Upload
alzamri-fhilza
View
182
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
khmfhjmvfmjhvgjhm,gbhj
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena dengan
Taufik dan Hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini mengenai
“KEMATIAN JANIN DALAM KANDUNGAN”.
Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas yang diberikan selama
menjalani Kepaniteraan Klinik Senior ( KKS ) Bagian Obstetri dan Ginekologi
Rumkit Tk.II/Kesdam I BB Medan.
Kami ucapkan terma kasih kepada dr. Soedarmadi, Sp. OG atas
bimbingan yang telah diberikan sehingga makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari kata kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga laporan
kasus ini bermanfaat bagi kita semua.
Wassalam
Medan, Juni 2005
Penulis
YEMI ASDESI, FK-UNBRAH i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................... ii
PENDAHULUAN ............................................................................ 1
DEFINISI ........................................................................................ 1
ETIOLOGI ...................................................................................... 2
PATOFISIOLOGI .......................................................................... 3
PATOLOGI ANATAMI.................................................................... 7
DIAGNOSA.................................................................................... 8
PENANGANAN.............................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 14
YEMI ASDESI, FK-UNBRAH ii
KEMATIAN JANIN DALAM KANDUNGAN
PENDAHULUAN
Diantara tujuan obstetri sosial dalam era obstetri modern masa kini
adalah menurunkan Angka Kematian Perinatal (AKP) dan mendapat manfaat
keturunan yang sehat fisik maupun mental.
Untuk mencapai tujuan ini maka kualitas perawatan yang baik untuk
ibu maupun bayinya, dalam arti setiap ibu hamil harus diamati dengan cermat
ada tidaknya faktor resiko yang mempunyai pengaruh buruk atau kurang
menguntungkan terhadap pertumbuhan janin, sehingga kasus-kasus yang
mempunyai resiko dapat dilakukan pengawasan dan tindakan yang tepat
untuk memperbaiaki nasib janin.
DEFINISI
Kematian janin adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan
dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan.
Kematian janin dalam kehamilan (KJDK) adalah kematian janin dalam
kehamilan sebelum terjadinya proses persalinan, mulai kehamilan 20 minggu
atau berat badan lahir 500 gram keatas. Mochtar mengatakan kematian janin
YEMI ASDESI, FK-UNBRAH iii
dalam kandungan adalah kematian janin sebelum terjadi proses persalinan
pad kehamilan 28 minggu keatas atau berat janin diatas 1000 gram.
ETIOLOGI
Diantara bermacam-macam penyebab kematian janin dapat dikemukakan
sebagai berikut:
1. Faktor ibu
Preeklamsi dan eklamsi
Hipertensi esensial
Diabetes melitus
2. Faktor plasenta
Solusio plasenta
Plasenta previa yang berat
Twin to twin transfusion
Trauma tali pusat
3. Faktor janin
Eritroblastosis fetalis
Post maturitas
Obstruksi pembuluh tali pusat
Sifilis
Kehamilan kembar
Kelainan congenital
YEMI ASDESI, FK-UNBRAH iv
PATOFISIOLOGI
Kelangsungan hidup janin dalam uterus, dapat berlangsung dengan
adanya penyediaan zat asam dan nutrisi, disamping bahan-bahan lain yang
berasal dari darah ibunya. Hal ini tergantung dari beberapa faktor :
Adekuatnya perfusi plasenta dengan darah ibu
Adekuatnya perfusi
Sirkulasi janin melalui pembuluh darah umbilikus yang berfungsi baik
Bila terjadi gangguan pada faktor-faktor diatas yang disebabkan oleh
penyakit-penyakit tertentu, maka akan menimbulkan kegagalan transfer yang
adekuat dari bahan-bahan terutama zat asam dan zat makanan dari darah
ibu ke janin, yang akan membahayakan kelangsungan hidup janin.
Keadaan gawat janin dapat terjadi secara akut, yang terjadi akibat
hipoksia yang timbul pada waktu persalinan. Sedangkan gawat janin yang
timbul secara kronik adalah keadaan gawat janin yang timbul pada masa
kehamilan (periode antenatal), namun karena tidak diketahui atau tidak
terdiagnosa sehingga terjadi kematian janin dalam kandungan.
Gangguan peredaran darah ibu ke palasenta atau gangguan perfusi
plasenta dapat terjadi pada penyakit-penyakit yang ada kelainan pada
vaskuler seperti hipertensi, eklamsi, nefritis kronik dan diabetes mellitus.
Kelainan atau proses degeneratif pada plasenta dapat terjadi oleh
karena menuanya plasenta (placenta aging process) atau karena terjadinya
perubahan dalam sirkulasi utero plasenta. Kelainan vaskuler akibat
perubahan degeneratif biasanya dimulai terjadinya atheromatosis pada arteri
YEMI ASDESI, FK-UNBRAH v
spiralis desidua, selanjutnya terjadi penyempitan atau stenosis dan
penyumbatan partial atau komplit dari arteri tersebut. Dapat juga terjadi
kelainan vaskuler berupa spasme arteri spiralis desidua yang menyebabkan
menurunnya aliran darah utero plasenta, sehingga menurunnya aliran darah
dalam ruang inter villi yang berlanjut dengan terjadinya infark plasenta dan
akhirnya hilang fungsi jaringan plasenta.
Terutama pada toksemia dimana arteri spiralis desidua mengalami
degeneratif akut, yang menyebabkan penurunan aliran darah intervilli,
iskemik jaringan plasenta yang secara reflektoris meningkatkan tahanan
perifer vaskuler villi, sehingga sirkulasi feto plasenta menurun. Infark yang
terjadi akibat gangguan sirkulasi darah ibu kedalam ruangan intervilli
didahului oleh degeneratif fibrin pada permukaan villi atau koagulasi darah
dalam ruang intervilli.
Endapan-endapan kecil pada permukaan villi ini akan membentuk
endapan fibrin yang besar dan menutupi permukaan villi, sehingga
menghambat atau mengganggu absorbsi nutrisi untuk villi dari sirkulasi ibu
akibatnya terjadi kematian villi.
Proses koagulasi dari darah intervilliyang terjadi akibat sirkulasi yang
sangat lambat (stagnasi darah), menyebabkan pembventukan trombosis
(intervillousthrombosis) sehingga dapat terjadi degenerasi villi.
Akibat dari gangguan-gangguan hemodinamik ini maka akan
menyebabkan kerusakan dari trofoblast dan dengan demikian akhirnya terjadi
gangguan fungsi plasenta sehingga transport O2 dan nutrisi oleh plasenta
YEMI ASDESI, FK-UNBRAH vi
akan terganggu, bila lesi pada plasenta sifatnya tidak luas atau tidak berat
maka akan terjadi insufisiensi kronik dan janin akan mengalami hipoksia
kronik dan hambatan pertumbuhan janin.
Bila janin mengalami hipoksia kronik, maka untuk mengetasi keadaan
tersebut kapasitas cadangan plasenta sebesar 50 % menambah difusi
oksigen. Cadangan difusi plasenta ini bergantung pada luas permukaan villi,
aliran darah utero plasenta dan feto plasenta. Penurunan aliran darah dalam
ruang intervilli sebesar 50 % dapat menyebabkan hipoksia janin.
Hipoksia janin yang ringan tidak akan menyebabkan janin menderita
oleh karena plasenta mempunyai oksigen cadangan. Hipoksia janin terjadi
bila cadangan O2 plasenta telah berada dibawah harga kritis yaitu kejenuhan
oksigen sudah dibawah 10 %. Pada keadaan yang lebih parah, dimana
cadangan oksigen dari plasenta telah habis terpakai maka pertumbuhan janin
akan terhenti karena fungsi-fungsi alat tubuh seperti otak, jantung, hati, ginjal
sudah tidak mampu bekerja memenuhi kewajiban lagi, pada saat ini janin
terancam bahaya kematian dalam kandungan.
Akhirnya pada keadaan hipoksia berat yang terus berlangsung dimana
metabolisme an aerob yang menggunakan cadangan karbohidrat habis
terpakai, akan menghasilkan asam laktat dan asam piruvat yang menumpuk
dalam darah janin sehingga mengalami asidosis (metabolik asidosis).
Keadaan asidosis dan hipoksia selanjutnya akan menekan sistem enzim-
enzim metabolic dan menurunnya penghasilan senyawa fosfat yang kaya
energi, sehingga mekanisme tubuh jatuh ke dalam sirkulasi kolaps
YEMI ASDESI, FK-UNBRAH vii
(Sirculatory collaps). Keadaan ini akan menyebabkan spingter ani mengendur
dan keluarnya mekonium kedalam cairan ketuban, menimbulkan lesi pada
organ (CNS, Kardiovaskuler, Paru, Hati). Kegagalan jantung yang disertai
syok pada akhirnya menyebabkan KJDK.
Post Date dan Post Maturitas
Pengaruh kehamilan lewat waktu (Post Date) terhadap bayi masih
tetap diperdebatkan dan sampai sekarang masih belum ada persesuaian
paham. Walaupun demikian banyak ahli yang berpendapat bahwa pada
kehamilan Post Date dan Post matur menambah bahaya pada janin.
Pada kehamilan aterm kebutuhan oksigen janin sebanyak 20 ml per
menit dan untuk itu diperlukan saturasi oksigen dalam vena umbilicus
minimal 40 % (N : 55-70 %). Pada kehamilan post term, pada plasenta dapat
dijumpai beberapa perubahan pada villi berupa infark, deposit fibrin,
degenerasi hialin dan thrombosis dalam pembuluh darah villi, bertambahnya
deposit kalsium dan deposit fibrin diruang intervilli. Perubahan-perubahan
tersebut akan mengakibatkan transfer oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin
mengalami gangguan (hipoksia janin). Dalam kapasitas cadanngan palasenta
terus menerus terpakai sampai batas tertentu dimana saturasi oksigen dalam
darah vena umbilicus telah berada dibawah 10 %, maka dalam keadaan
seperti ini plasenta plasentsa tidak dapat lagi berkompetisi.
Dengan kapasitas cadangan plasenta yang telah habis, maka jaringan
otak, hati dan ginjal tidak berfungsi. Selanjutnya keadaan-keadaan hipoksia
YEMI ASDESI, FK-UNBRAH viii
yang terus berlangsung mengakibatkan kematian janin makin mengancam,
sehingga Akhirnya terjadi kematian janin.
PATOLOGI ANATOMI
Talipusat janin mengalami retensi di dalam uterus beberapa hari
sebelum janin dikeluarkan. Janin yang mati berada dalam cairan amnion
yang steril yang selanjutnya mengalami proses maserasi.
Mula-mula epidermis menjadi lembek dan terbentuklah bulla yang berisi
cairan keruh,
Kemudian epidermis terlepas meninggalkan bekas berupa lapisan
yang berwarna merah tua.seluruh tubuh janin melembek dan kehilangan
tonus. Ligamentum pada persendian melembek sehingga tulang-tulang
terlepas. Tulang-tulangf tengkorak saling menutup dan akhirnya mengalami
pencairan. Rongga tubuh janin lalu berisi cairan keruh kemerahan, tali pusat
membengkak, jaringan mengalami pencairan yang diebabkan oleh proses
autolisis aseptic dan disini tidak ada pembusukan oleh bakteri. Pelepasan
kulit taerjadi 24 jam setelah kematian janin, selanjutnya perubahan terjadi
pada organ visceral dan bagiuan tubuh lain yang memerlukan waktu
beberapa hari.
Sastrawinata mengklasifikasi tingkatan perubahan janin pada KJDK
sebagai berikut :
1. Rigor Mortis (kaku mayat)
Berlangsung 2,5 jam setelah kematian, lalu lemas kembali.
YEMI ASDESI, FK-UNBRAH ix
2. Stadium Maserasi I
Timbul lepuh- lepuh kulit, lepuh-lepuh ini mula-mula terisi cairan tetapi
keemudian menjadi merah. Berlangsung sampai 24 jam setelah janin
mati.
3. Stadium Maserasi II
Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban sehingga manjadi merah
coklat, terjadi 48 jam setelah janin mati.
4. Stadium Maserasi III
Terjadi kira-kira 3 minggu setelah janin mati. Badan janin sangt lemas,
hubungan antara tulang-tulang sangat longgar dan terdapat edema
dibawah kulit.
DIAGNOSA
Diagnosa KJDK dapat dibuat beradasarkan :
1) ANAMNESA
Terhentinya ggerakan janin
Tidak dirasakan gerakan janin oleh ibu, biasanya merupakan gejala
abnormal yang pertama, yang memperingatkan ibu akan kematian
janin. Gejala ini merupakan dugaan oleh karena pada kehamilan
normal gejala janin tidak dapat dirasakan ibu selama 3 hari.
Pembesaran perut tidak bertambah
YEMI ASDESI, FK-UNBRAH x
Ibu merasakan bahwa perutnya tidak membesar, bahkan bertambah
kecil, atau ibu merasakan bahwa perutnya sering menjadi kers dan
terasa sakit seperti melahirkan.
2) PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi
Tinggi fundus uteri lebih rendah dari seharusnya, tua
kehamilan atau bahkan lebih kecil dari sebelumnya.
Pada perabaan dinding perut, uterus dan janin tidak
elastis (melembek)
Pada pemeriksaan dalam melalui fornik vagina atau
kanalis servikalis dan kadang-kadang melalui dinding perut, teraba
kepala jnin yang melembek atau teraba adanya krepitasi. Menurut
beberapa ahli menyatakan bahwa tanda ini positif untuk diagnosa
KJDK.
Auskultasi
Secara auskultasi dengan menggunakan stetoskop monoral atau alat
Dapton, denyut jantung janin tidak terdengar.
3) AMNIOSINTESIS
Terlihat cairan ketuban berwarna merah sampai kecoklatan.
4) PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Reaksi kehamilan
Reaksi kehamilan negatif setelah ± 10 hari setelah janin mati
YEMI ASDESI, FK-UNBRAH xi
Pemeriksaan enzim Fosfokinase
Pada kehamilan normal kretainin di dalam air ketuban 30 mu/ml,
sedangkan setelah 4-5 hari kematian janin menjadi 1000 mu/ml.
Enzim fosfokinase kreatinin banyak dijumpai pada epitel dan
jaringan subkutan janin.
5) PEMERIKSAAN LAIN UNTUK KONFIRMASI DIAGNOSA
Ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan USG dapat diperoleh gambaran kematian janin
yaitu :
Tidak adanya gerakan janin
Tidak ada denyut jantung janin
Kepala janin dalam keadaan kolaps, bila kematia janin telah
berlangsung beberapa minggu.
Rontgen Foto Abdomen
Pada pemeriksaan rontgen terlihat gambaran tanda-tanda kematian
janin sebagai berikut :
Tanda Spalding (Spalding’s sign)
Tanda yang menunjukkanm tulang tengkorak yang saling menutup
(overlapping) yang disebabkan karena otak yang sudah mencair.
Tanda Noujokes (Noujokes Sign)
Tanda ini menujukkan gambaran tulang punggung janin yang
sangat lengkung
YEMI ASDESI, FK-UNBRAH xii
Tanda Duel (Duel’s Sign)
Disini dijumpai gambaran berupa halo yang mengelilingi kranium.
Gambaran ini mirip dengan gambaran halo yang dijumpai pada
hidrops fetalis karena pengkerutan kranium dan udem.
PENANGANAN
Penanganan kasus kematian janin dalam kandungan dapat
dikemukana sebagai berikut :
1. Penanganan psikologis terhadap ibu
bila kematian janin benar-benar telah dipastikan, maka haruslah dilakukan
pendekatan atau memberikan penjelasan sebaik-baiknya terhadap ibu
dan suaminya.
2. Pengeluaran hasil konsepsi
ada 2 sikap dalam pengeluaran hasil konsepsi yaitu :
a) Ekspektatif
Pada sikap ini hanya dilakuan observasi saja untuk menunggu sampai
terjadinya persalinan spontan. Sikap ini masih dianjurkan karena
menyadari bahwa janin 80 % janin akan lahir spontan dalam waktu 2-3
minggu setelah kematian janin. Tetapi sikap ini mempunyai kekurangan
dimana banyak pasien secara psikologis tidak dapat menerimanya.
Retensi janin KJDK :
Bila kadar fibrogen diatas 100 mg/dl tidak mengganggu
proses pembekuan
YEMI ASDESI, FK-UNBRAH xiii
Kadar fibrinogen mulai menurun sekitar 25 %
perminggu setelah KJDK
Selama pasien diobservasi, perlu dilakukan
pemeriksaan COT dan kadar fibrinogen setiap minggu untuk
mengantisipasi proses koagulasi, tetapi bila kelainan pembekuan
dijumpai segera dilakuakan usaha evakuasi produk hasil konsepsi dari
uterus.
b) Sikap Aktif
Bila diagnosa KJDK telah ditegakkan maka selanjutnya dapat dilakukan
pengeluaran janin tersebut dengan induksi persalinan.
Cara mengeluarkan hasil konsepsi :
a) Pemberian oksitosin intravena
Pemberian oksitosin efektif untuk menimbulkan kontraksi uterus
b) Laminaria oksitosin
Pemakaian laminaria yang dimasukkan ke dalam kanalis servikalis
beberapa jam sebelum pemakaian infus oksitosin dapat menambah
keberhasilan pengeluaran hasil konsepsi
c) Estrogen dan Oksitosin
Induksi partus dengan oksitosin dapat dimulai dengan pemberian
estrogen 1-2 mg tiap 6 jam selama 48 jam. Setelah 48 jam pemberian
estrogen dilakukan stripping of membrane kemudian ditunggu 24 jam,
YEMI ASDESI, FK-UNBRAH xiv
bila persalinan belum mulai maka dilakukan induksi dengan oksitosin
drips.
d) Prostaglandin
Menurut Food and Drug Administration (FDA), prostaglandin yang
digunakan untuk induksi partus pada KJDK adalah prostaglandin E2
(PGE2), yang diberikan dalam bentuk vaginal suppositoria. Dosis yang
digunakan 20 mg suppositoria yang diberikan tiap 3 jam.
e) Embriotomy
Adalah suatu pewrsalinan buatan dengan cara merusak atau
memotong bagian-bagian tubuh janin agar dapat lahir pervaginam
tanpa melukai ibu. Saat ini embriotomi merupakan tindakan yang
jarang dilakukan.
Syarat-syarat embriotomi :
Pembukaan > 7 cm
Anak mati
Konjugata vera 6 cm
Ketuban sudah pecah
Tidak ada jalan lahir
f) Operasi seksio caesar
Tindakan ini dilakuakan bila induksi mengalami kegagalan pada kasus
bekas seksio caesar korporal ; dimana bila dilakukan induksi dengan
oksitosin atau prostaglandin ada ancaman ruptur uteri.
YEMI ASDESI, FK-UNBRAH xv
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, MacDonald PC et al. William
Obstetrics. 21” ed. USA : The McGraw-Hill Companies, 2001 : 459 – 464.
2. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T :
Ilmu Kebidanan ed 3. 1994. YPB. Sarwono Prawihardjo. Jakarta ; 785 –
90.
3. Mochtar R : Sinopsis Obstetri-Obstetri Fisiologi
Obstetri Patologi. 1995. EGC. Jakarta ; 248-50
4. Saifuddin AB, Winjosastro H, Affandi B, Waspodo
D : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
23002. YPB Sarwono Prawihardjo. Jakarta : M 79-81, M110-1.
5. Dasuki D : The Relationship of Interpregnancy
Interval and Perinatal Mortality. 2000. Maj.Ginekol.Indones ; 24-4 ; 227-
33.
6. Pedoman Diagnosis Terapi Obstetri dan
Ginecologi, RSUD Dr.Pirngadi Medan, Bagian/UPF Ilmu Kebidanan dan
Penyakitr Kandungan FK, USU, Medan, 1993 ; 6-9, 78-79
YEMI ASDESI, FK-UNBRAH xvi
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena dengan
Taufik dan Hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini mengenai
“KEMATIAN JANIN DALAM KANDUNGAN”.
Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas yang diberikan selama
menjalani Kepaniteraan Klinik Senior ( KKS ) Bagian Obstetri dan Ginekologi
Rumkit Tk.II/Kesdam I BB Medan.
Kami ucapkan terma kasih kepada dr. Soedarmadi, Sp. OG atas
bimbingan yang telah diberikan sehingga makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari kata kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga laporan
kasus ini bermanfaat bagi kita semua.
YEMI ASDESI, FK-UNBRAH xvii
Wassalam
Medan, Juni 2005
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................... ii
PENDAHULUAN ............................................................................ 1
DEFINISI ........................................................................................ 1
ETIOLOGI ...................................................................................... 2
PATOFISIOLOGI .......................................................................... 3
PATOLOGI ANATAMI.................................................................... 7
DIAGNOSA.................................................................................... 8
PENANGANAN.............................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 14
YEMI ASDESI, FK-UNBRAH xviii