Upload
purnna-irawan
View
149
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Kilasan Materi
• Gaya diartikan sebagai suatu dorongan atau tarikan.• Macam-macam gaya berdasarkan penyebabnya adalah gaya listrik, gayamagnet, gaya pegas, gaya gravitasi, gaya mesin, dan gaya gesekan.• Gaya sentuh adalah gaya yang bekerja pada benda dengan titik kerjanya berada pada permukaan benda.• Gaya merupakan besaran vektor karena memiliki besar dan arah.• Resultan gaya adalah keseluruhan gaya yang diberikan pada suatu benda.• Rumusan Hukum I Newton adalah: ΣF = 0• Rumusan Hukum II Newton adalah: F = ma• Rumusan Hukum III Newton adalah: Faksi = – Freaksi.• Gaya gesekan adalah gaya yang timbul akibat pergeseran antara dua permukaan yang bersentuhan.• Percepatan benda yang jatuh bebas ke bumi atau gravitasi bumi adalah 9,8 m/s2.
Gaya Lorentz adalah gaya (dalam bidang fisika) yang ditimbulkan oleh muatan listrik yang bergerak atau oleh arus listrik yang berada dalam suatu medan magnet, B. Arah gaya ini akan mengikuti arah maju skrup yang diputar dari vektor arah gerak muatan listrik (v) ke arah medan magnet, B, seperti yang terlihat dalam rumus berikut:
di mana
F adalah gaya (dalam satuan/unit newton)B adalah medan magnet (dalam unit tesla)q adalah muatan listrik (dalam satuan coulomb)v adalah arah kecepatan muatan (dalam unit meter per detik)× adalah perkalian silang dari operasi vektor.
Untuk gaya Lorentz yang ditimbulkan oleh arus listrik, I, dalam suatu medan magnet (B), rumusnya akan terlihat sebagai berikut (lihat arah gaya dalam kaidah tangan kanan):
di mana
F = gaya yang diukur dalam unit satuan newtonI = arus listrik dalam ampereB = medan magnet dalam satuan tesla
= perkalian silang vektor, danL = panjang kawat listrik yang dialiri listrik dalam satuan meter.
makalah LM5 MEDAN MAGNET, INDUKSI DAN GAYA LORENTZ
MEDAN MAGNET, INDUKSI DAN GAYA LORENTZ
Oleh: Meilinda (A1C411004),Mutiara Havina Putri (A1C411020), Ahmad Sudrajat (A1C411050), Julita Lailatul Jannah (A1C411202) dan Siti Zuraida (A1C411216)
Abstrak
Percobaan medan magnet, induksi dan gaya Lorentz bertujuan untuk mempelajari
gaya oleh medan magnet pada penghantar lurus yang dilalui arus listrik Dc dan mempelajari
gaya antara dua penghantar sejajar yang dilalui arus DC oleh medan magnet yang timbul dari
arus lain. Pada percobaan pertama diketahui bahwa gaya oleh medan magnet terjadi jika ada
interaksi antara medan magnet dengan arus listrik pada penghantar dan pada percobaan kedua
dapat diketahui besar induksi antara dua penghantar sejajar dipengaruhi oleh jarak antara
penghantar 1 dan 2.
Abstract
Experimental magnetic field, induction and Lorentz force by the force aims to study the
magnetic field in a straight conductor through which electric current DC and learning styles
between the two parallel conductors through which a DC current by the magnetic field
arising from other currents. In the first experiment is known that the force of the magnetic
field occurs when there is interaction between the magnetic field by electric currents in the
conductor and the second experiment can be known of the induction between two parallel
conductors is affected by the distance between conductors 1 and 2.
I. PENDAHULUAN
Gaya oleh magnet pada penghantar lurus yang dilalui arus listrik DC dan gaya antara
dua penghantar sejajar yang dilalui arus dapat dilakukan dengan menggunakan metode
mengalirkan arus dari A ke B pada penghantar lurus dan sejajar dengan ,mengamati arah
gaya (arah simpangan kawat) sehingga diperoleh beberapa arah medan magnet.
Berdaarkan latar belakang di atas, dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut : “
Bagaimana gaya oleh medan magnet pada penghantar lurus yang dilalui arus listrik DC dan
bagaimana gaya antara du penghantar sejajar yang dilalui arus, atau gaya pada penghantar
lurus yang dilaui arus DC oleh medan magnet yang timbul dari arus lain?”
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari gaya oleh medan magnet
pada penghantar lurus yang dilalui arus listrik DC dan untuk mempelajari gaya antara dua
penghantar sejajar yang dilalui arus, atau gaya pada penghantar lurus yang dilalui arus DC
oleh medan magnet yang timbul dari arus lain.
II. KAJIAN TEORI
Medan magnetik adalah ruang disekitar suatu magnet dimana magnet lain atau benda
lainyang mudah dipengaruhi magnet akan mengalami gaya magnetik jika diletakkan dalam
ruang tersebut. Besaran yang menyatakan medan magnetik disekitar muatan listrik statis
adalah kuat medn listrik( diberi lambang E). Besaran yang menyatakan medan magnetik
disekitar kawat berarus listrik adalah induksi magnetik(diberi lambang B).
(Kanginan, 2006: 162-163)
“ Di suatu titik dikatakan ada medan magnetic bila ada gaya ( disamping gaya
elektrostatik, kalau ada ) bekerja terhadap sebuah muatan bergerak di titik itu.”
Medan magnetic, seperti halnya medan listrik merupakan medan vektor, yang besar dan
arahnya disembarang titik diperincikan berdasarkan sebiah vektor B yang disebut Induksi
kemagnetan.
Ada dua segi dalam masalh menghitung gaya magnetic yang ada antara muatan
bergerak. Yang pertama ialah mencari besr dan arah vektor B disuatu titik, apabila diketahui
data mengenai muatan bergerak yang menimbulkan medan. Yang kedua ialah mencari besar
dan arah gaya pada muatan bergerak dalam medan yang diketahui. Maksudnya,kita anggap
saja dulu bahwa muatan bergerak dan arus memang menimbulkan medan magnet, lalu kita
pahami hukum-hukum yang menentukan gaya pada muatan bergerak lewat medan tersebut.
Untuk meneliti sebuah medan magnet yang tidak diketahui, kita harus mengukur besar
dan arah gaya terhadap medan uji yang bergerak. Tabung sinar katoda adalah alat eksperimen
yang cocok untuk meneliti, paling tidak secara kaulitatif, sifat laku muatan bergerak dalam
medan magnet. Di salah satu ujung tabung ini terdapat sebuah “elektron gun” yang
menembakkan seberkas sempit elektron dengan kecepatan yang dapat diatur dan dihitung. Di
ujungnya yang satu lagi ada layar flouresen yang memancarkan sinar dari titik yang terkena
berkas elektron tersebut.
(Sears, 1986:716-717)
Gaya-gaya magnetik yang dihasilkan dari beberapa percobaan dengan berbagai macam
muatan bergerak dengan kecepatan yang berbeda pada suatu titik diantaranya:
1. Gaya tersebut sebanding dengan muatan q. Gaya pada muatan negatif memiliki arah yang
berlawanan dengan gaya pada muatan positif yang bergerak dengan kecepatan yang sama.
2. Gaya tersebut sebanding dengan kecepatan v.
3. Gaya tersebut tegak lurus terhadap arah medan magnetik maupun kecepatannya.
4. Gaya tersebut sebanding dengan sin θ, dengan θ merupakan sudut antara kecepatan v dan
medan magnetik B. Jika v sejajar baik searah maupun berlawanan arahh dengan B, maka
gayanya sama dengan nol.
Hasil-hasil di atas dapat dirangkum sebagai berikut. Apabila suatu muatan q bergerak
dengan kecepatan v dalam medan magnet B, gaya magnetik F pada muatan ialah
F= q v B........................................................(1)
(Tipler, 2001:211)
Gambar 1. Kawat yang berada dalam medan magnet
Jika suatu kawat penghantar lurus berarus listrik berada dalam medan magnet homogen
(Gambar 1),ternyata kawat penghantar tersebut mnyimpang. Hal ini berarti penghantar itu
mendapat Gaya magnetik atau Gaya Lorentz (FL).
(Tim Dosen Fisika , 2012 : 24)
Ingat bahwa arus listrik mempengaruhi kutub magnet. Jadi ada gaya yang
menggerakkan kutub magnet karena pengaruh arus listrik gaya ini, dan disebut gaya listrik
atau Gaya Biot-Savart (FB.S). Jadi seolah-olah terjadi timbal balik sesuai hukum II Newton
(hukum aksi dan reaksi) maka gaya Lorentz ini adalah merupakan reaksi dari gaya Bio-
Savart. Sebagai kesimpulan ialah sebagai berikut:
a. Gaya Bio-Savart (FB.S) ialah gaya yang dialami kutub magnet (kutub magnet utara) karena
pengaruh arus listrik.
b. Gaya Loretz (FL) ialah gaya yang dialami kawat berarus karena pengaruh medan magnet.
Arah gaya dapat ditentukan dengan kaidah telapak tangan kanan. Kaidah telapak tangan
kanan ini mengangan-angankan jika telapak tegak lurus dari muka telapak tangan
memancarkan garis medan magnetik (B) dan arah arus dari pergelangan tangan ke arah ujun-
ujung jari, maka arah gaya Lorentz (FL) ialah searah membentangnya ibu jari:
I = arus listrik
B = medan magnet
FL = gaya Lorentz
Gambar 2. Kaidah telapak tangan kanan
“Besarnya gaya magnetik bergantung pada besar kuat arus dan kuat medan magnet”.
Oleh karena gaya lorentz pada umumnya timbul karena ketiga besaran diatas yaitu FL , I, dan
B semuanya termasuk besaran vektor maka peninjauan secara matematik besar serta arah
gaya Lorentz ini merupakan hasil perkalian vektor (cross product) dari I x B.
FL = I B
Maka,
ïFLï= ïI Bï.........................................................(2)
Perhitungan tersebut adalah gaya Lorentz (FL) yang mempengaruhi kawat tiap satuan
panjang, jadi
FL = I ℓB ...................................................(3)
FL = gaya lorentz dalam newton (N)
I = kuat arus listrik dalam ampere (A)
B = kuat medan magnet dalam Wb/m2 atau Tesla (T)
ℓ = panjang kawat dalam meter (m)
q = sudut antara
Dari persamaan di atas, jika besar sudut q ialah:
a. q = 90o
Dimana arah arus listrik dan kuat medan magnet ( ) saling tegak lurus maka FL
mencapai maksimum (ingat sin q = maksimum = 1)
b. q = 0o atau 180o
Dimana kedudukan kawat berarus dan arah medan magnet saling sejajar maka FL = 0 atau
kawat tidak dipegaruhi gaya Lorentz (ingat sin 0o = sin 180o = 0)
Jadi besarnya FL disamping tergantung pada besarnya I dan B, juga tergantung pada
arah arus terhadap arah medan magnet (q) yang dinyatakan dengan faktor sin q.
Jika arus listrik dibentuk oleh ion-ion yang brgerak di dalam medan magnet maka gaya
yang dialami ion ialah sebagai berikut:
Dari rumus persamaan
FL = I ℓB
FL =
FL = q. V. B. ...............................................(4)
Keterangan :
FL = gaya lorentz dalam newton (N)
q = muatan ion dalam coulomb (C)
B = Induksi magnetik dalam Wb/m (T)
V = kelajuan ion dalam m/s
q = sudut antara
Gambar 3. Gaya lorentz pada kawat sejajar berarus listrik
Penghantar I dan II (gambar II) sejajar berjarak a, masing-masing dipasang saling
berdekatan ternyata kedua kawat akan saling tarik-menarik jika dialiri arus searah dan akan
saling tolak-menolak jika dialiri arus berlawanan arah.
Besarnya gaya tarik atau tolak yang dialami kawat tiap satuan panjang (1 m)setelah
dijabarkan adalah sebagai berikut.
.........................................................(5)
Keterangan:
= gaya tarik/tolak tiap satuan panjang kawat dalam newton (N)
= arus pada masing-masing kawat dalam Ampere (A)
= jarak antara dua kawat dalam meter (m)
= permeabilitas udara/ruang hampa = 4. 10-7 wb/amp.m
Jika
(Drs. Soetarmo, 2006: 46-48)
III. METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahana. Sumber tegangan 3 V DC 1 buah
b. Magnet ladam 1 buah
c. Pengantar dari kawat tembaga halus (pita timah yang tipis) 1 rol
d. Penyangga kawat dengan papan rangkaian 1 buah
e. Kabel penghubung secukupnya
B. Variabel yang Digunakan
C. Langkah Percobaan
Merangkai alat-alat seperti gambar 4a, dan mengusahakan kawat penghantar tepat ada
ditengah-tengah antara ujung magnet ladam. Kemudian mengalirkan arus pada kawat dan
mengamati arah gaya (arah simpangan kawat) dengan mengatur kedudukan magnet ladam
sehingga arah medan magnet dari atas kebawah dan sebaliknya, dari samping kiri dan kanan
kawat, serta searah dan berlawananarah arus listrik. Setelah itu membalikkan arah arus dan
mengulangi langkah.
Merangkai alat seperti gambar 5a, dan mengamati simpangan atau arah gaya pada
penghantar, mengamati pula pengaruhnya jika ada perubahan arah arus listrik, perubahan
jarak antara dua penghantar, mengamati pula pengaruhnya jika ada perubahan arah arus
listrik, perubahan jarak antara dua penghantar dan perubahan besar arus listrik yang mengalir.
Kemudian, merangkai alat seperti gambar 5b, dan mengamati hal yang serupa.
Gambar 4a dan 4bGambar 5a dan 5b
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil pengamatan pada percobaan 1No Arah Kutub
Sumber TeganganArah Kutub Arah Gaya
1 − + S ke U Ke bawah2 − + U ke S Ke atas
3 + − U ke S Ke bawah4 + − S ke U Ke atas
Tabel 2. Arah gaya magnetic pada dua kawat berarus sejajarNo Arus Kawat 1 Arus Kawat 2 Arah Gaya1 Ke atas Ke atas Tarik Menarik2 Ke atas Ke bawah Tolak Menolak
Dari data percobaan yang diatas, pada percobaan pertama kutub magnet dan kutub sumber tegangan seperti gambar dibawah ini.
Maka kawat lurus akan bergerak ke arah bawah. Sedangkan apabila kedudukan
magnetnya diubah menjadi kutub S magnet di depan kawat lurus dan kutub U magnet di
belakang kawat lurus, maka kawat lurus tersebut akan bergerak ke atas.
Kemudian kegiatan selanjutnya kutub U magnet berada di depan kawat lurus dan kutub
S magnet berada di belakang kawat lurus tetapi arah kutub sumber tegangan di ubah jadi
kebalikan dari semula, maka kawat lurus itu akan bergerak atas. Sedangkan apabila
kedudukan magnetnya diubah menjadi kutub S magnet di depan kawat lurus dan kutub U
magnet di belakang kawat maka, kawat lurus tersebut bergerak bawah.
Hasil tersebut sesuai dengan teori kaidah tangan kanan seperti pada gambar di bawah ini.
Selanjutnya percobaan pada dua kawat sejajar yang dialiri arus. Dari percobaan
didapatkan hasil dimana saat dua kawat sejajar yang memiliki arah arus yang sama, maka
arah gayanya akan saling tarik menarik. Sedangkan jika dua kawat sejajar dengan jarak yang
sama dialiri arus yang berbeda ternyata saling tolak menolak.
Berdasarkan hasil yang kami peroleh saat percobaan dapat dianalisis bahwa hasil
yang kami peroleh ternyata sesuai dengan teori yang berdasarkan dari gaya Lorentz.
Pada dua penghantar yaitu kawat 1 dan kawat 2 lurus sejajar yang dialiri arus akan
terjadi gaya tolak menolak apabila arah kedua arus listriknya berlawanan. Pernyataan ini
diperoleh sesuai dengan kaidah tangan kiri saat kawat 1 dan kawat 2 terpisah sejauh a dan
dengan arah arus berbeda maka dengan kaidah tangan kiri arah gaya Lorentz pada kedua
kawat akan saling menjauh yang menyebabkan arah gayanya saling tolak menolak. Begitu
juga pada dua kawat yang sejajar tetapi dengan arah yang sama maka dengan kaidah tangan
kiri gaya lorentznya saling berhadapan yang menyebabkan arah gayanya saling tarik menarik.
V. PENUTUP
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dalam praktikum gaya
Lorentz ini jika penghantar berarus di letakkan di dalam medan magnet atau induksi
magnetik, maka pada penghantar tersebut akan timbul Gaya Lorentz. Pada percobaan dua
kawat sejajar berarus, jika arusnya searah maka kedua kawat tarik menarik dan jika arah arus
berlawanan kedua kawat tolak menolak.
Agar dapat lebih mudah untuk memahami pengaruh arus listrik terhadap besarnya gaya
lorentz, maka dalam percobaan dilakukan pengukuran kuat arus listrik yang dialirkan pada
kawat.
DAFTAR PUSTAKA
Kanginan, Marthen. 2006. Fisika untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
Sears dan Zemansky. 1986. Fisika untuk Universitas 2 Listrik, Magnet. Bandung: Bina Cipta.
Soetarmo. 2006. Modul Siswa Penunjang Pembelajaran Fisika. Surakarta: Widya Duta.
Tim Dosen Fisika.2012. Modul Praktikum Fisika Dasar II. Banjarmasin: PMIPA FKIP UNLAM.
Tipler. 2001. Fisika untuk sains dan teknik. Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN
1. Syarat suatu penghantar mendapatkan pengaruh gaya adalah jika medan magnet terjadi
interaksi dengan arus listrik atau muatan listrik yang bergerak dan mempegaruhi juga dengan
panjang penghantar di dalam medan magnet, induksi magnetik dan arah arus induksi
magnetik.
2. Suatu penghantar tidak mendapatkan pengaruh gaya jika tidak ada interaksi antara medan
magnet dengan arus listrik, atau tidak diberi pengaruh kuat arus liatrik.MEDAN MAGNET,
INDUKSI DAN GAYA LORENTZ
Oleh: Meilinda (A1C411004),Mutiara Havina Putri (A1C411020), Ahmad Sudrajat (A1C411050), Julita Lailatul Jannah (A1C411202) dan Siti Zuraida (A1C411216)
Abstrak
Percobaan medan magnet, induksi dan gaya Lorentz bertujuan untuk mempelajari
gaya oleh medan magnet pada penghantar lurus yang dilalui arus listrik Dc dan mempelajari
gaya antara dua penghantar sejajar yang dilalui arus DC oleh medan magnet yang timbul dari
arus lain. Pada percobaan pertama diketahui bahwa gaya oleh medan magnet terjadi jika ada
interaksi antara medan magnet dengan arus listrik pada penghantar dan pada percobaan kedua
dapat diketahui besar induksi antara dua penghantar sejajar dipengaruhi oleh jarak antara
penghantar 1 dan 2.
Abstract
Experimental magnetic field, induction and Lorentz force by the force aims to study the
magnetic field in a straight conductor through which electric current DC and learning styles
between the two parallel conductors through which a DC current by the magnetic field
arising from other currents. In the first experiment is known that the force of the magnetic
field occurs when there is interaction between the magnetic field by electric currents in the
conductor and the second experiment can be known of the induction between two parallel
conductors is affected by the distance between conductors 1 and 2.
I. PENDAHULUAN
Gaya oleh magnet pada penghantar lurus yang dilalui arus listrik DC dan gaya antara
dua penghantar sejajar yang dilalui arus dapat dilakukan dengan menggunakan metode
mengalirkan arus dari A ke B pada penghantar lurus dan sejajar dengan ,mengamati arah
gaya (arah simpangan kawat) sehingga diperoleh beberapa arah medan magnet.
Berdaarkan latar belakang di atas, dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut : “
Bagaimana gaya oleh medan magnet pada penghantar lurus yang dilalui arus listrik DC dan
bagaimana gaya antara du penghantar sejajar yang dilalui arus, atau gaya pada penghantar
lurus yang dilaui arus DC oleh medan magnet yang timbul dari arus lain?”
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari gaya oleh medan magnet
pada penghantar lurus yang dilalui arus listrik DC dan untuk mempelajari gaya antara dua
penghantar sejajar yang dilalui arus, atau gaya pada penghantar lurus yang dilalui arus DC
oleh medan magnet yang timbul dari arus lain.
II. KAJIAN TEORI
Medan magnetik adalah ruang disekitar suatu magnet dimana magnet lain atau benda
lainyang mudah dipengaruhi magnet akan mengalami gaya magnetik jika diletakkan dalam
ruang tersebut. Besaran yang menyatakan medan magnetik disekitar muatan listrik statis
adalah kuat medn listrik( diberi lambang E). Besaran yang menyatakan medan magnetik
disekitar kawat berarus listrik adalah induksi magnetik(diberi lambang B).
(Kanginan, 2006: 162-163)
“ Di suatu titik dikatakan ada medan magnetic bila ada gaya ( disamping gaya
elektrostatik, kalau ada ) bekerja terhadap sebuah muatan bergerak di titik itu.”
Medan magnetic, seperti halnya medan listrik merupakan medan vektor, yang besar dan
arahnya disembarang titik diperincikan berdasarkan sebiah vektor B yang disebut Induksi
kemagnetan.
Ada dua segi dalam masalh menghitung gaya magnetic yang ada antara muatan
bergerak. Yang pertama ialah mencari besr dan arah vektor B disuatu titik, apabila diketahui
data mengenai muatan bergerak yang menimbulkan medan. Yang kedua ialah mencari besar
dan arah gaya pada muatan bergerak dalam medan yang diketahui. Maksudnya,kita anggap
saja dulu bahwa muatan bergerak dan arus memang menimbulkan medan magnet, lalu kita
pahami hukum-hukum yang menentukan gaya pada muatan bergerak lewat medan tersebut.
Untuk meneliti sebuah medan magnet yang tidak diketahui, kita harus mengukur besar
dan arah gaya terhadap medan uji yang bergerak. Tabung sinar katoda adalah alat eksperimen
yang cocok untuk meneliti, paling tidak secara kaulitatif, sifat laku muatan bergerak dalam
medan magnet. Di salah satu ujung tabung ini terdapat sebuah “elektron gun” yang
menembakkan seberkas sempit elektron dengan kecepatan yang dapat diatur dan dihitung. Di
ujungnya yang satu lagi ada layar flouresen yang memancarkan sinar dari titik yang terkena
berkas elektron tersebut.
(Sears, 1986:716-717)
Gaya-gaya magnetik yang dihasilkan dari beberapa percobaan dengan berbagai macam
muatan bergerak dengan kecepatan yang berbeda pada suatu titik diantaranya:
1. Gaya tersebut sebanding dengan muatan q. Gaya pada muatan negatif memiliki arah yang
berlawanan dengan gaya pada muatan positif yang bergerak dengan kecepatan yang sama.
2. Gaya tersebut sebanding dengan kecepatan v.
3. Gaya tersebut tegak lurus terhadap arah medan magnetik maupun kecepatannya.
4. Gaya tersebut sebanding dengan sin θ, dengan θ merupakan sudut antara kecepatan v dan
medan magnetik B. Jika v sejajar baik searah maupun berlawanan arahh dengan B, maka
gayanya sama dengan nol.
Hasil-hasil di atas dapat dirangkum sebagai berikut. Apabila suatu muatan q bergerak
dengan kecepatan v dalam medan magnet B, gaya magnetik F pada muatan ialah
F= q v B........................................................(1)
(Tipler, 2001:211)
Gambar 1. Kawat yang berada dalam medan magnet
Jika suatu kawat penghantar lurus berarus listrik berada dalam medan magnet homogen
(Gambar 1),ternyata kawat penghantar tersebut mnyimpang. Hal ini berarti penghantar itu
mendapat Gaya magnetik atau Gaya Lorentz (FL).
(Tim Dosen Fisika , 2012 : 24)
Ingat bahwa arus listrik mempengaruhi kutub magnet. Jadi ada gaya yang
menggerakkan kutub magnet karena pengaruh arus listrik gaya ini, dan disebut gaya listrik
atau Gaya Biot-Savart (FB.S). Jadi seolah-olah terjadi timbal balik sesuai hukum II Newton
(hukum aksi dan reaksi) maka gaya Lorentz ini adalah merupakan reaksi dari gaya Bio-
Savart. Sebagai kesimpulan ialah sebagai berikut:
a. Gaya Bio-Savart (FB.S) ialah gaya yang dialami kutub magnet (kutub magnet utara) karena
pengaruh arus listrik.
b. Gaya Loretz (FL) ialah gaya yang dialami kawat berarus karena pengaruh medan magnet.
Arah gaya dapat ditentukan dengan kaidah telapak tangan kanan. Kaidah telapak tangan
kanan ini mengangan-angankan jika telapak tegak lurus dari muka telapak tangan
memancarkan garis medan magnetik (B) dan arah arus dari pergelangan tangan ke arah ujun-
ujung jari, maka arah gaya Lorentz (FL) ialah searah membentangnya ibu jari:
I = arus listrik
B = medan magnet
FL = gaya Lorentz
Gambar 2. Kaidah telapak tangan kanan
“Besarnya gaya magnetik bergantung pada besar kuat arus dan kuat medan magnet”.
Oleh karena gaya lorentz pada umumnya timbul karena ketiga besaran diatas yaitu FL , I, dan
B semuanya termasuk besaran vektor maka peninjauan secara matematik besar serta arah
gaya Lorentz ini merupakan hasil perkalian vektor (cross product) dari I x B.
FL = I B
Maka,
ïFLï= ïI Bï.........................................................(2)
Perhitungan tersebut adalah gaya Lorentz (FL) yang mempengaruhi kawat tiap satuan
panjang, jadi
FL = I ℓB ...................................................(3)
FL = gaya lorentz dalam newton (N)
I = kuat arus listrik dalam ampere (A)
B = kuat medan magnet dalam Wb/m2 atau Tesla (T)
ℓ = panjang kawat dalam meter (m)
q = sudut antara
Dari persamaan di atas, jika besar sudut q ialah:
a. q = 90o
Dimana arah arus listrik dan kuat medan magnet ( ) saling tegak lurus maka FL
mencapai maksimum (ingat sin q = maksimum = 1)
b. q = 0o atau 180o
Dimana kedudukan kawat berarus dan arah medan magnet saling sejajar maka FL = 0 atau
kawat tidak dipegaruhi gaya Lorentz (ingat sin 0o = sin 180o = 0)
Jadi besarnya FL disamping tergantung pada besarnya I dan B, juga tergantung pada
arah arus terhadap arah medan magnet (q) yang dinyatakan dengan faktor sin q.
Jika arus listrik dibentuk oleh ion-ion yang brgerak di dalam medan magnet maka gaya
yang dialami ion ialah sebagai berikut:
Dari rumus persamaan
FL = I ℓB
FL =
FL = q. V. B. ...............................................(4)
Keterangan :
FL = gaya lorentz dalam newton (N)
q = muatan ion dalam coulomb (C)
B = Induksi magnetik dalam Wb/m (T)
V = kelajuan ion dalam m/s
q = sudut antara
Gambar 3. Gaya lorentz pada kawat sejajar berarus listrik
Penghantar I dan II (gambar II) sejajar berjarak a, masing-masing dipasang saling
berdekatan ternyata kedua kawat akan saling tarik-menarik jika dialiri arus searah dan akan
saling tolak-menolak jika dialiri arus berlawanan arah.
Besarnya gaya tarik atau tolak yang dialami kawat tiap satuan panjang (1 m)setelah
dijabarkan adalah sebagai berikut.
.........................................................(5)
Keterangan:
= gaya tarik/tolak tiap satuan panjang kawat dalam newton (N)
= arus pada masing-masing kawat dalam Ampere (A)
= jarak antara dua kawat dalam meter (m)
= permeabilitas udara/ruang hampa = 4. 10-7 wb/amp.m
Jika
(Drs. Soetarmo, 2006: 46-48)
III. METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahana. Sumber tegangan 3 V DC 1 buah
b. Magnet ladam 1 buah
c. Pengantar dari kawat tembaga halus (pita timah yang tipis) 1 rol
d. Penyangga kawat dengan papan rangkaian 1 buah
e. Kabel penghubung secukupnya
B. Variabel yang Digunakan
C. Langkah Percobaan
Merangkai alat-alat seperti gambar 4a, dan mengusahakan kawat penghantar tepat ada
ditengah-tengah antara ujung magnet ladam. Kemudian mengalirkan arus pada kawat dan
mengamati arah gaya (arah simpangan kawat) dengan mengatur kedudukan magnet ladam
sehingga arah medan magnet dari atas kebawah dan sebaliknya, dari samping kiri dan kanan
kawat, serta searah dan berlawananarah arus listrik. Setelah itu membalikkan arah arus dan
mengulangi langkah.
Merangkai alat seperti gambar 5a, dan mengamati simpangan atau arah gaya pada
penghantar, mengamati pula pengaruhnya jika ada perubahan arah arus listrik, perubahan
jarak antara dua penghantar, mengamati pula pengaruhnya jika ada perubahan arah arus
listrik, perubahan jarak antara dua penghantar dan perubahan besar arus listrik yang mengalir.
Kemudian, merangkai alat seperti gambar 5b, dan mengamati hal yang serupa.
Gambar 4a dan 4bGambar 5a dan 5b
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil pengamatan pada percobaan 1No Arah Kutub Arah Kutub Arah Gaya
Sumber Tegangan1 − + S ke U Ke bawah2 − + U ke S Ke atas3 + − U ke S Ke bawah4 + − S ke U Ke atas
Tabel 2. Arah gaya magnetic pada dua kawat berarus sejajarNo Arus Kawat 1 Arus Kawat 2 Arah Gaya1 Ke atas Ke atas Tarik Menarik2 Ke atas Ke bawah Tolak Menolak
Dari data percobaan yang diatas, pada percobaan pertama kutub magnet dan kutub sumber tegangan seperti gambar dibawah ini.
Maka kawat lurus akan bergerak ke arah bawah. Sedangkan apabila kedudukan
magnetnya diubah menjadi kutub S magnet di depan kawat lurus dan kutub U magnet di
belakang kawat lurus, maka kawat lurus tersebut akan bergerak ke atas.
Kemudian kegiatan selanjutnya kutub U magnet berada di depan kawat lurus dan kutub
S magnet berada di belakang kawat lurus tetapi arah kutub sumber tegangan di ubah jadi
kebalikan dari semula, maka kawat lurus itu akan bergerak atas. Sedangkan apabila
kedudukan magnetnya diubah menjadi kutub S magnet di depan kawat lurus dan kutub U
magnet di belakang kawat maka, kawat lurus tersebut bergerak bawah.
Hasil tersebut sesuai dengan teori kaidah tangan kanan seperti pada gambar di bawah ini.
Selanjutnya percobaan pada dua kawat sejajar yang dialiri arus. Dari percobaan
didapatkan hasil dimana saat dua kawat sejajar yang memiliki arah arus yang sama, maka
arah gayanya akan saling tarik menarik. Sedangkan jika dua kawat sejajar dengan jarak yang
sama dialiri arus yang berbeda ternyata saling tolak menolak.
Berdasarkan hasil yang kami peroleh saat percobaan dapat dianalisis bahwa hasil
yang kami peroleh ternyata sesuai dengan teori yang berdasarkan dari gaya Lorentz.
Pada dua penghantar yaitu kawat 1 dan kawat 2 lurus sejajar yang dialiri arus akan
terjadi gaya tolak menolak apabila arah kedua arus listriknya berlawanan. Pernyataan ini
diperoleh sesuai dengan kaidah tangan kiri saat kawat 1 dan kawat 2 terpisah sejauh a dan
dengan arah arus berbeda maka dengan kaidah tangan kiri arah gaya Lorentz pada kedua
kawat akan saling menjauh yang menyebabkan arah gayanya saling tolak menolak. Begitu
juga pada dua kawat yang sejajar tetapi dengan arah yang sama maka dengan kaidah tangan
kiri gaya lorentznya saling berhadapan yang menyebabkan arah gayanya saling tarik menarik.
V. PENUTUP
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dalam praktikum gaya
Lorentz ini jika penghantar berarus di letakkan di dalam medan magnet atau induksi
magnetik, maka pada penghantar tersebut akan timbul Gaya Lorentz. Pada percobaan dua
kawat sejajar berarus, jika arusnya searah maka kedua kawat tarik menarik dan jika arah arus
berlawanan kedua kawat tolak menolak.
Agar dapat lebih mudah untuk memahami pengaruh arus listrik terhadap besarnya gaya
lorentz, maka dalam percobaan dilakukan pengukuran kuat arus listrik yang dialirkan pada
kawat.
DAFTAR PUSTAKA
Kanginan, Marthen. 2006. Fisika untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
Sears dan Zemansky. 1986. Fisika untuk Universitas 2 Listrik, Magnet. Bandung: Bina Cipta.
Soetarmo. 2006. Modul Siswa Penunjang Pembelajaran Fisika. Surakarta: Widya Duta.
Tim Dosen Fisika.2012. Modul Praktikum Fisika Dasar II. Banjarmasin: PMIPA FKIP UNLAM.
Tipler. 2001. Fisika untuk sains dan teknik. Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN
1. Syarat suatu penghantar mendapatkan pengaruh gaya adalah jika medan magnet terjadi
interaksi dengan arus listrik atau muatan listrik yang bergerak dan mempegaruhi juga dengan
panjang penghantar di dalam medan magnet, induksi magnetik dan arah arus induksi
magnetik.
2. Suatu penghantar tidak mendapatkan pengaruh gaya jika tidak ada interaksi antara medan
magnet dengan arus listrik, atau tidak diberi pengaruh kuat arus liatrik.
Ringkasan Materi Fisika II
SEMESTER 2
http://arisblogger-setiawan.blogspot.com/
A. Medan Magned
Medan dan Gaya Magnet
Muatan yang bergerak dalam medan magnet akan mengalami gaya magnet:
Besar gaya magnet:
Contoh Gaya magnet pada proton:
Berapaka besarnya gaya magnet yang dialami proton dengan arah gerak membentuk sudut
60° dengan arah medan magnet yang besarnya 2.5 tesla. Proton tersebut bergerak dengan
kecepatan setengah kecepatan cahaya.
MOMEN GAYA
Penyebab terjadinya gerak translasi adalah gaya. Sedangkan pada gerak rotasi,
penyebabberputarnya benda dinamakan momen gaya ( = torsi).
Contoh dalam kehidupan sehari-hari:
- Pegangan pintu yang diberikan gaya oleh tangan kita sehingga engsel di dalamnya dapat
berputar
- Kincir yang berputar karena tertiup angin
- Dll.
Gaya tanpa sudut
= momen gaya ( N.m )
F = gaya (N)
= lengan gaya
= jarak terpendek diukur dari posisi gaya
yang bekerja terhadap pusat rotasi
Gaya membentuk sudut
= momen gaya ( N.m )
F = gaya (N)
r = panjang benda
= sudut
CONTOH
1. Sebuah pintu dengan lebar 80 cm, didorong di bagian tengahnya dengan gaya 200 N. Hitung
besar momen gaya terhadap sumbu putar yang melalui engsel tersebut?
JAWAB :
maka moment gaya nya ialah :
τ = lengan x gaya.sin α
= 40.10-2 m x 200 N .sin 90o
= 80 N/m
Sinus α : merupakan sudut, sudut ini dapat di ketahui dari berapa besar derajat yang dibuat
antara lengan dan gaya yang bekerja.
Lengan : jarak antara poros (engsel) dengan gaya yang bekerja.
Gaya : asal mempunyai arah dan besar yang sama maka gaya tersebut dapat di pindahkan.
walaupun gaya dipindahkan moment gaya nya pun tetap.
Efek Hall.
aya magnet pada partikel pembawa muatan dalam konduktor berarus akan menimbulkan beda
potensial (efek hall)
Gaya dan torsi pada konduktor berarus.
Arus listrik adalah muatan yang bergerak, karenanya bila suatu penghantar yang dialiri
arus berada dalam daerah bermedan magnet, maka penghantar tersebut akan mengalami
gaya magnet.
Tinjau elemen yang panjangnya yang arahnya searah dengan arah arus. Jika pada
penghantar ada muatan dq yang kecepatannya v, maka :
Sedangkan :
gaya yang dialami oleh elemen adalah
Gaya total pada potongan kawat adalah
Contoh penggunaannya:
Misalkan suatu potongan penghantar yang dialiri arus I (dalam arah sumbu x positif)
terletak di ruang bermedan magnet B = Bo(i+j). Potongan kawat terletak di sepanjang
sumbu x dari x = 0 sampai x = L !!
Karena kawat terletak sepanjang sumbu x, maka :
Sehingga :
Gaya pada potongan kawat :
Muatan yang bersirkulasi
Muatan positif yang masuk ke dalam medan magnet akan dibeolokan (orbit melingkar)
Frekuensi Siklotron:
B. Hukum Biot-Savart dan Hukum Ampere
Hukum Biot Savart
Eksperimen yang dilakukan oleh H.C. Oersted menunjukkan bahwa adanya arus listrik
(muatan listrik yang bergerak) dapat menimbulkan medan magnet. Untuk menentukan
medan magnet yang disebabkan oleh muatan yang bergerak (arus listrik) ada dua cara yang
dapat digunakan yaitu dengan hukum Biot-Savart dan dengan hukum Ampere. Hukum Biot-
Savart mempunyai kemiripan dengan hukum Coulomb (untuk menentukan medan listrik)
sedangkan hukum Ampere mempunyai kemiripan dengan hukum Gauss (untuk
menentukan medan listrik).
Medan magnet di titik P akibat elemen :
- permeabilitas ruang hampa
Penggunaan Hukum Biot-Savart :
B = dB1+dB2+…+dBi
B =SdB
HUKUM AMPERE
Hubungan kuantitatif antara arus i dengan medan magnet :
Dikenal sebagai Hukum Ampere.
Aturan tangan kanan (right-hand rule) untuk menentukan arah disekitar kawat yang
mengangkut arus i. :
Arah disebelah kanan arus, ke atas disebelah kiri arus, ke bawah.
Arah arus keluar budang gambar arahnya berlawanan arah jarum jam:
SOLENOIDA
Solenoida adalah kawat panjang yang dililitkan di dalam sebuah helix yang terbungkus rapat
dan yang mengangkut sebuah arus i.
Sears : solenoida adalah lilitan kawat menjadi sebuah helix di sekeliling permukaan silinder
yang berpenampang lingkaran.
Untuk titik P : medan yang ditimbulkan oleh lilitan (searah jarum jam) cenderung
menghilangkan pengaruh oleh lilitan (berlawanan arah jarum jam). Untuk solenoida ideal,
yaitu konfigurasi sebuah lembaran arus silinder yang panjangnya , maka di titik-titik luar),
misal di P. Kalau digambarkan lagi untuk solenoida yang panjangnya berhingga, N (utara) :
ujung dimana garis B muncul keluar. S (selatan) : ujung dimana garis B masuk.
Contoh :
Sebuah solenoida mempunyai panjang 1,0 m dan diameter dalam 3,0 cm. Solenoida tersebut
mempunyai 5 lapisan lilitan yang masing-masing terdiri dari 850 lilitan dan mengangkut
ebuah arus sebesar 0,5 A.
a) Walaupun mempunyai 5 lapisan lilitan, tetapi karena diameter tidak berpengaruh terhadap B,
maka :
untuk panjang 1 m mempunyai 5 ൈ� 850 lilitan
b) Berapa flux magnet
TOROIDA
Adalah sebuah solenoida yang dibengkokkan menjadi bentuk donat. Bagaimana pada titik-
titik dalam ?
Dari pertimbangan kesimetrian, maka garis-garis B akan membentuk lingkaran-lingkaran
konsentris di dalam toroida tersebut.
Dengan Hukum Ampere :
Untuk menghitung B pada lintasan integrasi dengan radius r.
B tidak konstan pada penampang sebuah toroida (bergantung pada jarak terhadap
pusat toroida) bertentangan dengan solenoida.
B = 0 di titik-titik di luar toroida (ideal)
N = jumlah lilitan total
=arus di dalam lilitan toroida
C. Sifat Magnetik Bahan
Jika dua muatan terisolasi yang berlawanan ditempatkan berdekatan, maka keduanya
membentuk dipol listrik yang dicirikan dengan momen dipol listrik
Di dalam magnetisme/kemagnetan, kutub magnet yang terisolasi (monopol-monopol magnet)
tidak ada. Bentuk yang paling sederhana adalah dipol magnet yang dicirikan dengan momen
dipol magnet .
Sebuah loop arus, sebuah magnet batang dan sebuah solenoida yang panjangnya berhingga
adalah contoh dipol magnet.
• Kita dapat menentukan kutub N dengan menggantungkannya dengan jarung
kompas dan mengamati ujung mana yang menunjuk ke arah utara.
• Kita dapat menentukan momen dipol magnet dengan menempatkan dipol
tersebut dalam medan magnet luar lalu mengukur momen torsinya;
kemudian dapat diperoleh dengan rumus Jika kita memecahkan sebuah batangan magnet,
maka pecahan-pecahan tersebut
ternyata mirip dipol dan bukan mirip kutub-kutub yang terisolasi. Jika kita pecahkan lagi
menjadi elektron, proton dan netron yang membentuk atom-atom magnet, ternyata partikel-
partikel elementer ini pun mirip dipol-dipol magnet. Semua elektron mempunyai sebuah
momentum sudut “spin” yang mirip karakteristik erhadap sebuah sumbu tertentu, yaitu
sebesar :
Sebuah muatan yang berpusing (spinning charge) dapat dipandang secara klasik
sebagai loop arus yang sangat kecil (infinitesimal). Setiap loop seperti itu adalah dipol
magnet yang sangat kecil, dengan momen dipol magnet
dimana i : arus ekivalen di dalam masing-masing loop
A : luas loop
N : banyaknya lilitan persatuan loop
Partikel dan inti yang momentum sudut spin-nya = 0 (partikel , inti dll) tidak mempunyai
momen dipol magnet.
Dan sifat-sifat magned dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Ferromagdetik
2. Paramagnetic
3. Diamagnetic
GGL (Gaya Gerak Listrik).
Gaya gerak listrik yang timbul akibat adanya perubahan jumlah garis-garis gaya magnet disebutGGL induksi, sedangkan arus yang mengalir dinamakan arus induksi dan peristiwanya disebutinduksi elektromagnetik.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarGGL induksi yaitu:
1 .Kecepatan perubahan medan magnet.
Semakin cepat perubahan medan magnet, maka GGL induksi yang timbul semakin besar.2 . Banyaknya lilitan Semakin banyak lilitannya, maka GGL induksi yang timbul juga semakin
besar.3 . Kekuatan magnet Semakin kuat gelaja kemagnetannya, maka GGLinduksi yang timbul juga semakin besar.Untuk memperkuat gejala kemagnetan pada kumparan dapat dengan jalan memasukkan inti besi lunak.
GGL induksi dapat ditimbulkan dengan cara lainyaitu:1. Memutar magnet di dekat kumparan atau memutar kumparan di dekat magnet. Maka kedua
ujung kumparan akan timbul GGL induksi.2. Memutus-mutus atau mengubah-ubah arah arus searah pada kumparan primer yang di
dekatnya terletak kumparan sekunder maka kedua ujung kumparan sekunder dapat timbul GGL induksi.
3. Mengalirkan arus AC pada kumparan primer, maka kumparan sekunder didekatkan dapat timbul GGL induksi. Arus induksi yang timbul adalah arus AC dan gaya gerak listrik induksi adalah GGL AC.Besarnya gaya gerak listrik dapat dirumuskan sebagai berikut:
ε = GGL induksi
N = Jumlah lilitan
Δ Ø / Δ t = laju perubahan garis gaya magnet
B. Prinsip Kerja Dinamo dan Generator
Kalian sudah mengetahui bahwa terjadinya arus induksi dan GGL induksi antara lain dengan
cara kutub magnet digerakkan di dekat kumparan atau kumparan digerakkan di dekat kutub
magnet. Karena kita menggerakkan kutub magnet berarti terdapat energi gerak atau energi
kinetik. Jadi, dalam proses terjadinya arus induksi terdapat perubahan energi gerak menjadi
energy listrik. Akibat gerakan magnet di dalam suatu kumparan menimbulkan arus induksi
yang secara langsung adanya energi lisrik yang ditimbulkan.
Beberapa contoh peralatan yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari sebagai penerapan GGL induksi di antaranya adalah generator
dan dinamo.
1. Dinamo
Bagian utama dinamo, lihat Gambar 13.2, adalah
a. Sebuah kumparan (C)
b. Sebuah cincin geser (A)
c. Sikat (B)
d. Magnet
Sedangkan langkah-langkah kerja dinamo adalah
sebagai berikut:
a. Sebuah kumparan berputar dalam medan magnet.
b. Tiap-tiap ujung kawat kumparan dihubungkan dengan sebuah “cincin geser”.
c. Cincin geser tersebut menempel sebuah sikat.
d. Bila kumparan diputar maka dalam kumparan itu timbul GGL AC. GGL AC ini
menimbulkan arus AC di dalam rangkaian dinamo.
2. Dinamo Arus Searah
Dinamo arus bolak-balik dapat diubah menjadi dinamo arus searah dengan menggunakan
cincin belah atau komutator seperti pada motor listrik, lihat
gambar 13.3!
Dinamo arus searah pada prinsipnya sama dengan motor arus searah. Jadi dinamo arus searah
dapat dipakai sebagai motor arus searah. Demikian pula sebaliknya.
3. Generator
Bagian utama generator, lihat Gambar 13.4, adalah:
a. Magnet
Untuk generator pembangkit tenaga listrik yang besar biasanya menggunakan lebih dari satu
magnet yang berputar.Magnet yang digunakan biasanya magnet listrik.
b. Rotor
Rotor adalah bagian generator yang berputar.
c. Stator
Stator adalah bagian generator yang tidak berputar.Arus yang ditimbulkan oleh generator
juga arus bolak-balik.Seperti yang kalian ketahui bersama bahwa arus yang digunakan di
rumah-rumah atau di pabrik-pabrik bersifat arus bolak-balik, bukan?
C. Prinsip Kerja Transformator (Trafo)
Transformator adalah sebuah alat untuk menaikkan atau menurunkan tegangan arus
bolakbalik.Transformator sering disebut trafo. Sebuah transformator terdiri
Prinsip kerja tranformator
adalah sebagai berikut.
1. Kumparan primer dihubungkan kepada sumber tegangan yang hendak diubah besarnya.
Karena tegangan primer itu tegangan bolak-balik, maka besar dan arah tegangan itu berubah-
ubah.
2. Dalam inti besi timbul medan magnet yang besar dan arahnya berubah-ubah pula.
Perubahan medan magnet ini menginduksi tegangan bolakbalik pada kumparan sekunder.
Dari sebuah percobaan dapat ditunjukkan, bahwa:
1. Perbandingan antara tegangan primer, Vp, dengan tegangan sekunder, Vs sama dengan
perbandingan antara jumlah lilitan primer, Np, dan lilitan sekunder, Ns.
2. Perbandingan antara kuat arus primer, Ip, dengan kuat arus sekunder, Is, sama
denganperbandingan jumlah lilitan sekunder dengan lilitan primer.Dari kedua pernyataan
tersebut dapat dituliskan
secara singkat dengan persamaan sebagai berikut:
Vp :Vs = Np : Ns
Ip :Is = Vs : Vp
Ip :Is = Ns : Np
Atau dapat ditulis:
Ada dua hal perlu dipahami untuk transformator
ini, yaitu:
1. Transformator hanya digunakan untuk menaikkan atau menurunkan tegangan arus bolak-
balik (AC) dan tidak untuk arus searah (DC).
2. Transformator tidak dapat memperbesar daya listrik yaitu tidak dapat memperbesar
banyaknya daya yang masuk ke dalam transformator tersebut.
Efisiensi Tranformator
Kalian sudah mengetahui persamaan-persamaan yang berlaku pada transformator.Persamaan
di atas dan didasarkan atas efisiensi transformator dianggap seratus persen.Tetapi kenyataan
sehari-hari efisiensi transformator selalu kurang dari seratus persen.
Mengapa demikian?Selama penggunaan transformator, besarnya daya yang dikeluarkan oleh
kumparan sekunder selalu lebih kecil daripada daya yang diterima oleh kumparan primer.Hal
ini disebabkan selama transformator digunakan ada sebagian energi listrik yang berubah
menjadi kalor. Dengan kata lain energi listrik yang keluar dari transformator selalu lebih kecil
daripada energi yang masuk ke dalam transformator.
Agar diperoleh efisiensi mendekati 100% pada penggunaan transformator, biasanya
dilakukan cara-cara
sebagai berikut:
1. Diberi bahan pendingin.
2. Untuk mengurangi panas, membuat inti besi untuk transformator berbentuk pelat atau
lempengan.
3. Mengalirkan udara dingin, misal dengan air conditioning atau kipas angin.Selama 1 sekon,
kumparan primer tranformatormenerima energi dari sumber yang akan diubahsebesar Wp =
Vp Ip t joule. Selama t sekontransformator tersebut juga melepas energi melaluikumparan
sekunder sebesar Ws = Vs Is t joule.
Efisiensi tranformator, η , adalah persentase harga perbandingan antara besar energi yang
dilepas transformator tiap sekon pada kumparan sekunder dengan energi yang diterima
transformator setiap sekon pada kumparan primer. Energi tiap sekon
disebut daya. Oleh karena itu, efisiensi dapat dinyatakan dalam perbandingan daya sekunder,
Ps dan daya primer, Pp, kali 100 % dan dapat ditulis
Karena P = V I maka:
Contoh soal:
Sebuah transformator dihubungkan dengan tegangan 200 V dapat menghasilkan tegangan
40V. Jika kumparan input berjumlah 1100 lilitan. Berapakah kumparan outputnya?
Penyelesaian:
Diketahui: Vp = 200 V
Vs = 40 V
Np = 1100 lilitan
Ditanya: Ns = . . . ?
Jawab :
200Ns = 40 x 1100
= 200 lilitan
InduktansiDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Induktansi adalah sifat dari rangkaian elektronika yang menyebabkan timbulnya potensial listrik secara proporsional terhadap arus yang mengalir pada rangkaian tersebut, sifat ini disebut sebagai induktansi sendiri. Sedang apabila potensial listrik dalam suatu rangkaian ditimbulkan oleh perubahan arus dari rangkaian lain disebut sebagai induktansi bersama.
Definisi kuantitatif dari induktansi sendiri (simbol: L) adalah : dimana v adalah GGL yang ditimbulkan dalam volt dan i adalah arus listrik dalam ampere. Bentuk paling sederhana dari rumus tersebut terjadi ketika arus konstan sehingga tidak ada GGL yang dihasilkan atau ketika arus berubah secara konstan (linier) sehingga GGL yang dihasilkan konstan (tidak berubah-ubah).
Istilah 'induktansi' sendiri pertama kali digunakan oleh Oliver Heavside pada Februari 1886.[1]
Sedang penggunaan simbol L kemungkinan ditujukan sebagai penghormatan kepada Heinrich Lenz, seorang fisikawan ternama.[2][3] Satuan induktansi dalam Satuan Internasional adalah weber per ampere atau dikenal pula sebagai henry (H), untuk menghormati Joseph Henry seorang peneliti yang berkontribusi besar terhadap ilmu tentang magnetisme. 1 H = 1 Wb/A.
Induktansi muncul karena adanya medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik (dijelaskan oleh Hukum Ampere). Supaya suatu rangkaian elektronika mempunyai nilai induktansi, sebuah komponen bernama induktor digunakan di dalam rangkaian tersebut, induktor umumnya berupa kumparan kabel/tembaga untuk memusatkan medan magnet dan memanfaatkan GGL yang dihasilkannya.
Bentuk umum dari K buah rangkaian dengan arus im dan tegangan vm adalah
Koefisien L yang digunakan pada rumus di atas merupakan matriks simetris, rumus tersebut berlaku selama tidak menggunakan bahan yang bisa menjadi magnet, jika tidak maka besaran L merupakan fungsi dari besaran arus (induktansi non-linier).
Daftar isi
1 Penerapan Persamaan Maxwell untuk induktansi 2 Induktansi dan Energi Medan Magnet 3 Induktor yang Berpasangan (Kopling Induktor) 4 Rumus Perhitungan
o 4.1 Induktansi bersama o 4.2 Induktansi sendiri o 4.3 Hubungan induktansi dan kapasitansi
5 Referensi 6 Pranala luar
Penerapan Persamaan Maxwell untuk induktansi
Rumus umum di atas merupakan penerapan dari Persamaan Maxwell jika rangkaian tersebut menggunakan kabel tipis.
Misal suatu rangkaian yang terdiri dari K buah kumparan kabel, masing-masing terdiri dari satu atau beberapa lilitan. Fluks magnetik yang timbul akan terangkai sebesar
Dimana Nm merupakan jumlah lilitan dalam kumparan m, Φm adalah fluks magnetik yang melalui kumparan, dan Lm,n adalah konstanta. Persamaan ini diturunkan dari Hukum Ampere--medan magnet dan fluks magnetik merupakan fungsi linier dari arus listrik. Dengan menggunakan Hukum Faraday dapat diperoleh
dimana vm merupakan GGL yang terinduksi dalam rangkaian m. Rumus tersebut sesuai dengan definisi di atas bahwa koefisien Lm,n dapat diidentifikasi sebagai koefisien induktansi. Karena seluruh arus Nnin berperan menimbulkan fluks Φm, dapat pula dimengerti bahwa Lm,n sebanding dengan perkalian jumlah lilitan NmNn.
Induktansi dan Energi Medan Magnet
Dengan mengalikan persamaan vm di atas dengan imdt dan menjumlahkan untuk semua m maka kita dapatkan energi yang di transfer sistem ini dalam satu satuan waktu dt,
Hal ini harus tetap sesuai dengan perubahan energi medan magnet W yang ditimbulkan oleh arus listrik.[4] Integritas
mengharuskan Lm,n=Ln,m. Sehingga Lm,n harus merupakan matriks simetris.
Integral dari energi yang ditransfer adalah energi medan magnet sebagai fungsi dari arus,
Persamaan ini juga merupakan konsekuensi dari linearitas Persamaan Maxwell. Supaya mudah mengingat perlu diperhatikan bahwa perubahan arus listrik berhubungan langsung dengan perubahan energi medan magnet. Energi ini memerlukan sumber tegangan (jika negatif, energi diambil) atau menghasilkan tegangan (jika energi positif, disalurkan). Analoginya dalam energi mekanis untuk K = 1 dengan energi medan magnetik (1/2)Li2 adalah sebuah benda dengan masa M, dengan laju u dan energi kinetiknya (1/2)Mu2. Energi dari perubahan laju (dalam hal elektronika, arus listrik) dikalikan masa benda (induktansi) diperoleh dari gaya (jika energi kinetik bertambah) atau menghasilkan gaya (jika energi kinetik berkurang).
Induktor yang Berpasangan (Kopling Induktor)
Diagram rangkaian yang menggambarkan dua buah induktor di pasangkan.
Dua garis vertikal di antara induktor menunjukkan inti padat yang mana pada inti ini kawat lilitan induktor dililitkan. "n:m" menunjukkan perbandingan jumlah lilitan antara induktor sebelah kiri dengan yang sebelah kanan. Gambar ini juga menunjukkan konvensi titik.]]
Induktansi bersama muncul ketika perubahan arus dalam satu induktor menginduksi (mempengaruhi) timbulnya GGL di induktor lain yang ada di dekatnya. Mekanisme ini merupakan dasar yang sangat penting dalam cara kerja transformer, namun kadang kala induksi bersama yang bisa terjadi antara konduktor yang berdekatan malah menjadi hal yang harus dihindari dalam suatu rangkaian.
Induktansi bersama, M, juga merupakan ukuran saling induksi antara dua buah induktor. Induktansi bersama oleh rangkaian i kepada rangkaian j dihitung menggunakan integral ganda Rumus Neumann.
Induktansi bersama memiliki hubungan persamaan:
dimana
adalah nilai induktansi bersama, dan tanda 21 menunjukkan keterkaitan GGL yang terinduksi dalam kumparan 2 disebabkan oleh perubahan arus dalam kumparan 1.
N1 adalah jumlah lilitan pada kumparan 1,
N2 adalah jumlah lilitan pada kumparan 2,
P21 adalah permeansi ruang dimana fluks magnetik berada.
Induktansi bersama juga memiliki keterkaitan dengan koefisien kopling. Koefisien kopling bernilai antara 1 dan 0, koefisien kopling digunakan sebagai indikator keterkaitan antara induktor yang dipasangkan (dikopling).
dimana
k adalah koefisien kopling dan 0 ≤ k ≤ 1,
L1 adalah nilai induktansi kumparan pertama, dan
L2 adalah nilai induktansi kumparan kedua.
Jika nilai induktansi bersama, M, sudah diketahui, maka nilai ini dapat digunakan untuk memprediksi sifat dari suatu rangkaian:
dimana
V1 adalah tegangan dalam induktor yang dihitung,
L1 adalah induktansi dalam induktor yang dihitung,
dI1/dt adalah arus (diturunkan atas waktu) yang mengalir dalam induktor yang dihitung,
dI2/dt adalah arus (diturunkan atas waktu) yang mengalir dalam induktor yang dikopling (diinduksi oleh induktor pertama), dan
M adalah nilai induktansi bersama.
Tanda minus muncul karena menurut konvensi titik, kedua arus yang mengalir pada masing-masing induktor saling berlawanan arah.[5]
Jika suatu induktor dipasangkan secara berdekatan dengan induktor lain dengan menggunakan prinsip induktansi bersama, seperti dalam transformer, maka tegangan, arus, dan jumlah lilitan dapat dihubungkan sebagai berikut:
dimana
Vs adalah tegangan pada induktor sekunder,
Vp adalah tegangan pada induktor primer (yaitu yang terhubung dengan sumber listrik),
Ns adalah jumlah lilitan pada induktor sekunder, dan
Np adalah jumlah lilitan pada induktor primer.
Begitu pula untuk arus:
dimana
Is adalah arus yang mengalir dalam induktor sekunder,
Ip adalah arus yang mengalir dalam induktor sekunder (yaitu yang terhubung dengan sumber listrik),
Ns adalah jumlah lilitan pada induktor sekunder, dan
Np adalah jumlah lilitan pada induktor primer.
Perlu diperhatikan bahwa daya dari kedua induktor tersebut adalah sama. Juga persamaan di atas tidak berlaku jika kedua induktor memiliki sumber energi sendiri-sendiri (keduanya induktor primer).
Jika kedua sisi transformer merupakan rangkaian LC yang mana frekuensi tegangan menjadi penting, nilai induktansi bersama antara dua lilitan ini menentukan bentuk dari kurva renspon frekuensi. Walaupun batas-batas nilai indutansi bersama ini tidak didefinisikan, namun sering disebut sebagai loose-coupling, critical-coupling, dan over-coupling. Jika rangkaian tersebut melalui transformer yang loose-coupling, bandwidth-nya akan sempit. Ketika nilai induktansi bersama ditingkatkan, bandwidth-nya ikut naik pula. Ketika nilai induktansi bersama telah melampaui titik kritis, respon bandwidth akan mulai menurun, frekuensi-frekuensi tengah
akan teratuentasi lebih dibanding frekuensi-frekuensi samping. Kondisi ini disebut over-coupling.
Rumus Perhitungan
Umumnya, induktansi dapat dihitung menggunakan persamaan Maxwell. Pada banyak skenario perhitungan dapat disederhanakan dari persamaan Maxwell. Jika menginginkan induksi dengan arus berfrekuensi tinggi, dengan efek kulit, arus listrik dan medan magnet pada permukaan konduktor dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Laplace. Walaupun konduktor yang digunakan adalah kawat tipis, induktansi sendiri masih bergantung pada jari-jari penampang kawat dan distribusi arus dalam kawat tersebut. Distribusi arus ini rata-rata konstan (pada permukaan atau badan kawat) untuk kawat tipis.
Induktansi bersama
Induktansi bersama dalam rangkaian kumparan i kepada rangkaian j dinyatakan dalam integral ganda Rumus Neumann
Simbol μ0 menunjukkankonstanta magnetik (4π×10−7 H/m), 'Ci dan Cj adalah panjang kawat, Rij adalah jarak antara dua induktor.
Induktansi sendiri
Pada dasarnya induktansi sendiri dari kumparan kawat dapat dinyatakan pula dengan persamaan di atas dengan menganggap i=j. Masalahnya, 1/R menjadi tidak terdefinisi, sehingga perlu menyatakan penampang a sebagai penampang kawat dan memperhatikan pula distribusi arus pada kawat tersebut. Sehingga ada integral untuk semua titik dimana |R| ≥ a/2,
Disini a dan l menunjukkan jari-jari penampang kawat dan panjang kawat, dan Y adalah konstanta yang tergantung pada distribusi arus dalam kawat: Y = 0 ketika arus mengalir pada permukaan kawat (efek kulit), Y = 1/4 ketika arus tersebar rata dalam kawat. Nilai-nilai ini hanya perkiraan namun cukup akurat jika kawat yang dipergunakan tipis dan panjang.
Hubungan induktansi dan kapasitansi
Induktansi per satuan panjang L' dan kapasitansi per satuan panjang C' saling berhubungan dalam beberapa kasus jalur transmisi yang terdiri dari dua konduktor sempurna yang saling sejajar, [6]
Disini ε dan µ mewakili konstanta dielektik dan konstanta permeabilitas magnetik milik konduktor yang digunakan. Dalam hal ini tidak ada arus listrik dan medan magnet di dalam konduktor (efek kulit murni, frekuensi tinggi). Arus mengalir dari satu jalur menuju jalur yang lain. Kecepatan propagasi sinyal sejalan dengan kecepatan propagasi gelombang elektromagnetik.
Referensi
1. ̂ Heaviside, O. Electrician. Feb. 12, 1886, p. 271. See reprint2. ̂ Glenn Elert (1998-2008). "The Physics Hypertextbook: Inductance".3. ̂ Michael W. Davidson (1995-2008). "Molecular Expressions: Electricity and Magnetism
Introduction: Inductance".4. ̂ The kinetic energy of the drifting electrons is many orders of magnitude smaller than W,
except for nanowires.5. ̂ Mahmood Nahvi, Joseph Edminister (2002). Schaum's outline of theory and problems of
electric circuits. McGraw-Hill Professional. hlm. 338. ISBN 0071393072.6. ̂ Jackson, J. D. (1975). Classical Electrodynamics. Wiley. hlm. 262.
Pranala luar
1. http://putrajagad-physics.blogspot.com/2009/12/induktansi.html