gugat kepada pihak ketiga lainnya sesuai prinsip subrogasi beralih kepada

pihak asuransi(penanggung), dengan demikian kecil kemungkinan pihak

tertanggung akan dapat kliam lagi kepada pihak lain atau mendapat ganti

rugi lagi sehingga dapat lebih besar dari kerugian yang dideritanya

(Wijono,2000).

2.4.1.4 Cara pembayaraan dalam sistem asuransi pemeliharaan kesehatan

Dalam upaya pemeliharaan kesehatan, berbagai macam cara

pembayaraan dipergunakan pada waktu sehat maupun sakit. Pada umunya

orang baru membiayai pemeliharaan kesehatannya pada saat sakit saja. Hal ini

tentu menambah kerugian karena pada saat sakit penghasilan kemungkinan

menurun demikian pula produktivitasnya. Untuk masyarakat berpenghasilan

rendah hal ini akan manjadi beban yang sangat berat dan suatu lingkaran tanpa

henti. Sistem pemeliharaan yang kompetitif terutama melalui pembayaran

dimuka (Prepaid), adalah jika pelanggan sebelum sakit atau sebelum

memperoleh pelayan medis dari dokter atau rumah sakit telah membayarnya

melalui asuransi kesehatan. Hal ini tentu berbeda dengan free for service

dimana pelanggan atau asuranssi kesehatan langsung membayar setelah

memperoleh pelayanan medis. Dengan system pprepaid pelanggan dapat

memilih fasilitas medis (dokter, rumah sakit, asuransi kesehatan) yang

dikehendakinya, berdasarkan informasi terbukayang diperolehnya tentang

mutu, harga pelayanan, dan lain-lain yang ditawarkan. Dengan sisitem tersebut

dapat didorong upaya-upaya preventif dari penyakit dan memberi kesempatan

31

Page 32: KIK toksikologi industri

pelayanan kesehataan dasar kepada bidan dan paramedic yang tidak mahal

(Azwar,1996).

Dengan program asuransi kesehatan atau jaminan pemeliharaan

kesehatan (managed care) diharapkan akan membantu mengatasi hal tersebut.

Dimana seseorang telah membiayai kesehatannyapada saat masih sehat atau

sebelum sakit. Beberapa bentuk cara pembayaran pemeliharaan kesehatan

antara lain:

1. Dengan cara pembayaran konvensional , pasien membayar langsung dari

sakunya out of pocket) kepada dokter. Terjadi hubungan transaksi

langsung dokter pasien atas jasa yang telah diberikan oleh dokter yang

biasanya berupa tindakan kuratif. Biaya ini cenderung selalu meningkat

dan membebani pasien apalagi pada saat pasien sedang sakit, yang bahkan

mungkin tidak memiliki biaya.

2. Pemeliharaan kesehatan dengan system asuransi kesehatan ganti rugi ,

dalam sistem ini pasien membayar iuran /premi kepada asuransi

kesehataan secara pra upaya. Pada saat sakit setelah mendapat pengobatan

dan dokter, pasien langsung membayar tunai pada dokter, selanjutnya

pasien mengajukan klaim kepada kepada asuransi kesehatan dan

mendapatkan penggantian. Pada system ini perusahaan asuransi tidak

berhubungan langsung dengan provider.

Skema1. Sistem asuransi ganti rugi

3. Pemeliharaan kesehatan dengan system tagihan provider , dalam system

ini terjadi hubungan antara provider-pasien melalui pihak ketiga.

Pasien membayar iuran (premi) dengan cara bayar dulu dimuka

kepada asuransi, kemudian asuransi membayar klaim provider setelah

memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien sesuai dengan tarif

provider. Disini pasien tidak klaim kepada perusahaan asuransi.

Dalam system ini pelayanan kesehatan cenderung kuratif dengan

Perusahaan asuransi

pasien Provider/PPK

Bayar tunai

pelayanan

premi

Klaim

Ganti rugi

32

Page 33: KIK toksikologi industri

pelayanan kesehatan yang cenderung meningkat karena provider akan

memberikan jasa secara berlebihan, bahkan kurang diperlukan pasien

dengan maksud agar dapat klaim yang sebesar-besarnay dari

perusahaan asuransi. Demikian pula dengan pasien akan meminta

pelayanan berlebihan bahkan yang sesungguhnya tidak perlu.

Skema 2. Sistem asuransi dengan sistem tagihan provider

4. System jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM)

Didalam sistem JPKM (managed care) terdapat hubungan

setara yang saling menguntungkan bagi 3 elemen, yaitu peserta,

provider, dan perusahaan asuransi (badan penyelenggara JPKM).

Pasien membayar premi kepada BAPEL JPKM secara bayar dimuka

(prepaid) atau membayar dulu sebelum sakit atau belum membutuhkan

pelayanan kesehatan. Kemudian BAPEL JPKM membayar kapitasi

sesuai jumlah peserta JPKM yang dipercayakan dan memberikan

pembayaran dimuka kepada provider sebelum pemberian pelayanan

jasa oleh provider yang bersangkutan setiap bulan atau sesuai

perjanjian. Selanjutnya provider diwajibkan untuk memberikan

pelayanan kesehatan kepada pasien atau peserta tanpa memungut biaya

(Wijono,2000)

Pasien/peserta askes

Provider/PPK

Asuransi kesehatan

pelayanan

Bayar klaim

Klaim

premi

33

Page 34: KIK toksikologi industri

Skema 3. Sistem JPKM

2.4.2 Sejarah singkat tentang penerapan sistem JPKM di indonesia:

Pada tahun 1980 pemikiran tentang suatu anggaran dana kesehatan

semakin dimantapkan pengelolaannya, hal ini dibuktikan dengan perubahan

status badan penyelenggara dana pemeliharaan kesehatan menjadi perum

husada bakti PHB berdasarkan PP nomor 23/1984, kemudian seiring dengan

waktu PHB menjadi makin berkembang dan mandiri menjadi perusahaan

swasta berbentuk perseroan terbatas yang dikenal sebagai PT Askes indonesia.

Pemeliharaan kesehatan tenaga kerja (PKTK) yang dikelola oleh PT

Astek-depnaker bekerjasama dengan depkes yang diatur dalam SKB menaker

dan menkesyang selanjutnya berkembang mandiri menjadi PT jamsostek yang

lebih dimantapkan dengan keluarnya UU No.3/1992.

Pada masa 1990, JPKM ditujukan untuk pemerataan peningkatan mutu

dan kendaloi biaya kesehatan. Keterpaduan pembiayaan kesehatan dengan

pelayanannya harus terjalin dalam hubungan antara badan penyelenggara

dengan pemberi pelayanan kesehatan dan pesertanya yang perlu diikuti dengan

pengelolaan upaya lainnya(managed care)agar terjamin pemeliharaan

kesehatan yang diharapkan.

2.4.2.1 Definisi JPKM

Pasien/peserta askes

Provider/PPK

BAPEL JPKM

pelayanan

Bayar kapitasi

premi

34

Page 35: KIK toksikologi industri

Dalam UU no 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 1 no 15

disebutkan bahwa ” jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat adalah suatu

cara pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan azas usaha bersama

dan kekeluargaan yang berkesinambungan dan dengan mutu yang terjamin

serta pembiayaan yang dilaksanakan secara pra upaya.

Selanjutnya dalam pasal 66 ayat 1 UU No 23 tahun 1992, dinyatakan

bahwa: pemerintah mengembangkan, membina dan mendorong jaminan

pemeliharaan kesehatan masyarakat sebagai cara yang dijadikan landasan

setiap penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan, yang pembiayaannya

dilaksanakan secara pra upaya berazaskan usaha bersama dan kekeluargaan

(Azwar,1996).

Beberapa hal yang perlu dipahami tentang pengertian JPKM yaitu:

1. Jaminan, dimana setiap penyelenggaraan kesehatan berdasarkan JPKM

harus mampu menjamin:

a.Terselenggaranya pemeliharaan kesehatan yang paripurna (preventiv,

promotif, kuratif, dan rehabilitatif), berkesinambungan dan terpadu.

b. Terjaganya mutu pemeliharaan kesehatan sesuai dengan standar

mutu yang disepakati.

c.Efisiensi dan kelancaran memperoleh pelayanan kesehatan bagi

pesertanya.

d. Efektivitas dari upaya pemeliharaan kesehatan bagi peningkatan

derajatkesehatan masyarakat lainnya.

2. Cara penyelenggaraan

JPKM merupakan suatu cara penyelenggaraan upaya pemeliharaan

kesehatan yang terpadu dengan pembiayaannya (managed care). Cara ini

mempunyai beberapa mekanismepelaksanaan tertentu yang menjadi cirri

khas atau prinsip penyelenggaraan JPKM yang disebut sebagai jurus-jurus

JPKM.

3. Azas usaha bersama dan kekeluargaan

JPKM merupakan usaha bersama dengan peran aktif badan penyelenggara,

peserta dan pemberi pelayanan kesehatan untuk bersama-sama secara

kekeluargaan mengendalikan mutu dan biaya pemeliharaan kesehatan. Hal

ini dimaksudkan agar dapat dijaga keseimbangan dan keserasian dalam

membela kepentingan masing-masing.

35

Page 36: KIK toksikologi industri

4. Pemeliharaan kesehatan yang paripurna

Hal ini berarti bahwa upaya pemeliharaan kesehatan dilaksanakan secara

menyeluruh meliputi kegiatan promotif, preventive, kuratif, dan

rehabilitatif, dan secara holistic meliputi kesehatan jasmani, jiwa, social,

dan lingkungan kesehatannya terpadu dan berkesinambungan

5. Pembiayaan secara pra upaya

Pemberian pelayanan kesehatan (PPK) dibayar di muka atau pra upaya

(Pre Paid) oleh badan penyelenggara untuk memelihara kesehatan

sejumlah peserta JPKM berdasarkan paket pemeliharaan kesehatan yang

telah disepakati bersama. “Pra-upaya” juga berarti bahwa peserta JPKM

membayar dimuka sejumlah iuran secara teratur kepada badan

penyelenggara agar kebutuhan pemeliharaan kesehatannya terjamin.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bahwa JPKM tidak hanya suatu

merupakan suatu cara pembiayaan kesehatan. JPKM juga merupakan suatu

cara pemeliharaan kesehatan yang terarah dan terencana dengan

pengelolaan yang efektif, efisien dan didukung oleh pembiayaan pra upaya

yang memungkinkan peningkatan derajat kesehatan dari segenap

pesertanya.

Fokus utama JPKM adalah peningkatan derajat kesehatan, utamanya

melalui upaya promotif dan preventif agar seseorang tidak jatuh sakit dan

bukan semata-mata menghimpun atau mengumpulkan dana (Wijono,2000).

Dalam pelaksanaannya tidak boleh terdapat hal-hal yang dapat

menghambat ataupun mengurangi pencapaian peningkatan derajat kesehatan

tersebut, seperti:

1. Adanya pembatasan kepesertaan karena umur, pekerjaan dengan resiko

tinggi tingkat social, ekonomi dan sebagainya.

2. Adanya pemeriksaan kesehatan sebagai syarat untuk menjadi peserta.

Pembatasan tersebut sering dipergunakan oleh upaya perlindungan

kesehatan berdasarkan sistem asuransi ganti rugi (Indemnity Plan) karena

pemberian pelayanan kesehatan disesuaikan dengan keadaan ”kesehatan”

keuangannya. Pada JPKM pemberian pelayanan kesehatan disesuaikan dengan

kebutuhan medis peserta (Azwar, 1996).

2.4.2.2 Manfaat dan tujuan JPKM

36

Page 37: KIK toksikologi industri

Manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya JPKM adalah:

1. Masyarakat terlindungi dan merasa aman dalam memperoleh pelayanan

kesehatan sesuai dengan kebutuhan utamanya. Pelayanan kesehatan dapat

diselenggarakan dengan lebih merata dan dapat menjangkau keluarga

miskin.

2. Pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan secara komprehensif melalui

model pelayanan dokter keluarga.

3. Pembiayaan pelayanan kesehatan lebih efisien dan efektif karena adanya

pembayaran pra-upaya, dan

4. Lebih meningkatnya peranan dunia usaha dan masyarakat dalam upaya

kesehatan (JPKM,DEKES RI,2002).

Tujuan JPKM adalah mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang

optimal melalui pemeliharaan kesehatan yang paripurna yang bermutu dan

merata dengan pengendalian biaya yang berasal dari pesertanya. Karena

fungsi pemeliharaan kesehatan dan fungsi pembiayaan kesehatan saling

mempengaruhi maka efisiensi dan efektivitas yang optimal hanya dapat

diperoleh dengan suatu keterpaduan dalam melaksanakan kedua fungsi

tersebut (Wijono, 2000).

Keharusan untuk melaksanakan keterpaduan ini tercermin dalam pasal

66 ayat(2) dan UU No.23 tahun 1992, yang menyebutkan bahwa

”penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan den pembiayaannya dikelola

secara terpadu untuk tujuan meningkatkan derajat kesehatan , wajib

dilaksanakan oleh setiap penyelenggara”. Pembayaran kapitasi itu akan

mewujudkan efisiensi biaya kesehatan dan mendorong PPK untuk lebih

berorientasi kepada upaya promotif maupun preventif. Dalam JPKM diatur

keterpaduan pelayanan kesehatan dan pembiayaan kesehatan untuk

mewujudkan kendali mutu dan kendali biaya yang di banyak negara dikenal

dengan nama ”Managed Care” (Roebojoso,2006).

2.4.2.3 Pelaku utama penyelenggara JPKM

37

Page 38: KIK toksikologi industri

Didalam melaksanakan suatu penyelenggaraan JPKM terdapat

komponen–komponen pelaku yang semuanya saling terkait dan merupakan

suatu kesatuan yang saling mempengaruhi diantaranya:

1. Peserta, sebagai masyarakat tertentu (defined) yang berminat

meningkatkan derajat kesehatannya dan mengorganisasikan diri dengan

membayar sejumlah iuran tertentu secara teratur sebagai dana praupaya

untuk membiayai pemeliharaan kesehatannya.

2. Pemberi pelayanan kesehatan (PPK) sebagai suatu jaringan pelayanan

kesehatan yang terorganisir dan dapat memberikan pemeliharaan

kesehatan secara efektif dan efisien berupa paket pemeliharaan

kkesehatan paripurna.

3. Lembaga/badan yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan upaya

kesehatan berdasarkan JPKM (badan penyelenggara JPKM) dimana

penyelenggaraannya mencakup mengatur, melaksanakan, mematau dan

menilai.

4. Lembaga/ badan pembinan yang dibentuk pemerintahwilayah untuk

meminta badan penyelenggara JPKM di wilayahnya agar menerapkan

jurus-jurus JPKM . Badan pembina memiliki fungsi koordinasi dan

pembinaan terhadap semua penyelenggaraan JPKM di wilayahnya.

2.4.2.4 Kendali biaya dalam JPKM

Pengendalian biaya melalui jurus kendali biaya dalam JPKM dilakukan

dengan cara:

1. Pembayaran premi dimuka (iuran pra bayar)

Premi atau iuran adalah sejumlah uang yang harus dibayar di muka

oleh seorang peserta sebelum mendapatkan jasa pelayanan kesehatan.

Metode ini akan menghindarkan resiko financial masyarakat ketika jatuh

sakit serta akan mendorong Bapel mengelola usaha pemeliharaan

kesehatan secara nyata dan efisien. Beberapa syarat harus diperhatikan

dalam penetapan premi iuran yakni:

a. premi harus wajar artinya besar premi memadai dengan kebutuhan

untuk memberikan paket pelayanan yang sesuai

b. premi harus terjangkau artinya besar premi harus terjangkau oleh

masyarakat dan sesuai dengan kemampuan masyarakat.

38

Page 39: KIK toksikologi industri

c. premi harus dihitung secara cermat artinya premi perlu dihitung

dengan memperhatikan factor resiko antara lain resiko kemungkinan

tingginya penggunaan fasilitas pelayanan karena banyaknya pasien

yang sakit dsb-nya.

2.4.3. Berbagai bentuk upaya pemeliharaan kesehatan di indonesia

2.4.3.1 Pemeliharaan pegawai negri, penerima pensiunan dan keluarganya

Dibentuk tahun 1968 berdasarkan keppres no 230 tahun 1968. pada

waktu itu dinamakan Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan,

atau disingkat BPDPK dan berada dalam lingkungan departemen kesehatan.

Selanjutnya BPDPK diubah menjadi perum husada bakti kemudian menjadi

PT Asuransi Kesehatan Indonesia sampai sekarang. Kepesertaan program

bersifat wajib bagi pegawai negeri, penerima pensiunan (baik sipil maupaun

ABRI) dengan iuranm dipotong gaji 2 % PT ASKES dewasa ini juga

menerima masyarakat umum sebagai peserta secara sukarela.

Pelayanan kesehatan peserta disediakan disemua puskesmas dan rumah

sakit pemerintah. Untuk peserta komersial disediakan pelayanan oleh dokter

keluarga atau fasilitas kesehatan swasta. Cara penyelenggaraan pemeliharaan

kesehatan dan cara pembayaran kepada PPK sudah mengikuti prinsip-prinsip

JPKM (untuk puskesmas dilakukan berdasarkan kapitasi dan untuk rumah

sakit berdasarkan sistem paket) (Wijono,2000).

2.4.3.2 Pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja dan keluarganya

Sejak terbitnya UU no 3 th 1992 tentang jamsostek, jaminan

pemeliharaan kesehatan untuk tenaga kerja dan keluarganya wajib

dilaksanakan oleh setiap perusahaan yang memperkerjakan minimal 50 orang

karyawan atau mengeluarkan Rp 1.000.000,- minimal sebulan untuk gaji para

tenaga kerjanya. Iuran ditetapkan sebesar 3% dari gaji sebulan untuk pekerja

bujangan dan 6% sebulan bagi yang sudah berkeluarga. Seluruh iuran

ditanggung oleh perusahaan. Pemeliharaan kesehatan serta cara pembayaran

kepada PPK mengikuti pedoman penyelenggaraan JPKM.

2.4.3.3 Pemeliharaan kesehatan swasta

39

Page 40: KIK toksikologi industri

Beberapa perusahaan swasta teah didirikan untuk menyelenggarakan

upaya pemeliharaan kesehatan berdasarkan JPKM untuk golongan tertentu

dari masyarakat yang berpenghasilan menengah keatas. Pemeliharaan

kesehatan menggunakan fasilitas swasta dan pengelolaannya mengikuti

pedoman JPKM.

Pemeliharaan kesehatan dari, oleh, dan untuk masyarakat atau dana

sehat. Dana sehat adalah suatu upaya pemeliharaan kesehatan dari, oleh, dan

untuk masyarakat umum. Pengelolaan dana sehat pada umumnya dilakukan

secara sukarela oleh pengurus yang ditunjuk oleh masyarakat setempat.

Peserta umumnya keluarga tidak mampu di pedesaan dan perkotaan dengan

iuran yng relatif kecil dan paket pelayanan kesehatan yang masih terbatas.

Dewasa ini sedang digiatkan pengembangan dana sehat ke arah JPKM

(Roebijoso,2006).

2.5 Pelayanan Kesehatan

2.5.1 Definisi Pelayanan Kesehatan

Pengertian pelayanan kesehatan menurut pendapat Levey dam Loomba

(1973) ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama

dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,

mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan

perseorangan, keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat. Tujuan pelayanan

kesehatan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan

memberikan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang berkualitas (Azwar,

1996).

2.5.2 Bentuk dan Jenis Pelayanan

Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan tersebut jika dijabarkan dari

pendapat Hodgetts dan Cascio (1983) adalah :

1. pelayanan kedokteran

pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan

kedokteran (medical service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang

dapat bersifat sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu

organisasi, tujuan utamanya untuk menyembuhkan penhyakit dan

memulihkan kesehatan, serta sasarannya terytama untuk perorangan dan

keluarga.

40

Page 41: KIK toksikologi industri

2. pelayanan kesehatan masyarakat

pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kesehatan

masyarakat, namun untuk dapat disebut sebagai suatu pelayanan kesehatan

yang baik harus memiliki persyaratan pokok, syarat yang dimaksud

adalah:

a. tersedia dan berkesinambungan

syarat pokok utama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan

kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat serta bersifat

berkesinambungan. Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang

dibutuhka oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya

dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.

b. dapat diterima dan wajar

syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah yang dapat

diterima oleh masyarakat serta bersifat wajar. Artinya pelayanan

kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan

kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan

dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan

masyarakat serta bersifat tidak wahar bukanlah suatu pelayanan

kesehatan yang baik.

c. mudah dicapai

syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah

dicapai oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksud disini

terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk dapat mewujudkan

pelayanan kesehatan yang baik, maka penagaturan distribusi sarana

kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu

terkonsentrasi didaerah perkotaan saja dan sementara itu tidak

ditemukan didaerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang

baik.

d. mudah dijangkau

syarat pokok ke empat pelayanan kesehatan yang baik adalah yang

mudah dijangkau masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang

dimaksudkan ialah keadaan yang harus dapat diupayakan biaya

pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi

masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal hanya mungkin

41

Page 42: KIK toksikologi industri

dinikmati oleh sebagian kecil masyarakt saja dan bukanlah merupakan

suatu bentuk pelayanan kesehatan yang baik.

e. Bermutu

Syarat pokok ke lima pelayanan kesehatan yang baik adalah yang

bermutu. Pengertian mutu yang dimaksud dsisini adalah yang

menunjukkan kepada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan, disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa

pelayanan dan pihak lain tata cara penyelenggaraanya sesuai denagn

kode etik serta standar yang telah ditetapkan (Wijono D, 2000).

2.5.3 Stratifikasi Pelayanan Kesehatan

Strata pelayanan kesehatan yang dianut oleh tiap Negara tidaklah

sama, di Indonesia secara umum berbagai strata ini dapat dikelompokkan

menjadi tiga macam, yaitu :

1. pelayanan kesehatan tingkat pertama

yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary

service) adalah pelayanan kesehatan yang bersifat pokok, yang sangat

dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis

untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada umumnya

pelayanan kesehatan tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan

(ambulatory services)

2. pelayanan kesehatan tingkat kedua

yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan masyarakat tingkat kedua

(secondary helath services) adalah pelayanan kesehatan yang lebih lanjut,

telah bersifat rawat inap dan untuk menyelenggarakannya telah telah

dibutuhkan tersedianya tenaga-tenaga spesialis.

3. pelayanan kesehatan tingkat ketiga

yang dimaksud pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health

services) adalah suatu pelayanan kesehatan yang bersifat lebih komplek

dan umumnya diselenggarakan oleh tenaga-tenaga subspesialis (Azwar,

1996).

2.5.4 Mutu Pelayanan Kesehatan

2.5.4.1 Definisi mutu pelayanan kesehatan

42

Page 43: KIK toksikologi industri

Mutu pelayanan kesehatan menurut ahli mutu pelayanan kesehatan The

University of Michigan , Dr. Avedis Donababedian mengemukakan bahawa

mutu pelayanan kesehatan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan

penilaian terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, wujud serta ciri-ciri pelayanan

kesehatan ataupun kepatuhan terhadap standar pelayanan. Di dlam melakukan

penilaian suatu mutu pelayanan kesehatan tidaklah mudah Karena mutu

pelayanan kesehatan tersebut bersifat multi-demensional (Roebijoso, 2006).

Tiap orang tergantung dari latar belakang dan kepentingan masing-

masing dapat saja melakukan penilaian dari demensi yang berbeda.

Disebutkan yang dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan adalah yang

menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam

menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien., makin sempurna kepuasan

tersebut maka makin baik pula mutu pelayanan kesehatn. Sekalipun pengertian

mutu yang terkait dengan kepuasan ini telah diterima secara luas, namun

masalah pokok yang ditemukan ialah karena kepuasan tersebut ternyata

bersifat subyektif (Azwar, 1996).

2.5.4.2 Arti Mutu Pelayanan Kesehatan dari Beberapa Sudut Pandang

Arti mutu dapat ditinjau dari beberapa sedut pandang pasien, petugas

kesehatan dan manajer. Mutu merupakan focus sentral dari tiap upaya untuk

memberikan pelayanan kesehatan.

1. untuk pasien dan masyarakat

mutu pelayanan berarti suatu empati, respek dan tanggap akan

kebutuhannya, pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan mereka,

diberikan dengan cara yang ramah pada waktu mereka berkunjung. Pada

umunya mereka ingin pelayanan yang mengurangi gejala secara efektif

dan mencegah penyakit, sehingga mereka beserta keluarganya sehat dan

dapat melaksanakan tugas mereka sehari-hari tanpa gangguan fisik.

Kepuasan pasien adalah suatu kenyataan, tetapi sering

diabaikan sebagai indicator mutu. Banyak survey rumah sakit untuk

menentukan kepuasan pada umumnya dan untuk mendeteksi masalah

tersebut menyangkut makanan yang dingin, bising, kamar kecil yang

kotor, ruang yang panas, keterlambatan pelayanan dan ketidaknyamanan

lain. Survey pasien-pasien mengenai masalah yang bersangkutan dengan

43

Page 44: KIK toksikologi industri

dirinya berkaitan dengan kontrol penyakitnya, budaya, sosial dan pebedaan

status ekonomi, asumsi pasien termasuk didalamnya yaitu pengunjungnya.

Kepuasan pasien seringkali dipandang sebagai :

a. suatu komponen yang penting dalam pelayanan kesehatan

b. berkaitan dengan kesembuhan darisakit atau luka

c. hal ini berkaitan dengan konsekuensi dari pada sifat pelayanan

kesehatan itu sendiri

d. berkaitan pula dengan sasaran dan outcome dari pelayanan

e. dalam penilaian mutu dihubungkan dengan ketetapan pasien terhadap

mutu atau kebagusan pelayanan

f. pengukuran penting yang mendasar bagi mutu pelayanan, karena ia

memberikan informasi terhadap suksesnya provider bertemu dengan

nilai dan harapan klien dimana klien adalah mempunyai wewenang

sendiri

2. untuk petugas kesehatan

mutu pelayanan berarti bebas melakukan segala sesuatu secara

profesional untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien dan masyarakat

sesuai dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang maju, peralatan

yang baik dan memenuhi standar yang baik. Komitmen dan motivasi

petugas tergantung dari kemampuan mereka untuk melaksanakan tugas

mereka dengan cara optimal.

3. untuk manajer atau administrator

mutu pelayanan tidak begitu berhubungan dengan tugas mereka

sehari-hari, namun tetap saja sama pentingnya. Kebutuhan untuk

supervise, manajemen keuangan, logistic dan alokasi sumber daya yang

terbatas sering memberikan tantangan yang tidak terduga. Hal ini

seringkali menyebabkan manajer kurang memperhatikan prioritas. Untuk

manajer, fokus pada mutu akan mendorongnya untuk mengatur staf, psien,

dan masyarakat dengan baik. Bagi yayasan atau pemilik rumah sakit, mutu

dapat berarti dapat memiliki tenaga profesional yang bermutu dan cukup.

Pada umumnya para manajer dan pemilik institusi mengharapkan efisiensi

dan kewajaran penyelenggaraan pelayanan, minimal tidak merugikan

dipandang dari berbagai aspek seperti tiadanya pemborosan tenaga,

peralatan, biaya, waktu dan sebagainya (Azwar, 1996).

44

Page 45: KIK toksikologi industri

Pengertian untuk mutu pemeliharaan kesehatan, sering

diartikan pula sebagai mutu pelayanan kesehatan, mutu asuhan kesehatan,

yang menjadi acuan dalam pelaksanaan operasional sehari-hari adalah

“Derajat dipenuhinya standar profesi atau standar operating procedure

dalam pelayanan pasien dan terwujudnya hasil-hasilatau outcomes seperti

yang diharapkan oleh profesi maupun pasien yang menyangkut pelayanan

diagnosa, terapi, prosedur atau tindakan pemecahan masalah klinis”.

Definisi ini dititik beratkan kepada orientasi proses dan hasil. Adapun

dimensi mutu pelayanan kesehatan meliputi :

a. kompetensi teknis

b. akses terhadap pelayanan

c. efektifitas

d. efisiensi

e. kontinuitas

f. keamanan

g. hubungan antar manusia

h. kenyamanan (Wijono, 2000)

2.5.4.3 Mengukur Pelayanan Kesehatan

Mengukur mutu pelayanan kesehatan perlu mengetahui tentang

indikator, kriteria dan standarnya.

Indikator adaah petunjuk atau tolok ukur. Jadi indikator aalah

fenomena yang dapat diukur. Indicator mutu asuhan kesehatan atau pelayanan

kesehatan dapat mengacu pada indikator yang relevan berkaitan dengan

struktur, proses, dan outcome. Sebagai contoh :

a. indikator struktur

- tenaga kesehatan profesional (dokter, paramedic, dan sebagainya)

- anggaran biaya yang tersedia untuk operasional dan lain-lain

- perlengkapan dan peralatan kedokteran termasuk obat-obatan

- metode adanya standar operating procedure masing-masing unit, dan

sebagainya.

b. indikator proses

45

Page 46: KIK toksikologi industri

memberikan petunjuk tentang pelaksanaan kegiatan pelayanan

kesehatan, prosedur asuhn yang ditempuh oleh tenaga kesehatan dalam

menjalankan tugasnya. Apakah telah sebagaimana mestinya sesuai dengan

prosedur, diagnosa, pengobatan dan penanganan seperti yang seharusnya

sesuai denagn standar.

c. Indikator outcome

Merupakan indikator hasil dari pada keadaan sebelumnya yaitu

input dan proses, dan indikator klinis seperti : angka kesembuhan penyakit,

angka kematian 48 jam, angka infeksi nosokomial, komplikasi perawatan

dan sebagainya.

Sedangkan kriteria adalah indikator yang dispesifikasikan, contoh :

Indikator status gizi sebagai indikator status kesehatan anak, dapat lebih

dispesifikasikan lagi menjadi criteria : tinggi badan anak, dan ataupun

berat badan anak. Untuk pelayanan kesehatan, kriteria ini adalah fenomena

yang dapat dihitung.

Selanjutnya setelah criteria ditentukan maka dibuatlah standar-

standar yang eksak dan dapat dihitung kuantitatif yang biasanya mencakup

hal-hal yang standar baik. Misalnya : panjang badan bayi baru lahir yang

sehat rata-rata (standarnya) adalah 50 cm, berat badan bayi baru lahir yang

sehat standar adalah 3 kg.

Rasio yang baik untuk dokter puskesmas standarnya adalah 1:

30.000 penduduk. Standar untuk rasio yang baik untuk dokter spesialis

kandungan adalah 1 : 300.000 penduduk. Standar kebutuhan tenaga

perawat di rumah sakit adalah 1 : 10 tempat tidur. kriteria dan standar-

satandar bagi organisasi pelayanan kesehatan dapat ditetapkan oleh

instansi yang berwenang atau disusun sendiri dan disepakati bersama

dengan staf medik dan tenaga kesehatan dari unit pemberi jasa pelayanan

yang bersangkutan. Penyusunan standar yang dapat dilakukan dengan

pendekatan normative menurut kepustakaan berdasar pengalaman atau

berdasar pendapat para ahli yang bersangkutan. Standar bersifat dinamis

dapat menyesuaikan sesuai kondisi, situasi, serta waktu, perkembangan

ilmu pengetahuan, teknologi kesehatan dan juga berkembang sesuai

dengan keadaan yang bersifat non-kesehatan seperti etika, hokum dan

norma atau nilai masyarakat.

46

Page 47: KIK toksikologi industri

Mutu asuhan kesehatan suatu organisasipelayanan kesehatan dapat

diukur dengan memperhatikan atau memantau dan menilai indikator,

kriteria dan standar yang diasumsikan relevan dan berlaku sesuai dengan

aspek-aspek struktur, proses dan outcome dari organisasi pelayanan

kesehatan tersebut.

Tentang pengukuran mutu produk, dimana out put dapat diukur

pada umumnya ada tujuh cara, yaitu :

1. cacat (defects), pekerjaan tidak seperti spesifikasi yang ditentukan

2. kerja ulang (rework), pekerjaan memerlukan perbaikan

3. terbuang (scrip), pekerjaan disingkirkan/ tak terpakai

4. item hilang (lost item), pekerjaan diulang lagi

5. pekerjaan terlambat skedulnya (back logs)

6. terlambat menghantar (late delivers), pekerjaan sesudah waktu

disepakati

7. item lebih (surplus item), pekerjaan tak dikehendaki

Ada lima kunci masing-masing mengukur out put :

1. target : anggaran atau tingkatan target penampilan yang ingin dicapai

2. perkiraan atau ramalan (forcast) : tingkat penampilan yang

diperkirakan yang mungkin lebih baik atau lebih buruk daripada target

tergantung pada situasi bisnis yang sedang berlangsung

3. kenyataan (actual) : tingkat yang nyata sesungguhnya penampilan yang

dicapai terhadap yang dijanjikan

4. problem : perbedaan antara keadaan yang sesungguhnya denagn

tingkatan target penampilan, diaman keadaan sesungguhnya adalah

lebih jelek daripada target

5. peluang (opportunity) : peluang untuk meningkatkan lebih baik

daripada target tanpa biaya tambahan (Wijono, 2000).

2.6 Industri Gula

2.6.1 Gula

47

Page 48: KIK toksikologi industri

2.6.1.1 Pembuatan Gula

Gula atau sukrosa dapat dibuat dari tebu, bit atau aren dengan proses

pemurnian. Pada tahun fiskal 2001 / 2002, 134,1 Juta ton gula diproduksi di

seluruh dunia.

Negara-negara penghasil gula terbesar adalah negara-negara dengan

iklim hangat seperti Australia, Brazil, dan Thailand. Pada tahun 2001/2002

gula yang diproduksi di negara berkembang dua kali lipat lebih banyak

dibandingkan gula yang diproduksi negara maju. Penghasil gula terbesar

adalah Amerika Latin, negara-negara Karibia, negara-negara Asia Timur

(Erlin, 2008).

2.6.1.2 Macam-macam Gula

Gula Tebu

Pertama-tama bahan mentah dihancurkan dan diperas, sarinya

dikumpulkan dan disaring, cairan yang terbentuk kemudian ditambahkan

bahan tambahan (biasanya di gunakan kalsium oksida) untuk menghilangkan

ketidak kemurnian, campuran tersebut kemudian dimurnikan dengan belerang

dioksida. Campuran yang terbentuk kemudian dididihkan, endapan dan

sampah yang mengambang kemudian dapat dipisahkan. Setelah cukup murni,

cairan didinginkan dan dikristalkan (biasanya sambil diaduk) untuk

memproduksi gula yang dapat dituang ke cetakan. Sebuah mesin sentrifugal

juga dapat digunakan pada proses kristalisasi

Gula Bit

Setelah dicuci, bit kemudian di potong potong dan gulanya kemudian

di ekstraksi dengan air panas pada sebuah diffuse. Pemurnian kemudian

ditangani dengan menambahkan larutan kalsium oksida dan karbon dioksida.

Setelah penyaringan campuran yang terbentuk lalu dididihkan hingga

kandungan air yang tersisa hanya tinggal 30% saja. Gula kemudian diekstraksi

dengan kristalisasi terkontrol. Kristal gula pertama tama dipisahkan dengan

mesin sentrifugal dan cairan yang tersisa digunakan untuk tambahan pada

proses kristalisasi selanjutnya. Ampas yang tersisa (dimana sudah tidak bisa

lagi diambil gula darinya) digunakan untuk makanan ternak dan dengan itu

terbentuklah gula putih yang kemudian disaring ke dalam tingkat kualitas

tertentu untuk kemudian dijual.

48

Page 49: KIK toksikologi industri

Gula Merah (Gula jawa)

gula merah biasanya diasosiasikan dengan segala jenis gula yang

dibuat dari nira, yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon dari keluarga

palma, seperti kelapa, aren, dan siwalan. Secara umum cara pengambilan

cairan ini sebagai berikut:

Bunga (mayang) yang belum mekar diikat kuat (kadang-kadang dipres

dengan dua batang kayu) pada bagian pangkalnya sehingga proses

pemekaran bunga menjadi terhambat. Sari makanan yang seharusnya

dipakai untuk pemekaran bunga menumpuk menjadi cairan gula. Mayang

membengkak.

Setelah proses pembengkakan berhenti, batang mayang diiris-iris untuk

mengeluarkan cairan gula secara bertahap. Cairan biasanya ditampung

dengan timba yang terbuat dari daun pohon palma tersebut.

Cairan yang ditampung diambil secara bertahap, biasanya 2-3 kali. Cairan

ini kemudian dipanaskan dengan api sampai kental. Setelah benar-benar

kental, cairan dituangkan ke mangkok-mangkok yang terbuat dari daun

palma dan siap dipasarkan. Gula merah sebagian besar dipakai sebagai

bahan baku kecap manis.

2.6.1.3 Peralatan Industri Gula

Peralatan yang digunakan dalam industri gula terdiri dari mesin

industri berat, sedang maupun ringan, yaitu :

1. Fosflotasi

Teknologi dalam proses produksi gula untuk meningkatkan kualitas

gula dan efisiensi pengolahan atau Boiling House Recovery (BHR).

Spesifikasi :

Proses separasi kotoran dengan menggunakan sistem flotasi

(pengapungan). Reaksi antara fosfat dan susu kapur pada suhu 79-82°C

dan pemberian flokulan kation dan anion.

Manfaat :

Dapat meningkatkan kualitas gula dan efisiensi pengolahan (BHR).

Target Pengguna :

Pabrik gula yang menghasilkan gula berkualitas rendah dan BHR

yang rendah.

49

Page 50: KIK toksikologi industri

Gambar 1. Tanki aerator

Gambar 2. Instalasi fosfatasi floatasi

2. Pabrik Gula Semut dan Gula Kristal berbasis Tebu dan Palma

Unit pengolah gula kristal dan gula semut berbasis tebu dan palma.

Spesifikasi :

Unit produksi gula skala pedesaan yang dapat dioperasikan

sepanjang tahun dengan sistem vakum yang kompak karena digabungkan

dengan sistem open pan untuk menghasilkan beberapa bentuk gula atau

pemanis berbasis tebu (kapasitas 200-300 ton tebu per hari) maupun nira

palma (kelapa, aren, siwalan) dengan kapasitas hingga 10.000 liter nira

palma mentah per hari.

Manfaat :

50

Page 51: KIK toksikologi industri

Menghasilkan gula mentah dengan mutu tinggi dalam bentuk, gula

tanjung, nira kental, gula mangkok, gula batok, gula remah (semut) dan

lain-lain. Produk gulanya dapat dijual langsung di supermarket atau untuk

bahan baku industri makanan dan minuman.

Target Pengguna :

Petani tebu, pengrajin gula kelapa dan pengrajin gula palma

lainnya.

Gambar 3. Mini boiler

Gambar 4. Proses kristalisasi bervakum

3. Pengering Ampas Dengan Memanfaatkan Energi Panas Gas

Cerobong Ketel

Teknologi pengeringan ampas tebu dengan energi gas cerobong.

51

Page 52: KIK toksikologi industri

Spesifikasi :

Pengering tipe rotary. Menurunkan kadar air ampas hingga 15 poin

dan suhu gas cerobong hingga 100°C.

Manfaat :

Meningkatkan nilai bakar ampas, menekan bahan bakar suplesi,

meningkatkan efisiensi ketel, meningkatkan sisa ampas, menekan biaya

produksi gula, meningkatkan penjualan ampas dan mengatasi masalah

polusi lingkungan.

Target Pengguna :

Pabrik gula yang memerlukan penekanan penggunaan bahan bakar.

Gambar 5. Prototipe Rotary Bagasse Dryer Skala Pilot Plant

4. Interface Pendeteksi Masakan Gula Dengan Menggunakan PC

Alat (hardware & software) untuk mengakses data input ke PC,

dalam sistem pengendalian proses kristalisasi gula secara otomatis.

Spesifikasi :

A/D - D/A interface card, resolusi 12 bit. Input detector :

conductivity, level, temperature. Data acquisition software dengan

tampilan jalannya proses masak gula bentuk grafik pada layar monitor.

Suhu operasi ruang maks 25° C, kelembaban udara relatif < 80%.

Manfaat :

Mendeteksi cepat perubahan proses kristalisasi gula dan

menghemat waktu masak sekitar 20% dibanding secara manual. Mutu gula

52

Page 53: KIK toksikologi industri

pasir terjaga dengan besar butir kristal lebih seragam. Memberikan

kemudahan dan ketelitian dalam pengoperasian, penyimpanan data selama

proses berjalan.

Target Pengguna :

Pabrik gula yang akan meningkatkan mutu gula kristal secara

efisien.

Gambar 6. Tampilan proses masak di layar monitor PC

Gambar 7. Besar butir kristal seragam

5. Dust collector

Alat penangkap debu hasil pembakaran di dalam ketel untuk

mengurangi polusi yang ditimbulkannya, dengan jalan melewatkan flue

gas yang mengandung debu ke dalam dust collector. Pemisahan debu dan

flue gas dilakukan dengan cara/prinsip centrifugaling, di dalam cyclone.

Spesifikasi :

Spesifikasi alat :

53

Page 54: KIK toksikologi industri

- Lokasi pemasangan direkomendasi di daerah vakum (antara ketel dan

ID fan)

- Efisiensi penangkapan debu berkisar antara 70-80% tergantung

banyaknya debu di dalam flue gas.

- Kapasitas disesuaikan dengan banyaknya flue gas dan debu yang

dikelola.

Manfaat :

Dapat menangkap debu hasil pembakaran di dalam ketel yang ikut

bersama-sama dengan flue gas yang akan keluar melalui cerobong.

Target Pengguna :

Pabrik gula atau pabrik lain yang mengalami masalah polusi udara

akibat debu yang keluar dari cerobong ketel terlalu banyak.

Gambar 8. Dust Collector

6. Teknologi Biotray

Merupakan teknologi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air

kondensor di PG.

Spesifikasi :

Biotray terpasang pada sarana pendingin dengan kerangka

aluminium/logam lain dan cartridge mikroba BT55.

Manfaat :

Bermanfaat bagi kelancaran proses, penghematan konsumsi air dan

mencegah pencemaran. Kebutuhan air kondensor dapat diturunkan hingga

5% dari total kebutuhan air kondensor dan sekitar 0,60 - 0,80, m3/ton tebu.

Target Pengguna :

54

Page 55: KIK toksikologi industri

Pabrik gula yang kesulitan air kondensor dan tingkat

pencemarannya tinggi.

Gambar 9. Teknologi Biotray

7. CO2 Scrubber

Teknologi pemanfaatan CO2 yang terkandung dalam gas cerobong

ketel untuk proses karbonatasi nira atau leburan gula.

Spesifikasi :

Tipe Wet scrubber kombinasi dengan cyclone separator dan moist

separator. Konsumsi air sekitar 30 lt/m3 gas. Suhu gas CO2 sekitar 33°C.

Kandungan polutan mendekati 0 %.

Manfaat :

Menekan biaya produksi gula dengan memanfaatkan CO2 dari gas

cerobong ketel untuk proses karbonatasi nira atau leburan gula.

Target Pengguna :

Pabrik gula karbonatasi (dan rafinasi) yang masih menggunakan

tobong kapur atau pabrik gula sulfitasi yang akan memproduksi gula

rafinasi.

55

Page 56: KIK toksikologi industri

Gambar 10. Prototipe CO2 Scrubber Skala Pilot Plant

8. Direct Contact Heat Exchanger (DCHE)

Teknologi pemanasan nira tebu dengan cara kontak langsung

antara nira yang dipanaskan dengan uap pemanasnya, pada tekanan kerja >

1 atm.

Spesifikasi :

Uap pemanas : uap bekas, uap bleeding dari badan I / II bertekanan

> 1 atm. Nira yang dipanaskan : nira mentah, nira jernih. Kapasitas

disesuaikan dengan banyaknya nira mentah atau nira jernih yang akan

dipanaskan.

Manfaat :

Untuk memanaskan nira mentah dari suhu kamar ke suhu 75°C,

atau memanaskan nira jernih dari suhu 75°C ke suhu 100°C yang hemat

energi.

Target Pengguna :

Pabrik gula (untuk menekan biaya investasi dan operasional proses

pemanasan nira tebu).

56

Page 57: KIK toksikologi industri

Gambar 11. Direct Contact Heat Exchanger (DCHE) tampak luar

9. Teknologi SAL (Sistem Aerasi Lanjut)

Pengolahan limbah cair secara intensif dan hemat lahan.

Spesifikasi :

Diperlukan hanya sekitar 5% dari kebutuhan lahan pada sistem

konvensional atau sekitar 1000-2000 m2 saja.

Manfaat :

Untuk memperoleh limbah cair yang memenuhi baku mutu pada

PG yang lahan untuk pengolahan limbahnya sempit dan jelek. Sistem

biologis aerob COD : 90-98%. Reduksi BOD: 90-98 %. Air terolah dari

UPLC SAL memiliki kadar COD < 100 mg/l, BOD < 60 mg/l dan SS <

100 mg/l.

Target Pengguna :

Pabrik gula yang mempunyai lahan sempit untuk pengendalian

limbah.

57

Page 58: KIK toksikologi industri

Gambar 12. Unit pengolahan limbah dengan Sistem Aerasi Lanjut (SAL)

Gambar 13. Kondisi fisik air pada setiap tahap pengolahan

IN = Air masuk UPLA-1 = Aerasi 1A-2 = Aerasi 2A-3 = Aerasi 3OUT = Air keluar UPL

2.6.2 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

2.6.2.1 Definisi

K3 atau Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu sistem

program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya

pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat

hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang

berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja,

dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan dari dibuatnya sistem

58

Page 59: KIK toksikologi industri

ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja

dan penyakit akibat hubungan kerja.

2.6.2.2 Tujuan K3

Tujuan Pemerintah membuat aturan K3 dapat dilihat pada Pasal 3 Ayat

1 UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, yaitu:

mencegah dan mengurangi kecelakaan;

mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;

mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

memberi kesempatan atau jalan menyelematkan diri pada waktu kebakaran

atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

memberikan pertolongan pada kecelakaan;

memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;

mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar-luaskan suhu,

kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar

atau radiasi, suara dan getaran;

mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik

maupun psikhis, peracunan, infeksi dan penularan;

memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;

menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;

menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;

memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara

dan proses kerjanya;

mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman

atau batang;

mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan

penyimpanan barang;

mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang

berbahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

59

Page 60: KIK toksikologi industri

Dari tujuan pemerintah tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa

dibuatnya aturan penyelenggaraan K3 pada hakekatnya adalah pembuatan

syarat-syarat keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan,

pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan,

pemeliharaan peralatan dalam bekerja serta pengaturan dalam penyimpanan

bahan, barang, produk tehnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat

menimbulkan bahaya kecelakaan. Sehingga potensi bahaya kecelakaan kerja

tersebut dapat dieliminir.

Dalam penyelenggaraan K3 ada 3 (tiga) hal penting yang harus

diperhatikan:

Pertama, seberapa serius K3 hendak diimplementasikan dalam perusahaan.

Kedua, pembentukan konsep budaya malu dari masing-masing pekerja bila

tidak melaksanakan K3, serta keterlibatan (dukungan) serikat pekerja dalam

program K3 di tempat kerja. Ketiga, kualitas program pelatihan K3 sebagai

sarana sosialisasi.

Adapun hal lain yang tak kalah pentingnya agar program K3 dapat

terlaksana, adalah adanya suatu komite K3 yang bertindak sebagai penilai

efektivitas dan efisiensi program bahkan melaksanakan investigasi bila terjadi

kecelakaan kerja untuk dan atas nama pekerja yang terkena musibah

kecelakaan kerja. Bila terjadi hal demikian, maka hal-hal yang harus

diperhatikan adalah sebagai berikut:

Lingkungan Kerja terjadinya kecelakaan.

Pelatihan, Instruksi, Informasi dan Pengawasan kecelakaan kerja.

Kemungkinan resiko yang timbul dari kecelakaan kerja.

Perawatan bagi korban kecelakaan kerja dan perawatan peralatan

sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja yang telah dilakukan.

Perlindungan bagi pekerja lain sebagai tindakan preventif.

Aturan bila terjadi pelanggaran (sanksi).

Pemeriksaan atas kecelakaan yang timbul di area kerja.

Pengaturan pekerja setelah terjadi kecelakaan kerja.

Memeriksa proses investigasi dan membuat laporan kecelakaan kepada

pihak yang berwenang.

Membuat satuan kerja yang terdiri atas orang yang berkompeten dalam

penanganan kecelakaan di area terjadi kecelakaan kerja.

60

Page 61: KIK toksikologi industri

2.6.2.3 Landasan Hukum K3

Berbicara penerapan K3 dalam perusahaan tidak terlepas dengan

landasan hukum penerapan K3 itu sendiri. Landasan hukum yang dimaksud

memberikan pijakan yang jelas mengenai aturan apa dan bagaimana K3 itu

harus diterapkan. Adapun sumber hukum penerapan K3 adalah sebagai

berikut:

1. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

2. UU No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja à Program

jamsostek lahir dan diadakan dan selanjutnya dilegitimasi dalam UU No. 3

Tahun 1992 tentang Jamsostek sebagai pengakuan atas setiap tenaga kerja

berhak atas jaminan sosial tenaga kerja. Sedangkan ruang lingkup program

jaminan sosial tenaga kerja dalam Undang-undang ini meliputi:

Jaminan Kecelakaan Kerja;

Jaminan Kematian;

Jaminan Hari Tua;

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

3. PP No. 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial

Tenaga Kerja à Program Jamsostek sebagai pengejawantahan dari

program K3 diwajibkan berdasarkan Pasal 2 Ayat 3 PP No. 14 Tahun 1993

bagi setiap perusahaan, yang memiliki kriteria sebagai berikut:

Perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja 10 orang atau lebih;

Perusahaan yang membayar upah paling sedikit Rp 1.000.000,-

(satu juta rupiah) per bulan (walaupun kenyataannya tenaga

kerjanya kurang dari 10 orang).

4. Keppres No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena

Hubungan Kerja à Adapula sanksi administratif berupa pencabutan ijin

usaha seperti yang diatur dalam Pasal 47 sub a PP No. 14 tahun 1993.

Peringatan ini dapat dikenakan apabila pengusaha melakukan tindakan-

tindakan sebagai berikut:

61

Page 62: KIK toksikologi industri

Tidak mendaftarkan perusahaan dan tenaga kerjanya sebagai

peserta program Jamsostek kepada Badan Penyelenggara walaupun

perusahaannya memenuhi kriteria untuk berlakunya program

Jamsostek;

Tidak menyampaikan kartu peserta program jaminan sosial tenaga

kerja kepada masing-masing tenaga kerja dalam waktu paling

lambat 7 (tujuh) hari sejak diterima dari Badan Penyelenggara;

Tidak melaporkan perubahan:

o alamat perusahaan

o kepemilikan perusahaan

o jenis atau bidang usaha

o jumlah tenaga kerja dan keluarganya - besarnya upah setiap

tenaga kerja palling lambat 7 (tujuh) hari sejak terjadinya

perubahan;

Tidak memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan bagi

tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan;

Tidak melaporkan penyakit yang timbul karena hubungan kerja

dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam setelah ada hasil diagnosis

dari Dokter Pemeriksa;

Tidak membayar upah tenaga kerja yang bersangkutan selama

tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja masih belum mampu

bekerja, sampai adanya penetapan dari menteri.

5. Permenaker No. Per-05/MEN/1993 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran

Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan, dan Pelayanan

Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Semua produk perundang-undangan pada dasarnya mengatur tentang

kewajiban dan hak Tenaga Kerja terhadap Keselamatan Kerja untuk:

Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas

dan atau ahli keselamatan kerja;

memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;

62

Page 63: KIK toksikologi industri

memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan

kerja yang diwajibkan;

meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan

kesehatan kerja yang diwajibkan;

menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan

dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan

diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh

pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat

dipertanggungjawabkan.

2.6.2.4 Fasilitas K3

Fasilitas atau alat dan prasarana yang digunakan untuk tercapaianya

keselamatan dan kesehatan kerja dalam suatu industri sangatlah penting,

berikut adalah alat-alat yang digunakan dalam suatu industri gula antara lain :

a. Helm pengaman

b. Sarung tangan kulit atau katun

c. Otolas kulit

d. Topong las

e. Kacamata blander

f. Kacamata gerinda

g. Masker

h. Sepatu tukang las

i. Pengaman telinga

j. Sepatu laras atau karet

k. Topong pengaman transparan

l. Jas hujan

m. Lampu senter

n. P3K

o. Perawatan kesehatan kepada karyawan oleh dokter pabrik

p. Fasilitas MCK

2.6.3 Penyakit Akibat Kerja Pada Karyawan Industri Gula

63

Page 64: KIK toksikologi industri

Penyakit akibat kerja pada suatu karyawan industri gula tak lepas dari

pajanan faktor risiko saat pengolahan mulai dari bahan baku sampai bahan

siap pakai. Adapun beberapa penyakit yang dapat ditimbulkan dari suatu

industri gula yang terbanyak antara lain :

2.6.3.1 Asma Bronkhiale

2.6.3.1.1 Definisi

Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami

penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang

menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara.

Asma akibat kerja adalah suatu penyakit saluran pernafasan yang

ditandai dengan serangan sesak nafas, bengek dan batuk, yang terjadi akibat

terhirupnya partikel, kabut, uap atau gas yang berbahaya pada saat seseorang

sedang bekerja (www.medicastore.com, 2008).

Asma pada pekerja bisa di kategorikan sebagai berikut :

Asma akibat kerja (occupational disease)

Asma yang di kategorikan sebagai asma akibat kerja berarti

penyebab utama di temukan di tempat kerja, contoh asma yang di akibtkan

oleh asbestos, debu, dan kayu.

Asma akibat adanya hubungan dengan pekerjaan (work related asma)

Asma yang di kategorikan sebagai asma akibat adanya hubungan

dengan pekerjaan berarti bahwa sebab utam bisa di temukan di tempat

kerja atau di tempat lain. Contoh asma akibat cat, asma akibat plitur, asap,

latex, dll yang bisa di temukan baik di tempat kerja, di rumah atau di mana

saja.

Asma akibat kerja itu sendiri bisa di kelompokkan menjadi dua

kategori :

Respon langsung tehadap bahan iritan

Gejala asma langsung terjadi ketika terpapar bahan seperti

amoniak, sulfur dioksida, chlor fosgen, hydrogen florida, seng clorida,

64

Page 65: KIK toksikologi industri

debu inert (debu non serat dan non toksin). Tipe ini terjadi pada orang-

orang yang sebelumnya sudah menderita asma

Penularan jangka panjang

Pekerja terkena alergi dari bahan tertentu yang terpapar secara

continue. Gejala asma akan timbul ketika system imun merespon bahan

tersebut. Misalnya pada pekerja bidang farmasi.

2.6.3.1.2 Pekerjaan Dengan Resiko Paparan

Para pekerja yang memiliki resiko tinggi untuk menderita asma karena

pekerjaan adalah;

Pekerja plastik

Pekerja logam

Pekerja pembakaran

Pekerja penggilingan

Pekerja pengangkut gandum

Pekerja laboratorium

Pekerja kayu

Pekerja di pabrik obat

Pekerja di pabrik deterjen.

(www.medicastore.com, 2008).

2.6.3.1.3 Penyebab

Pemicu gejala ini dapat berupa kelelahan pikiran (gangguan emosi),

kelelahan jasmani, perubahan lingkungan hidup yang tidak di harapkan (cuaca,

kelembapan, temperature, asap rokok, dan bau-bauan yang merangsang),

infeksi saluran nafas terutama penyakit influenza tertentu, dan reaksi alergi

dari bahan yang terhirup atau di makan.

Banyak bahan (alergen, penyebab terjadinya gejala) di tempat kerja

yang bisa menyebabkan asma karena pekerjaan. Yang paling sering adalah

molekul protein (debu kayu, debu gandum, bulu binatang, partikel jamur) atau

bahan kimia lainnya (terutama diisosianat).Angka yang pasti dari kejadian

asma karena pekerjaan tidak diketahui,tetapi diduga sekitar 2-20% asma di

negara industri merupakan asma karena pekerjaan (Suyono, 2001).

65

Page 66: KIK toksikologi industri

2.6.3.1.4 Mekanisme Kerja

Gangguan pernafasan yang di sebabkan oleh agen-agen sensitasi dan

iritan di tandai dengan :

a. Obstruksi saluran nafas akut yang reversibel akibat bronkokonstriksi, edem

dan peradangan saluran nafas dan

b. Ekskresi mukus yang diinduksi oleh paparan terhadap agen-agen yang

terkait dengan pekerjaan tersebut.

Secara klinis, gangguan-gangguan ini tidak berbeda dari tipe asma

lainnya. Pada beberapa keadaan, agen-agen yang sama dapat menyebabkna

alveolitis alergika.

Umumnya agen sensitisasi merangsang produksi suatu

imunoglobulin (Ig E) spesefik pada individu rentan (hipersensitivitas tipe

1) pada individu non atopik, hipersensitivitas mungkin di perantarai anti

bodi imunoglobulin yang tersensitisasi jangka pendek. Alergen yang

membangkitkan respon ini adalah debu. Alergen ini biasanya mencetuskan

reaksi asmatik segera, di mulai dalam beberapa menit hingga 30 menit

setelah paparan. Reaksi lambat mungkin terjadi sekitar 4-8 jam setelah

paparan, kadang kala dalam kombinasi dengan reaksi segera (Suyono,

2001).

2.6.3.1.5 Gejala

Gejala biasanya timbul sesaat setelah terpapar oleh alergen dan

seringkali berkurang atau menghilang jika penderita meninggalkan

tempatkerjanya. Gejala seringkali semakin memburuk selama hari kerja dan

membaik pada akhir minggu atau hari libur. Gejalanya berupa:

sesak nafas

bengek

batuk

merasakan sesak di dada

(www.medicastore.com, 2008).

66

Page 67: KIK toksikologi industri

2.6.3.1.6 Diagnosa

Dalam riwayat perjalanan penyakit, biasanya penderita merasakan

gejala yang semakin memburuk jika terpapar oleh alergen tertentu di

lingkungan tempatnya bekerja. Pada pemeriksaan dengan stetoskop akan

terdengar bunyi wheezing (bengek, mengi).

Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:

Tes fungsi paru

Pengukuran puncak laju aliran ekspirasi sebelum dan sesudah bekerja

Rontgen dada

Hitung jenis darah

Tes provokasi bronkial (untuk mengukur reaksi terhadap alergen yang

dicurigai)

Tes darah untuk menemukan antibodi khusus.

(www.medicastore.com, 2008).

2.6.3.1.7 Pencegahan

Industri yang menggunakan zat-zat yang dapat menyebabkan asma,

harus mengkontrol debu dan udara, karena untuk menghilangkannya adalah

suatu hal yang mustahil. Pekerja dengan asma yang berat, jika memungkinkan,

harus mengganti pekerjaannya karena pemaparan yang terus menerus akan

menjadikan asma bertambah berat dan bersifat menetap. Jika

alergen/penyebabnya telah diketahui, untuk mencegah terjadinya gejala,

sebaiknya penderita menghindari alergen tersebut (www.medicastore.com,

2008).

2.6.3.2 Bising

2.6.3.2.1 Definisi

Bising dalam kesehatan kerja,bising diartikan sebagai suara yang dapat

menurunkan pendengaran baik secara kwantitatif (peningkatan ambang

pendengaran) maupun secara kwalitatif (penyempitan spektrum pendengaran),

berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi,durasi dan pola waktu.

Kebisingan didefinisikan sebagai bunyi atau suara yang tidak

dikehendaki. Bising yang terdapat pada pabrik gula terutama dihasilkan dari

67

Page 68: KIK toksikologi industri

mesin-mesin produksi. Suara bising ini dapat menimbulkan bebagai dampak

negatif pada pekerja yang berada di dekatnya antara lain bisa terjadi ketulian

(KCM, 2008).

2.6.3.2.2 Pengaruh Bising Terhadap Tenaga Kerja

Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti

gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian,

atau ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan auditory,

misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non auditory seperti

komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan, menurunnya

performance kerja, kelelahan dan stress.

Lebih rinci lagi, maka dapatlah digambarkan dampak bising terhadap

kesehatan pekerja sebagai berikut:

1. Gangguan Fisiologis

Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan

nadi, basal metabolisme, konstriksi pembuluh darah kecil terutama pada

bagian kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

2. Gangguan Psikologis

Gangguan psiklogis dpat berupa rasa tidak nyaman,kurang

konsentrasi, susah tidur, emosi dan lain-lain. Pemeparan jangka waktu

lama dapat menimbulkan penyakit, psikosomatik seperti gastritis, penyakit

jantung koroner dan lain-lain.

3. Gangguan Komunikasi

Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya

pekerjaan,bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru

yang belum berpengalaman. Gangguan komuniksi ini secara tidak

langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan

tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya

dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas

kerja.

4. Gangguan Keseimbangan

Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis

seperti kepala pusing, mual dan lain-lain.

68

Page 69: KIK toksikologi industri

5. Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian)

Di antara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising,

gangguan terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling serius

karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian

ini dapat bersifat progresif atau awalnya bersifat sementara tapi bila

bekerja terus menerus di tempat bising tersebut maka daya dengar akan

menghilang secara menetap ata tuli (KCM, 2008).

2.6.3.2.3 Jenis-jenis Tuli

a. Tuli sementara (Temporry Treshold Shift = TTS)

Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas

tinggi,tenaga kerja akan mengalami penurunan daya dengar yang

sifatnya sementara.biasanya waktu pemaparannya terlalu singkat.

Apabila kepadatenaga kerja diberikan waktu istirahat secara

cukup,daya dengarnya akan pulih kembali kepada ambang dengar

semula dengan sempurna.

b. Tuli menetap (Permanent Treshold Shift = PTS)

Biasanya akibat waktu paparan yang lama (kronis). Besarnya

PTS di pengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

Tingginya level suara

Lama pemaparan

Spektrum suara

Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu

makakemungkinan terjadinya TTS akan lebih besr

Kepekaan individu

Pengaruh obat-obatan

Beberapa obat dapat memperberat (pengaruh sinergistik) ketulian

apabila diberikan bersamaan dengan kontak suara. Misalnya

quinine, aspirin, streptomycin, kanamycin dan beberapa obat

lainnya

Keadaan kesehatan

(KCM, 2008).

69

Page 70: KIK toksikologi industri

2.6.3.2.4 Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketulian

Sebenarnya ketulian dapat disebabkan oleh pekerjan (occupational

hearing loss), misalkan akibat kebisingan, trauma akustik, dapat pula

disebabkan oleh bukan karena kerja (non-occupational hearing loss).

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketulian akibat kerja

(occupational hearing loss), adalah sebagai berikut:

Intensitas suara yang terlalu tinggi

Usia karyawan

Ketulian yang sudah ada sebelum bekerja (Pre-employment hearing

impairment)

Tekanan dan frekuensi bising tersebut

Lamanya bekerja

Jarak dari sumber suara

Gaya hidup pekerja di luar tempat kerja

Pengendalian kebisingan pada manusia dapat dibagi dalam tiga aspek

yaitu:

A. Promotif

1. Penyuluhan kesehatan

Yaitu dilakukannya penyuluhan tentang bahaya kesehatan akibat

gangguan kebisingan dari suara-suara mesin yang dapat menyebabkan

ketulian, baik itu ketulian sementara maupun permanen. Juga

melakukan penyuluhan tentang pemilihan alat penutup telinga seperti

Ear plug (penutup dari massa yang dimasukkan ke liang telinga), Ear

muff (penutup telinga dihubungkan pegas), Helmet (penutup kepala

yang juga perlindungan dari alat-alat tersebut).

2. Peningkatan fisik kesehatan individu

B. Preventif

1. Pemakaian tutup telinga

Alat pelindung diri yang ipakai harus mampu mengurangi kebisingan

hingga mencapai level TWA atau kurang dari itu, yaitu 85 dB. Ada 3

jenis alat pelindung pendengaran yaitu:

Sumbat telinga (ear plug), dapat mengurangi kebisingan 8-30 dB.

Biasanya digunakan untuk proteksi sampai dengan 100dB.

70

Page 71: KIK toksikologi industri

Beberapa tipe dari sumbat telinga antara lain : Formable type,

Costum-molded type, Premolded type.

Tutup telinga (ear muff), dapat menurunkan kebisingan 25-40 dB.

Digunakan untuk proteksi sampai dengan 110 dB.

Helm (helmet), mengurangi kebisingan 40-50 dB.

Faktor yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan alat pelindung

telinga adalah:

Alat pelindung telinga harus dapat melindungi pendengaran dari bising

yang berlebihan

Harus ringan, nyaman dipakai, sesuai dan efisien (ergonomik)

Harus menarik dan harga yang tidak terlalu mahal

Tidak memberikan efek samping atau aman dipakai

Tidak mudah rusak

2. Pemeriksaan audiometri

Terhadap karyawan yang bekerja di area tersebut, dilakukan

pemeriksaan pendengarannya secara berkala setahun sekali. Sebelum

diperiksa karyawan harus dibebaskan dari kebisingan di tempat

kerjanya selama 16 jam. Hal ini dilakukan dalam usaha memberikan

perlindungan secara maksimum terhadap pekerja maka perlu

pemeriksaan audiometri sabagai berikut:

Sebelum bekerja atau sebelum penugasan awal di daerah kerja

yang bising

Secara berkala (periodik/ tahunan)

Pekerja yang terpapar kebisingan > 85 dBA selama 8 jam

sehari, pemeriksaan dilakukan setiap 1 tahun atau 6 bulan

tergantung tingkat intensitas bising.

Secara khusus pada waktu tertentu

Pada akhir masa kerja

2.6.3.3 Stress

71

Page 72: KIK toksikologi industri

2.6.3.3.1 Definisi

Stress menurut Hans Selye adalah tanggapantubh yang tidak spesifik

terhadap setiap tuntutan kepadanya, dapat berupa fisikatau mental dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya.

Stress yang bersifat positif disebut “eustress”. Eustress mendorong

manusia untuk lebih berprestasi, lebih tertantang untuk menyelesaikan

masalah-masalah yang dihadapinya, meningkatkan produktivitas kerja dan

lain-lain. Sedang stress yang berlebihan bersifat merugikan disebut “distress”.

Distress menimbulkan berbagai macam gejala yang umumnya merugikan

prestasi kerja seseorang. Gejala distress melibatkan baik kesehatan fisik

maupun psikis. Eustress dan distress ditimbulakn oleh faktor-faktor pencetus

stress yang disebut “stressor” atau faktor penekan (Munandar, 1988).

2.6.3.3.2Sumber-Sumber Stress

Stress dapat diperoleh dari berbagai sumber. Sumber penyebab stress

merupakan faktor penekan yang mempunyai potensi menciptakan stress.

Faktor penekan menghasilkan kondisi-kondisi yang menuntut untuk

memberikan energi atau perhatian khusus.

Faktor-faktor penekan dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu yang

berasal dari :

1. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja sebagai sumber stress dibedakan menjadi dua,

yaitu :

a) Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik sangat mempengaruhi perasaan dan interaksi

sosial. Salah satu faktor penting adalah tingkat stress yang ditimbulkan

oleh lingkungan fisik. Beberapa penyebab stress lingkungan misalnya

gempa bumi, banjir yang bersif mendadak dan kuat serta mampu

mengubah lingkungan manusia secara dramatis. Namun yang juga

penting adalah kejadian sehari-hari yang disebabkan oleh lingkungan

kerja yang menimbulkan kebisingan, sistem penerangan yang kurang

baik, sistem ventilasi yang tidak nyaman dan peralatan kerja yang tidak

sesuai dengan ukuran badan atau kemampuan fisik karyawan.

b) Lingkungan Psikis

72

Page 73: KIK toksikologi industri

Hampir semua kondisi dapat menyebabkan stress. Pengaruh

lingkungan psikis di tempat kerja dapat positif maupun negatif,

tergantung bagaimana individu menanggapinya. Kondisi psikis yang

paling sering menyebabkan stress di lingkungan kerja antara lain

pekerjaan yang berlebihan dan waktu yang terbatas atau mendesak

dalam pelaksanaan tugas, sistem pengawasan yang tidak efisien atau

buruk, suasana politik di lingkungan kerja yang tidak mendukung,

frustasi, ketidak jelasan peran, perselisihan antar pribadi atau

kelompok.

2. Kondisi di luar lingkungan kerja

Kondisi-kondisi di luar lingkungan kerja juga dapat berperan

sebagai sumber stress yang disebut juga “life stressor” atau penekanan-

penekanan kehidupan. Penekanan-penekanan kehidupan pribadi pada

umumnya disebabkan oleh perubahan-perubahan dasar di dalam kehidupan

seseorang, seperti perceraian, perkawinan, kematian seseorang anggota

keluarga dan lain sebagainya.

3. Diri pribadi

Faktor stress yang bersumber dari diri pribadi manusia adalah

berhubungan dengan kepribadian individu. Ada dua jenis kepribadian

manusia, yaitu jenis kepribadian A dan jenis kepribadian B.

Jenis kepribadian A adalah manusia yang tak henti-hentinya ingin

mencapai sesuatu yang lebih banyak lagi dengan waktu yang semakin

singkat dengan ciri-ciri mempunyai rasa bersaing yang tinggi dalam usaha

mencapai sesuatu, keinginan yang besar untuk memanfaatkan waktu luang

mereka dan ketidak sabaran untuk meyelesaikan tugasnya. Mereka bahkan

membuat tuntutan yang berlebihan pada kegiatan olahraga dan rekreasi

dalam waktu luang mereka. Individu dengan jenis kepribadian A

cenderung menimpakan kesalahan pada lingkungan. Mereka tidak

menyadari bahwa stress atau tekanan yang mereka rasakan adalah karena

mereka sendiri.

Jenis kepribadian B berlawanan dengan jenis kepribadian A.

Mereka lebih menerima situasi dan kondisi kerja yang diberikan daripada

melibatkan diri dalam persaingan-persaingan. Mereka lebih cenderung

pada penyusunan tujuan dan cenderung untuk menguji lebih banyak

73

Page 74: KIK toksikologi industri

pilihan-pilihan. Manusia tipe B ini merasa waktu yang tersedia adalah

cukup untuk meyelesaikan pekerjaan, tetapi bukan berarti mereka tidak

mempunyai keinginan atau ambisi untuk berhasil dan maju dalam

tugasnya. Orang yang mempunyai kecenderungan memiliki jenis

kepribadian A adalah orang-orang yang mempunyai kecenderungan lebih

mudah mengalami stress dibandingkan dengan orang-orang yang

kecenderungan memiliki jenis kepribadian B (Munandar, 1988 ; Suwandi,

1993).

2.6.3.3.3 Pengaruh Stress Di Lingkungan Kerja Terhadap Kesehatan

Tidak semua orang berhasil menyesuaikan dirinya terhadap stressor di

lingkungannya. Kegagalan usaha penyesuaian diri ini akan menimbulkan

berbagai macam gangguan fisiologis, psikologis dan perilaku yang

menyimpang. Reaksi seseorang terhadap suatu stressor bukanlah sekedar suatu

reaksi badaniah yang sederhana melainkan merupakan suatu proses bagaimana

stressor itu dilihat oleh individu tersebut secara psikologik, dirasakan secara

fisik, keadaan yang menyertainya serta reaksi yang khas dari individu tersebut

dalam usaha mengatasinya (Hanafiah, 1994).

Jadi sebenarnya stress adalah hal yang normal dalam kehidupan dan

hidup menjadi hambar tanpa adanya stess. Tetapi jika terjadi terus-menerus

dalam waktu ysng lama maka tubuh akan menjadi lemah dan berbagai

penyakit akan timbul (Stellman dan Daum, 1973).

Jika otak menandakan adanya serangan dari stressor, yang kemudian

melalui sistem neurohormonal menyebabkan gejala-gejala fisiologis yang

dipengaruhi oleh hormon adrenalin dan saraf otonom. Adrenalin yang

meningkat menimbulkan kadar asam lemak bebas yang tinggi dan ini

merupakan persediaan sumber energi ekstra. Bilamana peningkatan ini tidak

disertai kegiatan fisik, energi ekstra ini tidak akan di bakar habis dan akan di

ubah oleh hati menjadi kolesterol dan trigliserida yang kemudian tertimbun di

dalam pembuluh darah termasuk pembuluh jantung. Penyempitan arteri pada

jantung oleh kolesterol ini menyebabkan penurunan penyediaan darah dan

oksigen pada otot-otot jantung. Selanjutnya juga terjadi kenaikan tekanan

darah, denyut jantung meningkat. Keadaan diatas mengakibatkan gangguan

74

Page 75: KIK toksikologi industri

pada kerja jantung bahkan mulai menimbulkan kematian mendadak (Stellman

dan Daum, 1973).

2.6.3.4 Low Back Pain

Low Back Pain erat kaitannya dengan ketidak ergonomisan posisi pada

saat bekerja. Ergonomi merupakan suatu ilmu yang mempelajari aspek

anatomis, fisiologi dan psikologi manusia dalam lingkungan kerjanya dengan

tujuan mengoptimalkan keamanan, kesehatan, kenyamanan dan efisiensi.

Selain itu ergonomi juga mempelajari tentang keserasian antara

manusia/pekerja, alat kerja, cara kerja dan lingkungan kerja yang berhubungan

dengan masalah kesehatan jasmani dan rohani.

1. Manusia/ Pekerja

Kondisi pribadi dari pekerja sangat mempengaruhi kenyamanan dalam

melakukan pekerjaan. Adapun faktor-faktor penyebab ketidaksesuaian

kondisi kerja dengan prinsip ergonomi antara lain : Stress, Kurang

istirahat, Merokok dll.

Bila pekerja masuk dalam kondisi salah satu diata maka dapa

menimbulkan ketidaknyamanan dalam melakukan pekerjaan walaupun

kondisi alat, cara dan lingkungan kerja telah disesuaikan dengan prinsip

ergonomi.

2. Cara Kerja

Pemberian dan pengarahan bagi para pekerja dalam penggunaan alat-alat

sangat penting untuk menciptakan ergonomi dan mengurangi beban kerja.

Suatu cara kerja yang salah dapat mengakibatkan pekerja merasa

kelelahan, tekanan fisik dan lain-lain. Dimana kasus yang banyak terjadi

adalah timbulnya Low Back Pain. Cara kerja yang tidak sesuai dengan

ergonomi tersebut akan dirasakan oeh pekerja sebagai beban kerja yang

berlebihan. Cara kerja yang tidak sesuai dengan ergonomi misalnya posisi

tubuh yang salah saat mengangkat atau memindahkan barang, bekerja

tergesa-gesa atau ceroboh sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

Selain itu istirahat juga penting untuk mempertahankan stamina fisik

pekerja.

75

Page 76: KIK toksikologi industri

3. Alat Kerja

Agar suatu kenyamanan dalam melakukan pekerjaan di suatu industri

dapat tercapai, maka hendaknya penggunaan alat-alat industri dilakukan

secara hati-hati dan dengan cara yang benar ( sesuai petunjuk). Sikap

tubuh yang tepat dapat mengurangi beban kerja pekerja. Sikap tubuh

dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan

penempatan mesin-mesin.

76

Page 77: KIK toksikologi industri

BAB III

ANALISA KASUS DAN STRATEGI PENANGGULANGAN SERTA

RENCANA EVALUASI

3.1 Analisa Kasus

NO. PERMASALAHAN KOMENTAR1. Tuberkulosis Paru LINGKUNGAN

Fisik:Pertukaran udara dan pencahayaan kurang,

lembab.Perumahan sederhana dan fasilitas kurang

memadaiLokasi rumah terletak 500 meter dari pabrik gula

Kimia: Kebersihan lingkungan dan sanitasi (sistem

pembuangan limbah rumah tangga) yang kurang memadai

Biologi:Pencemaran zat-zat kimia yang berasal dari

pabrik gula. Jarak sumur dengan WC yang berjarak 4 meter

Sosio-budaya-psikologi:Anggota keluarga kurang sadar terhadap

kesehatan individuMerokok 1 pack perhari Makanan yang jarang bervariatif dan tidak

memenuhi menu 4 sehat 5 sempurna dikarenakan pendapatan yang tidak tentu tergantung masa giling.

Stress karena pemasukan yang tidak sesuai dengan pengeluaran karena besarnya biaya kebutuhan sehari-hari ditambah dengan biaya pendidikan.

Memakai masker untuk menghindari penularan TB Paru

77

Page 78: KIK toksikologi industri

3.2 Strategi Penanggulangan

No Bagian/Sektor Komentar Strategi Penanggulangan

1. Proses Produksi

Alat Alat Produksi

a. Bagian

penggilingan

b.bagian

a. Bahan Baku

Bahan baku berupa batang

tebu, susu kapur, belerang,

dan bahan kimia (asam

fosfat, caustic soda, Pb

asetat)

b. Bahan Sampingan

Bahan sampingan yang

dihasilkan seperti tetes tebu,

ampas, blotong

- kebiasan pekerja dalam

bekerja dibeberapa

bagian yaitu

membungkuk, berdiri

lama, memanjat dan

mengangkat serta

duduk yang lama

terutama dibagian

penggilingan,

penguapan, kristalisasi,

puteran serta

pengemasan)

- Bising > 85 Db selama

jam kerja (8 jam)

- Vibrasi/getaran yang

dihasilkan oleh mesin-

mesin dibagian gilingan

Pada proses produksi untuk

menghindari paparan bahan

kimia bagi pekerja yang berada

dibagian ini diharuskan untuk

memakai masker dan sarung

tangan untuk meminimalkan

paparan terhadap bahan-bahan

kimia maupun bahan

sampingan yang dihasilkan.

adanya peraturan yang

ketat terhadap

pemakaian alat

keselamatan pribadi

oleh pihak pabrik

penambahan alat-alat

keselamatan pribadi

saat melakukan

pekerjaan didalam

pabrik

pengawasan oleh

kepala shift saat pekerja

masuk shift dalam

memakai alat-alat

keselamatan pribadi

78

Page 79: KIK toksikologi industri

pemurnian

c. bagian

penguapan

d.bagian

kristalisasi

e. . bagian puteran

dan

pengemasan

- Bau menyengat dari nira

yang telah disaring pada

mesin boor clarifer

- panas yang dihasilkan

oleh mesi evaporator

(70-100o c)

- Bising yang dihasilkan

oleh pipa kondensat

2. Lingkungan kerja

a. Fisi

k

- Bising > 85 Db

selama kerja (8 jam)

pada stasiun

penggilingan dan bagian

puteran dan pengemasan

- Panas yang

dihasilkan oleh mesin

evaporator

Penambahan alat-alat

keselamatan pribadi

(masker, air plug, boot)

disetiap sektor produksi

sehingga setiap

karyawan mendapatkan

alat keselamatan

pribadinya sendiri-

sendiri

Pemakaian masker

untuk mencegah

penularan TB Paru

pada karyawan industri

79

Page 80: KIK toksikologi industri

b. Bio

logi

c. Ki

mia

d. Sos

ekbud

- Getaran karena

mesin-mesin produksi

tersebut

- Bakteri-bakteri yang

didapatkan dilingkungan

pabrik dari nira kotor

yang dihasilkan setelah

penggilingan, yang

didapatkan disaluran-

saluran pembuangan

didalam pabrik

- Asap,debu dan bau

yang menyengat

dibeberapa bagian

operasional didalam

pabrik dan terpapar oleh

karyawan

- Kebiasaan dari pekerja

dilingkungan pabrik

tidak mau menggunakan

peralatan kesehatan dan

keselamatan kerja

- Adanya pendapat bahwa

pengguanaan alat

keselamatan pribadi

(PPE) tidak praktis dan

mengganggu pekerjaan

pekerja

Pengawasan oleh

kepala shift dan bagian

P2K3 dalam

pemakaian alat-alat

keselamatan kerja oleh

karyawan

Pembersihan tempat-

tempat yang rentan oleh

bakteri-bakteri setiap

minggu terutama disaat

masa giling, sehingga

dapat meminimalkan

paparan

80

Page 81: KIK toksikologi industri

e. Psi

kososial

- Dalam melakukan

pekerjaan dipabrik

hubungan antara pekerja

dengan pekerja lainnya

baik, walaupun ada

masalah-masalah sedikit

tapi tidak mengganggu

kelancaran proses

produksi

3. Karyawan Kebanyakan karyawan

merupakan karyawan

laki-laki

Pemberian pembinaan

dalam mencegah

kecelakaan kerja berupa

penyuluhan,dan skill

tentang pertolongan

pertama yang relevan

dengan pekerjaan mereka

Pemeriksaan secara

berkala terhadap pekerja

pabrik terutama karyawan

yang memiliki resiko tingi

4. Manajemen - Pembagian jadwal kerja

yang dibagi menjadi 3

shift (06.00-15.00 ;

15.00-22.00; 22.00-

06.00)

- Adanya peraturan tentang

keselamatan dan

kesehatan kerja yang

ditempelkan didalam

pabrik

Kebijakan dari

manajemen tentang

pembagian shift kerja

(ditelaah lagi tentang

paparan kebisingan dan

panas dilingkungan kerja)

Adanya sistem

reward dan punishment

terhadap karyawan dalam

penggunaan alat

keselamatan kerja dalam

lingkungan pabrik

81

Page 82: KIK toksikologi industri

Adanya

pemeriksaan berkala

terhadap mesin mesin

produksi baik dari

kebisingan yang

dihasilkan,panas dan

getaran

Memberikan

penjelasan kepada pihak

manajemen pabrik bahwa

penyakit TB Paru bukan

merupakan penyakit

akibat kerja, melainkan di

sebabkan oleh buruknya

higiene sanitasi di

lingkungan perumahan

individu/ karyawan yang

mempermudah

penyebaran dari kuman

TB. Sehingga apabila

dilakukan perbaikan

sarana alangkah baiknya

diprioritaskan pada

pemukiman karyawan,

bukan lingkungan pabrik.

Mengusulkan

pada pihak manajemen

untuk menggalakkan

penggunaan masker pada

karyawan untuk

menghindari penyebaran

TB

Mengusulkan

pada pihak manajemen

82

Page 83: KIK toksikologi industri

untuk dilakukannya

skrining pada karyawan

yang diduga/ suspect TB

Paru oleh petugas

kesehatan/ dokter

perusahaan

5. Undang – Undang Undang-undang no

1 tahun 1970 tentang

keselamatan dan

kesehatan kerja

UUD 1945 pasal 27

ayat 2 tentang hak

penghidupan dan

pekerjaan yang

layak

UU RI no 13 tahun

2004 tentang hak

pekerja/buruh

3.3 Rencana Evaluasi

Untuk mengevaluasi dari strategi penanggulangan tersebut dapat

dilakukan sistem evaluasi yang dimulai dari pihak individu, keluarga,

komunitas masyarakat dan industri.

Untuk evaluasi yang perlu dilakukan terhadap individu penderita TB

Paru, yaitu :

Evaluasi keteraturan minum OAT

Evaluasi keberhasilan terapi

Evaluasi pola gaya hidup, berhenti merokok, berolahraga secara teratur

sesuai kemampuan, dan mengkonsumsi makanan yang bergizi

Evaluasi keteraturan kunjungan dalam berobat, melaksanakan pemeriksaan

radiologi dan BTA secara berkala

Evaluasi ketaatan menggunakan masker saat bekerja

Untuk evaluasi terhadap keluarga penderita TB Paru, antara lain :

83

Page 84: KIK toksikologi industri

Evaluasi pola hidup tiap anggota keluarga

Evaluasi kepedulian anggota keluarga dalam mengawasi keteraturan

individu penderita TB Paru dalam minum obat

Kepedulian keluarga untuk menyediakan makanan yang bergizi

Kepedulian keluarga untuk menambah ventilasi rumah yang lebih

memungkinkan untuk masuknya sinar matahari

Untuk komunitas masyarakat dan industri :

Evaluasi pemukiman penduduk disekitar pabrik, terutama rumah milik

karyawan

Evaluasi kepatuhan pekerja dalam menggunakan alat-alat keselamatan

kerja, terutama masker untuk menghindari penyebaran kuman TB

Evaluasi kesehatan pekerja melalui poliklinik perusahaan dengan

melakukan skrining pada karyawan yang berkunjung di poli yang

memberikan gejala adanya batuk kronis

84

Page 85: KIK toksikologi industri

3.4 Skema Masalah Keluarga dan Permasalahannya

85

Page 86: KIK toksikologi industri

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan

komunitas meliputi faktor fisik, biologi, kimia, dan sosial, ekonomi dan

budaya.

2. Sumberdaya yang dimiliki perusahaan dalam penanggulangan masalah

kesehatan komunitas di tempat, yaitu team K3 dan team Poli Klinik

3. Strategi penanggulangan masalah kesehatan komunitas industri yaitu :

a.penambahan alat-alat peredam, dan pelindung panas yang tercantum

dalam aturan internal pabrik yang mendapat persetujuan dari general

manager, sehingga para karyawan yang melanggar aturan tersebut

dapat diberikan suatu hukuman yang telah disepakati di pihak

pengambil kebijakan.

b. menggunakan masker yang telah ditentukan dalam aturan internal

perusahaan, sedangkan untuk pabrik pembuatan saluran cerobong

asap yang merupakan hasil dari pembuangan proses produksi.

c.penyeterilitasan berkala pada daerah – daerah yang rentan terhadap

perkembang biakan bakteri.

d. pendekatan-pendekatan persuatif kepada seluruh karyawan pabrik.

4.2 Saran

Bagi Individu

- Pentingnya keteraturan minum OAT

- Pemeriksaan secara berkala dan teratur untuk melihat

keberhasilan terapi, pemeriksaan radiologi dan BTA

- Memperbaiki pola gaya hidup dengan berhenti merokok,

berolahraga secara teratur sesuai kemampuan, dan

mengkonsumsi makanan yang bergizi

86

Page 87: KIK toksikologi industri

- Perlunya menggunakan masker saat bekerja untuk menghindari

penularan penyakit TB Paru

Bagi Keluarga

- Memperbaiki pola hidup tiap anggota keluarga

- Kepedulian anggota keluarga dalam mengawasi keteraturan

individu penderita TB Paru dalam minum obat

- Penyediaan makanan yang bergizi bagi individu yng menderita

TB Paru serta keluarga yang lain

- Perbaikan sanitasi rumah dengan menambah ventilasi rumah

yang lebih memungkinkan untuk masuknya sinar matahari

Bagi Komunitas

- Perbaikan pemukiman penduduk, terutama perumahan yang

tidak mempunyai ventilasi yang layak

- Menggunakan alat-alat keselamatan kerja, terutama masker

untuk menghindari penyebaran kuman TB

- Hendaknya memeriksakan individu yang mempunyai riwayat

batuk lama, berat badan menurun dan berkeringat malam hari.

87

Page 88: KIK toksikologi industri

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff H, Mukty A.2006. Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga

University Press. Surabaya.

Anonimous, 2008. Asma (online). (www.medicastore.com/cybermed/detail. diakses

tanggal 19 Mei 2008).

Anonimous, 2008. Asma Karena Pekerjaan (online).

(www.medicastore.com/cybermed/detail. diakses tanggal 19 Mei 2008).

Antaranews, 2007. Revitalisasi pabrik gula Indonesia. (online).

(http://www.antara.co.id/arc/2007/5/24/butuh-rp5-4-triliun-untuk-

revitalisasi-pabrik-gula-indonesia/).

Azwar,Azrul. Pengantar Administrasi Kesehatan (Edisi ketiga). Binarupa Aksara:

Jakarta,1996

Departemen Kesehtan, RI. Kesehatn dan Keselamatan Kerja (online).

(http://www.depkes.go.id/index/articles.html). Oleh Pusat Kesehatan Kerja.

Jakarta.

Erlin, nursiloningrum, S.Ked dkk. 2008. Makalah Kedokteran Industri : Masalah

Kesehatan Pada Pabrik Gula Krebet Baru Malang Dan Strategi

Penanggulangannya. Malang.

Hanafiah, Zulfadin. 1994. Stress dan Produktivitas Dalam Upaya Kesehatan

Kerja. RS Jiwa Daerah Surabaya.

Kabul dkk, 2006. Sistem Pergulaan Jawa Timur.

http://www.balitbangjatim.com/upload/artikel/SISTEM_PERGULAAN_JA

WA_TIMUR_EDIT_1%20kabul%2011-1-06.doc

Kebijakan Teknis Program Kesehatan Kerja, Jakarta 2003, Forum

Nusaku.HTM.Acces on Mei 18th 2008

KCM (Kompas Cyber Media). Kebisingan dan Getaran Bisa Akibatkan

Kecelakaan Kerja (online).

(http://www.kompas.com/kesehatan/index.html). Kesehatan. Jakarta.

88

Page 89: KIK toksikologi industri

KCM (Kompas Cyber Media). Mengukur Kebisingan dan Getar di Tempat Kerja.

(online). (http://www.kompas.com/kompas-cetak/0309/05/iptek/index.html).

Iptek. Jakarta.

Munandar, A.S. 1988. Stress Pada Pekerja. Psikologi Industri, Penerbit Karunika.

Jakarta.

Nursiloningrum, Erlin, S.Ked dkk. 2008. Makalah Kedokteran Industri : Masalah

Kesehatan Pada Pabrik Gula Krebet Baru Malang Dan Strategi

Penanggulangannya. Malang.

Pusat kesehatan Kerja DEPKES RI. Program Penanggulangan TBC Access on

www. ASTAQAULIYAH_COM.htm, Mei 18th,2008

Roebijoso,Jack. 2006. Modul Kuliah Administrasi Kesehatan Masyarakat,

Laboratorium Kedokteran Komunitas FK UMM: Malang.

Sembiring,Santosa. 2006. Himpunan UU RI tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional. Nuansa Aulia: Bandung.

Stellman, Jeanne M; Daum, S.M. 1973. Stress. Work is Dangerous To Your Health,

Pathe on Book a Division of Random House. New York.

Sudoyo, AW, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FKUI.Jakarta.

Suwandi, Tjipto. 1993. Penanganan Stress, Anxietas dan Produktivitas Kerja

Dalam Praktek. Makalah Temu Ilmiah Ikatan Ahli Hiperkes dan

Keselamatan Kerja. Surabaya.

Suyono, joko. 2001. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Jakarta : EGC.

Wijono, Joko. 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan (Vol I). Airlangga

University Press: Surabaya.

WHO, TB Control in the Workplace, Report of an Intercountry Consultan, New Delhi

2004, Forum Nusaku.HTM.Acces on Mei 18th 2008

89