40
UPAYA REVITALISASI PERAN SUBAK DALAM PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR (STUDI KASUS : SUBAK LEPANG PESEDAHAN TOYA JINAH, DI DESA LEPANG, KECAMATAN BANJARANGKAN, KABUPATEN KLUNGKUNG, BALI) OLEH: IDA AYU MAS SASMARI BRAHMANI 9906 IDA BAGUS ANANDA BRAMANA PUTRA 9941 HENDRA SETIAWAN 9977 PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SEMARAPURA TAHUN AJARAN 2011/2012

KIR_1-libre

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kir bali

Citation preview

  • UPAYA REVITALISASI PERAN SUBAK DALAM PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR

    (STUDI KASUS : SUBAK LEPANG PESEDAHAN TOYA JINAH, DI DESA LEPANG, KECAMATAN BANJARANGKAN,

    KABUPATEN KLUNGKUNG, BALI)

    OLEH:

    IDA AYU MAS SASMARI BRAHMANI 9906

    IDA BAGUS ANANDA BRAMANA PUTRA 9941

    HENDRA SETIAWAN 9977

    PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA

    SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SEMARAPURA TAHUN AJARAN 2011/2012

  • PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG DINAS PENDIDIKAN

    SMA NEGERI 1 SEMARAPURA Jalan Flamboyan No. 63, Semarapura, Klungkung, Bali Telp. (0366) 21508

    SURAT KETERANGAN 421.7/289/SMAN 1 SMR/Dikpora

    Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SMA Negeri 1 Semarapura, menerangkan bahwa : IDA AYU MAS SASMARI BRAHMANI 9906

    IDA BAGUS ANANDA BRAMANA PUTRA 9941 HENDRA SETIAWAN 9977

    Memang benar siswa SMA Negeri 1 Semarapura yang telah menyusun karya tulis dengan karya ilmiah sendiri dan belum pernah dilombakan

    dalam perlombaan karya tulis ilmiah lainnya, dengan judul : Upaya Revitalisasi Peran Subak dalam Pelestarian Sumber Daya Air (Studi Kasus : Subak Lepang Pesedahan Toya Jinah, di Desa Lepang, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali) Karya tulis tersebut dapat diikutsertakan dalam rangka mengikuti LKTI-L

    (Lomba Karya Tulis Ilmiah Lingkungan) Tingkat Provinsi Bali Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Ganesha. Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

    Semarapura, September 2011

    Kepala SMA Negeri 1 Semarapura

    ( Drs. I Nyoman Mudjarta ) NIP. 19551231 197903 1 137

  • HALAMAN PENGESAHAN

    Judul : Upaya Revitalisasi Peran Subak dalam Pelestarian Sumber Daya Air (Studi Kasus : Subak Lepang Pesedahan Toya Jinah, di Desa Lepang, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali)

    Penulis :

    Ida Ayu Mas Sasmari Brahmani 9906 Ida Bagus Ananda Bramana Putra 9941 Hendra Setiawan 9977

    Semarapura, 15 September 2011

    Guru Pembimbing,

    Ni Wayan Rina Lestari, S.Pd. NIP. 1986 0524 2009 022002

    Mengesahkan,

    Kepala SMA Negeri 1 Semarapura

    Drs. I Nyoman Mudjarta NIP. 19551231 197903 1 137

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan karya ilmiah yang

    berjudul Upaya Revitalisasi Peran Subak dalam Pelestarian Sumber Daya Air (Studi Kasus : Subak Lepang Pesedahan Toya Jinah, di Desa Lepang, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali). Karya ilmiah ini disusun dalam rangka mengikuti LKTI-L (Lomba Karya Tulis Ilmiah Lingkungan) Tingkat Provinsi Bali Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Ganesha.. Karya ilmiah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tepat pada waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami

    menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Drs. I Nyoman Mudjarta, selaku Kepala SMA Negeri 1 Semarapura atas

    bantuan moral dan material yang diberikan. 2. Ni Wayan Rina Lestari S.Pd., selaku pembimbing ekstrakulikuler Karya

    Ilmiah Remaja (KIR) SMA Negeri 1 Semarapura atas bimbingan dalam penyusunan karya tulis ini.

    3. Kedua orang tua kami yang telah memberikan motivasi dan dorongan. 4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

    Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan karya tulis ilmiah ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah yang sederhana ini berguna bagi kita semua.

    Semarapura, September 2011

    Penulis

  • Upaya Revitalisasi Peran Subak dalam Pelestarian Sumber Daya Air (Studi Kasus : Subak Lepang Pesedahan Toya Jinah, di Desa Lepang,

    Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali)

    A B S T R A K S I Ida Ayu Mas Sasmari Brahmani, Ida Bagus Ananda Bramana Putra dan

    Hendra Setiawan, 2011, 18 halaman

    Keberadaan air bagi manusia untuk menunjang hidup dan kehidupannya merupakan sesuatu yang mutlak dibutuhkan dan tak dapat dipungkiri lagi. Namun sejak beberapa dasawarsa terakhir ini keberadaan air sebagai suatu sumber daya sudah mencapai titik kritis yang mengkhawatirkan banyak orang, karena akan sangat mempengaruhi hidup dan kehidupan manusia selanjutnya. Seyogyanya ada cara-cara tradisional atau kearifan lokal ( indigenous knowledge / local wisdom ) dalam pengelolaan sumber daya alam khususnya sumber daya air. Peran budaya lokal dalam menunjang sumber daya air yang berkelanjutan sangat diperlukan, salah satunya adalah melalui program Subak. Faktanya, Subak yang semestinya mampu menjaga kelestarian lingkungan, belum mampu dioptimalkan, bahkan masyarakat cenderung meninggalkan tradisi Subak. Sementara itu, banyak kalangan menghendaki agar subak tetap dipertahankan eksistensinya karena subak sangat diperlukan sebagai alternatif dalam upaya pengelolaan sumber daya air yang ada di Bali. Untuk memaksimalkan kinerja Subak, perlu diadakan reinterpretasi (revitalisasi) terhadap Subak.

    Data yang dipergunakan dalam karya ilmiah ini bersumber dari berbagai litelatur yang relevan dan narasumber yang mendukung topik permasalahan. Dalam penulisan karya ilmiah ini digunakan metode penelitian dan studi pustaka yang relevan dengan kajian serta mendukung analisis pembahasan. Dilanjutkan dengan proses sintesis dengan menghubungkan rumusan masalah, tujuan penulisan, serta pembahasan yang dilakukan dengan sistematis yang logis. Teknik analisis data yang dipilih adalah analisis deskriptif kualitatif dengan tulisan yang bersifat deskriptif. Berikutnya ditarik suatu simpualn yang bersifat umum dan beberapa rekomendasi untuk ditindaklanjuti. Didapatkan bahwa potensi Subak dalam pelestarian sumber daya air dapat dibuktikan dengan keterkaitan antara sistem irigasi Subak dengan pelestarian sumber daya air. Beserta implementasi kegiatan Subak yang dapat dilakukan dalam rangka pelestarian sumber daya air, antara lain melakukan review secara periodik terhadap materi dan rumusan awig-awig, meningkatkan kesadaran petani melalui penyuluhan oleh instansi terkait (Pertanian dan Agama) disertai larangan dan penerapan sanksi secara tegas kepada warga yang melanggar serta pengaturan penggunaan pupuk secara berimbang, pemilihan bibit yang sehat, melalui penyuluhan dan proyek percontohan varietas baru dari BPTP di Subak Lepang.

    Kata Kunci : Revitalisasi, Subak, Sumber Daya Air.

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    Halaman Judul ................................................................................................ i

    Halaman Pernyataan ...................................................................................... ii

    Halaman Pengesahan .................................................................................... iii

    Kata Pengantar .............................................................................................. iv

    Abstrak .......................................................................................................... v

    Daftar Isi ........................................................................................................ vi

    Daftar Gambar ............................................................................................... viii

    Daftar Tabel ................................................................................................... ix

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 5

    1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................... 5

    1.4 Manfaat Penulisan .................................................................... 5

    BAB II LANDASAN TEORI

    2.1 Sumber Daya Air ..................................................................... 6

    2.2 Subak ....................................................................................... 8

    BAB III METODE PENULISAN

    3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 11

    3.2 Jenis Penelitian ........................................................................ 11

    3.3 Subyek dan Obyek Penelitian .................................................. 11

    3.4 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 11

    3.5 Metode Pengolahan Data ......................................................... 12

  • BAB IV PEMBAHASAN

    4.1 Potensi Subak dalam Pelestarian Sumber Daya Air ................ 13

    4.2 Revitalisasi Subak .................................................................... 17

    BAB V PENUTUP

    5.1 Kesimpulan .............................................................................. 23

    5.2 Saran ........................................................................................ 23

    Daftar Pustaka

    Lampiran

    Daftar Riwayat Hidup

  • DAFTAR GAMBAR

    No. Gambar Halaman 2.2.1 Hamparan Sawah Subak Lepang 10 2.2.2 Saluran Irigasi di Subak Lepang.... 11 4.2 Pencemaran Air Pada Saluran Irigasi ... 19

  • DAFTAR TABEL

    No. Tabel Halaman 4.3 Nilai-nilai subak yang melemah dan cara merevitalisasi .. 20

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Keberadaan air bagi manusia untuk menunjang hidup dan kehidupannya

    merupakan sesuatu yang mutlak dibutuhkan dan tak dapat dipungkiri lagi. Air adalah sumber daya yang sangat vital bagi kelangsungan hidup dan

    kehidupan manusia. Namun, dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka air suatu saat mungkin tidak akan mencukupi kebutuhan

    seluruh umat manusia apabila tidak diupayakan cara-cara untuk melestarikannya. Sehingga semua penduduk dunia akan menghadapi masalah pengelolaan lingkungan hidupnya terutama dalam memahami keberadaan sumber daya air yang ada.

    Para ahli memprediksikan bahwa menjelang tahun 2025 sekitar dua pertiga penduduk dunia akan kekurangan air. Hal ini, diyakini akan

    menimbulkan masalah besar, khususnya di Indonesia yang merupakan negara berpenduduk padat. Ini berarti akan terjadi persaingan yang sangat ketat antar pengguna dalam pemanfaatan sumber daya air.

    Dalam konteks Indonesia dewasa ini, berbagai masalah terkait dengan sumber daya air dapat diidentifikasi antara lain: adanya gejala krisis air; degradasi sumber daya air; konflik akibat persaingan antar pengguna air;

    menciutnya lahan beririgasi karena alih fungsi; kurang jelasnya ketentuan hak penguasaan air; lemahnya koordinasi antar instansi dalam menangani sumber

    daya air; dan kelemahan kebijakan sumber daya air (Sutawan, 2002 : 50). Masalah-masalah ini tentunya menuntut adanya opsi kebijakan yang tepat sehingga pemanfaatan sumber daya air bisa berkelanjutan.

    Namun dari sekian banyak masalah yang ditimbulkan, masalah

    utamanya adalah semakin menurunnya mutu sumber daya air yang diduga muncul sebagai akibat dari perkembangan kebutuhan manusia yang jauh lebih cepat daripada perkembangan kesadaran manusia tentang keterbatasan alam.

    Pengetahuan manusia untuk memanfaatkan air jauh lebih dahulu berkembang daripada pengetahuannya untuk melindungi dan menyelamatkannya. Berarti

  • kecenderungan untuk memanfaatkan lingkungan alam termasuk sumber daya

    air jauh lebih berakar dalam sejarah umat manusia dibandingkan kecenderungan untuk melindungi, melestarikan dan menyelamatkan

    lingkungan hidupnya. Sehingga lingkungan dan sumber daya air yang semakin menurun.

    Sejak beberapa dasawarsa terakhir ini keberadaan air sebagai suatu sumber daya sudah mencapai titik kritis yang mengkhawatirkan banyak orang

    karena akan sangat mempengaruhi hidup dan kehidupan manusia selanjutnya. Kerawanan telah terjadi tidak hanya dipandang dari sudut pandang ketimpangan antara jumlah ketersediaan yang semakin tak sepadan dengan kebutuhan saja tetapi kerawanan juga terjadi di seluruh dimensi keberadaan air itu sendiri.

    Meningkatnya pendapatan masyarakat dan jumlah penduduk serta pembangunan di segala bidang terutama pemukiman dan industri pariwisata di Bali menuntut terpenuhinya kebutuhan air yang terus meningkat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Ini mengisyaratkan bahwa air menjadi sumber daya yang semakin langka. Persaingan yang menjurus ke arah konflik kepentingan dalam pemanfaatannya antara berbagai sektor terutama sektor pertanian dan non pertanian cenderung meningkat di masa-masa mendatang. Belum adanya hak penguasaan air yang dimiliki oleh para pengguna merupakan salah satu sebab pemicu konflik pemanfaatan air. Hal ini dapat dimengerti karena air yang selama ini dimanfaatkan lebih banyak untuk pertanian, sekarang dan di masa depan harus dialokasikan juga ke sektor non pertanian. Mengingat air menjadi semakin langka maka para petani dituntut untuk mampu mengelola air secara lebih efisien dan demikian pula para pemakai air lainnya agar mampu mengembangkan budaya hemat air (Sutawan, 1999 : 3-4).

    Dalam kehidupan awal manusia hubungan antara air dengan pangan dilakukan melalui proses pemberian air untuk tanaman atau lebih dikenal

    sebagai proses irigasi. Sistem irigasi dibangun manusia karena menyadari bahwa untuk dapat menjamin diperolehnya keberhasilan panen dan produksi yang lebih tinggi, maka kebutuhan air tanaman tidak dapat sepenuhnya tergantung lagi dari hujan atau bentuk-bentuk presipitasi alami lainnya yang bersifat stochastik. Keberhasilan produksi tanaman memerlukan jaminan

  • perolehan air yang lebih deterministik. Proses pembangunan dan pengelolaan

    sistem irigasi dilakukan manusia sejak awal kebudayaan dan disesuaikan secara harmoni antara alam dan lingkungannya.

    Rupanya banyak negara yang mengabaikan cara-cara tradisional atau kearifan lokal ( indigenous knowledge / local wisdom ) dalam pengelolaan sumber daya alam seperti sumber daya hutan dan sumber daya air. Acapkali cara-cara tradisional dianggap kolot dan primitif. Pada kenyataannya

    pengeloaan hutan oleh pemerintah di beberapa negara di Dunia Ketiga sering gagal mengatasi kerusakan hutan dan memperburuk kemiskinan penduduk di

    sekeliling wilayah hutan (Peluso, 1992: 6). Di India dilaporkan bahwa terjadi penggundulan hutan yang sangat parah pada wilayah hutan yang dikelola oleh organisasi-organisasi pemerintah. Akan tetapi sejak pengelolaan hutan diserahkan kepada komunitas lokal, jutaan hektar yang hutannya gundul telah berhasil dihutankan kembali. Kekurang berhasilan pemerintah dalam mengatasi masalah kerusakan hutan, telah mendorong para pembuat

    keputusan di beberapa negara untuk lebih menaruh perhatian terhadap kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya hutan (Jinlong, 1992: 18).

    Peran budaya lokal dalam menunjang sumber daya air yang berkelanjutan sangat diperlukan, salah satunya adalah melalui program subak. Pengelolaan sumber daya air yang dilakukan subak didasarkan atas kearifan dan pengetahuan lokal. Prinsip-prinsip keadilan, transparansi, akuntabilitas,

    efisiensi, dan efektivitas manajemen dijlankan sebagai perwujudan azas good governance yang dianut sistem subak. Oleh sebab itu dipercayai bahwa subak

    merupakan salah satu contoh bagaimana pentingnya suatu pengelolaan sumber daya air dilakukan atas dasar budaya lokal.

    Subak memiliki kearifan lokal yang kiranya dapat mendorong keberlanjutan sumber daya air. Beberapa tradisi dan kearifan lokal yang dimiliki subak, kiranya masih relevan untuk dipertahankan. Unsur-unsur tradisional yang perlu dipertahankan malah agar diperkokoh, sedangkan unsur-unsur yang dianggap tidak sesuai lagi dengan tuntutan masa kini

    maupun masa datang perlu dicarikan solusinya. Selain itu, subak mempunyai peran dan fungsi dengan eksternalitas positif. Subak memiliki berbagai peran

  • dan fungsi baik yang berkaitan langsung dengan manajemen air irigasi maupun peran-peran lain di luar manajemen irigasi.

    Namun, di beberapa tempat telah muncul keluhan-keluhan dari masyarakat petani tentang adanya pencemaran lingkungan khususnya sumber daya air pada sungai dan saluran irigasi akibat adanya limbah industri dan limbah dari hotel serta pemukiman. Kecenderungan menurunnya kualitas air ini akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah industri yang mengeluarkan limbah beracun yang disalurkan melalui sungai maupun saluran irigasi. Dalam kaitan ini subak dituntut untuk mampu berperan aktif dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan.

    Faktanya, subak yang semestinya mampu menjaga kelestarian lingkungan, belum mampu dioptimalkan, bahkan masyarakat cenderung meninggalkan tradisi

    subak. Sementara itu, banyak kalangan menghendaki agar subak tetap

    dipertahankan eksistensinya selain karena subak dapat dianggap sebagai warisan budaya bangsa dan diyakini menjadi tulang punggung kebudayaan Bali, subak juga sangat diperlukan sebagai alternatif dalam upaya pengelolaan sumber daya air yang ada di Bali. Namun untuk memaksimalkan kinerja subak, perlu diadakan reinterpretasi (revitalisasi) terhadap subak.

    Sehingga, terkait dengan latar belakang di atas, maka pada karya tulis ini akan dikaji mengenai revitalisasi subak sebagai upaya pengelolaan sumber daya air di Bali.

    1.2 Rumusan Masalah

  • Adapun rumusan masalah terkait dengan latar belakang di atas yaitu

    sebagai berikut : 1. Bagaimana potensi Subak dalam pengelolaan sumber daya air di Bali?

    2. Bagaimana cara merevitalisasi Subak dalam pengelolaan sumber daya air di Bali?

    1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan dalam karya tulis ini yaitu sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui, mengkaji, dan menganalisis secara mendalam potensi Subak dalam pelestarian sumber daya air di Bali.

    2. Untuk mengetahui cara merevitalisasi Subak dalam pengelolaan sumber daya air di Bali.

    1.4 Manfaat Penulisan

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

    berbagai pihak antara lain sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah, memberikan sumbangan pemikiran mengenai

    pemanfaatan Subak untuk pengelolaan sumber daya air dan sebagai bahan masukan untuk dasar penentuan kebijakan bahwa kearifan lokal yang secara efektif mampu memelihara, menjaga, dan melestarikan sumber daya alam (air), perlu mendapatkan perhatian dan dijadikan sebagai mitra kerja.

    2. Bagi para petani, diharapkan untuk menerapkan sistem ini dalam pengelolaan lahan pertanian sekaligus melestarikan dan bahkan

    memperkuat atau memberdayakannya. 3. Bagi masyarakat, sebagai tambahan informasi mengenai potensi Subak

    dalam pengelolaan sumber daya air di Bali, memberikan semangat dan menyadarkan kembali tentang arti pentingnya Subak dalam kaitannya dengan

    pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan yang selama ini dijadikan pedoman dalam memelihara, menjaga dan melestarikan mata air.

    4. Bagi penulis, dapat dijadikan referensi untuk menambah pengetahuan dan pemahaman secara lebih mendalam dan komprehensif penulis mengenai

    potensi Subak dalam pengelolaan sumber daya air.

  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Sumber Daya Air Sebagian besar (71%) dari permukaan bumi tertutup oleh air. Air

    adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan dapat dipastikan tanpa pengembangan sumber daya air secara konsisten

    peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini. Oleh karena itu pengembangan dan pengolahan sumber daya air

    merupakan dasar peradaban manusia (Sunaryo, dkk, 2005). Jika ditelusuri lebih dalam lagi, air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau, yang terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimiawi H2O. Karena air merupakan suatu larutan yang hampir-hampir bersifat universal,

    maka zat-zat yang paling alamiah maupun buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut di dalamnya. Dengan demikian, air di dalam mengandung

    zat-zat terlarut. Zat-zat ini sering disebut pencemar yang terdapat dalam air. Air juga memiliki sifat-sifat yang penting, yang dapat digolongkan ke

    dalam sifat fisis, kimiawi, dan biologis. Sifat fisis dari air yaitu didapatkan dalam ketiga wujudnya, yakni, bentuk padat sebagai es, bentuk cair sebagai air, dan bentuk gas sebagai uap air. Bentuk mana yang akan didapatkan, tergantung keadaan cuaca yang ada setempat. Sifat kimia dari air yaitu

    mempunyai pH=7 dan oksigen terlarut (=DO) jenuh pada 9 mg/L. Air merupakan pelarut yang universal, hampir semua jenis zat dapat larut di dalam air. Air juga merupakan cairan biologis, yakni didapat di dalam tubuh semua organisme. Sifat biologis dari air yaitu di dalam perairan selalu didapat

    kehidupan, fauna dan flora. Benda hidup ini berpengaruh timbal balik terhadap kualitas air (Slamet, 2002).

    Menurut Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 kualitas air dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya, yaitu:

    1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara

    langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

  • 2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air

    minum.

    3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan

    dan peternakan. 4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian,

    usaha di perkotaan, industri, dan PLTA. Pada hakikatnya, pemantauan kualitas air pada perairan umum memiliki

    tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui nilai kualitas air dalam bentuk parameter fisika, kimia, dan

    biologi. 2. Membandingkan nilai kualitas air tersebut dengan baku mutu sesuai

    dengan peruntukannya menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.20 tahun 1990.

    3. Menilai kelayakan suatu sumber daya air untuk kepentingan tertentu (Effendi, 2003). Sekalipun air jumlahnya relatif konstan, tetapi air tidak diam,

    melainkan bersikulasi akibat pengaruh cuaca, sehingga terjadi suatu siklus yang disebut siklus hidrologis. Dari siklus hidrologis ini dapat dilihat adanya berbagai sumber air tawar yang dapat pula diperkirakan kualitas dan kuantitasnya secara sepintas. Sumber-sumber air tersebut adalah (i) air permukaan yang merupakan air sungai dan danau. (ii) air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal atau air tanah dalam. (iii) air angkasa, yaitu air yang berasal dari atmosfir, seperti hujan dan salju. Pengambilan sampel di sungai yang dekat muara atau laut yang dipengaruhi oleh air pasang harus dilakukan agak jauh dari muara. Adapun pengambilan sampel air sungai dapat dilakukan di lokasi-lokasi sebagai berikut:

    1. Sumber alamiah, yaitu lokasi yang belum pernah atau masih sedikit

    mengalami pencemaran.

    2. Sumber air tercemar, yaitu lokasi yang telah mengalami perubahan atau di bagian hilir dari sumber pencemar.

    3. Sumber air yang dimanfaatkan, yaitu lokasi penyadapan atau pemanfaatan sumber air (Effendi, 2003).

  • 2.2 Subak Salah satu organisasi tradisional di Bali yang efektif dalam kegiatan

    pertanian adalah organisasi subak. Subak sangat terkenal, sebagai masyarakat

    hukum adat di Bali bersifat sosio agraris religius. Subak juga merupakan kekayaan budaya dan salah satu aset kelembagaan tradisonal yang terbukti

    efektivitasnya dalam menyangga pembangunan pertanian dan pedesaan maupun kalangan ahli-ahli ilmu sosial serta para pemerhati masalah teknis

    keirigasian. Sehingga, sebagai suatu organisasi petani dalam bidang pengaturan air untuk persawahan ini, selalu menarik untuk dikaji dan diteliti.

    Belakangan ini, banyak ahli yang melakukan kajian mengenai subak, seperti Pitana, F.A. Liefrink, dan Sutawan (Pitana, 1993). Dilihat dari pengertiannya, penjelasan tentang subak menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:

    1. Subak adalah masyarakat hukum adat yang bersifat sosio agraris dan religius yang terdiri dari petani-petani penggarap sawah pada

    suatu areal persawahan yang mendapatkan air dari suatu sumber (Pitana, 1997).

    2. Subak adalah suatu organisasi petani yang mengatur penyaluran air ke sawah-sawah untuk pertanian, sistem irigasi yang baik, juga sangat efektif digunakan untuk memungut tigasana atau pajak tanah/landrente (F.A. Liefrink, 1986).

    3. Subak adalah suatu lembaga adat yang bergerak sebagai organisasi petani dilahan sawah dan tegalan, melandasi diri pada adat dan

    agama sesuai dengan banjar atau adat yang tumbuhdan berkembang di Bali sejak dahulu kala sampai dewasa ini (Dinas Kebudayaan propinsi, 1988).

    4. Subak adalah masyarakat hukum adat yang bersifat sosio agraris

    dan religius yang secara historis didirikan sejak dahulu kala dan berkembang terus sebagai organisasi penguasa tanah dalam bidang pengaturan airdan lain-lain persawahan dari suatu sumber di dalam

    suatu daerah (Peraturan Daerah Propinsi Bali No.02/PD/DPRD/l972).

  • 5. Subak adalah organisasi petani lahan basah yang mendapatkan air irigasi dari suatu sumber bersama, memiliki satu atau lebih Pura Bedugul (untuk memuja Dewi Sri, manifestasi Tuhan sebagai Dewi Kesuburan), serta mempunyai kebebasan didalam mengatur rumah tangganya sendiri maupun di dalam berhubungan dengan ihak luar

    (Sutawan, 1986). Dari uraian tersebut dapat di simpulkan bahwa subak adalah organisasi

    atau lembaga tradisional yang bergerak dalam tata guna air (sistem irigasi) serta mengatur sistem pengolahan pertanian yang bersifat sosial religius,

    mandiri (otonom) yang anggotanya terdiri dari pertanian yang berada dalam suatu kesatuan wilayah tertentu dan diatur dalam awig-awig.

    Keberadaan subak tidak dapat terlepas dari sejarah perkembangannya. Menurut Dinas Kebudayaan Propinsi Bali dalam bukunya Tugas-Tugas

    Parajuru Subak disebutkan bahwa subak telah ada di Bali sejak tahun 882 Masehi. Di dalam Prassastri Sukawan A.I. 882 Masehi. Terdapat kata Huma

    yang berati sawah dan Parlak yang berarti tegalan (pertanian lahan kering) Dalam Prasasti Pandak Badung 1071 Masehi untuk pertama kali jumpa kata kasuwakan yang lama-lama menjadi KaSubakan atau Subak.

    Dalam Prasasti Truyan A. 891 M terdapat kata Ser Danu yang artinya pengurusair danau, yang kemudian menjadi Pekaser Danu. Dari sini diperkirakan untuk urusan air sawah disebut Pekaser Yeh yang kemudian

    menjadi Pekaseh. Subak bukan saja merupakan suatu organisasi, tetapi juga merupakan suatu

    sistem irigasi yang meliputi sistem fisik dan sistem sosial. Sistem fisik diartikan sebagai lingkungan fisik yang berkaitan erat dengan irigasi sumber-sumber air dan fasilitas irigasi yang berupa empelan, bendung (DAM), saluran-saluran air, bangunan bagi, pintu air, dan sebagainya. Sistem sosial merupaka organisasi sosial yang mengelola sistem fisik tersebut. Apabila sarana fisik sebuah jaringan irigasi merupakan perangkat kerasnya maka lembaga-lembaga penglola sistem irigasi baik formal maupun informal merupakan perangkat lunaknya mutlak diperlukan untuk mengelola air irigasi sebagaimana mestinya. Dari berbagai batasan di atas, jelas terlihat bahwa subak dapat dipandang dari segi fisik dan segi sosial. Secara fisik, subak adalah hamparan persawahan dengan segenap

  • fasilitasnya irigasinya, sedangkan dari segi sosial, subak adalah organisasi petani irigasi yang otonom (Pitana, 1993).

    Gambar: 2.2.1 Hamparan Sawah di Subak Lepang

    Berdasarkan pandangan ini, dapat disimpulkan bahwa subak memiliki beberapa ciri dasar yaitu; (a) memiliki keanggotaan yang jelas yang disebut dengan krama subak, (b) memiliki areal persawahan dengan pewilayahan dan batas-batas yang sangat jelas, (c) memiliki kepengurusan yang disebut dengan prajuru subak dan aturan-aturan keorganisasaian (awig-awig) baik tertulis maupun tidak tertulis, (d) memiliki satu Pura Bedugul (tempat suci) atau lebih untuk melakukan kegiatan ritual, (e) memiliki suatu sumber air bersama, dan (f) subak memiliki otonomi baik ke dalam maupun ke luar (Sutawan, dkk. 1986). Berdasarkan ciri-ciri ini, maka tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa subak merupakan suatu organisasi yang mantap dan telah memainkan peranan penting dalam pembangunan pertanian, khusunya pembangunan irigasi Bali. Subak sebagai sistem irigasi memiliki beberapa subsistem, antara lain (a) subsistem organisasi, (b) subsistem jaringan irigasi, (c) subsistem bangunan suci, (d) subsistem upacara keagamaan, (e) subsistem peraturan tatatertib (awig-awig), (f) subsistem komunikasi, (g) subsistem pengerahan sumberdaya manusia/dan sumberdaya lainnya, dan subsistem distribusi manfaat yang diperoleh dalam pengelolaan subak (Arga, 1994). Dalam perjalannya sejarahnya, sub-subsistem

  • inilah yang menjadi sasaran perubahan. Semua subsistem ini dapat berubah karena adanya perubahan teknologi politik atau kebijakan pemerintah.

    Gambar:2.2.2 Saluran Irigasi di Subak Lepang

    Subak tidak hanya terdapat di Bali saja, namun hal ini dapat kita lihat di berbagai belahan dunia, dengan nama-nama serta ciri-ciri khas yang berbeda. Adapun beberapa organisasi tradisional petani yang terkenal dan mempunyai kekhasan tersendiri ini adalah: Muang Fai di Thailand, Zangera di Filipina

    Utara dan subak Bali atau Indonesia (Pitana, 1977).

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Subak Lepang, Kecamatan

    Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali. Penelitian ini dilakukan selama 3 hari yaitu tanggal 7 September 2011 sampai 9 September 2011.

    3.2 Jenis Penelitian Berdasarkan tujuannya, penelitian ini tergolong penelitian deskriptif.

    Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Dalam penelitian ini akan dideskripsikan bagaimana keadaan Subak Lepang

    sebagai sistem irigasi dalam pelestarian sumber daya air.

    3.3 Subyek dan Obyek Penelitian Adapun subyek dalam penelitian ini adalah Prajuru Subak Lepang

    yang terdiri dari 2 orang yaitu Kelian Subak. Sedangkan obyek dalam penelitian ini yaitu sistem irigasi Subak Lepang dalam pelestarian sumber daya air.

    3.4 Metode Pengumpulan Data Sesuai dengan tujuan penelitian, data yang diperlukan dalam

    penelitian ini dilakukan melalui wawancara terpimpin dengan dipandu daftar pertanyaan sebagai berikut:

    1. Apa saja bentuk permasalahan yang pernah dihadapai subak? 2. Adakah masalah tersebut terkait permasalahan sumber daya air?

    3. Khusus untuk permasalahan terkait sumber daya air, usaha apa saja yang telah diupayakan oleh subak untuk mengatasinya?

    4. Apakah subak berpotensi dalam upaya pelestarian sumber daya air?

    5. Bagaimana cara merevitalisasi subak?

  • 3.5 Metode Pengolahan Data Pengolahan data merupakan bagian yang amat penting dalam

    penelitian karena dengan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan

    makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Data dalam penelitian ini diolah secara deskriptif kualitatif yang diawali dengan proses

    editing, mengkode data dan diakhiri dengan penarikan simpulan yang bersifat umum.

  • BAB IV PEMBAHASAN

    4.1 Potensi Subak dalam Pelestarian Sumber Daya Air Air adalah sumber daya yang sangat vital bagi kelangsungan hidup dan

    kehidupan manusia. Namun, dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka air suatu saat mungkin tidak akan mencukupi kebutuhan

    seluruh umat manusia apabila tidak diupayakan cara-cara untuk melestarikannya. Para ahli memperediksikan bahwa menjelang tahun 2025 sekitar dua pertiga penduduk dunia akan kekurangan air (degradasi sumber daya air). Ini berarti akan terjadi persaingan yang sangat ketat antar pengguna dalam pemanfaatan sumber daya air. Masalah-masalah ini tentunya menuntut adanya opsi kebijakan yang tepat sehingga pemanfaatan sumber daya air bisa berkelanjutan.

    Subak pada dasarnya adalah sistem irigasi berbasis masyarakat

    (community-based irrigation system) dan memiliki kearifan lokal (indigenous knowledge) dalam mendukung sumber daya air yang berkelanjutan. Meskipun Subak adalah sistem irigasi yang khas Bali, terutama karena aktivitasnya yang selalu disertai dengan ritual keagamaan, namun Subak memiliki nilai-nilai luhur yang bersifat universal. Nilai-nilai luhur tersebut adalah Tri Hita Karana (THK). Secara implisit THK mengandung pesan agar kita mengelola sumber daya alam secara arif untuk menjaga kelestariannya; selalu merasa bersyukur dan berterimakasih kepada Sang Maha Pencipta; dan senantiasa

    mengedepankan keharmonisan hubungan antar sesama manusia. Tidak keliru kalau disini Subak didefinisikan sebagai lembaga irigasi yang bercorak

    sosioreligius dan berlandaskan prinsip Tri Hita Karana dengan dengan fungsi utamanya adalah pengelolaan air irigasi untuk memproduksi tanaman pangan

    khususnya padi dan palawija. Beranjak dari nilai-nilai universal tersebut, Windia (2002) dalam

    disertasinya yang berjudul : Transformasi Sistem Irigasi Subak yang Berlandaskan Konsep Tri Hita Karana, dengan berani menyimpulkan bahwa sistem irigasi Subak dapat ditransfer ke daerah-daerah lain di luar Bali.

  • Windia menyarankan agar dalam mengantisipasi kemungkinan timbulnya

    konflik penggunaan air yang semakin multiguna di masa yang akan datang (baik antar sektor maupun antar wilayah), konsep sistem Subak yang berlandaskan Tri Hita Karana yang mengedepankan harmoni dan kebersamaan dalam memecahkan masalah-masalah yang muncul, kiranya

    dapat diadopsi sehingga konflik sosial yang bersumber pada masalah air yang sebetulnya adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa, sejauh mungkin dapat diakomodasikan. Sementara itu, banyak kalangan menghendaki agar Subak tetap dipertahankan eksistensinya karena Subak dapat dianggap merupakan

    warisan budaya bangsa dan diyakini menjadi tulang punggung kebudayaan Bali. Di khawatirkan jika Subak sampai hilang karena tanah sawah telah beralih fungsi, maka kemungkinan kebudayaan Bali akan terdegradasi.

    Subak perlu dilestarikan bahkan diperkuat atau diberdayakan bukan saja organisasinya atau kelembagaannya tetapi yang lebih penting adalah para anggotanya agar menjadi lebih sejahtera dari segi ekonomi. Dengan demikian diharapkan Subak akan menjadi lebih kuat dan mandiri sehingga tangguh hidup (viable) menghadapi dinamika perubahan zaman. Mengapa Subak perlu diberdayakan? Berikut ini diberikan beberapa alasan antara lain:

    4.1.1 Subak memiliki kearifan lokal yang kiranya dapat mendorong keberlanjutan sumber daya air

    Beberapa tradisi dan kearifan lokal yang dimiliki Subak seperti

    telah dipaparkan di atas, kiranya masih relevan untuk dipertahankan. Unsur-unsur tradisional yang perlu dipertahankan malah agar

    diperkokoh, sedangkan unsur-unsur yang dianggap tidak sesuai lagi dengan tuntutan masa kini maupun masa datang perlu dicarikan

    solusinya.

    4.1.2 Subak mempunyai peran dan fungsi dengan eksternalitas positif meskipun amat sulit diukur dalam nilai uang

    Subak memiliki berbagai peran dan fungsi baik yang berkaitan langsung dengan manajemen air irigasi maupun peran-peran lain di luar manajemen irigasi (Sutawan, 2002: 79). Berikut ini hanya diuraikan beberapa saja yang relevan dengan topik pembahasan kali ini

  • terutamayang memiliki eksternalitas positif tetapi sulit untuk dinilai

    dengan uang. 4.1.2.1 Sebagai penyangga nilai-nilai tradisional pedesaan

    Kegiatan ritual Subak yang mewarnai kehidupan petani pada khususnya dan masyarakat pedesaan pada umumnya

    adalah penting bagi stabilitas sosial. Kalau Subak hilang maka nilai-nilai tradisional pedesaan mungkin akan tererosi. Seperti

    telah ditekankan oleh Eigatsu (1991: 119) Sektor pertanian memberikan manfaat yang tidak ternilai bagi stabilitas sosial. Selanjutnya ia menambahkan bahwa di Jepang tingkat kriminilitas dan penyalah gunaan obat-obatan terlarang jauh lebih rendah dibandingkan dengan di Amerika dan Eropa. Hal ini disebabkan karena pemerintah Jepang berhasil melindungi

    sektor pertanian dari ancaman liberalisasi perdagangan dengan jalan memberikan subsidi kepada petani produsen sehingga stabilitas sosial tetap terpelihara.

    4.1.2.2 Sebagai pendukung kelestarian lingkungan Subak yang secara fisik merupakan hamparan sawah

    sawah beririgasi untuk bercocok tanam padi juga punya peran yang sangat penting dalam pelestarian lingkungan. Lahan sawah secara kolektif berfungsi sebagai dam besar yang dapat

    mengendalikan banjir dan erosi, mengisi air tanah ( ground water recharge ), kebersihan udara melalui penyerapan zat-zat beracun oleh tanaman, dan pengendalian siklus nitrogen yang diserap oleh tanaman padi. Selain itu areal persawahan juga dapat berfungsi sebagai habitat bagi berbagai jenis fauna dan flora. Jadi, usaha tani padi sawah dapat berperan pula sebagai

    pemelihara keanekaragaman hayati disamping itu dapat menjadi suatu kekuatan yang ampuh dalam pelestarian lingkungan air di sekitar Subak (Mizutani, 2002: 40 ).

  • 4.1.2.3 Sebagai daya tarik wisatawan baik dari dalam negeri maupun mancanegara

    Sawah -sawah yang berteras ditambah dengan keunikan

    lembaga Subak yang bercorak sosio-religious dengan beraneka ragam ritualnya kiranya sangat potensial sebagai daya tarik

    wisatawan. Terlebih lagi bahwa dalam pariwisata global, semakin berkembang trend ke arah ekoturisme dan pariwisata

    budaya. Subak bersama masyarakat desa bisa memainkan perannya dalam ikut berpartisipasi memberikan pelayanan

    dalam berbagai bentuknya di masa-masa yang akan datang. Tentunya dalam perkembangan wisata baik wisata agro maupun agrowisata, para petani dan masyarakat desa setempat jangan sampai hanya sekedar menjadi objek tontonan tetapi juga sebagai subyek. Bila perlu dapat berkembang pula pariwisata berbasis masyarakat atau community-based tourism , atau mungkin Subak-based tourism. Di masa-masa mendatang tidak tertutup kemungkinan bahwa penduduk kota kalau sudah

    jenuh dengan kehidupan di kota , suatu saat Menggagas Pengelolaan Sumber daya Air Berkelanjutan mungkin tertarik pula untuk tinggal di desa mencari pengalaman tinggal di desa untuk beberapa waktu bahkan memelihara kebun sendiri sekedar

    sebagai rekreasi . Hal ini telah terjadi di Jerman dan Jepang. Di Jepang ada sekolah-sekolah yang memberikan kesempatan

    kepada murid-muridnya untuk berkemah ke daerah pertanian sambil mengerjakan kegiatan bertani. Di Jerman petani-petani ada yang menyewakan sebagian kecil tanahnya kepada mereka yang ingin menjadi petani sebagai hiburan di musim panas.

    4.1.3 Subak sebagai pendukung ketahanan pangan Bahan pokok makanan kita adalah beras. Tanpa nasi rasanya kita

    belum makan. Dalam kaitan ini Subak sebagai penghasil padi adalah

    sangat penting untuk tetap dilestarikan agar mampu menghasilkan padi. Bagaimana seandainya Subak hilang akibat sawahnya telah difungsikan

  • untuk tujuan lain selain produksi pangan khususnya padi? Ketahanan pangan baik di tingkat keluarga maupun di tingkat daerah pasti akan terancam. Oleh sebab itu Subak harus dipertahankan eksistensinya.

    Dalam uraian terdahulu telah dikemukakan betapa besar Subak dalam pelestarian sumber daya air. Misalnya Subak sebagai penjaga pelestarian lingkungan dan Subak memiliki kearifan lokal yang kiranya dapat keberlajutan sumber daya air disamping alasan-alasan lainnya. Dengan banyaknya keterkaitan antara Subak dengan pelestarian sumber daya air maka sudah dapat dibuktikan bahwa Subak berpotensi

    dalam pelestarian sumber daya air di Bali.

    4.2 Revitalisasi Subak Melemahnya kesadaran mengenai pentingnya kelembagaan subak

    seperti seringnya masyarakat membuang limbah rumah tangga ke saluran

    irigasi. Kesadaran ini perlu direvitalisasi dengan mengembalikan lagi dan memberi penyuluhan serta pembinaan oleh pemerintah betapa pentingnya

    dukungan dari masyarakat tersebut bagi kepentingan subak. Bila perlu pemerintah memberikan rangsangan berupa bantuan dana sehingga subak ada

    kemauan dan usaha untuk membangun sistem irigasinya. Bedasarkan uraian di atas nilai-nilai subak yang melemah maupun yang sudah memudar, yang tadinya berperan dalam menunjang pelestarian fungsi lingkungam air dan perlu direvitalisai dibagi menjadi tiga aspek yaitu, tentang konsep, aktivitas dan fisik. Revitalisasi ini meliputi semua nilai yang melemah karena nilai asli subak sangat menunjang kelestariaan air. Dari temuan nilai-nilai subak yang melemah yang dianggap masih relevan dalam menunjang pelestarian sumber daya air, perlu dilakukan revitalisasi sehingga pulih kembali dan mampu

    berfungsi dan berperan sebagai pelestarian air antara lain: 1. Melemahnya ketaatan petani subak dan penerapan sanksi yang

    tercantum dalam awig-awig subak terhadap pelanggaran bangunan permanen serta kebiasaan membuang limbah rumah tangga sekitar di areal Subak Lepang. Hal ini disebabkan oleh lemahnya aturan-

    aturan dalam subak dan lemahnya sanksi yang diterapkan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut adapun usaha-usaha yang dapat

  • ditempuh seperti menyosialisasikan dan memberi pengertian

    terhadap petani dan warga sekitar betapa pentingnnya awig-awig subak tersebut dan perlu disakralkan, perlu ditaati sehingga

    keberadaan subak bisa aman, tentram dan ajeg untuk selamanya. Demikian juga aturan-aturan yang ada dalam awig-awig diperjelas arti, maksud, dan tujuannya sehingga sanksi dapat dijalankan dengan tegas, dalam satu keputusan rapat atau pararem dengan

    menegaskan azas pemerataan dan keadilan. 2. Melemahnya persepsi petani dan warga sekitar terhadap kesakralan

    areal sawah sehingga cenderung melakukan pelanggaran dengan mendirikan bangunan permanen ataupun membuang sampah di sekitar areal Subak Lepang. Untuk mengatasi permasalahan tersebut adapun usaha-usaha yang dapat ditempuh seperti

    melakukan penyuluhan dari Departemen Agama yang menguasai nilai-nilai persubakan yang termuat dalam Lontar Darma

    Pamaculan dan dari pemerintah yang menguasai Tata Ruang, betapa ruang terbuka hijau dalam pelestarian fungsi lingkungan karena dapat berfungsi sebagai daerah sumber daya air.

    Gambar 4.2 Pencemaran Air Pada Saluran Irigasi 3. Melemahnya peran subak dalam pelestarian fungsi lingkungan

    khususnya sumber daya air akibat aktivitas petani yang memanfaatkan pupuk kimia dan pestisida dalam pemberantasan

  • hama yang cenderung merusak lingkungan dan merusak

    keseimbangan ekosistem air. Dengan adanya pencemaran air menyebabkan punahnya binatang air seperti katak, belut, ikan,

    cacing dan berbagai organisme kecil lainnya. Hal tersebut jelas akan mempengaruhi, resapan air ke dalam tanah, sehingga merubah

    keseimbangan ekologis. Hal tersebut perlu direvitalisasi dengan cara mengatur pupuk dan pestisida, memberikan penyuluhan,

    pembinaan ataupun uji coba oleh PPI, maupun BPTP. Bila perlu penggunaan pestisida secara total dihentikan dan diganti dengan

    cara tradisional, serta penggunaan pupuk alami yang ramah lingkungan.

    Tabel 4.2 Nilai-nilai subak yang melemah dan merevitalisasi

    No Nilai Subak Yang Melemah dan Perlu Direvitalisasi

    Cara Merevitalisasi

    1. Awig-awig di Subak Lepang

    yang melemah

    Dengan melakukan review secara

    periodik terhadap materi dan rumusan awig-awig. Untuk saat

    ini perlu disempurkan tentang rumusan dan sangsi mengenai

    larangan untuk membuang sampah pada irigasi serta

    mendirikan bangunan permanen dan pemukiman di areal sawah

    untuk Subak Lepang

    2. Kepercayaan warga sekitar

    terhadap kesucian areal saah di Subak Lepang

    Meningkatkan kesadaran petani melalui penyuluhan oleh instansi

    terkait (Pertanian dan Agama) disertai larangan dan penerapan sanksi secara tegas kepada warga

    yang melanggar.

  • 3. Aktivitas petani dalam penggunaan pupuk kimia dan

    pestisida di subak Lepang yang berdampak terhadap lingkungan,

    khsusunya sumber daya air.

    Pengaturan penggunaan pupuk

    secara berimbang, pemilihan bibit

    yang sehat, melalui penyuluhan

    dan proyek percontohan varietas

    baru dari BPTP di Subak Lepang. Anjuran penggunaan pupuk alami antara lain pupuk kascing

    (campuran dari air kencing sapi, kotoran sapi, serbuk gergaji dan tanah), kotoran babi, kotoran ayam, jerami, melalui penyuluhan secara rutin dari PPL Dinas

    Pertanian Kabupaten Klungkung di Subak Lepang

    Dari nilai-nilai yang melemah seperti tersebut di atas kiranya semuanya masih relevan dan berfungsi untuk menunjang pelestarian sumber daya air. Untuk mengatasi hal ini dan mengembalikan pada fungsi semula sebagai pelestari lingkungan, perlu direvitalisasi sesuai dengan kondisinya masing-masing. Nilai-nilai subak yang melemah perlu ditingkatkan atau di daya gunakan sehingga bisa kuat dalam berperan menunjang pelestarian fungsi lingkungan perlestarian sumber daya air.

    Terkait dengan hal tersebut, untuk tetap menjaga eksistensi subak sebagai tulang pungung dalam pelestarian sumber daya air dan memberdayakan subak sehingga menjadi lembaga yang lebih kuat dan mandiri serta para anggotanya juga meningkat kesejahteraannya, perlu diupayakan hal-hal sebagai berikut:

    1. Memberikan pengakuan sebagai badan hukum Selama ini agar dapat diakui sebagai badan hukum syaratnya adalah

    subak harus mendaftarkan Anggaran Dasarnya di Pengadilan Negeri

    setempat. Hal ini dirasakan cukup sulit bagi pengurus subak. Jika memungkinkan apakah tidak sebaiknya ditetapkan saja melalui Peraturan

  • Daerah. Pemberian status badan hukum adalah penting agar subak dapat: (i) menerima aset berupa jaringan irigasi dari pemerintah dalam rangka implementasi program PIK; (ii) melakukan kontrak kerja dengan pihak swasta maupun pemerintah yang bersifat ekonomis; (iii) menerima hak guna air irigasi dan mengatur pemanfaatannya ; (iv) menerima bantuan baik berupa uang, sarana dan prasarana secara langsung dari lembaga/instansi pemerintah dan swasta.

    2. Melakukan perbaikan jaringan irigasi sesuai aspirasi subak. Sebelum diserahkannya pengelolaan jaringan irigasi kepada subak

    seyogyanya diadakan penyempurnaan atau perbaikan terlebih dahulu. Lokasi serta desain bangunan- bangunan irigasi hendaknya disesuaikan dengan aspirasi petani. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pengalaman pahit dari pelaksanaan program peningkatan jaringan irigasi melalui Proyek Irigasi Bali sekitar tahun 1980-an akibat tidak dilibatkannya subak dalam proses pengambilan keputusan sejak tahap perencanaan sampai tahap konstruksi. Mendorong pembentukan subak-gede dan subak-agung.

    Beberapa Daerah Irigasi (DI) yang merupakan penggabungan fisik dari subak-subak yang tadinya berdiri sendiri ada yang belum berfungsi seperti diharapkan dan tidak jarang timbul konflik antara subak yang di hulu dan di hilir dalam pemanfaatan air irigasi. Pada kasus-kasus seperti ini perlu dibentuk subak-gede, yaitu wadah koordinasi antar subak dalam lingkungan satu. Selanjutnya mengingat air dirasakan semakin langka karena meningkatnya kebutuhan akan air oleh berbagai pengguna, perlu pula

    dibentuk (subak agung), yaitu wadah koordinasi antar sistem irigasi atau antar daerah irigasi (DI) di sepanjang aliran sungai. Pembentukan subak-gede maupun subak-agung agar dilakukan melalui pendekatan partisipatoris seperti pernah dilakukan oleh Tim Penelitian dari Universitas Udayana sehingga

    tercapai kesepakatan antara pihak-pihak terkait melalui dialog dan negosiasi yang intensif.

    Dengan terbentuknya subak-gede maupun subak agung diharapkan air yang tersedia dapat dimanfaatkan secara lebih adil dan pola tanam dan jadwal

  • tanam dapat dikoordinasikan dengan baik berdasarkan kesepakatan antar

    subak dalam satu DI maupun antar DI di sepanjang aliran sungai. 3. Mengembangkan organisasi ekonomi petani berbasis subak.

    Sampai sekarang subak belum dimanfaatkan oleh para anggotanya sebagai wadah bersama dalam kegiatan ekonomi atau agribisnis. Fungsi

    utama subak lebih menekankan pada pengelolaan irigasi secara gotong royong. Padahal, di negara-negara lain sudah banyak organisasi irigasi petani

    yang sudah melakukan fungsi ekonomi. Petani-petani Bali walaupun sudah tergabung dalam wadah kebersamaan (subak ), tetapi masih melakukan kegiatan usahatani secara sendiri-sendiri. Mulai dari membeli sarana produksi, melakukan kegiatan produksi (on farm), pengolahan hasil, sampai pemasaran hasil. Dalam situasi sperti ini tentunya jika berhadapan dengan para tengkulak, posisi tawar mereka menjadi sangat lemah. 4. Mengurangi alih fungsi lahan sawah beririgasi

    Alih fungsi sawah untuk non pertanian seyogyanya diupayakan secara

    serius. Misalnya melalui peraturan daerah tentang tata ruang yang secara tegas mengatur wilayah subak-subak mana saja yang dilarang ada jual beli sawah untuk non pertanian.Harus ada law enforcement yang tegas tanpa pandang bulu. Bagi wilayah subak yang tidak termasuk kategori ada larangan jual beli sawah, supaya subak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan menyangkut konversi sawah untuk penggunaan non pertanian.

    Subak hanya bisa tetap eksis apabila sawah masih tetap dipakai untuk usaha tani padi dan tanaman pangan lainnya. Jika sawah tergeser

    pemanfaatannya untuk non usaha tani, maka subak akan terancam sirna. Tidak terbayangkan apa yang kira-kira akan terjadi menyangkut kebudayaan Bali, lingkungan alam Pulau Dewata beserta kehidupan sosial masyarakatnya. Oleh karena itu, bagaimanapun juga, subak dengan areal persawahannya pada daerah-daerah tertentu harus dipertahankan melalui berbagai opsi kebijakan.

  • BAB V PENUTUP

    5.1 Kesimpulan 5.1.1 Potensi Subak dalam pelestarian sumber daya air dapat dibuktikan

    dengan banyaknya keterkaitan antara sistem irigasi Subak dengan pelestarian sumber daya air di daerah tersebut seperti yang sudah

    dijelaskan pada pembahasan. 5.1.2 Implementasi kegiatan Subak yang dapat dilakukan dalam rangka

    melestarikan sumber daya air antara lain melakukan review secara periodik terhadap materi dan rumusan awig-awig, meningkatkan kesadaran petani melalui penyuluhan oleh instansi terkait (Pertanian dan Agama) disertai larangan dan penerapan sanksi secara tegas kepada warga yang melanggar serta pengaturan penggunaan pupuk secara

    berimbang, pemilihan bibit yang sehat, melalui penyuluhan dan proyek

    percontohan varietas baru dari BPTP di Subak Lepang.

    5.2 Saran 5.2.1 Pada generasi muda di Bali, agar memiliki rasa kebanggaan yang lebih

    dan paham kearifan lokal miliknya sendiri, serta tidak asing dengan nilai tradisi budaya Hindu (Tri Hita Karana) dan dresta yang dimiliki khususnya pada desanya.

    5.2.2 Kepada pihak pemerintah dan masyarakat diharapkan untuk mencoba memanfaatkan Subak sebagai salah satu pilihan alternatif dalam pelestarian sumber daya air. Sehingga krisis air yang menjadi masalah utama dapat diminimalisir.

    5.2.3 Kepada pemerintah diharapkan dapat memberikan bantuan teknis kepada Subak, baik yang berupa saluran irigasi, bendungan, ataupun fasilitas Subak.

    5.2.4 Kepada para pengurus organisasi Subak sebagai objek dan subjek dalam pelaksanaan Subak, supaya tetap melestarikan dan meningkatkan pengelolaan Subak dengan sebaik-baiknya.

  • 5.2.5 Perlunya dilakukan sosialisasi kepada masyarakat luas terutama dikalangan petani akan pentingnya merevitalisasi dan melestarikan keberadaan Subak dalam mengelola sumber daya air.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 1972. Peraturan Daerah Propinsi Bali No.02/PD/DPRD/l972. Tentang Irigasi Daerah Propinsi Bali. Denpasar, Bali.

    Anonim. 1988. Dinas Kebudayaan Propinsi. Tentang blblabla. Denpasar, Bali. Effendi, 2003. Irigasi di Indonesia: Strategi dan Pengembangan. Jakarta: LP3ES.

    http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&sqi=2&ved=0CBg

    QFjAA&url=http%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream%2F123456789%2F19736%2F4%2FChapter%2520II.pdf&rct=j&q=effendi%202003&ei=aQtvTty7FbCjiAekpuXBCQ&usg=AFQjCNHzgNVCicL4pS3X2i8UKgr1uSB9KAv

    Eigatsu 1991. http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&sqi=2&ved=0CBc

    QFjAA&url=http%3A%2F%2Fair.bappenas.go.id%2Fmain%2Fdoc%2Fpdf%2Fprosiding_seminar%2F05%2520Bali%25202%2520Oktober%25202003.pdf&rct=j&q=Eigatsu%201991&ei=XgpvTsymGui8iAfhjtm5CQ&usg=AFQjCNFULfVhOYfSsczfunWvcjO9G-7KAg

    F.A. Liefrink, 1986. http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=3&sqi=2&ved=0CBwQFjAC&url=http%3A%2F%2Fpse.litbang.deptan.go.id%2Find%2Fpdffiles%2FMKP_B5.pdf&rct=j&q=sUBAk%20adalah%20suatu%20organisasi%20petani%20yang%20mengatur%20penyaluran%20air%20ke%20sawah-

    sawah&ei=cRBvTvfQMYOciAfKkv2zCQ&usg=AFQjCNHvnXMz4_AJP32Xh4TtIzbmHapBKw&cad=rja

    Jinlong, 1992. http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&sqi=2&ved=0CCI

    QFjAA&url=http%3A%2F%2Fair.bappenas.go.id%2Fmain%2Fdoc%2Fpdf%2Fprosiding_seminar%2F05%2520Bali%25202%2520Oktober%25202003.pdf&rct=j&q=Jinlong%201992%20terkait%20subak&tbs=ctr%3AcountryID&ei=chFvTo6NMsySiQe0hNjTCQ&usg=AFQjCNFULfVhOYfSsczfunWvcjO9G-7KAg

  • Mizutani, 2002.

    http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=3&sqi=2&ved=0CCcQFjAC&url=http%3A%2F%2Fair.bappenas.go.id%2Fmain%2Fdoc%2Fpdf%2Fprosiding_seminar%2F05%2520Bali%25202%2520Oktober%25202003.pdf&rct=j&q=Mizutani%2C%202002.%20terkait%20subak&ei=sxhvTvaQKoipiAeMgt2-CQ&usg=AFQjCNFULfVhOYfSsczfunWvcjO9G-7KAg

    Slamet, 2002. http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&sqi=2&ved=0CBg

    QFjAA&url=http%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream%2F123456789%2F19269%2F4%2FChapter%2520II.pdf&rct=j&q=Sifat%20biologis%20Slamet%2C%202002.&ei=hhxvTriNI42yiQfYnaWwCQ&usg=AFQjCNFzEiBSuiKpKmwmuNRHJqoJoNQT1w

    Sunaryo, dkk, 2005. http://tsani-oke.blogspot.com/2011/06/pengertian-dan-definisi-air.html

    Sutawan, 1986. Laporan Akhir Pilot Proyek Pengembangan Sistem Irigasi yang Menggabungkan Beberapa Empelan/Subak di Kab.Tabanan dan

    Kab.Buleleng. Denpasar : DPU Propinsi Bali dan Universitas Udayana. Sutawan, Soca, 1999. Eksistensi Subak di Provinsi Bali. Denpasar : Universitas

    Udayana. Mimeo. Sutawan, Soca, 2002. Pengelolaan Sumber Daya Air Untuk Pertanian

    Berkelanjutan. Denpasar : Universitas Udayana. Peluso, 1992.

    http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=3&sqi=2&ved=0CCcQFjAC&url=http%3A%2F%2Fair.bappenas.go.id%2Fmain%2Fdoc%2Fpdf%2Fprosiding_seminar%2F05%2520Bali%25202%2520Oktober%25202003.pdf&rct=j&q=Mizutani%2C%202002.%20terkait%20subak&ei=sxhvTvaQKoipiAeMgt2-CQ&usg=AFQjCNFULfVhOYfSsczfunWvcjO9G-7KAg

    Pitana, 1977. Subak, Sistem Irigasi Tradisional di Bali. Denpasar : Upada Sastra. http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=3&sqi=2&ved=0CBwQFjAC&url=http%3A%2F%2Fpse.litbang.deptan.go.id%2Find%2Fpdffile

  • s%2FMKP_B5.pdf&rct=j&q=sUBAk%20adalah%20suatu%20organisasi%20petani%20yang%20mengatur%20penyaluran%20air%20ke%20sawah-

    sawah&ei=cRBvTvfQMYOciAfKkv2zCQ&usg=AFQjCNHvnXMz4_AJP32Xh4TtIzbmHapBKw&cad=rja

    Pitana, 1993. Subak, Sistem Irigasi Tradisional Di Bali (sebuah Diskripsi Umum). Denpasar : Upada Sastra.

    Windia, 2002. Transformasi Sistem Irigasi Subak yang Berlandaskan Konsep Tri Hita Karana. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

  • DAFTAR ISIAN PESERTA

    Nama Lengkap : Ida Ayu Mas Sasmari Brahmani

    Nama Panggilan : Dayu Mas

    Tempat Tanggal Lahir : Klungkung, 7 Oktober 1995 Jenis Kelamin : Perempuan

    Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Semarapura

    Kelas : XI 1PA 1

    Alamat Lengkap Sekolah : Jalan Flamboyan No. 63, Semarapura Kecamatan Klungkung

    Kabupaten Klungkung Kode Pos. 80714 Provinsi Bali

    - Telepon : (0366) 21508 Alamat Lengkap Rumah : Dusun Kanginan, Desa Paksebali

    Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung Provinsi Bali

    - Telepon : -

    Kegemaran/hobi : Menulis dan membaca novel Cita-cita : Dosen Bidang Ilmu yang digemari : Sains

    Nama Orang Tua - Ayah : Ida Bagus Mayun

    - Ibu : Ketut Suwitari Pekerjaan Orang Tua

    - Ayah : Pedanda - Ibu : Rohania

    Peserta

    Ida Ayu Mas Sasmari Brahmani

  • DAFTAR ISIAN PESERTA

    Nama Lengkap : Ida Bagus Ananda Bramana Putra

    Nama Panggilan : Gus Nanda Tempat Tanggal Lahir : Klungkung, 19 November 1994 Jenis Kelamin : Laki-laki

    Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Semarapura

    Kelas : XI IPB

    Alamat Lengkap Sekolah : Jalan Flamboyan No. 63, Semarapura Kecamatan Klungkung

    Kabupaten Klungkung Kode Pos. 80714 Provinsi Bali

    - Telepon : (0366) 21508 Alamat Lengkap Rumah : Jalan Gunung Agung Gang 2 Lorong 1 No.1

    Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung Provinsi Bali

    - Telepon : (0366) 25208 Kegemaran / Hobi : Membaca, mendengarkan musik, dan melukis Cita-cita : Dosen Bidang Ilmu yang Digemari : Agama, Bahasa Bali, Bahasa Indonesia dan Sastra

    Nama Orang Tua - Ayah : Drs. Ida Bagus Putu Adnyana

    - Ibu : Anak Agung Istri Alit Marhaeni Pekerjaan Orang Tua

    - Ayah : Wiraswasta

    - Ibu : Pegawai Swasta

    Peserta

    Ida Bagus Ananda Bramana Putra

  • DAFTAR ISIAN PESERTA

    Nama Lengkap : Hendra Setiawan Nama Panggilan : Hendra

    Tempat Tanggal Lahir : Klungkung, 27 Oktober 1995 Jenis Kelamin : Laki-laki

    Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Semarapura Kelas : XI IPA 1

    Alamat Lengkap Sekolah : Jalan Flamboyan No. 63, Semarapura Kecamatan Klungkung

    Kabupaten Klungkung Kode Pos. 80714

    Provinsi Bali

    - Telepon : (0366) 21508 Alamat Lengkap Rumah : Banjar Papaan, Desa Sampalan

    Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung

    Provinsi Bali

    Kegemaran / Hobi : Menulis, membaca, dan mendengarkan musik Cita-cita : Dosen atau dokter Bidang Ilmu yang Digemari : Sains

    Nama Orang Tua - Ayah : Drs. I Wayan Wedana Mertana

    - Ibu : Ni Ketut Mulyawati Pekerjaan Orang Tua

    - Ayah : Karyawan Swasta - Ibu : PNS

    Peserta

    Hendra Setiawan