28
I. Definisi Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh dimana saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam atau permukaan ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau tumor ovarium. II.Klasifikasi Klasifikasi tumor ovarium dibagi menjadi : 1. Tumor ovarium jinak a. Tumor ovarium non neoplastik : 1) Kista folikel Merupakan jenis tumor ovarium jinak yang paling banyak dijumpai, ukuran bervariasi antara 3-8 cm. kista ini disebabkan karena kegagalan ovulasi oleh karena gangguan pelepasan gonadotropin hipofise. Cairan yang terdapat didalam folikel yang seluruhnya terbentuk tidak dapat diresorbsi sehingga menyebabkan pembesaran dari kista folikuler. Biasanya tidak menimbulkan gejala, meskipun ketidakteraturan haid, perdarahan diluar haid, bahkan torsi dapat terjadi. Bila ukuran membesar maka dapat menyebabkan nyeri panggul, dyspareunia. Ukuran kista < 6 cm dilakukan observasi selama 3 siklus haid tanpa pengobatan untuk melihat 1

kista ovarium

Embed Size (px)

DESCRIPTION

-

Citation preview

Page 1: kista ovarium

I. Definisi

Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh

dimana saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam atau

permukaan ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau tumor ovarium.

II. Klasifikasi

Klasifikasi tumor ovarium dibagi menjadi :

1. Tumor ovarium jinak

a. Tumor ovarium non neoplastik :

1) Kista folikel

Merupakan jenis tumor ovarium jinak yang paling banyak dijumpai, ukuran

bervariasi antara 3-8 cm. kista ini disebabkan karena kegagalan ovulasi oleh

karena gangguan pelepasan gonadotropin hipofise. Cairan yang terdapat didalam

folikel yang seluruhnya terbentuk tidak dapat diresorbsi sehingga menyebabkan

pembesaran dari kista folikuler. Biasanya tidak menimbulkan gejala, meskipun

ketidakteraturan haid, perdarahan diluar haid, bahkan torsi dapat terjadi. Bila

ukuran membesar maka dapat menyebabkan nyeri panggul, dyspareunia. Ukuran

kista < 6 cm dilakukan observasi selama 3 siklus haid tanpa pengobatan untuk

melihat regresi dari kista tersebut. Bila setelah observasi tidak didapatinya adanya

regresi dari kista tersebut dilakukan terapi operatif.

2) Kista korpus luteum

Kista korpus luteum berbentuk unilokuler dengan ukuran bervariasi antara 3-11

cm. kista ini disebabkan karena terjadinya penumpukan cairan hasil resopsi darah

yang berasal dari perubahan korpus hemoragikum menjadi korpus luteum. Pada

ovulasi yang normal, sel-sel granulose yang melapisi folikel mengalami

lutenisasi. Pada tahap vaskularisasi, darah akan terkumpul di bagian sentral

membentuk korpus hemoragikum. Darah tersebut akan diresopsi dan terbentuk

korpus luteum, bila ukuran korpus luteum lebih dari 3 cm disebut dengan kista.

Kista korpus luteum yang dapat menyebabkan nyeri lokal dan amenorea sehingga

1

Page 2: kista ovarium

klinis kadang sulit dibedakan dengan kehamilan ektopik. Kista ini dapat

menyebabkan torsi maupun rupture sehingga menimbulkan rasa nyeri yang hebat.

Seperti kista folikuler, kista korpus luteum dapat regresi setelah 2 atau 3 bulan

observasi.

3) Kista inklusi germinal

Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel

germinativum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebih banyak terdapat pada

wanita yang lanjut usia, dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm.

4) Kista teka lutein

Disebabkan karena meningkatnya kadar gonadotropin korionik. Kista ini terjadi

pada pasien dengan penyakit mola hidatidosa, koriokarsinoma maupun pada

pasien yang mendapat terapi gnadotropin korionik dan klomifen sitrat. Kista ini

biasanya bilateral dan berisi cairan berwarna jernih. Keluhan abdomen tidak

terlalu nyata, meskipun kadang dijumpai keluhan nyeri panggul. Ruptur kista

sering terjadi sehingga menyebabkan perdarahan intraperitoneal. Kista ini dapat

sembuh secara spontan setelah terapi kehamilan mola ataupun setelah

penghentian pengobatan yang menyebabkan terjadinya kista ini. Prosedur

pembedahan dilakukan pada kista yang mengalami komplikasi seperti torsi

maupun rupture.

5) Kista endometrium

Kista ini endometriosis yang berlokasi di ovarium.

6) Kista stein leventhal

Kelainan yang menyebabkan ovarium menjadi pucat, mebesar 2-3 kali, polikistik

dan permukaannya licin, serta kapsul ovarium membesar. Kelainan ini disebabkan

oleh gangguan hormonal. Umumnya pada penderita terdapat gangguan ovulasi;

oleh karena endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen, hyperplasia

endometrii sering ditemukan.

2

Page 3: kista ovarium

b. Tumor ovarium neoplastik

1). Kistoma ovarii simpleks

Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali

bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan didalam kista

jernih, serus dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel

kubik. Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi

2). Kistadenoma musinosum

Asal tumor ini belum diketahui pasti namun diperkirakan berasal dari suatu

teratoma dimana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen-

elemen lain.

3). Kistadenoma serosum

Para penulis berpendapat bahwa kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium

(germinal epitelium).

4). Kista endometroid

Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding dalam terdapat

satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium.

5). Kista dermoid

Sebenarnya kista dermoid adalah satu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-

struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut,

gigi, dan produk glandula sebasea.

2. Tumor ovarium ganas

a. Kistik

Kistadenokarsinoma musinosum, kistadenokarsinoma serosum,

epidermoidkarsinoma.

b. Solid

Karsinoma endometroid dan mesonefroma.

III. Faktor risiko

3

Page 4: kista ovarium

Faktor risiko berkembangnya kista ovarium adalah wanita yang biasanya

memiliki:

1. Riwayat kista ovarium terdahulu

2. Siklus haid tidak teratur

3. Perut buncit

4. Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)

5. Sulit hamil

6. Penderita hipotiroid

7. Penderita kanker payudara yang pernah menjalani kemoterapi.

IV. Etiologi

Kista ovarium dapat timbul akibat stimulasi yang berlebihan terhadap

gonadotropin.

1. Gestasional trofoblastik neoplasma (mola hidatidosa dan khoriokarsinoma).

2. Fungsi ovarium, ovulasi yang terus menerus akan menyebabkan epitel

permukaan ovarium mengalami perubahan neoplastik.

3. Zat karsinogen, zat radioaktif, asbes, virus eksogen dan hidrokarbon

polikistik.

4. Pada pasien yang sedang diobati akibat kasus infertilitas dimana terjadi

induksi ovulasi melalui manipulasi hormonal.

V. Manifestasi klinik

Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit

nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapun kista yang berkembang menjadi besar dan

menimbulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak biasa dilihat dari gejala-

gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti

endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (diluar rahim) atau kanker

ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan

ditubuh anda untuk mengetahui gejala mana yang serius.

4

Page 5: kista ovarium

Gejala-gejala kista ovarium yang muncul sebagai berikut:

1. Perut terasa penuh, berat, kembung

2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil).

3. Haid tidak teratur.

4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke

panggul bawah dan paha.

5. Nyeri senggama

6. Mual, ingin muntah, atau pergeseran payudara mirip seperti pada saat hamil.

VI. Diagnosis

1. Anamnesa

Pada anamnesa rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah. Rasa

sakit tersebut akan bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi ruptur.

Terdapat juga rasa penuh di perut. Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya

dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, gangguan miksi dan defekasi. Dapat

terjadi penekanan terhadap kandung kemih sehingga menyebabkan frekuensi

berkemih menjadi sering.

2. Pemeriksaan fisik

Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada wanita

premenopaus yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini adalah

abnormal jika terdapat pada wanita postmenopaus. Perabaan menjadi sulit pada

pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile, permukaan massa

umumnya rata. Cervix dan uterus dapat terdorong pada satu sisi. Dapat juga

teraba massa lain, termasuk fibroid dan nodul pada ligamentum uterosakral, ini

merupakan keganasan atau endometriosis. Pada perkusi mungkin didapatkan

ascites yang pasif.

3. Pemeriksaan penunjang

a. USG

5

Page 6: kista ovarium

Merupakan alat terpenting dalam menggambarkan kista ovarium. Dengan

pemeriksaan ini dapat ditentukan letak batas tumor, apakah tumor berasal

dari uterus, atau ovarium, apakah tumor kistik atau solid dan dapat

dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan tidak.

Dapat membantu mengidentifikasi karakteristik kista ovarium.

b. Foto roentgen

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan adanya hidrotoraks.

Pemeriksaan pielogram intravena dan pemasukan bubur barium pada kolon

dapat untuk menentukan apakah tumor brasal dari ovarium atau tidak,

misalnya tumor bukan dari ovarium yang terletak di daerah pelvis seperti

tumor kolon sigmoid.

c. Pengukuran serum CA-125

Tes darah dilakukan dengan mendeteksi zat yang dinamakan CA-125, CA-

125 diasosiasikan dengan kanker ovarium. Dengan ini apakah massa ini

jinak atau ganas.

d. Laparoskopi

Perut diisi dengan gas dan sedikit insisi yang dibuat untuk memasukan

laparoskop. Melalui laparoskopi dapat diidentifikasi mengambil sedikit

hormon kista untuk pemeriksaan PA.

VII. Penatalaksanaan

Dapat dipakai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi

dan tumor non neoplastik tidak. Tumor non neoplastik biasanya besarnya tidak

melebihi 5 cm. Tidak jarang tumor-tumor tersebut mengalami pengecilan secara

spontan dan menghilang. Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang

tidak ganas adalah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian

ovarium yang mengandung tumor. Tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi

perlu dilakukan pengangkatan ovarium, disertai dengan pengangkatan tuba.

6

Page 7: kista ovarium

Seluruh jaringan hasil pembedahan perlu dikirim ke bagian patologi anatomi

untuk diperiksa. Pasien dengan kista ovarium simpleks biasanya tidak membutuhkan

terapi. Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita post menopause, kista yang

berukuran kurang dari 5 cm dan kadar CA 125 dalam batas normal, aman untuk tidak

dilakukan terapi, namun harus dimonitor dengan pemeriksaan USG serial. Sedangkan

untuk wanita premenopause, kista berukuran kurang dari 8 cm dianggap aman untuk

tidak dilakukan terapi. Terapi bedah diperlukan pada kista ovarium simpleks persisten

yang lebih besar 10 cm dan kista ovarium kompleks. Laparoskopi digunakan pada

pasien dengna kista benigna, kista fungsional atau simpleks yang memberikan

keluhan. Laparotomi harus dikerjakan pada pasien dengan risiko keganasan dan pada

pasien dengan kista benigna yang tidak dapat diangkat dengan laparoskopi.

Eksisi kista dengan konservasi ovarium dikerjakan pada pasien yang

menginginkan ovarium tidak diangkat untuk fertilitas di masa mendatang.

Pengangkatan ovarium seelhanya harus dipertimbangkan pada wanit post menopause,

perimenopause, dan wanita premenopause yang lebih tua dari 35 tahun yang tidak

mengnginkan ganak lagi serta yang berisiko menyebabkan karsinoma ovarium.

Diperlukan konsultasid engan ahli endokrin reproduksi dan infertilitas untuk

endometrioma dan sindrom ovarium polikistik. Konsultasi dengan onkologi

ginekologi diperlukan untuk kista ovarium kompleks dengan serum CA 125 leibh

dari 35 U/ml dan pada pasien dengan riwayat karsinoma ovarium pada keluarga. Jika

keadaan meragukan, perlu pada waktu operasi dilakukan pemeriksaan sediaan yang

dibekukan (frozen section) oleh seorang ahli patologi anatomik untuk mendapat

kepastian tumor ganas atau tidak.

Untuk tumor ganas ovarium, pembedahan merupakan pilihan utama.

Prosedurnya adalah total abdominal histerektomi, bilateral salfingo-ooforektomi dan

appendiktomi (optional). Tindakan hanya mengangkat tumornya saja (ooforektomi

atau ooforokistektomi) masih dapat dibenarkan jika stadiumnya masih muda, belum

mempunyai anak, derajat keganasan tumor rendah seperti pada fow potential

malignancy (borderline). Radioterapi hanya efektif untuk jenis tumor yang peka

7

Page 8: kista ovarium

terhadap radiasi, disgermioma dan tumor sel granulosa. Kemoterapi menggunakan

obat sitstatika seperti agens alkylating (cyclophosphamide, chlorambucyl) dan

antimetabolit (adriamycin). Follow up tumor gans sampai 1 tahun setelah penanganan

setiap 2 bulan, kemudian 4 bulan selama 3 tahun setiap 6 bulan sampai 5 tahun dan

seterusma setiap tahun sekali.

VIII. Diagnosa banding

1. Kehamilan

2. Mioma uteri

3. Tumor kolon sigmoid

4. Ginjal ektopik

5. Limpa bertangkai

6. Ascites

IX. Komplikasi

1. Perdarahan ke dalam kista yang terjadi sedikit-sedikit, sehingga

berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya

menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika

perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi yang

cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut yang mendadak.

2. Torsio. Putaran tangkai dapat terjadi pada kista yang berukuran diameter

5 cm atau lebih. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi

meskipun gangguan ini jarang bersifat total.

3. Kista ovarium yang besar dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada

perut dan dapat menekan vesica urinaria sehingga terjadi

ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara sempurna.

4. Massa kista ovarium berkembang setelah masa menopause sehingga

besar kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor

inilah yang menyebabkan pemeriksaan pelvik menjadi penting.

8

Page 9: kista ovarium

X. Prognosis

Prognosis untuk kista jinak baik. Walaupun penganganan dan pengobatan

kanker ovarium telah dilakukan dengan prosedur yang benar namun hasil

pengobatannya sampai sekarang ini belum sangat menggembirakan termasuk

pengobatan yang dilakukan di pusat kanker terkemuka di dunia sekalipun.

Angka kelangsungan hidup 5 tahun (5 years survival rate) penderita kanker

ovarium stadium lanjut hanya kira-kira 20-30%. Sedangkan sebagian besar

penderita 60-70% ditemukan dalam keadaan stadium lanjut sehingga

penyakit ini disebut juga dengan “silent killer”.

9

Page 10: kista ovarium

STATUS PASIEN

STATUS GINEKOLOGI

Tanggal Pemeriksaan : 23 November 2014

IDENTITAS

Nama : Ny. Katima

Umur : 69 Tahun

Alamat : Jl. Bayaraya

Agama : Islam

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SD

ANAMNESIS

Keluhan Utama : Sakit perut dan perut membuncit

Riwayat Penyakit Sekarang :

Perut membuncit dialami sejak 8 bulan lalu. pasien merasa perutnya semakin lama

semakin membesar membuat pasien susah untuk duduk. Namun pasien tetap bisa

berjalan dan berbaring. Pasien sudah merasakan sering sakit perut sebelah kanan

sejak 2 tahun lalu namun perut belum membesar seperti saat ini. Sejak 2 bulan

terakhir pasien hanya bisa makan sedikit-sedikit karena merasa penuh di perut jika

makan terlalu banyak. Pasien juga sering buang air kecil namun hanya keluar sedikit-

sedikit. Pasien telah berhenti haid kurang lebih 15 tahun. Saat masih haid tidak

pernah merasakan nyeri haid. Riwayat merokok (+) sejak usia kurang lebih 20 tahun

namun sejak 8 tahun yang lalu telah berhenti merokok. Riwayat minum kopi (+).

Riwayat penyakit terdahulu :

10

Page 11: kista ovarium

Sejak 2 tahun lalu pasien mengeluh sering sakit perut sebelah kanan namun tidak

pernah periksa ke dokter. Dismenorea (-), keputihan (-). Hipertensi (-), Diabetes

Melitus (-), Peny. Jantung (-), Asma (-), Alergi (-)

Riwayat penyakit keluarga :

- Suami pertama pasien meninggal karena serangan jantung.

- 8 bulan lalu anak ke-3 pasien meninggal karna kanker payudara.

Riwayat pengobatan :

2 bulan lalu pasien memeriksakan penyakitnya ke PKM pantoloan lalu dirujuk ke

RSD Madani dengan kista, tidak di USG, selanjutnya dirujuk ke poli RSUD Undata,

di USG dan diputuskan untuk dirujuk ke Makassar karena terdapat tumor yang besar.

Namun pasien berinisiatif untuk berobat ke poli RSU Anutapura bagian penyakit

dalam lalu di arahkan ke poli KIA. Dari poli KIA pasien dibuatkan pengantar untuk

di rawat dan direncanakan dilakukan tindakan laparotomi dengan indikasi kista

ovarium.

Riwayat Obstetri dan ginekologi :

1. Pasien menikah sebanyak 2 kali.

- Suami I : memiliki 3 orang anak, dan telah meninggal dunia karena serangan

jantung.

- Suami II : memiliki 9 orang anak, sekarang masih hidup.

2. Semua anak pasien lahir normal di rumah ditolong oleh dukun. Pasien lupa

umur sekarang dan BBL anaknya. Anak terakhir umur 24 tahun.

3. Riwayat pemakaian KB (-).

4. Penyakit pada organ reproduksi sebelumnya (-)

5. Menarche : umur 10 tahun

6. Coitarche : 11 tahun

11

Page 12: kista ovarium

PEMERIKSAAN FISIK

KU : Sedang

Kesadaran : Compos mentis

Conjungtiva : Anemis -/-

Sklera : Ikterik -/-

Tanda-Tanda Vital

Tekanan Darah: 110/90 mmHg

Nadi : 70 x/mnt

Respirasi : 22 x/mnt

Suhu Tubuh : 37, 2˚C

Kepala – Leher

- Konjungtiva : anemis -/-

- Sklera : ikterik -/-

- Pembesaran kelenjar getah bening : -/-

- Pembesaran kelenjar tiroid : -/-

Thorax

Pergerakan dada simetris ki=ka, retraksi -/-. Sonor ki=ka, bunyi paru vesikuler +/+,

wheezing -/-, rhonki -/-. BJ I/BJ II murni reguler. Murmur -/-.

Abdomen

Teraba massa kistik ukuran kurang lebih 20 x10 cm, mobile, permukaan rata,

berbatas tegas.

Genitalia

Pemeriksaan Dalam / vaginal toucher

- Vulva / vagina : massa (-), abses (-)

- Portio : licin

- Uterus : massa (-), atrofi (+)

- Adnexa : teraba massa kistik dextra, mobile, permukaan rata,

berbatas tegas, tidak nyeri.

- Cavum douglas : dalam batas normal

12

Page 13: kista ovarium

ANJURAN

1. Cek darah lengkap, GDS, SGOT/SGPT, HbSAg, ureum, kreatinin.

2. Cek CA 125 dan CEA

3. Foto thorax

4. EKG

HASIL PEMERIKSAAN

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah lengkap :

RBC : 3,9 x 10⁶/mm3 (4,7-6,1)

WBC : 8,2 x 103 / mm3 (4,8-10,8)

HCT : 32,6 % (42-52)

PLT : 336 x 103 / mm3 (150-450)

HB : 11,1 g/dL (14-18)

HCT : 33,6 % (42-52)

MCV : 83,9 % (80-93)

MCH : 27,2 % (27-31)

MCHC: 32,5% (32-36)

RDW : 15,9% (11,5-14,5)

Hitung jenis :

Neutrofil : 47,1% (51-67)

Limfosit : 42,5% (25-33)

Pemeriksaan kimia darah :

GDS : 115 mg/dL (170)

HbsAg : Non Reaktif

Faal hati

SGOT : 24 µ/l (6-30)

SGPT : 16 µ/l (7-32)

13

Page 14: kista ovarium

Albumin : 3,82 g/dl (3,4-4,8)

Faal ginjal

Ureum : 24 mg/dl (10-50)

Creatinin : 1,23 mg/dl (0,5-0,9)

Hasil USG abdomen

- Tampak massa dominan kistik berseptasi (tebal) berbatas tegas ukuran kurang

lebih 21,6 cm x 11,1 cm. Kesan berasal dari adnexa yang meluas ke rongga

abdomen.

- Hepar : ukuran, bentuk, tekstur normal. Bile duct tidak dilatasi.

- GB : echo batu (-)

- Lien dan pankreas : echo normal

- Ginjal dan buli-buli : echo normal

Kesan : suspek ovarium cyst.

Penanda tumor

CA 125 : 44,8 U/ml (<= 35)

CEA : 2.700 (<= 5)

DIAGNOSIS

Kista ovarium neoplasma

PENATALAKSANAAN

1. IVFD RL + drips farbion

2. Injeksi ketorolak 1 ampul/8 jam/IV

3. Konsul Interna

4. Rencana USG

Tanggal Follow Up

14

Page 15: kista ovarium

17 November 2014 S : nyeri ulu hati (+), sakit perut (+)

O : KU : baik

TD : 110/70 mmHg

N : 78 x/menit

P : 22 x/menit

S : 36,50C

BAK : sedikit-sedikit

BAB : lancar

A : kista ovarium neoplasma

P :

- injeksi ranitidin 1 ap/8 jam/iv

- injeksi ketorolac 1 ap/8 jam/iv

jawaban konsul interna :

- TD: 110/70 mmHg

- N: 70x/m

- P : 20 x/m

- S : 36,5oC

Kepala- leher : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,

pembesaran KGB -/-

Thorax : whe-/-, Rh-/-,

Abdomen : teraba massa kistik pada abdomen, hepar-

lien tidak dapat teraba.

Edema : -/-

Lab : dbn

Foto thorax : bronchitis

EKG : HR : 69x/m, irama sinus

A: tidak didapatkan keluhan di bagian penyakit dalam.

15

Page 16: kista ovarium

P :-

23 November 2014 S: nyeri berkurang, makan sedikit-sedikit karena perut

terasa penuh.

O : KU : baik

TD : 120/80 mmHg

N : 88 x/menit

P : 24 x/menit

S : 360C

BAK : sedikit-sedikit

BAB : (-)

A : kista ovarium neoplasma

P :

- rencana laparotomi tgl 25/11/14

- kolon skema hari ini

- konsul anestesi

- informed consent keluarga pasien

- lapor ruang OK

25 November 2014 S : nyeri perut (+)

O : KU : baik

TD : 110/80 mmHg

N : 80 x/menit

P : 24 x/menit

S : 360C

BAK : kateter

BAB : (-)

A : kista ovarium neoplasma

16

Page 17: kista ovarium

P :

- Dilakukan laparotomi hari ini.

- Periksa PA pada jaringan kista

Advis post op:

- Inj ceftriaxone 1 g/12 jam/IV

- Inj. Transamin 1 amp/8 jam/IV

- Inf metronidazole 500 mg/12 jam/IV

- Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam/IV

- Inj. Ondancentron 1 amp/8 jam/IV

- Inj. Ranitidin 1 amp/8 jam/IV

- Observasi KU, TTV, dan perdarahan

- Cek Hb 2 jam post op

26 November 2014 S : nyeri bekas jahitan (+), flatus (+), BAB : (-)

O : KU : baik

Kesadaran : compos mentis

TD : 110/70 mmHg

N : 70x/menit

P : 20x/menit

S : 37 0C

BAK : kateter

A : post laparotomi H-1

P :

- Terapi injeksi lanjut

- Dulcolax supp II

- Mobilisasi bertahap

27 November 2014 S : nyeri bekas jahitan op.

17

Page 18: kista ovarium

O : KU : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Konjungtiva Anemis : (-/-)

TD : 110/70 mmHg R : 18 x/mnt

N : 98 x/mnt S : 37,2˚C

A : post laparotomi H-2

P :

- Metronidazol 3 x 500 mg

- Cefixim 2 x 1

- Asam mefenamat 3 x 500 mg

- Pronalgest supp 1/8 jam/rectal

- Dulcolax supp 1

- Aff kateter

Laporan Operasi

1. Disinfeksi lapangan operasi dan sekitarnya

2. Pasang duk steril

3. Insisi dinding abdomen lapis demi lapis secara midline tembus secara tajam

dan tumpul

4. Tampak kista ovarium dextra ukuran kurang lebih 23x15 cm.

5. Dilakukan salfingo-ooforektomi dextra, jahit dan kontrol perdarahan.

6. Lakukan histerektomi total + salfingo-ooforektomi sinistra:

a. Jepit ligamentum rotundum sinistra.

b. Gunting dan ikat.

c. Bebaskan plica vesicovaginalis dorong ke atas distal.

d. Jepit/klem ligamentum infundibulum pelvicum sinistra.

e. Jahit dan ikat.

18

Page 19: kista ovarium

f. Bebaskan ligamentum latum, klem ligamentum sakrouterina dan dorong

plica rectouterina.

g. Klem ligamentum kardinale, jahit dan ikat.

h. Ptong 1/3 proksimal vagina, jahit dan tutup punctum vagina.

i. Gantung puncak vagina dengan ligamentum rotundum dan sakrouterina.

7. Reperitonisasi

8. Eksplorasi cavum abdomen

9. Jahit abdomen lapis demi lapis

10. Tutup luka dengan kasa steril

11. Operasi selesai.

19

Page 20: kista ovarium

DAFTAR PUSTAKA

1. Benson, RC., Pernoll, ML, 2009, Buku Saku Obstetri & Ginekologi, Edisi 9,

EGC, Jakarta.

2. Sinclair, C, 2010, Buku Saku Kebidanan, EGC, Jakarta.

3. Carlson, KJ, et al, 2004, The Harvard Guide to Women’s Health, Harvard

University Press.

20