19
Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat 21 KINERJA USAHA KECIL AGROINDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DI JAWA BARAT Oleh: Elis Dwiana Ratnamurni Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh temuan tentang implementasi Kinerja pada Usaha Kecil agroindustri makanan dan minuman. Hasil Penelitian diharapkan dapat berkontribusi terhadap pengetahuan di bidang sosial, maupun bagi pemerintah sebagai bahan masukan dalam menetapkan kebijakan bagi para wirausaha kecil agroindustri makanan dan minuman. Penelitian dilakukan di Jawa Barat dengan ukuran sampel 267 usaha kecil agroindustri makanan dan minuman. Responden dalam penelitian ini adalah para pemilik dan sekaligus pengelola usahanya sendiri. Metode penelitian yang digunakan deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dan menyebar kuesioner. Kesimpulan penelitian, Kinerja usaha kecil agroindustri makanan dan minuman di Jawa Barat, lebih dominan ditunjukkan oleh kinerja nonkeuangan dan kinerja usaha kecil masih rendah yang tercermin dari rendahnya omzet penjualan dan keuntungan yang diperoleh serta aset yang masih rendah. Kata Kunci: Kinerja, Usaha Kecil Agroindustri Makanan dan Minuman Abstract : This study aims to obtain findings on the implementation of performance at small and agro food and beverages. Research results are expected to contribute to knowledge in the social field, as well as for the government as an input in setting policy for small entrepreneurs agro-food and beverages. The study was conducted in West Java with a small sample size of 267 agro-food and beverages. Respondents in this study is the owner and manager of his own business. Research used descriptive method with qualitative and quantitative approaches. Techniques of data collection by interview and questionnaire spread. Conclusions of the study, performance of small agro-food and beverages in West Java, more dominant and non-financial performance demonstrated by the performance of small enterprises is still low which is reflected in the low turnover of sales and assets are still low. Keywords: Performance, Small Agro Industry Food and Beverage PENDAHULUAN Indonesia menjadi satu dari tiga negara di dunia yang mampu bertahan dari terpaan krisis ekonomi global. Perekonomian nasional ditopang oleh usaha kecil dan menengah (UKM) yang masih menggeliat saat krisis. Usaha kecil menengah dapat menopang kekuatan perekonomian negara di dalam menghadapi krisis keuangan global yang dirasakan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Data yang dimiliki Depdag, 90

KINERJA USAHA KECIL AGROINDUSTRI MAKANAN DAN …repository.fe.unjani.ac.id/pdf/2_KINERJA_USAHA_KECIL_AGROINDUSTRI... · Ini memberikan peluang bagi pengusaha produk-produk agro

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KINERJA USAHA KECIL AGROINDUSTRI MAKANAN DAN …repository.fe.unjani.ac.id/pdf/2_KINERJA_USAHA_KECIL_AGROINDUSTRI... · Ini memberikan peluang bagi pengusaha produk-produk agro

Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat

21

KINERJA USAHA KECIL AGROINDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN

DI JAWA BARAT

Oleh:

Elis Dwiana Ratnamurni

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh temuan tentang implementasi

Kinerja pada Usaha Kecil agroindustri makanan dan minuman. Hasil Penelitian

diharapkan dapat berkontribusi terhadap pengetahuan di bidang sosial, maupun bagi

pemerintah sebagai bahan masukan dalam menetapkan kebijakan bagi para wirausaha

kecil agroindustri makanan dan minuman. Penelitian dilakukan di Jawa Barat dengan

ukuran sampel 267 usaha kecil agroindustri makanan dan minuman. Responden dalam

penelitian ini adalah para pemilik dan sekaligus pengelola usahanya sendiri. Metode

penelitian yang digunakan deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.

Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dan menyebar kuesioner.

Kesimpulan penelitian, Kinerja usaha kecil agroindustri makanan dan minuman di Jawa

Barat, lebih dominan ditunjukkan oleh kinerja nonkeuangan dan kinerja usaha kecil

masih rendah yang tercermin dari rendahnya omzet penjualan dan keuntungan yang

diperoleh serta aset yang masih rendah.

Kata Kunci: Kinerja, Usaha Kecil Agroindustri Makanan dan Minuman

Abstract : This study aims to obtain findings on the implementation of performance at

small and agro food and beverages. Research results are expected to contribute to

knowledge in the social field, as well as for the government as an input in setting policy

for small entrepreneurs agro-food and beverages. The study was conducted in West

Java with a small sample size of 267 agro-food and beverages. Respondents in this

study is the owner and manager of his own business. Research used descriptive method

with qualitative and quantitative approaches. Techniques of data collection by interview

and questionnaire spread. Conclusions of the study, performance of small agro-food

and beverages in West Java, more dominant and non-financial performance

demonstrated by the performance of small enterprises is still low which is reflected

in the low turnover of sales and assets are still low.

Keywords: Performance, Small Agro Industry Food and Beverage

PENDAHULUAN

Indonesia menjadi satu dari tiga negara di dunia yang mampu bertahan dari

terpaan krisis ekonomi global. Perekonomian nasional ditopang oleh usaha kecil dan

menengah (UKM) yang masih menggeliat saat krisis. Usaha kecil menengah dapat

menopang kekuatan perekonomian negara di dalam menghadapi krisis keuangan global

yang dirasakan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Data yang dimiliki Depdag, 90

Page 2: KINERJA USAHA KECIL AGROINDUSTRI MAKANAN DAN …repository.fe.unjani.ac.id/pdf/2_KINERJA_USAHA_KECIL_AGROINDUSTRI... · Ini memberikan peluang bagi pengusaha produk-produk agro

Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39

22

persen kegiatan usaha di Indonesia ternyata ditopang oleh UKM. Berkat UKM

perekonomian nasional tumbuh positif, walaupun hanya sebesar 3-4 persen.

Karakteristik UKM di Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

AKATIGA, the Center for Micro and Small Enterprise Dynamic (CEMSED), dan the

Center for Economic and Social Studies (CESS) pada tahun 2000, mempunyai daya

tahan untuk hidup dan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kinerjanya selama

krisis ekonomi. Hal ini disebabkan oleh fleksibilitas UKM dalam melakukan

penyesuaian proses produksinya, mampu berkembang dengan modal sendiri, mampu

mengembalikan pinjaman dengan bunga tinggi dan tidak terlalu terlibat dalam hal

birokrasi.

UKM di Indonesia dapat bertahan di masa krisis ekonomi disebabkan oleh 4

(empat) hal, yaitu : (1) Sebagian UKM menghasilkan barang-barang konsumsi

(consumer goods), khususnya yang tidak tahan lama, (2) Mayoritas UKM lebih

mengandalkan pada non-banking financing dalam aspek pendanaan usaha, (3) Pada

umumnya UKM melakukan spesialisasi produk yang ketat, dalam arti hanya

memproduksi barang atau jasa tertentu saja, dan (4) Terbentuknya UKM baru sebagai

akibat dari banyaknya pemutusan hubungan kerja di sektor formal.

UKM di Indonesia mempunyai peranan yang penting sebagai penopang

perekonomian. Fungsi utama UKM dalam menggerakan ekonomi Indonesia, yaitu (1)

Sektor UKM sebagai penyedia lapangan kerja bagi jutaan orang yang tidak tertampung

di sektor formal, (2) Sektor UKM mempunyai kontribusi terhadap pembentukan Produk

Domestik Bruto (PDB), dan (3) Sektor UKM sebagai sumber penghasil devisa negara

melalui ekspor berbagai jenis produk yang dihasilkan sektor ini.

Sedangkan Kinerja UKM di Indonesia dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu

(1) nilai tambah. Kinerja perekonomian Indonesia yang diciptakan oleh UKM tahun

2006 bila dibandingkan tahun sebelumnya digambarkan dalam angka Produk Domestik

Bruto (PDB) UKM pertumbuhannya mencapai 5,4 persen. Nilai PDB UKM atas dasar

harga berlaku mencapai Rp 1.778,7 triliun meningkat sebesar Rp 287,7 triliun dari

tahun 2005 yang nilainya sebesar 1.491,2 triliun. UKM memberikan kontribusi 53,3

persen dari total PDB Indonesia. Bila dirinci menurut skala usaha, pada tahun 2006

kontribusi Usaha Kecil sebesar 37,7 persen, Usaha Menengah sebesar 15,6 persen, dan

Usaha Besar sebesar 46,7 persen. (2) unit usaha, tenaga kerja dan produktivitas. Pada

tahun 2006 jumlah populasi UKM mencapai 48,9 juta unit usaha atau 99,98 persen

terhadap total unit usaha di Indonesia. Sementara jumlah tenaga kerjanya mencapai 85,4

juta orang. (3) nilai ekspor. Hasil produksi UKM yang diekspor ke luar negeri

mengalami peningkatan dari Rp 110,3 triliun pada tahun 2005 menjadi 122,2 triliun

pada tahun 2006. Namun demikian peranannya terhadap total ekspor non migas

nasional sedikit menurun dari 20,3 persen pada tahun 2005 menjadi 20,1 persen pada

tahun 2006.

Page 3: KINERJA USAHA KECIL AGROINDUSTRI MAKANAN DAN …repository.fe.unjani.ac.id/pdf/2_KINERJA_USAHA_KECIL_AGROINDUSTRI... · Ini memberikan peluang bagi pengusaha produk-produk agro

Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat

23

Daerah Jabar diketahui sebagai salah satu sentra produksi agro makanan olahan,

yang terdukung budaya dan potensi ekonomi daerahnya selaku sentra agrobisnis

nasional. Ini memberikan peluang bagi pengusaha produk-produk agro daerahnya untuk

lebih berdaya jual, mulai dari sayuran dan tanaman pangan, peternakan, perikanan,

sampai perkebunan, dengan cara bisnis dalam bentuk produk olahan. Perkembangan

produk agro makanan olahan di Jabar terindikasi akan terus berkembang keragamannya.

Saat ini saja sudah ada 2.500 jenis yang terdaftar.

Produk agro Jawa Barat terus meningkat, sektor hilir khususnya industri kecil

yang bergerak pada makanan olahan, menjadi pusat perhatian karena memberikan nilai

tambah yang sangat besar untuk pengusahaan produk.

Data dari Dinas Indag Agro menyebutkan, dalam kurun waktu 2007, perusahaan

atau usaha industri agro terdiri dari 256.383 usaha, yang meliputi kelas rumah tangga

237.524 usaha, kecil 16.446 usaha, sedang 1.965 usaha, dan besar 448 usaha. Jumlah ini

naik dari tahun 2006 yang secara total 256.216 usaha atau tumbuh 167 usaha.

Sedangkan berdasarkan data BPS (2007), penyerapan tenaga kerja industri dan

perdagangan agro mampu menyerap 24,6 persen total tenaga kerja bidang industri dan

perdagangan. Apalagi, dilihat dari pertumbuhan ekonomi Jabar untuk tahun 2006,

sektor industri tumbuh 8,7 persen perdagangan 7,1 persen sedangkan pertanian turun

0,6 persen. BPS dalam menyajikan statistik industri nasional, mengklasifikasikan

industri makanan dan minuman ke dalam kelompok industri pengolahan, masuk ke

dalam subsektor 31 (industri Makanan, Minuman dan Tembakau).

Kinerja perusahaan merupakan suatu tingkat hasil kerja yang dicapai oleh suatu

organisasi dalam suatu periode operasional yang dibandingkan dengan sasaran, standar,

dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. (Siegel dan Marconi,1989). Kinerja

perusahaan antara lain dilihat dari data keuangan yang dihasilkan dalam suatu periode

tertentu.

Kinerja UKM mengalami fluktuasi dengan adanya peningkatan perekonomian.

Hal ini mensyaratkan bahwa perusahaan yang mampu meningkatkan kinerjanya akan

bertahan dan tumbuh dalam lingkungan usaha yang kompetitif.

Penelitian ini mengambil objek penelitian pada Usaha Kecil Makanan dan

Minuman, dengan pembatasan masalah ”Bagaimana Kinerja Pada Usaha Kecil

Agroindustri Makanan dan Minuman di Jawa Barat”. Adapun tujuan penelitian ini yaitu

untuk menyajikan hasil kajian Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan dan

Minuman di Jawa Barat.

Penelitian ini mengunakan metode deskriptif, yaitu metode yang cocok

diaplikasikan karena penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan situasi dan

kondisi pada masa penelitian dilakukan. Secara spesifik metodenya menggunakan

metode survai.

Page 4: KINERJA USAHA KECIL AGROINDUSTRI MAKANAN DAN …repository.fe.unjani.ac.id/pdf/2_KINERJA_USAHA_KECIL_AGROINDUSTRI... · Ini memberikan peluang bagi pengusaha produk-produk agro

Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39

24

Survai dilakukan dengan cara mengumpulkan fakta melalui bertanya kepada

orang-orang atau subjek sebagai sumber informasi untuk menghimpun fakta-fakta yang

langsung dari sumber primer mengenai Kinerja.

Karena aplikasi survai tersebut untuk mendeskripsikan/menjelaskan

karakteristik anggota populasi di lapangan, maka jenis survai yang digunakan adalah

survai eksplanatory. Survai eksplanatory adalah metode penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui karakteristik variabel dengan meneliti sejumlah sampel.

Data yang dikumpulkan berasal dari data primer dan sekunder. Untuk mengukur

Kinerja, dikumpulkan dengan menggunakan alat ukur berupa “kuesioner”. Kuesioner

yang dikembangkan menggunakan jenis teknik pengembangan alat ukur “skala

Numerik lima”, dengan skala ordinal. Penyebaran kuesioner diberikan kepada pimpinan

yang merangkap pemilik atau pengelola sesuai dengan karakteristik usaha kecil. Sumber

data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari

studi literatur, jurnal-jurnal ilmiah, majalah ilmiah, makalah seminar, dokumen

perusahaan, dokumen institusi terkait di antaranya Pemda, Kadin Jabar, Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat, Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Agro Provinsi Jawa Barat dan Dinas KUKM Propinsi Jawa Barat.

Teknik Pengumpulan Data

Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability

sampling. Population target dalam penelitian ini adalah usaha kecil agroindustri

makanan dan minuman di Jawa Barat. Menurut data Dinas Indag Agro menyebutkan,

dalam kurun waktu 2007, sebaran industri agro di Jabar terbesar ada di Ciamis (7,3 %),

Garut (6,2%), Kabupaten Sukabumi (5%), Tasikmalaya (4,9%), Majalengka (4,8%),

Cianjur (4,4%), dan Kabupaten Bandung (4%).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cluster random sampling.

Area sampling di Provinsi Jawa Barat, terdiri dari 25 kota atau kabupaten. Ukuran

sampel yang diambil menurut Schumacker dan Lomax (1996:20) dalam Hair (1998)

adalah sekitar 100-150 subjek untuk ukuran sampel minimum atau 1:5 antara jumlah

item (indikator), sedangkan menurut Kelloway, 1998; Marsh et al, dalam Bahrudin &

Tobing, (2003:68) banyaknya variabel 3-10 ukuran sampel minimal 200.

Selanjutnya karena dalam penelitian ini hanya usaha kecil saja, maka berdasarkan

data Dinas Indag Agro, dalam kurun waktu tahun 2007, usaha kecil terdiri dari 16.446

usaha. Menurut golongan industri, bahwa hampir “sepertiga“ bagian dari seluruh

industri kecil bergerak pada kelompok usaha industri makanan, minuman dan tembakau

(Mudrajat, 2008).

Berdasarkan pendapat ahli tersebut yang merupakan acuan untuk syarat sampel

yang digunakan, sampel yang dipilih sebanyak 267 unit usaha kecil agroindustri

makanan dan minuman dengan teknik Two Stage Cluster Sampling. Daerah yang

Page 5: KINERJA USAHA KECIL AGROINDUSTRI MAKANAN DAN …repository.fe.unjani.ac.id/pdf/2_KINERJA_USAHA_KECIL_AGROINDUSTRI... · Ini memberikan peluang bagi pengusaha produk-produk agro

Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat

25

tingkatannya lebih besar dibagi dalam daerah atau wilayah yang lebih kecil. Jawa Barat

yang terbagi ke dalam 26 kota/kabupaten, kemudian dipilih secara random 7 kota/

kabupaten. Penyebaran ketujuh kota/kabupaten, yaitu Ciamis, Garut, Sukabumi,

Tasikmalaya, Majalengka, Cianjur, dan Bandung.

Metode pengumpulan data yang diterapkan, termasuk ke dalam survai self

administered interview yaitu teknik wawancara yang diawali dengan wawancara face-

to-face, kemudian responden diminta mengisi sendiri kuesioner, dan metode drop-0ff

questionaire yaitu cara menyebar kuesioner yang pertama-tama petugas mengadakan

wawancara terbatas meliputi penjelasan maksud dan tujuan studi kepada responden, lalu

mereka mengisinya sendiri dan pada waktu berikutnya petugas mengumpulkan

kuesioner tersebut atau responden dapat mengembalikannya.(Sugiama, 2008:152).

Metode Analisis

Data yang terkumpul dari hasil penyebaran kuesioner dan pengumpulan data

sekunder dilakukan dalam 4 langkah yaitu coding, editing, processing data, dan

selanjutnya menganalisis data. Analisis data deskriptif dalam penelitian ini,

menggunakan kategori interval. Pada analisis deskriptif ini dilakukan dengan

menganalisis nilai rata-rata, frekuensi, dan median.

TINJAUAN PUSTAKA

Kinerja

Stoner (1995), mengemukakan bahwa kinerja adalah fungsi dari motivasi,

kecakapan, dan persepsi peranan. Sedangkan Bernardin and Russel (1993: 379)

mendefinisikan kinerja adalah ”Performance is the record of outcome prodused on a

specified job function or activity during a specified time periode”.

Prawiro Suntoro dalam Pabundu (2006: 121), mengemukakan bahwa kinerja

adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi pada periode waktu tertentu.

Menurut Gibson (2003), kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam

melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan

baik.

Sedangkan prestasi kerja merupakan hasil kerja yang diperoleh dalam

melaksanakan tugas yang dibebankan pada seseorang. Pengertian Prestasi Kerja dapat

digunakan untuk menilai suatu organisasi atau perusahaan atau unit dan divisi dalam

perusahaan. Untuk menentukan kinerja organisasi atau perusahaan maka dilakukanlah

penilaian kinerja. Tujuan penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personel dalam

mencapai sasaran organisasi dan untuk menilai kepatuhan terhadap standar yang telah

ditetapkan sebelumnya, agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.

Page 6: KINERJA USAHA KECIL AGROINDUSTRI MAKANAN DAN …repository.fe.unjani.ac.id/pdf/2_KINERJA_USAHA_KECIL_AGROINDUSTRI... · Ini memberikan peluang bagi pengusaha produk-produk agro

Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39

26

Pengukuran kinerja merupakan suatu proses mengkuantifikasikan secara akurat

dan valid tingkat efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan yang telah terealisasi dan

membandingkannya dengan tingkat prestasi yang direncanakan. Efektivitas adalah

tingkat pencapaian tujuan, sedangkan efisiensi menunjukkan seberapa ekonomis

pemanfaatan sumberdaya untuk mencapai tujuan.

Terdapat beberapa fungsi kegiatan yang terkait dengan kinerja perusahaan, yaitu

strategi perusahaan, pemasaran, operasional, sumberdaya manusia, dan keuangan.

Beberapa hal penting dalam sumberdaya manusia yang perlu dievaluasi antara lain

mengenai produktivitas kerja, motivasi kerja, kepuasan kerja, pelatihan dan

pengembangan, serta kepemimpinan. Dilihat dari sisi keuangan menurut J.D. Martin

dalam Pabundu (2006), bidang studi keuangan yang semula bersifat deskriptif dengan

penekanan pada merger, dan cara-cara meningkatkan modal, telah berkembang menjadi

studi komprehensif yang mempelajari semua aspek pencarian dan penggunaan dana

secara efisien. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Husein Umar, bahwa tujuan

mengevaluasi bisnis dari aspek keuangan adalah mengetahui apakah realisasi investasi

telah sesuai dengan yang diharapkan. Analisisnya dapat ditinjau dari laba dengan

membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, ketersediaan dana, biaya modal,

kemampuan proyek untuk membayar utang dan menilai apakah proyek akan

berkembang.

Dua metode untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu sebagai berikut:

1. Metode UCLA

Seperti yang dikemukakan oleh Alkin dalam Pabundu (2006: 124), evaluasi kinerja

perusahaan terbagi ke dalam lima macam, yaitu:

a.Sistem assesment, yaitu evaluasi yang memberikan informasi tentang keadaan atau

posisi terakhir dari seluruh elemen program promosi yang tengah diselesaikan.

b.Program planning, yaitu evaluasi yang membantu penilaian aktivitas-aktivitas dalam

program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhannya.

c.Program implementation, yaitu evaluasi yang menyiapkan informasi apakah program

sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang direncanakan.

d. Program improvement, yaitu evaluasi yang memberikan informasi tentang bagaimana

program berfungsi, bagaimana program bekerja, bagaimana mengantisipasi masalah-

masalah yang mungkin dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan.

e.Program certification, yaitu evaluasi yang memberikan informasi mengenai nilai-nilai

atau manfaat program

2. Metode Balanced – Scorecard

Metode ini dikemukakan oleh Kaplan dan Norton (1996:24), dalam mengukur

kinerja perusahaan. Balanced berarti keseimbangan, sedangkan scorecard adalah kartu

yang dapat dipakai untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang atau kelompok. Jadi

Page 7: KINERJA USAHA KECIL AGROINDUSTRI MAKANAN DAN …repository.fe.unjani.ac.id/pdf/2_KINERJA_USAHA_KECIL_AGROINDUSTRI... · Ini memberikan peluang bagi pengusaha produk-produk agro

Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat

27

balanced scorecard adalah metode untuk mengukur kinerja seseorang atau

kelompok/organisasi dengan menggunakan kartu untuk mencatat skor hasil-hasil

kinerja. Balanced scorecard merupakan ide untuk menyeimbangkan aspek keuangan

dan nonkeuangan serta aspek internal dan eksternal perusahaan. Melalui balanced

scorecard mengukur kinerja dengan mempertimbangkan empat aspek atau perspektif,

yaitu perspektif keuangan, konsumen, proses bisnis internal, dan proses belajar dan

berkembang yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Persepektif Keuangan, pengukuran kinerja keuangan mengarah kepada perbaikan,

perencanaan, implementasi, dan pelaksanaan strategis. Menurut kaplan dan Norton

(1996), sasaran keuangan berbeda pada tiap tahap dari siklus kehidupan bisnis.

Tahapan tersebut terdiri dari tahap pertumbuhan, tahap bertahan, dan tahap panen

b. Perspektif Pelanggan, untuk memuaskan pelanggan, perusahaan perlu menciptakan

dan menyajikan suatu produk dan jasa yang bernilai lebih bagi konsumen. Untuk

mengukur perspektif konsumen/pelanggan digunakan dua cara:

1.kelompok pengukuran inti yakni mengukur tingkat kepuasan, loyalitas, keterikatan,

akuisisi konsumen dari pasar yang ditargetkan dan profitabilitas pelanggan atau

tingkat keuntungan yang diperoleh dari target pasar yang dilayani.

2.Preposisi nilai pelanggan merupakan kinerja pemicu yang menyangkut apa yang

harus disajikan perusahaan untuk mencapai tingkat kepuasan, loyalitas, retensi, dan

akuisisi konsumen tinggi.

c. Perspektif Proses Bisnis Internal

Proses ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu inovasi, operasi, dan layanan purnajual.

1.Inovasi, merupakan tahap penelitian dan pengembangan produk. Inovasi diukur

berdasarkan kriteria sebagai berikut:

a.Banyaknya produk-produk baru yang dihasilkan

b.Besarnya penjualan produk-produk baru

c.Lamanya waktu pengembangan dan menjual produk-produk baru jika

dibandingkan dengan pesaing

d.Besarnya biaya produk-produk baru

e.Frekuensi selama proses pengembangan produk-produk baru

2.Operasi, merupakan tahapan untuk memenuhi keinginan pelanggan dan transaksi

jual beli dengan pelanggan. Diukur dengan kriteria sebagai berikut:

a.Tingkat kerusakan produk prapenjualan

b.Banyaknya bahan baku yang terbuang sia-sia

c.Adanya pengerjaan ulang produk karena kerusakan

d.Banyaknya permintaan pelanggan tidak terpenuhi

e.Penyimpangan biaya produksi dari anggaran yang sebenarnya.

Page 8: KINERJA USAHA KECIL AGROINDUSTRI MAKANAN DAN …repository.fe.unjani.ac.id/pdf/2_KINERJA_USAHA_KECIL_AGROINDUSTRI... · Ini memberikan peluang bagi pengusaha produk-produk agro

Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39

28

3.Layanan Purnajual, merupakan layanan transaksi jual beli produk/jasa seperti

layanan pemeliharaan produk, penggantian suku cadang, perbaikan kerusakan, dan

sebagainya. Layanan purnajual dapat diukur dengan kriteria sebagai berikut:

a.Jangka waktu untuk memenuhi permintaan pemeliharaan produk

b.Perbaikan kerusakan atau penggantian suku cadang pelanggan

c.kecepatan pelayanan dan banyaknya pelanggan yang dilayani

d.Jangka waktu perolehan pembayaran bagi pelanggan yang mencicil

e.Kadar limbah berbau/beracun.

d. Perspektif Proses belajar dan Berkembang

Kinerja ini bertujuan mendorong pembelajaran dan pertumbuhan organisasi, yang

dapat diukur melalui kriteria sebagai berikut:

1. kemampuan pegawai mencakup tingkat kepuasan pegawai, tingkat perputaran

pegawai, besarnya pendapatan perusahaan per pegawai, nilai tambah pegawai, dan

tingkat pengembalian balas jasa.

2. kemampuan sistem informasi meliputi, ketersediaan informasi yang dibutuhkan,

tingkat ketepatan informasi yang tersedia, dan jangka waktu perolehan informasi.

3. Motivasi, pemberdayaan dan keserasian individu perusahaan. Tolok ukurnya,

jumlah saran pegawai, jumlah saran yang direalisasikan, jumlah saran yang berhasil

guna, dan jumlah pegawai yang tahu visi, misi, dan tujuan perusahaan.

Lingkungan bisnis yang stabil dan persaingan yang tidak signifikan, kinerja

perusahaan berupa penciptaan kekayaan dalam jumlah memadai. Dalam lingkungan

bisnis yang kompetitif, untuk dapat bertahan hidup dan tumbuh, penciptaan kekayaan

yang memadai tidak cukup sebagai kinerja perusahaan. Organisasi perusahaan harus

mampu melipatgandakan kekayaan dalam lingkungan bisnis yang kompetitif

(Mulyadi,2001:293-294).

Mulyadi (2001:253) menjelaskan manfaat penilaian kinerja oleh organisasi,yaitu:

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian

personel secara maximum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penghargaan personel

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan personel dan untuk

menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan personel.

4. Menyediakan suatu dasar untuk mendistribusikan penghargaan.

Kinerja keuangan merupakan prestasi keuangan yang dicapai perusahaan dalam

suatu periode tertentu. Indikator keuangan dapat digunakan sebagai referensi untuk

pengukuran kinerja keuangan perusahaan bergantung pada posisi perusahaan di daur

hidup bisnisnya (business life cycle).

Dalam studi kewirausahaan di sektor informal, Morris, Pitt, dan Berthon (1996)

tidak sekedar menggunakan kondisi bisnis saat ini sebagai indikator kinerja wirausaha,

tetapi juga prediksi kondisi wirausaha di masa mendatang. Mengukur kinerja saat ini

Page 9: KINERJA USAHA KECIL AGROINDUSTRI MAKANAN DAN …repository.fe.unjani.ac.id/pdf/2_KINERJA_USAHA_KECIL_AGROINDUSTRI... · Ini memberikan peluang bagi pengusaha produk-produk agro

Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat

29

Market in which firm operate

Financial Performance

Entrepreneur’s Characteristics

Entrepreneur objectives

Managerial Practice

mereka menggunakan indikator jumlah karyawan, turnover bulanan, dan kinerja bisnis

secara keseluruhan. Sedangkan kinerja kedepan sebagai prediksi kinerja wirausaha di

masa depan meliputi keadaan bisnis tiga tahun kedepan, kesempatan bisnis baru di masa

depan, niat untuk mencari tambahan pembiayaan bisnis, serta berhenti berbisnis jika

mendapat pekerjaan tetap.

Dalam menjelaskan bagaimana proses pencapaian tujuan di bisnis wirausaha kecil,

Glancey dan Pettigrew (1977) membangun model konseptual seperti pada gambar 1.

Model tersebut menunjukkan bahwa pencapaian tujuan organisasi yang merupakan

kinerja suatu bisnis dipengaruhi oleh karakteristik wirausaha, lingkungan dimana usaha

berada, praktek manajemen, serta kinerja keuangan bisnis. Model tersebut menjelaskan

bahwa kinerja keuangan suatu bisnis bukan merupakan tujuan tetapi sebagai alat untuk

mencapai tujuan. Hal tersebut, sesuai dengan pendapat Osborne (1995) bahwa esensi

dari keberhasilan wirausaha ditentukan oleh strategi dan kreativitas yang digunakan

terhadap lingkungan bisnisnya. Model tersebut juga menunjukkan bahwa dari unsur

karakteristik wirausaha merupakan suatu unsur yang sangat menentukan tercapainya

tujuan. Hal ini dikarenakan karakteristik yang dimiliki oleh seorang wirausaha secara

langsung maupun tidak langsung mempengaruhi faktor-faktor lainnya.

Gambar 1. Model kinerja Bisnis Kecil

Sumber: Glancey dan Pettigrew (1977)

Berdasarkan uraian dari pendapat tersebut di atas dapat dikaji bahwa

keberhasilan wirausaha dapat diukur dari kinerja kondisi saat ini maupun kinerjanya di

Page 10: KINERJA USAHA KECIL AGROINDUSTRI MAKANAN DAN …repository.fe.unjani.ac.id/pdf/2_KINERJA_USAHA_KECIL_AGROINDUSTRI... · Ini memberikan peluang bagi pengusaha produk-produk agro

Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39

30

masa depan. Kinerja saat ini diukur dengan pencapaian-pencapaian indikator bisnis

dilihat dari jumlah karyawan, turnover bulanan, maupun jumlah investasi yang

dilakukan. Sedangkan pengembangan di masa datang merupakan potensi kinerja di

masa depan, yaitu seberapa berhasilnya suatu wirausaha di masa depan. Dari kajian

pustaka menunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kinerja wirausaha.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Daerah Jawa Barat sebagai salah satu sentra produksi industri kecil menengah

(IKM) agro makanan olahan, yang terdukung budaya dan potensi ekonomi daerahnya

selaku sentra agrobisnis nasional. Hal Ini memberikan peluang bagi pengusaha produk-

produk agro daerahnya untuk lebih berdaya jual, mulai dari sayuran dan tanaman

pangan, peternakan, perikanan, sampai perkebunan, dengan cara bisnis dalam bentuk

produk olahan. Produk agro Jawa Barat terus menggeliat. Sektor hilir, khususnya IKM

yang bergerak pada makanan olahan, kini menjadi pusat perhatian karena memberikan

nilai tambah yang sangat besar untuk pengusahaan produk.

Banyak pengusaha IKM agro makanan olahan memanfaatkan kesempatan, dengan

membuka sejumlah gerai, dan memperoleh peningkatan pesanan dari pasar modern, dll.

Sejumlah produk agro asal Jabar, mulai dari buah-buahan dan sayuran, produk pangan,

perikanan, sampai peternakan, yang sudah diolah menjadi keripik, dendeng, opak,

dodol, selai, manisan, jus, permen, kecap, kerupuk, tempe dan tahu, dll.

"Perkembangan produk agro makanan olahan di Jabar terindikasi akan terus

berkembang keragamannya. Saat ini saja sudah ada 2.500 jenis yang terdaftar. Sifat

orang Jabar yang senang ngulik, menjadi salah satu faktor terus berkembangnya produk

olahan berbasis agro, yang selama ini selalu mengundang daya tarik konsumen.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2007, penyerapan tenaga kerja

industri dan perdagangan agro mampu menyerap 24,6 persen total tenaga kerja bidang

industri dan perdagangan. Apalagi, dilihat dari pertumbuhan ekonomi Jabar tahun 2006,

sektor industri tumbuh 8,7 persen, perdagangan 7,1 persen, namun pertanian turun 0,6

persen.

Provinsi Jawa Barat terdiri atas 17 kabupaten dan 9 kota yaitu kabupaten

Bandung, kabupaten Bandung Barat, kabupaten Bekasi, kabupaten Bogor, kabupaten

Ciamis, kabupaten Cianjur, kabupaten Cirebon, kabupaten Garut, kabupaten Indramayu,

kabupaten Karawang, kabupaten Kuningan, kabupaten Majalengka, kabupaten

Purwakarta, kabupaten Subang, kabupaten Sukabumi, kabupaten Sumedang, kabupaten

Tasikmalaya, kota Bandung, kota Banjar, kota Bekasi, kota Bogor, kota Cimahi, kota

Cirebon, kota Depok, kota Sukabumi, dan kota Tasikmalaya.

Selanjutnya dapat diketahui kelompok usaha berdasarkan jenisnya, aspek

organisasi, aspek produksi, permasalahan yang dihadapi dalam menjalankan usahanya,

dan karakteristik pengusaha kecil.

Page 11: KINERJA USAHA KECIL AGROINDUSTRI MAKANAN DAN …repository.fe.unjani.ac.id/pdf/2_KINERJA_USAHA_KECIL_AGROINDUSTRI... · Ini memberikan peluang bagi pengusaha produk-produk agro

Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat

31

Tabel 1 Pengelompokkan Usaha Kecil Berdasarkan Jenis Makanan dan Minuman

yang Dihasilkan No. Pengelompokkan Jenis

Usaha

Frekuensi Persentase (%)

1 Kue, dodol, sale pisang 91 34,1

2 Kripik-kripik 87 32,6

3 Tahu, tempe, tauco 37 13,9

4 Minuman 26 9,7

5 Abon, telor asin 14 5,2

6 Baso tahu, batagor, baso, 12 4,5

JUMLAH 267 100

Sumber: Hasil pengolahan kuesioner Penelitian

Apabila dilihat berdasarkan pengelompokkan jenis produk yang dihasilkan

usaha kecil makanan dan minuman, nampaknya lebih didominasi oleh usaha kecil

makanan. Sebesar 90,3% pengusaha kecil menghasilkan makanan dibandingkan

minuman. Hal ini terjadi karena kreativitas untuk varian makanan lebih banyak dari

pada minuman, yang didukung juga oleh ketersediaan sumber bahan baku dalam

melakukan proses produksinya.

Berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada responden, maka diperoleh data

mengenai karakteristik responden dalam hal ini adalah pengusaha atau pimpinan usaha

kecil agroindustri makanan dan minuman di Jawa Barat. Adapun untuk mengetahui

karakteristiknya lebih rinci, dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.

Tabel 2 Aspek Organisasi Usaha Kecil dilihat dari Lama Usaha, Struktur

Organisasi, dan Pembukuan No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 Lamanya Usaha

1- 4 tahun 49 18,5

5 - 10 tahun 103 38,5

11-20 Tahun 80 30,0

>20 tahun 35 13,0

Jumlah 267 100

2 Struktur Organisasi

Mempunyai Struktur Organisasi 84

31,4

Tidak Mempunyai Struktur Organisasi 183

68,6

Jumlah 267 100

3 Pembukuan Usaha

Pembukuan secara Lengkap 23 8,4

Pembukuan Tidak Lengkap 74 27,6

Page 12: KINERJA USAHA KECIL AGROINDUSTRI MAKANAN DAN …repository.fe.unjani.ac.id/pdf/2_KINERJA_USAHA_KECIL_AGROINDUSTRI... · Ini memberikan peluang bagi pengusaha produk-produk agro

Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39

32

Pembukuan sederhana 77 29

Tidak Dibuat Pembukuan 93 35

Jumlah 267 100

Sumber: Hasil pengolahan kuesioner Penelitian

Berdasarkan aspek organisasi yang dilihat dari lamanya usaha, struktur

organisasi, dan pembukuan seperti pada Tabel 2 di atas, lamanya usaha yang dilakukan

pengusaha sebagian besar antara 5 – 10 tahun yang menunjukkan bahwa kebanyakan

pengusaha makanan dan minuman agroindustri di Jawa Barat cukup lama

berpengalaman dalam mengelola usahanya. Hal tersebut menunjukkan pula ketahanan

dari usaha yang dijalankannya dalam menghadapi berbagai tantangan persaingan usaha.

Mengenai struktur organisasi, sebagian besar pengusaha (68,6%) masih belum

mempunyai struktur organisasi. Hal tersebut menunjukkan kesederhanaanya dalam

mengelola usaha kecil sesuai dengan karakteristik usaha kecil yang disampaikan

Mudrajat (2008), tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi

dan operasi. Kebanyakan industri kecil dikelola oleh perorangan yang merangkap

sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta memanfaatkan tenaga kerja dari

keluarga dan kerabat dekatnya.

Pembukuan juga menjadi perhatian yang cukup penting karena sekitar 35 persen

usaha kecil belum melakukan pembukuan, meskipun sudah ada yang melakukan

pembukuan secara sederhana sebesar 29 persen, serta pembukuan sederhana secara

lengkap sebesar 23 persen.

Tabel 3 Aspek Produksi Usaha Kecil Dilihat dari Bahan Baku, Teknologi Produksi

dan Pemasaran Produknya

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 Asal Bahan Baku

Dari dalam Kota/Kabupaten 231 86,5

Dari Luar Kota/Kabupaten 36 13,5

Jumlah 267 100

2 Teknologi Produksi

Peralatan Moderen 36 13,5

Peralatan Semi Moderen 87 32,7

Peralatan Tradisional 144 53,8

Jumlah 267 100

3 Pemasaran Produk

Daerah Setempat 181 74,5

Dalam Negeri 59 24,3

Luar Negeri 3 1,2

Jumlah 267 100

Sumber: Hasil pengolahan kuesioner Penelitian

Page 13: KINERJA USAHA KECIL AGROINDUSTRI MAKANAN DAN …repository.fe.unjani.ac.id/pdf/2_KINERJA_USAHA_KECIL_AGROINDUSTRI... · Ini memberikan peluang bagi pengusaha produk-produk agro

Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat

33

Aspek produksi yang meliputi aspek bahan baku, teknologi dan pemasaran yang

digunakan seperti yang terlihat pada Tabel 3, bahwa asal bahan baku yang digunakan

responden lebih banyak berasal dari dalam kota/kabupaten, meskipun ada juga yang

memanfaatkan bahan bakunya dari luar kota. Hal tersebut menunjukkan sebagai potensi

yang dominan bagi pengusaha dalam melakukan usahanya, karena bahan baku bisa

diperoleh dengan mudah dari masing-masing daerahnya sebagai sumber daya.

Dilihat dari teknologi yang digunakan lebih banyak responden yang masih

menggunakan peralatan tradisional, yang sudah menggunakan peralatan moderen masih

sedikit tetapi seiring dengan perkembangan permintaan sebanyak (32,7%), yang

menggunakan peralatan semi moderen. Hal tersebut berarti dengan semakin

meningkatnya permintaan yang mengiringi perkembangan teknologi, maka secara

bertahap mengikuti perkembangan kemajuan teknologi. Tetapi meskipun peralatan yang

digunakan masih tradisional tidak selalu berarti bahwa produk yang dihasilkan

kualitasnya rendah, terkadang untuk usaha kecil makanan dan minuman hal tersebut

menunjukkan keunikannya.

Dalam hal pemasaran sudah ada beberapa pengusaha yang memasarkan

produknya sampai ke Luar negeri (ekspor) seperti minuman bandrek, bajigur, sari

kelapa dan galendo, walaupun masih sangat sedikit responden yang mampu

melakukannya. Jangkauan Pemasaran masih mendominasi pasar lokal daerah setempat

dan cukup banyak juga yang sudah mencapai pasar di kota-kota provinsi Jawa Barat dan

ke provinsi lain .

Permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha kecil makanan dan minuman

berdasarkan hasil pengolahan kuesioner, yang paling utama adalah masalah

permodalan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Mudrajat (2008), bahwa salah satu

karakteristik usaha kecil yaitu, rendahnya akses terhadap lembaga-lembaga kredit

formal sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal

sendiri atau sumber-sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan

rentenir. Teknologi termasuk dalam permasalahan yang perlu dipertimbangkan

misalnya, teknologi dalam pengemasan yang dapat menjadi daya tarik dalam

memasarkan produk. Hal ini menjadi kelemahan bagi pengusaha kecil dalam

menghadapi persaingan pasar karena kemasan tidak hanya berhubungan dengan daya

tarik bagi konsumen tetapi juga dengan kualitas ketahanan produk yang dipasarkan

yang sering kali menjadi kendala bagi pengusaha kecil.

Tabel 4 Permasalahan yang Dihadapi dalam Menjalankan Usaha No. Permasalahan yang Dirasakan

selama Menjalankan Usaha

Frekuensi Persentase (%)

1 Pemasaran 50 18,7

2 Sumber Bahan Baku 21 7,9

3 Produksi 20 7,5

4 Teknologi 34 12,7

5 Tenaga Kerja 14 5,2

Page 14: KINERJA USAHA KECIL AGROINDUSTRI MAKANAN DAN …repository.fe.unjani.ac.id/pdf/2_KINERJA_USAHA_KECIL_AGROINDUSTRI... · Ini memberikan peluang bagi pengusaha produk-produk agro

Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39

34

6 Permodalan 76 28,5

7 Administrasi 23 8,6

8 Manajemen 29 10,9

JUMLAH 267 100

Sumber: Hasil Pengolahan kuesioner Penelitian

Permasalahan lain yaitu manajemen, administrasi, sumber bahan baku, produksi

dan tenaga kerja. Pengelolaan perusahaan yang biasanya terjadi hanya dilakukan secara

sederhana tanpa memperhatikan efektivitas dan efisiensi dari kegiatan usahanya yang

hanya berorientasi pada keuntungan saja, sehingga keuntungannya-pun diperoleh tidak

secara maksimal. Demikian pula halnya administrasi yang dilakukan tanpa pencatatan

yang berarti misalnya digunakan untuk persyaratan dalam pengajuan dana pinjaman.

Pemahaman yang kurang terhadap bagaimana mengelola perusahaan yang baik,

keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki pengusaha sehingga menjadi

kendala dalam mencermati permasalahan yang terjadi di bagian produksi dan tenaga

kerja.

Tabel 5 Karakteristik Pengusaha Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

Formal & Nonformal, serta Status Kepemilikan Usaha No. Kategori Frekuensi Persentase

(%)

1 Pendidikan Formal

Tamat SD 82 30,7

Tamat SLTP/SMP 57 21,3

Tamat SLTA/SMA 108 40,5

Tamat PT 20 7,5

Jumlah 267 100

2 Pendidikan

Nonformal

Mengikuti Pelatihan 158 59,2

Belum pernah

mengikuti pelatihan

109 40,8

Jumlah 267 100

3 Status Kepemilikan

Perusahaan

Milik Sendiri 188 70,4

Milik Bersama 25 9,4

Patungan - -

Keluarga 54 20,2

Jumlah 267 100

Sumber: Hasil pengolahan kuesioner Penelitian

Berdasarkan Tabel 5 diketahui latar belakang tingkat pendidikan responden

sebagian besar SLTA. Untuk yang latar belakang pendidikan PT (sarjana) hanya 20

orang atau 7,5%. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa latar belakang usaha kecil masih

rendah, begitu pula dengan status kepemilikan usaha dominan milik sendiri.

Page 15: KINERJA USAHA KECIL AGROINDUSTRI MAKANAN DAN …repository.fe.unjani.ac.id/pdf/2_KINERJA_USAHA_KECIL_AGROINDUSTRI... · Ini memberikan peluang bagi pengusaha produk-produk agro

Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat

35

Dalam penelitian ini kinerja usaha kecil dilihat dari dimensi kinerja nonkeuangan

dan dimensi kinerja keuangan. Pengukuran kinerja usaha didasarkan pada

keseimbangan antara kedua sasaran tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Siropolis

(1994; 392), ” Entrepreneur have two kinds of goods: Financial goals (such as return

on sales and return on investment), and non financial goals (such as psychic

satisfaction and total quality management).”

Dimensi Nonkeuangan

Menurut Gibson (2003), kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam

melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan

baik. Dari hasil kuesioner mengenai kreasi produk baru yang dihasilkan, responden

sangat bervariasi dalam melakukan kreasi produk. Artinya usaha kecil sudah ada yang

berupaya melakukan pengembangan produk untuk bisa mempertahankan usahanya

dalam kondisi yang survive untuk menghadapi persaingan, hal tersebut sesuai dengan

yang dikemukakan Zimmerer (2003) untuk memperluas karakteristik sikap dan perilaku

usaha yang berhasil perlu Creativity and flexibility, yaitu berdaya cipta dan luwes. Salah

satu kunci penting adalah kemampuan untuk menghadapi perubahan permintaan.

Kekakuan dalam menghadapi perubahan ekonomi dunia yang serba cepat seringkali

membawa kegagalan. Kemampuan untuk menanggapi perubahan yang cepat fleksibel

tentu saja memerlukan kreativitas yang tinggi.

Meskipun demikian masih terdapat usaha kecil yang jarang melakukan kreasi

produk. Berarti belum tumbuhnya kesadaran para pengusaha untuk melakukan kreasi

produk. Hal tersebut terjadi karena keterbatasan kemampuan untuk bisa menuangkan

ide kreatif dari pengusahanya maupun karyawannya. Berdasarkan hasil penyebaran

kuesioner mengenai seringnya melakukan proses kreasi pengembangan produk,

pengusaha kecil cenderung jarang melakukan pengembangan produk baru. Namun

demikian sebagian kecil, ada juga yang sering melakukan proses pengembangan produk

baru. Hal ini menunjukkan bahwa kreativitas dan inovasi produk baru hanya dilakukan

oleh sebagian pengusaha kecil saja yang disebabkan keterbatasan dana yang dimiliki,

sehingga tidak bisa leluasa melakukan perubahan atau ekspansi pengembangan

produknya.

Hasil penyebaran kuesioner mengenai kreasi menambah kegunaan produk

dibandingkan produk pesaing, dapat disimpulkan bahwa karena selain tidak tersedianya

dana untuk melakukannya juga karena kurangnya tenaga kerja yang profesional yng

mendukung untuk melakukan perubahan tersebut. Namun sebagian kecil pengusaha,

sering melakukan kreasi produk untuk menambah kegunaan. Berarti sudah terbentuk

pemahaman pentingnya menciptakan produk yang memiliki keunikan sehingga bisa

unggul dalam menghadapi pesaing.

Page 16: KINERJA USAHA KECIL AGROINDUSTRI MAKANAN DAN …repository.fe.unjani.ac.id/pdf/2_KINERJA_USAHA_KECIL_AGROINDUSTRI... · Ini memberikan peluang bagi pengusaha produk-produk agro

Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39

36

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner, tentang penilaian yang dilakukan

terhadap pengalaman karyawan. Sebagian besar pengusaha kecil sering melakukan

penilaian terhadap pengalaman karyawan. Namun cenderung tidak pernah melakukan

penilaian pada sebagian pengusaha kecil.

Berdasarkan pernyataan penilaian terhadap pengetahuan karyawan, sebagian

besar pengusaha kecil jarang melakukan penilaian terhadap pengetahuan karyawan,

karena kurangnya pemahaman tentang pentingnya hal tersebut dilakukan. Namun selalu

melakukan penilaian terhadap pengetahuan karyawan pada sebagian usaha kecil, yang

sudah pernah mengikuti program pelatihan yang ditawarkan pemerintah atau sponsor

lainnya dalam upaya utuk meningkatkan keterampilan bagi karyawannya.

Selanjutnya dalam upaya meningkatkan kedisiplinan karyawan tingkat

kehadiran karyawan sudah diperhatikan, Hal ini terlihat dari sebagian besar pengusaha

kecil yang menyatakan kadang-kadang memberlakukan aturan yang ketat terhadap

kehadiran karyawan, hal tersebut tercermin sebagai bentuk keuletan dalam melakukan

suatu pekerjaan yang merupakan salah satu ciri kedisiplinan menjadi seorang karyawan.

Artinya bahwa perhatian terhadap tingkat kehadiran karyawan pada usaha kecil

agroindustri makanan dan minuman di Jawa Barat masih belum menjadi perhatian yang

utama dalam menilai kinerja pegawai. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tingkat

kedisiplinan karyawan masih belum diberlakukan secara ketat sebagai akibat perilaku

kepemimpinan yang banyak memberikan toleransi sebagai wujud pengertian pimpinan

dan pemberian kepercayaan yang terkadang berlebihan. Sehingga berdampak pada

rendahnya kedisiplinan karyawan pada usaha kecil.

Kinerja Keuangan

Berdasarkan pernyataan pengusaha kecil, bahwa sebagian besar nilai jual

produknya berada pada kisaran antara Rp 10 juta s/d Rp 25 juta. Namun cukup banyak

juga yang penjualannya berada di atas Rp 60 juta. Artinya bahwa sebagian besar usaha

kecil masih berada pada posisi omzet yang rendah, hal tersebut diakibatkan karena

keterbatasan modal yang dimiliki dan kurangnya kemampuan pengetahuan dalam

bidang pemasaran serta kurangnya jaringan untuk memperluas pemasaran produknya.

Namun demikian sudah ada sebagian usaha kecil yang sudah mampu dalam melakukan

pemasaran produknya sampai ke luar negeri sehingga omzetnya pun sudah tinggi.

Keuntungan bersih yang diperoleh pengusaha kecil sangat bervariasi, namun

sebagian besar menyatakan keuntungan bersihnya di atas Rp 15 juta. Meskipun banyak

juga yang menyatakan keuntungannya masih di bawah Rp 10 juta. Artinya

menunjukkan bahwa sangat bervariatifnya keuntungan yang diperoleh bisa saja

disebabkan karena kurangnya upaya yang dilakukan untuk meningkatkan omzet

penjualan serta keterbatasan dana yang dimiliki sehingga peluang untuk mendapatkan

keuntungan juga kecil.

Page 17: KINERJA USAHA KECIL AGROINDUSTRI MAKANAN DAN …repository.fe.unjani.ac.id/pdf/2_KINERJA_USAHA_KECIL_AGROINDUSTRI... · Ini memberikan peluang bagi pengusaha produk-produk agro

Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat

37

Nilai aset yang dimiliki pengusaha kecil sangat bervariasi. Hal ini terlihat dari

sebagian besar menyatakan bahwa nilai asetnya di atas Rp 150 juta, sebagian lagi masih

di bawah Rp 100 jutaan. Hal tersebut terjadi karena usaha kecil masih memiliki

keterbatasan modal sehingga tentu saja aset yang dimilikinyapun terbatas. Selanjutnya

bagaimana skor kinerja usaha kecil minuman dan makanan agroindustri Jawa Barat

dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6 Nilai Skor Kinerja Usaha Kecil Makanan dan Minuman Agroindustri

Jawa Barat

No Dimensi Kinerja Usaha

Kecil

Frekuensi jawaban Responden Skor Rata

1 2 3 4 5 Total Skor

1 Kinerja Non Keuangan 285 367 331 263 356 4844 807.3

2 Kinerja Keuangan 119 197 125 150 210 2343 781

Sumber: Hasil Pengolahan Kuesioner Kinerja Usaha

Tujuan penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personel dalam mencapai

sasaran organisasi dan untuk menilai kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan

sebelumnya, agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.

Prawiro Suntoro dalam Pabundu (2006: 121), mengemukakan bahwa kinerja

adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi pada periode waktu tertentu.

Tabel 7 Kategori Dimensi Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan dan

Minuman di Jawa Barat No Dimensi

Kinerja

Pengaruh Selang Tingkat

Pencapaian

Kategori

1 Kinerja Non Keuangan 807.3

665 - 869

Kadang-Kadang

2 Kinerja Keuangan 781

665 - 869

Kadang-Kadang

Apabila memperhatikan Tabel 6 nilai Kinerja Usaha Kecil Makanan dan

Minuman Agroindustri Jawa Barat, mengenai tanggapan responden tentang kinerjanya

menunjukkan skor tertinggi pada dimensi kinerja non keuangan yaitu 4844 dengan rata-

rata 807,3. Artinya pengusaha kecil makanan dan minuman agroindustri di Jawa Barat,

lebih dominan kinerjanya ditunjukkan oleh kinerja nonkeuangan dan berdasarkan Tabel

7 berada pada kategori kadang-kadang. Hal tersebut ditunjukkan dari skor median

tertinggi pada dimensi kinerja nonkeuangan dengan indikator tingkat kreativitas

cenderung masih rendah karena kreasi produk baru dilakukan apabila ada permintaan

dari konsumen dan bila dilihat dari dimensi kinerja keuangan mengindikasikan bahwa

aset usaha masih berada pada kategori sedang, sehingga peluang untuk dapat

Page 18: KINERJA USAHA KECIL AGROINDUSTRI MAKANAN DAN …repository.fe.unjani.ac.id/pdf/2_KINERJA_USAHA_KECIL_AGROINDUSTRI... · Ini memberikan peluang bagi pengusaha produk-produk agro

Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39

38

meningkatkan keuntunganpun rendah. Hal ini juga berarti, bahwa kinerja usaha kecil

masih rendah yang tercermin dari hasil penjualan dan keuntungan yang diperoleh usaha

kecil masih rendah.

KESIMPULAN

Kinerja usaha kecil agroindustri makanan dan minuman di Jawa Barat, cenderung lebih

ditunjukkan oleh kinerja nonkeuangan dan cenderung berada pada kategori kadang-

kadang atau cukup. Hal ini berarti, bahwa kinerja usaha kecil masih rendah dilihat dari

hasil penjualan dan keuntungan yang diperolehnya serta nilai assetnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bachrudin Ahmad & Harapan L. Tobing, 2003. Analisis Data Untuk Penelitian Survei

Dengan Menggunakan Lisrel & Dilengkapi Contoh Kasus, Jurusan Statistika,

FMIPA-Unpad, Bandung.

Gibson, Ivancevich, Donnelly, Konopaske, 2003, Organization: Behavior, Structure,

Processess, Eleventh Edition, The McGraw-Hill Companies, Inc., 1221 Avenue

of the America, New York, NY, 10020

Glancey, Keith dan Malcolm, Pettigrew, 1997, Entrepreneurship in The Hotel Sector,

International Journal of Contemporary Hospitality Management, Vol.9. No.1.

pp. 21-24.

Hair, J.F., Anderson, R.E., Tatham, R.L dan Black, W.C. 1998. Multivariate Data

Analysis. New Jersey, Prantice Hall.

Kaplan, R. and Cooper, R.,1998, Cost & Effect – Using Integrated Cost Systems to

Drive Profitability and Performance, Harvard Business School Press, Boston,

MA.

_____, Robert S, and Norton, David T, 1996, Translating Strategy Into Action The

Balanced Scorecard, Harvard Business School Press Boston. Massachusetts.

Mudrajat, Kuncoro; 2003, Usaha Kecil di Indonesia: Profil, Masalah dan Strategi

Pemberdayaan; Jurnal Ekonomi & Kewirausahaan; Volume II No.1 2003; ISEI

Bandung.

Mulyadi, 2001, Balanced Scorecard Alat Manajemen Kontemporer untuk Pelipatganda

Kinerja Keuangan Perusahaan, Salemba Empat.

Osborne, Richard, 1995, The Essence of Entrepreneurial Success. Management

Decision, Vol.. 33. No.7. pp 4-9.

Page 19: KINERJA USAHA KECIL AGROINDUSTRI MAKANAN DAN …repository.fe.unjani.ac.id/pdf/2_KINERJA_USAHA_KECIL_AGROINDUSTRI... · Ini memberikan peluang bagi pengusaha produk-produk agro

Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat

39

Pabundu Tika, Muh, 2006, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan,

Bumi Aksara.

Stoner, James A.F., Edward Freeman, Daniel R.Gilbert, 1995, Management, Prentice

Hall Inc. Englewood Cliffs., N.J.

Sugiama, A Gima 2008, Metode Riset Bisnis dan Manajemen, Edisi Pertama, Guardaya

Intimarta, Bandung.

Zimmerer, Thomas W and Scarborough, Norman M, 2000, Effective Small Business

Management An Entrepreneurial Approach, Sixth Edition, Prentice Hall

International, Inc.

______,2005, Essentials of Entrepreneurship and Small Business Management, fourth

Edition, Pearson Prentice Hall.

---------, BPS, 2007

-------,Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2006, Makalah

Seminar Nasional Meningkatkan Daya Saing Usaha kecil Dalam Menghadapi

Persaingan Global, Kementerian Koperasi dan UKM RI.

---------, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK bekerjasama dengan PT Nusa

Narakarsa, 2006, Hambatan Usaha Kecil dan Menengah dalam Kegiatan Ekspor,

Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM No.1.

BIODATA PENULIS

Dr. Elis Dwiana Ratnamurni, SE., MP. Dosen Tetap pada Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi Unjani.