29
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan Indonesia sedang berpacudengan kemajuan zaman. Kebutuhan akan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, ahli, dan berkompetendibidangnya semakin meningkatseiring berkembangnyaera informasi dan teknologi sehingga mampu bersaing dengan negara-nega Untuk mendapatkan sumber daya yang berkualitas inilah harus ditingkatkan kualitas pendidikannya. Namun, saat ini kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan dibuktikan antara lain dengan survey United Nations Educational Scientifi Cultural Organization (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di Negara-ne berkembang di Asia Pacific, Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 nega Sedangkan untuk kualitas para guru, kulitasnya berada pada level negara berkembang. Hal tersebut juga didukung dengan data Balitbang (2003) bahwa dari 146 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengaku dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.91 Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat penga dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kat Diploma Program (DP). Setelah kitaamati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan itulah yang menyebabkan rendahnyamutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan ketera untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.

Kinds of Research

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan Indonesia sedang berpacu dengan kemajuan zaman. Kebutuhan akan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, ahli, dan berkompeten dibidangnya semakin meningkat seiring berkembangnya era informasi dan teknologi sehingga mampu bersaing dengan negara-negara lain. Untuk mendapatkan sumber daya yang berkualitas inilah harus ditingkatkan pula kualitas pendidikannya. Namun, saat ini kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan survey United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di Negara-negara berkembang di Asia Pacific, Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan untuk kualitas para guru, kulitasnya berada pada level 14 dari 14 negara berkembang. Hal tersebut juga didukung dengan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP). Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.

1

Dengan demikian, diperlukan adanya penelitian pendidikan untuk mengatasi masalah tersebut. Sugiyono (2009:5) menyatakan bahwa melalui penelitian manusia dapat menggunakan hasilnya, dengan artian secara umum data yang diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. Penelitian juga memiliki bermacam-macam jenis yang dapat dipilih sesuai kebutuhan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), Penelitian Eksperimen (Experiment Research), dan Penelitian Pengembangan (Research and Development). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik Peneltian Tindakan Kelas (Classrom

ActionResearch)? 2. Bagaimana karakteristik Penelitian Eksperimen (Experiment Research) ? 3. Bagaimana karakteristik Penelitian dan Pengembangan (Research and Development) ? C. Tujuan Penulisan Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada mahasiswa tentang bagaimana Penelitian Tindakan Kelas, Penelitian Eksperimen, dan Penelitian Pengembangan yang meliputi pengertian, ciri, karakteristik, prinsip,tujuan, perbedaan serta kelebihan kelemahan. Sehingga mahasiswa memiliki pengetahuan yang mantap akan jenis penelitian tersebut. D. Manfaat Penulisan Penulisan makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam mempersiapkan sebuah penelitian yang dapat digunakan untuk menyelesaikan final project (skripsi) sebagai syarat kelulusan Strata 1 di Perguruan Tinggi.

2

BAB II ISI

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROM ACTION RESEARCH) A. Pengertian dan Latar Belakang Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian tindakan (action research), dan penelitian tindakan ini bagian dari penelitian secara umum. Jadi, sebelum membahas penelitian tindakan kelas perlu didefinisikan tentang penelitian dan penelitian tindakan secara umum. Penelitian (research) adalah suatu kegiatan penyelidikan yang dilakukan menurut metode ilmiah yang sistematis untuk menemukan informasi ilmiah dan atau teknologi baru, membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran hipotesis sehingga dapat

dirumuskan teori dan atau proses gejala sosial (Kunandar, 2008:42). Penelitian tindakan (action research) memiliki ruang lingkup yang lebih luas dari PTK karena objek penelitian tindakan tidak hanya terbatas di dalam kelas, tetapi bisa di luar kelas, seperti sekolah, organisasi, komunitas, dan masyarakat. Carr & Kemmis (Uno, dkk, 2011:40) mendefinisikan action research sebagai berikut : Action research is a form of self-reflective enquiry undertaken by participants (teacher, student or principals, for example) in social (including educational) situations in order to improve the rationality and justice of (1) their own social or educational practices, (2) their understanding of these practices, and (3) the situations (and institutions) in which the practices are carried out. Mengacu pada hal tersebut, terdapat banyak definisi mengenai Penelitian Tindakan Kelas, diantaranya yaitu : 1. Kunandar (2009:45) mendefinisikan PTK sebagai suatu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang,

3

melaksanakan, dan merefleksikan secara partisisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran dikelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu kelas. 2. Wardhani dan Wihardit (2008: 1.4) menyatakan bahwa penelitian yang

dilakukan oleh guru di dalam kelasnya melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa meningkat. Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru secara mandiri atau berkolaborasi bersama orang lain di dalam kelasnya dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara partisipatif dengan tujuan memeperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa meningkat. Penelitian Tindakan Kelas (CAR) juga dikenal dengan nama Participatory Research, Collaboratif Research, Emancipatory Research, Action Learning, dan Contextual Action Learning (Kusuma dan Dwitagama, 2010: 8) Beberapa keadaan dan alasan yang melatarbelakangi hadirnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai salah satu metode penelitian adalah sebagai berikut : 1. Dirasakan oleh para guru bahwa penelitian konvensional (penelitian formal) bergerak secara berjarak dengan pengalaman pembelajaran sehari-hari atau bersifat nonkontekstual. 2. Temuan penelitian formal sering gagal dalam memecahkan masalah pembelajaran yang bersifat kasus dan regional atau lokal. 3. Penerapan hasil penelitian formal terlalu lama untuk bisa dinikmati oleh subjek. 4. Proses penelitian formal sering bersifat dehumanistik yang memperlakukan peserta didik sebagai objek pengamatan, seakan-akan peserta didik itu adalah benda materiil yang tidak punya jiwa dan perasaan.

4

5. Ada kebutuhan untuk segera dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh kepala sekolah, guru, dan peserta didik yang pada sisi lain penelitian formal tidak bisa memenuhi kebutuhan ini. 6. Ada kebutuhan untuk segera meningkatkan kinerja dan kualitas pembelajaran. 7. Penelitian formal terlalu banyak membutuhkan kemampuanyang tidak setiap guru bisa mempraktikkannya.

B. Ciri-ciri dan Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Ciri-ciri penelitian tindakan kelas dapat dibedakan menjadi dua, yakni ciriciri umum dan ciri-ciri khusus. 1. Ciri-ciri umum (Cohen dan Manion dalam Kunandar, 2009 : 55) : a. Situasional, kontekstual, berskala kecil, praktis, terlokalisasi dan secara langsung relavan dengan situasi nyata dalam dunia kerja. b. Memberikan kerangka kerja yang teratur kepada pemecahan masalah praktis, serta bersifat empiris. c. Fleksibel dan adaptif sehingga memungkinkan adanya perubahan selama masa percobaan dan pengabaian pengontrolan karena lebih menekankan sifat tanggap dan pengujicobaan serta pembaruan ditempat kejadian atau pelaksanan PTK. d. Partisipatori karena peneliti atau anggota tim peneliti sendiri ambil bagian secara langsung atau tidak langsung dalam melakukan PTK. e. Self-evaluation, yakni modifikasi secara kontinu yang dievaluasi dalam situasi yang ada, yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran dengan cara tertentu. f. Perubahan dalam praktik didasari pengumpulan informasi atau data yang memberikan dorongan untuk terjadinya perubahan. g. Secara ilmiah kurang tepat karena kesahihan internal dan eksternalnya lemah meskipun diupayakan untuk dilakukan secara sistematis dan ilmiah.

5

2. Ciri-ciri khusus PTK (Whitehead dalam Kunandar, 2009:57) : a. Ada komitmen pada peningkatan pendidikan sehingga memungkinkan setiap yang terlibat untuk memberikan andil yang berarti demi tercapainya peningkatan yang mereka sendiri dapat ikut rasakan. b. Ada maksud jelas untuk melakukan intervensi ke dalam dan peningkatan pemahaman dan praktik seseorang serta untuk menerima tanggung jawab dirinya sendiri. c. Pada PTK melekat tindakan yang berpengetahuan, berkomitmen, dan bermaksud. Tindakan dalam PTK direncanakan berdasarkan hasil refleksi kritis terhadap praktik terkait berdasarkan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya, juga dilakukan atas dasar komitmen kuat dan keyakinan bahwa situasi dapat di ubah ke arah perbaikan. d. Dilakukan pemantauan sistematik untuk menghasilkan data atau informasi yang valid sehingga peneliti dapat mengetahui arah perbaikannya dan juga dalam hal apa pembelajaran (learning) telah terjadi. e. Melibatkan deskripsi autentik tentang tindakan. Deskripsi disini bukan penjelasan, melainkan rangkaian cerita tentang kegiatan yang telah terjadi dan biasanya dalam bentuk laporan. f. Perlunya validasi. Dalam hal ini melibatkan: (1) pembuatan pernyataan; (2) pemeriksaan kritis terhadap pernyataan lewat pencocokan dengan bukti; dan (3) pelibatan pihak lain dalam proses validasi. Validasi terjadi dalam beberapa tingkatan, yakni: (1) validasi diri, yaitu penjelasan yang diberikan peneliti tentang praktik atau kegiatan yang telah dilaksanakan; (2) validasi sejawat, yaitu pemeriksaan kritis terhadap bukti oleh teman sejawat, sehingga dapat dihindari penyampuradukkan deskripsi dengan penjelasan, data dengan bukti dan dan menyediakan kompensasi bagi kelemahan karena kurang lengkapnya catetan; dan (3) validasi publik, yaiu upaya meyakinkan publik tentang kebenaran klaim peneliti. Karakterisik dari Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Research) adalah sebagai berikut :

6

1. On-the job problem oriented (masalah yang diteliti adalah masalah riil atau nyata yang muncul dari dunia kerja, peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggungjawab peneliti). 2. Problem-solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah). PTK yang akan dilakukan oleh guru dilakukan sebagai upaya untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru dalam PBM dikelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu sebagai upaya penyempurnaan proses pembelajaran dikelasnya. PTK diperlukan jika guru merasa ada yang tidak beres dalam PMB di kelas dan ia merasa perlu untuk memperbaiki seara profesional. 3. Improvement-oriented (berorientasi pada peningkatan mutu). PTK dilakukan dalam kerangka untuk memperbaiki mutu PMB yang dilakukan oleh guru dikelasnya. 4. Ciclic (siklus). Konsep tindakan (action) dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (cyclical). Siklus dalam PTK terdiri dari empat tahapan, yakni perencanaan tindakan, melakukan tindakan, pengamatan atau observasi dan analisis atau refleksi. 5. Action oriented. Tindakan (action) dalam PTK benar-benar dimaksudkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi, bukan untuk mengembangkan atau menguji sebuah teori, dan juga tidak dimaksudkan untuk mencari solusi yang berlaku umum di setiap situasi dan kondisi. Jadi, tidak perlu ada generalisasi dalam PTK. Dalam PTK tindakan tadi harus ditelaah, kelebihan dan kekurangannya, pelaksanaanya, kesesuaiannya dengan tujuan semula, penyimpangan yang terjadi selama pelaksanaan. Telaah terhadap tindakan ini dilakukan pada saat pengamatan atau observasi. 6. Pengkajian terhadap dampak tindakan. Dampak tindakan yang dilakukan harus dikaji harus dikaji apakah sesuai dengan tujuan, apakah memberikan dampak positif lain yang tidak di duga sebelumnya, atau bahkan menimbulkan dampak negatif yang merugikan peserta didik. 7. Specifics contextual. Permasalahan dalam PTK adalah permasalahan yang spesifik kontekstual dan situasional sesua dengan karakteristik siswa dalam kelas tersebut. Dalam PTK berbeda dengan penelitian lainnya. Dalam PTK analisisnya, populasi dan sampelnya tidak terlalu canggih sebagaimana pada

7

penelitian pada umumnya. Metodologi dalam PTK bersifat longgar dan fleksibel tidak terlalu mengedepankan pembakuan instrumen. Namun, sebagai kajian ilmiah pengumpulan data dalam PTK tetap dilakukan dengan menekankan objektivitas. 8. Partisipatory (collaborative). PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain, seperti teman sejawat. Jadi, dalam PTK perlu ada partisipasi dari pihak lain yang berperan sebagai pengamat, yang diperlukan untuk mendukung objektivitas dari hasil PTK. Kolaborasi dalam

pelaksanaannya, seperti antara guru dengan rekan sejawat, guru dengan kepala sekolah, guru dengan widyaiswara, guru dengan dosen dan guru dengan pengawas. 9. Refleksi. Refleksi adalah merenungkan apa yang sudah kita kerjakan baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Dalam refleksi banyak hal yang harus dilakukan, yaitu mulai dari mengevaluasi tindakan sampai dengan memutuskan apakah masalah itu tuntas atau perlu tindakan lain dalam siklus berikutnya. 10. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus di mana

dalam satu siklus terdiri dari tahapan perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflektion) dan selanjutnya di ulang kembali dalam beberapa siklus.

C. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Prinsip dalam pelaksanaan PTK adalah sebagai berikut: 1. Tidak boleh mengganggu PBM dan tugas mengajar. 2. Tidak boleh terlalu menyita waktu. 3. Metodologi yang digunakan harus tepat dan terpercaya. 4. Masalah yang di kaji benar-benar ada dan dihadapi guru. 5. Memegang etika kerja (minta izin, membuat laporan, dan lain-lain) 6. PTK bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses belajar mengajar. 7. PTK menjadi media guru untuk berpikir kritis dan sistematis. 8. PTK menjadikan guru terbiasa melakukan aktivitas yang bernilai akademik dan ilmiah.

8

9. PTK hendaknya dimulai dari masalah pembelajaran yangsederhana, konkret, jelas, tajam. 10. Pengumpulan data atau informasi dalam PTK tidak boleh terlalu banyak

menyita waktu dan terlalu rumit karena dikhawatirkan dapat mengganggu tugas utama guru sebagai pengajar dan pendidik.

Objek yang menjadi fokus penelitian tindakan kelas antara lain: 1. Siswa, yang dapat dicermati ketika siswa tersebut sedang melaksanakan aktivitas di kelas, lapangan, laboratorium, bengkel, kebun, lingkungan sekitar dan sebagainya. 2. Guru, yang dapat dicermati ketika sedang mengajar di kelas, sedang membimbing siswa yang sedang karya wisata (study tour), sedang mendampingi siswa yang sedang melakukan penelitian sederhana dan berbagai aktivitas guru yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, baik di dalam ruangan kelas maupun di luar ruangan kelas. 3. Media atau alat peraga pendidikan yangdapat dicermati ketika guru sedangmenggunakan media atau alat peraga dalam proses belajar mengajar. 4. Hasil pembelajaran, yang dicermati peningkatan hasil belajar siswa, baik yang bersifat akademis maupun non akademis sebagai salah satu indikator mutu atau kualitas proses belajar mengajar. 5. Sistem evaluasi dan hasil pembelajaran 6. Lingkungan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Komponen yang dapat dijadikan kajian PTK adalah siswa, guru, materi pelajaran, media atau alat peraga, hasil pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan proses belajar mengajar. D. Tujuan dan Manfaat Tujuan dari PTK adalah sebagai berikut : 1. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik di kalangan para guru.

9

2. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara terus-menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat. 3. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini di capai melalui peningkatan proses pembelajaran. 4. Sebagai alat traning in-service, yang memperlengkapi guru dengan skill dan metode baru, mempertajam kekuatan analitisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya. 5. Sebagai alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovasi terhadap sistem pembelajaran yang berkelanjutan yang biasanya menghambat inovasi dan perubahan. 6. Peningkatan mutu hasil pendidikan melalui perbaikan praktik pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis keterampilan dan meningkatnya motivasi belajar siswa. 7. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan. 8. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta sikap proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan. 9. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan atau perbaikan proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumbersumber daya yang terintegrasi didalamnya. Manfaat PTK dapat dilihat dari dua aspek, yakni aspek akademis dan aspek praktis 1. Aspek akademis Untuk membantu guru menghasilkan pengetahuan yang sahih dan relavan bagi kelas mereka untuk memperbaiki mutu pembelajaran dalam jangka pendek. 2. Aspek praktis a. Merupakan pelaksanaan inovasi pembelajaran dari bawah, dengan PTK guru menjadi lebih mandiri yang ditopang oleh rasa percaya diri, sehingga secara keilmuan menjadi lebih berani mengambil prakarsa yang patut diduganya dapat memberikan manfaat perbaikan. b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah, proses pengembangan kurikulum tidak bersifat netral, melainkan dipengaruhi oleh gagasan-

10

gagasan yang saling terkait mengenai hakikat pendidikan, pengetahuan, dan pembelajaran yang dihayati oleh guru di lapangan.

E. Contoh Judul

METODE TUTOR SEBAYA DALAM KERJA KELOMPOK DAPAT MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MENENTUKAN NILAI PERBANDINGAN TRIGONOMETRI SUATU SUDUT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS II TEKSTIL SMKN

IMPLEMENTASI

PENDEKATAN

KONTEKSTUAL

UNTUK

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI SEKOLAH DASAR

11

PENELITIAN EKSPERIMEN (EXPERIMENTAL RESEARCH) A. Pengertian Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2009 :107). Penelitian ekperimen merupakan metode inti dari model penelitian yang ada karena dalam penelitian eksperimen para peneliti melakukan tiga persyaratan dari suatu bentuk penelitian. Ketiga persyaratan tersebut meliputi kegiatan mengontrol, memanipulasi, dan observasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebabakibat serta berapa besar hubungan sebab-akibat tersebut dengan cara memberikan perlakukan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan menyediakan kontrol untuk perbandingan. Metode ini merupakan bagian dari metode kuantitatif yang mempunyai ciri khas tersendiri, terutama ada kelompok kontrolnya. Dalam penelitian eksperimen, variabel-variabel yang ada termasuk variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable) yang telah ditentukan secara tegas oleh para peneliti sejak awal penelitian. Variabel bebas biasanya merupakan variabel yang dimanipulasi secara sistematis. Dibidang pendidikan, yang termasuk variabel bebas adalah metode mengajar, macam-macam penguatan (reinforcements), sarana prasana pendidikan dan sebagainya. Variabel terikat atau yang sering disebut criterion variable merupakan variabel yang diukur sebagai akibat adanya manipulasi pada variabel bebas. Variabel terikat disebut dependent variable karena dari segi fungsinya yang tergantung dari variabel bebas. Contoh dari variabel terikat adalah hasil belajar siswa, kemandirian siswa dan sebagainya. Konsep dasar yang berkaitan erat dengan penelitian eksperimen adalah menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan mengontrol beberapa variabel bebas

12

serta perubahan yang terjadi pada variabel terikat. Untuk mengetahui perubahan tersebut peneliti diharuskan melakukan observasi selama proses eksperimen berlangsung. Dalam pelaksanaan penelitian eksperimen, kelompok kontrol sebaiknya diatur secara intensif sehingga kedua variabel mempunyai karakteristik sama atau mendekati sama. Yang membedakan dari kedua kelompok variabel tersebut adalah perubahan pada variabel terikat terjadi disebabkan group eksperimen diberi treatment (perlakuan) seperti direncanakan oleh si peneliti, sedangkan group kontrol tidak diberi treatment.

B. Karakteristik 1. Secara khas menggunakan kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk dibandingkan dengan kelompok yang dikenai perlakuan eksperimental. 2. Menggunakan sedikitnya dua kelompok eksperimen. 3. Harus mempertimbangkan kesahihan ke dalam (internal validity) 4. Harus mempertimbangkan kesahihan keluar (external validity)

D. Beberapa Bentuk Design Eksperimen Desaign dipilih dalam penelitian-penelitian karena variabel-variabel dapat dipilih dan variabel-variabel lain dapat mempengaruhi proses eksperimen itu dapat dikontrol secara ketat. Tetapi dalam penelitian-penelitian sosial khususnya pendidikan, desain eksperimen yang digunakan untuk penelitian akan sulit mendapatkan hasil yang akurat, karena banyak variabel luar yang berpengaruh dan sulit mengontrolnya. Misalnya : Mencari sebesar pengaruh metode mengajar kontekstual terhadap kecepatan pemahaman murid dalam pelajaran matematika. Untuk mencari seberapa besar pengaruh metode mengajar kontekstual terhadap kecepatan pemahaman murid, maka harus membandingkan pemahaman murid sebelum dan sesudah menggunakan metode kontekstual atau dengan cara

13

membandingkan kelas yang diajar dengan metode kontekstual dan kelas yang diajar metode lain. Kecepatan pemahaman murid terhadap pelajaran matematika seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh metode mengajar saja, tetapi oleh variabel lain, misalnya IQ, pengalaman, peran guru, gaya belajar dan lain-lain, sehingga mengukur seberapa jauh pengaruh metode mengajar kontekstual terhadap kecepatan pemahaman murid sulit dilakukan. Terdapat beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan dalam penelitian bisnis, yaitu: pre-Experimental Design, True Experimental Design, Factorial Design, dan Quasi Eksperimental Design. Hal ini dapat digambarkan seperti gambar berikut.

One-shot Case Studi PreExperimental One Group Pretest-posttest Intec- Group Comparison TrueExperimental FactorialExperimental Time-Series Design Nonequivalent Control Group Design Posttest Only Control Design Pretest-Control Group Design

Macam - Macam design Experiment

QuasiExperimental

Gambar macam-macam metode eksperimen 1. Pre-Eksperimental Designs (nondesigns) Dikatak pre-experimental degisn, karena desain ini belum merupakan eksperimen sungguh- sungguh. Mengapa? Karena masih terdapat luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya veriabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-meta dipengaruhi oleh variabel

14

independen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random. Bentuk pre-experimental designs, ada beberapa macam yaitu: One-Shot Case Study, One-Group Pretest-Posttest Designs, One-Group Pretest-Posttest designs, dan Intact Group Comparison.

a.

One-Shot Case Study Paradigma dalam penelitian eksperimen model ini dapat digambarkan

seperti berikut: X = treatment yang diberikan (variabel

X

O

independen) O = observasi (variabel dependen)

Paradigma itu dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok diberi treatment/perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya (Treatment adalah sebagai variabel independen, dan hasil adalah sebagai variabel dependen). Contoh: Pengaruh Ruang Kelas AC (X) terhadap daya tahan belajar murid (O). Terdapat kelompok murid yang menggunakan ruang ber-AC kemudian setelah diukur daya tahan belajarnya. Pengaruh ruang kelas ber-AC terhadap daya tahan belajar di ukur dengan membandingkan daya tahan sebelum mengguanakan AC dengan daya tahan belajar setelah menggunakan ruang kelas AC (misalnya sebelum menggunakan kelas ber-AC daya tahan belajar setiap hari 4 jam, setelah menggunakan AC daya tahan belajar menjadi 6 jam. Jadi, pengaruh ruang kelas AC terhadap daya tahan belajar murid 6 - 4 = 2 jam.

b. One-Group Prestest-Posttest Design Kalau pada desain no. A, tidak ada pretest, maka pada desain ini terdapat pretest, sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain ini dapat digambarkan seperti berikut: O1 = nilai pretest (sebelum diberi diklat)

O1

X

O215

O2 = nilai posttest (setelah diberi diklat) Pengaruh diklat terhadap prestasi kerja pegawai = (O2 O1)

c. Intact-Group Comparison Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi dibagi dua, yaitu setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan). Paradigma penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut. O1 = hasil pengukuran setengah

X

O1 O2

kelompok perlakuan

yang

diberi

O2 = hasil pengukuran setengah kelompok yang tidak diberi perlakuan Pengaruh perlakuan = O1 - O2

Contoh: Dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh metode demonstrasi terhadap prestasi belajar murid dalam pelajaran praktek mengelas pada SMK. Terdapat empat kelas yang praktek las. Dari empat kelas tersebut, dua kelas diberi pelajaran dengan metode demonstrasi (O1) dan dua kelas dengan metode ceramag (O2). Setelah 3 bulan, prestasi belajar diukur. Bila prestasi/kompetensi murid yang diajar dengan metode demonstrasi lebih tinggi daripada murid yang diajar dengan metode ceramah, maka metode demonstrasi berpengaruh positif untuk pembelajaran praktek mengelas. (O1 - O2 ) Seperti telah dikemukakan bahwa, ketiga bentuk desain preexperiment itu bila diterapkan untuk penelitian, akan banyak variabel-variabel luay yang masih berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga validitas internal penelitian menjadi rendah

16

2. True Experimental Design Dikatakan True experimental (eksperimen yang betul-betul), karena dalam desain ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true eksperimental adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan sampel dipilih secara random. Disini dikemukakan due bentuk desain true experimental Posttest Only Control Design dan Pretest Group Design. a. Posstest-Only Control Design R R X O2 O4 yaitu:

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Koelompok yang diberi perlakuan disbut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Pangaruh adanya perlakuan (tratment) adalah (O1 : O2).dalam penelitian yang sesungguhnya, pengaruh tratment dianalisis dengan uji beda, pakai statistik t-test misalnya. Kalau terdapat perbedaan yeng signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan. b. Pretest-Posttest Control Group Design R R O1 O3 X O2 O4

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui kedaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Pengaruh perlakuan adalah (O2 O1) (O4 O3).

17

3.

Factorian Design Desain faktorial merupakan modifikasi dari design true experimental,

yaitu dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan (variabel independen) terhadap hasil (variabel dependen). Paradigma design faktorial dapat digambarkan sebagai berikut. R R R R O1 O3 O5 O7 X X Y1 Y1 Y2 Y2 O2 O4 O6 O8

Pada desain ini semua kelompok dipilih secara random, kemudian masing-masing diberi pretest. Kelompok untuk penelitian dinyatakan baik, bila setiap kelompok nilai pretestnya sama. Jadi O1 = O3 = O5 = O7. Dalam hal ini variabel moderatornya dalah Y1 dan Y2 Contoh: Dilakukan penelitian mengetahui pengaruh prosedur kerja baru terhadap kepuasan pelayanan pada masyarakat. Untuk itu dipilih empat kelompok secara random. Variabel moderatornya adalah jenis kelamin, yaitu laki-laki (Y1) dan perempuan (Y2). Tratment/perlakuan (prosedur kerjabaru) dicobakan pada kelompok eksperimen pertama yang telah diberi pretest (O1= kelompok laki-laki) dan kelompok eksperiemn kedua yang telah diberi pretest (O2= kelompok perempuan). Pengaruh perlakuan (X) terhadap kepuasan pelayanan untuk kelompok laki-laki= (O2 O1 ) - (O4 O3 ). Pengaruh perlakuan (prosedur kerja baru) terhadap nilai penjualan barang untuk kelompok perempuan = (O6 O5) (O8 O7). Bila terdapat perbedaan pengaruh prosedur kerja baru terhadap kepuasan masyarakat antara kelompok kerja pria dan wanita, maka penyebab utama adalah bukan karena tratment yang diberukan (karena tratment yang diberikan sama), tetapi karena adanya variabel moderator, yang dalam hal ini

18

adalah jenis kelamin. Pria dan wanita menggunakan prosedur kerja baru yang sama, tempat kerja yang sama nyamannya, tetapi pada umumnya, kelompok wanita lebih ramah dalam memberikan pelayanan, sehingga dapat meningkatkan kepuasan masyarakat.

4.

Quasi Experimental Design Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true

experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabelvariabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Walaupun demikian desain ini lebih baik dari pre-experimental design. Quasi-experimental design, digunakan kerena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen, sering tidak mungkin menggunakan sebagian para karyawannya untuk eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian menggunakan prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian, maka dikembangkandesain Quasi Experimental. Berikut ini dikemukakan dua bentuk desai quasi eksperimen, yaitu Time-Series Design dan Nonequvalent Contol Group Design. a. Time Series Design Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan kadaan kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya berbeda-beda, berarti kelopok tersebut kadaannya labil, tidak menentu, da tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol. O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8

19

Hasil pretest yang baik adalah O1 = O2 = O3 = O4 dan hasil perlakuan yang baik adalah O5 = O6 = O7 = O8. Besarnya pengaruh perlakuan adalah = (O5 + O6 + O7 + O8) - (O1 + O2 + O3 + O4) . Kemungkinan hasil penelitian dari desain ini ditunjukan pada gambat berikut. Dari gambar terlihat bahwa, terdapat berbagai kemungkinan hasil penelitian yang menggunakan desain time series.

A B

C D

O1

O2

O3

O4

O5

O6

O7

O8

Gambar.

Berbagai

kemungkinan

hasil

penelitian

yang

menggunakan desain Time Series Hasil penelitian uang paling baik adalah ditunjukan pada grafik A. Hasil pretest menunjukan keadaan kelompok stabil dan konsisten (O1 = O2 = O3 = O4 ) setelah diberi perlakuan keadaannya meningkat secara konsisten (O5 = O6 = O7 = O 8) Grafik B memperlihatkan ada pengaruh perlakuan terhadap kelompok yang sedang dieksperimen, tetapi setelah itu kembali lagi pada posisi semula. Jadi pengaruh perlakuan hanya sebagai contoh: pada waktu penataran, pengetahuan, dan keterampilannya meningkat, tetapi setelah kembali ke tempat kerja kemampuannya kembali seperti semula. Grafik C memeperlihatkan pengaruh luar lebih berperan dari pada pengaruh perlakuan, sehinga grafiknya naik terus. Grafik d menunjukan keadaan kelompok tidak menentu. b. Nonequivalent Control group design

20

Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.O1 O3 X O2 O4

Contoh: Dilakukan penelitian untuk mencari pengaruh perlakuan senam pagi terhadap derajat kesehatan karyawan sekolah. Desain penelitian dipilih salah satu kelompok karyawan. Selanjutnya dari satu kelompok tersebut yang setengah diberi perlakuan senam pagi setiap hari dan yang setengah lagi tidak. O1 dan O3 merupakan derajat kesehatan karyawan sebelum ada perlakuan senam pagi. O2 adalah derajat kesehatan karyawan setelah senam pagi selama 1 tahun. O4 adalah derajat kesehatan karyawan yang tidak diberi perlakuan senam pagi. Pengaruh senam pagi terhadap derajat kesehatan karyawan adalah (O2 O1) (O4 O3).

21

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN (RESEARCH AND DEVELOPMENT) A. Pengertian Penelitian dan Pengembangan Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah sebuah jenis metode penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki praktik. Borg and Gall dalam Asikin&Adi (2004) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai berikut: Educational Research and development (R & D) is a process used to develop and validate educational products. The steps of this process are usually referred to as the R & D cycle, which consists of studying research findings pertinent to the product to be developed, developing the products based on these findings, field testing it in the setting where it will be used eventually, and revising it to correct the deficiencies found in the filed-testing stage. In more rigorous programs of R&D, this cycle is repeated until the field-test data indicate that the product meets its behaviorally defined objectives. Penelitian Pendidikan dan pengembangan (R & D) adalah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Langkah-langkah dari proses ini biasanya disebut sebagai siklus R & D, yang terdiri dari mempelajari temuan penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan ini, bidang pengujian dalam pengaturan di mana ia akan digunakan akhirnya , dan merevisinya untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan dalam tahap mengajukan pengujian. Dalam program yang lebih ketat dari R & D, siklus ini diulang sampai bidang-data uji menunjukkan bahwa produk tersebut memenuhi tujuan perilaku didefinisikan. Sesuai dengan namanya, Research & Development difahami sebagai kegiatan penelitian yang dimulai dengan research dan diteruskan dengan development. Kegiatan research dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan pengguna (needs assessment) sedangkan kegiatan development dilakukan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran.

22

Pemahaman ini tidak terlalu tepat. Kegiatan research tidak hanya dilakukan pada tahap needs assesment, tapi juga pada proses pengembangan perangkat pembelajaran, yang memerlukan kegiatan pengumpulan data dan analisis data, yaitu pada tahap proses validasi ahli dan pada tahap validasi empiris atau uji-coba. Sedangkan kegiatan development mengacu pada produk yang dihasilkan dalam proyek penelitian, yaitu berupa perangkat pembelajaran. Seals dan Richey mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai suatu pengkajian sistematik terhadap pendesainan, pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk pembelajaran yang harus memenuhi kriteria validitas, kepraktisan, dan efektifitas (Asikin dan Cahyono, 2004) Suatu produk atau program dikatakan valid apabila merefleksikan jiwa pengetahuan - state of the art of knowledge, yang bisa juga disebut validitas isi. Dikatakan praktikal apabila orang yang menggunakan produk tersebut menganggap bahwa produk tersebut dapat digunakan (usable). Sedangkan produk disebut efektif apabila produk tersebut memberikan hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh pengembang. Secara garis besar, konsep research and development mencakup 2 elemen pokok yaitu - riset : obyek/subyek dieksplorasi untuk mendapatkan existing model (EM), misalnya model penyiapan guru Matematika di Indonesia. - model yang ada kemudian dianalisis kelemahan/masalah dan kelebihan yang ada. Pada langkah ini peneliti sebaiknya memasukkan hal baru atau inovasi (I). Sehingga penelitian pengembangan : EM + I diuji di lapangan, dievaluasi untuk mendapatkan model yang lebih baik dan efektif, atau efisien dan lebih produktif.

B. Karakteristik Penelitian Pengembangan Menurut Santyasa dalam Sumarmo (2012), penelitian pengembangan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut. 1. Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai

23

pertanggung jawaban profesional dan komitmennya terhadap pemerolehan kualitas pembelajaran. 2. Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa. 3. Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji coba lapangan secara terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan, validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara akademik. 4. Proses pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media

pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yang mencerminkan originalitas. C. Perbedaan Penelitian Pengembangan dan Tindakan Kelas Penelitian pengembangan berbeda dari penelitian tindakan kelas dari sumber masalahnya dan dari produknya. Penelitian tindakan kelas bertujuan

menghasilkan strategi pembelajaran (dalam arti yang luas) untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas, sedangkan penelitian pengembangan bertujuan menghasilkan perangkat pembelajaran untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Sumber masalah yang dipecahkan (yang menjadi latar belakang atau sebagai hasil dari preliminary study atau needs assessment) berbeda. Sumber masalah penelitian tindakan kelas (atau latar belakang mengapa sebuah penelitian tindakan kelas dilakukan) berasal dari strategi pembelajaran yang kurang tepat. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang tujuannya adalah menghasilkan strategi yang bisa menyelesaikan masalah tersebut. Sedangkan sumber masalah penelitian pengembangan (atau latar belakang mengapa sebuah penelitian pengembangan dilakukan) berasal dari perangkat pembelajaran yang kurang tepat. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang tujuannya adalah menghasilkan perangkat pembelajaran yang bisa menyelesaikan masalah tersebut. Perbedaan lainnya adalah pada proses penelitiannya. Pada penelitian

pengembangan diperlukan tahapan validasi ahli sebelum uji-coba perangkat

24

pembelajaran. Pada penelitian tindakan kelas tidak diperlukan tahapan validasi ahli terhadap strategi yang akan diimplementasikan pada masing-masing siklus. D. Bagaimana merumuskan masalah dan tujuan Penelitian

Pengembangan? Rumusan masalah (yang berbentuk pertanyaan) dan rumusan tujuan (yang berbentuk pernyataan) berisi dua informasi, yaitu (1) masalah yang akan dipecahkan dan (2) spesifikasi perangkat pembelajaran yang akan dihasilkan. Misalnya, Bagaimana bentuk bahan ajar matematika untuk kelas X SMA yang bisa membantu meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa? Rumusan masalah ini mengindikasikan bahwa (1) masalah yang ingin dipecahkan adalah para siswa kesulitan memahami konsep matematika, dan (2) produk perangkat pembelajaran yang akan dihasilkan adalah bahan ajar yang membantu meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa SMA. Rumusan masalah tersebut bisa diungkapkan menjadi tujuan penelitian, yaitu bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar matematika untuk kelas X SMA yang bisa membantu meningkatkan pemahaman konsep. Masalah penelitian pengembangan yang benar harus berisi dua aspek, yaitu. (1) masalah yang akan dipecahkan dan (2) spesifikasi perangkat pembelajaran yang akan dihasilkan untuk memecahkan masalah tersebut. Selama dua aspek tersebut terkandung dalam sebuah rumusan masalah penelitian pengembangan, maka rumusan masalah tersebut sudah benar. Penambahan beberapa sub-masalah untuk merinci rumusan masalah (utama) bisa saja dilakukan selama tidak mengurangi kejelasan makna dari rumusan masalah (utama) nya, misalnya tetap hanya akan menghasilkan sebuah produk perangkat pembelajaran dalam satu penelitian pengembangan. Rumusan masalah penelitian pengembangan bisa dirinci menjadi beberapa sub-masalah apabila perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan bisa dibagi menjadi beberapa bagian.

Dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan, ada beberapa metode yang digunakan, yaitu metode: deskriptif, evaluatif, dan eksperimental.

25

a. Metode deskriptif Metode dekriptif digunakan dalam penelitian awal, untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada, mencakup (1) kondisi produkproduk yang sudah ada sebagai bahan perbandingan atau bahan dasar untuk poduk yang akan dikembangkan. (2) kondisi pihak pengguna seperti sekolah, kepala sekolah, siswa, serta pengguna lainnya. (3) kondisi faktor-faktor pendukung dan penghambat pengembangan dan penggunaan dari produk yg akan dihasilkan mencakup unsur manusai, sarana, dan prasarana, biaya pengelolaan, dan lingkungan. b. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi prose uji coba pengembangan suatu produk. Produk dikembangkan melalui serangkaian uji coba kemudian diadakan evaluasi baik hasil maupun proses. c. Metode eksperimen digunakan untuk menguji keampuhan dari produk yang dihasilkan. Dalam eksperimen diadakan pengukuran selain pada kelompok eksperimen juga pada kelompok pembanding atau kelompok kontrol. Pemilihan kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan secara acak. D. Kelebihan dan Kelemahan Kekuatan : 1) Pendekatan R & D mampu menghasilkan suatu produk / model yang memiliki nilai validasi tinggi, karena produk tersebut dihasilkan melalui serangkaian uji coba di lapangan dan divalidasi oleh ahli. 2) Pendekatan R & D akan selalu mendorong proses inovasi produk/ model yang tiada henti / memiliki nilai suistanibility yang cukup baik sehingga diharapkan akan ditemukan produk-produk / model-model yang selalu actual sesuai dengan tuntutan kekinian 3) Pendekatan R & D merupakan penghubung antara penelitian yang bersifat teoritis dengan penelitian yang bersifat praktis 4) Metode penelitian yang ada dalam R & D cukup komprehensif , mulai dari metode deskriptif, evaluatif, dan eksperimen.

26

b. Kelemahan : 1) Pada prinsipnya pendekatan R & D memerlukan waktu yang relatif panjang; karena prosedur yang harus ditempuhpun relatif kompleks. 2) Pendekatan R & D dapat dikatakan sebagai penelitian here and now , Penelitian R & D tidak mampu digeneralisasikan secara utuh, karena pada dasarnya penelitian R & D pemodelannya pada sampel bukan pada populasi.

E. Contoh Judul Penelitian dan Pengembangan PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN MATEMATIKA YANG MENYENANGKAN PESERTA DIDIK PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KURIKULUM MUATAN LOKAL UNTUK PEMBELAJARAN MATEMATIKA

27

BAB III PENUTUP

A. Simpulan 1. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian tindakan yang beranjak dari masalah nyata dalam kelas dan treatment yang diberikan bertujuan untuk memecahkan masalah tersebut guna peningkatan proses pembelajaran. 2. Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian eksperimen merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk

mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimen untuk mengetahui adanya perbedaan dari kedua kelas tersebut. 3. Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian dan pengembangan (R & D) merupakan proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.

B. Saran Dalam melakukan suatu penelitian, peneliti harus sudah benar-benar

memahami jenis-jenis penelitian yang ada. Sehingga dalam memilih jenis penelitian harus disesuaikan dengan tujuan dari apa yang akan diteliti.

28

DAFTAR PUSTAKA

Asikin, Muhammad dan Adi Nur Cahyono. 2004. Penelitian Pengembangan Dalam Bidang Pendidikan. Semarang : Riset FMIPA UNNES. Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Rajawali Press. Mulyasa. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Sukmadinata, Nana Syaohdih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Tim Puslitjaknov. 2008. Metode Penelitian Pengembangan. Jakarta : Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. Wardhani, IGAK dan Kuswaya Wihardit. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.

29