43
Disusun Oleh, Kelompok 8 Kelas C Akuntansi (Transfer): Peppy Nur Eko Setyo Putro (F1312086) Robby Pramana (F1312095) Wenda Zuretsa Fahriantika (F1312118)

kinerja RSD Tidore Kepulauan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

Page 1: kinerja RSD Tidore Kepulauan

Disusun Oleh,Kelompok 8 Kelas C Akuntansi (Transfer):

Peppy Nur Eko Setyo Putro (F1312086)Robby Pramana (F1312095)Wenda Zuretsa Fahriantika (F1312118)

Page 2: kinerja RSD Tidore Kepulauan

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Alloh SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan tepat waktu.

Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul " Evaluasi Kinerja Rumah Sakit Daerah (RSD) Kota Tidore Kepulauan Tahun 2009 dan Semester I 2010", yang kami harapkan dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari akuntansi sektor publik.

Melalui kata pengantar ini kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bilamana isi makalah ini terdapat kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pihak tertentu. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Surakarta, 31 Desember 2012

“Kelompok 8, Kelas C Akuntansi (Transfer)”

1

Page 3: kinerja RSD Tidore Kepulauan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I. PENDAHULUAN

1. Tujuan Penyusunan 4

2. Entitas yang Dievaluasi 4

3. Lingkup Evaluasi 4

4. Sasaran Evaluasi 4

5. Kriteria Pembanding 4

BAB II. GAMBARAN UMUM

1. Uraian Singkat Mengenai Obyek Evaluasi 6

a. Struktur Organisasi . 6

b. Jenis Pelayanan Kesehatan . 7

c. Visi dan Misi 7

2. Anggaran dan Realisasi Keuangan . 8

3. Rasio Kinerja RSD Kota Tidore Kepulauan 9

BAB III. HASIL EVALUASI

A. Evaluasi Sistem Pengendalian Intern . 10

1. Lingkungan Pengendalian 10

2. Penilaian Risiko . 11

3. Aktivitas Pengendalian . 12

4. Informasi dan Komunikasi . 13

5. Pemantauan 13

B. Evaluasi Tingkat Ekonomis, Efisiensi, dan Efektivitas

1. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan Belum

Disusun dan Disahkan oleh Walikota 14

2. Indikator Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan

Belum Memenuhi Standar Kementerian Kesehatan 14

3. Ketersediaan Tenaga Pelayanan Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan

Belum Memenuhi Standar 15

4. Pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepualauan Belum 16

2

Page 4: kinerja RSD Tidore Kepulauan

Sesuai Standar Pelayanan Farmasi .

5. Pelayanan Gawat Darurat, Rawat Jalan, dan Rawat Inap pada Rumah Sakit Daerah

Kota Tidore Kepulauan Belum Memenuhi Standar Pelayanan Minimal . 19

6. Komite Medis Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan Tidak Melaksanakan

Tugas dan Tanggung Jawab Sesuai Dengan Pedoman Peraturan Internal Staf

Medis 21

7. Alat Kesehatan pada Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan Belum

Dikalibrasi Sesuai Ketentuan . 22

8. Peralatan Kesehatan Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan Belum

Memenuhi Standar Alat Kesehatan untuk Rumah Sakit Umum Kelas C 23

9. Pengelolaan Limbah pada Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan Belum

Memenuhi Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit . 23

10. Pengajuan Klaim Pembayaran Askes Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan

Tidak Tepat Waktu . 24

11. Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Pungutan Pelayanan Kesehatan

Sebesar Rp77.423.000,00 Belum Disampaikan dan Terdapat Pungutan Tidak

Sesuai Tarif Sebesar Rp3.513.065,00 Serta Tidak Didukung Dasar Ketetapan

Sebesar Rp77.875.500,00 25

BAB IV. SIMPULAN 29

3

Page 5: kinerja RSD Tidore Kepulauan

BAB I

PENDAHULUAN

1. Tujuan Penyusunan

Tujuan penyusunan makalah “Evaluasi Kinerja Rumah Sakit Daerah (RSD) Kota Tidore Kepulauan Tahun 2009 dan Semester I 2010” adalah untuk menilai apakah:

a. Pengelolaan pengendalian intern telah memadai;

b. Pengelolaan kinerja RSD Kota Tidore Kepulauan telah memenuhi prinsip ekonomis, efisien, efektivitas.

2. Entitas yang Dievaluasi

Entitas yang dievaluasi adalah Rumah Sakit Daerah (RSD) Kota Tidore Kepulauan.

3. Lingkup Evaluasi

Lingkup Evaluasi yaitu kinerja RSD Kota Tidore Kepuluaan tahun 2009 dan semester I 2010 yang meliputi standar operating procedure (SOP), Sarana dan prasarana, Tenaga medis dan program-program kerja terkait dengan pengelolaan kegiatan rumah sakit.

4. Sasaran Evaluasi

Sasaran evaluasi kinerja RSD Kota Tidore Kepulauan tahun 2009 dan semester I 2010 adalah untuk menilai:

a. Efektifitas sistem pengendalian intern;

b. Ketersediaan sarana dan prasarana yang memenuhi standar;

c. Ketersediaan tenaga medis, non medis dan paramedis yang memenuhi standar;

d. Pelaksanaan pelayanan kesehatan yang memenuhi standar pelayanan minimal.

5. Kriteria Pembanding

Kriteria pembanding evaluasi atas kinerja RSD Kota Tidore Kepulauan tahun 2009 dan semester I 2010 terdiri dari:

a. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tanggal 28 Oktober 2009 tentang Rumah Sakit;

b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 363/MENKES/PER/IV/1998 tanggal 8 April 1998 tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan pada Sarana Pelayanan Kesehatan;

d. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tanggal 19 Oktober 2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit;

4

Page 6: kinerja RSD Tidore Kepulauan

e. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 631/Menkes/SK/IV/2005 tanggal 25 April 2005 tentang Pedoman Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws) di Rumah Sakit;

f. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tanggal 19 Oktober 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;

g. Peraturan Walikota Tidore Kepulauan Nomor 7 Tahun 2005 Tanggal 29 Desember 2005 tentang Pelimpahan Kewenangan Tertentu di Bidang Keuangan, Kepegawaian, Perlengkapan, Perencanan dan Pembangunan Kepada Rumah Sakit Umum Daerah Soasio;

h. Surat Keputusan Walikota Tidore Kepulauan Nomor 62.3 Tahun 2007 Tanggal 3 Agustus 2007 tentang Penetapan Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan;

i. Buku Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Tahun 2008;

j. Buku Petunjuk Pengisian, Pengolahan, dan Penyajian Data Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Tahun 2005;

k. Kesepakatan Bersama PT. Askes (Persero) Cabang Maluku Utara dengan Rumah Sakit Umum Soasio Kota Tidore Nomor 445/158/24/2009 tanggal 31 Maret 2009 tentang Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta Askes Sosial PT. Askes (Persero);

l. Peraturan Internal Staf Medis Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan tanggal 1 Maret 2007.

5

Page 7: kinerja RSD Tidore Kepulauan

BAB II

GAMBARAN UMUM

1. Uraian Singkat Mengenai Obyek Evaluasi

Rumah Sakit Umum Soasio didirikan sejak tahun 1981 yang diresmikan oleh Gubernur Provinsi Maluku Bapak Hasan Slamet, dan dikelola oleh Pemerintah Daerah Halmahera Tengah telah tumbuh dan berkembang secara wajar. Pada tahun 1995 dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Halmahera Tengah Nomor 17 Tahun 1995 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Soasio Kabupaten Daerah Tingkat II Halmahera Tengah, Rumah Sakit Umum sesuai ketentuan yang berlaku menggunakan klasifikasi Rumah Sakit Kelas D.

Selanjutnya dalam kurun waktu 3 tahun pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Halmahera Tengah bertekad meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan mengusulkan kepada Menteri Kesehatan Republik Indonesia untuk meningkatkan klasifikasi Rumah Sakit Umum dari Kelas D menjadi Kelas C.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1237/MENKES/SK/X/1997 tanggal 28 Oktober 1997 tentang Peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Soasio Kabupaten Halmahera Tengah maka klasifikasi Rumah Sakit Umum berubah dari Kelas D menjadi Kelas C, untuk itu perlu adanya penyesuaian kelembagaan Rumah Sakit Umum dengan Peraturan Daerah.

Pada tahun 2007 Rumah Sakit Umum berubah menjadi Badan Pengelola Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan, kemudian terjadi lagi perubahan menjadi Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan dari tahun 2008 sampai sekarang.

Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan merupakan satu-satunya rumah sakit milik Pemerintah Kota Tidore Kepulauan dengan jangkauan kerja Kota Tidore Kepulauan. Rumah Sakit dalam melaksankan tugas secara teknis berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Tidore Kepulauan, sesuai dengan Undang-Undang Pokok Pemerintahan Daerah Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pengelolaan Rumah Sakit Daerah maka secara operasional Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan bertanggung jawab kepada Walikota Tidore Kepulauan.

a. Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tidore Kepulauan Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Tidore Kepulauan, struktur organisasi Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan terdiri dari:

1) Direktur;

2) Bagian Tata Usaha:

a) Sub Bagian Umum dan Perlengkapan;

6

Page 8: kinerja RSD Tidore Kepulauan

b) Sub Bagian Kepegawaian;

c) Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan.

3) Bidang Pelayanan:

a) Sub Bidang Pelayanan Medis;

b) Sub Bidang Pelayanan Penunjang Medis.

4) Bidang Keperawatan:

a) Sub Bidang Profesi dan Asuhan Keperawatan;

b) Sub Bidang Logistik.

5) Bidang Pengembangan Rumah Sakit:

a) Sub Bidang Peraturan dan Kebutuhan Rumah Sakit;

b) Sub Bidang Pengembangan Kemitraan.

6) Kelompok Jabatan Fungsional.

b. Jenis Pelayanan Kesehatan

1) Pelayanan Gawat Darurat (24 Jam);

2) Pelayanan Rawat Jalan, yang meliputi: Poliklinik Umum, Poliklinik Gigi dan Mulut, Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Bedah, Poliklinik Kebidanan dan Kandungan, Poliklinik Anak;

3) Pelayanan Penunjang Medis, yang meliputi: Instalasi Bedah, Instalasi Radiologi, Instalasi Laboratorium Klinik, Instalasi Farmasi, Instalasi Rehabilitasi Medis, Instalasi Gizi;

4) Pelayanan Penunjang Non Medis, yang meliputi: Pelayanan Adminstrasi, Instalasi Rekam Medis, Instalasi Pengelolaan Sarana Rumah Sakit, Pelayanan Ambulance;

5) Pelayanan Rawat Inap:

a) Ruang Rawat Inap, yang terdiri dari: Paviliun, VIP, Kelas I, Kelas II, dan Kelas III;

b) Ruang Bersalin;

c) Ruang ICU (Intensive Care Unit);

d) Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit).

c. Visi dan Misi

Sebagaimana layaknya badan/organisasi yang melayani kepentingan masyarakat pada umumnya mempunyai visi dan misi dalam melakukan kegiatan, maka visi dan misi Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan adalah:

7

Page 9: kinerja RSD Tidore Kepulauan

Visi:

Terdepan dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkauan di Propinsi Maluku Utara dengan memadukan Sumber Daya Manusia yang profesional dan sarana prasarana yang modern.

Misi:

1) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang profesional;

2) Melakukan perbaikan manajemen pelayanan kesehatan;

3) Meningkatkan kesejahteraan pegawai;

4) Meningkatkan sarana dan prasarana rumah sakit;

5) Mengembangkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.

2. Anggaran dan Realisasi Keuangan

a. Tahun 2009

No Uraianper 31 Desember 2009

Anggaran Realisasi % a b c d e 1 Pendapatan 1.100,000.000,00 1.120.072.025,00 101,82 1.1.2 Pendapatan Retribusi Daerah 1.100.000.000,00 1.094.364.025,00 99,49 1.1.4 Lain-lain PAD yang Sah - 25.708.000,00 -

2 Belanja 18.289.267.674,00 17.944.532.619,00 98,12 2.1 Belanja Tidak Langsung 7.917.140.874,00 6.105.510.320,00 77,12 2.1.1 Belanja Pegawai 7.917.140.874,00 6.105.510.320,00 77,12

2.2 Belanja Langsung 10.372.126.800,00 11.839.022.299,00 114,14 2.2.1 Belanja Pegawai 1.374.950.000,00 1.157.800.000,00 84,21 2.2.2 Belanja Barang/Jasa 2.672.521.800,00 3.907.834.300,00 146,22 2.2.3 Belanja Modal 6.324.655.000,00 6.773.387.999,00 107,09

Sumber: Laporan Keuangan RSD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2009

b. Tahun 2010 (per 30 Juni 2010)

No Uraianper 30 Juni 2010

Anggaran Realisasi % a b c d e 1 Pendapatan 1.100,000.000,00 590.554.355,00 53,69

1.1.2

Pendapatan Retribusi Daerah 1.100.000.000,00 590.554.355,00 53,69

1.1.4

Lain-lain PAD yang Sah - - -

2 Belanja 14.671.209.023,00 6.960.583.188,00 47,44

8

Page 10: kinerja RSD Tidore Kepulauan

No Uraianper 30 Juni 2010

Anggaran Realisasi % a b c d e 2.1 Belanja Tidak Langsung 7.917.140.874,00 3.368.390.138,00 42,55 2.1.1 Belanja Pegawai 7.917.140.874,00 3.368.390.138,00 42,55

2.2 Belanja Langsung 6.754.068.149,00 3.592.193.050,00 53,19 2.2.1 Belanja Pegawai 1.419.800.000,00 627.725.000,00 44,21 2.2.2 Belanja Barang/Jasa 3.170.568.149,00 2.964.468.050,00 93,50 2.2.3 Belanja Modal 2.163.700.000,00 - -

Sumber: Laporan Keuangan RSD Kota Tidore Kepulauan semester I 2010

3. Rasio Kinerja RSD Kota Tidore Kepulauan

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran penting dan strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat, oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Untuk mengukur keberhasilan kinerja pelayanan kesehatan rumah sakit diperlukan indikator yang menjadi tolok ukur keberhasilan kinerja rumah sakit, diantaranya kegiatan pelayanan dan pemanfaatan fasilitas perawatan oleh masyarakat. Adapun indikator pelayanan rumah sakit pada tahun 2009 dan 2010 (s.d Juni 2010) sebagai berikut:

No IndikatorTahun

Standar2009 s.d Juni

2010Efisiensi Pelayanan Rumah Sakit

1 Ketersediaan dan pemanfaatan tempat tidur pasien / Bed Occupancy Rate (BOR)

48% 44% 60 – 80%

2 Frekuensi penggunaan tempat tidur / Bed Turn Over (BTO)

40 kali 20 kali 40 – 50 kali

3 Rata-rata tempat tidur tidak ditempati / Turn Over Interval (TOI)

5 hari 5 hari 1 – 3 hari

Mutu Pelayanan Rumah Sakit

1 Rata-rata lamanya pasien dirawat / Average Length of Stay (Av.LOS)

4 hari 4 hari 6 – 9 hari

2Angka kematian > 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 pasien / Net Death Rate (NDR)

19‰ 18‰ < 25‰

3 Angka kematian untuk 1000 penderita keluar / Gross Death Rate (GDR)

26‰ 38‰ < 45‰

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa pada tahun 2009 dan 2010 (s.d Juni 2010) beberapa indikator pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan belum sepenuhnya memenuhi standar yang berlaku. Hal tersebut menunjukkan bahwa efisiensi dan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan masih kurang.

9

Page 11: kinerja RSD Tidore Kepulauan

BAB III

HASIL EVALUASI

A. Evaluasi Sistem Pengendalian Intern

1. Lingkungan Pengendalian

a. Integritas dan Nilai Etika

Sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan rumah sakit baik medis maupun non medis pada prinsipnya jajaran pimpinan RSD. Kota Tidore Kepulauan telah memiliki komitmen terhadap integritas dan nilai etika. Hal tersebut ditunjukkan dengan pemahaman baik Pimpinan dan Pegawai atas pengertian tindakan yang etis dan tidak etis serta pengetahuan dalam menyikapi penyimpangan etika. Walaupun secara komprehensif tidak terdapat kode etik yang dituangkan secara tertulis, budaya manajemen misalnya melalui komunikasi lisan pada saat rapat, bertatap muka, dan kegiatan keseharian dapat mendorong terciptanya integritas dan perilaku bermoral dalam lingkungan RSD Kota Tidore Kepulauan. Selain itu komitmen terhadap integritas dan nilai etika juga ditunjukkan dengan respons yang memadai dari pimpinan entitas terhadap pelanggaran kode etik yaitu dengan mengakomodir setiap laporan dan informasi tentang pengaduan/keluhan terhadap pelayanan pegawai, kemudian dilakukan konfirmasi kepada pihak terkait dan diberikan sanksi apabila terbukti melakukan penyimpangan.

b. Komitmen Terhadap Kompetensi

Sesuai dengan Peraturan Walikota Tidore Kepulauan Nomor 30 Tahun 2008, telah ditetapkan struktur organisasi dan uraian tugas pada RSD. Kota Tidore Kepulauan. Baik secara formal maupun informal, manajemen entitas telah melakukan analisis mengenai jenis pekerjaan dan perlu/tidaknya supervise atau pelatihan. Berdasarkan komposisi penempatan pegawai, secara garis besar dapat diketahui bahwa personil telah ditempatkan sesuai keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan. Permasalahan timbul pada jumlah kebutuhan SDM yang belum terpenuhi.

c. Gaya Operasi dan Filosofi Manajemen

Manajemen entitas dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan telah menerapkan prinsip kehati-hatian. Manajemen hanya akan bertindak setelah melalui analisis mendalam terhadap risiko dan kemungkinan manfaat yang diperoleh, akan tetapi analisis tersebut tidak didokumentasikan secara memadai. Terdapat pula perputaran personil pada fungsi utama entitas yang dipertimbangkan manajemen sesuai dengan ketersediaan jumlah dan kualifikasi tenaga yang dibutuhkan. Koordinasi antar unit pelaksana rutin dilakukan melalui rapat rutin bulanan. Rapat rutin bulanan membahas antara lain membahas permasalahan yang timbul dalam kegiatan operasional rumah sakit.

d. Struktur Organisasi

10

Page 12: kinerja RSD Tidore Kepulauan

Struktur Organisasi Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan ditetapkan melalui Peraturan Walikota Tidore Kepulauan Nomor 30 Tahun 2008 beserta uraian tugasnya. Secara umum struktur organisasi yang ada telah mengakomodir hubungan dan arus informasi yang ada. Struktur organisasi pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) belum sesuai dengan standar pelayanan farmasi yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan. Permasalahan yang timbul adalah ketersediaan personil yang kurang memadai terutama untuk tenaga medis dan para medis yang berhubungan langsung dengan pelayanan kesehatan rumah sakit. Selain itu juga terdapat kelemahan dalam pelaksanaan konsolidasi dan rekonsiliasi atas pengelolaan pendapatan rumah sakit.

e. Kegiatan Pengawasan

RSD Kota Tidore Kepulauan sampai saat ini belum memiliki satuan pemeriksa internal yang ditempatkan dalam susunan organisasi yang ada. Dalam susunan organisasi terdapat Komite Medis yang memiliki fungsi evaluasi pelaksanaan pelayanan rumah sakit secara teknis. Akan tetapi, dalam pelaksanaan evaluasi diketahui bahwa Komite Medis belum menjalankan fungsinya secara optimal sehingga evaluasi terhadap pelayanan kesehatan RSD Kota Tidore Kepulauan belum berjalan secara maksimal.

2. Penilaian Risiko

a. Penetapan Tujuan Organisasi

Dalam Rencana Strategis Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan 2008-2012 yang ditetapkan tanggal 27 April 2008 telah dituangkan visi, misi, tujuan dan sasaran, serta kebijakan dan program untuk mencapai tujuan dan dan sasaran tersebut. Selain itu, dalam rencana strategi tersebut juga diungkapkan analisis lingkungan strategis berupa kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threats) yang dapat mempengaruhi pencapaian, visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

b. Identifikasi Risiko

RSD Kota Tidore Kepulauan belum menggunakan metode penilaian risiko kualitatif dan kuantitatif untuk menentukan urutan risiko relatif secara periodik. Risiko yang telah teridentifikasi dikomunikasikan kepada staf melalui forum rapat rutin.

c. Analisis Risiko

Pimpinan entitas belum menetapkan proses formal untuk menganalisis risiko termasuk proses informal berdasarkan aktivitas sehari-hari. Kriteria dalam menentukan tingkat risiko rendah, sedang dan tinggi juga belum ditetapkan.

d. Mengelola Risiko Akibat Perubahan

Tidak terdapat dokumentasi atas perhitungan seluruh operasional entitas yang dapat dipengaruhi oleh perubahan. Perubahan-perubahan yang ada belum diperhitungkan dalam proses identifikasi risiko yang sudah baku. Tidak terdapat mekanisme untuk menilai risiko akibat pengenalan sistem informasi yang baru beserta analisisnya.

11

Page 13: kinerja RSD Tidore Kepulauan

3. Aktivitas Pengendalian

a. Pelaksanaan Reviu oleh Manajemen pada Tingkat Atas

Belum dilaksanakan mekanisme reviu dan evaluasi dari manajemen untuk mengawasi pencapaian terhadap target dan standar yang telah ditetapkan. Komite medis rumah sakit selaku perangkat internal dalam evaluasi pelayanan kesehatan rumah sakit belum bekerja secara optimal.

b. Reviu Pengelolaan SDM

Rencana strategis rumah sakit diantaranya telah mengungkapkan tentang pengelolaan personel baik untuk tugas dan fungsi, terpenuhinya tenaga medis, paramedis dan non medis yang profesional serta peningkatan kesejahteraan pegawai. Hasil evaluasi diketahui bahwa jumlah dan kualifikasi sumber daya manusia yang ada masih kurang memadai.

c. Reviu Pengelolaan Informasi untuk Memastikan Tingkat Keakuratan dan Kelengkapan Informasi

Dalam pengelolaan pendapatan tidak pernah dilakukan rekonsiliasi antara bendahara penerimaan RSD Kota Tidore Kepulauan dengan pengelola pendapatan pada masing-masing instalasi. Sehingga kepastian akan tingkat keakuratan dan kelengkapan informasi masih kurang memadai.

d. Menetapkan dan Memantau Indikator dan Ukuran Kinerja

Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan pada tanggal 5 April 2010 telah menetapkan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, akan tetapi sampai dengan evaluasi berakhir belum pernah dilakukan pemantauan dan evaluasi atas pencapaian standar tersebut.

e. Memisahkan Tugas atau Fungsi

Tugas dan fungsi setiap unit kerja telah dipisahkan sesuai dengan struktur organisasi dan tata kerja rumah sakit. Permasalahan yang timbul adalah dalam pelaksanaan tugas dan fungsi yang belum optimal.

f. Reviu Pencatatan atas Transaksi dengan Menguji

Berdasarkan evaluasi atas pengelolaan pendapatan diketahui bahwa masih terdapat permasalahan terkait pencatatan dan pengujian transaksi pendapatan rumah sakit. Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme reviu atas pencatatan dan pengujian transaksi pendapatan belum memadai.

g. Membuat Pembatasan Akses dan Akuntabilitas terhadap Sumber Daya dan Catatan-Catatan

Akuntabilitas terhadap sumber daya dan catatan-catatan masih kurang. Pemeriksa kesulitan dalam memperoleh bukti-bukti transaksi pelayanan kesehatan dan pemilahan/klasifikasi transaksi tersebut. Beberapa informasi tentang data rekam medis juga sulit diperoleh.

12

Page 14: kinerja RSD Tidore Kepulauan

h. Pendokumentasian

Dokumentasi atas pengelolaan pendapatan belum memadai, hal ini ditunjukkan pada dokumentasi atas bukti-bukti transaksi yang terkait dengan pelyanan Askes. Bukti-bukti dan pencatatan atas penggunaan langsung pendapatan rumah sakit juga belum didokumentasikan secara memadai.

4. Informasi dan Komunikasi

a. Informasi

Informasi pendapatan masih kurang memadai, belum ada rekonsiliasi antara bendahara penerimaan dengan masing-masing instalasi, pada instalasi laboratorium terdapat informasi tentang penetapan tarif pelayanan kesehatan oleh peraturan walikota yang belum sesuai dengan pelaksanaan di lapangan. Informasi transaksi dengan askes juga kurang memadai, bukti transaksi tidak disimpan oleh rumah sakit. Terdapat informasi tentang pelayanan kesehatan yang tidak tersedia pada dokumen rekam medis (formulir RL1);

b. Komunikasi

Komunikasi antara masing-masing instalasi dengan pengelola administrasi kurang memadai. Hal ini ditunjukkan pada pengelolaan pendapatan dan pengelolaan aset. Komunikasi antara komite medis dengan direktur rumah sakit juga belum berjalan dengan baik sehingga fungsi evaluasi belum optimal.

c. Bentuk dan Alat Komunikasi

Komunikasi internal rumah sakit dilaksanakan melalui rapat rutin yang diselenggarakan setiap bulan. Rapat internal juga dilaksanakan pada masing-masing instalasi, hanya belum didokumentasikan secara tertulis. Alat komunikasi yang digunakan di rumah sakit adalah intercom yang dipasang pada tiap ruangan. Alat komunikasi tersebut juga terpasang di rumah dinas dokter untuk mempermudah komunikasi apabila dibutuhkan.

5. Pemantauan

a. Pemantauan Berkelanjutan

RSD Kota Tidore Kepulauan belum melaksanakan strategi tentang pemantauan kinerja dan pencapaian tujuan sistem pengendalian intern. Standar Pelayanan Minimal (SPM) telah disusun pada tahun 2010 tetapi belum pernah dilakukan pengukuran atas capaian SPM tersebut.

b. Evaluasi Terpisah

RSD Kota Tidore Kepulauan belum memiliki pengawas intern. Fungsi evaluasi antara lain dimiliki oleh Komite Medis. Berdasarkan hasil evaluasi diketahui bahwa Komite Medis belum bekerja secara optimal, hal ini mengakibatkan evaluasi pelayanan kesehatan pada RSD Kota Tidore Kepulauan belum dilaksanakan secara memadai.

13

Page 15: kinerja RSD Tidore Kepulauan

B. Evaluasi Tingkat Ekonomis, Efisiensi, dan Efektivitas

Hasil evaluasi atas Kinerja Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan Tahun 2009 dan Semester I 2010 di Soasio dapat diungkapkan sebanyak 11 (sebelas) permasalahan yang perlu mendapat perhatian Direktur Rumah Sakit, Pemerintah Kota Tidore Kepulauan dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang terdiri dari:

1. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan Belum Disusun dan Disahkan oleh Walikota

Kesehatan merupakan salah satu bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota. Ini berarti bahwa dalam rangka Otonomi Daerah, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota bertanggung jawab sepenuhnya dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayahnya. Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Berdasarkan evaluasi atas dokumen pelayanan kesehatan oleh Rumah Sakit Daerah (RSD) Kota Tidore Kepulauan diketahui bahwa Walikota Tidore Kepulauan belum menyusun dan mengesahkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) atas pelayanan kesehatan pada RSD Kota Tidore Kepulauan. Dokumen yang ada adalah Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan oleh Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan pada tanggal 5 April 2010. Sistematika penyusunan Standar Pelayanan Minimal tersebut hanya berisi informasi tentang jenis pelayanan, indikator, dan standar atas setiap unit pelayanan di Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan.

2. Indikator Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan Belum Memenuhi Standar Kementerian Kesehatan

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran penting dan strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat, oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Untuk mengukur keberhasilan kinerja pelayanan kesehatan rumah sakit diperlukan indikator yang menjadi tolok ukur keberhasilan kinerja rumah sakit, diantaranya kegiatan pelayanan dan pemanfaatan fasilitas perawatan oleh masyarakat.

Berdasarkan dokumen yang diperoleh dari instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Daerah (RSD) Kota Tidore Kepulauan diketahui bahwa selama tahun 2009 dan semester I 2010 RSD Kota Tidore Kepulauan memiliki data statistik sebagai berikut:

No. UraianTahun

2009 semester I 2010Jumlah Tempat Tidur 100 100 Pasien Keluar Hidup 3.921 1.934 Hari Perawatan 17.541 7.886

14

Page 16: kinerja RSD Tidore Kepulauan

No. UraianTahun

2009 semester I 2010Lama Perawatan 16.412 8.385

5 Pasien Keluar Mati 104 77 6 Pasien Mati > 48 Jam Dirawat 78 36 7 Jumlah Hari dalam Satu Periode 365 181

Sumber: rekam medik (2009 & semester I 2010)Hasil pengujian atas indikator pelayanan kesehatan RSD Kota Tidore Kepulauan

menunjukkan adanya ketidaksesuaian dengan indikator pelayanan kesehatan yang ditetapkan dalam Buku Petunjuk Pengisian, Pengolahan, dan Penyajian Data Rumah Sakit Tahun 2005 yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan, yaitu sebagai berikut:

No. Indikator/RasioStandar

Departemen Kesehatan

Kondisi RSD

2009 Semester I 2010

1 BOR 60 - 80 % 48% 44%2 Av.LOS 6 - 9 hari 4 hari 4 hari3 TOI 1 - 3 hari 5 hari 5 hari4 BTO 40 - 50 kali 40 kali 20 kali

Penjelasan lebih lanjut atas ketidaksesuaian keempat indikator pelayanan kesehatan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Nilai rasio BOR tahun 2009 adalah 48%, sedangkan semester I 2010 adalah 44%. Kondisi tersebut berada dibawah standar kondisi ideal dan terjadi penurunan pada semester I 2010. Hal ini menunjukkan masih rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit;

b. Nilai rasio Av.LOS tahun 2009 dan semester I 2010 tidak mengalami perubahan yaitu 4 hari, nilai tersebut berada dibawah standar kondisi ideal. Hal ini menunjukkan tingkat efisiensi dan mutu pelayanan yang masih kurang baik;

c. Nilai rasio TOI tahun 2009 dan semester I 2010 tidak mengalami perubahan yaitu 5 hari, nilai tersebut melebihi standar kondisi ideal. Hal ini menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur yang masih rendah;

d. Nilai rasio BTO tahun 2009 adalah 40 kali, sedangkan semester I 2010 adalah 20 kali. Pada tahun 2009 nilai rasio BTO telah sesuai dengan standar kondisi ideal, akan tetapi pada semester I 2010 mengalami penurunan dan berada dibawah kondisi ideal. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat penurunan tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.

3. Ketersediaan Tenaga Pelayanan Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan Belum Memenuhi Standar

Sebagai salah satu unit pelayanan kesehatan di Kota Tidore Kepulauan, visi yang dimiliki Rumah Sakit Daerah (RSD) Kota Tidore Kepulauan adalah terdepan dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau dengan memadukan sumber daya manusia yang

15

Page 17: kinerja RSD Tidore Kepulauan

profesional dan sarana prasarana yang modern. Adapun misi yang dimiliki oleh Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan adalah sebagai berikut:a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang profesional;b. Melakukan perbaikan manajemen pelayanan kesehatan;c. Meningkatkan kesejahteraan pegawai;d. Meningkatkan sarana dan prasarana rumah sakit;

e. Mengembangkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.

Dari visi dan misi tersebut, ketersediaan sumber daya manusia menjadi hal yang sangat penting dalam kegiatan pelayanan rumah sakit. Sumber daya manusia yang cukup, baik secara kuantitas maupun kualitas turut menentukan kegiatan pelayanan kesehatan menjadi optimal. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1237/Menkes/SK/XI/1997 tanggal 28 Oktober 1997, Rumah Sakit Kota Tidore Kepulauan ditetapkan menjadi Rumah Sakit Kelas C, sehingga ketersediaan sumber daya manusia perlu disesuaikan dengan standar yang berlaku.

Hasil evaluasi terhadap dokumen rekapitulasi sumber daya manusia periode 2009 dan 2010 kualifikasi pada setiap unit dan instalasi Rumah Sakit Kota Tidore Kepulauan, menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga pelayanan Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan belum memenuhi standar yang berlaku, yaitu tahun 2009 sebesar 47,1% dan semester I 2010 sebesar 35,3%.

4. Pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepualauan Belum Sesuai Standar Pelayanan Farmasi

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Penyelenggaraannya dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk rumah sakit. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien.

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.

Pada Rumah Sakit Daerah (RSD) Kota Tidore Kepulauan beroperasi instalasi farmasi dengan jumlah personel sebanyak 16 (enam belas) orang yang dipimpin oleh seorang apoteker.

16

Page 18: kinerja RSD Tidore Kepulauan

Jumlah tersebut terdiri dari 5 (lima) orang apoteker, 2 (dua) orang asisten apoteker, 6 (enam) orang sarjana, 1 (satu) orang Diploma III, dan 2 (dua) orang SMA.

Berdasarkan evaluasi dokumen, wawancara dan observasi lapangan diketahui hal-hal sebagai berikut:

a. Pengelolaan Belum Satu Pintu

Hasil Evaluasi atas pengelolaan perbekalan farmasi pada RSD Kota Tidore diketahui bahwa belum dilaksanakan pengelolaan secara satu pintu. Perbekalan farmasi hasil pengadaan yang merupakan kebutuhan instalasi laboratorium klinik, instalasi radiologi, dan instalasi bedah langsung didistribusikan kepada instalasi yang bersangkutan tanpa melalui instalasi farmasi. Instalasi yang menerima langsung perbekalan farmasi hasil pengadaan barang/jasa tersebut tidak melakukan pencatatan atas persediaan perbekalan farmasi yang diterima. Selain itu, instalasi laboratorium klinik juga mengadakan pembelian bahan perbekalan farmasi secara langsung tanpa melalui instalasi farmasi.

b. Struktur Organisasi

Struktur organisasi pada Instalasi Farmasi RSD Kota Tidore Kepulauan belum sesuai dengan struktur organisasi minimal Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Struktur Organisasi yang ada terdiri dari Kepala IFRS, Administrasi IFRS, Perbekalan Farmasi, dan Pelayanan Farmasi. Struktur tersebut belum menunjukkan adanya manajemen mutu baik secara fungsi maupun organisasi.

c. Panitia Farmasi

RSD Kota Tidore Kepulauan belum membentuk Panitia Farmasi. Tujuan dibentuknya panitia farmasi sangat penting terutama berkaitan dengan kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat dan evaluasinya, serta melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru tentang obat dan penggunaan obat sesuai dengan kebutuhan.

d. Formularium

Instalasi Farmasi RSD Kota Tidore Kepulauan belum memiliki formularium. Formularium adalah dokumen berisi kumpulan produk obat yang dipilih Panitia Farmasi disertai informasi tambahan penting tentang penggunaan obat tersebut serta kebijakan dan prosedur berkaitan obat yang relevan untuk rumah sakit tersebut yang terus-menerus direvisi agar selalu akomodatif bagi kepentingan penderita dan staf profesional kesehatan, berdasarkan data konsumtif dan data morbiditas serta pertimbangan klinik staf medik rumah sakit tersebut. Dokumen ini bermanfaat untuk meyakinkan mutu dan ketepatan penggunaan obat di rumah sakit, bahan edukasi bagi staf tentang terapi yang tepat dan memberi rasio biaya-manfaat tertinggi, bukan hanya pengurangan harga.

e. Pelayanan Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Inap, Karyawan dan Pasien Tidak Mampu

Instalasi Farmasi RSD Kota Tidore Kepulauan belum menetapkan kebijakan pelayanan obat untuk pasien rawat inap. Selama ini pasien rawat inap membeli sendiri obat secara langsung tanpa melalui mekanisme pengelolaan dan koordinasi pada instalasi farmasi. Atas kondisi

17

Page 19: kinerja RSD Tidore Kepulauan

tersebut, instalasi farmasi belum menetapkan standar prosedur tertulis perihal pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap. Selain itu, standar prosedur pelayanan perbekalan farmasi untuk karyawan dan pasien tidak mampu juga belum disusun.

f. Rekam Farmasi

Instalasi Farmasi RSD Kota Tidore Kepulauan belum menyusun prosedur tertulis serta melaksankaan pencatatan data pasien dalam rekam farmasi pasien beserta dosis yang diberikan.

g. Penghapusbukuan dan Pemusnahan Obat, Bahan, dan Alat Kesehtan yang Kadaluarsa

Instalasi Farmasi RSD Kota Tidore Kepulauan belum menyusun prosedur tertulis yang memadai tentang penghapusbukuan dan pemusnahan obat, bahan dan alat kesehatan yang kadaluarsa. Obat, bahan dan alat kesehatan yang telah kadaluarsa selama ini hanya dicatat dalam kartu stok yang kemudian dipisahkan akan tetapi masih mudah dijangkau dan tidak diberikan petunjuk yang cukup bahwa barang-barang tersebut telah kadaluarsa.

h. Peningkatan Kompetensi Personel

Frekuensi keikutsertaan personel instalasi farmasi dalam pendidikan dan pelatihan maupun bimbingan teknis kefarmasian masih sangat rendah. Dalam satu tahun belum tentu ada pegawai instalasi farmasi yang diikutsertakan dalam pendidikan dan pelatihan maupun bimbingan teknis kefarmasian.

i. Ruangan

1) Belum dipisahkan ruang penyimpanan berdasarkan kondisi khusus yaitu obat termolabil, alat kesehatan dengan suhu rendah, obat mudah terbakar, obat/bahan obat berbahaya, barang karantina;

2) Belum tersedia ruang perpustakaan;

3) Belum tersedia ruang arsip dokumen.

j. Peralatan

1) Belum tersedia trolley/kereta dorong barang;

2) Belum tersedia peralatan pembuatan obat baik nonsteril maupun aseptik;

3) Belum tersedia lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan psikotropika;

4) Perbekalan farmasi tersimpan bersentuhan langsung dengan lantai tanpa dilengkapi palet;

5) Belum tersedia AC/pendingin ruangan pada ruang penyimpanan obat untuk menjaga kelembaban ruangan;

6) Belum tersedia Alarm.

k. Evaluasi dan Pengendalian Mutu

18

Page 20: kinerja RSD Tidore Kepulauan

Selama ini belum pernah dilaksanakan atau diperoleh hasil atas evaluasi pelayanan maupun pengendalian mutu atas operasional instalasi farmasi pada RSD Kota Tidore Kepulauan. Komunikasi internal pada instalasi farmasi dilakukan dalam rapat internal tetapi hasilnya tidak didokumentasikan secara tertulis.

5. Pelayanan Gawat Darurat, Rawat Jalan, dan Rawat Inap pada Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan Belum Memenuhi Standar Pelayanan Minimal

Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Juga merupakan spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan Layanan Umum kepada masyarakat. Standar pelayanan minimal ini dimaksudkan agar tersedianya panduan bagi daerah dalam melaksanakan perencanaan pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan standar pelayanan minimal rumah sakit.

Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan pada tanggal 5 April 2010 telah menyusun Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit. Berdasarkan evaluasi dokumen, wawancara dan observasi yang dilakukan diketahui hal-hal sebagai berikut:

a. Pelayanan Gawat Darurat

1) Ketersediaan Tim Penanggulangan Bencana

Tim penanggulangan bencana adalah tim yang dibentuk di rumah sakit dengan tujuan untuk penanggulangan akibat bencana yang mungkin terjadi sewaktu-waktu. Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan sampai dengan semester I Tahun 2010 belum membentuk Tim Penanggulangan Bencana.

2) Kematian Pasien < 24 Jam

Kematian < 24 jam adalah kematian yang terjadi dalam periode 24 jam sejak pasien datang. Tujuan indikator ini adalah terselengaranya pelayanan yang efektif dan mampu menyelamatkan pasien gawat darurat. Indikator ini merupakan perbandingan antara Jumlah pasien yang meninggal dalam periode < 24 jam sejak pasien datang dengan Jumlah seluruh pasien yang ditangani di Gawat Darurat. Standar indikator ini adalah < 2 perseribu. Data dari instalasi rekam medik tahun 2009 dan semester I tahun 2010 menunjukkan hal sebagai berikut:

No. Periode pasien ditangani (orang)

Pasien meninggal < 24 jam (orang)

1 Triwulan I 2009 551 42 Triwulan II 2009 679 63 Triwulan III 2009 774 64 Triwulan IV 2009 696 65 Triwulan I 2010 730 46 Triwulan II 2010 243 6

Sumber: rekam medik

19

Page 21: kinerja RSD Tidore Kepulauan

Dari data tersebut diatas diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:

No. periode standar pelayanan minimal (‰)

realisasi pencapaian (‰)

1 Triwulan I 2009 < 2 72 Triwulan II 2009 < 2 93 Triwulan III 2009 < 2 84 Triwulan IV 2009 < 2 95 Triwulan I 2010 < 2 56 Triwulan II 2010 < 2 25

Tabel pencapaian SPMBerdasarkan perhitungan pada Tabel Pencapaian SPM diketahui bahwa selama Tahun 2009 dan sampai dengan Triwulan II Tahun 2010 realisasi kematian pasien < 24 jam pada pelayanan gawat darurat masih belum memenuhi standar pelayanan minimal yang diharapkan.

b. Pelayanan Rawat Jalan

Waktu tunggu adalah waktu yang diperlukan mulai pasien mendaftar sampai dilayani oleh dokter spesialis. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan diketahui bahwa poliklinik spesialis mulai membuka pendaftaran pada pukul 08.00 WIT, akan tetapi pelayanan dokter spesialis paling cepat diterima oleh pasien pada pukul 10.00 WIT atau 2 (dua) jam sejak pendaftaran dibuka, sehingga tidak sesuai standar pelayanan minimal Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepuluaan yaitu waktu tunggu di rawat jalan adalah < 60 menit sejak pasien mendaftar diharapkan telah menerima pelayanan dari dokter spesialis.

c. Pelayanan Rawat Inap

Kematian Pasien > 48 jam adalah kematian yang terjadi sesudah periode 48 jam setelah pasein rawat inap masuk rumah sakit. Indikator ini merupakan perbandingan antara jumlah kejadian kematian pasien rawat inap > 48 jam dalam satu peride dengan jumlah seluruh pasien rawat inap dalam satu periode.

Berdasarkan data rekam medik tahun 2009 dan semester I tahun 2010 diketahui indikator pelayanan rawat inap RSD Kota Tidore Kepulauan masih tidak sesuai dengan SPM, yaitu sebagai berikut:

20

Page 22: kinerja RSD Tidore Kepulauan

Tabel diatas menunjukkan mulai Triwulan II tahun 2009 sampai dengan Triwulan II Tahun 2010, jumlah kematian pasien >48 jam melebihi batas yang ditentukan pada SPM.

6. Komite Medis Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan Tidak Melaksanakan Tugas dan Tanggung Jawab Sesuai Dengan Pedoman Peraturan Internal Staf Medis

Manajemen pelayanan medik di rumah sakit secara sederhana adalah suatu pengelolaan yang meliputi perencanaan berbagai sumber daya medik dengan mengorganisir serta menggerakkan sumber daya tersebut diikuti dengan evaluasi dan kontrol yang baik, sehingga dihasilkan suatu pelayanan medik yang merupakan bagian dari sistem pelayanan di rumah sakit. Apabila dilihat dari tugas, fungsi maupun wewenangnya, Komite Medis merupakan salah satu instrumen dalam sistem pelayanan medik rumah sakit yang sangat penting dalam pelaksanaan evaluasi dan kontrol tersebut.

Sejak tahun 2007, Rumah Sakit Daerah (RSD) Kota Tidore Kepulauan telah membentuk Komite Medis sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Badan Pengelola RSD Kota Tidore Kepuluaan Nomor 446/065/2007 tanggal 23 Januari 2007 tentang Pembentukan Komite Medis Badan Pengelola Rumah Sakit Daerah (periode 2007 s.d 2010) serta Surat Keputusan Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan Nomor 445/454/24/2010 tentang Pembentukan Komite Medis Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan (periode 2010 s.d 2013). Struktur Organisasi Komite Medis pada RSD Kota Tidore Kepulauan terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Anggota dan Tenaga Administrasi

Berdasarkan hasil wawancara dengan sekretaris Komite Medis RSD Kota Tidore Kepulauan diketahui hal-hal sebagai berikut:

a. Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan oleh Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan pada tanggal 5 April 2010 belum melalui mekanisme pembahasan dalam Komite Medis dan Komite Medis tidak dilibatkan dalam proses penyusunannya;

21

No. Periode Pasien Rawat Inap

Pasien Meninggal > 48

Jam

SPM (%) pencapaian (%)

1 Triwulan II 2009

1.937 8 < 0,24 0.41

2 Triwulan III 2009

2.035 18 < 0,24 0.88

3 Triwulan IV 2009

2.023 13 < 0,24 0.64

4 Triwulan I 2010

2.061 15 < 0,24 0.73

5 Triwulan II 2010

4.117 24 < 0,24 0.58

Page 23: kinerja RSD Tidore Kepulauan

b. Sejak dibentuk tanggal 23 Januari 2007, belum pernah dilaksanakan pertemuan secara formal antara Komite Medis dengan Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan, pertemuan yang dilakukan hanya secara personal antara Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan dengan Staf Medis yang tergabung dalam Komite Medis;

c. Pertemuan internal baik rapat rutin maupun rapat khusus Komite Medis selama tahun 2009 dan 2010 secara formal belum pernah dilakukan;

d. Kepengurusan Komite Medis periode kedua yaitu mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 dipilih dan ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit, bukan melalui mekanisme pemilihan pada rapat pleno dan pengajuan pengurus dan anggota Komite Medis kepada Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan;

e. Belum pernah dilakukan evaluasi oleh Komite Medis yang hasilnya didokumentasikan secara tertulis baik untuk pencapaian Standar Pelayanan Minimal maupun pelayaan rumah sakit secara keseluruhan;

f. Belum pernah disusun dan disampaikan Laporan Berkala atas Kegiatan Komite Medis baik kepada Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan maupun pihak lainnya;

g. Tidak tersedia sarana dan prasarana yang memadai baik ruangan maupun peralatan serta bahan cetakan yang secara khusus dipersiapkan untuk menunjang pelaksanaan tugas Komite Medis.

7. Alat Kesehatan pada Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan Belum Dikalibrasi Sesuai Ketentuan

Peralatan kesehatan adalah salah satu faktor yang menentukan hasil akhir suatu evaluasi, pemulihan, ataupun penyembuhan bagi pasien. Kegiatan kalibrasi terhadap peralatan kesehatan di rumah sakit memegang peran penting dalam menjamin kebenaran dan keakuratan nilai keluaran atau kinerja dan keselamatan pemakaian.

Rumah Sakit Daerah (RSD) Kota Tidore Kepulauan sebagai institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki dan mengoperasikan berbagai jenis peralatan kesehatan. Peralatan kesehatan tersebut harus diuji dan atau dikalibrasi secara berkala. Pengujian alat kesehatan merupakan keseluruhan tindakan yang meliputi pemeliharaan fisik dan pengukuran untuk membandingkan alat ukur dengan standar satuan ukuran yang sesuai guna menetapkan sifat ukurannya (sifat metrologik) atau menentukan besaran atau kesalahan pengukuran. Sedangkan kalibrasi adalah kegiatan peneraan untuk menentukan kebenaran nilai alat ukur dan atau bahan ukur.

Berdasarkan surat keterangan Kepala Sub Bagian Umum dan Perlengkapan RSD Kota Tidore Kepulauan diketahui bahwa:

a. Proses kalibrasi yang terakhir kali dilakukan terhadap alat-alat kesehatan yang dimiliki RSD Kota Tidore Kepulauan adalah pada tanggal 21 September 1994 oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Surabaya;

22

Page 24: kinerja RSD Tidore Kepulauan

b. Sejak dikalibrasi terakhir kali pada tahun 1994 sampai saat evaluasi, alat-alat kesehatan di RSD Kota Tidore Kepulauan tidak pernah dikalibrasi kembali.

Berdasarkan penjelasan tertulis Kepala Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS) RSD Kota Tidore Kepulauan, biaya pengujian dan atau kalibrasi atas alat-alat kesehatan tersebut belum dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2009 dan 2010.

Evaluasi lebih lanjut terdapat 20 (dua puluh) jenis alat-alat kesehatan yang belum dilakukan pengujian/kalibrasi, dengan rincian sebagai berikut:

No. Uraian Jumlah1 Suction Unit 8 unit2 Anasthesi Machine 3 unit3 Analytical Balance 4 unit4 Autoclave 11 unit5 Centrifuge 3 unit6 Defibrilator 1 unit7 Dental Unit 1 unit8 Diathermy 1 unit9 Electrocardiograph (ECG) 5 unit

10 Electro Surgery Unit (ESU) 2 unit11 Infusion Pump 7 unit12 Inkubator Perawatan 4 unit13 Light Source 2 unit14 Examination Lamp 3 unit15 Ultrasonography (USG) 2 unit16 UV. Sterilizer 1 unit17 Ventilator 3 unit18 X-Ray General Porpuse 1 unit19 Laboratory Inkubator 2 unit20 Laboratory Refrigerator 1 unit

8. Peralatan Kesehatan Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan Belum Memenuhi Standar Alat Kesehatan untuk Rumah Sakit Umum Kelas C

RSD Kota Tidore Kepulauan merupakan satu-satunya rumah sakit milik Pemerintah Kota Tidore Kepulauan. Pada tahun 1997, sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1237/MENKES/SK/X/1997 tanggal 28 Oktober 1997 tentang Peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Soasio Kabupaten Halmahera Tengah, klasifikasi rumah sakit ini ditingkatkan dari kelas D menjadi kelas C.

Dengan ditingkatkannya status rumah sakit dari kelas D menjadi kelas C, maka Rumah Sakit Daerah (RSD) Kota Tidore Kepulauan perlu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan memenuhi kebutuhan sumber daya manusia, sarana prasarana dan peralatan kesehatan yang memadai. Pencapaian atas mutu pelayanan kesehatan tersebut salah satunya ditentukan oleh ketersediaan peralatan kesehatan yang memadai sesuai dengan klasifikasi rumah sakit.

23

Page 25: kinerja RSD Tidore Kepulauan

Hasil evaluasi atas ketersediaan alat kesehatan pada 6 (enam) instalasi di RSD Kota Tidore Kepulauan diketahui bahwa alat-alat kesehatan yang tersedia masih perlu ditambah atau dilengkapi guna mencapai standar alat kesehatan rumah sakit umum kelas C.

9. Pengelolaan Limbah pada Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan Belum Memenuhi Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Pengelolaan limbah rumah sakit merupakan bagian dari upaya penyehatan lingkungan di rumah sakit dan mempunyai tujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit. Rumah Sakit Daerah (RSD) Kota Tidore Kepulauan dalam kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat tidak lepas dari pembuangan limbah dan diwajibkan mengelola lingkungan hidup, karena sampah medis dan non medis, baik padat maupun cair berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan hidup.

Hasil evaluasi terhadap dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan rumah sakit diketahui sebagai berikut:

a. RSD Kota Tidore Kepulauan telah menyusun Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (DPPL) atas kegiatan pelayanan kesehatan rumah sakit tertanggal Januari 2009;

b. Walikota Tidore Kepulauan (Cq. Badan Lingkungan Hidup Kota Tidore Kepulauan) telah mengeluarkan surat Rekomendasi Kelayakan Lingkungan No.660/275/01/2009 tanggal Januari 2009 untuk RSD Kota Tidore Kepulauan.

Berdasarkan konfirmasi tertulis kepada Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Tidore Kepulauan diperoleh informasi bahwa:

a. Sejak bulan November 2008 sampai 12 Oktober 2010, RSD Kota Tidore Kepulauan belum pernah membuat dan menyampaikan laporan kegiatan pengelolaan lingkungan rumah sakit kepada Walikota Tidore Kepulauan Cq. Badan Lingkungan Hidup Kota Tidore Kepulauan;

b. Sejak bulan November 2008 sampai 12 Oktober 2010 Badan Lingkungan Hidup Kota Tidore Kepulauan hanya melakukan 1 (satu) kali kegiatan monitoring dan evaluasi pengelolaan lingkungan di RSD Kota Tidore Kepulauan, yaitu pada tanggal 5 Mei 2010.

Hasil evaluasi fisik terhadap pengelolaan limbah pada RSD Kota Tidore Kepulauan diketahui sebagai berikut:

a. RSD Kota Tidore Kepulauan memiliki 3 (tiga) unit insinerator untuk mengolah limbah padat medis. Semua insinerator tersebut pada saat evaluasi, dalam kondisi rusak. Insinerator ketiga terakhir kali masih dapat digunakan sampai bulan Juni 2010. Keberadaan insinerator juga tidak didukung dengan ketersediaan operator khusus yang bertugas mengoperasikan;

b. Pembuangan sampah padat medis RSD Kota Tidore Kepulauan dilakukan dengan langsung meletakkan sampah padat medis pada tempat pembuangan sampah sementara atau kontainer, kemudian diangkut oleh petugas kebersihan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA);

24

Page 26: kinerja RSD Tidore Kepulauan

c. Pengelolaan limbah cair hanya dilakukan dengan menyalurkan langsung limbah cair dari setiap instalasi yang menghasilkan limbah cair ke septic tank.

10. Pengajuan Klaim Pembayaran Askes Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan Tidak Tepat Waktu

Dalam rangka melakukan pelayanan kesehatan terhadap pasien Askes, Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan mengadakan kerja sama dengan PT. Askes (Persero). Kerja sama tersebut dituangkan dalam bentuk Kesepakatan Bersama PT. Askes (Persero) Cabang Maluku Utara dengan Rumah Sakit Umum Soasio Kota Tidore Nomor 445/158/24/2009 tanggal 31 Maret 2009 tentang Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta Askes Sosial PT. Askes (Persero). Kesepakatan bersama ini merupakan pembaruan atas kesepakatan bersama sebelumnya. Maksud dan tujuan dari kesepakatan ini adalah sebagai dasar pelaksanaan kerjasama dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta Askes dan keluarganya.

Untuk menunjang kegiatan pelayanan Askes, Badan Pengelola Rumah Sakit Kota Tidore Kepulauan telah membentuk tim pengelola kegiatan pelayanan Askes sejak tahun 2007. Tim pengelola tersebut ditetapkan dalam Keputusan Kepala Badan Pengelola Rumah Sakit Daerah Nomor 841.9/001/BPRSD/2007 Tanggal 1 Januari 2007 tentang Pembentukan Tim Pengendali Pelayanan Asuransi Kesehatan pada Badan Pengelola Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan. Tim Pengendali Pelayanan Asuransi Kesehatan pada Badan Pengelola Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan melaksanakan tugas sebagai berikut:

a. Memfasilitasi Peserta Asuransi Kesehatan (ASKES) untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan hak-hak peserta;

b. Melaksanakan koordinasi dan konsultasi dengan satuan kerja yang ada kaitannya dengan Pelayanan Asuransi Kesehatan pada Badan Pengelola Rumah Sakit Daerah (RSD) Kota Tidore Kepulauan;

c. Mempersiapkan dana pelayanan Asuransi Kesehatan sesuai ketentuan yang berlaku;

d. Melaporkan pelaksanaan kegiatannya secara rutin baik bulanan maupun semester kepada Kepala Badan Pengelola Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan.

Evaluasi atas daftar pengajuan klaim Askes ke PT. Askes (Persero) oleh RSD Kota Tidore Kepulauan Tahun Anggaran 2009 dan semester I Tahun Anggaran 2010 diketahui bahwa terjadi keterlambatan dalam pengajuan klaim Askes yang seharusnya diajukan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Adapun rincian dari keterlambatan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Untuk pengajuan klaim atas kegiatan pelayanan kesehatan, terjadi keterlambatan antara 11 sampai dengan 49 hari untuk tahun 2009 dan 13 sampai dengan 62 hari untuk semester I tahun 2010;

b. Untuk pengajuan klaim obat, terjadi keterlambatan antara 7 sampai dengan 85 hari untuk tahun 2009 dan 11 sampai dengan 84 hari untuk semester I tahun 2010.

25

Page 27: kinerja RSD Tidore Kepulauan

11. Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Pungutan Pelayanan Kesehatan Sebesar Rp77.423.000,00 Belum Disampaikan dan Terdapat Pungutan Tidak Sesuai Tarif Sebesar Rp3.513.065,00 Serta Tidak Didukung Dasar Ketetapan Sebesar Rp77.875.500,00

Rumah Sakit Daerah (RSD) Kota Tidore Kepulauan merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berada di Kota Tidore Kepulauan yang menjalankan pelayanan kesehatan dan fungsi pelaksanaan belanja daerah serta fungsi pelaksanaan pendapatan daerah. Dengan demikian, pendapatan Rumah Sakit Kota Tidore Kepulauan menjadi salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Tidore Kepulauan.

Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran RSD Kota Tidore Kepulauan tahun anggaran 2009 dan semester I tahun anggaran 2010 dapat diketahui bahwa realisasi pendapatan pada tahun 2009 mencapai 101,82 % dan pada tahun 2010 sampai dengan bulan Juni mencapai 53,69 %. Adapun rinciannya dapat dihat dalam tabel berikut:

No.

Tahun Anggaran Anggaran Realisasi %

1 2009 1.100.000.000,00 1.120.072.025,00 101,822 2010 (sampai dengan Juni 2010) 1.100.000.000,00 590.554.355,00 53,69

Pendapatan utama yang diperoleh RSD Kota Tidore Kepulauan berasal dari retribusi pelayanan kesehatan. Retribusi tersebut dibayarkan oleh pasien-pasien sebagai imbal jasa atas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh RSD Kota Tidore Kepulauan.

Retribusi yang dibebankan kepada pasien RSD Kota Tidore Kepulauan dibedakan berdasarkan jenis pelayanan dan tindakan medis yang diterima pasien. Penentuan besarnya retribusi yang harus dibayar didasarkan atas tarif yang diatur dan ditetapkan dalam Keputusan Walikota Tidore Kepulauan Nomor 62.3 Tahun 2007 Tanggal 3 Agustus 2007 tentang Penetapan Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan. Dengan demikian, ketetapan tersebut menjadi pedoman dalam penentuan jumlah yang harus dibayarkan pasien atas pelayanan kesehatan yang diterimanya.

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap dokumen dan bukti pendukung atas pembayaran retribusi pelayanan kesehatan Tahun Anggaran 2009 dan Semester I Tahun Anggaran 2010 diketahui:

a. Laporan pertanggungjawaban penggunaan pungutan retribusi uji laboratorium sebesar sebesar Rp77.423.000,00 belum disampaikan

Berdasarkan hasil konfirmasi dengan kepala instalasi laboratorium diketahui adanya pembelian bahan-bahan kimia yang sumbernya dari penerimaan retribusi uji laboratorium sebesar Rp77.423.000,00 dengan rincian sebagai berikut:

No Bulan Penerimaan (Rp)Tahun Anggaran 2009

1 Januari 4.039.0002 Februari 3.534.0003 Maret 7.429.000

26

Page 28: kinerja RSD Tidore Kepulauan

No Bulan Penerimaan (Rp)4 April 4.357.0005 Mei 4.134.0006 Juni 6.084.0007 Juli 5.560.0008 Agustus 4.679.0009 September 6.190.000

10 Oktober 6.400.00011 November 4.635.00012 Desember 3.845.000

Sub Jumlah 60.886.000Tahun Anggaran 2010

1 Januari 4.487.0002 Februari 3.721.0003 Maret 5.311.0004 April 1.042.0005 Mei 784.0006 Juni 1.192.000

Sub Jumlah 16.537.000Jumlah 77.423.000

Atas penggunaan penerimaan retribusi uji laboratorium sebesar Rp77.423.000,00 tersebut, kepala instalasi laboratorium belum menyampaikan laporan pertanggungjawabannya.

b. Pungutan retribusi pelayanan kesehatan tidak sesuai Surat Keputusan Walikota tentang penetapan tarif sebesar Rp3.513.065,00

Hasil uji petik atas pelaksanaan tarif Retribusi Pelayanan Kesehatan RSD Kota Tidore Kepulauan diketahui adanya ketidaksesuaian pembayaran oleh pasien dengan tarif yang telah ditetapkan sebesar Rp3.513.065,00, dengan rincian sebagai berikut:

No. Unit Kerja Tahun Pungutan Tarif Selisih

1 Instalasi Laboratorium

2009 58.633.500 60.128.610 1.495.110Sm I 2010 15.621.000 16.861.350 1.240.350

2 Instalasi Rehabilitasi Medis (Fisioterapi) 2009 dan Sm I 2010 1.430.395 2.208.000 777.605

Jumlah 3.513.065

c. Pungutan pelayanan Rumah Sakit sebesar Rp77.875.500,00 tidak ada dasar ketetapannya

Hasil evaluasi atas kegiatan pelayanan RSD Kota Tidore Kepulauan diketahui adanya pungutan kepada pasien atas pelayanan rumah sakit yang belum ada dasar ketetapannya sebesar Rp77.875.550,00, dengan rincian sebagai berikut:

1) Instalasi laboratorium sebesar Rp32.150.000,00

27

Page 29: kinerja RSD Tidore Kepulauan

Dari jenis-jenis evaluasi pada laboratorium, terdapat jenis evaluasi yang tidak memiliki dasar tarif Surat Keputusan Walikota untuk evaluasi darah lengkap yaitu:

TA 2009 sebesar Rp 24.750.000,00TA 2010 (sampai dengan Juni) sebesar Rp 7.400.000,00

+Rp 32.150.000,00

Dengan rincian sebagai berikut:

No Bulan Jumlah Evaluasi

Tarif (Rp)

Penerimaan Berdasarkan Tarif yang Diberlakukan

(Rp)Tahun 2009

1 Januari 7 50.000 350.0002 Februari 0 50.000 -3 Maret 2 50.000 100.0004 April 13 50.000 650.0005 Mei 46 50.000 2.300.0006 Juni 52 50.000 2.600.0007 Juli 52 50.000 2.600.0008 Agustus 52 50.000 2.600.0009 September 76 50.000 3.800.000

10 Oktober 86 50.000 4.300.00011 November 66 50.000 3.300.00012 Desember 43 50.000 2.150.000

Sub Jumlah 24.750.000Tahun 2010

1 Januari 53 50.000 2.650.0002 Februari 23 50.000 1.150.0003 Maret 70 50.000 3.500.0004 April 2 50.000 100.0005 Mei 0 50.000 -6 Juni 0 50.000 -

Sub Jumlah 7.400.000Jumlah 32.150.000

2) Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebesar Rp45.725.500,00

Berdasarkan uji petik terhadap 1137 bukti tagihan instalasi gawat darurat bulan Juni tahun 2009 sampai dengan bulan Juni tahun 2010 diketahui terdapat 2 jenis pungutan yang dikenakan terhadap pasien belum termasuk dalam Surat Keputusan Walikota Tidore Kepulauan Nomor 62.3 Tahun 2007, yaitu retribusi IGD dan biaya rawat IGD, yaitu:

28

Page 30: kinerja RSD Tidore Kepulauan

a) Tarif retribusi IGD sebesar Rp1.500,00 dengan rincian jasa bahan dan alat sebesar Rp1.050,00 dan jasa rumah sakit sebesar Rp450,00;

b) Tarif biaya rawat IGD per hari sebesar Rp38.750,00 dengan rincian jasa bahan dan alat sebesar Rp11.250,00 dan jasa rumah sakit sebesar Rp27.500,00.

Atas pungutan kedua jasa IGD tersebut, jumlah penerimaan pada Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebesar Rp45.725.500,00 yaitu tarif retribusi IGD sebesar Rp1.705.500,00 dan retribusi rawat IGD sebesar Rp44.020.000,00.

29

Page 31: kinerja RSD Tidore Kepulauan

BAB IVSIMPULAN

Indikator dan unsur pelayanan yang masih harus diperbaiki sebagaimana dimuat dalam hasil evaluasi kinerja RSD Kota Tidore Kepulauan Tahun 2009 dan Semester I 2010, agar pelayanan kesehatan dapat mencapai standar, sebagai berikut:

a. Pemerintah Kota Tidore Kepulauan belum menyusun dan mengesahkan Standar Pelayanan Minimal;

b. Sumber daya manusia belum memenuhi standar;

c. Komite medis kurang optimal dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya;

Komponen /pelayanan lain yang harus diperhatikan dan ditingkatkan oleh Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan sebagaimana dimuat dalam temuan dan rekomendasi pemeriksaan sebagai berikut:

a. Pelayanan Instalasi Farmasi belum sesuai standar;

b. Pengelolaan pendapatan belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

c. Pengelolaan limbah belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

d. Pengelolaan dan ketersediaan alat kesehatan belum memenuhi standar;

e. Pengajuan Klaim Pembayaran Askes tidak tepat waktu;

Terjadinya permasalahan tersebut karena:

a. Dukungan dan perhatian Pemerintah Kota Tidore Kepulauan selaku pemilik Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan masih kurang dalam hal anggaran untuk tenaga medis dan paramedis, serta sarana dan prasarana rumah sakit;

b. Direktur RSD Kota Tidore Kepulauan selaku penanggung jawab pelayanan kesehatan di rumah sakit lemah dalam melakukan pengendalian dan pengawasan;

c. Kurangnya sumber daya manusia yang ada dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan.

30