142
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA (BP3) JAWA TENGAH DALAM PERLINDUNGAN CANDI-CANDI DI JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi Disusun Oleh : REHELA RAVITA SARI D 0106088 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN

PURBAKALA (BP3) JAWA TENGAH DALAM

PERLINDUNGAN CANDI-CANDI DI JAWA TENGAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Administrasi

Disusun Oleh :

REHELA RAVITA SARI

D 0106088

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi

ABSTRAK ........................................................................................................ xii

ABSTRACT ..................................................................................................... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 9

C. Tujuan .......................................................................................... 9

D. Manfaat ....................................................................................... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 11

A. Kinerja ......................................................................................... 11

B. Perlindungan ................................................................................ 25

C. Candi ........................................................................................... 37

Page 3: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

D. Kinerja BP3 Jawa Tengah dalam Perlindungan Candi-Candi di

Jawa Tengah ............................................................................. 49

E. Kerangka Berfikir .................................................................... 50

BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 53

A. Jenis Penelitian ......................................................................... 53

B. Lokasi Penelitian ...................................................................... 54

C. Sumber Data.............................................................................. 54

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 55

E. Teknik Pengambilan Sampel .................................................... 57

F. Validitas Data ........................................................................... 58

G. Analisis Data ............................................................................ 59

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 62

A. Gambaran Umum Bp3 Jawa Tengah ....................................... 62

B. Kinerja BP3 Jawa Tengah dalam Perlindungan Candi-Candi di

Jawa Tengah ............................................................................. 78

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja ......... 124

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 133

D. Kesimpulan .............................................................................. 133

E. Saran ........................................................................................ 135

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 4: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

ABSTRAK

Rehela Ravita Sari, D0106088, “Kinerja Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah Dalam Perlindungan Candi-Candi di Jawa Tengah.” Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 138 halaman.

Perlindungan terhadap candi-candi di Jawa Tengah yang kaya akan nilai penting bertujuan untuk mencegah dan menghindarkannya dari kerusakan oleh faktor alam maupun manusia. BP3 Jawa Tengah adalah organisasi pemerintah yang bertugas melaksanakan perlindungan terhadap candi-candi yang berada di Jawa Tengah.

Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai kinerja BP3 Jawa Tengah dalam perlindungan candi-candi di Jawa Tengah, serta mengetahui faktor yang mendukung dan faktor yang menghambat kinerja BP3 Jawa Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kualitatif yang, menggunakan data primer yang didapat melalui wawancara dan observasi, serta data sekunder berupa buku, peraturan perundangan, data statistik, dan laporan kegiatan. Validitas data diuji menggunakan teknik triangulasi data. Teknik analisis data menggunakan model interaktif yang mencakup reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Secara umum kinerja BP3 Jawa Tengah dalam perlindungan candi adalah baik.

Dari segi produktivitas, kegiatan perlindungan dilakukan dengan penuh pertimbangan, fleksibel, berdasarkan skala prioritas walaupun masih terkesan kurang memperhatikan candi di lokasi terpencil. Dari segi responsivitas, BP3 Jawa Tengah menerima dengan baik aspirasi masyarakat yang disampaikan lewat website dan pameran, tetapi kurang menanggapi keluhan dari satpam dan juru pelihara candi. Dari segi akuntabilitas, BP3 Jawa Tengah telah membuat LAKIP dan laporan realisasi anggaran. Faktor yang mendukung kinerja BP3 Jawa Tengah dalam perlindungan candi adalah kepedulian masyarakat sekitar candi serta LSM di bidang budaya. Sedangkan faktor penghambatnya adalah keterbatasan dana, wilayah kerja yang luas, partisipasi minim dari pemerintah kabupaten/kota, dan ancaman kolektor.

Page 5: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang sangat kaya, tidak hanya kaya akan sumber

daya alam saja, tetapi juga kaya akan sumber daya budaya baik yang bersifat

tangible maupun yang intangible. Dalam www.wikipedia.org disebutkan

bahwa bangsa Indonesia telah melewati perjalanan yang sangat panjang dari

zaman prasejarah hingga zaman sejarah. Zaman prasejarah dimulai sekitar 1,7

juta tahun yang lalu berdasarkan penemuan “manusia Jawa”. Sedangkan

periode sejarah dapat dibagi menjadi lima era yaitu era Pra-Kolonial, era

Kolonial, era Kemerdekaan Awal, era Orde Baru, dan era Reformasi.

Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak

peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari situ kita dapat

memperoleh gambaran tentang bagaimana kehidupan masa lalu, diantaranya

tentang teknologi, seni, kepercayaan, kondisi pemerintahan, mata pencaharian

masyarakat pada waktu tersebut. Peninggalan berupa tak benda contohnya

adalah tari-tarian, upacara adat, bahasa. Sedangkan peninggalan berupa benda

diantaranya adalah fosil manusia purba, kapak batu, candi, keraton, benteng,

stasiun kereta api.

Dalam pasal 1 Undang-Undang No.5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar

Budaya, terkandung pengertian bahwa benda peninggalan sejarah dan

Page 6: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

purbakala yang memiliki nilai penting bagi pengembangan sejarah, ilmu

pengetahuan dan kebudayaan digolongkan sebagai benda cagar budaya

(BCB).

BCB memiliki nilai penting yang dapat dikelompokkan menjadi empat

macam yaitu:

1. Nilai Penting Informatif/Ilmu Pengetahuan

BCB dikatakan memiliki nilai penting ilmu pengetahuan karena tiga hal.

Pertama, BCB merupakan data untuk merekonstruksi aspek-aspek

kebudayaan masyarakat masa lampau yang antara lain tentang ideologi,

ekonomi, sosial, teknologi, seni. Kedua, BCB merupakan sumber inspirasi

pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Ketiga, BCB

dapat menjadi wahana pendidikan.

2. Nilai Penting Asosiatif

BCB dapat dikatakan mempunyai nilai penting asosiatif karena tiga hal.

Pertama, BCB merupakan mata rantai pemahaman terhadap sejarah dan

jatidiri bangsa. Kedua, BCB adalah legitimation of action, yang artinya

adalah dasar legitimasi untuk suatu tujuan yang terkait dengan kesatuan

etnis, wilayah, kekerabtan. Ketiga, BCB dapat berguna untuk mewujudkan

social solidarity and integration atau solidaritas sosial dan integritas

masyarakat.

3. Nilai Penting Estetika

BCB memiliki nilai penting estetika karena dua hal. Pertama, BCB

merupakan wujud dan bukti hasil pencapaian cita rasa seni yang

Page 7: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

bersumber pada nilai-nilai kearifan lokal. Kedua, BCB menjadi sumber

inspirasi pengembangan hasil seni pada masa sekarang.

4. Nilai Penting Ekonomi

BCB memiliki nilai penting ekonomi karena dua hal. Pertama, BCB dapat

dikembangkan dan dikelola sebagai aset budaya dan pariwisata yang

bernilai ekonomi. Kedua, BCB merupakan kekayaan budaya daerah yang

potensial untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Salah satu jenis BCB yang memiliki nilai penting bagi pengembangan

sejarah, kebudayaan dan ilmu pengetahuan adalah candi. Dari candi kita

dapat belajar banyak hal, misalnya tentang teknik pembuatan, arsitektur, seni

manik-manik atau perhiasan yang terdapat pada arca, nilai-nilai luhur, cerita

dari relief candi, filosofi dari bangunan candi. J. A. Sonjaya dalam sebuah

artikel yang berjudul ‘candi untuk masa depan’ menuliskan bahwa dari candi

kita dapat belajar banyak hal, salah satunya tentang konsep pluralisme dan

Bhinneka Tunggal Ika.

Artikel tersebut menjelaskan tentang konsep pluralisme masa lampau

yang dapat dilihat pada kompleks candi Prambanan yang bercorak Hindu dan

kompleks candi Sewu yang bercorak Budha. Kedua candi ini berbeda

ideologi namun berada di lokasi yang sama dan saling berdampingan. Hal

tersebut menunjukkan bahwa leluhur kita sudah jauh lebih dahulu mengenal

konsep pluralisme dan Bhinneka Tunggal Ika, dimana mereka tetap bersatu

dalam jalinan sosial-kenegaraan walaupun berbeda keyakinan.

Page 8: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Selain memiliki nilai penting seperti dijelaskan di atas, candi juga dapat

membangkitkan rasa kebanggaan nasional, contohnya adalah candi

Borobudur. Candi Borobudur merupakan monumen Budha terbesar di dunia

yang terdiri dari sepuluh tingkat. Candi ini sangat megah, dimana dalam

Rusdi (2010:42-43) disebutkan bahwa Borobudur memiliki luas bangunan

15.129 m2, memiliki relief yang merupakan rangkaian cerita yang tersusun

dalam 1.460 panel. Apabila dijumlahkan, panjang relief itu dapat mencapai

3km. Selain itu, Borobudur juga memiliki 504 buah arca. Candi Borobudur

memang merupakan hasil karya masa lalu, tetapi kemegahannya tidak kalah

oleh bangunan-bangunan masa kini sehingga sampai sekarang masih tetap

menjadi kebanggaan bangsa Indonesia serta umat Budha di seluruh dunia.

Salah satu daerah di Indonesia yang banyak memiliki candi adalah Jawa

Tengah. Sampai sekarang ini setidaknya telah ditemukan 64 candi di Jawa

Tengah (lihat lampiran). Sayangnya, candi-candi yang menyimpan banyak

nilai penting itu keberadaannya tidak lepas dari ancaman kerusakan, baik

yang ditimbulkan oleh alam maupun yang ditimbulkan oleh manusia.

Kerusakan yang ditimbulkan oleh faktor alam antara lain ketuaan,

pelapukan, bencana alam seperti gunung meletus, lahar dingin, tanah longsor,

gempa, dan tsunami. Contohnya adalah gempa bumi yang terjadi di

Yogyakarta pada tahun 2006 lalu yang mengakibatkan candi-candi terutama

di daerah Prambanan seperti candi Sewu, Plaosan, Sojiwan dan lainnya

mengalami kerusakan cukup parah.

Page 9: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Sedangkan ancaman kerusakan BCB yang diakibatkan oleh faktor manusia

adalah pencurian, pemalsuan, pembangunan yang tidak memperhatikan

keberadaan BCB, dan kelalaian dalam pemeliharaan BCB. Candi di Jawa

Tengah dapat dikatakan sering mengalami pencurian arca, kala, relief, serta

beberapa bagian candi lainnya. Kasus pencurian yang menimpa candi-candi

di Jawa Tengah selama tahun 1990-2009 dapat dilihat pada tabel I.1 di bawah

ini:

Tabel I.1

Kasus Perusakan Candi-Candi di Jawa Tengah Tahun 1990-2009

No Tanggal Nama Benda Jmlh Lokasi Koordinasi 1. 15-01-1990 Arca Batu 1 Candi Selogriyo Polres Magelang 2. 02-02-1990 Relief Kala 1 Candi Ngawen Polres Magelang 3. 08-02-1990 Arca Naga 1 Candi Pengilon Polres Kendal 4. 12-04-1990 - Batu Candi

- Kemuncak 2

Candi Gondosuli Polres Temanggung

5. 04-05-1990 Arca Ganesha 1 Candi Umbul Polres Magelang 6. 07-05-1990 Arca Makara 2 Candi Gedong

Songo Polres Salatiga

7. 14-06-1990 Arca Kudhu 1 Candi Bima Polres Banjarnegara 8. 28-06-1990 Arca Kudhu 1 Candi Bima Polres Banjarnegara 9. 11-07-1990 Yoni 1 Candi Gumeng Polres Magelang 10. 13-07-1990 Makara 1 Candi Gedong

Songo Polres Salatiga

11. 13-08-1990 Arca Kala 1 Candi Gedong Songo

Polres Salatiga

12. 04-10-1990 Arca Budha 1 Candi Mendut Polres Magelang 13. 03-11-1990 Arca 1 Candi Ceto Polres Karanganyar 14. 04-12-1990 Arca Nyai Gumuk 1 Candi Ceto Polres Karanganyar 15. 15-12-1990 Arca Batu 1 Candi Pringapus Polres Temanggung 16. 17-12-1990 - Arca Kepala

Manusia - Arca Berbentuk

Setengah

4

Candi Ceto Polres Karanganyar

Page 10: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Manusia - Arca Berbentuk

Kemaluan - Arca Berbentuk

Manusia Berdiri 17. 18-12-1990 - Arca Eyang Agni

- Arca Sabdopalon - Arca Porno

3 Candi Ceto Polres Karanganyar

18. 20-12-1990 Arca Ganeca 1 Candi Umbul Polres Magelang 19. 27-12-1990 Relief Candi

Lumbung 1 Candi Lumbung Polres Magelang

20. 01-05-1991 Arca Manusia Duduk Bersila

1 Candi Ceto Polres Karanganyar

21. 20-03-1993 - Kala - Batu Relief

(gambar Kepala Ular)

2

Candi Dukuh Polres Semarang

22. 26-07-1994 Batu Antefik 2 Candi Gedong Songo

Polsek Ambarawa

23. 24-01-2000 Relief Arca 1 Candi Plaosan Lor

Polsek Prambanan

24. 25-02-2000 Relief Arca 1 Candi Plosan Lor

Polsek Prambanan

25. 12-06-2000 Arca Kudu 1 Candi Bima Polsek Banjarnegara 26. Juli 2000 Arca Brahmana 1 Candi Parikesit Polres Wonosobo 27. 30-08-2003 Arca Kudu 1 Candi Bima Polsek Batur 28. 21-02-2007 Kala Pipi Tangga 1 Candi Plaosan

Lor Polsek Prambanan

29. 23-11-2009 - Kepala Arca Dhyani Bodhisatva

- Kepala Arca Dhyani Buddha

2

Candi Plaosan Lor

Polsek Prambanan

30. - Antefik 4 Candi Losari Polsek Salam 31. 06-12-2009 Kepala Arca

Buddha 1 Candi Plaosan

Lor Polres Klaten

Sumber:BP3 Jawa Tengah

Page 11: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Dari tabel I.1 di atas dapat dilihat bahwa selama kurun waktu 1990-2009

telah terjadi 31 kasus pencurian terhadap bagian-bagian candi. Bila diamati

lebih lanjut, pencurian paling marak terjadi pada tahun 1990 yaitu sebanyak

19 kasus. Kemudian turun drastis pada tahun 1991 sampai beberapa tahun

sesudahnya dimana kasus pencurian tiap tahunnya paling banyak adalah satu

kasus. Hal tersebut mungkin ada kaitannya dengan dikeluarkannya Undang-

Undang tentang BCB pada tahun 1992. Namun, pada tahun 2000 pencurian

kembali meningkat, yakni sebanyak empat kasus. Hal itu mungkin

dikarenakan stabilitas nasional yang sedang terganggu karena jatuhnya rezim

orde baru dan digantikan oleh era reformasi.

Angka pencurian tersebut di atas memang terlihat kecil, akan tetapi bila

tiap tahun terus terjadi maka dihawatirkan kelestarian candi akan terancam

dan nilai pentingnya dapat berkurang bahkan hilang. Hal tersebut mengingat

benda yang dicuri merupakan benda yang sangat terbatas jumlahnya, bernilai,

langka dan tidak dapat diperbarui lagi karena memiliki nilai arkeologis

tersendiri. Dihawatirkan, generasi yang akan datang tidak akan dapat

mengambil nilai penting dari candi. Salah satu dampaknya adalah kesadaran

jati diri bangsa akan memudar sehingga mereka akan menjadi generasi yang

tidak menghargai bangsanya sendiri.

Apalagi sekarang ini arus globalisasi semakin kuat dan teknologi

komunikasi semakin maju, dimana dalam kondisi tersebut interaksi budaya

antar bangsa menjadi tak terkendali. Bangsa Indonesia yang dulunya dikenal

sebagai bangsa yang ramah tamah, suka gotong royong, saling menghormati,

Page 12: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

akan berubah menjadi bangsa yang individualis, penuh kebebasan, suka

kekerasan, mudah tercerai berai, dan tidak peduli terhadap sesama. Karena

hal itulah maka upaya perlindungan terhadap candi sangat penting untuk

dilakukan.

Disebutkan dalam pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No.5 Tahun 1992

tentang Benda Cagar Budaya, bahwa semua BCB, termasuk candi

didalamnya, dikuasai oleh Negara. Hal ini mengandung pengertian bahwa

pemerintah merupakan pihak yang berwenang dan bertanggungjawab

terhadap upaya pelestarian BCB, yang terdiri dari kegiatan perlindungan,

pemugaran, pemeliharaan, inventarisasi dan dokumentasi BCB.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor

PM.37/OT.001/MKP-2006 tentang organisasi dan tata kerja Balai Pelestarian

Peninggalan Purbakala (BP3), BP3 Jawa Tengah merupakan Unit Pelayanan

Teknis (UPT) yang berada di bawah Kementerian Kebudayaan dan

Pariwisata, bertugas menangani bidang kepurbakalaan dengan wilayah kerja

Provinsi Jawa Tengah. BP3 Jawa Tengah adalah organisasi yang bertugas

melestarian BCB dan situs di Jawa Tengah. Kegiatan pelestarian itu salah

satunya adalah kegiatan perlindungan terhadap candi-candi di Jawa Tengah.

Keutuhan candi-candi di Jawa Tengah akan sangat ditentukan oleh sejauh

mana kinerja BP3 Jawa Tengah dalam melaksanakan upaya perlindungan

terhadap candi-candi tersebut. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi

penelitian dengan judul “kinerja BP3 Jawa Tengah dalam perlindungan

candi-candi di Jawa Tengah” ini dilakukan. Karena pencapaian kinerja juga

Page 13: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

dipengaruhi faktor-faktor baik yang berasal dari dalam maupun dari luar

organisasi, maka penelitian ini juga akan mengidentifikasi faktor-faktor

tersebut.

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan

gambaran tentang sejauh mana hasil yang telah dicapai, mengungkap apa saja

masalah yang terjadi dalam upaya perlindungan candi-candi di Jawa Tengah,

faktor apa saja yang mendukung dan faktor apa yang menghambat kinerja

BP3 Jawa Tengah tersebut. Dengan begitu, akan dapat ditentukan langkah

penanganan yang tepat untuk mengatasi hambatan yang ada serta upaya

peningkatan kinerja dapat lebih terarah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka

dapat dibuat suatu rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kinerja BP3 Jawa Tengah dalam melindungi candi-candi di

Jawa Tengah?

2. Apa saja faktor yang mendukung serta apa saja faktor yang menghambat

kinerja BP3 Jawa Tengah dalam melindungi candi-candi di Jawa Tengah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana kinerja BP3 Jawa Tengah dalam melindungi

candi-candi di Jawa Tengah.

2. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mendukung serta apa saja faktor

yang menghamabat kinerja BP3 Jawa Tengah dalam melindungi candi-

candi di Jawa Tengah.

Page 14: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

D. Manfaat

1. Teoritis, yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan untuk para pembaca khususnya dan masyarakat pada

umumnya terkait kinerja BP3 Jawa Tengah dalam melindungi candi-candi

di Jawa Tengah serta faktor pendorong maupun faktor penghambatnya.

2. Praktis, yaitu dapat memberikan masukan pada BP3 Jateng agar dapat

meningkatkan kinerjanya dalam hal perlindungan candi-candi di Jawa

Tengah pada waktu yang akan datang.

Page 15: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kinerja

Berikut ini akan dijelaskan beberapa konsep terkait kinerja, yaitu

pengertian kinerja, penilaian dan indikator kinerja, serta faktor-faktor yang

memengaruhi kinerja.

1. Pengertian Kinerja

Kinerja berasal dari kata “to performance” dan menurut The Scibner

Bantam English Dictionary terbitan Amerika Serikat dan Kanada tahun

1979 dalam Widodo (2008: 77-78), kinerja diartikan sebagai berikut :

a. To do or carry out; execute (melakukan, menjalankan, melaksanakan).

b. To discharge or fulfill; as a vow (memenuhi atau menjalankan

kewajiban atau nadzar).

c. To execute or complete an undertaking (melaksanakan atau

menyempurnakan tanggung jawab).

d. To do what is expected of a person or machine (melakukan sesuatu

yang diharapkan oleh seseorang atau mesin).

Hampir sama dengan pengertian di atas, dalam kamus Illustrated

Oxford Dictionary (1998:606) dalam Keban (2004:191-192), performance

diistilahkan sebagai “the execution or fulfillment of a duty” (pelaksanaan

atau pencapaian dari suatu tugas).

Page 16: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Bernadin dan Russel (1993:378) dalam Ruky (2002:15) juga

memberikan definisi tentang performance sebagai berikut:

“performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specified time period”.

Apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih

sebagai berikut:

“kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu”. Teresa Curristene (2005:129) juga memberikan definisi tentang kinerja

seperti di bawah ini:

“Performance means the yield or result of activities carried out in relation to the purpose being pursued. Its objective is to strengthen the degree to which government achieve their purposes” Apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia maka artinya kurang

lebih seperti di bawah ini:

“Kinerja berarti hasil atau hasil dari kegiatan yang dilakukan sehubungan dengan tujuan yang dikejar. Tujuannya adalah untuk memperkuat sejauh mana pemerintah mencapai tujuan-tujuan mereka” Sementara menurut Surat Keputusan Lembaga Administrasi Negara

Republik Indonesia NOMOR: 239/IX/6/8/2003 Tentang Perbaikan

Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah halaman 10, kinerja instansi pemerintah didefinisikan sebagai

gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi

pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi dan strateji instansi

pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan

Page 17: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang

ditetapkan.

Dari berbagai macam pengertian kinerja yang telah disampaikan di atas,

dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh

sebuah organisasi dalam kurun waktu tertentu dalam rangka mencapai

tujuan organisasi.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Baik atau buruknya kinerja sebuah organisasi tentunya tidak lepas dari

faktor-faktor yang mempengaruhinya. Widodo (2001:79) berpendapat

bahwa kinerja lembaga (organisasi) salah satunya ditentukan oleh kinerja

sekelompok orang sebagai pelaku organisasi. Sebaliknya, kinerja

sekelompok orang sebagai pelaku organisasi ditentukan oleh struktur,

peralatan, dan keuangan yang dimiliki oleh organisasi.

Hal ini menunjukkan bahwa antara sumber daya manusia (SDM)

dengan organisasi saling berkaitan dan berpengaruh dalam hal pencapaian

kinerja. Apabila kinerja karyawan (SDM) sebagai pelaku organisasi baik,

tetapi tidak didukung dengan sarana dan prasarana yang tidak memadai,

maka dimungkinkan tujuan organisasi tidak tercapai dengan baik dan

artinya kinerja organisasi tersebut buruk.

Hampir sama dengan yang disampaikan oleh Widodo di atas, Soesilo

(2000:22-12-22-13) dalam Tangkilisan (2007:180-181) mengemukakan

bahwa kinerja suatu organisasi birokrasi di masa depan dipengaruhi oleh

faktor-faktor berikut ini:

Page 18: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

a. Struktur organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan

fungsi yang menjalankan aktivitas organisasi.

b. Kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi.

c. Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas karyawan untuk

bekerja dan berkarya secara optimal.

d. Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan

database untuk digunakan dalam mempertinggi kinerja.

e. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan

penggunaan teknologi bagi penyelenggaraan organisasi pada setiap

aktivitas organisasi.

Atmosoeprapto (2001:11-19) dalam Tangkilisan (2007:181-182)

menyampaikan pendapat yang sedikit berbeda dengan pendapat-pendapat

di atas. Beliau membedakan faktor-faktor yang memengaruhi kinerja

organisasi menjadi dua macam yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam organisasi itu

sendiri, yang terdiri dari:

a. Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin

diproduksi oleh suatu organisasi.

b. Struktur organisasi, sebagai hasil desain antara fungsi yang akan

dijalankan oleh unit organisasi dengan struktur formal yang ada.

c. Sumber daya manusia, yaitu kualitas dan pengelolaan anggota

organisasi sebagai penggerak jalannya organisasi secara keseluruhan.

Page 19: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

d. Budaya organisasi, yaitu gaya dan identitas suatu organisasi dalam pola

kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang bersangkutan.

Faktor ekstenal merupakan faktor yang berasal dari luar organisasi,

yang terdiri dari:

a. Faktor politik, yaitu hal yang berhubungan dengan keseimbangan

kekuasaan negara yang berpengaruh pada keamanan dan ketertiban,

yang akan memengaruhi ketenangan organisasi untuk berkarya secara

maksimal.

b. Faktor ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi yang

berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya beli

untuk menggerakkan sektor-sektor lainnya sebagai suatu sistem

ekonomi yang lebih besar.

c. Faktor sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang di tengah

masyarakat, yang memengaruhi pandangan mereka terhadap etos kerja

yang dibutuhkan bagi peningkatan kinerja organisasi.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja organisasi dapat berasal dari dalam organisasi itu

sendiri (internal) maupun dari luar organisasi tersebut (eksternal). Yang

termasuk faktor internal antara lain adalah: struktur organisasi, tujuan

organisasi, sumber daya manusia, sistem informasi manajemen, sarana

prasarana, keuangan (dana), budaya organisasi. Sedangkan yang

atermasuk faktor eksternal antara lain adalah: faktor ekonomi, faktor

politik, dam faktor sosial.

Page 20: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

3. Penilaian Kinerja dan Indikator

Sebelum membahas lebih lanjut, terlebih dahulu kita harus mengetahui

apa yang dimaksud dengan penilaian kinerja serta apa yang dimaksud

dengan indikator kinerja itu.

Larry D. Stout dalam Bastian (2001) dalam Tangkilisan (2007:174)

mengemukakan bahwa pengukuran/penilaian kinerja organisasi

merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan

kegiatan dalam arah pencapaian misi (mission accomplishment) melalui

hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa, ataupun suatu proses.

Sedangkan Widodo (2008:95) berpendapat bahwa pengukuran kinerja

merupakan aktivitas menilai pencapaian hasil kerja yang dicapai oleh

organisasi, dalam melaksanakan kegiatan berdasarkan indikator kinerja

yang telah ditetapkan.

Dari dua pendapat diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa

penilaian kinerja organisasi merupakan kegiatan menilai pencapaian hasil

kerja suatu organisasi yang berupa produk, jasa ataupun proses,

berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan.

Mahmudi (2005:12) berpendapat tentang manfaat dari penilaian kinerja,

bahwa pengukuran kinerja merupakan alat untuk menilai kesuksesan

organisasi. Dalam konteks organisasi sektor publik, kesuksesan organisasi

itu akan digunakan untuk mendapatkan legitimasi dan dukungan publik.

Page 21: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Selain sebagai alat untuk menilai kesuksesan organisasi, penilaian

kinerja memiliki manfaat lain sebagaimana diungkapkan oleh Bastian

dalam Tangkilisan (2007:174) seperti di bawah ini:

a. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi

b. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan

c. Menjadikannya sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan

dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi

Manfaat dari dilakukannya penilain kinerja adalah kita dapat

mengetahui bagaimana kinerja sebuah organisasi. Manfaat dari

mengetahui bagaimana kinerja suatu organisasi pemerintah adalah

sebagaimana disampaikan oleh Teresa Curristine (2005:129) di bawah ini:

“Performance information is important for governments in assessing and improving policies: (1) in managerial analysis, direction and control of public services; (2) in budgetary analysis; (3) in parliamentary oversight of the executive; (4) for public accountability - the general duty on governments to disclose and take responsibility for their decision” Apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia maka artinya seperti

di bawah ini:

“Informasi/keterangan mengenai kinerja penting bagi pemerintah dalam menilai dan memperbaiki kebijakan: (1) di bidang analisis pengelolaan, petunjuk dan kontrol pelayanan publik; (2) dalam analisis anggaran; (3) dalam pengawasan parlemen terhadap eksekutif; (4) untuk akuntabilitas publik-tugas umum pemerintah untuk memperlihatkan dan bertanggungjawab atas keputusan mereka” Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan

penilaian terhadap kinerja, akan dapat ditentukan secara tepat langkah apa

yang harus dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja.

Page 22: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Dalam melakukan penilaian terhadap kinerja tentunya berdasarkan pada

indikator-indikator tertentu. Indikator kinerja menurut Bastian (2001:33)

dalam Tangkilisan (2007:175) adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif

yang menggambarkan tingkat pencapaian sasaran atau tujuan yang telah

ditetapkan dengan memperhitungkan elemen-elemen indikator berikut ini:

a. Indikator masukan (inputs)

Merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan agar organisasi mampu

menghasilkan produknya, baik barang atau jasa, yang meliputi

sumberdaya manusia, informasi, kebijakan, dan sebagainya.

b. Indikator keluaran (outputs)

Merupakan sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu

kegiatan yang berupa fisik atau pun non fisik.

c. Indikator hasil (outcomes)

Merupakan segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran

kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).

d. Indikator manfaat (benefit)

Merupakan sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan

kegiatan.

e. Indikator dampak (impacts)

Merupakan pengaruh yang ditimbulkan, baik positif maupun negatif,

pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah

ditetapkan.

Page 23: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Berbeda dengan pendapat di atas, Levine dkk. (1990) dalam Dwiyanto

(1995) dalam Tangkilisan (2007:170-171) berpendapat bahwa ada tiga

konsep yang dapat dijadikan acuan untuk mengukur kinerja organisasi

publik, yaitu:

a. Responsivitas (responsivveness)

Responsivitas mengacu pada keselarasan antara program dan kegiatan

pelayanan yang diberikan oleh organisasi publik dengan kebutuhan dan

keinginan masyarakat. Semakin banyak kebutuhan dan keinginan

masyarakat yang diprogramkan dan dijalankan oleh organisasi publik,

maka kinerja organisasi tersebut akan dinilai semakin baik.

b. Responsibilitas (responsibility)

Responsibilitas menjelaskan sejauh mana pelaksanaan kegiatan

organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prnsip yang

implisit atau eksplisit. Semakin kegiatan organisasi publik itu

dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi dan peraturan

serta kebijaksanaan organisasi, maka kinerjanya akan dinilai semakin

baik.

c. Akuntabilitas (accountability)

Sedangkan akuntabilitas mengacu pada seberapa besar pejabat politik

dan kegiatan organisasi publik tunduk pada pejabat politik yang dipilih

oleh rakyat. Dalam konteks ini kinerja organisasi publik dinilai baik

apabila seluruhnya atau setidaknya sebagian besar kegiatannya

memenuhi harapan dan keinginan para wakil rakyat. Semakin banyak

Page 24: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

tindak lanjut organisasi atas harapan dan aspirasi pejabat politik, maka

kinerja organisasi tersebut dinilai semakin baik.

Sedangkan Dwiyanto dkk. (2002:48-49) dalam Tangkilisan (2007:176-

178) mengemukakan empat macam ukuran dari tingkat kinerja suatu

organisasi publik yang sedikit berbeda dengan pendapat Levinne di atas,

yakni seperti di bawah ini:

a. Produktivitas

Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tungkat efisiensi, tetapi

juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami

sebagai rasio antara input dan output. Konsep produktivitas kemudian

dirasa terlalu sempit dan General Accounting Office (GAO) mencoba

mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas dengan

memasukkan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang

diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting.

b. Orientasi Layanan Kepada Pelanggan

Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik

muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan

yang diterima dari organisasi publik. Dengan demikian, kepuasan

masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator kinerja

organisasi publik.

c. Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali

kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan

Page 25: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan

kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas di sini

menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan

dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan

sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara

langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam

menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan

ketidakselarasan antara pelayanan dan kebutuhan masyarakat. Hal

tersebut jelas menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan

misi dan tujuan organisasi publik. Organisasi yang memiliki

responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek

pula.

d. Akuntabilitas

Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan

kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang telah

dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik

tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu

merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep

akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar

kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak

masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa dilihat

dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau

Page 26: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

pemerintah seperti penerapan target. Kinerja sebaiknya harus dinilai

dari ukuran eksternal juga seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku

dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki

akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai

dengan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat.

Salim dan Woodward (1992) dalam Ratminto (2007:174) berpendapat

bahwa indikator untuk menilai kinerja adalah sebagai berikut:

a. Economy atau ekonomis, adalah penggunaan sumber daya yang

sesedikit mungkin dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik.

b. Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan

tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam

suatu penyelenggaraan pelayanan publik.

c. Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah

ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang

maupun misi organisasi.

d. Equity atau keadilan adalah pelayanan publik yang diselenggarakan

dengan memperhatikan aspek-aspek kemerataan.

Ratminto dan Atik (2005:174) berpendapat bahwa indikator-indikator

kinerja sangat bervariasi. Akan tetapi, dari sekian banyak indikator

tersebut, kesemuanya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu indikator

kinerja yang berorientasi pada proses dan indikator kinerja yang

berorientasi pada hasil. Pengelompokan indikator berdasarkan dua sudut

pandang di atas dapat dilihat dalam tabel II.1 di bawah ini:

Page 27: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Tabel II.1

Perbandingan Indikator Pelayanan Publik

Pakar Indikator

Berorientasi hasil Berorientasi proses McDonald & Lawton (1997):

· Efficiency · Effectiveness

Salim & Woodward (1992):

· Economy · Eficiency · Effectiveness · Equity

Levine (1990): · Responsivitas · Responsibilitas · Akuntabilitas

Zeithaml, Pasuraman & Berry (1990):

· Tangibles · Reliability · Responsiveness · Assurance · Empathy

Keputusan MENPAN Nomor 63/2004: Standar Pelayanan Publik

· Waktu peyelesaian · Biaya pelayanan · Produk pelayanan

· Prosedur pelayanan · Sarana dan prasarana · Kompetensi petugas pemberi

layanan Keputusan MENPAN Nomor 63/2004: Asas Pelayanan Publik

· Transparansi · Akuntabilitas · Kondisional · Partisipatif · Kesamaan hak · Keseimbangan hak dan

kewajiban Keputusan MENPAN Nomor 63/2004: Prinsip Pelayanan Publik

· Ketepatan waktu · Akurasi

· Kesederhanaan · Kejelasan · Keamanan · Keterbukaan · Tanggung jawab · Kelengkapan sarana dan

prasarana · Kenyamanan · Kedisiplinan · Kesopanan dan keramahan · Kemudahan akses

Gibson, Ivancevich & Donnely (1990)

· Kepuasan · Efisiensi

· Perkembangan · Keadaptasian

Page 28: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

· Produksi · Kelangsungan hidup Sumber: Ratminto dan Atik (2007:178-179)

Behn (2003), Hatry (1999), Halachmi (2002a), Halachmi (2002b)

dalam Marc Holzer dan Kathryn Kloby (2005:1-2) menyebutkan bahwa

terdapat dua pendekatan yang digunakan dalam penilaian kinerja, yaitu

seperti di bawah ini:

“Two approaches to measuring and improving government performance are evident in the literature. First, there are those that emphasize the purpose, techniques and utility of performance measurement as a tool for increasing productivity. ... The second approach to measuring performance is addressed by a body of literature providing the argument that citizen inclusion in measuring the performance of government adds value to process and better informs policy decision” Apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah seperti di

bawah ini:

“Dua pendekatan untuk mengukur dan meningkatkan kinerja pemerintah adalah jelas dalam literatur. Pertama, ada yang menekankan tujuan, teknik dan kegunaan pengukuran kinerja sebagai alat untuk meningkatkan produktivitas. ... Pendekatan kedua untuk mengukur kinerja ditujukan oleh badan literatur memberikan argumen bahwa warga inklusi dalam mengukur kinerja pemerintah menambah nilai proses dan lebih baik menginformasikan keputusan kebijakan” Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua

pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai kinerja. Pertama,

pendekatan dari sisi hasil yaitu menilai kinerja dengan menggunakan

indikator yang berorientasi pada hasil seperti efektivitas, produktivitas,

efisiensi, dan sebagainya. Kedua, pendekatan dari sisi proses yaitu menilai

kinerja dengan menggunakan indikator yang berorientasi pada proses

seperti responsivitas, akuntabilitas, responsibilitas, dan sebagainya.

Page 29: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Dari penjelasan di atas dapat kita lihat bahwa indikator yang dipakai

untuk menilai kinerja cukup banyak. Akan tetapi dari sekian banyak

indikator tersebut tidak semuanya cocok apabila digunakan untuk

melakukan penilaian kinerja. Hal tersebut dikarenakan setiap organisasi

mempunyai tujuan, bidang kerja, jenis pelayanan (langsung dan tidak

langsung), dan kegiatan yang berbeda.

Dalam penelitian ini penulis ingin menilai kinerja dari dua segi, yaitu

dari segi hasil dan dari segi proses. Dari segi hasil, indikator yang dipilih

adalah produktivitas. Sedangkan dari segi proses, indikator yang dipilih

adalah responsivitas dan akuntabilitas.

B. Perlindungan

Karena candi merupakan BCB, maka perlindungan yang diterapkan sesuai

atau mengacu pada Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata

No.PM.49/UM.001/MKP/2009 tentang pedoman pelestarian BCB dan situs.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No:063/U/1995 tentang

Perlindungan dan Pemeliharaan Benda Cagar Budaya, perlindungan

didefinisikan sebagai upaya mencegah dan menanggulangi segala gejala atau

akibat yang disebabkan oleh perbuatan manusia atau proses alam, yang dapat

menimbulkan kerugian atau kemusnahan bagi nilai manfaat dan keutuhan

benda cagar budaya dengan cara penyelamatan, pengamanan, dan penertiban.

Atmosudiro (2004:12) berpendapat bahwa perlindungan BCB dan situs

dapat dilakukan melalui dua cara yaitu perlindungan hukum serta

perlindungan fisik. Perlindungan secara hukum dimaksudkan agar setiap

Page 30: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

tindakan mempunyai landasan yang legal hingga dapat

dipertanggungjawabkan dan dikontrol. Sedangkan perlindungan secara fisik

diterapkan baik pada BCB maupun pada lingkungan sekitar BCB.

Dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata

No.PM.49/UM.001/MKP/2009 tentang pedoman pelestarian BCB dan situs,

kegiatan dalam rangka perlindungan BCB dan situs diatur dalam pasal 23-25.

Kegiatan tersebut adalah:

1. Perizinan

Perizinan berasal dari kata izin yang menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2007:447) adalah pernyataan mengabulkan (tidak melarang);

persetujuan; membolehkan. Perizinan BCB dapat diartikan sebagai

tindakan mengabulkan atau tidak mengabulkan segala kegiatan yang

berkaitan dengan BCB dan situs.

Perizinan BCB diatur dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan

Pariwisata No: PM.49/UM.001/MKP/2009 tentang Pedoman Pelestarian

Benda Cagar Budaya dan Situs pasal 23-38.

a. Lingkup perizinan BCB dan situs

Lingkup perizinan BCB dijelaskan pada pasal 23 ayat (1) dimana

perizinan tersebut meliputi tiga hal. Pertama: izin membawa BCB ke

luar wilayah Republik Indonesia. Kedua, izin membawa BCB antar

daerah. Ketiga, izin pemanfaatan BCB untuk kepentingan agama,

sosial, pariwisata, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan atau kebudayaan.

Selanjutnya pada ayat (2) menjelaskan bahwa jenis BCB yang

Page 31: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

dimaksud di atas meliputi BCB milik Negara maupun perorangan, BCB

buatan manusia maupun buatan alam, BCB bergerak maupun tida

bergerak.

b. Izin membawa BCB

Izin membawa BCB diatur dalam pasal 27 ayat (1) dan ayat (2). Pada

ayat (1), disebutkan bahwa perizinan pembawaan BCB antar daerah

hanya terhadap BCB bergerak dan hanya berlaku untuk tujuan

berpindah tetap (selamanya) karena kepentingan mengikuti pemilik,

beralihnya pemilikan, perlindungan dan pelestarian, pertukaran

informasi keagamaan dan kebudayan (adat). Pada ayat (2) dijelaskan

lebih lanjut bahwa permohonan izin pembawaan BCB antar daerah

dianggap pendaftaran BCB.

c. Izin memanfaatkan BCB

Izin memanfaatkan BCB diatur dalam pasal 33 serta pasal 34 ayat (1)

dan (2). Dalam pasal 33 dijelaskan bahwa fungsi pemanfaatan BCB

untuk kepentingan agama, sosial, pariwisata, pendidkan, ilmu

pengetahuan dan/atau kebudayaan meliputi pendayagunaan menurut

jenis kebendaan atas benda cagar budaya, bergerak dan tidak bergerak.

Pada pasal 34 ayat (1) disebutkan bahwa pendayagunaan BCB bergerak

dapat berfungsi sebagai sarana pameran, penelitian, pengembangan

IPTEK, serta perkenalan informasi keagamaan dan kebudayaan

(kesenian dan adat istiadat). Sedangkan pada pasal 34 ayat (2)

disebutkan bahwa pendayagunaan BCB tidak bergerak termasuk situs

Page 32: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

dapat berfungsi sebagai sarana upacara keagamaan, acara pertunjukan,

kegiatan sosial/kemasyarakatan, kunjungan wisatawan, kegiatan

pendidikan, penelitian/survei, serta pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

2. Penyelamatan

Dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor:

PM.49/UM.001/MKP/2009 tentang Pedoman Pelestarian Benda Cagar

Budaya dan Situs, penyelamatan diartikan sebagai upaya darurat ataupun

terencana untuk melindungi benda cagar budaya dan situs dari ancaman

kerusakan, kehilangan, dan kemusnahan.

Penyelamatan BCB diatur dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan

Pariwisata No: PM.49/UM.001/MKP/2009 tentang Pedoman Pelestarian

Benda Cagar Budaya dan Situs pasal 39-47. Kegiatan yang dilakukan

dalam rangka penyelamatan BCB adalah sebagai berikut:

a. Ekskavasi

Pengertian ekskavasi terdapat pada pasal 39 ayat (3) yaitu kegiatan

penggalian yang mengguanakan metode dan teknik arkeologis

sebagaimana kegiatan ekskavasi yang dilakukan dalam kegiatan

ekskavasi arkeologi pada umumnya. Dalam pasal 39 ayat (1) dijelaskan

tentang tujuan ekskavasi penyelamatan, yaitu untuk menghimpun data

secara vertikal yang berhubungan dengan BCB dan/atau situs yang

terancam kelestariannya baik akibat ulah manusia maupun yang

disebabkan oleh aktivitas lingkungan sekitarnya. Selanjutnya, dalam

Page 33: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

ayat (2) dijelaskan lebih lanjut lagi bahwa hasil dari kegiatan ekskavasi

dijadikan dasar untuk menentukan langkah kebijakan lebih lanjut dalam

upaya penyelamatan dan pelestariannya.

b. Studi Analisis Dampak Lingkungan

Menurut pasal 41 ayat (1), kegiatan studi analisis mengenai dampak

lingkungan ditujukan khusus terhadap BCB dan/atau situs yang terkena

rencana pembangunan (renbang). Hal ini sangat penting artinya dan

sangat diperlukan bagi proses penentuan keputusan/kebijakan untuk

suatu usaha atau kegiatan, sehingga keamanan dan kelestarian BCB

dan/atau situs dapat terus terjamin sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku.

c. Pemberian Hadiah

Menurut pasal 43 ayat (1), kegiatan pemberian hadiah temuan

merupakan salah satu upaya penyelamatan BCB dengan cara

memberikan hadiah/imbalan kepada penemu/pemilik BCB serta

pemberian ganti rugi/pembebasan tanah kepada pemilik atau yang

menguasai lahan situs. Ada empat hal yang perlu diketahui terkait

kegiatan pemberian hadiah ini. Pertama, pada ayat (2) dijelaskan bahwa

hadiah temuan atau imbalan jasa serta ganti rugi pembebasan tanah

lahan situs yang diberikan dapat berupa sejumlah uang atau sertifikat

penghargaan. Kedua, pada ayat (3) dijelaskan bahwa terhadap BCB

yang telah diberi hadiah temuan/imbalan jasa kepada penemu, menjadi

milik negara dan ditempatan di museum. Ketiga, pada ayat (4)

Page 34: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

dijelaskan juga bahwa terhadap lahan yang telah diganti rugi atau

tanahnya telah dibebaskan ditetapkan sebagai situs yang dikuasai oleh

negara.

d. Pemindahan BCB

Menurut pasal 44 ayat (1), pemindahan BCB merupakan salah satu

upaya penyelamatan terhadap BCB yang mengalami ancaman atau

diduga akan mengalami kerusakan atau kemusnahan akibat ulah

manusia atau yang diakibatkan oleh aktifitas lingkungan alam atau

sekitarnya.

e. Pemintakatan

Pemintakatan menurut pasal 46 ayat (1) adalah salah satu upaya

perlindungan terhadap BCB dan/atau situs dengan cara menetapkan

lahan peruntukan terhadap situs, yang terdiri atas mintakat inti,

mintakat penyangga, dan mintakat pengembangan. Peruntukan masing-

masing mintakat dijelaskan dalam ayat (2) seperti dibawah ini:

1) Mintakat inti, adalah lahan yang merupakan batas asli situs, lahan

yang mengandung potensi BCB. Penentuan batas untuk mintakat inti

didasarkan pada tiga hal. Pertama, batas asli yaitu batas asli

keberadaan BCB. Kedua, batas geotopografis yaitu batas-batas yang

mengikuti bentangan alam misalnya lereng, sungai, lembah, dan

sebagainya. Ketiga, batas kelayakan pandang, yaitu batas dimana

pengunjung dapat mengapreasikan bentuk atau nilai BCB.

Page 35: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

2) Mintakat Penyangga berfungsi sebagai penyangga (bumper) untuk

pengaman mintakat inti dari situs dan BCB. Idealnya, pada mintakat

penyangga ini lahan telah steril dari BCB. Untuk itu, dalam

penetapan mintakat penyangga ini perlu juga mempertimbangkan

potensi ancaman yang perlu dilakukan ekskavasi dalam bentuk test

pit. Selain itu, penetapan mintakat penyangga ini perlu juga

mempertimbangkan potensi ancaman yang dapat mengancam

kelestarian situs dan BCB.

3) Mintakat pengembangan, merupakan lahan yang dapat dimanfaatkan

untuk berbagai kepentingan pengembangan pemanfaatan serta

sebagai lahan pembangunan fasilitas situs.

f. Studi Nominasi Warisan Budaya Dunia

Menurut pasal 47 ayat (1), kegiatan studi nominasi warisan buadaya

dunia merupakan salah satu upaya perlindungan terhadap BCB dan/atau

situs yang memiliki karakter dan keunikan tersendiri, dan dengan

jumlah yang sangat terbatas sehingga memiliki nilai yang bertaraf

internasional. Dalam pasal (2) dijelaskan bahwa kegiatan studi

nominasi dilakukan untuk menghimpun data-data penunjang guna

memenuhi kriteria dan persyaratan yang tercantum dalam standard

nominasi warisan budaya dunia yang ditetapkan oleh UNESCO.

3. Pengamanan

Dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor:

PM.49/UM.001/MKP/2009 tentang Pedoman Pelestarian Benda Cagar

Page 36: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Budaya dan Situs, pengamanan diartikan sebagai upaya perlindungan

benda cagar budaya dan situs dengan cara menjaga, mencegah, dan

menanggulangi hal-hal yang ditimbulkan oleh perbuatan manusia dan/atau

kondisi alam yang dapat merugikan kelestarian dan kekayaan benda cagar

budaya dan situs.

Pengamanan BCB diatur dalam pasal 48 ayat (1), yaitu pengamanan

dilakukan dengan cara menjaga, mencegah, dan menanggulangi hal-hal

yang ditimbulkan karena perbuatan manusia, yang antara lain berupa

pencurian; pengerusakan dan pencemaran; penyelundupan keluar wilayah

Indonesia; penggalian dan penyelaman liar. Dalam pasal 49 disebutkan

bahwa permasalahan pengamanan dan penertiban BCB pada dasarnya

dapat dilihat pada dua masalah pokok, yaitu yang disebabkan oleh

perbuatan yang ditimbulkan manusia dan yang disebabkan oleh faktor

alam.

Langkah-langkah prosedur pengamanan sebagaimana dijelaskan dalam

pasal 51 meliputi kegiatan-kegiatan upaya pencegahan (preventif) maupun

upaya penanganan (represif), baik yang berupa data, sarana, prasarana,

koordinasi, maupun lainnya semuanya meliputi kegiatan pendataan

pengamanan, dengan cara menjaring informasi melalui laporan lisan

maupun tertulis.

Kegiatan pengamanan BCB meliputi:

a. Pengawasan dan Penertiban

Page 37: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Untuk BCB bergerak, dilakukan pengawasan lalu lintas keberadaan

BCB dimana menurut pasal 52 ayat (1), pengawasan lalu lintas

keberadaan BCB ini dilakukan dalam rangka mengantisipasi peredaran

dan pemanfaatan BCB secara ilegal pada masyarakat. Sedangkan untuk

BCB tidak bergerak dan situs, langkah penertibannya seperti yang

dijelaskan dalam pasal 52 ayat (2), yakni berupa pengaturan

pemanfaatan BCB, situs, lingkungan, kawasan, dan pengembangannya

termasukdi dalamnya kegiatan pemintakatan (zooning), yaitu penentuan

batas BCB dan situs sesuai peruntukannya.

b. Pemasangan Poster atau Pamflet

Salah satu langkah pengamanan terhadap BCB adalah dengan

memasang poster/pamflet jenis BCB dimana menurut pasal 53

pemasangannya dilakukan di tempat-tempat strategis, sarana angkutan

tertentu, berisi himbauan, ajakan, larangan, dan sebagainya.

c. Pengamanan Lokasi BCB

Dalam pasal 54, pengamana lokasi BCB dilakukan melalui:

1) Sistem jaringan informasi pengamanan agar tidak terjadi pelanggaran

atau kejahatan, yaitu melalui kesadaran masyarakat (siskamtibmas

swakarsa)

2) Komunikasi untuk memudahkan hubungan antara para petugas

pelaksana di lapangan dengan pihak yang terkait atau yang

berwenang.

Page 38: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

3) Pemasangan papan informasi pengamanan yang berupa informasi

tulisan untuk memberikan penerangan yang bersifat larangan, ajakan,

apresiasi, pesan, dan petunjuk pada lokasi atau situs.

4) Pengadaan pos jaga bagi petugas pengamanan yang berfungsi

sebagai tempat pemantauan lokasi situs.

5) Pemagaran sebagai pembatas lokasi situs

6) Pengadaan lampu penerangan untuk memantau lokasi situs pada

malam hari

7) Monitoring petugas pengamanan untuk memantau dan mengontrol

pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh petugas pengaman pada

lokasi situs baik pada malam hari maupun siang.

d. Peningkatan Koordinasi Pengamanan

Dalam pasal 55 ayat (1) disebutkan bahwa peningkatan koordinasi

pengamanan dengan instansi atau pihak yang terkait dilakukan melaui

kerja sama dalam pelaksanaan dan seminar-seminar dalam rangka

menyamakan persepsi dan tindak pengamanan terhadap BCB.

e. Penambahan Jumlah dan Kualitas Satuan Organisasi Pengaman

Menurut pasal 55 ayat (2), peningkatan jumlah dan kualitas satuan

organisasi pengaman berupa penambahan sumber daya manusia yang

berkualitas kesamaptaan Polri (PPNS dan Satpam) yang berfungsi

melakukan tugas di lapangan dan operasional untuk menghadapi kasus-

kasus pelanggaran dan kejahatan.

Page 39: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

f. Peningkatan pengaman

Pasal 55 menyebutkan bahwa pengaman BCB dan situs dapat melalui

peningkatan tindakan pengamanan dalam menangani kasus-kasus yang

telah terjadi, baik tindak pelanggaran maupun tindak kejahatan terhadap

kelestarian BCB, bekerja sama dengan pihak Polri dan pihak yang

berwenang dalam memutuskan perkara.

Perlindungan terhadap BCB pada dasarnya bertujuan untuk

melestarikannya agar tetap bisa dimanfaatkan untuk memajukan kebudayaan

Nasional Indonesia dan memperkuat jati diri bangsa. Perlindungan terhadap

BCB merupakan salah satu tugas pokok dari Balai Pelestarian Peninggalan

Purbakala (BP3).

Hal tersebut di atas berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan

Pariwisata Nomor PM.37/OT.001/MKP-2006 tentang Organisasi dan

Tatakerja Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala, dimana Balai Peninggalan

Purbakala (BP3) mempunyai tugas melaksanakan pemeliharaan,

perlindungan, pemugaran, dokumentasi, bimbingan dan penyuluhan,

penyelidikan dan pengamanan terhadap peninggalan purbakala bergerak

maupun tidak bergerak serta situs, termasuk yang berada di lapangan maupun

tersimpan di ruangan.

Dalam pelaksanaannya, kegiatan perlindungan memerlukan beragam

pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu. Selain itu, kegiatan perlindungan

juga memerlukan kerja sama dari berbagai pihak terkait, bukan hanya oleh

pemerintah saja. Hal ini sebagaimana terdapat pada Charter For The

Page 40: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Protection and Management Of The Archeological Heritage (1990) oleh

International Council on Monument and Sites (ICOMOS) sebagai berikut:

“The protection of this heritage cannot be based upon the application of archaeological techniques alone. It requires a wider basis of professional and scientific knowledge and skills. Some elements of the archaeological heritage are components of architectural structures and in such cases must be protected in accordance with the criteria for the protection of such structures laid down in the 1966 Venice Charter on the Conservation and Restoration of Monuments and Sites. Other elements of the archaeological heritage constitute part of the living traditions of indigenous peoples, and for such sites and monuments the participation of local cultural groups is essential for their protection and preservation. For these and other reasons the protection of the archaeological heritage must be based upon effective collaboration between professionals from many disciplines. It also requires the co-operation of government authorities, academic researchers, private or public enterprise, and the general public.” Apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, maka artinya kurang lebih

adalah sebagai berikut:

“Perlindungan terhadap heritage tidak dapat didasarkan pada penerapan teknik arkeologi saja. Ini membutuhkan dasar dari profesional dan pengetahuan ilmiah serta keterampilan yang lebih luas. Beberapa elemen dari warisan arkeologi merupakan komponen dari struktur arsitektural dan dalam kasus-kasus seperti itu harus dilindungi sesuai dengan kriteria perlindungan struktur seperti diatur dalam Piagam Venesia tahun 1966 tentang Konservasi dan Restorasi Monumen dan Situs. Elemen lain dari warisan arkeologi merupakan bagian dari tradisi hidup penduduk asli, dan untuk situs dan monumen tersebut partisipasi kelompok budaya lokal penting untuk perlindungan dan pelestarian situs dan monumen tersebut. Untuk alasan ini dan alasan-alasan lainnya, perlindungan terhadap warisan arkeologi harus didasarkan pada kolaborasi efektif antara para profesional dari berbagai disiplin ilmu. Hal ini juga memerlukan kerjasama dari pemerintah yang berkuasa, peneliti akademis, perusahaan pribadi atau publik, dan masyarakat umum. Dari apa yang dituliskan di atas dapat kita ketahui bahwa BCB yang

merupakan warisan arkeologi, perlindungan terhadapnya tidak dapat semata-

mata hanya berdasar pada kaidah ilmu arkeologi saja, tetapi juga memerlukan

Page 41: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

disiplin ilmu lain seperti teknik, arsitektur, geologi, dan sebagainya. Selain

itu, perlindungan hendaknya melibatkan berbagai pihak terkait seperti

masyarakat adat atau masyarakat lokal, pihak swasta, pemerintah, serta

masyarakat luas.

Jika pada ulasan di atas hanya melihat perlindungan dari aspek

perlindungan BCB saja, Eisuke Tanaka berpandangan lain seperti tertulis di

bawah ini:

“However, the idea of protection does not simply mean objects considered cultural property from destruction. The notion of protection is also used to denote protecting the owner’s right to control cultural property. What is often at stake in cultural property debates (e.g. disputes over repatriation) is where and by whom such objects should be protected, and who can decide where such objects are protected and displayed. This provokes rivalry between different claimants for the ownership of cultural property at international, national and local levels” Terjemahannya dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

“Namun, gagasan perlindungan tidak hanya berarti menjaga benda dianggap harta budaya dari kehancuran. Gagasan perlindungan ini juga digunakan untuk menunjukkan melindungi hak pemilik untuk mengontrol kekayaan budaya. Apa yang sering dipertaruhkan dalam perdebatan properti budaya (sengketa misalnya lebih dari repatriasi) adalah dimana dan oleh siapa objek tersebut harus dilindungi, dan siapa yang bisa menentukan dimana benda tersebut dilindungi dan ditampilkan. Hal ini menimbulkan persaingan antara pengadu yang berbeda untuk kepemilikan budaya properti di tingkat internasional, nasional, dan lokal”

C. Candi

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai dua hal. Pertama, sekilas tentang

candi yang mencakup pengertian candi, struktur bangunan, tujuan pembuatan,

dan langgam candi. Kedua, candi sebagai BCB yang mencakup pengertian

BCB, kewajiban terhadap BCB, dan larangan terhadap BCB.

Page 42: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

1. Sekilas Tentang Candi

Indonesia pantas mendapat julukan ”Negeri Seribu Candi” karena

banyak candi yang bertebaran di Indonesia, yaitu dengan pusatnya di

Pulau Jawa (www.hurahura.wordpress.com). Definisi tentang candi

disampaikan oleh Soekmono (1996) dalam www.wikipedia.com yakni

sebagai berikut:

"Antara abad ke-7 dan ke-15 masehi, ratusan bangunan keagamaan dibangun dari bahan bata merah atau batu andesit di pulau Jawa, Sumatera, dan Bali. Bangunan ini disebut candi. Istilah ini juga merujuk kepada berbagai bangunan pra-Islam termasuk gerbang, dan bahkan pemandian, akan tetapi manifestasi utamanya tetap adalah bangunan suci keagamaan." Rusdi (2010:18) menjelaskan bahwa kata ‘candi’ biasanya mengacu

pada berbagai macam bentuk dan fungsi suatu bangunan. Fungsi bengunan

yang dimaksud antara lain adalah sebagai tempat ibadah, pusat pengajaran

agama, tempat penyimpanan abu jenazah para raja, tempat pemujaan atau

tempat bersemayamnya para dewa, petirtaan (pemandian), dan gapura.

Walaupun fungsi dari bangunan candi cukup beragam, namun secara

umum fungsi-fungsi itu tidak terlepas dari kegiatan keagamaan, khususnya

untuk agama Hindu dan Budha.

Menurut www.wikipedia.com, struktur bangunan candi terbagi menjadi

tiga bagian yaitu:

a. Kaki candi: bagian dasar Sekaligus membentuk denahnya (berbentuk

segi empat, ujur sangkar atau segi 20)

b. Tubuh candi: terdapat kamar–kamar tempat arca atau patung

Page 43: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

c. Atap candi: berbentuk limasan, bermahkota stupa, lingga, ratna atau

wajra

Menurut sumber yang sama, apabila dilihat dari tujuan pembuatannya,

candi terbagi menjadi tiga macam yaitu:

a. Candi Kerajaan, yaitu yang digunakan oleh seluruh warga kerajaan.

Contoh: Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi

Plaosan (Jawa Tengah)

b. Candi Wanua/Watak,yaitu candi yang digunakan oleh seluruh

masyarakat pada daerah tertentu pada suatu kerajaan. Contoh: candi

yang berasal dari masa Majapahit, Candi Sanggrahandi (Tulung Agung,

Jawa Timur), Candi Gebang (Yogya), Candi Pringapus (Temanggung,

Jawa Tengah).

c. Candi Pribadi, yaitu candi yang digunakan untuk mendharmakan

seorang tokoh. Contoh: Candi Kidal (pendharmaan Anusapati,raja

Singhasari), Candi Jajaghu (Pendharmaan Wisnuwardhana,raja

Singhasari), Candi Ngrimbi (pendharmaan Tribuanatunggadewi, ibu

Hayam Wuruk),Candi Tegawangi (pendharmaan Bhre Matahun), dan

Candi Surawana (pendharmaan Bhre Wengker).

Masih menurut sumber yang sama, dijelaskan juga bahwa

pembangunan candi dibuat berdasarkan beberapa ketentuan yang terdapat

dalam suatu kitab Vastusastra atau Silpasastra yang dikerjakan oleh silpin

yaitu seniman yang membuat candi (arsitek zaman dahulu). Salah satu

bagian dari kitab Vastusastra adalah Manasara yang berasal dari India

Page 44: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Selatan. Dalam kitab Manasara tidak hanya berisi patokan-patokan

membuat kuil beserta seluruh komponennya saja, melainkan juga

arsitektur profan, bentuk kota, desa, benteng, penempatan kuil-kuil di

kompleks kota/desa, dan lain-lain.

Beberapa ketentuan dari kitab selain Manasara namun sangat penting di

Indonesia adalah syarat bahwa bangunan suci sebaiknya didirikan di dekat

air, baik air sungai (terutama di dekat pertemuan 2 buah sungai, danau,

laut, bahkan kalau tidak ada harus dibuat kolam buatan atau meletakkan

sebuah jambangan berisi air di dekat pintu masuk bangunan suci tersebut.

Selain di dekat air, tempat terbaik mendirikan sebuah candi yaitu di

puncak bukit, di lereng gunung, di hutan, di lembah,dsb. Seperti kita

ketahui, candi-candi pada umumnya didirikan di dekat sungai, bahkan

candi Borobudur terletak di dekat pertemuan sungai Opak dan sungai

Progo.

Bila kita berbicara masalah candi di Jawa, tentunya tidak lepas dari

pembahasan mengenai kapan dan oleh siapa candi itu dibuat. Menurut

Rusdi (2010:13-14), pada awal abad ke-8 telah berdiri kerajaan besar yang

bernama Mataram Kuno, yang berpusat di Jawa Tengah. Kemudian, pada

abad ke-10 pusat kerajaan ini berpindah ke Jawa Timur. Kerajaan

Mataram Kuno pernah diperintah oleh dua wangsa (dinasti), yaitu Wangsa

Sanjaya yang beragama Hindu dan Wangsa Syailendra yang beragama

Budha.

Page 45: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Rusdi (2010:23-24) menambahkan bahwa candi-candi yang terletak

Jawa Tengah wilayah utara, umumnya dibangun oleh Wangsa Sanjaya,

dimana candi-candi tersebut adalah candi Hindu. Candi-candi ini biasanya

bentuk bangunannya lebih sederhana. Selain itu umumnya candi ini

dibangun dalam satu kelompok dengan pola yang sama dimana candi

induk terletak di tengah dikelilingi oleh candi Perwara (pendamping).

Sedangkan untuk candi-candi yang berada di wilayah Jawa Tengah

Selatan, umumnya dibangun oleh Wangsa Syailendra dan candi-candi

tersebut adalah candi Budha. Umumnya, candi-candi ini bangunannya

megah dan sarat dengan hiasan.

Lain lagi dengan candi yang berada di Jawa Timur yang umumnya

memiliki usia yang lebih muda dibanding dengan candi yang terdapat di

Jawa Tengah dan Yogyakarta.Hal ini karena pembangunannya dilakukan

di bawah pemerintah kerajaan-kerajaan penerus Mataram Kuno, seperti

Kerajaan Kahuripan, Singasari, Kediri, Majapahit. Selain itu bangunan

candi di Jawa Timur sangat beragam, tergantung pada candi tersebut

dibangun pada pemerintahan kerajaan apa.

Sebagai contoh, candi yang dibuat pada masa kerajaan Singasari dibuat

dari bahan batu andesit dan diwarnai oleh ajaran Tantrayana (Hindu-

Buddha). Sedangkan candi yang dibangun pada masa kerajaan Majapahit

umumnya dibuat dari bahan bata merah dan lebih diwarnai oleh ajaran

Buddha.

Page 46: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Soetarno (2007:6) menyebutkan ciri-ciri Candi Langgam Jawa Tengah

sebagai berikut:

a. Bentuk bangunannya tambun

b. Atapnya nyata berundak-undak

c. Puncaknya berbentuk ratna atau stupa

d. Gawang pintu dan relung berhiaskan kala makara

e. Reliefnya timbul agak tinggi dan lukisannya naturalis

f. Letak candi di tengah halaman

g. Kebanyakan menghadap ke timur

h. Kebanyakan terbuat dari batu andesit

Sedangkan untuk ciri-ciri candi langgam Jawa Timur, Soetarno

(2007:122) menjelaskan seperti di bawah ini:

a. Bentuk bangunan ramping

b. Atapnya merupakan perpaduan tingkatan

c. Puncaknya berbentuk kubus

d. Makara tidak ada, dan pintu relung hanya ambang atasnya saja yang

diberi kepala kala

e. Letak candi di bagian belakang halaman

f. Kebanyakan menghadap ke barat

g. Kebanyakan terbuat dari bata

Masih berkaitan dengan langgam candi, Soekmono (1973) dalam

www.wikipedia.com menjelaskan bahwa berdasarkan langgam seni atau

gaya arsitekturnya, candi di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua yaitu

Page 47: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

langgam Jawa Tengah dan Langgam Jawa Timur. Sedangkan untuk candi-

candi yang berada di Bali, Kalimantan, dan Sumatra dikategorikan

menganut langgam Jawa Timur. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat

pada tabel II.2 di bawah ini:

Tabel II.2

Langgam Candi di Indonesia

Bagian dari Candi Langgam Jawa Tengah Langgam Jawa Timur

Bentuk Bangunan Cenderung tambun Cenderung tinggi dan

ramping

Atap Jelas menunjukkan

undakan, terdiri atas tiga

tingkatan

Atapnya merupakan

kesatuan tingkatan.

Undakan-undakan kecil

yang sangat banyak

membentuk kesatuan atap

yang melengkung halus.

Kemuncak Stupa (candi Buddha),

Ratna atau Vajra (candi

Hindu)

Kubus (candi Hindu),

terkadang Dagoba yang

berbentuk tabung (candi

Buddha)

Gawang pintu dan hiasan

relung

Gaya Kala-Makara;

kepala Kala dengan mulut

menganga tanpa rahang

bawah terletak di atas

pintu, terhubung dengan

Makara ganda di masing-

masing sisi pintu

Hanya kepala Kala

tengah menyeringai

lengkap dengan rahang

bawah terletak di atas

pintu, Makara tidak ada

Relief Ukiran lebih tinggi dan

menonjol dengan gambar

Ukiran lebih rendah

(tipis) dan kurang

Page 48: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

bergaya naturalis menonjol, gambar

bergaya seperti wayang

Bali

Tata letak dan lokasi

candi utama

Mandala konsentris,

simetris, formal; dengan

candi utama terletak tepat

di tengah halaman

kompleks candi,

dikelilingi jajaran candi-

candi perwara yang lebih

kecil dalam barisan yang

rapi

Linear, asimetris,

mengikuti topografi

(penampang ketinggian)

lokasi; dengan candi

utama terletak di

belakang, paling jauh dari

pintu masuk, dan

seringkali terletak di

tanah yang paling tinggi

dalam kompleks candi,

candi perwara terletak di

depan candi utama

Arah hadap bangunan Kebanyakan menghadap

ke timur

Kebanyakan menghadap

ke barat

Bahan bangunan Kebanyakan batu andesit Kebanyakan batu bata

merah

Sumber: www.wikipedia.com

Dari tabel di atas, dapat kita ketahui bahwa antara langgam Jawa

Tengah dan langgam Jawa Timur memiliki perbedaan pada bagian-bagian

candi yang dapat kita lihat dengan jelas. Untuk langgam Jawa Tengah

sendiri sebenarnya masih dikelompokkan lagi menjadi langgam Jawa

Tengah Utara dan langgam Jawa Tengah selatan.

Pada langgam Jawa Tengah Utara, ukiran candi lebih sederhana,

bangunannya lebih kecil, dan kelompok candinya lebih sedikit. Candi

yang termasuk pada langgam Jawa Tengah Utara ini contohnya adalah

Page 49: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

candi Gunung Wukir, candi Badut, kompleks candi Gedong Songo dan

kompleks candi Dieng. Sedangkan langgam Jawa Tengah Selatan,

ukirannya lebih banyak dan mewah, bangunannya lebih megah, serta candi

dalam kompleksnya lebih banyak dengan tata letak yang teratur. Candi

yang termasuk dalam langgam Jawa Tengah Selatan ini contohnya adalah

candi Borobudur, candi Mendut, candi Plaosan dan candi Sewu.

Pada kurun akhir Majapahit, gaya arsitektur candi ditandai dengan

kembalinya unsur-unsur langgam asli Nusantara bangsa Austronesia,

seperti kembalinya bentuk punden berundak. Bentuk bangunan seperti ini

tampak jelas pada Candi Sukuh dan Candi Cetho di lereng gunung Lawu,

selain itu beberapa bangunan suci di lereng Gunung Penanggungan juga

menampilkan ciri-ciri piramida berundak mirip bangunan piramida

Amerika Tengah.

2. Candi sebagai Benda Cagar Budaya (BCB)

Candi merupakan salah satu jenis benda cagar budaya. Oleh karena itu,

selain memahami tentang candi kita juga harus mengetahui beberapa hal

terkait BCB, yaitu tentang pengertian BCB, kewajiban dan larangan

terhadapnya. Hal itu penting karena hal-hal yang merupakan kewajiban

terhadap BCB maupun larangan terhadapnya akan berlaku pula pada

sebuah candi.

Dalam Undang-Undang No.5 tahun 1992 pasal 1 ayat (1) dijelaskan

bahwa benda cagar budaya adalah:

Page 50: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

a. Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa

kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang

berumur sekurang-kurangnya 50 (limapuluh) tahun, atau mewakili masa

gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima

puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah,

ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.

b. Benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu

pengetahuan, dan kebudayaan.

Dari pengertian di atas, dapat kita ketahui dua hal: pertama, bahwa

BCB ternyata bukan hanya benda buatan manusia saja, tetapi bisa juga

benda alam yang memang memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu

pengetahuan, serta kebudayaan. Kedua, BCB dapat digolongkan menjadi

BCB bergerak dan BCB tidak bergerak. BCB bergerak maksudnya adalah

BCB yang mudah dipindahkan atau dibawa, contohnya keris, arca, kitab

kuno. Sedangkan BCB tidak bergerak adalah BCB yang tidak mudah

dipindahkan apalagi dibawa, contohnya candi, benteng, goa.

Benda cagar budaya (BCB) secara umum disebut dengan warisan

arkeologi. ICOMOS mendefinisikan warisan arkeologi sebagai berkut:

“The "archaeological heritage" is that part of the material heritage in respect of which archaeological methods provide primary information. It comprises all vestiges of human existence and consists of places relating to all manifestations of human activity, abandoned structures, and remains of all kinds (including subterranean and underwater sites), together with all the portable cultural material associated with them.” Apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, maka artinya kurang

lebih adalah sebagai berikut:

Page 51: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

“Warisan arkeologi adalah bagian dari warisan/peninggalan arkeologi yang dari metode arkeologi menghasilkan informasi primer. Ini terdiri dari semua sisa keberadaan manusia dan terdiri dari tempat-tempat yang berkaitan dengan semua manifestasi dari aktivitas manusia, struktur yang ditinggalkan, dan sisa-sisa segala jenis (termasuk situs di bawah tanah dan bawah air), berikut dengan semua material budaya yang portabe/mudah dibawa yang terkait dengan mereka.”

Melihat nilai penting BCB, jumlahnya yang terbatas, sifatnya yang

tidak dapat diperbarui dan digantikan, dan tingkat kerawanan yang tinggi,

maka dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1992 tentang BCB diatur

tentang hal-hal yang berkaitan dengan BCB, salah satunya adalah tentang

kewajiban dan larangan terhadap BCB.

Kewajiban yang harus dilakukan seseorang terhadap BCB adalah

sebagai berikut ini:

a. Kewajiban melapor

Kewajiban melapor ini berlaku bagi setiap orang yang: pertama,

menemukan atau mengetahui ditemukannya BCB atau benda yang

diduga BCB (pasal 10 ayat (1)). Kedua, BCB yang dikuasai/dimiliki

hilang atau rusak (pasal 9).

b. Kewajiban mendaftarkan BCB, meliputi: pertama, pendaftaran BCB

yang dimiliki/dikuasainya. Kedua, pengalihan hak dan pemindahan

BCB (pasal 8 ayat (1)).

c. Kewajiban melindungi dan memelihara BCB

Sedangkan larangan atau hal-hal yang tidak boleh dilakukan terhadap

BCB adalah seperti di bawah ini:

Page 52: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

a. Larangan Mutlak

Larangan mutlak adalah larangan yang tidak boleh dilanggar apapun

kondisinya. Larangan mulak terhadap BCB ada pada pasal 15 ayat (1)

UU Benda Cagar Budaya, dimana setiap orang dilarang merusak benda

cagar budaya dan situs serta lingkungannya. Kegiatan yang dinilai dapat

merusak BCB adalah seperti kegiatan mengurangi, menambah,

mengubah, memindahkan, dan mencemari BCB. Sedangkan kegiatan

yang dinilai dapat merusak situs adalah seperti kegiatan mengurangi,

mencemari, dan/atau mengubah fungsi situs.

b. Larangan Bersyarat

Larangan bersyarat adalah larangan yang berubah menjadi

diperbolehkan apabila ada izin dari pemerintah. Larangan tersebut

tertulis pada beberapa pasal dalam Undang-Undang Benda Cagar

Budaya antara lain:

1) Mencari BCB, benda yang diduga sebagai BCB, benda berharga

yang tidak diketahui pemiliknya dengan cara penggalian,

penyelaman, pengangkatan, atau dengan cara pencarian lainnya

tanpa izin dari pemerintah. Izin pencarian hanya diberikan untuk

kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan dan teknologi,

penyelamatan dan/atau pelestarian BCB (Pasal 12).

2) Membawa BCB ke luar wilayah Indonesia (pasal 15 ayat (2a)).

Seseorang hanya dapat melakukannya apabila telah mendapat izin

Page 53: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

dari menteri. Izin ini hanya diberikan untuk kepentingan penelitian

dan pengembangan ilmu pengetahuan, sosial/budaya.

3) Memindahkan BCB dari daerah satu ke daerah yang lain (pasal 15

ayat (2b)). Pemindahan diizinkan kalau tidak menghilangkan

ataupun mengurangi nilai sejarah dan fungsi pemanfaatannya.

4) Mengambil atau memindahkan BCB, baik sebagian maupun

seluruhnya kecuali untuk penyelamatan dalam keadaan darurat

(pasal 15 ayat (2c)).

5) Mengubah bentuk dan/atau warna BCB serta memugarnya (pasal 15

ayat (2d)).

6) Memisahkan sebagian BCB dari kesatuannya (pasal 15 ayat (2e)).

7) Memperdagangkan atau memperjualbelikan atau memperniagakan

BCB (pasal 15 ayat (2f)). Hal tersebut diperbolehkan dengan syarat

memiliki izin usaha perdagangan sesuai dengan peraturan yang

berlaku. Selain itu, pedagang juga harus melaporkan secara berkala

BCB tertentu yang diperjualbelikan.

8) Memanfaatkan BCB dengan cara penggandaan (pasal 23 ayat (23))

D. Kinerja BP3 Jawa Tengah Dalam Perlindungan Candi-Candi di Jawa

Tengah

Dari penjelasan di atas, kinerja BP3 Jawa Tengah dalam perlindungan

candi-candi di Jawa Tengah adalah hasil kerja BP3 Jawa Tengah dalam

melaksanakan kegiatan-kegiatan perlindungan terhadap candi-candi yang

Page 54: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

berada di wilayah kerjanya dengan tujuan untuk mewujudkan pelestarian dan

pemanfaatan candi di wilayah Jawa Tengah.

E. Kerangka Berpikir

Benda cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa yang penting

artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan

kebudayaan. Oleh karena itu, benda cagar budaya dan situs perlu untuk

dilindungi. Sesuai dengan pasal 2 Undang-Undang No.5 Tahun 1992 tentang

Benda Cagar Budaya, perlindungan benda cagar budaya dan situs bertujuan

untuk melestarikan dan memanfaatkannya untuk memajukan kebudayaan

nasional Indonesia.

Candi merupakan salah satu jenis BCB tidak bergerak yang menyimpan

banyak nilai penting. Kita dapat belajar banyak hal dari candi, misalnya

arsitektur, bangunan, seni, nilai-nilai luhur serta filosofi kehidupan. Sampai

sekarang, keberadaan candi masih terancam oleh kerusakan baik itu karena

alam maupun karena manusia. Dengan dilakukannya perlindungan pada

candi, ancaman kerusakan pada candi dapat diminimalisir sehingga candi

dapat diambil manfaatnya sampai masa yang akan datang.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor

PM.37/OT.001/MKP-2006 tentang organisasi dan tata kerja Balai Pelestarian

Peninggalan Purbakala (BP3), BP3 Jawa Tengah adalah Unit Pelaksana

Teknis (UPT) yang menangani bidang kepurbakalaan dengan wilayah kerja

Propinsi Jawa Tengah yang secara langsung bertanggungjawab kepada

Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala. Salah satu tugas dari BP3 Jawa

Page 55: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Tengah adalah melakukan perlindungan terhadap BCB dan situs yang berada

di seluruh wilayah Jawa Tengah, dalam hal ini termasuk melindungi candi

juga.

Kegiatan Perlindungan yang dilakukan BP3 Jawa Tengah adalah meliputi

kegiatan pengamanan dan penyelamatan. Pencapaian hasil kerja (kinerja)

yang baik dalam hal perlindungan akan mendukung kelestarian candi

sehingga akan bisa terus dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan seperti

pengembangan sejarah, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, upacara

keagamaan, acara pertunjukan, dan pariwisata. Kinerja BP3 Jawa Tengah

dalam kegiatan perlindungan ini akan dinilai berdasarkan indikator

produktivitas, responsivitas, dan akuntabilitas, serta melihat faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi kinerja tersebut.

Dengan dilakukan penilaian terhadap kinerja, akan diketahui sejauh mana

kinerja BP3 Jawa Tengah dalam perlindungan candi-candi yang berada di

Jawa Tengah, apakah telah berhasil mencapai tujuan yang ditetapkan atau

belum. Selain itu, dapat diketahui juga faktor apa saja yang mendukung serta

faktor apa saja yang menghambat BP3 Jawa Tengah dalam melaksanakan

kegiatan perlindungan. Model kerangka berfikir dalam penelitian ini

digambarkan seperti gambar II.1 di bawah ini:

Page 56: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Gambar II.1 Model Kerangka Berpikir

“Kinerja BP3 Jawa Tengah dalam Perlindungan candi di Jawa

Tengah”

Kinerja BP3 Jawa Tengah dalam perlindungan candi-candi di Jawa Tengah

· Produktivitas · Responsivitas · Akuntabilitas

Faktor-faktor yang mempengaruhi

· faktor internal · faktor eksternal

Terwujudnya pelestarian dan

pemanfaatan candi-candi di Jawa Tengah

Page 57: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian menurut Sugiyono (2006:1) merupakan cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam metode

penelitian ini akan dijelaskan tentang jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber

data, teknik pengumpulan data, teknik pengambilan sampel, validitas data, dan

analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah diskriptif kualitatif. Menurut Susanto (2006:16),

penelitian diskripif merupakan jenis penelitian yang berusaha

menggambarkan secara terperinci terhadap gejala sosial seperti yang

dimaksudkan dalam permasalahan yang diteliti, sehingga hanya merupakan

penyingkapan fakta. Menurut Sutopo (2002:48) penelitian kualitatif lebih

menekankan pada makna, lebih memfokuskan pada data kualitas dengan

analisis kualitatifnya. Dengan kata lain penelitian kualitatif lebih

mementingkan makna, tidak ditentukan oleh kuantitasnya, tetapi lebih

ditentukan oleh proses terjadinya jumlah (dalalm bentuk angka) dan cara

memandang atau perspektifnya.

Pada penelitian ini akan dilakukan pencarian data yang berupa kata-kata

dalam susunan kalimat atau gambar yang berlanjut pada analisis data untuk

memberikan gambaran yang senyatanya tentang permasalahan yang ada.

Dalam penelitian ini penulis berupaya menggambarkan bagaimana kinerja

Page 58: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

BP3 Jawa Tengah dalam perlindungan candi-candi di Jawa Tengah melalui

data yang dikumpulkan terutama berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang

memiliki arti lebih dari pada sekedar angka.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di BP3 Jawa Tengah yang beralamat di Jl.

Manisrenggo Km.1, Prambanan, Klaten, dengan fokus penelitian pada

perlindungan candi-candi. Pertimbangan yang mendasari peneliti mengambil

lokasi penelitian tersebut adalah karena:

1. BP3 Jawa tengah merupakan instansi pemerintah yang berwenang dan

bertanggungjawab dalam hal perlindungan candi-candi di wilayah Jawa

Tengah.

2. Di Jawa Tengah banyak ditemukan candi-candi peninggalan kerajaan

Mataram Kuno, dan kemungkinan masih ada candi-candi yang masih

terkubur dalam tanah.

C. Sumber Data

Sumber data memegang peranan sangat penting dalam sebuah penelitian.

Semenarik apapun suatu permasalahan apabila sumber datanya tidak tersedia,

maka tetap saja masalah tersebut tidak bisa diteliti. Dalam Sutopo (2002:49)

disebutkan bahwa ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan

menentukan ketepatan dan kekayaan data atau informasi yang diperoleh.

Page 59: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Sumber data primer

Menurut Sugiyono (2006:156), sumber data primer adalah sumber data

yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Yang termasuk

sumber data primer dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi.

Dalam wawancara, pihak yang akan diwawancarai adalah:

a. Kepala Pokja Perlindungan BP3 Jawa Tengah

b. Kasubpokja Pengamanan BP3 Jawa Tengah

c. Kasubpokja Penyelamatan Bp3 Jawa Tengah

d. Satpam dan Juru Pelihara candi

e. Masyarakat

2. Sumber data sekunder

Menururt Sugiyono (2006:156), sumber data sekunder adalah sumber data

yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya

lewat orang lain atau lewat dokumen. Yang termasuk sumber data

sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen yang berbentuk buku, data

statistik, peraturan perundangan, dan laporan kegiatan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk

memeroleh data atau informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Sumber

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Page 60: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

1. Wawancara

Menurut Moleong (2009:186), wawancara adalah percakapan dengan

maksud tertentu dimana percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan

itu. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan secara tidak terstruktur.

Sugiyono (2002:160) menjelaskan bahwa wawancara tidak terstruktur

adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan

pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap

untuk pengumpulan datanya.

Penulis memilih menggunakan wawancara tidak terstruktur karena dengan

teknik ini akan didapat informasi yang lebih mendalam. Dalam

wawancara, penulis belum mengetahui secara pasti data apa yang akan

diperoleh. Oleh karena itu, peneliti lebih banyak mendengarkan dan

menganalisis jawaban dari responden tersebut baru kemudian mengajukan

pertanyaan-pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada satu tujuan.

2. Observasi

Menurut Sutopo (2006:64), teknik observasi digunakan untuk menggali

data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, benda,

serta rekaman gambar. Observasi ini dilakukan dengan melakukan

serangkaian pengamatan dengan menggunakan alat indera penglihatan dan

pendengaran secara langsung terhadap obyek yang diteliti. Dalam

Page 61: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

penelitian ini, penulis menggunakan teknik observasi berperan pasif,

dimana teknik tersebut dapat dilakukan secara formal maupun informal.

3. Dokumentasi

Menurut Susanto (2006:136), teknik pengumpulan data dengan

dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-

dokumen. Keuntungan menggunakan dokumentasi ialah biayanya relatif

murah, waktu dan tenaga lebih efisien. Sedangkan kelemahannya ialah

data yang diambil dari dokumen cenderung sudah lama dan kadang salah

cetak, meka peneliti ikut salah pula mengambil datanya.

E. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

purposive sampling dan snowball sampling. Menurut Sutopo (2002:56),

dalam purposive sampling peneliti memiliki kecenderungan untuk memilih

informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara

mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Jadi

dalam penelitian ini sampel diarahkan pada informan yang dipandang

memiliki data yang penting yang berkaitan dengan masalah yang sedang

diteliti. Sedangkan snowball sampling menurut Susanto (2006:121) adalah

teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel

ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. Begitu

seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Jadi penarikan sampel

dilakukan melalui beberapa tahap, ibarat bola salju yang bila menggelinding,

makin lama makin besar.

Page 62: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

F. Validitas Data

Menurut Sutopo (2002:77-78), data yang telah berhasil digali,

dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian, harus diusahakan

kemantapan dan kebenarannya. Ketepatan data tersebut tidak hanya

tergantung dari ketepatan memilih sumber data dan teknik pengumpulannya,

tetapi juga diperlukan teknik pengembangan validitas datanya. Validitas ini

merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsir makna sebagai

hasil penelitian.

Trianggulasi menurut Sutopo (2002:78) merupakan salah satu cara yang

dapat digunakan bagi peningkatan validitas dalam penelitian kualitatif.

Dalam penelitian ini, pengembangan validitas dilakukan melalui teknik

trianggulasi data (trianggulasi sumber). Dalam Sutopo (2002:79), trianggulasi

data atau sumber memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk

menggali data yang sejenis. Patton dalam Moleong (2009:330) mengatakan

bahwa triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

Page 63: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

Dari lima langkah di atas, langkah yang diterapkan dalam triangulasi data

pada penelitian ini adalah langkah nomor 1, 4, dan 5.

G. Analisis Data

Analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis data

model interaktif. Miles dan Huberman dalam Sutopo (2002:91) berpendapat

bahwa tiga komponen utama dalam proses analisis data adalah:

1. Reduksi data

Sotopo (2002:91) menyebutkan bahwa reduksi data sebagai komponen

pertama dalam analisis yang merupakan seleksi, pemfokusan,

penyederhanaan, dan abstraksi data dari fieldnote. Proses ini berlangsung

terus sepanjang pelaksanaan penelitian. Reduksi data merupakan bagian

dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus,

membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa

sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan.

2. Sajian data

Menurut Sutopo (2002:92), sajian data merupakan suatu rakitan organisasi

informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan

penelitian dapat dilakukan. Selain dalam bentuk narasi, Sutopo (2002:92-

Page 64: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

93) suga menambahkan bahwa sajian data juga dapat berbentuk matriks,

gambar/skema, jaringan kerja kaitan kegiatan, juga tabel sebagai

pendukung narasinya. Semua itu dirancang guna merakit informasi secara

teratur supaya mudah dilihat dan dapat lebih dimengerti dalam bentuk

yang lebih kompak.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Sutopo (2002:93) menjelaskan bahwa dari awal pengumpulan data,

peneliti sudah harus memahami apa arti dari berbagai hal yang ia temui

dengan melakukan pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan-

pernyataan, konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat, dan berbagai

proposisi. Simpulan akhir tidak akan terjadi sampai pada waktu proses

pengumpulan data berakhir.

Masih menurut sumber yang sama, disebutkan pula bahwa simpulan perlu

diverifikasi agar bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu

dilakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran,

data kembali dengan cepat, mungkin sebagai akibat pikiran kedua yang

timbul melintas pada peneliti pada waktu menulis sajian data dengan

melihat kembali sebentar pada catatan lapangan.

Pada model analisis interaktif, Sutopo (2002:96) menyatakan bahwa

reduksi dan sajian data harus disusun pada waktu peneliti sudah

mendapatkan unit yang diperlukan dalam penelitian. Pada waktu

pengumpulan data sudah berakhir, peneliti mulai melakukan usaha untuk

menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan semua hal yang

Page 65: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

terdapat dalam reduksi maupun sajian datanya. Bila simpulan dirasa

kurang mantap karena kurangnya rumusan dalam reduksi maupun sajian

datanya, maka peneliti wajib kembali melakukan kegiatan pengumpulan

data yang sudah terfokus untuk mencari pendukung simpulan yang ada

dan juga bagi pendalaman data.

Untuk lebih jelasnya, proses analisis data dengan model interaktif ini dapat

dilihat pada gambar III.1 sebagai berikut :

Gambar III.1 Model Analisis Interaktif

Sumber: Sutopo (2002:96)

Pengumpulan data

Reduksi data

Penarikan simpulan/ verifikasi

Sajian data

Page 66: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum BP3 Jawa Tengah

1. Sejarah BP3 Jawa Tengah

Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah

merupakan salah satu Unit Pelayanan Teknis (UPT) dari Kementerian

Kebudayaan dan Pariwisata. Sejarah terbentuknya Balai Pelestarian

Peninggalan Purbakala (BP3) bermula dari didirikannya Lembaga

Kebudayaan pertama di Indonesia pada tahun 1878 oleh kaum terpelajar di

Jakarta yang waktu itu diberi nama “Bataviaash Genootschap van kunsten

en wetenchapen”. Mulai tahun 1882 kegiatan kepurbakalaan ditangani

oleh “Comisie tot het Opsporen Verzamelen en Bewaen van

Oudheidkundigde Voorwerpen” dimana pada waktu itu mengalami

perkembangan yang sangat pesat dalam bidang penelitian, observasi,

penggambaran, ekskavasi, pemeliharaan, pengamanan, pendokumentasian,

dan pemugaran bangunan kuno di Indonesia.

Pada Tahun 1885, muncul lembaga swasta bernama “Archeologische

Vereeniging” yang dipimpin oleh Ir. J. Wijzerman dan lembaga ini

menjalankan tugasnya hingga tahun 1902. Setelah itu muncul lembaga

baru lagi yang bernama ”Commisise in Nederlandsch-Indie voor

Oudheidkundige Onderzoenk op Java en Madoera” yang mana lembaga ini

Page 67: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

diketuai oleh Dr. J.LA. Brandes dan bertugas menangani benda-benda

purbakala di wilayah Jawa dan Madura. Pada tahun 1913, komisi ini

berganti nama menjadi “Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch-Indie”

dan dipimpin oleh N.J Krom sampai dengan tahun 1926, kemudian

digantikan oleh F.D.K Bosch.

Memasuki tahun 1913, komisi ini mengeluarkan undang-undang

tentang penanganan peninggalan purbakala yaitu “Monumenten Ordonatie

Staatsblad” No.238 tahun 1931. Dengan adanya undang-undang tersebut

maka pengawasan dan perlindungan terhadap peninggalan purbakala

mempunyai kepastian hukum. Nama Oudheidkundigde Dienst berubah

menjadi Jawatan Perbakala pada tahun 1936, dan dipimpin oleh Dr. W. F.

Stutterheim. Beberapa bidang baru juga dikembangkan, seperti

keramologi, sejarah kesenian, dan arkeologi kimia.

Pada tanggal 18 Maret 1942, Jepang mengambil alih kekuasaan atas

Indonesia dari Belanda dan sejak itu pula Kantor Jawatan Purbakala

diambil alik oleh Jepang dan berubah namanya menjadi Kantor Urusan

Barang-Barang Purbakala. Pada Juli 1947, Kantor Urusan Barang-Barang

Purbakala kembali diambil alih oleh Belanda dan dipimpin oleh Prof. Dr.

A. J Bernet Kempers. Pada tahun 1951, nama kantor tersebut berubah

menjadi Dinas Purbakala yang untuk pertamakalinya dipimpin oleh putra

bangsa bernama Drs. Soekmono, kemudian berubah lagi menjadi Lembaga

Purbakala dan Peninggalan Nasional (LPPN).

Page 68: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Memasuki tahun 1975, LPPN dipecah menjadi dua instansi yaitu Pusat

Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional (pus. P3N) dan Direktorat

Sejarah dan Purbakala (DSP). DSP dipimpin oleh Dra. Uka

Tjandrasasmita dan bertugas melakukan perlindungan benda-benda

peninggalan Sejarah dan Purbakala. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan No. 200/O/1978, maka tugas dan fungsi

kantor cabang diubah menjadi Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala

sebagai Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan yang bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal

Kebudayaan.

Setelah sekian lama menggunakan undang-undang yang merupakan

produk warisan belanda, akhirnya diberlakukanlah Undang-Undang No.5

tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (BCB) dan PP No.10 tahun 1993

tentang pelaksanaan UU RI No.5 th.1992. Keduanya ini menggantikan

Monumenten Ordonatie Staatsblad No. 238 tahun 1931.

Berdasarkan SK Kepala Badan Pengembangan Kebudayaan dan

Pariwisata No. KEP-06/BP Budpar/2002, nama Suaka Peninggalan

Sejarah dan Purbakala diganti dengan Balai Pelestarian Peninggalan

Purbakala (BP3). Meskipun lembaga purbakala telah berulang kali

berganti nama, akan tetapi lingkup kerjanya tetap sama yaitu bidang

kepurbakalaan. Sampai sekarang ini jumlah BP3 di Indonesia ada 8 buah

yang salah satunya berada di provinsi Jawa Tengah, tepatnya di Jl.

Manisrenggo Km.1 Prambanan, 57454.

Page 69: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

2. Visi dan Misi

BP3 Jawa Tengah yang merupakan pengampu pelestarian dan

pemanfaatan BCB di Jawa Tengah mempunyai visi sebagai berikut:

“Terwujudnya Pelestarian dan Pemanfaatan Peninggalan Purbakala

di Wilayah Jawa Tengah”

Untuk mewujudkan visi di atas, maka dirumuskan misi BP3 Jawa

Tengah tahun 2005-2009 sebagai berikut:

a. Meningkatkan pelestarian peninggalan sejarah dan purbakala

b. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pemahaman sejarah dan

purbakala

c. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelestarian dan

pemanfaatan peninggalan sejarah dan purbakala

3. Susunan Organisasi dan Uraian Tugas BP3 Jawa Tengah

Berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor

PM.37/OT.001/MKP-2006 tentang organisasi dan tata kerja Balai

Pelestarian Peninggalan Purbakala, maka susunan organisasi BP3 Jawa

Tengah terdiri sebagai berikut:

a. Kepala BP3 Jawa Tengah

Dalam pelaksanaan tugasnya, dibantu oleh sub bagian tat usaha dan

seksi pelestarian dan pemanfaatan.

b. Sub-bagian Tata Usaha

Sub Bagian Tata Usaha berada di bawah dan bertanggung jawab

langsung kepada Kepala. Tugas dari Sub Bagian Tata Usaha yaitu:

Page 70: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

1) Melakukan pengaturan urusan keuangan;

2) Melakukan pengaturan urusan kepegawaian;

3) Melakukan pengaturan urusan perlengkapan;

4) Melakukan pengaturan urusan tata usaha dan rumah tangga balai

pelestarian.

Dalam melaksanakan tugasnya, Sub Bagian Tata Usaha membawahi

2 (dua) penanggung jawab, yaitu penanggung jawab administrasi dan

penanggung jawab keuangan/ perlengkapan/rumah tangga. Setiap

penanggung jawab membawahi sub urusan. Penanggung jawab

administrasi membawahi urusan kepegawaian, urusan tata warkat, dan

urusan pelaporan/humas; penanggung jawab keuangan/ perlengkapan/

rumah tangga membawahi urusan keuangan, dan perlengkapan/ logistik

dan rumah tangga.

Dalam menjalankan tugasnya, Sub Bagian Tata Usaha memiliki

fungsi:

1) Penyelengaraan pengelolaan administrasi umum untuk mendukung

kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Balai Pelestarian

Peninggalan Purbakala Jawa Tengah.

2) Koordinasi kegiatan administrasi Balai Pelestarian Peninggalan

Purbakala Jawa Tengah.

Page 71: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

c. Seksi Pelestarian dan Pemanfaatan

Seksi Pelestarian dan Pemanfaatan berada di bawah dan

bertanggung jawab langsung kepada Kepala. Tugas dari Seksi

Pelestarian dan Pemanfaatan yaitu:

1) Melakukan dokumentasi peninggalan benda purbakala;

2) Melakukan perlindungan peninggalan benda purbakala;

3) Melakukan pemugaran peninggalan benda purbakala;

4) Melakukan konservasi peninggalan benda purbakala;

5) Melakukan penyidikan peninggalan benda purbakala

Dalam melaksanakan tugasnya, Seksi Pelestarian dan Pemanfaatan

menyelanggarakan fungsi:

1) Penyelengaraan pengelolaan kegiatan teknis pelestarian dan

pemafaatan peninggalan benda purbakala sesuai dengan tugas

pokok dan fungsi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa

Tengah.

2) Koordinasi kegiatan teknis Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala

Jawa Tengah.

Dalam melaksanakan tugasnya, Seksi Pelestarian dan Pemanfaatan

dibantu oleh 5 Kelompok Kerja dan 2 Unit. Setiap kelompok kerja

dipimpin oleh seorang Kepala Kelompok Kerja yang dibantu oleh

Kepala Sub Kelompok dan staff, sementara untuk setiap Unit dipimpin

oleh seorang Kepala Unit yang dibantu oleh Kepala Sub Unit dan staff.

Kelompok Kerja tersebut terdiri dari:

Page 72: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

1) Kelompok Kerja Perlindungan

Kelompok Kerja Perlindungan mempunyai tugas antara lain:

a) Merencanakan kegiatan perlindungan cagar budaya di Jawa

Tengah.

b) Bertanggungjawab terhadap kegiatan perlindungan BCB di Jawa

Tengah meliputi ekskavasi atau penyelamatan, pengamanan.

c) Bertanggungjawab terhadap karyawan pada kelompok

perlindungan.

d) Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan perlindungan.

e) Membuat laporan pertanggung jawaban kegiatan perlindungan.

f) Bekerjasama dengan kelompok lain di lingkungan Balai

Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah.

g) Bertanggungjawab kepada Kepala Balai Pelestarian Peninggalan

Purbakala Jawa Tengah.

Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, Kelompok Kerja

Perlindungan dibantu oleh Sub Kelompok Kerja pengamanan, Sub

Kelompok Kerja penyelamatan, dan Sub Kelompok Kerja Bawah

Air.

a) Sub Kelompok Kerja Pengamanan

Sub Kelompok Kerja Pengamanan memiliti tugas antara lain:

· Membuat rencana kegiatan pengamanan.

· Melaksanakan pengadaan rumah jaga pada situs-situs

purbakala.

Page 73: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

· Melaksanakan pemasangan papan pengumuman pada situs

yang berisi larangan, ajakan, apresiasi, petunjuk dan

keterangan.

· Melaksanakan pendataan dan penyelidikan terhadap kasus

pelanggaran peraturan perundangan yang ada.

· Pembentukan dan mengatur satpam Penjarpala yang bertugas

untuk mengamankan situs purbakala dari gangguan atau

perbuatan manusia, sesuai dengan kewenangannya.

· Pembentukan PPNS.

· Melaksanakan koordinasi perlindungan dan pengamanan BCB

antar instansi terkait.

· Menangani tindakan terhadap pelaporan tentang terjadinya

pencurian BCB.

· Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan

· Bertanggung jawab kepada Kapokja Perlindungan.

b) Sub Kelompok Kerja Penyelamatan

Sub Kelompok Kerja Penyelamatan memiliki tugas antara lain:

· Membuat rencana kegiatan penyelamatan.

· Melaksanakan ekskavasi penyelamatan terhadap situs cagar

budaya yang terancam bahaya.

Page 74: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

· Melaksanakan pemindahan BCB dari tempat yang dianggap

rawan, yang diperkirakan akan mengalami ancaman kerusakan

atau kemusnahan.

· Memberi ganti rugi atau hadiah temuan/pembelian BCB yang

perlu dimiliki negara.

· Melaksanakan penyelamatan terhadap situs tempat

ditemukannnya BCB.

· Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan.

· Bertanggungjawab kepada Kapokja Perlindungan.

c) Sub Kelompok Kerja Bawah Air

Sub Kelompok Kerja Bawah Air memiliki tugas antara lain:

· Membuat rencana kegiatan pengamanan, pelestarian, dan

penelitian peninggalan arkeologi yang berada di bawah air

· Pengendalian temuan BCB di bawah air atau situs kapal karam

· Menyusun, merencanakan, dan melaksanakan program kerja

Subpokja bawah air

· Membuat laporan pertanggungjwaban kegiatan

· Bertanggung jawab kepada Kapokja Perlindungan

2) Kelompok Kerja Pemugaran

Kelompok Kerja Pemugaran memiliki tugas antara lain:

Page 75: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

a) Mengawasi/mengarahkan dan koordinasi tugas Kasubpok

Pemugaran. Penggambaran dan perencanaan pengukuran serta

koordinator Administrasi.

b) Koordinasi program dengan kelompok lain.

c) Evaluasi hasil kegiatan

d) Bertanggungjawab kepada Kepala Balai Pelestarian Peninggalan

Purbakala Jawa Tengah

Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, Kelompok Kerja

Pemugaran dibantu oleh Sub Kelompok Kerja Pemugaran dan Sub

Kelompok Kerja Perencanaan.

3) Kelompok Kerja Pemeliharaan

Kelompok Kerja Pemeliharaan memiliki tugas:

a) Merencanakan kegiatan pemeliharaan benda cagar budaya di

Jawa Tengah.

b) Bertanggung jawab terhadap kegiatan pemeliharaan benda cagar

budaya di Jawa Tengah, meliputi perawatan dan konservasi.

c) Bertanggung Jawab terhadap karyawan pada Kelompok Kerja

Pemeliharaan.

d) Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan pemeliharaan.

e) Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan pemeliharaan.

f) Bekerja sama dengan kelompok kerja lain di Lingkungan Balai

Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah.

Page 76: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

g) Bertanggung jawab kepada Kepala Balai Pelestarian Peninggalan

Purbakala Jawa Tengah.

Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, Kelompok Kerja

Pemeliharaan dibantu oleh Sub Kelompok Kerja Perawatan dan Sub

Kelompok Kerja Konservasi.

4) Kelompok Kerja Registrasi dan Penetapan

Kelompok Kerja Registrasi dan Penetapan memiliki tugas yaitu:

a) Mengawasi/mengarahkan dan koordinasi tugas koordinator

Registrasi dan Penetapan.

b) Koordinasi program dengan kelompok lain.

c) Melaporkan hasil kegiatan kepada kepala Seksi Pelestarian dan

Pemanfaatan.

d) Evaluasi hasil kegiatan.

Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, Kelompok Kerja

Registrasi dan Penetapan dibantu oleh Sub Kelompok Kerja

Registrasi dan Sub Kelompok Kerja Penetapan.

5) Kelompok Kerja Pemanfaatan.

Untuk melaksanakan tugas-tugasnya, Kelompok Kerja pemanfaatan

dibantu oleh:

a) Sub Kelompok Kerja Koleksi, memiliki tugas:

· Pengelolaan Koleksi BCB

· Pelestarian Koleksi BCB

· Penyebaran Informasi Koleksi BCB

Page 77: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

· Koleksi Buku Perpustakaan

b) Sub Kelompok Kerja Publikasi, memilki tugas:

· Penyebaran informasi pelestarian BCB

· Apresiasi Budaya lewat media elektronika (televisi dan radio)

· Apresiasi Budaya lewat media cetak

· Penulisan artikel untuk Website

· Kliping Berita Koran

Selain lima program di atas, Seksi Pelestarian dan Pemanfaatan juga

dibantu oleh dua unit yaitu:

1) Unit Sewu

Unit Sewu dipimpin oleh Ketua Unit yang memiliki tugas sebagai

berikut:

a) Mengawasi /mengarahkan tugas sub unit Pemugaran dan sub unit

Pemeliharaan.

b) Menyusun program kerja tahunan Unit Candi Sewu.

c) Koordinasi program kerja dengan program lain.

d) Melaporkan hasil pelaksanaan pekerjaan kepada kepala Seksi

Pelestarian dan Pemanfaatan.

e) Membina tenaga lapangan pemugaran maupun juru pelihara.

f) Evaluasi hasil kegiatan Unit Candi Sewu.

g) Bertanggung jawab kepada Kepala Balai Pelestarian Peninggalan

Purbakala Jawa Tengah

Page 78: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Unit Sewu terdiri dari Sub Unit Pemugaran dan Sub Unit

Pemeliharaan.

2) Unit Museum Prasejarah Sangiran

Unit Museum Prasejarah Sangiran dipimpin oleh Ketua Unit yang

memiliki tugas sebagai berikut:

a) Pengamanan, penyelamatan, penertiban, perawatan, pengawetan,

analisis, penyajian, bimbingan/edukasi, dokumentasi, dan

publikasi benda-benda purbakala baik yang bergerak maupun

tidak bergerak yang berada di Situs Manusia Purba Sangiran.

b) Menyusun program kerja tahunan Unit Museum Prasejarah

Sangiran.

c) Koordinasi program kerja dengan kelompok kerja lain.

d) Melaporkan hasil pelaksanaan pekerjaan kepada kepala Seksi

Pelestarian dan Pemanfaatan.

e) Membina tenaga teknis museum dan tenaga konservasi.

f) Evaluasi hasil kegiatan Unit Museum Prasejarah Sangiran.

g) Bertanggungjawab kepada Kepala Balai Pelestarian Peninggalan

Purbakala Jawa Tengah.

Sedangkan struktur organisasi dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah

ini:

Page 79: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Struktur Organisasi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah

Gambar IV.1

Struktur Organisasi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah

75

Page 80: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

4. Keadaan Pegawai BP3 Jawa Tengah

Untuk menjalankan tugasnya, BP3 Jawa Tengah didukung oleh sumber

daya manusia atau pegawai yang jumlah keseluruhannya berjumlah 499

orang, terdiri dari 408 PNS, 35 CPNS, dan 56 honor lepas. Dari jumlah

keseluruhan pegawai sebanyak 499 orang, sebanyak 436 memiliki tingkat

pendidikan yang beragam, mulai dari lulusan S2, D.IV/S.1, D.III, SLTA,

SLTP, dan SD. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel IV.1 di

bawah ini:

Tabel IV.1

Data Jumlah Pegawai BP3 Jawa Tengah Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Formal

No Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase 1. S2 2 0,5% 2. D.IV/S.1 28 6,4% 3. D.III 3 0,7% 4. SLTA 182 41,7% 5. SLTP 159 36,5% 6. SD 62 14,2%

Jumlah 436 100% Sumber: BP3 Jawa Tengah

Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal para

pegawai BP3 Jawa Tengah paling banyak adalah SMA, kemudian SLTP

lalu disusul oleh SD. Sangat sedikit yang menempuh jenjang pendidikan di

atas dari SMA. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar pegawai BP3

Jawa Tengah adalah pegawai teknis lapangan yang bertugas daerah-

daerah.

Page 81: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Pegawai teknis lapangan tersebut diantaranya adalah satpam sejumlah

99 orang, juru pelihara sejumlah 214 orang, penyetel batu candi, pekerja

pemugaran dan lain sebagainya. Dari jumlah satpam dan juru pelihara saja

sudah mencapai 313 orang, belum lagi jumlah pekerja lain seperti penyetel

batu candi dan pemugaran.

Menurut penulis, pekerjaan di atas tidak menuntut seseorang untuk

memiliki jenjang pendidikan tinggi agar dapat bekerja pada bidang

tersebut. Lain halnya dengan pekerjaan lain seperti arkeolog ataupun

arsitek yang menuntut seseorang memiliki jenjang pendidikan tinggi di

bidangnya agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut.

Sedangkan untuk pegawai PNS dan CPNS yang jumlahnya 443, terdiri

dari berbagai golongan mulai golongan I, II, III, dan IV. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel IV.2 di bawah ini:

Tabel IV.2

Data Jumlah Pegawai BP3 Jawa Tengah Berdasarkan Golongan

No Golongan Keterangan

Jumlah A B C D

1. I 23 0 70 0 93 2. II 151 27 71 30 279 3. III 20 35 4 9 68 4. IV 2 1 0 0 3

Jumlah 443 Sumber: BP3 Jawa Tengah

Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa pegawai yang bekerja di BP3

Jawa Tengah paling banyak memiliki golongan II yaitu sebanyak 279

Page 82: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

orang. Sedangkan yang paing sedikit adalah golongan IV, yaitu sebanyak

3 orang.

B. Kinerja BP3 Jawa Tengah dalam Perlindungan Candi-Candi di Jawa

Tengah

Penilaian kinerja organisasi merupakan kegiatan menilai pencapaian hasil

kerja suatu organisasi yang berupa produk, jasa, ataupun proses, berdasarkan

indikator kinerja yang telah ditetapkan. Dengan melakukan penilaian terhadap

kinerja organisasi publik maka dapat diketahui masalah-masalah apa saja

yang dihadapi dalam pelaksanakan pelayanan pada masyarakat sehingga

langkah perbaikan dapat dilakukan secara lebih terarah dan sistematis.

Pada bagian ini akan dibahas tentang Kinerja BP3 Jawa Tengah dalam

perlindungan candi-candi di Jawa Tengah. Penilaian kinerja yang dilakukan

menggunakan tiga indikator yaitu produktivitas, responsivitas, dan

akuntabilitas. Selain itu juga akan dibahas mengenai faktor pendukung

maupun faktor penghambat yang dialami BP3 Jawa Tengah dalam kegiatan

perlindungan BCB dan situs.

Pada tinjauan pustaka yang telah penulis bahas di awal, disebutkan bahwa

kegiatan perlindungan BCB dan situs dilakukan melalui perizinan,

pengamanan, dan penyelamatan. Karena BP3 Jawa Tengah memandang

kegiatan perizinan lebih condong ke arah pemanfaatan, maka tentang

perizinan tidak penulis bahas di sini. Kinerja BP3 Jawa Tengah dalam

perlindungan candi hanya akan penulis nilai dari dua kegiatan perlindungan

yang dilaksanakan, yaitu pengamanan dan penyelamatan. Karena kegiatan

Page 83: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

perlindungan yang dilakukan tiap tahun tidak sama dan kadang bersifat

insidentil, maka penulis membatasi penelitian ini pada kegiatan perlindungan

candi tahun 2008-2009.

1. Produktivitas

Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dan

output, dengan kata lain adalah perbandingan sejauh mana upaya yang

dilakukan dengan hasil yang diperoleh dalam kurun waktu tertentu. Dalam

penelitian ini, konsep produktivitas dipahami sebagai sejauh mana upaya

yang dilakukan BP3 Jawa Tengah dalam perlindungan candi-candi di Jawa

Tengah dan bagaimana hasil yang diperoleh.

Produktivitas BP3 Jawa Tengah dalam melaksanakan perlindungan

Candi di Jawa Tengah dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan dalam rangka

melaksanakan pengamanan dan penyelamatan terhadap candi selama tahun

2008-2009 sebagaimana dijabarkan seperti dibawah ini:

a. Pengamanan

Pengamanan merupakan upaya perlindungan benda BCB dan situs

dengan cara menjaga, mencegah, dan menanggulangi hal-hal yang

ditimbulkan oleh perbuatan manusia dan/atau kondisi alam yang dapat

merugikan kelestarian dan kekayaan benda cagar budaya dan situs.

Kegiatan pengamanan yang dilakukan BP3 Jawa Tengah selama tahun

2008 sampai dengan 2009 adalah sebagai berikut:

Page 84: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

1) Memasang Papan Pembudayaan dan Pemasyarakatan

Papan pembudayaan dan pemasyarakatan merupakan papan-

papan yang berisi larangan melakukan hal-hal tertentu terhadap

candi, serta ajakan untuk ikut serta melestarikan candi. Papan

larangan dipasang dengan tujuan agar masyarakat tahu bahwa candi

juga merupakan BCB. Oleh karena itu, ada hal-hal yang tidak boleh

dilakukan seperti merusak, mengambil, memindahkan, mengubah

bentuk dan lain sebagainya sebagaimana terdapat pada UU No.5

Tahun 1992 pasal 15 ayat (1) dan (2). Bagi yang melakukan

larangan tersebut akan dikenakan sanksi hukum sebagaimana diatur

dalam pasal 26. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Pak Deny

selaku Kasubpokja Pengamanan:

“Papan larangan berisi tentang hal-hal apa saja yang tidak boleh dilakukan pada BCB, serta sanksinya hukum yang berlaku sesuai dengan UU BCB” (hasil wawancara 21 Maret 2011) Sedangkan papan apresiasi berisi tentang himbauan-himbauan

untuk ikut melestarikan candi, memberikan pengertian pada

masyarakat tentang nilai penting candi sehingga masyarakat juga

mau untuk melestarikan dan menjaganya. Terkait papan apresiasi,

disampaikan oleh Pak Deny sebagai berikut:

“papan apresiasi itu isinya himbauan pada masyarakat bahwa BCB itu warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan...” (hasil wawancara 21 Maret 2011)

Page 85: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Tentang petugas yang memasang papan larangan, Sumaryono

selaku juru pelihara candi Selogriyo di Magelang memberikan

keterangan sebagai berikut:

“nek rusak nggih lapor teng mriko (BP3 Jawa Tengah), mengkeh diparingi terus ken masang” (hasil wawancara tanggal 23 Maret 2011) Setelah di konfirmasikan pada BP3 Jawa Tengah, Pak Deny

menjelaskan sebagai berikut:

“itu untuk tahun-tahun yang lama mbak. Kalo sekarang ini kita yang kesana, kan sekalian kontrol sama kasih pembinaan ke jupelnya. Paling tidak seminggu itu tiga kali kita kontrol ke daerah-daerah, milihnya secara acak” (hasil wawancara 5 April 2011) Dari kedua pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa

pemasangan papan larangan pada beberapa tahun yang lalu

terkadang masih dikerjakan oleh juru pelihara dengan cara juru

pelihara datang ke kantor BP3 Jawa Tengah kemudian

membawanya untuk dipasang. Sedangkan tahun-tahun sekarang ini

sudah dilakukan oleh BP3 Jawa Tengah sendiri bersamaan dengan

dilakukannya kontrol dan pembinaan pada juru pelihara candi

setempat.

Papan larangan biasanya di pasang di tempat terbuka yang setiap

harinya terkena hujan dan terik matahari yang dapat pengakibatkan

pelapukan atau lunturnya tulisan pada papan tersebut. Oleh karena

itu selain memasang, BP3 Jawa Tengah juga melakukan

Page 86: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

penggantian berkala pada papan larangan tersebut. Hal ini seperti

disampaikan oleh Pak Deny:

“Setiap 3 sampai 4 tahun sekali akan kita ganti. Itu juga melihat dimana papan itu di pasang, di dataran tinggi, dataran rendah atau pesisir pantai. Kalau di dataran rendah ya bisa awet. Tapi kalau di dataran tinggi yang banyak unsur sulfurnya atau di daerah pesisir yang banyak kandungan garamnya ya baru sebentar saja sudah keropos besinya. Untuk mengatasinya, biasanya untuk daerah-daerah tersebut kita pakai papan dari kayu jati agar lebih awet.” (hasil wawancara 21 Maret 2011) Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa lamanya

penggantian papan ditentukan oleh dimana papan itu di pasang. BP3

Jawa Tengah juga telah menyesuaikan bahan untuk membuat papan

tersebut agar awet. Papan larangan untuk untuk candi yang berada

di dataran rendah biasanya memakai bahan besi atau seng.

Sedangkan untuk candi yang berada di daerah pesisir atau dataran

tinggi yang unsur sulfur atau belerangnya tinggi maka papan dibuat

dengan bahan kayu jati.

2) Pemagaran

Kegiatan pemagaran dilakukan dengan tujuan untuk memberi

batasan lokasi situs. Selain itu, pagar juga berfungsi untuk

mencegah orang masuk sembarangan tanpa ijin. Setelah dilakukan

pensertifikatan tanah candi, biasanya akan diikuti dengan kegiatan

pemasangan pagar. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Pak

Deny:

“Setelah tanah disertifikatkan, maka akan dilakukan pemagaran”

Page 87: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

(hasil wawancara 21 Maret 2011) Sama halnya dengan papan larangan, dalam jangka waktu

tertentu pagar juga akan mengalami kerusakan misalnya akibat karat

dan mengharuskannya untuk diganti. Oleh karena itu, selain

dilakukan kegiatan pemagaran juga dilakukan kegiatan perbaikan

pagar.

Kegiatan pemagaran yang dilakukan pada tahun 2008 adalah

pemagaran candi Ngawen tahap I. Sedangkan kegiatan perbaikan

pagar meliputi perbaikan pagar BRC candi Gondosuli tahap I,

perbaikan pagar BRC candi Pendem Sengi, perbaikan pagar BRC

candi Selogriyo tahap I.

Untuk tahun 2009, perbaikan pagar meliputi kegiatan perbaikan

pagar candi Bongkotan, kegiatan perbaikan pagar candi Gondosuli

tahap II, kegiatan perbaikan pagar candi Gunungsari, kegiatan

perbaikan pagar candi Karangnongko, kegiatan perbaikan pagar

candi Sewu, kegiatan perbaikan pagar candi Sojiwan tahap I.

Dari beberapa candi yang penulis kunjungi, penulis mendapati

jenis pagar yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat kita lihat

dari gambar IV.2 di bawah ini:

Page 88: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Gambar IV.2

Pagar candi Ceto, candi Plaosan Lor, candi Selogriyo

Pagar Candi Ceto Pagar Candi Plaosan Lor

Pagar Candi Selogriyo

Dari gambar diatas, terlihat adanya perbedaan jenis pagar yang

dipasang pada candi yang satu dengan candi yang lain. Pagar pada

candi Ceto adalah jenis pagar kawat duri. Pagar pada candi Plaosan

adalah jenis pagar teralis dan pada candi Selogriyo memakai pagar

jenis BRC. Setelah dikonfirmasikan, diperoleh jawaban dari Pak

Deny seperti di bawah ini:

“Kalau yang pagar kawat duri dan teralis itu pagar yang lama mbak. Sekarang ini kita pakainya pagar BRC karena lebih murah, mudah masangnya, dan tidak mengganggu pemandangan. Kita masang pagar itu selain melihat dari sisi keamanannya juga mempertimbangkan dari sisi estetikanya. Sebisa mungkin pagar itu tidak terlihat dan disamarkan, agar tidak mengganggu pemandangan candi” (hasil wawancara 5 April 2011)

Page 89: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa sekarang ini

dalam memasang pagar pada candi, BP3 Jawa Tengah cenderung

memilih menggunakan pagar BRC karena memiliki beberapa

keunggulan yaitu murah, mudah memasangnya, tidak mengganggu

pemandangan.

3) Membuat pos jaga

Pos jaga merupakan markas bagi para satpam yang bertugas

mengamankan candi dari perbuatan yang dapat membahayakan

kelestarian candi. Selain itu, pos jaga juga merupakan sarana untuk

mengawasi atau memantau lingkungan candi serta menjadi tempat

sementara untuk mengamankan benda-benda temuan.

Pada tahun 2008 dan tahun 2009 tidak dilakukan pembuatan pos

jaga, tetapi hanya perbaikan saja. Kegiatan perbaikan pos jaga pada

tahun 2008 dilaksanakan di candi Sewu. Sedangkan pada tahun

2009, kegiatan perbaikan pos jaga dilaksanakan di candi Bubrah,

candi Dukuh, candi Tengaran, candi Plaosan, candi Gedong I

kompleks candi Gedong Songo.

Sampai sekarang ini, belum semua candi di Jawa Tengah

memiliki pos jaga. Setelah hal tersebut ditanyakan ke Pokja

Pengaman, alasannya adalah seperti disampaikan oleh Pak Deny:

“Kalau candi itu udah ada satpamnya, nanti kita bangun pos jaga. ...Beberapa candi di daerah terpencil memang banyak yang belum ada satpamnya.” (hasil wawancara 21 Maret 2011)

Page 90: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Dari hasil wawancara di atas, dapat kita ketahui bahwa hanya

candi yang memiliki satpam yang akan diprioritaskan diberi pos

jaga, sedangkan candi yang hanya dijaga oleh juru pelihara sejauh

ini belum dibangun pos jaga, meskipun ada pengecualian misalnya

pada candi Ceto. Candi tersebut memiliki banyak juru pelihara tapi

tidak memiliki satpam. Namun begitu, tetap ada pos jaga.

Hal tersebut mungkin karena mempertimbangkan candi Ceto

lumayan besar dan memiliki banyak arca dan relief, serta sering

dikunjungi wisatawan. Meskipun begitu, tetap saja lebih banyak

candi yang berada di daerah terpencil yang belum memiliki pos

jaga. Tidak adanya pos jaga beserta satpam mungkin karena

kebanyakan candi di lokasi terpencil pada umumnya kecil, minim

arca dan relief, serta jarang dikunjungi wisatawan.

Akan tetapi, candi walaupun itu kecil tidak boleh diremehkan

karena setiap candi pasti memiliki keistimewaan sendiri dan sudah

semestinya untuk tahun yang akan datang pengamanan candi di

lokasi terpencil lebih diperhatikan.

Kembali lagi ke permasalahan pos jaga yang apabila dilihat

fungsinya sebagai markas para satpam yang bertugas mengamankan

candi serta sarana untuk mengawasi atau memantau lingkungan

candi, rasanya pos jaga tidak dibutuhkan oleh juru pelihara. Hal

tersebut karena melihat tugas juru pelihara adalah membersihkan

Page 91: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

dan merawat candi, bukan menjaga candi siang dan malam

sebagaimana yang dilakukan oleh satpam.

Akan tetapi, pada kenyataan dilapangan penulis menemukan juru

pelihara yang merangkap tugas sebagai satpam, salah satunya

adalah di candi Selogriyo, sebagaimana penuturan Bapak

Sumaryono selaku Juru Pelihara candi Selogriyo:

“Kulo niki jupel (juru pelihara), nggih ngrangkep satpam” (hasil wawancara tanggal 23 Maret 2011) Maksudnya adalah Bapak Sumaryono sebenarnya adalah juru

pelihara candi Selogriyo, tapi juga merangkap tugas sebagai satpam.

Tentang juru pelihara yang tugasnya merangkap sebagai satpam

memang pernah disinggung oleh Pak Sugeng Widodo selaku

Kapokja Perlindungan yakni sebagai berikut:

“Akan tetapi walaupun tidak ada satpam, di sana tetap ditempatkan juru pelihara, biasanya diambil dari penduduk sekitar. Juru pelihara tugasnya merawat, memelihara, melakukan antisipasi dini apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada candi” (hasil wawancara 7 Februari 2011) Hal senada juga disampaikan oleh pak Deny:

“Beberapa daerah terpencil memang banyak yang belum ada satpamnya. Tapi meskipun begitu, masih ada jupel (juru pelihara.red) yang merangkap satpam. Jadi selain melakukan pemeliharaan, juga mengamankan candi” (hasil wawancara 21 Maret 2011) Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat kita simpulkan

bahwa juru pelihara selain bertugas melakukan pemeliharaan

ternyata juga bertugas mengamankan candi meskipun porsi tugas

Page 92: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

pengamanan yang dilakukan tidak seperti satpam. Akan tetapi,

melihat tugas pengamanan yang dia kerjakan pastinya dia juga

membutuhkan keberadaan pos jaga untuk mendukung pelaksanaan

tugasnya. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Bapak

Sumaryono di bawah ini:

“yo sing baku niku nggih pos jaga niku. Nek dalane rodo apek, sore nek niliki mriku (candi) mandeke kan ning pos jaga, mboten teng warung. Mriki niki kan warung” (hasil wawancara tanggal 23 Maret 2011) Maksud Bapak Sumaryono di atas adalah yang baku atau penting

dan dibutuhkan itu adalah pos jaga. Jadi kalau jalannya bagus dan

sore hari ingin menengok keadaan candi, singgahnya di pos jaga,

bukan di warung.

Menanggapi hal tersebut, Pak Deny memberikan keterangan

sebagai berikut:

“idealnya itu semua candi ada pos jaganya. Jupel yang merangkap satpam pastinya juga butuh karena mereka juga bertugas mengamankan. Tapi kan itu gak bisa langsung karena anggaran kita juga terbatas. Harus dilakukan step by step. Itu sudah kita programkan, jadi untuk kedepannya tetap diupayakan tiap candi itu ada pos jaganya. Kita dalam menyusun kegiatan itu juga melihat skala prioritas” (hasil wawancara 5 April 2011) Dari apa yang disampaikan Pak Deny di atas, dapat kita tangkap

maksudnya bahwa sebenarnya BP3 juga mengharapkan setiap candi

itu memiliki pos jaga agar pengamanan candi dapat berjalan lebih

baik. Akan tetapi, dana yang turun dari pusat setiap tahun

jumlahnya terbatas dan tidak menutup kemungkinan ada kegiatan

Page 93: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

lain yang dirasa lebih mendesak untuk dilakukan. Mungkin itulah

yang menyebabkan belum semua candi memiliki pos jaga dan

meskipun demikian, BP3 Jawa Tengah akan terus mengupayakan

keberadaan pos jaga pada setiap candi.

4) Menempatkan Satpam

Satpam merupakan orang yang bertugas khusus untuk

mengamankan candi dari hal-hal yang dapat merusak kelestarian

candi yang dijaganya. Yang membedakan satpam dengan juru

pelihara adalah satpam diwajibkan memiliki kemampuan

kesamaptaan polri, sedangkan juru pelihara tidak. Oleh karena itu,

satpam yang bekerja di BP3 Jawa Tengah setidaknya pernah

mengikuti pendidikan dalam hal pengamanan, sebagaimana

disampaikan oleh Bapak Sugeng Widodo:

“Terkait kemampuan satpam, untuk satpam yang lama yakni angkatan 80-an sebagian sudah mengikuti pendidikan. Sedangkan untuk satpam yang baru-baru ini, mereka mengikuti pendidikan sendiri” (hasil wawancara 7 Februari 2011) Hal yang sama juga dikatakan oleh Her Dwiyanto, Satpam di

candi Plaosan Lor yakni sebagai berikut:

“Pernah mbak, ikut pendidikan di Manggala Pratama Service Security selama 1,5 bulan. Itu ikut sendiri, bukan dari kantor. Selain itu pernah juga dikirim untuk mengikui diklat pengamanan di Prambanan dan Borobudur” (hasil wawancara 21 Maret 2011) Dari wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa satpam di BP3

Jawa Tengah memang memiliki kemampuan kesamaptaan dimana

Page 94: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

kemampuan tersebut didapat dari mengikuti pendidikan serta diklat.

Untuk satpam angkatan 80-an pendidikannya masih ditanggung

oleh BP3 Jawa Tengah sedangkan untuk satpam yang angkatan

baru-baru ini sudah mengikuti pendidikan secara mandiri.

Selain mengikuti pendidikan, satpam juga diberi pembinaan rutin

dari Polsek dan Polres setempat setiap bulannya, serta diberi

pelatihan beladiri setiap hari Jum’at. Hal ini sebagaimana

disampaikan oleh Pak Deny:

“Setiap jum’at kita adakan latihan bela diri bagi satpam-satpam yang baru. Selain itu setiap tanggal 2 juga ada pembinaan dari Polres dan Polsek setempat.” (hasil wawancara 21 Maret 2011) Hal yang sama juga dikatakan oleh Her Dwiyanto, satpam candi

Plaosan, sebagai berikut:

“Tiap tanggal dua ada pengarahan dari Polsek Prambanan dan Polres Klaten. Isinya ya paling PBB, terus mengingatkan kita agar selalu waspada, diajarkan bela diri Polri juga. ...iya, setiap jum’at juga dilatih bela diri buat satpam baru” (hasil wawancara 21 Maret 2011) Selain mengikuti pendidikan serta mendapat pembinaan rutin,

satpam juga dilengkapi dengan peralatan pendukung seperti senter

dan HT. Karena tugasnya mengamankan candi baik siang maupun

malam, maka jumlah satpam yang ada pada satu lokasi candi dibagi

menjadi beberapa regu dan kemudian diatur waktu tugasnya untuk

berjaga pada shift pagi atau shift malam.

Page 95: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Sampai sekarang ini, BP3 Jawa Tengah telah mempekerjakan 99

satpam yang 81 diantaranya bertugas di beberapa candi di Jawa

Tengah sebagaimana terlihat pada tabel IV.3 di bawah ini:

Tabel IV.3 Tabel Jumlah Satpam BP3 Jawa Tengah Yang Bertugas di

Candi-Candi Seluruh Jawa Tengah

No Nama Candi Alamat Jumlah Satpam PNS Kontrak

1.

Kompleks Candi Dieng - Arjuna - Srikandi - Puntadewa - Sembadra - Semar - Sentyaki - Petruk - Antareja - Nakula Sadewa - Nalagareng - Gatutkaca - Bima - Dwarawati - Pari Kesit

Dieng Kulon, Batur, Banjarnegara 6 1

2. Sukuh Brejo, Ngargoyoso, Karanganyar 2 - 3. Sewu Bener, Bugisan, Prambanan 14 4 4. Plaosan Lor Plaosan, Bugisan, Prambanan 14 4 5. Plaosan Kidul Plaosan, Bugisan, Prambanan 6 - 6. Gana Bener, Bugisan, Prambanan 6 - 7.

Sojiwan Sojiwan, Kebondalem Kidul, Prambanan

9 -

8. Ngawen Ngawen, Muntilan 2 1 9. Mendut Mendut, Mungkid, Magelang 3 2 10. Gunung Wukir Muntilan 2 - 11.

Dukuh Rowoboni, Banyubiru, Kab.

Semarang 1 -

12. Kompleks Candi Candi, Ambarawa, Kab. Semarang 2 1

Page 96: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Gedong Songo 13. Candi Pringapus Pringapus, Temanggung 1 -

Jumlah 68 13

Sumber: Pokja Perlindungan BP3 Jawa Tengah

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa baru 13 candi saja yang

dijaga oleh satpam. Apabila dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan candi di seluruh Jawa Tengah yang menurut data dari

BP3 Jawa Tengah adalah 64 candi (lihat lampiran), maka dapat

dikatakan bahwa baru sekitar 20% saja candi di Jawa Tengah yang

telah dijaga oleh satpam. Melihat kenyataan di atas, tentu timbul

pertanyaan tentang bagaimana tingkat keamanan sebagian besar

candi lainnya yang tidak dijaga oleh satpam. Menanggapi hal

tersebut, Pak Deny memberikan pernyataan sebagai berikut:

“Beberapa daerah terpencil memang banyak yang belum ada satpamnya. Tapi meskipun begitu, masih ada jupel (juru pelihara.red) yang merangkap satpam. Jadi selain melakukan pemeliharaan, juga mengamankan candi” (hasil wawancara 21 Maret 2011) Dari pernyataan Pak Deny di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa walaupun candi tidak dijaga oleh satpam, masih ada juru

pelihara yang juga bertugas merangkap satpam dan berarti tugasnya

selain melakukan pemeliharaan adalah mengamankan candi juga.

Akan tetapi, perlu diingat juga bahwa juru pelihara tidak

memiliki pengetahuan khusus tentang pengamanan yang setara

dengan satpam. Selain itu juru pelihara juga tidak menjaga candi

full time sebagaimana satpam. Terlebih lagi juru pelihara juga tidak

Page 97: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

mengikuti pembinaan tiap bulan serta latihan bela diri. Hal ini

diperkuat dengan pernyataan Bapak Sumaryono sebagai berikut:

“Asline niku jam 7.30-15.30. Ning kulo biasane mriki nggih jam-jam 8.00 enjing, wong mangkeh biasane ngantos jam 17.00 sonten. Kadang nggih ngantos jam 18.00. ...nek dalu nggih mboten wonteng sing jogo mbak. Ning kulo kadang nggih tilem mriki, biasane pas hari besar kan wonten dangdutan teng mriki. Nopo kadang pas wonten tiang tilem mriki, kulo nggih mesti tilem mriki. Pokoke nunggoni ngantos tiangipun wangsul. ...Nek sing pemeliharaan niku mboten, tapi nek sing keamanan dididik saking polres nganu to, polsek klaten niko” (hasil wawancara 23 Maret 2011) Dari hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa menurut

peraturan juru pelihara bertugas dari pukul 07.30-15.30 WIB. Pada

candi Selogriyo, juru peliharanya bekerja sampai dengan pukul

18.00 WIB. Walaupun begitu, setelah jam tersebut tidak ada lagi

yang menjaga candi. Kalaupun juru pelihara tidur di candi, itupun

hanya pada waktu-waktu tertentu dan sangat jarang. Selain itu, juru

pelihara juga tidak diwajibkan mengikuti pembinaan yang diadakan

tiap tanggal dua.

Dari hasil wawancara di atas, penulis melihat bahwa waktu

malam hari inilah yang menjadi saat paling rawan terhadap

kemungkinan terjadinya tindak pencurian. Apalagi melihat

banyaknya jumlah candi yang terletak di daerah terpencil dan jauh

dari pemukiman warga dan belum dijaga oleh satpam. Oleh karena

itu penulis merasa pengamanan pada candi khususnya yang berada

di daerah terpencil masih sangat kurang.

Page 98: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Terkait banyaknya candi yang belum dijaga oleh satpam, Pak

Sugeng Widodo memberikan tanggapan sebagai berikut:

“Belum semua candi dilakukan pengamanan (penempatan satpam.red). Namun untuk kedepannya akan tetap diupayakan pengamanan” (hasil wawancara 7 Februari 2011) Terkait upaya untuk menambah jumlah satpam yang bertugas di

candi-candi juga disampaikan oleh Pak Deny, yakni sebagai berikut:

“Tiap tahun akan ada penambahan jumlah satpam kontrak yang baru dan akan terus dilakukan sampai tercukupi jumlah yang kami butuhkan” (hasil wawancara 21 Maret 2011) Selain mengenai minimnya jumlah candi yang telah dijaga

satpam, dari tabel di atas juga dapat dilihat bahwa jumlah satpam

yang menjaga candi itu berbeda-beda antara candi yang satu dengan

yang lain. Penulis mengamati bahwa candi yang berada di daerah

yang dekat dengan kantor BP3 Jawa Tengah yakni Prambanan,

cenderung memiliki jumlah satpam yang lebih besar dibanding

dengan candi yang berada di daerah yang jauh dari Prambanan.

Ternyata BP3 Jawa Tengah memiliki pertimbangan tersendiri

dalam menentukan candi mana saja yang akan mendapat prioritas

untuk dijaga satpam dan berapa jumlah satpam yang ditugaskan.

Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Pak Sugeng Widodo:

“...mempertimbangkan kondisi candi dan tingkat kerawanannya. Kalau candi yang tinggal fondasinya saja, maka tingkat kerawanannya tidak begitu tinggi. Selain itu juga melihat banyak tidaknya terdapat benda-benda berharga yang mudah dibawa seperti arca” (hasil wawancara 7 Februari 2011)

Page 99: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pertimbangan

yang dipakai untuk menentukan perlu tidaknya sebuah candi diberi

satpam adalah dengan melihat kondisi candi tersebut, apakah masih

utuh, apakah masih banyak BCB bergeraknya. Kalau candinya

masih utuh dan banyak terdapat BCB bergerak seperti arca, kala,

relief, makara, lingga-yoni dan sebagainya maka candi tersebut akan

mendapat prioritas untuk ditempatkan satpam disana.

Berbeda dengan pendapat di atas, Pak Deny lebih melihat kondisi

lingkungan dan masyarakat sekitar candi sebagai pertimbangan

terkait perlu dan tidaknya sebuah candi diberi satpam. Pernyataan

pak Deny tersebut adalah sebagai berikut:

“Antara candi yang berada di atas bukit maupun yang berada dekat dengan perkampungan penduduk memiliki tingkat kerawanannya sendiri-sendiri. Candi yang berada di atas bukit yang lokasinya terpencil dan penduduknya masih jarang, tingkat kerawanannya bisa saja tinggi karena sepi dan tidak ada listrik. Akibatnya kan gelap karena tidak ada lampu. Kalau candi yang berada di dekat perkampungan penduduk, ya lihat dulu penduduknya seperti apa. Peduli tidak dengan keberadaan candi” (hasil wawancara 21 Maret 2011) Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak selalu

candi yang berada di atas bukit itu rawan dan tidak selalu juga candi

yang berada dekat dengan perkampungan masyarakat itu aman.

Semua itu sangat dipengaruhi bagaimana tingkat kepedulian

masyarakat terhadap candi itu, apakah ikut menjaga keamanannya

atau malah tidak mempedulikan candi tersebut.

Page 100: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Menanggapi anggapan penulis tentang candi di sekitar

Prambanan yang memiliki satpam lebih banyak dibanding daerah

lain, Pak Deny memberikan tanggapan sebagai berikut:

“...daerah Prambanan khususnya, merupakan pusatnya koleksi Mataram Lama (Hindu-Budha) di Jawa Tengah. Banyak arca yang bagus-bagus dan masih lengkap. Candi-candi di daerah Prambanan sepertinya sudah terkenal kaya akan arca yang bagus-bagus, apalagi di Plaosan itu banyak sekali arcanya. Karena sudah terkenal bagus kan mesti banyak yang ngincar. Selain itu di Jogja kan juga banyak sekali art shop, bisa jadi disana juga banyak terdapat kolektor. Oleh karena itu memang disini (Prambanan) sengaja kita kuati.” (hasil wawancara 5 April 2011) Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa di daerah

Prambanan memang banyak sekali terdapat candi dimana candi-

candi disana umumnya megah, kaya akan arca, relief dan benda-

benda lain yang menjadi incaran para kolektor. Dengan begitu,

candi-candi di Prambanan dapat dikatakan tingkat kerawanannya

tinggi dan wajar apabila satpam yang menjaga candi-candi di daerah

tersebut berjumlah banyak.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pertimbangan

yang dipakai oleh BP3 Jawa Tengah dalam menilai perlu tidaknya

sebuah candi diberi satpam adalah melihat pada dua hal. Pertama

adalah kondisi candi yaitu keutuhan dan jumlah BCB bergerak di

dalamnya. Kedua adalah bagaimana tingkat kepedulian masyarakat

yang berada paling dekat dengan lokasi candi tersebut.

Page 101: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

b. Penyelamatan

Penyelamatan merupakan upaya darurat ataupun terencana untuk

melindungi BCB dan situs dari ancaman kerusakan, kehilangan, dan

kemusnahan. Kegiatan penyelamatan yang dilakukan BP3 Jawa Tengah

selama tahun 2008 sampai dengan 2009 adalah sebagai berikut:

1) Pemintakatan/Zoonasi

Pemintakatan adalah salah satu upaya penyelamatan terhadap

situs candi dengan cara menetapkan lahan peruntukan terhadap

situs, yang terdiri atas mintakat inti, mintakat penyangga, dan

mintakat pengembangan. Pemintakatan sebenarnya merupakan

metode perencanaan dalam penggunaan tanah.

Tujuan dilakukan pemintakatan adalah sebagaimana disampaikan

oleh Pak Sugeng Widodo sebagai berikut:

“Penyelamatan yang kaitannya dengan manusia yaitu dengan zoonasi. Agar dalam perkembangan pemukiman atau fasilitas lain, tidak akan mengganggu candi. Bila pemintakatan tidak dilakukan, dihawatirkan akan terjadi keterlanjuran” (hasil wawancara 7 Februari 2011) Dari pernyataan Pak Sugeng Widodo di atas, dapat disimpulkan

bahwa sebuah candi itu perlu dilakukan pemintakatan yakni

mengatur peruntukan lahan di sekitar candi. Pada waktu yang akan

datang, dimungkinkan akan lebih banyak lagi candi yang

dikembangkan untuk pariwisata. Hal tersebut akan mendorong

dibangunnya fasilitas-fasilitas pendukung di sekitar candi, misalnya

toilet, tempat parkir, rumah makan, penginapan, toko souvenir dan

Page 102: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

sebagainya. Atau bisa jadi lebih banyak lagi rumah-rumah warga

yang dibangun di wilayah sekitar candi.

Apabila lahan candi dan sekitarnya tidak di atur peruntukannya,

maka pembangunan-pembangunan seperti di atas bisa saja

mengancam kelestarian candi. Pembangunan yang dapat

mengancam kelestarian candi contohnya adalah mendirikan

bangunan permanen sangat dekat dengan candi, padahal pada lokasi

tersebut masih diduga terdapat bagian candi yang belum ditemukan.

Seperti yang telah disebutkan dalam bab tinjauan pustaka di atas,

sistem pemintakatan terdiri dari mintakat inti, mintakat penyangga,

dan mintakat pengembangan. Pada mintakat inti, hanya ada candi

dan bangunan yang merupakan fasilitas pendukung seperti pos jaga

dan barak kerja bila candi tersebut dalam proses pemugaran. Pada

mintakat penyangga, hanya boleh ada toilet dan tempat ibadah.

Sedangkan pada mintakat pengembangan, dapat dimanfaatkan

untuk pengembangan pariwisata dan kepentingan lainnya.

Pada tahun 2008, pemintakatan dilakukan di candi Ceto.

Sedangkan pada tahun 2009, pemintakatan dilakukan di candi

Ngempon, dan kompleks candi Sengi (candi Asu, candi Pendem,

dan candi Lumbung). Hasil dari kegiatan pemintakatan akan

digunakan sebagai rambu-rambu atau tata aturan dalam hal

pengembangan sehingga pemanfaatannya tetap berbasis pada

pelestarian.

Page 103: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Agar lebih jelas, penulis mengambil contoh hasil pemintakatan

pada candi Asu, salah satu candi pada kompleks candi Sengi. Hasil

pemintakatan candi Asu tersebut penulis dapat dari laporan hasil

pemintakatan Kompleks Candi Sengi.

Pemintakatan ini dilatarbelakangi oleh rencana Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Magelang untuk

mengembangkan kompleks candi Sengi sebagai tempat pariwisata

karena dinilai lokasinya memiliki posona pedesaan yang khas, serta

akan digabungkan dalam paket wisata lereng gunung merapi atau

Ketep pass. Dari pemintakatan yang dilakukan oleh BP3 Jawa

Tengah, diperoleh hasil sebagai berikut:

a) Mintakat Inti

Lokasi ini dilengkapi dengan kawat beduri yang dikamuflase

dengan pohon yang mengelilingi candi. Di dalam pagar

dilengkapi dengan pos keamanan dan pertamanan.

b) Mintakat Penyangga

Mintakat penyangga merupakan areal persawahan. Penentuan

berdasarkan aspek arkeologis, geotopografis lingkungan

sehingga diperoleh batas sisi utara, timur, selatan berjarak 20

meter dari candi. Sedangkan sisi barat dibatasi jalan desa

menuju Tlatar.

Page 104: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

c) Mintakat Pengembangan

Pada mintakat pengembangan dapat dimanfaatkan untuk

kepentingan agama, sosial, pendidikan, pariwisata dan

kebudayaan.

Dari penjabaran di atas tentang kegiatan pemintakatan, dapat

disimpulkan bahwa kegiatan pemintakatan bertujuan untuk

mengatur peruntukan lahan situs agar pembangunan yang terjadi

tidak mengganggu kelestariannya. Selain itu, kegiatan pemintakatan

ini diprioritaskan pada candi yang akan dikembangkan sebagai

tempat wisata oleh Dinas Pariwisata setempat seperti candi Ceto

dan kompleks candi Sengi.

2) Pembebasan dan Pensertifikatan Tanah

Pembebasan dan Pensertifikatan tanah merupakan upaya yang

dilakukan untuk merubah hak kepemilikan tanah tempat dimana

candi berada dari milik perseorangan/kelompok menjadi milik

negara, dengan jalan membeli tanah tersebut dari pemilik tanah.

Pembelian tanah sangat penting dilakukan. Hal itu mengingat

pembuatan pagar dan pos jaga baru akan dilakukan setelah

dilakukan pensertifikatan tanah. Selain itu, pemilik tanah memiliki

hak untuk membangun bangunan baik itu sementara atau permanen

di atas tanahnya tersebut. Oleh karena itu, dengan dilakukannya

pembelian tanah dan kemudian mensertifikatkannya, maka kegiatan

Page 105: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

pengamanan, penyelamatan dan sebagainya akan lebih mudah

dilakukan karena tanah tersebut sudah dimiliki oleh negara.

Pada tahun 2008, dilakukan pembebasan dan pensertifikatan

tanah di candi Sojiwan. Pada waktu itu BP3 Jawa Tengah membeli

tanah kas desa. Hal tersebut sebagaimana dejelaskan oleh Pak

Tunggul, warga desa setempat sebagai berikut:

“itu beli tanah kas desa mbak. Jadi urusane BP3, kelurahan sama kabupaten. Tidak membeli tanah dari warga, tanah kas desa semua itu mbak” (hasil wawancara 5 April 2011) Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa tanah dimana

candi Sojiwan sekarang ini berdiri adalah tanah kas desa. Yang

dimaksud dengan tanah kas desa adalah tanah dimana warga

tersebut boleh menggunakannya, tetapi tidak boleh

memperjualbelikannya. Karena tanah tersebut milik desa, maka

transaksi jula beli dilakukan antara pihak BP3 Jawa Tengah, pihak

Kelurahan dan Kabupaten setempat.

2. Responsivitas

Responsivitas merupakan kemampuan organisasi dalam mengenali

kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan

mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan

kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dalam penelitian ini

menggambarkan sejauh mana kemampuan BP3 Jawa Tengah dalam

menyusun program dan kegiatan perlindungan terhadap BCB dan situs

terutama candi, yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Page 106: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Dalam penelitian ini, penulis menilai responsivitas BP3 Jawa Tengah

dalam perlindungan candi melalui tiga aspek. Pertama, bagaimana BP3

Jawa Tengah menerima, menanggapi dan menindaklanjuti laporan maupun

saran dari masyarakat terkait kegiatan perlindungan yang dilakukan.

Kedua, bagaimana BP3 Jawa Tengah menanggapi dan menindaklanjuti

laporan serta masukan dari satpam dan juru pelihara candi. Ketiga,

bagaimana BP3 Jawa Tengah membangun komunikasi eksternal yakni

komunikasi dengan masyarakat terkait kegiatan perlindungan yang akan

dilaksanakan.

Pembahasan responsivitas disini akan dimulai dari aspek pertama yaitu

bagaimana BP3 Jawa Tengah menerima, menanggapi dan menindaklanjuti

laporan maupun saran dari masyarakat terkait kegiatan perlindungan yang

dilakukan.

BP3 Jawa Tengah merupakan organisasi publik yang

menyelenggarakan pelayanan tidak langsung kepada masyarakat, yakni

dalam bidang pelestarian BCB dan Situs di Jawa Tengah. Sebagai

organisasi publik yang bertugas melayani masyarakat, tentunya BP3 Jawa

Tengah juga akan terbuka terhadap aspirasi masyarakat baik itu masukan

atau saran maupun laporan. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Pak

Deny sebagai berikut:

“Aspirasi dari masyarakat akan kita terima dengan baik. Nanti kami pertimbangkan” (hasil wawancara 21 Maret 2011)

Page 107: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa BP3 menyambut baik

terhadap aspirasi dari masyarakat. Aspirasi masyarakat kepada BP3 Jawa

Tengah bisa disampaiakan melalui beberapa cara sebagaimana

disampaikan oelah Pak Junawan sebagai berikut:

“Media untuk menyalurkan aspirasi masyarakat ya bisa lewat website kita di www.purbakala.jawatengah.go.id, lewat pameran kepurbakalaan juga. Saat pameran kan biasanya kita membuka semacam layanan konsumen gitu mbak. Laporan yang datang biasanya tentang situs yang rusak, penemuan BCB di sana sudah ditinjau belum pak, saya menemukan BCB Pak lalu bagaimana” (hasil wawancara 21 Maret 2011) Hal yang sama juga disampaikan oleh Pak Putu, staf Pokja Pemanfaatan

yang juga bertugas mengelola website BP3 Jawa Tengah, yakni sebagai

berikut:

“iya mbak, lewat website juga bisa. Yang masuk ke sini tu biasanya laporan penemuan BCB. Kalau ada laporan kayak gitu nanti kita teruskan ke bagian perlindungan supaya ditindaklanjuti” (hasil wawancara 5 April 2011) Saat penulis mencoba megakses alamat website yang disebutkan,

terbukti bahwa melalui website tersebut kita dapat menyampaikan aspirasi

dan nantinya aspirasi tersebut akan ditampilkan pada website tersebut.

Aspirasi yang disampaikan melalui website BP3 Jawa Tengah tersebut

salah satunya seperti yang disampaiakan oleh Cah Ndesa yang

menanyakan kapan candi yang berada di daerahnya yaitu di Mangunsuko,

dekat kali Senowo akan digali lagi. Hal tersebut dikarenakan candi itu

ditemukan pada tahun 80-an, akan tetapi sampai sekarang belum

dilaksanakan penggalian/ekskavasi lebih lanjut.

Page 108: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Salah satu hal yang disayangkan dari website ini adalah penulis tidak

menemukan feedback atau tanggapan dari pihak BP3 Jawa Tengah terkait

aspirasi yang disampaikan tersebut. Padahal feedback tersebut menurut

penulis sangat penting, dimana dengan diberikannya sebuah tanggapan

maka paling tidak masyarakat akan merasa aspirasi mereka telah didengar.

Terkait tindak lanjut yang dilakukan BP3 Jawa Tengah terhadap

laporan seperti di atas disampaikan oleh Pak Junawan selaku Kasubpokja

Penyelamatan sebagai berikut:

“Kalau ada laporan, biasanya kita meninjau langsung ke lapangan kemudian melakukan diskusi dengan pihak-pihak terkait untuk menentukan bagaimana penanganan selanjutnya. Yang diajak diskusi bisanya ya para arkeolog, ahli arsitektur, ahli geologi, ahli lingkungan dan sebagainya” (hasil wawancara 21 Maret 2011) Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa BP3 responsiv

terhadap laporan dari masyarakat terkait penemuan BCB serta situs yang

mengalami kerusakan, karena BP3 Jawa Tengah akan segera melakukan

langkah awal yakni peninjauan ke lokasi serta diskusi dengan pihak terkait

mengenai bagaimana penanganannya.

Untuk penanganan selanjutnya, mungkin memang ada beberapa candi

yang terkesan diabaikan, yakni hanya ditinjau tetapi tidak dilakukan

langkah penanganan setelahnya. Hal tersebut mungkin dikarenakan

banyaknya permasalahan terkait candi yang harus ditangani, dan dalam

penanganannya dilakukan secara bertahap berdasarkan skala prioritas.

Selain melalui website dan pameran, penulis melihat ada media lain

yang sebenarnya potensial untuk menyalurkan aspirasi masyarakat, yaitu

Page 109: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

melalui buku tamu. Hampir semua candi memiliki buku tamu karena buku

tersebut berfungsi unutk mencatat berapa jumlah pengunjung sebuah candi

dan dari mana saja asalnya. Salah satu pengunjung candi yang pernah

menuangkan aspirasinya lewat buku tamu adalah Wijna, seseorang yang

memiliki ketertarikan besar terhadap candi dan telah mendatangi hampir

seluruh candi yang ada di Jawa Tengah dan sekitarnya. Wijna sendiri

memiliki sebuah blog yang beralamat di http://mblusuk.com, yang berisi

pengalamannya mendatangi candi-candi di Jawa Tengah dan sekitarnya.

Menurut Wijna, dia pernah menuliskan aspirasinya dalam buku tamu,

yaitu seperti di bawah ini:

“Adapun yang berkaitan dengan candi semisal kurangnya panduan keberadaan candi, informasi latar-belakang candi, petugas-petugas yang kurang ramah, dan masih banyak lainnya. Biasanya uneg-uneg itu aku tulis di bukutamu. ..menurutku masih kurang. Terutama untuk candi-candi yang aksesnya jauh dan tidak berdampak pada kehidupan warga, semisal bukan obyek pariwisata atau difungsikan sebagai tempat ibadah. Beberapa candi nampak kurang terawat, yah mungkin perawatannya berjangka beberapa tahun sekali. Selain itu keterbatasan personil di lapangan seperti satpam, juru rawat, atau juru kunci dan juga shift jaga malam, sepertinya membuat candi rentan akan kerusakan.” (hasil wawancara 20 Mei 2011) Pernyataan di atas membuktikan bahwa buku tamu memang potensial

digunakan sebagai media penyampaian aspirasi masyarakat terhadap BP3

Jawa Tengah. Akan tetapi sayangnya sampai sekarang aspirasi yang

tertulis dalam buku tamu belum mendapat perhatian besar. Satpam atau

juru pelihara candi sepertinya hanya bertugas melaporkan jumlah

pengunjung candi serta catatan tentang pelaksanaan tugas mereka.

Page 110: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Aspirasi tidak hanya berupa laporan, tetapi dapat juga berupa saran atau

masukan. Terkait masukan dari masyarakat atau LSM, terhadap

pelaksanaan kegiatan perlindungan yang dilakukan, dikatakan bahwa

selama ini belum pernah ada masukan. Hal ini sebagaimana disampaikan

oleh Pak Deny di bawah ini:

“LSM dan masyarakat belum pernah ada komplain atau masukan tentang kegiatan perlindungan” (hasil wawancara 21 Maret 2011) Pernyataan Pak Deny tersebut diperkuat oleh pernyataan Pak Junawan

seperti di bawah ini:

“sejauh ini belum pernah ada. Yang ada biasanya tentang laporan penemuan BCB atau bila BCB hilang atau rusak” (hasil wawancara 21 Maret 2011)

Dari petikan dua pernyataan di atas memperlihatkan bahwa selama ini

memang belum ada masukan atau saran tentang kegiatan perlindungan

yang dilaksanakan oleh BP3 Jawa Tengah. Penulis melihat bahwa tidak

adanya masukan atau saran dari pihak di luar BP3 Jawa Tengah ini karena

dua kemungkinan.

Pertama, mungkin BP3 Jawa Tengah kurang membuka diri atau kurang

melibatkan masyarakat dalam kegiatan perlindungan, sehingga masyarakat

kurang mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan untuk melindungi

candi. Hampir semuanya dilakukan oleh BP3 Jawa Tengah sendiri,

padahal tidak menutup kemungkinan bahwa jumlah masyarakat yang ingin

berpartisipasi dalam kegiatan ini banyak.

Page 111: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Kedua, mungkin masyarakat yang kurang peduli dengan keberadaan

BCB, dalam hal ini adalah candi. Ketidak pedulian tersebut mungkin

disebabkan karena masyarakat belum mengetahui betapa besar nilai

penting dari candi. Ketidaktahuan masyarakat ini penyebabnya adalah isu

tentang budaya khususnya candi kurang gencar diberitakan atau disorot

oleh media. Media cetak maupun elektronik hanya dipenuhi oleh berita

seputar politik, terorisme, korupsi, dan sebagainya. Akibatnya, hanya

sedikit dari masyarakat yang tahu tentang BCB, nilai pentingnya, siapa

yang bertugas melakukan perlindungan dan bagaimana bentuk

perlindungan terhadap BCB tersebut.

Apabila seandainya ada masukan atau saran dari masyarakat, tindak

lanjut yang dilakukan BP3 Jawa Tengah adalah seperti disampaikan oleh

Pak Deny seperti di bawah ini:

“Apabila itu tidak sinkron dengan program BP3 ya tidak kami pakai. Maksudnya sinkron dengan program BP3 itu adalah usulan-usulan tersebut memang termasuk kegiatan-kegiatan BP3 dalam hal perlindungan. Misalnya ada usulan, Pak mbok candi sana itu dikasih lampu dikasih pagar. Tempatnya kan rawan pak” (hasil wawancara 21 Maret 2011) Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa apabila ada masukan

dari masyarakat yang mana masukan tersebut merupakan kegiatan yang

juga sering dilakukan BP3 dalam rangka melindungi candi, maka BP3

akan responsiv karena akan ditindaklanjuti. Tindak lanjutnya misalnya

dengan mempertimbangkan saran tadi untuk dimasukkan dalam kegiatan

perlindungan pada tahun selanjutnya. Sementara tentang usulan yang

Page 112: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

berseberangan dengan kegiatan BP3 atau hal-hal tersebut belum pernah

dilakukan sebelumnya, maka sikap BP3 terlihat kurang responsif.

Disini penulis berpendapat bahwa apabila hal ini terus terjadi,

dihawatirkan kegiatan perlindungan yang dilakukan dari waktu ke waktu

akan begitu-begitu saja. Padahal modus kejahatan di luar sana setiap saat

selalu berkembang. Selain itu, wacana yang berkembang di luar terkait

perlindungan candi yang walaupun tidak secara langsung ditujukan kepada

BP3 Jawa Tengah hendaknya juga diperhatikan. Misalnya saja wacana

tentang pemasangan CCTV di candi Borobudur

(http://koran.republika.co.id).

Candi Borobudur dalam pengelolaannya diserahkan kepada pihak

swasta yakni PT Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB). BP3 Jawa

Tengah sebagai organisasi yang juga bertugas mengelola candi sebaiknya

juga mengikuti cara tersebut, yakni merencanakan pemasangan CCTV

pada candi, khususnya pada candi yang besar dan tingkat kerawanannya

tinggi. Memasang CCTV sepertinya akan lebih efektif dan efisien

dibandingkan dengan menambah jumlah satpam pada sebuah candi.

Setelah membahas aspek pertama, penulis akan membahas aspek kedua

dalam penilaian responsivitas yaitu bagaimana BP3 Jawa Tengah

menanggapi dan menindaklanjuti laporan serta masukan dari satpam dan

juru pelihara candi. Hal ini juga penting untuk diamati karena melihat

posisi penting satpam dan juru pelihara yakni sebagi ujung tombak

Page 113: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

kegiatan perlindungan yang dilakukan. Satpam maupun juru pelihara

adalah orang yang tahu persis bagaimana keadaan candi yang dijaganya.

Oleh karena itu, penulis berasumsi bahwa kegiatan perlindungan akan

dapat berjalan dengan baik apabila BP3 Jawa Tengah memperhatikan

aspirasi dari para satpam dan juru pelihara yang bertugas di lapangan, baik

itu berupa laporan maupun masukan. Terkait adanya laporan dari satpam

maupun juru pelihara pernah disampaikan oleh Pak Deny seperti di bawah

ini:

“Kalau ada laporan, biasanya langsung meninjau ke lokasi seketika itu juga. Waktu itu pernah pada tengah malam ada laporan dari satpam yang bertugas di Gedong Songo bahwa telah terjadi pencurian. Ya saat itu juga saya mengendarai mobil sendiri ke Gedong Songo, dari rumah saya di Klaten” (hasil wawancara 21 Maret 2011) Terkait penyampaian laporan ke BP3 Jawa Tengah, Her Dwiyanto

selaku satpam di Candi Plaosan Lor memberikan keterangan sebagai

berikut:

“Waktu tau kalau ternyata dua kepala arca itu dicuri, kita langsung mengamankan lokasi dan langsung lapor kantor. Saat itu langsung datang, tidak berselang lama” (hasil wawancara 21 Maret 2011) Dari pernyataan di atas, terlihat bahwa BP3 Jawa Tengah sangat

responsif dalam menanggapi adanya laporan pencurian BCB di candi.

Untuk tindak lanjut terhadap pencurian itu adalah sebagaimana

disampaikan Pak Deny dibawah ini:

“Langkah pertama kita meninjau ke lokasi, meminta keterangan pada satpam yang berjaga saat itu. Setelah itu kita lapor Polsek setempat. ...Setelah ada kejadian pencurian itu kita lakukan evaluasi. Jadi, setiap mau pergantian shift akan dilakukan pengecekan aset terlebih dahulu.

Page 114: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Nanti kalau ada yang hilang kan ketahuan, itu hilangnya pas regu mana yang sedang jaga” (hasil wawancara 21 Maret 2011) Tentang dilakukannya evaluasi dan perubahan pengamanan setelah

terjadinya pencurian dua kepala arca Buddha di candi Plaosan Lor juga

disampaikan oleh Her Dwiyanto, satpam di candi Plaosan yakni sebagai

berikut:

“Setelah kejadian itu ya ada perubahan. Kita yang tadinya bertugas selama 6 jam sekarang jadi 12 jam. Selain itu kita juga mengisi buku mutasi setiap mau pergantian shift regu jaga” (hasil wawancara 21 Maret 2011) Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa responsivitas

BP3 Jawa Tengah dalam menanggapi laporan tentang pencurian BCB di

candi sangat baik. Selain segera meninjau ke lokasi dan berkoordinisi

dengan satuan kepolisian setempat, BP3 Jawa Tengah juga melakukan

evaluasi terkait kelemahan pada sistem pengamanan yang selama ini

dilakukan. Setelah itu, dilakukan perbaikan sistem pengamanan untuk

mencegah terjadinya hal serupa di kemudian hari.

Selain laporan pencurian, ada juga masukan yang disampaikan satpam

dan jupel pada BP3 Jawa Tengah terkait masalah atau keterbatasan yang

dihadapi di lapangan. Hal ini sebagaimana disampaikan Pak Deny sebagai

berikut:

“keluhan itu pasti ada, paling masalah seragam, lampu mati, dan peningkatan kesejahteraan. Tiap tahun itu kita udah melakukan pengadaan seragam, tikar, batu baterai, sampai mantel” (hasil wawancara 5 April 2011)

Page 115: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

Selain itu, masukan pada BP3 Jawa Tengah terkait masalah

pengamanan misalnya, pernah disampaikan oleh satpam candi Plaosan Lor

seperti dibawah ini:

“HT jumlahnya masih kurang, cuma ada dua. Tapi kita terus usaha sendiri mbak, ngadain arisan HT. Ya inisiatif dari kita sendiri karena yang namanya satpam itu kan butuh HT. Kalau ada apa-apa bisa cepet menghubungi yang lain , sekali pencet saja bisa. Kalau pake HP kan ribet mbak, gak bisa cepet. Lampu ya ada, tapi cuma di dekat-dekat pagar saja. Jadi untuk lokasi tengah itu ya gelap. Ya harusnya di lokasi tengah itu ada lampu-lampu spot. Pos jaga masih kurang kalau melihat luasnya candi seperti ini. Disini ada dua pos jaga dan satu warekeet. Paling tidak disana (utara) ada pos jaga satu lagi. Kalau pos jaga yang itu (timur) jarang digunakan karena menurut kami kurang strategis. ...paling tidak dipasang kran air sama dibangun toilet karena biasanya disini yang kita pakai jaga. Kan ini dekat pintu masuk. Kita kalau mau buang air harus berjalan jauh dulu ke warekeet ujung sana, kalau tidak ya numpang di rumah-rumah penduduk situ. Selain itu pengunjung juga banyak yang menanyakan dimana kamar mandi. ...satpam yang sebelum saya pernah mengeluhkan hal itu, saya juga pernah menyampaikan waktu habis ada kejadian kemalingan arca itu. Tapi ya sampai sekarang belum dibangun-bangun juga” (hasil wawancara 21 Maret 2011) Hal yang hampir sama juga diungkapkan oleh Pak Sumaryono, juru

pelihara yang merangkap satpam di candi Selogriyo seperti di bawah ini:

“Pun usul, mbok didamelne pos jaga, WC, kalih kulo nyuwun HT. Teng mriki seringe mboten wonten sinyal. Nek wonten nopo-nopo ben gampang nek ngabari adik kulo (jupel candi selogriyo juga). ...yo sing baku niku nggih pos jaga niku. Nek dalane rodo apek, sore nek niliki mriku mandeke kan ning pos jaga, mboten teng warung. Mriki niki kan warung. Kalih niku, nek wonten pengunjung kulo ndadak wira-wiri marani setunggal-setunggal. Nek wonten pos jaga kan mangkeh pengunjung niku mandeke teng pos jaga rumuyin, ngisi buku tamu sak derenge. Mriki nek dalu peteng, mboten wonten listrik. Kulo ndek mbiyen pernah ndamel dinamo kincir air, ning lampune niku murupe kirang padhang, wong kaline miline cilik.” (hasil wawancara 23 Maret 2011) Dari dua petikan wawancara di atas menunjukkan bahwa ternyata

satpam dan juru pelihara yang bertugas di lapangan masih menemukan

Page 116: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

banyak kendala. Menurut dua informan di atas, hal tersebut juga pernah

disampaikan pada pihak BP3 Jawa Tengah akan tetapi belum mendapat

tindak lanjut.

Apabila diamati, kendala yang dihadapi dalam masalah pengamanan

adalah sama yaitu masalah fasilitas pendukung pengamanan yang antara

lain adalah HT, pos jaga, lampu penerangan, serta toilet. Padahal alat-alat

tersebut sangatlah penting untuk menunjang pengamanan.

HT merupakan alat komunikasi khusus untuk mempermudah

komunikasi antar satpam. Pos jaga merupakan markas satpam untuk

melakukan pemantauan terhadap lingkungan. Lampu penerangan sangat

penting untuk membantu mengawasi lokasi candi pada malam hari. Lampu

yang tidak terang akan menyulitkan petugas melakukan pengawasan.

Toilet juga sangat dibutuhkan. Walaupun bukan merupakan sarana

penunjang keamanan, keberadaan toilet juga berpengaruh terhadap

kegiatan pengamanan. Apabila tidak ada toilet, satpam atau juru pelihara

harus meninggalkan lokasi yang dijaga selama beberapa waktu hanya

untuk buang air dan hal tersebut akan melemahkan pengamanan.

Masukan satpam dan juru pelihara di atas sebenarnya menyangkut hal-

hal yang penting dan sangat berpengaruh dalam kegiatan pengamanan

yang dilakukan. Akan tetapi sayangnya pihak BP3 Jawa Tengah kurang

rsponsif terhadap hal ini. Setelah dikonfirmasikan pada Pak Deny,

alasannya adalah sebagai berikut:

“kalau pos jaga (di Plaosan Lor) sudah cukup jumlahnya, ada dua pos jaga dan satu warekeet. Memang yang sebelah utara itu kurang bagus.

Page 117: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

Harusnya bangunannya separuhnya kaca bukan tembok semua kayak gitu, jadi bisa mudah melihat sekitarnya. Kalau di selogriyo itu ada warekeet, agak di bawah letaknya. Bisa itu dipake pos jaga” (hasil wawancara 5 April 2011) Dari beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa masih

terdapat perbedaan antara BP3 Jawa Tengah dengan satpam dan juru

pelihara selaku petugas lapangan terkait penilaian cukup atau tidaknya

fasilitas pendukung pengamanan pada candi yang dijaganya. Pihak BP3

Jawa Tengah merasa fasilitas yang ada sudah cukup, akan tetapi satpam

dan juru pelihara yang bertugas di lapangan masih merasa kurang sehingga

akan memberikan hambatan bagi pelaksanaan tugas mereka.

Setelah membahas dua aspek di atas, selanjutnya akan dibahas aspek

ketiga dalam penilaian responsivitas yaitu membangun komunikasi

eksternal yakni dengan masyarakat terkait kegiatan perlindungan yang

akan dilaksanakan. Dalam kegiatan perlindungan yang dilakukan, BP3

Jawa Tengah juga selalu membuka kesempatan pada masyarakat untuk

ikut serta. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh pak Deny sebagai

berikut:

“Kita menerapkan konsep pelestarian berwawasan masyarakat, yaitu mengikutsertakan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan pelestarian” (hasil wawancara 21 Maret 2011) Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan

pelestarian yang di dalamnya termasuk juga ada kegiatan perlindungan,

juga akan melibatkan masyarakat baik dalam proses perencanaan kegiatan

maupun dalam pelaksanaannya. Dengan melibatkan masyarakat baik pada

taraf perencanaan kegiatan maupun pelaksanaannya, sama artinya dengan

Page 118: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

BP3 Jawa Tengah telah menjalin komunikasi secara eksternal yaitu dengan

masyarakat. Dengan begitu, BP3 Jawa Tengah dapat mengetahui

bagaimana keinginan masyarakat dalam kegiatan perlindungan yang

dilaksanakan.

Pelibatan masyarakat dalam kegiatan perlindungan terlihat dalam

beberapa kegiatan yang dilakukan BP3 Jawa Tengah yaitu dalam hal

pengamanan lokasi candi, pemintakatan/zoonasi, pemindahan candi,

pembebasan dan pensertifikatan tanah candi.

Dalam hal pengamanan lokasi candi, BP3 memberikan kesempatan bagi

masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam mengamankan lokasi candi.

Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Pak Sugeng Widodo sebagai

berikut:

“Seperti di candi Sojiwan, masyarakatnya ikut menjaga. Apabila ada hal yang dapat merugikan candi, masyarakat akan langsung mengambil langkah antisipasi. Selama ini, secara tidak langsung masyarakat juga ikut mengamankan” (hasil wawancara 7 Februari 2011) Pernyataan Pak Sugeng Widodo di atas didukung oleh pernyataan Pak

Sumardi selaku satpam di candi Sojiwan yakni sebagai berikut:

“iya mbak, kalau malam ada beberapa warga yang ikut ngumpul disini. Biasanya ya jam 8 ato 12 sudah pada pulang. Tapi kadang ya ada yang ikut tidur sini, paling satu dua orang. Selain itu di baliknya candi, ndak kelihatan kalau dari sini, kan ada tempat duduk yang sering dipake nongkrong anak muda. Walaupun di luar pagar, tapi secara tidak langsung mereka juga ikut mengawasi” (hasil wawancara 5 April 2011) Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa BP3 Jawa Tengah juga

memperbolehkan masyarakat turut serta membantu mengamankan lokasi

Page 119: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

candi. Dari situ juga dapat di lihat bahwa masyarakat di sekitar candi

Sojiwan tersebut peduli dengan keberadaan candi.

Sedangkan dalam hal pemintakatan/zoonasi, dalam proses

penentuannya juga melibatkan masyarakat sekitar candi. Hal ini

sebagaimana disampaikan oleh Pak Sugeng Widodo yakni sebagai berikut:

“Dalam menentukan zoonasi, masyarakat setempat dilibatkan. Biasanya Lurah atau Kepala Desa yang mewakili hadir” (hasil wawancara 7 Februari 2011) Selain itu, responsivitas BP3 Jawa Tengah dalam pemintakatan juga

dapat dilihat dari salah satu metode yang dipakai dalam kegiatan

pemintakatan, yaitu wawancara. Wawancara dilakukan dengan perwakilan

dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat, juru pelihara dan satpam

candi, serta penduduk sekitar. Wawancara ini salah satu tujuannya adalah

untuk mengetahui bagaimana dampak candi bagai masyarakat sekitar serta

bagaimana keinginan penduduk terhadap situs yang ada si sekitar mereka.

Pelibatan masyarakat dalam penentuan zoonasi ini penting mengingat

penetapan zoonasi terutama pada candi yang berada dekat dengan

perkampungan warga akan berpengaruh terhadap kebebasan warga sekitar

candi terutama dalam mendirikan bangunan. Melalui pelibatan ini

diharapkan masyarakat dapat mengeluarkan pendapat apabila ada hal-hal

yang kurang mereka setujui. Selain itu, diharapkan juga agar masyarakat

tahu sampai mana saja batasan mintakat/zoonasi pada candi tersebut

sehingga mereka tahu dimana tempat yang boleh atau tidak boleh

mendirikan bangunan.

Page 120: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

Sedangkan dalam hal pemindahan candi, komunikasi eksternal yang

dilakukan oleh BP3 Jawa Tengah adalah dengan menjaring masukan dari

berbagai golongan lewat diskusi-diskusi. Rencana pemindahan candi yang

dimaksud adalah pada candi Selogriyo yang mengalami longsor. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Pak Sugeng Widodo sebagai berikut:

“Melihat lokasi candi yang rawan longsor, muncul perdebatan dari para ahli tentang bagaimana penanganan pada candi tersebut, apakah akan dipindahkan ke lokasi lain yang lebih aman ataukah akan disitu saja. Tapi kemudian diambil kesepakatan bahwa candi dikembalikan ke posisi semula, kemudian dibuat talud yang baru untuk mengantisipasi longsor lagi. Alasan tidak dipindahkan karena apabila dipindahkan maka filosofinya akan berubah. Tentunya nenek moyang kita waktu bikin candi itu tidak asal tapi penuh pertimbangan seperti menentukan arah hadap, lokasinya, mungkin juga ketinggiannya” (hasil wawancara 7 Fenruari 2011) Hal senada juga diungkapkan oleh Pak Junawan yakni sebagai berikut:

“Pemindahan candi pernah dilakukan, yaitu di candi Selogriyo. Saat itu kami menggelar diskusi, mungki sampai 10 kali lebih untuk membicarakan masalah itu. Bagaimana bila ditinjau dari sisi arkeologi, dari sisi budaya, dari segi geologi, teknik dan lain sebagainya memungkinkan apa tidak. Bahkan perdebatan itu sangat lama, mungkin sampai ganti tahun baru diperoleh kesepakatan penanganannya” (hasil wawancara 21 Maret 2011) Dari kedua pernyataan di atas, terlihat bahwa dalam pengambilan

keputusan dalam hal penanganan candi Selogriyo yang longsor tidak

ditentukan oleh BP3 Jawa Tengah saja, akan tetapi melibatkan berbagai

pihak yang berkompeten di bidangnya seperti arkeolog, budayawan, ahli

geologi dan sebagainya. Setelah ditemukan kesepakatan, baru kemudian

ditentukan penanganannya. Hal ini membuktikan bahwa BP3 Jawa Tengah

telah membangun komunikasi keluar, yakni dengan para ahli terkait.

Page 121: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

Sedangkan untuk kegiatan pembebasan dan pensertifikatan tanah candi,

pelibatan masyarakat yang dilakukan adalah dengan tetap melibatkan

pemilik tanah dalam penentuan harga, dengan kata lain adalah masih ada

sistem tawar menawar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pak Junawan

sebagai berikut:

“Ya ada tawar menawar. Kita dalam membeli akan mengikuti harga dari pasaran. Justru malah masyarakat itu akan menaikkan harga tanah mereka pas tau tanahnya akan dibeli Negara. Oleh karena itu, bisanya pas kita membuat rencana anggaran, harga akan kita naikkan karena biasanya begitulah yang terjadi di lapangan” (hasil wawancara 21 Maret 2011) Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pihak BP3 Jawa

Tengah dalam membeli tanah tetap melihat harga di pasaran dan

masyarakatlah yang biasanya menaikkan harga menjadi lebih tinggi dari

harga tanah di pasaran. Jadi, walaupun Negara yang membeli bukan

berarti harga tanah tersebut akan ditentukan sepihak yakni oleh negara saja

dan pemilik tanah tersebut mau tidak mau harus menjualnya dengan harga

rendah. Aspirasi pemilik tanah dalam penentuan harga masih

diperhitungkan disini.

3. Akuntabilitas

Akuntabilitas dalam penyelanggaraan pelayanan publik adalah sebuah

ukuran yang menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan

organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang telah dipilih oleh

rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena

dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan

kepentingan rakyat.

Page 122: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

Akuntabilitas BP3 Jawa Tengah dalam perlindungan candi dapat dinilai

dari seberapa besar kebijakan dan kegiatan perlindungan yang

dilaksanakan tersebut dipertanggungjawabkan kepada pejabat di atasnya

atau yang lebih tinggi.

BP3 Jawa Tengah merupakan UPT (Unit Pelayanan Teknis) yang

menangani bidang kepurbakalaan di Jawa Tengah, berada dibawah

Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala. Oleh karena itu, semua

kegiatan yang diselenggarakan harus dipertanggungjawabkan langsung

kepada Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala. Pertanggungjawaban

tersebut diwujudkan dalam bentuk LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah). Hal ini seperti disampaikan oleh Wardiyah, staff

bagian perencanaan BP3 Jawa Tengah seperti berikut:

“...kita bertanggungjawabnya ke Direktur Sejarah dan Purbakala. Setiap tahun kita bikin LAKIP dan dikirim kesana. Biasanya diserahkan setiap awal tahun, ya bulan-bulan Januari biasanya.” (hasil wawancara 21 Maret 2011) Dari wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa BP3 Jawa Tengah

telah melaksanakan pertanggungjawaban kepada Direktorat Jenderal

Sejarah dan Purbakala yang dituangkan dalam bentuk LAKIP yang dibuat

setiap tahun dan diserahkan pada awal tahun. Tentang proses pembuatan

LAKIP, disampaikan oleh Wardiyah sebagai berikut:

“Setiap selesai pelaksanaan kegiatan, tiap pokja akan membuat laporan dan diserahkan kesini. Dari laporan-laporan tersebut nanti kita susun menjadi LAKIP yang kemudian diserahkan kepada Kepala BP3 Jawa Tengah. Setelah itu baru dikirim ke pusat” (hasil wawancara 21 Maret 2011)

Page 123: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

Dari wawancara di atas, dapat diketahui bahwa LAKIP disusun

berdasarkan laporan kegiatan tiap pokja. Dari laporan tersebut dapat

diketahui kegiatan apa saja yang dilakukan tiap bulannya, sehingga dalam

satu tahun akan dapat diketahui sejauh mana pencapaian terhadap rencana

kegiatan tahunan yang telah dibuat untuk tahun tersebut.

LAKIP merupakan dokumen yang berisi gambaran perwujudan

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (AKIP) yang disusun dan

disampaikan secara sistematik dan melembaga. LAKIP merupakan bentuk

akuntabilitas publik secara vertikal dimana seluruh organisasi publik wajib

untuk membuatnya. Oleh karena itu, agar tercipta keseragaman maka

dalam pembuatannya juga mengacu pada sebuah pedoman yaitu SK

Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor: 239/IX/6/8/2003 tentang

Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah yang formatnya seperti di bawah ini:

IKHTISAR EKSEKUTIF

Pada bagian ini disajikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan

dalam rencana strategis serta sejauh mana instansi pemerintah mencapai

tujuan dan sasaran utama tersebut, serta kendala-kendala yang dihadapi

dalam pencapaiannya. Disebutkan pula langkah-langkah apa yang telah

dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut dan langkah antisipatif

untuk menanggulangi kendala yang mungkin akan terjadi pada tahun

mendatang.

Page 124: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

I. PENDAHULUAN

Pada bagian ini dijelaskan hal-hal umum tentang instansi serta

uraian singkat mengenai mandat apa yang dibebankan kepada

instansi (gambaran umum tupoksi).

II. RENCANA STRATEJIK

Pada bab ini disajikan gambaran singkat mengenai: Rencana

stratejik dan Rencana kinerja. Pada awal bab ini disajikan gambaran

secara singkat sasaran yang ingin diraih pada tahun yang

bersangkutan serta bagaimana kaitannya dengan visi dan misi

instansi.

Rencana Stratejik

Uraian singkat tentang rencana stratejik instansi, mulai dari visi,

misi, tujuan, sasaran serta kebijakan dan program instansi.

Rencana Kerja

Disajikan rencana kerja pada tahun yang bersangkutan, terutama

menyangkut kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai sasaran

sesuai dengan program pada tahun tersebut, dan indikator

keberhasilan pencapaiannya.

III. AKUNTABILITAS KINERJA

Pada bagian ini disajikan uraian hasil pengukuran kinerja, evaluasi

dan analisis akuntabilitas kinerja, termasuk di dalamnya

menguraikan secara sistematis keberhasilan dan kegagalan,

hambatan, kendala, dan permasalahan yang dihadapi serta langkah-

Page 125: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

langkah antisipatif yang akan diambil. Selain itu dilaporkan pula

akuntabilitas keuangan dengan cara menyajikan alokasi dan

realisasi anggaran bagi pelaksanaan tupoksi dan fungsi-fungsi

lainnya, termasuk analisis tentang capaian indikator kinerja

efisiensi.

IV. PENUTUP

Mengemukakan tinjauan secara umum tentang keberhasilan dan

kegagalan, permasalahan dan kendala utama yang berkaitan dengan

kinerja instansi yang bersangkutan serta strateji pemecahan masalah

yang akan dilaksanakan di tahun mendatang.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Setiap bentuk penjelasan lebih lanjut, perhitungan-perhitungan,

gambar, dan aspek pendukung seperti SDM, sarana prasarana, metode,

dan aspek lain dan data yang relevan, hendaknya tidak diuraikan dalam

badan laporan, tetapi dimuat dalam lampiran. Keputusan-keputusan

atau peraturan-peraturan dan perundang-undangan tertentu yang

merupakan kebijakan yang ditetapkan dalam rangka mencapai visi,

misi, tujuan, dan sasaran perlu dilampirkan. Jika jumlah lampiran cukup

banyak, hendaknya dibuat daftar lampiran, daftar gambar, dan daftar

label secukupnya.

Sedangkan acuan yang digunakan BP3 Jawa Tengah dalam membuat

LAKIP adalah seperti yang disampaikan Pak Gatot selaku Kepala Urusan

Perencanaaan dan Evaluasi sebagai berikut:

Page 126: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

“biasanya tu sekitar bulan November Desember kita dapat surat edaran dari biro renkum (perencanaan dan hukum) kementerian Budpar” (hasil wawancara 5 April 2011) Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembuatan

LAKIP, BP3 Jawa Tengah tidak berpedoman pada Pedoman Penyusunan

LAKIP seperti di atas, tetapi mengacu pada surat edaran dari Biro

Perencanaan dan Hukum Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Pada saat penulis membandingkan format LAKIP BP3 Jawa Tengah

dengan format pada pedoman penyusunan LAKIP di atas, formatnya

memang sudah benar dan sesuai dengan format di atas. Akan tetapi, ada

sedikit perbedaan pada isinya.

Pada LAKIP BP3 Jawa Tengah, tidak terdapat adanya akuntabilitas

keuangan, termasuk juga cara menyajikan alokasi dan realisasi anggaran

bagi pelaksanaan tupoksi dan fungsi-fungsi lainnya, termasuk analisis

tentang capaian indikator kinerja efisiensi. Setelah hal ini dikroscekkan

pada pihak BP3 Jawa tengah, Pak Gatot memberikan penjelasan sebagai

berikut:

“o, kalau yang ini biasanya kita lampirkan. Biasanya kita menyertakan dua mbak, LAKIP sama dokumen laporan realisasi anggaran” (hasil wawancara 5 April 2011) Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa terkait alokasi dan

realisasi anggaran ternyata dibuat terpisah dengan LAKIP. Perbedaan lain

selain itu adalah tentang indikator kinerja yang dipakai. Pada pedoman

penyusunan LAKIP yang dikeluarkan oleh LAN, dalam indikator kinerja

Page 127: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

kegiatan mencakup masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome),

manfaat (benefit), dan dampak (impact).

Akan tetapi pada LAKIP yang BP3 Jawa Tengah buat, indikator

kegiatannya hanya sampai pada tingkat output saja, misalnya berapa

jumlah candi yang dipugar, berapa kali mengadakan pameran, berapa kali

dilakukan perbaikan pagar dan sebagainya. Setelah dikroscekkan pada

BP3 Jawa Tengah, Pak Gatot memberikan penjelasan seperti di bawah ini:

“...indikator kinerja itu pernah mengalami perubahan, dari tahun 2005-2009 itu paling tidak sudah 3 kali. Ada versi yang bilang bahwa di unit eselon III atau UPT seperti BP3, indikator kinerja hanya berhenti pada output, artinya kita hanya bicara soal kuantitas. Jadi berapa dipugar, berapa dipasang pagar, berapa peserta pameran. Kan cuma gitu. Versi yang kedua adalah indikator kinerja kita harus sampai ke tingkat outcome. Intinya seberapa besar pemahaman, berapa prosentase penurunan, efeknya ke masyarakat. ...dan indikator kinerja yang dipakai di instansi di atas kita (Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata) kebanyakan juga pakai output. Jadi indikator kinerja yang kita pakai ya sampai output saja” (hasil wawancara 5 April 2011) Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal

yang menyebabkan indikator kinerja kegiatan yang dipakai BP3 Jawa

Tengah hanya sampai pada output (hasil) saja. Pertama, karena indikator

kinerja yang dipakai oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata itu

sering berubah sehingga dinilai cukup menyulitkan BP3 Jawa Tengah.

Kedua, karena dari atas memang masih ada perdebatan tentang peyusunan

indikator kinerja kegiatan cukup sampai output saja atau harus lebih.

Ketiga, karena BP3 Jawa Tengah berada di bawah Kementerian

Kebudayaan dan Pariwisata, maka bentuk LAKIP termasuk juga indikator

Page 128: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

kinerja kegiatan yang dipakai juga sama dengan yang dipakai oleh

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yaitu sampai pada output saja.

Penyusunan LAKIP yang dilakukan BP3 Jawa Tengah ternyata belum

mencakup semua kegiatan yang dilakukan. Kegiatan rutin khususnya yang

belum dapat masuk dalam LAKIP. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh

Pak Gatot yaitu:

“kegiatan yang dilakukan kan ada dua, kegiatan yang rutin sama kegiatan yang terkait tugas dan fungsi. Di LAKIP, yang rutin itu gak bakal keliatan. Kalau kita mengikuti indikator kinerja dari pusat, akan banyak aktivitas yang sifatnya lokal itu ndak akan kelihatan. Misalnya kegiatan yang sifatnya pendampingan, penilaian dampak rencana pembangunan. Itu secara realita kita melakukan dan memang dibutuhkan. Frekuensinya dalam satu tahun itu amat tinggi, tapi indikator kinerja gak ada yang mewadahi itu. Kalau kita ikuti indikator kinerja dari pusat, maka akan kelihatan tidak balance sama anggaran yang kita pakai” (hasil wawancara 5 April 2011) Dari pemaparan hasil wawancara terkait indikator akuntabilitas di atas

dapat disimpulkan bahwa BP3 Jawa Tengah telah berusaha membuat

LAKIP sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada instansi pemerintah

yang berada di atasnya terkait kegiatan yang dilakukan. Namun, dalam

proses pembuatannya BP3 Jawa Tengah banyak mengalami hambatan

yang apabila dilihat memang hambatan tersebut datangnya dari luar.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja

Pencapaian kinerja BP3 Jawa Tengah dalam perlindungan candi

dipengaruhi oleh hal-hal yang dapat berasal dari dalam organisasi maupun

dari luar organisasi. Hal-hal tersebut dapat menjadi faktor pendorong maupun

faktor penghambat terhadap kegiatan perlindungan yang dilaksanakan.

Page 129: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

Dibawah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai hal-hal apa saja yang

menjadi pendorong maupun hal-hal apa saja yang menjadi penghambat BP3

Jawa Tengah dalam melaksanakan kaegiatan perlindungan candi di Jawa

Tengah.

1. Faktor Pendukung

Dalam upaya perlindungan terhadap candi yang dilakukan oleh BP3

Jawa Tengah, peneliti mengamati bahwa dukungan dari masyarakat

merupakan faktor pendukung yang paling berpengaruh terhadap kinerja

BP3 Jawa Tengah dalam perlindungan candi. Masyarakat di sini

dikelompokkan menjadi 2, yakni masyarakat sekitar candi, dan LSM

kebudayaan.

a. Masyarakat Sekitar Candi

Kepedulian masyarakat terhadap candi, terutama masyarakat yang

berada di dekatnya sangatlah berpengaruh terhadap tingkat keamanan

candi tersebut. Masyarakat umumnya sudah paham bahwa candi

merupakan BCB yang dilindungi oleh negara. Masyarakat juga

mengerti bahwa di dalam candi terdapat benda-benda kuno bernilai jual

tinggi yang menjadi incaran kolektor dan pencuri.

Oleh karena itu, biasanya masyarakat peduli dengan candi tersebut

dan akan melakukan antisipasi apabila mengetahui hal-hal yang dapat

merusak candi tersebut. Akan tetapi perlu kita ketahui juga bahwa

tingkat kepedulian masyarakat itu ternyata berbeda-beda. Ada yang

bentuk kepeduliannya sebatas pada tidak melakukan hal yang dapat

Page 130: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

merusak candi. Ada yang kepeduliannya dengan melakukan langkah

antisipasi bila melihat hal-hal atau orang yang dicurigai memiliki niat

buruk terhadap candi. Kemudian ada yang kepeduliannya dengan sering

berkumpul di dekat candi sekaligus mengawasi dan mengamankannya.

Tingkat kepedulian yang tinggi dari masyarakat sekitar candi dapat

kita lihat di candi Sojiwan, Prambanan. Candi Sojiwan dapat dikatakan

berada di tengah perkampungan warga karena pada saat penulis

berkunjung ke candi tersebut, penulis mengamati bahwa candi Sojiwan

dikelilingi oleh rumah-rumah penduduk. Tentang kepedulian

masyarakat terhadap candi, ditunjukkan dengan adanya beberapa warga

yang pada malam hari ikut berjaga.

Hal ini seperti disampaikan oleh Pak Sumardi sebagaimana telah

ditulis di atas yang menyatakan bahwa pada malam hari biasanya ada

warga yang berkumpul di candi dan biasanya sampai jam 8 malam atau

12 malam. Bahkan terkadang ada yang sampai ikut tidur disana

menemani satpam. Selain itu disebutkan juga bahwa banyak anak muda

yang suka berkumpul duduk-duduk di luar pagar dekat candi sekaligus

ikut mengawasi candi.

Selain di candi Sojiwan, tingkat kepedulian masyarakat sekitar

pada candi juga dapat dilihat di candi Ceto, Karanganyar. Candi ini

sampai sekarang masih sering digunakan sebagai tempat ibadah umat

Hindu. Orang yang beribadah di tempat ini adalah masyarakat sekitar

yang mayoritas beragama Hindu. Selain itu banyak juga masyarakat

Page 131: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

dari luar daerah seperti Surabaya, Jakarta dan daerah lainnya yang

datang untuk beribadah.

Lokasi candi Ceto yang berada di dekat perkampungan masyarakat

desa dimana masyarakatnya mayoritas beragama hindu membuat candi

tersebut lebih aman. Hal tersebut karena candi tersebut merupakan

tempat ibadah bagi mereka dan oleh karenanya masyarakat tersebut

merasa memiliki dan akan ikut menjaganya. Hal tersebut sebagaimana

disampaikan oleh Pak Cipto selaku Juru Pelihara candi Ceto sebagai

berikut:

“masyarakat mriki katah sing agamane Hindu, dadose nggih melu njogo candi. Mriki aman mbak, menawi wonten nopo-nopo mengkeh dicegat ndalan, ngebel mriko, mriko, mriko pun ketemu barange. Dalane kan mung setunggal. Kalih sing ngandap-ngandap mriko pun akrab sedoyo, pun gadah nomer hapene. Nek kalih polsek-polsek sekitar nggih pun gadah nomere” (hasil wawancara 12 Maret 2011) Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa hal yang

mendukung keamanan candi Ceto adalah karena berada di lingkungan

masyarakat yang mayoritas beragama Hindu, dan candi tersebut masih

digunakan sebagai tempat ibadah. Selain itu, masyarakat sekitarnya

juga sangat kompak dalam menjaga candi dan koordinasi yang terjalin

antar masyarakat juga baik. Disamping itu, jupel dan masyarakat juga

sudah berhubungan dekat dengan polsek setempat sehingga apabila

terjadi pencurian di candi maka akan cepat diambil langkah

penanganannya.

b. LSM Budaya

Page 132: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

LSM yang bergerak dalam bidang budaya jumlahnya cukup

banyak diantaranya MADYA, Ratu Shima, dan sebagainya. Keberadaan

LSM tersebut juga memberikan dampak positif bagi perlindungan candi

karena LSM tersebut akan ikut memantau kondisi BCB dan Situs

termasuk juga candi. Apabila ada candi yang mengalami kerusakan, ada

menemuan BCB, ada kasus pencurian dan hal-hal lain terkait BCB dan

Situs, mereka akan melaporkan ke pihak BP3 Jawa Tengah.

BP3 Jawa Tengah memiliki wilayah kerja yang sangat luas dan

oleh sebab itu akan sulit untuk mengetahui hal-hal yang terjadi di

daerah, kaitannya dengan BCB dan situs. Dengan adanya laporan-

laporan dari LSM ini, maka apabila terjadi kerusakan, pencurian atau

penemuan BCB akan cepat diketahui oleh BP3 Jawa Tengah dan dapat

segera dilakukan penanganan.

2. Faktor Penghambat

Selain ada hal-hal yang mendukung kegiatan perlindunagn yang

dilakukan oleh BP3 Jawa Tengah, ternyata ada juga hal-hal yang

menghalangi atau menghambat kegiatan perlindungan yang dilakukan.

Hal-hal yang dapat menghambat tersebut akan dijabarkan di bawah ini:

a. Dana

Dana merupakan salah satu faktor terpenting dan sangat

berpengaruh terhadap kegiatan perlindungan yang dilaksanakan.

Pemasangan papan larangan, pagar dan pos jaga membutuhkan dana.

Untuk membayar gaji satpam dan juru pelihara juga butuh dana. Untuk

Page 133: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

membebaskan dan mensertifikatkan tanah juga perlu dana yang tidak

sedikit. Disini dapat kita lihat bagaimana pentingnya dana dalam

kegiatan perlindungan yang dilakukan dan semua membutuhkan dana.

Padahal bila kita lihat, jumlah candi di Jawa Tengah sangat

banyak. Selain itu, BCB dan situs di Jawa Tengah bukan hanya candi

saja, banyak jenis BCB lainnya yang juga perlu dilestarikan. Sedangkan

kegiatan pelestarian tidak hanya dilakukan dengan perlindungan saja,

tetapi masih ada kegiatan lain seperti pemeliharaan, pemugaran dan

lainnya. Oleh karena itu, dana yang turun dari pemerintah pusat akan

dibagi-bagi dalam kegiatan-kegiatan tersebut dan hanya sedikit dari

dana tersebut yang akan masuk ke dalam kegiatan perlindungan pada

candi.

Dari penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa kegiatan

perlindungan dalam pelaksanaannya seringkali terbentur masalah dana.

Dampaknya adalah kita masih melihat banyak candi yang

perlindungannya masih sangat kurang sehingga akan rawan terhadap

tindak kejahatan kepadanya.

b. Wilayah Kerja yang Luas

Wilayah kerja BP3 Jawa Tengah adalah seluruh wilayah Jawa

Tengah yang terdiri dari 35 Kabupaten dan Kota. Dengan begitu, candi

yang menjadi obyek kegiatan perlindungan yang dilakukan adalah

seluruh candi yang tersebar di 35 Kabupaten dan Kota tersebut dan

sebagian besar berada di daerah terpencil. Luasnya wilayah kerja dan

Page 134: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

banyaknya candi yang harus dilindungi menjadikan kegiatan

perlindungan yang dilakukan tidak bisa meksimal.

Lokasi candi yang jauh dan terpencil seringkali menyebabkan

pengawasannya menjadi minim. Komunikasi antara BP3 Jawa Tengah

dengan satpam atau juru pelihara candi juga sangat jarang dilakukan,

yaitu setiap tanggal dua atau mungkin saat ada kunjungan dari BP3

Jawa Tengah saja.

Hal tersebut tentu saja akan berbeda dengan candi yang lokasinya

tidak jauh dengan kantor BP3 Jawa Tengah. Candi-candi tersebut

cenderung akan lebih diperhatikan karena jarak yang dekat dan dengan

begitu apabila ada permasalahan akan langsung dapat ditangani.

c. Dukungan dari Pemerintah Kabupaten/Kota

Selama ini campur tangan pemerintah daerah kabupaten atau kota

dalam kegiatan perlindungan candi bisa dikatakan masih sangat kurang.

Hampir seluruh kegiatan perlindungan terhadap candi yang meliputi

pemasangan pagar, pos jaga, lampu dan sebagainya diupayakan oleh

BP3 Jawa Tengah, baik dalam hal SDM pelaksananya maupun

dananya.

Hal itu mungkin karena pengelolaan BCB yang di atur dalam UU

No.5 tahun 1992 tentang BCB masih bersifat sentralistis atau terpusat.

Hal-hal yang akan diberlakukan terhadap candi harus diberitahukan

dahulu kepada pemerintah pusat, dalam hal ini adalah pada BP3 Jawa

Tengah sebagai wakilnya di daerah. Semua tergantung pada persetujuan

Page 135: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

dari BP3 Jawa Tengah. Dengan begitu, pemerintah daerah hanya

memiliki kewenangan yang sangat terbatas pada candi-candi yang ada

di daerahnya.

Selain itu apabila nantinya daerah dimungkinkan untuk mengelola

candi di daerahnya secara mandiri, daerah tersebut belum tentu

memiliki SDM yang dibutuhkan dalam pengelolaan candi seperti ahli

arkeologi, arsitektur, dan sebagainya. Apabila terjadi hal-hal terhadap

candi, tentunya daerah tidak akan mampu melakukan penanganan yang

tepat karena tidak memiliki SDM yang berkompeten di bidangnya.

Alasan lain adalah melihat komitmen tiap-tiap daerah untuk

melestarikan BCB itu berbeda-beda. Ada yang sungguh-sungguh

melestarikannya, ada pula yang hanya membiarkannya. Biasanya itu

tergantung dari bagaimana ketertarikan yang dimiliki Kepala Derah.

Apabila Kepala Daerah tersebut tertarik dalam bidang ekonomi, maka

program-programnya seputar kegiatan pembangunan ekonomi saja.

Apabila Kepala Daerah tertarik dalam bidang pendidikan, maka

programnya akan diarahkan untuk pengembangan pendidikan. Apabila

Kepala Daerahnya tertarik dalam bidang kebudayaan, baru pada kondisi

itu akan banyak program yang berkaitan dengan pengembangan

kebudayaan, pelestarian BC dan situs di daerahnya.

Hal-hal itulah yang mungkin menjadikan pengelolaan BCB sampai

sekarang masih diselenggarakan oleh pemerintah pusat yaitu BP3 Jawa

Tengah. Seandainya semua daerah telah berkewajiban dan punya

Page 136: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

komitmen dalam urusan kebudayaan serta punya SDM yang memadai,

maka perlindungan terhadap candi otomatis juga akan berjalan lebih

baik.

Dengan kondisi sekarang dimana beban yang ditanggung BP3

Jawa Tengah sangat besar, maka tindakan perlindungan yang dilakukan

tidak akan dapat optimal. Berbeda bila beban itu dibagi pada masing-

masing daerah, beban yang ditanggung akan lebih ringan dan

perlindungan yang dilaksanakan dapat lebih optimal.

d. Kolektor BCB

Berbagai upaya telah dilakukan BP3 Jawa Tengah untuk

melindungi candi baik dari kerusakan oleh alam maupun oleh manusia.

Akan tetapi dalam pelaksanaannya, BP3 Jawa Tengah masih harus

berhadapan dengan kolektor yang senantiasa mengincar keberadaan

arca dan benda berharga lainnya di dalam candi.

Kasus pencurian BCB biasanya tidaklah sesederhana kasus

pencurian motor. Diduga ada semacam jaringan internasional yang

mencuri BCB dan menjualnya pada kolektor dengan harga sangat

tinggi. BCB yang hilang tiba-tiba berada luar negeri dan siap untuk

dilelang.

Oleh karena itu, wajar apabila penanganan kasus pencurian BCB

akan banyak menyita tenaga, pikiran dan waktu. Bahkan, hal tersebut

dapat saja menghambat kegiatan BP3 Jawa Tengah yang lain.

Seringkali dalam kasus pencurian BCB yang dapat tertangkap hanya

Page 137: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

pencuri atau pengepulnya saja. Untuk jaringan pencurian BCB tersebut

masih belum dapat dilacak hingga saat ini.

Page 138: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya,

dapat disimpulkan bahwa kinerja BP3 Jawa Tengah dalam perlindungan

candi-candi di Jawa Tengah adalah baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil

penilaian kinerja melalui tiga indikator yang digunakan, seperti di bawah ini:

1. Produktivitas

Dalam hal melaksanakan perlindungan candi-candi di Jawa Tengah,

produktivitas BP3 Jawa Tengah adalah baik. Hal tersebut dikarenakan

kegiatan perlindungan yang dihasilkan didasari oleh pertimbangan yang

matang dan berdasarkan pada skala prioritas, serta memaksimalkan

sumberdaya yang ada. Dalam melakukan pemasangan papan larangan dan

pagar, BP3 Jawa Tengah telah mempertimbangkannya dari segi bahan,

estetika, keawetan, serta harga. Dalam hal membangun pos jaga,

menempatkan satpam serta melakukan pemintakatan, BP3 Jawa Tengah

mendahulukan candi yang sekiranya memiliki tingkat kerawanan yang

tinggi. Selain itu dalam melakukan pengamanan pada candi di lokasi

terpencil yang belum memiliki satpam, BP3 Jawa Tengah memaksimalkan

sumberdaya yang ada yakni juru pelihara candi tersebut untuk merangkap

tugas sebagai satpam.

Page 139: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

2. Responsivitas

Responsivitas BP3 Jawa Tengah dalam melaksanakan perlindungan

pada candi-candi di Jawa Tengah adalah cukup baik. Hal tersebut karena

BP3 Jawa Tengah telah memiliki website dimana melalui website itu

masyarakat dapat menyampaikan aspirasi mereka. Sayangnya, BP3 Jawa

Tengah belum memberikan respon atau tanggapan terhadap aspirasi

tersebut. Selain itu, setiap ada laporan dari masyarakat terkait penemuan

atau kerusakan BCB akan segera dilakukan peninjauan. Tidak hanya itu,

dalam melaksanakan pemintakatan BP3 Jawa Tengah juga selalu

melibatkan masyarakat sekitar candi untuk dimintai pendapatnya.

Sedangkan terkait masukan masyarakat terkait pelaksanaan kegiatan

perlindungan, sepertinya BP3 Jawa Tengah belum dapat menjaring

masukan itu. Untuk masalah komunikasi antara BP3 Jawa Tengah dengan

petugas ujung tombak di lapangan yakni satpam dan juru pelihara,

sepertinya masih kurang. Hal itu karena melihat masih adanya perbedaan

pandangan tentang cukup atau tidaknya fasilitas penunjang keamanan pada

lokasi candi.

3. Akuntabilitas

Akuntabilitas BP3 Jawa Tengah terhadap kegiatan perlindungan yang

telah dilakukan adalah baik. BP3 Jawa Tengah telah melaksanakan

pertanggungjawaban kegiatan melalui LAKIP kepada kepada instansi di

atasnya yakni Direktorat Sejarah dan Purbakala. Akan tetapi dalam

pelaksanaanya mengalami hambatan yang disebabkan oleh indikator

Page 140: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

kinerja yang digunakan untuk menyusun sebuah LAKIP sering berubah.

Peubahan tersebut merupakan keputusan dari pemerintah pusat, yakni

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dimana BP3 Jawa Tengah

sebagai UPT kementerian tersebut harus mengikuti perubahan tersebut.

Selain itu, banyak kegiatan yang sifatnya rutin belum dapat dimasukkan ke

dalam LAKIP. Walaupun begitu, BP3 Jawa Tengah terus membuat LAKIP

dengan segenap kemampuan yang ada.

Kinerja BP3 Jawa Tengah dalam perlindungan candi-candi di Jawa

Tengah juga dipengaruhi oleh faktor-faktor baik yang berasal dari dalam

maupun dari luar organisasi, dimana faktor-faktor tersebut dapat mendukung

kinerja ataupun sebaliknya. Faktor-faktor yang mendukung kinerja BP3 Jawa

Tengah dalam melindungi candi-candi di Jawa Tengah adalah masyarakat

sekitar candi yang peduli terhadap keberadaan candi, contohnya adalah

masyarakat sekitar candi Ceto dan Sojiwan. Selain itu LSM yang bergerak di

bidang budaya juga turut mendukung karena biasanya LSM tersebut akan

ikut memantau kondisi candi.

Sedangkan faktor-faktor yang menghambat kinerja BP3 Jawa Tengah

dalam perlindungan candi di Jawa Tengah adalah jumlah dana yang terbatas,

wilayah kerja yang luas meliputi seluruh Jawa Tengah, kurangnya dukungan

dari Pemerintah Kabupaten/Kota, dan ancaman dari kolektor BCB.

B. Saran

Page 141: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

Dari kesimpulan di atas, peulis akan menyampaikan beberapa saran

dengan harapan dapat ikut membantu BP3 Jawa Tengah dalam meningkatkan

kinerjanya pada waktu yang akan datang. Saran tersebut adalah seperti di

bawah ini:

1. Dalam penyusunan kegiatan perlindungan, hendaknya pada waktu yang

akan datang BP3 Jawa Tengah tidak melupakan candi-candi yang berada

di lokasi terpencil. Sekecil apapun candi itu, tetaplah memiliki

keistimewaan sendiri yang bisa jadi tidak dimiliki oleh candi besar

sekalipun.

2. Sebaiknya BP3 Jawa Tengah lebih mengembangkan websitenya agar

dapat menyerap lebih banyak aspirasi masyarakat. BP3 Jawa Tengah harus

berusaha memberikan tanggapan atas setiap aspirasi masyarakat yang

masuk, sebagai bentuk penghargaan atas kepedulian masyarakat atas

candi. Hal lain yang harus dioptimalkan adalah penggunaan buku tamu

agar tidak hanya berfungsi untuk mencatat jumlah pengunjung saja, tetapi

dapat digunakan sebagai media penyaluran aspirasi masyarakat. Hal

tersebut juga harus disertai himbauan kepada satpam dan juru pelihara

supaya melaporkan apabila ada aspirasi masyarakat yang tertulis di buku

tamu. Selain itu, BP3 Jawa Tengah sebaiknya lebih intens menjalin

komunikasi dengan petugas di lapangan seperti satpam dan juru pelihara.

Bagaimanapun juga, mereka adalah petugas lapangan yang mengetahui

secara pasti bagaimana kondisi yang ada serta apa saja hal-hal yang sangat

dibutuhkan untuk menunjang kegiatan pengamanan.

Page 142: KINERJA BALAI PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA … · Selama kurun waktu tersebut tentunya banyak ditinggalkan jejak-jejak peradaban baik yang bersifat benda maupun tak benda. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

3. Akan lebih baik lagi kalau BP3 Jawa Tengah dalam pemenuhan sarana-

prasarana perlindungan tidak hanya bergantung pada dana dari pusat saja.

Misalnya tentang arisan HT di candi Plaosan Lor yang diikuti oleh para

satpam, bisa saja lingkup arisan itu dibuat lebih besar lagi sehingga

membuka peluang bagi para satpam maupun juru pelihara yang bertugas di

candi lain yang berminat agar dapat ikut.

4. Selama ini sepertinya tidak ada wadah atau bagi orang-orang yang

menaruh minat atau kepedulian besar pada candi. Padahal bisa jadi

jumlahnya besar, tetapi orang-orang tersebut sulit menyalurkan minatnya

tersebut. Dengan dibuatnya sebuah komunitas atau organisasi pecinta

candi misalnya, organisasi tersebut akan ikut membantu mengatasi

permasalahan-permasalahan yang dialami candi. Nantinya komunitas ini

dapat bekerjasama dengan BP3 Jawa Tengah dan dapat berbagi tugas. Bisa

saja komunitas ini mendapat tugas menggalang dana untuk pembangunan

fasilitas penunjang kegiatan perlindungan candi, dan mengkampanyekan

pada masyarakat tentang nilai penting candi.