Upload
rohmad-nurcahyo
View
276
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kisi-kisi kimia dasar
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Ilmu Kimia
Ilmu kimia adalah suatu bagian dari ilmu pengetahuan alam yang
mempelajari proses – proses kimia, suatu peristiwa yang menyebabkan
perubahan – perubahan sifat zat yang relatif kekal ( sulit kembali pada sifat
semula ). Berlainan dengan proses – proses fisika yang mengalamai perubahan
bersifat sementara.
Contoh proses kimia:
1. Air, H2O diuraikan menjadi gas H2 dan O2. Gas – gas yang terjadi sangat
berbeda sifatnya dengan sifat air
2. Pupuk urea dibuat dari gas CO2 dan NH3. Urea memiliki sifat yang sangat
berbeda dengan gas – gas pembuatnya.
3. Tetes tebu difermentasi menjadi alkohol. Alkohol berbeda sifatnya
dengan tetes dan alkohol tidak dapat diubah kembali menjadi tetes lagi.
Contoh proses fisika:
1. Air didinginkan menjadi es berbentuk padat, yang kalu dibiarkan akan
menjadi air lagi.
2. Air dipanaskan menjadi uap, yang kalau didinginkan menjadi air lagi.
3. Garam dapur dilarutkan dalam air yang kalau dipanaskan dan airnya
dibiarkan menguap maka akan diperoleh garam dapur lagi.
Dalam kehidupan sehari – hari ilmu kimia berperan sangat penting, ini
terlihat misalnya:
1. Makanan dan minuman kita adalah hasil proses kimia
2. Pakaian dan perlengkapannya adalah hasil proses kimia.
3. Sebagian bahan bangunan misalnya cat kayu, cat tembok, cat besi,
plitur, kabel, semen dan kapur adalah hasil proses kimia
4. Plastik, peralatan kendaraan bermotor, radio, televisi adalah hasil proses
kimia.
B. Hukum Dasar dalam Ilmu Kimia
1. Hukum Lavoisir
Suatu hukum tentang kekekalan massa. Berat zat sebelum dan sesudah reaksi
adalah sama.
Contoh: Kayu yang mudah terbakar dimasukkan dalam botol tertutup rapat
ditimbang. Dengan pertolongan sinar matahari dan kaca pembesar, kayu
dibakar menjadi abu. Didinginkan lalu ditimbang, ternyata beratnya tetap.
2. Hukum Proust
Hukum tentang kekekalan susunan.
Perbandingan berat unsur – unsur yang membentuk senyawa adalah tetap.
Contoh: Senyawa pirit ( besi belerang) memiliki perbandingan Fe dan S sama
dengan 7 : 8. Air memiliki perbandingan H dan O sama dengan 1 : 8.
3. Hukum Dalton
Hukum tentang proporsi kelipatan.
Bila 2 unsur membentuk lebih dari satu macam senyawa dan berat unsur
pertama dalam senyawa itu sama, maka perbandingan berat unsur kedua
dalam senyawa itu akan merupakan bilangan bulat yang sederhana.
Contoh: Antara Nitrogen dan Oksigen dapat dibuat beberapa senyawa
N2O berat N : O = 7 : 4
N2O2 = 7 : 8
N2O3 = 7 : 12
N2O4 = 7 : 16
N2O5 = 7 : 20
4. Hukum Ritcher
Hukum tentang proporsi ekivalen
Bila unsur P yang tertentu beratnya dapat bersenyawa dengan a gram unsur Q,
b gram unsur R dan d gram unsur T, maka unsur – unsur Q, R dan T dapat
saling bersenyawa dengan perbandingan berat a, b dan c atau kelipatannya.
Contoh:
Jika 1 gram Hidrogen dapat bersenyawa dengan:
a. 8 gr oksigen membentuk air
b. 3 gr karbon membentuk metana
c. 35,5 gr khlor membentuk hidrogen khlorida
maka:
d. 3 gr karbon dapat bersenyawa dengan 8 gr oksigen membentuk karbon
dioksida
e. 3 gr karbon bersenyawa dengan 35,5 gr khlor membentuk karbon
tetreakhlorida
C. Pengertian Dasar
1. Analisis:
Peruraian satu zat menjadi beberapa zat lain yang lebih sederhana
contoh: H2O diuraikan menjadi gamping dan karbondioksida
Batu kapur diuraikan menjadi gamping dan karbondioksida
2. Sintesis
Pembentukan satu zat baru dari beberapa zat.
Contoh: Karbon dan Oksigen menjadi karbon monoksida dan karbondioksida
Gamping dan air menjadi kapur tohor
3. Campuran
Pencampuran dua atau lebih zat kimia tanpa merubah sifat secara total
Contoh: Udara yang merupakan campuran dari gas oksigen, nitrogen dll
Sirop yang merupakan campuran dari gula, air dan pewarna
Kuningan yang merupakan campuran dari tembaga dan seng
4. Persenyawaan
Percampuran dua atau lebih zat kimia dengan terjadi perubahan sifat total
Contoh: Garam dapur merupakan persenyawaan dari unsur natrium dan
khlorida
Gamping merupakan persenyawaan unsur kalsium dan oksigen
Air, persenyawaan unsur hidrogen dan oksigen
D. Perbedaan Campuran dan Senyawa
Campuran Senyawa
1.
2.
3.
4.
5.
Hasil proses fisika
Perbandingan berat bebas
Mempunyai sifat aditif dari
komponen – komponennya
Dapat dipisahkan secara fisika
Tidak terjadi perubahan panas,
andai terjadi kecil sekali
1
.
2
.
3
.
4
.
5
Hasil proses kimia
Perbandingan berat tertentu
Mempunyai sifat baru yang
berbeda dari sifat komponen –
komponen penyusunnya
Tidak dapat dipisahkan secara
fisika, harus secara kimia
Terjadi perubahan panas yang
besar
.
5. Unsur atau Elemen
Suatu zat yang tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat baru yang lebih
sederhana baik dengan cara fisika ataupun cara kimia. Jumlah unsur semuanya
ada 105 buah, 92 diantaranya terdapat di alam sedangkan sisanya adalah
buatan manusia.
Contoh: H, O, S, Fe, K, Na, P, N, C
E. Pengelompokan Unsur berdasarkan Sifat – sifatnya
1. Logam
Pada suhu kamar berbentuk padat kecuali air raksa, mempunyai kilau, dapat
ditempan menjadi lembaran, dapat ditarik menjadi kawat, konduktor panas dan
listrik yang baik.
Contoh:
Aluminium (Al), Barium (Ba), Ferrum (Fe), Chromium (Cr), Calsium (Ca), Cobalt
(Co), Magnesium (Mg), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), Seng (Zn) dsb.
2. Kelompok bukan Logam
Bahan/unsur ini pada suhu kamar berbentuk padat, cair dan gas, tidak
menghantarkan panas atau listrik kecuali grafit, tidak berkilau kecuali karbo
dan yodium, tidak dapat ditempa atau ditarik.
Contoh:
Argon (Ar), Belerang (S), Brom (Br), Helium (He), Oksigen (O)
3. Kelompok Metaloida
Unsur – unsur yang mempunyai sifat sebagian seperti logam dan sebagian
seperti bukan logam.
Contoh:
Antimon (Sb), Arsen (As), Boron (Bo), Germanium (Ge), Polonium (Po)
Unsur – unsur ada yang dapat berdiri sendiri sebagai suatu zat, ada yang
tidak dapat. Unsur yang dapat berdiri sendiri dinamakan gas mulia seperti He,
Ne, Ar, Xe dan Rn. Zat yang terdiri dari dua unsur misalnya H2, O2, N2, F2, Cl2,
Br2
Soal – soal:
1. Apa yang disebut proses fisika?
2. Apa yang dimaksud dengan proses kimia?
3. Dari peristiwa sehari – hari di bawah ini manakah yang termasuk prose
kimia dan mana yang termasuk proses fisika?
a. Menjemur pakaian
b. Menyetrika dengan arang
c. Menyetrika dengan listrik
d. Meniup balon
e. Menyulut mercon
f. Membuat arang kayu
g. Merebus air
h. Membuat tape
I. Mengelas dengan karbid
j. Menambahkan kaporit dalam kolam renang
4. sebutkan bahan – bahan di alam yang mempunyai unsur – unsur masing-
masing : H ; N ; S ; Si ; O ; Cl ; C ; Mg ; Na.
5. Pada pembakaran kayu akan diperoleh abu jauh lebih ringan dari kayu.
Berlakukah hukum Lavoisir di sini?
6. Mengapa pada campuran biasa perbandingan berat komponen
penyusunnya tidak terbatas / tertentu?
7. Berikan beberapa contoh (3) peristiwa sehari – hari yang menunjukkan
adanya peristiwa sintesis dan analisis.
8. Bagaimana sifat – sifat bahan hasil analisis dan sintesis dibandingkan
dengan sifat bahan aslinya?
BAB II
UNSUR – UNSUR KIMIA
A. Unsur Kimia
Unsur kimia merupakan jenis atom yang mempunyai ciri – ciri yang khas
terhadap perilaku kimianya. Sampai kini telah diketahui atom dengan
ragamnya ada 106 atau sebanyak 106 unsur kimia. Untuk mempermudah
dalam penamaan unsur, maka diberikan nama maupun lambang yang
berbentuk singkatan sederhana dari nama Inggris atau nama latinnya.
B. Lambang
Lambang singkatan dari nama unsur, ini lebih efisien dari nama
sebelumnya yang menggunakan simbol – simbol gambar oleh Dalton, seperti
gambar berikut:
Lambang : C2H2 CH4
Lambang singkatan dari unsur secara lengkap diberikan pada daftar susunan
berkala. Dari lambang tersebut, dicantumkan variabel – variabel yang memberi
C H C HH
keterangan tentang massa atom dari unsur maupun nomor atom unsur. Massa
atom unsur menunjukkan massa dari 1 buah atom unsur tersebut yang biasa
disebut Atom Relatif atau Ar. Nomor atom menunjukkan jumlah elektron yang
ada pada unsur tersebut.
A = titik didih (ºC)
B = titik leleh (ºC)
C = massa jenis (gr/mL)
C. Nomor Atom
Nomor Atom yang menunjukkan jumlah elektron pada unsur, juga bisa
menunjukkan jumlah proton dan neutronnya, dengan asumsi prinsip
keseimbangan muatan ion.
+ = proton ----> bermuatan +
= elektron ----> bermuatan -
= neutron ----> tidak bermuatan
contoh:
a. Berapa jumlah elektron, proton dan neutron pada atom clorida?
Jawab:
Dari tabel unsur diketahui Cl ----> nomor atom 17, nomor massa 35
sehingga:
jumlah e- = 17
jumlah proton (+) = 17
K19 39.102
760
637
0,86
(Ar) 431Kalium
a
b
c
Nomor atom
Ar
Lambang
Struktur elektron
Nama
-
+ +
-
jumlah neutron = 35 – 17 = 18
Nomor massa (Ar) merupakan massa 1 atom yang tidak bersenyawa
(atom tunggal). Apabila unsur tersebut bersenyawa denganunsur lain, atau
dengan unsur itu sendiri, maka nomor massa dari atom bersenyawa disebut
dengan “Molekul Relatif” (Mr).
Contoh:
senyawa H2O ---> senyawa antara unsur H ( 2 atom H ) dan unsur O ( 1 atom O
)
besarnya massa molekul relatif (Mr) dari H2O
Mr H2O = ( 2 x Ar.H ) + ( 1 x Ar.O )
= ( 2 x 1.0 ) + ( 1 x 16 )
= 18
BAB III
PERSENYAWAAN
A. Valensi
Penggabungan ataupun peruraian dari satu macam atau lebih bahan
menjadi satu atau beberapa bahan lain. Hal – hal yang berkaitan dengan
persenyawaan adalah sebagai berikut.
Valensi atau martabat:
Valensi unsur dalam senyawa adalah kemampuan mengikat unsur H oleh
satu atom unsur tersebut untuk membentuk satu molekul senyawa. Atau
valensi unsur dalam senyawa adalah kemampuan mengikat separuh unsur O
oleh satu atom unsur tersebut untuk membentuk satu molekul senyawa.
Unsur – unsur hanya mempunyai valensi kalau dalam keadaan terikat
dalam suatu senyawa. Dalam keadaan bebas unsur tidak mempunyai valensi.
Fe sebagai unsur tidak mempunyai valensi tetapi Fe dalam senyawa FeO dan
Fe2O3 maka Fe mempunyai valensi masing – masing 2 dan 3
Daftar unsur – unsur penting dan valensinya:
Valensi 1 2 3 4 5 6 7
HKNaFClAgCsHg
OSMgCaZnPbCuFe
NPAsSbAl
Hubungan valensi dengan rumus molekul:
Val 1 – val 2 : H2O ; Na2O ; K2S dst
Val 3 – val 1 : AlCl3 ; FeJ3 ; BF3 dst
Reaksi oksidasi
reaksi antara satu unsur atau senyawa dengan oksigen atau zat lain yang
dalam keadaan tertentu dapat menghasilkan oksigen.
Contoh:
Al + O2 Al2O3 S + O2 SO2
C + O2 CO2 P4 + O2 P2O5
Al, C, S dan P disebut bahan yang dioksidasi
O2 disebut oksidator
Al2O3, CO2, SO2 dan P2O5 disebut hasil oksidasi
Reaksi Reduksi
reaksi pengurangan kadar oksigen atau penambahan kadar hidrogen dalam
suatu zat.
Contoh:
CuO + NH3 Cu + N2 + H2O
CO2 + C CO
B. Koefisien Reaksi
Angka – angka yang digunakan dalam persamaan reaksi untuk
menunjukkan keseimbangan jumlah unsur – unsur bahan sebelum reaksi
berlangsung dan sesudah reaksi terjadi.
Contoh:
Mg + ½ O2 MgO
P4 + 10 O2 2 P2O5
C. Persamaan Reaksi
Cu + 2 H2SO4 CuSO4 + 2 H2O + SO2
Untuk persamaan reaksi yang sederhana, artinya melibatkan hanya
sedikit bahan/zat/senyawa maka penyelesaian koefisien reaksi akan mudah.
Berlainan dengan reaksi yang terdiri banyak senyawa, maka penyelesaian
koefisien reaksi akan lebih sulit. Untuk menyelesaikan koefisien reaksi yang
melibatkan banyak senyawa dapat digunakan bantuan rumus abc.
Contoh:
a K2Cr2O7 + b H2SO4 + c C2H6O d K2SO4 + e Cr2(SO4)3 + f H2O +
g C2H4O2
dicari unsur – unsur yang ada:
K : 2a = 2d …....(1)
Cr : 2a = 2e …....(2)
O : 7a + 4b + c = 4d + 12e + f + 2g .…...(3)
H : 2b + 6c = 2f + 4g …....(4)
S : b = d + 3 e …....(5)
C : 2c = 2g …....(6)
Disini ada 6 persamaan untuk 7 bilangan yang tidak diketahui, maka
persamaan ini akan dapat diselesaikan dengan baik. Ambil pemisalan salah
satu variabel ( bilangan ) yang tidak diketahui dengan angka berapa saja.
Angka yang paling sederhana adalah 1. walaupun pengambilan bilangan yang
tidak diketahui boleh sembarang, tentunya kita akan mengambil atau
menentukan bilangan tak diketahui tersebut yang akan mempermudah
hitungan kita.
Ambil a = 1, maka
d = 1
e = 1 dan b = 4
sederhanakan pers. (3)
7 + 16 + c = 4 + 12 + f + 2g
7 + c = f + 2g ….(7)
sederhanakan pers. (4)
8 + 6c = 2f +4g ….(8)
Hilangkan f dari pers. (7) dan (8):
7 + c = f + 2g
4 + 3c = f + 2g _
3 – 2c = 0
diperoleh, c = 1½, maka g = 1½ juga
Untuk mencari harga f cari dari salah satu persamaan yang mengandung f
Ambil pers. (7):
7 + 1½ = f + 3
f = 5½
Koefisien reaksi ditemukan semua, beberapa diantaranya mengandung
pecahan, maka sedapat mungkin pecahan dihilangkan. Maka persamaan reaksi
yang diperoleh adalah:
2 K2Cr2O7 + 8 H2SO4 + 3 C2H6O 2 K2SO4 + 2 Cr2(SO4)3 + 11 H2O
+ 3 C2H4O2
Penentuan angka untuk salah satu bilangan yang idak diketahui boleh
sembarang asal jangan pecahan yang hanya akan mempersulit penyelesaian.
Contoh:
a KmnO4 + b H2SO4 + c FeSO4 d K2SO4 + e MnSO4 + f H2O + g
Fe2(SO4)3
K : a = 2d ...(1)
Mn : a = e ...(2)
O : 4a + 4b + 4c = 4d + 4e +f +12g ...(3)
H : 2b = 2f ...(4)
S : b + c =d + e + 3g ...(5)
Fe : c = 2g ...(6)
Ambil a = 14
Maka : d = 7
e = 14
Sederhanakan pers. (3)
4 (14) + 4b + 4c = 4 (7) + 4 (14) + f + 12g
4b + 4c = 28 + f + 12g ...(7)
Substitusikan pers.(4) dan pers.(6) ke dalam pers.(7)
4b + 4c = 28 +b +6c
3b – 2c = 28 ...(8)
Sederhanakan pers.(5) dan substitusikan pers.(6) ke dalam pers.(5), diperoleh:
b + c = 7 +14 + 1½c
2b – c = 42 ...(9)
Selesaikan pers.(8) dan (9) diperoleh:
3b – 2c – 28 = 4b – 2c -84
b = 56
Maka, f = 56
Dari pers.(8) atau (9) akan dapat dihitung nilai c yaitu:
c = 70
Maka, g = 35
Maka persamaan reaksi sekarang:
14 KmnO4 + 56 H2SO4 + 70 FeSO4 7 K2SO4 + 14 MnSO4 + 56 H2O + 32
Fe2(SO4)3
Angka – angka koefisien reaksi merupakan kelipatan 7, maka semuanya boleh
dibagi dengan angka 7 tersebut.
( Bandingkan perhitungan dengan menggunakan penentuan a = 1 )
Soal – soal:
1. Berapakah valensi masing – masing unsur di bawah ini yang terikat
dalam senyawa:
a. p2O5 f. As2O5
b. CH4 g. HgO
c. Fe2O3 h. SiO2
d. CuS I. Cl2O7
e. Cu2S k. Ag2O
2. Manakah yang termasuk reaksi oksidasi dan mana yang termasuk reaksi
reduksi pada peristiwa – peristiwa di bawah ini:
a. Ban mobil meletus
b. Besi korosi oleh air laut
c. Pakaian yang dijemur
d. Pengelantangan pakaian
e. Menyalakan kompor minyak tanah
f. Ledakan rudal scud
g. Terjadinya asap tebal dari mesin diesel
h. Perebusan air
I. Pembuatan energi dalam tubuh kita
3. Carilah koefisien reaksi dari reaksi – reaksi di bawah ini:
a. Ca + O2 CaO
b. P4 + O2 P2O5
c. C4H10 + O2 CO2 + H2O
d. Cu + H2SO4 CuSO4 + H2O + SO2
e. KJ + KJO3 + H2SO4 K2SO4 + H2O +J2
f. Na2CO3 + C + N2 NaCN + CO
g. Fe + HNO3 Fe(NO3)3 + NO + H2O
h. NH3 + O2 NO + H2O
I. K2Cr2O7 + H2SO4 +KJ K2SO4 +Cr2(SO4)3 +H2O + J2
j. MnO2 + K2ClO3 + KOH K2MnO4 + KCl + H2O
k. HNO3 + FeSO4 Fe2(SO4)3 + Fe(NO3)3 +NO +H2O
k. Ca(OH)2 +H3PO4 Ca2(PO4)3 + H2O
D. Berat Atom, Berat Molekul dan MOL
Berat atom unsur adalah massa 1 atom unsur tersebut dibagi dengan
massa 1 atom H atau dibagi dengan seperduabelas massa 1 atom isotop C12.
Berat molekul satu senyawa adalah massa 1 molekul senyawa tersebut dibagi
dengan massa 1 atom H atau dibagi dengan seperduabelas massa 1 atom
isotop C12.
Masing-masing unsur mempunyai berat atom yang berbeda-beda. Berat
molekul dapat dihitung dari berat atom masing-masing unsur komponen dari
molekul senyawa tersebut.
Daftar Berat Atom unsur-unsur yang penting:
Nama Unsur Tanda Atom
Berat Atom
AluminiumArsenArgonAntimonBariumBelerangBesiBismuthBoronBrom KhlorKhromFluorFosforEmasHeliumHidrogenKaliumKalsiumKarbon KonalMagnesiumManganNatriumNitrogenNikelOksigenPerakPlatinaRaksa (merkuri)SengSilikonTembagaTimahStrontiumTimbalYodiumSeleniumUranium
AlAsArSbBaSFeBiBBrClCrFPAuHeHKCaCCoMgMnNaNNiOAgPtHgZnSiCuSnSrPbJSeU
277540121,5137325620910,88035,552193119741394012592455231458,716108195100,6652863,5118,787,620712779238
BAB IV
PERHITUNGAN RUMUS DAN KOMPOSISI
A. Rumus Empiris dari Komposisi
Rumus empiris (Empirical Formula) menunjukkan perbandingan jumlah
atom unsur-unsur yang terdapat dalam suatu senyawa, dimana perbandingan
itu dinyatakan dalam bilangan bulat terkecil. Bilangan bulat ini bisa didpatkan
dari analisis terhadap senywa itu, yaitu dengan mengkonversikan hasil analisis
menjadi kuantitas masing-masing unsur yang terdapat dalam suatu bobot
tertentu senyawa itu, yang dinyatakan dalam mol atom-atom itu. Perhatikan
suatu senyawa yang analisisnya 17.09% magnesium, 37.93% aluminium dan
44.98%oksigen. (Kecuali dinyatakan lain, dalam buku ini persen ialah persen
bobot, yaitu banyaknya gram unsur itu per 100 gr senyawa.) Skema
sistematika pengolahan data ini diberikan dalam Tabel 3-1
Tabel 3-1
(1)
UnsurE
(2)Massa E per kuantitas tertentu senyawa (dalam hal ini, 100g)m(E)
(3)
Bobot atom EA, (E)
(4)Banyaknya E dalam mol atomn(E)= m(E)/A,(E)
(5)
n(E) n(E) terkecil
MgAlO
17.09 g37.93 g44.98 g
24.31 g/mol26.98 g/mol16.00 g/mol
0.703 mol1.406 mol2.812 mol
1.002.004.00
Bilangan dalam kolom (4) menunjukkan banyaknya mol atom unsur
komponen di dalam jumlah tertentu senyawa itu, 100g, yang digunakan
sebagai dasar. Setiap perangkat bilangan yang di dapat dengan mengalikan
atau membagi setiap bilangan dalam kolom (4) dengan faktor yang sama akan
mempunyai perbandingan yang sama dengan angka – angka dalam kolom (4).
perngakat angka dalam kolom (5) merupakan perangkat ynag demikian, yang
didapat dengan membagi setiap nilai n(E) dalam (4) dengan angka yang paling
rendah dalam kolom (4) yakni 0.703. kolom (5) menunjukkan bahwa jumlah
relatif mol atom, karena itu, banyaknya atom-atom Mg, Al dan O itu sendiri di
dalam senyawa itu adalah 1 : 2 : 4. Oleh karena itu, rumus empirisnya adalah
MgAl2O4.
B. Komposisi dari Rumus
Adanya suatu rumus untuk setiap senyawa menunjukkan adanya
hubungan tetap yang terdapt antara bobot setiap 2 unsur di dalam senyawa
itu; atau, antara bobot setiap insur manapun juga dengan bobot senyawa itu
secara keseluruhan. Hubungan ini dapat dengan mudah terlihat dengan
menuliskan rumus itu dalam bentuk vertikal, sebagaimana terlihat pada Tabel
3-2 untuk senyawa Al2O3.
Jumlah bilangan-bilangan dalam kolom (4) untuk unsur-unsur itu sama
dengan bobot rumus (formula weight), BR senyawa itu. Sedangkan angka-
angka itu sebetulnya tak berdimensi (g/g) dan mempunyai nila sama, dan tidak
tergantung pada unit massa yang digunakan. Jadi, 1 gram (pon, ton, dsb) Al2O3
mengandung 0.529 gr (pon, ton, dsb) Al dan 0.471 gr (pon, ton, dsb) O. Jelaslah
bahwa jumlah selruh bagian-bagian fraksi untuk setiap senyawa mestilah
1.000.
Tabel 3-2
(1)
UnsurE
(2)n(E) per mol senyawa
(3)A, (E) (bobot atom unsur)
(4)m(E) per mol senyawa = n(e) x A,(E)
(5)m(E) per g senyawa
Al2
O3
Al2O3
2 mol
3 mol
1 mol
27 g/mol
16.0 g/mol
54.0 g
48.0 g
BR = 102
Jumlah: 1.000
Prosentase aluminium di dalam Al2O3 ialah banyaknya bagian bobot Al di
dalam 100 bagian bobot Al2O3. Hal ini berarti bahwa persentase dinyatakan
dengan suatu bilangan yang besarnya 100 kali fraksi. Jadi, persentase
aluminium dan oksigen ialah masing-masing 52.29% dan 47.1%. Jumlah
bagian-bagian yang membentuk persentase dalam suatu senyawa mestilah
100.0%.
Contoh:
1. Analisa suatu senyawa memberikan komposisi sbb: K = 26.57%, Cr =
35.36%, O = 38.07%. Turunkan rumus empiris senyawa itu.
Berikut ini adalah penyelesaian dengan daftar biasa yang diterapkan pada 100
g senyawa
(1)
E
(2)
m(E)
(3)
A, (E)
(4)n(E)= m(E) A,(E)
(5) n(E) 0.68 mol
(6) n(E) x 2 0.68 mol
K
Cr
O
26.57 g
35.36 g
38.07 g
39.10 g/mol
52.00 g/mol
16.00 g/mol
0.68 mol
0.68 mol
2.379 mol
1.000
1.000
3.499
2
2
7
2. Diketahui rumus K2CO3: tentukan komposisi persentase kalium karbonat
satu bobot rumus K2CO3 mengandung
2 bobot atom K = 2 x 39.098 = 78.196 bagian bobot K
1 bobot atom C = 1 x 12.011 = 12.011 bagian bobot C
3 bobot atom O = 3 x 15.999 = 47.998 bagian bobot O
bobot rumus K2CO3 = 138.205 bagian bobot
fraksi K dalam K2CO3 = = 0.5658 = 56.58%
fraksi C dalam K2CO3 = = 0.0869 = 8.69%
fraksi O dalam K2CO3 = = 0.3473 = 34.73%
Jumlah = 100.00%
C. Rumus Empiris dengan Analisa Pemakaran
Untuk menentukan rumus empiris suatu senyawa, bisa dilakukan dengan
membakar senyawa tersebut ( bereaksi dengan oksigen ) dan mengukur
massa/bobot senyawa sebelum dibakar serta menukur massadari senyawa lain
hasil dari reaksi pembakran.
Contoh: bila senyawa organik seberat 1.367g dibakar dalam arus udara,
menghasilkan 3.002g CO2 dan 1.640g H2O. Jika senyawa asal hanya
mengandung C, H dan O saja, maka rumus empiris dapat diketahui dengan
analisa sbb:
massa C dalam CO
m(C) = Mr.C/ Mr.CO2 x m(CO2)
= 12/44 x 3.002 = 0.819 g
massa H dalam H2O
m(H) = Mr.H2/Mr.H2O x m(H2O)
= 2/18 x 1.640 = 0.1835 g
massa O
m(O) = m(senyawa) – m(C) – m(H)
= 1.367 – 0.819 – 0.1835
= 0.364 g
Sehingga perbandingan mol
C : H : O = 0.819/12 : 0.1835/1 : 0.364/16
= 0.068 : 0.183 : 0.0228
= 3 : 8 : 1
Rumus empiris senyawa C3H8O
BAB V
PERSAMAAN KIMIA
A. Hubungan Molekul dari Persamaan
Perbandingan jumlah molekul-molekul yang bereaksi dan yang dihasilkan
dari reaksi itu ditunjukkan denga koefisien pada rumus yang menandai molekul
itu. Misal pembakaran amonia dengan oksigen digambarkan dengan
persamaan kimia yang seimbang sbb:
4NH3 + 3O2 2N2 + 6H2O
(4 molekul) (3 molekul) (2 molekul) (6 molekul)
dengan koefisien aljabar 4, 3, 2 dan 6 yang menunjukkan bahwa 4 molekul NH3
bereaksi dengan 3 molekul O2 membentuk 2 molekul N2 dan 6 molekul H2O.
Persamaan yang seimbang itu tidaklah berarti bahwa jika 4 molekul NH3
dicampur dengan 3 molekul O2 reaksi yang digambarkan itu akan berlangsung
sampai selesai. Beberapa reaksi antara bahan-bahan kimia boleh dikatakan
terjadi pada saat pencampuran, beberapa reaksi lain baru terjadi setelah
beberapa waktu, dan ada pula reaksi yang hanya berlangsung sebagian
walaupun sampai waktu tak terhingga. Penafsiran umum tentang persamaan
yang seimbang yang berbagai jenis itu adalah sbb: Jika jumlah molekul NH3 dan
O2 yang dicampur sangat besar, maka akan terbentuk sejumlah tertentu
molekul N2 dan H2O. Tetapi ini tidak berarti bahwa NH3 atau O2 harus habis
terpakai, namun apabila reaksi terjadi, maka selalu dalam perbandingan
molekul seperti ditentukan dalam persamaan itu.
B. Hubungan Massa dari Persamaan
Oleh karena 1 mol zat mengandung NA molekul, perbandingan jumlah
mol yang terlibat dalam reaksi sama dengan perbandungan jumlah molekul.
Dengan bobot molekul NH3 = 17, O2 = 32, N2 = 28 dan H2O = 18, persamaan
pembakaran di atas
4NH3 + 3O2 2N2 + 6H2O
(4 mol = 68g) (3 mol = 96g) (2 mol = 56g) (6 mol = 108g)
menunjukkan bahwa 4 mol NH3 (4 x 17 g NH3) bereaksi dengan 3 mol O2 (3 x
32 g O2) dan membentuk 2 mol N2 (2 x 28 g N2) dan 6 mol H2O ( 6 x 18 g H2O).
Secara umum, persamaan itu menunjukkan bahwa massa NH3, O2, N2 dan H2O
yang terpakai atau terbentuk dalam reaksi itu – dinyatakan dengan satuan
massa apa pun juga – ialah perbandingan 68 : 96 : 56 : 108 (atau 17 : 24 : 14 :
27).
Contoh:
1. Hitung jumlah gamping (lime), CaO yang dapat dibuat dengan
memanaskan 200 kg batu kapur yang mempunyai kemurnian 95% CaCO3
murni.
Kuantitas CaCO3 murni dalam 200 kg kapur ialah 0.95 x 200 kg = 190 kg
CaCO3; bobot rumus CaCO3 dan CaO ialah 100 dan 56.1. Persamaan seimbang
untuk reaksi itu ialah
CaCO3 CaO + CO2
(1 mol = 100g) (1 mol = 56g)
Metode pertama
100 g CaCO3 memberikan 56.1 g CaO
1 g CaCO3 memberikan 56.1/100 g CaO atau 0.561 g CaO
Lalu 1 kg CaCO3 memberikan 0.561 kg CaO
dan 190 kg CaCO3 memberikan 190(0.561 kg CaO) = 107 kg CaO
Metode mol
n(CaCO3) = =1.90 x 103 mol
CaCo3
n(CaO) = n(CaCO3) = 1.90 x 103 mol CaO
m(CaO) = (1.90 x 103 mol CaO)(56.1 g CaO/mol CaO) = 107 x 103 g CaO = 107
kg CaO
2. Suatu campuran yang mengandung 100 g H2 dan 100 g O2 dicetuskan
sehingga membentuk air menurut reaksi
2H2 + O2 2H2O
Berapa banyak air yang terbentuk?
n(H2) = 100 g / 2,02 g/mol = 49.5 mol H2
n(O2) = 100 g / 32.0 g/mol = 3.13 mol O2
Jika semua hidrogen terpakai, maka diperlukan ½(49.5) = 24.8 mol O2. Jelaslah
tidak seluruh Hidrogen akan terpakai. Oleh karena itu O2 yang merupakan
kuantitas pembantas, perhitungan harus kita dasarkan atas kuantitas O2.
Dengan memperhitungkan hanya mol yang ikut bereaksi.
n(H2O) = 2n(O2) = 2 x 3.13 = 6.26 mol H2O
m(H2O) = 6.26 mol x 18.0 g/mol = 113 g H2O
Kuantitas H2 yang terpakai ialah 6.26 mol x 2.02 g/mol = 13 g. campuran reaksi
itu akan mengandung 113 g H2O, 87 g H2 yang tak bereaksi.
BAB VI
PEMBAKARAN DITINJAU SECARA KIMIA
A. Definisi Kimia Pembakaran
Dalam istilah kimia pembakaran dapat didefinisikan sebagai proses kimia
antara oksigen dalam udara dengan bahan bakar yang berlangsung secara
tepat dan menghasilkan energi thermal. Pada umumnya bahan bakar terdiri
dari senyawa hidrokarbon yang terdiri dari Hidrogen dan karbon. Hasil
pembakaran dari hidrokarbon menghasilkan produk utama yaitu gas karbon
dioksida (CO2) dan air (H2O) dalam bentuk uap. Gas karbon monoksida (CO)
bisa juga terbentuk dalam jumlah yang sedikit karena adanya pembakaran
yang tidak sempurna. Sulfur dalam bentuk oksida SO2 juga bisa terjadi dalam
jumlah yang kecil. Juga dalam bahan bakar dijumpai zat yang tidak dapat
dibakar seperti ash dan air. Kandungan unsur dalam pembakaran ditunjukkan
dalam diagram berikut:
B. Pembakaran Karbon menjdai CO2
Ketika karbon murni dibakar sempurna dengan oksigen murni, maka:
2C + 2O2 2CO2
1 mol 1 mol 1 molekul
1 g/12 2.67 g/32 3.67 g/44
1 lb 2.67 lb 3.67 lb + 14.093 Btu (energi yang
dihasilkandari pembakaran 1 lb karbon murni
C. Pembakaran Karbon menjadi CO
Jika persediaan udara tidak mencukupi, maka karbon pada bahan bakar
akan terbakar tidak sempurna menghasilkan karbon monoksida. Reaksi yang
terjadi sebagai berikut:
2C + O2 2CO
2 mol 1 mol 2 mol
1 g/12 1.33 g/32 2.33/28
1 lb 1.33 lb 2.33 lb + 3950 Btu (energi yang
dihasilkan dari pembakran 1 lb karbon murni menjadi gas)
D. Pembakaran Hidrogen
Hidrogen dibakar dengan oksigen akan membentuk air (H2O), reaksi yang
oxygen
Nitrogen
Water vapor Water
AshNitrogenOxygenSulfur
Hydrogen
Carbon
AshCarbon
Water vapor
Nitrogen oxide
OxygenSulfur oxide
Carbon monoxide
Carbon dioxide
+
terjadi:
2 H2 + O2 2 H2O
2 mol 1 mol 1 mol
1 g/2 8 g/32 9 g/18
1 lb 8 lb 9 lb + 61.000 Btu (energi yang dihasilkan dari
pembakaran 1 lb hidrogen H2)
E. Pembakaran Sulfur
Pada bahan bakar, sulfur ini selalu diusahakan untuk dikurangi atau
bahkan dihilangkan. Hal ini karena sulfur akan sangat merugikan terutama
pada sifat korosifnya. Apalagi kalau sulfur oksida bereaksi dengan air akan
membentuk asam sulfat yang sangat reaktif terhadap logam. Karena itu bahan
bakar selalu mengalami proses desulfurisasi yaitu proses untuk mengurangi
kandungan S dalam bahan bakar.
Meskipun sulfur ini sangat merugikan karena akan menyebabkan korosi
pada komponen logam, namun sulfur tetap menyumbangkan energi kalor pada
pembakarannya, yaitu:
S + O2 O2
1 mol 1 mol 1 mol
1 g/32 1 g/32 2 g/64
1 lb 1 lb 2 lb + 3983 Btu ( energi yang dihasilkan
dari pembakaran 1 lb sulfur S)
Pada umunya pembakaran didesain dan dioperasikan pada kondisi
sempurna sehingga efisiensi pada pembakran cukup baik. Namun apabila
pembakaran tidak sempurna maka terjadi ketidak efisien bahan bakar yang
digunakan.
F. Contoh Analisis Energi pada Pembakarn Bahan Bakar
Batu bara merupakan senyawa hidrokarbon. Dari hasil pengujian
komposisi kimia dapat ditunjukan pada presentase berat sebagai berikut :
Carbon 71,98 % , hidrogen 6,47 % , nitrogen 1,16 % , oksigen 8,70 % , sulfur
1,20 % , pengotor 10,49 %
Pada umumnya oksigen pada bahan bakar berbentuk uap air atau bersenyawa
dengan hidrogen, sehingga hidrogen dalam batu bara ada 2 bentuk yaitu
dalam bentuk H2O dan dalam bentuk senyawa carbon (senyawa antara C dan
H). H2O dalam bahan bakar tidak menghasilkan energi kalor bila bereaksi
dengan oksigen. Sebaliknya unsur H pada senyawa karbon akan menghasilkan
energi yang besar.
Bila dalam contoh diatas ingin dianalisa jumlah energi yang dihasilkan oleh 1 lb
batubara, maka analisa dijabarkan sbb :
Massa C dalam bahan bakar : 71,98 % x 1 lb = 0,7198 lb
Massa O dalam H2O (sebagai pelarut bahan bakar) : 8,70 % x 1 lb = 0,087 lb
Massa H dalam H2O dicari dari reaksi
2 H2 + O2 2 H2O
0,087 lb
0,0054 lbmol 0,0027 lbmol
0,0108 lb
Massa H dalam bahan bakar = massa H total — massa H dalam H2O
= 0,0647 lb – 0,0108 lb
= 0,0539 lb (5,39 %)
Massa S dalam bahan bakar : 1,2 % x 1 lb = 0,012 lb
Jumlah energi yang dihasilkan dari pembakaran C, H dan O adalah :
C : 0,7198 lb x 14093 Btu/lb = 10144 Btu
H : 0,0539 lb x 61000 Btu/lb = 3287 Btu
S : 0,012 lb x 3983 Btu/lb = 48 Btu
Total energi =13.479 Btu
Senyawa karbon dari penyulingan minyak bumi dan bentuk senyawanya dapat
ditabelkan sebagai berikut :
Soal-soal :
1. Apakah yang dinyatakan oleh koefisien-koefisien persamaan reaksi ?
2. Hitunglah BM dari senyawa dibawah ini :
a. Al2(SO4)3
b. MgNH4PO
c. K2Or2O
d. MnSO4
e. Na2S2O3
f. Fe3(PO4)2
3. Untuk membuat 100 kg tawas, berapakah kg aluminium dan kuprisulfat
yang dibutuhkan ?
Reaksi pembuatan sebagai berikut,
Al + CuSO4 Al2(SO4)3 + Cu
Berapakah tembaga yang diperoleh ?
4. Meni Pb3O4 diperoleh dari Pb yang dibakar dengan oksigen.
Kalau digunakan timbal 100 kg , berapa kg meni dapat dihasilkan dan
berapa gram udara diperlukan ?
No Nama senyawa Bentuk senyawa
1 Gas alam CH4 – C2H6
2 LPG C3H8 – C4H10
3 Petroleum eter C5H12
4 Bensin C6H14 – C11H24
5 Minyak solar C12H26 – C14H30
6 Minyak tanah C15H32
7 Minyak pelumas C16H34 – C20H42
8 Parafin/lilin C21H44 – C24H50
9 Aspal C36H74
BAB VII
IKATAN DALAM SENYAWA
A. Jenis-jenis Ikatan Kimia
Antara satu unsur dengan unsur lain dalam senyawa kimia terikat oleh
satu ikatan sehingga unsur-unsur itu tidak mudah lepas satu sama lain. Makin
kuat ikatan itu, makin sulit dipisahkan.
Ikatan kimia antar unsur-unsur dapat dibagi tiga macam yaitu :
1. Ikatan ionik atau elektrovalen
2. Ikatan kovalen pada :
a. Atom yang sama
b. Atom berlainan
c. Unsur-unsur pada golongan IV, V, VI dan VII
d. Ikatan kovalen rangkap
e. Ikatan koordinat-kovalen
3. Ikatan logam
Susunan (konfigurasi) electron pada kulit terluar yang paling stabil
adalah konfigurasi gas mulia, yang mengandung 8 elektron (oktet), kecuali gas
helium yang hanya mengandung 2 elektron. Atom-atom dari unsur-unsur lain
mengadakan ikatan dengan atom unsur lain mempunyai kecenderungan untuk
membentuk konfigurasi elektron yang paling stabil seperti konfigurasi elektron
gas mulia.
1. Ikatan ion.
Ikatan ini terjadi bila disertai pemindahan elektron dari satu atom ke
atom lain. Atom yang kehilangan elektron akan menjadi ion positif
(kation) yang bersifat positif dan atom yang menerima elektron akan
menjadi ion negative (anion) yang bersifat negative. Gaya tarik menarik
antara ion positif dan ion negatif inilah yang memberikan daya ikat pada
senyawa itu. Contoh ikatan ion adalah ikatan antara Na dan F dalam NaF.
Kedua atom muatannya berlainan karena atom Na memberikan elektron
sehingga bersifat positif sedang atom F menerima elektron sehingga
bersifat negatif, kedua atom yang berlainan muatan akan saling tarik
menarik membentuk ikatanion.
Sifat-sifat senyawa dengan ikatan ion :
a. Senyawa ini lebih sukar menguap
b. Mempunyai titik leleh dan titik didih yang relatif tinggi karena
terjadinya gaya elektrostatis antara ion positif dan ion negatif
c. Senyawa ini lebih mudah larut dalam pelarut polar, misalnya air
d. Pada keadaan larutan ion-ionnya mudah bergerak yang
menyebabkan bersifat menghantarkan arus listrik
e. Senyawa ini dalam air mudah mengurai menjadi ion-ion akibat
hidratasi ion oleh molekul-molekul air
2. Ikatan kovalen.
Ikatan ini terjadi karena kedua atom saling memberikan elektron-
elektronnya untuk digunakan bersama dalam konfigurasi kulit valensinya
sehingga kedua atom mempunyai konfigurasi yang relatif stabil.
a. Ikatan kovalen pada atom yang sama : misalnya terjadi pada gas
H2, O2, N2, F2 dan sebagainya.
b. Ikatan kovalen pada atom yang berlainan : misalnya terjadi pada
ikatan air H2O
c. Ikatan kovalen rangkap
Ikatan terjadi bila antara atom-atom itu saling memberikan lebih
dari satu elektron, bisa dua atau tiga elektron yang akan
memberikan ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga.
Contoh : O=C=O dan N N
d. Ikatan koordinat-kovalen
Ikatan ini terjadi bila pasangan elektron yang digunakan bersama
itu diberikan oleh salah satu atom saja.
Contoh : NH3 , HF , PH3 , BCl3 , AlBr3 , dan lain-lain.
Atom yang memberikan pasangan elektron disebut donor elektron
sedang atom yang menerima pasangan elektron disebut ekseptor
elektron.
Ikatan koordinat-kovalen juga terjadi antara suatu molekul dengan
ion yang membentuk ion kompleks.
Sifat-sifat senyawa koordinat-kovalen :
a. Senyawa ini relatif lebih mudah menguap karena tidak ada gaya
tarik menarik secara elektrostatis. Titik didih senyawa ini umumnya
rendah.
b. Tenaga ikatan lebih kecil daripada tenaga ikatan ion.
c. Senyawa ini biasanya sukar larut dalam pelarut polar. Bila kelihatan
larut, maka sebenarnya terjadi reaksi kimia dengan pelarut polar
tersebut.
3. Ikatan polar
Ikatan ini terjadi mirip dengan ikatan kovalen tetapi distribusi elektronnya
tidak sama disekeliling atom-atomnya, sehingga satu atom lebih positif
daripada atom satunya. Pada ikatan ini ada gaya tarik menarik seperti
gaya tarik menarik ikatan ion, walaupun jauh lebih kecil. Sehingga ikatan
polar agak lebih kuat daripada ikatan kovalen.
4. Ikatan logam
Ikatan logam merupakan ikatan dari golongan yang tidak dapat
diterangkan dengan teori ikatan ion ataupun ikatan kovalen. Misalnya :
Na , Cu , Fe dan Mg dalam keadaan padat. Satu atom logam umumnya
dikelilingi oleh delapan atau duabelas atom yang berikatan dengannya.
Karena banyaknya atom yang sangat berdekatan, maka lintasan (orbital)
akan berinteraksi sehingga terjadi pita-pita elektron. Pita bagian dalam
terisi penuh elektron, sedangkan pita luar terisi elektron valensi. Elektron
valensi tidak penuh, maka elektron-elektron dapat bergerak bebas yang
dapat menghantarkan panas atau listrik. Itulah sebabnya logam dapat
menghantarkan panas dan arus listrik dengan baik.
B. Tiga Bentuk Kristal Dalam Ion Logam
Ion logam tersusun menurut tiga bentuk kristal yaitu :
a. Kubus berpusat ruang.
Dalam kubus berpusat ruang ini terdapat 1 + 8/8 atom = 2 atom
Contoh logam yang memiliki bentuk kristal kubus berpusat ruang yaitu :
Lithium, Natrium, Kalium, Chromium, Wolfram, Molibdenum, Talium, α-
Mn, α-Fe. (α, β dan seterusnya menunjukan perbedaan bentuk alotropik).
b. Kubus berpusat muka.
Dalam kubus berpusat muka ini terdapat 8/8 + 6/2 atom = 4 atom.
Contoh logam yang memiliki bentuk kristal kubus berpusat muka adalah :
Aluminium, Kalsium, Ɣ-Fe, β-Co, α-Ni, Cuprum, Rh, Pd, Ag, β-Ce, Ir, Pt, Au,
Pb, Th dan Sr. Bahan bukan logam argon juga berbentuk kristal seperti
ini.
c. Heksagonal tersusun rapat.
Atom-atom tersusun rapat dalam lapisan-lapisan. Logam-logam yang
mempunyai bentuk kristal ini adalah : Berilium, Magnesium, Zn,
Cadmium, α-Co, Ru dan Os
Ada kristal logam yang berbentuk tetragonal yaitu germanium dan timah putih.
Ada juga logam yang berbentuk kristal trigonal yaitu arsenic, antimont dan
bismuth.
Elektron-elektron dapat bergerak bebas diantara kisi-kisi ruang ini (dalam
kristal-kristal diatas).
Soal-soal :
1. Apa bedanya ikatan antara ikatan ion dan ikatan kovalen ?
2. Mengapa logam dapat menghantar panas dan arus listrik dengan
mudah ?
3. Manakah yang lebih kuat ikatannya antara ikatan ion dan ikatan
kovalen ? mengapa ?
4. Berapakah jari-jari atom pada logam yang mempunyai ikatan berbentuk
kristal kubus berpusat muka kalau panjang kisi-kisinya sama dengan a ?
5. Pertanyaan sama dengan No 4, tetapi untuk kubus berpusat ruang
BAB VIII
GAS DAN PENGUKURAN GAS
A. Pengertian Gas
Gas adalah suatu zat yang paling mudah berubah bentuk dan volumenya
sesuai dengan bentuk tempat dan kondisi sekelilingnya.
Sifat gas yang dapat diamati adalah : berat, volume, tekanan dan
suhunya. Beberapa pionir yang mempelajari tentang gas adalah : R. Boyle, J.
Gay lussac, J. Charles, J. Dalton, Thomas Gram dan A. Avogadro.
Gas ideal adalah gas yang mengikuti teori kinetic molekul gas, sedang
yang tidak mengikuti teori gas ini disebut gas nyata.
B. Teori Kinetik Molekul Gas
1. Gas terdiri dari molekul-molekul yang sangat kecil. Jarak antara molekul
berjauhan. Volume molekul diabaikan terhadap volume tempatnya. Gaya
tarik menarik diantara molekul diabaikan.
2. Molekul-molekul gas bergerak menurut garis lurus dengan kecepatan
tetap selama suhunya tidak berubah.
3. Bila molekul gas saling bertumbukan atau menumbuk dinding
tempatnya, tenaga kinetiknya tidak hilang. Energi atau tenaga tumbukan
inilah yang menyebabkan gas mempunyai tekanan.
4. Tenaga kinetic molekul gas berubah sebanding dengan suhu absolutnya.
Gas sangat peka terhadap tekanan dan suhu. Tekanan berubah maka
volume dan kerapatannya berubah. Karena kerapatan gas sangat kecil maka
gas mudah dimampatkan. Satu liter gas oksigen ditambah satu liter gas
nitrogen dimasukkan kedalam tempat yang volumenya satu liter, maka volume
kedua campuran gas tetap sama dengan satu liter.
C. Hukum-hukum yang berlaku untuk Gas
1. Hukum Boyle : volume sejumlah gas tertentu pada suhu
tetap, berbanding terbalik dengan tekanannya. P V = k ,
perkalian tekanan dan volume gas dan pada suhu yang
sama adalah tetap.
P1V1 = P2V2
2. Hukum Charles : Volume sejumlah gas tertentu pada
tekanan tertentu (tetap) berbanding lurus dengan suhu
absolutnya.
V = k T
V1T1 = V2T2
3. Hokum Gay Lussac : Tekanan sejumlah gas tertentu
pada volume tetap berbanding lurus dengan suhu
absolutnya.
P = k T
P1T1 = P2T2
4. Hukum Boyle-Gay Lussac : yang merupakan gabungan
persamaan yang telah ditemukan.
P1V1 = P2V2
T1 T2
5. Hokum Avogadro : —Pada tekanan dan suhu yang
sama, volume gas berbanding dengan jumlah
molekulnya
V = k n
n1V1 = n2V2
—Pada volume dan suhu yang sama, tekanan gas
berbanding
dengan jumlah molekulnya.
P = k n
n1P1 = n2P2
6. Hukum Dalton : Dalam campuran bermacam-macam gas,
tekanan totalnya sama dengan jumlah tekanan parsial
dari masing-masing gas penyusun.
Ptot = p1 + p2 + p3 + ... + pn
7. Hukum gas ideal :
P V = n R T
R = tetapan gas ideal
Hukum gas ideal hanya berlaku pada temperatur kritisnya atau lebih
tinggi. Karena di alam sebenarnya tidak ada yang disebut gas ideal, yang
ada adalah gas sejati, maka hukum gas ideal hanya dipergunakan untuk
pendekatan saja.
8. Hukum gas nyata : merupakan hukum gas ideal yang terkoreksi.
P V = Z n R T
Z = factor kompresibilitas
Harga Z ini dapat diperoleh dari grafik.
9. Persamaan Van Der Waals : merupakan perbaikan dari
rumus gas ideal dengan memperhitungkan volume
molekul-molekul dan gaya tarik menarik antara molekul-
molekul gas. Perbaikan ini menyebabkan adanya
penyimpangan dari hukum Boyle-Gay Lussac.
(P + ) ( V – n b) = n R TBeberapa harga tetapan Van Der Waals untuk bermacam gas :
Gas Rumus mol a, atm l2mol-2
b, l.mol-1
Asetilin C2H2 4,39 0,0514Ammonia NH3 4,17 0,0371Argon Ar 1,35 0,0322Karbon dioksida CO2 3,59 0,0427Karbon disulfida CS2 11,62 0,0769Karbon monoksida
CO 1,49 0,0399
Karbon tetra khlorida
CCl4 20,39 0,1383
Khlor Cl2 6,49 0,0562Khloroform CHCl3 15,17 0,1022Etana C2H6 5,49 0,0638Etil eter (C2H5)2O 17,38 0,1344Etilin C2H4 4,47 0,0571Helium He 0,034 0,0237Hidrogen H2 0,244 0,0266Hidrogen khlorida
HCl 3,67 0,0408
Metana CH4 2,25 0,0426Oksigen O2 1,36 0,0318Nitrogen N2 1,39 0,0391Uap air H2O 5,46 0,0305
D. Pengukuran Gas
TEKANAN ATMOSFER BAKU
Udara mempunyai bobot, dan karena itu memberikan tekanan. Tekanan
atmosfer terjadi karena bobot udara yang meliputi bumi. Satu atmosfer baku
atau atmosfer standar (standard atmosphere), 1 atmosfer pada permukaan
laut: Atmosfer baku juga hampir sama (dalam ketelitian beberapa bagian per
107) dengan tekanan yang diberikan oleh suatu kolom raksa yang tingginya
760 mm, pada C dan pada permukaan laut. Torr didefinisikan oleh 760 torr =
1 atm. Untuk soal-soal dalam buku ini, torr dan millimeter raksa (mmHg)
dianggap sama.
KONDISI BAKU (STB)
Kondisi baku (standard conditions, STP) atau suhu dan tekanan baku
(STP) ialah keadaan pada suhu C (273.15 K, dalam buku ini dibuat menjadi
273 K) dan tekanan atmosfer normal (1 atm = 760 torr). Oleh karena volume
maupun rapatan gas dipengaruhi oleh suhu dan tekanan, maka agar dapat
diperbandingkan satu sama lain, volume gas biasanya dinyatakan dalam
kondisi baku.
HUKUM BOYLE
Bila suhu tetap, volume gas ideal yang mempunyai massa tertentu
berubah menurut kebalikan tekanan yang diberikan. Secara matematika, hasil
perkalian tekanan X volume suatu kuantitas gas, tetap. Jadi, kita dapat
membandingkan sifat-sifat suatu gas ideal (yang kuantitasnya tertentu) pada
dua kondisi yang berbeda, yang kita sebut keadaan awal dan keadaan akhir.
Untuk itu, dapat kita tuliskan persamaan berikut yang berlaku pada suhu tetap:
(pV)awal = (pV)akhir atau p1V1 = p2V2
Subskrip tertentu, 1 atau 2, menunjukkan keadaan tertentu gas itu; 1 biasanya
menunjukkan keadaan awal, dan 2 keadaan akhir. Hukum ini merupakan alat
uji yang paling langsung untuk mengetahui seberapa jauh suatu gas nyata
(real gas) mendekati perangai gas ideal.
HUKUM CHARLES
Pada tekanan tetap, volume suatu gas yang mempunyai massa tertentu
berubah dalam hubungan langsung dengan suhu absolut atau suhu mutlak
(absolute temperature). Jadi pada tekanan tetap,
Dimana T1 dan T2 menunjukkan suhu absolut gas pada kedua keadaan yang
diperbandingkan.
HUKUM GAY-LUSSAC
Setiap pasangan dua-dua dari ketiga hukum gas itu dapat digunakan
untuk menurunkan hukum yang berlaku untuk segala kemungkinan perubahan:
Untuk setiap jumlah massa tertentu gas itu. (lihat soal 5.6).
Oleh karena banyak perhitungan gsa menyangkut penentuan volume
batu untuk suatu volume lama tertentu, maka hukum gas gabungan itu biasa
pula ditulis sebagai berikut:
Contoh :
5.4 suatu massa neon tertentu mengisi 200 cm3 pada 100 C. tentukan
volume pada 0 C, tekanan tetap.
Menurut hukum Charles
Dalam hukum gas kita harus menggunakan suhu absolut.
5.9 sampai berapa atmosferkah suatu gas yang volumenya 1 L pada 1 atm
dan –20 C harus ditekan agar didapatkan volume L pada 40 C ?
Menurut hukum gas gabungan
VOLUME MOLAR
Jika 1 mol setiap gas mempunyai jumlah molekul yang sama, NA , seperti
1 mol gas-gas lainnya (Bab 2), dan jika setiap jumlah molekul yang sama
mempunyai volume yang sama pada STB (hipotesis Avogadro), maka 1 mol
setiap gas tentulah mempunyai volume yang sama dengan setiap gas lainnya,
pada STB. Volume molar baku (standard molar volume) ini mempunyai nilai
22.414 L.
Oleh karena pada gas-gas nyata terlihat adanya penyimpangan dari
perilaku ideal (dan karena itu juga dari hipotesis Avogadro), maka volume
molar yang sebenarnya diamati pada gas pada STB mungkin agak berbeda dari
22.414 L, mungkin lebih tinggi, mungkin pula lebih rendah. Dalam bab ini, akan
kita gunakan nilai yang dibulatkan, yaitu 22.4 L, untuk semua gas nyata.
HUKUM GAS IDEAL
Marilah kita terapkan hukum gas gabungan (Bab 5) terhadap 1 mol gas
ideal, dengan menggunakan subskrip nol untuk menunjukkan kondisi baku.
Besaran R = 0.0821 L·atm·K-1·mol-1disebut tetapan gas universal (universal gas
constant). Untuk n mol gas ideal pada suhu dan tekanan yang sama,
volumenya tentulah n kali lebih besar. Jadi, pV/T = nR, atau
pV = nRT
Itulah hukum gas ideal (ideal gas law), hukum ini perlu dihafal oleh semua
mahasiswa, demikian pula nilai numerik R. Nilai R di atas digunakan bila p
dalam atmosfer, V dalam liter, T dalam Kelvin, dan n dalam mol. Bila kita
menggunakan satuam SI untuk p dan V (pascal dan meter kubik), maka harus
kita gunakan
R = 8.314·K-1mol-1
Massa, dalam gram, dari gas yang ada diberikan oleh
μ = nM
dimana M ialah bobot molekul dalam gram per mol; atau oleh
μ = dV
dimana d ialah rapatan gas dalam g/L, jika V dalam liter. Jadi bentuk-bentuk
lain (alternative) dari hukum gas ideal ialah
Contoh :
6.2 Pada 18 C dan 765 torr, 1.29 L gas tertentu mempunyai bobot 2.71 g.
Hitunglah berapa kira-kira bobot molekul gas itu?
Data itu dikonversikan menjadi atm dan K.
Lalu
6.3 hitunglah rapatan kira-kira (aproksimasi) metana CH4 pada 20 C dan 5.00
atm. Bobot molekul metana ialah 16.0
HUBUNGAN VOLUME GAS DARI PERSAMAAN REAKSI
Persamaan kimia yang menunjukan reaksi atau yang menghasilkan dua
gas atau lebih menunjukkan pula secara langsung volume gas-gas yang
terlibat dalam reaksi itu. Volume itu dihubungkan dengan jumlah molekul yang
ditunjukkan dalam persamaan dan dapat dihitung tanpa melihat kepada bobot
gas-gas yang bereaksi. Umpamanya :
Contoh :
6.13 berapa liter oksigen pada kondisi baku bisa dibuat dari 100 g kalium
klorat?
Metode Molar
Persamaan diatas menunjukkan bahwa 2 mol KClO3 menghasilkan 3 mol
O2. Sebagaimana dalam bab-bab terdahulu, kita gunakan disini lambing n
untuk menyatakan jumlah mol.
6.14 berapakah volume oksigen pada 18 C dan 750 torr yang bisa didapatkan
dari 100 g KClO3 ?
soal-soal :
1. Pada keadaan yang bagaimana hukum gas ideal dapat digunakan pada
perhitungan untuk gas niasa?
2. Hitung tekanan yang disebabkan oleh 100 gram gas CO2 dalam tabung
sebesar 10 liter pada suhu 80 C dengan menggunakan persamaan Van Der
Waals! Bandingkan dengan persamaan gas ideal!
3. Hitung suhu untuk 10 mol gas CS2 yang mengisi tabung sebesar 5 liter pada
tekanan 10 atm dengan menggunakan persamaan Van Der Waals!
4. Satu ton batu kapur CaCO3 dibakar dalam tobong gamping pada suhu 900 C
menghasilkan CaO dan gas CO2. Berapa meterkubik volume gas CO2 yang
dihasilkan ? berapa m3 volumenya kalau diukur pada keadaan standard? (0
C, 1 atm)
5. Seratus gram seng dibakar dengan udara. Berapa gram udara dibutuhkan
untuk pembakaran itu ? Berapa gram hasil yang diperoleh?
6. Untuk membuat meni dibutuhkan Pb3O4 sebagai bahan baku. Pb3O4 dibuat
dari hasil pembakaran timbal. Oksigen yang diperlukan untuk pembakaran
diambil dari udara, yang suhunya 30 C dan tekanannya 750 mm Hg. Untuk
membuat 1 ton bahan meni, berapa volume udara yang dibutuhkan diukur
pada keadaan diatas?
BAB IX
ELEKTROLIT
A. Pengertian
Elektrolit adalah suatu senyawa yang bukan logam yang dalam keadaan cair
(berbentuk larutan) dapat dilalui listrik. Daya hantar listrik terjadi karena
elektrolit terurai menjadi bagian-bagian bermuatan listrik yang disebut ion.
Ion positif disebut kation dan ion negatif disebut anion. Contoh kation :
ion logam dan ion hidrogen. Contoh anion : ion sisa asam dan ion hidroksil.
Bahan yang termasuk elektrolit yaitu bahan asam, basa atau garam.
Ketiga bahan ini kalau dilarutkan dalam air akan bersifat elektrolit.
Elektrolit dapat dibagi dua berdasarkan kekuatan menghantarkan arus
listriknya.
1. Elektrolit kuat : elektrolit yang dalam keadaan larutannya mudah terurai
menjadi ion-ion. Missal : NaCl, asam sulfat, NaOH dan lain sebagainya.
2. Elektrolit lemah : elektrolit yang dalam keadaan larutannya hanya
sebagian kecil saja yang terurai menjadi ion-ion. Missal : asam cuka,
kalsium hidroksida dan lain-lain.
B. Larutan Asam
Asam adalah senyawa yang kalau dilarutkan dalam air akan memberikan
larutan yang bersifat asam.
Sifat asam yang lain yaitu :
Mengandung atom H, dan dalam keadaan larutan akan memberikan ion
H+.
Dapat mengubah warna kertas lakmus menjadi merah, makin merah
warna kertas lakmus maka makin kuat asamnya.
Tidak merubah warna indicator pnenol-phtaline.
Bereaksi dengan logam memberikan gas hidrogen.
Bereaksi dengan garam-garam karbonat dengan memberikan gas CO2.
Asam dapat berbentuk gas, cair atau padat.
HF, HBr, HCl, HCN berbentuk gas
HNO3, H
Semua asam mudah larut dalam air kecuali H2S,
Beberapa asam tidak kekal mudah terurai bila kena panas.
Asam-asam yang tidak beroksigen tidak mempunyai oksida asam dan
diberi nama dengan akhiran –ida.
C. Larutan Basa
Basa adalah suatu senyawa yang terdiri dari satu atom logam dan satu atau
beberapa gugus hidroksil (OH) yang banyaknya sesuai dengan valensi logam
yang bersangkuan.
Contoh :
Na bervalensi 1, maka rumus basanya NaOH
Ca bervalensi 2, maka rumus basanya Ca(OH)
Al bervalensi 3, maka rumus basanya Al(OH)3
Umumnya basa terdiri dari ion logam walau ada yang bukan logam, misalnya
NH4OH. Gugus NH4 disebut gugus amonium dan bersifat sebagai logam
bervalensi satu.
Beberapa sifat basa :
Semua basa berbentuk padat kecuali NH4OH berbentuk cair.
Larutan basa dalam air bersifat basa atau alkalis yang kalau dijilat terasa
seperti sabun.
Larutan basa mengubah warna kunir dari kuning menjadi merah.
Mengubah warna kertas lakmus dari merah menjadi biru.
Basa merusak kulit, teristimewa berbahaya kalau kena mata
Keasaman basa terlihat dari banyaknya jumlah gugus OH yang terdapat
dalam satu molekul.
Contoh :
Basa berasam 1
Basa berasam 2
Basa berasam 3
Semua basa sukar larut dalam air kecuali NaOH, KOH, NH4OH, Ba(OH)2,
Sr(OH)2, Ca(OH)2.
Beberapa basa tidak kekal artinya kalau terbentuk pada suatu reaksi
maka mudah terurai :
Pada umumnya basa berwarna putih kecuali :
Warna oksid basa pada umumnya berwarna samadengan warna basa
yang bersangkutan kecuali :
D. Garam
Garam adalah suatu persenyawaan yang dapat dianggap terbentuk dari :
a. Suatu asam bila semua atom H dari asam itu diganti dengan atom-atom
logam atau
b. Suatu basa bila semua gugus OH dari basa itu diganti dengan sisa asam
Contoh :
a. HCL
b. NaOH
E. Elektrolit Amfoter
Elektrolit amfoter adalah elektrolit yang dapat bersifat asam ataupun basa,
tergantung pada suasana lingkungannya. Dengan kata lain dapat
menyebabkan terjadinya ion hidronium ataupun ion hidroksil.
Contoh :
Al(OH)3 akan bersifat asam dalam suasana basa dan akan bersifat-
F. Tingkat Keasaman (pH)
pH digunakan untuk menyatakan suatu larutan bersifat asam, basa atau netral
yang merupakan fungsi dari konsentrasi H+.
pH = -log(H+)
pada 25 C. (H+) dalam air murni = 10-7 mol/1, sehingga pH air murni = 7 (pH
netral).
Larutan asam (H+) nya lebih besar dari 10-7 mol/1 , sehingga pH asam lebih
kecil dari 7.
Larutan basa (H+) nya lebih kecil dari 10-7 mol/1 , sehingga pH basa lebih besar
dari 7.
Indicator : indicator adalah suatu zat organik yang menunjukkan warna yang
berlainan dalam keadaan asam atau basa. Zat organik ini bisa berupa asam
organik lemah atau basa organik lemah.
Contoh : metal merah, metal oranye, lakmus, phenol phtalin, timol phtalin,
timol biru.
Masing-masing indicator mempunyai trayek pH yang berbeda dan
menunjukkan warna yang berbeda pula.
Elektrolosa : elektrolosa adalah proses peruraian suatu zat karena adanya arus
listrik.
Kalau kedalam larutan elektrolit dialirkan listrik melalui elektrode, maka
ion positif ( kation ) bergerak ke elektrode negatif ( katode ) dan ion negatif
( anion ) bergerak ke elektrode positif ( anoda ).
Sifat basa dalam suasana asam.
AJ+++ + 3 OH-
Oksida-oksida dari elektrolit amfoter yang lain yaitu :
ZnO PbO
SnO SnO2
CR2O3
Soal-soal :
1. Mengapa larutan elektrolit mudah menghantarkan arus listrik ?
2. Dapatakah elektrolit lemah dibuat menjadi kuat ? bagaimana caranya ?
3. Buatlah 3 macam reaksi pembuatan garam !
4. Bagaimana elektrolit amfoter bereaksi ?
5. Dapatkah semua asam bereaksi dengan semua basa tanpa kecuali ?
BAB X
TERMOKIMIA
A. Kalor
kalor atau bahang atau panas ialah suatu bentuk energi. Bentuk-bentuk
energi lainnya seperti energi mekanik, kimia, listrik, dan sebagainya dapat
berubah menjadi energi kalor melalui proses-proses alamiah. Bila suatu bentuk
energi berubah menjadi energi kalor atau sebaliknya energi kalor itu persis
sama nilainya dengan energi yang berubah bentuk itu.
Semua zat mengambil kalor bila suhunya dinaikkan (variabel lain tetap)
dan mengeluarkan kalor dalam jumlah yang sama bila didinginkan kembali ke
suhu semula. Kalor selalu diserap bila zat padat meleleh atau zat cair
menguap.
Unit-unit yang biasa digunakan untuk menyatakan kuantitas kalor
didaftarkan dalam table 6-1. Penggunaan satuan SI, joule, berdasarkan
besaran-besaran mekanika lebih menegaskan lagi kenyataan bahwa berbagai
bentuk energi itu dapat saling bertukar. Para ahli kimia pada waktu yang lalu
bisa menggunakan kalori dan kilokalori tetapi berangsur-angsur makin banyak
mereka menggunakan joule. Para insinyur merupakan pemakai utama satuan
Btu.
B. Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor (heat capacity) suatu zat ialah kuantitas kalor yang
dipergunakan untuk menaikkan suhu zat itu 1 K. kapasitas kalor itu sendiri
mungkin pula bergantung pada suhu. Sering pula digunakan besaran-besaran
seperti kapasitas kalor molar (molar heat capacity) yaitu kapasitas kalor per
mol dan kapasitas kalor spesifik (specific heat capacity) yaitu kapasitas kalor
per satuan massa yang kadang-kadang disebut kalor spesifik (specific heat)
saja.
Kapasitas kalor spesifik air rata-rata ialah
1,00 kkal/g.K = 4,184 kJ/kg.K
Dan antara titik beku dadn titik didih, penyimpanan dari rata-rata ini tidak
sampai 1%.
Gagasan lain dalam perhitungan energi kalor adalah hukum kekekalan
energi. Dalam interaksi antara benda-benda atau zat-zat, energi total tetap
konstan. Oleh sebab itu dalam interaksi di antara dua benda, energi yang
dilepaskan oleh sebuah benda harus diperoleh terima oleh yang lain. Metode
laboratorium sederhana yang digunakan untuk menentukan kalor jenis logam
yang digambarkan pada gambar 6-2 didasarkan pada hukum kekekalan energi.
Dalam pertukaran energi kalor diantara timbal (q) dan air (q), jumlah total
energi kalor harus nol.
Jadi, kedua suhu harus sama besar dan tandanya berlawanan. Kalor yang
dilepaskan oleh satu benda harus diterima oleh benda lain.
Penentuan kalor jenis timbal, ilustrasi contoh 6-2.
Contoh 6.2 gunakan data yang disajikan pada gambar 6-2 untuk menghitung
kalor jenis timbal.
Jawaban. Pertama, kita gunakan persamaan (6.1) untuk menghitung
C. Kalor Reaksi
Ketika proses metabolisme sukrosa (gula tebu biasa) berlangsung dalam tubuh
terjadilah deret reaksi-reaksi kimia yang rumit dan konversi energi (dijelaskan
pada sub bab 27-3). Hasil bersih dari reaksi-reaksi ini, sama seperti yang
diperoleh pada pembakaran sempurna sukrosa, yaitu menghasilkan CO2(g) dan
H2)(C)
Kalorimeter. Di laboratorium, penentuan kalor reaksi dilakukan dengan alat
yang disebut kalorimeter jenis yang diperlihatkan pada gambar 6-4, cocok
untuk reaksi (6-6), disebut kalorimeter bom. Sistem termodifikasinya adalah isi
bom, yaitu pereaksi dan hasil reaksinya. Bom itu sendiri, air untuk
mencelupkan bom thermometer, pengaduk dan lain-lain, merupakan
lingkungannya.
Kalor yang dilepaskan dari reaksi sebagian besar digunakan untuk
menigkatkan suhu air di sekeliling bom sejumlah kecil kalor dipergunakan
untuk meningkatkan suhu bom itu sendiri, pengaduknya, dan bagian-bagian
lalu dari kalorimeter. Jadi, kita memerlukan 3 macam kalor……… kalor reaksi
adalah . Pengaruh kalor terhadap lingkungan dipisahkan menjadi yang
berpengaruh pada air( ) dan yang berpengaruh terhadap bagian lain dari
kalorimeter yang dipasang tersebut ( ). Jika kita mengikuti pemikiran yang
digunakan dalam mengembangkan persamaan (6.3) dan (6.4), dapat
disimpulkan bahwa
Contoh 6-3 pembakaran 1,010 g sukrosa
D. Entalpi dan Perubahan Entalpi
Peranan ΔH pada reaksi kimiawi. Dari hasil pada contoh 6-3 dapat ditambahkan
pentingnya informasi termokimia terhadap persamaan reaksi (6.6).
Pembakaran sempurna 1 mol sukrosa padat, menghasilkan hanya gas dan air
disertai oleh penurunan entalpi sama dengan
Kita dapat memikirkan pembakaran sukrosa dengan cara ini
HUBUNGAN-HUBUNGAN YANG MELIBATKAN ΔH
Salah satu kegunaan konsep entalpi adalah memungkinkan menghitung
sejumlah besar kalor reaksi dari pengukuran yang relatif sedikit. Pernyataan-
pernyataan mengenai perubahan entalpi berikut ini penting sehubungan
dengan hal tersebut.
1. ΔH adalah sifat ekstensif. Perubahan entalpi berbanding langsung dengan
jumlah zat-zat yang terlibat dalam suatu proses atau jika kita gandakan
persamaan tersebut dua kali maka perubahan entalpinya juga dua kali.
2. ΔH berupa tanda jika proses reaksi berlangsung sebaliknya. Entalpi (H)
adalah fungsi keadaan seperti dijelaskan pada analogi pendakian gunung
pada gambar 6-5, jika arah dari suatu proses terbalik, perubahan sifat
(ΔH) juga pertukaran tanda (-ΔH). Jadi jika untuk pembentukan nitrogen
oksida dari unsur-unsurnya.
3. Hukum hess tentang penjumlahan kalor konstan. Jika suatu proses dapat
dianggap berlangsung dalam beberapa tahapan atau tingkatan (baik
secara nyata maupun hipotesis) perubahan entalpi untuk seluruh proses
dapat diperoleh dengan menjumlahkan perubahan-perubahan entalpi
dari setiap tahap.
E. Entalpi pembentukan baku
Marilah kita terapkan hukum hess dan gagasan-gagasan lain dalam sub bab 6-
5 untuk menghitung perubahan entalpi (yaitu kalor reaksi molar baku) dalam
pembakaran satu mol etana C2H6(g) yang seluruh pereaksi dan hasil reaksinya
berada dalam keadaan baku.
Tiga persamaan yang dapat ditambahkan untuk menghasilkan persamaan
(6.15)
A.
B.
C.
Baru saja diperkenalkan pada kita konsep entalpi (kalor) pembentukan. Perlu
diketahui bahwa persamaan (a) adalah kebalikan dari persamaan yang
menunjukkan pembentukan satu mol dan unsur-unsurnya. Untuk persamaan
(a) adalah negatif dari nilai entalpi pembentukan. Untuk persamaan (b) dan (c)
nilai-nilai masing-masing dua kali dan tiga kali entalpi pembentukan dan reaksi
(6.15), menjadi
Persamaan (6.16) disederhanakan dalam penggunaan yang lebih umum, yaitu :
Contoh 6-7 selesaikanlah perhitungan dari untuk reaksi (16.15).
Jawaban. Hubungan dengan entalpi pembentukan ditunjukkan dalam
persamaan (6.16). semua data yang diperlukan diperoleh dari table 6-1 dan
dapat di substitusikan ke dalam persamaan ini
BAB XI
REDOKS DAN ELEKTROKIMIA
A. PENGERTIAN
Reaksi redoks (reduksi – oksidasi) adalah reaksi kimia dimana peristiwa
reduksi dan oksidasi terjadi dalam waktu yang bersamaan. Peristiwa
reduksi di dalam reaksi redoks selalu diikuti oleh peristiwa oksidas. Jadi
keduanya tidak dapat berdiri sendiri-sendiri secara terpisah.
Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari perubahan kimia yang
ditimbulkan oleh arus listrik atau proses kebalikannya, yaitu suatu reaksi
kimia digunakan sebagai sumber energi untuk menghasilkan arus listrik.
Batu baterai yang sering kita gunakan pada radio, lampu senter, alat cukur,
mainan anak adalah salah satu hasil penerapan elektrokimia.
B. Konsep
Oksidasi adalah perubahan kimia dimana suatu atom, ion atau kelompok
atom melepaskan elektron.
Contoh :
Reduksi adalah perubahan kimia dimana suatu atom, ion, atau kelompok
atom mengikat elektron.
contoh :
suatu atom yang mengikat elektron akan berubah menjadi ion negatif
(anion) dengan muatan sama dengan jumlah elektron yang diikat.
pada reaksi reduksi maupun oksidasi harus diperhatikan bahwa muatan
sebelum reaksi dan setelah reaksi harus sama.
C. Contoh reaksi redoks
1.
2.
Dari kedua contoh di atas tampak bahwa reaksi pelepasan elektron (oksidasi)
selalu diikuti oleh reaksi pengikatan elektron (reduksi).
D. Sel-sel elektrokimia
Sel elektrokimia adalah sel yang menghasilkan energi dari reaksi kimia (redoks)
atau sebaliknya. Reaksi kimia timbul dengan adanya arus listrik.
Dengan demikian ada 2 macam sel elektrokimia. Kedua jenis sel elektrokimia
itu adalah:
1. Sel volta atau sel galvani
sel ini diteliti oleh orang kimiawan Italia, yaitu : Alessandro Giuseppe
Volta (1745-1827) dan luigi galvani (1737-1798).
Didalam sel ini digunakan larutan elektrolit dan . Pada larutan dimasukkan Zn
sebagai elektroda negatif (anoda) dan pada larutan dimasukkan Cu sebagai
elektroda positif (katoda). Kedua larutan dihubungkan dengan jembatan garam.
Bila kedua elektroda (Zn dan Cu) tadi dihubungkan maka akan dihasilkan arus
listrik searah. Reaksi yang terjadi adalah :
Anoda :
Katoda :
Jadi arus listrik mengalir dari anoda (penghasil elektron) menuju katoda
(penangkap elektron).
E. Aki
Gambar bagian dalam sel aki dapat dilihat pada gambar 9.3.3. aki terdiri dari
beberapa cel galvani yang disusun secara seri di dalamnya. Jumlahnya
tergantung pada besar kecilnya voltase aki (6 atau 12 volt).
Reaksi yang terjadi bila aki digunakan adalah sebagai berikut :
Katoda :
Anoda :
Reaksi seluruhnya adalah :
F. Potensial elektroda dan reaksi redoks
Potensial elektroda adalah potensial relatif suatu elektroda terhadap
potensial suatu larutan ion.
Potensial elektroda yang diukur pada umumnya adalah potensial reduksi.
Bila suatu elektroda (dari logam) makin mudah mengalami reaksi reduksi
maka harga potensialnya semakin besar dan sebaliknya.
Sebagai elektroda pembanding digunakan elektroda hidrogen (lihat
gambar 9.4.1).
Contoh :
1. Elektroda dari logam tembaga (Cu) lebih mudah mengalami reaksi
reduksi dibandingkan hidrogen (H2). Dengan demikian bila elektroda Cu
digabungkan dengan elektroda H2 dan pada katoda terjadi reaksi reduksi
Cu.
Anoda :
Katoda :
Potensial yang diukur pada rangkaian ini melalui percobaan adalah +0,34 V.
Berbagai elektroda logam telah diukur potensialnya (dalam bentuk tereduksi)
dan dapat dilihat pada tabel 9.3.1. dalam tabel ini semua elektroda ditulis
dalam setengah reaksi reduksinya. Harga potensial yang negatif berarti
elektroda itu lebih cenderung mengalami reaksi oksidasi (kebalikannya).
Tabel 9.3.1. Daftar potensial elektroda standar
Contoh soal 9.4.1 :
Apakah reaksi redoks berikut dapat berlangsung :
a.
b.
Jawab :
a. Dari tabel 9.3.1 didapatkan :
Berarti Al lebih cenderung